budaya pemberian jamu cekok terhadap peningkatan rerata ...

48

Transcript of budaya pemberian jamu cekok terhadap peningkatan rerata ...

1JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

ABSTRACT

Keywords: Traditional herbs, toddlers, weight

BUDAYA PEMBERIAN JAMU CEKOK TERHADAP PENINGKATAN RERATA BERAT BADAN BATITA DI WILAYAH KOTA SURAKARTA

Sih Rini Handajani1), KH Endah Widhiastuti2)

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

2 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

PENDAHULUAN

Antara 20% dan 60% orang tua menyatakan bahwa anak-anak mereka tidak makan secara optimal, yaitu bahwa mereka terlalu selektif atau “pilih-pilih”, makan terlalu sedikit atau makan “junk food ”.(1) Hilangnya nafsu makan merupakan perubahan dramatis dan kurang dipahami terjadi

asupan kalori yang tidak memadai akibat nafsu makan yang buruk dapat menyebabkan kekurangan gizi. Anak-anak yang kurang gizi sering kurang minat dalam kegiatan bermain, kesehatan yang menurun dan sakit yang lebih lama.(2)

Status gizi anak memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian

di Indonesia khususnya sebagai indikator tingkat kematian balit. Menurut Laporan Riskesdas menyatatakan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk anak sebanyak 19,6%. Di Jawa tengah sendiri prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 17,6%.(3)

Orang tua sering menggunakan berbagai

strategi, termasuk menggunakan tekanan atau kekuatan, untuk mencoba memperbaiki masalah.

tersebut untuk mengubah perilaku makan, terutama penggunaan paksaan, secara luas dapat membahayakan interaksi orang tua-anak.(1) Untuk mengatasi hal tersebut Stimulan nafsu makan sedang digunakan secara rutin untuk mengobati kehilangan nafsu makan pada anak-anak

Indonesia adalah negara dengan spesies tanaman beragam yang sekitar 2500 spesies berpotensi untuk tanaman obat. Dalam pengobatan

tiga jenis yaitu jamu, obat herbal terstandar dan

Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad di Indonesia untuk mengobati penyakit dan menjaga kesehatan. Jamu telah dipraktekkan lebih lama meskipun belum melakukan uji praklinis atau klinis seperti obat-obatan herbal Indonesia lainnya. Masih banyak orang Indonesia yang mau mengkonsumsi jamu untuk konsumsi sehari-hari mereka.(4) Hal ini juga termasuk pada penggunaan

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

ABSTRAK

golongan batita. Sebagian masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di kota Solo meyakini bahwa jamu cekok dipercaya memiliki khasiat sebagai perangsang nafsu makan anak sekaligus sebagai ramuan yang dapat membunuh cacing pengganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya minum jamu cekok terhadap peningkatan berat badan batita usia 12-36 bulan di Wilayah kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu . Populasi dalam penelitian ini adalah semua Batita usia 12-36 bulan di wilayah kota Surakarta yang datang ke 5 tempat jamu cekok di wilayah kota surakarta selama dua bulan. Teknik pengambilan sampel adalah sebanyak 72 batita. Hasil penelitian Pada pengukuran pertama (Pre test ) rata-rata berat badan batita adalah 11.33 (±3,68) kg, post test 11.85 (±4,59) kg, post test 2 12,2 (±4,46) kg, post test 3 12,56 (±4,46) kg, Analisis menunjukkan nilai

peningkatan berat badan batitaDapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan berat badan anak pada setiap

badan di setiap pemeriksaan. Disarankan bagi masyarakat untuk pemilihan jamu cekok hendaknya selektif dan memilih yang sudah terpercaya untuk peningkatan berat badannya serta memperhatikan jangka waktu penggunaanya

Kata Kunci: jamu cekok, batita, berat badan

3JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

jamu pada anak-anak.Masyarakat mempercayai bahwa jamu-

jamu tradisonal tidak hanya untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi juga untuk memelihara dan memulihkan kesehatan. Istilah cekok adalah mengacu pada tata cara atau metode pemberian jamu yaitu dengan memasukkan atau dicekokkan ke dalam mulut anak. Ramuan jamu dihaluskan dan diberi sedikit air dan dicekokkan ke dalam mulut anak. Biasanya anak akan bereaksi menolak dan menangis atau memuntahkan jamu karena rasa dan aroma yang pahit dan tidak enak. Jamu cekok terdiri dari campuran beberapa tanaman obata seperti (temulawak), (lempuyang emprit), (brotowali),

(temu ireng) serta (papaya) (5)

Masyarakat yang tinggal di pulau Jawa mengatasi gejala kurang nafsu makan pada anak dengan menggunakan jamu cekok Jamu cekok mengacu kepada cara atau metode pemberian jamu yaitu dicekokkan ke dalam mulut anak. Ramuan jamu cekok berasal dari beberapa tumbuhan seperti temulawak, temu ireng, lempuyang, brotowali, daun pepaya yang dihaluskan dan diberikan sedikit air kemudian ditempatkan pada selembar kain kecil yang dibungkus selanjutnya hidung anak dipencet hingga mulutnya terbuka dengan sendirinya dan ramuan yang telah dipersiapkan diperas di mulut sehingga cairannya tertelan ke dalam mulut. Anak yang akan diberikan jamu cekok biasanya menunjukkan sikap menolak dan berontak, karena rasanya yang pahit dan hampir semua anak menolak ketika dicekok bahkan tidak jarang ada anak yang sampai memuntahkan kembali jamu yang telah di cekok.(6)

Budaya pemberian jamu cekok di kota Surakarta saat ini masih sangat popular karena masyarakat kota solo masih kental dengan praktik budaya jawa khususnya dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anaknya. Salah satu tempat yang terkenal dengan jamu cekoknya adalah salah satu kios yang ada di wilayah Jagalan, kecamatan

Jebres, kota Surakarta yang selalu ramai di datangi oleh ibu ibu yang selalu datang untuk mendapatkan jamu cekok setiap hari rabu. Pemberian jamu cekok dilakukan setiap satu minggu sekali secara rutin di hari rabu pagi

Tujuan utama pemberian jamu cekok kepada anak biasanya terutama untuk meningkatkan nafsu makan pada anak, karena hilangnya nafsu makan yang dikhawatirkan akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk menyembuhkan mencret, perut kembung, cacingan serta batuk dan pilek. (5).

Data studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 batita yang diberi jamu cekok menunjukkan peningkatan berat badan antara 200 sampai 300 gram sebulan. Berat badan 3 orang batita meningkat 300 gram sedangkan 2 balita yang lain meningkat 200 gram sebulan. Berat badan anak yang diberi jamu cekok setiap satu minggu sekali secara teratur, dalam sebulan pertumbuhan berat badannya mengalami peningkatan rata-rata 260 gram perbulan. Masih kuatnya kepercayaan sebagian masyarakat Jawa pada pemberian jamu cekok terhadap peningkatan nafsu makan anak yang dapat meningkatkan berat badan anak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh budaya pemberian jamu cekok terhadap peningkatan rerata

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan studi kasus

bentuk tunggal Desain penelitian eksperimen semu merupakan desain penelitian yang belum memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan. Rancangan one shot case study yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes awal. Tujuan model ini adalah mengetahui efek perlakuan yang diberikan tanpa mengindahkan pengaruh faktor lain(7)

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

4 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pre Perlakuan Post1 Post2 Post3

Kelompok P1 X P2 P3 P4Perlakuan

Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Januari 2017 s.d. November 2017. Penelitian ini dilakukan di 1 tempat pemberian jamu cekok

penelitian ini adalah semua batita usia 12-36 bulan

tempat pemberian cekok yaitu rata-rata 400 orang per bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah batita yang pada waktu pengamatan diberikan jamu cekok secara rutin satu kali seminggu selama dua bulan (4x sebulan) dan memenuhi kriteria inklusi meliputi batita usia 12-36 bulan yang tinggal di

jamu cekok satu kali seminggu secara teratur dalam dua bulan, sehat jasmani dan rohani sedangkan kriteria eksklusi meliputi batita sakit, batita diberi multi vitamin penambah nasfsu makan. Pengukuran dilakukan selama 4 kali setiap 2 minggu kekali.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu dengan teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu.(7) Teknik purposive sampling ini dipilih untuk mengamati batita usia 12-36 bulan yang diberikan jamu cekok. Jumlah sampel yaitu 72 sampel. Alat penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah uji coba, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan timbangan. Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh informasi dari pemberi jamu cekok tentang bahan-bahan ramuan jamu cekok, cara pembuatan jamu cekok, dan cara pemberian jamu cekok pada batita. Pedoman observasi berupa checklist yang digunakan untuk memperoleh data pemberian jamu cekok pada balita secara rutin 4 kali selama 2 bulan. Selain itu menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg yang telah diuji tera satu minggu sebelum dilakukan pengambilan data

penelitian. Pedoman observasi digunakan dengan mengamati pemberian jamu cekok pada batita secara langsung setiap minggu. Teknik analisis data menggunakan analisis univariat untuk melihat peningkatan berat badan setiap pengukuran dan analisis bivariate menggunakan uji (8). Hal ini untuk melihat pengaruh pemberian jamu cekok terhadap peningkatan berat badan balita setiap minggunya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianPenelitian ini dilakukan di Desa wilayah

Surakarta dengan mengambil 72 responden anak batita yang secara teratur diberikan jamu cekok 1 kali seminggu selama 2 bulan. Dari hasil penelitian, maka didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 1. Perbedaan peningkatan berat pada Batita sebelum dan setelah Penelitian

Kelompok Pre test Post test Post test Post test(n=72) (kg) 1 (kg) 2 (kg) 3 (kg)

Mean 11.33 11.85 12.2 12.56

SD 3.68 4.59 4.46 4.46

Pada tabe1 dijelaskan nilai rata-rata berat badan setiap pengukuran. Pada pengukuran pertama (Pre test ) rata-rata berat badan batita adalah 11.33 (±3,68) kg, pada pengukuran rata-rata berat badan batita adalah 11.85 (±4,59) kg, pada pengukuran rata-rata berat badan batita adalah 12,2 (±4,46) kg, pada pengukuran post test 3 rata-rata berat badan batita adalah 12,56 (±4,46) kg. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan berat badan pada batita setiap pengukuran pada batita yang mengkonsumsi jamu cekok.

Anak usia kurang dari lima tahun sering mengalami sulit makan sehingga akan mempengaruhi penurunan berat badan dan kekurangan asupan nutrisi. Penurunan nafsu

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

5JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

makan ini diakibatkan oleh infeksi cacing, selain itu penurunan nafsu makan juga dapat diakibatkan oleh faktor yang lain misalnya bentuk makanan yang tidak menarik, variasi makanan yang monoton atau karena anak asik dengan permainannya

jika dibiarkan akan menyebabkan gangguan nutrisi yang disebt dengan kurang kalori protein. Upaya untuk meningkatkan nafsu makan, sebetulnya ada cara yang mudah dan murah yaitu dengan pemberian jamu cekok, selain meningkatkan nafsu makan, jamu cekok bisa menyembuhkan beberapa penyakit ringan seperti kembung, diare dan meningkatkan nafsu makan.(9)

Jamu/ obat tradisional adalah ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil- hasilnya atau binatang dan hasil-hasilnya, akar-akaran yang secara tradisional dianggap berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk memelihara kesehatan. Bentuknya dapat berupa cairan, rajongan, bubuk, tablet, kapsul, parem dan sebagainya. amu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Jamu adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang sampai saat ini masih bertahan dan terus dilestarikan. Minuman sehat racikan asli Indonesia ini masih jadi pilihan masyarakat tradisional walaupun produk obat-obatan modern sudah muncul di pasaran(10)

Cekok adalah sistem pengobatan atau pemberian ramuan jamu yang dilaksanakan dengan mengucurkan perasan ramuan jamu ke dalam mulut seseorang. Biasanya dalam melaksanakan pengobatan dengan sistem cekok ini orang yang dicekoki cenderung tidak mau meminum sendiri ramuan jamunya dengan berbagai alasan. Umumnya orang- orang yang dicekoki adalah anak-anak atau balita. Hal ini dilakukan karena hampir semua balita tidak menyukai rasa jamu yang agak pahit atau getir(6)

Bahan-bahan utama ramuan jamu cekok atau bahan-bahan generik jamu cekok yaitu sebagai berikut : Daun Pepaya, Temulawak, Temu hitam,

khasiat. Daun Pepaya pada penelitian ini berkhasiat untuk mengobati malnutrisi pada anak-anak. Vitamin, kalsium dan zat besi dalam daun papaya berfungsi untuk pembentukan hemoglobin. Apabila hemoglobin dalam darah meningkat, diharapkan O2 dalam darah meningkat, metabolism uga meningkat sehingga sel otak berfungsi dengan baik dan kecerdasan meningkat. Salah satu Temulawak

berfungsi untuk

lain dari cekok adalah temu hitam yang berkhasiat berkhasiat untuk

bahan selanjutnya yang senyawa kurkuminoid yang meningkatkan nafsu makan dan bahan antibakteri sebagai anti infeksi pada anak(11). Bahan cekok yang terakhir adalah adas yang berkhasiat untuk kesehatan dapat digunakan untuk mengatasi sakit perut (mulas), perut kembung, mual dan muntah, kurang nafsu makan. Bahan-bahan tersebut mempunyai khasiat untuk menambah nafsu makan sehingga berat badan anak menjadi

