KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM ...

142
KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri) SKRIPSI REBY YOGA AFRIAN 11140920000017 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H

Transcript of KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM ...

KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)

SKRIPSI

REBY YOGA AFRIAN

11140920000017

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

ii

KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN

(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)

REBY YOGA AFRIAN

11140920000017

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021 M / 1442 H

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Kekuatan Brand Awareness Produk UMKM terhadap

Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”

yang ditulis oleh Reby Yoga Afrian NIM 11140920000017, telah diuji dan

dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 juli

2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I

Dr. Achmad Tjachja Nugraha, M.P

NIP. 19740709200701 1 026

Penguji II

Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si

Pembimbing I

Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si

NIP. 19700209 201411 1 001

Pembimbing II

Nina Rusydiana, S.P., M.Pd

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D

NIP. 19710608 200501 1 005

Ketua

Program Studi Agribisnis

Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D

NIP. 19811106 201101 1 001

iii

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta. iuli 2021

Reby Yoga Afrian

1V

14

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Reby Yoga Afrian

Tempat/tanggal lahir : Tanah Grogot / 10 juni 1996

Jenis kelamin : Laki – Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 0811191944

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Institusi Tahun

SD Negeri 1 Way Mengaku Lampung Barat 2002 – 2008

SMP Negeri 1 Liwa Lampung Barat 2008 – 2011

SMA Negeri 1 Liwa Lampung Barat 2011 – 2014

S1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – Sekarang

PENGALAMAN KERJA

Marketing and Teknisi Rosi Computer (Oktober 2016 - Juni 2018)

Magang/Praktik Kerja Lapangan di PTPN VIII

Cikasungka, Unit kerja Pabrik Kelapa Sawit 2 (September 2018 - Desember 2018)

Social Media Officer Team Kampanye Nasional

(TKN) Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin (Januari 2019 - Juni 2019)

Project Akreditasi Magister Agribisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta (Oktober 2019 - November 2019)

Supervisor Social Media Strategist PT. Sinergi

Lintas Imaji (Desember 2019 - Februari 2020)

Project Manager Social Media Strategist PT.

Sinergi Lintas Imaji (Maret 2020 - Sekarang)

vi

RINGKASAN

Reby Yoga Afrian, Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap

Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri). Di bawah

bimbingan Iwan Aminudin dan Nina Rusydiana.

Semenjak diumumkan pandemi covid-19 di Indonesia oleh pemerintah, dan

diberlakukannya pembatasan aktivitas memiliki dampak terhadap keberlangsungan

usaha para pelaku UMKM. Salah satu UMKM yang terdampak adalah usaha yang

dilakukan oleh CV. Enam Putri yang memproduksi minuman herbal jahe merah

instan. Adanya pembatasan aktivitas menyebabkan CV. Enam Putri harus

memperluas pemasarannya dengan cara melakukan penjualan online. Ditambah

lagi adanya kompetitor yang memiliki produk serupa yang melakukan promosi

secara online yang menyebabkan persaingan produk yang yang cukup kompetitif.

Permasalahan tersebut, menjadi focus CV. Enam putri untuk meningkatkan

penjualannya dan berupaya membuat konsumennya menjadi loyal, maka harus

memperhatikan tahapan pada keputusan pembelian dan juga indikator brand

awareness. Karena semakin tinggi tingkat kesadaran merek seseorang, maka

keputusan pembelian konsumen terhadap produk dengan merek tersebut meningkat

karena merek itulah yang pertama diingatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi tingkat brand awareness meliputi

top of mind, brand recall, brand recognition, unaware of brand terhadap produk

jahe merah instan enam putri pada konsumen; identifikasi proses keputusan

pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan, pencarian infromasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian dan setelah pembelian terhadap produk jahe merah

instan enam putri; mengetahui seberapa besar hubungan dan signifikansi antara

brand awareness terhadap keputusan pembelian produk jahe merah instan enam

putri. Jenis penelitian kuantitatif digunakan data hasil kuesioner dari variabel

(keputusan pembelian dan brand awareness) kepada 100 responden berdasarkan

rumus rumus Lemeshow dan teknik purposive sampling. Metode analisis data

deskriptif yang dikategorikan rumus rang dan statistik chi-square.

Hasil analisis identifikasi proses keputusan pembelian (pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan

setelah pembelian) ada kekurangan pada tahapan pencarian infromasi, karena

belum memanfaatkan akses internet untuk mengetahui jahe merah instan enam

putri, tetapi tahapan setelah pembelian konsumen merasa puas dalam

mengkonsumsi jahe merah instan enam putri. Identifikasi brand awareness (top of

mind, brand recall, brand recognition, unaware of brand) persentase pencapaian

pada tingkat top of mind hanya sebesar 29% dan ada permasalahan di tingkatan

brand recognition, pihak CV. Enam Putri belum dapat mengenalkan produk dengan

baik dan belum dijadikan sebagai referensi produk herbal. Berdasarkan hasil

statistik uji chi-square diperolah nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.000<0,05,

artinya hipotetis H1 diterima dan H0 ditolah atau adanya hubungan brand

awareness secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk jahe

merah instan enam putri.

vii

KATA PENGANTAR

حمن الر حيم بســــــــــــــــم هللا لر ,

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi atas segala nikmat, karunia, berkah dan

hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kekuatan Brand awareness Produk

UMKM Terhadap Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah

Instan Enam Putri)”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga beliau, sahabatnya, tabiin-tabiinnya, sampailah kepada

kita selaku umatnya sampai akhir zaman yang selalu mendapatkan kebahagiaan

dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.

Selama proses pengerjaan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis

hadapi akan tetapi selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Penulis

memperoleh banyak bimbingan dan bantuan baik dari segi moral maupun material

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, ayahanda tercinta A Faisol Amirillah dan ibunda tercinta

Ida Royani yang penulis cintai dan sayangi yang tidak pernah bosan dan

letih memberikan nasihat, motivasi, semangat, bantuan materil, serta doa

yang dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.

2. Kakakku Toni Afrian dan Kakak Iparku Bina Yusha Yamamoto yang selalu

memberi semangat dan masukan dalam penulisan skripsi ini, serta adikku

Naura Afriani yang kusayangi.

viii

3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan

Kaprodi Magister Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah memberikan bimbingan,

saran, motivasi, serta arahannya selama penyusunan skripsi penelitian ini.

4. Ibu Nina Rusydiana, SP., M.Pd selaku dosen pembimbing kedua dan dosen

Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bimbingan, saran,

motivasi, serta arahannya selama penyusunan skripsi penelitian ini.

5. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D selaku Kaprodi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberikan arahan

kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi.

6. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, M.M. selaku Sekretaris Prodi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberikan arahan

kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi.

7. Ibu Siti Khotijah selaku Direktur CV. Enam Putri yang sudah memberikan

izin untuk melakukan penelitian dan membantu menyebarkan kuesioner

penelitian kepada konsumen.

8. Kepada seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

ix

9. Calon istriku tercinta Pipin Marlia yang tidak pernah lelah dan tidak pernah

bosan selalu menemani dan selalu memberikan semangat hingga penulisan

skripsi ini selesai.

10. Teman-teman mahasiswa/i Agribisnis 2014, semoga tali silaturahmi ini

dapat selalu terjaga dengan baik. Aamiin.

11. Bapak Erick Thohir, B.A., M.B.A. selaku Menteri BUMN dan mantan ketua

Team Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin yang

telah memberi motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan studi strata-1.

12. Adrian Zakhary selaku Komisaris PTPN VIII yang sudah mendukung dan

memberi semangat dalam penulisan skripsi ini, serta senantiasa menjadi

mentor untuk menjadi individu kompeten dalam dunia kerja,

13. Indra kaka Saputra selaku Asisten Staf Khusus III Menteri BUMN yang tak

pernah henti membimbing untuk menjadi individu yang kompeten di dunia

kerja dan selalu memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Prof. Harijono Djojodihardjo, Sc.D., IPU selaku anggota International

Academy of Astronautics yang telah mendukung penulis menyelesaikan

skripsi ini.

15. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis serta tidak dapat disebutkan

satu per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Jakarta, Juli 2021

Reby Yoga Afrian

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

2.1 Konsep UMKM ........................................................................................ 9

2.1.1 Definisi UMKM ................................................................................ 9

2.1.2 Karakteristik UMKM ...................................................................... 10

2.1.3 Klasifikasi UMKM ......................................................................... 11

2.1.4 Membangun Produk UMKM Selama Pandemi Covid-19 .............. 12

2.2 Konsep Keputusan Pembelian ................................................................ 15

2.3 Brand (Merek) ........................................................................................ 22

2.4 Konsep Brand Awareness ....................................................................... 26

2.4.1 Pengertian Brand Awareness .......................................................... 26

2.4.2 Pembentukan Brand Awareness ...................................................... 27

2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 30

2.6 Kerangka Pemikiran................................................................................ 35

2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 36

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 37

3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 38

3.4 Skala Pengukuran.................................................................................... 40

xi

3.5 Proses Pengumpulan Data....................................................................... 41

3.5.1 Instrumen Penelitian........................................................................ 42

3.5.2 Uji Coba Instrumen ......................................................................... 45

3.6 Teknik Analisis Data............................................................................... 49

3.7 Definisi Operasional ............................................................................... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 53

4.1 Gambaran Umum UMKM ...................................................................... 53

4.1.1 Profil CV. Enam Putri ..................................................................... 53

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan CV. Enam Putri ........................................... 55

4.1.3 Struktur Organisasi CV. Enam Putri ............................................... 56

4.1.4 Sarana dan Prasarana CV. Enam Putri ............................................ 57

4.1.5 Proses Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri .............................. 58

4.2 Karakteristik Responden ......................................................................... 60

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 60

4.2.2 Usia Responden ............................................................................... 62

4.2.3 Status Pekerjaan Responden ........................................................... 63

4.2.4 Pendidikan Responden .................................................................... 65

4.2.5 Penghasilan Per Bulan..................................................................... 66

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 69

5.1 Identifikasi Keputusan Pembelian Jahe Merah Instan Enam Putri ......... 69

5.1.1 Pengenalan Kebutuhan .................................................................... 70

5.1.2 Pencarian Informasi ........................................................................ 72

5.1.3 Evaluasi Alternatif .......................................................................... 75

5.1.4 Keputusan Pembelian ...................................................................... 77

5.1.5 Setelah Pembelian ........................................................................... 79

5.2 Identifikasi Brand awareness Jahe Merah Instan Enam Putri ................ 82

5.2.1 Unaware of Brand ........................................................................... 83

5.2.2 Brand Recognition .......................................................................... 85

5.2.3 Brand Recall.................................................................................... 87

5.2.4 Top of Mind ..................................................................................... 89

5.3 Hubungan Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian Jahe Merah

Instan Enam Putri .................................................................................... 92

xii

PENUTUP ............................................................................................................. 95

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 95

6.2. Saran ....................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

LAMPIRAN ........................................................................................................ 104

xiii

DAFTAR TABEL

1. Daftar Penelitian Terdahulu Sebagai Rujukan .................................................. 31

2. Nilai P dan P*(1-p) ........................................................................................... 39

3. Pembobotan Instrumen Skala Likert Pada Penelitian ....................................... 40

4. Indikator Variabel Keputusan Pembelian ......................................................... 44

5. Indikator Variabel Brand Awareness ................................................................ 45

6. Indikator Operasional Variabel Keputusan Pembelian ..................................... 48

7. Indikator Operasional Variabel Brand Awareness ............................................ 49

8. Rekapitulasi Hasil Keputusan Pembelian ......................................................... 70

9. Rekapitulasi Hasil Kesadaran Merek ................................................................ 83

10. Hasil Analisis Chi-Square ............................................................................... 93

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Logo dan Produk Jahe Merah Enam Putri .......................................................... 4

2. Skema Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8

3. Indikator Keputusan Pembelian ........................................................................ 16

4. Piramida Brand Awareness ............................................................................... 28

5. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 35

6. Peta Lokasi CV. Enam Putri ............................................................................. 54

7. Logo Perusahaan CV. Enam Putri .................................................................... 55

8. Struktur Organisasi CV. Enam Putri ................................................................. 57

9. Tahap Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri ................................................ 58

10. Diagram Persentase Karakteristik Jenis Kelamin ........................................... 61

11. Diagram Persentase Karakteristik Usia ........................................................... 63

12. Diagram Persentase Karakteristik Status Pekerjaan ....................................... 64

13. Diagram Persentase Karakteristik Pendidikan ................................................ 65

14. Diagram Persentase Karakteristik Penghasilan Per Bulan .............................. 67

15. Diagram Analisis Pengenalan Kebutuhan ....................................................... 71

16. Diagram Analisis Pencarian Informasi ........................................................... 74

17. Diagram Analisis Evaluasi Alternatif ............................................................. 76

18. Diagram Analisis Keputusan Pembelian ......................................................... 78

19. Diagram Analisis Setelah Pembelian .............................................................. 81

20. Diagram Analisis Unaware of brand .............................................................. 84

21. Diagram Analisis Brand Recognition ............................................................. 86

22. Diagram Analisis Brand Recall ...................................................................... 88

23. Diagram Analisis Top of Mind ........................................................................ 91

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Uji Coba Intrumen dalam Kuesioner Penelitian ............................................. 104

2. Hasil Tabulasi Data Uji Coba Intrumen dalam Kuesioner.............................. 107

3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Validitas dan Reabilitas ....................... 109

4. Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 111

5. Hasil Tabulasi Data Kuesioner Penelitian....................................................... 114

6. Outpout Data Kategori Proses Keputusan Pembelian ..................................... 120

7. Outpout Data Kategori Tingkat Brand Awareness ......................................... 123

8. Oupout Chi-Square Tests ................................................................................ 126

9. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 127

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengawali tahun 2020 pemerintah mengumumkan adanya wabah pandemi

covid-19 pertama di Indonesia. Secara global, bencana pandemi covid-19

memunculkan banyak permasalahan terhadap keberlangsungan hidup dan bahkan

mengakibatkan peningkatan mortalitas. Bukan hanya berdampak di bidang

kesehatan, namun juga dalam semua bidang, termasuk ekonomi dan pelaku dari

kegiatan ekonomi (Santoso & Istizar, 2020:2). Upaya pencegahan penyebaran pun

dilakukan serta dikampanyekan melalui tiga kunci pengendalian covid-19, yaitu

memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan dan pemerintah akhirnya

membuat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta

mengampanyekan Stay at home (Rosita, 2020:109).

Kebijakan melakukan semua aktivitas di rumah saja, berdampak ke hampir

semua lapisan masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM). Menurut Rosita (2020:110), aktivitas sektor UMKM selama pandemi

covid-19 memunculkan kesempatan positif, yaitu pelaku yang melakukan transaksi

perdagangan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi elektronik

mencapai peningkatan sebesar US$ 130 miliar. Lebih lanjut (Amri, 2020:123)

mengemukakan bahwa produk yang penjualannya mengalami peningkatan, antara

lain produk kesehatan meningkat 90%, produk penunjang hobi naik sebesar 70%,

dan produk herbal naik sebesar 200%.

2

CV. Enam Putri merupakan salah satu UMKM yang memanfaatkan potensi

produk herbal berupa jahe merah instan. Mengingat situasi pandemi covid-19

diketahui belum ada kepastian selesai dan mengingat potensi masyarakat akan

kebutuhan dalam menjaga daya tahan tubuh melalui konsumsi produk herbal,

secara tidak langsung berpotensi besar terhadap keberlangsungan produk jahe

merah CV. Enam Putri. Seiring dengan pendatang baru yang menjadi pesaing, yaitu

Jahe Merah Cap Cangkir Mas, Jahe Merah Hj Fadilah, Divine Herba dan produk-

produk UMKM lainnya (Destama, 2020:3). Hal ini juga diperkuat oleh Pondia

(2018:2) yang mengungkapkan bahwa perkembangan UMKM yang berjalan sangat

pesat, sejalan dengan bertambahnya jumlah pelaku usaha yang menyebabkan

semakin kompetitif.

Melihat beberapa pesaing yang ada juga menjadi kendala yang harus

dihadapi dalam menghindari penurunan jumlah volume penjualan dan kelemahan

pelaku UMKM, yaitu kurang berfikir kritis dalam membuat kebijakan yang dapat

meningkatkan keputusan pembelian konsumen (Sudarso & Erlic, 2018:2).

Kepentingan meningkatkan keputusan pembelian dimana konsumen telah memilih

beberapa alternatif dalam menggunakan suatu produk atau tahap konsumen

membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai (Putri & Deniza,

2018:70).

Pengambilan keputusan konsumen adalah proses yang dipengaruhi oleh

kebutuhan dari tiap individu yang berbeda dan proses konsumen dalam melakukan

penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tertentu (Tama, 2017:27). Pada penelitian terdahulu oleh Kusuma

3

(2018:35) proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap warunk

upnormal melalui lima proses tahapan. Tahap pertama yaitu pengenalan kebutuhan,

menunjukkan bahwa motivasi konsumen dalam melakukan pembelian, karena

ingin mencoba dan bermanfaat untuk menghilangkan rasa lapar. Tahap kedua, yaitu

pencarian informasi dimana proses konsumen menemukan infromasi mengenai

produk tersebut paling dominan didapatkan dari anggota keluarganya sendiri.

Tahap ketiga evaluasi alternatif, konsumen menilai hal yang paling

dipertimbangkan dalam memilih produk berdasarkan keamanan dan manfaat yang

dirasakan. Tahap keempat keputusan pembelian, mayoritas konsumen datang untuk

membeli produk secara terencana dan paling dominan dipengaruhi oleh anggota

keluarga atau diri sendiri. Tahap setelah pembelian, mayoritas konsumen

menyatakan puas dan ingin melakukan pembelian ulang.

Mengingat dalam keputusan pembelian konsumen, kesadaran merek sangat

berperan penting, karena suatu merek yang gampang diingat dan melekat pada

ingatan konsumen akan berpengaruh terhadap pembelian kembali terhadap produk

tersebut (Sudarso & Erlic, 2018:4). Berkaitan dengan merek adalah suatu faktor

yang terpenting dalam memperkenalkan produk kepada konsumen dan membuat

asosiasi terhadap suatu produk agar dapat melekat di benak konsumen (Kumalasari,

2013:85). Merek (brand) memberikan tanda atau simbol kepada konsumen

mengenai nilai tersendiri untuk mengunggulkan suatu produk dan melindungi

konsumen maupun produsen dari kompetitor yang berusaha memberikan produk

tampak sama identik (Amalia & Putri, 2020:4705). Nilai-nilai tersebut juga

mengaitkan antara asosiasi yang satu dengan asosiasi lainnya, familiar (menjadi

4

terkenal), komitmen, mempertimbangkan merek (Febrian, 2018:23). Sama dengan

CV. Enam Putri yang sudah memiliki merek dagang terhadap produk yang

dijualnya (Gambar 1).

Gambar 1. Logo dan Produk Jahe Merah Enam Putri Sumber: CV. Enam Putri, 2021

Pelaku UMKM CV. Enam Putri tidak semata-mata menciptakan suatu

merek hanya untuk produksi atau produk yang dapat dipasarkan kepada

masyarakat. Tetapi berkeinginan untuk lebih dikenal oleh calon pembeli dan

bahkan menciptakan posisi kuat di benak konsumen. Tingkat kesadaran konsumen

terhadap suatu merek (brand awareness) sangatlah penting bagi pelaku bisnis untuk

membuat konsumen terfokus memilih merek yang telah ada di benaknya (Febrian,

2018:2). Terdapat beberapa komponen yang berperan dalam pembentukan brand

awareness, yaitu top of mind (puncak pikiran), brand recall (mengingat kembali)

brand recognition (mengenali merek), dan unaware of brand (tidak mengenal

merek) meninjau satu kesatuan tingkatan (Sudarso & Erlic, 2018:2; Putri & Deniza,

2018:70). Menurut Keller dalam Rahayu (2017:227) konsep brand awareness

5

memiliki kemampuan mengidentifikasi merek pada situasi dan kondisi berbeda,

dapat dilakukan cara pengenalan merek dan pengingatan kembali sebuah merek.

Adanya brand awareness yang tinggi dibutuhkan sebagai mekanisme untuk

memperluas pasar dimana semakin banyak konsumen mengenali produk tersebut

dan memunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan

berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan (Febrian, 2018:2). Dapat

menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan pembelian konsumen sebagai suatu

proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan

tindak lanjut yang nyata. Namun demikian, pelaku UMKM banyak mengalami

hambatan-hambatan dalam perluasan pemasaran.

Iskandar dkk (2016:163) merekomendasikan salah satu alternatif strategi

utama bagi perusahaan dalam rangka perluasan pemasaran adalah dengan

menonjolkan khasiat dan kandungan bahan alami dalam produk minuman kemasan

sebagai materi promosi, salah satunya dengan memanfaatkan media social. Hal ini

dapat dimanfaatkan oleh CV. Enam Putri untuk menarik konsumennya agar

membeli produk jahe merah instan selama pandemic covid-19. Melalui media

social, CV. Enam Putri dapat melakukan promosi dengan menonjolkan manfaat dan

kandungan bahan alami jahe merah sebagai kelebihan yang ditawarkan oleh produk

olahan jahe merah. Melaui media online, CV. Enam Putri juga dapat membangun

brand awareness dengan baik, meluaskan pemasarannya yang berdampak terhadap

peningkatan penjualan jahe merah instan.

Memasarkan produknya, UMKM harus mengetahui cara menganalisis

kesempatan pasarnya, cara memilih pasar sasaran yang tepat, dan cara mengelola

6

usaha pemasaran yang efektif yang didukung oleh tingkat kesadaran produk

(Rahayu, 2017:228). Hal ini menjadi tolak ukur juga bagi konsumen dalam

memutuskan membeli sebuah produk. Oleh karena itu, uraian diatas menjadi

tantangan CV. Enam Putri lebih eksis dalam mengembangkan usahanya dan

membuat ketertarikan untuk dilakukan penelitian lanjutan dalam bentuk proposal

penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses keputusan pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan,

pencarian infromasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah

pembelian terhadap produk jahe merah instan enam putri?

