ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH STUDI KASUS PT. BANK MEGA SYARIAH

12
1 ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH STUDI KASUS PT. BANK MEGA SYARIAH Inneka Verianingsih Program Pascasarjana IAIN STS Jambi Abstract: The purpose of this study was to analyze the causes of the decline in financing and increased revenue at PT. Bank Mega Syariah, then analyze the relationship between income and finance at PT. Bank Mega Syariah, and analyze the most dominant factor affecting the financing of PT. Bank Mega Syariah. This study used a descriptive quantitative approach using secondary data to analyze the relationship between the provisions or regulations and ordinances relating to the implementation of the Financing at PT. Bank Mega Syariah as well as information from financial statements and looked at some of the factors that affect the financing. Quantitative analysis used to calculate the magnitude of the factors that affect the financing of the PT. Bank Mega Syariah using multiple regression analysis approach and hypothesis testing used Least Square Method. Based on the discussion of the results obtained by some of the conclusions was that revenue at PT. Bank Mega Syariah during the period 2005 to 2011 the average increased 83% per year or RP. 544.765.000 per year. Decreased financing up to Rp. 152.673.00 per year. Some of the factors that affect the financing include deposits, equity, income, and ratios with the results NPF. Key words: Syariah economy, mudharabah, musyarakah or syirkah, murabahah A. PENDAHULUAN Sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga keuangan semakin menyatu dengan ekonomi regional, nasional, dan ekomoni internasional yang perkembangannya bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Perbankan melaksankan tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat perbankan sebagai pemilik dana, menyalurkan dana kepada masyarakat sebagai pengguna dana, dan memberikan jasa. Dalam menjalankan fungsi bank tersebut sebagian kalangan masyarakat memandang bahwa dengan sisitem konvensional ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat Indonesia yang mayoritas agama Islam khusunya yang menolak adanya penetapan imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Praktek beban yang diterapkan pada bank konvensional ternyata bisa merugikan, baik bagi pihak bank sendiri maupun pihak nasabah. Sejak itulah sistem perbankan syariah mulai banyak dibicarakan karena dianggap lebih tahan menghadapi krisis. Akhir-akhir ini umat Islam Indonesia mulai sadar terhadap ajaran ekonomi yang berdasarkan syari’at Islam sehingga mulai tumbuh dan berkembang. Ajaran syari’at Islam bidang perbankan atau bidang hukum ekonomi yang biasanya disebut dengan fiqh muamalah

Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH STUDI KASUS PT. BANK MEGA SYARIAH

1

ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PADA

BANK SYARIAH STUDI KASUS PT. BANK MEGA SYARIAH

Inneka Verianingsih

Program Pascasarjana IAIN STS Jambi

Abstract: The purpose of this study was to analyze the causes of the decline in financing

and increased revenue at PT. Bank Mega Syariah, then analyze the relationship between

income and finance at PT. Bank Mega Syariah, and analyze the most dominant factor

affecting the financing of PT. Bank Mega Syariah. This study used a descriptive

quantitative approach using secondary data to analyze the relationship between the

provisions or regulations and ordinances relating to the implementation of the Financing

at PT. Bank Mega Syariah as well as information from financial statements and looked at

some of the factors that affect the financing. Quantitative analysis used to calculate the

magnitude of the factors that affect the financing of the PT. Bank Mega Syariah using

multiple regression analysis approach and hypothesis testing used Least Square Method.

Based on the discussion of the results obtained by some of the conclusions was that

revenue at PT. Bank Mega Syariah during the period 2005 to 2011 the average increased

83% per year or RP. 544.765.000 per year. Decreased financing up to Rp. 152.673.00 per

year. Some of the factors that affect the financing include deposits, equity, income, and

ratios with the results NPF.

Key words: Syariah economy, mudharabah, musyarakah or syirkah, murabahah

A. PENDAHULUAN

Sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga keuangan semakin menyatu

dengan ekonomi regional, nasional, dan ekomoni internasional yang perkembangannya

bergerak cepat dengan tantangan yang semakin kompleks. Perbankan melaksankan tiga

fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat perbankan sebagai pemilik dana,

menyalurkan dana kepada masyarakat sebagai pengguna dana, dan memberikan jasa. Dalam

menjalankan fungsi bank tersebut sebagian kalangan masyarakat memandang bahwa dengan

sisitem konvensional ada hal-hal yang tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat Indonesia

yang mayoritas agama Islam khusunya yang menolak adanya penetapan imbalan dan

penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Praktek beban yang diterapkan pada bank

konvensional ternyata bisa merugikan, baik bagi pihak bank sendiri maupun pihak nasabah.

