analisis penggunaan anggaran belanja daerah
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of analisis penggunaan anggaran belanja daerah
ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA KEUANGAN PADA
PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG TAHUN ANGGARAN 2016-2020
SKRIPSI
SINTA NIM: 105731111917
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA
JUDUL PENELITIAN:
ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA DAERAH
DALAM MENINGKATKAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG TAHUN
ANGGARAN 2016-2020
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Oleh:
SINTA NIM: 105731111917
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jangan menunggu hal-hal menjadi lebih mudah, lebih sederhana, lebih baik.
Hidup akan selalu rumit. Hasilkan untuk menjadi sekarang. Jika tidak, anda akan
kehabisan waktu.
Kesuksesan tidak serta merta hadir hanya karena manusia berusaha. Namun,
bukan berarti pula kita tidak melakukan apa-apa. Selama masih bernafas, maka
masih ada kehidupan. Selama ada kehidupan, maka masih ada harapan sekecil
apapun itu.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi
ini telah terselesaikan dengan baik. Alhamdulillah Rabbil’alamin
Skripsi ini saya persembahkan kepada keluargaku, khususnya kepada kedua
orang tuaku tercinta berkat doa, dukungan serta motivasi baik secara moril
maupun materil.
Kakak-kakaku yang tersayang yang telah memberikan inspirasi serta motivasi,
teman-temanku yang telah memberikan semangat dan almamaterku.
vii
ABSTRAK
SINTA, 2021, Analisis Penggunaan Anggaran Belanja Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Enrekang Tahun Anggaran 2016-2020. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I Ibu Asriati dan pembimbing II Ibu Mukminati.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang dalam pengelolaan anggaran belanja dearah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk memperoleh gambaran dan karakteristik mengenai keadaan yang diteliti. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat varians belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Enrekang T.A 2016-2020 dikatakan baik dengan presentasi masing-masing sebesar 90,48%; 90,22%; 92,65%; 90,16%; 91,21%, tingkat rasio pertumbuhan anggaran belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Enrekang dikatakan baik dengan presentase masing-masing sebesar 20,84%; -9,51%; 1,91%; 4,38%; 4,83%. Tingkat keserasian belanja modal pada Pemerintah Kabupaten Enrekang dikatakan tidak serasi, karena rata-rata rasio keserasiannya sebesar 18,59%, kondisi ini menggambarkan bahwa kinerja keuangan sudah baik, walaupun ada beberapa tahun periode yang belanja modalnya tidak serasi. Untuk rasio efisiensi pada pemerintah Kabupaten Enrekang menghasilkan rata-rata sebesar 90,95% yang artinya kurang efisien, Kurang efisiennya anngaran belanja pada pemerintah Kabupaten Enrekang disebabkan karena realisasi anggaran belanja menghampiri jumlah target angaran belanja.
Kata Kunci: Anggaran Belanja Daerah, Kinerja Keuangan
viii
ABSTRACT
SINTA, 2021, Analysis of the Use of Regional Budgets in Improving Financial Performance in the Enrekang Regency Government 2016-2020 fiscal year. Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by mentor I Mrs. Asriati and mentor II Mrs. Mukminati. This study aims to determine the financial performance of the Regional Government of Enrekang Regency in managing regional budgets. The type of data used in this study is descriptive quantitative, namely research that aims to explain the existing phenomena by using numbers to obtain an overview and characteristics of the situation under study. The data used is secondary data with data collection techniques, namely documentation. The results showed that the level of variance in regional spending in the government of Enrekang Regency T.A 2016-2020 was said to be good with each presentation of 90.48%; 90.22%; 92.65%; 90.16%; 91.21%, the rate of growth ratio of the regional budget in the government of Enrekang Regency is said to be good with a percentage of 20.84% each; -9.51%; 1.91%; 4.38%; 4.83%. The level of compatibility of capital expenditures at the Enrekang Regency Government is said to be inconsistent, because the average compatibility ratio is 18.59%, this condition illustrates that financial performance is good, although there are several years in which the capital expenditures are not compatible. The efficiency ratio in the Enrekang Regency government produces an average of 90.95%, which means it is less efficient. The inefficient budget expenditure at the Enrekang Regency government is due to the realization of the budget close to the target budget. Keywords: Regional Budget, Financial Performance
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta
alam. Atas berkat Rahmat, Pertolongan dan Hidayah-Nya, tiada kata yang
paling indah selain berdzikir memuji-Nya. Shalawat dan salam kepada suri
tauladan kita Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam yang telah
membawa rahmatan lil alamin, sebagai suri tauladan di muka bumi serta
penyempurna akhlak umat manusia. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Anggaran
Belanja Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan pada Pemerintah
Kabupaten Enrekang” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademik guna menyelesaikan program Sarjana (S1) Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimah kasih
kepada kedua orang tua saya bapak Nawi dan Ibu Sahida yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus. Serta
kakak-kakak saya yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat
hingga akhir studi ii. Dan seluruh keluarga besar atas segala dukungan baik
materi maupun moral dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan
x
kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan
di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an., S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP., selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Asriati, SE.,M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Mukminati, SE.,M.Si, selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan serta bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dan Asisten/Konsultan Dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah
banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti
kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
xi
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Akuntansi khususnya Angkatan 2017 kelas AK17D yang telah
memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh
dari unsur kesempurnaan disebabkan keterbatasan ilmu
pengetahuan penulis serta minimnya pengalaman yang dimiliki.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hai, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkan khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Akuntansi dan segala bentuk bantuan yang penulis terima
baik secara langsung maupun tidak langsung dibalas oleh Allah
SWT.
Wassalamu`alaikum wr.wb
Makassar, 12 Oktober 2021
Sinta
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. v
SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN SKRIPSI ......................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Pengertian Anggaran......................................................................... 7
B. Belanja Daerah.................................................................................. 15
C. Kinerja ............................................................................................... 18
D. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 20
E. Penelitian terdahulu ........................................................................... 24
F. Kerangka Konsep .............................................................................. 28
xiii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 29
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 29
C. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 29
D. Sumber Data ..................................................................................... 30
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 30
F. Populasi dan Sampel......................................................................... 31
G. Teknis Analisis Data .......................................................................... 31
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 35
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 35
B. Hasil Penelitian.................................................................................. 43
C. Pembahasan ..................................................................................... 54
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 62
A. Kesimpulan ................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang ...................... 4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 24
Tabel 4.1 Anggaran dan Realisasi Belanja Operasi pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang....................................... 43
Tabel 4.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Modal pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang....................................... 44
Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Tak Terduga pada Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang ...................... 46
Tabel 4.3 Anggaran dan Realisasi Belanja Transfer pada Badan
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang ...................... 47
Tabel 4.4 Analisis Varians Belanja ................................................................ 48
Tabel 4.5 Perhitungan Pertumbuhan Belanja pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang....................................... 49
Tabel 4.6 Belanja Operasi terhadap Total Belanja ........................................ 50
Tabel 4.7 Belanja Modal terhadap Total Belanja ........................................... 51
Tabel 4.8 Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang ...................................... 53
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 28
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BPKD ....................................................... 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Otonomi daerah memungkinkan percepatan pembangunan, karena setiap
daerah diberikan kewenangan dalam menyelesaikan setiap permasalahan
daerah. Masing-masing daerah otonom diberikan kewajiban dan kewenangan
untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). “Agar
mampu menjalankan perannya, daerah diberikan kewenangan yang seluas-
luasnya disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan
otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah Negara”
(Muindro Renyowijoyo, 2012).
Pemerintah Daerah merupakan salah satu bentuk organisasi sektor publik
yang mengatur jalannya pemerintah pada daerah tersebu, sebagai sektor
publik pemerintah daerah harus menyediakan layanan jasa untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, termasuk pada
pengelolaan keuangan daerah dan menggunakan hasil dari pengelolaan
tersebut untuk memastikan potensi yang ada untuk meningkatkan
pembangunan daerah.
Anggaran merupakan pedoman tindakan yang dilaksanakan oleh
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan
yang diukur dalam satuan rupiah dengan klasifikasi tertentu secara sistematis
untuk satu periode (Ika, 2018). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
2
(APBD) disusun oleh suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan daerah
dan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya APBD, suatu daerah
dapat memaksimalkan sumber-sumber pendapatan daerah, lalu
membelanjakan dana tersebut sesuai program dan kegiatan yang telah
ditentukan dalam peraturan daerah setempat. Sumber-sumber pendapatan
daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain.
Sedangkan pengeluaran dilakukan oleh daerah dalam bentuk belanja daerah
(Vegirawati, 2021: 65).
Pemerintah memiliki berbagai anggaran diantaranya pendapatan dan
anggaran belanja. Anggaran pendapatan adalah suatu perkiraan mengenai
batas penerimaan tertinggi keuangan pemerintah sebagai sumber pendapatan
yang akan digunakan untuk membiayai belanja daerah. Anggaran belanja
adalah suatu perkiraan mengenai batas pengeluaran tertinggi keuangan
pemerintah bagi pembiayaan pelaksanaan kegiatan instansi untuk satu tahun.
Selain memiliki berbagai anggaran, pemerintah juga memiliki belanja.
Menurut PP No. 24 Tahun 2005 belanja adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayaran kembali oleh pemerintah. Belanja daerah dipergunakan dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewajiban
provinsi atau kabupaten/kota (Ramli, 2016: 8).
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dan rekening kas umum
daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan mengenai
badan layanan umum. Menurut klasifikasi ekonomi, jenis belanja dibagi
3
menjadi dua diantaranya yaitu organisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi
untuk pemerintahan daerah terdiri atas belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tidak terduga
(Ramli, 2016: 22).
Siklus belanja daerah mencakup berbagai proses dan keputusan untuk
memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan
pemerintah daerah termasuk dinas dan instansi pemerintah daerah.
Transaksi-transaksi dalam siklus belanja daerah sangat berpengaruh
terhadap laporan keuangan pemerintah daerah (Indra, 2010: 2015).
Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan baik pribadi
maupun organisasi. Apabila pencapaian sesuai dengan apa yang
direncanakan, maka kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik. Apabila
pencapaian melebihi dari apa yang direncanakan dapat dikatakan kinerjanya
sangat bagus. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manager dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih
baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang
publik tersebut telah dibelanjakan secara efektif, efisiensi, dan ekonomis tetapi
sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja yaitu untuk menilai sukses
atau tidaknya suatu kegiatan.
Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Kota Enrekang melakukan
pengelolaan anggaran belanja mulai dari menetapkan, melaksanakan,
mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi anggaran belanja.
