analisis perlakuan akuntansi pembiayaan gadai
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of analisis perlakuan akuntansi pembiayaan gadai
i
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN GADAI
SYARIAH ADA PT. BANK BNISYARIAH, Tbk.
CABANG MAKASSAR
INDRAYANI
105730247511
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ii
SKRIPSI
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PEMBIAYAAN GADAI
SYARI’AH PADA PT. BANK BNI SYARIAH, Tbk.
CABANG MAKASSAR
INDRAYANI10573 02475 11
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Ekonomi (SE)Jurusan Akuntansi
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSIPEMBIAYAAN GADAI SYARI’AH PADA PT.BANK BNI SYARIAH, Tbk. CABANG MAKASSAR
Nama : INDRAYANI
Stambuk : 105730247511
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Menyatakan bahwa Skripsi ini telah diujiankan pada hari Minggu, 23 Agustus2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhammad Rusydi, S.E., M.Si Abd. SALAM HB. SE.,M.Si.Ak.CA
MENGETAHUI
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Manajemen
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA ISMAIL BADOLLAHI,SE.,M.Si.Ak.CAKTAM : 497 794 NBM : 107328
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas nama INDRAYANI, NIM. 10573 02475 11 telah diperiksa dan telah
diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan Surat Keputusan Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar Nomor :
Dan telah dipertahankan didepan Tim Penguji pada hari Minggu Tanggal 23
Agustus 2015 Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar
PANITIA UJIAN
Pengawas Umum : Dr. Irwan Akib, M.Pd
(Rektor Unismuh Makassar) ( )
Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( )
Sekertaris : Drs. H. Sultan Sarda, M.M
(Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis) ( )
Penguji :
Dr. Hj.Euis Eka Pramiarsih M.,pd ( )
Linda Arisanti Razak, SE.,M.Si.Ak.CA ( )
Hj. Naidah, SE., M.Si ( )
Hj. Lilly Ibrahim, SE.,M.Si ( )
v
ABSTRAK
Indrayani.2015. Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai SyariahPT. Bank BNI Syariah Tbk, Cabang Makassar. Di bimbing olehDr.H.Muhammad Rusydi.SE.,M.Si dan Abd. Salam HB.SE.,M.Si.,Ak.CA.
Konsep yang jauh dari riba dan sesuai dengan syariat Islam, membuatproduk perbankan syariah menjadi pilihan umat Muslim di Indonesia yangberminat menjalankan agama secara kaffah. Gadai Emas Syariah dari BNI Syariahdisebut juga pembiayaan Rahn yang merupakan penyerahan jaminan atau hakpenguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantaka dan atauperhiasan beserta aksesorisnya) kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan(qardh) yang diterimah.
Tujua yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahuiAnalisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai Syariah PT. Bank BNI SyariahTbk, Cabang Makassar.
Metode analisis data yang digunakan analisis data komparatif, yaitudengan mengumpulkan hasil wawancara terhadap karyawan bank BNI Syariahkantor syariah Cabang Makassar, yaitu apa yang dinyatakan oleh respondensecara tertulis atau lisan dan juga perlakuannya yang yata, diteliti dan dipelajarisecara utuh.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa denganmenggunakan metode wawancara di PT. Bank BNI Syariah hanya dari pedomanakuntansi dan perlakuan akuntansi ijarah yang diterapkan dalam produkpembiayaan BNI iB gadai emas Syariah, telah menjalankan pedoman akuntansiPSAK 107 dan telah sesuai dengan penerapan dewan syariah nasional. Sertatingkat pengembalian keuntungan dari pendapatan pembiayaan gadai syariah(rahn) untuk tahun 2013 mengalami peningkatan.
Kata Kunci: Perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang hanya kepada-Nya aku berlindung dari dosa-
dosayang pernah kuperbuat dan kepada-Nya pula aku bermohon untuk dijauhkan
dari rezki yang haram. Dialah yang maha adil dan tiada keadilan kecuali berasal
dari-Nya. Segala puji bagi-Nya atas segala anugrah yang telah dilimpahkan
kepada kami, dan penulis mendapatkan petunjuk dan bimbingan untuk mampu
merangkai, mengungkapkan ide, gagasan serta menguak sebagian kecil ilmu Allah
yang ada di dunia ini.
Selawat dan salam Insya Allah tetap tercurah bagi pemimpin-pemimpin
besar kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, kepada para
pengikutnya hingga yang terakhir ini.
Teristimewah kepada Kedua Orang tuaku tercinta Ayahanda Sulaiman dan
Ibunda Nurdiana yang kubanggakan dan kusayangidimana mereka telah
membesarkan, mengasuh, dan mendidik penulis serta memberikan semangat
setiap saat dengan penuh kasi sayang.
Tak lupa pula penulis hanturkan terimah kasih kepada beberapa pihak
antara lain :
1. Bapak Dr.H. Irwan Akib, M,Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr.H. Mahmud Nuhung. SE,.M.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
3. Bapak Dr.H.Muh.Rusydi Rahman,SE.,M.Si sebagai konsultan I dan
ABD.Salam HB.SE.,M.Si.,Ak.CA sebagai konsultan II. Yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam pembuatan skripsi ini.
4. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar,
khususnya Dosen jurusan akuntansi yang telah mentransferkan ilmu
pengetahuannya.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah
memberikan sumbangsih pemikiran dalam proses pembuatan skripsi ini.
6. Para karyawan PT. Bank BNI Syariah.Tbk, Cabang Makassar yang telah
membantu saya adalam mengumpulkan data.
7. Kepada Teman-teman di Universitas Muhammadiyah Makassar, dan sahabat-
sahabatku yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
Apapun yang diberikan sebagai sumbangsih terwujudnya penyusunan
skripsi ini, dengan ikhlas hati penulis memohon kepada Allah SWT untuk
dibrikan berkah dan pahala yang berlipat ganda. Akhir kata, semoga tujuan yang
harapkan dari penyusunan skripsi ini dapat terwujud.
Makassar, April 2015
penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6
A. Tinjauan Tentang Teori Perbankan............................................. 6
B. Bank Syariah............................................................................... 20
C. Tinjauan Tentang Akuntansi Ijarah (PSAK 107)........................ 22
D. Perlakuan Akuntansi Gadai Syari’ah........................................... 23
E. Kerangka Pikir............................................................................. 24
F. Hipotesis ..................................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 27
B. Populasi dan Sampel................................................................... 27
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 28
ix
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 28
E. Metode Analisis Data.................................................................. 28
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................ 30
A. Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................... 30
B. Visi dan Misi Bank BNI Syariah ............................................... 34
C. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................ 35
D. Job Description ......................................................................... 38
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 41
A. Produk-Produk Pembiayaan PT. Bank BNI Syariah, Tbk. ........ 41
B. Akad Yang di Gunakan Dalam Pembiayaan Gadai Syriah........ 44
C. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah .......................................... 47
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 69
A. Kesimpulan ................................................................................ 69
B. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan sektor perbankan di Indonesia,bank-bank
yang ada berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas dan pelayanannya guna
menarik nasabah baru dan juga untuk menjaga royalitas nasabah lama. Hal
tersebut berlaku pula untuk perkembangan perbankan syariah juga terus
mengeluarkan berbagai produk unggulan yang diminati masyarakat. Konsepnya
yang jauh dari riba dan sesuai dengan syarat Islam,membuat produk perbankan
syariah menjadi pilihan umat Muslim di indonesia yang berminat menjalankan
agama secara kaffah.
Adapun beberapa produk bank yang telah dipasarkan salah satunya yaitu
pembiayaan gadai emas syariah (rahn) yang merupakan penyerahan jaminan/ hak
penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan atau
perhiasan) kepada bank sebagai jaminan atas pembiayaan (qardh) yang diterima.
Gadai emas syariah ini dapat bermanfaat oleh nasabah yang membutuhkan dana
jangka pendek dan keperluan yang mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran
baru, hari raya, kebutuhan modal kerja jangka pendek dan sebagainya.
Bagi bank konvensional pembiayaan gadai emas merupakan hal yang
lumrah untuk memberikan pinjaman kredit para nasabahnya. Bahkan beberapa
bank konvensional dapat meningkatkan pendapatannya dengan mengeluarkan
pembiayaan gadai emas tersebut. Karena pembiayaan gadai emas merupakan
1
2
suatu produk yang dapat memberikan nilai jual yang cukup tinggi bagi bank
tersebut.
Akan tetapi, bank yang berbasis syariah hal tersebut berbeda dari bank
konvensional yang melakukan proses transaksi dengan syariah ribawi
(pengambilan keuntungan dengan mengenakan bunga). Bank syariah dalam
usahanya memberikan pembiayaan dan jasa lainnya selalu berlandaskan pada
prinsip syariah,antara lain dengan tidak menggunakan sistem bunga untuk
aktifitas perbankannya, karena bunga merupakan jenis ribah yang diharamkan
dalam Islam. Menurut Rivai dan Arifin (2010:323), “ riba berarti meningkat
tambahan perluasan atupun peningkatan. Dalam Islam riba dapat didefinisikan
sebagai “premi” yang harus di bayar dari si peminjam kepada yang meminjamkan
bersama dengan jumlah pokoknya sebagai kondisi dari jatuh tempo atau
berakhirnya masa pinjaman. Sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an
Surah Al-Baqarah Ayat 278-279.
Yang artinya : “wahai orang-orang yang beriman, bertawakkallah kepada
Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba, jika kamu orang-orang yang beriman,
maka kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan
Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertaubat, maka kamu berhak atas pokok hartamu.
Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi (merugikan).
Produk-produk berbasis syari’ah pada dasarnya memiliki karakteristik
misalnya,menetapkan uang sebagai alat tukar bukan komoditas yang
diperdagankan, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk produk karena riba,
dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa dan atau bagi hasil.
3
Salah satu produknya yaitu gadai syari’ah, yang merupakan praktik transaksi
keuangan yang sudah lama dijalankan oleh bangsa Indonesia dengan menjalankan
praktik utang piutang dengan jaminan barang. Pembiayaan gadai syari’ah atau
rohn dalam pengoperasiannya merupakan metode Fee Based Income(FBI) tetapi
ada pula yang menggunakan atau mudharabah(bagi hasil).
Pembiayaan gadai syari’ah membutuhkan kerangka akuntansi yang
menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai
sehingga dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu
dengan kualitas yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan
perlakuan akuntansi antara bank syari’ah yang satu dengan yang lain. Penerapan
bank syari’ah, tentu mempunyai sistem perlakuan akuntasi yang berbeda dengan
perlakuan akuntansi konvensional pada umumnya. Kebutuhan dalam pemantapan
metode pengukuran akuntansi, terutama pembiayaan gadai syari’ah harus di
sesuaikan dengan peraturan perbankan dan ketentuan-ketentuan syari’ah yang
telah diatur.
Ketentuan Syari’ah yang telah diatur dijelaskan dalam konsep akad ijarah
(PSAK 107) yang merupakan panduan dalam pengakuan,pengukuran penyajian
dan pengungkapan yang berhubungan dengan pembiayaan gadai syari’ah. PSAK
ini berlaku sejak tanggal 01 januari 2008, dan dengan akad pendamping dari gadai
syari’ah akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian target pertumbuhan
perbankan syriah karena peraturan tersebut merupakan formulasi yang dibuat oleh
para pakar ekonomi syriah dan para akuntan di (IAI). Dengan demikian,
4
kepercayaan masyarakat akan bertambah dalam memanfaatkan produk
pembiayaan gadai syariah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas penulis tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana perlakuan akuntansi pada pembiayaan gadai
syariah, sehingga menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian
yang mengangkat judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Gadai
Syari’ah (Studi Kasus PT.Bank BNI Syariah,Tbk. Cabang Makassar)”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan di atas yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian yaitu:
1. Bagaimana perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah pada PT. Bank
BNI Syariah, Tbk. Cabang Makassar?
2. Apakah perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai syariah yang diterapkan
Bank BNI Syari’ah Cabang Makassar telah sesuai dengan PSAK 107 tentang
akad (ijarah)?
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai olehpenulis adalah :
1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah pada PT.
Bank BNI Syari’ah , Tbk. Cabang Makassar.
2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai syariah yang
diterapkan Bank BNI Syari’ah Cabang Makassar telah sesuai dengan PSAK
5
107 akad (ijarah).
D. Manfaat Penelitian
Adapula manfaat penelitian yang diharapkan dapat dicapai yaitu:
a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan di bidang khususnya
pembiayaan gadai Syari’ah untuk memenuhi sebagian dari syarat guna
mencapai gelar sarjana ekonomi, dan untuk mensyi’arkan nilai-nilai ajaran
Islam pada masyarakat.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan sebagai input kontribusi bagi manajemen PT Bank BNI
Syari’ah , Tbk. Cabang Makassar.
c. Bagi masyarakat dan almamater, dapat menambah pengetahuan mengenai
perbankan syari’ah sehingga dapat menggunakan jasa dan produk-produk
syari’ah dan juga dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya yang
lebih baik lagi bagi civitas Universitas Muhammadiyah khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis jurusan Prodi Akuntansi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Teori Perbankan
1. Pengertian Gadai Syari’ah
Gadai (Rahn) secara etimologis berarti tsubut (tetap), dawam(terus-
menerus)dan habs (menahan). Adapun rahn secara terminologis adalah
menjadikan harta benda sebagai jaminan hutang agar hutang itu dilunasi (di
kembalikan) atau dibayarkan harganya jika tidak dapat
mengembalikanhutangnya.(At -Thayyar, 2008).
