Analisis QS. An-Nahl ayat 125

44
MAKALAH Makna Dakwah Dalam Al-qur’an Surat An-nahl Ayat 125 Diajukan Sebagai Pemenuhan Nilai Ujian Tengah Semester II Mata Kuliah Ilmu Dakwah Disusun Oleh : Lisna Riski Aprianita (10020213004)

Transcript of Analisis QS. An-Nahl ayat 125

MAKALAH

Makna Dakwah Dalam Al-qur’an Surat An-nahl Ayat

125

Diajukan Sebagai Pemenuhan Nilai Ujian Tengah

Semester II

Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Disusun Oleh :

Lisna Riski Aprianita

(10020213004)

Fakultas Dakwah

Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Universitas Islam Bandung

2013/2014

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya secara berlimpah dan tak terhingga bagi kita

semua. Serta tak luput pula dari pemikiran dan hati kita,

marilah kita sampaikan shalawat serta salam kita pada Habibana

Wa Nabiyana Muhammad S.A.W yang berkat beliaulah yang telah

menyampaikan agama islam sebagai risalah dari Allah kepada

ummatnya untuk menapaki jalan yang benar.

Juga Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu Saya dalam penulisan dan penyusunan

makalah ini. Juga kepada dosen mata kuliah Ilmu Dakwah yaitu

Bapak Rahmat Effendi yang telah memberikan pengarahannya akan

format materi yang harus disusun oleh para mahasiswanya.

Terimakasih Saya ucapkan sekali lagi para pembaca yang

berkenan untuk membaca hasil karya pemenuhan tugas ujian

tengah semester II ini, mohon maaf apabila terdapat salah

pengejaan dalam tulisan yang secara tidak sengaja luput dari

penglihatan Saya selama penyusunan makalah ini. Cukup sekian

dan terimakasih.

2

Bandung, 27 Maret

2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................1DAFTAR ISI.........................................................2BAB I..............................................................3PENDAHULUAN........................................................31.1 Latar Belakang Penulisan.....................................31.2 Rumusan Masalah..............................................31.3 Tujuan Penulisan.............................................41.4 Manfaat Penulisan............................................4

BAB II.............................................................5PEMBAHASAN.........................................................52.1 Dalil Al-Qur’an Mengenai Dakwah..............................52.2 Penafsiran Makna Dakwah Perkalimah dan Perjumlah.............5

BAB III...........................................................27PENUTUP...........................................................273.1 Kesimpulan..................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................28

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Dakwah memiliki arti ajakan, seruan, panggilan, undangan,

dan atau permohonan. Dakwah adalah ilmu yang memiliki

bidangnya tersendiri dalam kehidupan manusia, seperti halnya

ilmu pasti lainnya. Namun, dakwah pun melingkupi pembahasan

ilmu-ilmu yang lain yang terkadang keberadaannya abstrak

sehingga masyarakat tidak terlalu familiar terhadap ilmu

dakwah in.

Dakwah merupakan ajakan kepada ajaran islam, dan atau

ajakan kepada bukan ajaran islam. Jadi, kata dakwah itu tidak

hanya diperuntukan bagi ummat islam saja, bagi agama lain pun

apapun itu halnya yang merupakan ajakan menuju hal keagamaan

merupakan dakwah atau seruan.

Seringkali dalam kehidupan masyarakat zaman abad 21 saat

ini, kurang memahami apa itu dakwah dan bagaimana ruang

lingkupnya, bahkan makna dari dakwah itu sendiri bagi

kehidupan. Dengan menggunakan sumber pembahasan makalah ini

yang berasala dari sumber yang konkret lagi sangat jelas yaitu

Al-Qur’an Surat An-nahl Ayat 125, maka hal inilah yang menjadi

alasan utama tersusunnya makalah ini.

5

1.2 Rumusan Masalah

Seperti telah dijelaskan pada bagian latar belakang,

alasan-alasan yang menjadi kunci utama pada penulisan makalah

ini adalah untuk mengetahui makna dari dakwah yang seringkali

para Da’i pun masih bimbang mengenai makna dakwah yang

seharusnya menjadi dasar dan landasan bagi kegiatan berdakwah

agar mampu mencapai dakwah yang maksimal.

Karenanya, terdapat beberapa rumusan permasalahan yang akan

di bahas dalam makalah ini yang dapat membantu pembaca

sekalian agar lebih memahami makna dakwah. Yaitu :

1. Adakah dalam Al-Qur’an dalil mengenai makna dakwah ini

secara menyeluruh ?

2. Bagaimanakah penafsiran ayat tersebut menjadi suatu

pemecahan permasalah dalam memaknai dakwah itu ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai

pemenuhan tugas penulis akan nilai ujian tengah semester 2

saat ini. Namun, tujuan penulisan makalah ini pula untuk

mengetahui bagaimana makna dakwah yang sebenarnya yang

seringkali terabaikan dari kehidupan seorang Da’i dalam

melaksananakan tugasnya yaitu berdakwah.

6

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan dari maklah ini memiliki dua manfaat umum yaitu :

1. Manfaat teoritis yang dimana makalah ini dapat juga

dijadikan referensi bagi para pembaca yang berkenan untuk

sekedar menambah informasi ataupun menambah pengetahuan

akan pentingnya makna dakwah dalam kehidupan.

2. Manfaat praktis yaitu dapat diaplikasikannya metode-

metode dan cara-cara berdakwah dalam kehidupan

bermasyarakat.

7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dalil Al-Qur’an Mengenai Dakwah

ة� سن� ح ال� ة� ظ� موع� مة� وال� ك ح ال� ك� ب�� ب�� ل ر ي# ب% لى س� ادع ا+سن0 ح� ي# هي# ا3 ت� ال� هم ب�� ادل� من0وج�� لم ب�� ع� و ا3 ك� ه� ب�� ن0 ر ا+

لة ي# ب% ن0 س� ل ع� لم )ض�� ع� و ا3 ن1250 وه� #Lي د مهي� ال� (ب��“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang

lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS: An-

Nahl Ayat: 125)

8

2.2 Penafsiran Makna Dakwah Perkalimah1 dan Perjumlah2

1. (Serulah [Manusia]) ادعa) Pengertian Dakwah

A.Pengertian Dakwah Secara Etimologis

Kata dakwah adalah devinisi dari tata bahasa Arab merupakan

bentuk masdar kata kerja “da ’a”, “yad’u”, “da ’watan” yang

berarti memanggil, mengundang, mengajak, Di dalam

Al-Qur;an Kata Dakwah ditemukan tidak kurang dari dengan makna

yang berbeda-beda, setidaknya ada 10 macam makna, yaitu :

1.Mengajak dan menyeru, 6. Meminta,

2.Berdo'a, 7.

