BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori ...
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Klasik
1) Adam Smith
Menurut teori klasik Adam Smith, pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total
dan pertumbuhan penduduk1. Pada pertumbuhan output total
sistem produksi suatu negara dibagi menjadi tiga, yaitu sumber
daya alam yang tersedia, sumber daya insani, dan stok barang
modal2.
2) David Ricardo
David Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan
penduduk yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada
suatu saat akan menyebabkan melimpahnya jumlah tenaga kerja.
Kelebihaan tenaga kerja ini akan mengakibatkan upah menjadi
turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf
1 Arli Kartika Eka Paksi, Skripsi: “Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Lambung”, (Lampung: Universitas Lampung, 2016), hlm 20. 2 Eko Wicaksono Pambudi, Skripsi: “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi”, (Semarang: UNDIP, 2013), hlm 25.
2
hidup minimun sehingga perekonomian akan mengalami
stagnan (stationary state)3.
b. Teori Neoklasik
1) Robert Solow
Teori ini memberikan kesimpulan bahwa faktor terpenting
yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan
modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting
adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan
kepakaran tenaga kerja4.
2) Harrod Domar
Teori ini menunjukkan syarat yang dibutuhkan supaya
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Harrod
Domar menyatakan supaya seluruh barang modal yang tersedia
dapat digunakan sepenuhnya, permintaan agregat harus bertambah
sebanyak kenaikan kapasitas barang modal yang terwujud sebagai
akibat dari investasi masa lalu. Jadi untuk menjami pertumbuhan
ekonomi yang baik maka nilai investasi dari tahun ketahun harus
selalu naik5.
3 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 41. 4 Sadono Soekirno, MakroEkonomi Teori Pengantar..., hlm 437 5 Eko Wicaksono Pambudi, Skripsi: Analisis Pertumbuhan Ekonomi.. ., hlm 28.
3
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per
kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan
kondisi penting atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan, karena jumlah penduduk
terus bertambah setiap tahun sehingga kebutuhan konsumsi sehari-hari
juga bertambah setiap tahun. Jadi, dibutuhkan penambahan pendapatan
setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat
kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan
jumlah pekerja yang cepat serta merata. Pertumbuhan ekonomi juga
harus disertai dengan program pembangunan sosial6.
Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya, pertumbuhan
ekonomi merupakan perkembangan fisikal produksi barang dan jasa
yang berlaku disebuah daerah, seperti pertambahan dan jumlah
produksi barang industri, perkembangan inflastruktur, pertambahan
jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan
produksi barang modal7.
Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam
6Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 37.
7Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar..., hlm 423.
4
konteks ekonomi regional, ukuran yang sering dipergunakan adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu jumlah nilai tambah
bruto yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian di suatu
wilayah8.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi merupakan pergerakan yang menunjukkan aktifitas
perekonomian suatu negara atau daerah, dimana untuk mengetahui
sejauh mana perekonomian terus membaik dan memberikan
kesejahteraan pada masyarakat.
b. Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut teori-teori pertumbuhan, lajunya pertumbuhan ekonomi
terutama ditentukan oleh tiga faktor9, yaitu:
1) Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk dan hal-hal yang berhubungan
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional telah
dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak jumlah angkatan
kerja maka tenaga kerja akan semakin produktif, sedangkan
semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar
domestiknya10
.
8 Prima Rosita Arini, Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi..., hlm 185 9 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 268. 10 Safuridal “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Kabupaten Aceh
Timur”, Jurnal IHTIYADH Vol.1 No.1, 2017, hlm 43.
5
2) Perkembangan Penanaman Modal
Penanaman modal merupakan semua investasi baru yang
berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia
(human resource). Penanaman modal akan terjadi jika ada sebagian
dari pendapatan sekarang ditabung dan kemudian diinvestasikan
kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa
mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi
infrastruktur berupa jalan, listrik, air bersih , fasilitas sanitasi dan
fasilitas komunikasi demi menunjang aktivitas ekonomi
produktif11
.
3) Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menghemat tenaga kerja dan modal,
atau tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah
tenaga kerja atau input modal yang sama.
Dari ketiga faktor penting tersebut, faktor pertama yaitu
perkembangan penduduk tidak selalu dipandang akan memberikan
sumbangan positif kepada pembangunan ekonomi. Teori klasik
menunjukkan bahwa kelebihan penduduk akan menyebabkan suatu
masyarakat kembali ke taraf pembangunan yang rendah. Penduduk
dianggap memberikan sumbangan yang positif kepada pembangunan
terutama karena pertama, pemrkembangannya memperluas pasar,
11 Ibid, hlm 42.
6
kedua, perbaikan keterampilan dan mutunya dapat melahirkan
berbagai pengaruh positif kepada pembangunan, dan ketiga, penduduk
menyediakan pengusaha yang inovatif yang akan menjadi unsur
penting dalam pembentukan modal. Dua penentu pembangunan
lainnya, yaitu pembentukan modal dan kemajuan teknologi, akan
selalu memberikan sumbangan positif kepada pembangunan
ekonomi12
.
c. Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan
pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan rata-rata13
. Pertumbuhan
ekonomi tahunan diukur dengan menggunakan rumus berikut:
{( )
}
Keterangan:
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata diukur dengan
menggunakan rumus berikut:
[ √
]
12 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan ..., hlm.269. 13 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 37
7
Keterangan:
r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun
n = jumlah tahun (dihitung mulai sampai dengan)
tn = tahun akhir periode penelitian
t0 = tahun akhir periode
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan rumus pertumbuhan ekonomi tahunan karena
data yang digunakan adalah persentase pertumbuhan ekonomi.
d. Pertumbuhan Ekonomi Dalam Pandangan Islam
Dalam kajian ekonomi Islam, persoalan pertumbuhan ekonomi
telah menjadi perhatian para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi
Islam klasik. Hal ini bisa dilihat dalam pemikiran ilmuwan muslim
klasik seperti Al-Ghazali, Ibnu Kaldun, Ibnu Taymiyah dan lain-lain.
Pembahasan ini diantaranya berangkat dari firman Allah SWT dalam
Surat Hud ayat 61:14
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu
14Rizal Muttaqin, “Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi Syariah
dan Bisnis, Vol.1 . No. 2, November 2018, E-ISSN: 2621-5012. Hlm. 119.
8
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat
dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)"15
.
Ayat tersebut menegaskan bahwa, Allah menjadikan kalian
pemakmur yang akan memakmurkannya dan memanfaatkannya
dengan bercocok tanam, perindustrian, pembangunan dan eksploitasi
barang tambang. Sifat bumi yang bisa untuk dimakmurkan yang
berguna bagi manusia, dan sifat manusia yang mampu untuk
melakukan hal itu, merupakan dalil atas adanya Sang Pencipta Yang
Maha bijaksana, yang telah dan yang menentukan kadar (masing-
masing) dan memberi petunjuk dan menganugerahkan manusia akal
yang dapat memberi petunjuk dan sebagai alat untuk mengelola apa
yang ada di dunia ini, dan memberikan kekuatan kepada manusia
untuk bertindak dan bekerja16
.
Islam mendefiniskan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan
yang terus menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu
memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia. Dengan
demikian, maka pertumbuhan ekonomi menurut islam merupakan hal
yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor produksi
tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut
15Al-Qur’an Surat Hud ayat 61 16 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 6 (Juz 11-12) cet.1, (Jakarta: Gema Insani,
2015), hlm 363.
9
misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti memberikan efek
buruk dan membahayakan manusia17
.
3. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan didefiniskan sebagai ketidakmampuan untuk
memenuhi standar hidup minimum, dimana pengukuran kemiskinan
didasarkan pada konsumsi. Berdasarkan konsumsi ini, garis
kemiskinan terdiri dari dua unsur, yaitu pengeluaran yang diperlukan
untuk membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar
lainnya, serta jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi yang
mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari18
.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dimana
garis kemiskinan dapat diukur dari penjumlahan garis kemiskinan
17 Rizal Muttaqin, Pertumbuhan Ekonomi..., hlm 119. 18 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 281.
10
makanan (2100 kilo kalori perkapita perhari) dengan garis kemiskinan
non makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan)19
.
b. Faktor-Faktor Penentu Ketimpangan dan Kemiskinan di
Indonesia
1) Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk (EDU)
Pendidikan formal merupakan salah satu aspek penting dari
kemiskinan. Yang dilihat tidak hanya tingkatnya tetapi juga
kualitasnya. Yang bisa digunakan sebagai indikator-indikator
kemiskinan dari aspek pendidikan adalah misalnya angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah, jumlah anak yang terdaftar di sekolah
dan indeks pembangunan manusia (IPM)20
.
2) Pendapatan Per Kapita Penduduk (PC)
Pendapatan perkapita adalah adalah besarnya pendapatan
rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapat
dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan
jumlah penduduk negara pada periode tertentu. Pendapatan
perkapita dapat digunakan untuk membandingkan kesejahteraan
atau standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun21
.
19
Badan Pusat Statistik Sumsel tahun 2020, diakses pada : https://sumsel.bps.go.id/subject/23/
kemiskinan.html 20 Tulus T.H Tambunan, Perekonomian Indonesia Era Orde Lama Hingga Jokowi, Cet.
Kedua (Bogor: Ghalia Indonesia, September 2015) 21
Stefandy Dengah dkk, “Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk
Terhadap Permintaan Perumahan Kota Manado Tahun 2003-2012”, Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi Vol.14 No.3, Oktober 2014, hlm 75.
11
3) Rasio Ketergantungan Penduduk
Faktor penyebab munculnya rasio ketergantungan adalah
adanya tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi. Penyebab
kemiskinan adalah adanya ledakan penduduk (population growth)
yang tidak terkendali karena hal itu akan menyebabkan rasio
ketergantungan yang tinggi22
.
4) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang selama ini dicapai oleh
Indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab
kemiskinan. Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa
dinikmati oleh sebagian kecil orang di Indonesia. Hal itu akan
menimbulkan kemiskinan struktural dimana pertumbuhan ekonomi
yang tinggi hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil orang kaya,
sementara sebagian besar masyarakat tetap miskin23
.
5) Persentase Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
Penduduk miskin di Indonesia umumnya bekerja di sektor
pertanian dan mempunyai tingkat pendidikan SD ke bawah.
Karena itu, program pengentasan kemiskinan di sektor pertanian
perlu diprioritaskan.
6) Persentase Tenaga Kerja di Sektor Industri
Konsumsi tenaga kerja di sektor industri lebih besar dari
konsumsi tenaga kerja sektor pertanian. Hal ini mengidentifikasi
22 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 283. 23 Ibid, hlm.283
12
bahwa pendapatan pekerja usaha kecil yang bekerja di sektor
industri non-pertanian lebih besar daripada penghasilan tenaga
kerja usaha kecil yang bekerja di sektor industri yang bergerak di
sektor pertanian.
c. Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2020 adalah sebagai berikut24
:
1) Persentase Penduduk Miskin (Head Count Index)
Persentase penduduk miskin adalah persentase penduduk yang
berada dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dapat diukur
dari penjumlahan garis kemiskinan makanan (2100 kilo kalori
perkapita perhari) dengan garis kemiskinan non makanan
(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan).
2) Indeks Kedalaman Kemiskinan
Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin
jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
3) Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi
24Badan Pusat Statistik tahun 2020, diakses pada : https://www. bps.go.id/subject/23/
kemiskinan - dan-ketimpangan.html
13
nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin.
d. Kemiskinan Dalam Pandangan Islam
Al-Ghozali mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan mereka, baik itu kebutuhan
material maupun kebutuhan rohani25
.
Kemiskinan dalam Islam dianggap sebagai sesuatu yang
membahayakan akhlak, keluarga dan masyarakat. Islam bahkan
memandangnya sebagai musibah dan bencana sehingga kita dianjurkan
untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT akan bahaya
kemiskinan. Jika kemiskinan makin merajalela, maka dapat membuat
seseorang lupa akan Allah dan rasa sosialnya terhadap sesama.
Menurut Al-Maududi, untuk mengatasi kemiskinan perlu diterapkan
sistem ekonomi Islam dengan karakteristik berusaha dan bekerja,
larangan menumpuk harta, zakat, hukum waris, dan hemat26
.
Al-Qur’an memberikan peringatan terhadap manusia yang
melalaikan kemiskinan, seperti dalam surat Al-Maun ayat 1-7:
25 Tri Yuniarti Rusandi, Skripsi: “Analisis Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dalam Perspektif Ekonomi Islam di Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2011-2016” (Lampung: UIN Raden Intan Lampung), Hlm 36. 26 Saiful Anwar, Pengantar Falsafah Ekonomi dan Keuangan Syariah, (Depok: Rajawali Pers,
2018), hlm 12.
14
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah
orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi
makan fakir miskin. Maka celakalah bagi orang yang sholat (yaitu)
orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang yang berbuat riya, dan
enggan (menolong dengan) barang yang berguna”27
.
Ayat tersebut menegaskan bahwa seseorang yang mendustakan
agama adalah orang yang menolak anak yatim dengan keras,
menghardiknya dengan kejam dan mendzalimi haknya serta tidak
berbuat baik kepadanya. Dialah juga orang yang tidak menganjurkan
pada dirinya sendiri, keluarganya, dan orang lain untuk memberi
makan orang-orang miskin karena bakhil untuk mengeluarkan harta.
Yakni untuk orang fakir yang tidak memiliki harta sedikitpun atau
tidak mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan pokoknya28
.
27 Al-Qur’an Surat Al-Maun ayat 1-7 28 Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Jilid 15 (Juz 29-30) Cet.1, (Jakarta: Gema Insani,
2014), hlm 687.
15
4. Jumlah Penduduk
a. Pertumbuhan Penduduk
Penduduk adalah orang yang berdomisili diwilayah geografis
Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka
yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk
menetap29
. Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan
ekonomi serta usaha membangun suatu perekonomian karena
penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan
tenaga kerja usahawanan dalam menciptakan kegiatan ekonomi.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan penduduk
adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada
waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya30
. Dari pengalaman
yang ada, laju pertumbuhan penduduk selalu meningkat bagi dunia
secara keseluruhan. Di samping itu, jumlah penduduk yang besar
secara absolut akan bertambah lebih cepat daripada jumlah penduduk
yang kecil, walaupun laju pertumbuhannya sama. Faktor utama yang
menentukan perkembangan penduduk adalah31
:
1) Tingkat Kematian (Death Rate)
Ada empat faktor yang menyumbang terhadap penurunan
tingkat kematian pada umumnya:
29 Novri Silastri, Jumlah Penduduk dan Penadapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)...,
hlm 109 30 Amir Machmud, Perekonomian Indonesia..., hlm 243 31
Windhu Putra, Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori Ekonomi
Pembangunan di Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2019), hlm 95
16
a) Adanya kenaikan standar hidup sebagai akibat kemajuan
teknologi dan meningkatnya produktivitas tenaga kerja serta
tercapainya perdamaian dunia yang cukup lama.
b) Adanya perbaikan pemeliharaan kesehatan umum maupun
kesehatan individu.
c) Adanya kemajuan dalam ilmu kedokteran serta
diperkenalkannya lembaga-lembaga kesehatan umum yang
modern.
d) Meningkatnya penghasilan riil per kapita sehingga orang
mampu membiayai hidupnya.
