ANDAM AR-RAHMI - FKIK.pdf - Institutional Repository UIN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of ANDAM AR-RAHMI - FKIK.pdf - Institutional Repository UIN ...
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU
TIDAK MELAKUKAN ASUHAN MASA NIFAS (POSTNATAL CARE)
DI INDONESIA
(Analisis Lanjut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Oleh :
ANDAM AR-RAHMI
1111101000035
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
Skripsi, Juli 2016
Andam Ar-Rahmi, NIM : 1111101000035
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Tidak Melakukan
Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care) di Indonesia
xvii + 136 halaman, 26 tabel, 4 bagan, 2 lampiran
ABSTRAK
Angka kematian ibu dan anak masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data
SDKI tahun 2012 diketahui bahwa angka kematian ibu sebanyak 359 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup.
Padahal berdasarkan target SDGs untuk kematian ibu adalah sebesar 70 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sebesar 12 per 100 kelahiran hidup
pada tahun 2030. Pada umumnya kematian ibu dan bayi terjadi pada masa nifas (42
hari pertama setelah melahirkan). Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah
menyediakan pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi yaitu asuhan masa nifas.
Asuhan masa nifas atau Postnatal Care (PNC) merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari), pendidikan
kesehatan dan konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan KB pasca bersalin.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional yaitu hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 terkait Postnatal Care pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia.
Sampel penelitian ini sebanyak 2222 responden yang diambil berdasarkan kriteria
inklusi yaitu WUS yang memiliki bayi usia 2-12 bulan pada saat pengumpulan data
SDKI 2012 dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada faktor
(pendidikan, pekerjaan, indeks kekayaan, tempat persalinan, konsultasi antenatal,
jangkauan fasilitas kesehatan, komplikasi kehamilan sebelumnya, paparan media,
dan otoritas pengambilan keputusan) yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada
petugas kesehatan untuk melakukan promosi mengenai PNC secara langsung yaitu
pada saat pemeriksaan antenatal dan melahirkan dan secara tidak langsung yaitu
dengan menggunakan media melalui televisi da
n memasang gambar atau ilustrasi mengenai PNC di fasilitas kesehatan. Selain itu,
diharapkan Kementerian Kesehatan dapat melakukan kerja sama dengan pihak
swasta untuk membuat program atau promosi mengenai asuhan masa nifas.
Kata Kunci : asuhan masa nifas
Daftar bacaan : 37 (1983-2015)
iii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
HEALTH PROMOTION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, July 2016
Andam Ar-Rahmi, NIM : 1111101000035
Factors Associated with Mother Behavior Unpostnatal Care After Maternity in
Indonesia
xvii + 136 pages, 26 tables, 4 charts, 2 attachments
ABSTRACT
Maternal and child mortality rates are still high in Indonesia. Based on data
from the 2012 Demographic and Health Survey known that maternal mortality is 359
per 100,000 live births and the infant mortality rate is 32 per 1,000 live births.
Meanwhile, based on the MDGs targets for maternal mortality is at 102 per live
births and the infant mortality rate is 19 per 100 live births in 2015. In general,
maternal and infant deaths occur in the postpartum period (first 42 days after
delivery). To overcome these problems, the government provides health care for
mothers and babies that called Postnatal Care. Postnatal Care (PNC) is a health care
provided to the mother postpartum (6 hours-42 days) and neonatal (6 hours-28 days),
health education and counseling to mothers and families and postpartum family
planning services. This research is a quantitative research with cross sectional design.
This study uses secondary data from Indonesia Demographic and Health Survey
(IDHS) of 2012 regarding Postnatal Care among women of reproductive age (WUS)
in Indonesia. Sample this study of 2222 respondents were taken based on inclusion
criteria, that is WUS who had infants aged 2-12 months at the time of the interview.
Based on the results of the research, there were not factors (education,
employment, household welth index, place of delivery, the reach of health facilities,
complications of pregnancy, media exposure, and decision-making authority)
associated with maternal behavior of Postnatal Care postpartum. Based on the results
of this study, it is suggested that health practitioners promote the PNC directly,
during antenatal care and delivery and indirectly by using the media through
television and set an image or illustration of the PNC at the health facility. Moreover,
Ministry of Health can build partnerships with private companies to make program
or promotion about Postnatal Care.
Keywords : postnatal care
Reading list : 37 (1983-2015)
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama Andam Ar-Rahmi
Tempat, Tanggal Lahir Lubuk Sikaping, 4 Januari 1993
Jenis Kelamin Perempuan
Kewarganegaraan Indonesia
Nomor Telepon/HP 082111337636
Alamat Email [email protected]
Alamat Jl. Prof. Dr. Hamka No. 85, Lubuk Sikaping, Pasaman,
Sumatera Barat
Nama Orang Tua
Ayah Amel Candra, SE
Ibu Adri Yenni, S.Pd
Pekerjaan Orang Tua
Ayah PNS
Ibu PNS
Riwayat Pendidikan
Formal
Promosi Kesehatan Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2011-2016)
SMAN 1 Lubuk Sikaping (2008-2011)
MTsN Lubuk Sikaping (2005-2008)
SDN 13 Tanjung Beringin (1999-2005)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
banyak nikmat berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, dan kesungguhan hati
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas
(Postnatal Care) di Indonesia (Analisis Lanjut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2012)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepada papa dan mama yang telah memberikan doa dan semangat demi
kelancaran penyusunan skripsi penulis.
2. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes. Ph. D dan Ibu Dr. Ela Laelasari,
M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
saran, arahan, dan motivasi.
3. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fajar Arianti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Laily Hanifah yang selalu memberikan ssemangat, dukungan,
nasehat, dan solusi terhadap setiap permasalahan yang penulis
alami selama pengerjaan skripsi ini.
6. Roommate sekaligus teman dalam suka dan duka, Aqma yang tidak
pernah bosan memberikan semangat dan teguran disaat sedang malas.
viii
7. Ipit yang telah bersedia disusahkan selama pengerjaan skripsi ini,
menemani ke sana kemari, dan menghibur dikala sedih. Terima kasih
banyak atas perhatiannya pit.
8. Khalil yang selalu memberikan dorongan, semangat, perhatian, dan
nasehat di setiap kesulitan yang dialami selama pengerjaan skripsi ini.
Terima kasih atas kehadirannya.
9. Sahabat-sahabat penulis Nto, Fanny, Ninda, Bintan, Fera yang telah
memberikan semangat serta doanya demi kelancaran penyusunan
skripsi ini.
10. Teman-teman promkes 2011 terima kasih telah menjadi classmate yang
menyenangkan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam pembuatan skripsi ini tentu masih memiliki keterbatasan dan perlu
perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, Juli 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................... 6
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
F. Ruang Lingkup ..................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 9
A. Asuhan Masa Nifas atau Postnatal Care (PNC) .................................. 9
B. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas ........................................................ 11
C. Risiko Kesehatan Pasca Partum (Setelah Melahirkan) ........................ 17
x
1. Pada ibu ......................................................................................... 17
2. Pada bayi (Neonatus) .................................................................... 22
D. Perilaku Kesehatan ............................................................................... 25
E. Health Service Utilization .................................................................... 25
F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Melakukan
Asuhan Masa Nifas .............................................................................. 29
G. Kerangka Teori .................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS .................................................................................... 34
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 34
B. Definisi Operasional ............................................................................ 38
C. Hipotesis .............................................................................................. 40
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 42
A. Desain Penelitian ............................................................................... 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 42
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 42
1. Populasi ......................................................................................... 42
2. Sampel........................................................................................... 43
D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 45
E. Pengolahan Data ................................................................................. 45
F. Analisis Data ....................................................................................... 49
1. Analisis Univariat ......................................................................... 49
2. Analisis Bivariat............................................................................ 49
xi
BAB V HASIL ........................................................................................... 50
A. Analisis Univariat ................................................................................ 50
1. Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas
(Postnatal Care/PNC) .................................................................... 50
2. Pendidikan..................................................................................... 51
3. Pekerjaan ....................................................................................... 51
4. Indeks Kekayaan ........................................................................... 52
5. Tempat Persalinan ......................................................................... 53
6. Jangkauan fasilitas kesehatan ....................................................... 54
7. Riwayat komplikasi kehamilan ..................................................... 55
8. Konsultasi antenatal ...................................................................... 56
9. Paparan media ............................................................................... 57
10. Otoritas pengambilan keputusan ................................................... 59
B. Analisis Bivariat ................................................................................... 60
1. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku
Tidak melakukan asuhan masa nifas............................................. 60
2. Hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas ......................................................................... 61
3. Hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 62
4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas ......................................................................... 63
5. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 64
xii
6. Hubungan riwayat komplikasi kehamilan dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 65
7. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas ....................................................... 66
8. Hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas ......................................................................... 67
9. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 70
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 71
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71
B. Gambaran Perilaku Ibu Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas .......... 71
C. Pendidikan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 74
D. Pekerjaan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 76
E. Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan Hubungannya dengan
Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
(Postnatal Care/PNC) .......................................................................... 77
F. Tempat Persalinan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 78
G. Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan Hubungannya dengan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ............ 80
H. Riwayat Komplikasi Kehamilan dan Hubungannya dengan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ............ 81
xiii
I. Konsultasi Antenatal dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 82
J. Paparan Media dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 84
K. Otoritas Pengambilan Keputusan Terkait Perawatan Kesehatan
dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa
Nifas (Postnatal Care/PNC) ................................................................ 85
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 88
A. Kesimpulan .......................................................................................... 88
B. Saran .................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 91
LAMPIRAN 1 ........................................................................................... 96
LAMPIRAN 2 ........................................................................................... 126
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas................................................... 10
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 38
Tabel 4.1 Cleaning Variabel ....................................................................... 46
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Tidak Melakukan Asuhan
Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) di Indonesia ....................... 50
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pendidikan di Indonesia
..................................................................................................................... 51
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pekerjaan di Indonesia 51
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indeks Kekayaan di Indonesia
..................................................................................................................... 52
Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat persalinan di Indonesia
..................................................................................................................... 53
Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Jangkauan Fasilitas Kesehatan
di Indonesia ................................................................................................. 54
Tabel 5.1.7 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Riwayat Komplikasi Kehamilan
di Indonesia ................................................................................................. 55
Tabel 5.1.8 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Konsultasi Antenatal di
Indonesia ..................................................................................................... 56
xv
Tabel 5.1.9.1 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Membaca Majalah/Surat
Kabar di Indonesia ...................................................................................... 57
Tabel 5.1.9.2 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Menonton Televisi di
Indonesia ..................................................................................................... 58
Tabel 5.1.9.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Mendengarkan Radio di
Indonesia ..................................................................................................... 58
Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Otoritas Pengambilan
Keputusan di Indonesia ............................................................................... 59
Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ........................................................ 60
Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas .................................................................. 61
Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Menurut Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan
Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 62
Tabel 5.2.4 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas .................................................................. 63
Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Menurut Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan
Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 64
Tabel 5.2.6 Distribusi Responden Menurut Riwayat Komplikasi Kehamilan
Sebelumnya dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas .............. 65
xvi
Tabel 5.2.7 Distribusi Responden Menurut Konsultasi Antenatal dan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ........................................................ 66
Tabel 5.2.8.1 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Membaca
Majalah/Surat Kabar) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas 67
Tabel 5.2.8.2 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Menonton Televisi)
dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ................................... 68
Tabel 5.2.8.3 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Mendengarkan
Radio) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ....................... 69
Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Menurut Otoritas Pengambilaan Keputusan dan
Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 70
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Health Service Utilization ......................................... 27
Bagan 2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 33
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 37
Bagan 4.1 Pengambilan Sampel .................................................................. 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu aspek untuk mengukur
pembangunan sebuah negara. Hal tersebut tertuang dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) atau yang disebut dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan yang menyerukan upaya bersama untuk membangun masa
depan yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh untuk manusia dan planet.
Kesehatan ibu dan anak, tertuang dalam tujuan yang ketiga, yaitu kesehatan
yang baik (Kementerian Kesehatan, 2015).
Target pencapaian SDGs untuk mengurangi angka kematian ibu
hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal
12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (United Nation, 2015). Namun,
hingga tahun 2012 di Indonesia angka kematian ibu dan bayi masih sangat
tinggi. Diketahui bahwa angka kematian bayi sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup dan angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2012) sehingga masih diperlukan usaha yang sangat keras untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi tersebut.
Pada umummnya, kematian ibu dan bayi ini terjadi beberapa saat
setelah melahirkan. Pada tahun 2012, sebanyak 2,9 juta bayi baru lahir
meninggal dan hampir setengahnya terjadi dalam 24 jam setelah lahir (WHO,
2015). Di negara Afrika, sebanyak 125.000 wanita dan 870.000 bayi baru
lahir meninggal dalam satu minggu setelah kelahiran setiap tahunnya (Warren
2
dkk, 2015). Di Indonesia sendiri pada tahun 2012, kematian neonatum (28
hari pertama setelah melahirkan) sebanyak 19 kematian per 1000 kelahiran
dan angka tersebut tidak mengalami perubahan dari tahun 2007 (BKKBN,
2012).
Menurut International Classification of Diseases (ICD X), kematian
ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil
atau dalam 42 hari setelah akhir kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak
kehamilannya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau
diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
oleh insiden atau kecelakaan. Penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung (Dirjen Bina Gizi dan
KIA, 2013).
Penyebab langsung merupakan kematian yang diakibatkan langsung
oleh kehamilan dan persalinannya seperti perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan, infeksi, partus lama/macet dan abortus sedangkan penyebab tidak
langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh
penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya seperti ibu hamil
yang meninggal akibat penyakit tuberkulosis, anemia, malaria, penyakit
jantung, dan lain-lain (Dirjen Gizi dan KIA, 2013).
Proporsi kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung
antara lain perdarahan sebesar 30%, hipertensi sebesar 27,1%, dan infeksi
sebesar 7,3%. Sedangkan proporsi kematian ibu akibat penyebab tidak
langsung seperti penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis atau penyakit
3
lain yang diderita ibu sebesar 40,8% (Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
Proporsi penyebab kematian neonatal di Indonesia berdasarkan
Riskesdas 2007 disebabkan oleh gangguan/kelainan pernapasan (35,9),
prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), kelainan darah/ikterus
(5,6%), post matur (2,8%), dan kelainan kongenital (1,4%) (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi, pemerintah telah
menyediakan pelayanan masa nifas atau yang disebut dengan asuhan masa
nifas. Asuhan masa nifas atau Postnatal Care (selama 6 minggu setelah
persalinan) sangat penting karena masa ini merupakan masa kritis bagi ibu
dan bayi. Pada masa ini, ibu mendapatkan pelayanan kesehatan seperti
skrining untuk mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya, mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat, serta pelayanan keluarga berencana (KB)
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Namun, sebanyak 18 juta wanita di Afrika tidak merencanakan dan
melakukan asuhan masa nifas dan mereka menghabiskan waktu mereka di
rumah selama 6 minggu pertama setelah melahirkan (Warren, 2015 ). Di
India, sebanyak 1463 (11,2%) bayi yang lahir hidup tidak mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu (Kumar dkk, 2014). Sedangkan di Tanzania, dari
1931 wanita yang melahirkan, hanya 23,2% yang memanfaatkan asuhan masa
nifas. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan
4
Indonesia (SDKI) 2012, sebesar 11,4% bayi tidak mendapatkan pelayanan
postnatal (BKKBN, 2012). Angka ini belum sesuai target cakupan pelayanan
kesehatan menurut The Lancet Neonatal Series yaitu sebesar 90%
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Padahal, apabila ibu dan bayi tidak
mendapatkan perawatan masa nifas, dampaknya sangat berbahaya bagi
kesehatan ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
Peneliti melakukan analisis lebih lanjut terhadap data sekunder SDKI
2012 mengenai asuhan masa nifas dengan melakukan analisis terhadap 2222
ibu yang memiliki bayi usia 2-12 bulan pada saat wawancara dilakukan
dengan pertimbangan daya ingat ibu mengenai pelaksanaan PNC. Alasan
penggunaan data SDKI adalah SDKI merupakan survei khusus mengenai
kependudukan dan keluarga berencana yang menitikberatkan pada
pertumbuhan penduduk, termasuk mengenai kematian, kelahiran, dan
kesehatan ibu dan anak. Selain itu, dibandingkan dengan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang hanya menampilkan data mengenai
cakupan PNC, SDKI menggali lebih dalam mengenai PNC dengan jumlah
pertanyaan yang lebih banyak (9 pertanyaan). Sedangkan dalam Riskesdas
2013, hanya menampilkan 2 pertanyaan yaitu mengenai ada atau tidak
pemeriksaan setelah melahirkan dan tempat pemeriksaan dilakukan (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Menurut Andersen dan Newman, faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku menggunakan asuhan masa nifas antara lain pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan, konsultasi antenal, dan
jangkauan fasilitas kesehatan. Selain itu, paparan media, dan otoritas
5
pengambilan keputusan dalam keluarga juga memiliki hubungan dengan
pemanfaatan asuhan masa nifas (Winter, 1973).
Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian lanjutan dengan
menganalisa data SDKI tahun 2012 terkait faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Pasca melahirkan termasuk masa kritis bagi ibu melahirkan karena
pada umumnya, masalah kesehatan dan kematian ibu dan bayi terjadi pada
masa ini. Diketahui sebanyak 19 per 1000 kematian neonatal di Indonesia.
Asuhan masa nifas (Postnatal care/PNC) diperlukan untuk mengatasi
permasalahan ibu dan bayi setelah melahirkan. Namun masih ada 11,4% ibu
yang belum mendapatkan pelayanan asuhan masa nifas padahal target
cakupan pelayanan kesehatan adalah sebesar 90%. Oleh sebab itu, peneliti
ingin melihat bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas di Indonesia tahun 2012
berdasarkan data SDKI 2012.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan
konsultasi antenatal) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di
Indonesia?
2. Bagaimana gambaran faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,
tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media, otoritas
6
pengambilan keputusan) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas
di Indonesia?
3. Bagaimana gambaran faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)
perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia?
4. Bagaimana hubungan faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan
konsultassi antenatal) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa
nifas di Indonesia?
5. Bagaimana hubungan faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,
tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media, otoritas
pengambilan keputusan) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan
masa nifas di Indonesia?
6. Bagaimana hubungan faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)
dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas di Indonesia.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui gambaran faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan
konsultasi antenatal) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa
nifas di Indonesia
b. Diketahui gambaran faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,
tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media,
7
otoritas pengambilan keputusan) perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia
c. Diketahui gambaran faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)
perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia
d. Diketahui hubungan faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan
konsultasi antenatal) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan
masa nifas di Indonesia
e. Diketahui hubungan faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,
tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media,
otoritas pengambilan keputusan) dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas di Indonesia
f. Diketahui hubungan faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)
dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di
Indonesia
E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk
dijadikan bahan referensi terkait dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi
masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait
faktor-faktor yang berhubungan dengan tidak melakukan asuhan masa
nifas.
8
3. Bagi Kementerian Kesehatan
Sebagai acuan untuk membuat kebijakan dan program baru mengenai
pentingnya perawatan masa nifas bagi ibu.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas di Indonesia dengan menganalisis data
sekunder SDKI 2012. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015-
Juni 2016 terhadap ibu yang memiliki bayi usia 2-12 tahun saat pengumpulan
data SDKI 2012 dilakukan.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan promosi kesehatan
program studi kesehatan masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), untuk lebih
melengkapi data mengenai asuhan masa nifas mengingat pentingnya survei
tersebut untuk mengetahui angka cakupannya sehingga masalah kesehatan
ibu dan anak pasca bersalin dapat ditangani secara tepat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Masa Nifas atau Postnatal Care (PNC)
Masa nifas (puerperium) adalah masa waktu antara kelahiran plasenta
sampai ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Periode ini merupakan penyesuaian fisik dan psikologis terhadap proses
kelahiran dan kadang-kadang disebut sebagai trimester keempat kehamilan
(Stright, 2005).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian
BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat
dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa
kematian ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pelayanan Pasca Persalinan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan pada ibu nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari),
pendidikan kesehatan dan konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan
KB pasca bersalin (USAID, 2012). Pemeriksaan bayi baru lahir dan ibu pasca
persalinan sangat penting untuk memastikan kesehatan dan keselamatan bayi
10
dan ibu, terutama pada masa nifas awal yaitu setelah kelahiran bayi dan
selama 7 hari pertama setelah melahirkan (BPJS Kesehatan, 2014).
Tujuan pelayanan pasca persalinan adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat.
4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilaksanakan
minimal 4 kali yaitu :
Tabel 2.1
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam pasca
persalinan
a. Mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri
b. Pemantauan keadaan umum
ibu
c. Melakukan hubungan
antara bayi dan ibu
(Bonding Attatchment)
d. ASI eksklusif
II 6 hari pasca persalinan a. Memastikan involsi uterus
berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus dan tidak
ada tanda-tanda perdarahan
abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu
11
mendapatkan istirahat yang
cukup
d. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
III 2 minggu pasca
persalinan
a. Memastikan involusi uterus
berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus dan tidak
ada tanda-tanda perdarahan
abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan
perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat
istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat
makanan yang bergizi
e. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
IV 6 minggu pasca
persalinan
a. Menanyakan pada ibu
tentang penyulit-penyulit
yang ia alami
b. Memberikan konseling
untuk KB secara dini,
imunisasi, senam nifas, dan
tanda-tanda bahaya yang
dialami oleh ibu dan bayi
B. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1. Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses
12
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu
yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.
Disamping itu harus mengandung karbohidrat, protein, air, vitamin (A,
B1, B2, B3, B6, B12, Folic acid, C, D, dan K) dan mineral (zat kapur,
fosfor, zat besi, yodium, kalsium) (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk
berjalan (Universitas Padjajaran Bandung, 1983). ibu sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48 jam pasca
melahirkan. Keuntungan ambulasi dini adalah :
a. Ibu merasa lebih baik, sehat, dan kuat.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Bisa segera mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya,
memandikan, dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
13
Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, ambulasi dini tidak
memiliki pengaruh yang buruk seperti menyebabkan pendarahan yang
abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut, tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau
retroflexio. Namun, ambulasi dini tidak diizinkan pada penderita
dengan penyulit seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,
demam, dan lain-lain (Universitas Padjajaran Bandung, 1983).
3. Eliminasi
a. Miksi, disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4
jam. Jika tidak, dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
ibu atau mengompres air hangat diatas simpisis. Bila kedua cara
tersebut tidak berhasil, dilakukan katerisasi. Tetapi cara ini
membuat ibu merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran
kencing tinggi. Untuk itu, katerisasi tidak dilaksanakan sebelum
lewat 6 jam post partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Defekasi, biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air
besar. Jika ibu tidak buang air besar sampai hari ketiga maka
diberikan laksan suporitoria dan minum air hangat (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
4. Kebersihan Diri
Perawatan yang sangat penting dilakukan adalah perawatan
perineum dan perawatan payudara (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Perawatan perineum
14
Perineum dibersihkan secara rutin setelah buang air kecil
dan buang air besar. Caranya adalah dengan mengusapkan sabun
dengan lembut minimal sekali sehari mulai dari simpisis sampai
anal sehingga tidak terjadi infeksi. Sebelum membersihkan daerah
kelamin, ibu disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air terlebih dahulu. Untuk penggunaan pembalut minimal diganti 4
kali sehari dan jangan sampai bagian dalam pembalut
terkontaminasi oleh tangan.
Selain itu, ibu harus diberitahu tentang jumlah,warna, dan
bau lokhia sehingga apa bila ada kelainan dapat diketahui secara
dini. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
disarankan kepada ibu untuk tidak menyentuh bagian luka.
b. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.
2) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak lecet.
3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam,
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1
tablet setiap 4-6 jam.
5. Istirahat
15
Ibu yang baru melahirkan bisa mengalami stres dan kecemasan
karena takut tidak mampu merawat anak. Selain itu, beban kerja ibu
juga bertambah seperti harus bangun malam untuk mengganti popok
atau menyusui anak sehingga jam tidur ibu menjadi berkurang. Kurang
istirahat akan mengurangi produksi ASI, memperlambat proses
involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Untuk
itu, disarankan kepada ibu untuk istirahat yang cukup, tidur siang dan
beristirahat selama bayi tidur dan kembali ke pekerjaan rumah tangga
secara perlahan-lahan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6. Seksual
Hubungan suami istri dapat dilakukan setelah masa nifas (6
minggu setelah melahirkan) karena pada masa itu bekas luka plasenta
baru sembuh. Secara fisik, hubungan suami istri aman dilakukan
begitu darah merah berhenti keluar dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
7. Latihan Senam Nifas
Senam kegel adalah salah satu senam yang paling baik dan aman
untuk memperkuat dasar panggul. Senam kegel sebaiknya segera
dilakukan pada hari pertama postpartum jika memungkinkan.
Meskipun kadang-kadang sulit untuk mengaktifkan otot-otot dasar
16
panggul selama hari pertama atau kedua, dianjurkan agar ibu tetap
mencobanya.
Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan
jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-
otot dasar panggul. Selain itu, dapat membuat jahitan lebih merapat,
mempercepat penyembuhan, meredakan haemoroid, meningkatkan
pengendalian atas urin.
Senam ini dapat dilakukan kapan saja, setidaknya 100 kali sehari.
Caranya dengan berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-
otot pantat dan pinggul, kemudian tahan sampai 5 hitungan.
Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
8. Keluarga Berencana (KB)
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus merencanakan
tentang keluarganya, namun petugas kesehatan dapat membantu
untuk merencanakan keluarganya dan mengajarkan kepada mereka
untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
b. Amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, perlu dijelaskan kepada ibu
mengenai bagaimana metode tersebut dapat mencegah kehamilan,
kelebihan dan kekurangan, efek samping, cara memakai metode
17
tersebut, dan kapan metode tersebut dapat digunakan untuk wanita
pasca persalinan yang menyusui.
d. Jika pasangan memilih metode tertentu, ada baiknya untuk bertemu
kembali dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh pasangan dan untuk melihat apakah metode
tersebut bekerja dengan baik (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
C. Risiko Kesehatan Pasca Partum (Setelah Melahirkan)
1. Pada Ibu Nifas
a. Perdarahan
Perdarahan adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Ambarwati dan Diah
Wulandari, 2010). Penyebab utama perdarahan pasca partum adalah
atoni uterus (relaksasi uterus yang disebabkan oleh distensi yang
berlebihan pada uterus, PIH, infus intraamnion, penggunaan
magnesium sulfat saat persalinan), fragmen plasenta yang tertahan,
laserasi pada traktus genitalia, dan hematoma pada vulva, vagina,
atau subperitoneal, serta gangguan koagulasi (Ladewig dkk, 2006).
Perdarahan pasca partum ditandai dengan perdarahan vagina
merah-terang yang menyertai suatu keadaan uterus boggy lembut
dengan gumpalan darah atau kontraksi uterus yang memadai tanpa
gumpalan darah. Keadaa ini sangat umum terjadi pada 24 jam
pertama setelah kelahiran (Ladewig dkk, 2006).
b. Infeksi nifas
18
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu
persalinan nifas. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi
antara lain :
1) Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen (dari luar) dan meyebabkan infeksi
berat yang diltularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, dan tangan penolong.
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen (dari luar), infeksinya sedang, dan
banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
3) Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum yang dapat
menyebabkan infeksi terbatas.
4) Clostridium welchii
Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar
rumah sakit.
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan
sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak
rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk
tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,
19
demikian juga vukva, vagina dan perineum yang merupakan
tempat masuknya kuman patogen (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu satu
infeksi yang terbatas pada perimeum, vulva, vagina, serviks dan
endometrium. Yang kedua penyebaran dari tempat tersebut melalui
vena-vena, jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit daerah infeksi,
berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gangguan
klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut :
1) Infeksi lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan
warna kulit, pengeluaran lokhia bercampur nanah, mobilitasi
terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan meningkat.
2) Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkta, pernapasan dapat meningkat dan
terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma,
terjadi gangguan involusi uterus, lokhia berbau dan bernanah
serta kotor.
Cara terjadinya infeksi adalah sebagai berikut :
20
1) Manipulasi penolong yang tidak suci hama atau periksa dalam
yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada
ke dalam rongga rahim.
2) Alat-alat yang tidak suci hama
3) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkena
infkesi, kontaminasi yang berasal dari hidung dan tenggorokan
dari penolong.
4) Infeksi rumah sakit
5) Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini
6) Infeksi intra partum
Faktor-faktor pendukung terjadinya infeksi nifas :
1) Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan
terlantar
2) Tindakan operasi persalinan
3) Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
4) Ketuban pecah dini
5) Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum
c. Subinvolusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi
rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin,
menjadi 40-60 gr 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan
terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilan terlambat. Keadaan demikian
disebut sub involusi uteri (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
21
Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya
infeksi dan endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya,
terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus teraba
masih besar, fundus masih tinggi, lokhia banyak, dapat berbau dan
terjadi perdarahan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d. Mastitis
Mastitis merupakan peradangan mammae (payudara) secara
umum yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Haemophilus parainfluenza yang berasal dari hidung dan
tenggorokan bayi (Ambarwati dan Diah). Mastitis merupakan suatu
reaksi inflamasi terhadap hambatan atau tekanan yang terjadi pada
payudara, dapat menginfeksi atau tidak menginfeksi dan biasanya
sangat nyeri (Henderson dan Jones, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
penyumpatan saluran susu, daya tahan tubuh ibu yang rendah,
berkaitan dengan kelelahan dan stres, tangan yang tidak bersih, dan
keretakan atau keterbelahan puting (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Candida albicans adalah mikroorganisme lain yang
menyebabkan mastitis. Mastitis biasanya terjadi pada minggu
kedua atau keempat pascapartum. Abses payudara dapat menjadi
sebiah komplikasi (Ladewig dkk, 2006).
Mastitis dapat menginfeksi dan tidak menginfeksi. Mastitis
yang dapat menginfeksi dapat ditangani dengan memberikan
antibiotik. Sedangkan untuk mastitis noninfeksi dengan
22
mendukung ibu untuk tetap menyusui bayinya dan memastikan
pemberian ASI tersebut tidak dibatasi (Henderson dan Jones,
2006).
2. Pada bayi (Neonatus)
a. Gangguan pernapasan
Sindrom gawat napas adalah suatu penyakit paru-paru akut pada
neonatus yang disebabkan karena kekurangan surfaktan
b. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat
lahir, bukan akibat proses persalinan. Beberapa kelainan kongenital
yang dapat menyebabkan kematian seperti atresia ani dan keadaan
ini harus dirujuk (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Kelainan kongenital lain yang tidak langsung menyebabkan
kematian tetapi menyebabkan kecacatan seperti bibir sumbing,
hidrosefalus, kaki pengkor. Anensefali adalah kelainan kongenital
yang tidak mungkin ditangani karena bayi akan meninggal dan ini
tidak perlu untuk dirujuk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Penyebab langsung kelainan kongenital sulit untuk
diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kelainan kongenital sebagai berikut (Maryunani
dan Nurhayati, 2009) :
1) Kelainan genetik dan kromosom
23
Kelainan genetik pada orang tua atau keluarga terdekat
memungkinkan akan menurunkan kelainan tersebut pada
anaknya.
2) Pengaruh mekanis
Tekanan mekanis pada janin saat dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh sehingga
menimbulkan perubahan pada organ yang terkena tekanan.
Seperti perubahan (deformitas) pada kaki yaitu talipes pada
kaki, talipes varus, talipes valgus, dan talipes equinus.
3) Pengaruh infeksi
Infeksi yang terjadi pada trimester kehamilan yaitu masa
pembentukan organ (organogenesis) adalah yang paling sering
menimbulkan kelainan kongenital. Selain itu, juga dapat
meningkatkan terjadinya abortus.
Beberapa contoh infeksi virus pada trimester pertama seperti
infeksi virus Rubella yang dapat menyebabkan bayi menderita
kelainan kongenital katarak, tuli, dan kelainan jantung bawaan
dan infeksi virus sitomegalovirus dan toksoplasmosis yang
menyebabkan bayi menderita kelainan kongenital hidrosefalus
dan mikrosefalus.
4) Pengaruh obat
Pada kehamilan trimester pertama, sebaiknya ibu tidak
mengkonsumsi obat-obatan karena terdapat beberapa jenis obat
yang dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti obat
24
thalidomide yang menyebabkan bayi fokomelia (tangan dan
kaki pendek) dan mikromelia (tangan dan kaki kecil).
5) Pengaruh umur ibu
Diketahui bahwa bayi mongolisme lebih sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa
menopause.
6) Pengaruh hormonal
Pengaruh hormonal diduga memiliki hubungan dengan
kejadian kelainan kongenital pada bayi seperti ibu yang
menderita hipotiroidisme atau diabetes melitus dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan yang lebih besar pada
bayinya.
7) Pengaruh radiasi
Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya
dihindari pada saat kehamilan karena radiasi kemungkinan
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi karena
terjadi mutasi gen.
8) Pengaruh gizi
Frekuensi bayi-bayi kelainan kongenital lebih tinggi dilahirkan
oleh ibu yang kekurangan gizi dibandingkan dengan ibu yang
cukup gizi.
25
D. Perilaku Kesehatan
Menurut Gochman (1998), perilaku kesehatan adalah perilaku yang
terdiri dari berbagai variabel seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai-nilai,
persepsi, dan unsur-unsur kognitif lainnya, karakter kepribadian, termasuk
sikap keadaan emosional, dan pola perilaku yang jelas, tindakan dan kebiasaan
dalam hal menjaga kesehatan, pengobatan dan memperbaiki keadaan sehat
(Smet, 1994).
E. Health Service Utilization
Health service utilization memiliki 3 kategori yang terdiri dari :
1. Jenis (Type)
Jenis pelayanan kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan, rumah sakit, dan
pelayanan kesehatan gigi.
2. Tujuan (Purpose)
Penggunaan pelayanan kesehatan juga dapat dikategorikan oleh tujuan
pelayanan kesehatan. Pelayanan primer berfungsi untuk menghentikan
terjadinya penyakit, pelayanan sekunder mengacu pada proses
pengobatan individu sehingga fungsi-fungsi tubuh individu dalam
kembali ke keadaan normal, dan pelayanan tersier berfungsi untuk
melakukan perawatan jangka panjang untuk penyakit-penyakit yang
sudah tidak bisa disembuhkan seperti jantung dan diabetes.
3. Analisis unit (Unit of Analysis)
Analisis unit merupakan penilaian terhadap fasilitas kesehatan.
Karakteristik individu memiliki pengaruh terhadap penggunaan
pelayanan kesehatan. Misalnya kinerja seorang dokter berpengaruh
26
terhadap keputusan seseorang untuk memanfaatkan fasilitas dokter atau
tidak.