Mengundang,

3.Mendakwa, 8. Malaikat

Israfil

4.Mengadu, 9. Gelar,

5.Memanggil, 10. Anak

angkat.

B.Pengertian Dakwah Secara Terminologis

Definisi dakwah dari literatur yang ditulis oleh pakar-pakar

dakwah adalah:1 Kalimah dalam Bahasa Arab artinya adalah kata.2 Jumlah dalam Bahasa Arab artinya adalah kalimat.

9

a. Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama

untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran ALLAH yang benar

dengan kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar

Atjeh. 1971:6)

b. Dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu

pendirian dasarnya berkonotasi positif dengan substansi

terletak pada aktivitas memerintahkan ‘ amar ma’ruf nahi

munkar. (Prof.Dr.Hamka.2011:2)

c. Dakwah adalah mengandung arti kewajiban yang menjadi

tanggung seorang muslim dalam ‘ amar ma’ruf nahi munkar.

(Muhammad Natsir.2011:2)

d. Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia agar

agama islam melaui cara yang bijaksana. dengan materi

ajaran Islam, mereka mendapatkan kesejahteraan kini/di

dunia dan kesejahteraan akhirat. (A. Masykur Amin)

e. Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau

mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan

sempurna terhadap pribadi maupun masyarakat.

(Prof.Dr.M.Qurais Syihab.2008:22 )

f. Dakwah ialah mengajak dan mengmpulkan manusia untuk

kebaikan membimbing ereka kepada petunjuk dengan cara

ber-‘amar ma’ruf nahyi munkar.(Dr.Muhammad Sayyidd Al

Wakil.2008:21)

g. Dakwah islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara yang

kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan

untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat (Prof.Toha

Yahya Oemar.2011:1)

10

Dari definisi para ahli diatas maka dapat kita simpulkan

bahwa dakwah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun

non muslim. Dengan bijaksana, kepada islam sebagai jalan yang

benar, melalui penyampaian ajaran untuk dipraktekkan dalam

kehidupan nyata agar bisa hidup di dunia dan bahagia akhirat.

b) Hukum Dakwah

Pada dasarnya berdakwah merupakan tugas pokok para Rasul

yang untuk berdakwah kepada kaumnya agar mereka beriman kepada

Allah SWT, akan dengan berlandaskan kepada Alquran dan anjuran

nabi Muhammad kepada umat di dalam beberapa Hadis tentang

keharusan untuk berdakwah, maka dakwah diwajibkan kepada

seluruh umat Islam.

Mengenai hukum dakwah masih terjadi permasalahan apakah

jenis dakwah ditujukan kepada setiap individu atau kepada

sekelompok manusia, perbedaan pendapat tersebut disebabkan

perbedaan pemahaman terhadap dalil naqli (Alquran Hadis), dan

karena kondisi pengetahuan dan kemampuan manusia yang beragam

memahami Alquran.

Menurut Asmuni Syukir, hukum dakwah adalah wajib bagi

setiap muslim, hukum Islam tidak mengharuskan umat Islam untuk

selalu memperoleh hasil maksimal, akan tetapi usaha yang

diharuskan maksimal sesuai dengan kemampua dan keahlian yang

dimiliki, sedangkan berhasil atau tidak dakwah merupakan

Allah. hal ini berlandaskan kepada firman Allah di dalam

Alquran surah at-Tahrîm 6, sebagai berikut :

11

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan

batu; penjaganya malaikat-malaik yang kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa dakwah merupakan kewajiban

secara (fardhu kifayah), karena apabila sekelompok umat telah

melaksanakan dakwah, maka kewajiban dakwah sudah terlepas bagi

kelompok umat yang ditambahkan oleh Muhammad Ghozali yang juga

menyatakan bahwa umat Islam saling membantu untuk tercapainya

tujuan dakwah.

Dari beberapa pendapat tentang hukum dakwah yang telah

diuraikan, dapat disimpulkan berdakwah hukumnya wajib secara

kolektif bagi yang mempunyai kemampuan dalam berdakwah, dan

dakwah wajib secara individu dalam menuntut agar mempunyai

kemampuan untuk berdakwah, karena tidak dapat secara

menyeluruh umat Islam hanya berdakwah disebabkan selain dakwah

juga banyak aspek yang dipenuhi oleh umat Islam. Selain itu,

tidak dapat dikatakan bahwa dakwah sekedar untuk orang-orang

tertentu, akan tetapi pada dasarnya kewajiban berada pada

bagian yang menjadi prioritas untuk umat Islam secara

menyeluruh.

Nabi Muhammad SAW mewajibkan kepada semua umat Islam

untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sesuai

dengan kemampuann masing-masing, sehingga dalam perilaku yang

baik sudah termasuk dalam berdakwah.

12

Sebagai kesimpulan, hukum berdakwah adalah wajib bagi

seluruh umat yang mampu melaksanakannya, dan wajib hukumnya

untuk berusaha memperol kemampuan untuk berdakwah, sehingga

dalam berdakwah untuk keberhasilan juga diharuskan untuk

mempunyai strategi baik berupa metode model yang digunakan

agar dakwah dapat diterima oleh masyarakat.

c) Unsur-unsur Dakwah

Unsur -unsur dakwah Islam secara umum ada lima yaitu:

a. Subyek dakwah,

b. Obyek Dakwah,

c. Metode Dakwah,

d. Materi Dakwah dan

e. Logistik Dakwah,

1. SUBYEK DAKWAH

Subyek dakwah di sini adalah da ’i yaitu seseorang sebagai

pelaku dakwah atau komunikator. Da ’ i adalah orang yang

melaksanakan dakwah baik secara lisan, tulisan maupun

perbuatan, individu, kelompok, organisasi atau lembaga. Da ’i

sering disebut “muballigh” (orang yang menyampakan ajaran

Islam). Seorang da ’ i selaku subyek dakwah adalah unsur

terpenting yang menduduki peranan strategis.

