KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM ...
KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)
SKRIPSI
REBY YOGA AFRIAN
11140920000017
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
ii
KEKUATAN BRAND AWARENESS PRODUK UMKM TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)
REBY YOGA AFRIAN
11140920000017
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Kekuatan Brand Awareness Produk UMKM terhadap
Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”
yang ditulis oleh Reby Yoga Afrian NIM 11140920000017, telah diuji dan
dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 juli
2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian (S.P) pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I
Dr. Achmad Tjachja Nugraha, M.P
NIP. 19740709200701 1 026
Penguji II
Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si
Pembimbing I
Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si
NIP. 19700209 201411 1 001
Pembimbing II
Nina Rusydiana, S.P., M.Pd
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D
NIP. 19710608 200501 1 005
Ketua
Program Studi Agribisnis
Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D
NIP. 19811106 201101 1 001
iii
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta. iuli 2021
Reby Yoga Afrian
1V
14
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Reby Yoga Afrian
Tempat/tanggal lahir : Tanah Grogot / 10 juni 1996
Jenis kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Telepon : 0811191944
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Institusi Tahun
SD Negeri 1 Way Mengaku Lampung Barat 2002 – 2008
SMP Negeri 1 Liwa Lampung Barat 2008 – 2011
SMA Negeri 1 Liwa Lampung Barat 2011 – 2014
S1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – Sekarang
PENGALAMAN KERJA
Marketing and Teknisi Rosi Computer (Oktober 2016 - Juni 2018)
Magang/Praktik Kerja Lapangan di PTPN VIII
Cikasungka, Unit kerja Pabrik Kelapa Sawit 2 (September 2018 - Desember 2018)
Social Media Officer Team Kampanye Nasional
(TKN) Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin (Januari 2019 - Juni 2019)
Project Akreditasi Magister Agribisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (Oktober 2019 - November 2019)
Supervisor Social Media Strategist PT. Sinergi
Lintas Imaji (Desember 2019 - Februari 2020)
Project Manager Social Media Strategist PT.
Sinergi Lintas Imaji (Maret 2020 - Sekarang)
vi
RINGKASAN
Reby Yoga Afrian, Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap
Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri). Di bawah
bimbingan Iwan Aminudin dan Nina Rusydiana.
Semenjak diumumkan pandemi covid-19 di Indonesia oleh pemerintah, dan
diberlakukannya pembatasan aktivitas memiliki dampak terhadap keberlangsungan
usaha para pelaku UMKM. Salah satu UMKM yang terdampak adalah usaha yang
dilakukan oleh CV. Enam Putri yang memproduksi minuman herbal jahe merah
instan. Adanya pembatasan aktivitas menyebabkan CV. Enam Putri harus
memperluas pemasarannya dengan cara melakukan penjualan online. Ditambah
lagi adanya kompetitor yang memiliki produk serupa yang melakukan promosi
secara online yang menyebabkan persaingan produk yang yang cukup kompetitif.
Permasalahan tersebut, menjadi focus CV. Enam putri untuk meningkatkan
penjualannya dan berupaya membuat konsumennya menjadi loyal, maka harus
memperhatikan tahapan pada keputusan pembelian dan juga indikator brand
awareness. Karena semakin tinggi tingkat kesadaran merek seseorang, maka
keputusan pembelian konsumen terhadap produk dengan merek tersebut meningkat
karena merek itulah yang pertama diingatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi tingkat brand awareness meliputi
top of mind, brand recall, brand recognition, unaware of brand terhadap produk
jahe merah instan enam putri pada konsumen; identifikasi proses keputusan
pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan, pencarian infromasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian dan setelah pembelian terhadap produk jahe merah
instan enam putri; mengetahui seberapa besar hubungan dan signifikansi antara
brand awareness terhadap keputusan pembelian produk jahe merah instan enam
putri. Jenis penelitian kuantitatif digunakan data hasil kuesioner dari variabel
(keputusan pembelian dan brand awareness) kepada 100 responden berdasarkan
rumus rumus Lemeshow dan teknik purposive sampling. Metode analisis data
deskriptif yang dikategorikan rumus rang dan statistik chi-square.
Hasil analisis identifikasi proses keputusan pembelian (pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan
setelah pembelian) ada kekurangan pada tahapan pencarian infromasi, karena
belum memanfaatkan akses internet untuk mengetahui jahe merah instan enam
putri, tetapi tahapan setelah pembelian konsumen merasa puas dalam
mengkonsumsi jahe merah instan enam putri. Identifikasi brand awareness (top of
mind, brand recall, brand recognition, unaware of brand) persentase pencapaian
pada tingkat top of mind hanya sebesar 29% dan ada permasalahan di tingkatan
brand recognition, pihak CV. Enam Putri belum dapat mengenalkan produk dengan
baik dan belum dijadikan sebagai referensi produk herbal. Berdasarkan hasil
statistik uji chi-square diperolah nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.000<0,05,
artinya hipotetis H1 diterima dan H0 ditolah atau adanya hubungan brand
awareness secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk jahe
merah instan enam putri.
vii
KATA PENGANTAR
حمن الر حيم بســــــــــــــــم هللا لر ,
Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi atas segala nikmat, karunia, berkah dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kekuatan Brand awareness Produk
UMKM Terhadap Keputusan Pembelian (Kasus Konsumen Jahe Merah
Instan Enam Putri)”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga beliau, sahabatnya, tabiin-tabiinnya, sampailah kepada
kita selaku umatnya sampai akhir zaman yang selalu mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
Selama proses pengerjaan skripsi ini tidak sedikit kendala yang penulis
hadapi akan tetapi selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Penulis
memperoleh banyak bimbingan dan bantuan baik dari segi moral maupun material
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda tercinta A Faisol Amirillah dan ibunda tercinta
Ida Royani yang penulis cintai dan sayangi yang tidak pernah bosan dan
letih memberikan nasihat, motivasi, semangat, bantuan materil, serta doa
yang dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.
2. Kakakku Toni Afrian dan Kakak Iparku Bina Yusha Yamamoto yang selalu
memberi semangat dan masukan dalam penulisan skripsi ini, serta adikku
Naura Afriani yang kusayangi.
viii
3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen pembimbing pertama dan
Kaprodi Magister Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah memberikan bimbingan,
saran, motivasi, serta arahannya selama penyusunan skripsi penelitian ini.
4. Ibu Nina Rusydiana, SP., M.Pd selaku dosen pembimbing kedua dan dosen
Prodi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bimbingan, saran,
motivasi, serta arahannya selama penyusunan skripsi penelitian ini.
5. Bapak Akhmad Mahbubi, S.P., M.M., Ph.D selaku Kaprodi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberikan arahan
kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi.
6. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, M.M. selaku Sekretaris Prodi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan waktunya dan memberikan arahan
kepada penulis dalam proses pembuatan skripsi.
7. Ibu Siti Khotijah selaku Direktur CV. Enam Putri yang sudah memberikan
izin untuk melakukan penelitian dan membantu menyebarkan kuesioner
penelitian kepada konsumen.
8. Kepada seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu.
ix
9. Calon istriku tercinta Pipin Marlia yang tidak pernah lelah dan tidak pernah
bosan selalu menemani dan selalu memberikan semangat hingga penulisan
skripsi ini selesai.
10. Teman-teman mahasiswa/i Agribisnis 2014, semoga tali silaturahmi ini
dapat selalu terjaga dengan baik. Aamiin.
11. Bapak Erick Thohir, B.A., M.B.A. selaku Menteri BUMN dan mantan ketua
Team Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin yang
telah memberi motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan studi strata-1.
12. Adrian Zakhary selaku Komisaris PTPN VIII yang sudah mendukung dan
memberi semangat dalam penulisan skripsi ini, serta senantiasa menjadi
mentor untuk menjadi individu kompeten dalam dunia kerja,
13. Indra kaka Saputra selaku Asisten Staf Khusus III Menteri BUMN yang tak
pernah henti membimbing untuk menjadi individu yang kompeten di dunia
kerja dan selalu memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Prof. Harijono Djojodihardjo, Sc.D., IPU selaku anggota International
Academy of Astronautics yang telah mendukung penulis menyelesaikan
skripsi ini.
15. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis serta tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2021
Reby Yoga Afrian
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
2.1 Konsep UMKM ........................................................................................ 9
2.1.1 Definisi UMKM ................................................................................ 9
2.1.2 Karakteristik UMKM ...................................................................... 10
2.1.3 Klasifikasi UMKM ......................................................................... 11
2.1.4 Membangun Produk UMKM Selama Pandemi Covid-19 .............. 12
2.2 Konsep Keputusan Pembelian ................................................................ 15
2.3 Brand (Merek) ........................................................................................ 22
2.4 Konsep Brand Awareness ....................................................................... 26
2.4.1 Pengertian Brand Awareness .......................................................... 26
2.4.2 Pembentukan Brand Awareness ...................................................... 27
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 30
2.6 Kerangka Pemikiran................................................................................ 35
2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 37
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 37
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 38
3.4 Skala Pengukuran.................................................................................... 40
xi
3.5 Proses Pengumpulan Data....................................................................... 41
3.5.1 Instrumen Penelitian........................................................................ 42
3.5.2 Uji Coba Instrumen ......................................................................... 45
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................... 49
3.7 Definisi Operasional ............................................................................... 51
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................... 53
4.1 Gambaran Umum UMKM ...................................................................... 53
4.1.1 Profil CV. Enam Putri ..................................................................... 53
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan CV. Enam Putri ........................................... 55
4.1.3 Struktur Organisasi CV. Enam Putri ............................................... 56
4.1.4 Sarana dan Prasarana CV. Enam Putri ............................................ 57
4.1.5 Proses Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri .............................. 58
4.2 Karakteristik Responden ......................................................................... 60
4.2.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 60
4.2.2 Usia Responden ............................................................................... 62
4.2.3 Status Pekerjaan Responden ........................................................... 63
4.2.4 Pendidikan Responden .................................................................... 65
4.2.5 Penghasilan Per Bulan..................................................................... 66
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 69
5.1 Identifikasi Keputusan Pembelian Jahe Merah Instan Enam Putri ......... 69
5.1.1 Pengenalan Kebutuhan .................................................................... 70
5.1.2 Pencarian Informasi ........................................................................ 72
5.1.3 Evaluasi Alternatif .......................................................................... 75
5.1.4 Keputusan Pembelian ...................................................................... 77
5.1.5 Setelah Pembelian ........................................................................... 79
5.2 Identifikasi Brand awareness Jahe Merah Instan Enam Putri ................ 82
5.2.1 Unaware of Brand ........................................................................... 83
5.2.2 Brand Recognition .......................................................................... 85
5.2.3 Brand Recall.................................................................................... 87
5.2.4 Top of Mind ..................................................................................... 89
5.3 Hubungan Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian Jahe Merah
Instan Enam Putri .................................................................................... 92
xii
PENUTUP ............................................................................................................. 95
6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 95
6.2. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
LAMPIRAN ........................................................................................................ 104
xiii
DAFTAR TABEL
1. Daftar Penelitian Terdahulu Sebagai Rujukan .................................................. 31
2. Nilai P dan P*(1-p) ........................................................................................... 39
3. Pembobotan Instrumen Skala Likert Pada Penelitian ....................................... 40
4. Indikator Variabel Keputusan Pembelian ......................................................... 44
5. Indikator Variabel Brand Awareness ................................................................ 45
6. Indikator Operasional Variabel Keputusan Pembelian ..................................... 48
7. Indikator Operasional Variabel Brand Awareness ............................................ 49
8. Rekapitulasi Hasil Keputusan Pembelian ......................................................... 70
9. Rekapitulasi Hasil Kesadaran Merek ................................................................ 83
10. Hasil Analisis Chi-Square ............................................................................... 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Logo dan Produk Jahe Merah Enam Putri .......................................................... 4
2. Skema Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8
3. Indikator Keputusan Pembelian ........................................................................ 16
4. Piramida Brand Awareness ............................................................................... 28
5. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 35
6. Peta Lokasi CV. Enam Putri ............................................................................. 54
7. Logo Perusahaan CV. Enam Putri .................................................................... 55
8. Struktur Organisasi CV. Enam Putri ................................................................. 57
9. Tahap Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri ................................................ 58
10. Diagram Persentase Karakteristik Jenis Kelamin ........................................... 61
11. Diagram Persentase Karakteristik Usia ........................................................... 63
12. Diagram Persentase Karakteristik Status Pekerjaan ....................................... 64
13. Diagram Persentase Karakteristik Pendidikan ................................................ 65
14. Diagram Persentase Karakteristik Penghasilan Per Bulan .............................. 67
15. Diagram Analisis Pengenalan Kebutuhan ....................................................... 71
16. Diagram Analisis Pencarian Informasi ........................................................... 74
17. Diagram Analisis Evaluasi Alternatif ............................................................. 76
18. Diagram Analisis Keputusan Pembelian ......................................................... 78
19. Diagram Analisis Setelah Pembelian .............................................................. 81
20. Diagram Analisis Unaware of brand .............................................................. 84
21. Diagram Analisis Brand Recognition ............................................................. 86
22. Diagram Analisis Brand Recall ...................................................................... 88
23. Diagram Analisis Top of Mind ........................................................................ 91
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Uji Coba Intrumen dalam Kuesioner Penelitian ............................................. 104
2. Hasil Tabulasi Data Uji Coba Intrumen dalam Kuesioner.............................. 107
3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Validitas dan Reabilitas ....................... 109
4. Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 111
5. Hasil Tabulasi Data Kuesioner Penelitian....................................................... 114
6. Outpout Data Kategori Proses Keputusan Pembelian ..................................... 120
7. Outpout Data Kategori Tingkat Brand Awareness ......................................... 123
8. Oupout Chi-Square Tests ................................................................................ 126
9. Dokumentasi Penelitian .................................................................................. 127
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengawali tahun 2020 pemerintah mengumumkan adanya wabah pandemi
covid-19 pertama di Indonesia. Secara global, bencana pandemi covid-19
memunculkan banyak permasalahan terhadap keberlangsungan hidup dan bahkan
mengakibatkan peningkatan mortalitas. Bukan hanya berdampak di bidang
kesehatan, namun juga dalam semua bidang, termasuk ekonomi dan pelaku dari
kegiatan ekonomi (Santoso & Istizar, 2020:2). Upaya pencegahan penyebaran pun
dilakukan serta dikampanyekan melalui tiga kunci pengendalian covid-19, yaitu
memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan dan pemerintah akhirnya
membuat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta
mengampanyekan Stay at home (Rosita, 2020:109).
Kebijakan melakukan semua aktivitas di rumah saja, berdampak ke hampir
semua lapisan masyarakat, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Menurut Rosita (2020:110), aktivitas sektor UMKM selama pandemi
covid-19 memunculkan kesempatan positif, yaitu pelaku yang melakukan transaksi
perdagangan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi elektronik
mencapai peningkatan sebesar US$ 130 miliar. Lebih lanjut (Amri, 2020:123)
mengemukakan bahwa produk yang penjualannya mengalami peningkatan, antara
lain produk kesehatan meningkat 90%, produk penunjang hobi naik sebesar 70%,
dan produk herbal naik sebesar 200%.
2
CV. Enam Putri merupakan salah satu UMKM yang memanfaatkan potensi
produk herbal berupa jahe merah instan. Mengingat situasi pandemi covid-19
diketahui belum ada kepastian selesai dan mengingat potensi masyarakat akan
kebutuhan dalam menjaga daya tahan tubuh melalui konsumsi produk herbal,
secara tidak langsung berpotensi besar terhadap keberlangsungan produk jahe
merah CV. Enam Putri. Seiring dengan pendatang baru yang menjadi pesaing, yaitu
Jahe Merah Cap Cangkir Mas, Jahe Merah Hj Fadilah, Divine Herba dan produk-
produk UMKM lainnya (Destama, 2020:3). Hal ini juga diperkuat oleh Pondia
(2018:2) yang mengungkapkan bahwa perkembangan UMKM yang berjalan sangat
pesat, sejalan dengan bertambahnya jumlah pelaku usaha yang menyebabkan
semakin kompetitif.
Melihat beberapa pesaing yang ada juga menjadi kendala yang harus
dihadapi dalam menghindari penurunan jumlah volume penjualan dan kelemahan
pelaku UMKM, yaitu kurang berfikir kritis dalam membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan keputusan pembelian konsumen (Sudarso & Erlic, 2018:2).
Kepentingan meningkatkan keputusan pembelian dimana konsumen telah memilih
beberapa alternatif dalam menggunakan suatu produk atau tahap konsumen
membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai (Putri & Deniza,
2018:70).
Pengambilan keputusan konsumen adalah proses yang dipengaruhi oleh
kebutuhan dari tiap individu yang berbeda dan proses konsumen dalam melakukan
penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu (Tama, 2017:27). Pada penelitian terdahulu oleh Kusuma
3
(2018:35) proses pengambilan keputusan pembelian konsumen terhadap warunk
upnormal melalui lima proses tahapan. Tahap pertama yaitu pengenalan kebutuhan,
menunjukkan bahwa motivasi konsumen dalam melakukan pembelian, karena
ingin mencoba dan bermanfaat untuk menghilangkan rasa lapar. Tahap kedua, yaitu
pencarian informasi dimana proses konsumen menemukan infromasi mengenai
produk tersebut paling dominan didapatkan dari anggota keluarganya sendiri.
Tahap ketiga evaluasi alternatif, konsumen menilai hal yang paling
dipertimbangkan dalam memilih produk berdasarkan keamanan dan manfaat yang
dirasakan. Tahap keempat keputusan pembelian, mayoritas konsumen datang untuk
membeli produk secara terencana dan paling dominan dipengaruhi oleh anggota
keluarga atau diri sendiri. Tahap setelah pembelian, mayoritas konsumen
menyatakan puas dan ingin melakukan pembelian ulang.
Mengingat dalam keputusan pembelian konsumen, kesadaran merek sangat
berperan penting, karena suatu merek yang gampang diingat dan melekat pada
ingatan konsumen akan berpengaruh terhadap pembelian kembali terhadap produk
tersebut (Sudarso & Erlic, 2018:4). Berkaitan dengan merek adalah suatu faktor
yang terpenting dalam memperkenalkan produk kepada konsumen dan membuat
asosiasi terhadap suatu produk agar dapat melekat di benak konsumen (Kumalasari,
2013:85). Merek (brand) memberikan tanda atau simbol kepada konsumen
mengenai nilai tersendiri untuk mengunggulkan suatu produk dan melindungi
konsumen maupun produsen dari kompetitor yang berusaha memberikan produk
tampak sama identik (Amalia & Putri, 2020:4705). Nilai-nilai tersebut juga
mengaitkan antara asosiasi yang satu dengan asosiasi lainnya, familiar (menjadi
4
terkenal), komitmen, mempertimbangkan merek (Febrian, 2018:23). Sama dengan
CV. Enam Putri yang sudah memiliki merek dagang terhadap produk yang
dijualnya (Gambar 1).
Gambar 1. Logo dan Produk Jahe Merah Enam Putri Sumber: CV. Enam Putri, 2021
Pelaku UMKM CV. Enam Putri tidak semata-mata menciptakan suatu
merek hanya untuk produksi atau produk yang dapat dipasarkan kepada
masyarakat. Tetapi berkeinginan untuk lebih dikenal oleh calon pembeli dan
bahkan menciptakan posisi kuat di benak konsumen. Tingkat kesadaran konsumen
terhadap suatu merek (brand awareness) sangatlah penting bagi pelaku bisnis untuk
membuat konsumen terfokus memilih merek yang telah ada di benaknya (Febrian,
2018:2). Terdapat beberapa komponen yang berperan dalam pembentukan brand
awareness, yaitu top of mind (puncak pikiran), brand recall (mengingat kembali)
brand recognition (mengenali merek), dan unaware of brand (tidak mengenal
merek) meninjau satu kesatuan tingkatan (Sudarso & Erlic, 2018:2; Putri & Deniza,
2018:70). Menurut Keller dalam Rahayu (2017:227) konsep brand awareness
5
memiliki kemampuan mengidentifikasi merek pada situasi dan kondisi berbeda,
dapat dilakukan cara pengenalan merek dan pengingatan kembali sebuah merek.
Adanya brand awareness yang tinggi dibutuhkan sebagai mekanisme untuk
memperluas pasar dimana semakin banyak konsumen mengenali produk tersebut
dan memunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan
berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan (Febrian, 2018:2). Dapat
menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan pembelian konsumen sebagai suatu
proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan
tindak lanjut yang nyata. Namun demikian, pelaku UMKM banyak mengalami
hambatan-hambatan dalam perluasan pemasaran.
Iskandar dkk (2016:163) merekomendasikan salah satu alternatif strategi
utama bagi perusahaan dalam rangka perluasan pemasaran adalah dengan
menonjolkan khasiat dan kandungan bahan alami dalam produk minuman kemasan
sebagai materi promosi, salah satunya dengan memanfaatkan media social. Hal ini
dapat dimanfaatkan oleh CV. Enam Putri untuk menarik konsumennya agar
membeli produk jahe merah instan selama pandemic covid-19. Melalui media
social, CV. Enam Putri dapat melakukan promosi dengan menonjolkan manfaat dan
kandungan bahan alami jahe merah sebagai kelebihan yang ditawarkan oleh produk
olahan jahe merah. Melaui media online, CV. Enam Putri juga dapat membangun
brand awareness dengan baik, meluaskan pemasarannya yang berdampak terhadap
peningkatan penjualan jahe merah instan.
Memasarkan produknya, UMKM harus mengetahui cara menganalisis
kesempatan pasarnya, cara memilih pasar sasaran yang tepat, dan cara mengelola
6
usaha pemasaran yang efektif yang didukung oleh tingkat kesadaran produk
(Rahayu, 2017:228). Hal ini menjadi tolak ukur juga bagi konsumen dalam
memutuskan membeli sebuah produk. Oleh karena itu, uraian diatas menjadi
tantangan CV. Enam Putri lebih eksis dalam mengembangkan usahanya dan
membuat ketertarikan untuk dilakukan penelitian lanjutan dalam bentuk proposal
penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses keputusan pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan,
pencarian infromasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah
pembelian terhadap produk jahe merah instan enam putri?
2. Bagaimana brand awareness yang meliputi unaware of brand, brand
recognition, brand recall dan top of mind, terhadap produk jahe merah instan
enam putri?
