BAHAN AJAR
Transcript of BAHAN AJAR
BAHAN AJAR (Hand Out)
Mata Kuliah : Biologi Reproduksi Sks : 3 Program Studi : D3 Kebidanan Kode : BD.203 Pertemuan ke- : 1 Minggi ke- : 1 Dosen : Fitra Wahyuni, M.Si.
Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Mata Kuliah terkait KKNI :
Materi Minggu 1 : 1. Definisi sel dan perbandingan sel prokariot dan eukariot. 2. Struktur dan Fungsi Sel : Membran plasma, sitoplasma dan organel – organel sel
(retikulum endoplasma, ribosom, lisosom, mitokodria, sitoskeleton, sentriol dan sentrosom, badan golgi, peroksisom).
3. Nukleus (inti sel) 4. Siklus sel
BAB I. STRUKTUR DAN FUNGSI SEL
Sel adalah unit struktural dan fungsional bagi seluruh organisme. Pada tubuh kita terdapat triliunan
sel yang menjalankan fungsi tubuh tertentu1. Untuk memahami fungsi organ – organ dan struktur
lainnya dari tubuh kita, maka diperlukan pengetahuan dasar tentang organisasi sel dan fungsi
komponen – komponen sel tersebut6. Berdasarkan penelitian dan pengamatan yang telah
dilaksanakan maka ahli biologi menyatakan adanya ‘cell theory’ atau ‘cell doctrine’ yang terdiri
dari tiga konsep dasar mengenai sel yaitu2,3:
1. Setiap organisme hidup mempunyai satu sel atau lebih serta produk dari sel tersebut.
2. Sel adalah unit terkecil dari tubuh yang memiliki semua karakteristik kehidupan.
3. Semua sel yang ada berasal dari sel yang telah ada.
Pada semua sel hidup dan telah dewasa mempunyai tiga komponen dasar yang sama, dikenal
dengan istilah ‘prototypical cell’ yaitu, membran plasma, sitoplasma dan nukleus1,3,4.
1. Membran plasma, merupakan bagian permukaan luar sel yang fleksibel, berperan sebagai
pembatas yang memisahkan lingkungan internal sel (semua yang terdapat di dalam sel)
Menjabarkan struktur dan fungsi sel
Soft skills/Karakter: berfikir kritis, kepemimpinan, kerja sama.
dengan lingkungan eksternal sel (semua yang terdapat di luar sel). Sebagai pembatas,
membran plasma bersifat selektif dengan cara meregulasi materi – materi yang akan masuk
dan keluar sel, dikarenakan hal ini sel dapat menciptakan dan mempertahankan lingkungan
yang sesuai untuk menjalankan aktifitasnya. Membran plasma juga berperan dalam
komunikasi antar sel dan dengan lingkungan eksternalnya.
2. Sitoplasma, terdiri dari semua komponen seluler yang terletak antara membran sel dengan
nukleus. Komponen – komponen seluler tersebut adalah sitosol (bagian cairan yang kental
dari sitoplasma), inclusions (nonfungsional, struktur sementara yang meyimpan produk
seluler) dan organel (struktur kecil yang melaksanakan fungsi seluler tertentu).
3. Nukleus adalah pusat pengatur sel. Pada nukleus terdapat kromosom, terdiri dari rangkaian
molekul DNA dengan beberapa protein, termasuk ribuan unit heriditas yang disebut gen,
yang mengatur semua aspek struktur dan fungsional seluler.
Klasifikasi sel berdasarkan organisasi internalnya terdiri dari sel prokariot dan sel eukariot.
Sel prokariot merupakan sel yang tidak memiliki membran nukleus, sehingga materi genetiknya
tidak terpisah dari komponen – komponen internal sel yang lain. Sel prokariot juga tidak memiliki
organel selengkap eukariot, contoh sel prokariot adalah bakteri (kingdom monera). Selain bakteri,
spesies lainnya termasuk sel eukariot, sel eukariot sel adalah sel yang mempunyai membran
nukleus dan mempunyai tiga struktur dasar sel2,3.
Gambar I.1 Struktur sel yang sering ditemukan pada sel tubuh manusia4
I.1 Membran Plasma
Membran plasma disebut juga membran sel, merupakan lapisan yang cukup tipis, fleksibel, dan
mengandung molekul - molekul cair, berfungsi membatasi komponen – komponen internal sel
dengan lingkungan eksternalnya dan juga komunikasi antar sel. Membran plasma bersifat selektif
permeabel, yaitu membran plasma yang menentukan materi apa saja yang bisa memasuki dan
keluar dari sel, hal ini mengakibatkan adanya perbedaan komponen yang ada di luar sel dengan
yang ada di dalam sel. Regulasi zat – zat, molekul - molekul termasuk pergerakkan ion oleh sel
menghasilkan perbedaan muatan pada membran plasma yang disebut potensial membran,
lingkungan ekternal sel bermuatan positif dikarenakan lebih banyak mengandung ion positif,
sedangkan internal sel bermuatan negatif. Membran plasma mengandung 45 – 50 % lipid, 45 – 50
% protein, dan 4 – 8 % karbohidrat (ekternal karbohidrat disebut juga glikokaliks)1,4,5.
I.1.1 Komposisi dan struktur membran plasma
Lipid bilayer
Ada tiga tipe lipid yang menyusun lipid bilayer pada membran plasma yaitu, phospholipid,
cholesterol dan glycolipids. Sekitar 75 % membran plasma disusun oleh phospholipid.
