BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1 ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1 ...
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Bank Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Penyaluran dana pada bank syariah disebut dengan pembiayaan.
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi beberapa prinsip
yaitu berdasarkan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Pembiayaan pada
bank syariah sangat penting karena kegiatan pembiayaan ini merupakan
salah satu sarana untuk memperoleh keuntungan juga untuk menjaga
keamanan dana nasabah.
Pembiayaan menurut Kasmir adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.1
Sedangkan Dahlan Siamat menjelaskan bahwa dalam penyaluran
dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip kehati-hatian.
Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara
seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan
yang sehat agar pendapatan yang diterima dapat optimal.2
1 Kasmir.2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2 Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 192
16
2. Fungsi Pembiayaan
Secara umum pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut:3
a. Meningkatkan daya guna uang
Para penabung, menyimpan uangnya di bank dalam bentuk
giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase
tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha
peningkatan produktivitas.
Para pengusaha juga menikmati pembiayaan dari bank untuk
memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan
produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi
ataupun memulai usaha baru.
Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha
peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian
dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para
penyimpan uang) tidaklah hanya diam akan tetapi disalurkan untuk
usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha
maupun kemanfaatan bagi masyarakat.
b. Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah
bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan
tersebut meningkat. Atau produsen dengan bantuan pembiayaan
dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya
kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.
3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2014. hlm. 20-21.
17
Seluruh barang-barang yang di pindahkan/dikirim dari suatu
daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa,
pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan
barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para
distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan
permodalan dari bank berupa pembiayaan.
c. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening
koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral
dan sejenisnya. Seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan
sebagainya. Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun
giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan
suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan
bertambah, baik secara kualitatif dan secara kuantitatif.
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan
kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat,
akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan
peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia
yang mempunyai kemampuan. Karena itula maka pengusaha akan
selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan
permodalan guna peningkatan usahanya.
18
Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inila
kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan
produktivitasnya.
e. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah
stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara
lain:
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan ekspor
3) Rehabilitasi prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk
menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha
pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang
peranan yang penting.
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja
berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti
peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif
dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi kedalam
struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus
menerus. Dengan earnings (pendapatan) yang terus meningkat
berarti pajak perusahaan pun akan bertambah. Dilain pihak
pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan
kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa Negara.
19
Sehingga langsung atau tidak langsung, melalui pembiayaan,
pendapatan nasional akan bertambah.
B. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbankan
syariah adalah jual beli murabahah. Skim adalah bentuk jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Transaksi
ini lazim digunakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara
sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang
tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Jadi singkatnya,
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.4
Skim yang muncul karena bank tidak memiliki barang yang
diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus melakukan transaksi
pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lainnya yang
disebut supplier. Dalam skim ini bank bertindak selaku penjual di satu
sisi, dan sisi lain bertindak sebagai pembeli. Kemudian bank akan
menjualnya lagi kepada pembeli dengan harga yang telah disesuaikan
yaitu harga beli bank dan margin keuntungan yang telah disepakati.
Pembiayaan murabahah merupakan salah satu dari konsep pembiayaan
yang berdasarkan jual beli yang bersifat amanah.5
Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan laba
atau tambahan. Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai
4 Adiwarman A Karim. 2009. Bank Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.113
5 Nurul Huda, Mohammad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Teoretis dan
Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm.
20
penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut
ditambah mark up atau margin atau keuntungan yang disepakati.6
Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan
yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan
pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan
bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shabib al-mal dan
pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.7
Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang,
dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah
sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan
atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.8
Secara singkat, jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu
pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan
permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau
tambahan harga yang transparan.
2. Landasan Syariah
Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara syar’i
serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan Shahabat, Tabi’in
serta Ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran. Landasan hukum
akad murabahah ini adalah :
6 Widodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif.
Yogjakarta: Asgart Chapter, hlm. 19 7 Mardani, 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, hlm.