3. Apakah ada hubungan signifikan brand awareness terhadap keputusan
pembelian pada konsumen produk jahe merah instan enam putri dan seberapa
besar hubungannya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai untuk mendapatkan bukti ilmiah mengenai:
7
1. Identifikasi proses keputusan pembelian yang meliputi pemenuhan kebutuhan,
pencarian infromasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah
pembelian terhadap konsumen produk jahe merah instan enam putri.
2. Identifikasi tingkat brand awareness meliputi unaware of brand, brand
recognition, brand recall, dan top of mind terhadap konsumen produk jahe
merah instan enam putri pada konsumen.
3. Mengetahui seberapa besar hubungan dan signifikansi antara variabel brand
awareness terhadap variabel keputusan pembelian konsumen produk jahe
merah instan enam putri.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dalam 2 (dua) aspek,
meliputi manfaat teori dan praktik:
1. Manfaat teori, untuk pengembangan konsep proses keputusan pembelian dan
konsep tingkatan brand awareness dalam mengkaji bagian penguatan strategi
pemasaran dan mengombinasikan satu komponen menjaga eksistensi produk
UMKM selama pandemi covid-19 dan memberikan infromasi lebih lanjut
dengan mengaitkan pada objek yang lain.
2. Manfaat praktik hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan
khususnya pemilik CV. Enam Putri untuk dapat bersaing dan menciptakan
keberlanjutan aktivitas usaha produk makanan/minuman herbal apabila terjadi
bencana lain dikemudian hari.
8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian mencakup ruang lingkup analisis objek untuk diteliti adalah
konsumen jahe merah instan enam putri dapat dilihat uraian sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Ruang Lingkup Penelitian Sumber: Data Primer, 2021 (diolah)
Berdasarkan Gambar 2, dapat dijelaskan lebih rinci bahwa penelitian ini
berfokus pada mengambil respon konsumen produk jahe merah instan enam putri
terkait tingkatan brand awareness dan keputusan pembelian yang dianalisis melalui
deskriptif kualitatif dan mengetahu hubungan signifikan brand awareness terhadap
keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri yang dianalisis chi-
square dengan alat bantu aplikasi SPSS 25.00. Sementara narasumber dan
responden yang dijadikan dalam penelitian ini adalah pemilik UMKM CV. Enam
Putri dan setiap orang yang sudah pernah melakukan pembelian produk jahe merah
instan enam putri.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik
memperlihatkan, pasca krisis ekonomi tahun 1997-1998 jumlah UMKM tidak
berkurang, justru meningkat terus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107
juta tenaga kerja sampai tahun 2012 (LIPPI, 2015). Usaha mikro kecil dan
menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. masa
depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha mikro kecil dan menengah
untuk berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah pada GDP
di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian 42% merupakan kontribusi
usaha kecil dan mikro, serta 18% merupakan usaha menengah.
2.1.1 Definisi UMKM
Usaha mikro, kecil dan menengah atau yang kerap disebut dengan UMKM
merupakan istilah yang ditujukan untuk mengelompokkan berbagai jenis usaha
berdasarkan skala nilai penerimaan dan aset yang dimiliki. Secara umum, UMKM
tertuang dalam Undang–Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. Berikut merupakan definisi UMKM menurut Undang-Undang No.
20 Tahun 2008:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Kriteria usaha mikro adalah
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000 tidak termasuk tanah
10
dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp300.000.000.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan lainnya. Kriteria usaha kecil adalah
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 sampai dengan paling
banyak Rp500.000.000 yang tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000.
3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang dimiliki, dikuasai, atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
lainnya. Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000 yang tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000.
2.1.2 Karakteristik UMKM
UMKM memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis
usaha besar, termasuk karakteristik yang membedakan usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah sendiri. Tambunan dalam Larasati (2011:6), tenaga kerja yang
diperlukan oleh industri kecil tidak menuntut pendidikan formal yang tinggi.
Sebagian besar tenaga kerja yang diperlukan oleh industri ini didasarkan atas
11
pengalaman (learning by doing) yang terkait dengan faktor historis (path
dependence). Tulisan lanjutan Tambunan dalam Larasati (2011:6) mengenai
UMKM mengungkapkan bahwa struktur pengusaha menurut tingkat pendidikan
formal memberi kesan adanya hubungan positif antara tingkat pendidikan rata-rata
pengusaha dengan skala usaha. Artinya, semakin besar skala usaha, yang umumnya
berasosiasi positif dengan tingkat kompleksitas usaha yang memerlukan
keterampilan tinggi dan wawasan bisnis yang lebih luas, semakin banyak
pengusaha dengan pendidikan formal tersier.
Data BPS tahun 2006 yang dikutip oleh Tambunan dalam Larasati (2011:7)
juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak UMKM, namun tidak seluruh
UMKM ini berbadan hukum. Justru sebagian besar UMKM yang ada, yakni sekitar
95,1 persen dari jumlah unit usaha tidak berbadan hukum. Hal ini dapat diterima
dengan alasan kebanyakan UMKM memiliki modal yang sangat minim dan
terbentur berbagai birokrasi dan persyaratan yang rumit dan kompleks untuk
mendapatkan pelayanan dalam pengembangan usahanya.
2.1.3 Klasifikasi UMKM
Melihat perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain
itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam guncangan krisis
ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil
dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah klasifikasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Resalawati dalam
Firmansyah (2018:29):
12
1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum
biasa disebut sektor informal dan contohnya pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi usaha besar (UB).
2.1.4 Membangun Produk UMKM Selama Pandemi Covid-19
Indonesia mulai diumumkan kasus virus Covid-19 pada bulan Maret,
membawa berdampak negatif terbesar pada kesehatan manusia. The World Trade
Organisation (WTO) memperkirakan bahwa volume perdagangan dunia secara
global kemungkinan akan menurun sekitar 32% pada tahun 2020 selama masa
COVID-19 (Islam et al., 2021:50). Kebijakan pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) dan social distancing aktivitas masyarakat sebagai upaya penanganan
pandemi COVID-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan secara
nasional (Hadiwardoyo, 2020:85). Semua sektor yang terkena dampak negatif
selama berlangsung pandemi covid-19 terhadap perekonomian khususnya sektor
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
13
Pada tahun 2018, menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah, jumlah UMKM di Indonesia adalah sekitar 64.194.057 unit usaha dan
daya serap tenaga kerja mencapai 116.978.631 total angkatan kerja yang setara
dengan 99% total unit usaha di Indonesia, dengan persentase serapan tenaga kerja
di sektor ekonomi setara dengan 97% atau 3% sisanya pada sektor industri
(Febriani, 2020:8). UMKM secara umum menempati posisi strategis sebagai jaring
pengaman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk menjalani
kegiatan ekonomi produktif, di samping itu usaha kecil, mikro dan menengah
memiliki peran penting dalam peningkatan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) di
Indonesia (Rosita, 2020:110). Krisis akibat pandemi berdampak bagi UMKM
dengan risiko serius dimana lebih dari 50% UMKM tidak akan bertahan beberapa
bulan ke depan (Sugiri , 2020:79).
Ambruknya UMKM secara luas dapat berpengaruh kuat pada ekonomi
nasional, prospek pertumbuhan global dan bahkan pada sektor keuangan,
mengingat 60-70% lapangan kerja di negara OECD diperankan oleh UMKM dan
terlebih dari itu terdapat tekanan oleh portofolio yang tidak memiliki kinerja.
dampak pandemi COVID-19 kepada UMKM dapat dilihat dari sisi penawaran dan
sisi permintaan. Banyak UMKM mengalami kekurangan tenaga kerja, karena
alasan menjaga kesehatan pekerja dan adanya pemberlakuan pembatasan sosial
(social distancing) (OECD, 2020:2-3).
Terdapat lima skema perlindungan dan pemulihan koperasi dan UMKM di
tengah pandemi Covid-19, yaitu: (a) pemberian bantuan sosial kepada pelaku
usaha sektor UMKM yang miskin dan rentan, (b) insentif pajak bagi UMKM; (c)
14
relaksasi dan restrukturisasi kredit bagi UMKM; (d) perluasan pembiayaan modal
kerja UMKM; (d) menempatkan kementerian, BUMN dan Pemerintah Daerah
sebagai penyangga produk UMKM; dan (e) pelatihan secara e-learning. Untuk
mendukung kebijakan pemerintah, beberapa strategi jangka pendek dan strategi
jangka panjang perlu dipertimbangkan oleh pemerintah (Sugiri, 2020:80).
Strategi jangka pendek berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan
yang ketat, memberi peluang dan dorongan layanan digital sebagai pendukung
UMKM, sosialisasi asosiasi pelaku usaha, penyederhanaan proses administrasi,
serta upaya mendorong perubahan strategi bisnis. Strategi jangka panjang
berkaitan dengan upaya menyiapkan peta jalan pengembangan UMKM,
membangun teknologi digital sebagai platform dalam proses bisnis UMKM,
pengembangan model bisnis UMKM yang modern, serta mendorong kolaborasi
pemerintah dengan korporasi dalam memberdayakan UMKM (Sugiri , 2020:80).
Pelaku usaha UMKM dapat memilih dua alternatif pilihan untuk
menghindari terjadinya penghentian kegiatan produksi, yaitu menaikkan harga jual
produk dengan tetap mempertahankan kualitas atau tidak menaikkan harga produk
dengan catatan kualitas produk yang diberikan menurun dari yang sebelumnya. Hal
ini juga terkait dengan ketersediaan bahan baku pada produk tertentu yang kian
langka akibat tingginya permintaan terhadap produk tertentu, maka pengusaha
harus berani mengambil risiko untuk memilih dua pilihan tersebut (Arif, 2020:1).
Solusi lain yang dapat dilakukan oleh para pelaku UMKM yaitu: pertama
perlu memiliki manajemen terintegrasi mengenai stok produk atau memantau
persediaan barang, kedua pengiriman barang dagangan baik di dalam maupun di
15
luar kota, ketiga mengupayakan komunikasi yang cepat kepada pelanggan
sekalipun melalui media sosial, keempat mengusahakan menggunakan sistem
pembayaran melalui transfer bank maupun pembayaran elektronik. Strategi yang
dapat dilakukan oleh pelaku usaha antara lain melayani konsumen melalui platform
online, meningkatkan total quality management terkait higienitas, perubahan model
bisnis sementara agar laporan keuangan tetap positif (Azizah et al., 2020:47).
2.2 Konsep Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Amstrong (2016:159), keputusan pembelian adalah
sebagai berikut, keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau
membeli atau tidak terhadap produk. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen
selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal
oleh masyarakat. Keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang
mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Pada umumnya, keputusan pembelian
konsumen adalah membeli merek yang paling disukai.
Ramadayanti (2019:78), menjelaskan keputusan pembelian merupakan
salah satu bagian dari perilaku konsumen. Di mana, perilaku konsumen merupakan
tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan
produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Mengambil suatu keputusan pembelian
dibutuhkan suatu proses, dimana dalam proses tersebut merupakan indikator
pengambilan keputusan pembelian yang spesifik, proses seorang konsumen
16
sebelum sampai pada keputusan pembelian dan selanjutnya pasca pembelian
(Febrian, 2018:7). Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan
keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan
penyesuaian masalah yang terdiri dari lima tahap yang dilakukan konsumen, kelima
tahap tersebut adalah pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternatif,
membuat keputusan dan perilaku pasca pembelian.
Menurut Assauri (2018:134), proses pembelian dimulai jauh sebelum
pembelian aktual dilakukan dan terus berlanjut dalam tahapan model. Para pemasar
membutuhkan pemahaman fokus pada keseluruhan proses pembelian dan tidak
hanya pada keputusan pembelian. Pada dasarnya konsumen akan menghadapi
kelima tahapan dalam model pada saat setiap akan melakukan pembelian.
Konsumen akan melewati lima tahap proses pengambilan keputusan (Kotler dan
Keller, 2009:235). Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan sebuah
pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap (Gambar 3).
Gambar 3. Indikator Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Keller, 2009:235 (diolah)
Kotler dan Keller (2009:235), menjelaskan keputusan pembelian sebagai
tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari
berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu
produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Setelah
Pembelian
17
produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat. Model lima tahap keputusan
pembelian menurut lebih rinci lagi dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengenalan kebutuhan (problem recognition), “the buying process starts when
the buyer recognizes a problem or need triggered by internal or external
stimuli”. Proses dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masakah atau
kebutuhan, pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang
diinginkannya. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh stimulan internal dan
eksternal. Kegiatan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen,
pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering
membangkitkan minat akan suatu jenis produk. Stimuli eksternal dapat
mendorong untuk lebih cepat membuat suatu pembelian. Pemasar umumnya
membutuhkan hasil pengidentifikasian tentang keadaan, sehingga akan dapat
secara cepat mendorong pengumpulan informasi dari para konsumen. Para
pemasar tersebut kemudian dapat mengembangkan suatu strategi bisnis
pemasaran, terutama dalam upaya mengembangkan untuk dapat mempercepat
pemenuhan keinginan konsumen, upaya tersebut dilakukan agar dapat
mempercepat proses pembelian. Dalam hal ini, pemasar harus berupaya untuk
menciptakan motivasi konsumen, sehingga para pembeli potensial dapat
melakukan pemesanan dengan pertimbangan sungguh-sungguh.
2. Pencarian informasi (information search), “the milder search state is called
heightened attention at this level a person simply becomes more receptive to
information about a person. At the next level, the person may enter an active
information search: looking for reading material, phoning friends, going
18
online, and visiting store to learn about the product”. Konsumen sering
meneliti walaupun untuk sejumlah informasi yang terbatas. Umumnya survei
yang dilakukan adalah untuk barang-barang tahan lama dapat terlihat bahwa
konsumen hanya mengamati beberapa toko, serta hanya sekitar kurang dari
30% yang hanya menekankan pada yang lebih dari satu merek alat-alat rumah
tangga. Pada tingkat ini orang hanya menyederhanakan, yaitu untuk menjadi
penerima informasi tentang satu produk. Pada tingkat berikutnya, orang akan
berupaya masuk untuk melakukan penelitian akan informasi yang aktif. Upaya
ini dilakukan dengan melihat agar mendapatkan bahan-bahan tertulis, atau
dengan menelefon teman, ataupun berupaya masuk ke dalam internet atau
online, serta mengunjungi toko untuk mempelajari dan memahami produk itu.
Jumlah relatif dari sumber-sumber ini, serta pengaruhnya berbeda di antara
kategori produk dan karakteristik pembeli. Dari suatu pembicaraan yang
umum, para konsumen mendapatkan banyak informasi tentang produk dari
iklan, dengan sumber-sumbernya yang didominasi oleh pemasar. Walaupun
demikian, sebenarnya kebanyakan informasi efektif sering diperoleh dari
sumber-sumber publik, yang merupakan kewenangan independen. Sumber
informasi masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam
mempengaruhi keputusan pembelian. Sumber-sumber komersial atau iklan
melakukan suatu fungsi menginformasikan, dimana sumber-sumber
perorangan atau personal melakukan fungsi legitimasi atau fungsi evaluasi.
Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok: a) sumber
pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan; b) sumber komersial: iklan, tenaga
19
penjual, pedagang perantara, pengemasan; c) sumber pengalaman:
penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk; dan 4) sumber publik: media
massa, organisasi rating konsumen (lembaga konsumen).
3. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives), “basic concepts will help us
understand consumer evaluation process. First, the consumer is trying to
satisfy a need. Second, the consumer is looking for certain benefits from the
product solution. Third, the consumer sees each product as a bundle of
attributes with varying abilities to deliver the benefits. The attributes to interest
to buyers vary by product”. Perlu diketahui dalam evaluasi alternatif,
bagaimana konsumen memproses informasi tentang merek persaingan, dan
bagaimana konsumen membuat keputusan nilai akhir. Tidak ada proses tunggal
yang digunakan oleh seluruh konsumen, dan tidak terdapat pula satu konsumen
yang memproses di dalam seluruh keadaan pembelian. Hanya ada beberapa
proses dan model yang paling akhir untuk melihat bahwa konsumen telah
membentuk pertimbangan secara luas, yang didasarkan pada kesadaran dan
pertimbangan yang rasional. Ada beberapa konsep dasar yang dapat membantu
memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, adalah konsumen mencoba
untuk memuaskan kebutuhannya. Kedua, adalah konsumen melihat manfaat
tertentu dari pemecahan pengambilan keputusan produk. Ketiga, adalah
konsumen melihat setiap produk sebagai suatu atribut dengan berbagai
kemampuan memberikan manfaat dalam memuaskan kebutuhan.
4. Keputusan pembelian (purchase decision), “in the evaluation stage, the
consumer forms preferences among the brands in the choice set and may also
20
form an intention to buy the most preffered brand”. Tahap keputusan
pembelian, para konsumen membentuk preferensi atas merek- merek yang ada
dalam kumpulan pilihan, membentuk niat untuk membeli merek yang paling
disukai atau dipercaya sebagai hasil dari evaluasi alternatif. Diawali dengan
tahap penilaian berbagai alternatif yang dapat dilihat dari atribut-atribut yang
melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen membentuk pilihan.
Namun, ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih suatu produk,
yaitu sikap positif atau negatifnya pada orang tersebut terhadap suatu produk.
5. Perilaku setelah pembelian (postpurchase behavior), “after the purchase, the
consumer might experience dissonance from noticing certain disquieting
features or hearing favorable things about other brands and will be alert to
information that supports his or her decision”. Setelah pembelian, konsumen
mungkin telah berpengalaman akan ketidakcocokan atau ketidaksesuaian,
sehingga akan terdapat perhatian untuk fitur kegelisahan tertentu, dan akan
mendengar hal-hal yang baik tentang merek-merek yang lain. Kemudian hal
ini akan menjadi tanda bagi informasi yang mendukung keputusan dari
konsumennya. Komunikasi pemasaran haruslah memberikan kepercayaan, dan
pengevaluasian yang menguatkan kembali pilihan konsumen, dan
membantunya agar tetap yakin merasa baik terhadap merek itu. Pada dasarnya
tugas pemasar, tidaklah akan berakhir dengan terjadinya transaksi pembelian.
Para pemasar haruslah terus melakukan pemantauan akan kepuasan konsumen
pasca pembelian dan penggunaan produk.
21
Pembelian merupakan hal yang penting bagi pembeli dan penjual
(perusahaan) itu sendiri. Bagi perusahaan adalah penting untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian, namun terdapat hal lain yang harus
juga diperhatikan perusahaan, yaitu pemegang peranan pembelian dan keputusan
untuk membeli (Febrian, 2018). Perilaku pembelian konsumen dikelompokan
berdasarkan ada tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek
menurut Assael yaitu:
1. Perilaku membeli yang rumit (complex buying behavior) membutuhkan
keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari
perbedaan-perbedaan yang jelas di antara merek-merek yang ada. Perilaku
membeli ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak
sering membeli, berisiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya. Biasanya
konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus
berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi
untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk,
kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.
2. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan (habitual buying behavior),
konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan atau bukan
berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk secara
berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah mengenal
produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali
mengapa mereka membeli produk tersebut.
22
3. Perilaku pembeli yang mencari keragaman (variety seeking buying behavior),
konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan.
Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan suatu yang mutlak.
Sebagai market leader, pemasar dapat melakukan strategi seperti menjaga
agar jangan kehabisan stok atau dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan
konsumen akan produknya. Karena, sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih
ke merek lain. Apalagi para pesaing sudah menawarkan barang dengan harga yang
lebih rendah, kupon, sampel, dan iklan yang mengajak konsumen untuk mencoba
sesuatu yang baru. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang
sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.
2.3 Brand (Merek)
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk membentuk citra dari
produk yang dimiliki suatu perusahaan adalah dengan membentuk suatu
merek/brand. Merek adalah sebuah presentasi dari nilai-nilai yang diberikan kepada
pelanggan. Menurut Aaker dalam Nuranindya (2012:13), merek adalah nama
dan/atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau barang
kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang
penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya
dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor. Kata brand berasal
dari bahasa Skandinavia kuno yang berarti to burn (menandai dengan cara
distempel dengan besi panas). Hal ini merujuk pada praktik menandai binatang
ternak yang dilakukan oleh pemiliknya sebagai cara untuk identifikasi binatang
ternak tersebut. Merek adalah produk yang mampu memberi dimensi tambahan
23
yang secara unik membedakannya dari produk- produk lain yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan serupa (Kotler dan Keller, 2009:236).
Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja
produk dari brand yang bersangkutan) maupun bersifat simbolik, emosional dan
intangible (berkaitan dengan representasi merek) yang masuk dalam elemen merek.
Merek menggambarkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai
atribut dan kinerja produk, nama merek serta maknanya. Merek menjadi sesuatu
faktor yang sangat penting dalam kompetisi, misalnya produk, biasanya relatif
mudah untuk ditiru oleh kompetitor karena menjadi pembeda antara produk
kompetitor dengan produk yang kita keluarkan. Kemampuan bersaing dari sebuah
produk terlihat dari kekuatan brand-nya. Sebuah merek adalah seperangkat asosiasi
terhadap sebuah produk maupun jasa.
Merek yang telah mapan akan memiliki posisi yang menonjol dalam
persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Asosiasi tidak hanya
eksis namun juga mempunyai suatu tingkat kekuatan, kaitan pada merek akan lebih
kuat jika dilandaskan pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasinya, juga akan lebih kuat apabila kaitan itu didukung dengan suatu
jaringan dari kaitan-kaitan lain (Aaker dalam Faizza, 2017:23). Merek juga dibagi
dalam pengertian lainnya (Rangkuti dalam Faizza, 2017:24), seperti:
1. Nama merek (Brand name) yang merupakan bagian yang dapat di ucapkan
misalnya, Pepsodent, BMW, Toyota, dan sebagainya.
24
2. Tanda merek (Brand mark) yang merupakan bagian dari merek yang dapat
dikenali namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain huruf atau
warna khusus.
3. Tanda merek dagang (Trade mark) yang merupakan merek atau sebagian
merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan
sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual untuk
menggunakan nama merek (tanda merek).
4. Hak cipta (Copyright) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh
undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis,
karya musik, ataupun karya seni.
Menurut Tjiptono (dalam Nuranindya, 2012:14), suatu merek memberikan
sejumlah manfaat yang sangat baik untuk produsen maupun konsumen. Bagi
produsen merek berperan signifikan sebagai:
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan para pelanggan melakukan pelacakan
produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan peranan
akuntansi.