Phospholipid pada membran plasma membangun lipid bilayer dengan cara membentuk dua lapisan
phospholipid, hal ini dikarenakan phospholipid mempunyai dua bagian, bagian yang larut dalam
air (hydrophilic), polar (bermuatan) disebut juga bagian “kepala” dan bagian yang nonpolar (tidak
bermuatan) dan tidak larut di dalam air (hydrophobic) disebut bagian “ekor”. Phospholipid
membentuk struktur dasar membran plasma yang disebut phospholipid bilayer, susunan lapisan
phospholipid ini membantu cairan yang berada di dalam sel (ICF : Intracellular Fluid) tetap di
dalam sel dan cairan yang di luar sel (ECF : Extracellular Fluid) tetap berada di luar sel1,4.
Lipid lainnya yang juga penyusun lipid bilayer dalam jumlah yang cukup besar adalah
cholesterol, penyusun 20 % struktur lipid membran plasma. Cholesterol menyebar diantara bagian
hydrophobic dari phospholipid bilayer, cholesterol membantu memperkuat membran plasma dan
menstabilkan membran plasma pada suhu ekstrim. Lipid selanjutnya adalah glycolipid, merupakan
lipid yang berikatan dengan sekelompok karbohidrat, membentuk sekitar 5 – 10 % struktur lipid
bilayer. Glycolipid hanya berada pada lapisan luar membran sel yang menghadap lingkungan
eksternalnya, karbohidrat pada glycolipid ini disebut glikokaliks, yang berperan dalam pengenalan
sel – sel, adesi intraseluler dan komunikasi sel1.
Gambar I.2 Struktur membran plasma1
Protein
Molekul penyusun struktur membran plasma selanjutnya adalah protein. Sebagian besar
fungsi khusus membran plasma ditentukan oleh keberadaan protein pada membran plasma
tersebut. Protein pada membran plasma ada dua tipe yaitu, protein integral dan protein
peripheral. Protein integral merupakan protein yang berikatan dan berada di sepanjang
phospholipid bilayer, beberapa protein integral ada yang berperan sebagai ion channel dan sebagai
reseptor. Protein peripheral adalah protein yang tidak berikatan pada phospholipid bilayer, protein
ini hanya berada di permukaan internal maupun eksternal membran plasma, biasanya berada di
bagian protein integral yang terlihat di permukaan membran sel. Protein integral dan peripheral
dapat berperan sebagai enzim yang berfungsi sebagai katalis suatu reaksi kimia. Sebagian besar
protein integral merupakan glikoprotein1,4.
I.1.2 Fungsi spesifik protein membran plasma
Protein – protein yang terdapat di membran plasma menentukan sebagain besar fungsi membran
tersebut, yaitu1,4,5:
1. Transporter atau carrier, protein integral pada
membran yang berperan memindahkan molekul –
molekul atau ion – ion dari salah satu sisi
permukaan membran, baik dari internal ke
eksternal maupun sebaliknya. Protein transporter
mempunyai tempat berikatan (binding site)
molekul atau ion yang akan ditransfernya, dan saat
pelepasan molekul atau ion yang ditransfer,
protein tersebut akan mengalami perubahan
bentuk. Pemindahan molekul atau ion ini kadang
membutuhkan energi seluler yang berupa ATP
(Adenosin Triphospat).
Gambar I.3 Carier Protein5
2. Koneksi interseluler dan tempat penambatan
sitoskeleton (attachment site), protein integral dan
peripheral yang berperan sebagai penghubung
antar sel ketika protein membran plasma antar sel
saling berhubungan dan juga dengan molekul
ekstraseluler. Protein koneksi ini juga berperan
dalam mempertahankan bentuk sel dengan cara
berhubungan dengan sitoskeleton sel (molekul
intraseluler). Gambar I.4 Attachment site5
3. Enzim pada membran plasma, protein membran plasma dapat berperan sebagai enzim
yang mengkatalis reaksi kimia pada permukaan luar atau dalam membran plasma.
Gambar I.5 Enzim pada membran plasma5
4. Molekul penanda sel, molekul penanda pada
membran plasma berguna untuk mengenali sel
lainnya atau molekul lainnya. Sebagian besar
molekul penanda ini adalah glikoprotein dan
glikolipid.
Gambar I.6 Penanda pada permukaan sel5
5. Ion channel, satu atau lebih protein integral dapat membentuk ion channel yang berfungsi
untuk melewatkan ion – ion ke membran plasma. Ion channel bersifat selektif, hanya
melewatkan satu macam ion. Muatan bagian hidropilik dari ion channel menentukan ion
yang dapat melewati ion channel. Ion channel pada membran plasma ada yang disebut
dengan nongated ion channel, merupakan ion channel yang selalu terbuka dan berfungsi
untuk melewatkan ion pada saat membran plasma istirahat. Ligand – gated ion channel,
ion channel yang terbuka dengan adanya ligand (molekul kecil yang berikatan dengan
protein atau glycoprotein). Voltage – gated ion channel, ion channel yang terbuka ketika
ada perubahan muatan pada membran plasma.