2. OBYEK DAKWAH

13

Obyek dakwah ialah sasaran, penerima, khalayak, jama’ah,

pembaca, pendengar, pemirsa, audience, komunikan yang menerima

dakwah Islam. Obyek dakwah adalah amat luas, ia adalah

masyarakat yang beraneka ragam latar belakang dan

kedudukannya.

Dengan mengetahui klasifikasi obyek dakwah, memudahkan bagi

da’i melakukan penyesuaian dalam penyampaian isi pesan

dakwahnya, tergantung permasalahan kehidupan yang dihadapi

masyarakat, sehingga dakwah dapat menyentuh langsung di hati

obyek (sasaran) dakwah. Seperti misal, Jika yang menjadi obyek

dakwah adalah kebanyakan golongan petani, makai diberikan

penjelasan bagaimana cara bertani yang baik sehingga hasil

pertaniannya meningkat dan bagaimana peningkatan tersebut

sekaligus merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah.

Demikian pula bagi buruh, sehingga peningkatan mutu kerjanya

sama dengan mutu ibadahnya. Hal ini akan mendorong mereka

untuk lebih memahami bagaimana beribadah dengan baik akan

membantu mereka untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik.

Sudah barang tentu da ’i yang bertugas di kalangan buruh atau

petani atau lainnya haruslah mereka yang memiliki pengetahuan

yang cukup mengenai dunia buruh dan tani. Dalam hal ini,

khutbah atau tabligh perlu disesuaikan degan persoalan buruh

dan petani. Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang lebih

konkret seperti latihan keterampilan kerja, pemilihan bibit

dan pupuk, sehingga mereka merasa diperhatikan. Tak lupa juga

masalah bagaimana memasarkan hasil tani.

3. METODE DAKWAH

14

Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan suatu

kegiatan dakwah adalah karena menggunakan metode yang efektif

ditentukan. Metode ini adalah satu skema, satu rancangan

bekerja untuk menyusun satu macam masalah menjadi satu sistem

pengetahuan. Secara etimologi, istilah metode berasal dari

bahasa Yunani, yakni dari kata ”metodos” yang berarti cara

atau jalan.

Dengan demikian, metode berarti ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang di tempuh untuk

mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

Tidak semua metode cocok untuk setiap sasaran dakwah untuk

setiap sasaran yang akan dipengaruhi. Begitu pula dalam hal

dakwah.

4. MATERI DAKWAH

Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang

harus disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, keseluruhan

ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah

Rasul-Nya, yang pada pokoknya mengandung tiga prinsip, yaitu:

- Aqidah, yang menyangkut sistem keimanan/kepercayaan

terhadap Allah swt. dan ini menjadi landasan yang

fundamental dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim,

baik yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya

dan sifat-sifat yang dimiliki. Hal ini merupakan

manifestasi masalah-masalah yang berkitan dengan

keyakinan (keimanan) yang meliputi: Iman kepada Allah,

15

iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya,

iman kepada Rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, iman

kepada Qadla dan qadar.

- Syari ’at, yaitu rangkaian ajaran yang menyangkut

aktivitas manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan

kehidupannya, mana yang boleh dilakukan dan mana yang

tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana yang mubah

dan sebagainya, dan ini juga menyangkut hubungan

manusia dengan sesamanya (hablun minallah dan hablun

minannas). Pembahasan yang termasuk dalam syari’ah

meliputi : (a) ibadah, (dalam arti khusus) yaitu:

thaharah, sholat, zakat, puasa, haji. (b) Mu ’amalah,

(dalam arti luas): a.). al-qanunul khas (hukum perdata):

yaitu munakahah (hukum nikah), waratsah (hukum waris).

b). al-qanunul ’ am (hukum publik) yaitu: jinayah (hukum

pidana), khalifah, hukum niaga, Jihad (hukum perang dan

damai).

- Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik

secara vertikal dengan Allah. maupun secara horizontal

dengan sesama manusia dan seluruh makhluk-makhluk Allah.

Ada pun pembagian akhlak adalah:

(a). akhlak terhadap khaliq

(b). akhlaq terhadap mahluk, meliputi: akhlak terhadap

manusia; (diri sendiri, tetangga, masyarakat). ahlak

tehadap bukan manusia (flora, fauna, dan lain-lain).

Keseluruhan ajaran Islam menjadi materi dakwah, tidak ada

lain adalah bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits. Oleh

16

karena itu pengkajian, pendalaman, pengamalan materi dakwah

menjadi sangat dominan bagi pelaksana dakwah (da’i).

5. LOGISTIK DAKWAH

Unsur yang tidak kalah pentingnya dengan unsur-unsur lain

dalam mencapai tujuan dakwah adalah masalah logistik, yaitu

menyangkut pembiayaan dan peralatan dakwah. Lebih-lebih dakwah

di alam modern seperti saat ini yang menuntut pembiayaan cukup

besar serta menuntut mulai diterapkannya teknologi canggih.

Jika dahulu dakwah barangkali cukup hanya dengan metode

ceramah dan sistem pengajian di masjid yang relatif tidak

memanfaatkan logistik banyak. Namun, dakwah di era sekarang

melibatkan atau membutuhkan berbagai perangkat di dalam

pelaksanaanya. Misalnya dakwah melalui forum resmi, panel

diskusi, pementasan dan sebagainya. Sering logistik dakwah

dianggap memada ’i tapi karena pengorganisasiannya yang tidak

betul maka logistik tersebut tidak banyak mendukung

tercapainya tujuan dakwah . Dengan pemanfaatan logistik

dakwah secara optimal membuat kegiatan dakwah dapat lebih

efektif.

d) Peranan Manajemen Dalam Proses Dakwah

a. Arti Manajemen Dakwah

Manajemen merupakan suatu proses kegiatan untuk mencapai

suatu tujuan. Ia terdapat hampir dalam seluruh kegiatan

manusia, baik pabrik, kantor, sekolah, rumah sakit, hotel,

17

pantai asuhan, lembaga sosial, bahkan rumah tanggapun

memerlukan manajemen.

