MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI ...

59
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP) BENGKALIS DURI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Manajemen dan Perbankan Syariah Oleh TRI MUTIA NINGSIH NIM. 1503050143 PROGRAM STUDI D.III MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1439 H/2018M

Transcript of MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI ...

MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI

SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP)

BENGKALIS DURI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya

dalam Ilmu Manajemen dan Perbankan Syariah

Oleh

TRI MUTIA NINGSIH

NIM. 1503050143

PROGRAM STUDI D.III MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1439 H/2018M

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul

“Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Pada PT. BRI Syariah Kantor Cabang

Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.

Shalawat serta salam kepada Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW

yang mana beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu

pengetahuan. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Manajemen Perbankan Syariah.

Dalam pelaksanan penulisan Tuas Akhir ini, penulis banyak mendapat

dukungan dan motivasi dari berbagai kalangan. Dari lubuk hati yang paling dalam

penulis mengucapkan ribuan terimaksih kepada Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu

memberikan dukungan, doa serta nasehat kepada penulis sehingga dapat

menyesesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah membalas jasa Ayah dan Ibu

dengan nikmat yang tak terhingga yaitu surga.

Selanjutnya ucapan terimakasih penulis kepada:

1. Bapak H. Dr. Eka Putra Wirman, MA sebagai Rektor UIN Imam Bonjol

Padang.

2. Bapak Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam.

3. Ibuk Novia Indriani, SE. M.SI sebagai pembimbing.

4. Bapak Dicky Saputra sebagai pinpinan cabang pembantu pada PT. BRI

Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis Duri.

5. Bapak Hari Darmansyah sebagai Unit Heat Mikro PT. BRI Syariah Kantor

Cabang Pembantu Bengkalis Duri.

6. Seluruh Karyawan PT. BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis

Duri.

Terimakasih atas dukungan yang diberikan, semoga Allah SWT membalas

segala amalan kita semua. Tanpa bantuan dan dukungan dari Bapak, Ibu, Teman-

teman, penulis akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Semoga bantuan, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan menjadi amalan

dan diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT.

Padang, 10 Agustus 2018

Penulis

Tri Mutia Ningsih

ABSTRAK

Tugas Akhir ini berjudul “ManajemenRisikoPembiayaanMikroPada

PT. BRI Syariah Kantor CabangPembantu (KCP) BengkalisDuri” disusun

oleh Tri MutiaNingsih NIM. 1503050143 Jurusan DIII manajemen Perbankan

Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol Padang. Tujuan

dari penulisan Tugas AKhir ini adalah untuk mengetahu bagaimana tahapan

manajemen risiko pembiayaan mikro pada bank BRI Syariah KCP Bengkalis

Duri.

LatarbelakangpenulisanTugasAkhiriniialahseorangkaryawanpembiayaanm

ikrodimanakaryawantersebutmampumenjelaskantahapan-

tahapandarimanajemenrisikopembiayaanmikropada BRI Syariah KCP

BengkalisDuri.Denganadanyatahapanini, bank

dapatmeminimalisirrisikonyasesuaidenganketentuan yang berlakupada bank

tersebut agar tidakterjadinyarisiko yang tidak di inginkan.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah

metodepenelitiankualitatifdeskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

penulis untuk membahas tugas akhir ini yaitu wawancara secara langsung dengan

karyawan BRI SyariahkantorcabangpembantuBengkalisDuri. Untuk membahas

masalah diatas dilakukan wawancara langsung dengan unit Head pembiayaan

mikro. Yaitu menguraikan dan menjelaskan

tentangpenerapanmanajemenrisikopembiayaanmikrodalammeminimalisirrisiko

yang dihadapi.

Hasil dari penelitian ini adalah

adanyaduatahapandalammanajemenrisikodalammeminimalisirrisikoya, yaitu:

tahappra-risiko yang

menerapkanprisipmengenalnasabahdantahapsaatterjadinyarisiko yang

menerapkanempattahapandiantaranya: identifikasirisiko, pengukuranrisiko,

pemantauanrisiko, danpengendalianrisiko.

Dalampengukuranrisikoditerapkanenamjenisanalisayaitunya:

analisakeuangannasabah, karakter,manajemen, fasilitas, kondisi lingkungan, dan

agunan atau jaminan. Begitujugadenganpengendalianrisiko yang

menerapakanempatupayadiantaranya: restructuring (penataan ulang),

rescheduling (penjadwalan ulang), agunan yang diambil atau penyitaan barang

jaminan, dan write off (hapusbuku).

Kata kunci : Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................

PERNYATAAN KEORISINILAN .........................................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................................

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................

ABSTRAK ................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Batasan Masalah............................................................................. 8

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8

E. Penjelasan Judul ............................................................................... 9

F. Metode Penelitian........................................................................... 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15

A. Manajemen Risiko ......................................................................... 15

1. Defenisi Mananjemen Risiko ................................................... 15

2. Fungsi Dan Tujuan Manajemen Risiko ................................... 19

3. Proses Manajemen Risiko ........................................................ 21

B. Pembiayaan Mikro ......................................................................... 23

1. Defenisi Pembiayaan ............................................................... 23

2. Prinsip Dan Penilaian Pemberian Pembiayaan ........................ 25

3. Fungsi Dan Tujuan Pembiayaan .............................................. 30

4. Pembiayaan Usaha Mikro ........................................................ 32

BAB III GAMBARAN UMUM BANK BRI SYARIAH KCP BENGKALIS

DURI ................................................................................................... 37

A. Sejarah Berdirinya Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ......... 37

B. Visi Dan Misi Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ................. 39

C. Strukur Organisasi BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ................... 40

D. Produk Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ............................ 43

1. Dana Pihak Ketiga Dan Pembiayaan ....................................... 43

2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah ......................................... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 52

A. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Bank BRI

Syariah KCP Bengkalis Duri dalam Meminimalisir Risiko Yang

Dihadapi Oleh Pembiayaan Mikro ................................................. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 60

A. Kesimpulan .................................................................................... 60

B. Saran ............................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) mendefinisikan UMKM adalah kegiatan usaha yang mampu

memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada

masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan

stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar

utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,

perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas

kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan

Badan Usaha Milik Negara.1

Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan

atau bagi hasil.2

Menurut International Management Communications Corporation (IMCC),

microfinance atau pembiayaan mikro sebagai seperangkat teknik dan metode perbankan

non-tradisional untuk membuka akses seluas-luasnya kepada sektor yang tidak tersentuh

jasa keuangan formal. Pembiayaan mikro ialah pembiayaan yang ditujukan untuk sektor

1Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil, Dan Menengah

2Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Pembiayaan

mikro sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang

usaha mikro, kecil, dan menengah.3

Dengan peranannya yang strategis, bank telah menjadi lembaga yang turut

mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu Negara. Prestasi maupun kinerja yang

buruk dari perbankan akan dengan sendirinya turut memberikan andil bagi kinerja,

maupun pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Tumbuh kembang dan sehatnya

perekonomian suatu Negara sebagian besar tergantung pada kesehatan perbankan di

Negara tersebut.4

Bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diudah oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. 5

Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan

perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi

perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan syariah

nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi

situasi perekonomian, walaupun memiliki tantangan dari segi SDM, produk, jaringan dan

permodalan jika dibandingkan perbankan konvensional maupun perbankan syariah

global.6

Salah satu bank syariah yang memiliki komitmen untuk membidik sektor usaha

mikro sebagai segmentasi pasarnya adalah BRISyariah.Bank BRISyariah masih tergolong