136 8 Veitzal Riva’i dan Andria Permata Veitzal. 2008. Islamic Financial Management.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 145
21
a. Al-Qur’an
Ayat-ayat Al-Qur’an yang secaara umum membolehkan jual beli,
diantaranya adalah firman Allah :
بَا َم الّرِ ُ اْلبَْيَع َوَحرَّ َوأََحلَّ اَّللَّ
Artinya: “..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba” (Qs. Al-Baqarah : 275)9
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli
dan murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.
b. As-Sunnah
1) Sabda Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wassalam : “Pendapatan
yang afdhal (utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan
jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad Al Bazzar Ath Thabrani).
2) Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib : “Tiga perkara
yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan
pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari
mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).10
9 Diakses dari https://tafsirweb.com/1041-surat-al-baqarah-ayat-275.html pada tanggal
12 Januari 2020 pukul 17.25. 10
Kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi no. 2430
22
3. Syarat dan Komponen Murabahah
Muhammad Syafi’I Antonio menyatakan, transaksi murabahah
harus memenuhi syarat berikut ini:11
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan,
3) Kontrak harus bebas dari riba,
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian,
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian. Secara prinsip, jika syarat (1), (4), dan (5) tidak
dipenuhi, pembeli memiliki piihan: Melanjutkan pembelian seperti
apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan
ketidaksetujuan atas barang yang dijual, dan membatalkan
kontrak.
Sedangkan pendapat dari Mardani, syarat yang harus dipenuhi
dalam transaksi murabahah meliputi hal-hal sebagai berikut:12
1) Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimilki
(hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual). Artinya,
keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai
konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.
Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, bahwa keuntungan yang
terkait dengan resiko dapat mengambil keuntungan.
11
Muhammad Syafi’i Antonio. 2002. Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik, Jakarta:
Gema Insani Press 12
Mardani, Loc.cit., hlm. 137.
23
2) Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-
biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu
komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi.
Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.
3) Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal
maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah
satu syarat sah murabahah.
4) Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada
barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena
pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping untuk
menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya.
Jual beli secara murabahah diatas hanya untuk barang atau
produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu
negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual,
system yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembeli
(murabahah KPP). Hal ini karena penjual semata-mata mengadakan
barang untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang memesannya.
Pada pelaksanaan murabahah banyak pihak yang mengatakan
murabahah tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen (customer
financing) yang diberikan dalam bentuk uang bahkan dalam
melakukan perhitungan keuntungan, lebih mahal dibanding
konvensional.
24
Jika ditelaah lebih lanjut pengertian murabahah adalah menjual
barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. Bank syariah
harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang tersebut, atas
besarnya biaya yang dikeluarkan. Menurut Wiroso terkandung
komponen-komponen sebagai berikut:13
1) Harga pokok barang adalah harga barang ditambah dengan beban-
beban lain yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memiliki nilai
ekonomis. Masalah yang terkait dengan harga pokok ini adalah:
a. Pengadaan barang yang diperjualbelikan,
b. Diskon dari pemasok (Supplier),
c. Pengadaan barang jika diwakilkan,
d. Nilai harga pokok (perolehan).
2) Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak dengan tidak
menganiaya salah satu pihak,
3) Harga jual murabahah, yaitu harga yang disepakati yang meliputi
harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati yang
terkait dengan harga jual murabahah adalah sama:
a. Hutang nasabah,
b. Uang muka dari nasabah,
c. Pembayaran angsuran,
d. Pembayaran pelunasan lebih awal.
13 Wiroso, 2005. Jual Beli Murabahah. Yogjakarta: UII Press, hlm.60
25
Dalam prinsip jual beli pada prinsipnya penyerahan barang
dilakukan pada saat transaksi jual beli (akad) dan pembayarannya
dapat dilakukan secara tunai atau angsuran.
4. Jenis Murabahah
Wiroso menyatakan, jenis murabahah dibedakan menjadi 2 yaitu:14
1) Murabahah tanpa pesanan
Maksudnya, ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau
tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya,
penyediaan barang tidak terpengaruh terkait langsung dengan ada
tidaknya pembeli.
2) Murabahah berdasarkan pesanan
Maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi atau
jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehinnga
penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Bersifat mengikat, yaitu apabila dipesan maka harus dibeli,
b. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan
barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima
atau membelikan barang tersebut.
5. Bentuk-bentuk Akad Murabahah
Bentuk-bentuk murabahah menurut Ascasarya antara lain sebagai
berikut:15
14
Ibid, hlm. 37 15 Ascasarya,2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
26
1. Murabahah sederhana
Murabahah sederhana adalah bentuk akad murabahah ketika
penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga
sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang
diinginkan.
2. Murabahah kepada pemesan
Bentuk murabahah ini melibatkan tiga pihak, yaitu: pemesan,
pembeli, dan penjual. Bentuk murabahah ini juga melibatkan
pembeli sebagai perantara karena keahliannya atau karena
kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk murabahah ini yang
diterapkan perbankan syariah dalam pembiayaan.
6. Ketentuan Pembiayaan Murabahah
Syafi’i Antonio menyatakan terdapat beberapa ketentuan umum
dalam pembiayaan murabahah, antara lain:16
1) Jaminan
Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang
mutlak dipenuhi dalam bai’al-murabahah, jaminan dimaksudkan
untuk menjaga agar pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si
pembeli (penyedia pembiayaan / Bank) dapat meminta si pemesan
(pemohon / nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk di pegangnya.
Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat
menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran
utang.
16
Muhammad Syafi’i Antonio, loc.cit
27
2) Utang Dalam Murabahah kepada Pemesan Pembeli (KPP)
Secara prinsip penyelesaian utang si pemesan dalam
transaksi murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi
lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang
pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang
tersebut dengan keuntungan atau kerugian, si pemesan tetap
berkewajiban menyelesaikan hutangnya kepada pembeli.
3) Penundaan Pembayaran untuk Debitur Mampu
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis
mampu dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam al-
murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang
tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan yaitu mengambil
prosedur hukum untuk mendapat kembali utang itu dan mengklaim
kerugian yang terjadi akibat penundaan.
4) Bangkrut
Jika pemesan yang berhutang dianggap pailit dan gagal
menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara
ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu kreditor
harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup
membayar kembali.
28
7. Skema Pembiayaan Murabahah
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murabahah
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2020
Dari skema transaksi pembiayaan murabahah diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan
pembiayaan murabahah kemudian nasabah diberikan persyaratan
oleh pihak bank, setelah persyaratan tersebut dipenuhi, pihak bank
mengajukan harga kepada nasabah dan terjadi negosiasi antara
bank dengan nasabah baik dari segi harga, uang muka, cara
pembayaran, produk dan waktu pengiriman.
2) Setelah negosiasi selesai terjadi kesepakatan antara bank dan
nasabah maka terjadilah akad jual beli.
29
3) Dalam akad jual beli ini bank tidak memproduksi sendiri barang
tersebut melainkan membeli barang pesanan tersebut kepada
supplier atau penjual.
4) Setelah barang pesanan tersebut dibeli maka bank langsung
mengirimkannya kepada nasabah.
5) Apabila barang sudah sampai ketangan nasabah maka nasabah
akan menerima dokumen penerimaan barang tersebut.
6) Nasabah membayar kepada bank sesuai dengan akad yang telah
disepakati pada awal transaksi.
C. Suku Bunga
1. Pengertian Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian
yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia
mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan
mempunyai damapak penting terhadap kesehatan ekonomi.
Indikator lain yang menjadi penilaian masyarakat terhadap
suatu bank adalah tingkat suku bunga. Fluktuasi suku bunga sangat
mempengaruhi perilaku pasar dalam pengambilan keputusan.
