BAB 1 NE ADIKE AJI

34
BAB I PENDAHULUAN Peranan Keluarga terhadap perkembangan anak sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan anak terhadap kehidupan masa mendatang, pembinaan terhadap seorang anak harus dilakukan dengan baik karena mreka merupakan generasi penerus bangsa dan Negara di masa mendatang. Sedangkan fungsi utama dario keluarga antara lain memberi perlindungan, memberi rasa aman, melakukan pengasuhan, pendidikan terhadap segenap anggota ( Sumarsono, 1995 : 41 ) Pada kurun waktui 10 tahun terakhir dampak tekanan ekonomi semakin meningkat dan tak kunjung terselesaikan sehingga muncul berbagai masalah masalah sosial yg perlu di selesaikan oleh pihak- pihak terkait baik itu pemerintah maupun semua aspek bangsa ini, dampak tekanan ekonomi yang semakin berkepanjangan ini juga mendorong penyebab bertambah nya anak yg terlibat dalam suatu pekererjaan. Fenomena pekerja anak sesunguhnya bukanlah hal yang baru di indonesia, selain karna faktor tekanan ekonomi, anak bekerja karena banyak orang tua terutama pada golongan ekonomi lemah berpikiran bahwa dengan bekerja sejak usia dini akan menumbuhkan rasa tangung jawab pada diri ank tersebut, selain itu juga untuk membantu perekonomian keluarga. Fenomena anak bekerja sebagai anak jalanan seperti : pengamen, penjual koran dan pedagang asongan pada awal nya didorong oleh rasa ingin membantu perekonomian keluarga. Mereka memilih bekerja sebagai anak jalanan karena mereka

Transcript of BAB 1 NE ADIKE AJI

BAB I

PENDAHULUAN

Peranan Keluarga terhadap perkembangan anak sangat

berpengaruh sekali terhadap perkembangan anak terhadap

kehidupan masa mendatang, pembinaan terhadap seorang anak

harus dilakukan dengan baik karena mreka merupakan generasi

penerus bangsa dan Negara di masa mendatang. Sedangkan fungsi

utama dario keluarga antara lain memberi perlindungan, memberi

rasa aman, melakukan pengasuhan, pendidikan terhadap segenap

anggota ( Sumarsono, 1995 : 41 )

Pada kurun waktui 10 tahun terakhir dampak tekanan

ekonomi semakin meningkat dan tak kunjung terselesaikan

sehingga muncul berbagai masalah masalah sosial yg perlu di

selesaikan oleh pihak- pihak terkait baik itu pemerintah

maupun semua aspek bangsa ini, dampak tekanan ekonomi yang

semakin berkepanjangan ini juga mendorong penyebab bertambah

nya anak yg terlibat dalam suatu pekererjaan. Fenomena pekerja

anak sesunguhnya bukanlah hal yang baru di indonesia, selain

karna faktor tekanan ekonomi, anak bekerja karena banyak orang

tua terutama pada golongan ekonomi lemah berpikiran bahwa

dengan bekerja sejak usia dini akan menumbuhkan rasa tangung

jawab pada diri ank tersebut, selain itu juga untuk membantu

perekonomian keluarga.

Fenomena anak bekerja sebagai anak jalanan seperti :

pengamen, penjual koran dan pedagang asongan pada awal nya

didorong oleh rasa ingin membantu perekonomian keluarga.

Mereka memilih bekerja sebagai anak jalanan karena mereka

belum memiliki keterampilan dan keahlian khusus di dunia

kerja, selain itu mereka juga belum mempunyai pengalaman

sehingga mereka memilih menekuni pekerjaan pada sektor publik

( jalanan ) yang pada dasarnya tidak memerlukan ketrampilan

khusus dan merupakan alternatif yang mungkin dilakukan untuk

menghasilakan uang.

Menurut data Departemen sosial menunjukan jumlah anak

jalanan di Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa tahuan

terakir. Jumlah anak jalanan sebelum krisis ekonomi sekitar

tiga ribu orang, tetapi setelah krisis ekonomi yang

berkepanjangan jumlah nya menjadi 7 kali lipat ( Setyowati,

2006:1 ).

Jumlah anak jalanan yang semakin bertambah merupakan

fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian khususnya

pemerintah, misalnya dengan memberikan keterampilan khusus dan

bantuan modal dengan pengawasan yang intensif sehingga bantuan

tersebut tidaki sia - sia. Fenomena anak jalanan ini juga

disebabkan karena semakin sulitnya mencari lapangan pekerjaan

karena merekatidak memiliki latar belakang pendidikan formal,

selain itu bertambahanya anak jalanan juga karena banyak nya

anak - anak yang putus sekolah yang disebabkan karena faktor

ekonomi. Rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan untuk

memciptakan lapangan pekerjaan sendiri disamping itu juga

karena keadaan ekonomi yang pas - pasan semakin mendorong

mereka untuk bekerja dengan kemampuan mereka sehingga memilih

alternatif pekerjaan sebagai pekerja publik (jalanan).

Menurut Muallo ( dalam huda,2007 : 1) anak yangt

berkualitas tinggi baik secara fisik dan mentalnya merupakan

tabungan yang sangat berguna bagi negara, untuk mencapai

tujuannya sangat bergantung pada anak - anak bangsa nya.

Menurut International Labaur Organization ( ILO, 1999 ) di

dunia saat inilebih dari 250 juta anak berusia 5 -14 tahun

terpaksa bekerja dan kehilangan masa kanak - kanaknya, mereka

bekerja lebih dari 25 jam per minggu. Menurut Irwanto ( dalam

Huda 2007 : 3 ) lama bekerja sanggat berpengaruh pada

pendapatan, jika seorang anak bekerja cukup lama maka

pendapatan akan cukup meningakat, sehingga diantara mereka

banyak mencurahkan waktu nya terlibat dalam proses produksi,

baik dalam keluarga maupun ditempat lain.

Semakin bertambahnya jumlah anak jalanan secara langsung

diakibatkjan oleh faktor - faktor ekonomi, pendidikan yang

rendah, dan pengalaman serta ketrampilan yang kurang. Bahkan

dampak yang diakibatkan krisis ekomomi bukan hanya dirasakan

oleh orang - orang dewasa saja tetapi juga berimbas pada anak

- anak yang latar belakang ekonomi keluargannya kurang mampu,

sehingga orang yang seharus nya menjadi tangungan terpaksa

harus bekerja membantu orang tua nya hal ini juga merupakan

salah satu penyebab makin bertambahnya anak jalanan di

perkotaan. Fenomena anak bekerja sebagai anak jalanan

seperti : pengamen, penjual koran dan pedagang asongan pada

awal nya didorong oleh rasa ingin membantu perekonomian

keluarga. Mereka memilih bekerja sebagai anak jalanan karena

mereka belum memiliki keterampilan dan keahlian khusus di

dunia kerja, selain itu mereka juga belum mempunyai pengalaman

sehingga mereka memilih menekuni pekerjaan pada sektor publik

( jalanan ) yang pada dasarnya tidak memerlukan ketrampilan

khusus dan merupakan alternatif yang mungkin dilakukan untunk

menghasilakan uang.

Banyaknya anak jalanan di kota Malang khususnya di

Kecamatan Sukun Kota Malang menjadi permasalahan kota yang

harus segera diselesaikan karena jika dibiarkan berlarut -

larut justru akan menimbulkan dampak yang negatif seperti

munculnya permasalahan - permasalahan sosial seperti

terjadinya tindak kekerasan, kejahatan, serta menggangu

ketertiban sehingga perlu adanya tindakan pencegahan sehingga

tidak menimbulkan permasalahan yang lebih meluas. Dari

permasalahan anak jalanan diatas maka peneliti mengambil

judul “Pola Persebaran dan Kehidupan Sosial Ekonomi Anak

Jalanan di Wilayah Kecamatan Sukun Kota Malang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan latar belakan yang telah diungkapkan diatas,

maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola persebaran anak jalanan yang berada di

Kecamatan Sukun Kota Malang?

2. Bagaimana profil sosisal ekonomi anak jalanan yang berada

di Kecamatan Sukun Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai pola persebaran anak

jalanan yang berada di Kecamatan Sukun Kota Malang

2. Menggetahui profil sosial ekonomi anak jalanan yang

berada di Kecamatan Sukun Kota Malang

D. Manfaat penelitian

Bagi peneliti

Sebagai sarana latihan menuangkan gagasan, idea tau

pikiran dalam bentuk tulisan dan melatih untuk berpikir

kritis serta meningkatkan daya serap informasi khususnya

mengenai topik yang akan diteliti. Memperoleh kepuasan

intelektual karena dapat meningkatkan keterampilan secara

jelas dan sistematis.

Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu member informasi dan

gambaran tentang permasalahan anak jalanan dan mampu

memberikan sumbangan pemikiran tentang persebaran dan

kondisi sosial ekonomi anak jalanan yang berada di

wilayah Kecamatan Sukun Kota Malang.

Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan mampu member tambahan

informasi dan gambaran pada institusi yang berkompeten

pada permasalahan – permasalahan sosial khususnya

permasalahan anak jalanan yang berada di wilayah

Kecamatan Sukun Kota Malang dan sebagai bahan dalam

memberikan penyuluhan serta pelatihan – pelatihan kepada

anak jalanan agar memiliki keterampilan – keterampilan

khusus di dalam dunia kerja, sehingga diharapkan mampu

membuka lapangan pekerjaan sendiri dan tidak lagi

bergantung dari sector publik ( jalanan )

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian digunakan untuk membatasi

permasalahan yang diteliti, sehingga tidak menyimpang dari

tujuan yang dikehendaki. Subyek penelitian ini adalah anak

jalanan (ANJAL) yang berada diwilayah Kecamatan Sukun Kota

Malang. Untuk materi yang di bahas dalam penelitian ini adalah

mengungkapkan pola persebaran anak jalanan di Kecamatan Sukun

Kota Malang.

Table 1.1 Jabaran variable

Variable Sub Variable Indikator Sumber Data

- Polapersebaraan

- Karakteristiksosialekonomi

- sosial

- ekonomi

- Jumlah- Lokasi

kerja

- Usia- Lama

bekerja- Jenis

pekerjaan

- Pendapatan- pengeluara

n

- Data sekunder

- Data primer

- Data primer

- Data primer

- Data primer

- Dataprimer

- DataPrimer

E. Definisi Operasional

Pola persebaran anak jalanan adalah suatu kecenderungan

anak jalanan dalam memilih lokasi dalam bekerja dan

beraktifitas.

Karakteristik sosial ekonomi adalah merupakan gambaran

kehidupan sosial ekonomi anak jalanan yang berada pada

wilayah tertentu dan menyangkut pranata – pranata sosial

yang secara langsung menjadi budaya yang mereka akui.

Anak jalanan adalah anak – anak yang berusia dibawah 18

tahun yang berada di jalanan untuk mencari nafkah dengan

berbagai cara.

Kecamatan Sukun ?

F.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus

betul – betul dipersiapkan agar menjadi sumber daya manusia

yang berkualitas dan siap menyongsong masa depan yang lebih

cerah. Untuk mencapai tujuan tersebut anak harus tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan yang optimal baik jasmani,

rohani maupun sosialnya.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian

besar waktunya di jalan atau tempat umum lainnya dengan

tujuan mencari nafkah dengan berbagai bentuk misalnya

sebagai pengamen, penjual Koran, pemulung, penyemir sepatu,

pengemis dan lain lain (Kuswati,2004 : 10). Untuk

mempertegas pengertian anak jalanan, berikut ini akan

dijelaskan beberapa ikhtisar mengenai pengertian anak

jalanan.

Menurut Imawan (1999 : 5 ) anak jalanan adalah anak yang

biasa hidup tidak teratur di jalanan bias sambil bekerja

atau mengelandang saja setiap hari, usia mereka berkisar 5 -

18 tahun, biasanya bersikap seenaknya sendiri dan tidak

punya aturan dalam hidupnya.

B. Kategori Anak Jalanan

Berdasarkan KHA ( Konvensi Hak Anak) dan ILO yang

dimaksud pekerja anak adalah anak usia 5 – 14 tahun yang

melakukan kegiatan ekonomi, baik secara langsung untuk

memperoleh uang, maupun yang bersifat untuk membantu orang

tua dalam pekerjaan untuk mencari nafkah.

