MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI ...
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI
SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU (KCP)
BENGKALIS DURI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
dalam Ilmu Manajemen dan Perbankan Syariah
Oleh
TRI MUTIA NINGSIH
NIM. 1503050143
PROGRAM STUDI D.III MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/2018M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Pada PT. BRI Syariah Kantor Cabang
Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.
Shalawat serta salam kepada Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW
yang mana beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Diploma III Jurusan Manajemen Perbankan Syariah.
Dalam pelaksanan penulisan Tuas Akhir ini, penulis banyak mendapat
dukungan dan motivasi dari berbagai kalangan. Dari lubuk hati yang paling dalam
penulis mengucapkan ribuan terimaksih kepada Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu
memberikan dukungan, doa serta nasehat kepada penulis sehingga dapat
menyesesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Allah membalas jasa Ayah dan Ibu
dengan nikmat yang tak terhingga yaitu surga.
Selanjutnya ucapan terimakasih penulis kepada:
1. Bapak H. Dr. Eka Putra Wirman, MA sebagai Rektor UIN Imam Bonjol
Padang.
2. Bapak Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.
3. Ibuk Novia Indriani, SE. M.SI sebagai pembimbing.
4. Bapak Dicky Saputra sebagai pinpinan cabang pembantu pada PT. BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis Duri.
5. Bapak Hari Darmansyah sebagai Unit Heat Mikro PT. BRI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Bengkalis Duri.
6. Seluruh Karyawan PT. BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis
Duri.
Terimakasih atas dukungan yang diberikan, semoga Allah SWT membalas
segala amalan kita semua. Tanpa bantuan dan dukungan dari Bapak, Ibu, Teman-
teman, penulis akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Semoga bantuan, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan menjadi amalan
dan diberikan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT.
Padang, 10 Agustus 2018
Penulis
Tri Mutia Ningsih
ABSTRAK
Tugas Akhir ini berjudul “ManajemenRisikoPembiayaanMikroPada
PT. BRI Syariah Kantor CabangPembantu (KCP) BengkalisDuri” disusun
oleh Tri MutiaNingsih NIM. 1503050143 Jurusan DIII manajemen Perbankan
Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol Padang. Tujuan
dari penulisan Tugas AKhir ini adalah untuk mengetahu bagaimana tahapan
manajemen risiko pembiayaan mikro pada bank BRI Syariah KCP Bengkalis
Duri.
LatarbelakangpenulisanTugasAkhiriniialahseorangkaryawanpembiayaanm
ikrodimanakaryawantersebutmampumenjelaskantahapan-
tahapandarimanajemenrisikopembiayaanmikropada BRI Syariah KCP
BengkalisDuri.Denganadanyatahapanini, bank
dapatmeminimalisirrisikonyasesuaidenganketentuan yang berlakupada bank
tersebut agar tidakterjadinyarisiko yang tidak di inginkan.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
metodepenelitiankualitatifdeskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
penulis untuk membahas tugas akhir ini yaitu wawancara secara langsung dengan
karyawan BRI SyariahkantorcabangpembantuBengkalisDuri. Untuk membahas
masalah diatas dilakukan wawancara langsung dengan unit Head pembiayaan
mikro. Yaitu menguraikan dan menjelaskan
tentangpenerapanmanajemenrisikopembiayaanmikrodalammeminimalisirrisiko
yang dihadapi.
Hasil dari penelitian ini adalah
adanyaduatahapandalammanajemenrisikodalammeminimalisirrisikoya, yaitu:
tahappra-risiko yang
menerapkanprisipmengenalnasabahdantahapsaatterjadinyarisiko yang
menerapkanempattahapandiantaranya: identifikasirisiko, pengukuranrisiko,
pemantauanrisiko, danpengendalianrisiko.
Dalampengukuranrisikoditerapkanenamjenisanalisayaitunya:
analisakeuangannasabah, karakter,manajemen, fasilitas, kondisi lingkungan, dan
agunan atau jaminan. Begitujugadenganpengendalianrisiko yang
menerapakanempatupayadiantaranya: restructuring (penataan ulang),
rescheduling (penjadwalan ulang), agunan yang diambil atau penyitaan barang
jaminan, dan write off (hapusbuku).
Kata kunci : Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
PERNYATAAN KEORISINILAN .........................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................................
PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................
ABSTRAK ................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Batasan Masalah............................................................................. 8
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 8
E. Penjelasan Judul ............................................................................... 9
F. Metode Penelitian........................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 15
A. Manajemen Risiko ......................................................................... 15
1. Defenisi Mananjemen Risiko ................................................... 15
2. Fungsi Dan Tujuan Manajemen Risiko ................................... 19
3. Proses Manajemen Risiko ........................................................ 21
B. Pembiayaan Mikro ......................................................................... 23
1. Defenisi Pembiayaan ............................................................... 23
2. Prinsip Dan Penilaian Pemberian Pembiayaan ........................ 25
3. Fungsi Dan Tujuan Pembiayaan .............................................. 30
4. Pembiayaan Usaha Mikro ........................................................ 32
BAB III GAMBARAN UMUM BANK BRI SYARIAH KCP BENGKALIS
DURI ................................................................................................... 37
A. Sejarah Berdirinya Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ......... 37
B. Visi Dan Misi Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ................. 39
C. Strukur Organisasi BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ................... 40
D. Produk Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri ............................ 43
1. Dana Pihak Ketiga Dan Pembiayaan ....................................... 43
2. Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah ......................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 52
A. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Bank BRI
Syariah KCP Bengkalis Duri dalam Meminimalisir Risiko Yang
Dihadapi Oleh Pembiayaan Mikro ................................................. 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 60
A. Kesimpulan .................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) mendefinisikan UMKM adalah kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada
masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan
stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar
utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan,
perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas
kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan
Badan Usaha Milik Negara.1
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.2
Menurut International Management Communications Corporation (IMCC),
microfinance atau pembiayaan mikro sebagai seperangkat teknik dan metode perbankan
non-tradisional untuk membuka akses seluas-luasnya kepada sektor yang tidak tersentuh
jasa keuangan formal. Pembiayaan mikro ialah pembiayaan yang ditujukan untuk sektor
1Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil, Dan Menengah
2Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Pembiayaan
mikro sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil, dan menengah.3
Dengan peranannya yang strategis, bank telah menjadi lembaga yang turut
mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu Negara. Prestasi maupun kinerja yang
buruk dari perbankan akan dengan sendirinya turut memberikan andil bagi kinerja,
maupun pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Tumbuh kembang dan sehatnya
perekonomian suatu Negara sebagian besar tergantung pada kesehatan perbankan di
Negara tersebut.4
Bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diudah oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. 5
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan
perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi
perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan syariah
nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi
situasi perekonomian, walaupun memiliki tantangan dari segi SDM, produk, jaringan dan
permodalan jika dibandingkan perbankan konvensional maupun perbankan syariah
global.6
Salah satu bank syariah yang memiliki komitmen untuk membidik sektor usaha
mikro sebagai segmentasi pasarnya adalah BRISyariah.Bank BRISyariah masih tergolong
3Selvy Safitri, “Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro”, Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah Vol 3, no. 1, April 2015, h 37-54 4H. Masyhud Ali, Manajemen Risiko Sstrategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan
Globalisasi Bisnis, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2006), h.357 5Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta, Rajawali Pers, 2008), h.15
6Alyas dan Muhammad Rakib, “Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam
Penguatan Ekonomi Kerakyatan”, Sosiohumaniora Vol 19, No. 2, Juli 2017, h 114-120
baru namun pertumbuhan asetnya tergolong sangat baik dan selalu meningkat dari waktu
ke waktu. Pada tahun 2013 total aset yang dimiliki oleh BRISyariah mencapai 17 triliun
rupiah dan dinobatkan sebagai bank dengan aset tertinggi nomor tiga setelah Bank
Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Selain itu dana pihak
ketiga yang dimiliki oleh bank BRISyariah meningkat sebanyak 13 triliun rupiah dengan
jumlah penyaluran pembiayaan sebesar 14 triliun rupiah di tahun 2013. Sebagai sebuah
badan usaha tentunya bank BRISyariah terlalu berani dalam menyalurkan
pembiayaannya, hal tersebut terlihat dari dana yang disalurkan untuk pembiayaan lebih
besar dari pada dana pihak ketiga yang dimiliki oleh bank. Namun dilihat dari tingkat
Non Performing Financing (NPF) yang dimiliki oleh bank BRISyariah pada tahun 2013
ialah sebesar 3,26%, artinya bank BRISyariah masih tergolong aman dalam pengelolaan
pembiayaan yang disalurkan.7
Bank BRI Syariahmempunyai misi mengembangkan sektor UMKM dengan
kemudahan akses permodalan yang diberikan yaitu Bank BRI Syariah dengan produk
pembiayaan mikro yang terbagi atas empat kategori, yaitu Mikro 25iB, Mikro 75iB,
Mikro 200iB, dan KUR.Dalam mengembangkan sektor usaha mikro, BRI Syariah
melakukan sosialisasi tentang pembiayaan mikro kepada calon nasabah dengan
menerapkan margin di bawah kompetitor.Pembiayaan mikro BRI Syariah menggunakan
akad murabahah.Dalam akad ini bank menjadi jembatan jual beli dengan nasabah.8
Situasi lingkungan eksernal dan internal perbankan mengalami perkembangan
pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan
sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola bank yang sehat (good corporate
governance) dan penerapan manajemen risiko yang meliputi pengawasan aktif pengurus
7Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP
Bengkalis Duri, 13 April 2018 8Selvy Safitri dan Arisson Hendri, op.cit., h.39
bank, kebijakan prosedur dan penetapan limit risiko, proses idenifikasi, pengukuran,
sistem informasi dan pengandalian risiko, serta sistem pengendalian intern.
