Bab 3 ANGKA DIARE DI JEPARA

64
Buku Putih Kota Jepara III-1 BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN JEPARA 3.1 Kondisi Umum Sanitasi 3.1.1 Kesehatan Lingkungan Dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menangani permasalahan kesehatan lingkungan yang mencakup tiga sub sektor sanitasi yaitu sub sektor air limbah, sub sektor persampahan dan sub sektor drainase lingkungan. Secara umum kesehatan lingkungan dapat dilihat dari seberapa besar akses masyarakat dalam mendapatkan sanitasi yang layak. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara, khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Di antaranya adalah dengan diselenggarakannya lomba kebersihan lingkungan seperti Lomba Kabupaten/Kota Sehat, Lomba Sekolah Sehat, Lomba Adiwiyata, Adipura, dan sebagainya. Hal tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga. Indikator yang digunakan dalam penilaian berupa indikator fisik seperti; kondisi kebersihan kawasan (jalan utama, halaman, kamar mandi, sarana cuci tangan, UKS selokan), pengelolaan penanganan sampah (sarana pembuangan sampah/bak sampah, pemilahan sampah, pengolahan sampah/3R). Hasil lomba yang dilaksanakan di Kabupaten Jepara di antaranya adalah: Tabel 3.1 Hasil Lomba Sekolah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun 2005 – 2009 NO TAHUN JENJANG PEMENANG 1. 2005 TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/K/MA TK Pertiwi 08.01 Jepara SDN 04 Panggang SMPN 1 Keling SMKN 3 Jepara 2. 2006 TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/K/MA TK ABA Tahunan SDN 1 Bucu MTSN Pecangaan SMKN 2 Jepara

Transcript of Bab 3 ANGKA DIARE DI JEPARA

Buku Putih Kota Jepara III-1

BAB III PROFIL SANITASI KABUPATEN JEPARA

3.1 Kondisi Umum Sanitasi

3.1.1 Kesehatan Lingkungan Dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman

(PPSP) menangani permasalahan kesehatan lingkungan yang mencakup tiga

sub sektor sanitasi yaitu sub sektor air limbah, sub sektor persampahan dan sub

sektor drainase lingkungan. Secara umum kesehatan lingkungan dapat dilihat

dari seberapa besar akses masyarakat dalam mendapatkan sanitasi yang layak.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara,

khususnya dalam menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Di antaranya

adalah dengan diselenggarakannya lomba kebersihan lingkungan seperti Lomba

Kabupaten/Kota Sehat, Lomba Sekolah Sehat, Lomba Adiwiyata, Adipura, dan

sebagainya. Hal tersebut salah satunya bertujuan untuk memberikan penyadaran

kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat,

sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat terjaga.

Indikator yang digunakan dalam penilaian berupa indikator fisik seperti;

kondisi kebersihan kawasan (jalan utama, halaman, kamar mandi, sarana cuci

tangan, UKS selokan), pengelolaan penanganan sampah (sarana pembuangan

sampah/bak sampah, pemilahan sampah, pengolahan sampah/3R).

Hasil lomba yang dilaksanakan di Kabupaten Jepara di antaranya

adalah:

Tabel 3.1 Hasil Lomba Sekolah Sehat di Kabupaten Jepara Tahun 2005 – 2009

NO TAHUN JENJANG PEMENANG

1. 2005 TK/RA

SD/MI

SMP/MTs

SMA/K/MA

TK Pertiwi 08.01 Jepara

SDN 04 Panggang

SMPN 1 Keling

SMKN 3 Jepara

2. 2006 TK/RA

SD/MI

SMP/MTs

SMA/K/MA

TK ABA Tahunan

SDN 1 Bucu

MTSN Pecangaan

SMKN 2 Jepara

Buku Putih Kota Jepara III-2

NO TAHUN JENJANG PEMENANG

3. 2007 TK/RA

SD/MI

SMP/MTs

SMA/K/MA

TK Pertiwi 08 Tahunan

SDN Mayong Lor 04

SMPN 2 Jepara

SMKN 1 Jepara

4. 2008 TK/RA

SD/MI

SMP/MTs

SMA/K/MA

TK Pembina Jeruk Wangi

SDN 01 Wonorejo-Jepara

SMPN 6 Jepara

SMAN 1 Welahan

5. 2009 TK/RA

SD/MI

SMP/MTs

SMA/K/MA

TK Rosellana-Pecangaan

SDN 01 Bondo-Bangsri

SMPN 2 Bangsri

SMK Roudlotul Mubtadiin –

Balekambang, Nalumsari.

Sumber: Dinkes KabupatenJepara

Untuk penilaian Adipura tingkat Nasional, Kabupaten Jepara dalam 5

(Lima) tahun terakhir berhasil mendapatkan pengahrgaan adipura , Sampai

dengan tahun 2008 Kabupaten jepara menjadi Kabupaten terbersih untuk

kategori kota sedang. Untuk tahun 2009/2010 yang memperoleh adipura adalah

Kab/Kota yang nilainya mencapai 70. Selengkapnya hasil penilaian adipura

adalah: Tabel 3.2

Hasil Penilaian Adipura Kabupaten Jepara

NO Tahun Hasil Penilaian

1 2005/2006 Tidak terdokumentasi nilainya, tapi Kabupaten

Jepara mendapat adipura.

2. 2006/2007 76,44

3. 2007/2008 75,93

4. 2008/2009 76,50

5. 2009/2010 77,63

Sumber: BLH KabupatenJepara

Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan

pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembangunan

maupun berkontribusi dalam pendanaan (pada WSSLIC/PABPL-MPR besarnya

sekitar 12,5 %, berupa tenaga gotong royong maupun dalam bentuk

uang/barang/bahan). Pemerintah Kabupaten Jepara telah melaksanakan

Buku Putih Kota Jepara III-3

beberapa program/proyek/layanan berbasis masyarakat terutama masyarakat

miskin. Dalam pelaksanaan program/proyek ini, dibentuk Tim Kerja yang terdiri

dari unsur masyarakat sendiri yang mewakili semua wilayah, dari berbagai

tingkat kesejahteraan masyarakat, mewakili jender dan golongan dengan

menempatkan Kepala Desa/Lurah sebagai pelindung, masyarakat juga turut

berperan aktif dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan dan bertanggung

jawab terhadap pemeliharaan sarana yang telah terbangun dengan membayar

iuran bulanan.

Buku Putih Kota Jepara III-4

Tabel 3.3 Program/Proyek/Layanan Berbasis Masyarakat

NO Tahun Program/Proyek Desa/Kecamatan/Wilayah

1

1994/1995

1999/2000

WSSLIC/PABPL-MPR

(Water Supply and Sanitation for Low Income

Communities)/ Proyek Air Bersih dan Penyehatan

Lingkungan untuk Masyarakat Berpenghasilan

Rendah.

Gerdu & Kaliombo/Kec.Pecangaan; Guwosobokerto, Karanganyar,

Kendengsidialit, Kedungsarimulya & Gedangan/Kec.Welahan; Jugo,

Blingoh/Kec.Donorejo; Kunir, Tempur, Tunahan/Kec.Keling;

Manyargading/Kec.Kalinyamatan; Jatisari, Pringtulis/Kec.Nalumsari;

Dudakawu, Bucu, Cepogo, Sumanding /Kec.Kembang; Papasan,

Srikanding/Kec.Bangsri; Karangaji, Tedunan/Kec.Kedung; Bungu/Kec.Mayong.

2 2009

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam

Rangka Pemulihan Cagar Alam Gunung Celering

dan Keling II/III.

Kec. Keling

3 2010

GNKPA

(Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air)

DAS di Kabupaten Jepara.

Sumosari/Kec.Bantealit

4 2006 -2010

WISMP

(Water Resources Irrigation System Management

Program).

DI.Kedung Dowo, DI.Siwali, DI.Sepandan, DI.Rombong, DI.Pecangaan.

5 2010

PLP – BK

(Program Penataan Lingkungan Permukiman -

Berbasis Komunitas).

Karanggondang/Kec.Mlonggo, Suwawal/Kec.Mlonggo, Suwawal/Kec.Pakis Aji,

Plajan/Kec.Pakis Aji, Demaan/Kec.Jepara, Petekeyan/Kec.Tahunan,

Batukali/Kalinyamatan, Banyu Putih/Kec.Kalinyamatan.

6 PNPM Mandiri

Sumber: Bappeda & Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara

Buku Putih Kota Jepara III-5

3.1.2 Kesehatan Pola Hidup Masyarakat Secara umum tingkat kesehatan Pola Hidup Masyarakat di Kabupaten

Jepara dapat terlihat dari angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh sanitasi

buruk seperti ditunjukkan melalui angka kesakitan diare ataupun kasus ISPA.

Dalam 5 tahun terakhir terlihat angka kejadian kasus diare tahun 2007

menunjukkan angka kejadian yang paling tinggi (32.314 kasus), tahun berikutnya

walaupun ada penurunan tapi angka kejadian kasus diarenya masih tinggi.

Tabel 3.4 Angka Kasus Diare di Puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2005 – 2009

No Puskesmas Angka Kasus Diare

2005 2006 2007 2008 2009

1 Jepara 2.347 2.541 4.957 2.679 2.350

2 Tahunan 1.913 1.915 2.032 2.350 1.824

3 Batealit 239 992 2.229 1.519 2.205

4 Kedung I 2.472 1.983 2.502 1.892 1.526

5 Kedung II 298 395 988 1.152 960

6 Pecangaan 1.016 850 1.130 2.026 1.433

7 Kalinyamatan 1.013 1.898 3.069 3.380 2.836

8 Welahan I 1.556 1.305 168 320 2.592

9 Welahan II 410 351 545 574 460

10 Nalumsari 1.835 3.058 4.164 3.574 2.751

11 Mayong I 945 1.100 941 1.062 1.211

12 Mayong II 1.409 974 1.259 1.297 1.272

13 Mlonggo I 1.144 1.155 858 692 1.476

14 Mlonggo II 700 259 0 1.383 1.297

15 Bangsri I 157 1.769 559 507 0

16 Bangsri II 828 858 845 655 972

17 Kembang 1.573 1.253 1.747 2.071 1.973

18 Keling I 201 813 2.907 1.937 2.348

19 Keling II 907 994 1.215 1.189 941

20 Karimunjawa 166 209 199 311 371

21 Donorojo - - - - 520

Jumlah 21.129 22.095 32.314 30.265 31.060Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten Jepara

.

Buku Putih Kota Jepara III-6

2.200 2.300 2.400 2.500 2.600 2.700

Jumlah Kasus

Jepara

Tahunan

Kecamatan

Kasus Diare di Kec. Jeparadan Kec. Tahunan

Sedangkan angka kesakitan diare yang terjadi di 2 kecamatan di

Kabupaten Jepara, yaitu Kecamatan Jepara dan Tahunan pada tahun 2008

sebagai berikut. Gambar 3.1

Sumber : DKK Kabupaten Jepara, 2008

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa jika didasarkan pada angka

kejadian diare, maka Kecamatan Jepara adalah kecamatan dengan tingkat

kejadian diare relatif tinggi dibanding kecamatan lainnya, yaitu mencapai ± 2.600

orang penderita diare pada tahun 2008. Tetapi angka kejadian diare tersebut

masih jauh di bawah angka kesakitan diare nasional. Hal ini dimungkinkan

karena Kecamatan Jepara adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan

penduduk lebih tinggi dibanding Kecamatan Tahunan. Selain itu, penduduk

miskin di perkotaan juga banyak terdapat di kecamatan ini. Seperti diketahui

penyebaran virus (penyakit) paling cepat adalah di area padat dan kumuh,

sehingga mengakibatkan angka kesakitan terbesar ada di Kecamatan Jepara.

Untuk penemuan penderita Pneumonia dalam 5 tahun terakhir terlihat

tahun 2006 menunjukkan angka kejadian yang paling tinggi (9.033 kasus), tahun

berikutnya walaupun ada penurunan tapi masih cukup tinggi.

Tabel 3.5 Penemuan Pneumonia di Puskesmas Kabupaten Jepara Tahun 2005 – 2009

No Puskesmas Penemuan Penderita Pneumonia

2005 2006 2007 2008 2009

1 Jepara 477 672 461 158 235

2 Tahunan 1.063 834 466 587 1.506

Buku Putih Kota Jepara III-7

No Puskesmas Penemuan Penderita Pneumonia

2005 2006 2007 2008 2009

3 Batealit 700 655 629 644 793

4 Kedung I 361 474 439 475 292

5 Kedung II 107 143 167 113 128

6 Pecangaan 592 710 638 633 510

7 Kalinyamatan 566 502 547 523 457

8 Welahan I 387 381 370 351 386

9 Welahan II 216 364 195 156 175

10 Nalumsari 392 404 473 482 733

11 Mayong I 126 223 252 328 255

12 Mayong II 412 396 384 438 310

13 Mlonggo I 658 930 627 396 249

14 Mlonggo II 421 376 437 448 535

15 Bangsri I 68 314 289 142 50

16 Bangsri II 350 317 350 336 14

17 Kembang 410 169 129 673 608

18 Keling I 433 591 884 835 567

19 Keling II 372 415 407 256 209

20 Karimunjawa 84 87 52 23 54

21 Donorojo 318

22 RSUD Kartini 163 73 164 132 33

Jumlah 8.358 9.033 8.360 8.129 8.417Sumber : Dinas Kesehatan kabupaten Jepara

Beberapa kasus penemuan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga

terjadi di Kecamatan Jepara dan Tahunan. Berikut adalah data penemuan kasus

ISPA di 2 puskesmas utama, Puskesmas Jepara dan Puskesmas Tahunan.

Buku Putih Kota Jepara III-8

9.500

10.000

10.500

11.000

11.500

Jum

lah

Kas

us

Jepara Tahunan

Kecamatan

Kasus ISPA di Kec. Jepara dan Kec. Tahunan

ISPA

Gambar 3.2

Sumber : Puskesmas Jepara dan Puskesmas Tahunan, 2008

Dari gambar diatas terlihat bahwa penemuan kasus ISPA di Kecamatan

Tahunan (11.452 kasus) kejadiannya lebih banyak dari Kecamatan Jepara

(10.625 kasus).

3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air Dilihat dari segi kuantitas, maka untuk kebutuhan air bersih Kabupaten

Jepara masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari jumlah sumur bor atau mata air

yang telah dikelola oleh PDAM hingga tahun 2008 hanya baru sejumlah 44 lokasi

(titik) yang berupa sumur bor dan cakupan pelayanan tingkat kabupaten baru

mencapai 11,13 %, sedangkan untuk daerah perkotaan mencapai 84,8%,

sehingga sebagian besar masyarakat menggunakan sumur gali sebagai sumber

air untuk kebutuhan air minum. Hal tersebut juga didukung oleh studi EHRA

Jepara yang menyatakan bahwa untuk kasus kelangkaan air, studi menemukan

sekitar 3,4% rumah tangga yang mengalami kelangkaan air dari sumber air

utama dalam dua minggu terakhir selama 1 hari 1 malam atau lebih, sedangkan

jika rentang waktu kelangkaan diperpanjang menjadi satu tahun maka kasus

kelangkaan yang dijumpai meningkat hampir tiga kalinya menjadi sebesar 9,26%

(EHRA Jepara, Juli 2010).

Sedangkan secara kualitas air bersih yang digunakan oleh PDAM

sebagai sumber air baku di Kabupaten Jepara relatif aman atau memenuhi baku

mutu standar kualitas air minum dari Departemen Kesehatan, khususnya

Permenkes RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/90. Secara umum, sumur bor yang

dimiliki oleh PDAM tergolong dalam kategori sumur dalam dimana kedalaman

pengeboran mencapai ± 150 m di bawah permukaan tanah. Hasil pemeriksaan

Buku Putih Kota Jepara III-9

laboratorium kualitas air bersih dari beberapa sumber sampel air seperti : sumur

Bor PDAM, pelanggan PDAM, Sumur Gali masyarakat, Air Permukaan yang

dilakukan oleh DKK Kabupaten Jepara dan pemeriksaan kimia terhadap

beberapa sungai yang ada di Jepara yang dilakukan oleh BLH Kabupaten

Jepara, hasil laboratorium pemeriksaan air PDAM, sumur gali maupun air sungai

secara detail dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga Sebagian besar pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga di lingkungan

masyarakat Kabupaten Jepara dengan sistem septic tank dan sebagian lainnya

dibuang ke drainase (SPAL) baik saluran terbuka/tertutup maupun langsung

dibuang di area terbuka/sungai. Dalam jangka menengah kedepan terutama

untuk daerah perkotaan, perlu adanya pemikiran Limbah Cair Rumah Tangga

diolah secara khusus melalui suatu sistem komunal maupun terpusat untuk skala

kota (off site system). Hal ini mengingat permukaan air tanah di Jepara cukup

rendah/dangkal, sehingga sangat mudah tercemar oleh septic tank yang

dibangun tidak kedap air.

3.1.5 Limbah Padat (Sampah) Berdasarkan kajian data sekunder, diperoleh data bahwa jumlah sampah

per hari pada tahun 2009 di Kabupaten Jepara sebesar 605,028 m3/hari atau

setara dengan 2,683 lt/org/hari dengan pertumbuhan rata-rata timbulan sampah

2,15 % per tahun (Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda 2008).

Sedangkan sumber-sumber sampah adalah sebagai berikut; a. Sampah Permukiman

Kondisi permukiman Kabupaten Jepara saat ini bersifat permanen,

semipermanen, dan sementara. Dari hasil analisis tahun 2006 dapat

diketahui bahwa timbulan sampah paling besar dihasilkan dari sumber

rumah tangga/permukiman, yaitu sebesar 1,9 lt/orang/hari.

b. Sampah Pertokoan

Pertokoan di Kabupaten Jepara sudah berkembang pesat. Jenis-jenis

toko sudah beranekaragam dengan besar toko bervariasi dari toko

kelontong sampai swalayan.

c. Sampah Pasar

Sampah pasar merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan di

pasar. Sebagian besar komposisi sampah pasar di Jepara merupakan

sampah organik.

Buku Putih Kota Jepara III-10

d. Sampah Penyapuan Jalan

Pada jalan-jalan, tempat umum seperti taman kota, halte, lapangan

umum dll, ditangani khusus oleh penyapu jalan dengan gerobak sampah

ataupun gerobak motor yang langsung dibawa ke TPS.

Sumber sampah dan prediksi timbulan sampah dituangkan pada Tabel 3.6.

Buku Putih Kota Jepara III-11

Tabel 3.6 Prediksi Timbulan Sampah Kabupaten Jepara

No Sumber

Tahun

Eksisting 2007 2008 2009 2010 2011 2012

lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr M3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari lt/org/hr m3/hari

A Domestik 1.900 419.258 1.997 44.170 2.039 459.821 2.079 475.352 2.118 490.820 2.156 506.268 1 Permukiman 1.900 419.258 1.997 44.170 2.039 459.821 2.079 475.352 2.118 490.820 2.156 506.268

B Non Domestik

0.600 132.397 0.631 140.264 0.644 145.207 0.657 150.111 0.669 154.996 0.681 159.874

1 Sarana Pendidikan

0.020 4.413 0.021 4.675 0.021 4.480 0.022 5.004 0.022 5.167 0.023 5.329

2 Perkantoran 0.120 26.479 0.126 28.053 0.129 29.041 0.131 30.022 0.134 30.999 0.136 31.975 3 Sarana

Kesehatan 0.050 11.033 0.053 11.689 0.054 12.101 0.055 12.509 0.056 12.916 0.057 13.323

4 Pariwisata 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665 5 Pertokoan

dan R. Makan 0.070 15.446 0.074 16.364 0.075 16.941 0.077 17.513 0.078 18.083 0.079 18.652

6 Pariwisata 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665 7 Industri 0.050 11.033 0.053 11.689 0.054 12.101 0.055 12.509 0.056 12.916 0.057 13.323 8 Pasar 0.240 52.959 0.252 56.106 0.258 58.083 0.263 60.044 0.268 61.998 0.272 63.950 9 Penyapuan

Jalan 0.020 4.413 0.021 4.675 0.021 4.840 0.022 5.004 0.022 5.167 0.023 5.329

10 Lain-Lain 0.010 2.207 0.011 2.338 0.011 2.420 0.011 2.502 0.011 2.583 0.011 2.665

TOTAL 2.500 551.655 2.627 584.434 2.683 605.028 0.736 625.463 2.787 645.816 2.837 666.143

Sumber : Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda 2008.

Buku Putih Kota Jepara III-12

3.1.6 Drainase Lingkungan

Drainase linkungan umumnya mengikuti pola jaringan jalan yang ada,

beberapa saluran drainase lingkungan awalnya merupakan saluran irigasi ke

sawah-sawah dan sampai saat inipun sebagian masih berfungsi untuk mengairi

sawah yang masih ada.

Dari data hasil studi EHRA, rumah yang tidak memiliki saluran drainase

lingkungan sekitar 60,52 %. Pada umumnya, drainase lingkungan masih menjadi

satu antara pembuangan air hujan (pematusan air hujan) dengan saluran limbah

cair rumah tangga (grey water).

3.1.7 Pencemaran Udara Kondisi pencemaran udara di Kabupaten Jepara pada umumnya masih

di bawah ambang batas pencemaran, namun dengan berkembangnya sektor

industri dan meningkatnya jumlah kendaraan perlu pemikiran ke depan dalam

mengupayakan Pengelolaan Pencemaran Udara.

3.1.8 Limbah Industri Limbah industri di Kabupaten Jepara sebagian besar berasal dari

industri mebel yang tersebar di seluruh Kabupaten Jepara. Terdapat beberapa

home industry dimana rata-rata industri tersebut merupakan industri pengolahan

kayu dan sebagian yang lain berupa industri tekstil (Tenun Troso) dan kerajinan

monel (logam). Kawasan yang telah menjadi pusat-pusat industri terpencar di

beberapa kecamatan antara lain :

• Kecamatan Tahunan dan Jepara : industri kerajinan mebel dan ukir.

• Kecamatan Jepara (Desa Mulyoharjo) : industri ukur akar dan patong.

• Kecamatan Pecangaan : industri tenun ikat troso.

• Kecamatan Kalinyamatan : industri kerajinan monel Kriyan, Emas.

• Kecamatan Mayong : industri kerajinan keramik.

• Kecamatan Welahan : industri kerajinan rotan Teluk Wetan dan bata.

• Kawasan industri strategis terletak di Kecamatan Mlonggo, Kecamatan

Bangsri, Kecamatan Kembang dan Kecamatan Keling antara lain PLTU

dan rencana kawasan teknologi tinggi.

Perkembangan jumlah unit usaha sektor industri pada tahun 2007

mencapai 14.417 unit usaha.

Buku Putih Kota Jepara III-13

Tabel 3.7 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Sektor Industri Kabupaten Jepara

NO URAIAN SATUAN OKTOBER

2007

1.

-

-

-

-

-

-

2.

-

-

3.

-

-

Kelompok Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan

Industri Makanan

Industri Minuman

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Kayu, Rotan, Bambu, Rumput dan

sejenisnya

Industri Perabot dan Kelengkapan Rumah serta Alat

Dapur dari Kayu, Bambu dan Rotan

Industri Jasa Industri

Kelompok Industri Aneka

Industri Tekstil

Industri Pakaian Jadi

Kelompok Industri Logam Kimia dan Mesin

Industri Pengolahan Tanah Liat

Industri Barang dari Logam

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

1.242

42

834

3.710

6.834

281

235

759

313

167

Jumlah Unit Usaha 14.417

Sumber: RPIJM Kabupaten Jepara 2009 – 2013.

Secara pasti volume limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri

belum diketahui karena masih dikelola sendiri oleh pelaku home industry, tetapi

beberapa industri telah dilengkapi oleh IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

yang merupakan program bantuan dari BLH Kabupaten Jepara untuk

masyarakat, khususnya kepada para pelaku home industry.

3.1.9 Limbah Medis Di Kabupaten Jepara, kebijakan penanganan limbah medis yang berasal

dari rumah sakit maupun puskesmas dikelola oleh masing-masing lembaga yang

memproduksi limbah medis tersebut. Rumah sakit/puskesmas bertanggungjawab

penuh untuk membangun dan mengelola limbah medisnya sesuai dengan syarat

yang telah ditentukan dari Kementrian Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu

Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit. Pengawasan dilakukan oleh pihak

Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, sebagai SKPD yang bertanggungjawab

dalam pengawasan dan pemantauan pengelolaaan limbah medis rumah

sakit/puskesmas. Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara membawahi 16

Buku Putih Kota Jepara III-14

Kecamatan dengan 21 Puskesmas yang tersebar di beberapa kecamatan dan

berlokasi di wilayah yang mempunyai daerah pelayanan tertentu.

Data umum tentang jumlah timbulan limbah medis rumah sakit dan

puskesmas di Kabupaten Jepara adalah seperti dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.8 Jumlah Timbulan Limbah Medis Rumah Sakit dan Puskesmas

di Kabupaten Jepara

No Kecamatan RS/PKM(Puskesmas)Jml.Timbulan

rata-rata kg/hari

1 Tahunan RSUD Kartini 40

2 Kedung PKM Kedung 1 1

3 PKM Kedung II 0,5

4 Pecangaan PKM Pecangaan 0,75

5 Welahan PKM Welahan I 1

6 PKM Welahan II 0,75

7 Mayong PKM Mayong I 0,5

8 PKM Mayong II 0,5

9 Batealit PKM Batealit 1,25

10 Jepara PKM Jepara 1

11 Mlonggo PKM Mlonggo 1,5

12 Pakis Aji PKM Pakis Aji 1,5

13 Bangsri PKM Bangsri I 0,5

14 PKM Bangsri II 0,5

15 Keling PKM Keling I 1,5

16 PKM Keling II 0,5

17 Karimunjawa PKM Karimunjawa 0,5

18 Tahunan PKM Tahunan 0,5

19 Nalumsari PKM Nalumsari 0,5

20 Kalinyamatan PKM Kalinyamatan 1,24

21 Kembang PKM Kembang 0,7

22 Donorojo PKM Donorojo 0,5

Sumber : DKK Kabupaten Jepara, 2008 & RSUD Kartini, 2009.

Buku Putih Kota Jepara III-15

3.2 Pengelolaan Limbah Cair

3.2.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman

2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 208, tentang Pengelolaan Sampah

3. Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Yang

Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup

9. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara

10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara

Nomor 1 Tahun 1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus

3.2.2 Aspek Institusional Kegiatan pengelolaan dan pengendalian limbah cair baik yang

ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga dilakukan oleh

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Jepara berkerja sama dengan Dinas

Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara dibawah

pengawasan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah.

Struktur organisasi DPTRK yang mengurus limbah cair (hijau) dan

sampah (kuning) adalah seperti berikut ini:

Buku Putih Kota Jepara III-16

3.2.3 Cakupan Pelayanan Pengelolaan limbah cair di Kabupaten Jepara belum bisa ditentukan

secara pasti, sehingga agak sulit untuk menentukan cakupan pelayanannya.

Data terkait jumlah jamban pribadi yang terdokumentasi oleh DKK tersedia

melalui 21 Puskermas yang ada di Kabupaten Jepara tahun 2009. Sedangkan

untuk pembangunan MCK yang telah dibangun oleh DPU & ESDM masing-

masing berlokasi di 8 desa untuk tahun 2008, 9 desa untuk tahun 2009 dan 2

desa/kelurahan untuk tahun 2010.

KEPALA DINAS

KEPALA BIDANG PERUMAHAN

KEPALA BIDANG TATA RUANG

KEPALA BIDANG KEBERSIHAN SEKRETARIAT

SEKSI PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

PERUMAHAN

SEKSI PENGEMB. DAN PENINGKATAN

KUALITAS PERUMAHAN

SEKSI PERENCANAAN TATA RUANG DAN

BANGUNAN

SEKSI PENGENDALIAN DAN

PENGAWASAN TATA RUANG

SEKSI KEBERSIHAN

SEKSI PERTAMANAN

SUBBAG UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

SUBBAG PERENC. DAN

EVALUASI

SUBBAG KEUANGAN

UPT – TPA DAN

LIMBAH LAINNYA

SEKRETARIS UPT – TPA DAN

LIMBAH LAINNYA

Buku Putih Kota Jepara III-17

Tabel 3.9 Keluarga dengan Kepemilikan Jamban Tahun 2009

No Kecamatan Puskesmas Jml KK

Jumlah Kepemilikan Jamban

Jml KK Diperiksa

Jml KK Memiliki

% KK Memiliki

% Sehat

1 Kedung Kedung I 14.564 4.369 2.902 66,42 26,12

2 Kedung II 2.875 863 404 46,81 17,33

3 Pecangaan Pecangaan 22.189 6.657 2.223 33,39 51,91

4 Welahan Welahan I 10.591 3.177 2.812 88,51 41,89

5 Welahan II 7.099 2.130 1.569 73,66 52,01

6 Mayong Mayong I 10.599 3.180 2.376 74,72 48,70

7 Mayong II 11.525 3.458 2.107 60,93 77,41

8 Batealit Batealit 21.335 6.401 4.896 76,49 75,71

9 Jepara Jepara 18.926 5.678 5.104 89,89 63,70

10 Mlonggo Mlonggo 21.056 6.316 4.965 78,61 51,90

11 Pakis Aji Pakis Aji 12.023 3.607 2.752 76,30 58,79

12 Bangsri Bangsri I 11.475 3.443 2.627 76,30 49,30

13 Bangsri II 8.927 2.678 1.623 60,60 83,61

14 Keling Keling I 9.493 2.848 2.118 74,37 49,39

15 Keling II 10.318 3.093 2.476 80,05 38,81

16 Karimunjawa Karimunjawa 2.550 765 584 76,34 38,18

17 Tahunan Tahunan 18.973 5.692 5.037 88,49 46,91

18 Nalumsari Nalumsari 16.631 4.989 4.099 82,16 45,40

19 Kalinyamatan Kalinyamatan 14.112 4.234 3.396 80,21 66,28

20 Kembang Kembang 18.582 5.575 4.460 80,00 50,61

21 Donorojo Donorojo 15.280 4.584 4.106 89,57 40,79

Jumlah 279.123 83.737 62.636 74,80 53,01

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2009.

Sedangkan dari hasil pendataan dari Dinas PU & ESDM, bantuan

pembangunan MCK dan MCK ++ adalah :

Tabel 3.10 Lokasi MCK dan MCK ++ yang telah dibangun

No Tahun Jenis Kecamatan Desa Jumlah (unit)

1 2008 MCK Jepara

Bangsri

Mlonggo

a.Mulyoharjo

b.Kedungleper

c.Tanjung

d.Plajan

2

2

2

2

Buku Putih Kota Jepara III-18

No Tahun Jenis Kecamatan Desa Jumlah (unit)

Kembang

Keling

e.Tubanan

f.Blingoh

g.Tulakan,

h.Bandungharjo

2

2

2

2

2 2009 MCK Keling

Donorojo

Kembang

Bangsri

Bantealit

Pakisaji

a.Tempur

b.Kunir

c.Watuaaji

d.Banyumanis

e.Dudakawu

f.Papasan

g.Bringin

h.Somosari

i.Tanjung

2

2

2

2

2

2

2

2

2

3 2010 MCK++/SLBM

(Sanitasi

Lingkungan

Berbasis

Masyarakat)

Jepara

Pecangaan

a.Demaan

b.Karangrandu

1 =150 KK

1 =100 KK

Sumber : DPU&ESDM Kabupaten Jepara.

3.2.4 Aspek Teknis dan Teknologi Teknis operasional dalam pengelolaan limbah domestik di Kabupaten

Jepara diwujudkan dalam beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan

oleh BLH Kabupaten Jepara, antara lain :

1. Pengujian Limbah Cair Domestik

2. Pengujian Air Sungai /Badan Air

3. Perlindungan pada sumber – sumber Mata Air

4. Penegakan Hukum terhadap pelanggar Pengelolaan Lingkungan

Upaya yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Jepara sebagai SKPD yang

berwenang dalam pemantauan dan pengawasan terhadap limbah cair domestik

antara lain melalui beberapa kegiatan yaitu :

1. Meningkatkan Pemantauan Kualitas Lingkungan

2. Meningkatkan Pengendalian dan Pencemaran dan Perusakan

Lingkungan Hidup

Buku Putih Kota Jepara III-19

3. Meningkatkan Pembinaan Teknis Pengendalian Lingkungan

Secara umum berdasarkan studi EHRA Jepara Juli 2010, terdapat

beberapa cara pembuangan (pengolahan) limbah tinja yang dilakukan oleh

masyarakat yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.11

Jenis Pengolahan Limbah Domestik Jepara

Frekuensi Prosentase

Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke tangki septik 822 67,99

Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke cubluk - -

Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke lobang galian 12 0,99

Jamban siram/ leher angsa disalurkan ke sungai/ kali/ parit 36 2,98

Jamban siram/leher angsa disalurkan ke kolam 3 0,25

Jamban siram/leher angsa disalurkan ke tidak tahu kemana 2 0,17

Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke tangki septik 174 14,39

Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke cubluk - -

Jamban non siram/ tanpa leher angsa salur ke lobang galian 14 1,16

Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke sungai/kali/parit 9 0,74

Jamban nonsiram/tanpa leher angsa salur ke kolam 1 0,08

Jamban non siram/ lubang tanpa leher angsa disalurkan ke tidak terlihat

4 0,33

Gantung di atas sungai/ kolam 24 1,99

Tidak ada fasilitas: Di sungai/ kali/ parit/ got 108 8,93

Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak - -

Di fasilitas jamban umum lain - -

Lainnya (catat) - -

Total 1209 100,00

Sumber, Data EHRA Jepara, 2010

Dari data diatas dapat diketahui bahwa pilihan teknologi yang banyak

dipergunakan dalam mengolah limbah cair domestik, baik grey water (air limbah

cuci, mandi) dan black water (limbah tinja) di Jepara adalah melalui on site

system yaitu tangki septik sebesar 67,2%. Sedangkan untuk off site system atau

pembuangan dan pengolahan limbah tinja secara terpusat untuk skala kota

belum pernah ada.

Dalam rangka menyediakan jasa pelayanan pengolahan lumpur tinja,

Kabupaten Jepara mengoperasionalkan sebuah IPLT yang terletak di TPA

Bandengan. Pengelolaan IPLT sepenuhnya masih berada di bawah pengawasan

dari Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Buku Putih Kota Jepara III-20

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara Nomor 1

Tahun 1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus, struktur dan besarnya tarif

retribusi dibagi menjadi tiga lokasi, yaitu : (1) Lokasi Rumah Tangga; (2) Lokasi

Fasilitas Umum (Sosial); dan (3) Lokasi Komersial. Adapun secara umum,

besarnya tarif yang dikenakan sebesar Rp. 40.000,-/m3 (ditambah dengan biaya

jarak tempuh lokasi).

Hingga sejauh ini efektiftas IPLT dinilai sangat kecil, karena jumlah

lumpur tinja yang masuk setiap harinya sangat jauh berada dibawah kapasitas

optimal pengolahan harian IPLT yaitu hanya 1 rit perhari atau sebesar 2,25

m3/hari. Lumpur tinja sisa hasil proses pengolahan air limbah domestik hingga

sejauh ini dimanfaatkan oleh DPTRK Kabupaten Jepara untuk alternatif lain

seperti untuk campuran kompos ataupun sebagai pupuk tanaman.

Sedangkan limbah cair dari Rumah Potong Hewan (RPH) yang

berlokasi sebelah Barat Pasar Jepara II, proses pengolahan yang dipakai adalah

dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem Dewats yang terdiri dari

Digister, Septictank, Baffle Reactor dan Anaerobic Filter, dengan sistem ini air

limbah akan diolah hingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan dan Digester

mampu menghasilkan gas bio sebagai sumber energi alternatif. Volume limbah

cair yang dimanfaatkan adalah dari 150 ternak yang dipotong setiap bulannya.

3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair Dalam penanganan limbah cair, khususnya limbah cair domestik di

Kabupaten Jepara, masyarakat telah melakukan berbagai upaya, antara lain :

1. Pada skala pemukiman setiap rumah tangga di Kabupaten Jepara rata–

rata sudah mempunyai saluran pembuangan limbah (SPAL) rumah

tangga (domestik) baik saluran terbuka maupun tertutup.

2. Kerja bakti untuk membersihkan Saluran Pembuangan Air Limbah

(SPAL) domestik juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

3.2.6 Permasalahan Beberapa permasalahan terkait pengelolaan limbah cair domestik

adalah :

1. Terbatasnya lahan untuk pembangunan IPAL di wilayah permukiman

menjadikan strategi pengelolaan limbah domestik melalui pembangunan

IPAL Komunal sedikit sulit untuk diimplementasikan, di lain pihak ada

Buku Putih Kota Jepara III-21

sedikit gagasan untuk membangun IPAL Komunal di badan jalan tetapi

realisasinya perlu persetujuan dari DPU.

2. Di beberapa titik di Kabupaten Jepara, banyak masyarakat yang masih

membuang limbah cair domestik (grey water dan black water) ke dalam

saluran drainase, sehingga mengakibatkan fungsi saluran yang tidak

optimal (karena endapan lebih cepat terbentuk).

3. Kesadaran masyarakat tentang Pengelolaan Saluran Air Limbah

domestik (SPAL) masih sangat rendah.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Jepara untuk menguras

tangki septik mengindikasikan banyaknya tangki septik yang tidak aman

atau diduga cubluk, sehingga sangat berpotensi untuk mencemari tanah

dan badan air sekitarnya.

5. Membutuhkan strategi khusus untuk mencari solusi yang paling tepat

guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perubahan perilaku

seperti di antaranya adalah melalui kampanye Pola Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS). Walaupun untuk hal kampanye/penyuluhan/advokasi

PHBS DKK Kabupaten Jepara telah mendanai kegiatan ini rata-rata Rp

40 juta/tahun, namun hasilnya masih kurang optimal.

3.3 Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat)

3.3.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

2. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman

3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

4. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup

5. Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Limbah B3

9. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban

Buku Putih Kota Jepara III-22

10. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara

11. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun

1999 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

12. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Jepara

3.3.2 Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Jepara, sebagai unsure

Pelaksana Daerah maka pengelolaan persampahan menjadi kewenangan Dinas

Perumahan Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara. Isu utama

yang menjadi beban tugas DPTRK Kabupaten Jepara adalah masalah

pengelolaan kebersihan dan pertamanan, pengelolaan Tempat Pembuangan

Akhir (TPA), pengelolaan instalasi pengolahan limbah dan pengomposan

(vermikasi).

Secara organisatoris, unsur DPTRK Kabupaten Jepara yang bertugas

dalam mengelola sampah atau kebersihan adalah Bidang Kebersihan dan

Pertamanan yang membawahi 2 seksi, yaitu :

1. Seksi Kebersihan

2. Seksi Pertamanan

3.3.3 Cakupan Pelayanan Sampai dengan saat ini, pengelolaan kebersihan dan persampahan

masih dititikberatkan pada Kecamatan Jepara dan sebagian Kecamatan

Tahunan dengan total luas wilayah administrasi sebesar 33,38 km2, dengan

jumlah penduduk di wilayah administrasi tersebut 164.616 jiwa. Sedangkan luas

daerah perkotaan/daerah yang terlayani oleh pelayanan kebersihan 31,16 km2

dengan jumlah penduduk di daerah perkotaan /pelayanan kebersihan sebanyak

141.640 jiwa atau sekitar 86% penduduk sudah terlayani di dua kecamatan

tersebut. Jadi, masih terdapat kecamatan di Kabupaten Jepara yang belum

dilayani oleh Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK)

Kabupaten Jepara (Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara, Bappeda

2008).

Buku Putih Kota Jepara III-23

Dalam rangka menunjang operasional persampahan, DPTRK

Kabupaten Jepara telah memiliki beberapa sarana dan prasarana persampahan

sebagaimana tabel dibawah ini.

Tabel 3.12 Sarana dan Prasarana Persampahan Kabupaten Jepara

No Jenis Quantity

1 Gerobak dan Becak Sampah 74 buah

2 Mini Truck Kijang Pick Up 2 unit

3 Dump Truck 4 unit

4 Arm Roll 5 unit

6 Container 6-14 m3 78 buah

7 Container 1-2 m3 3 buah

8 Transfer Depo (100-200 m2) 3 buah

9 Peralatan Kebersihan dan Pengaliran 1 paket

10 TPSS 44 unit

11 Luas dan Kapasitas TPA 2,84 ha & 101.410,99 m3/tahun

12 Fasilitas Pengomposan Terpusat 2 unit

13 Fasilitas Pengolahan Sampah Terpusat 1 unit

14 Instalasi Pengolahan Air Lindi (leachete) 2 kotak

15 Excavator 1 unit

16 Sumur Pantau 5 unit

Sumber : DPTRK Kabupaten Jepara, 2010

3.3.4 Aspek Teknis dan Teknologi Secara umum pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara ditangani

oleh Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Kebersihan (DPTRK) Kabupaten

Jepara. Perkiraan jumlah timbulan sampah hingga tahun 2009 mencapai 605,028

m3/hari atau setara dengan 2,683 lt/org/hari dengan pertumbuhan rata-rata

timbulan sampah 2,15 % per tahun (Studi Manajemen Persampahan Kota

Jepara, Bappeda 2008). Lokasi pemerosesan akhir berupa TPA yang terletak di

Desa Bandengan Kecamatan Jepara, memiliki luas lahan 2,84 ha dengan

kapasitas 101.410,99 m3/tahun dan menggunakan sistem controlled landfill

menuju sanitary landfill yang dilengkapi dengan sumur untuk pengontrolan air

lindi (leachete) serta sejumlah peralatan berat, sarana dan prasarana pendukung

lainnya. Luas TPA yang ada dirasakan sudah tidak memadai lagi karena dalam

beberapa tahun kedepan akan penuh, sehingga Pemerintah Kabupaten Jepara

Buku Putih Kota Jepara III-24

merencanakan untuk memperluas TPA dengan membebaskan tanah penduduk

sekitarnya, dimana hal ini memungkinkan karena lahannya masih kosong.

3.3.5 Identifikasi Persampahan di Kabupaten Jepara Guna mengetahui segala permasalahan persampahan di Kabupaten

Jepara, berikut ini disajikan identifikasi persampahan di Kabupaten Jepara

berdasarkan Studi Manajemen Persampahan Kota Jepara (Bappeda, 2008).

a. Pewadahan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah

sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Pewadahan

merupakan bagian dari sistem pengelolaan setelah mengadakan

kegiatan identifikasi dan inventarisasi sumber sampah. Kegiatan

pewadahan ini adalah sebagai bagian dari upaya minimalisasi dimana

sangat penting dalam rangka memudahkan pengumpulan dan

pengambilan.

Sistem pewadahan sampah Kabupaten Jepara dengan cara

individual dan disediakan oleh DPTRK. Jenis wadah dan kapasitasnya

adalah :

Drum/tong sampah dengan kapasitas sekitar 40 liter.

Ban bekas dengan kapasitas sekitar 125 liter.

Pasangan bata dengan kapasitas sekitar 100 liter.

Keranjang sampah dan kotak kayu dengan kapasitas sekitar 40-60

liter.

Jenis wadah rumah-rumah di Kabupaten Jepara dapat dibedakan

berupa:

Wadah yang Disediakan oleh Dinas Permukiman, Tata Ruang dan

Kebersihan (DPTRK) Kabupaten Jepara

Wadah yang disediakan oleh Dinas yang berupa bin plastik. Bin-bin

plastik ini disediakan terutama di Kota Jepara. Tempat-tempat yang

disediakan bin plastik oleh DPTRK antara lain : tempat-tempat

umum, kantor-kantor pemerintah, dan jalan-jalan protokol Kota

Jepara.

Buku Putih Kota Jepara III-25

Gambar 3.3 Pewadahan dari Bin Plastik

Sumber : Dokumentasi 2008

Wadah yang Disediakan Paguyuban Sampah Bersama (PSB)

Tipe-tipe bak sampah yang disediakan oleh PSB bervariasi jenisnya.

Ada yang menggunakan bin plastik, bin karet, bin tong, dan

pasangan batu-bata. Biasanya warga menaruh bak-bak sampah ini

di depan halaman rumah untuk memudahkan petugas kebersihan

mengambil sampah.

Wadah yang disediakan oleh Dinas Koperasi, UMKM dan

Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara

Wadah-wadah sampah di pasar-pasar disediakan oleh Dinas

Koperasi, UMKM dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Jepara.

Gambar 3.4 Tempat Sampah dari Pas. Batu Bata

Sumber : Dokumentasi 2008

Wadah yang Disediakan Warga Masyarakat Non-PSB

Di wilayah-wilayah yang tidak dilayani persampahan oleh DPTRK,

masyarakat menggunakan pewadahan dari berbagai jenis dan

ukuran. Jenis-jenis wadah yang digunakan oleh warga antara lain :

bak sampah plastik, bak sampah dari drum, bak sampah dari

anyaman bambu, dan bak sampah dari ban bekas.

Buku Putih Kota Jepara III-26

Gambar 3.5 Tempat Sampah dari Ban Bekas dan Anyaman Bambu

Sumber : Dokumentasi 2008

b. Pengumpulan Pengumpulan sampah di pemukiman menggunakan :

Gerobak Sampah (0.75 m3) ; di daerah pemukiman menengah ke bawah

dengan rasio : 1 gerobak untuk 100 rumah (400 – 500 jiwa) dengan luas

pelayanan maksimum 0.5 km2 Gambar 3.6

Gerobak Sampah

Sumber : Dokumentasi 2008

Truk jenis Pick Up; mengambil di tong sampah pinggir jalan dan

pemukiman tingkat atas, daerah komersial dan jalan protokol dengan

kapasitas 3 m3/rit

Truk jenis Dump (jungkit); mengambil di titik komunal daerah

komersial dan perkantoran dengan kapasitas 6 m3/rit

Buku Putih Kota Jepara III-27

Gambar 3.7 Truk Dump

Sumber : Dokumentasi 2008

Truk jenis Arm Roll/Load Haul (LH); mengambil sampah dari TPS ke

TPA, dengan steel container dengan kapasitas 8 m3/rit

Gambar 3.8 Arm Roll

Sumber : Dokumentasi 2008

Pola pengumpulan sampah dibedakan atas individual, komunal. Pola

pengumpulan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Individual, dimana proses penanganan persampahan dengan

cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber

sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa melalui proses

pemindahan. Pola pelayanan individu diangkut dengan dump

truk. Wilayah pelayanan meliputi pertokoan, perkantoran, dan

hotel.

2. Komunal, dimana sampah permukiman tertentu dikumpulkan

tiap-tiap rumah dengan menggunakan becak sampah/motor

sampah yang dikelola oleh Paguyuban Sampah Bersama (PSB)

menuju TPS/kontainer terdekat atau bahkan langsung ke TPA.

Sampah permukiman dikumpulkan dalam 1 shift yaitu: pukul

07.30 – 12.00 WIB.

Buku Putih Kota Jepara III-28

Masyarakat yang tempat tinggalnya dekat dengan TPS

kontainer dan belum mendapatkan pelayanan secara individu

dan tidak melakukan penanganan On Site (setempat)

membuang sampah langsung ke TPS/kontainer terdekat. Dari

TPS/Kontainer petugas baru mengangkutnya ke TPA. Daerah-

daerah yang melakukan pola komunal ini adalah daerah yang

dekat dengan TPS/Kontainer.

Pada pola komunal ini sangat mengutamakan penggunaan

TPS. Sampah berada di TPS sekitar < 6 jam dengan sistem

pengambilan sampah dari TPS menuju TPA.

Gambar 3.9 Kontainer Sampah

Sumber : Dokumentasi 2008

Sedangkan TPS, sebagai tempat pembuangan sampah sementara

sebelum diangkut ke TPA memiliki 2 (dua) jenis yaitu dengan kontainer

dan tanpa kontainer, yang penempatannya dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 3.13 Jenis dan Penempatan TPS

NO NAMA TPS LOKASI

TPS DENGAN KONTAINER

1 MUNANJIN

2 SETDA I Komplek Setda

3 TOPLING Jl. Kusumo Utoyo

4 STADION Jl. Jend. Soedirman

5 PEMANDIAN KARTINI I dan II Komplek Pantai Kartini

6 TPI UJUNGBATU Jl. Ujungbatu

7 STADION BARU Jl. Ujungbatu

8 PASAR I Komplek Pasar I

Buku Putih Kota Jepara III-29

NO NAMA TPS LOKASI

9 PASAR II Komplek Pasar II

10 BPR Komplek Terminal Lama

11 TERMINAL Komplek Terminal

12 SMP I Jl. Yos Sudarso

13 SCJ Komplek SCJ

14 RSU KARTINI Senenan

15 PASAR RAHAYU Jl. Pasar Rahayu

16 SMA TAHUNAN Komplek SMA Tahunan

17 NGABUL Ngabul, Tahunan

18 PASAR TAHUNAN I dan II Komplek Pasar Tahunan

19 BALAI DESA UJUNGBATU I dan II Balai Desa Ujungbatu

20 KOTA JATI Ngabul

21 KEPOLISIAN WR. Supratman

22 PHI Jepara

23 RS ISLAM Mulyoharjo

24 SMIK Mulyoharjo

25 BELIK Jepara

26 KOTA JATI Mambak Mambak

27 PUSKESMAS Mlonggo Mlonggo

28 TANAH ABANG Jobokuto

29 SARIPAN Saripan

30 SMEA Jepara

31 SANGGAR PRAMUKA Jepara

32 RSS RANDU GEDHE Jepara

33 TPK A. Yani

34 KALINYAMATAN I dan II Kalinyamatan

35 RSS LEBUAWU Lebuawu

36 PECANGAAN I dan II Pecangaan

37 RS KEDUNG Kedung

38 PUJASERA NGABUL Ngabul

39 KARUNGGONI Pecangaan

40 JOBOKUTO Jepara

41 BANGSRI I dan II Bangsri

42 WEDELAN Wedelan

43 RSS JERUK WANGI Bangsri

44 MLONGGO I dan II Mlonggo

Buku Putih Kota Jepara III-30

NO NAMA TPS LOKASI

45 PUSKESMAS BANGSRI Bangsri

46 PUSKESMAS KELING Keling

47 PASAR KRASAK Krasak Bangsri

48 KELET I dan II Kelet

49 PASAR LEBAK Lebak

TPS TANPA KONTAINER

1 SMP 2 Komplek SMP 2

2 PUSKESMAS Komplek Puskesmas Kota

3 MANGUNSARKORO I dan II Jl. Ki Mangunsarkoro

4 PENGKOL Jl. Ahmad Yani

5 BPD Jl. KS. Tubun

6 JEMBATAN SLAMET RIYADI Jl. Slamet Riyadi

7 SUB TERMINAL MULYOHARJO Jl. Mulyoharjo

8 SETDA LAMA Komplek Setda

Sumber : DPTRK Kabupaten Jepara, 2008

Adapun peta penempatan kontainer sampah adalah seperti pada

peta penempatan TPS dan kontainer sampah berikut dibawah ini. Gambar3.10

Gambar Penempatan TPS dan Container Sampah

Buku Putih Kota Jepara III-31

c. Pemindahan Sampah yang dibawa oleh alat pengumpul dipindahkan langsung ke

TPS atau kontainer yang nantinya dibawa oleh alat pengangkut. Armada

pengangkut memanfaatkan dump truk atau arm roll. Dump truk datang dengan muatan kosong lalu menaikkan sampah langsung dari TPS atau

kontainer.

Tipe pemindahan yang digunakan adalah transfer tipe II dan transfer

tipe III. Terdapat TPS dengan transfer tipe II yaitu tempat pertemuan

antara alat pengumpul dan alat pengangkut. Sementara sisanya

menggunakan transfer tipe III yaitu tempat pertemuan antara gerobak

dan kontainer dengan kapasitas 6 m3. Kontainer yang ada sebanyak 52

buah dengan kapasitas masing-masing 6 m3. Sebagian besar TPS dan

kontainer ditempatkan di Kota Jepara. Kecamatan-kecamatan lain yang

dilayani antara lain : Kecamatan Tahunan, Kecamatan Pecangaan,

Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan

Bangsri.

d. Pengangkutan Operasi pengangkutan sampah dilakukan dari kontainer maupun

TPS-TPS ke tempat pembuangan akhir. Pola pengangkutan sampah di

Kabupaten Jepara saat ini adalah dengan cara sarana pengangkut yang

mengambil sampah di tempat pemindahan yang tersedia di TPS.

Setelah pengambilan dari TPS tersebut, truk pengangkut langsung

menuju TPA.

Akan tetapi, terdapat pula pola pengangkutan sampah dari rumah-

rumah (biasanya di perumahan dan permukiman yang sudah cukup

padat jarak antar rumahnya) dimana sampah yang dikumpukan oleh

motor sampah tidak dibawa ke TPS dulu tetapi langsung dibawa ke

TPA.

Pada saat ini ada 1 pos utama (pool) berpangkalnya truk pengangkut

sampah, yaitu : Dinas Permukiman, Tata Ruang dan Kebersihan

(DPTRK) Kabupaten Jepara. Setiap sarana pengangkutan beroperasi 2

kali sehari, yaitu setelah mengambil sampah dari TPS langsung menuju

TPA dan kemudian kembali ke TPS semula dan seterusnya.

e. Pembuangan Akhir

Buku Putih Kota Jepara III-32

• TPA Bandengan

Tempat Pembuangan Akhir di Jepara sebenarnya ada 3 unit,

namun yang baru beroperasional sesuai prosedur baru 1 (satu) buah

yaitu TPA Bandengan.

Gambar 3.11 TPA Bandengan

Sumber : Dokumentasi 2008

Luas TPA Bandengan Kecamatan Jepara 2.84 ha. Jarak TPA

dengan perumahan/pemukiman terdekat : 0,6 km, jarak TPA dengan

sungai/badan air terdekat : 2 km, jarak TPA dengan pantai : 5 km

Metode secara umum yang digunakan adalah composing dengan

menggunakan 2 metode yakni : Vermikasi atau pengolahan sampah

dengan memanfaatkan cacing tanah untuk dibuat kompos dan yang

kedua dengan menggunakan metode segitiga bamboo untuk proses

pelapukan sampah organik menjadi pupuk.

Sedangkan untuk daur ulang sampah non organik dilakukan kerja

sama dengan pihak pemulung sebagaimana surat perjanjian

tertanggal 1 Pebruari 2007 dan untuk memudahkan pelaksanaannya

telah tersedia seperangkat alat untuk pencacah plastik dan pencacah

sampah organik.

Fasilitas yang dimiliki oleh TPA Bandengan telah disesuaikan

dengan prosedur yang disyaratkan, seperti pengelolaan di Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan 2 (dua) sistem,

yaitu:

i. Controlled Land Fill

Sampah dibuang ke parit, daerah cekungan, atau derah lereng,

kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metode

ini mempunyai tiga macam cara yaitu metode area, metode trench

Buku Putih Kota Jepara III-33

dan metoda depression. Metode ini membutuhkan lahan yang luas

dan tanah untuk menimbun dengan volume yang besar.

ii. Daur Ulang Cell

Daur Ulang Cell, merupakan metode lain yang digunakan dalam

TPA, yaitu dengan membuat kotak-kotak cell yang ditata

berurutan untuk diisi dengan sampah organik. Sampah-sampah

tersebut kemudian dibiarkan minimal 2 – 3 tahun, setelah itu

dibongkar dan diayak untuk dijadikan pupuk kompos. Sisa

produksi yang ada selama ini difungsikan menjadi tanah penutup

untuk Controlled Land Fill.

• TPA Gemulung

TPA Gemulung berada di Kecamatan Pecangaan. Luas TPA

Gemulung adalah 2910 m2. Sistem pengolahan sampah dengan cara

control landfill (Uruk Tanah). Jangkauan pelayanan TPA Gemulung

meliputi Kecamatan Pecangaan, Mayong, Welahan dan Kedung. Gambar 3.12

TPA Gemulung

Sumber : Dokumentasi 2008

• TPA Krasak

TPA Krasak berada di Kecamatan Bangsri. Luas TPA Krasak

adalah 460 m2. Sistem pengolahan sampah dengan cara control

landfill. Jangkauan pelayanan TPA Krasak mencakup Mlonggo,

Bangsri, dan Keling.

Buku Putih Kota Jepara III-34

Gambar 3.13 TPA Krasak

Sumber : Dokumentasi 2008

Upaya minimalisasi jumlah sampah di TPA ini di samping dengan

mengandalkan pemulung dalam pemilahan sampah, juga digunakan

metode komposting, yaitu :

a. Segitiga Bambu

Berupa metode pengomposan dengan menempatkan sampah-

sampah organik dalam segitiga bambu, ditutup dengan plastik,

disiram air, dibalik beberapa kali dengan proses yang sama

selama 1 – 2 bulan. Pelapukan yang terjadi kemudianlah yang

menjadikan menjadi pupuk kompos. Tingkat produksinya rata-rata

komposing sampah TPA dengan metode segitiga dan

penambahan EM 4 dengan produksi + 4 ton/bulan.

b. Vermikasi

Vermikasi merupakan pengolahan sampah dengan memanfaatkan

budidaya cacing lumbricus rubellus. Metode ini adalah dengan

memanfaatkan sampah organik dan sampah dari pasar yang

dicacah kemudian dicampu dengan kotoran sapi dan buangan

RPH. Campuran inilah yang kemudian menjadi makanan bagi

cacing. Hasil buangan /kotoran cacing (kascing) inilah yang

dimanfaatkan sebagai pupuk. Tingkat produksinya rata-rata

komposing dengan sistem vermikasi dengan produksi + 4

ton/bulan.

3.3.6 Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah Pengelolaan kebersihan dan persampahan tidak lepas dari kerja sama

dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah wadah khusus dalam pelayanan

pengambilan sampah rumah tangga, yang melibatkan pihak swasta dan

masyarakat itu sendiri. Keterbatasan SDM dan sarana prasarana pengelola

Buku Putih Kota Jepara III-35

kebersihan dan persampahan yang dimiliki pemerintah daerah menjadikan peran

pihak ketiga menjadi besar sebagai pengelola sekaligus pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, terutama di sekitar lingkungannya.

Pemberdayaan ini penting untuk meningkatkan rasa memiliki dan menjaga

budaya bersih dan sehat di masyarakat, di samping faktor ekonomis yang

ditawarkan terkait dengan share pembagian sebagian retribusi.

Pihak ketiga yang digandeng oleh pemerintah daerah dan turut berperan

dalam pengelolaan kebersihan dan persampahan di Kabupaten Jepara antara

lain :

Gemati

Merupakan pihak ketiga yang digandeng untuk pengelolaan

kebersihan terutama di TPA. Retribusi mestinya 90 % untuk pengelola

dan 10 % masuk kas daerah. Namun dalam kenyataannya angka 10 %

yang terserap untuk daerah masih belum bisa dilaksanakan, karena

hampir 100 % retribusi masih masuk ke pengelola.

Paguyuban RT /RW

Merupakan paguyuban yang dibentuk di setiap hierarkis RT dan RW

yang bertanggungjawab dalam pelayanan kebersihan dan pengumpulan

sampah. Share retribusi yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah adalah

70% untuk pengelola dan sisanya 30 % terserap untuk kas daerah.

Bentuk peran serta masyarakat Kabupaten Jepara terhadap pengolahan

sampah, antara lain:

1. Pengumpulan sampah dari RT sampai ke TPS oleh paguyuban sampah

bersama.

2. Penetapan SALAM BERLIAN (Sapu Halaman Bersihkan Lingkungan

Anda) terutama untuk jajaran Dinas, Instansi, Lembaga

Pemerintah/Swasta.

3. Partisipasi dari pengusaha/wiraswasta berupa pengadaan lomba,

percetakan stiker dan poster, bantuan sarana dan prasarana kebersihan.

4. Kegiatan-kegiatan penyuluhan.

Sedangkan kegiatan 3R telah dilakukan pada beberapa lokasi

sebagaimana yang dtuangkan pada Tabel 3.12.

Buku Putih Kota Jepara III-36

Tabel 3.14 Lokasi Kegiatan 3R Yang Dilakukan Masyarakat

No Lokasi Alamat Jenis

Kegiatan Pemanfaatan

Vol. yang diolah m3/bln

Pelaksana

1 Perumahan

RW I Kel.

Panggang

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

Perumahan

Gang Maju

Kel.

Panggang

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

Perumahan

Gang

Arjuna Kel.

Panggang

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

RW.VI Kel.

Demaan

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

Perumahan

Griya

Tahunan

Indah

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

Perumahan

Kapling

Pengkol

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 7,5 Warga

2 Pasar Pasar Jepara I

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 60 – 90

Pengelola

Pasar

Pasar Jepara II

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 150 – 180

Pengelola

Pasar

kerjasama

dengan

Yayasan

Danamon

Peduli

Pasar Tahunan

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 60 – 90

Pengelola

Pasar

3 Perkantoran

Kantor

Bupati

Jepara

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Cleaning

service

Setda

Buku Putih Kota Jepara III-37

No Lokasi Alamat Jenis

Kegiatan Pemanfaatan

Vol. yang diolah m3/bln

Pelaksana

Bappeda

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pegawai di

Bappeda

Dipenda

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pegawai di

Dipenda

Sekretariat

DPRD

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pegawai di

Setwan

Kec.Jepara

Pemilahan dan

Pengolahan

Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pegawai di

Kec.Jepara

4 Sekolah

SDN

1,2,5,6,9

Panggang

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Guru dan

murid

SDN 4

Panggang

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Guru dan

murid

SDN 1,2

Mulyoharjo

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

1.Pupuk

Kompos

2.Kerajinan

Tangan dari

Sampah

Anorganik

4 – 6 Guru dan

murid

SMPN 2,5,6

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Guru dan

murid

SMAN 1

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Guru dan

murid

SMKN 2, 3

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Guru dan

murid

5 Terminal Terminal

Bus Jepara

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pengelola

Terminal

6 RS/

Puskesmas RSU Kartini

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Proses dalam

incinerator

Bagian

IPAL RSU

Puskesmas

Kota

Pemilahan dan Pengolahan Sampah

Pupuk

Kompos 4 – 6

Pegawai

Puskesmas

Buku Putih Kota Jepara III-38

3.3.7 Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di

Kabupaten Jepara adalah :

1. Potensi masyarakat secara umum cukup besar, hanya saja belum dapat

dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi untuk meningkatkan

efektifitas program persampahan.

2. Adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan

merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan

lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada

tempatnya.

4. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan

persampahan.

5. Keterbatasan luas lahan untuk lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir.

6. Kurangnya jumlah armada atau prasarana pengangkutan mengakibatkan

sampah yang terlambat diangkut, sehingga menimbulkan bau dan lindi di

TPS dan transfer depo.

3.4 Pengelolaan Drainase

3.4.1 Landasan Hukum/Legal Operasional Landasan hukum pengelolaan drainase adalah :

1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239/KPTS/1987 tentang

Fungsi Utama Saluran Drainase Sebagai Drainase Wilayah dan Sebagai

Pengendalian Banjir.

2. Kepmen Kimpraswil Nomor 534/2001 tentang Standar Pelayanan

Minimal Drainase.

3.4.2 Aspek Institusional Institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase adalah DPU &

ESDM dan DPTRK. DPU & ESDM menangani masalah pembangunannya dan

DPTRK menangani pemeliharan saluran drainase. Sedangkan BLH menangani

masalah promosi dan advokasi PHBS dengan memasang pesan-pesan di

Billboard supaya masyarakat tidak membuang sampah di sungai, kegiatan

pembersihan sampah disepanjang pantai wisata dengan melibatkan masyarakat

setempat, memberikan bantuan bibit tanaman untuk penghijauan ke sekolah-

sekolah, membuat biopori didaerah resapan air hujan, tanaman untuk taman-

Buku Putih Kota Jepara III-39

taman kota. Pendanaan yang disediakan oleh BLH untuk kegiatan ini rata-rata

sebesar Rp. 50 juta pertahun.

Struktur organisasi PU & ESDM yang mengurus masalah drainase dan

air limbah adalah sebagai berikut dibawah ini:

‐ Kepala Dinas ‐ Sekretaris

a. Sub Bagian umum dan Kepegawaian b. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi c. Sub Bagian Keuangan

‐ Bidang Bina Marga yang terdiri dari a. Seksi Pembangunan Jalan, b. Seksi Jembatan dan Sarana Prasarana Umum

‐ Bidang Cipta Karya yang terdiri dari : a. Seksi Penataan Lingkungan Dan Air Bersih b. Seksi Pemukiman

‐ Bidang Pengairan yang terdiri dari: a. Seksi Bina Manfaat b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan

‐ Bidang ESDMyang terdiri dari: c. Seksi Energi d. Seksi Sumber Daya Mineral

‐ UPT DPU & ESDM

3.4.3 Cakupan Pelayanan

Pengelolaan drainase di Kabupaten Jepara yang menjadi tanggung

jawab DPU & ESDM sudah meliputi seluruh wilayah kota dengan cakupan

pelayanan meliputi : tidak ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama

waktu genangan tidak lebih dari 2 jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30

cm. Pembangunan saluran drainase lingkungan (saluran tersier) menjadi

tanggungjawab masyarakat. Layanan yang diberikan DPTRK pada aspek

pemeliharaan meliputi: melakukan pengedukan lumpur/waled/sedimen pada

saluran drainase, memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta

melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase,

air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran

lingkungan/banjir. Sedangkan BLH melakukan pemasangan pesan-pesan PHBS

kepada masyarakat disepanjang pinggir sungai, supaya tidak membuang

sampah di sungai.

Buku Putih Kota Jepara III-40

3.4.4 Aspek Teknis dan Operasional Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan

ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi

pelayanan, drainase terdiri atas :

1. Drainase utama (makro)

2. Drainase lokal (mikro)

Drainase utama (makro) yaitu sistem saluran yang menampung dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area).

Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di

Kabupaten Jepara yang termasuk dalam drainase utama (makro) ada 4 sungai

yaitu Kali Kanal, Kali Wiso, Kali Sikembu dan Kali Sampok.. Pada Kali Kanal dan

Kali Wiso yang berada pada daerah perkotaan sebagian besar sudah di tanggul.

Drainase lokal (mikro) yaitu sistem saluran yang menampung dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar

berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang

berskala lebih kecil dari drainase utama (makro). Di Kabupaten Jepara yang

termasuk dalam drainase lokal (mikro) adalah saluran di sepanjang sisi jalan

protokol (saluran drainase sekunder) dan saluran di lingkungan pemukiman

(saluran drainase tersier/drainase lingkungan). Karakteristik sistem saluran di

wilayah kota sudah permanen, pada umumnya masih terbuka dan dimensi

sekitar 0,3 – 2 m. Pada umumnya saluran drainase mengikuti alur jalan yang

ada, dimulai dari pintu air Demaan dan terbagi menurut hirarki sistem menjadi 7

sistem pelayan (I – VII/Sistem Sikembu). Ada yang bermuara ke sungai/kanal,

ada yang langsung ke laut dan ada yang masuk ke rencana pembangunan

polder dekat terminal Jepara. Panjang saluran drainase yang melayani 7 sistem

pelayanan tersebut sekitar 24.236 m, terdiri dari :

Sistem I = 4.681 m Sistem IV = 3.152 m Sistem VII = 2.676 m

Sistem II = 6.042 m Sistem V = 1.300 m

Sistem III = 2.625 m Sistem VI = 3.760 m

Secara umum, saluran drainase lingkungan di pemukiman ada berupa

saluran alami dan buatan baik terbuka atau tertutup, pasangan beton maupun

galian tanah. Berdasarkan hasil Studi EHRA Jepara Juli 2010, sekitar 39,48 %

responden memiliki saluran air /drainase. Kondisi fisik saluran drainase dari

39,483% tersebut, sekitar 17,32 % saluran menggunakan tutup dan sekitar 42,21

% saluran airnya mengalir.

Buku Putih Kota Jepara III-41

KEL. JO BO KU TO

KE L. BU LU

KEL. KAU M AN

KEL. D EM AAN

KEL. PO TR O YU D AN

KE L. P AN GGAN G KELURAH AN SARIPAN

Stadion Kam al Junaedi

S kala :

0 250 500 m

KELURAHAN PENG KO L

KELUR AH AN M ULYO HARJOKELURAHAN UJUNG BATU

Gambar 3.14 Peta Jaringan Drainase dan Lokasi Daerah Genangan

Sumber : Detail Plan Drainase Kota Jepara

Buku Putih Kota Jepara III-42

3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase

lingkungan antara lain:

1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.

2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke

saluran drainase.

3. Membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga ke belakang

rumah. Saluran drainase yang ada di depan rumah hanya untuk

pematusan air hujan saja.

4. Mentaati slogan-sloga himbauan yang telah dipasang oleh BLH

Kabupaten Jepara di tempat - tempat strategis pinggiran sepanjang

sungai, supaya masyarakat ikut menjaga kebersihan sungai dengan

tidak membuang sampah pada sungai.

3.4.6 Permasalahan Di Kabupaten Jepara muncul permasalahan dalam pengelolaan

drainase lingkungan yaitu :

1. Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air yang disebabkan oleh

endapan (sedimen), serta dimensi/ukurannya kecil.

2. Adanya sampah-sampah yang menyumbat saluran. Hal ini akan

menyebakan berkurangnya kapasitas saluran.

3. Banyak terdapat lokasi-lokasi yang rendah (disekitarnya sudah

ditinggikan untuk bangunan) menyebabkan sulitnya mengarahkan

saluran dengan air.

4. Tingginya permukaan air laut pada saat pasang dan rendahnya

permukaan tanah menyebabkan air hujan tidak dapat lancar mengakir

ke laut. Perlu penanganan sedini mungkin genangan yang diakibatkan

oleh ROB, sebelum meluas sampai ke area perkotaan. Saat ini

Pemerintah Kabupaten Jepara sedang melakukan studi untuk

penanggulangan akibat ROB..

Buku Putih Kota Jepara III-43

3.5 Penyediaan Air Bersih

3.5.1 Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69/KPTS/CK/II/1993

Tahun 1993 tentang Pengelolaan BPAM Diserahkan Dari Pemerintah

Provinsi Jawa Tangah Kepada Pemerintah Kabupaten Jepara

2. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 1993 tentang

Perubahan Status BPAM Menjadi Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Kabupaten Jepara

3.5.2 Aspek Institusional PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah

Kabupaten Jepara, yang secara terus menerus dituntut meningkatkan pelayanan

air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan serta berusaha

memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada Pemerintah

Kabupaten Jepara.

3.5.3 Cakupan Pelayanan Hingga akhir tahun 2009, diidentifikasi bahwa cakupan pelayanan PDAM

Kabupaten Jepara sebesar : (1) Kabupaten : 11,13%; (2) Perkotaan : 84,8%; dan

(3) Pedesaan : 18,3%. Adapun jumlah sambungan rumah (SR) mencapai 22.115

pelanggan. Sedangkan besarnya angka kehilangan air mencapai 21,64%.

Efisiensi penagihan rekening sebesar 80% dan panjang pipa terpasang ± 387,46

km. Adapun kapasitas produksi sebesar ± 281,7 liter/detik dan kapasitas

terpasang 354,5 liter/detik. Berdasarkan Studi EHRA Jepara Juli 2010, diketahui

bahwa sebagian besar (dominan) rumah tangga di wilayah studi lebih memilih

untuk memanfaatkan sumur bor/sumur pompa yaitu sebesar 53,84%

dibandingkan air ledeng PDAM yang hanya berjumlah 30,42%. Walaupun secara

khusus, data tentang jumlah sumur gali/sumur bor yang dimiliki oleh masyarakat

(rumah tangga) di Kota Jepara belum terdata (terdokumentasi) dengan baik.

Dalam rangka penyediaan air bersih yang dbutuhkan oleh masyarakat

Kabupaten Jepara, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PDAM

Kabupaten Jepaera antara lain :

1. Menjaga kelestarian air baku, sehingga fungsi pengelolaan pelayanan

air minum kepada masyarakat dapat tercapai.

Buku Putih Kota Jepara III-44

2. Menjaga kuantitas air baku, sehingga kontinuitas pelayanan melalui

peningkatan dan kapasitas produksi di masa yang akan datang dapat

terpenuhi.

3. Meningkatkan profesionalisme karyawan sehingga kinerja manajemen

yang berorientasi kepada pelanggan dapat berjalan baik.

4. Meningkatkan fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat.

5. Meningkatkan image dan kinerja perusahaan.

3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional Langkah-langkah PDAM Kabupaten Jepara untuk memenuhi kebutuhan

air bersih tersebut adalah dengan membuat sumur dalam /pengeboran air bawah

tanah (± 150 m) yang digerakkan oleh tenaga listrik dan genset. Unit produksi

yang dimiliki oleh PDAM antara lain :

1. Unit Produksi Sumur Dalam Jepara

Sumur Bor Dalam Jepara sejumlah 23 unit dengan kapasitas terpasang

138,8 liter/detik

2. Unit Produksi Sumur Dalam Bangsri

Sumur Bor Dalam Bangsri sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang

20,5 liter/detik.

3. Unit Produksi Sumur Dalam Mlonggo

Sumur Bor Dalam Mlonggo sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang

34,4 liter/detik.

4. Unit Produksi Sumur Dalam Pecangaan

Sumur Bor Dalam Pecangaan sejumlah 3 unit dengan kapasitas

terpasang 8,1 liter/detik.

5. Unit Produksi Sumur Dalam Tahunan

Sumur Bor Dalam Tahunan sejumlah 5 unit dengan kapasitas terpasang

22 liter/detik.

6. Unit Produksi Sumur Dalam Pakis Aji

Sumur Bor Dalam Pakis Aji sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang

23,1 liter/detik.

7. Unit Produksi Sumur Dalam Kalinyamatan

Sumur Bor Dalam Kalinyamatan sejumlah 2 unit dengan kapasitas

terpasang 20,2 liter/detik.

8. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung I

Buku Putih Kota Jepara III-45

Sumur Bor Dalam Kedung I sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang

13,4 liter/detik.

9. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung II

Sumur Bor Dalam Kedung II sejumlah 2 unit dengan kapasitas

terpasang 17,1 liter/detik.

10. Unit Produksi Sumur Dalam Batealit

Sumur Bor Dalam Batealit sejumlah 1 unit dengan kapasitas terpasang

7,1 liter/detik.

Untuk lebih memperjelas seberapa besar cakupan layanan PDAM, dapat

dilihat Peta Jaringan Air Bersih Kabupaten Jepara yang dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

3.5.5 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Jepara sebagai

unit usaha yang berkewajiban menyediakan sarana akses air bersih di

Kabupaten Jepara dapat adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya monopoli dalam pengelolaan air minum, yang terlihat dengan

banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk memanfaatkan sumur

gali/sumur bor sebagai sarana akses mereka untuk pemenuhan

kebutuhan air bersih.

2. Kurangnya manajemen PDAM

3. Kurang disiplinnya pelanggan dalam membayar tagihan rekening air

minum.

4. Semakin banyaknya usaha air isi ulang di Kabupaten Jepara yang

membuat semakin berkurangnya pelanggan air PDAM.

5. Tingkat kehilangan air yang relatif tinggi yaitu sebesar 21,64% pada

tahun 2009 diharapkan dapat segera tertangani, sehingga

pendistribusian air bersih menjadi lebih efisien.

6. Berkurangnya catchment area di Kabupaten Jepara mengakibatkan

ketersediaan air baku untuk PDAM semakin menipis.

Selain itu ketidaksediaan data jumlah sumur gali/sumur bor yang dimiliki

rumah tangga di masing-masing kelurahan oleh pihak DKK Jepara berakibat

pada sulitnya pengawasan dan pemantauan terhadap kualitas sumur gali/sumur

bor yang dimiliki masyarakat (rumah tangga) di Kabupaten Jepara. Beberapa

kegiatan yang dilakukan oleh DKK Jepara hanya terbatas pada pemeriksaan

Buku Putih Kota Jepara III-46

(sampling) kualitas air bersih yang dilakukan di permukiman padat penduduk dan

kumuh di wilayah Kabupaten Jepara. Hasil uji kualitas air sumur dangkal di

wilayah pemukiman penduduk dapat dilihat pada Lampiran 3.

Gambar 3.15

Sumber : PDAM Kabupaten Jepara

Buku Putih Kota Jepara III-47

3.6 Komponen Sanitasi Lainnya

3.6.1 Penanganan Limbah Industri Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Jepara, khususnya BLH dalam upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan,

khususnya yang diakibatkan karena pembuangan limbah cair industri, antara lain

dengan :

1. Pengujian Limbah Air Sungai

2. Pengembangan Penataan Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi

Pemukiman, Industri, Pusat Perdagangan dan Padat Lalu Lintas

3. Pembinaan pada Pengusaha Industri untuk memiliki Dokumen

Pengelolaan Pemantauan Lingkungan

Kondisi pencemaran limbah cair industri pada umumnya di Kabupaten

Jepara masih dibawah ambang batas pencemaran. Walaupun begitu, dalam

jangka panjang perlu adanya penataan industri di lokasi tertentu sehingga

dengan mudah untuk meminimalkan terjadinya Pencemaran Limbah Cair Industri

tersebut.

Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan limbah industri yaitu :

1. Pelaku Industri belum seluruhnya mempunyai IPAL (Instalasi

Pengolahan Air Limbah)

2. Terbatasnya lahan untuk pembuatan IPAL Komunal bagi Sentra Industri

dan Pemukiman (Limbah Rumah Tangga).

3.6.2 Penangangan Limbah Medis Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah

rumah sakit, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah medis dapat

dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan

berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah

medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan

pengelolaan secara khusus.

Di Kabupaten Jepara sendiri, praktek pengolahan limbah medis oleh

rumah sakit maupun puskesmas sudah dilakukan. Terlihat dari fakta bahwa

selama ini baik puskesmas ataupun rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten

Jepara sudah mempunyai incinerator (13 puskesmas), sedangkan Puskesmas

yang belum mempunyai incinerator masih menyerahkan limbah medis,

Buku Putih Kota Jepara III-48

khususnya limbah padat yang dihasilkannya untuk dibakar pada unit incinerator

yang dimiliki oleh RSUD Kartini atau pada Puskesmas terdekat.

Hingga tahun 2009 RSUD Kartini merupakan salah satu rumah sakit

yang diketahui memiliki pengolahan limbah medis baik padat maupun cair

walaupun secara kuantitas maupun kualitas pengolahan limbah masih kurang

memadai. Secara detail penjelasan terkait limbah medis ditinjau dari sumber,

jenis dan pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sumber Sumber timbulan sampah medis yang dihasilkan dari RSUD Kartini

secara garis besar berasal dari unit obstetrik, unit emergency, unit

laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dan

sebagainya adalah sebanyak 1.204 kg per bulan.

b. Jenis Jenis limbah medis dapat berupa benda tajam, infeksius, jaringan

tubuh, sitotoksis, farmasi, kimia, dan radio aktif. Jenis lain adalah

sampah medis berupa; darah, jaringan, spuit, kapas, kasa, slang infus,

jarum suntik, dan sampah lain yang terkontaminasi. Cakupan

penanganan sampah medis di RSUD Kartini sudah mencakup 100%

dari total timbulan sampah setiap harinya.

Tabel 3.15 Timbulan Limbah Medis & Non Medis RSUD Kartini

Kabupaten Jepara Tahun 2009

No Bulan Timbulan Limbah

Medis (Kg) Timbulan Limbah Non Medis (Kg)

1 Januari 1.160 1.736

2 Pebruari 1.181 1.364

3 Maret 1.265 1.612

4 April 1.229 1.598

5 Mei 1.216 1.791

6 Juni 1.142 1.524

7 Juli 1.208 1.646

8 Agustus 1.204 1.846

9 September 1.150 1.866

10 Oktober 1.234 2.204

11 Nopember 1.218 2.298

Buku Putih Kota Jepara III-49

No Bulan Timbulan Limbah

Medis (Kg) Timbulan Limbah Non Medis (Kg)

12 Desember 1.236 2.136

Total 14.452 21.621

Rata-rata perbulan 1.204 1.801

Sumber : Instalasi Pemeliharaan Sarana da Prasarana RSUD Kartini Kabupaten Jepara, 2009.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa volume sampah medis dan

sampah non medis setiap bulan mengalami peningkatan.

c. Penanganan (pengelolaan) Sampah dipisahkan menjadi dua yaitu sampah medis dan sampah

non medis, kedua sampah tersebut diberi wadah dan kantong plastik

yang berbeda. Untuk sampah medis dimasukkan ke dalam kantong

plastik merah.

Sebelum dibuang ke pembuangan sementara, dilakukan desinfeksi

dengan bahan kimia untuk membunuh bakteri patogen dan

mikroorganisme lain yang bisa membayakan penjamah sampah.

Pemusnahan sampah medis dengan pembakaran (incenerator).

Untuk limbah cair diolah dalam suatu IPAL yang dikelola secara

mandiri oleh RSUD Kartini. alur IPAL dituangkan pada gambar

dibawah berikut ini.

d. Permasalahan

• Selama bulan Januari s/d Mei 2009 sisa/abu pembakaran sampah

medis belum maksimal, karena konstruksi cerobong yang terlalu

kecil sehingga tidak mampu membakar dengan suhu di atas 900 0C.

• Tempat Penampungan Sementara (TPS) setiap hari Minggu dan

Senin sering terjadi penumpukan sampah, karena pada hari Minggu

tidak ada pengangkutan dari pihak DPTRK.

Buku Putih Kota Jepara III-50

Gambar 3.16 Alur IPAL RSUD Kartini Kabupaten Jepara

Sumber : RSUD Kartini Kabupaten Jepara

KM, Toilet, wc

Auto Rake Screen

FBBR

Bak Pengendapan

Bak Air Terolah

Up Flow Filter

Bak Desinfektan

Lift Station

Bufer Basin

Pretreatmen

Laundry

Dapur

Limbah Padat

Incenerator

Dewatering Unit

Cake

Air Bersih

Bak Penampungan Lumpur

Saluran Air Kota/ Sungai

Effluent

Buku Putih Kota Jepara III-51

3.6.3 Kampanye PHBS Untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dinas Kesehatan

Kabupaten Jepara telah melakukan berbagai upaya agar masyarakat bisa

mengetahui, memahami, mengerti dan akhirnya mau melakukan apa yang

menjadi kewajiban sebagai warga masyarakat untuk turut serta membangun

kesehatan baik individu, masyarakat dan lingkungan, agar kualitas kesehatan

meningkat, sedangkan kegiatanya antara lain :

1. Pelatihan untuk petugas kesehatan.

2. Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Desa/Kelurahan.

3. Survei PHBS di 21 Puskesmas masing-masing 210 KK.

4. Melatih kader kesehatan di kelurahan-kelurahan.

5. Memasang spanduk-spanduk /poster-poster himbauan untuk PHBS.

6. Membentuk Forum Kesehatan Desa (FKD).

7. Lomba Lingkungan Sekolah Sehat (LLSS). 8. Kampanye Anti Rokok tahun 2008. 9. Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), peserta 1000 orang

anak-anak SD se Kabupaten Jepara.

10. Pelatihan dan praktek CLTS selama 2 hari, tahun 2010.

11. Pelatihan Higiene Sanitasi Sekolah, praktek CTPS, tahun 2010.

12. Survey Peningkatan Sanitasi Obyek Wisata Pantai Kartini (Survey IS).

Ruang lingkup Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dalam

pelaksanaanya ada 5 tatanan yaitu :

1. Tatanan Rumah Tangga Sehat

2. Tatanan Sekolah Sehat

3. Tatanan Perkantoran Sehat

4. Tatanan Tempat-Tempat Umum Sehat

5. Tatanan Pondok Pesantren Sehat

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di

bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat. Rumah tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 16

(enambelas) PHBS di rumah tangganya, urutan ke 16 PHBS dan urutan masalah

dari Hasil Survei Pemetaan Rumah Tangga Sehat tatanan rumah tangga yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara pada tahun 2009 di 21

Buku Putih Kota Jepara III-52

Puskesmas dengan jumlah desa yang di data ada 188 desa dan 4410 rumah

tangga atau 210 rumah tangga setiap Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Tidak merokok sebesar 35,37%.

2. Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) sebesar 42,49%

3. ASI Eksklusif sebesar 43,06%

4. Melakukan aktifitas fisik tiap hari sebesar 63,88%

5. Menggunakan lantai rumah kedap air sebesar 70,41%

6. Menggunakan jamban sehat sebesar 75,96%

7. Melakukan PSN minimal seminggu sekali sebesar 76,80%

8. Kepadatan hunian rumah per orang min.9 m2 sebesar 78,25 %

9. Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir sebesar

78,32 %

10. Menimbang bayi dan balita sebesar 78,91%

11. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan sebesar 80,50 %

12. Membuang sampah pada tempatnya sebesar 82,83%

13. Makan dengan menu seimbang sebesar 89,64 %

14. Menggosok gigi min.2 kali sehari sebesar 93,20 %

15. Menggunakan air bersih sebesar 94,04 %

16. Tidak menyalahgunakan miras dan narkoba sebesar 96,76 %

3.7 Pembiayaan Sanitasi Kota

3.7.1 Kelembagaan Pengelolaan Keuangan Sanitasi Kelembagaan pengelolaan keuangan untuk sanitasi di kabupaten

Jepara dapat diuraikan dalam tabel berikut dibawah ini.

Tabel 3.16 Kelembagaan Pengelolan Keuangan Sanitasi

No Kelembagaan & Referensi

Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan Pendanaan Program

1 Dokumen Rencana- Rencana Kota

a. Moto Kabupaten Jepara yaitu “Trus Karya Tataning Bumi” yang artinya terus bekerja keras

membangun daerah, diharapkan visi Kabupaten

Jepara sebagai pemicu bagi seluruh komponen

masyarakat (stakeholders) untuk terus bekerja

keras membangun daerah dalam rangka untuk

Perencanaan Kota (Ref : RPJMD)

Buku Putih Kota Jepara III-53

No Kelembagaan & Referensi

Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan Pendanaan Program

mencapai visi yang dicita-citakan. Visi Kabupaten

Jepara sebagaimana tertuang dalam RPJMD

Kabupaten Jepara Tahun 2007-2012, adalah :

“Terwujudnya Kabupaten Jepara sebagai daerah yang religius, aman, maju, demokratis dan sejahtera dengan bertumpu pada potensi budaya lokal, melalui peningkatan kualitas sumber daya yang terlayani oleh pemerintahan yang bersih”

b. Indikator kekuatan; dokumen perencanaan yang memadai, potensi dan posisi daerah, kinerja yang memadai, pemberdayaan masy. yang memadai, aktivitas forum-2 masyarakat, pendapatan masyarakat.

Indikator kelemahan; pemulihan krisis ekonomi,

kualitas SDM terbatas, SDA terbatas, PAD kecil.

Indikator peluang; otonomi daerah, pengelolaan potensi, pasar bebas, investasi & SDM asing yang berkualitas.

Indikator ancaman; pasar bebas luar negeri, kemajuan teknologi, tuntutan & kebutuhan masyarakat.

c. Indikasi program yang terkait dengan lingkungan, air dan santisasi, hanya ada pada misi ke-5 saja. Seperti peningkatan kualitas SDM dan mutu pelayanan kepada masyarakat. Terutama layanan masyarakat bid. pendidikan dan kesehatan. Ini berkaitan dengan perbaikan infrastrukur santasi dan perubahan perilaku (PHBS).

2 Urusan Perencanaan Pembangunan

a.

Bappeda hanya bersifat mengkoordinasikan perencanaan pembangunan lintas sektoral/bidang.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

b. Pada kondisi eksisting Kabupaten Jepara 2009 (berdasarkan RKPD) tidak ditemukan secara khusus koordinasi perencanaan program dalam bidang kesanitasian. Namun demikian dengan anggaran yang ada, diharapkan terdapat program (bersifat soft-ware/non fisik) yang mengarah kepada penguatan (strenghtening) pemrograman kesanitasian.

(Ref : RKPD & Renja SKPD)

c. Indikasi bahwa koordinasi program kesanitasian

bisa diarahkan kepada penguatan (strenghtening) misalnya koordinasi Pokja, survei dan sebagainya, bisa didorong / dimasukkan pada program-program kerjasama pembangunan, peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah dan program perencanaan pembangunan daerah.

3 Urusan Pekerjaan a.

Urusan pekerjaan umum menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum & Energi Sumber Daya Umum (Ke-PU-an)

Buku Putih Kota Jepara III-54

No Kelembagaan & Referensi

Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan Pendanaan Program

Mineral. Urusan ke-PU-an, adalah; jalan, jembatan, irigasi dan ke cipta-karyaan.

Dinas Pekerjaan Umum & Energi Sumber Daya Mineral

b. Saat ini sedang disusun Studi Penanggulangan Genangan Banjir Akibat ROB Kota Jepara, hal ini mengindikasi bahwa perhatian Pemda sudah sejak dini mengantisipasi terhadap urusan drainase kota sebagai bagian hilir drainase lingkungan yang memberikan dukungan yang cukup baik.

(Ref : RKPD & Renja SKPD)

c. Indikasi tersebut, ternyata dalam pendanaan memang didukung oleh anggaran belanja yang cukup memadai.

d. Kegiatan peningkatan kualitas drainase di antaranya adalah; normalisasi saluran jalan kota, pembersihan saluran drainase.

e. Sebenarnya Dinas PU&ESDM masih bisa didorong untuk mengemban tanggung jawab lebih besar dalam penataan subsektor drainase ini.

4 Urusan Permukiman, Ruang dan Persampahan

a.

Sebagaimana diketahui bahwa DPTRK lebih banyak menangani pendanaan persampahan, dan sedikit limbah cair rumah tangga, khususnya pengangkutan limbah tinja. Kedua subsektor ini, dalam hal pengaturan retribuasinya telah didasarkan kepada Perda tentang Persampahan dan Perda lainnya tentang Layanan Penyedotan Kakus/Tinja.

Dinas Permukiman Tata Ruang dan Kebersihan

(Ref : RKPD & Renja SKPD) b. Urusan kebersihan yang didanai oleh SKPD ini di antaranya adalah; pembersihan ruas-ruas jalan kota, pengelolaan sampah di transfer depo / LPS, peningkatan pengangkutan sampah dari LPS ke TPA, peningkatan daya tampung TPA.

c. Selama ini cakupan layanan persampahan Kabupaten Jepara (hanya di Kec. Jepara dan Tahunan) sudah mencapai 86% dari sumber timbulan awal (rumah tangga), sementara untuk cakupan layanan pembuangan limbah tinja permukiman setiap harinya baru bisa terlayani rata-rata 1 kali 2,5 m3 limbah tinja yang dibuang ke IPLT dengan tarif sekali buang ke IPLT mencapai sebesar Rp. 40.000 per m3.

d. Penanganan pendanaan untuk subsektor

persampahan cendrung turun pada tahun 2009 & 2010 hanya 2,8 milyar & 2,9 milyar sedangkan sebelumnya tahun 2007 & 2008 cukup tinggi mencapai 5,9 milyar & 7,7 milyar. Sedangkan sub sektor air limbah rumah tangga mendapatkan pendanaan yang sangat kecil yaitu 3,3 juta tahun 2009 dan 3,4 juta tahun 2010. Hal ini mengindikasikan kedua sub sektor ini masih sangat perlu mendapat perhatian yang signifikan.

e. Untuk penangan air limbah rumah tangga, hanya

difokuskan pada pengangkutan limbah tinja saja dan itupun belum optimal, mengingat tidak setiap

Buku Putih Kota Jepara III-55

No Kelembagaan & Referensi

Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan Pendanaan Program

f. hari ada tangki septik yang dikuras.

Dorongan belanja sanitasi lebih ditingkatkan harus mengacu kepada kebutuhan nyata dalam rangka untuk meningkatkan cakupan pelayanan, yang pada akhirnya akan meningkatkan pula pendapatan retribusinya.

5 Urusan Kesehatan a.

Secara spesifik dalam dokumen RPJM, Dinas Kesehatan tidak secara langsung fokus ke program sanitasi kota. Dinas Kesehatan lebih banyak mengembangkan program kesehatan bagi balita dan ibu, seperti gizi balita dan posyandu, serta kegiatan-kegiatan proyek perbaikan & peningkatan kapasitas Puskesmas.

Dinas Kesehatan Kabupaten

(Ref : RKPD & Renja SKPD)

b. Terdapat dua program yang bisa diindikasikan memberikan dukungan dalam program sanitasi, yaitu; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan-perilaku hidup sehat dan meningkatkan lingkungan sehat di tempat-tempat umum.

c. Dengan demikian, Dinkes masih bisa didorong untuk lebih berperan meningkatkan program pendanaan yang bisa mengindikasikan secara langsung mendukung program sanitasi kota.

6 Urusan Pemberdayaan a.

Bapermasdes secara khusus belum menyentuh dan memberikan partisipasinya dalam program sanitasi kota, karena belum ada indikasi pelaksanaan program yang mengarah kepada dukungannya dalam pembangunan sanitasi kota.

Masyarakat Desa

Bapermasdes

(Ref : RKPD & Renja SKPD)

b. Program pendanaan pada Bapermasdes lebih banyak diarahkan kepada kegaiatan-kegiatan pemberdayaan peran-peran sosial-politik-keamaman-ekonomi mikro, dan belum mengarah kepada peningkatan peran dalam program infrastruktur kota (sanitasi).

7

Urusan Lingkungan Hidup Badan Lingkungan Hidup

a.

BLH lebih fokus pada masalah perlindungan sumber daya alam seperti pembuatan biopori di daerah resapan air serta penyuluhan masyarakat untuk perlindungan pencemaran sungai

(Ref : RKPD & Renja SKPD) b. Sedangkan untuk urusan limbah industri, BLH

hanya terbatas pada tindakan pemantauan dan pemberian ijin tentang pengelolaan limbah saja.

c. Pada acara-acara lomba kebersihan di tingkat sekolah maupun instansi perkantoran ikut berpartisipasi memberikan hadiah alat-alat kebersihan dan tanaman untuk penghijauan.

3.7.2 Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kondisi belanja sanitasi Kabupaten Jepara dari tahun 2007 - 2009 (data

tahun 2006 tidak ada secara lengkap) menunjukan penyediaan anggaran untuk

Buku Putih Kota Jepara III-56

kegiatan sanitasi besarannya sangat fluktuatif, tahun 2007 mempunyai nilai

paling besar yaitu sebesar Rp. 32,02 milyar dan yang paling rendah pada tahun

2009 sebesar Rp. 2,84 milyar. Secara proporsi belanja sanitasi terhadap belanja

APBD tahun 2007 mencapai 4,49% sedangkan tahun 2009 menurun sangat

tajam menjadi 0,35%. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk tahun kedepan

belanja langsung sanitasi masih mempunyai potensi untuk ditingkatkan lagi.

Namun demikian, hal-hal lain perlu juga dipertimbangkan dalam perencanaan

pendanaan masa datang, seperti variabel makro ekonomi nasional dan daerah,

kebijakan dan keputusan politik, rencana program aksi sanitasi jangka

menengah. Proporsi pendanaan/pembiayaan belanja sanitasi Kabupaten Jepara

dapat dilihat dalam Tabel 3.17.

3.7.3 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Pendapatan asli daerah (PAD) sebagai pencerminan kemampuan

keuangan masyarakat dalam berpartisipasi menjaga pengoperasian dan pemeliharaan sarana prasarana publik. PAD Kabupaten Jepara memberikan gambaran optimistik dengan pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun. Namun demikian, dibalik perilaku anggaran tersebut mengandung potensi bahwa sektor pendanaan masih bisa didorong untuk peningkatan, khususnya sektor sanitasi untuk memenuhi kebutuhan publik.

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Jepara Tahun Anggaran 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 3.18.

3.7.4 Besaran Pendanaan Sanitasi Per Tahun Perkembangan jumlah belanja langsung sanitasi Kabupaten Jepara

mengalami fluktuasi naik-turun yang cukup besar, belanja sanitasi subsektor sampah pada tahun 2006 mencapai Rp. 5,93 milyar sedangkan tahun 2009 turun hampir setengahnya menjadi Rp. 2,82 milyar. Sementara itu, belanja langsung drainase pada tahun 2007 termasuk belanja langsung yang cukup besar yaitu mencapai RP. 26,0 milyar sedangkan tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu hanya Rp.11,8 juta.

Perkembangan pendanaan penyelenggaraan sub-sektor air limbah di Kabupaten Jepara menunjukkan tingkat yang sangat fluktuatif dan tidak konsisten serta jumlahnya sangat minim. Pada tahun 2007 anggaran air limbah baru mencapai Rp. 90 juta, sedangkan tahun 2009 turun cukup besar yaitu hanya sejumlah Rp.3,3 juta setelah tahun sebelumnya (2008) mencapai titik sangat rendah atau hampir tidak dianggarkan karena jumlahnya hanya sebesar Rp. 290 ribu. Permasalahan inkonsistensi belanja langsung sub sektor air limbah ini masih perlu dikaji lebih dalam penyebabnya.

Buku Putih Kota Jepara III-57

Tabel 3.17 Besaran Pembiayaan Sanitasi Per Tahun - Kabupaten Jepara

No

Anggaran Belanja Langsung

2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Subsektor/Program/Ke

giatan Persampahan - 5.932635.000 7.673.362.000 2.823.520.000 2.983.000.000

B Subsektor/Program/Ke

giatan Air Limbah - 90.000.000 290.000 3.300.000 3.400.000

C Subsektor/Program/Ke

giatan Drainase - 26.000.560.000 27.000.569 11.863.300 1.683.000.000

D Jumlah Belanja

Langsung Sanitasi - 32.023.195.000

7.700.652.569

2.838.683.000

4.669.400.000

E Jumlah Seluruh

Belanja APBD 558.129.120.000 713.228.114.000 772.785.860.000 806.509.538.000 -

F Proporsi Belanja

Sanitasi/Belanja APBD - 4.49% 1.00% 0.35% -

• Sumber APBD penjabaran, perubahan. • Sumber APBD anggaran, perubahan.

Buku Putih Kota Jepara III-58

Tabel 3.18 Struktur APBD Kabupaten Jepara Tahun 2006-2009

KODE U R A I A N

T A H U N

2006 2007 2008 2009

Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 PENDAPATAN 532.798.339.000 547.399.120.000 657.115.940.000 681.954.997.000 717.327.997.000 731.045.136.000 772.921.648.000 762.710.335.000

1.1 Pendapatan

Asli Daerah

52.435.097.000 52.631.057.000 53.900.233.000 57.610.457.000 55.951.063.000 62.003.754.000 72.717.676.000 68.098.430.000

1.2 Dana

Perimbangan

480.363.242.000 494.768.063.000 536.307.201.000 543.842.468.000 607.987.624.000 611.019.234.000 642.923.382.000 645.109.911.000

1.3 Lain-Lain

Pendapatan

Yang Sah

- - 66.908.506.000 80.502.072.000 53.389.310.000 58.022.148.000 57.280.590.000 49.501.994.000

2 BELANJA 527.423.339.000 558.129.120.000 679.278.387.000 713.228.114.000 754.396.532.000 772.785.860.000 804.538.898.000 806.509.538.000

2.1 Belanja Tidak

Langsung

(Aparatur

Daerah)

163.889.313.000 170.382.366.000 345.947.802.000 372.862.029.000 438.664.004.000 445.158.759.000 491.120.701.000 538.690.760.000

2.2 Belanja

Langsung

(Pelayanan

Publik)

363.534.026.000 387.746.754.000 333.330.585.000 340.366.085.000 315.732.528.000 327.627.101.000 313.418.197.000 267.818.778.000

Buku Putih Kota Jepara III-59

KODE U R A I A N

T A H U N

2006 2007 2008 2009

Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan Penetapan Perubahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

DEFISIT 5.375.000.000 (10.730.000.000) (22.162.447.000) (31.273.117.000) (37.068.535.000) (41.740.724.000) (31.617.250.000) (43.799.203.000)

3 PEMBIAYAAN

3.1 Penerimaan

Daerah

- 16.125.000.000 29.853.432.000 34.262.230.000 37.942.045.000 46.832.234.000 41.250.000.000 53.831.953.000

3.2 Pengeluaran

Daerah

5.375.000.000 5.395.000.000 7.690.985.000 7.690.985.000 873.510.000 5.091.510.000 9.632.750.000 10.032.750.000

SURPLUS (5.375.000.000) 10.730.000.000 22.162.447.000 26.571.245.000 37.068.535.000 41.740.724.000 31.617.250.000 43.799.203.000

Sumber : APBD Kabupaten Jepara Tahun 2006-2009 (Bagian Keuangan Setda Jepara).

Buku Putih Kota Jepara III-61

3.7.5 Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan (Retribusi) Layanan Sanitasi

Realisasi dan potensi pendapatan retribusi untuk layanan sanitasi kepada

publik baru berasal dari dua komponen sanitasi saja, yaitu layanan

kebersihan/sampah dan layanan air limbah rumah tangga/domestik.

Perkembangan pendapatan yang berasal dari retribusi kebersihan/ sampah

selama dua tahun berturutan, sejak tahun 2007 dan tahun 2008 ( tahun 2006

tidak ada data lengkap) terdata pemasukan pendapatan retribusi yang cukup

yaitu sebesar Rp. 100,5 juta tahun 2007 dan naik menjadi Rp. 111,3 juta tahun

2008, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis yaitu sebesar

Rp. 32,4 juta. Hal ini perlu menjadi perhatian yang serius supaya dapat menutup

celah-celah kebocoran pendapatan daerah di masa datang. Perkembangan

pendapatan retribusi air limbah pada kurun waktu yang sama dengan retribusi

kebersihan/ sampah mengalami penurunan yang drastis di tahun 2009. Selama

2 tahun berturut-turut (2007&2008), pendapatan retribusi air limbah sebesar Rp.

11,4 juta & Rp. 11,9 juta, sedangkan pada tahun 2009 hanya mencapi 10% nya

saja yaitu sebesar Rp. 1,0 juta. Tarif angkut limbah kakus/tinja merupakan

sejumlah pungutan yang dikenakan berdasarkan jarak dari sumber ke IPLT.

Dalam pelaksanaannya Pemerintah Kabupaten Jepara telah mempunyai

Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) yang berlokasi sama dengan TPA

Sampah Bandengan, meskipun saat ini penggunaannya belum optimal. Retribusi

air limbah rumah tangga diatur berdasarkan Perda nomor 6 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Jepara No. 1 Tahun

1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus. Rendahnya permintaan sedot kakus

tidak terlepas dari konstruksi tangki septik yang dibangun pada ribuan rumah di

kota ini yang kemungkinan tidak kedap air. Sementara itu pendapatan dari

retribusi drainase belum ada, karena memang belum ada Perda yang mengatur

urusan drainase lingkungan. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan

(Retribusi) Layanan Sanitasi dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut dibawah ini.

Buku Putih Kota Jepara III-62

Tabel 3.19 Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan (Retribusi) Layanan Sanitasi – Kabupaten Jepara

No Jenis Pendapatan 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Retribusi Kebersihan /Sampah - 100.554.000 111.352.500 32.007.500 -

2 Retribusi Air Limbah - 11.440.000 11.960.000 1.055.000 -

3 Retribusi Drainase - - - - -

4 Jumlah Retribusi Sanitasi 111.994.000 123.312.500 33.062.500 -

5 Jumlah PAD 52.631.057.000 57.610.457.000 62.003.754.000 68.098.430.000 -

6 Jumlah Dana Perimbangan 494.768.063.000 543.842.468.000 611.019.234.000 645.109.911.000 -

7 Jumlah Lain-lain Pendapatan

yang Sah

- 80.502.072.000 58.022.148.000 49.501.994.000 -

8 Jumlah Pendapatan Daerah 547.399.120.000 681.954.997.000 731.045.136.000 762.710.335.000 -

Rasio Retribusi Sanitasi

terhadap Jumlah PAD

- 0,19% 0,20% 0,05% -

Rasio PAD terhadap Jumlah

Pendapatan (Total)

9.61% 8.45% 8.48% 8.93% -

Sumber APBD perhitungan (realisasi)

Buku Putih Kota Jepara III-63

3.7.6 Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Jepara dalam menjalankan roda

pemerintahannya lebih mengoptimalkan sumber pembiayaan yang ada,

sehingga tidak pernah melaksanakan pinjaman daerah.

3.7.7 Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kabupaten Jepara Permasalahan pendanaan sanitasi di Kabupaten Jepara adalah masih

minimnya alokasi dana untuk pembangunan sanitasi. Hal ini diakibatkan karena

sebagian besar alokasi dana APBD digunakan untuk membayar gaji pegawai

negeri dan juga untuk membiayai anggaran sesuai amanat Undang-undang

misalnya anggaran pendidikan 20 %. Hal ini menyebabkan usulan yang

diarahkan ke arah upaya pembinaan masyarakat dalam penanganan sampah

masih terbatas begitu pula usulan kegiatan pengelolaan limbah domestik masih

kecil dan terbatas serta usulan kegiatan pembangunan dan rehabilitasi drainase

lingkungan belum menjadi prioritas sehingga usulannya masih kurang/kecil.

3.7.8 Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita Angka ideal nasional belanja sanitasi adalah Rp.52.000,-/kapita/tahun,

jika mengacu pada angka nasional tersebut maka dibutuhkan jumlah belanja

sanitasi Kabupaten Jepara sebesar Rp. 57,6 milyar pada tahun 2009, dan

bergerak pasti berdasarkan proyeksi jumlah penduduk untuk tahun-tahun

berikutnya. Pengertian belanja sanitasi standar minimal sebesar Rp. 52.000,-

dilihat dari dua sisi, yaitu belanja pemerintah dan pengeluaran masyarakat

(perkapita). Artinya untuk pelayanan publik, dari belanja yang dikeluarkan oleh

pemerintah untuk operasional, pemeliharaan dan pembangunan sarana

prasarana sanitasi dengan besaran tertentu, harus dibayar oleh masyarakat

dalam jumlah yang sama (mengandung pengertian ‘equal cost recovery”).

Belanja sanitasi perkapita pertahun dihitung berdasarkan jumlah belanja

sanitasi dibagi dengan jumlah penduduk terlayani (baik untuk sampah, air

limbah dan drainase) atau total penduduk. Supaya memberikan perhatian

kepada seluruh penduduk yang ideal untuk dilayani, maka rasio belanja sanitasi

perkapita hendaknya didasarkan kepada total penduduk yaitu sebesar

Rp.13.146,- pertahun. Jika dibandingkan dengan standar kebutuhan minimal

belanja sanitasi perkapita sebesar Rp. 52.000,- pertahun, maka untuk

Kabupaten Jepara baru mampu mencapai 25,28% saja. Perhitungan besaran

pendanaan sanitasi perkapita seperti pada Tabel 3.19 berikut ini.

Buku Putih Kota Jepara III-64

Tabel 3.20 Besaran Pendanaan Sanitasi Per kapita

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Ket.

A Komponen Belanja

1 Belanja Langsung (sanitasi) - 32.023.195.000 7.700.652.569 2.826.820.000 4.669.400.000

Jumlah (A) - 32.023.195.000 7.700.652.569 2.826.820.000 4.669.400.000

B Indikator Layanan Infrasruktur

1 Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.058.064 1.073.631 1.090.839 1.107.973 -

2 Jumlah Penduduk Terlayani (%) 50% 55% 60% 65% 70% persepsi/ asumsi

3 Jumlah Penduduk Terlayani (jiwa) 529.032 590.497 654.503 720.182 -

C Tingkat Belanja Sanitasi Perkapita Pertahun (Rp) rata-rata pertahun

1 Berdasarkan Jumlah Penduduk - 29.827 7.059 2.551 #DIV/0! 13.146

2 Berdasarkan Jumlah Penduduk Terlayani - 54.231 11.766 3.925 #DIV/0! 23.307

Belanja Sanitasi Ideal Nasional Perkapita Pertahun 52.000 52.000 52.000 52.000 52.000

Sumber : hasil analisa