2. Wujud proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik
3. Sebagai tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa
dengan mudah membelinya lagi dilain waktu.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari
para pesaing
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.
25
Adapun manfaat atau kegunaan suatu merek bagi konsumen dapat
dikelompokkan menjadi delapan fungsi utama, yaitu:
1. Identifikasi, bisa dilihat dengan jelas, dengan cepat mengidentifikasi produk
yang dibutuhkan.
2. Praktikalitas, memfasilitasi penghematan waktu dan energi melalui pembelian
ulang identik dan loyalitas.
3. Garansi, memberikan jaminan bahwa konsumen bias mendapatkan kualitas
yang sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu atau di lokasi manapun.
4. Optimisasi, memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternatif
terbaik dalam kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan
spesifik.
5. Karakterisasi, mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri konsumen yang
ditampilkannya kepada orang lain.
6. Kontinuitas, kepuasan terwujud melalui familiaritas, intimasi dengan merek
yang telah digunakan atau dikonsumsi selama bertahun-tahun.
7. Hedonistik, pesona berkaitan dengan daya tarik merek, logo, komunikasi, dan
imbalan eksperiensial.
Kepuasan sebagai etika yang berkaitan dengan perilaku bertanggung jawab
merek bersangkutan dalam hubungannya dengan masyarakat. Keahlian yang sangat
unik dari pemasar profesional serta berpengalaman adalah kemampuannya untuk
menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek yang akan
dipasarkan maupun yang telah dipasarkan. Para pemasar mengatakan bahwa
pemberian merek adalah seni dan bagian paling penting dalam pemasaran.
26
2.4 Konsep Brand Awareness
Brand awareness atau yang biasa kita sebut dengan kesadaran akan suatu
merek adalah suatu keadaan dimana konsumen mampu untuk mengenali dan
mengingat suatu produk dengan hanya melihat warna, logo, image dan hal lainnya
yang berkaitan dengan brand/produk itu sendiri. Merek sangat berperan penting
dalam hal pengenalan akan produk tersebut kepada pihak konsumennya. Merek
yang memiliki keunikan dan mudah diingat oleh para konsumen, merupakan merek
yang berhasil masuk dalam benak konsumennya. Dengan kata lain merek tersebut
berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai produk yang dikenal oleh konsumen.
Maka muncul dalam benak konsumen akan kesadaran merek atas suatu produk.
Meskipun kesadaran merupakan aset sebuah merek yang berharga, namun hal
tersebut tidak bisa dengan sendirinya menciptakan penjualan, terutama bila
menyangkut produk baru.
2.4.1 Pengertian Brand Awareness
Menurut Durianto (2004:61) kesadaran merek adalah kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian
dari suatu kategori produk tertentu. Sedangkan menurut Hasbun dan Ruswanty
(2016:2-4), kesadaran merek atau brand awareness adalah kemampuan merek yang
muncul di benak konsumen ketika mereka berpikir tentang produk tertentu dan
seberapa mudah bahwa produk muncul. Kesadaran merek merupakan dimensi
mendasar dalam ekuitas merek. Sebuah merek tidak memiliki ekuitas sampai
konsumen sadar tentang keberadaan merek tersebut. Merek baru harus mampu
mencapai kesadaran merek dan mempertahankan kesadaran merek terhadap semua
27
merek agar konsumen dapat mengingat sebuah merek meskipun konsumen tersebut
tidak memakai produk yang digunakan sebelumnya.
Kesadaran merek atau brand awareness dihubungkan pada kuatnya kesan
yang tersimpan dalam memori yang merefleksikan pada kemampuan pelanggan
untuk mengingat kembali atau mengenali kembali sebuah merek di dalam kondisi
yang berbeda. Kesadaran merek dapat dikategorikan menurut kedalaman dan
keluasannya. Kedalaman dari kesadaran merek berhubungan dengan kemungkinan
sebuah merek dapat diingat atau dikenali kembali. Keluasan dari kesadaran
merek/brand awareness berhubungan dengan keanekaragaman situasi pembelian
dan konsumsi di mana sebuah merek diingat (Kotler dan Keller, 2009:236).
2.4.2 Pembentukan Brand Awareness
Peran kesadaran merek atau brand awareness dalam keseluruhan brand
equity tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu
merek. Menurut Durianto (2004:62) bagian dari suatu kategori produk perlu
ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk
dengan merek yang dilibatkan. Kesadaran merek membutuhkan continum ranging
(jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah
dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan
satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Brand awareness berada pada
rentang antara perasaan yang tidak pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai
dengan perasaan yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas
produk yang bersangkutan. Tingkat kesadaran merek atau brand awareness secara
berurutan dilihat Gambar 4.
28
Gambar 4. Piramida Brand Awareness Sumber : Durianto, 2004:62 (diolah)
Ghealita dan Setyorini (2015:2) memaparkan bahwa kesadaran (awareness)
menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat
menjadi penentu yang digambarkan sebagai piramida kesadaran merek. Penjelasan
mengenai piramida kesadaran merek (brand awareness) dari tingkat terendah
sampai tingkat tertinggi adalah:
1. Tidak menyadari brand (Unaware of Brand) adalah tingkat paling rendah
dalam piramida brand awareness, dimana konsumen tidak menyadari adanya
suatu brand. Pada tahapan ini pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah
sudah mengenal merek yang disebutkan atau belum. Tingkatan ini yang harus
dihindari oleh perusahaan.
2. Pengenalan brand (Brand Recognition) adalah tingkat minimal brand
awareness, dimana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
29
pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). Pada tahapan ini, pelanggan
mampu mengidentifikasi merek yang disebutkan.
3. Pengingatan kembali brand (Brand Recall) adalah pengingatan kembali brand
tanpa bantuan (unaided recall). Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat
merek tanpa diberikan stimulus.
4. Puncak pikiran (Top of Mind) adalah brand yang disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Pada
tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali muncul di
pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.
Menurut Gunawan (2014:4), upaya untuk menarik kesadaran merek, baik
dalam pengenalan (Brand Recognition) maupun pengingatan kembali (Brand
Recall), melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha memperoleh identitas merek dan
berusaha mengaitkannya dengan kelas produk tertentu. Peran brand awareness
adalah menciptakan suatu nilai. Pengenalan maupun pengingatan merek akan
terlibat upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya dengan
kategori produk. Sebuah merek yang berada pada tahapan top of mind konsumen
akan sangat menguntungkan dan berguna bagi perusahaan. Merek yang memiliki
citra kuat terhadap konsumen akan mempermudah perusahaan memperkenalkan
produk baru yang ingin mereka luncurkan serta meringankan biaya promosi yang
dikeluarkan karena merek tersebut sudah dikenal oleh masyarakat luas.
Menurut Rossiter (2014:534), pada kedua tahap di dalam brand awareness
yaitu brand recognition dan brand recall merupakan tahap yang sangat penting.
Tahap brand recognition, adalah tahap pertama konsumen mulai mengenal suatu
30
merek. Pada tahap brand recall, selama informasi yang berasal dari brand
recognition masih dibutuhkan, informasi tersebut akan terus diolah. Selanjutnya
apabila pengulangan tersebut terus terjadi, informasi yang terdapat di brand recall
akan mengarah pada top of mind. Terakhir, Pada tahap top of mind konsumen dapat
menyebutkan pertama kali nama suatu merek apabila ditanya mengenai industri
atau suatu produk. Nama suatu merek juga merupakan yang pertama kali muncul
di benak konsumen. Brand awareness merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen.
Mencapai kesadaran merek merupakan tantangan utama bagi para perusahaan
yang baru merintis. Melalui usaha komunikasi pemasaran yang efektif, efisien, dan
konsisten, sebuah merek dapat menjadi terkenal sehingga dapat diingat oleh setiap
orang dengan tingkat kecerdasan standar. Kesadaran merek juga merupakan titik
awal dari kepuasan dan kesetiaan konsumen terhadap produk tersebut. Berdasarkan
hal tersebut penting bagi perusahaan dalam menciptakan dan membangun suatu
merek sesuai dengan apa yang ditawarkan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut daftar penelitian terdahulu yang dipandang relevan dan dijadikan
pendukung dalam penelitian ini pada Tabel 1.
31
Tabel 1. Daftar Penelitian Terdahulu Sebagai Rujukan
No. Judul, Nama
Peneliti, dan Tahun
Metode
Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan
1.
Strategi
pengembangan
usaha CV. Enam
Putri Jakarta.
Destama (2020)
Kuantitatif
(Analisis
SWOT)
Berdasarkan analisis matriks SWOT, UMKM
CV. Enam Putri dapat dikembangkan melalui
tujuh alternatif strategi. Prioritas strategi yang
harus diterapkan UMKM mencakup strategi
mempertahankan kualitas pelayanan produk
yang ditawarkan, memperluas kerja sama
dengan distributor/penyalur dan strategi ini yang
dapat diterapkan oleh CV. Enam Putri
berdasarkan kondisi sebelum pandemi.
• Persamaan dengan penelitian ini
adalah objek penelitian.
• Perbedaan dengan penelitian ini
adalah variabel, metode, alat
analisis, dan tujuan penelitian.
2.
Pengaruh Kesadaran
Merek dan Promosi
Terhadap Keputusan
Konsumen untuk
Membeli di CV.
Panda Bakery.
Erlic (2018)
Deskriptif
kuantitatif/
(regresi
linier
berganda)
Populasi mencakup seluruh total pelanggan toko
pada CV. Panda Bakery yang berjumlah 80
toko. Jumlah sampel dalam penelitian ini
menggunakan sampel jenuh karena populasi
kurang dari 100, maka jumlah sampel sebanyak
80 toko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara bersama-sama variabel bebas (kesadaran
merek dan promosi) mempengaruhi Variabel
terikat (keputuan pembelian) berdasarkan nilai
F-hitung > F-tabel yaitu 42,557 > 3,115
sehingga H0 ditolak dan pengujian parsial
menunjukkan bahwa nilai t-hitung variabel
kesadaran merek (X1) sebesar 3,029 lebih besar
dibandingkan dengan nilai t-tabel 1,991.
Kemudian nilai t-hitung variabel promosi (X2)
sebesar 8,440 lebih besar dibandingkan dengan
• Persamaan dengan penelitian ini
adalah variabel X yaitu kesadaran
merek dan variabel Y adalah
keputusan konsumen.
• Perbedaan dengan penelitian ini
adalah objek penelitian, tidak ada
variabel X2 (promosi) dan alat
analisis data pada statistik yang
digunakan berbeda, yaitu regresi
linier berganda.
32
nilai t-tabel 1,991. Maka dalam hal ini secara
parsial bahwa variabel kesadaran merek dan
promosi berpengaruh terhadap keputusan
konsumen.
3.
Pengaruh Brand
awareness dan
Brand Loyalty
Terhadap Keputusan
Pembelian Produk
Chicken Nugget
Fiesta Di Kota
Padang.
Putri & Deniza
(2018)
Kuantitatif
(SEM PLS)
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
brand awareness dan brand loyalty terhadap
keputusan pembelian produk chicken nugget
fiesta di kota Padang. Objek penelitian ini
adalah konsumen chicken nugget fiesta yang
berada di kota Padang berjumlah 100 orang.
Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan menggunakan metode accidental
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
brand awareness berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan, hal ini
dikarenakan nilai t-statistic (2.045) > nilai t-
tabel (1.96). Brand loyalty pun berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Keputusan, hal
ini dikarenakan nilai t-statistic (2.169) > nilai t-
tabel (1.96).
• Persamaan dengan penelitian ini
adalah variabel X yaitu kesadaran
merek dan variabel Y adalah
keputusan konsumen.
• Perbedaan dengan penelitian ini
adalah menggunakan alat analisis
yang berbeda, terdapat dua
variabel X, dan objek yang
berbeda.
4.
Pengaruh Brand
awareness Terhadap
Keputusan
Pembelian Produk
Zara (Studi Pada
Konsumen Zara Sun
Plaza Medan)
Febrian (2018)
Kuantitatif
(regresi
linier
sederhana)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh brand awarenesss
terhadap keputusan pembelian produk Zara pada
konsumen Zara di Sun Plaza Medan
menggunakan 96 responden sebagai sampel
dimana variabel keputusan pembelian (Y),
brand awareness (X). Pengujian hipotesis uji-t
bahwa brand awareness berpengaruh positif dan
• Persamaan dengan penelitian ini
adalah variabel X yaitu kesadaran
merek dan variabel Y adalah
keputusan konsumen.
• Perbedaan dengan penelitian ini
adalah objek yang berbeda dan
analisis data.
33
signifikan terhadap keputusan pembelian. Uji
koefisien determinasi (R2) yang terlihat pada R
Square sebesar 0,331 menunjukkan bahwa
33,1% keputusan pembelian produk Zara Sun
Plaza Medan dapat dijelaskan oleh variabel gaya
hidup dan kepercayaan sedangkan sisanya
66,9% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
yang tidak diteliti pada penelitian ini.
5.
Proses Keputusan
Pembelian dan
Faktor Dimensi
Kualitas Produk
Lapis Talas
Saripakuan.
Tama (2017)
Kuantitatif
(analisis
deskripsi)
Tujuan dari penelitian untuk mengidentifikasi
karakteristik konsumen produk Lapis Talas
saripakuan, untuk mengetahui proses keputusan
pembelian konsumen produk Lapis Talas
saripakuan, dan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang memengaruhi preferensi konsumen
terhadap atribut-atribut produk Lapis Talas
Saripakuan. Proses pengambilan keputusan
konsumen yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca
pembelian. Berdasarkan hasil analisis faktor
terdapat enam faktor yang memengaruhi
preferensi konsumen yaitu faktor ciri khas,
faktor daya tarik, faktor pelayanan, faktor
ketahanan produk, faktor keunggulan sebagai
oleh-oleh, dan faktor manfaat.
• Persamaan dalam penelitian ini
adalah membahas variabel
keputusan pembelian yang
dibahas dalam beberapa proses
tahapan.
• Perbedaan dalam penelitian ini
adalah objek penelitian dan tidak
melakukan analisis statistik SPSS.
6.
Proses Keputusan
Pembelian dan
Kepuasan Konsumen
Kuantitatif
(analisis
deskriptif,
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
karakteristik konsumen, proses keputusan
pembelian, dan kepuasan konsumen Warunk
• Persamaan dalam penelitian ini
adalah membahas variabel
keputusan pembelian yang
34
Terhadap Warunk
Upnormal Kota
Bogor.
Kusuma (2018)
IPA, dan
CSI).
Upnormal. Proses keputusan pembelian melalui
lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian, dan pasca pembelian. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
konsumen sebesar 87.27 persen dan atribut yang
menjadi prioritas utama untuk diperbaiki adalah
area parkir, ketersediaan dan kebersihan toilet,
keramahan dan kesopanan pramusaji, kecepatan
dan kemudahan pemesanan, dan kecepatan
menanggapi keluhan konsumen.
dibahas dalam beberapa proses
tahapan.
• Perbedaan dalam penelitian ini
adalah objek penelitian dan tidak
melakukan analisis statistik SPSS
Sumber: Data Sekunder, 2021 (diolah)
35
2.6 Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan prinsip tujuan dan judul penelitian ini mengenai kekuatan
brand awareness produk UMKM terhadap keputusan pembelian: kasus konsumen
jahe merah instan enam putri. Kerangka pemikiran merupakan sejumlah pengertian
atau karakteristik yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, dan perilaku
tertentu (Suryani & Hendriyadi, 2013:90). Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu
kerangka pemikiran yang menjadi landasan penulisan untuk akhirnya diketahui
hubungan dari brand awareness terhadap keputusan pembelian dalam upaya
menjaga eksistensi produk UMKM CV. Enam Putri selama masa pandemi covid-
19. Berikut merupakan kerangka konseptual yang tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
36
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:
H0 = Brand awareness tidak berhubungan signifikan terhadap keputusan
pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig > 0,05
dan H0 diterima/H1 ditolak).
H1 = Brand awareness berhubungan signifikan terhadap keputusan pembelian
produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig < 0,05 dan H1
diterima/ H0 ditolak).
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Menentukan lokasi penelitian sebagai sarana untuk mempermudah dalam
memperjelas objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak
terlalu luas (Nurmadina, 2016:51). Penelitian ini mengambil objek produk instan
jahe merah enam putri sebagai salah satu produk herbal UMKM yang berlokasi Jl.
Masjid I No.41, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat
dilakukan secara sengaja karena perusahaan ini sudah cukup lama beroperasi
sekitar ± 35 tahun dan telah mendapatkan beragam penghargaan.
Penelitian dilakukan selama sekitar 5 (lima) bulan, dimulai pada bulan
Februari sampai dengan bulan Mei 2021 yang dituangkan dalam aktivitas
penelitian. Aktivitas penelitian adalah semua kegiatan yang dilaksanakan oleh
peneliti dalam proses pembuatan skripsi untuk menyelesaikan suatu masalah yang
sedang diteliti.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data digolongkan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan
kuantitatif. Sementara itu, yang mencakup data kualitatif pada penelitian ini adalah
gambaran umum CV. Enam Putri (profil UMKM, visi dan misi, struktur organisasi,
sarana dan prasarana, proses produksi) dan karakteristik konsumen (jenis kelamin,
status pekerjaan, usia, pendidikan dan penghasilan/bulan), data tersebut akan
dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Data kuantitatif yang digunakan adalah
38
data hasil kuesioner dari variabel penelitian (brand awareness dan keputusan
pembelian).
Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian terkait ketersediaan
sumber data atau subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila penelitian
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data dalam penelitian mencakup responden atau narasumber, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan. Data penelitian merupakan semua keterangan seseorang sebagai responden,
narasumber maupun yang berasal dari dokumen-dokumen, baik dalam bentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk jahe merah
instan enam putri. Jumlah populasi pada CV Enam Putri tidak diketahui jumlahnya
secara pasti. Untuk itu dalam menentukan ukuran atau jumlah sampel, digunakan
rumus Lemeshow (Lemeshow et al., 1990:2) sehingga diperoleh sampel penelitian
sebanyak 100 responden. Rumus Lemeshow merupakan rumus yang digunakan
untuk mengetahui jumlah sampel dan sampel akan sangat berpengaruh pada
representasi populasi dalam sebuah proses penelitian. Alasan peneliti menggunakan
rumus dari Lemeshow karena populasi data yang dituju besar dengan jumlah yang
berubah-ubah. Adapun rumus Lemeshow dalam penelitian ini sebagai berikut:
𝑛 =𝑍2
1−𝛼/2𝑃(1 − 𝑃)
𝑑2
Keterangan :
n = jumlah sampel
39
Z21-α/2 = Z adalah skor pada 1-α-2 tingkat kepercayaan (95% atau 1,96)
P = Estimasi proporsinya
D = Presisi yang digunakan
Langkah-langkah menggunakan rumus Lemeshow yaitu: (1) menentukan
tingkat kepercayaan, (2) menentukan nilai P (1-P) bisa dilihat melalui tabel, serta
(3) tentukan besar presisi yang digunakan. Berikut uraian tabel rumus Lemeshow
nilai P dan P*(1-p) sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai P dan P*(1-p)
P P*(1-p)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0,25
0,24
0,21
0,16
0,09 Sumber: Lemeshow et al., (1990:2)
Penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan estimasi
proporsi (nilai P) 0,5 dengan presisi yang digunakan adalah 0,1 sebagai berikut :
𝑛 =1,962. 0,5(1 − 0,5)
0,12
𝑛 =1,962. 0,5 . 0,5
0,12
𝑛 =3,8416 . 0,25
0,01
n = 96,04
Nilai n sebesar 96,04 dibulatkan menjadi 100. Dengan demikian penelitian
ini jumlah sampelnya adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampling yang
digunakan yaitu non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap subjek atau anggota populasi untuk
dijadikan sampel (Umar, 2014:83). Dengan jenis sample purposive sampling
40
dengan kriteria: (1) konsumen yang sudah pernah membeli jahe merah instan
sebanyak 2x, serta (2) responden dalam penelitian ini merupakan pelanggan yang
sudah lama dan mengenal produk jahe merah instan.
3.4 Skala Pengukuran
Pada penelitian ini, karena sebagian besar instrumen data berbentuk
kualitatif, maka dilakukan dengan cara menguantifikasi data-data penelitian
kedalam bentuk angka-angka dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah
salah satu skala respon yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tertentu terhadap suatu gejala atau
fenomena pendidikan (Djaali, 2008:110). Menurut Sugiyono (2014:57) skala likert
digunakan untuk mengatur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Sewaktu menanggapi pertanyaan atau pernyataan dalam skala likert,
responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pertanyaan atau
pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya
disediakan lima pilihan skala dengan format seperti : [1] sangat setuju, [2] setuju,
[3] tidak setuju, dan [4] sangat tidak setuju (Syofian et al., 2015:3). Namun dalam
penelitian ini, dimana item-item relevan yang ingin diketahui dengan alternatif
pilihan 1 sampai dengan 4 jawaban pernyataan pada bobot skor (Tabel 4) dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 3. Pembobotan Instrumen Skala Likert Pada Penelitian
No. Pernyataan Bobot
1 Sangat Setuju (SS) 4
2 Setuju (S) 3
3 Kurang Setuju (KS) 2
4 Tidak Setuju (TS) 1
41
Selain pilihan dengan lima skala atau empat seperti contoh diatas, kadang
digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris
menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai
jumlah pilihan tersebut sangat mirip (Dawes, 2008:61). Skala Likert merupakan
metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif
terhadap suatu pernyataan. Penggunaan empat skala pilihan pada penelitian ini
digunakan untuk memudahkan pemahaman kuesioner skala likert terhadap
responden memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.
3.5 Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam melakukan suatu penelitian sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang kualitas dan kelengkapan data. Proses pengumpulan data
merupakan salah satu tahapan sangat penting untuk menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya (Rahardjo, 2011:2). Ada beberapa
teknik pengumpulan data yang sering dilakukan oleh peneliti. Pertanyaan atau
pernyataan dasar selalu diperhatikan atau merujuk pada kaidah 5W1H, yaitu apa,
siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Maka teknik pengumpulan data dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini mencakup gambaran umum
CV. Enam Putri (profil UMKM, visi dan misi, struktur organisasi, sarana dan
prasarana, proses produksi) dan karakteristik konsumen (jenis kelamin, status
pekerjaan, usia, pendidikan dan penghasilan/bulan), teknik pengambilan data
tersebut berdasarkan wawancara, observasi, dan pengisian biodata konsumen.