Menurut Surbakti anak jalanan dibedakan menjadi 3 kelompok

yaitu:

a. Children on the street, yakni anak – anak yang

mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak

jalanan, tetapi masih punya hubungan yang kuat

dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka

digunakan untuk memperkuat penyangga ekonomi

keluargannya karena beban atau tekanan kemiskinan

yang mesti ditangung tidak dapat diselesaikan oleh

ke dua orang tuanya.

b. Children of the street, yakni anak – anak yang

berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial

maupun ekonomi. Beberapa dari mereka masih mempunyai

hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi

pertemuan mereka tidak menentu. Banyak dari mereka

adalah anak – anak yang karena suatu sebab

( biasanya kekerasan ) yang membuat mereka lari atau

pergi dari rumah. Banyak penelitian menunjukan bahwa

anak – anak pada kategori ini rawan terhadap

perlakuan salah, baik secara sosial, emosional,

fisik maupun seksual.

c. Children from families of the street, yakni anak –

anak yang berasal dari yang hidup di jalanan.

Meskipun anak – anak itu mempunyai hubungan

kekeluargaan yang cukup kuat tetapi hidup mereka

terombang – ambing dari suatu tempat ke tempat lain

dengan segala resikonya. Salah satu cirri yang yang

penting dari kategori ini adalah pemampangan

kehidupan jalanan sejak masih bayi bahkan sejak

dalam kandungan. Di Indonesia dengan kategori ini

yang paling mudah ditemui diberbagai kolong

jembatan, rumah –rumah liar disepanjang rel kereta

api.

Dalam penelitian anak jalanan kelompok yang paling

dominan adalah Children on the street dan Children

of the street serta Children from families of the

street sehingga dari ke tiga kelompok tersebut dari

satu kelompok penelitian.

C. Pola Persebaran

Pola persebaran anak jalanan merupakan kecenderungan anak

jalanan dalam melakukan aktifitas atau bekerja dijalanan

disuatu wilayah atau lokasi mangkal. Lokasi yang biasa

ditempati anak jalanan pada umumnya adalah disepanjang jalan

– jalan protocol dan tempat – tempat keramaian seperti:

pasar, perempatan, alun – alun dan terminal.

1. Lokasi Mangkal dan Jumlah Teman

Salah satu factor yang menyebabkan anak terjun

kejalanan adalah adanya daya tarik yang ada dikota dengan

fasilitas yang tersedia menyebabkan anak penasaran dan ingin

memanfaatkannya. Untuk mewujudkan hal itu, salah satu

caranya adalah sebagai anak jalanan yang lokasinya

berdekatan dengan pusat keramaian atau fasilitas umum.

Disamping lokasi tempat mangkal, factor lainnya adalah

teman atau komunitas anak jalanan yang ikut mempengaruhi

anak lainnya untuk terjun ke jalanan. Pada saaat itu, anak

umumnya masih mencari jati diri dan pengakuan dari pihak

lain serta mereka juga membutuhkan komunitas yang bias

menerima keadaannya. Oleh karena itu, anak tersebut biasanya

memiliki kelompok atau temen sebaya yang mempunyai kedekatan

antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.

Kedekatan itu bahkan melebihi kedekatan dengan orang tuanya,

mereka cenderung berbagi pengalaman yang dialaminya baik

dalam suka maupun duka dan pengalaman hidupnya kepada teman

sebayanya dibandingkan dengan orang tuannya atau orang yang

lebih dewasa (Bagong dkk, 2000 : 204). Suasana pertemanan

ini sanggat bermakna bagi anak jalanan sebab dalam iklim

pertemanan tersebut anak jalanan dapat mengapresiasikan

segala macam keinginan dan kehendak serta memiliki kebebasan

untuk bertindak dan berprilaku.

D. Karakteristik Sosial Ekonomi

Banyaknya anak jalanan merupakan kenyataan yang benar –

benar nyata dan kompleks dan sangat berhubungan dengan aspek

sosial ekonomi yang berkaitan erat dengan munculnya anak

jalanan. Karakteristik sosial ekonomi adalah gambaran

tentang seseorang atau masyarakat yang ditinjau dari keadaan

sosial ekonomi, gambaran tersebut meliputi tingkat

pendidikan, pendapatan, dan jenis pekerjaaan anak jalanan.

Oleh karena itu untuk mempermudah penentuan status sosial

anak jalanan, penelitian ini dibatasai pada usia, pendapatan

dan jenis pekerjaan anak jalanan.

1. Usia anak jalanan

Anak jalanan adalah anak – anak yang berusia dibawah 18

tahun yang berada dijalanan untuk mencari nafkah dengan

berbagai cara ( tidak termasuk gelandangan, pengemis,

bekerja ditoko kios). Berdasarkan data ILO (2009) saat ini

anak usia 5 -14 tahun terpaksa bekerja dan kehilangan masa

kanak – kanaknya harus mencurahkan waktunya untuk bekerja.