3Selvy Safitri, “Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro”, Jurnal Ekonomi dan Perbankan

Syariah Vol 3, no. 1, April 2015, h 37-54 4H. Masyhud Ali, Manajemen Risiko Sstrategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan

Globalisasi Bisnis, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.357 5Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008), h.15

6Alyas dan Muhammad Rakib, “Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam

Penguatan Ekonomi Kerakyatan”, Sosiohumaniora Vol 19, No. 2, Juli 2017, h 114-120

baru namun pertumbuhan asetnya tergolong sangat baik dan selalu meningkat dari waktu

ke waktu. Pada tahun 2013 total aset yang dimiliki oleh BRISyariah mencapai 17 triliun

rupiah dan dinobatkan sebagai bank dengan aset tertinggi nomor tiga setelah Bank

Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Selain itu dana pihak

ketiga yang dimiliki oleh bank BRISyariah meningkat sebanyak 13 triliun rupiah dengan

jumlah penyaluran pembiayaan sebesar 14 triliun rupiah di tahun 2013. Sebagai sebuah

badan usaha tentunya bank BRISyariah terlalu berani dalam menyalurkan

pembiayaannya, hal tersebut terlihat dari dana yang disalurkan untuk pembiayaan lebih

besar dari pada dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank. Namun dilihat dari tingkat

Non Performing Financing (NPF) yang dimiliki oleh bank BRISyariah pada tahun 2013

ialah sebesar 3,26%, artinya bank BRISyariah masih tergolong aman dalam pengelolaan

pembiayaan yang disalurkan.7

Bank BRI Syariahmempunyai misi mengembangkan sektor UMKM dengan

kemudahan akses permodalan yang diberikan yaitu Bank BRI Syariah dengan produk

pembiayaan mikro yang terbagi atas empat kategori, yaitu Mikro 25iB, Mikro 75iB,

Mikro 200iB, dan KUR.Dalam mengembangkan sektor usaha mikro, BRI Syariah

melakukan sosialisasi tentang pembiayaan mikro kepada calon nasabah dengan

menerapkan margin di bawah kompetitor.Pembiayaan mikro BRI Syariah menggunakan

akad murabahah.Dalam akad ini bank menjadi jembatan jual beli dengan nasabah.8

Situasi lingkungan eksernal dan internal perbankan mengalami perkembangan

pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan

sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat (good corporate

governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus

7Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP

Bengkalis Duri, 13 April 2018 8Selvy Safitri dan Arisson Hendri, op.cit., h.39

bank, kebijakan prosedur dan penetapan limit risiko, proses idenifikasi, pengukuran,

sistem informasi dan pengandalian risiko, serta sistem pengendalian intern.

Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang

dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unticipated) yang

berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.9

Menurut Ricky W. Griffin manajemen adalah sebuah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai

sasaran secara efektif dan efesien. Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu

tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang

ingin dicapai.10

Manajemen risiko merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam

identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor

dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.11

Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak

dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya.Untuk itu bank harus mengerti dan

mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan

usahanya.Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus mengetahui

risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha bank, serta mengetahui

bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang

tepat.Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko sangat penting

sehingga para manager, pelaksana (risk taker), dan bagian pengawasan dapat berdiskusi

tentang masalah-masalah umum yang secara alami terjadi dari berbagai eksposur risiko.

Risiko itu sendiri tidak harusselalu dihindari pada semua keadaan, namun semestinya

9Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Manajement, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,

2007), h.736 10

Subeki Ridhotullah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen, (Jakarta, Prestasi Pustakaraya,

2015). h. 4 11

Ferry N. Idroes, op.cit., h.5

dikelola secara tepat agar dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan

laba yang atraktif.12

Penerapan manajemen risiko tersebutakan memberikan manfaat, baik kepada

perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi perbankan, penerapan manajemen

risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola

bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan

proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan

informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank,

digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau kegiatan usaha yang

relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam

rangka meningkatkan daya saing bank. Bagi otoritas pengawasan bank, penerapan

manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang

dihadapi yang dapat mengaruhi permodalan bank yang sebagai salah satu dasar penilaian

dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank.

Esensi penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi

pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable)

pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian,

mengingat perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, tidak

terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap

bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi

manajemen risiko pada bank.13

Manajemen risiko yang baik dan tepat akan dapat menekan profitabilitas dan

dampak negatif dari risiko yang ada, konsep manajemen risiko juga diperuntukkan guna

meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha.Perusahaan yang melakukan proses

12

Ferry N. Indroes, op.cit., h.15 13

Veithzal Rivai, dkk, loc.cit

manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi

returnyang diperoleh sudah diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko

kerugiannya.Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi

ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang

penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang mampu

meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang dihadapi dalam

kegiatan usahanya. Pada Bank BRI Syariah, pihak Risk Managementmereka

menggunakan model manajemen risiko yang biasa diterapkan oleh perusahaankeuangan

laindalam meminimalisir risiko dan dapat menekan risiko tersebut dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui penerapan

manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah dalam meminimalisir risiko. Oleh

karena itu, peneliti mengambil judul “Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Pada

BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.

B. Batasan Masalah

Berbicara mengenai manajemen memang cukup luas. Demi terselesaikannya

penulisan tugas akhir ini, maka penulis dalam penelitiannya hanya menfokuskan dan

menbatasi pada pembahasan manajemen risiko yang terdapat pada lembaga keuangan

syariah, sesuai dengan tugas akhir yang ingin diangkat yaitu, “Manajemen Risiko

Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut, maka untuk

mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya, yaitu: bagaimana tahapan

manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Bengkalis Duri untuk

meminimalisir risiko yang dihadapi?

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini, yaitu: menjelaskan manajemen risiko

yang diterapkan BRI Syariah KCP Bengkalis Duri dalam pembiayaan mikro.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah wawasan penulis khusus di bidang perbankan

b. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang manajemen risiko yang

diterapkan BRI Syariah KCP Bengkalis Duri dalam pembiayaan mikro.

c. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan, guna memperoleh gelar Ahli

Madya (A.Md) pada Prodi DIII Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam

E. Penjelasan Judul

Manajemen: Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan

efesien.

Risiko: Ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang

menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Pembiayaan : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain

yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Mikro: Kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan

memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan

dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan dan pengumpulan data tugas akhir ini, penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif menurut

pengertiannya adalah pencarian fakta dengan interpertasiyang tepat dengan tujuan

untuk mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.14

Data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :

a. Data perusahaan yang terdiri dari gambaran dan sejarah singkat dari perusahaan

BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.

b. Data tentang deskriptif mengenai manajemen risiko mengenai pembiayaan mikro

BRI Syariah KCP Bengkalis Duri. Data ini diperoleh dengan teknik dokumentasi

dan wawancara.

2. Subjek dan objek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat

memberikan informasi.Mereka terdiri dari pengelola perusahaan, pimpinan

manajemen hingga karyawan-karyawan yang berhubungan dengan

14

Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta, Kencana,

2014), h.333

penelitian.Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah bank BRI Syariah

KCP Bengkalis Duri yang beralamat di Jalan Hang Tuah No. 104, Mandau, Duri

Barat, Kabupaten Bengkalis, Riau.Waktu penelitian 15 Maret – 13 April 2018 selama

kegiatan magang.

3. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil

wawancara dan observasi dengan objek penelitian yaitu karyawan bagian

Marketing pada Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data kedua, dimana data yang

didapatkan berasal dari buku referensi yang berkaitan dengan manajemen risiko

pembiayaan mikro sesuai yang diberlakukan pada Bank BRI Syariah KCP

Bengkalis Duri.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan Tanya jawab dengan tatap muka

(face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai

(interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud

memperoleh persepsi, sikap, dan pola fikir dari yang diwawancarai yang relevan

dengan masalah yang diteliti.15

Dalam hal ini wawancara dilakukan peneliti dengan tokoh lembaga atau

para pihak khusus manajemen risiko yang dianggap berkompeten dengan masalah

15

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014), h.162

yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai manajemen risiko

pembiayaan mikro.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diadakan

dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis

(Arikunto, 2002). Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan

pencatatan.16

Dalam kegiatan observasi penulis bertindak sebagai pengamat dan

pewawancara yang terjun langsung kelapangan untuk menemui informan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui

dokumentasi dan data dari pihak Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.

G. Sistematika Penulisan

Data-data yang terkumpul disusun secara sistematis dalam lima bab dengan

rincian sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan

judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan Manajemen Risiko, Fungsi, dan

Tujuan Manajemen risiko, Proses Manajemen Risiko,Pengertian

Pembiayaan dan Pembiayaan Usaha Mikro.

16

Ibid., h.143

BAB III: GAMBARAN UMUM MENGENAI BRI SYARIAH KCP

BENGKALIS DURI

Pada bab ini terdiri dari latar belakang berdirinya Bank BRI Syariah

KCP Bengkalis Duri, visi dan misi BRI Syariah, struktur organisasi

BRI Syariah KCP Bengkalis Duri, produk-produk BRI Syariah dan

pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis memaparkan penelitian yangmembahas proses

penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro pada BRI Syariah

KCP Bengkalis Duri.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang

telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang

disampaikan dalam penulisan tugas akhir ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Risiko

1. Defenisi manajemen risiko

Pemahaman mengenai manajemen risiko pembiayaan akan dapat dipahami

apabila terlebih dahulu memahami defenisi dari masing-masing kata yang terkait di

dalamnya, yaitu manajemen, risiko, dan pembiayaan. Manajemen menurut pandapat

G.R. Terry, didefenisikan sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.1

Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian/pengawasan atas upaya

anggota-anggota organisasi dan atas penggunaan sumber daya yang terdapat pada

organisasi tersebut untuk mencapai tujuan Yang mana proses pencapaian tujuan

tersebut melalui keempat fungsi-fungsi manajemen tersebut (POAC).

Setelah membahas manajemen selanjutnya yang akan dibahas adalah

mengenai risiko dan jenis-jenis risiko yang terjadi pada perbankan. risikoadalah

ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak

yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut kamus ekonomi, risiko

adalah peluang dimana hasil yang sesungguhnya bisa berbeda dengan hasil yang

diharapkan atau kemungkinan nilai yang hilang oleh yang dapat diukur.2 Sedangkan

risiko dalam konteks perbankan menurut Adiwarman A. Karim (2004) merupakan

1Melayu Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah,(Jakarta: PT Bumi Aksara,

2015)Cetakan ke-11, h.2 2Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

2013), h.38

suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang

tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan

dan permodalan bank.

Dalam dunia perbankan terdapat beberapa jenis risiko, diantaranya:

a. Risiko kredit

Risiko kredit merupakan bentuk risiko pembayaran yang muncul pada saat

satu pihak bersepakat untuk membayar sejumlah uang atau mengirim barang

sebelum menerima asset atau uang cash-nya sendiri, sehingga menyebabkan

terjadinya kerugian.Dalam kasus pembayaran berbasis bagi hasil (mudharabah

dan musyarakah), risiko kredit adalah tidak terbayarnya kembali bagian bank oleh

pihak pengusaha pada saat jatuh tempo.Masalah ini bisa muncul bagi bank akibat

adanya kesenjangan informasi (assimatric information), dimana mereka tidak

mendapatkan informasi yang memadai tentang profit perusahaan yang

sesungguhnya.3

b. Risiko pasar

Risiko pasar timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti: suku

bunga, nilai tukar mata uang dan harga komoditas sehingga nilai asset yang

dimiliki bank menurun. Sebagai bank umum dengan prinsip syariah, maka bank

hanya perlu mengelola risiko pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang

dapat menyebabkan kerugian bank.4

c. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh

ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibanya pada saat jatuh tempo.5

3Veithzal Rivai, Islamic Risk Manajemen for Islamic Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2013), h. 243 4Ibid, h. 259

5Adiwarman A. Karim, op.cit, h. 274

d. Risiko operasional

Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas,

risiko ini muncul akibat kesalahan dan kecelakaan yang bersifat manusiawi

maupun teknis. Ini merupakan risiko kerugian yang secara langsung maupun tidak

langsung yang dihasilkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal,

factor manusia, teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal.

e. Risiko hukum

Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan

aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya

tuntutan hukum. Ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau

kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.

f. Risiko strategi

Risiko strategi adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka

panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank.Risiko ini juga dapat dikaitkan

dengan implementasi dari strategi-strategi mereka.

g. Risiko reputasi

Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan

yang dihasilkan oleh opini publik yang negatif terhadap bank.

h. Risiko kepatuhan

Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai pengertian manajemen risiko,

fungsi, dan tujuan manajemen risiko yang diterapkan pada perbankan sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pengertian manajemen

risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari

seluruh kegiatan usaha bank.

Penerapan manajemen risiko pada bank umum diatur dalam Peraturan Bank

Indonesia Pasal 38 UU 21 Tahun 2008 (1) yang berisi Bank Syariah dan UUS wajib

menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal nasabah, dan perlindungan

nasabah.Hal ini bertujuan sebagai upaya bank untuk meningkatkan evektifitas kinerja

bank serta menjaga kesehatan dari masing-masing bank.6

2. Fungsi dan tujuan manajemen risiko

Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur,

mamantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko

yang wajar dan terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian

manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberian peringatan dini (early

warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Secara garis besar manajemen risiko

berfungsi, sebagai berikut:7

a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

b. Menunjang efektivitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan bisnis

c. Menetapkan Early Warning System untuk meminimumkan risiko

d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan kesehatan bank

e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif

f. Memaksimalkan kualitas asset

Sementara itu, adapun tujuan manajemen risiko antara lain sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator

6Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen risiko bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 7Ibid, h. 255

b. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable

c. Maminimalisir kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled

d. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko

e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko

f. Memperkecil biaya

g. Menstabilisasi pendapatan perusahaan

h. Mengembangkan perumbuhan perusahaan

Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan

apabila tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya.Oleh karena itu,

peran manajemen risiko sendiri sangatlah penting dalam mengendalikan risiko-risiko

yang mungkin timbul dalam melaksanakan usahanya, agar memperoleh hasil yang

maksimal dari program kerja perusahaan.

3. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait di

dalam organisasi.8 Untuk menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank

harus secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko,

baik yang sudah ada maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis atau produk baru

bank. Risiko yang biasa diterapkan di bank BRI Syariah umumnya sama dengan

penerapan manajemen risiko pada bank lain sesuai sesuai dengan Peraturan Bank

Indonesia. Yang membedakan adalah pada BRI Syariah juga diterapkan manajemen

risiko pra-risiko atau identifikasi lebih mendalam terhadap calon nasabah. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengantisipasi risiko yang akan terjadi pada

kegiatan bank.

8Ferry N. Indoes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait

Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.7

Keseluruhan proses manajemen risiko ini harus meliputi seluruh departemen

atau divisi kerja dalam lembaga sehingga terciptanya budaya manajemen risiko.

Dibawah ini akan dijelaskan proses manajemen risiko dalam mendukung

aktivitasyang dilakukan oleh bank.9

a. Identifikasi risiko

Proses ini merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi dengan

melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat pada aktifitas

fungsional dan juga risiko dari produk dan kegiatan usaha. Salah satu aspek

penting dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko yang mungkin

terjadi sebanyak mungkin serta menganalisisnya secara aktif agar tidak timbul

risiko yang berlebihan.10

b. Pengukuran risiko

Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya adalah

pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya risiko tersebut.

Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk

memastikan profitabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.Metode

pengukuran ini dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif.Sedangkan model

pengukuran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan bank, manfaat yang

dapat diperoleh, serta peraturan yang berlaku.

c. Pemantauan risiko

Pada tahap ini dilakukan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko

yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektivitas proses

manajemen risiko. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan adalah

melihat kemampuan bank untuk menyerap risiko atau kegiatan yang timbul serta

9Ibid, h. 8

10Adiwarman A. Karim, op.cit, h. 260

melihat kemampuan kinerja sumber daya manusia yang terdapat didalam bank

untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi. Selain itu, bank juga harus

menyiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadianya

gangguan dalam proses pemantauan risiko agar hasilnya dapat menyempurnakan

prosesmanajemen risiko yang terdapat dalam bank tersebut.

d. Pengendalian risiko

Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahapan

analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan.Langkah tersebut

dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko

perusahaan.Selain itu, dengan adanya pengendalian dan pengawasan risiko

bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan

sesuai rencana, memastikan bahwa pengelolaan risiko cukup efektif, dan

memantau perkembangan terhadap kecendrungan berubahnya profil risiko, karena

perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas risiko.11

B. Pembiayaan Mikro

1. Definisi Pembiayaan

Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau

financing menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.

11

Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Terje, h. 29

Berdasarkan PBI No. 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Aktivitas bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil mudaharabah dan musyarakah

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istisna’

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

Pembiayaan diluncurkan melalui dua jenis bank, yaitu bank konvensional dan

bank syariah. Sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional telah

mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa terkecuali dengan umat Islam yang

ada di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai sesuatu yang bersifat

riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah islam (haram).

Alasan yang mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan

bebas bunga, salah satunya adalah bank syariah.

Dalam operasionalnya bank syariah menawarkan produk yang dibagi menjadi

tiga bagian besar, yaitu:

a. Produk penyaluran dana (financing)

b. Produk penghimpunan dana (funding)

c. Produk jasa (service)

Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai penyaluran dana dalam

bank syariah yang sering kita dengar adalah pembiayaan.

Pembiayaan dalam perbankan syariah memiliki beberapa prinsip, yaitu:

a. Tidak ada transaksi yang berbasis bunga.

b. Pengerahan pajak religius atau pemberian sedekah dan zakat.

c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan nilai Islam.

d. Peghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan judi dan ketidakpastian.

2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan

Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat penilaian atau yang disebut

dengan analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh bank pada umumnya

dengan analisis 5 C dan 7 P. analisis tersebut digunakan dengan tujuan mendapatkan

keyakinan tentang nasabahnya yang benar-benar layak untuk diberikan pembiayaan

penilaian dengan analisis 5 C, antara lain:12

a. Character (kepribadian)

Merupakan watak atau sifat seseorang yang akan diberikan kredit

(pembiayaan) benar-benar harus dapat dipercaya. Bank harus yakin bahwa calon

mitra pembiayaannya memiliki karakter yang baik, memegang teguh janjinya dan

bersedia melunasi kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan.

b. Capacity (kemampuan)

Merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam

membayar kredit.Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola

bisnis.Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon nasabah

pembiayaan. Karena kemampuan tersebut yangmenentukan besar kecilnya

pendapatan suatu usaha nasabah di masa yang akan datang. Semakin baik

kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan, maka semakin baik

kemungkinan kualitas pembiayaannya.

c. Capital (modal)

Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.Dalam

aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal yang dimiliki oleh calon

12

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014) Cetakan ke-12, h.136

nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan pembiayaan.Semakin besar modal

sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan nasabah dalam

menjalankan usahanya.Lembaga keuangan pun merasa lebih yakin dalam

memberikan pembiayaan.

d. Collateral (jaminan)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun yang bersifat nonfisik.Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit

(pembiayaan) yang diberikan.Adanya jaminan diperlukan untuk memberikan

ketenangan dan menambah kepercayaan bank selaku pemberi pembiayaan.

Jaminan mempunyai dua fungsi, yaitu: untuk pembayaran utang bila nasabah

pembiayaan tidak mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan

jumlah pembiayaan.

e. Condition (kondisi)

Dalam menilai kredit (pembiayaan) hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi, sosial, dan politik yang sekarang ada untuk prediksi di masa yang akan

datang. Penilaian kondisi atau prospek dibidang usaha yang dibiayai hendaknya

benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit

(pembiayaan) tersebut bermasalah relatif kecil.

BRI Syariah melakukan penilaian dengan analisis 5 C ini bertujuan agar

pembiayaan yang diberikan kepada nasabah benar-benar digunakan untuk

mengembangkan usaha yang dijalankannya. Identifikasi terhadap karakteristik

nasabah dan identifikasi mengenai modal, kemampuan membayar angsuran, barang

jaminan dan kondisi ekonomi perusahaan dilakukan oleh unit Mikro BRI Syariah

secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkan risiko yang dapat merugikan pihak

bank.

Selanjutnya, penilaian pembiayaan dapat juga dilakukan dengan analisis 7P

pembiayaan dengan unsur penilaian sebagai berikut:13

a. Personality (kepribadian)

Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya.Penilaian ini mencakup sikap,

emosi, tingkahlaku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan

menyelesaikannya.

b. Party ( penggolongan)

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau

golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas

berbeda dari bank.

c. Purpose (tujuan)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,

termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah.Misalkan apakah untuk

modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.

d. Prospect (prospek)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang

menggunakan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas

pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang

rugi, tetapi juga nasabah.

e. Payment (pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan

yang telah diambil serta dari sumber mana saja dana untuk pengembalian

pembiayaan.

13

Ibid, h.138

f. Profitability (keuntungan)

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari

laba.Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau

akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan

diperolehnya.

g. Protection (menjaga keamanan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar pembiayaan yang diberikan

mendapatkan jaminan dan perlindungan, sehingga pembiayaan yang diberikan

benar-benar aman.