Rahn juga dapat diartikan dengan menjadikan suatu benda
yangmempunyai nilai dalam pandanganhukum untuk kepercayaan suatu
utang,sehingga memungkinkan mengambil seluruh atau sebagian utang dari
bendaitu (Sabiq, 2009).
Istilah rahnmenurut ImamIbnu Mandzur di artikan apa-apa yang
diberikan sebagai jaminan atassuatu manfaat barangyang diagunkan (Ibnu
Mandzur,2009).Ulama Mazhab Malizki mendefinisikan rahn sebagai hartayang
dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.Ulama
Mazhab Hanafi mendefinisikannya dengan menjadikan suatu barang sebagai
jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak
tersebut, baik seluruhnyamaupun sebagiannya.
Sedangakan pengertian gadai yang dalam Pasal 11 ayat 50 Kitab
Undang-Undang Hukum Pendapatan adalah suatu hak yang di peroleh seseorang
6
7
yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak tersebut diserahkan
kepadaorang yang berpiutang oleh orang yang mempunyai utang. Oleh karena
itu,makna gadai (rahn)dalam bahasa hukum perundang-undangan disebut sebagai
barang jaminan atau agunan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas,dapat di simpulkan bahwa gadai
(rahn) adalah harta yang dijadikan oleh pemiliknya sebagai jaminan utang
dankepercayaan terhadap utang, yang dapat dijadikan (seluruh atau
sebagiannya)untuk pembayaran utangapabila orang yang berhutang tidak dapat
membayar hutangnya.
2. Landasan Gadai Dalam Islam.
Adapun yang menjadi landasan dalam gadai syari’ah bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW yakni :
AL Quran.
1. Al Qur’an Al-Baqarah Ayat 282.
Yang artinya:Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana
Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
8
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang
lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu,
Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
2. Al quran Al-Baqarah Ayat 283
Yang artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).
akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang
9
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini menerangkan dalam hal muamalah yang tidak tunai,yang di
lakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang juru tulis yang akan
menuliskannya, maka hendaklah ada barang tanggunga (jaminan) yang di
pegang oleh pihak yang berpiutang. Kecuali jika masing-masing percaya
mempercayai dan menaklah yerahkan/ berserah diri kepada Allah, maka
muamalah itu boleh di kakukan tanpa adanya barang tanggungan.
Ayat ini tidaklah menetapkan bahwa jaminan itu hanya boleh
dilakukan dengan syarat dalam perjalanan, muamalah tidak dengan tunai dan
tidak ada juru tulis, tetapi ayat ini hanya menyatakan bahwa dalam keadaan
tersebut boleh dilakukan muamalah dengan memakai jaminan. Dalam keadaan
yang lain boleh juga memakai jaminan sesuai dengan hadits yang di
riwayatkan Bukhari bahwa Muhammad SAW pernah menggadaikan baju
besinya kepada orang Yahudi di Madinah.
3. Al quran Almaidah Ayat 2.
Yang atinya; dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa.
4. Al quran Al Qashas Ayat 26.
Yang artinya adalah kedua wanita itu berkata ; “ya bapakku ambillah
ia sebagai orang yang bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat di percaya”
10
Ayat pada surat Al baqarah dan Al Qashas menerangkan dalam hal
muamalah yang berdasarkan akad ijarah yang berkaitan dengan gadai syari’ah
dimana saling tolong menolong dalam hal sewa menyewakan baik itu barang
maupun jasa tidaklah di salahkan.
Hadits.
Adapun hadits yang menjelaskan perihal gadai antara lain :
a. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dan Aisya R.A berkata :
Aisyah R.A berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang
Yahudi dan menjamin kepadanya baju besi.
b. Hadits Nabi riwayat Al-Syafii’i , Al Daraquntin dan Ibnu Majah dari, Abu
Hurairah Nabi SAW bersabda :
“ Tidak terlepas kepemilikan gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia
memperoleh manfaat dan menanggung resikonya.”
c. Hadits Nabi riwayat Jamaah,kecuali Muslim dan Nasa’I,Nabi SAW.
Bersabda :
“Tanggungan (kenderaan) yang digadaikan boleh dinaiki dengan
menanggung biayanya bagi yang menggunakan kendaraan dan
memerahsusuwajib menyediakan biaya perawatan dan pemeliharaan."
Selain Al-Qur’an dan Hadits gadai syariah (Ar-rahn)yangmenetapkan
hukum bahwa gadai syariah dibolehkan. Adapun ketentuan mengenai akad Rahn
tersebut yakni :
Pertama : Hukum
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan hutang
11
dalambentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut.
.Kedua: Ketentuan Umum
1. Murtahin (penerimabarang) mempunyai hak untuk menahan marhun(barang)
sampai semua utangrahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhundan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada
prinsipnya,marhuntidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin
rahin,dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu
sekedarpenggantibiaya pemeliharaan dan perawatan.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadikewajiban
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkanbiayadan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadikewajiban rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak bolehditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan marhun
a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahnuntukSegera
melunasiutangnya.
b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka marhundi jual
paksa/dieksekusi melalui lelang/jual sesuai syariah.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,
biayapemeliharaan dan penyimpananyang belum dibayar sertabiaya
penjualan.
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban rahin.
12
Sedangkanuntuk gadai emas syariah,harus memenuhi ketentuan umum
sebagai berikut:
a. Rahnemasdi bolehkan berdasarkan prinsip Ar-Rahn.
b. Rahn emasboleh di gunakan berdasarkan prinsip Ar–Rahn.
c. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun)di tanggung oleh
penggadai (rahin).
d. Biayapenyimpananbarang (marhun)di lakukan berdasarkan akad ijarah.
3. Rukun Dan Syarat Gadai Syari’ah.
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan
syarattertentu gadai syariah,diantaranya :
1. Rukun gadai :
a. Pelaku,terdiri atas Ar-rahin (yang menggadaikan) dan Al-murtahin (yang
menerima gadai).
b. Al-Marhun yaitu barangyang di gunakan rahin untuk di jadikan jaminan
dalam mendapatkan utang.
c. Al-Marhunih (Utang),Syarat utang adalah wajib di kembalikan
olehdebitur kepada kreditur,utang tersebut dapat di lunasi dengan
agunantersebut,dan utang itu harus jelas (harus spesifik).
d. Sighat, Ijab dan Qabul.
Apabila semua ketentuan yang telah di sebutkan terpenuhi,
sesuaiketentuan syariah,dan di lakukanlah oleh orangyang layak
melakukantasharruf, maka akad Ar-rahn tersebut sudah sah.
13
2. Syarat Gadai.
a. Sighat,dengan syarat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu
yang akan datang.
b. Pihak-pihakyang berakad cakap menurut hukum,yang di tandai denga
naqil baligh, berakal sehat dan mampu melakukan akad.
c. Utang (MarhunBih) mempunyai pengertian bahwa utang adalah
kewajibanbagi pihak yang berutang untuk membayar kepada pihak yang
memberisah,dan barang tersebut dapat di manfaatkan.
d. Marhun adalah harta yang dipegangoleh murtahin (penerima gadai) atau
wakilnya dari sebagian utang.
Secaraumum transaksi yang digunakan dalam gadai syariah, misalnya di
pegadaian syariah adalah transaksi yang menggunakan dua akad yaitu (a) akad
rahn dan (b) akad ijarah.Meskipun,secara konsep kedua akad di
maksud,sesungguhnya mempunyai perbedaan. Namun,dalam teknis
pelaksanaannyamaka nasabah (rahin)tidak perlu mengadakan akad dua kali.
a. Akad rahan yang di maksud adalah menahan harta transaksi pinjamansebagai
jaminan atas pinjaman yang di terimanya,pihakyang menahan memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atausebagianpiutangnya. Dengan
akad ini, lembaga keuangan syariah menahan barang bergerak sebagai
jaminan atas uang nasabah.
b. Akad Ijarah.Dalam gadai syariah dengan akad ijarah,penerima gadai
dapatmenyewakan tempat penyimpanan barang kepada nasabahnya.Berarti
nasabah (rahin) memberikan fee kepada murtahin ketika masa kontrakberakhir
14
dan murtahin mengembalikan marhun kepada rahin
Dalam hal ini pegadaian syariah, mekanisme operasional melalui akad
rahannasabahmenyerahkan barang bergerak dan kemudian pegadaian menyimpan
dan merawatnya di tempat yang telah di sediakan oleh pegadai. Akibat yang
timbul dari proses penympanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai
investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan lagi bagi pegadaian mengenakan biaya
sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Pegadaian syaria’ah akan memperoleh keuntungan hanya dari biaya sewa tempat
yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang
diperhitungkan dari uang pinjaman.
4. Aplikasi Dalam Perbankan
Dalam hal perbankan syari’ah,akad rahn digunakan pada dua (2) hal
yang sebagai berikut:
1) Sebagai produk pelengkap, yaitu sebagai akad tambahan (jaminan) bagi
produk lain misalnya pembiayaan murabahah.
2) Sebagai produk tersendiri. Bedanya dengan pegadaian biasa,pada rahn
nasabah tidak di kenal bunga; yang di pungut dengan nasabah adalah biaya
penaksiran (valuation), pentipan, pemeliharaan, penjagaan, dan administrasi.
5. Gadai Emas Dan Mekanisme Produk Di Bank Syari’ah.
1. Gadai Emas
Gadai emas di perbankan syari’ah merupakan produk pembiayaan atas
dasar jaminan berupa emas dalam bentuk lantakan ataupun perhiasan sebagai
15
salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat,aman dan mudah.
Cepat dari pihak nasabah dalam mendapatkan dana pinjaman tanpa prosedur
yang panjang di bandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Aman dari
pihak bank,karena bank memiliki barang jaminan yaitu emas yang bernilai tinggi
dan relatif stabil bahka nilainya cenderung bertambah. Mudah berarti pihak
nasabah dapat kembali memiliki emas yang digadaikannya dengan
mengembalikan sejumlah uang pinjaman dari bank, sedangkan mudah dari bank
yaitu ketika nasabah tidak mampu mengembalikan pinjamannya (utang) maka
bank dengan mudah dapat menjualnya dengan harga yang bersaing karena nilai
emas yang stabil bahkan bertambah.
Prinsip yang di gunakan dalam gadai emas syari’ah baik di dalam syari’ah
ataupun di pegadaian syari’ah tidak berbeda dengan prinsip gadai pada umumnya.
Mulai dari persyaratan, biaya (ongkos) administrasi, biaya
pemeliharaan/penyimpanan, hingga mekanisme penjualan barang gadaian ketika
pihak yang menggadaikan tidak dapat melunasi utangnya.
Gadai emas memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan
barang gadai lainnya. Emas merupakan logam mulia yang bernilai tinggi dan
harganya relative stabil bahkan slalu menunjukkan tren yang positif setiap
tahunnya. Emas jga merupakan barang atau garta yang dapat dengan mudah di
miliki oleh setiap orang khususnya emas dalam bentuk perhiasa. Ketika seseorang
membutuhkan uang tunai, maka ia dapat dengan mudah menggadaikan
perhiasannya kepada lembaga pegadaian atau bank syari’ah. Setelah ia dapat
melunasi utangnya,ia dapat memiliki kembali perhiasannya. Artinya, seseorang
16
dengan mudah mendapatkan uang tunai tanpa harus menjual emas atau perhiasan
yang dimilikinya.
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam gadai emas syari’ah baik
di bank syari’ah maupun di lembaga yang menawarkan produk gadai emas
syari’ah. Hal yang di maksud adalah biaya administrasi dan biaya pemeliharaan.
1) Biaya Admistrasi
Biaya administrasi adalah ongkos atau pengorbanan materi yang di
keluarkan oleh bank dalam hal pelaksanaan akad gadai dengan penggadai (rahin).
Pada umnya ulama sepakat bahwa segala biaya yang bersumber dari barang yang
digadaikan adalah menjadi tanggungan penggadai. Oleh karena itu, biaya
administrasi gadai di bebankan kepada penggadai.
Karena biaya administrasi merupakan ongkos yang di keluarkan
bank,maka pihak bank yang lebih mengetahui rincian biaya administrasi. Setelah
bank mengitung total biaya admistrasi, kemudian nasabah atau penggadai
menggadai biaya administrasi tersebut.
Namun tidak banyak atau bahkan sangat jarang nasabah yang mengetahui
rincian biaya administrasi yang harus ditanggung oleh nasabah atau penggadai
tanpa menyebutkan rinciannya. Keterbukaan dalam menginformasikan rincian
biaya administrsi tersebut sanagat penting dalam rangka keterbukaan yang
kaitannya dengan ridha bin ridha, karena biaya administrasi tersebut disebabkan
kepada nasabah atau penggadai.
Dewan Syari’ah Nasional dalam Fatwa No.26/DSN-MUI/III/2002
menyebutkan bahwa biaya atau ongkos yang di tanggung oleh penggadai besarnya
17
didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Artinya, penggadai
harus mengetahui besar rincian dan pengeluaran apa saja yang di keluarka oleh
bank untuk melaksanakan akad gadai, seperti biaya materai,jasa penaksiran,
formulir akad, foto copy, print out, dll. Sehingga hal tersebut juga yang juga
menyebabkan biaya administrasi harus di bayar di depan.
2) Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan atau penyimpanan merupakan biaya yang di butuhkan
untuk merawat barang gadaian selama jangka waktu pada akad gadai. Selain
dengan pendapat beberapa jumhur ulama biaya pemeliharaan atau penyimpanan
menjadi tanggungan penggadai (rahin). Karena pada dasarnya penggadai (rahin).
Masi menjadi pemilik dari barang gadaian tersebut, sehingga dia
bertanggungjawab atas seluruh biaya yang dikeliarkandari barang gadai miliknya.
Akad yang digunaka untuk penerapan biaya pemeliharaan atau
penyimpanan adalah akad ijarah (sewa). Artinya, penggadai (rahin) menyewa
tempat di bank untuk menyimpan atau menitipkan barang gadaiannya, kemudian
bank menetapkan biaya sewa tempat. Dalam penelitian lainnya, penggadai (rahin)
menggunakan jasa bank untuk menyimpan atau memelihara barang gadainya
hingga waktu gadai berakhir. Biaya pemeliharaan/penyimpanan ataupun biaya
sewa tersebut diperbolehkan oleh para ulama dengan merujuk kepada
diperbolehkannya akad ijarah.
Biaya pemeliharaan/penyimpanan sewa dapat berupa biaya sewa tempat
SDM (Save Deposit Box), biaya pemeliharaan, biaya keamanan, dan biaya
lainnya yang di perlukan utuk memelihara atau menyimpan barang gadai tersebut.
18
Dengan akad ijarah dalam pemeliharaan atau penyimpanan barang gadian
bank akan dapat memperoleh pendapat yang sah dan halal. Bank akan
mendapatkan fee tau upa atas jasa yang di berikan kepada penggadai atau bayaran
atas jasa sewa yang di berikan kepada penggadai.
Oleh karena itu, gadai emas syari’ah sangat bermanfaat bagi penggadai
yang membutuhkan dana tunai dengan cepat dan bagi pihak bank yaang
menyediakan jasa gadai emas syari’ah karena bank akan mendapatkan pemasukan
atau keuntungan dari jasa penitipan barang gadai dan bukan dari kegiatan gadai
itu sendiri.
2. Mekanisme Produk Gadai Emas di Bank Syari’ah
Bagi calon nasabah yang ingin mengajukan permohonan daapat
mendatangi bank-bank syari’ah yang menyediakan fasilitas pembiayaan gadai
emas dengan memenihi persyaratan :
1. Identitas diri KTP/SIM yang masi berlaku.
2. Perorangan WNI.
3. Cakap secara hukum.
4. Mempunyai rekening giro atau tabungan di bank syari’ah tersebut.
5. Menyiapkan NPWP (untuk pembiayaan tertentu sesuai dengan aturan yang
berlaku).
6. Adanya barang jaminan berupa emas. Bentuk dapat emas batangan,emas
perhiasan atau emas koin dengan kemurnian minimal 18 karat atau kadar
emas 75%. Sedangkan jenisnya adalah emas merah dan kuning.
7. Memberikan keterangan yang di perlukan dengan benar-benar mengenai
19
alamat,data penghasilan dan lainnya.
Selanjutnya pihak bank syari’ah akan melakukan analisis pinjaman
yang meliputi :
1. Petugas bank memeriksa kelengkapan dan kebenaran syarat-syarat calon
pemohon peminjam.
2. Penaksir melalukan analisis,pemohon, keaslian dan karatase jaminan berupa
emas,sumber pengambilan jaminan,penampilan atau tingkah laku calon
nasabah yang mencurigakan.
3. Realisasi pinjaman dapat di cairkan setelah akad pinjaman sesuai dengan
ketentuan bank.
4. Nasabah dikenakan biaya administrasi,biaya sewa dari jumlah pinjaman.
Contoh perhitungan :
a. Biaya sewa (BS) : Rp 1.500/gram/bulan.
b. Berat emas ditakdir (BED) : 20 gram.
c. Karatase emas ditaksir (KED) : 22 karat.
d. Harga standar emas 24 karat (HSE) : Rp 250.000/gram.
e. Jangka waktu sewa (JW) : 4 bulan.
Dari data di atas memmperoleh hitungan
f. Biaya sewa tempat penyimpanan emas perhitungannya :
BED x JW x Rp 1.500,00 200 gram x 4 bulan x Rp 1.500 = Rp
120.000,00
g. Harga taksiran emas :
BED x HSE x KED / 24 karat 20 gram x Rp 250.000,00 x 22/ 24 =
20
Rp 4.583.333.000,00
5. Pelunasan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo.
6. Apabila sampai dengan waktu yang telah ditetapkan nasabah tidak dapat
melunasi dan proses kolektibilitas tidak dapat dilakuka,maka jaminan dijual
dibawah tangan.
B. Bank Syari’ah
1. Definisi Bank Syari’ah
Syriah berasl dari kata abhasa Arab yang secra harfiah berarti jalan yang
ditempuh atau garis ang mesti di laluinya.
Bank syari’ah menurut Alma dalam Asmitha (2009:7) adalah bank yang
dalam prinsip,operasional, maupun produknya dikembangakan dengan
berdasarkan pada nilai-nilai yang terkadung dalam Al-Quran dan petunjuk-
petunjuk operasional pada hadits Muhammad Rasulullah SAW.
Dalam UU No.10 tahun 2009 disebit bawha bank umum merupakan
lembga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Prinsip utama yang diikuti Bank islam yaitu :
1. Larangan ribah dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasakan perolehan
keuntungan yang sah.
3. Memmberikan atau mengeluarkan zakat.
21
2. Asas, Tujuan dan Fungsi Bank Syari’ah.
Dalam Undang-Undang perbankan syri’ah tahun 2008 dijelaskan bahwa
perbankan syri’ah dalam meakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syriah,demokrasi ekonomi,dan prinsip kehati-hatian.
Sedangkan tujuan didirikannya bank syariah yaitu untuk menciptakan
suatu keadilan bidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapat melalui
kegiatan investasi sehingga tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara
pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, mengingatkan kualitas
hidup umat dengan jalan membuka peluang usaha yang leebar dan menjaga
kestabilan ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Adapu fungsi ban syariah yaitu bank syariah dan UUS wajib menjalankan
fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, menjalankan fungsi sosial
dalam bentuk lembaga baitul malyaitu menerima dana yang berasal dari
zakat,infaq, sedekah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi
pengelola zakat, serta menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
menyalurkan kepda pengelola wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
3. Asumsi Dasar Akuntansi Perbankan Syariah
Pada awalnya bank syaria’ah mempergunakan konsep dasar kas (cash
basis) dalam melakukan pencatatan pendapatan,sedangkan untuk membutuhkan
beban yang dikeluarkan mempergunakan konsep dasar akrual (accural basis).Hal
ini dilakukan karena telah terjadi kepastian bahwa pada saat membutuhkan
pendapatan telah benar-benar diterima. Asumsi dasar konsep akuntansi keuangan
secara umum tidak berbeda dengan asumsi dasar konsep akuntasi bank
22
syari’ah,yaitu :
1) Dasar akural,yaitu pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterimah atau dibayar) dan
dicatat dalam catatanakuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periodebersangkutan,dan
2) Kelangsungan Usaha (going concern), laporan keuangan biasanya disusun
atasdasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan
usahanya di masa depan.
C. Tinjauan Tentang Akuntansi Ijarah (PSAK 107)
PSAK 107 ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah,
serta yang mencakup peraturan untuk pembiayaan multijasah yang menggunakan
akad ijarah. Pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ini menyesuaikan
dengan Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan multijasa
yang mengatur beberapa ketentuan sebagai berikut :
1) Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan multi
ijarah atau kafalah.
2) Dalam hal LKS (Lembaga Keuangan Syariah) menggunakan akad
ijarah,maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah.
3) Dalam pembiayaan miltijsa tersebut LKS dapat memperoleh imbalan jasa
(ujrah) atau fee.
4) Besar ujarah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk persentase ( %).
23
D. Perlakuan Akuntansi Gadai Syari’ah.
Dalam Rahn emas menentukan biaya dan pendapatan sewa (ijarah) atau
penyimpanan dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai syari’ah yaitu
akad ijarah (PSAK 107) yang terkait dimana pengakuan dan pengukurannya serta
pengungkapan dan penyajian adalah :
1. Pengakuan dan pengukuran
Terdapat beberapa kentuan untuk pengakuan dan pengukuran yang
dijelaskan dalam PSAK 107,yaitu :
1. Pinjaman / kas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya.
2. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset (sewa
tempat) telah diserahkan kepada penyewa (rahin).
3. Pengakuan biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya.
2. Penyajian dan pengungkapan
Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam PSAK 107, penyajiandan
pengungkapan meliputi :
1. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara netto setelah dikurangi beban-
beban yang terkait. Misalnya beban pemeliharaan dan perbaika dan
sebagainya.
2. Pengungkapan, murtahin mengungkapakan pada laporan terkait transaksi
ijarah muntahiayah bit tamlik.
Jurnal :
a) Pada saat bank menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi hanya membuat
tada terima.
24
b) Pada saat bank menmayarkan uang tunai kepada rahin
Pembiayaa gadi/piutag Rp xxx
Kas Rp xxx
c) Pada saat bank menerima uang untuk biaya sewa atas manfaat aset (sewa
tempat) yang merupakan sewa bagi bank.
Kas/piutang Rp xxx
Pendapatan sewa Rp xxx
d) Pengakua biaya yang dikeluarkan atas pembiayaangadai syariah
Biaya akad ijarah Rp xxx
Uang muka dalam rangka akad ijarah Rp xxx
e) Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan
membuat tanda serah terima barang.
Kas Rp xxx
Pembiayaa gadai/piutang Rp xxx
f) Jika pada saat jatu tempo utang rahn tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadai dijual oleh pihak bank.
Kas Rp xxx
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
E. Kerangka Pikir
PT. Bank BNI Syari’ah menerapka sistem akutansi pembiayaan gadai
syari’ah dalam penerapan salah satu kontak usaha antara gadai syariah dan PSAK
107 untuk mencapai tujuan usaha, kemudian mencapai hasil guna untuk
mewujudkan hasil dari sistem perbankan yang berprinsif syariah.
25
Akuntansi pembiayaan gadai syariah menggunakan penerapan gadai
syariah dan PSAK 107 tentang akad (ijarah) yang dimana penerapan gadai
syariah itu menjelaskan tentang gadai (rahn) secara etimologis berarti tsub (tetap),
dewan (terus menerus), dan habs (menahan), dan PSAK 107 menjelaskan tentang
aktifitas yang melakukan transaksi ijarah, berikut skema kerangka pikir pada PT.
Bank BNI syariah Tbk, Cabank Makassar sebagai berikut :
Kerangka pikir :
Bank BNI Syari’ahCabang Makassar
Akuntansi PembiayaanGadai Syari’ah
PSAK 107Tentang Akad (ijarah)
PenerapanGadai Syariah
Hasil
26
F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan hasil rumusan permasalahan yang telah
dikemukakan sebelumnya maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syari’ah telah
diterapkan oleh PT. Bank BNI Syari’ah. Tbk,Cabang Makassar.
2. Diduga bahwa perlakuan akuntansi atas pembiayaan gadai syari’ah telah
sesuai dengan PSAK 107.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan selama dua bulan pada PT. Bank BNI
Syariah, Tbk. Cabang Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari sampai dengan bulan Maret 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan cara
menelaah berbagai buku literatur dan bahan pustaka lainnya yang
berkaitan dengan yang dibahas.
2. Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu penelitian yang dilaksanakan
dengan cara mengunjungi objek yang akan diteliti
gunamengumpulkandata-data yang diperlukan, yaitu dengan cara sebagai
berikut :
a. Observasi, ialah melakukan pengamatan secara langsung pada obyek
penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.
b. Wawancara, ialah melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan
karyawan perusahaan yang diteliti dalam mendapatkan data yang
diperlukan.
c. Dokumentasi, melakukan review terhadap dokumen-dokumen instansi
yang relevan, serta mempelajari referensi yang terkai dengan penelitian
yang dilakukan.
27
28
C. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk
informasi baik secara lisan maupun secara tertulis.
b. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam
bentukng angka.
2. Sumber Data
a. Data Primer, ialah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pimpinan dan
karyawan.
b. Data Sekunder, ialah data yang diperoleh dari dokumen perusahaan,
berupa laporan tertulis yang dibuat secara berkala.
D. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Bank BNI
Syari’ah Cabang Makassar. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh
karyawan bagian pembiayaan Bank BNI Syari’ah Cabang Makassar.
E. Metode Analisis Data
Setelah data-data diperoleh, maka data tersebut selanjutnya diolah
kemudian dilakukan analisis. Analisis data ini penting artinya karena dari analisis
ini, data yang diperoleh dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
29
deskriptif kualitatif yaitu suatu analisis yang menjelaskan secara mendalam dan
terperinci mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syari’ah pada PT.
Bank BNI Syari’ah,Tbk. Cabang Makassar. Kemudian analisis selanjutnya adalah
analisis komparatif yaitu suatu analisis yang membandingkan perlakuan akuntansi
pembiayaan gadai syari’ah yang diterapkan Bank BNI Syari’ah tbk. Cabang
Makassar sesuai atau berbeda dengan PSAK 107 Akad ijarah.
30
BAB IV
GAMBAR UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan.