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak diperkirakan (unticipated) yang
berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank.9
Menurut Ricky W. Griffin manajemen adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran secara efektif dan efesien. Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu
tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang
ingin dicapai.10
Manajemen risiko merupakan suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor
dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.11
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak
dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya.Untuk itu bank harus mengerti dan
mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.Eksekutif dalam manajemen bank serta seluruh pihak terkait harus mengetahui
risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha bank, serta mengetahui
bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil tindakan yang
tepat.Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko sangat penting
sehingga para manager, pelaksana (risk taker), dan bagian pengawasan dapat berdiskusi
tentang masalah-masalah umum yang secara alami terjadi dari berbagai eksposur risiko.
Risiko itu sendiri tidak harusselalu dihindari pada semua keadaan, namun semestinya
9Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Manajement, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2007), h.736 10
Subeki Ridhotullah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Manajemen, (Jakarta, Prestasi Pustakaraya,
2015). h. 4 11
Ferry N. Idroes, op.cit., h.5
dikelola secara tepat agar dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan
laba yang atraktif.12
Penerapan manajemen risiko tersebutakan memberikan manfaat, baik kepada
perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi perbankan, penerapan manajemen
risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola
bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan
proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan
informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja bank,
digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau kegiatan usaha yang
relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam
rangka meningkatkan daya saing bank. Bagi otoritas pengawasan bank, penerapan
manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang
dihadapi yang dapat mengaruhi permodalan bank yang sebagai salah satu dasar penilaian
dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank.
Esensi penerapan manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi
pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali (manageable)
pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian,
mengingat perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran serta kompleksitas usaha bank, tidak
terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap
bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi
manajemen risiko pada bank.13
Manajemen risiko yang baik dan tepat akan dapat menekan profitabilitas dan
dampak negatif dari risiko yang ada, konsep manajemen risiko juga diperuntukkan guna
meminimalisir risiko yang terdapat pada dunia usaha.Perusahaan yang melakukan proses
12
Ferry N. Indroes, op.cit., h.15 13
Veithzal Rivai, dkk, loc.cit
manajemen risiko juga diharapkan lebih dapat menciptakan nilai tambah, karena potensi
returnyang diperoleh sudah diperhitungkan lebih besar daripada potensi risiko
kerugiannya.Berdasarkan pemaparan tersebut, sudah sepantasnya sebuah organisasi
ataupun perusahaan menyadari bahwa pengelolaan risiko merupakan sesuatu yang
penting bagi organisasi sehingga perlu memiliki suatu sistem manajerial yang mampu
meminimalisir bahkan menghilangkan segala kemungkinan risiko yang dihadapi dalam
kegiatan usahanya. Pada Bank BRI Syariah, pihak Risk Managementmereka
menggunakan model manajemen risiko yang biasa diterapkan oleh perusahaankeuangan
laindalam meminimalisir risiko dan dapat menekan risiko tersebut dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui penerapan
manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah dalam meminimalisir risiko. Oleh
karena itu, peneliti mengambil judul “Manajemen Risiko Pembiayaan Mikro Pada
BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.
B. Batasan Masalah
Berbicara mengenai manajemen memang cukup luas. Demi terselesaikannya
penulisan tugas akhir ini, maka penulis dalam penelitiannya hanya menfokuskan dan
menbatasi pada pembahasan manajemen risiko yang terdapat pada lembaga keuangan
syariah, sesuai dengan tugas akhir yang ingin diangkat yaitu, “Manajemen Risiko
Pembiayaan Mikro Pada BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bengkalis Duri”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dan pembatasan penelitian tersebut, maka untuk
mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalahnya, yaitu: bagaimana tahapan
manajemen risiko pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Bengkalis Duri untuk
meminimalisir risiko yang dihadapi?
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya perumusan masalah diatas, tentunya ada tujuan-tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini, yaitu: menjelaskan manajemen risiko
yang diterapkan BRI Syariah KCP Bengkalis Duri dalam pembiayaan mikro.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menambah wawasan penulis khusus di bidang perbankan
b. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis tentang manajemen risiko yang
diterapkan BRI Syariah KCP Bengkalis Duri dalam pembiayaan mikro.
c. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan, guna memperoleh gelar Ahli
Madya (A.Md) pada Prodi DIII Manajemen Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam
E. Penjelasan Judul
Manajemen: Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efesien.
Risiko: Ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang
menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Pembiayaan : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Mikro: Kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan
dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan dan pengumpulan data tugas akhir ini, penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Deskriptif menurut
pengertiannya adalah pencarian fakta dengan interpertasiyang tepat dengan tujuan
untuk mendapatkan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti.14
Data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
a. Data perusahaan yang terdiri dari gambaran dan sejarah singkat dari perusahaan
BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.
b. Data tentang deskriptif mengenai manajemen risiko mengenai pembiayaan mikro
BRI Syariah KCP Bengkalis Duri. Data ini diperoleh dengan teknik dokumentasi
dan wawancara.
2. Subjek dan objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi.Mereka terdiri dari pengelola perusahaan, pimpinan
manajemen hingga karyawan-karyawan yang berhubungan dengan
14
Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta, Kencana,
2014), h.333
penelitian.Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah bank BRI Syariah
KCP Bengkalis Duri yang beralamat di Jalan Hang Tuah No. 104, Mandau, Duri
Barat, Kabupaten Bengkalis, Riau.Waktu penelitian 15 Maret – 13 April 2018 selama
kegiatan magang.
