ANDAM AR-RAHMI - FKIK.pdf - Institutional Repository UIN ...

155
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU TIDAK MELAKUKAN ASUHAN MASA NIFAS (POSTNATAL CARE) DI INDONESIA (Analisis Lanjut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : ANDAM AR-RAHMI 1111101000035 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of ANDAM AR-RAHMI - FKIK.pdf - Institutional Repository UIN ...

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU

TIDAK MELAKUKAN ASUHAN MASA NIFAS (POSTNATAL CARE)

DI INDONESIA

(Analisis Lanjut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

Oleh :

ANDAM AR-RAHMI

1111101000035

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

i

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

Skripsi, Juli 2016

Andam Ar-Rahmi, NIM : 1111101000035

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu Tidak Melakukan

Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care) di Indonesia

xvii + 136 halaman, 26 tabel, 4 bagan, 2 lampiran

ABSTRAK

Angka kematian ibu dan anak masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data

SDKI tahun 2012 diketahui bahwa angka kematian ibu sebanyak 359 per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup.

Padahal berdasarkan target SDGs untuk kematian ibu adalah sebesar 70 per 100.000

kelahiran hidup dan angka kematian neonatal sebesar 12 per 100 kelahiran hidup

pada tahun 2030. Pada umumnya kematian ibu dan bayi terjadi pada masa nifas (42

hari pertama setelah melahirkan). Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah

menyediakan pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayi yaitu asuhan masa nifas.

Asuhan masa nifas atau Postnatal Care (PNC) merupakan pelayanan kesehatan yang

diberikan pada ibu nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari), pendidikan

kesehatan dan konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan KB pasca bersalin.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional yaitu hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 terkait Postnatal Care pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia.

Sampel penelitian ini sebanyak 2222 responden yang diambil berdasarkan kriteria

inklusi yaitu WUS yang memiliki bayi usia 2-12 bulan pada saat pengumpulan data

SDKI 2012 dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada faktor

(pendidikan, pekerjaan, indeks kekayaan, tempat persalinan, konsultasi antenatal,

jangkauan fasilitas kesehatan, komplikasi kehamilan sebelumnya, paparan media,

dan otoritas pengambilan keputusan) yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada

petugas kesehatan untuk melakukan promosi mengenai PNC secara langsung yaitu

pada saat pemeriksaan antenatal dan melahirkan dan secara tidak langsung yaitu

dengan menggunakan media melalui televisi da

n memasang gambar atau ilustrasi mengenai PNC di fasilitas kesehatan. Selain itu,

diharapkan Kementerian Kesehatan dapat melakukan kerja sama dengan pihak

swasta untuk membuat program atau promosi mengenai asuhan masa nifas.

Kata Kunci : asuhan masa nifas

Daftar bacaan : 37 (1983-2015)

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

HEALTH PROMOTION CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, July 2016

Andam Ar-Rahmi, NIM : 1111101000035

Factors Associated with Mother Behavior Unpostnatal Care After Maternity in

Indonesia

xvii + 136 pages, 26 tables, 4 charts, 2 attachments

ABSTRACT

Maternal and child mortality rates are still high in Indonesia. Based on data

from the 2012 Demographic and Health Survey known that maternal mortality is 359

per 100,000 live births and the infant mortality rate is 32 per 1,000 live births.

Meanwhile, based on the MDGs targets for maternal mortality is at 102 per live

births and the infant mortality rate is 19 per 100 live births in 2015. In general,

maternal and infant deaths occur in the postpartum period (first 42 days after

delivery). To overcome these problems, the government provides health care for

mothers and babies that called Postnatal Care. Postnatal Care (PNC) is a health care

provided to the mother postpartum (6 hours-42 days) and neonatal (6 hours-28 days),

health education and counseling to mothers and families and postpartum family

planning services. This research is a quantitative research with cross sectional design.

This study uses secondary data from Indonesia Demographic and Health Survey

(IDHS) of 2012 regarding Postnatal Care among women of reproductive age (WUS)

in Indonesia. Sample this study of 2222 respondents were taken based on inclusion

criteria, that is WUS who had infants aged 2-12 months at the time of the interview.

Based on the results of the research, there were not factors (education,

employment, household welth index, place of delivery, the reach of health facilities,

complications of pregnancy, media exposure, and decision-making authority)

associated with maternal behavior of Postnatal Care postpartum. Based on the results

of this study, it is suggested that health practitioners promote the PNC directly,

during antenatal care and delivery and indirectly by using the media through

television and set an image or illustration of the PNC at the health facility. Moreover,

Ministry of Health can build partnerships with private companies to make program

or promotion about Postnatal Care.

Keywords : postnatal care

Reading list : 37 (1983-2015)

iv

v

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Andam Ar-Rahmi

Tempat, Tanggal Lahir Lubuk Sikaping, 4 Januari 1993

Jenis Kelamin Perempuan

Kewarganegaraan Indonesia

Nomor Telepon/HP 082111337636

Alamat Email [email protected]

Alamat Jl. Prof. Dr. Hamka No. 85, Lubuk Sikaping, Pasaman,

Sumatera Barat

Nama Orang Tua

Ayah Amel Candra, SE

Ibu Adri Yenni, S.Pd

Pekerjaan Orang Tua

Ayah PNS

Ibu PNS

Riwayat Pendidikan

Formal

Promosi Kesehatan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2011-2016)

SMAN 1 Lubuk Sikaping (2008-2011)

MTsN Lubuk Sikaping (2005-2008)

SDN 13 Tanjung Beringin (1999-2005)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan

banyak nikmat berupa kesehatan, kesempatan, kekuatan, dan kesungguhan hati

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas

(Postnatal Care) di Indonesia (Analisis Lanjut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia Tahun 2012)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Kepada papa dan mama yang telah memberikan doa dan semangat demi

kelancaran penyusunan skripsi penulis.

2. Ibu Fase Badriah, SKM, M.Kes. Ph. D dan Ibu Dr. Ela Laelasari,

M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan

saran, arahan, dan motivasi.

3. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fajar Arianti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Laily Hanifah yang selalu memberikan ssemangat, dukungan,

nasehat, dan solusi terhadap setiap permasalahan yang penulis

alami selama pengerjaan skripsi ini.

6. Roommate sekaligus teman dalam suka dan duka, Aqma yang tidak

pernah bosan memberikan semangat dan teguran disaat sedang malas.

viii

7. Ipit yang telah bersedia disusahkan selama pengerjaan skripsi ini,

menemani ke sana kemari, dan menghibur dikala sedih. Terima kasih

banyak atas perhatiannya pit.

8. Khalil yang selalu memberikan dorongan, semangat, perhatian, dan

nasehat di setiap kesulitan yang dialami selama pengerjaan skripsi ini.

Terima kasih atas kehadirannya.

9. Sahabat-sahabat penulis Nto, Fanny, Ninda, Bintan, Fera yang telah

memberikan semangat serta doanya demi kelancaran penyusunan

skripsi ini.

10. Teman-teman promkes 2011 terima kasih telah menjadi classmate yang

menyenangkan.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam pembuatan skripsi ini tentu masih memiliki keterbatasan dan perlu

perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, Juli 2016

Penulis

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................ ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... iv

RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

1. Tujuan Umum ............................................................................... 6

2. Tujuan Khusus .............................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

F. Ruang Lingkup ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 9

A. Asuhan Masa Nifas atau Postnatal Care (PNC) .................................. 9

B. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas ........................................................ 11

C. Risiko Kesehatan Pasca Partum (Setelah Melahirkan) ........................ 17

x

1. Pada ibu ......................................................................................... 17

2. Pada bayi (Neonatus) .................................................................... 22

D. Perilaku Kesehatan ............................................................................... 25

E. Health Service Utilization .................................................................... 25

F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Melakukan

Asuhan Masa Nifas .............................................................................. 29

G. Kerangka Teori .................................................................................... 32

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS .................................................................................... 34

A. Kerangka Konsep ................................................................................. 34

B. Definisi Operasional ............................................................................ 38

C. Hipotesis .............................................................................................. 40

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 42

A. Desain Penelitian ............................................................................... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 42

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 42

1. Populasi ......................................................................................... 42

2. Sampel........................................................................................... 43

D. Instrumen Penelitian ........................................................................... 45

E. Pengolahan Data ................................................................................. 45

F. Analisis Data ....................................................................................... 49

1. Analisis Univariat ......................................................................... 49

2. Analisis Bivariat............................................................................ 49

xi

BAB V HASIL ........................................................................................... 50

A. Analisis Univariat ................................................................................ 50

1. Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas

(Postnatal Care/PNC) .................................................................... 50

2. Pendidikan..................................................................................... 51

3. Pekerjaan ....................................................................................... 51

4. Indeks Kekayaan ........................................................................... 52

5. Tempat Persalinan ......................................................................... 53

6. Jangkauan fasilitas kesehatan ....................................................... 54

7. Riwayat komplikasi kehamilan ..................................................... 55

8. Konsultasi antenatal ...................................................................... 56

9. Paparan media ............................................................................... 57

10. Otoritas pengambilan keputusan ................................................... 59

B. Analisis Bivariat ................................................................................... 60

1. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku

Tidak melakukan asuhan masa nifas............................................. 60

2. Hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas ......................................................................... 61

3. Hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 62

4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas ......................................................................... 63

5. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 64

xii

6. Hubungan riwayat komplikasi kehamilan dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 65

7. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas ....................................................... 66

8. Hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas ......................................................................... 67

9. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas .............................................. 70

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 71

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 71

B. Gambaran Perilaku Ibu Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas .......... 71

C. Pendidikan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 74

D. Pekerjaan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 76

E. Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan Hubungannya dengan

Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

(Postnatal Care/PNC) .......................................................................... 77

F. Tempat Persalinan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 78

G. Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan Hubungannya dengan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ............ 80

H. Riwayat Komplikasi Kehamilan dan Hubungannya dengan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ............ 81

xiii

I. Konsultasi Antenatal dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 82

J. Paparan Media dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) ...................... 84

K. Otoritas Pengambilan Keputusan Terkait Perawatan Kesehatan

dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa

Nifas (Postnatal Care/PNC) ................................................................ 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 88

A. Kesimpulan .......................................................................................... 88

B. Saran .................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 91

LAMPIRAN 1 ........................................................................................... 96

LAMPIRAN 2 ........................................................................................... 126

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas................................................... 10

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 38

Tabel 4.1 Cleaning Variabel ....................................................................... 46

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Tidak Melakukan Asuhan

Masa Nifas (Postnatal Care/PNC) di Indonesia ....................... 50

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pendidikan di Indonesia

..................................................................................................................... 51

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pekerjaan di Indonesia 51

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indeks Kekayaan di Indonesia

..................................................................................................................... 52

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat persalinan di Indonesia

..................................................................................................................... 53

Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Jangkauan Fasilitas Kesehatan

di Indonesia ................................................................................................. 54

Tabel 5.1.7 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Riwayat Komplikasi Kehamilan

di Indonesia ................................................................................................. 55

Tabel 5.1.8 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Konsultasi Antenatal di

Indonesia ..................................................................................................... 56

xv

Tabel 5.1.9.1 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Membaca Majalah/Surat

Kabar di Indonesia ...................................................................................... 57

Tabel 5.1.9.2 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Menonton Televisi di

Indonesia ..................................................................................................... 58

Tabel 5.1.9.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Mendengarkan Radio di

Indonesia ..................................................................................................... 58

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Otoritas Pengambilan

Keputusan di Indonesia ............................................................................... 59

Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ........................................................ 60

Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas .................................................................. 61

Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Menurut Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan

Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 62

Tabel 5.2.4 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas .................................................................. 63

Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Menurut Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan

Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 64

Tabel 5.2.6 Distribusi Responden Menurut Riwayat Komplikasi Kehamilan

Sebelumnya dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas .............. 65

xvi

Tabel 5.2.7 Distribusi Responden Menurut Konsultasi Antenatal dan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ........................................................ 66

Tabel 5.2.8.1 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Membaca

Majalah/Surat Kabar) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas 67

Tabel 5.2.8.2 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Menonton Televisi)

dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ................................... 68

Tabel 5.2.8.3 Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Mendengarkan

Radio) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas ....................... 69

Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Menurut Otoritas Pengambilaan Keputusan dan

Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas.......................................... 70

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Health Service Utilization ......................................... 27

Bagan 2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 33

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 37

Bagan 4.1 Pengambilan Sampel .................................................................. 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu aspek untuk mengukur

pembangunan sebuah negara. Hal tersebut tertuang dalam Sustainable

Development Goals (SDGs) atau yang disebut dengan Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan yang menyerukan upaya bersama untuk membangun masa

depan yang inklusif, berkelanjutan, dan tangguh untuk manusia dan planet.

Kesehatan ibu dan anak, tertuang dalam tujuan yang ketiga, yaitu kesehatan

yang baik (Kementerian Kesehatan, 2015).

Target pencapaian SDGs untuk mengurangi angka kematian ibu

hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal

12 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (United Nation, 2015). Namun,

hingga tahun 2012 di Indonesia angka kematian ibu dan bayi masih sangat

tinggi. Diketahui bahwa angka kematian bayi sebesar 32 per 1000 kelahiran

hidup dan angka kematian ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012) sehingga masih diperlukan usaha yang sangat keras untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi tersebut.

Pada umummnya, kematian ibu dan bayi ini terjadi beberapa saat

setelah melahirkan. Pada tahun 2012, sebanyak 2,9 juta bayi baru lahir

meninggal dan hampir setengahnya terjadi dalam 24 jam setelah lahir (WHO,

2015). Di negara Afrika, sebanyak 125.000 wanita dan 870.000 bayi baru

lahir meninggal dalam satu minggu setelah kelahiran setiap tahunnya (Warren

2

dkk, 2015). Di Indonesia sendiri pada tahun 2012, kematian neonatum (28

hari pertama setelah melahirkan) sebanyak 19 kematian per 1000 kelahiran

dan angka tersebut tidak mengalami perubahan dari tahun 2007 (BKKBN,

2012).

Menurut International Classification of Diseases (ICD X), kematian

ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil

atau dalam 42 hari setelah akhir kehamilannya, tanpa melihat usia dan letak

kehamilannya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau

diperburuk oleh kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan

oleh insiden atau kecelakaan. Penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua,

yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung (Dirjen Bina Gizi dan

KIA, 2013).

Penyebab langsung merupakan kematian yang diakibatkan langsung

oleh kehamilan dan persalinannya seperti perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan, infeksi, partus lama/macet dan abortus sedangkan penyebab tidak

langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh

penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya seperti ibu hamil

yang meninggal akibat penyakit tuberkulosis, anemia, malaria, penyakit

jantung, dan lain-lain (Dirjen Gizi dan KIA, 2013).

Proporsi kematian ibu yang disebabkan oleh penyebab langsung

antara lain perdarahan sebesar 30%, hipertensi sebesar 27,1%, dan infeksi

sebesar 7,3%. Sedangkan proporsi kematian ibu akibat penyebab tidak

langsung seperti penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis atau penyakit

3

lain yang diderita ibu sebesar 40,8% (Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

Proporsi penyebab kematian neonatal di Indonesia berdasarkan

Riskesdas 2007 disebabkan oleh gangguan/kelainan pernapasan (35,9),

prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,3%), kelainan darah/ikterus

(5,6%), post matur (2,8%), dan kelainan kongenital (1,4%) (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

Untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi, pemerintah telah

menyediakan pelayanan masa nifas atau yang disebut dengan asuhan masa

nifas. Asuhan masa nifas atau Postnatal Care (selama 6 minggu setelah

persalinan) sangat penting karena masa ini merupakan masa kritis bagi ibu

dan bayi. Pada masa ini, ibu mendapatkan pelayanan kesehatan seperti

skrining untuk mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya, mendapatkan pendidikan kesehatan tentang

perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat, serta pelayanan keluarga berencana (KB)

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Namun, sebanyak 18 juta wanita di Afrika tidak merencanakan dan

melakukan asuhan masa nifas dan mereka menghabiskan waktu mereka di

rumah selama 6 minggu pertama setelah melahirkan (Warren, 2015 ). Di

India, sebanyak 1463 (11,2%) bayi yang lahir hidup tidak mendapatkan

pelayanan kesehatan ibu (Kumar dkk, 2014). Sedangkan di Tanzania, dari

1931 wanita yang melahirkan, hanya 23,2% yang memanfaatkan asuhan masa

nifas. Di Indonesia, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan

4

Indonesia (SDKI) 2012, sebesar 11,4% bayi tidak mendapatkan pelayanan

postnatal (BKKBN, 2012). Angka ini belum sesuai target cakupan pelayanan

kesehatan menurut The Lancet Neonatal Series yaitu sebesar 90%

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Padahal, apabila ibu dan bayi tidak

mendapatkan perawatan masa nifas, dampaknya sangat berbahaya bagi

kesehatan ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.

Peneliti melakukan analisis lebih lanjut terhadap data sekunder SDKI

2012 mengenai asuhan masa nifas dengan melakukan analisis terhadap 2222

ibu yang memiliki bayi usia 2-12 bulan pada saat wawancara dilakukan

dengan pertimbangan daya ingat ibu mengenai pelaksanaan PNC. Alasan

penggunaan data SDKI adalah SDKI merupakan survei khusus mengenai

kependudukan dan keluarga berencana yang menitikberatkan pada

pertumbuhan penduduk, termasuk mengenai kematian, kelahiran, dan

kesehatan ibu dan anak. Selain itu, dibandingkan dengan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang hanya menampilkan data mengenai

cakupan PNC, SDKI menggali lebih dalam mengenai PNC dengan jumlah

pertanyaan yang lebih banyak (9 pertanyaan). Sedangkan dalam Riskesdas

2013, hanya menampilkan 2 pertanyaan yaitu mengenai ada atau tidak

pemeriksaan setelah melahirkan dan tempat pemeriksaan dilakukan (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Menurut Andersen dan Newman, faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku menggunakan asuhan masa nifas antara lain pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan, konsultasi antenal, dan

jangkauan fasilitas kesehatan. Selain itu, paparan media, dan otoritas

5

pengambilan keputusan dalam keluarga juga memiliki hubungan dengan

pemanfaatan asuhan masa nifas (Winter, 1973).

Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian lanjutan dengan

menganalisa data SDKI tahun 2012 terkait faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas di

Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Pasca melahirkan termasuk masa kritis bagi ibu melahirkan karena

pada umumnya, masalah kesehatan dan kematian ibu dan bayi terjadi pada

masa ini. Diketahui sebanyak 19 per 1000 kematian neonatal di Indonesia.