Gambar I.7 Ion channel4
6. Molekul reseptor, protein pada membran plasma yang mempunyai bagian yang disebut
reseptor site pada permukaan luar membran, bagian ini merupakan tempat berikatan
molekul ligand spesifik. Beberapa molekul
reseptor ini berhubungan dengan channel protein
dan ada juga yang berhubungan dengan G protein,
dengan cara mempengaruhi aktifitas G protein
yang terletak di bagian dalam permukaan
membran plasma. Gambar I.8 Protein reseptor5
Gambar I.9 Reseptor dengan ion channel5
Gambar I.10 Reseptor dengan G-protein5
I.1.3 Transport melewati membran plasma
Proses transport materi melewati membran plasma penting untuk keberlangsungan hidup sel,
contohnya senyawa tertentu harus masuk ke dalam sel untuk membantu reaksi metabolisme yang
berlangsung di dalam sel dan ada juga senyawa lainnya yang harus keluar dari sel sebagai hasil
sekresi atau sampah dari sel. Secara umum senyawa melewati membran plasma melalui proses
transport yang diklasifikasikan secara pasif dan aktif. Pada transport secara pasif, senyawa
bergerak dengan cara menurunkan konsentrasinya atau gradient listrik senyawa tersebut untuk
melewati membran plasma dengan energi kinetiknya sendiri tanpa adanya energi dari sel,
sedangkan pada transport secara aktif, energi selular sangat dibutuhkan untuk melawan
konsentrasinya atau gradien listriknya, energi yang biasa digunakan dalam bentuk ATP
(Adenosine triphosphat)4.
1. Transport pasif
a. Difusi
Difusi merupakan proses pergerakan molekul dengan cara menurunkan gradien
konsentrasinya, sehingga menyebabkan molekul bergerak dari konsentrasi yang tinggi
ke konsentrasi yang rendah dan terus berlangsung sampai molekul tersebut mencapai
kesetimbangan. Proses transport difusi sederhana terjadi ketika senyawa yang kecil
atau nonpolar atau keduanya melewati membran plasma, yang termasuk senyawa
tersebut adalah oksigen, karbon dioksida, gas nitrogen, asam lemak, steroid, dan
vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K). Senyawa lainnya yang melewati
membran plasma secara difusi sederhana adalah molekul polar kecil yang tidak
bermuatan seperti, air, urea, dan sebagian kecil alkohol1,4.
Difusi sederhana molekul melewati membran plasma penting dalam memindahkan
oksigen dan karbon dioksida antara sel – sel darah dan sel – sel tubuh, dan juga antara
darah dan udara di dalam paru – paru saat bernafas. Difusi sederhana juga diperlukan
untuk menyerap beberapa nutrisi dan untuk ekskresi beberapa senyawa buangan4.
Larutan yang sangat polar atau memiliki muatan yang tinggi dapat melewati
membran plasma secara difusi yaitu dengan cara difusi difasilitasi. Pada proses
transport ini difusi difasilitasi oleh protein integral pada membran plasma, yang dapat
berupa protein channel atau protein carier4.
Gambar I.11 Pergerakkan difusi melewati membran plasma4
b. Osmosis
Osmosis merupakan tipe khusus dari difusi sederhana merupakan pergerakkan air
melewati membran plasma yang bersifat selektif permeabel Air berpindah dalam julah
yang besar dari konsntrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah sampai tercipta
kesetimbangan1.
2. Transport aktif
Transport aktif merupakan pergerakkan senyawa melewati membran melawan gradien
konsentrasinya, jadi materi tersebut harus dipindahkan dari area yang mempunyai konsentrasi
rendah ke area konsentrasi tinggi. Transport aktif sering diibaratkan seperti berenang melawan
arus sungai, yang mana dibutuhkan energi untuk berenang melawan aliran arus air di sungai. Untuk
memindahkan materi dan kadang – kadang juga protein melawan gradien konsentrasinya
dibutuhkan energi seluler dalam bentuk ATP, ATP secara terus menerus disentesis oleh
mitokondria.
a. Ion pump
Transport aktif yang digunakan untuk memindahkan ion melewati membran plasma
disebut ion pump. Ion pump merupakan faktor utama yang mendukung kemampuan sel
untuk mempertahakn konsentrasi ion di dalam sel. Salah satu tipe ion pump adalah sodium
– potassium pump. Mekanisme transport pump tersebut adalah pertukaran pump, yaitu
pump yang dapat memindahkan satu ion ke dalam sel disamping itu juga memindahkan
ion lainnya ke luar sel1.
Transport aktif materi atau senyawa dalam ukuran atau dalam jumlah yang besar menggunakan
vesikel, berikut beberapa jenis transport aktif menggunakan vesikel:
b. Eksositosis
Dalam eksositosis molekul – molekul besar disekresikan dari sel. Mekanisme secara umum
yaitu materi yang akan disekresiskan tersebut dikemas dengan intraseluler transport vesikel
kemudian terus bergerak menuju membrane plasma. Senyawa yang dipindahkan melalui
eksositosis adalah neurotransmitter, hormon dan enzim pencernaan1,4.
c. Endositosis1,4
Mekanisme endositosis serupan dengan eksositosis hanya kebalikkan dari eksositosis
yaitu, molekul – molekul yang besar dari luar sel dikemas ke dalam vesikel permukaan
membran plasma yang kemudian dipindahkan ke dalam sel. Ada tiga tipe endositosis yaitu,
phagositosis, pinositosis dan endositosis yang dimediasi oleh reseptor.
Phagositosis merupakan proses “makan sel”, yaitu pergerakkan materi ke dalam sel setelah
peusodopodia menelan materi tersebut membentuk phagosom.
Pinositosis dikenal juga sebagai proses “minum sel”, yaitu pergerakkan cairan ektraseluer
ke dalam sel dengan adanya pelipatan membrane plasma untuk membentuk vesikel.
Endositosis dimediasi oleh reseptor, adalah pergerakkan molekul tertentu ke dalam sel
dengan terlebih dahulu berikatan dengan reseptornya pada permukaan membrane plasma
kemudian memicu terjadinya pelipatan pembungkus kalatrin untuk membentuk vesikel.
I.2 Sitoplasma
Sitoplasma adalah semua komponen sel yang berada di antara membran plasma dan nukleus.
Sitoplasma tediri dari tiga komponen yaitu sitosol, inclusion dan organel1.
I.2.1 Sitosol
Sitosol disebut juga cairan intraseluler yang berupa cairan kental seperti sirup dari sitoplasma.
Sitosol mendominasi 55 % volume sel, mengandung 75 – 90 % air dan materi – materi terlarut
yang termasuk ion – ion, nutrisi – nutrisi, protein, lipid, karbohidrat dan molekul – molekul kecil
lainnya. Protein yang berada di sitosol sebagian besar berupa enzim yang berguna sebagai katalis
untuk reaksi kimia yang terjadi pada sel. Lipid dan karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi
bagi sel. Molekul – molekul kecil pada sitosol merupakan molekul pembangun makromolekul
yang ada pada sel, contoh asam amino yang merupakan molekul kecil digunakan untuk
mensintesis protein1,4.
1.2.2 Inclusion
Sitoplasma pada beberapa sel ada yang mengandung inclusion, merupakan kelompok senyawa
kimia yang beragam dan besar yang sementara disimpan di dalam sel. Contoh seluler inclusion
adalah pigmen, kristal – kristal protein, nutrisi seperti glikogen dan trigliserida, debu, mineral –
mineral dan zat warna1,5.
1.2.3 Organel – organel
Organel adalah unit struktural kecil yang mempunyai fungsi tertentu untuk keberlangsungan
hidup sel. Jumlah dan tipe organel yang terdapat di sitoplasma ditentukan oleh struktur dan fungsi
sel. Dua kategori organel yang dikenal yaitu, organel yang dibatasi atau dikelilingi oleh membran
dan organel yang tidak mempunyai membran1,4,5.
A. Organel yang dikelilingi membran1
1. Retikulum endoplasma (ER)
ER adalah intraseluler membran network yang merupakan perpanjangan dari pembungkus
nukleus. Secara umum struktur ER berupa tubulus dan kantong yang datar dan lebar yang saling
berhubungan, rongga bagian dalam dari kantong atau tubulus tersebut disebut cisternae yang
terisolasi dari sitoplasma. ER mempunyai dua bagian yang berbeda struktur dan fungsinya,
retikulum endoplasma halus (SER) dan retikulum endoplasma kasar (RER). RER bersambungan
langsung dengan pembungkus nukleus dan merupakan ER yang berikatan dengan ribosom pada
permukaan membrannya, pada ribosom ini terjadi sintesis dan modifikasi protein, RER juga
berfungsi untuk mentransport protein yang diproduksi ke organel selanjutnya yaitu apparatus
golgi. SER merupakan ER yang tidak berikatan dengan ribosom, berfungsi membuat lipid seperti,
phospholipid, cholesterol, hormon steroid, dan karbohidrat seperti glikogen. SER juga berperan
dalam proses detoksifikasi obat – obatan dan alkohol1,4,5.
Gambar I.12 Retikulum Endoplasma1,4
2. Apparatus golgi
Apparatus golgi disebut juga kompleks golgi, merupakan pusat untuk modifikasi, pembungkusan
dan penyortiran materi – materi (protein atau lipid) yang berasal dari RER dalam bentuk vesikel
transport. Struktur golgi kompleks berbentuk kantong membran yang datar, memiliki banyak
cisternae, saling bertumpukkan satu sama lainnya. Cisternae pada golgi kompleks berbeda dalam
bentuk, ukuran dan aktifitas enzimnya. Cisternae yang berhadapan dengan RER membentuk entri
yang cembung, disebut ‘cis face’ atau bagian penerima mempunyai diameter kantong yang lebih
besar dibandingkan dengan bagian pengiriman, bagian pengiriman yaitu yang berhadapan dengan
membran plasma membentuk exit yang cekung, disebut ‘trans face’. Kantong yang berada diantara
entri dan exit disebut ‘medial cisternae’1,4,5.
Gambar I.13 Golgi kompleks4
Produk yang berasal dari RER dalam bentuk vesikel transport akan bergerak menuju golgi
kompleks, urutan proses dan pembungkusan produk RER oleh golgi kompleks adalah sebagai
berikut4:
1. Protein yang disintesis oleh ribosom pada permukaan membran RER ditransfer ke RER
cisternae, protein ini dikelilingi oleh membran RER yang kemudian membentuk tunas
untuk membentuk vesikel transport.
2. Vesikel transport akan bergerak menuju entri (cis face) golgi kompleks.
3. Peleburan vesikel transport membentuk entri face pada golgi kompleks, setelah itu protein
akan dilepaskan ke dalam rongganya.
4. Protein tersebut kemudian dipindahkan ke bagian medial cisternae, enzim pada medial
cisternae memodifikasi protein menjadi glikoprotein, glikolipid, dan lipoprotein.
Kemudian dihasilkan vesikel transport pada ujung cisternae ini, vesikel transport untuk
enzim spesifik ditranfer kembali ke entri face dan vesikel transport sebagian protein yang
telah dimodifikasi di transfer ke exit face (trans face).
5. Produk dari medial cisternae ini kemudian dipindahkan ke lumen exit face.
6. Di dalam cisterna exit face, produk dimodifikasi kembali, disortir, dan dilakukan
pembungkusan.
7. Beberapa protein yang telah diproses dikeluarkan dari exit face berupa vesikel sekresi,
vesikel ini diantarkan ke membran plasma, yang kemudian akan di keluarkan dengan cara
eksositosis ke ekstraseluler sel.
8. Protein lainnya yang telah diproses dikeluarkan dalam bentuk membran vesikel, yang
kemudian akan ditransfer ke membran plasma, dengan proses ini kompleks golgi berperan
dalam menambah bagian baru pada membran plasma dan juga memodifikasi jumlah dan
distribusi molekul pada membran plasma.
