BAB IV Prosedur

48
Praktikum Geologi Struktur Proyeksi Stereografis BAB IV PROYEKSI STEREOGRAFIS 4.1. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah dapat memproyeksikan penyelesaian masalah struktur bidang dan struktur garis pada permukaan bola. 4.2. Dasar Teori Dalam dunia geologi struktur yang penuh dengan analisa unsur titik, garis, bidang dan sudut bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya, diperlukan berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa unsur-unsur tersebut secara lebih mudah dan praktis serta memberikan hasil yang akurat demi efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal. Untuk itu, muncullah suatu metode analisa yang cukup praktis dan mudah untuk mengaplikasikannya dalam analisa struktur geologi, yaitu metode proyeksi stereografis. Proyeksi merupakan suatu metode atau langkah untuk menggambarkan suatu bentuk tertentu menjadi bentuk yang lain dengan cara atau langkah yang tertentu dalam satu bidang atau garis yang disebut sebagai bidang proyeksi atau garis proyeksi. Rahmatan Syaifullah 68 H1C113026

Transcript of BAB IV Prosedur

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

BAB IV

PROYEKSI STEREOGRAFIS

4.1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah dapat

memproyeksikan penyelesaian masalah struktur bidang

dan struktur garis pada permukaan bola.

4.2. Dasar Teori

Dalam dunia geologi struktur yang penuh dengan

analisa unsur titik, garis, bidang dan sudut bahkan

perpotongan dan kombinasi antara keempatnya,

diperlukan berbagai metode yang dapat digunakan untuk

menganalisa unsur-unsur tersebut secara lebih mudah

dan praktis serta memberikan hasil yang akurat demi

efisiensi kerja namun dengan hasil yang maksimal.

Untuk itu, muncullah suatu metode analisa yang cukup

praktis dan mudah untuk mengaplikasikannya dalam

analisa struktur geologi, yaitu metode proyeksi

stereografis. Proyeksi merupakan suatu metode atau

langkah untuk menggambarkan suatu bentuk tertentu

menjadi bentuk yang lain dengan cara atau langkah

yang tertentu dalam satu bidang atau garis yang

disebut sebagai bidang proyeksi atau garis proyeksi.

Rahmatan Syaifullah 68H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis

adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari

permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi

geometri bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi

stereografis adalah suatu metode proyeksi dengan

bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola.

Biasanya yang dipakai adalah permukaan setengah bola

bagian bawah (lower hemisphere). Proyeksi stereografis

dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan

geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa

geomoetri struktur geologi karena proyeksi ini dapat

menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi

bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang

digunakan.

Proyeksi stereografis merupakan proyeksi yang

didasarkan pada perpotongan suatu bidang atau garis

dengan satu bidang proyeksi yang berupa bidang

permukaan horizontal yang melalui sebuah pusat bola.

Bidang dari proyeksi ini akan berbentuk sebuah

lingkaran yang disebut lingkaran primitif.

Lingkaran primitif ini juga merupakan proyeksi

dari struktur bidang yang kedudukannya horizontal,

karena itu penentuan proyeksi dip untuk bidang adalah

yang kedudukannya miring pada wulf net dan schmidt net 00

yang dimulai dari lingkaran primitif 900 yang

terletak pada pusat lingkaran.

Rahmatan Syaifullah 69H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Di samping lingkaran primitif ada juga yang

disebut lingkaran kecil. Lingkaran ini merupakan

suatu perpotongan antara bidang permukaan bola dengan

bidang dan yang tidak melalui pusat bola.

Proyeksi ini digunakan sebagai gambaran posisi

struktur di bawah permukaan adalah belahan bola

bagian bawah. Selanjutnya proyeksi permukaan bola

digambarkan pada permukaan bidang horizontal dalam

bentuk proyeksi stereografis. Hal tersebut di dapat

dari perpotongan antara bidang horizontal yang melalui

pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-

titik pada lingkaran besar terhadap titik zenith-nya.

*Sumber : (lingua-diefuehrerinnen.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.1 Proyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 70H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Aplikasi proyeksi stereografis untuk struktur

bidang dan struktur garis meliputi:

1. Menentukan apparent dip pada arah tertentu pada

suatu bidang.

2. Menentukan plunge dan rake garis yang terletak

pada suatu bidang.

3. Menentukan kedudukan bidang dari dua apparent

dip.

4. Menentukan kedudukan garis perpotongan dua

bidang.

5. Menentukan kedudukan suatu bidang dari beberapa

batas litologi yang tersingkap pada beberapa bagian

lereng.

6. Masalah rotasi (perputaran) bidang atau garis.

Adapun macam-macam proyeksi stereografis dibagi

atas 4 bagian di antaranya adalah :

1. Equal Angle Projection

Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan

setiap titik pada permukaan bola ke bidang proyeksi

pada suatu titik zenith yang terletak pada sumbu

vertikal melalui pusat bola bagian puncak. Bidang-

bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan

semakin rapat ke arah pusat. Hasil penggambaran

pada bidang proyeksi disebut sebagai stereogram.

Hasil dari equal angle projection adalah wulff net.

Rahmatan Syaifullah 71H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber:

(http://geoenviron.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.2 Wulff Net

2. Equal Area Projection

Proyeksi equal area merupakan proyeksi yang akan

menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang

sama dan sebanding dengan sebenarnya. Hasil

dari equal area projection adalah suatu yang disebut

dengan Schmidt Net. Proyeksi ini lebih umum digunakan

Rahmatan Syaifullah 72H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

dalam analisis data statistik karena kerapatan

hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. *Sumber:

(http://geoenviron.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.3 Schmidt Net

3. Orthogonal Projection

Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal

angle projection karena pada proyeksi ortogonal, titik-

titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak

lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil

proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat.

Stereogram dari proyeksi ortogonal disebut

sebagai orthographic net.

Orthografis berasal dari kata-kata Yunani

orthos, berarti lurus atau tegak lurus dan graphikus

yang berarti menulis atau menggambar dengan garis.

Ciri proyeksi orthografis adalah semua garis

proyeksi sejajar terhadap satu sama lain dan tegak

lurus terhadap bidang pada saat benda tersebut

diproyeksikan.

Gambar proyeksi orthografis dapat dilakukan

pada sistem kwadran yaitu Proyeksi Kwadran Pertama

(First Angle Projection) dan Proyeksi Kwadran Ketiga (Third

Angle Projection). Proyeksi kwadran pertama banyak

digunakan di beberapa negara Eropa dan Asia,

sehingga disebut dengan proyeksi metoda Eropa.

Rahmatan Syaifullah 73H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber : (lingua-diefuehrerinnen.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.4Orthografic Net

Terdapat tiga pandangan utama pada proyeksi

orthografis kwadran I, yaitu :

a. Tampak Depan (A), memiliki lebar dan tinggi

dari dimensi benda.

b. Tampak Samping (B), memiliki tinggi dan tebal

dari dimensi benda.

c. Tampak Atas (C), memiliki lebar dan tebal dari

dimensi benda.

Pandangan tambahan pada proyeksi orthografis

kwadran I antara lain :

a. Tampak Samping kanan

b. Tampak Bawah

c. Tampak belakang

Prinsip pandangan pada proyeksi kwadran

pertama (First Angle Projection) terletak pada tiga

tampak utama, yaitu tiga tampak utama tersebut akan

Rahmatan Syaifullah 74H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi

benda.

4. Polar Projection

Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun

bidang tergambar sebagi suatu titik. Stereogram

dari proyeksi kutub ini adalah  polar net atau 

billings net.  Polar net ini diperoleh dari  equal area

projection, sehingga apabila ingin mendapatkan

proyeksi bidang dari suatu titikpada polar net, harus

menggunakan schmidts net.

*Sumber: (http://geoenviron.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.5Polar Net Hasil Polar Projection

Perbedaan utama yang dapat diketahui antara wulf

net dan schmidt net adalah :

1. Wulf net adalah lingkaran besar dan

lingkaran kecil didapat dari proyeksi permukaan

bola ke arah titik zenith.

2. Schmidt net adalah lingkaran besar dan

lingkaran kecil dibuat berdasarkan luas yang

mendekati kesamaan dari jaring yang dihasilkan dari

Rahmatan Syaifullah 75H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

perpotongannya, sehingga interval tiap lingkaran akan

tetap merata pada setiap kedudukan.

(Simalango, 2010)

Berdasarkan bidangnya, proyeksi peta dibagi

menjadi 3 jenis proyeksi, yaitu:

1. Proyeksi azimuth atau zenithal adalah bidang

proyeksi yang menyinggung bola pada kutub. Proyeksi

azimuth normal adalah proyeksi menyinggung bola bumi

bagian kutub apabila menyinggung bola bumi diantara

equator dan kutub proyeksi disebut proyeksi oblique

dan yang menyinggung bola bumi bagian

equator disebut proyeksi azimuth transversal.

Proyeksi azimuthal ialah proyeksi yang menggunakan

bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi

bentuk ini terdiri atas tiga macam, yaitu proyeksi

gnomonik, proyeksi stereografis dan proyeksi

orthografik. Ciri-ciri Proyeksi Azimuthal:

a. Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang

berpusat pada kutub.

b. Garis lintang digambarkan dalam bentuk

lingkaran yang konsentris mengelilingi kutub.

c. Sudut antara garis bujur yang satu dengan

lainnya pada peta besarnya sama.

d. Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan

proyeksi ini akan berbentuk lingkaran.

Rahmatan Syaifullah 76H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber: (bababonvisa.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.6Proyeksi Azimuth

Penggambaran kutub dengan proyeksi ini dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

a. Proyeksi Gnomonik

Pada proyeksi ini, titik pusat seolah berada

di pusat lingkaran (digambarkan seperti sinar

matahari yang bersumber di pusat lingkaran).

Menggunakan proyeksi ini lingkaran paralel makin

keluar makin membesar hingga wilayah ekuator.

Pada proyeksi ini pusat proyeksi terapat di

titik pusat bola bumi. Ekuator tergambar hingga

tak terbatas. Lingkaran paralel berubah ke arah

luar mengalami pembesaran yang cepat dan ekuator

tidak mampu digambarkan karena pembesaran tak

terhingga tadi. Pada daerah lintang 45° akan

mengalami pembesar.

Rahmatan Syaifullah 77H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Gambar 4.7Proyeksi Gnomonik

b. Proyeksi Azimuthal Stereografis

Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah

sinar berasal dari arah kutub berlawanan dengan

titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak antar

lingkaran paralel semakin membesar ke arah luar.

Gambar 4.8Proyeksi Azimuthal Stereografis

Rahmatan Syaifullah 78H1C113026

*Sumber:

(http://ssbelajar.blogspot.com, 2014)

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

c. Proyeksi Azimuthal Orthografik

Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah

sinar matahari berasal dari titik jauh tidak

terhingga. Akibatnya sinar proyeksi sejajar

dengan sumbu Bumi. Jarak antar lingkaran akan

makin mengecil apabila semakin jauh dari pusat.

*Sumber: (http://ssbelajar.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.9Proyeksi Azimuthal Orthografik

2. Proyeksi sillinder adalah bidang proyeksi yang

menyinggung bola bumi pada lingkaran tertentu.

Proyeksi silinder transversal adalah sillindernya

Rahmatan Syaifullah 79H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

menyinggung bola bumi di kutub

apabila sillindernya menyinggung bola bumi diantara

ekuator dan kutub disebut proyeksi oblique. Jika

silindernya menyinggung bola bumi ekuator disebut

proyeksi normal.

Penggunaan proyeksi silinder mempunyai

beberapa keuntungan yaitu:

a. Dapat menggambarkan daerah yang luas.

b. Dapat menggambarkan daerah sekitar

khatulistiwa.

c. Daerah kutub yang berupa titik digambarkan

seperti garis lurus.

d. Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.

Rahmatan Syaifullah 80H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber:

(bababonvisa.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.10Proyeksi Silinder

3. Proyeksi kerucut adalah kerucut yang menyinggung

lingkaran paralel. Proyeksi kerucut normal adalah

sumbu kerucut berimpit dengan sumbu bumi apabila

sumbu kerucut tegak lurus dengan sumbu bumi disebut

proyeksi kerucut transversal dan proyeksi kerucut

oblique jika menyinggung bola bumi antara kutub dan

equator.

*Sumber: (bababonvisa.blogspot.com,

2014)

Gambar 4.11Proyeksi Kerucut

Secara garis besar, proyeksi ini dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

Rahmatan Syaifullah 81H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

a. Proyeksi Kerucut Normal atau Standar

Proyeksi ini menggunakan kerucut dengan

garis singgung dengan bola Bumi terletak pada

suatu paralel (paralel standar).

b. Proyeksi Kerucut Transversal

Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak

lurus terhadap sumbu Bumi.

c. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)

Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk

garis miring terhadap sumbu bumi.

*Sumber:

(http://ssbelajar.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.12Proyeksi Standart, Universal dan Oblique

(Sudarno, 2008)

Ketiga proyeksi berdasarkan bidang ini

(azimuthal, kerucut dan silinder) termasuk kelompok

proyeksi murni yang penggunaan dalam kehidupan

sehari-hari sangat terbatas karena dirasa sulit.

Macam-macam proyeksi yaitu:

1. Proyeksi Sinusoidal (Peta Homolografik)

Proyeksi selenoida merupakan jenis proyeksi

peta yang serupa dengan irisan kulit jeruk atau

Rahmatan Syaifullah 82H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

juga nama lainnya yaitu peta homolografik, sanson

flamsteed atau mercator equal - area projection, menunjukkan

proyeksi peta dalam bentuk garis lurus khatulistiwa

dengan garis melengkung dengan meridian digunakan

untuk memetakan tropis latitude.

*Sumber :

(http://ilmugeologistpertambangan.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.13 Proyeksi Sinusoidal

2. Proyeksi Globe dari irisan globe

Proyeksi globe adalah proyeksi kartografi yang

berasal dari bola bumi yang apabila diiris menjadi

beberapa bagian akan terbentuk irisan globe.

Rahmatan Syaifullah 83H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber :

(http://ilmugeologistpertambangan.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.14Globe dari Irisan Globe

3. Proyeksi Fuller (Proyeksi Dymaxion)

Proyeksi ini merupakan proyeksi di atas

permukaan polihedron yang dibuat oleh Buckminster

Fuller karena itu proyeksi ini sering disebut dengan

Proyeksi Fuller.

Rahmatan Syaifullah 84H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

*Sumber :

(http://ilmugeologistpertambangan.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.15

Proyeksi Fullers

4. Proyeksi Oronteusfinnaeus

Proyeksi Oronteusfinnaeus adalah proyeksi hasil

karya dari Oroteus Finaeus yang sampai sekarang

terus menjadi misteri, karena pada zaman itu belum

ada yang pernah ke benua termuda yaitu benua

antartika namun beliau dapat mengetahui ada daerah

yang selama ini ditutupi oleh salju abadi.

*Sumber :

(http://ilmugeologistpertambangan.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.16Proyeksi Oronteusfinnaeus

5. Proyeksi Kupu-Kupu Waterman

Proyeksi Peta Dunia Kupu-Kupu Waterman, dibuat

oleh Steve Waterman dan dipublikasikan pada tahun

Rahmatan Syaifullah 85H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

1996. Proyeksi ini merupakan perubahan dari globe,

yang diperbarui berdasarkan prinsip Peta Kupu-Kupu

yang pertama kali dikembangkan oleh Bernard J.S.

Cahill (1866-1944) pada tahun 1909.

*Sumber : (http://ilmugeologistpertambangan.blogspot.com, 2014)

Gambar 4.17 Proyeksi Waterman Butterfly

(Sukartono, 2012)

Rahmatan Syaifullah 86H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4.3. Alat dan Bahan

4.3.1.Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum

proyeksi stereografis ini adalah:

a. Wulf Net

b. Pensil mekanik

c. Jangka

d. Clipboard

e. Rapido 0,3 dan 0,5

f. Penggaris Sablon 0,3

g. Penggaris Linex

h. Penghapus

4.3.2.Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum

proyeksi stereografis ini adalah:

a. Kertas kalkir

b. Lembar kerja

c. Kertas A4s

Rahmatan Syaifullah 87H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Aplikasi Metode Grafis Proyeksi Stereografis

4.4.1.Menentukan Apparent Dip pada Arah Tertentu dari

Suatu Bidang

a. Data Permasalahan 1

Diketahui bidang dengan kedudukan N 50o E

/ 50o, tentukan besar apparent dip yang diukur

pada arah N 80o E.

b. Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan wulff

net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

Rahmatan Syaifullah 88H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 50o E

(garis OA) dan arah garis pengukuran N 80o

E (garis OC).

4) Tempelkan N 50o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (50 o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dari titik tadi

ke east.

5) Buat busur lingkaran sesuai tanda titik

dip (50 o).

6) Hubungkan garis pada titik pusat (O) ke N

80 o E.

7) Kita beri notasi pada titik pertemuan (D).

8) Titik pertemuan atau garis CD ditempelkan

di sisi east.

9) Hitung berapa derajat garis CD dan itulah

harga apparent dip.

Rahmatan Syaifullah 89H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 90H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

c. Data Permasalahan 2

Diketahui bidang dengan kedudukan S 20o E

/ 25o, tentukan besar apparent dip yang diukur

pada arah N 80o E.

d. Prosedur Penggambaraan Metode Grafis 2

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan Wulf

Net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda pada kedudukan bidang S 20o E

(garis OA) dan arah garis pengukuran N 80o

E (garis OC).

4) Tempelkan S 20o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (25o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dari titik tadi

ke east.

5) Buat busur lingkaran sesuai tanda titik dip

(25o).

Rahmatan Syaifullah 91H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

6) Hubungkan garis pada titik pusat (O) ke N

80o E.

7) Kita beri notasi pada titik pertemuan (D).

8) Titik pertemuan atau garis CD ditempelkan

di sisi east.

9) Hitung berapa derajat garis CD dan itulah

harga apparent dip.

Rahmatan Syaifullah 92H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4.4.2.Menentukan Plunge dan Rake yang terletak pada

suatu bidang

a. Data Permasalahan 1

Rahmatan Syaifullah 93H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Diketahui suatu garis yang mempunyai

trend N 80o E, terletak pada bidang yang

kedudukan N 50o E / 50o. Tentukan besar besar

plunge dan rake dari garis ini.

b. Prosedur Penggambaran Metode 1

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan Wulf

Net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 50o E

(garis OA) dan arah garis pengukuran N 80o

E (garis OC).

4) Tempelkan N 50o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (50 o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dari titik tadi

ke east.

5) Buat busur lingkaran sesuai tanda titik

dip (50 o).

6) Hubungkan garis pada titik pusat (O) ke N

80 o E.

7) Kita beri notasi pada titik pertemuan (D).

8) Titik pertemuan atau garis CD ditempelkan

di sisi east.

Rahmatan Syaifullah 94H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

9) Hitung berapa derajat garis CD dan itulah

harga plunge.

10) Tempelkan N 50 o E ke N 0 o E dan hitung

berapa derajat garis AD maka itu adalah

harga rake.

Rahmatan Syaifullah 95H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

c. Data Permasalahan 2

Diketahui suatu garis yang mempunyai

bearing N 264o E, terletak pada bidang yang

kedudukan N 133o E / 36o. Tentukan besar besar

plunge dan rake dari garis ini.

d. Prosedur Penggambaran Metode 2

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan wulf

net pada kertas kalkir.

Rahmatan Syaifullah 96H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 133o E

(garis OA) dan arah garis pengukuran N 264o

E (garis OC).

4) Tempelkan N 133o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (36o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dari titik tadi

ke east.

5) Buat busur lingkaran sesuai tanda titik

dip (36o).

6) Hubungkan garis pada titik pusat (O) ke N

264 o E.

7) Kita beri notasi pada titik pertemuan (D).

8) Titik pertemuan atau garis CD ditempelkan

di sisi east.

9) Hitung berapa derajat garis CD dan itulah

harga plunge.

10) Tempelkan N 36o E ke N 0o E dan hitung

berapa derajat garis AD maka itu adalah

harga rake.

Rahmatan Syaifullah 97H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 98H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4.4.3. Menentukan Kedudukan Suatu Bidang dari Dua

Apparent Dip

a. Data Permasalahan 1

Kemiringan semu suatu bidang lapisan

diketahui di dua tempat yaitu :

1) Di titik A sebesar 19o pada arah N 75o E

2) Di titik B sebesar 21o pada arah S 12o W

Tentukan kedudukan sebenarnya dari lapisan

batu pasir tersebut.

b. Prosedur Penggambaran Metode Grafis 1

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan wulf

net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

Rahmatan Syaifullah 99H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda arah apparent dip N 75o E dan S

12o W.

4) Tarik garis lurus dari N 75o E (garis OA)

dan S 12o W (garis OB) ke pusat.

5) Tempelkan N 75o E ke sisi east dan buat

titik C dari dip (19o).

6) Tempelkan S 12o W ke sisi east dan buat

titik D dari dip (21o).

7) Cari busur yang sejajar dengan titik C dan

D dan bila sudah ditemukan maka buat garis

busur.

8) Tarik garis lurus dari kedua ujung busur

melalui titik O.

9) Kembalikan lingkaran ke awal N 0o E.

10) Hitunglah strike dari garis lurus kedua

ujung busur dan hitung berapa derajat dip

direction dari sisi east, maka itulah harga dip

direction.

Rahmatan Syaifullah 100H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 101H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 102H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

c. Data Permasalahan 2

Kemiringan semu suatu bidang lapisan

diketahui di dua tempat yaitu :

1. Di titik A sebesar 30o pada arah S 40o W

2. Di titik B sebesar 30o pada arah N 30o W

Tentukan kedudukan sebenarnya dari lapisan

batu pasir tersebut.

d. Prosedur Penggambaran Metode Grafis 2

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan Wulf

Net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda arah apperent dip S 40o W dan N

30o W.

4) Tarik garis lurus dari S 40o W (garis OA)

dan N 30o W (garis OB) ke pusat.

5) Tempelkan S 40o W ke sisi east dan buat

titik C dari dip (30o).

6) Tempelkan N 30o W ke sisi east dan buat

titik D dari dip (30o).

7) Cari busur yang sejajar dengan titik C dan

D dan bila sudah ditemukan maka buat garis

busur.

Rahmatan Syaifullah 103H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

8) Tarik garis lurus dari kedua ujung busur

melalui titik O.

9) Kembalikan lingkaran ke awal N 0o E.

10) Hitunglah strike dari garis lurus kedua

ujung busur. Kembalikan ke arah north.

Hitung berapa derajat dip direction dari sisi

east, maka itulah harga dip direction.

Rahmatan Syaifullah 104H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4.4.4. Menentukan Struktur Garis Hasil Kedudukan

Perpotongan Dua Bidang

a. Data Permasalahan 1

Suatu singkapan dengan kedudukan N 10o

E / 30o berpotongan dengan dike yang

berkedudukan N 130o E / 50o, tentukan

kedudukan dari garis perpotongannya.

b. Prosedur Penggambaran Metode Grafis 1

Rahmatan Syaifullah 105H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan wulf

net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 10o E /

30o dan kedudukan bidang N 130o E / 50o.

4) Tempelkan N 10o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (30o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dan titik tadi

ke east dan buat busur lingkaran sesuai

tanda titik dip (30o).

5) Tempelkan N 130o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east dan beri tanda titik

dan buat garis lurus dan titik tadi ke east

dan buat busur lingkaran sesuai tanda titik

dip (50o).

6) Dari dua pertemuan busur itu, beri tanda

atau notasi E, tarik garis lurus dari pusat

(O) ke titik E.

7) Perpanjang pertemuan kedua busur tersebut

sampai ke arah sisi luar streonet (garis OF).

8) Putar kalkir sehingga N kalkir menyentuh N

streonet dan baca garis OF maka didapat nilai

trend.

Rahmatan Syaifullah 106H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

9) Tempelkan garis OF ke east dan hitung

berapa derajat dari titik east ke titik F,

maka itulah harga plunge dan buat garis

putus-putus.

10) Tempelkan N 10o E ke N 0o E dan berapa

derajat dari busur AIE maka itulah harga

rake singkapan, lakukan hal yang sama pada N

130o E dan hitung berapa derajat dari busur

EB maka itulah harga rake dike.

Rahmatan Syaifullah 107H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

c. Data Permasalahan 2

Suatu batugamping dengan kedudukan N 34o

E / 43o berpotongan dengan dike yang

berkedudukan N 316o E / 36o, tentukan

kedudukan dari garis perpotongannya.

d. Prosedur Penggambaran Metode Grafis 1

Langkah kerja :

1) Buat lingkaran primitif sesuai dengan wulf

net pada kertas kalkir.

2) Kita beri tanda titik pada arah N, E, S, W

pada lingkaran primitif dan buat tanda

titik tengah pada lingkaran supaya

memudahkan dalam penggambaran.

3) Buat tanda pada kedudukan bidang N 34o E /

43o dan kedudukan bidang N 316o E / 36o.

4) Tempelkan N 34o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east (43o) dan beri tanda

titik dan buat garis lurus dan titik tadi

ke east dan buat busur lingkaran sesuai

tanda titik dip (43o).

5) Tempelkan N 316o E ke N 0o E dan hitung dip

direction dari arah east dan beri tanda titik

dan buat garis lurus dan titik tadi ke east

Rahmatan Syaifullah 108H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

dan buat busur lingkaran sesuai tanda titik

dip (36o).

6) Dari dua pertemuan busur itu, beri tanda

atau notasi E, tarik garis lurus dari pusat

(O) ke titik E.

7) Perpanjang pertemuan kedua busur tersebut

sampai ke arah sisi luar streonet (garis OF).

8) Putar kalkir sehingga N kalkir menyentuh N

streonet dan baca garis OF maka didapat

nilai trend.

9) Tempelkan garis OF ke east dan hitung

berapa derajat dari titik east ke titik F,

maka itulah harga plunge dan buat garis

putus-putus.

10) Tempelkan N 34o E ke N 0o E dan berapa

derajat dari busur AIE maka itulah harga

dari rake dike, lakukan hal yang sama pada

N 316o E dan hitung berapa derajat dari

busur EB maka itulah harga rake batugamping.

Rahmatan Syaifullah 109H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 110H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

Rahmatan Syaifullah 111H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4.5. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari

pelaksanaan praktikum geologi struktur pada bab

proyeksi stereografis ini adalah:

1. Proyeksi stereografis merupakan proyeksi yang

didasarkan pada perpotongan suatu bidang atau

garis dengan satu bidang proyeksi yang berupa

bidang permukaan horizontal yang melalui sebuah

pusat bola.

2. Hasil yang didapat dari proyeksi stereografis

yaitu menentukan Apparent Dip pada arah tertentu

dari suatu bidang, berupa :

a.Apparent Dip pada arah N 800 E dari kedudukan

bidang N 50 0E/ 500 adalah 320.

b. Apparent Dip pada arah N 800 W dari kedudukan

bidang S 200 E/ 250 adalah 220.

3. Hasil yang didapat dari proyeksi stereografis

yaitu menentukan Plunge dan Rake yang terletak pada

suatu bidang, berupa :

a.Plunge dan Rake yang pada arah N

800 E dari kedudukan bidang N 50 0 E/ 500

adalah 320 dan 420.

b.Plunge dan Rake yang pada arah N 2640

E dari kedudukan bidang N 133 0 E/ 360

adalah 280 dan 550.

Rahmatan Syaifullah 112H1C113026

Praktikum Geologi StrukturProyeksi Stereografis

4. Hasil yang didapat dari proyeksi

stereografis yaitu menentukan kedudukan

suatu bidang dari dua Apparent Dip, berupa :

a.Kedudukan bidang dari dua Apparent

Dip (N 750 E / 190 dan S 120 W / 210)

adalah N 460 E / 360.

b.Kedudukan bidang dari dua Apparent Dip

(S 400 W / 300 dan N 300 W / 300) adalah S

5 0 W / 450.

5. Hasil yang didapat dari proyeksi stereografis

yaitu menentukan struktur garis hasil kedudukan

perpotongan dua bidang, berupa :

a.Kedudukan garis hasil perpotongan dua

bidang ( N 10o E / 30o dan N 130oE / 50o)

adalah N 148o E / 21o, Rake Singkapan

adalah 45o dan Rake Dike adalah 28o.

b.Kedudukan garis hasil perpotongan dua bidang (N

34 0 E / 430 dan N 3160 E / 360)

adalah N 770 E / 320, Rake batugamping adalah 520

dan Rake Dike adalah 650.

Rahmatan Syaifullah 113H1C113026

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTURLABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

MENENTUKAN APPARENT DIP PADA ARAH TERTENTU

DARI SUATU BIDANG

Arnol Saragih SitioH1C110023

PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTURLABORATORIUM GEOLOGIPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Banjarbaru, 15 Oktober

2012

Asisten 1 Asisten 2

Additya Prananda Hayon

Ahmad Faris Rosyadi

H1C108002

H1C108041

Arnol Saragih SitioH1C110023