Asuhan masa nifas (Postnatal care/PNC) diperlukan untuk mengatasi

permasalahan ibu dan bayi setelah melahirkan. Namun masih ada 11,4% ibu

yang belum mendapatkan pelayanan asuhan masa nifas padahal target

cakupan pelayanan kesehatan adalah sebesar 90%. Oleh sebab itu, peneliti

ingin melihat bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas di Indonesia tahun 2012

berdasarkan data SDKI 2012.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan

konsultasi antenatal) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di

Indonesia?

2. Bagaimana gambaran faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,

tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media, otoritas

6

pengambilan keputusan) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas

di Indonesia?

3. Bagaimana gambaran faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)

perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia?

4. Bagaimana hubungan faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan

konsultassi antenatal) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa

nifas di Indonesia?

5. Bagaimana hubungan faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,

tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media, otoritas

pengambilan keputusan) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan

masa nifas di Indonesia?

6. Bagaimana hubungan faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)

dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas di Indonesia.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan

konsultasi antenatal) perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa

nifas di Indonesia

b. Diketahui gambaran faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,

tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media,

7

otoritas pengambilan keputusan) perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia

c. Diketahui gambaran faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)

perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia

d. Diketahui hubungan faktor predisposing (pendidikan, pekerjaan, dan

konsultasi antenatal) dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan

masa nifas di Indonesia

e. Diketahui hubungan faktor enabling (indeks kekayaan rumah tangga,

tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan, paparan media,

otoritas pengambilan keputusan) dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas di Indonesia

f. Diketahui hubungan faktor illness (riwayat komplikasi kehamilan)

dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di

Indonesia

E. Manfaat Penelitian

1. Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain untuk

dijadikan bahan referensi terkait dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas.

2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai tambahan referensi karya tulis penelitian yang berguna bagi

masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat, khususnya terkait

faktor-faktor yang berhubungan dengan tidak melakukan asuhan masa

nifas.

8

3. Bagi Kementerian Kesehatan

Sebagai acuan untuk membuat kebijakan dan program baru mengenai

pentingnya perawatan masa nifas bagi ibu.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas di Indonesia dengan menganalisis data

sekunder SDKI 2012. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015-

Juni 2016 terhadap ibu yang memiliki bayi usia 2-12 tahun saat pengumpulan

data SDKI 2012 dilakukan.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa peminatan promosi kesehatan

program studi kesehatan masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), untuk lebih

melengkapi data mengenai asuhan masa nifas mengingat pentingnya survei

tersebut untuk mengetahui angka cakupannya sehingga masalah kesehatan

ibu dan anak pasca bersalin dapat ditangani secara tepat.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Masa Nifas atau Postnatal Care (PNC)

Masa nifas (puerperium) adalah masa waktu antara kelahiran plasenta

sampai ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas berlangsung selama 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Periode ini merupakan penyesuaian fisik dan psikologis terhadap proses

kelahiran dan kadang-kadang disebut sebagai trimester keempat kehamilan

(Stright, 2005).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat

kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3

kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian

BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat

dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa

kematian ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pelayanan Pasca Persalinan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan pada ibu nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari),

pendidikan kesehatan dan konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan

KB pasca bersalin (USAID, 2012). Pemeriksaan bayi baru lahir dan ibu pasca

persalinan sangat penting untuk memastikan kesehatan dan keselamatan bayi

10

dan ibu, terutama pada masa nifas awal yaitu setelah kelahiran bayi dan

selama 7 hari pertama setelah melahirkan (BPJS Kesehatan, 2014).

Tujuan pelayanan pasca persalinan adalah :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan

bayi sehat.

4. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilaksanakan

minimal 4 kali yaitu :

Tabel 2.1

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Kunjungan Waktu Asuhan

I 6-8 jam pasca

persalinan

a. Mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri

b. Pemantauan keadaan umum

ibu

c. Melakukan hubungan

antara bayi dan ibu

(Bonding Attatchment)

d. ASI eksklusif

II 6 hari pasca persalinan a. Memastikan involsi uterus

berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di

bawah umbilicus dan tidak

ada tanda-tanda perdarahan

abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi dan

perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu

11

mendapatkan istirahat yang

cukup

d. Memastikan ibu mendapat

makanan yang bergizi

e. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

III 2 minggu pasca

persalinan

a. Memastikan involusi uterus

berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di

bawah umbilicus dan tidak

ada tanda-tanda perdarahan

abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi dan

perdarahan abnormal

c. Memastikan ibu mendapat

istirahat yang cukup

d. Memastikan ibu mendapat

makanan yang bergizi

e. Memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

IV 6 minggu pasca

persalinan

a. Menanyakan pada ibu

tentang penyulit-penyulit

yang ia alami

b. Memberikan konseling

untuk KB secara dini,

imunisasi, senam nifas, dan

tanda-tanda bahaya yang

dialami oleh ibu dan bayi

B. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1. Gizi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk

keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila

menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses

12

kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu

yang cukup untuk menyehatkan bayi.

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,

metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta

sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan

dan perkembangan.

Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi

cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak

mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna.

Disamping itu harus mengandung karbohidrat, protein, air, vitamin (A,

B1, B2, B3, B6, B12, Folic acid, C, D, dan K) dan mineral (zat kapur,

fosfor, zat besi, yodium, kalsium) (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2. Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing ibu keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk

berjalan (Universitas Padjajaran Bandung, 1983). ibu sudah

diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48 jam pasca

melahirkan. Keuntungan ambulasi dini adalah :

a. Ibu merasa lebih baik, sehat, dan kuat.

b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

c. Bisa segera mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya,

memandikan, dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

13

Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, ambulasi dini tidak

memiliki pengaruh yang buruk seperti menyebabkan pendarahan yang

abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau

luka di perut, tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau

retroflexio. Namun, ambulasi dini tidak diizinkan pada penderita

dengan penyulit seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru,

demam, dan lain-lain (Universitas Padjajaran Bandung, 1983).

3. Eliminasi

a. Miksi, disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4

jam. Jika tidak, dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat

ibu atau mengompres air hangat diatas simpisis. Bila kedua cara

tersebut tidak berhasil, dilakukan katerisasi. Tetapi cara ini

membuat ibu merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran

kencing tinggi. Untuk itu, katerisasi tidak dilaksanakan sebelum

lewat 6 jam post partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b. Defekasi, biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air

besar. Jika ibu tidak buang air besar sampai hari ketiga maka

diberikan laksan suporitoria dan minum air hangat (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

4. Kebersihan Diri

Perawatan yang sangat penting dilakukan adalah perawatan

perineum dan perawatan payudara (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

a. Perawatan perineum

14

Perineum dibersihkan secara rutin setelah buang air kecil

dan buang air besar. Caranya adalah dengan mengusapkan sabun

dengan lembut minimal sekali sehari mulai dari simpisis sampai

anal sehingga tidak terjadi infeksi. Sebelum membersihkan daerah

kelamin, ibu disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun dan

air terlebih dahulu. Untuk penggunaan pembalut minimal diganti 4

kali sehari dan jangan sampai bagian dalam pembalut

terkontaminasi oleh tangan.

Selain itu, ibu harus diberitahu tentang jumlah,warna, dan

bau lokhia sehingga apa bila ada kelainan dapat diketahui secara

dini. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,

disarankan kepada ibu untuk tidak menyentuh bagian luka.

b. Perawatan payudara

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu

dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

2) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar puting susu setiap selesai menyusui.

Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting yang tidak lecet.

3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam,

ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan

sendok.

4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan paracetamol 1

tablet setiap 4-6 jam.

5. Istirahat

15

Ibu yang baru melahirkan bisa mengalami stres dan kecemasan

karena takut tidak mampu merawat anak. Selain itu, beban kerja ibu

juga bertambah seperti harus bangun malam untuk mengganti popok

atau menyusui anak sehingga jam tidur ibu menjadi berkurang. Kurang

istirahat akan mengurangi produksi ASI, memperlambat proses

involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi

dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Untuk

itu, disarankan kepada ibu untuk istirahat yang cukup, tidur siang dan

beristirahat selama bayi tidur dan kembali ke pekerjaan rumah tangga

secara perlahan-lahan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

6. Seksual

Hubungan suami istri dapat dilakukan setelah masa nifas (6

minggu setelah melahirkan) karena pada masa itu bekas luka plasenta

baru sembuh. Secara fisik, hubungan suami istri aman dilakukan

begitu darah merah berhenti keluar dan ibu dapat memasukkan satu

atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

7. Latihan Senam Nifas

Senam kegel adalah salah satu senam yang paling baik dan aman

untuk memperkuat dasar panggul. Senam kegel sebaiknya segera

dilakukan pada hari pertama postpartum jika memungkinkan.

Meskipun kadang-kadang sulit untuk mengaktifkan otot-otot dasar

16

panggul selama hari pertama atau kedua, dianjurkan agar ibu tetap

mencobanya.

Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan

jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-

otot dasar panggul. Selain itu, dapat membuat jahitan lebih merapat,

mempercepat penyembuhan, meredakan haemoroid, meningkatkan

pengendalian atas urin.

Senam ini dapat dilakukan kapan saja, setidaknya 100 kali sehari.

Caranya dengan berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-

otot pantat dan pinggul, kemudian tahan sampai 5 hitungan.

Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

8. Keluarga Berencana (KB)

a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus merencanakan

tentang keluarganya, namun petugas kesehatan dapat membantu

untuk merencanakan keluarganya dan mengajarkan kepada mereka

untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.

b. Amenore laktasi dapat digunakan sebelum haid pertama kembali

untuk mencegah terjadinya kehamilan.

c. Sebelum menggunakan metode KB, perlu dijelaskan kepada ibu

mengenai bagaimana metode tersebut dapat mencegah kehamilan,

kelebihan dan kekurangan, efek samping, cara memakai metode

17

tersebut, dan kapan metode tersebut dapat digunakan untuk wanita

pasca persalinan yang menyusui.

d. Jika pasangan memilih metode tertentu, ada baiknya untuk bertemu

kembali dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin

ditanyakan oleh pasangan dan untuk melihat apakah metode

tersebut bekerja dengan baik (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

C. Risiko Kesehatan Pasca Partum (Setelah Melahirkan)

1. Pada Ibu Nifas

a. Perdarahan

Perdarahan adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml

dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Ambarwati dan Diah

Wulandari, 2010). Penyebab utama perdarahan pasca partum adalah

atoni uterus (relaksasi uterus yang disebabkan oleh distensi yang

berlebihan pada uterus, PIH, infus intraamnion, penggunaan

magnesium sulfat saat persalinan), fragmen plasenta yang tertahan,

laserasi pada traktus genitalia, dan hematoma pada vulva, vagina,

atau subperitoneal, serta gangguan koagulasi (Ladewig dkk, 2006).

Perdarahan pasca partum ditandai dengan perdarahan vagina

merah-terang yang menyertai suatu keadaan uterus boggy lembut

dengan gumpalan darah atau kontraksi uterus yang memadai tanpa

gumpalan darah. Keadaa ini sangat umum terjadi pada 24 jam

pertama setelah kelahiran (Ladewig dkk, 2006).

b. Infeksi nifas

18

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan

oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu

persalinan nifas. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi

antara lain :

1) Streptococcus Haemolyticus Aerobik

Masuknya secara eksogen (dari luar) dan meyebabkan infeksi

berat yang diltularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak

suci hama, dan tangan penolong.

2) Staphylococcus aureus

Masuknya secara eksogen (dari luar), infeksinya sedang, dan

banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.

3) Eschericia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rektum yang dapat

menyebabkan infeksi terbatas.

4) Clostridium welchii

Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada

abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar

rumah sakit.

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan

sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak

rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi

trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk

tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang patogen dalam tubuh

wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,

19

demikian juga vukva, vagina dan perineum yang merupakan

tempat masuknya kuman patogen (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu satu

infeksi yang terbatas pada perimeum, vulva, vagina, serviks dan

endometrium. Yang kedua penyebaran dari tempat tersebut melalui

vena-vena, jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit daerah infeksi,

berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gangguan

klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut :

1) Infeksi lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan

warna kulit, pengeluaran lokhia bercampur nanah, mobilitasi

terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan meningkat.

2) Infeksi umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah

menurun dan nadi meningkta, pernapasan dapat meningkat dan

terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma,

terjadi gangguan involusi uterus, lokhia berbau dan bernanah

serta kotor.

Cara terjadinya infeksi adalah sebagai berikut :

20

1) Manipulasi penolong yang tidak suci hama atau periksa dalam

yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada

ke dalam rongga rahim.

2) Alat-alat yang tidak suci hama

3) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkena

infkesi, kontaminasi yang berasal dari hidung dan tenggorokan

dari penolong.

4) Infeksi rumah sakit

5) Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini

6) Infeksi intra partum

Faktor-faktor pendukung terjadinya infeksi nifas :

1) Persalinan yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan

terlantar

2) Tindakan operasi persalinan

3) Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah

4) Ketuban pecah dini

5) Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum

c. Subinvolusi

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi

rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin,

menjadi 40-60 gr 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan

terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana

mestinya, sehingga proses pengecilan terlambat. Keadaan demikian

disebut sub involusi uteri (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

21

Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya

infeksi dan endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya,

terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus teraba

masih besar, fundus masih tinggi, lokhia banyak, dapat berbau dan

terjadi perdarahan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d. Mastitis

Mastitis merupakan peradangan mammae (payudara) secara

umum yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan

Haemophilus parainfluenza yang berasal dari hidung dan

tenggorokan bayi (Ambarwati dan Diah). Mastitis merupakan suatu

reaksi inflamasi terhadap hambatan atau tekanan yang terjadi pada

payudara, dapat menginfeksi atau tidak menginfeksi dan biasanya

sangat nyeri (Henderson dan Jones, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah

penyumpatan saluran susu, daya tahan tubuh ibu yang rendah,

berkaitan dengan kelelahan dan stres, tangan yang tidak bersih, dan

keretakan atau keterbelahan puting (Ambarwati dan Wulandari,

2010). Candida albicans adalah mikroorganisme lain yang

menyebabkan mastitis. Mastitis biasanya terjadi pada minggu

kedua atau keempat pascapartum. Abses payudara dapat menjadi

sebiah komplikasi (Ladewig dkk, 2006).

Mastitis dapat menginfeksi dan tidak menginfeksi. Mastitis

yang dapat menginfeksi dapat ditangani dengan memberikan

antibiotik. Sedangkan untuk mastitis noninfeksi dengan

22

mendukung ibu untuk tetap menyusui bayinya dan memastikan

pemberian ASI tersebut tidak dibatasi (Henderson dan Jones,

2006).

2. Pada bayi (Neonatus)

a. Gangguan pernapasan

Sindrom gawat napas adalah suatu penyakit paru-paru akut pada

neonatus yang disebabkan karena kekurangan surfaktan

b. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital adalah kelainan yang terlihat pada saat

lahir, bukan akibat proses persalinan. Beberapa kelainan kongenital

yang dapat menyebabkan kematian seperti atresia ani dan keadaan

ini harus dirujuk (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Kelainan kongenital lain yang tidak langsung menyebabkan

kematian tetapi menyebabkan kecacatan seperti bibir sumbing,

hidrosefalus, kaki pengkor. Anensefali adalah kelainan kongenital

yang tidak mungkin ditangani karena bayi akan meninggal dan ini

tidak perlu untuk dirujuk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Penyebab langsung kelainan kongenital sulit untuk

diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kelainan kongenital sebagai berikut (Maryunani

dan Nurhayati, 2009) :

1) Kelainan genetik dan kromosom

23

Kelainan genetik pada orang tua atau keluarga terdekat

memungkinkan akan menurunkan kelainan tersebut pada

anaknya.

2) Pengaruh mekanis

Tekanan mekanis pada janin saat dalam kandungan dapat

menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh sehingga

menimbulkan perubahan pada organ yang terkena tekanan.

Seperti perubahan (deformitas) pada kaki yaitu talipes pada

kaki, talipes varus, talipes valgus, dan talipes equinus.

3) Pengaruh infeksi

Infeksi yang terjadi pada trimester kehamilan yaitu masa

pembentukan organ (organogenesis) adalah yang paling sering

menimbulkan kelainan kongenital. Selain itu, juga dapat

meningkatkan terjadinya abortus.

Beberapa contoh infeksi virus pada trimester pertama seperti

infeksi virus Rubella yang dapat menyebabkan bayi menderita

kelainan kongenital katarak, tuli, dan kelainan jantung bawaan

dan infeksi virus sitomegalovirus dan toksoplasmosis yang

menyebabkan bayi menderita kelainan kongenital hidrosefalus

dan mikrosefalus.

4) Pengaruh obat

Pada kehamilan trimester pertama, sebaiknya ibu tidak

mengkonsumsi obat-obatan karena terdapat beberapa jenis obat

yang dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti obat

24

thalidomide yang menyebabkan bayi fokomelia (tangan dan

kaki pendek) dan mikromelia (tangan dan kaki kecil).

5) Pengaruh umur ibu

Diketahui bahwa bayi mongolisme lebih sering ditemukan

pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa

menopause.

6) Pengaruh hormonal

Pengaruh hormonal diduga memiliki hubungan dengan

kejadian kelainan kongenital pada bayi seperti ibu yang

menderita hipotiroidisme atau diabetes melitus dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan yang lebih besar pada

bayinya.

7) Pengaruh radiasi

Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya

dihindari pada saat kehamilan karena radiasi kemungkinan

dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi karena

terjadi mutasi gen.

8) Pengaruh gizi

Frekuensi bayi-bayi kelainan kongenital lebih tinggi dilahirkan

oleh ibu yang kekurangan gizi dibandingkan dengan ibu yang

cukup gizi.

25

D. Perilaku Kesehatan

Menurut Gochman (1998), perilaku kesehatan adalah perilaku yang

terdiri dari berbagai variabel seperti kepercayaan, harapan, motif, nilai-nilai,

persepsi, dan unsur-unsur kognitif lainnya, karakter kepribadian, termasuk

sikap keadaan emosional, dan pola perilaku yang jelas, tindakan dan kebiasaan

dalam hal menjaga kesehatan, pengobatan dan memperbaiki keadaan sehat

(Smet, 1994).

E. Health Service Utilization

Health service utilization memiliki 3 kategori yang terdiri dari :

1. Jenis (Type)

Jenis pelayanan kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan, rumah sakit, dan

pelayanan kesehatan gigi.

2. Tujuan (Purpose)

Penggunaan pelayanan kesehatan juga dapat dikategorikan oleh tujuan

pelayanan kesehatan. Pelayanan primer berfungsi untuk menghentikan

terjadinya penyakit, pelayanan sekunder mengacu pada proses

pengobatan individu sehingga fungsi-fungsi tubuh individu dalam

kembali ke keadaan normal, dan pelayanan tersier berfungsi untuk

melakukan perawatan jangka panjang untuk penyakit-penyakit yang

sudah tidak bisa disembuhkan seperti jantung dan diabetes.