Sejak itulah sistem perbankan syariah mulai banyak dibicarakan karena dianggap lebih tahan

menghadapi krisis.

Akhir-akhir ini umat Islam Indonesia mulai sadar terhadap ajaran ekonomi yang

berdasarkan syari’at Islam sehingga mulai tumbuh dan berkembang. Ajaran syari’at Islam

bidang perbankan atau bidang hukum ekonomi yang biasanya disebut dengan fiqh muamalah

2

hanya dikenal dan diajarkan pada sekolah atau madrasah atau perguruan tinggi pada fakultas

tertentu. Aplikasinya pun masih terbatas pada kegiatan ekonomi sederhana yang dilakukan

masyarakat bawah. Begitu pula para ahli atau para ekonomi belum mengetahui bahwa Islam

mempunyai ajaran bidang ekonomi yang dapat dijadikan acuan bagi para bangkir dan ahli

praktisi lembaga keuangan.1

Saat itulah perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menjadi salah satu pilar

penyangga ekonomi Bangsa dan Negara yang berfalsafahkan Pancasila, disamping tetap

menjaga eksistensi ekonomi konvensional yang telah berjalan pada bang konvensional yang

ada selama ini.

Sistem perbankan konvesional ternyata tidak dapat memenuhi harapan, kesadaran

umat Islam untuk bersyari’at secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk dapat

meningkatkan kesadaran harapan umat Islam Indonesia yang begitu besar maka pada tahun

1999 telah dibentuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Wadah ini terdiri atas para ahli hukum

Islam, para praktisi ekonomi atau keuangan baik usaha dalam bidang perbankan maupun non

perbankan yang bertugas untuk mendorong dan memajukan ekonomi umat.2

Di samping itu Dewan Syariah Nasional (DSN) bertugas mengganti, mengkaji, dan

merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) untuk dijadikan pedoman dalam

kegiatan transaksi keungan syariah serta mengawasi pelaksanaan dan implementasinya.

Perkembangan LKS merupakan fenomena yang cukup menarik ditengah-tengah upaya

bangsa kita keluar dari krisis. Ekonomi Industri keuangan tumbuh dengan berbagai

produknya ditengah-tengah masyarakat untuk berinvestasi di LKS dan menerapkan sistem

ekonomi syariah dalam aktivitas ekonominya.

Keberadaan sistem ekonomi syariah ini sejalan dengan undang-undang yang berlaku.

Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 yaitu perubahan atas undang-undang Nomor 10 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah, yang menentukan kegiatan usaha bank harus

disempurnakan dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Landasan Operasional sistem

perbankan syariah semakin kuat dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 30 tahun

1999 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Sejak saat itulah diberi kesempatan

seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk memberi kesempatan kepada Bank Umum untuk

membuka kantor cabangnya yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

1 Slamet Margono, Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syariah (Tinjauan Umum Pada BTN Syariah

Cabang Semarang) T E S I S, Undip-Semarang, 2008. hlm.16 2 Ibid, Slamet Margono, 2008. hlm 17.

3

Kemudian dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia, berlakulah dua sistem dalam perbankan yang dilakukan secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syariah hanya menggunakan prinsip syariah.

Disahkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 telah membuka kesempatan lebih

luas bagi bank syariah untuk berkembang. Undang-undang ini bahkan tidak saja menyebut

bank syariah secara berdampingan dengan bank konvensional dalam pasal demi pasal, tetapi

juga menyatakan secara rinci prinsip produk perbankan syariah seperti Murabahah, Salam,

Istisna, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah; padahal dalam Undang-undang No. 7 Tahun

1992 tentang perbankan, nama syariah pun sama sekali tidak disebut.3

Dengan undang-undang dan peraturan-peraturan tersebut diatas, Lembaga Keuangan

Syariah dapat menampung aspirasi dari masyarakat, baik dalam ekonomi regional, nasional

maupun internasional untuk melakukan kegiatan usahanya dengan nilai ilahiyah dengan

acuan utama al-Qur’an dan Sunnah yang berdimensi keberhasilan untuk dunia dan akhirat

(long term oriented) kehadiran sistem ekonomi Islam atau Syariah di Indonesia pada

gilirannya menuntut adanya perubahan di berbagai bidang, terutama berkenaan dengan

peraturan perundang-undangan yang mengatur ihwal ekonomi dan keuangan.