2. Bagaimana brand awareness yang meliputi unaware of brand, brand

recognition, brand recall dan top of mind, terhadap produk jahe merah instan

enam putri?

3. Apakah ada hubungan signifikan brand awareness terhadap keputusan

pembelian pada konsumen produk jahe merah instan enam putri dan seberapa

besar hubungannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin

dicapai untuk mendapatkan bukti ilmiah mengenai:

7

1. Identifikasi proses keputusan pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan,

pencarian infromasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah

pembelian terhadap konsumen produk jahe merah instan enam putri.

2. Identifikasi tingkat brand awareness meliputi unaware of brand, brand

recognition, brand recall, dan top of mind terhadap konsumen produk jahe

merah instan enam putri pada konsumen.

3. Mengetahui seberapa besar hubungan dan signifikansi antara variabel brand

awareness terhadap variabel keputusan pembelian konsumen produk jahe

merah instan enam putri.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dalam 2 (dua) aspek,

meliputi manfaat teori dan praktik:

1. Manfaat teori, untuk pengembangan konsep proses keputusan pembelian dan

konsep tingkatan brand awareness dalam mengkaji bagian penguatan strategi

pemasaran dan mengombinasikan satu komponen menjaga eksistensi produk

UMKM selama pandemi covid-19 dan memberikan infromasi lebih lanjut

dengan mengaitkan pada objek yang lain.

2. Manfaat praktik hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

khususnya pemilik CV. Enam Putri untuk dapat bersaing dan menciptakan

keberlanjutan aktivitas usaha produk makanan/minuman herbal apabila terjadi

bencana lain dikemudian hari.

8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mencakup ruang lingkup analisis objek untuk diteliti adalah

konsumen jahe merah instan enam putri dapat dilihat uraian sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Ruang Lingkup Penelitian Sumber: Data Primer, 2021 (diolah)

Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan lebih rinci bahwa penelitian ini

berfokus pada mengambil respon konsumen produk jahe merah instan enam putri

terkait tingkatan brand awareness dan keputusan pembelian yang dianalisis melalui

deskriptif kualitatif dan mengetahu hubungan signifikan brand awareness terhadap

keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri yang dianalisis chi-

square dengan alat bantu aplikasi SPSS 25.00. Sementara narasumber dan

responden yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM CV. Enam

Putri dan setiap orang yang sudah pernah melakukan pembelian produk jahe merah

instan enam putri.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep UMKM

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik

memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak

berkurang, justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107

juta tenaga kerja sampai tahun 2012 (LIPPI, 2015). Usaha mikro kecil dan

menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. masa

depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan menengah

untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah pada GDP

di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi

usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha menengah.

2.1.1 Definisi UMKM

Usaha mikro, kecil dan menengah atau yang kerap disebut dengan UMKM

merupakan istilah yang ditujukan untuk mengelompokkan berbagai jenis usaha

berdasarkan skala nilai penerimaan dan aset yang dimiliki. Secara umum, UMKM

tertuang dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah. Berikut merupakan definisi UMKM menurut Undang-Undang No.

20 Tahun 2008:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Kriteria usaha mikro adalah

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 tidak termasuk tanah

10

dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp300.000.000.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan lainnya. Kriteria usaha kecil adalah

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 sampai dengan paling

banyak Rp500.000.000 yang tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 sampai

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang dimiliki, dikuasai, atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

lainnya. Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 yang tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000.

2.1.2 Karakteristik UMKM

UMKM memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis

usaha besar, termasuk karakteristik yang membedakan usaha mikro, usaha kecil,

dan usaha menengah sendiri. Tambunan dalam Larasati (2011:6), tenaga kerja yang

diperlukan oleh industri kecil tidak menuntut pendidikan formal yang tinggi.

Sebagian besar tenaga kerja yang diperlukan oleh industri ini didasarkan atas

11

pengalaman (learning by doing) yang terkait dengan faktor historis (path

dependence). Tulisan lanjutan Tambunan dalam Larasati (2011:6) mengenai

UMKM mengungkapkan bahwa struktur pengusaha menurut tingkat pendidikan

formal memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan rata-rata

pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala usaha, yang umumnya

berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang memerlukan

keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin banyak

pengusaha dengan pendidikan formal tersier.

Data BPS tahun 2006 yang dikutip oleh Tambunan dalam Larasati (2011:7)

juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak UMKM, namun tidak seluruh

UMKM ini berbadan hukum. Justru sebagian besar UMKM yang ada, yakni sekitar

95,1 persen dari jumlah unit usaha tidak berbadan hukum. Hal ini dapat diterima

dengan alasan kebanyakan UMKM memiliki modal yang sangat minim dan

terbentur berbagai birokrasi dan persyaratan yang rumit dan kompleks untuk

mendapatkan pelayanan dalam pengembangan usahanya.

2.1.3 Klasifikasi UMKM

Melihat perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain

itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam guncangan krisis

ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil

dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah klasifikasi

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Resalawati dalam

Firmansyah (2018:29):

12

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum

biasa disebut sektor informal dan contohnya pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima

pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan

transformasi menjadi usaha besar (UB).

2.1.4 Membangun Produk UMKM Selama Pandemi Covid-19

Indonesia mulai diumumkan kasus virus Covid-19 pada bulan Maret,

membawa berdampak negatif terbesar pada kesehatan manusia. The World Trade

Organisation (WTO) memperkirakan bahwa volume perdagangan dunia secara

global kemungkinan akan menurun sekitar 32% pada tahun 2020 selama masa

COVID-19 (Islam et al., 2021:50). Kebijakan pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) dan social distancing aktivitas masyarakat sebagai upaya penanganan

pandemi COVID-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan secara

nasional (Hadiwardoyo, 2020:85). Semua sektor yang terkena dampak negatif

selama berlangsung pandemi covid-19 terhadap perekonomian khususnya sektor

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

13

Pada tahun 2018, menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah, jumlah UMKM di Indonesia adalah sekitar 64.194.057 unit usaha dan

daya serap tenaga kerja mencapai 116.978.631 total angkatan kerja yang setara

dengan 99% total unit usaha di Indonesia, dengan persentase serapan tenaga kerja

di sektor ekonomi setara dengan 97% atau 3% sisanya pada sektor industri

(Febriani, 2020:8). UMKM secara umum menempati posisi strategis sebagai jaring

pengaman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk menjalani

kegiatan ekonomi produktif, di samping itu usaha kecil, mikro dan menengah

memiliki peran penting dalam peningkatan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) di

Indonesia (Rosita, 2020:110). Krisis akibat pandemi berdampak bagi UMKM

dengan risiko serius dimana lebih dari 50% UMKM tidak akan bertahan beberapa

bulan ke depan (Sugiri , 2020:79).

Ambruknya UMKM secara luas dapat berpengaruh kuat pada ekonomi

nasional, prospek pertumbuhan global dan bahkan pada sektor keuangan,

mengingat 60-70% lapangan kerja di negara OECD diperankan oleh UMKM dan

terlebih dari itu terdapat tekanan oleh portofolio yang tidak memiliki kinerja.

dampak pandemi COVID-19 kepada UMKM dapat dilihat dari sisi penawaran dan

sisi permintaan. Banyak UMKM mengalami kekurangan tenaga kerja, karena

alasan menjaga kesehatan pekerja dan adanya pemberlakuan pembatasan sosial

(social distancing) (OECD, 2020:2-3).

Terdapat lima skema perlindungan dan pemulihan koperasi dan UMKM di

tengah pandemi Covid-19, yaitu: (a) pemberian bantuan sosial kepada pelaku

usaha sektor UMKM yang miskin dan rentan, (b) insentif pajak bagi UMKM; (c)

14

relaksasi dan restrukturisasi kredit bagi UMKM; (d) perluasan pembiayaan modal

kerja UMKM; (d) menempatkan kementerian, BUMN dan Pemerintah Daerah

sebagai penyangga produk UMKM; dan (e) pelatihan secara e-learning. Untuk

mendukung kebijakan pemerintah, beberapa strategi jangka pendek dan strategi

jangka panjang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah (Sugiri, 2020:80).

Strategi jangka pendek berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan

yang ketat, memberi peluang dan dorongan layanan digital sebagai pendukung

UMKM, sosialisasi asosiasi pelaku usaha, penyederhanaan proses administrasi,

serta upaya mendorong perubahan strategi bisnis. Strategi jangka panjang

berkaitan dengan upaya menyiapkan peta jalan pengembangan UMKM,

membangun teknologi digital sebagai platform dalam proses bisnis UMKM,

pengembangan model bisnis UMKM yang modern, serta mendorong kolaborasi

pemerintah dengan korporasi dalam memberdayakan UMKM (Sugiri , 2020:80).

Pelaku usaha UMKM dapat memilih dua alternatif pilihan untuk

menghindari terjadinya penghentian kegiatan produksi, yaitu menaikkan harga jual

produk dengan tetap mempertahankan kualitas atau tidak menaikkan harga produk

dengan catatan kualitas produk yang diberikan menurun dari yang sebelumnya. Hal

ini juga terkait dengan ketersediaan bahan baku pada produk tertentu yang kian

langka akibat tingginya permintaan terhadap produk tertentu, maka pengusaha

harus berani mengambil risiko untuk memilih dua pilihan tersebut (Arif, 2020:1).

Solusi lain yang dapat dilakukan oleh para pelaku UMKM yaitu: pertama

perlu memiliki manajemen terintegrasi mengenai stok produk atau memantau

persediaan barang, kedua pengiriman barang dagangan baik di dalam maupun di

15

luar kota, ketiga mengupayakan komunikasi yang cepat kepada pelanggan

sekalipun melalui media sosial, keempat mengusahakan menggunakan sistem

pembayaran melalui transfer bank maupun pembayaran elektronik. Strategi yang

dapat dilakukan oleh pelaku usaha antara lain melayani konsumen melalui platform

online, meningkatkan total quality management terkait higienitas, perubahan model

bisnis sementara agar laporan keuangan tetap positif (Azizah et al., 2020:47).

2.2 Konsep Keputusan Pembelian

Menurut Kotler & Amstrong (2016:159), keputusan pembelian adalah

sebagai berikut, keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau

membeli atau tidak terhadap produk. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen

selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal

oleh masyarakat. Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang

mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku

alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Pada umumnya, keputusan pembelian

konsumen adalah membeli merek yang paling disukai.

Ramadayanti (2019:78), menjelaskan keputusan pembelian merupakan

salah satu bagian dari perilaku konsumen. Di mana, perilaku konsumen merupakan

tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan

produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Mengambil suatu keputusan pembelian

dibutuhkan suatu proses, dimana dalam proses tersebut merupakan indikator

pengambilan keputusan pembelian yang spesifik, proses seorang konsumen

16

sebelum sampai pada keputusan pembelian dan selanjutnya pasca pembelian

(Febrian, 2018:7). Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan

keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan

penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima

tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif,

membuat keputusan dan perilaku pasca pembelian.

Menurut Assauri (2018:134), proses pembelian dimulai jauh sebelum

pembelian aktual dilakukan dan terus berlanjut dalam tahapan model. Para pemasar

membutuhkan pemahaman fokus pada keseluruhan proses pembelian dan tidak

hanya pada keputusan pembelian. Pada dasarnya konsumen akan menghadapi

kelima tahapan dalam model pada saat setiap akan melakukan pembelian.

Konsumen akan melewati lima tahap proses pengambilan keputusan (Kotler dan

Keller, 2009:235). Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan sebuah

pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap (Gambar 3).

Gambar 3. Indikator Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Keller, 2009:235 (diolah)

Kotler dan Keller (2009:235), menjelaskan keputusan pembelian sebagai

tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari

berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu

produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan

Pengenalan

Kebutuhan

Pencarian

Informasi

Evaluasi

Alternatif

Keputusan

Pembelian

Setelah

Pembelian

17

produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat. Model lima tahap keputusan

pembelian menurut lebih rinci lagi dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengenalan kebutuhan (problem recognition), “the buying process starts when

the buyer recognizes a problem or need triggered by internal or external

stimuli”. Proses dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masakah atau

kebutuhan, pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang

diinginkannya. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh stimulan internal dan

eksternal. Kegiatan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen,

pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering

membangkitkan minat akan suatu jenis produk. Stimuli eksternal dapat

mendorong untuk lebih cepat membuat suatu pembelian. Pemasar umumnya

membutuhkan hasil pengidentifikasian tentang keadaan, sehingga akan dapat

secara cepat mendorong pengumpulan informasi dari para konsumen. Para

pemasar tersebut kemudian dapat mengembangkan suatu strategi bisnis

pemasaran, terutama dalam upaya mengembangkan untuk dapat mempercepat

pemenuhan keinginan konsumen, upaya tersebut dilakukan agar dapat

mempercepat proses pembelian. Dalam hal ini, pemasar harus berupaya untuk

menciptakan motivasi konsumen, sehingga para pembeli potensial dapat

melakukan pemesanan dengan pertimbangan sungguh-sungguh.

2. Pencarian informasi (information search), “the milder search state is called

heightened attention at this level a person simply becomes more receptive to

information about a person. At the next level, the person may enter an active

information search: looking for reading material, phoning friends, going

18

online, and visiting store to learn about the product”. Konsumen sering

meneliti walaupun untuk sejumlah informasi yang terbatas. Umumnya survei

yang dilakukan adalah untuk barang-barang tahan lama dapat terlihat bahwa

konsumen hanya mengamati beberapa toko, serta hanya sekitar kurang dari

30% yang hanya menekankan pada yang lebih dari satu merek alat-alat rumah

tangga. Pada tingkat ini orang hanya menyederhanakan, yaitu untuk menjadi

penerima informasi tentang satu produk. Pada tingkat berikutnya, orang akan

berupaya masuk untuk melakukan penelitian akan informasi yang aktif. Upaya

ini dilakukan dengan melihat agar mendapatkan bahan-bahan tertulis, atau

dengan menelefon teman, ataupun berupaya masuk ke dalam internet atau

online, serta mengunjungi toko untuk mempelajari dan memahami produk itu.

Jumlah relatif dari sumber-sumber ini, serta pengaruhnya berbeda di antara

kategori produk dan karakteristik pembeli. Dari suatu pembicaraan yang

umum, para konsumen mendapatkan banyak informasi tentang produk dari

iklan, dengan sumber-sumbernya yang didominasi oleh pemasar. Walaupun

demikian, sebenarnya kebanyakan informasi efektif sering diperoleh dari

sumber-sumber publik, yang merupakan kewenangan independen. Sumber

informasi masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam

mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber-sumber komersial atau iklan

melakukan suatu fungsi menginformasikan, dimana sumber-sumber

perorangan atau personal melakukan fungsi legitimasi atau fungsi evaluasi.

Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok: a) sumber

pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan; b) sumber komersial: iklan, tenaga

19

penjual, pedagang perantara, pengemasan; c) sumber pengalaman:

penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk; dan 4) sumber publik: media

massa, organisasi rating konsumen (lembaga konsumen).

3. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives), “basic concepts will help us

understand consumer evaluation process. First, the consumer is trying to

satisfy a need. Second, the consumer is looking for certain benefits from the

product solution. Third, the consumer sees each product as a bundle of

attributes with varying abilities to deliver the benefits. The attributes to interest

to buyers vary by product”. Perlu diketahui dalam evaluasi alternatif,

bagaimana konsumen memproses informasi tentang merek persaingan, dan

bagaimana konsumen membuat keputusan nilai akhir. Tidak ada proses tunggal

yang digunakan oleh seluruh konsumen, dan tidak terdapat pula satu konsumen

yang memproses di dalam seluruh keadaan pembelian. Hanya ada beberapa

proses dan model yang paling akhir untuk melihat bahwa konsumen telah

membentuk pertimbangan secara luas, yang didasarkan pada kesadaran dan

pertimbangan yang rasional. Ada beberapa konsep dasar yang dapat membantu

memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, adalah konsumen mencoba

untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua, adalah konsumen melihat manfaat

tertentu dari pemecahan pengambilan keputusan produk. Ketiga, adalah

konsumen melihat setiap produk sebagai suatu atribut dengan berbagai

kemampuan memberikan manfaat dalam memuaskan kebutuhan.

4. Keputusan pembelian (purchase decision), “in the evaluation stage, the

consumer forms preferences among the brands in the choice set and may also

20

form an intention to buy the most preffered brand”. Tahap keputusan

pembelian, para konsumen membentuk preferensi atas merek- merek yang ada

dalam kumpulan pilihan, membentuk niat untuk membeli merek yang paling

disukai atau dipercaya sebagai hasil dari evaluasi alternatif. Diawali dengan

tahap penilaian berbagai alternatif yang dapat dilihat dari atribut-atribut yang

melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen membentuk pilihan.

Namun, ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih suatu produk,

yaitu sikap positif atau negatifnya pada orang tersebut terhadap suatu produk.

5. Perilaku setelah pembelian (postpurchase behavior), “after the purchase, the

consumer might experience dissonance from noticing certain disquieting

features or hearing favorable things about other brands and will be alert to

information that supports his or her decision”. Setelah pembelian, konsumen

mungkin telah berpengalaman akan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian,

sehingga akan terdapat perhatian untuk fitur kegelisahan tertentu, dan akan

mendengar hal-hal yang baik tentang merek-merek yang lain. Kemudian hal

ini akan menjadi tanda bagi informasi yang mendukung keputusan dari

konsumennya. Komunikasi pemasaran haruslah memberikan kepercayaan, dan

pengevaluasian yang menguatkan kembali pilihan konsumen, dan

membantunya agar tetap yakin merasa baik terhadap merek itu. Pada dasarnya

tugas pemasar, tidaklah akan berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian.

Para pemasar haruslah terus melakukan pemantauan akan kepuasan konsumen

pasca pembelian dan penggunaan produk.

21

Pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan penjual

(perusahaan) itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus

juga diperhatikan perusahaan, yaitu pemegang peranan pembelian dan keputusan

untuk membeli (Febrian, 2018). Perilaku pembelian konsumen dikelompokan

berdasarkan ada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek

menurut Assael yaitu:

1. Perilaku membeli yang rumit (complex buying behavior) membutuhkan

keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari

perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Perilaku

membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak

sering membeli, berisiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya. Biasanya

konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus

berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi

untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk,

kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

2. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (habitual buying behavior),

konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan atau bukan

berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara

berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal

produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali

mengapa mereka membeli produk tersebut.

22

3. Perilaku pembeli yang mencari keragaman (variety seeking buying behavior),

konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.

Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak.

Sebagai market leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga

agar jangan kehabisan stok atau dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan

konsumen akan produknya. Karena, sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih

ke merek lain. Apalagi para pesaing sudah menawarkan barang dengan harga yang

lebih rendah, kupon, sampel, dan iklan yang mengajak konsumen untuk mencoba

sesuatu yang baru. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang

sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.

2.3 Brand (Merek)

Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk membentuk citra dari

produk yang dimiliki suatu perusahaan adalah dengan membentuk suatu

merek/brand. Merek adalah sebuah presentasi dari nilai-nilai yang diberikan kepada

pelanggan. Menurut Aaker dalam Nuranindya (2012:13), merek adalah nama

dan/atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau barang

kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang

penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya

dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor. Kata brand berasal

dari bahasa Skandinavia kuno yang berarti to burn (menandai dengan cara

distempel dengan besi panas). Hal ini merujuk pada praktik menandai binatang

ternak yang dilakukan oleh pemiliknya sebagai cara untuk identifikasi binatang

ternak tersebut. Merek adalah produk yang mampu memberi dimensi tambahan

23

yang secara unik membedakannya dari produk- produk lain yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan serupa (Kotler dan Keller, 2009:236).

Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja

produk dari brand yang bersangkutan) maupun bersifat simbolik, emosional dan

intangible (berkaitan dengan representasi merek) yang masuk dalam elemen merek.

Merek menggambarkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai

atribut dan kinerja produk, nama merek serta maknanya. Merek menjadi sesuatu

faktor yang sangat penting dalam kompetisi, misalnya produk, biasanya relatif

mudah untuk ditiru oleh kompetitor karena menjadi pembeda antara produk

kompetitor dengan produk yang kita keluarkan. Kemampuan bersaing dari sebuah

produk terlihat dari kekuatan brand-nya. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi

terhadap sebuah produk maupun jasa.

Merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam

persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Asosiasi tidak hanya

eksis namun juga mempunyai suatu tingkat kekuatan, kaitan pada merek akan lebih

kuat jika dilandaskan pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkomunikasinya, juga akan lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu

jaringan dari kaitan-kaitan lain (Aaker dalam Faizza, 2017:23). Merek juga dibagi

dalam pengertian lainnya (Rangkuti dalam Faizza, 2017:24), seperti:

1. Nama merek (Brand name) yang merupakan bagian yang dapat di ucapkan

misalnya, Pepsodent, BMW, Toyota, dan sebagainya.

24

2. Tanda merek (Brand mark) yang merupakan bagian dari merek yang dapat

dikenali namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain huruf atau

warna khusus.

3. Tanda merek dagang (Trade mark) yang merupakan merek atau sebagian

merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan

sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual untuk

menggunakan nama merek (tanda merek).

4. Hak cipta (Copyright) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh

undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis,

karya musik, ataupun karya seni.

Menurut Tjiptono (dalam Nuranindya, 2012:14), suatu merek memberikan

sejumlah manfaat yang sangat baik untuk produsen maupun konsumen. Bagi

produsen merek berperan signifikan sebagai:

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan para pelanggan melakukan pelacakan

produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan peranan

akuntansi.

2. Wujud proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik

3. Sebagai tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa

dengan mudah membelinya lagi dilain waktu.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari

para pesaing

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

25

Adapun manfaat atau kegunaan suatu merek bagi konsumen dapat

dikelompokkan menjadi delapan fungsi utama, yaitu:

1. Identifikasi, bisa dilihat dengan jelas, dengan cepat mengidentifikasi produk

yang dibutuhkan.

2. Praktikalitas, memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian

ulang identik dan loyalitas.

3. Garansi, memberikan jaminan bahwa konsumen bias mendapatkan kualitas

yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu atau di lokasi manapun.

4. Optimisasi, memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif

terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan

spesifik.

5. Karakterisasi, mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen yang

ditampilkannya kepada orang lain.

6. Kontinuitas, kepuasan terwujud melalui familiaritas, intimasi dengan merek

yang telah digunakan atau dikonsumsi selama bertahun-tahun.

7. Hedonistik, pesona berkaitan dengan daya tarik merek, logo, komunikasi, dan

imbalan eksperiensial.

Kepuasan sebagai etika yang berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab

merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. Keahlian yang sangat

unik dari pemasar profesional serta berpengalaman adalah kemampuannya untuk

menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek yang akan

dipasarkan maupun yang telah dipasarkan. Para pemasar mengatakan bahwa

pemberian merek adalah seni dan bagian paling penting dalam pemasaran.

26

2.4 Konsep Brand Awareness

Brand awareness atau yang biasa kita sebut dengan kesadaran akan suatu

merek adalah suatu keadaan dimana konsumen mampu untuk mengenali dan

mengingat suatu produk dengan hanya melihat warna, logo, image dan hal lainnya

yang berkaitan dengan brand/produk itu sendiri. Merek sangat berperan penting

dalam hal pengenalan akan produk tersebut kepada pihak konsumennya. Merek

yang memiliki keunikan dan mudah diingat oleh para konsumen, merupakan merek

yang berhasil masuk dalam benak konsumennya. Dengan kata lain merek tersebut

berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai produk yang dikenal oleh konsumen.

Maka muncul dalam benak konsumen akan kesadaran merek atas suatu produk.

Meskipun kesadaran merupakan aset sebuah merek yang berharga, namun hal

tersebut tidak bisa dengan sendirinya menciptakan penjualan, terutama bila

menyangkut produk baru.

2.4.1 Pengertian Brand Awareness

Menurut Durianto (2004:61) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang

calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian

dari suatu kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Hasbun dan Ruswanty

(2016:2-4), kesadaran merek atau brand awareness adalah kemampuan merek yang

muncul di benak konsumen ketika mereka berpikir tentang produk tertentu dan

seberapa mudah bahwa produk muncul. Kesadaran merek merupakan dimensi

mendasar dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak memiliki ekuitas sampai

konsumen sadar tentang keberadaan merek tersebut. Merek baru harus mampu

mencapai kesadaran merek dan mempertahankan kesadaran merek terhadap semua

27

merek agar konsumen dapat mengingat sebuah merek meskipun konsumen tersebut

tidak memakai produk yang digunakan sebelumnya.

Kesadaran merek atau brand awareness dihubungkan pada kuatnya kesan

yang tersimpan dalam memori yang merefleksikan pada kemampuan pelanggan

untuk mengingat kembali atau mengenali kembali sebuah merek di dalam kondisi

yang berbeda. Kesadaran merek dapat dikategorikan menurut kedalaman dan

keluasannya. Kedalaman dari kesadaran merek berhubungan dengan kemungkinan

sebuah merek dapat diingat atau dikenali kembali. Keluasan dari kesadaran

merek/brand awareness berhubungan dengan keanekaragaman situasi pembelian

dan konsumsi di mana sebuah merek diingat (Kotler dan Keller, 2009:236).

2.4.2 Pembentukan Brand Awareness

Peran kesadaran merek atau brand awareness dalam keseluruhan brand

equity tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu

merek. Menurut Durianto (2004:62) bagian dari suatu kategori produk perlu

ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk

dengan merek yang dilibatkan. Kesadaran merek membutuhkan continum ranging

(jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah

dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan

satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Brand awareness berada pada

rentang antara perasaan yang tidak pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai

dengan perasaan yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas

produk yang bersangkutan. Tingkat kesadaran merek atau brand awareness secara

berurutan dilihat Gambar 4.

28

Gambar 4. Piramida Brand Awareness Sumber : Durianto, 2004:62 (diolah)

Ghealita dan Setyorini (2015:2) memaparkan bahwa kesadaran (awareness)

menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat

menjadi penentu yang digambarkan sebagai piramida kesadaran merek. Penjelasan

mengenai piramida kesadaran merek (brand awareness) dari tingkat terendah

sampai tingkat tertinggi adalah:

1. Tidak menyadari brand (Unaware of Brand) adalah tingkat paling rendah

dalam piramida brand awareness, dimana konsumen tidak menyadari adanya

suatu brand. Pada tahapan ini pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah

sudah mengenal merek yang disebutkan atau belum. Tingkatan ini yang harus

dihindari oleh perusahaan.

2. Pengenalan brand (Brand Recognition) adalah tingkat minimal brand

awareness, dimana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan

Top of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

Unaware of Brand

29

pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). Pada tahapan ini, pelanggan

mampu mengidentifikasi merek yang disebutkan.

3. Pengingatan kembali brand (Brand Recall) adalah pengingatan kembali brand

tanpa bantuan (unaided recall). Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat

merek tanpa diberikan stimulus.

4. Puncak pikiran (Top of Mind) adalah brand yang disebutkan pertama kali oleh

konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Pada

tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali muncul di

pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.

Menurut Gunawan (2014:4), upaya untuk menarik kesadaran merek, baik

dalam pengenalan (Brand Recognition) maupun pengingatan kembali (Brand

Recall), melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha memperoleh identitas merek dan

berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu. Peran brand awareness

adalah menciptakan suatu nilai. Pengenalan maupun pengingatan merek akan

terlibat upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya dengan

kategori produk. Sebuah merek yang berada pada tahapan top of mind konsumen

akan sangat menguntungkan dan berguna bagi perusahaan. Merek yang memiliki

citra kuat terhadap konsumen akan mempermudah perusahaan memperkenalkan

produk baru yang ingin mereka luncurkan serta meringankan biaya promosi yang

dikeluarkan karena merek tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas.

Menurut Rossiter (2014:534), pada kedua tahap di dalam brand awareness

yaitu brand recognition dan brand recall merupakan tahap yang sangat penting.

Tahap brand recognition, adalah tahap pertama konsumen mulai mengenal suatu

30

merek. Pada tahap brand recall, selama informasi yang berasal dari brand

recognition masih dibutuhkan, informasi tersebut akan terus diolah. Selanjutnya

apabila pengulangan tersebut terus terjadi, informasi yang terdapat di brand recall

akan mengarah pada top of mind. Terakhir, Pada tahap top of mind konsumen dapat

menyebutkan pertama kali nama suatu merek apabila ditanya mengenai industri

atau suatu produk. Nama suatu merek juga merupakan yang pertama kali muncul

di benak konsumen. Brand awareness merupakan faktor dominan yang

mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

Mencapai kesadaran merek merupakan tantangan utama bagi para perusahaan

yang baru merintis. Melalui usaha komunikasi pemasaran yang efektif, efisien, dan

konsisten, sebuah merek dapat menjadi terkenal sehingga dapat diingat oleh setiap

orang dengan tingkat kecerdasan standar. Kesadaran merek juga merupakan titik

awal dari kepuasan dan kesetiaan konsumen terhadap produk tersebut. Berdasarkan

hal tersebut penting bagi perusahaan dalam menciptakan dan membangun suatu

merek sesuai dengan apa yang ditawarkan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut daftar penelitian terdahulu yang dipandang relevan dan dijadikan

pendukung dalam penelitian ini pada Tabel 1.

31

Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu Sebagai Rujukan

No. Judul, Nama

Peneliti, dan Tahun

Metode

Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan

1.

Strategi

pengembangan

usaha CV. Enam

Putri Jakarta.

Destama (2020)

Kuantitatif

(Analisis

SWOT)

Berdasarkan analisis matriks SWOT, UMKM

CV. Enam Putri dapat dikembangkan melalui

tujuh alternatif strategi. Prioritas strategi yang

harus diterapkan UMKM mencakup strategi

mempertahankan kualitas pelayanan produk

yang ditawarkan, memperluas kerja sama

dengan distributor/penyalur dan strategi ini yang

dapat diterapkan oleh CV. Enam Putri

berdasarkan kondisi sebelum pandemi.

• Persamaan dengan penelitian ini

adalah objek penelitian.

• Perbedaan dengan penelitian ini

adalah variabel, metode, alat

analisis, dan tujuan penelitian.

2.

Pengaruh Kesadaran

Merek dan Promosi

Terhadap Keputusan

Konsumen untuk

Membeli di CV.

Panda Bakery.

Erlic (2018)

Deskriptif

kuantitatif/

(regresi

linier

berganda)

Populasi mencakup seluruh total pelanggan toko

pada CV. Panda Bakery yang berjumlah 80

toko. Jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampel jenuh karena populasi

kurang dari 100, maka jumlah sampel sebanyak

80 toko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara bersama-sama variabel bebas (kesadaran

merek dan promosi) mempengaruhi Variabel

terikat (keputuan pembelian) berdasarkan nilai

F-hitung > F-tabel yaitu 42,557 > 3,115

sehingga H0 ditolak dan pengujian parsial

menunjukkan bahwa nilai t-hitung variabel

kesadaran merek (X1) sebesar 3,029 lebih besar

dibandingkan dengan nilai t-tabel 1,991.

Kemudian nilai t-hitung variabel promosi (X2)

sebesar 8,440 lebih besar dibandingkan dengan

• Persamaan dengan penelitian ini

adalah variabel X yaitu kesadaran

merek dan variabel Y adalah

keputusan konsumen.

• Perbedaan dengan penelitian ini

adalah objek penelitian, tidak ada

variabel X2 (promosi) dan alat

analisis data pada statistik yang

digunakan berbeda, yaitu regresi

linier berganda.

32

nilai t-tabel 1,991. Maka dalam hal ini secara

parsial bahwa variabel kesadaran merek dan

promosi berpengaruh terhadap keputusan

konsumen.

3.

Pengaruh Brand

awareness dan

Brand Loyalty

Terhadap Keputusan

Pembelian Produk

Chicken Nugget

Fiesta Di Kota

Padang.

Putri & Deniza

(2018)

Kuantitatif

(SEM PLS)

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh

brand awareness dan brand loyalty terhadap

keputusan pembelian produk chicken nugget

fiesta di kota Padang. Objek penelitian ini

adalah konsumen chicken nugget fiesta yang

berada di kota Padang berjumlah 100 orang.

Metode penelitian yang digunakan adalah

dengan menggunakan metode accidental

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

brand awareness berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan, hal ini

dikarenakan nilai t-statistic (2.045) > nilai t-

tabel (1.96). Brand loyalty pun berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Keputusan, hal

ini dikarenakan nilai t-statistic (2.169) > nilai t-

tabel (1.96).

• Persamaan dengan penelitian ini

adalah variabel X yaitu kesadaran

merek dan variabel Y adalah

keputusan konsumen.

• Perbedaan dengan penelitian ini

adalah menggunakan alat analisis

yang berbeda, terdapat dua

variabel X, dan objek yang

berbeda.

4.

Pengaruh Brand

awareness Terhadap

Keputusan

Pembelian Produk

Zara (Studi Pada

Konsumen Zara Sun

Plaza Medan)

Febrian (2018)

Kuantitatif

(regresi

linier

sederhana)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh brand awarenesss

terhadap keputusan pembelian produk Zara pada

konsumen Zara di Sun Plaza Medan

menggunakan 96 responden sebagai sampel

dimana variabel keputusan pembelian (Y),

brand awareness (X). Pengujian hipotesis uji-t

bahwa brand awareness berpengaruh positif dan

• Persamaan dengan penelitian ini

adalah variabel X yaitu kesadaran

merek dan variabel Y adalah

keputusan konsumen.

• Perbedaan dengan penelitian ini

adalah objek yang berbeda dan

analisis data.

33

signifikan terhadap keputusan pembelian. Uji

koefisien determinasi (R2) yang terlihat pada R

Square sebesar 0,331 menunjukkan bahwa

33,1% keputusan pembelian produk Zara Sun

Plaza Medan dapat dijelaskan oleh variabel gaya

hidup dan kepercayaan sedangkan sisanya

66,9% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

yang tidak diteliti pada penelitian ini.

5.

Proses Keputusan

Pembelian dan

Faktor Dimensi

Kualitas Produk

Lapis Talas

Saripakuan.

Tama (2017)

Kuantitatif

(analisis

deskripsi)

Tujuan dari penelitian untuk mengidentifikasi

karakteristik konsumen produk Lapis Talas

saripakuan, untuk mengetahui proses keputusan

pembelian konsumen produk Lapis Talas

saripakuan, dan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang memengaruhi preferensi konsumen

terhadap atribut-atribut produk Lapis Talas

Saripakuan. Proses pengambilan keputusan

konsumen yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku pasca

pembelian. Berdasarkan hasil analisis faktor

terdapat enam faktor yang memengaruhi

preferensi konsumen yaitu faktor ciri khas,

faktor daya tarik, faktor pelayanan, faktor

ketahanan produk, faktor keunggulan sebagai

oleh-oleh, dan faktor manfaat.

• Persamaan dalam penelitian ini

adalah membahas variabel

keputusan pembelian yang

dibahas dalam beberapa proses

tahapan.

• Perbedaan dalam penelitian ini

adalah objek penelitian dan tidak

melakukan analisis statistik SPSS.

6.

Proses Keputusan

Pembelian dan

Kepuasan Konsumen

Kuantitatif

(analisis

deskriptif,

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis

karakteristik konsumen, proses keputusan

pembelian, dan kepuasan konsumen Warunk

• Persamaan dalam penelitian ini

adalah membahas variabel

keputusan pembelian yang

34

Terhadap Warunk

Upnormal Kota

Bogor.

Kusuma (2018)

IPA, dan

CSI).

Upnormal. Proses keputusan pembelian melalui

lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif,

pembelian, dan pasca pembelian. Hasil analisis

menunjukkan bahwa tingkat kepuasan

konsumen sebesar 87.27 persen dan atribut yang

menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah

area parkir, ketersediaan dan kebersihan toilet,

keramahan dan kesopanan pramusaji, kecepatan

dan kemudahan pemesanan, dan kecepatan

menanggapi keluhan konsumen.

dibahas dalam beberapa proses

tahapan.

• Perbedaan dalam penelitian ini

adalah objek penelitian dan tidak

melakukan analisis statistik SPSS

Sumber: Data Sekunder, 2021 (diolah)

35

2.6 Kerangka Pemikiran

Sesuai dengan prinsip tujuan dan judul penelitian ini mengenai kekuatan

brand awareness produk UMKM terhadap keputusan pembelian: kasus konsumen

jahe merah instan enam putri. Kerangka pemikiran merupakan sejumlah pengertian

atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, dan perilaku

tertentu (Suryani & Hendriyadi, 2013:90). Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu

kerangka pemikiran yang menjadi landasan penulisan untuk akhirnya diketahui

hubungan dari brand awareness terhadap keputusan pembelian dalam upaya

menjaga eksistensi produk UMKM CV. Enam Putri selama masa pandemi covid-

19. Berikut merupakan kerangka konseptual yang tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

36

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

H0 = Brand awareness tidak berhubungan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig > 0,05

dan H0 diterima/H1 ditolak).

H1 = Brand awareness berhubungan signifikan terhadap keputusan pembelian

produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig < 0,05 dan H1

diterima/ H0 ditolak).

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Menentukan lokasi penelitian sebagai sarana untuk mempermudah dalam

memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak

terlalu luas (Nurmadina, 2016:51). Penelitian ini mengambil objek produk instan

jahe merah enam putri sebagai salah satu produk herbal UMKM yang berlokasi Jl.

Masjid I No.41, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat

dilakukan secara sengaja karena perusahaan ini sudah cukup lama beroperasi

sekitar ± 35 tahun dan telah mendapatkan beragam penghargaan.

Penelitian dilakukan selama sekitar 5 (lima) bulan, dimulai pada bulan

Februari sampai dengan bulan Mei 2021 yang dituangkan dalam aktivitas

penelitian. Aktivitas penelitian adalah semua kegiatan yang dilaksanakan oleh

peneliti dalam proses pembuatan skripsi untuk menyelesaikan suatu masalah yang

sedang diteliti.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data digolongkan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif. Sementara itu, yang mencakup data kualitatif pada penelitian ini adalah

gambaran umum CV. Enam Putri (profil UMKM, visi dan misi, struktur organisasi,

sarana dan prasarana, proses produksi) dan karakteristik konsumen (jenis kelamin,

status pekerjaan, usia, pendidikan dan penghasilan/bulan), data tersebut akan

dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Data kuantitatif yang digunakan adalah

38

data hasil kuesioner dari variabel penelitian (brand awareness dan keputusan

pembelian).

Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian terkait ketersediaan

sumber data atau subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian

menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka

sumber data dalam penelitian mencakup responden atau narasumber, yaitu orang

yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun

lisan. Data penelitian merupakan semua keterangan seseorang sebagai responden,

narasumber maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk

statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk jahe merah

instan enam putri. Jumlah populasi pada CV Enam Putri tidak diketahui jumlahnya

secara pasti. Untuk itu dalam menentukan ukuran atau jumlah sampel, digunakan

rumus Lemeshow (Lemeshow et al., 1990:2) sehingga diperoleh sampel penelitian

sebanyak 100 responden. Rumus Lemeshow merupakan rumus yang digunakan

untuk mengetahui jumlah sampel dan sampel akan sangat berpengaruh pada

representasi populasi dalam sebuah proses penelitian. Alasan peneliti menggunakan

rumus dari Lemeshow karena populasi data yang dituju besar dengan jumlah yang

berubah-ubah. Adapun rumus Lemeshow dalam penelitian ini sebagai berikut:

𝑛 =𝑍2

1−𝛼/2𝑃(1 − 𝑃)

𝑑2

Keterangan :

n = jumlah sampel

39

Z21-α/2 = Z adalah skor pada 1-α-2 tingkat kepercayaan (95% atau 1,96)

P = Estimasi proporsinya

D = Presisi yang digunakan

Langkah-langkah menggunakan rumus Lemeshow yaitu: (1) menentukan

tingkat kepercayaan, (2) menentukan nilai P (1-P) bisa dilihat melalui tabel, serta

(3) tentukan besar presisi yang digunakan. Berikut uraian tabel rumus Lemeshow

nilai P dan P*(1-p) sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai P dan P*(1-p)

P P*(1-p)

0,5

0,4

0,3

0,2

0,1

0,25

0,24

0,21

0,16

0,09 Sumber: Lemeshow et al., (1990:2)

Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan estimasi

proporsi (nilai P) 0,5 dengan presisi yang digunakan adalah 0,1 sebagai berikut :

𝑛 =1,962. 0,5(1 − 0,5)

0,12

𝑛 =1,962. 0,5 . 0,5

0,12

𝑛 =3,8416 . 0,25

0,01

n = 96,04

Nilai n sebesar 96,04 dibulatkan menjadi 100. Dengan demikian penelitian

ini jumlah sampelnya adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampling yang

digunakan yaitu non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap subjek atau anggota populasi untuk

dijadikan sampel (Umar, 2014:83). Dengan jenis sample purposive sampling

40

dengan kriteria: (1) konsumen yang sudah pernah membeli jahe merah instan

sebanyak 2x, serta (2) responden dalam penelitian ini merupakan pelanggan yang

sudah lama dan mengenal produk jahe merah instan.

3.4 Skala Pengukuran

Pada penelitian ini, karena sebagian besar instrumen data berbentuk

kualitatif, maka dilakukan dengan cara menguantifikasi data-data penelitian

kedalam bentuk angka-angka dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah

salah satu skala respon yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu terhadap suatu gejala atau

fenomena pendidikan (Djaali, 2008:110). Menurut Sugiyono (2014:57) skala likert

digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Sewaktu menanggapi pertanyaan atau pernyataan dalam skala likert,

responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pertanyaan atau

pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya

disediakan lima pilihan skala dengan format seperti : [1] sangat setuju, [2] setuju,

[3] tidak setuju, dan [4] sangat tidak setuju (Syofian et al., 2015:3). Namun dalam

penelitian ini, dimana item-item relevan yang ingin diketahui dengan alternatif

pilihan 1 sampai dengan 4 jawaban pernyataan pada bobot skor (Tabel 4) dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Pembobotan Instrumen Skala Likert Pada Penelitian

No. Pernyataan Bobot

1 Sangat Setuju (SS) 4

2 Setuju (S) 3

3 Kurang Setuju (KS) 2

4 Tidak Setuju (TS) 1

41

Selain pilihan dengan lima skala atau empat seperti contoh diatas, kadang

digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris

menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai

jumlah pilihan tersebut sangat mirip (Dawes, 2008:61). Skala Likert merupakan

metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif

terhadap suatu pernyataan. Penggunaan empat skala pilihan pada penelitian ini

digunakan untuk memudahkan pemahaman kuesioner skala likert terhadap

responden memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

3.5 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam melakukan suatu penelitian sangat penting untuk

mendapatkan hasil yang kualitas dan kelengkapan data. Proses pengumpulan data

merupakan salah satu tahapan sangat penting untuk menghasilkan data yang

memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya (Rahardjo, 2011:2). Ada beberapa

teknik pengumpulan data yang sering dilakukan oleh peneliti. Pertanyaan atau

pernyataan dasar selalu diperhatikan atau merujuk pada kaidah 5W1H, yaitu apa,

siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Maka teknik pengumpulan data dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini mencakup gambaran umum

CV. Enam Putri (profil UMKM, visi dan misi, struktur organisasi, sarana dan

prasarana, proses produksi) dan karakteristik konsumen (jenis kelamin, status

pekerjaan, usia, pendidikan dan penghasilan/bulan), teknik pengambilan data

tersebut berdasarkan wawancara, observasi, dan pengisian biodata konsumen.

