BAB IV Syahrul
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB IV Syahrul
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
1. Profil Wilayah Penelitian
a) Letak Geografis dan Batas Wilayah
Keadaan geografis suatu wilayah menggambarkan
situasi dan kondisi yang ada pada suatu eilayah
tertentu. Dalam bagian ini, peneliti menyajikan letak
geografis yang meliputi luas,letak, iklim, kekayaan
alam serta jumlah penduduk yang mendiami wilayah
tersebut.
Daerah yang menjadi tempat penelitian adalah
Kelurahan Sanggiaseri merupakan salah satu daerah yang
paling luas dibandingkan daerah lainnya yang dalam
wilayah Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.
letak kelurahan ini berada ditengah-tengah ibukota
Kecamatan Sinjai Selatan dengan jarak 1 Km, sedangkan
jarak ke kota Kabupaten Sinjai adalah 25 Km, serta
36
kurang lebih 195 Km dari ibukota provinsi Sulawesi
Selatan. Luas wilayah kelurahan ini sekitar 16,72 Km
yang terdiri dari 5 kepala lingkungan 10 RW dan 16 RT.
Secara administratif ibukota Kelurahan Sanggiaseri
berada dalam lingkungan Bolaromang. Adapun batas-batas
Kelurahan Sanggiaseri, yaitu :
1) Sebelah Utara : Desa Alengka
2) Sebelah Timur : Desa Gareccing
3) Sebelah Selatan : Desa Palangka
4) Sebelah Barat : Desa Puncak dan Songin
Dari luas Kelurahan Sanggiaseri, distribusi
penggunaan tanah yang ada terdiri dari tanah sawah,
tanah kering, tegalan, pekarangan, perkebunan dan lain-
lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.1
Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sanggiaseri
No.
PenggunaanTanah Luas Tanah (Ha) Persen (%)
1.2.3.4.
Tanah SawahTanah KeringTegalanPekarangan
600 107219862
21,8639,067,212,25
35
37
5.6.
PerkebunanLain-lainnya
79418
28,930,65
Total 2.744 100 Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi
penggunaan tanah lebih banyak tanah kering sekitar 1072
Ha atau 39,06 persen. Dan lebih sedikit lain-lainnya
sekitar 18 Ha atau 0,65 persen.
Kemudian, Sanggeaseri adalah daerah yang secara
global daerah ini beriklim tropis, karena ketinggian
tempat didaerah ini berkisar 500 meter dari permukaan
laut. Dengan suhu rata-rata berkisar 290 C dan curah
hujan rata-rata 200 mm. Iklim daerah ini,seperti halnya
daerah sinjai pada umunya mengenal dua musim yaitu
musim kemarau dan musim dingin. Musim hujan biasanya
dimulai pada bulan Oktober hingga bulan April,
sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan Mei hingga
bulan September.
b) Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalm suatu daerah karena penduduk adalah satu
38
syarat terbentuknya suatu wilayah pemerintahan.
Berdasarkan data potensi Kelurahan Sanggiaseri pada
tahun 2012 jumlah penduduk yang mendiami kelurahan ini
sebanyak 6.357 Jiwa yang dibedakan atas jenis kelamin
perempuan dan laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persen (%)
1. Laki-laki 2.965 47,42. Perempuan 3.392 52,6
Total 6.357 100 Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Dapat diketahui dari paparan tabel diatas bahwa
jumlah penduduk Kelurahan Sanggiaseri yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 2.965 Jiwa atau 47,4 persen
dan yang mendominasi penduduknya berjenis kelamin
perempuan sebanyak 3.392 Jiwa atau 552,6 persen.
Adapun jumlah Rukun Tetangga (RT) dalam kelurahan
ini sebanyak 1.283 Jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK)
sebanyak 1.369 Jiwa. Selain itu, penduduk Kelurahan
Sanggiaseri memiliki perbedaan umur diantara mereka.
39
Untuk lebih jelasnya tentang tingkatan umur penduduk
Kelurahan Sanggiaseri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah(Jiwa) Persen (%)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11. 12.13.
>1 – 5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 3031 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 51 – 55 56 – 60
61 ke atas
207258401414566933879641468552343398297
3,24,16,36,58,814,713,810,17,38,65,36,14,6
Jumlah 6.357 100
40
Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Dengan memperhatikan tabel diatas dapat diketahui
tingkat umur penduduk Kelurahan Sanggiaseri pada
tingkat umur >1-5 tahun sebanyak 207 jiwa atau 3,2
persen, umur 6-10 tahun sebanyak 258 jiwa atau 4,1
persen, umur 11-15 tahun sebanyak 401 jiwa atau 6,3
persen, umur 16-20 tahun sebanyak 414 jiwa atau 6,5
persen, umur 21-25 tahun sebanyak 566 jiwa atau 8,8
persen dan umur 26-30 tahun sebanyak 933 jiwa atau 14,7
persen, umur 31-35 tahun sebanyak 879 jiwa atau 13,8
persen, umur 36-40 tahun sebanyak 641 jiwa atau 10,1
persen, umur 41-45 tahun sebanyak 468 jiwa atau 7,3
persen, umur 46-50 tahun sebanyak 552 jiwa atauumu 8,6
persen, lalu umur 51-55 tahun sebanyak 343 jiwa atau
5,3 persen, umur 56-60 tahun sebanyak 398 jiwa atau 6,1
persen, dan yang terakhir pada umur 61 tahun keatas
sebanyak 297 jiwa atau 4,6 persen.
c) Mata Pencaharian
41
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya para
penduduk Kelurahan Sanggiaseri mempunyai beraneka ragam
macam mata pencaharian, tetapi sebagian besar dari
mereka bermata pencaharian dalam bidang pertanian dan
perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sanggiaseri
No. Mata Pencaharian Jumlah(Jiwa)
Persen(%)
1.2.3.4.5.6.