3. Analisis unit (Unit of Analysis)

Analisis unit merupakan penilaian terhadap fasilitas kesehatan.

Karakteristik individu memiliki pengaruh terhadap penggunaan

pelayanan kesehatan. Misalnya kinerja seorang dokter berpengaruh

26

terhadap keputusan seseorang untuk memanfaatkan fasilitas dokter atau

tidak.

Penggunaan Health Service Utilization terdiri dari 3 faktor antara lain:

1. Karakteristik sistem pelayanan kesehatan (Characteristics of the

Health Services Delivery System)

2. Faktor sosial (Societal Determinants)

3. Faktor individu (Individual Determinants)

27

Berikut adalah kerangka Health Service Utilization :

Bagan 2.1

Kerangka Health Service Utilization

Determinan Sosial

- Teknologi

- Norma

Penggunaan

Pelayanan

Kesehatan

- Tipe

- Tujuan

- Unit analisis

Determinan

Individu

- Predisposing

- Enabling

- Illness

Sistem Pelayanan

Kesehatan

Sumber daya

pelayanan kesehatan

28

Determinan individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan :

1. Predisposing Factor

Kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan dapat diprediksi

sebelum seseorang mengalami sakit melalui karakteristik individu.

Orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu lebih

memungkinkan menggunakan pelayanan kesehatan meskipun

karakteristik tersebut tidak secara langsung menyebabkan

menggunakan pelayanan kesehatan. Karakteristik individu bukan

termasuk faktor langsung yang menyebabkan seseorang menggunakan

pelayanan kesehatan, tetapi berhubungan dengan kondisi sehat atau

sakit sehingga menyebabkan seseorang memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Contohnya adalah umur. Umur bukan alasan seseorang

menggunakan pelayanan kesehatan, tetapi dalam kategori tertentu,

golongan umur memiliki perbedaan tipe dan jumlah serta bentuk

penyakit yang berbeda-beda sehingga terdapat perbedaan dalam

menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Karakteristik individu

antara lain karakteristik demografi (seperti umur dan jenis kelamin),

struktur sosial, sikap dan kepercayaan.

2. Enabling Factor

Faktor enabling merupakan ketersediaan sarana dan prasarana baik

dari individu maupun dari penyedia pelayanan untuk memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya pendapatan keluarga, jumlah

fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang tersedia di masyarakat.

Jika sumber dayanya cukup dan dapat digunakan tanpa harus

29

mengantri, fasilitas tersebut akan lebih sering digunakan oleh

masyarakat

3. Illness Factor

Illnes atau penyakit merupakan pengaruh langsung yang

menyebabkan seseorang menggunakan pelayanan kesehatan.

F. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Melakukan Asuhan

Masa Nifas

1. Predisposing Factor

a. Pendidikan ibu

Berdasarkan penelitian sebelumnya, responden yang

berpendidikan SD cenderung melaksanakan PNC dibandingkan

responden yang berpendidikan SMP dan SMA. Hal ini kemungkinan

dikarenakan ibu nifas yang berpendidikan SMP dan SMA merasa

lebih tahu akan kondisi tubuhnya (Akhenan dan Puspitasari, 2011).

Penelitian yang dilakukan di Swaziland menemukan bahwa ibu yang

mengenyam pendidikan lanjutan 1,58 kali lebih tinggi

memanfaatkan asuhan masa nifas dari pada ibu yang tidak

mengenyam pendidikan formal (Tsawe dkk, 2015).

b. Pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu memiliki hubungan dengan perilaku

melakukan perawatan nifas. Ibu yang bekerja 2,75 kali lebih banyak

melakukan perawatan nifas dari pada ibu yang tidak bekerja karena

mereka tidak bergantung secara ekonomi pada pasangannya (Ejaz

dan Ahmad, 2013).

30

c. Konsultasi antenatal

Adanya kecenderungan ibu yang melaksanakan konsultasi

antenatal akan melakukan PNC. Hal ini disebabkan karena pada saat

pemeriksaan antenatal, ibu mendapatkan penyuluhan terkait dengan

PNC oleh bidan atau dokter yang memeriksanya sehingga ibu lebih

termotivasi untuk melaksanakan PNC (Akhenan dan Puspitasari,

2011). Penelitian di Pakistan juga menemukan bahwa ibu yang

melakukan pemeriksaan antenatal memiliki hubungan yang kuat

dengan pelaksanaan PNC (Sultana dan Shaikh, 2015).

2. Enabling Factor

a. Indeks kekayaan rumah tangga

Menurut penelitian sebelumnya, ibu nifas yang

berpendapatan kurang dan melaksanakan PNC sebanyak 71%. Hal

ini kemungkinan dikarenakan harga untuk pelaksanaan PNC

terjangkau bagi ibu yang berpendapatan kurang. Selain itu,

sebagian besar ibu nifas telah menerima Jamkesmas yang

membebaskan biaya pelaksanaan PNC (Akhenan dan Puspitasaari,

2011).

b. Tempat persalinan

Tempat persalinan memiliki hubungan dengan pelaksanaan

asuhan masa nifas. Ibu yang melakukan persalinan di rumah

cenderung tidak melaksanakan asuhan masa nifas. Seperti

penelitian yang dilakukan di Nigeria, ibu yang melakukan

31

persalinan di fasilitas kesehatan memiliki nilai sig < α (0,000)

(Dahiru dan Oche, 2013).

c. Jangkauan fasilitas kesehatan

Ibu nifas dengan jangkauan pelayanan kesehatan yang sulit

kemungkinan melaksanakan PNC 0,355 kali lebih rendah

dibandingkan dengan ibu yang jangkauan pelayanan kesehatannya

mudah (Akhenan dan Puspitasaari, 2011).

d. Paparan media

Akses terhadap informasi mengenai pelayanan kesehatan

ibu dapat meningkatkan penggunaan fasilitas tersebut. Penelitian di

Swaziland menemukan bahwa paparan media (televisi, radio, dan

koran) memiliki peran penting dalam memberikan informasi terkait

dengan pelayanan kesehatan ibu. Media massa memiliki hubungan

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu. Wanita yang

mendengarkan radio setiap hari memiliki peluang lebih tinggi

menggunakan fasilitas kesehatan ibu dari pada wanita yang hanya

mendengarkan radio sekali dalam seminggu (Tsawe dkk, 2015).

e. Otoritas pengambilan keputusan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nepal, wanita

yang memiliki pendidikan dan kekayaan yang tinggi memiliki

hubungan dalam otoritas pengambilan keputusan dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan (Achayar, 2010) .

32

3. Illnes Factor

Variabel yang termasuk ke dalam illness factor adalah

komplikasi kehamilan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan di

Palestina menyatakan bahwa ibu nifas yang mengalami komplikasi

persalinan memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan

asuhan masa nifas karena mereka yang mengalami komplikasi telah

diberitahukan mengenai kondisi kesehatannya beserta bayinya

(Dhaher, 2008).

G. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan determinan individu dari

kerangka Health Service Utilization karena peneliti ingin melihat bagaimana

perilaku individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya

perawatan nifas. Selain itu, penggunaan data sekunder SDKI 2012 memiliki

keterbatasan dalam ketersediaan data sehingga tidak memungkinkan untuk

meneliti faktor determinan sosial dan sistem pelayanan kesehatan.

33

Sumber : Andersen dan Newman (2005)

Keterangan : Tidak diteliti

Predisposing Factor

- Pendidikan ibu

- Pekerjaan ibu

- Konsultasi antenatal

Enabling Factor

- Indeks Kakayaan

- Tempat persalinan

- Jangkauan ke fasilitas

kesehatan

- Paparan media

- Otoritas pengambilan

keputusan

Illness Factor

- Riwayat komplikasi kehamilan

sebelumnya

Penggunaan

Asuhan

masa nifas

- Paritas

- Umur

- Jarak kehamilan

- Penggunaan KB

- Status gizi ibu

- Penolong persalinan

34

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat sesuai dengan variabel yang datanya

tersedia dalam Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012.

Variabel tersebut terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel

dependen dalam penelitian adalah perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa

nifas sedangkan variabel independennya antara lain pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan, jangkauan fasilitas kesehatan,

riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi antenatal, paparan media, dan

otoritas pengambilan keputusan.

Terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti antara lain :

1. Paritas

Paritas tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena dari beberapa

penelitian, tidak ditemukan adanya hubungan antara paritas dengan

penggunaan Asuhan masa nifas. Penelitian Akhenan dan Puspitasari

menemukan bahwa jumlah anak tidak memiliki hubungan dengan

pelaksanaan PNC karena nilai sig > α (0,301).

2. Umur ibu

Umur ibu tidak diteliti karena tidak ditemukannya hubungan umur

dengan penggunaan Asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang

dilakukan Akhenan dan Puspitasari (2011) di Puskesmas Lespadangan

Kabupaten Mojokerto, usia ibu memiliki nilai sig > α (0,136) sehingga

35

disimpulkan tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pelaksanaan

PNC.

3. Jarak kehamilan

Jarak kehamilan tidak diteliti karena tidak ditemukannya hubungan umur

dengan pemanfaataan asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang

dilakukan Akhenan dan Puspitasari (2011) di Puskesmas Lespadangan

Kabupaten Mojokerto, jarak kehamilan tidak memiliki hubungan dengan

pelaksanaan PNC dengan nilai sig >α (0,079).

4. Penggunaan KB

Penggunaan KB tidak dijadikan sebagai variabel penelitian karena tidak

ditemukan adanya hubungan antara penggunaan KB dengan penggunaan

36

asuhan masa nifas. Seperti penelitian yang dilakukan Nunik dan

Puspitasari (2011) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

penggunaan KB dengan pelaksanaan PNC karena memiliki nilai sig > α

(0,241).

5. Status gizi ibu

Status gizi ibu tidak diteliti karena tidak tersedia di dalam data SDKI

2012.

6. Penolong persalinan

Penolong persalinan tidak diteliti karena datanya bersifat homogen.

Peneliti membagi kategori penotong persalinan menjadi non petugas

kesehatan dan petugas kesehatan. Dari 2538 responden, hanya 1 orang

yang persalinannya dibantu oleh non petugas kesehatan sendiri.

Selebihnya non petugas kesehatan didampingi oleh petugas kesehatan

yang artinya, ada petugas kesehatan yang membantu persalinan

responden.

37

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Pendidikan ibu

Jangkauan fasilitas

kesehatan

Riwayat komplikasi

kehamilan

sebelumnya

Perilaku tidak

Melakukan

Asuhan Masa

Nifas

Pekerjaan ibu

Indeks kekayaan

Tempat persalinan

Konsultasi antenatal

Paparan media

Otoritas pengambilan

keputusan

38

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Perilaku tidak

melakukan

asuhan masa

nifas

Ibu tidak melakukan

pemeriksaan kesehatan ke

petugas kesehatan selama

masa nifas (6 minggu

pertama) setelah melahirkan

(termasuk ibu yang

menjawab tidak tahu)

(SDKI, 2012)

Observasi data

sekunder

Kuesioner WUS

(Nomor 443)

0. Tidak

melakukan

(>42 hari

setelah

melahirkan)

1. Melakukan (0-

42 hari setelah

melahirkan)

Ordinal

2 Pendidikan ibu Jenjang pendidikan tertinggi

yang pernah/sedang

diduduki oleh responden

Observasi data

sekunder Kuesioner WUS

(Nomor 105)

0. Pendidikan

rendah (tidak

sekolah, SD,

dan SMP)

1. Pendidikan

tinggi (SMA,

perguruan

tinggi, dan

akademi)

(Yuniarta,

2011)

Ordinal

3 Pekerjaan ibu Profesi ibu selain sebagai

ibu rumah tangga

Observasi data

sekunder Kuesioner WUS 0. Tidak bekerja

1. Bekerja

Ordinal

39

(Nomor 810)

4 Indeks

kekayaan

Indeks kekayaan rumah

tangga yang didasarkan atas

barang-barang kepemilikan

rumah tangga ibu

Observasi data

sekunder

Kuesioner Rumah

Tangga

(Nomor 118-123)

0. Menengah ke

bawah

1. Kaya

Ordinal

5 Tempat

persalinan

Tempat/lokasi ibu

melahirkan anak terakhir

Observasi data

sekunder

Kuesioner WUS

(Nomor 434)

0. Non fasilitas

kesehatan

1. Fasilitas

kesehatan

Ordinal

6 Jangkauan

fasilitas

kesehatan

Persepsi ibu mengenai jarak

dari kediaman ibu ke

fasilitas kesehatan terdekat

pada saat sakit atau

memerlukan pengobatan

Observasi data

sekunder Kuesioner WUS

(Nomor 1008)

0. Masalah

1. Bukan

masalah

Ordinal

7 Riwayat

komplikasi

kehamilan

sebelumnya

Ibu mengalami salah satu

atau lebih tanda-tanda

bahaya seperti mulas

sebelum 9 bulan,

perdarahan, demam yang

tinggi, kejang-kejang, atau

pingsan pada masa

kehamilan terakhir

Observasi data

sekunder Kuesioner WUS

(Nomor 414C)

0. Ada

1. Tidak ada

Ordinal

8 Konsultasi Pemeriksaan yang

dilakukan oleh responden

Observasi data Kuesioner WUS 0. Tidak ada Ordinal

40

antenatal pada saat kehamilan sekunder (Nomor 408) 1. Ada

9 Paparan media Tingkat keseringan ibu

membaca surat kabar atau

majalah, mendengarkan

radio, atau menonton

televisi

Observasi data

sekunder

Kuesioner WUS

(Nomor 110, 111,

112)

0. Tidak pernah

1. Pernah (paling

sedikit sekali

seminggu atau

jarang)

Ordinal

10 Otoritas

pengambilan

keputusan

Orang yang biasanya

mengambil keputusan

mengenai pemeriksaan

kesehatan ibu

Observasi data

sekunder

Kuesioner WUS

(Nomor 820)

0. Orang lain

1. Ibu pribadi

Ordinal

41

C. Hipotesis

a. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

b. Ada hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

c. Ada hubungan indeks kekayaan dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

d. Ada hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

e. Ada hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

f. Ada hubungan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya dengan

perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan

data SDKI 2012.

g. Ada hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

h. Ada hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak melakukan

asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

i. Ada hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas di Indonesia berdasarkan data SDKI 2012.

42

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional. Peneliti memilih desain studi ini karena pengukuran variabel

dependen dan independen dilakukan pada waktu yang bersamaan (Sumantri,

2011). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perilaku perilaku

keterlambatan ibu melakukan asuhan masa nifas dan variabel independen

meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan,

jangkauan fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi

antenatal, paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang bekerja sama dengan

dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),

Kementerian Kesehatan, dan U. S Agency for International Development

(USAID). Analisis data sekunder dilakukan dari bulan November 2015-Juni

2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit di dalam pengamatan yang

dilakukan (Hastono dan Sabri, 2011). Total populasi dalam penelitian ini

43

seluruh bayi yang lahir berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahu n 2012. Total populasi bayi yang lahir berdasarkan

data SDKI 2012 dalah 83.650 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya

diukur dan nantinya digunakan untuk menduga karakteristik dari populasi

(Hastono dan Sabri, 2011). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini menggunakan total sampling atau sampel jenuh. Metode sampling yang

digunakan dalam SDKI 2012 adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama

adalah memilih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerangkan\

sampel PSU secara probability proportional size (PPS). PSU adalah

kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas

koordinator tim sensus penduduk 2010. Tahap kedua adalah memilih satu

blok sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah

memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara

sistematik (BPS, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur

(WUS) yang berusia 15-49 tahun yang memiliki anak berusia 2-12 bulan

pada saat pengumpulaan data SDKI 2012 dilakukan. Tujuannya adalah

untuk menghindari kesalahan ibu dalam menjawab pertanyaan yang terkait

dengan asuhan masa nifas karena jika lebih dari 1 tahun, ada

kecenderungan responden lupa dengan kejadian-kejadian pasca

melahirkan. Selain itu, peneliti mengambil sampel yang berusia mulai 2

bulan karena pemanfaatan asuhan masa nifas dilakukan dari usia 0-42 hari

44

atau kurang dari 2 bulan. Sebab, bayi yang berusia 0-1 bulan masih

memiliki kesempatan untuk melakukan asuhan masa nifas sehingga

peneliti menggenapkan usia bayi menjadi 2 bulan. Jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 3439 responden.

Berikut adalah alur pengambilan sampel :

Bagan 4.1 Pengambilan Sampel

Total bayi berdasarkan data

SDKI 2012 (83.650 bayi)

Bayi lahir hidup (77.391 bayi)

Tidak termasuk

bayi lahir mati

(6.259 bayi)

Bayi lahir hidup usia 2-12 bulan

saat pengumpulan data SDKI

2012 (3439 bayi)

Tidak termasuk bayi usia

di bawah 2 bulan dan di

atas 12 bulan saat

wawancara dilakukan

(74.853 bayi)

Bayi lahir hidup usia 2-12 bulan

yang sudah di cleaning (2222

bayi)

Tidak termasuk bayi lahir

hidup usia 2-12 bulan yang

memiliki data missing

45

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner Wanita Usia Subur (WUS) SDKI 2012. Pertanyaan-pertanyaan

yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini meliputi variabel

faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan, tempat persalinan,

jangkauan fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, konsultasi

antenatal, paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan. Dalam

pelaksanaan SDKI 2012 sudah memperhatikan validitas dan reabilitas

kuesioner penelitian.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3

tahap antara lain :

1. Cleaning (pembersihan data)

Cleaning dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahapan-

tahapannya antara lain :

a) Menghapus variabel-variabel yang tidak dibutuhkan dalam

penelitian.

b) Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke komputer

untuk memeriksa apakah ada data yang tidak konsisten atau missing

(hilang).

Untuk mendeteksi adanya missing data adalah dengan melakukan list

(distribusi frekuensi) dari variabel yang ada.

Berikut adalah variabel-variabel yang dibersihkan :

46

Tabel 4.1

Cleaning Variabel

No Variabel Data Valid Data Missing

1 Asuhan masa nifas 2222 1217

2 Pendidikan ibu 3322 117

3 Pekerjaan ibu 3430 9

4 Indeks kekayaan rumah

tangga 3439 0

5 Tempat persalinan 3438 1

6 Jangkauan fasilitas

kesehatan 3428 11

7 Riwayat komplikasi

kehamilan sebelumnya 3412 27

8 Konsultasi antenatal 3247 192

9

Paparan media

a. Majalah/surat kabar 3435 4

b. Televisi 3437 2

c. Radio 3437 2

10 Otoritas pengambilan

keputusan 3375 64

47

d. Recoding/ Transformasi Data

Recoding atau transformasi data merupakan pengkodean ulang

variabel yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini bertujuan untuk

mengklarifikasi data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.