Penggunaan Health Service Utilization terdiri dari 3 faktor antara lain:
1. Karakteristik sistem pelayanan kesehatan (Characteristics of the
Health Services Delivery System)
2. Faktor sosial (Societal Determinants)
3. Faktor individu (Individual Determinants)
27
Berikut adalah kerangka Health Service Utilization :
Bagan 2.1
Kerangka Health Service Utilization
‘
Determinan Sosial
- Teknologi
- Norma
Penggunaan
Pelayanan
Kesehatan
- Tipe
- Tujuan
- Unit analisis
Determinan
Individu
- Predisposing
- Enabling
- Illness
Sistem Pelayanan
Kesehatan
Sumber daya
pelayanan kesehatan
28
Determinan individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan :
1. Predisposing Factor
Kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan dapat diprediksi
sebelum seseorang mengalami sakit melalui karakteristik individu.
Orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu lebih
memungkinkan menggunakan pelayanan kesehatan meskipun
karakteristik tersebut tidak secara langsung menyebabkan
menggunakan pelayanan kesehatan. Karakteristik individu bukan
termasuk faktor langsung yang menyebabkan seseorang menggunakan
pelayanan kesehatan, tetapi berhubungan dengan kondisi sehat atau
sakit sehingga menyebabkan seseorang memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Contohnya adalah umur. Umur bukan alasan seseorang
menggunakan pelayanan kesehatan, tetapi dalam kategori tertentu,
golongan umur memiliki perbedaan tipe dan jumlah serta bentuk
penyakit yang berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan dalam
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Karakteristik individu
antara lain karakteristik demografi (seperti umur dan jenis kelamin),
struktur sosial, sikap dan kepercayaan.
2. Enabling Factor
Faktor enabling merupakan ketersediaan sarana dan prasarana baik
dari individu maupun dari penyedia pelayanan untuk memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya pendapatan keluarga, jumlah
fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia di masyarakat.
Jika sumber dayanya cukup dan dapat digunakan tanpa harus
29
mengantri, fasilitas tersebut akan lebih sering digunakan oleh
masyarakat
3. Illness Factor
Illnes atau penyakit merupakan pengaruh langsung yang
menyebabkan seseorang menggunakan pelayanan kesehatan.
F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Melakukan Asuhan
Masa Nifas
1. Predisposing Factor
a. Pendidikan ibu
Berdasarkan penelitian sebelumnya, responden yang
berpendidikan SD cenderung melaksanakan PNC dibandingkan
responden yang berpendidikan SMP dan SMA. Hal ini kemungkinan
dikarenakan ibu nifas yang berpendidikan SMP dan SMA merasa
lebih tahu akan kondisi tubuhnya (Akhenan dan Puspitasari, 2011).
Penelitian yang dilakukan di Swaziland menemukan bahwa ibu yang
mengenyam pendidikan lanjutan 1,58 kali lebih tinggi
memanfaatkan asuhan masa nifas dari pada ibu yang tidak
mengenyam pendidikan formal (Tsawe dkk, 2015).
b. Pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu memiliki hubungan dengan perilaku
melakukan perawatan nifas. Ibu yang bekerja 2,75 kali lebih banyak
melakukan perawatan nifas dari pada ibu yang tidak bekerja karena
mereka tidak bergantung secara ekonomi pada pasangannya (Ejaz
dan Ahmad, 2013).
30
c. Konsultasi antenatal
Adanya kecenderungan ibu yang melaksanakan konsultasi
antenatal akan melakukan PNC. Hal ini disebabkan karena pada saat
pemeriksaan antenatal, ibu mendapatkan penyuluhan terkait dengan
PNC oleh bidan atau dokter yang memeriksanya sehingga ibu lebih
termotivasi untuk melaksanakan PNC (Akhenan dan Puspitasari,
2011). Penelitian di Pakistan juga menemukan bahwa ibu yang
melakukan pemeriksaan antenatal memiliki hubungan yang kuat
dengan pelaksanaan PNC (Sultana dan Shaikh, 2015).
2. Enabling Factor
a. Indeks kekayaan rumah tangga
Menurut penelitian sebelumnya, ibu nifas yang
berpendapatan kurang dan melaksanakan PNC sebanyak 71%. Hal
ini kemungkinan dikarenakan harga untuk pelaksanaan PNC
terjangkau bagi ibu yang berpendapatan kurang. Selain itu,
sebagian besar ibu nifas telah menerima Jamkesmas yang
membebaskan biaya pelaksanaan PNC (Akhenan dan Puspitasaari,
2011).
b. Tempat persalinan
Tempat persalinan memiliki hubungan dengan pelaksanaan
asuhan masa nifas. Ibu yang melakukan persalinan di rumah
cenderung tidak melaksanakan asuhan masa nifas. Seperti
penelitian yang dilakukan di Nigeria, ibu yang melakukan
31
persalinan di fasilitas kesehatan memiliki nilai sig < α (0,000)
(Dahiru dan Oche, 2013).
c. Jangkauan fasilitas kesehatan
Ibu nifas dengan jangkauan pelayanan kesehatan yang sulit
kemungkinan melaksanakan PNC 0,355 kali lebih rendah
dibandingkan dengan ibu yang jangkauan pelayanan kesehatannya
mudah (Akhenan dan Puspitasaari, 2011).
d. Paparan media
Akses terhadap informasi mengenai pelayanan kesehatan
ibu dapat meningkatkan penggunaan fasilitas tersebut. Penelitian di
Swaziland menemukan bahwa paparan media (televisi, radio, dan
koran) memiliki peran penting dalam memberikan informasi terkait
dengan pelayanan kesehatan ibu. Media massa memiliki hubungan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu. Wanita yang
mendengarkan radio setiap hari memiliki peluang lebih tinggi
menggunakan fasilitas kesehatan ibu dari pada wanita yang hanya
mendengarkan radio sekali dalam seminggu (Tsawe dkk, 2015).
e. Otoritas pengambilan keputusan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nepal, wanita
yang memiliki pendidikan dan kekayaan yang tinggi memiliki
hubungan dalam otoritas pengambilan keputusan dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Achayar, 2010) .
32
3. Illnes Factor
Variabel yang termasuk ke dalam illness factor adalah
komplikasi kehamilan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan di
Palestina menyatakan bahwa ibu nifas yang mengalami komplikasi
persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan
asuhan masa nifas karena mereka yang mengalami komplikasi telah
diberitahukan mengenai kondisi kesehatannya beserta bayinya
(Dhaher, 2008).
G. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan determinan individu dari
kerangka Health Service Utilization karena peneliti ingin melihat bagaimana
perilaku individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya
perawatan nifas. Selain itu, penggunaan data sekunder SDKI 2012 memiliki
keterbatasan dalam ketersediaan data sehingga tidak memungkinkan untuk
meneliti faktor determinan sosial dan sistem pelayanan kesehatan.
33
Sumber : Andersen dan Newman (2005)
Keterangan : Tidak diteliti
Predisposing Factor
- Pendidikan ibu
- Pekerjaan ibu
- Konsultasi antenatal
Enabling Factor
- Indeks Kakayaan
- Tempat persalinan
- Jangkauan ke fasilitas
kesehatan
- Paparan media
- Otoritas pengambilan
keputusan
Illness Factor
- Riwayat komplikasi kehamilan
sebelumnya
Penggunaan
Asuhan
masa nifas
- Paritas
- Umur
- Jarak kehamilan
- Penggunaan KB
- Status gizi ibu
- Penolong persalinan
34
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini dibuat sesuai dengan variabel yang datanya
tersedia dalam Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012.
Variabel tersebut terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel
dependen dalam penelitian adalah perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa
nifas sedangkan variabel independennya antara lain pendidikan ibu, pekerjaan
ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan,
riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi antenatal, paparan media, dan
otoritas pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti antara lain :
1. Paritas
Paritas tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena dari beberapa
penelitian, tidak ditemukan adanya hubungan antara paritas dengan
penggunaan Asuhan masa nifas. Penelitian Akhenan dan Puspitasari
menemukan bahwa jumlah anak tidak memiliki hubungan dengan
pelaksanaan PNC karena nilai sig > α (0,301).
2. Umur ibu
Umur ibu tidak diteliti karena tidak ditemukannya hubungan umur
dengan penggunaan Asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang
dilakukan Akhenan dan Puspitasari (2011) di Puskesmas Lespadangan
Kabupaten Mojokerto, usia ibu memiliki nilai sig > α (0,136) sehingga
35
disimpulkan tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pelaksanaan
PNC.
3. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan tidak diteliti karena tidak ditemukannya hubungan umur
dengan pemanfaataan asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang
dilakukan Akhenan dan Puspitasari (2011) di Puskesmas Lespadangan
Kabupaten Mojokerto, jarak kehamilan tidak memiliki hubungan dengan
pelaksanaan PNC dengan nilai sig >α (0,079).
4. Penggunaan KB
Penggunaan KB tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena tidak
ditemukan adanya hubungan antara penggunaan KB dengan penggunaan
36
asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang dilakukan Nunik dan
Puspitasari (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
penggunaan KB dengan pelaksanaan PNC karena memiliki nilai sig > α
(0,241).
5. Status gizi ibu
Status gizi ibu tidak diteliti karena tidak tersedia di dalam data SDKI
2012.
6. Penolong persalinan
Penolong persalinan tidak diteliti karena datanya bersifat homogen.
Peneliti membagi kategori penotong persalinan menjadi non petugas
kesehatan dan petugas kesehatan. Dari 2538 responden, hanya 1 orang
yang persalinannya dibantu oleh non petugas kesehatan sendiri.
Selebihnya non petugas kesehatan didampingi oleh petugas kesehatan
yang artinya, ada petugas kesehatan yang membantu persalinan
responden.
37
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pendidikan ibu
Jangkauan fasilitas
kesehatan
Riwayat komplikasi
kehamilan
sebelumnya
Perilaku tidak
Melakukan
Asuhan Masa
Nifas
Pekerjaan ibu
Indeks kekayaan
Tempat persalinan
Konsultasi antenatal
Paparan media
Otoritas pengambilan
keputusan
38
B. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Perilaku tidak
melakukan
asuhan masa
nifas
Ibu tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan ke
petugas kesehatan selama
masa nifas (6 minggu
pertama) setelah melahirkan
(termasuk ibu yang
menjawab tidak tahu)
(SDKI, 2012)
Observasi data
sekunder
Kuesioner WUS
(Nomor 443)
0. Tidak
melakukan
(>42 hari
setelah
melahirkan)
1. Melakukan (0-
42 hari setelah
melahirkan)
Ordinal
2 Pendidikan ibu Jenjang pendidikan tertinggi
yang pernah/sedang
diduduki oleh responden
Observasi data
sekunder Kuesioner WUS
(Nomor 105)
0. Pendidikan
rendah (tidak
sekolah, SD,
dan SMP)
1. Pendidikan
tinggi (SMA,
perguruan
tinggi, dan
akademi)
(Yuniarta,
2011)
Ordinal
3 Pekerjaan ibu Profesi ibu selain sebagai
ibu rumah tangga
Observasi data
sekunder Kuesioner WUS 0. Tidak bekerja
1. Bekerja
Ordinal
39
(Nomor 810)
4 Indeks
kekayaan
Indeks kekayaan rumah
tangga yang didasarkan atas
barang-barang kepemilikan
rumah tangga ibu
Observasi data
sekunder
Kuesioner Rumah
Tangga
(Nomor 118-123)
0. Menengah ke
bawah
1. Kaya
Ordinal
5 Tempat
persalinan
Tempat/lokasi ibu
melahirkan anak terakhir
Observasi data
sekunder
Kuesioner WUS
(Nomor 434)
0. Non fasilitas
kesehatan
1. Fasilitas
kesehatan
Ordinal
6 Jangkauan
fasilitas
kesehatan
Persepsi ibu mengenai jarak
dari kediaman ibu ke
fasilitas kesehatan terdekat
pada saat sakit atau
memerlukan pengobatan
Observasi data
sekunder Kuesioner WUS
(Nomor 1008)
0. Masalah
1. Bukan
masalah
Ordinal
7 Riwayat
komplikasi
kehamilan
sebelumnya
Ibu mengalami salah satu
atau lebih tanda-tanda
bahaya seperti mulas
sebelum 9 bulan,
perdarahan, demam yang
tinggi, kejang-kejang, atau
pingsan pada masa
kehamilan terakhir
Observasi data
sekunder Kuesioner WUS
(Nomor 414C)
0. Ada
1. Tidak ada
Ordinal
8 Konsultasi Pemeriksaan yang
dilakukan oleh responden
Observasi data Kuesioner WUS 0. Tidak ada Ordinal
40
antenatal pada saat kehamilan sekunder (Nomor 408) 1. Ada
9 Paparan media Tingkat keseringan ibu
membaca surat kabar atau
majalah, mendengarkan
radio, atau menonton
televisi
Observasi data
sekunder
Kuesioner WUS
(Nomor 110, 111,
112)
0. Tidak pernah
1. Pernah (paling
sedikit sekali
seminggu atau
jarang)
Ordinal
10 Otoritas
pengambilan
keputusan
Orang yang biasanya
mengambil keputusan
mengenai pemeriksaan
kesehatan ibu
Observasi data
sekunder
Kuesioner WUS
(Nomor 820)
0. Orang lain
1. Ibu pribadi
Ordinal
41
C. Hipotesis
a. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
b. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
c. Ada hubungan indeks kekayaan dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
d. Ada hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
e. Ada hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
f. Ada hubungan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya dengan
perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan
data SDKI 2012.
g. Ada hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
h. Ada hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak melakukan
asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
i. Ada hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.
42
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross sectional. Peneliti memilih desain studi ini karena pengukuran variabel
dependen dan independen dilakukan pada waktu yang bersamaan (Sumantri,
2011). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perilaku perilaku
keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas dan variabel independen
meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan,
jangkauan fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi
antenatal, paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama dengan
dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
Kementerian Kesehatan, dan U. S Agency for International Development
(USAID). Analisis data sekunder dilakukan dari bulan November 2015-Juni
2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit di dalam pengamatan yang
dilakukan (Hastono dan Sabri, 2011). Total populasi dalam penelitian ini
43
seluruh bayi yang lahir berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahu n 2012. Total populasi bayi yang lahir berdasarkan
data SDKI 2012 dalah 83.650 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya
diukur dan nantinya digunakan untuk menduga karakteristik dari populasi
(Hastono dan Sabri, 2011). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan total sampling atau sampel jenuh. Metode sampling yang
digunakan dalam SDKI 2012 adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama
adalah memilih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerangkan\
sampel PSU secara probability proportional size (PPS). PSU adalah
kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas
koordinator tim sensus penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu
blok sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah
memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara
sistematik (BPS, 2011).
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur
(WUS) yang berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 2-12 bulan
pada saat pengumpulaan data SDKI 2012 dilakukan. Tujuannya adalah
untuk menghindari kesalahan ibu dalam menjawab pertanyaan yang terkait
dengan asuhan masa nifas karena jika lebih dari 1 tahun, ada
kecenderungan responden lupa dengan kejadian-kejadian pasca
melahirkan. Selain itu, peneliti mengambil sampel yang berusia mulai 2
bulan karena pemanfaatan asuhan masa nifas dilakukan dari usia 0-42 hari
44
atau kurang dari 2 bulan. Sebab, bayi yang berusia 0-1 bulan masih
memiliki kesempatan untuk melakukan asuhan masa nifas sehingga
peneliti menggenapkan usia bayi menjadi 2 bulan. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 3439 responden.
Berikut adalah alur pengambilan sampel :
Bagan 4.1 Pengambilan Sampel
Total bayi berdasarkan data
SDKI 2012 (83.650 bayi)
Bayi lahir hidup (77.391 bayi)
Tidak termasuk
bayi lahir mati
(6.259 bayi)
Bayi lahir hidup usia 2-12 bulan
saat pengumpulan data SDKI
2012 (3439 bayi)
Tidak termasuk bayi usia
di bawah 2 bulan dan di
atas 12 bulan saat
wawancara dilakukan
(74.853 bayi)
Bayi lahir hidup usia 2-12 bulan
yang sudah di cleaning (2222
bayi)
Tidak termasuk bayi lahir
hidup usia 2-12 bulan yang
memiliki data missing
45
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner Wanita Usia Subur (WUS) SDKI 2012. Pertanyaan-pertanyaan
yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini meliputi variabel
faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan,
jangkauan fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi
antenatal, paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan. Dalam
pelaksanaan SDKI 2012 sudah memperhatikan validitas dan reabilitas
kuesioner penelitian.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3
tahap antara lain :
1. Cleaning (pembersihan data)
Cleaning dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahapan-
tahapannya antara lain :
a) Menghapus variabel-variabel yang tidak dibutuhkan dalam
penelitian.
b) Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke komputer
untuk memeriksa apakah ada data yang tidak konsisten atau missing
(hilang).
Untuk mendeteksi adanya missing data adalah dengan melakukan list
(distribusi frekuensi) dari variabel yang ada.
Berikut adalah variabel-variabel yang dibersihkan :
46
Tabel 4.1
Cleaning Variabel
No Variabel Data Valid Data Missing
1 Asuhan masa nifas 2222 1217
2 Pendidikan ibu 3322 117
3 Pekerjaan ibu 3430 9
4 Indeks kekayaan rumah
tangga 3439 0
5 Tempat persalinan 3438 1
6 Jangkauan fasilitas
kesehatan 3428 11
7 Riwayat komplikasi
kehamilan sebelumnya 3412 27
8 Konsultasi antenatal 3247 192
9
Paparan media
a. Majalah/surat kabar 3435 4
b. Televisi 3437 2
c. Radio 3437 2
10 Otoritas pengambilan
keputusan 3375 64
47
d. Recoding/ Transformasi Data
Recoding atau transformasi data merupakan pengkodean ulang
variabel yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini bertujuan untuk
mengklarifikasi data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.
