MENGIDENTIFIKASI PERILAKU DAN KAREKTERISTIK AWAL PESERTA DIDIK
ANALISIS GERAK BUDAYA PAJURA DALAM MENGIDENTIFIKASI CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DI KABUPATEN SUMBA...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of ANALISIS GERAK BUDAYA PAJURA DALAM MENGIDENTIFIKASI CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DI KABUPATEN SUMBA...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial dan dalam
kesehariannya berinteraksi dengan sesamanya
menghasilkan apa yang disebut dengan peradaban.
Semenjak terciptanya peradaban dan seiring dengan
terus berkembangnya peradaban tersebut, melahirkan
berbagai macam bentuk kebudayaan. Kebudayaan
merupakan salah satu bagian yang tidak bisa
dipisahkan dan selalu melekat pada perkembangan
manusia, dan juga terus berevolusi mengikuti
perkembangan peradaban manusia, baik dari zaman
prasejarah hingga era globalisasi.
Sikap, kebiasaan, dan kegemaran berolahraga
memang sejak dahulu kala telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia, terutama olahraga yang bersifat
kependekaran seperti bela diri. Beraneka ragam aliran
bela diri tumbuh dengan amat suburnya dikalangan
masyarakat Indonesia. Olahraga yang sejenis diterima
secara baik di lingkungan masyarakat, demikian halnya
olahraga beladiri tinju. Hanya olahraga ini belum
memasyarakat sepenuhnya karena masih diragukan akibat
akhir dari olahraga ini bagi perkembangan bangsa.
2
Tetapi hal itu tidak perlu kita jadikan sebagai suatu
halangan, yang terpenting sekarang adalah bagaimana
cara pembinaannya sehingga olahraga ini dapat
dikembangkan sesuai dengan Garis Besara Haluan Negara
yang mengatakan bahwa: “Pendidikan jasmani dan
olahraga perlu ditingkatkan dan dimasyarakatkan
sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani
bagi setriap anggota masyarakat”.
Tujuan dari pembinaan olahraga ini bukan saja
untuk peningkatan prestasinya, tetapi juga perlu
dimasyarakatkan sebagai bentuk kegiatan jasmani
dengan maksud memperkaya bentuk-bentuk yang ada
dengan mempelajari seninya.
Tujuan olahraga secara umum adalah berguna
untuk peningkatan kesehatan badan sekaligus pembinaan
watak dan mental. Bagi ahli yang lain esensi olahraga
adalah disiplin, melaksanakan fungsi sosial serta
pengembangan dan pembangunan kepribadian. Bahkan
olahraga yang kelihatannya hanya berkaitan dengan
aspek jasmani dari seseorang sebetulnya tidak bisa
dipisahkan dengan aspek rohani. Dengan demikian
olahraga bukan hanya berkaitan dengan tubuh jasmani
saja tetapi lebih jauh dari itu olahraga berkaitan
erat dengan kepribadian dan rohani seseorang.
Kegiatan olahraga menjadi wujud nyata kepribadian dan
1
3
sikap rohani seseorang. Kepribadian dan rohani
seorang atlet menyatu dalam diri atlet tersebut.
Di pihak lain, tujuan dari olahraga adalah
prestasi dan menjadi juara. Untuk menjadi juara ini
tidak mudah karena seseorang atau suatu tim harus
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain
atau tim lain. Kelebihan ini diwujudkan dalam hal-hal
yang terukur seperti dalam atletik. Bisa juga suatu
tim harus mengalahkan lawan-lawannya dalam suatu
rangkaian pertandingan jika olahraga itu merupakan
olahraga permainan.
Pengetahuan di dalam ring tinju adalah
kemampuan untuk menemukan serta pemecahan persoalan
dengan baik saat menghadapi lawan di dalam ring.
Pengetahuan ini adalah suatu rencana umum dari suatu
perkelahian yang penuh pertimbangan sebagai persiapan
untuk petandingan yang segera akan dihadapi, untuk
mencoba membatalkan atau menahan kekuatan lawan.
Pengetahuan ini merupakan bagian dari penyesuaian
yang sukses terhadap permainan lawan untuk menipunya,
serta ketepatan mengambil keputusan dalam waktu yang
relatif singkat di dalam ring.
Pengalaman adalah dasar yang kuat untuk
menguasai pengetahuan dalam ring tinju. Kewaspadaan
dan sikap hati-hati seorang petinju menunjukan
kepandaian dalam bertinju. Petinju yang ahli adalah
4
petinju yang bijaksana dan mentaati peraturan dalam
ring, dimana ia akan mengalami keadaan-keadaan yang
kebanyakan dan biasa terjadi, serta mengetahui dengan
baik bagaimana cara menghadapinya.
Pada umumnya keahlian dalam ring berarti
penentuan secepat mungkin kekuatan lawan maupun
kelemahannya, mulai dari cara menyerang yang
disenangi lawan dan taktik pertahanannya. Itu berarti
harus mempelajari gerakan lawan, ketepatan dan
seluruh gaya permainannya. Dan juga berarti memaksa
lawan untuk bermain di luar gaya pertinjuannya yang
bertujuan untuk menggagalkan serangannya.
Kepandaian di dalam ring itu juga berarti
pengetahuan umum tentang gaya pertinjuan dan
pengetahuan cara terbaik untuk menghadapi setiap gaya
bertinju. Suatu rencana perkelahian dapat
direncanakan sebelum pertandingan, dan apabila ini
sudah dilakukan, maka perlu mengetahui setepat-
tepatnya gaya pertinjuan apa yang digunakan lawan.
Baik sekali untuk memperatahankan rencana perkelahian
yang pasti itu setelah bertinju satu babak dan
selanjutnya, maka rencana itu dapat memastikan bahwa
gaya yang akan digunakan oleh lawan pada saat itu.
Sikap ini berlaku untuk petinju yang tangan
kanannya lebih dominan, atau disebut juga orthodox.
Petinju berdiri dengan kaki kanan setengah-langkah di
5
belakang kaki kiri. Tinju kiri (lead) sekitar enam
inci di depan wajah di tingkat mata. Tinju kanan
(rear) diletakan di samping dagu dan siku diposisikan
di depan tulang rusuk untuk melindungi tubuh. Dagu
diposisikan ke dada untuk menghindari pukulan ke
rahang yang sering menyebabkan knockout. Menjaga
posisi tangan seperti itu dianggap sangat penting dan
tidak mudah selama pertandingan. Petinju kidal atau
southpaw seperti Manny Pacquiao dan Marvin Hagler
menggunakan cerminan dari sikap ortodox. Petinju
kidal menggunakan tangan kanan sebagai lead, dan
tangan kiri sebagai rear. Sikap kidal dapat
memberikan kesulitan bagi petinju ortodoks yang tidak
terbiasa mendapat jab, hook, atau straight dari sisi
yang berlawanan. Sikap kidal, sebaliknya, lemah
terhadap serangan straight right (tangan kanan lurus).
Pendapat tersebut di atas, memberikan gambaran
bahwa proses latihan yang dilakukan tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan akan tetapi
merupakan suatu usaha untuk membentuk suatu potensi
yang permanen. Maka dengan demikian maka proses
latihan harus dilakukan secara terus-menerus,
berkesinambungan dan dilakukan secara tepat untuk
memperoleh hasil yang maksimal.
Kenyataan yang ditemukan penulis saat melakukan
observasi adalah kegiatan Pajura sangatlah berbeda,
6
karena Pajura sendiri merupakan ritual adat saat
panen tiba. Pajura sendiri dilakukan bisa lebih dari
dua orang dan sudah menjadi tradisi budaya orang
Sumba, sedangkan tinju adalah olahraga yang hanya
dilakukan untuk dua orang saja. Pada tinju sendiri
membutuhkan keberanian untuk menantang seseorang
dengan berat yang sama.
Berkaitan dengan latar belakang di atas maka
peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul sebagai berikut: ANALISIS
GERAK BUDAYA PAJURA DALAM MENGIDENTIFIKASI CABANG
OLAHRAGA UNGGULAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka peneliti mengidentifikasi beberapa masalah
antara lain:
1. Analisis gerak budaya dalam tinju tradisional
pajura
2. Tinju tradisional Pajura sebagai salah satu
cabang olahraga unggulan di Kabupaten Sumba Barat
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang ada,
maka peneliti membatasi penelitian ini pada: Analisis
7
gerak budaya pajura dalam mengidentifikasi cabang
olahraga unggulan di Kabupaten Sumba Barat.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam
penulisan ini adalah: Bagaimana mengidentifikasi
gerak budaya pajura sebagai cabang olahraga unggulan
di Kabupaten Sumba Barat ?
E. Tujuan Dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisa gerak
budaya dalam pajura atau tinju tradisional dalam
konteks cabang olah raga unggulan di Kabupaten
Sumba Barat.
2. Kegunaan
Penelitian ini berguna untuk menganalisa gerak
budaya dalam pajura atau tinju tradisional selain
itu juga sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-
pihak yang ingin melakukan pajura.
F. Definisi Operasional Konsep
1. Pajura adalah sebuah ritual adat tinju tradisional
yang melambangkan kegembiraan setelah panen.
2. Analisis
8
Analisi adalah merupakan proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang didasarkan oleh data.
3. Cabang olahraga unggulan
Cabang olahraga unggulan melatih diri untuk
meningkatkan kualitas berbagai aspek yang
diperlukan untuk dapat eksis di tengah-tengah
masyarakat yang semakin dinamis.
4. Gerak budaya
Gerak budaya merupakan sebuah aktivitas gerak yang
telah menjadi kebiasaan karena dilaksanakan dalam
rangka upacara adat dan juga sebagai sebuah bentuk
kebiasaan masyarakat untuk mencari nafkah.
Kebiasaan gerak yang terus menerus akan memberikan
motivasi gerak dengan adaptasi yang rutin dan
akhirnya menjadi gerak yang otomatisasi (Flobamora
News, 2012).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dan Sejarah Tinju
9
Tinju, sering disebut "jantan seni bela diri,"
adalah olahraga dimana dua kompetitor mencoba
mencapai satu sama lain dengan terbungkus sarung
tangan-tangan mereka sambil berusaha untuk
menghindari setiap pukulan lain. Kompetisi dibagi
menjadi beberapa putaran tertentu, biasanya 3 menit,
dengan istirahat menit periode-1 antara putaran.