42
2. Pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini mencakup kuesioner terdiri
dari pernyataan tentang variabel Keputusan Pembelian (Y) pada indikator
(pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku setelah pembelian) dan variabel Brand awareness (X)
pada indikator (Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall dan Top
of Mind). Kuesioner penelitian ditujukan kepada konsumen produk jahe merah
enam putri yang sudah memenuhi kesediaan mengisi setiap pernyataan.
Pernyataan disajikan dalam bentuk skala pengukuran ordinal dengan
pemberian skor teknik skala likert.
3.5.1 Instrumen Penelitian
Keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral
dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena berupa alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang
sedang diteliti. Menurut Nasution (2016:67), instrumen penelitian dapat diartikan
sebagai alat untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-
data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan
atau menguji suatu hipotesis dan semua alat yang mendukung suatu penelitian bisa
disebut instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data. Satu hal yang harus
diketahui bahwa instrumen dalam penelitian ini terkait dengan pengumpulan data
kuantitatif dari sejumlah kuesioner pernyataan tertulis variabel keputusan
pembelian (Y) dan variabel brand awareness (X). Instrumen untuk mendapatkan
data tentang keputusan pembelian (Y) dan variabel brand awareness (X) dengan
menggunakan skala likert pada interval empat (a four-point likert scale).
43
Menurut Hadi (dalam Hertanto, 2017:2), modifikasi terhadap skala likert
empat skala dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung oleh
skala lima tingkat, dengan alasan seperti: 1) kategori undeciden arti ganda, dalam
memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral, (setuju atau tidak),
atau bahkan ragu-ragu dan kategori jawaban arti ganda tentu saja tidak diharapkan
dalam suatu instrumen; 2) tersedianya jawaban yang ditengah itu menimbulkan
jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi pilihan jawaban yang
ragu-ragu atau netral menimbulkan tidak jelas atas arah kecenderungan pendapat
responden, baik ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika disediakan kategori
jawaban itu akan menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi
banyaknya informasi yang dapat dijaring para responden. Walaupun instrumen
kuesioner yang menggunakan skala Likert dengan lima skala mempunyai
kelemahan, bukan berarti kuesioner tersebut tidak dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian dan lima skala masih dapat digunakan oleh peneliti
disesuaikan berdasarkan kebutuhan penelitian.
1. Variabel Keputusan Pembelian
Indikator keputusan pembelian terdiri dari : (1) pengenalan kebutuhan
melalui stimuli intern dan ekstern; (2) pencarian informasi lebih banyak; (3)
evaluasi alternatif dengan mencari manfaat tertentu dari produk; (4) keputusan
pembelian atas merek-merek, dan (5) perilaku setelah pembelian (merasa puas atau
tidak puas). Butir soal untuk pernyataan keputusan pembelian berjumlah 12 item.
Pengukuran keputusan pembelian dilakukan skala likert dan respon dari jawaban
responden dicantumkan 4 (empat) alternatif jawaban (option), yaitu pernyataan
44
positif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S (Setuju) diberi bobot 3, TS (Tidak
Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 1 dan
sebaliknya. Pernyataan negatif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 1, S (Setuju) diberi
bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi
bobot 4. Adapun Indikator variabel keputusan pembelian dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4. Indikator Variabel Keputusan Pembelian
No Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. Pengenalan kebutuhan melalui
stimuli internal dan eksternal 1 2 2
2. Pencarian informasi lebih banyak 3, 4 2
3. Evaluasi alternatif dengan mencari
harga, manfaat, kemasan dan rasa
tertentu dari suatu produk
6 5, 7 3
4. Keputusan pembelian atas merek-
merek 9, 10 8 3
5. Perilaku setelah pembelian (merasa
puas atau tidak puas) 11 12 2
Jumlah 6 6 12
2. Variabel Brand Awareness
Indikator brand awareness terdiri dari : (1) unaware of brand (tidak
menyadari adanya suatu merek); (2) brand recognition (pengenalan suatu merek
setelah dilakukan pengingatan); (3) brand recall (pengingatan kembali terhadap
merek tanpa bantuan); dan (4) top of mind (merek yang pertama kali muncul atau
disebutkan dibenak konsumen). Butir soal untuk pernyataan brand awareness
berjumlah 10 item. Pengukuran brand awareness dilakukan dengan skala likert,
dengan respon dari jawaban responden dicantumkan pada 4 (empat) alternatif
jawaban (option), yaitu pernyataan positif : SS (Sangat Setuju) diberi bobot 4, S
45
(Setuju) diberi bobot 3, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 2, dan STS (Sangat Tidak
Setuju) diberi bobot 1 dan sebaliknya. Pernyataan negatif : SS (Sangat Setuju)
diberi bobot 1, S (Setuju) diberi bobot 2, TS (Tidak Setuju) diberi bobot 3, dan STS
(Sangat Tidak Setuju) diberi bobot 4. Adapun Indikator variabel brand awareness
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Indikator Variabel Brand Awareness
No Indikator Item Jumlah
Favorable Unfavorable
1. tidak menyadari adanya suatu
merek 1 2 2
2. Pengenalan suatu merek setelah
dilakukan pengingatan
4 3, 5 3
3. Pengingatan kembali terhadap
merek tanpa bantuan
6, 8 7 3
4. Merek yang pertama kali muncul
atau disebutkan dibenak
konsumen
9, 10
2
Jumlah 6 4 10
3.5.2 Uji Coba Instrumen
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa untuk mencari data terhadap
permasalahan yang ada, maka penulis menyebarkan kuesioner kepada responden
untuk dijawab sebenar-benarnya. Dilaksanakannya uji coba instrumen adalah cara
melihat atau menentukan apakah soal/pernyataan tersebut layak atau tidak untuk
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil dari uji coba
instrumen, maka diperoleh data validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang akan diukur (Kurniawan, 2011:27). Uji
validitas memenuhi ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
46
fungsi ukurnya (Elina, 2011:49). Informasi validitas digunakan sebagai tingkat dari
kemampuan pernyataan untuk mencapai sasaran dan menunjukkan seberapa nyata
suatu pengujian mengukur apa yang harusnya diukur. Untuk menguji validitas
instrumen dalam penelitian ini menggunakan software SPPS 25.
Nilai uji signifikasi ini dilakukan dengan membandingkan nilai korelasi
antara nilai masing-masing item pertanyaan dengan nilai total. Apabila besarnya
nilai total koefisien item pertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai
signifikan maka pertanyaan tersebut dinilai tidak valid. Pengujian validitas
dilakukan dengan bantuan program SPSS 25. Pengambilan keputusan dilakukan
dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel atau nilai p value dengan alpha
sebagai berikut: Nilai rhitung > rtabel maka butir pernyataan valid, sedangkan Nilai
rhitung < rtabel maka butir pernyataan valid, atau p-value < 0,05 (alpha = 5%) maka
butir pernyataan valid, sedangkan p-value > 0,05 (alpha = 5%) maka tidak valid.
a. Uji Validasi Variabel Keputusan Pembelian
Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh validasi instrument sebagai berikut:
nilai p-value pada item nomor 1, 3, 6, 9, 10, 11 dan 12 lebih besar dari alpha
(α = 0,05). Dengan demikian ketujuh item tersebut dinyatakan valid.
Sedangkan item nomor 2, 4, 5, 7, dan 8 kurang dari alpha (α = 0,05). Dengan
demikian kelima item tersebut dinyatakan tidak valid dan harus di drop atau
dibuang.
b. Uji Validasi Variabel Brand Awareness
Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh validasi instrumen sebagai berikut: nilai
p-value pada item nomor 1, 4, 6, 8, 9 dan 10 lebih besar dari alpha (α = 0,05).
47
Dengan demikian keenam item tersebut dinyatakan valid. Sedangkan item
nomor 2, 3, 5, dan 7 kurang dari alpha (α = 0,05). Dengan demikian keempat
item tersebut dinyatakan tidak valid dan harus di drop atau dibuang.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Kurniawan, 2011:27). Uji
reliabilitas adalah uji yang menunjukkan tingkat seberapa besar suatu alat pengukur
mengukur dengan stabil dan konsisten (Erlina, 2011:49). Suatu kuesioner dapat
dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang terhadap suatu pertanyaan
atau pernyataan adalah stabil atau konsisten dari waktu ke waktu. Apabila hasil
Alpha Cronbach > 0,60 = reliabel dan hasil Alpha Cronbach < 0,60 = tidak reliabel.
a. Uji Reliabilitas Variabel Keputusan Pembelian
Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh nilai alpha Cronbach pada Variabel
keputusan pembelian sebesar 0,884. Nilai alpha Cronbach sebesar 0,884 Lebih
besar dari 0,60 maka instrumen keputusan pembelian dinyatakan reliabel.
b. Uji Reliabilitas Variabel Brand Awareness
Berdasarkan output SPSS 25 diperoleh nilai alpha Cronbach pada Variabel
keputusan pembelian sebesar 0,888. Nilai alpha Cronbach sebesar 0,888 Lebih
besar dari 0,60 maka instrumen brand awareness dinyatakan reliabel.
3. Indikator Operasional Variabel Penelitian
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, berikut indikator operasional
dari variabel keputusan pembelian dan variabel brand awareness yang digunakan
sebagai instrumen penelitian tahapan selanjutnya dalam tabel berikut:
48
Tabel 6. Indikator Operasional Variabel Keputusan Pembelian
Variabel Indikator Alat ukur/item No.
item
Keputusan
Pembelian
Pengenalan
kebutuhan
melalui stimuli
intern dan ekstern
Saya membeli produk jahe merah
instan enam putri karena sesuai dengan
kebutuhan saya
1
Pencarian
informasi lebih
banyak
Saya mencari informasi tentang merek
jahe merah instan enam putri sebelum
membeli
2
Evaluasi
alternatif dengan
mencari manfaat
tertentu dari
suatu produk
Saya membeli produk jahe merah
instan enam putri karena harga
ekonomis, kualitas produk dan banyak
khasiatnya
3
Keputusan
pembelian atas
merek-merek
Saya sudah membandingkan jahe
merah instan enam putri dengan merek
yang lainnya
4
Saya yakin sudah mengambil
keputusan yang tepat saat membeli
produk jahe merah instan enam putri
5
Perilaku setelah
pembelian
(merasa puas atau
tidak puas)
Saya berkeinginan akan membeli
kembali produk jahe merah instan
enam putri
6
Saya tidak akan merekomendasikan
produk jahe merah instan enam putri
kepada saudara, teman atau kenalan
saya.
7
49
Tabel 7. Indikator Operasional Variabel Brand Awareness
Variabel Indikator Alat ukur/item No.
item
Brand
Awareness
tidak menyadari
adanya suatu
merek
Saya mengetahui produk jahe merah
instan merek enam putri
1
Pengenalan suatu
merek setelah
dilakukan
pengingatan
Saya dapat mengenali produk jahe
merah instan enam putri dari
bentuk/desainnya
2
Pengingatan
kembali terhadap
merek tanpa
bantuan
Jahe merah instan enam putri adalah
produk yang mudah di ingat kembali
ketika saya berbelanja produk herbal
3
Produk herbal jahe merah yang muncul
di benak pertama kali adalah jahe
merah instan enam putri
4
Merek yang
pertama kali
muncul atau
disebutkan
dibenak
konsumen
Produk herbal jahe merah instan sudah
identik dengan merek enam putri
5
Saya lebih memilih membeli produk
jahe merah instan enam putri
dibandingkan produk herbal yang lain
(Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan Jahe
Merah Hj Fadilah)
6
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian survey, jika semua data telah terkumpul, maka kegiatan
selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Berikut penjabaran lebih
lengkapnya mengenai pengolahan data dan analisis data (Aziz, 2011:93-94):
1. Melakukan deskripsi data tentang gambaran umum karakteristik responden
baik secara ordinal atau nominal, dengan menggunakan alat analisis persentase
dari perbandingan antara jumlah responden yang akan dianalisis dengan total
responden secara keseluruhan.
2. Melakukan identifikasi variabel Brand awareness (X) yang mencakup
indikator (unaware of brand, brand recognition, brand recall dan top of mind)
50
dan identifikasi proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah
pembelian) dengan menggunakan rumus nilai rang adalah selisih antara nilai
maksimum (highest value) dengan nilai minimum (lowest value) dalam suatu
gugus data (Abdurahman, 2011:37). Besarnya range untuk data belum
dikelompokkan adalah R = Xn-Xi. Adapun rumus untuk mencari kategori
adalah sebagai berikut: C= panjang interval kelas; Xn= skor maksimum; Xi=
skor minimum; k= Banyaknya kelas/ kategori, sehingga rumus kategori dapat
dilihat sebagai berikut : Xn Xi
Ck
−= Dalam penelitian ini banyaknya kategori
yang akan digunakan sebagai kesimpulan dibagi menjadi 3 yaitu kategori baik,
cukup dan kurang. Setelah diketahui nilai skor maksimum dan skor minimum
maka interval pengkategorian dapat dihitung sebagai berikut :
𝐶 =4 − 1
3= 1
Setelah diketahui nilai skor maksimum dan minimum maka interval
pengkategorian dapat dihitung sebagai berikut: skor 1 sampai skor 2 = Kurang;
skor 2,1 sampai skor 3,1 = Cukup dan skor 3,2 sampai skor 4,2 = Baik. Ini
merupakan pengkategorian dalam analisis deskriptif.
3. Menyajikan data variabel Brand awareness (X) dan Keputusan Pembelian (Y)
yang sudah dikelompokkan pada tabel silang (tabel kontingensi) dan
menganalisisnya dengan Chi-square (dibaca: kai kuadrat), sebagai metode
perhitungan statistika non-parametrik dengan jenis data harus bersifat nominal
atau kategorik. Uji chi-square merupakan uji hipotesis tentang asosiasi atau
51
korelasi antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang didasarkan
pada hipotesis tertentu pada setiap penelitian. Ekspresi matematis tentang
distribusi chi-square hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat
kebebasan (degree of freedom). Adapun rumus uji chi-square adalah sebagai
berikut: ( )2
2.
;i i
ij
i
i jo ee
e ij
−= =
2
ij
i
i
Keterangan:
χ =Nilai chiHitung i Jumlah skor aktual
e = Frekuensi yang diharapkan j Jumlah skor ideal
O = Skor aktual ij Skor total
e = Skor ideal
=
=
=
Dengan kriteria penerimaan : Tolak jika nilai Sig. Chi-square pada output SPSS
≤ dari 0,05 (α) dan Terima jika nilai Sig. Chi-square pada output SPSS > dari
0,05 (α).
3.7 Definisi Operasional
Sesuai tujuan penelitian, fokus pembahasan memiliki dua peubah utama,
yakni: Keputusan Pembelian (Y) dan Brand awareness (X) pada produk jahe merah
instan enam putri. Menurut Sugiyono (2014:53), definisi operasional adalah
penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang
dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk
meneliti dan mengoperasikan instrumen, sehingga memungkinkan bagi peneliti
yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran instrumen yang lebih baik. Berdasarkan fokus
pembahasan terhadap dua peubah utama, maka secara operasional didefinisikan
sebagai berikut:
52
1. Brand awareness (X), yaitu tingkat kesadaran seorang pembeli produk jahe
merah instan enam putri untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek
sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu dan indikator tersebut
meliputi Unaware of Brand, Brand Recognition, Brand Recall dan Top of
Mind.
2. Keputusan Pembelian (Y), yaitu keputusan seseorang dimana dia bersedia
memilih produk jahe merah instan enam putri sebagai salah satu dari beberapa
alternatif pilihan yang ada dan indikator tersebut meliputi pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan
perilaku setelah pembelian.
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum UMKM
Bagian ini dituangkan secara narasi terkait kondisi UMKM (Usaha Mikro
Kecil Menengah) dari CV. Enam Putri yang mencakup gambaran profil, visi, misi
dan tujuan, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang dipakai dan proses
pengolahan atau produksi jahe merah instan enam putri.
4.1.1 Profil CV. Enam Putri
Mengenal lebih jauh profil CV. Enam Putri sebagai salah satu usaha mikro
kecil menengah (UMKM) yang melakukan aktivitas bisnis dalam bidang industri
pengolahan makanan dan minuman tradisional yang menghasilkan produk herbal.
Sebelum UMKM CV. Enam Putri terbentuk, pemilik Ibu Emmy sudah sering
merintis beberapa usaha kecil yang dijalaninya. Perkembangan dari waktu ke waktu
sampai dapat menciptakan CV. Enam Putri yang didirikan tanggal 4 September
1986 dan dinyatakan sah berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Dinas
Perdagangan No. 090.556.050.99.
Tahapan selanjutnya telah mendapatkan izin beroperasi melalui Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 5513/09-01/Pk/86. Dalam rangka
melakukan standar operasional usaha untuk menjaga tingkat kebersihan, ketertiban
lingkungan dan paling penting menjamin tingkat kualitas produk serta keamanan
produk dari segala macam bahan berbahaya. Telah mendapatkan Surat Izin
Produksi dari Dinas Kesehatan yaitu DEPKES No.SP 285/10-20/95 dan telah
melakukan uji kehalalan dengan memperoleh sertifikasi halal dari MUI nomor
54
031300281206. CV. Enam Putri berlokasi di Jalan Masjid I No.41, Karet Tengsin,
Tanah Abang, Jakarta Pusat dan sudah titik koordinat di google map (Gambar 6).
Sebelum melakukan aktivitas usaha di bidang industri pengolahan minuman
tradisional berbasis herbal, pada tahun 2003 UMKM ini terlebih dahulu hanya
bergerak sebagai pemasok bahan baku serta pengolahan makanan dari rumput laut,
karena mulai banyaknya UMKM pesaing maka merubah produksinya menjadi
beragam produk olahan makanan dan minuman herbal tradisional khususnya bir
pletok dan produk instan. Setelah mendapatkan respon positif dan animo cukup
baik dari masyarakat, pengembangan dan produksi terus dilakukan.
Gambar 6. Peta Lokasi CV. Enam Putri Sumber: Google Map.com, 2021
Digambarkan dalam skripsi Destama (2020), bahwa produk bir pletok dan
produk instan merupakan produk unggulan CV. Enam Putri. Selain terbuat dari
ramuan herbal hasil kekayaan hayati yang diwariskan secara turun-temurun sebagai
upaya untuk menjaga kesehatan, ditambah rasa enak dan kemasan produk yang
55
menarik dengan memberikan sentuhan logo UMKM CV. Enam Putri pada label
produk dapat dilihat logonya sebagai berikut:
Gambar 7. Logo Perusahaan CV. Enam Putri Sumber. CV. Enam Putri, 2019
Sepeninggal pemilik pertama Ibu Emmy pada bulan April 2020 kondisi
UMKM CV. Enam Putri mengalami perubahan terutama sangat terlihat pada
beberapa produk yang sudah tidak diproduksi, di antaranya produk bir pletok.
Masih beroperasinya CV. Enam putri di lanjutkan oleh anak Ibu Emmy, meskipun
hanya memproduksi produk instan salah satunya jahe merah organik dan rempah-
rempah pilihan. Proses pengolahan baik dan di kemasan kedap udara selalu
mendapatkan respon positif, sehingga munculnya pandemi covid-19 malah menjadi
peluang terjadinya peningkatan volume penjualan produk.
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan CV. Enam Putri
Suatu usaha pada mulanya dikelola oleh pemilik sendiri atau keluarga
dengan visi, misi dan tujuan tertentu yang tidak dituangkan secara tertulis. Setelah
ada keinginan untuk mengembangkan usahanya pastilah mempunyai sebuah visi,
misi dan tujuan secara tertulis untuk mencapai kesuksesannya. Visi, misi dan tujuan
berperan penting sebagai arah untuk melihat gambaran masa depan yang akan
56
dipilih dan diwujudkan oleh suatu usaha. Visi, misi dan tujuan suatu usaha
umumnya terkait erat dengan pandangan hidup sang wirausaha.
Sehubungan dengan itu, seorang wirausahawan harus dapat merumuskan
dan dijalankan dengan baik setiap pernyataan visi, misi, dan tujuan yang memiliki
dampak positif dalam pencapaian target. Adapun pemaparan dari visi, misi dan
tujuan UMKM CV. Enam Putri dapat dilihat sebagai berikut:
➢ Visi CV. Enam Putri adalah “menjadi perusahaan unggul dengan semangat
tradisional”.
➢ Misi CV. Enam Putri diwujudkan: 1) menciptakan inovasi berkelanjutan sesuai
dengan perkembangan zaman; 2) meningkatkan kualitas produk; dan 3)
memberikan pelayan untuk memuaskan konsumen.
➢ Tujuan CV. Enam Putri adalah mengembangkan dan melestarikan produk-
produk makanan dan minuman tradisional yang terlupakan oleh zaman.
4.1.3 Struktur Organisasi CV. Enam Putri
Menghadirkan struktur organisasi dari setiap usaha menunjukkan rantai
hubungan sumber daya manusia (SDM) yang mengindikasikan tingkatkan jabatan
dan deskripsi pekerjaan yang dipertanggung jawabkan oleh masing-masing tipe
karyawan. Untuk dapat menjalankan seluruh kegiatan operasional sampai produk
tersebut sampai ke tangan konsumen, sehingga SDM diberikan peran dan tugas.
Setiap peran mempunyai tugas berbeda-beda yang dibentuk berdasarkan struktur
organisasi. Adapun susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada
pada CV. Enam Putri dalam menjalankan kegiatan operasional sebagai berikut:
57
Gambar 8. Struktur Organisasi CV. Enam Putri Sumber: CV. Enam Putri dalam (Destama, 2020:48)
4.1.4 Sarana dan Prasarana CV. Enam Putri
Secara umum dalam melakukan aktivitas usaha mewajibkan menyediakan
seperangkat alat dan fasilitas penunjang operasional yang mencakup sarana dan
prasarana. Aspek sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab pemilik usaha
karena menyangkut eksistensi dan keberlangsungan UMKM tersebut. Penyediaan
sarana dan prasarana yang terdapat di CV. Enam Putri diuraikan sebagai berikut:
➢ Sarana atau penyediaan alat: 1) mesin pemarut digunakan menghaluskan bahan
baku jahe merah organik; dan 2) mesin pengemas (sealer) digunakan untuk
menyegel produk kemasan plastik ukuran 250gr.
➢ Prasarana kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan: luas bangunan CV. Enam
Putri adalah 250 m2 yang dijadikan beberapa fungsi ruangan, yaitu 1) ruang
display digunakan dalam penyimpanan stok berbagai produk-produk sudah
siap untuk dijual atau dipasarkan memakai tiga lemari kaca; 2) ruang tamu
difungsikan dalam menerima tamu penting atau orang yang memiliki
keterkaitan dengan UMKM CV. Enam Putri; 3) ruang labeling atau
pengemasan sebagai tempat aktivitas penempelan label kemasan; 4) dapur
Direktur
Divisi Akomodasi Divisi Produksi Divisi Packaging
58
digunakan untuk mengolah/memasak produk dan proses penyegelan 5) ruang
sortasi dan pencucian berfungsi pemilihan jahe merah yang bagus dan
pencucian jahe merah; 6) Gudang seperti namanya, difungsikan dalam
menyimpan berbagai macam bahan baku.
4.1.5 Proses Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri
Produksi jahe merah instan enam putri yang menjadi produk unggulan dari
CV. Enam Putri sangat menjaga kebersihan dan keamanan dalam menjalankan
proses produksi yang dapat dirangkum menjadi beberapa tahapan saling terintegrasi
dari awal proses sampai akhir proses. Secara garis besar tahapan-tahapan tersebut
dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 9. Tahap Produksi Jahe Merah Instan Enam Putri Sumber. CV. Enam Putri dalam (Destama, 2020:52)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat jahe merah instan enam putri
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
➢ Bahan baku atau bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk di
mana jahe merah organik sebagai bagian terbesar komposisi produk.
Bahan Baku Sortasi Pencucian Pemarutan
PemeranPengendapan PengolahanKristaslisasi
Penyaringan Pengemasalan dan Pelabelan
Produk Jadi
59
➢ Sortasi merupakan memilih rimpang jahe merah organik berdasarkan kriteria
ukuran, banyak memiliki kandungan air, tidak busuk dan tidak terlalu tua.
➢ Proses pencucian terlebih dahulu bahan baku direndam ±30 menit untuk
menghilangkan tanah atau kotoran melekat dan mencuci sambil digosok
dengan sikat, kemudian dibersihkan pakai air sebanyak 3 kali.
➢ Pemarutan berguna untuk menghaluskan bahan baku hingga merata dan
rimpang jahe merah organik dengan ukuran besar terlebih dahulu dipotong
kecil-kecil.
➢ Pemerasan dilakukan untuk mendapatkan cairan murni jahe merah organik
tanpa menambahkan air dan hasil pemerasan diendapkan selama 30 menit
untuk diambil sari murni jahe merah organik.
➢ Pengolahan dilakukan dengan cara dimasak yang mencampurkan sari jahe
merah organik dengan gula pasir perbandingan 1:1 dan tambahkan air rebusan
rempah-rempah ke dalam wajan besar yang dimasak api sedang selama waktu
satu jam.
➢ Kristalisasi dilakukan setelah adonan yang dimasak mengental, wajan
dipindahkan lalu diaduk terus menerus secara cepat hingga adonan menjadi
bubuk.
➢ Penyaringan bubuk yang sudah dihasilkan diayak menggunakan saringan
santan sekitar 80 mesh, sehingga dapat dipisahkan butiran yang halus dan yang
besar.
60
➢ Pengemasan produk jahe merah instan enam putri menggunakan beberapa
macam kemasan, seperti plastik dan botol plastik, pemberian label merek enam
putri.
4.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui keragaman, identitas
atau profil terhadap konsumen produk jahe merah instan enam putri berdasarkan
jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan dan penghasilan per bulan.
Berhubungan dengan itu, diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup jelas
mengenai kondisi dari responden dalam penelitian.
Pengambilan responden dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 100
orang yang sesuai dengan perhitungan metode sampel kepada konsumen produk
jahe merah enam putri dan konsumen diberikan ketentuan harus sudah pernah
melakukan pembelian kurang lebih dua kali transaksi. Dalam mendapatkan
gambaran umum tentang karakteristik responden, maka dilakukan analisa deskripsi
yang dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
4.2.1 Jenis Kelamin Responden
Melihat perbedaan jenis kelamin atau gender pada responden sebagai
konsumen produk jahe merah instan enam putri terkait identitas dan bentuk
fisiologis/anatomis dalam mengelompokkan laki-laki dan perempuan. Ada
perbedaan sosial antara pria dan wanita terhadap tindakan yang mereka lalukan (Ali
& Hasnu, 2013:560). Ditemukan juga bahwa wanita cenderung kuat melihat produk
dari aspek kualitas dan pria lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomis yang dirasakan
dalam pembelian produk (Okoroafo et al., 2010:4). Maka gambaran konsumen
61
produk jahe merah instan enam putri berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan
dalam Gambar 10.
Gambar 10. Diagram Persentase Karakteristik Jenis Kelamin
Gambar 10, diketahui bahwa hasil analisis deskriptif yang didapatkan
berdasarkan karakteristik responden jenis kelamin pada 100 orang konsumen,
menghasilkan mayoritas konsumen yang sering membeli produk jahe merah instan
enam putri berjenis kelamin wanita mencapai 60 persen dan responden berjenis
kelamin laki-laki mencapai 40 persen. Diperkuat temuan Santoso dan Putri
(2015:648), mengatakan bahwa konsumen perempuan lebih terlibat atau berperan
dalam perilaku pembelian produk herbal daripada konsumen laki-laki.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa
perempuan secara signifikan lebih banyak berpartisipasi dalam perilaku yang
berasas lingkungan dan mengkonsumsi produk herbal daripada laki-laki (Maineri
et al., 1997:189). Secara umum proses pengambilan keputusan konsumen
40%
60%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
1
Jenis Kelamin
Pria Wanita
62
dipengaruhi oleh aspek eksternal dan internal, tidak terkecuali pada konsumen
perempuan. Aspek eksternal meliputi: kultur, subkultur, demografis, status social,
reference group, keluarga, dan aktivitas pemasaran. Sedangkan aspek internal
meliputi: persepsi, learning, memori, motivasi, kepribadian, emosi, dan sikap.
4.2.2 Usia Responden
Proporsi identitas responden dilihat dari usia yang menggambarkan
pengalaman, pola pikir dan kedewasaan konsumen. Usia juga menjadi ukuran
dalam hal kemampuan dan kondisi fisik untuk bahan pertimbangan keputusan
pembelian suatu produk atau jasa (Firmansyah, 2018:69). Kategori sekain tinggi
angka usia menjadi salah satu faktor bataan aktivitas dalam berperilaku rutinitas.
Merujuk dari Depkes RI usia dikelompokkan berdasarkan masa balita (0-5 tahun),
masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa remaja (12-25), masa dewasa (26-45), masa
lansia (46-65), dan masa manula (65-ke atas) (Sonang et al., 2019:166).
Berdasarkan pada Gambar 11, menunjukkan bahwa responden yang berumur > 35
tahun sekitar 40 orang dengan persentase 40% yang sekaligus menjadi dominasi.
63
Gambar 11. Diagram Persentase Karakteristik Usia
Informasi mengenai usia responden sangat penting untuk diketahui, karena
perbedaan usia/umur masing-masing konsumen sangat berpengaruh terhadap sikap
dan cara pandangnya dalam menilai merek produk pada jahe merah instan enam
putri. Hasil gambar di atas menunjukkan bahwa responden yang berusia >35 tahun
sekitar 40 orang yang penelitian ini ditujukan kepada ibu-ibu tergolong memasuki
usia dewasa, maka dapat dipastikan kebutuhan pembelian produk akan lebih
banyak, mengingat mereka sudah mempunyai anak. Hubungan tersebut menjadi
peluang baik terhadap adanya peningkatan penjualan produk jahe merah instan
enam putri dan menguatkan eksistensi bisnis bagi UMKM CV. Enam Putri.
4.2.3 Status Pekerjaan Responden
Status pekerjaan merupakan suatu jenis kedudukan yang dimiliki oleh
seseorang tentu ada kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh dan sangat
mempengaruhi sikap/tindakan seseorang. Klasifikasi status pekerjaan responden
akan berintegrasi terhadap tinggi/rendah pendapatan konsumen yang diterima dan
12%
27%
21%
40%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
1
Usia
18-22 Tahun 23-27 Tahun 28-34 Tahun >35 Tahun
64
berkorelasi pada keputusan konsumen dalam membeli produk jahe merah instan
enam putri. Secara umum karakteristik konsumen dalam penelitian sebagian besar
bermata pencaharian sebagai pegawai swasta yaitu berjumlah 47 orang dengan
persentase 47% yang sekaligus menjadi dominasi dapat ditunjukkan pada Gambar
12 sebagai berikut.
Gambar 12. Diagram Persentase Karakteristik Status Pekerjaan
Gambar 12, menunjukkan bahwa dari 100 orang responden yang diteliti,
mayoritas konsumen produk jahe merah instan enam putri merupakan ibu-ibu yang
memiliki status pekerjaan pegawai swasta. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa
untuk melakukan keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri lebih
banyak dilakukan oleh responden dalam kalangan ibu-ibu yang bekerja, dimana
sudah memiliki pemasukan keuangan sendiri, sehingga merasa kelebihan untuk
membeli produk diluar kebutuhan pokok. Sehubungan dengan pernyataan tersebut
didukung kondisi individu yang memiliki status pekerjaan tinggi akan pemenuhan
segala kebutuhan yang diinginkan (Subianto, 2007:165).
11% 10%
47%
31%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
1
Status Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wiraswasta
65
4.2.4 Pendidikan Responden
Individu menempuh pendidikan untuk memiliki pengetahuan lebih, karena
semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh akan membedakan sikap, cara
pandang, tindakan ke depan yang terencana (Udin, 2010:54). Pendidikan menjamin
seseorang dalam menanamkan berperilaku baik dan mengembangkan pola pikir
(Suwardani, 2020:31). Meningkatkan kualitas kesadaran dan keputusan tentu
berhubungan dengan pola pikir khususnya, pendidikan memegang peranan penting
terhadap konsumen, dimana cenderung berbeda atau tidak sama, hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan tingkat pendidikan (Yusuf, 2018:14). Perbedaan tingkat
pendidikan dapat dilihat konsumen sudah memahami tentang produk jahe merah
instan enam putri melihat Gambar 13 sebagai berikut.
Gambar 13. Diagram Persentase Karakteristik Pendidikan
Tingkat pendidikan lebih tinggi yang dimiliki oleh konsumen cenderung
akan berpikir lebih maju dan lebih mudah menerima dibanding konsumen yang
berpendidikan lebih rendah. Pada penelitian ini, responden yang memiliki tingkat
pendidikan minimal SMA/sederajat dan paling tinggi diploma/sarjana dimana
terdapat 90 responden atau 90%. Namun lebih didominasi oleh konsumen pada
46% 44%
4% 6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
1
Pendidikan
SMA/Sederajat D3/S1 S1/S2 Lainnya
66
tingkat pendidikan SMA/sederajat mencapai 46%. Hal ini diketahui bahwa
konsumen berpendidikan tinggi dan tanggap terhadap informasi manfaat yang
diberikan produk jahe merah instan enam putri yang tertera dilabel mereknya.
Tinggi/rendah tingkat pendidikan secara tidak langsung berpengaruh pada
pengetahuan dan tingkat pengalaman tentang keamanan dan khasiat produk jahe
merah instan enam putri yang akan dikonsumsi. Kemudian konsumen akan lebih
menyadari atau selektif tentang informasi merek yang mencakup halal dan
kejelasan kandungan komposisi yang ada.
4.2.5 Penghasilan Per Bulan
Penghasilan perbulan menjadi salah satu terpenting juga bagi setiap
individu. Penerimaan seseorang dalam satu bulan didapatkan dari balas jasa bisa
berupa upah, bunga, sewa, maupun, laba tergantung pada faktor produksi yang
dilibatkan dalam proses produksi (Wahyono, 2017). Salah satu kunci penentu
pengambilan keputusan seseorang dalam melakukan suatu pembelian produk atau
jasa dipengaruhi oleh tingkat penghasilan yang didapatkan per bulan (Agustini,
2018). Selain itu, tingkat penghasilan per bulan konsumen seringkali dijadikan
acuan dalam bisa/tidaknya seseorang dalam membeli barang tersebut.
Pendapatan menjadi jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang
diperoleh baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan
lainnya selama satu bulan (Rahmawati et al., 2004). Tenaga kerja terdidik
umumnya datang dari keluarga yang lebih berada terutama untuk masyarakat
Indonesia pendidikan masih dirasakan mahal. Maka berhubungan dengan
argumentasi tersebut harus dilihat bagai mana gambaran konsumen produk jahe
67
merah instan enam putri terkait karakteristik responden dalam penghasilan per
bulan sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 14. Diagram Persentase Karakteristik Penghasilan Per Bulan
Berdasarkan Gambar 14, menunjukkan bahwa karakteristik penghasilan per
bulan dari 100 responden sebagai konsumen produk jahe merah instan enam putri
di dominasi/mayoritas mendapatkan rata-rata penghasilan perbulan antara interval
Rp 2.000.000 - 4.000.000 sebanyak 50 orang dengan persentase 50%. Dipahami
bahwa penghasilan konsumen digolongkan pada tingkat pendapatan sedang yang
memiliki kemampuan dalam membeli produk jahe merah instan enam putri.
Menurut BPS dalam Rizki (2019:79), menggolongkan atau mengategorikan
penghasilan rata-rata masyarakat indonesia menjadi empat klaster, seperti untuk
rata-rata pendapatan lebih dari Rp.3.500.000 per bulan termasuk klaster tinggi.
23%
50%
23%
4%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
1
Penghasilan/Bulan
< Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000
Rp 5.000.000 - Rp 7.000.000 Rp 8.000.000 - Rp 10.000.000
68
Sementara itu, melihat bahwa lokasi UMKM CV. Enam Putri berada di pusat ibu
kota atau sebagai kota metropolitan yang memungkinkan menjadi peluang positif
untuk melakukan strategi pemasaran lebih baik lagi dalam menyesuaikan harga jual
dengan tingkat penghasil per bulan konsumen.
69
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang kesadaran merek (brand awareness) dan
keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri. Brand awareness
digunakan sebagai ukuran kemampuan seorang pelanggan untuk mengingat suatu
merek atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata
kunci. Sementara keputusan pembelian merupakan pemikiran dimana individu
mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan pada suatu produk dari
sekian banyak pilihan. Pembahasan difokuskan pada tingkatan brand awareness
(unaware of brand; brand recognition; brand recall; dan top of mind) dan proses
keputusan pembelian memiliki beberapa tahapan (pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan setelah pembelian).
5.1 Identifikasi Keputusan Pembelian Jahe Merah Instan Enam Putri
Sesuai teori yang telah disampaikan pada bab tinjauan pustaka, bahwa
proses pengambilan keputusan konsumen memiliki beberapa tahapan. Tahapan
tersebut yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian dan perilaku pasca pembelian. Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini
akan dijelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan responden yang
membeli produk Keputusan konsumen yang dilakukan dalam bentuk tindakan
membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu proses atau tahap-tahap
tertentu. Menurut Kotler (2002:224), terdapat lima tahapan dalam proses
pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan setelah pembelian. Adanya karakteristik dan latar
70
belakang yang bermacam-macam tentu akan mempengaruhi tiap pribadi konsumen
dalam proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hasil
analisis terhadap proses pengambilan keputusan pembelian 100 orang responden
produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Keputusan Pembelian Indikator dan Item Pernyataan SS S TS STS Total
Pengenalan kebutuhan
Saya membeli produk jahe merah instan enam
putri karena sesuai dengan kebutuhan saya
49 45 5 1 100
Pencarian informasi
Saya mencari informasi tentang merek jahe
merah instan enam putri sebelum membeli
32 49 14 5 100
Evaluasi alternatif
Saya membeli produk jahe merah instan enam
putri karena harga ekonomis, kualitas produk
dan banyak khasiatnya
36 47 8 9 100
Keputusan pembelian
Saya sudah membandingkan jahe merah instan
enam putri dengan merek yang lainnya
28 42 17 12 99
Saya yakin sudah mengambil keputusan yang
tepat saat membeli produk jahe merah instan
enam putri
48 44 7 1 100
Perilaku setelah pembelian
Saya berkeinginan akan membeli kembali
produk jahe merah instan enam putri
46 43 11 0 100
Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe
merah instan enam putri kepada saudara, teman
atau kenalan saya.
55 39 5 1 100
Sumber: Data Primer (2021)
5.1.1 Pengenalan Kebutuhan
Tahapan pertama dalam proses pengambilan keputusan konsumen produk
jahe merah instan enam putri adalah tahap pengenalan kebutuhan. Kebutuhan
tersebut dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal (Kotler, 2002:224).
Sehubungan dengan itu, indikator pengenalan kebutuhan pada keputusan
pembelian produk jahe merah instan enam putri, terdiri dari 1 item pernyataan yaitu
mengenai “Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena sesuai
71
dengan kebutuhan saya”. Diperlihatkan dalam Tabel 9, konsumen jahe merah yang
menjawab sangat setuju pada pernyataan pengenalan kebutuhan sebanyak 49 orang,
setuju sebanyak 45 orang, tidak setuju sebanyak 5 orang dan sangat tidak setuju 1
orang. Dengan demikian pernyataan mengenai pengenalan kebutuhan, didominasi
oleh jawaban sangat setuju mengenai pembelian produk jahe merah instan enam
putri dikarenakan sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Selanjutnya identifikasi proses keputusan pembelian pada tahapan
pengenalan kebutuhan digunakan pendekatan rumus nilai rang untuk
mempermudah analisis deskripsi yang dibagi kedalam tiga kategori, yaitu baik,
cukup dan kurang. Ketiga kategori tersebut dapat membedakan seberapa besar
persentase respon konsumen terhadap aspek pengenalan kebutuhan yang mencakup
manfaat yang dimiliki dari produk tersebut secara langsung. Persentase hasil yang
didapat dari alasan/motivasi membeli jahe merah instan enam putri pada tahap
pengenalan kebutuhan dapat dilihat pada Gambar 15 sebagai berikut.
Gambar 15. Diagram Analisis Pengenalan Kebutuhan
49%45%
6%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Pengenalan Kebutuhan
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
72
Berdasarkan pengamatan pada Gambar 15, menunjukkan pengenalan
kebutuhan responden sebanyak 49% responden didominasi pada kategori baik dan
diikuti pada kategori cukup sebesar 45%, diartikan bahwa persentase kategori baik
responden besar dalam pengenalan kebutuhan maka produk jahe merah instan enam
putri sudah sangat diketahui dan dirasakan manfaat/khasiatnya oleh konsumen.
Begitu pula sebaliknya persentase kategori kurang lebih besar maka responden
tidak mengetahui dan memperhatikan manfaat dari produk. Sebagian besar
responden mengkonsumsi jahe merah instan enam putri tidak hanya sebagai
minuman biasa tetapi juga didorong dengan harapan berbagai manfaat/khasiat yang
ditawarkan oleh jahe merah instan enam putri.
Kebutuhan dapat menimbulkan keputusan konsumsi oleh konsumen ketika
bertemunya antara keadaan yang dirasakan dengan apa yang diharapkan (Satyajaya
et al., 2014:299). Sedangkan sebagian besar responden telah mengetahui bahwa
mengkonsumsi minuman jahe merah instan enam putri memberikan harapan dapat
menjaga kesehatan, memberikan khasiat pengobatan yang tercantum dalam lebel
(asma urat, migran, batuk kering, masuk angin, rematik, kesemutan dan asma
menahun), menyegarkan dan menghangatkan tubuh. Sejalan dengan temuan Tama
(2017:27), mengatakan bahwa tahapan pengenalan kebutuhan berisi tentang
manfaat utama yang paling diinginkan oleh konsumen setelah membeli produk.
5.1.2 Pencarian Informasi
Konsumen melakukan pencarian informasi setelah mengenal kebutuhannya
mengenai jahe merah instan yang ingin mereka beli. Proses pencarian informasi
dapat dilakukan konsumen melalui dua cara, yaitu melalui pencarian internal
73
(pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan) maupun pencarian eksternal
(memperoleh informasi dari lingkungan) (Satyajaya et al., 2014:302). Pencarian
internal biasanya dilakukan oleh konsumen yang sebelumnya pernah membeli
produk jahe merah instan enam putri, dimana mereka sangat mengandalkan
pengetahuan yang sudah ada mengenai produk. Pencarian eksternal informasi
mengenai produk didapatkan melalui iklan/promosi yang dilakukan oleh produsen.
Pada tahap ini, indikator tahapan pencarian informasi terdiri dari satu item
pernyataan yaitu mengenai “Saya mencari informasi tentang merek jahe merah
instan enam putri sebelum membeli”. Tabel 9 memperlihatkan bahwa konsumen
jahe merah yang menjawab sangat setuju sebanyak 32 orang, setuju sebanyak 49
orang, tidak setuju sebanyak 14 orang dan sangat tidak setuju 5 orang. Dengan
demikian pernyataan mengenai pencarian informasi, didominasi oleh jawaban
setuju mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh konsumen mengenai
produk jahe merah instan enam putri sebelum melakukan pembelian.
Penting dalam identifikasi pada tahapan pencarian informasi oleh
konsumen, sama dengan sebelumnya digunakan pendekatan rumus nilai rang
kedalam tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Ketiga kategori dapat
membedakan seberapa besar persentase respon konsumen terhadap antusias/minat
dalam pencarian informasi terpercaya atau kebenaran dari produk jahe merah instan
enam putri yang akan dibeli. Hasil persentase yang didapatkan terkait pernyataan
responden tahapan pencarian informasi produk jahe merah instan enam putri dapat
dilihat pada Gambar 16 sebagai berikut.
74
Gambar 16. Diagram Analisis Pencarian Informasi
Berdasarkan hasil gambar di atas, sebanyak 49% responden didominasi pada
kategori cukup dan diikuti pada kategori baik sebesar 32%, artinya persentase
katagori baik memberikan nilai yang masih sedikit dan semakin persentase kategori
kurang besar mencerminkan bahwa konsumen tidak memiliki ketertarikan atau
memberikan respon negatif terhadap produk jahe merah instan enam putri.
Sehingga ada celah yang harus menjadi perhatian untuk meningkatkan antusias dan
minat oleh konsumen dalam pencarian infromasi mengenai produk jahe merah
instan enam putri dengan tidak hanya mengandalkan sumber informasi didapat dari
faktor internal (teman dan keluarga berada di lingkungan konsumen).