Secara etimologi, manajemen berasal dari kata management,

menurut WJS Poerwodarminto, dalam kamus lengkap, manajemen

artinya pimpinan, direksi, atau pengurus. Sedangkan secara

terminologi dapat dikemukakan sebagai berikut:

- Menurut M.Manulang manajemen adalah fungsi-fungsi untuk

menyampaikan sesuatu kegiatan orang lain dan mengawasi

usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.

Sementara dakwah adalah mengajak manusia agar berbuat

kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat

kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar

mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa manajemen dakwah

adalah proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas,

menghimpun menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-

kelompok tugas itu. Kemudian menggerakkannya ke arah

perencanaan tujuan dakwah yang diinginkan.

b. Nilai-Nilai Kepemimpinan Dakwah

Kepemimpinan atau leadership sering dianggap sebagai inti

dari manajemen. Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga

pemerintahan pada dasarnya bertumpu pada pimpinan atau

manajemen di dalam pemimpin. Seorang pemimpin dalam memimpin

sifatnya tidak memaksa. Menjadi teladan dan sebagai pendorong

bagi yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang digariskan.

Mengingat bahwa pengertian dakwah itu sangat luas dan tidak

dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, di samping juga mempunyai

jangkauan yang begitu kompleks maka dakwah hanya dapat

18

dilaksanakan secara efektif manakala dilakukan oleh tenaga-

tenaga yang mampu melaksanakan tugasnya, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

Jika kepemimpinan atau leadership diartikan sebagai suatu

proses untuk mempengaruhi tindakan kelompok yang terorganisir

mencapai tujuan penyelesaian, demikian juga sebagai pengaruh

organisasi atau orang-orang di bawahnya agar mereka para

pengikut menerima dengan kemauannya untuk diarahkan dan

diawasi oleh pimpinan tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepemimpinan

dakwah adalah tenaga-tenaga profesional dimana mereka yang

mempunyai ciri-ciri atau nilai-nilai pribadi pemimpin dan

keahlian kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mempunyai nilai-nilai kepemimpinan

dan kemauan serta keahlian manajemen. Adapun sifat, ciri atau

nilai-nilai pribadi yang hendaknya dimiliki oleh pemimpin

dakwah itu antara laiin adalah sebagai berikut:

· Berpandangan jauh kemasa depan

· Bersikap dan bertindak bijaksana

· Berpengetahuan luas

· Bersikap dan bertindak adil

· Berpendirian teguh

· Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil

· Berhati ikhas

· Memiliki kondisi fisik yang baik

· Mampu berkomunikasi

c. Kemampuan Manajemen

19

Pemimpin dakwah, sebagaimana telah dikemukakan diatas,

harus memiliki kemampuan, kecakapan, ketrampilan atau keahlian

memimpin dan menggerakkan orang-orang yang berada dibawah

pimpinannya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam

mencapai tujuan dakwah telah ditentukan. Kemampuan atau

keahlian itu disebut dengan istilah managerial skill.

Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa kegiatan-

kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan itu

dapat dibedakan dalam:

Ø Kegiatan Oprasional

Ø Kegiatan pelayanan

Ø Kegiatan Pimpinan

Untuk dapat melakukan kegiatan oprasional dan kegiatan

pelayanan diperlukan keahlian teknik. Sedangkan untuk dapat

melaksanakan kegiatan pimpinan diperlukan keahlian manajemen.

Pimpinan dakwah sesuai dengan fungsinya sebagai penggerak

bukan sebagi pelaksana, memerlukan keahlian manajemen itu.

d. Fungsi Manajemen Dakwah

Lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses

pelaksanaan manajemen:

1. Planning (Perencanaan)

Perencanaan itu merupakan salah satu fungsi manajemen

yang sangat menentukan, sebab di dalamnya terdapat apa yang

dicapai oleh suatu organisasi serta langkah-langkah apa yang

akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Organizing (Pengorganisasian)

Adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai

tujuan tertentu. Pengorganisaian dakwah dapat diartikan

20

sebagai suatu tindakan untuk menghubungkan aktivitas-aktivitas

dakwah yang efektif dalam wujud kerjasama antara para da’i

sehingga mereka dapat memperoleh manfaat-manfaatpribadi dalam

melaksanakan tugas tersebut dalam upaya mewujudkan tujuan

dakwah diinginkan.

3. Actuiting (Penggerakan)

Adalah penggerakan anggota kelompok sedemikian rupa

sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai

sasaran-sasaran usaha yang diinginkan.

4. Controlling ( Pengawasan)

Adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendali

dan sesuai dengan instruksi, rencana, petunjuk-petunjuk,

pedoman serta ketentuan-ketentuan yang sebelumnya ditetapkan

bersama.

5. Evaluating (Evaluasi)

Adalah suatu tugas untuk mengevaluasi kegiatan atau

aktivitas dakwah agar aktivitas dakwah bertambah baik dimasa

mendatang.

Selanjutnya pendapat tersebut diatas telah dikembangkan

oleh pakar manajemen menjadi delapan fungsi, yaitu:

· Planning (perencanaan)

· Decision Making (pengambilan keputusan)

· Organizing (pengorganisasian)

· Staffing (penyusunan staf)

· Motivating (memotivasi)

· Leading (memimpin)

· Controling (pengawasan)

21

2. �ك ب�� ل ر ي# ب% لى س� (kepada jalan TuhanMu) ا+Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku

sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan

mengamalkannya dalam tataran kenyataan kehidupan sehari-hari,

baik yang berkaitan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun

sosial kemasyarakatan, agar memperoleh kehidupan yang penuh

keberkahan, kebaikan di dunia dan akhirat, serta terbebas dari

azab api neraka.

Tujuan dakwah sebetulnya tidak lain dari tujuan

Islam itu sendiri yakni transformasi sikap kemanusiaan

(attitude of humanity transfomation ) atau yang dalam

terminologi al-Qur’an disebutkan al-ikhrâj min al-zhulumat ila

nûr . Sementara al-nûr (cahaya) adalah simbol dari

karakteristik asal kemanusiaan (fitrah). Disebut demikian,

karena hidup manusia akan bersinar hanya jika ia secara

natural mengikuti karakter asal tersebut.

Sebaliknya, al-zhulum (kegelapan) adalah simbol yang

menunjuk kepada situasi penyimpangan manusia dari karakter

asalnya. Cahaya itu, amat terang ketika manusia pertama kali

lahir, lambat laun, ia semakin redup sejalan dengan tingkat

menjauhnya manusia dari cahaya itu.

22

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah prilaku sasaran

dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam

tataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang berkaitan

dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial

kemasyarakatan, agar memperoleh kehidupan yang penuh dengan

keberkahan di dunia dan akhirat.

Tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat untuk memperoleh

ridha Allah Swt, yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang

dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai

Allah Swt, sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.

Namun kebahagiaan ini, tentu tidak dapat dicapai manakala

terjadi berbagai kerusakan di tengah-tengah masyarakat, baik

berupa kezhaliman, kemungkaran, dan berbagai tindak kejahatan

lainnya. Juga tidak dapat dicapai kebahagiaan manakala

sebagian anggota masyarakat merampas hak-hak anggota

masyarakat lainnya dengan menuhankan diri dan memperbudak

orang lain. Untuk itu, tujuan dakwah sesungguhnya bermuara

pada hal-hal yang menjadi pangkal tolak kebahagiaan dan

kesejahteraan umat manusia.

Tujuan ini, dengan demikian, tidak dapat dicapai tanpa

memperkuat aqidah itu sendiri. Untuk itu, sasaran utama

dakwah, menurut Sayyid Quthub, berpusat pada dua hal pokok.

- Pertama , memperkenalkan kepada manusia Tuhan mereka yang

sebenarnya, yaitu Allah Swt dan membimbing mereka agar

menyembah hanya kepada-Nya. Dengan perkataan lain, tujuan

23

dakwah yang terpenting, menurut Quthub, adalah ma’ rifat

Allâh dan tauhîd Allâh.

- Kedua , dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam,

yaitu sikap berserah diri serta tunduk dan patuh kepada

Allah Swt, dengan melepaskan diri dari penuhanan terhadap

sesama manusia dan hanya menuhankan Allah Swt semata.

Islam bagi Quthub menjadi misi semua nabi dan utusan

Allah Swt dan merupakan ajaran inti dari setiap agama

yang benar.

- Ketiga , tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya

masyarakat sejahtera sesuai dengan yang digariskan

AllahSwt.

- Keempat , tujuan untuk seluruh umat manusia, yaitu

terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan

kedamaian, ketenangan, ketentraman, tanpa adanya

diskriminasi dan eksploitasi.

Adapun tujuan dakwah dilihat dari segi materinya adalah

sebagai berikut:

- Pertama , tujuan aqidah, yakni tertanamnya aqidah tauhid

yang mantap di dalam hati setiap manusia, sehingga

keyakinannya terhadap ajaran-ajaran Islam tidak diikuti

dengan keragu-raguan. Realisasi dari tujuan ini adalah

orang yang belum beriman menjadi beriman, dan orang yang

sudah beriman semakin mantap keimanannya.

- Kedua , tujuan hukum, yakni kepatuhan setiap manusia

terhadap hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah Swt.

realisasi dari tujuan ini misalnya orang yang belum mau

menjalankan ibadah menjadi beribadah dan lain sebagainya.

24

- Ketiga , tujuan akhlaq, yakni terbentuknya pribadi muslim

yang berbudi luhur dan dihiasi dengan sifat-sifat terpuji

serta bersih dari sifat-sifat yang tercela. Realisasinya

dapat terwujud melalui hubungan manusia dengan Tuhannya,

sikap terhadap dirinya sendiri, dalam hubungan dengan

manusia lain, dengan sesama muslim dan lingkungan

sekitarnya.

3. مة� ك ح ال� (dengan hikmah) ب��Metode Dakwah

Allah SWT menjelaskan kepada Rasul saw agar dakwah itu

dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti:

a. Berarti pengetahuan tentang rahasia dari faedah segala

sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini

keadaannya.

b. Berarti perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil

(argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batal

atau syubhat (meragukan).

C. Arti yang lain ialah kenabian mengetahui hukum-hukum

Alquran, paham Alquran, paham agama, takut kepada Allah, benar

perkataan dan perbuatan.

Artinya yang paling tepat dan dekat kepada kebenaran ialah

arti yang pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah

sesuatu, yang mana pengetahuan itu memberi manfaat.

Nabi Muhammad Saw bersabda :

25

“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan

tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika

tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah

selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;

a. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa

difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran

yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan

kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat

efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.

b. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan

kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u,

bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.

c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan

metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap

ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu

saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang

disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan

membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar,

tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap

mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya

mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi

adalah bil uswatun hasanah,

yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala

hal. Keberhasilan dakwah

Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang

sangat mulia yang

26

dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh

masyarakat. Seorang muballigh harus

menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

4. ة� سن� ح ال� ة� ظ� موع� (dan pelajaran yang baik) وال�Teknik Dakwah

Allah menjelaskan kepada rasul-Nya agar seruan itu

dilakukan dengan mau’idhah hasanah (pengajaran yang baik), yang

diterima dengan lembut oleh hati manusia tapi berkesan di

dalam hati mereka.

Tidaklah patut jika pembelajaran itu selalu menimbulkan rasa

cemas, gelisah dan ketakutan pada jiwa manusia. Orang yang

jatuh karena dosa disebabkan kebodohan atau tanpa sadar, maka

tidaklah wajar jika kesalahan-kesalahannya itu dipaparkan

secara terbuka sehingga menyakitkan hatinya.

Pembelajaran yang disampaikan dengan bahasa yang lemah

lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang liar dan lebih

banyak memberikan ketenteraman daripada pembelajaran yang yang

isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika

sesuai tempat dan waktunya, tidak ada jeleknya memberikan

pembelajaran yang berisikan peringatan yang keras atau tentang

hukumanhukuman dan azab yang diancamkan Allah kepada mereka

yang sengaja berbuat dosa (tarhib).