Tidak BekerjaPetani Guru / PNSPedagangPeternakan Lain-lainnya
2.2051.8046532074531.035
34,828,410,23,27,116,3
Jumlah 6.357 100Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Dari tabel diatas dapat diketahui mata pencaharian
penduduk Kelurahan Sanggiaseri kebanyakan menjadi
Petani sebanyak 1.804 Jiwa atau 28,4 persen, penduduk
yang menjadi Guru / PNS sebanyak 653 Jiwa atau 10,2
persen, yang bermata pencaharian dengan Peternakan
sebanyak 453 Jiwa atau 7,1 persen dan penduduk lebih
sedikit bermata pencaharian sebagai Pedagang sebanyak
42
207 Jiwa atau 3,2 persen. Serta sisanya ada penduduk
yang belum bekerja karena masih anan-anak dan telah
lanjut usia sebanyak 2.205 Jiwa atau 34,8 persen.
d) Pendidikan
Pendidikan adalah bagian integral dalam masyarakat
yang merupakan kunci kesuksesan pembangunan dalam
berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan
tidak dapat dilaksanakan sedemikian rupa tanpa
mengikutsertakan pendidikan, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Malah dapat dikatakn bahwa dalam
bidang pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan
pembangunan disegala bidang. Singkatnya, perbaikan dan
peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang
utamanya menyentuh perbaikan seluruh lapisan masyarakat
sehingga keberhasilan pembangunan diberbagai sektor
didalam lingkungan masyarakat pada umumnya akan
tercapai dengan baik sesuai harapan yang diinginkan.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah
ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah
faktor jumlah dan kualitas penduduk atau sumber daya
43
manusia yang dimilikinya. Penduduk merupakan salah satu
faktor penggerak yang cukup penting dalam perkembangan
roda perekonomian, yang dalam jumlah besar dapat
menjadi penggerak pembangunan yang mempengaruhi
terhadap berkembangnya daerah tersebut, tetapi juga di
sisi lain hal ini akan menjadikan banyaknya jumlah
penduduk yang tidak memiliki lapangan pekerjaan. Suatu
daerah akan mengalami kemajuan apabila didukung oleh
sumber daya manusia yang memadai dan memiliki kualitas
yang baik begitu pula sebaliknya. Pendapat ini
didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat dengan segala
kemampuannya merupakan pelaksana pembangunan di
daerahnya.
Sumber daya manusia sebagai sumber daya pembangunan
menekankan masyarakat sebagai pelaku pembangunan yang
memiliki etos kerja produktif, keterampilan serta
kreativitas. Berhasilnya pembangunan daerah bergantung
pada peran aktif masyarakat, sikap mental, tekad, dan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi tantangan. Dengaan
kata lain, pendidikan merupakan bagian integral dari
44
pembangunan, salah satu tujuannya untuk meningkatkan
kesejahteran masyarakat.
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan
pembangunan suatu wilayah yaitu sumber daya manusianya,
dalam hal ini jenjang pendidikan yang telah mereka
lalui. Paparan agar lebih jelasnya tingkat pendidikan
penduduk Kelurahan Sanggiaseri dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Sanggiaseri
No. Tingkat Pendiidikan Jumlah(Jiwa)
Persen(%)
1.2.3.4.5.6.
Tidak sekolahTamat Sekolah Dasar(SD)Tamat SLTP/SederajatTamat SLTA/SederajatDiploma I, II, danIIIStrata Satu (S1)
5891.5251.4391.177875752
9,523,822,618,513,811,8
Jumlah 6.357 100Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Setelah memperhatikan tabel diatas dapat diketahui
tingkat pendidikan pada penduduk Kelurahan Sanggiaseri
bahwa yang tidak sekolah sebanyak 589 Jiwa atau 9,5
persen, yang Tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.525
45
Jiwa atau 23,8 persen, yang Tamat SLTP/Sederajat
sebanyak 1.439 Jiwa atau 22,6 persen, yang Tamat
SLTA/Sederajat sebanyak 1.177 Jiwa atau 18,5 persen,
penduduk yang Diploma I, II dan III sebanyak 875 Jiwa
atau 13,8 persen, dan sisanya penduduk yang telah
mengenyam pendidikan diperguruan tinggi serta
mendapatkan gelar Strata Satu (S1) sebanyak 752 Jiwa
atau 11,8 persen.
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya pembangunan di suatu
daerah. Hal ini disebabkan oleh pembangunan di suatu
daerah banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya. Dengan kata lain pendidikan merupakan tolok
ukur dari pembangunan yang terjadi pada suatu wilayah,
sehingga pendidikan perlu ditingkatkan agar lebih baik
lagi. Kelurahan Sanggiaseri memiliki perhatian yang
cukup tinggi dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.
Usaha tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan
dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.
Untuk mencapainya salah satu cara yang harus ditempuh
46
adalah lewat pembangunan sarana pendidikan. Peningkatan
sarana pendidikan tersebut secara otomatis memberi
pengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat
termasuk juga di Kelurahan Sanggiaseri.
Maka pemerintah Kelurahan Sanggiaseri memberikan
dukungan terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan
sarana dan prasarana pendidikan berupa gedung atau
bangunan sekolah. Untuk lebih jelasnya tentang
fasilitas pendidikan dikelurahan Sanggiaseri dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.6
Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan
No. Jenjang Pendidikan Jumlah
1.2.3.4.5.
Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)Sekolah Dasar (SD)Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/SederajatSekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sederajat
46631
Total Fasilitas Pendidikan 20Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa
fasilitas pendidikan yang tersedia dikelurahan
47
Sanggiaseri mulai dari Sekolah Pendidikan anak Usia
Dini (PAUD) sebanyak 4 unit, fasilitas Sekolah Taman
Kanak-kanak (TK) sebanyak 6 unit, fasilitas Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Sederajat sebanyak 3
unit dan adapula fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas (SLTA)/Sederajat sebanyak 1 unit.
e) Sarana dan Prasarana
Dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat atau
penduduk yang mendiami suatu wilayah atau lokasi
sebagai tempat tinggalnya, dengan singkat dapat
dikatakan lingkungan masyarakat. Sebagai pendukung
untuk memenuhi kelangsungan hidup masyarakat atau
penduduknya suatu pemerintahan atau para pemimpin sudah
jelas akan menyediakan sarana dan prasarana bagi
penduduknya.