Adanya tuntutan perkembangan maka UU Perbankan 10 tahun 1998 direvisi menjadi

Undang-undang Nomor 21 tahun 2008, yang merupakan aturan secara leluasa menggunakan

istilah syariah, prinsip bagi hasil (Profit Sharing) merupakan karateristik umum dan landasan

bagi operasional bank Islam secra keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan

kaidah al-mudharabah, yang berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi sebagai

mitra, baik dengan penabung, dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung,

bank akan bertindak sebagi mudharib (pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai

shohibul maal (penyandang dana), antarkeduanya diadakan akad mudharabah yang

mengadakan keuntungan masing-masing pihak, disisi lain pengusaha atau peminjam dana

bank syariah akan bertindak sebagai sohibul maal (penyandang dana), yang berasal dari

penabung ataupun deposito maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham.

Sementara itu, pengusaha atau peminjam akan berfungsi sebagai mudhaarib (peneglola)

karenmelakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank.

Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh bank sudah berjalan cukup lama seiring

dengan berdirinya bank tersebut. Salah satu ukuran keberhasilan penerapan sistem bagi hasil

3 Cecep Maskanul Hakim, Problem Pengembangan Produk Dalam Bank Syariah.Tim Penelitian dan

Pengembangan Bank Syariah-DPNP, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan edisi bulan Desember 1999. hlm. 14

4

adalah apabila masyarakat sudah sepenuhnya menerima sistem tersebut dengan senang hati,

tidak merasa dirugikan, adil dalam pembagian bagi hasil dan tentunya tidak bertentangan

dengan al-Qur’an dan al-Hadits.4

Secara umum dasar hukum dari pada perbankan syariah adalah Al-Qur’an, Hadist dan

Kaidah Fiqh yaitu sebagai berikut:

a. Al-Qur’an : QS Al-Baqarah [2] : 282

ل أة كبتت أ كى كبتت ثبنعذل نكتت ث فبكتج أجم يس إن تى ثذ آيا إرا تذا ب انز ب أ

انز عه كب ئب فإ ش ل جخس ي سث نتق للا انحق هم انز عه ن فهكتت للا ب عه كتت ك

نى سجبنكى فإ ي ذ ذا ش استش ن ثبنعذل هم فه م ل ستطع أ ضعفب أ انحق سفب أ

ل أة ب الخش ش إحذا ب فتزك تضم إحذا ذاء أ انش ي تشض ي ايشأتب فشجم كب سجه

و نهشبدح أق ذ للا نكى أقسط ع ر أجه ا إن كجش ا أ تكتج صغش ل تسأيا أ ذاء إرا يب دعا انش

ذا إرا أش كى جبح أل تكتجب س عه كى فه تجبسح حبضشح تذشب ث تك أل تشتبثا إل أ أد ء عهى ثكم ش للا كى للا عه ات ا للا فسو ثكى تفعها فإ إ ذ ل ش ل ضبس كبتت تجبعتى

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk

waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya, dan hendaklah seorang penulis

diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya

sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada

Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun darpiada hutangnya, jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak

mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tidak ada

dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-

saksi itu enggan ( memberi keterangan) apabila merekaa dipanggil; dan janganlah kamu jemu

menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu lebih adil disisi Allah dan lebih menguatkkan persaksian dan lebih dekat kepada

tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu

perdagangan tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu,(jika)

kamu tidak menulisnya, dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis

dan saksi saling sulit menyulitkan, jika kmu lakukan (yang demikian). Maka sesungguhnya

4 Ibid, Slamet Margono. 2008. hlm. 18

5

hal itu adalah suatu kefasikanpada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah

mengajarmu; dan Allah maha mengetahu segala sesuatu.5

b. Kaidah Fiqh

Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya,

pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang

kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang membedakan

sistem Perbankan Islam dengan sistem Perbankan Konvensional.

Dalam pandangan Islam, aktivitas keuangan dan perbankan merupakan suatu wahana

bagi masyarakat untuk membawanya kepada pelaksanaan ajaran Al-Qur’an yaitu prinsip At-

ta’awun (saling menbantu dan bekerja sama) dan prinsip mengindari (Al-ikhtinaz.6 Bank

Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga

bank dengan riba.

