ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO ...
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Oleh: DESI ROSALINA NIM 1311080042
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2016
ii
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: DESI ROSALINA NIM 1311080042
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE) PERBANAS JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI 2016
iii
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S JAKARTA
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Oleh
Nama : Desi Rosalina NIM : 1311080042 Program Studi : S1 Akuntansi
Telah disetujui untuk diujikan
Jakarta, Agustus 2016 Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi, Jasman, S.E., Ak., M.B.A., C.A. Arus Akbar Silondae, S.H., L.L.M.
iv
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S JAKARTA
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi pada
Hari : Tanggal : Waktu :
Oleh
Nama : Desi Rosalina NIM : 1311080042
DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS
Tim Penguji Skripsi Ketua sidang :................................................... .............................. Anggota :................................................... .............................. Anggota :................................................... ..............................
Mengetahui, Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Jasman, S.E., Ak., M.B.A., C.A.
v
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA (ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S JAKARTA
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
PERNYATAAN
Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.
Jakarta, Penyusun, Desi Rosalina NIM 1311080042
vi
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Desi Rosalina NIM : 1311080042 Program Studi : Akuntansi Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat inimerupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya.Apabila ternyata dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakankarya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligusmenerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di ABFI Institute Perbanas.Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada unsur paksaan.
Jakarta, Penulis, Desi Rosalina NIM 1311080042
vii
ABSTRAK
Desi Rosalina, 1311080042. ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP PENERIMAAN PAJAK. Skripsi.Jakarta : Asian Banking Finance and InformaticsInstitute Perbanas, 2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan peningkatan Penerimaan Pajak, serta mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Penerimaan Pajak dalam periode tahun 1996 sampai dengan 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan populasi data PDB dan data Penerimaan Pajak berdasarkan data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Adapun sampel yang digunakan adalah data runtut waktu PDB dan Penerimaan Pajak dalam periode tahun 1996 sampai dengan 2015.Metode analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier dan uji hipotesis. Hasil analisis persamaan regresi adalah Y = -2,628 + 1,031X yang menunjukkan nilai murni variabel dependen tanpa dipengarruhi variabel independen adalah sebesar -2,628 atas Penerimaan Pajak dan kontribusi PDB sebesar 1,031 atas Penerimaan Pajak. Uji hipotesis menghasilkan thitung (46,183) yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel (2,086), maka HA diterima, dan nilai probabilitas signifikannya berada di bawah 0,05, yaitu 0,000. Hasil analisis ini menunjukkan Produk Domestik Bruto berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak. Kata kunci: Penerimaan Pajak, Produk Domestik Bruto
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah
memberikanpenyertaan, kesehatan, kekuatan, pertolongan, dan ide-ide baru
kepadapenulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai
denganjadwal yang telah direncanakan.Penulis menyadari bahwa usaha yang
penulislakukan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian laporan skripsi ini
tidak adaartinya tanpa penyertaan Tuhan, maupun melalui berbagai pihak yang
telah banyakmembantu penulis. Karena itu, selain ucapan syukur kepada-Nya,
penulis jugamengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Arus Akbar Silondae, S.H., L.L.M.,dosen pembimbing yang telah dengan
sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis
selama menyusun skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor InstitutKeuangan
Perbankan dan Informatika Asia Perbanas dan seluruh stafjajarannya.
3. Bapak Jasman, S.E., Ak., M.B.A., C.A., selaku Ketua Program Studi
S1Akuntansi beserta seluruh staf jajarannya.
4. Para dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berhargaselama
penulis menempuh pendidikan.
5. Pierre dan Papanya yang senantiasa memberi sukacita dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana; serta
ix
6. Rekan-rekan mahasiswa program S1 Akuntansi Intensif tahun 2013 yangtelah
membantu baik selama masa perkuliahan maupun dalam hal informasiserta
semangat bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikanbantuan dengan rela dan ikhlas kepada penulis. Tuhan memberkati
dan membalassemua kebaikan dengan berkat yang berlipat ganda.Amin.Penulis
telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan dan menyusunlaporan
penelitian dalam bentuk skripsi ini.Apabila terdapat kekurangan dankesalahan di
dalamnya, penulis memohon maaf sebelumnya. Penulis tetap akanmenerima kritik
dan saran yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini agar dapatbermanfaat
untuk kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi inidapat
bermanfaat bagi pembaca, dapat menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuanbagi
almamater tercinta.
Jakarta, Agustus 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 4
1.3 Batasan Masalah ........................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PERUMUSAN HIPOTESIS ............................................. 7
2.1 Kajian Teori ................................................................... 7
2.1.1 Produk Domestik Bruto ....................................... 7
2.1.2Penerimaan Pajak ................................................. 10
2.2 Penelitian Sebelumnya ................................................. 14
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................... 17
2.4 Perumusan Hipotesis .................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 19
3.1 Desain Penelitian .......................................................... 20
3.2 Operasionalisasi Variabel ............................................ 20
xi
3.3 Populasi dan Sampel .................................................... 22
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................... 22
3.3.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel ............ 22
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................ 23
3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................... 23
3.6 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ................. 24
3.3.1 Uji Asumsi Klasik ................................................. 24
3.3.2 Pengujian Hipotesis .............................................. 28
3.7 Metode Analisis Data ................................................... 30
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .......... 31
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................... 31
4.1.1 Penerimaan Pajak ................................................ 32
4.1.2Produk Domestik Bruto ........................................ 37
4.1.3Hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan
Penerimaan Pajak ................................................ 40
4.2 Analisis Data .................................................................. 42
4.2.1 Hasil Pengujian Asumsi-Asumsi Model
Regresi ........... ....................................................... 42
4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ................................ 43
4.2.1.2 Hasil UjiMultikolinearitas ....................... 44
4.2.1.3 Hasil Uji Homoskedastisitas dan
Heteroskedastisitas .................................. 46
4.2.1.4 Hasil Uji Autokorelasi ............................. 48
4.2.2 Penetapan dan Analisis Model Regresi ............. 50
xii
4.3 Interpretasi Hasil Analisis Data ................................... 52
4.3.1Interpretasi Hasil Asumsi Klasik ........................ 52
4.3.2 Uji Hipotesis Terhadap Model Persamaan ....... 53
4.3.3Besaran Pengaruh Variabel Bebas terhadap
VariableTerikat ................................................... 55
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ...................................... 55
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN
REKOMENDASI ............................................................... 59
5.1 Kesimpulan .................................................................... 59
5.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto .............. 59
5.1.2 Peningkatan Penerimaan Pajak .......................... 59
5.1.3 Kesimpulan Pengaruh Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto terhadap Penerimaan Pajak ... 60
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................... 62
5.3 Rekomendasi ................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 65
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................ 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Sebelumnya .......................................... 14
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel .................................................. 21
Tabel 4.1 Perkembangam Realisasi Penerimaan PajakPeriode
1996 s.d. 2015 ...................................................................... 33
Tabel 4.2 Statistika Deskriptif Penerimaan PajakPeriode
1996 s.d. 2015 ...................................................................... 35
Tabel 4.3 Pertumbuhan Produk Domestik BrutoPeriode
1996 s.d. 2015 ...................................................................... 37
Tabel 4.4 Statistika Deskriptif Produk Domestik Bruto ................. 37
Tabel 4.5 Produk Domestik Bruto dan Penerimaan Pajak Periode
1996 s.d. 2015 ...................................................................... 40
Tabel 4.6 Tabel Uji Kolmogorov SmirnovPeriode 1996 s.d. 2015 .. 43
Tabel 4.7 Tabel Uji MultikolinearitasPeriode 1996 s.d. 2015 ......... 45
Tabel 4.8 Tabel Uji Spearman’s RhoPeriode 1996 s.d. 2015 .......... 47
Tabel 4.9 Tabel Uji Durbin-WatsonPeriode 1996 s.d. 2015 ............ 48
Tabel 4.10Tabel Koefisien Persamaan RegresiPeriode
1996 s.d. 2015 ...................................................................... 51
Tabel 4.11 Tabel Koefisien Persamaan RegresiPeriode 1996
s.d. 2015 ............................................................................... 53
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak .............. 1
Gambar 4.2 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto ....................... 36
Gambar 4.3 Normal Probality Plot of Regression Standardized
ResidualPeriode 1996 s.d. 2015 .................................... 44
Gambar 4.4 Scatterplot Uji Homoskedastisitas –
HeteroskedastisitasPeriode 1996 s.d. 2015 .................. 46
Gambar 4.5 Hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan
Penerimaan Pajak ......................................................... 56
Gambar 4.6 Rasio Penerimaan Pajak terhadap Produk Domestik
Bruto ............................................................................... 57
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pembangunan tanpa pajak hanyalah sebuah rencana. Slogan ini
menyadarkan warga negara Indonesia, betapa pentingnya berkontribusi untuk
memajukan bangsa. Selama sepuluh tahun terakhir, penerimaan
perpajakanmerupakan sumber pendapatan utama dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Republik Indonesia. Penerimaan perpajakan Indonesia
mendominasi lebih dari 80 persen total pendapatan negara, dan sisanya
merupakan penerimaan negara bukan pajak. Peran penerimaan perpajakan di
Indonesia menjadi semakin signifikan karena pemerintah berencana untuk
mengurangi peran hutang luar negeri dalam mendanai belanja negara.