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan lakukan oleh Margiyanti yang

peningkatan nafsu makan pada anak di warung jamu

dalam kategori meningkat sebanyak 17 responden (56,7%). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas makan anak terbilang cukup baik. Peningkatan berat badan ini dikarenakan adanya peningkatan nafsu makan pada anak. (9)

Pada tabel 2 menjelaskan pengaruh pemberian jamu cekok setiap pengukuran. Pada pengukuran dan menunjukkan nilai (5.787) dengan <0,001 \yang berarti terdapat pengaruh bermakna peningkatan berat badan antara kelompok dan

. Pada pengukuran dan menunjukkan nilai (6.872) dengan

<0,001 yang berarti terdapat pengaruh bermakna peningkatan berat badan antara kelompok dan . Pada pengukuran dan post

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

6 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

menunjukkan nilai (7.314) dengan <0,001 yang berarti terdapat pengaruh bermakna peningkatan berat badan antara kelompokdan Dari ketiga perhitungan didapatkan

dan berat maka dapat disimpulkan bahwa pemberian jamu cekok mempunyai pengaruh yang

Ada bukti yang baik bahwa gangguan perilaku makan dapat dikaitkan dengan perkembangan suboptimal, yang berkaitan dengan

kecukupan asupan makanan. hal ini menyebabkan pada saat pengukuran antropometrik dengan berat badan menunjukkan gizi yang kurang.(1)

obat-obatan herbal terus meningkat di seluruh dunia sebagai pengobatan alternatif untuk mengurangi sejumlah masalah kesehatan termasuk penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kanker dan bahkan untuk meningkatkan berat badan anak.(11)

Jamu cekok termasuk salah satu produk jamu yang diminati oleh masyarakat karena dianggap lebih murah, mudah didapat, dan tidak ada efek samping. Proses pembuatan jamu cekok tergolong mudah, pengunaan alat masih sangat sederhana dan bahan baku yang berupa kunyit, temulawak temu ireng, temu giring, tempe bosok, lempuyang emprit, dawung, daun jambu biji, sambiloto dan inggu mudah didapatkan dari tanaman obat pekarangan. Masyarakat masih meyakini tingginya konsumen jamu disebabkan karena alasan bahwa jamu aman dikonsumsi karena terbuat dari bahan alami, bebas dari bahan kimia, murah, dan khasiatnya lebih

terasa. (5)

Jamu cekok dipercaya memiliki khasiat sebagai perangsang munculnya nafsu makan anak sekaligus sebagai ramuan yang dapat membunuh cacing pengganggu dalam tubuh anak yang merebut sari-sari makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Secara umum proses kerja obat penambah nafsu makan anak adalah meningkatkan metabolisme, menekan dan menghambat asam lambung, dan merangsang sekresi makanan sehingga dapat meningkatkan nafsu makan.(6)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

terhadap peningkatan berat badan batita. Pemberian jamu cekok pada minggu keempat mempunyai hasil peningkatan berat badan yang lebih banyak yaitu sebesar 7.314 jika dibandingkan dengan pemberian jamu pada minggu ketiga sebesar 6.872, dan kedua sebesar 5.787. Jadi semakin lama batita mengkonsumsi jamu cekok dapat dikatakan secara statistic memiliki peningkatan berat badan yang

sebelumnya dimana jamu cekok diaplikasikan pada mencit, didapatkan pada kelompok kontrol ternyata

Dari hasil penelitian didapatkan, anak yang mengkonsumsi jamu cekok secara teratur semakin lama mengalami peningkatan berat badan

lain yang dilakukan Margiyanti dari penelitian diperoleh hasil bahwa ada hubungan pemberian jamu cekok dengan peningkatan nafsu makan

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

Tabel 2. Pengaruh Budaya Pemberian Jamu Cekok Terhadap Peningkatan RerataBadan Batita Di Wilayah Kota Surakarta

Kelompok Mean Rank Sum of Rank Z P Value* Pre – Post 1 31.58 1800.00 5.787 <0,001Pre - Post 2 33.90 2237.50 6.872 <0,001Pre – Post 3 36.49 2554.00 7.314 <0,001

7JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Nafsu makan erat kaitannya dengan berat badan.

diikuti dengan penurunan berat badan yang cukup drastis sehingga memiliki berat badan dibawah

mengakibatkan berbagai masalah. Berat badan yang mencapai di bawah 75% berat badan normal dapat menyebabkan gangguan perkembangan anak dan osteoporosis dini. Selain itu, sintesi protein fungsional otak juga dapat terganggu dan menyebabkan gangguan otak yang apabila kronik

(9)

(2013) menjelaskan bahwa beberapa jenis tanaman herbal atau jamu bila di kaji dengan tepat dapat memberikan efek yang baik pada manusia. Penggunaan tanaman jamu sampai saat ini masih di lakukan salah satunya di India sebagai alternatif pengobatan. Hal ini dikarenakan penggunaan jamu lebih mudah di dapat tidak perlu resep dokter dan bila diproses dengan baik dapat meningkatkan kesehatan.(11)

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Marni yang menyatakan bahwa jamu cekok dapat meningkatkan nafsu makan dan berat badan pada anak. Dari hasil penelitian kualitatif

menunjukkan orang tua masih memberikan jamu cekok bagi anaknya untuk meningkatkan nafsu makan. Selain itu diatambahkan bahwa Ramuan jamu cekok telah terbukti secara empiris meningkatkan nafsu makan dan berat badan. Jenis ramuan jamu cekok yang berkhasiat untuk meningkatkan berat badan adalah kunyit, temulawak

, temu ireng , temu giring ,

lempuyang emprit , papaya , sambiloto

tempe bosok (tempe yang sudah difermentasi 24 sampai 96 jam).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan berat badan anak pada setiap pemeriksaan. Hasil analisis bivariate juga

berat badan di setiap pemeriksaan. Disarankan bagi masyarakat untuk pemilihan jamu cekok hendaknya selektif dan memilih yang sudah terpercaya untuk peningkatan berat badannya serta memperhatikan jangka waktu penggunaanya.

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

8 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

DAFTAR PUSTAKA

2009;49(9):960–5.

Ind Med Gaz. 2011;(October):407–13.

2013.

[Internet]. 2017;10(1):19–28. Available From: Http://Journal.Sbm.Itb.Ac.Id/Index.Php/Ajtm/Article/Download/2195/Pdf_23

Jur Teknol Has Pertan Univ Lampung, Bandar Lampung. 2015;4:135–9.

Universitas Lampung; 2018.

Jakarta: Salemba Medika; 2013.

Jakarta: Univaersitas Indonesia; 2012.

Pros Semin Nas

[Internet]. Uin Alauddin Makassar; 2017. Available From: Http://Www.Albayan.Ae

2013;2013(2):14.

J

Budaya Pemberian Jamu Terhadap Peningkatan Rerata Berat Badan Batita

9JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Resiko Ergonomi Low Back Pain Dalam Menolong Persalinan Pada Bidan

RESIKO ERGONOMI LOW BACK PAIN DALAM MENOLONG PERSALINAN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRIDI KECAMATAN CIMANGGGIS, BOGOR 2015

Nur Aini 1), Desi Rusmiati 2)

ABSTRACT

Keywords: lowback, midwives, Rapid Upper Limb Assessment (RULA), help deliveries

10 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Resiko Ergonomi Low Back Pain Dalam Menolong Persalinan Pada Bidan

ABSTRAK

Bidan dalam menjalankan tugas melayani pasien berisiko tinggi mengalami terutama saat menolong persalinan.Gerakan berulang saat melakukan penjahitan, saat memindahkan pasien, membungkuk dan posisi statis berdiri dalam durasi lama. Dampaknya dalam jangka waktu panjang dari keluhan seperti kelainan struktur tulang, HNP sampai kepada kelumpuhan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan durasi kerja dan postur kerja dengan keluhan

. Metode Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain observasional menggunakan pendekatan Populasinya adalah bidan yang berpraktik di wilayah kecamatan Cimanggis dengan sampel sebanyak 44 responden.Data dikumpulkan pada bulan Mei tahun 2015 menggunakan kuesioner dan menggunakan analisa risiko ergonomi yaitu RULA, dianalisis secara deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji Hasil: bidan dengan keluhan berat sebesar 61%, ringan sebesar 17%. Analisa bivariat didapatkan hasil hubungan antara durasi kerja dengan terdapat hubungan antaradurasi kerja dan postur kerja dengan keluhan . Saran Sebaiknya bidan bekerja dengan aman untuk tubuhnya dengan menjaga posisi tubuh yang baik dan meminimalisir gerakan berulang dan statis.

Kata kunci:low back pain, midwives, Rapid Upper Limb Assesment (RULA), menolong persalinan

PENDAHULUAN

Gangguan muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan

termasuk diantaranya menjadi perhatian serius bagi banyak

organisasi, industri dan pekerja dibidang kesehatan termasuk diantaranya bidan. Pada penelitian dari pekerja kesehatan didapatkan keluhan nyeri pada 22% (punggung), 28% (leher / bahu) dan 12% (lutut) dan 31% , 29% (leher / bahu) dan 65% (lutut). 2 Bidan dalam menjalankan tugas sehari - hari melakukan aktivitas yang berisiko tinggi mengalami terutama saat menolong persalinan.1 Dampaknya dalam jangka waktu panjang dari keluhan seperti kelainan struktur tulang,

sampai kepada kelumpuhan.2

Faktor yang sangat mempengaruhi diantaranya durasi kerja dengan postur

janggal, pada pekerja dengan postur membungkuk leher ke depan atau posisi leher ke depan untuk waktu yang lama merupakan faktor risiko yang paling penting merangsang nyeri punggung , diikuti

yang sama hampir untuk sepanjang hari . Selain itu, cukup istirahat dan merupakan faktor protektif dari nyeri punggung bawah.3

Dari hasil wawancara pada survei awal yang dilakukan dengan menggunakan pada pada seluruh bidan yang berpraktik secara

dari mereka merasakan keluhan nyeri punggung bawah setelah menolong persalinan. Hal ini yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian tentanghubungan durasi kerja dan postur tubuh dengan keluhan pada bidan di

Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko ergonomi dan melihat hubungan durasi kerja dan postur kerja dengan keluhan pada bidan di kecamatan Cimanggis tahun 2015.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah bidan yang

11JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Resiko Ergonomi Low Back Pain Dalam Menolong Persalinan Pada Bidan

berpraktik di wilayah ranting Cimanggis dengan

adalah bidan yang berpraktik di wilayah kecamatan Cimanggis dan mempunyai izin praktik, tidak ada riwayat penyakit yang berhungan dengan

Data dikumpulkan pada bulan Mei tahun 2015 menggunakan kuesioner dan menggunakan tools analisa risiko ergonomi yaitu RULA4, kemudian data dianalisis secara deskriptif analitik, analisis bivariat menggunakan uji dengan uji

< 0.005.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASILTabel 1 menunjukan lebih dari separuh

responden mengalami keluhan berat sebanyak 61,4%. Durasi kerja saat menolong persalinan adalah paling banyak > 60 menit sebesar 45,5% sedangkan postur janggal dengan resiko tinggi sebesar 61,4 %.

