bab 2 tinjauan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan kabupaten banggai

32
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Keuangan Daeran dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah a. Pengertian danRuang Lingkup Keuangan Daerah Sejak masa reformasi masalah keuangan daerah merupakan masalah yang banyak di bicarakan dalam konteks sektor publik. Yusran (2015,…) mengatakan beberapa regulasi, yang di kutip dari pasal 1 angka 5 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 1 angka 6 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana di ubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, telah memberi batasan atas pengertian tentang deuangan daerah

Transcript of bab 2 tinjauan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan kabupaten banggai

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Keuangan Daeran dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah

a. Pengertian danRuang Lingkup Keuangan Daerah

Sejak masa reformasi masalah keuangan

daerah merupakan masalah yang banyak di

bicarakan dalam konteks sektor publik.

Yusran (2015,…) mengatakan beberapa

regulasi, yang di kutip dari pasal 1 angka

5 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 1

angka 6 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana di ubah dengan Permendagri

Nomor 21 Tahun 2011, telah memberi batasan

atas pengertian tentang deuangan daerah

9

dengan frasa yang sama, “Keuangan daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang dapat di nilai dengan uang termasuk di

dalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah

tersebut”.

Dari pengertian keuangan daerah, maka

dapat di jabarkan kedalam ruang lingkup

keuangan daerah. Menurut Yusran (2015,….)

yang di kutip dari peraturan pemerintah

yang di atur dalam pasal 2 PP Nomor 58

Tahun 2005, dan pasal 2 Permendagri Nomor

13 Tahun 2006 sebagaimana di ubah dengan

Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Ruang

lingkup keuangan daerah meliputi:

a. Hak daerah untuk memunggut pajak daerah

dan retribusi daerah serta melakukan

peminjaman.

10

b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan

urusan pemerintahan daerah dan membayar

tagihan pihak ketiga.

c. Penerimaan daerah.

d. Pengeluaran daerah

e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri

atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta hak-hak

lain yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan kekayaan yang

dipisahkan pada perusahaan daerah

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh

pemerintah daerah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan

daerah dan/atau kepentingan umum.

Bandingkan dengan ruang lingkup keuangan

Negara sebagaimana yang diatur didalam

pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003, yang

meliputi :

11

a. Hak Negara untuk memunggut pajak,

mengeluarkan dan mengedarkan uang,

dan melakukan pinjaman

b. Kewajiban Negara untuk

menyelengarakan tugas layanan umum

pemerintahan Negara dan membayar

tagihan pihak ketiga

c. Penerimaan Negara

d. Pengeluaran Negara

e. Penerimaan daerah

f. Pengeluaran daerah

g. Kekayaan Negara/kekayaan daerah

yang dikelola sendiri atau oleh

pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang, barang, serta

hak-hak lain yang dapat dinilai

dengan uang, termasuk kekayaan

yang dipisahkan pada perusahaan

negara/perusahaan daerah

12

h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai

oleh pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan tugas pemerintahan

dan/atau kepentingan umum.

Menurut Yusran (2015,….) pengelolaan

keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penataushaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah. Frasa pengertian keuangan daerah

didalam PP Nomor 58 Tahun 2005, dan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana

diubah dengan permendagri Nomor 21 Tahun

2011 adalah sama, namun ruang lingkupnya

berbeda. Ruang lingkup pengelolaan keuangan

daerah menurut PP Nomor 58 Tahun 2005,

meliputi: asas umum pengelolaan keuangan

daerah; pejabat-pejabat yang mengelola

keuangan daerah; struktur APBD; penyusunan

RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; penyusunan

13

dan penetapan APBD; pelaksanaan dan

perubahan APBD; penatausahaan keuangan

daerah; pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD; pengendalian defisit dan penggunaan

surplus APBD; pengelolaan kas umum daerah;

pengelolaan piutang daerah; pengelolaan

investasi daerah; pengelolaan barang milik

daerah; pengelolaan dana cadangan;

pengelolaan utang daerah; pembinaan dan

pengawasan pengelolaan keuangan daerah;

penyelesaian kerugiajn daerah; pengelolaan

keuangan badan layanan umum daerah;

pengaturan pengelolaan keuangan daerah.

