BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1 ...

28
15 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1. Pengertian Pembiayaan Penyaluran dana pada bank syariah disebut dengan pembiayaan. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi beberapa prinsip yaitu berdasarkan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Pembiayaan pada bank syariah sangat penting karena kegiatan pembiayaan ini merupakan salah satu sarana untuk memperoleh keuntungan juga untuk menjaga keamanan dana nasabah. Pembiayaan menurut Kasmir adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Sedangkan Dahlan Siamat menjelaskan bahwa dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan yang sehat agar pendapatan yang diterima dapat optimal. 2 1 Kasmir.2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2 Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 192

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Bank Syariah 1 ...

15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan Bank Syariah

1. Pengertian Pembiayaan

Penyaluran dana pada bank syariah disebut dengan pembiayaan.

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi beberapa prinsip

yaitu berdasarkan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Pembiayaan pada

bank syariah sangat penting karena kegiatan pembiayaan ini merupakan

salah satu sarana untuk memperoleh keuntungan juga untuk menjaga

keamanan dana nasabah.

Pembiayaan menurut Kasmir adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan atau bagi hasil.1

Sedangkan Dahlan Siamat menjelaskan bahwa dalam penyaluran

dana bank syariah harus berpedoman pada prinsip kehati-hatian.

Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan untuk meneliti secara

seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas pembiayaan

yang sehat agar pendapatan yang diterima dapat optimal.2

1 Kasmir.2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. 2 Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 192

16

2. Fungsi Pembiayaan

Secara umum pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut:3

a. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung, menyimpan uangnya di bank dalam bentuk

giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase

tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha

peningkatan produktivitas.

Para pengusaha juga menikmati pembiayaan dari bank untuk

memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan

produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi

ataupun memulai usaha baru.

Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha

peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian

dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para

penyimpan uang) tidaklah hanya diam akan tetapi disalurkan untuk

usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha

maupun kemanfaatan bagi masyarakat.

b. Meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah

bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan

tersebut meningkat. Atau produsen dengan bantuan pembiayaan

dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya

kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2014. hlm. 20-21.

17

Seluruh barang-barang yang di pindahkan/dikirim dari suatu

daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa,

pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan

barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para

distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan

permodalan dari bank berupa pembiayaan.

c. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening

koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral

dan sejenisnya. Seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan

sebagainya. Melalui pembiayaan peredaran uang kartal maupun

giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan

suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan

bertambah, baik secara kualitatif dan secara kuantitatif.

d. Menimbulkan kegairahan berusaha

Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan

kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat,

akan tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan

peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia

yang mempunyai kemampuan. Karena itula maka pengusaha akan

selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan

permodalan guna peningkatan usahanya.

18

Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inila

kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan

produktivitasnya.

e. Stabilitas ekonomi

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah

stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara

lain:

1) Pengendalian inflasi

2) Peningkatan ekspor

3) Rehabilitasi prasarana

4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk

menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha

pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang

peranan yang penting.

f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja

berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti

peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif

dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi kedalam

struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus

menerus. Dengan earnings (pendapatan) yang terus meningkat

berarti pajak perusahaan pun akan bertambah. Dilain pihak

pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan

kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa Negara.

19

Sehingga langsung atau tidak langsung, melalui pembiayaan,

pendapatan nasional akan bertambah.

B. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbankan

syariah adalah jual beli murabahah. Skim adalah bentuk jual beli barang

pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Transaksi

ini lazim digunakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Secara

sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang

tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Jadi singkatnya,

murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli.4

Skim yang muncul karena bank tidak memiliki barang yang

diinginkan oleh pembeli, sehingga bank harus melakukan transaksi

pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lainnya yang

disebut supplier. Dalam skim ini bank bertindak selaku penjual di satu

sisi, dan sisi lain bertindak sebagai pembeli. Kemudian bank akan

menjualnya lagi kepada pembeli dengan harga yang telah disesuaikan

yaitu harga beli bank dan margin keuntungan yang telah disepakati.

Pembiayaan murabahah merupakan salah satu dari konsep pembiayaan

yang berdasarkan jual beli yang bersifat amanah.5

Murabahah berasal dari kata “Ribh” yang berarti keuntungan laba

atau tambahan. Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai

4 Adiwarman A Karim. 2009. Bank Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.113

5 Nurul Huda, Mohammad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam: Teoretis dan

Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm.