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara dan observasi dengan objek penelitian yaitu karyawan bagian
Marketing pada Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data kedua, dimana data yang
didapatkan berasal dari buku referensi yang berkaitan dengan manajemen risiko
pembiayaan mikro sesuai yang diberlakukan pada Bank BRI Syariah KCP
Bengkalis Duri.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan Tanya jawab dengan tatap muka
(face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai
(interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud
memperoleh persepsi, sikap, dan pola fikir dari yang diwawancarai yang relevan
dengan masalah yang diteliti.15
Dalam hal ini wawancara dilakukan peneliti dengan tokoh lembaga atau
para pihak khusus manajemen risiko yang dianggap berkompeten dengan masalah
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014), h.162
yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai manajemen risiko
pembiayaan mikro.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diadakan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis
(Arikunto, 2002). Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.16
Dalam kegiatan observasi penulis bertindak sebagai pengamat dan
pewawancara yang terjun langsung kelapangan untuk menemui informan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui
dokumentasi dan data dari pihak Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.
G. Sistematika Penulisan
Data-data yang terkumpul disusun secara sistematis dalam lima bab dengan
rincian sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan
judul, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan Manajemen Risiko, Fungsi, dan
Tujuan Manajemen risiko, Proses Manajemen Risiko,Pengertian
Pembiayaan dan Pembiayaan Usaha Mikro.
16
Ibid., h.143
BAB III: GAMBARAN UMUM MENGENAI BRI SYARIAH KCP
BENGKALIS DURI
Pada bab ini terdiri dari latar belakang berdirinya Bank BRI Syariah
KCP Bengkalis Duri, visi dan misi BRI Syariah, struktur organisasi
BRI Syariah KCP Bengkalis Duri, produk-produk BRI Syariah dan
pembiayaan mikro BRI Syariah KCP Bengkalis Duri.
BAB IV : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis memaparkan penelitian yangmembahas proses
penerapan manajemen risiko pembiayaan mikro pada BRI Syariah
KCP Bengkalis Duri.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini mencakup kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang
disampaikan dalam penulisan tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Risiko
1. Defenisi manajemen risiko
Pemahaman mengenai manajemen risiko pembiayaan akan dapat dipahami
apabila terlebih dahulu memahami defenisi dari masing-masing kata yang terkait di
dalamnya, yaitu manajemen, risiko, dan pembiayaan. Manajemen menurut pandapat
G.R. Terry, didefenisikan sebagai suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.1
Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian/pengawasan atas upaya
anggota-anggota organisasi dan atas penggunaan sumber daya yang terdapat pada
organisasi tersebut untuk mencapai tujuan Yang mana proses pencapaian tujuan
tersebut melalui keempat fungsi-fungsi manajemen tersebut (POAC).
Setelah membahas manajemen selanjutnya yang akan dibahas adalah
mengenai risiko dan jenis-jenis risiko yang terjadi pada perbankan. risikoadalah
ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak
yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut kamus ekonomi, risiko
adalah peluang dimana hasil yang sesungguhnya bisa berbeda dengan hasil yang
diharapkan atau kemungkinan nilai yang hilang oleh yang dapat diukur.2 Sedangkan
risiko dalam konteks perbankan menurut Adiwarman A. Karim (2004) merupakan
1Melayu Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah,(Jakarta: PT Bumi Aksara,
2015)Cetakan ke-11, h.2 2Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2013), h.38
suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang
tidak dapat diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan
dan permodalan bank.
Dalam dunia perbankan terdapat beberapa jenis risiko, diantaranya:
a. Risiko kredit
Risiko kredit merupakan bentuk risiko pembayaran yang muncul pada saat
satu pihak bersepakat untuk membayar sejumlah uang atau mengirim barang
sebelum menerima asset atau uang cash-nya sendiri, sehingga menyebabkan
terjadinya kerugian.Dalam kasus pembayaran berbasis bagi hasil (mudharabah
dan musyarakah), risiko kredit adalah tidak terbayarnya kembali bagian bank oleh
pihak pengusaha pada saat jatuh tempo.Masalah ini bisa muncul bagi bank akibat
adanya kesenjangan informasi (assimatric information), dimana mereka tidak
mendapatkan informasi yang memadai tentang profit perusahaan yang
sesungguhnya.3
b. Risiko pasar
Risiko pasar timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti: suku
bunga, nilai tukar mata uang dan harga komoditas sehingga nilai asset yang
dimiliki bank menurun. Sebagai bank umum dengan prinsip syariah, maka bank
hanya perlu mengelola risiko pasar yang terkait dengan perubahan nilai tukar yang
dapat menyebabkan kerugian bank.4
c. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibanya pada saat jatuh tempo.5
3Veithzal Rivai, Islamic Risk Manajemen for Islamic Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2013), h. 243 4Ibid, h. 259
5Adiwarman A. Karim, op.cit, h. 274
d. Risiko operasional
Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan dengan jelas,
risiko ini muncul akibat kesalahan dan kecelakaan yang bersifat manusiawi
maupun teknis. Ini merupakan risiko kerugian yang secara langsung maupun tidak
langsung yang dihasilkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses internal,
factor manusia, teknologi atau akibat faktor-faktor eksternal.
e. Risiko hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya
tuntutan hukum. Ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
f. Risiko strategi
Risiko strategi adalah risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka
panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank.Risiko ini juga dapat dikaitkan
dengan implementasi dari strategi-strategi mereka.
g. Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan
yang dihasilkan oleh opini publik yang negatif terhadap bank.
h. Risiko kepatuhan
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Selanjutnya kita akan membahas mengenai pengertian manajemen risiko,
fungsi, dan tujuan manajemen risiko yang diterapkan pada perbankan sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pengertian manajemen
risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari
seluruh kegiatan usaha bank.
Penerapan manajemen risiko pada bank umum diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Pasal 38 UU 21 Tahun 2008 (1) yang berisi Bank Syariah dan UUS wajib
menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal nasabah, dan perlindungan
nasabah.Hal ini bertujuan sebagai upaya bank untuk meningkatkan evektifitas kinerja
bank serta menjaga kesehatan dari masing-masing bank.6
2. Fungsi dan tujuan manajemen risiko
Sasaran kebijakan manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur,
mamantau dan mengendalikan jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko
yang wajar dan terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian
manajemen risiko berfungsi sebagai filter atau pemberian peringatan dini (early
warning system) terhadap kegiatan usaha bank. Secara garis besar manajemen risiko
berfungsi, sebagai berikut:7
a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
b. Menunjang efektivitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan bisnis
c. Menetapkan Early Warning System untuk meminimumkan risiko
d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan kesehatan bank
e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif
f. Memaksimalkan kualitas asset
Sementara itu, adapun tujuan manajemen risiko antara lain sebagai berikut:
a. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator
6Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan Manajemen risiko bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 7Ibid, h. 255
b. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable
c. Maminimalisir kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled
d. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko
e. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko
f. Memperkecil biaya
g. Menstabilisasi pendapatan perusahaan
h. Mengembangkan perumbuhan perusahaan
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan
apabila tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya.Oleh karena itu,
peran manajemen risiko sendiri sangatlah penting dalam mengendalikan risiko-risiko
yang mungkin timbul dalam melaksanakan usahanya, agar memperoleh hasil yang
maksimal dari program kerja perusahaan.
3. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait di
dalam organisasi.8 Untuk menerapkan proses manajemen risiko, pada tahap awal bank
harus secara tepat mengenal dan memahami serta mengidentifikasi seluruh risiko,
baik yang sudah ada maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis atau produk baru
bank. Risiko yang biasa diterapkan di bank BRI Syariah umumnya sama dengan
penerapan manajemen risiko pada bank lain sesuai sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia. Yang membedakan adalah pada BRI Syariah juga diterapkan manajemen
risiko pra-risiko atau identifikasi lebih mendalam terhadap calon nasabah. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengantisipasi risiko yang akan terjadi pada
kegiatan bank.