Berdasarkan hasil tabel 2 pada kelompok bidan yang durasi kerja > 60 menit ada 80% yang mengalami berat, sedangkan pada

ada 45 % yang berat. Berdasarkan uji statistik diperoleh pvaluesebesar 0,010 dan nilai ini < 0,05 sehingga secara statistic menjadi bermakna dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan durasi kerja dengankeluhan nyeri

punggungbagian bawah atau pada tahun 2015. Sedangkan pada skor analisa postur tubuh saat bekerja dengan risiko rendah sebesar 35,3 %, pada kelompok bidan dengan postur risiko tinggi ada sebesar 64,7%. Berdasarkan uji statistik diperoleh sebesar 0,030 dan nilai ini < 0,05 sehingga secara statistik menjadibermakna dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan postur kerja dengan pada tahun 2015.Dengan nilai OR masing masing yaitu durasi 4,7 dan postur kerja 6,4 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing masing bidan yang durasi kerja berdiri lebih dari 60 menit dan postur tubuh saat bekerja resiko tinggi berisiko 4- 6 kali berisiko mengalami keluhan

Tabel 2. Hubungan Durasi Kerja Dan Postur Kerja Dengan Keluhan Low Back Pain

Low back pain Jumlah Nilai nilai

variabel Berat Sedang p OR

N % N %

Durasi > 60 menit 16 80 4 20 20 100 0,010 6,417

Postur kerja Risiko Tinggi 21 77,8 6 22,2 27 100 0,030 4,727 Risiko Rendah 6 35,3 11 64,7 17 100

Tabel 1. Distribusi Frekuensi low back pain

variabel Jumlah Persentase (n) (%)

Low back pain Berat 27 61,4 Ringan 17 38,6Durasi Kerja > 60 menit 20 45,5

Postur kerja Risiko Tinggi 27 61,4 Risiko Rendah 17 38,6

12 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan lebih darisebagian responden mengalami keluhan

berat. Banyak hal yang mempengaruhi diantaranya durasi bekerja terutama

statis dan berulang serta postur bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan berulang-ulang yang melibatkan posisi membungkuk dan manipulasi manual meningkatkan risiko nyeri punggung kronis di masa depan.5

durasi kerja dengan , terutama waktu berdiri yang lebih dari satu jam dengan kondisi statis menyebabkan penggunaaan otot punggung berkontraksi karena menahan beban tubuh dan juga tulang belakang.Tubuh hanya bisa mentolerir tetap berdiri dengan satu posisi hanya selama 20 menit. Jika lebih dari batas tersebut, perlahan elastisitas jaringan akan berkurang dan akhirnya tekanan otot meningkat dan timbul

. Posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk.6 Oleh karena itu pengendaliannya adalah dengan melakukan perubahan posisi dalam durasi tertentu atau dengan duduk saat melakukan tindakan persalinan terutama saat penjahitan luka perinium, karena butuh ketelitian dan jangka waktu yang lama. Selain itu yang perlu di perhatikan adalah bahwa pekerjaan bidan

Fisik perlu kuat karena pada saat pertolongan persalinan bidan melakukan pengawasan dari

mulai persalinan sampai dengan ibu sehat dan bisa pulang ke rumah. Secara mental harus kuat dalam mengatasi dan menyikapi risiko komplikasi pada ibu dan janin saat persalinan. Stress kerja juga dapat mempengaruhi lowbackpain.7

ini adalah adanya hubungan antara postur kerja dengan keluhan , hal ini disebabkan banyak bidan yang bekerja dengan posisi miring saat menolong persalinan sehingga terjadi nyeri pada otot . Selain itu ada kegiatan manual handling seperti memindahkan pasien dari tempat tidur persalinan ke tempat tidur kamar perawatan, melakukan penjahitan, menyuntik dengan postur yang janggal.10

mengatur posisi tubuh bidan berada tepat di depan pasien dengan terlebih dahulu membuka tempat tidur menjadi dua lalu diberi penopang kaki pasien, sehingga bidan yang membantu tidak perlu lagi memegangi kaki pasien.

SIMPULAN

postur kerja bidan dengan keluhandalam menolong persalinan.

Untuk mencegah keluhan sebaiknya bidan dapat mengatur durasi kerja dan tetap menjaga postur tubuh dengan baik serta melakukan perubahan posisi bekerja dengan duduk namun mengurangi statis dengan relaksasi. Serta menggunakan peralatan bekerja dengan yang ergonomis sesuai kemampuan bidan.

Resiko Ergonomi Low Back Pain Dalam Menolong Persalinan Pada Bidan

13JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

DAFTAR PUSTAKA

JOGNN - Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 41(1), pp.71–81.

European journal of pain (London, England), 16(10), pp.1437–43.

Biomedical and environmental sciences : BES, 25(4), pp.421–9.

Applied Ergonomics, 24(2), pp.91–99.

Scandinavian journal of work, environment & health, 28(5), pp.314–23.

Jakarta: Sagung Seto

Safety and health at work. 2014 Mar 1;5(1):13-6.

Surakarta: Uniba Press

Medical Journal of Indonesia, 20(3), p.212.

Journal of Urmia Nursing And Midwifery Faculty 12.1 (2014): 0-

Surakarta: Uniba Press

Jakarta:PT Rineka Cipta, 2005

Resiko Ergonomi Low Back Pain Dalam Menolong Persalinan Pada Bidan

14 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

PENGARUH SENAM HAMIL MENGGUNAKAN BOLA PERSALINAN TERHADAP PERSEPSI NYERI PERSALINAN DAN EFIKASI DIRI PRIMIGRAVIDA

Wenny Indah Purnama Eka Sari1

ABSTRACT

15JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

PENDAHULUAN

masa yang berkelanjutan dalam proses reproduksi manusia. Selama kehamilan, terjadi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang tidak hanya menyebabkan

dan perilaku. Menjaga keseimbangan antara nutrisi, cairan, olahraga dan istirahat sangatlah penting, hal ini bermanfaat untuk memantapkan kesejahteraan ibu dan janin selama kehamilan dan proses persalinan. Salah satu cara untuk mempertahankan

mental ibu hamil untuk mencapai persalinan adalah dengan senam hamil.1,2

Senam hamil sangat membantu ibu dalam mengendalikan nyeri persalinan, karena pada persalinan terjadi kekhawatiran dan kecemasan yang disebabkan ketidaktahuan akan proses yang terjadi menyebabkan ibu bersalin merasa takut dan stress sehingga menimbulkan persepsi nyeri.3

Persepsi nyeri dalam persalinan erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri antara lain emosional, motivasi, sosial budaya dan kepercayaan diri.

sebagai keyakinan ibu terhadap kemampuannya untuk mengatasi nyeri yang dirasakan sehingga ibu dapat mengontrol dan mengatasi nyeri secara alami sehingga proses persalinan berlangsung lancar.4

Dalam Psikologi keyakinan atas kemampuan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu disebut

5 Strategi koping membantu dalam

memegang peranan penting dalam kemampuan ibu bersalin dalam menjalani persalinan. Jika ibu merasa percaya diri, ia mampu mengatasi persalinan dan menikmati pengalaman persalinan yang positif.6

yang cukup selama kehamilan dan mengubah gaya hidup mereka. Hasil penelitian menunjukan bahwa

ABSTRAK

Senam hamil merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kesehatan ibu hamil serta mempersiapkan

keyakinan diri dalam bersalin dan meningkatkan kapasitas respon untuk menyesuaikan diri terhadap kemampuan mengatasi nyeri. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh senam hamil menggunakan

menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan pendekatan pretest-posttest control grup design, dengan jumlah sampel 34 responden. Pengambilan sampel secara konsekutif sampling dibagi dengan teknik random

persalinan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari CBSEI. Pengujian statistik menggunakan analisis uji Mann-Whitney dan uji chi square. Hasil penelitian terdapat pengaruh senam hamil bola persalinan

nyeri yang lebih ringan.

16 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

ibu hamil yang memutuskan untuk melakukan senam hamil secara teratur karena keyakinan setelah memperoleh informasi tentang manfaat senam hamil secara komprehensif.7

Penggunaan bola persalinan secara bertahap, telah direkomendasikan sebagai alat yang dapat digunakan untuk kenyamanan dan kebugaran selama hamil, bersalin dan masa nifas. Secara psikologis, senam menggunakan bola persalinan memperbaiki keseimbangan, koordinasi dan kesadaran tubuh karena sifatnya yang dinamis, membantu ibu mengontrol tubuhnya sendiri dan membangun kepercayaan diri. Sekitar 42% ibu yang merasakan percaya diri dalam persalinan berkaitan dengan sikap positif saat persalinan. Pentingnya kepercayaan diri dalam persepsi nyeri persalinan, didukung oleh data dari penelitian klinis yang menunjukan bahwa ibu yang memiliki kepercayaan diri memiliki kemampuan mengatasi nyeri persalinan.4,8

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan

dilakukan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

hamil, dan dilakukan setelah 6 minggu. Penelitian ini juga mengukur persepsi nyeri persalinan yang dilakukan pada saat fase aktif persalinan, akan dibandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi juga berikan konseling yang diberikan oleh bidan sebagai konselor.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengikuti senam hamil di wilayah Puskesmas Perumnas. Sampel penelitian adalah ibu hamil primigravida yang mengikuti senam hamil berjumlah 34 responden dengan teknik pengambilan sampel konsekutif sampling dibagi dua kelompok secara random permutasi blok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 17 responden untuk intervensi melakukan senam

hamil menggunakan bola persalinan dan kontrol

inklusi dalam penelitian ini adalah umur kehamilan 30-32 minggu, kehamilan tunggal, tidak ada riwayat keguguran, presentasi kepala, mampu

menjadi responden dan menandatangani informed

adalah terdapat riwayat penyakit menular seperti TB dan tahunan seperti hipertensi dan asma, terdapat riwayat penyakit yang menyertai kehamilan seperti asma, hipertensi, TB, jantung, DM, dan terdapat komplikasi dalam kehamilan seperti preeklampsi, placenta previa, perdarahan pervagina. Subjek penelitian dikeluarkan dari penelitian apabila selama penelitian mengalami salah satu atau lebih kriteria responden tidak mengikuti senam hamil menggunakan birth ball dengan minimal total latihan 6 jam, responden yang melahirkan

melahirkan dengan tindakan atau SC, melahirkan tidak di fasilitas kesehatan tempat penelitian dilaksanakan, dan mengundurkan diri sebelum penelitian selesai.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar pengukuran

untuk mengukur persepsi nyeri persalinan dan lembar kuesioner

Data dianalisis menggunakan analisis uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan persepsi

uji chi squre untuk melihat pengaruh senam hamil

diri dan analisis regresi linear multiple untuk mengetahui pengaruh senam hamil menggunakan

nyeriPenelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret sampai Mei 2018 di Bidan Praktik Mandiri

Rejang Lebong, Bengkulu, setelah mendapat

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

17JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

HASIL PENELITIAN

ini meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan.

kelompok disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel Kelompok Nilai p Intervensi Kontrol n % n %

1. Usia 1,000 * < 20 tahun 2 11,8 2 11,8 20-35 tahun 15 88,2 15 88,2

2. Pendidikan 1,000 * Rendah 2 11,8 3 17,6 Tinggi 15 88,2 14 82,4

3. Pekerjaan 0,492 ** Tidak 10 58,8 8 47,1 Bekerja 7 41,2 9 52,9

Tabel 1 menunjukan bahwa karakteristik responden pada kedua kelompok penelitian tidak menunjukan perbedaan yang bermakna (p>0,05) sehingga kedua kelompok dikatakan homogen dan layak dibandingkan.

Tabel. 2 Perbedaan Persepsi Nyeri

Persepsi Nyeri Kelompok Nilai p*Persalinan Intervensi Kontrol (n = 17) (n = 17)

X (SD) 5,1 6,7 Median 5 7 0,001 *Rentang 4-7 5-9

Tabel 2 menunjukan bahwa terdapat

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p<0,05.

Intervensi Kontrol (n = 17) (n = 17)

X (SD) 92,53 100,8 Median 87 89 0,290Rentang 75 - 123 77 - 156

(SD) 113,35 105,24 0,004Median 130 98 Rentang 83 - 157 80 - 156 Peningkatan 48,1% 8,2% < 0,001

Tabel 3 menunjukan bahwa terdapat peningkatan

dan kelompok kontrol, dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p < 0,05.

Tabel 4. Pengaruh Senam Hamil Bola Persalinan Terhadap Persepsi Nyeri Persalinan

Kelompok Kategori Persepsi Nyeri Nilai RR Berat Sedang p* (IK 95%) Intervensi 2 15 0,004 5,00 (1,28-19,50)

Berdasarkan tabel 4 ditemukan terdapat pengaruh senam hamil menggunakan bola

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

18 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

persalinan terhadap persepsi nyeri persalinan dengan nilai p < 0,05. Hasil perhitungan risiko relatif diperoleh nilai RR = 5,00 artinya ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil bola persalinan memiliki resiko memiliki persepsi nyeri berat sebesar 5 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan senam hamil bola persalinan.

Tabel 5. Pengaruh Senam Hamil

terhadap Persepsi Nyeri Berdasarkan Analisis Regresi Linear Multiple

(B) (B) t p*

Senam 0,052 0,100 5,869 0,605Hamil (X1)

Diri ( X2)

Tabel 5 menunjukan bahwa variabel senam

berpengaruh terhadap persepsi nyeri persalinan. diperoleh sebesar

0,781, berarti bahwa senam hamil menggunakan

persepsi nyeri sebesar 78%, dan sebesar 22% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti.

PEMBAHASAN

Deskripsi hasil penelitian pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 20 – 23 tahun (88,2%). Latar belakang pendidikan, bahwa reponden sebagian besar pendidikan tinggi (85,3%) dan status pekerjaan responden, sebagian besar ibu tidak bekerja ( 52,9 %).

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan gambaran bahwa seluruh karakteristik subjek penelitian baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna (P>0,05). Hal ini penting untuk memastikan bahwa ancaman terhadap validitas internal tidak ada, sehingga peneliti meyakini bahwa yang didapat benar-benar berasal dari senam hamil menggunakan menggunakan bola persalinan.

