Budaya Neolitik dan Tinggalannya di Sumatera Bagian Selatan

9
HASIL-HASIL BUDAYA NEOLITIK DI SUMATERA BAGIAN SELATAN Dani Sunjana 1. Pendahuluan Kawasan Sumatera bagian Selatan pada dasarnya banyak mengandung potensi-potensi arkeologi dari berbagai periode baik itu periode prasejarah maupun sejarah. Dari periode prasejarah Sumatera telah banyak menyumbangkan khazanah arkeologi seperti misalnya budaya kapak genggam Sumatera (sumatralith) dan endapan sampah dapur kerang yang menggunung (kjokenmoddinger) yang sampai saat ini sangat dikenal dunia. Dari periode sejarah, Sumatera juga menghadirkan fakta yang juga luar biasa terutama periode kadatuan Sriwijaya yang banyak menghadirkan jejak baik di Sumatera bahkan wilayah- wilayah Asia Tenggara, India, dan Cina (Coedes, 2012: 112, Manguin, 2012). Salah satu periode prasejarah yang juga mewarnai kekayaan arkeologis Sumatera bagian selatan adalah temuan- temuan arkeologi dari periode neolitik. Dalam tulisan ini yang dimaksud Sumatera bagian selatan tidak hanya mencakup wilayah provinsi Sumatera Selatan saja akan tetapi meliputi Lampung, Jambi, Riau, dan Bengkulu. Adapun terminologi neolitik mengacu pada definisi umum neolitik yang berlaku di Indonesia yang dicirikan dengan kehadiran alat-alat batu yang diupam halus, kehadiran gerabah, dan beberapa artefak lainnya. Periode ini dalam tafsiran Soejono berkembang pada

Transcript of Budaya Neolitik dan Tinggalannya di Sumatera Bagian Selatan

HASIL-HASIL BUDAYA NEOLITIK DI SUMATERA BAGIAN SELATAN

Dani Sunjana

1. Pendahuluan

Kawasan Sumatera bagian Selatan pada dasarnya banyak

mengandung potensi-potensi arkeologi dari berbagai periode

baik itu periode prasejarah maupun sejarah. Dari periode

prasejarah Sumatera telah banyak menyumbangkan khazanah

arkeologi seperti misalnya budaya kapak genggam Sumatera

(sumatralith) dan endapan sampah dapur kerang yang menggunung

(kjokenmoddinger) yang sampai saat ini sangat dikenal dunia.

Dari periode sejarah, Sumatera juga menghadirkan fakta yang

juga luar biasa terutama periode kadatuan Sriwijaya yang

banyak menghadirkan jejak baik di Sumatera bahkan wilayah-

wilayah Asia Tenggara, India, dan Cina (Coedes, 2012: 112,

Manguin, 2012).

Salah satu periode prasejarah yang juga mewarnai

kekayaan arkeologis Sumatera bagian selatan adalah temuan-

temuan arkeologi dari periode neolitik. Dalam tulisan ini

yang dimaksud Sumatera bagian selatan tidak hanya mencakup

wilayah provinsi Sumatera Selatan saja akan tetapi meliputi

Lampung, Jambi, Riau, dan Bengkulu. Adapun terminologi

neolitik mengacu pada definisi umum neolitik yang berlaku di

Indonesia yang dicirikan dengan kehadiran alat-alat batu

yang diupam halus, kehadiran gerabah, dan beberapa artefak

lainnya. Periode ini dalam tafsiran Soejono berkembang pada

masa perekonomian awal bercocok tanam di Indonesia (Soejono,

2007: 206-38).

2. Sebaran Situs dan Temuan-Temuan Neolitik Akhir di Bagian

Selatan Pulau Sumatera

Sebagaimana disampaikan di muka, bahwasanya dalam

tulisan ini yang dimaksud dengan Sumatera Selatan meliputi

beberapa wilayah provinsi yang berlaku saat ini. Berikut ini

adalah gambaran umum sebaran-sebaran situs neolitik di

bagian Selatan Sumatera dan beberapa temuannya.

2.1. Provinsi Bengkulu

Situs-situs neolitik di Bengkulu pada umumnya merupakan

situs-situs hasil temuan baru antara lain situs Padang Sepan

dan Batu Dewa. Dari segi kandungan arkeologis neolitik

situs-situs ini merupakan situs kubur tempayan yang

berasosiasi dengan dengan temuan-temuan seperti beliung,

alat serpih, dan fragmen-fragmen gerabah (Indrastuti dalam

laman Balai Arkeologi Palembang)1.

2.2. Provinsi Sumatera Selatan

Bila dibandingkan dengan distribusinya di provinsi lain

di belahan selatan Sumatera, wilayah provinsi Sumatera

1 Abstrak-abstrak hasil penelitian dapat dilihat di lamanhttp://arkeologi.palembang.go.id, pada sub-judul halaman publikasi.