Setelah mengetahui prinsip-prinsip pemberian dan penilaian pembiayaan yang

telah dikemukakan diatas, dengan ini kita akan membahas menyangkut prosedur

pemberian pembiayaan. Pada dasarnya prosedur pemberian pembiayaan dan penilaian

pembiayaan oleh dunia perbankan adalah sama, yang menjadi perbedaan adalah

bagaimana cara bank tersebut dalam menilai serta persyaratan yang diterapkan dengan

pertimbangan masing-masing bank. Pada BRI Syariah prinsip pemberian pembiayaan

dilakukan dengan cermat dan teliti pada awal penilaian kepribadian calon nasabah,

pengklasifikasian golongan usaha calon nasabah, hingga memberikan asuransi pada

pembiayaan yang diajukan.Tujuan utama BRI Syariah adalah mengutamakan

kepuasan nasabahnya dalam setiap kegiatan pembiayaan.

3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan yang menjadi sumber pendapatan pada bank syariah, tentunya

memiliki beberapa fungsi serta tujuan. Adapun fungsi tersebut diantaranya:14

a. Meningkatkan daya guna uang

14

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.197

Nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan, giro dan

deposito.Dalam presentase tentunya uang tersebut ditingkatkan kegunaanya oleh

bank untuk usaha dalam rangka peningkatan produktifitas.Sementara itu para

pengusaha juga dapat menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas

usahanya, baik untuk meningkatkan produksi maupun perdagangan.

b. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran, pengusaha

menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet

giro, wesel, dan sebagainya.

c. Menimbulkan keinginan besar untuk berusaha

Setiap manusia adalah makhluk yang selalu berusaha memenuhi

kebutuhannya. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank

untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Dengan

begitu, para pengusaha tersebut dapat memperbesar volume usaha dan

produktivitasnya.Serta memperluas lapangan pekerjaan.

Secara umum tujuan pembiayaan perbankan dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan

untuk tingkat mikro. Adapun tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro, antara lain:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan

tertinggi, yaitu memaksimalkan laba. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka

perlu pendukung dana yang cukup.

b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan

laba yang maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan risiko.

Risiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan

dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia

serta sumber daya modal (pembiayaan).

Selain tujuan, terdapat beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh

bank syariah kepada nasabah seperti yang disebutkan dalam bukunya Warkum

Sumitro : 2004, antara lain:

a. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang

jauh lebih mandiri.

b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui program pengembangan

modal kerja dan program usaha bersama.

c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional.

4. PembiayaanUsahaMikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha

perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan)

paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Pengertian lain

menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki asset, modal,

omset yang amat kecil.

Pembiayaan mikro merupakan sektor usaha terpenting dalam perkembangan

struktur industri dan produksi ekonomi di Negara-negara yang sedang

berkembang.Dalam konteks Indonesia pembangunan dan perkembangan usaha mikro

mempunyai arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha

serta meningkatkan derajat distribusi pendapatan.Umumnya, pembiayaan mikro ini

digunakan oleh para pengusaha mikro yang berada di masyarakat.Usaha yang

dijalankan misalnya usaha pakaian jadi, bengkel motor, material, sembako/kebutuhan

sehari-hari, restoran/rumah makan, alat tulis/kantor, dan lain-lain.

Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah pembiayaan dirasa cukup penting

mengingat untuk kebutuhan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan

usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.Permasalahan timbul

ketika pengusaha mikro, kecil, dan menengah tersebut dihadapkan kepada

kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.

Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan syariah, antara

lain:15

a. Pembiayaan murabahah

Adalah akad jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungan

barang dengan menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk barang tersebut, dan tingkat keuntungan

(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang

disepakati.Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati

tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan murabahah selalu

dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan

segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan.16

b. Pembiayaan salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan

belum ada.Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan

pembayaran dikalukan secara tunai.Bank bertindak sebagai pembeli, sementara

15

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.82 16

Azharuddin Lathif, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), Cetakan ke-1, h.118

nasabah sebagai penjual.Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu

penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

c. Pembiayaan istishna’

Pembiayaan istishna’ menyerupai pembiayaan salam, tetapi didalam

istishna’ pembayaran dapat dilaksanakan melalui cicilan atau ditangguhkan.

Praktik istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan dalam pembiayaan

manufaktur dan konstruksi.Ketentuan umum dalam pembiayaan istishna’ adalah

spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam ukuran, mutu, dan

jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad, jika terjadi

perubahan dari kriteria pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani,

seluruh biaya ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.17

d. Pembiayan ijarah

Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan

membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu.Pada

akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada

nasabah.Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik

(sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).Harga sewa dan harga jual

disepakati di awal perjanjian.

e. Pembiayaan mudharabah

Adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai selaku

pengelola dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak.

17

Ibid, h. 125

f. Pembiayaan Musyarakah

Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Serta spesifik, bentuk konstribusi dari bank yang bekerjasama dapat berupa dana,

barang dagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan,

kepercayaan dan barang-barang lain yang dapat dinilai dari uang.18

18

Ibid, h. 134

BAB III

GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG

PEMBANTU DURI

A. Sejarah Bank BRI Syariah

Berawal dari akuisisi PT.Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, terhadap Bank

Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia

pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal

17 November 2008 PT.Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.Bank

BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasi secara konvensional,

kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.

Dua tahun lebih PT.Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank

riteil modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan

jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bemakna. Melayani nasabah dengan

pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan berbagai produk yang sesuai

dengan harapan nasabah dengan prinsip syariah.

Kehadiran PT.Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008

ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.Bank Rakyat Indonesia (persero),

Tbk, untuk melebur ke dalam PT.Bank BRI Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif

pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku

Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, dan Bapak Ventje Raharjo

selaku Direktur Utama PT.Bank BRI Syariah.

Saat ini PT.Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan

asset. PT.Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi asset, jumlah pembiayaan

dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah,

PT.Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank riteil modern terkemuka dengan

berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

Sesuai dengan visinya, saat ini PT.Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan

PT.Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, sebagai kantor Layanan Syariah dalam

mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan konsumer berdasarkan prinsip

syariah.1

Salah satu kantor cabang pembantu PT.BRI Syariah adalah cabang pembantu

Bengkalis Duri yang berdiri dan beroperasi pada 12 Oktober 2012 yang beralamat di

Jalan Hang Tuah, No. 104, Mandau, Duri Barat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Bank BRI

Syariah berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 2012 merupakan wujud dari BRI Syariah

dalam hal Unit Usaha Syariah (UUS) dengan tujuan mengembangkan pelayanan bagi

nasabah.2

B. Visi dan Misi

1. Visi3

Menjadi bank riteil modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

2. Misi4

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasikan beragam kebutuhan

finansial nasabah.

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.

c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana

pun.

1http://www.brisyariah.co.id

2Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP

Bengkalis Duri, 13 April 2018 3http://www.brisyariah.co.id Tentang Visi dan Misi Bank BRI Syariah

4http://www.brisyariah.co.id Tentang Visi dan Misi Bank BRI Syariah

d. Memungkinkan untuk setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan

menghadirkan ketentraman pikiran.