Melihat bahwa informasi eksternal mengenai produk jahe merah instan enam
putri masih sedikit, terutama di internet dan media lainnya. Hal ini dapat dipahami
dengan tidak ada produk jahe merah instan enam putri yang beredar di Medsos.
Menurut Satyajaya et al. (2014:302), periode masa sekarang memberikan informasi
32%
49%
19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Pencarian Informasi
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
75
tentang produk sangat efektif dengan menggunakan media online yang sangat
mempengaruhi konsumen. Selain itu sumber informasi didapatkan dengan melihat
langsung kurang maksimal dalam memperluas pangsa pasar. Sejalan penelitian
Kusuma (2018:37), menunjukkan bahwa selain konsumen memperoleh informasi
mengenai produk melalui teman atau kerabat, posisi kedua konsumen mengetahui
informasi dari sosial media sebagai strategi awal yang dibangun dalam
memperkenalkan produk kepada konsumen yaitu melalui twitter. Di era saat ini
juga sangat didukung oleh kemajuan teknologi dan informasi sehingga pemasaran
melalui media sosial lainnya dapat dilakukan seperti akun instagram.
5.1.3 Evaluasi Alternatif
Tahapan selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan yaitu konsumen
mengambil sikap terhadap suatu merek produk setelah melalui beberapa evaluasi.
Evaluasi alternatif menetapkan kriteria-kriteria yang relevan dengan keinginan
konsumen dan situasi pembelian untuk dapat membuat suatu keputusan yang
dirasakan paling bermanfaat (Satyajaya et al., 2014:302). Indikator tahapan
evaluasi alternatif juga terdiri satu item pernyataan, yaitu “Saya membeli produk jahe
merah instan enam putri karena harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya”.
Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan
evaluasi alternatif sebanyak 36 orang, setuju sebanyak 47 orang, tidak setuju
sebanyak 8 orang dan sangat tidak setuju 9 orang. Maka respon terhadap evaluasi
alternatif, didominasi oleh jawaban setuju mengenai pencarian manfaat tertentu dari
produk jahe merah instan enam putri. Untuk identifikasi berikutnya dilakukan juga
pendekatan rumus nilai rang pada tiga kategori, yaitu baik, cukup dan kurang.
76
Persentase respon konsumen terhadap evaluasi alternatif yang mencakup
beberapa kriteria salah satunya harga, manfaat, kemasan, dan rasa. Kriteria ini
menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk apapun oleh konsumen
(Ruhamak, 2016:41). Hasil persentase tahapan evaluasi alternatif dari pernyataan
responden terhadap produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada Gambar
17 sebagai berikut.
Gambar 17. Diagram Analisis Evaluasi Alternatif
Berdasarkan Gambar 17, dapat dilihat data sebanyak 47% responden
didominasi pada kategori cukup, kategori baik sebesar 36% dan kategori kurang
sebesar 17%, hasil data ini mencerminkan bahwa sangat rentan dan ada celah besar
yang harus menjadi perhatian CV. Enam Putri terkait evaluasi alternatif mencakup
(harga, manfaat, kemasan, dan rasa) mengenai produk jahe merah instan enam putri,
karena dapat menimbulkan masalah kesusahan dalam memperluas pasar atau
mendapatkan konsumen baru dan dikhawatirkan konsumen lama dapat beralih
untuk meninggalkan produk jahe merah instan enam putri apabila kompetitor lebih
36%
47%
17%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Evaluasi Alternatif
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
77
baik dalam memberikan alternatif harga lebih ekonomis atau kualitas produk baik.
Dikemukakan juga pada penelitian Kusuma (2018:37) proses dimana suatu
alternatif pilihan dari produk yang ditawarkan dan dipilih oleh konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya mempertimbangkan harga, cita rasa didukung dengan
banyaknya pilihan menu khas dan unik yang ditawarkan.
5.1.4 Keputusan Pembelian
Tahap keputusan pembelian dapat melihat bahwa konsumen sudah
melakukan pembelian berdasarkan dari pengetahuan yang telah diperoleh mengenai
produk yang dibeli. Indikator tahapan keputusan pembelian atas merek-merek
terdiri dari dua item pernyataan yaitu mengenai “Saya sudah membandingkan jahe
merah instan enam putri dengan merek yang lainnya” dan “Saya yakin sudah
mengambil keputusan yang tepat saat membeli produk jahe merah instan enam
putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan sudah
membandingkan jahe merah instan enam putri dengan merek lainnya sebanyak 28
orang, setuju sebanyak 42 orang, tidak setuju sebanyak 17 orang dan sangat tidak
setuju 12 orang. Untuk menjawab sangat setuju pada pernyataan mengambil
keputusan yang tepat dengan membeli jahe merah enam putri sebanyak 48 orang,
setuju sebanyak 44 orang, tidak setuju sebanyak 7 orang dan sangat tidak setuju 1
orang. Dengan demikian pernyataan mengenai keputusan pembelian atas merek,
didominasi oleh jawaban setuju mengenai membandingkan jahe merah enam putri
dengan merek lainnya yang dilakukan oleh konsumen dan didominasi oleh jawaban
sangat setuju mengenai mengambil keputusan yang tepat dengan membeli jahe
merah enam putri yang dilakukan oleh konsumen.
78
Keputusan pembelian konsumen pada penelitian ini juga dilihat dari
persentase pernyataan responden dalam memutuskan membeli produk jahe merah
instan enam putri dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup, kurang), artinya
katagori baik dalam keputusan pembelian, bahwa responden sudah sering untuk
melakukan membeli terhadap produk jahe merah instan enam putri setidaknya lebih
dari dua kali melakukan pembelian. Sementara sebaliknya semakin kurang
responden dalam keputusan pembelian maka responden hanya pernah melakukan
membeli dua kali saja terhadap produk jahe merah instan enam putri. Persentase
hasil yang didapat dari produk jahe merah instan enam putri pada tahap keputusan
pembelian dapat dilihat pada Gambar 18 sebagai berikut.
Gambar 18. Diagram Analisis Keputusan Pembelian
Melihat hasil data di atas, sebanyak 44% responden didominasi pada
kategori cukup dan sebanyak 38% responden pada kategori baik, artinya ada respon
positif dan negatif dari konsumen yang berpotensi untuk melakukan sikap
38%
44%
8%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
Keputusan Pembelian
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
79
pembelian kembali atau bahkan sama sekali tidak membeli lagi. Salah satu solusi
agar produk jahe merah enam putri selalu menjadi pilihan yang tepat di mata
konsumennya dari kekurangan yang ada pada tahapan sebelumnya harus segara
menjadi perhatian perbaikan dan menjaga ketersediaan barang selalu ada. Hasil
penelitian Tama (2017:34) dan Satyajaya et al. (2014:303), menegaskan aspek
ketersediaan produk menentukan konsumen dalam menilai merek sebagai merek
utama atau membuat sikap untuk tidak beralih ke produk lain dan apabila produk
selalu tidak tersedia maka konsumen akan pindah pada merek lainnya.
5.1.5 Setelah Pembelian
Ada atau tidaknya respon setelah pembelian mengakibatkan konsumen akan
menghadapi level kepuasan atau ketidakpuasan (Kotler, 2002:225). Indikator
tahapan perilaku setelah pembelian terdiri dari dua item pernyataan, yaitu mengenai
“Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah instan enam putri”
dan “Saya akan merekomendasikan produk jahe merah instan enam putri kepada
saudara, teman atau kenalan saya”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat
setuju pada pernyataan akan membeli kembali jahe merah instan enam putri
sebanyak 46 orang, setuju sebanyak 43 orang, tidak setuju sebanyak 11 orang dan
tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Dengan demikian pernyataan
mengenai perilaku setelah pembelian, didominasi oleh jawaban sangat setuju
mengenai akan membeli kembali jahe merah enam putri.
Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan akan
merekomendasikan produk jahe merah enam putri kepada saudara, teman atau
kenalan sebanyak 55 orang, setuju sebanyak 39 orang, tidak setuju sebanyak 5
80
orang dan sangat tidak setuju 1 orang. Untuk menjawab sangat setuju pada
pernyataan akan merekomendasikan produk jahe merah enam putri kepada saudara,
teman atau kenalan sebanyak 55 orang, setuju sebanyak 39 orang, tidak setuju
sebanyak 5 orang dan sangat tidak setuju 1 orang. Dengan demikian pernyataan
mengenai perilaku setelah pembelian, didominasi oleh jawaban sangat setuju
mengenai akan membeli kembali jahe merah enam putri dan didominasi oleh
jawaban sangat setuju mengenai akan merekomendasikan produk jahe merah enam
putri kepada saudara, teman atau kenalan.
Selanjutnya analisis deskripsi terhadap 100 orang responden dalam
pembahasan tahapan setelah pembelian produk digunakan pendekatan rumus nilai
rang untuk melihat nilai persentase yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik,
cukup, kurang), artinya katagori baik, bahwa responden merasa puas terhadap
produk jahe merah instan enam putri dan kemudian terbentuk sikap tertentu yang
akan mempengaruhi niat pembelian selanjutnya di masa yang akan datang.
Sementara kategori kurang, bahwa responden merasa tidak puas terhadap produk
jahe merah instan enam putri dan tentu di masa mendatang tidak ada niat untuk
membeli lagi. Persentase hasil yang didapat dari produk jahe merah instan enam
putri pada tahap setelah pembelian dapat dilihat pada Gambar 19 sebagai berikut.
81
Gambar 19. Diagram Analisis Setelah Pembelian
Hasil data diatas menunjukkan sebanyak 50,5% responden didominasi pada
kategori baik, artinya konsumen merasakan kepuasan dalam mengkonsumsi produk
jahe merah instan enam putri maka kemungkinan pembelian kembali pada masa
mendatang akan terjadi dan melahirkan sikap loyal terhadap produk tersebut.
Namun jumlah responden pada kategori cukup atau bias saja memperoleh
persentase sebesar 41%. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi CV. Enam Putri,
karena sikap responden yang merasakan biasa saja setelah mengkonsumsi produk
jahe merah instan enam putri dapat berpindah ke produk lain ketika produk yang
lain memberikan kepuasan lebih. Penelitian Tama (2017:34) dan Penelitian
Kusuma (2018:39), menyebutkan bahwa proses keputusan pembelian tidak
berhenti pada tahap perilaku setelah pembelian, tetapi konsumen akan
mengevaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh penyedia produk setelah
50,5%
41,0%
8,5%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
Setelah Pembelian
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
82
mengonsumsinya. Hal ini menandakan bahwa produk memberikan manfaat sesuai
dengan apa yang harapkan konsumen saat membelinya.
5.2 Identifikasi Brand awareness Jahe Merah Instan Enam Putri
Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan calon pembeli
mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori
produk atau jasa tertentu yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan (Durianto,
2004:61). Brand awareness berada pada rentang antara perasaan yang tidak pasti
terhadap pengenalan suatu merek sampai dengan perasaan yakin bahwa produk
tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk utama. Bagian dari suatu
kategori produk atau jasa perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang
kuat antara kategori suatu produk atau jasa dengan merek yang dilibatkan. Dalam
analisa deskriptif kesadaran merek dapat dikelompokkan berdasarkan unaware of
brand, brand recognition, brand recall dan top of mind.
Identifikasi kesadaran merek dilakukan dengan mengamati hasil hitung dari
keempat indikator pada kesadaran merek melalui persetujuan responden yang telah
diukur melalui angket pada saat pengumpulan data penelitian. Setelah
mengidentifikasi dari aspek hasil angket kemudian dilakukan pengklasifikasian
berdasarkan tiga kategori pada setiap indikator yaitu kategori baik, cukup dan
kurang. Penjelasan mengenai identifikasi kesadaran merek pada produk jahe merah
instan enam putri akan dijelaskan sebagai berikut.
83
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Kesadaran Merek Indikator dan Item Pernyataan SS S TS STS Total
Tidak menyadari adanya suatu merek (unaware of brand)
Saya mengetahui produk jahe merah instan
merek enam putri
43 55 2 0 100
Pengenalan suatu merek (brand recognition)
Saya dapat mengenali produk jahe merah instan
enam putri dari bentuk/desainnya
42 49 7 2 100
Pengingatan kembali terhadap merek (brand recall)
Jahe merah instan enam putri adalah produk
yang mudah di ingat kembali ketika saya
berbelanja produk herbal
43 54 1 2 100
Produk herbal jahe merah yang muncul di benak
pertama kali adalah jahe merah instan enam
putri
38 52 9 1 100
Merek yang pertama kali muncul (top of mind)
Produk herbal jahe merah instan sudah identik
dengan merek enam putri
24 59 15 1 99
Saya lebih memilih membeli produk jahe merah
instan enam putri dibandingkan produk herbal
yang lain (Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan
Jahe Merah Hj Fadilah)
34 56 8 2 100
Sumber: Data Primer (2021)
5.2.1 Unaware of Brand
Unaware of brand merupakan salah satu bentuk respon dari konsumen
terhadap suatu jenis merek bahwa konsumen tidak mengenal terhadap produk atau
merek jasa tersebut. Pada tingkatan ini pengguna tidak menyadari dan tidak
mengetahui adanya suatu merek atau brand pada suatu kategori tertentu. Merek
dalam kasus ini merupakan produk jahe merah instan enam putri, dan pembeli di
sini merupakan masyarakat yang sudah pernah membeli sekurang-kurangnya 2 kali.
Berdasarkan penelitian ini sebanyak 100 responden yang dilibatkan dalam
pengisian kuesioner dengan menyatakan kesediaannya untuk mengisi.
Indikator pertama dari kesadaran merek yaitu tidak menyadari atau
mengenal adanya suatu merek (unaware of brand). Tidak mengenal adanya suatu
merek terdiri dari 1 item pernyataan yaitu mengenai “Saya tidak mengetahui produk
84
jahe merah instan merek enam putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat
setuju pada pernyataan tidak mengetahui merek jahe merah instan enam putri tidak
ada, setuju sebanyak 2 orang, tidak setuju sebanyak 55 orang dan sangat tidak setuju
sebanyak 43 orang. Dengan demikian pernyataan mengenai tidak mengenal merek
enam putri, didominasi oleh jawaban sangat tidak setuju.
Pengklasifikasian indikator setelah pembelian dapat dilihat pada Gambar 20
sebagai berikut.
Gambar 20. Diagram Analisis Unaware of brand
Gambar 20, merupakan pengklasifikasian indikator tidak menyadari atau
mengenal adanya suatu merek (unaware of brand) yang dikategorikan ke dalam
tiga kelas (baik, cukup, kurang). Berdasarkan kategori baik sebesar 43%, kategori
cukup 55%, dan kategori kurang sebesar 2%. Dengan demikian pernyataan
responden terkait indikator tidak menyadari suatu merek termasuk didominasi
kedalam kategori cukup sebesar 55% dan konsumen jahe merah instan merek enam
putri sangat mengenal produknya. Tingkat unaware of brand menjadi tingkatan
43%
55%
2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Unaware of mind
Baik(3,2-4,2)
Cukup(2,1-3,1)
Kurang(1-2)
85
yang dijauhi bahkan tidak diharapkan oleh aktivitas bisnis manapun. Tingkatan ini
menggambarkan tinggi/rendahnya pengetahuan konsumen terhadap suatu produk
tersebut, dimana konsumen tidak mengetahui sama sekali tentang produk tersebut.
Namun menunjukkan mayoritas responden telah sadar akan adanya produk jahe
merah instan sebagian produk herbal. Sejalan dengan penelitian Permadi (2016:9),
bahwa pada tingkatan unaware of brand hampir tidak terbentuk oleh respon
konsumen yang tidak mengenal jenis merek produk, karena keseluruhan konsumen
sudah tahu akan keberadaan merek produk.
5.2.2 Brand Recognition
Brand recognition merupakan kondisi responden dimana tingkatan brand
awareness diukur dengan memberikan bantuan atau tingkat pengenalan minimal
dari kesadaran merek yang mencangkup kemampuan konsumen atau pembeli untuk
mengenali suatu merek dengan alat bantu. Dalam hal ini merek yang dimaksudkan
adalah produk jahe merah instan enam putri. Tahap brand recognition menjadi
begitu krusial karena menentukan hasil dari tingkatan-tingkatan kesadaran
selanjutnya, apakah responden mampu atau tidak mengenali mencerminkan merek
tersebut berada pada sebuah posisi penting di benak khalayak dan jika belum
mengenali mereka akan sulit untuk mengingat sebuah merek.
Indikator kedua dari kesadaran merek yaitu pengenalan suatu merek (brand
recognition). Pengenalan suatu merek terdiri dari satu item pernyataan, yaitu
mengenai “Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri dari
bentuk/desainnya”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada
pernyataan mengenali produk merek jahe merah instan enam putri dari
86
bentuk/desainnya sebanyak 42 orang, setuju sebanyak 49 orang, tidak setuju
sebanyak 7 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang. Dengan demikian
pernyataan mengenai pengenalan suatu merek, didominasi oleh jawaban setuju
mengenai mengenali produk merek jahe merah instan enam putri dari
bentuk/desainnya. Pengklasifikasian indikator yang menunjukkan tingkatan brand
recognition terhadap merek produk jahe merah instan enam putri dilihat pada
Gambar 21 sebagai berikut.
Gambar 21. Diagram Analisis Brand Recognition
Gambar 21, merupakan pengklasifikasian indikator pengenalan suatu merek
(brand recognition) yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup, kurang).
Berdasarkan gambar 21, kategori baik sebesar 42%, kategori cukup 49%, dan
kategori kurang sebesar 9%. Dengan demikian indikator pengenalan suatu merek
termasuk kedalam kategori cukup sebesar 49%. Artinya konsumen jahe merah
42%
49%
9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Brand Recognition
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
87
instan merek enam putri cukup dapat mengenali produk jahe merah instan enam
putri dari bentuk/desainnya sebesar 49%. Brand recognition terfokus pada sebuah
merek yang mana merek lebih dari sebuah produk seperti yang dikemukakan oleh
Kotler and Keller (2016), sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk,
karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain.
5.2.3 Brand Recall
Tingkat selanjutnya yang peneliti analisis berdasarkan piramida kesadaran
merek atau brand awareness merupakan brand recall atau pengingat kembali suatu
merek. Brand recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek
apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut
(Pramitadewi, 2009:44). Pada tingkat ini kesadaran merek langsung muncul di
benak konsumen setelah merek tertentu disebutkan.
Indikator ketiga dari kesadaran merek yaitu pengingatan kembali terhadap
suatu merek (brand recall). Pengingatan kembali suatu merek terdiri dari dua item
pernyataan yaitu mengenai “Jahe merah instan enam putri adalah produk yang
mudah di ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal” dan “Produk herbal
jahe merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam
putri”. Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan jahe
merah instan enam putri adalah produk yang mudah diingat kembali ketika
berbelanja produk herbal sebanyak 43 orang, setuju sebanyak 54 orang, tidak setuju
sebanyak 1 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang.
Pernyataan mengenai pengingatan kembali terhadap merek, didominasi
oleh jawaban setuju mengenai jahe merah instan enam putri adalah produk yang
88
mudah diingat kembali ketika berbelanja produk herbal. Konsumen jahe merah
yang menjawab sangat setuju pada pernyataan produk herbal jahe merah yang
muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam putri sebanyak 38
orang, setuju sebanyak 52 orang, tidak setuju sebanyak 9 orang dan sangat tidak
setuju 1 orang. Dengan demikian pernyataan mengenai pengingatan kembali
terhadap merek, didominasi oleh jawaban setuju mengenai produk herbal jahe
merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan enam putri.
Pengklasifikasian indikator pengingatan kembali terhadap merek produk
jahe merah instan enam putri dapat dilihat pada Gambar 22 sebagai berikut.
Gambar 22. Diagram Analisis Brand Recall
Gambar 22, merupakan pengklasifikasian indikator pengingatan kembali
terhadap merek (brand recall) yang dikategorikan ke dalam tiga kelas (baik, cukup,
kurang). Berdasarkan gambar 22, kategori baik sebesar 40,5%, kategori cukup 53%,
dan kategori kurang sebesar 6,5%. Dengan demikian indikator pengingatan
40,5%
53%
6,5%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
Brand Recall
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
89
kembali terhadap merek termasuk kedalam kategori cukup sebesar 53%. Produk
herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali adalah jahe merah instan
enam putri serta jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah diingat
kembali ketika berbelanja produk herbal. Brand recognition terfokus pada sebuah
merek yang mana merek lebih dari sebuah produk seperti yang dikemukakan oleh
Kotler and Keller (2016), sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk,
karena mempunyai sebuah dimensi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain.
Hal ini menunjukkan mayoritas dari responden telah sadar akan adanya
produk jahe merah instan enam putri. Sejalan dengan hasil penelitian Pramitadewi
(2009:77), menyatakan bahwa konsumen sebagian besar sudah pada brand recall
merupakan tingkat standar dan sudah bisa dibilang baik atau bagus dalam tingkatan
brand awareness. Maka hal ini dapat dijadikan peluang bagi CV. Enam Putri untuk
terus meningkatkan produk dan pelayanannya. Pada poin selanjutnya juga diketahui
bahwa terdapat cukup banyak responden yang sudah tahu beberapa pokok
manfaat/khasiat yang ditawarkan produk jahe merah instan enam putri.
5.2.4 Top of Mind
Top of mind menggambarkan suatu merek yang pertama kali diingat oleh
responden atau merek yang pertama kali disebut oleh responden ketika ditanya
tentang suatu kategori merek produk atau merek jasa. Top of mind sebagai indikator
tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi benak para konsumen, sehingga
dalam level ini mereka tidak membutuhkan pengingat apapun untuk bisa mengenali
merek produk tertentu (Putri & Drniza, 2018:71).
90
Indikator keempat dari kesadaran merek yaitu merek yang pertama kali
muncul atau diingat (top of mind). Merek yang pertama kali diingat dua item
pernyataan yaitu mengenai “Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan
merek enam putri” dan “Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan
enam putri dibandingkan produk herbal yang lain”. Konsumen jahe merah yang
menjawab sangat setuju pada pernyataan produk herbal jahe merah instan sudah
identik dengan merek enam putri sebanyak 24 orang, setuju sebanyak 59 orang,
tidak setuju sebanyak 15 orang dan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang. Dengan
demikian pernyataan mengenai merek yang pertama kali diingat, didominasi oleh
jawaban setuju mengenai produk herbal sudah identik dengan merek enam putri.