Meskipun tinju amatir tersebar luas, tinju
profesional telah berkembang pada skala megah bahkan
sejak awal abad 18.
Di setiap ronde, petinju yang lebih banyak
memberikan pukulan bersih atau serangannya dianggap
lebih efektif serta dapat menghindari serangan lawan,
dinyatakan menang ronde tersebut dan memenangkan
poin. Bila dapat menjatuhkan lawannya
(atau knockdown) maka satu poin akan dikurangkan
untuk petinju yang terjatuh. Petinju yang lebih
banyak menang angka setelah jumlah ronde yang
ditentukan akan dinyatakan sebagai pemenang. Namun,
bila lawan yang terjatuh tidak dapat bangkit setelah
10 detik hitungan, maka ia dianggap KO (knockout) dan
dinyatakan kalah. Kemenangan juga dapat dicapai bila
salah satu petinju dianggap tidak dapat melanjutkan
pertandingan oleh wasit, ini disebut TKO (Technical
Knockout).
10
Tinju adalah olahraga dan seni bela diri yang
menampilkan dua orang partisipan dengan berat yang
serupa bertanding satu sama lain dengan menggunakan
tinju mereka dalam rangkaian pertandingan berinterval
satu atau tiga menit yang disebut "ronde". Baik dalam
Olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua
petarung (disebut petinju) menghindari pukulan lawan
mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan mereka
sendiri ke lawannya.
Menurut WB Encyclopedia, box atau bertinju
adalah olahraga berkelahi terampil dengan kepalan.
Menurut WB Dictionary (The Worldbook Dictiornay,
1972, Field Enterprises Educational Corporation,
Chicago), box adalah pukulan (a blow) dengan tangan
terbuka dan kepalan, yang ditujukan terutama pada
telinga atau samping kepala. Jadi jelas bertinju
adalah olah raga eksplosif, kekuatan besar diperlukan
yang tiba-tiba diarahkan kepada lawan. Oleh karena
itu, syarat petinju yang baik adalah mempunyai
keberanian, kekuatan, kecepatan mata, kaki dan otak.
Nilai diberikan untuk pukulan yang bersih dan
mantap ke bagian depan pinggang ke atas yang sah dari
lawan, dengan pukulan ke kepala dan dada mendapat
nilai lebih. Petinju dengan nilai yang lebih tinggi
setelah sejumlah ronde yang direncanakan akan
dinyatakan sebagai pemenang. Kemenangan juga dapat
6
6
11
dicapai jika lawan dipukul jatuh dan tidak dapat
bangkit sampai hitungan kesepuluh dari wasit (suatu
Knockout atau KO) atau jika lawan dinyatakan tidak
mampu melanjutkan pertandingan (suatu Technical
Knockout atau TKO). Untuk keperluan rekor
pertandingan, TKO dihitung sebagai KO.
Asal tepat dari tinju tidak diketahui tapi
catatan menunjukkan bahwa pengakuan pertama dari
tinju sebagai olahraga berada di Olimpiade 23 September,
di 688BC. Pada petinju hari mengambil risiko jauh
lebih dari satu hari mereka mitra Olimpiade modern.
Berbeda dengan hari ini 8 atau 10oz sarung tangan
dipakai empuk, sarung tangan terbuat dari irisan
sangat tipis dari kulit dipakai untuk melindungi
tangan pejuang, bukan kepala lawan. Sementara hari
ini melawan petinju Olimpiade maksimum 4 putaran, di
Yunani Kuno hanya ada satu putaran terus-menerus dan
pemenang itu dinyatakan ketika salah satu kombatan
begitu terluka parah ia tidak dapat melanjutkan.
Seperti yang dapat Anda bayangkan pejuang banyak yang
buta, lumpuh atau dibunuh.
Bangsa Romawi tinju berubah menjadi kompetisi
bahkan lebih melelahkan dengan penemuan "caesteus",
sarung tangan diperkuat dengan besi dan timah. Jika
ini tidak cukup bagi penonton, baik lawan bisa
dikatakan sebagai "Klimax" kapan saja selama
12
pertempuran. The 'Klimax "adalah ketika kedua pesaing
masih berdiri saling berhadapan dan bergantian untuk
menyerang sampai pemenang muncul. Pertandingan ini
benar-benar "tidak memegang dilarang" dan beberapa
legenda bahkan menunjukkan bahwa paku logam dapat
menempel pada sarung tangan jika pertarungan
berlangsung terlalu lama.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi olahraga
tinju menghilang dari buku catatan tetapi muncul
kembali di London tahun 1600-an. Sekitar waktu ini
James Figg mendeklarasikan dirinya sebagai juara
tinju Inggris yang pertama. Ia dan anak didik James
Broughton memutuskan untuk merumuskan aturan-aturan
dan berubah tinju menjadi olahraga yang mirip dengan
apa yang kita lihat sekarang ini. Meskipun
pertandingan masih 'buku kosong' mereka memutuskan
bahwa memukul di bawah sabuk itu dilarang, seperti
menyerang seorang pria saat ia turun. Prizefighters
bertempur di daerah 24 persegi bukan di tengah-tengah
'cincin' dari penonton. Dia juga mengubah olahraga
menjadi satu yang berfokus pada keterampilan daripada
meninju gulat, menendang dan kepala-menyeruduk
(teknik yang umum sebelum aturan-aturan). Pada 1719
mereka membuka sebuah sekolah yang disebut "Sekolah
Senjata dan Pertahanan Diri" dan mulai mengajarkan
apa yang kita kenal sebagai tinju modern.
