analisis strategi multiple intelligences dalam pembelajaran ...

106
ANALISIS STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Muhammad Munji NIM 109011000129 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of analisis strategi multiple intelligences dalam pembelajaran ...

ANALISIS STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES

DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12 JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Muhammad Munji

NIM 109011000129

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

v

ABSTRAK

Muhammad Munji (NIM: 109011000129). Analisis Strategi Multiple

Intelligences dalam Pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui secara rinci proses

pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple

intelligences, (2) untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI

berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif

analisis, yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian

menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk

mengambil kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat unsur-unsur strategi multiple

intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta. Hal ini dapat dilihat

dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat KBM yaitu, Fikih: melaksanakan

praktik mengkafani jenazah. Kegiatan pembelajaran ini dapat mengembangkan

jenis kecerdasan kinestetik dan interpersonal. Akidah Akhlak: melaksanakan

kegiatan pembelajaran diskusi panel dengan alat peraga mading dan power point

yang didesain secara unik dan menarik. Kegiatan ini dapat mengembangkan jenis

kecerdasan interpersonal, linguistik, dan visual-spasial. Al Qur’an Hadits:

Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi kelompok dan pemutaran lagu

nasyid serta pembacaan ayat-ayat Al Qur’an yang disertai irama lagu. Kegiatan ini

dapat mengembangkan jenis kecerdasan interpersonal, linguistik, dan musik.

Sejarah Kebudayaan Islam: Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi panel

dan pemutaran film pendek. Kegiatan ini dapat mengembangkan jenis kecerdasan

interpersonal, linguistik dan intrapersonal.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah

laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya

perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim

Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar

adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa

dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.

Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya

membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan

siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri

pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran

harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum

proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya,

waktu, proses, maupun hasilnya.4

Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa

(student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang

berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru

hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang

mendapat perhatian siswa.

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2012), h. 112. 2 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5. 3 Ibid., h. 131.

4 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 3.

2

Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.6

Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan

siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses

pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada

aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh

siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan

ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih

optimal.

Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut,

diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu

sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam

mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9

Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar

siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat

banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh

dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa

tersebut.10

Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati

oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik

6 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h.

135. 8 Ibid., h. 137.

9 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), h. 18. 10

Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. Dari Active

Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa, 2012),

Cet. VI, h. 28.

3

untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara

psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat

berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan

memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya

secara optimal.11

Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah

bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati

pembelajaran dengan menyenangkan.12

Salah satu temuan mutakhir yang kini

mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple

intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip

kecerdasan majemuk.

Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan

potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak

berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat.

Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu

berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13

Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru,

database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang.

Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi

pembelajaran”.14

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal

dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara

substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui

pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences,

kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

multiple intellgences.

11

Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah

Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26. 12

Darmasyah, op. cit., h. 17. 13

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), h. 248. 14

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,

(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119.

4

MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis

multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan

dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences,

ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple

intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak

jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan

menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas

pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel,

simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.

Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip

dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus

mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15

Sehingga siswa dengan sukarela dan

senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE

INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12

JAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang

ditemukan di Indonesia

2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak

diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi

multiple intelligences

3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya

belajar murid

15

Ibid

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti

perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah

penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12

Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

akan dikaji sebagai berikut:

Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI

di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12

Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences

b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI

berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan

mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam

strategi pembelajaran PAI

b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional

menuju pola pembelajaran modern

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam menerapkan konsep multiple intelligences

dalam pembelajaran PAI

vi

KATA PENGANTAR

حيمرحمن الربسم اهلل ال

Segala puji bagi Allah Swt. atas berbagai limpahan karuniaNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada rasul akhir zaman Muhammad Saw. yang telah

menunjukkan jalan kepada umat manusia untuk kembali kepada fitrahnya sebagai

hamba Tuhan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu banyak pihak yang telah membantu

penulis, baik bantuan secara teknis, materi, dukungan motivasi, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika penulis dengan segala

kerendahan hati, pada kesempatan yang berharga ini, mengucapkan rasa terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Dra. Raudhah, M.Pd., Dosen Penasehat Akademik yang selalu sabar dan

ramah dalam memberikan nasehat dan bimbingannya

5. Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D., Pembimbing Skripsi penulis yang selalu

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan nasehat, serta

dengan kesabaran dan keramahannya menerima penulis pada saat-saat

bimbingan

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas

pendidikan yang telah diberikan kepada penulis

vii

7. Seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Seluruh civitas akademika MAN 12 Jakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya Ibu Dra.

Herawati, M.Pd., Kepala MAN 12 Jakarta dan Bapak Achmad Muslim,

M.Si., Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, serta para guru PAI

Bapak Fakhri Rahimi, M.A. (Fikih), Bapak Abidan Harahap, M.A. (Al

Qur’an Hadits), Bapak Rahmat Subhan, S.Ag (Fikih), Bapak Mukhobir,

S.Pd.I (SKI), Ibu Siti Farida, S.Ag (Al Qur’an Hadits), dan Ibu Rositah, S.S.

(Akidah Akhlak).

9. Orang tua tercinta, Bapak Ahmad Mubarok dan Bapak Miftahuddin, serta Ibu

Masriyah dan Ibu Sapon, melalui perantara merekalah penulis dapat terlahir

ke dunia ini dan tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang ini.

10. Kakak tercinta Zaenal Arifin, M.Pd.I dan Chotibul Umam, S.Pd.I dan adik

tersayang Masruri, Chasib Chomsin, dan Jembar Safangat yang senantiasa

menjadi tempat bagi penulis untuk bercanda, bertukar pendapat, dan mengisi

hari-hari dengan keceriaan.

11. Kawan-kawanku di Rumah Tahfidz Raudhatul Ulum Bendungan Hilir dan

Miftahul Jannah Bogor, terima kasih untuk segala kerjasama yang pernah

dilakukan yang menambah pengalaman penulis dalam berorganisasi

12. Kawan-kawan guru di TPA dan RA. Raudhatul Jannah yang selalu

memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan studi

13. Kawan-kawan Kelas D PAI angkatan 2009, kebersamaan bersama kalian

adalah salah satu yang terindah dan tak terlupakan

14. Segenap pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi

ini dengan baik.

Jakarta, 26 Maret 2015

Muhammad Munji

NIM. 109011000129

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN.......................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... iv

ABSTRAK................................................................................................. v

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL...................................................................................... x

DAFTAR BAGAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................... 1

B. Identifikasi Masalah..................................................... 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................. 5

BAB II STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN

PEMBELAJARAN PAI

A. Strategi Pembelajaran................................................... 6

1. Komponen Strategi Pembelajaran.......................... 6

2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran.... 7

B. Teori Multiple Intelligences.......................................... 8

C. Karakteristik Pembelajaran PAI................................... 12

1. Materi Pembelajaran.............................................. 13

2. Tujuan Pembelajaran.............................................. 18

3. Strategi Pembelajaran............................................. 23

ix

4. Evaluasi Pembelajaran............................................ 24

D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran.................. 26

1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran............ 26

2. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran PAI..... 28

E. Hasil Penelitian yang Relevan....................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................... 41

B. Latar Penelitian............................................................ 41

C. Metode Penelitian........................................................ 41

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 42

E. Pemeriksaan Keabsahan Data...................................... 44

F. Analisis Data................................................................ 45

BAB IV IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE

INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejaran Berdirinya MAN 12 Jakarta....................... 46

2. Visi dan Misi........................................................... 46

3. Keadaan Guru dan Siswa........................................ 47

4. Proses Seleksi Murid Baru...................................... 47

B. Paparan Hasil Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran...................................... 48

2. Pelaksanaan Pembelajaran....................................... 49

3. Evaluasi Pembelajaran............................................. 57

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN.............................................................. 60

B. SARAN.......................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

2.1 Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anak .................................... 21

2.2 Survei kecerdasan majemuk untuk dewasa ......................................... 29

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah

laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya

perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim

Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar

adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa

dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.

Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya

membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan

siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri

pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran

harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum

proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya,

waktu, proses, maupun hasilnya.4

Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa

(student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang

berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru

hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang

mendapat perhatian siswa.

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2012), h. 112. 2 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5. 3 Ibid., h. 131.

4 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 3.

2

Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik.6

Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan

siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses

pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada

aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh

siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan

ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih

optimal.

Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut,

diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu

sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam

mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9

Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar

siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat

banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh

dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa

tersebut.10

Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati

oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik

6 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h.

135. 8 Ibid., h. 137.

9 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), h. 18. 10

Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. Dari Active

Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa, 2012),

Cet. VI, h. 28.

3

untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara

psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat

berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan

memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya

secara optimal.11

Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah

bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati

pembelajaran dengan menyenangkan.12

Salah satu temuan mutakhir yang kini

mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple

intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip

kecerdasan majemuk.

Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan

potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak

berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat.

Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu

berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13

Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru,

database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang.

Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi

pembelajaran”.14

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal

dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara

substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui

pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences,

kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

multiple intellgences.

11

Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah

Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26. 12

Darmasyah, op. cit., h. 17. 13

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan

Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), h. 248. 14

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,

(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119.

4

MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis

multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan

dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences,

ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple

intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak

jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan

menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas

pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel,

simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.

Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip

dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus

mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15

Sehingga siswa dengan sukarela dan

senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE

INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12

JAKARTA”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang

ditemukan di Indonesia

2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak

diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi

multiple intelligences

3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya

belajar murid

15

Ibid

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti

perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah

penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12

Jakarta.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

akan dikaji sebagai berikut:

Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI

di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12

Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences

b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI

berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan

mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam

strategi pembelajaran PAI

b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional

menuju pola pembelajaran modern

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam menerapkan konsep multiple intelligences

dalam pembelajaran PAI

6

BAB II

STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES

DAN PEMBELAJARAN PAI

A. Strategi Pembelajaran

Kajian mengenai strategi pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para

pakar pendidikan. Seperti Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa “strategi

pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1

Penjelasan lebih luas dikemukakan oleh Hamzah B. Uno yang menyatakan

bahwa,

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan

digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran

sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi

pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di

akhir kegiatan belajar.2

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan

medium atau sarana yang digunakan oleh pendidik agar materi ajar yang

disampaiakan lebih mudah diterima oleh peserta didik, agar tujuan pendidikan

tercapai secara optimal.

1. Komponen Strategi Pembelajaran

Dick dan Carey sebagaimana dikutip Hamzah B. Uno menyebutkan 5

komponen strategi pembelajaran, yaitu:

a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Tujuan dari kegiatan pendahuluan ini adalah untuk menarik minat

siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Juga membuat siswa siap

secara mental untuk menerima pelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan

antara lain menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan apersepsi

1 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 294. 2 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif, (Jakarta: Bumi Kasara, 2008), h. 2.

7

yaitu pengaitan antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan-

pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

b. Penyampaian Informasi

Kagiatan ini adalah inti dari kegiatan pembelajaran, yaitu

penyampaian materi ajar dengan berbagai cara yang telah direncanakan.

Keberhasilan kagiatan ini sangat ditentukan pada kegiatan pendahuluan.