Variabel-variabel yang dikode ulang antara lain :

a. Asuhan masa nifas (Postnatal Care)

Ibu yang tidak melakukan PNC dikode ulang dari

pertanyaan mengenai waktu melaksanakan pelayanan postnatal.

Ibu yang tidak melakukan asuhan masa nifas adalah ibu yang

melakukan pemeriksaan >42 hari setelah melahirkan dan diberi

kode 0. Sedangkan ibu yang melakukan asuhan masa nifas adalah

ibu yang melakukan pemeriksaan 1 hari hingga 6 minggu (42

hari) setelah melahirkan dan diberi kode 1.

b. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu dikode ulang dari 5 kategori menjadi 2

kategori. Kategori tidak sekolah, SD, dan SMP dirubah menjadi

kategori pendidikan rendah dengan kode 0 dan kategori SMA,

perguruan tinggi, dan akademi menjadi kategori pendidikan tinggi

dengan kode 1.

c. Pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu memiliki banyak kategori yang terdiri dari

profesi-profesi ibu dan ibu yang tidak bekerja. Kategori-kategori

tersebut kemudian dikelompokkan kembali menjadi dua yaitu

tidak bekerja dan bekerja. Kategori tidak bekerja adalah ibu yang

48

tidak memiliki pekerjaan dan diberi kode 0. Sedangkan kategori

bekerja adalah ibu yang memiliki profesi seperti profesional dan

teknisi, kepemimpinan ketatalaksaan, dan pejabat pelaksana,

tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga usaha pertanian,

tenaga produksi dan lainnya dan diberi kode 1.

d. Indeks kekayaan

Indeks kekayaan rumah tangga yang terdiri dari 5 kategori yaitu

sangat miskin, miskin, menengah, kaya, dan sangat kaya diubah

menjadi 2 kategori yaitu menengah ke bawah (kode 0) dan kaya

(kode 1).

e. Tempat persalinan

Tempat persalinan terdiri dari 17 kategori yang terdiri dari rumah

responden, rumah orang lain, rumah sakit/klinik, pusat kesehatan,

rumah bersalin, rumah sakit bersalin, klinik, rumah sakit, bidan,

perawat, bidan kampung, dokter kandungan, dan lainnya. tempat

persalinan kemudia diubah menjadi 2 kategori yaitu non fasilitas

kesehatan dengan kode 0 dan fasilitas kesehatan dengan kode 1.

f. Paparan media

Paparan media yang terbagi ke dalam 3 jenis media yaitu

majalah/surat kabar, radio, dan televisi masing masing terdiri dari

3 kategori yaitu tidak pernah, sekali seminggu, dan jarang.

Ketagori ini kemudian diubah menjadi 2 kategori menjadi tidak

pernah dengan kode 0 dan pernah dengan kode 1.

49

g. Otoritas pengambilan keputusan

Otoritas pengambilan keputusan terdiri dari 5 kategori responden

sendiri, responden dan suami/pasangan, suami/pasangan, dan

orang lain, kemudian diubah menjadi 2 kategori yaitu orang lain

dengan kode 0 dan ibu pribadi dengan kode 1.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi

masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel dependen yaitu

perilaku ibu yang tidak mendapat pemeriksaan post natal dan variabel

independen (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, umur ibu, indeks kekayaan

rumah tangga, penolong persalinan, tempat persalinan, jangkauan

fasilitas kesehatan, riwayat komplikasi sebelumnya, dan pemeriksaan

antenatal).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam

penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Analisis data yang digunakan

yaitu uji chi-square karena variabel dependen dan independen berbentuk

kategorik.

50

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel

independen.

1. Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas (Postnatal Care/PNC)

Gambaran distribusi frekuensi ibu yang tidak melakukan PNC di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Perilaku Tidak Melakukan Asuhan masa nifas

(Postnatal Care/PNC) di Indonesia

PNC Jumlah (N) Persentase (%)

Tidak melakukan

asuhan masa nifas

Melakukan asuhan

masa nifas

118

2104

3,4

61,2

Total 2222 64,6

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 2222 ibu di Indonesia,

sebesar 61,2% melakukan asuhan masa nifas dan sebesar 3,4% tidak

melakukan asuhan masa nifas.

51

2. Pendidikan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendidikan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan Jumlah (N) Persentase (%)

Rendah

Tinggi

1748

1574

50,8

45,8

Total 3322 96,6

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3322 ibu, sebesar 50,8%

berpendidikan rendah dan sebesar 45,8% berpendidikan tinggi.

3. Pekerjaan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pekerjaan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.3

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Pekerjaan di Indonesia

Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)

Tidak bekerja

Bekerja

1868

1561

54,3

45,4

Total 3429 99,7

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3429 ibu, sebesar 54,3%

tidak bekerja dan sebesar 45,4% bekerja.

52

4. Indeks Kekayaan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendapatan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.4

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indeks Kekayaan di Indonesia

Indeks Kekayaan Jumlah (N) Persentase

(%)

Menengah ke bawah

Kaya

2326

1113

67,6

32,4

Total 3439 100

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3439 ibu di Indonesia,

sebesar 67,6% memiliki indeks kekayaan kategori menengah ke

bawah dan 32,4% memiliki indeks kekayaan kategori kaya.

53

5. Tempat persalinan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan tempat persalinan

di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.5

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat Persalinan di

Indonesia

Tempat Persalinan Jumlah (N) Persentase (%)

Non fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan

1318

2112

38,3

61,4

Total 3430 99,7

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3430 ibu yang

memiliki bayi di Indonesia, yang melakukan persalinan di fasilitas

kesehatan sebesar 61,4% dan yang melakukan persalinan di non

fasilitas kesehatan sebesar 38,3%.

54

6. Jangkauan fasilitas kesehatan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan jangkauan fasilitas

kesehatan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.6

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Jangkauaan Fasilitas

Kesehatan di Indonesia

Jangkauan Fasilitas

Kesehatan Jumlah (N) Persentase (%)

Masalah

Bukan masalah

477

2951

13,9

85,8

Total 3428 99,7

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3428 ibu yang

memiliki bayi di Indonesia, sebesar 85,8% menyatakan jangkauan

fasilitas kesehatan bukan masalah dan sebesar 13,9% menyatakan

masalah.

55

7. Riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan pendapatan di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.7

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Komplikasi Kehamilan di

Indonesia

Komplikasi

Kehamilan Jumlah (N)

Persentase

(%)

Ada

Tidak ada

451

2961

13,1

86,1

Total 3412 99,2

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3412 ibu di Indonesia,

sebesar 86,1% tidak mengalami komplikasi kehamilan dan sebesar

13,1% mengalami komplikasi kehamilan.

56

8. Konsultasi antenatal

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan konsultasi

antenatal di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.8

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Konsultasi Antenatal di

Indonesia

Konsultasi

Antenatal Jumlah (N)

Persentase

(%)

Tidak ada

Ada

559

2688

16,3

78,2

Total 3247 94,4

Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 3247 ibu yang

memiliki bayi di yang melakukan konsultasi antenatal sebesar 78,2%

dan yang tidak melakukan konsultasi antenatal sebesar 16,3%.

57

9. Paparan media

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan paparan media di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

a. Membaca majalah/surat kabar

Tabel 5.1.9.1

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Membaca Majalah/Surat

Kabar di Indonesia

Membaca

majalah/surat kabar Jumlah (N) Persentase (%)

Tidak pernah

Pernah

1771

1664

51,5

48,4

Total 3435 99,9

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3435 ibu di

Indonesia, sebesar 51,5% tidak pernah membaca majalah/surta kabar,

sebesar 48,4% pernah membaca majalah/surat kabar.

58

b. Menonton televisi

Tabel 5.1.9.2

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Menonton Televisi di

Indonesia

Menonton Televisi Jumlah (N) Persentase (%)

Tidak pernah

Pernah

241

3196

7,0

92,9

Total 3437 99,9

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3437 ibu di

Indonesia, sebesar 92,9% pernah menonton televisi, sebesar 7,0%

tidak pernah menonton televisi.

c. Mendengarkan radio

Tabel 5.1.9.3

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Mendengarkan Radio di

Indonesia

Mendengarkan Radio Jumlah (N) Persentase (%)

Tidak pernah

Pernah

1779

1658

51,7

48,2

Total 3437 99,9

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3437 ibu di

Indonesia, sebesar 51,7% tidak pernah mendengarkan radio,

sebesar 48,2% pernah mendengarkan radio.

59

10. Otoritas pengambilan keputusan

Gambaran distribusi frekuensi ibu berdasarkan otoritas

pengambilan keputusan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1.10

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Otoritas Pengambilan

Keputusan di Indonesia

Otoritas Pengambilan

Keputusan Jumlah (N) Persentase (%)

Orang lain

Ibu pribadi

2307

1068

67,1

31,1

Total 3375 98,1

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 3375 ibu di

Indonesia, sebesar 67,1% yang mengambil keputusan terkait

pemeriksaan kesehatan ibu adalah orang lain dan sebesar 31,1%

adalah ibu pribadi.

60

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen yang dilakukan dengan

menggunakan uji chi square. Dikatakan berhubungan secara signifikan

jika didapat nilai p ≤ 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan secara

signifikan jika diperoleh nilai p > 0,05. Adapun hasil analisis bivariat

dalam penelitian ini antara lain :

1. Hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.1

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Tingkat

Pendidikan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Rendah 60 5,6 1012 94,4 1072 100

0,436 Tinggi 53 4,8 1059 95,2 1112 100

Total 113 5,2 2071 94,4 2184 100

Hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada

sebanyak 60 (5,6%) ibu yang berpendidikan rendah terlambat

melakukan PNC. Sedangkan diantara ibu yang berpendidikan

tinggi, ada 53 (4,8%) yang tidak melakukan PNC. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,436 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan

61

masa nifas antara ibu yang berpendidikan rendah dengan ibu yang

berpendidikan tinggi (tidak ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pendidikan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa

nifas).

2. Hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas

Tabel 5.2.2

Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas

Pekerjaan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Tidak

bekerja

64 5,5 1107 86,3 1171 100

0,750 Bekerja 53 5,1 992 84,8 1045 100

Total 117 5,3 2099 85,6 2216 100

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 64

(5,5%) ibu yang tidak bekerja dan idak melakukan asuhan masa

nifas. Sedangkan diantara ibu yang bekerja, ada 53 (5,1%) yang

tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh

nilai p= 0,750 atau > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja

(tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

62

3. Hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan perilaku

ibu tidak melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.3

Distribusi Responden Menurut Indeks Kekayaan Rumah Tangga

dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Indeks

Kekayaan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Menengah

ke bawah

81 5,8 1323 94,2 1404 100

0,244 Tinggi 37 4,5 781 95,5 818 100

Total 118 5,3 2101 94,7 2222 100

Hasil analisis hubungan antara indeks kekayaan dengan

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada

sebanyak 81 (5,8%) ibu yang berpendapatan menengah ke bawah

tidak melakukan asuhan masa nifas. Diantara ibu yang

berpendapatan tinggi, ada 37 (4,5%) yang tidak melakukan asuhan

masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,244 > 0,05 maka

dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian perilaku

tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu yang berpendapatan

menengah ke bawah dan ibu yang berpendapatan tinggi (tidak ada

hubungan yang signifikan antara indeks kekayaan dengan perilaku

tidak melakukan asuhan masa nifas).

63

4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.4

Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Tempat

Persalinan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Non

fasilitas

kesehatan

47 6,6 667 93,4 714 100

0,085 Fasilitas

kesehatan

71 4,7 1433 95,3 1504 100

Total 118 5,3 2100 94,7 2218 100

Hasil analisis hubungan antara tempat persalinan dengan

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada

sebanyak 47 (6,6%) ibu yang melakukan persalinan di non fasilitas

kesehatan tidak melakukan asuhan masa nifas. Sedangkan diantara

ibu yang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, ada 71

(4,7%) yang tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,085 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas antara ibu yang melakukan persalinan di non fasilitas

kesehatan dengan ibu yang melakukan persalinan di fasilitas

kesehatan (tidak ada hubungan yang signifikan antara tempat

persalinan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

64

5. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.5

Distribusi Responden Menurut Jangkauan Fasilitas Kesehatan

dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Jangkauan

Fasilitas

Kesehatan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Masalah 15 6,2 226 93,8 241 100

0,616 Bukan

masalah

103 5,2 1869 94,8 1972 100

Total 118 5,3 2095 94,7 2213 100

Hasil analisis hubungan antara jangkauan fasilitas kesehatan

dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh

bahwa ada sebanyak 15 (6,2%) ibu yang menyatakan jangkauan

fasilitas kesehatan masalah tidak melakukan asuhan masa nifas.

Sedangkan diantara ibu menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan

bukan masalah, ada 103 (5,2%) yang tidak melakukan asuhan masa

nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,616 > 0,05 maka dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas antara ibu yang menyatakan

jangkauan fasilitas kesehatan masalah dengan ibu yang

menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan bukan masalah (tidak

ada hubungan yang signifikan antara jangkauan fasilitas kesehatan

dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

65

6. Hubungan riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya

dengan perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.6

Distribusi Responden Menurut Riwayat Komplikasi Kehamilan

Sebelumnya dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Riwayat

Komplikasi

Kehamilan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue

Tidak PNC PNC

N % N % N %

Ada 18 5,2 1815 94,8 1915 100

0,743 Tidak ada 100 5,9 289 94,1 307 100

Total 118 5,3 2104 94,7 2222 100

Hasil analisis hubungan antara riwayat komplikasi kehamilan

sebelumnya dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas

diperoleh bahwa ada sebanyak 100 (5,9%) ibu yang tidak

mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya tidak melakukan

asuhan masa nifas. Sedangkan diantara ibu yang mengalami

komplikasi kehamilan sebelumnya, ada 18 (5,2%) yang tidak

melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=

0,743 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

proporsi kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas

antara ibu mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya dengan

ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya

(tidak ada hubungan yang signifikan riwayat komplikasi kehamilan

sebelumnya dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

66

7. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku ibu

terlambat melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.7

Distribusi Responden Menurut Konsultasi Antenatal dan Perilaku

Terlambat Melakukan Asuhan Masa Nifas

Konsultasi

Antenatal

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue Tidak PNC PNC

N % N % N %

Tidak ada 19 6,5 272 93,5 291 100

0,317 Ada 93 4,9 1790 95,1 1883 100

Total 112 5,2 2062 94,8 2174 100

Hasil analisis hubungan antara konsultasi antenatal dengan

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada

sebanyak 19 (6,5%) ibu yang tidak melakukan konsultasi antenatal

dan tidak melakukan asuhan masa nifas. Sedangkan diantara ibu

yang melakukan konsultasi antenatal, ada 93 (4,9%) yang tidak

melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=

0,317 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

proporsi kejadian perilaku tidak asuhan masa nifas antara ibu yang

melakukan konsultasi antenatal dengan ibu yang tidak melakukan

konsultasi antenatal (tidak ada hubungan yang signifikan antara

konsultasi antenatal dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa

nifas).

67

8. Hubungan paparan media dengan perilaku ibu tidak

melakukan asuhan masa nifas

a. Membaca majalah/surat kabar

Tabel 5.2.8.1

Distribusi Responden Menurut Paparan Media ( Membaca

Majalah/Surat Kabar) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan

Masa Nifas

Membaca

Majalah/

Surat

Kabar

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue Tidak PNC PNC

N % N % N %

Tidak

pernah

62 6,0 976 94,0 1038 100

0,232 Pernah 56 4,7 1125 95,3 1181 100

Total 118 5,3 2107 94,7 2219 100

Hasil analisis hubungan antara membaca majalah/surat

kabar dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas

diperoleh bahwa ada sebanyak 62 (6%) ibu yang tidak pernah

membaca majalah/surat kabar tidak melakukan PNC. Diantara

ibu yang pernah membaca majalah/surat kabar, ada 56 (4,7%)

yang tidak melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p= 0,232 > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak

ada perbedaan proporsi kejadian perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas antara ibu yang membaca majalah/surat

kabar dengan kategori tidak pernah dan pernah (tidak ada

hubungan yang signifikan antara membaca majalah/surat

kabar dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

68

b. Menonton televisi

Tabel 5.2.8.2

Distribusi Responden Menurut Paparan Media( Menonton

Televisi) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Menonton

Televisi

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue Tidak PNC PNC

N % N % N %

Tidak

pernah

6 5,9 96 94,1 102 100

0,971 Pernah 112 5,3 2007 94,7 2119 100

Total 118 5,3 2103 94,7 2221 100

Hasil analisis hubungan antara membaca menonton

televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa

nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 6 (5,9%) ibu yang

tidak pernah menonton televisi tidak melakukan asuhan

masa nifas. Diantara ibu yang pernah menonton televisi,

ada 112 (5,3%) yang tidak melakukan asuhan masa nifas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,971 > 0,05 maka

dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian

perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu

yang menonton televisi dengan kategori tidak pernah dan

pernah (tidak ada hubungan yang signifikan antara

menonton televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas).

69

c. Mendengarkan radio

Tabel 5.2.8.3

Distribusi Responden Menurut Paparan Media (Mendengarkan

Radio) dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Mendengarkan

Radio

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue Tidak PNC PNC

N % N % N %

Tidak pernah 56 5,4 990 94,6 1046 100

1,000 Pernah 62 5,3 1113 94,7 1175 100

Total 118 5,3 2103 94,7 2221 100

Hasil analisis hubungan antara membaca

majalah/surat kabar dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas diperoleh bahwa ada sebanyak 56 (5,4%)

ibu yang tidak pernah mendengarkan radio tidak melakukan

asuhan masa nifas. Diantara ibu yang pernah mendengarkan

radio, ada 62 (5,3%) yang tidak melakukan asuhan masa

nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1,000 > 0,05

maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi

kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara

ibu yang mendengarkan radio dengan kategori tidak pernah

dan pernah (tidak ada hubungan yang signifikan antara

mendengarkan radio dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas).

70

9. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku

ibu terlambat melakukan asuhan masa nifas

Tabel 5.2.9

Distribusi Responden Menurut Otoritas Pengambilan Keputusan

dan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Otoritas

Pengambilan

Keputusan

Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan

Masa Nifas Total

Pvalue Tidak PNC PNC

N % N % N %

Orang lain 78 5,2 1431 94,8 1509 100

0,855 Ibu pribadi 37 5,5 640 94,5 677 100

Total 115 5,3 2071 94,7 2186 100

Hasil analisis hubungan antara otoritas pengambilan keputusan

dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas diperoleh

bahwa ada sebanyak 78 (5,2%) orang lain yang memiliki otoritas

dalam pengambilan keputusan di rumah tangganya tidak

melakukan asuhan masa nifas. Ibu pribadi yang memiliki otoritas

pengambilan keputusan ada sebanyak 37 (5,5) terlambat

melakukan asuhan masa nifas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=

0,855 > α maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi

kejadian perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas antara ibu

yang memiliki otoritas pengambilan keputusan dengan orang lain (

tidak ada hubungan yang signifikan antara otoritas pengambilan

keputusan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas).

71

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu menggunakan data sekunder

dari BKKBN, dimana dalam penelitian SDKI tidak didesain secara khusus

untuk meneliti masalah asuhan masa nifas, namun didesain untuk meneliti

masalah kesehatan ibu dan anak secara umum, sehingga variabel yang

digunakan dalam penelitian ini terbatas pada variabel yang ada pada data

sekunder tersebut. Sedangkan variabel lain yang terdapat pada kerangka teori

namun tidak terdapat pada data SDKI, tidak diteliti dalam penelitian ini.

Selain itu, sangat banyak data yang missing mengenai perawatan nifas dalam

data SDKI 2012. Hanya 64,2% data mengenai perawatan nifas yang bisa

dianalisis.

B. Gambaran Perilaku Ibu Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas (Postnatal Care/PNC) atau pelayanan pasca

persalinan terpadu merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu

nifas (6 jam-42 hari) dan neonatus (6jam-28 hari), pendidikan kesehatan dan

konseling kepada ibu dan keluarga serta pelayanan KB pasca bersalin

(USAID, 2012). PNC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

dan bayinya selama 6 minggu setelah melahirkan. Asuhan masa nifas sangat

penting dilakukan karena masa ini adalah masa kritis bagi ibu dan bayi

(Warren dkk, 2015).

72

Masa nifas didefinisikan sebagai waktu antara keluarnya ari-ari

(plasenta) sampai 42 hari (6 minggu) setelah persalinan. Perawatan paling dini

pada periode setelah melahirkan adalah sangat penting karena dalam dua hari

pertama setelah melahirkan sangat krusial. Kematian ibu dan neonatal banyak

terjadi dalam 2 hari pertama setelah melahirkan (Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional, 2012).

Perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas adalah perilaku ibu yang

tidak melakukan atau memanfaatkan PNC dalam kurun waktu 42 hari/6

minggu setelah melahirkan. Hal ini sangat membahayakan kondisi ibu dan

bayi jika dalam waktu 42 hari setelah melahirkan tidak dilakukan perawatan

apapun oleh tenaga kesehatan profesional mengingat masa kritis adalah 2 hari

pertama setelah melahirkan.

Dampaknya adalah tingginya angka kematian ibu pada tahun 2012

yaitu sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup dan 19 per 1000 kelahiran

hidup bayi meninggal dalam kurun waktu 28 hari setelah melahirkan dan

angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2007 (SDKI, 2012).

Sedangkan target yang ditetapkan oleh MDGs pada tahun 2015 untuk angka

kematian ibu adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup dan 19 per 1000

kelahiran hidup untuk angka kematian bayi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu yang tidak

melakukan PNC adalah sebanyak 118 (3,4%) dari 2222 responden dan yang

melaksanakan PNC hanya 61,2%. Dibandingkan dengan laporan data SDKI

2012 yang menyatakan bahwa ibu yang tidak mendapatkan PNC adalah

sebanyak 11,4%, angka ibu yang tidak melakukan PNC dalam penelitian ini

73

jauh lebih kecil (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,

2012). Hal ini dikarenakan kategori responden yang digunakan dalam

penelitian ini lebih sempit daripada kategori responden yang digunakan pada

laporan SDKI 2012.

Pada penelitian ini, kategori responden yang digunakan adalah wanita

usia subur yang memiliki bayi usia 2-12 bulan saat wawancara dilakukan

mengingat ada kecenderungan ibu lupa apakah mereka melakukan pearwatan

nifas atau tidak jika usia bayi sudah lebih dari satu tahun. Sedangkan pada

laporan SDKI 2012, kategori responden adalah wanita uisa subur yang

memiliki bayi usia 0 hingga dua tahun saat wawancara dilakukan.

Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan, hipertensi, infeksi, dan

penyakit yang diderita ibu selama hamil seperti kanker, ginjal, jantung,

tuberkulosis, malaria, anemia, dan lain-lain (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2014). Sedangkan penyebab kematian neonatal

adalah gangguan/kelainan pernapasan, prematuritas, sepsis, hipotermi,

kelainan darah/ikterus, post matur, dan kelainan kongenital (Kementerian

Kesehatan RI, 2010).

Oleh sebab itu, sangat penting pelayanan postnatal dilakukan untuk

menjaga kesehatan ibu dan bayinya, melaksanakan skrining yang

komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan

tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, dan pelayanan Keluarga Berencana

(KB) sehingga dampak yang ditimbulkan oleh penyebab-penyebab kematian

74

tadi dapat dicegah atau ditanggulangi dengan cepat (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

Penelitian yang dilakukan Kumar dkk (2014) di wilayah Bihar (India),

kematian neonatum memiliki hubungan yang signifikan dengan PNC (OR

1,42). Diketahui bahwa tidak terlambat memandikan bayi dan tidak

memberikan perawatan kangguru setelah melahirkan (bagian dari perawatan

postnatal) memiliki hubungan yang kuat dengan kematian neonatal. Hal ini

dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah tentang pentingnya PNC bagi

ibu dan bayi dan lebih fokus terhadap program penolong persalinan terlatih

saat melahirkan dan program Antenatal Care (ANC) (Kumar dkk, 2014).

Penelitian di Palestina juga menemukan bahwa sebanyak 85% ibu tidak

melaksanakan PNC karena merasa tidak sakit oleh sebab itu mereka tidak

membutuhkan perawatan tersebut (Dhaher dkk, 2008).

Perawatan nifas (PNC) penting baik bagi ibu maupun bayinya. PNC

ini memberikan kesempatan untuk mengobati komplikasi yang timbul dalam

persalinan dan untuk memberikan informasi penting kepada ibu tentang cara

merawat dirinya dan bayinya (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional, 2012).

C. Pendidikan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan

Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Menurut Ross C. E. Dan Wu Ch. (1995), pendidikan dapat

meningkatkan kemampuan seseorang dalam berbagai tingkatan sehingga dia

memiliki kapabilitas dalam mengontrol dan menguasai diri, mengetahui arah

atau tujuan hidup, kemampuan untuk berkomunikasi dan menganalisis

75

sesuatu. Karena pendidikan mengembangkan kemampuan seseorang untuk

menemukan dan menginterpretasikan informasi untuk memecahkan masalah

pada berbagai tingkatan. Hal tersebut meningkatkan potensi untuk mengontrol

peristiwa dan hasil dalam kehidupan. Orang-orang yang punya kontrol diri

yang tinggi memiliki pengetahuan yang lebih tentang kesehatan dan dapat

memulai perilaku pencegahan, melaporkan kondisi kesehatannya dan jumlah

penyakit yang sedikit dibandingkan dengan orang dengan kontrol diri rendah

(Ivancic dkk, 2008).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat

pendidikan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas. Penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhenan dan Puspitasari (2011)

yang menyatakan bahwa pendidikan tidak memiliki hubungan dengan

pelaksanaan PNC karena ibu yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi

merasa lebih mengetahui kondisi tubuhnya sehingga dia merasa tidak perlu

untuk memeriksakan kondisi kesehatannya setelah melahirkan (Akhenan dan

Puspitasari, 2011).

Namun, penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Jayanthi dkk di Kabupaten Jeneponto(2015) yang menyatakan bahwa

ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan

pasca persalinan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu nifas yang

berpendidikan rendah tidak tahu akan resiko buruk yang akan terjadi terhadap

kondisi tubuhnya (Jayanthi dkk, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh

Langlois dkk juga menyatakan bahwa pendidikan memiliki hubungan positif

dengan dengan pelaksanan PNC. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat

76

pendidikan seseorang, semakin tinggi kecenderungan orang tersebut untuk

melakukan PNC (Langlois dkk, 2015).

Penelitian Regassa (2011) di Ethiophia juga menyatakan bahwa wanita

yang terpelajar cenderung menggunakan PNC. Sebab, pendidikan akan

meningkatkan rasa percaya diri wanita dan memiliki kemampuan untuk

membuat keputusan sendiri terkait dengan kesehatannya. Wanita yang

berpendidikan juga cenderung memilih pelayanan kesehatan yang memiliki

kualitas yang lebih tinggi dan kemampuan untuk menggunakan perawatan

kesehatan yang menawarkan pelayanan yang lebih baik (Regassa, 2011).

Penelitian lain yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki

hubungan dengan pencarian pelayanan postnatal adalah penelitian Sultana dan

Shaikh di Pakistan, dan penelitian Akunga dkk (2014) di Kenya (Sultana dan

Shaikh, 2015; Akungan dkk, 2014).

D. Pekerjaan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan

Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase ibu yang tidak bekerja

dan tidak melakukan PNC lebih besar dari ibu yang bekerja dan tidak

melakukan PNC. Ibu yang tidak bekerja dan tidak melaksanakan PNC sebesar

40,1% dan ibu yang bekerja dan tidak melaksanakan PNC sebesar 36,7%. Hal

ini dikarenakan ibu yang tidak bekerja cenderung bergantung pada pendapatan

suaminya sehingga mereka tidak bisa secara leluasa untuk melakukan PNC

tanpa adanya dukungan materi dari suami. Seperti yang dikatakan oleh

Kalmuss dan Fennelly (1990) yang menemukan bahwa wanita yang bekerja

77

lebih banyak menggunakan PNC daripada ibu rumah tangga karena mereka

tidak bergantung secara ekonomi pada pasangannya (Ejaz dan Ahmad, 2013).

Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara

pekerjaan dengan perilaku tidak melakukan PNC. Ibu yang tidak bekerja

memiliki waktu luang lebih banyak daripada ibu yang bekerja sehingga

mereka bisa melakukan perawatan masa nifas.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhenan

dan Puspitasari (2011) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan pemanfaatan PNC. Ibu yang bekerja akan meningkatkan

indeks kekayaan keluarga sehingga tersedia cukup dana untuk melaksanakan

PNC (Akhenan dan Puspitasari, 2011). Namun, penelitian yang dilakukan oleh

Islam dan Odland di Bangladesh (2011) menyatakan bahwa ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan pasca persalinan (PNC)

(Islam dan Odland, 2011).

E. Indeks Kekayaan Rumah Tangga dan Hubungannya dengan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa indeks kekayaan rumah tangga

tidak memiliki hubungan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa nifas.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Akhenan dan Puspitasari (2011) yang

menyatakan bahwa pendapatan tidak berhubungan dengan pelaksanaan PNC.

Hal ini dikarenakan biaya pelaksanaan PNC terjangkau oleh ibu nifas yang

berpendapatan kurang, selain itu sebagian besar ibu nifas telah menerima

Jamkesmas yang membebaskan biaya pelaksanaan PNC.

78

Asuhan masa nifas sudah ditanggung pembiayaannya oleh pemerintah,

namun terdapat kendala lain bagi ibu yang memiliki indeks kekayaan

menengah ke bawah yaitu biaya transportasi menuju fasilitas kesehatan.

Wilayah Indonesia terdiri dari pedesaan dan perkotaan. Wilayah

perkotaan memiliki akses yang mudah untuk menuju tempat fasilitas

kesehatan. Rumah sakit, klinik, puskesmas, dan pelayanan kesehatan lainnya

tersebar di setiap wilayah. Namun di wilayah pedesaan, lokasi rumah dengan

fasilitas kesehatan berjauahan dan memerlukan biaya yang tidak murah

sehingga ibu nifas enggan untuk memeriksakan kesehatannya.

Namun, penelitian yang dilakukan di Nigeria menyatakan bahwa

indeks kekayaan memiliki hubungan dengan penggunaan PNC. Golongan

kaya tiga kali lebih tinggi menggunakan PNC dari pada golongan miskin.

Langlois dkk juga menyatakan bahwa penggunaan pelayanan postnatal tinggi

pada wanita dengan status sosial ekonomi yang tinggi. Rumah tangga yang

memiliki status sosial ekonomi yang tinggi lebih mampu untuk membayar

biaya medis dan non medis serta biaya untuk melakukan perawatan postnatal

(Langlois dkk, 2015).

F. Tempat Persalinan dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

tempat persalinan dengan perilaku tidak melakukan perawatan nifas. Ibu yang

melakukan persalinan di non fasilitas kesehatan bisa dibantu oleh tenaga

kesehatan dengan mendatangi rumah atau kediaman ibu. Diketahui bahwa

sebesar 83% ibu yang melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan (BKKBN,

79

2012). Dengan begitu, meskipun ibu melakukan persalinan di non fasilitas

kesehatan, ibu tetap melakukan perawatan masa nifas karena disarankan oleh

tenaga kesehatan yang membantu persalinannya.

Namun, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

Ethiophia yang menemukan bahwa ibu yang melakukan persalinan di fasilitas

kesehatan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan

pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan PNC pada saat

melahirkan. Selain itu, mereka juga mendapatkan akses untuk belajar tentang

jenis, manfaat dan ketersediaan layanan PNC selama tinggal di fasilitas

kesehatan (Workineh dan Hailu, 2014). Penelitian yang dilakukan di Pakistan

juga menyatakan bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan 11,07 kali

lebih besar menggunakan PNC daripada ibu yang melakukan persalinan di

rumah (Ejaza dan Ahmad, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Somefun dan Ibisomi di Nigeria juga

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tempat melahirkan

dengan penggunaan PNC. Namun, mereka menyatakan bahwa, ibu yang

melahirkan bukan di fasilitas kesehatan memiliki kecenderungan yang rendah

terhadap penggunaan pelayanan postnatal. Alasannya adalah ibu yang

melahirkan di fasilitas kesehatan merasa percaya diri dengan kesehatan diri

dan bayinya sehingga merasa tidak perlu untuk kembali memeriksakan

kesehatan setelah melahirkan (Somefun dan Ibisomi, 2016).

80

G. Jangkauan Fasilitas Kesehatan dan Hubungannya dengan Perilaku

Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa

nifas. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Akhenan dan Puspitasari (2011) yang menyatakan bahwa jangkauan fasilitas

kesehatan memiliki hubungan dengan pelaksanaan PNC. Jangkauan pelayanan

kesehatan yang sulit bisa menghalangi ibu nifas untuk melaksanakan PNC

(Akhenan dan Puspitasari, 2011).

Penelitian serupa yang dilakukan Jayanti dkk (2015) di Kabupaten

Jeneponto juga menyatakan bahwa ada hubungan antara jangkauan fasilitas

kesehatan dengan pemanfaatan PNC. Ibu yang tinggal dekat dengan fasilitas

pelayanan kesehatan seperti rumah bidan akan memudahkan aksesnya untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan (Jayanti dkk, 2015).

Indonesia terdiri 5 pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi, Papua dan ribuan pulau kecil (BKKBN, 2012). Kondisi geografis

yang terpisah dan terpusatnya pemerintahan di pulau Jawa menyebabkan

penyebaran fasilitas kesehatan tidak merata. Wilayah Indonesia Timur

khususnya Papua adalah wilayah dengan jangkauan menuju fasilitas kesehatan

yang paling sulit. Diketahui bahwa sebesar 50,5 % ibu mengatakan mengalami

kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan karena jarak ke fasilitas

kesehatan yang jauh (BKKBN, 2012).

Studi kualitatif yang dilakukan Titaley dkk di Garut, Sukabumi dan

Ciamis memaparkan bahwa jarak menuju fasilitas kesehatan merupakan

81

masalah yang besar terutama di daerah rural dengan kondisi jalan yang buruk.

Beberapa informan menyatakan bahwa mereka harus berjalan selama 2 jam

untuk mencapai fasilitas kesehatan terdekat dan keadaannya akan semakin

parah jika musim hujan karena menyebabkan jalanan menjadi licin (Titaley,

dkk, 2010).

Selain itu kendala lainnya yaitu terbatasnya jumlah fasilitas kesehatan

seperti di daerah terpencil dimana bidan desa tidak tinggal di daerah tersebut

atau berkeliling ke daerah lain (Titaley, dkk, 2010).

H. Riwayat Komplikasi Kehamilan Sebelumnya dan Hubungannya dengan

Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara ibu yang

mengalami komplikasi kehamilan sebelumnya dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan

melakukan asuhan masa nifas karena ibu merasa khawatir dengan kondisi

kesehatannya sehingga setelah sembuh dari komplikasi, ibu tetap melakukan

pemeriksaan kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan lainnya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Akhenan dan Nunik (2011)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat komplikasi dengan

pemanfaatan asuhan masa nifas. Ibu yang tidak mengalami komplikasi saat

kehamilan cenderung tidak melakukan PNC. Sebab, ibu merasa tidak ada

masalah dengan kesehatannya, begitu juga dengan bayi, sehingga ibu merasa

tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan setelah melahirkan (Akhenan

dan Nunik, 2011).

82

Begitu juga dengan ibu yang mengalami komplikasi kehamilan

sebelumnya. Mereka cenderung melakukan pemeriksaan postnatal

dikarenakan ibu merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya. Apalagi

setelah mengalami komplikasi saat kehamilan, ibu akan lebih konsisten untuk

melakukan kontrol kesehatan selama kehamilan hingga setelah melahirkan

agar ibu dan bayi tetap sehat serta dapat mencegah terjadinya masalah-

masalah yang dapat mengganggu kesehatan ibu dan bayi.

I. Konsultasi Antenatal dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak

Melakukan Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Antenatal care (ANC) adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan

janinnya oleh tenaga profesional meliputi pemeriksaan, minimal 4 kali

pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada

trimester kedua dan 2 kali pada trimester III. Pemeriksaan antenatal penting

untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan pendidikan tentang kehamilan

(Sinaga, 2009).

Menurut Depkes RI (2010) salah satu tujuan pelaksanaan ANC adalah

untuk mempersiapkan ibu menjalani masa nifas dan mempersiapkan ASI

eksklusif. Oleh sebab itu, diharapkan petugas kesehatan memberikan

informasi terkait dengan PNC sehingga mempengaruhi ibu hamil untuk

melaksanakan PNC setelah bersalin.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara pemeriksaan antenatal dengan perilaku tidak PNC. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi dkk

(2015) di Kabupaten Jeneponto yang mengatakan bahwa pemeriksaan

83

antenatal tidak memiliki hubungan dengan pemanfataan PNC. Ibu yang sudah

melaksanakan ANC merasa tahu kondisi tubuhnya sudah stabil, merasa bayi

dan ibu dalam keadaan sehat karena tidak terjadi komplikasi atau tanda-tanda

yang membahayakan sehingga enggan untuk melaksanakan perawatan pada

masa nifas (Jayanthi dkk, 2015).

Jika seseorang tidak melakukan pemeriksaan antenatal, maka dia tidak

mengetahui perawatan apa yang harus dilakukan setelah bersalin. Karena

pada saat pemeriksaan antenatal, petugas kesehatan akan menjelaskan

mengenai perawatan-perawatan pada masa nifas, pentingnya perawatan nifas,

dan menganjurkan ibu untuk memeriksakan kesehatannya ke petugas

kesehatan setelah bersalin. Selain itu, jika ibu tidak melakukan pemeriksaan

antenatal, ibu tidak mendapatkan saran dan dukungan dari petugas kesehatan

untuk melakukan perawatan nifas. Dukungan dari petugas kesehatan sangat

penting untuk mempengaruhi ibu untuk melaksanakan perawatan nifas

setelah melahirkan. Jika ibu tidak didukung dan tidak diberi pengetahuan

tentang masa nifas, ibu akan cenderung tidak melakukan PNC setelah

persalinan.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di

Pakistan yang menemukan bahwa adanya hubungan yang kuat antara ANC

dan PNC. Alasan meningkatnya pemanfaatan PNC adalah sesi konseling dan

pendidikan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama ANC. Oleh sebab

itu, dapat ditetapkan bahwa selama kunjungan ANC, penyedia pelayanan

kesehatan harus memulai konsultasi mengenai PNC juga (Sultana dan Shaikh,

2015).

84

Penelitian Akhenan dan Puspitasari (2011) juga menyatakan bahwa

ibu yang melaksanakan ANC lebih banyak melaksanakan PNC. Hal ini

dikarenakan ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara lengkap akan

mendapatkan penyuluhan dari bidan untuk melaksanakan PNC sehingga ibu

yang melakukan ANC akan lebih termotivasi untuk melaksanakan PNC

dibanding ibu yang tidak melakukan ANC (Akhenan dan Puspitasari, 2011).

J. Paparan Media dan Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan

Asuhan Masa Nifas (Postnatal Care/PNC)

Menurut Bovee (1997), media adalah alat yang berfungsi

menyampaikan pesan (Wiryanto, 2004). Pada penelitian ini, paparan media

dibagi menjadi 3 yaitu membaca majalah/surat kabar, mendengarkan radio,

dan menonton televisi. Setelah dilakukan uji statistik, diketahui bahwa

frekuensi paparan ketiga media tersebut tidak memiliki hubungan dengan

perilaku ibu tidak melakukan asuhan masa nifas.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

N Regassa (2011) di Ethiophia yang menemukan bahwa frekuensi

mendengarkan radio memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan

PNC (N, 2011). Menonton televisi juga memiliki hubungan yang signifikan

dengan perilaku ibu tidak melakukan PNC.

Akses terhadap informasi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

seseorang (BKKBN, 2012). Jika seseorang tidak mendapatkan informasi

mengenai kesehatan, orang tersebut tidak akan tahu bagaimana cara menjaga

kesehatan diri dan keluarganya dan hal tersebut berpengaruh terhadap sikap

dan perilakunya dalam menjaga kesehatan.

85

Penyebab paparan media tidak memiliki hubungan dengan perilaku ibu

tidak melakukan asuhan masa nifas karena media di Indonesia masih kurang

mengekspos informasi mengenai asuhan masa nifas. Pada umumnya media di

Indonesia lebih banyak melakukan promosi tentang Keluarga Berencana atau

tentang inisiasi menyusui dini.

K. Otoritas Pengambilan Keputusan Terkait Perawatan Kesehatan dan

Hubungannya dengan Perilaku Tidak Melakukan Asuhan Masa Nifas

(Postnatal Care/PNC)

Otonomi adalah kemampuan untuk memperoleh informasi dan

membuat keputusan tentang suatu permasalahan (Acharya dkk, 2010).

Pengambilan keputusan dalam keluarga menjadi aspek penting bagi

kesejahteraan keluarga. Wanita yang ikut serta dalam pengambilan keputusan

dalam keluarga akan mempengaruhi kehidupan (termasuk kesehatan ibu dan

anak) dan lingkungan mereka dan secara positif berkaitan dengan

pemberdayaan perempuan (BKKBN, 2012; Acharya dkk, 2010).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan otoritas

pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatan dalam keluarga dengan

perilaku ibu tidak melakukan PNC. Namun, otoritas pengambilan keputusan

yang dipegang oleh suami/orang lain cenderung mempengaruhi ibu untuk

tidak melakukan PNC. Diketahui bahwa 37,6% keputusan yang dipegang oleh

suami/orang lain tidak melakukan PNC.

Hal ini bisa disebabkan karena pada umumnya, budaya di Indonesia

menganut budaya patriarki, yaitu sistem pengelompokkan masyarakat sosial

yang mementingkan garis keturunan bapak/laki-laki. Patriarki juga dapat

86

didefinisikan sebagai keadaan di masyarakat yang menempatkan kedudukan

dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek

kehidupan sosial, budaya dan ekonomi (Aritonang, 2010).

Selain itu, dalam penelitian ini persentase wanita yang memiliki

pendidikan rendah lebih banyak dari wanita yang berpendidikan tinggi.

Sebanyak 50,4% wanita berpendidikan rendah (SD dan SMP) dan 46,6%

berpendidikan tinggi (SMA sederajat dan Perguruan Tinggi/Sekolah

Tinggi/Akademi).

Penelitian yang dilakukan di Nepal menunjukkan bahwa pendidikan

memiliki hubungan yang kuat dengan otoritas perempuan dalam pengambilan

keputusan terkait kesehatan. Pendidikan dapat menanamkan perasaan harga

diri dan kepercayaan diri dan itu sangat penting dalam mewujudkan perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan (Acharya, 2010). Regassa (2011) juga

mengatakan bahwa pendidikan dapat menambah otoritas wanita dan

membantu wanita untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kapabilitas

yang lebih baik untuk membuat keputusan terkait kesehatannya (Regassa,

2011). Oleh sebab itu, wanita yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi

akan cenderung untuk menggunakan PNC.

Seharusnya, posisi wanita sebagai pengurus rumah tangga harus

memiliki otoritas dalam pengambilan keputusan. Sebab, sebagai orang yang

bertugas mengurus dan merawat keluarga, wanita lebih mengetahui

bagaimana kondisi kesehatan keluarganya dan dia berhak menentukan apa

yang terbaik demi menjaga kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

87

Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi dkk

(2015) yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga

dengan pelaksanaan PNC. Dukungan keluarga memiliki hubungan dengan

penggunaan PNC karena adanya kecenderungan keluarga untuk menyarankan

ibu nifas untuk memeriksakan kesehatannya.

88

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas pada ibu di Indonesia dengan menggunakan

data SDKI 2012 didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Data mengenai perawatan nifas memiliki missing sebesar 38,8%.

2. Sebesar 61,2% ibu di Indonesia melakukan asuhan masa nifas.

3. Variabel yang termasuk ke dalam predisposing factor, diketahui

bahwa sebanyak 50,8% ibu memiliki pendidikan yang rendah, 54,3%

tidak bekerja, dan 78,2% melakukan konsultasi antenatal di Indonesia.

4. Variabel yang termasuk ke dalam enabling factor, sebesar 67,6% ibu

berpendapatan menengah ke bawah, 61,4% melakukan persalinan di

fasilitas kesehatan, 85,8 menyatakan jangkauan fasilitas kesehatan

bukan masalah, 51,5% tidak pernah membaca majalah/surat kabar,

92,9 pernah menonton televisi, 51,7% tidak pernah mendengarkan

radio, dan 67,1% pengambilan keputusan mengenai pemeriksaan

kesehatan dilakukan oleh orang lain.

5. Variabel yang termasuk ke dalam illness factor, sebesar 86,1% ibu

tidak ada mengalami komplikasi kehamilan pada kehamillan

terakhirnya.

6. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan, pekerjaan, indeks

kekayaan rumah tangga, tempat persalinan, komplikasi kehamilan

sebelumnya, jangkauan fasilitas kesehatan, konsultasi antenatal,

89

paparan media, dan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku

ibu tidak melakukan asuhan masa nifas di Indonesia.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

a. Melakukan promosi mengenai pentingnya melaksanakan

pemeriksaan postnatal (masa nifas) baik secara langsung (saat

pemeriksaan antenatal dan melahirkan) maupun secara tidak

langsung dengan menggunakan berbagai media terutama televisi

karena ibu cenderung lebih banyak menonton televisi

dibandingkan membaca majalah/surat kabar dan mendengarkan

radio. Selain itu, dengan memasang gambar atau ilustrasi mengenai

PNC di fasilitas kesehatan. Dengan begitu, semua orang bisa

melihat, membaca, dan memperhatikan pesan mengenai PNC yang

disampaikan melalui berbagai media yang kemudian nantinya

dapat diinformasikan kepada ibu atau calon ibu.

2. Bagi peneliti lain

a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan lebih fokus kepada suatu wilayah yang lebih kecil

(provinsi/kabupaten) sehingga hasil penelitian yang didapatkan

bisa lebih mendalam karena setiap wilayah memiliki

karakteristik/budaya yang berbeda yang memungkinkan adanya

perbedaan faktor penyebab tidak melaksanakan PNC.

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian

dengan mengumpulkan data primer agar peneliti dapat lebih

90

menguasai objek dan subjek penelitian dan mengetahui kondisi

lapangan sehingga mempermudah dalam menganalisis dan

membahas kondisi pelaksanaan PNC di suatu wilayah lebih tepat

dan mendalam serta dapat menghindari terjadinya missing data,

baik saat melakukan penelitian maupun saat entry data.

c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel

yang belum diteliti dalam penelitian ini karena keterbatasan data

yang terdapat dalam SDKI 2012.

3. Bagi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

a. Melengkapi kekurangan data mengenai asuhan masa nifas karena

banyak sekali data nifas yang tidak diisi oleh responden sehingga

sulit melihat besar cakupan perawatan nifas yang sebenarnya di

Indonesia. Hal itu juga akan mempersulit dalam menetapkan

kebijakan atau program untuk meningkatkan pelayanan nifas bagi

ibu di Indonesia.

4. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

a. Membuat program atau promosi mengenai pentingnya asuhan

masa nifas bagi ibu dan bayi kepada masyarakat dengan

melakukan kerja sama dengan pihak swasta atau organisasi

masyarakat.

91

DAFTAR PUSTAKA

Akhenan, Nur Fitria dan Nunik Puspitasari. 2012. Determinan pada Ibu Nifas

yang Berhubungan dengan Pelaksanaan PNC. Vol. 1, No. 1

Acharya, Dev R. Dkk. 2011. Women’s Autonomy in Household Decision Making :

A Demographic Study in Nepal. Rural and Remote Health. Vol. 7, No. 15

Akungan, Daniel, Diana Menya dan Mark Kabue. 2014. Determinant of Postnatal

Care Use in Kenya. African Population Studies. Vol. 28, No. 13

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.

Jogjakarta : Nuha Medika

Aritonang, J. 2010. Hubungan Budaya Patriarki Terhadap Keputusan WUS

Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Lingkungan VI Simpang

Selayang Medan Tuntungan. Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Indonesia : Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 2012. Jakarta : BPS

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

2013. Pertanyaan Rumah Tangga dan Individu. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

92

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Indonesia : Laporan

Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium

Development Goals). Jakarta : BAPPENAS

Badriah, Fase. et,al. 2014. Sklilled Versus Unsklilled Assistance in Home

Delivery: Maternal Complications, Stillbirth and Neonatal Death in

Indonesia. Vol. 3, No. 5

Bagian Obstetri & Genekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran

Bandung. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman

Depkes RI. 2010. Pengertian dan Kegiatan Pelayanan Antenatal Care. Diakses

pada 30 September 2014 dari http://www.indonesian-

publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html

Dhaher, Enas. Dkk. 2008. Factors Associated with Lack of Postnatal Care Among

Palestinian Woman : A Cross-Sectional Study of Three Clinics in the West

Bank. BMC

Ejaz, Sana dan Khalil Ahmad. 2013. Postpartum Care Utilization among

Primigravida : A study in Rural Punjab, Pakistan. Research on

Humanities and Social Sciences. Vol. 3, No. 4

Fadel, Shaza A. Dkk. 2015. Facility Delivery, Postnatal Care and Neonatal

Deaths in India: Nationally-Representative Case-Control Studies.

Hastono, Sutanto Priyo dan Luknis Sabri. 2011. Statistik Kesehatan. Jakarta:

Rajawali Pers

93

Henderson, Christine dan Kathleen Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan.

Jakarta: ECG

Ivancic, Angela, Jasmina Mirceva dan Natalija Vrecer. 2008. Impact of Education

on Health (Youth, Women, People with Disabilities). Citizens and

Governance in the Knowledge-Based Society.10

Jayanti, Dwi, Ansariadi, Dian Sidik. 2015. Determinan Pemanfaatan Pelayanan

Pasca Persalinan (Post-Natal Care) Ibu Primipara di Kabupaten

Jeneponto. Skripsi. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial :

Pelayanan Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

Kumar, dkk. 2014. A Population Based Study of Neonatal Mortality and Maternal

Care Utilization in the Indian State of Bihar. India : BMC

Ladewig, Patricia W. Dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir.

Jakarta : EGC

Llewellyn, Derek dan Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta :

Hipokrates

Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit

pada Neonatus. Jakarta : Trans Info Media

94

Regassa, Nigatu. 2011. Antenatal and Postnatal Care Service Utilization in

Southern Ethiopia : A Population-Based Study. Ethiophia : African Health

Sciences, Vol. 11, No. 3

Sinaga, Taruli Rohana. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan

Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun

2009.

Sines, Erin. Dkk. 2007. Postnatal Care : A Critical Opportunity to Save Mothers

and Newborns. Save the Children.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo

Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir

(Maternal Newborn Nursing). Jakarta : EGC

Sultana, Nighat dan Babar Tasneem Shaikh. 2015. Low Utilization of Postnatal

Care : Searching the Window of Opporttunity to Mothers and Newborns

Lives in Islamabad Capital Territory, Pakistan. BMC. Vol. 8, No. 645

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Titaley, Christina R. dkk. 2010. Why don’t Some Women Attend Antenatal and

Postnatal Care Services? A Qualitative Study of Community Members

Perspectives in Garut, Sukabumi and Ciamis Districts of West Java

Province, Indonesia. BMC Pregnancy & Childbirth, 10:61

Tsawe, Mluleki. Dkk. 2015. Factors Influencing the Use of Maternal Healthcare

Services and Childhood Immunization in Swaziland. The International

Journal for Equity in Health. Vol. 14, No. 32

95

United Nation. 2015. Sustainable Development Goals : 17 Goals to Transform

Our World. http://www.un.org/sustainabledevelopment/health/. Diakses

pada 24 Juni 2016

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo

Workineh, Yinager Gebeyehu dan Desta Aregawi Hailu. 2014. Factors Affecting

Utilization of Postnatal Care Service in Jabitena District, Amhara Region,

Ethiophia. Science Journal of Public Health. 2(3):169-176

World Health Organization. 2015. Maternal, Newborn, Child and Adolescent

Health.

http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/newborn/postnatal_c

are/en/. Diakses pada 11 November 2015

96

LAMPIRAN 1

OUTPUT POSTNATAL CARE

1. Nifas

Melakukanperawatannifas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak melakukan 118 3.4 5.3 5.3

Melakukan 2104 61.2 94.7 100.0

Total 2222 64.6 100.0

Missing System 1217 35.4

Total 3439 100.0

97

Time after delivery postnatal check took place

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Immediately/in first hour 293 8.5 13.2 13.2

Hours: 1 487 14.2 21.9 35.1

102 203 5.9 9.1 44.2

103 107 3.1 4.8 49.1

104 53 1.5 2.4 51.4

105 44 1.3 2.0 53.4

106 46 1.3 2.1 55.5

107 19 .6 .9 56.3

108 20 .6 .9 57.2

109 4 .1 .2 57.4

110 11 .3 .5 57.9

111 4 .1 .2 58.1

112 11 .3 .5 58.6

113 2 .1 .1 58.7

114 3 .1 .1 58.8

115 3 .1 .1 59.0

116 1 .0 .0 59.0

117 2 .1 .1 59.1

120 2 .1 .1 59.2

Days: 1 227 6.6 10.2 69.4

202 67 1.9 3.0 72.4

203 71 2.1 3.2 75.6

204 19 .6 .9 76.5

205 18 .5 .8 77.3

206 11 .3 .5 77.8

207 18 .5 .8 78.6

208 3 .1 .1 78.7

210 4 .1 .2 78.9

212 1 .0 .0 78.9

98

214 1 .0 .0 79.0

217 2 .1 .1 79.1

219 1 .0 .0 79.1

220 1 .0 .0 79.2

230 3 .1 .1 79.3

236 1 .0 .0 79.3

240 6 .2 .3 79.6

Weeks: 1 132 3.8 5.9 85.6

302 75 2.2 3.4 88.9

303 27 .8 1.2 90.1

304 85 2.5 3.8 94.0

305 9 .3 .4 94.4

306 7 .2 .3 94.7

307 6 .2 .3 95.0

308 34 1.0 1.5 96.5

309 2 .1 .1 96.6

310 1 .0 .0 96.6

312 3 .1 .1 96.8

318 1 .0 .0 96.8

324 1 .0 .0 96.8

330 1 .0 .0 96.9

360 1 .0 .0 96.9

Don't know 68 2.0 3.1 100.0

Total 2222 64.6 100.0

Missing 999 1 .0

System 1216 35.4

Total 1217 35.4

Total 3439 100.0

99

2. Pendidikan

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rendah 1748 50.8 52.6 52.6

tinggi 1574 45.8 47.4 100.0

Total 3322 96.6 100.0

Missing System 117 3.4

Total 3439 100.0

Highest educational level

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Primary 942 27.4 28.4 28.4

Junior high 806 23.4 24.3 52.6

Senior high 1071 31.1 32.2 84.9

Academy 184 5.4 5.5 90.4

University 319 9.3 9.6 100.0

Total 3322 96.6 100.0

Missing System 117 3.4

Total 3439 100.0

3. Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak bekerja 1868 54.3 54.5 54.5

bekerja 1561 45.4 45.5 100.0

Total 3429 99.7 100.0

Missing System 10 .3

Total 3439 100.0

100

Respondent's occupation

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Not working 1868 54.3 54.5 54.5