Selatan memiliki frekuensi yang lebih banyak. Beberapa situs

neolitik tersebut antara lain:

(a) Situs Gua Putri

Situs Gua Putri terletak di Desa Padang Bindu,

Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Berdasarkan penelitian melalui ekskavasi yang dilakukan

Kristinina Indrastuti (2002, 2004, dan 2007) situs ini

secara kronologis diperkirakan berasal dari masa preneolitik

hingga neolitik (5000-3000 tahun yang lalu) dan menghasilkan

sejumlah artefak berupa alat batu, serpih, dan gerabah

(Sofian, 2012).

(b) Situs Pondok Selabe

Penelitian di Situs Pondok Selabe dilakukan oleh tim

peneliti Prancis dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Penelitian tersebut dilakukan pada tiga lapisan budaya

antara lain lapisan atas yang digali sedalam 15 cm dan

menghasilkan fragmen pot-pot kecil dan kandungan unsur-unsur

besi. Lapisan dibawahnya digali sedalam 100 cm dan

menghasilkan artefak dari budaya neolitik dengan kronologi

berasal dari 2700 BP dan menghasilkan artefak berupa keramik

halus bertoreh, sebuah alat kecil batu obsidian, rijang, dan

batu andesit. Adapun pada lapisan ketiga menghasilkan

pertanggalan 4500 BP dan mengandung artefak berupa alat-alat

paleolitik yang dimodifikasi kembali beserta sisa-sisa fauna

hutan Holosen (Guillaud, 2006: 25).

Menarik perhatian bahwasanya artefak pada lapisan kedua

Pondok Selabe menunjukan hasil pemotongan-pemotongan yang

khas dan menunjukan pemenuhan keperluan khusus. Temuan

serupa juga ditemukan di situs Mae Hong Son di utara

Thailand. Adapun temuan gerabah menunjukan bentuk-bentuk

gelas-gelas kecil dan wadah-wadah berhias cetak tali dan

toreh yang juga menampakan kesamaan dengan tradisi gerabah

pada masa yang sama di daratan Asia Tenggara (Guilaud, 2006:

30).

Gambar 1: Artefak-artefak neolitik temuan di Gua Pondok

Selabe (Sumber: Guillaud, 2006).

(c) Situs-Situs Tempayan/Guci Kubur di Pasemah dan

Lintang

Sebagaimana halnya di Bengkulu, di Sumatera Selatan juga

ditemukan beberapa situs neolitik yang yang berkaitan dengan

fitur kubur antara lain di Pasemah dan Lintang. Temuan kubur

di Lintang menghasilkan temuan menarik berupa beliung

persegi yang dibuat dari kalsedon dan rijang dengan teknik

dan seni yang tinggi. Berkenaan dengan bahan kalsedon yang

tidak ditemukan di Sumatera, para peneliti Prancis

mengaitkan hal ini dengan kontak dagang dan hubungan lain

yang relevan dengan produsen kalsedon di Jawa Barat dan

Tengah (Guillaud, 2006: 43).

:

Gambar 2: Kubur tempayan beserta beliung berpoles dari situs

Kunduran, Lintang (Sumber: Guillaud, 2006)

(d) Situs Gua Harimau

Situs Gua Harimau di Ogan Komering Ulu merupakan situs

baru yang ditemukan pada survey tahun 2008 dan mulai

diteliti pada tahun 2009 hingga saat ini. Situs Gua Harimau

merupakan situs kubur yang sangat besar dan kompleks.

Artefak neolitik yang ditemukan di Gua Harimau antara lain

adalah alat-alat litik dan gerabah

(http ://arkeologi.palembang.go.id ).

2.3. Jambi dan Lampung

Penelitian situs neolitik di Jambi belum menghasilkan temuan

spektakuler seperti misalnya penemuan-penemuan situs

neolitik di provinsi Sumatera Selatan. Mengenai keberadaan

situs neolitik, situs berita Republika edisi 12 Juni 2012

pernah melaporkan adanya temuan gerabah bercorak neolitik di

Desa Bedeng Redjo, Kecamatan Bangko Barat. Adapun di Lampung

ditemukan situs kubur Tempayan antara lain di Pugung Tampak

dan Pugung Raharjo (Soejono, 2007).