8Ferry N. Indoes, Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait
Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.7
Keseluruhan proses manajemen risiko ini harus meliputi seluruh departemen
atau divisi kerja dalam lembaga sehingga terciptanya budaya manajemen risiko.
Dibawah ini akan dijelaskan proses manajemen risiko dalam mendukung
aktivitasyang dilakukan oleh bank.9
a. Identifikasi risiko
Proses ini merupakan langkah awal dalam memulai identifikasi dengan
melakukan analisis pada karakteristik risiko yang melekat pada aktifitas
fungsional dan juga risiko dari produk dan kegiatan usaha. Salah satu aspek
penting dalam identifikasi risiko adalah membuat daftar risiko yang mungkin
terjadi sebanyak mungkin serta menganalisisnya secara aktif agar tidak timbul
risiko yang berlebihan.10
b. Pengukuran risiko
Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap selanjutnya adalah
pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya risiko tersebut.
Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk
memastikan profitabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.Metode
pengukuran ini dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif.Sedangkan model
pengukuran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan bank, manfaat yang
dapat diperoleh, serta peraturan yang berlaku.
c. Pemantauan risiko
Pada tahap ini dilakukan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko
yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektivitas proses
manajemen risiko. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan adalah
melihat kemampuan bank untuk menyerap risiko atau kegiatan yang timbul serta
9Ibid, h. 8
10Adiwarman A. Karim, op.cit, h. 260
melihat kemampuan kinerja sumber daya manusia yang terdapat didalam bank
untuk mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi. Selain itu, bank juga harus
menyiapkan sistem dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadianya
gangguan dalam proses pemantauan risiko agar hasilnya dapat menyempurnakan
prosesmanajemen risiko yang terdapat dalam bank tersebut.
d. Pengendalian risiko
Tahap ini dilakukan untuk melihat kemungkinan penyempurnaan tahapan
analisis risiko yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan.Langkah tersebut
dilanjutkan dengan penambahan serta penyempurnaan perencanaan risiko
perusahaan.Selain itu, dengan adanya pengendalian dan pengawasan risiko
bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan
sesuai rencana, memastikan bahwa pengelolaan risiko cukup efektif, dan
memantau perkembangan terhadap kecendrungan berubahnya profil risiko, karena
perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko dan prioritas risiko.11
B. Pembiayaan Mikro
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau
financing menurut UU No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 12 adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
11
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Terje, h. 29
Berdasarkan PBI No. 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Aktivitas bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil mudaharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istisna’
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard
e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.
Pembiayaan diluncurkan melalui dua jenis bank, yaitu bank konvensional dan
bank syariah. Sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional telah
mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa terkecuali dengan umat Islam yang
ada di Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai sesuatu yang bersifat
riba yang demikian merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah islam (haram).
Alasan yang mendasar inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan
bebas bunga, salah satunya adalah bank syariah.
Dalam operasionalnya bank syariah menawarkan produk yang dibagi menjadi
tiga bagian besar, yaitu:
a. Produk penyaluran dana (financing)
b. Produk penghimpunan dana (funding)
c. Produk jasa (service)
Dalam hal ini, penulis hanya membahas mengenai penyaluran dana dalam
bank syariah yang sering kita dengar adalah pembiayaan.
Pembiayaan dalam perbankan syariah memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a. Tidak ada transaksi yang berbasis bunga.
b. Pengerahan pajak religius atau pemberian sedekah dan zakat.
c. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan nilai Islam.
d. Peghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan judi dan ketidakpastian.
2. Prinsip dan Penilaian Pemberian Pembiayaan
Dalam hal prinsip pemberian pembiayaan terdapat penilaian atau yang disebut
dengan analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh bank pada umumnya
dengan analisis 5 C dan 7 P. analisis tersebut digunakan dengan tujuan mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya yang benar-benar layak untuk diberikan pembiayaan
penilaian dengan analisis 5 C, antara lain:12
a. Character (kepribadian)
Merupakan watak atau sifat seseorang yang akan diberikan kredit
(pembiayaan) benar-benar harus dapat dipercaya. Bank harus yakin bahwa calon
mitra pembiayaannya memiliki karakter yang baik, memegang teguh janjinya dan
bersedia melunasi kewajibannya pada waktu yang telah ditetapkan.
b. Capacity (kemampuan)
Merupakan analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kredit.Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola
bisnis.Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon nasabah
pembiayaan. Karena kemampuan tersebut yangmenentukan besar kecilnya
pendapatan suatu usaha nasabah di masa yang akan datang. Semakin baik
kemampuan keuangan calon nasabah pembiayaan, maka semakin baik
kemungkinan kualitas pembiayaannya.
c. Capital (modal)
Merupakan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah.Dalam
aspek ini, lembaga keuangan menilai jumlah modal yang dimiliki oleh calon
12
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014) Cetakan ke-12, h.136
nasabah sebelum nasabah tersebut diberikan pembiayaan.Semakin besar modal
sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan nasabah dalam
menjalankan usahanya.Lembaga keuangan pun merasa lebih yakin dalam
memberikan pembiayaan.
d. Collateral (jaminan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun yang bersifat nonfisik.Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit
(pembiayaan) yang diberikan.Adanya jaminan diperlukan untuk memberikan
ketenangan dan menambah kepercayaan bank selaku pemberi pembiayaan.
Jaminan mempunyai dua fungsi, yaitu: untuk pembayaran utang bila nasabah
pembiayaan tidak mampu melunasi kewajibannya dan faktor yang menentukan
jumlah pembiayaan.
e. Condition (kondisi)
Dalam menilai kredit (pembiayaan) hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi, sosial, dan politik yang sekarang ada untuk prediksi di masa yang akan
datang. Penilaian kondisi atau prospek dibidang usaha yang dibiayai hendaknya
benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit
(pembiayaan) tersebut bermasalah relatif kecil.
BRI Syariah melakukan penilaian dengan analisis 5 C ini bertujuan agar
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah benar-benar digunakan untuk
mengembangkan usaha yang dijalankannya. Identifikasi terhadap karakteristik
nasabah dan identifikasi mengenai modal, kemampuan membayar angsuran, barang
jaminan dan kondisi ekonomi perusahaan dilakukan oleh unit Mikro BRI Syariah
secara cermat dan teliti agar tidak menimbulkan risiko yang dapat merugikan pihak
bank.
Selanjutnya, penilaian pembiayaan dapat juga dilakukan dengan analisis 7P
pembiayaan dengan unsur penilaian sebagai berikut:13
a. Personality (kepribadian)
Yaitu menilai nasabah dari kepribadiannya.Penilaian ini mencakup sikap,
emosi, tingkahlaku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan
menyelesaikannya.
b. Party ( penggolongan)
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
Nasabah yang digolongkan dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas
berbeda dari bank.
c. Purpose (tujuan)
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah.Misalkan apakah untuk
modal kerja, investasi, konsumtif, produktif dan lain-lain.
d. Prospect (prospek)
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menggunakan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas
pembiayaan yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang
rugi, tetapi juga nasabah.
e. Payment (pembayaran)
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan
yang telah diambil serta dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
pembiayaan.
13
Ibid, h.138
f. Profitability (keuntungan)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari
laba.Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau
akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan
diperolehnya.
g. Protection (menjaga keamanan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar pembiayaan yang diberikan
mendapatkan jaminan dan perlindungan, sehingga pembiayaan yang diberikan
benar-benar aman.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip pemberian dan penilaian pembiayaan yang
telah dikemukakan diatas, dengan ini kita akan membahas menyangkut prosedur
pemberian pembiayaan. Pada dasarnya prosedur pemberian pembiayaan dan penilaian
pembiayaan oleh dunia perbankan adalah sama, yang menjadi perbedaan adalah
bagaimana cara bank tersebut dalam menilai serta persyaratan yang diterapkan dengan
pertimbangan masing-masing bank. Pada BRI Syariah prinsip pemberian pembiayaan
dilakukan dengan cermat dan teliti pada awal penilaian kepribadian calon nasabah,
pengklasifikasian golongan usaha calon nasabah, hingga memberikan asuransi pada
pembiayaan yang diajukan.Tujuan utama BRI Syariah adalah mengutamakan
kepuasan nasabahnya dalam setiap kegiatan pembiayaan.
3. Fungsi dan Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan yang menjadi sumber pendapatan pada bank syariah, tentunya
memiliki beberapa fungsi serta tujuan. Adapun fungsi tersebut diantaranya:14
a. Meningkatkan daya guna uang
14
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h.197
Nasabah menyimpan uangnya di bank dalam bentuk tabungan, giro dan
deposito.Dalam presentase tentunya uang tersebut ditingkatkan kegunaanya oleh
bank untuk usaha dalam rangka peningkatan produktifitas.Sementara itu para
pengusaha juga dapat menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas
usahanya, baik untuk meningkatkan produksi maupun perdagangan.
b. Meningkatkan peredaran uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran, pengusaha
menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet
giro, wesel, dan sebagainya.
c. Menimbulkan keinginan besar untuk berusaha
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu berusaha memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank
untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Dengan
begitu, para pengusaha tersebut dapat memperbesar volume usaha dan
produktivitasnya.Serta memperluas lapangan pekerjaan.
Secara umum tujuan pembiayaan perbankan dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan
untuk tingkat mikro. Adapun tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro, antara lain:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan
tertinggi, yaitu memaksimalkan laba. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka
perlu pendukung dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan mampu menghasilkan
laba yang maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan risiko.
Risiko kekurangan modal dapat diatasi dengan tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan
dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia
serta sumber daya modal (pembiayaan).
Selain tujuan, terdapat beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh
bank syariah kepada nasabah seperti yang disebutkan dalam bukunya Warkum
Sumitro : 2004, antara lain:
a. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang
jauh lebih mandiri.
b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui program pengembangan
modal kerja dan program usaha bersama.
c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional.
4. PembiayaanUsahaMikro
Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan)
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Pengertian lain
menyebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha informal yang memiliki asset, modal,
omset yang amat kecil.
Pembiayaan mikro merupakan sektor usaha terpenting dalam perkembangan
struktur industri dan produksi ekonomi di Negara-negara yang sedang
berkembang.Dalam konteks Indonesia pembangunan dan perkembangan usaha mikro
mempunyai arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha
serta meningkatkan derajat distribusi pendapatan.Umumnya, pembiayaan mikro ini
digunakan oleh para pengusaha mikro yang berada di masyarakat.Usaha yang
dijalankan misalnya usaha pakaian jadi, bengkel motor, material, sembako/kebutuhan
sehari-hari, restoran/rumah makan, alat tulis/kantor, dan lain-lain.
Bagi usaha mikro, kecil, dan menengah pembiayaan dirasa cukup penting
mengingat untuk kebutuhan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan
usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka.Permasalahan timbul
ketika pengusaha mikro, kecil, dan menengah tersebut dihadapkan kepada
kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.
Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan syariah, antara
lain:15
a. Pembiayaan murabahah
Adalah akad jual beli di mana bank menyebutkan jumlah keuntungan
barang dengan menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk barang tersebut, dan tingkat keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang
disepakati.Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan murabahah selalu
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang diserahkan
segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara cicilan.16
b. Pembiayaan salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan
belum ada.Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sedangkan
pembayaran dikalukan secara tunai.Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
15
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.82 16
Azharuddin Lathif, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), Cetakan ke-1, h.118
nasabah sebagai penjual.Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
c. Pembiayaan istishna’
Pembiayaan istishna’ menyerupai pembiayaan salam, tetapi didalam
istishna’ pembayaran dapat dilaksanakan melalui cicilan atau ditangguhkan.
Praktik istishna’ dalam bank syariah umumnya diaplikasikan dalam pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.Ketentuan umum dalam pembiayaan istishna’ adalah
spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti jenis, macam ukuran, mutu, dan
jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad, jika terjadi
perubahan dari kriteria pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani,
seluruh biaya ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.17
d. Pembiayan ijarah
Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan
membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu.Pada
akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada
nasabah.Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahiyyah bittamlik
(sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).Harga sewa dan harga jual
disepakati di awal perjanjian.
e. Pembiayaan mudharabah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua bertindak sebagai selaku
pengelola dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak.
17
Ibid, h. 125
f. Pembiayaan Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
Serta spesifik, bentuk konstribusi dari bank yang bekerjasama dapat berupa dana,
barang dagangan, kewiraswastaan, kepandaian, kepemilikan, peralatan,
kepercayaan dan barang-barang lain yang dapat dinilai dari uang.18
18
Ibid, h. 134
BAB III
GAMBARAN UMUM BRI SYARIAH KANTOR CABANG
PEMBANTU DURI
A. Sejarah Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT.Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, terhadap Bank
Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia
pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal
17 November 2008 PT.Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.Bank
BRI Syariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasi secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT.Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank
riteil modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan
jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bemakna. Melayani nasabah dengan
pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan berbagai produk yang sesuai
dengan harapan nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT.Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember 2008
ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.Bank Rakyat Indonesia (persero),
Tbk, untuk melebur ke dalam PT.Bank BRI Syariah (proses spin off) yang berlaku efektif
pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, dan Bapak Ventje Raharjo
selaku Direktur Utama PT.Bank BRI Syariah.
Saat ini PT.Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan
asset. PT.Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi asset, jumlah pembiayaan
dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen menengah bawah,
PT.Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank riteil modern terkemuka dengan
berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT.Bank BRI Syariah merintis sinergi dengan
PT.Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk, sebagai kantor Layanan Syariah dalam
mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
syariah.1
Salah satu kantor cabang pembantu PT.BRI Syariah adalah cabang pembantu
Bengkalis Duri yang berdiri dan beroperasi pada 12 Oktober 2012 yang beralamat di
Jalan Hang Tuah, No. 104, Mandau, Duri Barat, Kabupaten Bengkalis, Riau. Bank BRI
Syariah berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 2012 merupakan wujud dari BRI Syariah
dalam hal Unit Usaha Syariah (UUS) dengan tujuan mengembangkan pelayanan bagi
nasabah.2
B. Visi dan Misi
1. Visi3
Menjadi bank riteil modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
2. Misi4
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasikan beragam kebutuhan
finansial nasabah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan dimana
pun.
1http://www.brisyariah.co.id
2Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP
Bengkalis Duri, 13 April 2018 3http://www.brisyariah.co.id Tentang Visi dan Misi Bank BRI Syariah
4http://www.brisyariah.co.id Tentang Visi dan Misi Bank BRI Syariah
d. Memungkinkan untuk setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketentraman pikiran.
C. Struktur Organisasi Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Bengkalis Duri
Bank BRI Syariah KCP Bengkalis Duri memiliki 14 orang karyawan yang terdiri
dari pimpinan cabang pembantu, unit Head, BOS, RJ, CS, Teller, 4 orang AOM, AOK,
OB, dan security. Berikut tugas masing-masing karyawan yang ada di BRI Syariah KCP
Bengkalis Duri:
1. Pincapem
Pimpinan Cabang Pembantu
(pincapem)
DICKY SATRIA
Operasional
BOS RHISKI YULIANA
Mikro
UH HARI DARMANSYAH
RJ HARI SAPUTRA
AOM
BERTHA
BENIA
AOM
FRIYANTA
DARMA
AOM
VICCA
PATERECIA
AOK
IRA
NOVITA
CS
RESTI AZKIA
TELLER
TAUFIK DANIL
OB
YOS
SECURITY
RAJA
AOM
NANDA
SYAHMANDA
Merupakan karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk
memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang Pembantu.