Gambar1.1
Komposisi Pendapatan Negara Republik Indonesia
Sumber: Kementerian Keuangan (2016)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Perpajakan
2
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, dalam lima tahun terakhir,
posisi rasio hutang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki
trend menurun. Posisi pembiayaan hutang luar negeri Indonesia realisasi APBN
2011 adalah 17,80 triliun rupiah dengan Produk Domestik Bruto sebesar 7.427,09
triliun rupiah, sedangkan pembiayaan hutang luar negeri pada APBN Perubahan
(APBN-P) 2016 adalah sekitar 4triliun rupiah dengan PDB sekitar 12.600triliun
rupiah.Secara nominal, pembiayaan hutang luar negeri menurun sekitar 13 triliun
rupiah, dan PDB Indonesia meningkat sekitar pesat 5triliun rupiah.
Peningkatan penerimaan pajak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang baik akan menciptakan kondisi perekonomian
kondusif yang memicu kinerja ekonomi pelaku usaha sehingga labapun
meningkat. Peningkatanlaba ini akan berlanjut kepada peningkatan kontribusi
terhadap penerimaan pajak.
Pada dasarnya, PDB dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu dalam satu
periode, dan kondisi pertumbuhan PDB saat ini menunjukkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia sedang berada di posisi yang menguntungkan. Penerimaan
perpajakan sangat erat keterkaitannya dengan PDB karena besarnya potensi
perpajakan dipengaruhi oleh PDB sebagai gambaran kemampuan riil ekonomi
masyarakat Indonesia.
Dalam kondisi ceteris paribus, pada saat PDB meningkat maka
penerimaan perpajakan akan mengalami peningkatan yang lebih besar.
Peningkatan pendapatan per kapita akan selalu diikuti dengan peningkatan
3
membayar pajak, sehingga pada akhirnya akan menambah jumlah penerimaan
perpajakan bagi negara.Sebagai contoh, Pajak Penghasilan mempunyai dua ciri
utama, yaitu adanya minimum pendapatan bagi seseorang agar bisa dikenakan
pajak dan struktur tarif yang bersifat progresif. Jika terjadi peningkatan PDB
maka akanmakin banyak penduduk yang penghasilannya melebihi pendapatan
minimum, sehingga jumlah penduduk yang membayar pajak bertambah. Contoh
berikutnya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung (PPN dan
PTLL) Lainnya, peningkatan PDB akan mempengaruhi pola konsumsi penduduk.
Peningkatan PDB akan menyebabkan peningkatan penerimaan PPN dan PTLL.
Hal ini sesuai dengan sifat PPN dan PTLL antara lain: pertama, semakin tinggi
PDB maka semakin banyak penduduk yang mengonsumsi barang-barang yang
menjadi objek PPN, dan, kedua, semakin tinggi PDB semakin banyak penduduk
yang mengkonsumsi barang-barang mewah yang merupakan objek PPnBM.
Pada kenyataannya, rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB tidak
selalu ideal pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Permasalahan yang sering
diperdebatkan adalah ketika PDB negara kita mengalami peningkatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan peningkatan penerimaan perpajakannya. Rasio
penerimaan perpajakan terhadap PDB nominal atau disebut juga dengan tax ratio
masih berkisar pada level 11 s.d. 12 persen, kecuali pada tahun 2008 yang
mencapai 13,3 persen. Pada tahun 2012 tax ratio mencapai 11,9 persen, sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 yang mencapai 11,8 persen
dan tahun 2010 yang mencapai 11,3 persen. Relatif kecilnya peningkatan tax
4
ratiolebih disebabkan karena laju pertumbuhan PDB jauh lebih cepat daripada
laju pertumbuhan penerimaan perpajakan.
Sebagai indikator pengukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Nota
Keuangan APBN juga menyebutkan bahwa PDB berpengaruh utama kepada
pendapatan negara yang berasal dari penerimaan pajak. Terkait hal ini, sebuah
kabar baik datang dari World Bank dan International Monetary Fund yang
menyatakan bahwa posisi PDB Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini
mencapai titik tertinggi dalam sejarah perekonomian Indonesia, bahkan
diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan PDB
dalam lima tahun terakhir yaitu sebesar 160 persen.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa korelasi antara PDB
dengan penerimaan perpajakan menggambarkan pentingnya peran pertumbuhan
PDB terhadap penerimaan perpajakan di Indonesia. Hal tersebut mendorong
penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Produk
Domestik Bruto terhadap Penerimaan Pajak”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun 1996 s.d. 2015;
2. Bagaimana peningkatan Penerimaan Pajak tahun 1996 s.d. 2015; dan
3. Apakah Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap Penerimaan
Pajak.
5
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, Penulis membatasi PDB sebagai variable
independen yaitu dengan menggunakan data nominal produk domestik bruto yang
berdasarkan sisi lapangan usaha dan sisi penggunaan pada tahun 1996 sampai
dengan 2015.Kemudian yang menjadi variable dependen adalah penerimaan pajak
yang merupakan total dari berbagai jenis pajak pajak dalam negeri (PPh, PPN,
BPHTB, Pajak Lainnya, Cukai) dan pajak perdagangan internasional (bea masuk
dan bea keluar) pada tahun 1996 sampai dengan 2015.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pertumbuhan Produk Domestik Bruto selama periode
penelitian;
2. Untuk mengetahui peningkatan Penerimaan Pajak selama periode
penelitian;dan
3. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap
Penerimaan Pajak.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara langsung maupun tidak langsung hasil penelitian ini dapat
bermanfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam melihat
keterkaitan pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan perpajakan di
Indonesia. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi oleh
6
peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti tentang PDBdan
penerimaan perpajakan.Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan rujukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku ekonomi yang
terlibat secara teknis maupun nonteknis terkait PDBdan penerimaan
perpajakan.Memperluas sudut pandang pembahasan mengenai
peningkatan PDB dan sejauhmana pengaruhnya terhadap penerimaan
perpajakan.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
DANPERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Produk Domestik Bruto
Menurut situs resmi BPS, Produk Domestik Bruto (PDB) menghitung
hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor
produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian
tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB. Akibatnya, PDB kurang
memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh
faktor-faktor produksi milik perekonomian domestik.
Menurut situs resmi BPS, PDB merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkannilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas
dasar nominal menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Maka,
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi.
8
Menurut N. Gregory Mankiw dalam buku Macroeconomics (2009 : 18),
Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari
kinerja perekonomian. Tujuan PDB ini adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam
suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu.PDB dapat dilihat sebagai
pendapatan total dari produksi barang yang sama dengan jumlah upah dan laba
separuh bagian atas dari aliran sirkuler uang.
Terdapat tiga pendekatan perhitungan PDB, yaitu:
1. Metode output (Output Approach) atau Metode Produksi
Menurut Metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan
olehsuatu perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik ini adalah
dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi
(industrial origin).
Nilai Tambah = Nilai Output – Nilai Input (PDB = ∑ NT)
2. Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai
total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi. Hubungan antara tingkat output dengan faktor-faktor produksi
yang digunakan digambarkan dalam fungsi sederhana, sebagi berikut :
Output = f (Tenaga Kerja, Barang/Modal, Uang, Entrepreneur skill)
PN = upah/gaji+pendapatan bunga+pendapatan sewa+ keuntungan
9
3. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total
pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut
metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu
perekonomian:
a. Konsumsi Rumah Tangga
b. Konsumsi Pemerintah
c. Pengeluaran Investasi / Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
d. Ekspor Neto
Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis
pengeluaran tersebut: PDB = C + G + I + (X-M).
Kegunaan data pendapatan nasional adalah salah satu indikator makro
yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun.
Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah :
a. Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati
oleh penduduk suatu negara.
b. Menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor
ekonomi dalam suatu negara.
c. Menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan
konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
d. Menunjukkan nilai PDB dan PNB per kepala atau per satu orang
penduduk.
10
e. Mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk
suatu negara.
2.1.2 Penerimaan Pajak
Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009, yang dimaksud dengan pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Penerimaan Negara terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP).Penerimaan perpajakan terbagi menjadi penerimaan
perpajakan dalam negeri dan penerimaan perpajakan perdagangan internasional.
Penerimaan perpajakan dalam negeri terdiri dari pajak penghasilan (PPh), pajak
pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak
atas tanah dan bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Sedangkan
penerimaan perpajakan perdagangan internasional terdiri dari bea masuk dan bea
keluar. Untuk lebih memahami mengenai perpajakan, dibawah ini dipaparkan
terlebih dahulu mengenai pendapat para ahli terkait perpajakan.
Menurut P. J. A. Adriani dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak(1991
: 2), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum
(undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
11
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH dalam buku Dasar-Dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990), pajak adalah iuran rakyat kepada Kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai publicinvestment.
Sedangkan menurut Sommerfeld Ray, Anderson Herschel, dan Brock
Horace,dalam buku An Introduction to Taxation (1981), menyatakan bahwa pajak
adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan.
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat
dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang karakter yang terdapat pada
12
pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur/regulatif).
13
Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-
asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Asas-asas
pemungutan pajak menurut Adam Smith dalam buku An Inquiry into the Nature
and Cause of Wealth of Nation antara lain:
1. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang
diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan
uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya
dan manfaat yang diminta.
2. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
WajibPajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang
terhutang,kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
3. Convenience
Kapan Wajib Pajak harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-
saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak (Pay as You Earn).
4. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin.