Sedangkan menurut Yusran (2015,….) yang

dikutip dari Permendagri Nomor 13 Tahun

2006 sebagaimana diubah dengan permendagri

Nomor 21 Tahun 2011 meliputi: kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan

struktur APBD, penyusunan rancangan APBD,

penetapan APBD, penyusunan dan penetapan

14

APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,

pelaksanaan APBD, perubahan APBD,

pengelolaan kas, penatausahaan keuangan

daerah, akuntansi keuangan daerah,

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

pembinaan dan pengawasan pengelolaan

keuangan daerah, kerugian daerah dan

pengelolaan keuangan BLUD.

b. Pengerian dan Unsur-unsur Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah

Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan

daerah dalam masa satu tahun anggaran

terhitung 1 januari sampai 31 Desember,

sedangkan menurut Mardiasmo (2002,62)

anggaran publik berisi rencana kegiatan

yang direpresentasikan dalam bentuk rencana

perolehan pendapatan dan belanja dalam

satuan moneter. Dalam bentuk yang paling

sederhana anggaran publik merupakan suatu

15

dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan

dari suatu organisasi yang meliputi

informasi mengenai pendapatan, belanja, dan

aktivitas. Anggaran berisi estimasi

mengenai apa yang akan dilakukan organisasi

di masa yang akan datang. Setiap anggaran

memberikan informasi mengenai apa yang

hendak dilakukan dalam beberapa periode

yang akan datang.

Secara sngkat dapat dinyatakan bahwa

anggaran publik merupakan suatu rencana

finansial yang menyatakan:

1. Beberapa biaya atas rencanarencana

yang dibuat (pengeluaran/belanja);dan

2. Beberapa banyak dan bagaimana caranya

memperoleh uang untuk mendanai

rencana tersebut (prndapatan).

APBD berdarkan pasal 64 ayat (2) Undang-

undang Nomor 5 Tahun 1974 dapat diartikan

sebagai rencana operasional keuangan

16

pemerintah daerah, dimana disatu pihak

menggambarkan perkiraan pengeluaran

setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-

kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1

tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain

menggambarkan perkiraan penerimaan dan

sumber-sumber penerimaan daerah guna

menutupi pengeluaran-pengeluaran yang

dimaksud.

Berdasarkan definisi diatas maka unsur-

unsur yang terdapat dalam APBD adalah:

1. Rencana kegiatan suatu daerah

2. Adanya sumber penerimaan untuk

menutupi pengeluaran pemerintah

daerah

3. Jenis kegiatan dan proyek dalam

bentuk angka

4. Adanya periode anggaran biasanya 1

tahun.

c. Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah

17

Menrut Mardiasmo (2002,121) sistem

pengukuran kinerja sektor publik adalah

suatu sistem yang bertujuan untuk membantu

manajer publik menilai pencapaian suatu

strategi melalui alat ukur finansial dan

nonfinasial. Sistem pengukuran kinerja

diperkuat dengan menetapkan reward and

punishment system

Pengukuran kinerja sektor publik

dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.

Pertama, pengukuran kinerja sektor publik

dimaksdukan untuk membantu pemerintah

berfokus pada tujuan dan sasaran program

unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektifitas

organisasi sektor publik dalam pemberian

pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja

sektor publik digunakan untuk pengalokasian

sumber dan pembuatan keputusan. Ketiga,

aturan kinerja sektor publik dimaksudkan

18

untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik

dan memperbaiki kelembagaan.

Sektor publik sering dinilai sebagai

sarang inefensiensi, pemborosan, sumber

kebocoran, dana, dan institusi yang selalu

merugi. Tuntutan baru muncul agar

organisasi seckor publik memperhatikan value

for money dalam menjalankan aktivitasnya.

Value for money merupakan konsep pengelolaan

organisasi seckor publik yang mendasarkan

pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi,

efisiensi, dan efektifitas Mardiasmo

(2002,4).

Menurut keputsan Mentri Dalam Negeri

nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman

pengurusan, pertanggungjawaban dan

pengawasan keuangan daerah serta tata cara

penyusunan anggaran pendapatan dan belanja

daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan

daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran

19

dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), bahwa

tolak ukur kinerja merupakan komponen

lainnya yang harus dikembangkan untuk dasar

pengukuran kinerja keuangan dalam sistem

anggaran kinerja. Tolak ukur yang digunakan

sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan

dalam sistem anggaran kinerja manajerial.

Hal ini disebabkan bahwa belum adanya tolak

ukur yang pasti dalam pengukuran kinerja

keuangan.

d. Kinerja Manajerial

Menurut Henry (2007,20), manajerial

adalah kata sifat dari manajemen, yang

berarti pengelolaan sesuatu dengan baik.