42

2. Pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini mencakup kuesioner terdiri

dari pernyataan tentang variabel Keputusan Pembelian (Y) pada indikator

(pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku setelah pembelian) dan variabel Brand awareness (X)

pada indikator (Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall dan Top

of Mind). Kuesioner penelitian ditujukan kepada konsumen produk jahe merah

enam putri yang sudah memenuhi kesediaan mengisi setiap pernyataan.

Pernyataan disajikan dalam bentuk skala pengukuran ordinal dengan

pemberian skor teknik skala likert.

3.5.1 Instrumen Penelitian

Keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral

dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena berupa alat yang

digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang

sedang diteliti. Menurut Nasution (2016:67), instrumen penelitian dapat diartikan

sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-

data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan

atau menguji suatu hipotesis dan semua alat yang mendukung suatu penelitian bisa

disebut instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data. Satu hal yang harus

diketahui bahwa instrumen dalam penelitian ini terkait dengan pengumpulan data

kuantitatif dari sejumlah kuesioner pernyataan tertulis variabel keputusan

pembelian (Y) dan variabel brand awareness (X). Instrumen untuk mendapatkan

data tentang keputusan pembelian (Y) dan variabel brand awareness (X) dengan

menggunakan skala likert pada interval empat (a four-point likert scale).

43

Menurut Hadi (dalam Hertanto, 2017:2), modifikasi terhadap skala likert

empat skala dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh

skala lima tingkat, dengan alasan seperti: 1) kategori undeciden arti ganda, dalam

memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral, (setuju atau tidak),

atau bahkan ragu-ragu dan kategori jawaban arti ganda tentu saja tidak diharapkan

dalam suatu instrumen; 2) tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan

jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi pilihan jawaban yang

ragu-ragu atau netral menimbulkan tidak jelas atas arah kecenderungan pendapat

responden, baik ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori

jawaban itu akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi

banyaknya informasi yang dapat dijaring para responden. Walaupun instrumen

kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala mempunyai

kelemahan, bukan berarti kuesioner tersebut tidak dapat digunakan sebagai

instrumen penelitian dan lima skala masih dapat digunakan oleh peneliti

disesuaikan berdasarkan kebutuhan penelitian.

1. Variabel Keputusan Pembelian

Indikator keputusan pembelian terdiri dari : (1) pengenalan kebutuhan

melalui stimuli intern dan ekstern; (2) pencarian informasi lebih banyak; (3)

evaluasi alternatif dengan mencari manfaat tertentu dari produk; (4) keputusan

pembelian atas merek-merek, dan (5) perilaku setelah pembelian (merasa puas atau

tidak puas). Butir soal untuk pernyataan keputusan pembelian berjumlah 12 item.

Pengukuran keputusan pembelian dilakukan skala likert dan respon dari jawaban

responden dicantumkan 4 (empat) alternatif jawaban (option), yaitu pernyataan

44

positif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S (Setuju) diberi bobot 3, TS (Tidak

Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 1 dan

sebaliknya. Pernyataan negatif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 1, S (Setuju) diberi

bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi

bobot 4. Adapun Indikator variabel keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 4. Indikator Variabel Keputusan Pembelian

No Indikator Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Pengenalan kebutuhan melalui

stimuli internal dan eksternal 1 2 2

2. Pencarian informasi lebih banyak 3, 4 2

3. Evaluasi alternatif dengan mencari

harga, manfaat, kemasan dan rasa

tertentu dari suatu produk

6 5, 7 3

4. Keputusan pembelian atas merek-

merek 9, 10 8 3

5. Perilaku setelah pembelian (merasa

puas atau tidak puas) 11 12 2

Jumlah 6 6 12

2. Variabel Brand Awareness

Indikator brand awareness terdiri dari : (1) unaware of brand (tidak

menyadari adanya suatu merek); (2) brand recognition (pengenalan suatu merek

setelah dilakukan pengingatan); (3) brand recall (pengingatan kembali terhadap

merek tanpa bantuan); dan (4) top of mind (merek yang pertama kali muncul atau

disebutkan dibenak konsumen). Butir soal untuk pernyataan brand awareness

berjumlah 10 item. Pengukuran brand awareness dilakukan dengan skala likert,

dengan respon dari jawaban responden dicantumkan pada 4 (empat) alternatif

jawaban (option), yaitu pernyataan positif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S

45

(Setuju) diberi bobot 3, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak

Setuju) diberi bobot 1 dan sebaliknya. Pernyataan negatif : SS (Sangat Setuju)

diberi bobot 1, S (Setuju) diberi bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan STS

(Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 4. Adapun Indikator variabel brand awareness

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Indikator Variabel Brand Awareness

No Indikator Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1. tidak menyadari adanya suatu

merek 1 2 2

2. Pengenalan suatu merek setelah

dilakukan pengingatan

4 3, 5 3

3. Pengingatan kembali terhadap

merek tanpa bantuan

6, 8 7 3

4. Merek yang pertama kali muncul

atau disebutkan dibenak

konsumen

9, 10

2

Jumlah 6 4 10

3.5.2 Uji Coba Instrumen

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa untuk mencari data terhadap

permasalahan yang ada, maka penulis menyebarkan kuesioner kepada responden

untuk dijawab sebenar-benarnya. Dilaksanakannya uji coba instrumen adalah cara

melihat atau menentukan apakah soal/pernyataan tersebut layak atau tidak untuk

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil dari uji coba

instrumen, maka diperoleh data validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen

pengukur mampu mengukur apa yang akan diukur (Kurniawan, 2011:27). Uji

validitas memenuhi ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

46

fungsi ukurnya (Elina, 2011:49). Informasi validitas digunakan sebagai tingkat dari

kemampuan pernyataan untuk mencapai sasaran dan menunjukkan seberapa nyata

suatu pengujian mengukur apa yang harusnya diukur. Untuk menguji validitas

instrumen dalam penelitian ini menggunakan software SPPS 25.

Nilai uji signifikasi ini dilakukan dengan membandingkan nilai korelasi

antara nilai masing-masing item pertanyaan dengan nilai total. Apabila besarnya

nilai total koefisien item pertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai

signifikan maka pertanyaan tersebut dinilai tidak valid. Pengujian validitas

dilakukan dengan bantuan program SPSS 25. Pengambilan keputusan dilakukan

dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel atau nilai p value dengan alpha

sebagai berikut: Nilai rhitung > rtabel maka butir pernyataan valid, sedangkan Nilai

rhitung < rtabel maka butir pernyataan valid, atau p-value < 0,05 (alpha = 5%) maka

butir pernyataan valid, sedangkan p-value > 0,05 (alpha = 5%) maka tidak valid.

a. Uji Validasi Variabel Keputusan Pembelian

Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh validasi instrument sebagai berikut:

nilai p-value pada item nomor 1, 3, 6, 9, 10, 11 dan 12 lebih besar dari alpha

(α = 0,05). Dengan demikian ketujuh item tersebut dinyatakan valid.

Sedangkan item nomor 2, 4, 5, 7, dan 8 kurang dari alpha (α = 0,05). Dengan

demikian kelima item tersebut dinyatakan tidak valid dan harus di drop atau

dibuang.

b. Uji Validasi Variabel Brand Awareness

Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh validasi instrumen sebagai berikut: nilai

p-value pada item nomor 1, 4, 6, 8, 9 dan 10 lebih besar dari alpha (α = 0,05).

47

Dengan demikian keenam item tersebut dinyatakan valid. Sedangkan item

nomor 2, 3, 5, dan 7 kurang dari alpha (α = 0,05). Dengan demikian keempat

item tersebut dinyatakan tidak valid dan harus di drop atau dibuang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Kurniawan, 2011:27). Uji

reliabilitas adalah uji yang menunjukkan tingkat seberapa besar suatu alat pengukur

mengukur dengan stabil dan konsisten (Erlina, 2011:49). Suatu kuesioner dapat

dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap suatu pertanyaan

atau pernyataan adalah stabil atau konsisten dari waktu ke waktu. Apabila hasil

Alpha Cronbach > 0,60 = reliabel dan hasil Alpha Cronbach < 0,60 = tidak reliabel.

a. Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian

Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh nilai alpha Cronbach pada Variabel

keputusan pembelian sebesar 0,884. Nilai alpha Cronbach sebesar 0,884 Lebih

besar dari 0,60 maka instrumen keputusan pembelian dinyatakan reliabel.

b. Uji Reliabilitas Variabel Brand Awareness

Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh nilai alpha Cronbach pada Variabel

keputusan pembelian sebesar 0,888. Nilai alpha Cronbach sebesar 0,888 Lebih

besar dari 0,60 maka instrumen brand awareness dinyatakan reliabel.

3. Indikator Operasional Variabel Penelitian

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berikut indikator operasional

dari variabel keputusan pembelian dan variabel brand awareness yang digunakan

sebagai instrumen penelitian tahapan selanjutnya dalam tabel berikut:

48

Tabel 6. Indikator Operasional Variabel Keputusan Pembelian

Variabel Indikator Alat ukur/item No.

item

Keputusan

Pembelian

Pengenalan

kebutuhan

melalui stimuli

intern dan ekstern

Saya membeli produk jahe merah

instan enam putri karena sesuai dengan

kebutuhan saya

1

Pencarian

informasi lebih

banyak

Saya mencari informasi tentang merek

jahe merah instan enam putri sebelum

membeli

2

Evaluasi

alternatif dengan

mencari manfaat

tertentu dari

suatu produk

Saya membeli produk jahe merah

instan enam putri karena harga

ekonomis, kualitas produk dan banyak

khasiatnya

3

Keputusan

pembelian atas

merek-merek

Saya sudah membandingkan jahe

merah instan enam putri dengan merek

yang lainnya

4

Saya yakin sudah mengambil

keputusan yang tepat saat membeli

produk jahe merah instan enam putri

5

Perilaku setelah

pembelian

(merasa puas atau

tidak puas)

Saya berkeinginan akan membeli

kembali produk jahe merah instan

enam putri

6

Saya tidak akan merekomendasikan

produk jahe merah instan enam putri

kepada saudara, teman atau kenalan

saya.

7

49

Tabel 7. Indikator Operasional Variabel Brand Awareness

Variabel Indikator Alat ukur/item No.

item

Brand

Awareness

tidak menyadari

adanya suatu

merek

Saya mengetahui produk jahe merah

instan merek enam putri

1

Pengenalan suatu

merek setelah

dilakukan

pengingatan

Saya dapat mengenali produk jahe

merah instan enam putri dari

bentuk/desainnya

2

Pengingatan

kembali terhadap

merek tanpa

bantuan

Jahe merah instan enam putri adalah

produk yang mudah di ingat kembali

ketika saya berbelanja produk herbal

3

Produk herbal jahe merah yang muncul

di benak pertama kali adalah jahe

merah instan enam putri

4

Merek yang

pertama kali

muncul atau

disebutkan

dibenak

konsumen

Produk herbal jahe merah instan sudah

identik dengan merek enam putri

5

Saya lebih memilih membeli produk

jahe merah instan enam putri

dibandingkan produk herbal yang lain

(Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan Jahe

Merah Hj Fadilah)

6

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian survey, jika semua data telah terkumpul, maka kegiatan

selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Berikut penjabaran lebih

lengkapnya mengenai pengolahan data dan analisis data (Aziz, 2011:93-94):

1. Melakukan deskripsi data tentang gambaran umum karakteristik responden

baik secara ordinal atau nominal, dengan menggunakan alat analisis persentase

dari perbandingan antara jumlah responden yang akan dianalisis dengan total

responden secara keseluruhan.

2. Melakukan identifikasi variabel Brand awareness (X) yang mencakup

indikator (unaware of brand, brand recognition, brand recall dan top of mind)

50

dan identifikasi proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah

pembelian) dengan menggunakan rumus nilai rang adalah selisih antara nilai

maksimum (highest value) dengan nilai minimum (lowest value) dalam suatu

gugus data (Abdurahman, 2011:37). Besarnya range untuk data belum

dikelompokkan adalah R = Xn-Xi. Adapun rumus untuk mencari kategori

adalah sebagai berikut: C= panjang interval kelas; Xn= skor maksimum; Xi=

skor minimum; k= Banyaknya kelas/ kategori, sehingga rumus kategori dapat

dilihat sebagai berikut : Xn Xi

Ck

−= Dalam penelitian ini banyaknya kategori

yang akan digunakan sebagai kesimpulan dibagi menjadi 3 yaitu kategori baik,

cukup dan kurang. Setelah diketahui nilai skor maksimum dan skor minimum

maka interval pengkategorian dapat dihitung sebagai berikut :

𝐶 =4 − 1

3= 1

Setelah diketahui nilai skor maksimum dan minimum maka interval

pengkategorian dapat dihitung sebagai berikut: skor 1 sampai skor 2 = Kurang;

skor 2,1 sampai skor 3,1 = Cukup dan skor 3,2 sampai skor 4,2 = Baik. Ini

merupakan pengkategorian dalam analisis deskriptif.

3. Menyajikan data variabel Brand awareness (X) dan Keputusan Pembelian (Y)

yang sudah dikelompokkan pada tabel silang (tabel kontingensi) dan

menganalisisnya dengan Chi-square (dibaca: kai kuadrat), sebagai metode

perhitungan statistika non-parametrik dengan jenis data harus bersifat nominal

atau kategorik. Uji chi-square merupakan uji hipotesis tentang asosiasi atau

51

korelasi antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang didasarkan

pada hipotesis tertentu pada setiap penelitian. Ekspresi matematis tentang

distribusi chi-square hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat

kebebasan (degree of freedom). Adapun rumus uji chi-square adalah sebagai

berikut: ( )2

2.

;i i

ij

i

i jo ee

e ij

−= =

2

ij

i

i

Keterangan:

χ =Nilai chiHitung i Jumlah skor aktual

e = Frekuensi yang diharapkan j Jumlah skor ideal

O = Skor aktual ij Skor total

e = Skor ideal

=

=

=

Dengan kriteria penerimaan : Tolak jika nilai Sig. Chi-square pada output SPSS

≤ dari 0,05 (α) dan Terima jika nilai Sig. Chi-square pada output SPSS > dari

0,05 (α).

3.7 Definisi Operasional

Sesuai tujuan penelitian, fokus pembahasan memiliki dua peubah utama,

yakni: Keputusan Pembelian (Y) dan Brand awareness (X) pada produk jahe merah

instan enam putri. Menurut Sugiyono (2014:53), definisi operasional adalah

penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang

dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk

meneliti dan mengoperasikan instrumen, sehingga memungkinkan bagi peneliti

yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran instrumen yang lebih baik. Berdasarkan fokus

pembahasan terhadap dua peubah utama, maka secara operasional didefinisikan

sebagai berikut:

52

1. Brand awareness (X), yaitu tingkat kesadaran seorang pembeli produk jahe

merah instan enam putri untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek

sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu dan indikator tersebut

meliputi Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall dan Top of

Mind.

2. Keputusan Pembelian (Y), yaitu keputusan seseorang dimana dia bersedia

memilih produk jahe merah instan enam putri sebagai salah satu dari beberapa

alternatif pilihan yang ada dan indikator tersebut meliputi pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan

perilaku setelah pembelian.

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum UMKM

Bagian ini dituangkan secara narasi terkait kondisi UMKM (Usaha Mikro

Kecil Menengah) dari CV. Enam Putri yang mencakup gambaran profil, visi, misi

dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang dipakai dan proses

pengolahan atau produksi jahe merah instan enam putri.

4.1.1 Profil CV. Enam Putri

Mengenal lebih jauh profil CV. Enam Putri sebagai salah satu usaha mikro

kecil menengah (UMKM) yang melakukan aktivitas bisnis dalam bidang industri

pengolahan makanan dan minuman tradisional yang menghasilkan produk herbal.

Sebelum UMKM CV. Enam Putri terbentuk, pemilik Ibu Emmy sudah sering

merintis beberapa usaha kecil yang dijalaninya. Perkembangan dari waktu ke waktu

sampai dapat menciptakan CV. Enam Putri yang didirikan tanggal 4 September

1986 dan dinyatakan sah berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Dinas

Perdagangan No. 090.556.050.99.

Tahapan selanjutnya telah mendapatkan izin beroperasi melalui Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 5513/09-01/Pk/86. Dalam rangka

melakukan standar operasional usaha untuk menjaga tingkat kebersihan, ketertiban

lingkungan dan paling penting menjamin tingkat kualitas produk serta keamanan

produk dari segala macam bahan berbahaya. Telah mendapatkan Surat Izin

Produksi dari Dinas Kesehatan yaitu DEPKES No.SP 285/10-20/95 dan telah

melakukan uji kehalalan dengan memperoleh sertifikasi halal dari MUI nomor

54

031300281206. CV. Enam Putri berlokasi di Jalan Masjid I No.41, Karet Tengsin,

Tanah Abang, Jakarta Pusat dan sudah titik koordinat di google map (Gambar 6).

Sebelum melakukan aktivitas usaha di bidang industri pengolahan minuman

tradisional berbasis herbal, pada tahun 2003 UMKM ini terlebih dahulu hanya

bergerak sebagai pemasok bahan baku serta pengolahan makanan dari rumput laut,

karena mulai banyaknya UMKM pesaing maka merubah produksinya menjadi

beragam produk olahan makanan dan minuman herbal tradisional khususnya bir

pletok dan produk instan. Setelah mendapatkan respon positif dan animo cukup

baik dari masyarakat, pengembangan dan produksi terus dilakukan.

Gambar 6. Peta Lokasi CV. Enam Putri Sumber: Google Map.com, 2021

Digambarkan dalam skripsi Destama (2020), bahwa produk bir pletok dan

produk instan merupakan produk unggulan CV. Enam Putri. Selain terbuat dari

ramuan herbal hasil kekayaan hayati yang diwariskan secara turun-temurun sebagai

upaya untuk menjaga kesehatan, ditambah rasa enak dan kemasan produk yang

55

menarik dengan memberikan sentuhan logo UMKM CV. Enam Putri pada label

produk dapat dilihat logonya sebagai berikut:

Gambar 7. Logo Perusahaan CV. Enam Putri Sumber. CV. Enam Putri, 2019

Sepeninggal pemilik pertama Ibu Emmy pada bulan April 2020 kondisi

UMKM CV. Enam Putri mengalami perubahan terutama sangat terlihat pada

beberapa produk yang sudah tidak diproduksi, di antaranya produk bir pletok.

Masih beroperasinya CV. Enam putri di lanjutkan oleh anak Ibu Emmy, meskipun

hanya memproduksi produk instan salah satunya jahe merah organik dan rempah-

rempah pilihan. Proses pengolahan baik dan di kemasan kedap udara selalu

mendapatkan respon positif, sehingga munculnya pandemi covid-19 malah menjadi

peluang terjadinya peningkatan volume penjualan produk.

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan CV. Enam Putri

Suatu usaha pada mulanya dikelola oleh pemilik sendiri atau keluarga

dengan visi, misi dan tujuan tertentu yang tidak dituangkan secara tertulis. Setelah

ada keinginan untuk mengembangkan usahanya pastilah mempunyai sebuah visi,

misi dan tujuan secara tertulis untuk mencapai kesuksesannya. Visi, misi dan tujuan

berperan penting sebagai arah untuk melihat gambaran masa depan yang akan

56

dipilih dan diwujudkan oleh suatu usaha. Visi, misi dan tujuan suatu usaha

umumnya terkait erat dengan pandangan hidup sang wirausaha.

Sehubungan dengan itu, seorang wirausahawan harus dapat merumuskan

dan dijalankan dengan baik setiap pernyataan visi, misi, dan tujuan yang memiliki

dampak positif dalam pencapaian target. Adapun pemaparan dari visi, misi dan

tujuan UMKM CV. Enam Putri dapat dilihat sebagai berikut:

➢ Visi CV. Enam Putri adalah “menjadi perusahaan unggul dengan semangat

tradisional”.

➢ Misi CV. Enam Putri diwujudkan: 1) menciptakan inovasi berkelanjutan sesuai

dengan perkembangan zaman; 2) meningkatkan kualitas produk; dan 3)

memberikan pelayan untuk memuaskan konsumen.

➢ Tujuan CV. Enam Putri adalah mengembangkan dan melestarikan produk-

produk makanan dan minuman tradisional yang terlupakan oleh zaman.

4.1.3 Struktur Organisasi CV. Enam Putri

Menghadirkan struktur organisasi dari setiap usaha menunjukkan rantai

hubungan sumber daya manusia (SDM) yang mengindikasikan tingkatkan jabatan

dan deskripsi pekerjaan yang dipertanggung jawabkan oleh masing-masing tipe

karyawan. Untuk dapat menjalankan seluruh kegiatan operasional sampai produk

tersebut sampai ke tangan konsumen, sehingga SDM diberikan peran dan tugas.

Setiap peran mempunyai tugas berbeda-beda yang dibentuk berdasarkan struktur

organisasi. Adapun susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada

pada CV. Enam Putri dalam menjalankan kegiatan operasional sebagai berikut:

57

Gambar 8. Struktur Organisasi CV. Enam Putri Sumber: CV. Enam Putri dalam (Destama, 2020:48)

4.1.4 Sarana dan Prasarana CV. Enam Putri

Secara umum dalam melakukan aktivitas usaha mewajibkan menyediakan

seperangkat alat dan fasilitas penunjang operasional yang mencakup sarana dan

prasarana. Aspek sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab pemilik usaha

karena menyangkut eksistensi dan keberlangsungan UMKM tersebut. Penyediaan

sarana dan prasarana yang terdapat di CV. Enam Putri diuraikan sebagai berikut:

➢ Sarana atau penyediaan alat: 1) mesin pemarut digunakan menghaluskan bahan

baku jahe merah organik; dan 2) mesin pengemas (sealer) digunakan untuk

menyegel produk kemasan plastik ukuran 250gr.