13
Adapun teknik dari gerak pajura yaitu langsung
memukul lawan, pandangan lurus kedepan dan saling
berhadapan langsung dengan lawan, dan posisi pemain
pajura harus benar-benar siap saat lawan melakukan
pukulan. Tujuan utama dari pajura atau tinju
tradisional adalah untuk kegembiraan. Dalam pajura
sendiri tidak ada teknik-teknik tertentu untuk
menjatuhkan lawannya. Penyerangan dilakukan pada saat
yang bersamaan dengan sekuat tenaga yang dimiliki
oleh pemain pajura.
Pajura merupakan tradisi masyarakat Sumba yaitu
adu tinju antara desa. Para peninju adalah anak-anak
muda dengan menggunakan sarung tinju terbuat dari
alang-alang. Ritual ini berlangsung pada dini hari,
mulai pukul 00.00 sampai sekitar jam 04.00 pagi.
Uniknya, tinju ini berlangsung di tepi pantai. Deru
ombak dan teriakan penonton saling bersahut-sahutan
membuat suasana tinju semakin panas. Sementara para
peninju meneriaki suara ringkikan seperti kuda. "Ada
14 desa yang biasanya ikut. Tak tentu jumlah yang
ikut tinju. Tergantung siapa yang mau main," Tradisi
Pajura hanya boleh mengandalkan sinar bulan. Sehingga
peninju saling melemparkan tinju ke lawan di tengah
gelap malam.
B. Teknik-Teknik Dasar Tinju
14
Porsi latihan tehnik yang ada pada Sasana Tinju
atau Palatda, bahkan Pelatnas di Indonesia, porsi
latihan memukul itu sekitar 95%, sedangkan taktik dan
strategi yang mengandalkan agar pintar menghindar
hanya sisanya saja. Memang porsi latihan memukul
harus lebih besar, karena melakukan gerakan memukul
akan memakan tenaga yang besar, sehingga harus lebih
sering dilakukan agar terbiasa dan agar tidak membuat
lelah kalau melakukannya dibelakang hari. Tetapi
secara proporsional, kedua sisi dalam bertinju ini
hampir sama nilainya untuk meraih kemenangan.
Bagaimana tidak, pukulan lawan bisa tidak mengena
karena bisa dihindarkan dengan baik, sedangkan
pukulan balasan kita bisa dengan cepat mengena.
Kemudian, latihan untuk menghindar tidak memakan
tenaga yang besar, bahkan nyaris tanpa tenaga. Akan
tetapi untuk piawai menghindar pukulan diperlukan
latihan yang intens secara bersama, karena latihan
menghindar sendiri saja kurang tepat, harus ada lawan
tanding. Agar bisa menghindarkan pukulan lurus lawan
dari depan atau dari samping atau dari arah bawah,
harus ada ketenangan ekstra untuk melihat datangnya
pukulan. Pukulan yang datang dari depan hendak
membentur muka atau kepala kita, lihat gerakan bahu
lawan, pukulan seperti apa yang dilontarkannya.
15
Kalau pukulan lurus, straight atau jab,
perhatikan gerakannya datang. Kalau begitu bergerak
tangan lawan hendak membentur kepala kita dan
langsung kita bereaksi menghindar dengan slipping,
ducking, weaving, memang pukulan lawan langsung tidak
mengena dan bahkan lawan bisa menarik tangannya
kembali akan menjadi efektif, jika tangan lawan yang
membawa tinju hendak membentur muka atau kepala kita
sekitar 5cm lagi, baru kita bergerak cepat berkelit
dengan weaving, ducking, atau slipping. Tangan lawan
sudah tidak bisa ditarik lagi dan disaat tangan lawan
melayang, pasti ada bagian tubuhnya yang tak
terlindungi.
Hindarkan serangan lawan dan balas kesasaran
yang tanpa perlindungan. Maka hasilnya akan luar
biasa. Memiliki naluri bertinju seperti itu,
menghindar setelah pukulan lawan berada didepan
hidung memerlukan latihan yang penuh konsentrasi.
Sehingga, sebenarnya, porsi latihannya harus sama dan
tenaga atau stamina untuk latihan atau melakukan
gerakan menghindar tenaga termasuk minim jika seorang
petinju sudah memiliki kepintaran dalam memukul dan
menghindar dengan porsi yang sama, maka stamina yang
diperlukan untuk bertanding tinju tidaklah begitu
banyak. Biasanya, petinju yang pintar menghindar,
16
justru memancing lawannya untuk memukulnya, jadi
tenaganya bisa lebh awet daripada langsung menyerang.
Salah satu keuntungan petinju yang pandai
menghindar adalah rasa percaya dirinya yang tinggi,
kalau percaya diri tinggi, maka penampilannya akan
konsisten dan tenang dari ronde ke ronde. Bahkan jika
seorang petinju yang pandai memukul saja dan sedikit
pandai menghindar, dengan persiapan penuh. Bisa kalah
melawan seorang pertinju yang pintar menghindar dan
pintar memukul dengan program latihan separuhnya.
Karena tenaga yang dikeluarkannya tidak sebanyak si
pemukul saja. Bukan itu saja, pukulan yang tidak
mengena akan banyak menyedot tenaga dan membuat
frustrasi, kesal dalam bertinju akan menyedot tenaga
yang amat besar. Bertanding tinju itu perlu tenang
dan memakai akal, bukan seperti anak yang ketika
kecil bandel dan suka berkelahi.
C. Tinju Tradisional Pajura
Provinsi NTT kaya akan budaya gerak, tidak saja
berkaitan dengan upacara adat tetapi juga aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti
mengambil air, berjualan tuak, naik pohon tuak, tari-
tarian, hampir semua bentuk budaya gerak berdampak
pada aktivitas olahraga modern. Demikian juga denganfaktor geografis dan topografi daerah masing-masing
17
berdampak pada aktivitas budaya gerak dan memberikan
kontribusi yang positif bagi perkembangan olahraga
modern. Hampir semua wilayah di Provinsi NTT
mempunyai budaya gerak.Bukti dari seluruh aktivitas gerak budaya yang
nampak disetiap wilayah dalam Provinsi NTT seperti
Pasola, berjalan wanita penjual tuak, Etu,
patuku/pajura, banting Sabu, naik pohon tuak, berburu
menggunakan panah, tombak ikan paus dan aktivitas
lainnya yang didukung oleh faktor geografis/topografi
wilayah memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan olahraga modern.
Kekuatan budaya gerak di masing-masing pulau
menunjukkan ciri dan karakteristik gerak yang
berbeda-beda. Terkadang tujuannya sama, misalkan
untuk kegiatan bercocok tanam dengan tujuan agar
tanaman berhasil maka aktivitas gerak yang dilakukan
berbeda-beda, sebagai contoh, pulau Sumba untuk
bercocok tanam maka aktivitas gerak yang dilakukan
adalah melaksanakan Pasola, demikian juga dengan
Kabupaten Ngada Bajawa, tujuannya sama yaitu sebelum
bercocok tanam aktivitas geraknya adalah Etu atau
tinju tradisional. Hal yang sama juga seperti
aktivitas gerak budaya Pajura atau Patuku di Sumba
Barat dan Sumba Barat Daya, saat akan panen maka
18
aktivitas gerak yang dilakukan adalah Tinju
tradisional.
Gerak budaya merupakan sebuah aktivitas gerak
yang telah menjadi kebiasaan karena dilaksanakan
dalam rangka upacara adat dan juga sebagai sebuah
bentuk kebiasaan masyarakat untuk mencari nafkah.
Kebiasaan gerak yang terus menerus akan memberikan
motivasi gerak dengan adaptasi yang rutin dan
akhirnya menjadi gerak yang otomatisasi.
Pajura merupakan tradisi masyarakat Sumba yaitu
adu tinju antara desa. Para peninju adalah anak-anak
muda dengan menggunakan sarung tinju terbuat dari
alang-alang. Ritual ini berlangsung pada dini hari,
mulai pukul 00.00 sampai sekitar jam 04.00 pagi.
Uniknya, tinju ini berlangsung di tepi pantai. Deru
ombak dan teriakan penonton saling bersahut-sahutan
membuat suasana tinju semakin panas. Sementara para
peninju meneriaki suara ringkikan seperti kuda.
Tradisi Pajura hanya boleh mengandalkan sinar bulan.
Sehingga peninju saling melemparkan tinju ke lawan
di tengah gelap malam.
Ritual Pajura masih satu rangkaian dengan
Pasola. Festival Pasola merupakan festival tahunan
yang dirayakan masyarakat Sumba Barat saat memulai
masa tanam. Festival ini sudah masuk kalender
pariwisata Indonesia dan bertahun-tahun telah menarik
19
minat wisatawan mancanegara.Dalam perayaan ini,
masing-masing kampung akan beradu ketangkasan dengan
menunggang kuda sambil meninju lawan sampai lawan
berdarah. Perayaan ini sebenarnya untuk menyambut
masa panen dan memprediksi hasil panen. Semakin
banyak darah yang tercurah saat Pajura, masyarakat
setempat percaya hal itu berarti hasil panen
berlimpah.tradisi ini merupakan ritual adu tinju
antar desa. Meski Pajura mengandung unsur kekerasan,
namun tiada dendam diantara peserta, bahkan yang ada
adalah teriakan semangat dan senyum keramahan
diantara mereka.
Pelaksanaan ritual ini selalu diadakan di tepi
pantai, karena ritual ini biasanya diakhiri dengan
tradisi “ Nyale ”, yakni lomba menangkap sejenis
cacing laut yang biasa hidup di dasar air laut,
seperti di lubang-lubang batu karang dan tradisi ini
pula merupakan bagian dari festival Pasola.
Dengan menggunakan sarung tinju dari alang-
alang dan para petinjunya adalah para pemuda, ritual
ini dilaksanakan pada saat dini hari atau sekitar
pukul 00.00 hingga pukul 04.00 pagi. Para peserta
yang mengikuti ritual ini akan selalu berteriak
seperti ringkikan suara kuda untuk memberikan
semangat diri sendiri dan peserta lain. Tradisi
pajura hanya boleh mengandalkan sinar bulan tanpa ada
20
tambahan sorot lampu lainnya, sehingga para peserta
adu tinju saling bertinju di tengah malam gelap. Dan
dalam kepercayaan mereka, semakin banyak darah
bercucuran maka hasil panen mendatang diyakini akan
berlimpah. Sedangkan untuk jumlah peserta, pada
ritual Pajura ini tidak membatasi jumlah peserta
dalam tradisi ini, karena bergantung siapapun yang
berniat untuk mengikuti sebagai peserta tinju. Selain
untuk melaksanaan tradisi yang sudah dijalankan turun
temurun oleh para leluhur mereka hingga saat ini,
namun satu hal bahwa tradisi ini memberikan makna
kebersamaan dan solidaritas kehidupan antar manusia
untuk hidup bersama dan berdampingan.
D. Analisa Gerak Tinju
1. Analisa Gerak Biomekanika
Kenesiologi mekanika merupakan suatu wawasan
studi gerak tubuh dan olahraga dengan menggunakan
dasar pengetahuan mekanika. Salah satu bidang
mekanika yang erat hubungannya dengan gerak adalah
teori Newton mengenai gerak, karena gerak akan
selalu terkait dengan tenaga (force), maka para
guru dan pelatih olahraga adalah petugas-petugas
atau orang-orang yang setiap hari akan menghadapi
masalah gerak yaitu dari seorang siswa atau seorang
atlet dalam berolahraga atau dalam kehidupannya
sehari-hari.
21
Gerak merupakan elemen utama dalam pada
sebagian besar olahraga. Gerakan dapat berbentuk
pergerakan seluruh tubuh atau gerakan benda atau
alat yang diakibatkan oleh kerja tubuh. Gerak
adalah sebuah fungsi dari kecepatan dan arah. Gerak
dapat bersifat horisontal atau vertical, artinya
arahnya horisontal atau vertical atau membuat sudut
dengan horizontal, atau dapat merupakan sebuah
gerak melingkar yang mengelilingi sebuah pusat
putaran. Kecepatan ialah perubahan posisi benda
pada arahnya pada satuan waktu. Sedangkan
Percepatan ialah bertambahnya kecepatan dalam
satuan waktu.
Banyak teori yang dikembangkan dalam materi
ilmu gerak. Untuk mengerti dengan baik dari teori
tersebut diperkenalkan pengertian-pengertian dari
suatu ilmu gerak, karena akan membantu memberikan
penjalasan dan pemahaman bagaimana melakukan
aktifitas olahraga seperti jalan lari, lompat jauh,
meluncur, menyelam, senam dan permainan
menggunakan/dibantu alat. Dengan teori-teori
tersebut membantu kita untuk melakukan analisis
gerakan-gerakan seperti: kecepatan, gerak lurus
tidak beraturan, posisi kaki dalam keadaan kontak
dan tidak kontak dengan tanah, gerakan memutar dan
22
beberapa aspek serta teknik dalam olahraga serta
gerak manusia.
Sebelum memasuki detail analisa gerak secara
kualitatif didalam biomekanika dalam memperbaiki
teknik, pertama kita harus mempelajari lebih dahulu
tentang perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif
analisis biomekanik. Bahasan kualitatif dan
kuantitatif menggambarkan bagaimana karateristik
dari penampilan diamati dan dianalisa oleh pelatih,
guru atau dokter. Jika penampilan atau setiap aspek
ditinjau secara kuantitatif atau diukur
(diperlihatkan dengan bilangan atau angka). Jika
penampilan atau setiap aspek dievaluasi dengan
hanya menggunakan penglihatan dari pengamat dan
tidak menggunakan angka disebut dengan analisa
kualitatif dan tetap harus menggunakan teori-teori
dan dalam hal ini, jenis analisa biomekanik
kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi
kelompok-kelompok otot aktif selama setiap fase
suatu gerakan disebut analisa anatomi kualitatif.
Analisa anatomi kualitatif suatu ketrampilan bisa
berbentuk sederhana atau kompleks, tergantung pada
aktifitas yang di analisa. Salah satu yang
berbentuk kompleks adalah nomor lari sprint
khususnya teknik start. Dengan menilai perbandingan
23
(cepat, lambat, tinggi, rendah, pendek, panjang,
besar, kecil) dan selanjutnya boleh jadi digunakan
untuk menggambarkan karakteristik ini. Perasaan
dari penglihatan, atau pengamatan dengan
penglihatan, adalah dasar analisa secara
kualitatif.
Tujuan dari analisa anatomi kualitatif adalah
menentukan aktivitas otot yang dominan selama fase
penampilan tertentu dan untuk mengidentifikasi hal-
hal yang terjadi seketika saat tekanan-tekanan yang
besar terjadi sehubungan dengan tarikan atau
ketegangan otot dalam variasi gerakan persendian.
Seorang pelatih atau guru olahraga dapat melakukan
analisa terhadap siswa, atlet atau atlet
profesional yang sedang melakukan teknik yang
efektif. Analisa terhadap atlet profesional akan
mengidentifikasi otot-otot mana yang digunakan
dalam melakukan teknik-teknik yang paling efektif.
Sedangkan analisa terhadp siswa atau atlet akan
menganalisa otot-otot yang digunakan dalam
melakukan teknik-teknik tertentu. Untuk keduanya,
metode-metode yang diperlukan dalam
mengidentifikasi otot-otot tersebut sama.
Metode-metode untuk mengidentifikasi otot-
otot yang aktif selama berolahraga atau melakukan
gerakan, salah satunya adalah dengan menyentuh dan
24
merasakan otot-otot permukaan seorang atlet selama
bergerak. Jika otot tersebut tegang dan kaku,
berarti otot tersebut secara aktif sedang
mengumpulkan kekuatan. Tetapi jika otot tersebut
lembut dan lembek, berarti otot tersebut tdak
aktif. Metode ini hanya berlaku jika suatu
aktivitas melibatkan posisi diam dan gerakan
lambat, contahnya: angkat besi dan senam. Metode
ini tidak praktis untuk menganalisa jenis aktivitas
dinamis seperti: lari, melempar dan jenis permainan
ynng menggunakan alat (tenis). Mungkin metode ini
lebih tepat untuk digunakan dalam menentukan
aktifitas otot yang dominan selama fase penampilan
tertentu dan untuk mengidetifikasi hal-hal yang
terjadi seketika saat tekanan-tekanan yang besar
tejadi sehubungan dengan tarikan atau ketegangan
otot dalam variasi gerakan persendian, misalnya
dengan merekam gerakan pada video atau kamera
digital untuk mendapatkan gambaran gerakan secara
lengkap.
2. Analisa Gerak Budaya Tinju Tradisional
Manusia adalah bagian integral dari
lingkungan masyarakatnya. Di sepanjang hidupnya dia
berinteraksi dengan sesamanya, sehingga perilaku
manusia terbentuk melalui proses interaksi yang
25
berkesinambungan antara individu dengan individu
lain. Dengan kata lain, terdapat ciri perilaku
interpersonal dalam konteks sosial. Karena
interaksi itulah manusia beradab dan berbudaya.
Berkaitan dengan asumsi tersebut, maka makna
olahraga juga ada kaitannya dengan aspek sosial-
budaya.
jika dicermati setiap pulau di wilayah
Flobamora kaya akan budaya berkaitan dengan adat
istiadat yang berorientasi kepada budaya gerak.
Kekuatan budaya gerak di masing-masing pulau
menunjukkan ciri dan karakteristik gerak yang
berbeda-beda. Terkadang tujuannya sama, misalkan
untuk kegiatan bercocok tanam dengan tujuan agar
tanaman berhasil maka aktivitas gerak yang
dilakukan berbeda-beda, sebagai contoh, pulau Sumba
untuk bercocok tanam maka aktivitas gerak yang
dilakukan adalah melaksanakan Pasola, demikian juga
dengan Kabupaten Ngada Bajawa, tujuannya sama yaitu
sebelum bercocok tanam aktivitas geraknya adalah
Etu atau tinju tradisional. Hal yang sama juga
seperti aktivitas gerak budaya Pajura atau Patuku
di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, saat akan
panen maka aktivitas gerak yang dilakukan adalah
Tinju tradisional.
26
Provinsi NTT kaya akan budaya gerak, tidak
saja berkaitan dengan upacara adat tetapi juga
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti mengambil air, berjualan tuak, naik pohon
tuak, tari-tarian, hampir semua bentuk budaya
gerak berdampak pada aktivitas olahraga
modern.Demikian juga dengan faktor geografis dan
topografi daerah masing-masing berdampak pada
aktivitas budaya gerak dan memberikan kontribusi
yang positif bagi perkembangan olahraga
modern.Prestasi akan diperoleh jika budaya gerak
yang telah menjadi sebuah kebiasaan yang berdampak
pada adaptasi tulang, otot, syaraf dan persendian
termasuk juga faktor fisiologis, anatomi dan
psikologis memberikan motivasi yang lebih untuk
meraih prestasi maksimal. Karena untuk tahap
sekarang ini prestasi bukan didapat atau diperoleh
tetapi lebih daripada itu prestasi dibuat. Jika
demikian maka ada dua faktor pendukung perolehan
prestasi tinggi yaitu, faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor Eksternal terdiri dari dua
komponen penting yaitu: situasi atau keadaan
kompetisi dan, sarana prasarana kompetisi.
Sedangkan faktor internal terdiri dari psikis,
fisik, teknik, strategi, mental, dan gizi. Jika
kedua faktor ini dianalisis secara baik dan
27
melibatkan gerak budaya dari masing-masing
daerah/pulau di Provinsi NTT, saya yakin dua
sampai lima tahun ke depan NTT tidak ada miskin
atlet (Lumba, Jhoni. Flobamora news. com, 2012:
194).
Gerak budaya merupakan sebuah aktivitas gerakyang telah menjadi kebiasaan karenadilaksanakan dalam rangka upacara adat danjuga sebagai sebuah bentuk kebiasaanmasyarakat untuk mencari nafkah.Kebiasaangerak yang terus menerus akan memberikanmotivasi gerak dengan adaptasi yang rutin danakhirnya menjadi gerak yang otomatisasi(Lumba, Jhoni. Flobamora news. com, 2012:194).Bukti dari seluruh aktivitas gerak budaya
yang nampak disetiap wilayah dalam provinsi NTT
seperti Pasola, berjalan wanita penjual tuak, Etu,
patuku/pajura, banting Sabu, naik pohon tuak,
berburu menggunakan panah, tombak ikan paus dan
aktivitas lainnya yang didukung oleh faktor
geografis/topografi wilayah memberikan kontribusi
yang positif bagi perkembangan olahraga modern.
Sudah saatnya kita mencoba untuk menggali potensi-
potensi budaya yang ada dengan memanfaatkan
penelitian ilmiah para mahasiswa Penjas-Orkes dan
dosen di lingkungan Perguruan Tinggi se-NTT. Bukan
lagi hal baru jika budaya gerak yang dilangsungkan
28
setiap saat dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan olahraga modern.Sebagai contoh Mike
Tyson yang dulunya adalah anak yang kesukaannya
adalah berkelahi karena burung merpati kecintaannya
dibunuh oleh orang maka dendamnya terhadap orang
yang membunuh burungnya menjadikan Tyson sebagai
petinju yang ingin menghabisi lawan-lawannya dalam
waktu yang singkat ketika berada di atas ring.
Secara psikologi ada kekuatan lebih yang
memotivasi Tyson menjadi petinju yang tidak mudah
untuk dikalahkan. Demikian halnya dengan aktivitas
gerak budaya di provinsi NTT, kegiatan yang
dilaksanakan karena tuntutan adat istiadat dan
budaya setempat membuat aktivitas tersebut telah
menjadi bagian dari kehidupannya. Untuk itu
sangatlah sulit dipisahkan antara aktivitas yang
telah menjadi kebiasaan dengan adanya adaptasi
secara keseluruhan tubuh manusia.
Jika demikian maka, sejumlah gerak budaya
yang telah menjadi adat istiadat masyarakat di
berbagai pulau di wilayah NTT, kalau dijadikan
sebagai proses talenta scouting untuk mendapatkan
atlet sesuai dengan cabang olahraga maka, menurut
saya tidak akan terlampau sulit, sebab adaptasi
gerak yang berdampak pada faktor anatomi,
fisiologi, psikologi, biomekanika, antropologi
29
telah menjadi sebuah kekuatan untuk menjadikan
gerak tersebut menjadi olahraga modern yang
berprestasi
(Lumba,Jhoni.Flobamoranews.com,2012:194)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode
penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan obyek
sesuai keadaannya.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Pajura (Tinju
Tradisional) di Kabupaten Sumba Barat.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama ± 2 (dua) bulan.
30
D. Peran Peneliti Dan Informan penelitian.
1. Peran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai
informan kunci.
2. Informan Penelitian
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
a. Tokoh Adat
b. Pemain Pajura
E. Sumber Data
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung
di lapangan, untuk memperoleh data yang akurat
seperti hasil penyebaran quisioner, hasil wawancara
dan sebagainya.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari informasi secara
tidak langsung atau pihak lain namun mempunyai
hubungan dengan obyek penelitian guna mendukung
data primer, seperti bahan bacaan, dokumen, gambar
dan lain sebagainya.
18
31
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Menurut Chariri (2009) mengemukakan konsepnya
tentang teknik pengumpulan data untuk penelitin
kualitatif antara lain:
1. Wawacara (interview)
Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan,
emosi, dan hal lain berkaitan dengan individu yang
ada dalam organisasi. Dengan melakukan wawancara,
peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak
sehingga mampu memahami budaya melalui bahasa dan
ekspresi pihak yang diwawancarai dan dapat
melakukan klarifikasi atas hal-hal yang tidak
diketahui.
2. Obeservasi
Observasi adalah salah satu upaya untuk memperoleh
data secara langsung.
3. Dokumen (telaah organisational record)
32
Arsip dan catatan organisasi merupakan bukti unik
dalam studi kasus, yang tidak ditemui dalam
wawancara dan observasi. Sumber ini merupakan
sumber data yang dapat digunakan untuk mendukung
data dari observasi dan wawancara. Selain itu
telaah terhadap catatan organisasi dapat memberikan
data tentang konteks historis setting organisasi
yang diteliti. Sumber datanya dapat berupa catatan
administrasi, surat-menyurat, memo, agenda dan
dokumen lain yang relevan.
G. Teknik Analisis Data
Bagian terpenting dari suatu penelitian adalah
adanya analisis data. Menurut Lexy J. Maleong (1989),
analisis data adalah proses mengorganisasikan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dengan analisis data penelitian yang dilakukan dapat
memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah yang diangkat sebagai satuan penelitian.
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah analisis data kualitatif.
33
DAFTAR PUSTAKA
The Worldbook Dictiornay, 1972, Field EnterprisesEducational Corporation, Chicago diakses 10 juni2013
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Ronde(online),(diakses 10juni 2013)
Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Tinju (online),(diakses 10juni 2013)
Lumba, Jhoni, 2012. Pemetaan Cabang Olahraga BerdasarkanKarakteristik Budaya,opini(online),(flobamoranews.com,diakses 10 juni 2013)
Made Pertiwi,F.N.L. Masyarakat memadati pantai Tentena, SumbaBarat, NTT untuk menyaksikan pajura (online),(Kompas.com,diakses 10 juni 2013)