Pada tahun 2009 dilakukan penysutan corporate plan BNI Syariah yang
dalamnya termasuk rencana indepeandensi untuk tahun 2009-2010. Proses
independensi BNI Syariah diperkuat dengan kebijakan otonomi khusus yang
diberikan oleh BNI kepada UUS BNI pada tahun 2009. Pada tahun 2010 BNI
memnenruk Tim Implementasi Pembentukan Bank Umum Syariah, sehingga
terbentuk PT Bank BNI Syariah yang efektif beroperasi sejak tanggal 19 juni
2010.
1. Berdirinya Unit Usaha Syariah BNI
Tempaan krisis moneter tahun 2008 membuktikan ketangguhan system
perbankan syariah. Prinsip syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, trasparan
dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem
perbankan yang lebih adil.
Pada tahun 2008 dibentuk Tim Proyek Cabang Syariah dengan tujuan
untuk mempersiapkan pengelolaan bisnis perbankan syariah BNI yang beroperasi
pada tanggal 29 April 2010 sebagai Uit Usaha Syariah (UUS) BNI. Pada awal
berdirinya, UUS BNI terdiri atas lima kantor cabang yakni di Yogyakarta,
Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Pada tahun 2009, BNI syariah
mulai menghasilkan laba dan pada tahun 2010 dilakukan penyusutan corporate
planyang di dalamnnya termasuk rencana independensi BNI syariah pada tahun
30
31
2009-2010. Pada tahun 2008 proses independensi BNI syariah diperkuat dengan
kebijakan otonomi khusus yang diberikan oleh BNI kepada UUS BNI. Pada tahun
2009, membentuk Tim Implementasi Pembentukan Bank Umum Syariah.
Selanjutnya UUS BNI terus berkembang hingga pada pertengahan tahun 2010
telah memiliki 27 kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu.
Di samping itu, UUS BNI senantiasa mendapatkan dukungan teknologi
informasi dan penggunaan jaringan saluran distribusi yang meliputi kantor cabang
BNI, jaringan ATM BNI Link serta ATM bersama, 24 jam layanan BNI Call dan
juga internet bangking.
1. Pemisahan (Spin Off) Unit Usaha Syariah
Proses spin off dilakukan dengan beberapa tahapan, sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan Bank Indonesia. Bank
Indonesia memberikan peersetujua prinsip untuk pendirian BNI Syariah, dengan
nomor suat 12/DPG/DPBS tanggal 8 februari 2010 perihal Izin Prinsip Pendirian
PT Bank BNI Syariah.
Izin Usaha diterlibatkan oleh BankIndonesia pada tanggal 21 Mei 2010,
melalui keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/kep.gbi/2010 tentang
pemberian Izin Usaha PT Bank Bni Syariah. Selanjutnya BNI Syariah efektif
beroperasi pada tanggal 19 juni 2010. Terhadap dua hal pendorong bagi BNI
untuk melakukan spin off UUS BNI tersebut, yakni sebagai berikut:
a. Aspek Eksternal
Pertimbangan utama dari aspek eksternal adalah regulasi, pertumbuhan
bisnis, dan kesadaran konsumen, yang kian meningkat. Regulasi untuk industri
32
perbankan Syariah kian kondusif dengan dikeluarkannyan Undang-Undang nomor
21 tahun 2008 tanggal 16 juli 2008 tentang perbankan Syariah, Undang-Undang
tahun nomor 19 tahun 2008 tanggal 7 mei 2008 mengenai Surat Berharga Syariah
Negara, peraturan Bank Indonesia nomor 11/10/2009 tentang Unit Usaha Syariah,
peraturan Bank Indonesia nomor 11/3/2009 tentang Bank Umum Syariah dan
penyempurnaan ketentuan pajak trmasuk pengenaan pertambahan pajak nilai
(PPN) terhadap produk yang berdasarkan prinsip jual beli. Hal tersebut
merupakan langkah strategi bagi perkembangan industri perbankan syariah di
masa depan.
Di sisi pertumbuhan industri, dalam 5 (lima) tahun terakhir perbankan
syariahmenunjukkan angka pertumbuhan yang sangat signifikan di mana total
pembiayaan dana aset pertumbuhan sebesar 34% per tahun (CAGR 2004-2008).
Hal ini jauh melampaui pertumbuhan angka perbankan konvensional sebesar 19%
dan 25% masing-masing untuk dana dan kredit pada periode yang sama. Namun
demikian jika dibandingkan dengan potensi pasar yang ada, maka peluang
pengembangan syariah masi sangat terbuka luas.
Aspek eksternal berikutnya adalah dari sisi kesadaran konsumen yang kian
meningkat. Dari hasil surveyyang dilakukan di tahun 2009-2010 di beberapa
propinsi di jawa dan sumatera bahwa nasabah masi meragukan kemurnian prinsip
syariah terhadap banksyariah yang dioperasikan secara Dual Bangking
System(UUS). Untuk menghindari keragu-raguan dan persepi masyarakat tersebut,
maka kedepannya pengelolaan usaha syariah oleh UUS seyogyanya dikonversi
menjadi Bank Umum Syariah.
33
b. Aspek Internal
Dari aspek internal UUS BNI, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Corporate Plan tahun 2009 bahwa status USS bersifat sementara, maka secara
bertahap telah dilakukan persiapan untuk proses pemisahan. Oleh karenanya
dalam penimbangan bisnisnya UUS BNI telah memiliki infrastruktur dalam
bentuk sistem, prosedur dan mekanisme pengambilan keputusan yang independen.
Di sisi lain UUS BNI juga telah memiliki sumber daya dalam bentuk
jaringan, dukungan teknologi informasi, serta sumber daya manusia yang
memadai dan kompoten sehingga mampu menjadi sebuah entitas bisnis yang
independen. Selain itu terdapat alasan yang lebih spesifik untuk dilakukannya spin
off, yakni:
1) Memamfaatkan unggulan sebagai salah satu yang pertama dalam industri
perbankan syariah.
2) Menciptakan profil dan pasar untuk menjaring investor potensi baik domestik
maupun global.
3) Mengelola usaha yang lebih bersifat independen dan strategis.
4) Semakin muda berkompetisi, kian ulet, dan fleksibel dalam mengambil
keputusan-keputusan bisnis kedepannya.
5) Pemisahan (spin off) akan mendorong berjalannya praktik-praktik terbaik
(market best practice) dan telah kelola perusahaan yang bak dalam
pengelolaan bisnis BNI Syariah sehingga pada gilirannya akan menciptakan
efisiensi dan produktifitas bisnis yang lebih baik.
34
Dari aspek strategis dengan dilakukannya spin offdiharapkan akan member
sejumlah manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, antara lain sebagai
berikut:
1) Ekselerasi pengembangan usaha syariah yang lebih mudah
2) Meningkatkan kualitas kepercayaan dan citra
3) Meningkatkan produktifitas dan efisiensi
4) Meningkatkan struktur permodalan
5) Memberikan manfaat bagi pemegang saham
6) Mendukung rencana tercepatan pertumbuhan perbankan syariah
7) Mempertajam kompetensi insane perbankan syariah
B. Visi dan Misi Bank BNI Syariah
Sebagai lembaga keuangan yang mencoba untuk membentuk dan
membangun hubungan baik dengan berbagai lapisan masyarakat indonesia, BNI
syariah bangga bila upayanya dalam membantu perkembangan dan pemberdayaan
masyarakat.menjadikan BNI Syariah sebagai bank pilihan masyarakat. Oleh
karena itu Bank BNI Syariah mempunyai visi dan misi dalam
keberlangsungannya.
1. Visi Bank BNI Syariah
Visi BNI Syariah adalah “Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang
unggul dalamlayanan dan kinerja”. Hal ini akan menjadikan Bank Syariah yang
menguntungkan bagi bank BNI 46dan terpercaya bagi umat muslim dengan
bersungguh-sungguh menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah Islam yang berlandaskan AL-Quran dan AL-Hadits.
35
2. Misi Bank BNI Syariah
Adapun misi dari Bank BNI Syariah diantarannya yakni:
1. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian
lingkungan.
2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.
3. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4. Menciptakan warna terbaik sebagai tempat kebanggan untuk berkarya dan
berprestasi bagi pegawai sebagai perwujud dan ibadah.
5. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
C. Struktur organisasi perusahaan
Di Indonesia, setiap organisasi baik organisasi yang sangat sederhana
maupun organisasi yang sangat luas dan kompleks, masalah penyusunan
organisasi menjadi hal yang penting dan sangat diperlukan. Hal ini dilakukan agar
setiap karyawan mengetahui tugasnya dan bertanggung jawab atas pekerjaannya
masing-masing.
Suatu organisasi yang jelas struktur informasinya biasanya digolongkan
organisasi formil, sedangkan keorganisasian informasi terjadi dengan adanya
jalinan hubungan kerja yang tidak ditetapkan dengan resmi dalam organisasi
tersebut.
Dalam sebuah pemahaman umum, struktur organisasi setiap organisasi
terdapat beberapa unsur, yaitu :
1. Adanya sekelompok orang.
2. Adanya sekelompok orang yang saling bekerja sama.
36
3. Adanya suatu tujuan tertentu.
4. Satu sama lain terkait secara formil.
5. Mempunyai atasan dan bawahan.
Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktus organisasi Bank BNI
Syariah Cabang Makassar secara lengkap, sebagai berikut:
37
DIV. KEPATUHANUNIT ROA WIL.
Struktur Organisasi
PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), TBK
KANTOR CABANG SYARIAH MAKASSAR
UNIT BRANCHQUALITY ASSURANCE
PEMIMPIN CABANG
UNIT PEMASARAN
PEMIMPIN BIDANGOPERASIONAL
UNIT PELAYANANNASABAH
Pel. Uang TunaiPel.jasa informasi
dan pemegangrekening
UNIT KEUANGAN&UMUM
Adm. Umum Akuntansi Non administrasi
UNIT OPERASIONAL
Transaksi dlmNegeriAdm. pembiayaan
38
D. Job Description
Uraian terhadap masing-masing jabatan dituangkan dalam sebuah Buku
Pedoman Perusahaan (BPP). Dalam BPP tersebut telah dijelaskan secara rinci
mengenai ikhtisar jabatan dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan
tersebut.
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan ikhtisar dari masing-masing jabatan
tersebut, sebagai berikut :
1. Pemimpin Cabang
a. Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas Cabang dalam
usaha memberikan pelayanan unggul kepada nasabah, megendalikan dan
meningkatkan kualitas bisnis di daerah kerjanya dan menyelenggarakan
administrasi perusahan.
b. Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan fungsi manajemen secara
utuh, konsisten dan kontinyu.
c. Menetapkan rencana kerja dan anggaran, sasaran usaha dan tujuan yang akan
dicapai.
2. Pemimpin Bidang Operasional
a. Menyelia kegiatan pelayanan administrasi di front office dan back office
dengan mengupayakan pelayanan yang optimal.
b. Menyelia dan berpartisipasi aktif terhadap unit-unit yang dibawahinya dalam
memantau dan memastikan bahwa perbaikan/penyempurnaan atas temuan hasil
pemeriksaan oleh audit intern/eksteren telah dilakukan sesuai dengan rencana
perbaikan/penyempurnaan yang diberikan oleh auditor.
39
c. Memberikan advisi/konsultasi dan membahas masalah yang berkaitan dengan
administrasi pembiayaan, pembiayaan bermasalah, keuangan, logistik, umum
dan kepegawaian serta administrasi dalam negeri dan kliring.
3. Unit Pelayanan Nasabah
a. Melayani semua jenis transaksi kas/tunai, pemindahan kliring.
b. Menyediakan informasi dan melayani transaksi produk/jasa Dalam Negeri
dan Luar Negeri.
c. Melayani kegiatan eksternal (payment point, kas mobil, kas kantor, dan
Capem).
d. Mengelola rekaning/transaksi giro, tabungan, deposito, ONH, dan kiriman
uang.
e. Mengelola kegiatan Bank Operasional/Persepsi dan KPKN.
f. Membuat laporan ke Bank Indonesia dan KPKN.
4. Unit Administrasi Keuangan dan Umum.
a. Mengelola sistem otonomi di Cabang/Cabang Pembantu.
b. Memeriksa kebenaran/akurasi transaksi keuangan.
c. Mengelola data dan informasi tentang kondisi keuangan Cabang dan
rekening nasabah.
d. Mengelola laporan Cabang : output harian, MIO an laporan BI/pihak ketiga
lainnya.
e. Mengelola aministrasi kepegawaian, kebutuhan logstik dan administrasi
umum.
40
5. Unit Operasional.
a. Mngelola administrasi pembiayaan, portepel pembiayaan dan pemantauan
pemberian pembiayaan.
b. Mengelola transaksi dan administrasi kliring.
c. Membuat laporan pembiayaan ke BI dan manajemen Bank BNI.
6. Unit Pemasaran Bisnis.
a. Melakukan pemasaran dana dan pembiayaan.
b. Manggali calon nasabah dan membina hubungan yang baik dalam rangka
peningkatan bisnis dan mengupayakan pencapaian target yang telah
ditetapkan.
7. Unit Branch Quality Assurance.
Unit tersebut merupakan unit yang berdiri sendiri/independent dan tidak di
bawahi lagi oleh pemimpin cabang melainkan di bawahi Divisi Kepatuhan. Untuk
unit tersebut sebelumnya disebut Kontrol Intern. Tugas-tugas pokoknya adalah :
a. Melakukan pengawasan dengan cara melaksanakan pemeriksaan terhadap
akticitas unit sehari-hari.
b. Melakukan pemerikaan atas aktivitas unit secara harian, berkala atau
mendadak.
c. Menindak lanjuti temuan SPI/Audit, baik internal maupun eksternal.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Poduk-produk pembiayaan PT. Bank BNI Syaria, Tbk.
Sistam pembiayaan PT. Bank BNI Syariah bermitra dengan nasabah dalam
berwirausaha. BNI Syariah menyediakan beberapa jenis pembiayaan yaitu; 1)
Piutang Murabahah, 2) Pembiayaan Mudharabah, 3) Pembiayaan Musyarakah, 4)
Rahn (Gadai Emas Syariah), dan 5) Ijarah. Semua skema pembiayaan tersebut
untuk mendukung sektor rill yang halal.
1. Piutang Mudharabah
Merupakan fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli. Bank akan
memberikan barang ang halal yang dibutuhkan nasabah kemudian dijual ke
nasabah yang bersangkutan untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah,
dimana harga jualnya sama dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan
bagi pihak bank. Misalnya, pembelian kendaraan bermotor.
Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan dalam bentuk modal/dana
yang diberikan oleh bank untuk dikelola oleh nasabah dalam usaha yang telah
disepakati bersama. Kemudian pembiayaan mudharabah ini akan berbagi hasil
untuk pendapatan antara nasabah dan pihak bank. Resiko kerugian ditanggung
penuh oleh pihak bank, kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelola, kelalaian dan penyimpangan oleh pihak nasabah.
41
42
2. Pembiayaan Musyarakah
adalah kerjasama yang dilakukan antara pihak bank dengan nasabah
dengan menggabungkan modal usaha dimana masing-masing pihak berdasarkan
kesepakatan memberikan kontribusi sesuai kesepakatan bersama yang
berdasarkan porsi dana yang ditanamkan.
Rahn (Gadai Emas Syariah) adalah penyerahan hak penguasaan secara
fisik atas barang/harta berharga berupa emas dari nasabah kepada bank sebagai
jaminan atas pembiayaan Qardh yang diterimah oleh nasabah.
3. Produk Gadai Emas PT. Bank BNI Syariah,Tbk.
Gadai Emas Syariah BNI Syariah atau disebut juga pembiayaan Ranh
merupakan penyerahan jaminan / hak penguasaan secara fisik atas barang
berharga berupa emas (lantakan dan atau perhiasan beserta eksesorisnya) kepada
bank sebagai jaminan atas pembiaayaan (qardh) yang diterima.
Sesuai dengan slogan yang dimiliki oleh pembiayaan gadai syariah yakni
“Solusi Mudah Sesuai Kaidah” Gadai Emas Syariah ini dapat dimamfaatkan oleh
masyarakat yang membutuhkan dana jangka pendek dan keperluan yang
mendesak. Misalnya menjelang tahun ajaran baru, hari raya, kebutuhan modal
kerja jangka pendek dan sebagainya. Selain itu gadai emas di BNI Syariah
memiliki beberapa keunggulan diantaranya :
a. Proses menggadai yang sangat sederhana dan tidak berbelit-belit dengan
persyaratan yang mudah sesuai dengan prinsip syariah.
b. Murah dan tarif dihitung secara harian.
c. Jangka waktu 3 bulan dan bisa diperpanjang.
43
d. Pembiayaan gadai diberikan sebesar 79% untuk emas lantakan dan 80% untuk
emas perhiasan.
e. Barang agunan aman karena diasuransikan.
f. Diberikan fasilitas kartu ATM yang dapat ditarik tunai diseluruh jaringan BNI
sehingga memudahkan nasabah, disamping lebih aman karena pembiayaan
nasabah langsung masuk rekening tabungan IB Plus.
Produk gadai emas pada BNI Syariah, saat ini sangat diminati oleh
masyarakat baik kalangan muslim maupun non muslim yang juga tertarik akan
akan pembiayaan gadai ini. Jadi siapapun tanpa terkecuali bisa melakukan gadai
emas ini dengan tujuan yang baik. Pada Bank BNI Syariah untuk saat ini telah
menetapakan bahwa emas yang digadaikan harus memiliki sertifikat yang
menunjukkan surat bukti kepemilikan atau bukti pembelian yang dapat
digadaikan. Hal ini dilakukan agar unsur kemaksiatan dalam proses penggadaian
dapat dicegah.
Pihak Bank BNI Sayriah menyataka bahwa dalam produk gadai ini tidak
mengambil manfaat dari Marhun yang dijaminkan nasabah sehingga dapat
dikatakan bahwa bank memberikan “pinjaman dengan jaminan” emas kepada
nasabah. Adapun emas yang digadaikan adalah emas yang kadar 16-24 karat
dengan maksimum pinjaman 90% dari nilai taksiran serta biaya penitipan yang
ditentukan oleh kantor pusat dan kemudian dikirim kekantor cabang.
Ada pula jangka waktu rahn yang ditetapkan adalah maksimum 3 bulan
dan dapat diperpanjang untuk masa dua bulan mendatang atau seterusnya. Setiap
kali perpanjangan rahn, nasabah wajib membayar biaya perawatan dan
44
pemeliharaan sesuai tarif ijarah yang berlaku dan Murtahin (bank) wajib
melakukan hertaksasi (penaksiran) atas barang yang dijaminkan sesuai dengan
harga pasar yang berlaku.
Biaya-biaya yang ditetapkan oleh pihak BNI Syariah adalah sebagai
berikut :
a. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan
Biaya perawatan dan pemeliharaan sebesar 1,6% dari nilai taksiran barang
untuk masa satu bulan dan dihitung secara harian. Atau dengan kata lain setiap
Rp 1 juta nilai taksiran barang akan dikenakan biaya perawatan dan pemeliharaan
sebesar Rp 533,-per hari. Biaya ini dibayar pada saat melunasi/perpanjangan.
b. Biaya Materai Rp 6.000,- (dibayar di muka)
c. Biaya Administrasi (dibayar dimuka)
- Taksiran barang s/d Rp 10 juta, sebesar 10.000,-
- Taksiran barang Rp 10 juta s/d Rp 25 juta sebesar Rp 25.000,-
- Taksiran barang Rp 25 juta ke atas sebesar Rp 50.000,-
B. Akad yang Digunakan dalam Pembiayaan Gadai Syarih
Akad adalah perjanjian, yaitu perjanjian ijab dengan kabul menurut cara-
cara yang disyariatkan yang terpengaruh terhadap obyek yang diakadkan dan yang
menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang melaksanakan.
Akad yang digunakan dalam praktek gadai syariah di BNI Syariah ada tiga
yakni akad Rahn, Qardh, dan Ijarah. Pemanfaatan Marhum akan berpengaruh
terhadap akad apa yang akan digunakan.
45
1) Akad Qardh, adalah suatu akad pembiayaan dari Murtahin (pihak yang
berpiutang) kepada Rahin dengan ketentuan bahwa Rahin wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada Murtahin pada waktu yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
2) Akad Rahn, adalah akad penyerahan barang / harta (marhun)dari nasabah
kepada pihak bank sebagai jaminan atas pinjamannya.
3) Akad Ijarah/Ujarah, adalah suatu akad pemindahan manfaat atas suatu barang
atau jasa dakam jangka waktu tertentu melalui pembiayaan upah/atau sewa
tempat, tanpa diakui pemindahan kepemilikan barang barang itu sendiri.
1. Kontribusi Pembiayaan Gadai Emas Syariah di BNI Syariah
Pembiayaan gadai emas syariah yang memasuki tahun kedua memberikan
kontribusi sanagt besar terhadap operasional BNI Syariah. Pembiayaan gadai
emas merupakan saah satu produk unggulan BNI Syariah yang bersaing di antara
semua produk yang ada di BNI Syariah.
Pada tahun 2011-2012 pembiayaan gadai emas di BNI Syariah ini
mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu 320% dari tahun 2011-2012.
Hal ini tentu meningkatkan jumlah nasabah serta pendapatan bank. Namun
penulis tidak bisa merinci secara detail karena hal tersebut sangat rahasia bagi
perusahaan. Gadai BNI Syariah selain untuk kebutuhan dana mendesak juga
mendidik masyarakat untuk melindungi nilai assetnya melalui emas dengan
memanfaatkan produk gadai BNI Syariah.
46
2. Penerapan PSAK 107 (Akad Ijarah)
Berikut ini penulis akan menguraikan hasil analisis dari penelitian yang
telah dilakukan mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah. Uraian
mengenai perlakuan akuntansi tersebut didasarka pada akad Ijarah (PSAK
No.107) yang meliputi :
a. Pengakuan dan pengukuran pembiayaan gadai syariah.
b. Pengakuan pendapatan dan beban pembiayaan gadai syariah, dan
c. Penyajian dan pengungkapan pada lapora keuangan dengan tetap berpedoman
Syariah Nasional.
3. Ilistrasi Jurnal
a. Pada saat bank menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi hanya membuat
tanda terima.
b. Pada saat bank membayarkan uang tunai kepada Rahin
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
Kas Rp xxx
c. Pada saat bank menerima uang untunk biaya sewa atas manfaat aset (sewa
tempat) yang merupakan pendapatan sewa bagi bank.
Kas/piutang Rp xxx
Pendapatan sewa Rp xxx
d. Pengakuan biaya yang dikeluarkan atas pembiayaan gadai syariah
Biaya akad ijarah Rp xxx
Uang muka akad ijarah Rp xxx
47
e. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan
membuat tanda serah terima barang.
Kas Rp xxx
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
f. Jika pada saat jatu tempo utang Rahn tidak dapat dilunasi dan kemudian
barang gadi dijual oleh pihak bank
1. Penjualan barang gadai nilainya sama dengan piutang
Kas Rp xxx
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
2. Jika kurang, maka piutangnya masi tersisa sejumlah selisi antara nilai
penjualan dengan saldo piutang.
C. Perlakuan Akuntansi Gadai Syariah.
Dalam Rahn emas penentuan biaya dan pendapatan sewa (ijarah) atau
penyimpanan dilakukan berdasarkan akad pendamping dari gadai syariah yaitu
akad ijarah(PSAK 107), musyarakah merupakan kerjasama yang dilakukan antara
pihak bank dengan nasabah dengan menggabungkan modal usaha dimana masing-
masing pihak berdasarkan kesepakatan memberikan kontribusi sesuai kesepakatan
bersama yang berdasarkan porsi dana yang ditanamkan. Mudharabah merupakan
pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang diberikan oleh bank untuk dikelola
oleh nasabah dalam usaha yang telah disepakati bersama serta gadai emas syariah
BNI Syariah atau disebut juga pembiayaan Ranh merupakan penyerahan jaminan /
hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan dan atau
perhiasan beserta eksesorisnya) kepada bank sebagai jaminan atas pembiaayaan
48
(qardh) yang diterima yang terkait dimana pengakuan dan pengukurannya serta
pengungkapan dan penyajian adalah :
a. Pengungkapan dan Pengukuran
Terdapat beberapa ketentuan untuk pengakuan dan pengukuran yang
dijelaskan dalam PSAK 107, yakni:
1. Pinjaman/kas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat
terjadinya.
2. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset
(sewa tempat) telah diserahkan kepada penyewa (rahin).
3. Pengakuan biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya.
b. Penyajian dan Pengungkapan.
Berdasarkan penjelasan yang tepat dalam PSAK 107, penyajian dan
pengungkapan meliputi :
1. Penyajian, pendapatan ijarah disajikan secara netto stelah dikurangi beban-
beban yang terkait. Misalnya beban pemeliharaan dan perbaikan , dan
segalanya.
2. Pengungkapan, murtahinmengungkapkan pada laporan terkait transaksi
ijarah dan ijarah muntahiyah.
a) Pejelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tidak terbatas
pada:
1. Keberadaan Wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada Wa’ad pengalihan kepemilikan).
2. Pembatasan-pembatasan.
49
3. Agunan yang digunakan.
b) Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada)
c. Ilustrasi jurnal
a) Pada saat bank menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi hanya
membuat tanda terima.
b) Pada saat bank membayarkan uang tunai kepda rahin.
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
Kas Rp xxx
c) Pada saat bank menerima uang untuk biaya sewa atas manfaat aset (sewa
tempat) yang merupakan pendapatan sewa bagi bank.
Kas/piutang Rp xxx
Pendapatan sewa Rp xxx
d) Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan
membuat tanda serah terima barang.
Kas Rp xxx
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
e) Jika pada saat jatu tempo rahn tidak dapat dilunasi dan kemudian barang
gadai dijual oleh pihak bank.
1. Penjualan barang gadai nilainya sama dengan piutang.
Kas Rp xxx
Pembiayaan gadai/piutang Rp xxx
2. Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara
nilai penjualan dengan saldo piutang.
