BAB III - SMARTCAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

27
33 BAB III METODOLOGI DAN DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan kecermatan pengumpulan data untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. (Toto Syatori dan Nasehuddin, 2011: 95) Meneurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi serta tindakan. (Lexy J. Moleong, 2007: 6) Penelitian kulitatif maksudnya adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang yang dapat diamati. Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dimana peneliti tidak memanipulasi setting penelitian, kondisi atau onjek yang diteliti benar-benar merupakan kejadian, komunitas interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode kualitatif berusaha memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. (Uhar Suharsaputra, 2012: 181) 3.1.2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan metode pendekatan study kasus, menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif yakni uraian dan penjelasan komprehensif (menyeluruh) mengenai berbagai aspek seorang individu, kelompok, organisasi(komunitas), program, atau suatu situasi social. (Deddy Mulyana, 2006: 201). Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit tertentu selama kurun waktu tertentu. Studi kasus merupakan suatu model yang bersifat komprehensip, intens, tetperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah yang bersifat kontemporer(berbatas waktu). (Haris Herdiansyah, 2010: 76) Study kasus bukan sebuah teknik analisis tunggal, karena studi kasus juga di bantu oleh teknik analisis lain, khususnya adalah teknik analisis domain. Study kasus pun dapat di lakukan dalam penelitian dengan sumber data yang sangat kecil, seperti satu orang, satu

Transcript of BAB III - SMARTCAMPUS IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

33

BAB III

METODOLOGI DAN DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

3.1. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengandalkan kecermatan pengumpulan data

untuk memperoleh hasil penelitian yang valid. (Toto Syatori dan Nasehuddin, 2011: 95)

Meneurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi serta tindakan. (Lexy J. Moleong, 2007: 6)

Penelitian kulitatif maksudnya adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku orang

yang dapat diamati. Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dimana peneliti tidak

memanipulasi setting penelitian, kondisi atau onjek yang diteliti benar-benar merupakan

kejadian, komunitas interaksi yang terjadi secara alamiah, hal ini dikarenakan metode

kualitatif berusaha memahami fenomena-fenomena dalam kejadian alami yang wajar. (Uhar

Suharsaputra, 2012: 181)

3.1.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan metode

pendekatan study kasus, menurut Deddy Mulyana dalam bukunya yang berjudul Metodologi

Penelitian Kualitatif yakni uraian dan penjelasan komprehensif (menyeluruh) mengenai

berbagai aspek seorang individu, kelompok, organisasi(komunitas), program, atau suatu

situasi social. (Deddy Mulyana, 2006: 201).

Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu

atau suatu unit tertentu selama kurun waktu tertentu. Studi kasus merupakan suatu model

yang bersifat komprehensip, intens, tetperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai

upaya untuk menelaah masalah-masalah yang bersifat kontemporer(berbatas waktu). (Haris

Herdiansyah, 2010: 76)

Study kasus bukan sebuah teknik analisis tunggal, karena studi kasus juga di bantu

oleh teknik analisis lain, khususnya adalah teknik analisis domain. Study kasus pun dapat di

lakukan dalam penelitian dengan sumber data yang sangat kecil, seperti satu orang, satu

34

keluarga, satu RT, satu desa dan bahkan bisa sangat besar seperti satu benua. (Burhan Bungin,

2007: 237).

3.1.3. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) dikutip dari Moleong (2007:157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut jenis data dalam

kualitatif terbagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistic.

(Lexy J. Moleong, 2007: 157)

Dalam penelitian ini sumber data yang dihasilkan yaitu melalui wawancara dengan

Kyai, Ustadz dan Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, dan juga mengumpulkan

data-data yang sudah tersedia sehingga tinggal menyusun dan mengumpulkannya.

3.1.4. Teknik Pengumplan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

1. Observasi

Teknik Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya

melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya. (Burhan

Mungin, 2007: 118)

Teknik observasi ini dilakukan untuk mengamati pola komunikasi yang dilakukan

antara kyai, ustadz dan pengurus pp. nadwatul ummah dalam membina santri

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moloeng, 2007: 186)

Teknik wawancara yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik wawancara

mendalam, wawancara mendalam adalah teknik wawancara yang didasari oleh rasa sekeptis

yang tinggi, sehingga wawancara mendalam banyak diwarnai oleh probing (penyelidikan).

Wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan cara berulang-ulang dan biasanya

menggunakan kuesioner terbuka atau pedoman wawancara (interview guide), dan pertanyaan

yang diajukan sangat ditentukan oleh situasi wawancara. (Toto Syatori, 2011: 95-96)

35

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari informan yang

memberikan informasi tentang persoalan-persoalan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

yang dilakukan dengan menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan atau

fakta yang hendak diteliti. (Toto Syatori dan Nasehudin, 2011: 98).

Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk memudahkan memperoleh data

secara tertulis tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan hal-hal yang berkaitan

dengan pola komunikasi antara kyai, ustadz dan pengurus dalam membina santri Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah. Metode ini digunakan dalam upaya melengkapi dan mengecek

kesesuaian data yang diperoleh dari interview dan observasi.

3.1.5. Penentuan Subjek dan Informan

Informan adalah sesorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan

tenrtentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas,akurat,dan terpercaya (Lexy J.

Moleong, 2000: 97).

Informan dalam penelitian ini adalah pengasuh, dewan asatidz/usdadz, pengurus

pondok pesantren Nadwatul Ummah. Kemudian di lanjut kepada beberapa santri sebagai

sample dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk menentukan sample sebagai narasumber

yang digali untuk memperoleh data penelitian.

Infoman Penelitian

NO Nama Jabatan

01 DR.KH.Abbas Billy yachsy.MA Pengasuh

02 KH.Faris El-Haque Dewan Masayikh

03 KH.Yahya Abdullah Dewan Masayikh

04 Ust.Ahmad Fahmi Ustadz

05 Ust.Ibnu Hajar Ustadz

06 Ust.Deni Ali Sunjaya Ustadz

07 Wildan Asep Prayoga Ketua Asrama

08 Ilham Rifandi Pengurus

09 Alief Muzaki Pengurus

36

3.1.6. Teknik Analisis Data

Bogdan & Biklen (2007) menyatakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan

pengaturan secara sistematik hasil wawancara,catatan-catatan, dan bahan-bahanyang di kumpulkan

untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan

menyajikan apa yang ditemukan. (Imam Gunawan, 2015: 210).

Miles & Huberman (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam

menganalisis data penelitian kualitatif , yaitu (1) reduksi data (data reduction); (2) paparan data

(data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (3) Kesimpulan (conclusion

drawing/verifyng). Adapun penjelasanya sebagai berikut : (Imam Gunawan, 2015: 211).

1. Reduksi Data (data reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum , memilih-milih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting,dan mencari tema dan polanya (Sugiyono,2007:92). Data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan

pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing,tidak dikenal , dan belum memiliki pola, maka

hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna

yang tersembunyi dibalik pola dan data yang nampak.

2. Paparan Data (data display)

Pemakaran data sebagai sekumpulan informasi tersusun,dan memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan(Miles dan Huberman,1992:17).

Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan

mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Data dalam penelitian ini

disajikan dalam bentuk uraian yang didukung dengan matriks jaringan kerja.

3. Kesimpulan (conclusion drawing/verifyng)

Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian

berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian

dengan berpedoman pada kajian penelitian.

Adapun model analisis data kualitatif menurut Spradley, yaitu (1) analisis domain (domain

analysis); (2) analisis taksonomi (taxonomy analysis); (3) analisis komponensial (componential

analysis); dan (4) analisis tema kultural (discovering cultural themes). Penjelasannya sebagai

berikut: (Imam Gunawan, 2015: 214)

1. Analisis domain (domain analysis) adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum

tentang data dalam menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data

secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di

37

dalam data tersebut.

2. Analisis taksonomi (taxonomy analysis) peneliti berupaya memahami domain-domain

tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai

dipahami secara mendalam , dan membaginya lagi menjadi subdomain, dan subdomain

itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang

tersisa, alias habis (exhausted).

3. Analisis komponensial (componential analysis) , pada tahap ini peneliti mencoba

mengontraskan antar unsur dalam ranah yang dipoeroleh. Unsur-unsur yang kontras di

pilah-pilih, kemudian dibuat kategorisasi yang relevan.

4. Analisis tema kultural (discovering cultural themes) adalah analisis dengan memahami gejala-

gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian

banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain

3.1.7. Strategi Validasi Data (trianggulasi data)

Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam

penelitian, dari data terkumpul akan dilakukan analisis yang digunakan sebagai bahan

masukan untuk penarik kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data maka keabsahan data

yang terkumpul menjadi sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan

kesimpulan yang salah pula, demikian sebaliknya, data yang sah (valid/kredibel) akan

menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Peneliti dalam penelitian kualitatif

harus berusaha mendapatkan data yang valid (kredibel) untuk itu dalam pengumpulan data

peneliti perlu mengandalkan validitas data agar data yang diperoleh tidak invailid (cacat).

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik

pemeriksaan data didasarkan atas sejarah kriteria tertentu.

Ada empat kriteria yang dapat digunakan , yaitu (1) derajat kepercayaan (credibility),

(2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan (dependability), dan (4) kepastian

(confirmbility).

Triangulasi Data digunakan sebagai proses memantapkan drajat kepercayaan

(kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabiitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat

bantu analisis data lapangan. Kegiatan triangulasi dengan sendirinya mencakup proses

pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data. (Imam Gunawan, 2015: 218).

38

3.2. Deskripsi Objek Penelitian

3.2.1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah berdiri pada tahun 1971 M. Pesantren tersebut

didirikan oleh Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim di buntet pesantren cirebon. Latar belakang

berdirinya Pondok Pesantren Nadwatul Ummah diawali oleh pemikiran Prof. DR. KH. MA.

Fuad Hasyim yang melirik akan pentingnya keberadaan pesantren sebagai wadah masyarakat

untuk menimba ilmu disamping punya tujuan sebagai media untuk putra-putrinya dalam

mengamalkan ilmunya ketika dewasa nanti, hal ini ditujukan ketika putra dan putri beliau

telah selesai menjalani pendidikannya maka sudah ada wadah lembaga pendidikan untuk

mengamalkan serta memanfa‟atkan ilmu yang telah di dapat selama menimba ilmu di luar

daerah.

Prof. Dr. KH. MA. Fuad Hasyim, pada awal berdirinya Pondok Pesantren Nadwatul

Ummah, tidak membuka jalur pendidikan dalam pesantren, beliau hanya memfasilitasi santri

yang ingin tinggal dan mengaji di Buntet dengan menempatkan mereka di pondok yang hanya

terbuat dari bilik bambu. Beliau juga hanya mengajar santrinya pada bulan ramadhan saja

dengan mengajarkan kitab Tafsir Al-Jalalain, kondisi demikian diadakan karena kesibukan

beliau dalam dakwah baik didalam maupun diluar negri. Tetapi sekalipun demikian, para

santri tetap menjalani pendidikan pesantren ngaji sorogan(santri membaca kitab kosongan

tanpa makna dan gurunya menyimak) dan wetonan (guru yang membaca dan para santri yang

memaknai) di rumah-rumah kiyai maupun asrama-asrama yang mengadakan pengajian Al-

Qur‟an maupun pengajian kitab kuning, dikarenakan buntet merupakan lingkungan yang

didominasi banyaknya pesantren, maka banyak juga kiyai yang membuka pengajian

dirumahnya masing-masing.

Keberlangsungan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah, menurut informasi yang di

himpun oleh peneliti, diperkirakan sekitar tahun 1972 M, pondok pesantren tersebut

mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini diindikasikan dengan bertambah banyaknya

santri yang datang untuk mengaji dan menetap di pesantren, sehingga dibutuhkan asrama baru

untuk para santri yang semakin meningkat. Berdasarkan hal itu, atas kerja keras serta

dukungan dari berbagai pihak maka di tahun 1972 M. Dibangunlah pondok pesantren

Nadwatu Ummah dengan bangunan permanen Berbentu “L”, dari bangunan tersbut pondok

pesantren Nadwatu Ummah terkenal hingga sekarang dengan sebutan pondok/asrama “L”.

Sekalipun mengalami kemajuan yang sangat pesat, pondok pesantren Nadwatul

Ummah tidak juga luput dari berbagai dinamika yang mengiringinya, keberadaannya sempat

39

mengalami kemunduran dikarenakan dengan sistem yang terapkan oleh Prof. Dr. MA. Fuad

Hasyim terkesan memberi kebebasan bagi para santrinya, sehingga kurang adanya kontrol

langsung oleh pengasuh dalam sistem pendidikan yang di terapkan.

Masa-masa kemunduran tersebut terus berlangsung sampai putra sulung Prof. Dr.

MA. Fuad Hasyim yaitu Dr. KH. Luthfi El-Hakim MA, menyelesaikan penidikannya di India

pada tahun 1997 M, paska kepulangannya di tanah air Dr. KH. Luthfi El-Hakim.MA, di

tunjuk oleh Prof. Dr. MA.Fuad Hasyim untuk menjadi pengasuh pondok pesanren Naadwatul

Ummah. Maka dari kesempatan tersebut, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, melakukan

perubahan yang besar terhadap sistem pondok pesantren yang mulanya kurang efektif, baik

dari sistem pembelajaran dan juga peraturan-peraturan yang di berlakukan di pondok pesantre

tersebut.

Sistem yang di berlakukan oleh DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, antara lain adalah

segala kegiatan pengajian yang mulanya dilaksanakan diluar pondok pesantren, berubah

menjadi semuanya dilaksanakan didalam pondok pesantren dengan memanggil beberapa kiyai

untuk mengajar di pondok pesantren Nadwatul Ummah, serta beliau sendiri langsung terjun

menjadi pengajar di pondok pesantren, dan hasil dari pada itu terciptalah kontrol pendidikan

langsung oleh pengasuh pondok pesantren. Selain itu pula, di tahun 1998 M. DR. KH. Luthfi

El-Hakim MA, menerapkan budaya akhlak Rasul bagi seluruh santri yang menetap di pondok

pesantren Nadwatul Ummah, dimana akhlak-akhlak tersebut mengacu pada sikap/akhlak

kepada sang guru.

Pada tahun 2008 M, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, membuka pendaftaran bagi santri

perempuan di pondok pesantren, karena semenjak berdirinya pondok pesantren Nadwatul

Ummah belum pernah membuka pendaftaran bagi santri putri, hal ini di karenakan belum

adanya tempat yang di khususkan bagi santri putri.

Semenjak dipimpin DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, pondok pesantren Nadwatul

Ummah terus mengalami kemajuan, baik dalam segi pembangunan fisik maupun mental,

terutama dari hal fisik sebagai bentuk utama kemajuan pondok pesantren sehingga sekarang

masih terus menjalani proses pembangunan, seperti penambahan kamar bagi santri,

penambahan aula pondok untuk santri laki-laki dan santri perempuan. Adapun dari hal

mental, DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, menerapkan peraturan-peraturan yang ketat untuk

santri yang menetap di pondok pesantren dan agar lebih terorganisir dibentuklah

kepengurusan di pondok, baik pondok putra maupun pondok putri.

40

DR. KH. Luthfi El-Hakim MA, mengasuh Pondok Peantren Nadwatul Ummah sampai

tahun 2015 M, selama tahun 2015 beliau mengalami penurunan fisik dikarenakan terkena

penyakit jantung hingga akhirnya beliau meninggal dunia pada tahun tersebut. Paska

wafatnya beliau kepemimpinan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dilanjutkan oleh adik-

adik beliau sendiri, yaitu DR. KH. M Abbas Billy Yachsy, MA, dan dibantu oleh KH. M Faris

Haque. S.Sos.i. Perkembangan Pondok Pesantren terus dilanjutkan hingga sekarang demi

menciptakan santri-santri yang berkualitas dan demi mencetak lulusan yang berakhlakul

karimah dan nantinya bisa mengamalkan ilmunya ketika sudah berada di kampong halaman

masing-masing.

3.2.2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Keberadan pondok pesantren Nadwatul Ummah merupakan pondok pesantren yang

memiliki lokasi sangat strategis dan akses jalan yang mudah, pondok pesantren tersebut

adalah salah satu pondok pesantren yang berada di lingkungan pondok buntet pesantren

cirebon.

Adapun batasan-batasan di daerah yang berada di sekitar pondok pesantren nadwatul

ummah antara lain:

1. Sebelah timur pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan sungai

yang sering digunakan penduduk sebagai pengiran sawah yang berada di sekitar pondok

pesantren.

2. Sebelah selatan pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan

maqbaroh Gajah Ngambung desa kiliyem dan desa sidamulya yang merupakan

maqbaroh para leluhur Buntet Pesantren.

3. Sebelah barat pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan desa

Dauansela kecamatan Astanajapura.

4. Sebelah utara pondok pesantren Nadwatul Ummah berbatasan langsung dengan desa

Mertapada Kulon.

3.2.3. Company Profile Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah lembaga pendidikan yang berada di

lingkungan pondok Buntet Pesantren desa Mertapada Kulon kecamatan Astanajapura

kabupaten Cirebon. Metode pembelajaran yang di terapkan berupa sistem klasikal yang

41

memfokuskan pada pelajaran-pelajaran yang bersifat salafiyah dan sekaligus menjadi ciri

khas pondok pesantren.

Visi

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah lembaga pendidikan yang berdiri sejak

tahun 1963 dan tetap mempertahankan kesalafiyahannya, dengan menganut tariqat

watta’allum. Senantiasa menjadi rukun pengembangan keilmuan, keislaman, dan

multikultural.

Misi

1. Mengembangkan pesantren pada keilmuan dan kelembagaan, dengan melakukan

pencerahan kepada masyarakat melalui kegiatan Ta‟lim (mengajar) dan Ta‟dib (beradab).

2. Meningkatkan kompetensi lulusan pondok pesantren melalui pembekalan moral skill dan

penguatan dibidang ilmiah dan alamiyah, serta pengembangan wawasan, demi mencetak

lulusan yang berakhlakul karimah.

3.3. Keadaan Kyai, Ustadz, Pengurus Dan Santri Pondok Peasntren Nadwatul

Ummah

3.3.1. Keadaan kyai di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Adapun keadaan kyai di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dapat dijelasakan pada

tabel berikut:

Keadaan Kyai Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

NO NAMA JABATAN

1. DR. KH. M. Abbas Billy Yachsy, M.A. Pengasuh

2. KH. M. Fariz Haque, S.Sos.i Pengasuh

3. KH. Mahsun Royandi Pembina

4. Ust. M Nauval, S.I.P, M.Si Penasehat

5. KH. M Yahya Abdullah Kepala Dirosah

Sumber: Data Proil Kyai Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

42

3.3.2. Keadaan Ustadz Di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Ustadz atau atau staf pengajar di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah selama ini

mengambil dari lulusan terbaik dari dalam pondok maupun dari luar pondok. Adapun ustadz

di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah akan dipaparkan dalam tabel berikut.

Keadaan Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

NO NAMA JABATAN ALAMAT

1. Ust. Hasan Al-Jauhari Pengajar Cirebon

2. Ust. Khamdi Pengajar Cirebon

3. Ust. Zaim Pengajar Cirebon

4. Ust. Qodirun Hakim Pengajar Cirebon

5. Ust. Mustofa Pengajar Tegal

6. Ust. Tahdibul Fu‟adi Pengajar Cirebon

7. Ust. Fathuddin Pengajar Brebes

8. Ust. Fikri Mubarok Pengajar Cirebon

9. Ust. Edi Chumaedi Pengajar Cirebon

10. Ust. Dede Pengajar Cirebon

11 Ust. Ibnu Hajar Pengajar Bondowoso

12 Ust. Ahmad Fahmi Pengajar Tegal

12. Ust. Faisal Rahmat Pengajar Cirebon

13. Ust. Masruri Pengajar Cirebon

14. Ust. Arif Iskandar Pengajar Cirebon

15. Ust. Deni Ali Sunjaya Pengajar Indramayu

16. Ust. Chanifuddin Fauzan Pengajar Pemalang

17. Ust. Bayu Arifiansyah Pengajar Subang

18. Ust. Abdurrohman Pengajar Cirebon

19. Ust. Achmad Faisal Pengajar Jakarta

Sumber: Data Proil Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

43

3.3.3. Keadaan Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Pengurus di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah terbagi menjadi dua bagian, yaitu

pengurus santri putra dan pengurus santri putri. Sebagian para pengurus di dominasi oleh

santri yang sekolah dari kelas XI sampai kelas XII aliyah, tetapi demikian ada pula yang

sudah di jenjang pergurauan tinggi.

Struktur kepengurusan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dibagi atas beberapa

jabatan seperti ketua, wakil ketua, bendahara ,dan juga seksi-seksi yang bertugas mengatur

berjalannya kegiatan pondok pesantren.

Adapun untuk lebih jelasnya akan dipaparkan didalam susunan berikut.

Struktur Kepengurusan Putra

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Periode 2017/2018

Ketua : Wildan Asep Prayoga

Wakil : Ayyodiya Arradhifa

Sekretaris : Anwar Majid

Bendahara I : Ilham Rifandi

Bendahara II : Alief Muzaki

Seksi-Seksi

Pendidikan

Zezen Zaenal Abidin (Koord)

M. Iqbal Maulana Sigit

Yogi Faturrahman

Keamanan

Wahyudin (koord)

Uki Wijaya

Alwan Abid

Ibnu Athoilah

Kesehatan

Isvanda Nurcholis Sirath (Koord)

Hani Rodianto

Bagus Setiono

44

Dirosah

Malik Fa‟ad (Koord)

Aris Setiaji

Wimsyah Yusabiran

Kebersihan

M. Labib Mabruk (Koord)

Supriyatna

Muhadi

Ahmad Faisal

Sigit Bambang Purnomo

Anggi Sundawa

Peralatan

Khoerul Umam (Koord)

Agung Ismail

Struktur Kepengurusan Putri

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Periode 2017/2018

Ketua : Siti Nr Habibah

Wakil : Umi Juwita

Sekretaris : Entin Wulandari

Bendahara I : Ade Listyana

Seksi-Seksi

Pendidikan

Iis Azizah Indri (Koord)

Siska Annisa

Cici Widia

Keamanan

Virda Nur Faridah (koord)

Nanda Risma Fatmawati

Afina Dwi Ahsana

45

Kesehatan

Ricca Febriyanti Putri (Koord)

Runiyati

Amalia Izazi

Dirosah

Aenur Robiatul Adawiyah (Koord)

Melly Fitriyah

Kebersihan

Asiyah Fauziatul Ulwiyah (Koord)

Yulli Maulida Hayyatunnisa

Nur Alfiyah

Istiyana Al Muna

Peralatan

Adinda Nurwulan(Koord)

Karisma

Sumber: Data Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

3.3.4. Keadaan Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Santri memilki peran penting dialam Pondok Pesantren, karena santri merupakan

peserta didik yang berada dilingkungan pondokpesantren dan menjadi penentu apakah suatu

proses pembelajaran di pondok pesantren bisa berjalan atau tidak. Karena tanpa adanya santri

maka pembelajaran di pondok pesantren tidak bisa dilaknsakan hal ini dikarenakan tidak

adanya peserta didik sebagai objek pendidikan. Keadaan santri di Pondok Pesantren Nadwatul

Ummah terus mengalami perubahan, hal ini dapat dilihat dari jumlah santri yang setiap

tahunnya mengalami perubahan.

Pada masa kemajuan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah jumlah santri yang masuk

mencapai angka ribuan dan terus mengalami peningkatan. Namun demikian angka tersebut

akan sulit untuk tetap dipertahankan mengingat Pondok Pesantren Nadwatul Ummah berada

dilingkungan Buntet Pesantren Cirebon yang merupakan sebuah lingkungan dengan puluhan

jumlah pondoknya.

Keadaan santri di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah terus mengalami turun naik.

Tidak hanya santri yang berasal dari Cirebon saja namun banyak juga santri berasal dari luar

46

daerah, seperti Indramayu, Kuningan, Majalengka, Jakarta, Tangerang, Bandung, Subang dan

juga banyak yang berasal dari daerah Jawa Tengah.

Adapun Santri Nadwatul Ummah akan dipaparkan sebagai berikut:

Data Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

1. M. Ali Marnadi

2. Qori Syaiful M

3. Garin Nugroho

4. Khoirul Rofik

5. Aris Setiaji

6. Imam Rizki N

7. Wimsyah

8. Tegar

9. Ahmad Maqbul Fadhil

10. Imam N

11. Fiki R

12. M. Aunillah

13. Angga Adi Putra

14. Khoirul Anam

15. Isvanda

16. Noval Haqiqi

17. Zaki M

18. Fatihun

19. Dhani K

20. Haikal F

21. Noval Zein

22. M. Zaki Al Afif

23. Supriyatna

24. Saiful Bahri

25. AbDI Ihdal Umam

26. Iqbal Maulana

27. Farhan Febri

47

28. Ahmad Helmiansyah

29. Afrizal

30. Andi Fatwa

31. Rizki Ganda

32. Shohib Ladila

33. M. Ziyan Fajrul Falah

34. Awang Budiman

35. Agung Ismail

36. Malik Faad

37. Uki Wijaya

38. Alwan Abid

39. Zidan Maulana

40. Zaki R

41. Ahmad Faqih

42. Wildan R

43. M. Andi W

44. M. Hilmi Labib

45. Zezen Zainal A

46. Ghifari A F

47. Malik Maulana

48. Anwar Majid

49. Hani R

50. Faisal R U

51. Harun Arrasyid

52. Aditya G

53. Dimas Adam H

54. Wildan Asep P

55. Muallim

56. Firman Hadi

57. Habib Maulana

58. Ilham R

59. Rizki Akbar

60. Roiyyan

48

61. Faisa lHifni

62. Johari

63. Ade Rifki

64. Zakaria

65. Wahyuddin

66. Yogi Fathurrohman

67. Sigit B P

68. Agus Mustaqim

69. Abdul Rois

70. Fathur R

71. Bhakti NMuhandits Satria

72. M. Rahardian

73. M. Mukhtar Khafidz

74. Rifqi Khoirul Abror

75. M. Andi Wijaya

76. Bagus Setiyono

77. M. Haikal Al-Khos

78. Arkham Ali

79. M. Dhava Zahran

80. M. Pigur Tri Fadilah

81. Ayyodhiya Arradifa H

82. Faisal Ahmadi

83. Rizki Ananda

84. Fawaz

85. Anggun Sri Rahayu

86. Nisa Nur Syifana

87. Mia Sahlina Nurlaela

88. Maura Meiva

89. Hanna Annisa Dzulfdilah

90. Karisma

91. Laras Yolanta Ferno

92. Purwanti

93. Fauziah Isna

49

94. Neha Nihayatul Mardiyah

95. Sahiroh

96. Eko Purwanto

97. Atep Andika S

98. Abdul Aziz

99. Alief Muzaki

100. Zidni Arfa M

101. Muhadi

102. Aditia Saputra

103. M. Mahfudin

104. Sidik Prayoga

105. Alfian Nugroho Hakim

106. Nazmudin Ali

107. M. Fikri Haikal

108. Nur Ghazali Santoso

109. Zulfa Sahla Mahdiyah

110. Yuli Maulidah Halwatunnisa

111. Listia Ningsih

112. Maylan Faoziyah

113. Aminatuz Zukhriyyah

114. Nur Alfiyah

115. Dinda Dwi Apriliya

116. Elis Qurotul Maulidiah

117. Putri Rahayu

118. Khofidurrofi

119. Riawan

120. Rian

121. Sofiyudin

122. M. Abdul Latif

123. Haeruddin

124. Arina AftitriaAmalia Izazi F

125. Nilam Nur Aulia

126. Ghina Alya N

50

127. Istighna Almuna

128. Nisa Kitrotun Nada

129. M. Rafli

130. Sigit Sudrajat

131. M. Alil Wafa

132. Arfan Alfiansyah

133. Rofiq Sukirman

134. Raihan Hansen D

135. M. Dzaki Al-Afif

136. Ibnu Mukhotib

137. M. Nursidik

138. Ahmad Yaser A

139. Imam Firmansyah

140. Nanda Nafisah

141. Intan Nur Alawiyah

142. Syifa Husniatun N

143. Khoerunnisa

144. Syifa Nurseha

145. Berliani Hemas NK

146. Mustika Haerani

147. Nurjannatin Aliyah

148. Tri Waluyo Jati

149. Rizka Zulfa Izzah

150. Afina Dwi Ahsana

151. Afiah Alfi Syania

152. M. Nur Sigit

153. M. Syahrul Ramadhan

154. Ibnu Athoillah

155. Al-Fred

156. M. Fajarudin Islam

157. M. Ilham Husein F

158. M. Khoirul M

159. M. Rizky Ghofaro R

51

160. Ibnu Khudori

161. M. Habibudin

162. Rudi Solemon

163. Hajis Saefudin

164. Anna Aginisia Nada

165. Intan Muhes Erwinda

166. Siti Zalikho

167. Cici Selvia

168. Tansirul Hidayah

169. Yuniarti Diah F

Sumber: Data Santri Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

Uniknya santri di Pondok Pesantren Cirebon memiliki organisasi daerah masing-masing

dengan struktur kepengurusan dan berbagai kegiatannya yang berbeda-beda dari setiap

organisasi.

3.4. Organisasi Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Organisai pesantren adalah organisasi yang diadakan oleh santri yang berada di

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Organisasi tersebut dibentuk dengan menyesuaikan asal

daerah masing-masing santri.

Adapun organisasinya adalah sebagai berikut:

FITRAH-NU (Forum Ittihad Santri Parahyangan Nadwatul Ummah)

KSPI-NU (Keluarga Santri Pemalang Indonesia Nadwatul Ummah)

ISMET JABODETABEK-NU (Ikatan Santri Metropolitan JABODETABEK Nadwatul

Ummah)

IKSYAF-NU (Ikatan Santri Hidayatullah Cirebon Nadwatul Ummah)

IKSI-NU (Ikatan Santri Indramayu Nadwatul Ummah)

IKSAT-NU (Ikatan Santri Tegal Nadwatul Ummah)

HISAB-NU (Himpunan Santri Brebes Nadwatul Ummah)

52

3.5. Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

NO WAKTU KEGIATAN

1. 04.00 – 05.00 Sholat Shubuh Berjama‟ah

2. 05.00 – 06.00 Tadarus Al–Qur‟an

3. 06.00 – 07.00 Persiapan Sekolah Formal

4. 07.00 – 14.30 Sekolah Formal

5. 14.30 – 15.00 Menghafal Pelajaran Sekolah

6. 15.00 – 16.00 Istirahat

7. 16.00 – 17.00 Pengajian Al–Qur‟an dan Pengajian Kitab Ta‟lim

Muta‟alim

8. 17.00 – 17.30 Persiapan Tadarus

9. 17.30 – 18.00 Tadarus Al–Qur‟an

10. 18.00 – 18.30 Sholat Maghrib Berjama‟ah

11. 18.30 – 20.00 Pengajian Al–Qur‟an dan Pengajian Kitab Al–

Ajurumiyah

12. 20.00 – 22.00 Dirosah Diniyah Tamhidi

13. 21.00 – 23.00 Dirosah Diniyah Ibtida dan Tsanawi

14. 23.00 – 04.00 Ististirahat

Sumber: Data Pengurus Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

Jadwal Kegiatan Mingguan Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

NO HARI WAKTU KEGIATAN

1. Selasa 24.00 – Selesai Mujahadah (Putri)

2. Rabu 24.00 – Selesai Mujahadah (Putra)

3. Kamis 16.00 – Selesai Ro‟an Kubro (Putra)

4. Kamis

18.30 – 19.00 Lalaran Kitab/Muhafadzoh

20.00 – 21.00 Marhabanan

21.00 – Selesai Khitobahan

53

5. Jum‟at

05.00 – Selesai Ziarah ke Maqbaroh (Putra)

05.00 – 07.00 Ro‟an Kubro (Putri)

07.00 – Selesai Ziarah ke Maqbaroh (Putri)

6. Jum‟at 09.00 – Selesai Pengajian Kitab Risalah Al-Mahidl

Sumber: Data Profil Ustadz Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun 2017/2018

3.6. Kurikulum Pembelajaran Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Pada lembaga pendidikan formal kurikulum adalah merupakan salah satu bagian

utama yang digunakan sebagai barometer menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses

mekanisme pendidikan, serta tolak ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan. Oleh

karena itu keberadaan kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan sangatlah penting.

Dalam konteks pendidikan di pesantren seperti yang diungkapkan oleh Nurcholis

Majid bahwa istilah kurikulum tidak terkenal di dunia pesantren pada masa pra kemerdekaan,

walaupun sebenarnya materi pendidikan sudah ada didalam pesantren, terutama pada praktek

pengajaran bimbingan rohani dan laithan kecakapan hidup di pesantren. Oleh karena itu,

kebanyakan pesantren tidak merumuskan dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit atau

mengimplementasikannya dalam kurikulum. Disamping itu tujuan pendidikan dalam

pesantren biasanya hanya ditentukan oleh kebijakan kyai sesuai dengan perkembangan

pesantren tersebut.

Dalam perkembangannya dan juga untuk menghadapi tantangan modernitas

khususnya pendidikan Islam, pesantren dengan jenis pdan corak pendidikan yang

dilaksanakan dalam proses pencapaian tujuan intruksional selalu menggunakan kurikulum.

Sehingga kemudian tidak ada ketersaingan dengan istilah kurikulum di dunia pesantren.

Kurikulum yang dikembangkan di dunia pesantren dapat dibedakan menjadi dua jenis

sesuai dengan jenis pesantren itu sendiri, yaitu:

1. Pesantren Salaf (tradisional); kurikulum pesantren salaf yang notabenya sebagai lembaga

pendidikan nonformal hanya mempelajari kitab-kitab klasik, yang meliputi: tauhid, tafsir

hadist, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab (nahwu, shorof, balaghah, mantiq dan tajwid)

dan akhlak. Pelaksanaan kurikulum pesantren ini berdasarkan kemudahan dan

kompleksitas ilmu atau masalah yan dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal,

menengah dan tingkat lanjut.

54

2. Pesantren Modern; pesantren jenis ini yang mengkombinasikan antara pesantren salafi

dan juga model pendidikan formal dengan mendirikan satuan pendidikan semacam

SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA bahkan sampai pada perguruan tinggi. Kurikulum

yang digunakan adalah kurikulum pesantren salaf yang diadaptasikan dengan kurikulum

pendidikan islam yang disponsori Departemen Agama dalam sekolah. Sedangkan

kurikulum khusus pesantren dialokasikan dalam muatan local atau mungkin diterapkan

melalui kebijaksanaan pesantren itu sendiri.

Kurikulum yang digunakan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah adalah kurikulum

semi modern. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berada di Pondok Pesantren

Nadwatul Ummah tetap menggunakan kitab-kitab klasik sebagai materi pokok dan

dikelompokan sesuai dengan masalah yang dibahas didalam kitab-kitab tersebut. Namun

demikian walaupun di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tidak mendirikan satuan

pendidikan formal namun dengan kebijakan pesantren, para santrinya dianjurkan untuk

mengikuti pendidikan formal di luar pesantren.

Kitab-kitab klasik yang telah di programkan pesantren adalah untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan isi materi kitab-kitab tersebut. Isi materi

kitab klasikal yang telah ditetapkan menentukan pengelompokan kelas pembelajaran sesuai

dengan tingkat kesulitan yang dipelajari. Namun demikian dari beberapa kitab klasikal yang

telah ditetapkan ada juga yang sifatnya umum, artinya setiap santri boleh bahkan wajib

mengikuti pengajian kitab tersebut. Isi materi kitab yang bersifat umum biasanya berisi

tentang akhlak dan fiqh.

Pembelajaran kitab klasikal di Pondok Pesantern Nadwatul Ummah di mulai dari sore

hari hingga malam hari. Jadwal tersebut merupakan kebijakan dari pihak pesantren agar di

waktu siang para santri mengikuti pendidikan formal di sekolah-sekolah yang berada disekitar

pesantren. Kebijakan ini dikeluarkan agar para santri selain mendapatkan pengetahuan agama

mereka juga mendapatkan pengetahuan umum. Karena bagaimanapun pendidikan umum di

sekolah formal sangatlah dibutuhkan untuk bekal para santri ketika sudah terjun di

masyarakat dan juga untuk bekal para santri di dunia kerja.

Pengelompokan kelas disesuaikan dengan isi materi kitab klasikal yang akan

diajarkan, keterangan lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

55

Daftar Kelas Dirosah Diniyah

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah 2017/2018

NO KELAS MATA

PELAJARAN KITAB

1 Tamhidi Awal

Khot Imla' Taisirul Kholaq

Shorof Al-Amtsilah

Tajwid Hidayatus Shibyan

Fiqih Fasholatan

2 Tamhidi Tsani

Tauhid Aqidatul Awam

Nahwu Asy-Syabrowi

Shorof Kailany

Fiqih Safinatun Naja

3 Ibtida Awal

Nahwu Al-Ajurumiyah

Tauhid Jawahirul Kalamiyyah

Shorof Qowa'idush Shorfiyah

Fiqih Riyadlul Badi'ah

I'lal Qowa'idul I'lal

5 Ibtida Tsani

Nahwu Al-Ajurumiyah

Tauhid Tijan Ad-Darori

Shorof Qowa'idul Lughawi

Fiqih Fathul Qarib

(Muqoddimah - hudud)

6 Ibtida Tsalits

Nahwu Al-Ajurumiyah

Tauhid Kifayatul Awam

Shorof Nadzom Maqsud

Fiqih Fathul Qarib

(Hudud - Khatam)

7 Tsanawiyyah

Nahwu Imrithi

Fiqih Kifayatul Akhyar

Ushul Fiqih Ushul Fiqih

Sumber: Data Pengurus Dirosah Diniyah Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun

2017/2018

56

Adapun kitab-kitab klasikal lain yang bersifat umum atau tidak masuk dalam

pengelompokan kelas maka dapat dilihat didalam table berikut, yaitu jumlah keseluruhan

kitab klasikal yang diajarkan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah. Berikut ini adalah

kitab-kitab klasikal yang diajarkan di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Daftar Kitab Klasikal

Pondok Pesantren Nadwatul Ummah 2017/2018

NO NAMA KITAB

1. Aqidatul Awam

2. Fasholatan

3. Amsilatuttasrifiyah

4. Fathur Qorib

5. Hidayatus Sibyan

6. AL-Ajurumiyah

7. Kailani „Izzi

8. Nadzom Alfiyah Ibn malik

9. Nadzom „Imrithi

10. Nadzom Maksud

11. Qoa‟idul I‟lal

12. Qoa‟idul I‟rob

13. Qoaidus Sorhofiyah

14. Qotrul Ghoits

15. Risalatul Mahidl

16. Safinatun Najah

17. Ta‟limul Muta‟alim

18. Taisirul Kholaq

19. Tijan Addarori

20. Tuhfatul Athfal

21. Ulumul Hadits

22. Warokot

Sumber: Data Pengurus Dirosah Diniyah Pondok Pesantren Nadwatul Ummah tahun

2017/2018

57

3.7. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Nadwatul Ummah

Proses pembelajaran di pondok pesantren memiliki cirri khas tersendiri, namun

demikian tetap digunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan materi. Demikian juga

di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dalam proses pembelajarannya menggunakan metode

pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis materi yang akan diajarkan. Metode yang

digunakan sangat beragam, selain menggunakan metode klasikal yang menjadi ciri khas

pesantren juga menggunakan metode baru sebagai penunjang agar tujuan pembelajaran dapat

di capai semaksimal mungkin.

Berikut ini adalah metode pembelajaran yang digunakan di Pondok Pesantren

Nadwatul Ummah.

1. Metode Bandungan

Dalam metode ini sekelompok santri mendengarkan seorang guru yang membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab yang diajarkan. Tugas murid disini adalah

mendengarkan apa yang dibacakan oleh guru serta memperhatikan kitabnya masing-masing

dan kemudian menulis terjemahan dari kata-kata yang sulit dan membuat catatan-catatan dari

penjelasan guru tentang materi yang diajarkan.

2. Metode Sorogan

Metode sorogan digunakan agar para santri mampu menguasai cara pembacaan dan

terjemahan secara tepat kitab kuning yang sedang dipelajari. Berbeda dengan metode

bandungan, dalam metode sorogan pembacaan kitab dilakukan oleh santri dan kemudian di

dengarkan oleh guru. Tugas guru disini adalah membetulkan bacaan atau terjemahan santri

yang belum tepat. Metode sorogan juga digunakan dalam pembelajaran pembacaan Al-

Qur‟an.

3. Tahfidz (Hafalan)

Setiap santri diwajibkan agar menghafal pelajaran yang mereka terima, baik itu berupa

nadzom maupun penjelasan tentang materi dari kitab kuning. Nadzom yang dihafalkan oleh

santri disesuaikan dengan kelasnya masing-masing.

4. Metode Ceramah

Metode ceramah sebagai metode yang paling umum tetap digunakan di Pondok

Pesantren Nadwatul Ummah. Metode ini digunakan apabila materi yang diajarkan harus

dijelaskan secara mendalam.

58

5. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab digunakan apabila ada santri yang hendak bertanya kepada

ustadz tentang materi yang telah dipelajari. Tanya jawab antara santri dan ustadz tidak

dibatasi oleh waktu, hal itu dapat dilakukan baik didalam kelas maupun diluar kelas. Metode

Tanya jawab juga digunakan oleh ustadz sebagai evalusai apabila hendak mengetahui

pemahaman para santri tentang materi yang telah diajarkan.

6. Metode Musyawaroh (diskusi)

Metode musyawaroh atau biasanya disebut dengan syawir, tasyrih adalah suatu

metode dimana para santri mendiskusikan materi yang telah dajarkan dan salah satu dari

santri tersebut bertugas sebagai musyawirin (pemimpin musyawaroh) juga menjelaskan

terlebih dahulu tentang materi yang telah diajarkan dan yang akan dibahas didalam

musyawaroh tersebut.

Kegiatan pembelajaran di Pondok Peasntren Nadwatul Ummah berbeda dengan

system pembelajaran yang ada di sekolah formal. Jenjang pendidkannya dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu tingkat tamhidi; tingkat tamhidi sebagai tingkat yang paling dasarditempuh

selama dua tahun dan pembelajarannya diprioritaskan dalam pembinaan akhlak santri

(moralitas dan mentalitas), pengembangan wawasan sosial anak, menulis dan membaca huruf

Arab, pemantapan tauhid dan juga pengenalan dasar gramatikal Arab sebagai persiapan

memasuki tingkat selanjutnya.

Tingkat Ibtida; di tingkat ini pembahasan tentang teori gramatikal Arab lebih

diprioritaskan sebagai persiapan ke tingkat selanjutnya. Disamping itu pembahasan tentang

fiqh dan tauhid juga diajarkan dengan pembahasan yang lebih mendalam.

Tingkat Tsanawiyah; ditingkat ini para santri diprogramkan agar data menerjemahkan

kitab-kitab kuning berbahasa Arab kedalam bahasa Indonesia, disamping menerjemahkan

pembacaan kitabnya harus sesuai dengan hokum bacaan gramatikal Arab yang telah diajarkan

di tingkat sebelumnya. Selain itu, di tingkan tsanawiyah para santri diajarkan tentang ulumul

hadits dan ulumul qur’an.

Kegiatan Dirosah Diniyah di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dilakukan setiap

hari dengan hari kamis (malam jum‟at) sebagai hari libur. Dirosah Diniyah juga diliburkan

apabila ada hari-hari besar Islam, karena biasanya para santri mengadakan suatu acara khusus

untu memperingati hari besar tersebut. Setiap harinya kegiatan Dirosah Diniyah dimulai dari

pukul 18.30 (ba’da magrhib) sampai pukul 23.00 dengan menyesuaikan jadwal yang telah

ditetapkan.

59

Pengajar (ustadz) Dirosah Diniyah juga mendapatkan jadwal tersendiri. Para pengajar

dijadwalkan dengan menyesuaikan kitab yang diajarkan oleh masing-masing ustadz. Apabila

ada ustadz yang tidak bisa hadir karena ada suatu halangan, maka dikelas yang bersangkutan

diadakan musyawaroh sehingga kegiatan pembelajaran tetap berjalan.

Adapun pengajian Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah dimulai dari

Iqro, Jus ‘Amma kemudian Al-Qur’an. Setiap santri yang baru masuk maka harus mengikuti

tes terlebih dahulu agar diketahui dalam kelancaran membaca Al-Qur‟an ataupun makhorijul

huruf nya. Bagi santri yang belum lancar membaca Al-Qur‟an maka pengajiannya dimulai

dari Iqro terlebih dahulu untuk dilanjutkan ke Juz ‘Amma kemudian Al-Qur‟an. Setelah para

santri men-hatam-kan Al-Qur‟an di ustadz yang berada di pondok maka kemudian

meneruskan pengajian Al-Qur‟an-nya ke kyai-kyai sepuh yang berada di komplek Buntet

Pesantren. Program ini diadakan agar para santri mendapatkan sanad Al-Qur‟an langsung dari

para kyai sepuh Buntet yang mana sanad-nya terhubung sampai kepada Rasulullah saw.