Variabel-variabel yang dikode ulang antara lain :
a. Asuhan masa nifas (Postnatal Care)
Ibu yang tidak melakukan PNC dikode ulang dari
pertanyaan mengenai waktu melaksanakan pelayanan postnatal.
Ibu yang tidak melakukan asuhan masa nifas adalah ibu yang
melakukan pemeriksaan >42 hari setelah melahirkan dan diberi
kode 0. Sedangkan ibu yang melakukan asuhan masa nifas adalah
ibu yang melakukan pemeriksaan 1 hari hingga 6 minggu (42
hari) setelah melahirkan dan diberi kode 1.
b. Pendidikan ibu
Pendidikan ibu dikode ulang dari 5 kategori menjadi 2
kategori. Kategori tidak sekolah, SD, dan SMP dirubah menjadi
kategori pendidikan rendah dengan kode 0 dan kategori SMA,
perguruan tinggi, dan akademi menjadi kategori pendidikan tinggi
dengan kode 1.
c. Pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu memiliki banyak kategori yang terdiri dari
profesi-profesi ibu dan ibu yang tidak bekerja. Kategori-kategori
tersebut kemudian dikelompokkan kembali menjadi dua yaitu
tidak bekerja dan bekerja. Kategori tidak bekerja adalah ibu yang
48
tidak memiliki pekerjaan dan diberi kode 0. Sedangkan kategori
bekerja adalah ibu yang memiliki profesi seperti profesional dan
teknisi, kepemimpinan ketatalaksaan, dan pejabat pelaksana,
tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga usaha pertanian,
tenaga produksi dan lainnya dan diberi kode 1.
d. Indeks kekayaan
Indeks kekayaan rumah tangga yang terdiri dari 5 kategori yaitu
sangat miskin, miskin, menengah, kaya, dan sangat kaya diubah
menjadi 2 kategori yaitu menengah ke bawah (kode 0) dan kaya
(kode 1).
e. Tempat persalinan
Tempat persalinan terdiri dari 17 kategori yang terdiri dari rumah
responden, rumah orang lain, rumah sakit/klinik, pusat kesehatan,
rumah bersalin, rumah sakit bersalin, klinik, rumah sakit, bidan,
perawat, bidan kampung, dokter kandungan, dan lainnya. tempat
persalinan kemudia diubah menjadi 2 kategori yaitu non fasilitas
kesehatan dengan kode 0 dan fasilitas kesehatan dengan kode 1.
f. Paparan media
Paparan media yang terbagi ke dalam 3 jenis media yaitu
majalah/surat kabar, radio, dan televisi masing masing terdiri dari
3 kategori yaitu tidak pernah, sekali seminggu, dan jarang.
Ketagori ini kemudian diubah menjadi 2 kategori menjadi tidak
pernah dengan kode 0 dan pernah dengan kode 1.
49
g. Otoritas pengambilan keputusan
Otoritas pengambilan keputusan terdiri dari 5 kategori responden
sendiri, responden dan suami/pasangan, suami/pasangan, dan
orang lain, kemudian diubah menjadi 2 kategori yaitu orang lain
dengan kode 0 dan ibu pribadi dengan kode 1.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen yaitu
perilaku ibu yang tidak mendapat pemeriksaan post natal dan variabel
independen (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur ibu, indeks kekayaan
rumah tangga, penolong persalinan, tempat persalinan, jangkauan
fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, dan pemeriksaan
antenatal).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan
yaitu uji chi-square karena variabel dependen dan independen berbentuk
kategorik.
50
BAB V
HASIL
A. Analisis Univariat
Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-
masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel
independen.
1. Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas (Postnatal Care/PNC)
Gambaran distribusi frekuensi ibu yang tidak melakukan PNC di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi Perilaku Tidak Melakukan Asuhan masa nifas
(Postnatal Care/PNC) di Indonesia
PNC Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak melakukan
asuhan masa nifas
Melakukan asuhan
masa nifas
118
2104
3,4
61,2
Total 2222 64,6
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 2222 ibu di Indonesia,
sebesar 61,2% melakukan asuhan masa nifas dan sebesar 3,4% tidak
melakukan asuhan masa nifas.
51
2. Pendidikan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendidikan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.2
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pendidikan di Indonesia
Pendidikan Jumlah (N) Persentase (%)
Rendah
Tinggi
1748
1574
50,8
45,8
Total 3322 96,6
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3322 ibu, sebesar 50,8%
berpendidikan rendah dan sebesar 45,8% berpendidikan tinggi.
3. Pekerjaan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pekerjaan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.3
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pekerjaan di Indonesia
Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak bekerja
Bekerja
1868
1561
54,3
45,4
Total 3429 99,7
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3429 ibu, sebesar 54,3%
tidak bekerja dan sebesar 45,4% bekerja.
52
4. Indeks Kekayaan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendapatan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.4
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indeks Kekayaan di Indonesia
Indeks Kekayaan Jumlah (N) Persentase
(%)
Menengah ke bawah
Kaya
2326
1113
67,6
32,4
Total 3439 100
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3439 ibu di Indonesia,
sebesar 67,6% memiliki indeks kekayaan kategori menengah ke
bawah dan 32,4% memiliki indeks kekayaan kategori kaya.
53
5. Tempat persalinan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan tempat persalinan
di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.5
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat Persalinan di
Indonesia
Tempat Persalinan Jumlah (N) Persentase (%)
Non fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan
1318
2112
38,3
61,4
Total 3430 99,7
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3430 ibu yang
memiliki bayi di Indonesia, yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan sebesar 61,4% dan yang melakukan persalinan di non
fasilitas kesehatan sebesar 38,3%.
54
6. Jangkauan fasilitas kesehatan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan jangkauan fasilitas
kesehatan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.6
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Jangkauaan Fasilitas
Kesehatan di Indonesia
Jangkauan Fasilitas
Kesehatan Jumlah (N) Persentase (%)
Masalah
Bukan masalah
477
2951
13,9
85,8
Total 3428 99,7
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3428 ibu yang
memiliki bayi di Indonesia, sebesar 85,8% menyatakan jangkauan
fasilitas kesehatan bukan masalah dan sebesar 13,9% menyatakan
masalah.
55
7. Riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendapatan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.7
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Komplikasi Kehamilan di
Indonesia
Komplikasi
Kehamilan Jumlah (N)
Persentase
(%)
Ada
Tidak ada
451
2961
13,1
86,1
Total 3412 99,2
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3412 ibu di Indonesia,
sebesar 86,1% tidak mengalami komplikasi kehamilan dan sebesar
13,1% mengalami komplikasi kehamilan.
56
8. Konsultasi antenatal
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan konsultasi
antenatal di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.8
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Konsultasi Antenatal di
Indonesia
Konsultasi
Antenatal Jumlah (N)
Persentase
(%)
Tidak ada
Ada
559
2688
16,3
78,2
Total 3247 94,4
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3247 ibu yang
memiliki bayi di yang melakukan konsultasi antenatal sebesar 78,2%
dan yang tidak melakukan konsultasi antenatal sebesar 16,3%.
57
9. Paparan media
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan paparan media di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
a. Membaca majalah/surat kabar
Tabel 5.1.9.1
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Membaca Majalah/Surat
Kabar di Indonesia
Membaca
majalah/surat kabar Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak pernah
Pernah
1771
1664
51,5
48,4
Total 3435 99,9
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3435 ibu di
Indonesia, sebesar 51,5% tidak pernah membaca majalah/surta kabar,
sebesar 48,4% pernah membaca majalah/surat kabar.
58
b. Menonton televisi
Tabel 5.1.9.2
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Menonton Televisi di
Indonesia
Menonton Televisi Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak pernah
Pernah
241
3196
7,0
92,9
Total 3437 99,9
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3437 ibu di
Indonesia, sebesar 92,9% pernah menonton televisi, sebesar 7,0%
tidak pernah menonton televisi.
c. Mendengarkan radio
Tabel 5.1.9.3
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Mendengarkan Radio di
Indonesia
Mendengarkan Radio Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak pernah
Pernah
1779
1658
51,7
48,2
Total 3437 99,9
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3437 ibu di
Indonesia, sebesar 51,7% tidak pernah mendengarkan radio,
sebesar 48,2% pernah mendengarkan radio.
59
10. Otoritas pengambilan keputusan
Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan otoritas
pengambilan keputusan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1.10
Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Otoritas Pengambilan
Keputusan di Indonesia
Otoritas Pengambilan
Keputusan Jumlah (N) Persentase (%)
Orang lain
Ibu pribadi
2307
1068
67,1
31,1
Total 3375 98,1
Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3375 ibu di
Indonesia, sebesar 67,1% yang mengambil keputusan terkait
pemeriksaan kesehatan ibu adalah orang lain dan sebesar 31,1%
adalah ibu pribadi.
60
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen yang dilakukan dengan
menggunakan uji chi square. Dikatakan berhubungan secara signifikan
jika didapat nilai p ≤ 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara
signifikan jika diperoleh nilai p > 0,05. Adapun hasil analisis bivariat
dalam penelitian ini antara lain :
1. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.1
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Tingkat
Pendidikan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Rendah 60 5,6 1012 94,4 1072 100
0,436 Tinggi 53 4,8 1059 95,2 1112 100
Total 113 5,2 2071 94,4 2184 100
Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada
sebanyak 60 (5,6%) ibu yang berpendidikan rendah terlambat
melakukan PNC. Sedangkan diantara ibu yang berpendidikan
tinggi, ada 53 (4,8%) yang tidak melakukan PNC. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,436 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan
61
masa nifas antara ibu yang berpendidikan rendah dengan ibu yang
berpendidikan tinggi (tidak ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa
nifas).
2. Hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas
Tabel 5.2.2
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas
Pekerjaan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Tidak
bekerja
64 5,5 1107 86,3 1171 100
0,750 Bekerja 53 5,1 992 84,8 1045 100
Total 117 5,3 2099 85,6 2216 100
Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 64
(5,5%) ibu yang tidak bekerja dan idak melakukan asuhan masa
nifas. Sedangkan diantara ibu yang bekerja, ada 53 (5,1%) yang
tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p= 0,750 atau > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja
(tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
62
3. Hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan perilaku
ibu tidak melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.3
Distribusi Responden Menurut Indeks Kekayaan Rumah Tangga
dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Indeks
Kekayaan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Menengah
ke bawah
81 5,8 1323 94,2 1404 100
0,244 Tinggi 37 4,5 781 95,5 818 100
Total 118 5,3 2101 94,7 2222 100
Hasil analisis hubungan antara indeks kekayaan dengan
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada
sebanyak 81 (5,8%) ibu yang berpendapatan menengah ke bawah
tidak melakukan asuhan masa nifas. Diantara ibu yang
berpendapatan tinggi, ada 37 (4,5%) yang tidak melakukan asuhan
masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,244 > 0,05 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian perilaku
tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu yang berpendapatan
menengah ke bawah dan ibu yang berpendapatan tinggi (tidak ada
hubungan yang signifikan antara indeks kekayaan dengan perilaku
tidak melakukan asuhan masa nifas).
63
4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.4
Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Tempat
Persalinan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Non
fasilitas
kesehatan
47 6,6 667 93,4 714 100
0,085 Fasilitas
kesehatan
71 4,7 1433 95,3 1504 100
Total 118 5,3 2100 94,7 2218 100
Hasil analisis hubungan antara tempat persalinan dengan
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada
sebanyak 47 (6,6%) ibu yang melakukan persalinan di non fasilitas
kesehatan tidak melakukan asuhan masa nifas. Sedangkan diantara
ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, ada 71
(4,7%) yang tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,085 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas antara ibu yang melakukan persalinan di non fasilitas
kesehatan dengan ibu yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan (tidak ada hubungan yang signifikan antara tempat
persalinan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
64
5. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.5
Distribusi Responden Menurut Jangkauan Fasilitas Kesehatan
dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Jangkauan
Fasilitas
Kesehatan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Masalah 15 6,2 226 93,8 241 100
0,616 Bukan
masalah
103 5,2 1869 94,8 1972 100
Total 118 5,3 2095 94,7 2213 100
Hasil analisis hubungan antara jangkauan fasilitas kesehatan
dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh
bahwa ada sebanyak 15 (6,2%) ibu yang menyatakan jangkauan
fasilitas kesehatan masalah tidak melakukan asuhan masa nifas.
Sedangkan diantara ibu menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan
bukan masalah, ada 103 (5,2%) yang tidak melakukan asuhan masa
nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,616 > 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas antara ibu yang menyatakan
jangkauan fasilitas kesehatan masalah dengan ibu yang
menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan bukan masalah (tidak
ada hubungan yang signifikan antara jangkauan fasilitas kesehatan
dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
65
6. Hubungan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya
dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.6
Distribusi Responden Menurut Riwayat Komplikasi Kehamilan
Sebelumnya dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Riwayat
Komplikasi
Kehamilan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue
Tidak PNC PNC
N % N % N %
Ada 18 5,2 1815 94,8 1915 100
0,743 Tidak ada 100 5,9 289 94,1 307 100
Total 118 5,3 2104 94,7 2222 100
Hasil analisis hubungan antara riwayat komplikasi kehamilan
sebelumnya dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas
diperoleh bahwa ada sebanyak 100 (5,9%) ibu yang tidak
mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya tidak melakukan
asuhan masa nifas. Sedangkan diantara ibu yang mengalami
komplikasi kehamilan sebelumnya, ada 18 (5,2%) yang tidak
melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,743 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas
antara ibu mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya dengan
ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya
(tidak ada hubungan yang signifikan riwayat komplikasi kehamilan
sebelumnya dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
66
7. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu
terlambat melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.7
Distribusi Responden Menurut Konsultasi Antenatal dan Perilaku
Terlambat Melakukan Asuhan Masa Nifas
Konsultasi
Antenatal
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue Tidak PNC PNC
N % N % N %
Tidak ada 19 6,5 272 93,5 291 100
0,317 Ada 93 4,9 1790 95,1 1883 100
Total 112 5,2 2062 94,8 2174 100
Hasil analisis hubungan antara konsultasi antenatal dengan
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada
sebanyak 19 (6,5%) ibu yang tidak melakukan konsultasi antenatal
dan tidak melakukan asuhan masa nifas. Sedangkan diantara ibu
yang melakukan konsultasi antenatal, ada 93 (4,9%) yang tidak
melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,317 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
proporsi kejadian perilaku tidak asuhan masa nifas antara ibu yang
melakukan konsultasi antenatal dengan ibu yang tidak melakukan
konsultasi antenatal (tidak ada hubungan yang signifikan antara
konsultasi antenatal dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa
nifas).
67
8. Hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak
melakukan asuhan masa nifas
a. Membaca majalah/surat kabar
Tabel 5.2.8.1
Distribusi Responden Menurut Paparan Media ( Membaca
Majalah/Surat Kabar) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan
Masa Nifas
Membaca
Majalah/
Surat
Kabar
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue Tidak PNC PNC
N % N % N %
Tidak
pernah
62 6,0 976 94,0 1038 100
0,232 Pernah 56 4,7 1125 95,3 1181 100
Total 118 5,3 2107 94,7 2219 100
Hasil analisis hubungan antara membaca majalah/surat
kabar dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas
diperoleh bahwa ada sebanyak 62 (6%) ibu yang tidak pernah
membaca majalah/surat kabar tidak melakukan PNC. Diantara
ibu yang pernah membaca majalah/surat kabar, ada 56 (4,7%)
yang tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p= 0,232 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak
ada perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas antara ibu yang membaca majalah/surat
kabar dengan kategori tidak pernah dan pernah (tidak ada
hubungan yang signifikan antara membaca majalah/surat
kabar dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
68
b. Menonton televisi
Tabel 5.2.8.2
Distribusi Responden Menurut Paparan Media( Menonton
Televisi) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Menonton
Televisi
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue Tidak PNC PNC
N % N % N %
Tidak
pernah
6 5,9 96 94,1 102 100
0,971 Pernah 112 5,3 2007 94,7 2119 100
Total 118 5,3 2103 94,7 2221 100
Hasil analisis hubungan antara membaca menonton
televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa
nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (5,9%) ibu yang
tidak pernah menonton televisi tidak melakukan asuhan
masa nifas. Diantara ibu yang pernah menonton televisi,
ada 112 (5,3%) yang tidak melakukan asuhan masa nifas.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,971 > 0,05 maka
dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian
perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu
yang menonton televisi dengan kategori tidak pernah dan
pernah (tidak ada hubungan yang signifikan antara
menonton televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas).
69
c. Mendengarkan radio
Tabel 5.2.8.3
Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Mendengarkan
Radio) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Mendengarkan
Radio
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue Tidak PNC PNC
N % N % N %
Tidak pernah 56 5,4 990 94,6 1046 100
1,000 Pernah 62 5,3 1113 94,7 1175 100
Total 118 5,3 2103 94,7 2221 100
Hasil analisis hubungan antara membaca
majalah/surat kabar dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 56 (5,4%)
ibu yang tidak pernah mendengarkan radio tidak melakukan
asuhan masa nifas. Diantara ibu yang pernah mendengarkan
radio, ada 62 (5,3%) yang tidak melakukan asuhan masa
nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000 > 0,05
maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara
ibu yang mendengarkan radio dengan kategori tidak pernah
dan pernah (tidak ada hubungan yang signifikan antara
mendengarkan radio dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas).
70
9. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku
ibu terlambat melakukan asuhan masa nifas
Tabel 5.2.9
Distribusi Responden Menurut Otoritas Pengambilan Keputusan
dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Otoritas
Pengambilan
Keputusan
Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan
Masa Nifas Total
Pvalue Tidak PNC PNC
N % N % N %
Orang lain 78 5,2 1431 94,8 1509 100
0,855 Ibu pribadi 37 5,5 640 94,5 677 100
Total 115 5,3 2071 94,7 2186 100
Hasil analisis hubungan antara otoritas pengambilan keputusan
dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh
bahwa ada sebanyak 78 (5,2%) orang lain yang memiliki otoritas
dalam pengambilan keputusan di rumah tangganya tidak
melakukan asuhan masa nifas. Ibu pribadi yang memiliki otoritas
pengambilan keputusan ada sebanyak 37 (5,5) terlambat
melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=
0,855 > α maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi
kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu
yang memiliki otoritas pengambilan keputusan dengan orang lain (
tidak ada hubungan yang signifikan antara otoritas pengambilan
keputusan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).
71
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu menggunakan data sekunder
dari BKKBN, dimana dalam penelitian SDKI tidak didesain secara khusus
untuk meneliti masalah asuhan masa nifas, namun didesain untuk meneliti
masalah kesehatan ibu dan anak secara umum, sehingga variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terbatas pada variabel yang ada pada data
sekunder tersebut. Sedangkan variabel lain yang terdapat pada kerangka teori
namun tidak terdapat pada data SDKI, tidak diteliti dalam penelitian ini.
Selain itu, sangat banyak data yang missing mengenai perawatan nifas dalam
data SDKI 2012. Hanya 64,2% data mengenai perawatan nifas yang bisa
dianalisis.
B. Gambaran Perilaku Ibu Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas (Postnatal Care/PNC) atau pelayanan pasca
persalinan terpadu merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu
nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari), pendidikan kesehatan dan
konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan KB pasca bersalin
(USAID, 2012). PNC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
dan bayinya selama 6 minggu setelah melahirkan. Asuhan masa nifas sangat
penting dilakukan karena masa ini adalah masa kritis bagi ibu dan bayi
(Warren dkk, 2015).
72
Masa nifas didefinisikan sebagai waktu antara keluarnya ari-ari
(plasenta) sampai 42 hari (6 minggu) setelah persalinan. Perawatan paling dini
pada periode setelah melahirkan adalah sangat penting karena dalam dua hari
pertama setelah melahirkan sangat krusial. Kematian ibu dan neonatal banyak
terjadi dalam 2 hari pertama setelah melahirkan (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, 2012).
Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas adalah perilaku ibu yang
tidak melakukan atau memanfaatkan PNC dalam kurun waktu 42 hari/6
minggu setelah melahirkan. Hal ini sangat membahayakan kondisi ibu dan
bayi jika dalam waktu 42 hari setelah melahirkan tidak dilakukan perawatan
apapun oleh tenaga kesehatan profesional mengingat masa kritis adalah 2 hari
pertama setelah melahirkan.
Dampaknya adalah tingginya angka kematian ibu pada tahun 2012
yaitu sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup dan 19 per 1000 kelahiran
hidup bayi meninggal dalam kurun waktu 28 hari setelah melahirkan dan
angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2007 (SDKI, 2012).
Sedangkan target yang ditetapkan oleh MDGs pada tahun 2015 untuk angka
kematian ibu adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup dan 19 per 1000
kelahiran hidup untuk angka kematian bayi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu yang tidak
melakukan PNC adalah sebanyak 118 (3,4%) dari 2222 responden dan yang
melaksanakan PNC hanya 61,2%. Dibandingkan dengan laporan data SDKI
2012 yang menyatakan bahwa ibu yang tidak mendapatkan PNC adalah
sebanyak 11,4%, angka ibu yang tidak melakukan PNC dalam penelitian ini
73
jauh lebih kecil (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
2012). Hal ini dikarenakan kategori responden yang digunakan dalam
penelitian ini lebih sempit daripada kategori responden yang digunakan pada
laporan SDKI 2012.
Pada penelitian ini, kategori responden yang digunakan adalah wanita
usia subur yang memiliki bayi usia 2-12 bulan saat wawancara dilakukan
mengingat ada kecenderungan ibu lupa apakah mereka melakukan pearwatan
nifas atau tidak jika usia bayi sudah lebih dari satu tahun. Sedangkan pada
laporan SDKI 2012, kategori responden adalah wanita uisa subur yang
memiliki bayi usia 0 hingga dua tahun saat wawancara dilakukan.
Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan, hipertensi, infeksi, dan
penyakit yang diderita ibu selama hamil seperti kanker, ginjal, jantung,
tuberkulosis, malaria, anemia, dan lain-lain (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2014). Sedangkan penyebab kematian neonatal
adalah gangguan/kelainan pernapasan, prematuritas, sepsis, hipotermi,
kelainan darah/ikterus, post matur, dan kelainan kongenital (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Oleh sebab itu, sangat penting pelayanan postnatal dilakukan untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan skrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, dan pelayanan Keluarga Berencana
(KB) sehingga dampak yang ditimbulkan oleh penyebab-penyebab kematian
74
tadi dapat dicegah atau ditanggulangi dengan cepat (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
Penelitian yang dilakukan Kumar dkk (2014) di wilayah Bihar (India),
kematian neonatum memiliki hubungan yang signifikan dengan PNC (OR
1,42). Diketahui bahwa tidak terlambat memandikan bayi dan tidak
memberikan perawatan kangguru setelah melahirkan (bagian dari perawatan
postnatal) memiliki hubungan yang kuat dengan kematian neonatal. Hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah tentang pentingnya PNC bagi
ibu dan bayi dan lebih fokus terhadap program penolong persalinan terlatih
saat melahirkan dan program Antenatal Care (ANC) (Kumar dkk, 2014).
Penelitian di Palestina juga menemukan bahwa sebanyak 85% ibu tidak
melaksanakan PNC karena merasa tidak sakit oleh sebab itu mereka tidak
membutuhkan perawatan tersebut (Dhaher dkk, 2008).
Perawatan nifas (PNC) penting baik bagi ibu maupun bayinya. PNC
ini memberikan kesempatan untuk mengobati komplikasi yang timbul dalam
persalinan dan untuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara
merawat dirinya dan bayinya (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2012).
C. Pendidikan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan
Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Menurut Ross C. E. Dan Wu Ch. (1995), pendidikan dapat
meningkatkan kemampuan seseorang dalam berbagai tingkatan sehingga dia
memiliki kapabilitas dalam mengontrol dan menguasai diri, mengetahui arah
atau tujuan hidup, kemampuan untuk berkomunikasi dan menganalisis
75
sesuatu. Karena pendidikan mengembangkan kemampuan seseorang untuk
menemukan dan menginterpretasikan informasi untuk memecahkan masalah
pada berbagai tingkatan. Hal tersebut meningkatkan potensi untuk mengontrol
peristiwa dan hasil dalam kehidupan. Orang-orang yang punya kontrol diri
yang tinggi memiliki pengetahuan yang lebih tentang kesehatan dan dapat
memulai perilaku pencegahan, melaporkan kondisi kesehatannya dan jumlah
penyakit yang sedikit dibandingkan dengan orang dengan kontrol diri rendah
(Ivancic dkk, 2008).
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhenan dan Puspitasari (2011)
yang menyatakan bahwa pendidikan tidak memiliki hubungan dengan
pelaksanaan PNC karena ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
merasa lebih mengetahui kondisi tubuhnya sehingga dia merasa tidak perlu
untuk memeriksakan kondisi kesehatannya setelah melahirkan (Akhenan dan
Puspitasari, 2011).
Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jayanthi dkk di Kabupaten Jeneponto(2015) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan
pasca persalinan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu nifas yang
berpendidikan rendah tidak tahu akan resiko buruk yang akan terjadi terhadap
kondisi tubuhnya (Jayanthi dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh
Langlois dkk juga menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan positif
dengan dengan pelaksanan PNC. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
76
pendidikan seseorang, semakin tinggi kecenderungan orang tersebut untuk
melakukan PNC (Langlois dkk, 2015).
Penelitian Regassa (2011) di Ethiophia juga menyatakan bahwa wanita
yang terpelajar cenderung menggunakan PNC. Sebab, pendidikan akan
meningkatkan rasa percaya diri wanita dan memiliki kemampuan untuk
membuat keputusan sendiri terkait dengan kesehatannya. Wanita yang
berpendidikan juga cenderung memilih pelayanan kesehatan yang memiliki
kualitas yang lebih tinggi dan kemampuan untuk menggunakan perawatan
kesehatan yang menawarkan pelayanan yang lebih baik (Regassa, 2011).
Penelitian lain yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki
hubungan dengan pencarian pelayanan postnatal adalah penelitian Sultana dan
Shaikh di Pakistan, dan penelitian Akunga dkk (2014) di Kenya (Sultana dan
Shaikh, 2015; Akungan dkk, 2014).
D. Pekerjaan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan
Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase ibu yang tidak bekerja
dan tidak melakukan PNC lebih besar dari ibu yang bekerja dan tidak
melakukan PNC. Ibu yang tidak bekerja dan tidak melaksanakan PNC sebesar
40,1% dan ibu yang bekerja dan tidak melaksanakan PNC sebesar 36,7%. Hal
ini dikarenakan ibu yang tidak bekerja cenderung bergantung pada pendapatan
suaminya sehingga mereka tidak bisa secara leluasa untuk melakukan PNC
tanpa adanya dukungan materi dari suami. Seperti yang dikatakan oleh
Kalmuss dan Fennelly (1990) yang menemukan bahwa wanita yang bekerja
77
lebih banyak menggunakan PNC daripada ibu rumah tangga karena mereka
tidak bergantung secara ekonomi pada pasangannya (Ejaz dan Ahmad, 2013).
Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
pekerjaan dengan perilaku tidak melakukan PNC. Ibu yang tidak bekerja
memiliki waktu luang lebih banyak daripada ibu yang bekerja sehingga
mereka bisa melakukan perawatan masa nifas.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhenan
dan Puspitasari (2011) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pekerjaan ibu dengan pemanfaatan PNC. Ibu yang bekerja akan meningkatkan
indeks kekayaan keluarga sehingga tersedia cukup dana untuk melaksanakan
PNC (Akhenan dan Puspitasari, 2011). Namun, penelitian yang dilakukan oleh
Islam dan Odland di Bangladesh (2011) menyatakan bahwa ada hubungan
antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan pasca persalinan (PNC)
(Islam dan Odland, 2011).
E. Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan Hubungannya dengan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga
tidak memiliki hubungan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Akhenan dan Puspitasari (2011) yang
menyatakan bahwa pendapatan tidak berhubungan dengan pelaksanaan PNC.
Hal ini dikarenakan biaya pelaksanaan PNC terjangkau oleh ibu nifas yang
berpendapatan kurang, selain itu sebagian besar ibu nifas telah menerima
Jamkesmas yang membebaskan biaya pelaksanaan PNC.
78
Asuhan masa nifas sudah ditanggung pembiayaannya oleh pemerintah,
namun terdapat kendala lain bagi ibu yang memiliki indeks kekayaan
menengah ke bawah yaitu biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan.
Wilayah Indonesia terdiri dari pedesaan dan perkotaan. Wilayah
perkotaan memiliki akses yang mudah untuk menuju tempat fasilitas
kesehatan. Rumah sakit, klinik, puskesmas, dan pelayanan kesehatan lainnya
tersebar di setiap wilayah. Namun di wilayah pedesaan, lokasi rumah dengan
fasilitas kesehatan berjauahan dan memerlukan biaya yang tidak murah
sehingga ibu nifas enggan untuk memeriksakan kesehatannya.
Namun, penelitian yang dilakukan di Nigeria menyatakan bahwa
indeks kekayaan memiliki hubungan dengan penggunaan PNC. Golongan
kaya tiga kali lebih tinggi menggunakan PNC dari pada golongan miskin.
Langlois dkk juga menyatakan bahwa penggunaan pelayanan postnatal tinggi
pada wanita dengan status sosial ekonomi yang tinggi. Rumah tangga yang
memiliki status sosial ekonomi yang tinggi lebih mampu untuk membayar
biaya medis dan non medis serta biaya untuk melakukan perawatan postnatal
(Langlois dkk, 2015).
F. Tempat Persalinan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
tempat persalinan dengan perilaku tidak melakukan perawatan nifas. Ibu yang
melakukan persalinan di non fasilitas kesehatan bisa dibantu oleh tenaga
kesehatan dengan mendatangi rumah atau kediaman ibu. Diketahui bahwa
sebesar 83% ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan (BKKBN,
79
2012). Dengan begitu, meskipun ibu melakukan persalinan di non fasilitas
kesehatan, ibu tetap melakukan perawatan masa nifas karena disarankan oleh
tenaga kesehatan yang membantu persalinannya.
Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Ethiophia yang menemukan bahwa ibu yang melakukan persalinan di fasilitas
kesehatan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan
pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan PNC pada saat
melahirkan. Selain itu, mereka juga mendapatkan akses untuk belajar tentang
jenis, manfaat dan ketersediaan layanan PNC selama tinggal di fasilitas
kesehatan (Workineh dan Hailu, 2014). Penelitian yang dilakukan di Pakistan
juga menyatakan bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan 11,07 kali
lebih besar menggunakan PNC daripada ibu yang melakukan persalinan di
rumah (Ejaza dan Ahmad, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Somefun dan Ibisomi di Nigeria juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tempat melahirkan
dengan penggunaan PNC. Namun, mereka menyatakan bahwa, ibu yang
melahirkan bukan di fasilitas kesehatan memiliki kecenderungan yang rendah
terhadap penggunaan pelayanan postnatal. Alasannya adalah ibu yang
melahirkan di fasilitas kesehatan merasa percaya diri dengan kesehatan diri
dan bayinya sehingga merasa tidak perlu untuk kembali memeriksakan
kesehatan setelah melahirkan (Somefun dan Ibisomi, 2016).
80
G. Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan Hubungannya dengan Perilaku
Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa
nifas. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Akhenan dan Puspitasari (2011) yang menyatakan bahwa jangkauan fasilitas
kesehatan memiliki hubungan dengan pelaksanaan PNC. Jangkauan pelayanan
kesehatan yang sulit bisa menghalangi ibu nifas untuk melaksanakan PNC
(Akhenan dan Puspitasari, 2011).
Penelitian serupa yang dilakukan Jayanti dkk (2015) di Kabupaten
Jeneponto juga menyatakan bahwa ada hubungan antara jangkauan fasilitas
kesehatan dengan pemanfaatan PNC. Ibu yang tinggal dekat dengan fasilitas
pelayanan kesehatan seperti rumah bidan akan memudahkan aksesnya untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Jayanti dkk, 2015).
Indonesia terdiri 5 pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Papua dan ribuan pulau kecil (BKKBN, 2012). Kondisi geografis
yang terpisah dan terpusatnya pemerintahan di pulau Jawa menyebabkan
penyebaran fasilitas kesehatan tidak merata. Wilayah Indonesia Timur
khususnya Papua adalah wilayah dengan jangkauan menuju fasilitas kesehatan
yang paling sulit. Diketahui bahwa sebesar 50,5 % ibu mengatakan mengalami
kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan karena jarak ke fasilitas
kesehatan yang jauh (BKKBN, 2012).
Studi kualitatif yang dilakukan Titaley dkk di Garut, Sukabumi dan
Ciamis memaparkan bahwa jarak menuju fasilitas kesehatan merupakan
81
masalah yang besar terutama di daerah rural dengan kondisi jalan yang buruk.
Beberapa informan menyatakan bahwa mereka harus berjalan selama 2 jam
untuk mencapai fasilitas kesehatan terdekat dan keadaannya akan semakin
parah jika musim hujan karena menyebabkan jalanan menjadi licin (Titaley,
dkk, 2010).
Selain itu kendala lainnya yaitu terbatasnya jumlah fasilitas kesehatan
seperti di daerah terpencil dimana bidan desa tidak tinggal di daerah tersebut
atau berkeliling ke daerah lain (Titaley, dkk, 2010).
H. Riwayat Komplikasi Kehamilan Sebelumnya dan Hubungannya dengan
Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara ibu yang
mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan
melakukan asuhan masa nifas karena ibu merasa khawatir dengan kondisi
kesehatannya sehingga setelah sembuh dari komplikasi, ibu tetap melakukan
pemeriksaan kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan lainnya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akhenan dan Nunik (2011)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat komplikasi dengan
pemanfaatan asuhan masa nifas. Ibu yang tidak mengalami komplikasi saat
kehamilan cenderung tidak melakukan PNC. Sebab, ibu merasa tidak ada
masalah dengan kesehatannya, begitu juga dengan bayi, sehingga ibu merasa
tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan (Akhenan
dan Nunik, 2011).
82
Begitu juga dengan ibu yang mengalami komplikasi kehamilan
sebelumnya. Mereka cenderung melakukan pemeriksaan postnatal
dikarenakan ibu merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya. Apalagi
setelah mengalami komplikasi saat kehamilan, ibu akan lebih konsisten untuk
melakukan kontrol kesehatan selama kehamilan hingga setelah melahirkan
agar ibu dan bayi tetap sehat serta dapat mencegah terjadinya masalah-
masalah yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan bayi.
I. Konsultasi Antenatal dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak
Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan
janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan, minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester III. Pemeriksaan antenatal penting
untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan
(Sinaga, 2009).
Menurut Depkes RI (2010) salah satu tujuan pelaksanaan ANC adalah
untuk mempersiapkan ibu menjalani masa nifas dan mempersiapkan ASI
eksklusif. Oleh sebab itu, diharapkan petugas kesehatan memberikan
informasi terkait dengan PNC sehingga mempengaruhi ibu hamil untuk
melaksanakan PNC setelah bersalin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pemeriksaan antenatal dengan perilaku tidak PNC. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi dkk
(2015) di Kabupaten Jeneponto yang mengatakan bahwa pemeriksaan
83
antenatal tidak memiliki hubungan dengan pemanfataan PNC. Ibu yang sudah
melaksanakan ANC merasa tahu kondisi tubuhnya sudah stabil, merasa bayi
dan ibu dalam keadaan sehat karena tidak terjadi komplikasi atau tanda-tanda
yang membahayakan sehingga enggan untuk melaksanakan perawatan pada
masa nifas (Jayanthi dkk, 2015).
Jika seseorang tidak melakukan pemeriksaan antenatal, maka dia tidak
mengetahui perawatan apa yang harus dilakukan setelah bersalin. Karena
pada saat pemeriksaan antenatal, petugas kesehatan akan menjelaskan
mengenai perawatan-perawatan pada masa nifas, pentingnya perawatan nifas,
dan menganjurkan ibu untuk memeriksakan kesehatannya ke petugas
kesehatan setelah bersalin. Selain itu, jika ibu tidak melakukan pemeriksaan
antenatal, ibu tidak mendapatkan saran dan dukungan dari petugas kesehatan
untuk melakukan perawatan nifas. Dukungan dari petugas kesehatan sangat
penting untuk mempengaruhi ibu untuk melaksanakan perawatan nifas
setelah melahirkan. Jika ibu tidak didukung dan tidak diberi pengetahuan
tentang masa nifas, ibu akan cenderung tidak melakukan PNC setelah
persalinan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Pakistan yang menemukan bahwa adanya hubungan yang kuat antara ANC
dan PNC. Alasan meningkatnya pemanfaatan PNC adalah sesi konseling dan
pendidikan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama ANC. Oleh sebab
itu, dapat ditetapkan bahwa selama kunjungan ANC, penyedia pelayanan
kesehatan harus memulai konsultasi mengenai PNC juga (Sultana dan Shaikh,
2015).
84
Penelitian Akhenan dan Puspitasari (2011) juga menyatakan bahwa
ibu yang melaksanakan ANC lebih banyak melaksanakan PNC. Hal ini
dikarenakan ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara lengkap akan
mendapatkan penyuluhan dari bidan untuk melaksanakan PNC sehingga ibu
yang melakukan ANC akan lebih termotivasi untuk melaksanakan PNC
dibanding ibu yang tidak melakukan ANC (Akhenan dan Puspitasari, 2011).
J. Paparan Media dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan
Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)
Menurut Bovee (1997), media adalah alat yang berfungsi
menyampaikan pesan (Wiryanto, 2004). Pada penelitian ini, paparan media
dibagi menjadi 3 yaitu membaca majalah/surat kabar, mendengarkan radio,
dan menonton televisi. Setelah dilakukan uji statistik, diketahui bahwa
frekuensi paparan ketiga media tersebut tidak memiliki hubungan dengan
perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
N Regassa (2011) di Ethiophia yang menemukan bahwa frekuensi
mendengarkan radio memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan
PNC (N, 2011). Menonton televisi juga memiliki hubungan yang signifikan
dengan perilaku ibu tidak melakukan PNC.
Akses terhadap informasi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang (BKKBN, 2012). Jika seseorang tidak mendapatkan informasi
mengenai kesehatan, orang tersebut tidak akan tahu bagaimana cara menjaga
kesehatan diri dan keluarganya dan hal tersebut berpengaruh terhadap sikap
dan perilakunya dalam menjaga kesehatan.
85
Penyebab paparan media tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu
tidak melakukan asuhan masa nifas karena media di Indonesia masih kurang
mengekspos informasi mengenai asuhan masa nifas. Pada umumnya media di
Indonesia lebih banyak melakukan promosi tentang Keluarga Berencana atau
tentang inisiasi menyusui dini.
K. Otoritas Pengambilan Keputusan Terkait Perawatan Kesehatan dan
Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas
(Postnatal Care/PNC)
Otonomi adalah kemampuan untuk memperoleh informasi dan
membuat keputusan tentang suatu permasalahan (Acharya dkk, 2010).
Pengambilan keputusan dalam keluarga menjadi aspek penting bagi
kesejahteraan keluarga. Wanita yang ikut serta dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga akan mempengaruhi kehidupan (termasuk kesehatan ibu dan
anak) dan lingkungan mereka dan secara positif berkaitan dengan
pemberdayaan perempuan (BKKBN, 2012; Acharya dkk, 2010).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan otoritas
pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatan dalam keluarga dengan
perilaku ibu tidak melakukan PNC. Namun, otoritas pengambilan keputusan
yang dipegang oleh suami/orang lain cenderung mempengaruhi ibu untuk
tidak melakukan PNC. Diketahui bahwa 37,6% keputusan yang dipegang oleh
suami/orang lain tidak melakukan PNC.
Hal ini bisa disebabkan karena pada umumnya, budaya di Indonesia
menganut budaya patriarki, yaitu sistem pengelompokkan masyarakat sosial
yang mementingkan garis keturunan bapak/laki-laki. Patriarki juga dapat
86
didefinisikan sebagai keadaan di masyarakat yang menempatkan kedudukan
dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi (Aritonang, 2010).
Selain itu, dalam penelitian ini persentase wanita yang memiliki
pendidikan rendah lebih banyak dari wanita yang berpendidikan tinggi.
Sebanyak 50,4% wanita berpendidikan rendah (SD dan SMP) dan 46,6%
berpendidikan tinggi (SMA sederajat dan Perguruan Tinggi/Sekolah
Tinggi/Akademi).
Penelitian yang dilakukan di Nepal menunjukkan bahwa pendidikan
memiliki hubungan yang kuat dengan otoritas perempuan dalam pengambilan
keputusan terkait kesehatan. Pendidikan dapat menanamkan perasaan harga
diri dan kepercayaan diri dan itu sangat penting dalam mewujudkan perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan (Acharya, 2010). Regassa (2011) juga
mengatakan bahwa pendidikan dapat menambah otoritas wanita dan
membantu wanita untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kapabilitas
yang lebih baik untuk membuat keputusan terkait kesehatannya (Regassa,
2011). Oleh sebab itu, wanita yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
akan cenderung untuk menggunakan PNC.
Seharusnya, posisi wanita sebagai pengurus rumah tangga harus
memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan. Sebab, sebagai orang yang
bertugas mengurus dan merawat keluarga, wanita lebih mengetahui
bagaimana kondisi kesehatan keluarganya dan dia berhak menentukan apa
yang terbaik demi menjaga kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
87
Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi dkk
(2015) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga
dengan pelaksanaan PNC. Dukungan keluarga memiliki hubungan dengan
penggunaan PNC karena adanya kecenderungan keluarga untuk menyarankan
ibu nifas untuk memeriksakan kesehatannya.
88
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas pada ibu di Indonesia dengan menggunakan
data SDKI 2012 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Data mengenai perawatan nifas memiliki missing sebesar 38,8%.
2. Sebesar 61,2% ibu di Indonesia melakukan asuhan masa nifas.
3. Variabel yang termasuk ke dalam predisposing factor, diketahui
bahwa sebanyak 50,8% ibu memiliki pendidikan yang rendah, 54,3%
tidak bekerja, dan 78,2% melakukan konsultasi antenatal di Indonesia.
4. Variabel yang termasuk ke dalam enabling factor, sebesar 67,6% ibu
berpendapatan menengah ke bawah, 61,4% melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan, 85,8 menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan
bukan masalah, 51,5% tidak pernah membaca majalah/surat kabar,
92,9 pernah menonton televisi, 51,7% tidak pernah mendengarkan
radio, dan 67,1% pengambilan keputusan mengenai pemeriksaan
kesehatan dilakukan oleh orang lain.
5. Variabel yang termasuk ke dalam illness factor, sebesar 86,1% ibu
tidak ada mengalami komplikasi kehamilan pada kehamillan
terakhirnya.
6. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan, pekerjaan, indeks
kekayaan rumah tangga, tempat persalinan, komplikasi kehamilan
sebelumnya, jangkauan fasilitas kesehatan, konsultasi antenatal,
89
paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku
ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia.
B. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Melakukan promosi mengenai pentingnya melaksanakan
pemeriksaan postnatal (masa nifas) baik secara langsung (saat
pemeriksaan antenatal dan melahirkan) maupun secara tidak
langsung dengan menggunakan berbagai media terutama televisi
karena ibu cenderung lebih banyak menonton televisi
dibandingkan membaca majalah/surat kabar dan mendengarkan
radio. Selain itu, dengan memasang gambar atau ilustrasi mengenai
PNC di fasilitas kesehatan. Dengan begitu, semua orang bisa
melihat, membaca, dan memperhatikan pesan mengenai PNC yang
disampaikan melalui berbagai media yang kemudian nantinya
dapat diinformasikan kepada ibu atau calon ibu.
2. Bagi peneliti lain
a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
dengan lebih fokus kepada suatu wilayah yang lebih kecil
(provinsi/kabupaten) sehingga hasil penelitian yang didapatkan
bisa lebih mendalam karena setiap wilayah memiliki
karakteristik/budaya yang berbeda yang memungkinkan adanya
perbedaan faktor penyebab tidak melaksanakan PNC.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data primer agar peneliti dapat lebih
90
menguasai objek dan subjek penelitian dan mengetahui kondisi
lapangan sehingga mempermudah dalam menganalisis dan
membahas kondisi pelaksanaan PNC di suatu wilayah lebih tepat
dan mendalam serta dapat menghindari terjadinya missing data,
baik saat melakukan penelitian maupun saat entry data.
c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel
yang belum diteliti dalam penelitian ini karena keterbatasan data
yang terdapat dalam SDKI 2012.
3. Bagi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
a. Melengkapi kekurangan data mengenai asuhan masa nifas karena
banyak sekali data nifas yang tidak diisi oleh responden sehingga
sulit melihat besar cakupan perawatan nifas yang sebenarnya di
Indonesia. Hal itu juga akan mempersulit dalam menetapkan
kebijakan atau program untuk meningkatkan pelayanan nifas bagi
ibu di Indonesia.
4. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
a. Membuat program atau promosi mengenai pentingnya asuhan
masa nifas bagi ibu dan bayi kepada masyarakat dengan
melakukan kerja sama dengan pihak swasta atau organisasi
masyarakat.
91
DAFTAR PUSTAKA
Akhenan, Nur Fitria dan Nunik Puspitasari. 2012. Determinan pada Ibu Nifas
yang Berhubungan dengan Pelaksanaan PNC. Vol. 1, No. 1
Acharya, Dev R. Dkk. 2011. Women’s Autonomy in Household Decision Making :
A Demographic Study in Nepal. Rural and Remote Health. Vol. 7, No. 15
Akungan, Daniel, Diana Menya dan Mark Kabue. 2014. Determinant of Postnatal
Care Use in Kenya. African Population Studies. Vol. 28, No. 13
Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Jogjakarta : Nuha Medika
Aritonang, J. 2010. Hubungan Budaya Patriarki Terhadap Keputusan WUS
Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Lingkungan VI Simpang
Selayang Medan Tuntungan. Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Indonesia : Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta : BPS
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013. Pertanyaan Rumah Tangga dan Individu. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
92
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Indonesia : Laporan
Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals). Jakarta : BAPPENAS
Badriah, Fase. et,al. 2014. Sklilled Versus Unsklilled Assistance in Home
Delivery: Maternal Complications, Stillbirth and Neonatal Death in
Indonesia. Vol. 3, No. 5
Bagian Obstetri & Genekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman
Depkes RI. 2010. Pengertian dan Kegiatan Pelayanan Antenatal Care. Diakses
pada 30 September 2014 dari http://www.indonesian-
publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html
Dhaher, Enas. Dkk. 2008. Factors Associated with Lack of Postnatal Care Among
Palestinian Woman : A Cross-Sectional Study of Three Clinics in the West
Bank. BMC
Ejaz, Sana dan Khalil Ahmad. 2013. Postpartum Care Utilization among
Primigravida : A study in Rural Punjab, Pakistan. Research on
Humanities and Social Sciences. Vol. 3, No. 4
Fadel, Shaza A. Dkk. 2015. Facility Delivery, Postnatal Care and Neonatal
Deaths in India: Nationally-Representative Case-Control Studies.
Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta:
Rajawali Pers
93
Henderson, Christine dan Kathleen Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan.
Jakarta: ECG
Ivancic, Angela, Jasmina Mirceva dan Natalija Vrecer. 2008. Impact of Education
on Health (Youth, Women, People with Disabilities). Citizens and
Governance in the Knowledge-Based Society.10
Jayanti, Dwi, Ansariadi, Dian Sidik. 2015. Determinan Pemanfaatan Pelayanan
Pasca Persalinan (Post-Natal Care) Ibu Primipara di Kabupaten
Jeneponto. Skripsi. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial :
Pelayanan Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI
Kumar, dkk. 2014. A Population Based Study of Neonatal Mortality and Maternal
Care Utilization in the Indian State of Bihar. India : BMC
Ladewig, Patricia W. Dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir.
Jakarta : EGC
Llewellyn, Derek dan Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates
Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit
pada Neonatus. Jakarta : Trans Info Media
94
Regassa, Nigatu. 2011. Antenatal and Postnatal Care Service Utilization in
Southern Ethiopia : A Population-Based Study. Ethiophia : African Health
Sciences, Vol. 11, No. 3
Sinaga, Taruli Rohana. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan
Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun
2009.
Sines, Erin. Dkk. 2007. Postnatal Care : A Critical Opportunity to Save Mothers
and Newborns. Save the Children.
Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir
(Maternal Newborn Nursing). Jakarta : EGC
Sultana, Nighat dan Babar Tasneem Shaikh. 2015. Low Utilization of Postnatal
Care : Searching the Window of Opporttunity to Mothers and Newborns
Lives in Islamabad Capital Territory, Pakistan. BMC. Vol. 8, No. 645
Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana
Titaley, Christina R. dkk. 2010. Why don’t Some Women Attend Antenatal and
Postnatal Care Services? A Qualitative Study of Community Members
Perspectives in Garut, Sukabumi and Ciamis Districts of West Java
Province, Indonesia. BMC Pregnancy & Childbirth, 10:61
Tsawe, Mluleki. Dkk. 2015. Factors Influencing the Use of Maternal Healthcare
Services and Childhood Immunization in Swaziland. The International
Journal for Equity in Health. Vol. 14, No. 32
95
United Nation. 2015. Sustainable Development Goals : 17 Goals to Transform
Our World. http://www.un.org/sustainabledevelopment/health/. Diakses
pada 24 Juni 2016
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo
Workineh, Yinager Gebeyehu dan Desta Aregawi Hailu. 2014. Factors Affecting
Utilization of Postnatal Care Service in Jabitena District, Amhara Region,
Ethiophia. Science Journal of Public Health. 2(3):169-176
World Health Organization. 2015. Maternal, Newborn, Child and Adolescent
Health.
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/newborn/postnatal_c
are/en/. Diakses pada 11 November 2015
96
LAMPIRAN 1
OUTPUT POSTNATAL CARE
1. Nifas
Melakukanperawatannifas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak melakukan 118 3.4 5.3 5.3
Melakukan 2104 61.2 94.7 100.0
Total 2222 64.6 100.0
Missing System 1217 35.4
Total 3439 100.0
97
Time after delivery postnatal check took place
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Immediately/in first hour 293 8.5 13.2 13.2
Hours: 1 487 14.2 21.9 35.1
102 203 5.9 9.1 44.2
103 107 3.1 4.8 49.1
104 53 1.5 2.4 51.4
105 44 1.3 2.0 53.4
106 46 1.3 2.1 55.5
107 19 .6 .9 56.3
108 20 .6 .9 57.2
109 4 .1 .2 57.4
110 11 .3 .5 57.9
111 4 .1 .2 58.1
112 11 .3 .5 58.6
113 2 .1 .1 58.7
114 3 .1 .1 58.8
115 3 .1 .1 59.0
116 1 .0 .0 59.0
117 2 .1 .1 59.1
120 2 .1 .1 59.2
Days: 1 227 6.6 10.2 69.4
202 67 1.9 3.0 72.4
203 71 2.1 3.2 75.6
204 19 .6 .9 76.5
205 18 .5 .8 77.3
206 11 .3 .5 77.8
207 18 .5 .8 78.6
208 3 .1 .1 78.7
210 4 .1 .2 78.9
212 1 .0 .0 78.9
98
214 1 .0 .0 79.0
217 2 .1 .1 79.1
219 1 .0 .0 79.1
220 1 .0 .0 79.2
230 3 .1 .1 79.3
236 1 .0 .0 79.3
240 6 .2 .3 79.6
Weeks: 1 132 3.8 5.9 85.6
302 75 2.2 3.4 88.9
303 27 .8 1.2 90.1
304 85 2.5 3.8 94.0
305 9 .3 .4 94.4
306 7 .2 .3 94.7
307 6 .2 .3 95.0
308 34 1.0 1.5 96.5
309 2 .1 .1 96.6
310 1 .0 .0 96.6
312 3 .1 .1 96.8
318 1 .0 .0 96.8
324 1 .0 .0 96.8
330 1 .0 .0 96.9
360 1 .0 .0 96.9
Don't know 68 2.0 3.1 100.0
Total 2222 64.6 100.0
Missing 999 1 .0
System 1216 35.4
Total 1217 35.4
Total 3439 100.0
99
2. Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 1748 50.8 52.6 52.6
tinggi 1574 45.8 47.4 100.0
Total 3322 96.6 100.0
Missing System 117 3.4
Total 3439 100.0
Highest educational level
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Primary 942 27.4 28.4 28.4
Junior high 806 23.4 24.3 52.6
Senior high 1071 31.1 32.2 84.9
Academy 184 5.4 5.5 90.4
University 319 9.3 9.6 100.0
Total 3322 96.6 100.0
Missing System 117 3.4
Total 3439 100.0
3. Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak bekerja 1868 54.3 54.5 54.5
bekerja 1561 45.4 45.5 100.0
Total 3429 99.7 100.0
Missing System 10 .3
Total 3439 100.0
100
Respondent's occupation
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Not working 1868 54.3 54.5 54.5
Professional, technical 270 7.9 7.9 62.3
Managers and administration 14 .4 .4 62.7
Clerical 126 3.7 3.7 66.4
Sales 411 12.0 12.0 78.4
Service 108 3.1 3.1 81.5
Agricultural worker 331 9.6 9.7 91.2
Industrial worker 263 7.6 7.7 98.9
Other 38 1.1 1.1 100.0
Don't Know 1 .0 .0 100.0
Total 3430 99.7 100.0
Missing 999 9 .3
Total 3439 100.0
4. Indeks kekayaan
Indekskekayaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid menengah ke bawah 2326 67.6 67.6 67.6
Kaya 1113 32.4 32.4 100.0
Total 3439 100.0 100.0
101
Wealth index
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Poorest 964 28.0 28.0 28.0
Poorer 737 21.4 21.4 49.5
Middle 625 18.2 18.2 67.6
Richer 606 17.6 17.6 85.3
Richest 507 14.7 14.7 100.0
Total 3439 100.0 100.0
5. Tempat persalinan
Tempatmelahirkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid non faskes 1318 38.3 38.4 38.4
faskes 2112 61.4 61.6 100.0
Total 3430 99.7 100.0
Missing System 9 .3
Total 3439 100.0
102
Place of delivery
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Respondent's home 1197 34.8 34.8 34.8
Other home 121 3.5 3.5 38.3
Hospital/clinic 533 15.5 15.5 53.8
Health center 256 7.4 7.4 61.3
Village health post 13 .4 .4 61.7
Delivery post 45 1.3 1.3 63.0
Hospital 235 6.8 6.8 69.8
Maternity hospital 134 3.9 3.9 73.7
Maternity home 38 1.1 1.1 74.8
Clinic 109 3.2 3.2 78.0
General practitioner 4 .1 .1 78.1
Obstetrician 30 .9 .9 79.0
Midwife 572 16.6 16.6 95.6
Nurse 2 .1 .1 95.7
village midwife 134 3.9 3.9 99.6
Other private sector 7 .2 .2 99.8
Other 8 .2 .2 100.0
Total 3438 100.0 100.0
Missing 99 1 .0
Total 3439 100.0
103
6. Komplikasi kehamilan
Ever had complications during pregnancy
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid No 2961 86.1 86.8 86.8
Yes 451 13.1 13.2 100.0
Total 3412 99.2 100.0
Missing 9 3 .1
System 24 .7
Total 27 .8
Total 3439 100.0
104
7. Jangkauan fasilitas kesehatan
Getting medical help for self: distance to health facility
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Big problem 477 13.9 13.9 13.9
Not a big problem 2951 85.8 86.1 100.0
Total 3428 99.7 100.0
Missing 9 11 .3
Total 3439 100.0
8. Konsultasi antenatal
Antenatal care: Consultation
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid No 559 16.3 17.2 17.2
Yes 2688 78.2 82.8 100.0
Total 3247 94.4 100.0
Missing 9 10 .3
System 182 5.3
Total 192 5.6
Total 3439 100.0
105
9. Membaca majalah/surat kabar
Membaca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 1771 51.5 51.6 51.6
pernah 1664 48.4 48.4 100.0
Total 3435 99.9 100.0
Missing System 4 .1
Total 3439 100.0
Frequency of reading newspaper or magazine
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Not at all 1771 51.5 51.6 51.6
Less than once a week 1245 36.2 36.2 87.8
At least once a week 419 12.2 12.2 100.0
Total 3435 99.9 100.0
Missing 9 4 .1
Total 3439 100.0
10. Mendengarkan radio
Mendengarkanradio
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 1779 51.7 51.8 51.8
pernah 1658 48.2 48.2 100.0
Total 3437 99.9 100.0
Missing System 2 .1
Total 3439 100.0
106
Frequency of listening to radio
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Not at all 1779 51.7 51.8 51.8
Less than once a week 1153 33.5 33.5 85.3
At least once a week 505 14.7 14.7 100.0
Total 3437 99.9 100.0
Missing 9 2 .1
Total 3439 100.0
11. Menonton tv
Menontontv
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak pernah 241 7.0 7.0 7.0
Pernah 3196 92.9 93.0 100.0
Total 3437 99.9 100.0
Missing System 2 .1
Total 3439 100.0
107
Frequency of watching television
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Not at all 241 7.0 7.0 7.0
Less than once a week 420 12.2 12.2 19.2
At least once a week 2776 80.7 80.8 100.0
Total 3437 99.9 100.0
Missing 9 2 .1
Total 3439 100.0
12. Otoritas pengambilan keputusan
Otoritas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid orang lain 2307 67.1 68.4 68.4
ibu pribadi 1068 31.1 31.6 100.0
Total 3375 98.1 100.0
Missing System 64 1.9
Total 3439 100.0
108
Person who usually decides on respondent's health care
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Respondent alone 1068 31.1 31.6 31.6
Respondent and
husband/partner 1759 51.1 52.1 83.8
Husband/partner alone 534 15.5 15.8 99.6
Someone else 8 .2 .2 99.8
Other 6 .2 .2 100.0
Total 3375 98.1 100.0
Missing 9 3 .1
System 61 1.8
Total 64 1.9
Total 3439 100.0
109
OUTPUT BIVARIAT
1. Hubungan pendidikan dengan perilaku ibu tidak melakukan asihan
masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
pendidikan rendah Count 60 1012 1072
% within pendidikan 5.6% 94.4% 100.0%
tinggi Count 53 1059 1112
% within pendidikan 4.8% 95.2% 100.0%
Total Count 113 2071 2184
% within pendidikan 5.2% 94.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .768a 1 .381
Continuity Correctionb .608 1 .436
Likelihood Ratio .768 1 .381
Fisher's Exact Test .386 .218
Linear-by-Linear Association .768 1 .381
N of Valid Casesb 2184
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,47.
b. Computed only for a 2x2 table
110
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pendidikan
(rendah / tinggi) 1.185 .811 1.731
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.174 .819 1.683
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.991 .972 1.011
N of Valid Cases 2184
111
2. Hubungan pekerjaan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa
nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
pekerjaan tidak bekerja Count 64 1107 1171
% within pekerjaan 5.5% 94.5% 100.0%
Bekerja Count 53 992 1045
% within pekerjaan 5.1% 94.9% 100.0%
Total Count 117 2099 2216
% within pekerjaan 5.3% 94.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .171a 1 .679
Continuity Correctionb .101 1 .750
Likelihood Ratio .171 1 .679
Fisher's Exact Test .704 .376
Linear-by-Linear Association .171 1 .679
N of Valid Casesb 2216
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,17.
b. Computed only for a 2x2 table
112
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pekerjaan
(tidak bekerja / bekerja) 1.082 .744 1.573
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.078 .756 1.536
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.996 .976 1.016
N of Valid Cases 2216
3. Hubungan indeks kakayaan dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
indekskekayaan menengah ke bawah Count 81 1323 1404
% within indekskekayaan 5.8% 94.2% 100.0%
Kaya Count 37 781 818
% within indekskekayaan 4.5% 95.5% 100.0%
Total Count 118 2104 2222
% within indekskekayaan 5.3% 94.7% 100.0%
113
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.596a 1 .207
Continuity Correctionb 1.358 1 .244
Likelihood Ratio 1.631 1 .202
Fisher's Exact Test .239 .121
Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207
N of Valid Casesb 2222
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 43,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
indekskekayaan (menengah
ke bawah / kaya)
1.292 .867 1.926
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.275 .873 1.864
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.987 .968 1.007
N of Valid Cases 2222
114
4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
tempatmelahirkan non faskes Count 47 667 714
% within tempatmelahirkan 6.6% 93.4% 100.0%
Faskes Count 71 1433 1504
% within tempatmelahirkan 4.7% 95.3% 100.0%
Total Count 118 2100 2218
% within tempatmelahirkan 5.3% 94.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 3.332a 1 .068
Continuity Correctionb 2.973 1 .085
Likelihood Ratio 3.221 1 .073
Fisher's Exact Test .085 .044
Linear-by-Linear Association 3.331 1 .068
N of Valid Casesb 2218
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,99.
b. Computed only for a 2x2 table
115
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
tempatmelahirkan (non
faskes / faskes)
1.422 .973 2.079
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.394 .975 1.994
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.980 .959 1.003
N of Valid Cases 2218
5. Hubungan komplikasi kehamilan dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
Ever had complications
during pregnancy
No Count 100 1815 1915
% within Ever had
complications during
pregnancy
5.2% 94.8% 100.0%
Yes Count 18 289 307
% within Ever had
complications during
pregnancy
5.9% 94.1% 100.0%
Total Count 118 2104 2222
% within Ever had
complications during
pregnancy
5.3% 94.7% 100.0%
116
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .216a 1 .642
Continuity Correctionb .108 1 .743
Likelihood Ratio .211 1 .646
Fisher's Exact Test .680 .362
Linear-by-Linear Association .216 1 .642
N of Valid Casesb 2222
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Ever had
complications during
pregnancy (No / Yes)
.885 .528 1.483
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
.891 .547 1.450
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
1.007 .977 1.037
N of Valid Cases 2222
117
6. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
Antenatal care: Consultation No Count 19 272 291
% within Antenatal care:
Consultation 6.5% 93.5% 100.0%
Yes Count 93 1790 1883
% within Antenatal care:
Consultation 4.9% 95.1% 100.0%
Total Count 112 2062 2174
% within Antenatal care:
Consultation 5.2% 94.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.305a 1 .253
Continuity Correctionb .999 1 .317
Likelihood Ratio 1.223 1 .269
Fisher's Exact Test .254 .158
Linear-by-Linear Association 1.304 1 .254
N of Valid Casesb 2174
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,99.
b. Computed only for a 2x2 table
118
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Antenatal
care: Consultation (No / Yes) 1.344 .808 2.238
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.322 .820 2.132
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.983 .952 1.015
N of Valid Cases 2174
7. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
Getting medical help for self:
distance to health facility
Big problem Count 15 226 241
% within Getting medical help
for self: distance to health
facility
6.2% 93.8% 100.0%
Not a big problem Count 103 1869 1972
% within Getting medical help
for self: distance to health
facility
5.2% 94.8% 100.0%
Total Count 118 2095 2213
% within Getting medical help
for self: distance to health
facility
5.3% 94.7% 100.0%
119
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .426a 1 .514
Continuity Correctionb .251 1 .616
Likelihood Ratio .408 1 .523
Fisher's Exact Test .542 .299
Linear-by-Linear Association .426 1 .514
N of Valid Casesb 2213
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Getting
medical help for self:
distance to health facility (Big
problem / Not a big problem)
1.204 .689 2.106
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.192 .705 2.014
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.989 .956 1.024
N of Valid Cases 2213
120
8. Hubungan membaca majalah/surat kabar dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
membaca tidak pernah Count 62 976 1038
% within membaca 6.0% 94.0% 100.0%
Pernah Count 56 1125 1181
% within membaca 4.7% 95.3% 100.0%
Total Count 118 2101 2219
% within membaca 5.3% 94.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.663a 1 .197
Continuity Correctionb 1.428 1 .232
Likelihood Ratio 1.659 1 .198
Fisher's Exact Test .218 .116
Linear-by-Linear Association 1.663 1 .197
N of Valid Casesb 2219
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,20.
b. Computed only for a 2x2 table
121
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for membaca
(tidak pernah / pernah) 1.276 .880 1.850
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.260 .886 1.790
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.987 .968 1.007
N of Valid Cases 2219
9. Hubungan mendengarkan radio dengan perilaku tidak melakukan
asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
mendengarkanradio tidak pernah Count 56 990 1046
% within mendengarkanradio 5.4% 94.6% 100.0%
pernah Count 62 1113 1175
% within mendengarkanradio 5.3% 94.7% 100.0%
Total Count 118 2103 2221
% within mendengarkanradio 5.3% 94.7% 100.0%
122
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .007a 1 .936
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .007 1 .936
Fisher's Exact Test 1.000 .505
Linear-by-Linear Association .007 1 .936
N of Valid Casesb 2221
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,57.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
mendengarkanradio (tidak
pernah / pernah)
1.015 .700 1.472
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.015 .714 1.442
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.999 .980 1.019
N of Valid Cases 2221
123
11. Hubungan menonton televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan
masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
menontontv tidak pernah Count 6 96 102
% within menontontv 5.9% 94.1% 100.0%
Pernah Count 112 2007 2119
% within menontontv 5.3% 94.7% 100.0%
Total Count 118 2103 2221
% within menontontv 5.3% 94.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .069a 1 .793
Continuity Correctionb .001 1 .971
Likelihood Ratio .067 1 .796
Fisher's Exact Test .819 .461
Linear-by-Linear Association .069 1 .793
N of Valid Casesb 2221
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.
b. Computed only for a 2x2 table
124
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for menontontv
(tidak pernah / pernah) 1.120 .480 2.611
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
1.113 .502 2.469
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
.994 .946 1.044
N of Valid Cases 2221
12. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku tidak
melakukan asuhan masa nifas
Crosstab
melakukanperawatannifas
Total tidak melakukan melakukan
otoritas orang lain Count 78 1431 1509
% within otoritas 5.2% 94.8% 100.0%
ibu pribadi Count 37 640 677
% within otoritas 5.5% 94.5% 100.0%
Total Count 115 2071 2186
% within otoritas 5.3% 94.7% 100.0%
125
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .082a 1 .774
Continuity Correctionb .034 1 .855
Likelihood Ratio .082 1 .775
Fisher's Exact Test .757 .423
Linear-by-Linear Association .082 1 .774
N of Valid Casesb 2186
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,62.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for otoritas
(orang lain / ibu pribadi) .943 .631 1.410
For cohort
melakukanperawatannifas =
tidak melakukan
.946 .646 1.384
For cohort
melakukanperawatannifas =
melakukan
1.003 .982 1.025
N of Valid Cases 2186
126
LAMPIRAN 2
NO.
PERTANYAAN DAN SARINGAN
ANAK TERAKHIR
NAMA
SEBELUM ANAK TERAKHIR
NAMA
443
Berapa jam, hari, atau minggu sesudah
(NAMA) lahir, pemeriksaan kesehatan (NAMA)
dilakukan?
JIKA KURANG DARI SEHARI, CATAT DALAM JAM.
JIKA KURANG DARI SEMINGGU,
CATAT DALAM HARI.
SESUDAH DILAHIRKAN
JAM . . . . . . . . . . . 1
HARI . . . . . . . . . . . 2
MINGGU . . . . . . . . . 3
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . 998
444 Siapa yang memeriksa (NAMA) saat itu?
CATAT ORANG DENGAN KUALIFIKASI
TERBAIK.
PETUGAS KESEHATAN
DOKTER UMUM . . . . . . . . . 11
DOKTER KANDUNGAN . . . . . 12
DOKTER ANAK . . . . . . . . . . . . . . 13
PERAWAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
BIDAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 16
ORANG LAIN
DUKUN BAYI/PARAJI . . . . . . . 21
LAINNYA 96
(TULISKAN)
445 Di mana tempat pemeriksaan (NAMA)?
JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH
RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA
OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,
TULISKAN NAMANYA.
(NAMA TEMPAT)
RUMAH RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11
RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . 12
PEMERINTAH
RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21
PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22
POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23
POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
LAINNYA 26
(TULISKAN)
SWASTA RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31
RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32
RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33
KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35
DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36
DOKTER ANAK PRAKTEK . . . . . 37
BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 38
PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 39
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 40
LAINNYA 41
(TULISKAN)
446 Dalam waktu dua bulan setelah kelahiran
(NAMA), apakah Ibu/Saudari mendapat
vitamin A seperti ini?
TUNJUKKAN KAPSUL WARNA MERAH
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
447 Apakah Ibu/Saudari sudah mendapatkan haid
lagi setelah melahirkan (NAMA)? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
(TERUS KE 449)
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
(TERUS KE 450)
127
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
101 CATAT WAKTU JAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
MENIT . . . . . . . . . . . . . . . . .
102 Pada bulan apa dan tahun berapa Ibu/Saudari dilahirkan?
BULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TIDAK TAHU BULAN . . . . . . . . . . . . . . 98
TAHUN . . . . . . . . .
TIDAK TAHU TAHUN . . . . . . . . . . . . 9998
103 Berapa umur Ibu/Saudari pada ulang tahun terakhir?
BANDINGKAN DAN PERBAIKI 102 DAN ATAU 103 JIKA TIDAK
SESUAI. JIKA UMUR KURANG DARI 15 TAHUN ATAU LEBIH
DARI 49 TAHUN WAWANCARA SELESAI. PERBAIKI DAFTAR
SDKI12-RT BLOK III KOLOM (7).
UMUR DALAM TAHUN . . .
104 Apakah Ibu/Saudari pernah/sedang sekolah? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
108
105 Apakah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang
Ibu/Saudari duduki: sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, akademi, atau universitas?
SD/MI/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . . . 1
SMP/MTs/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . 2
SMA/SMK/MA/SEDERAJAT . . . . . . 3
AKADEMI/DI/DII/DIII . . . . . . . . . . . . . . 4
DIPLOMA IV/UNIV . . . . . . . . . . . . . . . . 5
106 Apakah kelas/tingkat tertinggi yang Ibu/Saudari selesaikan pada
jenjang tersebut?
TAHUN PERTAMA = 0 TAMAT = 7
TIDAK TAHU/TT = 8
KELAS/TINGKAT . . . . . . . . . . . . . . . .