2. Unit Head (UH)
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar berjalan sesuai target yang telah
ditentukan atau yang telah diberikan dan tidak melanggar aturan syariah maupun
pedoman pemberian pembiayaan mikro (M3P).
3. Branch Operational Supervisor (BOS)
Adalah karyawan BRI Syariah yang membawahi Teller, Customer Service,
Office Boy, Security yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan operasional bank di
kantor cabang pembantu Bengkalis Duri dengan cara memberikan layanan
operasional bank yang akurat dan tepat waktu, sehingga seluruh transaksi dari
nasabah dapat ditangani dan diselesaikan dengan baik.
4. Reviewer Junior (RJ)
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang mempunyai tugas mengawasi dan
membantu karyawan bank dalam pembiayaan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan keputusan pembiayaan dan tidak terjadinya kesalahan dalam
pembiayaan tersebut.
5. Teller
Adalah karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan berfungfi
sebagai kasir.
6. Customer Service (CS)
Adalah karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi dan
layanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang berlaku pada BRI
Syariah KCP Bengkalis Duri lebih khususnya serta memberikan pelayanan yang
terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam berhubungan dengan bank BRI
Syariah KCP Bengkalis Duri.
7. Account Officer Marketing (AOM)
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertugas melakukan penjualan
produk-produk mikro, pre-screening dokumen calon nasabah sebagai persyaratan
pengajuan pembiayaan, serta melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan
pembayaran angsuran nasabah tepat waktu.
8. Account Officer Konsumer (AOK)
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang melakukan penjualan produk-
produk konsumer, pre-screening dokumen calon nasabah sebagai persyaratan
pengajuan pembiayaan, serta melakukan kunjungan nasabah untuk memastikan
pembayaran angsuran nasabah secara tepat waktu.
9. Office Boy (OB)
Adalah karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan kantor,
dan mengantar surat-surat kantor.
10. Security
Adalah karyawan bank BRI Syariah yang bertanggung jawab atas keamanan
lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.
D. Produk Bank BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Duri
1. Dana Pihak Ketiga (funding) dan Pembiayaan (landing)
a. Tabungan Faedah BRI Syariah iB
Produk simpanan dari BRI Syariah untuk nasabah perorangan yang
menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari-hari.Akad yang digunakan
dalam tabungan ini adalah Wadi’ah yad Dhamanah.
Fasilitas/ Keunggulan
Beragam FAEDAH (Fasilitas Serba Mudah)
1) Ringan setoran awal Rp.100.000,-
2) Gratis biaya administrasi bulanan
3) Gratis biaya kartu ATM bulanan
4) Ringan biaya tarik tunai di seluruh jaringan ATM BRI, Bersama & Prima
5) Ringan biaya transfer melalui jaringan ATM BRI, Bersama & Prima
6) Ringan biaya cek saldo di jaringan ATM BRI, Bersama & Prima5
7) Ringan biaya debit dijaringan EDC BRI dan Prima
b. Tabungan Haji BRI Syariah iB
Tabungan Haji BRI Syariah iB merupakan produk simpanan yang
menggunakan akad bagi hasil sesuai prinsip syariah, khusus bagi calon haji yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biaya perjalanan ibadah haji. Akad yang
digunakan dalam produk tabungan haji ini adalah akad mudharabah mutlaqah.
Fasilitas/Keunggulan
1) Setotan awal yang ringan
2) Gratis biaya administrasi bulanan
3) Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan
4) Online dengan SISKOHAT (Sistem Kompoterisasi Haji Terpadu) untuk
kepastian porsi keberangkatan haji
5) Bebas setiap saat menambahkan saldo
6) Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara
online
7) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda dapatkan
5Brosur produk tabungan faedah BRI Syariah iB
8) Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji anda
9) Dapat dibukakan untuk anak-anak
10) Tersedia pilihan ibadah haji regular dan haji khusus6
c. Tabungan Impian BRI Syariah iB
Tabungan impian BRI Syariah merupakan produk simpanan berjangka dari
BRI Syariah untuk nasabah perorangan yang dirancang untuk mewujudkan impian
nasabahnya (kurban, pendidikan, liburan, belanja) dengan terencana memakai
mekanisme autodebet setoran rutin bulanan. Akad yang digunakan dalam produk
tabungan impian BRI Syariah iB ini adalah mudharabah muthlaqah.
Fasilitas/keunggulan
1) Mendapatkan buku tabungan dan sertifikat asuransi
2) Gratis asuransi hingga RP. 750 juta
Syarat dan ketentuan
1) Melampirkan fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk)
2) Melampirkan fotokopi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
3) Memiliki produk tabungan impian BRI Syariah iB sebagai rekening induk.7
d. Giro Faedah Mudharabah BRI Syariah
Merupakan simpanan investasi dana nasabah pada BRI Syariah yang
menggunakan akad mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan
sesuai kesepakatan dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayaran
lainnya, atau dengan pemindahbukuan.
Fasilitas/keunggulan
6Brosur produk tabungan haji BRI Syariah iB
7Brosur produk tabungan impian BRI Syariah iB
1) Dapat bertransaksi diseluruh jaringan kantor cabang BRI Syariah secara online
2) Buku, cek dan bilyet giro sebagai media penarikan
3) Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang diterima
4) Dapat diberikan layanan e-channel berupa Cash Management System (CMS)8
e. Deposito BRI Syariah Ib
Merupakan produk simpanan berjangka menggunakan akad bagi hasil
(Mudharabah Mutlaqah) sesuai prinsip syariah bagi nasabah perorangan maupun
perusahaan yang memberikan keuntungan optimal.
Fasilitas/keunggulan
1) Bagi hasil yang kompetitif
2) Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda
dapatkan
3) Pemindahbukuan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke
rekening tabungan atau giro BRI Syariah
4) Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai yang
berlaku pada saat diperpanjang
5) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan
Fitur & Biaya
1) Minimum penempatan Rp.2.500.00,-
2) Pilihan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan
3) Biaya break deposito Rp.100.000,-9
8Brosur giro faedah mudharabah BRI Syariah iB
9Brosur depositoBRI Syariah iB
2. Pembiayaan Mikro BRI Syariah
Nama produk pembiayaan mikro yang digunakan adalah mikro Ib, Mikro iB
dibagi menjadi 3 macam produk dengan risiko produk yang berbeda:
a. Mikro 25 iB (tanpa jaminan)
b. Mikro 75 iB (dengan jaminan tidak diikat sempurna)
c. Mikro 200 iB (dengan jaminan yang diikat sempurna)
Ketiga produk tersebut pada BRI Syariah KCP Bengklis Duri menggunakan
akad murabahah (jual beli).
Dari penjelasan singkat diatas, maka akan di lebih dijelaskan lebih luas lagi
mengenai ketiga produk diatas :
a. Mikro 25 iB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan
sebesar Rp.5.000.000,00 s/d Rp.25.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 3
sampai 12 bulan. Pada produk mikro 25 iB ini tidak menggunakan jaminan.
Untuk mengajukan pembiayaan mikro 25 iB harus memenuhi persyaratan
berikut:
1) Persyaratan umum
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun
c) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun
d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi
f) Memiliki usaha tetap
2) Persyaratan dokumen
a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)
b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah
c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)
b. Mikro 75 iB
Produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan sebesar
Rp.5.000.000,00 s/d Rp.75.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6 sampai 36
bulan bertujuan untuk modal kerja dan 6 sampai 60 bulan.
Untuk mengajukan pembiayaan mikro 75 iB harus memenuhi persyaratan
berikut:
1) Persyaratan umum
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
g) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun
h) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun
i) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
j) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi
k) Memiliki usaha tetap
2) Persyaratan dokumen
a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)
b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah
c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)
d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp 50.000.000,00
e) Jaminan atas milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung
c. Mikro 200 iB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan
sebesar Rp.76.000.000,00 s/d Rp.200.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6
sampai 60 bulan.Yang digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan investasi.
Pada produk mikro 200 iB ini menggunakan jaminan.Untuk mengajukan
pembiayaan mikro 200 iB harus memenuhi persyaratan berikut:
1) Persyaratan umum
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun
c) Lama usaha calon nasabah minimal 2 tahun
d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi
f) Memiliki usaha tetap
2) Persyaratan dokumen
a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)
b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah
c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)
d) NPWP jika pembiayaan diatas Rp 50.000.000,00
e) Jaminan atas milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak kandung
d. KUR MikroiB
Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan pembiayaan
sebesar Rp.5.000.000 s/d Rp.25.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan ini 6
sampai 60 bulan.Pada produk ini tidak wajib menggunakan jaminan.
Untuk mengajukan pembiayaan KUR Mikro iB harus memenuhi persyaratan
berikut:
1) Persyaratan umum
a) Warga Negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
b) Usia minimal 21 tahun atau telah menikah usia diatas 18 tahun
c) Lama usaha calon nasabah minimal 6 bulan
d) Wiraswasta yang usahanya sesuai prinsip syariah
e) Tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja atau investasi
f) Memiliki usaha tetap
2) Persyaratan dokumen
a) Fotokopi KTP calon nasabah dan pasangan (suami/istri)
b) Fotokopi Kartu Keluarga dan akta nikah
c) Surat ijin usaha / surat keterangan usaha (SKU Asli)
d) Tidak diwajibkannya jaminan10
10
Wawancara pribadi dengan Bapak Hari Darmansyah, sebagai Unit Head Mikro BRI Syariah KCP
Bengkalis Duri, 13 April 2018
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Manajemen Risiko BRI Syariah KCP Bengkalis Duri Dalam
Meminimalisir Risiko Yang Dihadapi Oleh Pembiayaan Mikro
Seperti halnya bank konvensional, bank BRI Syariah juga menghadapi risiko
kredit dalam pembiayaan dan menyalurkan dananya ke masyarakat. Penerapan
manajemen risiko pada Mikro iB BRI Syariah terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Tahap Pra-risiko, menerapkan prinsip mengenal nasabah yang terdiri dari
mengidentifikasi calon nasabah, menjalin hubungan baik antara bank dan nasabah.
Setelah nasabah mengisi formulir pembiayaaan, maka bank akan melalukan
kunjungan usaha guna memantau rekening dan transaksi calon nasabah, penyelidikan
informasi negatif dan menganalisa keuangan calon nasabah. Prinsip ini dilakukan agar
dapat mengetahui profil ataupun keseriusan calon nasabah dalam membayar angsuran
pembiayaan dan menghindari risiko yang tidak terduga yang mungkin akan terjadi.
2. Tahap saat terjadinya risiko, langkah-langkah dalam penerapan manajemen risiko
yang dilakukan diantaranya:
a. Identifikasi risiko
Proses ini dilakukan menggunakan analisis karakter risiko yang melekat
pada aktivitas fungsional.
1) Mengidentifikasi karakter nasabah, dalam hal ini BRI Syariah mengamati sifat
dan watak calon nasabah, cara nasabah menjalankan usahanya, mengamati
keuangan nasabah, dan melakukan pengawasan terhadap usaha nasabah, serta
melihat keseriusan nasabah dalam membayar kembali angsuran pembiayaan
yang diberikan kepada calon nasabah.
2) Melakukan BI Cheking, guna mengetahui apakah calon nasabah disiplin
dalam pembayaran angsuran tepat pada waktunya atau tidak.
3) Mengidentifikasi usaha calon nasabah dan agunan atau jaminan yang diajukan
calon nasabah.
b. Pengukuran risiko
1) Menganalisa keuangan calon nasabah
Menganalisa keuangan calon nasabah digunakan untuk memberikan
informasi penting dalam pengambilan keputusan, serta rasio-rasio keuangan
usaha nasabah. Untuk menganalisis rasio keuangan nasabah dilakukan dengan
cara:
a) Menghitung kebutuhan modal kerja calon nasabah
b) Repayment Capacity (RPC) atau kemampuan membayar kembali angsuran
oleh calon nasabah.
c) IDIR (Innicial Disposible Income Ratio) atau perhitungan jumlah cicilan
nasabah pada bank BRI Syariah, angsuran pada bank
lain/disposableincome (pendapatan bersih).
2) Menganalisa karakter
Menganalisa karakter calon nasabah dilakukan dengan cara melakukan
kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah ditempat usaha yang
akan dibiayai, serta mencari informasi yang lebih detail mengenai karakter
calon nasabah dengan cara bertanya kepada tetangga-tetangga calon nasabah
atau lingkungan sekitar tempat tinggal calon nasabah.
3) Menganalisis manajemen
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui tingkat rasio dan kemampuan
manajerial calon nasabah dan cara nasabah mengelola usahanya.
4) Menganalisis fasilitas
Analisa terhadap tingkat risiko dari fasilitas yang diberikan bank
kepada nasabah misalnya jangka waktu yang dimohonkan nasabah. Semakin
lama jangka waktu yang dimohonkan nasabah, maka semakin tinggi risiko
yang akan terjadi karena kemungkinan terjadinya keterlambatan pengembalian
pokok pembiayaan.
5) Menganalisa kondisi lingkungan usaha
Analisis ini dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
a) Ketergantungan terhadap supplier, semakin banyak supplier maka
semakin tinggi persediaan barang nasabah, dan hal ini dapat
meminimalisir risiko yang mungkin terjadi.
b) Ketergantungan terhadap pelanggan, semakin banyak pelanggan maka
akan semakin besar omset yang akan didapatkan sehingga laba usaha
menjadi lebih baik.
c) Wilayah pemasaran usaha, semakin luas pemasaran nasabah maka
semakin baik usaha yang dijalankan calon nasabah.
d) Jenis produk, jika jenis produk yang ditawarkan termasuk barang dan jasa
primer, maka perputaran usahanya akan semakin cepat menghasilkan
keuntungan yang lebih baik.
6) Menganalisa agunan atau jaminan
Analisis ini dilakukan dengan mengunjungi langsung lokasi agunan
atau jaminan yang berupa tanah, tanah dan bangunan, kios dan kendaraan
bermotor untuk melihat fisik yang dijaminkan oleh calon nasabah.
c. Pemantauan risiko
Proses ini dilakukan tidak hanya sebatas mengamati perubahan usaha yang
ada dilapangan saja, namun pemantauan ini lebih dikenal dengan maintain yang
diperioritaskan oleh bank BRI Syariah dalam menjaga kualitas pembiayaan.
Maintain ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu: tahap pertama melalui telepon
dan tahap kedua dengan mengunjungi langsung ketempat usaha untuk melakukan
chas pick up pembayaran angsuran nasabah.
d. Pengendalian risiko
Dalam kegiatan pembiayaan usaha mikro, BRI Syariah senantiasa
berhadapan dengan berbagai macam jenis risiko, terutama risiko nasabah yang
mengalami kegagalan dalam pembayaran angsuran/pembiayaan bermasalah.
Penentuan kolektabilitas nasabah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses penanganan pembiayaan bermasalah pada tahapan pengendalian risiko.
Untuk pembiayaan dengan skema murabahah pada BRI Syariah, penentuan
kolektabilitas dapat dilihat dari kemampuan membayar berdasarkan hari
tunggakannya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Kolektabilitas
Kolektabilitas 1 (L) Pembiayaan tepat waktu dan tidak ada tunggakan
serta sesuai dengan persyaratan akad.
Kolektabilitas 2 (DPK) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau
margin sampai dengan 90 hari
.
Kolektabilitas 3 (KL) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau
margin melampaui 90 hari sampai dengan 180
hari
Kolektabilitas 4 (D) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau
margin melampaui 180 hari sampai dengan 270
hari
Kolektabilitas 5 (M) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok atau
margin yang sudah melampui 270 hari
Sumber : pedoman pemberian pembiayaan mikro (P3M) BRI Syariah
Dalam upaya menghindari pembiayaan mikro yang bermasalah tersebut BRI
Syariah dapat melakukan
1. Restructuring (penataan ulang)
Tindakan ini dilakukan kepada nasabah yang kekurangan dana untuk
mengembalikan pembiayaan tetapi masih mampu untuk mengembalikan dana
tersebut, ada barang jaminan dan proses usahanya pun bagus, maka tindakan yang
dilakukan oleh komite pembiayaan bermasalah ini dalam rangka meringankan beban
nasabah adalah dengan menambah dana pembiayaan yang diharapkan dapat
membantu nasabah untuk menigkatkan usaha nasabah dan mengembalikan dana
pembiayaan tersebut.
Dalam tindakan ini dapat terjadi konversi akad antara bank dengan nasabah
karena terjadi penambahan jumlah plafond dan jaminan.Restructuring hanya
diberikan terhadap pembiayaan dengan limit Rp.75 juta sampai Rp.200
juta.Berdasarkan wawancara penulis dengan pihak BRI Syariah KCP Bengkalis Duri,
persentase nasabah pembiayaan mikro BRI Syariah yang mengalami pembiayaan
bermasalah masih dibawah 1%.
2. Rescheduling (penjadwalan ulang)
Permasalahan pembiayaan ini sama dengan permasalahan pembiayaan diatas,
maka tindakan komite pembiayaan bermasalah ini adalah dengan memberikan
perpanjangan waktu pelunasan dana pembiayaan. Fasilitas penjadwalan ulang ini
diberikan kepada nasabah yang memunyai I’tikad baik untuk mengembalikan dana
pembiayaan dan berkarakter bagus serta jujur.
3. Agunan yang diambil alih / penyitaan barang jaminan
Tindakan ini dilakukan bagi nasabah yang tidak berkemampuan dan tidak
mempunyai harapan untuk mengembalikan dana pembiayaan, prospek usaha pun
tidak bagus, tetapi ada barang jaminan, maka tindakan yang perlu dilakukan oleh
komite penanganan pembiayaan bermasalah ini adalah dengan menyita barang
jaminan yang diserahkan secara sukarela (dihibahkan) oleh nasabah kepada pihak
bank.
4. Write Off (hapus buku)
Kriteria nasabah yang diusulkan untuk write off, sebagai berikut:
a. Nasabah meninggal dunia khusus produk yang tanpa jaminan dan tidak dicover
oleh asuransi
b. Nasabah mengalami musibah
c. Nasabah mengalami sakit permanen yang menyebabkan tidak dapat melakukan
aktivitas usaha
d. Keberadaan nasabah tidak diketahui selama 90 hari
Dari uraian diatas penulis berpendapat bahwa unit Mikro BRI Syariah menjadikan
risiko sebagai budaya, sehingga secara langsung kehati-hatian terhadap risiko
terealisasikan kesetiap bagian yang ada pada BRI Syaraih.Manajemen risiko yang baik
yang terarah sudah dapat dipastikan bisa menekan dan meminimalkan profitabilitas dan
dampak negatif dari risiko yang dihadapi.1
1 Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) BRIN Syariah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan
dalam meminimalisir risiko yang timbul dari pembiayaan bermasalah, maka diperlukan
manajemen risiko yang baik. BRI Syariah menerapkan dua tahapan dalam meminimalisir
risiko, yaitu: tahap pra-risiko yang menerapkan prinsip mengenal nasabah dan tahap saat
terjadinya risiko diterapkan empat macam manajemen risiko diantaranya: identifikasi
risiko, pengukuran risiko, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko. Dalam pengukuran
risiko diterapkan enam macam analisa diantaranya: analisa keuangan calon nasabah,
analisa karakter, analisa manajemen, analisa fasilitas, analisa kondisi lingkungan, dan
analisa agunan atau jaminan. Begitu juga dengan pengendalian risiko yang menerapkan
empat upaya menghindari pembiayaan bermasalah diantaranya: restructuring (penataan
ulang), rescheduling (penjadwalan ulang), agunan yang diambil alih atau penyitaan
barang jaminan, dan write off (hapus buku).
B. Saran
Karena rentannya risiko dalam sebuah pembiayaan, maka bank BRI Syariah perlu
mempersiapkan manajemen risiko yang baik agar dapat meminimalisir risiko yang
mungkin terjadi akibat gagal bayar atau pembiayaan bermasalah. Dan pada pihak bank
diharuskan berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan mikro, karena pembiayaan mikro
ini serat dengan risiko maka perlu manajemen yang baik dan proses pembiayaan yang
cermat dan teliti, analisa keuangan yang baik, karakter nasabah yang jujur, dan juga BRI
Syariah harus menaati nilai syariah dalam menjalankan bisnis nasabahnya, serta
melakukan pembinaan dan pengawasan yang harus dilakukan agar terhindarnya dari
risiko-risiko dalam pembiayaan mikro.
DAFTAR PUSTAKA
A.Karim, Adiwarman. 2013. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Ali, Masyudi. 2005. ManajemenRisiko: StrategiPerbankandanDunia Usaha
MenghadapiTantanganGlobalisasaiBisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ascarya. 2007. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasibuan, Melayu S.P. 2015. Manajemen: Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Indoes, Ferry N. 2008. ManajemenRisikoPerbankan: Pemahaman 3 Pilar
Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Idroes, Ferry N. 2008. ManajemenRisikoPerbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Jauhar, Muhammad, danSubekiRidhotullah. 2015. PengantarMnajemen. Jakarta:
PrestasiPustakaraya.
Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Press.
Lathif, Azharuddin. 2000. Fiqih Muamalat. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Muhammad. 2004. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Pedoman Pemberian Pembiayaan Mikro (P3M) pada BRI Syariah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
TentangPenerapanMananjemenRisikoBagi Bank UmumSyariahdan Unit
Usaha Syariah.
Rakib, Muhammad danAlyas.StrategiPengembangan Usaha Mikro, Kecil
danMenengahDalamPenguatanEkonomiKerakyatan. Sosiohumaniora Vol.
19, No. 2.Juli 2017.
Rivai, Veithzal, dkk. 2007. Bank and Financial Institution Manajement. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
_____________ 2007. Bank and Financial Institution Management: conventional
and Syaria System. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
_____________ 2013. Islamic Risk ManagemenFor Islam Bank. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Safitri, Selvy. Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro. Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah Vol. 3, No. 1. April 2015.
Undang-Undang Nomor.10 Tahun 2008. Tentang Usaha Kecil dan Menengah
Undang-UndangNomor.20 Tahun 2008. Tentang Pembiayaan
Yusuf, Muri. 2014. MetodePenelitian: Kuantitatif, Kualitatif,
danPenelitianGabungan, Jakarta: Kencana.