20

penjualan barang seharga biaya atau harga pokok (cost) barang tersebut

ditambah mark up atau margin atau keuntungan yang disepakati.6

Jual beli secara murabahah secara terminologis adalah pembiayaan

yang saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-mal dengan

pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan

bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang

merupakan keuntungan atau laba bagi shabib al-mal dan

pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.7

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang,

dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah

sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan

atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.8

Secara singkat, jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu

pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan

permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau

tambahan harga yang transparan.

2. Landasan Syariah

Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara syar’i

serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan Shahabat, Tabi’in

serta Ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran. Landasan hukum

akad murabahah ini adalah :

6 Widodo, Sugeng. 2010. Seluk Beluk Jual Beli Murabahah Perspektif Aplikatif.

Yogjakarta: Asgart Chapter, hlm. 19 7 Mardani, 2012. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, hlm.

136 8 Veitzal Riva’i dan Andria Permata Veitzal. 2008. Islamic Financial Management.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 145

21

a. Al-Qur’an

Ayat-ayat Al-Qur’an yang secaara umum membolehkan jual beli,

diantaranya adalah firman Allah :

بَا َم الّرِ ُ اْلبَْيَع َوَحرَّ َوأََحلَّ اَّللَّ

Artinya: “..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba” (Qs. Al-Baqarah : 275)9

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli

dan murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

b. As-Sunnah

1) Sabda Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wassalam : “Pendapatan

yang afdhal (utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan

jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad Al Bazzar Ath Thabrani).

2) Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib : “Tiga perkara

yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan

pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari

mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk

keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).10

9 Diakses dari https://tafsirweb.com/1041-surat-al-baqarah-ayat-275.html pada tanggal

12 Januari 2020 pukul 17.25. 10

Kitab Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi no. 2430

22

3. Syarat dan Komponen Murabahah

Muhammad Syafi’I Antonio menyatakan, transaksi murabahah

harus memenuhi syarat berikut ini:11

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan,

3) Kontrak harus bebas dari riba,

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat

atas barang sesudah pembelian,

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian. Secara prinsip, jika syarat (1), (4), dan (5) tidak

dipenuhi, pembeli memiliki piihan: Melanjutkan pembelian seperti

apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan

ketidaksetujuan atas barang yang dijual, dan membatalkan

kontrak.

Sedangkan pendapat dari Mardani, syarat yang harus dipenuhi

dalam transaksi murabahah meliputi hal-hal sebagai berikut:12

1) Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimilki

(hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual). Artinya,

keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai

konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.

Ketentuan ini sesuai dengan kaidah, bahwa keuntungan yang

terkait dengan resiko dapat mengambil keuntungan.

11

Muhammad Syafi’i Antonio. 2002. Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik, Jakarta:

Gema Insani Press 12

Mardani, Loc.cit., hlm. 137.

23

2) Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-

biaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu

komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi.

Ini merupakan suatu syarat sah murabahah.

3) Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal

maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah

satu syarat sah murabahah.

4) Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada

pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada

barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena

pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping untuk

menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya.

Jual beli secara murabahah diatas hanya untuk barang atau

produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu

negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual,

system yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan pembeli

(murabahah KPP). Hal ini karena penjual semata-mata mengadakan

barang untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang memesannya.

Pada pelaksanaan murabahah banyak pihak yang mengatakan

murabahah tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen (customer

financing) yang diberikan dalam bentuk uang bahkan dalam

melakukan perhitungan keuntungan, lebih mahal dibanding

konvensional.

24

Jika ditelaah lebih lanjut pengertian murabahah adalah menjual

barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. Bank syariah

harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang tersebut, atas

besarnya biaya yang dikeluarkan. Menurut Wiroso terkandung

komponen-komponen sebagai berikut:13

1) Harga pokok barang adalah harga barang ditambah dengan beban-

beban lain yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memiliki nilai

ekonomis. Masalah yang terkait dengan harga pokok ini adalah:

a. Pengadaan barang yang diperjualbelikan,

b. Diskon dari pemasok (Supplier),

c. Pengadaan barang jika diwakilkan,

d. Nilai harga pokok (perolehan).

2) Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak dengan tidak

menganiaya salah satu pihak,

3) Harga jual murabahah, yaitu harga yang disepakati yang meliputi

harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati yang

terkait dengan harga jual murabahah adalah sama:

a. Hutang nasabah,

b. Uang muka dari nasabah,

c. Pembayaran angsuran,

d. Pembayaran pelunasan lebih awal.