Perencanaan anggaran belanja tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
BKAD Kota Enrekang pada satu tahun berikutnya, dalam melaksanakan
4
anggaran belanja sering terjadi selisih anggaran. Perbedaan antara angka
anggaran (budget) dengan realisasi ini disebut penyimpangan atau variance,
selisih lebih yang ditimbulkan oleh anggaran belanja biasa disebut favourable
dan selisih kurang biasanya disebut unfavourable.
Tabel 1.1
Laporan Realisasi Anggaran Belanja Daerah
Pemerintah Daerah Kab. Enrekang Tahun 2016-2020
tahun uraian anggaran realisasi %
2016
Belanja Operasi 707,040,121,137.00 665,508,874,587.00 94.13
Belanja Modal 402,667,852,324.00 329,905,317,517.00 81.93
Belanja Tak Terduga 750,000,000.00 227,700,000.00 30.36
Belanja Transfer 95,697,305,265.00 95,693,619,712.00 100.00
Total Belanja Daerah 1,206,155,278,726.00 1,091,335,511,816.00 90.48
2017
Belanja Operasi 707,508,330,458.00 667,326,043,707.00 94.32
Belanja Modal 239,221,872,318.00 200,088,477,045.00 83.64
Belanja Tak Terduga 250,000,000.00 70,050,000.00 28.02
Belanja Transfer 147,661,783,400.00 120,115,529,618.00 81.35
Total Belanja Daerah 1,094,641,986,176.00 987,600,100,370.00 90.22
2018
Belanja Operasi 717,941,985,575.00 690,870,509,277.60 96.23
Belanja Modal 212,301,479,614.00 160,111,439,072.00 75.42
Belanja Tak Terduga 750,000,000.00 230,399,818.18 30.72
Belanja Transfer 155,290,547,100.00 155,273,276,917.00 99.99
Total Belanja Daerah 1,086,284,012,289.00 1,006,485,625,084.78 92.65
2019
Belanja Operasi 760,417,874,932.00 713,251,271,965.42 93.80
Belanja Modal 230,273,065,363.00 163,396,969,835.00 70.96
Belanja Tak Terduga 750,000,000.00 183,444,100.00 24.46
Belanja Transfer 173,785,805,596.00 173,785,804,596.00 100.00
Total Belanja Daerah 1,165,226,745,891.00 1,050,617,490,496.42 90.16
2020
Belanja Operasi 750,838,707,715.00 697,915,103,852.37 92.95
Belanja Modal 270,438,941,099.00 224,033,079,623.80 82.84
Belanja Tak Terduga 15,300,000,000.00 8,450,600,961.36 55.23
Belanja Transfer 170,948,336,358.00 170,948,336,358.00 100.00
Total Belanja Daerah 1,207,525,985,172.00 1,101,347,120,795.53 91.21
Sumber : BKAD Kota Enrekang, 2021
Berdasarkan Tabel I.1 diketahui adanya fenomena bahwa belanja daerah
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang selama 5 tahun dari 2016-
5
2020 mengalami ketidakstabilan dikarenakan belanja operasi pada tahun
2016-2020 mengalami kenaikan dan penurunan, begitupun dengan belanja
modal, belanja tak terduga, dan belanja transfer.
Hal ini menunjukan bahwa tidak terealisasinya anggaran belanja daerah
menunjukkan anggaran belanja daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang tahun 2016-2020 sudah baik dan efisien, akan tetapi tidak
terealisasinya anggaran belanja 100% menyebabkan anggaran belanja
operasi, belanja modal, belanja tak terduga, dan belanja transfer perlu dilihat
dari segi keserasian belanja, varians belanja, dan pertumbuhan belanja
sehingga dapat dilihat bagaimana kinerja keuangan belanja dalam pelayanan
publik yang diberikan oleh pemerintah Enrekang terhadap masyarakatnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil judul
penelitian mengenai “Analisis Penggunaan Anggaran Belanja Daerah
dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten
Enrekang Tahun Anggaran 2016-2020”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kinerja
keuangan Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam pengelolaan anggaran
belanja daerah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui kinerja keuangan
Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam pengelolaan anggaran belanja
daerah.
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan tentang penggunaan anggaran belanja daerah dalam
meningkatkan kinerja keuangan Kabupaten Enrekang.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Enrekang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan pengelolaan anggaran belanja daerah
di Kabupaten Enrekang.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan reverensi
serta dapat menambah wawasan dan menjadi sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran
1. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah alat yang paling penting untuk perencanaan
pengendalian jangka pendek yang efektif dan organisasi. Suatu anggaran
operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan
dan beban yang direncanakan untuk tahun itu. Dengan adanya anggaran
manajemen dapat menentukan efektivitas dan efisiensi suatu operasi
dengan membandingkan antara anggaran dengan hasil aktual yang
dicapai.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 anggaran adalah
bahwa pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi
rencana pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan yang diukur dalam
suatu rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis
untuk suatu periode.
Menurut M. Nafarin (2012) mendefinisikan “anggaran merupakan
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan
dalam kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan
uang”. Menurut Mardiasmo (2011) anggaran merupakan estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Sedangkan anggaran sektor publik merupakan rencana
kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam suatu
moneter.
8
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran merupakan suatu
rencana finansial yang menyatakan:
a. Berapa biaya atas rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja)
b. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut (pendapatan).
2. Macam-Macam Anggaran
Menurut D Hartanto (2003) : 131) mengemukakan 4 (empat) macam
anggaran, yaitu sebagai berikut:
1. Appropriation Budget
Appropriation Budget yaitu untuk memberikan batas pengeluaran yang
boleh dilakukan. Batas tersebut merupakan jumlah maksimum yang
dapat dikeluarkan untuk satu hal tertentu. Anggaran ini umumnya
digunakan dalam pemerintahan, namun bagi perusahaan untuk hal-hal
tertentu sangat terbatas keinginan seperti, hanya untuk penelitian dan
advertising saja.
2. Performance Budget
Performance Budget yaitu anggaran yang didasarkan pada atas fungsi
aktivitas dan proyek. Pada anggaran ini perhatian ditujukan pada
penilaian atau biaya-biaya yang dikeluarkan untuk suatu hal tertentu.
Dengan demikian, efisiensi dan efektivitas operasi dapat diketahui. Di
dalam perusahaan anggaran yang lazim digunakan adalah formance
budget.
3. Fixed Budget
Fixed Budget adalah anggaran yang dibuat untuk satu tingkat kegiatan
selama jangka waktu tertentu, dimana tingkat kegiatan ini dapat
9
dinyatakan dalam presentase dan kapasitas jumlah produk yang
dihasilkan selama jangka waktu tertentu pada Foxed Budget hanya
digunakan jika diketahui dengan pasti bahwa volume real yang akan
dicapai tidak jauh berbeda dengan volume yang direncanakan semula.
4. Flexible Budget
Flexible Budget adalah bahwa setiap tingkat kegiatan terdapat norma-
norma atau ketentuan antar biaya yang diperlukan. Norma itu
merupakan patokan dari pengeluaran yang seluruhnya dilakukan pada
masing-masing tingkat kegiatan tersebut.
3. Manfaat dan Tujuan Anggaran
1. Manfaat Anggaran
Menurut Dedi Nordiawan (2012: 15) anggaran mempunyai manfaat
antara lain sebagai berikut:
a. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan
departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnya
dalam organisasi maupun manajemen puncak.
b. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang
sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
c. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen
untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah. Hal ini
akan mengarah manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang
harus diambil.
d. Anggaran dapat mempengaruhi dan memotivasi manajemen dan
karyawan untuk bekerja dan konsisten, efektif, dan efisien dalam
kondisi kesesuaian tujuan perusahaan dan tujuan karyawan.
10
e. Anggaran sebagai alat pengawasan yang baik, jika perusahaan
menyelesaikan suatu kegiatan maka manajemen perusahaan dapat
membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan anggaran yang telah
ditetapkan dalam perusahaan.
2. Tujuan Anggaran
Menurut Nafarin (2009), terdapat beberapa tujuan disusunnya anggaran
yaitu:
a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber
dan investasi dana.
b. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,
sehingga dapat mempermudah pengawasan.
d. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil
yang maksimal.
e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan
anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat.
f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang
berkaitan dengan keuangan.
4. Fungsi Anggaran
Mardiasmo (2009) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran,
diantaranya yaitut:
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan (Plannning Tool)
Mardiasmo (200) menyatakan bahwa “anggaran merupakan alat
perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehingga
organisasi akan tahu apa yang harus dilakukan pemerintah, berapa
11
biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.” Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan
untuk:
a) Merumuskan tujuan dan sasaran agar tercapai visi dan misi yang
ditetapkan;
b) Merencanakan secara matang program dan kegiatan agar bisa
mencapai tujuan organisasi;
c) Mengalokasikan dana pada berbagai program kegiatan yang telah
disusun; dan
d) Menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian memberikan rencana detail atas pendapatan
pengeluaran pemerintah agar perbelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Anggaran sebagai instrumen
pengendalian manajerial yang digunakan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi
kewajibannya. Selain itu, anggaran juga digunakan untuk memberi
informasi dan meyakinkan legislatif bahwa pemerintah bekerja secara
efektif tanpa adanya pemborosan dan korupsi.
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiskal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui
anggaran, dapat diketahui kebijakan fiskal sehingga dapat dilakukan
prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi, mendorong, memfasilitasi dan
12
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai Alat Politik (political Tool)
Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut pada sektor publik yang
merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Anggaran bukan merupakan sekedar masalah teknis tetapi
lebih merupakan alat politik. Oleh karena itu, pembuatan anggaran
membutuhkan polotikal skill, keahlian bernegosiasi dan pemahaman
tentang prinsip manajemen keuangan dan harus sadar sepenuhnya
bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui
dapat menjatuhan kepemimpinannya atau tidak menurunkan kredibilitas
pemerintah.
5. Angaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and
Communication Tool).
Anggaran publik merupakan alat koordinator antara bagian dalam
pemerintah. Anggaran publik disusun dengan baik akan mampu
mendeteksi terjadinya inkosistensi suatu unit kerja dalam pencapaian
tujuan organisasi. Di samping itu, anggaran juga berfungsi sebagai alat
komunikasi antara unit kerja dalam lingkungan organisasi untuk
dilaksanakan.
13
6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement
Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder kepada
wewenang kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target
anggaran dan efektivitas pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik
dinilai berdasarkan berapa berhasilnya capaian dengan anggaran yang
telah ditetapkan yang merupakan alat yang efektif untuk pengendalian
dan penilaian kinerja.