C. Struktur Organisasi Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis Duri

Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri memiliki 14 orang karyawan yang terdiri

dari pimpinan cabang pembantu, unit Head, BOS, RJ, CS, Teller, 4 orang AOM, AOK,

OB, dan security. Berikut tugas masing-masing karyawan yang ada di BRI Syariah KCP

Bengkalis Duri:

1. Pincapem

Pimpinan Cabang Pembantu

(pincapem)

DICKY SATRIA

Operasional

BOS RHISKI YULIANA

Mikro

UH HARI DARMANSYAH

RJ HARI SAPUTRA

AOM

BERTHA

BENIA

AOM

FRIYANTA

DARMA

AOM

VICCA

PATERECIA

AOK

IRA

NOVITA

CS

RESTI AZKIA

TELLER

TAUFIK DANIL

OB

YOS

SECURITY

RAJA

AOM

NANDA

SYAHMANDA

Merupakan karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk

memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang Pembantu.

2. Unit Head (UH)

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar berjalan sesuai target yang telah

ditentukan atau yang telah diberikan dan tidak melanggar aturan syariah maupun

pedoman pemberian pembiayaan mikro (M3P).

3. Branch Operational Supervisor (BOS)

Adalah karyawan BRI Syariah yang membawahi Teller, Customer Service,

Office Boy, Security yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan operasional bank di

kantor cabang pembantu Bengkalis Duri dengan cara memberikan layanan

operasional bank yang akurat dan tepat waktu, sehingga seluruh transaksi dari

nasabah dapat ditangani dan diselesaikan dengan baik.

4. Reviewer Junior (RJ)

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang mempunyai tugas mengawasi dan

membantu karyawan bank dalam pembiayaan agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengambilan keputusan pembiayaan dan tidak terjadinya kesalahan dalam

pembiayaan tersebut.

5. Teller

Adalah karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan berfungfi

sebagai kasir.

6. Customer Service (CS)

Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi dan

layanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang berlaku pada BRI

Syariah KCP Bengkalis Duri lebih khususnya serta memberikan pelayanan yang

terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam berhubungan dengan bank BRI

Syariah KCP Bengkalis Duri.

7. Account Officer Marketing (AOM)

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertugas melakukan penjualan

produk-produk mikro, pre-screening dokumen calon nasabah sebagai persyaratan

pengajuan pembiayaan, serta melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan

pembayaran angsuran nasabah tepat waktu.

8. Account Officer Konsumer (AOK)

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang melakukan penjualan produk-

produk konsumer, pre-screening dokumen calon nasabah sebagai persyaratan

pengajuan pembiayaan, serta melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan

pembayaran angsuran nasabah secara tepat waktu.

9. Office Boy (OB)

Adalah karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan kantor,

dan mengantar surat-surat kantor.

10. Security

Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertanggung jawab atas keamanan

lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.

D. Produk Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Duri

1. Dana Pihak Ketiga (funding) dan Pembiayaan (landing)

a. Tabungan Faedah BRI Syariah iB

Produk simpanan dari BRI Syariah untuk nasabah perorangan yang

menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari-hari.Akad yang digunakan

dalam tabungan ini adalah Wadi’ah yad Dhamanah.

Fasilitas/ Keunggulan

Beragam FAEDAH (Fasilitas Serba Mudah)

1) Ringan setoran awal Rp.100.000,-

2) Gratis biaya administrasi bulanan

3) Gratis biaya kartu ATM bulanan

4) Ringan biaya tarik tunai di seluruh jaringan ATM BRI, Bersama & Prima

5) Ringan biaya transfer melalui jaringan ATM BRI, Bersama & Prima

6) Ringan biaya cek saldo di jaringan ATM BRI, Bersama & Prima5

7) Ringan biaya debit dijaringan EDC BRI dan Prima

b. Tabungan Haji BRI Syariah iB

Tabungan Haji BRI Syariah iB merupakan produk simpanan yang

menggunakan akad bagi hasil sesuai prinsip syariah, khusus bagi calon haji yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biaya perjalanan ibadah haji. Akad yang

digunakan dalam produk tabungan haji ini adalah akad mudharabah mutlaqah.

Fasilitas/Keunggulan

1) Setotan awal yang ringan

2) Gratis biaya administrasi bulanan

3) Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan

4) Online dengan SISKOHAT (Sistem Kompoterisasi Haji Terpadu) untuk

kepastian porsi keberangkatan haji

5) Bebas setiap saat menambahkan saldo

6) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara

online

7) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda dapatkan

5Brosur produk tabungan faedah BRI Syariah iB

8) Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji anda

9) Dapat dibukakan untuk anak-anak

10) Tersedia pilihan ibadah haji regular dan haji khusus6

c. Tabungan Impian BRI Syariah iB

Tabungan impian BRI Syariah merupakan produk simpanan berjangka dari

BRI Syariah untuk nasabah perorangan yang dirancang untuk mewujudkan impian

nasabahnya (kurban, pendidikan, liburan, belanja) dengan terencana memakai

mekanisme autodebet setoran rutin bulanan. Akad yang digunakan dalam produk

tabungan impian BRI Syariah iB ini adalah mudharabah muthlaqah.

Fasilitas/keunggulan

1) Mendapatkan buku tabungan dan sertifikat asuransi

2) Gratis asuransi hingga RP. 750 juta

Syarat dan ketentuan

1) Melampirkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk)

2) Melampirkan fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

3) Memiliki produk tabungan impian BRI Syariah iB sebagai rekening induk.7

d. Giro Faedah Mudharabah BRI Syariah

Merupakan simpanan investasi dana nasabah pada BRI Syariah yang

menggunakan akad mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan

sesuai kesepakatan dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayaran

lainnya, atau dengan pemindahbukuan.

Fasilitas/keunggulan

6Brosur produk tabungan haji BRI Syariah iB

7Brosur produk tabungan impian BRI Syariah iB

1) Dapat bertransaksi diseluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara online

2) Buku, cek dan bilyet giro sebagai media penarikan

3) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang diterima

4) Dapat diberikan layanan e-channel berupa Cash Management System (CMS)8

e. Deposito BRI Syariah Ib

Merupakan produk simpanan berjangka menggunakan akad bagi hasil

(Mudharabah Mutlaqah) sesuai prinsip syariah bagi nasabah perorangan maupun

perusahaan yang memberikan keuntungan optimal.

Fasilitas/keunggulan

1) Bagi hasil yang kompetitif

2) Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda

dapatkan

3) Pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke

rekening tabungan atau giro BRI Syariah

4) Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai yang

berlaku pada saat diperpanjang

5) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan

Fitur & Biaya

1) Minimum penempatan Rp.2.500.00,-

2) Pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan

3) Biaya break deposito Rp.100.000,-9

8Brosur giro faedah mudharabah BRI Syariah iB

9Brosur depositoBRI Syariah iB

2. Pembiayaan Mikro BRI Syariah

Nama produk pembiayaan mikro yang digunakan adalah mikro Ib, Mikro iB

dibagi menjadi 3 macam produk dengan risiko produk yang berbeda:

a. Mikro 25 iB (tanpa jaminan)

b. Mikro 75 iB (dengan jaminan tidak diikat sempurna)

c. Mikro 200 iB (dengan jaminan yang diikat sempurna)

Ketiga produk tersebut pada BRI Syariah KCP Bengklis Duri menggunakan

akad murabahah (jual beli).

Dari penjelasan singkat diatas, maka akan di lebih dijelaskan lebih luas lagi

mengenai ketiga produk diatas :

a. Mikro 25 iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan

sebesar Rp.5.000.000,00 s/d Rp.25.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 3

sampai 12 bulan. Pada produk mikro 25 iB ini tidak menggunakan jaminan.

Untuk mengajukan pembiayaan mikro 25 iB harus memenuhi persyaratan

berikut:

1) Persyaratan umum

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun

c) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun

d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi

f) Memiliki usaha tetap

2) Persyaratan dokumen

a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)

b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah

c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)

b. Mikro 75 iB

Produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan sebesar

Rp.5.000.000,00 s/d Rp.75.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6 sampai 36

bulan bertujuan untuk modal kerja dan 6 sampai 60 bulan.

Untuk mengajukan pembiayaan mikro 75 iB harus memenuhi persyaratan

berikut:

1) Persyaratan umum

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

g) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun

h) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun

i) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

j) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi

k) Memiliki usaha tetap

2) Persyaratan dokumen

a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)

b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah

c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)

d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp 50.000.000,00

e) Jaminan atas milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung

c. Mikro 200 iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan

sebesar Rp.76.000.000,00 s/d Rp.200.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6

sampai 60 bulan.Yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan investasi.

Pada produk mikro 200 iB ini menggunakan jaminan.Untuk mengajukan

pembiayaan mikro 200 iB harus memenuhi persyaratan berikut:

1) Persyaratan umum

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun

c) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun

d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi

f) Memiliki usaha tetap

2) Persyaratan dokumen

a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)

b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah

c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)

d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp 50.000.000,00

e) Jaminan atas milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung

d. KUR MikroiB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan

sebesar Rp.5.000.000 s/d Rp.25.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6

sampai 60 bulan.Pada produk ini tidak wajib menggunakan jaminan.

Untuk mengajukan pembiayaan KUR Mikro iB harus memenuhi persyaratan

berikut:

1) Persyaratan umum

a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia

b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun

c) Lama usaha calon nasabah minimal 6 bulan

d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah

e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi

f) Memiliki usaha tetap

2) Persyaratan dokumen

a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)

b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah

c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)

d) Tidak diwajibkannya jaminan10

10

Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP

Bengkalis Duri, 13 April 2018

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP Bengkalis Duri Dalam

Meminimalisir Risiko Yang Dihadapi Oleh Pembiayaan Mikro

Seperti halnya bank konvensional, bank BRI Syariah juga menghadapi risiko

kredit dalam pembiayaan dan menyalurkan dananya ke masyarakat. Penerapan

manajemen risiko pada Mikro iB BRI Syariah terbagi menjadi dua tahap yaitu:

1. Tahap Pra-risiko, menerapkan prinsip mengenal nasabah yang terdiri dari

mengidentifikasi calon nasabah, menjalin hubungan baik antara bank dan nasabah.

Setelah nasabah mengisi formulir pembiayaaan, maka bank akan melalukan

kunjungan usaha guna memantau rekening dan transaksi calon nasabah, penyelidikan

informasi negatif dan menganalisa keuangan calon nasabah. Prinsip ini dilakukan agar

dapat mengetahui profil ataupun keseriusan calon nasabah dalam membayar angsuran

pembiayaan dan menghindari risiko yang tidak terduga yang mungkin akan terjadi.

2. Tahap saat terjadinya risiko, langkah-langkah dalam penerapan manajemen risiko

yang dilakukan diantaranya:

a. Identifikasi risiko

Proses ini dilakukan menggunakan analisis karakter risiko yang melekat

pada aktivitas fungsional.

1) Mengidentifikasi karakter nasabah, dalam hal ini BRI Syariah mengamati sifat

dan watak calon nasabah, cara nasabah menjalankan usahanya, mengamati

keuangan nasabah, dan melakukan pengawasan terhadap usaha nasabah, serta

melihat keseriusan nasabah dalam membayar kembali angsuran pembiayaan

yang diberikan kepada calon nasabah.

2) Melakukan BI Cheking, guna mengetahui apakah calon nasabah disiplin

dalam pembayaran angsuran tepat pada waktunya atau tidak.

3) Mengidentifikasi usaha calon nasabah dan agunan atau jaminan yang diajukan

calon nasabah.

b. Pengukuran risiko

1) Menganalisa keuangan calon nasabah

Menganalisa keuangan calon nasabah digunakan untuk memberikan

informasi penting dalam pengambilan keputusan, serta rasio-rasio keuangan

usaha nasabah. Untuk menganalisis rasio keuangan nasabah dilakukan dengan

cara:

a) Menghitung kebutuhan modal kerja calon nasabah

b) Repayment Capacity (RPC) atau kemampuan membayar kembali angsuran

oleh calon nasabah.

c) IDIR (Innicial Disposible Income Ratio) atau perhitungan jumlah cicilan

nasabah pada bank BRI Syariah, angsuran pada bank

lain/disposableincome (pendapatan bersih).

2) Menganalisa karakter

Menganalisa karakter calon nasabah dilakukan dengan cara melakukan

kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah ditempat usaha yang

akan dibiayai, serta mencari informasi yang lebih detail mengenai karakter

calon nasabah dengan cara bertanya kepada tetangga-tetangga calon nasabah

atau lingkungan sekitar tempat tinggal calon nasabah.

3) Menganalisis manajemen

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui tingkat rasio dan kemampuan

manajerial calon nasabah dan cara nasabah mengelola usahanya.

4) Menganalisis fasilitas

Analisa terhadap tingkat risiko dari fasilitas yang diberikan bank

kepada nasabah misalnya jangka waktu yang dimohonkan nasabah. Semakin

lama jangka waktu yang dimohonkan nasabah, maka semakin tinggi risiko

yang akan terjadi karena kemungkinan terjadinya keterlambatan pengembalian

pokok pembiayaan.

5) Menganalisa kondisi lingkungan usaha

Analisis ini dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a) Ketergantungan terhadap supplier, semakin banyak supplier maka

semakin tinggi persediaan barang nasabah, dan hal ini dapat

meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.

b) Ketergantungan terhadap pelanggan, semakin banyak pelanggan maka

akan semakin besar omset yang akan didapatkan sehingga laba usaha

menjadi lebih baik.

c) Wilayah pemasaran usaha, semakin luas pemasaran nasabah maka

semakin baik usaha yang dijalankan calon nasabah.

d) Jenis produk, jika jenis produk yang ditawarkan termasuk barang dan jasa

primer, maka perputaran usahanya akan semakin cepat menghasilkan

keuntungan yang lebih baik.

6) Menganalisa agunan atau jaminan

Analisis ini dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi agunan

atau jaminan yang berupa tanah, tanah dan bangunan, kios dan kendaraan

bermotor untuk melihat fisik yang dijaminkan oleh calon nasabah.

c. Pemantauan risiko

Proses ini dilakukan tidak hanya sebatas mengamati perubahan usaha yang

ada dilapangan saja, namun pemantauan ini lebih dikenal dengan maintain yang

diperioritaskan oleh bank BRI Syariah dalam menjaga kualitas pembiayaan.

Maintain ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: tahap pertama melalui telepon

dan tahap kedua dengan mengunjungi langsung ketempat usaha untuk melakukan

chas pick up pembayaran angsuran nasabah.

d. Pengendalian risiko

Dalam kegiatan pembiayaan usaha mikro, BRI Syariah senantiasa

berhadapan dengan berbagai macam jenis risiko, terutama risiko nasabah yang

mengalami kegagalan dalam pembayaran angsuran/pembiayaan bermasalah.