2) Tingkat Kelahiran (Birth Rate)
Profesor E.E Hagen menganggap bahwa tingkat kelahiran
ditentukan oleh tingginya tingkat kematian. Tingkat kelahiran
disesuaikan dengan tingginya tingkat kematian dengan maksud
agar suatu keluarga memiliki jumlah anak yang sedikit dan dapat
hidup sampai hari tua, sehingga keturunannya terus dapat
berlangsung.
3) Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat
pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan
penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat kematian
saja. Bagi negara berkembang migrasi bukan berarti peningkatan
atau pengurangan jumlah penduduk. Perpindahan penduduk keluar
17
negeri dari negara yang sedang berkembang tidaklah mungkin
dapat terlaksana lagi guna mengurangi kepadatan penduduknya,
dengan alasan kesulitan-kesulitan interaksi sosial dan rendahnya
skill di negara yang mengalami tekanan penduduk tersebut.
Dengan adanya tingkat penurunan kematian yang cepat dan
tetap tingginya kelahiran serta kurang efektifnya migrasi, maka
pertumbuhan penduduk akan cepat dan mengakibatkan terjadinya
ledakan penduduk di negara berkembang.
Di negara berkembang pertumbuhan penduduk yang sangat besar
jumlahnya menambah kerumitan masalah pembangunan. Dapat
dikatakan bahwa masalah penduduk merupakan salah satu masalah
pembangunan yang paling utama dan paling sukar diatasi. Masalah-
masalah tersebut adalah32
:
1) Struktur penduduk yang berat sebelah, yaitu banyaknya penduduk
yang berada dibawah umur (dibawah 15 tahun)
2) Pengangguran yang bertambah serius
3) Arus urbanisasi yang tinggi
b. Pemecahan Masalah Kependudukan
Ledakan penduduk yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang menerapkan suatu kebijakan untuk mengurangi tingkat
32 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan..., hlm 86
18
pertumbuhan penduduk salah satunya adalah program Keluarga
Berencana (KB). Walaupun program keluarga berencana telah
diterima hampir semua negara, belum semua penduduk yang tinggal di
negera-negara itu melaksanakan program tersebut yang disebabkan33
:
1) Adanya kemelaratan dan buta huruf di negara-negara sedang
berkembang, bersamaan itu juga organisasi sosial yang masih
bersifat tradisional.
2) Perkembangan ilmu obat-obatan dan ilmu kesehatan masih
merupakan faktor-faktor fisikologi dari orang-orang yang akan
menjadi ekseptor.
Kemajuan ilmu pengetahuan dapat menyediakan metode
kontrasepsi yang baru dan bagaimana pemerintah nasional mendorong
penduduk untuk memakainya bukan merupakan masalah yang sulit.
Yang sulit ialah agar pengendalian kelahiran atau kehamilan dapat
diterima oleh semua golongan dengan demikian jalan yang patut
ditempuh oleh negara yang sedang berkembang ialah mendidik orang-
orangnya secara lebih baik dan bukan dianjurkan untuk mengurangi
kelahiran saja34
.
Selain itu pemerintah juga melakukan pemerataan persebaran
penduduk dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di
wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah migrasi penduduk
dari desa ke kota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa
33 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia..., hlm 97 34 Ibid, hlm 98.
19
pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan
prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan.
Pendidikan kependudukan juga dapat dilakukan sebagai upaya agar
masyarakat mengetahui dan memahami isu-isu yang berkaitan dengan
kependudukan, misalnya tentang ledakan penduduk dan implikasinya.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan
penyuluhan kepada masyarakat luas tentang kependudukan. Ini
merupakan salah satu metode untuk merubah kesadaran kritis sehingga
masyarakat mampu menganalisis kenyataan dan mampu melakukan
proyeksi kedepan atas apa yang harus dilakukannya35
.
c. Kependudukan Dalam Pandangan Islam
Dalam perspektif kependudukan, manusia dalam posisinya sebagai
khalifah harus mampu mengatur bumi agar menjadi tempat yang tetap
layak huni bagi seluruh isinya. Manusia juga dituntut untuk
menatanya, menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam,
kebutuhan hidupnya dengan sumber daya alam yang tersedia. Ibnu
Khaldun mengkaitkan antara jumlah penduduk dan pertumbuhan
ekonomi. Menurutnya, setiap kali jumlah penduduk meningkat maka
berdampak pula pada meningkatnya jumlah produksi dan apabila
35
Rike Anggun Artisa, “Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Indonesia Untuk Mendukung
Pembangunan Nasional”, Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik Vol.8 No.2, Tahun 2017,
hlm 18.
20
masyarakat tidak mampu untuk memenuhinya maka akan berdampak
pada kemiskinan36
.
Kuantitas atau jumlah penduduk dapat menjadi potensi maupun
beban bagi suatu negara, akan menjadi potensi apabila jumlah
penduduk seimbang dengan sumber daya yang lain serta mempunyai
kualitas hidup yang baik. Sebaliknya, menjadi beban apabila jumlah
penduduk melampaui kapasitas wilayah negara tersebut. Kualitas
hidup manusia dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
kepadatan penduduk, ketersediaan fasilitas-fasilitas yang disediakan
oleh negara untuk kesejahteraan masyarakat, pola hidup yang dianut
oleh masyarakat, norma yang berlaku di suatu daerah dan lain-lain37
.
Umat yang jumlahnya banyak namun tidak berkualitas, tidak akan
memberikan rasa bangga, namun sebaliknya, merendahkan dan
melemahkan. Apa yang kita rasakan saat ini adalah bukti, jumlah yang
banyak tidak berkontribusi pada pembangunan peradaban yang damai
dan sejahtera. Jika pemerintah menggalakkan berbagai program
pengendalian jumlah penduduk, maka pada saat yang sama pemerintah
harus menyiapkan sejumlah program untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakatnya. Karena prinsip Islam bukan hanya menahan laju
pertumbuhan penduduk tetapi juga meningkatkan kualitas hidup38
.
36 Eka Susiatun, Skripsi: “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung Dalam Perspektif Ekonomi Islam Tahun 2007-2016”,
(Lampung: UIN Raden Intan, 2018), hlm 22. 37 Nur Rahmi Hamzah, Skripsi: “Pengaruh Faktor-Faktor Kependudukan Terhadap
Pembangunan Ekonomi Di Kota Makassar”, (Makassar: UIN Alauddin, 2017), hlm 16. 38 Eka Susiatun, Skripsi, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk..., hlm 22.
21
5. Belanja Modal
a. Pengertian Belanja Modal
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah ketetntuan pasal 52,
belanja modal adalah belanja barang atau jasa yang dianggarkan pada
pengeluaran APBD yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan. Nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam
belanja modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut
siap digunakan39
.
Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila:
1) Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap
atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan
kapasitas.
2) Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset
tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
3) Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau
dibagikan.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran
belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi
39 Lavenia Kotambunan dkk, Analisis Pengaruh Belanja Modal..., hlm 927.
22
belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah
maupun untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Oleh karena
itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah
daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini
belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif
kurang produktif.
Pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal
produktif, misal untuk melakukan aktifitas pembangunan. Oleh karena
itu penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-
program layanan publik. Pernyataan tersebut menyiratkan pentingnya
mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik40
.
b. Jenis-Jenis Belanja Modal
Jenis-jenis belanja modal dikategorikan menjadi 5 bagian, yaitu41
:
1) Belanja Modal Tanah
Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan
untuk pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, baik nama
dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, perataan, pematangan
tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan
40 Mawarni dkk, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum..., hlm 83. 41
Wimpi Priambudi, Skripsi: “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten dan Kota Di Pulau Jawa Tahun 2013”, (Yogyakarta:
UNY, 2016), hlm. 10
23
dengan pemerolehan hak atas tanah, sampai tanah yang dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian dan
peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor
yang memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai
peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya
yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan
termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan
pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah
kapasitas, sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
4) Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah
pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan,
penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta
perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,
pengawasan dan pengelolaan jalan, irigasi, dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan, irigasi, dan jaringan dimaksud
dalam kondisi siap pakai.
24
5) Belanja Modal Fisik Lainnya
Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang
digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian,
peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan terhadap
fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam kriteria
belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan irigasi dan jaringan. Yang termasuk dalam belanja modal
fisik lainnya adalah seperti belanja modal kontrak sewa beli,
pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang
untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal
ilmiah.
c. Belanja Modal Dalam Pandangan Islam
Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat diperlukan peran
pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu
peran pemerintah adalah melalui kebijakan fiskal yakni suatu usaha
pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara
menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap
tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan
APBD untuk daerah/regional.
Anggaran penerimaan dan pengeluaran sudah dikenal sejak zaman
Rasulullah SAW hingga zaman pertengahan. Tujuan pembelanjaan
pemerintah dalam Islam adalah sebagai pengeluaran demi memenuhi
25
kebutuhan hajat masyarakat, alat redistribusi kekayaan, meningkatkan
permintaan yang efektif, berkaitan dengan investasi dan produksi, serta
menekan tingkat inflasi dengan kebijakan intervensi pasar42
.
Dalam Islam, terpenuhinya pekerjaan dan kepentingan publik bagi
masyarakat merupakan kewajiban keagamaan dan moral penguasa.
Tegaknya suatu negara tergantung pada kemampuan pemerintah
mengumpulkan pendapatan dan mendistribusikannya pada kebutuhan
kolektif masyarakat. Pada hakikatnya permasalahan ekonomi yang
melanda umat manusia adalah berasal dari bagaimana distribusi harta
di tengah-tengah masyarakat terjadi. Uang publik dipandang sebagai
amanah ditangan penguasa dan harus diarahkan pertama-tama pada
lapisan masyarakat yang lemah dan orang-orang miskin, sehingga
tercipta keamanan masyarakat dan kesejahteraan umum43
.
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa belanja negara harus
didistribusikan ke hal terpenting dari yang paling penting dan wajib,
dan dalam distribusi pendapatan dan pembelanjaan, negara harus
melihat kepentingan rakyat (maslahah). Pembelanjaan utama yang
harus dikelola pemerintah menurut Ibnu Taimiyah adalah untuk kaum
miskin dan yang membutuhkan, pemeliharaan tentara untuk jihad dan
42Anggatia Ariza, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Dalam Perspektif Islam”, Jurnal IAIN Pontianak, hlm 9. 43 Lilik Rahmawati, “Sistem Kebijkan Fiskal Modern dan Islam”, Jurnal FEBI UINSA Vol. 1
No.1, Desember 2016, hlm 29.
26
pertahanan, pemeliharaan ketertiban dan hukum internal, pensiun dan
gaji pegawai, pendidikan, infrastruktur serta kesejahteraan umum44
.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Santi
Nurmainah
(2013)45
Analisis Pengaruh
Belanja Modal
Pemerintah
Daerah, Tenaga
Kerja Terserap
dan Indeks
Pembangunan
Manusia
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kemiskinan
Variabel
bebas:
Belanja
Modal,
Tenaga Kerja
Terserap dan
IPM
Variabel
Terikat:
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kemiskinan
Belanja modal, Tenaga
kerja terserap dan IPM
berpengaruh signifikan
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan
pertumbuhan ekonomi
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kemiskinan.
2. Ezra
Kaligis,
Daisy S.M
Engka, dan
Krest D
Tolosang
(2017)46
Pengaruh Belanja
Modal Terhadap
Kemiskinan Di
Minahasa Utara
Melalui
Pertumbuhan
Ekonomi Sebagai
Intervening
Variabel
Variabel
bebas:
Belanja
Modal
Variabel
Terikat:
Kemiskinan
Variabel
Intervening:
Pertumbuhan
Ekonomi
Belanja modal
berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan.
Belanja modal
berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Belanja modal
berpengaruh positif
terhadap kemiskinan
melalui pertumbuhan
ekonomi
44 Adib Susilo, “Keuangan Publik Ibn Taimiyah dan Permasalahan Pajak Pada Era
Kontemporer”, Jurnal Ekonomi Syariah Vol.2 No.1, Maret 2017, hlm 10. 45 Santi Nurmainah, Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah... 46 Ezra Kaligis dkk, Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kemiskinan...
27
3. Levenia
Kotambuna
n dkk
(2016)47
Analisis Pengaruh
Belanja Modal
dan Indeks
Pembangunan
Manusia terhadap
Kemiskinan di
Provinsi Sulawesi
Utara
Variabel
bebas:
Belanja
Modal dan
IPM
Variabel
terikat:
Kemiskinan
Belanja modal
berpengaruh signifikan
positif terhadap
kemiskinan.
IPM berpengaruh
negatif terhadap
kemiskinan.
4. Novri
Silastri
(2017)48
Pengaruh Jumlah
Penduduk dan
Pendapatan
Domestik
Regional Bruto
terhadap
Kemiskinan di
Kabupaten
Kuantan Singingi
Variabel
bebas:
Jumlah
Penduduk dan
PDRB
Variabel
terikat:
Kemiskinan
Jumlah penduduk
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kemiskinan.
PDRB berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
5. A.A. Gde
Alit
Wiradyatm
ika
(2013)49
Pengaruh Jumlah
Penduduk,
Jumlah
Penyerapan
Tenaga Kerja dan
Pengangguran
terhadap Jumlah
Penduduk Miskin
di Kabupaten
Buleleng
Variabel
bebas:
Jumlah
penduduk,
Jumlah
Penyerapan
Tenaga Kerja
dan
Pengangguran
Variabel
terikat:Jumlah
Penduduk
Miskin
Jumlah penduduk
berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan
secara parsial terhadap
jumlah penduduk
miskin.
Jumlah penyerapan
tenaga kerja dan
pengangguran
berpengaruh signifikan
positif terhadap jumlah
penduduk miskin
6. Prima
Rosita
Arini
(2016)50
Pengaruh Belanja
Modal Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kesejahteraan
Masyarakat di
Pulau Kalimantan
Variabel
bebas:
Belanja modal
Variabel
terikat:
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Kesejahteraan
Masyarakat
Belanja modal
berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi berpengaruh
negatif terhadap
kesejahteraan
masyarakat. Belanja
modal berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap IPM.
47 Levenia Kotambunan dkk, Analisis Pengaruh Belanja Modal... 48 Novri Silastri, Pengaruh Jumlah Penduduk... 49 A.A. Gde Alit Wiradyatmika, Pengaruh Jumlah Penduduk... 50 Prima Rosita Arini, Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi...
28
7. Novi Sri
Handayani,
I K.G
Bendesa,
dan Ni
Nyoman
Yuliarmi
(2016)51
Pengaruh Jumlah
Penduduk, Angka
Harapan Hidup,
Rata-Rata Lama
Sekolah dan
PDRB Per Kapita
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Provinsi Bali
(2016)
Variabel
bebas:
Jumlah
penduduk,
angka harapan
hidup, rata-
rata lama
sekolah dan
PDRB per
kapita
Variabel
terikat:
Pertumbuhan
Ekonomi
Jumlah penduduk dan
angka harapan hidup
tidak berpengaruh
terhadap PDRB per
kapita. Rata-rata lama
sekolah berpengaruh
positif terhadap PDRB
per kapita.
Jumlah penduduk secara
langsung berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
8. Windy Ayu
Astuti dkk
(2017)52
Pengaruh
Investasi, Tenaga
Kerja dan
Pertumbuhan
Penduduk
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Kabupaten
Pelalawan
Variabel
bebas:
Investasi,
Tenaga Kerja
dan
Pertumbuhan
Penduduk
Variabel
terikat:
Pertumbuhan
Ekonomi
Investasi memiliki
hubungan negatif dan
sigmifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Tenaga kerja memiliki
hubungan positif dan
tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan
penduduk memiliki
hubungan negatif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
9. Chairul
Nizar dkk
(2013)53
Pengaruh
Investasi dan
Tenaga Kerja
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Serta
Hubungannya
Terhadap Tingkat
Di Indonesia
Variabel
bebas:
Investasi dan
Tenaga
KerjaVariabel
terikat:
Pertumbuhan
Ekonomi
Variabel
Intervening:
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan.
FDI, investasi
pemerintah dan tenaga
kerja berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
51
Novi Sri Handayani dkk, Pengaruh Jumlah Penduduk, Angka Harapan Hidup... 52 Windy Ayu Astuti dkk, Investasi, Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Penduduk... 53 Chairul Nizar dkk, Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja...
29
C. Pengembangan Hipotesis
1. Belanja Modal Terhadap Tingkat Kemiskinan
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
pembangunan seperti aset daerah, infrastruktur, sarana dan prasarana dasar
di daerah. Apabila belanja modal disalurkan tepat sasaran dan mengalami
peningkatan setiap tahunnya maka akan memberikan pengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat terutama mampu mengurangi tingkat
kemiskinan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ezra
Kaligis dkk yang menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan54
. Dengan demikian berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 = Belanja modal diduga mempunyai pengaruh yang signifikan
negatif secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
2. Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pandangan pesimistis yang berpendapat bahwa penduduk
(pertumbuhan penduduk yang pesat) dapat menghantarkan dan mendorong
pengurasan sumberdaya, kekurangan tabungan, kerusakan lingkungan,
kehancuran ekologis, yang kemudian dapat memunculkan masalah-
masalah sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kelaparan55
.
54 Ezra Kaligis dkk, Pengaruh Belanja Modal Terhadap Kemiskinan... 55 Whisnu Adhi Saputra, Skripsi: “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,
Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa Tengah”, (Semarang:
UNDIP, 2011), hlm 41.
30
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh A.A. Gde Alit
Wiradyatmika dan I Ketut Sudiana yang menunjukkan bahwa jumlah
penduduk berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Dengan
demikian berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H2 = Jumlah Penduduk diduga mempunyai pengaruh yang signifikan
positif secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
3. Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertambahan belanja modal yang juga berarti bertambahnya social
overhead capital (SOC) termasuk didalamnya semakin meningkat dan
baiknya infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah daerah akan
memacu pertumbuhan perekonomian di daerah. Peningkatan pemerintah
daerah dalam investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas
layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat
partisipasi (kontribsi pubik) terhadap pembangunan yang tercermin dari
adanya peningkatan PAD.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi Nurmainah
yang menunjukkan bahwa belanja modal secara langsung berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi56
. Dengan demikian
hubungan antara belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah positif.
56 Santi Nurmainah, Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah...
31
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3 = Belanja modal diduga mempunyai pengaruh yang signifikan
positif secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 sampai tahun
2018.
4. Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan penduduk yang cepat tidak selalu merupakan
penghambat bagi pembangunan ekonomi. Hal ini terjadi jika penduduk
mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil
produksinya. Jadi, pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan tingkat
penghasilan yang rendah tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi.
Sejarah mencatat bahwa di negara-negara yang sudah maju menunjukkan
bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat justru menyumbang terhadap
kenaikan pendapatan riil perkapita. Dengan kondisi tersebut maka
terkumpul tabungan yang siap untuk kebutuhan investasi57
.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Sri
Handayani dkk yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk secara
langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi58
. Dengan demikian hubungan antara jumlah penduduk dan
57 Subandi, Ekonomi Pembangunan, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm 99. 58 Novi Sri Handayani dkk, Pengaruh Jumlah Penduduk, Angka Harapan Hidup...
32
pertumbuhan ekonomi adalah positif. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 = Jumlah Penduduk diduga mempunyai pengaruh yang signifikan
positif secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
5. Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat
keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi penguragan tingkat
kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut
menyebar di setiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk
miskin. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi berarti terdapat
peningkatan produksi sehingga menambah lapangan pekerjaan yang pada
akhirnya akan mengurangi tingkat kemiskinan59
.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Nyoman Ayu
Sudewi dan I.G.A.P. Wirathi yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan60
. Dengan demikian hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan tingkat kemiskinan adalah negatif. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
59 Safuridal, Pengantar Falsafah Ekonomi..., hlm 46 60 Ni Nyoman Ayu Sudewi dan I.G.A.P Wirathi, Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan
Pertumbuhan Ekonomi...
33
H5 = Pertumbuhan ekonomi diduga mempunyai pengaruh yang
signifikan negatif secara parsial terhadap tingkat kemiskinan
di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 sampai tahun
2018.
6. Belanja Modal Terhadap Tingkat Kemiskinan Melalui Pertumbuhan
Ekonomi
Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan dampak positif
dari peningkatan belanja modal pemerintah dan akan memudahkan
masyarakat untuk melakukan aktifitas ekonomi maupun sosial
kemasyarakatan. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi
seperti dalam teori distribusi pendapatan klasik dan pertumbuhan output
dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak lain adalah
pertumbuhan output nasional merupakan fungsi dari faktor produksi.
Semakin cepat laju pertumbuhan ekonomi maka seharusnya aliran
pendapatan kepada rumah tangga faktor produksi mengalami perbaikan.
Tingginya pertumbuhan output suatu negara diakibatkan oleh
tingginya produktifitas input dalam menciptakan barang dan jasa.
Peningkatan output tersebut dapat memperluas lapangan pekerjaan dan
meningkatkan upah dan pada akhirnya akan memperbaiki tingkat
kesejahteraan masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
34
H6 = Belanja modal diduga mempunyai pengaruh secara tidak
langsung terhadap tingkat kemiskinan melalui pertumbuhan
ekonomi sebagai variabel intervening di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
7. Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan Melalui
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan
migrasi. Tingkat fertilitas yang tinggi memacu pertumbuhan penduduk
yang cepat, dan dalam jangka panjang dapat menciptakan tenaga kerja
yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, jika selama masa tunggu
jangka panjang tersebut calon tenaga kerja mendapat pendidikan dan
keterampilan yang baik sehingga kualitas sumber daya manusianya baik.
Selain faktor fertilitas, faktor migrasi juga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi jika migrasi yang masuk diisi oleh tenaga kerja
yang mempunyai produktivitas yang baik61
.
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi berarti terdapat peningkatan
produksi sehingga menambah lapangan pekerjaan yang pada akhirnya
akan mengurangi tingkat kemiskinan. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
61 Windy Ayu Astuti, Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja..., hlm 142.
35
H7 = Jumlah Penduduk diduga mempunyai pengaruh secara tidak
langsung terhadap tingkat kemiskinan melalui pertumbuhan
ekonomi sebagai variabel intervening di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
D. Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kemudian berdampak
pada tingkat kemiskinan diantaranya adalah belanja modal dan jumlah
penduduk. Dalam kerangka - kerangka yang menggambarkan hubungan antara
belanja modal dan jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan melalui
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Dikembangkan dalam Penelitian, 2020
Belanja Modal (X1)
Tingkat
Kemiskinan (Y)
Pertumbuhan
Ekonomi (Z)
Jumlah
Penduduk (X2)
36
E. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
sebelumnya sehingga berdasarkan identifikasi masalah, kerangka konseptual
dan pengembangan hipotesis yang telah dijelaskan, maka penelitian ini
mengambil hipotesis sebagai berikut :
1. H1 = Belanja modal diduga mempuyai pengaruh yang signifikan negatif
secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
2. H2 = Jumlah penduduk diduga mempuyai pengaruh yang signifikan positif
secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
3. H3 = Belanja modal diduga mempuyai pengaruh yang signifikan positif
secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
4. H4 = Jumlah penduduk diduga mempuyai pengaruh yang signifikan positif
secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
5. H5 = Pertumbuhan ekonomi diduga mempuyai pengaruh yang signifikan
negatif secara parsial terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera
Selatan pada tahun 2016 sampai tahun 2018.
6. H6 = Belanja modal diduga mempuyai pengaruh secara tidak langsung
terhadap tingkat kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi sebagai