7. Anggaran sebagai Alat Motivasi (Motivasion Tool)
Anggaran digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan
stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan agar
memotivasi pegawai. Anggaran hendaknya bersifat challenging but
attainable atau demanding but achievable maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga dapat dipenuhi
namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruangan Publik (public
Sphere).
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada
organisasi swasta anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup
oleh publik. Elemen-elemen yang harus terlibat dalam penganggaran
publik masyarakat dan elemen masyarakat lainnya non pemerintah,
seperti LSM, Perguruan Tinggi, Organisasi Keagamaan, dan Organisasi
masyarakat lainnya. Keterlibatan mereka dapat bersifat langsung
dimana masyarakat dalam proses penganggaran dapat dilakukan mulai
14
dari proses penyusunan perencanaan pembangunan maupun rencana
kerja pemerintah (daerah) sedangkan keterlibatan secara tidak langsung
dapat melalui perwakilan mereka di lembaga legislatif (DPR/DPRD).
5. Tahap dalam Siklus Anggaran
Mardiasmo (2011), prinsip-prinsip pokok dalam siklus anggaran perlu
diketahui oleh penyelenggaraan pemerintahan siklus anggaran meliputi
empat tahap yang terdiri atas :
1. Tahap Persiapan Anggaran
Persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut yang perlu
diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran, pengeluaran
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara
lebih akurat.
2. Tahap Ratifikasi Anggaran
Merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan
cukup berat. Pemimpin eksekutif dituntut tidak hanya memiliki
managerial skill namun juga harus mempunyai political skill
salesesmanship yang memadai.
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap ini hal terpenting yang harus diperhatikan oleh manajer
keuangan publik adalah memiliki sistem (informasi) akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen, manajer keuangan bertanggungjawab
15
untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk
perencanaan dan pengendalian anggaran.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran
Tahap terakhir dalam siklus anggaran yaitu pelaporan dan evaluasi
anggaran terkait dengan aspek akuntabilitas, jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik maka diharapkan tahap budget reportingan and
evaluation tidak akan banyak menemui masalah.
B. Belanja Daerah
1. Pengertian Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran. Rencana daerah dalam APBD tersebut digunakan untuk
keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah daerah. Dengan adanya
belanja daerah ini merupakan bentuk komitmen pemerintah pusat terhadap
pemerintah daerah dalam hal pemberian wewenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
daerahnya.
Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja daerah adalah
semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah
meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar, dimana merupakan kewajiban daerah
dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
16
atau kabupaten/kota yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Belanja daerah bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan
masyarakatnya, semakin banyak pendapatan daerah yang mampu
diperoleh maka daerah akan semakin mampu dan mandiri membiayai
belanja daerahnya. Agar semakin mandiri, suatu daerah diperlukan
kesadaran dari masyarakat untuk ikut serta menyumbang pendapatan asli
daerah melalui pembayaran pajak daerah hingga membayar retribusi
daerah.
2. Klasifikasi Belanja Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri atas
empat jenis, berikut penjelasannya:
a. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi terdiri dari empat belanja yaitu:
1) Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah
daerah untuk memberikan imbalan berupa kompensasi dalam bentuk
uang atau barang. Contoh belanja pegawai adalah belanja gaji,
belanja tunjangan, uang makan, uang lembur PNS, dan sebagainya.
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran yang dilakukan
pemerintah daerah untuk pembelian barang atau jasa habis pakai
17
yang digunakan dalam proses produksi barang atau jasa yang
dipasarkan maupun tidak dipasarkan. Termasuk juga pengadaan
barang yang kemudian akan dijual kepada masyarakat. Contoh
belanja barang dan jasa adalah belanja keperluan perkantoran, sewa
gedung, pembayaran listrik, dan lain-lain.
3) Belanja Hibah
Belanja hibah adalah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima
hibah dengan mengalihkan hak dalam bentuk uang, barang, maupun
jasa berupa transfer. Belanja hibah bersifat sukarela, tidak wajib,
tidak mengikat, tidak perlu dibayar kembali, dan tidak terus-menerus
dilakukan.
4) Belanja Bantuan Sosial
Belanja bantuan sosial adalah pemberian barang atau jasa oleh
pemerintah daerah kepada masyarakat guna menghindari
kemungkinan risiko sosial yang merupakan peristiwa pemicu
terjadinya kerentanan sosial. Contoh belanja bantuan sosial adalah
belanja jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan
lain-lain.
b. Belanja Modal
Belanja modal adalah jenis pengeluaran untuk perolehan aset tetap dan
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal terdiri atas belanja modal untuk keperluan tanah, gedung
dan bangunan, peralatan, serta aset tidak berwujud.
18
c. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga adalah pengeluaran anggaran pemerintah daerah
untuk keperluan darurat, termasuk keperluan mendesak yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya. Contoh belanja tidak terduga adalah
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan sebagainya.
d. Belanja Transfer
Belanja transfer adalah pengeluaran anggaran dari pemerintah daerah
kepada pemerintah daerah lainnya atau pengeluaran dari pemerintah
daerah kepada pemerintah desa. Belanja transfer dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu:
1) Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil adalah pengeluaran yang digunakan untuk
menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan
daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota atau pendapatan
daerah kabupaten/kota kepada pemerintah desa. Termasuk juga
pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah
lainnya sesuai dengan peraturan undang-undang.
2) Belanja Bantuan Keuangan
Belanja bantuan keuangan adalah pengeluaran yang digunakan
untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari pemerintah daerah provinsi kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya.
Termasuk juga bantuan keuangan dari pemerintah daerah
19
kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah
lainnya. Pemberian bantuan keuangan dilakukan dalam rangka
pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan.
C. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Secara umum, istilah kinerja digunakan untuk menyebut prestasi atau
tingkat keberhasilan individu maupun kelompok. Kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program
atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Kinerja
bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria
keberhasilan ini berupa tujuan atau target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya
(Mohamad Mahsun, 2009;25).
2. Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Mahmudi (2005), tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja
berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian
tujuan dan menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau
menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.
b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Penilaian kinerja
merupakan sarana untuk pembelajaran pegawai tentang bagaimana
seharusnya mereka bertindak dan memberikan dasar dalam perubahan
20
perilaku, sifa, keterampilan atau pengetahuan kerja yang harus dimiliki
pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.
c. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya. Penerapan penilaian
kinerja dalam jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya
berprestasi di dalam organisasi dengan menciptakan keadaan dimana
setiap orang dalam organisasi dituntut untuk berprestasi.
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan, pemberian penghargaan dan hukuman. Organisasi yang
berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem penghargaan seperti
gaji/tunjangan, promosi atau hukuman seperti penundaan promosi atau
teguran, yang memiiki hubungan yang jelas dengan pengetahuan,
keterampilan dan kontribusi terhadap kinerja organisasi.
e. Menciptakan akunabilitas publik. Penilaian kinerja merupakan seberapa
besar kinerja manajerial yang dicapai yang menjadi dasar penilaian
akunabilias. Kinerja tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk
laporan kinerja sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi
dan berguna bagi pihak internal maupun eksternal organisasi.
D. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
1. Pengertian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja keuangan adalah hasil evaluasi dari suatu kegiatan/program
yang digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melihat kemampuan
daerah dalam pelaksanaan, mengolah, dan mengendalikan sumber daya
daerahnya dengan baik untuk kepentingan masyarakat otonomi daerah.
Menurut Sari (2016) “kinerja keuangan pemerintah daerah tingkat
pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi
21
penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan
yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-
undangan selama satu periode anggaran.
Halim (2017) dalam bukunya “Manajemen Keuangan Akuntansi Sektor
Publik”. Jakarta : Salemba Empat mengemukakan bahwa “kinerja
keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran
yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam
menjalankan oonomi daerah. Pemerintah daerah sebagai pihak yang
diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan
layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah
daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik dan buruk.
Dari beberapa pengertian kinerja keuangan diatas dapat diambil
kesimpulan sederhana bahwa kinerja keuangan merupakan pencapaian
prestasi perusahaan pada suatu periode yang menggambarkan kondisi
kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas.
2. Rasio-rasio Kinerja Keuangan Daerah
a. Analisis Varians Belanja
Analisis varians adalah analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran. Dalam hal belanja daerah terdapat
ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum
pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Kinerja
pemerintah daerah dinilai baik apabila pemerintah daerah mampu
melakukan efisiensi belanja. Sebaliknya, jika realisasi belanja lebih
22
besar dari jumlah yang dianggarkan maka hal itu mengindikasikan
adanya kinerja anggaran yang kurang baik.
b. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui
perkembangan belanja dari tahun ke tahun. Pada umumnya belanja
memiliki kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan belanja
biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan
kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian
faktor makro ekonomi.
c. Rasio Keserasian
Menurut Abdul Halim 2012 “Analisis keserasian merupakan rasio yang
mendeskripsikan aktivitas pemerintah daerah dalam memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja modal secara optimal.
“Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin
berarti presentasi belanja investasi yang dipakai untuk menyediakan
sarana prasarana ekonomi masyarakat semakin kecil.”
1) Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Analisis belanja operasi terhadap total belanja merupakan
perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja
daerah. Belanja operasi merupakan belanja yang manfaatnya habis
dalam satu periode anggaran, sehingga belanja operasi sifatnya
jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin atau berulang
(recurrent). Pada umumnya, proporsi belanja operasi lebih
mendominasi total belanja daerah, yaitu sekitar 60-90 persen.
“Biasanya daerah yang pendapatan daerahnya tinggi cenderung
23
memiliki porsi belanja operasi yang tinggi dibandingkan dengan
daerah yang tingkat pendapatan daerahnya masih tergolong rendah”
(Mahmudi, 2016).
2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan
perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan total
belanja daerah. Dari rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui
porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk
belanja modal pada tahun anggaran yang bersangkutan, dimana
pengeluaran belanja modal ini akan memberikan manfaat jangka
menengah dan panjang. Selain itu, belanja modal ini tidak rutin
dilakukan. Pemerintah daerah dengan pendapatan rendah
berorientasi untuk giat melakukan belanja modal sebagai bagian dari
investasi modal jangka panang, sedangkan pemerintah daerah
pendapatannya tinggi biasanya lebih memiliki aset modal yang
mencukupi. Menurut Mahmudi 2016 “proporsi belanja modal terhadap
belanja daerah antara 5-20 persen.”
3) Analisis Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Analisis proporsi belanja langsung dan tidak langsung bermanfaat
untuk kepentingan manajemen internal pemerintah daerah, yaitu
untuk pengendalian biaya dan pengendalian anggaran
(cost&budgetary). Belanja langsung adalah belanja yang terkait
langsng dengan kegiatan, sedangkan belanja tidak langsung adalah
pengeluaran belanja yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
secara langsung.
24
d. Rasio Efisiensi Belanja
Rasio dalam Analisis Efisiensi Belanja ini digunakan untuk mengukur
tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio
efisiensinya kurang dari 100 persen. Sebaliknya jika lebih dari 100
persen mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran (Mahmudi,
2016).
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1 Rosita (2019) Analisis Pengukuran Belanja Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Belanja pada BPKAD Kota Palembang
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
untuk analisis varians belanja daerah sudah menunjukkan bahwa kinerja keuangan belanja Kota Palembang dapat dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ralisasi belanja yang tidak melebihi anggaran belanja, begitupun dengan rasio pertumbuhannya. Untuk rasio efisiensi menunjukkan bahwa pemerintah Kota Palembang telah melakukan efisiensi anggaran belanja dikarenakan realisasi belanja lebih kecil dari anggaran belanja. Capaian belanja daerah kurang dari 100% menunjukkan bahwa kinerja belanja sudah baik.
2 Harry Al Makka (2015)
Analisis Kinerja Belanja Daerah dalam
Metode yang digunakan adalah metode
Hasil analisis varians belanja tahun anggaran 2013-2014 menunjukkan kinerja yang baik, dimana terdapat selisih anggaran belanja dengan realisasi yang
25
Laporan Realisasi Anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Kotamobagu
analisis deskriptif.
bersaldo negatif yaitu: tahun anggaran 2013 sebesar Rp62.878.387.090,00 atau 12,73% dari total APBD, dan untuk tahun anggaran 2014 sebesar Rp82.057.561.018,00 atau 14,60% dari total APBD. Hasil analisis pertumbuhan belanja untuk tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp48.910.561.274,00 atau 11,35% dari tahun anggaran 2013. Belanja yang paling mempengaruhi kenaikan pertumbuhan jumlah belanja tahun 2014 adalah belanja barang dan jasa yaitu sebesar 28,80%. Dari hasil analisis keserasian maka dapat diketahui Pemerintah Kota Kotamobagu dalam melakukan aktifitas belanjanya, tidak hanya memfokuskan belanja pada belanja operasi saja tetapi juga kepada belanja modal.
3 Indra Christian Lontaan (2016)
Analisis Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Minahasa Tahun Anggaran 2012-2014
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio efisiensi belanja mulai tahun 2012 sampai 2014 Pemerintah Kabupaten Minahasa terjadi efisiensi penggunaan anggaran dan Pemerintah Kabupaten Minahasa mengalami pertumbuhan belanja dari 2012 sampai 2014. Pimpinan Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah dalam penyusunan anggaran belanja, hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi, agar anggaran yang sudah disusun dapat direalisasikan dengan baik.
4 Elizar Sinambela dan Kiki Rizki Ana Pohan (2016)
Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam merealisasikan pendapatan dan belanja pada tahun 2010 sampai 2013 dikatakan baik dan pertumbuhan pendapatan dikatakan cukup baik. Pada tahun 2010 sampai 2013 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam rasio kemandirian keuangan dikatakan cukup baik. Dalam merealisasikan pajak daerah Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 sampai 2013 cukup efektif dan efisien serta dalam penilaian kinerja dikatakan baik. Belanja rutin dan belanja pembangunan pada tahun 2010 sampai 2013 dikatakan cukup baik. Belanja langsung dan belanja tidak langsung dikatakan cukup baik. Dalam merealisasikan anggaran belanja dapat dikatakan efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang
26
positif yang diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan.
5 Sakina Nusarifa Tanri dan Putri Irmawati (2018)
Analisis Kinerja Belanja pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2016
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang diolah menggunakan analisis deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil varians belanja dan analisis pertumbuhan belanja di Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah berjalan dengan baik, analisis keserasian belanja menunjukkan bahwa dinas sudah melakukan harmonisasi belanja daerah, Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta sudah melakukan efisiensi dengan menggunakan anggaran tidak melebihi realisasinya. Namun, terdapat salah satu program yang tidak berjalan secara efisien dan untuk hasil perhitungan dari rasio efektivitas dinas terkait dinilai sudah efektif dalam menggunakan anggaran belanja tidak langsung.
6 Wirawan Suhaedi (2019)
Analisis Belanja Daerah
Penelitian ini menggunakan penelitian deskritif
hasil penelitian menunjukkan varians belanja pada Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014-2018 rata-rata sebesar 93,30% dalam kategori favourable varians. Sebagian besar belanja daerah dialokasikan untuk belanja operasi dengan nilai rata-rata sebesar 79,48% sedangkan belanja modal sebesar 20,02%. Pengelolaan anggaran masih kurang efisien dengan rata-rata Rasio efisiensi belanja sebesar 93,30%.
7 Siti Aisah (2018)
Analisis Belanja Daerah pada Pemerintah Kota Samarinda
Penelitian ini menggunakan penelitian deskritif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja anggaran pemerintah Kota Samarinda secara umum dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari (a) varians belanja dengan rata-rata 78,62%, (b) pertumbuhan belanja dengan rata-rata 17,82%, (c) belanja per fungsi terealisasi 100%, belanja operasi dengan rata-rata 66,22%, belanja modal dengan rata-rata 33,73%, belanja langsung dengan rata-rata 61,47% dan belanja tidak langsung dengan rata-rata 38,53%, efisiensi belanja daerah menunjukkan rata-rata dibawah 100% yaitu 78,62%, dan belanja terhadap PDRB dengan rata-rata 197,061%.
8 Chrisman Youlli Karinda, Vantje Ilat,
Analisis Kinerja Anggaran pada Badan
Metode dalam penelitian ini adalah dengan
Dari hasil analisiss yang terdiri dari analisis varians (selisih) belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, rasio efisiensi belanja dan rasio
27
dan Lidia Mawikere
Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara
menggunakan metode analisis deskriptif
belanja daerah terhadap PDRB. Tahun 2009 terdapat selisih anggaran belanja sebesar Rp 95.735.271,62, tahun 2010 Rp 61.329.077.260,00. Tahun 2011 Rp 157.837.732.725,00, tahun 2012 Rp 189.330.495.775,00. Tahun 2010 terjadi pertumbuhan realisasi belanja sebesar 9,96% dibanding tahun sebelumnya, tahun 2011 sebanyak 13,05% tahun 2012 sebanyak 37,74%. Untuk analisis keserasian belanja tahun 2012 rasio belanja operasi sebesar 69,013, rasio belanja modal sebesar 19,795%, rasio belanja tak terduga 0.004%, rasio transfer bagi hasil 11,188%. Tahun 2009 realisasi belanja sebesar 91,53% dari yang dianggarkan, tahun 2010 hanya sebesar 94,88%, tahun 2011 hanya sebesar 89,07%, tahun 2012 hanya sebesar 90,34%.
9 Ika Maya Sari, Mulyati Akib, Anggini Shesilia (2018)
Analisis Anggaran Belanja Daerah sebagai Alat Pengendalian pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bombana
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa realisasi anggaran biaya (belanja) pada tahun 2015 dan 2016 dikategorikan menguntungkan (favorable) karena jumlah realisasi lebih sedikit dibandingkan dengan anggaran belanja daerah yang telah direncanakan, sehingga dapat dikatakan bahwa Kantor Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bombana telah mampu melakukan efisiensi biaya.
10 Dwi Nofita Sari, Sri Mintarti, Salmah Pattisahusiwa (2018)
Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kuantitatif kompratif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat atau kriteria efektivitas anggaran belanja pada Pemerintah Kota Samarinda dari tahun 2011-2015 bervariasi. Dimana pada tahun 2014 masuk dalam kriteria cukup efektif, dan tahun 2011, 2012, 2013 dan 2015 masuk kriteria kurang efektif, dikarenakan realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan jauh dengan target anggaran belanja. Sehingga ada beberapa kegiatan yang dianggarkan tapi tidak direalisasikan secara efektif. Dalam pelaksanaan anggaran belanja pemerintah Kota tahun 2011-2015 secara keseluruhan efisien. Dalam melaksanakan anggaran tahun 2011 dikategorikan sangat
28
efisien dan pada tahun 2012, 2013, 2014, dan 2015 dikategorikan efisien.
F. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur atau menganalisis kinerja
keuangan pemerintah dalam menggunakan anggaran belanja daerah yang
ada dengan jumlah dan waktu yang tepat dengan menggunakan teknik
analisis yaitu rasio keuangan yaitu varian belanja, analisis pertumbuhan
belanja, rasio keserasian, dan efisiensi belanja.
Adapun cara untuk memudahkan penelitian ini, maka peneliti
menggunakan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten
Enrekang
k
Dianalisis menggunakan rasio keuangan, yaitu
Varian belanja, pertumbuhan belanja, rasio keserasian,
dan rasio efisiensi
Kinerja Keuangan Belanja
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada
dengan menggunakan angka-angka untuk memperoleh gambaran dan
karakteristik mengenai keadaan yang diteliti. Dalam penelitian ini,
menggunakan data berupa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Enrekang mulai dari 2016-2020.
B. Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian untuk memperoleh data adalah Badan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Enrekang, Jl. Jendral Sudirman
No. 1 Enrekang, Sulawesi Selatan. Penelitian ini fokus pada anggaran
pendapatan dan belanja pemerintah daerah kabupaten Enrekang, yaitu
2016-2020
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini telah dilakukan selama kurang
lebih 2 (dua) bulan yaitu mulai dari 22 Juli 2021-22 September 2021.
C. Definisi Operasional
1. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam
unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan untuk jangka
panjang waktu (periode) tertentu dimasa yang akan datang.
30
2. Belanja Daerah adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah
untuk melaksanakan wewenang dan tanggungjawab kepada masyarakat
dan pemerintah diatasnya.
3. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi.
4. Kinerja Keuangan adalah hasil evaluasi dari suatu kegiatan/program
yang digunakan sebagai salah satu ukuran dalam melihat kemampuan
daerah dalam pelaksanaan, mengolah, dan mengendalikan sumber daya
daerahnya dengan baik untuk kepentingan masyarakat otonomi daerah.
D. Sumber Data
Sumber data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Nuryaman dan Christina 2015 “data sekunder adalah pengumpulan
data dengan cara membaca dan menganalisis data, informasi yang terdapat
pada laporan atau dokumen yang tersedia, baik yang dipublikasikan maupun
yang tidak dipublikasikan berupa data laporan keuangan dibuat oleh pihak
lain.” Data tersebut diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Enrekang tahun 2016-2020, pada Kantor
Badan Keuangan dan Aset Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, maka penulis menggunakan teknik
dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan data-data dokumen secara
tertulis yang menyangkut hubungannya dengan data yang dibutuhkan
31
khususnya data Laporan Realisasi APBD Kabupaten Enrekang selama 4
tahun (2016-2020).
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:81).
Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi APBD pada Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang tahun anggaran 2016-2020.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2017:81). Adapun sampel
dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Belanja Daerah
pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang tahun anggaran
2016-2020.
G. Teknik Analisis Data
Data laporan keuangan pemerintah daerah dalam bentuk laporan
realisasi anggaran yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan daerah yaitu sebagai berikut:
1. Varians Belanja
32
Selisih menguntungkan terjadi saat realisasi belanja lebih kecil dari
anggaran sedangkan selisih yang tidak menguntungkan terjadi jika
realisasi belanja lebih besar dari anggarannya (Mahmudi, 2015).
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Kinerja Varians Belanja
kriteria varians belanja ukuran
Baik (favourable) Realisasi Belanja < Anggaran Belanja
kurang baik (unfavourable)
Realisasi Belanja > Anggaran Belanja
(Sumber: Mahmudi, 2015)
Selisih anggaran belanja dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Selisih disukai (favourable variance), dalam hal realisasi belanja lebih
kecil dari anggarannya.
b. Selisih tidak disukai (unfavourable variance), dalam hal realisasi
belanja lebih besar dari anggarannya. (Mahmudi, 2016:136).
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan
keberhasilan
yang dicapai dari periode berikutnya (Mahmudi 2010:160). Pertumbuhan
belanja daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
33
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Kinerja Pertumbuhan Belanja
(Sumber: Mahmudi, 2016)
3. Rasio Keserasian
Dalam rasio keserasian, ada dua analisis belanja yang digunakan untuk
mengetahui kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
b. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
kriteria pertumbuhan belanja ukuran
naik positif
turun negatif
34
4. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang
dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan
terjadinya pemborosan anggaran (Mahmudi, 2007: 152). Efisiensi belanja
dapat diukur dengan rumus:
Kriteria Efisiensi
Presentasi Efisiensi Kriteria Efisiensi
100% keatas Tidak efisien
90%-100% Kurang efisien
80%-90% Cukup efisien
60%-80% Efiisien
Kurang dari 60% Sangat efisien
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Nama dan Sejarah Singkat Bada Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
Kabupaten Enrekang
Badan Pengelola Keuangan Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah Pemerintah Kabupaten Enrekang yang merupakan satuan kerja
pengelola keuangan daerah. Cikal bakal dari Badan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Enrekang sebelumnya adalah berasal dari Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah sehubungan dengan semakin kompleksnya
tugas-tugas pengelola keuangan daerah, maka dibentuklah suatu
organisasi perangkat daerah yang khusus menangani pengelolaan
keuangan daerah yang diberi nama Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD) yang ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten Enrekang
Nomor 03 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Enrekang dan keputusan
Bupati Enrekang Nomor 20 tahun 2005 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Jabatan pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang.
Tahun 2008 Pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah Nomor
41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.
Diterbitkannya peraturan pemerintah tersebut maka dilakukan perubahan
kembali terhadap organisasi perangkat daerah di Kabupaten Enrekang
sehingga Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) berubah nama
menjadi Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD)
sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang
36
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Enrekang termasuk dalam peraturan
daerah ini melebur Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dan bagian
Aset Sekretariat Daerah menjadi bagian dari struktur/susunan organisasi
dari Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten
Enrekang sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Enrekang Nomor 21
Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Enrekang. Pada
Tahun 2021 dilakukan perubahan kembali terhadap organisasi perangkat
daerah di Kabupaten Enrekang sehingga Badan Pengelola Keuangan
Daerah (BPKD) berubah nama menjadi Badan Keuangan dan Aset Daerah
(BKAD).
2. Visi dan Misi Organisasi
a. Visi
“Terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset daerah yang efektif,
efisien. Ekonomis. Transparansi, dan akuntabel untuk gerakan
membangun Enrekang maju, aman, dan sejahtera.“
b. Misi
a) Mengoptimalkan seluruh pendapatan daerah berdasarkan potensi
yang dimiliki.
b) Meningkatkan pengendalian pengelolaan keuangan dan aset daerah
sesuai ketentuan yang berlaku.
c) Meningkatkan sumber daya aparatur penatausahaan pengelola
keuangan dan aset daerah dapat berjalan secara efektif, efisien, dan
akuntabel.
37
3. Struktur Organisasi
4. Tugas dan Fungsi
Tugas pokok, fungsi dan rincian tugas pejabat structural Badan
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Enrekang sesuai dengan Peraturan
Bupati Enrekang Nomor 8 Tahun 2021 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Karja Badan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Enrekang sebagai berikut :
a. Kepala Badan
Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai uraian tugas
sebagai berikut:
KEPALA SUB BIDANG PEMANFAATAN PENGAWASAN
DAN PENGHAPUSAN BMD
KEPALA SUB BIDANG ANALISA KEBUTUHAN BMD
KEPALA SUB BIDANG INVENTARISASI DAN
PELAPORAN
KEPALA SUB BIDANG AKUNTANSI PENGELUARAN
KEPALA SUB BIDANG AKUNTANSI PENERIMAAN
KEPALA SUB BIDANG KONSOLIDASI DAN PELAPORAN
SUB BIDANG BELANJA OPERASI
KEPALA SUB BIDANG PENGELOLAAN KASDA
KEPALA SUB BIDANG BELANJA MODAL
KEPALA SUB BIDANG
PERENCANAAN ANGGARAN I
KEPALA SUB BIDANG
PERENCANAAN ANGGARAN II
KEPALA SUB BIDANG
PERENCANAAN ANGGARAN III
KEPALA BIDANG PERENCANAAN ANGGARAN
KEPALA BIDANG PERBENDAHARAAN
KEPALA BIDANG PENGELOLA
BARANG MILIK DAERAH
KEPALA BADAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
KEPALA SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN
KEPALASUB BAGIAN
KEUANGAN
SEKRETARIS
KEPALA BADAN KEUANGAN DAN ASSET DAERAH
38
a) Mengarahkan Sekretariat dan Kepala Bidang tugas-tugas baik secara
tertulis maupun lisan agar dapat diselesaikan dengan baik sesuai
dengan perundangg-undangan yang berlaku.
b) Mengatur kegiatan Sekretariat dan Kepala Bidang untuk melakukan
tugas sesuai petunjuk dan ketentuan yang telah ditetapkan.
c) Mengesahkan naskah dinas, surat tugas, surat perjalanan dinas,
surat undangan, nota dinas, disposis dan surat-surat lainnya.
d) Menentukan rencana strategis, visi dan misi serta berbagai program
dalam bidang pengelolaan keuangan daerah.
e) Mengatur penggolongan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD serta mengatur penggolongan rancangan laporan
pertanggungjawaban APBD.
b. Sekretaris
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang mempunyai tugas membantu
dan mendukung pelaksanaan tugas Kepala Badan. Adapun tugas dari
Sekretariat yaitu:
a) Menngurutkan, menetapkan, dan mengkoordinir Rencana Strategis
Sekretariat, Rencana Anggaran Satuan Kerja Sekretariat.
b) Mendukung tugas Kepala dalam membangun dan meningkatkan
pegawai di lingkup Sekretariat.
c) Menyiapkan bahan koordinasi dalam melaksanakan tugas badan dan
memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada unsur di
lingkungan badan serta menyiapkan rencana anggaran biaya
operasional badan.
39
d) Menghimpun, mengola, memperbanyak dan membenahi surat
persiapan dan informasi secara baik.
e) Mendukung kepala dalam mengatur laporan secara berkala dan
Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP) badan.
c. Sub Bagian Perencanaan : Sub bagian Perencanaan dipimpin oleh
Kepala Subbagian mempunyai tugas membantu sekretaris dalam
melakukan perencanaan, pengendalian data, pembinaan evaluasi
program/kegiatan Badan Keuangan dan Aset Daerah. Adapun tugasnya
sebagai berikut:
a) Merencanakan persiapan program strategis dan perkiraan anggaran
kerja.
b) Menghimpun dan menganalisis Perundang-Undangan.
c) Mengevaluasi pelaksanaan Rencana Strategis dan Rencana
Anggaran Satuan Kerja Sub Bagian Perencanaan secara berkala.
d) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai
dengan tugasnya.
d. Sub Bagian Keuangan : Sub bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala
Sub bagian yang mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
mengumpulkan bahan dan melakukan pengelolaan administrasi dan
pelaporan keuangan. Adapun tugas Sub Bagian Keuangan yaitu
sebagai berikut:
a) Menyiapkan dan merumuskan rancangan rencana strategis dan
rencana kerja anggaran satuan Sub Bagian Keuangan.
b) Mengkoordinasikan tugas-tugas kerja pada bagian keuangan
40
c) Menyerahkan, mengoperasikan dan mendisribusikan berbagai surat
serta dokumen keuangan.
d) Menghimpun dan memverifikasi terhadap dokumen
pertanggungjawab keuangan badan.
e) Membantu Sekretaris dalam rangka menghimpun dan merumuskan
penetapan kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Badan Pengelola Keuangan Daerah.
e. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian : Sub bagian Umum dan
Kepegawaian dipimpin oleh kepala Subbagian mempunyai tugas
membantu Sekretaris dalam mengumpulkan bahan dan melakukan
pengelolaan administrasi. Adapun tugas dari sub bagian umum dan
kepegawaian yaitu:
a) Mempersiapkan dan mengesahkan rancangan strategis dan
anggaran satuan kerja.
b) Menyediakan alat koordinasi dalam menjalankan beberapa tugas
dengan baik.
c) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris Badan
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Pengelola Keuangan
Daerah.
d) Mendukung kepala dalam peembinaan dan peningkatan kinerja
pegawai di lingkup Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
f. Bidang Anggaran
Bidang Perencanaan Anggaran dipimpin oleh Kepala Bidang. Adapun
tugas dari bidang anggaran yaitu:
a) Mengatur rancangan, agenda dan aktivitas pada bagian anggaran.
41
b) Penyediaan perlengkapan penguatan, pengawalan, dan
pemberitahuan pengoperasian tugas.
c) Penyusunan laporan realisasi SPD SKPD.
d) Penyiapan bahan anggaran kas pemerintah daerah.
g. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan dipimpin oleh Kepala Bidang, mempunyai
tugas membantu Kepala Badan dalam menyiapkan bahan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis dan
pemantauan serta evaluasi kebijakan teknis Bidang Pengelolaan kas.