Secara konsep, manajerial berarti bagaimana

membuat keputusan (proses) dan menjalankan

(imkplementasi) suatu kegiatan untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,

maka manajerial digunakan dalam setiap

aspek kehidupan atau kegiatan manusia, baik

20

itu berkaitan dengan masalah bisnis, maupun

diluar bisnis.

Dalam pengertian sehari-hari, manajerial

diartikan sebagai cara terbaik dalam

menyelesaikan suatu masalah. Manajerial

juga diartikan sebagai cara terbaik dalam

menyelesaikan suatu masalah. Manajerial

juga dapat diartikan sebagai mencari solusi

atau alternatif terbaik untuk mencapai

tuhuan tertentu. Misalnya bagaimana suatu

perusahaan mengelola usahanya, sehingga

menjadi perusahaan yang mempunyai produk

terbaik, dan menjadi perusahaan unggulan

Henry (2002,4).

Dalam pengukuran kinerja keuangan,

kinerja manajerial merupakan salah satu

bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan

standard an kriteria yang telah ditetapkan.

Digunakannya kinerja manajerial sebagai

bentuk pengukuran kinerja keuangan

21

disebabkan oleh kinerja manajerial mencakup

Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD).

Dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) merupakan salah satu hal penting

dalam sisi kinerja keuangan.hal ini

dikarenakan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) merupakan satuan unit kerja

pemerintah daerah yang mempunyai tugas

mengelolah anggaran dan belanja daerah.

Dalam penentuan pengukuran kinerja

keuangan diperlukan hal-hal yang menyangkut

dengan pedoman pengurusan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan

daerah serta tata cara penyusunan Amggran

dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) hal-

hal yang disebutkan diatas dapat diukur

dengan kinerja manajerial. Kinerja

manajerial diukur dengan menggunakan 9

(Sembilan) item. Tingkat kinerja manajerial

disetiap bidang meliputi:

22

1. Perencanaan

2. Investigasi

3. Pengkoordinasian

4. Evaluasi

5. Pengawasan

6. Pengaturan staf (staffing)

7. Negosiasi

8. Perwakilan/representasi

9. Kinerja secara keseluruhan

Tingkat kinerja manajerial tersebut

merupakan faktor-faktor terpenting untuk

mengetahui seberapa efektif dan efisien

suatu kinerja keuangan pemerintah daerah

berdasrkan tolak ukur kinerja manajerial.

Tingkat kinerja manajerial tersebut

merupakan perhitungan partisipasi anggaran

yang berbasis kinerja dan memiliki dan

memiliki suatu bentuk yang efektif, efisien

dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat

23

disimpulkan bahwa tingkat kinerja

manajerial merupakan faktor penting dalam

pengukuran kineerja keuangan.

2.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja

a. Pengertian Anggaran

Anggaran publik berisi rencana kegiatan

yang direpresentasikan dalam bentuk rencana

perolehan pendapatan dan belanja dalam

satuan moneter. Dalam bentuk yang paling

sederhana anggaran publik merupakan suatu

dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan

dari suatu organisasi yang meliputi

informasi mengenai pendapatan, belanja,

dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi

mengenai apa yang dilakukan organisasi di

masa yang akan datang. Setiap anggaran

memberikan informasi mengenai apa yang

hendak dilakukan dalam beberapa periode

yang akan datang Mardiasmo (2002,62).

24

Menurut Mardiasmo (2002,62) secara

singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran

pubilk merupakan suatu rencana finansial

yang menyatakan:

1. Berapa biaya atas rencana-rencana

yang dibuat (pengeluaran/belanja)

2. Berapa banyak dan bagaimana caranya

memperoleh uang untuk mendanai

rencana tersebut (pendapatan).

b. Fungsi Anggaran

Mardiasmo (2002,63), mengungkapkan ada

beberapa fungsi uatan adri adanya akuntansi

seckor publik:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

(planning tool)

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

(control tool)

3. Anggaran sebagai alat kebijakan

fiscal (fiscal tool)

25

4. Anggaran sebagai alat politik

(political tool)

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan

komunikasi (coordination and

communication tool)

6. Anggaran sebagai alat penilaian kerja

(performance measurement tool)

7. Anggaran sebagai alat motivasi

(motivation tool)

8. Anggaran sebagai alat untuk

menciptakan ruang publik (public

sphere)

Adapun tipe dari anggaran menurut

Bastian (2006,166) adalah sebagai berikut:

1. Line item budgeting adalah penyusunan

anggaran yang didasarkan pada dan

dari mana dana berasal (pos-pos

penerimaan) dan untuk apa dana

tersebut digunakan (pos-pos

pengeluaran). Jenis anggaran ini

26

relatif dianggap paling tua dan

banyak mengandung kelemahan atau

sering disebut traditional budgeting.