107 LIHAT 105:
KODE '1' KODE '2','3','4', ATAU '5'
DILINGKARI DILINGKARI
110
128
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
810 Dalam 12 bulan terakhir, apakah Ibu/Saudari pernah bekerja? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
815
811 Apakah jenis pekerjaan utama Ibu/Saudari?
(TULIS SELENGKAP MUNGKIN, JANGAN MELINGKARI KODE
JAWABAN DAN JANGAN MENGISI KOTAK)
(DIISI DI
BPS)
PROFESIONAL, TEKNISI . . . . . . . . . . 01
KEPEMIMPINAN DAN
KETATALAKSANAAN . . . . . . . . . . . . 02
PEJABAT PELAKSANA
DAN TATA USAHA . . . . . . . . . . . . 03
TENAGA USAHA PENJUALAN . . . . . . 04
TENAGA USAHA JASA . . . . . . . . . . . . 05
TENAGA USAHA PERTANIAN . . . . . . 06
TENAGA PRODUKSI . . . . . . . . . . . . . . 07
LAINNYA 96
(TULISKAN)
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
812 Apakah Ibu/Saudari bekerja untuk anggota keluarga, orang lain
atau mempunyai usaha sendiri? PEKERJA KELUARGA . . . . . . . . . . . . 1
BURUH/KARYAWAN . . . . . . . . . . . . . . 2
BERUSAHA/MEMPUNYAI USAHA . . . . 3
813 Apakah Ibu/Saudari bekerja sepanjang tahun, musiman, atau
sesekali saja? SEPANJANG TAHUN . . . . . . . . . . . . . . 1
MUSIMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
SESEKALI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
814 Apakah Ibu/Saudari dibayar dengan uang atau barang atau tidak
dibayar sama sekali untuk pekerjaan tersebut? UANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
UANG DAN BARANG . . . . . . . . . . . . . . 2
BARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
TIDAK DIBAYAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
815
LIHAT 601, 602, DAN 603:
KAWIN/ TIDAK KAWIN/
HIDUP BERSAMA TIDAK HIDUP BERSAMA
823
816
LIHAT 814:
KODE '1' ATAU '2' KODE '3' ATAU '4'
DILINGKARI DILINGKARI
819
817
Siapa yang biasanya menentukan penggunaan uang yang Ibu
peroleh: Ibu sendiri, suami/pasangan Ibu, atau Ibu dengan
suami/pasangan Ibu?
RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2
RESPONDEN DENGAN
SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3
LAINNYA 6
(TULISKAN)
818
Dapatkah Ibu mengatakan bahwa penghasilan yang Ibu peroleh
lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan penghasilan yang
diperoleh suami/pasangan Ibu?
LEBIH BESAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
LEBIH KECIL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
SAMA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
SUAMI/PASANGAN TIDAK PUNYA
PENGHASILAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
820
129
819
Siapa yang biasanya menentukan penggunaan penghasilan
yang diperoleh suami/pasangan Ibu: Ibu sendiri,
suami/pasangan Ibu, atau Ibu dengan suami/pasangan Ibu?
RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2
RESPONDEN DENGAN
SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3
SUAMI/PASANGAN TIDAK PUNYA
PENGHASILAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
LAINNYA 6
(TULISKAN)
130
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
114A Berapa luas lantai rumah ini?
BULATKAN DALAM METER PERSEGI (M
2).
JIKA ≥ 995 TULIS '995'.
LUAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 998
114B Berapa banyak kamar dalam rumah ini yang digunakan
untuk tidur?
KAMAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
115 BAHAN BANGUNAN UTAMA ATAP RUMAH
(CATAT BERDASARKAN PENGAMATAN)
ATAP ALAMI
JERAMI/IJUK/DAUN-DAUNAN . . . . . . . . . . 11
ATAP BAHAN
KAYU/SIRAP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
ATAP JADI
SENG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
ASBES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
GENTENG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
BETON . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
GENTENG METAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
LAINNYA 96
(TULISKAN)
116
BAHAN BANGUNAN UTAMA DINDING RUMAH
(CATAT BERDASARKAN PENGAMATAN)
DINDING ALAMI
BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BATANG KAYU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
DINDING JADI
ANYAMAN BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . 31
KAYU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
TEMBOK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
LAINNYA 96
(TULISKAN)
118 Apakah rumah tangga ini mempunyai:
- Sepeda?
- Sepeda motor?
- Sampan?
- Perahu motor tempel?
- Delman (Sado, Cidomo, Dokar, Andong, Bendi)?
- Mobil atau truk?
- Kapal?
YA TIDAK
SEPEDA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
SEPEDA MOTOR . . . . . . . . . . . 1 2
SAMPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
PERAHU MOTOR TEMPEL . . . . . 1 2
DELMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
MOBIL/TRUK . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
KAPAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
119 Apakah ada anggota rumah tangga yang memiliki lahan
pertanian? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
121
120
Berapa hektar luas lahan pertanian yang dimiliki oleh anggota
rumah tangga ini?
JIKA 95 ATAU LEBIH, LINGKARI '950'.
HEKTAR . . . . . . . . . . . ,
95 HEKTAR ATAU LEBIH . . . . . . . . . . 950
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 998
121
Apakah rumah tangga ini memiliki ternak, unggas, atau
binatang pertanian lain?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
123
131
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
122
Berapa banyak binatang yang dimiliki rumah tangga ini?
- Lembu/sapi potong?
- Sapi perah/Kerbau?
- Kuda/keledai?
- Kambing/domba?
- Babi?
- Ayam/burung/unggas?
JIKA TIDAK ADA, TULIS '00'
JIKA LEBIH DARI 95 EKOR, TULIS '95'
JIKA TIDAK TAHU, TULIS '98'
LEMBU/SAPI POTONG . . . . . . . . . .
SAPI PERAH/KERBAU . . . . . . . . . .
KUDA/KELEDAI . . . . . . . . . . . . . . . .
KAMBING/DOMBA . . . . . . . . . . . . . .
BABI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
UNGGAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
123
Apakah ada anggota rumah tangga yang memiliki rekening
bank?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
137
Mohon tunjukkan di mana anggota rumah tangga Anda
paling sering mencuci tangan mereka.
PENCACAH MELAKUKAN PENGAMATAN
DAPAT DIAMATI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK DAPAT DIAMATI
DI LUAR RUMAH/HALAMAN . . . . . . . . 2
TIDAK DIIZINKAN UNTUK MELIHAT . . . . . 3
ALASAN LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
STOP
138
PENGAMATAN SAJA:
AMATI KETERSEDIAAN AIR PADA TEMPAT UNTUK
MENCUCI TANGAN
AIR TERSEDIA . . . . . . . . . . . . . . . . 1
AIR TIDAK TERSEDIA . . . . . . . . . . . . . . 2
139
PENGAMATAN SAJA:
AMATI KETERSEDIAAN SABUN, DETERJEN, ATAU
CAIRAN PEMBERSIH LAIN
SABUN ATAU DETERJEN
(PADAT, CAIR, BUBUK, PASTA) . . . . . A
ABU, LUMPUR, PASIR . . . . . . . . . . . . . . B
TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C
132
434 Di mana Ibu/Saudari melahirkan (NAMA)?
JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH
RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA
OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,
TULISKAN NAMANYA.
(NAMA TEMPAT)
RUMAH
RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11
(TERUS KE 438)
RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . 12
PEMERINTAH
RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21
PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22
POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23
POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
LAINNYA 26
(TULISKAN)
SWASTA
RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31
RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32
RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33
KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35
DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36
BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 37
PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 38
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 39
LAINNYA 40
(TULISKAN)
LAINNYA 96
(TULISKAN)
(TERUS KE 438)
RUMAH
RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11
(TERUS KE 448)
RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . 12
PEMERINTAH
RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21
PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22
POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23
POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
LAINNYA 26
(TULISKAN)
SWASTA
RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31
RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32
RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33
KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35
DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36
BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 37
PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 38
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 39
LAINNYA 40
(TULISKAN)
LAINNYA 96
(TULISKAN)
(TERUS KE 438)
133
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
1001 Sekarang saya akan menanyakan beberapa pertanyaan lain yang
berhubungan dengan masalah kesehatan. Apakah Ibu/Saudari
pernah mendapat suntikan dengan alasan apapun dalam 12 bulan
terakhir?
JIKA YA: Berapa banyak suntikan?
JIKA JUMLAH SUNTIKAN 90 ATAU LEBIH, ATAU SETIAP
HARI SELAMA 3 BULAN ATAU LEBIH, TULISKAN '90'.
JIKA JAWABAN BUKAN ANGKA,
PROBING UNTUK MENDAPATKAN PERKIRAAN.
JUMLAH SUNTIKAN . . . . . . .
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 00
1004
1002 Diantara suntikan tersebut, berapa banyak yang dilakukan oleh
dokter, perawat, apoteker, dokter gigi, atau petugas kesehatan
lainnya?
JIKA JUMLAH SUNTIKAN 90 ATAU LEBIH, ATAU SETIAP
HARI SELAMA 3 BULAN ATAU LEBIH, TULISKAN '90'.
JIKA JAWABAN BUKAN ANGKA,
PROBING UNTUK MENDAPATKAN PERKIRAAN.
JUMLAH SUNTIKAN . . . . . . .
TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 00
1004
1003 Terakhir kali Ibu/Saudari mendapat suntikan dari petugas
kesehatan, apakah dia mengambil jarum suntik yang baru dari
paket yang belum dibuka?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
1004 Apakah saat ini Ibu/Saudari merokok ? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1006
1005 Dalam 24 jam terakhir, berapa batang rokok yang Ibu/Saudari
hisap?
BATANG ROKOK . . . . . . . . .
1006 Apakah Ibu/Saudari saat ini mengkonsumsi tembakau dengan cara
lain? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1008
1007 Bagaimana cara Ibu/Saudari mengkonsumsi tembakau?
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP
KODE JAWABAN YANG SESUAI.
PIPA CANGKLONG . . . . . . . . . . . . . . . . A
TEMBAKAU KUNYAH . . . . . . . . . . . . . . B
TEMBAKAU HIRUP . . . . . . . . . . . . . . . . C
LAINNYA X
(TULISKAN)
1008 Beberapa faktor yang berbeda dapat menghalangi wanita untuk
mendapatkan perawatan kesehatan atau pengobatan. Ketika
Ibu/Saudari sakit dan ingin mendapatkan perawatan kesehatan atau
pengobatan, apakah hal-hal berikut ini merupakan masalah atau
tidak?
- Mendapatkan izin untuk pergi ke dokter?
- Mendapatkan uang untuk perawatan atau pengobatan?
- Jarak ke tempat fasilitas kesehatan?
- Tidak mau pergi sendiri?
BUKAN
MASA- MASA-
LAH LAH
IZIN PERGI . . . . . . . . . . . . 1 2
UANG . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
JARAK . . . . . . . . . . . . . . 1 2
PERGI SENDIRI . . . . . . . 1 2
1009 Apakah Ibu/Saudari mempunyai asuransi kesehatan? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1101
134
NO.
PERTANYAAN DAN SARINGAN
ANAK TERAKHIR
NAMA
SEBELUM ANAK TERAKHIR
NAMA
412A LIHAT 412:
JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN:
LEBIH DARI SATU KALI
SATU KALI
(TERUS KE 413)
412B
Ibu/Saudari mengatakan memeriksakan
kehamilan (NAMA) kali. Berapa kali
Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan:
a. Dalam 3 bulan pertama?
b. Antara 4 - 6 bulan?
c. Antara 7 bulan sampai melahirkan?
JUMLAH DI a, b, DAN c HARUS SAMA
DENGAN JAWABAN DI 412.
JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN
3 BULAN PERTAMA . . . . .
ANTARA 4 - 6 BULAN . . .
ANTARA 7 BULAN SAMPAI MELAHIRKAN . .
412C
Berapa bulan umur kandungan ketika
Ibu/Saudari terakhir kali memeriksakan
kehamilan (NAMA)?
BULAN . . . . . . . . . . . . . . . .
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
413 Pada saat pemeriksaan kehamilan (NAMA)
apakah Ibu/Saudari:
- Ditimbang berat badannya?
- Diukur tinggi badannya?
- Diukur tekanan darahnya?
- Diperiksa air seninya?
- Diperiksa darahnya?
- Diperiksa (diraba) perutnya?
- Konsultasi?
YA TIDAK
BERAT BADAN . . . . . . . 1 2
TINGGI BADAN . . . . . . . 1 2
TEKANAN DARAH . . . . . 1 2
AIR SENI . . . . . . . . . . . . . . 1 2
DARAH . . . . . . . . . . . . . . 1 2
PERUT . . . . . . . . . . . . . . 1 2
KONSULTASI . . . . . . . . . 1 2
414
Selama Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan,
apakah Ibu/Saudari diberitahu tanda-tanda
bahaya (komplikasi) dalam kehamilan?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
(TERUS KE 414B)
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
414A Apakah Ibu/Saudari diberitahu ke mana harus
pergi untuk mendapat pertolongan jika
mengalami bahaya (komplikasi) kehamilan?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
414B Selama kehamilan (NAMA), apakah
Ibu/Saudari membicarakan dengan seseorang
mengenai:
- Di mana Ibu/Saudari akan melahirkan/bersalin?
- Angkutan/transportasi ke tempat bersalin?
- Siapa yang akan menolong persalinan?
- Biaya persalinan?
- Donor darah jika diperlukan?
YA TIDAK
TEMPAT MELAHIRKAN . . 1 2
TRANSPORTASI . . . . . . . 1 2
PENOLONG PERSALINAN 1 2
BIAYA . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2
DONOR DARAH . . . . . . . 1 2
414C Apakah Ibu/Saudari mengalami tanda-tanda
bahaya (komplikasi) selama kehamilan
(NAMA)?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
(TERUS KE 415)
135
NO.
PERTANYAAN DAN SARINGAN
ANAK TERAKHIR
NAMA
SEBELUM ANAK TERAKHIR
NAMA
408 Pada saat Ibu/Saudari mengandung (NAMA)
apakah Ibu/Saudari memeriksakan
kehamilan?
YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . 2
(TERUS KE 414B)
409 Siapa yang memeriksa kandungan
Ibu/Saudari?
Ada lagi?
TANYAKAN SIAPA SAJA YANG
MEMERIKSA KEHAMILAN.
JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN
LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG
DISEBUT.
PETUGAS KESEHATAN
DOKTER UMUM . . . . . . . . . . . . . . A
DOKTER KANDUNGAN . . . . . . . B
PERAWAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . C
BIDAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . E
ORANG LAIN
DUKUN BAYI/PARAJI . . . . . . . . . F
LAINNYA X
TULISKAN
409A LIHAT 409:
KODE „A‟, „B‟, „C‟,'D', KODE 'F' ATAU 'X'
ATAU „E‟ DILINGKARI DILINGKARI (TERUS KE 410)
409B Apakah Ibu/Saudari diberi buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA)?
JIKA YA: Dapatkah Ibu/Saudari
memperlihatkan buku itu?
YA, DIPERLIHATKAN . . . . . . . . . . . . 1
YA, TIDAK DIPERLIHATKAN . . . . . 2
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
410 Di mana Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan
tersebut?
JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH
RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA
OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,
TULISKAN NAMANYA.
(NAMA TEMPAT)
RUMAH
RUMAH RESPONDEN . . . . . . . A
RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . B
PEMERINTAH
RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . C
PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . D
POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . E
POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . F
POSYANDU . . . . . . . . . . . . . . . . . . G
LAINNYA H
(TULISKAN)
SWASTA
RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . I
RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . J
RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . K
KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . L
DOKTER UMUM PRAKTEK . . . M
DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK N
BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . O
PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . P
BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . Q
LAINNYA X
(TULISKAN)
410A Apakah Ibu pernah ditemani suami/pasangan
ketika memeriksakan kehamilan (NAMA)? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
411 Berapa bulan umur kandungan (NAMA) ketika
Ibu/Saudari pertama kali memeriksakan
kehamilan?
BULAN . . . . . . . . . . . . . . . .
TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98
136
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
108
Sekarang saya mohon Ibu/Saudari untuk membacakan kalimat
ini.
TUNJUKKAN SALAH SATU KARTU. JIKA RESPONDEN TIDAK
DAPAT MEMBACA KALIMAT SECARA LENGKAP, TANYAKAN:
Dapatkah Ibu/Saudari membaca sebagian kalimat ini?
TIDAK DAPAT MEMBACA
SAMA SEKALI . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BISA MEMBACA SEBAGIAN
KALIMAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BISA MEMBACA SELURUH
KALIMAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BUTA/GANGGUAN PENGLIHATAN . . . 4
109 LIHAT 108:
KODE '2' ATAU '3' KODE '1' ATAU '4'
DILINGKARI DILINGKARI
111
110 Apakah Ibu/Saudari membaca surat kabar atau majalah paling
sedikit sekali seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1
JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
111 Apakah Ibu/Saudari mendengarkan radio paling sedikit sekali
seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1
JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
112 Apakah Ibu/Saudari menonton televisi paling sedikit sekali
seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1
JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
137
NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE
820
Siapa yang biasanya memutuskan mengenai pemeriksaan
kesehatan Ibu: Ibu sendiri, suami/pasangan Ibu, Ibu dengan
suami/pasangan Ibu, atau orang lain?
RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2
RESPONDEN DENGAN
SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3
ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
821
Siapa yang biasanya membuat keputusan untuk pembelian
kebutuhan barang tahan lama?
RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2
RESPONDEN DENGAN
SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3
ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
822
Siapa yang biasanya membuat keputusan untuk mengunjungi famili
atau keluarga?
RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2
RESPONDEN DENGAN
SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3
ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6