Apabila guru berhasil membawa minat siswa terhadap materi, maka

penyampaian selanjutnya lebih mudah dilakukan.

c. Partisipasi Peserta Didik

Prinsip student centered menyebutkan bahwa pembelajaran akan

lebih berhasil apabila siswa terlibat aktif melakukan aktivitas

pembelajaran. Siswa yang ditempatkan sebagai subjek belajar akan lebih

mudah memahami karena mereka merasa sebagai pelaku pembelajaran,

sehingga keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran adalah susuatu

yang harus mereka raih, bukan mereka dapatkan dari pemberian.

d. Tes

Tes ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah

tercapai atau belum. Kegiatan ini biasanya dilakukan di akhir

pembelajaran.

e. Kegiatan Lanjutan

Yaitu kegiatan lanjutan setelah guru mengetahui hasil

pembelajaran. Apabila hasil yang dicapai kurang maksimal, maka

seharusnya dilakukan langkah-langkah lanjutan sehingga peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran.3

2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran

Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan, ada

beberapa pertimbangan yang harus dilakukan.

a. Tujuan yang akan dicapai

Yaitu, apakah tujuan yang dicapai berkenaan dengan aspek kognitif,

afektif, atau psikomotorik.

3 Ibid., h. 3-7

8

b. Bahan atau Materi Pembelajaran

Guru harus memahami karakteristik materi yang akan disampaikan,

dengan demikian ia dapat memilih strategi yang sesuai. Misalnya materi

pelajaran yang harus dihafal oleh siswa, maka guru memilih strategi agar

siswa merasa senang saat menghafal, atau siswa merasa tidak menghafal

padahal sebenarnya ia sedang manghafalkan materi.

c. Siswa

Guru harus memperhatikan karakteristik siswa. Strategi yang dipilih

harus sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa.

d. Strategi

Yang dimaksud pertimbangan strategi disini ialah, bahwa setelah

guru menetapkan strategi yang akan digunakan, perlu dikaji ulang apakah

strategi tersebut memiliki nilai efektifitas dan efisiensi dibandingkan

dengan strategi lain.4

B. Teori Multiple Intelligences

Multiple Intelligences merupakan sebuah teori yang dicetuskan pada tahun

1983 oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University melalui

Project Zero yang dipimpinnya. Ia mendobrak dominasi teori kecerdasan

sebelumnya, seperti tes IQ yang banyak digunakan sejak tahun 1905. Ia berusaha

melakukan redefinisi kecerdasan yang cenderung diartikan secara sempit.5 Karena

sesungguhnya kecerdasan itu memiliki makna yang luas. Setiap anak yang

dilahirkan ke dunia memiliki potensi kecerdasan yang unik.

“Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kebiasaaanya terhadap dua hal.

Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem

solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang

mempunyai nilai budaya (creativity)”.6 Dua kebiasaan tersebut menunjukkan

kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Dan biasanya setiap orang memiliki

4 Wina Sanjaya, op. cit., h. 297-298.

5 Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak

Juara, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 132. 6 Ibid

9

kebiasaan yang beragam, oleh karena itu kecerdasan setiap orang juga berbeda

satu sama lain.

Menurut Muhammad Thobroni:

Asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu

hanya mempunyai kecerdasan tunggal adalah anggapan yang tidak tepat.

Tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam

kecerdasan. Namun ia merupakan hasil kerjasama dari beberapa kecerdasan

yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu berbeda-beda pada

masing-masing budaya. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol

kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.7

Di antara pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner antara lain:

Pertama, manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat

kecerdasannya. Kedua, kecerdasan selain berubah dapat pula diajarkan kepada

orang lain. Ketiga, Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di

bagian-bagian berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia. Keempat, Pada

keadaan tertentu, seluruh kecerdasan manusia bekerja sama secara utuh dan

terpadu untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tertentu. Kelima,

Kecerdasan yang lebih dominan cenderung memimpin atau mengontrol

kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih lemah.8

Dalam mendefinisikan kecerdasan, Gardner menggunakan istilah “multiple”

agar tidak membatasi macam-macam kecerdasan dalam jumlah tertentu. Oleh

karenanya, sangat memungkinkan dalam penelitian selanjutkan ditemukan jenis

kecerdasan lainnya yang belum ditemukan sebelumnya. Hal ini terbukti bahwa

pada awal teori ini dicetuskan, hanya ada enam jenis kecerdasan yang

diperkenalkan. Kemudian pada buku selanjutnya yang berjudul Kecerdasan

Majemuk: Teori dalam Praktik, Gardner menambahkan satu kecerdasan .9 Dan

dalam perkembangan selanjutnya, hingga tahun 2002, Gardner telah

menambahkan dua jenis kecerdasan baru.

Howard Gardner selalu memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan multiple

intelligences seseorang, yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir

7 Muhammad Tobhroni dan Arif Mustofa, op. cit., h. 238-239

8 Ibid, h. 239-240.

9 Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik, (Batam: Interaksara, 2003), h.

36.

10

terbaik. Setiap area otak yang disebut lobus of brain mempunyai komponen inti

berupa potensi kepekaan yang akan muncul jika diberi stimulus yang tepat. Dari

kepekaan yang mendapat stimulus yang tepat inilah akan muncul kompetensi.

Dan kompetensi yang dilatih terus menerus akan memunculkan kondisi akhir

terbaik seseorang, yang kebanyakan disebut sebagai “profesi”.10

Oleh karena itu,

kecerdasan seseorang harus dirangsang sedemikian rupa dan secara terus menerus

untuk dapat menghasilkan sebuah kecerdasan yang gemilang.

Berikut ini adalah uraian mengenai macam-macam kecerdasan.

1. Kecerdasan Lingusitik-Verbal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan pada bunyi,

struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Kompetensi yang akan muncul

yaitu: kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan

berdebat.

2. Kecerdasan Logis-Matematis

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami

pola-pola logis atau numerik dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang

panjang. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan berhitung,

bernalar dan berpikir logis, memecahkan masalah.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan merasakan dan

membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kompetensi yang

akan muncul yaitu: kemampuan menggambar, memotret, membuat patung,

mendesain.

4. Kecerdasan Ritmik-Musikal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan menciptakan

dan mengapresiasi irama, pola nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi

musikal. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan menciptakan

lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat

musik.

10

Ibid, h. 135.

11

5. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mengontrol

gerakan tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon, dan reflek.

Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan gerak motorik dan

keseimbangan.

6. Kecerdasan Interpersonal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mencerna dan

merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan

orang lain. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan bergaul dengan

orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama,

mempunyai empati yang tinggi.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami

perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang

kekuatan dan kelemahan diri. Kompetensi yang akan muncul yaitu:

kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan

motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai hidup dan tujuan hidup.

8. Kecerdasan Naturalis

Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan membedakan

spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antar

beberapa spesies. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan meneliti

gejala-gejala alam, mengklasifikasi, dan identifikasi.11

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang cenderung memandang

masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.

Menanyakan untuk apa dan apa dasar dari segala sesuatu. Kecerdasan ini

banyak dijumpai pada para filosof. Mereka mampu menyadari dan

menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan

hidupnya.12

“Pengembangan jenis kecerdasan ini bermanfaat untuk melihat ke

11

Ibid, h. 136-137. 12

Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 102.

12

dalam diri sendiri, apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik, mencari

hambatan-hambatan dalam diri sendiri sebagai cara mencari jalan keluar,

serta belajar komitmen dan disiplin”.13

Sebetulnya “jenis kecerdasan yang terakhir ini belum secara resmi

dimasukan Gardner sebagai salah satu jenis kecerdasan majemuk, karena

belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Namun tidak sedikit para

pendidik yang menggolongkan kecerdasan ini ke dalam bagian kecerdasan

majemuk”.14

Karena, meskipun kriteria yang dibutuhkan belum lengkap, jenis

kecerdasan ini telah dapat diidentifikasi tersendiri yang berbeda dengan

lainnya.

C. Karakteristik Pembelajaran PAI

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan

dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini berdasar pada perbedaan materi setiap

mata pelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi komponen-komponen

pembelajaran lainnya. Meskipun demikian perbedaan-perbedaan tersebut

adakalanya tidak terlalu mencolok sehingga tampak mirip bahkan hampir sama.

Seperti halnya pada mata pelajaran yang serumpun, misalnya kelompok mata

pelajaran agama, pelajaran eksak, dan lain sebagainya.

Demikian pula pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau yang

sering disingkat PAI. Ia memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri.

Karakteristik tersebut dijelaskan dalam Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013

tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab sebagai berikut:

1. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan

benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta

mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

13

Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif?, (Bandung: DAR! Mizan, 2009), h.

70-71. 14

Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak,

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 202-203.

13

2. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan

keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu

mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan

mengamalkan nilai-nilai Al Asma’ Al Husna. Akhlak menekankan pada

pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji

(mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela

(mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

3. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan

hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan

muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari.

4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan

mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani

tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial,

budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk

mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan

masa yang akan datang.15

Disamping itu, karaktiristik PAI juga dapat ditinjau dari beberapa aspek, di

antaranya yaitu aspek materi pelajarannya, tujuan pembelajaran, strategi

pembelajaran serta evaluasi pembelajaran. Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Materi Pelajaran

“Materi pelajaran PAI terutama bersumber dari Al Qur’an dan As

Sunnah yang merupakan sumber pokok Agama Islam yang bersifat qath’i”.16

Dari dua sumber tersebut kemudian melahirkan pendapat-pendapat para

ulama berupa hasil ijtihad yang bersifat zhanni. Ini merupakan perbedaan

pokok antara PAI dengan pelajaran lainnya dimana pelajaran selain PAI

banyak didasarkan pada penelitian empiris terhadap gejala-gejala yang

15

Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab 16

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 120.

14

tampak yang kemudian disusun secara sistematis menjadi sebuah ilmu

pengetahuan.

PAI baik di sekolah umum maupun sekolah bercorak Islam (madrasah)

pada dasarnya sama. Hanya saja spesifikasi materi pada madrasah diperjelas

dalam bentuk mata pelajaran tersendiri. Sedangkan pada sekolah umum

pemisahan tersebut dilakukan dalam bab-bab materi pelajaran. Spesifikasi

tersebut berupa materi Al Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah

Kebudayaan Islam.17

Hubungan antara satu aspek/mata pelajaran dengan aspek/mata pelajaran

lainnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 2.1

Hubungan antar mata pelajaran18

Pada bagan tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan erat antara

beberapa aspek/ mata pelajaran PAI, yaitu: Al Qur’an-Hadits merupakan

sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan),

syari’ah (ibadah, muamalah) dan akhlak, sehingga kajiannya berada di setiap

17

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 140. 18

Ibid

Al Qur ’an dan Hadi ts

Muamalah

Ibadah

Syar i ’ah

Akhlak

Ak idah

Sistem Kehidupan: 1. Pol i t ik 2. Eknomi 3. Sosia l 4. Keluarga 5. Budaya 6. Iptek 7. Hankam 8. dst .

Sejarah

15

unsur tersebut. Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.

Syari’ah dan akhlak bertolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan

konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah

merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan

Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya

dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat,

puasa, haji), dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya

diatur dalam muamalah dalam arti luas.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,

dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia dan lainnya tersebut

menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan

sistem kehidupannya (politik, sosial, pendidikan, kekeluargaan,

kebudayaan/seni, iptek, olahraga, dan lain sebagainya) yang dilandasi oleh

akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan

perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam

usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam

mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.19

Sementara itu, ruang lingkup materi PAI dijelaskan pula dalam Permenag

Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, sebagai berikut:

a. Al Qur’an Hadits

1) Masalah dasar-dasar ilmu Al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi:

a) Pengertian Al-Qur'an menurut para ahli

b) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi

c) Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan

redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya

d) Isi pokok ajaran Al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-

ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran Al-Qur’an

e) Fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan

19

Muhaimin, op.cit,. h. 140-142.

