buletin stasiun meteorologi radin inten ii lampung - edisi xlxi

44

Transcript of buletin stasiun meteorologi radin inten ii lampung - edisi xlxi

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN METEOROLOGI KLAS I RADIN INTEN II LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km. 28 Branti Lampung Selatan 35364

Telp. (0721) 7697093 Fax. (0721) 7697242 Email : [email protected] Website :

www.stametlampung.com

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Lampung telah menerbitkan BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG Edisi XLXI – MARET 2021. Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung Edisi XLXI - Maret 2021 ini memuat informasi cuaca berupa hasil analisa cuaca bulan Februari 2021 dan prakiraan cuaca untuk bulan April 2021, pelayanan jasa meteorologi, artikel/tulisan ilmiah terkait ilmu meteorologi dan informasi lain yang sekaligus merupakan salah satu produk Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Lampung. Buletin Stasiun Meteorologi ini sebagai media dalam penyampaian informasi kepada pengguna jasa meteorologi dan masyarakat umum di wilayah Lampung. Kami menyadari bahwa Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi tampilan maupun isinya. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan buletin berikutnya. Tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berperan serta dalam pembuatan buletin ini.

KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I RADIN INTEN II LAMPUNG

KUKUH RIBUDIYANTO, S.Si, M.Si NIP. 19700521 199503 1 001

BMKG

BULETIN STASIUN METEOROLOGI

RADIN INTEN II LAMPUNG

EDISI XLXI – MARET 2021

PELINDUNG: KUKUH RIBUDIYANTO, M.Si Kepala Stasiun Meteorologi PENANGGUNG JAWAB: Rudi Harianto, S.Kom, M.Si Koordinator Bidang Data dan Informasi Kasroh, S.T Koordinator Observasi Darmaini, S.T Kasubag Tata Usaha KETUA: Damil Amidayantik, S.T REDAKTUR: Armansyah, S.T Rahmat Subekti, A.Md Intan Prayuda W, A.Md Ramadhan N, S.Tr Rizal Hidayat, A.Md Ayu Zulfiani, S.Tr EDITOR: Fahrizal, S.P, M.Si Adi Saputra, S.Si SEKRETARIAT/DISTRIBUSI: Heri Setio Widodo, S.P Nastiti Mayarosa, S.E Ira Marby HS, A.Md

TIM REDAKSI

i | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung Edisi XLXI – Maret 2021

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

DAFTAR ISI

Data Stasiun 1 Profil dan Sejarah Stasiun 3 Istilah Meteorologi 5 I. EVALUASI KONDISI CUACA WILAYAH LAMPUNG BULAN FEBRUARI 2021 10

A. Kondisi Dinamika AtmosferWilayah Lampung Bulan Februari 2021 10

B. Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan Wilayah Lampung Bulan Februari 2021 13

II. PRAKIRAAN KONDISI CUACA WILAYAH LAMPUNG BULAN APRIL 2021 15

A. Kondisi Dinamika Atmosfer Wilayah Lampung Bulan April 2021 15

B. Prakiraan Kondisi Cuaca Wilayah Lampung Bulan April 2021 19

C. Kesimpulan 19

III. ANALISA UNSUR CUACA DI WILAYAH BRANTI DAN INFORMASI POTENSI CUACA

EKSTRIM WILAYAH LAMPUNG BULAN FEBRUARI 2021

A. Analisa Cuaca Wilayah Branti dan Sekitarnya Bulan Februari 2021 21

1. Curah Hujan 21

2. Suhu Udara 21

3. Kelembaban Udara 22

4. Tekanan Udara 23

5. Lama Penyinaran Matahari 23

6. Intensitas Radiasi Matahari 24

7. Evaporasi (Laju Penguapan) 25

8. Arah dan Kecepatan Angin 25

B. Informasi Potensi Cuaca Ekstrim Wilayah Lampung Bulan Februari 2021 27

IV. TULISAN/ARTIKEL ILMIAH/ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM 1. “Kajian Seismisitas Wilayah Lampung dan Sekitarnya Periode Tahun 2020

Oleh Trismahargyono. 28 2. “Analisis Seismisitas Berdasarkan Data Intensitas dan Magnetudo Gempa

Bumi Periode 2000-2019 Menggunakan Metode Gutenberg Richter di Wilayah Lampung dan Sekitarnya Oleh Vibriana Septa Rini 33

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

DATA STASIUN

NAMA STASIUN :STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG KODE STASIUN (WMO) : 96295

KLASIFIKASI STASIUN : STASIUN METEOROLOGI KLAS I

ALAMAT STASIUN : Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km. 28 Branti Lampung Selatan 35364 Telp. (0721) 7697093 Fax. (0721) 7697242 Email : [email protected] Website : www.stametlampung.com

KOORDINAT STASIUN : 05.16o LS, 105.11 oBT

KETINGGIAN : 85 Meter DPL

NAMA PEGAWAI : Kukuh Ribudiyanto, S.Si, M.Si (Kepala Stasiun) 1. Darmaini, ST (Kepala Sub Bagian Tata Usaha) 2. Rudi Harianto, S.Kom, M.Si (Koordinator Bidang Data dan Informasi) 3. Kasroh,ST (Koordinator Bidang Observasi) 4. Damil Amidayantik, ST 5. Rustam Jaya Budiawan Kamba, ST 6. Fahrizal, SP, M.Si 7. Antomi Aria Desca, ST 8. Heri Setio Widodo, SP 9. Armansyah, ST 10. Adi Saputra, S.Si 11. Rizal Hidayat , A.Md 12. Wisnu Virgiawan, A.Md 13. Rahmat Subekti, A.Md 14. Intan Prayuda Wulandari, A.Md 15. Ramadhan Nurpambudi, S.Tr 16. Ardiansyah, ST 17. Agustinus Kurniawan, S.Kom 18. Sutiyo, ST 19. Thoha 20. Ayu Zulfiani, S.Tr 21. Suci Ariyanti, SE 22. Ratri Eko Hapsari, SE 23. Nastiti Mayarosa, SE 24. Ira Marby HS, A.Md 25. Hanif Amri Fathulhuda, S.Tr

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

PERALATAN METEOROLOGI MODERN : 1. VSAT – IP 2. AWS (Automatic Weather Station): Jinyang, Metsys, Cimel Electrique, Casella 3. Actinograph 4. Radar Cuaca 5. Software Program Alert Gempa 6. Ultrasonic Tihicness Gauge 7. Analisa Parameter (Synergie) 8. Satelit : MTSAT, NOAA GSR 9. AWOS (Automatic Weather Observating System)

PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL : 1. Sangkar Meteorologi 2. Penakar Hujan Otomatis 3. Penakar Hujan Tipping Bucket Mekanis 4. Campbell Stockes 5. Bimetal Solarigraph 6. Anemometer Digital 7. Thermohygrograph 8. Panci Penguapan 9. Alat Polusi Udara (HV Sampler & AAWS) 10. Theodolite 11. Barometer Air Raksa 12. Thermometer Max/Min 13. Cup Counter Anemometer 14. SSB 15. Penakar Hujan OBS 16. Penakar Hujan Tipping Bucket Remote 17. Thermometer BB/BK 18. Barograph 19. Tabung Gas 20. Barometer Digital

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

PROFIL DAN SEJARAH STASIUN

Profil Stasiun Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964 tanggal 8 maret 1964 dengan luas wilayah 3.301.784 ha. Luas daratan sekitar 35.376 km2 dengan garis pantai 1.105 km. Secara geografis terletak pada 103.05o – 103.45o BT dan 03.45o – 06.45o LS, sehingga secara umum Provinsi Lampung beriklim tropis. Berdasarkan tipe iklim Oldeman, wilayah bagian barat Lampung bertipe iklim A dan B, sedangkan bagian timur Lampung bertipe iklim C,D dan E. Pola musim wilayah Lampung pada umumnya berpola monsunal, dimana terdapat perbedaan yang nyata antara musim penghujan dan kemarau serta mempunyai satu puncak musim. Dengan beragamnya tipe iklim yang terdapat di wilayah Lampung, maka sumber daya alamnya sangat melimpah, terutama padi dan hasil perkebunan. Untuk menunjang kesinambungan sebagai Provinsi Lumbung Pangan, maka peran serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sangat diperlukan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Lampung telah berdiri sejak tahun 1963 dan terdiri dari beberapa stasiun. Stasiun Meteorologi Radin Inten Lampung memiliki peranan untuk memberikan pelayanan khusus penerbangan kepada Bandara Radin Inten II Lampung (ketika itu Bandara Branti). Selanjutnya mulai tahun 1976 pelayanan Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung tidak hanya melayani penerbangan saja, namun ditingkatkan pada pelayanan iklim dan mendapatkan tugas tambahan sebagai Stasiun Koordinator BMKG Provinsi Lampung. Untuk pelayanan kegempaan dimulai tahun 1982 dengan berdirinya Stasiun Geofisika Kotabumi di Mulang Maya, Kabupaten Lampung Utara. Seiring dengan makin meningkatnya akan permintaan jasa iklim untuk pertanian, perkebunan dan lingkungan hidup maka pada tahun 1995 didirikan Stasiun Klimatologi Masgar Tanjungkarang, sedangkan untuk melayani jasa meteorologi perairan, maka pada tahun 1999 dibukalah Stasiun Meteorologi Maritim Lampung yang berlokasi di Pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung. Dengan bantuan pemerintah Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2006 didirikan Stasiun BMKG Terpadu Liwa, yang kegunaannya adalah untuk pelayanan kegempaan dan iklim daerah Lampung Barat pada khususnya. Pembangunan stasiun BMKG Terpadu seperti penyediaan lahan dan infrastruktur difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, sedangkan BMKG hanya menyediakan peralatan dan sumber daya manusianya.

Sejarah Stasiun Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma. Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada

tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan

gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal seismograf

Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.

Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan

sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerbangan pada tahun 1930.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 - 1945, nama instansi meteorologi dan

geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada

tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang

berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani

kepentingan Angkatan Udara.

Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum

dan Tenaga Kerja. Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisikadiambil alih oleh

Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst.

Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah

Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta. Pada tahun 1949,

setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en

Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen

Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk

sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO)

dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia

with WMO.

Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga

Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan pada tahun 1960 namanya

dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan

Udara. Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, namun

kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun 1972, Direktorat

Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, yaitu suatu

instansi setingkat Eselon II dibawah Departemen Perhubungan dan pada tahun 1980 stasiunnya

dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat Eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan

Geofisika dan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Terakhir pada tahun 2002,

dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah

menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi

dan Geofisika. Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi

dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen. Pada tanggal 1 Oktober 2009

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

ISTILAH METEOROLOGI

Anomali adalah penyimpangan nilai kuantitas suatu elemen meteorologi dalam suatu wilayah dari nilai rata-rata (normal) untuk periode waktu yang sama. Badai Tropis (Tropical Cyclone)adalah pusaran angin pada sistem tekanan rendah yang mempunyai kecepatan angin lebih dari 34 knot di lautan luas.

Perbedaan antara Badai Tropis/Siklon/Typhoon/Hurricane dan Putting Beliung

Kriteria Siklon/Typhoon/Hurricane Puting Beliung

Daerah tumbuhnya Selalu di laut, diatas lintang 10° LU maupun LS

Sering di darat, di laut namanya Water spout

Periode ulang

Selatan Equator Indonesia: Desember – April Utara Equator Indonesia : Mei – November

Lebih sering di musim transisi, bias juga pada musim penghujan, Tidak mempunayi siklus dan tidak ada angin putting beliung susulan

Arah gerakan Selalu menjauhi lintang Indonesia, dan tidak mungkin melintasi kepulauan di Indonesia

Tergantung arah gerakan awan Cumulunimbus (Cb).

Proses terjadinya Perbedaan tekanan dalam skala yang luas

Hanya dari awan Cb bukan dari pergerakan awan Cb

Deteksi 3 hari sebelumnya Terdeksi 0.5 – 1 jam sebelumnya

Waktu terjadinya Tidak tentu, bias siang, malam maupun pagi hari

Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, malam hari sangat jarang

Kecepatan Angin Minimum 35 knots (63 Km/jam), bisa lebih dari 90 knots

30 – 40 atau 50 knots, durasi sangat singkat

Lamanya 1 – 3 hari 3 menit, maksimum 5 menit

Sifat Kerusakan yang sangat hebat Hanya atap rumah dan tiang atau pohon yang tinggi, rimbun dan rapuh yang tumbang

Luas daerah yang rusak

200 km 5 – 10 km

Climate Change (Perubahan Iklim) adalah perubahan signifikan jangka panjang dari pola cuaca rata-rata di suatu wilayah atau secara global dalam periode waktu yang signifikan. Cold Surge adalah aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, biasa terjadi pada saat di wilayah Asia memasuki musim dingin. Cuaca adalah keadaan/fenomena fisik dari atmosfer (yang berhubungan dengan Suhu, Tekanan Udara, Angin, Awan, Kelembaban udara, Radiasi, Jarak Pandang/Visibility, dsb) di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Cuaca Ekstrim adalah keadaan atau fenomena fisis atmosfer di suatu tempat, pada waktu tertentu dan berskala jangka pendek dan bersifat ekstrim. BMKG mengkategorikan cuaca termasuk ekstrim apabila :

1. Suhu udara permukaan ≥ 35°C 2. Kecepatan angin ≥ 25 knots 3. Curah hujan dalam satu hari ≥ 50 mm

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Cumulunimbus (Cb)adalah jenis awan yang terlihat gelap (warna hitam pekat dan bergumpal berbentuk bunga kol).Akibat dari jenis awan ini menimbulkan hujan lebat, angin kencang dan petir/kilat/guntur berdurasi singkat. Dasarian adalah rentang waktu 10 harian. Dipole Mode adalah fenomena interaksi laut – atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung dari perbedaan nilai (selisih) antara anomalisuhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Pada saat Dipole Mode Indeks (DMI) positif, maka kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera sedikit sehingga curah hujan di wilayah tersebut cenderung berkurang. Jika Dipole Mode Indeks (DMI) negatif, maka kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera akan banyak sehingga curah hujan di wilayah tersebut akan bertambah. Divergensi adalah angin dalam bentuk beraian horizontal, akan terlihat jalas pada lapisan 200 mb. Downburst adalah sentakan udara dingin dari awan Cb (Comulusnimbus) ke permukaan bumi dari kejadian Thunderstorm atau Shower. Meliputi area dengan diameter ≤ 4 km dalam durasi waktu singkat kurang dari 5 menit. Eddy adalah sirkulasi di atmosfer yang memiliki vortisitas dalam suatu area atau pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy maka cenderung banyak hujan. El Nino adalah fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai memanasnya suhu muka laut di Ekuator Pasifik Timur (Nino 3) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya). Fenomena ini menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Gusty adalah fluktuasi kecepatan angin yang berubah signifikan secara tiba-tiba dalam durasi singkat biasanya dalam beberapa detik. Berasal dari awan Cumulonimbus (awan Cb).Puncak angin harus mencapai sekurang-kurangnya 16 knots dan variasi antara puncak dan kecepatan terendah adalah sekurang-kurangnya 10 knots. Hail (Hujan Es) adalah bentuk presipitasi yang terdiri dari butiran es yang tidak teratur, berdiameter antara 5 – 150 mm. Hail terbentuk dalam awan badai (awan Cb) ketika butiran air super dingin membeku saat bertumbukan dengan inti kondensasi. Biasanya fenomena ini terjadi pada saat udara disekitarnya panas. Iklim adalah aspek dari cuaca di suatu tempat dan pada waktu tertentu dalam jangka panjang. Contoh : Evaluasi dan Prakiraan Hujan Bulanan, Prakiraan Musim Hujan dan Kemarau. Intensitas Curah Hujan (mm)

Kriteria Curah Hujan mm/hari mm/jam

Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm

Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm

Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm

Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

ITCZ adalah sabuk tekanan rendah, merupakan daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas, biasanya berada antara 10° LU - 10° LS dekat ekuator. Pada daerah-daerah yang dilintasi ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan lebat. Konveksi adalah proses pemanasan vertikal yang membawa uap air pada siang hari sehingga dapat membantu pembentukanawan tebal menjulang tinggi, biasanya terjadi hujan tiba-tiba, petir dan angin kencang. Konvergensi adalah gerakan angin dalam bentuk arus masuk horizontal ke suatu daerah atau mengumpulnya massa udara di suatu daerah yang membantu untuk pembentukan awan tebal. Konvergensi juga merupakan penurunan kecepatan angin. La Nina adalah kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di wilayah timur ekuator di lautan Pasifik, ditandai dengan anomalisuhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di ekuator Pasifik tengah (Nino 3.4). Fenomena ini menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia meningkat. Madden Julian Oscillation (MJO) adalah fluktuasi musiman atau gelombang atmosfer yang terjadi di kawasan tropik. MJO berkaitan dengan variable cuaca penting di permukaan maupun lautan pada lapisan atas dan bawah. MJO mempunyai siklus sekitar 30 – 60 harian. MJO dalam pengertian awam bisa didefinisikan dengan istilah penambahan gugusan uap air yang menyuplai dalam pembentukan awan hujan. Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca. Monsoon adalah suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia. Musim Hujan adalah musim yang ditandai dengan curah hujan yang terjadi dalam satu dasarian sebesar 50 mm atau lebih yang diikuti oleh dasarian berikutnya atau dalam satu bulan terjadi lebih dari 150 mm. Musim Kemarau adalah musim yang ditandai dengan curah hujan yang terjadi dalam satu dasarian kurang dari 50 mm dan dalam satu bulan kurang dari 150 mm. Masa Pancaroba adalah musim dengan pola hujan lebih sering turun pada siang hari atau malam hari dan dapat terjadi selama 2 – 5 hari berturut-turut, intensitas hujan ringan sampai sedang, juga disertai dengan angin kencang dan petir, angin bertiup dari arah selatan sampai tenggara. Awal musim pancaroba ditandai dengan hujan yang terjadi mempunyai pola tidak menentu, terkadang turun pada malam, siang atau pagi hari dan tidak kontinyu, intensitas hujan ringan sampai sedang terkadang diiringi dengan petir, angin bertiup dari arah tenggara/timur, frekuensi turunnya hujan tidak terlalu sering dan sinaran matahari masih banyak.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Normal Curah Hujan 1. Rata-rata curah hujan bulanan : nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan

periode minimal 10 tahun. 2. Normal curah hujan bulanan : nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama

periode 30 tahun. 3. Standarnormal curah hujan bulanan : nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan

selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari 1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.