Secara statistik menggunakan uji Mann-Whitney hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan persepsi nyeri persalinan pada kelompok intervensi yang melakukan senam hamil menggunakan bola persalinan, uji chi squre menunjukan terdapat pengaruh senam hamil menggunakan bola persalinan terhadap persepsi nyeri persalinan, dan analisis multivariabel. Beberapa penelitian-penelitian sebelumnya, penggunaan bola persalinan dalam proses persalinan menjadi alternatif dalam manajemen nyeri persalinan. Dalam penelitian ini, bola persalinan hanya digunakan pada saat senam hamil, dan pada saat persalinan ibu bersalin tidak menggunakan bola persalinan. Pada intervensi senam hamil menggunakan bola persalinan, ibu diajarkan teknik bernafas dan relaksasi, sehingga ibu dapat melakukan koping terhadap nyeri sehingga ibu tetap merasa nyaman selama persalinan. Sikap positif terhadap peristiwa persalinan membuat

dapat menurunkan intensitas nyeri.9

Latihan pernapasan merupakan metode yang efektif dalam mengurangi nyeri persalinan dengan memfasilitasi ibu dalam mengontrol persepsi nyerinya dengan mengurangi tekanan pada perineum serta mengurangi dorongan kepala bayi. Dorongan kepala bayi dan perluasan otot uterus menyebabkan peningkatan kontraksi uterus dapat dihilangkan dengan bernapas dalam-dalam. Menghirup napas dalam dan menghembuskan nafas panjang yang dilakukan dalam latihan pernapasan membantu mobilisasi otot-otot dasar panggul dan otot perut sehingga mengurangi persepsi nyeri persalinan.10,11

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

19JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Relaksasi yang diperoleh dari latihan bola persalinan merupakan salah satu pengendali nyeri non farmakologis. Penggunaan teknik relaksasi dan latihan pernafasan persiapan persalinan

otonom merupakan sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostatis dalam lingkungan internal individu sehingga otot-otot menjadi tidak terlalu lelah sehingga ibu bersalin dapat mengurangi nyerinya dengan cara mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol reaksi terhadap nyeri.12,13

menggunakan bola persalinan adalah memperbaiki postur tubuh, relaksasi dan peregangan dan penguatan otot panggul. Sekendiz et al menyatakan bahwa gerakan menggunakan bola persalinan

dan keseimbangan tubuh, punggung bawah, dan paha depan. Dalam senam hamil bola persalinan ibu duduk senyaman mungkin dan bentuk bola dapat menyesuaikan dengan bentuk tubuh ibu membuat ibu lebih mudah relaksasi, dan ligamen otot menjadi kendor dan mengurangi tekanan sacroiliac, pembuluh darah sekitar uterus dan tekanan pada kandung kemih, punggung, pinggang, tulang ekor serta mengurangi tekanan pada perineum.13,14

Senam hamil menggunakan bola persalinan dapat memfasilitasi keyakinan diri dalam bersalin, dapat meningkatkan kapasitas respon untuk menyesuaikan umpan balik diri terhadap kemampuan mengatasi rasa nyeri, dan

memperbaiki postur tubuh dan mengurangi nyeri punggung, dapat mengurangi tekanan pada pinggang dengan menggerakan janin ke depan dari pinggang ibu secara sementara dan mengurangi tekanan pembuluh darah dan vesika urinaria. Proses ini membuat ibu rileks sehingga ketegangan yang akhirnya berdampak pada pengurangan nyeri persalinan dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu selama persalinan. Penurunan nyeri persalinan mempromosikan kenyamanan dan relaksasi yang dapat membangun kepercayaan diri ibu sehingga membantu mengontrol dirinya dan

meningkatkan kesejahteraan psikoemosional dan

evaluasi penggunaan birth ball pada intrapartum, sebanyak 66% dilaporkan terjadi penurunan tingkat nyeri setelah menggunakan birth ball.15

Penggunaan bola persalinan sebagai alat untuk kenyamanan dan kebugaran selama hamil, bersalin

psikologis. Secara psikologis, senam menggunakan bola persalinan memperbaiki keseimbangan, koordinasi dan kesadaran tubuh karena sifatnya yang dinamis, membantu ibu mengontrol tubuhnya sendiri dan membangun kepercayaan diri. Sekitar 42% ibu yang merasakan percaya diri dalam persalinan berkaitan dengan sikap positif saat persalinan. Pentingnya kepercayaan diri dalam persepsi nyeri persalinan, didukung oleh data dari penelitian klinis yang menunjukan bahwa ibu yang memiliki kepercayaan diri memiliki kemampuan mengatasi nyeri persalinan.4,16

kemampuan ibu untuk mengatasi nyeri persalinan dan mempengaruhi pengalaman persalinan baik dari segi fungsi tubuh dan dalam pikiran dan perasaan tentang persalinan. Jika seorang ibu merasa percaya diri dalam menjalani proses persalinan, menikmati pengalaman positif selama persalinan. Bola persalinan terbukti menjadi alat yang direkomendasikan dalam praktis klinis dalam memberikan pengalaman positif selama proses persalinan.17

Dalam penelitian ini, secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara kelompok intervensi senam hamil menggunakan bola persalinan dan kelompok kontrol senam hamil konvensional

Strategi koping membantu dalam proses manajeman

penting dalam kemampuan ibu bersalin dalam menjalani persalinan. Jika ibu merasa percaya diri, ia mampu mengatasi persalinan dan menikmati pengalaman persalinan yang positif.3,4

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

20 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

yang cukup selama kehamilan dan mengubah gaya hidup mereka. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu hamil yang memutuskan untuk melakukan senam hamil secara teratur karena keyakinan setelah memperoleh informasi tentang manfaat senam hamil secara komprehensif.7

Dalam masa persalinan, ibu harus mampu melakukan koping agar selama persalinan merasa aman dan nyaman. Sikap positif terhadap

informasi merupakan aspek terpenting dalam asuhan kebidanan. Dalam bidang kesehatan, pengembangan mutu pelayanan telah bergeser dari pelayanan prima menjadi pelayanan klinik yang perlu perubahan mendasar dalam hal budaya organisasi. Semula budaya organisasi bersifat saling menyalahkan menjadi budaya keselamatan Perubahan budaya tersebut sangat dipengaruhi budaya dan mutu profesi. Perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada setiap tahap persalinan perlu dikenal ibu yang akan bersalin sehingga dia mampu menerima perubahan tersebut dan mengupayakan penyelesaian akibat perubahan serta menangani perubahan tersebut sebaikbaiknya. Pada masa persalinan, ibu harus mampu melakukan agar selama persalinan merasa aman dan nyaman. Sikap positif terhadap peristiwa persalinannya

Mekanisme koping atau mekanisme mengelola stresor diperlukan ibu bersalin yang kemungkinan dapat diselesaikan dengan cara konseling.9

menggunakan bola persalinan sangat penting disampaikan oleh bidan, agar ibu hamil dapat memahami secara komprehensif manfaat melakukan senam hamil menggunakan bola

manfaat psikologis sehingga merasa lebih percaya diri dalam menghadapi proses persalinan.15,17

Hasil penelitian menunjukan pemberian informasi

berdampak terhadap kesehatan pada masa antenatal seperti peningkatan berat badan, tetapi sampai periode nifas.18

bersalin dalam mengatasi nyeri persalinan. Berdasarkan teori Bandura, keyakinan kuat seseorang terhadap kemampuannya melakukan

sebagai indikator prognostik psikologis terhadap

mengarahkan ibu pada kondisi mental yang stabil, sehingga mampu menerima arahan dari bidan. Ibu bersalin yang telah mendapatkan persiapan menghadapi persalinan dengan senam hamil bola persalinan dan konseling persiapan persalinan dan manfaat bola persalinan , akan memperoleh proses pembelajaran dan pengalaman, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kontraksi, dan dapat beradaptasi terhadap nyeri dan ketidaknyamanan selama proses persalinan.

proses persalinan dengan pengalaman positif, dan menggunakan perilaku mengatasi nyeri persalinan

kontraksi menjadi lebih intens dan semakin nyeri, ibu mulai sulit beradaptasi dan mempraktekan perilaku mengatasi nyeri secara tidak efektif, ibu mampu untuk bersantai diantara kontraksi, bernafas panjang, berkonsentrasi, mempertahankan pengendalian emosi dan mendengarkan instruksi orang lain.19

satu cara untuk mengurangi nyeri persalinan dan membuat pengalaman melahirkan lebih

persalinan membantu ibu memiliki pengalaman positif yang berdampak pada pengurangan nyeri persalinan dengan tindakan dan meningkatkan kesehatan mental ibu setelah melahirkan.20,21

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gau

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

21JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

et al menyatakan bahwa senam bola persalinan menurunkan intensitas nyeri persalinan dan

dan nyeri persalinan.17

bersalin dalam mengatasi nyeri persalinan. Berdasarkan teori Bandura, keyakinan kuat seseorang terhadap kemampuannya melakukan

sebagai indikator prognostik psikologis terhadap

mengarahkan ibu pada kondisi mental yang stabil, sehingga mampu menerima arahan dari bidan. Ibu bersalin yang telah mendapatkan persiapan menghadapi persalinan dengan senam hamil menggunakan bola persalinan dan konseling persiapan persalinan dan manfaat bola persalinan, akan memperoleh proses pembelajaran dan pengalaman, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kontraksi, dan dapat beradaptasi terhadap nyeri dan ketidaknyamanan selama proses

ibu dapat melalui proses persalinan dengan pengalaman positif, dan menggunakan perilaku mengatasi nyeri persalinan dengan teknik bernafas

lebih intens dan semakin nyeri, ibu mulai sulit beradaptasi dan mempraktekan perilaku mengatasi nyeri secara tidak efektif, ibu mampu untuk bersantai diantara kontraksi, bernafas panjang, berkonsentrasi, mempertahankan pengendalian emosi dan mendengarkan instruksi orang lain.22

satu cara untuk mengurangi nyeri persalinan dan membuat pengalaman melahirkan lebih

persalinan membantu ibu memiliki pengalaman positif yang berdampak pada pengurangan nyeri persalinan dengan tindakan dan meningkatkan kesehatan mental ibu setelah melahirkan.23

KESIMPULAN

Pelaksanaan senam hamil menggunakan bola persalinan efektif untuk mengurangi persepsi nyeri

memiliki persepsi nyeri yang lebih rendah.

DAFTAR PUSAKA

1. Bandung: Sagung Seto. 288 p.

2.

BHAMADA. 2014;5(1):113.

JOGNN.20(6):74.

Researching Nursing & Health.16:95.

Psychology of Growth Outdoor Education & self constructs 2005; http://www.wilderdom.com/self/

6.

Researchin Nursing & Health.12:97.

Journal of the Mississippi State Medical Association;46(3):67-73

8.

Matern Child Health J. Jul 2014;18(5):1280-1290

9. Journal

of Educational, Health and Community Psychology. 2012;Vol 1(No. 1):27

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

22 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

10.

Iranian journal of nursing and midwifery research. Jan-Feb 2017;22(1):62-66.

11.

Journal of Integrative Medicine. 2017;15(6):456-461.

12.

Journal of Midwifery & Women’s Health Volume 49(No. 6):16.

13.

Journal of Strength and Conditioning Research. 2010;24(11):9

14.

10(No. 2):615.

Gynaecol Obstet Midwifery. 2011;11:616.

Matern Child Health J. Jul 2014;18(5):1280-1290

17.

Midwifery. Dec 2011;27(6):e293-300

18.

Open Journal of Obstetrics and Gynecology. 2012;02(04):346-355

19.

Journal of clinical nursing. Aug 2009;18(15):2125-2135.

20.

J Midwifery Womens Health. Mar-Apr 2014;59(2):192-197

21.

BMC pregnancy and childbirth. Feb 13 2015;15:29.

22.

Journal of clinical nursing. Aug 2009;18(15):2125-2135

23.

J Midwifery Womens Health. Mar-Apr 2014;59(2):192-197.