Adapun tugas dari bidang perbendaharaan yaitu:
a) Pembentukan program, dan aktifitas serta petunjuk teknis lingkup
Bidang Perbendaharaan
b) Mewujudkan tugas kegiatan sebagai kuasa bendahara umum daerah
c) Pelaksanaan rekonsiliasi dengan bank per periode
d) Penyiapan bahan dalam rangka penyelesaian masalah tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.
h. Bidang Verifikasi
Kepala Bidang Verifikasi mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Verifikasi
b) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di Bidang Verifikasi
c) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Bidang Verifikasi
d) Melaksanakan pembinaan penatausahaan keuangan SKPD
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
42
i. Bidang Akuntansi
Kepala Bidang Akuntansi mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Akuntansi;
b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup Bidang Akuntansi;
c) Penatausahaan pembukuan keuangan pemerintah daerah dan
penyusunan laporan keuangan daerah;
d) Penyusunan laporan kinerja program bidang akuntansi dan
pelaporan;
e) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas di Bidang Akuntansi;
j. Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan
Kepala Sub Bidang Pembukuan dan Pelaporan mempunyai uraian tugas
sebagai berikut:
a) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Pembukuan
dan Pelaporan;
b) Menyusun bahan petunjuk teknis dan perumusan kebijakan lingkup
akuntansi;
c) Pelaksanaan verifikasi atas SP2D yang telah terbit;
d) Menyusun bahan petunjuk teknis dan perumusan kebijakan lingkup
akuntansi;
e) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
k. Sub Bidang Neraca
Kepala Sub Bagian Neraca mempunyai uraian tugas sebagai berikut:
a) Menyiapkan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Neraca;
b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup neraca;
43
c) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
d) Penyusunan laporan keuangan tahunan;
B. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Data
Mardiasmo (2018 ; 98) mengatakan bahwa “anggaran adalah suatu
pekerjaan yang pada suatu pihak mengandung jumlah pengeluaran yang
setinggi-tingginya yang mungkin diperlukan untuk membiayai kepentingan
Negara pada masa depan dan pihak yang lain perkiraan pendapaan
(penerimaan) yang mungkin akan diterima dalam masa tertentu.”
Tabel 4.1
Anggaran dan Realisasi Belanja Operasi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
No
Tahun
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
1 2016 707,040,121,137.00 665,508,874,587.00
2 2017 707,508,330,458.00 667,326,043,707.00
3 2018 717,941,985,575.00 690,870,509,277.60
4 2019 760,417,874,932.00 713,251,271,965.42
5 2020 750,838,707,715.00 697,915,103,852.37
Rata-rata 728,749,403,963.40 686,974,360,677.88
Median 717,941,985,575.00 690,870,509,277.60
Maksimum 760,417,874,932.00 713,251,271,965.42
Minimum 707,040,121,137.00 665,508,874,587.00
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa rata-rata
anggaran dan realisasi belanja operasional pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang adalah sebesar Rp
728,749,403,963.40, dan Rp 686,974,360,677.88, nilai median
44
sebesar Rp 717,941,985,575.00, dan Rp 690,870,509,277.60, nilai
maksimum sebesar Rp 760,417,874,932.00, dan Rp
713,251,271,965.42, nilai minimum sebesar Rp 707,040,121,137.00,
dan Rp 665,508,874,587.00
Grafik Anggaran dan Realisasi Belanja Operasi pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
Tabel 4.2
Anggaran dan Realisasi Belanja Modal pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
No
Tahun
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
1 2016 402,667,852,324.00 329,905,317,517.00
2 2017 239,221,872,318.00 200,088,477,045.00
3 2018 212,301,479,614.00 160,111,439,072.00
4 2019 230,273,065,363.00 163,396,969,835.00
5 2020 270,438,941,099.00 224,033,079,623.80
Rata-rata 270,980,642,143.60 215,507,056,618.56
Median 239,221,872,318.00 200,088,477,045.00
45
Maksimum 402,667,852,324.00 329,905,317,517.00
Minimum 212,301,479,614.00 160,111,439,072.00
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa rata-rata
anggaran dan realisasi belanja modal pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang adalah sebesar Rp
270,980,642,143.60 dan Rp 215,507,056,618.56 , nilai median
sebesar Rp 239,221,872,318.00 dan Rp 200,088,477,045.00 , nilai
maksimum sebesar Rp 402,667,852,324.00 dan Rp
329,905,317,517.00, dan nilai minumum sebesar Rp
212,301,479,614.00 dan Rp 160,111,439,072.00.
Grafik Anggaran dan Realisasi Belanja Modal pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
46
Tabel 4.3
Anggaran dan Realisasi Belanja Tak Terduga pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
No
Tahun
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
1 2016 750,000,000.00 227,700,000.00
2 2017 250,000,000.00 70,050,000.00
3 2018 750,000,000.00 230,399,818.18
4 2019 750,000,000.00 183,444,100.00
5 2020 15,300,000,000.00 8,450,600,961.36
Rata-rata 3,560,000,000.00 1,832,438,975.91
Median 750,000,000.00 227,700,000.00
Maksimum 15,300,000,000.00 8,450,600,961.36
Minimum 250,000,000.00 70,050,000.00
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa rata-rata
anggaran dan realisasi belanja tak terduga pada Badan Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang adalah sebesar Rp
3,560,000,000.00 dan Rp 1,832,438,975.91, nila median sebesar Rp
750,000,000.00 dan Rp 227,700,000.00, nilai maksimum sebesar Rp
15,300,000,000.00 dan Rp 8,450,600,961.36, dan nilai minumum
sebesar Rp 250,000,000.00 dan Rp 70,050,000.00
47
Grafik Anggaran dan Realisasi Belanja Tak Terduga pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
Tabel 4.4
Anggaran dan Realisasi Belanja Transfer pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
No
Tahun
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
1 2016 95,697,305,265.00 95,693,619,712.00
2 2017 147,661,783,400.00 120,115,529,618.00
3 2018 155,290,547,100.00 155,273,276,917.00
4 2019 173,785,805,596.00 173,785,804,596.00
5 2020 170,948,336,358.00 170,948,336,358.00
Rata-rata 148,676,755,543.80 143,163,313,440.20
Median 155,290,547,100.00 155,273,276,917.00
Maksimum 173,785,805,596.00 173,785,804,596.00
Minimum 95,697,305,265.00 95,693,619,712.00
48
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Grafik Anggaran dan Realisasi Belanja Transfer pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
T.A 2016-2020
2. Analisis Data
a. Analisis Varians Belanja
Analisis varians adalah analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran belanja.
Tabel 4.3 Analisis Varians Belanja
Tahun Anggaran Belanja
(Rp) Realisasi Belanja
(Rp) % Kriteria
2016 1,206,155,278,726.00 1,091,335,511,816.00 90.48 Baik
2017 1,094,641,986,176.00 987,600,100,370.00 90.22 Baik
49
2018 1,086,284,012,289.00 1,006,485,625,084.78 92.65 Baik
2019 1,165,226,745,891.00 1,050,617,490,496.42 90.16 Baik
2020 1,207,525,985,172.00 1,101,347,120,795.53 91.21 Baik
Rata-Rata 1,151,966,801,650.80 1,047,477,169,712.55 90.95 Baik
Sumber: Data diolah Penulis (2021)
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata anggaran belanja
tahun 2016-2020 sebesar Rp 1,151,996,801,650.80 dengan tingkat
realisasi belanja sebesar Rp 1,047,477,169,712.55 rasio varians belanja
sebesar 90,95%. Varians ini masuk dalam kategori selisih disukai
(Favourable varians) karena realisasi belanja tidak melebihi anggaran yang
ditetapkan. Hasil ini juga mendukung pendapat yang dikemukakan oleh
Mahmudi (2010;157) yaitu pemerintah daerah dikatakan memiliki Kinerja
Keuangan Belanja yang baik apabila realisasi belanja tidak melebihi dari
yang ditargetkan. Realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2020 yaitu Rp
1,101,347,120,975.53 dengan tingkat rasio varians belanja sebesar
91,21%, sedangkan realisasi terendah terjadi pada tahun 2017 yaitu Rp
987,600,100,370.00 dengan tingkat rasio varians belanja sebesar 90,22%.
b. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui
perkembangan belanja dari tahun ke tahun.
Tabel 4.4
Perhitungan Pertumbuhan Belanja pada Pemerintah
50
Daerah Kabupaten Enrekang
Tahun Realisasi Pertumbuhan Belanja (%)
Kriteria
2016 1,091,335,511,816.00 20.84 Positif
2017 987,600,100,370.00 -9.51 Negatif
2018 1,006,485,625,084.78 1.91 Positif
2019 1,050,617,490,495.42 4.38 Positif
2020 1,101,347,120,795.53 4.83 Positif
Rata-Rata 1,047,477,169,712.35 4.49 Positif
Sumber : Data Olahan tahun 2016-2019
Secara umum, Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah menunjukkan
bahwa Kinerja Keuangan Belanja pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang mengalami pertumbuhan positif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-
rata pertumbuhan yang positif yaitu 4,49%. Pertumbuhan tertinggi jatuh
pada tahun 2016 yaitu 4,83%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi
pada tahun 2017 yaitu -9,51%. Dengan demikian kinerja keuangan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang periode 2016-2020 dilihat dari
segi pertumbuhan belanja dikatakan sudah baik.
c. Analisis Keserasian Belanja
1. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Tabel 4.5 Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Tahun Realisasi belanja
operasi (Rp)
Total Belanja (Rp)
rasio belanja operasi
Kriteria Kemampuan
2016 665,508,874,587.00 1,206,155,278,726.00 55.18 Cukup Serasi
2017 667,326,043,707.00 1,094,641,986,176.00 60.96 Serasi
2018 690,870,509,277.60 1,086,284,012,289.00 63.60 Serasi
51
2019 713,251,271,965.42 1,165,226,745,891.00 61.21 Serasi
2020 697,915,103,852.37 1,207,525,985,172.00 57.80 Cukup Serasi
rata-rata 686,974,360,677.88 1,151,966,801,650.80 59.75 Cukup Serasi
Sumber : Data Olahan tahun 2016-2020
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang dari tahun 2016-2020 dalam hal belanja operasi
terhadap total belanja dapat dikatakan cukup serasi, hal ini dapat dilihat
dari rata-rata rasio belanja operasinya yaitu sebesar 59,75% realisasi
belanja operasi sebesar Rp 686,974,360,677.88 dibandingkan dengan
rata-rata total belanja sebesar Rp 1,151,966,801,650.80 . Hal ini
menunjukkan sebagian besar belanja digunakan untuk belanja operasi
terutama untuk Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa.
2. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Tabel 4.6 Belanja Modal terhadap Total Belanja
Tahun Realisasi Belanja
Modal (Rp)
Total Belanja Daerah (Rp)
Rasio Belanja Modal
Kriteria Kemampuan
2016 329,905,317,517.00 1,206,155,278,726.00 27.35 kurang Serasi
2017 200,088,477,045.00 1,094,641,986,176.00 18.28 Tidak Serasi
2018 160,111,439,072.00 1,086,284,012,289.00 14.74 Tidak Serasi
2019 163,396,969,835.00 1,165,226,745,891.00 14.02 Tidak Serasi
2020 224,033,079,623.80 1,207,525,985,172.00 18.55 Tidak Serasi
Rata-Rata 215,507,056,618.56 1,151,966,801,650.80 18.59 Tidak Serasi
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Berdasarkan hasil analisis belanja modal terhadap total belanja
diatas, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
pada tahun 2016-2020 dalam hal belanja modal terhadap total belanja
52
dikatakan tidak serasi, karena rata-rata rasio belanja modalnya yaitu
sebesar 18,59%, dimana dari rata-rata realisasi belanja modal sebesar Rp
215,507,056,618.56 dibandingkan dengan rata-rata total belanja
daerahnya sebesar Rp 1,151,966,801,650.80. Rasio belanja modal
mengalami penurunan berkisar antara 27-14%. Sebagian besar belanja
modal digunakan untuk belanja modal tanah, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi dan jaringan.
Rasio keserasian belanja Kabupaten Enrekang tahun 2016-2020
terlihat pada grafik berikut:
Berdasarkan grafik diatas, keseluruhan dari tahun 2016-2020
Pemerintah Kabupaten Enrekang mengalokasikan rata-rata 59,75%
digunakan untuk belanja operasional dan 18,59% digunakan untuk belanja
modal. Untuk pengalokasian belanja operasinya mengalami peningkatan
pada tahun 2016-2018 dan menurun pada tahun 2019-2020 dari sisi jumlah
dan presentase sedangkan untuk pengalokasian belanja modal pada tahun
53
2016-2019 mengalami penurunan dan pada tahun 2020 mengalami
peningkatan dari sisi jumlah dan persentase.
d. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio dalam Analisis Efisiensi Belanja ini digunakan untuk mengukur
tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah daerah.
Tabel 4.7
Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
Tahun Total Realisasi
Belanja (Rp)
Total Anggaran (Rp)
Rasio Efisiensi
Kriteria Kemampuan
2016 1,091,335,511,816.00 1,206,155,278,726.00 90.48 Kurang efisien
2017 987,600,100,370.00 1,094,641,986,176.00 90.22 Kurang efisiensi
2018 1,006,485,625,084.78 1,086,284,012,289.00 92.65 Kurang efisiensi
2019 1,050,617,490,496.42 1,165,226,745,891.00 90.16 Kurang efisien
2020 1,101,347,120,795.53 1,207,525,985,172.00 91.21 Kurang efisiensi
Rata-Rata 1,047,477,169,712.55 1,151,966,801,650.80 90.95 Kurang efisiensi
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Analisis Efisiensi Belanja Daerah menunjukkan bahwa Pemerintah
Daerah Kabupaten Enrekang telah melakukan efisiensi belanja untuk tahun
2016-2020. Hal ini ditunjukkan dengan Realisasi Anggaran Belanja yang
tidak terdapat angka melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Hasil ini
mendukung pendapat Mahmudi (2010:166) yaitu “jika angka yang
dihasilkan dari rasio kurang dari 100% maka dinilai telah melakukan
efisiensi anggaran”. Dilihat dari tabel diatas, rasio efisiensi belanja yang
54
terendah terdapat pada tahun 2019 dengan persentase 90,16%,
sedangkan rasio efisiensi belanja tertinggi terletak pada tahun 2016
dengan persenase sebesar 90,48%.
Semakin kecil nilai rasio berarti semakin efisien. Tetapi belum tentu
dalam hak ini Pemerintah Daerah mempunyai kinerja yang baik karena
bisa jadi Pemerintah Daerah melakukan penghematan sehingga realisasi
belanjanya kurang maksimal atau bisa juga karena terdapat anggaran
belanja yang tidak terealisasikan. Pemerintah Daerah juga dapat membuat
anggaran yang besar sehingga realisasi belanjanya tidak mencapai
anggaran yang ditetapkan.
C. PEMBAHASAN
Mardiasmo 2018 mengatakan bahwa “Anggaran adalah suatu pekerjaan
pada satu pihak yang mengandung jumlah pengeluaran setinggi-tingginya
yang mungkin diperlukan untuk membiayai kepentingan Negara dan masa
depan dan pihak lain perkiraan pendapatan (penerimaan) yang mungkin akan
diterima dalam masa tersebut.” Sedangkan menurut Halim dan Kusufi 2016
mengatakan bahwa “Anggaran merupakan dokumen yang berisi estimasi
kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam
ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan
menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian
kinerja.”
1. Rasio Varians Belanja
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 berdasarkan hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa rasio varians belanja daerah pada tahun 2016-
55
2020 dikatakan baik. Adapun rata-rata rasio varians belanja yaitu sebesar
90,95% yang dimana dapat dikatakan bahwa kinerja keuangannya sudah
baik. Hal ini menunjukkan bahwa makna dari Varians ini masuk dalam
kategori selisih disukai (Favourable varians) karena realisasi belanja tidak
melebihi anggaran yang ditetapkan. Hasil ini juga mendukung pendapat
yang dikemukakan oleh Mahmudi (2010;157) yaitu pemerintah daerah
dikatakan memiliki Kinerja Keuangan Belanja yang baik apabila realisasi
belanja tidak melebihi dari yang ditargetkan.
2. Rasio Pertumbuhan Belanja
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan belanja pada tahun 2016
mengalami pertumbuhan positif yaitu sebesar 20,84% yang artinya bahwa
realisasi pada tahun sebelumnya lebih kecil daripada tahun sekarang
sehingga hasilnya positif, pada tahun 2017 mengalami pertumbuhan
negatif yaitu sebesar -9,51% dikarenakan realisasi pada tahun sebelumnya
lebih besar dibandingkan tahun 2017, dan pada tahun 2018-2020
mengalami pertumbuhan yang baik/positif yaitu sebesar 1,91%; 4,38%; dan
4,83% yang artinya bahwa kinerja keuangan mengalami pertumbuhan yang
positif karena realisasi pada tahun sebelumnya lebih kecil dibandingkan
tahun setelahnya. Adapun rata-rata dari rasio pertumbuhan belanja
mengalami peningkatan atau menghasilkan nilai positif yaitu sebesar
4,49% yang artinya bahwa tingkat kinerja pertumbuhan belanja pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang dikatakan sudah baik.
3. Rasio Keserasian Belanja
56
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan belanja yang terbagi menjadi rasio
belanja operasi terhadap total belanja dan rasio belanja modal terhadap
total belanja. Rasio belanja operasi tahun 2016 sebesar 55,18% yang
artinya tingkat kinerja keuangan Kabupaten Enrekang dikatakan cukup
serasi, tahun 2017 yaitu sebesar 60,96% yang artinya tingkat kinerja
keuangan Kabupaten Enrekang dikatakan serasi, tahun 2018 sebesar
60,63%% yang artinya kinerja keuangan dikatakan serasi, tahun 2019
sebesar 61,21% yang artinya kinerja keuangan dikatakan serasi, dan pada
tahun 2020 sebesar 57,80% yang artinya cukup serasi. Adapun rata-rata
rasio belanja operasi yaitu sebesar 59,75%, hal ini dapat menunjukkan
bahwa tingkat kinerja keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang periode 2016-2020 dalam hal rasio belanja operasi terhadap total
belanja dikatakan cukup serasi. Sedangkan pada rasio belanja modal
terhadap total belanja tahun 2016 sebesar 27,35% yang artinya bahwa
kinerja keuangan pada tahun tersebut kurang serasi, pada tahun 2017
sebesar 18,28% yang artinya kinerja keuangan tidak serasi, pada tahun
2018 sebesar 14,74% yang artinya kinerja keuangan pada tahun tersebut
tidak serasi, pada tahun 2019 sebesar 14,02% yang artinya kinerja
keuangannya tidak serasi, pada tahun 2020 sebesar 18,55% yang artinya
kinerja keuangan kurang serasi. Adapun rata-rata rasio belanja modal
sebesar 18,59% yang artinya bahwa tingkat kinerja keuangan pada
Pemerintah Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 dalam hal rasio
belanja modal dikatakan tidak serasi.
57
4. Rasio Efisien
Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 berdasarkan hasil penelitian rasio
efisien, menunjukkan bahwa tingkat rasio efisien pada tahun 2016 sebesar
90,48% yang artinya kurang efisien, tahun 2017 sebesar 90,22% yang
artinya bahwa tingkat kinerja keuangannya kurang efisien, tahun 2018
sebesar 92,65% yang artinya kinerja keuangan pada tahun tersebut kurang
efisien, pada tahun 2019 sebesar 90,16% yang artinya tingkat kinerjanya
kurang efisien, dan pada tahun 2020 sebesar 91,21% yang artinya kurang
efisien. Adapun rata-rata rasio efisiensi sebesar 90,95% yang artinya
bahwa Pemerintah Kabupaten Enrekang Periode 2016-2020 dalam
menggunakan anggaran dikatakan kurang efisien dalam melakukan
penghematan anggaran belanja. Kurang efisiennya anggaran belanja pada
Pemerintah Kabupaten Enrekang disebabkan karena realisasi anggaran
belanja menghampiri jumlah target angaran belanja. Hal ini menunjukkan
bahwa Pemerintah Kabupaten Enrekang belum mengoptimalkan
pelaksanaan anggaran belanja baik dalam penggunaan, pengendalian
serta pengawasan dalam pengelolaan anggaran sehingga tercapai target
efisiensi belanja.
Selain itu, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rosita (2019). Penelitian yang dilakukan Rosita bertujuan
untuk melihat tingkat kinerja belanja menggunakan rasio keserasian
belanja, aktifitas, varians, dan pertumbuhan belanja. Sedangkan pada
penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kinerja belanja menggunakan
rasio varians belanja, pertumbuhan, keserasian, dan efisiensi. Hasil
58
penelitian yang dilakukan oleh Rosita menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan realisasi anggaran belanja mengalami pertumbuhan yang
positif bagi kinerja belanja. Untuk rasio varians belanja yang dilakukan oleh
Rosita menunjukkan bahwa pemerintah Kota Palembang dinilai mampu
menghemat anggaran dengan baik dan efisien, sedangkan hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
dikatakan kurang efisien dalam melakukan penghematan anggaran
belanja.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Harry Al Makka (2015). Penelitian yang dilakukan oleh Harry Al Makka
bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja LRA di Kotamobagu, tetapi
hanya menggunakan rasio pertumbuhan dan rasio keserasian, sedangkan
pada penelitian ini menggunakan rasio varians belanja, pertumbuhan,
keserasian, dan efisien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harry Al
Makka menunjukkan bahwa analisis pertumbuhan belanja dan keserasian
belanja menghasilkan kinerja belanja yang baik bagi Kotamobagu, hal ini
terlihat dari hasil analisis pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 28,80%.