14
2.2 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Sebelumnya
No. Penulis dan Judul Hasil Penelitian
1. Sativa Clara Toarnari:
Skripsi Analisis
Pengaruh Produk
Domestik Bruto menurut
Lapangan Usaha
terhadap Penerimaan
PPN dan PPnBM
Dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa pertumbuhan komponenPDB
menurut pendekatan produksi mempunyai
pengaruh secara bersama-samaterhadap
pertumbuhan penerimaan PPN. Unit
produksi tersebut dibagi menjadi
Sembilan sektor:
a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan;
b. Pertambangan dan penggalian;
c. Industri pengolahan;
d. Listrik, gas dan air bersih;
e. Konstruksi;
f. Perdagangan, hotel, dan restoran;
g. Pengangkutan dan komunikasi;
h. Keuangan, real estat dan jasa
perusahaan;
i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan
pemerintah
2. Mu’min Mubarok: Hasil dari penelitian ini menunjukan
15
Jurnal Pengaruh
Pendapatan Perkapita
Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap
Penerimaan Pajak di
Indonesia
bahwa secara parsial pendapatan perkapita
(X1) berpengaruh nyata dan positif secara
signifikan terhadap penerimaan pajak.
Untuk pertumbuhan ekonomi (X) tidak
memberi pengaruh secara signifikan
terhadap
penerimaan pajak. Kenaikan pertumbuhan
ekonomi dapat mempengaruhi
penerimaan pajak. Sedangkan secara
simultan pendapatan perkapita (X1) dan
pertumbuhan ekonomi (X2) berpengaruh
nyata dan positif secara
signifikan terhadap penerimaan pajak (Y).
3. Rahmanta:
Jurnal Pengaruh Produk
Domestik Bruto dan SBI
terhadap Penerimaan
perpajakan di Indonesia
Produk Domestik Bruto masih berperan
dalam meningkatkan jumlah penerimaan
perpajakan di Indoensia.Hal ini terlihat
bahwa nilai Produk Domestik Bruto yang
terjadi di Indoensia selama kurun waktu
1981-2010 terus mengalami peningkatan
seiring peningkatan jumlah penerimaan
perpajakan. Dengan demikian, hasil studi
ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi para pengambil kebijakan
khususnya di Indoensia, untuk dapat
menjadikan nilai Produk Domestik Bruto
16
sebagai stimulus dalam meningkatkan
nilai penerimaan perpajakan ke depan.
Peningkatan Produk Domestik Bruto
dalam hal ini adalah peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia untuk
kemudian meningkatkan pendapatan per
kapita. Peningkatan pendapatan per kapita
akan selalu diikuti dengan peningkatan
membayar pajak, sehingga pada akhirnya
akan menambah jumlah penerimaan
perpajakan bagi negara.
4. Welly Freddi:
Abstraksi Tesis:
Hubungan Produk
Domestik Bruto dengan
Penerimaan perpajakan
Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai
Indonesia)
Produk Domestik Bruto adalah besaran
ekonomi yang menjadi salah satu
indikator kemajuan pembangunan
perekonomian suatu bangsa.PDB dapat
menjadi gambaran keberhasilan atau
kegagalan pemerintah dalam menjalankan
kebijakan di bidang ekonomi.Karena itu
sangatlah penting untuk mengetahui
variabel-variabel yang mempengarhui
PDB tersebut.Pajak merupakan salah satu
instrumen kebijakan fiskal.Pajak dapat
mempengaruhi PDB, begitu juga
sebaliknya.Penerimaan perpajakan
tersbesar berasal dari jenis Pajak
17
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai/
Pajak Penjualan Barang Mewah.Dengan
menggunakan Vector Autoregressive
hendak diteliti apakah kedua jenis pajak
ini memiliki hubungan dengan PDB, dan
jenis pajak mana yang dapat
diprioritaskan sebagai instrumen
kebijakan fiskal Indonesia.Hasil penelitian
menunjukkan PPN memiliki hubungan
yang signifikan dengan PDB sehingga
dapat diprioritaskan sebagai instrumen
kebijakan fiskal.
2.3 Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan teori ekonomi yang ada, ketika PDB meningkat maka
penerimaan perpajakan akan mengalami peningkatan yang lebih besar.
Maksudnya, peningkatan pendapatan per kapita akan selalu diikuti dengan
peningkatan kemampuan untuk membayar pajak, sehingga penerimaan perpajakan
akan bertambah.
Keterkaitan antara PDB dan penerimaan pajak terlihat pada tax ratio
suatu negara. Tax ratio adalah perbandingan penerimaan pajak terhadap PDB
suatu negara. Rasio tersebut merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk
menghitung kinerja sektor perpajakan suatu negara.
18
2.4 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah
diuraikansebelumnya, penulis mencoba menguji data yang terdapat di lapangan
untukmencapai tujuan penelitian dan menilai apakah teori tersebut berlaku.
Dalamhipotesis, penulis menguji apakah terdapat keterkaitan antara PDB terhadap
penerimaan pajak di Indonesia. Untuk keperluan pengujian tersebut, hipotesis
yang diajukan sebagaiberikut:
H0 : Pertumbuhan PDBtidak berpengaruh terhadappeningkatanpenerimaan
perpajakan.
HA : Pertumbuhan PDB berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan perpajakan.
Variabel Independen:
Produk Domestik Bruto
Variabel Dependen:
Penerimaan Pajak
C = Konsumsi I = Investasi G = Belanja Pemerintah X = Ekspor M = Impor Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)
• Pajak Penghasilan • PPN dan PPnBM • PBB • BPHTB • Cukai • Pajak Lainnya • Pajak Perdagangan Internasional Sumber: Kementerian Keuangan (2016)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan gambaran dan prosedur dalam
mengumpulkan dan mengolah data yang dipergunakan untuk menguji hipotesis.
Dalam metode penelitian ini mencakup ruang lingkup penelitian, baik berupa
lokasi maupun waktu penelitian, dan metode pengumpulan data sampai dengan
alat uji yang digunakan.Dengan metode penelitian, pekerjaan penelitian akan lebih
terarah sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan
kejelasan tentang apa dan bagaimana penelitian dilakukan oleh peneliti.
Keberhasilan penelitian tergantung dari metode yang digunakan.Agar suatu
kegiatan penelitian diperoleh hasil yang baik, maka diperlukan metode atau teknik
ilmiah yang terencana dan dapat dipertanggung jawabkan.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif korelasional yang
merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan
korelasional antara dua variabel atau lebih.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel atau membuat prediksi
berdasarkan korelasi antar variabel.Tipe penelitian ini menekankan pada
penentuan tingkat hubungan yang dapat juga digunakan melakukan prediksi.
Pendekatankuantitatif lebih mengedepankan paradigma data yang
berbentuk angka.Meskipun demikian tidak semua data angka mencerminkan
kuantitas yang sebenarnya. Pendekatan kuantitatif ini mengharuskan peneliti
untuk selalu berpikir bahwa semua angka akan ada biasnya dan tidak semua angka
20
menunjukkan hakikat kuantitas yang sebenarnya, untuk itu setiap data yang
diperoleh akan dianalisis
3. 1 Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metodedeskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyajikan, serta
menganalisisdata sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas
objek yangditeliti. Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam penelitian ini
adalahdimulai dari pengumpulan data dengan penentuan operasionalisasi
variabel,penentuan populasi dan sampel, penentuan jenis, sumber, dan
metodepengumpulan data, pengujian asumsi-asumsi model regresi, serta
penentuan metode analisis data. Penelitian inidilakukan untuk mengukur
Pengaruh Pertumbuhan PDB terhadap Penerimaan Pajak.
3. 2 Operasionalisasi Variabel
Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau memmbawa
variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai wajtu untuk objek atau orang
yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda
(Research Methods for Business, 2009, 115). Variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Bebas(independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memberi
pengaruh, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh
peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi
21
atau diamati. Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas, yaitu Data
Produk Domestik Bruto (PDB).
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul,
atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh
peneliti.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Penerimaan Pajak.
Penerimaan pajak yang dimaksud terdiri atas penerimaan pajak dalam
negeri dan penerimaan pajak perdagangan internasional.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Singkatan Konsep
Variabel Indikator Ukuran Skala
Produk
Domestik
Bruto
PDB Produk
Domestik
Bruto
Nominal
Angka
PDB
PDB Rupiah
Penerimaan
Pajak
PP Penerimaan
Pajak secara
Nasional
Angka
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Realisasi
Penerimaan
Pajak
Rupiah
Sumber: Peneliti (2016)
22
3. 3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari subyek
penelitian.Pelaksanaan penelitian selalu berhadapan dengan obyek yang harus
diteliti, dalam penelitian.Adakalanya peneliti mengambil keseluruhan obyek atau
populasi untuk diteliti, ada juga yang mengambil sebagian saja dari keseluruhan
obyek penelitian untuk diteliti.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk
Domestik Bruto dan data Penerimaan Perpajakan berdasarkan data realisasi
tahunan APBN pada tahun 1996 sampai dengan 2015.
3.3.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan
sampel yang berdasarkan pertimbangan subyektif penelitian yang disesuaikan
dengan tujuan penelitian.Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah data
realisasi tahunan PDB nominal dan penerimaan perpajakan periode 1996 sampai
dengan 2015.Pemilihan sampel ini untuk lebih memberikan hasil penelitian yang
sesuai dengan perkembangan waktu saat ini.
Peneliti akan menggunakan data yang meliputi :
a. data produk domestik bruto yang berdasarkan sisi lapangan usaha dan
sisi penggunaan yang keduanya akan menghasilkan PDB nominal yang
sama.
23
b. data penerimaan perpajakan yang merupakan total dari berbagai jenis
pajak pajak dalam negeri (PPh, PPN, BPHTB, Pajak Lainnya, Cukai) dan
pajak perdagangan internasional (bea masuk dan bea keluar) yang
realisasinya telah di audit.
3. 4 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari
Kementerian Keuangan dan Badan Pusat Statistik. Jenis-jenis data yang
digunakan antara lain:
1. Data Penerimaan Perpajakan
Data Penerimaan Perpajakan secara kumulatif(nasional) mulai tahun
1996 sampai dengan 2015 berdasarkan Laporan Realisasi APBN yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Keuangan.
2. Data PDB
Data PDB yang digunakan data nominal PDB yang berdasarkan sisi
lapangan usaha dan sisi penggunaan yang keduanya akan menghasilkan
PDB nominal yang sama. Data PDB berasal dari BPS. Data total PDB
yang digunakan mulai tahun 1996 sampai dengan 2015 untuk
perhitungan target penerimaan pajak tahunan.
3. 5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data
sekunder, yang merupakan data-data penerimaan perpajakan, baik penerimaan
24
pajak dalam negeri dan penerimaan pajak perdagangan internasional pada
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang talah diaudit, dan data realisasi PDB.
Data-data tersebut diperoleh dari Ditjen Perbendaharaan Direktorat Pengelolaan
Kas Negara, database pada website Badan Pusat Statistik, Focus Group
Discussion Pusat Kebijakan APBN, dan sumber-sumber tulisan lainnya yang
ditelusuri melalui buku literatur dan internet.
3. 6 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi
Model penelitian yang akan digunakan adalah model ekonometrika
denganmelakukan analisis regresi untuk menginterpretasikan data. Persamaan
modelpenelitian yang akan digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + ε
di mana:
Y = Penerimaan pajak
α = konstanta, bilamana seluruh nilai independen adalah nol
β1 = pengaruh X1 terhadap Y
X1 = Produk Domestik Bruto
ε = Error term
3.6.1 Uji Asumsi Klasik
Setelah dilakukan pengujian kedua regresi (linier sederhana terhadap
Penerimaan Perpajakan) maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah penggunaan regresi linier sederhana dalam
25
menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan. Asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak, biasanya untuk mengukur data berskala ordinal,
interval, atau pun rasio. Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka
persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang
normal.
Jika data tidak berdistribusi normal, maka metode alternatif yang bisa
digunakanadalah statistik non parametrik. Dalam pembahasan ini akan digunakan
uji Lilieforsdengan melihat nilai pada Kolmogorov-Smimov. Data dinyatakan
berdistribusi normaljika signifikansi lebih besar dari 0,05.
Jika residual jauh dari nilai normal,maka dapat dilakukan beberapa
langkah yaitu: transformasi data,trimming data outliersatau menambah data
observasi. Transformasi dapatdilakukan ke bentuk logaritma natural, akar kuadrat,
inverse, atau bentuk yanglain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah
condong ke kiri, ke kanan,mengumpul di tengah, atau menyebar ke samping
kanan dan kiri.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear
antara variabel-variabel bebas dalam regresi.Bila variabel-variabel bebas
berkorelasi dengan sempurna, maka disebut multikolinieritas
26
sempurna.Konsekuensi dari terjadinya multikolinearitas adalah koefisien regresi
tidak dapat ditentukan dan standar error yang ada tidak dapat didefinisikan dengan
jelas.
Adanya multikolinieritas dapat ditandai di antaranya dengan:
a. Standard error yang tidak terhingga;
b. Nilai koefisien t-statistik yang tidak signifikan pada α = 5%;
c. R2 sangat tinggi;
d. Adanya ketidaksesuaian substansial dengan teori atau kelaziman.
Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan di antaranya:
a. Dengan melihat nilai Varian Inflated Factor (VIF) pada model regresi;
b. Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan
nilaideterminasi secara serentak (R2); dan
c. Dengan melihat nilai Eigenvalue dan Condition Index.
Pada penelitian ini dilakukan juga uji VIF (Varian Inflated Factor) dan
tolerancevaluepada model regresi. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan
tolerancevaluelebih besar dari 0,1 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas atau korelasiyang tinggi antara variabel independen.
Apabila ditemukan masalah multikolinearitas, ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitupenghapusan salah satu
variabel, penambahan data, dan tranformasi data.
3. Uji Heterokedasitas
27
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah grup
memiliki varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama,
dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan
jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji hal ini digunakan
Scatterplot, dimana sumbu X adalah nilai-nilai prediksi ZPRED = Regression
Standarized Predicted Value dengan sumbu Y adalah nilai yaitu ZRESID =
Regression Standarized Predicted Value.
Bila grafik yang diperoleh menunjukkan adanya pola tertentu yang
dihasilkan oleh titik-titik yang ada maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas,
namun bila tidak membentuk pola tertentu maka dikatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas (Subanidja, dkk 2010:22).
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual dalam observasi dengan
residual observasi lainnya.Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan
autokorelasi negatif.Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terjadi korelasi antara residual (anggota) pada serangkaian observasi tertentu
dalam suatu periode tertentu. Sehingga dalam regresi linier sederhana juga harus
bebas dari autokorelasi.
28
Cara untuk memeriksa ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
melakukan uji Durbin-Watson (uji DW), dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika DW < dl berarti terjadi autokorelasi positif dan jika DW > 4-dl
berarti terjadi autokorelasi negatif. Jika dl < DW < du atau 4-du <DW < 4-dl
berarti terjadi ragu-ragu ada dan tidaknya autokorelasi dan apabila du < DW < 4-
du berarti tidak terjadi autokorelasi.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantungbanyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan.
3.6.2 Pengujian Uji Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis sangat penting untuk mendapatkan simpulan
apakah sebuah independent variable berpengaruh signifikan pada taraf nyata
tertentu terhadap dependent variable. Adapun uji hipotesis yang akan dilakukan
sebagai uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi
statistik koefisien regresi.Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi variableindependen (X) berpengaruh secara signifikan
terhadapvariable dependen (Y).
29
Hasil uji dapat dilihat pada output Coefficients dari hasil regresi linier.
Tahap-tahap untuk melakukan uji t, adalah:
a. Hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
1) H0 : Independent variable tidak mempunyai pengaruh terhadap
dependent variablesecara sendiri-sendiri.
2) HA : Independent variable mempunyai pengaruh terhadap
dependent variablesecara sendiri-sendiri.
b. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (α = 5%)
c. Menentukan t hitung
d. Menentukan t tabel
e. Kriteria pengujian
1) H0diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
2) H0ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
f. Membandingkan t hitung dengan t tabel
g. Kesimpulan
Jika H0 diterima, artinya koefisien regresi variabel independen (X) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan, jika H0 ditolak,
artinya koefisien regresi variabel independen (X) berpengaruh terhadap
variabel dependen.
30
3. 7 Metode Analisis Data
Agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,
maka diperlukan metode analisis data yang benar. Metode analisis data pada
penelitian ini adalah menggunakan analisis Regresi Linear Sederhana (single
regression). Tahap yang dilakukan adalah melakukan uji asumsi yang meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Tahap
selanjutnya adalah melakukan uji signifikansi variabel dengan melihat nilai t-
statistik, R-squared, dan adjusted R-squared. Dan alat analisis untuk mengolah
data menggunakan softwareSPSS versi 23.
Analisis regresi digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel
dengan melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Pada prinsipnya regresi linear merupakan suatu yang parameternya linear (bisa
saja nya berbentuk garis lurus), dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk
menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.
31
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Analisis deskriptif merupakan metode analisis dengan cara
mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang ada
sebagai pendukung dari hasil analisis kuantitatif. Variabel yang dideskripsikan
dalam penelitian ini ialah variabel dependen dan independen.
Penelitian ini mengukur pengaruh Produk Domestik Bruto dan Inflasi
terhadap penerimaan pajak.Data yang digunakan untuk masing-masing variabel
adalah data tahunan dari periode 1996– 2015 sehingga terdapat 20
observasi.Penelitian menggunakan data runtut waktu (time series) dari tahun
1996sampai dengan tahun 2015.Data tersebut diperoleh dari Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dan Biro Pusat Statistik (BPS).Data
dari DJP dan BKF adalah data penerimaan pajak di Indonesia sebagai variabel
terikat (dependent variable) dan data dari BPS adalah PDB sebagai variabel bebas
(independent variable). Untuk memudahkan penelitian maka setiap variabel akan
diberi simbol yang akan mewakili variabel tersebut dalam pengolahan data
dengan aplikasi SPSS versi 23, yaitu penerimaan pajak di Indonesia akan disebut
sebagai Y, PDB akan disebut sebagai X.
Penelitian menggunakan data runtut waktu (time series) dari tahun
1996sampai dengan tahun 2015.Data yang digunakan adalah data tahunan
sehinggajumlah observasi adalah 20.Data-data tersebut diperoleh dari Direktorat
32
JenderalPajak dan Biro Pusat Statistik.Data dari Direktorat Jenderal Pajak adalah
data penerimaan pajak di Indonesia sebagai variabel terikat (dependent variable)
dan data dari Badan Pusat Statistik adalah Produk Domesik Bruto sebagai variabel
bebas(independent variable). Untuk memudahkan penelitian maka setiap variabel
akandiberi simbol yang akan mewakili variabel tersebut dalam pengolahan data
denganaplikasi SPSS versi 23, yaitu:
1. Penerimaan Pajak akan disebut sebagai Y; dan
2. Produk Domestik Bruto akan disebut sebagai X.
4.1.1 Penerimaan Pajak
Sesuai dengan teori pertumbuhan Neo Klasik, yaitu bahwa tabungan
merupakan determinan penting dalam persediaan modal mapan dan sementara itu
tabungan sukarela dapat naik jika output nasional naik, ini berarti tabungan
tersebut tidak dapat segera terjadi dan investasi asing juga tidak banyak
diharapkan. Oleh karena itu arus tabungan sukarela tidak dapat segera terjadi,
maka untuk menjadi tabungan wajib, perpajakan merupakan instrumen yang
paling bermanfaat (Irawan, 1998 : 133)
Untuk memantapkan konsolidasi fiskal, langkah utama yang
diambil pemerintah adalah meningkatkan pendapatan pemerintah dengan titik
berat pada peningkatan penerimaan perpajakan (Boediono : 2003). Itu
membuktikan bahwa sampai saat ini pajak masih merupakan andalan utama
pemerintah untuk meningkatkan penerimaannya.Penerimaan pajak dalam negeri
dari tahun ke tahun selalu meningkat seperti yang terlihat pada Tabel 4.1.