2. Tingkat pendapatan dan pengeluaran anak jalanan

Banyak factor yang membuat anak menekuni pekerjaan

sebagai anak jalanan, namun factor yang paling dominan

adalah kemiskinan. Meskipun kemiskinan adalah hal yang

paling berperan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa factor

informal di perkotaan juga menjadi magnet kuat untuk menarik

anak – anak terjun menjadi anak jalanan, khususnya bagi anak

– anak yang mengalami kemiskinan dan dituntut untuk membantu

perekonomian keluarga untuk mencari nafkah.

Pada umumnya kegiatan anak jalanan adalah sebagai

penyemir sepatu, pengamen dan pedagang asongan, pengatur

lalu lintas diperempatan jalan. Pendapatan mereka rata –

rata berkisar 10 ribu sampai 25 ribu. Di Indonesia

kebanyakan anak akan merasa bangga jika mereka bias bekerja

dan membantu perekonomian keluarga dalam mencari nafkah

bahkan banyak anak yang akirnya tidak berminat untuk

bersekolah dan mencari nafkah yang lebih banyak bagi

keluarganya.

3. Lama jam kerja anak jalanan

Menurut studi yang dilakukan IPEC/ILO dibeberapa kota di

Indonesia ( Huda, 2007 :15) bahwa jumlah jam kerja anak

jalanan harus bekerja selam 40 jam per minggu atau 7 – 10

jam per hari dengan waktu bekerja antara 7 – 8 jam sampai

jam 4 – 5 sore. Jika ditinjaudari jam kerja yang tidak

beraturan tersebut maka sangat kecil kemungkinan anak – anak

tersebut untuk memperoleh pendidikan. Selain itu minimnya

waktu istirahat secara langsung juga menggangu pertumbuhan

dan perkembangan mereka. Lama jam bekerja menurut Susilo

(1991 : 26) adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk

bekerja dihitung sejak meningalkan rumah sampai kembali lagi

ke rumah dalam waktu sehari.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan fakta

– fakta yang ada dalam suatu masalah. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif non hipotesis, karena tidak menguji

kebenaran suatu pendapat, melainkan hanya ingin menggali fakta

– fakta dan mendeskripsikannya.

Metode penelitian ini adalah menggunakan metode survey

yang meliputi observasi, wawancara, dan dokumenter. Penelitian

survey biasannya dilakukan guna mengambil generalisasi dari

pengamatan. Agar generalisasi yang dilakukan mendapatkan hasil

yang akurat, maka diperlukan sampel yang representatif dari

suatu populasi. Adapun tujuan dari metode survey adalah untuk

mengumpulkan informasi factual secara detail, mengidentifikasi

masalah, dan justifikasi kondisi saat ini serta membuat

perbandingan dan evaluasi. Instrumen yang digunakan adalah

kuisioner.

Dalam survie informasi dikumpulkan dari responden dan

menggunakan kuisioner. Umumnya pengertian survey dibatasi pada

penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi

untuk mewakili populasi. Hal tersebut juga diperkuat oleh

Singarimbun ( dalam Huda, 2007 :19 ) yang menyatakan bahwa

penelitian survei adalah suatu penelitian yang mengambil

sampel dari suatu populasi dan mengggunakan kuisioner sebagai

alat pengumpul data.

Sedangkan pendekatan penelitian menggunakan pendekatan

Cross – Sectional, yaitu penelitian untuk memberikan penjelasan dan

yang diperoleh dari hasil wawancara maupun pengamatan

berdasarkan kriteria anak jalanan di lokasi penelitian.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian

(Arikunto, 2002 : 37)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak jalanan yang

berada di Kecamatan Sukun Kota Malang. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pola persebaran anak jalanan yang

berada di Kecamatan Sukun Kota Malang.

2. Sampel Penelitian

Sample merupakan sebagian obyek atau individu – individu

yang mewakili populasi sehingga sifatnya harus representatif ,

yaitu bener – benar mewakili dan mencerminkan populasinya

( Huda, 2007 : 20).

Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan ditempat –

tempat anak jalanan beraktifitas anak jalanan di Kecamatan

Sukun Kota Malang seperti pertigaan Kacuk, Pertigaan Pasar

Gadang, Perempatan Dieng, Perempatan Kasin. Adapun teknik

pengambilan sample mengunakan teknik purposive sampling, yaitu

teknik yang mengambil cirri – cirri atau sifat tertentu yang

diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan cirri cirri

atau sifat spesifik dari yang ada atau dilihat didalam

populasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada 2 jenis,

yakni data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data diperoleh dari sumber yang

bersangkutan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari

kuisioner dan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

a. Teknik Observasi

Observasi merupakan langkah awal yang dilakukan melalui

pengamatan untuk menggetahui informasi dan gejala dilapangan.

Observasi yang dilakukan dilokasi penelitian denggan

mengamati, mencatat secara sistematis terhadap gejala atau

fenomena yang ada pada obyek penelitian.

b. Kuisioner

Kuisioner merupakan salah satu jenis komunikasi verbal,

merupakan usaha untuk memeperoleh informasi dan menyampaikan

pertanyaan secara tertulis oleh responden. Dalam hal ini

dengan menggunakan angket, angket yang dimaksud disini berisi

tentang jenis kelamin, usia, pendapatan, pengeluaran, lokasi

mangkal, jenis pekerjaan anak jalanan dan lama bekerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data ini untuk melengkapi data

primer agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang

ditetapkan. Adapun data sekunder yang diperlukan meliputi

jumlah anak jalanan, peta administratif, dan dokumen – dokumen

lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

D. Instrumen penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuisioner dan wawancara. Dalam hal ini obyek penelitian

adalah anak jalanan yang berada di kota Malang khususnya di

Kecamatan Sukun Kota Malang. Adapun kuisioner tersebut berisi

tentang aktifitas anak jalanan dan karakteristik sosial

ekonominya.

E. Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

denggan mengunakan metode analisis data deskriptif dengan

presentase. Data diperoleh di ananalisis dan disajikan dalam

bentuk presentase, adapun rumus yang digunakan dalam

pengolahan data adalah:

P = F/N x 100 %

Keterangan:

P= presentase jawaban

F= jumlah frekuensi jawaban responden

N= jumlah total pertanyaan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Kota Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur

setelah Surabaya, kota ini juga dikenal sebagai kota

pendidikan, karena banyaknya fasilitas pendidikan yang

tersedia dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak, SD sampai

Pendidikan Tinggi dan jenis pendidikan non-formal seperti

kursus bahasa asing dan kursus komputer, baik yang

diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

1. Kondisi Iklim dan Potensi Demografis

Kota malang merupakan sebuah kota yang terletak di

Provinsi Jawa Timur. Terletak pada koordinat 112,06° - 112,07°

Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan

dikelilingi gunung-gunung:

Gunung Arjuno di sebelah Utara

Gunung Semeru di sebelah Timur

Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat

Gunung Kelud di sebelah Selatan

Kota Malang terkenal dengan semboyan Tri Bina Cita yaitu

sebagai Kota Pendidikan, Kota Industri dan Kota Pariwisata

yang mencerminkan profil potensi ekonomi Kota Malang, dengan

batas wilayahnya :

" Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wagir Kecamatan

Dau

" Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan

Kecamatan Tumpang

" Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan

Kecamatan Karangploso

" Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan

Kecamatan Pakisaji

Kota Malang yang beribukota di Klojen memiliki luas 110 Km2

yang terbagi dalam 57 Kelurahan/Desa dan 5 Kecamatan

Komoditi unggulan Kota Malang yaitu sektor perkebunan dan

jasa. Sektor Perkebunan komoditi unggulannya adalah Tebu,

Kopi, dan Kelapa. sub sektor jasa yaitu Pariwisata

Kondisi iklim Kota Malang tercatat rata-rata suhu udara

berkisar antara 22,2 °C - 24,5 °C. Sedangkan suhu maksimum

mencapai 32,3 °C dan suhu minimum 17,8 °C . Rata kelembaban

udara berkisar 74% - 82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan

minimum mencapai 37%. Seperti umumnya daerah lain di

Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim,

musim hujan, dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun

Klimatologi Karangploso curah hujan yang relatif tinggi

terjadi pada bulan Januari, Februari, Maret, April, dan

Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember

curah hujan relatif rendah.