16

f) Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an

g) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara

mencari surat dan ayat dalam Al-Qur’an

h) Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.

2) Tema-tema yang ditinjau dari perspektif Al-Qur’an dan al-Hadits,

yaitu:

a) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.

b) Demokrasi dan musyawarah mufakat.

c) Keikhlasan dalam beribadah

d) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya

e) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup

f) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa

g) Berkompetisi dalam kebaikan.

h) Amar ma‘ruf nahi munkar

i) Ujian dan cobaan manusia

j) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat

k) Berlaku adil dan jujur

l) Toleransi dan etika pergaulan

m) Etos kerja

n) Makanan yang halal dan baik

o) Ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Akidah Akhlak

1) Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode

peningkatannya, Al Asma’ Al Husna, konsep tauhid dalam Islam,

syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu

kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-

aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),

2) Aspek akhlak terpuji meliputi: masalah akhlak yang meliputi

pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode

peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti

husnudzan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan,

17

bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan

kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan

tentang tasawuf.

3) Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi,

perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina,

mencuri, mengonsumsi narkoba), israf, tabzir, dan fitnah.

4) Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab

membesuk orang sakit, adab berpakaian, berhias, perjalanan,

bertamu dan menerima tamu, melakukan takziyah, adab bergaul

dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan

lawan jenis, adab membaca Al-Qur’an dan berdoa.

5) Aspek kisah meliputi: kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf

a.s., Ulul Azmi, Kisah Sahabat: Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin

Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwes al-Qarni, al-Ghazali, Ibn Sina, Ibn

Rusyd dan Iqbal

c. Fikih

Ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Aliyah meliputi : kajian

tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum Islam dan

perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara

pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan hukum Islam tentang

pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep

perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang pelepasan

dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang wakalah dan

sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafalah beserta

hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinayah, hudud

dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya; hukum

Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah;

sumber hukum Islam dan hukum taklifi; dasar-dasar istinbat dalam fikih

Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan penerapannya.

18

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

1) Dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah dan periode

Madinah.

2) Kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat.

3) Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun

650 M – 1250 M).

4) Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran

(1250 M – 1800 M).

5) Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-

sekarang).

6) Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.20

2. Tujuan Pembelajaran

Dimensi tujuan dalam pembelajaran PAI memiliki makna yang lebih luas

dari sekedar memahami konsep-konsep atau teori-teori. Tujuan yang ingin

dicapai oleh Islam dalam aspek pendidikan adalah membina manusia guna

mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada pendidikan

yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang tujuan dan tugas hidup

manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, dan sebatas kemampuan

dan kapasitas ukuran yang ada, serta memenuhi tuntutan masyarakatnya.

Pendidikan Islam sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi hidup,

yaitu penanaman rasa takwa kepada Allah Swt. dan pengembangan rasa

kemanusiaan kepada sesamanya.

Muhaimin memberikan tiga fokus tentang tujuan pendidikan Islam.

Pertama, terbentuknya insan kamil (manusia universal) yang mempunyai

wajah-wajah qur’ani seperti wajah kekeluargaan, persaudaraan yang

menumbuhkan sikap egalitarianisme, wajah yang penuh kemuliaan, wajah

yang kreatif, wajah keseimbangan yang menumbuhkan kebijakan dan

20

Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

19

kearifan. Kedua, terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi

religius, budaya, dan ilmiah. Ketiga, penyadaran fungsi manusia sebagai

hamba, khalifah Allah, serta sebagai pewaris para nabi dan memberikan bekal

yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.21

Sedangkan Armai Arief membagi tujuan pendidikan Islam yaitu: tujuan

umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan sementara yaitu

tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman

tertentu yang direncanakan dalam kurikulum.

Tujuan akhir ialah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi

manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa

umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan

dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.22

Disamping itu, Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang

Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab juga menjelaskan tujuan PAI, sebagai berikut:

a. Al Qur’an Hadits

Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Aliyah adalah salah

satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan

peningkatan dari Al-Qur'an-Hadits yang telah dipelajari oleh peserta

didik di MTs/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Qur'an dan al-

Hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan

untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan

menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka

bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

21

A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008). h.

111. 22

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.

18-19.

20

dalam perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup

bermasyarakat.

Secara substansial, mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits memiliki

kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung

dalam Al-Qur’an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan

sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-

hari.

Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits bertujuan untuk: 1) Meningkatkan

kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan Hadits, 2) Membekali

peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan

Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, 3)

Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan

Hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur’an dan

Hadits.

b. Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan

dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di

Madrasah Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari dan memperdalam akidah-akhlak sebagai persiapan untuk

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup

bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.

Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan

prinsip-prinsip akidah Islam, metode peningkatan kualitas akidah,

wawasan tentang aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan

dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari,

pemahaman tentang, konsep tauhid dalam Islam serta perbuatan syirik

dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa

pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak

21

tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai

diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.

Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah

Aliyah memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta

didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk

pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak

tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat

penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam

kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam

rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis

multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1) Menumbuh

kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman

peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.,

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan

nilai-nilai akidah Islam.

c. Fikih

Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari

fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah

Tsanawiyah/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara

mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fikih baik yang

menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh

prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fikih serta menggali tujuan dan

hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang

lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat.

22

Secara substansial, mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam

memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan

menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai

perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan

manusia dengan Allah Swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama

manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.

Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk: 1)

Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara

pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun

muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan

sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan

Allah Swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan

makhluk lainnya maupu hubungan dengan lingkungannya.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah

satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,

peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari

dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah,

kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat, sampai

perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650

M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M),

dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta

perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.

Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam

memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik

untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam,

yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk

melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta

didik.

23

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari

landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun

oleh Rasulullah saw. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan

peradaban Islam. 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang

pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa

lampau, masa kini, dan masa depan, 3) Melatih daya kritis peserta didik

untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada

pendekatan ilmiah. 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta

didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat

Islam di masa lampau. 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik

dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),

meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan

fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain

untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.23

3. Strategi Pembelajaran PAI

Melihat tujuan dan materi pada pembelajaran PAI, maka strategi

pembelajaran yang dikembangkan seharusnya lebih menekankan pada aspek

afektif dan psikomotorik, yaitu strategi-strategi pembelajaran yang dapat

membuat siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama yang didasari

keyakinan dan pemahaman, karena pendidikan agama Islam adalah proses

transformasi nilai dan penanaman moral serta pembentukan sikap dan

keterampilan secara terintegrasi dan komprehensif sebagai wujud penguasaan

kompetensi.

Dalam menerapkan strategi pembelajaran PAI harus memperhatikan

beberapa asas berikut:

23

Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab

24

a) Asas Agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber

asasi ajaran Islam Al Qur’an dan Hadits

b) Asas Biologis, yakni penggunaan metode harus memperhatikan

kondisi kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik

c) Asas Psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan

kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik

d) Asas Sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan

tuntutan kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan

berkembang setiap saat.24

Strategi pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Bahkan “Nabi Saw. sering mencontohkan beberapa cara

penyampaian materi kepada para sahabatnya, seperti eksperimen, asistensi,

tanya jawab, dan lain sebagainya”.25

Tentu untuk zaman sekarang harus

mempertimbangkan situasi dan kondisi terkini untuk menentukan strategi apa

dan bagaimana menerapkannya.

4. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama Islam ialah “ kegiatan

untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan

agama”.26

Selama ini para guru PAI lebih banyak mengenal model-model

evaluasi acuan norma (norm referenced) dan evaluasi acuan patokan

(criterian referenced). Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan

hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat, dan lain sebagainya,

tetapi apakah shalatnya rajin atau tidak. Disinilah perlunya memahami model

Evaluasi Acuan Etik.

Guru PAI yang akan mengadakan tes atau pengukuran keberhasilan

belajar siswa maka perlu mempertimbangkan masalah apa yang akan dites

24

A. Fatah Yasin, op., cit, h. 134. 25

Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012),

h. 34. 26

Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf: Metodik Khusus Pendidikan Agama,

(Malang: IAIN Sunan Ampel, 1983), h. 154.

25

atau dievaluasi? Jawaban terhadap masalah ini akan terkait dengan ketiga

acuan diatas. yaitu:

a) Jika yang akan dites adalah kemampuan dasar (aptitude) maka yang

digunakan adalah evaluasi acuan norma

b) Jika yang akan dites adalah prestasi belajar (achievement), maka

yang digunakan adalah evaluasi acuan patokan.

c) Jika yang dites adalah kepribadian (personality), maka yang

digunakan adalah evaluasi acuan etik.27

Beberapa alat evaluasi yang biasa digunakan yaitu teknik tes dan non tes.

Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu

ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang

berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-

pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan

oleh testee sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran

tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi

testee.

Sedangkan teknik non tes antara lain: 1) pengamatan, yaitu cara

menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan siswa, 2) wawancara, yaitu

cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan

melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan

arah serta tujuan yang telah ditentukan, 3) angket, yaitu seperangkat

pertanyaan yang disusun secara logis dan sistematis tentang konsep yang

menerangkan variabel-variabel yang diteliti, 4) analisis dokumen, yaitu telaah

terhadap referensi yang berhubungan dengan kinerja maupun hasil belajar

siswa.28

27

Muhaimin, op.cit,. h. 53. 28

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 65.

26

D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

Salah satu prinsip yang cukup dikenal dalam teori multiple intelligences

ialah bahwa siswa akan menerima materi pelajaran dengan baik jika gaya

mengajar yang dilakukan guru sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki

siswa. Oleh karena itu, penerapan teori multiple intelligences dalam

pembelajaran lebih ditekankan pada aspek strategi.

Munif Chatib menamakan strategi tersebut sama dengan nama teorinya

yakni strategi multiple intelligences.29

Strategi tersebut tidaklah berupa satu

strategi yang dikembangkan untuk semua mata pelajaran. Istilah strategi

multiple intelligences lebih merupakan sebuah wadah besar untuk berbagai

macam strategi pembelajaran yang penerapannya sesuai dengan konsep

multiple intelligences.

Ada banyak macam strategi pembelajaran yang mengacu pada teori

multiple intelligences. Bahkan pada dasarnya semua strategi pembelajaran

konvensional maupun modern dapat disesuaikan dengan teori multiple

intelligences. Yang perlu diperhatikan ialah pada situasi dan kondisi

bagaimana strategi tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan secara lebih optimal.

a. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Linguistik-Verbal

1) Sumbang pendapat

2) Storytelling

3) Menulis Jurnal

4) Membaca Biografi

b. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Logis-Matematis

1) Berpikir kritis

2) Bereksperimen

3) Pertanyaan Socrates

4) Penyelesaian Masalah

29

Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak

Juara, op. cit., h. 138.

27

c. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial

1) Membuat potongan kertas berwarna-warni

2) Mewarnai gambar

3) Membuat sketsa

d. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Kinestetis -Jasmaniah

1) Studi lapangan

2) Bermain peran

3) Berpantomim

4) Menyelidiki bagian-bagian benda

5) Menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menulis

e. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Ritmik-Musikal

1) Diskografi

2) Musik instrument

3) Bunyi dan orang

4) Bentuk bunyi

f. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal

1) Jigsaw

2) Mengajar teman sebaya

3) Teamwork

4) Mencari orang yang mengenakan pakaian tertentu

g. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal

1) Melakukan tugas mandiri

2) Melakukan refleksi

3) Mengungkapkan perasaan

4) Membuat identifikasi diri

h. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Naturalis

1) Belajar melalui alam

2) Jendela belajar

3) Menggunakan tanaman sebagai alat peraga

4) Meniru bunyi-bunyi binatang

28

i. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Eksistensial

1) Memberi respon pada suatu peristiwa

2) Menciptakan panggung beramal

2. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran PAI

Sebagaimana penerapan konsep multiple intelligences pada mata

pelajaran lainnya, maka langkah pertama yang perlu dilakukan guru PAI

sebelum memulai program pengajarannya ialah mengetahui terlebih dahulu

jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa yang akan diajarnya.

Saat ini telah banyak cara yang dikembangkan untuk mengidentifikasi

kecerdasan majemuk siswa, baik yang disusun berdasarkan sistem

komputerisasi maupun yang masih menggunakan cara trasdisional dengan

melakukan pengamatan terhadap kebiasaan orang.

Berikut ini salah satu contoh instrumen untuk mengetahui kecerdasan

majemuk siswa:

a. Untuk anak-anak

Berilah tanda cheklist () pada masing-masing jenis kecerdasan di

bawah ini berdasarkan kebiasaan dan kesukaan anak yang diamati.

Tabel 2.1

Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anak30

Kecerdasan Karakteristik Umum

Linguistik-Verbal ___

___

___

Menulis lebih baik dari anak-anak

seusianya

Suka berbicara dan menyampaikan cerita

yang lucu

Mempunyai memori yang baik untuk

nama, tempat, tanggal, atau hal-hal

sepele

30

Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak:

Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 25-28.

29

___

___

___

___

___

___

___

Senang bermain kata

Senang membaca buku

Mampu mengucap kata secara akurat

untuk anak-anak seusianya

Menghargai sajak-sajak walaupun berupa

kata-kata yang tidak masuk akal

Suka mendengar kata-kata lisan (cerita,

komentar dalam radio, dan buku-buku

audio)

Memiliki kosakata yang baik untuk anak-

anak seusianya

Mampu berkomunikasi dengan orang

lain melalui cara yang verbal

Logis-Matematika ___

___

___

___

___

___

___

___

___

Mengajukan banyak pertanyaan tentang

bagaimana sesuatu itu berjalan

Senang bekerja dan bermain dengan

angka-angka

Suka mata pelajaran matematika

Selalu mencari permainan-permainan

matematika dan komputer yang

menarik

Senang bermain catur, keker-kereran,

atau permainan strategi lainnya

Senang bermain teka-teki yang logik

Senang meletakkan sesuatu dalam

kategori, hierarki, atau dalam pola-

pola logik

Suka melakukan percobaan dalam mata

pelajaran sains atau dalam mainan

sederhana

Menunjukkan ketertarikan pada mata

30

___

pelajaran yang berhubungan dengan

sains

Mempu menyelesaikan dengan baik jenis

tes berpikir logik atau jenis tes Piaget

Visual-Spasial ___

___

___

___

___

___

___

___

___

___

Senang menggambar hal-hal yang ada di

sekitar

Lebih mampu membaca peta, diagram,

gafik daripada membaca teks

Sering merenung dan berfikir

Senang berbagai aktivitas seni

Hasil gambarnya lebih baik dari anak-

anak seusianya

Sangat menyukai nonton film, slide, atau

presentasi visual

Senang bermain teka-teki bergambar

Mampu mengonstruksi tiga dimensi

Mampu menangkap isi bacaan lebih

mudah dari gambar dibanding kata-

kata

Menggambar diatas lembar kerja, atau

semacamnya sambil melamun

Kinestetis -

Jasmaniah

___

___

___

___

Unggul dalam satu atau lebih jenis

olahraga

Senang bergerak atau memukul-mukul

sesuatu ketika duduk lama di suatu

tempat

Suka meniru-niru sikap dan perilaku

orang lain

Suka membongkar sesuatu dan

memasangnya kembali

31

___

___

___

___

___

___

Senang memegang apa yang dilihat

Senang berlari, melompat-lompat,

bergulat, atau kegiatan lain yang

sejenis

Menunjukkan ketrampilan tentang

kerajinan tangan

Mengungkap sesuatu dengan cara

dramatis

Senang mengungkapkan perasaan fisik

ketika bekerja

Bermain dengan tanah liat atau pekerjaan

taktis seperti menggambar dengan

jari

Ritmik-Musikal ___

___

___

___

___

___

___

___

___

Mengetahui ketika bunyi musik tak

sesuai tangga-nada

Mudah mengingat melodi lagu

Memiliki suara yang merdu

Memainkan alat musik atau lagu-lagu

dalam kelompok paduan suara

Menggunakan irama dalam berbicara dan

bergerak

Senang bersenandung sendiri tanpa

disadari

Memukul-mukul meja atau bangku

sambil berirama walau sedang

bekerja

Sensitif terhadap suara-suara alam seperti

bunyi hujan diatas atap

Langsung merespon ketika

mendengarkan atau diperdengarkan

musik

32

___

Sering mengulang-ulang lagu yang

dipelajari di dalam atau di luar kelas

Intrapersonal ___

___

___

___

___

___

___

___

___

___

Menunjukkan kemandirian dan keinginan

yang kuat

Memiliki perasaan realistik terhadap

kemampuan dan kelemahan dirinya

Mengerjakan sesuatu dengan baik ketika

ditinggalkan sendiri

Berpendirian pada gaya atau cara

belajarnya sendiri

Memiliki hobi dan minat pada sesuatu

yang tidak banyak diceritakan

Pandai mengatur diri sendiri

Lebih suka bekerja sendiri daripada

bekerja dengan orang lain

Mampu mengungkap perasaan dirinya

dengan akurat

Mampu mengambil pelajaran dari

keberhasilandan kegagalan dalam

hidup

Keyakinan diri dan kemandirian berpikir

lebih baik dari anak-anak lain

Interpersonal ___

___

___

___

Senang bersosialisasi dengan teman

sejawat

Kelihatan menjadi pemimpin secara

alamiah

Sering memberi nasihat kepada persoalan

teman-temannya

Tampak pintar di jalan (walaupun secara

tiba-tiba melihat persoalan)

33

___

___

___

___

___

___

Memiliki klub-klub, anggota, organisasi,

atau kelompok kawanan tidak formal

Senang mengajar anak lain secara tidak

formal

Senang bermain game dengan anak-anak

lain

Mempunyai dua atau lebih teman akrab

Memiliki empati dan kepedulian kepada

orang lain

Selalu diikuti oleh anak-anak lain

Naturalis ___

___

___

___

___

___

___

___

Berbicara banyak tentang binatang,

tumbuh-tumbuhan atau keadaan alam

Senang berdarmawisata ke alam, kebun

binatang, atau ke museum

Memiliki kepekaan pada alam (seperti

hujan, badai, petir, gunung, tanah,

dan semacamnya)

Senang menyiram bunga atau

memelihara tumbuh-tumbuhan dan

binatang

Suka melihat kandang binatang, burung,

atau akuarium

Senang ketika belajar tentang ekologi,

alam, binatang, dan tumbuh-

tumbuhan

Berbicara banyak tentang hak-hak

binatang, dan cara kerja planet bumi

Senang melakukan proyek pelajaran

yang berbasis alam (mengamati

burung-burung, kupu-kupu, atau

serangga lainnya, tumbuh-tumbuhan

34

___

___

dan memelihara binatang)

Suka membawa kesekolah binatang-

binatang kecil, bunga, daun-daunan,

kemudian membagi pengalaman

dengan guru dan teman-teman lain

Mengerjakan dengan baik topik-topik

yang melibatkan sistem kehidupan

binatang, cara kerja alam, dan bahkan

manusia

Eksistensial ___

___

___

___

___

___

___

___

___

___

Mengambil peran dalam persoalan yang

besar

Senang bertanya atau berdiskusi tentang

aneka masalah kehidupan

Tekun menjalankan perintah agama

Senang menikmati atau berkecimpung

dalam menghasilkan karya-karya seni

Sering bertakhanus, berdzikir, atau

relaksasi dan meditasi

Senang mengunjungi tempat-tempat yang

menggugah perasaan

Senang membaca dan mendalami ilmu

filsafat (menanyakan hakekat dari

sesuatu)

Memahami tujuan, manfaat, atau nilai

sesuatu mempermudah pemahaman

dalam belajar

Senang bertanya dan membicarakan

tantang hal-hal yang gaib

Senang mengambil pelajaran berharga

dai hasil bacaan atau pekerjaan

35

b. Untuk orang dewasa

Tulislah angka satu (1) pada bagian kanan dari masing-masing

pernyataan berikut jika Anda setuju atau sesuai dengan pengalaman

Anda. Tulislah angka nol (0) jika tidak setuju atau tidak sesuai dengan

pengalaman Anda.

Tabel 1.2

Survei kecerdasan majemuk untuk dewasa31

No Saya suka... No Saya suka...

1 Mendengar lagu di radio,

CD, atau HP

33 Mengamati gaya atau

model pakaian,

mobil, model

rambut, dll.

2 Belajar seni rupa, seni

lukis 34 Mendaki gunung dan

jalan-jalan

3 Membaca buku, komik,

majalah 35 Bersenandung dan

bersiul-siul

4 Bermain dan memelihara

binatang 36 Menghitung angka-

angka

5 Pelajaran matematika dan

IPA 37 Bermain video games

6 Berdiskusi tentang

kehidupan

38 Bermediasi,

bertakhanus, dan

berzikir

7 Berdansa, senam, atau

sejenisnya

39 Berakting, drama

komedi,

pantomim

8 Sering bersama kawan- 40 Menulis, mencorat-

31

Ibid., h. 29-31.

36

kawan coret, mengarang

9 Menonton musik video di

TV 41 Bermain catur dan

game di komputer

10 Bereksperimen

mengunjungi

museum IPA

42 Perhatikan sesuatu di

lingkungan;

pohon, bunga,

burung, tupai, dll.

11 Sepakbola, basket,

badminton, dll

43 Menceritakan

perasaan orang

lain

12 Menggambar, mengukir,

kaligrafi, mengecat,

atau desain grafik

44 Pergi ke konser musik

dan mendengar

langsung secara

live

13 Melakukan sesuatu

sendiri 45 Mengamati perubahan

alam; hujan, dll

14 Menolong orang yang

butuh 46 Bermain kata,

scrabbel, teka-teki

15 Mengingat lagu, rap, atau

melodi

47 Bermain game

computer

sendirian

16 Mengambil peran dalam

persoalan besar

48 Mengatur berbagai

kegiatan harian

rumah dan

sekolah

17 Menghafal kosakata baru

49 Memotret,

menciptakan

gambar

18 Percaya bahwa agama

adalah sesuatu yang 50 Merenung, mengkaji,

dan memahami

37

sangat penting perasaan sendiri

19 Bekerja sendiri daripada

dengan orang lain

51 Mondar-mandir ketika

memikirkan

sesuatu

20 Pergi ke kebun binatang,

taman, dan akuarium

52 Memelihara

lingkungan dan

mendaur ulang

21 Hasil karya seni dan

memikirkan cara

membuatnya

53 Menonton program

sains pada saluran

tertentu di TV

22 Mengkaji nilai dari

sesuatu 54 Seni bela diri, karate,

bersepeda, dll

23 Menata ruang atau taman 55 Menulis kegiatan atau

catatan harian

24 Menonton film tentang

orang dan

kehidupannya

56 Menghabiskan waktu

bersama orang

lain daripada

sendirian

25 Mengunjungi tempat

yang menggugah

perasaan

57 Merasakan jawaban

yang benar dari

sesuatu

26 Menghabiskan waktu

untuk menulis dan

memikirkan tentang

diri sendiri

58 Berbicara via telepon

HP,sms,BB atau

teleconference

27 Menyelesaikan masalah

yang masih misteri

bagi semua orang

59 Menulis pikiran dan

perasaan sendiri

dalam buku diari

28 Menjahit, pertukangan,

model 60 Mencari tahu mana

yang baik dan

38

buruk

29 Belajar musik, lagu, atau

memainkan

instrumen

61 Belajar lagu-lagu dan

menghafalnya

dengan mudah

30 Selalu berada diluar

rumah

62 Berbicara dalam

forum diskusi

31 Menulis surat, email, FB,

twitter 63 Menaksir sesuatu

dengan benar

32 Membuat pola, model,

atau rumus

Setelah berhasil melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis

kecerdasan anak, maka langkah selanjutnya ialah menyusun strategi

pembelajaran yang sesuai, baik sesuai dengan kecerdasan anak maupun

sesuai dengan materi ajar. Semua jenis strategi pembelajaran dapat

dilakukan selama itu sesuai dengan materi dan juga nilai-nilai Islam.

Sekarang sudah banyak buku-buku yang mengulas berbagai strategi

pembelajaran dari yang konvensional hingga yang paling modern.

Pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran tersebut tergantung

kreativitas dan kepekaan guru.

Penggunaan strategi yang baik akan meningkatkan motivasi belajar

siswa, mengingat motivasi ini merupakan salah satu kunci utama untuk

mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Ada empat ketegori yang

perlu diketahui seorang guru terkait motivasi “mengapa siswa belajar”,

yaitu:

1) Motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik pada tugas-tugas

yang diberikan)

2) Motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima

konsekuensi)

39

3) Motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin

dihargai)

4) Motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan

kepada orang lain bahwa ia mampu melakukan tugas yang

diberikan oleh gurunya)32

Sebagai langkah terakhir yaitu melakukan evaluasi. Evaluasi

pembelajaran hendaknya dilakukan secara menyeluruh meliputi tiga

ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian yang mencakup

ketiga hal tersebut banyak ditemukan pada jenis penilaian autentik.

Yakni penilaian yang benar-benar mengukur kemampuan siswa secara

berkelanjutan. Paradigma penilaian autentik antara lain; penilaian

menekankan pada kompetensi yang diajarkan bukan pada peringkat dan

mengklasifikasikan siswa; membantu siswa yang lemah untuk

berkembang bukan malah mengesampingkannya; penilaian kempetensi

cenderung membangun semangat kerjasama bukan semangat kompetisi

yang cenderung berlebihan; pengumpulan informasi nilai melalui tes dan

non-tes.33

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan mengenai

konsep multiple intelligences dan implementasinya dalam pembelajaran PAI,

ada beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya dapat dikemukakan

sebagai berikut:

Pertama, Panji Aziz, Analisis Konsep Kecerdasan Perspektif Howard

Gardner (Multiple Intelligences) dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011. Dalam karyanya ini, Panji Aziz memaparkan konsep multiple

intelligences dan cara pengembangannya dalam metode pembelajaran PAI.

32

Niken Arini dan Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia di Sekolah: Pedoman

Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 75-76. 33

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,

op. cit., h. 155.

40

Kedua, Kurnia Muhajarah, Multiple Intelligences Menurut Howard

Gardner dan Implikasinya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pada Jenjang Madrasah Aliyah (Sebuah Penawaran Konsep), Skripsi pada

IAIN Walisongo Semarang, 2008. Penelitian ini lebih spesifik membahas

implikasi konsep multiple intelligences terhadap pembelajaran PAI pada

jenjang Madrasah Aliyah.

Ketiga, Patmawati, Multiple Intelligences System dan Pembelajaran PAI,

Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Dalam karyanya ini, Patmawati menguraikan penerapan MIS dan

Pembelajaran PAI di Sekolah Full Day School YIMI Gresik.

Penelitian-penelitian di atas memfokuskan pada pendalaman konsep

multiple intelligences dan penerapannya dalam pembelajaran PAI secara

teori, hanya Patmawati yang meneliti implementasi multiple intelligences

dalam pembelajaran yang sesungguhnya, namun penelitian tersebut dilakukan

di sekolah yang memang berbasis multiple intelligences.

Penelitian ini ialah analisa terhadap strategi pengembangan dari konsep

multiple intelligences dalam pembelajaran di sekolah negeri yang tidak

berlabel multiple intelligences

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 12 Jakarta, Jalan Raya

Duri Kosambi No. 19 Cengkareng, Jakarta Barat.

Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 sampai dengan Januari

2015.

B. Latar Penelitian

MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang terletak di daerah pemukiman padat

penduduk. Sebagian besar siswa-siswinya adalah warga sekitar, sehingga mereka

menggunakan moda transportasi angkutan umum untuk menuju sekolah, sebagian

ada yang menggunakan sepeda ontel, bahkan ada juga yag berjalan kaki.

Sekolah ini adalah sekolah pemerintah sehingga dalam pelaksanaan proses

pembelajaran mengikuti prosedur baku yang telah ditetapkan. Lain halnya dengan

sekolah swasta yang lebih bebas dalam berekspresi dan berkreasi dalam

mengelola sekolahnya. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang

digunakan yaitu KTSP untuk kelas XI dan XI serta Kurikulum 2013 untuk kelas

X.

C. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi lapangan (field

research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi

sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis,

yaitu “mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi,

membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk mengambil

kesimpulan”.43

43

Sukidin dan Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda

dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia, 2005), h. 24.

42

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, dilakukan beberapa teknik

pengumpulan data yang sesuai dengan metode dan pendekatan penelitian.

Diantaranya yaitu:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu, antara lain

untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan, dan kepedulian tentang situasi sosial (setting sosial)”.44

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan jenis

wawancara tak terstruktur, namun tetap mengacu pada kerangka atau garis

besar pokok-pokok wawancara yang telah dirumuskan sebelumnya.

Wawancara dilakukan terhadap guru-guru PAI sebanyak 4 orang (Fikih,

Al Qur’an Hadits, Akidah Akhlak dan SKI) dan juga wakil kepala madrasah

bidang kurikulum. Dari guru PAI didapatkan informasi mengenai proses

pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan dari

waka kurikulum digali informasi mengenai pembelajaran secara umum, usaha

peningkatan kompetensi guru-guru PAI, dan juga prosedur penerimaan murid

baru.

2. Observasi

Observasi ialah “pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian”.45

Observasi pada penelitian ini

dilakukan terhadap persiapan guru sebelum masuk kelas, proses pembelajaran

di dalam kelas, dan saat pelaksanaan evaluasi. Dalam melakukan pencatatan

data, peneliti mengikuti beberapa petunjuk berikut:

a. Membuat catatan lapangan

Catatan lapangan dilakukan secara bebas oleh peneliti pada saat

pengamatan dilakukan dan biasanya berupa catatan-catatan yang berisi

kalimat kunci, barulah setelah pengamatan selesai catatan-catatan

44

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 219.

43

tersebut disusun lebih sistematis dan ditambahkan penjelasan

secukupnya.

Catatan mungkin berupa laporan langkah-langkah peristiwa, bisa

dibuat dalam bentuk kategori sewaktu dicatat, atau dapat pula berupa

gambaran umum yang singkat. Hasil pencatatan ini dapat dikelompok-

kelompokan berdasarkan tema-tema yang sesuai, ataupun dibuat secara

kronologis dari waktu ke waktu.

Pada penelitian ini, catatan lapangan yang dibuat berupa gambaran

umum dari persiapan guru sebelum mengajar, kemudian pelaksanaan

pembelajaran yang dicatat secara kronologis.

b. Jadwal

Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan

dilakukan, dimana, kapan, apa yang diamati, dan semacamnya.

Pembuatan jadwal pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri,

kemudian melakukan konfirmasi terhadap guru-guru yang akan

diteliti/diamati.

c. Alat elektronik

Alat-alat elektronik yang digunakan untuk membantu pengumpulan

data, misalnya alat perekam suara maupun video.

Alat perekam suara digunakan pada saat peneliti melakukan

wawancara dengan guru-guru PAI dan juga waka kurikulum. Sedangkan

perekam video digunakan untuk mendokumentasikan proses

pembelajaran di dalam kelas. Dengan bantuan alat ini, peneliti lebih

mudah saat membuat catatan hasil wawancara dan catatan lapangan hasil

pengamatan di kelas.

3. Studi Dokumen

Teknik ini, merupakan telaah terhadap referensi-referensi yang

berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen

yang dimaksud dapat berupa dokumen pribadi, dokumen resmi, foto-foto,

rekaman kaset, dan lain sebagainya. Data ini bermanfaat untuk menguji,

44

menafsirkan, bahkan meramalkan jawaban dari fokus permasalahan

penelitian.

Pada penelitian ini, dokumen-dokumen yang diperiksa antara lain

silabus, RPP, dan juga kumpulan hasil karya siswa (makalah, mading, catatan

buku tulis).

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Jika dalam penelitian kiantitatif perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

terhadap instrumen penelitian, maka dalam penelitian kualitatif yang perlu diuji

adalah keabsahan datanya, mengingt instrumen penelitiannya merupakan peneliti

itu sendiri. Oleh karena itu, “penggunaan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan

data mutlak hukumnya. Itu berarti peneliti yang tidak melakukan pemerikasaan

keabsahan data, hasil penelitiannya harus ditolak karena diragukan

keabsahannya”.46

Teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Ketekunan Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas dilakukan sebanyak

dua kali untuk setiap mata pelajaran, sehingga total pengamatan yaitu delapan

kali.

2. Triangulasi

Yaitu proses check and recheck terhadap sebuah hasil penelitian. Hasil

pengamatan di dalam kelas kemudian disampaiakan kepada guru untuk

memeriksa kesesuaiannya antara fakta yang dilakukan dengan rencana guru.

Juga ditanyakan kepada siswa mengenai beberapa hal yang diperlukan.

3. Pengecekan Anggota

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya berdiskusi dengan para guru

dan juga siswa untuk memeriksa apakah hasil penelitian yang didapatkan

sudah sesuai dengan fakta sebenarnya.

46

Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 168.

45

4. Menggunakan Kecukupan Referensi

Referensi utama dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan

dengan strategi pembelajaran dan teori multiple intelligences, seperti buku

Multiple Intelligences: Teori dalam Praktek karya Howard Gardner, buku

Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak karya Muhammad Yaumi, dan

lain sebagainya.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan “proses telaah terhadap fenomena atau peristiwa

secara keseluruhan, maupun terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-

fenomena tersebut serta keterkaitannya”.47

Sedangkan menurut Sugiyono

sebagaimana dikuti Iskandar, dinyatakan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan

lapangan, dan studidokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke

sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahamioleh diri sendiri maupun orang lain.48

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan ialah model Miles dan

Hiberman. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Reduksi Data

Yaitu proses penafsiran dan seleksi data-data yang terkumpul untuk

dipilih yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.

2. Penyajian Data

Hasil reduksi data disusun dalam bentuk matriks atau daftar kategori.

3. Mengambil Kesimpulan/Verifikasi

Selanjutnya, data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang

untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat

diuji kembali sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus

interaktif ini berjalan dengan baik, maka hasil penelitian telah teruji

kebenarannya dan peneliti dapat menarik kesimpulan akhir.

47

Iskandar, op. cit., h. 223. 48

Ibid, h. 223-224.

46

BAB IV

IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES

DALAM PEMBELAJARAN PAI

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MAN 12 Jakarta

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Duri Kosambi Jakarta berdiri sejak

tahun 1997, saat itu masih berstatus sebagai kelas jauh (KJ) dari MAN 10

Joglo Jakarta Barat. Seiring perjalanan waktu, MAN 10 KJ Duri Kosambi

berkembang pesat. Dari tahun ke tahun jumlah siswanya semakin meningkat,

fasilitas madrasah semakin memadai, dan sumber daya manusianya pun

semakin profesional.

Pada tanggal 30 Desember 2003, melalui SK Menteri Agama No. 558,

Pemerintah menetapkan MAN 10 KJ Duri Kosambi menjadi MAN 12 Duri

Kosambi Jakarta, dan Drs. M. Yunus, M.Pd. ditetapkan sebagai Kepala

Madrasah yang pertama.

Mulai Tahun Pelajaran 2006/2007, MAN 12 Duri Kosambi Jakarta

mempunyai 2 (dua) kampus, yaitu kampus A, yang berlokasi di Jl. Raya Duri

Kosambi No. 3 Cengkareng, Jakarta Barat, sebagai kampus utama dan

kampus B, yang berlokasi di Jl. Raya Kamal Tegal Alur Kali Deres, Jakarta

Barat, sebagai kelas jauh (KJ)

Dalam perkembangannya, tepatnya pada tahun 2009 kelas jauh (KJ)

tersebut dirasa sudah cukup memadai untuk menjadi sekolah tersendiri.

Sehingga pemerintah menetapkannya sebagai MAN 16 Jakarta Barat.49

2. Visi dan Misi

Visi:

Intelek, Inovatif, dan Islami

49

Wawancara dengan Waka Kurikulum yaitu Bapak Achmad Muslim

47

Misi:

a. Menyiapkan calon pemimpin umat di masa depan yang mampu

berkompetisi secara global dalam segala bidang kehidupan

b. Menyelenggarakan proses pendidikan yang kondusif, modern, dan

inspiratif serta mampu mengembangkan kreativitas peserta didik

c. Menumbuh kembangkan sikap, perilaku dan amaliah terpuji melalui

pembiasaan-pembiasaan yang Islami

3. Keadaan Guru dan Siswa

Jumlah guru di MAN 12 Jakarta pada tahun ajaran 2014/2015 sebanyak

39 orang. Dari jumah itu, 8 orang diantaranya adalah lulusan S2 dan

selebihnya S1. Guru PAI sebanyak 8 orang yang terbagi dalam bidang studi

Fikih 3 orang, Al Qur’an Hadits 2 orang, Akidah Akhlak 1 orang, dan Sejarah

Kebudayaan Islam 2 orang.

Sedangkan jumlah siswanya ialah 683 orang yang terbagi ke dalam 3

kelas, yaitu kelas X sebanyak 237 orang, kelas XI sebanyak 228 orang, dan

kelas XII sebanyak 218 orang. Kelas X dibagi ke dalam 3 peminatan, yaitu X

MIA (Matematika dan Ilmu Alam), X IIS (Ilmu-ilmu Sosial), dan X Ag

(Keagamaan). Sedangkan kelas XI dan XI dibagi ke dalam 3 jurusan yaitu XI

dan XII IPA, XI dan XII IPS, dan XI dan XII Keagamaan.50

4. Proses Seleksi Murid Baru

PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) untuk madrasah diatur dalam

Juknis (Petunjuk Teknis) yang dikeluarkan oleh Kanwil Kemenag. Seleksi di

MAN 12 Jakarta mengikuti juknis tersebut, meliputi empat tahap seleksi yaitu

psikotes, tes akademik, BTQ (Baca Tulis Al Qur’an), dan wawancara.

Dalam pelaksanaannya, psikotes di MAN 12 ini dilakukan oleh UI

(Universitas Indonesia), sedangkan tes akademik oleh MAN Insan Cendekia

Serpong. Hal ini dilakukan untuk lebih menjamin bahwa hasil seleksi benar-

50

Pengamatan selama proses penelitian

48

benar sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan BTQ dan wawancara

dilakukan oleh pihak MAN 12 sendiri.

Meskipun demikian, keputusan akhir apakah calon siswa diterima atau

tidak ditentukan oleh pihak sekolah. UI dan MAN Insan Cendekia hanya

melakukan penilaian dan memberikan laporan penilaian tersebut kepada

MAN 12 Jakarta. Untuk penerimaan siswa, sepenuhnya menjadi kewenangan

MAN 12 Jakarta.51

B. Paparan Hasil Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran berbasis multiple intelligences memerlukan persiapan yang

matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru perlu

mengikuti langkah-langkah atau prosedur tertentu dalam menerapkannya.

Langkah pertama yaitu mengenal jenis kecerdasan siswa. Kecerdasan

siswa dapat diketahui antara lain melalui: tes, mengamati kegiatan siswa di

dalam kelas, mengamati kegiatan siswa di luar kelas, serta mengetahui dan

memahami data-data siswa.52

Hasil wawancara dengan guru-guru PAI di MAN 12 Jakarta dan juga

pengamatan di lapangan yang peneliti lakukan menunjukkan sebagian besar

langkah-langkah awal tersebut diatas tidak dilakukan. Kalaupun ada yang

menggunakan tes awal, itu hanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

siswa terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, bukan untuk

mengetahui jenis kecerdasan siswa.53

Langkah kedua dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences yaitu

menyusun rencana kegatan pembelajaran yang sesuai dengan jenis

kecerdasan siswa. Namun, karena langkah pertama sudah tidak dilaksanakan,

51

Wawancara dengan Waka Kurikulum Bapak Achmad Muslim, M.Si. pada hari Kamis, 15

Januari 2015 52

Paul Suparno, Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,

2004), h. 79. 53

Wawancara dengan Bapak Mukhobir pada tanggal 15 Januari 2015

49

maka secara otomatis guru juga tidak menyusun rencana kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan siswa.

Akan tetapi, langkah-langkah diatas bukan langkah mutlak yang harus

dilakukan. Ada cara lain dalam menjalankan kegiatan pembelajaran walaupun

guru tidak mengenal kecerdasan siswa. Yaitu guru berfokus pada model

aktivitas pembelajarannya yang dirancang secara unik dan menarik.54

Aktivitas pembelajaran tersebut nantinya bisa dianalisa akan berkaitan

dengan jenis kecerdasan apa saja. Dan langkah inilah yang dilakukan oleh

guru-guru di MAN 12 Jakarta. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran

dengan kreativitasnya masing-masing yang membuat siswa tampak antusias

mengikutinya.55

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Mengingat pelajaran PAI di madrasah dibagi menjadi 4 (empat) bidang

studi, maka penjabaran kegiatan pembelajarannya dijelaskan masing-masing

tiap bidang studi tersebut.

a. Fikih

Bidang studi fikih mempunyai karateristik bahwa materi

pelajarannya banyak yang bersifat praktis, sehingga memudahkan guru

dalam mendesain praktik-praktik pembelajaran yang berbasis aktivitas

fisik. Misalnya materi shalat, zakat, haji, dan lain sebagainya. Materi-

materi tersebut dapat diperagakan melalui simulasi atau drama. Seperti

yang dilakukan pada pembelajaran fikih di kelas X IIS 2 MAN 12 Jakarta

dengan materi pengurusan jenazah.

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

KBM dilakukan di ruang multimedia. Ruangan ini memiliki luas

hampir tiga kali ruang kelas biasa. Di dalamnya tidak ada bangku

54

Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,

(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119. 55

Pengamatan pada beberapa kegiatan belajar mengajar di kelas

50

ataupun meja, sehingga untuk proses KBM yang memerlukan banyak

gerak cukup efektif.

Guru dan murid memasuki ruangan dengan membawa perlengkapan

yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Yaitu kain kafan, dan buku tulis.

Sebelum praktik mengkafani jenazah dilakukan, guru meminta siswa

mengambil selembar kertas. Dari kertas tersebut guru mencontohkan tata

cara mempersiapkan kain kafan seperti ukuran, jumlah, cara memotong,

dan letak bagian-bagian tertentu. Guru memandu siswa memotong-

motong kertas tersebut.

Setelah itu guru memanggil beberapa siswa. Satu orang berperan

sebagai jenazah, sedangkan lima orang lainnya sebagai ‘amil jenazah.

Siswa yang lain mengamati dan menunggu giliran praktik.

Siswa ‘amil jenazah mulai mengambil kain kafan, mengukur tinggi

jenazah, memotong, membuat tali, dan memotong beberapa lambar kain

kafan untuk baju, sorban/kerudung, dan lain sebagainya. Guru

mengamati sambil sesekali memberikan arahan. Lalu siswa praktik

mengkafani jenazah.

Setelah kelompok pertama selesai, guru memanggil beberapa orang

yang lain untuk mempraktikkan hal yang sama. Diharapkan kelompok

kedua lebih baik dalam praktik karena selain telah mempelajari teori juga

sudah mengamati kelompok pertama. Lalu kelompok kedua mulai

praktik mengkafani jenazah.56

Ditinjau dari teori multiple inteligences, maka praktik pembelajaran

diatas dapat mengakomodasi beberapa jenis kecerdasan yaitu kinestetik

dan interpersonal.

Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggunakan

seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat

sesuatu.57

Sedangkan kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk

56

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014 pukul 12.40 –

14.10 57

Muhammad Yaumi, op. cit., h. 99.

51

membaca isyarat sosial, komunikasi verbal dan non verbal, dan mampu

menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat.58

Praktik mengkafani jenazah seperti yang diperlihatkan dalam proses

pembelajaran diatas membuat siswa harus bergerak aktif dan saling

bekerjasama. Siswa yang aktif bergerak dalam mempersiapkan kain

kafan yang akan digunakan untuk mengkafani jenazah, kemudian

melakukan proses pengkafanan secara rapi dan benar, proses ini akan

mengasah kecerdasan kinestetik. Sedangkan kerjasama antar siswa dalam

satu kelompok untuk melakukan aktivitas diatas dapat mengasah

kecerdasan interpersonal.

b. Akidah Akhlak

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi Akidah

Akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut:

Siswa telah dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing

kelompok diberikan tugas untuk membuat mading yang berisi materi.

Mading tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Hari

ini kelompok kedua mempresentasikan materi dengan bantuan alat

peraga mading tersebut. Sementara itu kelompok lain sebagai audiens

diberikan fotokopi makalah.

Para presenter secara bergantian menjelaskan materi yang ada pada

mading. Setelah penjelasan materi selesai, sesi selanjutnya yaitu tanya

jawab. Agar penanya teratur, maka setiap kelompok diberikan satu

kesempatan untuk bertanya. Setelah masing-masing kelompok

mengajukan pertanyaan, para presenter menjawab. Pada sesi tanya jawab

tersebut juga sesekali terjadi perdebatan antar siswa karena merasa

kurang puas dengan jawaban yang diberikan.

Setelah presentasi selesai, guru memaparkan materi secara global

dan menambahkan atau melengkapi apa yang telah disampaikan

58

Ibid, 129

52

kelompok presenter. Guru juga menjawab pertanyaan beberapa siswa

yang tidak mampu dijawab oleh kelompok presenter.

Pada akhir pelajaran, guru meminta masing-masing kelompok

memberikan nilai kepada kelompok presenter. Setelah itu semua nilai

dijumlahkan dan dibagi sejumlah kelompok penilai. Nilai tersebut

dijadikan nilai ulangan harian.

Selanjutnya mading yang telah dipresentasikan tersebut ditempel di

dinding kelas.59

Pada pengamatan kelas lain, proses pembelajarannya sama dengan

pemaparan di atas, namun ada sedikit perbedaan, yaitu pada pengamatan

diatas siswa melakukan presentasi dengan alat peraga berupa mading

yang didesain sedemikian rupa agar memiliki tampilan yang menarik.

Sedangkan pada pengamatan kelas lain, siswa tidak membuat mading

melainkan membuat power point sebagai pengganti mading. Prower

point tersebut juga didesain semenarik mungkin.

Dari hasil pengamatan diatas dapat dijelaskan bahwa proses

pembelajaran diatas dapat mengakomodasi kecerdasan spasial – visual,

interpersonal, dan linguistik.

Proses pembuatan mading dan juga power point yang menarik harus

dilakukan dengan mempertimbangkan keindahan warna, tata letak

tulisan, ukuran kertas, model huruf, dan lain sebagainya. Dengan

menjalani proses ini, siswa dilatih untuk mengembangkan kecerdasan

spasial – visual.

Dan dalam mengerjakan tugas kelompok tersebut, siswa juga harus

bekerjasama. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembelajaran fikih

diatas, belajar bekerjasama ini akan melatih siswa dalam

mengembangkan kecerdasan interpersonal.

Sedangkan kecerdasan lingusitik siswa terasah pada saat melakukan

presentasi. Setiap anggota kelompok secara bergantian memaparkan

materi dengan gaya bahasanya sendiri sehingga menuntut mereka untuk

59

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 21 Januari 2015, pukul 08.50-10.10

53

dapat berbicara dengan cara yang baik dan efektif. Selain pada saat

presentasi, kecerdasan linguistik siswa juga terasah bersamaan dengan

kerjasama yang mereka lakukan. Tentunya mereka saling

mengemukakan pendapat agar tugas kelompok mereka dapat diselesaikan

dengan baik.

c. Al Qur’an Hadits

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Pelajaran dimulai dengan membaca basmalah. Guru berkeliling kelas

dan meminta siswa menutup LKS. Guru meminta siswa melafalkan Q.S.

At Tahrim ayat 6 bersama-sama. Sebagian siswa tapak belum terlalu

hafal ayat tersebut sehingga terbata-bata. Selanjutnya siswa diminta

membuka buku LKS dan membaca teks hadits bersama-sama.

Setelah selesai membaca ayat dan hadits, guru meminta siswa

membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok

diberikan tugas untuk berdiskusi mengenai satu tema berdasarkan ayat.

Setiap kelompok mendapatkan satu ayat atau hadits untuk didiskusikan.

Guru memberikan waktu 20 menit. Sebagian besar siswa mulai aktif

berdiskusi dan suasana kelas menjadi ramai dengan suara siswa-siswi

yang berdiskusi.

Sesekali guru berkeliling kelas untuk memantau proses diskusi.

Siswa tampak antusias mengikuti diskusi tersebut, terlihat dari perilaku

mereka yang cukup aktif bertanya dan menjawab dalam kelompok

diskusi mereka. Guru juga memerintahkan kepada setisp kelompok untuk

mencatat siswa yang tidak aktif berdiskusi.

Setelah 20 menit berjalan, guru menghentikan proses diskusi, namun

banyak siswa yang meminta tambahan waktu karena belum selesai

membuat kesimpulan. Guru pun memberikan toleransi tambahan waktu.

Siswa kembali ramai berdiskusi.

54

Setelah diskusi selesai, setiap kelompok bersiap untuk

mempresentasikan hasil diskusinya. Namun ternyata bel berbunyi tanda

waktu pelajaran sudah habis. Maka presentasi hasil diskusi dilanjutkan

pada pertemuan selanjutnya.60

Praktik pembelajaran di atas mengembangkan kecerdasan linguistik

dan interpersonal. Ini sama dengan praktik pembelajaran pada pelajaran

Akidah Akhlak. Hanya saja pada pelajaran Al Qur’an Hadits ini waktu

yang digunakan lebih sedikit karena mereka melakukan semua kegiatan

tersebut dalam satu waktu secara bersama-sama.

Masing-masing kelompok yang berdiskusi akan melatih mereka

untuk mengemukakan pendapat. Mereka dilatih untuk berbahasa yang

baik agar pendapat mereka dapat dipahami oleh orang lain. Sedangkan

proses pembuatan kesimpulan hasil diskusi dan juga kegiatan diskusi itu

sendiri melatih siswa untuk bekerja sama.

Pada pengamatan pembelajaran Al Qur’an Hadits di kelas lain,

ditemukan proses pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut

dapat dipaparkan sebagai berikut:

Guru memulai pelajaran dengan ice breaking ringan untuk

meningkatkan semangat siswa, kemudian memutar lagu nasyid. Para

siswa tampak menikmati alunan nasyid tersebut. Sementara itu guru

menulis poin-pon pelajaran yang akan dipelajari hari itu di papan tulis.

Setelah itu guru menampilkan ayat Al Qur’an pada layar proyektor. Lalu

meminta seorang siswa untuk membaca ayat tersebut. Guru mendorong

siswa untuk membaca ayat disertai irama lagu.

Guru memperhatikan bacaan siswa yang masih banyak

kesalahannya. Lalu meminta siswa yang lain untuk membaca ayat yang

sama, dan siswa kedua bacaannya labih baik daripada siswa pertama tadi.

Setelah itu seluruh siswa membaca bersama-sama ayat tersebut.

60

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 10.30-

11.50

55

Setelah itu guru bersama siswa mengidentifikasi hukum-hukum

tajwid yang terdapat pada ayat tersebut. Seorang siswa diminta membaca

ayat dan meyebutkan nama-nama bacaan yang ada. Siswa yang lain turut

membantu identifikasi tersebut.

Lalu guru menampilkan ayat yang lain, dan kembali

mengidentifikasi hukum-hukum tajwid yang ada bersama siswa.

Setelah semua hukum bacaan yang dicari sudah didapatkan

contohnya, guru memberikan kesimpulan mengenai hukum-hukum

bacaan tersebut.61

Perbedaan pembelajaran di atas dengan sebelumnya yaitu pada

pemutaran lagu nasyid dan juga membaca ayat Al Qur’an dengan irama

lagu. Cara pembelajaran semacam ini akan mengembangkan kecerdasan

musik siswa. Mereka akan berlatih mengenal nada dan irama.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Guru meminta kelompok yang akan mempresentasikan makalah

untuk bersiap-siap. Lalu salah satu anggota kelompok membagikan

beberapa makalah kepada kelompok lain. Sedangkan anggota yang lain

menata meja dan bangku di depan kelas. Setelah semua persiapan selesai,

presentasi dimulai.

Tujuh orang anggota kelompok mempresentasikan materi secara

bergantian. Sedangkan moderator diambil dari kelopok lain. Guru

memberikan pengarahan agar preses KBM berjalan dengan baik. Setelah

itu satu demi satu anggota kelompok memaparkan materi.

Setelah semua materi disampaikan, sesi selanjutnya yaitu tanya

jawab. Moderator mempersilahkan siswa dari kelompok lain untuk

mengajukan pertanyaan. Lalu beberapa orang siswa mengangkat tangan

61

Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 12.50 –

13.40

56

untuk bertanya. Kegiatan tanya jawab dimulai. Siswa tampak

bersemangat mengikuti proses diskusi tersebut. Sebagian besar siswa

aktif mengikuti diskusi, ada yang bertanya, ada yang menjawab, ada yang

menyanggah, dan ada yang sekedar memberikan komentar.

Setelah selesai tanya jawab, moderator menutup presentasi.

Kemudian guru menyampaikan analisa akhir terhadap proses diskusi.

Guru juga menjawab beberapa pertanyaan siswa yang tak mampu

dijawab oleh kelompok pemakalah.

Proses pembelajaran di atas menekankan pada kemampuan

kerjasama antar siswa dan juga kemampuan berkomunikasi. Ini akan

mengasah siswa dalam mengembangkan kecerdasan linguistik dan

interpersonal.

Pada pengamatan pembelajaran SKI di kelas lain, ditemukan proses

pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut dapat dipaparkan

sebagai berikut:

Pelajaran dimulai dengan berdo’a bersama. Selanjutnya guru sedikit

mengulas materi yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya. Lalu

guru menampilkan silde power point yang berisi materi pelajaran.

Kemudian guru menjelaskan poin-poin tersebut dengan metode ceramah.

Disela-sela penjelasannya, guru juga sesekali melemparkan

pertanyaan. Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut. Dan

sebaliknya, sesekali siswa yang bertanya kepada guru mengenai materi

pelajaran yang sedang dijelaskan. Guru pun tak segan untuk langsung

menjawab.

Setelah menjelaskan beberapa poin pelajaran, guru memutar sebuah

film pendek tentang Abu Bakar As Shiddik. Film tersebut berdurasi

sekitar 10 menit. Bersamaan dengan itu, guru meminta siswa mengamati

bagian-bagian film yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru juga

memberikan ulasan mengenai film tersebut. Setelah itu pelajaran diakhiri

membaca do’a.

57

Perbedaan pada pembelajaran ini terletak pada pemutaran film

pendek. Sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu Abu Bakar Ash

Shiddik, maka dengan bantuan film tersebut siswa akan memiliki

gambaran yang lebih jelas mengenai sosok seorang tokoh.

Tujuan dari pembelajaran ini ialah mengenal tokoh Abu Bakar Ash

Shiddik sehingga siswa dapat meneladani sifat-sifatnya. Maka dengan

memperoleh gambaran yang lebih dalam mengenai sifat dan karakter

seorang tokoh, tentu siswa akan memperbandingkan dengan sifat dan

karakter dirinya sendiri. Mereka akan berintrospeksi diri dan memahami

diri sendiri.

Melalui proses pembelajaran tersebut siswa akan terlatih dalam

mengembangkan kecerdasan intrapersonal, yakni kemampuan

memahami diri yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri,

kecerdasan akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan

keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai

diri.62

3. Evaluasi

Benjamin S. Bloom, sebagaimana dikutip Munif Chatib memberikan

batasan dalam penilaian kompetensi. Pertama, pengukuran tunggal tidak

cukup untuk memberikan gambaran tentang kemampuan, keterampilan,

pengetahuan, dan sikap seorang siswa. Kedua, hasil penilaian tidak mutlak

dan tidak abadi karena siswa terus berkembang sesuai dengan pengalaman

belajar yang dialaminya.63

Selanjutnya, pidato Howard Gardner di Harvard University tahun 1984

mengatakan,

Saya yakin, kita harus meninggalkan jauh-jauh bermacam tes dan

berbagai kaitan dengan tes, dan sebagai gantinya mencari sumber

informasi yang lebih alamiah tentang bagaimana orang di seluruh dunia

62

Muhammad Yaumi, op. cit., h. 18. 63

Munif Chatib, op.cit., h. 154.

58

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang penting bagi hidup

mereka.64

Dari batasan penilaian yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom dan

juga penegasan dari Howard Gardner di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa model evaluasi pembelajaran yang hanya bergantung pada tes sangat

tidak memadai untuk mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya. Harus

dilakukan pencarian terhadap sumber lain untuk mengetahui kompetensi

siswa yang sesungguhnya.

Dari asumsi dasar tersebut, maka penilaian autentik menjadi cara

penilaian yang lebih tepat dan akurat untuk digunakan sebagai model evaluasi

pembelajaran.

Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum MAN 12 Jakarta

menunjukkan bahwa secara konsep, evaluasi pembelajaran yang

dikembangkan sudah mengacu kepada penilaian autentik, namun dalam

praktiknya seringkali bergantung kepada masing-masing guru. Berikut hasil

wawancara tersebut:

Secara konsep, di MAN 12 ini sudah disusun sistem penilaian

otentik yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Disini

sudah dikembangkan penilaian proyek dan portofolio. Namun terkadang

dalam implementasinya tergantung dari individu guru itu sendiri.

Terkait dengan guru PAI, ada guru yang idealis yang betul-betul

menerapkan penilaian otentik ini secara penuh. Namun ada juga sebagian

yang belum sepenuhnya menerapkan penilaian otentik ini, mereka

menerapkan penilaian otentik pada bagian-bagian tertentu saja. Namun

secara umum, penilaian otentik ini sudah menjadi paradigma penilaian di

MAN 12 Jakarta ini.65

Kemudian hasil wawancara dengan guru-guru PAI MAN 12 Jakarta

menunjukkan mereka telah berusaha menerapkan penilaian autentik.

Diantaranya yaitu:

64

Ibid, h. 154. 65

Wawancara dengan Bapak Muslim pada tanggal 15 Januari 2015

59

a. Penilaian bidang studi SKI selain melalui tes juga dilakukan

penilaian portofolio. Mereka membuat makalah kelompok dan peta

perang Khandak.66

b. Bidang studi Al Qur’an Hadist melakukan penilaian portofolio

dengan penugasan membuat makalah kelompok dan membuat

kaligrafi.67

c. Bidang studi Akidah Akhlak melakukan penilaian portofolio melalui

pembuatan makalah kelompok, mading, mencari nama-nama Nabi

yang ada dalam Al Qur’an, dan mencari contoh akhlak tercela dalam

majalah atau koran.68

d. Bidang studi fikih tidak melakukan penilaian portofolio, namun

membuat penilaian proyek. Yaitu menugaskan kepada setiap siswa

untuk mencari data penerimaan dan penyaluran zakat dari lembaga

amil zakat di dekat rumah masing-masing siswa dan membuat

laporan dari data tersebut.69

66

Wawancara dengan Bapak Mukhobir pada tanggal 15 Januari 2015 67

Wawancara dengan Bapak Abidan pada tanggal 15 Januari 2015 68

Wawancara dengan Ibuu Rositah pada tanggal 21 Januari 2015 69

Pengamatan pada saat KBM pada tanggal 23 September 2014

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Strategi yang diterapkan dalam pembelajaran PAI yang berlangsung di

MAN 12 Jakarta termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences,

karena strategi-strategi tersebut dapat mengembangkan berbagai jenis

kecerdasan siswa. Jenis-jenis kecerdasan yang dikembangkan dalam

pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu:

a. Fikih: melaksanakan praktik mengkafani jenazah. Kegiatan

pembelajaran ini termasuk strategi multiple intelligences yang dapat

mengembangkan jenis kecerdasan kinestetik dan interpersonal.

b. Akidah Akhlak: melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi panel

dengan alat peraga mading dan power point yang didesain secara

unik dan menarik. Kegiatan ini termasuk strategi multiple

intelligences yang dapat mengembangkan jenis kecerdasan

interpersonal, linguistik, dan visual-spasial.

c. Al Qur’an Hadits: Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi

kelompok dan pemutaran lagu nasyid serta pembacaan ayat-ayat Al

Qur’an yang disertai irama lagu. Kegiatan ini termasuk strategi

multiple intelligences yang dapat mengembangkan jenis kecerdasan

interpersonal, linguistik, dan musik.

d. Sejarah Kebudayaan Islam: Melaksanakan kegiatan pembelajaran

diskusi panel dan pemutaran film pendek. Kegiatan ini termasuk

strategi multiple intelligences yang dapat mengembankan jenis

kecerdasan interpersonal, linguistik dan intrapersonal.

2. Dari poin 1 (satu) di atas dapat diketahui bahwa strategi multiple

intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta telah

mengembangkan 6 jenis kecerdasan yaitu: linguistik-verbal, kinestetis-

61

jasmaniah, ritmik-musikal, interpersonal, intrapersonal, dan spasial-

visual.

3. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan sudah mengacu kepada penilaian

autentik, yaitu dengan adanya penilaian proyek dan portofolio. Penilaian

autentik ini merupakan jenis evaluasi yang sesuai untuk strategi multiple

intelligences.

B. Saran

Beberapa saran yang perlu disampaikan terkait dengan penerapan strategi

multiple intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta antara lain:

1. Strategi multiple intelligences merupakan salah satu terobosan baru

dalam dunia pendidikan di Indonesia, meskipun banyak kalangan telah

mengetahui dan memahami teori ini namun implementasi secara formal

di satuan-satuan pendidikan masih sangat sedikit, sehingga perlu adanya

upaya dari berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan untuk

menerapkan teori ini secara menyeluruh dan kolaboratif dengan teori-

teori lainnya.

2. Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran yang sudah berlangsung

selama ini, yang didesain sedemikian rupa sehingga menarik minat dan

antusias siswa dalam belajar, secara substansial sudah mengandung unsur

strategi multiple intelligences sehingga para guru harus terus didorong

untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan situasi belajar

yang menyenangkan bagi siswa.

3. Untuk menerapkan teori multiple intelligences dalam pembelajaran, guru

tidak harus mengetahui kemampuan atau jenis kecerdasan siswa terlabih

dahulu, mengingat upaya untuk itu memerlukan teknik tersendiri. Jangan

sampai hal ini menghambat guru untuk menjalankan pembelajaran

berbasis multiple intelligences. Guru hanya perlu merancang kegiatan

pembelajaran yang menarik siswa, maka dengan itu guru sudah

mengembangkan berbagai jenis kecerdasan siswa.

4. Model evaluasi pembelajaran hendaknya tidak hanya berpatokan pada tes

saja, namun perlu dikembangkan cara menilai siswa dari sumber lain

62

yang lebih akurat, seperti penilaian portofolio dan proyek. Selain itu

perkembangan siswa juga sebaiknya tidak diukur dengan

memperbandingkan dengan kemampuan siswa lain, namun seorang siswa

harus diukur kemampuannya dan diperbandingkan dengan kemampuan

siswa tersebut sebelumnya.

63

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Pers,

2002.

Arini, Niken dan Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Asfandiyar, Andi Yudha. Kenapa Guru Harus Kreatif?. Bandung: DAR! Mizan,

2009.

Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di

Indonesia. Jakarta: Kaifa, 2010.

_____. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak

Juara. Bandung: Kaifa, 2013.

Darmasyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi

Aksara, 2010.

Dirjen Pendis, Depag RI. Undang-undang dan Peratuaran Pemerintah RI tentang

Pendidikan, 2006.

Farida. Siti. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.

Gardner, Howard. Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek. Batam:

Interaksara, 2003.

Harahap, Abidan. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.

Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi, 2013.

Istadi, Irawati. Istimewakan Setiap Anak. Jakarta: Pustaka Inti, 2005.

Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2012.

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

Mukhobir. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.

Muslim, Achmad. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.

Patmawati, Multiple Intelligences System dan Pembelajaran PAI, Tesis pada

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak dipublikasikan, 2010

64

Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, 2012.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:

Kencana, 2009.

Rositah. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

_____. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2011.

Shaleh, Abdul Rachman. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan

Aksi. Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000.

Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Raisul

Muttaqien. Bandung: Nuansa, 2012.

Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010.

Sukidin dan Mundir. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar

Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005.

Sulhan, Najid. Anakku Penyejuk Jiwaku: Pola Pengasuhan Islami untuk

Membangun Karakter Positif Anak. Bandung: Mizania, 2011.

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Suparno, Paul. Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta:

Kanisius, 2004.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran:

Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan

Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Uno, Hamzah. B. dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan dalam

Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

_____. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Kasara, 2008.

Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan

Jamak (Multiple Intelligences). Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2013.

65

Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf. Metodik Khusus Pendidikan

Agama. Malang: Biro Ilmiah Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,

1983.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pembelajaran Al Qur’an Hadits dengan membaca tartil dan mengkritisi ayat yang

ditampilkan pada slide

Pembelajaran SKI dengan metode diskusi panel

Pembelajaran Akidah Akhlak dengan metode diskusi panel menggunakan alat

peraga mading

Mading hasil karya siswa yang digunakan pada saat presentasi

Pembelajaran SKI dengan media film pendek

BIODATA

Nama : Muhammad Munji

NIM : 109011000129

TTL : Kebumen, 8 Mei 1990

Alamat : Gg. Swadaya I No. 19 Rt 01/07

Dukuh Jatiwera, Desa Krakal,

Kec. Alian, Kab. Kebumen

Jawa Tengah

Pendidikan dasarnya ditempuh di tempat

kelahirannya, yaitu SDN Alian 4 (sekarang SDN 04 Krakal) lulus tahun 2002,

MTs Al Hidayah Krakal lulus tahun 2005, dan MAN 1 Kebumen lulus tahun

2008. Setelah itu melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Pada masa sekolah, penulis aktif di dunia kepramukaan dengan menjadi

dewan kerja gudep di MTs dan MAN. Juga pernah menjadi anggota dewan kerja

cabang (DKC) tingkat Kabupaten Kebumen. Kegiatan yang pernah diikuti antara

lain Perkemahan Pelantikan Bantara selama 4 hari, Raimuna Cabang tingkat

kabupaten di Bumi Perkemahan Widoro Kebumen dan PERANSAKA

(Perkemahan Antar Satuan Karya) Daerah tingkat Jawa Tengah yang

dilaksanakan di Bumi Perkemahan Munjul Luhur Purbalingga.

Di kampus, penulis pernah mengikuti kegiatan UKM MENWA (Resimen

Mahasiswa) dari semester I sampai III. Sedangkan di luar kampus aktif mengajar

anak-anak, antara lain di TPA Raudhatul Jannah Pluit, Rumah Tahfizh binaan

Yayasan Rumah Tahfizh Indonesia Sejahtera (Rumah Tahfizh Raudhatul Ulum

Bendungan Hilir, Rumah Tahfizh Nurul Badar Pasar Minggu, dan Rumah Tahfizh

Miftahul Jannah Bogor), TPA Qurrota A’yun Condet, serta RA. Raudhatul Jannah

Pluit. Juga aktif sebagai khatib Jum’at di beberapa masjid di sekitar tempat

tinggalnya.

Penulis dapat dihubungi melalui nomor Hp. 085291219390 dan email

[email protected].