BAB IV Syahrul

49
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Profil Wilayah Penelitian a) Letak Geografis dan Batas Wilayah Keadaan geografis suatu wilayah menggambarkan situasi dan kondisi yang ada pada suatu eilayah tertentu. Dalam bagian ini, peneliti menyajikan letak geografis yang meliputi luas,letak, iklim, kekayaan alam serta jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Daerah yang menjadi tempat penelitian adalah Kelurahan Sanggiaseri merupakan salah satu daerah yang paling luas dibandingkan daerah lainnya yang dalam wilayah Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai. letak kelurahan ini berada ditengah-tengah ibukota Kecamatan Sinjai Selatan dengan jarak 1 Km, sedangkan jarak ke kota Kabupaten Sinjai adalah 25 Km, serta

Transcript of BAB IV Syahrul

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Profil Wilayah Penelitian

a) Letak Geografis dan Batas Wilayah

Keadaan geografis suatu wilayah menggambarkan

situasi dan kondisi yang ada pada suatu eilayah

tertentu. Dalam bagian ini, peneliti menyajikan letak

geografis yang meliputi luas,letak, iklim, kekayaan

alam serta jumlah penduduk yang mendiami wilayah

tersebut.

Daerah yang menjadi tempat penelitian adalah

Kelurahan Sanggiaseri merupakan salah satu daerah yang

paling luas dibandingkan daerah lainnya yang dalam

wilayah Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

letak kelurahan ini berada ditengah-tengah ibukota

Kecamatan Sinjai Selatan dengan jarak 1 Km, sedangkan

jarak ke kota Kabupaten Sinjai adalah 25 Km, serta

36

kurang lebih 195 Km dari ibukota provinsi Sulawesi

Selatan. Luas wilayah kelurahan ini sekitar 16,72 Km

yang terdiri dari 5 kepala lingkungan 10 RW dan 16 RT.

Secara administratif ibukota Kelurahan Sanggiaseri

berada dalam lingkungan Bolaromang. Adapun batas-batas

Kelurahan Sanggiaseri, yaitu :

1) Sebelah Utara : Desa Alengka

2) Sebelah Timur : Desa Gareccing

3) Sebelah Selatan : Desa Palangka

4) Sebelah Barat : Desa Puncak dan Songin

Dari luas Kelurahan Sanggiaseri, distribusi

penggunaan tanah yang ada terdiri dari tanah sawah,

tanah kering, tegalan, pekarangan, perkebunan dan lain-

lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sanggiaseri

No.

PenggunaanTanah Luas Tanah (Ha) Persen (%)

1.2.3.4.

Tanah SawahTanah KeringTegalanPekarangan

600 107219862

21,8639,067,212,25

35

37

5.6.

PerkebunanLain-lainnya

79418

28,930,65

Total 2.744 100 Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi

penggunaan tanah lebih banyak tanah kering sekitar 1072

Ha atau 39,06 persen. Dan lebih sedikit lain-lainnya

sekitar 18 Ha atau 0,65 persen.

Kemudian, Sanggeaseri adalah daerah yang secara

global daerah ini beriklim tropis, karena ketinggian

tempat didaerah ini berkisar 500 meter dari permukaan

laut. Dengan suhu rata-rata berkisar 290 C dan curah

hujan rata-rata 200 mm. Iklim daerah ini,seperti halnya

daerah sinjai pada umunya mengenal dua musim yaitu

musim kemarau dan musim dingin. Musim hujan biasanya

dimulai pada bulan Oktober hingga bulan April,

sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan Mei hingga

bulan September.

b) Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan salah satu unsur yang sangat

penting dalm suatu daerah karena penduduk adalah satu

38

syarat terbentuknya suatu wilayah pemerintahan.

Berdasarkan data potensi Kelurahan Sanggiaseri pada

tahun 2012 jumlah penduduk yang mendiami kelurahan ini

sebanyak 6.357 Jiwa yang dibedakan atas jenis kelamin

perempuan dan laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persen (%)

1. Laki-laki 2.965 47,42. Perempuan 3.392 52,6

Total 6.357 100 Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Dapat diketahui dari paparan tabel diatas bahwa

jumlah penduduk Kelurahan Sanggiaseri yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 2.965 Jiwa atau 47,4 persen

dan yang mendominasi penduduknya berjenis kelamin

perempuan sebanyak 3.392 Jiwa atau 552,6 persen.

Adapun jumlah Rukun Tetangga (RT) dalam kelurahan

ini sebanyak 1.283 Jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 1.369 Jiwa. Selain itu, penduduk Kelurahan

Sanggiaseri memiliki perbedaan umur diantara mereka.

39

Untuk lebih jelasnya tentang tingkatan umur penduduk

Kelurahan Sanggiaseri dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah(Jiwa) Persen (%)

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11. 12.13.

>1 – 5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 3031 – 35 36 – 40 41 – 45 46 – 50 51 – 55 56 – 60

61 ke atas

207258401414566933879641468552343398297

3,24,16,36,58,814,713,810,17,38,65,36,14,6

Jumlah 6.357 100

40

Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Dengan memperhatikan tabel diatas dapat diketahui

tingkat umur penduduk Kelurahan Sanggiaseri pada

tingkat umur >1-5 tahun sebanyak 207 jiwa atau 3,2

persen, umur 6-10 tahun sebanyak 258 jiwa atau 4,1

persen, umur 11-15 tahun sebanyak 401 jiwa atau 6,3

persen, umur 16-20 tahun sebanyak 414 jiwa atau 6,5

persen, umur 21-25 tahun sebanyak 566 jiwa atau 8,8

persen dan umur 26-30 tahun sebanyak 933 jiwa atau 14,7

persen, umur 31-35 tahun sebanyak 879 jiwa atau 13,8

persen, umur 36-40 tahun sebanyak 641 jiwa atau 10,1

persen, umur 41-45 tahun sebanyak 468 jiwa atau 7,3

persen, umur 46-50 tahun sebanyak 552 jiwa atauumu 8,6

persen, lalu umur 51-55 tahun sebanyak 343 jiwa atau

5,3 persen, umur 56-60 tahun sebanyak 398 jiwa atau 6,1

persen, dan yang terakhir pada umur 61 tahun keatas

sebanyak 297 jiwa atau 4,6 persen.

c) Mata Pencaharian

41

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya para

penduduk Kelurahan Sanggiaseri mempunyai beraneka ragam

macam mata pencaharian, tetapi sebagian besar dari

mereka bermata pencaharian dalam bidang pertanian dan

perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel 4.4

Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Sanggiaseri

No. Mata Pencaharian Jumlah(Jiwa)

Persen(%)

1.2.3.4.5.6.

Tidak BekerjaPetani Guru / PNSPedagangPeternakan Lain-lainnya

2.2051.8046532074531.035

34,828,410,23,27,116,3

Jumlah 6.357 100Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Dari tabel diatas dapat diketahui mata pencaharian

penduduk Kelurahan Sanggiaseri kebanyakan menjadi

Petani sebanyak 1.804 Jiwa atau 28,4 persen, penduduk

yang menjadi Guru / PNS sebanyak 653 Jiwa atau 10,2

persen, yang bermata pencaharian dengan Peternakan

sebanyak 453 Jiwa atau 7,1 persen dan penduduk lebih

sedikit bermata pencaharian sebagai Pedagang sebanyak

42

207 Jiwa atau 3,2 persen. Serta sisanya ada penduduk

yang belum bekerja karena masih anan-anak dan telah

lanjut usia sebanyak 2.205 Jiwa atau 34,8 persen.

d) Pendidikan

Pendidikan adalah bagian integral dalam masyarakat

yang merupakan kunci kesuksesan pembangunan dalam

berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan

tidak dapat dilaksanakan sedemikian rupa tanpa

mengikutsertakan pendidikan, baik secara kualitas

maupun kuantitas. Malah dapat dikatakn bahwa dalam

bidang pendidikan adalah salah satu kunci keberhasilan

pembangunan disegala bidang. Singkatnya, perbaikan dan

peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang

utamanya menyentuh perbaikan seluruh lapisan masyarakat

sehingga keberhasilan pembangunan diberbagai sektor

didalam lingkungan masyarakat pada umumnya akan

tercapai dengan baik sesuai harapan yang diinginkan.

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah

ditentukan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah

faktor jumlah dan kualitas penduduk atau sumber daya

43

manusia yang dimilikinya. Penduduk merupakan salah satu

faktor penggerak yang cukup penting dalam perkembangan

roda perekonomian, yang dalam jumlah besar dapat

menjadi penggerak pembangunan yang mempengaruhi

terhadap berkembangnya daerah tersebut, tetapi juga di

sisi lain hal ini akan menjadikan banyaknya jumlah

penduduk yang tidak memiliki lapangan pekerjaan. Suatu

daerah akan mengalami kemajuan apabila didukung oleh

sumber daya manusia yang memadai dan memiliki kualitas

yang baik begitu pula sebaliknya. Pendapat ini

didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat dengan segala

kemampuannya merupakan pelaksana pembangunan di

daerahnya.

Sumber daya manusia sebagai sumber daya pembangunan

menekankan masyarakat sebagai pelaku pembangunan yang

memiliki etos kerja produktif, keterampilan serta

kreativitas. Berhasilnya pembangunan daerah bergantung

pada peran aktif masyarakat, sikap mental, tekad, dan

kesiapan masyarakat dalam menghadapi tantangan. Dengaan

kata lain, pendidikan merupakan bagian integral dari

44

pembangunan, salah satu tujuannya untuk meningkatkan

kesejahteran masyarakat.

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan

pembangunan suatu wilayah yaitu sumber daya manusianya,

dalam hal ini jenjang pendidikan yang telah mereka

lalui. Paparan agar lebih jelasnya tingkat pendidikan

penduduk Kelurahan Sanggiaseri dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.5

Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Sanggiaseri

No. Tingkat Pendiidikan Jumlah(Jiwa)

Persen(%)

1.2.3.4.5.6.

Tidak sekolahTamat Sekolah Dasar(SD)Tamat SLTP/SederajatTamat SLTA/SederajatDiploma I, II, danIIIStrata Satu (S1)

5891.5251.4391.177875752

9,523,822,618,513,811,8

Jumlah 6.357 100Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Setelah memperhatikan tabel diatas dapat diketahui

tingkat pendidikan pada penduduk Kelurahan Sanggiaseri

bahwa yang tidak sekolah sebanyak 589 Jiwa atau 9,5

persen, yang Tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1.525

45

Jiwa atau 23,8 persen, yang Tamat SLTP/Sederajat

sebanyak 1.439 Jiwa atau 22,6 persen, yang Tamat

SLTA/Sederajat sebanyak 1.177 Jiwa atau 18,5 persen,

penduduk yang Diploma I, II dan III sebanyak 875 Jiwa

atau 13,8 persen, dan sisanya penduduk yang telah

mengenyam pendidikan diperguruan tinggi serta

mendapatkan gelar Strata Satu (S1) sebanyak 752 Jiwa

atau 11,8 persen.

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya pembangunan di suatu

daerah. Hal ini disebabkan oleh pembangunan di suatu

daerah banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya

manusianya. Dengan kata lain pendidikan merupakan tolok

ukur dari pembangunan yang terjadi pada suatu wilayah,

sehingga pendidikan perlu ditingkatkan agar lebih baik

lagi. Kelurahan Sanggiaseri memiliki perhatian yang

cukup tinggi dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.

Usaha tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan

dalam pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.

Untuk mencapainya salah satu cara yang harus ditempuh

46

adalah lewat pembangunan sarana pendidikan. Peningkatan

sarana pendidikan tersebut secara otomatis memberi

pengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat

termasuk juga di Kelurahan Sanggiaseri.

Maka pemerintah Kelurahan Sanggiaseri memberikan

dukungan terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan berupa gedung atau

bangunan sekolah. Untuk lebih jelasnya tentang

fasilitas pendidikan dikelurahan Sanggiaseri dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.6

Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Jenjang Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1.2.3.4.5.

Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)Sekolah Taman Kanak-kanak (TK)Sekolah Dasar (SD)Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/SederajatSekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sederajat

46631

Total Fasilitas Pendidikan 20Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa

fasilitas pendidikan yang tersedia dikelurahan

47

Sanggiaseri mulai dari Sekolah Pendidikan anak Usia

Dini (PAUD) sebanyak 4 unit, fasilitas Sekolah Taman

Kanak-kanak (TK) sebanyak 6 unit, fasilitas Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Sederajat sebanyak 3

unit dan adapula fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas (SLTA)/Sederajat sebanyak 1 unit.

e) Sarana dan Prasarana

Dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat atau

penduduk yang mendiami suatu wilayah atau lokasi

sebagai tempat tinggalnya, dengan singkat dapat

dikatakan lingkungan masyarakat. Sebagai pendukung

untuk memenuhi kelangsungan hidup masyarakat atau

penduduknya suatu pemerintahan atau para pemimpin sudah

jelas akan menyediakan sarana dan prasarana bagi

penduduknya.

Pemerintah Kelurahan Sanggiaseri menyediakan sarana

dan prasarana bagi masyarakatnya sebagai pelengkap

dalam pelayanan untuk masyarakat yang menjadi tugasnya.

Pada wilayah Sanggiaseri tersedia berbagai macam sarana

dan prasarana yang dapat digunakan oleh masyarakat

48

setempat. Masyarakat Sanggiaseri keseluruhannya

menganut agama Islam, maka pembangunan tempat beribadah

sangat dibutuhkan. Disetiap lingkungan yang berada

dalam cakupan wilayah kelurahan Sanggiaseri memiliki

tempat beribadah untuk umat Islam yang dikenal dengan

Masjid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.7

Jumlah Sarana dan Prasarana Ibadah Menurut Lingkungan

Dalam

Kelurahan Sanggiaseri

No. Nama Lingkungan Jumlah

1.2.3.4.5.

SamaenreBolaromangCappagalungCaileBabara

13243

Total 13Sumber : Kantor Kelurahan Sanggiaseri (2012)

Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa

Sarana dan Prasarana untuk beribadah bagi masyarakat

Sanggiaseri pada lingkungan Samaenre sebanyak 1 Masjid,

lingkungan Bolaromang sebanyak 3 Masjid, lingkungan

Cappagaulang sebanyak 2 Masjid, lingkungan Caile

49

sebanyak 4 Masjid dan pada lingkungan Babara sebanyak 3

Masjid.

Selain itu, dikelurahan Sanggiaseri terdapatjuga

sarana kesehatan sebagai tempat bagi masyarakat

setempat untuk memeriksakan kesehatannya. Dalam wilayah

Sanggiaseri terdapat 7 sarana dan prasarana kesehatan

yang terdiri dari 1 unit Puskesmas, 1 unit Puskedes,

dan 5 unit Posyandu yang tersebar pada lingkungan

Sanggiaseri. Kemudian terdapat juga sarana olahraga

seperti lapangan sepakbola, lapangan Volly, lapangan

bulu tangkis dan lapangan untuk bermain tenis meja bagi

masyarakat setempat.

2. Profil Informan

Jumlah informan yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini sebanyak 15 remaja putri. Oleh karena

itu, peneliti pada bagian ini akan menyajikan profil

informan yang tersiri dari tingkat umur dan pendidikan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

a) Tingkat Umur

50

Umur merupakan salah satu indikator terhadap proses

kematangan cara berpikir dan berperilaku seseorang,

baik individunya sendiri ataupun dalam masyarakat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut

:

Diagram Informan Menurut Tingkat Umur

Sumber : Hasil Wawancara (2012)

Dari diagram diatas dapat diketahui informan paling

banyak yang berumur 16 – 20 Tahun sebanyak 12 Orang

atau 20 persen dan sisanya pada umur 11 – 15 Tahun

sebanyak 3 Orang atau 20 persen.

Umur 11 - 15

Umur 16 - 20

02468101214

51

b) Pendidikan

Hal yang mendasari untuk mengetahui sesuatu atau

menguasai sesuatu dalam bidang kegiatan dalam

masyarakat adalah pendidikan. Para informan memiliki

perbedaan dalam jenjang pendidikan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada berikut :

Tabel 4.8

Profil Informan Menurut Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1.2.3.4.

Tidak SekolahKelas 1 SMAKelas 2 SMAKelas 3 SMA

6243

40142620

Jumlah Informan 15 100Sumber : Hasil Wawancara (2012)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui informan

yang tidak sekolah sebanyak 6 orang atau 40 persen,

yang sedang duduk dikelas 1 SMA sebanyak 2 orang atau

14 persen, yang kelas 2 SMA sebanyak 4 orang atau 26

persen dan kelas 3 SMA sebanyak 3 orang atau 20 persen.

B. Hasil Penelitian

52

Setelah dilakukannya teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Pada

bagian ini akan disajikan hasil penelitian untuk

menjawab masalah yang menjadi fokus dalam penelitian

ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut

:

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sehingga Terjadi

Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja

Determinan dalam proses perkembangan remaja dapat

dibedakan atas dua faktor yaitu mempengaruhi kehidupan

remaja secara langsung seperti faktor dari keluarga,

sekolah dan tetangga. Sementara faktor secara tidak

langsung berupa struktur sosial, ekonomi, politik dan

budaya lingkungan. Demikian halnya dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi sehingga terjadi kehamilan luar nikah

pada remaja dikelurahan Sanggiaseri diperoleh hasil

penelitian dari data-data primer dapat disajikan

sebagai berikut :

a. Kurangnya Perhatian dan Pengawasan Orang Tua

(Keluarga)

53

Keluarga merupakan bagian pertama yang bertanggung

jawab atas perkembangan periaku remaja terutama dalam

perilaku kesehariannya yang terkhusus perilaku mengenai

seks pada perkembangan remaja tersebut. Tidak sedikit

para remaja yang melakukan seks diluar nikah dan

mengkibatkan kehamilan diluar nikah juga. Demikian

halnya dengan remaja yang berada dikelurahan

Sanggiaseri, kondisi keluarga terutama orang tua mereka

yang perceraian ataupun kurang memberikan perhatian

terhadap kegiatan-kegiatan anaknya mengakibatkan mereka

melakukan hal-hal baru yang belum pantas untuk mereka

lakukan seperti seks pranikah dan tak sadar berdampak

kehamilan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah

satu Informan berinisial Ni (17 Tahun) menyatakan bahwa

:

“ kedua orang tua saya telah bercerai, merekasekarang sudah menikah lagi, sekarang tinggaldengan ibu saya yang telah menikah juga. Tetapi,ibu lebih memberikan perhatian terhadap keluargabarunya, saya sering merasa kesepian dan kurangdiperhatikan. Jadi, biar apapun yang saya lakukanibu cuek saja, akibatnya saya melakukan hubunganseks bersama pacar dan hamil.” (Wawancara, 26Februari 2012)

54

Senada dengan Informan Ni (17 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial Su (18

Tahun), menyatakan :

“ perhatian orang tua saya tertuju pada keluargabaru mereka, karena orang tua saya telah bercerai.Sekarang saya tinggal bersama ibu yang telahmempunyai anak lagi yang menjadi adik tiri saya.Adik tiri lebih diperhatikan oleh ibu, sedangkansaya tidak lagi diperhatikan, begitulah kurangperhatian ibu, saya mencoba hal baru sepertimlakukan hubungan seks sehingga tak sadar sayahamil padahal belum nikah.” (Wawancara, 26 Februari2012).

b. Pergaulan Bebas

Seks bebas menjadi dampak negatif dari pergaulan

yang meningkat tanpa dibarengi pengetahuan seks yang

sehat dan benar. Remaja saat ini mengalami perubahan

yang pesat menuju era modern dengan mengabaikan norma-

norma tradisional dan nilai moral kehidupan. Pandangan

bahwa pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seksual

merupakan suatu hal yang wajar harus ditinjau dari

perkembangan fisiologis dan perkembangan sosial.

Sehingga bila mereka menjalin hubungan dalam arti

berpacaran, untuk melakukan hubungan seks dianggap

55

sudah wajar. Padahal akan mengakibatkan kehamilan. Hal

ini sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan

berinisial Ha (18 Tahun) menyatakan bahwa :

“ saya berpacaran sejak kelas 1 SMA, tetapimelakukan hubungan seks dengan pacar disebabkanoleh rasa cinta yang dalam kepada sang kekasih dananggapan wajar bila melakukan hubungan seks bilaberpacaran, tak sadar dengan melakukan hubunganseks tersebut saya hamil sebelum menikah.”(Wawancara, 26 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Ha (18 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial Hn (15

Tahun), menyatakan :

“ melakukan hubungan seks dengan pacar, sayalakukan karena pada waktu itu pergaulan saya memangsangat bebas, anggapan yang wajar bila pacaranmelakukan hubugan seks dengan pacar yang dicintai.Hal ini mengakibatkan saya hamil padahal masihpacaran belum menikah.” (Wawancara, 26 Februari2012).

c. Pengaksesan Informasi Dari Internet Yang Bebas

Mudahnya menemukan berbagai macam informasi

termasuk masalah seks merupakan salah satu faktor yang

bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang

tidak sehat. Berbagai informasi di internet ataupun

56

majalah disajikan secara jelas termasuk didalamnya

vidoe pronografi atau film-film blue (porno).

Meskipun demikian ada juga informasi tentang seks

yang disajikan secara mentah, mengajarkan cara-cara

melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan

mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks

berisiko sehingga mengakibatkan kehamilan. Tak sedikit

dari kalangan remaja untuk mempraktekkannya padahal

mereka belum memiliki status nikah. Hal ini sesuai

hasil wawancara dengan salah satu Informan berinisial

De (15 Tahun), menyatakan bahwa :

“ saya melakukan hubungan seks pertamanya karenamenonton film porno yang didapatkan dari internet.Saya terpancing untuk melakukannya karena inginmencoba bagaimana rasanya, dari situlah saya taksadar bahwa dampaknya akan hamil.” (Wawancara, 10Maret 2012)

Senada dengan Informan De (15 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial Hu (16

Tahun), menyatakan :

“ gara-gara menonton vidoe-vidoe yang didownloaddari internet, saya melakukan hubungan seks, inginmenirunya bagamana rasanya jika berhubugan seks.

57

Dampaknya yang saya dapatkan yaitu kehamilan luarnikah.” (Wawancara, 10 Maret 2012).

d. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Seks

Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

umur, pengalaman, pekerjaan, pendapatan, budaya, dan

pergaulan. Pengetahuan yang tidak tepat, pengharapan

yang tidak realistis, harga diri yang rendah, takut

tidak berhasil atau pesimis, menunjukan bahwa remaja

memiliki kepribadian yang belum matang dan emosi yang

labil, sehingga mudah terpengaruh melakukan hal-hal

negatif, seperti melakukan hubungan seks pranikah yang

mengakibatkan kehamilan. Demikian halnya dengan

perilaku remaja dikelurahan Sanggiaseri, akibat

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

sehinggi mereka melakukan seks pranikah yang

mengakibatkan kehamilan. Hal ini sesuai hasil wawancara

dengan salah satu Informan berinisial Yu (17 Tahun),

menyatakan bahwa :

“ karena tidak saya tahui kalau dampak setelahmelakukan seks bisa membuat hamil, saya melakukanhubungan seks dengan pacar ketika berdua-duaandengannya.” (Wawancara, 10 Maret 2012)

58

Sependapat dengan Informan Yu (17 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial It (18

Tahun), menyatakan :

“ tidak tahunya saya dengan dampak yang diakibatkansetelah melakukan hubungan seks, yang bisa membuathamil. Saya melakukan hubungan seks dengan pacarketika berdua-duaan dengannya.” (Wawancara, 10Maret 2012)

Pemahaman agama yang baik akan menumbuhkan perilaku

yang baik. Remaja memerlukan kemampuan pemecahan

masalah yang baik, sehingga remaja mampu menyelesaikan

masalah mereka dengan efektif. Pemahaman tingkat agama

yang baik menghasilkan tauhid dan kepercayaan terhadap

remaja untuk menghindari perilaku yang menyimpang.

Remaja yang memiliki pemahaman agama yang rendah akan

sangat rentang untuk melakukan perilaku seks pranikah

yang mengakibatkan kehamilan. Hal ini sesuai hasil

wawancara dengan salah satu Informan berinisial Is (15

Tahun), menyatakan bahwa :

“ kurangnya pemahaman tentang dalam beragama jugamembuat saya berani untuk melakukan hubungan seksdiluar nikah dengan pacar. Serta tidak saya tahunyaakibat apa yang akan diterima bagi orang yang

59

melakukan perzinahan dihari kemudian. Itu semuakarena memang saya kurang memahami pelajaran agamayang diberikan sewaktu sekolah dulu.” (Wawancara,15 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Is (15 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial An (16

Tahun), menyatakan :

“ saya kurang dalam pemahaman dan pengetahuantentang agama seperti pacaran menurut agama,melakukan seks pranikah dan dampak perilaku sekspranikah menurut agama. Sehingga saya merasa bebasuntuk melakukan hubungan seks dengan pacar.”(Wawancara, 15 Februari 2012)

e. Lingkungan

Merujuk kepada hal-hal yang bisa mendorong seorang

remaja untuk melakukan perilaku seks yang mengakibatkan

kehamilan. Stimulus lingkungan tempat tinggal yang

masih kurangnya memberlakukan norma-norma dalam

masyarakat tersebut sehingga memberikan kesempatan

kepada remaja untuk melakukan hubungan seks sehingga

dapat memberikan kesempatan pada remaja yang berakibat

pada kehamilan. Sebagian masyarakat Sanggiaseri yang

masih kurang memperhatikan lingkungannya, terutama

dalam hal pergaulan remaja yang sering memanfaatkan

60

keadaan lingkungan yang sepi sehingga mereka berani

untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini sesuai

hasil wawancara dengan salah satu Informan berinisial

Nt (19 Tahun), menyatakan bahwa :

“ beraninya saya melakukan hubungan seks karenakeadaan atau situasi lingkungan disekitar rumahsangat sepi, tetapi bila kedapatan melakukanhubungan suami-istri padahal belum menikah,langsung dibawa ke kantor desa lalu dinikahkan.”(Wawancara, 15 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Nt (19 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16

Tahun), menyatakan :

“ ditempat rekreasi atau taman yang biasa ditempatinongkrong anak-anak muda situasinya sepi sehinggasaya berani untuk melakukan hubungn seks denganpacar saya. Tetapi tidak jarang ada juga petugaskeamanan yang bertugas mengawasi mendapatkanpasangan remaja yang berdua-duaan, dengan tegasmereka dimarahi. ” (Wawancara, 15 Februari 2012)

Dari beberapa hasil wawancara diatas dapat

diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi para

remaja yang berdomisili dikelurahan Sanggiaseri

mengalami kehamilan akibat melakukan hubungan seks

pranikah meliputi kurangnya perhatian remaja yang

61

diperoleh dari orang tua, akibat dari perceraian yang

dialaminya. Kemudian pengaksesan informasi lewat

internet yang bebas bagi remaja untuk mendownload film

atau video porno yang membuat mereka merasa ingin

mempraktekkannya serta pengetahuan dan pemahaman agama

tentang pacaran, hubungan seks pranikah dan dampaknya

sehingga mereka melakukan hubungan seks pranikah yang

beujung pada kehamilan.

2. Dampak Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja

Pembuahan atau konsepsi fertilisasi adalah

salah satu proses dari fungsi reproduksi pada

manusia, atau usaha untuk melanjutkan keturunan.

Kehamilan yang disebabkan karena pemikahan maupun

akibat pergaulan bebas, yang jika itu dialami oleh

remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang

besar terhadap fisik, mental, sosial, dan ekonomi.

Dengan kehamilan yang direspon baik, maka

pertumbuhan kesehatan jiwa (mental emosional anak) dan

perkembangan fisiknya juga bisa normal serta tumbuh

dengan baik. Kehamilan diluar nikah yang dialami oleh

62

remaja putri dikelurahan Sanggiaseri memberikan dampak

yang bermacam-macam seperti dampak psikologis,

diskriminasi oleh masyarakat dan dampak kesehatan.

Untuk lebih jelasnya hasil penelitian yang diperoleh

dapat dilihat sebagai berikut :

a. Dampak Psikologis

Psikologis seorang remaja yang mendapatkan suatu

masalah seperti kehamilan diluar nikah dapat memberikan

ketidakseimbangan mental bahkan dapat berdampak depresi

bagi mereka. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan

salah satu Informan berinisial Ra (16 Tahun) menyatakan

bahwa :

“ pada saat mengetahui saya hamil gara-garabercinta dengan pacar, dan kandungan saya telahberumur 3 bulan perasaan yang begitu kacau takkaruan, tidak tahu apa yang harus diperbuat. Sayahanya dalam kamar trus tidak ada nafsu makan bahkansaya dicap dalam masa depresi oleh dokter yangtelah memeriksa saya.” (Wawancara, 17 Maret 2012)

Senada dengan Informan Ra (16 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial Vi (19

Tahun), menyatakan :

63

“ saya mengalami depresi ketika mengetahui bahwasaya hamil telah 3 bulan akibat melakukan hubungansekssual dengan pacar. Yang saya lakukan hanyamereung dan air mata truz keluar sampai-sampaimakan pun saya tidak mau. ” (Wawancara, 17 Maret2012)

Setiap individu memiliki respon yang berbeda

terhadap kehamilan. Bagi sebagian orangtua mungkin

timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang

sudah direncanakan, namun bagi remaja yang belum

siap kehamilan dapat menjadi peristiwa yang

mengejutkan dan bahkan menimbulkan depresi karena

mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah

sosial serta finansial yang harus ditanggungnya.

Demikian pada remaja putri dikelurahan Sanggiaseri yang

mengalami kehamilan mereka merasakan gejala depresi

seperti perasaan sedih, menangis dan cemas. Hal ini

sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan

berinisial De (15 Tahun), menyatakan bahwa :

“ dengan hamilnya saya gara-gara melakukan hubunganseks dengan pacar, saya merasakan sedih dan teruzmenangis atas penyesalan apa yang sudah terjadi.Saya seperti orang yang deprsesi pada saat itu.”(Wawancara, 10 Maret 2012)

64

Senada dengan Informan De (15 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial Hu (16

Tahun), menyatakan :

“ gara-gara melakukan hubungan seks luar nikahdengan pacar yang berakibat saya mengandung(hamil), saya selalu menangis, sedih karena tidakmenyangka akan hamil.” (Wawancara, 10 Maret 2012).

Demikian pula dengan apa yang dirasakan oleh salah

satu Informan berinisial An (16 Tahun) menyatakan bahwa

:

“ masa depan saya hancur akibat hamil diluar nikah,perasaan yang tidak karuan yang aa didalam pikiransampai-sampai saya didiagnosa terkena depresiketika saya memeriksakan ke dokter tentang keadaansaya..” (Wawancara, 15 Februari 2012).

b. Diskiriminasi Masyarakat

Dampak kehamilan yang dirasakan oleh remaja putri

yang mengalami kehamilan diluar nikah datang juga dari

masyarakat seperti mereka merasa ddiskriminasi dalam

bentuk cemohan, rasa malu yang begitu mendalam bahkan

dianggapnya saya sebagai sampah masyarakat. Hal ini

sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan

berinisial berinisial It (18 Tahun), menyatakan :

65

“ ketika masayarakat mengetahui saya hamil diluarnikah, mereka mencela saya dengan menganggap sayasebagai sampah saja dilingkugan tenpat tinggalsaya.” (Wawancara, 10 Maret 2012)

Kehamilan yang tidak dikehendaki oleh remaja

merupakan akibat berhubungan seks luar nikah yang

berdampak terjadinya diskriminasi atau dikucilkan oleh

masyarakat. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah

satu Informan berinisial Nt (19 Tahun), menyatakan

bahwa :

“ akibat dari kehamilan saya yang diluar nikah,masyarakat disekitar rumah mengucilkan saya.Dianggapnya saya tidak ada dilingkungan mereka. Inimembuat saya terasa lebih baik untuk tidak tinggaldisini lagi.” (Wawancara, 15 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Nt (19 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16

Tahun), menyatakan :

“sejak saya hamil diluar nikah, para tetanggamenganggap saya tidak ada atau dikucilkan. Sayapenuh perasaan sedih dan penyesalan, rasa inginuntuk pergi jauh dari rumah dan tidak kembalilagi.” (Wawancara, 15 Februari 2012)

Remaja banyak yang telah melakukan hubungan seks

pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak

66

diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan

orang tua dan remaja yang bersangkutan. Mengalami

kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti

menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi

remaja yang bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh

anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil

di luar nikah menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan.

Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah satu

Informan berinisial Ni (17 Tahun) menyatakan bahwa :

“ kehamilan diluar nikah yang saya alami membuatsaya menjadi bahan ejekan, pembicaraan dimana-manaatau cerita para tetangga disekitar rumah saya.”(Wawancara, 26 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Ni (17 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial Su (18

Tahun), menyatakan :

“ saya melakukan hubungan sekes dengan pacar danberakibat kehamilan. Ketika para tetangga yangberada disekitar rumah saya mengetahui saya hamil,mereka menjadikan bahan cerita bahkan memberikanejekan.” (Wawancara, 26 Februari 2012)

Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa

menanggung rasa malu tidak terkecuali keluarganya

67

terutama kedua orang tua remaja tersebut. Hal ini

sesuai hasil wawancara dengan salah satu Informan

berinisial Is (15 Tahun), menyatakan bahwa :

“ dengan kehamilan yang saya alami, saya merasasangat malu kepada orang tua serta keluarga jugasudah tentu ikut malu karena saya hamil diluarnikah.” (Wawancara, 15 Februari 2012)

Senada dengan Informan Is (15 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial An (16

Tahun), menyatakan :

“ akibat dari kehamilan yang saya alami, membuatsaya sangat malu dan malu terhadap orang tua.Apalagi dengan para tetangga saya sangat malu.Tidak hanya itu, keluarga saya terutama kedua orangtua juga ikut malu karena kehamilan yang saya alamitersebut.” (Wawancara, 15 Februari 2012)

c. Dampak Kesehatan

Kehamilan merupakan dambaan bagi setiap wanita, dan

tentunya bagi mereka yang telah menikah, namun luapan

perasaan terasa berbeda jika kehamilan ini terjadi

akibat dari hubungan seks pra-nikah, yang akhirnya

menyebabkan hamil diluar nikah. Perasaan remaja

dikelurahan Sanggiaseri ketika mengetahui mereka sedang

68

mengandung padahal belum menikah, mereka dipenuhi

perasaan kacau dan tak tahu harus melakukan apa.

Didalam pikirannya yang ada hanya menggugurkannya atau

terus mengandung hingga melahirkan. Tetapi, tindakan

itu tidak dapat menutup malu yang terlanjur mereka

rasakan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah

satu Informan berinisial Ha (18 Tahun) menyatakan bahwa

:

“ ketika saya mengetahui saya hamil akibatberhubungan seks dengan pacar, saya tak tahu mestiberbuat apa, yang ada dalam pikiran saya hanyasemuanya ini cepat selesai. Saya menggugurannyaatau tetap mempertahankannya hingga lahir dengancara menikah. Tetapi mesti begitu, rasa malu yangsaya rasakan tidak begitu saja hilang, akan terusmelekat dalam diri saya.” (Wawancara, 26 Februari2012)

Senada dengan Informan Ha (18 Tahun), salah satu

Informan yang telah diwawancara berinisial Hn (15

Tahun), menyatakan :

“ yang saya lakukan ketika mengetahui saya sedangmengandung akibat perbuatan berhubungan seks denganpacar, yang ada dalam pikiran hanya 2 pilihan,menggugurkannya atau tetap mengandung sampaimelahirkan dengan jalan keluar menikah denganpacar. Walaupun begitu, tetap saja rasa malu dan

69

malu itu tidak hilang dalam perasaan saya.”(Wawancara, 26 Februari 2012).

Perilaku seks diluar nikah yang dilakukan oleh

remaja dan berakibat kehamilan sebelum adanya ikatan

pernikahan, dapat memberikan efek yang negatif pada

remaja putri yang mengalaminya. Efek yang timbul salah

satunya mereka tidak tahu mesti berbuat apa, terkadang

mereka memilih jalan untuk menggugurkannya demi menjaga

nama baik keluarga. Hal ini sesuai hasil wawancara

dengan salah satu Informan berinisial Yu (17 Tahun),

menyatakan bahwa :

“ saya penuh kebingungan ketika saya tahu bahwasedang mengandung akibat berhubungan seks denganpacar. Tetapi, saya berpikir untuk menggugurkannyaagar keluarga tidak malu dan saya pun mengambiljalan untuk menggugurakan kandungan saya.”(Wawancara, 10 Maret 2012)

Sependapat dengan Informan Yu (17 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial It (18

Tahun), menyatakan :

“ saya sangat bingung tidak tahu harus berbuat apaketika pertama kali saya tahu bahwa sedang hamil,padahal belum menikah. Yang pertama ada dalampikiran saya adalah menggugurkan kandungan agarkeluarga tidak merasa malu, say pun menggugrukan

70

kandungan saya ketika itu.” (Wawancara, 10 Maret2012)

Selain itu, remaja yang mengandung atau mengalami

kehamilan diusia dini dapat memberikan dampak pada

proses persalinan yang sangat sakit berbeda dengan

persalinan jika cukup usia untuk melahirkan dan

kesehatan bayi yang dilahirkannya, seperti berat badan

yang kurang. Semua dampak itu dapat dirasakan bagi

remaja yang memilih untuk melanjutkan kejenjang

pernikahan. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan salah

satu Informan berinisial Is (15 Tahun), menyatakan

bahwa :

“ tindakan yang saya lakukan untuk menutupi rasamalu akibat kehamilan diluar nikah, saya memilihuntuk segera menikah dengan pacar. Tetapi dampakyang saya rasakan ketika melahirkan, rasa sakityang begitu sakit dan bayi yang saya lahirkan jugaberat timbangannya rendah. Kata dokter itu wajarkarena ada masih berusia dini untuk melahirkan.”(Wawancara, 15 Februari 2012)

Sependapat dengan Informan Is (15 Tahun), salah

satu Informan yang telah diwawancara berinisial Ig (16

Tahun), menyatakan :

71

“saya memilih untuk menikah ketika mengetahui sayasedang hamil. Kesiapan untuk melahirkan juga harussaya siapkan, ketika melahirkan rasanya sakitsekali dan tidak hanya itu bayi yang saya lahirkanberat badannya rendah. Saya sangat khwatir, tetapidokter yang membantu saya dalam melahirkanmengatakan bahwa memang kalau melahirkan pada usiadini rasa sakitnya beda dengan melahirkan pada usiayang seharusnya dan bayi yang dilahirkan pun wajarbila berat badannya rendah.” (Wawancara, 15Februari 2012)

Berdasarkan dengan beberapa hasil wawancara diatas

dapat diketahui dampak kehamilan bagi remaja putri yang

mengalaminya meliputi mereka merasakan gejala depresi

seperti perasaan sedih, menangis dan cemas menjadi

cemoohan tetangga dan lingkungan, menanggung rasa malu

tidak terkecuali keluarganya terutama kedua orang tua

remaja tersebut, berdampak terjadinya diskriminasi atau

dikucilkan oleh masyarakat, didalam pikirannya yang ada

hanya menggugurkannya atau terus mengandung hingga

melahirkan, terkadang mereka memilih jalan untuk

menggugurkannya demi menjaga nama baik keluarga. Dan

dampak bagi yang memilih untuk mempertahankan hingga

melahirkan, pada proses persalinan yang sangat sakit

berbeda dengan persalinan jika cukup usia untuk

72

melahirkan dan kesehatan bayi yang dilahirkannya,

seperti berat badan yang kurang.

C. Pembahasan

Untuk memperjelas hasil penelitian yang disajikan

sebelumnya, pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan

atau pembahasannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

sebagau berikut :

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sehingga Terjadi

Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja

Terjadi kehamilan luar nikah para remaja yang

berdomisili dikelurahan Sanggiaseri mengalami kehamilan

luar nikah dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor,

yaitu :

a. Kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua

(keluarga)

Sesuai hasil wawancara dengan responden Ni (17

Tahun) dan Su (18 Tahun) menyatakan akibat melakukan

hubungan seks pranikah meliputi kurangnya perhatian

remaja yang diperoleh dari orang tua dan akibat dari

perceraian yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan

73

pendapat menurut Sarwono (2003) bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku seksual remaja salah

satunya adalah berfungsinya keluarga dalam

menjalankan fungsi kontrol, penanaman nilai moral dan

keterbukaan komunikasi. Remaja rentan dalam melakukan

perilaku seks yang menyimpang salah satunya faktor

ketidaktahuan orang tua dalam memberikan pendidikan

seks secara dini serta adanya sikap mereka menabukan

pembicaraan seks pada anak-anaknya, sikap yang

cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah

seks.

Sesuai juga dengan pendapat menurut Kinnaird

(2003) yang menyatakan bahwa faktor sangat

berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja

diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang

melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak

diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau

pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan

perpecahan. Hubungan orang-tua yang harmonis akan

menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap

74

perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua

yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi

dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari

keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena

perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan

ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan

jiwa anak (Rohmahwati, 2008:4).

b. Pergaulan Bebas

Sebagian besar anak laki-laki mengalami hubungan

seks dengan beberapa pasangan, dan sebagian besar

anak perempuan mengatakan bahwa mereka membatasi

hubungan seks mereka dengan seorang laki-laki saja

yang pada waktu itu mereka cintai. Mereka mengira

bahwa seks adalah bagian dari cinta dan bagian dari

hubungan intim serta tidak perlu selalu dibatasi oleh

ikatan perkawinan.

Perilaku seperti ini dianggap menurut hasil

wawancara dengan responden Ha (18 Tahun) dan Hn (15

Tahun) menyatakan sebagai pergaulan bebas yang

menjurus ke perilaku seksual merupakan suatu hal yang

75

wajar harus ditinjau dari perkembangan fisiologis dan

perkembangan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat

Surbakti (2008:28) yang menyatakan bahwa di kalangan

remaja sekarang, baik remaja laki-laki maupun

perempuan. Hal ini dikarenakan mereka sedang

mengalami gejolak yang dahsyat. Dorongan seks yang

kuat adalah salah satu masalah terberat yang selalu

di alami oleh setiap remaja. Meningkatnya minat

terhadap seks, ketertarikan terhadap lawan jenis

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pertumbuhan masa remaja. Perasaan ini terus mendorong

remaja melakukan komunikasi, menjalin pertemanan,

atau berkencan dengan lawan jenis. Kadang-kadang

implus seks yang kuat mendorong mereka berkhayal atau

bermimpi tentang seks dan lawan jenisnya. Bahkan

tidak jarang remaja puteri melepaskan keperawananya

hanya untuk kesenangan semata.

c. Pengaksesan Informasi Dari Internet Yang Bebas

Sesuai hasil wawancara dengan responden Hu (16

Tahun) dan De (15 Tahun) menyatakan bahwa pengaksesan

76

informasi lewat internet yang bebas bagi remaja untuk

mendownload film atau video porno yang membuat mereka

merasa ingin mempraktekkannya. Hal ini sesuai dengan

menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik

cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun

elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh

secara langsung maupun tidak langsung pada remaja

untuk melakukan hubungan seksual pranikah yang

berkibat pada kehamilan luar nikah yang harus

ditanggung oleh remaja. Justru paparan informasi

seksualitas dari media massa (baik cetak maupun

elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan

pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik

bagi remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin

tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat

atau didengarnya dari media massa tersebut. Maka dari

itu sumber informasi yang baik dan bertanggung jawab

diperlukan oleh remaja, agar remaja tidak salah dalam

mendapatkan sumber informasi.

d. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Seks

77

Sesuai hasil wawancara dengan responden It (18

Tahun) dan Yu (17 Tahun) pengetahuan tentang perilaku

seks pranikah yang dapat mengakibatkan hamil luar

nikah yang kurang dalam diri para remaja. Hal ini

sesuai dengan pendapat menurut Sarwono (2003:15),

manfaat pengetahuan seksualitas adalah 1) mengerti

tentang perbedaan kesehatan reproduksi antara pria

dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan seluruh

kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap

masyarakat dan kebudayaan, 2) mengerti tentang

peranan kesehatan dalam kehidupan manusia, dan

keluarga, 3) mengembangkan pengertian tentang diri

sendiri sehubungan dengan fungsi dan kebutuhan seks

remaja, 4) membantu untuk mengembangkan kepribadian

sehingga remaja mampu untuk mengambil keputusan yang

bertanggung jawab. Pengetahuan kesehatan reproduksi

yang diterima oleh remaja dari sumber yang benar

dapat menjadikan faktor untuk memberikan dasar yang

kuat bagi remaja dalam menyikapi segala perilaku

78

seksual yang semakin menuju kematangan (Miqdad,

2000:31).

e. Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang Agama

Sesuai hasil wawancara dengan responden An (16

Tahun) dan Is (15 Tahun) menyatakan bahwa pemahaman

agama tentang pacaran, hubungan seks pranikah dan

dampaknya sehingga mereka melakukan hubungan seks

pranikah yang beujung pada kehamilan. Hal ini sesuai

dengan pendapat menurut Adawiyah (2007:10), ada

perbedaan yang sangat signifikan antara perilaku

dengan hubungan seksual pranikah antara remaja yang

religiusitasnya tinggi dengan remaja yang

religiusitasnya rendah. Remaja yang religiusitasnya

tinggi menunjukkan perilaku terhadap hubungan seksual

pranikah rendah (menolak), sedangkan remaja yang

religiusitasnya rendah menunjukkan perilaku terhadap

hubungan seksual pranikah tinggi (menerima). Sehingga

dengan kurangnya pemahaman agama maka para remaja tak

segan untuk melakukan hubungan seks yang berdampak

pada kehamilan luar nikah.

79

2. Dampak Kehamilan Luar Nikah Pada Remaja

Adapundampak yang akan dirasakan para remaja yang

mengalami kehamilan diluar nikah yaitu :

a. Dampak Psikologis

Dampak kehamilan bagi remaja putri yang

mengalaminya sesuai hasil wawancara dengan responden

De (15 Tahun) dan Hu (16 Tahun) menyatakan bahwa

mereka merasakan gejala depresi seperti perasaan

sedih, menangis dan cemas. Hal ini sesuai dengan

pendapat menurut Masitah (2011:11) dimakalah masalah

seks bebas menyebutkan bahwa bahaya kehamilan pada

remaja, sebagai berikut :

1) Hancurnya masa depan remaja tersebut.

2) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami

kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya

belum siap.

3) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri

oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin

karena nafsu, bukan karena cinta).

4) Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan

80

lingkungan sekitarnya.

5) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan

pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional)

sering mengalami kematian strategis.

6) Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang

oleh undang-undang, kecuali indikasi medis

(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga

kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul

kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang

mengantar dapat dihukum.

7) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja,

sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.

b. Diskriminasi Masyarakat

Sesuai hasil wawancara dengan responden dengan

pendapat Nt (19 Tahun) dan Ig (16 Tahun) menyatakan

bahwa berdampak terjadinya diskriminasi atau

dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Asfriyati (2004) yang berpendapat bahwa

kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat

pada remaja seperti dikucilkan oleh masyarakat,

81

diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan

pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat.

Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan

upaya aborsi yang tidak aman oleh tenaga non-

profesional.

Selanjutnya, responden Ni (17 Tahun) dan Su (18

Tahun) yang telah diwawancarai menyatakan bahwa

mereka menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Hidayana (2004:29)

berpendapat bahwa masyarakat akan mencemooh,

mengisolasi atau mengusir terhadap remaja yang hamil

di luar nikah. Resiko psikologis dan sosial antara

lain meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi

sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan

sebagainya.

c. Dampak Kesehatan

Hasil wawancara dengan rseponden Is (15 Tahun)

dan Ig (16 Tahun) menyatakan bahwa dampak bagi yang

82

memilih untuk mempertahankan hingga melahirkan, pada

proses persalinan yang sangat sakit berbeda dengan

persalinan jika cukup usia untuk melahirkan dan

kesehatan bayi yang dilahirkannya, seperti berat

badan yang kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat

menurut Carvera (dalam Basri, 2000:22) menyatakan

bahwa Anak remaja yang belum menikah dan hamil,

membuat aib di keluarga dan anak cenderung untuk

melakukan aborsi yang dapat mengakibatkan kematian

pada ibu. Jika kehamilannya dilanjutkan, maka dalam

persalinanya cenderung mengalami gangguan baik pada

ibu maupun pada bayinya waktupersalinan dan nifas,

berat badan bayi lahir rendah dan infeksi. Selain

gangguan tersebut juga dapat mengakibatkan kemandulan

dan gangguan jiwa. Disamping itu, remaja yang

mengalami kehamilan pada masa sekolah cenderung untuk

meninggalkan kegiatan sekolah sehingga mengalami

putus sekolah. Akibatnya, remaja tidak mempunyai masa

depan yang baik sebagaimana pada remaja lainnya yang

tidak bermasalah.

83