Berhubungan dengan pembiayaan pada Bank Syariah, pembiayaan yang dilakukan

oleh perbankan syariah dengan mitra bisnisnya antara lain dengan menggunakan prinsip

mudharabah, musyarakah atau syirkah, dan murabahah yang bertujuan untuk kemajuan,

membantu dan mengembangkan pelayanan produk produknya berdasarkan prinsip-prinsip

Islam. Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan pembiayaan dengan mitra bisnisnya

menggunakan prinsip bagi hasil (profit sharing).7

Salah satu aktivitas yang diselenggarakan oleh PT.Bank Mega Syariah sebagaimana

diselenggarakan oleh Bank Syariah lainnya adalah kegiatan pembiayaan. Dari tahun 2005

hingga 2011nilai pembiayaan yang dikelola PT. Bank Mega Syariah mengalami penurunan

dengan rata-rata 11%. Namun seiring dengan perkembangan nilai pembiayaan tersebut,

kondisi pendapatan yang diperoleh dari sistem jual beli dan bagi hasil PT. Bank Mega

Syariah justru mengalai pertumbuhan rata-rata 26% pertahun. Dari tahun 2005 hingga tahun

2011 PT. Bank Mega Syariah mampu meningkatkan pendapatannya hingga mencapai Rp.

124.333.000.000,- rata-rata pertahun yang pendapatannya didominasi dari sistem jual beli

murabahah

Menurut pengalaman, para praktisi Bank Syariah dalam berhubungan nasabah

pembiayaan, produk itu dibagi menurut tingkat kepercayaan yang telah terjalin diantara

keduanya. Untuk nasabah yang baru, biasanya tidak langsung diberikan pembiayaan dengan

5Departemen Agama, Al-ur’an dan terjemahhan, Jakarta: Departemen RI, 2008

6 Zaki Baridwani, Tentang Perbankan Syariah. UII Press, Yogyakarta, 2004. hlm.10

7 Saharrudin, 2006. hlm.4

6

kepercayaan penuh, seperti mudharabah atau musyarakah, tetaapi diberikan produk jual beli,

seperti murabahah, salam dan istisna. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui bagaimana menurunnya pembiayaan dan meningkatnya pendapatan di PT.

Bank Mega Syariah selama periode tahun 2005 s.d. 2011. Untuk menganalisis hubungan

pendapatan dan pembiayaan di PT. Bank Mega Syariah, dan untuk menganalisis faktor apa

saja yang mempengaruhi pembiayaan PT. Bank Mega Syariah.

B. TEORI TENTANG PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN

Pengertian pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau financing,

yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan.8

Pembiayaan pada bank konvensional bisa disebut dengan kredit. Kredit atau

pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. Kemudian

adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan

perjanjian yang telah dibuatnya.9Pengertian pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari

aktivitas perusahaan atau bank yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti

penjualan, penghasilan jas bunga,deviden, dan sewa.10

C. BENTUK MENURUNNYA PEMBIAYAAN DAN MENINGKATNYA

PENDAPATAN DI PT. BANK MEGA SYARIAH SELAMA PERIODE TAHUN

2005 S.D. 2011.

Dengan menggunkan sistem jual beli dan bagi hasil maka dapat dilihat perkembangan

pendapatan dan pembiayaan yang telah dikelola oleh PT. Bank Mega Syariah pada periode

tahun 2005 s.d. 2011 pada tabel berikut ini:

8 Muhammad, Ibid, 2005, hlm ;17

9 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grfindo Persada, Jakarta. 2004, hlm .73

10 Standar Akutansi Keuangan, Salemba Empat Tahun 2004, Ikatan Akutansi Indonesia. hlm.;23

7

Kondisi Nilai Pembiayaan PT. Bank Mega Syariah

(Dalam Jutaan Rupiah)

Sumber laporan Tahunan PT. Bank Mega Syariah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kondisi nilai pembiayaan yang dikeloa oleh PT.

Bank Mega Syariah mengalami penurunan dengan rata-rata 11% per tahun selama periode

tahun 2005 hingga tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh beberapa kebijakan pembiayaan yang

masih mempertimbangkan utang piutang per tahunnya.

Seiring dengan perkembangan nilai pembiayaan tersebut, kondisi pendapatan yang

diperoleh dari sistem jual beli dan bagi hasil PT. Bank Mega Syariah justru mengalami

pertumbuhan rata-rata 26% per tahun.

NO

BULAN NILAI PEMBIAYAAN

PERUBAHAN

Rp %

1 2005 245,450 - -

2 2006 165,715 -79,734 -32,48

3 2007 98.559 -67,157 -40,53

4 2008 135, 521 36,962 37,50

5 2009 201,452 65,931 48,65

6 2010 149,474 -51,978 -25,80

7 2011 72,540 -76,934 -51,47

Rata-rata 152,673 -28,818 -11

8

Kondisi Pendapatan PT Bank Mega Syariah Berdasarkan Sistem Jual Beli dan Bagi

Hasil (Dalam Jutaan Rupiah)

NO

TAHUN

Jual Beli

Bagi Hasil

Jumlah

Perubahan

Murabahah Mudharabah Musyarakah Rp

%

1 2005 28,660 20,506 0 49,166 - -

2 2006 203,649 38,596 0 242,245 193,079 79,70

3 2007 359,323 20,932 177 380,432 138,187 36,32

4 2008 266,706 8,706 12,042 287,454 -92,978 -32.35

5 2009 605,529 3,136 21,813 630,478 343,024 54.41

6 2010 786,942 793 24,904 812,639 182,161 22.42

7 2011 779,852 25 15,286 795,163 -17,476 -2.20

Rata-

rata

432,952 13,242 10,603 456,797 124,333 26

Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank Mega Syariah

Pada tabel diatas bahwa PT. Bank Mega Syariah mampu meningkatkan

pendapatannya hingga mencapai Rp. 124.333.000.000,- rata-rata per tahun yang

pendapatannya di domonasi dari sistem jual beli murabahah.

D. ANALISIS HUBUNGAN PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN PT. BANK

MEGA SYARIAH

Untuk melihat hubungan antara pendapatan (variabel Y) dan pendapatan (variabel X) pada

PT. Bank Mega Syariah bersumber dari data laporan keuangan pada tabel berikut ini:

9

Perkembangan Pendapatan dan Pembiayaan

PT. Bank Mega Syariah

Periode Tahun 2005 s.d 2011

No

Tahun/Triwulan

Pendapatan (x)

Pembiayaan (y)

(jutaan Rp)

Operasional

(Jutaan Rp)

Non

operasional

(jutaan Rp)

Total

pendapatan

(jutaan Rp)

1 2005 Maret 9.753 14 9.767 74.414

2 Juni 24.868 234 25.102 143.869

3 September 39.818 93 39.911 205.690

4 Desember 56.029 95 56.124

5 2006 Maret 32.699 675 33.374 243.238

6 Juni 81.288 715 82.003 222.508

7 September 155.426 1.844 157.270 193.426

8 Desember 256.271 1.877 258.148 186.714

9 2007 Maret 111.046 574 111.620 141.855

10 Juni 210.969 1.040 212.009 108.143

11 September 304.148 1.454 305.602 102.238

12 Desember 397.587 1.970 399.557 98.559

13 2008 Maret 81.618 70 81.688 137.224

14 Juni 153.559 264 153.823 150.003

15 September 235.821 656 236.477 147.053

16 Desember 367.313 769 368.082 135.521

17 2009 Maret 159.678 71 159.749 125.540

18 Juni 343.992 116 344.108 169.581

19 September 543.587 224 543.811 188.604

20 Desember 764.195 509 764.704 201.452

21 2010 Maret 233.006 182 233.188 149.434

22 Juni 475.604 475 476.079 182.319

23 September 726.828 646 727.474 169.056

24 Desember 971.497 729 972.226 149.474

10

25 2011 Maret 235.695 89 235.784 139.664

26 Juni 467.375 125 467.500 126.643

27 September 707.686 211 707.897 119.636

28 Desember 982.607 3.565 986.172 72.540

Rata2 326.070 689 326.759 154.637

Berdasarkan pada tabel diatas, antara pendapatan dan pembiayaan PT Bank Mega

Syariah menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan dan

pembiayaan. Penurunan nilai pembiayaan PT Bank Mega Syariah diikuti dengan

pertumbuhan pembiayaan yang negatif selama periode tahun 2005 s.d. 2011 dan tidak

sebanding dengan pertumbuhan pendapatan yang cukup tinggi.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN PT. BANK MEGA

SYARIAH

1. Deskriptif

Pembiayaan pada PT. Bank Mega Syariah meliputi pembiayaan diterima, pembiayaan

investasi, pembiayaan likuiditas, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja,

pembiayaan persediaan dan pembiayaan piutang. Murabahah merupakan pembiayaan

yang memposisikan nasabah sebagai pembeli dan bank sebagai penjual. Murabahah

berarti penjualan barang dengan harga barang tersebut ditambah dengan keuntungan yang

disepakati

2. Analisis Regresi

a. perhitungan Regresi

1) variabel simpanan (X1) =0.042

2) variabel ekuitas (X2)= -0,594

3) Variabel Laba (X3)= -0,383

4) Variabel NPF (X4)=-11969,727

5) Variabel Nisbah (X5)= 6649,908

b. nilai determinasi

c. pengujian hipotesis

1. pengujian autokorelasi;

11

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara satu

residual pengamatan (data tertentu) dengan residual pengamatan (data) lainnya.

2. pengujian Multikolinearitas;

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang sangat

tinggi diantara variabel independen (bebas).

3. uji secara simultan (uji F);

UJI-F digunakan untuk mengetahui apakah model yang terbentuk mampu

menerangkan data empiris secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh hasil regresi

dengan p-value.

4. uji secara partial (uji-t)

Uji-t digunakan mengetahui ada atau tidaknya pengaruhi dari masing-masing variabel

bebas (X1,x2,X3,X4,dan X5) terhadap variabel terikat (Y).

Secara parsial dibuktikan bahwa seluruh variabel bebas mempengaruhi variabel

terikat. Hubungan yang signifikan tersebut mencerminkan permintaan pembiayaan yang

cukup tinggi di Bank Syariah, kekhususan dalam penanganan pembiayaan bermasalah

dibanding dengan bank konvensional, dan kecilnya peluang moral Hazard pada Bank

Syariah.

Secara parsial variabel simpanan dan nisbah mempunyai hubungan positif signifikan

terhadap pembiayaan. Hubungan yang signifikan ini antara lain disebabkan karena sebagian

nasabah adalah syariah minded. Secara parsial variabel ekuitas, laba dan NPF mempunyai

hubungan negatif signifikan terhadap pembiayaan. Hubungan ini disebabkan karena sebagian

besar dana yang diperuntukkan oleh bank masih banyak yang ditangguhkan baik dalam

bentuk piutang maupun murabahah tertangguh. Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi

pembiayaan pada PT. Bank Mega Syariah, yang paling dominan tersebut adalah simpanan

dan nisbah.

F. SIMPULAN

Berdasarkan penjelesan diatas yang mengenai pelaksanaan pembiayaan PT. Bank Mega

Syariah selam periode tahun 2005 s.d. tahun 2011, maka peneliti dapat menyimpulkan

sebagai berikut: pembiayaan cendrung mengalami penurunan hingga rata-rata Rp.

152.673.000.000 per tahun dengan tingkat rata-rata penurunan hingga 11% per tahun.

Penurunan angka pembiayaan disebabkan adanya jumlah piutnag rata-rata Rp.

2.277.937.000.000,- per tahun dan margin murabahah yang masih tertangguh sebesar Rp.

12

773.038.000.000,- sehingga berdampak pada rencana pembiayaan berikutnya. Pendapatan

pada PT Bank Mrga Syariah cendrung mengalami peningkatan hingga mencapai rata-rata

83% per tahun dan rata-rata pendapaptan sebesar Rp. 544.765.000.000,- per tahun.

Peningkatan ini lebih didominasi oleh pendapatan margin murabahah yang secara proporsi

menempati jumlah 79,47%. Dari hasil analisis diketahui bahwa antar pendapatan dan

pembiayaan di PT Bank Mega Syariah cabang Jambi tidak ada hubungan yang signifikan.

Secara simultan, pembiayaan di PT Bank Mega Syariah di pengaruhi oleh simpanan, ekuitas,

laba, NPF dan Nisbah dan bagi hasil, tetapi secara parsial hanya simpanan, ekuitas, laba yang

berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan di PT. Bank Mega Syariah Jambi.

BIBLIOGRAFI

Hakim, Cecep Maskanul. Problem Pengembangan Produk Dalam Bank Syariah. Tim

Penelitian Dan Pengembangan Bank Syariah-DPNP, Buletin Ekonomi Moneter Dan

Perbankan. Edisi Bulan Desember. 1999

Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 2004

Margono, Slamet. Pelaksanaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syariah (Tinjauan Umum Pada

Btn Syariah Cabang Semarang). T E S I S, Undip-Semarang. 2008

Muhammad. Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Cetakan pertama, UII-Press

Yogyakarta. 2000

Sahruddin. The Implementation Of Project Funding Under Masyarakah Principles On

Syariah Banking At West Nusa Tenggara. Thesis, Undip-Semarang. 2006

---------. Standar Akuntasi Keuangan Empat. Ikatan Akuntasi Indonesia. 2004