Untuk menghindari kebosanan dalam seruannya, Rasulullah

menyisipkan dan mengolah bahan yang menyenangkan. Dengan

27

demikian tidak terjadi kebosanan yang disebabkan urutan-urutan

pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa memberikan

bahan-bahan yang bisa melapangkan dada atau yang merangsang

hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.

5. سن0 ح� ي# هي# ا3 ت� ال� هم ب�� ادل� dan bantahlah mereka dengan) وج��cara yang baik)

Efek Dakwah

Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perbantahan atau

perdebatan maka hendaklah dibantah dengan cara yang terbaik.

Pada dasarnya, seruan itu hanya dengan dua cara di atas

(hikmah dan mau’idhah hasanah), akan tetapi seseorang ketika

mendapat perlawanan yang berat terkadang perlu menggunakan

argumen-argumen yang keras dan kokoh yang bisa mengalahkan

oarng-orang yang diserunya. Maka dari itulah cara menyeru yang

berupa debat ini diikutkan pada pilihan metode menyeru ke

jalan Allah SWT.

Debat itu aslinya bukan merupakan bagian dari metode untuk

menyeru, akan tetapi dia hanyalah sebagai alat alternatif

ketika seseorang dalam kondisi terdesak setelah tidak berhasil

menerapkan dua cara yang tersebut sebelumnya. Satu contoh

perdebatan yang baik adalah perdebatan antara Nabi Ibrahim

dengan kaumnya yang kafir yang mana perdebatan tersebut bisa

membawa mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka

sendiri sehingga mereka menemukan kebenaran.

28

Tidaklah baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata-

kata yang tajam, karena hal itu dapat menimbulkan susana yang

panas. Sebaliknya, hendaklah diciptakan suasana yang nyaman

dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari

kebenaran itu dapat tercapai dengan hati yang puas. Suatu

perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat menghambat

timbulnya sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi

hati, tahan harga diri, karena sisfat-sifat terebut sangat

peka. Lawan debat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia

merasa bahwa harga dirinya dihormati, karena tujuan utama

adalah mencari kebenaran dari Allah SWT dan menghilangkan

semua kebatilan, tidak ada tujuan tertentu selain itu.

Jika kita dalami jumlah tersebut, dapat disimpulkan bahwa

debat itu haruslah mengandung dua unsur sekaligus, yaitu:

1) Mengungkapkan dan menghancurkan kebatilan dihadapan orang

yang tetap dengan kebatilannya dan kuat penentangannya,

sekalipun telah jelas kebenaran di antara kebatilan seperti

jelasnya matahari di siang bolong. Caranya dengan merobohkan

argumen batil, menyerang argumentasi batil, serta menelanjangi

kebatilan tersebut dengan argumentasi benar secara mengakar

dan tepat.

2) Mengungkapkan dan menetapkan kebenaran sebagai benar,

dengan cara membangun kebenaran atas dasar argumen yang

rasional atau dalil yang tepat dan syar’i.

Allah SWT menjelaskan bahwa ketentuan akhir dari segala

usaha dan perjuangan itu ada pada Allah. Hanya Allah sendiri

lah yang bisa menganugerahkan iman kepada seseorang. Dialah

yang Maha Mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang

29

tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada

Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan hingga dia jadi

tersesat. Dia jualah Yang Maha Mengetahui di antara hamba-

hamba-Nya yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga

terbuka hatinya untuk menerima petunjuk (hidayah) Allah SWT

6. لة ي# ب% ن0 س� ل ع� من0 ض�� لم ب�� ع� و ا3 ك� ه� ب�� ن0 ر Sesungguhnya) ا+Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya)

Golongan Orang Yang Tersesat Dari Jalan Allah

1. Munafik

Munāfiq atau Munafik (kata nama, daripada bahasa Arab: ق� اف� م�ي�, jamak munāfiqūn)

adalah terminologi dalam Islam yang merujuk kepada mereka yang

berpura-pura mengikuti

ajaran agama namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.

Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang

tidak beriman namun

berpura-pura beriman.

Apabila orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui bahwa

sesungguhnya engkau sebenar-benarnya Rasul Allah. Dan Allah sememangnya

mengetahui bahawa engkau ialah Rasul-Nya, serta Allah menyaksikan bahawa

sesungguhnya pengakuan mereka adalah dusta.[1]

Mereka menjadikan sumpah sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia)

dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka kerjakan.[2]

30

Yang demikian kerana mereka mengaku beriman kemudian mereka menjadi kafir,

maka dimeteraikan atas hati mereka; lalu mereka tidak dapat memahami.[3] (Al

Munafiquun:1-3)

Berdasarkan Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad

s.a.w mengatakan :

Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan :

Pertama, apabila berkata-kata, dia berdusta.

Kedua, apabila berjanji, dia ingkari.

Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan), dia

khianati.

Berikut adalah ciri-ciri orang munafik menurut Islam :

- Dusta

- Khianat

- Fujur dalam pertikaian

- Ingkar janji

- Malas beribadah

- Riya'

- Sedikit berzikir

- Mempercepat solat

- Mencela orang-orang yang taat dan soleh

- Mengolok-olok al-Quran, as-Sunnah, dan Rasulullah s.a.w.

- Bersumpah palsu

- Enggan berinfak

- Tidak menghiraukan nasib sesama kaum Muslimin

- Suka menyebarkan khabar dusta, senang memperbesar

peristiwa atau kejadian

- Mengingkari takdir, selalu membantah dan tidak redha akan

takdir Allah s.w.t.

31

- Mencaci maki kehormatan orang-orang soleh

- Sering meninggalkan solat berjamaah

- Membuat kerusakan di muka bumi dengan dalih mengadakan

perbaikan

- Tidak sesuai antara zahir dengan batin secara zahir

- Takut terhadap kejadian apa saja

- Beruzur dengan dalih dusta

- Menyuruh kemungkaran dan mencegah kemakrufan

- Bakhil dalam masalah kebajikan

- Lupa kepada Allah s.w.t.