Pemerintah Kelurahan Sanggiaseri menyediakan sarana
dan prasarana bagi masyarakatnya sebagai pelengkap
dalam pelayanan untuk masyarakat yang menjadi tugasnya.
Pada wilayah Sanggiaseri tersedia berbagai macam sarana
dan prasarana yang dapat digunakan oleh masyarakat
48
setempat. Masyarakat Sanggiaseri keseluruhannya
menganut agama Islam, maka pembangunan tempat beribadah
sangat dibutuhkan. Disetiap lingkungan yang berada
dalam cakupan wilayah kelurahan Sanggiaseri memiliki
tempat beribadah untuk umat Islam yang dikenal dengan
Masjid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.7
Jumlah Sarana dan Prasarana Ibadah Menurut Lingkungan
Dalam
Kelurahan Sanggiaseri
No. Nama Lingkungan Jumlah
1.2.3.4.5.
SamaenreBolaromangCappagalungCaileBabara
13243
Total 13Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa
Sarana dan Prasarana untuk beribadah bagi masyarakat
Sanggiaseri pada lingkungan Samaenre sebanyak 1 Masjid,
lingkungan Bolaromang sebanyak 3 Masjid, lingkungan
Cappagaulang sebanyak 2 Masjid, lingkungan Caile
49
sebanyak 4 Masjid dan pada lingkungan Babara sebanyak 3
Masjid.
Selain itu, dikelurahan Sanggiaseri terdapatjuga
sarana kesehatan sebagai tempat bagi masyarakat
setempat untuk memeriksakan kesehatannya. Dalam wilayah
Sanggiaseri terdapat 7 sarana dan prasarana kesehatan
yang terdiri dari 1 unit Puskesmas, 1 unit Puskedes,
dan 5 unit Posyandu yang tersebar pada lingkungan
Sanggiaseri. Kemudian terdapat juga sarana olahraga
seperti lapangan sepakbola, lapangan Volly, lapangan
bulu tangkis dan lapangan untuk bermain tenis meja bagi
masyarakat setempat.
2. Profil Informan
Jumlah informan yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini sebanyak 15 remaja putri. Oleh karena
itu, peneliti pada bagian ini akan menyajikan profil
informan yang tersiri dari tingkat umur dan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :
a) Tingkat Umur
50
Umur merupakan salah satu indikator terhadap proses
kematangan cara berpikir dan berperilaku seseorang,
baik individunya sendiri ataupun dalam masyarakat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut
:
Diagram Informan Menurut Tingkat Umur
Sumber : Hasil Wawancara (2012)
Dari diagram diatas dapat diketahui informan paling
banyak yang berumur 16 – 20 Tahun sebanyak 12 Orang
atau 20 persen dan sisanya pada umur 11 – 15 Tahun
sebanyak 3 Orang atau 20 persen.
Umur 11 - 15
Umur 16 - 20
02468101214
51
b) Pendidikan
Hal yang mendasari untuk mengetahui sesuatu atau
menguasai sesuatu dalam bidang kegiatan dalam
masyarakat adalah pendidikan. Para informan memiliki
perbedaan dalam jenjang pendidikan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada berikut :
Tabel 4.8
Profil Informan Menurut Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase
1.2.3.4.
Tidak SekolahKelas 1 SMAKelas 2 SMAKelas 3 SMA
6243
40142620
Jumlah Informan 15 100Sumber : Hasil Wawancara (2012)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui informan
yang tidak sekolah sebanyak 6 orang atau 40 persen,
yang sedang duduk dikelas 1 SMA sebanyak 2 orang atau
14 persen, yang kelas 2 SMA sebanyak 4 orang atau 26
persen dan kelas 3 SMA sebanyak 3 orang atau 20 persen.
B. Hasil Penelitian
52
Setelah dilakukannya teknik pengumpulan data
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada
bagian ini akan disajikan hasil penelitian untuk
menjawab masalah yang menjadi fokus dalam penelitian
ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut
:
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sehingga Terjadi
Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja
Determinan dalam proses perkembangan remaja dapat
dibedakan atas dua faktor yaitu mempengaruhi kehidupan
remaja secara langsung seperti faktor dari keluarga,
sekolah dan tetangga. Sementara faktor secara tidak
langsung berupa struktur sosial, ekonomi, politik dan
budaya lingkungan. Demikian halnya dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi sehingga terjadi kehamilan luar nikah
pada remaja dikelurahan Sanggiaseri diperoleh hasil
penelitian dari data-data primer dapat disajikan
sebagai berikut :
a. Kurangnya Perhatian dan Pengawasan Orang Tua
(Keluarga)
53
Keluarga merupakan bagian pertama yang bertanggung
jawab atas perkembangan periaku remaja terutama dalam
perilaku kesehariannya yang terkhusus perilaku mengenai
seks pada perkembangan remaja tersebut. Tidak sedikit
para remaja yang melakukan seks diluar nikah dan
mengkibatkan kehamilan diluar nikah juga. Demikian
halnya dengan remaja yang berada dikelurahan
Sanggiaseri, kondisi keluarga terutama orang tua mereka
yang perceraian ataupun kurang memberikan perhatian
terhadap kegiatan-kegiatan anaknya mengakibatkan mereka
melakukan hal-hal baru yang belum pantas untuk mereka
lakukan seperti seks pranikah dan tak sadar berdampak
kehamilan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah
satu Informan berinisial Ni (17 Tahun) menyatakan bahwa
:
“ kedua orang tua saya telah bercerai, merekasekarang sudah menikah lagi, sekarang tinggaldengan ibu saya yang telah menikah juga. Tetapi,ibu lebih memberikan perhatian terhadap keluargabarunya, saya sering merasa kesepian dan kurangdiperhatikan. Jadi, biar apapun yang saya lakukanibu cuek saja, akibatnya saya melakukan hubunganseks bersama pacar dan hamil.” (Wawancara, 26Februari 2012)
54
Senada dengan Informan Ni (17 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial Su (18
Tahun), menyatakan :
“ perhatian orang tua saya tertuju pada keluargabaru mereka, karena orang tua saya telah bercerai.Sekarang saya tinggal bersama ibu yang telahmempunyai anak lagi yang menjadi adik tiri saya.Adik tiri lebih diperhatikan oleh ibu, sedangkansaya tidak lagi diperhatikan, begitulah kurangperhatian ibu, saya mencoba hal baru sepertimlakukan hubungan seks sehingga tak sadar sayahamil padahal belum nikah.” (Wawancara, 26 Februari2012).