13 Wiroso, 2005. Jual Beli Murabahah. Yogjakarta: UII Press, hlm.60

25

Dalam prinsip jual beli pada prinsipnya penyerahan barang

dilakukan pada saat transaksi jual beli (akad) dan pembayarannya

dapat dilakukan secara tunai atau angsuran.

4. Jenis Murabahah

Wiroso menyatakan, jenis murabahah dibedakan menjadi 2 yaitu:14

1) Murabahah tanpa pesanan

Maksudnya, ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau

tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya,

penyediaan barang tidak terpengaruh terkait langsung dengan ada

tidaknya pembeli.

2) Murabahah berdasarkan pesanan

Maksudnya bank syariah baru akan melakukan transaksi atau

jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehinnga

penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan.

Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Bersifat mengikat, yaitu apabila dipesan maka harus dibeli,

b. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan

barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima

atau membelikan barang tersebut.

5. Bentuk-bentuk Akad Murabahah

Bentuk-bentuk murabahah menurut Ascasarya antara lain sebagai

berikut:15

14

Ibid, hlm. 37 15 Ascasarya,2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

26

1. Murabahah sederhana

Murabahah sederhana adalah bentuk akad murabahah ketika

penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga

sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang

diinginkan.

2. Murabahah kepada pemesan

Bentuk murabahah ini melibatkan tiga pihak, yaitu: pemesan,

pembeli, dan penjual. Bentuk murabahah ini juga melibatkan

pembeli sebagai perantara karena keahliannya atau karena

kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk murabahah ini yang

diterapkan perbankan syariah dalam pembiayaan.

6. Ketentuan Pembiayaan Murabahah

Syafi’i Antonio menyatakan terdapat beberapa ketentuan umum

dalam pembiayaan murabahah, antara lain:16

1) Jaminan

Pada dasarnya jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang

mutlak dipenuhi dalam bai’al-murabahah, jaminan dimaksudkan

untuk menjaga agar pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si

pembeli (penyedia pembiayaan / Bank) dapat meminta si pemesan

(pemohon / nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk di pegangnya.

Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat

menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran

utang.

16

Muhammad Syafi’i Antonio, loc.cit

27

2) Utang Dalam Murabahah kepada Pemesan Pembeli (KPP)

Secara prinsip penyelesaian utang si pemesan dalam

transaksi murabahah KPP tidak ada kaitannya dengan transaksi

lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang

pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang

tersebut dengan keuntungan atau kerugian, si pemesan tetap

berkewajiban menyelesaikan hutangnya kepada pembeli.

3) Penundaan Pembayaran untuk Debitur Mampu

Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis

mampu dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam al-

murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang

tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan yaitu mengambil

prosedur hukum untuk mendapat kembali utang itu dan mengklaim

kerugian yang terjadi akibat penundaan.

4) Bangkrut

Jika pemesan yang berhutang dianggap pailit dan gagal

menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara

ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu kreditor

harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup

membayar kembali.

28

7. Skema Pembiayaan Murabahah

Gambar 2.1

Skema Pembiayaan Murabahah

Sumber: Diolah oleh peneliti, 2020

Dari skema transaksi pembiayaan murabahah diatas dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan

pembiayaan murabahah kemudian nasabah diberikan persyaratan

oleh pihak bank, setelah persyaratan tersebut dipenuhi, pihak bank

mengajukan harga kepada nasabah dan terjadi negosiasi antara

bank dengan nasabah baik dari segi harga, uang muka, cara

pembayaran, produk dan waktu pengiriman.

2) Setelah negosiasi selesai terjadi kesepakatan antara bank dan

nasabah maka terjadilah akad jual beli.

29

3) Dalam akad jual beli ini bank tidak memproduksi sendiri barang

tersebut melainkan membeli barang pesanan tersebut kepada

supplier atau penjual.

4) Setelah barang pesanan tersebut dibeli maka bank langsung

mengirimkannya kepada nasabah.

5) Apabila barang sudah sampai ketangan nasabah maka nasabah

akan menerima dokumen penerimaan barang tersebut.

6) Nasabah membayar kepada bank sesuai dengan akad yang telah

disepakati pada awal transaksi.

C. Suku Bunga

1. Pengertian Suku Bunga

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian

yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia

mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan

mempunyai damapak penting terhadap kesehatan ekonomi.

Indikator lain yang menjadi penilaian masyarakat terhadap

suatu bank adalah tingkat suku bunga. Fluktuasi suku bunga sangat

mempengaruhi perilaku pasar dalam pengambilan keputusan.

Kasmir mendefinisikan, suku bunga adalah balas jasa yang

diberikan oleh Bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya.17

17 Kasmir, loc.cit

30

Sedangkan Sawaldjo Puspopranoto mengatakan, suku bunga

adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman. Suku bunga adalah

harga dari meminjam uang untuk meggunakan daya belinya.18

Atau BI

Rate adalah Suku bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh

Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang

berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter.19

2. Fungsi Tingkat Bunga

Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi penting atau peran

penting dalam perekonomian, yaitu:

a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna

mendukung pertumbuhan perekonomian.

b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya

memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan

hasil tertinggi.

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan

uang dari suatu negara.

d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah

melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat bunga misalnya

penentuan tingkat bunga sangat tergantung kepada berapa besar pasar

uang domestik mengalami keterbukaan sistem dana suatu Negara dalam

artian penentuan financial suatu Negara yang cenderung berbeda.

18 Sawaldjo Puspopranoto. 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan. Jakarta:

Pustaka LP3ES 19 Ibid, hlm 23

31

Faktor yang mempengaruhi tingkat bunga global suatu Negara

adalah tingkat bunga diluar negeri dan depresiasi mata uang dalam

negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi. Namun

demikian, dalam sebuah bank menentukan tingkat bunga bergantung

hasil interaksi antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman yang

keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.

Kasmi menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang

mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai

berikut:20

1. Kebutuhan Dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan

pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana

tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga

simpanan yang secara otomatis akan meningkatkan bunga

pinjaman.

2. Persaingan

Jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga

simpanan dinaikkan di atas bunga pesaing. Namun, sebaliknya

untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing.

3. Kebijaksanaan Pemerintah

Untuk bunga simpanan dan bunga pinjaman tidak boleh

melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

20 Kasmir, loc.cit

32

4. Target Laba yang Diinginkan

Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut

besar dan sebaliknya.

5. Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan

semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya

kemungkinan resiko dimasa mendatang.

6. Kualitas Jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin

rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

7. Reputasi Perusahaan

Nama baik suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit

sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan.

Karena perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet

di masa akan datang relatif kecil.

8. Produk yang Kompetitif

Untuk produk yang kompetitif bunga kredit yang diberikan

relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang

kompetitif.

33

9. Hubungan Baik

Nasabah yang mempunyai hubungan baik dengan pihak bank

sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan

nasabah yang lain.

10. Jaminan Pihak Ketiga

Jika pihak yang memberikan jaminan baik dari segi

kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap

bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda.

D. Pendapatan Margin Murabahah

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan keuntungan yang diperoleh dari hasil

kegiatan usaha suatu perusahaan atau bank.

Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, Pendapatan adalah kenaikan

kotor dalam asset atau penurunan dalam liabilities atau gabungan dari

keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapat yang

berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau

aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen

rekening investasi terbatas.21

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan

merupakan keuntungan atau arus masuk bruto dari kegiatan normal

perusahaan atau bank yang dijalankan. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, bahwa dana yang telah diperoleh bank akan dialokasikan

untuk menghasilkan pendapatan. Dari pendapatan tersebut kemudian

didistribusikan kepada para nasabah penyimpanan. Dalam hal ini perlu

21 Muhammad Syafi’i Antonio, loc.cit.

34

dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank

syariah.

Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank

syariah, maka hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan

pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagai sumber-sumber pendapatan

bank syariah.

Muhammad menyatakan, pendapatan bank syariah dapat diperoleh

dari:22

1. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah,

2. Keuntungan atas kontrak jual beli (al-bai),

3. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa’iqtina,dan

4. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.

Dari keterangan diatas dapat diuraikan bahwa sumber pendapatan

bank syariah terdiri dari pendapatan bagi hasil atas kontrak mudharabah

dan musyarakah atau sering disebut dengan pendapatan dari bagi hasil,

sedangkan pendapatan dari prinsip jual beli (murabahah, salam, dan

istishna) yaitu disebut dengan pendapatan margin. Sedangkan

pendapatan dari fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya yaitu

pendapatan yang berasal dari prinsip akad pelengkap dan pendapatan dari

kegiatan operasional lainnya.

2. Pengertian Margin

Margin atau keuntungan merupakan nilai yang diperoleh oleh bank

dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Margin dalam perbankan

diperoleh atas transaksi jual beli, yaitu transaksi murabahah.

22

Muhammad, 2005. Op.cit, hlm 18

35

Adiwarman A Karim menyatakan secara teknis yang dimaksud

dengan margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan

pertahun perhitungan margin keuntungan secara harian maka jumlah

hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan margin secara

bulanan maka setahun ditetapkan 12 bulan.23

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa margin merupakan

keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan jual beli yang besarnya

telah ditentukan pada awal akad sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati. Margin berbeda dengan bunga karena margin tidak

mengikuti fluktuasi tingkat suku bunga, melainkan tarifnya sudah

ditentukan sesuai dengan keputusan direksi yang dirumuskan dalam rapat

ALCO.

3. Penetapan dan Pendekatan Murabahah

Sampai saat ini belum ditemukan dan belum ada rumus yang baku

perhitungan keuntungan murabahah. Dikutip dari jurnal penelitian

Aswin Mahdan, menurut Wiroso (2005: 78) menyatakan bahwa

Perhitungan keuntungan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan

antara lain:

1) Pendekatan Tukang Sayur

Bank syariah sebagai penjual dalam menawarkan harga jual

berdasarkan harga pokok yang telah diberitahukan dengan jujur

ditambah dengan keuntungan yang diharapkan dari nasabah yang

bertindak sebagai pembeli.

23

Adiwarman A Karim, Loc.cit.

36

2) Pendekatan Lending Rate Bank Konvensional (Menggunakan

persentase)

Pada saat ini bank syariah menentukan keuntungan

murabahah menggunakan pendekatan “Base Lending Rate” Bank

konvensional (yang dinyatakan dalam bentuk persentase).

Dalam penetapan margin pada bank syariah ditetapkan atas

suatu referensi margin keuntungan. Referensi margin

keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan dalam

rapat ALCO bank syariah.

E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No. Judul Peneliti Hasil Metode Penelitian

1. Pengaruh Pembiayaan

Murabahah Dan

Tingkat Suku Bunga

Bank Indonesia

Terhadap Pendapatan

Margin Murabahah

Pada Bank Umum

Syariah

Woro Indah

Puspita

Widya Nuri

(2019)

Pengaruh secara parsial

antara pembiayaan

murabahah terhadap

pendapatan margin

murabahaha positif dan

signifikan, dan tingkat suku

bunga Bank Indonesia

berpengaruh negatif dan tidak

signifikan. Secara simultan

pembiayaan murabahah dan

tingkat suku bunga

berpengaruh terhadap

pendapatan margin

murabahah.

Analisis Regresi Linear

Berganda

37

2. Pengaruh Tingkat

Suku Bunga Terhadap

Pendapatan Margin

Murabahah Dan

Pembiayaan

Murabahah pada

Bank Syariah

(Periode 2010-2014)

Aswin

Mahdan

(2016)

BI rate berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap

margin murabahah, margin

murabahah berpengaruh

negatif tidak signifikan

terhadap pembiayaan

murabahah dan BI rate

berpengaruh positif terhadap

pembiayaan murabahah

Analisis Regresi Linear

Berganda

3. Pengaruh Pembiayaan

Murabahah Terhadap

Pendapatan Margin

Murabahah Pada PT

Bank Muamalat

Indonesia

Puji Astuti

(2016)

Pembiayaan murabahah

berpengaruh terhadap

pendapatan margin

murabahah pada PT Bank

Muamalat Indonesia,

hubungannya sangat erat

dan searah. Pengaruhnya

sebesar 81,3%.

Analisis Regresi Linear

Berganda

4 Pengaruh Pembiayaan

Murabahah dan

Tingkat Suku Bunga

BI Terhadap

Pendapatan Margin

Murabahah pada PT.

Bank Syariah Mandiri

Liana

Purnama

Sari dan

Lili

Syafitri

(2014)

Secara simultan pembiayaan

murbahah dan tingkat suku

bunga berngaruh signifikan

terhadap margin murabahah.

Secara parsial pembiayaan

murabahah berpengaruh

terhadap margin murabahah

dan suku bunga tidak

berpengaruh secara parsial

terhadap margin murabahah.

Analisis Regresi Linear

Berganda

38

5 Pengaruh Pembiayaan

Murabahah dan

Tingkat Suku Bunga BI

Terhadap Pendapatan

Margin Murabahah

pada PT. Bank Syariah

Mandiri

Astri

Arumdhani

dan Rini

Septiani

(2012)

Pembiayaan murabahah

secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap margin

murabahah pada PT Bank

Syariah Mandiri,

pengaruhnya sangat erat dan

searah. Sedangkan tingkat

suku bunga BI secara parsial

tidak berpengaruh signifikan

terhadp margin murabahah.

Analisis Regresi Linear

Berganda

Sumber: Dikumpulkan dari berbagai sumber penelitian 2020

2. Bagan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dituangkan

dalam satu skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Sumber: oleh penulis

Pembiayaan Murabahah

(X1)

Suku Bunga BI

(X2)

Pendapatan Margin

Murabahah

(Y)

39

F. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Margin

Murabahah

Mohammad Heykal menyatakan bahwa, murabahah adalah

pembiayaan jangka pendek yang diberikan penjual kepada pembeli

walaupun pembeli tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk

membayar. Murabahah sebagaimana digunakan dalam perbankan islam,

ditemukan terutama berdasarkan dua unsur: harga membeli dan biaya

yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungannya).24

.

Seperti yang dijelaskan oleh Puji Astuti dari hasil penelitiannya

tentang Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Pendapatan Margin

Murabahah (studi kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia) adalah

pembiayaan murabahah berpengaruh erat dan searah. Pengaruhnya

sebesar 81,3% dan sisanya sebesar 18,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain diantaranya adalah jangka waktu pembayaran, tanggal jatuh tempo

serta tergantung pada jenis pembiayaan yang diberikan.25

H1 : Pembiayaan Murabahah berpengaruh terhadap pendapatan

margin murabahah.

2. Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI Terhadap Margin Murabahah

Muhammad menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi

besarnya mark-up adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh

keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, dan

marketabilitas barang-barang murabahah serta tingkat laba yang

24

Mohammad Heykal, Nurul Huda. 2010, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis

dan Praktis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group 25

Puji Astuti, “Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Pendapatan Margin

Murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia” Skripsi 2012.

40

diharapkan dari barang-barang itu.26

Dari pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa dalam penentuan margin suatu pembiayaan terdapat

unsur suku bunga.

Seperti yang dijelaskan oleh Aswin Mahdan (2016) dari hasil

penelitiannya tentang Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap

Pendapatan Margin Murabahah dan Pembiayaan Murabahah (Studi

kasus pada Bank Syariah periode 2010-2014) bahwa variabel BI rate

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap margin murabahah

sebesar 0,069. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan

sebesar satu satuan pada nilai tingkat BI rate maka tidak akan

mempengaruhi margin murabahah. Hubungan tersebut

mengindikasikan bahwa terjadinya kenaikan dan penurunan margin

murabahah tidak dipengaruhi oleh BI rate. Jadi hasil analisis kuantitatif

penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang

menyatakan bahwa tingkat suku bunga (BI rate) berpengaruh secara

signifikan terhadap margin murabahah. Hal ini dikarenakan tidak hanya

BI rate saja yang mampu mempengaruhi margin murabahah,

melainkan masih banyak faktor-faktor lain yang mampu

mempengaruhi pergerakan margin murabahah baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Seperti biaya operasional, ROA, dan profit

target.

H2 : Tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap

margin murabahah.

26

Muhammad, loc.cit.

41

3. Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga

Bank Indonesia Terhadap Margin Murabahah

Semakin tinggi pembiayaan murabahah dan tinggi tingkat suku

bunga maka semakin tinggi pula pendapatan marginnya. Teori ini

didukung oleh Woro Indah Puspita Widya Nuri, dari hasil penelitiannya

bahwa Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank

Indonesia berpengaruh terhadap Pendapatan Margin Murabahah. Hal ini

terlihat dari hasil uji Fhitung 24,028 > Ftabel 3,16 dan tingkat

signifikansi sebesar 0,000. Dan besarnya nilai R square sebesar 0,457

artinya 45,7% variabel pendapatan margin murabahah dapat dijelaskan

oleh variabel pembiayaan murabahah dan tingkat suku bunga bank

indonesia sedangkan sisanya 54,3% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

H3 : Pembiayaan Murabahah dan Tingkat Suku Bunga Bank

Indonesia berpengaruh terhadap Pendapatan Margin Murabahah.

42