Jumlah penduduk Kota Malang pada semester pertama tahun

2013 mencapai 836.373 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk

laki-laki 418.100 jiwa dan jumalh penduduk perempuan 418.273

jiwa dan tersebar hampir merata di 5 (lima) kecamatan.

REKAPITULASI PENDUDUK KOTA MALANG TAHUN 2013

BERDASARKAN JENIS KELAMIN

No Kecamatan JumlahPenduduk Laki-laki Perempuan

1. Blimbing 185.187 92.745 92.4422. Klojen 107.212 52.605 54.6073. Kedung Kandang 191.851 96.343 95.5084. Sukun 191.229 95.988 95.2415. Lowokwaru 160.894 80.419 80.475

Jumlah 836.373 418.100 418.273Sumber: Dinas Kependudukan Dan Pencatatan

Sipil Kota Malang

2. Kondisi Ekonomi Makro

Beberapa indikator penting dapat dijadikan tolak ukur

keberhasilan program pembangunan antara lain kualitas sumber

daya manusia yang ditunjukan oleh tingkat IPM (Indeks

Pembangunan Manusia) dan usia harapan hidup serta keberhasilan

dari segi ekonomi yang dapat dilihat dari segi angka PDRB

( Produk Domestik Regional Bruto), laju pertumbuhan ekonomi

dan pendapatan per kapita.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB dapat digunakan untuk mengambarkan struktur

ekonomi daerah. Nilai PDRB pada masing-masing sector

mengambarkan tingkat dominasi sector tersebut dalam

menggerakan perekonomian daerah. Salah satu cara untuk

mengetahui kinerja dan struktur perekonomian dari suatu

wilayah antara lain dengan melihat seberapa besar nilai

tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi yang ada

di suatu wilayah. Besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh

faktor-faktor produksi tersebut umumnya disebut dengan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penghitungan besaran

PDRB tersebut dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu

pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Salah satu

indikator tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah

adalah tingkat PDRB yang merupakan nilai bersih barang dan

jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan

ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi menunjukan perkembangan

ekonomi fiskal yang terjadi pada suatu kawasan seperti

pertambahan jumlah produksi barang industri, perkembangan

infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan

produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang sudah ada dan

berbagai perkembangan lainnya.

Masalah pengangguran juga tengah dialami pula di Kota

Malang yang menunjukkan permasalahan utama dalam

pembangunannya yakni peningkatan tingkat pengangguran

terbukanya dari tahun ke tahun, yang dilihat informasinya

menurut data Disnakersos, dari tahun 2008 hingga 2010 selalu

terjadi peningkatan . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 1 dibawah ini :

Tahun (jiwa) 2008 % 2009 % 2010 %

PengangguranTerbukaKotaMalang

43.623

15,85

16,43

17,17

45.353

16,43

Sumber : BPS Kota Malang

Berdasarkan tabel 1 di atas permasalahan pengangguran

di Kota Malang merupakan masalah yang serius sehingga dari

pemerintah daerahnya sendiri perlu penanganan yang intensif

dan hal ini pun berlaku untuk semua daerah di indonesia

pula. Oleh karena itu setidaknya untuk mengurangi tingkat

pengangguran ini diperlukan langkah yang sistematis yakni

dengan merumuskan strategi seperti diadakan penyuluhan bahwa

mengadakan Usaha Kecil Menengah itu merupakan cara mandiri

untuk masyarakat dalam memperoleh penghidupan yang layak

yang nantinya tingkat pengangguran pun dapat ditekan

semaksimal mungkin guna untuk menekan angka anak jalanan

setiap tahun nya agar tidak semakin bertambah.

Berikut dipaparkan data PDRB kota Malang dalam jutaan rupiah

sebagai berikut:

Sektor 2009 2010 2011

Sektor Primer

ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB

PERTANIAN 56.158,91 108.559,58 55.625,28 112.672,28 52.982,13 114.288,4

5 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

6.380,72 9.766,16 6.171,43 10.052,25 6.041,83 10.259,40

SektorSekunder

INDUSTRI PENGOLAHAN

4.083.960,28

9.173.767,78

4.254.693,26

10.313.209,31

4.521.178,77

11.313.110,64

LISTRIK, GAS& AIRBERSIH

226.610,8

2

395.172,09

238.622,2

5

429.734,86

253.344,9

3

459.478,31

BANGUNAN 332.272,21

834.449,38

374.935,96 965.697,46 406.693,0

41.114.741

,02

Sektor TersierPERDAG., HOTEL & RESTORAN

5.310.305,69

10.186.009,72

5.721.906,62

11.722.277,01

6.191.342,82

13.181.279,51

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI

430.545,59

841.718,17

406.113,26 925.867,41 492.812,0

31.001.948

,50KEU. PERSEWAAN, &JASA PERUSAHAAN

1.014.463,01

2.222.255,79

1.076.000,18

2.497.093,95

1.147.143,50

2.753.039,81

JASA-JASA 1.758.219,63

3.393.023,91

1.856.556,91

3.826.007,36

1.966.921,35

4.278.331,36

JUMLAH13.218.91

6,8627.164.72

2,5814.044.62

5,1530.802.611

,8815.038.46

0,4134.226.47

7,00Sumber : BPS Kota

Malang

Dari data yang dipaparkan diatas dapat kita lihat

secara umum aktivitas ekonomi Kota Malang mengalami kenaikan

dari tahun ketahun. Hal ini dicerminkan dari pertumbuhan

PDRB baik Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga

Konstan. Besaran nominal PDRB atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan mengalami kenaikan pada tiga tahun

terakhir. Dari hasil penghitungan, besaran nominal PDRB atas

dasar harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp.

34.226.477,00 sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp.

15.038.460,41 yang naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

Rp 30.802.611,88 atas dasar harga berlaku dan Rp

14.044.625,15 atas dasar harga konstan pada tahun 2010.

Sektor yang memberikan andil yang cukup signifikan secara

berurutan adalah Sektor Industri Pengolahan; Perdagangan,

Hotel dan Restoran; Jasa-jasa; Keuangan, persewaan dan Jasa

Perusahaan; Angkutan dan Komunikasi.

3. Potensi Pariwisata Daerah

Berbicara tentang potensi wisata yang dimiliki Kota

Malang ada 2 jenis kategori wisata yang terdapat di Kota

Malang antara lain Wisata Budaya dan obyek Wisata Alam.

Beberapa obyek wisata budaya yang terdapat di kota malang

antara lain Alun-Alun Kota (depan Masjid Jami' Kota Malang &

Gedung Pemkab Malang), Alun-Alun Tugu (depan Balai Kota

Malang), Museum Brawijaya Malang, Taman Rekreasi & Pasar

Wisata, Malang Tempoe Doeloe 1 tahun sekali dan diadakan

saat pertengahan tahun . Sedangkan obyek wisata alam antara

lain Taman Rekreasi Tlogomas, Taman Rekreasi Senaputra.

Adapun lokasi tempat-tempat wisata di kota Malang dapat

dilihat pada peta 1.3 di bawah ini.

Peta Wisata Kota Malang

3. Pola Penyebaran Anak Jalanan

Pola penyebaran anak jalanan sebagai penelitian survey

yang membahas mengenai aktifitas dan penyebaran anak jalanan

yang berada di wilayah kecamatan sukun Kota Malang

dideskripsikan seperti dibawah ini

1. Pola Penyebaran Anak Jalanan di Kecamatan Sukun Kota

Malang

Penyebaran lokasi mangkal anak jalanan tersebar di

perempatan jalan protokol, terminal dan pertigaan serta

dilokasi2 kemacetan seperti dilokasi pertigaan Kacuk,

Perempatan Kasin, Pertigaan Pasar Gadang, Perempatan Dieng

yang berada di wilayah kecamatan sukun kota malang dapat

dilihat pada peta dibawah ini:

4. Gambaran Kondisi Anak Jalanan di Kecamatan Sukun Kota Malang

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan jumlah anak

jalanan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat di

lihat pada tabel berikut:

5. Karakteristik Sosial Ekonomi Anak Jalanan

Karakteristik sosial ekonomi anak jalanan dalam

penelitian ini meliputi Alasan bekerja dijalanan, lama

bekerja dijalanan, jenis pekerjaan anak jalanan, jumlah anak

jalanan, jumlah pengeluaran anak jalanan, lokasi mangkal

anak jalanan.

1. Alasan bekerja dijalanan

2. Lama bekerja dijalanan

3. Jenis pekerjaan anak jalanan

4. Jumlah anak jalanan

5. Jumlah pengeluaran anak jalanan

6. Lokasi mangkal anak jalanan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN