analisis strategi multiple intelligences dalam pembelajaran ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of analisis strategi multiple intelligences dalam pembelajaran ...
ANALISIS STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Muhammad Munji
NIM 109011000129
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
v
ABSTRAK
Muhammad Munji (NIM: 109011000129). Analisis Strategi Multiple
Intelligences dalam Pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui secara rinci proses
pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple
intelligences, (2) untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI
berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.
Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif
analisis, yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian
menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk
mengambil kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat unsur-unsur strategi multiple
intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengamatan yang dilakukan pada saat KBM yaitu, Fikih: melaksanakan
praktik mengkafani jenazah. Kegiatan pembelajaran ini dapat mengembangkan
jenis kecerdasan kinestetik dan interpersonal. Akidah Akhlak: melaksanakan
kegiatan pembelajaran diskusi panel dengan alat peraga mading dan power point
yang didesain secara unik dan menarik. Kegiatan ini dapat mengembangkan jenis
kecerdasan interpersonal, linguistik, dan visual-spasial. Al Qur’an Hadits:
Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi kelompok dan pemutaran lagu
nasyid serta pembacaan ayat-ayat Al Qur’an yang disertai irama lagu. Kegiatan ini
dapat mengembangkan jenis kecerdasan interpersonal, linguistik, dan musik.
Sejarah Kebudayaan Islam: Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi panel
dan pemutaran film pendek. Kegiatan ini dapat mengembangkan jenis kecerdasan
interpersonal, linguistik dan intrapersonal.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah
laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim
Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar
adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa
dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.
Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya
membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan
siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri
pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran
harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya,
waktu, proses, maupun hasilnya.4
Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa
(student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang
berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru
hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang
mendapat perhatian siswa.
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 112. 2 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5. 3 Ibid., h. 131.
4 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 3.
2
Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.6
Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan
siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses
pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada
aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh
siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan
ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih
optimal.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut,
diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu
sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam
mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9
Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar
siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat
banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh
dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa
tersebut.10
Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati
oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
6 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h.
135. 8 Ibid., h. 137.
9 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 18. 10
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. Dari Active
Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa, 2012),
Cet. VI, h. 28.
3
untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara
psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat
berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan
memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya
secara optimal.11
Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah
bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati
pembelajaran dengan menyenangkan.12
Salah satu temuan mutakhir yang kini
mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip
kecerdasan majemuk.
Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan
potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak
berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat.
Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu
berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13
Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru,
database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang.
Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi
pembelajaran”.14
Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal
dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara
substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui
pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences,
kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
multiple intellgences.
11
Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah
Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26. 12
Darmasyah, op. cit., h. 17. 13
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 248. 14
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,
(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119.
4
MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis
multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan
dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences,
ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple
intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak
jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan
menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel,
simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.
Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip
dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus
mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15
Sehingga siswa dengan sukarela dan
senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE
INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12
JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang
ditemukan di Indonesia
2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak
diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi
multiple intelligences
3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya
belajar murid
15
Ibid
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti
perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah
penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12
Jakarta.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji sebagai berikut:
Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI
di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12
Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences
b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI
berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan
mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam
strategi pembelajaran PAI
b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional
menuju pola pembelajaran modern
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menerapkan konsep multiple intelligences
dalam pembelajaran PAI
vi
KATA PENGANTAR
حيمرحمن الربسم اهلل ال
Segala puji bagi Allah Swt. atas berbagai limpahan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada rasul akhir zaman Muhammad Saw. yang telah
menunjukkan jalan kepada umat manusia untuk kembali kepada fitrahnya sebagai
hamba Tuhan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentu banyak pihak yang telah membantu
penulis, baik bantuan secara teknis, materi, dukungan motivasi, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kiranya tidak berlebihan jika penulis dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan yang berharga ini, mengucapkan rasa terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Dra. Raudhah, M.Pd., Dosen Penasehat Akademik yang selalu sabar dan
ramah dalam memberikan nasehat dan bimbingannya
5. Bapak Muhammad Zuhdi, Ph.D., Pembimbing Skripsi penulis yang selalu
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan nasehat, serta
dengan kesabaran dan keramahannya menerima penulis pada saat-saat
bimbingan
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas
pendidikan yang telah diberikan kepada penulis
vii
7. Seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Seluruh civitas akademika MAN 12 Jakarta yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya Ibu Dra.
Herawati, M.Pd., Kepala MAN 12 Jakarta dan Bapak Achmad Muslim,
M.Si., Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum, serta para guru PAI
Bapak Fakhri Rahimi, M.A. (Fikih), Bapak Abidan Harahap, M.A. (Al
Qur’an Hadits), Bapak Rahmat Subhan, S.Ag (Fikih), Bapak Mukhobir,
S.Pd.I (SKI), Ibu Siti Farida, S.Ag (Al Qur’an Hadits), dan Ibu Rositah, S.S.
(Akidah Akhlak).
9. Orang tua tercinta, Bapak Ahmad Mubarok dan Bapak Miftahuddin, serta Ibu
Masriyah dan Ibu Sapon, melalui perantara merekalah penulis dapat terlahir
ke dunia ini dan tumbuh menjadi dewasa seperti sekarang ini.
10. Kakak tercinta Zaenal Arifin, M.Pd.I dan Chotibul Umam, S.Pd.I dan adik
tersayang Masruri, Chasib Chomsin, dan Jembar Safangat yang senantiasa
menjadi tempat bagi penulis untuk bercanda, bertukar pendapat, dan mengisi
hari-hari dengan keceriaan.
11. Kawan-kawanku di Rumah Tahfidz Raudhatul Ulum Bendungan Hilir dan
Miftahul Jannah Bogor, terima kasih untuk segala kerjasama yang pernah
dilakukan yang menambah pengalaman penulis dalam berorganisasi
12. Kawan-kawan guru di TPA dan RA. Raudhatul Jannah yang selalu
memberikan dukungan untuk segera menyelesaikan studi
13. Kawan-kawan Kelas D PAI angkatan 2009, kebersamaan bersama kalian
adalah salah satu yang terindah dan tak terlupakan
14. Segenap pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi
ini dengan baik.
Jakarta, 26 Maret 2015
Muhammad Munji
NIM. 109011000129
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN.......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR BAGAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................... 1
B. Identifikasi Masalah..................................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................. 5
BAB II STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN
PEMBELAJARAN PAI
A. Strategi Pembelajaran................................................... 6
1. Komponen Strategi Pembelajaran.......................... 6
2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran.... 7
B. Teori Multiple Intelligences.......................................... 8
C. Karakteristik Pembelajaran PAI................................... 12
1. Materi Pembelajaran.............................................. 13
2. Tujuan Pembelajaran.............................................. 18
3. Strategi Pembelajaran............................................. 23
ix
4. Evaluasi Pembelajaran............................................ 24
D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran.................. 26
1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran............ 26
2. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran PAI..... 28
E. Hasil Penelitian yang Relevan....................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................... 41
B. Latar Penelitian............................................................ 41
C. Metode Penelitian........................................................ 41
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................... 42
E. Pemeriksaan Keabsahan Data...................................... 44
F. Analisis Data................................................................ 45
BAB IV IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE
INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejaran Berdirinya MAN 12 Jakarta....................... 46
2. Visi dan Misi........................................................... 46
3. Keadaan Guru dan Siswa........................................ 47
4. Proses Seleksi Murid Baru...................................... 47
B. Paparan Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran...................................... 48
2. Pelaksanaan Pembelajaran....................................... 49
3. Evaluasi Pembelajaran............................................. 57
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN.............................................................. 60
B. SARAN.......................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
2.1 Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anak .................................... 21
2.2 Survei kecerdasan majemuk untuk dewasa ......................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wina Sanjaya mengatakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah
laku, ia bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, namun merupakan proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku”.1 Sedangkan menurut Winkel, sebagaimana dikutip Yatim
Riyanto, “belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-sikap”.2 Ini berarti belajar
adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat diamati oleh panca indera. Ia hanya bisa
dilihat melalui gejala-gejala yang muncul.
Sedangkan pembelajaran, masih menurut Winkel, adalah “upaya
membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan
siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.3 Beberapa ciri
pembelajaran antara lain: merupakan usaha sadar dan disengaja; pembelajaran
harus membuat siswa belajar; tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
proses pembelajaran dilakukan; pelaksanaannya terkendali baik dari isinya,
waktu, proses, maupun hasilnya.4
Dalam praktiknya, proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa
(student active learning). Murid harus dipandang sebagai organisme yang sedang
berkembang dan memiliki potensi.5 Pembelajaran yang terlalu berpusat pada guru
hanya akan menimbulkan suasana belajar yang membosankan dan kurang
mendapat perhatian siswa.
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 112. 2 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 5. 3 Ibid., h. 131.
4 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 13. 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h. 3.
2
Di dalam Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa:
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.6
Hal ini menandakan bahwa pembelajaran didesain untuk membelajarkan
siswa. Artinya “siswa ditempatkan sebagai subyek belajar dalam proses
pembelajaran”.7 Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada
aktivitas siswa. Tujuannya tidak lain adalah agar hasil belajar yang diperoleh
siswa lebih berimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual, sikap, dan
ketrampilan.8 Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai secara lebih
optimal.
Untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut,
diperlukan strategi yang tepat. Sebagaimana pengertian strategi pembelajaran itu
sendiri dalam rumusan Depdiknas yaitu “cara pandang dan pola pikir guru dalam
mengajar agar pembelajaran menjadi efektif”.9
Strategi pembelajaran yang tepat ialah yang paling sesuai dengan cara belajar
siswa dalam proses pembelajarannya. Namun karena dalam sebuah kelas terdapat
banyak siswa dengan beragam cara belajarnya, maka pembelajaran harus penuh
dengan variasi, agar dapat mengakomodasi berbagai macam cara belajar siswa
tersebut.10
Selain itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kompetensi juga dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang dapat dinikmati
oleh peserta didik. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
6 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam: Kementerian Agama RI, 2006), h. 164. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, op. cit., h.
135. 8 Ibid., h. 137.
9 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 18. 10
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. Dari Active
Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa, 2012),
Cet. VI, h. 28.
3
untuk bermain dan berkreativitas, memberi suasana aman dan bebas secara
psikologis, menerapkan disiplin yang tidak kaku, serta peserta didik dapat
berpartisipasi aktif dan mengeluarkan gagasannya sendiri. Semua ini akan
memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya
secara optimal.11
Pada dekade terakhir ini, strategi pembelajaran yang menjadi sorotan ialah
bagaimana guru dapat merancang strategi itu agar para siswa dapat menikmati
pembelajaran dengan menyenangkan.12
Salah satu temuan mutakhir yang kini
mulai berkembang di Indonesia adalah strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences atau strategi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prinsip
kecerdasan majemuk.
Pembelajaran berbasis multiple intelligences berorientasi pada pengembangan
potensi anak, bukan berorientasi pada idealisme guru ataupun orang tua. “Anak
berkembang agar mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat.
Mereka dibimbing untuk bersikap mandiri, kreatif, percaya diri, mampu
berkolaborasi, serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik”.13
Strategi ini sangat banyak jumlahnya. “Seiring dengan kreativitas guru,
database strategi pembelajaran multiple intelligences juga terus berkembang.
Terkadang sebuah aktivitas pembelajaran mengandung beberapa strategi
pembelajaran”.14
Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences secara formal
dan menyeluruh masih sangat jarang di Indonesia. Namun, penerapan secara
substansial mungkin saja sudah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui melalui
pengamatan terhadap proses KBM di sekolah-sekolah non multiple intelligences,
kemudian menelaahnya berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis
multiple intellgences.
11
Hamzah B, Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah
Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26. 12
Darmasyah, op. cit., h. 17. 13
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 248. 14
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,
(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119.
4
MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang tidak menggunakan label berbasis
multiple intelligences. Namun, dari penelitian pendahuluan yang penulis lakukan
dan membandingkan dengan sekolah lain yang berbasis multiple intelligences,
ternyata kreativitas guru di MAN 12 tidak kalah dengan sekolah multiple
intelligences tersebut. Proses pembelajaran yang berlangsung di MAN 12 tidak
jauh berbeda, mereka melakukan proses kegiatan pembelajaran yang unik dan
menarik sehingga siswa antusias mengikutinya. Mereka melakukan aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi, seperti diskusi panel,
simulasi, pemutaran film pendek, dan lain sebagainya.
Kecenderungan yang antusias mengikuti KBM merupakan salah satu prinsip
dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences. Yaitu, bahwa guru harus
mengajar sesuai dengan gaya belajar siswa.15
Sehingga siswa dengan sukarela dan
senang hati menerima pengajaran yang diberikan guru.
Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “ANALISIS STRATEGI MULTIPLE
INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PAI DI MAN 12
JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Penerapan strategi multiple intelligences secara utuh masih sangat jarang
ditemukan di Indonesia
2. Strategi pembelajaran yang semakin kreatif dan inovatif namun tidak
diketahui apakah strategi tersebut termasuk dalam kategori strategi
multiple intelligences
3. Banyak guru yang mengajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya
belajar murid
15
Ibid
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan skripsi terarah, maka permasalahan yang akan diteliti
perlu dibatasi. Pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah
penerapan konsep multiple intelligences pada mata pelajaran PAI di MAN 12
Jakarta.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji sebagai berikut:
Apakah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran PAI
di MAN 12 termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui secara rinci proses pembelajaran PAI di MAN 12
Jakarta ditinjau dari kriteria strategi multiple intelligences
b. Untuk mengkaji urgensi penerapan strategi pembelajaran PAI
berbasis multiple intelligences pada sekolah-sekolah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada seluruh elemen pendidikan
mengenai konsep multiple intelligences dan penerapannya dalam
strategi pembelajaran PAI
b. Sebagai salah satu solusi perbaikan pola pembelajaran konvensional
menuju pola pembelajaran modern
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam menerapkan konsep multiple intelligences
dalam pembelajaran PAI
6
BAB II
STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES
DAN PEMBELAJARAN PAI
A. Strategi Pembelajaran
Kajian mengenai strategi pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para
pakar pendidikan. Seperti Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa “strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1
Penjelasan lebih luas dikemukakan oleh Hamzah B. Uno yang menyatakan
bahwa,
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran
sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi
pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar.2
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran merupakan
medium atau sarana yang digunakan oleh pendidik agar materi ajar yang
disampaiakan lebih mudah diterima oleh peserta didik, agar tujuan pendidikan
tercapai secara optimal.
1. Komponen Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey sebagaimana dikutip Hamzah B. Uno menyebutkan 5
komponen strategi pembelajaran, yaitu:
a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Tujuan dari kegiatan pendahuluan ini adalah untuk menarik minat
siswa terhadap materi yang akan disampaikan. Juga membuat siswa siap
secara mental untuk menerima pelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan apersepsi
1 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2011), h. 294. 2 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, (Jakarta: Bumi Kasara, 2008), h. 2.
7
yaitu pengaitan antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan-
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.
b. Penyampaian Informasi
Kagiatan ini adalah inti dari kegiatan pembelajaran, yaitu
penyampaian materi ajar dengan berbagai cara yang telah direncanakan.
Keberhasilan kagiatan ini sangat ditentukan pada kegiatan pendahuluan.
Apabila guru berhasil membawa minat siswa terhadap materi, maka
penyampaian selanjutnya lebih mudah dilakukan.
c. Partisipasi Peserta Didik
Prinsip student centered menyebutkan bahwa pembelajaran akan
lebih berhasil apabila siswa terlibat aktif melakukan aktivitas
pembelajaran. Siswa yang ditempatkan sebagai subjek belajar akan lebih
mudah memahami karena mereka merasa sebagai pelaku pembelajaran,
sehingga keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran adalah susuatu
yang harus mereka raih, bukan mereka dapatkan dari pemberian.
d. Tes
Tes ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah
tercapai atau belum. Kegiatan ini biasanya dilakukan di akhir
pembelajaran.
e. Kegiatan Lanjutan
Yaitu kegiatan lanjutan setelah guru mengetahui hasil
pembelajaran. Apabila hasil yang dicapai kurang maksimal, maka
seharusnya dilakukan langkah-langkah lanjutan sehingga peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran.3
2. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus dilakukan.
a. Tujuan yang akan dicapai
Yaitu, apakah tujuan yang dicapai berkenaan dengan aspek kognitif,
afektif, atau psikomotorik.
3 Ibid., h. 3-7
8
b. Bahan atau Materi Pembelajaran
Guru harus memahami karakteristik materi yang akan disampaikan,
dengan demikian ia dapat memilih strategi yang sesuai. Misalnya materi
pelajaran yang harus dihafal oleh siswa, maka guru memilih strategi agar
siswa merasa senang saat menghafal, atau siswa merasa tidak menghafal
padahal sebenarnya ia sedang manghafalkan materi.
c. Siswa
Guru harus memperhatikan karakteristik siswa. Strategi yang dipilih
harus sesuai dengan keadaan dan kondisi siswa.
d. Strategi
Yang dimaksud pertimbangan strategi disini ialah, bahwa setelah
guru menetapkan strategi yang akan digunakan, perlu dikaji ulang apakah
strategi tersebut memiliki nilai efektifitas dan efisiensi dibandingkan
dengan strategi lain.4
B. Teori Multiple Intelligences
Multiple Intelligences merupakan sebuah teori yang dicetuskan pada tahun
1983 oleh Dr. Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University melalui
Project Zero yang dipimpinnya. Ia mendobrak dominasi teori kecerdasan
sebelumnya, seperti tes IQ yang banyak digunakan sejak tahun 1905. Ia berusaha
melakukan redefinisi kecerdasan yang cenderung diartikan secara sempit.5 Karena
sesungguhnya kecerdasan itu memiliki makna yang luas. Setiap anak yang
dilahirkan ke dunia memiliki potensi kecerdasan yang unik.
“Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kebiasaaanya terhadap dua hal.
Pertama, kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem
solving). Kedua, kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang
mempunyai nilai budaya (creativity)”.6 Dua kebiasaan tersebut menunjukkan
kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Dan biasanya setiap orang memiliki
4 Wina Sanjaya, op. cit., h. 297-298.
5 Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 132. 6 Ibid
9
kebiasaan yang beragam, oleh karena itu kecerdasan setiap orang juga berbeda
satu sama lain.
Menurut Muhammad Thobroni:
Asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu
hanya mempunyai kecerdasan tunggal adalah anggapan yang tidak tepat.
Tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam
kecerdasan. Namun ia merupakan hasil kerjasama dari beberapa kecerdasan
yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu berbeda-beda pada
masing-masing budaya. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.7
Di antara pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner antara lain:
Pertama, manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat
kecerdasannya. Kedua, kecerdasan selain berubah dapat pula diajarkan kepada
orang lain. Ketiga, Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di
bagian-bagian berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia. Keempat, Pada
keadaan tertentu, seluruh kecerdasan manusia bekerja sama secara utuh dan
terpadu untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas tertentu. Kelima,
Kecerdasan yang lebih dominan cenderung memimpin atau mengontrol
kecerdasan-kecerdasan lainnya yang lebih lemah.8
Dalam mendefinisikan kecerdasan, Gardner menggunakan istilah “multiple”
agar tidak membatasi macam-macam kecerdasan dalam jumlah tertentu. Oleh
karenanya, sangat memungkinkan dalam penelitian selanjutkan ditemukan jenis
kecerdasan lainnya yang belum ditemukan sebelumnya. Hal ini terbukti bahwa
pada awal teori ini dicetuskan, hanya ada enam jenis kecerdasan yang
diperkenalkan. Kemudian pada buku selanjutnya yang berjudul Kecerdasan
Majemuk: Teori dalam Praktik, Gardner menambahkan satu kecerdasan .9 Dan
dalam perkembangan selanjutnya, hingga tahun 2002, Gardner telah
menambahkan dua jenis kecerdasan baru.
Howard Gardner selalu memaparkan tiga hal yang berkaitan dengan multiple
intelligences seseorang, yaitu komponen inti, kompetensi, dan kondisi akhir
7 Muhammad Tobhroni dan Arif Mustofa, op. cit., h. 238-239
8 Ibid, h. 239-240.
9 Howard Gardner, Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik, (Batam: Interaksara, 2003), h.
36.
10
terbaik. Setiap area otak yang disebut lobus of brain mempunyai komponen inti
berupa potensi kepekaan yang akan muncul jika diberi stimulus yang tepat. Dari
kepekaan yang mendapat stimulus yang tepat inilah akan muncul kompetensi.
Dan kompetensi yang dilatih terus menerus akan memunculkan kondisi akhir
terbaik seseorang, yang kebanyakan disebut sebagai “profesi”.10
Oleh karena itu,
kecerdasan seseorang harus dirangsang sedemikian rupa dan secara terus menerus
untuk dapat menghasilkan sebuah kecerdasan yang gemilang.
Berikut ini adalah uraian mengenai macam-macam kecerdasan.
1. Kecerdasan Lingusitik-Verbal
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan pada bunyi,
struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Kompetensi yang akan muncul
yaitu: kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan
berdebat.
2. Kecerdasan Logis-Matematis
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami
pola-pola logis atau numerik dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang
panjang. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan berhitung,
bernalar dan berpikir logis, memecahkan masalah.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan merasakan dan
membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kompetensi yang
akan muncul yaitu: kemampuan menggambar, memotret, membuat patung,
mendesain.
4. Kecerdasan Ritmik-Musikal
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan menciptakan
dan mengapresiasi irama, pola nada, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi
musikal. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan menciptakan
lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat
musik.
10
Ibid, h. 135.
11
5. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mengontrol
gerakan tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon, dan reflek.
Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan gerak motorik dan
keseimbangan.
6. Kecerdasan Interpersonal
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan mencerna dan
merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan
orang lain. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan bergaul dengan
orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama,
mempunyai empati yang tinggi.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan memahami
perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Kompetensi yang akan muncul yaitu:
kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan
motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai hidup dan tujuan hidup.
8. Kecerdasan Naturalis
Komponen inti dari kecerdasan ini antara lain: kepekaan membedakan
spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antar
beberapa spesies. Kompetensi yang akan muncul yaitu: kemampuan meneliti
gejala-gejala alam, mengklasifikasi, dan identifikasi.11
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang cenderung memandang
masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh.
Menanyakan untuk apa dan apa dasar dari segala sesuatu. Kecerdasan ini
banyak dijumpai pada para filosof. Mereka mampu menyadari dan
menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan
hidupnya.12
“Pengembangan jenis kecerdasan ini bermanfaat untuk melihat ke
11
Ibid, h. 136-137. 12
Eveline Siregar dan Hartini Nara, op.cit., h. 102.
12
dalam diri sendiri, apakah ada perubahan ke arah yang lebih baik, mencari
hambatan-hambatan dalam diri sendiri sebagai cara mencari jalan keluar,
serta belajar komitmen dan disiplin”.13
Sebetulnya “jenis kecerdasan yang terakhir ini belum secara resmi
dimasukan Gardner sebagai salah satu jenis kecerdasan majemuk, karena
belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Namun tidak sedikit para
pendidik yang menggolongkan kecerdasan ini ke dalam bagian kecerdasan
majemuk”.14
Karena, meskipun kriteria yang dibutuhkan belum lengkap, jenis
kecerdasan ini telah dapat diidentifikasi tersendiri yang berbeda dengan
lainnya.
C. Karakteristik Pembelajaran PAI
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini berdasar pada perbedaan materi setiap
mata pelajaran, yang pada akhirnya mempengaruhi komponen-komponen
pembelajaran lainnya. Meskipun demikian perbedaan-perbedaan tersebut
adakalanya tidak terlalu mencolok sehingga tampak mirip bahkan hampir sama.
Seperti halnya pada mata pelajaran yang serumpun, misalnya kelompok mata
pelajaran agama, pelajaran eksak, dan lain sebagainya.
Demikian pula pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam atau yang
sering disingkat PAI. Ia memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri.
Karakteristik tersebut dijelaskan dalam Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013
tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan
benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
13
Andi Yudha Asfandiyar, Kenapa Guru Harus Kreatif?, (Bandung: DAR! Mizan, 2009), h.
70-71. 14
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak,
(Jakarta: Kencana, 2013), h. 202-203.
13
2. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami keimanan dan
keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang kokoh dan mampu
mempertahankan keyakinan/keimanannya serta menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Al Asma’ Al Husna. Akhlak menekankan pada
pembiasaan untuk menerapkan dan menghiasi diri akhlak terpuji
(mahmudah) dan menjauhi serta menghindari diri dari akhlak tercela
(mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan
hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan
muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan
mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan
masa yang akan datang.15
Disamping itu, karaktiristik PAI juga dapat ditinjau dari beberapa aspek, di
antaranya yaitu aspek materi pelajarannya, tujuan pembelajaran, strategi
pembelajaran serta evaluasi pembelajaran. Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Materi Pelajaran
“Materi pelajaran PAI terutama bersumber dari Al Qur’an dan As
Sunnah yang merupakan sumber pokok Agama Islam yang bersifat qath’i”.16
Dari dua sumber tersebut kemudian melahirkan pendapat-pendapat para
ulama berupa hasil ijtihad yang bersifat zhanni. Ini merupakan perbedaan
pokok antara PAI dengan pelajaran lainnya dimana pelajaran selain PAI
banyak didasarkan pada penelitian empiris terhadap gejala-gejala yang
15
Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab 16
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 120.
14
tampak yang kemudian disusun secara sistematis menjadi sebuah ilmu
pengetahuan.
PAI baik di sekolah umum maupun sekolah bercorak Islam (madrasah)
pada dasarnya sama. Hanya saja spesifikasi materi pada madrasah diperjelas
dalam bentuk mata pelajaran tersendiri. Sedangkan pada sekolah umum
pemisahan tersebut dilakukan dalam bab-bab materi pelajaran. Spesifikasi
tersebut berupa materi Al Qur’an-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam.17
Hubungan antara satu aspek/mata pelajaran dengan aspek/mata pelajaran
lainnya dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Bagan 2.1
Hubungan antar mata pelajaran18
Pada bagan tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan erat antara
beberapa aspek/ mata pelajaran PAI, yaitu: Al Qur’an-Hadits merupakan
sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan),
syari’ah (ibadah, muamalah) dan akhlak, sehingga kajiannya berada di setiap
17
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), h. 140. 18
Ibid
Al Qur ’an dan Hadi ts
Muamalah
Ibadah
Syar i ’ah
Akhlak
Ak idah
Sistem Kehidupan: 1. Pol i t ik 2. Eknomi 3. Sosia l 4. Keluarga 5. Budaya 6. Iptek 7. Hankam 8. dst .
Sejarah
15
unsur tersebut. Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama.
Syari’ah dan akhlak bertolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan
konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah
merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya
dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat,
puasa, haji), dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya
diatur dalam muamalah dalam arti luas.
Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia,
dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia dan lainnya tersebut
menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan
sistem kehidupannya (politik, sosial, pendidikan, kekeluargaan,
kebudayaan/seni, iptek, olahraga, dan lain sebagainya) yang dilandasi oleh
akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
usaha bersyari’ah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.19
Sementara itu, ruang lingkup materi PAI dijelaskan pula dalam Permenag
Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, sebagai berikut:
a. Al Qur’an Hadits
1) Masalah dasar-dasar ilmu Al-Qur’an dan al-Hadits, meliputi:
a) Pengertian Al-Qur'an menurut para ahli
b) Pengertian hadits, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi
c) Bukti keotentikan Al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan
redaksinya, kemukjizatannya, dan sejarahnya
d) Isi pokok ajaran Al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-
ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran Al-Qur’an
e) Fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan
19
Muhaimin, op.cit,. h. 140-142.
16
f) Fungsi hadits terhadap Al-Qur’an
g) Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara
mencari surat dan ayat dalam Al-Qur’an
h) Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.
2) Tema-tema yang ditinjau dari perspektif Al-Qur’an dan al-Hadits,
yaitu:
a) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi.
b) Demokrasi dan musyawarah mufakat.
c) Keikhlasan dalam beribadah
d) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya
e) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
f) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa
g) Berkompetisi dalam kebaikan.
h) Amar ma‘ruf nahi munkar
i) Ujian dan cobaan manusia
j) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
k) Berlaku adil dan jujur
l) Toleransi dan etika pergaulan
m) Etos kerja
n) Makanan yang halal dan baik
o) Ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Akidah Akhlak
1) Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode
peningkatannya, Al Asma’ Al Husna, konsep tauhid dalam Islam,
syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu
kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-
aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),
2) Aspek akhlak terpuji meliputi: masalah akhlak yang meliputi
pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan tercela, metode
peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti
husnudzan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan,
17
bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan
kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan
tentang tasawuf.
3) Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi,
perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina,
mencuri, mengonsumsi narkoba), israf, tabzir, dan fitnah.
4) Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab
membesuk orang sakit, adab berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu, melakukan takziyah, adab bergaul
dengan orang yang sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan
lawan jenis, adab membaca Al-Qur’an dan berdoa.
5) Aspek kisah meliputi: kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf
a.s., Ulul Azmi, Kisah Sahabat: Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin
Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwes al-Qarni, al-Ghazali, Ibn Sina, Ibn
Rusyd dan Iqbal
c. Fikih
Ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Aliyah meliputi : kajian
tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum Islam dan
perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara
pengelolaannya; hikmah kurban dan akikah; ketentuan hukum Islam tentang
pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep
perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang pelepasan
dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang wakalah dan
sulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan kafalah beserta
hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam tentang jinayah, hudud
dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya; hukum
Islam tentang keluarga, waris; ketentuan Islam tentang siyasah syar’iyah;
sumber hukum Islam dan hukum taklifi; dasar-dasar istinbat dalam fikih
Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan penerapannya.
18
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
1) Dakwah Nabi Muhammad saw. pada periode Makkah dan periode
Madinah.
2) Kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat.
3) Perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan (pada tahun
650 M – 1250 M).
4) Perkembangan Islam pada abad pertengahan/zaman kemunduran
(1250 M – 1800 M).
5) Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-
sekarang).
6) Perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.20
2. Tujuan Pembelajaran
Dimensi tujuan dalam pembelajaran PAI memiliki makna yang lebih luas
dari sekedar memahami konsep-konsep atau teori-teori. Tujuan yang ingin
dicapai oleh Islam dalam aspek pendidikan adalah membina manusia guna
mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya.
Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada pendidikan
yang meliputi beberapa aspek, misalnya tentang tujuan dan tugas hidup
manusia, memperhatikan sifat-sifat dasar manusia, dan sebatas kemampuan
dan kapasitas ukuran yang ada, serta memenuhi tuntutan masyarakatnya.
Pendidikan Islam sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi hidup,
yaitu penanaman rasa takwa kepada Allah Swt. dan pengembangan rasa
kemanusiaan kepada sesamanya.
Muhaimin memberikan tiga fokus tentang tujuan pendidikan Islam.
Pertama, terbentuknya insan kamil (manusia universal) yang mempunyai
wajah-wajah qur’ani seperti wajah kekeluargaan, persaudaraan yang
menumbuhkan sikap egalitarianisme, wajah yang penuh kemuliaan, wajah
yang kreatif, wajah keseimbangan yang menumbuhkan kebijakan dan
20
Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
19
kearifan. Kedua, terciptanya insan kaffah yang memiliki dimensi-dimensi
religius, budaya, dan ilmiah. Ketiga, penyadaran fungsi manusia sebagai
hamba, khalifah Allah, serta sebagai pewaris para nabi dan memberikan bekal
yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.21
Sedangkan Armai Arief membagi tujuan pendidikan Islam yaitu: tujuan
umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional.
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan baik dengan pengajaran atau cara lain. Tujuan sementara yaitu
tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam kurikulum.
Tujuan akhir ialah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi
manusia-manusia sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa
umurnya. Sementara tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan
dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.22
Disamping itu, Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab juga menjelaskan tujuan PAI, sebagai berikut:
a. Al Qur’an Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis di Madrasah Aliyah adalah salah
satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan
peningkatan dari Al-Qur'an-Hadits yang telah dipelajari oleh peserta
didik di MTs/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian Al-Qur'an dan al-
Hadits terutama menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan
menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka
bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
21
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008). h.
111. 22
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
18-19.
20
dalam perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup
bermasyarakat.
Secara substansial, mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an-Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-
hari.
Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits bertujuan untuk: 1) Meningkatkan
kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan Hadits, 2) Membekali
peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan
Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan, 3)
Meningkatkan pemahaman dan pengamalan isi kandungan Al-Qur'an dan
Hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang Al-Qur’an dan
Hadits.
b. Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di
Madrasah Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari dan memperdalam akidah-akhlak sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup
bermasyarakat dan/atau memasuki lapangan kerja.
Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan
prinsip-prinsip akidah Islam, metode peningkatan kualitas akidah,
wawasan tentang aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan
dalam pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari,
pemahaman tentang, konsep tauhid dalam Islam serta perbuatan syirik
dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa
pembiasaan dalam menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak
21
tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga mulai
diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah
Aliyah memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk
pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak
tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat
penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam
kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam
rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan negara Indonesia.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk: 1) Menumbuh
kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.,
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai akidah Islam.
c. Fikih
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari
fikih yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah/SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian fikih baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah usul fikih serta menggali tujuan dan
hikmahnya, sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat.
22
Secara substansial, mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah Swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.
Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk: 1)
Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara
pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan
sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan
Allah Swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan
makhluk lainnya maupu hubungan dengan lingkungannya.
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah
satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan,
peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari
dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah,
kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat, sampai
perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650
M–1250 M, abad pertengahan/zaman kemunduran (1250 M–1800 M),
dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta
perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.
Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam,
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk
melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta
didik.
23
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari
landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun
oleh Rasulullah saw. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam. 2) Membangun kesadaran peserta didik tentang
pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa
lampau, masa kini, dan masa depan, 3) Melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada
pendekatan ilmiah. 4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta
didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat
Islam di masa lampau. 5) Mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),
meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain
untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.23
3. Strategi Pembelajaran PAI
Melihat tujuan dan materi pada pembelajaran PAI, maka strategi
pembelajaran yang dikembangkan seharusnya lebih menekankan pada aspek
afektif dan psikomotorik, yaitu strategi-strategi pembelajaran yang dapat
membuat siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama yang didasari
keyakinan dan pemahaman, karena pendidikan agama Islam adalah proses
transformasi nilai dan penanaman moral serta pembentukan sikap dan
keterampilan secara terintegrasi dan komprehensif sebagai wujud penguasaan
kompetensi.
Dalam menerapkan strategi pembelajaran PAI harus memperhatikan
beberapa asas berikut:
23
Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
24
a) Asas Agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber
asasi ajaran Islam Al Qur’an dan Hadits
b) Asas Biologis, yakni penggunaan metode harus memperhatikan
kondisi kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik
c) Asas Psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan
kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik
d) Asas Sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan
berkembang setiap saat.24
Strategi pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Bahkan “Nabi Saw. sering mencontohkan beberapa cara
penyampaian materi kepada para sahabatnya, seperti eksperimen, asistensi,
tanya jawab, dan lain sebagainya”.25
Tentu untuk zaman sekarang harus
mempertimbangkan situasi dan kondisi terkini untuk menentukan strategi apa
dan bagaimana menerapkannya.
4. Evaluasi
Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama Islam ialah “ kegiatan
untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan
agama”.26
Selama ini para guru PAI lebih banyak mengenal model-model
evaluasi acuan norma (norm referenced) dan evaluasi acuan patokan
(criterian referenced). Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan
hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat, dan lain sebagainya,
tetapi apakah shalatnya rajin atau tidak. Disinilah perlunya memahami model
Evaluasi Acuan Etik.
Guru PAI yang akan mengadakan tes atau pengukuran keberhasilan
belajar siswa maka perlu mempertimbangkan masalah apa yang akan dites
24
A. Fatah Yasin, op., cit, h. 134. 25
Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012),
h. 34. 26
Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf: Metodik Khusus Pendidikan Agama,
(Malang: IAIN Sunan Ampel, 1983), h. 154.
25
atau dievaluasi? Jawaban terhadap masalah ini akan terkait dengan ketiga
acuan diatas. yaitu:
a) Jika yang akan dites adalah kemampuan dasar (aptitude) maka yang
digunakan adalah evaluasi acuan norma
b) Jika yang akan dites adalah prestasi belajar (achievement), maka
yang digunakan adalah evaluasi acuan patokan.
c) Jika yang dites adalah kepribadian (personality), maka yang
digunakan adalah evaluasi acuan etik.27
Beberapa alat evaluasi yang biasa digunakan yaitu teknik tes dan non tes.
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang
berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan
oleh testee sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi
testee.
Sedangkan teknik non tes antara lain: 1) pengamatan, yaitu cara
menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan siswa, 2) wawancara, yaitu
cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan, 3) angket, yaitu seperangkat
pertanyaan yang disusun secara logis dan sistematis tentang konsep yang
menerangkan variabel-variabel yang diteliti, 4) analisis dokumen, yaitu telaah
terhadap referensi yang berhubungan dengan kinerja maupun hasil belajar
siswa.28
27
Muhaimin, op.cit,. h. 53. 28
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 65.
26
D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
Salah satu prinsip yang cukup dikenal dalam teori multiple intelligences
ialah bahwa siswa akan menerima materi pelajaran dengan baik jika gaya
mengajar yang dilakukan guru sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, penerapan teori multiple intelligences dalam
pembelajaran lebih ditekankan pada aspek strategi.
Munif Chatib menamakan strategi tersebut sama dengan nama teorinya
yakni strategi multiple intelligences.29
Strategi tersebut tidaklah berupa satu
strategi yang dikembangkan untuk semua mata pelajaran. Istilah strategi
multiple intelligences lebih merupakan sebuah wadah besar untuk berbagai
macam strategi pembelajaran yang penerapannya sesuai dengan konsep
multiple intelligences.
Ada banyak macam strategi pembelajaran yang mengacu pada teori
multiple intelligences. Bahkan pada dasarnya semua strategi pembelajaran
konvensional maupun modern dapat disesuaikan dengan teori multiple
intelligences. Yang perlu diperhatikan ialah pada situasi dan kondisi
bagaimana strategi tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan secara lebih optimal.
a. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Linguistik-Verbal
1) Sumbang pendapat
2) Storytelling
3) Menulis Jurnal
4) Membaca Biografi
b. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Logis-Matematis
1) Berpikir kritis
2) Bereksperimen
3) Pertanyaan Socrates
4) Penyelesaian Masalah
29
Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara, op. cit., h. 138.
27
c. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial
1) Membuat potongan kertas berwarna-warni
2) Mewarnai gambar
3) Membuat sketsa
d. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Kinestetis -Jasmaniah
1) Studi lapangan
2) Bermain peran
3) Berpantomim
4) Menyelidiki bagian-bagian benda
5) Menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menulis
e. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Ritmik-Musikal
1) Diskografi
2) Musik instrument
3) Bunyi dan orang
4) Bentuk bunyi
f. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
1) Jigsaw
2) Mengajar teman sebaya
3) Teamwork
4) Mencari orang yang mengenakan pakaian tertentu
g. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal
1) Melakukan tugas mandiri
2) Melakukan refleksi
3) Mengungkapkan perasaan
4) Membuat identifikasi diri
h. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Naturalis
1) Belajar melalui alam
2) Jendela belajar
3) Menggunakan tanaman sebagai alat peraga
4) Meniru bunyi-bunyi binatang
28
i. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Eksistensial
1) Memberi respon pada suatu peristiwa
2) Menciptakan panggung beramal
2. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran PAI
Sebagaimana penerapan konsep multiple intelligences pada mata
pelajaran lainnya, maka langkah pertama yang perlu dilakukan guru PAI
sebelum memulai program pengajarannya ialah mengetahui terlebih dahulu
jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki oleh para siswa yang akan diajarnya.
Saat ini telah banyak cara yang dikembangkan untuk mengidentifikasi
kecerdasan majemuk siswa, baik yang disusun berdasarkan sistem
komputerisasi maupun yang masih menggunakan cara trasdisional dengan
melakukan pengamatan terhadap kebiasaan orang.
Berikut ini salah satu contoh instrumen untuk mengetahui kecerdasan
majemuk siswa:
a. Untuk anak-anak
Berilah tanda cheklist () pada masing-masing jenis kecerdasan di
bawah ini berdasarkan kebiasaan dan kesukaan anak yang diamati.
Tabel 2.1
Survei kecerdasan majemuk untuk anak-anak30
Kecerdasan Karakteristik Umum
Linguistik-Verbal ___
___
___
Menulis lebih baik dari anak-anak
seusianya
Suka berbicara dan menyampaikan cerita
yang lucu
Mempunyai memori yang baik untuk
nama, tempat, tanggal, atau hal-hal
sepele
30
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak:
Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 25-28.
29
___
___
___
___
___
___
___
Senang bermain kata
Senang membaca buku
Mampu mengucap kata secara akurat
untuk anak-anak seusianya
Menghargai sajak-sajak walaupun berupa
kata-kata yang tidak masuk akal
Suka mendengar kata-kata lisan (cerita,
komentar dalam radio, dan buku-buku
audio)
Memiliki kosakata yang baik untuk anak-
anak seusianya
Mampu berkomunikasi dengan orang
lain melalui cara yang verbal
Logis-Matematika ___
___
___
___
___
___
___
___
___
Mengajukan banyak pertanyaan tentang
bagaimana sesuatu itu berjalan
Senang bekerja dan bermain dengan
angka-angka
Suka mata pelajaran matematika
Selalu mencari permainan-permainan
matematika dan komputer yang
menarik
Senang bermain catur, keker-kereran,
atau permainan strategi lainnya
Senang bermain teka-teki yang logik
Senang meletakkan sesuatu dalam
kategori, hierarki, atau dalam pola-
pola logik
Suka melakukan percobaan dalam mata
pelajaran sains atau dalam mainan
sederhana
Menunjukkan ketertarikan pada mata
30
___
pelajaran yang berhubungan dengan
sains
Mempu menyelesaikan dengan baik jenis
tes berpikir logik atau jenis tes Piaget
Visual-Spasial ___
___
___
___
___
___
___
___
___
___
Senang menggambar hal-hal yang ada di
sekitar
Lebih mampu membaca peta, diagram,
gafik daripada membaca teks
Sering merenung dan berfikir
Senang berbagai aktivitas seni
Hasil gambarnya lebih baik dari anak-
anak seusianya
Sangat menyukai nonton film, slide, atau
presentasi visual
Senang bermain teka-teki bergambar
Mampu mengonstruksi tiga dimensi
Mampu menangkap isi bacaan lebih
mudah dari gambar dibanding kata-
kata
Menggambar diatas lembar kerja, atau
semacamnya sambil melamun
Kinestetis -
Jasmaniah
___
___
___
___
Unggul dalam satu atau lebih jenis
olahraga
Senang bergerak atau memukul-mukul
sesuatu ketika duduk lama di suatu
tempat
Suka meniru-niru sikap dan perilaku
orang lain
Suka membongkar sesuatu dan
memasangnya kembali
31
___
___
___
___
___
___
Senang memegang apa yang dilihat
Senang berlari, melompat-lompat,
bergulat, atau kegiatan lain yang
sejenis
Menunjukkan ketrampilan tentang
kerajinan tangan
Mengungkap sesuatu dengan cara
dramatis
Senang mengungkapkan perasaan fisik
ketika bekerja
Bermain dengan tanah liat atau pekerjaan
taktis seperti menggambar dengan
jari
Ritmik-Musikal ___
___
___
___
___
___
___
___
___
Mengetahui ketika bunyi musik tak
sesuai tangga-nada
Mudah mengingat melodi lagu
Memiliki suara yang merdu
Memainkan alat musik atau lagu-lagu
dalam kelompok paduan suara
Menggunakan irama dalam berbicara dan
bergerak
Senang bersenandung sendiri tanpa
disadari
Memukul-mukul meja atau bangku
sambil berirama walau sedang
bekerja
Sensitif terhadap suara-suara alam seperti
bunyi hujan diatas atap
Langsung merespon ketika
mendengarkan atau diperdengarkan
musik
32
___
Sering mengulang-ulang lagu yang
dipelajari di dalam atau di luar kelas
Intrapersonal ___
___
___
___
___
___
___
___
___
___
Menunjukkan kemandirian dan keinginan
yang kuat
Memiliki perasaan realistik terhadap
kemampuan dan kelemahan dirinya
Mengerjakan sesuatu dengan baik ketika
ditinggalkan sendiri
Berpendirian pada gaya atau cara
belajarnya sendiri
Memiliki hobi dan minat pada sesuatu
yang tidak banyak diceritakan
Pandai mengatur diri sendiri
Lebih suka bekerja sendiri daripada
bekerja dengan orang lain
Mampu mengungkap perasaan dirinya
dengan akurat
Mampu mengambil pelajaran dari
keberhasilandan kegagalan dalam
hidup
Keyakinan diri dan kemandirian berpikir
lebih baik dari anak-anak lain
Interpersonal ___
___
___
___
Senang bersosialisasi dengan teman
sejawat
Kelihatan menjadi pemimpin secara
alamiah
Sering memberi nasihat kepada persoalan
teman-temannya
Tampak pintar di jalan (walaupun secara
tiba-tiba melihat persoalan)
33
___
___
___
___
___
___
Memiliki klub-klub, anggota, organisasi,
atau kelompok kawanan tidak formal
Senang mengajar anak lain secara tidak
formal
Senang bermain game dengan anak-anak
lain
Mempunyai dua atau lebih teman akrab
Memiliki empati dan kepedulian kepada
orang lain
Selalu diikuti oleh anak-anak lain
Naturalis ___
___
___
___
___
___
___
___
Berbicara banyak tentang binatang,
tumbuh-tumbuhan atau keadaan alam
Senang berdarmawisata ke alam, kebun
binatang, atau ke museum
Memiliki kepekaan pada alam (seperti
hujan, badai, petir, gunung, tanah,
dan semacamnya)
Senang menyiram bunga atau
memelihara tumbuh-tumbuhan dan
binatang
Suka melihat kandang binatang, burung,
atau akuarium
Senang ketika belajar tentang ekologi,
alam, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan
Berbicara banyak tentang hak-hak
binatang, dan cara kerja planet bumi
Senang melakukan proyek pelajaran
yang berbasis alam (mengamati
burung-burung, kupu-kupu, atau
serangga lainnya, tumbuh-tumbuhan
34
___
___
dan memelihara binatang)
Suka membawa kesekolah binatang-
binatang kecil, bunga, daun-daunan,
kemudian membagi pengalaman
dengan guru dan teman-teman lain
Mengerjakan dengan baik topik-topik
yang melibatkan sistem kehidupan
binatang, cara kerja alam, dan bahkan
manusia
Eksistensial ___
___
___
___
___
___
___
___
___
___
Mengambil peran dalam persoalan yang
besar
Senang bertanya atau berdiskusi tentang
aneka masalah kehidupan
Tekun menjalankan perintah agama
Senang menikmati atau berkecimpung
dalam menghasilkan karya-karya seni
Sering bertakhanus, berdzikir, atau
relaksasi dan meditasi
Senang mengunjungi tempat-tempat yang
menggugah perasaan
Senang membaca dan mendalami ilmu
filsafat (menanyakan hakekat dari
sesuatu)
Memahami tujuan, manfaat, atau nilai
sesuatu mempermudah pemahaman
dalam belajar
Senang bertanya dan membicarakan
tantang hal-hal yang gaib
Senang mengambil pelajaran berharga
dai hasil bacaan atau pekerjaan
35
b. Untuk orang dewasa
Tulislah angka satu (1) pada bagian kanan dari masing-masing
pernyataan berikut jika Anda setuju atau sesuai dengan pengalaman
Anda. Tulislah angka nol (0) jika tidak setuju atau tidak sesuai dengan
pengalaman Anda.
Tabel 1.2
Survei kecerdasan majemuk untuk dewasa31
No Saya suka... No Saya suka...
1 Mendengar lagu di radio,
CD, atau HP
33 Mengamati gaya atau
model pakaian,
mobil, model
rambut, dll.
2 Belajar seni rupa, seni
lukis 34 Mendaki gunung dan
jalan-jalan
3 Membaca buku, komik,
majalah 35 Bersenandung dan
bersiul-siul
4 Bermain dan memelihara
binatang 36 Menghitung angka-
angka
5 Pelajaran matematika dan
IPA 37 Bermain video games
6 Berdiskusi tentang
kehidupan
38 Bermediasi,
bertakhanus, dan
berzikir
7 Berdansa, senam, atau
sejenisnya
39 Berakting, drama
komedi,
pantomim
8 Sering bersama kawan- 40 Menulis, mencorat-
31
Ibid., h. 29-31.
36
kawan coret, mengarang
9 Menonton musik video di
TV 41 Bermain catur dan
game di komputer
10 Bereksperimen
mengunjungi
museum IPA
42 Perhatikan sesuatu di
lingkungan;
pohon, bunga,
burung, tupai, dll.
11 Sepakbola, basket,
badminton, dll
43 Menceritakan
perasaan orang
lain
12 Menggambar, mengukir,
kaligrafi, mengecat,
atau desain grafik
44 Pergi ke konser musik
dan mendengar
langsung secara
live
13 Melakukan sesuatu
sendiri 45 Mengamati perubahan
alam; hujan, dll
14 Menolong orang yang
butuh 46 Bermain kata,
scrabbel, teka-teki
15 Mengingat lagu, rap, atau
melodi
47 Bermain game
computer
sendirian
16 Mengambil peran dalam
persoalan besar
48 Mengatur berbagai
kegiatan harian
rumah dan
sekolah
17 Menghafal kosakata baru
49 Memotret,
menciptakan
gambar
18 Percaya bahwa agama
adalah sesuatu yang 50 Merenung, mengkaji,
dan memahami
37
sangat penting perasaan sendiri
19 Bekerja sendiri daripada
dengan orang lain
51 Mondar-mandir ketika
memikirkan
sesuatu
20 Pergi ke kebun binatang,
taman, dan akuarium
52 Memelihara
lingkungan dan
mendaur ulang
21 Hasil karya seni dan
memikirkan cara
membuatnya
53 Menonton program
sains pada saluran
tertentu di TV
22 Mengkaji nilai dari
sesuatu 54 Seni bela diri, karate,
bersepeda, dll
23 Menata ruang atau taman 55 Menulis kegiatan atau
catatan harian
24 Menonton film tentang
orang dan
kehidupannya
56 Menghabiskan waktu
bersama orang
lain daripada
sendirian
25 Mengunjungi tempat
yang menggugah
perasaan
57 Merasakan jawaban
yang benar dari
sesuatu
26 Menghabiskan waktu
untuk menulis dan
memikirkan tentang
diri sendiri
58 Berbicara via telepon
HP,sms,BB atau
teleconference
27 Menyelesaikan masalah
yang masih misteri
bagi semua orang
59 Menulis pikiran dan
perasaan sendiri
dalam buku diari
28 Menjahit, pertukangan,
model 60 Mencari tahu mana
yang baik dan
38
buruk
29 Belajar musik, lagu, atau
memainkan
instrumen
61 Belajar lagu-lagu dan
menghafalnya
dengan mudah
30 Selalu berada diluar
rumah
62 Berbicara dalam
forum diskusi
31 Menulis surat, email, FB,
twitter 63 Menaksir sesuatu
dengan benar
32 Membuat pola, model,
atau rumus
Setelah berhasil melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis
kecerdasan anak, maka langkah selanjutnya ialah menyusun strategi
pembelajaran yang sesuai, baik sesuai dengan kecerdasan anak maupun
sesuai dengan materi ajar. Semua jenis strategi pembelajaran dapat
dilakukan selama itu sesuai dengan materi dan juga nilai-nilai Islam.
Sekarang sudah banyak buku-buku yang mengulas berbagai strategi
pembelajaran dari yang konvensional hingga yang paling modern.
Pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran tersebut tergantung
kreativitas dan kepekaan guru.
Penggunaan strategi yang baik akan meningkatkan motivasi belajar
siswa, mengingat motivasi ini merupakan salah satu kunci utama untuk
mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Ada empat ketegori yang
perlu diketahui seorang guru terkait motivasi “mengapa siswa belajar”,
yaitu:
1) Motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik pada tugas-tugas
yang diberikan)
2) Motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima
konsekuensi)
39
3) Motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin
dihargai)
4) Motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan
kepada orang lain bahwa ia mampu melakukan tugas yang
diberikan oleh gurunya)32
Sebagai langkah terakhir yaitu melakukan evaluasi. Evaluasi
pembelajaran hendaknya dilakukan secara menyeluruh meliputi tiga
ranah yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian yang mencakup
ketiga hal tersebut banyak ditemukan pada jenis penilaian autentik.
Yakni penilaian yang benar-benar mengukur kemampuan siswa secara
berkelanjutan. Paradigma penilaian autentik antara lain; penilaian
menekankan pada kompetensi yang diajarkan bukan pada peringkat dan
mengklasifikasikan siswa; membantu siswa yang lemah untuk
berkembang bukan malah mengesampingkannya; penilaian kempetensi
cenderung membangun semangat kerjasama bukan semangat kompetisi
yang cenderung berlebihan; pengumpulan informasi nilai melalui tes dan
non-tes.33
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan mengenai
konsep multiple intelligences dan implementasinya dalam pembelajaran PAI,
ada beberapa hasil penelitian yang relevan, diantaranya dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Pertama, Panji Aziz, Analisis Konsep Kecerdasan Perspektif Howard
Gardner (Multiple Intelligences) dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011. Dalam karyanya ini, Panji Aziz memaparkan konsep multiple
intelligences dan cara pengembangannya dalam metode pembelajaran PAI.
32
Niken Arini dan Dany Haryanto, Pembelajaran Multimedia di Sekolah: Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktif, dan Prospektif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 75-76. 33
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,
op. cit., h. 155.
40
Kedua, Kurnia Muhajarah, Multiple Intelligences Menurut Howard
Gardner dan Implikasinya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada Jenjang Madrasah Aliyah (Sebuah Penawaran Konsep), Skripsi pada
IAIN Walisongo Semarang, 2008. Penelitian ini lebih spesifik membahas
implikasi konsep multiple intelligences terhadap pembelajaran PAI pada
jenjang Madrasah Aliyah.
Ketiga, Patmawati, Multiple Intelligences System dan Pembelajaran PAI,
Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Dalam karyanya ini, Patmawati menguraikan penerapan MIS dan
Pembelajaran PAI di Sekolah Full Day School YIMI Gresik.
Penelitian-penelitian di atas memfokuskan pada pendalaman konsep
multiple intelligences dan penerapannya dalam pembelajaran PAI secara
teori, hanya Patmawati yang meneliti implementasi multiple intelligences
dalam pembelajaran yang sesungguhnya, namun penelitian tersebut dilakukan
di sekolah yang memang berbasis multiple intelligences.
Penelitian ini ialah analisa terhadap strategi pengembangan dari konsep
multiple intelligences dalam pembelajaran di sekolah negeri yang tidak
berlabel multiple intelligences
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 12 Jakarta, Jalan Raya
Duri Kosambi No. 19 Cengkareng, Jakarta Barat.
Penelitian dilakukan pada bulan September 2014 sampai dengan Januari
2015.
B. Latar Penelitian
MAN 12 Jakarta adalah sekolah yang terletak di daerah pemukiman padat
penduduk. Sebagian besar siswa-siswinya adalah warga sekitar, sehingga mereka
menggunakan moda transportasi angkutan umum untuk menuju sekolah, sebagian
ada yang menggunakan sepeda ontel, bahkan ada juga yag berjalan kaki.
Sekolah ini adalah sekolah pemerintah sehingga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran mengikuti prosedur baku yang telah ditetapkan. Lain halnya dengan
sekolah swasta yang lebih bebas dalam berekspresi dan berkreasi dalam
mengelola sekolahnya. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang
digunakan yaitu KTSP untuk kelas XI dan XI serta Kurikulum 2013 untuk kelas
X.
C. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan studi lapangan (field
research), yaitu meneliti langsung ke lapangan untuk mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Metode yang digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis,
yaitu “mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian menyeleksi,
membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk mengambil
kesimpulan”.43
43
Sukidin dan Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia, 2005), h. 24.
42
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, dilakukan beberapa teknik
pengumpulan data yang sesuai dengan metode dan pendekatan penelitian.
Diantaranya yaitu:
1. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu, antara lain
untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, dan kepedulian tentang situasi sosial (setting sosial)”.44
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan jenis
wawancara tak terstruktur, namun tetap mengacu pada kerangka atau garis
besar pokok-pokok wawancara yang telah dirumuskan sebelumnya.
Wawancara dilakukan terhadap guru-guru PAI sebanyak 4 orang (Fikih,
Al Qur’an Hadits, Akidah Akhlak dan SKI) dan juga wakil kepala madrasah
bidang kurikulum. Dari guru PAI didapatkan informasi mengenai proses
pembelajaran mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan dari
waka kurikulum digali informasi mengenai pembelajaran secara umum, usaha
peningkatan kompetensi guru-guru PAI, dan juga prosedur penerimaan murid
baru.
2. Observasi
Observasi ialah “pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian”.45
Observasi pada penelitian ini
dilakukan terhadap persiapan guru sebelum masuk kelas, proses pembelajaran
di dalam kelas, dan saat pelaksanaan evaluasi. Dalam melakukan pencatatan
data, peneliti mengikuti beberapa petunjuk berikut:
a. Membuat catatan lapangan
Catatan lapangan dilakukan secara bebas oleh peneliti pada saat
pengamatan dilakukan dan biasanya berupa catatan-catatan yang berisi
kalimat kunci, barulah setelah pengamatan selesai catatan-catatan
44
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 219.
43
tersebut disusun lebih sistematis dan ditambahkan penjelasan
secukupnya.
Catatan mungkin berupa laporan langkah-langkah peristiwa, bisa
dibuat dalam bentuk kategori sewaktu dicatat, atau dapat pula berupa
gambaran umum yang singkat. Hasil pencatatan ini dapat dikelompok-
kelompokan berdasarkan tema-tema yang sesuai, ataupun dibuat secara
kronologis dari waktu ke waktu.
Pada penelitian ini, catatan lapangan yang dibuat berupa gambaran
umum dari persiapan guru sebelum mengajar, kemudian pelaksanaan
pembelajaran yang dicatat secara kronologis.
b. Jadwal
Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan
dilakukan, dimana, kapan, apa yang diamati, dan semacamnya.
Pembuatan jadwal pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri,
kemudian melakukan konfirmasi terhadap guru-guru yang akan
diteliti/diamati.
c. Alat elektronik
Alat-alat elektronik yang digunakan untuk membantu pengumpulan
data, misalnya alat perekam suara maupun video.
Alat perekam suara digunakan pada saat peneliti melakukan
wawancara dengan guru-guru PAI dan juga waka kurikulum. Sedangkan
perekam video digunakan untuk mendokumentasikan proses
pembelajaran di dalam kelas. Dengan bantuan alat ini, peneliti lebih
mudah saat membuat catatan hasil wawancara dan catatan lapangan hasil
pengamatan di kelas.
3. Studi Dokumen
Teknik ini, merupakan telaah terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen
yang dimaksud dapat berupa dokumen pribadi, dokumen resmi, foto-foto,
rekaman kaset, dan lain sebagainya. Data ini bermanfaat untuk menguji,
44
menafsirkan, bahkan meramalkan jawaban dari fokus permasalahan
penelitian.
Pada penelitian ini, dokumen-dokumen yang diperiksa antara lain
silabus, RPP, dan juga kumpulan hasil karya siswa (makalah, mading, catatan
buku tulis).
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Jika dalam penelitian kiantitatif perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap instrumen penelitian, maka dalam penelitian kualitatif yang perlu diuji
adalah keabsahan datanya, mengingt instrumen penelitiannya merupakan peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu, “penggunaan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan
data mutlak hukumnya. Itu berarti peneliti yang tidak melakukan pemerikasaan
keabsahan data, hasil penelitiannya harus ditolak karena diragukan
keabsahannya”.46
Teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Ketekunan Pengamatan
Pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas dilakukan sebanyak
dua kali untuk setiap mata pelajaran, sehingga total pengamatan yaitu delapan
kali.
2. Triangulasi
Yaitu proses check and recheck terhadap sebuah hasil penelitian. Hasil
pengamatan di dalam kelas kemudian disampaiakan kepada guru untuk
memeriksa kesesuaiannya antara fakta yang dilakukan dengan rencana guru.
Juga ditanyakan kepada siswa mengenai beberapa hal yang diperlukan.
3. Pengecekan Anggota
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya berdiskusi dengan para guru
dan juga siswa untuk memeriksa apakah hasil penelitian yang didapatkan
sudah sesuai dengan fakta sebenarnya.
46
Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 168.
45
4. Menggunakan Kecukupan Referensi
Referensi utama dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran dan teori multiple intelligences, seperti buku
Multiple Intelligences: Teori dalam Praktek karya Howard Gardner, buku
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak karya Muhammad Yaumi, dan
lain sebagainya.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan “proses telaah terhadap fenomena atau peristiwa
secara keseluruhan, maupun terhadap bagian-bagian yang membentuk fenomena-
fenomena tersebut serta keterkaitannya”.47
Sedangkan menurut Sugiyono
sebagaimana dikuti Iskandar, dinyatakan bahwa:
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, dan studidokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahamioleh diri sendiri maupun orang lain.48
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan ialah model Miles dan
Hiberman. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
1. Reduksi Data
Yaitu proses penafsiran dan seleksi data-data yang terkumpul untuk
dipilih yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti.
2. Penyajian Data
Hasil reduksi data disusun dalam bentuk matriks atau daftar kategori.
3. Mengambil Kesimpulan/Verifikasi
Selanjutnya, data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang
untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat
diuji kembali sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus
interaktif ini berjalan dengan baik, maka hasil penelitian telah teruji
kebenarannya dan peneliti dapat menarik kesimpulan akhir.
47
Iskandar, op. cit., h. 223. 48
Ibid, h. 223-224.
46
BAB IV
IMPLEMENTASI STRATEGI MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM PEMBELAJARAN PAI
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya MAN 12 Jakarta
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 12 Duri Kosambi Jakarta berdiri sejak
tahun 1997, saat itu masih berstatus sebagai kelas jauh (KJ) dari MAN 10
Joglo Jakarta Barat. Seiring perjalanan waktu, MAN 10 KJ Duri Kosambi
berkembang pesat. Dari tahun ke tahun jumlah siswanya semakin meningkat,
fasilitas madrasah semakin memadai, dan sumber daya manusianya pun
semakin profesional.
Pada tanggal 30 Desember 2003, melalui SK Menteri Agama No. 558,
Pemerintah menetapkan MAN 10 KJ Duri Kosambi menjadi MAN 12 Duri
Kosambi Jakarta, dan Drs. M. Yunus, M.Pd. ditetapkan sebagai Kepala
Madrasah yang pertama.
Mulai Tahun Pelajaran 2006/2007, MAN 12 Duri Kosambi Jakarta
mempunyai 2 (dua) kampus, yaitu kampus A, yang berlokasi di Jl. Raya Duri
Kosambi No. 3 Cengkareng, Jakarta Barat, sebagai kampus utama dan
kampus B, yang berlokasi di Jl. Raya Kamal Tegal Alur Kali Deres, Jakarta
Barat, sebagai kelas jauh (KJ)
Dalam perkembangannya, tepatnya pada tahun 2009 kelas jauh (KJ)
tersebut dirasa sudah cukup memadai untuk menjadi sekolah tersendiri.
Sehingga pemerintah menetapkannya sebagai MAN 16 Jakarta Barat.49
2. Visi dan Misi
Visi:
Intelek, Inovatif, dan Islami
49
Wawancara dengan Waka Kurikulum yaitu Bapak Achmad Muslim
47
Misi:
a. Menyiapkan calon pemimpin umat di masa depan yang mampu
berkompetisi secara global dalam segala bidang kehidupan
b. Menyelenggarakan proses pendidikan yang kondusif, modern, dan
inspiratif serta mampu mengembangkan kreativitas peserta didik
c. Menumbuh kembangkan sikap, perilaku dan amaliah terpuji melalui
pembiasaan-pembiasaan yang Islami
3. Keadaan Guru dan Siswa
Jumlah guru di MAN 12 Jakarta pada tahun ajaran 2014/2015 sebanyak
39 orang. Dari jumah itu, 8 orang diantaranya adalah lulusan S2 dan
selebihnya S1. Guru PAI sebanyak 8 orang yang terbagi dalam bidang studi
Fikih 3 orang, Al Qur’an Hadits 2 orang, Akidah Akhlak 1 orang, dan Sejarah
Kebudayaan Islam 2 orang.
Sedangkan jumlah siswanya ialah 683 orang yang terbagi ke dalam 3
kelas, yaitu kelas X sebanyak 237 orang, kelas XI sebanyak 228 orang, dan
kelas XII sebanyak 218 orang. Kelas X dibagi ke dalam 3 peminatan, yaitu X
MIA (Matematika dan Ilmu Alam), X IIS (Ilmu-ilmu Sosial), dan X Ag
(Keagamaan). Sedangkan kelas XI dan XI dibagi ke dalam 3 jurusan yaitu XI
dan XII IPA, XI dan XII IPS, dan XI dan XII Keagamaan.50
4. Proses Seleksi Murid Baru
PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) untuk madrasah diatur dalam
Juknis (Petunjuk Teknis) yang dikeluarkan oleh Kanwil Kemenag. Seleksi di
MAN 12 Jakarta mengikuti juknis tersebut, meliputi empat tahap seleksi yaitu
psikotes, tes akademik, BTQ (Baca Tulis Al Qur’an), dan wawancara.
Dalam pelaksanaannya, psikotes di MAN 12 ini dilakukan oleh UI
(Universitas Indonesia), sedangkan tes akademik oleh MAN Insan Cendekia
Serpong. Hal ini dilakukan untuk lebih menjamin bahwa hasil seleksi benar-
50
Pengamatan selama proses penelitian
48
benar sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan BTQ dan wawancara
dilakukan oleh pihak MAN 12 sendiri.
Meskipun demikian, keputusan akhir apakah calon siswa diterima atau
tidak ditentukan oleh pihak sekolah. UI dan MAN Insan Cendekia hanya
melakukan penilaian dan memberikan laporan penilaian tersebut kepada
MAN 12 Jakarta. Untuk penerimaan siswa, sepenuhnya menjadi kewenangan
MAN 12 Jakarta.51
B. Paparan Hasil Penelitian
1. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran berbasis multiple intelligences memerlukan persiapan yang
matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru perlu
mengikuti langkah-langkah atau prosedur tertentu dalam menerapkannya.
Langkah pertama yaitu mengenal jenis kecerdasan siswa. Kecerdasan
siswa dapat diketahui antara lain melalui: tes, mengamati kegiatan siswa di
dalam kelas, mengamati kegiatan siswa di luar kelas, serta mengetahui dan
memahami data-data siswa.52
Hasil wawancara dengan guru-guru PAI di MAN 12 Jakarta dan juga
pengamatan di lapangan yang peneliti lakukan menunjukkan sebagian besar
langkah-langkah awal tersebut diatas tidak dilakukan. Kalaupun ada yang
menggunakan tes awal, itu hanya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, bukan untuk
mengetahui jenis kecerdasan siswa.53
Langkah kedua dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences yaitu
menyusun rencana kegatan pembelajaran yang sesuai dengan jenis
kecerdasan siswa. Namun, karena langkah pertama sudah tidak dilaksanakan,
51
Wawancara dengan Waka Kurikulum Bapak Achmad Muslim, M.Si. pada hari Kamis, 15
Januari 2015 52
Paul Suparno, Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,
2004), h. 79. 53
Wawancara dengan Bapak Mukhobir pada tanggal 15 Januari 2015
49
maka secara otomatis guru juga tidak menyusun rencana kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan siswa.
Akan tetapi, langkah-langkah diatas bukan langkah mutlak yang harus
dilakukan. Ada cara lain dalam menjalankan kegiatan pembelajaran walaupun
guru tidak mengenal kecerdasan siswa. Yaitu guru berfokus pada model
aktivitas pembelajarannya yang dirancang secara unik dan menarik.54
Aktivitas pembelajaran tersebut nantinya bisa dianalisa akan berkaitan
dengan jenis kecerdasan apa saja. Dan langkah inilah yang dilakukan oleh
guru-guru di MAN 12 Jakarta. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran
dengan kreativitasnya masing-masing yang membuat siswa tampak antusias
mengikutinya.55
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Mengingat pelajaran PAI di madrasah dibagi menjadi 4 (empat) bidang
studi, maka penjabaran kegiatan pembelajarannya dijelaskan masing-masing
tiap bidang studi tersebut.
a. Fikih
Bidang studi fikih mempunyai karateristik bahwa materi
pelajarannya banyak yang bersifat praktis, sehingga memudahkan guru
dalam mendesain praktik-praktik pembelajaran yang berbasis aktivitas
fisik. Misalnya materi shalat, zakat, haji, dan lain sebagainya. Materi-
materi tersebut dapat diperagakan melalui simulasi atau drama. Seperti
yang dilakukan pada pembelajaran fikih di kelas X IIS 2 MAN 12 Jakarta
dengan materi pengurusan jenazah.
Hasil pengamatan terhadap pembelajaran tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
KBM dilakukan di ruang multimedia. Ruangan ini memiliki luas
hampir tiga kali ruang kelas biasa. Di dalamnya tidak ada bangku
54
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia,
(Bandung: Kaifa, 2010), h. 119. 55
Pengamatan pada beberapa kegiatan belajar mengajar di kelas
50
ataupun meja, sehingga untuk proses KBM yang memerlukan banyak
gerak cukup efektif.
Guru dan murid memasuki ruangan dengan membawa perlengkapan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Yaitu kain kafan, dan buku tulis.
Sebelum praktik mengkafani jenazah dilakukan, guru meminta siswa
mengambil selembar kertas. Dari kertas tersebut guru mencontohkan tata
cara mempersiapkan kain kafan seperti ukuran, jumlah, cara memotong,
dan letak bagian-bagian tertentu. Guru memandu siswa memotong-
motong kertas tersebut.
Setelah itu guru memanggil beberapa siswa. Satu orang berperan
sebagai jenazah, sedangkan lima orang lainnya sebagai ‘amil jenazah.
Siswa yang lain mengamati dan menunggu giliran praktik.
Siswa ‘amil jenazah mulai mengambil kain kafan, mengukur tinggi
jenazah, memotong, membuat tali, dan memotong beberapa lambar kain
kafan untuk baju, sorban/kerudung, dan lain sebagainya. Guru
mengamati sambil sesekali memberikan arahan. Lalu siswa praktik
mengkafani jenazah.
Setelah kelompok pertama selesai, guru memanggil beberapa orang
yang lain untuk mempraktikkan hal yang sama. Diharapkan kelompok
kedua lebih baik dalam praktik karena selain telah mempelajari teori juga
sudah mengamati kelompok pertama. Lalu kelompok kedua mulai
praktik mengkafani jenazah.56
Ditinjau dari teori multiple inteligences, maka praktik pembelajaran
diatas dapat mengakomodasi beberapa jenis kecerdasan yaitu kinestetik
dan interpersonal.
Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggunakan
seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat
sesuatu.57
Sedangkan kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk
56
Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014 pukul 12.40 –
14.10 57
Muhammad Yaumi, op. cit., h. 99.
51
membaca isyarat sosial, komunikasi verbal dan non verbal, dan mampu
menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat.58
Praktik mengkafani jenazah seperti yang diperlihatkan dalam proses
pembelajaran diatas membuat siswa harus bergerak aktif dan saling
bekerjasama. Siswa yang aktif bergerak dalam mempersiapkan kain
kafan yang akan digunakan untuk mengkafani jenazah, kemudian
melakukan proses pengkafanan secara rapi dan benar, proses ini akan
mengasah kecerdasan kinestetik. Sedangkan kerjasama antar siswa dalam
satu kelompok untuk melakukan aktivitas diatas dapat mengasah
kecerdasan interpersonal.
b. Akidah Akhlak
Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi Akidah
Akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siswa telah dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing
kelompok diberikan tugas untuk membuat mading yang berisi materi.
Mading tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Hari
ini kelompok kedua mempresentasikan materi dengan bantuan alat
peraga mading tersebut. Sementara itu kelompok lain sebagai audiens
diberikan fotokopi makalah.
Para presenter secara bergantian menjelaskan materi yang ada pada
mading. Setelah penjelasan materi selesai, sesi selanjutnya yaitu tanya
jawab. Agar penanya teratur, maka setiap kelompok diberikan satu
kesempatan untuk bertanya. Setelah masing-masing kelompok
mengajukan pertanyaan, para presenter menjawab. Pada sesi tanya jawab
tersebut juga sesekali terjadi perdebatan antar siswa karena merasa
kurang puas dengan jawaban yang diberikan.
Setelah presentasi selesai, guru memaparkan materi secara global
dan menambahkan atau melengkapi apa yang telah disampaikan
58
Ibid, 129
52
kelompok presenter. Guru juga menjawab pertanyaan beberapa siswa
yang tidak mampu dijawab oleh kelompok presenter.
Pada akhir pelajaran, guru meminta masing-masing kelompok
memberikan nilai kepada kelompok presenter. Setelah itu semua nilai
dijumlahkan dan dibagi sejumlah kelompok penilai. Nilai tersebut
dijadikan nilai ulangan harian.
Selanjutnya mading yang telah dipresentasikan tersebut ditempel di
dinding kelas.59
Pada pengamatan kelas lain, proses pembelajarannya sama dengan
pemaparan di atas, namun ada sedikit perbedaan, yaitu pada pengamatan
diatas siswa melakukan presentasi dengan alat peraga berupa mading
yang didesain sedemikian rupa agar memiliki tampilan yang menarik.
Sedangkan pada pengamatan kelas lain, siswa tidak membuat mading
melainkan membuat power point sebagai pengganti mading. Prower
point tersebut juga didesain semenarik mungkin.
Dari hasil pengamatan diatas dapat dijelaskan bahwa proses
pembelajaran diatas dapat mengakomodasi kecerdasan spasial – visual,
interpersonal, dan linguistik.
Proses pembuatan mading dan juga power point yang menarik harus
dilakukan dengan mempertimbangkan keindahan warna, tata letak
tulisan, ukuran kertas, model huruf, dan lain sebagainya. Dengan
menjalani proses ini, siswa dilatih untuk mengembangkan kecerdasan
spasial – visual.
Dan dalam mengerjakan tugas kelompok tersebut, siswa juga harus
bekerjasama. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembelajaran fikih
diatas, belajar bekerjasama ini akan melatih siswa dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonal.
Sedangkan kecerdasan lingusitik siswa terasah pada saat melakukan
presentasi. Setiap anggota kelompok secara bergantian memaparkan
materi dengan gaya bahasanya sendiri sehingga menuntut mereka untuk
59
Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 21 Januari 2015, pukul 08.50-10.10
53
dapat berbicara dengan cara yang baik dan efektif. Selain pada saat
presentasi, kecerdasan linguistik siswa juga terasah bersamaan dengan
kerjasama yang mereka lakukan. Tentunya mereka saling
mengemukakan pendapat agar tugas kelompok mereka dapat diselesaikan
dengan baik.
c. Al Qur’an Hadits
Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pelajaran dimulai dengan membaca basmalah. Guru berkeliling kelas
dan meminta siswa menutup LKS. Guru meminta siswa melafalkan Q.S.
At Tahrim ayat 6 bersama-sama. Sebagian siswa tapak belum terlalu
hafal ayat tersebut sehingga terbata-bata. Selanjutnya siswa diminta
membuka buku LKS dan membaca teks hadits bersama-sama.
Setelah selesai membaca ayat dan hadits, guru meminta siswa
membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok
diberikan tugas untuk berdiskusi mengenai satu tema berdasarkan ayat.
Setiap kelompok mendapatkan satu ayat atau hadits untuk didiskusikan.
Guru memberikan waktu 20 menit. Sebagian besar siswa mulai aktif
berdiskusi dan suasana kelas menjadi ramai dengan suara siswa-siswi
yang berdiskusi.
Sesekali guru berkeliling kelas untuk memantau proses diskusi.
Siswa tampak antusias mengikuti diskusi tersebut, terlihat dari perilaku
mereka yang cukup aktif bertanya dan menjawab dalam kelompok
diskusi mereka. Guru juga memerintahkan kepada setisp kelompok untuk
mencatat siswa yang tidak aktif berdiskusi.
Setelah 20 menit berjalan, guru menghentikan proses diskusi, namun
banyak siswa yang meminta tambahan waktu karena belum selesai
membuat kesimpulan. Guru pun memberikan toleransi tambahan waktu.
Siswa kembali ramai berdiskusi.
54
Setelah diskusi selesai, setiap kelompok bersiap untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Namun ternyata bel berbunyi tanda
waktu pelajaran sudah habis. Maka presentasi hasil diskusi dilanjutkan
pada pertemuan selanjutnya.60
Praktik pembelajaran di atas mengembangkan kecerdasan linguistik
dan interpersonal. Ini sama dengan praktik pembelajaran pada pelajaran
Akidah Akhlak. Hanya saja pada pelajaran Al Qur’an Hadits ini waktu
yang digunakan lebih sedikit karena mereka melakukan semua kegiatan
tersebut dalam satu waktu secara bersama-sama.
Masing-masing kelompok yang berdiskusi akan melatih mereka
untuk mengemukakan pendapat. Mereka dilatih untuk berbahasa yang
baik agar pendapat mereka dapat dipahami oleh orang lain. Sedangkan
proses pembuatan kesimpulan hasil diskusi dan juga kegiatan diskusi itu
sendiri melatih siswa untuk bekerja sama.
Pada pengamatan pembelajaran Al Qur’an Hadits di kelas lain,
ditemukan proses pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut
dapat dipaparkan sebagai berikut:
Guru memulai pelajaran dengan ice breaking ringan untuk
meningkatkan semangat siswa, kemudian memutar lagu nasyid. Para
siswa tampak menikmati alunan nasyid tersebut. Sementara itu guru
menulis poin-pon pelajaran yang akan dipelajari hari itu di papan tulis.
Setelah itu guru menampilkan ayat Al Qur’an pada layar proyektor. Lalu
meminta seorang siswa untuk membaca ayat tersebut. Guru mendorong
siswa untuk membaca ayat disertai irama lagu.
Guru memperhatikan bacaan siswa yang masih banyak
kesalahannya. Lalu meminta siswa yang lain untuk membaca ayat yang
sama, dan siswa kedua bacaannya labih baik daripada siswa pertama tadi.
Setelah itu seluruh siswa membaca bersama-sama ayat tersebut.
60
Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 10.30-
11.50
55
Setelah itu guru bersama siswa mengidentifikasi hukum-hukum
tajwid yang terdapat pada ayat tersebut. Seorang siswa diminta membaca
ayat dan meyebutkan nama-nama bacaan yang ada. Siswa yang lain turut
membantu identifikasi tersebut.
Lalu guru menampilkan ayat yang lain, dan kembali
mengidentifikasi hukum-hukum tajwid yang ada bersama siswa.
Setelah semua hukum bacaan yang dicari sudah didapatkan
contohnya, guru memberikan kesimpulan mengenai hukum-hukum
bacaan tersebut.61
Perbedaan pembelajaran di atas dengan sebelumnya yaitu pada
pemutaran lagu nasyid dan juga membaca ayat Al Qur’an dengan irama
lagu. Cara pembelajaran semacam ini akan mengembangkan kecerdasan
musik siswa. Mereka akan berlatih mengenal nada dan irama.
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Hasil pengamatan terhadap pembelajaran bidang studi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Guru meminta kelompok yang akan mempresentasikan makalah
untuk bersiap-siap. Lalu salah satu anggota kelompok membagikan
beberapa makalah kepada kelompok lain. Sedangkan anggota yang lain
menata meja dan bangku di depan kelas. Setelah semua persiapan selesai,
presentasi dimulai.
Tujuh orang anggota kelompok mempresentasikan materi secara
bergantian. Sedangkan moderator diambil dari kelopok lain. Guru
memberikan pengarahan agar preses KBM berjalan dengan baik. Setelah
itu satu demi satu anggota kelompok memaparkan materi.
Setelah semua materi disampaikan, sesi selanjutnya yaitu tanya
jawab. Moderator mempersilahkan siswa dari kelompok lain untuk
mengajukan pertanyaan. Lalu beberapa orang siswa mengangkat tangan
61
Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014, pukul 12.50 –
13.40
56
untuk bertanya. Kegiatan tanya jawab dimulai. Siswa tampak
bersemangat mengikuti proses diskusi tersebut. Sebagian besar siswa
aktif mengikuti diskusi, ada yang bertanya, ada yang menjawab, ada yang
menyanggah, dan ada yang sekedar memberikan komentar.
Setelah selesai tanya jawab, moderator menutup presentasi.
Kemudian guru menyampaikan analisa akhir terhadap proses diskusi.
Guru juga menjawab beberapa pertanyaan siswa yang tak mampu
dijawab oleh kelompok pemakalah.
Proses pembelajaran di atas menekankan pada kemampuan
kerjasama antar siswa dan juga kemampuan berkomunikasi. Ini akan
mengasah siswa dalam mengembangkan kecerdasan linguistik dan
interpersonal.
Pada pengamatan pembelajaran SKI di kelas lain, ditemukan proses
pembelajaran yang berbeda. Hasil pengamatan tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:
Pelajaran dimulai dengan berdo’a bersama. Selanjutnya guru sedikit
mengulas materi yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya. Lalu
guru menampilkan silde power point yang berisi materi pelajaran.
Kemudian guru menjelaskan poin-poin tersebut dengan metode ceramah.
Disela-sela penjelasannya, guru juga sesekali melemparkan
pertanyaan. Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan tersebut. Dan
sebaliknya, sesekali siswa yang bertanya kepada guru mengenai materi
pelajaran yang sedang dijelaskan. Guru pun tak segan untuk langsung
menjawab.
Setelah menjelaskan beberapa poin pelajaran, guru memutar sebuah
film pendek tentang Abu Bakar As Shiddik. Film tersebut berdurasi
sekitar 10 menit. Bersamaan dengan itu, guru meminta siswa mengamati
bagian-bagian film yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru juga
memberikan ulasan mengenai film tersebut. Setelah itu pelajaran diakhiri
membaca do’a.
57
Perbedaan pada pembelajaran ini terletak pada pemutaran film
pendek. Sesuai dengan materi yang diajarkan yaitu Abu Bakar Ash
Shiddik, maka dengan bantuan film tersebut siswa akan memiliki
gambaran yang lebih jelas mengenai sosok seorang tokoh.
Tujuan dari pembelajaran ini ialah mengenal tokoh Abu Bakar Ash
Shiddik sehingga siswa dapat meneladani sifat-sifatnya. Maka dengan
memperoleh gambaran yang lebih dalam mengenai sifat dan karakter
seorang tokoh, tentu siswa akan memperbandingkan dengan sifat dan
karakter dirinya sendiri. Mereka akan berintrospeksi diri dan memahami
diri sendiri.
Melalui proses pembelajaran tersebut siswa akan terlatih dalam
mengembangkan kecerdasan intrapersonal, yakni kemampuan
memahami diri yang akurat meliputi kekuatan dan keterbatasan diri,
kecerdasan akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan
keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai
diri.62
3. Evaluasi
Benjamin S. Bloom, sebagaimana dikutip Munif Chatib memberikan
batasan dalam penilaian kompetensi. Pertama, pengukuran tunggal tidak
cukup untuk memberikan gambaran tentang kemampuan, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap seorang siswa. Kedua, hasil penilaian tidak mutlak
dan tidak abadi karena siswa terus berkembang sesuai dengan pengalaman
belajar yang dialaminya.63
Selanjutnya, pidato Howard Gardner di Harvard University tahun 1984
mengatakan,
Saya yakin, kita harus meninggalkan jauh-jauh bermacam tes dan
berbagai kaitan dengan tes, dan sebagai gantinya mencari sumber
informasi yang lebih alamiah tentang bagaimana orang di seluruh dunia
62
Muhammad Yaumi, op. cit., h. 18. 63
Munif Chatib, op.cit., h. 154.
58
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang penting bagi hidup
mereka.64
Dari batasan penilaian yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom dan
juga penegasan dari Howard Gardner di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa model evaluasi pembelajaran yang hanya bergantung pada tes sangat
tidak memadai untuk mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya. Harus
dilakukan pencarian terhadap sumber lain untuk mengetahui kompetensi
siswa yang sesungguhnya.
Dari asumsi dasar tersebut, maka penilaian autentik menjadi cara
penilaian yang lebih tepat dan akurat untuk digunakan sebagai model evaluasi
pembelajaran.
Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum MAN 12 Jakarta
menunjukkan bahwa secara konsep, evaluasi pembelajaran yang
dikembangkan sudah mengacu kepada penilaian autentik, namun dalam
praktiknya seringkali bergantung kepada masing-masing guru. Berikut hasil
wawancara tersebut:
Secara konsep, di MAN 12 ini sudah disusun sistem penilaian
otentik yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Disini
sudah dikembangkan penilaian proyek dan portofolio. Namun terkadang
dalam implementasinya tergantung dari individu guru itu sendiri.
Terkait dengan guru PAI, ada guru yang idealis yang betul-betul
menerapkan penilaian otentik ini secara penuh. Namun ada juga sebagian
yang belum sepenuhnya menerapkan penilaian otentik ini, mereka
menerapkan penilaian otentik pada bagian-bagian tertentu saja. Namun
secara umum, penilaian otentik ini sudah menjadi paradigma penilaian di
MAN 12 Jakarta ini.65
Kemudian hasil wawancara dengan guru-guru PAI MAN 12 Jakarta
menunjukkan mereka telah berusaha menerapkan penilaian autentik.
Diantaranya yaitu:
64
Ibid, h. 154. 65
Wawancara dengan Bapak Muslim pada tanggal 15 Januari 2015
59
a. Penilaian bidang studi SKI selain melalui tes juga dilakukan
penilaian portofolio. Mereka membuat makalah kelompok dan peta
perang Khandak.66
b. Bidang studi Al Qur’an Hadist melakukan penilaian portofolio
dengan penugasan membuat makalah kelompok dan membuat
kaligrafi.67
c. Bidang studi Akidah Akhlak melakukan penilaian portofolio melalui
pembuatan makalah kelompok, mading, mencari nama-nama Nabi
yang ada dalam Al Qur’an, dan mencari contoh akhlak tercela dalam
majalah atau koran.68
d. Bidang studi fikih tidak melakukan penilaian portofolio, namun
membuat penilaian proyek. Yaitu menugaskan kepada setiap siswa
untuk mencari data penerimaan dan penyaluran zakat dari lembaga
amil zakat di dekat rumah masing-masing siswa dan membuat
laporan dari data tersebut.69
66
Wawancara dengan Bapak Mukhobir pada tanggal 15 Januari 2015 67
Wawancara dengan Bapak Abidan pada tanggal 15 Januari 2015 68
Wawancara dengan Ibuu Rositah pada tanggal 21 Januari 2015 69
Pengamatan pada saat KBM pada tanggal 23 September 2014
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Strategi yang diterapkan dalam pembelajaran PAI yang berlangsung di
MAN 12 Jakarta termasuk dalam kategori strategi multiple intelligences,
karena strategi-strategi tersebut dapat mengembangkan berbagai jenis
kecerdasan siswa. Jenis-jenis kecerdasan yang dikembangkan dalam
pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu:
a. Fikih: melaksanakan praktik mengkafani jenazah. Kegiatan
pembelajaran ini termasuk strategi multiple intelligences yang dapat
mengembangkan jenis kecerdasan kinestetik dan interpersonal.
b. Akidah Akhlak: melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi panel
dengan alat peraga mading dan power point yang didesain secara
unik dan menarik. Kegiatan ini termasuk strategi multiple
intelligences yang dapat mengembangkan jenis kecerdasan
interpersonal, linguistik, dan visual-spasial.
c. Al Qur’an Hadits: Melaksanakan kegiatan pembelajaran diskusi
kelompok dan pemutaran lagu nasyid serta pembacaan ayat-ayat Al
Qur’an yang disertai irama lagu. Kegiatan ini termasuk strategi
multiple intelligences yang dapat mengembangkan jenis kecerdasan
interpersonal, linguistik, dan musik.
d. Sejarah Kebudayaan Islam: Melaksanakan kegiatan pembelajaran
diskusi panel dan pemutaran film pendek. Kegiatan ini termasuk
strategi multiple intelligences yang dapat mengembankan jenis
kecerdasan interpersonal, linguistik dan intrapersonal.
2. Dari poin 1 (satu) di atas dapat diketahui bahwa strategi multiple
intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta telah
mengembangkan 6 jenis kecerdasan yaitu: linguistik-verbal, kinestetis-
61
jasmaniah, ritmik-musikal, interpersonal, intrapersonal, dan spasial-
visual.
3. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan sudah mengacu kepada penilaian
autentik, yaitu dengan adanya penilaian proyek dan portofolio. Penilaian
autentik ini merupakan jenis evaluasi yang sesuai untuk strategi multiple
intelligences.
B. Saran
Beberapa saran yang perlu disampaikan terkait dengan penerapan strategi
multiple intelligences dalam pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta antara lain:
1. Strategi multiple intelligences merupakan salah satu terobosan baru
dalam dunia pendidikan di Indonesia, meskipun banyak kalangan telah
mengetahui dan memahami teori ini namun implementasi secara formal
di satuan-satuan pendidikan masih sangat sedikit, sehingga perlu adanya
upaya dari berbagai pihak yang terkait dengan dunia pendidikan untuk
menerapkan teori ini secara menyeluruh dan kolaboratif dengan teori-
teori lainnya.
2. Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran yang sudah berlangsung
selama ini, yang didesain sedemikian rupa sehingga menarik minat dan
antusias siswa dalam belajar, secara substansial sudah mengandung unsur
strategi multiple intelligences sehingga para guru harus terus didorong
untuk meningkatkan kreativitasnya dalam menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan bagi siswa.
3. Untuk menerapkan teori multiple intelligences dalam pembelajaran, guru
tidak harus mengetahui kemampuan atau jenis kecerdasan siswa terlabih
dahulu, mengingat upaya untuk itu memerlukan teknik tersendiri. Jangan
sampai hal ini menghambat guru untuk menjalankan pembelajaran
berbasis multiple intelligences. Guru hanya perlu merancang kegiatan
pembelajaran yang menarik siswa, maka dengan itu guru sudah
mengembangkan berbagai jenis kecerdasan siswa.
4. Model evaluasi pembelajaran hendaknya tidak hanya berpatokan pada tes
saja, namun perlu dikembangkan cara menilai siswa dari sumber lain
62
yang lebih akurat, seperti penilaian portofolio dan proyek. Selain itu
perkembangan siswa juga sebaiknya tidak diukur dengan
memperbandingkan dengan kemampuan siswa lain, namun seorang siswa
harus diukur kemampuannya dan diperbandingkan dengan kemampuan
siswa tersebut sebelumnya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Arini, Niken dan Dany Haryanto. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Asfandiyar, Andi Yudha. Kenapa Guru Harus Kreatif?. Bandung: DAR! Mizan,
2009.
Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Jakarta: Kaifa, 2010.
_____. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara. Bandung: Kaifa, 2013.
Darmasyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
Dirjen Pendis, Depag RI. Undang-undang dan Peratuaran Pemerintah RI tentang
Pendidikan, 2006.
Farida. Siti. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.
Gardner, Howard. Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktek. Batam:
Interaksara, 2003.
Harahap, Abidan. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi, 2013.
Istadi, Irawati. Istimewakan Setiap Anak. Jakarta: Pustaka Inti, 2005.
Khon, Abdul Majid. Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012.
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
Mukhobir. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.
Muslim, Achmad. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.
Patmawati, Multiple Intelligences System dan Pembelajaran PAI, Tesis pada
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak dipublikasikan, 2010
64
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks, 2012.
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana, 2009.
Rositah. Wawancara. Jakarta, 15 Januari 2015.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
_____. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2011.
Shaleh, Abdul Rachman. Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan
Aksi. Jakarta: PT Gemawindu Pancaperkasa, 2000.
Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Raisul
Muttaqien. Bandung: Nuansa, 2012.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
Sukidin dan Mundir. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar
Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005.
Sulhan, Najid. Anakku Penyejuk Jiwaku: Pola Pengasuhan Islami untuk
Membangun Karakter Positif Anak. Bandung: Mizania, 2011.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Suparno, Paul. Teori Intelligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius, 2004.
Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. Belajar dan Pembelajaran:
Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan
Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Uno, Hamzah. B. dan Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan dalam
Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
_____. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: Bumi Kasara, 2008.
Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan
Jamak (Multiple Intelligences). Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013.
65
Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf. Metodik Khusus Pendidikan
Agama. Malang: Biro Ilmiah Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,
1983.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pembelajaran Al Qur’an Hadits dengan membaca tartil dan mengkritisi ayat yang
ditampilkan pada slide
Pembelajaran SKI dengan metode diskusi panel
Pembelajaran Akidah Akhlak dengan metode diskusi panel menggunakan alat
peraga mading
Mading hasil karya siswa yang digunakan pada saat presentasi
BIODATA
Nama : Muhammad Munji
NIM : 109011000129
TTL : Kebumen, 8 Mei 1990
Alamat : Gg. Swadaya I No. 19 Rt 01/07
Dukuh Jatiwera, Desa Krakal,
Kec. Alian, Kab. Kebumen
Jawa Tengah
Pendidikan dasarnya ditempuh di tempat
kelahirannya, yaitu SDN Alian 4 (sekarang SDN 04 Krakal) lulus tahun 2002,
MTs Al Hidayah Krakal lulus tahun 2005, dan MAN 1 Kebumen lulus tahun
2008. Setelah itu melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada masa sekolah, penulis aktif di dunia kepramukaan dengan menjadi
dewan kerja gudep di MTs dan MAN. Juga pernah menjadi anggota dewan kerja
cabang (DKC) tingkat Kabupaten Kebumen. Kegiatan yang pernah diikuti antara
lain Perkemahan Pelantikan Bantara selama 4 hari, Raimuna Cabang tingkat
kabupaten di Bumi Perkemahan Widoro Kebumen dan PERANSAKA
(Perkemahan Antar Satuan Karya) Daerah tingkat Jawa Tengah yang
dilaksanakan di Bumi Perkemahan Munjul Luhur Purbalingga.
Di kampus, penulis pernah mengikuti kegiatan UKM MENWA (Resimen
Mahasiswa) dari semester I sampai III. Sedangkan di luar kampus aktif mengajar
anak-anak, antara lain di TPA Raudhatul Jannah Pluit, Rumah Tahfizh binaan
Yayasan Rumah Tahfizh Indonesia Sejahtera (Rumah Tahfizh Raudhatul Ulum
Bendungan Hilir, Rumah Tahfizh Nurul Badar Pasar Minggu, dan Rumah Tahfizh
Miftahul Jannah Bogor), TPA Qurrota A’yun Condet, serta RA. Raudhatul Jannah
Pluit. Juga aktif sebagai khatib Jum’at di beberapa masjid di sekitar tempat
tinggalnya.
Penulis dapat dihubungi melalui nomor Hp. 085291219390 dan email