b. Pergaulan Bebas
Seks bebas menjadi dampak negatif dari pergaulan
yang meningkat tanpa dibarengi pengetahuan seks yang
sehat dan benar. Remaja saat ini mengalami perubahan
yang pesat menuju era modern dengan mengabaikan norma-
norma tradisional dan nilai moral kehidupan. Pandangan
bahwa pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seksual
merupakan suatu hal yang wajar harus ditinjau dari
perkembangan fisiologis dan perkembangan sosial.
Sehingga bila mereka menjalin hubungan dalam arti
berpacaran, untuk melakukan hubungan seks dianggap
55
sudah wajar. Padahal akan mengakibatkan kehamilan. Hal
ini sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan
berinisial Ha (18 Tahun) menyatakan bahwa :
“ saya berpacaran sejak kelas 1 SMA, tetapimelakukan hubungan seks dengan pacar disebabkanoleh rasa cinta yang dalam kepada sang kekasih dananggapan wajar bila melakukan hubungan seks bilaberpacaran, tak sadar dengan melakukan hubunganseks tersebut saya hamil sebelum menikah.”(Wawancara, 26 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Ha (18 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial Hn (15
Tahun), menyatakan :
“ melakukan hubungan seks dengan pacar, sayalakukan karena pada waktu itu pergaulan saya memangsangat bebas, anggapan yang wajar bila pacaranmelakukan hubugan seks dengan pacar yang dicintai.Hal ini mengakibatkan saya hamil padahal masihpacaran belum menikah.” (Wawancara, 26 Februari2012).
c. Pengaksesan Informasi Dari Internet Yang Bebas
Mudahnya menemukan berbagai macam informasi
termasuk masalah seks merupakan salah satu faktor yang
bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang
tidak sehat. Berbagai informasi di internet ataupun
56
majalah disajikan secara jelas termasuk didalamnya
vidoe pronografi atau film-film blue (porno).
Meskipun demikian ada juga informasi tentang seks
yang disajikan secara mentah, mengajarkan cara-cara
melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan
mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks
berisiko sehingga mengakibatkan kehamilan. Tak sedikit
dari kalangan remaja untuk mempraktekkannya padahal
mereka belum memiliki status nikah. Hal ini sesuai
hasil wawancara dengan salah satu Informan berinisial
De (15 Tahun), menyatakan bahwa :
“ saya melakukan hubungan seks pertamanya karenamenonton film porno yang didapatkan dari internet.Saya terpancing untuk melakukannya karena inginmencoba bagaimana rasanya, dari situlah saya taksadar bahwa dampaknya akan hamil.” (Wawancara, 10Maret 2012)
Senada dengan Informan De (15 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial Hu (16
Tahun), menyatakan :
“ gara-gara menonton vidoe-vidoe yang didownloaddari internet, saya melakukan hubungan seks, inginmenirunya bagamana rasanya jika berhubugan seks.
57
Dampaknya yang saya dapatkan yaitu kehamilan luarnikah.” (Wawancara, 10 Maret 2012).
d. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Seks
Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
umur, pengalaman, pekerjaan, pendapatan, budaya, dan
pergaulan. Pengetahuan yang tidak tepat, pengharapan
yang tidak realistis, harga diri yang rendah, takut
tidak berhasil atau pesimis, menunjukan bahwa remaja
memiliki kepribadian yang belum matang dan emosi yang
labil, sehingga mudah terpengaruh melakukan hal-hal
negatif, seperti melakukan hubungan seks pranikah yang
mengakibatkan kehamilan. Demikian halnya dengan
perilaku remaja dikelurahan Sanggiaseri, akibat
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sehinggi mereka melakukan seks pranikah yang
mengakibatkan kehamilan. Hal ini sesuai hasil wawancara
dengan salah satu Informan berinisial Yu (17 Tahun),
menyatakan bahwa :
“ karena tidak saya tahui kalau dampak setelahmelakukan seks bisa membuat hamil, saya melakukanhubungan seks dengan pacar ketika berdua-duaandengannya.” (Wawancara, 10 Maret 2012)
58
Sependapat dengan Informan Yu (17 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial It (18
Tahun), menyatakan :
“ tidak tahunya saya dengan dampak yang diakibatkansetelah melakukan hubungan seks, yang bisa membuathamil. Saya melakukan hubungan seks dengan pacarketika berdua-duaan dengannya.” (Wawancara, 10Maret 2012)
Pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku
yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan
masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan
masalah mereka dengan efektif. Pemahaman tingkat agama
yang baik menghasilkan tauhid dan kepercayaan terhadap
remaja untuk menghindari perilaku yang menyimpang.