Outgoing Longwave Radiation (OLR) adalah energi radiasi yang memancar dari bumi ke atmosfersebagai radiasi inframerah dengan energi yang rendah.OLR juga merupakan energi elektromagnetik yang dipancarkan dari permukaan bumi dalam bentuk radiasi termal. Fluks energi yang diangkut oleh radiasi gelombang panjang keluar diukur dalam W/m². Rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang masuk ke darat akibat air pasang berkaitan dengan gaya tarik bumi, bulan dan matahari. Shower adalah hujan tiba-tiba yang turun dari awan gelap pekat. Biasanya daerah di sekitarnya terlihat cerah dan umumnya waktunya tidak lama hanya dalam hitungan menit. Shearline adalah sebuah garis atau zona lintasan yang terdapat atau terjadi perubahan mendadak tiba-tiba pada komponen sejajar angin horizontal. Sifat Hujanadalah perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:

1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 %-115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.

SkalaBeaufort adalah ukuran empirisyang berkaitan dengan kecepatan angin untuk pengamatan kondisi di darat atau di laut.Skala Beaufort menggunakan angka dan simbol.Semakin besar angka skala Beaufort, maka semakin kencang angin berhembus dan bahkan bisa semakin merusak. Skala Beaufort dimulai dari angka 1 untuk embusan angin yang paling tenang sampai angka 12 untuk embusan angin yang dapat menyebabkan kehancuran. Squall/Angin ribut adalah sentakan angin kuat tiba-tiba dengan kecepatan meningkat sekurang-kurangnya 16 knots dan diteruskan sampai 22 knot atau lebih dalam waktu paling tidak 1 menit. Intensitasnya dan durasinya lebih lama daripada gusty. Sea Surface Temperature (SST) atauSuhu Muka Laut (SML) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia.SST di wilayah Indonesia memiliki hubungan timbal balik terhadap wilayah Samudera Pasifik tepatnya wilayah Nino 3.4. Kondisi SST di wilayah Indonesia dan Samudera Pasifik mempengaruhi banyaknya curah hujan di Indonesia, jika kondisi SST indonesia menghangat dan Samudera Pasifik mendingin, maka curah hujan diwilayah Indonesia akan bertambah, kondisi ini disebut dengan La-Nina dan El-Nino untuk keadaan sebaliknya. Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan Cumulunimbus dengan permukaan tanah.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Turbulensi adalah gerakan udara yang tidak teratur dan seketika yang dihasilkan dari sejumlah eddy kecil yang menjalar di udara. Hal ini disebabkan fluktuasi aliran angin yang acak, konvektif, zona font, variasi suhu dan tekanan. Wind Shearadalah perubahan rata-rata arah dan kecepatan angin terhadap jarak. Wind shear merupakan fenomena meteorologi skala mikro yang terjadi pada jarak yang sangat kecil namun dapat diasosiakan dengan skala sinoptik seperti squall line dan front dingin.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

I. EVALUASI KONDISI CUACA WILAYAH LAMPUNG

BULAN FEBRUARI 2021

A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER WILAYAH LAMPUNG BULAN FEBRUARI

2021 Analisis suhu muka laut hingga dasarian III bulan Februari 2021, menunjukkan perairan di sekitar wilayah Lampung secara umum pada kondisi netral hingga dingin. Suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian timur hingga tengah didominasi kondisi dingin dan meluas ke bagian barat. Di Samudera Hindia, anomali suhu muka laut bagian barat didominasi kondisi netral hingga dingin, sedangkan di bagian timur terjadi kondisi dingin hingga hangat. Analisis indeks ENSO pada bulan Februari 2021 masih menunjukkan La Nina dengan nilai indeks berkisar -0.97 yang menunjukkan kondisi La Nina masih berlangsung namun intensitasnya sedikit melemah pada bulan sebelumnya. Analisis indeks IOD (Indian Oscillation Dipole), mengindikasikan kategori Dipole Mode (DM) netral dengan nilai indeks sebesar +0,04. Dari faktor suhu muka laut, secara umum kondisi dingin di perairan sekitar Lampung kurang berkontribusi pada pertumbuhan awan konvektif di wilayah Lampung. Indeks ENSO yang menunjukkan La Nina hingga dasarian III Februari 2021, dapat berpengaruh pada penambahan pasokan massa udara di wilayah Lampung. Pada bulan Februari 2021, posisi matahari pada gerak semu tahunannya mulai mendekati ekuator. Posisi matahari pada bulan Februari 2021 memberikan pengaruh signifikan pada pergerakan massa udara yang melintasi wilayah Indonesia atau wilayah Lampung pada khususnya yaitu sudah didominasi pergerakan massa udara dari arah benua Asia atau belahan bumi utara (BBU).

Gambar 1.Peta anomalisuhumukalautDasarian III Februari 2021

(Sumber : https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg)

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

(a)

(b)

Gambar 2.a. Grafik Model Prediksi ENSO, b. Grafik Model Prediksi IOD bulan Februari 2021 (Sumber :https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg)

Berdasarkan analisis indeks monsun, selama bulan Februari 2021, Monsun Asia aktif dan terus aktif hingga dasarian III Maret 2021. Sedangkan Monsun Australia pada bulan Februari 2021 terpantau tidak aktif. Monsun Asia memberikan kontribusi yang cukup kuat pada pembentukan awan – awan hujan di wilayah Lampung sebagaimana karakteristik hujan di Lampung merupakan tipe monsunal.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 3. Grafik Indeks Monsun Asia dan Monsun Australia bulan Februari 2021

(Sumber :https://www.bmkg.go.id/iklim/dinamika-atmosfir.bmkg)

Berdasarkan data angin zonal dan meridional bulan Februari 2021, aliran udara di wilayah Lampung telah didominasi dari arah baratan – utara. Kondisi tersebut sebagaimana pengaruh dari Monsun Asia yang aktif pada bulan Februari 2021. Selama bulan Februari 2021, cukup sering terbentuknya tekanan rendah di sekitar Lampung. Kondisi tersebut juga berimbas pada pembentukan pola konvergensi dan belokan angin yang melintasi Lampung dengan frekuensi yang juga cukup sering.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 4.Peta analisis streamline bulan Februari 2021

(Sumber :http://bmk_Pusat/Informasi_Iklim/Dinamika_Atmosfir.bmkg )

B. ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN WILAYAH LAMPUNG BULAN

FEBRUARI 2021 Monsun Asia yang sedang aktif dan membawa massa udara basah dari BBU, memberikan pengaruh yang kuat pada peningkatan hujan selama bulan Februari 2021 di wilayah Lampung. Pada buan ini wilayah Lampung masih masuk musim hujan, sebagaimana berdasarkan data curah hujan dan Hari Tanpa Hujan (HTH) pada bulan Februari 2021.

Gambar 5.Peta analisis jumlah curah hujan dasarian I Februari 2021

(Sumber :Pengolahan Data Stasiun Klimatologi Pesawaran )

Analisis jumlah curah hujan pada dasarian I bulan Februari 2021 secara umum berada pada kategori menengah - tinggi. Daerah yang masih masuk pada kategori rendah pada dasarian I diantaranya Pesisir Barat bagian tengah dan utara, Tanggamus bagian timur, Lampung Barat bagian Barat Daya dan Tulang Bawang bagian utara yang berkisar antara (20 – 50 mm).

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 6.Analisis curah hujan Prov. Lampung dasarian II bulan Februari 2021

(Sumber : Data Pengolahan Curah Hujan Stasiun Klimatologi Pesawaran)

Pada dasarian II, terpantau curah wilayah Lampung masih berada pada katagori menengah – tinggi. Daerah yang curah hujannya masih masuk pada kategori rendah rendah pada dasarian II diantaranya Pringsewu bagian tengah, Mesuji bagian utara, Lampung Barat bagian Barat Daya, Tanggamus bagian selatan, Tulang Bawang bagian Barat Daya, Pesawaran bagian Selatan, Pesisir Barat bagaian Tengah yang berkisar antara (10 – 50 mm). Secara umum dari Gambar 7, curah hujan pada dasarian III mengalami penurunan yang signifikan, jumlah curah hujan berada dikisaran (10 – 75 mm) masuk dalam kategori rendah - menengah. Namun beberapa wilayah di Lampung mengalami curah hujan sangat tinggi yang berkisar antara (200 – 300 mm) diantaranya kabupaten Lampung Utara kecamatan Abung Barat dan Sungkai Barat, Pesisir Barat kecamatan Pesisir Tengah, dan Mesuji kecamatan Rawa Jitu Utara

Gambar 7.Analisis curah hujan Prov. Lampung dasarian III bulan Februari 2021

(Sumber : Data Pengolahan Curah Hujan Stasiun Klimatologi Pesawaran)

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

II. PRAKIRAAN KONDISI CUACA WILAYAH LAMPUNG

BULAN APRIL 2021

A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER WILAYAH LAMPUNG BULAN APRIL 2021 Pada bulan April mendatang posisi matahari berada di belahan bumi bagian utara bergerak menuju ke titik paling utara di 23,5 LU pada bulan Juni. Dengan posisi matahari yang sudah bergerak ke belahan bumi utara maka diprediksi panas laten yang tersimpan di belahan bumi selatan perlahan akan naik ke permukaan laut. Hal ini secara klimatologis masih akan banyak menimbulkan daerah tekanan rendah di belahan bumi selatan. Ketika masih banyaknya tekanan rendah yang terbentuk di belahan bumi selatan maka akan berbanding lurus dengan peluang pembentukan awan-awan hujan di wilayah Lampung khususnya. Bulan April secara klimatologisnya menjadi bulan peralihan antara musim hujan menuju ke musim kemarau, umumnya bulan peralihan ini awan hujan bisa secara tiba tiba terbentuk dan menghasilkan hujan lebat, petir, bahkan puting beliung. Namun kami dari BMKG akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan peringatan dini 1 hari sebelumnya dan 2 jam sebelum hujan lebat terjadi. BMKG memprakirakan La Nina masih berlangsung di bulan April mendatang, paling tidak sampai bulan Mei. Pusat layanan iklim lain seperti Japan Met Agency, ECMWF, NASA, Biro Meterologi Australia juga memperkirakan La Nina masih akan berlangsung dalam beberapa bulan kedepan, namun berbeda dalam memprediksi akhir dari fenomena La Nina. WMO dalam rilisnya 9 Februari 2021, peluang La Nina sampai bulan April sebesar 65%. JMA dalam rilisnya 10 Februari 2021 yang lalu menyatakan ENSO (La Nina) akan normal pada musim semi peluangnya 80%. NOAA dalam rilisnya pada 11 Februarin 2021 menyatakan ENSO (La Nina) akan netral pada musim semi mendatang (April-Juni) peluangnya sebesar 60%. BOM dalam rilisnya 16 Februari 2021 yang lalu menyatakan kondisi La Nina telah melemah, diprediksi akan netral pada musim gugur mendatang. Secara dampak memang sampai saat ini La Nina tidak begitu signifikan untuk wilayah Lampung. Setelah musim hujan berlalu pemerintah harus segera mempersiapkan diri untuk melakukan pencegahan kebakaran lahan agar wilayah Lampung tidak terdampak bencana asap. Berdasarkan peta prediksi untuk kondisi suhu muka laut, wilayah Samudera Hindia masih didominasi anomali positif, sedangkan suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik diprediksi didominasi anomali negatif hingga bulan Agustus tahun 2021. Untuk wilayah Lampung sendiri pada bulan April mendatang diprediksi untuk wilayah perairan barat Lampung sudah dalam kondisi normal, sedangkan untuk perairan timur Lampung masih bernilai positif atau lebih hangat dari kondisi rata-ratanya. Berkaca pada data kebencanaan BNPB di tahun 2020 pada bulan April, terjadi banjir di wilayah Kabupaten Way Kanan (Kecamatan Negeri Agung) tidak tercatat ada kerusakan maupun korban jiwa pada saat itu. Bencana lainnya adalahnya tanah longsor yang terjadi Kota Bandar Lampung (Kecamatan Panjang) yang merusak 2 rumah warga.

Melihat data sebaran hujan pada bulan April tahun 2020 yang lalu, curah hujan tinggi berada di wilayah Kabupaten Mesuji Way Kanan dan Lampung Utara. Curah hujan bulanan di wilayah selatan Lampung cenderung sudah mulai rendah jika dibandingkan dengan wilayah utara Lampung. K ondisi klimatologisnya memang seperti ini setiap tahunnya dimana wilayah selatan Lampung akan lebih dulu memasuki musim kemarau dan paling akhir masuk musim hujan. Jadi memang wilayah selatan Lampung curah hujannya akan selalu lebih rendah dibandingkan dengan wilayah utara atau barat Lampung. Dibulan April mendatang monsun Australia diprediksi akan mulai mendominasi wilayah Lampung, monsun Australia aktif berarti musim kemarau akan berjalan di wilayah Indonesia. Prediksi kami diakhir bulan Maret hingga awal

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

bulan April menda tang sudah mulai masuk fase pancaroba, untuk itu kami menghimbau agar lebih mewaspadai perubahan cuaca yang signifikan selama periode tersebut. Puting beliung atau angin kencang dan juga petir akan lebih intens terjadi karena atmosfer mengalami perubahan fase pada saat itu sehingga lebih sulit untuk diprediksi.

Gambar 1. Prediksi Suhu Muka Laut dan Prediksi Angin 850 mb Bulan April 2021

Indeks Nino 3.4 pada bulan April 2021, BMKG memprediksi La Nina Lemah dengan nilai indeks sebesar (-0.51) ─ (-0.57). Sedangkan indeks Dipole Mode (DMI) diprakirakan memiliki nilai -0.27 yang menunjukkan potensi Dipole Mode dalam kondisi Netral. Pusat layanan iklim lain seperti NASA dan Biro Meterologi Australia juga memperkirakan kondisi IOD Netral masih akan berlangsung setidaknya hingga Mei 2021. Wilayah Lampung sendiri karena lebih dekat dengan Samudera Hindia akan lebih terpengaruh oleh aktifnya IOD ketimbang ENSO. Pengaruh ENSO akan sangat dominan di wilayah timur Indonesia dan semakin barat tentunya pengaruhnya akan semakin minim. Dengan prediksi tidak aktinya IOD pada bulan April mendatang dan mulai aktifnya monsun Australia besar kemungkinan curah hujan akan jauh berkurang dibandingkan bulan Maret. Dalam beberapa tahun terakhir puncak hujan di wilayah Lampung, dimana jumlah curah hujan dalam 1 bulan yang jumlahnya paling banyak adalah bulan Maret. Untuk bulan April

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

mendatang jika anomali suhu mukau laut masih hangat dan kondisi kelembapan udara di lapisan penting seperti lapisan 700mb dan 500mb masih dalam kondisi basah makan masih memungkinkan untuk terjadi awan-awan hujan. Ditambah jika MJO juga aktif pada saat kondisi kelembapan udara basah akan menambah besar pembentukan awan-awan hujan tersebut. Bulan April umumnya bulan terakhir dimana hujan masih cukup sering terjadi, setelahnya di bulan Mei, Juni, hingga September curah hujan akan sangat minim. Untuk gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin pada bulan April diprediksi juga tidak aktif di wilayah Indonesia bagian barat, berdasarkan penelitian gelombang Kelvin tidak jelas teramati selama periode bulan April. Begitu juga dengan gelombang Rossby dengan tidak aktifnya gelombang Kelvin maka gelombang Rossbypun diprediksi tidak aktif selama bulan April. Gelombang Rossby sangat erat kaitannya dengan gelombang Kelvin, gelombang Rossby akan terbentuk ketika gelombang Kelvin bertemu dengan daratan dan memantul kembali, rambatan pantulan inilah yang disebut gelombang Rossby. Panjang gelombang ini bisa lebih dari 1000 kilometer. Perbedaan ENSO (La Nina / El Nino) dengan Dipole Mode adalah lokasi pengamatannya, jika ENSO di wilayah Samudera Pasifik sedangkan Dipole Mode berada di Samudera Hindia. Fenomena keduanya ini mirip dimana merupakan pengamatan anomali suhu muka laut. Madden Julliant Oscillation (MJO) ketika aktif juga masih berperan dalam peningkatan curah hujan di wilayah Lampung. Berdasarkan rata-rata kejadian MJO pada bulan April, pengaruhnya paling besar untuk wilayah Lampung ketika MJO berada kuadran 3 dan 4. Terutama MJO pada kuadran 4 yang dampaknya langsung menyebar di sebagian besar wilayah Lampung. Fenomena MJO sangat mempengaruhi cuaca dan iklim secara global. Namun disadari, bahwa tidak mudah untuk mendeteksi kapan dan dimana aktivitas MJO dominan terjadi, oleh karena itu dibutuhkan teori yang komprehensif untuk menjelaskan fenomena MJO itu sendiri, seperti karakteristik, mekanisme, propagasi, dan struktur vertikal sebelum akhirnya dapat dibuat simulasinya. Secara umum, MJO cenderung paling aktif selama fase netral ENSO dan mengalami fase istirahat saat menguatnya pertistiwa El Nino dan La Nina. Semakin melemahnya La Nina di bulan April mendatang kemungkinan besar MJO bisa berperan aktif untuk menambah pasokan uap air di wilayah Lampung.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 2. Grafik Indeks ENSO dan Dipole Mode Bulan April 2021

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

B. PRAKIRAAN KONDISI CUACA WILAYAH LAMPUNG BULAN APRIL 2021

Gambar 3.Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan wilayah Indonesia bulan April 2021.

C. KESIMPULAN

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

1. Analisis dinamika atmosfer prediksi bulan April 2021 disimpulkan sebagai berikut: ▪ Pada bulan April mendatang posisi matahari berada di belahan bumi utara. ▪ BMKG memprakirakan La Nina masih berlangsung di bulan April mendatang, paling tidak

sampai bulan Mei. Pusat layanan iklim lain seperti Japan Met Agency, ECMWF, NASA, Biro Meterologi Australia juga memperkirakan La Nina masih akan berlangsung dalam beberapa bulan kedepan, namun berbeda dalam memprediksi akhir dari fenomena La Nina.

▪ Dibulan April mendatang monsun Australia diprediksi akan mulai mendominasi wilayah Lampung, monsun Australia aktif berarti musim kemarau akan berjalan di wilayah Indonesia.

2. Indeks Nino 3.4 pada bulan April 2021, BMKG memprediksi La Nina Lemah dengan nilai

indeks sebesar (-0.51) ─ (-0.57). Sedangkan indeks Dipole Mode (DMI) diprakirakan memiliki nilai -0.27 yang menunjukkan potensi Dipole Mode dalam kondisi Netral. Pusat layanan iklim lain seperti NASA dan Biro Meterologi Australia juga memperkirakan kondisi IOD Netral masih akan berlangsung setidaknya hingga Mei 2021. Untuk gelombang atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby pada bulan April diprediksi juga tidak aktif di wilayah Indonesia bagian barat

3. Secara umum wilayah Lampung diprediksi turun hujan sebesar 100-300mm dengan kategori hujan Menengah. Untuk prakiraan hujan di bulan April dengan jumlah >150 mm, peluangnya 90% di sebagian besar wilayah Lampung kecuali wilayah bagian selatan Lampung yang peluangnya 50-70%. Hal ini bisa menjadi indikasi awal datangnya musim kemarau, dimana prediksi curah hujan di wilayah bagian selatan Lampung mulai mengalami penurunan.

4. Untuk sifat hujan selama bulan April mendatang dominan Normal dan Diatas Normal.

Untuk wilayah yang sifat hujannya diatas normal adalah Pesisir Barat, Lampung Barat, Tanggamus, sebagian Way Kanan, Lampung Utara, Pesawaran, Pringsewu, sebagian Lampung Tengah, dan Bandar Lampung.

5. Berdasarkan dari data tahun 2020 untuk bulan April, curah hujan tinggi dominan masih berada di wilayah barat Lampung. Namun ada beberapa titik curah hujan tinggi berada di luar wilayah tersebut seperti Bandar Lampung, Lampung Timur, dan Mesuji.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

III. ANALISA UNSUR CUACA DI WILAYAH BRANTI

DAN INFORMASI POTENSI CUACA EKSTRIM

WILAYAH LAMPUNG BULAN FEBRUARI 2021

A.ANALISA CUACA WILAYAH BRANTI DAN SEKITARNYA BULAN FEBRUARI

2021

1. CURAH HUJAN Akumulasi curah hujan selama bulan Februari 2021 di wilayah Branti sebesar 262.6 mm dengan kejadian sebanyak 23 kali hari hujan. Berdasarkan data klimatologisnya, curah hujan pada bulan Februari 2020 berada pada kondisi Normal. Jumlah curah hujan pada bulan Februari 2021 ini cenderung turun dibandingkan bulan sebelumnya, dimana jumlah curah hujan pada bulan Januari 2021 sebesar 331.1 mm (Normal). Berdasarkan analisis Gambar 1 di bawah, terlihat bahwa di wilayah Branti pada dasarian I akumulasi intensitas curah hujannya sebesar 59.8 mm (9 hari hujan), dasarian II sebesar 135.4 mm (8 hari hujan), sedangkan dasarian III sebesar 67.4 mm (5 hari hujan).

Gambar 1. Grafik Intensitas Curah Hujan Bulan Februari 2021

2. SUHU UDARA Berdasarkan analisis Gambar 2, suhu udara rata-rata harian di wilayah Branti dan sekitarnya pada bulan Februari 2021 sebesar 26.5°C. Nilai rata-rata terendah yang tercapai sebesar 24.7°C terjadi pada tanggal 03 dan nilai rata-rata tertinggi mencapai 28.0°C terjadi pada tanggal 22. Suhu udara maksimum rata-rata sebesar 30.9°C dengan nilai maksimum tertinggi mencapai 32.2°C terjadi pada tanggal 01 serta nilai terendahnya sebesar 29.0°C pada tanggal 03. Untuk suhu udara minimum rata-rata sebesar 23.6°C dengan suhu udara minimum terendah mencapai 22.4°C terjadi pada tanggal 10, nilai tertingginya sebesar 24.6°C terjadi pada tanggal 22.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 2. Grafik Suhu Udara Bulan Februari 2021

3. KELEMBABAN UDARA Laju peningkatan suhu udara akan berbanding terbalik dengan nilai kelembaban udara. Ketika suhu udara naik, maka proses penguapan massa uap airpun akan mengalami laju peningkatan sehingga kandungan uap air di udara akan berkurang. Hal ini yang menyebabkan kandungan massa uap air di udara atau nilai kelembaban udara cenderung menurun dan sebaliknya.

Gambar 3. Grafik Kelembaban Udara Bulan Februari 2021

Kelembaban udara rata-rata harian untuk wilayah Branti pada bulan Februari 2021 sebesar 84%. Nilai kelembaban udara rata-rata terendah sebesar 77% terjadi pada tanggal 21 sedangkan nilai rata-rata tertinggi mencapai 91% terjadi pada tanggal 03. Kelembaban udara maksimum rata-rata sebesar 95% dengan nilai maksimum tertinggi mencapai 99% terjadi pada tanggal 04, 10 sedangkan nilai terendahnya sebesar 91% terjadi pada tanggal 21 dan 22, kelembaban udara minimum rata-rata sebesar 65% dengan kelembaban udara minimum

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

terendah mencapai 58% terjadi pada tanggal 27 dn 28 sedangkan nilai tertingginya sebesar 73% terjadi pada tanggal 16 .

4. TEKANAN UDARA Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu yang diukur dengan menggunakan alat Barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Tekanan udara juga merupakan tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Jika udara banyak mengandung uap air yang didinginkan, maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu.Oleh Karena itu, uap air menjadi titik-titik air dan uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.

Gambar 4. Grafik Tekanan Udara Bulan Februari 2021

Untuk wilayah Branti, tekanan udara rata-rata di atas permukaan laut (QFF) pada bulan Februari 2021 sebesar 1009.9 mb, dengan tekanan udara tertinggi sebesar 1011.6 terjadi pada tanggal 13 dan tekanan udara terendah yang tercapai sebesar 1006.6 terjadi pada tanggal 25. Pada saat yang sama tekanan udara rata-rata di atas permukaan stasiun (QFE) yang tercapai sebesar 999.7 mb, dimana tekanan udara di atas permukaan stasiun yang tertinggi, yakni mencapai 1001.3 terjadi pada tanggal 13 dan yang terendah sebesar 996.4 terjadi pada tanggal 25. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.

5. LAMA PENYINARAN MATAHARI Lamanya penyinaran matahari dan intensitas radiasi akan memiliki nilai fluktuasi yang sama atau terdapat korelasi yang tidak akan berbeda nyata dimana ketika laju lama penyinaran matahari semakin meningkat cenderung akan meningkatkan pula jumlah energi radiasi matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Namun, hal ini didukung juga oleh faktor lainnya yaitu kondisi cuaca pada saat itu, apakah kondisinya sedang cerah, berawan atau terdapat hujan yang dapat mengurangi prosentase energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 5. Grafik Lama Penyinaran Matahari Bulan Februari 2021

Lama penyinaran matahari ini, berkaitan dengan lamanya waktu penyinaran matahari, dengan alat yang bernama Campble Stokes yang terpasang di wilayah Branti. Alat ini mampu merekam jejak lamanya penyinaranmatahari pada suatu wilayah tertentu. Lama penyinaran matahari di wilayah Indonesia umumnya secara efektif terjadi selama 8 jam perhari, yakni dari pukul 08.00 WIB s.d 16.00 WIB. Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 5 menunjukkan rata-rata lamanya penyinaran matahari pada bulan Februari 2021 di wilayah Branti adalah sebesar 47.5%. Nilai maksimum yang tercapai sebesar 92.5% terjadi pada tanggal 11 sedangkan untuk nilai terendah tercapai 6.3% yang terjadi pada tanggal 18 dan 23.

6.INTENSITAS RADIASI MATAHARI

Gambar 6. Grafik Intensitas Radiasi Matahari Bulan Februari 2021

Intensitas radiasi matahari merupakan jumlah energi radiasi penyinaran matahari yang sampai ke permukaan bumi.Lamanya penyinaran matahari dan intensitas radiasi akan memiliki nilai fluktuasi yang sama atau terdapat korelasi yang tidak akan berbeda nyata, dimana ketika laju

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

lama penyinaran matahari semakin meningkat cenderung akan meningkatkan pula jumlah energi radiasi matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Namun, hal ini didukung juga oleh faktor lainnya yaitu kondisi cuaca pada saat itu, apakah kondisinya sedang cerah, berawan atau terdapat hujan yang dapat mengurangi prosentase energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi. Untuk wilayah Branti pada bulan Februari 2021, intensitas radiasi matahari rata-rata sebesar 295.9 Joule/Cal/Cm2 dengan nilai tertinggi terjadi pada tanggal 14 sebesar 521.3 Joule/Cal/Cm2 dan nilai terendah tercapai 0.0 Joule/Cal/Cm2 terjadi pada tanggal 01, 02, 03, 11, 20, dan 28 Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6.

7. EVAPORASI (LAJU PENGUAPAN)

Gambar 7. Grafik Evaporasi Bulan Februari 2021

Laju penguapan (evaporasi) menunjukan tinggi rendahnya penguapan di wilayah Branti dimana berkaitan dengan pertumbuhan awan di wilayah tersebut. Semakin tinggi penguapan, maka pertumbuhan awan juga cukup banyak. Dari hasil pengamatan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung (Stamet Branti) pada bulan Februari 2021, jumlah penguapan selama 1 bulan sebesar 73.9 mm. Jumlah laju penguapan pada bulan Februari 2021 cenderung naik dari bulan sebelumnya. Rata-rata penguapan harian bulan Februari 2021 di wilayah Branti sebesar 2.7 mm/hari. Nilai maksimum yang tercapai sebesar 4.4 mm terjadi pada tanggal 26, sedangkan untuk nilai terendah tercapai 0.9 mm yang terjadi pada tanggal 05. Sedangkan data tanggal 16 data penguapan tidak tercatat atau nihil.

8. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN Analisis Windrose yang digunakan untuk mengetahui arah dan kecepatan angin. Analisis windrose ini diperoleh dari data arah dan kecepatan angin pada lapisan permukaan (angin diatas permukaan sampai ketinggian 10 meter) pada setiap jam selama bulan Februari 2021. Pada Gambar 8 menunjukkan arah angin permukaan terbanyak (angin yang mendominasi), yaitu dari arah Barat Laut dengan kecepatan angin dominan yaitu 1-4 knot sebesar 6.4%. Untuk angin dengan Calm(kecepatan angin nol) sebesar 6.9%, kecepatan 4-7 knot sebesar 2.9%, 7-11 knot sebesar 2.9%, kecepatan 11-17 knot sebesar 0.5%, kecepatan 17-21 knot sebesar 0.0% dan diatas 22 knot sebesar 0.0%.

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 8 . Grafik Windrose dan Distribusi Frekuensi Kecepatan Angin Bulan Februari 2021

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

B. INFORMASI POTENSI CUACA EKSTRIM WILAYAH LAMPUNG BULAN

FEBRUARI 2021

Gambar 9. Grafik Hubungan Frekuensi Potensi Kejadian Cuaca Ekstrim dengan

Jumlah Pelanggan WhatsApp Cuaca Ekstrim Bulan Februari 2021

Berdasarkan Gambar 9, frekuensi potensi kejadian cuaca ekstrim pada bulan Februari 2021 terjadi sebanyak 6339 kali kejadian cuaca ekstrim dan jumlah pelanggan aplikasi WhatsaApp sebanyak 837 orang. Nilai yang tercapai pada bulan ini cenderung mengalami kenaikan untuk frekuensi kejadian potensi cuaca ektrim dari bulan sebelumnya.

Gambar 10.Diagram Potensi Cuaca Ekstrim Wilayah Lampung Bulan Februari 2021

Ruang lingkup kejadian potensi cuaca ekstrim di wilayah Lampung ini dihitung berdasarkan lokasi kejadiannya sampai pada tingkat kecamatan untuk setiap wilayahnya. Pada Gambar 10 terlihat bahwa pada bulan Februarii 2021 daerah yang paling banyak berpotensi terjadi cuaca ekstrim adalah daerah Lamteng yaitu sebesar 16.1%,sedangkan daerah yang paling kecil potensi terjadinya cuaca ekstrim adalah daerah Pesibar yaitu sebesar 1.8%.

28 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

IV. TULISAN/ARTIKEL ILMIAH/ANALISIS KEJADIAN CUACA

KAJIAN SEISMISITAS WILAYAH LAMPUNG DAN SEKITARNYA PERIODE TAHUN 2020

Trismahargyono PMG Muda Stasiun Geofisika Lampung Utara

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Lampung merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempabumi karena di sepanjang laut barat Sumatera terdapat subduksi Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia, Lampung juga dilewati oleh sesaraktif yang dikenal sebagai Sesar Besar Sumatera. Pentingnya menginventarisir data kejadian gempabumi wilayah Lampung dan sekitarnya sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun masyarakat Provinsi Lampung, merupakan maksud dalam pembuatan kajian ini. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data gempabumi yang tercatat di Stasiun Geofisika Lampung Utara selama kurun waktu Januari hingga Desember 2020 menggunakan software Sesicom P3. Berdasarkan data yang terekam di Stasiun Geofisika Lampung Utara, terdapat 1.595 kejadian gempabumi yang tercatat pada periode 2020 di wilayah analisis Stasiun Geofisika Kotabumi. Dari kejadian gempabumi yang tercatat, 110 kejadian gempabumi merupakan gempabumi dirasakan oleh masyarakat. Kata kunci: lampung, gempabumi, seismisitas

1. PENDAHULUAN Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan aktivitas kegempaan yang tinggi. Hal ini terjadi karena di sepanjang laut barat Sumatera terdapat batas tumbukan/ subduksi Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia. Zona subduksi lempeng inilah yang menjadi jalur-jalur pusat gempabumi tektonik. Maka tidaklah heran jika setiap tahun, kejadian gempabumi banyak terjadi di wilayah lampung. Keberadaan jalur pusat gempa yang berada di laut barat Lampung juga dapat memunculkan bencana sekunder lain yakni gelombang laut besar yang disebut dengan Tsunami. Selain dekat dengan zona subduksi, Lampung juga dilewati oleh sesar tektonik aktif yang membentang dari ujung Aceh hingga Selat Sunda yang dikenal sebagai Sesar Besar Sumatera. Sieh dan Natawidjaja (2000) menyebutkan panjang sesar aktif ini

sekitar 1.900 km yang terbagi menjadi 19 segmen-segmen utama. Segmen Kumering, Semangko, dan Segmen Sunda adalah tiga segmen yang melewati daratan Provinsi Lampung. Berdasarkan Pusat Studi Gempabumi Nasional (PuSGeN) 2017, ketiga sesar tersebut diatas masing-masing tersegmentasi menjadi beberapa bagian segmen sesar yang lebih kecil, yaitu Segmen Sesar Ujung Kulon A, Ujung Kulon B, Semangko Graben , Semangko Timur-A, Semangko Timur-B, Semangko Barat-A, Semangko Barat-B, Kumering Utara, dan Kumering Selatan. Kejadian gempabumi di Liwa pada 15 Februari 1994 silam merupakan salah satu kejadian gempabumi yang diakibatkan oleh sesar aktif yang ada di wilayah tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas maka betapa pentingnya untuk mengarsipkan data kejadian gempabumi wilayah Lampung dan sekitaranya sebagai bahan informasi bagi pemerintah kota/

29 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

kabupaten atau stakeholder Provinsi Lampung khususnya dan umumnya bagi masyarakat Lampung dan sekitarnya. Selain itu, hasil kajian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah wawasan masyarakat bahwa wilayah Lampung merupakan salah satu wilayah yang rentan terjadinya gempabumi. Adapun maksud pembuatan kajian ini adalah untuk menginventarisir kejadian gempabumi yang tercatat di wilayah Lampung dan sekitarnya selama Tahun 2020. Tujuan pembuatan kajian seismisitas ini yaitu mengetahui distribusi kejadian gempabumi di wiayah lampung selama periode Januari sampai dengan Desember 2020, mengetahui pola sebaran titik episenter gempabumi di wilayah lampung dan sekitarnya sepanjang tahun 2020, mengetahui distribusi dan pola sebaran kejadian gempabumi dirasakan yang terjadi sepanjang Tahun 2020

2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan kajian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi data gempabumi yang tercatat di Stasiun Geofisika Lampung Utara selama kurun waktu Januari hingga Desember 2020. Data gempabumi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan secara manual menggunakan software SeiscomP3 yang ada di Stasiun Geofisika Lampung Utara. Adapun gempabumi yang dianalisa adalah kejadian gempabumi

dengan episenter yang berada pada batas area analisis yaitu antara 3⁰-14⁰ LS dan 92⁰-109⁰ BT.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pembahasan dibagi menjadi analisis berdasarkan pola distribusi spasial pusat gempabumi yang terjadi di sepanjang Tahun 2020 dan berdasarkan klasifikasi data statistik yang tercatat selama periode Januari hingga Desember 2020.

3.1. Pola DistribusiSpasial Pusat Gempabumi Berdasarkan peta seismisitas tahun 2020, aktivitas gempabumi di tahun tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas gempabumi tahun sebelumnya. Jika dilihat pada Gambar 1, secara spasial keaktifan gempabumi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: a. Kurang aktif: meliputi daerah

bagian timur Sumatera, bagian utara Pulau Jawa, dan Laut Jawa. Kawasan ini memang relatif aman terhadap gempabumi karena kawasan ini relatif jauh dari sumber gempabumi. Hal ini ditandai dengan jumlah kejadian yang relative lebih sedikit dibandingkan daerah lain.

b. Aktif: sepanjang daerah pantai barat Sumatera sampai dengan Selatan Jawa. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Selain itu pada tahun ini juga terjadi gempabumi akibat sesar lokal Lampung dan Pulau Jawa.

3 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 1. Peta Seismistas Lampung Dan SekitarnyaPeriodeJanuaris.dDesember 2020.

3.2. Klasifikasi Data Statistik Gempabumi Jumlah kejadian gempabumi yang terjadi sepanjang tahun 2020 adalah sebanyak 1.595 kejadian gempabumi. Jika dibandingkan dengan tahunse belumnya maka jumlah tersebut lebih banyak, dimana jumlah kejadian gempabumi pada Tahun 2018 adalah1.326 dan Tahun 2019 adalah 1.499 kejadian gempabumi. Adapun jumlah kejadian gempabumi yang

terjadi setiap bulan di tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 1 maupun Gambar 2. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut terlihat bahwa kejadian gempabumi terbanyak terjadi di bulan Oktober yaitu sebanyak 182 kejadian gempabumi. Sedangkan jumlah gempabumi yang paling sedikit tercatat yaitu kejadian gempabumi di bulan Agustus dengan jumlah 121 kejadian gempa.

Tabel 1. Jumlah kejadian gempabumi perbulan

BULAN JUMLAH KEJADIAN

GEMPABUMI

Januari 142

Febuari 121

Maret 155

April 128

Mei 123

Juni 134

Juli 125

Agustus 118

September 128

Oktober 182

November 121

Desember 118

4 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 2. Histogram jumlah kejadian gempabumi tahun 2020

Jika dilihat berdasarkan magnitudo gempanya, kejadian gempabumi di tahun 2020 memiliki magnitudo berkisar antara 1,1 sampai dengan 5,8. Jumlah kejadian gempabumi berdasarkan magnitudo sepanjang tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 3. Sepanjang tahun 2020 telah terjadi 35 kejadian gempabumi dengan kekuatan ≥5,0 atau 2% dari keseluruhan jumlah gempa di tahun 2020. Aktivitas kegempaan dengan magnitudo< 3,0 SR terjadi sebanyak 755 gempabumi atau

setara dengan 48 % dari total jumlah gempa bumi tahun 2020. Aktivitas kegempaan dengan kekuatan 3,0 – 3,9 terdapat 642 kejadian gempabumi atau 40% dari jumlah gempabumi yang ada sepanjang tahun 2020. Sementara aktivitas kegempaan dengan magnitude antara 4,0 – 4,9 terjadi sebanyak 163 kejadian atau 10% dari kejadian gempabumi sepanjang tahun 2020. Kekuatan gempabumi terbesar yaitu M5.8 yang terjadi pada hari Selasa, 10 Maret 2020, pukul 14:06:28 WIB.

Gambar 3. Persentase jumlah kejadian gempabumi tahun 2019 berdasarkan magnitudo.

0

50

100

150

200

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

142121

155128 123 134 125 118 128

182

121 118

H I S TO G R A M J U M L A H K E JA D I A N G E M PA B U M I W I L AYA H R E G I O N A L I I H A S I L A N A L I SA S TA S I U N

G EO F I S I K A L A M P U N G U TA R A TA H U N 2 0 2 0

48%

40%

10% 2%

Persentase Gempabumi Wilayah Lampung berdasar Magitudo

M <= 3 SR

M <= 3,9 SR

4,0 - 4,9 SR

5,0 - 5,9 SR

32 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Berdasarkan kedalaman pusat gempa, kejadian gempa di tahun 2020didominasi oleh gempabumi dangkal. Gempabumi dangkal merupakan kejadian gempabumi dengan kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km. sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 4, jumlah gempabumi dangkal di sepanjang tahun 2020 adalah sebanyak 1.399 kejadian

gempa. Sementara kejadian gempabumi dengan pusat kedalaman antara 60 km hingga 300 km yang didefinisikan sebagai gempabumi menengah telah terjadi sebanyak 196 kejadian gempa. Sepanjang tahun 2020 tidak terdapat kejadian gempa dalam dengan kedalaman pusat gempa lebih dari 300 km.

Gambar 4. Persentase jumlah kejadian gempabumi tahun 2019 berdasarkan kedalaman.

Gempabumi signifikan merupakan gempabumi yang terjadi di suatu tempat dan menimbulkan getaran atau guncangan hingga dirasakan oleh masyarakat luas. Kejadian gempabumi yang terekam pada Stasiun Geofisika Lampung UtaraTahun

2020 berjumlah 1.595 event. Dari 1.595 event yang tercatat tersebut, 110 gempabumi diantaranya dirasakan masyarakat (Gambar 6). Dari 110 gempabumi tersebut, tidak ada gempabumi merusak.

(h < 60 km)88%

(60 ≤ h ≤ 300)12%

(h > 300 km)0%

Persentase Gempabumi Wilayah Lampung Berdasar Kedalaman

(h < 60 km)

(60 ≤ h ≤ 300)

(h > 300 km)

6 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 5. Histogram jumlah gempabumi per bulan berdasarkan dirasakan dan tidak dirasakan.

Gambar 6. Peta gempabumi yang dirasakan wilayah analisis StasiunGeofisika Lampung

UtaraTahun 2020.

4. KESIMPULAN 1. Provinsi Lampung memilik aktivitas

kegempaan yang tinggi di karenakan adanya pertemuan Lempeng dunia yaitu Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Selain itu juga diakibatkan adanya Segmen Sesar Ujung Kulon A, Ujung Kulon B, Semangko Graben , Semangko Timur-A, Semangko Timur-B, Semangko Barat-A, Semangko Barat-B, Kumering Utara, dan Kumering

Selatan yang melewati wilayah Lampung

2. Distribusi pusat gempabumi lebih banyak terdapat di laut atau tepatnya berada pada Samudera Hindia. Gempabumi yang terjadi di laut berkaitan erat dengan aktivitas penunjaman lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Semakin ke arah timur dari batas pertemuan lempeng maka semakin dalam hiposenter gempa. Hal ini

7 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

menunjukkan pola tunjaman yang terbentuk antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia membentuk sudut kemiringan tertentu.

3. Terdapat 1.595 kejadian gempabumi yang tercatat pada periode 2020 di wilayah analisis Stasiun Geofisika Lampung Utara. Dari kejadian gempabumi yang tercatat, kejadian gempabumi terbanyak tercatat pada bulan Oktober yaitu sebanyak 182 kejadian gempabumi.

4. Pada tahun 2020, sistem monitoring gempabumi pada Stasiun Geofisika Lampung Utara mencatat 110 kejadian gempabumi dirasakan masyarakat.

5. DAFTAR PUSTAKA Pusat Gempabumi dan Tsunami. 2016.

Buletin Gempabumi dan Tsunami Indonesia tahun 2015. BMKG. Jakarta.

Pusat StudiGempa Nasional. 2017. Peta Sumber dan BahayaGempa Indonesia Tahun 2017. Pusat Penelitian dan PengembanganPerumahan dan Pemukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PekeraanUmum dan Perumahan Rakyat. Bandung.

Sieh, K., Natawidjaja, D. 2000.Neotectonics of The Sumatran Fault, Indonesia. Journal of Geophysical Research, Vol. 105, No. B12, Pages 28, 295-28,326.

8 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA INTENSITAS DAN MAGNITUDO GEMPABUMI PERIODE 2000-2019

MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG RICHTER DI WILAYAH LAMPUNG DAN SEKITARNYA

Vibriana Septa Rini PMG Muda Stasiun Geofisika Lampung Utara

ABSTRAK Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang terletak di selatan Pulau Sumatera yang memiliki risiko cukup tinggi terjadinya gempabumi. Hal tersebut dikarenakan Pulau Sumatera berbatasan dengan zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, serta zona sesar besar Sumatera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah yang berpotensi terjadinya gempabumi di daerah Lampung dengan metode Gutenberg Richter dengan menggunakan data gempabumi tektonik harian pada periode 2000-2019. Data sekunder diperoleh dari USGS (United States Geological Survey) yang kemudian diproses melalui Microsoft excel dan pemetaan menggunaan software ArcGIS 10.7.1 . Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa daerah rawan gempabumi wilayah Lampung terdapat pada zona subduksi dengan magnitude rata-rata sebesar 4 dengan intesitas MII IV-V pengaruhnya adalah akan dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan struktural.

Kata Kunci: Intensitas Gempabumi, Software ArcGIS 10.7.1, Metode Gutenberg Richter

1. PENDAHULUAN Gempabumi merupakan bencana alam yang sering kali terjadi di Indonesia, baik berskala kecil maupun berskala besar. Indonesia merupakan kawasan yang memiliki aktivitas tektonik yang sangat aktif, sehingga banyak bencana gempabumi yang kerap kali melanda Indonesia, bahkan dapat juga memicu terjadinya tsunami. Terdapat sekitar 80% wilayah Indonesia merupakan daerah dengan tingkat seismisitas yang tinggi. Merujuk pada data BMKG, selama 1976-2006 saja, telah terjadi 3.486 gempabumi dengan magnitudo lebih dari 6,0.

Provinsi Lampung dan sekitarnya secara geografis berada pada jangkauan energi gempabumi di posisi subduksi patahan regional Semangko dan beberapa patahan lokal (Gambar 1).

Gambar 1. Posisi subduksi patahan regional

Semangko dan beberapa patahan lokal (Sumber : Natawijaya, 1994)

Provinsi Lampung yang memiliki tingkat seismik yang tinggi. Hal ini karena wilayah Lampung berbatasan dengan dua zona tektonik yang rawan akan terjadinya gempabumi. Pertama yaitu zona subduksi yang menjadi batas antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang memiliki potensi untuk menghasilkan gempabumi bermagnitudo besar. Kedua yaitu zona sesar Sumatera, dimana zona sesar Sumatera membelah pulau Sumatera

9 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

menjadi dua yang membentang pegunungan Bukit Barisan dari laut Andaman hingga Teluk Semangko. Oleh karena kedekatan terhadap sumber titik gempabumi, menjadikan wilayah Kota Bandar Lampung dan sekitarnya memiliki potensi kerusakan dengan skala 7 – 10 MMI (Tingkat kerusakan sedang hingga tinggi). Pada tahun 1993 dan 1994 telah terjadi gempabumi besar yang merusak wilayah Lampung Barat. Gempabumi ini disebabkan oleh aktivitas sesar sumatera dengan sumber gempabumi di Liwa berkekuatan M 6.6 SR dan skala intensitas IX – X MMI. Menurut BPBD Lampung Barat, korban meninggal 207 orang, lebih dari 2.000 orang luka-luka, dan kehilangan tempat tinggal 75.000 orang. Kerusakan yang luas akibat dari tanah longsor, longsoran lumpur serta kebakaran di Provinsi Lampung. Kerusakkan diestimasi sekitar 160 juta USD. Gempabumi termasuk fenomena alam yang hingga saat ini tidak dapat diprediksi kapan terjadinya di masa yang akan mendatang. Dengan tingginya aktivitas seismik di wilayah Lampung, maka perlu dilakukan upaya mitigasi bencana demi mengurangi korban jiwa dan kerusakan. Salah satunya adalah dengan menganalisis seismisitas wilayah Lampung.

2. METODOLOGI Data yang digunakan untuk menganalisis seismisitas merupakan data sekunder berupa data gempabumi tektonik di daerah Lampung pada periode 2000-2019 yang diperoleh dari USGS (United States Geological Survey).Tabel 1memperlihatkanhubungan intensitas dan magnitudo gempabumi, dimana intensitas gempabumi adalah persepsi dari pengukuran non-instrumental terhadap kerusakan struktur, efek permukaan tanah, retakan dan longsor,

dan reaksi manusia terhadap goncangan gempabumi dengan mendeskripsikan tingkat kekerasan dari keadaan suatu gempabumi serta dampaknya. Sedangkan magnitudo gempabumi merupakan pengukuran kuantitatif dari ukuran gempabumi dan dimensi patahan dengan menunjukkan ukuran relatif gempabumi.

Magnitudo

(SR)

Intensitas

Maksimum

(MMI)

Pengaruh

M ≤ 2.0 I - II Tidak terasa

3.0 III Terasa didalam ruangan

4.0 IV - V Terasa, akan tetapi tidak menyebabkan kerusakan struktural

5.0 VI - VII Terjadi ada kerusakan struktural, seperti retak pada dinding

6.0 VII - VIII Kerusakan menegah, seperti bangunan yang runtuh

7.0 IX - X Kerusakan besar, seperti bangunan yang runtuh

M ≥ 8 XI - XII Rusak total

Tabel 1. Intensitas Gempabumi Skala MMI

(Modified Mercally Intensity

10 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Metode Gutenberg Richterdapat digunakan untuk menentukan nilai intensitas gempabumi dan magnitudo gempabumi. Untuk menghitung nilai dari intensitas gempabumi, dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Im = 1.5 x (M - 0.5) dengan:

Im= intensitas maksimum gempabumi M= magnitudo gempabumi (SR)

Sedangkan, untuk menghitung besar magnitudo gempabumi dapat dengan persamaan berikut:

Ms = (1.33 Mb) - 1.98 dengan: Ms= magnitude surface / permukaan Mb= magnitude body / badan (data yang diperoleh dari alat dan dikonversikan)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan metode yang digunakan yaitu metode Guterrberg Richter, maka diperoleh nilai intensitas dan magnitudo gempabumi yang kemudian mendapatkan hubungan antara keduanya. Hubungan antara nilai intensitas dan magnitudo gempabumi digambarkan dalam bentuk grafik yang kemudian diketahui bahwa adanya nilai korelasi yang mendekati satu. Maka, dapat diartikan bahwa adanya hubungan yang kuat dari intensitas dan magnitudo gempabumi yang ada di Provinsi Lampung. Dimana semakin besar intensitas gempabumi maka semakin besar pula magnitudo gempabumi. Grafik hubungan intensitas gempabumi dan magnitudo gempabumi ditunjukan pada gambar 2a. Dari nilai Intensitas

dan Magnitudo Gempabumi didapat juga grafik hubungan rata-rata pada tiap tahun dari periode tahun 2000-2019. Grafik hubungan rata-rata intesitas dan magnitudo gempabumi ditunjukan pada gambar 2b.

Gambar 2. Grafik Hubungan Intensitas dan Magnitudo Gempabumi (a), Grafik Hubungan Rata-Rata Intensitas dan

Magnitudo Gempabumi (b)

Adanya hubungan antara nilai Intensitas dan Magnitudo Gempabumi juga dapat digambarkan pada grafik batang pada gambar 3. Dimana pada gambar 3a merupakan grafik nilai magnitudo gempabumi terbesar dan terkecil pertahun 2000 – 2019. Dapat terlihat bahwa gempabumi dengan magnitudo terbesar terjadi pada tahun 2000 dengan magnitudo yaitu 5,7 dan gempabumi dengan magnitudo terendah rata-rata terjadi dengan magnitudo yang sama antara tahun 2000-2019 yaitu 4,005.

11 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Apabila ditinjau dari grafik nilai intensitas gempabumi setiap tahun 2000 – 2019 pada gambar 3b, terdapat kesamaan dengan grafik magnitudo yaitu nilai intensitas terbesar terjadi pada tahun 2000 dengan intensitas 8,3. Sedangkan, nilai intensitas terendah rata-rata terjadi dengan intensitas yang sama antara tahun 2000-2019 yaitu 6,8.

Sehingga, dapat dikatakan kembali bahwa antara magnitudo dengan intensitas memiliki hubungan korelasi yang mendekati satu. Dimana semakin besar intensitas gempabumi maka semakin besar pula magnitudo gempabumi.

Gambar 3. Grafik Batang Magnitudo Gempabumi (a), Grafik Batang Intensitas Gempabumi (b)

Hubungan antara Intensitas dan Magnitudo Gempabumi tersebut kemudian dapat diperoleh Peta Seismisitas Gempabumi yang diproses dengan software ArcGis 10.7.1

berdasarkan pada data kedalaman gempabumi yang ada. Berikut merupakan Peta Seismisitas Gempabumi di Provinsi Lampung.

4.404 4.537

5.069

5.601

5.069 5.069

4.404

5.3355.069 4.936

4.674.936 4.936

5.601

4.803

5.335

4.8035.069 5.069

5.734

Mag

nit

ud

o

Tahun 2000-2019

GRAFIK MAGNITUDO GEMPA BUMI TERBESAR DAN TERKECIL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2000-2019

Magnitudo Terkecil Magnitudo Terbesar

6.8 6.8 6.9 6.8 6.8 6.9 6.8 6.8 6.8 6.8 6.8 6.8 6.8 6.9 6.8 6.8 6.8 6.9 6.8 6.87.2 7.3

7.78.2

7.7 7.77.2

8.0 7.7 7.6 7.4 7.6 7.68.2

7.58.0

7.5 7.7 7.78.3

Inte

nsi

tas

Tahun 2019-2000

GRAFIK INTENSITAS GEMPABUMI TERBESAR DAN TERKECIL PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2000-2019

Intensitas Terkecil Intensitas Terbesar

(a)

(b)

12 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Gambar 4. Peta Seismisitas Gempabumi Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil dari Peta Seismisitas Gempabumi diatas, dapat terlihat bahwa kawasan provinsi Lampung didominasi dengan gempabumi berkedalaman dangkal yang berada di laut, hal tersebut menandakan bahwa gempabumi dangkal yang terjadi disebabkan karena adanya aktivitas lempeng akibat adanya zona subduksi yang sangat aktif pada daerah tersebut, yaitu subduksi antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia. Pada gambar terlihat juga bahwa yang memiliki titik lokasi gempabumi terbanyak adalah pada wilayah sepanjang garis pantai selatan Sumatera dan juga terdapat disebagian daerah darat provinsinya. Kemudian jika melihat dari besar skala gempabumi pada daerah potensi gempabumi berdasarkan intensitas gempabumi pada wilayah Lampung dengan acuan dari tabel 1, bahwa wilayah lampung berada pada Skala MII IV-V dengan rata-rata Magnitudo sebesar 4 yang pengaruhnya adalah akan dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan struktural.

4. KESIMPULAN Pada kejadian gempabumi wilayah Lampung, magnitudo terbesar terjadi pada tahun 2000 dengan magnitudo sebesar 5,7. Sedangkan, intensitas terbesar juga terjadi pada tahun 2000 dengan intensitas 8.3. Daerah rawan gempabumi terletak di zona subduksi Barat Sumatera dengan rata-rata Magnitudo sebesar 4 dan Skala intensitas MII IV-V yang pengaruhnya adalah akan dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan struktural.

5. DAFTAR PUSTAKA Asnita, Warni, 2016. Kajian Statistik

Seismisitas Kawasan Sumatera. Jurnal Natural Vol.16, No.2, 2016.

Hidayat,S. (2014). Analisis Zona Bahaya Gempabumi Dengan Pendekatan Probabilitas Peak Grouns Acceleration (Pga) Dan Geomorfologi Kabupaten Bantul Daeraah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

13 | B M K G Buletin Stasiun Meteorologi Radin Inten II LampungEdisiXLV–September 2020

BULETIN STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II LAMPUNG ISSN 2581-0790

Informasi Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG).2017.”Gempabumi Wilayah Lampung”. http://stageof.lampung.bmkg.go.id/doc/G_2017.pdf

Kementrian ESDM. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi [Online] Tersedia: https://vsi.esdm.go.id/gallery/index.php?/category/18/start-15 [Diakses: 24 Januari 2021]

Kompas.com. (2012). Gempabumi Liwa 1994. [Online] Tersedia : https://regional.kompas.com/read/2012/04/27/15512934/Geliat.Hidup.di.Jalur.Gempa?page=all [Diakses : 24 Januari 2021]

Naryanto, H.S, 2008. Analisis Potensi Kegempaan Dan Tsunami Di Kawasan Pantai Barat Lampung Kaitannya Dengan Mitigasi Dan Penataan Kawasan. PTLWB-TPSA, BPPT, Jl. MH Thamrin 8, Jakarta.

Natawijaya, D., dan Sieh, E.S., 1994, Neotektonik Sistem Sesar Sumatera, Prosiding Hasil-hail Penelitian Puslitbang Geoteknologi-LIP1

Sutisna, A. S., dkk. 2018. Penentuan Seismisitas Gempa Bumi Berdasarkan Hubungan Intensitas Gempa dan Magnitudo Gempa di Daerah Provinsi Jawa Barat. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

United States Geological Survey (USGS). (2020). “Search Earthquake Catalog.” Earthquake Hazard Programs. https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/sea