2. Planning programming budgeting system

(PPBS) adalah suatu proses

perencanaan, pembuatan program, dan

penganggaran, serta didalmnya

terkandung identifikasi tujuan

organisasi atas permasalahan yang

mungkin timbul

3. Zero based budgeting (ZBB) merupakan

sistem anggaran yang didasarkan pada

perkiraan kegiatan, bukan pada apa

yang telah dilakukan dimasa lalu, dan

setiap kegiatan dievaluasi secara

terpisah

4. Performance budgeting adalah sistem

penganggaran yang berorientasi pada

output organisasi dan berkaitan erat

27

dengan visi, misi dan rencana

strategis organisasi

5. Medium tern budgeting framework

(MTBF) adalah suatu kerangka strategi

kebijakan pemerintah tentang anggaran

belanja untuk departemen dan lembaga

pemerintah non departemen, dan

kerangka tersebut memberikan tanggung

jawab yang lebih besar kepada

departemen untuk penetapan alokasi

dan penggunaan sumber dana

pembangunan.

c. Pengertian Anggaran Kinerja

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri

nomor 29 tahun 2002 Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) dal era otonomi

daerah disusun dengan pendekatan kinerja,

artinya sistem anggaran yang mengutamakan

pencapaian hasil kinerja dari perencanaan

28

anggaran dan aspirasi masyrakat yang telah

ditetapkan.

Pendekatan kinerja disusun untuk

mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat

dalam anggaran tradisional, khususnya

kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya

tolak ukur yang dapat digunakan untuk

mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan

dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan

pendekatan kinerja sangat menekankan pada

konsep value for money dan pengawasan atas

kinerja output Mardiasmo (2002,84).

Dalam hal ini maka pengukuran anggaran

kinerja dapat dilihat dari partisipasi

dalam penyusunan anggaran.

d. Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran

Partisipasi sebagai suatu proses

mengevaluasi para individu dan menetapkan

penghargaan atas dasar sasaran anggaran

yang telah dicapai serta keterlibatan dan

29

pengaruh individu dalam penyusunan

anggaran. Dalam anggaran daerah yang

berorientasi pada kinerja, partisipasi dan

pertanggungjawaban ( accountability ) kepada

masyarakat sebagai stakeholders daerah menjadi

sangat penting. Partisipasi anggaran juga

dapat diartikan sebagai keterlibatan dan

pengaruh individu didalam menetukan dan

menyusun anggaran yang ada dalam divisi

atau bagiannya baik secara periodik ataupun

tahunan.

Proses penyusunan anggaran yang

diintreprestasikan setiap tahun oleh

eksekutif, member informasi rinci kepada

DPR/DPRD dan masyrakat tentang program-

program apa yang direncanakan pemerintah

untuk meningkatkan kualoitas kehidupan

rakyat, dan bagaimana program tersebut

dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan

anggaran tahunan merupakan rangkaian proses

30

anggaran. Proses penyusunan anggaran

mempunyai empat tujuan yaitu:

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan

fiskal dan meningkatkan koordinasi

antarbagian dalam lingkungan

pemerintahan

2. Membantu menciptakan efisiensi dan

keadilan dalam menyediakan barang dan

jasa publik melalui proses

pemprioritasan

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk

memenuhi prioritas belanja

4. Meningkatkan transparansi dalam

pertanggungjawaban pemerintah kepada

DPR/DPRD dan masyarakat luas

Faktor dominan yang terdapat dalam

proses anggaran adalah:

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai

31

2. Ketersediaan sumber daya (faktor-

faktor produksi yang dimiliki

pemerintah)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan dan target

4. Factor lain yang mempengaruhi

anggaran seperti: munculnya peraturan

pemerintahan yang baru, fluktuasi

pasar, perubahan social dan politik,

bencana alam dan sebagainya.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan

dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti

Judul Variabel Metode yang

Digunakan

Hasil

Penelitian

32

/Tahun

Hijrani

putri

lubis

(2009)

Analisis

pengaruh

pemberla

kuan

anggaran

berbasis

kinerja

terhadap

kinerja

keuangan

pemerint

ah

daerah

kabupate

n deli

serdang

Imdepende

n

variabel:

pemberlak

uan

anggaran

berbasis

kinerja

(X)

Dependen

variabel:

kinerja

keuangan

(y)

Metode regresi

sederhana.

Pengujian data

menggunakan

analisis uji

interaksi regresi

untuk pengujian

hipotesis kedua.

Uji kualitas data

yang digunakan

adalah uji

reliabilitas dan

uji validitas. Uji

asumsi klasik

yangt digunakan

adalah uji

normalitas, uji

multikolineritas,

dan uji

Analisis

pengaruh

pemberlaku

an

anggaran

berbasis

kinerja

sangat

berpengaru

h secara

signifikan

terhadap

kinerja

keuangan

pemerintah

daerah

kabupaten

deli

33

heterokeditisitas serdang

Febriant

i

restiani

ngsih

muid

(2013)

Analisis

kinerja

pengelola

an

anggaran

pendapata

n dan

belanja

daerah

pemerinta

han

kabupaten

banggai

Independe

n

variabel:

kinerja

pengelola

an

anggaran

pendapata

n dan

belanja

daerah

(X)

Dependen

variabel:

terhadap

pemerinta

han

kabupaten

banggai

Data diperoleh

dari pengumpulan

data, yaitu dengan

teknik

dokumentasi.

Teknik dokumentasi

merupakan teknik

pengumpulan data

dalam bentuk

dokumen atau

catatan yang ada

di dinas

Pengelolaan

Keuangan Daerah

Kabupaten Banggai.

Metode yang

digunakan yaitu

dengan pendekatan

kualitatif atau

Analisis

kinerja

pengelolaa

n anggaran

pendapatan

dan

belanja

daerah

kabupaten

banggai

menunjukan

hal yang

positif

mulai dari

rata-rata

pertumbuha

n

pendapatan

dan PAD.

34

(Y) analisis

deskriptif .

Kinerja

belanja

secara

umum

dikatakan

baik.

Sedangkan

dilihat

dari

analisis

pembiayaan

secara

umum juga

dikatakan

baik

2.3 Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal, kinerja pemerintah sangat

35

penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan

suatu pemerintahan diera otonomi daerah dapat

dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah

dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan

kinerja ini memberikan gambaran yang lebih khusus

terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk selalu

menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran

pendapatan, yang akan berdampak pada kemampuan

pembiayaan penyelengaraan pemerintahan dan

kegiatan pembangunan daerah.

Dalam anggaran berbasis kinerja secara

struktur meliputi nanggaran pendapatan, anggaran

belanja dan pembiayaan. Penekanan pada belanja

daerah menjadi titik perhatian terutama sisi

belanja membutuhkan kinerja yang lebih baik,

transparan dan tepat sasaran.

Diterapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang

Nomor 35 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah, akan dapat memberikan

36

kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dean

bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara

proporsional. Hal ini diwujudkan dengan

pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya

nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan

daerah secara demokeratis, peran serta masyarakat,

pemerataan dan keadlian, terutama kepada

pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Tujuan

pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi

daerah adalah guna peningkatan kesejahteraan

rakyat, pemerataan dan keadilan social, demokerasi

dan penghormatan terhadap bhudaya local, serta

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Hubungan antara anggaran berbasis kinerja

terhadap kinerja kinerja keuangan dapat

digambarkan sebagai berikut:

Pemberlakuan

anggaran berbasis

kinerja (X)

Kinerja Keuangan

(Y)

37

Gambar 2.1

Kerangka pikir

Sejak diberlakukannya anggaran daerah yang

bberorientasi pada kinerja maka pertanggungjawaban

pemerintah pada masyarakat daerah menjadi sangat

penting. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat

dilihat pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil

yang ingin dicapai. Pendekatan kinerja disusun

untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat

pada anggaran tradisional, khususnya kelemahan

yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang

digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian

tujuan dan sasaran publik. Anggaran dengan

pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep

(ekonomis, efisiensi, dan efektifitas) dan tata

pemerintahan yang baik mencakup beberapa prinsip

seperti aturan hukum, transparansi, akuntabilitas,

pendelegasian pelayanan, efektifitas dan efesiensi

serta berkelanjutan. Pendekatan ini juga

mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan

38

prioritas tujuan serta pendekatan sistematik dan

rasional dalam proses pengambilan kepuusan. Untuk

mengimplementasikan hal tersebut anggaran kinerja

juga dilengkapi dengan tehnik penganggaran

analisis.

Kinerja keuangan daerah mencerminkan

kemampuan serta kemandirian pemerintahan daerah.

Untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu

daerah, selain diperlukan dana yang cukup, juga

diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan

yang ada, agar dapat berjalan sesuai dengan

prinsip sistem yang telah digunkan.

39

.

.