Remaja yang memiliki pemahaman agama yang rendah akan
sangat rentang untuk melakukan perilaku seks pranikah
yang mengakibatkan kehamilan. Hal ini sesuai hasil
wawancara dengan salah satu Informan berinisial Is (15
Tahun), menyatakan bahwa :
“ kurangnya pemahaman tentang dalam beragama jugamembuat saya berani untuk melakukan hubungan seksdiluar nikah dengan pacar. Serta tidak saya tahunyaakibat apa yang akan diterima bagi orang yang
59
melakukan perzinahan dihari kemudian. Itu semuakarena memang saya kurang memahami pelajaran agamayang diberikan sewaktu sekolah dulu.” (Wawancara,15 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Is (15 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial An (16
Tahun), menyatakan :
“ saya kurang dalam pemahaman dan pengetahuantentang agama seperti pacaran menurut agama,melakukan seks pranikah dan dampak perilaku sekspranikah menurut agama. Sehingga saya merasa bebasuntuk melakukan hubungan seks dengan pacar.”(Wawancara, 15 Februari 2012)
e. Lingkungan
Merujuk kepada hal-hal yang bisa mendorong seorang
remaja untuk melakukan perilaku seks yang mengakibatkan
kehamilan. Stimulus lingkungan tempat tinggal yang
masih kurangnya memberlakukan norma-norma dalam
masyarakat tersebut sehingga memberikan kesempatan
kepada remaja untuk melakukan hubungan seks sehingga
dapat memberikan kesempatan pada remaja yang berakibat
pada kehamilan. Sebagian masyarakat Sanggiaseri yang
masih kurang memperhatikan lingkungannya, terutama
dalam hal pergaulan remaja yang sering memanfaatkan
60
keadaan lingkungan yang sepi sehingga mereka berani
untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini sesuai
hasil wawancara dengan salah satu Informan berinisial
Nt (19 Tahun), menyatakan bahwa :
“ beraninya saya melakukan hubungan seks karenakeadaan atau situasi lingkungan disekitar rumahsangat sepi, tetapi bila kedapatan melakukanhubungan suami-istri padahal belum menikah,langsung dibawa ke kantor desa lalu dinikahkan.”(Wawancara, 15 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Nt (19 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16
Tahun), menyatakan :
“ ditempat rekreasi atau taman yang biasa ditempatinongkrong anak-anak muda situasinya sepi sehinggasaya berani untuk melakukan hubungn seks denganpacar saya. Tetapi tidak jarang ada juga petugaskeamanan yang bertugas mengawasi mendapatkanpasangan remaja yang berdua-duaan, dengan tegasmereka dimarahi. ” (Wawancara, 15 Februari 2012)
Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat
diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi para
remaja yang berdomisili dikelurahan Sanggiaseri
mengalami kehamilan akibat melakukan hubungan seks
pranikah meliputi kurangnya perhatian remaja yang
61
diperoleh dari orang tua, akibat dari perceraian yang
dialaminya. Kemudian pengaksesan informasi lewat
internet yang bebas bagi remaja untuk mendownload film
atau video porno yang membuat mereka merasa ingin
mempraktekkannya serta pengetahuan dan pemahaman agama
tentang pacaran, hubungan seks pranikah dan dampaknya
sehingga mereka melakukan hubungan seks pranikah yang
beujung pada kehamilan.
2. Dampak Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja
Pembuahan atau konsepsi fertilisasi adalah
salah satu proses dari fungsi reproduksi pada
manusia, atau usaha untuk melanjutkan keturunan.
Kehamilan yang disebabkan karena pemikahan maupun
akibat pergaulan bebas, yang jika itu dialami oleh
remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang
besar terhadap fisik, mental, sosial, dan ekonomi.
Dengan kehamilan yang direspon baik, maka
pertumbuhan kesehatan jiwa (mental emosional anak) dan
perkembangan fisiknya juga bisa normal serta tumbuh
dengan baik. Kehamilan diluar nikah yang dialami oleh
62
remaja putri dikelurahan Sanggiaseri memberikan dampak
yang bermacam-macam seperti dampak psikologis,
diskriminasi oleh masyarakat dan dampak kesehatan.
Untuk lebih jelasnya hasil penelitian yang diperoleh
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Dampak Psikologis
Psikologis seorang remaja yang mendapatkan suatu
masalah seperti kehamilan diluar nikah dapat memberikan
ketidakseimbangan mental bahkan dapat berdampak depresi
bagi mereka. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan
salah satu Informan berinisial Ra (16 Tahun) menyatakan
bahwa :
“ pada saat mengetahui saya hamil gara-garabercinta dengan pacar, dan kandungan saya telahberumur 3 bulan perasaan yang begitu kacau takkaruan, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Sayahanya dalam kamar trus tidak ada nafsu makan bahkansaya dicap dalam masa depresi oleh dokter yangtelah memeriksa saya.” (Wawancara, 17 Maret 2012)
Senada dengan Informan Ra (16 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial Vi (19
Tahun), menyatakan :
63
“ saya mengalami depresi ketika mengetahui bahwasaya hamil telah 3 bulan akibat melakukan hubungansekssual dengan pacar. Yang saya lakukan hanyamereung dan air mata truz keluar sampai-sampaimakan pun saya tidak mau. ” (Wawancara, 17 Maret2012)
Setiap individu memiliki respon yang berbeda
terhadap kehamilan. Bagi sebagian orangtua mungkin
timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang
sudah direncanakan, namun bagi remaja yang belum
siap kehamilan dapat menjadi peristiwa yang
mengejutkan dan bahkan menimbulkan depresi karena
mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah
sosial serta finansial yang harus ditanggungnya.
Demikian pada remaja putri dikelurahan Sanggiaseri yang
mengalami kehamilan mereka merasakan gejala depresi
seperti perasaan sedih, menangis dan cemas. Hal ini
sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan
berinisial De (15 Tahun), menyatakan bahwa :
“ dengan hamilnya saya gara-gara melakukan hubunganseks dengan pacar, saya merasakan sedih dan teruzmenangis atas penyesalan apa yang sudah terjadi.Saya seperti orang yang deprsesi pada saat itu.”(Wawancara, 10 Maret 2012)
64
Senada dengan Informan De (15 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial Hu (16
Tahun), menyatakan :
“ gara-gara melakukan hubungan seks luar nikahdengan pacar yang berakibat saya mengandung(hamil), saya selalu menangis, sedih karena tidakmenyangka akan hamil.” (Wawancara, 10 Maret 2012).
Demikian pula dengan apa yang dirasakan oleh salah
satu Informan berinisial An (16 Tahun) menyatakan bahwa
:
“ masa depan saya hancur akibat hamil diluar nikah,perasaan yang tidak karuan yang aa didalam pikiransampai-sampai saya didiagnosa terkena depresiketika saya memeriksakan ke dokter tentang keadaansaya..” (Wawancara, 15 Februari 2012).
b. Diskiriminasi Masyarakat
Dampak kehamilan yang dirasakan oleh remaja putri
yang mengalami kehamilan diluar nikah datang juga dari
masyarakat seperti mereka merasa ddiskriminasi dalam
bentuk cemohan, rasa malu yang begitu mendalam bahkan
dianggapnya saya sebagai sampah masyarakat. Hal ini
sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan
berinisial berinisial It (18 Tahun), menyatakan :
65
“ ketika masayarakat mengetahui saya hamil diluarnikah, mereka mencela saya dengan menganggap sayasebagai sampah saja dilingkugan tenpat tinggalsaya.” (Wawancara, 10 Maret 2012)
Kehamilan yang tidak dikehendaki oleh remaja
merupakan akibat berhubungan seks luar nikah yang
berdampak terjadinya diskriminasi atau dikucilkan oleh
masyarakat. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah
satu Informan berinisial Nt (19 Tahun), menyatakan
bahwa :
“ akibat dari kehamilan saya yang diluar nikah,masyarakat disekitar rumah mengucilkan saya.Dianggapnya saya tidak ada dilingkungan mereka. Inimembuat saya terasa lebih baik untuk tidak tinggaldisini lagi.” (Wawancara, 15 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Nt (19 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16
Tahun), menyatakan :
“sejak saya hamil diluar nikah, para tetanggamenganggap saya tidak ada atau dikucilkan. Sayapenuh perasaan sedih dan penyesalan, rasa inginuntuk pergi jauh dari rumah dan tidak kembalilagi.” (Wawancara, 15 Februari 2012)
Remaja banyak yang telah melakukan hubungan seks
pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak
66
diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan
orang tua dan remaja yang bersangkutan. Mengalami
kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti
menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi
remaja yang bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh
anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil
di luar nikah menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan.
Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah satu
Informan berinisial Ni (17 Tahun) menyatakan bahwa :
“ kehamilan diluar nikah yang saya alami membuatsaya menjadi bahan ejekan, pembicaraan dimana-manaatau cerita para tetangga disekitar rumah saya.”(Wawancara, 26 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Ni (17 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial Su (18
Tahun), menyatakan :
“ saya melakukan hubungan sekes dengan pacar danberakibat kehamilan. Ketika para tetangga yangberada disekitar rumah saya mengetahui saya hamil,mereka menjadikan bahan cerita bahkan memberikanejekan.” (Wawancara, 26 Februari 2012)
Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa
menanggung rasa malu tidak terkecuali keluarganya
67
terutama kedua orang tua remaja tersebut. Hal ini
sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan
berinisial Is (15 Tahun), menyatakan bahwa :
“ dengan kehamilan yang saya alami, saya merasasangat malu kepada orang tua serta keluarga jugasudah tentu ikut malu karena saya hamil diluarnikah.” (Wawancara, 15 Februari 2012)
Senada dengan Informan Is (15 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial An (16
Tahun), menyatakan :
“ akibat dari kehamilan yang saya alami, membuatsaya sangat malu dan malu terhadap orang tua.Apalagi dengan para tetangga saya sangat malu.Tidak hanya itu, keluarga saya terutama kedua orangtua juga ikut malu karena kehamilan yang saya alamitersebut.” (Wawancara, 15 Februari 2012)
c. Dampak Kesehatan
Kehamilan merupakan dambaan bagi setiap wanita, dan
tentunya bagi mereka yang telah menikah, namun luapan
perasaan terasa berbeda jika kehamilan ini terjadi
akibat dari hubungan seks pra-nikah, yang akhirnya
menyebabkan hamil diluar nikah. Perasaan remaja
dikelurahan Sanggiaseri ketika mengetahui mereka sedang
68
mengandung padahal belum menikah, mereka dipenuhi
perasaan kacau dan tak tahu harus melakukan apa.
Didalam pikirannya yang ada hanya menggugurkannya atau
terus mengandung hingga melahirkan. Tetapi, tindakan
itu tidak dapat menutup malu yang terlanjur mereka
rasakan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah
satu Informan berinisial Ha (18 Tahun) menyatakan bahwa
:
“ ketika saya mengetahui saya hamil akibatberhubungan seks dengan pacar, saya tak tahu mestiberbuat apa, yang ada dalam pikiran saya hanyasemuanya ini cepat selesai. Saya menggugurannyaatau tetap mempertahankannya hingga lahir dengancara menikah. Tetapi mesti begitu, rasa malu yangsaya rasakan tidak begitu saja hilang, akan terusmelekat dalam diri saya.” (Wawancara, 26 Februari2012)
Senada dengan Informan Ha (18 Tahun), salah satu
Informan yang telah diwawancara berinisial Hn (15
Tahun), menyatakan :
“ yang saya lakukan ketika mengetahui saya sedangmengandung akibat perbuatan berhubungan seks denganpacar, yang ada dalam pikiran hanya 2 pilihan,menggugurkannya atau tetap mengandung sampaimelahirkan dengan jalan keluar menikah denganpacar. Walaupun begitu, tetap saja rasa malu dan
69
malu itu tidak hilang dalam perasaan saya.”(Wawancara, 26 Februari 2012).
Perilaku seks diluar nikah yang dilakukan oleh
remaja dan berakibat kehamilan sebelum adanya ikatan
pernikahan, dapat memberikan efek yang negatif pada
remaja putri yang mengalaminya. Efek yang timbul salah
satunya mereka tidak tahu mesti berbuat apa, terkadang
mereka memilih jalan untuk menggugurkannya demi menjaga
nama baik keluarga. Hal ini sesuai hasil wawancara
dengan salah satu Informan berinisial Yu (17 Tahun),
menyatakan bahwa :
“ saya penuh kebingungan ketika saya tahu bahwasedang mengandung akibat berhubungan seks denganpacar. Tetapi, saya berpikir untuk menggugurkannyaagar keluarga tidak malu dan saya pun mengambiljalan untuk menggugurakan kandungan saya.”(Wawancara, 10 Maret 2012)
Sependapat dengan Informan Yu (17 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial It (18
Tahun), menyatakan :
“ saya sangat bingung tidak tahu harus berbuat apaketika pertama kali saya tahu bahwa sedang hamil,padahal belum menikah. Yang pertama ada dalampikiran saya adalah menggugurkan kandungan agarkeluarga tidak merasa malu, say pun menggugrukan
70
kandungan saya ketika itu.” (Wawancara, 10 Maret2012)
Selain itu, remaja yang mengandung atau mengalami
kehamilan diusia dini dapat memberikan dampak pada
proses persalinan yang sangat sakit berbeda dengan
persalinan jika cukup usia untuk melahirkan dan
kesehatan bayi yang dilahirkannya, seperti berat badan
yang kurang. Semua dampak itu dapat dirasakan bagi
remaja yang memilih untuk melanjutkan kejenjang
pernikahan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah
satu Informan berinisial Is (15 Tahun), menyatakan
bahwa :
“ tindakan yang saya lakukan untuk menutupi rasamalu akibat kehamilan diluar nikah, saya memilihuntuk segera menikah dengan pacar. Tetapi dampakyang saya rasakan ketika melahirkan, rasa sakityang begitu sakit dan bayi yang saya lahirkan jugaberat timbangannya rendah. Kata dokter itu wajarkarena ada masih berusia dini untuk melahirkan.”(Wawancara, 15 Februari 2012)
Sependapat dengan Informan Is (15 Tahun), salah
satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16
Tahun), menyatakan :
71
“saya memilih untuk menikah ketika mengetahui sayasedang hamil. Kesiapan untuk melahirkan juga harussaya siapkan, ketika melahirkan rasanya sakitsekali dan tidak hanya itu bayi yang saya lahirkanberat badannya rendah. Saya sangat khwatir, tetapidokter yang membantu saya dalam melahirkanmengatakan bahwa memang kalau melahirkan pada usiadini rasa sakitnya beda dengan melahirkan pada usiayang seharusnya dan bayi yang dilahirkan pun wajarbila berat badannya rendah.” (Wawancara, 15Februari 2012)
Berdasarkan dengan beberapa hasil wawancara diatas
dapat diketahui dampak kehamilan bagi remaja putri yang
mengalaminya meliputi mereka merasakan gejala depresi
seperti perasaan sedih, menangis dan cemas menjadi
cemoohan tetangga dan lingkungan, menanggung rasa malu
tidak terkecuali keluarganya terutama kedua orang tua
remaja tersebut, berdampak terjadinya diskriminasi atau
dikucilkan oleh masyarakat, didalam pikirannya yang ada
hanya menggugurkannya atau terus mengandung hingga
melahirkan, terkadang mereka memilih jalan untuk
menggugurkannya demi menjaga nama baik keluarga. Dan
dampak bagi yang memilih untuk mempertahankan hingga
melahirkan, pada proses persalinan yang sangat sakit
berbeda dengan persalinan jika cukup usia untuk
72
melahirkan dan kesehatan bayi yang dilahirkannya,
seperti berat badan yang kurang.
C. Pembahasan
Untuk memperjelas hasil penelitian yang disajikan
sebelumnya, pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan
atau pembahasannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagau berikut :
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sehingga Terjadi
Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja
Terjadi kehamilan luar nikah para remaja yang
berdomisili dikelurahan Sanggiaseri mengalami kehamilan
luar nikah dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor,
yaitu :
a. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua
(keluarga)
Sesuai hasil wawancara dengan responden Ni (17
Tahun) dan Su (18 Tahun) menyatakan akibat melakukan
hubungan seks pranikah meliputi kurangnya perhatian
remaja yang diperoleh dari orang tua dan akibat dari
perceraian yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan
73
pendapat menurut Sarwono (2003) bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual remaja salah
satunya adalah berfungsinya keluarga dalam
menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral dan
keterbukaan komunikasi. Remaja rentan dalam melakukan
perilaku seks yang menyimpang salah satunya faktor
ketidaktahuan orang tua dalam memberikan pendidikan
seks secara dini serta adanya sikap mereka menabukan
pembicaraan seks pada anak-anaknya, sikap yang
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah
seks.
Sesuai juga dengan pendapat menurut Kinnaird
(2003) yang menyatakan bahwa faktor sangat
berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja
diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang
melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak
diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau
pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan
perpecahan. Hubungan orang-tua yang harmonis akan
menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap
74
perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua
yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi
dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari
keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena
perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan
ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan
jiwa anak (Rohmahwati, 2008:4).
b. Pergaulan Bebas
Sebagian besar anak laki-laki mengalami hubungan
seks dengan beberapa pasangan, dan sebagian besar
anak perempuan mengatakan bahwa mereka membatasi
hubungan seks mereka dengan seorang laki-laki saja
yang pada waktu itu mereka cintai. Mereka mengira
bahwa seks adalah bagian dari cinta dan bagian dari
hubungan intim serta tidak perlu selalu dibatasi oleh
ikatan perkawinan.
Perilaku seperti ini dianggap menurut hasil
wawancara dengan responden Ha (18 Tahun) dan Hn (15
Tahun) menyatakan sebagai pergaulan bebas yang
menjurus ke perilaku seksual merupakan suatu hal yang
75
wajar harus ditinjau dari perkembangan fisiologis dan
perkembangan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat
Surbakti (2008:28) yang menyatakan bahwa di kalangan
remaja sekarang, baik remaja laki-laki maupun
perempuan. Hal ini dikarenakan mereka sedang
mengalami gejolak yang dahsyat. Dorongan seks yang
kuat adalah salah satu masalah terberat yang selalu
di alami oleh setiap remaja. Meningkatnya minat
terhadap seks, ketertarikan terhadap lawan jenis
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pertumbuhan masa remaja. Perasaan ini terus mendorong
remaja melakukan komunikasi, menjalin pertemanan,
atau berkencan dengan lawan jenis. Kadang-kadang
implus seks yang kuat mendorong mereka berkhayal atau
bermimpi tentang seks dan lawan jenisnya. Bahkan
tidak jarang remaja puteri melepaskan keperawananya
hanya untuk kesenangan semata.
c. Pengaksesan Informasi Dari Internet Yang Bebas
Sesuai hasil wawancara dengan responden Hu (16
Tahun) dan De (15 Tahun) menyatakan bahwa pengaksesan
76
informasi lewat internet yang bebas bagi remaja untuk
mendownload film atau video porno yang membuat mereka
merasa ingin mempraktekkannya. Hal ini sesuai dengan
menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik
cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun
elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh
secara langsung maupun tidak langsung pada remaja
untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang
berkibat pada kehamilan luar nikah yang harus
ditanggung oleh remaja. Justru paparan informasi
seksualitas dari media massa (baik cetak maupun
elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan
pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik
bagi remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin
tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat
atau didengarnya dari media massa tersebut. Maka dari
itu sumber informasi yang baik dan bertanggung jawab
diperlukan oleh remaja, agar remaja tidak salah dalam
mendapatkan sumber informasi.
d. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Seks
77
Sesuai hasil wawancara dengan responden It (18
Tahun) dan Yu (17 Tahun) pengetahuan tentang perilaku
seks pranikah yang dapat mengakibatkan hamil luar
nikah yang kurang dalam diri para remaja. Hal ini
sesuai dengan pendapat menurut Sarwono (2003:15),
manfaat pengetahuan seksualitas adalah 1) mengerti
tentang perbedaan kesehatan reproduksi antara pria
dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan seluruh
kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap
masyarakat dan kebudayaan, 2) mengerti tentang
peranan kesehatan dalam kehidupan manusia, dan
keluarga, 3) mengembangkan pengertian tentang diri
sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks
remaja, 4) membantu untuk mengembangkan kepribadian
sehingga remaja mampu untuk mengambil keputusan yang
bertanggung jawab. Pengetahuan kesehatan reproduksi
yang diterima oleh remaja dari sumber yang benar
dapat menjadikan faktor untuk memberikan dasar yang
kuat bagi remaja dalam menyikapi segala perilaku
78
seksual yang semakin menuju kematangan (Miqdad,
2000:31).
e. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Agama
Sesuai hasil wawancara dengan responden An (16
Tahun) dan Is (15 Tahun) menyatakan bahwa pemahaman
agama tentang pacaran, hubungan seks pranikah dan
dampaknya sehingga mereka melakukan hubungan seks
pranikah yang beujung pada kehamilan. Hal ini sesuai
dengan pendapat menurut Adawiyah (2007:10), ada
perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku
dengan hubungan seksual pranikah antara remaja yang
religiusitasnya tinggi dengan remaja yang
religiusitasnya rendah. Remaja yang religiusitasnya
tinggi menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual
pranikah rendah (menolak), sedangkan remaja yang
religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku terhadap
hubungan seksual pranikah tinggi (menerima). Sehingga
dengan kurangnya pemahaman agama maka para remaja tak
segan untuk melakukan hubungan seks yang berdampak
pada kehamilan luar nikah.
79
2. Dampak Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja
Adapundampak yang akan dirasakan para remaja yang
mengalami kehamilan diluar nikah yaitu :
a. Dampak Psikologis
Dampak kehamilan bagi remaja putri yang
mengalaminya sesuai hasil wawancara dengan responden
De (15 Tahun) dan Hu (16 Tahun) menyatakan bahwa
mereka merasakan gejala depresi seperti perasaan
sedih, menangis dan cemas. Hal ini sesuai dengan
pendapat menurut Masitah (2011:11) dimakalah masalah
seks bebas menyebutkan bahwa bahaya kehamilan pada
remaja, sebagai berikut :
1) Hancurnya masa depan remaja tersebut.
2) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami
kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya
belum siap.
3) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri
oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin
karena nafsu, bukan karena cinta).
4) Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan
80
lingkungan sekitarnya.
5) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan
pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional)
sering mengalami kematian strategis.
6) Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang
oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga
kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul
kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum.
7) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja,
sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
b. Diskriminasi Masyarakat
Sesuai hasil wawancara dengan responden dengan
pendapat Nt (19 Tahun) dan Ig (16 Tahun) menyatakan
bahwa berdampak terjadinya diskriminasi atau
dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Asfriyati (2004) yang berpendapat bahwa
kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat
pada remaja seperti dikucilkan oleh masyarakat,
81
diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan
pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat.
Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan
upaya aborsi yang tidak aman oleh tenaga non-
profesional.
Selanjutnya, responden Ni (17 Tahun) dan Su (18
Tahun) yang telah diwawancarai menyatakan bahwa
mereka menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Hidayana (2004:29)
berpendapat bahwa masyarakat akan mencemooh,
mengisolasi atau mengusir terhadap remaja yang hamil
di luar nikah. Resiko psikologis dan sosial antara
lain meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi
sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan
sebagainya.
c. Dampak Kesehatan
Hasil wawancara dengan rseponden Is (15 Tahun)
dan Ig (16 Tahun) menyatakan bahwa dampak bagi yang
82
memilih untuk mempertahankan hingga melahirkan, pada
proses persalinan yang sangat sakit berbeda dengan
persalinan jika cukup usia untuk melahirkan dan
kesehatan bayi yang dilahirkannya, seperti berat
badan yang kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat
menurut Carvera (dalam Basri, 2000:22) menyatakan
bahwa Anak remaja yang belum menikah dan hamil,
membuat aib di keluarga dan anak cenderung untuk
melakukan aborsi yang dapat mengakibatkan kematian
pada ibu. Jika kehamilannya dilanjutkan, maka dalam
persalinanya cenderung mengalami gangguan baik pada
ibu maupun pada bayinya waktupersalinan dan nifas,
berat badan bayi lahir rendah dan infeksi. Selain
gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan kemandulan
dan gangguan jiwa. Disamping itu, remaja yang
mengalami kehamilan pada masa sekolah cenderung untuk
meninggalkan kegiatan sekolah sehingga mengalami
putus sekolah. Akibatnya, remaja tidak mempunyai masa
depan yang baik sebagaimana pada remaja lainnya yang
tidak bermasalah.