Pengaruh Senam Hamil Menggunakan Bola Persalinan

23JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN KONSELING TERHADAP SIKAP KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN KONSELING PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2018

Ai Nurasiah1, Mala Tri Marliana2

ABSTRACT

Keywords: attitudes of posyandu cadres, counseling skills

Pengaruh Pelatihan Keterampilan Konseling Terhadap Sikap Kader Posyandu

24 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Pelatihan Keterampilan Konseling Terhadap Sikap Kader Posyandu

ABSTRAK

payudara, sedangkan di Indonesia kanker serviks menduduki peringkat pertama. Sebanyak 15.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan angka kematian 7.500 kasus per tahun.Sedangkan di Jawa Barat

menekan tingginya kasus kanker serviks yaitu dengan memberikan konseling di tingkat dasar yaitu di masyarakat. Upaya ini bisa melibatkan kader posyandu, karena kader merupakan ujung tombak dalam kegiatan yang mendukung permasalahan kesehatan. Akan tetapi, sebagian besar sikap kader posyandu dalam memberikan konseling masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh

quasi eksperimen dengan desain dan Sampel penelitian ini adalah kader posyandu di Desa Bayuning sebanyak 20 orang dengan teknik pengambilan sampel secara Teknik analisis data menggunakan uji wilxocon. Hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah pelatihan dengan nilai p = 0,005, ada perbedaan keterampilan sebelum dan sesudahpelatihan (p = 0,025). Diharapkan kader posyandu dapat memberikan konseling kepada seluruh wanita usia subur agar dapat mencegah kejadian kanker serviks serta serta begitu juga pihak puskesmas dapat melakukan pendampingan secara rutin terhadap kompetensi kader posyandu dan mengadakan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

Kata Kunci : sikap kader posyandu, keterampilan konseling

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan reproduksi diantaranya kanker serviks yang merupakan penyebab kematian nomor dua pada perempuan di dunia setelah kanker payudara, sedangkan di Indonesia kanker serviks menduduki peringkat pertama. Sebanyak 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Sebanyak 15.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan angkakematian 7.500 kasus per tahun1. Sedangkan di Jawa Barat pada tahun 2016 sebanyak 1,29% dan di

2.

berada di daerah serviks membelah tidak terkendali sehingga menjadi abnormal hingga membentuk tumor. Penyebab kelainan sel - sel pada serviks tersebut dapat disebabkan karena infeksi (HPV). Salah satu upaya untuk menekan tingginya kasus kanker

serviks yaitu dengan memberikan konseling

komunikasi interpersonal yang sering digunakan dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku dalam bidang kesehatan3. Upaya ini bisa melibatkan kader posyandu, karena kader merupakan ujung tombak dalam kegiatan yang mendukung permasalahan kesehatan serta kader berasal dari masyarakat itu sendiri, sehingga mereka mampu bergerak secara luas dan luwes. Hasil wawancara dengan 5 orang kader posyandu

besar merekatidak pernah memberikan konseling kesehatan reproduksi termasuk pencegahan kanker serviks. Upaya peningkatan kapasitas kader posyandu dalam memberikan komunikasi dapat dilakukan pelatihan yang diharapkan kader posyandu kompeten dalam memberikan konseling sehingga memiliki sikap yang baik dalam menjaga kesehatan reproduksi dan mampu mencegah penyakit kanker serviks3. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh

25JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Pelatihan Keterampilan Konseling Terhadap Sikap Kader Posyandu

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain dan

Dalam penelitian ini subjek penelitian sebelumnya dilakukan pre test untuk mengetahui sejauh mana sikap kader posyandu. Setelah diberikan

kader posyandu diberikan pelatihan konseling dan kemudian dilakukan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 20 orang.

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan daftar keterampilan konseling. Analisis data dengan menggunakan uji beda , untuk mengetahui rata-rata dua sampel yang berpasangan. Akan tetapi hasil uji normalitas data didapatkan bahwa data tidak berdisitribusi normal maka analisis data dengan menggunakan uji wilxocon. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menilai konseling pencegahan kanker servik dan sikap kader posyandu dalam pencegahan kanker serviks. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2019 di

Metode pelatihan dengan ceramah, diskusi, dan demontrasi keterampilan konseling.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian telah dilakukan pada bulan Juni 2018 sebanyak 2 kali yaitu sebelum diberikan pelatihan dan yang ke-2 dilakukan setelah 2 minggu diberi pelatihan baik sikap maupun keterampilan konseling. Adapun hasil penelitian pada kader posyandu sebelum diberikan dan sudah diberikan pelatihan konseling sebagai berikut :

Tabel 1. Rata-Rata Sikap dan Keterampilan Konseling sebelum dan setelah diberikan pelatihan di Desa Bayuning Kecamatan

Kadugede Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Variabel Eksperimen

n Rata ± s.d Nilai p

SikapSebelum (Pre Tes) 20 1,30±0,470 0,005Sesudah (Post Tes) 20 1,70±0,470

KeterampilanSebelum (Pre Tes) 20 1,50 ± 0,513 0,025Sesudah (Post Tes) 20 1,75± 0,444

Berdasarkan table tersebut diketahui bahwa rata-rata skor sikap responden sebelum dilakukan pretes yaitu 1,30 ± 0,470 dan rata-rata skor setelah dilakukan posttes yaitu 1,70 ± 0,470 dan hasil uji beda didapatkan nilai p = 0,005 dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara skor sikap sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

Rata-rata skor keterampilan responden sebelum dilakukan pretes yaitu1,50 ± 0,513 dan rata –rata skor setelah dilakukan posttes yaitu 1,75 ± 0,444 dan hasil uji beda didapatkan nilai p = 0,025 dengan demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara skor keterampilan konseling sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

PEMBAHASAN

Pengaruh pelatihan konseling kanker serviks terhadap sikap kader posyandu

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (70%) memiliki sikap negative sebelum diberikan pelatihan dan sebagian besar (80%) memiliki sikap positif setelah diberikan pelatihan. Hasil uji beda didapatkan terdapat peningkatan skor rata-rata

26 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

sikap responden sebelum dilakukan pelatihan

menunjukkan adanya pengaruh pelatihan terhadap sikap responden.

Perubahan sikap responden dipengaruhi oleh adanya perubahan pengetahuan tentang pencegahan kanker serviks. Sikap positif yang terbentuk disebabkan oleh karena adanya pemberian materi tentang pencegahan kanker serviks pada saat pelatihan keterampilan konseling kanker serviks. Perubahan tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang adalah pengetahuan5. Semakin banyak pengetahuan seseorang maka seseorang tersebut akan memiliki sikap dan tindakan yang positif terhadap suatu objek. Pengetahuan yang dimiliki oleh responden memegang peranan penting dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang sifatnya akan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan mementukan sikap terhadap suatu objek. Begitu juga menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2010) bahwa sikap dan tindakan berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu, dengan demikian sikap positif dapat memotivasi individu dalam melakukan konseling. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka5. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Martiningsih, dkk tahun 2014 yang menunjukan adanya perbedaan rata-rata sikap antara peserta pelatihan dan peserta non pelatihan dengan Nilai t hitung 4,164 (P value = 0,000 < 0,05)6.

Pengaruh pelatihan konseling kanker serviks terhadap keterampilan konseling kader posyandu

Hasil penelitian didapatkan bahwa keterampilan responden mengalami peningkatan

posyandu tentang kanker serviks dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung. Pengamatan keterampilan konseling dilakukan 2 minggu setelah melakukan pelatihan. Pelaksanaan pelatihan keterampilan konseling pada kelompok eksperimen dilakukan dengan metode ceramah, dan simulasi atau praktik langsung cara konseling. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sukiarso dalam Sianturi tahun 2012 yang menunjukkan bahwa peningkatan skor keterampilan yang cukup tinggi pada kader yang diberikan pelatihan8.

Peningkatan skor sikap dan keterampilan bisa dikarenakan peserta dilibatkan secara aktif dalam pelatihan. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan adalah ceramah, tanya jawab, simulasi/ , studi kasus, dan praktek langsung dengan teman sebaya. Hal itu menyebabkan peserta pelatihan tertarik dan tidak jenuh, sehingga dapat memahami materi dengan baik. Selain itu, penggunaan narasumber dari puskesmasyang sudah kompeten di bidangnya, mempunyai pengalaman yang banyak, dan dapat mengemas acara pelatihan semenarik mungkin juga menjadi faktor pendukung.

bahwa untuk keberhasilan pelatihan perlu diperhitungkan metode yang tepat sesuai dengan kebutuhan dari para peserta, metode tersebut dikatakan tepat apabila terjadi perubahan yang positif terhadap para peserta pelatihan. Peningkatan skor baik pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada responden mengindikasikan bahwa metode yang dipergunakan dalam pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Selain itu sebagian besar responden merupakan kader aktif di Desa Bayuning, dimana

Pengaruh Pelatihan Keterampilan Konseling Terhadap Sikap Kader Posyandu

27JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

meraka sudah sering berkomunikasi kepada pasien tentang kanker serviks, karena bidan adalah sahabat perempuan, selain itu posyandu Desa Bayuning merupakan salah satu posyandu yang pendapat penghargaan dari gubernur Jawa Barat.

SIMPULAN

1. Terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap responden saat dengan nilai p = 0,005

2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara keterampilan konseling responden saat

dengan nilai p = 0,025

DAFTAR PUSTAKA

Bandung

http://journal.unes.ac.id/index.php/kemas

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jakarta: Rineka Cipta

(Studi di Wilayah Puskesmas

Tahun 2014. http://eprints.undip.ac.id/49465/

Jakarta: Rineka Cipta.

Yogyakarta:

Volume 2 no 1. Januari 2016

Jakarta.

Jakarta: Salemba Medika, hal 23.

Jakarta : Yayasan

Jakarta: Sagung Seto, 5-22.

Jakarta : Rajawali. Hal. 88.

Pengaruh Pelatihan Keterampilan Konseling Terhadap Sikap Kader Posyandu

28 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

PENGARUH TEMAN SEBAYA, LINGKUNGAN KELUARGA DAN BUDAYA TERHADAP PERSEPSIREMAJA TENTANG PERKAWINAN DIBAWAH UMUR

Retno Dumilah1, Achmad Fariji2, Bintang Petralina3

ABSTRACT

Keywords : adolescent’s peers, families environment, culture, the perception of teenagers, under the age of marriage

29JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan dapat dilakukan apabila pihak pria berusia 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.1 Sementara

yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk yaitu melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang merupakan upaya meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.2 Permasalahannya, hingga saat ini fenomena perkawinan dibawah umur merupakan suatu persoalan yang banyak terjadi diberbagai tempat di tanah air terutama di daerah pedesaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi dengan beragam latar belakang.3

menyebutkan, Indonesia menempati urutan ke-37 sebagai negara dengan jumlah perkawinan dini terbanyak di dunia. Pada lingkup ASEAN, Indonesia berada di urutan

rata kelahiran usia remaja yaitu usia 15-19 tahun di Indonesia

meningkat dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 45 per 1.000 kelahiran hidup pada 2012.4-5

2013 mencatat bahwa pada perempuan dengan rentang usia 10-54 tahun; 2,6% diantaranya menikah pertama kali pada usia dibawah 15 tahun dan 23,9% diantaranya menikah pada rentang usia 15-19 tahun. Insidensi kehamilan pada perempuan dengan rentang usia 10-54 tahun adalah 2,68%; 0,02% diantaranya terjadi pada usia dibawah 15 tahun dan 1,97% diantaranya terjadi pada usia remaja (15-19 tahun).6

Sebagai bagian terbesar dari populasi penduduk dunia, jumlah remaja mencapai 1,2 milyar (18%) atau meliputi 1/5 dari jumlah penduduk di dunia. Sebanyak 88% diantaranya tumbuh di negara berkembang. Sementara 49% remaja perempuan di dunia hidup di 6 negara yaitu China, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan dan AS.7-8 Remaja mengalami perubahan psikologis yang mengarah pada dorongan seksualitas.9 Hal ini didukung oleh hasil riset yang menyatakan bahwa sekitar 30% dari warga Indonesia pernah melakukan hubungan seks dan menikah pada usia kurang dari 18 tahun.10

Perkawinan dibawah umur merupakan masalah kompleks yang berdampak serius.

ABSTRAK

Perkawinan dibawah umur merupakan persoalan yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia.

pengaruh teman sebaya, lingkungan keluarga dan budaya terhadap persepsi remaja tentang perkawinan dibawah umur dengan menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah seluruh remaja putri yang tercatat sebagai siswa di SMPN 1 Jayakerta kelas 8 dan kelas 9 pada tahun 2017 yang memenuhi kriteria inklusi, meliputi 317 siswi. Setelah dihitung menggunakan rumus uji 2 proporsi diperoleh jumlah

menunjukkan bahwa remaja yang memiliki teman sebaya tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang memiliki persepsi baik 2,632 kali dan remaja yang memiliki lingkungan keluarga tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang memiliki persepsi baik 2,524 kali dibandingkan remaja yang memiliki lingkungan keluarga mendukung perkawinan dibawah umur.

Kata Kunci: teman sebaya, lingkungan kelurga, budaya, persepsi remaja, perkawinan dibawah umur

30 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Perkawinan pada usia ini selain mencerminkan rendahnya status perempuan juga merupakan tradisi sosial yang menghambat program pemerintah dalam

ini berdampak pada peningkatan jumlah penduduk yang sulit dikendalikan dan risiko terjadinya

dan mental.1 Implikasi lebih jauh akibat fenomena ini adalah risiko yang ditanggung oleh kaum perempuan dan anak, antara lain hubungan seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia yang sangat muda, meningkatnya risiko penularan HIV serta penyakit menular seksual lainnya, kanker leher rahim, kelahiran bayi dengan berat lahir rendah dan komplikasi persalinan.2,8

Rufaida Nurjanah, dkk menyebutkan bahwa perempuan dengan rentang usia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan dengan rentang usia 20-24 tahun. Risiko ini meningkat dua kali lipat pada rentang usia 15-19 tahun.2 Perkawinan usia dini yang meningkatkan risiko komplikasi pada bayi juga berdampak pada peningkatan risiko terjadinya keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar dan gangguan perilaku pada anak.11

Hasil survey pendahuluan oleh peneliti

merupakan salah satu penyumbang angka perkawinan dibawah umur terbesar di Jawa Barat.

pelajar.12 Fenomena yang ditemukan diketahui bahwa perkawinan dibawah umur masih direspons positif oleh masyarakat kecamatan Jayakerta. Hal ini mendasari perlunya dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor determinan persepsi remaja tentang perkawinan dibawah umur

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang, dilaksanakan pada bulan Februari s/d Oktober 2017 di SMPN 1

penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang tercatat sebagai siswa di SMPN 1 Jayakerta kelas 8 dan kelas 9 pada tahun 2017 yang berusia antara

data serta dalam kondisi sehat. Siswa yang tidak bersedia menjadi responden tidak disertakan dalam penelitian ini. Jumlah populasi meliputi 317 siswi. Setelah dilakukan penghitungan sampel dengan menggunakan rumus uji 2 proporsi, diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah sebesar 92 responden. Metoda pengambilan sampel diambil secara acak bertingkat. Masing-masing kelas dijadikan sampel, untuk menentukan jumlah sampel dimasing-masing kelas maka dilakukan secara acak sederhana dengan mengundi.

Variabel terikat yaitu persepsi remaja tentang perkawinan dibawah umur dan variabel bebas yaitu teman sebaya, lingkungan kelurga dan budaya. Data diperoleh melalui data induk siswa dan kuesioner. Uji hipotesis yang digunakan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang Perkawinan

Dibawah Umur Di SMPN 1 JayakertaKab. Karawang Tahun 2017

Variabel Kategori Frekuensi PersentaseDependen (158) Persepsi 1. Baik 56 60,9

Dalam tabel 1 terlihat bahwa dari 92

responden yang diteliti, proporsi responden yang mempunyai persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur meliputi 56 responden (60,9%), lebih besar dibandingkan dengan proporsi responden yang mempunyai persepsi kurang baik

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

31JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

yang meliputi 36 responden (39,1%).

a. Teman SebayaPada tabel 2 terlihat bahwa proporsi

responden yang memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur meningkat pada remaja yang memiliki teman sebaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur. Hasil uji statistik antara variabel teman sebaya dengan persepsi diperoleh nilai p=0,035 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi responden yang mempunyai persepsi baik terhadap perkawinan di bawah umur pada responden yang memiliki teman sebaya yang tidak mendukung dibandingkan dengan responden yang memiliki teman sebaya yang mendukung perkawinan dibawah umur. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,632 artinya responden yang memiliki teman sebaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang untuk memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur 2,632 kali dibandingkan responden yang memiliki teman sebaya yang mendukung

perkawinan dibawah umur.

b. Lingkungan KeluargaPada tabel 2 terlihat bahwa proporsi

responden yang memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur meningkat pada remaja yang memiliki lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur. Hasil uji statistik antara variabel lingkungan keluarga dengan persepsi diperoleh nilai p=0,048 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi responden yang mempunyai persepsi baik terhadap perkawinan di bawah umur pada responden yang memiliki lingkungan keluarga yang tidak mendukung dibandingkan dengan responden yang memiliki lingkungan keluarga yang mendukung perkawinan dibawah umur. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,524 artinya responden yang memiliki lingkungan keluarga tidak mendukung berpeluang untuk memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur 2,524 kali dibandingkan responden yang memiliki lingkungan keluarga

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Analisis BivariatDi SMPN 1 Jayakerta Kab. Karawang Tahun 2017

Variabel yang diteliti Persepsi Total Nilai OR Baik Kurang p

n % n % n (56) (60,9) (36) (39,1) % 1. Teman sebaya :a. Tidak mendukung 32 66,7 16 33,3 48 100 0,035 2,632b. Mendukung 19 43,2 25 56,8 44 100 (1,129-6,133) 2. Lingkungan Keluarga : a. Tidak Mendukung 38 63,3 22 36,7 60 100 0,048 2,524b. Mendukung 13 40,6 19 59,4 32 100 (1,048-6,083)

3. Budaya :a. Tidak Mendukung 32 64,0 18 36,0 50 100 0,093 2,152b. Mendukung 19 45,2 23 54,8 42 100 (0,931-4,976)

32 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

yang mendukung perkawinan dibawah umur.

c. BudayaPada tabel 2 terlihat bahwa proporsi

responden yang memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur meningkat pada budaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur. Namun hasil uji statistik antara variabel budaya dengan persepsi diperoleh nilai p=0,093 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi responden yang mempunyai persepsi baik terhadap perkawinan di bawah umur pada responden yang memiliki budaya yang tidak mendukung dibandingkan dengan responden yang memiliki budaya yang mendukung perkawinan dibawah umur.

PEMBAHASAN

a. Teman sebayaPenelitian ini mengungkapkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara teman sebaya dengan persepsi temaja tentang perkawinan di bawah umur (p<0,05). Responden yang memiliki teman sebaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang 2,632 kali memiliki persepsi baik dibandingkan responden yang memiliki teman sebaya yang mendukung perkawinan dibawah umur.

Mayoritas remaja cenderung membicarakan permasalahan mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang dewasa walaupun memilki lebih banyak pengalaman ditinjau dari usia. Pada masalah yang dianggap sangat seriuspun remaja cenderung membahasnya dengan teman sebaya (sahabat). Apabila permasalahnnya diceritakan kepada orang dewasa biasanya karena tidak menemukan solusi saat didiskusikan dengan sesamanya. Hal tersebut terjadi karena diantara remaja seringkali memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan yang kuat yang disebabkan adanya anggapan bahwa hanya kelompoknyalah yang mampu memahami permasalahannya.13

Teman sebaya merupakan teman bergaul

dalam lingkup informal di sekitar remaja dengan usia relatif sama. Pada kelompok ini, terjalin ikatan emosional yang sangat kuat yang menyatukan perasaan antar anggota sehingga nyaman untuk saling berbagi informasi, pendapat bahkan pengalaman pribadinya sehingga memiliki peran dalam membentuk karakter individu yang terlibat didalamnya. Individu yang tergabung dalam kelompok teman sebaya cenderung mengikuti pengaruh dari individu lain. Hal ini dilakukan dengan tujuan sebagai penciri atau indentitas yang menyatakan bahwa ia merupakan bagian dalam kelompok tersebut.

Teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter pada remaja. Fenomena yang terjadi saat ini terlihat adanya kecenderungan pada remaja untuk selalu bersama dengan teman sebanyanya. Intensitas interaksi yang tinggi antara remaja dengan teman sebayanya akan membentuk jalinan emosi yang kuat sementara di saat yang bersamaan jalinan emosi dengan orang tua cenderung berkurang.15

Jalinan emosi yang terbentuk akan membuka peluang terjadinya diskusi dan pertukaran informasi yang mampu membentuk pola pikir dan perilaku sehingga antar sesama anggota kelompok remaja saling memberi pengaruh dalam pembentukan karakter diantara mereka.16

menyebutkan bahwa saat ini remaja di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, yaitu perilaku beresiko, pengetahuan, dan akses terhadap informasi (Pedoman Standar Nasional Pelayanan

17

kebutuhan akan dukungan sosial yang kuat yang diyakini terbukti mampu memberi kekuatan mental untuk mencegah remaja sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan negatif. Dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan yang menguatkan yaitu hubungan baik dengan orang tua, saudara-saudara kandung, orang dewasa dan teman-teman sebaya. Mendukung pendapat tersebut, penelitian oleh Cohen dkk menemukan bahwa lingkungan terdekat

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

33JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

remaja berperan besar dalam mencegah remaja sehingga tidak terjerumus dalam perilaku yang berisiko. Cowie dan Wallace dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan teman sebaya berperan dalam membantu remaja sehingga mampu menjalankan perannya baik di sekolah, keluarga ataupun lingkungan pergaulan diluar itu.17

Dannayanti.Y, dkk menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal perilaku seks pranikah pada remaja yang memiliki teman sebaya dengan perilaku seksual aktif dibandingkan yang memiliki teman sebaya dengan perilaku seks pranikah pasif (p=0,004). Lebih jauh lagi, informasi mengenai perilaku seksual berisiko dari teman sebaya mampu mencegah remaja untuk melakukannya. Apabila teman sebaya kurang memberikan informasi maka dapat meningkatkan risiko remaja untuk melakukannya hingga 2,6 kali.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada 15 kota besar di Indonesia yang menyatakan bahwa remaja yang memiliki teman sebaya yang aktif secara seksual berisiko melakukan seks pranikah hingga 3 kali dibandingkan remaja yang memilki teman sebaya yang tidak aktif secara seksual. Remaja yang tidak berhubungan intens dengan sesamanya yang aktif secara seksual terlindungi untuk melakukan hal yang sama hingga 0,56 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teman sebaya sangat berperan dalam membentuk persepsi yang terwujud dari perilaku remaja.18

b. Lingkungan KeluargaPenelitian ini mengungkapkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara lingkungan keluarga dengan persepsi temaja tentang perkawinan di bawah umur (p<0,05). Responden yang memiliki lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang 2,524 kali memiliki persepsi baik dibandingkan responden yang memiliki lingkungan keluarga yang mendukung perkawinan dibawah umur.

menentukan terjadinya perkawinan pada anak. Anggota dari keluarga yang mendukung perkawinan

di bawah umur cenderung menikah pada usia

kedua belah pihak, baik pihak istri maupun pihak suami.19 Pertimbangan utama keluarga untuk mendukung perkawinan biasanya adalah faktor usia anak perempuan.20 Pertimbangan lain yang membuat keluarga cenderung mendukung segera terjadinya perkawinan dibawah umur adalah pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan anak, kekahawatiran terjadinya kehamilan diluar nikah pada anak gadisnya serta untuk menjalin hubungan kekeluargaan.3

Pada keluarga yang menempatkan perempuan di posisi kedua, perkawinan dibawah

merasa malu bila anak gadisnya belum menikah setelah usia 18 tahun serta yang meyakini bahwa banyak bidang kehidupan hanya bisa dijalani oleh laki-laki saja dan beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu memiliki pendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya mengurus anak dan suami menyebabkan perkawinan usia dibawah umur sulit dicegah. Masalahnya, akses informasi yang terbatas dan budaya yang melekat erat pada kalangan ini menghambat masuknya pendapat, saran serta penerapan program pemerintah untuk mendewasakan usia perkawinan.21

c. Budaya Penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara budaya dengan persepsi remaja tentang perkawinan di bawah umur (p>0,05). Hampir semua negara di dunia masih dibebani dengan perkawinan dibawah umur. Perkawinan di bawah umur merupakan persoalan kompleks yang memadukan aspek sosial, ekonomi dan budaya yang melekat di masyarakat.

bagi perempuan yang menikah setelah masa puber.3

Perilaku seksual pranikah pada remaja juga salah satu penyebab terjadinya perkawinan dibawah umur. Anggapan masyarakat bahwa perempuan wajib mengikuti budaya untuk menikah usia muda, kemiskinan, ketidaksetaraan untuk memperoleh

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

34 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

pendidikan juga merupakan penyebab sulitnya menghapus perkawinan anak di Indonesia.20 Implikasi dari anggapan tersebut diantaranya adalah masih melekatnya budaya perjodohan di masyarakat yang cenderung menikahkan anak perempuan sesaat setelah mengalami menstruasi yang apabila tidak dipatuhi dapat membuat aib bagi keluarga.22-24 Sehingga, perkawinan anak sangat dipatuhi oleh anggota masyarakat untuk mendapat pengakuan sosial. Sebaliknya bagi masyarakat yang tidak menganut budaya menikahkan anak perempuan cenderung menunda sehingga angka perkawinan di bawah umur pada kalangan ini cenderung rendah. Salah satu upaya untuk menunda adalah melalui penetapan mahar yang tinggi ataupun berbagai sayarat lainnya sehingga wanita tidak dipaksa menikah pada usia anak. Pada kalangan ini, perkawinan lebih ditentukan oleh faktor lain selain umur, antara lain status ekonomi keluarga, pendidikan dan pekerjaan. 25

Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penyebab maraknya perkawinan dibawah umur adalah budaya.26 Peneliti berasumsi bahwa ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dikarenakan teknologi informasi yang berkembang di masyarakat. Sehingga walaupun budaya masih mengakar di masyarakat namun teknologi informasi yang memungkinkan remaja mengakses informasi dengan mudah dan cepat akan membuka wawasan dan membentuk persepsi remaja tentang dampak perkawinan dibawah umur.

SIMPULAN

Responden yang memiliki teman sebaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang memiliki persepsi baik 2,632 kali dibandingkan responden yang memiliki teman sebaya yang mendukung perkawinan dibawah umur. Sementara responden yang memiliki lingkungan keluarga tidak mendukung perkawinan dibawah umur berpeluang memiliki persepsi baik 2,524 kali dibandingkan responden yang memiliki

lingkungan keluarga yang mendukung perkawinan dibawah umur.

Proporsi responden yang memiliki persepsi baik terhadap perkawinan dibawah umur meningkat pada budaya yang tidak mendukung perkawinan dibawah umur namun tidak ada perbedaan proporsi responden yang mempunyai persepsi baik terhadap perkawinan di bawah umur pada responden yang memiliki budaya yang tidak mendukung dengan responden yang memiliki budaya yang mendukung perkawinan dibawah umur.

