bab 2 tinjauan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan kabupaten banggai
Transcript of bab 2 tinjauan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan kabupaten banggai
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Keuangan Daeran dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
a. Pengertian danRuang Lingkup Keuangan Daerah
Sejak masa reformasi masalah keuangan
daerah merupakan masalah yang banyak di
bicarakan dalam konteks sektor publik.
Yusran (2015,…) mengatakan beberapa
regulasi, yang di kutip dari pasal 1 angka
5 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 1
angka 6 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana di ubah dengan Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011, telah memberi batasan
atas pengertian tentang deuangan daerah
9
dengan frasa yang sama, “Keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dapat di nilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut”.
Dari pengertian keuangan daerah, maka
dapat di jabarkan kedalam ruang lingkup
keuangan daerah. Menurut Yusran (2015,….)
yang di kutip dari peraturan pemerintah
yang di atur dalam pasal 2 PP Nomor 58
Tahun 2005, dan pasal 2 Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 sebagaimana di ubah dengan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Ruang
lingkup keuangan daerah meliputi:
a. Hak daerah untuk memunggut pajak daerah
dan retribusi daerah serta melakukan
peminjaman.
10
b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak ketiga.
c. Penerimaan daerah.
d. Pengeluaran daerah
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri
atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak
lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan daerah
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh
pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan
daerah dan/atau kepentingan umum.
Bandingkan dengan ruang lingkup keuangan
Negara sebagaimana yang diatur didalam
pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003, yang
meliputi :
11
a. Hak Negara untuk memunggut pajak,
mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman
b. Kewajiban Negara untuk
menyelengarakan tugas layanan umum
pemerintahan Negara dan membayar
tagihan pihak ketiga
c. Penerimaan Negara
d. Pengeluaran Negara
e. Penerimaan daerah
f. Pengeluaran daerah
g. Kekayaan Negara/kekayaan daerah
yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta
hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan
yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah
12
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai
oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum.
Menurut Yusran (2015,….) pengelolaan
keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penataushaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Frasa pengertian keuangan daerah
didalam PP Nomor 58 Tahun 2005, dan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana
diubah dengan permendagri Nomor 21 Tahun
2011 adalah sama, namun ruang lingkupnya
berbeda. Ruang lingkup pengelolaan keuangan
daerah menurut PP Nomor 58 Tahun 2005,
meliputi: asas umum pengelolaan keuangan
daerah; pejabat-pejabat yang mengelola
keuangan daerah; struktur APBD; penyusunan
RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; penyusunan
13
dan penetapan APBD; pelaksanaan dan
perubahan APBD; penatausahaan keuangan
daerah; pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD; pengendalian defisit dan penggunaan
surplus APBD; pengelolaan kas umum daerah;
pengelolaan piutang daerah; pengelolaan
investasi daerah; pengelolaan barang milik
daerah; pengelolaan dana cadangan;
pengelolaan utang daerah; pembinaan dan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah;
penyelesaian kerugiajn daerah; pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah;
pengaturan pengelolaan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Yusran (2015,….) yang
dikutip dari Permendagri Nomor 13 Tahun
2006 sebagaimana diubah dengan permendagri
Nomor 21 Tahun 2011 meliputi: kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan
struktur APBD, penyusunan rancangan APBD,
penetapan APBD, penyusunan dan penetapan
14
APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD,
pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah dan
pengelolaan keuangan BLUD.
b. Pengerian dan Unsur-unsur Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah
Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan
daerah dalam masa satu tahun anggaran
terhitung 1 januari sampai 31 Desember,
sedangkan menurut Mardiasmo (2002,62)
anggaran publik berisi rencana kegiatan
yang direpresentasikan dalam bentuk rencana
perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk yang paling
sederhana anggaran publik merupakan suatu
15
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan
dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan
aktivitas. Anggaran berisi estimasi
mengenai apa yang akan dilakukan organisasi
di masa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang
hendak dilakukan dalam beberapa periode
yang akan datang.