33
Tabel 4.1
Perkembangam Realisasi Penerimaan Pajak Periode 1996 s.d. 2015
Tahun Penerimaan Pajak (dalam miliar Rupiah)
1996 57.339,9
1997 70.934,2
1998 102.394,5
1999 125.951,0
2000 115.912,5
2001 185.540,9
2002 210.087,5
2003 242.048,2
2004 280.558,8
2005 347.031,1
2006 409.203,0
2007 490.988,7
2008 658.700,8
2009 619.922,2
2010 723.306,2
2011 873.873,9
2012 980.518,1
2013 1.077.306,7
2014 1.146.865,8
2015 1.240.418,9 Sumber: Kementerian Keuangan (2016)
Berdasarkan data pada tabel tersebut, penerimaan perpajakan telah
mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 18,6%, dimana
34
pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 60% dibanding
tahun 2000. Penerimaan perpajakan cenderung terus meningkat, kecuali pada
tahun 2000 dan 2009. Pada tahun 2000 sendiri penerimaan perpajakan mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sebesar -7,97%. Pertumbuhan negatif pada tahun 2000
dipengaruhi dengan adanya perubahan pada Undang-undang ketentuan umum
perpajakan (KUP) dan Undang-Undang PPN mengalami perubahan yang kedua,
dan pada Undang-undang PPh mengalami perubahan yang ke 3.Sedangkan pada
tahun 2009, penerimaan perpajakan dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian
dunia yang berakibat pada melemahnya laju perekonomian Indonesia sehingga
penerimaan perpajakan mengalami pertumbuhan negatif.
Berdasarkan pada Tabel 4.1 tersebut maka dapat dilihat bahwa
penerimaan negara dari dalam negeri dari tahun 1996 sampai tahun 2015 terus
meningkat. Penerimaan pajak hanya mengalami pertumbuhan negatif saat terjadi
gejolak perekonomian global tahun 2009.Selebihnya selama 20 tahun terakhir,
penerimaan pajak selalu meningkat dari tahun ke tahun.Bahkan pada tahun 2013
penerimaan perpajakan mencapai angka Rp 1000 Triliun dalam Rancangan
APBN. Meskipun ada dalam tahun tertentu persentase kenaikan penerimaan
negara dari pajak lebih rendah dari tahun sebelumnya tapi secara nominal angka
tersebut naik.
35
Tabel 4.2
Statistika Deskriptif Penerimaan Pajak Periode 1996 s.d. 2015
Descriptives
Statistic Std. Error
Penerimaan
Pajak
Mean 497945,1450 87582,89188
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 314632,0456
Upper Bound 681258,2444
5% Trimmed Mean 481174,6722
Median 378117,0500
Variance 153415258983,
887
Std. Deviation 391682,59980
Minimum 57339,90
Maximum 1240418,90
Range 1183079,00
Interquartile Range 695383,50
Skewness ,625 ,512
Kurtosis -,989 ,992 Sumber: SPSS 23.0 (2016)
Nilai tengah Realisasi Penerimaan Pajak di Indonesia tahun 1996 sampai
dengan 2015 sebesar Rp497.945 miliar, nilai maksimum dicapai pada tahun 2015
sebesar Rp1.240.419 miliar, dan nilai minimum diperoleh pada tahun 1996
sebesar Rp57.340 miliar.
36
Gambar 4.1
Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak
Sumber: Penulis (2016)
Berdasarkan Nota Keuangan terakhir yaitu APBN-P 2015 dan RAPBN
2016, sampai dengan saat ini penerimaan pajak mengindikasikan trend yang
cukup berarti.Hasil tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya pemerintah yang
dilakukan melalui dua kali reformasi perpajakan.Masalahnya adalah apakah
penerimaan pajak yang secara nominal cenderung meningkat tersebut sudah
mencerminkan kinerja pajak yang optimal dan telah sesuai dengan pola umum
struktur pajak. Dengan beberapa penelitian terdahulu pada Bab II, perkembangan
penerimaan pajak telah sesuai dengan pola normal struktur pajak terhadap PDB,
namun berdasarkan perhitungan tax buoyancy dan constant income elasticity of
tax revenue, terdapat kecenderungan bahwa penerimaan pajak di Indonesia tidak
elastis, khususnya pajak non migas. Hasil tersebut didukung oleh perhitungan
-
200.000,0
400.000,0
600.000,0
800.000,0
1.000.000,0
1.200.000,0
1.400.000,0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Mili
ar R
upia
h
Tahun Pajak
37
index of tax effort yang mengindikasikan lemahnya pemerintah dalam menggali
potensi pajak yang terdapat dalam perekonomian Indonesia.
4.1.2 Produk Domestik Bruto
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
negara dalam suatu periode waktu tertentu adalah data PDB.
Tabel 4.3
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Periode 1996 s.d. 2015
Tahun PDB (dalam miliar Rupiah)
1995 454.514,1 1996 532.568,0 1997 627.695,5 1998 955.753,5 1999 1.099.731,6 2000 1.389.770,3 2001 1.684.280,5 2002 1.863.274,7 2003 2.045.853,5 2004 2.295.826,2 2005 2.774.281,1 2006 3.339.216,8 2007 3.950.893,2 2008 4.951.356,7 2009 5.613.441,7 2010 6.422.918,2 2011 7.427.086,1
38
2012 8.241.864,3 2013 9.083.972,0 2014 10.094.929,0 2015 11.540.789,8
Sumber: Kementerian Keuangan (2016)
Sebagai indikator pengukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Nota
Keuangan APBN juga menyebutkan bahwa PDB berpengaruh utama kepada
pendapatan negara yang berasal dari penerimaan pajak. Terkait hal ini, sebuah
kabar baik datang dari World Bank dan International Monetary Fund yang
menyatakan bahwa posisi PDB Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini
mencapai titik tertinggi dalam sejarah perekonomian Indonesia, bahkan
diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi lagi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan PDB
dalam lima tahun terakhir yaitu sebesar 160 persen.
Tabel4.4
Statistika Deskriptif Produk Domestik Bruto
Descriptives
Statistic Std. Error
ProdukDom
estikBruto
Mean 4296775,1350 767247,92972
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2690906,7624
Upper Bound 5902643,5076
5% Trimmed Mean 4103452,4944
Median 3056748,9500
Variance 1177338771332
2,016
Std. Deviation 3431237,05292
Minimum 532568,00
Maximum 11540789,80
39
Range 11008221,80
Interquartile Range 5712646,28
Skewness ,775 ,512
Kurtosis -,630 ,992 Sumber: SPSS 23.0 (20016)
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia dalam periode tahun
1996 sampai dengan 2015 mengalami pertumbuhan positif. Berdasarkan data
yang diolah, terjadi pertumbuhan positif secara keseluruhan. Nilai tengah PDB
nominal di Indonesia tahun 1996 sampai dengan 2015 sebesar Rp4.296.775
miliar, nilai maksimum dicapai pada tahun 2015 sebesar Rp1.389.770 miliar, dan
nilai minimum diperoleh pada tahun 1996 sebesar Rp532.568miliar.
Gambar 4.2
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Sumber :Penulis (2016)
Grafik pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia terus meningkat
setiap tahunnya, hal ini memberikan dampak positif bagi stabilitas makro
-
2.000.000,0
4.000.000,0
6.000.000,0
8.000.000,0
10.000.000,0
12.000.000,0
14.000.000,0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Mili
ar R
upia
h
Tahun
40
ekonomi dan keuangan. Potensi pertumbuhan ekonomi ini akan memberikan
semakin banyak kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia.
4.1.3 Hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan Penerimaan
Pajak
Pada dasarnya, PDB nominal menunjukkan kemampuan sumber daya
ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara.Nilai PDB yang besar menunjukkan
sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDB nominal
menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi
dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
Sumber daya ekonomi ini merupakan omzet yang akan dikenai pajak
oleh pemerintah. Idealnya, pertumbuhan PDB akan diikuti dengan peningkatan
Penerimaan Pajak yang signifikan. Mendukung hal ini, untuk mengetahui
hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan Penerimaan Pajak di Indonesia,
penulis menggunakan waktu pengamatan periode tahun 1996 sampai dengan
2015.
Tabel 4.5
Produk Domestik Bruto dan Penerimaan Pajak Periode 1996 s.d. 2015
Tahun PDB (dalam miliar Rupiah)
Penerimaan Pajak (dalam miliar Rupiah)
1995 454.514,1 48.686,3
1996 532.568,0 57.339,9
1997 627.695,5 70.934,2
1998 955.753,5 102.394,5
1999 1.099.731,6 125.951,0
41
2000 1.389.770,3 115.912,5
2001 1.684.280,5 185.540,9
2002 1.863.274,7 210.087,5
2003 2.045.853,5 242.048,2
2004 2.295.826,2 280.558,8
2005 2.774.281,1 347.031,1
2006 3.339.216,8 409.203,0
2007 3.950.893,2 490.988,7
2008 4.951.356,7 658.700,8
2009 5.613.441,7 619.922,2
2010 6.422.918,2 723.306,2
2011 7.427.086,1 873.873,9
2012 8.241.864,3 980.518,1
2013 9.083.972,0 1.077.306,7
2014 10.094.929,0 1.146.865,8
2015 11.540.789,8 1.240.418,9 Sumber: Kementerian Keuangan dan BPS (2016)
Pertumbuhan PDB Indonesia dari tahun 1996 sampai tahun 2015
menunjukkan trend naik.Adanya trend naik dari pertumbuhan PDB ini sejalan
dengan adanya trend kenaikan penerimaan pajak. Secara teori dapat dijelaskan
bahwa peningkatan PDB dapat meningkatkan daya beli konsumen terhadap
produk‐produk perusahaan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dengan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan
penerimaan pajak dari sektor Pajak Penghasilan.
Kenaikan daya beli masyarakat berdampak pada kenaikan penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai. Daya beli akan membuat semakin besar kemampuan
42
konsumsi masyarakat. Kenaikan transaksi dari konsumsi ini sebanding dengan
penerimaan PPN.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Hasil Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi
Setelah dilakukan pemaparan data-data yang diperoleh terkait
variabelvariable penelitian, selanjutnya Penulis memasukkan data-data tersebut ke
dalam teknis-teknis pengujian asumsi model regresi sebagaiamana telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Adapun pengujian tersebut dilakukan dengan
menggunakansoftware aplikasi SPSS 23.0.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam
penelitian ini terdapat lima variabel yang digunakan yaitu:
a. Variabel Bebas : Peredaran Domestik Bruto (X)
b. Variabel Terikat : Penerimaan Pajak (Y)
Adapun data yang akan digunakan untuk analisis adalah yang
sebagaimana terlihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 dalam rentang tahun 1996 s.d.
2015. Data-data tersebut akan diuji atau dianalisis dengan menggunakan software
SPSS 23.0.
Adapun hasil dari pengujian serta analisis tersebut adalah sebagaimana
yang akan di bahas pada sub bahasan berikut.
43
4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak.Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data
berskala ordinal, interval, atau pun rasio. Dalam pembahasan ini akan digunakan
uji Liliefors dengan melihat nilai pada Kolmogorov-Smirnov. Data dinyatakan
berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05.
Dari data pengujian Kolmogorov Smirnov, nilai signifikansi
menunjukkan angka 0.200 dan 0.200. Kedua nilai signifikansi tersebut lebih besar
dari dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
Tabel 4.6
Tabel Uji Kolmogorov Smirnov Periode 1996 s.d. 2015
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Produk Domestik Bruto ,105 20 ,200* ,956 20 ,467
Penerimaan Pajak ,131 20 ,200* ,941 20 ,249
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : SPSS 23.0 (2016)
Selain dengan pengujian tersebut, Pengujian normalitas dengan
menggunakan grafik Normal Probality Plot of Regression Standardized Residual
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.3di bawah.Pada grafik tersebut tampak pola
sebaran variabel bebasmengikuti sebaran garis normal (diagonal).Hal ini
menunjukkan bahwaberdasarkan grafik P-Plot, data variabel bebas dan data
44
variabel terikatpada penelitian ini berdistribusi normal, sehingga memenuhi uji
asumsiklasi yang pertama yaitu uji normalitas.
Gambar 4.3
Normal Probality Plot of Regression Standardized Residual Periode 1996 s.d. 2015
Sumber : SPSS 23.0 (2016)
4.2.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa untuk
mengetahuiapakah suatu persamaan regresi dengan variabel-variabelnya
45
mengalamimultikolinearitas atau tidak, dapat diamati pada nilai VIF yang
terbentuk daridata-data variabelnya yang diinput ke dalam SPSS.
Pada pembahasan ini dilakukan uji VIF (Varian Inflated Factor) dan
nilaitolerance pada model regresi. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai
tolerancelebih besar dari 0,1 dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas
atau korelasiyang tinggi antara variabel independen.
Tabel 4.7
Tabel Uji Multikolinearitas Periode 1996 s.d. 2015
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -2,628 ,333 -7,883 ,000
Produk
Domestik
Bruto
1,031 ,022 ,996 46,183 ,000 1,000 1,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak
Sumber :SPSS 23.0 (2016)
Dari pengujian, nilai tolerance untuk PDB adalah sebesar 1,000 lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,000 lebih kecil dari angka 10. Berati dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
46
4.2.1.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya variansi variabel dalam model
regresitidak sama (konstan). Sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya bahwa
untukmenguji apakah suatu persamaan regresi mengalami mengalami
heteroskedastisitas, maka dapat diteliti pada pola sebarantitik-titik variabel bebas
pada grafik scatterplot yang terbentuk dari data-datavariabel yang diinput ke
dalam aplikasi SPSS 23.0. Adapun grafik scatterplotyang terbentuk dari data-data
variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.4
Scatterplot Uji Homoskedastisitas – Heteroskedastisitas Periode 1996 s.d. 2015
Sumber :SPSS 23.0 (2016)
47
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa pola sebaran titik-titik variabel
yangterbentuk tidak memiliki suatu pola sebaran tertentu yang teratur.Titik-
titiktersebut menyebar di bawah maupun di atas titik origin (sumbu 0).Sehingga
dapatdisimpulkan bahwa persamaan regresi ini tidak mengalami
permasalahanheteroskedastisitas. Hal ini berarti bahwa residual yang ada
memiliki varians yangsama.
Ada beberapa metode pengujian lain yang bisa digunakan. Pada
pembahasan ini salah satu metode pengujian yang disebut Uji Spearman’s Rho,
yaitu mengkorelasikan nilai residual (Unstandardized residual) dengan masing-
masing variabel independen. Jika signifikansi korelasi kurang dari 0,05 maka pada
model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.8
Tabel Uji Spearman’s Rho Periode 1996 s.d. 2015
Correlations
Unstandardized
Residual
Produk
Domestik Bruto
Spearman's
rho
Unstandardized
Residual
Correlation Coefficient 1,000 -,119
Sig. (2-tailed) . ,618
N 20 20
Produk
Domestik Bruto
Correlation Coefficient -,119 1,000
Sig. (2-tailed) ,618 .
N 20 20 Sumber :SPSS 23.0 (2016)
48
Pengujian menggunakan aplikasi SPSS versi 23 menunjukkan hasil Uji
Spearman’s Rho. Dari output correlations pada Tabel 4.8, dapat diketahui korelasi
antara X dengan unstandardized residual menghasilkan nilai signifikansi 0,618.
Nilai signifikansi korelasi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas.
4.2.1.4 Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual dalam observasi dengan
residual observasi lainnya.Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan
autokorelasi negatif.Uji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah
terjadi korelasi antara residual (anggota) pada serangkaian observasi tertentu
dalam suatu periode tertentu. Sehingga dalam regresi linier berganda juga harus
bebas dari autokorelasi. Cara untuk memeriksa ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan melakukan uji Durbin-Watson.
Dalam penelitian ini akan digunakan Uji Durbin Watson (DW) untuk
mendeteksi adanya masalah autokorelasi. Nilai d (koefisien DW) akan berada di
kisaran 0 hingga 4 (Winarno, 2009).
Tabel 4.9 Tabel Uji Durbin-Watson
Periode 1996 s.d. 2015 Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,996a ,992 ,991 ,09146 1,602
a. Predictors: (Constant), Produk Domestik Bruto
b. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Sumber :SPSS 23.0 (2016)
49
Hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat autokorelasi
Ha : terdapat autokorelasi
Tahapan pengujian DW:
1. Data terkait pengujuan DW:
n : Jumlah sampel = 20
k : Jumlah variabel = 1
dL (Batas Bawah Durbin Watson) : 1,2015
dU (Batas Atas Durbin Watson) : 1,4107
DW : 1,6020
4 – DW : 2,3980
4 – dL : 2,7985
4 – dU : 2,5893
2. Pengambilan keputusan:
a. dU < DW < 4-dU maka Ho diterima (tidak terjadi
autokorelasi)
b. DW < dL atau DW > 4-dL maka Ho ditolak (terjadi
autokorelasi)
c. dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka tidak ada
keputusan yang pasti
50
3. Berdasarkan data serta deteksi autokorelasi, maka disimpulkan
bahwa nilai DW (1,6020) lebih besar dari dU (1,4107) dan lebih
kecil dari 4-dU (2,5893) pengujian menghasilkan keputusan tidak
terjadi autokorelasimaka penelitian dapat dilanjutkan.
4.2.2 Penetapan dan Analisis Model Regresi
Untuk mengetahui pengaruh PDB terhadap penerimaan pajak, dalam
penelitian ini digunakan model analisis regresi berganda (multiple regression).
Model regresi yang diterapkan dalam penelitian ini dapat dinotasikan sebagai
berikut:
Y= α+ βX
Keterangan
Y : Penerimaan Pajak (Variabel Dependen)
α : Konstanta
: Koefisien variabel independen
X :PDB (variabel independen)
51
Tabel 4.10
Tabel Koefisien Persamaan Regresi Periode 1996 s.d. 2015
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -2,628 ,333 -7,883 ,000
Produk Domestik
Bruto 1,031 ,022 ,996 46,183 ,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Sumber : SPSS 23.0 (2016)
Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi untuk penelitian ini
sebagai berikut:
a. Dari tabel tersebut diperoleh persamaan regresi untuk penelitian ini
sebagaiberikut:
Y : Penerimaan Pajak (Variabel Dependen)
X :Produk Domestik Bruto (Variabel Independen)
b. PDB dan Penerimaan Pajak memiliki korelasi yang positif, dan Koefisien
Regresi PDB (X) sebesar 1,031 menyatakan bahwa pengaruh nilai
Produk Domestik Bruto terhadap Penerimaan Pajak adalah sebesar
Y = -2,628+ 1,031X
52
1,031kali. Apabila Produk Domestik Bruto mengalami pertumbuhan
sebesar Rp1.000.000.000,-, maka Penerimaan Pajak akanmeningkat
sebesar Rp1.031.000.000,-.
c. Nilai konstanta adalah -2,628. Hal ini memberikan gambaran bahwa
apabila angka PDB sangat kecil atau bahkan mendekati nol maka
realisasi Penerimaan Pajak akan mengalami penurunan sebesar
Rp2.628.000.000,-.
4.3 Interpretasi Hasil Data Analisis
Dari seluruh pengujian atau analisis yang telah dilakukan sebagaimana
diuraikan pada sub bahasan sebelumnya, diperoleh rangkuman analisis sebagai
berikut:
4.3.1 Interpretasi Hasil Uji Asumsi Klasik
Dari hasil uji Asumsi Klasik atas regresi data yang digunakan
dalampenelitian ini diperoleh hasil bahwa regresi tersebut telah memenuhi
semuaasumsi klasik/standar yang ditetapkan berupa uji normalitas, uji
multikolinearitas, ujiheteroskedastisitas, serta uji autokorelasi, sehingga
dataperiode 1996sampai dengan tahun 2015 tersebut dapat digunakan
untukmemprediksi hasil dari penelitian ini.
4.3.2 Uji Hipotesis terhadap Model Persamaan
Hasil pengujian hipotesis sangat penting untuk mendapatkan kesimpulan
apakah sebuah independent variable PDB berpengaruh signifikan pada taraf nyata
53
tertentu terhadap dependent variable Penerimaan Perpajakan. Adapun uji
hipotesis yang akan dilakukan adalah Uji t (t-test).
Dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi
secara parsial. Berikut tabel untuk mengetahui besaran nilai signifikasi pada uji t.
Tabel 4.11
Tabel Koefisien Persamaan Regresi Periode 1996 s.d. 2015
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) -2,628 ,333 -7,883 ,000
Produk Domestik
Bruto 1,031 ,022 ,996 46,183 ,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak Sumber :SPSS 23.0 (2016)
Hasil uji dapat dilihat pada output Coefficients dari hasil regresi linierberganda.
Tahap-tahap untuk melakukan uji t, adalah:
a. Hipotesis untuk pengujian ini adalah sebagai berikut:
1) H0 : Independent variable tidak mempunyai pengaruh terhadap
dependent variable secara sendiri-sendiri.
2) HA : Independent variable mempunyai pengaruh terhadap
dependent variable secara sendiri-sendiri.
b. Tingkat signifikansi menggunakan 0,05 (α = 5%)
54
c. Jika:
1) t hitung ≤ t tabel : H0 diterima atau Ha ditolak
2) t hitung > t tabel atau t hitung < -t table : H0 ditolak atau Ha
diterima
d. Pengaruh PDB terhadap Penerimaan Pajak
1) t tabel = 2,086
2) t hitung = 46,183
3) t hitung > t tabel, artinya nilai t hitung yang diperoleh sebagaimana
terlihat pada tabel adalah sebesar 46,183 lebih besar dari t tabel
2,086 Probabilitas signifikannya adalah sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan hipotesa nol ditolak, dan
Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan terhadap
penerimaan pajak.
e. Kesimpulan
Pertumbuhan ProdukDomestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan
terhadap penerimaan pajak.
55
4.3.3 Besaran Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat
Pengaruh pertumbuhan Produk Domestik Bruto terhadap Penerimaan
Pajak di Indonesia pada tahun 1996 sampai dengan 2015 ditunjukkan dengan nilai
koefisien determinasi (R). Adapun angka koefisien determinasi yang diperoleh
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.9 adalah sebesar 99,6%. Hal ini menunjukkan
besar persentase sumbangan pengaruh variable independen terhadap variable
dependen adalah sebesar 99,6%, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang
tidak diteliti.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, persamaan regresi telah cukup
baik untuk menjelaskan pengaruh PDB dan Inflasi terhadap penerimaan
pajak.Selain itu, dari hasil pengujian asumsi klasik, model persamaan regresi telah
memenuhi persyaratan asumsi klasik, yaitu tidak terjadi multikolinearitas, tidak
terdapat heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi, sehingga model dapat
dikatakan BLUE.
Berdasarkan hasil analisis secara statistik, serta data-data yang diperoleh
selama masa penelitian yang kemudian dibandingkan dengan batasan masalah
serta tujuan dari dilakukannya penelitian ini sesuai dengan yang telah ditetapkan
pada Bab I Pendahuluan, maka dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
56
Gambar 4.5
Hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan Penerimaan Pajak
Sumber: Penulis (2016)
Pengujian ini berarti menunjukan kesesuaian antara teori dan historis
data.Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa pertumbuhan PDB selalu diikuti
dengan pertumbuhan pajak. Secara individu, pertumbuhan PDB berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan pajak. Berdasarkan data 20 tahun terakhir,
pertumbuhan PDB berbanding lurus dengan pertumbuhan penerimaan
pajak.Kenaikan PDB diikuti dengan kenaikan penerimaan pajak.Tercatat selama
20 tahun terakhir, hanya sekali penerimaan pajak mengalami penurunan pada saat
PDB meningkat setiap tahun.Kejadian itu terjadi saat tahun 2009 dimana
Indonesia terkena imbas dari krisis global yang membuat pertumbuhan ekonomi
dunia mengalami resesi.
-
2.000.000,0
4.000.000,0
6.000.000,0
8.000.000,0
10.000.000,0
12.000.000,0
14.000.000,0 19
96
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Mili
ar R
upia
h
Tahun
PDB dan Penerimaan Pajak
57
Pertumbuhan PDB berpengaruh terhadap penerimaan pajak karena secara
teori dapat dijelaskan bahwapeningkatan PDB dapat meningkatkan dayabeli
konsumen terhadap produk‐produkperusahaan sehingga
meningkatkanprofitabilitas perusahaan. Dengan adanyapeningkatan profitabilitas
perusahaan dapatmeningkatkan penerimaan pajak dari sektor Pajak Penghasilan.
Selain peningkatan dari sektor PPh, pertumbuhan PDB juga
mempengaruhi penerimaan PPN. Hal ini terjadi karena peningkatan PDB
menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi semakin baik.
Kenaikan daya beli masyarakat berdampak pada kenaikan penerimaan PPN. Daya
beli akan membuat kemampuan konsumsi masyarakat semakin besar. Kenaikan
transaksi dari konsumsi ini akan mendorong pertumbuhan penerimaan PPN.
Gambar 4.6
Rasio Penerimaan Pajak terhadap Produk Domestik Bruto
Sumber: Penulis (2016)
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
14,00%
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Rasi
o
Tahun
Tax Ratio
58
Signifikansi pengaruh PDB terhadap pajak terlihat dari trend kenaikan
persentase ratio pajak terhadap PDB.Sejak tahun 1984, ratio pajak terhadap PDB
semakin meningkat mulai dari 5% hingga di atas 10% sejak tahun 1996.Grafik ini
semakin menguatkan pengaruh signifikan pertumbuhan PDB terhadap
pertumbuhan penerimaan pajak.
Dari hasil pengujian, diperoleh simpulan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Pajak.
59
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Penelitian dilakukan atas data periode tahun 1996-2015 untuk
mengetahui pengaruh pertumbuhan Produk Domestik Bruto terhadap Penerimaan
Pajak di Indonesia.Penelitian ini menggunakan beberapa uji statistik dengan
bantuan aplikasi SPSS versi 23 dan aplikasi Microsoft Excel.
Berdasarkanpenelitian yang dilakukan tersebut dapat disimpulkan hasilnya
sebagai berikut:
5.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia dalam periode tahun
1996 sampai dengan 2015 mengalami pertumbuhan positif.Nilai tengah
PDB nominal di Indonesia tahun 1996 sampai dengan 2015 sebesar
Rp4.296.775 miliar, nilai maksimum dicapai pada tahun 2015 sebesar
Rp1.389.770 miliar, dan nilai minimum diperoleh pada tahun 1996
sebesar Rp532.568miliar.
Pertumbuhan PDB yang positif ini menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi Indonesia yang semakin baik, sumber daya ekonomi
dimaksud adalah barang dan jasa yang digunakan untuk tujuan konsumsi,
investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
5.1.2 Peningkatan Penerimaan Pajak
60
Peningkatan Realisasi Penerimaan Pajak dalam periode tahun pajak 1996
sampai dengan 2015 mengalami pertumbuhan positif secara keseluruhan.
Nilai tengah Realisasi Penerimaan Pajak di Indonesia tahun 1996 sampai
dengan 2015 sebesar berada pada Rp497.945 miliar, nilai maksimum
dicapai pada tahun 2015 sebesar Rp1.240.419 miliar, dan nilai minimum
diperoleh pada tahun 1996 sebesar Rp57.340 miliar.
Pertumbuhan positif terlihat dari Penerimaan Pajak yang hanya sebesar
Rp57.340miliar pada tahun 1996 meningkat menjadi Rp1.240.419 miliar
pada tahun 2015. Kenaikan ini terjadi seiring dengan adanya beberapa
amandemen Undang-Undang Perpajakan. Namun, realisasi Penerimaan
Pajak pernah mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2000 sebesar -
7,97% dan tahun 2009 sebesar -5,89%. Pertumbuhan negatif ini
disebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi secara global.