DAFTAR PUSTAKA

1.

2. Penyuluhan

dan Pengetahuan Tentang Perkawinan Usia

Nasional Vol. 8, No. 2, September 2013: 56-57.3.

Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009: 136-140.

4.

Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 1, No. 4, September 2012: 236-242, 245-248.

5.

Nomor 1, Januari 2016.6.

Riskesdas 2013.

7.

Media Bina

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

35JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Ilmiah. Volume 8, No. 7, Desember 2014: 34-35.8.

Surakarta. 9.

10.

Vol. 2 , No. 1 Juli 2011.11.

No.1, tahun 2013, hal.35-54. 12.

(10 November 2016) https://nasional.tempo.co/read/819181/rata-rata-perempuan-di-jawa-barat-menikah-umur-18-tahun/full&view=ok

13. 2 Juni 2017.

14.

Nomor 1, Februari 2017:102-112.15.

Fakultas Ilmu

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

16.

. Jurnal Bimbingan

17.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 9 No. 1 Juni 2017: 64-77.

18.

2011-Maret 2011, Vol. 6, No.l : 24-27.19.

e-Jurnal Pustaka

20.

(Penelitian di

21.

22.

23.

24.

25. Suhadi. (2012). Perkawinan dibawah umur, perceraian, dan perkawinan ulang: sebuah

(2) (2012):168-177. 26.

“Samodra Ilmu” Vol. 05 No. 02 Juli 2014.

Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga dan Budaya

36 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

STUDI TENTANG POLA ASUH, PUSAT INFORMASI DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DAN KEJADIAN KEHAMILAN REMAJA

Anjarwati1), Andari Wuri Astuti2), Herlin Fitriana Kurniawati3), Herlin Fitriani Kurniawati4), Desy Nuri Fajar Ning Tyas5)

ABSTRACT

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

37JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

ABSTRAK

310 pada tahun 2016, 220 diantaranya merupakan kehamilan pra nikah. Penelitian ini bertujuan untuk menggali gambaran dan pengalaman orang tua dan remaja mengenai pola asuh, pelayanan kesehatan reproduksi remaja, dan kehamilan remaja sebelum nikah. Desain penelitian adalah

terdiri dari fase penelitian kuantitatif dan fase penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden menyampaikan bahwa pola asuh orang tua menurut remaja dan orang

remaja dan orang tua mayoritas menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebesar

orang tua, yaitu 90% dan 70%. Pada fase kualitatif didapatkan 6 tema yaitu “tidak ada yang mengekang”, diskusi tentang masalah kesehatan reproduksi remaja; informasi terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi remaja; hubungan sexual sebelum menikah dan kehamilan tidak diinginkan; konsekuensi dari kehamilan; dan dukungan dan harapan. Pola asuh orang tua bukan menjadi satu-satunya determinan yang

tentang kesehatan reproduksi, ketidaktersediaan akses pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan tidak adanya keterlibatan orang tua dalam program-program intervensi untuk pencegahan kehamilan pra nikah pada remaja. Diperlukan model inovasi dan strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja sebagai upaya menurunkan angka kehamilan remaja.

Kata Kunci : Pola asuh, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan remaja, mixed-method

Keywords: parenting style, adolescents’ reproductive health, adolescent pregnancy, mixed method study

PENDAHULUAN

Data WHO menunjukkan bahwa 16 juta kehamilan remaja terjadi setiap tahunnya dan 95% dari kehamilan remaja tersebut terjadi di negara berkembang1.

Dasar, angka kehamilan remaja di Indonesia pada usia 15-19 tahun mencapai 48 per 1.000 kehamilan2. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka kehamilan pada remaja,

sekolah dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja3.

Gunungkidul, merupakan salah satu kabupaten di Yogyakarta yang mempunyai angka kehamilan remaja yang tinggi. Pada tahun 2016 terjadi 310 kehamilan remaja dengan 220 diantaranya merupakan kehamilan pra nikah4. Beberapa upaya telah dilakukan Pemerintah Daerah Setempat salah

38 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

satunya dengan mengeluarkan Peraturan Bupati No 36 Tahun 2015 mengenai pencegahan kawin anak.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kehamilan remaja mempunyai faktor resiko lebih tinggi mengalami outcome negatif pada aspek

suaminya5.

mempunyai resiko terhadap kejadian komplikasi kehamilan dan persalinan, contohnya kejadian anemia pada kehamilan, persalinan macet, keguguran,persalinan sebelum waktunya,

berat badan lahir rendah,dan stunting pada anak6. Selain itu, kehamilan remaja juga menunjukkan dampak negatif psikososial misalnya ketidaksiapan menjadi orang tua baik secara mental

sekolah, stigma negatif pada ibu, bayi dan keluarga7.

Tingginya angka kehamilan remaja di negara berkembang disebabkan berbagai macam faktor misalnya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja serta sikap yang kurang peduli kesehatan reproduksinya, tidak tersedianya akses mengenai informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja termasuk kontrasepsi, budaya lokal misalnya pernikahan anak, tekanan untuk melakukan hubungan sexual, maraknya

yang salah dan tidak tersedianya fasilitas kesehatan yang khusus memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja8. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya gambaran dan tergalinya pengalaman orang tua dan remaja dengan kehamilan atau mempunyai riwayat kehamilan pra nikah mengenai pola asuh, pelayanan kesehatan reproduksi yang tersedia, sampai terjadinya kehamilan pra nikah.

METODE

Desain penelitian adalah terdiri dari fase

penelitian kuantitatif dan fase penelitian kualitatif dengan mengadopsi jenis penelitian

yang memberikan porsi atau bobot yang sama terhadap fase penelitian kuantitatif dan kualitatif9.

Metode penelitian ini dipilih karena pengusul ingin meneliti sebuah masalah dengan sumber data yang berbeda, dengan tujuan menjaga kredibilitas dari sebuah penelitian10,11. Penelitian fase pertama adalah penelitian kuantitatif untuk meneliti tentang gambaran pola asuh remaja, pengetahuan dan sikap

orang tuanya. Penelitian fase kuantitatif ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang merekrut 20 remaja dengan kehamilan pra nikah atau mempunyai riwayat kehamilan pra nikah dan 20 orang tua yang mempunyai anak dengan kehamilan pra nikah atau mempunyai riwayat kehamilan pra nikah. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang sangat tepat untuk digunakan ketika peneliti ingin melihat tentang data yang disimpulkan dalam angka-angka statistik terkait sebuah fenomena12.

Penelitian fase kedua adalah penelitian kualitatif yang meneliti pengalaman tentang pola asuh dan

mengalami kehamilan pra nikah atau mempunyai riwayat kehamilan pra nikah beserta orang tuanya. Penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan ketika peneliti ingin menggali dan memahami secara mendalam tentang pengalaman individu maupun kelompok terkait sebuah topik13. Penelitian kualitatif juga sangat baik untuk digunakan untuk menggambarkan secara narratif pengalaman individu ataupun kelompok dalam sebuah laporan penelitian secara detail dan mendalam14.

Populasi penelitian ini adalah orang tua dan remaja dengan kehamilan sebelum menikah ataupun mempunyai riwayat kehamilan sebelum nikah untuk penelitian fase kuantitatif di wilayah kerja Puskesmas Ponjong I dan II. Jumlah keseluruhan remaja yang mengalami kehamilan pra nikah mulai dari Januari 2016 sd Agustus 2018 di Puskesmas Ponjong I dan II. Pengambilan sampel penelitian dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

dengan pendekatan Instrumen pada fase penelitian kuantitatif adalah kuesioner,

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

39JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

merekrut 20 remaja dengan kehamilan pra nikah dan 20 orang tua, sedangkan pada fase kualitatif adalah pedoman wawancara dengan merekrut 5 remaja dan 5 orang tua. Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi ke rumah responden untuk fase penelitian kuantitatif sedangkan untuk fase penelitian kualitatif dilakukan dengan

di ruangan tertutup yang sudah disediakan di Puskesmas Ponjong I dan II.

Dalam fase kuantitatif, data diolah menggunakan langkah-langkahtabulating dan analisis. Fase kualitatif menggunakan thematic analysis dengan langkah yang di adopsi dari Collaizi15.

HASIL

1. Pola asuh menurut anak

Table 1: Pola asuh menurut anak

Pola asuh F % (persentase)

Permisif 1 5Demokratis 13 65Otoriter 6 30

Jumlah 20 100

Sebagian besar responden menyampaikan bahwa pola asuh orang tua menurut anak dalam kategori demokratis sebesar 13 orang (65%), dan yang paling sedikit dalam kategori permisif 1 orang (5%).

2. Pola asuh menurut orang tua

Table 2: Tabel Pola asuh menurut orang tua

Pola asuh F % (persentase)

Demokratis 17 85Otoriter 3 15

Jumlah 20 100

Sebagian besar responden menyampaikan bahwa pola asuh menurut orang tua kategori demokratis sebesar 17 orang (85%).

3. Pengetahuan Tentang Tentang Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dari Perspektif Remaja

Pengetahuan responden tentang Pusat

berdasarkan acuan persentase dari hasil jawaban responden. Dari hasil penelitian tabel 7 menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebesar 85%.

Table 3. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK-KRR) Perspektif Remaja

Kategori F Persentase (%)

Baik 17 85Cukup 2 10

Jumlah 20 100

4. Pengetahuan Tentang Tentang Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dari Perspektif Orang Tua

Pengetahuan responden tentang pusat informasi kesehehatan reproduksi remaja

dikategorikan berdasarkan acuan persentase dari hasil jawaban responden. Dari hasil penelitian tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik sebesar 60%.

Table 4. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK-KRR) Perspektif Orang Tua

Kategori F Persentase (%)

Baik 12 60Cukup 2 10

Jumlah 20 100

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

40 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

5. Sikap Terhadap PIK-KRR dari Perspektif Remaja

Sikap responden tentang pusat informasi

perspektif remaja dikategorikan berdasarkan acuan persentase dari hasil jawaban responden. Dari hasil penelitian tabel 9 menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap baik sebesar 90%.

Table 5. Distribusi Sikap Respondententang Pusat Informasi Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR)Perspektif Remaja

Kategori F Persentase (%)

Baik 18 90Cukup 2 10

Jumlah 20 100

6. Sikap Terhadap PIK-KRR dari Perspektif Orang Tua

Sikap responden tentang pusat informasi

perspektif orang tua dikategorikan berdasarkan acuan persentase dari hasil jawaban responden. Dari hasil

penelitian tabel 10 menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap baik sebesar 70%.

Table 6. Distribusi Sikap Respondententang Pusat Informasi Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR)Perspektif Orang Tua

Kategori F Persentase (%)

Baik 14 70Cukup 3 15

Jumlah 20 100

7. Pengalaman Remaja dan Orang Tua tentang Pola Asuh Orang Tua, Pengetahuan dan Sikap tentag PIK-KRR dan Kejadian Kehamilan Remaja

Pada fase penelitian kualitatif tentang pengalaman remaja dan orang tua, didapatkan 6 tema yaitu; “tidak ada yang mengekang”, diskusi tentang masalah kesehatan reproduksi remaja; informasi terkait dengan pelayanan kesehatan reproduksi remaja; hubungan sexual sebelum menikah dan kehamilan tidak diinginkan; konsekuensi dari kehamilan; dan dukungan dan harapan, yang digambarkan dalam Gambar 1.

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

Gambar 1: Tema hasil penelitian kualitatif

41JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

a. Tema “tidak ada yang mengekang” mendeskripsikan pengalaman remaja dan orang tua tentang sikap, nasehat dan pesan untuk menjaga perilaku sesuai norma yang berlaku di agama dan masyarakat. Mayoritas orang tua dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengekang anaknya, seperti yang disampaikan oleh Partisipan 5:

Semua orang tua juga menjelaskan bahwa meskipun tidak mengekang anaknya tetapi mereka juga memberikan nasehat kepada anaknya untuk tidak melanggar batas norma dan tidak melampaui batas. Contoh kutipan di atas menggambarkan bahwa orang tua mengajarkan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh remaja, misalnya pelanggaran norma agama dan sosial yang ada di masyarakat.

tentang pengalaman orang tua dan remaja tentang persepsi dan diskusi yang terjadi dalam

partisipan baik dari kelompok orang tua dan remaja menyampaikan bahwa mereka tahu tentang jadwal menstruasi dan tahu jika salah satu tanda kehamilan adalah tidak menstruasi. Partisipan 7 menceritakan pengalamannya:

Sebagian partisipan remaja juga menceritakan bahwa mereka tidak pernah bercerita tentang pacar kepada orang tuanya tetapi memilh peer nya untuk berdiskusi. Contoh kutipan dari Partisipan 4 adalah sebagai berikut:

mendeskripsikan pengalaman orang tua dan remaja terkait dengan pengetahuan, informasi dan persepsi mereka terkait dengan pelayanan

Sebagian besar partisipan dalam penelitian ini baik dari grup orang tua maupun remaja menyampaikan bahwa mereka tidak mengerti

Contoh kutipan dari Partisipan 7:

d. Tema “Hubungan sexual sebelum menikah dan kehamilan tidak” menggambarkan pengalaman

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

42 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

dan persepsi dari orang tua dan remaja terkait dengan hubungan sexual sebelum menikah yang dilakukan oleh remaja dan respon ketika mengetahui kehamilan. Sebagian besar partisipan remaja mengatakan bahwa mereka melakukan hubungan sexual atas dasar suka sama suka. Partisipan 10 menceritakan pengalamannya.

