Konsep Guru Ideal menurut Syekh Al Zarnuji dan Relevansinya dengan UU nomor 14 Tahun 2005 Tentang...
-
Upload
iaincirebon -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Konsep Guru Ideal menurut Syekh Al Zarnuji dan Relevansinya dengan UU nomor 14 Tahun 2005 Tentang...
RANGKUMAN SKRIPSI
A. PENDAHULUAN
Guru memang semestinya dipilih dari sekian banyak
orang yang mencalonkan diri, dan diambil yang memenuhi
syarat. Inilah guru yang mulia dan pantas sebagai
pewaris Nabi. Ditinjau dari tugasnya, seorang guru
bukanlah sebatas penyampai mata pelajaran ke sana
kemari, dari satu sekolah ke sekolah yang lain.
Semestinya kita harus jujur, jika bangsa Indonesia yang
saat ini belum bangkit, dan bahkan justru bertambah
bebannya adalah sebagai akibat dari mempercayakan guru
kepada orang-orang yang bukan semestinya. Kualitas
pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru.
Sebagai contoh sederhana, kita harus pahami bahwa jika
siswa tidak pintar ilmu fiqih, bukan kemudian hanya
menyalahkan para siswanya sulit diajari ilmu fiqih,
atau referensi yang kurang lengkap, tetapi hal itu
disebabkan, salah dalam memilih guru, karena dia bukan
bidangnya1.
Adapun kendala utama pada seorang guru dilapangan
adalah mentalnya yang belum siap untuk dijadikan suri
1Imam Tabroni el-Khalimi, “Proposal Tesis”, http://imam-tabroni.blogspot.com/2012/07/prposal-tesis.html, di akses padatanggal 5 Mei 2013
1
2
tauladan karena masih banyak guru yang korupsi, tidak
hanya materil yang dikorupsi tetapi waktu juga menjadi
korban korupsinya. Selain itu, problematika yang
sekarang dihadapkan kepada guru yaitu masih banyak guru
yang kurang profesional dan tentunya belum dapat
dijadikan guru yang ideal karena tidak memenuhi syarat
sebagai seorang guru yang diharapkan dan Syaikh Al
Zarnuji adalah pengarang kitab Ta’lim Muta’allim, sebuah
kitab yang berisi tentang etika mencari ilmu yang
sangat populer dikalangan pondok pesantren terutama di
pesantren tradisional dan juga sering dijadikan sebagai
literatur. Selain membahas tentang etika, kitab Ta’lim
Muta’allim juga membahas tentang konsep belajar mengajar
yang tidak bisa dilepaskan dari interaksi antara
peserta didik dengan seorang guru. Dan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen merupakan
pedoman bagi guru dan mengatur secara perinci tentang
guru.
Mengenai rumusan masalah yang diteliti adalah
bagaimana konsep guru ideal menurut Syaikh al Zarnuji
dan bagaimana relevansi antara konsep guru ideal
menurut Syaikh al Zarnuji dengan Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dan tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
3
konsep guru ideal menurut Syaikh al Zarnuji dan untuk
mengetahui relevansi antara konsep guru ideal menurut
Syaikh al Zarnuji dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif dan menggunakan jenis
penelitian kepustakaan ( library research ). Jenis
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara menganalisis isi buku untuk menghasilkan
suatu kesimpulan2. Menurut Sugiyono metode penelitian
kualitatif digunakan untuk meneliti obyek yang
alamiah3. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data-data
yang dibutuhkan, peneliti menelaah beberapa buku
kepustakaan yang relevan dengan judul penelitian ini.
Penulis juga menggunakan beberapa langkah dalam
penelitian ini, yaitu: a). Penentuan jenis data, b).
Penentuan sumber data, c). Mengumpulkan data, dan d).
Menganalisis data.
B.KONSEP GURU IDEAL DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
1.Pengertian Guru
2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 16
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:Alfabeta, 2012) h. 9
4
Definisi guru secara etimologi ialah Pengajar4.
Jika dilihat dari dalam kamus lengkap Bahasa
Indonesia tidak jauh berbeda mendefinisikan arti
guru yaitu Pengajar pada sekolah-sekolah5. Akan
tetapi kata guru sebenarnya bukan saja mengandung
arti “pengajar”, melainkan juga “pendidik”. Selain
itu, arti guru juga didefinisikan seperti yang sudah
tidak asing lagi ditelinga yaitu guru sebagai
seseorang yang digugu dan ditiru.
Sedangkan secara terminologi pengertian tentang
guru sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang-
undang, guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, seperti yang telah dipaparkan didalam
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen pada bab 1 pasal 1 ayat 16.
4 S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia EYD Menurut Pedoman LembagaBahasa Nasional, h. 114
5 Ananda Santoso & A.R. Al Hanif, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,(Surabaya: Alumni) h. 143
6 Undang-Undang Guru dan Dosen ( UU RI No. 14 Th. 2005 ), (Jakarta: SinarGrafika, 2011) h. 3
5
2.Pengertian Guru Menurut Islam
Dalam Islam sendiri, mengartikan guru merupakan
profesi yang amat mulia, karena pendidikan adalah
salah satu tema sentralnya, Nabi Muhammad sendiri
sering disebut sebagai “pendidik kemanusiaan”
(educator of mandkind).
Ditinjau dari leteratur kependidikan Islam,
seorang guru atau pendidik biasa disebut sebagai
berikut :
1. Ustadz, yaitu julukan untuk orang yang mengajar
di madrasah atau pondok pesantren, maksudnya
seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesinya, ia selalu berusaha memperbaiki dan
memperbaharui model-model atau cara kerjanya
sesuai dengan tuntunan zaman.
2. Mu’allim, berasal dari kata “ ‘ilm ” yang berarti
menangkap hakekat sesuatu, ini mengandung makna
bahwa guru adalah orang yang dituntut untuk
mampu menjelaskan hakekat dalam pengetahuan
yang diajarkannya.
3. Murabbiy, berasal dari kata “ rabb ”. Tuhan
sebagai Rabb al-‘âlamin dan Rabb al-nâs yakni yang
menciptakan, mengatur dan memelihara alam dan
seisinya termasuk manusia. Dilihat dari
6
pengertian ini maka guru adalah orang yang
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi, sekaligus mengatur dan
memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
masyarakat, dan alam sekitarnya.
4. Mursyid, yaitu seorang guru yang berusaha
menularkan penghayatan (Transinternalisasi) akhlak
dan atau kepribadian kepada peserta didiknya.
5. Mudarris, berasal dari kata “ darasa - yudarusu -
darsan wa durusan wadirasatun ” yang berarti
terhapus, hilang bekasnya, menghapus, melatih
dan mempelajari. Artinya seorang guru adalah
yang berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
menghilangkan ketidaktahuan atau memberantas
kebodohan, serta melatih ketrampilan peserta
didik sesuai dengan bakat dan minatnya.
6. Muaddib, berasal dari kata adab, yang berarti
moral, etika dan adab. Artinya seorang guru
adalah yang beradab sekalugus memiliki peran
dan fungsi untuk membangun peradaban (civilization)
yang berkualitas dimasa depan7.
7 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, ( Surabaya:PSAPM, 2003 ), h. 209-213.
7
3.Konsep Guru Ideal Secara Umum
Konsep guru ideal adalah gambaran seorang guru
yang diharapkan oleh peserta didik. Seorang guru
harus bisa menjadi ideal bagi peserta didiknya
dengan memenuhi beberapa kriteria sebagai seorang
guru agar dapat dijadikan suri tauladan bagi peserta
didik dan juga dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat
dari guru ideal mereka. Untuk menjadi seorang guru
yang ideal secara umum haruslah memenuhi syarat-
syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Syarat
utama untuk menjadi seorang guru, yaitu :
1. Guru harus berijazah, yang dimaksud ijazah
disini adalah ijazah yang dapat memberi
wewenang untuk menjalankan tugas sebagai
seorang guru di suatu sekolah tertentu.
2. Guru harus sehat rohani dan jasmani, karena
kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah
satu syarat penting dalam setiap pekerjaan.
Sesorang tidak akan dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik jika ia diserang suatu penyakit.
Sebagai seorang guru syarat tersebut merupakan
syarat muthlak yang tidak dapat diabaikan.
3. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berkelakuan baik. Sesuai dengan tujuan
8
pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa maka sudah
selayaknya guru sebagai pendidik harus dapat
menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan
berkelakuan baik.
4. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab,
maksudnya tugas dan tanggung jawab guru seorang
guru sebagai pendidik, pembelajar, dan
pembimbing bagi peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung yang telah
dipercayakan orangtua/wali kepadanya hendaklah
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Selain itu, guru juga bertanggung jawab
terhadap keharmonisan perilaku masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
5. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional,
maksudnya bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa dan
adat istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa
kebangsaan merupakan tugas utama seorang guru,
karena itulah guru harus terlebih dahulu
berjiwa nasional8.
8 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)h. 29
9
4.Konsep Guru Ideal Menurut Islam
Guru memang sosok yang dimuliakan dalam Islam,
tetapi kemulian itu akan luntur jika guru tidak
mampu menerapkan prinsip-prinsip yang harus dimiliki
oleh setiap guru. berikut pandangan tokoh-tokoh
terkemuka dalam Islam tentang makna guru dengan
segenap dimensinya, yaitu :
1. Imam al Ghazâlî
a) Cerdas, seseorang yang dapat diserahi tugas
mendidik atau menjadi guru haruslah orang
yang cerdas dan sempurna akalnaya. Dengan
akal yang sempurna atau cerdas, maka guru
dapat mengajar muridnya dengan benar dan
mendalam.
b) Penuh Kasih Sayang, dengan sifat ini, dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada murid.
Dengan kasih sayang dan rasa percaya diri
yang tinggi, maka akan tercipta situasi yang
kondusif bagi murid untuk semakin giat dan
rajin belajar.
c) Diniatkan Sebagai Ibadah, mengajarkan ilmu
itu pada dasarnya merupakan kewajiban agama
bagi setiap orang yang memiliki ilmu
10
pengetahuan. Karena itu, tidaklah pantas
bagi seorang guru jika harus menuntut upah
atas jerih payah mengajarnya itu. Niatkanlah
mengajar sebagai bentuk ibadah kepada Allah
SWT. Sehingga, guru akan tetap bisa mengajar
dengan baik, meski dengan upah yang sangat
kecil.
d) Menyesuaikan dengan Kemampuan Murid, seorang
guru yang bertanggung jawab tidak akan
membiarkan muridnya mempelajari materi yang
lebih tinggi sebelum mereka menguasai
pelajaran sebelumnya. Dan guru harus
mengingatkan murid bahwa tujuan pengajaran
itu adalah mendekatkan diri kepada Tuhan,
memperbaiki diri, dan untuk mengabdi.
e) Penuh Simpati, dalam mengajar seorang guru
hendaknya menggunakan cara yang simpatik,
halus, dan tidak menggunakan kekerasa,
cacian, makian, dan lain sebagainya.
f) Menjadi Teladan, seorang guru haruslah
tampil sebagai tauladan atau panutan yang
baik di hadapan para muridnya. Karena itu,
guru harus bersikap toleran dan mau
11
mengahargai keahlian orang lain, meski itu
adalah muridnya sendiri.
g) Memahami Kemampuan Murid, seorang guru harus
mampu memahami dengan baik perbedaan tingkat
kemampuan dan kecerdasan murid. Juga,
memahami bakat, tabiat, dan kejiwaan murid
sesuai dengan tingkat perbedaan usianya.
h) Memiliki Komitmen Tinggi, seorang guru harus
berpegang teguh pada prinsip yang
diucapkannya, dan berupaya untuk
merealisasikannya sebaik mungkin. Guru
jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan prinsip yang
dikemukankannya. Jika hal itu dilakukan maka
akan menyebabkan guru kehilangan
kewibawaannya dan guru tidak akan mampu lagi
mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
murid-muridnya.
2. Imam Ibnu Miskawaih
Pendidik atau guru sejati (ideal) menurut
Ibnu Miskawaih adalah manusia ideal seperti
yang terdapat pada konsepsinya tentang manusia
ideal. Hal demikian terlihat jelas karena
12
beliau menyejajarkan posisi guru dengan posisi
nabi, terutama dalam hal cinta kasih. Cinta
kasih kepada Allah menempati urutan pertama,
barulah cinta kasih murid kepada gurunya. Jika
tidak dapat mencapai derajat ini maka dinilai
sama dengan teman atau saudara, karena dari
mereka itu dapat juga diperoleh ilmu dan adab.
Guru biasa tersebut, bukan dalam arti sekadar
guru formal karena jabatan. Menurut beliau,
guru memiliki berbagai persyaratan yang
diantaranya yaitu Bisa Dipercaya, Pandai,
Dicintai, Sejarah Hidupnya Jelas Tidak Tercemar
di Masyarakat, Menjadi Cermin atau Panutan, dan
Harus Lebih Mulia dari orang yang didiknya.
3. Imam al Mawardi
a) Tawadhu’, guru harus memiliki sikap tawadhu’
(rendah hati) dan dengan sikap tawadhu’,
guru dapat menciptakan sikap demokratis
dalam menghadapi murid. Sikap ini bisa
mengembangkan potensi individu murid
seoptimal mungkin.
b) Multi Peran, guru yang baik menurut beliau
merupakan sosok yang mampu melakukan multi
13
peran positif di dalam mengajar. Ia tidak
hanya memosisikan atau memerankan sebagai
seorang pengajar, tetapi juga memerankan
diri sebagai pemimpin dan pembimbing dalam
proses belajar mengajar.
c) Ikhlas, secara harfiah, sikap ini berarti
menghindari riya’ atau keinginan untuk
dipuji. Artinya, menjadi seorang guru bukan
karena ingin dihormati, dipuji atau ingin
diperlakukan dan dipandang sedemikian rupa
oleh orang lain. Sedangkan dari segi
istilah, ikhlas diartikan sebagai pembersih
hati dari segala dorongan yang dapat
mengeruhkannya.
d) Mencintai Pekerjaan Sebagai Guru, seorang
guru harus mencintai tigasnya. Kecintaan ini
akan tumbuh dan berkembang apabila
keagungan, keindahan, dan kemuliaan tugas
itu sendiri benar-benar dapat dihayati.
Namun, motif yang paling utama adalah
menjadi guru karena panggilan jiwanya untuk
berbakti kepada Allah SWT. Dengan tulus
ikhlas serta menjadikan keridhaan dan pahala
dari Allah SWT. Sebagai tujuan dalam
14
melaksanakan tugas mengajar dan mendidik
muridnya.
e) Tidak Mengutamakan Ekonomi, seorang guru
janganlah mengajar atas motif semata-mata
demi mendapatkan materi, meskipun sulit
dihindari. Namun, hal ini juga dapat
dipahami bahwa mengajar harus diorientasikan
kepada tujuan yang luhur, yakni keridhaan
dan pahala. Konsekuensinya, guru harus
melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab.
f) Penuh Persiapan, agara dapat mengajar dengan
baik, guru harus selalu mempersiapkan segala
sesuatu yang berguna dan mendukung
pelaksanaan proses belajar dan mengajar.
Diantaranya, mempersiapkan bahan ajar,
metode, sumber belajar, dan lain sebagainya.
Hal ini akan mendukung keberhasilan murid
dalam menguasai pelajaran dengan baik.
g) Disiplin, seorang guru harus disiplin
terhadap aturan dan waktu dalam seluruh
hubungan social dan professional. Dengan
sikap disiplin yang tinggi, maka guru dengan
sendirinya telah mengajarkan tentang cara
15
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Sehingga, murid tidak akan menjadi manusia
yang suka bersantai dan membuang-buang
waktunya dengan percuma.
h) Kreatif Memanfaatkan Waktu Luang, seorang
guru harus mampu menggunakan waktu luangnya
hanya untuk kepentingan profesionalnya.
Keseluruhan waktunya akan digunakan secara
efesien, baik dalam kaitannya dengan tugas
keguruan maupun dalam pengembangan
kariernya. Sehingga, akan terjadi
peningkatan kualitas pendidikan. Ini
mengisyaratkan bahwa guru juga harus banyak
belajar dalam setiap waktu dan kesempatan,
ulet dan tekun, serta penuh kesungguhan dan
ketelitian.
i) Kreatif, guru harus memiliki daya kreasi dan
inovasi yang tinggi. Hal ini lahir dari
kesadaran terhadap semakin banyaknya
tuntunan dan tantangan pendidiksan di masa
mendatang. Sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknoligi yang terus
berkembang. Karena itu, guru tidak boleh
menutup mata dengan berbagai kemajuan dalam
16
bidang ilmu pengetahuan. Caranya dalah
dengan belajar dan menggali informasi
sebanyak mungkin dari berbagai sumber.
j) Sadar Diri, guru adalah figur strategis.
Guru harus merupakan figur yang dapat
dicontoh tidak hanya oleh murid, tapi juga
oleh masyarakat pada umumnya. Karenanya,
guru harus menyadari posisi dirinya dengan
baik. Kemudian hendaknya guru berusaha agar
segala tingkah lakunya sesuai serta sejalan
dengan norma dan niali ajaran yang berasal
dari wahyu.
k) Lemah Lembut dan Penuh Kasih Sayang,
bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang
merupakan sikap yang wajib dimiliki oleh
setiap guru, meski sikap ini tidak
sepenuhnya berhasil dalam dunia pendidikan.
l) Menjadi Motivator, guru harus mampu menjadi
motivator. Hal ini penting dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan
kegiatan belajar murid. Dan peran terakhir
seorang guru menurut Al Mawardi adalah
sebagai pembimbing. Bimbingan dapat
diartikan sebagai kegiatan memantau
17
perkembangan murid yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
4. Imam Ibnu Sînâ
Menurut beliau guru yang baik (ideal) adalah
guru yang Berakal Cerdas, Beragama, Mengetahui
Cara Mendidik Akhlak, Cakap Dalam Mendidik
Anak, Berpenampilan Tenang, Jauh Dari Olok-Olok
dan Main-Main Dihadapan Muridnya, Tidak Bermuka
Musam, Sopan Santun, Bersih, dan Suci Murni.
Meskipun demikian, beliau lebih mengutamakan
guru pria daripada wanita. Beliau mensyaratkan
bahwa untuk menjadi guru yang terhormat, maka
seorang guru harus menonjol budi pekertinya,
cerdas, teliti, sabar, telaten dalm membimbing
anak, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar
bergaul dengan anak-anak, tidak keras hati, dan
senantiasa menghias diri. Selain itu guru harus
mengutamakan kepentingan umat daripada
kepentingan diri sendiri, menjauhkan diri dari
meniru sifat raja dan orang-orang yang
berakhlak rendah, mengetahui etika dalam
majelis ilmu, sopan dan santun dalam berdebat,
berdiskusi, dan bergaul.
18
5. Imam Ibnu Jama’ah
Guru dalam pandangan beliau merupakan
mikrokosmos manusia, dan secara umum dapat
dijadikan sebagai tipologi makhluk terbaik.
Maka, derajat guru berada setingkat di bawah
derajat para nabi. Secara garis besar, ada enam
criteria untuk bisa menjadi seorang guru yang
ideal dan dicintai oleh murid. Diantaranya
adalah Mampu Menjaga Akhlak Selama Melaksanakan
Tugas Pendidikan, Tidak Menjadikan Profesi Guru
Sebagai Kegiatan Untuk Menutupi Kebutuhan
Ekonomi, Mengetahui Situasi Sosial
Kemasyarakatan Dengan Baik, Penuh Kasih Sayang
dan Sabar, dan Bersedia Menolong Sesuai Dengan
Kemampuan yang Dimiliki.
6. Imam Ibnu Taimiyah
Guru dalam pandangan Ibnu Taimiyah hendaknya
memiliki cirri kepribadian sebagai berikut :
a) Khulafa’, seorang guru yang baik adalah
apabila ia mampu menjadi Khulafa’ yaitu
orang-orang yang bersedia menggantikan misi
perjuangan nabi dalam bidang pengajaran.
19
Kedudukan ini hanya dapat dilaksanakan oleh
orang yang mengikuti rasul dalam hal
perjalanan hidup dan akhlaknya.
b) Menjadi panutan, seorang guru hendaklah
senatiasa menjadi panutan bagi muridnya,
terutama dalam hal kejujuran, berpegang
teguh pada akhlak yang mulia, dan menegakkan
syariat Islam. Berdusta pada murid tentang
suatu ilmu adalah kezhaliman yang sangat
besar.
c) Tidak Main-Main, seorang guru haruslah
menghindari sifat main-main atau sembrono
dalam menyebarkan ilmunya. Guru haruslah
shalih, karena guru yang shalih mengetahui
kemampuan yang dimiliki, mengetahui keadaaan
murid, serta mengerti kewajiban yang ada
pada dirinya.
d) Sering Membaca Kitab Suci, seorang guru
hendaklah membiasakan diri untuk menambah
dan menghafal ilmu-ilmu terutama yang
terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah.
20
Demikianlah beberapa pandangan mengenai konsep
guru ideal dari para tokoh Islam Klasik yang masih
penting direnungkan saat ini dan seterusnya9.
C. KONSEP GURU IDEAL MENURUT SYAIKH AL-ZARNÛJÎ DAN
RELEVANSINYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005
TENTANG GURU DAN DOSEN
1. Pemikiran Syaikh al Zarnûjî tentang Konsep Guru
Ideal dalam kitab Ta’lim Muta’allim
Adapun konsep guru ideal menurut Syaikh Al
Zarnuji yang terdapat didalam kitab Ta’lim
Muta’allim10, yaitu :
a) Haruslah orang yang lebih alim ( pandai / cerdas
), yaitu seseorang yang cerdas. Dengan akal yang
sempurna atau cerdas, maka guru dapat mengajar
muridnya dengan benar dan mendalam.
b) Bersifat Wara’ ( menjaga harga diri ), guru
haruslah menjaga diri dari segala sesuatu yang
berbau syubhat agar tetap terjaga keilmuannya dan
kepribadiannya.
9 Salman Rusydie,Tuntunan Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta:FlashBooks, 2012), h.168-188
10 Muhammadun Thaifuri, Pedoman Belajar Bagi Penuntun Ilmu Secara Islam(Terjemah Ta’lim Muta’allim ), (Surabaya: Menara Suci,2008 ), h. 25
21
c) Berpengalaman / Lebih tua, guru akan dapat
memerankan diri sebagai seorang pemimpin dan
pembimbing dalam proses belajar mengajar.
d) Berbudi luhur, guru haruslah memiliki budi
pekerti yang luhur karena budi pekerti guru maha
penting dalam pendidikan watak murid.
e) Bijaksana, guru dapat bertindak tepat menurut
garis yang baik, selalu menggunakan akal budinya
(pengalaman dan pengetahuannya) apabila
menghadapi suatu kesulitan.
f) Penyabar, guru yang selalu menerima segala
bencana dengan laku yang sopan, sabar merupakan
pangkal keutamaan dalam segala hal.
2. Konsep Guru Ideal Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen
Adapun konsep guru ideal menurut UU Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen11, yaitu :
a) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat
sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 16
tahun 2007 yang telah menetapkan, bahwa guru11 Undang-Undang Guru dan Dosen ( UU RI No. 14 Th. 2005 ), (Jakarta: Sinar
Grafika, 2011), h. 8
22
harus memiliki kualifikasi akademik minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1).
b) Kompetensi guru, meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi, yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia,
arif, berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik.
3. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dan efesien dengan peserta didik, sesame guru,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
4. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam.
c) Sertifikasi Guru, disebutkan dalam peraturan
menteri pendidikan nasional nomor 18 tahun 2007
tentang sertifikasi guru pada pasal 1 ayat 1,
sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses
23
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam
jabatan. Kemudian disebutkan dalam ayat 2,
pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan dapat
diikuti oleh guru yang telah memiliki kualifikasi
akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D IV),
dan pada ayat 3 menyebutkan bahwa setifikasi guru
dalam jabatan diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
d) Sehat Jasmani dan Rohani, dalam penjelasannya
yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani
disini adalah kondisi kesehatan fisik dan mental
yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas
dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental
tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.
e) Memiliki Kemampuan Untuk Mewujudkan Tujuan
Pendidikan Nasional, Kedudukan guru sebagai
tenaga professional berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Sementara itu, kedudukan guru sebagai
tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan
sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
24
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Sebagaimana
tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 dalam bab II pasal 4 dan 6.
3. Relevansi Konsep Guru Ideal Menurut Syaikh al
Zarnûjî dan UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen
Relevansi antara konsep guru ideal menurut Syaikh
Al Zarnuji dengan Undang-undang nomor 14 tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen, yaitu :
1. Berilmu / memiliki ilmu pengetahuan sama halnya
dengan memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi pedagogik. Berilmu/memiliki ilmu
pengetahuan sama halnya dengan memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik
yaitu Seseorang guru yang memiliki ilmu
pengetahuan pada umumnya memiliki ijazah karena
menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang
25
guru dan dosen, seorang guru wajib memiliki
kualifikasi akademik yaitu diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
diploma empat (D-4). Dan seseorang memiliki ilmu
pengetahuan pastinya ia memiliki kompetensi
pedagogik yang dimana seorang guru dituntut untuk
membekali dirinya dengan penguasaan materi yang
memadai.
2. Bersifat Wara’, berbudi pekerti luhur, bijaksana
dan penyabar berarti telah memiliki salah satu
standar kompetensi guru (kompetensi kepribadian).
Bersifat Wara’, berbudi pekerti luhur, bijaksana
dan penyabar berarti telah memiliki salah satu
standar kompetensi guru (kompetensi kepribadian)
yaitu Seorang guru yang memiliki kompetensi
kepribadian, sesuai dengan kompetensi guru
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 Undang-
undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
professional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi.
3. Berpengalaman/lebih tua dapat dikatakan telah
memiliki kompetensi profesional dan kemampuan
26
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berpengalaman/lebih tua dapat dikatakan telah
memiliki kompetensi profesional dan kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
Seorang guru yang berpengalaman tentu memiliki
keahlian, dan memiliki kompetensi profesional
karena menurut Undang-undang RI nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa
profesional artinya pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Dan memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
D. PENUTUP
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
konsep guru ideal menurut Syaikh al Zarnûjî yaitu :
(a). Haruslah orang yang lebih alim ( pandai / cerdas
), (b). Bersifat wara’ ( menjaga harga diri ), (c).
Berpengalaman / Lebih tua, (d). Berbudi luhur, (e).
Bijaksana, dan (f). Penyabar. Dan Relevansi antara
konsep guru ideal menurut Syaikh al Zarnûjî dengan
27
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 yaitu 1). Berilmu /
memiliki ilmu pengetahuan sama halnya dengan memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik. 2).
Bersifat Wara’, berbudi pekerti luhur, bijaksana dan
penyabar berarti telah memiliki salah satu standar
kompetensi guru (kompetensi kepribadian). 3).
Berpengalaman/lebih tua dapat dikatakan telah memiliki
kompetensi profesional dan kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.