- Mendustakan janji Allah s.w.t. dan RasulNya

- Lebih memperhatikan zahir, mengabaikan batin

- Sombong dalam berbicara

- Tidak memahami masalah-masalah agama

- Bersembunyi dari manusia dan menentang Allah dengan

perbuatan dosa

- Senang melihat orang lain susah, susah bila melihat orang

lain senang

2. Murtad

Murtad bermaksud meninggalkan ("keluar") dari sesuatu

agama. Orang murtad boleh

beralih kepada agama yang lain atau memilih untuk kekal tanpa

agama (ateisme). Terdapat juga orang yang murtad tetapi masih

mengaku kekal dalam agama yang sama. Ini terjadi apabila

seseorang itu menolak sebahagian asas kepada agama mereka

tersebut tetapi patuh kepada asas yang lain. Dalam Islam,

mereka yang mengaku kekal dalam Islam tetapi melakukan perkara

32

yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam, dianggap sebagai

musyrik. Kebanyakan agama menganggap murtad sebagai satu dosa.

Murtad dalam Islam (Bahasa Arab: داد (irtidād atau ridda , ارب��

umumnya ditakrifkan dalam Islam sebagai penolakan dalam kata

atau perbuatan bekas agama mereka (murtad) oleh

orang yang terdahulu pengikut Islam. beasiswa Islam berbeza

pada hukuman duniawi untuk murtad, bermula dari kematian tidak

ada hukuman sama sekali.

3. Kafir

Kafir (bahasa Arab �ر اف� �WWWWWWWك kāfir; plural ار WWWWWWWف��ك kuffār) secara harfiah

bermaksud orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran.

Dalam terminologi kultural perkataan ini digunakan dalam agama Islam

untuk merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat Tuhan

(Allah) (sebagai lawan dari kata syakir, yang bermaksud orang yang

bersyukur). Kafir berasal dari perkataan kufur yang bermaksud ingkar

atau menolak

Secara etimologi, Kalimat kafir berakar kata dari K-F-R

(Kaf-Fa-Ra) yang bermaksud "menutup". Pada zaman sebelum Islam

istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang

menanam benih diladang, menutup/mengubur dengan tanah.

Sehingga kalimat kāfir dapat dimplikasikan menjadi "seseorang

yang bersembunyi atau menutup diri". Dalam bahasa Islam, kāfir

sebuah kata yang digunakan untuk mejabarkan seseorang yang

menolak atau tidak memeluk agama Islam.

Jadi menurut ajaran Islam, manusia kafir terdiri dari

beberapa maksud, yaitu:

33

- Orang yang tidak beragama Islam atau orang yang tidak

mahu membaca syahadat,

- Orang Islam yang tidak ingin solat,

- Orang Islam yang tidak ingin puasa,

- Orang Islam yang tidak ingin berzakat.

Di dalam Al-Qur'an, kata kafir dan variasinya digunakan

dalam beberapa penggunaan yang berbeda :

1. Kufur at-tauhid (Menolak tauhid): Ditujukan kepada mereka

yang menolak bahwa Tuhan itu satu.

Sungguh orang-orang kafir (yang tak akan beriman), sama sahaja bagi

mereka. Samada kamu memberi amaran kepadanya atau tak kamu beri

amaran kepadanya, mereka tetap tak pula akan beriman. (Al-Baqarah ayat 6)

2. Kufur al-ni`mah (mengingkari nikmat): Ditujukan kepada

mereka yang tidak mau bersyukur kepadaTuhan

Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan

bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (la

takfurun). (Surah Al-Baqarah ayat 152)

3. Kufur at-tabarri (melepaskan diri)

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-

orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:

"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu

sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu (kafarna bikum)..." (Surah Al-

Mumtahanah ayat 4)

4. Kufur al-juhud: Mengingkari sesuatu

..maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu

ingkar (kafaru) kepadanya. (Surah Al-Baqarah ayat 89)

5. Kufur at-taghtiyah: (menanam/mengubur sesuatu)

34

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan

suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta

berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang

tanam-tanamannya mengagumkan para petani (kuffar)(Surah Al-Hadid ayat

20)

4. Musyrik

Musyrik (Arab: �رك� menurut syariat Islam adalah ( ال�مش[perbuatan menyekutukan Allah

dengan apa pun, merupakan kebalikan dari ajaran ketauhidan,

yang memiliki arti Mengesakan Allah. Kata syirik sendiri

berasal dari kata syarikah atau persekutuan, yaitu

mempersekutukan atau membuat tandingan hukum atau ajaran lain

selain dari ajaran/hukum Allah. Syirik adalah akhlak yang

melampaui batas aturan dan bertentangan dengan prinsip tauhid

yaitu dengan mengabdi, tunduk , taat secara sadar dan sukarela

pada sesuatu ajaran atau perintah selain dari ajaran Allah.

Dalam Islam, syirik adalah dosa yang tak bisa diampuni

kecuali dengan pertobatan dan meninggalkan kemusyrikan sejauh-

jauhnya. Kemusyrikan secara personal dilaksanakan dengan

mengikuti ajaran-ajaran selain ajaran Allah secara sadar dan

sukarela (membenarkan ajaran syirik dalam qalbu,

menjalankannya dalam tindakan dan berusaha menegakkan atau

menjaga ajaran syirik tersebut).

Kemusyrikan secara sosial/komunal (jama'ah atau bangsa)

dijelaskan pada surat

Ar-rum ayat 31-32:

35

...dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-

Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-

orang yang mempersekutukan Allah, (Ar-Ruum 30:31).

7. ن0 #Lي د مهي� ال� لم ب�� ع� و ا3 Dan Dialah yang lebih mengetahui) وه�orang-orang yang mendapat petunjuk)

Hasil Dakwah (Hidayah Allah)

1. Hidayah

Hidayah : suatu pertanda (jalan) yang dapat mengantarkankepada hal yang dituju.

Macam-Macam Hidayah

Hidayah Allah kepada manusia terdapat bermacam-macam

bentuk :

1. HIDÂYAH AL-WIJDAN/ILHAM/GHARIZAH/INSTINK

Hidayah ini diberikan sejak bayi, sejak dilahirkan.

Seorang bayi akan merasa membutuhkan makanan atau sakit

dengan cara menangis sebagai pertanda. Dengan menangis

dapat memudahkan ibu untuk memenuhi kebutuhannya. Jika

bayi menangis, ibu langsung menyusuinya dan jika tidak

mau dan terus menangis, itu berarti ada hal lain yang

dirasakan atau diderita, mungkin sakit, maka dibawanya ke

36

dokter. Bayi menangis di malam hari, mungkin ngompol maka

ibu langsung mengganti "popok"nya atau mungkin lapar,

maka sang ibu menyusuinya. Jika kita bertanya, siapa yang

mengajarkan menangis kepada bayi? Darimana ia bisa

menangis dan mengapa ia menangis? Jawabnya, karena Allah

memberikan hidayah wijdan (naluri, instink) kepada bayi

tanpa melalui didikan seorang guru untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Itulah hidayah wijdan yang diberikan

Allah kepada bayi

2. HIDÂYAH AL-HAWÂS

Yaitu hidayah yang berupa panca indera. Orang mampu

memilih kebutuhan hidupnya dengan tangan, orang dapat

memilih barang yang halus atau yang kasar. Dengan mata

dapat memilih warna, rupa atau wajah seseorang. Dengan

lidah orang dapat memilih makanan yang lezat atau yang

tidak. Dengan hidung orang dapat memilih mana yang harum

dan mana yang bau busuk. Dengan telinga orang dapat

membedakan mana suara binatang, mana suara yang

memanggilnya, dan linnya.

Indera yang lima ini dengan berbagai fungsinya adalah

anugerah dari Allah yang besar untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, memilih segala kebutuhannya.

3. HIDAYAH AL-'AQLI

Ialah petunjuk yang diperoleh lewat pilihan akal.

Indera lidah dapat memilih makanan yang lezat atau yang

tidak, tetapi tidak bisa memilih mana yang menguntungkan

dan mana yang merugikan. Inilah kelemahn petunjuk indera,

37

hanya dapat memilih yang enak dan yang tidak, tetapi

tidak bisa memilih yang merugikan.

Hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah

ilham dan panca indera. Secara naluriah, manusia akan

hidup bermasyarakat dengan yang lainnya. Sedang indera

tidak cukup untuk menjalankan hidup bermasyarakat.

Karena, manusia membutuhkan akal yang mampu mengoreksi

segala kelemahan atau kesalahan yang dilakukan oleh panca

indera.

4. HIDÂYAH AL-DÎN

Ialah petunjuk agama berdasarkan wahyu dari Allah

untuk kesempurnaan hidup manusia, karena dengan petunjuk

akal manusia hanya mampu mengkonsumsi kebutuhan fisik

jasmani, sementara kebutuhan rohani tidak dapat

dipenuhinya. Manusia ingin hidup bahagia, tenang,

tentram, dan penuh rasa aman. Kebutuhan ini tidak

dipenuhi dengan akal atau materi.Kenyataannya orang

bertambah kaya justru bertambah takut, bertambah tinggi

jabatan atau pangkat bukan bertambah aman, malahan

bertambah takut, cemasdan gelisah. Maka untuk meraih

kebahagiaan, tidak ada lagi resepnya kecualidengan

Hidayah Al-Din. Allah telah menjamin dalam salah satu

firman-Nya :

... Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada

kekhawatiran atas

mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS Al-Baqarah [2]: 38).

Ayat ini menunjukkan, bahwa orang yang mengikuti petunjuk

Allah dan Rasul-Nya,

38

dijamin tidak akan merasa takut yang berlebihan atau sedih

yang berkepanjangan.

Kedua sifat ini cukup mengganggu ketenangan dan ketentraman

batin.

Sebagai contoh, Nabi dan para sahabatnya tidak kurang

mendapatkan ancaman, teror

dan tekanan, tetapi mereka cukup mengatasinya dengan ikhtiar

dan berserah diri kepada

Allah dengan keyakinan.

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah

ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah

orang-orang yang beriman harus bertawakal." (QS Al-Taubah [9]: 51)

Ayat ini cukup menenangkan kita karena Allah-lah yang

menentukan segala-galanya.

Manusia bisa saja berencana tetapi mereka tidak akan dapat

mendahului kehendak-Nya.

Itulah urgensi Hidayah al-Din untuk kesempurnaan hidup

manusia.

HIDAYAH AL-DÎN terbagi dua :

- pertama, hidayah al-dilâlah, ialah hidayah yang bersifat

informasi, penjelasan atau keterangan tentang ajaran

Islam, seperti bagaimana petunjuk pelaksanaan tentang

shalat, shaum, zakat atau hají, dan lain-lain. Allah

berfirman:

… Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus

(QS Al-Syura [42]: 52).

Hidayah pada ayat tersebut adalah hidayah al-dilâlah yaitu

petunjuk untuk

39

melaksanakan perintah-perintah agama.

- Kedua, Hidayah al-Taufîq, yaitu hidayah dalam arti

kemampuan dan kesadaran untuk melaksanakan isi petunjuk,

hal ini tidak dapat dilakukan kecuali oleh Allah

sebagaimana firman-Nya :

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang

kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,

dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk (QS Al-

Qashash [28]: 56).

Hidayah yang dimaksud di sini adalah Hidayah Al-Taufîq,

yaitu anugerah dari Allah berupa kesiapan dan kesadaran untuk

melaksanakan petunjuk.

40

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Allah Swt telah memerintahkan Rasulullah S.A.W dan juga

ummat islam secara keseluruhan  menempuh cara berdakwah atau

menyampaikan pengajaran dengan cara yang baik. Baik dengan

hikmah, mauizhah hasanah, atau pun dengan cara berdebat.

Sedangkan petunjuk (al-hidayah) dan kesesatan (al-dlalal)

serta hal-hal yang terjadi di antara setelah seruan dengan

cara-cara yang di jarkan tersebuts sepenuhnya dikembalikan

kepada Allah swt. karena Dia-lah yang lebih mengetahui keadaan

orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari

kesesatan, dan mengembalikan dirinya kepada petunjuk.

41

43