Konsumen jahe merah yang menjawab sangat setuju pada pernyataan
konsumen yang lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam putri
dibandingkan produk herbal yang lain sebanyak 34 orang, setuju sebanyak 56
orang, tidak setuju sebanyak 8 orang dan sangat tidak setuju 2 orang. Dengan
demikian pernyataan mengenai merek yang pertama kali diingat, didominasi oleh
jawaban setuju konsumen yang lebih memilih membeli produk jahe merah instan
enam putri dibandingkan produk herbal yang lain. Pengklasifikasian indikator
merek yang pertama kali muncul atau diingat konsumen dapat dilihat pada Gambar
23 sebagai berikut.
91
Gambar 23. Diagram Analisis Top of Mind
Gambar 23, menunjukkan hasil tanggapan responden terhadap top of mind
yang merupakan tingkatan keempat atau paling puncak dari piramida brand
awareness. Berdasarkan 100 responden yang diteliti ke dalam tiga kategori kelas
(baik, cukup, dan kurang) 57.5% responden didominasi pada kategori cukup dan
diikuti pada kategori baik sebesar 29% dari responden yang menyebutkan jahe
merah instan dengan merek enam putri pada saat pertama kali ditanya tentang suatu
merek jahe merah instan, sehingga tingkat kesadaran atau tingkat pengetahuan dari
pengguna produk jahe merah instan enam putri belum sampai pada tingkatan ini.
Lebih lanjut Durianto (2001) menjabarkan cara-cara yang dapat dibangun
dan diperbaiki untuk mencapai tingkatan top of mind sebagai berikut: 1)
penyampaian pesan suatu brand harus mudah diingat oleh konsumen; 2) pesan
harus berbeda dengan produk lainnya dan ada hubungan antara brand dengan
kategori produknya; 3) memakai slogan maupun jingle lagu yang menarik sehingga
membantu konsumen mengingat brand; 4) memiliki simbol yang dihubungkan
29%
57,5%
13%
0%
20%
40%
60%
80%
Top of Mine
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
92
dengan brand-nya; 5) perluasan nama brand dapat dipakai agar brand semakin
diingat konsumen; 6) brand awareness diperkuat memakai isyarat yang sesuai
dengan kategori produk, brand, maupun keduanya. 7) meningkatkan pengingatan,
karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan.
5.3 Hubungan Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian Jahe
Merah Instan Enam Putri
Hubungan brand awareness dengan keputusan pembelian produk jahe
merah instan enam putri dapat bermanfaat bagi pelanggan maupun publik, dan
khususnya bagi CV. Enam Putri, karena merek merupakan identitas produk yang
penting bagi konsumen. Proses konsumen bisa menilai berdasarkan merek (merek
memberikan pilihan, merek memudahkan keputusan, merek memberi jaminan
kualitas, merek memberikan pencegahan resiko, merek memberikan alat untuk
mengekspresikan diri). Sementara sebagian besar pelaku UMKM masih belum
memahami bahwa merek sebagai aset yang paling berharga.
Secara luas merek sebagai alasan penting untuk pilihan konsumen yang
berfungsi untuk mendiferensiasikan produk dan keunikan mereka dimana dapat
meningkatkan kepercayaan/keyakinan konsumen yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan pembelian. Hasil analisis chi-square ini dapat merumukan
hipotesis untuk menjawab permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini yaitu:
➢ H0 = Brand awareness tidak berhubungan signifikan terhadap keputusan
pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig > 0,05 dan
H0 diterima/H1 ditolak).
93
➢ H1 = Brand awareness berhubungan signifikan terhadap keputusan
pembelian produk jahe merah instan enam putri (jika nilai Asymp. Sig < 0,05
dan H1 diterima/ H0 ditolak).
Adapun hasil analisis hubungan brand awareness dengan keputusan
pembelian produk jahe merah instan enam putri dapat dilihat tabel sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Analisis Chi-Square
Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 209.118a 143 0.000
Likelihood Ratio 130.985 143 0.755
Linear-by-Linear
Association
27.605 1 0.000
N of Valid Cases 100
a. 167 cells (99.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .02.
catatan: Nilai Asymp. Sig (2-sided) < 0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak.
Hasil uji statistik pada tabel di atas diperolah nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided)
sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05, artinya hipotesis H1 diterima dan H0 ditolah
atau adanya hubungan brand awareness secara positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri. Temuan ini diperkuat
oleh hasil penelitian Febrian (2018:68), terdapat pengaruh brand awareness
terhadap keputusan pembelian Produk Zara Sun Plaza Medan. Menutut Akkucuk
& Esmaeili (2016:3), yang berjudul The Impact of Brands on Consumer Buying
Behavior: An Empirical Study on Smartphone Buyers ditemukan bahwa brand
awareness mempunyai dua fungsi. Pertama, bahwa brand awareness adalah cara
atau taktik untuk konsumen dalam menghadapi keputusan pembelian. kedua, bahwa
94
konsumen yang memiliki kesadaran tinggi akan suatu merek mempunyai
kecenderungan untuk tidak mencoba merek lain.
Konsumen akan cenderung membeli produk dengan merek yang sudah
terkenal dibandingkan dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga
mereka. Keputusan pembelian juga didasarkan pada pengetahuan konsumen yang
mereka peroleh dari media informasi mengenai merek produk tersebut. Hasil
penelitian Setyawan (dalam Kumalasari, 2013:85), juga menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat kesadaran merek seseorang, maka keputusan pembelian
konsumen terhadap produk dengan merek tersebut meningkat karena merek itulah
yang pertama diingatnya.
Kemudian Putri & Deniza (2018:70) melakukan penelitian tentang
pengaruh brand awareness terhadap keputusan pembelian yang menunjukkan
bahwa brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan, hal
ini dikarenakan nilai T statistic (2.045) > nilai t-statistik (1.96). Sejalan juga
dengan hasil penelitian Febrian (2018:93), membuktikan dengan nilai koefisien
regresi memiliki nilai sebesar 0,569 , dari hasil pengujian hipotesis menunjukkan
nilai t hitung sebesar 6,287 dengan taraf signifikansi hasil sebesar 0dan Sig < 5 %
(0,000 < 0,05 ). yang berarti dapat disimpulkan brand awareness berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
95
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap produk jahe merah instan merek enam
putri pada UMKM CV. Enam Putri dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil identifikasi keputusan pembelian dapat disimpulkan sebagai
berikut: Tahap pengenalan kebutuhan (indikator pertama) berada pada kategori
“baik” sebesar 49%. Tahap pencarian informasi (indikator kedua) berada pada
kategori “cukup” sebesar 49%. Tahap evaluasi alternatif (indikator ketiga)
berada pada kategori “cukup” sebesar 47%. Tahap keputusan pembelian atas
merek-merek (indikator keempat) berada pada kategori “cukup” sebesar 44%.
Tahap setelah pembelian (indikator kelima) berada pada kategori “baik” sebesar
50,5%.
2. Berdasarkan hasil identifikasi kesadaran merek (brand awareness) dapat
disimpulkan sebagai berikut: Indikator pertama yaitu tidak menyadari atau
mengenal adanya suatu merek (unaware of brand) berada pada kategori ”cukup”
sebesar 55%. Indikator kedua yaitu pengenalan suatu merek (brand recognition)
berada pada kategori “cukup” sebesar 49%. Indikator ketiga yaitu pengingatan
kembali terhadap suatu merek (brand recall) berada pada kategori “cukup”
sebesar 53%. Indikator keempat yaitu merek yang pertama kali muncul atau
diingat (top of mind) berada pada kategori “cukup” sebesar 57,5%. Keseluruhan
tingkatan kesadaran merek (brand awareness) berada pada tingkatan kategori
cukup yang mencerminkan merek jahe merah enam putri sudah disadari oleh
setiap konsumennya.
96
3. Adanya hubungan brand awareness secara positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian produk jahe merah instan enam putri yang diperolah nilai
Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.000<0,05, artinya hipotesis H1 diterima dan H0
ditolah dan meningkatkan kesadaran merek memberikan dampak posistif
terhadap peningkatan keputusan pembelian oleh konsumen terhadap produk
jahe merah instan enam putri.
6.2. Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil penelitian
dan kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara brand awareness
dengan keputusan pembelian. Dengan mengidentifikasi indikator yang ada pada
brand awareness maka konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli
produk dengan efisien, tepat dan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu
konsumen akan cenderung membeli produk dengan merek yang sudah terkenal
dibandingkan dengan produk yang mereknya masih asing ditelinga mereka.
Maka itu, jika CV. Enam putri ingin penjualannya meningkat dan konsumennya
menjadi loyal, maka harus memperhatikan tahapan pada keputusan pembelian
dan juga indikator brand awareness. Karena semakin tinggi tingkat kesadaran
merek seseorang, maka keputusan pembelian konsumen terhadap produk dengan
merek tersebut meningkat karena merek itulah yang pertama diingatnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor-faktor yang belum
diteliti dalam tulisan ini dalam melihat hubungan atau pengaruh brand
awareness dengan keputusan pembelian terhadap produk lainnya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. (2011). Dasar-Dasar metode Statistika untuk Penelitian.
Bandung : CV Pustaka Setia.
Akkucuk, U & J, Esmaeili. N. (2016). The Impact of Brands on Consumer Buying
Behavior: An Empirical Study on Smartphone Buyers. Journal of Research
in Business & Social Science 5 (4), 1-16
Ali, A., & Hasnu, SAF. (2013). An Analysis Of Consumers’ Characteristics On
Impulse Buying: Evidence From Pakistan. Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in Business, 15(2), pp: 560-570.
Amalia, I., & Putri, Y.R. (2020). Pengaruh Media Sosial Instagram @Maybelline
Terhadap Brand awareness Produk Kosmetik Maybelline (Studi Kuantitatif
Pada Followers Indonesia Akun Instagram @Maybelline). eProceedings of
Management, 7(2), pp. 4705-4715.
Amri, A. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap UMKM di Indonesia. JURNAL
BRAND, 2(1), 123-130. https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand
Amzy, N., Purnengsih, I., Pratama, D., & Pramudita, P. (2020). Membangun
Kesadaran Merek Pada Umkm Sebagai Upaya Menjaga Eksistensi Produk
Dalam Masa Pandemi Studi Kasus Kerupuk Mie “Kembang Matahari. Abdi
Seni: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 11(2), 93-101.
Arif, N. (2020). Strategi UMKM Dalam Menghadapi New Normal . Dipetik 2020,
dari Suara.com: https://www.suara.com/yoursay/strategi-umkm-dalam-
menghadapi-newnormal
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Assauri, S.MBA. (2018). Manajemen Bisnis Pemasaran. Depok: Rajawali Pers.
Aziz, H.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Azizah, F.N., Ilham, I.F., Aqidah, L.P., Firdaus, S.A., Astuti, S.A.D., & Buchori, I.
(2020). Strategi UMKM untuk Meningkatkan Perekonomian selama Pandemi
Covid-19 pada saat New Normal. OECONOMICUS Journal of Economics,
Vol. 5(1), 46-62.
Dawes, C. (2008). Salivary Flow Patternsand the Health of Hard and Soft Oral
Tissues. The Journal of the American Dental Association. 139 : 185-245.
Durianto,D.S, Budiman,L.J. (2004). Brand Equity Tin. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Erlina. (2011). Metode Penelitian : Untuk Akutansi. Medan: USU PRESS.
98
Faizza, Emil. (2017). Brand Strategy Jawa Timur di Mata Internal Stakeholder
Dalam Upaya Membangun Province Branding Jawa Timur. [Tesis]. Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga. Diakses dari:
http://repository.unair.ac.id/67770/3/TESIS%20EMIL%20FAIZZA.pdf (09
April 2021).
Febrian, S.M. (2018). Pengaruh Brand awareness Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Zara (Studi Pada Konsumen Zara Sun Plaza Medan). [skripsi].
Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Hal. 1-94. Diakses dari:
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3539/140907126.pdf
?sequence=1&isAllowed=y (12 April 2021).
Febriani, Tika. (2020). Strategi Pengembangan UMKM di Tengah Pandemi Covid-
19. [Makalah]. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses
dari: https://www.researchgate.net/publication/346968128 Makalah Strategi
Pengembangan_UMKM_di_Tengah_Pandemi_Covid-19 (9 April 2021).
Firmansyah, A.I. (2018). Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tulungagung. [skripsi]. Fakultas
Ekonomi Bisnis Islam IAIN Tulungagung. Diakses dari: http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/8370/ (13 April 2021).
Firmansyah, M.A. (2018). Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Surabaya:
Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA.
Ghealita, V., & Setyorini, R. (2015). Pengaruh Brand awareness Terhadap
Keputusan Pembelian AMDK Merek AQUA (Studi Pada Masyarakat di Kota
Bandung), (Online), Vol. 4, No. 1,
(https://ejournal.upi.edu/index.php/image/article/view/2331, diakses pada 26
April 2021).
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Edisi 8. Cetakan Kedelapan. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Gunawan, F. A. (2014). Analisi Pengaruh Iklan Televisi dan Endorser Terhadap
Purchase Intention Dengan Brand awareness Sebagai Variabel Intervening.
Jurnal Strategi Pemasaran. 2(1), 1-14
Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19.
Jurnal of Business and Enterpreneurship, Vol. 2(2), 83-92.
Hasbun dan Ruswanty. (2016). Komperansi Antara Kelompok yang Melihat Iklan
dan Tidak Melihat Iklan dengan Moderasi Brand awareness Terhadap Niat
Beli (Studi Pada Commuter Line). Journal of Business Studies. Volume 2.
hal:2-4.
Hertanto, E. (2017). Perbedaan Skala Likert Lima Skala dengan Modifikasi Skala
Likert Empat Skala. Jurnal Metodelogi Penelitian.
99
https://pdfcoffee.com/perbedaan-skala-likert-lima-skala-dengan-pdf-
free.html
Husein, Umar. (2014). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.
Islam, A., Jerin, I., Hafiz, N., Nimfa, D.T., & Wahab, S.A. (2021). Configuring a
Quadruple Helix Innovation Model (QHIM) based blueprint for Malaysian
SMEs to survive the crises happening by Covid-19. Emerald Open Res,
Journal of Entrepreneurship, Business and Economics, 9(1), 32-81.
Kotler and Keller (2009). Manajmen Pemasaran, Jilid 1, Edition 13. Jakarta:
Erlangga.
Kotler, P. (2002). Prinsip – Prinsip Pemasaran Manajemen, Jakarta : Prenhalindo.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2016). Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi 13, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Kumalasari, P. (2013). Analisis Pengaruh Brand awareness dan Brand Image
Terhadap Brand Equitydan Dampaknya Pada Minat Beli Konsumen (Studi
Kasus Product Placement Mie Instan Indomie Di Dalam Film 5 Cm).
[skripsi]. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/13653443.pdf
(12 April 2021).
Kurniawan, Albert. (2011). SPSS Serba-Serbi Analisis Statistika dengan Cepat dan
Mudah. Jasakom.
Kusuma, N.V.C. (2018). Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen
Terhadap Warunk Upnormal Kota Bogor.[skripsi]. Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi Dan Manajemeninstitut Pertanian Bogor
Larasati, Bio F. (2011). Analisis Hubungan Komunikasi Pemasaran dengan
Kualitas Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Studi
Kasus UMKM Binaan IPB. [skripsi]. Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor. Diakses: https://repository.ipb.ac.id/jspui/handle/12345
6789/93/browse?type=title&sort_by=1&order=ASC&rpp=30&etal=5&null
=&offset=60 (13 April 2021).
Lemeshow, Stanley, Hosmer, David W, Klar, Janelle, Lwanga, Stephen Kaggwa &
World Health Organization. (1990). Adequacy of sample size in health
studies / Stanley Lemeshow Chichester : Wiley.
Maineri, T., Barnett, E., Valdero, T., Unipan, J. & Oskamp, S. (1997). Green
buying: the influence of environmental concern on consumer buying. Journal
of Social Psychology, Vol. 137(2), pp. 189-204.
Narto & Basuki, G.HM. (2020). Penguatan Strategi Pemasaran Pudak Di Tengah
Pandemi Covid-19 Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing Usaha Mikro
100
Kecil Menengah Kota Gresik. Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas
Serang Raya, (6)1, 48-54.
Nasution, H.F. (2016). Instrumen Penelitian dan Urgensinya Dalam Penelitian
Kuantitatif. Al-Masharif: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Keislaman, Vol. 4(1), 59-
75. https://doi.org/10.24952/masharif.v4i1.721
Nuranindya, D. (2012). Proses Pembuatan Brand awareness dan Brand Image
Melalui Penerapan Integrated Marketing Communication (IMC) pada Produk
Jasa Baru, Studi Kasus Solusi Rumah Holcim. [Tesis]. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Jakarta. Diakses dari:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20306215-T30978%20-%20Proses%
20pembentukan.pdf (13 April 2021).
Nurmadina. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian Secara Online (Studi Kasus pada KonsumenFashion Online di
Kota Makassar).[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin
Makassar.
OECD. (2020). SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19)
Contributing to A Global Effort. Retrieved from:
https://www.researchgate.net/deref/https%3A%2F%2Foecd.dam-
broadcast.com%2Fpm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf
Okoroafo, Sam C. & Anthony C. Koh. (2010). Gender Differences in Perceptions
of the Marketing Stimuli of Family Owned Businesses (FOBs). International
Journal of Marketing Studies, 2(1), pp: 3-12.
Permadi, G. (2016). Pengukuran Tingkat Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Pada Motor Honda (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosia Dan
Ilmu Politik Universitas Riau). Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 3(2), 1-12.
Pondia, S. (2018). Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
(Studi pada Usaha Kecil Grubi Langgeng Sari Desa Kediri Kec. Karanglewas,
Kab. Banyumas). [skripsi]. Program Studi Ekonomi Syari’ah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Hal. 1-
114. Diakses dari:
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/4150/2/SITI%20PONDIA_STRATE
GI%20BISNIS%20USAHA%20MIKRO%20KECIL%20DAN%20MENEN
GAH%20%28UMKM%29%20%28Studi%20pada%20Usaha%20Kecil%20
Grubi%20L.pdf (12 April 2021).
Prasmawati, E. (2010). Studi Tentang Nilai Pelanggan Dengan Positive Words Of
Mouth Pada Pengguna Motor Yamaha Di Semarang. [tesis]. Program Studi
Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang. Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/11722998.pdf (12 April
2021).
101
Priyambodo, Galih. (2019). Pengaruh Marketing Public Relations Tools DBL
Academy terhadap Brand awareness pada Orang Tua yang Memiliki Anak
Usia 5-15 Tahun di Surabaya, eprint/87137, hal. 10-11.
Rahardjo, M. (2011). Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. GEMA:
Media Infromasi dan Kebijakan Kampus UIN Maliki Malang. Diakses dari:
https://www.uin-malang.ac.id/r/110601/metode-pengumpulan-data-
penelitian-kualitatif.html
Ramadayanti, Firda. 2019. Peran Brand Awereness terhadap Keputusan Pembelian
Produk. Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis, Vol. 6, (2), pp. 78-83.
https://journal.trunojoyo.ac.id/jsmb/article/view/6690, diakses (26 April
2021)
Rizki, M. (2019). Pengaruh Jam Kerja, Bonus Insentif, Dan Area Hotspots
Terhadap Pendapatan Mitra Pengemudi Grabbike Di Kota Jakarta.[skripsi].
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Rosita, R. (2020). Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM Di Indonesia.
Jurnal Lentera Bisnis, 9(2), 109-120.
Rossiter, J.R. (2014). Branding Explained: Defining and Measuring Brand
awareness and Brand Attitude. Journal of Brand Management. 21(7-8), 533-
540.
Ruhamak, M.D. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsume Dalam
Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Air Minum Merek Aqua (Studi
kasus di UD Budi Jaya Kediri). EkoNiKa, 1(1), 38 – 49.
Santoso, A. & Istizar, M. (2020). Penguatan Pemahaman Strategi Branding melalui
Pendampingan Daring bagi Anggota Asosisasi Pusat Pengembangan
Sumberdaya Wanita. Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat 2020
Universitas Muhammadiyah Jakarta, pp.1-10.
Santoso, H. & Putri, A. E. (2015). Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap
Perilaku Pembelian Produk Hijau Di Semarang. Seminar Nasional IENACO,
pp. 648-655.
Satyajaya, W., Rangga, A., Nurainy, F., & Al Rasyid, H. (2014). Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen dan Atribut Produk Kopi Instan Dalam
Sachet. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, 19(3), 297-306.
Sofyan, et al. (2015). “The Influence of Human Resource Management Strategy
and Competence on Employee Performance with the Mediation of Work
Motivation, Organizational Commitment and Work Culture (Study at the
Official of Management of Communication and Information Technology of
Papua Province)”. International Journal of Business and Management
Invention ISSN): 2319– 8028, ISSN (Print): 2319 – 801X www.ijbmi.org
Volume 4 Issue 8 Agustus 2015 PP-15-27
102
Sonang, S., Purba, A.T., & Pardede, F.O.I. (2019). Pengelompokan Jumlah
Penduduk Berdasarkan Kategori Usia dengan Metode K-Means. Jurnal
TEKINKOM, Vol. 2(2), pp. 166-172.
Subianto, T. (2007). Studi Tentang Perilaku Konsumen Beserta Implikasinya
Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ekonomi MODERNISASI, Vol.3(3),
pp. 165-182.
Suci, Y.R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6(1), pp. 51–55.
Sudarno. (2011). Kontribusi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) Dalam
Penyerapan Tenaga Kerja Di Depok. JURNAL EKONOMI DAN BISNIS,
10(2), 139-146.
Sudarso, A. & Erlic, M. (2018). Pengaruh Kesadaran Merek dan Promosi Terhadap
Keputusan Konsumen Untuk Membeli Di Cv.Panda Bakery. OSFPreprint,
pp. 1-11. https://doi.org/10.31219/osf.io/vkjs4
Sugiri, D. (2020). Menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dari Dampak
Pandemi Covid-19. Fokus Bisnis: Media Pengkajian Manajemen dan
Akuntansi, Vol. 19(1), 76-86.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika
Aditama.
Suryani & Hendriyadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasipada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam, Jakarta: Prenadamedia
Group.
Suwardani, N.P. (2020). QUO VADIS PENDIDIKAN KARAKTER: dalam Merajut
Harapan Bangsa yang Bermartabat. Bali: UNHI Press.
Syofian, S., Setiyaningsih, T., & Syamsiah, N. (2015). Otomatisasi Metode
Penelitian Skala Likert Berbasis Web. Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
https://media.neliti.com/media/publications/174892-ID-otomatisasi-metode-
penelitian-skala-like.pdf
Tama, A.N. (2017). Proses Keputusan Pembelian Dan Faktor Dimensi Kualitas
Produk Lapis Talas Saripakuan.[skripsi]. Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi Dan Manajemeninstitut Pertanian Bogor.
Udin, K.A. (2010). Hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dengan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Desa Jetis Kecamatan Jaten
103
Kabupaten Karanganyar tahun 2009/2010.[skripsi].Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus
IAIN Palopo.
104
LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Coba Instrumen dalam Kuesioner Penelitian
Responden:
KUESIONER PENELITIAN
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Perkenalkan, nama saya Reby Yoga Afrian, mahasiswa Program Studi Agribisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang
“Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap Keputusan Pembelian
(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”. Saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Saya
ucapkan terima kasih atas bantuannya, semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapatkan
pahala dari Allah SWT.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
I. Identitas responden
1. Jenis Kelamin : Pria Wanita
2. Status Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa PNS
Pegawai Swasta Wiraswasta
3. Usia : 18 - 22 Tahun 23 – 27 Tahun
28 - 34 Tahun > 35 Tahun
4. Pendidikan : SMA/Sederajat D3/S1
S2/S3 Lainnya
5. Penghasilan/bulan : < Rp 2. 000.000
105
Rp 2. 000.000 - Rp 4. 000.000
Rp 5. 000.000 - Rp 7. 000.000
Rp 8. 000.000 - Rp 10. 000.000
II. Petunjuk Pengisian Kuesioner/Angket
Isilah kuesioner ini sejujurnya sesuai dengan kenyataan atau realitas yang
dialami/ dirasakan dan berikanlah tanda [√] pada satu jawaban yang sesuai.
SS = Sangat Setuju (4) S = Setuju (3)
KS = Kurang Setuju (2) STS = Sangat Tidak Setuju (1)
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No. Pernyataan SS S KS STS
4 3 2 1
1. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena
sesuai dengan kebutuhan saya
2. Saya tidak membutuhkan tempat minum jahe instan yang
memiliki tempat strategis dan higienis
3. Saya mencari informasi tentang merek jahe merah instan enam
putri sebelum membeli
4. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri
dari teman, keluarga dan sosial media.
5. Saya merasa pelayanan enam putri kurang cepat dan ramah
6. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena
harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya
7. Saya merasa harga jahe merah instan pada enam putri tidak
sesuai dengan kualitasnya
8. Saya merasa ragu dengan pengemasan pada merek enak putri
dibandingkan dengan merek lain
106
9. Saya sudah membandingkan jahe merah instan enam putri
dengan merek yang lainnya
10. Saya yakin sudah mengambil keputusan yang tepat saat
membeli produk jahe merah instan enam putri
11. Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah
instan enam putri
12. Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe merah instan
enam putri kepada saudara, teman atau kenalan saya.
Variabel Brand awareness (X)
No. Pernyataan SS S KS STS
4 3 2 1
1. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri
2. Saya tidak berminat dengan slogan jahe merah instan merek
enam putri
3. Logo dari enam putri tidak mudah dikenali ataupun diingat.
4. Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri
dari bentuk/desainnya
5. saya akan mengingat merek enam putri dengan menggunakan
bantuan seperti promosi atau iklan.
6. Jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah di
ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal
7. Tidak hanya produk enam putri saya konsumsi saat ingin
meminum jahe merah instan.
8. Produk herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali
adalah jahe merah instan enam putri
9. Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan merek
enam putri
10. Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam
putri dibandingkan produk herbal yang lain (Jahe Merah Cap
Cangkir Mas dan Jahe Merah Hj Fadilah)
107
Lampiran 2. Hasil Tabulasi Data Uji Coba Instrumen dalam Kuesioner
No. Urut
Responden
Item Variabel Keputusan Pembelian Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. 3 3 3 4 4 3 4 1 3 2 3 3 36
2. 4 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 3 36
3. 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 37
4. 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 41
5. 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 38
6. 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 38
7. 3 1 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 37
8. 4 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 43
9. 4 2 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 39
10. 3 3 3 4 2 3 1 3 3 3 3 3 34
11. 4 3 4 4 3 3 1 4 3 3 3 3 38
12. 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3 41
13. 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 34
14. 4 1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 42
15. 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 41
16. 3 4 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 38
17. 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 30
18. 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 33
19. 3 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 36
20. 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 41
21. 3 4 3 4 2 3 4 1 3 3 3 4 37
22. 3 3 1 3 3 1 4 3 1 2 1 1 26
23. 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 2 3 41
24. 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 34
25. 4 4 3 4 2 4 3 2 3 4 3 3 39
26. 3 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 36
27. 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 43
28. 3 1 4 2 4 3 3 4 4 3 3 4 38
29. 4 2 4 3 3 4 4 2 4 3 3 4 40
30. 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 36
No. Urut
Responden
Item Variabel Brand Awareness Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. 3 3 4 3 2 3 1 3 2 3 27
2. 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 32
3. 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 31
4. 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 33
5. 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
108
6. 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 32
7. 3 1 4 3 4 3 4 3 3 3 31
8. 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 38
9. 4 2 4 4 4 4 4 3 2 2 33
10. 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 31
11. 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 34
12. 4 3 3 4 2 4 3 4 4 4 35
13. 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 29
14. 4 1 4 4 4 4 3 4 3 4 35
15. 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 32
16. 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 30
17. 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 23
18. 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 28
19. 3 4 4 2 3 3 3 3 2 3 30
20. 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 35
21. 3 4 4 3 3 3 1 3 3 3 30
22. 3 3 3 1 3 1 3 1 2 1 21
23. 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 34
24. 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 28
25. 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 34
26. 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 31
27. 4 4 3 4 2 4 2 4 4 4 35
28. 3 1 2 4 3 3 4 4 3 3 30
29. 4 2 3 4 3 4 2 4 3 3 32
30. 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 33
109
Lampiran 3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Validitas dan Reabilitas
Item Variabel
(Y)
Nilai p-value rhitung Keterangan
1 0,001 0,584 Valid
2 0,784 0,052 Tidak Valid
3 0,000 0,743 Valid
4 0,603 0,099 Tidak Valid
5 0,314 0,190 Tidak Valid
6 0,000 0,849 Valid
7 0,575 0,107 Tidak Valid
8 0,333 0,183 Tidak Valid
9 0,000 0,764 Valid
10 0,000 0,628 Valid
11 0,000 0,718 Valid
12 0,006 0,488 Valid
Alpha 0,05
Nilai rtabel = 0,361
Ket. pada sig. 5%
Df = n-2 = 30 – 2 = 28
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.884 7
Item Variabel
(X)
Nilai p-value rhitung Keterangan
1 0,000 0,636 Valid
2 0,745 0,062 Tidak Valid
3 0,308 0,193 Tidak Valid
4 0,000 0,748 Valid
5 0,167 0,259 Tidak Valid
6 0,000 0,863 Valid
7 0,190 0,246 Tidak Valid
8 0,000 0,728 Valid
9 0,000 0,705 Valid
110
10 0,000 0,715 Valid
Alpha 0,05
Nilai rtabel = 0,361
Ket. pada sig. 5%
Df = n-2 = 30 – 2 = 28
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.888 6
111
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
Responden:
KUESIONER PENELITIAN
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
Perkenalkan, nama saya Reby Yoga Afrian, mahasiswa Program Studi Agribisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian tentang
“Kekuatan Brand awareness Produk UMKM Terhadap Keputusan Pembelian
(Kasus Konsumen Jahe Merah Instan Enam Putri)”. Saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner penelitian ini. Saya
ucapkan terima kasih atas bantuannya, semoga kebaikan Bapak/Ibu mendapatkan
pahala dari Allah SWT.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhu
I. Identitas responden
6. Jenis Kelamin : Pria Wanita
7. Status Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa PNS
Pegawai Swasta Wiraswasta
8. Usia : 18 - 22 Tahun 23 – 27 Tahun
28 - 34 Tahun > 35 Tahun
9. Pendidikan : SMA/Sederajat D3/S1
S2/S3 Lainnya
10. Penghasilan/bulan : < Rp 2. 000.000
112
Rp 2. 000.000 - Rp 4. 000.000
Rp 5. 000.000 - Rp 7. 000.000
Rp 8. 000.000 - Rp 10. 000.000
II. Petunjuk Pengisian Kuesioner/Angket
Isilah kuesioner ini sejujurnya sesuai dengan kenyataan atau realitas yang
dialami/ dirasakan dan berikanlah tanda [√] pada satu jawaban yang sesuai.
SS = Sangat Setuju (4) S = Setuju (3)
KS = Kurang Setuju (2) STS = Sangat Tidak Setuju (1)
Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No. Pernyataan SS S KS STS
4 3 2 1
1. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena
sesuai dengan kebutuhan saya
2. Saya mencari informasi tentang merek jahe merah instan enam
putri sebelum membeli
3. Saya membeli produk jahe merah instan enam putri karena
harga ekonomis, kualitas produk dan banyak khasiatnya
4. Saya sudah membandingkan jahe merah instan enam putri
dengan merek yang lainnya
5. Saya yakin sudah mengambil keputusan yang tepat saat
membeli produk jahe merah instan enam putri
6. Saya berkeinginan akan membeli kembali produk jahe merah
instan enam putri
7. Saya tidak akan merekomendasikan produk jahe merah instan
enam putri kepada saudara, teman atau kenalan saya.
113
Variabel Brand awareness (X)
No. Pernyataan SS S KS STS
4 3 2 1
1. Saya mengetahui produk jahe merah instan merek enam putri
2. Saya dapat mengenali produk jahe merah instan enam putri dari
bentuk/desainnya
3. Jahe merah instan enam putri adalah produk yang mudah di
ingat kembali ketika saya berbelanja produk herbal
4. Produk herbal jahe merah yang muncul di benak pertama kali
adalah jahe merah instan enam putri
5. Produk herbal jahe merah instan sudah identik dengan merek
enam putri
6.
Saya lebih memilih membeli produk jahe merah instan enam
putri dibandingkan produk herbal yang lain (Jahe Merah Cap
Cangkir Mas dan Jahe Merah Hj Fadilah)
114
Lampiran 5. Hasil Tabulasi Data Kuesioner Penelitian
NO Variabel Keputusan Pembelian (Y)
Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Total
1 4 3 1 1 4 4 4 21
2 3 3 3 1 3 3 3 19
3 4 3 3 2 4 4 4 24
4 3 3 4 3 3 3 19
5 3 4 3 4 4 4 4 26
6 4 3 3 1 4 4 4 23
7 4 3 3 1 3 4 4 22
8 4 3 3 1 3 3 3 20
9 3 3 3 2 3 3 4 21
10 3 2 3 1 3 3 3 18
11 3 1 1 1 4 4 4 18
12 3 3 3 1 4 3 3 20
13 4 3 2 3 4 4 4 24
14 3 3 3 3 3 3 3 21
15 4 3 3 3 4 4 4 25
16 4 3 1 3 4 4 4 23
17 4 3 4 4 4 4 4 27
18 4 4 3 4 4 4 4 27
19 3 2 3 2 3 3 3 19
20 3 3 2 4 3 3 3 21
21 3 3 1 1 4 4 4 20
22 4 3 3 1 4 4 4 23
23 4 4 4 2 4 4 4 26
24 4 2 2 2 4 4 4 22
25 3 3 3 2 4 4 4 23
26 4 2 3 2 4 4 4 23
27 4 3 3 3 4 3 3 23
28 4 4 3 3 4 4 4 26
29 4 4 3 3 3 4 4 25
30 4 3 4 1 4 4 4 24
31 4 3 4 1 4 4 4 24
32 3 2 3 4 3 3 4 22
33 3 2 3 4 3 3 4 22
34 3 3 3 3 3 2 2 19
35 3 3 3 3 3 3 4 22
36 3 3 4 4 4 4 4 26
37 4 4 4 4 4 4 4 28
38 2 2 4 3 2 2 3 18
115
39 2 3 3 3 2 2 2 17
40 4 4 4 3 3 4 3 25
41 3 3 3 4 4 3 4 24
42 3 3 3 2 3 3 3 20
43 4 3 4 3 3 3 4 24
44 4 4 4 3 3 3 3 24
45 3 4 4 3 3 3 4 24
46 4 3 4 3 3 3 3 23
47 4 3 2 2 3 3 4 21
48 4 4 4 4 4 4 4 28
49 2 2 2 2 2 4 3 17
50 4 4 4 4 3 3 4 26
51 4 4 4 3 3 4 4 26
52 3 3 4 4 3 4 4 25
53 4 4 3 3 4 4 4 26
54 4 4 4 3 4 3 3 25
55 1 4 4 3 4 2 3 21
56 3 3 3 4 4 4 4 25
57 3 4 4 4 4 3 3 25
58 3 3 4 4 4 2 3 23
59 3 4 3 4 4 4 4 26
60 4 4 3 3 4 4 3 25
61 4 2 2 3 2 3 2 18
62 4 4 3 4 4 4 4 27
63 4 4 3 4 3 4 3 25
64 3 4 4 2 4 2 4 23
65 3 4 4 2 4 3 4 24
66 4 4 4 3 4 3 3 25
67 4 4 4 3 4 3 3 25
68 3 3 3 3 3 3 3 21
69 3 3 1 2 3 3 3 18
70 4 2 3 2 3 3 3 20
71 3 3 4 4 3 3 3 23
72 3 3 3 3 3 3 3 21
73 4 3 3 3 3 4 4 24
74 3 4 4 3 4 4 2 24
75 3 4 3 3 3 3 3 22
76 3 3 3 3 3 4 4 23
77 2 2 4 3 2 2 3 18
78 3 2 3 3 3 3 3 20
79 3 2 1 3 3 3 3 18
116
80 3 3 4 3 3 3 3 22
81 3 2 1 3 3 3 3 18
82 3 3 3 2 4 4 3 22
83 4 4 4 3 3 2 4 24
84 3 1 1 4 2 2 2 15
85 4 4 3 3 4 4 4 26
86 3 1 2 3 3 3 3 18
87 4 3 4 3 3 3 4 24
88 4 3 3 4 4 3 4 25
89 3 3 4 3 3 4 4 24
90 2 1 2 2 2 2 4 15
91 3 1 1 4 1 2 1 13
92 3 3 3 4 4 3 4 24
93 4 3 4 3 3 3 4 24
94 4 3 4 3 4 3 3 24
95 3 4 3 2 4 4 4 24
96 4 3 4 4 4 4 4 27
97 4 3 4 4 4 4 4 27
98 4 4 3 4 4 4 4 27
99 4 4 3 4 3 4 3 25
100 4 4 3 4 3 4 3 25
Total 342 308 310 284 339 335 348
NO Variabel Brand awareness (X)
X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 Total
1 4 3 3 3 3 3 19
2 3 3 3 3 3 3 18
3 4 3 3 3 3 4 20
4 3 2 3 2 3 13
5 4 3 3 3 4 4 21
6 3 3 3 3 3 3 18
7 3 3 3 3 3 3 18
8 3 3 3 3 3 3 18
9 3 3 3 3 3 3 18
10 3 3 3 3 2 3 17
11 4 3 3 3 3 3 19
12 3 3 3 3 3 3 18
13 4 3 3 3 3 3 19
117
14 3 3 3 3 2 3 17
15 3 3 3 3 2 3 17
16 4 4 4 4 4 4 24
17 3 3 3 3 3 4 19
18 3 3 4 4 4 3 21
19 3 3 3 3 3 3 18
20 4 3 4 3 2 3 19
21 3 3 3 3 3 3 18
22 3 3 3 3 3 3 18
23 4 4 4 4 4 4 24
24 4 3 3 4 3 3 20
25 3 3 3 3 3 2 17
26 4 4 4 4 3 4 23
27 4 3 4 4 3 4 22
28 4 3 4 4 3 4 22
29 4 4 3 3 3 4 21
30 3 3 3 3 3 3 18
31 3 3 3 3 3 3 18
32 3 4 4 4 4 3 22
33 3 4 4 4 3 3 21
34 4 4 4 4 3 4 23
35 3 3 3 4 3 3 19
36 4 4 4 4 4 4 24
37 4 4 4 4 4 4 24
38 3 3 3 3 3 3 18
39 3 3 3 3 3 3 18
40 4 4 4 4 4 4 24
41 4 4 4 4 4 4 24
42 3 3 3 3 3 3 18
43 4 3 4 4 3 3 21
44 3 3 3 3 3 3 18
45 4 4 4 4 4 4 24
46 4 4 4 3 2 2 19
47 3 3 3 3 3 3 18
48 4 4 3 3 3 3 20
49 4 4 4 4 4 4 24
50 3 3 3 3 3 3 18
51 3 3 3 3 3 3 18
52 4 4 4 4 4 4 24
53 4 4 4 3 2 2 19
54 3 3 3 4 3 3 19
118
55 4 4 4 4 3 4 23
56 3 3 3 3 3 3 18
57 4 4 4 4 3 4 23
58 3 3 3 3 3 3 18
59 4 4 4 4 4 4 24
60 3 4 4 3 3 3 20
61 3 2 4 3 2 2 16
62 3 4 4 4 4 4 23
63 3 4 3 4 3 3 20
64 2 4 4 2 4 4 20
65 2 4 4 2 4 4 20
66 4 4 3 3 4 4 22
67 4 4 3 3 2 2 18
68 3 3 3 3 3 3 18
69 3 3 3 3 3 3 18
70 3 2 3 3 3 3 17
71 4 4 4 3 3 3 21
72 3 3 3 3 3 3 18
73 4 4 4 4 3 4 23
74 4 4 4 4 4 4 24
75 3 2 3 2 2 3 15
76 4 4 4 4 3 4 23
77 3 3 3 3 3 3 18
78 3 2 3 3 2 3 16
79 3 2 2 2 2 2 13
80 3 3 3 2 2 2 15
81 3 2 3 3 2 3 16
82 3 3 4 4 4 4 22
83 3 3 3 3 3 3 18
84 3 1 1 1 2 1 9
85 4 4 4 2 3 2 19
86 3 3 3 2 2 3 16
87 4 3 4 3 4 3 21
88 3 3 3 3 3 3 18
89 4 4 4 4 4 4 24
90 4 4 4 4 4 4 24
91 3 1 1 2 1 1 9
92 4 4 4 4 4 4 24
93 3 3 3 3 3 3 18
94 4 4 4 3 3 4 22
95 3 4 4 4 3 4 22
119
96 4 4 4 4 3 3 22
97 4 4 4 4 3 3 22
98 4 4 4 4 4 4 24
99 3 4 3 4 3 3 20
100 3 4 3 4 3 3 20
Total 341 331 338 327 304 322
120
Lampiran 6. Output Data Kategori Proses Keputusan Pembelian
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Pengenalan Kebutuhan
1
Saya membeli produk
jahe merah instan enam
putri karena
sesuai dengan
kebutuhan saya
49 45 5 1 342
Jumlah Skor 196 135 10 1 342
Persentase 57,31% 39,47% 2,92% 0,29% 100% 49% 45% 6%
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Pencarian Informasi
1 Saya mencari informasi tentang
merek jahe merah instan enam putri
sebelum membeli
32 49 14 5 308
Jumlah Skor 128 147 28 5 308
Persentase 41,56% 47,73% 9,09% 1,62% 100% 32% 49% 19%
121
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Evaluasi Alternatif
1
Saya membeli produk jahe
merah instan enam putri
berdasarkan pengalaman
saudara atau teman saya.
36 47 8 9 310
2
Saya sudah membandingkan
jahe merah instan enam putri
dengan merek yang lainnya
28 42 17 12 284
Jumlah Skor 256 267 50 21 594
Persentase 43,10% 44,95% 8,42% 3,54% 100% 32% 44,5% 23%
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Keputusan Pembelian
1
Saya yakin sudah mengambil
keputusan yang tepat saat
membeli produk jahe merah
instan enam putri
48 44 7 1 339
Jumlah Skor 192 132 14 1 339
Persentase 56,64% 38,94% 4,13% 0,29% 100% 48% 44% 8%
122
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Setelah Pembelian
1
Saya berkeinginan akan membeli
kembali produk jahe merah instan enam
putri 46 43 11 0 335
2 Saya akan merekomendasikan produk
jahe merah instan enam putri kepada
saudara atau teman saya.
55 39 5 1 348
Jumlah Skor 404 246 32 1 683
Persentase 59,15% 36,02% 4,69% 0,15% 100% 50,5% 41,0% 8,5%
123
Lampiran 7. Output Data Kategori Tingkat Brand Awareness
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Unaware of mind
1 Saya mengetahui produk jahe merah
instan merek enam putri 43 55 2 0 341
Jumlah Skor 172 165 4 0 341
Persentase 50,44% 48,39% 1,17% 0,00% 100% 43% 55% 2%
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Brand recognition
1
Saya dapat mengenali produk
jahe merah instan enam putri
dari bentuk/desainnya
42 49 7 2 331
Jumlah Skor 168 147 14 2 331
Persentase 50,76% 44,41% 4,23% 0,60% 100% 42% 49% 9%
124
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Brand Recall
1
Jahe merah instan enam putri
adalah produk yang mudah di
ingat kembali ketika saya
berbelanja produk herbal
43 54 1 2 338
2
Produk herbal jahe merah yang
muncul di benak pertama kali
adalah jahe merah instan enam
putri
38 52 9 1 327
Jumlah Skor 324 318 20 3 665
Persentase 48,72% 47,82% 3,01% 0,45% 100% 40,50% 53% 6,5%
No Pernyataan SS S KS STS
Total
Skor
Baik
(3,2-4,2)
Cukup
(2,1-3,1)
Kurang
(1-2)
Top Of Mind
1 Produk herbal jahe merah instan sudah identik
dengan merek enam putri 24 59 15 1 304
125
2
Saya lebih memilih membeli produk jahe merah
instan enam putri dibandingkan produk herbal yang
lain. (Jahe Merah Cap Cangkir Mas dan Jahe Merah
Hj Fadilah)
34 56 8 2 322
Jumlah Skor 232 345 46 3 626
Persentase 37,06% 55,11% 7,35% 0,48% 100% 29% 57,5% 13%
126
Lampiran 8. Output Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square 209.118a 143 .000
Likelihood Ratio 130.985 143 .755
Linear-by-Linear Association 27.605 1 .000
N of Valid Cases 100
a. 167 cells (99.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .02.