COMPREHENSIVE SCHOOL COUNSELLING

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, setiap satuan pendidikan tidak hanya memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) namun juga memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal. Upaya untuk memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi (perkembangan aspek kognitif) merupakan wilayah garapan guru bidang studi sedangkan upaya untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan peserta didik beserta faktor yang mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling memerlukan kolaborasi antara konselor dengan pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua peserta didik dan pihak-pihak terkait begitu juga sebaliknya. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan program bimbingan dan konseling yang mewadahi seluruh 1

Transcript of COMPREHENSIVE SCHOOL COUNSELLING

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, setiap satuan pendidikan tidak hanya

memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi

(perkembangan aspek kognitif) namun juga memfasilitasi

perkembangan peserta didik secara optimal. Upaya untuk

memberikan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi

(perkembangan aspek kognitif) merupakan wilayah

garapan guru bidang studi sedangkan upaya untuk

memfasilitasi perkembangan peserta didik merupakan

wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus

dilakukan secara proaktif dan berbasis data tentang

perkembangan peserta didik beserta faktor yang

mempengaruhinya. Meskipun demikian, dalam

pelaksanaannya layanan bimbingan dan konseling

memerlukan kolaborasi antara konselor dengan pimpinan

sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang

tua peserta didik dan pihak-pihak terkait begitu juga

sebaliknya.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan

program bimbingan dan konseling yang mewadahi seluruh

1

kegiatan bimbingan dan konseling yang akan diberikan

kepada peserta didik dalam rangka menunjang

tercapainya tujuan pendidikan nasional pada umumnya

dan visi/misi yang ada di sekolah secara khusus.

Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya

merujuk pada pedoman kurikulum dan berdasarkan kondisi

objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata di

sekolah yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan

peserta didik. Sehingga program yang dilaksanakan

merupakan program yang realistik dan layak untuk

diimplementasikan  dan dapat mengembangkan potensi

peserta didik secara optimal di sekolah-sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas,

rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa Hakikat Comprehensive Counseling School?

2. Apa saja Komponen Bimbingan dan Konseling

Komprehensif?

3. Bagaimana Karakteristik Comprehensive School Counseling?

4. Apa Tujuan Comprehensive School Counseling?

5. Bagaimana Sistem Manajemen Serta Pengorganisasian?

6. Bagaimana Akuntabilitas Comprehensive School Counseling?

2

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan

penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Melengkapi tugas kelompok mata kuliah Seminar BK

2. Mengetahui Hakikat Comprehensive Counseling School

3. Mengetahui Komponen Bimbingan dan Konseling

Komprehensif

4. Mengetahui Karakteristik Comprehensive School Counseling

5. Mengetahui Tujuan Comprehensive School Counseling

6. Mengetahui Sistem Manajemen Serta Pengorganisasian

7. Mengetahui Akuntabilitas Comprehensive School Counseling

3

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hakikat Comprehensive Counseling School

Program bimbingan dan konseling komprehensif di

sekolah merupakan bagian terpadu dari keseluruhan

program pendidikan setiap sekolah. Program itu

merupakan program yang sesuai dengan perkembangan

siswa dan menyediakan kegiatan sekuensial yang ditata

dan diimplementasikan oleh konselor sekolah yang

berkualifikasi. Savage dalam School Counseling Program

Guide Revision Team (2009: 7) memberikan definisi :

Comprehensive programs “…employ strategies to enhanceacademics, provide career awareness, develop employmentreadiness, encourage self-awareness, foster interpersonalcommunication skills, and impart life success skills for allstudents”

Konseling komprehensif adalah strategi untuk

memperbaiki akademik, mengarahkan kesadaran karir,

mengembangkan kesiapan kerja, menumbuhkan kesadaran

diri, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan

mengarahkan keberhasilan kepada setiap siswa. Uman

Suherman (2011) Bimbingan dan konseling komprehensif

disusun untuk merefleksikan pendekatan yang menyeluruh

bagi dasar penyusunan program, pelaksanaan program,

system manajemen dan system pertanggungjawabannya.

4

Selain itu, program bimbingan dan konseling sekolah

dirancang untuk menjamin bahwa setiap siswa memiliki

hak yang sama untuk memperoleh manfaat program itu.

Sehubungan dengan sifat program bimbingan dan

konseling komprehensif, ada tiga hal mendasar yang

perlu diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan

dan konseling di sekolah yaitu:

1. Ruang lingkup yang menyeluruh artinya tidak hanya

berfokus pada peserta didik sebagai pribadi saja

melainkan seluruh aspek kehidupan siswa sejak usia

dini sampai dengan peserta didik berusia remaja

(SMA/SMK).

2. Dirancang sebagai pencegahan artinya bahwa konselor

berkewajiban membantu peserta didik agar memiliki

sikap proaktif dalam menghadapi berbagai persoalan.

3. Pengembangan potensi siswa artinya program BK tidak

hanya untuk pencegahan permasalahan siswa, tetapi

disusun sebagai pelayanan untuk menemukan

karakteristik dan kebutuhan siswa.

Menurut  Suherman (2011: 53) Ciri-ciri program

bimbingan dan konseling sekolah komprehensif sebagai

berikut :

5

1. Program BK sekolah merupakan kesatuan komponen

tujuan institusi sekolah.

2. Program BK sekolah memberikan kesempatan pada semua

siswa.

3. Program BK ditunjang dengan keberadaan konselor yang

professional ( keahlian, keterampilan, komitmen,

pengembangan diri).

4. Memastikan bahwa program BK sekolah merupakan

rancangan yang dapat dilaksananakan dalam sebuah

gaya yang sistematik untuk semua siswa.

5. Program BK mampu menghasilkan pengetahuan, sikap dan

kemampuan-kemampuan siswa lainnya yang dapat

direkomendasikan sebagai sebuah hasil dari

keikutsertaan mereka dalam sebuah program BK di

sekolah.

Bimbingan dan konseling komprehensif

mendasarkan  pada lima premis (Sugiyo, 2011) yaitu a).

bimbingan dan konseling komprehensif bersifat

kompatibel, b) bersifat perkembangan, c) program bk

komprhensif bersifatbuilding approach, d) bk komprehensif

dikemas dalam perencanaan, desain, implementasi

evaluasi dan tindak lanjut , e) bk komprehensif

dikendalikan oleh kepemimpinan sekolah yang memiliki

6

visi, misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling.

Konseling komprehensif di sekolah memiliki 5 langkah

dasar:

1. Melakukan need assessment dan menggunakan data skeolah

untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan.

2. Mengimplementasikan program yang jelas dan bertujuan

ketika menganalisis kebutuhan peserta didik.

3. Searah dengan ASCA National Standards, National Model dan

district goals.

4. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan-kemajuan

5. Mengidentifikasi dan mengkomunikasikan keuntungan

kepada siswa dan stakeholder’s yang ada.

Langkah-langkah di atas tentunya harus dilakukan

sebaik mungkin dan diharapkan bernilai bagi seluruh

siswa sehingga siswa merasa nyaman untuk belajar di

lingkungan sekolah. Jadi , pelayanan bimbingan dan

konseling komprehensif merupakan upaya untuk membrikan

bantuan kepada peserta didik agar mengembangkan diri

seoptimal mungkin.

B. Komponen Bimbingan dan Konseling Komprehensif (Delivery

System)

Program konseling komprehensif mengintegrasikan

bidang akademik, karir, pribadi, dan pengembangan

7

kehidupan sosial. Di dalam delivery sistem terdapat 4

komponen di antaranya kurikulum, perencanaan

individual, layanan responsif, , dan dukungan

sistem.Bimbingan dan konseling komprehensif memiliki

empat komponen Gysbers dan Henderson dalam ( Sugiyo,

2012: 17-25) yaitu:

1. Kurikulum bimbingan dan konseling

Kurikulum bimbingan dan konseling di Indonesia

sering disebut pelayanan dasar, karena semua

peserta iddik memperoleh layanan BK. Kurikulum BK

merupakan seperangkat kegiatan yang dirancang

secara sistematis untuk memfasilitasi perkembangan

peserta didik yang mencakup perkembangan akademis,

karir pribadi dan social.

Strategi yang dilakukan konselor dalam

pelaksanaan kurikulum bimbingan dan konseling yang

dikemukakan oleh Depdiknas dalam Sugiyo (2012)

yaitu (1). Bimbingan kelas, (2). Pelayanan

orientasi, (3). Pelayanan infromasi (4) bimbingan

kelompok dan (5). Pelayanan pengumpulan data

2. Perencanaan Individual

Dalam perencanaan individual, konselor sekolah

mengkoordinasi kegiatan secara sistematik dan

berkelanjutan serta dirancang untuk membantu siswa

8

secara individual dalam menetapkan tujuan pribadi

dan mengembangkan rencana di masa depan. Fokus

pelayanan perencanaan individual adalah berbagai

aktivitas yang terarah pada pengembangan: Aspek

pribadi-sosial yang mencakup pengembangan konsep

diri yang positif dan keterampilan social dalam

kehidupan secara efektif, aspek akademik yang

mencakup memanfaatkan keterampilan memilih jurusan

atau prodi yang tepat dan aspek karir yang mencakup

pemahaman dunia kerja, memahami kesalamatan kerja,

kebingungan memprediski peluang karir.

Perencanaan individual bagi siswa

diimplementasikan melalui beberapa strategi

(Suherman, 2011:67-68) yaitu penilaian

individual/kelompok kecil, pemberian saran pada

individual atau kelompok kecil . Sedangkan menurut

Sugiyo (2011) strategi yang dapat dikembangkan

yaitu:

a. Individual appraisal yaitu suatu strategi dimana

konselor membantu peserta didik untuk dapat

menilai dan menafsirkan potensi yang dimilikinya

b. Individual advisement yaitu digunakan agar

peserta didik mampu menggunakan segala informasi

baik social-pribadi, karir

9

c. Transition Planning yaitu membantu peserta didik

dalam memahami dunia kerja,

d. Follow up, digunakan ketika memberikan layanan

lanjut melalui berbagai pengumpulan data untuk

evaluasi dan program yang akan datang.

3. Layanan Responsif

Supratiknya (2010) mengemukakan pelayanan

responsive diberikan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan para siswa dan stakeholder lain yang

membutuhkan penanganan segera (imadiate needs).

Layanan responsive disampaikan melalui strategi-

strategi (Suherman, 2011: 69-70) seperti

konsultasi, konseling individual dan kelompok

kecil, konseling krisis,  alih tangan (referral),

fasilitasi teman sebaya.

4. Dukungan Sistem

Dukungan system terdiri atas aktivitas

manajemen yang membentuk, memelihara dan

meningkatkan efektivitas serta efisiensi bimbingan

dan konseling sekolah secara keseluruhan.  Konselor

sekolah menggunakan keterampilan kepemimpinan serta

advokasi mereka untuk mempromosikan perubahan serta

advokasi mereka untuk mempromosikan perubahan

10

sistemik dengan cara berkontribusi dalam aspek

seperti :

a. pengembangan professional,

b. konsultasi, kolaborasi, dan pembentukan tim

c. manajemen dan operasi program.

Dukungan ssistem adalah kegiatan-kegiatan

manajemen yang bertujuan mamantapkan, dan

meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh

melalui pengembangan professional, hubungan

masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf

ahli/ penasehat, masyarakat yang lebih luas,

manajemen program, penelitian dan pengembangan

(Thomas Ellis, 1990).

Program ini memberikan dukungan kepada guru

pembimbing dalam rangka memperlancar

penyelenggaraan ketiga program layanan di atas.

Sedangkan bagi personel pendidikan lainnya adalah

untuk memperlancar penyelenggaraan program

pendidikan di sekolah. Dukungan system ini meliputi

dua aspek yaitu: (1) pemberian layanan, dan (2)

kegiatan manajemen.

1) Pemberian layanan, menyangkut kegiatan guru

pembimbing yang meliputi:

a. Konsultasi dengan guru-guru.

11

b. Menyelenggarakan program kerja sama dengan

orang tua atau masyarakat.

c. Berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-

kegiatan sekolah.

d. Bekerja sama dengan personel sekolah lainnya

dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah

yang kondusif bagi perkembangan siswa.

e. Melakukan penelitian tentang masalah-masalah

yang berkaitan erat dengan bimbingan dan

konseling.

2) Kegiatan manajemen.

Kegiatan manajemen ini merupakan berbagai

upaya untuk memantapkan, memelihara dan

meningkatkan mutu program bimbingan dan

konseling melalui kegiatan-kegiatan pengembangan

program, pengembangan staf, pemanfaatan sumber

daya,  dan pengembangan penataan kebijaksanaan.

C. Karakteristik Comprehensive School Counseling

Tabel berikut akan menjelaskan mengenai

karakteristik comprehensive counseling school yang

didasarkan atas rumusan dari ASCA berdasarkan atas

beberapa aspek di antaranya pencapaian, standarisasi,

12

data-driven, pengembangan, comprehensive dan program

konseling sekolah.

Tabel II.2. Karakteristik comprehensive counseling school

Aspek Karakteristik

Pencapaian Program Konseling Komprehensifdirancang untuk menjamin bahwa semuasiswa memperoleh kompetensi untukmenjadi sukses di sekolah dan untukmembuat transisi yang sukses darisekolah ke pendidikan tinggi,Standarisasi Pengetahuan, sikap, dan keterampilankompetensi bahwa semua siswa akanmengembangkan sebagai akibat dariberpartisipasi dalam program konseling

Data-driven Model konseling komprehensif berfokuspada peningkatan 2 hal yakniakuntabilitas dan penggunaan datauntuk membuat keputusan dan untukmeningkatkan prestasi siswa. Konselorsekolah harus bekerja jauh lebihsulit untuk menunjukkan bahwapekerjaan yang mereka lakukan adalahmembantu sistem sekolah untuk

Pengembangan Mengembangkan tiga domain yakniakademik, karir, dan pribadi /sosial. Fokus utama dari programpengembangan adalah untukmenyediakan semua siswa denganComprehensive Program bimbingan yang komprehensif dalam berbagai kegiatan dan pelayanan, seperti asesmen, pemberianinformasi, konsultasi, konseling,

13

ProgramKonselingSekolah

Sebuah sistem terpadu pelayanan diberikan kepada siswa. Comprehensive school counseling adalah program yang memiliki karakteristik serupa dengan program lainnya di bidang pendidikan:"kompetensi siswa, kegiatan dan proses untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi, profesional, Dikutip dari the ASCA National Model (2005: 2).

Menurut Efford (2004: 257) karakteristik

comprehensive developmental school counseling programs antara

lain :

(1) provide a full range of school counseling service; (2)offer student opportunities to learn the skills, knowledge,and attitudes necessary for healthy development; (3)embody the school mission and philosophy, (4)complement other school programs; and (5) involve allschool staff, parents, and community members.

Karakteristiknya antara lain: (1) menyediakan

berbagai layanan konseling sekolah, (2) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mempelajari

keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan

untuk perkembangan yang sehat, (3) mewujudkan misi

sekolah, (4) melengkapi program sekolah lainnya; dan

(5) melibatkan semua staf sekolah, orang tua, dan

anggota masyarakat.

D. Tujuan Comprehensive School Counseling

14

Berikut ini akan dipaparkan tujuan comprehensive

school counseling berdasarkan ASCA model :

Tabel II.2. Tujuan comprehensive school counselingDomain TujuanBidang Akademik

A Siswa akan memperoleh sikap,pengetahuan, dan keterampilan yangberkontribusi terhadap pembelajaran

B Siswa akan menyelesaikan sekolah denganpersiapan akademik penting untukmemilih dari berbagai besar pilihanpasca-sekolah menengah, termasukC Siswa akan memahami hubungan akademisiuntuk dunia kerja dan kehidupan di

Karir A Siswa akan memperoleh keterampilanuntuk menyelidiki dunia kerja dalamkaitannya dengan pengetahuan tentang

B Siswa akan menggunakan strategi untukmencapai tujuan karir masa depan dengan

C Siswa akan memahami hubungan antarakualitas pribadi, pendidikan,

Pribadi/sosial

A Siswa akan memperoleh pengetahuan,sikap, dan keterampilan interpersonaluntuk membantu mereka memahami danB Siswa akan membuat keputusan,menetapkan tujuan, dan mengambiltindakan yang diperlukan untuk mencapai

C Siswa akan memahami keamanan danketerampilan bertahan hidup.

(Dollarhide & Saginak, 2008: 19)

Agar pelaksanaan program bimbingan dan konseling

komprehensif berjalan sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan, maka harus dipahami 5 premis dasar

Bimbingan dan konseling komprehensif :

15

1. Tujuan Bimbingan dan konseling bersifat kompatibel

dengan tujuan pendidikan.

2. Fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah

mengawal perkembangan peserta didik melalui

pemenuhan fasilitas peserta didik agar dapat tumbuh

dan berkembang menjadi mandiri dan lebih optimal.

3. Program bimbingan konseling merupakan Team

Building approach artinya merupakan suatu tim yang

bersifat kolaboratif antar staf.

4. Program bimbingan dan konseling merupakan sebuah

proses yang tersusun secara sistematis dan dikemas

melalui tahap-tahap perencanaan, desain,

implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut.

5. Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan

oleh kepemmimpinan yang memiliki visi dan misi yang

kuat mengenai bimbingan dan konseling.

E. Sistem Manajemen Serta Pengorganisasian

Dalam sebuah organisasi, manajemen memainkan

peranan yang penting dalam pencapaian tujuan. Menurut

School Counseling Program Guide Revision Team (2009: 23) :

The key to an effective program management system isorganization. To insure the participation of all students in acomprehensive school counseling program, it is important toestablish calendars that list the delivery of activities.

16

Calendars should be set by the amount of time schoolcounselors can allocate to the different formats in theDelivery system: curriculum, individual planning, responsiveservices, and system support.

Kunci dari keefektifan program adalah organisasi.

Untuk memastikan partisipasi setiap siswa dalam

program konseling komprehensif, salah satunya sangat

penting untuk menetapkan kalender kegiatan. Kalender

seharusnya diatur dengan menghtung waktu konselor

sekolah yang dapat dialokasikan untuk penyelenggaraan

berbagai format pelayanan.

Pengorganisasian waktu dan kegiatan menjadi

sangat penting demi keterarahan pelaksanaan program.

Model yang dipublikasikan oleh ASCA merekomendasikan

konselor sekolah menghabiskan mayoritas waktunya dalam

memberikan pelayanan kepada siswa. Penelitian

merekomendasikan konselor menghabiskan waktu 80% untuk

memberikan pelayanan kepada siswa dan 20% menghabiskan

wantu mereka pada aktivitas dukungan sistem.

Berdasarkan panduan yang dipublikasikan ASCA

(2006: 13) bahwa sistem manajemen konseling sekolah

komprehensif terkait dengan hal-hal berikut:

1. “Use of Time: A comprehensive school counseling program

requires a counselor’s time to be spent on direct service and eliminates

non-school-counseling tasks”. Dalam melaksanakan kegiatan/

17

program tentunya membutuhkan waktu dan perhatian

penuh dari konselor.

2. “Management Agreements: Statements of agreement between

the counselor and the administrator clearly outline areas of

responsibility to which a counselor is responsible for the year”.

Diperlukan persetujuan administrator terhadap

program yang disusun dan kemudian dilakukan

akuntabilitas.

3. “Advisory Council: The role of an advisory council is to review

guidance program results and to make recommendations. This group

is made up of students, school personnel, parents, and community

members”. Program Konseling sekolah komprehensif

membutuhkan dewan penasihat yang dapat mengkaji

hasil dari program bimbingan dan kemudian membuat

rekomendasi. Dewan ini terdiri dari siswa, personil

sekolah, orang tua, dan anggota komunitas.

4. “Use of Data: School counselors must show that each activity

implemented is based on a careful analysis of students’ needs,

achievement and related data. Data is necessary to determine where

the school-counseling program is now, where it should be and where it

is going. As pieces of data are analyzed gaps will be identified to

adjust to the current population of students”. Dalam menyusun

program konseling komprehensif diperlukan data-data

yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan

18

sasaran pelayanan. Data dapat dihasilkan melalui

penggunaan instrumen-instrumen pengukuran. Dengan

pengukuran akan diperoleh kesenjangan-kesenjangan

pada peserta didik.

5. “Action Plans: Action plans that strategies are in place for

programming to meet the needs of every student. Guidance

curriculum action plans include: the domain, standard and

competency addressed, description of guidance lesson activity,

curriculum or materials to be used, time activity takes to complete, the

person responsible for program delivery, and the means of evaluating

student success”. Perencanaan kegiatan merupakan

strategi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan

peserta didik. Perencanaan kegiatan termasuk di

dalamnya domain, standar dan kompetensi, deksripsi

dari aktvitas pembelajaran, kurikulum ataupun bahan

yang digunakan, waktu yang dibutuhkan, tanggung

jawab personal terhadap program dan evaluasi

kesuksesan pelayanan.

F. Akuntabilitas

Akuntabilitas dalam bimbingan dan konseling

adalah perwujudan kewajiban konselor/guru BK atau unit

organisasi (bimbingan dan konseling) untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya

19

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

melalui media pertanggungjawaban berupa laporan

akuntabilitas kinerja secara periodik. Dalam hal ini

konselor/guru BK berkewajiban untuk menjawab dan

menjelaskan kinerja dari tindakannya atau badan yang

membawahinya kepada pihak-pihak yang memiliki hak

untuk meminta jawaban atas kewenangan yang telah

diberikan untuk mengelola sumber daya tertentu.

Untuk mampu melaksanakan akuntabilitas seorang

konselor sekolah haruslah mampu dan mahir dalam

menggunakan berbagai alat instrumen pengukuran dan

menggunakan data yang diperoleh melalui proses

pengukuran.

G. Pertimbangan dalam Menerapkan Comprehensive Counseling

School

Pertimbangan dalam menerapkan Comprehensive

Counseling School (ASCA National Model) (Hatch & Bowers

dalam Erford, 2005: 224) :

1. Harus ada pembeda standar konseling sekolah untuk

setiap siswa, standar konseling sekolah untuk

program ini, dan standar konseling sekolah untuk

konselor sekolah profesional.

2. Sebuah program konseling sekolah harus menyediakan

kerangka kerja yang memungkinkan fleksibilitas bagi

20

Negara bagian dan distrik sekolah untuk membuat

program berdasarkan kebutuhan individual daerah

serta akuntabilitas.

3. Sebuah program konseling sekolah harus menjadi

bagian integral untuk meningkatkan prestasi akademik

siswa, terutama dalam memfasilitasi peningkatan

prestasi akademik, dan harus membantu menetapkan

standar tinggi untuk prestasi siswa .

4. Sebuah program konseling sekolah harus berbasis pada

data.

5. Program konseling sekolah harus dikembangkan dan

dilaksanakan masing-masing daerah yang luas, bukan

hanya di sekolah masing-masing .

6. Keberhasilan pengembangan dan pelaksanaan program

konseling sekolah bergantung pada kolaborasi

komunitas sekolah .

7. Program konseling sekolah menyediakan bimbingan

secara khusus untuk menangani kebutuhan setiap

siswa, khususnya siswa dari beragam budaya, status

sosial - ekonomi rendah dan lainnya.

8. Sebuah program konseling sekolah memberdayakan

konselor sekolah profesional dan mengajarkan mereka

bagaimana bekerja dengan administrator untuk

21

menetapkan kembali kegiatan, seperti penjadwalan dan

test.

9. Rancangan program konseling sekolah meliputi

akuntabilitas atau pengukuran hasil pelayanan.

10. Untuk memfasilitasi adopsi dari program

konseling sekolah, ASCA akan mengidentifikasi dan

menyebarkan praktik yang terbaik untuk merancang,

mengembangkan, mengkoordinasikan, melaksanakan,

mengevaluasi, dan meningkatkan program.

11. Sebuah program konseling sekolah harus mencakup

rencana untuk penggunaan waktu konselor yang efektif

dalam pelayanan.

12. Sebuah program konseling sekolah harus bersifat

preventif dalam desain dan perkembangan.

13. Konselor sekolah profesional memainkan peran

kepemimpinan dalam mendefinisikan dan melaksanakan

program konseling sekolah.

14. Konselor sekolah profesional dan berlisensi

harus menerapkan program konseling sekolah .

15. Dalam program konseling sekolah, konselor

sekolah profesional bekerja sebagai agen perubahan

dalam sistem pendidikan untuk mengadvokasi kebutuhan

siswa dan hasil belajar siswa.

22

16. Konselor sekolah profesional harus menggunakan

data untuk memberikan pelayanan kepada siswa.

17. Sebuah program konseling sekolah memanfaatkan

teknologi untuk melaksanakan program, untuk

melakukan advokasi program, dan untuk mengumpulkan,

menganalisis, dan menafsirkan data.

18. Dalam program konseling sekolah, konselor

sekolah berusaha untuk melakukan perbaikan secara

terus menerus dan menggunakan hasil untuk terus

meningkatkan program untuk siswa.

23

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Comprehensive Counseling School merupakan program

yang terintegrasi dengan sistem Pendidikan di satuan-

satuan Pendidikan. Dinamakan comprehensive dikarenakan

program bimbingan dan konseling yang disusun

didasarkan atas keseluruhan aspek perkembangan dan

pertumbuhan sasaran pelayanan konseling.

Karakteristiknya antara lain: (1) menyediakan berbagai

layanan konseling sekolah, (2) memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mempelajari keterampilan,

pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk

perkembangan yang sehat, (3) mewujudkan misi sekolah,

(4) melengkapi program sekolah lainnya; dan (5)

melibatkan semua staf sekolah, orang tua, dan anggota

masyarakat. Tujuan Comprehensive School Counseling

secara umum adalah mengembangkan aspek pribadi/social,

akademik dan karir dengan komponen di dalamnya yang

meliputi perencanaan individual, layanan responsif,

kurikulum pengembangan siswa, dan dukungan sistem.

Berdasarkan uraian mengenai struktur bimbingan

dan konseling komprehensif, maka struktur tersebut

dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu layanan dasar

24

bimbingan, layanan responsif, perencanaan layanan

individual, dan dukungan sistem. Layanan dasar

bimbingan berkaitan dengan layanan bantuan bagi

peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di

luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam

rangka membantu siswa mengembangkan potensinya secara

optimal. Untuk layanan responsif layanan ini merupakan

layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki

kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan

(pertolongan) dengan segera dan bertujuan untuk

membantu siswa memenuhi kebutuhannya yang dirasakan

pada saat ini, atau para siswa yang dipandang

mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangannya.

Mengeani Layanan perencanaan individual, layanan

ini dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada

semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan

perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan

kekuatan dan kelemahan dirinya, selain itu juga

bertujuan untuk membantu individu membuat dan

mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir,

dan social pribadinya.  Sedangkan dukungan system

merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang

secara tidak langsung memberaikan bantuan kepada

25

siswa, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan

siswa yang meliputi dua layanan yaitu pemberian

layanan dan kegiatan manjemen.

B. Saran

1. Pelayanan bimbingan dan konseling harus diusahan

secara maksimal agar peserta didik mampu menuju

kemandirian.

2. Diperlukan bantuan dari setiap elemen yang terkait

agar tujuan dari bimbingan dan konseling

komprehensif tersebut dapat terwujud.

3. Setiap peserta didik seharusnya memiliki hak yang

sama dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

4. Kepada mahasiswa bimbingan dan konseling, guru

Bimbingan dan Konseling, Konselor, serta pihak-

pihak yang terkait dengan pelayanan Konseling untuk

terus meningkatkan wawasan, pengetahuan,

keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) dalam bidang

bimbingan dan konseling.

26

DAFTAR PUSTAKA

ASCA team. 2005. ASCA National Model: A Framework for SchoolCounseling Programs. Alexandria: ASCA. (on-line.https://www.schoolcounselor.org/asca/media/asca/PositionStatements/PS_ComprehensivePrograms.pdf. Diaksestangal 20 Maret 2015).

Sugiyo. 2012.Manajemen Bimbingan dan Konseling diSekolah. Semarang: Widya            Karya.

Suherman, Uman. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling.Bandung: Rizqi    Press.

Supratiknya. 2010. Manjemen Bimbingan dan KonselingKomprehensif.Yogyakarta:         USD.

27