50
3. Jika lebih, maka sisa dari pembayaran utang ke pembiayaan gadai akan
dikembalikan kepada nasabah, setelah mengurangi biaya untuk
penjualan barang gadai tersebut.
d. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Gadai Syariah
Menurut Suardjono dalam Asmitha (2009:398), pengakuan merupakan
suatu jumlah rupiah cost yang digunakan untuk melakukan aset apabila jumlah
rupiah itu timbul akibat transaksi,kejadian atau keadaan tersebut. Sedangkan,
definisi pengukura menurut Suardjono dalam Asmitha (2009:260) adalah
penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada suatu obyek asset pada saat
terjadinya yang akan dijadikan antara dasar untuk mengikuti aliran sumber fisik
obyek tersebut.
e. Pengakuan dan Pengukuran
Terdapat ketentuan untuk pengakuan dan pengukuran yang dijelaskan
dalam PSAK 107,yakni:
1. Pinjaman/kas dinilai sebesar jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya.
2. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset (sewa
tempat) telah diserahkan kepada penyewa (rahin)
3. Pengakuan biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya.
Untuk lebih mudah dipahami, berikut ini penulis akan memperlihatkan
proses pembiayaan gadai emas beserta perlakuan akuntansinya yang diterapkan
oleh BNI Syariah.
Contoh pembiayaan gadai emas syariah:
51
Ibu sinta menggadaikan emasnya di BNI Syariah untuk keperluan yang
mendesak yang harus dia penuhi. Emas yang berkadar 23 karat dengan berat 10
gram dan dengan nilai taksira pada tanggal 1 april sebesar Rp.391.705.
perhitungan sebesar biaya penitipan (sewa) yang harus dibayarkan ibu Sinta dan
jumlah pinjaman yang maksimum dapat dipinjam olehnya yaitu:
Berat emas x nilai pasar emas saat itu = 10 gram x Rp. 391.705=Rp. 3.917.050
Maksimum pinjaman yang ditetapkan BNI Syariah=
90% x Rp.3.917.050=Rp.3.525.345 dibulatkan menjadi Rp.3.525.000
Ibu sinta bisa mendapatkan pinjaman maksimum senilai Rp 3.917.050.
perhitungan biaya penitipan yang dilakukan oleh pihak BNI Syariah yang standar
yaitu hitungan per tiga bulan jadi Rp.19.350 x 3 (30 hari/10) x 3 bulan=
Rp.174.150. Selain itu, terdapat juga biaya-biaya lain yang telah ditetapkan seperti
terdapat juga biaya administrasi untuk emas yang berat 10 gram sejumlah
Rp.16.000. Jika penggadai dan pihak bank saling sepakat untuk mengansur
pembiayaan gadai syariah maka jumlah yang dibayar oleh nasabah per tiga bulan
dengan jangka waktu 1 tahun adalah Rp. 3.525.000/3 = Rp.1.175.000.
Berikut ini akan diuraikan tentang pengakuan dan pengukuran pembiayaan
gadai emas syariah pada kejadian-kejadian yang penting sebagai berikut:
1) Pada saat terjadinya akad pembiayaan gadai syariah.
BNI Syariah mengakui pembiayaan gadai syariah pada saat akad terjadi
dan bank menyerahkan kas kepada nasabah yaitu saat bank menandatangani dan
mencairkan dan sebesar pokok pembiayaan (pembiayaan) sesuai dengan
52
ksepakakatan pihak bank dengan nasabah. Pengakuan tersebut dengan PSAK
No.107 part 1 yang menyatakan bahwa pembiayaan gadai emas dinilai sebesar
jumlah yang dipinjamkan pada saat terjadinya.
Pada saat akad gadai syariah telah disetujui dan barang gdai telah
diterimah oleh pihak bank, maka pembiayaa gadai Syaroiah diukur sebesar
jumlah tiang yang telah diberikan pada saat penyerahann pinjaman tersebut. Akan
tetapi, jika di tinjau lebih dalam pada prakteknya, pencairan yang dilakukan bank
kovensional diartikan sebagai pemindahan saldo sebesar pokok kredit (pinjaman)
dari rekening bank kerekening nasabah. Nasabah belum menerima dana dalam
bentuk unag tunai sehingga dapat diartikan bahwa pencapaian tersebut hanya
bersifat simbolis saja. Sedangkan, sesuai prinsip syariah bahwa pengakuan atas
aktiva harus dilakukan ketika sesuatu hal telah benar-benar terjadi dan pengakuan
dan pencatatan baru dilakukan pada saat terjadinya perpindahan aktiva (baik
berupa kas maupun non kas) dari pihak bank sebagai pemilik dana kepada
nasabah. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan muamalah, bank syariah
cenderung menggunakan dasar kas (cash basis) dalam melakukan pencatata
akuntansinya karena merupakan cara yang paling manusiawi.
Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan dasar akural
(accrual basis). Penggadai juga dibebankakan biaya administrasi yang telah
ditetapkan oleh pihak banak dan dibayar saat akad pembiayaan terjadi.
Untuk contoh kasus ibu sinta diatas, BNI Syariah akan mengakui dan
mengukur pembiayaan gadai syariah,pada saat bank menyerahkan pinjaman dan
menerima pinjaman dan menerima barang gadai dengan jurnal sebagai berikut:
53
a. Pada saat terjadinya akad pembiayaan gadai syariah
Dr. Pembiayaan qard Rp. 3.525.000
Kr. kas Rp. 3.525.000
Jurnal pada saat nasabah membayar administrasi:
Dr. Kas Rp. 16.000
Kr. Pendapatan biaya administrasi Rp. 16.000
b. Pada saat pelunasan pembiayaan gadai syariah
Dr. Kas Rp. 3.525.000
Kr. Pembiayaan qardh Rp. 3.525.000
Dr. Kas Rp.174.150
Kr.Prndapatan jasa sewa tempat Rp.174.150
2) Pada saat penerimaan angsuran atau cicilan
Sesuai dengan syariat islam baik sebagai mitrah nasabah tidak
diperbolehkan menurut nasabah melakukan pembayaran yang memberatkan
keadaan financial nasabah. Dalam pembiayaan gadai emas pembayaran
kewajiban dapat dilakukan pada saat jatu tempo yaitu perempat bulan setelah
akad. Sedangkan, pembayaran dengan sistem angsuran pada pembiayaan gadai
syariah,juga dapat dilakukan sesuai dengan akad pada awal transaksi. Jika dalam
proses berlangsungnya pembiayaan gadai syariah nasabah mengalami kesulitan
keuangan, maka bank melakukan perpanjangan masa pembiayaan dan biaya sewa
akan kembali dihitung sama sebelum perpanjangan masa pembiayaan yang harus
dibayarkan oleh nasabah. Kejadian ini dicatat apa bila biaya sewa telah diterimah
54
oleh pihak bank sesuai dengan pencatatan akuntansi yang dilakukan bank syariah
yang menggunakan dasar kas (cash basis).
Apabila terdapat penerimaan angsuran atau pembayaran maka pihak bank
mengakuinya sebagai pengurang pokok pembiayaan dan mengakui pendapatan
sewa kas biaya sewa yang telah dibayarkan oleh nasabah yang telah menggunakan
jasanya. Namun,jika jumlah yang dibayarkan jumlahnya kurang dari besarnya
angsuran dibayar, maka terlebih dahulu bank mengakuinya sebagai pendapatan
sewa atas jasa titip yang telah diberikan leh bank kemudian sisanya diakui sebagai
pengurang pokok dari kredit (pinjaman).
Untuk khusus Ibu Sinta di atas, maka setiap pembayaran angsuran atau
cicilan atas pembiayaan gadai syariah diperlukan sebagai mengurangi
pembiayaan gadai syariah. Atas pembayaran ini pihak Bank BNI Syariah
mencatat sebagai berikut:
a. Pada saat terjadinya akad pembiayaan gadai syariah:
Dr.Ppembiayaan qardh Rp. 3.525.000
Kr.Kas Rp.3.525.000
Jurnal pada saat nasabah membayar administrasi:
Dr.Kas Rp.16.000
Kr.Pendapatan biaya administrasi Rp.16.0000
b. Pada saat angsuran pembiayaan gadai syariah
Angsuran bulan 1
Dr.Kas/rekening Ibu Sinta Rp.1.175.000
Kr. Pembiayaan qardh Rp.1.175.000
55
Angsuran 2
Dr.Kas/rekening Ibu Sinta Rp.1.175.000
Kr. Pembiayaan qardh Rp.1.175.000
c. Pada saat pelunasan pembiayaan gadai syariah
Pada angsuran bulan ke-3
Dr.Kas/rekening ibu Sinta Rp.1.175.000
Kas Pembiayaan qardh Rp.1.175.000
Dr.Kas Rp.174.150
Kr.Pendapatan jasa sewa tempat Rp.174.150
f. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Dalam PSAK 107 terdapat ketentuan untuk pengakuan dan pengukuran
pendapatan dari susdut pandang murtahin/LKS yakni:
1. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset (sewa
tempat) telah diserahkan kepada penyewa (rahn)
2. Piutang atau kas diukur dan dinilai sebesar nilai yang dapat direalisasikan
(NRP) pada akhir periode pelaporan.
Pada bank konvensional, pendapatan disini diartikan sebagai pendapatan
bunga. Di BNI Syariah sebagai bank yang berprinsip syariah, pendapatan yang
dimaksud dalam pembiayaan gadai syariah khususnya adalah pendapatan sewa.
Seperti diketahui bahwa bank konvensional menggunakan sistem bunga
yang besarnya telah ditentukan diawal perjanjia, sedangkan BNI Syariah dalam
produk pembiayaan gadai syariah menggunakan sistem biaya sewa yang
diperhitungkan sesuai dengan berat emas yang digadaikan nasabah untuk dititip
56
ke bank, bukan berdasar besarnya jumlah pinjaman yang diberikan. Terdapatnya
perbedaan tersebut tentu menimbulkan pengakuan berbeda antara keduanya.
Adapun syarat yang ditentukan oleh BNI syriah dalam pengakuan
pendapatan yang diperolehnya. Pertama, bank sudah memiliki hak untuk
menerima pendapatan tersebut setelah penyerahan selesai dilakukan kepada
nasabah. Kedua, kewajiban membayar atau memenuhi pendapatan tersebut sudah
jelas siapa pihak yang bertanggung jawab yang dapat diwajibkan memenuhi
kewajibannya kepada bank.
BNI Syariah mengakui pendapatan sewa pada saat pendapatan tersebut
diterima yaitu ketika nasabah membayar biaya sewa. Dasar pengakuan
pendapatan adalah dasar kas (cash basis). Sebab ditinjau dari segi muamalah
umumnya, dasar kas merupakan prinsip yang sudah seharusnya diterapkan dalam
islam. Berdasarkan pedoman tersebut, maka BNI Syariah mengakui pendapatan
dalam kegiatan pembiayaan gadai syariah hanya terdidri dari pendapatan sewa
dan pendapatan dari biaya administrasi.
1) Pada saat perpanjangan pembiayaan gadai syariah
Dalam proses pembiayaan gadai syariah dalam suatu kondisi nasabah tidak
bisa melunasi kewajibannyadalam jangka waktu jatuh tempo maka akan diberikan
perpanjagan masa pembayaran sesuai dengan kesepakatan nasabah.
Pada saat BNI Syariah melunasi penerimaan pelunasan pembayaran biaya
sewa saat jatu tempo dari nasabah maka pada saat itu diakui sebagai pendapatan,
maka BNI Syariah akan mencatat kedalam jurnal sebagai berikut:
57
a. Pelunasan jasa sewa untuk jangka waktu 3 bulan pertama
Dr.Kas Rp.174.150
Kr. Pendapatan jasa sewa tempat Rp. 174.150
b. Pelunasan pembiayaan gadai syariah dan sewa tempat 3 bulan kedua
Dr. Kas Rp.3.525.000
Kr.pembiayaa qardh Rp.3.525.000
Dr. Kas Rp.174.150
Kr.pendapatan jasa sewa tempat Rp.174.150
2) Pada saat terjadi pelelangan barang gadai
Dalam proses pembiayaan gadai syariah dalam suatu kondisi nasabah tidak
bisa melunasi kewajibannya dalam jangka waktu jatu tempo dan sudah diberikan
perpanjangan masa pembayaran tapi belum dapat memenuhi kewajibannya, maka
akan diperingatkan dalam jangka 4 hari jika nasabah belum dapat melunasi maka
pihak bank BNI Syariah akan melakukan lelang terhadap barang gadai. Dan pada
saat barang gadai dilelang diakui sebesar jumlah pinjaman setelah dikurangi
biaya-biaya yang terkait saat proses pembiayaan gadai syariah (jangka waktu
empat bulan) yang harga lelangnya sebesar Rp. 3.900.000 sampai barang tersebut
dilelang. Adapun kelebihan hasil lelang setelah dikurangi pokok pinjaman dan
biaya sewa, maka akan diberikan kepada nasabah kembali, maka pihak bank
mencatatnya berdasarkan kasus Ibu Sinta sebagai berikut:
a. Pelelangan barang gadai (emas)
Dr.Kas Rp. 3.900.000
Kr. Dana nasabah sementara Rp. 3.900.000
58
b. Pelunasan
Dr.dana nasabah sementara Rp. 3.900.000
Kr. Kas/rekening Ibu Sinta Rp. 200.850
Kr.pembiayaan qardh Rp 3.525.000
Kr. Pendapatan jasa sewa tempat Rp. 174.150
Jika terjadi kekurangan/kerugian pada pelelangan
a. Pelelangan barang gadai (emas)
Dr. Kas Rp. 3.550.000
Kr. Dana nasabah sementara Rp. 3.550.000
b. Pelunasan
Dr. dana nasabah sementara Rp. 3.550.000
Kr.Pembiaaan qardh Rp.3.525.000
Kr. Pendapatan Rp.25.000
Dr. penghapusa piutang pembiayaan qardh Rp.149.150
Kr.kerugian piutang ijarah Rp. 149.150
Jadi bank BNI Syariah telah menerapka proses pengakuan dan pengukuran
untuk pendapatan dengan cara, a) pinjaman/ kas dinilai sebesar jumlah yang
dipinjamkan pada saat trjadinya. b) pendapatan sewa selama masa akad diakui
pada saat manfaat atas aset (sewa tempat) telah diserahkan kepada penyewa
(rahn). Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian dengan pedoman PSAK 107 akad
ijarah.