Penentuan kolektabilitas nasabah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

proses penanganan pembiayaan bermasalah pada tahapan pengendalian risiko.

Untuk pembiayaan dengan skema murabahah pada BRI Syariah, penentuan

kolektabilitas dapat dilihat dari kemampuan membayar berdasarkan hari

tunggakannya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Kolektabilitas

Kolektabilitas 1 (L) Pembiayaan tepat waktu dan tidak ada tunggakan

serta sesuai dengan persyaratan akad.

Kolektabilitas 2 (DPK) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau

margin sampai dengan 90 hari

.

Kolektabilitas 3 (KL) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau

margin melampaui 90 hari sampai dengan 180

hari

Kolektabilitas 4 (D) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau

margin melampaui 180 hari sampai dengan 270

hari

Kolektabilitas 5 (M) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau

margin yang sudah melampui 270 hari

Sumber : pedoman pemberian pembiayaan mikro (P3M) BRI Syariah

Dalam upaya menghindari pembiayaan mikro yang bermasalah tersebut BRI

Syariah dapat melakukan

1. Restructuring (penataan ulang)

Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan dana untuk

mengembalikan pembiayaan tetapi masih mampu untuk mengembalikan dana

tersebut, ada barang jaminan dan proses usahanya pun bagus, maka tindakan yang

dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka meringankan beban

nasabah adalah dengan menambah dana pembiayaan yang diharapkan dapat

membantu nasabah untuk menigkatkan usaha nasabah dan mengembalikan dana

pembiayaan tersebut.

Dalam tindakan ini dapat terjadi konversi akad antara bank dengan nasabah

karena terjadi penambahan jumlah plafond dan jaminan.Restructuring hanya

diberikan terhadap pembiayaan dengan limit Rp.75 juta sampai Rp.200

juta.Berdasarkan wawancara penulis dengan pihak BRI Syariah KCP Bengkalis Duri,

persentase nasabah pembiayaan mikro BRI Syariah yang mengalami pembiayaan

bermasalah masih dibawah 1%.

2. Rescheduling (penjadwalan ulang)

Permasalahan pembiayaan ini sama dengan permasalahan pembiayaan diatas,

maka tindakan komite pembiayaan bermasalah ini adalah dengan memberikan

perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan. Fasilitas penjadwalan ulang ini

diberikan kepada nasabah yang memunyai I’tikad baik untuk mengembalikan dana

pembiayaan dan berkarakter bagus serta jujur.

3. Agunan yang diambil alih / penyitaan barang jaminan

Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak berkemampuan dan tidak

mempunyai harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, prospek usaha pun

tidak bagus, tetapi ada barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh

komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan menyita barang

jaminan yang diserahkan secara sukarela (dihibahkan) oleh nasabah kepada pihak

bank.

4. Write Off (hapus buku)

Kriteria nasabah yang diusulkan untuk write off, sebagai berikut:

a. Nasabah meninggal dunia khusus produk yang tanpa jaminan dan tidak dicover

oleh asuransi

b. Nasabah mengalami musibah

c. Nasabah mengalami sakit permanen yang menyebabkan tidak dapat melakukan

aktivitas usaha

d. Keberadaan nasabah tidak diketahui selama 90 hari

Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa unit Mikro BRI Syariah menjadikan

risiko sebagai budaya, sehingga secara langsung kehati-hatian terhadap risiko

terealisasikan kesetiap bagian yang ada pada BRI Syaraih.Manajemen risiko yang baik

yang terarah sudah dapat dipastikan bisa menekan dan meminimalkan profitabilitas dan

dampak negatif dari risiko yang dihadapi.1

1 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) BRIN Syariah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisis hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan

dalam meminimalisir risiko yang timbul dari pembiayaan bermasalah, maka diperlukan

manajemen risiko yang baik. BRI Syariah menerapkan dua tahapan dalam meminimalisir

risiko, yaitu: tahap pra-risiko yang menerapkan prinsip mengenal nasabah dan tahap saat

terjadinya risiko diterapkan empat macam manajemen risiko diantaranya: identifikasi

risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko. Dalam pengukuran

risiko diterapkan enam macam analisa diantaranya: analisa keuangan calon nasabah,

analisa karakter, analisa manajemen, analisa fasilitas, analisa kondisi lingkungan, dan

analisa agunan atau jaminan. Begitu juga dengan pengendalian risiko yang menerapkan

empat upaya menghindari pembiayaan bermasalah diantaranya: restructuring (penataan

ulang), rescheduling (penjadwalan ulang), agunan yang diambil alih atau penyitaan

barang jaminan, dan write off (hapus buku).

B. Saran

Karena rentannya risiko dalam sebuah pembiayaan, maka bank BRI Syariah perlu

mempersiapkan manajemen risiko yang baik agar dapat meminimalisir risiko yang

mungkin terjadi akibat gagal bayar atau pembiayaan bermasalah. Dan pada pihak bank

diharuskan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan mikro, karena pembiayaan mikro

ini serat dengan risiko maka perlu manajemen yang baik dan proses pembiayaan yang

cermat dan teliti, analisa keuangan yang baik, karakter nasabah yang jujur, dan juga BRI

Syariah harus menaati nilai syariah dalam menjalankan bisnis nasabahnya, serta

melakukan pembinaan dan pengawasan yang harus dilakukan agar terhindarnya dari

risiko-risiko dalam pembiayaan mikro.

DAFTAR PUSTAKA

A.Karim, Adiwarman. 2013. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Ali, Masyudi. 2005. ManajemenRisiko: StrategiPerbankandanDunia Usaha

MenghadapiTantanganGlobalisasaiBisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Ascarya. 2007. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasibuan, Melayu S.P. 2015. Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Indoes, Ferry N. 2008. ManajemenRisikoPerbankan: Pemahaman 3 Pilar

Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Idroes, Ferry N. 2008. ManajemenRisikoPerbankan. Jakarta: Rajawali Pers.

Jauhar, Muhammad, danSubekiRidhotullah. 2015. PengantarMnajemen. Jakarta:

PrestasiPustakaraya.

Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Press.

Lathif, Azharuddin. 2000. Fiqih Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Muhammad. 2004. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) pada BRI Syariah.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011

TentangPenerapanMananjemenRisikoBagi Bank UmumSyariahdan Unit

Usaha Syariah.

Rakib, Muhammad danAlyas.StrategiPengembangan Usaha Mikro, Kecil

danMenengahDalamPenguatanEkonomiKerakyatan. Sosiohumaniora Vol.

19, No. 2.Juli 2017.

Rivai, Veithzal, dkk. 2007. Bank and Financial Institution Manajement. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

_____________ 2007. Bank and Financial Institution Management: conventional

and Syaria System. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

_____________ 2013. Islamic Risk ManagemenFor Islam Bank. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Safitri, Selvy. Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro. Jurnal Ekonomi dan

Perbankan Syariah Vol. 3, No. 1. April 2015.

Undang-Undang Nomor.10 Tahun 2008. Tentang Usaha Kecil dan Menengah

Undang-UndangNomor.20 Tahun 2008. Tentang Pembiayaan

Yusuf, Muri. 2014. MetodePenelitian: Kuantitatif, Kualitatif,

danPenelitianGabungan, Jakarta: Kencana.