Secara keseluruhan, Penerimaan Pajak di Indonesia terus meningkat dari
tahun ke tahun, dan peningkatan Penerimaan Pajak paling tinggi terjadi
pada tahun 2001 yaitu sebesar 60%, peningkatan Penerimaan Pajak ini
sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan
terhadap utang atau bantuan luar negeri, upaya tersebut diharapkan dapat
membentuk kemandirian keuangan Negara dalam
melaksanakanpembangunan nasional.
5.1.3 Kesimpulan Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
terhadap Penerimaan Pajak
61
1. Berdasarkan hasil uji statistik t terhadap model persamaan, dapat
disimpulkan bahwa variable Produk Domestik Bruto (X)
berpengaruh signifikan terhadap Realisasi Penerimaan Pajak (Y).
Hal ini dapat diketahui dari hasil t hitung atas variabel X adalah
sebesar 46,183 yang berada di atas nilai t tabel, yaitu sebesar 2,086.
2. Hasil uji t-test menunjukkan nilai probabilitas signifikan adalah
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
Produk Domestik Bruto mempunyai pengaruh signifikan terhadap
penerimaan pajak.
3. Berdasarkan Hasil Perhitungan Regresi Linier, hubungan
penerimaan perpajakan dan PDB adalah sebagai berikut:
Y = α + βX
Y = -2,628 + 1,031X
Berdasarkan persamaan tersebut, diketahui bahwa pertumbuhan
PDB 1 persen mempengaruhi realisasi Penerimaan Pajak sebesar
1,031% dan pada saat PDB tidak mengalami pertumbuhan maka
realisasi Penerimaan Pajak mengalami penurunan sebesar 2,628%
4. Dapat disimpulkan juga, pengaruh nilai Produk Domestik Bruto
terhadap Penerimaan Pajak adalah sebesar 1,031 kali. Jika Produk
Domestik Bruto naik sebesar Rp1.000.000.000,-, maka Penerimaan
Pajak akan naik sebesar Rp1.031.000.000,-. Pada saat PDB tidak
mengalami pertumbuhan, realisasi Penerimaan Pajak mengalami
penurunan sebesar Rp2.628.000.000.
62
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yakni:
1. Penelitian ini dibagi berdasarkan periode menurut tahun yaitu 1996
sampai dengan 2015. Penulis berpendapat bahwa penelitian ini
akan lebih akurat apabila dibagi berdasarkan kelompok tertentu
misalnya berdasarkan klasifikasi lapangan usaha yang ada di
Indonesia sehingga hasil pengujian akan lebih spesifik.
2. Produk Domestik Bruto bukan merupakan satu-satunya yang
mempengaruhi Penerimaan Pajak di Indonesia tetapi masih
terdapat faktor-faktor lain seperti asumsi makro, kinerja pegawai,
kepatuhan wajib pajak, dan sebagainya.
3. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini tidak menggunakan
semua pengujian dalam statistik karena pengujian-pengujian yang
dilakukan dalam penelitian ini sudah cukup mewakili. Hal ini dapat
penulis simpulkan dari beberapa penelitian yang ada sebelumnya,
beberapa literatur yang ada, serta konsultasi dengan bagian terkait
di Kementerian Keuangan.
5.3 Rekomendasi
1. Sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang
63
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu, Wajib Pajak dengan omzet dibawah Rp4,8 miliar
dikenakan tarif Pajak Penghasilan sebesar 1%. Terkait hal ini, perlu
dilakukan pengawasan lebih mendalam lagi terhadap omzet Wajib
Pajak, pengawasan dapat dilakukan melalui data dan/atau informasi
internal dan juga pihak ketiga. Walaupun struktur Produk Domestik
Bruto Indonesia didominasi oleh Kelompok Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) sekitar 60%, pengawasan ini sangat berguna
untuk mengetahui apakah Wajib Pajak yang menggunakan
penghitungan penghasilan menggunakan peredaran bruto tertentu
tersebut memang layak menggunakan tarif 1% tersebut.
2. Ketika menghadapi krisis keuangan global seperti tahun 2009,
dimana perlambatan pertumbuhan PDB juga mempengaruhi
menurunnya realisasi Penerimaan Pajak bahkan hingga target tidak
tercapai, Direktorat Jenderal Pajak harus melakukan pengawasan
yang lebih mendalam terhadap Wajib Pajak yang hendak
melakukan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan, pada saat krisis
keuangan global terjadi, negara-negara maju akan cenderung
mengarahkan aparat pajaknya untuk mendapatkan penerimaan
Pajak lebih besar lagi.Pengawasan tersebut dilakukan dalam rangka
mengamankan penerimaan Negara, yaitu bukan dengan menaikkan
tarif, namun dengan mengoptimalkan pembayaran pajak oleh
Wajib Pajak.
64
3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untukmeningkatkan
kesadaran serta kepatuhan dari Wajib Pajak dalammelaporkan
penghasilan dan membayar pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undanganyang berlaku.
4. Bagi peneliti lain, mengembangkan model penelitian
denganmelibatkan variabel-variabel makro ekonomi lainnya,
sehingga dapatmemberikan pemahaman dan masukan yang lebih
berharga bagi evaluasikebijakan dan kinerja Pemerintah untuk
Indonesia yang lebih baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito dan Megantara, Andie. 2009. Era Baru Kebijakan Fiskal,
Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Abimanyu, Anggito. 2009. Tantangan Kebijakan Fiskal 1998-2009 dari Krisis
Asia ke Krisis Global. Jakarta: Badan Kebijakan Fiskal. Abimanyu, Anggito. 2011. Refleksi dan Gagasan Kebijakan Fiskal. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. APBN, Pusat Kebijakan. 2010. ”Laporan Tim Penyempurnaan, Update Dan
Implementasi Penerimaan Perpajakan”. Jakarta: Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal.
Harsono, Budi. 2006. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Terhadap Kinerja Direktorat Jenderal Pajak Menuju Organisasi Modern (Tesis Program Ilmu Administrasi Pasca Sarjana FISIP UI). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Hendroharto, Agus. 2006. Peran Sistem Administrasi Perpajakan Modern Dalam
Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Satu (Tesis Program Studi Ilmu Administrasi Pascasarjana FISIP UI). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Ilyas, Wirawan dan Waluyo. 2000. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat Koperasi Pegawai KP DJP. 2006. Tinjauan Perpajakan Indonesia – Indonesian
Tax In Brief. Jakarta: Gemilang Gagasanido Handal Mansury R. 1994. Panduan Konsep Utama Pajak Penghasilan Indonesia.Jakarta :
PT Bina pariwara Muljono, Djoko. 2006. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: CV Andi Offset Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
Purnomo, Hadi. 2009. Artikel Reformasi Administrasi Perpajakan, dalam bukku
Era Baru Kebijakan Fiskal. Jakarta: Kompas Media Nusantara
66
Purnomo Djati, Hendri. 2004. Pengaruh Pertambahan Jumlah dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak.
Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat, Direktorat. 2010.
Persandingan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak
Adriani, P. J. A.. 1991. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT. Eresko. Prabowo, Yusdianto. 2004. Akuntansi Perpajakan Terapan. Jakarta: PT Grasindo Sulistyanto, Bambang. 1998. Penerimaan Pajak Di Indonesia Tahun 1969/70 –
1996/97 Analisis Kinerja Dan Struktur Pajak (Tesis Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Sosial UI) .Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Sumitro, Rochmat. 1990. Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan.
Bandung: PT. Eresco Suryana, Camelia. 2005.Analisis Pengaruh Penerimaan Negara Dari Sektor Pajak
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Tesis Program Studi Magister Akuntansi Pascasarjana FE UI). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Sjafri,Rika Sari. 2006. Analisis Tentang Penerimaan Pajak Sebagai Fungsi Dari
Produk Domestik Bruto Kaitannya Dengan Tax Bouyancy Dan Elastisitas Pajak Di Indonesia (Tesis Program Ilmu Administrasi Pasca Sarjana FISIP UI). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Soemitro, Rochmat dan Kania, Dewi sugiharti. 2004. Asas Dan Dasar Perpajakan
edisi 2. Bandung: PT. Refika Aditama. Sommerfeld, Ray M., Anderson, Hershel M., dan Brock, Horace R. 1981. An
Introduction To Taxation, Newyork: Harcourt Brace Jonovich Inc. Tresnawati, Sri Rahayu. 2006. Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Tax ratio
Daerah Provinsi Di Indonesia: Tahun 1995 – 2004 (Tesis Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana FE UI). Jakarta: Perpustakaan Universitas Indonesia.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang
Wahyudi, Eddi. 2009. Rancang Bangun Taxes Early Warning System Dan
Penerimaan Pajak Di Indonesia : Aplikasinya Dalam Analisis Siklus Bisnis
67
Dan Evaluasi Kinerja Penerimaan Pajak (Disertasi Program pascasarjana Manajemen dan Bisnis). Bogor: Institut Pertanian Bogor
Widodo, Slamet. 2011. Faktor-Faktor Ekonomi Yang Menyebabkan Pertumbuhan
Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri Cenderung Menurun: Studi Tahun 2006 s.d. 2010, quick research. Jakarta: Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal.
68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Desi Rosalina
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Desember 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS Kementerian Keuangan
Golongan Darah : B
Agama : Kristen Protestan
Alamat Rumah : Jl. Madu No. 13, Curug, Pondok Kelapa,
Jakarta Timur
Nomor Telepon : 087880884124
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
D-III : Program Diploma III Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, SpesialisasiAkuntasi, Tangerang-Banten (2006)
SMA : SMA Negeri 81, Jakarta (2004)
SMP : SMP Tarakanita 4, Jakarta (2001)
SD : SD St. Maria Immaculata, Jakarta (1995)