Kasmir mendefinisikan, suku bunga adalah balas jasa yang
diberikan oleh Bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya.17
17 Kasmir, loc.cit
30
Sedangkan Sawaldjo Puspopranoto mengatakan, suku bunga
adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku bunga adalah
harga dari meminjam uang untuk meggunakan daya belinya.18
Atau BI
Rate adalah Suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh
Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang
berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter.19
2. Fungsi Tingkat Bunga
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi penting atau peran
penting dalam perekonomian, yaitu:
a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna
mendukung pertumbuhan perekonomian.
b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya
memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan
hasil tertinggi.
c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan
uang dari suatu negara.
d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah
melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat bunga misalnya
penentuan tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar
uang domestik mengalami keterbukaan sistem dana suatu Negara dalam
artian penentuan financial suatu Negara yang cenderung berbeda.
18 Sawaldjo Puspopranoto. 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan. Jakarta:
Pustaka LP3ES 19 Ibid, hlm 23
31
Faktor yang mempengaruhi tingkat bunga global suatu Negara
adalah tingkat bunga diluar negeri dan depresiasi mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun
demikian, dalam sebuah bank menentukan tingkat bunga bergantung
hasil interaksi antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman yang
keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Kasmi menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang
mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai
berikut:20
1. Kebutuhan Dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan
pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana
tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan yang secara otomatis akan meningkatkan bunga
pinjaman.
2. Persaingan
Jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga
simpanan dinaikkan di atas bunga pesaing. Namun, sebaliknya
untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing.
3. Kebijaksanaan Pemerintah
Untuk bunga simpanan dan bunga pinjaman tidak boleh
melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
20 Kasmir, loc.cit
32
4. Target Laba yang Diinginkan
Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut
besar dan sebaliknya.
5. Jangka Waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan
semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko dimasa mendatang.
6. Kualitas Jaminan
Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin
rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
7. Reputasi Perusahaan
Nama baik suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit
sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan.
Karena perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet
di masa akan datang relatif kecil.
8. Produk yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif bunga kredit yang diberikan
relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang
kompetitif.
33
9. Hubungan Baik
Nasabah yang mempunyai hubungan baik dengan pihak bank
sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
nasabah yang lain.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Jika pihak yang memberikan jaminan baik dari segi
kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap
bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda.
D. Pendapatan Margin Murabahah
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil
kegiatan usaha suatu perusahaan atau bank.
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, Pendapatan adalah kenaikan
kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilities atau gabungan dari
keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang
berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau
aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen
rekening investasi terbatas.21
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
merupakan keuntungan atau arus masuk bruto dari kegiatan normal
perusahaan atau bank yang dijalankan. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa dana yang telah diperoleh bank akan dialokasikan
untuk menghasilkan pendapatan. Dari pendapatan tersebut kemudian
didistribusikan kepada para nasabah penyimpanan. Dalam hal ini perlu
21 Muhammad Syafi’i Antonio, loc.cit.
34
dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank
syariah.
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank
syariah, maka hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan
pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagai sumber-sumber pendapatan
bank syariah.
Muhammad menyatakan, pendapatan bank syariah dapat diperoleh
dari:22
1. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah,
2. Keuntungan atas kontrak jual beli (al-bai),
3. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa’iqtina,dan
4. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
Dari keterangan diatas dapat diuraikan bahwa sumber pendapatan
bank syariah terdiri dari pendapatan bagi hasil atas kontrak mudharabah
dan musyarakah atau sering disebut dengan pendapatan dari bagi hasil,
sedangkan pendapatan dari prinsip jual beli (murabahah, salam, dan
istishna) yaitu disebut dengan pendapatan margin. Sedangkan
pendapatan dari fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya yaitu
pendapatan yang berasal dari prinsip akad pelengkap dan pendapatan dari
kegiatan operasional lainnya.
2. Pengertian Margin
Margin atau keuntungan merupakan nilai yang diperoleh oleh bank
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Margin dalam perbankan
diperoleh atas transaksi jual beli, yaitu transaksi murabahah.
22
Muhammad, 2005. Op.cit, hlm 18
35
Adiwarman A Karim menyatakan secara teknis yang dimaksud
dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan
pertahun perhitungan margin keuntungan secara harian maka jumlah
hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara
bulanan maka setahun ditetapkan 12 bulan.23
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa margin merupakan
keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan jual beli yang besarnya
telah ditentukan pada awal akad sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati. Margin berbeda dengan bunga karena margin tidak
mengikuti fluktuasi tingkat suku bunga, melainkan tarifnya sudah
ditentukan sesuai dengan keputusan direksi yang dirumuskan dalam rapat
ALCO.
3. Penetapan dan Pendekatan Murabahah
Sampai saat ini belum ditemukan dan belum ada rumus yang baku
perhitungan keuntungan murabahah. Dikutip dari jurnal penelitian
Aswin Mahdan, menurut Wiroso (2005: 78) menyatakan bahwa
Perhitungan keuntungan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan
antara lain:
1) Pendekatan Tukang Sayur
Bank syariah sebagai penjual dalam menawarkan harga jual
berdasarkan harga pokok yang telah diberitahukan dengan jujur
ditambah dengan keuntungan yang diharapkan dari nasabah yang
bertindak sebagai pembeli.
23
Adiwarman A Karim, Loc.cit.
36
2) Pendekatan Lending Rate Bank Konvensional (Menggunakan
persentase)
Pada saat ini bank syariah menentukan keuntungan
murabahah menggunakan pendekatan “Base Lending Rate” Bank
konvensional (yang dinyatakan dalam bentuk persentase).
Dalam penetapan margin pada bank syariah ditetapkan atas
suatu referensi margin keuntungan. Referensi margin
keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam
rapat ALCO bank syariah.
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Peneliti Hasil Metode Penelitian
1. Pengaruh Pembiayaan
Murabahah Dan
Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia
Terhadap Pendapatan
Margin Murabahah
Pada Bank Umum
Syariah
Woro Indah
Puspita
Widya Nuri
(2019)
Pengaruh secara parsial
antara pembiayaan
murabahah terhadap
pendapatan margin
murabahaha positif dan
signifikan, dan tingkat suku
bunga Bank Indonesia
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan. Secara simultan
pembiayaan murabahah dan
tingkat suku bunga
berpengaruh terhadap
pendapatan margin
murabahah.
Analisis Regresi Linear
Berganda
37
2. Pengaruh Tingkat
Suku Bunga Terhadap
Pendapatan Margin
Murabahah Dan
Pembiayaan
Murabahah pada
Bank Syariah
(Periode 2010-2014)
Aswin
Mahdan
(2016)
BI rate berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
margin murabahah, margin
murabahah berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap pembiayaan
murabahah dan BI rate
berpengaruh positif terhadap
pembiayaan murabahah
Analisis Regresi Linear
Berganda
3. Pengaruh Pembiayaan
Murabahah Terhadap
Pendapatan Margin
Murabahah Pada PT
Bank Muamalat
Indonesia
Puji Astuti
(2016)
Pembiayaan murabahah
berpengaruh terhadap
pendapatan margin
murabahah pada PT Bank
Muamalat Indonesia,
hubungannya sangat erat
dan searah. Pengaruhnya
sebesar 81,3%.
Analisis Regresi Linear
Berganda
4 Pengaruh Pembiayaan
Murabahah dan
Tingkat Suku Bunga
BI Terhadap
Pendapatan Margin
Murabahah pada PT.
Bank Syariah Mandiri
Liana
Purnama
Sari dan
Lili
Syafitri
(2014)
Secara simultan pembiayaan
murbahah dan tingkat suku
bunga berngaruh signifikan
terhadap margin murabahah.
Secara parsial pembiayaan
murabahah berpengaruh
terhadap margin murabahah
dan suku bunga tidak
berpengaruh secara parsial
terhadap margin murabahah.
Analisis Regresi Linear
Berganda
38
5 Pengaruh Pembiayaan
Murabahah dan
Tingkat Suku Bunga BI
Terhadap Pendapatan
Margin Murabahah
pada PT. Bank Syariah
Mandiri
Astri
Arumdhani
dan Rini
Septiani
(2012)
Pembiayaan murabahah
secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap margin
murabahah pada PT Bank
Syariah Mandiri,
pengaruhnya sangat erat dan
searah. Sedangkan tingkat
suku bunga BI secara parsial
tidak berpengaruh signifikan
terhadp margin murabahah.
Analisis Regresi Linear
Berganda
Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber penelitian 2020
2. Bagan Kerangka Pemikiran
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dituangkan
dalam satu skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Sumber: oleh penulis
Pembiayaan Murabahah
(X1)
Suku Bunga BI
(X2)
Pendapatan Margin
Murabahah
(Y)
39
F. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Margin
Murabahah
Mohammad Heykal menyatakan bahwa, murabahah adalah
pembiayaan jangka pendek yang diberikan penjual kepada pembeli
walaupun pembeli tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk
membayar. Murabahah sebagaimana digunakan dalam perbankan islam,
ditemukan terutama berdasarkan dua unsur: harga membeli dan biaya
yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungannya).24
.
Seperti yang dijelaskan oleh Puji Astuti dari hasil penelitiannya
tentang Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Margin
Murabahah (studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia) adalah
pembiayaan murabahah berpengaruh erat dan searah. Pengaruhnya
sebesar 81,3% dan sisanya sebesar 18,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain diantaranya adalah jangka waktu pembayaran, tanggal jatuh tempo
serta tergantung pada jenis pembiayaan yang diberikan.25
H1 : Pembiayaan Murabahah berpengaruh terhadap pendapatan
margin murabahah.
2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI Terhadap Margin Murabahah
Muhammad menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh
keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, dan
marketabilitas barang-barang murabahah serta tingkat laba yang
24
Mohammad Heykal, Nurul Huda. 2010, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis
dan Praktis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group 25
Puji Astuti, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Pendapatan Margin
Murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia” Skripsi 2012.
40
diharapkan dari barang-barang itu.26
Dari pengertian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam penentuan margin suatu pembiayaan terdapat
unsur suku bunga.
Seperti yang dijelaskan oleh Aswin Mahdan (2016) dari hasil
penelitiannya tentang Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap
Pendapatan Margin Murabahah dan Pembiayaan Murabahah (Studi
kasus pada Bank Syariah periode 2010-2014) bahwa variabel BI rate
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap margin murabahah
sebesar 0,069. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan
sebesar satu satuan pada nilai tingkat BI rate maka tidak akan
mempengaruhi margin murabahah. Hubungan tersebut
mengindikasikan bahwa terjadinya kenaikan dan penurunan margin
murabahah tidak dipengaruhi oleh BI rate. Jadi hasil analisis kuantitatif
penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang
menyatakan bahwa tingkat suku bunga (BI rate) berpengaruh secara
signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini dikarenakan tidak hanya
BI rate saja yang mampu mempengaruhi margin murabahah,
melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang mampu
mempengaruhi pergerakan margin murabahah baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Seperti biaya operasional, ROA, dan profit
target.
H2 : Tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap
margin murabahah.
26
Muhammad, loc.cit.
41
3. Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia Terhadap Margin Murabahah
Semakin tinggi pembiayaan murabahah dan tinggi tingkat suku
bunga maka semakin tinggi pula pendapatan marginnya. Teori ini
didukung oleh Woro Indah Puspita Widya Nuri, dari hasil penelitiannya
bahwa Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia berpengaruh terhadap Pendapatan Margin Murabahah. Hal ini
terlihat dari hasil uji Fhitung 24,028 > Ftabel 3,16 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Dan besarnya nilai R square sebesar 0,457
artinya 45,7% variabel pendapatan margin murabahah dapat dijelaskan
oleh variabel pembiayaan murabahah dan tingkat suku bunga bank
indonesia sedangkan sisanya 54,3% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
H3 : Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia berpengaruh terhadap Pendapatan Margin Murabahah.