Sedangkan rasio pertumbuhan belanja pada penelitian ini juga dikatakan
bahwa kinerja keuangannya sudah baik, karena rata-rata dari analisis rasio
pertumbuhan menghasilkan presentasi yang positif yaitu sebesar Rp
4,49%, adapun rasio keserasian belanja pada penelitian ini dikatakan
bahwa tingkat kinerja keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Enrekang dalam hal rasio belanja modal dikatakan kurang serasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra Christian Lontaan (2016)
berbeda dengan penelitian ini, karena penelitian yang dilakukan oleh Indra
59
hanya menggunakan 2 rasio yaitu rasio efisiensi dan rasio pertumbuhan.
Hasil penelitian Indra menunjukkan bahwa Kota Minahasa dalam
menggunakan anggaran dikatakan kurang efisiensi dalam melakukan
penghematan belanja, karena hasil dari perhitungan rasio efisiensi dari
2012-2014 adalah sebesar 93,21%, 91,39%, dan 90,21% yang artinya
kurang efisien disebabkan karena realisasi anggaran belanja menghampiri
jumlah target anggaran belanja, begitupun dengan penelitian ini dikatakan
kurang efisien karena rata-rata rasio efisiensi belanjanya sebesar 90,95%.
Penelitian yang dilakukan oleh Sakina Nusarifa Tanri (2018) sama
dengan penelitian ini, karena penelitian Elizar menggunakan analisis rasio
varians belanja, pertumbuhan belanja, keserasian belanja, efisiensi
belanja, dan efektivitas belanja, sedangkan pada penelitian ini tidak
menggunakan rasio efektivitas. Hasil penelitian yang dilakukan Elizar
menunjukkan bahwa varians belanja dan pertumbuhan belanja pada Kota
Yogyakarta telah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari penggunaan
anggaran yang tidak melebihi realisasinya, pada penelitian ini pertumbuhan
belanjanya juga sudah dapat dikatakan baik karena rata-rata rasio
pertumbuhan belanjanya menghasilkan nilai positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Wirawan Suhaedi (2019) berbeda
dengan penelitian ini, karena penelitian Wirawan menganalisis belanja
daerah dengan hanya menggunakan rasio varians belanja dan efisiensi
belanja, sedangkan pada penelitian ini tidak hanya menggunakan rasio
varians dan efisiensi tetapi juga menggunakan rasio pertumbuhan dan
keserasian. Hasil penelitian Wirawan sama dengan penelitian ini, hasil
penelitian Wirawan menunjukkan bahwa varians belanja menghasilkan
60
rata-rata sebesar 93,30% dan masuk dalam kategori favourable varians,
akan tetapi hasil ini dikatakan kurang efisien karena realisasi anggaran
belanja hampir mencapai target anggaran yang telah ditetapkan, begitupun
dengan hasil varians belanja pada penelitian ini menghasilkan rata-rata
varians belanja sebesar 90,95% yang artinya dianggap kurang efisien
dalam menghemat anggaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisah (2018) berbeda dengan
penelitian ini, karena hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisah
menghasilkan varians belanja dengan rata-rata 78,62% yang artinya
penggunaan anggaran belanja pada Kota Samarinda dikatakan efisien,
sedangkan penelitian ini menghasilkan rata-rata varians belanja sebesar
90,95% yang artinya penggunaan anggaran pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Enrekang dikatakan kurang efisien. Adapun pertumbuhan
belanja pada penelitian Siti Aisha dikatakan baik, karena rata-rata rasio
pertumbuhan belanja menghasilkan nilai positif yaitu sebesar 78,62%,
begitupun dengan penelitian ini dikatakan bahwa tingkat kinerja
pertumbuhan belanja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang
dikatakan baik, karena rata-rata rasio pertumbuhan belanja menghasilkan
nilai positif yaitu sebesar 4,49%
Penelitian yang dilakukan oleh Chrisman Youli Karinda dan Lidia
Mawikere sama dengan teknik analisis data pada penelitian ini yaitu sama-
sama menggunakan rasio varians belanja, pertumbuhan belanja,
keserasian belanja, dan efisiensi belanja. Perbedaan dalam penelitian ini
adalah pada penelitian Chrisman menggunakan rasio belanja daerah
terhadap PDrb (Product Domestic Regional Bruto), akan tetapi hasil
61
penelitiannya sama dengan hasil penelitian ini, pada penelitian Chrisman
rasio pertumbuhannya menghasilkan nilai yang positif, dan penelitian ini
juga menghasilkan nilai yang positif yaitu sebesar 4,49%.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Maya Sari (2018) berbeda dengan
penelitian ini, karena penelitian Ika Maya hanya menggunakan analisis
varians belanja saja. Tetapi hasil penelitian dari varians belanja Ika Maya
sama dengan hasil penelitian ini, yaitu sama-sama masuk dalam kategori
selisih disukai (favourable varians) karena realisasi belanja tidak melebihi
anggaran yang telah ditetapkan artinya pemerintah daerah dikatakan
memiliki kinerja keuangan belanaja yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Novita Sari (2018) berbeda
dengan penelitian ini karena pada penelitian Dwi menggunakan rasio
efisiensi dan rasio efektivitas. Hasil penelitian dwi berbeda dengan hasil
penelitian ini, karena hasil penelitian dwi pada rasio efisiensi dikatakan
efisien karena rata-rata rasio efisien sebesar 61,39%, sedangkan hasil
penelitian ini dikatakan kurang efisien karena menghasilkan rasio efisiensi
sebesar 90,95%.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, analisis data dan pembahasan yang
telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan yang ada pada pemerintah daerah Kabupaten Enrekang
belum mampu menghemat anggaran belanja dengan baik dan efisien. Hal ini
terlihat dari hasil penelitian analisis rasio efisiensi yang menghasilkan rata-rata
rasio efisiensi sebesar 90,95% yang artinya bahwa pemerintah Kabupaten
Enrekang dikatakan kurang efisien dalam mengelola anggaran, begitupun
dengan rasio keserasian dalam hal belanja modal menunjukkan bahwa tingkat
kinerja keuangan pada pemerintah Kabupaten Enrekang dikatakan kurang
serasi. Akan tetapi dalam hal rasio pertumbuhan belanja dinilai mampu
meningkatkan kinerja keuangan karena menghasilkan rata-rata pertumbuhan
positif yaitu 4,49% yang artinya bahwa tingkat kinerja keuangan belanja dalam
hal rasio pertumbuhan belanja dikatakan sudah baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka peneliti
memberikan saran kepada pemerintah Kabupaten Enrekang yaitu:
1. Pemerintah Kabupaten Enrekang harus lebih berusaha lagi meningkatkan
kinerja keuangan dalam pengelolaan anggaran khususnya anggaran
belanja daerah, baik dari segi penggunaan belanja, pengendalian serta
pengawasan dalam pengelolaan anggaran sehingga dapat mencapai
tingkat kinerja yang baik.
63
2. Dalam penyusunan anggaran belanja, hendaknya memperhatikan situasi
dan kondisi, agar anggaran yang sudah disusun dapat direalisasikan
dengan baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Keempat. Penerbit Salemba Empat : Jakarta.
Halim. 2017. Manajemen Keuangan Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empa.
Hasanah, N., dan Vidiyastutik, E.D. 2018. Analisis Kinerja Realisasi Anggaran dalam Belanja Daerah Pemerintah Probolinggo. Jurnal Ecobusss. Vol. 6. No. 2.
Katit, F.X.W., dan Pinatik, S. 2016. Analisis Kinerja Belanja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Jurnal EMBA. Vol. 4. No. 3.
Kusufi & Halim. 2016. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Lontaan, I.C., dan Pangerapan, S. 2016. Analisis Belanja Daerah pada Pemerintah Kabupaten Minahasa Tahun Anggaran 2012-2014. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 1.
M. Nafarin. 2012. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Mahmudi. 2016. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Mahsun, Mohamad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE.
Makka, Harry. dkk. 2015. Analisis Kinerja Belanja Daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Kotamobagu. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 15. No.04.
Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi”. Yogyakarta: Andi.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik, Andi : Yogyakarta.
Muindro Renyowijoyo. 2013. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Mitra Wacana Media
Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat.
Nordiawan Dedi. 2012. Anggaran disuatu Pemerintah. Jakarta : Salemba.
Nurema. 2020. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Enrekang. Skripsi Sarjana Ekonomi dan Bisnis (S1). Universitas Muhammadiyah Makassar.
65
Nuryaman & Christina, V. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis Teori dan Praktik. Cetakan pertama. Bogor, Indonesia : Penerbit Ghalia Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Anggaran.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Belanja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Belanja Daerah.
Rosita. 2019. Analisis Pengukuran Belanja Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Belanja pada BPKAD Kota Palembang. Skripsi Sarjana Ekonomi dan Bisnis (S1). Universitas Muhammadiyah Palembang.
Rusdi. 2018. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang. Skripsi Sarjana Ekonomi dan Bisnis (S1). Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sari, Ika. dkk. 2018. Analisis Anggaran Belanja Daerah sebagai Alat Pengendalian pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bombana. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3.
Sinambela, E., dan Pohan, K.Z.A. 2016. Analisis Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis. Vol. 16. No.1.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuanlitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Suhaedi, Wirawan. 2019. Analisis Belanja Daerah. Jurnal Riset Akuntansi Aksioma. Vol. 18. No. 2
Tantri, S.N ., dan Irmawati, P. 2018. Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia. Vol. 1. No. 1.
85
BIOGRAFI PENULIS
Sinta, lahir di Tangru Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang
pada tanggal 01 September 1999. Anak ketiga dari 3
bersaudara yang merupakan buah kasih dan sayang dari
pasangan Ayahanda Nawi dan Ibunda Sahida. Pendidikan
Sekolah Dasar penulis di SDN 166 Tangru dan selesai pada
tahun 2011, setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar, penulis
melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Baraka dan selesai pada tahun 2014,
kemudian setelah menyelesaikan pendidikan di SMP, penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN Model 1 Baraka dan selesai pada tahun 2017, dan mulai
tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Makassar
sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih
terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat Rahmat dan pertolongan Allah serta doa dan usaha orang tua,
denan penuh rasa syukur, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir dengan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Anggaran Belanja
Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten
Enrekang.”