Secara sngkat dapat dinyatakan bahwa
anggaran publik merupakan suatu rencana
finansial yang menyatakan:
1. Beberapa biaya atas rencanarencana
yang dibuat (pengeluaran/belanja);dan
2. Beberapa banyak dan bagaimana caranya
memperoleh uang untuk mendanai
rencana tersebut (prndapatan).
APBD berdarkan pasal 64 ayat (2) Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1974 dapat diartikan
sebagai rencana operasional keuangan
16
pemerintah daerah, dimana disatu pihak
menggambarkan perkiraan pengeluaran
setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-
kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1
tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain
menggambarkan perkiraan penerimaan dan
sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang
dimaksud.
Berdasarkan definisi diatas maka unsur-
unsur yang terdapat dalam APBD adalah:
1. Rencana kegiatan suatu daerah
2. Adanya sumber penerimaan untuk
menutupi pengeluaran pemerintah
daerah
3. Jenis kegiatan dan proyek dalam
bentuk angka
4. Adanya periode anggaran biasanya 1
tahun.
c. Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah
17
Menrut Mardiasmo (2002,121) sistem
pengukuran kinerja sektor publik adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan
nonfinasial. Sistem pengukuran kinerja
diperkuat dengan menetapkan reward and
punishment system
Pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik
dimaksdukan untuk membantu pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran program
unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas
organisasi sektor publik dalam pemberian
pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja
sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber dan pembuatan keputusan. Ketiga,
aturan kinerja sektor publik dimaksudkan
18
untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik
dan memperbaiki kelembagaan.
Sektor publik sering dinilai sebagai
sarang inefensiensi, pemborosan, sumber
kebocoran, dana, dan institusi yang selalu
merugi. Tuntutan baru muncul agar
organisasi seckor publik memperhatikan value
for money dalam menjalankan aktivitasnya.
Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi seckor publik yang mendasarkan
pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektifitas Mardiasmo
(2002,4).
Menurut keputsan Mentri Dalam Negeri
nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah serta tata cara
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan
daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran
19
dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), bahwa
tolak ukur kinerja merupakan komponen
lainnya yang harus dikembangkan untuk dasar
pengukuran kinerja keuangan dalam sistem
anggaran kinerja. Tolak ukur yang digunakan
sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan
dalam sistem anggaran kinerja manajerial.
Hal ini disebabkan bahwa belum adanya tolak
ukur yang pasti dalam pengukuran kinerja
keuangan.
d. Kinerja Manajerial
Menurut Henry (2007,20), manajerial
adalah kata sifat dari manajemen, yang
berarti pengelolaan sesuatu dengan baik.
Secara konsep, manajerial berarti bagaimana
membuat keputusan (proses) dan menjalankan
(imkplementasi) suatu kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,
maka manajerial digunakan dalam setiap
aspek kehidupan atau kegiatan manusia, baik
20
itu berkaitan dengan masalah bisnis, maupun
diluar bisnis.
Dalam pengertian sehari-hari, manajerial
diartikan sebagai cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu masalah. Manajerial
juga diartikan sebagai cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu masalah. Manajerial
juga dapat diartikan sebagai mencari solusi
atau alternatif terbaik untuk mencapai
tuhuan tertentu. Misalnya bagaimana suatu
perusahaan mengelola usahanya, sehingga
menjadi perusahaan yang mempunyai produk
terbaik, dan menjadi perusahaan unggulan
Henry (2002,4).
Dalam pengukuran kinerja keuangan,
kinerja manajerial merupakan salah satu
bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan
standard an kriteria yang telah ditetapkan.
Digunakannya kinerja manajerial sebagai
bentuk pengukuran kinerja keuangan
21
disebabkan oleh kinerja manajerial mencakup
Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD).
Dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) merupakan salah satu hal penting
dalam sisi kinerja keuangan.hal ini
dikarenakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) merupakan satuan unit kerja
pemerintah daerah yang mempunyai tugas
mengelolah anggaran dan belanja daerah.