3. Beberapa Catatan Mengenai Situs Neolitik di bagian Selatan

Sumatera dan Penelitian di Masa Mendatang

Situs-situs neolitik di Sumatera bagian selatan

sejatinya menyajikan fenomena menarik dalam studi prasejarah

Indonesia. Temuan-temuan neolitik situs-situs ini kerap juga

berasosiasi dengan temuan dari periode mesolitik bahkan

paleolitik. Gejala-gejala seperti yang ditemukan di Gua

Pandan dan Pondok Silabe misalnya digadang-gadang menjadi

faset baru transisi paleolitik hingga neolitik baik dari

segi temuan artefaktual maupun aspek lokasional situs yang

secara umum berada di dalam gua (hunian tertutup) dan di

alam terbuka (Guillaud, 2006).

Berkenaan dengan eksistensi situs neolitik, beberapa

bukti sastra lisan menunjukan adanya pendukung budaya

neolitik dari masa Sriwijaya-Melayu bahkan hingga masa

kesultanan Islam. Pada masa Sriwijaya situs-situs neolitik

di pedalaman dan berada di hulu sungai Musi diperkirakan

masih ada dan merupakan bagian integral kadatuan yang

berinteraksi lewat model upperstream-downstream. Komunitas

neolitik ini menurut Manguin menyediakan sumberdaya alam

asal hulu seperti jenis kayu berharga, emas, dan lain

sebagainya (Manguin, 2011a: 318-21, 2011b: 350).

Sisa-sisa budaya neolitik hingga saat ini diperkirakan

masih berlangsung pada suku-suku di pedalaman Sumatera.

Sebagai contoh misalnya pada suku Sakai di Riau dan beberapa

wilayah lain yang masih mempertahankan kebudayaan cocok

tanam berpindah (Wiradnyana, tt: 12)

4. Simpulan

Wilayah Sumatera bagian selatan memiliki tinggalan situs

neolitik yang sangat kaya. Beberapa situs neolitik yang

menghasilkan artefak berupa alat-alat batu, serpih, dan

gerabah merupakan situs-situs baru menarik karena

mengindikasikan adanya fenomena transisi dan juga masih dalam

penelitian lebih lanjut. Situs-situs neolitik secara garis

besar berlokasi di dalam gua dan ruang terbuka pada kasus-

kasus kubur tempayan. Lebih menarik lagi bahwasanya ada bukti

yang menunjukan bahwa budaya ini masih berlangsung hingga masa

sejarah di Sumatera dan mungkin akan menyebabkan kebingungan-

kebingungan penentuan kronologis seperti yang dialami peneliti

Prancis dalam kasus situs kubur di Lahat. Bagaimanapun

kondisinya studi prasejarah neolitik masih terbuka lebar untuk

penelitian lebih lanjut di masa mendatang.

Referensi

Coedes, George. 2014. ‘’Kerajaan Sriwijaya’’ dalam KedatuanSriwijaya. Jakarta: Komunitas Bambu, Pusat Arkeologi Nasional,EFEO, dan IRD

Guillaud, Dominique. 2006. Menyelusuri Sungai, Merunut Waktu:Penelitian Arkeologi di Sumatera Selatan. Jakarta: Puslitbang Arkenas,EFEO, dan IRD

Indrastuti, Kristantina. 2012. ‘’Pemukiman Prasejarah diWilayah Sumatera Selatan dan Bengkulu, Kajian Berdasarkan PolaSebaran Kubur’’. Abstrak Jurnal Siddhayatra diakses darihttp://arkeologi.palembang.go.id tanggal 20 Februari 2015

------------------------------. 2012. Tempayan Kubur, BudayaPrasejarah Situs Padang Sepan, Kabupaten Bengkulu Utara (KajianAwal). Abstrak Jurnal Siddhayatra diakses darihttp://arkeologi.palembang.go.id tanggal 20 Februari 2015

Manguin, Pierre-Yvess. 2014a. ‘’Sifat Amorf Politi-PolitiPesisir Asia Tenggara Kepulauan: Pusat-Pusat yang Terbatas,Pinggiran-Pinggiran yang Meluas’’ dalam Kedatuan Sriwijaya. Jakarta:Komunitas Bambu, Pusat Arkeologi Nasional, EFEO, dan IRD

-------------------------------. 2014b. ‘’Sumatera Tenggarapada Zaman Protosejarah dan Sriwijaya: Hubungan Hulu-Hilir danPemukiman di Peneplain’’ dalam Kedatuan Sriwijaya. Jakarta:Komunitas Bambu, Pusat Arkeologi Nasional, EFEO, dan IRD

Republika Online. Selasa 21 Juni 2012 ‘’Warga Jambi TemukanGerabah Neolitik’’

Sofian, Harry Octavianus. 2012. Jejak Hunian Manusia Prasejarah diSumatera Selatan. Diunduh dari http://academia.edu tanggal 18Februari 2015

Soejono, R.P. 2010. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah diIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wiradnyana, Ketut. Tt. Orang Sakai: Gambaran Kehidupan MasaNeolitik. Diunduh dari dari http://academia.edu tanggal 18 Februari2015