➢ Prasarana kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan: luas bangunan CV. Enam

Putri adalah 250 m2 yang dijadikan beberapa fungsi ruangan, yaitu 1) ruang

display digunakan dalam penyimpanan stok berbagai produk-produk sudah

siap untuk dijual atau dipasarkan memakai tiga lemari kaca; 2) ruang tamu

difungsikan dalam menerima tamu penting atau orang yang memiliki

keterkaitan dengan UMKM CV. Enam Putri; 3) ruang labeling atau

pengemasan sebagai tempat aktivitas penempelan label kemasan; 4) dapur

Direktur

Divisi Akomodasi Divisi Produksi Divisi Packaging

58

digunakan untuk mengolah/memasak produk dan proses penyegelan 5) ruang

sortasi dan pencucian berfungsi pemilihan jahe merah yang bagus dan

pencucian jahe merah; 6) Gudang seperti namanya, difungsikan dalam

menyimpan berbagai macam bahan baku.

4.1.5 Proses Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri

Produksi jahe merah instan enam putri yang menjadi produk unggulan dari

CV. Enam Putri sangat menjaga kebersihan dan keamanan dalam menjalankan

proses produksi yang dapat dirangkum menjadi beberapa tahapan saling terintegrasi

dari awal proses sampai akhir proses. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut

dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 9. Tahap Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri Sumber. CV. Enam Putri dalam (Destama, 2020:52)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat jahe merah instan enam putri

dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

➢ Bahan baku atau bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk di

mana jahe merah organik sebagai bagian terbesar komposisi produk.

Bahan Baku Sortasi Pencucian Pemarutan

PemeranPengendapan PengolahanKristaslisasi

Penyaringan Pengemasalan dan Pelabelan

Produk Jadi

59

➢ Sortasi merupakan memilih rimpang jahe merah organik berdasarkan kriteria

ukuran, banyak memiliki kandungan air, tidak busuk dan tidak terlalu tua.

➢ Proses pencucian terlebih dahulu bahan baku direndam ±30 menit untuk

menghilangkan tanah atau kotoran melekat dan mencuci sambil digosok

dengan sikat, kemudian dibersihkan pakai air sebanyak 3 kali.

➢ Pemarutan berguna untuk menghaluskan bahan baku hingga merata dan

rimpang jahe merah organik dengan ukuran besar terlebih dahulu dipotong

kecil-kecil.

➢ Pemerasan dilakukan untuk mendapatkan cairan murni jahe merah organik

tanpa menambahkan air dan hasil pemerasan diendapkan selama 30 menit

untuk diambil sari murni jahe merah organik.

➢ Pengolahan dilakukan dengan cara dimasak yang mencampurkan sari jahe

merah organik dengan gula pasir perbandingan 1:1 dan tambahkan air rebusan

rempah-rempah ke dalam wajan besar yang dimasak api sedang selama waktu

satu jam.

➢ Kristalisasi dilakukan setelah adonan yang dimasak mengental, wajan

dipindahkan lalu diaduk terus menerus secara cepat hingga adonan menjadi

bubuk.

➢ Penyaringan bubuk yang sudah dihasilkan diayak menggunakan saringan

santan sekitar 80 mesh, sehingga dapat dipisahkan butiran yang halus dan yang

besar.

60

➢ Pengemasan produk jahe merah instan enam putri menggunakan beberapa

macam kemasan, seperti plastik dan botol plastik, pemberian label merek enam

putri.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui keragaman, identitas

atau profil terhadap konsumen produk jahe merah instan enam putri berdasarkan

jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan dan penghasilan per bulan.

Berhubungan dengan itu, diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup jelas

mengenai kondisi dari responden dalam penelitian.

Pengambilan responden dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 100

orang yang sesuai dengan perhitungan metode sampel kepada konsumen produk

jahe merah enam putri dan konsumen diberikan ketentuan harus sudah pernah

melakukan pembelian kurang lebih dua kali transaksi. Dalam mendapatkan

gambaran umum tentang karakteristik responden, maka dilakukan analisa deskripsi

yang dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

4.2.1 Jenis Kelamin Responden

Melihat perbedaan jenis kelamin atau gender pada responden sebagai

konsumen produk jahe merah instan enam putri terkait identitas dan bentuk

fisiologis/anatomis dalam mengelompokkan laki-laki dan perempuan. Ada

perbedaan sosial antara pria dan wanita terhadap tindakan yang mereka lalukan (Ali

& Hasnu, 2013:560). Ditemukan juga bahwa wanita cenderung kuat melihat produk

dari aspek kualitas dan pria lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomis yang dirasakan

dalam pembelian produk (Okoroafo et al., 2010:4). Maka gambaran konsumen

61

produk jahe merah instan enam putri berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan

dalam Gambar 10.

Gambar 10. Diagram Persentase Karakteristik Jenis Kelamin

Gambar 10, diketahui bahwa hasil analisis deskriptif yang didapatkan

berdasarkan karakteristik responden jenis kelamin pada 100 orang konsumen,

menghasilkan mayoritas konsumen yang sering membeli produk jahe merah instan

enam putri berjenis kelamin wanita mencapai 60 persen dan responden berjenis

kelamin laki-laki mencapai 40 persen. Diperkuat temuan Santoso dan Putri

(2015:648), mengatakan bahwa konsumen perempuan lebih terlibat atau berperan

dalam perilaku pembelian produk herbal daripada konsumen laki-laki.

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa

perempuan secara signifikan lebih banyak berpartisipasi dalam perilaku yang

berasas lingkungan dan mengkonsumsi produk herbal daripada laki-laki (Maineri

et al., 1997:189). Secara umum proses pengambilan keputusan konsumen

40%

60%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

1

Jenis Kelamin

Pria Wanita

62

dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal, tidak terkecuali pada konsumen

perempuan. Aspek eksternal meliputi: kultur, subkultur, demografis, status social,

reference group, keluarga, dan aktivitas pemasaran. Sedangkan aspek internal

meliputi: persepsi, learning, memori, motivasi, kepribadian, emosi, dan sikap.

4.2.2 Usia Responden

Proporsi identitas responden dilihat dari usia yang menggambarkan

pengalaman, pola pikir dan kedewasaan konsumen. Usia juga menjadi ukuran

dalam hal kemampuan dan kondisi fisik untuk bahan pertimbangan keputusan

pembelian suatu produk atau jasa (Firmansyah, 2018:69). Kategori sekain tinggi

angka usia menjadi salah satu faktor bataan aktivitas dalam berperilaku rutinitas.

Merujuk dari Depkes RI usia dikelompokkan berdasarkan masa balita (0-5 tahun),

masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa remaja (12-25), masa dewasa (26-45), masa

lansia (46-65), dan masa manula (65-ke atas) (Sonang et al., 2019:166).

Berdasarkan pada Gambar 11, menunjukkan bahwa responden yang berumur > 35

tahun sekitar 40 orang dengan persentase 40% yang sekaligus menjadi dominasi.

63

Gambar 11. Diagram Persentase Karakteristik Usia

Informasi mengenai usia responden sangat penting untuk diketahui, karena

perbedaan usia/umur masing-masing konsumen sangat berpengaruh terhadap sikap

dan cara pandangnya dalam menilai merek produk pada jahe merah instan enam

putri. Hasil gambar di atas menunjukkan bahwa responden yang berusia >35 tahun

sekitar 40 orang yang penelitian ini ditujukan kepada ibu-ibu tergolong memasuki

usia dewasa, maka dapat dipastikan kebutuhan pembelian produk akan lebih

banyak, mengingat mereka sudah mempunyai anak. Hubungan tersebut menjadi

peluang baik terhadap adanya peningkatan penjualan produk jahe merah instan

enam putri dan menguatkan eksistensi bisnis bagi UMKM CV. Enam Putri.

4.2.3 Status Pekerjaan Responden

Status pekerjaan merupakan suatu jenis kedudukan yang dimiliki oleh

seseorang tentu ada kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dan sangat

mempengaruhi sikap/tindakan seseorang. Klasifikasi status pekerjaan responden

akan berintegrasi terhadap tinggi/rendah pendapatan konsumen yang diterima dan

12%

27%

21%

40%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

1

Usia

18-22 Tahun 23-27 Tahun 28-34 Tahun >35 Tahun

64

berkorelasi pada keputusan konsumen dalam membeli produk jahe merah instan

enam putri. Secara umum karakteristik konsumen dalam penelitian sebagian besar

bermata pencaharian sebagai pegawai swasta yaitu berjumlah 47 orang dengan

persentase 47% yang sekaligus menjadi dominasi dapat ditunjukkan pada Gambar

12 sebagai berikut.

Gambar 12. Diagram Persentase Karakteristik Status Pekerjaan

Gambar 12, menunjukkan bahwa dari 100 orang responden yang diteliti,

mayoritas konsumen produk jahe merah instan enam putri merupakan ibu-ibu yang

memiliki status pekerjaan pegawai swasta. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa

untuk melakukan keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri lebih

banyak dilakukan oleh responden dalam kalangan ibu-ibu yang bekerja, dimana

sudah memiliki pemasukan keuangan sendiri, sehingga merasa kelebihan untuk

membeli produk diluar kebutuhan pokok. Sehubungan dengan pernyataan tersebut

didukung kondisi individu yang memiliki status pekerjaan tinggi akan pemenuhan

segala kebutuhan yang diinginkan (Subianto, 2007:165).

11% 10%

47%

31%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1

Status Pekerjaan

Pelajar/Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wiraswasta

65

4.2.4 Pendidikan Responden

Individu menempuh pendidikan untuk memiliki pengetahuan lebih, karena

semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh akan membedakan sikap, cara

pandang, tindakan ke depan yang terencana (Udin, 2010:54). Pendidikan menjamin

seseorang dalam menanamkan berperilaku baik dan mengembangkan pola pikir

(Suwardani, 2020:31). Meningkatkan kualitas kesadaran dan keputusan tentu

berhubungan dengan pola pikir khususnya, pendidikan memegang peranan penting

terhadap konsumen, dimana cenderung berbeda atau tidak sama, hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan tingkat pendidikan (Yusuf, 2018:14). Perbedaan tingkat

pendidikan dapat dilihat konsumen sudah memahami tentang produk jahe merah

instan enam putri melihat Gambar 13 sebagai berikut.

Gambar 13. Diagram Persentase Karakteristik Pendidikan

Tingkat pendidikan lebih tinggi yang dimiliki oleh konsumen cenderung

akan berpikir lebih maju dan lebih mudah menerima dibanding konsumen yang

berpendidikan lebih rendah. Pada penelitian ini, responden yang memiliki tingkat

pendidikan minimal SMA/sederajat dan paling tinggi diploma/sarjana dimana

terdapat 90 responden atau 90%. Namun lebih didominasi oleh konsumen pada

46% 44%

4% 6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

1

Pendidikan

SMA/Sederajat D3/S1 S1/S2 Lainnya

66

tingkat pendidikan SMA/sederajat mencapai 46%. Hal ini diketahui bahwa

konsumen berpendidikan tinggi dan tanggap terhadap informasi manfaat yang

diberikan produk jahe merah instan enam putri yang tertera dilabel mereknya.

Tinggi/rendah tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh pada

pengetahuan dan tingkat pengalaman tentang keamanan dan khasiat produk jahe

merah instan enam putri yang akan dikonsumsi. Kemudian konsumen akan lebih

menyadari atau selektif tentang informasi merek yang mencakup halal dan

kejelasan kandungan komposisi yang ada.

4.2.5 Penghasilan Per Bulan

Penghasilan perbulan menjadi salah satu terpenting juga bagi setiap

individu. Penerimaan seseorang dalam satu bulan didapatkan dari balas jasa bisa

berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi yang

dilibatkan dalam proses produksi (Wahyono, 2017). Salah satu kunci penentu

pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu pembelian produk atau

jasa dipengaruhi oleh tingkat penghasilan yang didapatkan per bulan (Agustini,

2018). Selain itu, tingkat penghasilan per bulan konsumen seringkali dijadikan

acuan dalam bisa/tidaknya seseorang dalam membeli barang tersebut.

Pendapatan menjadi jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang

diperoleh baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan

lainnya selama satu bulan (Rahmawati et al., 2004). Tenaga kerja terdidik

umumnya datang dari keluarga yang lebih berada terutama untuk masyarakat

Indonesia pendidikan masih dirasakan mahal. Maka berhubungan dengan

argumentasi tersebut harus dilihat bagai mana gambaran konsumen produk jahe

67

merah instan enam putri terkait karakteristik responden dalam penghasilan per

bulan sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 14. Diagram Persentase Karakteristik Penghasilan Per Bulan

Berdasarkan Gambar 14, menunjukkan bahwa karakteristik penghasilan per

bulan dari 100 responden sebagai konsumen produk jahe merah instan enam putri

di dominasi/mayoritas mendapatkan rata-rata penghasilan perbulan antara interval

Rp 2.000.000 - 4.000.000 sebanyak 50 orang dengan persentase 50%. Dipahami

bahwa penghasilan konsumen digolongkan pada tingkat pendapatan sedang yang

memiliki kemampuan dalam membeli produk jahe merah instan enam putri.

Menurut BPS dalam Rizki (2019:79), menggolongkan atau mengategorikan

penghasilan rata-rata masyarakat indonesia menjadi empat klaster, seperti untuk

rata-rata pendapatan lebih dari Rp.3.500.000 per bulan termasuk klaster tinggi.

23%

50%

23%

4%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

1

Penghasilan/Bulan

< Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000

Rp 5.000.000 - Rp 7.000.000 Rp 8.000.000 - Rp 10.000.000

68

Sementara itu, melihat bahwa lokasi UMKM CV. Enam Putri berada di pusat ibu

kota atau sebagai kota metropolitan yang memungkinkan menjadi peluang positif

untuk melakukan strategi pemasaran lebih baik lagi dalam menyesuaikan harga jual

dengan tingkat penghasil per bulan konsumen.

69

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang kesadaran merek (brand awareness) dan

keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri. Brand awareness

digunakan sebagai ukuran kemampuan seorang pelanggan untuk mengingat suatu

merek atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata

kunci. Sementara keputusan pembelian merupakan pemikiran dimana individu

mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan pada suatu produk dari

sekian banyak pilihan. Pembahasan difokuskan pada tingkatan brand awareness

(unaware of brand; brand recognition; brand recall; dan top of mind) dan proses

keputusan pembelian memiliki beberapa tahapan (pengenalan kebutuhan, pencarian

informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah pembelian).

5.1 Identifikasi Keputusan Pembelian Jahe Merah Instan Enam Putri

Sesuai teori yang telah disampaikan pada bab tinjauan pustaka, bahwa

proses pengambilan keputusan konsumen memiliki beberapa tahapan. Tahapan

tersebut yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

pembelian dan perilaku pasca pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini

akan dijelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan responden yang

membeli produk Keputusan konsumen yang dilakukan dalam bentuk tindakan

membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses atau tahap-tahap

tertentu. Menurut Kotler (2002:224), terdapat lima tahapan dalam proses

pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan setelah pembelian. Adanya karakteristik dan latar

70

belakang yang bermacam-macam tentu akan mempengaruhi tiap pribadi konsumen

dalam proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hasil

analisis terhadap proses pengambilan keputusan pembelian 100 orang responden

produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada penjelasan berikut.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Keputusan Pembelian Indikator dan Item Pernyataan SS S TS STS Total

Pengenalan kebutuhan

Saya membeli produk jahe merah instan enam

putri karena sesuai dengan kebutuhan saya

49 45 5 1 100

Pencarian informasi

Saya mencari informasi tentang merek jahe

merah instan enam putri sebelum membeli

32 49 14 5 100

Evaluasi alternatif

Saya membeli produk jahe merah instan enam

putri karena harga ekonomis, kualitas produk

dan banyak khasiatnya

36 47 8 9 100

Keputusan pembelian

Saya sudah membandingkan jahe merah instan

enam putri dengan merek yang lainnya

28 42 17 12 99

Saya yakin sudah mengambil keputusan yang

tepat saat membeli produk jahe merah instan

enam putri

48 44 7 1 100

Perilaku setelah pembelian

Saya berkeinginan akan membeli kembali

produk jahe merah instan enam putri

46 43 11 0 100

Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe

merah instan enam putri kepada saudara, teman

atau kenalan saya.

55 39 5 1 100

Sumber: Data Primer (2021)

5.1.1 Pengenalan Kebutuhan

Tahapan pertama dalam proses pengambilan keputusan konsumen produk

jahe merah instan enam putri adalah tahap pengenalan kebutuhan. Kebutuhan

tersebut dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal (Kotler, 2002:224).

Sehubungan dengan itu, indikator pengenalan kebutuhan pada keputusan

pembelian produk jahe merah instan enam putri, terdiri dari 1 item pernyataan yaitu

mengenai “Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena sesuai

71

dengan kebutuhan saya”. Diperlihatkan dalam Tabel 9, konsumen jahe merah yang

menjawab sangat setuju pada pernyataan pengenalan kebutuhan sebanyak 49 orang,

setuju sebanyak 45 orang, tidak setuju sebanyak 5 orang dan sangat tidak setuju 1

orang. Dengan demikian pernyataan mengenai pengenalan kebutuhan, didominasi

oleh jawaban sangat setuju mengenai pembelian produk jahe merah instan enam

putri dikarenakan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Selanjutnya identifikasi proses keputusan pembelian pada tahapan

pengenalan kebutuhan digunakan pendekatan rumus nilai rang untuk

mempermudah analisis deskripsi yang dibagi kedalam tiga kategori, yaitu baik,

cukup dan kurang. Ketiga kategori tersebut dapat membedakan seberapa besar

persentase respon konsumen terhadap aspek pengenalan kebutuhan yang mencakup

manfaat yang dimiliki dari produk tersebut secara langsung. Persentase hasil yang

didapat dari alasan/motivasi membeli jahe merah instan enam putri pada tahap

pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 15 sebagai berikut.

Gambar 15. Diagram Analisis Pengenalan Kebutuhan

49%45%

6%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Pengenalan Kebutuhan

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

72

Berdasarkan pengamatan pada Gambar 15, menunjukkan pengenalan

kebutuhan responden sebanyak 49% responden didominasi pada kategori baik dan

diikuti pada kategori cukup sebesar 45%, diartikan bahwa persentase kategori baik

responden besar dalam pengenalan kebutuhan maka produk jahe merah instan enam

putri sudah sangat diketahui dan dirasakan manfaat/khasiatnya oleh konsumen.

Begitu pula sebaliknya persentase kategori kurang lebih besar maka responden

tidak mengetahui dan memperhatikan manfaat dari produk. Sebagian besar

responden mengkonsumsi jahe merah instan enam putri tidak hanya sebagai

minuman biasa tetapi juga didorong dengan harapan berbagai manfaat/khasiat yang

ditawarkan oleh jahe merah instan enam putri.

Kebutuhan dapat menimbulkan keputusan konsumsi oleh konsumen ketika

bertemunya antara keadaan yang dirasakan dengan apa yang diharapkan (Satyajaya

et al., 2014:299). Sedangkan sebagian besar responden telah mengetahui bahwa

mengkonsumsi minuman jahe merah instan enam putri memberikan harapan dapat

menjaga kesehatan, memberikan khasiat pengobatan yang tercantum dalam lebel

(asma urat, migran, batuk kering, masuk angin, rematik, kesemutan dan asma

menahun), menyegarkan dan menghangatkan tubuh. Sejalan dengan temuan Tama

(2017:27), mengatakan bahwa tahapan pengenalan kebutuhan berisi tentang

manfaat utama yang paling diinginkan oleh konsumen setelah membeli produk.

5.1.2 Pencarian Informasi

Konsumen melakukan pencarian informasi setelah mengenal kebutuhannya

mengenai jahe merah instan yang ingin mereka beli. Proses pencarian informasi

dapat dilakukan konsumen melalui dua cara, yaitu melalui pencarian internal

73

(pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan) maupun pencarian eksternal

(memperoleh informasi dari lingkungan) (Satyajaya et al., 2014:302). Pencarian

internal biasanya dilakukan oleh konsumen yang sebelumnya pernah membeli

produk jahe merah instan enam putri, dimana mereka sangat mengandalkan

pengetahuan yang sudah ada mengenai produk. Pencarian eksternal informasi

mengenai produk didapatkan melalui iklan/promosi yang dilakukan oleh produsen.

Pada tahap ini, indikator tahapan pencarian informasi terdiri dari satu item

pernyataan yaitu mengenai “Saya mencari informasi tentang merek jahe merah

instan enam putri sebelum membeli”. Tabel 9 memperlihatkan bahwa konsumen

jahe merah yang menjawab sangat setuju sebanyak 32 orang, setuju sebanyak 49

orang, tidak setuju sebanyak 14 orang dan sangat tidak setuju 5 orang. Dengan

demikian pernyataan mengenai pencarian informasi, didominasi oleh jawaban

setuju mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen mengenai

produk jahe merah instan enam putri sebelum melakukan pembelian.

Penting dalam identifikasi pada tahapan pencarian informasi oleh

konsumen, sama dengan sebelumnya digunakan pendekatan rumus nilai rang

kedalam tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Ketiga kategori dapat

membedakan seberapa besar persentase respon konsumen terhadap antusias/minat

dalam pencarian informasi terpercaya atau kebenaran dari produk jahe merah instan

enam putri yang akan dibeli. Hasil persentase yang didapatkan terkait pernyataan

responden tahapan pencarian informasi produk jahe merah instan enam putri dapat

dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut.

74

Gambar 16. Diagram Analisis Pencarian Informasi

Berdasarkan hasil gambar di atas, sebanyak 49% responden didominasi pada

kategori cukup dan diikuti pada kategori baik sebesar 32%, artinya persentase

katagori baik memberikan nilai yang masih sedikit dan semakin persentase kategori

kurang besar mencerminkan bahwa konsumen tidak memiliki ketertarikan atau

memberikan respon negatif terhadap produk jahe merah instan enam putri.

Sehingga ada celah yang harus menjadi perhatian untuk meningkatkan antusias dan

minat oleh konsumen dalam pencarian infromasi mengenai produk jahe merah

instan enam putri dengan tidak hanya mengandalkan sumber informasi didapat dari

faktor internal (teman dan keluarga berada di lingkungan konsumen).