9. Bagian protein yang terakhir yang telah diproses dikeluarkan dari exit face dalam bentuk
vesikel transport, yang ditransfer di intraseluler. Contoh, vesikel transport yang membawa
enzim pencernaan yang berguna bagi lisosom.
3. Lisosom
Lisosom merupakan vesikel yang diselubungi
membran dibentuk dari kompleks golgi.
Lisosom mengandung enzim pencernaan dan
enzim untuk hidrolisis. Lisosom disebut
“garbagemen” dikarenakan lisosom mencerna
dan membuang produk – produk yang tidak
berguna. Lisosom juga berfungsi mencerna
organel yang telah rusak dan tidak butuhkan
lagi oleh sel yang disebut proses autophagea,
ketika sel mengalami kerusakan atau mati
Gambar I.14 Lisosom1
maka semua enzim pada semua lisosom akan dikeluarkan sehingga mempercepat proses
pencernaan sel itu sendiri, proses ini disebut auto lilis1.
4. Peroksisom
Peroksisom merupakan organel yang
mempunyai struktur serupa dengan lisosom,
tetapi mempunyai diameter yang lebih kecil
dibandingkan lisosom. Peroksisom disebut
juga mikrobodi, yang merupakan vesikel yang
terbentuk dari RER. Peroksisom mengandung
enzim yang dapat menguraikan asam lemak
dan asam amino, peroksisom juga mempunyai
enzim catalase, dengan enzim ini peroksisom
mampu mendetoksifikasi hydrogen peroksida
menjadi oksigen dan air. Peroksisom dengan
jumlah yang banyak dijumpai pada sel yang
aktif untuk detoksifikasi yaitu, sel – sel hati dan ginjal1,4,5. Gambar I.15 Proksisom1
5. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel yang
mempunyai dua membran yang berperan
dalam memproduksi energi yang diperlukan
oleh sel, berupa ATP (Adenosine
TriPhosphate). Mitokondria merupakan
sumber utama penghasil ATP, yang
merupakan energi utama untuk rekasi kimia
yang membutuhkan energi yang terjadi di
dalam sel, dikarenakan hal tersebut
mitokondria sering disebut ‘powerhouses’
sel. Mitokondria mempunyai membran
bagian luar yang permukaannya halus dan
membran bagian dalam yang membentuk
lipatan – lipatan yang mengisi rongga dalam
organel ini, lipatan tersebut disebut cristae.
Pada rongga diantara cristae terdapat enzim -
enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme
oksidasi dan sintesis ATP, enzim dan semua
komponen yang terdapat pada rongga ini disebut matriks mitokondria. Jumlah mitokondria di
dalam suatu sel tergantung dengan kebutuhan sel tersebut akan energi. Ketika sel yang
membutuhkan banyak energi maka sel tersebut akan memperbanyak mitokondrianya, hal ini dapat
dilakukan karena mitokondria mampu mereplikasi sendiri. Mitokondria juga mempunyai DNA
sendiri yang unik, DNA tersebut mengkode protein yang dibutuhkan oleh mitokondria1,4,5.
Gambar I.16 Mitokondria1
B. Organel yang tidak mempunyai membran plasma1
1. Ribosom
Ribosom berupa granula yang sangat kecil dan
padat, berperan dalam sintesis protein. Tiap
ribosom mempunyai subunit kecil dan subunit
yang besar, ukuran subunit kecil setengah dari
ukuran subunit besar, subunit ribosom terdiri dari
ribosomal RNA (rRNA) dan protein. Kedua
subunit ribosom ini dibentuk secara terpisah di
dalam nucleolus sel, dan setelah itu akan
bergabung di sitoplasma. Ribosom yang ada di
sitoplasma disebut juga dengan ribosom bebas,
yang berfungsi unutuk mensintesis sebagian besar
protein yang dibutuhkan intraseluler, sedangkan
ribosom yang menempel pada RE mensintesis
protein yang akan disekresi oleh sel1,4,5.
Gambar I.17 Ribosom1
2. Sitoskeleton
Sitoskeleton adalah subunit-subunit
protein yang dapat membentuk
filament atau hollow tube.
Sitoskeleton berfungsi untuk
mempertahankan bentuk sel,
mempertahankan agar nukleus dan
organel lainnya tetap berada pada
tempatnya, dan juga berperan dalam
pergerakan sel. Sitoskeleton terdiri
dari tiga komponen protein yang
berbeda struktur dan fungsinya
Gambar I.18 Sitoskeleton1
yaitu, mikrofilamen (aktin), intermediate filamen, dan mikrotubul1,5.
Mikrofilamen (aktin), merupakan
sitoskeleton yang paling kecil dengan
diameter 7 – 8 µm, terdiri dari protein aktin
yang membentuk dua untaian dan membentuk
jalinan, yang kemudian bisa membentuk
ikatan, lembaran dan juga percabangan di
sitoplasma sel, struktur mikrofilamen di sitoplasma sel sperti sarang laba – laba. Mikrofilamen
berperan dalam kontraksi otot, pembelahan sel, dan pergerakkan sel seperti migrasi yang terjadi
pada sel – sel embrio selama proses perkembangan, invasi jaringan oleh sel darah putih untuk
mencegah infeksi dan migrasi sel – sel kulit selama proses penyembuhan luka. Mikrofilamen
menyebakan pergerakkan dengan melibatkan penguraian dan pembentukkan kembali
mikrofilamen tersebut. Mikrofilamen juga berperan mempertahankan bentuk sel, mikrofilamen
menambatkan sitoskeleton pada protein integral di membran plasma, mikrofilamen juga berperan
mempertahankan mikrovili, tiap mikrovili terdapat susunan parallel mikrofilamen1,4,5.