Dalam penentuan pengukuran kinerja
keuangan diperlukan hal-hal yang menyangkut
dengan pedoman pengurusan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan
daerah serta tata cara penyusunan Amggran
dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) hal-
hal yang disebutkan diatas dapat diukur
dengan kinerja manajerial. Kinerja
manajerial diukur dengan menggunakan 9
(Sembilan) item. Tingkat kinerja manajerial
disetiap bidang meliputi:
22
1. Perencanaan
2. Investigasi
3. Pengkoordinasian
4. Evaluasi
5. Pengawasan
6. Pengaturan staf (staffing)
7. Negosiasi
8. Perwakilan/representasi
9. Kinerja secara keseluruhan
Tingkat kinerja manajerial tersebut
merupakan faktor-faktor terpenting untuk
mengetahui seberapa efektif dan efisien
suatu kinerja keuangan pemerintah daerah
berdasrkan tolak ukur kinerja manajerial.
Tingkat kinerja manajerial tersebut
merupakan perhitungan partisipasi anggaran
yang berbasis kinerja dan memiliki dan
memiliki suatu bentuk yang efektif, efisien
dan memiliki akuntabilitas yang tinggi.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat
23
disimpulkan bahwa tingkat kinerja
manajerial merupakan faktor penting dalam
pengukuran kineerja keuangan.
2.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja
a. Pengertian Anggaran
Anggaran publik berisi rencana kegiatan
yang direpresentasikan dalam bentuk rencana
perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk yang paling
sederhana anggaran publik merupakan suatu
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan
dari suatu organisasi yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja,
dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi
mengenai apa yang dilakukan organisasi di
masa yang akan datang. Setiap anggaran
memberikan informasi mengenai apa yang
hendak dilakukan dalam beberapa periode
yang akan datang Mardiasmo (2002,62).
24
Menurut Mardiasmo (2002,62) secara
singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran
pubilk merupakan suatu rencana finansial
yang menyatakan:
1. Berapa biaya atas rencana-rencana
yang dibuat (pengeluaran/belanja)
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya
memperoleh uang untuk mendanai
rencana tersebut (pendapatan).
b. Fungsi Anggaran
Mardiasmo (2002,63), mengungkapkan ada
beberapa fungsi uatan adri adanya akuntansi
seckor publik:
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
(planning tool)
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
(control tool)
3. Anggaran sebagai alat kebijakan
fiscal (fiscal tool)
25
4. Anggaran sebagai alat politik
(political tool)
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan
komunikasi (coordination and
communication tool)
6. Anggaran sebagai alat penilaian kerja
(performance measurement tool)
7. Anggaran sebagai alat motivasi
(motivation tool)
8. Anggaran sebagai alat untuk
menciptakan ruang publik (public
sphere)
Adapun tipe dari anggaran menurut
Bastian (2006,166) adalah sebagai berikut:
1. Line item budgeting adalah penyusunan
anggaran yang didasarkan pada dan
dari mana dana berasal (pos-pos
penerimaan) dan untuk apa dana
tersebut digunakan (pos-pos
pengeluaran). Jenis anggaran ini
26
relatif dianggap paling tua dan
banyak mengandung kelemahan atau
sering disebut traditional budgeting.
2. Planning programming budgeting system
(PPBS) adalah suatu proses
perencanaan, pembuatan program, dan
penganggaran, serta didalmnya
terkandung identifikasi tujuan
organisasi atas permasalahan yang
mungkin timbul
3. Zero based budgeting (ZBB) merupakan
sistem anggaran yang didasarkan pada
perkiraan kegiatan, bukan pada apa
yang telah dilakukan dimasa lalu, dan
setiap kegiatan dievaluasi secara
terpisah
4. Performance budgeting adalah sistem
penganggaran yang berorientasi pada
output organisasi dan berkaitan erat
27
dengan visi, misi dan rencana
strategis organisasi
5. Medium tern budgeting framework
(MTBF) adalah suatu kerangka strategi
kebijakan pemerintah tentang anggaran
belanja untuk departemen dan lembaga
pemerintah non departemen, dan
kerangka tersebut memberikan tanggung
jawab yang lebih besar kepada
departemen untuk penetapan alokasi
dan penggunaan sumber dana
pembangunan.
c. Pengertian Anggaran Kinerja
Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri
nomor 29 tahun 2002 Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) dal era otonomi
daerah disusun dengan pendekatan kinerja,
artinya sistem anggaran yang mengutamakan
pencapaian hasil kinerja dari perencanaan
28
anggaran dan aspirasi masyrakat yang telah
ditetapkan.
Pendekatan kinerja disusun untuk
mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam anggaran tradisional, khususnya
kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya
tolak ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan
dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan
pendekatan kinerja sangat menekankan pada
konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output Mardiasmo (2002,84).
Dalam hal ini maka pengukuran anggaran
kinerja dapat dilihat dari partisipasi
dalam penyusunan anggaran.
d. Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Partisipasi sebagai suatu proses
mengevaluasi para individu dan menetapkan
penghargaan atas dasar sasaran anggaran
yang telah dicapai serta keterlibatan dan
29
pengaruh individu dalam penyusunan
anggaran. Dalam anggaran daerah yang
berorientasi pada kinerja, partisipasi dan
pertanggungjawaban ( accountability ) kepada
masyarakat sebagai stakeholders daerah menjadi
sangat penting. Partisipasi anggaran juga
dapat diartikan sebagai keterlibatan dan
pengaruh individu didalam menetukan dan
menyusun anggaran yang ada dalam divisi
atau bagiannya baik secara periodik ataupun
tahunan.
Proses penyusunan anggaran yang
diintreprestasikan setiap tahun oleh
eksekutif, member informasi rinci kepada
DPR/DPRD dan masyrakat tentang program-
program apa yang direncanakan pemerintah
untuk meningkatkan kualoitas kehidupan
rakyat, dan bagaimana program tersebut
dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan
anggaran tahunan merupakan rangkaian proses
30
anggaran. Proses penyusunan anggaran
mempunyai empat tujuan yaitu:
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan
fiskal dan meningkatkan koordinasi
antarbagian dalam lingkungan
pemerintahan
2. Membantu menciptakan efisiensi dan
keadilan dalam menyediakan barang dan
jasa publik melalui proses
pemprioritasan
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk
memenuhi prioritas belanja
4. Meningkatkan transparansi dalam
pertanggungjawaban pemerintah kepada
DPR/DPRD dan masyarakat luas
Faktor dominan yang terdapat dalam
proses anggaran adalah:
1. Tujuan dan target yang hendak dicapai
31
2. Ketersediaan sumber daya (faktor-
faktor produksi yang dimiliki
pemerintah)
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan dan target
4. Factor lain yang mempengaruhi
anggaran seperti: munculnya peraturan
pemerintahan yang baru, fluktuasi
pasar, perubahan social dan politik,
bencana alam dan sebagainya.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan
dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Variabel Metode yang
Digunakan
Hasil
Penelitian
32
/Tahun
Hijrani
putri
lubis
(2009)
Analisis
pengaruh
pemberla
kuan
anggaran
berbasis
kinerja
terhadap
kinerja
keuangan
pemerint
ah
daerah
kabupate
n deli
serdang
Imdepende
n
variabel:
pemberlak
uan
anggaran
berbasis
kinerja
(X)
Dependen
variabel:
kinerja
keuangan
(y)
Metode regresi
sederhana.
Pengujian data
menggunakan
analisis uji
interaksi regresi
untuk pengujian
hipotesis kedua.