Melihat bahwa informasi eksternal mengenai produk jahe merah instan enam

putri masih sedikit, terutama di internet dan media lainnya. Hal ini dapat dipahami

dengan tidak ada produk jahe merah instan enam putri yang beredar di Medsos.

Menurut Satyajaya et al. (2014:302), periode masa sekarang memberikan informasi

32%

49%

19%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Pencarian Informasi

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

75

tentang produk sangat efektif dengan menggunakan media online yang sangat

mempengaruhi konsumen. Selain itu sumber informasi didapatkan dengan melihat

langsung kurang maksimal dalam memperluas pangsa pasar. Sejalan penelitian

Kusuma (2018:37), menunjukkan bahwa selain konsumen memperoleh informasi

mengenai produk melalui teman atau kerabat, posisi kedua konsumen mengetahui

informasi dari sosial media sebagai strategi awal yang dibangun dalam

memperkenalkan produk kepada konsumen yaitu melalui twitter. Di era saat ini

juga sangat didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi sehingga pemasaran

melalui media sosial lainnya dapat dilakukan seperti akun instagram.

5.1.3 Evaluasi Alternatif

Tahapan selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan yaitu konsumen

mengambil sikap terhadap suatu merek produk setelah melalui beberapa evaluasi.

Evaluasi alternatif menetapkan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginan

konsumen dan situasi pembelian untuk dapat membuat suatu keputusan yang

dirasakan paling bermanfaat (Satyajaya et al., 2014:302). Indikator tahapan

evaluasi alternatif juga terdiri satu item pernyataan, yaitu “Saya membeli produk jahe

merah instan enam putri karena harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya”.

Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan

evaluasi alternatif sebanyak 36 orang, setuju sebanyak 47 orang, tidak setuju

sebanyak 8 orang dan sangat tidak setuju 9 orang. Maka respon terhadap evaluasi

alternatif, didominasi oleh jawaban setuju mengenai pencarian manfaat tertentu dari

produk jahe merah instan enam putri. Untuk identifikasi berikutnya dilakukan juga

pendekatan rumus nilai rang pada tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.

76

Persentase respon konsumen terhadap evaluasi alternatif yang mencakup

beberapa kriteria salah satunya harga, manfaat, kemasan, dan rasa. Kriteria ini

menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk apapun oleh konsumen

(Ruhamak, 2016:41). Hasil persentase tahapan evaluasi alternatif dari pernyataan

responden terhadap produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada Gambar

17 sebagai berikut.

Gambar 17. Diagram Analisis Evaluasi Alternatif

Berdasarkan Gambar 17, dapat dilihat data sebanyak 47% responden

didominasi pada kategori cukup, kategori baik sebesar 36% dan kategori kurang

sebesar 17%, hasil data ini mencerminkan bahwa sangat rentan dan ada celah besar

yang harus menjadi perhatian CV. Enam Putri terkait evaluasi alternatif mencakup

(harga, manfaat, kemasan, dan rasa) mengenai produk jahe merah instan enam putri,

karena dapat menimbulkan masalah kesusahan dalam memperluas pasar atau

mendapatkan konsumen baru dan dikhawatirkan konsumen lama dapat beralih

untuk meninggalkan produk jahe merah instan enam putri apabila kompetitor lebih

36%

47%

17%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Evaluasi Alternatif

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

77

baik dalam memberikan alternatif harga lebih ekonomis atau kualitas produk baik.

Dikemukakan juga pada penelitian Kusuma (2018:37) proses dimana suatu

alternatif pilihan dari produk yang ditawarkan dan dipilih oleh konsumen untuk

memenuhi kebutuhannya mempertimbangkan harga, cita rasa didukung dengan

banyaknya pilihan menu khas dan unik yang ditawarkan.

5.1.4 Keputusan Pembelian

Tahap keputusan pembelian dapat melihat bahwa konsumen sudah

melakukan pembelian berdasarkan dari pengetahuan yang telah diperoleh mengenai

produk yang dibeli. Indikator tahapan keputusan pembelian atas merek-merek

terdiri dari dua item pernyataan yaitu mengenai “Saya sudah membandingkan jahe

merah instan enam putri dengan merek yang lainnya” dan “Saya yakin sudah

mengambil keputusan yang tepat saat membeli produk jahe merah instan enam

putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan sudah

membandingkan jahe merah instan enam putri dengan merek lainnya sebanyak 28

orang, setuju sebanyak 42 orang, tidak setuju sebanyak 17 orang dan sangat tidak

setuju 12 orang. Untuk menjawab sangat setuju pada pernyataan mengambil

keputusan yang tepat dengan membeli jahe merah enam putri sebanyak 48 orang,

setuju sebanyak 44 orang, tidak setuju sebanyak 7 orang dan sangat tidak setuju 1

orang. Dengan demikian pernyataan mengenai keputusan pembelian atas merek,

didominasi oleh jawaban setuju mengenai membandingkan jahe merah enam putri

dengan merek lainnya yang dilakukan oleh konsumen dan didominasi oleh jawaban

sangat setuju mengenai mengambil keputusan yang tepat dengan membeli jahe

merah enam putri yang dilakukan oleh konsumen.

78

Keputusan pembelian konsumen pada penelitian ini juga dilihat dari

persentase pernyataan responden dalam memutuskan membeli produk jahe merah

instan enam putri dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup, kurang), artinya

katagori baik dalam keputusan pembelian, bahwa responden sudah sering untuk

melakukan membeli terhadap produk jahe merah instan enam putri setidaknya lebih

dari dua kali melakukan pembelian. Sementara sebaliknya semakin kurang

responden dalam keputusan pembelian maka responden hanya pernah melakukan

membeli dua kali saja terhadap produk jahe merah instan enam putri. Persentase

hasil yang didapat dari produk jahe merah instan enam putri pada tahap keputusan

pembelian dapat dilihat pada Gambar 18 sebagai berikut.

Gambar 18. Diagram Analisis Keputusan Pembelian

Melihat hasil data di atas, sebanyak 44% responden didominasi pada

kategori cukup dan sebanyak 38% responden pada kategori baik, artinya ada respon

positif dan negatif dari konsumen yang berpotensi untuk melakukan sikap

38%

44%

8%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

Keputusan Pembelian

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

79

pembelian kembali atau bahkan sama sekali tidak membeli lagi. Salah satu solusi

agar produk jahe merah enam putri selalu menjadi pilihan yang tepat di mata

konsumennya dari kekurangan yang ada pada tahapan sebelumnya harus segara

menjadi perhatian perbaikan dan menjaga ketersediaan barang selalu ada. Hasil

penelitian Tama (2017:34) dan Satyajaya et al. (2014:303), menegaskan aspek

ketersediaan produk menentukan konsumen dalam menilai merek sebagai merek

utama atau membuat sikap untuk tidak beralih ke produk lain dan apabila produk

selalu tidak tersedia maka konsumen akan pindah pada merek lainnya.

5.1.5 Setelah Pembelian

Ada atau tidaknya respon setelah pembelian mengakibatkan konsumen akan

menghadapi level kepuasan atau ketidakpuasan (Kotler, 2002:225). Indikator

tahapan perilaku setelah pembelian terdiri dari dua item pernyataan, yaitu mengenai

“Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah instan enam putri”

dan “Saya akan merekomendasikan produk jahe merah instan enam putri kepada

saudara, teman atau kenalan saya”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat

setuju pada pernyataan akan membeli kembali jahe merah instan enam putri

sebanyak 46 orang, setuju sebanyak 43 orang, tidak setuju sebanyak 11 orang dan

tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian pernyataan

mengenai perilaku setelah pembelian, didominasi oleh jawaban sangat setuju

mengenai akan membeli kembali jahe merah enam putri.

Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan akan

merekomendasikan produk jahe merah enam putri kepada saudara, teman atau

kenalan sebanyak 55 orang, setuju sebanyak 39 orang, tidak setuju sebanyak 5

80

orang dan sangat tidak setuju 1 orang. Untuk menjawab sangat setuju pada

pernyataan akan merekomendasikan produk jahe merah enam putri kepada saudara,

teman atau kenalan sebanyak 55 orang, setuju sebanyak 39 orang, tidak setuju

sebanyak 5 orang dan sangat tidak setuju 1 orang. Dengan demikian pernyataan

mengenai perilaku setelah pembelian, didominasi oleh jawaban sangat setuju

mengenai akan membeli kembali jahe merah enam putri dan didominasi oleh

jawaban sangat setuju mengenai akan merekomendasikan produk jahe merah enam

putri kepada saudara, teman atau kenalan.

Selanjutnya analisis deskripsi terhadap 100 orang responden dalam

pembahasan tahapan setelah pembelian produk digunakan pendekatan rumus nilai

rang untuk melihat nilai persentase yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik,

cukup, kurang), artinya katagori baik, bahwa responden merasa puas terhadap

produk jahe merah instan enam putri dan kemudian terbentuk sikap tertentu yang

akan mempengaruhi niat pembelian selanjutnya di masa yang akan datang.

Sementara kategori kurang, bahwa responden merasa tidak puas terhadap produk

jahe merah instan enam putri dan tentu di masa mendatang tidak ada niat untuk

membeli lagi. Persentase hasil yang didapat dari produk jahe merah instan enam

putri pada tahap setelah pembelian dapat dilihat pada Gambar 19 sebagai berikut.

81

Gambar 19. Diagram Analisis Setelah Pembelian

Hasil data diatas menunjukkan sebanyak 50,5% responden didominasi pada

kategori baik, artinya konsumen merasakan kepuasan dalam mengkonsumsi produk

jahe merah instan enam putri maka kemungkinan pembelian kembali pada masa

mendatang akan terjadi dan melahirkan sikap loyal terhadap produk tersebut.

Namun jumlah responden pada kategori cukup atau bias saja memperoleh

persentase sebesar 41%. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi CV. Enam Putri,

karena sikap responden yang merasakan biasa saja setelah mengkonsumsi produk

jahe merah instan enam putri dapat berpindah ke produk lain ketika produk yang

lain memberikan kepuasan lebih. Penelitian Tama (2017:34) dan Penelitian

Kusuma (2018:39), menyebutkan bahwa proses keputusan pembelian tidak

berhenti pada tahap perilaku setelah pembelian, tetapi konsumen akan

mengevaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh penyedia produk setelah

50,5%

41,0%

8,5%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

Setelah Pembelian

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

82

mengonsumsinya. Hal ini menandakan bahwa produk memberikan manfaat sesuai

dengan apa yang harapkan konsumen saat membelinya.

5.2 Identifikasi Brand awareness Jahe Merah Instan Enam Putri

Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan calon pembeli

mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori

produk atau jasa tertentu yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan (Durianto,

2004:61). Brand awareness berada pada rentang antara perasaan yang tidak pasti

terhadap pengenalan suatu merek sampai dengan perasaan yakin bahwa produk

tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk utama. Bagian dari suatu

kategori produk atau jasa perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang

kuat antara kategori suatu produk atau jasa dengan merek yang dilibatkan. Dalam

analisa deskriptif kesadaran merek dapat dikelompokkan berdasarkan unaware of

brand, brand recognition, brand recall dan top of mind.

Identifikasi kesadaran merek dilakukan dengan mengamati hasil hitung dari

keempat indikator pada kesadaran merek melalui persetujuan responden yang telah

diukur melalui angket pada saat pengumpulan data penelitian. Setelah

mengidentifikasi dari aspek hasil angket kemudian dilakukan pengklasifikasian

berdasarkan tiga kategori pada setiap indikator yaitu kategori baik, cukup dan

kurang. Penjelasan mengenai identifikasi kesadaran merek pada produk jahe merah

instan enam putri akan dijelaskan sebagai berikut.

83

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Kesadaran Merek Indikator dan Item Pernyataan SS S TS STS Total

Tidak menyadari adanya suatu merek (unaware of brand)

Saya mengetahui produk jahe merah instan

merek enam putri

43 55 2 0 100

Pengenalan suatu merek (brand recognition)

Saya dapat mengenali produk jahe merah instan

enam putri dari bentuk/desainnya

42 49 7 2 100

Pengingatan kembali terhadap merek (brand recall)

Jahe merah instan enam putri adalah produk

yang mudah di ingat kembali ketika saya

berbelanja produk herbal

43 54 1 2 100

Produk herbal jahe merah yang muncul di benak

pertama kali adalah jahe merah instan enam

putri

38 52 9 1 100

Merek yang pertama kali muncul (top of mind)

Produk herbal jahe merah instan sudah identik

dengan merek enam putri

24 59 15 1 99

Saya lebih memilih membeli produk jahe merah

instan enam putri dibandingkan produk herbal

yang lain (Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan

Jahe Merah Hj Fadilah)

34 56 8 2 100

Sumber: Data Primer (2021)

5.2.1 Unaware of Brand

Unaware of brand merupakan salah satu bentuk respon dari konsumen

terhadap suatu jenis merek bahwa konsumen tidak mengenal terhadap produk atau

merek jasa tersebut. Pada tingkatan ini pengguna tidak menyadari dan tidak

mengetahui adanya suatu merek atau brand pada suatu kategori tertentu. Merek

dalam kasus ini merupakan produk jahe merah instan enam putri, dan pembeli di

sini merupakan masyarakat yang sudah pernah membeli sekurang-kurangnya 2 kali.

Berdasarkan penelitian ini sebanyak 100 responden yang dilibatkan dalam

pengisian kuesioner dengan menyatakan kesediaannya untuk mengisi.

Indikator pertama dari kesadaran merek yaitu tidak menyadari atau

mengenal adanya suatu merek (unaware of brand). Tidak mengenal adanya suatu

merek terdiri dari 1 item pernyataan yaitu mengenai “Saya tidak mengetahui produk

84

jahe merah instan merek enam putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat

setuju pada pernyataan tidak mengetahui merek jahe merah instan enam putri tidak

ada, setuju sebanyak 2 orang, tidak setuju sebanyak 55 orang dan sangat tidak setuju

sebanyak 43 orang. Dengan demikian pernyataan mengenai tidak mengenal merek

enam putri, didominasi oleh jawaban sangat tidak setuju.

Pengklasifikasian indikator setelah pembelian dapat dilihat pada Gambar 20

sebagai berikut.

Gambar 20. Diagram Analisis Unaware of brand

Gambar 20, merupakan pengklasifikasian indikator tidak menyadari atau

mengenal adanya suatu merek (unaware of brand) yang dikategorikan ke dalam

tiga kelas (baik, cukup, kurang). Berdasarkan kategori baik sebesar 43%, kategori

cukup 55%, dan kategori kurang sebesar 2%. Dengan demikian pernyataan

responden terkait indikator tidak menyadari suatu merek termasuk didominasi

kedalam kategori cukup sebesar 55% dan konsumen jahe merah instan merek enam

putri sangat mengenal produknya. Tingkat unaware of brand menjadi tingkatan

43%

55%

2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Unaware of mind

Baik(3,2-4,2)

Cukup(2,1-3,1)

Kurang(1-2)

85

yang dijauhi bahkan tidak diharapkan oleh aktivitas bisnis manapun. Tingkatan ini

menggambarkan tinggi/rendahnya pengetahuan konsumen terhadap suatu produk

tersebut, dimana konsumen tidak mengetahui sama sekali tentang produk tersebut.

Namun menunjukkan mayoritas responden telah sadar akan adanya produk jahe

merah instan sebagian produk herbal. Sejalan dengan penelitian Permadi (2016:9),

bahwa pada tingkatan unaware of brand hampir tidak terbentuk oleh respon

konsumen yang tidak mengenal jenis merek produk, karena keseluruhan konsumen

sudah tahu akan keberadaan merek produk.

5.2.2 Brand Recognition

Brand recognition merupakan kondisi responden dimana tingkatan brand

awareness diukur dengan memberikan bantuan atau tingkat pengenalan minimal

dari kesadaran merek yang mencangkup kemampuan konsumen atau pembeli untuk

mengenali suatu merek dengan alat bantu. Dalam hal ini merek yang dimaksudkan

adalah produk jahe merah instan enam putri. Tahap brand recognition menjadi

begitu krusial karena menentukan hasil dari tingkatan-tingkatan kesadaran

selanjutnya, apakah responden mampu atau tidak mengenali mencerminkan merek

tersebut berada pada sebuah posisi penting di benak khalayak dan jika belum

mengenali mereka akan sulit untuk mengingat sebuah merek.

Indikator kedua dari kesadaran merek yaitu pengenalan suatu merek (brand

recognition). Pengenalan suatu merek terdiri dari satu item pernyataan, yaitu

mengenai “Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri dari

bentuk/desainnya”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada

pernyataan mengenali produk merek jahe merah instan enam putri dari

86

bentuk/desainnya sebanyak 42 orang, setuju sebanyak 49 orang, tidak setuju

sebanyak 7 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang. Dengan demikian

pernyataan mengenai pengenalan suatu merek, didominasi oleh jawaban setuju

mengenai mengenali produk merek jahe merah instan enam putri dari

bentuk/desainnya. Pengklasifikasian indikator yang menunjukkan tingkatan brand

recognition terhadap merek produk jahe merah instan enam putri dilihat pada

Gambar 21 sebagai berikut.

Gambar 21. Diagram Analisis Brand Recognition

Gambar 21, merupakan pengklasifikasian indikator pengenalan suatu merek

(brand recognition) yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup, kurang).

Berdasarkan gambar 21, kategori baik sebesar 42%, kategori cukup 49%, dan

kategori kurang sebesar 9%. Dengan demikian indikator pengenalan suatu merek

termasuk kedalam kategori cukup sebesar 49%. Artinya konsumen jahe merah

42%

49%

9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Brand Recognition

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

87

instan merek enam putri cukup dapat mengenali produk jahe merah instan enam

putri dari bentuk/desainnya sebesar 49%. Brand recognition terfokus pada sebuah

merek yang mana merek lebih dari sebuah produk seperti yang dikemukakan oleh

Kotler and Keller (2016), sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk,

karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain.

5.2.3 Brand Recall

Tingkat selanjutnya yang peneliti analisis berdasarkan piramida kesadaran

merek atau brand awareness merupakan brand recall atau pengingat kembali suatu

merek. Brand recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek

apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut

(Pramitadewi, 2009:44). Pada tingkat ini kesadaran merek langsung muncul di

benak konsumen setelah merek tertentu disebutkan.

Indikator ketiga dari kesadaran merek yaitu pengingatan kembali terhadap

suatu merek (brand recall). Pengingatan kembali suatu merek terdiri dari dua item

pernyataan yaitu mengenai “Jahe merah instan enam putri adalah produk yang

mudah di ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal” dan “Produk herbal

jahe merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam

putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan jahe

merah instan enam putri adalah produk yang mudah diingat kembali ketika

berbelanja produk herbal sebanyak 43 orang, setuju sebanyak 54 orang, tidak setuju

sebanyak 1 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang.

Pernyataan mengenai pengingatan kembali terhadap merek, didominasi

oleh jawaban setuju mengenai jahe merah instan enam putri adalah produk yang

88

mudah diingat kembali ketika berbelanja produk herbal. Konsumen jahe merah

yang menjawab sangat setuju pada pernyataan produk herbal jahe merah yang

muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam putri sebanyak 38

orang, setuju sebanyak 52 orang, tidak setuju sebanyak 9 orang dan sangat tidak

setuju 1 orang. Dengan demikian pernyataan mengenai pengingatan kembali

terhadap merek, didominasi oleh jawaban setuju mengenai produk herbal jahe

merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam putri.

Pengklasifikasian indikator pengingatan kembali terhadap merek produk

jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada Gambar 22 sebagai berikut.

Gambar 22. Diagram Analisis Brand Recall

Gambar 22, merupakan pengklasifikasian indikator pengingatan kembali

terhadap merek (brand recall) yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup,

kurang). Berdasarkan gambar 22, kategori baik sebesar 40,5%, kategori cukup 53%,

dan kategori kurang sebesar 6,5%. Dengan demikian indikator pengingatan

40,5%

53%

6,5%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

Brand Recall

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

89

kembali terhadap merek termasuk kedalam kategori cukup sebesar 53%. Produk

herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan

enam putri serta jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah diingat

kembali ketika berbelanja produk herbal. Brand recognition terfokus pada sebuah

merek yang mana merek lebih dari sebuah produk seperti yang dikemukakan oleh

Kotler and Keller (2016), sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk,

karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain.

Hal ini menunjukkan mayoritas dari responden telah sadar akan adanya

produk jahe merah instan enam putri. Sejalan dengan hasil penelitian Pramitadewi

(2009:77), menyatakan bahwa konsumen sebagian besar sudah pada brand recall

merupakan tingkat standar dan sudah bisa dibilang baik atau bagus dalam tingkatan

brand awareness. Maka hal ini dapat dijadikan peluang bagi CV. Enam Putri untuk

terus meningkatkan produk dan pelayanannya. Pada poin selanjutnya juga diketahui

bahwa terdapat cukup banyak responden yang sudah tahu beberapa pokok

manfaat/khasiat yang ditawarkan produk jahe merah instan enam putri.

5.2.4 Top of Mind

Top of mind menggambarkan suatu merek yang pertama kali diingat oleh

responden atau merek yang pertama kali disebut oleh responden ketika ditanya

tentang suatu kategori merek produk atau merek jasa. Top of mind sebagai indikator

tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi benak para konsumen, sehingga

dalam level ini mereka tidak membutuhkan pengingat apapun untuk bisa mengenali

merek produk tertentu (Putri & Drniza, 2018:71).

90

Indikator keempat dari kesadaran merek yaitu merek yang pertama kali

muncul atau diingat (top of mind). Merek yang pertama kali diingat dua item

pernyataan yaitu mengenai “Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan

merek enam putri” dan “Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan

enam putri dibandingkan produk herbal yang lain”. Konsumen jahe merah yang

menjawab sangat setuju pada pernyataan produk herbal jahe merah instan sudah

identik dengan merek enam putri sebanyak 24 orang, setuju sebanyak 59 orang,

tidak setuju sebanyak 15 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang. Dengan

demikian pernyataan mengenai merek yang pertama kali diingat, didominasi oleh

jawaban setuju mengenai produk herbal sudah identik dengan merek enam putri.

Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan

konsumen yang lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam putri

dibandingkan produk herbal yang lain sebanyak 34 orang, setuju sebanyak 56

orang, tidak setuju sebanyak 8 orang dan sangat tidak setuju 2 orang. Dengan

demikian pernyataan mengenai merek yang pertama kali diingat, didominasi oleh

jawaban setuju konsumen yang lebih memilih membeli produk jahe merah instan

enam putri dibandingkan produk herbal yang lain. Pengklasifikasian indikator

merek yang pertama kali muncul atau diingat konsumen dapat dilihat pada Gambar

23 sebagai berikut.

91

Gambar 23. Diagram Analisis Top of Mind

Gambar 23, menunjukkan hasil tanggapan responden terhadap top of mind

yang merupakan tingkatan keempat atau paling puncak dari piramida brand

awareness. Berdasarkan 100 responden yang diteliti ke dalam tiga kategori kelas

(baik, cukup, dan kurang) 57.5% responden didominasi pada kategori cukup dan

diikuti pada kategori baik sebesar 29% dari responden yang menyebutkan jahe

merah instan dengan merek enam putri pada saat pertama kali ditanya tentang suatu

merek jahe merah instan, sehingga tingkat kesadaran atau tingkat pengetahuan dari

pengguna produk jahe merah instan enam putri belum sampai pada tingkatan ini.

Lebih lanjut Durianto (2001) menjabarkan cara-cara yang dapat dibangun

dan diperbaiki untuk mencapai tingkatan top of mind sebagai berikut: 1)

penyampaian pesan suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen; 2) pesan

harus berbeda dengan produk lainnya dan ada hubungan antara brand dengan

kategori produknya; 3) memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga

membantu konsumen mengingat brand; 4) memiliki simbol yang dihubungkan

29%

57,5%

13%

0%

20%

40%

60%

80%

Top of Mine

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

92

dengan brand-nya; 5) perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin

diingat konsumen; 6) brand awareness diperkuat memakai isyarat yang sesuai

dengan kategori produk, brand, maupun keduanya. 7) meningkatkan pengingatan,

karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.

5.3 Hubungan Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian Jahe

Merah Instan Enam Putri

Hubungan brand awareness dengan keputusan pembelian produk jahe

merah instan enam putri dapat bermanfaat bagi pelanggan maupun publik, dan

khususnya bagi CV. Enam Putri, karena merek merupakan identitas produk yang

penting bagi konsumen. Proses konsumen bisa menilai berdasarkan merek (merek

memberikan pilihan, merek memudahkan keputusan, merek memberi jaminan

kualitas, merek memberikan pencegahan resiko, merek memberikan alat untuk

mengekspresikan diri). Sementara sebagian besar pelaku UMKM masih belum

memahami bahwa merek sebagai aset yang paling berharga.

Secara luas merek sebagai alasan penting untuk pilihan konsumen yang

berfungsi untuk mendiferensiasikan produk dan keunikan mereka dimana dapat

meningkatkan kepercayaan/keyakinan konsumen yang berpengaruh dalam proses

pengambilan keputusan pembelian. Hasil analisis chi-square ini dapat merumukan

hipotesis untuk menjawab permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini yaitu:

➢ H0 = Brand awareness tidak berhubungan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig > 0,05 dan

H0 diterima/H1 ditolak).

93

➢ H1 = Brand awareness berhubungan signifikan terhadap keputusan

pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig < 0,05

dan H1 diterima/ H0 ditolak).

Adapun hasil analisis hubungan brand awareness dengan keputusan

pembelian produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat tabel sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Analisis Chi-Square

Chi-Square Tests

Value df Asymptotic Significance (2-sided)

Pearson Chi-Square 209.118a 143 0.000

Likelihood Ratio 130.985 143 0.755

Linear-by-Linear

Association

27.605 1 0.000

N of Valid Cases 100

a. 167 cells (99.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02.

catatan: Nilai Asymp. Sig (2-sided) < 0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak.

Hasil uji statistik pada tabel di atas diperolah nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided)

sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05, artinya hipotesis H1 diterima dan H0 ditolah

atau adanya hubungan brand awareness secara positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri. Temuan ini diperkuat

oleh hasil penelitian Febrian (2018:68), terdapat pengaruh brand awareness

terhadap keputusan pembelian Produk Zara Sun Plaza Medan. Menutut Akkucuk

& Esmaeili (2016:3), yang berjudul The Impact of Brands on Consumer Buying

Behavior: An Empirical Study on Smartphone Buyers ditemukan bahwa brand

awareness mempunyai dua fungsi. Pertama, bahwa brand awareness adalah cara

atau taktik untuk konsumen dalam menghadapi keputusan pembelian. kedua, bahwa

94

konsumen yang memiliki kesadaran tinggi akan suatu merek mempunyai

kecenderungan untuk tidak mencoba merek lain.

Konsumen akan cenderung membeli produk dengan merek yang sudah

terkenal dibandingkan dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga

mereka. Keputusan pembelian juga didasarkan pada pengetahuan konsumen yang

mereka peroleh dari media informasi mengenai merek produk tersebut. Hasil

penelitian Setyawan (dalam Kumalasari, 2013:85), juga menyatakan bahwa

semakin tinggi tingkat kesadaran merek seseorang, maka keputusan pembelian

konsumen terhadap produk dengan merek tersebut meningkat karena merek itulah

yang pertama diingatnya.

Kemudian Putri & Deniza (2018:70) melakukan penelitian tentang

pengaruh brand awareness terhadap keputusan pembelian yang menunjukkan

bahwa brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan, hal

ini dikarenakan nilai T statistic (2.045) > nilai t-statistik (1.96). Sejalan juga

dengan hasil penelitian Febrian (2018:93), membuktikan dengan nilai koefisien

regresi memiliki nilai sebesar 0,569 , dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan

nilai t hitung sebesar 6,287 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0dan Sig < 5 %

(0,000 < 0,05 ). yang berarti dapat disimpulkan brand awareness berpengaruh

positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

95

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap produk jahe merah instan merek enam

putri pada UMKM CV. Enam Putri dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil identifikasi keputusan pembelian dapat disimpulkan sebagai

berikut: Tahap pengenalan kebutuhan (indikator pertama) berada pada kategori

“baik” sebesar 49%. Tahap pencarian informasi (indikator kedua) berada pada

kategori “cukup” sebesar 49%. Tahap evaluasi alternatif (indikator ketiga)

berada pada kategori “cukup” sebesar 47%. Tahap keputusan pembelian atas

merek-merek (indikator keempat) berada pada kategori “cukup” sebesar 44%.

Tahap setelah pembelian (indikator kelima) berada pada kategori “baik” sebesar

50,5%.

2. Berdasarkan hasil identifikasi kesadaran merek (brand awareness) dapat

disimpulkan sebagai berikut: Indikator pertama yaitu tidak menyadari atau

mengenal adanya suatu merek (unaware of brand) berada pada kategori ”cukup”

sebesar 55%. Indikator kedua yaitu pengenalan suatu merek (brand recognition)

berada pada kategori “cukup” sebesar 49%. Indikator ketiga yaitu pengingatan

kembali terhadap suatu merek (brand recall) berada pada kategori “cukup”

sebesar 53%. Indikator keempat yaitu merek yang pertama kali muncul atau

diingat (top of mind) berada pada kategori “cukup” sebesar 57,5%. Keseluruhan

tingkatan kesadaran merek (brand awareness) berada pada tingkatan kategori

cukup yang mencerminkan merek jahe merah enam putri sudah disadari oleh

setiap konsumennya.

96

3. Adanya hubungan brand awareness secara positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri yang diperolah nilai

Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.000<0,05, artinya hipotesis H1 diterima dan H0

ditolah dan meningkatkan kesadaran merek memberikan dampak posistif

terhadap peningkatan keputusan pembelian oleh konsumen terhadap produk

jahe merah instan enam putri.

6.2. Saran

Adapun saran atau rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian

dan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara brand awareness

dengan keputusan pembelian. Dengan mengidentifikasi indikator yang ada pada

brand awareness maka konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli

produk dengan efisien, tepat dan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu

konsumen akan cenderung membeli produk dengan merek yang sudah terkenal

dibandingkan dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga mereka.

Maka itu, jika CV. Enam putri ingin penjualannya meningkat dan konsumennya

menjadi loyal, maka harus memperhatikan tahapan pada keputusan pembelian

dan juga indikator brand awareness. Karena semakin tinggi tingkat kesadaran

merek seseorang, maka keputusan pembelian konsumen terhadap produk dengan

merek tersebut meningkat karena merek itulah yang pertama diingatnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor-faktor yang belum

diteliti dalam tulisan ini dalam melihat hubungan atau pengaruh brand

awareness dengan keputusan pembelian terhadap produk lainnya.

97

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2011). Dasar-Dasar metode Statistika untuk Penelitian.

Bandung : CV Pustaka Setia.

Akkucuk, U & J, Esmaeili. N. (2016). The Impact of Brands on Consumer Buying

Behavior: An Empirical Study on Smartphone Buyers. Journal of Research

in Business & Social Science 5 (4), 1-16

Ali, A., & Hasnu, SAF. (2013). An Analysis Of Consumers’ Characteristics On

Impulse Buying: Evidence From Pakistan. Interdisciplinary Journal of

Contemporary Research in Business, 15(2), pp: 560-570.

Amalia, I., & Putri, Y.R. (2020). Pengaruh Media Sosial Instagram @Maybelline

Terhadap Brand awareness Produk Kosmetik Maybelline (Studi Kuantitatif

Pada Followers Indonesia Akun Instagram @Maybelline). eProceedings of

Management, 7(2), pp. 4705-4715.

Amri, A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. JURNAL

BRAND, 2(1), 123-130. https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand

Amzy, N., Purnengsih, I., Pratama, D., & Pramudita, P. (2020). Membangun

Kesadaran Merek Pada Umkm Sebagai Upaya Menjaga Eksistensi Produk

Dalam Masa Pandemi Studi Kasus Kerupuk Mie “Kembang Matahari. Abdi

Seni: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 11(2), 93-101.

Arif, N. (2020). Strategi UMKM Dalam Menghadapi New Normal . Dipetik 2020,

dari Suara.com: https://www.suara.com/yoursay/strategi-umkm-dalam-

menghadapi-newnormal

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Assauri, S.MBA. (2018). Manajemen Bisnis Pemasaran. Depok: Rajawali Pers.

Aziz, H.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika

Azizah, F.N., Ilham, I.F., Aqidah, L.P., Firdaus, S.A., Astuti, S.A.D., & Buchori, I.

(2020). Strategi UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian selama Pandemi

Covid-19 pada saat New Normal. OECONOMICUS Journal of Economics,

Vol. 5(1), 46-62.

Dawes, C. (2008). Salivary Flow Patternsand the Health of Hard and Soft Oral

Tissues. The Journal of the American Dental Association. 139 : 185-245.

Durianto,D.S, Budiman,L.J. (2004). Brand Equity Tin. Jakarta: Penerbit PT

Gramedia Pustaka Utama.

Erlina. (2011). Metode Penelitian : Untuk Akutansi. Medan: USU PRESS.

98

Faizza, Emil. (2017). Brand Strategy Jawa Timur di Mata Internal Stakeholder

Dalam Upaya Membangun Province Branding Jawa Timur. [Tesis]. Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga. Diakses dari:

http://repository.unair.ac.id/67770/3/TESIS%20EMIL%20FAIZZA.pdf (09

April 2021).

Febrian, S.M. (2018). Pengaruh Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian

Produk Zara (Studi Pada Konsumen Zara Sun Plaza Medan). [skripsi].

Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Hal. 1-94. Diakses dari:

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3539/140907126.pdf

?sequence=1&isAllowed=y (12 April 2021).

Febriani, Tika. (2020). Strategi Pengembangan UMKM di Tengah Pandemi Covid-

19. [Makalah]. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses

dari: https://www.researchgate.net/publication/346968128 Makalah Strategi

Pengembangan_UMKM_di_Tengah_Pandemi_Covid-19 (9 April 2021).

Firmansyah, A.I. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tulungagung. [skripsi]. Fakultas

Ekonomi Bisnis Islam IAIN Tulungagung. Diakses dari: http://repo.iain-

tulungagung.ac.id/8370/ (13 April 2021).

Firmansyah, M.A. (2018). Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Surabaya:

Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA.

Ghealita, V., & Setyorini, R. (2015). Pengaruh Brand awareness Terhadap

Keputusan Pembelian AMDK Merek AQUA (Studi Pada Masyarakat di Kota

Bandung), (Online), Vol. 4, No. 1,

(https://ejournal.upi.edu/index.php/image/article/view/2331, diakses pada 26

April 2021).

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.

Edisi 8. Cetakan Kedelapan. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gunawan, F. A. (2014). Analisi Pengaruh Iklan Televisi dan Endorser Terhadap

Purchase Intention Dengan Brand awareness Sebagai Variabel Intervening.

Jurnal Strategi Pemasaran. 2(1), 1-14

Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.

Jurnal of Business and Enterpreneurship, Vol. 2(2), 83-92.

Hasbun dan Ruswanty. (2016). Komperansi Antara Kelompok yang Melihat Iklan

dan Tidak Melihat Iklan dengan Moderasi Brand awareness Terhadap Niat

Beli (Studi Pada Commuter Line). Journal of Business Studies. Volume 2.

hal:2-4.

Hertanto, E. (2017). Perbedaan Skala Likert Lima Skala dengan Modifikasi Skala

Likert Empat Skala. Jurnal Metodelogi Penelitian.

99

https://pdfcoffee.com/perbedaan-skala-likert-lima-skala-dengan-pdf-

free.html

Husein, Umar. (2014). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :

PT.Raja Grafindo Persada.

Islam, A., Jerin, I., Hafiz, N., Nimfa, D.T., & Wahab, S.A. (2021). Configuring a

Quadruple Helix Innovation Model (QHIM) based blueprint for Malaysian

SMEs to survive the crises happening by Covid-19. Emerald Open Res,

Journal of Entrepreneurship, Business and Economics, 9(1), 32-81.

Kotler and Keller (2009). Manajmen Pemasaran, Jilid 1, Edition 13. Jakarta:

Erlangga.

Kotler, P. (2002). Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen, Jakarta : Prenhalindo.

Kotler, P., & Amstrong, G. (2016). Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 13, Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Kumalasari, P. (2013). Analisis Pengaruh Brand awareness dan Brand Image

Terhadap Brand Equitydan Dampaknya Pada Minat Beli Konsumen (Studi

Kasus Product Placement Mie Instan Indomie Di Dalam Film 5 Cm).

[skripsi]. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/13653443.pdf

(12 April 2021).

Kurniawan, Albert. (2011). SPSS Serba-Serbi Analisis Statistika dengan Cepat dan

Mudah. Jasakom.

Kusuma, N.V.C. (2018). Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen

Terhadap Warunk Upnormal Kota Bogor.[skripsi]. Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi Dan Manajemeninstitut Pertanian Bogor

Larasati, Bio F. (2011). Analisis Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan

Kualitas Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Studi

Kasus UMKM Binaan IPB. [skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia Institut

Pertanian Bogor. Diakses: https://repository.ipb.ac.id/jspui/handle/12345

6789/93/browse?type=title&sort_by=1&order=ASC&rpp=30&etal=5&null

=&offset=60 (13 April 2021).

Lemeshow, Stanley, Hosmer, David W, Klar, Janelle, Lwanga, Stephen Kaggwa &

World Health Organization. (1990). Adequacy of sample size in health

studies / Stanley Lemeshow Chichester : Wiley.

Maineri, T., Barnett, E., Valdero, T., Unipan, J. & Oskamp, S. (1997). Green

buying: the influence of environmental concern on consumer buying. Journal

of Social Psychology, Vol. 137(2), pp. 189-204.

Narto & Basuki, G.HM. (2020). Penguatan Strategi Pemasaran Pudak Di Tengah

Pandemi Covid-19 Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing Usaha Mikro

100

Kecil Menengah Kota Gresik. Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas

Serang Raya, (6)1, 48-54.

Nasution, H.F. (2016). Instrumen Penelitian dan Urgensinya Dalam Penelitian

Kuantitatif. Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman, Vol. 4(1), 59-

75. https://doi.org/10.24952/masharif.v4i1.721

Nuranindya, D. (2012). Proses Pembuatan Brand awareness dan Brand Image

Melalui Penerapan Integrated Marketing Communication (IMC) pada Produk

Jasa Baru, Studi Kasus Solusi Rumah Holcim. [Tesis]. Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jakarta. Diakses dari:

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20306215-T30978%20-%20Proses%

20pembentukan.pdf (13 April 2021).

Nurmadina. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan

Pembelian Secara Online (Studi Kasus pada KonsumenFashion Online di

Kota Makassar).[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin

Makassar.

OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19)

Contributing to A Global Effort. Retrieved from:

https://www.researchgate.net/deref/https%3A%2F%2Foecd.dam-

broadcast.com%2Fpm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf

Okoroafo, Sam C. & Anthony C. Koh. (2010). Gender Differences in Perceptions

of the Marketing Stimuli of Family Owned Businesses (FOBs). International

Journal of Marketing Studies, 2(1), pp: 3-12.

Permadi, G. (2016). Pengukuran Tingkat Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Pada Motor Honda (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosia Dan

Ilmu Politik Universitas Riau). Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 3(2), 1-12.

Pondia, S. (2018). Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

(Studi pada Usaha Kecil Grubi Langgeng Sari Desa Kediri Kec. Karanglewas,

Kab. Banyumas). [skripsi]. Program Studi Ekonomi Syari’ah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Hal. 1-

114. Diakses dari:

http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4150/2/SITI%20PONDIA_STRATE

GI%20BISNIS%20USAHA%20MIKRO%20KECIL%20DAN%20MENEN

GAH%20%28UMKM%29%20%28Studi%20pada%20Usaha%20Kecil%20

Grubi%20L.pdf (12 April 2021).

Prasmawati, E. (2010). Studi Tentang Nilai Pelanggan Dengan Positive Words Of

Mouth Pada Pengguna Motor Yamaha Di Semarang. [tesis]. Program Studi

Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

Semarang. Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/11722998.pdf (12 April

2021).

101

Priyambodo, Galih. (2019). Pengaruh Marketing Public Relations Tools DBL

Academy terhadap Brand awareness pada Orang Tua yang Memiliki Anak

Usia 5-15 Tahun di Surabaya, eprint/87137, hal. 10-11.

Rahardjo, M. (2011). Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. GEMA:

Media Infromasi dan Kebijakan Kampus UIN Maliki Malang. Diakses dari:

https://www.uin-malang.ac.id/r/110601/metode-pengumpulan-data-

penelitian-kualitatif.html

Ramadayanti, Firda. 2019. Peran Brand Awereness terhadap Keputusan Pembelian

Produk. Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis, Vol. 6, (2), pp. 78-83.

https://journal.trunojoyo.ac.id/jsmb/article/view/6690, diakses (26 April

2021)

Rizki, M. (2019). Pengaruh Jam Kerja, Bonus Insentif, Dan Area Hotspots

Terhadap Pendapatan Mitra Pengemudi Grabbike Di Kota Jakarta.[skripsi].

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Rosita, R. (2020). Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM Di Indonesia.

Jurnal Lentera Bisnis, 9(2), 109-120.

Rossiter, J.R. (2014). Branding Explained: Defining and Measuring Brand

awareness and Brand Attitude. Journal of Brand Management. 21(7-8), 533-

540.

Ruhamak, M.D. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsume Dalam

Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Air Minum Merek Aqua (Studi

kasus di UD Budi Jaya Kediri). EkoNiKa, 1(1), 38 – 49.

Santoso, A. & Istizar, M. (2020). Penguatan Pemahaman Strategi Branding melalui

Pendampingan Daring bagi Anggota Asosisasi Pusat Pengembangan

Sumberdaya Wanita. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat 2020

Universitas Muhammadiyah Jakarta, pp.1-10.

Santoso, H. & Putri, A. E. (2015). Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap

Perilaku Pembelian Produk Hijau Di Semarang. Seminar Nasional IENACO,

pp. 648-655.

Satyajaya, W., Rangga, A., Nurainy, F., & Al Rasyid, H. (2014). Proses

Pengambilan Keputusan Konsumen dan Atribut Produk Kopi Instan Dalam

Sachet. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, 19(3), 297-306.

Sofyan, et al. (2015). “The Influence of Human Resource Management Strategy

and Competence on Employee Performance with the Mediation of Work

Motivation, Organizational Commitment and Work Culture (Study at the

Official of Management of Communication and Information Technology of

Papua Province)”. International Journal of Business and Management

Invention ISSN): 2319– 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org

Volume 4 Issue 8 Agustus 2015 PP-15-27

102

Sonang, S., Purba, A.T., & Pardede, F.O.I. (2019). Pengelompokan Jumlah

Penduduk Berdasarkan Kategori Usia dengan Metode K-Means. Jurnal

TEKINKOM, Vol. 2(2), pp. 166-172.

Subianto, T. (2007). Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya

Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol.3(3),

pp. 165-182.

Suci, Y.R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di

Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6(1), pp. 51–55.

Sudarno. (2011). Kontribusi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) Dalam

Penyerapan Tenaga Kerja Di Depok. JURNAL EKONOMI DAN BISNIS,

10(2), 139-146.

Sudarso, A. & Erlic, M. (2018). Pengaruh Kesadaran Merek dan Promosi Terhadap

Keputusan Konsumen Untuk Membeli Di Cv.Panda Bakery. OSFPreprint,

pp. 1-11. https://doi.org/10.31219/osf.io/vkjs4

Sugiri, D. (2020). Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dari Dampak

Pandemi Covid-19. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan

Akuntansi, Vol. 19(1), 76-86.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, D. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika

Aditama.