59
g. Pengakuan dan Pengukuran Beban Pembiayaan Gadai Syariah
Dalam PSAK 107 pengakuan dan pengukuran beban dalam perspektif
Mu’jir (pemilik) adalah bahwa biaya penyimpanan diakui pada saat terjadinya dan
jika penyewa dilakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan persetujuan pemilik,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada
saat terjadinya.
Kemudia beban dalam kegiatan pembiayaan pada bank BNI Syariah yang
terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan pihak bank menyangkut pembiayaan
gadai syariah telah ditanggung oleh nasabah dan diakui pendaptan oleh pihak
bank. Hal ini diakui pada saat terjadinya atau dikeluarkannya biaya tersebut
sehingga bank tidak mencatatnya sebagai beban tetapi mencatatnya sebagai
pendapatan yang telah disepakati oleh penyewa (rahn)
h. Pengungkapan dan Penyajian Pada Laporan Keuangan
Dalam menyajikan laporan keuangan BNI Syariah menyusun dan
menyajikan sesuai dengan PSAK No.107. dalam pelaporan tersebut, BNI Syariah
juga masih mngikuti ketentuan yang disyaratkan pada PSAK No.101 tentang
penyajian laporan keuangan dan belum menggunakan ED PSAK 101 (revisi 2012)
yang tidak memperkenalkan adanya pengungkapan. Di mana lapran keuangan
berdasar pada PSAK No. 101 tersebut terdiri atas:
a) Neraca;
b) Laporan laba rugi;
c) Laporan perubahan ekuitas;
d) Laporan arus kas;
60
e) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
f) Laporan sumber dan pengguna dana kebijakan;
g) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil dan
h) Catatan atas laporan keuangan.
Pengungkapan meliputi penyajian informasi dan laporan keuangan
termasuk laporan keuangan itu sendiri, catatan atas laporan keuangan. Dan
pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pada laporan
keuangan BNI syariah berdasar PSAK No. 107 di dalam laporan tersebut pihak
bank mengungkapkan penjelasan yang signifikan mengenai total pembayaran
pembiayaan gadai syariah dan menyajikan pembiayaan gadai syariah pada suatu
akun yang sama dengan produk ijarah, qardh dalam akun piutang sebagai bentuk
kesatuan dari total pembiayaan dan disalurkan.
i. Kesesuaian Praktis Gadai Syariah
Pada bagian ini akun diuraikan mengenai kesesuaian antara pabrik gadai
syariah dengan landasan gadai emas syariah bagi lembaga keuangan. Dewan
Syariah Nasional (Rahn Emas)
Gadai emas syariah harus memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
a. Rahn Emas boleh digunakan berdasarkan prinsip Ar-Rahn.
b. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai
(rahn).
c. Biaya penyimpanan barang (marhum) dilakukan berdasarkan akad ijarah.
Adapun deskriptif penerapan oleh pihak bank BNI Syariah dalam proses gadai
emas syariah adalah sebagai berikut :
61
1. Jaminan (barang gadai)
BNI Syariah dalam pembiayaan gadai syariah akan menahan barang
penggadai sampai semua utang (pinjaman) dilunasi sebagai jaminan pinjaman
yang telah diberikan, Rahn menyatakan bahwa murtahin (penerima gadai)
mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semuautang rahn (yang
menyerahkan barang) dilunasi. Para Ualam fiqih juga menyatakan bahwa Rahn
baru dianggap sempurna apabila barang yang digadaikan itu secara hukum sudah
berada di tangan penerima gadai (murtahin) dan uang yang dibutuhkan telah
diterimah oleh pemberi gadai (Rahn)). Kesempurnaan rahn disebut sebahgai al-
marhun barang jaminan dikuasai secara hukum, apabila agunan itu telah dikuasai
oleh murtahin maka akad rahn itu meningkat kedua belah pihak. Oleh karena itu,
status hukum barang gadai terbentuk pada saat terjadinya akad atau kontak utang-
piutang yang dibarengi dengan penyerahan jaminan.
2. Biaya administrasi dan pemeliharaan
Barang gadai hanya sebagai jaminan pinjaman yang telah diberikan BNI
Syariah yang tidak mengambil manfaatnya. Pemanfaatanya itu hanya berupa
biaya sewa yang dibuat (ijrah). Pendapatan atau keuntungan diperoleh dari biaya
sewa yang telah dikeluarkannya atas barang gadaian dan pihak penggadai akan
membayar sejumlah yang telah ditetapkan. Biaya tersebut harus dibayar di depan
atau pada saat pinjaman dicairka guna untuk menghindari atau tidak
memperbolehkan pihak bank mengambil keuntungan lagi dari akad gadai syariah
ini. Di mana akad gadai adalah transaksi pinjam meminjam (qardh) yang bersifat
62
ta’barru yang berarti kebaikan atau tolong menolong. Biaya-biaya tersebut antara
lain:
1. Biaya Administrasi
Menurut beberapa ulama bahwa segala biaya yang bersumber dari barang
yang digadaikan merupakan tanggungan rahn (penggadai). Biaya administrasi
merupakan ongkos atau pengorbanan materi yang dikeluarkan oleh bank BNI
Syariah dalam hal pelaksanakan kad gadai dengan penggdai. Namun, dapat juga
dilakukan oleh murtahin (penerima gadai). Sedangkan biaya pemeliharaan dan
tetap menjadi kewajiban rahn. Perhitungan rincian biaya administrasinya di
lakukan oleh pihak bank BNI Syariah sendiri.
Apabila bank BNI Syariah telah menghitung total biaya adminstrasi maka
penggadai wajib mengganti biaya administasi tersebut dan pihak bank harus
merinci biaya administrasi tersebut kepada rahn. Ongkos dan biaya penyimpanan
barang (marhn) besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata
diperlukan. Artinya, penggadai harus mengetahui informasi besarnya rincian
biaya dan pengeluaran apa saja yang dikeluarkan oleh pihak bank dalam
melaksanakan akad gadai tersebut. Misalnya, biaya materi, jasa penaksiran,
formulir akad, foto kopy, dll. Namun, biasanya ada pihak bank hanya
menginformasikan total biaya keseluruan saja yang harus dibayar oleh penggadai
tanpa menyebutkan rincianya. Keterbukaan rincian biaya administrasi ini sangat
diperlukan yang kaitannya dengan ridah hi ridah, dimana biaya administrasi ini
disebabkan kepada penggadai.
63
2. Biaya Pemeliharaan (sewa tempat)
Karena pada dasarnya penggadai (rahn) masi menjadi pemilik dari barang
gadaian tersebut sehingga dia bertanggung jawab atas seluruh biaya yang
dikeluarkan dari barang gadai miliknya. Termasuk biaya pemeliharaan yang
merupakan biaya yang dibutuhkan untuk merawat barang gadaian selama jangka
waktu pada akad gadai. Sesuai dengan pendapatan para Jumhur Ulama bahwa
biaya pemeliharaan atau penyimpanan menjadi tanggungan penggadai (rahn).
Biaya pemeliharaan ini dapat berupa biaya sewa tempat, biaya
pemeliharaan, biaya keamanan, dan biaya lainnya yang diperlukan umntuk
memelihara atau menyimpan barang gadai tersebut. Dengan akad ijarah dalam
memelihara atau menyimpan barang gadaian, bank dapat memperoleh pendapatan
yang sah dan halal. Pihak bank akan memperoleh fee atau upah atas jasa sewa
yang telah diberikan kepada penggadai (rahn). Dengan demikian, gadai emas
syariah sangat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara
cepat. Selain itu, bagi pihak bank sendiri sebagai penyedia jasa gadai emas syariah
hanya akan memperoleh pemasukan atau keuntungan dari jasa penitipan (jasa
sewa) atas barang gadaian, bukan dari kegiatan gadai itu sendiri.
Pengenaan biaya jasa barang simpana nasabah (penggadai) harus
memenuhi persyarayaratan yaitu a) harus dinyatakan dalam nominal, buka
persentase, b) sifatnya harus nyata, jelas dan pasti, serta terbatas pada hal-hal yang
mutlak diperlukan untuk terjadi transaksi ijarah, dan c) tidak terdapat tambahan
biaya yang tidak tercantum dalam akad.
64
BNI Syariah sebagai bank syariah sudah seharusnya menjalankan nilai-
nilai syariah. Sesuai dengan syariah Islam bahwa posisi bank sebagai mitra berarti
bank tidak diperolehkan menuntut nasabah melakukan pembayaran yang
memberatkan keadilan finansial nasabah (penggadi). Apa bila saat proses
pembiayaan gadai emas, penggadai mengalami kesulitan dengan kondisi
finansialnya, maka bank melakukan perpanjangan masa pembiayaan. Namun, jika
dalam tempo atau jangka waktu yang ditentukan penggadai tidak dapat melinasi
kewajibannya maka BNI Syariah akan menjual/melelang barang gadai tersebut
untuk melunasi utang penggadai, biaya administrasi dan pemeliharaan dan biaya
penjualan/pelelangan. Kondisi di mana kelebihan penjualan/pelelangan akan
diberikan kembali kepada penggadai (murtahin), sedangkan kekuranganya
menjadi kewajiban rahn.
Jadi produk Isalamic Bangkin (IB) tentang gadai emas, produk ini dinilai
sebagai produk perbankan yang sesuai dengan syariah Islam (syariah compliance)
karena bebas dari riba. Selain itu layanan ini juga memberikan keaman atas
penitipan barang jaminan emas karena dikelola dengan standar keamanan
perbankan dan pendapat perlindungan asuransi.
j. Tingkat Pengambilan Pembiayaan Gadai Syariah
Berikut ini data mengenai pembiayaan gadai emas syariah (Rahn) pada
BNI Syariah selama dua tahun terakhir :
65
Pembiayaan gadai emas (Rahn) 2010 2011
Jumlah pembiayaan yang dikeluarkan Rp.152.955.000 Rp.505.261.000
Jumlah pendapatan. Ijarah/sewa tempat Rp.483.000 Rp.5.786.000
Dari tada di atas persentase tingkat pengambilan pembiayaan gadai emas (Rahn)
dapat dihitung sebagai berikut:jumlah pendapatan Ijarah/sewa tempatjumlah pembiayaan ℎ yang dikeluarkan 100Jadi untuk tahun 2010 :
Rp 483.000 x 100% = 0,31%Rp 152.955.000
Dan untuk tahun 2011 :
Rp 5.786.000 x 100% = 3,78%Rp 505.261.000
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengambilan dari
pendapatan pembiayaan gadai emas (Rahn) untuk tahun 2010 mengalami
peningkatan persentase yang cukup tinggi dari 0,31% menjadi 3,78% di tahun
berikutnya 2011.
Kemudian untuk pembiayaan (Qardh), jika dilihat dari jumlah nominal
pembiayaan gadai emas yang disalurkan / dikeluarkan kepada nasabah juga
mengalami peningkatan yaitu dari Rp 152.955.000 pada tahun 2010 menjadi Rp
505.261.000 di tahun 2011. Hal ini berarti menjadi peningkatan sebesar 230%.
Persentase tingkat pendapatan Ijarah dari tahun 2010 hingga than 2011
juga mengalami peningkatan nominal yaitu, Rp 483.000 di tahun 2010 menjadi
Rp 5.786.000 di tahun 2011, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 1.079,92%.
66
D. Analisa komparatif dengan PSAK 107
Hasil analisa komparatif dengan PSAK 107 yaitu :
1. Karakteristik Musyarakah adalah transaksi penanaman dana dan/atau barang
untuk menjalankan suatu usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil
usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nasabah bagi hasil yang
disepakati. Dalam musyarakah, kerjasama perkongsian yang dilakukan antara
nasabah dan BNI Syariah dalam suatu usaha dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi sesuai dengan kesepakatan porsi dana yang
ditanamkan.
2. Sektor-sektor yang dapat dibiayai yaitu, Pembiayaan gadai syariah akan
menggunakan dana untuk kepentingan pengembangan usaha seperti:
perdagangan, industri, dan usaha-usaha yang bersifat kerajinan.
3. Penjaminan yaitu, Bank dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan
kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki untuk mencegah resiko yang akan
timbul atas kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh nasabah.
4. Porsi bagi hasil yaitu, BNI Syariah akan mendapatkan porsi bagi hasil dari
dana yang disalurkan kepada para debitur, dimana kerugian dan keuntungan
sama-sama ditanggung oleh kedua belah pihak yaitu dari BNI Syariah dan
nasabah, sesuai dengan dana yang disalurkan oleh masing-masing pihak.
5. Pengakuan pada saat dimulainya akad pembiayaan gadai syariah yaitu, BNI
Syariah mengakui pembiayaan gadai pada saat bank menandatangani dan
melakukan penagihan oleh keduanya. Pada saat akad ijarah telah disetujui, dan
67
penyerahan aktiva telah dilakukan, maka pembiayaan gadai emas diukur
sebesar jumlah uang yang telah diberikan pada saat pembayaran tersebut.