Intermediate filamen, merupakan
serabut protein yang mempunyai diameter 8 –
12 µm, yang lebih kaku dan lebih tebal
dibandingkan mikrofilamen. Intermediate
filament tersusun dari beberapa protein yang
sangat kuat tergantung pada sel pada bagian
tubuh mana ditemukan. Intermediate filament membantu memberi kekuatan pada struktur sel dan
mempertahannya serta juga mestabilkan hubungan atau ikatan antara sel yang satu dengan sel yang
lainnya1,4,5.
Mikrotubul merupakan komponen
sitoskeleton yang paling besar dan juga
panjang, berbentuk seperti tabung yang
berongga, tidak bercabang dengan diameter 25
µm, disusun oleh unit protein yang disebut
tubulin. Mikrotubul bukan struktur yang
permanen, mikrotubul dapat mengalami
Gambar I.19 Mikrofilamen4
Gambar I.20 Intermediate filamen4
Gambar I.21 Mikrotubul4
pemanjangan atau pemendekkan tergantung dengan fungsi yang dijalaninya. Penyusunan
mikrotubul dimulai dari sentrosom dan terus tumbuh sampai ke bagian pinggir sel atau mengalami
pemendekkan. Mikrotubul berperan dalam mempertahankan bentuk sel, kekakuannya,
pergerakkan organel pada bagain yang berbeda di dalam sel, pergerakkan sel dengan menggunakan
silia atau flagella dan pergerakkan kromosom selama pembelahan sel1,4,5.
3. Sentrosom dan Sentriol
Sentrosom terletak berdekatan dengan nukleus dan
merupakan pusat perpanjangan mikrotubul.
Sentrosom terdiri dari sepasang sentriol yang
silender yang terletak saling tegak lurus satu sama
lainnya. Sentriol adalah struktur yang selindris,
terdiri dari sembilan kelompok tiga mikrotubul
yang saling parallel dan berikatan (triplet
mikrotubul) yang membentuk lingkaran. Ketika
akan memasuki pembelahan sel, sentriol akan
mereplikasi diri, pada saat mitosis sentriol
bertanggung jawab untuk mengorganisir
mikrotubul yang merupakan bagian dari benang
spindel mitosis, beberapa dari mikrotubul ini
berikatan dengan kromosom untuk memfasilitasi
pergerakkannya1,4,5.
Gambar I.22 Sentrosom atau sentriol1
4. Cilia dan Flagella
Cilia dan flagella merupakan perpanjangan
dari permukaan sel yang dapat bergerak,
strukturnya terdiri dari mikrotubul dan
sitoplasma yang diselubungi membran1. Cilia
biasanya ditemukan pada permukaan sel
dalam jumlah banyak, cilia tersebut pendek
dan berbentuk seperti rambut. Miktotubul
pada cilia tersusun dengan cara sembilan
kelompok mikrotubul berjumlah dua
mengelilingi sepasang mikrotubul di tengah –
tengah. Cilia bergerak terlihat seperti dayung
yang memukul – mukul, adanya pergerakkan
dari banyak cilia yang terorganisasi dengan
baik menyebabkan pergerakkan cairan yang
stabil pada permukaan sel4. Struktur dasar
flagella sama seperti cilia, tetapi flagella lebih
panjang biasanya hanya berjumlah satu saja.
Fungsi flagella adalah untuk menbantu
mendorong atau menggerakkan sel secara
keseluruhan, contoh sel yang memiliki flagella adalah sel sperma1.
5. Mikrovilli
Mikrovilli merupakan perpanjangan dari membran plasma yang tipis dan satu mikrovilli hanya
dapat terlihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Mikrovilli sangat kecil jika dibandingkan
dengan cilia dan mikrovilli lebih rapat dan tidak mempunyai kemampuan untuk bergerak, struktur
mikrovilli dibangun oleh aktin. Fungsi utama mikrovilli adalah memperluas area permukaan sel,
hal ini dapat diartikan bahwa mikrovilli memperluas area permukaan membran plasma agar lebih
banyak molekul dapat melewati membran plasma. Mikrovilli ditemukan di usus dan ginjal dan di
tempat lainnya yang memiliki fungsi penting untuk pnyerapan1,4.
I.3 Nukleus
Nukleus adalah pusat pengatur segala aktifitas sel, mengandung sebagian besar materi genetik dari
sel. Nukleus merupakan komponen paling besar yang berada di dalam sel dengan diameter 5 – 7
µm. Bentuk nukleus umumnya sama dengan bentuk sel nukleus tersebut berada, sebagian besar
sel mempunyai satu nukleus, namun ada beberapa sel yang unik. Diantaranya sel darah merah
(eritrosit) dan sel otot, sel darah merah tidak mempunyai nukleus, nukleus hilang selama
perkembangan sel, sedangkan sel otot punya lebih dari satu nukleus. Nukleus terdiri dari tiga
struktur dasar yaitu, selubung nukleus, nukleolus dan kromatin1,4,5.
Gambar I.24 Nukleus1
I.3.1 Selubung Nukleus
Selubung nukleus adalah membran lipid bilayer yang mengeliling nukleus yang memilki struktur
serupa dengan membran sel. Selubung nukleus mempunyai ribosom pada permukaannya dan
bersambungan dengan RER yang terdapat di sitoplasma. Selain ribosom, pada permukaan
selubung nukleus juga terdapat pori, baik di permukaan luar maupun dalam. Pori – pori pada
sebung nukleus ini mengatur pergerakkan ion – ion dan molekul – molekul diantara sitoplasma
dan nukleus1,4,5.
I.3.2 Nukleolus
Nukleolus (tunggal, jamak : Nukleoli) terdiri dari DNA (Asam deoksiribonukleat), RNA dan
protein – protein. Nukleolus merupakan tempat sintesis dan pengolahan rRNA dan produksi
protein subunit – subunit ribosom, yang kemudian digabungkan membentuk ribosom di
sitoplasma. Tidak semua sel memiliki nukleolus, keberadaan dan jumlah nukleolus menunjukkan
aktifitas sintesis protein di dalam sel. Nukleous menghilang ketika pembelahan sel dan terbentuk
kembali ketika terbentuk sel baru1,4.
I.3.3 DNA, Kromatin dan Kromosom
Nukleus merupakan tempat beradanya DNA (deoxyribonucleic acid), mokromolekul yang sangat
besar yang mengandung materi genetik dari suatu sel. DNA yang terdapat di nukleus disebut
nuclear DNA, lebih kompleks dibandingkan dengan DNA mitokondria. DNA diorganisir menjadi
unit lainnya yang disebut gen, gen mengandung perintah untuk menghasilkan protein tertentu,
dengan cara ini gen mengatur langsung aktifitas sel1.
DNA berbentuk double heliks atau seperti tangga yang dibelit membentuk spiral, dibangun
dengan menggunakan molekul nukleotida. Satu nukleotida mengandung gula ribosa, molekul
posphat, dan basa nitrogen. Berdasarkan basa nitrogennya terdapat 4 macam nukleotida yang
masing – masingnya mempunyai basa nitrogen berbeda yaitu, adenin (A), sitosin (C), Timin (T),
Guanin (G). Untuk membentuk DNA double heliks dua nukeotida tersebut akan saling
berpasangan, nukleotida dengan basa adenine (A) akan selalu berpasangan dengan nukleotida
dengan basa timin (T) dan nukleotida dengan basa sitosin (C) selalu berpasangan dengan nukeotida
dengan basa guanine (G). Urutan basa tertentu pada DNA kemungkinan bisa mengkode protein
tertentu yang dibutuhkan oleh tubuh1.
Ketika sel tidak mengalami pembelahan, DNA dan protein – proteinnya berbentuk seperti
benang atau filamen yang tidak menggulung yang disebut kromatin. Kromatin yang mempunyai
warna lebih pekat atau gelap ketika diwarnai adalah kromatin yang mengalami pemadatan dan
lebih rapat, sedangkan kromatin yang mempunyai warna yang lebih terang merupakan kromatin
yang lebih jarang. DNA tetap berbentuk seperti benang yang tidak menggulung atau kromatin
ketika sel tidak mengalami pembelahan agar DNA yang mengkode protein dapat menghasilkan
protein selular yang dibutuhkan oleh sel, hal ini tidak dapat terjadi ketika DNA mengalami
pemadatan atau berbentuk kromosom seperti pada saat mengalami pembelahan.1
Ketika sel mengalami pembelahan, DNA dan protein – proteinnya membentuk struktur
panjang yang bisa dikenali yang disebut kromosom, yang merupakan bentuk materi genetik yang
paling terorganisir. Tiap – tiap kromosom mengandung untaian tunggal molekul DNA yang
panjang dan protein – proteinya, kromosm hanya dapat terlihat saat sel mangalami pembelahan.
Pada saat sel mempersiapkan pembelahan, maka untaian DNA dan proteinnya dalam bentuk
kromatin akan menggulung dan berubah sedemikian rupa untuk membentuk kromosom. Untaian
double heliks DNA akan menggulung mengelilingi protein nukleus yang disebut histon
membentuk nukleosom dan diantara nukleosom ini terdapat untaian DNA yang disebut linker
DNA, ukuran gulungan untai DNA yang mengelilingi protein histon ditentukan oleh panjang dan
ketebalan kromosom yang dibentuk1,4.
Gambar I.25 Kromosom4
I.4 Siklus sel
Produksi triliunan sel untuk membentuk satu tubuh dan menggantikan sel yang mengalami
penuaan, rusak atau mati membutuhkan pembelahan sel yang berlangsung terus – menerus. Ada
dua tipe pembelahan sel yaitu, mitosis dan meiosis. Mitosis pembelahan sel yang terjadi diseluruh
sel tubuh, sedangkan meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel gamet (dijelaskan pada
pertemuan berikutnya). Rangkaian proses perubahan yang dialami sel mulai dari sel tersebut
dibentuk sampai sel mengalami pembelahan sel dan menghasilkan dua sel baru disebut silkus sel.
Siklus sel memiliki dua tahap yaitu, tahap interfase dan tahap pembelahan sel (tahap
mitosis)1,4,5.
Gambar I.26 Siklus Sel1
1.5.1 Tahap Interfase
Interfase merupakan proses diantara pembelahan sel, sebagian besar sel berada dalam tahap
interfase hampir selama kehidupan sel tersebut. Interfase merupakan waktu sel terlihat seperti
sedang istirahat dikarenakan tidak ada aktifitas yang mencolok terjadi pada sel. Pada saat interfase
sel sangat aktif melakukan aktifitas metabolisme, tumbuh dan juga melakukan persiapan untuk
tahap pembelahan sel. Interfase dibagi menjadi tiga fase yang berbeda yaitu, G1 (Growth), S
(Sintesis) dan G21,4.
Selama fase G1, sel mengalami pertumbuhan, melakukan aktifitas metabolisme,
memproduksi organel – organelnya dan komponen – komponen sitosol lainnya serta mensintesis
protein sebagai persiapan yang diperlukan untuk pembelahan. Pada akhir G1 sel juga sudah mulai
mereplikasi sentriol untuk persiapan pembelahan sel. Siklus sel terjadi pada sel berlangsung
selama 24 jam dengan waktu 8 – 10 jam pada fase G1. Sel yang tidak mengalami pembelahan tidak
akan menyelesaikan fase G1 ini, sel tersebut tetap berada pada fase G1, maka dinamakan sel
tersebut berada pada fase G01,4,5.
Fase S merupakan fase selanjutnya dari interfase yang terjadi diantara fase G1 dan G2, fase
ini berlangsung selama 8 jam. Pada fase ini terjadi replikasi DNA, replikasi ini berfungsi agar dua
sel yang dibentuk pada akhir pembelahan sel memiliki materi genetik yang sama. Fase interfase
yang terakhir dan juga merupakan fase diantara fase S dan fase pembelahan adalah fase G2. Fase
G2 berlangsung selama 4 – 6 jam, pada fase ini sel melanjutkan pertumbuhannya, mensintesis
enzim dan protein yang diperlukan untuk pembelahan sel, dan juga pada fase ini replikasi sentriol
telah selesai1,4.
Gambar I.27 Sikuls sel dan ringkasan tahap interfase4
I.5.2 Tahap Pembelahan (Mitosis)
Tahap mitosis ini akan menghasilkan dua sel baru yang identik, yang terdiri dari pembelahan
nukleus (mitosis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Mitosis, merupakan proses dimana
terjadi pembagian dua set kromosom ke masing – masing sel baru. Umunya proses mitosis
berlangsung selama dua jam yang terbagi menjadi empat tahap yang berurutan yaitu, profase,
metaphase, anaphase dan telofase1.
Profase, merupakan tahapan pertama mitosis. Pada tahap profase awal kromatin
mengalami pemadatan dan pemendekkan membentuk kromosom, dikarenakan telah mengalami
replikasi DNA yang berlangsung pada saat interfase sebelumnya, kromosom pada tahap profase
mempunyai dua kopi DNAnya, tiap kromosom yang telah mengalami duplikasi mempunyai dua
struktur yang identik disebut sister kromatid, dua sister kromatid ini digabungkan oleh protein
pada area penarikkan yang disebut sentromer. Selama profase nukleolus pecah dan menghilang.
Selanjutnya benang spindel mulai terbentuk pada masing – masing sentriol sehingga menyebabkan
sentriol terdesak menuju masing – masing kutub sel. Pada tahap akhir profase membran nukleus
sudah tidak terlihat lagi, hal ini mengakibatkan kromosom dapat bergerak bebas di sitoplasma1,4.
Metafase terjadi ketika kromosom berjejer pada area ekuator (tengah) sel. Benang spidel
dari sentriol terus tumbuh menuju kromosom dan sebagain berikatan dengan sentromer tiap – tiap
kromosom. Setelah itu mikrotubul ini akan menjejerkan kromosom pada area ekuator sel untuk
beberapa waktu sebelum masuk ke tahap selanjutnya1.
Anafase terjadi ketika sentromer sister kromatid berpisah ditarik oleh mikrotubul yang
mengalami pemendekkan, sister kromatid yang telah terpisah ini dinamakan kromosom. Akibat
adanya penarikkan pada sentromer, lengan kromosom membentuk huruf “V”. Tiap – tiap
kromosom ini ditarik menuju masing – masing kutub sel. Umumnya pada akhir anaphase tahap
sitokinesis sudah mulai terjadi1,4.
Telofase mulai terjadi ketika kromosom telah berada pada masing – masing kutub sel.
Setelah itu membran nukleus mulai muncul kembali pada masing – masing kutub, kromosom
mulai merenggang membentuk kromatin kembali, nukeolus juga mulai terlihat pada masing –
masing nukleus dan benang spindel juga menghilang4.
Proses selanjutnya adalah sitokinesis atau pembelahan sitoplasma, proses ini terjadi
berbarengan dengan proses telofase, telofase merupakan tanda berakhirnya proses pembelahan
nukleus. Sitokinesis dimulai dengan adanya pembentukkan cleavage furrow oleh mikrofilamen
sel, sedikit pelekukan pada membran plasma, berguna untuk membagi sitoplasma sehingga
mengakibatkan dua set kromosom berada pada sel yang berbeda. Berakhirnya tahap sitokinesis
sama dengan berakhirnya telofase, setelah kedua tahap tersebut berakhir maka sel akan masuk fase
interfase1,4,5.
Tabel 2. Proses Transport melewati Membran Plasma
Tabel 3. Tahapan Silkus Sel pada Sel Tubuh (Somatik)
DAFTAR PUSTAKA
1. Mckinley, M dan O’Loughlin, V. D. (2012), Human Anatomy 3rd Edition, McGraw – Hill Companies, Inc., New York.
2. Jhonson, M. D. (2012), Human Biology 6th Edition, Pearson Benjamin Cummings, US. 3. Starr, C dan Mcmillan, B. (2010), Human Biology 8th Edition, Brooks/Cole, Cenggage
Learning, USA. 4. Tortora, G.J dan Derrickson, B. (2012), Principle of Anatomy and Physiology, Jhon Wiley &
Sons, Inc. 5. Seeley, Stephen, dan Tate. (2004), Anatomy and Physiology 6th Edition, The McGraw - Hill
Companies, New York. 6. Guyton, A.C dan Hall, J. E. (2006), Medical Physiology 11th Edition. Elsevier Inc.
Pennsylvania.