Uji kualitas data
yang digunakan
adalah uji
reliabilitas dan
uji validitas. Uji
asumsi klasik
yangt digunakan
adalah uji
normalitas, uji
multikolineritas,
dan uji
Analisis
pengaruh
pemberlaku
an
anggaran
berbasis
kinerja
sangat
berpengaru
h secara
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah
kabupaten
deli
33
heterokeditisitas serdang
Febriant
i
restiani
ngsih
muid
(2013)
Analisis
kinerja
pengelola
an
anggaran
pendapata
n dan
belanja
daerah
pemerinta
han
kabupaten
banggai
Independe
n
variabel:
kinerja
pengelola
an
anggaran
pendapata
n dan
belanja
daerah
(X)
Dependen
variabel:
terhadap
pemerinta
han
kabupaten
banggai
Data diperoleh
dari pengumpulan
data, yaitu dengan
teknik
dokumentasi.
Teknik dokumentasi
merupakan teknik
pengumpulan data
dalam bentuk
dokumen atau
catatan yang ada
di dinas
Pengelolaan
Keuangan Daerah
Kabupaten Banggai.
Metode yang
digunakan yaitu
dengan pendekatan
kualitatif atau
Analisis
kinerja
pengelolaa
n anggaran
pendapatan
dan
belanja
daerah
kabupaten
banggai
menunjukan
hal yang
positif
mulai dari
rata-rata
pertumbuha
n
pendapatan
dan PAD.
34
(Y) analisis
deskriptif .
Kinerja
belanja
secara
umum
dikatakan
baik.
Sedangkan
dilihat
dari
analisis
pembiayaan
secara
umum juga
dikatakan
baik
2.3 Kerangka Pikir
Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, kinerja pemerintah sangat
35
penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan
suatu pemerintahan diera otonomi daerah dapat
dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah
dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan
kinerja ini memberikan gambaran yang lebih khusus
terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk selalu
menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran
pendapatan, yang akan berdampak pada kemampuan
pembiayaan penyelengaraan pemerintahan dan
kegiatan pembangunan daerah.
Dalam anggaran berbasis kinerja secara
struktur meliputi nanggaran pendapatan, anggaran
belanja dan pembiayaan. Penekanan pada belanja
daerah menjadi titik perhatian terutama sisi
belanja membutuhkan kinerja yang lebih baik,
transparan dan tepat sasaran.
Diterapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang
Nomor 35 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah, akan dapat memberikan
36
kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dean
bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara
proporsional. Hal ini diwujudkan dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah secara demokeratis, peran serta masyarakat,
pemerataan dan keadlian, terutama kepada
pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Tujuan
pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi
daerah adalah guna peningkatan kesejahteraan
rakyat, pemerataan dan keadilan social, demokerasi
dan penghormatan terhadap bhudaya local, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Hubungan antara anggaran berbasis kinerja
terhadap kinerja kinerja keuangan dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pemberlakuan
anggaran berbasis
kinerja (X)
Kinerja Keuangan
(Y)
37
Gambar 2.1
Kerangka pikir
Sejak diberlakukannya anggaran daerah yang
bberorientasi pada kinerja maka pertanggungjawaban
pemerintah pada masyarakat daerah menjadi sangat
penting. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat
dilihat pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil
yang ingin dicapai. Pendekatan kinerja disusun
untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
pada anggaran tradisional, khususnya kelemahan
yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran publik. Anggaran dengan
pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep
(ekonomis, efisiensi, dan efektifitas) dan tata
pemerintahan yang baik mencakup beberapa prinsip
seperti aturan hukum, transparansi, akuntabilitas,
pendelegasian pelayanan, efektifitas dan efesiensi
serta berkelanjutan. Pendekatan ini juga
mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan
38
prioritas tujuan serta pendekatan sistematik dan
rasional dalam proses pengambilan kepuusan. Untuk
mengimplementasikan hal tersebut anggaran kinerja
juga dilengkapi dengan tehnik penganggaran
analisis.
Kinerja keuangan daerah mencerminkan
kemampuan serta kemandirian pemerintahan daerah.
Untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu
daerah, selain diperlukan dana yang cukup, juga
diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan
yang ada, agar dapat berjalan sesuai dengan
prinsip sistem yang telah digunkan.