Suryani & Hendriyadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasipada

Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, Jakarta: Prenadamedia

Group.

Suwardani, N.P. (2020). QUO VADIS PENDIDIKAN KARAKTER: dalam Merajut

Harapan Bangsa yang Bermartabat. Bali: UNHI Press.

Syofian, S., Setiyaningsih, T., & Syamsiah, N. (2015). Otomatisasi Metode

Penelitian Skala Likert Berbasis Web. Seminar Nasional Sains dan Teknologi

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

https://media.neliti.com/media/publications/174892-ID-otomatisasi-metode-

penelitian-skala-like.pdf

Tama, A.N. (2017). Proses Keputusan Pembelian Dan Faktor Dimensi Kualitas

Produk Lapis Talas Saripakuan.[skripsi]. Departemen Agribisnis Fakultas

Ekonomi Dan Manajemeninstitut Pertanian Bogor.

Udin, K.A. (2010). Hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dengan

partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Jetis Kecamatan Jaten

103

Kabupaten Karanganyar tahun 2009/2010.[skripsi].Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus

IAIN Palopo.

104

LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Coba Instrumen dalam Kuesioner Penelitian

Responden:

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Perkenalkan, nama saya Reby Yoga Afrian, mahasiswa Program Studi Agribisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang

“Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap Keputusan Pembelian

(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”. Saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Saya

ucapkan terima kasih atas bantuannya, semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapatkan

pahala dari Allah SWT.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

I. Identitas responden

1. Jenis Kelamin : Pria Wanita

2. Status Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa PNS

Pegawai Swasta Wiraswasta

3. Usia : 18 - 22 Tahun 23 – 27 Tahun

28 - 34 Tahun > 35 Tahun

4. Pendidikan : SMA/Sederajat D3/S1

S2/S3 Lainnya

5. Penghasilan/bulan : < Rp 2. 000.000

105

Rp 2. 000.000 - Rp 4. 000.000

Rp 5. 000.000 - Rp 7. 000.000

Rp 8. 000.000 - Rp 10. 000.000

II. Petunjuk Pengisian Kuesioner/Angket

Isilah kuesioner ini sejujurnya sesuai dengan kenyataan atau realitas yang

dialami/ dirasakan dan berikanlah tanda [√] pada satu jawaban yang sesuai.

SS = Sangat Setuju (4) S = Setuju (3)

KS = Kurang Setuju (2) STS = Sangat Tidak Setuju (1)

Variabel Keputusan Pembelian (Y)

No. Pernyataan SS S KS STS

4 3 2 1

1. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena

sesuai dengan kebutuhan saya

2. Saya tidak membutuhkan tempat minum jahe instan yang

memiliki tempat strategis dan higienis

3. Saya mencari informasi tentang merek jahe merah instan enam

putri sebelum membeli

4. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri

dari teman, keluarga dan sosial media.

5. Saya merasa pelayanan enam putri kurang cepat dan ramah

6. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena

harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya

7. Saya merasa harga jahe merah instan pada enam putri tidak

sesuai dengan kualitasnya

8. Saya merasa ragu dengan pengemasan pada merek enak putri

dibandingkan dengan merek lain

106

9. Saya sudah membandingkan jahe merah instan enam putri

dengan merek yang lainnya

10. Saya yakin sudah mengambil keputusan yang tepat saat

membeli produk jahe merah instan enam putri

11. Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah

instan enam putri

12. Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe merah instan

enam putri kepada saudara, teman atau kenalan saya.

Variabel Brand awareness (X)

No. Pernyataan SS S KS STS

4 3 2 1

1. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri

2. Saya tidak berminat dengan slogan jahe merah instan merek

enam putri

3. Logo dari enam putri tidak mudah dikenali ataupun diingat.

4. Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri

dari bentuk/desainnya

5. saya akan mengingat merek enam putri dengan menggunakan

bantuan seperti promosi atau iklan.

6. Jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah di

ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal

7. Tidak hanya produk enam putri saya konsumsi saat ingin

meminum jahe merah instan.

8. Produk herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali

adalah jahe merah instan enam putri

9. Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan merek

enam putri

10. Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam

putri dibandingkan produk herbal yang lain (Jahe Merah Cap

Cangkir Mas dan Jahe Merah Hj Fadilah)

107

Lampiran 2. Hasil Tabulasi Data Uji Coba Instrumen dalam Kuesioner

No. Urut

Responden

Item Variabel Keputusan Pembelian Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. 3 3 3 4 4 3 4 1 3 2 3 3 36

2. 4 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 36

3. 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 37

4. 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 41

5. 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 38

6. 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 38

7. 3 1 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 37

8. 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 43

9. 4 2 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 39

10. 3 3 3 4 2 3 1 3 3 3 3 3 34

11. 4 3 4 4 3 3 1 4 3 3 3 3 38

12. 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 41

13. 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 34

14. 4 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 42

15. 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 41

16. 3 4 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 38

17. 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 30

18. 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 33

19. 3 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 36

20. 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 41

21. 3 4 3 4 2 3 4 1 3 3 3 4 37

22. 3 3 1 3 3 1 4 3 1 2 1 1 26

23. 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 2 3 41

24. 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 34

25. 4 4 3 4 2 4 3 2 3 4 3 3 39

26. 3 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 36

27. 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 43

28. 3 1 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 38

29. 4 2 4 3 3 4 4 2 4 3 3 4 40

30. 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 36

No. Urut

Responden

Item Variabel Brand Awareness Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. 3 3 4 3 2 3 1 3 2 3 27

2. 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32

3. 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 31

4. 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 33

5. 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29

108

6. 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 32

7. 3 1 4 3 4 3 4 3 3 3 31

8. 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 38

9. 4 2 4 4 4 4 4 3 2 2 33

10. 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31

11. 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 34

12. 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 35

13. 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 29

14. 4 1 4 4 4 4 3 4 3 4 35

15. 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32

16. 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 30

17. 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 23

18. 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 28

19. 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 30

20. 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 35

21. 3 4 4 3 3 3 1 3 3 3 30

22. 3 3 3 1 3 1 3 1 2 1 21

23. 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 34

24. 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 28

25. 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 34

26. 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31

27. 4 4 3 4 2 4 2 4 4 4 35

28. 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 30

29. 4 2 3 4 3 4 2 4 3 3 32

30. 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 33

109

Lampiran 3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Validitas dan Reabilitas

Item Variabel

(Y)

Nilai p-value rhitung Keterangan

1 0,001 0,584 Valid

2 0,784 0,052 Tidak Valid

3 0,000 0,743 Valid

4 0,603 0,099 Tidak Valid

5 0,314 0,190 Tidak Valid

6 0,000 0,849 Valid

7 0,575 0,107 Tidak Valid

8 0,333 0,183 Tidak Valid

9 0,000 0,764 Valid

10 0,000 0,628 Valid

11 0,000 0,718 Valid

12 0,006 0,488 Valid

Alpha 0,05

Nilai rtabel = 0,361

Ket. pada sig. 5%

Df = n-2 = 30 – 2 = 28

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.884 7

Item Variabel

(X)

Nilai p-value rhitung Keterangan

1 0,000 0,636 Valid

2 0,745 0,062 Tidak Valid

3 0,308 0,193 Tidak Valid

4 0,000 0,748 Valid

5 0,167 0,259 Tidak Valid

6 0,000 0,863 Valid

7 0,190 0,246 Tidak Valid

8 0,000 0,728 Valid

9 0,000 0,705 Valid

110

10 0,000 0,715 Valid

Alpha 0,05

Nilai rtabel = 0,361

Ket. pada sig. 5%

Df = n-2 = 30 – 2 = 28

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.888 6

111

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Responden:

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Perkenalkan, nama saya Reby Yoga Afrian, mahasiswa Program Studi Agribisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang

“Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap Keputusan Pembelian

(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”. Saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Saya

ucapkan terima kasih atas bantuannya, semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapatkan

pahala dari Allah SWT.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu

I. Identitas responden

6. Jenis Kelamin : Pria Wanita

7. Status Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa PNS

Pegawai Swasta Wiraswasta

8. Usia : 18 - 22 Tahun 23 – 27 Tahun

28 - 34 Tahun > 35 Tahun

9. Pendidikan : SMA/Sederajat D3/S1

S2/S3 Lainnya

10. Penghasilan/bulan : < Rp 2. 000.000

112

Rp 2. 000.000 - Rp 4. 000.000

Rp 5. 000.000 - Rp 7. 000.000

Rp 8. 000.000 - Rp 10. 000.000

II. Petunjuk Pengisian Kuesioner/Angket

Isilah kuesioner ini sejujurnya sesuai dengan kenyataan atau realitas yang

dialami/ dirasakan dan berikanlah tanda [√] pada satu jawaban yang sesuai.

SS = Sangat Setuju (4) S = Setuju (3)

KS = Kurang Setuju (2) STS = Sangat Tidak Setuju (1)

Variabel Keputusan Pembelian (Y)

No. Pernyataan SS S KS STS

4 3 2 1

1. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena

sesuai dengan kebutuhan saya

2. Saya mencari informasi tentang merek jahe merah instan enam

putri sebelum membeli

3. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena

harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya

4. Saya sudah membandingkan jahe merah instan enam putri

dengan merek yang lainnya

5. Saya yakin sudah mengambil keputusan yang tepat saat

membeli produk jahe merah instan enam putri

6. Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah

instan enam putri

7. Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe merah instan

enam putri kepada saudara, teman atau kenalan saya.

113

Variabel Brand awareness (X)

No. Pernyataan SS S KS STS

4 3 2 1

1. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri

2. Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri dari

bentuk/desainnya

3. Jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah di

ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal

4. Produk herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali

adalah jahe merah instan enam putri

5. Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan merek

enam putri

6.

Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam

putri dibandingkan produk herbal yang lain (Jahe Merah Cap

Cangkir Mas dan Jahe Merah Hj Fadilah)

114

Lampiran 5. Hasil Tabulasi Data Kuesioner Penelitian

NO Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Total

1 4 3 1 1 4 4 4 21

2 3 3 3 1 3 3 3 19

3 4 3 3 2 4 4 4 24

4 3 3 4 3 3 3 19

5 3 4 3 4 4 4 4 26

6 4 3 3 1 4 4 4 23

7 4 3 3 1 3 4 4 22

8 4 3 3 1 3 3 3 20

9 3 3 3 2 3 3 4 21

10 3 2 3 1 3 3 3 18

11 3 1 1 1 4 4 4 18

12 3 3 3 1 4 3 3 20

13 4 3 2 3 4 4 4 24

14 3 3 3 3 3 3 3 21

15 4 3 3 3 4 4 4 25

16 4 3 1 3 4 4 4 23

17 4 3 4 4 4 4 4 27

18 4 4 3 4 4 4 4 27

19 3 2 3 2 3 3 3 19

20 3 3 2 4 3 3 3 21

21 3 3 1 1 4 4 4 20

22 4 3 3 1 4 4 4 23

23 4 4 4 2 4 4 4 26

24 4 2 2 2 4 4 4 22

25 3 3 3 2 4 4 4 23

26 4 2 3 2 4 4 4 23

27 4 3 3 3 4 3 3 23

28 4 4 3 3 4 4 4 26

29 4 4 3 3 3 4 4 25

30 4 3 4 1 4 4 4 24

31 4 3 4 1 4 4 4 24

32 3 2 3 4 3 3 4 22

33 3 2 3 4 3 3 4 22

34 3 3 3 3 3 2 2 19

35 3 3 3 3 3 3 4 22

36 3 3 4 4 4 4 4 26

37 4 4 4 4 4 4 4 28

38 2 2 4 3 2 2 3 18

115

39 2 3 3 3 2 2 2 17

40 4 4 4 3 3 4 3 25

41 3 3 3 4 4 3 4 24

42 3 3 3 2 3 3 3 20

43 4 3 4 3 3 3 4 24

44 4 4 4 3 3 3 3 24

45 3 4 4 3 3 3 4 24

46 4 3 4 3 3 3 3 23

47 4 3 2 2 3 3 4 21

48 4 4 4 4 4 4 4 28

49 2 2 2 2 2 4 3 17

50 4 4 4 4 3 3 4 26

51 4 4 4 3 3 4 4 26

52 3 3 4 4 3 4 4 25

53 4 4 3 3 4 4 4 26

54 4 4 4 3 4 3 3 25

55 1 4 4 3 4 2 3 21

56 3 3 3 4 4 4 4 25

57 3 4 4 4 4 3 3 25

58 3 3 4 4 4 2 3 23

59 3 4 3 4 4 4 4 26

60 4 4 3 3 4 4 3 25

61 4 2 2 3 2 3 2 18

62 4 4 3 4 4 4 4 27

63 4 4 3 4 3 4 3 25

64 3 4 4 2 4 2 4 23

65 3 4 4 2 4 3 4 24

66 4 4 4 3 4 3 3 25

67 4 4 4 3 4 3 3 25

68 3 3 3 3 3 3 3 21

69 3 3 1 2 3 3 3 18

70 4 2 3 2 3 3 3 20

71 3 3 4 4 3 3 3 23

72 3 3 3 3 3 3 3 21

73 4 3 3 3 3 4 4 24

74 3 4 4 3 4 4 2 24

75 3 4 3 3 3 3 3 22

76 3 3 3 3 3 4 4 23

77 2 2 4 3 2 2 3 18

78 3 2 3 3 3 3 3 20

79 3 2 1 3 3 3 3 18

116

80 3 3 4 3 3 3 3 22

81 3 2 1 3 3 3 3 18

82 3 3 3 2 4 4 3 22

83 4 4 4 3 3 2 4 24

84 3 1 1 4 2 2 2 15

85 4 4 3 3 4 4 4 26

86 3 1 2 3 3 3 3 18

87 4 3 4 3 3 3 4 24

88 4 3 3 4 4 3 4 25

89 3 3 4 3 3 4 4 24

90 2 1 2 2 2 2 4 15

91 3 1 1 4 1 2 1 13

92 3 3 3 4 4 3 4 24

93 4 3 4 3 3 3 4 24

94 4 3 4 3 4 3 3 24

95 3 4 3 2 4 4 4 24

96 4 3 4 4 4 4 4 27

97 4 3 4 4 4 4 4 27

98 4 4 3 4 4 4 4 27

99 4 4 3 4 3 4 3 25

100 4 4 3 4 3 4 3 25

Total 342 308 310 284 339 335 348

NO Variabel Brand awareness (X)

X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 Total

1 4 3 3 3 3 3 19

2 3 3 3 3 3 3 18

3 4 3 3 3 3 4 20

4 3 2 3 2 3 13

5 4 3 3 3 4 4 21

6 3 3 3 3 3 3 18

7 3 3 3 3 3 3 18

8 3 3 3 3 3 3 18

9 3 3 3 3 3 3 18

10 3 3 3 3 2 3 17

11 4 3 3 3 3 3 19

12 3 3 3 3 3 3 18

13 4 3 3 3 3 3 19

117

14 3 3 3 3 2 3 17

15 3 3 3 3 2 3 17

16 4 4 4 4 4 4 24

17 3 3 3 3 3 4 19

18 3 3 4 4 4 3 21

19 3 3 3 3 3 3 18

20 4 3 4 3 2 3 19

21 3 3 3 3 3 3 18

22 3 3 3 3 3 3 18

23 4 4 4 4 4 4 24

24 4 3 3 4 3 3 20

25 3 3 3 3 3 2 17

26 4 4 4 4 3 4 23

27 4 3 4 4 3 4 22

28 4 3 4 4 3 4 22

29 4 4 3 3 3 4 21

30 3 3 3 3 3 3 18

31 3 3 3 3 3 3 18

32 3 4 4 4 4 3 22

33 3 4 4 4 3 3 21

34 4 4 4 4 3 4 23

35 3 3 3 4 3 3 19

36 4 4 4 4 4 4 24

37 4 4 4 4 4 4 24

38 3 3 3 3 3 3 18

39 3 3 3 3 3 3 18

40 4 4 4 4 4 4 24

41 4 4 4 4 4 4 24

42 3 3 3 3 3 3 18

43 4 3 4 4 3 3 21

44 3 3 3 3 3 3 18

45 4 4 4 4 4 4 24

46 4 4 4 3 2 2 19

47 3 3 3 3 3 3 18

48 4 4 3 3 3 3 20

49 4 4 4 4 4 4 24

50 3 3 3 3 3 3 18

51 3 3 3 3 3 3 18

52 4 4 4 4 4 4 24

53 4 4 4 3 2 2 19

54 3 3 3 4 3 3 19

118

55 4 4 4 4 3 4 23

56 3 3 3 3 3 3 18

57 4 4 4 4 3 4 23

58 3 3 3 3 3 3 18

59 4 4 4 4 4 4 24

60 3 4 4 3 3 3 20

61 3 2 4 3 2 2 16

62 3 4 4 4 4 4 23

63 3 4 3 4 3 3 20

64 2 4 4 2 4 4 20

65 2 4 4 2 4 4 20

66 4 4 3 3 4 4 22

67 4 4 3 3 2 2 18

68 3 3 3 3 3 3 18

69 3 3 3 3 3 3 18

70 3 2 3 3 3 3 17

71 4 4 4 3 3 3 21

72 3 3 3 3 3 3 18

73 4 4 4 4 3 4 23

74 4 4 4 4 4 4 24

75 3 2 3 2 2 3 15

76 4 4 4 4 3 4 23

77 3 3 3 3 3 3 18

78 3 2 3 3 2 3 16

79 3 2 2 2 2 2 13

80 3 3 3 2 2 2 15

81 3 2 3 3 2 3 16

82 3 3 4 4 4 4 22

83 3 3 3 3 3 3 18

84 3 1 1 1 2 1 9

85 4 4 4 2 3 2 19

86 3 3 3 2 2 3 16

87 4 3 4 3 4 3 21

88 3 3 3 3 3 3 18

89 4 4 4 4 4 4 24

90 4 4 4 4 4 4 24

91 3 1 1 2 1 1 9

92 4 4 4 4 4 4 24

93 3 3 3 3 3 3 18

94 4 4 4 3 3 4 22

95 3 4 4 4 3 4 22

119

96 4 4 4 4 3 3 22

97 4 4 4 4 3 3 22

98 4 4 4 4 4 4 24

99 3 4 3 4 3 3 20

100 3 4 3 4 3 3 20

Total 341 331 338 327 304 322

120

Lampiran 6. Output Data Kategori Proses Keputusan Pembelian

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Pengenalan Kebutuhan

1

Saya membeli produk

jahe merah instan enam

putri karena

sesuai dengan

kebutuhan saya

49 45 5 1 342

Jumlah Skor 196 135 10 1 342

Persentase 57,31% 39,47% 2,92% 0,29% 100% 49% 45% 6%

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Pencarian Informasi

1 Saya mencari informasi tentang

merek jahe merah instan enam putri

sebelum membeli

32 49 14 5 308

Jumlah Skor 128 147 28 5 308

Persentase 41,56% 47,73% 9,09% 1,62% 100% 32% 49% 19%

121

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Evaluasi Alternatif

1

Saya membeli produk jahe

merah instan enam putri

berdasarkan pengalaman

saudara atau teman saya.

36 47 8 9 310

2

Saya sudah membandingkan

jahe merah instan enam putri

dengan merek yang lainnya

28 42 17 12 284

Jumlah Skor 256 267 50 21 594

Persentase 43,10% 44,95% 8,42% 3,54% 100% 32% 44,5% 23%

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Keputusan Pembelian

1

Saya yakin sudah mengambil

keputusan yang tepat saat

membeli produk jahe merah

instan enam putri

48 44 7 1 339

Jumlah Skor 192 132 14 1 339

Persentase 56,64% 38,94% 4,13% 0,29% 100% 48% 44% 8%

122

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Setelah Pembelian

1

Saya berkeinginan akan membeli

kembali produk jahe merah instan enam

putri 46 43 11 0 335

2 Saya akan merekomendasikan produk

jahe merah instan enam putri kepada

saudara atau teman saya.

55 39 5 1 348

Jumlah Skor 404 246 32 1 683

Persentase 59,15% 36,02% 4,69% 0,15% 100% 50,5% 41,0% 8,5%

123

Lampiran 7. Output Data Kategori Tingkat Brand Awareness

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Unaware of mind

1 Saya mengetahui produk jahe merah

instan merek enam putri 43 55 2 0 341

Jumlah Skor 172 165 4 0 341

Persentase 50,44% 48,39% 1,17% 0,00% 100% 43% 55% 2%

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Brand recognition

1

Saya dapat mengenali produk

jahe merah instan enam putri

dari bentuk/desainnya

42 49 7 2 331

Jumlah Skor 168 147 14 2 331

Persentase 50,76% 44,41% 4,23% 0,60% 100% 42% 49% 9%

124

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Brand Recall

1

Jahe merah instan enam putri

adalah produk yang mudah di

ingat kembali ketika saya

berbelanja produk herbal

43 54 1 2 338

2

Produk herbal jahe merah yang

muncul di benak pertama kali

adalah jahe merah instan enam

putri

38 52 9 1 327

Jumlah Skor 324 318 20 3 665

Persentase 48,72% 47,82% 3,01% 0,45% 100% 40,50% 53% 6,5%

No Pernyataan SS S KS STS

Total

Skor

Baik

(3,2-4,2)

Cukup

(2,1-3,1)

Kurang

(1-2)

Top Of Mind

1 Produk herbal jahe merah instan sudah identik

dengan merek enam putri 24 59 15 1 304

125

2

Saya lebih memilih membeli produk jahe merah

instan enam putri dibandingkan produk herbal yang

lain. (Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan Jahe Merah

Hj Fadilah)

34 56 8 2 322

Jumlah Skor 232 345 46 3 626

Persentase 37,06% 55,11% 7,35% 0,48% 100% 29% 57,5% 13%

126

Lampiran 8. Output Chi-Square Tests

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Pearson Chi-Square 209.118a 143 .000

Likelihood Ratio 130.985 143 .755

Linear-by-Linear Association 27.605 1 .000

N of Valid Cases 100

a. 167 cells (99.4%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .02.

127

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian