ANALISIS SPASIAL KEPADATAN VEKTOR DENGAN ANGKA ...

11
ANALISIS SPASIAL KEPADATAN VEKTOR DENGAN ANGKA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Joy V. I. Sambuaga (1) , Yozua T. Kawatu (2) , Steven Jacub Soenjono (3) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado Email : [email protected] Abstract.Dengue Haemorrhagic Fever(DHF) to be one ofthe moreserioushealthprobleminIndonesiaandoften createsanExtraordinary Incident(KLB). The disease isa public health probleminIndonesiabecause ofits highprevalenceandspreadmore widely. Untilnow there is noeffective vaccinetopreventdengueinfection.The study wasobservationalanalytic, with across-sectionalstudy design. The purposeof this studywas tomap thedensity ofthe vectorfordengue fever(House Index, Container Index,BreteauIndex), tomap the spreadof dengue casesandto analyzethe influence ofthe vectordensityDBD(House Index, Container Index,Indexand FiguresBreteauFreeFlick) on the incidencedenguein the districtMalalayangManado. Samples were takenateach housecasesrecordedeveryneighborhoodin the VillageMalalayangIpresentthe case ofDBDandretrievedthe coordinates, the following 15 housesthat surroundthecases(15cases ofthis houseincluding the case house) using GPS. The results showedthere is astrong relationship betweenthe density oflarvaewith the incidenceof dengue casesin the VillageMalalayangI andthe density ofdenguevectorsanddengue casescanspasial Keywords:Spatial, vectordensity, incidence ofdengue. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering meresahkan masyarakat. Penyakit ditularkan melalui gigitan Aedes sp betina yang mengandung virus dengue dalam tubuhnya. Demam Berdarah Dengue menjadi salah satu masalah kesehatan yang semakin serius di Indonesia dan sering menimbulkan suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian yang besar. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena prevalensinya yang tinggi dan penyebarannya semakin luas. Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi dengue. Di Indonesia, penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate(CFR) 41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan luas daerah terjangkit(Depkes RI, 2005). Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, kecuali daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Fathi et al., 2005). Diantara negara-negara WHO-SEARO, 3 tahun berturut-turut dari tahun 2007 -2009 Indonesia dilaporkan menduduki kasus tertinggi. Sejak tahun 2004 kasus DBD terus meningkat dan meluas sampai lebih dari 350 kabupaten/kota sedangkan kematian DBD tahun 2009 mencapai 1388 orang, ini berarti lebih dari sekitar 100 orang perbulan sama dengan pesawat jatuh setiap bulan yang seluruh penumpangnya tewas(Rondonuwu, 2010). Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang menjadi vektor utama penular penyakit DBD, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat manusia dan sering di dalam rumah. Selain itu, Aedes albopictus merupakan salah satu vektor potensial penyakit DBD (WHO,2009).Untuk menunjang 1 1

Transcript of ANALISIS SPASIAL KEPADATAN VEKTOR DENGAN ANGKA ...

ANALISIS SPASIAL KEPADATAN VEKTOR DENGAN ANGKA KEJADIANDEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN MALALAYANG

KOTA MANADO

Joy V. I. Sambuaga (1), Yozua T. Kawatu (2), Steven Jacub Soenjono (3)

Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes ManadoEmail : [email protected]

Abstract.Dengue Haemorrhagic Fever(DHF) to be one ofthe moreserioushealthprobleminIndonesiaandoftencreatesanExtraordinary Incident(KLB). The disease isa public health probleminIndonesiabecause ofitshighprevalenceandspreadmore widely. Untilnow there is noeffective vaccinetopreventdengueinfection.Thestudy wasobservationalanalytic, with across-sectionalstudy design. The purposeof this studywas tomapthedensity ofthe vectorfordengue fever(House Index, Container Index,BreteauIndex), tomap the spreadofdengue casesandto analyzethe influence ofthe vectordensityDBD(House Index, Container Index,IndexandFiguresBreteauFreeFlick) on the incidencedenguein the districtMalalayangManado. Samples weretakenateach housecasesrecordedeveryneighborhoodin the VillageMalalayangIpresentthe caseofDBDandretrievedthe coordinates, the following 15 housesthat surroundthecases(15cases ofthishouseincluding the case house) using GPS. The results showedthere is astrong relationship betweenthedensity oflarvaewith the incidenceof dengue casesin the VillageMalalayangI andthe densityofdenguevectorsanddengue casescanspasial

Keywords:Spatial, vectordensity, incidence ofdengue.

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)merupakan salah satu penyakit menular yangsering meresahkan masyarakat. Penyakitditularkan melalui gigitan Aedes sp betina yangmengandung virus dengue dalam tubuhnya.Demam Berdarah Dengue menjadi salah satumasalah kesehatan yang semakin serius diIndonesia dan sering menimbulkan suatuKejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematianyang besar. Penyakit ini menjadi masalahkesehatan masyarakat di Indonesia karenaprevalensinya yang tinggi dan penyebarannyasemakin luas. Sampai saat ini belum ada vaksinyang efektif untuk mencegah infeksi dengue.

Di Indonesia, penyakit DBD pertamakali ditemukan pada tahun 1968 di Surabayadengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranyameninggal dengan Case Fatality Rate(CFR)41,3%. Sejak itu penyakit DBD menunjukkankecenderungan peningkatan jumlah kasus danluas daerah terjangkit(Depkes RI, 2005).

Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resikountuk terjangkit penyakit DBD, kecuali daerahyang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meterdiatas permukaan laut (Fathi et al., 2005).

Diantara negara-negara WHO-SEARO,3 tahun berturut-turut dari tahun 2007 -2009Indonesia dilaporkan menduduki kasustertinggi. Sejak tahun 2004 kasus DBD terusmeningkat dan meluas sampai lebih dari 350kabupaten/kota sedangkan kematian DBDtahun 2009 mencapai 1388 orang, ini berartilebih dari sekitar 100 orang perbulan samadengan pesawat jatuh setiap bulan yang seluruhpenumpangnya tewas(Rondonuwu, 2010).

Aedes aegypti merupakan spesiesnyamuk yang menjadi vektor utama penularpenyakit DBD, karena nyamuk ini sangatantropofilik dan hidup dekat manusia dan seringdi dalam rumah. Selain itu, Aedes albopictusmerupakan salah satu vektor potensial penyakitDBD (WHO,2009).Untuk menunjang

1

1

keberhasilan pengendalian vektor ini makadiperlukan survei entomologi DBD yangmengamati perkembangan dan habitat sertapopulasi dan kepadatan jentik/larva dan nyamukdewasa. Survei entomologi saat ini bisadisajikan dalam bentuk pemetaan (spasial)dengan menggunakan sistem informasigeografis (SIG).

Teknologi pengolahan datamenggunakan sistem informasi geografis(SIG).adalah sistem yang berbasiskomputerisasi, dan dapat digunakan untukpengolahan data serta penyajian data spasial(keruangan) yang terkait pada lokasi dipermukaan bumi.Teknologi SIG yang dipadudengan teknologi penginderaan jarak jauh(inderaja), dapat membuahkan informasi spasialdengan tiga komponen utama yaitu, lokasi, nonlokasi dan dimensi waktu.Sistem informasigeografis dapat dimanfaatkan bagi programkesehatan masyarakat dandata epidemiologi,seperti pemetaan fasilitas kesehatan, sebarandistribusi lokasikasus dan pemetaan daerahendemis suatu penyakit.

Penyakit DBD pertama kali ditemukandi Manado Sulawesi Utara (SULUT), padatahun 1973 kemudian menyebar ke berbagaidaerah di SULUT. Angka insiden DemamBerdarah Dengue di SULUT masih sangattinggi dalam beberapa tahun terakhir ini danperkembangannya sangat fluktuatif. Insidencerate (IR)/100.000 penduduk/tahun di PropinsiSULUT antara tahun 2005-2009 cukupberfluktuatif ; yaitu lebih dari 40/100.000penduduk/tahun. Kasus DBD di PropinsiSULUT dilaporkan tertinggi pada bulanFebruari 2010 dengan jumlah 615kasus(Rondonuwu, 2010).Bulan Januari 2010kasus DBD dilaporkan terbanyak di KotaManado diikuti, Kabupaten Minsel, KabupatenMinut, Kota Bitung, Kabupaten Minahasa &Kabupaten Sangihe. Pada semester pertamatahun 2012 jumlah kejadian DBD di KotaManado sebanyak 251 kasus.

Kecamatan Malalayang memiliki luaswilayah 2.975 Ha dan terdiri dari 9 kelurahandengan jumlah penduduk 55.347 jiwa.Kecamatan Malalayang adalah daerah yangpotensial sebagai daerah penyebaran DBD

karena didaerah ini terdapat beberapa tempatumum yang merupakan tempat berkumpulnyaorang-orang dari berbagai daerah seperti :Rumah sakit umum, Puskesmas, Hotel, Rumahmakan, sekolah (SD sampai perguruan tinggi).Kecamatan Malalayang juga merupakan daerahperbatasan kota manado (alam perkotaan danpedesaan), dan beberapa kelurahan terletak dipesisir pantai.

Berdasarkan laporan kegiatan surveilance diDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado, kasusDBD di Kecamatan Malalayang menempatiurutan teratas dengan jumlah kasus 211 padatahun 2011 dan Incidence rate 328 per 100.000penduduk. Sedangkan pada semester pertamatahun 2012 jumlah kasus di KecamatanMalalayang sebanyak 56 kasus denganInsidence rate 11 per 10.000 penduduk dan 1kasus meninggal dunia.

Tujuan penelitian ini adalah untukmemetakan kepadatan vektor DBD (HouseIndex,Container Index,Breteau Index), untukmemetakan penyebaran kasus DBDdan untukmengetahui hubungan kepadatan vektor DBD(House Index,Container Index,Breteau Index)dengan angka kejadian DBD di kecamatanMalalayang Kota Manado.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitianobservasional analitik, dengan rancangan studipotong lintang (cros-sectional) yaitu penelitimenganalisa secara spatial pengaruh kepadatanvektor terhadap angka kejadian DBD DiKecamatan Malalayang Kota Manado.Variabelbebas dalam penelitian ini adalah KepadatanVektor yang terdiri dari Container Index (CI),House Index (HI)dan Breteau Index(BI).Variabel terikat dalam penelitian ini adalahAngka Kejadian DBD. Populasipenelitianadalahseluruh rumah yang ada di KecamatanMalalayang Kota Manado. Sampel penelitianadalah rumah yang berada di KelurahanMalalayang I berdasarkan kelurahan tertinggikasus DBD (Data kasus di Dinas KesehatanKota Manado Tahun 2012). Pelaksanaanpenelitian ini menggunakan alat Global

2

Positioning System (GPS) Garmin eTrex, untukpenentuan titik koordinat pada 15 rumah dilokasi kasus.Setiap rumah kasus yang terdata dibeberapa lingkungan di Kelurahan Malalayang Iyang terdapat kasus DBD diambil titikkoordinat, berikut 15 rumah yang ada di sekitarrumah kasus (15 rumah ini sudah termasukrumah kasus) dengan menggunakan GPS.Kemudaian melakukan survei kepadatan jentikyang meliputi parameter entomologi jentik,yaitu House Index (HI), Container Index (CI)dan Breteau Index (BI). Survei kepadatan jentikini menggunakan metode visual larva/jentik,cukup dilakukan dengan melihat ada atautidaknya larva/jentik disetiap genangan air tanpamengambilnya.

Analisa data hubungan kepadatan jentikdengan kejadian kasus DBD menggunakanstatistik uji r (pearson correlation), kemudiandisajikan dalam bentuk peta, tabel dannarasi.Data titik koordinat rumah yang disurveiserta kepadatan jentik yang diperoleh diolah

dengan menggunakan bantuan programArcgis9.3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian1. Insidensi DBD di Kecamatan Malalayang

Kecamatan Malalayang adalah daerahyang potensial sebagai daerah penyebaran DBDkarena di daerah ini terdapat beberapa tempatumum yang merupakan tempat berkumpulnyaorang-orang dari berbagai daerah seperti :Rumah sakit umum, Puskesmas, Hotel, Rumahmakan, sekolah (SD sampai perguruan tinggi).Kecamatan Malalayang juga merupakan daerahperbatasan kota manado (alam perkotaan danpedesaan), dan beberapa kelurahan terletak dipesisir pantai.

Data Incidence rate (IR) DBD pada 9kelurahan di Kecamatan Malalayang tahun2012 disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi kejadian DBD dan angka kejadian DBD semester I Tahun 2012di 9 Kelurahan Kecamatan Malalayang KotaManado

No Kelurahan Jumlahkasus

Jumlahpenduduk

IR (per 10.000penduduk)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Malalayang I

Bahu

Winangun I

Winangun II

Malalayang II

Malalayang I Timur

Malalayang I Barat

Kleak

Batu Kota

23

5

3

2

6

9

3

2

3

8697

7018

6394

2857

6419

5540

4672

5177

3132

26

7

5

7

9

16

6

4

10Jumlah 56 49906 11

3

20

Gambar 1. Peta Incidence Rate (IR) DBD di Kecamatan Malalayang tahun 2012

2. Insidensi DBD di Kelurahan Malalayang IKelurahan Malalayang I merupakan salah

satu daerah endemis DBD dari beberapakelurahan yang berada di seluruh wilayah KotaManado denganjumlah penduduk berdasarkanprofil kelurahan tahun 2011 adalah 8.697jiwa.Berdasarkan laporan kegiatan surveilans diDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado,jumlah kasus DBD di Kelurahan Malalayang

Isemester pertama tahun 2012 adalah 23 kasus,dimana jumlah tersebut paling tinggi dariantara 9 kelurahan yang ada di KecamatanMalalayang. Jumlah kasus tertinggi terdapat diLingkungan XI dengan 6 kasus dan terendah dilingkungan II, V, VI dan X yang memiliki 1kasus.Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar2.

Gambar 2.Peta penyebaran kasus demam berdarah dengue di Kelurahan Malalayang 1 tahun2012.

4

Untuk mengetahui hubunganKepadatan vektor dengan insidensi DBD diKelurahan Malalayang I KecamatanMalalayang Kota Manado, maka perludiuraikan terlebih dahulu insidensi DBD diKelurahan Malalayang I. Berdasarkan jumlahkasus dan jumlah penduduk per lingkungandiperoleh hasil angka kejadian (IR) DBD

tertinggi di Lingkungan XI sebesar 54per10.000 penduduk dan terendah diLingkungan X yaitu sebesar 8 per10.000penduduk. Angka kejadian DBD diKelurahan Malalayang I adalah 26 per10.000 penduduk. Data kasus DBD diKelurahan Malalayang I selengkapnya dapatdilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi kejadian dan Incidence Rate DBD tahun 2012di kelurahanMalalayang 1.

3. Kepadatan

vektor DBD di Kelurahan Malalayang Ia. House Index (HI)dan Angka Bebas Jentik (ABJ)

Pelaksanaan survei kepadatan vektor DBD dalam penelitian ini berdasarkan lokasi kasusDBD yang ada di Kelurahan Malalayang I, dimana dari tiap lokasi kasus DBD dipilih 15 rumahdengan radius 100 meter (buffer) untuk dijadikan lokasi survei, selengkapnya dapat dilihat padaGambar 3.

Gambar 3.Peta rumah yang disurveiberdasarkan kasus DBD dengan buffer 100 meter di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

5

LingkunganJumlah Jumlah IR (Per 10.000Kasus Penduduk Penduduk)

Lingkungan I 2 536 37Lingkungan II 1 521 19Lingkungan III 2 1022 20Lingkungan IV 0 529 0Lingkungan V 1 733 14Lingkungan VI 1 846 12Lingkungan VII 3 631 48Lingkungan VIII 2 412 49Lingkungan IX 4 1068 37Lingkungan X 1 1289 8Lingkungan XI 6 1110 54

Total 23 8697 26

Secara keseluruhan rumah yangdisurvei di Kelurahan Malalayang Iberjumlah 345 rumah. Lingkungan Imempunyai HI terendah (6,7%) dan yangtertinggi yaitu di Lingkungan XI (43,3%).

Rata-rata HI di Kelurahan Malalayang Iyaitu 32,8%, seperti ditunjukkan padaTabel 3.House Index (HI) di KelurahanMalalayang I selengkapnya dapat dilihatpada Gambar 4.

Tabel 3.House index (HI) dan di kelurahan Malalayang 1 tahun 2012

Lingkungan Kasus DBD Jumlah Rumah Positif Rumah HI (%)I 2 30 2 6,7II 1 15 2 13,3III 2 30 6 20V 1 15 4 26,7VI 1 15 3 20VII 3 45 17 37,8VIII 2 30 12 40IX 4 60 25 41,7X 1 15 3 20XI 6 90 39 43,3

Jumlah 23 345 113 32,8

Gambar 4.Peta House Index (HI)di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

6

b. Container index (C1) Jumlah kontainer dengan air di

Kelurahan Malalayang I sebanyak 1144dengan CI sebesar 23,9%. CI tertinggi di

Lingkungan V (54,7%) dan yang terendahdi lingkungan II (6,7 %), dapat dilihatpada Tabel 4.

Tabel 4. Container index (CI) di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

LingkunganLarva Dalam Kontainer

JumlahRumah CI(+) (-) Total

Lingkungan I 6 72 78 30 7,7Lingkungan II 3 42 45 15 6,7Lingkungan III 12 84 96 30 12,5Lingkungan V 29 24 53 15 54,7Lingkungan VI 6 75 81 15 7,4Lingkungan VII 27 121 148 45 18,2Lingkungan VIII 16 60 76 30 21,1Lingkungan IX 52 126 178 60 29,2Lingkungan X 5 63 68 15 7,4Lingkungan XI 117 204 321 90 36,4

Total 273 871 1144 345 23,9

Gambaran keadaan Container Indexpada tiap lingkungan di KelurahanMalalayang I dapat dilihat pada gbr. 5.

c. Breteau index (BI)Berdasarkan hasil survei

kepadatan vektor DBD di KelurahanMalalayang I diperoleh hasil Breteau

Index (BI) sebesar 79,1 %, dimanalingkungan I dan II memiliki BIterendah yaitu masing-masing sebesar20% dan Lingkungan V memiliki BItertinggi yaitu sebesar 193,3%.Selengkapnya dapat dilihat pada tabel5 dan gambar 6.

Tabel 5.Breteau Index di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

Lingkungan Jumlah Rumah Jumlah Kontainer Kontainer Positif BII 30 78 6 20II 15 45 3 20III 30 96 12 40V 15 53 29 193,3VI 15 81 6 40,0VII 45 148 27 60VIII 30 76 16 53,3IX 60 178 52 86,7X 15 68 5 33,3XI 90 321 117 130,0

Jumlah 345 1144 273 79,1

7

Gambar 5. Peta Container Index (CI)di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

Gambar 6.Peta Breteau Index (BI)di Kelurahan Malalayang I tahun 2012

8

Tabel 6. Kepadatan Jentik Berdasarkan HI, BI, CI Di Kelurahan Malalayang I Kota Manado

No. Parameter Persentase(%) Kepadatan Larva(Density Figure)1 House Index (HI) 32,8 Kepadatan sedang2 Countainer Index (CI) 23,9 Kepadatan tinggi3 Breteau Index (BI) 79,1 Kepadatan tinggi

4. Analisis StatistikHasil analisis statistik hubungan

kepadatan vektor dengan Angka Kejadian DBDdi Kelurahan Malalayang I KecamatanMalalayang Kota Manado, diperoleh nilai r =0,652 dan nilai p = 0,041 (p<0,05). Hasil inimenunjukkan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara kepadatan vektor denganangka kejadian DBD di Kelurahan MalalayangI. Hubungan ini berpola positif artinya semakintinggi kepadatan vektor semaikin tinggi pulaangka kejadian DBD.

B. PEMBAHASANHasil penelitian ini menunjukkan bahwa

nilaiHouse Index (HI) di Kelurahan Malalayang1 adalah 32,8%. Angka ini tidak memenuhistandar nasional yaitu <5% untuk HI. Dalampenelitian ini juga rata-rata indikator CI dan BIdi Kelurahan Malalayang 1 adalah 23,9% dan79,1. Angka-angka tersebut jika disesuaikandengan tabeldensity figure masuk dalamkategori tinggi karena berada pada tingkat diatas 5,nilai CI masuk dalam tingkat 6 dan BIpada tingkat 7.Hasil penelitian ini lebih tinggidibandingkan penelitianNovelani (2007) diKelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timurdimana ditemukan HI 11,5%, CI 6,5% BI 13,3,yang artinya bahwa dilihat dari kepadatannyamuk yang ada maka Kelurahan MalalayangImempunyai risiko terjadinya transmisi virusdengue atau penularan penyakit demamberdarah dengue lebih tinggi dibandingkan diKelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur.

Scott dan Morrison (2002) menemukanbahwa bila suatu daerah mempunyai HI lebihdari 5% menunjukkan bahwa daerah tersebutmempunyai risiko tinggi untuk penularandemam berdarah dengue, bila HI<5% makamasih bisa dilakukan pencegahan untuk

terjadinya infeksi virus dengue.Lebih lanjutdijelaskan bahwa bila HI >15% berarti daerahtersebut sudah ada kasus DBD.Semakin tinggiangka HI, berarti semakin tinggi kepadatannyamuk, maka semakin tinggi pula risikomasyarakat di daerah tersebut untuk kontakdengan nyamuk dan juga untuk terinfeksi virusdengue.Semester pertama tahun 2012 terdapat23 kasus di Kelurahan Malalayang 1, kejadiankasus ini sangat erat hubungannya denganangka HI yang tinggi sehingga kemungkinantransmisi virus dengue di KelurahanMalalayang I juga tinggi, dimana hampir 32,8% rumah di Kelurahan Malalayang 1 terdeteksiterinvestasi oleh larva.

Scott & Morrison (2002) jugamengemukakan bahwa bila BI<50 berartidaerah tersebut mempunyai risiko rendah untukterjadinya transmisi virusdengue , bila BI >50maka daerah tersebut mempunyai risiko tinggiuntuk terjadinya transmisi virus, dan bilaCI≤10% menunjukkan bahwa daerah tersebutaman dari transmisi virus dengue. Berdasarkanindikator tersebut maka kelurahan Malalayang Itermasuk daerah yang kemungkinan transmisivirus dengue tinggi karena CI lebih besar 10%dari BI juga jauh lebih besar dari 50.

Hal ini dikuatkan dengan hasil ujistatistik yang menunujukkan bahwa terdapathubungan yang kuat antara kepadatan vektoryang tinggi di Kelurahan Malalayang I denganangka kejadian kasus DBD. Kondisi seperti inimemang sangat memungkinkan KelurahanMalalayang I menjadi kelurahan yang tertinggikasus DBD dibandingkan delapan kelurahanlainnya di Kecamatan Malalayang danmemberikan kontribusi kasus (angka kesakitandan angka kematian) DBD di Kota Manadosecara umumnya.

Selain untuk menunjukkan hubunganantara kontainer rumah yang positif larva, BI

9

juga bisa untuk menyatakan kepadatan nyamukyang memberikan informasi yang paling baikuntuk melihat berbagai macam kontainer yangsangat potensial sebagai tempatberkembangbiaknya nyamuk (Soedarmo, 1988).

Penggunaan indikator parameter HouseIndex (HI) Container index (CI)dan BreteauIndex (BI) sudah sering digunakan secara luassebagai dasar pengukuran kepadatan larva, akantetapi nilai ambang kritisnya untuk penularanpenyakit DBD belum pernah ditentukan secarapasti masih diperdebatkan selama beberapatahun tanpa penyelesaian yang jelas. MenurutWHO (2005)citSuwarja(2007), House Index(HI) 1% dipilih sebagai batas objektif untukpengendalian vektor demam kuning di Sinegal,tetapi penentuan nilai ambang batas ini tidakberdasarkan penelitian ilmiah terhadap dengue.Di Negara Singapura memiliki kepadatan vektorsangat rendah akan tetapi kejadian luar biasa(KLB) dengue masih terjadi walaupun HouseIndex (HI) sudah turun sampai 1%.

Menurut Kantachuvessiri (2002), bahwadalam rangka menekan penyebaran penyakitDBD serta mengurangi dampak ekonomismaupun kesehatan masyarakat akibat penyakitDBD, melalui strategi khusus salah satunyaadalah mengurangi tempat-tempat perindukannyamuk Aedes sp.

Tingginya kepadatan larva pada lokasipenelitian di Kelurahan Malalayang IKotaManado seperti tersebut di atas, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhinya salahsatunya peran serta masyarakat yang kurangdalam melaksanakan pemberantasan sarangnyamuk (PSN) seperti menutup tempatpenampungan air, menguras dan menyikat bakmandi/ WC secara baik dan benar, sehinggamenyebabkan telur-telur nyamuk Aedes sp.bisamenetas menjadi jentik. Gultom (1989),menyatakan upaya pencegahan danpenanggulangan DBD yang paling efektif dandapat dilaksanakan setiap individu, keluarga danmasyarakat adalah dengan memberantasnyamuk penularnya terutama larvanya, yangdapat terlaksana dengan peran serta masyarakatmelalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk(PSN).

Tingginya kepadatan larva di KelurahanMalalayang Iini mungkin juga dikarenakanpemilihan sampel di lokasi penelitian adalah disekitar rumah kasus DBD, sehinggakemungkinan untuk mendapatkan habitat larvaadalah lebih besar dibandingkan bila sampeldipilih secara random di seluruh lingkunganbaik dilokasi rumah yang dekat kasus maupunjauh dari kasus. Dalam penelitian ini tidakdilakukan survei larva di Lingkungan IV karenadi lingkungan tersebut tidak terdapat kasusDBD pada semester pertama tahun 2012.Dilihat dari letaknya, Lingkungan IV berbatasanlangsung dengan tiga lingkungan yang memilikikasus DBD.

Transmisi virDen atau terjadinyakejadian DBD pada manusia tidak hanyatergantung pada kepadatan vektor saja tetapitergantung pada banyak faktor, antara laintingkat imunitas manusia, karakteristik daristrain virus, perilaku makan nyamuk, iklim,kepadatan penduduk, distribusi dan perpindahanpenduduk (Scott & Morrison, 2002). SementaraThu, et al. (1998)cit Wanti (2010)menunjukkan bahwa ada faktor lain yangmempengaruhi tingginya insidensi DBD selainfaktor tingginya kepadatan vektor yaitu adanyapropagasi virus di dalam nyamuk yangdisebabkan oleh temperatur dan kelembabanrelatif lingkungan, selanjutnya dijelaskan bahwatiter virus di Yangon lebih tinggi pada musimhujan dibanding pada musim dingin dan panas,sehingga walaupun HI rendah tetapi bila titervirus dalam nyamuk sangat tinggi makakemungkinan transmisi virus juga lebih tinggidibanding bila kepadatan vektor tinggi denganvirus yang rendah. Faktor-faktor tersebut di ataskemungkinan juga sebagai penyebab adatidaknya kasus DBD pada tiap lingkungan sertatingginya DBD di Kelurahan Malalayang I.Sutaryo (2004), menyatakan timbulnya suatupenyakit DBD pada suatu tempat dapatdisebabkan oleh faktor agen, manusia,lingkungan dan vektor. Menurut Bernes danRosen (1974) cit Sutaryo (2004), perbedaankejadian penyakit DBD yang berat dari setiapepidemi tidak dapat dijelaskan secara tuntas.Epidemi di Tonga dan Nieu pada tahun 1971menyebabkan kasus yang berat, tapi hal itu

10

tidak ada di daerah yang berada di dekatnyayaitu di Tahiti dan Samoa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Kepadatan vektor DBD (House

Index,Container Index dan Breteau Index) diKelurahan Malalayang I kecamatanMalalayang Kota Manado dapatdispasialkan.

2. Terdistribusinya kasus (Angka Kejadian)DBD di Kecamatan Malalayang KotaManado secara spasial.

3. Ada hubungan yang kuat antara kepadatanjentik dengan kejadian kasus DBD diKelurahan Malalayang I KecamatanMalalayang Kota Manado

Saran1. Lebih meningkatkan pelaksanaan program

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) bagimasyarakat sebagai tindakan pencegahanpenyakit DBD yang paling baik dan murah,dengan mengintensifkan tindakanpernberantasan pada semua stadium nyamukmulai telur sampai nyamuk dewasa sebagaireservoir dari virus dengue dan untukmemutus rantai transmisi virus dengue.

2. Meningkatkan peran Jumantik dalammelakukan monitoring tempat-tempatperindukkan nyamuk Aedes sp.

3. Perlu dilanjutkan dengan analisis spasialkerentanan wilayah, untuk mengetahuiwilayah-wilayah mana yang rentan terhadapkejadian kasus DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. 2005. Pencegahan danPemberantasan Demam BerdarahDengue di Indonesia, Jakarta.

Dinkes Kota Manado. 2011. Laporan KasusDemam Berdarah Dengue

Fathi, Keman S, Wahyuni C.U. 2005. PeranFaktor Lingkungan dan Perilakuterhadap Penularan Demam BerdarahDengue di Kota Mataram. JurnalKesehatan Lingkungan 2 (1):1-10.

Gultom, B.P.P. 1989. The aspects of DengueHaemorrhagic Fever and Its Control,The Ford Foundation & LembagaPenelitian, Universitas Indonesia,Jakarta

Kantachuvessiri. A, 2002, DengueHaemorrahagic Fever in Thai society,The South East Journal of TroficalMedicine and Public Health, Vo 33No.1, p 4-10.

Novelani, B.A. 2007,Studi Habitat Dan PerilakuMenggigit Nyamuk Aedes sertaKaitannya Dengan Kasus DemamBerdarah Di Kelurahan Utan Kayu UtaraJakarta Timur. Institut Pertanian Bogor.

Rondonuwu, M.R. 2010.KebijakanPengendalian DBD di Provinsi SulawesiUtara. Dalam Seminar PenanggulanganDemam Berdarah Dengue10 April.Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Samratulangi. Manado

Scott, T.W. & Morrison, A.C. 2002.Aedesaegypti Density and The Risk of Denvir.Didownload pada 22 Oktober 2010 darilibrary.wur.nl/frontis/malaria/14_scott.pdf

Sutaryo. 2004. Dengue. Medika. Yogyakarta.Suwarja.2007. Kondisi Sanitasi Lingkungan

Dan Vektor Dengue Demam BerdarahPada Kasus Penyakit DBD DiKecamatan Tikala Kota Manado.

Wanti, 2010. Hubungan Kondisi Iklim DenganInsidensi DBD, Dan Status EntomologisVektor DBD Serta Adanya InfeksiTransovarial Virus Dengue PadaNyamuk Ae. aegypti Dan Ae. albopictusDi Kota Kupang.

WHO, 2009.Dengue : Guidelines ForDiagnosis, Treatment, Prevention AndControl.

11