Semua partisipan baik dari grup orang tua dan remaja merasa terkejut dan tidak siap ketika mengetahui bahwa terjadi kehamilan remaja sebelum menikah. Partisipan 3 menceritakan pengalamannya, seperti kutipan dibawah ini:

Semua partisipan remaja juga mengaku bahwa mereka juga tidak menyangka bahwa akan terjadi kehamilan dan kebingungan dengan kejadian kehamilannya. Partisipan 8 mendeskripsikan pengalalamannya, sebagai berikut:

menceritakan pengalaman tentang akibat yang ditimbulkan karena kehamilan remaja dari perspektif orang tua dan remaja. Semua partisipan baik dari kelompok orang tua dan remaja menceritakan bahwa kehamilan remaja ini menimbulkan pandangan negatif dari masyarakat karena kejadian tersebut melanggar norma masyarakat dan agama. Partisipan 7

menceritakan pengalamannya:

Beberapa remaja juga mengalami hal serupa yaitu dipandang negatif oleh masyarakat sekitar karena kehamilan sebelum menikah. Partisipan 2 menceritakan pengalamannya, seperti kutipan berikut ini:

juga mengakibatkan perasaan malu baik dari orang tua maupun remaja. Semua remaja juga menceritakan bahwa mereka malu dan menyesal

partisipan 6 mengilustrasikan pengalaman mereka, sebagai berikut:

Seorang remaja juga harus keluar dari sekolah karena kehamilannya. Partisipan 4 menggambarkan pengalamannya, sebagai berikut:

Akibat dari kehamilan sebelum menikah, 2 orang remaja juga harus menjalani perannya sebagai single parent karena orang yang menghamilinya tidak bertanggung jawab atas kehamilannya. Partisipan 8 mendeskripsikan pengalamannya:

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

43JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

f. Tema dukungan dan mendeskripsikan tentang pengalaman remaja dan orang tua terkait dengan penerimaan dan dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan

merupakan hal yang melanggar norma, namun demikian ada beberapa teman, kerabat dan tetangga yang masih mau membantu mereka untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Partisipan 9 menceritakan pengalamannya, sebagai berikut:

Selain itu beberapa remaja juga menyampaikan bahwa mereka mendapatkan dukungan dari mertua berupa tempat tinggal,

6 menceritakan pengalamannya:

Semua partisipan menyatakan bahwa informasi dan edukasi terkait dengan kesehatan reproduksi remaja itu sangat penting diberikan. Persepsi ini tergambar dari contoh kutipan dari Partisipan 1 sebagai berikut:

Harapan serupa juga disampaikan oleh semua remaja bahwa mereka merasa selama ini tidak pernah mendapatkan informasi lengkap dan berharap bahwa ada program tentang informasi dan edukasi terkait kesehatan remaja. Partisipan 2 mendeskripsikan keinginannya sebagai berikut:

Selain itu hampir semua partisipan orang tua mengungkapkan harapan mereka untuk bisa ikut terlibat dalam program informasi dan edukasi

Partisipan 7 menggambarkan harapannya tersebut.

Satu orang remaja juga mengatakan bahwa pelayanan kesehatan reproduksi remaja sebaiknya di tempat khusus jangan disekolah dengan alasan remaja mungkin malu untuk mengakses pelayanan kesehatan reproduksi remaja tersebut. Partisipan 6 menceritakan harapannya sebagai berikut:

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan

selama ini telah digunakan sebagai salah satu lensa dan pendekatan untuk menjelaskan teori terkait dengan masalah kesehatan atau fenomena masalah kesehatan16. dinilai sesuai untuk digunakan sebagai lensa pembahasan hasil dari penelitian tentang kehamilan tidak diinginkan pada remaja dan kaitannya dengan pola asuh,

dengan alasan sebagai berikut: kehamilan remaja

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

44 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

merupakan masalah kesehatan masyarakat di komunitas (populasi); kehamilan remaja yang terjadi di Indonesia menurut literature sangat berkaitan dengan ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja; faktor resiko dan dampak dari terjadinya kehamilan remaja di Indonesia berkaitan dengan lingkaran kebijakan pemerintah, ekonomi, budaya dan psikososial di Indonesia; dan meningkatnya kehamilan remaja di Indonesia juga ditengarai adanya pengaruh lingkungan seperti

sosial media yang berisi konten-konten yang tidak cocok untuk remaja.

Faktor organisational merupakan aspek yang penting dan harus diperhitungkan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam konsep dan praktik17. Setiap organisasi dalam sebuah

manusia dan mewadahi individu, grup ataupun kelompok yang lebih besar lagi. Organisasi sosial dalam hal ini juga merupakan sebuah framework yang mengatur tentang kehidupan sosial dan kemasyarakatan, mempunyai visi dan misi untuk mencapai tujuan utama ketika organisasi tersebut dibentuk, misalnya birokrasi pemerintahan, pelayanan kesehatan, klinik kesehatan swasta, sekolah, pabrik, bank, klub ataupun organisasi keagamaan16. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang juga bisa disebut sebagai salah satu organisasi, tentunya juga mempunyai tujuan.

merupakan suatu wadah dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi3.

Organisasi ini juga sudah dikampanyekan oleh

masih belum menjangkau ke semua wilayah Indonesia. Hal ini kemungkinan bisa menjadi

kehamilan remaja di Indonesia, yaitu masih 42 per 1000 kehamilan18. Sejalan dengan hasil penelitian ini, yaitu pada fase kuantitatif ditemukan bahwa baik kelompok remaja dan kelompok orang tua

mayoritas mempunyai pengetahuan dan sikap

pada fase penelitian kualitatif ditemukan bahwa semua partisipan mempunyai pengetahuan yang

karakteristik responden, pada fase penelitian kuantitatif mayoritas responden berdomisili di

Sebaliknya semua partisipan pada fase penelitian kualitatif, semuanya berdomisili di desa-desa

yang menarik dan juga perlu didiskusikan yaitu

tersebut, peneliti masih bisa menemukan kejadian kehamilan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan sebuah pelayanan kesehatan bukan merupakan jaminan masalah kesehatan masyarakat bisa dieradikasi dan teratasi, namun hal yang paling penting untuk memecahkan masalah kesehatan

masyarakat19. Perlunya upaya, strategi dan inovasi supaya masyarakat faham dan sadar akan kesehatan individu, keluarga dan komunitasnya. Selain itu sekolah merupakan sebuah tempat dimana remaja menghabiskan sekitar 6 sd 9 jam waktunya. Namun demikian, beberapa kendala sering menjadi hambatan bagi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja di sekolah-sekolah misalnya kurangnya komitmen sekolah, kurangya tenaga terlatih, kurangnya sumber daya manusia dan sosial budaya20. Hasil penelitian fase kuantitatif menunjukkan bahwa 70 % responden mengetahui

meningkatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Sebaliknya, pada fase penelitian kualitatif ditemukan bahwa hanya 3 responden dari kelompok remaja yang mengetahui bahwa

mengetahui lebih jauh terkait dengan program dan pelayananya. Selain itu semua kelompok orang tua

Faktor populasi adalah elemen yang penting

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

45JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak luas pada populasi atau masyarakat16. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada fase kuantitatif ditemukan bahwa responden mempunyai pengetahuan dan sikap yang

mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan. Padahal pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman yang ada dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan22. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan

reproduksi remaja, terutama dalam pencegahan. Faktor lain juga mungkin berkontribusi terhadap kejadian kehamilan tersebut misalnya pada usia remaja, mereka mempunyai keingintahuan yang besar pada topik seksualitas karena pengaruh perkembangan kognitif dan hormonal23. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi psikologis pada usia remaja yang masih labil membuat remaja ingin mencari jati dirinya dengan mencoba-coba hal yang baru misalnya hubungan sex karena terpengaruh

tawuran, dan beberapa perilaku yang melanggar norma24. Selain itu di Indonesia kehamilan karena

normatif untuk dilakukan aborsi legal, sehingga

untuk melanjutkan kehamilannya dan menerima segala konsekuensi psikososial.

Faktor sosiocultural dalam NICE terkait dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan sosial, ekonomi dan budaya16. Selain itu hal yang terpenting dalam faktor sosiocultural adalah konsep hubungan antara kelompok sosial di masyarakat, individu dan keluarga24. Aspek sosiocultural yang bisa dilihat dalam penelitian ini adalah hubungan anak dan orang tua, yaitu orang tua mengajarkan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh remaja, misalnya pelanggaran norma agama dan sosial yang

ada di masyarakat. Dalam berkomunikasi berkaitan dengan seksual, orang tua memberikan nilai-nilai seksual, kepercayaan, informasi dan harapan untuk anak-anak dengan mempegaruhi perilaku seksual dan pengambilan keputusannya25. Selain itu faktor sosiocultural juga sangat jelas terlihat pada hasil penelitian ini terkait dengan asumsi masyarakat tentang kesehatan reproduski. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dari partisipan tidak pernah membicarakan hal yang terkait kesehatan reproduksi remaja kepada orang tuanya karena merasa malu. Hal ini disebabkan karena pembicaraan tentang reproduksi dan sexualitas dianggap tabu untuk dibicarakan20.

Faktor lingkungan dalam teori NICE merupakan aspek yang berkaitan dengan aspek mikro ataupun makrolevel yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah teknologi. Hasil penelitian menujukkan bahwa teknologi mempunyai peran pada kesehatan reproduksi remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa merupakan informasi seksual yang diakses oleh semua remaja dan menjadi sumber utama bagi mereka untuk memperolah informasi tentang reproduksi dan seksualitas dibandingkan orang. Hal ini dikarenakan media massa memberikan gambaran lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas. Media massa baik cetak maupun elektronik yang menampilkan tulisan atau gambar dapat menimbulkan imajinasi dan merangsang seseorang untuk mencoba meniru adegannya27. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa dengan pola asuh yang baik masih berisiko terjadinya kehamilan remaja karena dipengaruhi lingkungan di luar rumah. Selain itu faktor lingkungan yang juga mempunyai peran dalam kejadian kehamilan oleh remaja adalah sosial media. Beberapa orangtua mengatakan bahwa anak mereka cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget daripada dengan orang tuanya, dan satu orang remaja mengaku mengenal pacarnya melalui akun sosial media, kemudian bertemu nyata yang akhirnya mereka pacaran dan melakukan hubungan seksual sebelum menikah

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

46 JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

konsisten dengan penelitian yang menujukkan bahwa remaja mengakses internet melalui gadget27,28.

SIMPULAN

Pola asuh orang tua bukan menjadi satu-satunya determinan yang menyebabkan kehamilan

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, ketidaktersediaan akses pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan tidak adanya keterlibatan orang tua dalam program-program intervensi untuk pencegahan kehamilan pra nikah

bahwa remaja tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah yang mengakibatkan kehamilan pra nikah. Sehingga diperlukan model inovasi dan strategi untuk meningkatkan kesadaran remaja dan orang tua terhadap kesehatan reproduksi remaja dan bahaya serta konsekuensi kehamilan remaja sebagai upaya menurunkan angka kehamilan remaja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs364/en/#

2. Indonesian Basic Health Survey. Jakarta; 2013.

3.

Indonesia demographic and health survey: adolescent reproductive health. Statistics (Ber) [Internet]. 2013;1–296. Available from: https://dhsprogram.com/pubs/pdf/FR281/FR281.pdf

4.

Yogyakarta; 2015. 5.

Afr Heal Sci. 2012;12(4)(4):426–34.

6.

Int J Gynecol Obstet. 2010;110(2).

7.

Elsevier Inc.; 2015;56(5):529–35. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jadohealth.2015.01.005

8.

2013;52(5):517–522.

9.

10.

2014;19(29):1–13. 11.

2017;20(3):74–5. 12.

; London: SAGE Publications.; 2013.

13.

London: SAGE Publications.; 2007. 14.

London: Sage Publications; 2001. 15.

In: Existential phenomenological alternatives for psychology. (Eds.), I. New York: Plenum; 1978.

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan

47JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.IV, NO.1, 2019

16.

The Royal Society for Public Health; 2009;123(1):e14–20. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.puhe.2008.10.031

17. 2003;254–8.

18. 2017;

19.

2008;98(2):221–30. 20.

2011;36–45. 21.

2017;3(2):159–65.

22. Jakarta: Rineka

Cipta; 2003. 23.

24.

J Int Assoc Relatsh Res. 2011;18(1):144–64.

25.

Ghana. 2015;1–13. 26.

2014;506–31. 27.

Padang: Universitas Andalas; 2015.

28. 2014;(April 2012).

Studi Tentang Pola Asuh, Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan