BAB III - SMARTCAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB III - SMARTCAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
33
BAB III
METODOLOGI DAN DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
3.1. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan kecermatan pengumpulan data
untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. (Toto Syatori dan Nasehuddin, 2011: 95)
Meneurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi serta tindakan. (Lexy J. Moleong, 2007: 6)
Penelitian kulitatif maksudnya adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang
yang dapat diamati. Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dimana peneliti tidak
memanipulasi setting penelitian, kondisi atau onjek yang diteliti benar-benar merupakan
kejadian, komunitas interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode
kualitatif berusaha memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. (Uhar
Suharsaputra, 2012: 181)
3.1.2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan metode
pendekatan study kasus, menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Metodologi
Penelitian Kualitatif yakni uraian dan penjelasan komprehensif (menyeluruh) mengenai
berbagai aspek seorang individu, kelompok, organisasi(komunitas), program, atau suatu
situasi social. (Deddy Mulyana, 2006: 201).
Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu
atau suatu unit tertentu selama kurun waktu tertentu. Studi kasus merupakan suatu model
yang bersifat komprehensip, intens, tetperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai
upaya untuk menelaah masalah-masalah yang bersifat kontemporer(berbatas waktu). (Haris
Herdiansyah, 2010: 76)
Study kasus bukan sebuah teknik analisis tunggal, karena studi kasus juga di bantu
oleh teknik analisis lain, khususnya adalah teknik analisis domain. Study kasus pun dapat di
lakukan dalam penelitian dengan sumber data yang sangat kecil, seperti satu orang, satu
34
keluarga, satu RT, satu desa dan bahkan bisa sangat besar seperti satu benua. (Burhan Bungin,
2007: 237).
3.1.3. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) dikutip dari Moleong (2007:157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut jenis data dalam
kualitatif terbagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistic.
(Lexy J. Moleong, 2007: 157)
Dalam penelitian ini sumber data yang dihasilkan yaitu melalui wawancara dengan
Kyai, Ustadz dan Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, dan juga mengumpulkan
data-data yang sudah tersedia sehingga tinggal menyusun dan mengumpulkannya.
3.1.4. Teknik Pengumplan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Teknik Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. (Burhan
Mungin, 2007: 118)
Teknik observasi ini dilakukan untuk mengamati pola komunikasi yang dilakukan
antara kyai, ustadz dan pengurus pp. nadwatul ummah dalam membina santri
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moloeng, 2007: 186)
Teknik wawancara yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik wawancara
mendalam, wawancara mendalam adalah teknik wawancara yang didasari oleh rasa sekeptis
yang tinggi, sehingga wawancara mendalam banyak diwarnai oleh probing (penyelidikan).
Wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan cara berulang-ulang dan biasanya
menggunakan kuesioner terbuka atau pedoman wawancara (interview guide), dan pertanyaan
yang diajukan sangat ditentukan oleh situasi wawancara. (Toto Syatori, 2011: 95-96)
35
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yang
memberikan informasi tentang persoalan-persoalan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
yang dilakukan dengan menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan atau
fakta yang hendak diteliti. (Toto Syatori dan Nasehudin, 2011: 98).
Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk memudahkan memperoleh data
secara tertulis tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan hal-hal yang berkaitan
dengan pola komunikasi antara kyai, ustadz dan pengurus dalam membina santri Pondok
Pesantren Nadwatul Ummah. Metode ini digunakan dalam upaya melengkapi dan mengecek
kesesuaian data yang diperoleh dari interview dan observasi.
3.1.5. Penentuan Subjek dan Informan
Informan adalah sesorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan
tenrtentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas,akurat,dan terpercaya (Lexy J.
Moleong, 2000: 97).
Informan dalam penelitian ini adalah pengasuh, dewan asatidz/usdadz, pengurus
pondok pesantren Nadwatul Ummah. Kemudian di lanjut kepada beberapa santri sebagai
sample dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk menentukan sample sebagai narasumber
yang digali untuk memperoleh data penelitian.
Infoman Penelitian
NO Nama Jabatan
01 DR.KH.Abbas Billy yachsy.MA Pengasuh
02 KH.Faris El-Haque Dewan Masayikh
03 KH.Yahya Abdullah Dewan Masayikh
04 Ust.Ahmad Fahmi Ustadz
05 Ust.Ibnu Hajar Ustadz
06 Ust.Deni Ali Sunjaya Ustadz
07 Wildan Asep Prayoga Ketua Asrama
08 Ilham Rifandi Pengurus
09 Alief Muzaki Pengurus
36
3.1.6. Teknik Analisis Data
Bogdan & Biklen (2007) menyatakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan
pengaturan secara sistematik hasil wawancara,catatan-catatan, dan bahan-bahanyang di kumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan
menyajikan apa yang ditemukan. (Imam Gunawan, 2015: 210).
Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
menganalisis data penelitian kualitatif , yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data
(data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (3) Kesimpulan (conclusion
drawing/verifyng). Adapun penjelasanya sebagai berikut : (Imam Gunawan, 2015: 211).
1. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum , memilih-milih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting,dan mencari tema dan polanya (Sugiyono,2007:92). Data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan
pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing,tidak dikenal , dan belum memiliki pola, maka
hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna
yang tersembunyi dibalik pola dan data yang nampak.
2. Paparan Data (data display)
Pemakaran data sebagai sekumpulan informasi tersusun,dan memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan(Miles dan Huberman,1992:17).
Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan
mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data dalam penelitian ini
disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.
3. Kesimpulan (conclusion drawing/verifyng)
Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian
berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian
dengan berpedoman pada kajian penelitian.
Adapun model analisis data kualitatif menurut Spradley, yaitu (1) analisis domain (domain
analysis); (2) analisis taksonomi (taxonomy analysis); (3) analisis komponensial (componential
analysis); dan (4) analisis tema kultural (discovering cultural themes). Penjelasannya sebagai
berikut: (Imam Gunawan, 2015: 214)
1. Analisis domain (domain analysis) adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum
tentang data dalam menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data
secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di
37
dalam data tersebut.
2. Analisis taksonomi (taxonomy analysis) peneliti berupaya memahami domain-domain
tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai
dipahami secara mendalam , dan membaginya lagi menjadi subdomain, dan subdomain
itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang
tersisa, alias habis (exhausted).
3. Analisis komponensial (componential analysis) , pada tahap ini peneliti mencoba
mengontraskan antar unsur dalam ranah yang dipoeroleh. Unsur-unsur yang kontras di
pilah-pilih, kemudian dibuat kategorisasi yang relevan.
4. Analisis tema kultural (discovering cultural themes) adalah analisis dengan memahami gejala-
gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian
banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain
3.1.7. Strategi Validasi Data (trianggulasi data)
Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam
penelitian, dari data terkumpul akan dilakukan analisis yang digunakan sebagai bahan
masukan untuk penarik kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data maka keabsahan data
yang terkumpul menjadi sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan
kesimpulan yang salah pula, demikian sebaliknya, data yang sah (valid/kredibel) akan
menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Peneliti dalam penelitian kualitatif
harus berusaha mendapatkan data yang valid (kredibel) untuk itu dalam pengumpulan data
peneliti perlu mengandalkan validitas data agar data yang diperoleh tidak invailid (cacat).
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan data didasarkan atas sejarah kriteria tertentu.
Ada empat kriteria yang dapat digunakan , yaitu (1) derajat kepercayaan (credibility),
(2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (dependability), dan (4) kepastian
(confirmbility).
Triangulasi Data digunakan sebagai proses memantapkan drajat kepercayaan
(kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabiitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat
bantu analisis data lapangan. Kegiatan triangulasi dengan sendirinya mencakup proses
pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data. (Imam Gunawan, 2015: 218).
38
3.2. Deskripsi Objek Penelitian
3.2.1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah berdiri pada tahun 1971 M. Pesantren tersebut
didirikan oleh Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim di buntet pesantren cirebon. Latar belakang
berdirinya Pondok Pesantren Nadwatul Ummah diawali oleh pemikiran Prof. DR. KH. MA.
Fuad Hasyim yang melirik akan pentingnya keberadaan pesantren sebagai wadah masyarakat
untuk menimba ilmu disamping punya tujuan sebagai media untuk putra-putrinya dalam
mengamalkan ilmunya ketika dewasa nanti, hal ini ditujukan ketika putra dan putri beliau
telah selesai menjalani pendidikannya maka sudah ada wadah lembaga pendidikan untuk
mengamalkan serta memanfa‟atkan ilmu yang telah di dapat selama menimba ilmu di luar
daerah.
Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim, pada awal berdirinya Pondok Pesantren Nadwatul
Ummah, tidak membuka jalur pendidikan dalam pesantren, beliau hanya memfasilitasi santri
yang ingin tinggal dan mengaji di Buntet dengan menempatkan mereka di pondok yang hanya
terbuat dari bilik bambu. Beliau juga hanya mengajar santrinya pada bulan ramadhan saja
dengan mengajarkan kitab Tafsir Al-Jalalain, kondisi demikian diadakan karena kesibukan
beliau dalam dakwah baik didalam maupun diluar negri. Tetapi sekalipun demikian, para
santri tetap menjalani pendidikan pesantren ngaji sorogan(santri membaca kitab kosongan
tanpa makna dan gurunya menyimak) dan wetonan (guru yang membaca dan para santri yang
memaknai) di rumah-rumah kiyai maupun asrama-asrama yang mengadakan pengajian Al-
Qur‟an maupun pengajian kitab kuning, dikarenakan buntet merupakan lingkungan yang
didominasi banyaknya pesantren, maka banyak juga kiyai yang membuka pengajian
dirumahnya masing-masing.
Keberlangsungan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, menurut informasi yang di
himpun oleh peneliti, diperkirakan sekitar tahun 1972 M, pondok pesantren tersebut
mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini diindikasikan dengan bertambah banyaknya
santri yang datang untuk mengaji dan menetap di pesantren, sehingga dibutuhkan asrama baru
untuk para santri yang semakin meningkat. Berdasarkan hal itu, atas kerja keras serta
dukungan dari berbagai pihak maka di tahun 1972 M. Dibangunlah pondok pesantren
Nadwatu Ummah dengan bangunan permanen Berbentu “L”, dari bangunan tersbut pondok
pesantren Nadwatu Ummah terkenal hingga sekarang dengan sebutan pondok/asrama “L”.
Sekalipun mengalami kemajuan yang sangat pesat, pondok pesantren Nadwatul
Ummah tidak juga luput dari berbagai dinamika yang mengiringinya, keberadaannya sempat
39
mengalami kemunduran dikarenakan dengan sistem yang terapkan oleh Prof. Dr. MA. Fuad
Hasyim terkesan memberi kebebasan bagi para santrinya, sehingga kurang adanya kontrol
langsung oleh pengasuh dalam sistem pendidikan yang di terapkan.
Masa-masa kemunduran tersebut terus berlangsung sampai putra sulung Prof. Dr.
MA. Fuad Hasyim yaitu Dr. KH. Luthfi El-Hakim MA, menyelesaikan penidikannya di India
pada tahun 1997 M, paska kepulangannya di tanah air Dr. KH. Luthfi El-Hakim.MA, di
tunjuk oleh Prof. Dr. MA.Fuad Hasyim untuk menjadi pengasuh pondok pesanren Naadwatul
Ummah. Maka dari kesempatan tersebut, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, melakukan
perubahan yang besar terhadap sistem pondok pesantren yang mulanya kurang efektif, baik
dari sistem pembelajaran dan juga peraturan-peraturan yang di berlakukan di pondok pesantre
tersebut.
Sistem yang di berlakukan oleh DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, antara lain adalah
segala kegiatan pengajian yang mulanya dilaksanakan diluar pondok pesantren, berubah
menjadi semuanya dilaksanakan didalam pondok pesantren dengan memanggil beberapa kiyai
untuk mengajar di pondok pesantren Nadwatul Ummah, serta beliau sendiri langsung terjun
menjadi pengajar di pondok pesantren, dan hasil dari pada itu terciptalah kontrol pendidikan
langsung oleh pengasuh pondok pesantren. Selain itu pula, di tahun 1998 M. DR. KH. Luthfi
El-Hakim MA, menerapkan budaya akhlak Rasul bagi seluruh santri yang menetap di pondok
pesantren Nadwatul Ummah, dimana akhlak-akhlak tersebut mengacu pada sikap/akhlak
kepada sang guru.
Pada tahun 2008 M, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, membuka pendaftaran bagi santri
perempuan di pondok pesantren, karena semenjak berdirinya pondok pesantren Nadwatul
Ummah belum pernah membuka pendaftaran bagi santri putri, hal ini di karenakan belum
adanya tempat yang di khususkan bagi santri putri.
Semenjak dipimpin DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, pondok pesantren Nadwatul
Ummah terus mengalami kemajuan, baik dalam segi pembangunan fisik maupun mental,
terutama dari hal fisik sebagai bentuk utama kemajuan pondok pesantren sehingga sekarang
masih terus menjalani proses pembangunan, seperti penambahan kamar bagi santri,
penambahan aula pondok untuk santri laki-laki dan santri perempuan. Adapun dari hal
mental, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, menerapkan peraturan-peraturan yang ketat untuk
santri yang menetap di pondok pesantren dan agar lebih terorganisir dibentuklah
kepengurusan di pondok, baik pondok putra maupun pondok putri.
40
DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, mengasuh Pondok Peantren Nadwatul Ummah sampai
tahun 2015 M, selama tahun 2015 beliau mengalami penurunan fisik dikarenakan terkena
penyakit jantung hingga akhirnya beliau meninggal dunia pada tahun tersebut. Paska
wafatnya beliau kepemimpinan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dilanjutkan oleh adik-
adik beliau sendiri, yaitu DR. KH. M Abbas Billy Yachsy, MA, dan dibantu oleh KH. M Faris
Haque. S.Sos.i. Perkembangan Pondok Pesantren terus dilanjutkan hingga sekarang demi
menciptakan santri-santri yang berkualitas dan demi mencetak lulusan yang berakhlakul
karimah dan nantinya bisa mengamalkan ilmunya ketika sudah berada di kampong halaman
masing-masing.
3.2.2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Keberadan pondok pesantren Nadwatul Ummah merupakan pondok pesantren yang
memiliki lokasi sangat strategis dan akses jalan yang mudah, pondok pesantren tersebut
adalah salah satu pondok pesantren yang berada di lingkungan pondok buntet pesantren
cirebon.
Adapun batasan-batasan di daerah yang berada di sekitar pondok pesantren nadwatul
ummah antara lain:
1. Sebelah timur pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan sungai
yang sering digunakan penduduk sebagai pengiran sawah yang berada di sekitar pondok
pesantren.
2. Sebelah selatan pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan
maqbaroh Gajah Ngambung desa kiliyem dan desa sidamulya yang merupakan
maqbaroh para leluhur Buntet Pesantren.
3. Sebelah barat pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan desa
Dauansela kecamatan Astanajapura.
4. Sebelah utara pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan desa
Mertapada Kulon.
3.2.3. Company Profile Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah lembaga pendidikan yang berada di
lingkungan pondok Buntet Pesantren desa Mertapada Kulon kecamatan Astanajapura
kabupaten Cirebon. Metode pembelajaran yang di terapkan berupa sistem klasikal yang
41
memfokuskan pada pelajaran-pelajaran yang bersifat salafiyah dan sekaligus menjadi ciri
khas pondok pesantren.
Visi
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah lembaga pendidikan yang berdiri sejak
tahun 1963 dan tetap mempertahankan kesalafiyahannya, dengan menganut tariqat
watta’allum. Senantiasa menjadi rukun pengembangan keilmuan, keislaman, dan
multikultural.
Misi
1. Mengembangkan pesantren pada keilmuan dan kelembagaan, dengan melakukan
pencerahan kepada masyarakat melalui kegiatan Ta‟lim (mengajar) dan Ta‟dib (beradab).
2. Meningkatkan kompetensi lulusan pondok pesantren melalui pembekalan moral skill dan
penguatan dibidang ilmiah dan alamiyah, serta pengembangan wawasan, demi mencetak
lulusan yang berakhlakul karimah.
3.3. Keadaan Kyai, Ustadz, Pengurus Dan Santri Pondok Peasntren Nadwatul
Ummah
3.3.1. Keadaan kyai di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Adapun keadaan kyai di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dapat dijelasakan pada
tabel berikut:
Keadaan Kyai Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
NO NAMA JABATAN
1. DR. KH. M. Abbas Billy Yachsy, M.A. Pengasuh
2. KH. M. Fariz Haque, S.Sos.i Pengasuh
3. KH. Mahsun Royandi Pembina
4. Ust. M Nauval, S.I.P, M.Si Penasehat
5. KH. M Yahya Abdullah Kepala Dirosah
Sumber: Data Proil Kyai Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
42
3.3.2. Keadaan Ustadz Di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Ustadz atau atau staf pengajar di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah selama ini
mengambil dari lulusan terbaik dari dalam pondok maupun dari luar pondok. Adapun ustadz
di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah akan dipaparkan dalam tabel berikut.
Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
NO NAMA JABATAN ALAMAT
1. Ust. Hasan Al-Jauhari Pengajar Cirebon
2. Ust. Khamdi Pengajar Cirebon
3. Ust. Zaim Pengajar Cirebon
4. Ust. Qodirun Hakim Pengajar Cirebon
5. Ust. Mustofa Pengajar Tegal
6. Ust. Tahdibul Fu‟adi Pengajar Cirebon
7. Ust. Fathuddin Pengajar Brebes
8. Ust. Fikri Mubarok Pengajar Cirebon
9. Ust. Edi Chumaedi Pengajar Cirebon
10. Ust. Dede Pengajar Cirebon
11 Ust. Ibnu Hajar Pengajar Bondowoso
12 Ust. Ahmad Fahmi Pengajar Tegal
12. Ust. Faisal Rahmat Pengajar Cirebon
13. Ust. Masruri Pengajar Cirebon
14. Ust. Arif Iskandar Pengajar Cirebon
15. Ust. Deni Ali Sunjaya Pengajar Indramayu
16. Ust. Chanifuddin Fauzan Pengajar Pemalang
17. Ust. Bayu Arifiansyah Pengajar Subang
18. Ust. Abdurrohman Pengajar Cirebon
19. Ust. Achmad Faisal Pengajar Jakarta
Sumber: Data Proil Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
43
3.3.3. Keadaan Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Pengurus di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah terbagi menjadi dua bagian, yaitu
pengurus santri putra dan pengurus santri putri. Sebagian para pengurus di dominasi oleh
santri yang sekolah dari kelas XI sampai kelas XII aliyah, tetapi demikian ada pula yang
sudah di jenjang pergurauan tinggi.
Struktur kepengurusan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dibagi atas beberapa
jabatan seperti ketua, wakil ketua, bendahara ,dan juga seksi-seksi yang bertugas mengatur
berjalannya kegiatan pondok pesantren.
Adapun untuk lebih jelasnya akan dipaparkan didalam susunan berikut.
Struktur Kepengurusan Putra
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Periode 2017/2018
Ketua : Wildan Asep Prayoga
Wakil : Ayyodiya Arradhifa
Sekretaris : Anwar Majid
Bendahara I : Ilham Rifandi
Bendahara II : Alief Muzaki
Seksi-Seksi
Pendidikan
Zezen Zaenal Abidin (Koord)
M. Iqbal Maulana Sigit
Yogi Faturrahman
Keamanan
Wahyudin (koord)
Uki Wijaya
Alwan Abid
Ibnu Athoilah
Kesehatan
Isvanda Nurcholis Sirath (Koord)
Hani Rodianto
Bagus Setiono
44
Dirosah
Malik Fa‟ad (Koord)
Aris Setiaji
Wimsyah Yusabiran
Kebersihan
M. Labib Mabruk (Koord)
Supriyatna
Muhadi
Ahmad Faisal
Sigit Bambang Purnomo
Anggi Sundawa
Peralatan
Khoerul Umam (Koord)
Agung Ismail
Struktur Kepengurusan Putri
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Periode 2017/2018
Ketua : Siti Nr Habibah
Wakil : Umi Juwita
Sekretaris : Entin Wulandari
Bendahara I : Ade Listyana
Seksi-Seksi
Pendidikan
Iis Azizah Indri (Koord)
Siska Annisa
Cici Widia
Keamanan
Virda Nur Faridah (koord)
Nanda Risma Fatmawati
Afina Dwi Ahsana
45
Kesehatan
Ricca Febriyanti Putri (Koord)
Runiyati
Amalia Izazi
Dirosah
Aenur Robiatul Adawiyah (Koord)
Melly Fitriyah
Kebersihan
Asiyah Fauziatul Ulwiyah (Koord)
Yulli Maulida Hayyatunnisa
Nur Alfiyah
Istiyana Al Muna
Peralatan
Adinda Nurwulan(Koord)
Karisma
Sumber: Data Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
3.3.4. Keadaan Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Santri memilki peran penting dialam Pondok Pesantren, karena santri merupakan
peserta didik yang berada dilingkungan pondokpesantren dan menjadi penentu apakah suatu
proses pembelajaran di pondok pesantren bisa berjalan atau tidak. Karena tanpa adanya santri
maka pembelajaran di pondok pesantren tidak bisa dilaknsakan hal ini dikarenakan tidak
adanya peserta didik sebagai objek pendidikan. Keadaan santri di Pondok Pesantren Nadwatul
Ummah terus mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri yang setiap
tahunnya mengalami perubahan.
Pada masa kemajuan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah jumlah santri yang masuk
mencapai angka ribuan dan terus mengalami peningkatan. Namun demikian angka tersebut
akan sulit untuk tetap dipertahankan mengingat Pondok Pesantren Nadwatul Ummah berada
dilingkungan Buntet Pesantren Cirebon yang merupakan sebuah lingkungan dengan puluhan
jumlah pondoknya.
Keadaan santri di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah terus mengalami turun naik.
Tidak hanya santri yang berasal dari Cirebon saja namun banyak juga santri berasal dari luar
46
daerah, seperti Indramayu, Kuningan, Majalengka, Jakarta, Tangerang, Bandung, Subang dan
juga banyak yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Adapun Santri Nadwatul Ummah akan dipaparkan sebagai berikut:
Data Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
1. M. Ali Marnadi
2. Qori Syaiful M
3. Garin Nugroho
4. Khoirul Rofik
5. Aris Setiaji
6. Imam Rizki N
7. Wimsyah
8. Tegar
9. Ahmad Maqbul Fadhil
10. Imam N
11. Fiki R
12. M. Aunillah
13. Angga Adi Putra
14. Khoirul Anam
15. Isvanda
16. Noval Haqiqi
17. Zaki M
18. Fatihun
19. Dhani K
20. Haikal F
21. Noval Zein
22. M. Zaki Al Afif
23. Supriyatna
24. Saiful Bahri
25. AbDI Ihdal Umam
26. Iqbal Maulana
27. Farhan Febri
47
28. Ahmad Helmiansyah
29. Afrizal
30. Andi Fatwa
31. Rizki Ganda
32. Shohib Ladila
33. M. Ziyan Fajrul Falah
34. Awang Budiman
35. Agung Ismail
36. Malik Faad
37. Uki Wijaya
38. Alwan Abid
39. Zidan Maulana
40. Zaki R
41. Ahmad Faqih
42. Wildan R
43. M. Andi W
44. M. Hilmi Labib
45. Zezen Zainal A
46. Ghifari A F
47. Malik Maulana
48. Anwar Majid
49. Hani R
50. Faisal R U
51. Harun Arrasyid
52. Aditya G
53. Dimas Adam H
54. Wildan Asep P
55. Muallim
56. Firman Hadi
57. Habib Maulana
58. Ilham R
59. Rizki Akbar
60. Roiyyan
48
61. Faisa lHifni
62. Johari
63. Ade Rifki
64. Zakaria
65. Wahyuddin
66. Yogi Fathurrohman
67. Sigit B P
68. Agus Mustaqim
69. Abdul Rois
70. Fathur R
71. Bhakti NMuhandits Satria
72. M. Rahardian
73. M. Mukhtar Khafidz
74. Rifqi Khoirul Abror
75. M. Andi Wijaya
76. Bagus Setiyono
77. M. Haikal Al-Khos
78. Arkham Ali
79. M. Dhava Zahran
80. M. Pigur Tri Fadilah
81. Ayyodhiya Arradifa H
82. Faisal Ahmadi
83. Rizki Ananda
84. Fawaz
85. Anggun Sri Rahayu
86. Nisa Nur Syifana
87. Mia Sahlina Nurlaela
88. Maura Meiva
89. Hanna Annisa Dzulfdilah
90. Karisma
91. Laras Yolanta Ferno
92. Purwanti
93. Fauziah Isna
49
94. Neha Nihayatul Mardiyah
95. Sahiroh
96. Eko Purwanto
97. Atep Andika S
98. Abdul Aziz
99. Alief Muzaki
100. Zidni Arfa M
101. Muhadi
102. Aditia Saputra
103. M. Mahfudin
104. Sidik Prayoga
105. Alfian Nugroho Hakim
106. Nazmudin Ali
107. M. Fikri Haikal
108. Nur Ghazali Santoso
109. Zulfa Sahla Mahdiyah
110. Yuli Maulidah Halwatunnisa
111. Listia Ningsih
112. Maylan Faoziyah
113. Aminatuz Zukhriyyah
114. Nur Alfiyah
115. Dinda Dwi Apriliya
116. Elis Qurotul Maulidiah
117. Putri Rahayu
118. Khofidurrofi
119. Riawan
120. Rian
121. Sofiyudin
122. M. Abdul Latif
123. Haeruddin
124. Arina AftitriaAmalia Izazi F
125. Nilam Nur Aulia
126. Ghina Alya N
50
127. Istighna Almuna
128. Nisa Kitrotun Nada
129. M. Rafli
130. Sigit Sudrajat
131. M. Alil Wafa
132. Arfan Alfiansyah
133. Rofiq Sukirman
134. Raihan Hansen D
135. M. Dzaki Al-Afif
136. Ibnu Mukhotib
137. M. Nursidik
138. Ahmad Yaser A
139. Imam Firmansyah
140. Nanda Nafisah
141. Intan Nur Alawiyah
142. Syifa Husniatun N
143. Khoerunnisa
144. Syifa Nurseha
145. Berliani Hemas NK
146. Mustika Haerani
147. Nurjannatin Aliyah
148. Tri Waluyo Jati
149. Rizka Zulfa Izzah
150. Afina Dwi Ahsana
151. Afiah Alfi Syania
152. M. Nur Sigit
153. M. Syahrul Ramadhan
154. Ibnu Athoillah
155. Al-Fred
156. M. Fajarudin Islam
157. M. Ilham Husein F
158. M. Khoirul M
159. M. Rizky Ghofaro R
51
160. Ibnu Khudori
161. M. Habibudin
162. Rudi Solemon
163. Hajis Saefudin
164. Anna Aginisia Nada
165. Intan Muhes Erwinda
166. Siti Zalikho
167. Cici Selvia
168. Tansirul Hidayah
169. Yuniarti Diah F
Sumber: Data Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
Uniknya santri di Pondok Pesantren Cirebon memiliki organisasi daerah masing-masing
dengan struktur kepengurusan dan berbagai kegiatannya yang berbeda-beda dari setiap
organisasi.
3.4. Organisasi Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Organisai pesantren adalah organisasi yang diadakan oleh santri yang berada di
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Organisasi tersebut dibentuk dengan menyesuaikan asal
daerah masing-masing santri.
Adapun organisasinya adalah sebagai berikut:
FITRAH-NU (Forum Ittihad Santri Parahyangan Nadwatul Ummah)
KSPI-NU (Keluarga Santri Pemalang Indonesia Nadwatul Ummah)
ISMET JABODETABEK-NU (Ikatan Santri Metropolitan JABODETABEK Nadwatul
Ummah)
IKSYAF-NU (Ikatan Santri Hidayatullah Cirebon Nadwatul Ummah)
IKSI-NU (Ikatan Santri Indramayu Nadwatul Ummah)
IKSAT-NU (Ikatan Santri Tegal Nadwatul Ummah)
HISAB-NU (Himpunan Santri Brebes Nadwatul Ummah)
52
3.5. Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
NO WAKTU KEGIATAN
1. 04.00 – 05.00 Sholat Shubuh Berjama‟ah
2. 05.00 – 06.00 Tadarus Al–Qur‟an
3. 06.00 – 07.00 Persiapan Sekolah Formal
4. 07.00 – 14.30 Sekolah Formal
5. 14.30 – 15.00 Menghafal Pelajaran Sekolah
6. 15.00 – 16.00 Istirahat
7. 16.00 – 17.00 Pengajian Al–Qur‟an dan Pengajian Kitab Ta‟lim
Muta‟alim
8. 17.00 – 17.30 Persiapan Tadarus
9. 17.30 – 18.00 Tadarus Al–Qur‟an
10. 18.00 – 18.30 Sholat Maghrib Berjama‟ah
11. 18.30 – 20.00 Pengajian Al–Qur‟an dan Pengajian Kitab Al–
Ajurumiyah
12. 20.00 – 22.00 Dirosah Diniyah Tamhidi
13. 21.00 – 23.00 Dirosah Diniyah Ibtida dan Tsanawi
14. 23.00 – 04.00 Ististirahat
Sumber: Data Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
Jadwal Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
NO HARI WAKTU KEGIATAN
1. Selasa 24.00 – Selesai Mujahadah (Putri)
2. Rabu 24.00 – Selesai Mujahadah (Putra)
3. Kamis 16.00 – Selesai Ro‟an Kubro (Putra)
4. Kamis
18.30 – 19.00 Lalaran Kitab/Muhafadzoh
20.00 – 21.00 Marhabanan
21.00 – Selesai Khitobahan
53
5. Jum‟at
05.00 – Selesai Ziarah ke Maqbaroh (Putra)
05.00 – 07.00 Ro‟an Kubro (Putri)
07.00 – Selesai Ziarah ke Maqbaroh (Putri)
6. Jum‟at 09.00 – Selesai Pengajian Kitab Risalah Al-Mahidl
Sumber: Data Profil Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018
3.6. Kurikulum Pembelajaran Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Pada lembaga pendidikan formal kurikulum adalah merupakan salah satu bagian
utama yang digunakan sebagai barometer menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses
mekanisme pendidikan, serta tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan. Oleh
karena itu keberadaan kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan sangatlah penting.
Dalam konteks pendidikan di pesantren seperti yang diungkapkan oleh Nurcholis
Majid bahwa istilah kurikulum tidak terkenal di dunia pesantren pada masa pra kemerdekaan,
walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah ada didalam pesantren, terutama pada praktek
pengajaran bimbingan rohani dan laithan kecakapan hidup di pesantren. Oleh karena itu,
kebanyakan pesantren tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit atau
mengimplementasikannya dalam kurikulum. Disamping itu tujuan pendidikan dalam
pesantren biasanya hanya ditentukan oleh kebijakan kyai sesuai dengan perkembangan
pesantren tersebut.
Dalam perkembangannya dan juga untuk menghadapi tantangan modernitas
khususnya pendidikan Islam, pesantren dengan jenis pdan corak pendidikan yang
dilaksanakan dalam proses pencapaian tujuan intruksional selalu menggunakan kurikulum.
Sehingga kemudian tidak ada ketersaingan dengan istilah kurikulum di dunia pesantren.
Kurikulum yang dikembangkan di dunia pesantren dapat dibedakan menjadi dua jenis
sesuai dengan jenis pesantren itu sendiri, yaitu:
1. Pesantren Salaf (tradisional); kurikulum pesantren salaf yang notabenya sebagai lembaga
pendidikan nonformal hanya mempelajari kitab-kitab klasik, yang meliputi: tauhid, tafsir
hadist, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab (nahwu, shorof, balaghah, mantiq dan tajwid)
dan akhlak. Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berdasarkan kemudahan dan
kompleksitas ilmu atau masalah yan dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal,
menengah dan tingkat lanjut.
54
2. Pesantren Modern; pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesantren salafi
dan juga model pendidikan formal dengan mendirikan satuan pendidikan semacam
SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum
yang digunakan adalah kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan kurikulum
pendidikan islam yang disponsori Departemen Agama dalam sekolah. Sedangkan
kurikulum khusus pesantren dialokasikan dalam muatan local atau mungkin diterapkan
melalui kebijaksanaan pesantren itu sendiri.
Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah kurikulum
semi modern. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berada di Pondok Pesantren
Nadwatul Ummah tetap menggunakan kitab-kitab klasik sebagai materi pokok dan
dikelompokan sesuai dengan masalah yang dibahas didalam kitab-kitab tersebut. Namun
demikian walaupun di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tidak mendirikan satuan
pendidikan formal namun dengan kebijakan pesantren, para santrinya dianjurkan untuk
mengikuti pendidikan formal di luar pesantren.
Kitab-kitab klasik yang telah di programkan pesantren adalah untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan isi materi kitab-kitab tersebut. Isi materi
kitab klasikal yang telah ditetapkan menentukan pengelompokan kelas pembelajaran sesuai
dengan tingkat kesulitan yang dipelajari. Namun demikian dari beberapa kitab klasikal yang
telah ditetapkan ada juga yang sifatnya umum, artinya setiap santri boleh bahkan wajib
mengikuti pengajian kitab tersebut. Isi materi kitab yang bersifat umum biasanya berisi
tentang akhlak dan fiqh.
Pembelajaran kitab klasikal di Pondok Pesantern Nadwatul Ummah di mulai dari sore
hari hingga malam hari. Jadwal tersebut merupakan kebijakan dari pihak pesantren agar di
waktu siang para santri mengikuti pendidikan formal di sekolah-sekolah yang berada disekitar
pesantren. Kebijakan ini dikeluarkan agar para santri selain mendapatkan pengetahuan agama
mereka juga mendapatkan pengetahuan umum. Karena bagaimanapun pendidikan umum di
sekolah formal sangatlah dibutuhkan untuk bekal para santri ketika sudah terjun di
masyarakat dan juga untuk bekal para santri di dunia kerja.
Pengelompokan kelas disesuaikan dengan isi materi kitab klasikal yang akan
diajarkan, keterangan lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
55
Daftar Kelas Dirosah Diniyah
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah 2017/2018
NO KELAS MATA
PELAJARAN KITAB
1 Tamhidi Awal
Khot Imla' Taisirul Kholaq
Shorof Al-Amtsilah
Tajwid Hidayatus Shibyan
Fiqih Fasholatan
2 Tamhidi Tsani
Tauhid Aqidatul Awam
Nahwu Asy-Syabrowi
Shorof Kailany
Fiqih Safinatun Naja
3 Ibtida Awal
Nahwu Al-Ajurumiyah
Tauhid Jawahirul Kalamiyyah
Shorof Qowa'idush Shorfiyah
Fiqih Riyadlul Badi'ah
I'lal Qowa'idul I'lal
5 Ibtida Tsani
Nahwu Al-Ajurumiyah
Tauhid Tijan Ad-Darori
Shorof Qowa'idul Lughawi
Fiqih Fathul Qarib
(Muqoddimah - hudud)
6 Ibtida Tsalits
Nahwu Al-Ajurumiyah
Tauhid Kifayatul Awam
Shorof Nadzom Maqsud
Fiqih Fathul Qarib
(Hudud - Khatam)
7 Tsanawiyyah
Nahwu Imrithi
Fiqih Kifayatul Akhyar
Ushul Fiqih Ushul Fiqih
Sumber: Data Pengurus Dirosah Diniyah Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun
2017/2018
56
Adapun kitab-kitab klasikal lain yang bersifat umum atau tidak masuk dalam
pengelompokan kelas maka dapat dilihat didalam table berikut, yaitu jumlah keseluruhan
kitab klasikal yang diajarkan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Berikut ini adalah
kitab-kitab klasikal yang diajarkan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Daftar Kitab Klasikal
Pondok Pesantren Nadwatul Ummah 2017/2018
NO NAMA KITAB
1. Aqidatul Awam
2. Fasholatan
3. Amsilatuttasrifiyah
4. Fathur Qorib
5. Hidayatus Sibyan
6. AL-Ajurumiyah
7. Kailani „Izzi
8. Nadzom Alfiyah Ibn malik
9. Nadzom „Imrithi
10. Nadzom Maksud
11. Qoa‟idul I‟lal
12. Qoa‟idul I‟rob
13. Qoaidus Sorhofiyah
14. Qotrul Ghoits
15. Risalatul Mahidl
16. Safinatun Najah
17. Ta‟limul Muta‟alim
18. Taisirul Kholaq
19. Tijan Addarori
20. Tuhfatul Athfal
21. Ulumul Hadits
22. Warokot
Sumber: Data Pengurus Dirosah Diniyah Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun
2017/2018
57
3.7. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Nadwatul Ummah
Proses pembelajaran di pondok pesantren memiliki cirri khas tersendiri, namun
demikian tetap digunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi. Demikian juga
di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dalam proses pembelajarannya menggunakan metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis materi yang akan diajarkan. Metode yang
digunakan sangat beragam, selain menggunakan metode klasikal yang menjadi ciri khas
pesantren juga menggunakan metode baru sebagai penunjang agar tujuan pembelajaran dapat
di capai semaksimal mungkin.
Berikut ini adalah metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren
Nadwatul Ummah.
1. Metode Bandungan
Dalam metode ini sekelompok santri mendengarkan seorang guru yang membaca,
menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab yang diajarkan. Tugas murid disini adalah
mendengarkan apa yang dibacakan oleh guru serta memperhatikan kitabnya masing-masing
dan kemudian menulis terjemahan dari kata-kata yang sulit dan membuat catatan-catatan dari
penjelasan guru tentang materi yang diajarkan.
2. Metode Sorogan
Metode sorogan digunakan agar para santri mampu menguasai cara pembacaan dan
terjemahan secara tepat kitab kuning yang sedang dipelajari. Berbeda dengan metode
bandungan, dalam metode sorogan pembacaan kitab dilakukan oleh santri dan kemudian di
dengarkan oleh guru. Tugas guru disini adalah membetulkan bacaan atau terjemahan santri
yang belum tepat. Metode sorogan juga digunakan dalam pembelajaran pembacaan Al-
Qur‟an.
3. Tahfidz (Hafalan)
Setiap santri diwajibkan agar menghafal pelajaran yang mereka terima, baik itu berupa
nadzom maupun penjelasan tentang materi dari kitab kuning. Nadzom yang dihafalkan oleh
santri disesuaikan dengan kelasnya masing-masing.
4. Metode Ceramah
Metode ceramah sebagai metode yang paling umum tetap digunakan di Pondok
Pesantren Nadwatul Ummah. Metode ini digunakan apabila materi yang diajarkan harus
dijelaskan secara mendalam.
58
5. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab digunakan apabila ada santri yang hendak bertanya kepada
ustadz tentang materi yang telah dipelajari. Tanya jawab antara santri dan ustadz tidak
dibatasi oleh waktu, hal itu dapat dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Metode
Tanya jawab juga digunakan oleh ustadz sebagai evalusai apabila hendak mengetahui
pemahaman para santri tentang materi yang telah diajarkan.
6. Metode Musyawaroh (diskusi)
Metode musyawaroh atau biasanya disebut dengan syawir, tasyrih adalah suatu
metode dimana para santri mendiskusikan materi yang telah dajarkan dan salah satu dari
santri tersebut bertugas sebagai musyawirin (pemimpin musyawaroh) juga menjelaskan
terlebih dahulu tentang materi yang telah diajarkan dan yang akan dibahas didalam
musyawaroh tersebut.
Kegiatan pembelajaran di Pondok Peasntren Nadwatul Ummah berbeda dengan
system pembelajaran yang ada di sekolah formal. Jenjang pendidkannya dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu tingkat tamhidi; tingkat tamhidi sebagai tingkat yang paling dasarditempuh
selama dua tahun dan pembelajarannya diprioritaskan dalam pembinaan akhlak santri
(moralitas dan mentalitas), pengembangan wawasan sosial anak, menulis dan membaca huruf
Arab, pemantapan tauhid dan juga pengenalan dasar gramatikal Arab sebagai persiapan
memasuki tingkat selanjutnya.
Tingkat Ibtida; di tingkat ini pembahasan tentang teori gramatikal Arab lebih
diprioritaskan sebagai persiapan ke tingkat selanjutnya. Disamping itu pembahasan tentang
fiqh dan tauhid juga diajarkan dengan pembahasan yang lebih mendalam.
Tingkat Tsanawiyah; ditingkat ini para santri diprogramkan agar data menerjemahkan
kitab-kitab kuning berbahasa Arab kedalam bahasa Indonesia, disamping menerjemahkan
pembacaan kitabnya harus sesuai dengan hokum bacaan gramatikal Arab yang telah diajarkan
di tingkat sebelumnya. Selain itu, di tingkan tsanawiyah para santri diajarkan tentang ulumul
hadits dan ulumul qur’an.
Kegiatan Dirosah Diniyah di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dilakukan setiap
hari dengan hari kamis (malam jum‟at) sebagai hari libur. Dirosah Diniyah juga diliburkan
apabila ada hari-hari besar Islam, karena biasanya para santri mengadakan suatu acara khusus
untu memperingati hari besar tersebut. Setiap harinya kegiatan Dirosah Diniyah dimulai dari
pukul 18.30 (ba’da magrhib) sampai pukul 23.00 dengan menyesuaikan jadwal yang telah
ditetapkan.
59
Pengajar (ustadz) Dirosah Diniyah juga mendapatkan jadwal tersendiri. Para pengajar
dijadwalkan dengan menyesuaikan kitab yang diajarkan oleh masing-masing ustadz. Apabila
ada ustadz yang tidak bisa hadir karena ada suatu halangan, maka dikelas yang bersangkutan
diadakan musyawaroh sehingga kegiatan pembelajaran tetap berjalan.
Adapun pengajian Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dimulai dari
Iqro, Jus ‘Amma kemudian Al-Qur’an. Setiap santri yang baru masuk maka harus mengikuti
tes terlebih dahulu agar diketahui dalam kelancaran membaca Al-Qur‟an ataupun makhorijul
huruf nya. Bagi santri yang belum lancar membaca Al-Qur‟an maka pengajiannya dimulai
dari Iqro terlebih dahulu untuk dilanjutkan ke Juz ‘Amma kemudian Al-Qur‟an. Setelah para
santri men-hatam-kan Al-Qur‟an di ustadz yang berada di pondok maka kemudian
meneruskan pengajian Al-Qur‟an-nya ke kyai-kyai sepuh yang berada di komplek Buntet
Pesantren. Program ini diadakan agar para santri mendapatkan sanad Al-Qur‟an langsung dari
para kyai sepuh Buntet yang mana sanad-nya terhubung sampai kepada Rasulullah saw.