Professional, technical 270 7.9 7.9 62.3

Managers and administration 14 .4 .4 62.7

Clerical 126 3.7 3.7 66.4

Sales 411 12.0 12.0 78.4

Service 108 3.1 3.1 81.5

Agricultural worker 331 9.6 9.7 91.2

Industrial worker 263 7.6 7.7 98.9

Other 38 1.1 1.1 100.0

Don't Know 1 .0 .0 100.0

Total 3430 99.7 100.0

Missing 999 9 .3

Total 3439 100.0

4. Indeks kekayaan

Indekskekayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid menengah ke bawah 2326 67.6 67.6 67.6

Kaya 1113 32.4 32.4 100.0

Total 3439 100.0 100.0

101

Wealth index

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Poorest 964 28.0 28.0 28.0

Poorer 737 21.4 21.4 49.5

Middle 625 18.2 18.2 67.6

Richer 606 17.6 17.6 85.3

Richest 507 14.7 14.7 100.0

Total 3439 100.0 100.0

5. Tempat persalinan

Tempatmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid non faskes 1318 38.3 38.4 38.4

faskes 2112 61.4 61.6 100.0

Total 3430 99.7 100.0

Missing System 9 .3

Total 3439 100.0

102

Place of delivery

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Respondent's home 1197 34.8 34.8 34.8

Other home 121 3.5 3.5 38.3

Hospital/clinic 533 15.5 15.5 53.8

Health center 256 7.4 7.4 61.3

Village health post 13 .4 .4 61.7

Delivery post 45 1.3 1.3 63.0

Hospital 235 6.8 6.8 69.8

Maternity hospital 134 3.9 3.9 73.7

Maternity home 38 1.1 1.1 74.8

Clinic 109 3.2 3.2 78.0

General practitioner 4 .1 .1 78.1

Obstetrician 30 .9 .9 79.0

Midwife 572 16.6 16.6 95.6

Nurse 2 .1 .1 95.7

village midwife 134 3.9 3.9 99.6

Other private sector 7 .2 .2 99.8

Other 8 .2 .2 100.0

Total 3438 100.0 100.0

Missing 99 1 .0

Total 3439 100.0

103

6. Komplikasi kehamilan

Ever had complications during pregnancy

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid No 2961 86.1 86.8 86.8

Yes 451 13.1 13.2 100.0

Total 3412 99.2 100.0

Missing 9 3 .1

System 24 .7

Total 27 .8

Total 3439 100.0

104

7. Jangkauan fasilitas kesehatan

Getting medical help for self: distance to health facility

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Big problem 477 13.9 13.9 13.9

Not a big problem 2951 85.8 86.1 100.0

Total 3428 99.7 100.0

Missing 9 11 .3

Total 3439 100.0

8. Konsultasi antenatal

Antenatal care: Consultation

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid No 559 16.3 17.2 17.2

Yes 2688 78.2 82.8 100.0

Total 3247 94.4 100.0

Missing 9 10 .3

System 182 5.3

Total 192 5.6

Total 3439 100.0

105

9. Membaca majalah/surat kabar

Membaca

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak pernah 1771 51.5 51.6 51.6

pernah 1664 48.4 48.4 100.0

Total 3435 99.9 100.0

Missing System 4 .1

Total 3439 100.0

Frequency of reading newspaper or magazine

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Not at all 1771 51.5 51.6 51.6

Less than once a week 1245 36.2 36.2 87.8

At least once a week 419 12.2 12.2 100.0

Total 3435 99.9 100.0

Missing 9 4 .1

Total 3439 100.0

10. Mendengarkan radio

Mendengarkanradio

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak pernah 1779 51.7 51.8 51.8

pernah 1658 48.2 48.2 100.0

Total 3437 99.9 100.0

Missing System 2 .1

Total 3439 100.0

106

Frequency of listening to radio

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Not at all 1779 51.7 51.8 51.8

Less than once a week 1153 33.5 33.5 85.3

At least once a week 505 14.7 14.7 100.0

Total 3437 99.9 100.0

Missing 9 2 .1

Total 3439 100.0

11. Menonton tv

Menontontv

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak pernah 241 7.0 7.0 7.0

Pernah 3196 92.9 93.0 100.0

Total 3437 99.9 100.0

Missing System 2 .1

Total 3439 100.0

107

Frequency of watching television

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Not at all 241 7.0 7.0 7.0

Less than once a week 420 12.2 12.2 19.2

At least once a week 2776 80.7 80.8 100.0

Total 3437 99.9 100.0

Missing 9 2 .1

Total 3439 100.0

12. Otoritas pengambilan keputusan

Otoritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid orang lain 2307 67.1 68.4 68.4

ibu pribadi 1068 31.1 31.6 100.0

Total 3375 98.1 100.0

Missing System 64 1.9

Total 3439 100.0

108

Person who usually decides on respondent's health care

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Respondent alone 1068 31.1 31.6 31.6

Respondent and

husband/partner 1759 51.1 52.1 83.8

Husband/partner alone 534 15.5 15.8 99.6

Someone else 8 .2 .2 99.8

Other 6 .2 .2 100.0

Total 3375 98.1 100.0

Missing 9 3 .1

System 61 1.8

Total 64 1.9

Total 3439 100.0

109

OUTPUT BIVARIAT

1. Hubungan pendidikan dengan perilaku ibu tidak melakukan asihan

masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

pendidikan rendah Count 60 1012 1072

% within pendidikan 5.6% 94.4% 100.0%

tinggi Count 53 1059 1112

% within pendidikan 4.8% 95.2% 100.0%

Total Count 113 2071 2184

% within pendidikan 5.2% 94.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .768a 1 .381

Continuity Correctionb .608 1 .436

Likelihood Ratio .768 1 .381

Fisher's Exact Test .386 .218

Linear-by-Linear Association .768 1 .381

N of Valid Casesb 2184

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,47.

b. Computed only for a 2x2 table

110

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pendidikan

(rendah / tinggi) 1.185 .811 1.731

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.174 .819 1.683

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.991 .972 1.011

N of Valid Cases 2184

111

2. Hubungan pekerjaan dengan perilaku tidak melakukan asuhan masa

nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

pekerjaan tidak bekerja Count 64 1107 1171

% within pekerjaan 5.5% 94.5% 100.0%

Bekerja Count 53 992 1045

% within pekerjaan 5.1% 94.9% 100.0%

Total Count 117 2099 2216

% within pekerjaan 5.3% 94.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .171a 1 .679

Continuity Correctionb .101 1 .750

Likelihood Ratio .171 1 .679

Fisher's Exact Test .704 .376

Linear-by-Linear Association .171 1 .679

N of Valid Casesb 2216

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,17.

b. Computed only for a 2x2 table

112

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pekerjaan

(tidak bekerja / bekerja) 1.082 .744 1.573

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.078 .756 1.536

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.996 .976 1.016

N of Valid Cases 2216

3. Hubungan indeks kakayaan dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

indekskekayaan menengah ke bawah Count 81 1323 1404

% within indekskekayaan 5.8% 94.2% 100.0%

Kaya Count 37 781 818

% within indekskekayaan 4.5% 95.5% 100.0%

Total Count 118 2104 2222

% within indekskekayaan 5.3% 94.7% 100.0%

113

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.596a 1 .207

Continuity Correctionb 1.358 1 .244

Likelihood Ratio 1.631 1 .202

Fisher's Exact Test .239 .121

Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207

N of Valid Casesb 2222

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 43,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

indekskekayaan (menengah

ke bawah / kaya)

1.292 .867 1.926

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.275 .873 1.864

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.987 .968 1.007

N of Valid Cases 2222

114

4. Hubungan tempat persalinan dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

tempatmelahirkan non faskes Count 47 667 714

% within tempatmelahirkan 6.6% 93.4% 100.0%

Faskes Count 71 1433 1504

% within tempatmelahirkan 4.7% 95.3% 100.0%

Total Count 118 2100 2218

% within tempatmelahirkan 5.3% 94.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.332a 1 .068

Continuity Correctionb 2.973 1 .085

Likelihood Ratio 3.221 1 .073

Fisher's Exact Test .085 .044

Linear-by-Linear Association 3.331 1 .068

N of Valid Casesb 2218

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,99.

b. Computed only for a 2x2 table

115

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

tempatmelahirkan (non

faskes / faskes)

1.422 .973 2.079

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.394 .975 1.994

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.980 .959 1.003

N of Valid Cases 2218

5. Hubungan komplikasi kehamilan dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

Ever had complications

during pregnancy

No Count 100 1815 1915

% within Ever had

complications during

pregnancy

5.2% 94.8% 100.0%

Yes Count 18 289 307

% within Ever had

complications during

pregnancy

5.9% 94.1% 100.0%

Total Count 118 2104 2222

% within Ever had

complications during

pregnancy

5.3% 94.7% 100.0%

116

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .216a 1 .642

Continuity Correctionb .108 1 .743

Likelihood Ratio .211 1 .646

Fisher's Exact Test .680 .362

Linear-by-Linear Association .216 1 .642

N of Valid Casesb 2222

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,30.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Ever had

complications during

pregnancy (No / Yes)

.885 .528 1.483

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

.891 .547 1.450

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

1.007 .977 1.037

N of Valid Cases 2222

117

6. Hubungan konsultasi antenatal dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

Antenatal care: Consultation No Count 19 272 291

% within Antenatal care:

Consultation 6.5% 93.5% 100.0%

Yes Count 93 1790 1883

% within Antenatal care:

Consultation 4.9% 95.1% 100.0%

Total Count 112 2062 2174

% within Antenatal care:

Consultation 5.2% 94.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.305a 1 .253

Continuity Correctionb .999 1 .317

Likelihood Ratio 1.223 1 .269

Fisher's Exact Test .254 .158

Linear-by-Linear Association 1.304 1 .254

N of Valid Casesb 2174

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,99.

b. Computed only for a 2x2 table

118

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Antenatal

care: Consultation (No / Yes) 1.344 .808 2.238

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.322 .820 2.132

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.983 .952 1.015

N of Valid Cases 2174

7. Hubungan jangkauan fasilitas kesehatan dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

Getting medical help for self:

distance to health facility

Big problem Count 15 226 241

% within Getting medical help

for self: distance to health

facility

6.2% 93.8% 100.0%

Not a big problem Count 103 1869 1972

% within Getting medical help

for self: distance to health

facility

5.2% 94.8% 100.0%

Total Count 118 2095 2213

% within Getting medical help

for self: distance to health

facility

5.3% 94.7% 100.0%

119

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .426a 1 .514

Continuity Correctionb .251 1 .616

Likelihood Ratio .408 1 .523

Fisher's Exact Test .542 .299

Linear-by-Linear Association .426 1 .514

N of Valid Casesb 2213

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,85.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Getting

medical help for self:

distance to health facility (Big

problem / Not a big problem)

1.204 .689 2.106

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.192 .705 2.014

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.989 .956 1.024

N of Valid Cases 2213

120

8. Hubungan membaca majalah/surat kabar dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

membaca tidak pernah Count 62 976 1038

% within membaca 6.0% 94.0% 100.0%

Pernah Count 56 1125 1181

% within membaca 4.7% 95.3% 100.0%

Total Count 118 2101 2219

% within membaca 5.3% 94.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.663a 1 .197

Continuity Correctionb 1.428 1 .232

Likelihood Ratio 1.659 1 .198

Fisher's Exact Test .218 .116

Linear-by-Linear Association 1.663 1 .197

N of Valid Casesb 2219

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,20.

b. Computed only for a 2x2 table

121

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for membaca

(tidak pernah / pernah) 1.276 .880 1.850

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.260 .886 1.790

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.987 .968 1.007

N of Valid Cases 2219

9. Hubungan mendengarkan radio dengan perilaku tidak melakukan

asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

mendengarkanradio tidak pernah Count 56 990 1046

% within mendengarkanradio 5.4% 94.6% 100.0%

pernah Count 62 1113 1175

% within mendengarkanradio 5.3% 94.7% 100.0%

Total Count 118 2103 2221

% within mendengarkanradio 5.3% 94.7% 100.0%

122

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .007a 1 .936

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .007 1 .936

Fisher's Exact Test 1.000 .505

Linear-by-Linear Association .007 1 .936

N of Valid Casesb 2221

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 55,57.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

mendengarkanradio (tidak

pernah / pernah)

1.015 .700 1.472

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.015 .714 1.442

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.999 .980 1.019

N of Valid Cases 2221

123

11. Hubungan menonton televisi dengan perilaku tidak melakukan asuhan

masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

menontontv tidak pernah Count 6 96 102

% within menontontv 5.9% 94.1% 100.0%

Pernah Count 112 2007 2119

% within menontontv 5.3% 94.7% 100.0%

Total Count 118 2103 2221

% within menontontv 5.3% 94.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .069a 1 .793

Continuity Correctionb .001 1 .971

Likelihood Ratio .067 1 .796

Fisher's Exact Test .819 .461

Linear-by-Linear Association .069 1 .793

N of Valid Casesb 2221

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,42.

b. Computed only for a 2x2 table

124

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for menontontv

(tidak pernah / pernah) 1.120 .480 2.611

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

1.113 .502 2.469

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

.994 .946 1.044

N of Valid Cases 2221

12. Hubungan otoritas pengambilan keputusan dengan perilaku tidak

melakukan asuhan masa nifas

Crosstab

melakukanperawatannifas

Total tidak melakukan melakukan

otoritas orang lain Count 78 1431 1509

% within otoritas 5.2% 94.8% 100.0%

ibu pribadi Count 37 640 677

% within otoritas 5.5% 94.5% 100.0%

Total Count 115 2071 2186

% within otoritas 5.3% 94.7% 100.0%

125

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .082a 1 .774

Continuity Correctionb .034 1 .855

Likelihood Ratio .082 1 .775

Fisher's Exact Test .757 .423

Linear-by-Linear Association .082 1 .774

N of Valid Casesb 2186

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,62.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for otoritas

(orang lain / ibu pribadi) .943 .631 1.410

For cohort

melakukanperawatannifas =

tidak melakukan

.946 .646 1.384

For cohort

melakukanperawatannifas =

melakukan

1.003 .982 1.025

N of Valid Cases 2186

126

LAMPIRAN 2

NO.

PERTANYAAN DAN SARINGAN

ANAK TERAKHIR

NAMA

SEBELUM ANAK TERAKHIR

NAMA

443

Berapa jam, hari, atau minggu sesudah

(NAMA) lahir, pemeriksaan kesehatan (NAMA)

dilakukan?

JIKA KURANG DARI SEHARI, CATAT DALAM JAM.

JIKA KURANG DARI SEMINGGU,

CATAT DALAM HARI.

SESUDAH DILAHIRKAN

JAM . . . . . . . . . . . 1

HARI . . . . . . . . . . . 2

MINGGU . . . . . . . . . 3

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . 998

444 Siapa yang memeriksa (NAMA) saat itu?

CATAT ORANG DENGAN KUALIFIKASI

TERBAIK.

PETUGAS KESEHATAN

DOKTER UMUM . . . . . . . . . 11

DOKTER KANDUNGAN . . . . . 12

DOKTER ANAK . . . . . . . . . . . . . . 13

PERAWAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

BIDAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 16

ORANG LAIN

DUKUN BAYI/PARAJI . . . . . . . 21

LAINNYA 96

(TULISKAN)

445 Di mana tempat pemeriksaan (NAMA)?

JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH

RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA

OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,

TULISKAN NAMANYA.

(NAMA TEMPAT)

RUMAH RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11

RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . 12

PEMERINTAH

RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21

PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22

POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23

POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

LAINNYA 26

(TULISKAN)

SWASTA RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31

RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32

RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33

KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35

DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36

DOKTER ANAK PRAKTEK . . . . . 37

BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 38

PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 39

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 40

LAINNYA 41

(TULISKAN)

446 Dalam waktu dua bulan setelah kelahiran

(NAMA), apakah Ibu/Saudari mendapat

vitamin A seperti ini?

TUNJUKKAN KAPSUL WARNA MERAH

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

447 Apakah Ibu/Saudari sudah mendapatkan haid

lagi setelah melahirkan (NAMA)? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

(TERUS KE 449)

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

(TERUS KE 450)

127

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

101 CATAT WAKTU JAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

MENIT . . . . . . . . . . . . . . . . .

102 Pada bulan apa dan tahun berapa Ibu/Saudari dilahirkan?

BULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TIDAK TAHU BULAN . . . . . . . . . . . . . . 98

TAHUN . . . . . . . . .

TIDAK TAHU TAHUN . . . . . . . . . . . . 9998

103 Berapa umur Ibu/Saudari pada ulang tahun terakhir?

BANDINGKAN DAN PERBAIKI 102 DAN ATAU 103 JIKA TIDAK

SESUAI. JIKA UMUR KURANG DARI 15 TAHUN ATAU LEBIH

DARI 49 TAHUN WAWANCARA SELESAI. PERBAIKI DAFTAR

SDKI12-RT BLOK III KOLOM (7).

UMUR DALAM TAHUN . . .

104 Apakah Ibu/Saudari pernah/sedang sekolah? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

108

105 Apakah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang

Ibu/Saudari duduki: sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

sekolah menengah atas, akademi, atau universitas?

SD/MI/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . . . 1

SMP/MTs/SEDERAJAT . . . . . . . . . . . . 2

SMA/SMK/MA/SEDERAJAT . . . . . . 3

AKADEMI/DI/DII/DIII . . . . . . . . . . . . . . 4

DIPLOMA IV/UNIV . . . . . . . . . . . . . . . . 5

106 Apakah kelas/tingkat tertinggi yang Ibu/Saudari selesaikan pada

jenjang tersebut?

TAHUN PERTAMA = 0 TAMAT = 7

TIDAK TAHU/TT = 8

KELAS/TINGKAT . . . . . . . . . . . . . . . .

107 LIHAT 105:

KODE '1' KODE '2','3','4', ATAU '5'

DILINGKARI DILINGKARI

110

128

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

810 Dalam 12 bulan terakhir, apakah Ibu/Saudari pernah bekerja? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

815

811 Apakah jenis pekerjaan utama Ibu/Saudari?

(TULIS SELENGKAP MUNGKIN, JANGAN MELINGKARI KODE

JAWABAN DAN JANGAN MENGISI KOTAK)

(DIISI DI

BPS)

PROFESIONAL, TEKNISI . . . . . . . . . . 01

KEPEMIMPINAN DAN

KETATALAKSANAAN . . . . . . . . . . . . 02

PEJABAT PELAKSANA

DAN TATA USAHA . . . . . . . . . . . . 03

TENAGA USAHA PENJUALAN . . . . . . 04

TENAGA USAHA JASA . . . . . . . . . . . . 05

TENAGA USAHA PERTANIAN . . . . . . 06

TENAGA PRODUKSI . . . . . . . . . . . . . . 07

LAINNYA 96

(TULISKAN)

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98

812 Apakah Ibu/Saudari bekerja untuk anggota keluarga, orang lain

atau mempunyai usaha sendiri? PEKERJA KELUARGA . . . . . . . . . . . . 1

BURUH/KARYAWAN . . . . . . . . . . . . . . 2

BERUSAHA/MEMPUNYAI USAHA . . . . 3

813 Apakah Ibu/Saudari bekerja sepanjang tahun, musiman, atau

sesekali saja? SEPANJANG TAHUN . . . . . . . . . . . . . . 1

MUSIMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

SESEKALI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

814 Apakah Ibu/Saudari dibayar dengan uang atau barang atau tidak

dibayar sama sekali untuk pekerjaan tersebut? UANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

UANG DAN BARANG . . . . . . . . . . . . . . 2

BARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

TIDAK DIBAYAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

815

LIHAT 601, 602, DAN 603:

KAWIN/ TIDAK KAWIN/

HIDUP BERSAMA TIDAK HIDUP BERSAMA

823

816

LIHAT 814:

KODE '1' ATAU '2' KODE '3' ATAU '4'

DILINGKARI DILINGKARI

819

817

Siapa yang biasanya menentukan penggunaan uang yang Ibu

peroleh: Ibu sendiri, suami/pasangan Ibu, atau Ibu dengan

suami/pasangan Ibu?

RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2

RESPONDEN DENGAN

SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3

LAINNYA 6

(TULISKAN)

818

Dapatkah Ibu mengatakan bahwa penghasilan yang Ibu peroleh

lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan penghasilan yang

diperoleh suami/pasangan Ibu?

LEBIH BESAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

LEBIH KECIL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

SAMA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

SUAMI/PASANGAN TIDAK PUNYA

PENGHASILAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

820

129

819

Siapa yang biasanya menentukan penggunaan penghasilan

yang diperoleh suami/pasangan Ibu: Ibu sendiri,

suami/pasangan Ibu, atau Ibu dengan suami/pasangan Ibu?

RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2

RESPONDEN DENGAN

SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3

SUAMI/PASANGAN TIDAK PUNYA

PENGHASILAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

LAINNYA 6

(TULISKAN)

130

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

114A Berapa luas lantai rumah ini?

BULATKAN DALAM METER PERSEGI (M

2).

JIKA ≥ 995 TULIS '995'.

LUAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 998

114B Berapa banyak kamar dalam rumah ini yang digunakan

untuk tidur?

KAMAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

115 BAHAN BANGUNAN UTAMA ATAP RUMAH

(CATAT BERDASARKAN PENGAMATAN)

ATAP ALAMI

JERAMI/IJUK/DAUN-DAUNAN . . . . . . . . . . 11

ATAP BAHAN

KAYU/SIRAP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

ATAP JADI

SENG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

ASBES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

GENTENG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

BETON . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

GENTENG METAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35

LAINNYA 96

(TULISKAN)

116

BAHAN BANGUNAN UTAMA DINDING RUMAH

(CATAT BERDASARKAN PENGAMATAN)

DINDING ALAMI

BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

BATANG KAYU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

DINDING JADI

ANYAMAN BAMBU . . . . . . . . . . . . . . . . 31

KAYU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

TEMBOK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

LAINNYA 96

(TULISKAN)

118 Apakah rumah tangga ini mempunyai:

- Sepeda?

- Sepeda motor?

- Sampan?

- Perahu motor tempel?

- Delman (Sado, Cidomo, Dokar, Andong, Bendi)?

- Mobil atau truk?

- Kapal?

YA TIDAK

SEPEDA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

SEPEDA MOTOR . . . . . . . . . . . 1 2

SAMPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

PERAHU MOTOR TEMPEL . . . . . 1 2

DELMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

MOBIL/TRUK . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

KAPAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

119 Apakah ada anggota rumah tangga yang memiliki lahan

pertanian? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

121

120

Berapa hektar luas lahan pertanian yang dimiliki oleh anggota

rumah tangga ini?

JIKA 95 ATAU LEBIH, LINGKARI '950'.

HEKTAR . . . . . . . . . . . ,

95 HEKTAR ATAU LEBIH . . . . . . . . . . 950

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 998

121

Apakah rumah tangga ini memiliki ternak, unggas, atau

binatang pertanian lain?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

123

131

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

122

Berapa banyak binatang yang dimiliki rumah tangga ini?

- Lembu/sapi potong?

- Sapi perah/Kerbau?

- Kuda/keledai?

- Kambing/domba?

- Babi?

- Ayam/burung/unggas?

JIKA TIDAK ADA, TULIS '00'

JIKA LEBIH DARI 95 EKOR, TULIS '95'

JIKA TIDAK TAHU, TULIS '98'

LEMBU/SAPI POTONG . . . . . . . . . .

SAPI PERAH/KERBAU . . . . . . . . . .

KUDA/KELEDAI . . . . . . . . . . . . . . . .

KAMBING/DOMBA . . . . . . . . . . . . . .

BABI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

UNGGAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

123

Apakah ada anggota rumah tangga yang memiliki rekening

bank?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

137

Mohon tunjukkan di mana anggota rumah tangga Anda

paling sering mencuci tangan mereka.

PENCACAH MELAKUKAN PENGAMATAN

DAPAT DIAMATI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK DAPAT DIAMATI

DI LUAR RUMAH/HALAMAN . . . . . . . . 2

TIDAK DIIZINKAN UNTUK MELIHAT . . . . . 3

ALASAN LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

STOP

138

PENGAMATAN SAJA:

AMATI KETERSEDIAAN AIR PADA TEMPAT UNTUK

MENCUCI TANGAN

AIR TERSEDIA . . . . . . . . . . . . . . . . 1

AIR TIDAK TERSEDIA . . . . . . . . . . . . . . 2

139

PENGAMATAN SAJA:

AMATI KETERSEDIAAN SABUN, DETERJEN, ATAU

CAIRAN PEMBERSIH LAIN

SABUN ATAU DETERJEN

(PADAT, CAIR, BUBUK, PASTA) . . . . . A

ABU, LUMPUR, PASIR . . . . . . . . . . . . . . B

TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . C

132

434 Di mana Ibu/Saudari melahirkan (NAMA)?

JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH

RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA

OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,

TULISKAN NAMANYA.

(NAMA TEMPAT)

RUMAH

RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11

(TERUS KE 438)

RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . 12

PEMERINTAH

RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21

PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22

POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23

POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

LAINNYA 26

(TULISKAN)

SWASTA

RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31

RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32

RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33

KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35

DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36

BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 37

PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 38

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 39

LAINNYA 40

(TULISKAN)

LAINNYA 96

(TULISKAN)

(TERUS KE 438)

RUMAH

RUMAH RESPONDEN . . . . . . . 11

(TERUS KE 448)

RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . 12

PEMERINTAH

RUMAH SAKIT/KLINIK . . . . . . . 21

PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . 22

POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . 23

POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

LAINNYA 26

(TULISKAN)

SWASTA

RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . 31

RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . 32

RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . 33

KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

DOKTER UMUM PRAKTEK . . . 35

DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK 36

BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . 37

PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . . . 38

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . 39

LAINNYA 40

(TULISKAN)

LAINNYA 96

(TULISKAN)

(TERUS KE 438)

133

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

1001 Sekarang saya akan menanyakan beberapa pertanyaan lain yang

berhubungan dengan masalah kesehatan. Apakah Ibu/Saudari

pernah mendapat suntikan dengan alasan apapun dalam 12 bulan

terakhir?

JIKA YA: Berapa banyak suntikan?

JIKA JUMLAH SUNTIKAN 90 ATAU LEBIH, ATAU SETIAP

HARI SELAMA 3 BULAN ATAU LEBIH, TULISKAN '90'.

JIKA JAWABAN BUKAN ANGKA,

PROBING UNTUK MENDAPATKAN PERKIRAAN.

JUMLAH SUNTIKAN . . . . . . .

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 00

1004

1002 Diantara suntikan tersebut, berapa banyak yang dilakukan oleh

dokter, perawat, apoteker, dokter gigi, atau petugas kesehatan

lainnya?

JIKA JUMLAH SUNTIKAN 90 ATAU LEBIH, ATAU SETIAP

HARI SELAMA 3 BULAN ATAU LEBIH, TULISKAN '90'.

JIKA JAWABAN BUKAN ANGKA,

PROBING UNTUK MENDAPATKAN PERKIRAAN.

JUMLAH SUNTIKAN . . . . . . .

TIDAK ADA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 00

1004

1003 Terakhir kali Ibu/Saudari mendapat suntikan dari petugas

kesehatan, apakah dia mengambil jarum suntik yang baru dari

paket yang belum dibuka?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

1004 Apakah saat ini Ibu/Saudari merokok ? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1006

1005 Dalam 24 jam terakhir, berapa batang rokok yang Ibu/Saudari

hisap?

BATANG ROKOK . . . . . . . . .

1006 Apakah Ibu/Saudari saat ini mengkonsumsi tembakau dengan cara

lain? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1008

1007 Bagaimana cara Ibu/Saudari mengkonsumsi tembakau?

JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN LINGKARI SETIAP

KODE JAWABAN YANG SESUAI.

PIPA CANGKLONG . . . . . . . . . . . . . . . . A

TEMBAKAU KUNYAH . . . . . . . . . . . . . . B

TEMBAKAU HIRUP . . . . . . . . . . . . . . . . C

LAINNYA X

(TULISKAN)

1008 Beberapa faktor yang berbeda dapat menghalangi wanita untuk

mendapatkan perawatan kesehatan atau pengobatan. Ketika

Ibu/Saudari sakit dan ingin mendapatkan perawatan kesehatan atau

pengobatan, apakah hal-hal berikut ini merupakan masalah atau

tidak?

- Mendapatkan izin untuk pergi ke dokter?

- Mendapatkan uang untuk perawatan atau pengobatan?

- Jarak ke tempat fasilitas kesehatan?

- Tidak mau pergi sendiri?

BUKAN

MASA- MASA-

LAH LAH

IZIN PERGI . . . . . . . . . . . . 1 2

UANG . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

JARAK . . . . . . . . . . . . . . 1 2

PERGI SENDIRI . . . . . . . 1 2

1009 Apakah Ibu/Saudari mempunyai asuransi kesehatan? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1101

134

NO.

PERTANYAAN DAN SARINGAN

ANAK TERAKHIR

NAMA

SEBELUM ANAK TERAKHIR

NAMA

412A LIHAT 412:

JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN:

LEBIH DARI SATU KALI

SATU KALI

(TERUS KE 413)

412B

Ibu/Saudari mengatakan memeriksakan

kehamilan (NAMA) kali. Berapa kali

Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan:

a. Dalam 3 bulan pertama?

b. Antara 4 - 6 bulan?

c. Antara 7 bulan sampai melahirkan?

JUMLAH DI a, b, DAN c HARUS SAMA

DENGAN JAWABAN DI 412.

JUMLAH PEMERIKSAAN KEHAMILAN

3 BULAN PERTAMA . . . . .

ANTARA 4 - 6 BULAN . . .

ANTARA 7 BULAN SAMPAI MELAHIRKAN . .

412C

Berapa bulan umur kandungan ketika

Ibu/Saudari terakhir kali memeriksakan

kehamilan (NAMA)?

BULAN . . . . . . . . . . . . . . . .

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98

413 Pada saat pemeriksaan kehamilan (NAMA)

apakah Ibu/Saudari:

- Ditimbang berat badannya?

- Diukur tinggi badannya?

- Diukur tekanan darahnya?

- Diperiksa air seninya?

- Diperiksa darahnya?

- Diperiksa (diraba) perutnya?

- Konsultasi?

YA TIDAK

BERAT BADAN . . . . . . . 1 2

TINGGI BADAN . . . . . . . 1 2

TEKANAN DARAH . . . . . 1 2

AIR SENI . . . . . . . . . . . . . . 1 2

DARAH . . . . . . . . . . . . . . 1 2

PERUT . . . . . . . . . . . . . . 1 2

KONSULTASI . . . . . . . . . 1 2

414

Selama Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan,

apakah Ibu/Saudari diberitahu tanda-tanda

bahaya (komplikasi) dalam kehamilan?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

(TERUS KE 414B)

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

414A Apakah Ibu/Saudari diberitahu ke mana harus

pergi untuk mendapat pertolongan jika

mengalami bahaya (komplikasi) kehamilan?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

414B Selama kehamilan (NAMA), apakah

Ibu/Saudari membicarakan dengan seseorang

mengenai:

- Di mana Ibu/Saudari akan melahirkan/bersalin?

- Angkutan/transportasi ke tempat bersalin?

- Siapa yang akan menolong persalinan?

- Biaya persalinan?

- Donor darah jika diperlukan?

YA TIDAK

TEMPAT MELAHIRKAN . . 1 2

TRANSPORTASI . . . . . . . 1 2

PENOLONG PERSALINAN 1 2

BIAYA . . . . . . . . . . . . . . . . 1 2

DONOR DARAH . . . . . . . 1 2

414C Apakah Ibu/Saudari mengalami tanda-tanda

bahaya (komplikasi) selama kehamilan

(NAMA)?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

(TERUS KE 415)

135

NO.

PERTANYAAN DAN SARINGAN

ANAK TERAKHIR

NAMA

SEBELUM ANAK TERAKHIR

NAMA

408 Pada saat Ibu/Saudari mengandung (NAMA)

apakah Ibu/Saudari memeriksakan

kehamilan?

YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . 2

(TERUS KE 414B)

409 Siapa yang memeriksa kandungan

Ibu/Saudari?

Ada lagi?

TANYAKAN SIAPA SAJA YANG

MEMERIKSA KEHAMILAN.

JAWABAN JANGAN DIBACAKAN DAN

LINGKARI SETIAP KODE JAWABAN YANG

DISEBUT.

PETUGAS KESEHATAN

DOKTER UMUM . . . . . . . . . . . . . . A

DOKTER KANDUNGAN . . . . . . . B

PERAWAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . C

BIDAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . D

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . E

ORANG LAIN

DUKUN BAYI/PARAJI . . . . . . . . . F

LAINNYA X

TULISKAN

409A LIHAT 409:

KODE „A‟, „B‟, „C‟,'D', KODE 'F' ATAU 'X'

ATAU „E‟ DILINGKARI DILINGKARI (TERUS KE 410)

409B Apakah Ibu/Saudari diberi buku Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA)?

JIKA YA: Dapatkah Ibu/Saudari

memperlihatkan buku itu?

YA, DIPERLIHATKAN . . . . . . . . . . . . 1

YA, TIDAK DIPERLIHATKAN . . . . . 2

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

410 Di mana Ibu/Saudari memeriksakan kehamilan

tersebut?

JIKA TIDAK DAPAT MENENTUKAN APAKAH

RUMAH SAKIT ATAU KLINIK DIKELOLA

OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA,

TULISKAN NAMANYA.

(NAMA TEMPAT)

RUMAH

RUMAH RESPONDEN . . . . . . . A

RUMAH ORANG LAIN . . . . . . . . . B

PEMERINTAH

RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . C

PUSKESMAS/PUSTU . . . . . . . . . D

POSKESDES . . . . . . . . . . . . . . . . E

POLINDES . . . . . . . . . . . . . . . . . . F

POSYANDU . . . . . . . . . . . . . . . . . . G

LAINNYA H

(TULISKAN)

SWASTA

RUMAH SAKIT . . . . . . . . . . . . . . . . I

RUMAH SAKIT BERSALIN . . . . . J

RUMAH BERSALIN . . . . . . . . . . . . K

KLINIK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . L

DOKTER UMUM PRAKTEK . . . M

DOKTER KANDUNGAN PRAKTEK N

BIDAN PRAKTEK . . . . . . . . . . . . O

PERAWAT PRAKTEK . . . . . . . P

BIDAN DI DESA . . . . . . . . . . . . . . Q

LAINNYA X

(TULISKAN)

410A Apakah Ibu pernah ditemani suami/pasangan

ketika memeriksakan kehamilan (NAMA)? YA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

TIDAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

411 Berapa bulan umur kandungan (NAMA) ketika

Ibu/Saudari pertama kali memeriksakan

kehamilan?

BULAN . . . . . . . . . . . . . . . .

TIDAK TAHU . . . . . . . . . . . . . . . . . . 98

136

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

108

Sekarang saya mohon Ibu/Saudari untuk membacakan kalimat

ini.

TUNJUKKAN SALAH SATU KARTU. JIKA RESPONDEN TIDAK

DAPAT MEMBACA KALIMAT SECARA LENGKAP, TANYAKAN:

Dapatkah Ibu/Saudari membaca sebagian kalimat ini?

TIDAK DAPAT MEMBACA

SAMA SEKALI . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BISA MEMBACA SEBAGIAN

KALIMAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BISA MEMBACA SELURUH

KALIMAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BUTA/GANGGUAN PENGLIHATAN . . . 4

109 LIHAT 108:

KODE '2' ATAU '3' KODE '1' ATAU '4'

DILINGKARI DILINGKARI

111

110 Apakah Ibu/Saudari membaca surat kabar atau majalah paling

sedikit sekali seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1

JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

111 Apakah Ibu/Saudari mendengarkan radio paling sedikit sekali

seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1

JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

112 Apakah Ibu/Saudari menonton televisi paling sedikit sekali

seminggu, jarang, atau tidak pernah? PALING SEDIKIT SEKALI SEMINGGU 1

JARANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

TIDAK PERNAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

137

NO. PERTANYAAN DAN SARINGAN KODE TERUS KE

820

Siapa yang biasanya memutuskan mengenai pemeriksaan

kesehatan Ibu: Ibu sendiri, suami/pasangan Ibu, Ibu dengan

suami/pasangan Ibu, atau orang lain?

RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2

RESPONDEN DENGAN

SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3

ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

821

Siapa yang biasanya membuat keputusan untuk pembelian

kebutuhan barang tahan lama?

RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2

RESPONDEN DENGAN

SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3

ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

822

Siapa yang biasanya membuat keputusan untuk mengunjungi famili

atau keluarga?

RESPONDEN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

SUAMI/PASANGAN RESPONDEN . . . . 2

RESPONDEN DENGAN

SUAMI/PASANGAN . . . . . . . . . . . . 3

ORANG LAIN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

LAINNYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6