6. Penyajian yaitu, Dalam menyajikan laporan keuangan BNI Syariah
menyajikan laporan keuangan bank terdiri dari: Neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, laporan perubahan equitas, dan catatan atas laporan
keuangan.
7. Pada saat penerimaan pelunasan dan berakhirnya akad yaitu, Mengenai
penyelasaian atas berakhirnya akad pembiayaan gadai syariah diakui pada saat
pokok pembiayaan telah selesai dilunasi dan apa bila akad gadai emas
berakhir sebelum jatuh tempo (karena kerugian,kelalaian, ataupu karena
kehilangan) dan pembayaran tersebut belum dibayarkan oleh pengalola dana,
maka pembiayaan gadai emas diakui sebagai piutang yang telah jatuh tempo.
Dari ke-7 pembahasan tersebut diatas tentang Hasil Analisa Perlakuan
Akuntansi Pembiayaan Gadai Syarih, hal ini menunjukkan bahwa BNI Syariah
mengakui pembiayaan musyarakah pada saat bank menandatangani dan
mencairkan dana sesuai dengan yang disepakati oleh keduanya. Pada saat akad
musyarakah telah disetujui, dan penyerahan aktiva telah dilakukan, maka
pembiayaan musyarakah diukur sebesar jumlah uang yang telah diberikan pada
saat pembayaran tersebut, serta mengenai penyelasaian atas berakhirnya akad
pembiayaan diakui pada saat pokok pembiayaan telah selesai dilunasi setiap mitra
tidak dapat menjamin modal mitra lainnya. Maka setiap mitra dapat meminta
mitra lainnya untuk menyadiakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja
68
ialah: penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan pendapatan
operasional, dan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, kemudian
PSAK 107 menjelaskan bahwa musyarakah mitra dan bank sama-sama
menyadiakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu. Selanjutnya mitra
dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati
secara bertahap atau sekaligus kepada bank, pembiayaan ini dapat diberikan
dalam bentuk kas, aktiva non-kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi
dan hak paten, dan Apabila akad pembiayaan berakhir sebelum jatuh tempo
(karena kerugian,kelalaian, ataupu karena kehilangan) dan pembayaran tersebut,
belum dibayarkan oleh pengalola dana, maka pembiayaan musyarakah diakui
sebagai piutang yang telah jatuh tempo.
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan akuntansi pembiayaan gadai syariah rahn pada BNI Syariah Cabang
Makassar telah sesuai PSAK 107 (akad ijarah). Pada saat penerimaan
angsuran atau cicilan: apabila terdapat penerimaan angsuran atau pembayaran
maka pihak bank mengakuinya sebagai pengurang pokok pembiayaan dan
mengakui pendapatan sewa atas biaya sewa yang telah dibayarkan oleh
nasabah yang telah menggunakan jasanya.
2. BNI Syariah mengakui pendapatan sewa pada saat pendapatan tersebut
diterima yaitu ketika nasabah membayar biaya sewa tempat pada saat
pelunasan. Dasar pengakuan pendapatan adalah dasar kas (cash
basis).Penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan, BNI Syariah
menyusun dan menyajikan sesuai dengan PSAK No.107. dalam pelaporan
tersebut, BNI Syariah juga masi mengikuti ketentuan yang disyaratkan pada
PSAK No.10. tentang penyajian laporan keuangan.
B. Saran
Sebagai hasil dari pembahasan ini peneliti ingin memberikan sambungan
pikiran berupa saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan
yaitu sebagai anggota dan Karyawan PT. Bank BNI Syariah meliputi :
69
70
1. Bagi anggota Bank BNI Syariah, hendaknya meningkatkan partisipasinya
terhadap Bank BNI Syariah yang pada akhirnya partisipasi anggota tersebut
akan kembali juga pada anggota berupa hak dalam perolehan penggadaian.
2. Bagi karyawan perlu berperan serta adalam meningkatkan kesadaran
menjalankan tugas.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Muhammad. 2010. “ Riba di Perbankan Syariah”. Bogor : CetakanKetiga,CV Darul Ilmi.
Ath-Thayyar,Abdullah bin Muhammad2008.”Ensiklopedia Fiqh Muhammaddalam 4 Mandzhab (terjemahan)”. Yogyakarta: edisi pertama, MathbahAl-Hanif.
Hadi,Sholikhul.2011. Pegadaian Syariah. Jakarta : Salemba Diniyah.Irham Anas.2011. “AKAD IJARAH (resume)”.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2008.“Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan”. Tentang Akuntansi Ijarah. Jakarta : Salemba Empat.
Muhammad Ali, Abu Ibrahim. 2010. Hukum Gadai Dalam Islam.diakses tanggal20 April 2012 .
Muhammad Rifqi. 2008 . AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH, Konsep danImplementasi PSAK Syariah. Yogyakarta : P3EI Press.
Purwanto, Joko.2011.” HUKUM GADAI DALAM PERSPEKTIF ISLAM”.Diakses 21 April 2012.
Rivai, veithzat dan Arifin,Arviyan.2010. ISLAMIC BANGKING “sebuah teoridan aplikasi “Jakarta : Bumi Aksara.
Soemitra, Andri. 2009. “Bank Dan Lembaga Keuangan Syriah”. Edisi PertamaJakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Suardjono,asmitha.2012.”Hukum gadaiAgunan Dalam Islam (Rahn) Gadai EmasSyariah:Penuh Dengan Riba”.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI. 2002.Konsep, Produk, danImplementasi operasional Bank Syariah. Jakarta : Penerbit Djambatan.
71
Daftar Pertanyaan Wawancara Pada Bank BNI Syariah
Cabang Makassar
N0 PERTANYAAN KETERANGAN
1 Pembiayaan jenis apa saja yang disediakan oleh BNI syariah untuk
nasabah ?
a. Pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan piutang murabahah
b. Ijarah, salam, istishna
Lainnya sebutkan…………….
2 Siapa saja ang boleh melakukan gadai emas pada bank BNI Syariah?
a. Hanya muslim
b. Muslim dan nin muslim
3 Apakah bank boleh/dapat mengambil manfaat atas barang gadai emas?
a. Iya
b. Tidak
4 Pendekatan analisis pembiayaan apakah yang digunakan bank BNI
syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan ?
a. pendekatan jaminan, karakter, kemampuan, pelunasan, studi
kelayakan, dan fungsi-fungsi bank
b. pendekatan jaminan, karakter, kemampuan, pelunasan
c. lainnya. Sebutkan……….
5 Bagaimana sistem pelunasan oleh nasabah terkait gadai emas ini?
a. Angsuran/cicilan
b. Pelunasan cicilan atau akhir kontrak
6 Apakah emas yang digadaikan harus memeiliki sertifikat/surat
kepemilikan/ tanda bukti pembelian?
a. Iya
b. Tidak
7 Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) apakah yang digunakan
oleh pihak bank sebagai pedoman dalam gadai emas syariah
a. PSAK 107 tentang pembiayaan ijarah karena hanya sebatas sewa
tempat
b. Dewan syariah nasional
c. Tidak keduanya, sebutkan…………
8 Akad apa saja yang digunakan oleh pihak bank dalam produk gadai emas
ini ?
a. Akad rahn dan ijarah
b. Akad rahn dan qardh
c. Lainnya. Sebutkan
9 Biaya apa saja yang menyangkut gadai emas yang telah ditetapkan oleh
pihak bank ?
a. Hanya biaya administrasi
b. Biaya pemeliharaan
c. Biaya administrasi dan biaya pemeliharaan (sewa tempat)
d. Lainnya. Sebutkan………
Berapa persentase biaya tersebut perbulannya yang ditetapkan pihak bank
a. 1,6% pebulan dari nilai taksiran
b. 1,5% perbulan dari nilai taksiran
c. Lainnya. Sebutkan
10 Apakah pihak bank memberitahu secara rinci pengeluaran-pengeluaran
yang dikeluarkan pihak bank kepada nasabah yang merupakan biaya
yang harus dibayarnya ?
a. Iya
b. Tidak
11 Analisis apakah yang digunakan juru taksir dalam menaksirkan nilai
emas yang akan digadaikan ?
a. Analisis kimia (emas asli atau imitasi)
b. Analisis berat jenis (kadar emas dan berat)
c. Analisis kimia da berat jenis
12 Berapa kadar emas tinggi dan terendah yang ditetapkan pihak bank atas
gadai emas ini?
a. 16-24
b. <16-24
c. Lainnya. Sebutkan
Berapa nilai taksiran berdasarkan kadar tersebut?
Tinggi : 24 karat = Rp
Terendah …karat = Rp
13 Berapa maksimum pinjaman dari nilai taksiran tersebut?
a. 80% dari nilai taksiran
b. 90% dari nilai taksiran
c. Lainnya. Sebutkan ……..
14 Apakah ada taksiran kerugian pada produk gadai emas ini ?
a. Iya
b. Tidak
15 Pencatatan dengan basis apakah yang digunakan pihak bank dalam
pencatatan pendapatannya ?
a. Cash basis (konsep dasar kas)
b. Accrual basis (konsep dasar akrual)
Perlakuan akuntansi pengakuan dan pengukuran
17 Kapan pembiayaan gadai emas syariah diakui oleh pihak bank ?
a. Pada saat bank menerima barang gadai
b. Pada saat bank menyerahkan kas kepada nasabah (pencaira dana)
c. Pada saat akad terjadi dan bank menyerahkan kas kepada nasabah.
18 Bagaimana pihak bank mengatur pembiayaan gadai ems syariah pada saat
akad telah disetujui dengan penerimaan barang gadai telah dilakukan
a. Diukur sebesar sejumlah unag yang teah diberikan kepada nasabah
b. Diukur sebsar jumlah uang yang telah diberikan kepada nasabah serta
biaya maupun pendapatan yang timbul dari akad tersebut
Bagaimana pihak bank menjurnal terkait jawaban diatas:
Jawab:….
19 Bagaimana pihak bank mengakuinya jika ada penerimaan angsuran dari
nasabah?
a. Diakui sebagai pengurang pokok pembiayaan
b. Lainnya. Sebutkan ……………
Bagaimana pihak bank menjurnal terkaut jawaban diatas
Jawab:……..
20 Bagaimana pihak bank mengakuinya jika ada pelunasan pembiayaan dari
nasabah ?
a. Pada saat pelunasan pinjaman oleh nasabah (rahn) beserta biaya-biaya
yang terkait dengan gadai emas.
b. Pada saat terjadinya transaksi/akad pembiayaan
c. Pada saat penerimaan ansuran/cicilan.
d. Pada saat nasabah membayar biaya-biaya yang terkait denga gadai
Bagaimana pihak bank menjurnal terkait jawaban diatas:
Jawab:………
Penyajian dans pengungkapan
21 Apakah pihak bank menyajikan laporan keuangan sesuai dengan PSAK
No. 101 tentang penyajian laporan keuangan keuangan syariah?
a. Iya
b. Tidak
22 Apakah pihak bank menyajikan dalam laporan keuangan terkait dengan
gadai ini ?
a. pendapatan dari pembiayaan disajikan secara netto setelah dikurangi
beban-beban yang terkait dengan gadai ini?
b. Lainnya. Sebiutkan ………
23 Bagaimana pihak bank mengungkapkan dalam laporan keuagan dalam
laporan keuangan terkait dengan gadai ini ?
a. Penjelasan yang signifikan mengenai total pembayaran
b. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan
c. Agunan yang digunakan
(Jawaban no. 23 dapat disilang dan bisa lebih dari satu pilihan)
24 Bagaimana prosedur pembiayaan gadai emas ?
25 Bagaimana contoh kasus (perhitungan) mengenai gadai emas?
26 Apakah semua biaya-biaya dirinci oleh bank kemudian diberi tahu ke
nasabah ? atau hanya total biaya keseluruhan yang harus dibayar
nasabah?
27 Apakah biaya administrasi dan biaya sew ditentukan berdasarkan jmlah
pinjaman yang di inginkan nasabah ? atas dasar apa biaya-biaya
ditentukan ?
28 Berapa jangka waktu yang diberikan (perpanjangan) jika rahin sudah
diperingatkan untuk melunasi utangnya sebelum marhun dilelang atau di
jual ?
29 Bagaimana biaya administrasi dan biaya sewa dibayar di depan atau di
akhir, atau bisa juga di angsur bersama dengan dengan angsuran
pembiayaan ?
30 Bagaimana jika ada sisa penjualan ? apakah diberikan kepada nasabah ?
31 Berapa jumlah nasabah dan pendapatan BNI Syariah di 4 tahun terakhir
ini ?
32 Bagaimana flowchart skema pembiayaan gadai emas ?
33 Pengakuan pendapatan dari bank diperoleh dari mana ? apakah berasal
dari biaya administrasi dan sewa atau hal lainnya ?
34 Jika terdapat pembayaran angsuran yang kurang maka BNI Syariah akan
mengurangi pokok pinjamannya lebih dahuku atau mengurangi biaya
administrasi dan biaya sewa yang harus dibayar nasabah ?
35 Bagaimana rincian administrasi untuk gadai emas syariah ?
36 Bagaimana tingkat pelunasan nasabah terhadap pembiayaan gadai emas
syariah ?
37 Apa yang menjadi factor kelancaran atau kendala dalam pelunasan utang
nasabah