analisa perencanaan perhitungan struktur sheet pile beton
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of analisa perencanaan perhitungan struktur sheet pile beton
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 1
ANALISA PERENCANAAN PERHITUNGAN STRUKTUR SHEET PILE BETON –
SUKA JADI, KAB.TANGERANG, PROVINSI JAWA BARAT
Candra Hadi Putra1)
, Hikmad Lukman2)
Titik Penta Artiningsih3)
ABSTRAK
Sheet pile merupakan suatu konstruksi teknik sipil umumnya dipakai untuk melindungi keruntuhan
lereng akibat tekanan lateral di sisi belakang dinding sheet pile. Tujuan dari studi ini adalah untuk
mengetahui kekuatan struktur sheet pile beton pada Normalisasi Kali Cisadane, Tangerang sehingga
stabil terhadap gaya tekanan dan momen. Perhitungan tekanan tanah aktif dan pasif dihitung dengan
menggunakan Teori Rankine sedangkan teganga aktif dan pasif menggunakan Teori Coulumb. Hasil
analisis sheet pile kantilever beton dengan menggunakan data tanah hasil uji laboratorium dengan High
Water Level (HWL) 2,556 meter dan Normal Water Level (NWL) 7,088 meter didapatkan kedalaman D
pancang sheet pile untuk High Water Level (HWL) 4,345 meter dan Normal Water Level (NWL) 12,049
meter.
Berdasarkan analisa gaya-gaya dalam perhitungan manual didapatkan momen maksimum untuk HWL
sebesar 18,802 ton.m dan NWL sebesar 6,393 ton.m. Maka dipilih sheet pile beton Wika FPC (Flat
Prestressed Concrete) tipe FPC-320-G-500 dengan Bending Moment Ultimate 19,61 t.m dari tabel
profil Wika beton.
Kata kunci: Sheet Pile Kantilever, D, Momen Maksimum, Profil Wika Beton
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta laju
pertumbuhan yang demikian pesat khususnya di
Indonesia, telah memicu meningkatnya
kuantitas dan kualitas konstruksi di
Indonesia.Hal ini terjadi seiring dengan
kebutuhan masyarakat akan sarana fisik yang
terus meningkat. Dengan demikian merupakan
sebuah tantangan ke depan pada calon engineer
untuk menghadapi persaingan secara global,
terlebih lagi dengan banyaknya tenaga asing
yang masuk ke Indonesia merupakan suatu
tantangan tersendiri.
Turap (sheet pile) merupakan suatu konstruksi
teknik sipil umumnya dipakai untuk melindungi
keruntuhan lereng akibat tekanan lateral di sisi
belakang dinding turap. Dari segi struktur,
dinding turap dapat dibedakan menjadi empat
yaitu turap kantilever, dinding turap diangker,
dinding turap dengan landasan (platform),
bendung elak seluler (cellular cofferdam). Pada
pekerjaan galian tanah, masalah utama yang
dihadapi adanya penggalian yang cukup dalam
dapat berakibat keruntuhan (failure) tanah
sekitar galian. Suatu tanah galian yang tinggi
biasanya berpontensi runtuh tanah lateral. Salah
satu solusi yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah ini adalah memancang turap
(sheet pile).
Metode ini dianggap sebagai teknik yang umum
diterima dimana penggunaan angker kadang-
kadang diperlukan mengurangi deformasi turap.
Sistem ini dilakukan dengan cara menggali
tahap demi tahap sampai kedalaman yang
diperlukan.
Analisis sheet pile didasarkan pada gerakan
menyeluruh dari kekuatan geser tanah, jenis
yang umum digunakan yaitu sheet pile
kantilever dan sheet pile berjangkar.
Penambahan jangkar dimaksudkan untuk
menambah stabilitas sheet pile dan angka
keamanan, namun penambahan jangkar berarti
juga tambahan metode konstruksi dan biaya.
Tugas akhir ini membahas perencanaan
perkuatan tebing pada sungai Cisadane
menggunakan jenis perkuatan sheet pile beton.
Selanjutnya dalam tugas akhir ini akan
melakukan analisa struktur sheet pile beton
dengan menggunakan data yang diperoleh dari
studi penyelidikan tanah.
1.2. Maksud dan Tujuan
Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai
analisa struktur sheet pile beton di lapangan,
dengan hasil perhitungan yang dibuat dengan
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2
maksud dan tujuan.
1. Maksud
a. Untuk mengetahui kedalaman pada sheet
pile beton dalam tanah timbunan.
b. Mencari profil sheet pile beton yang aman
dari hasil perhitungan.
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui kekuatan struktur sheet
pile beton.
1.3. Ruang Lingkup dan Batasan
Masalah
1. Menghitung penetrasi sheet pile beton (D).
2. Menghitung panjang total sheet pile.
3. Menghitung momen maksimum pada sheet
pile.
1.4. Metode Penulisan
1. Peninjauan lapangan
Peninjaun kelapangan dalam pengumpulan
data pelaksanaan pekerjaan pondasi sheet
pile beton pada proyek pembangunan
Normalisasi Kali Cisadane.
2. Melakukan studi pustaka (Library Research)
Yaitu mengumpulkan data teoritis yang
dilakukan dengan cara mempelajari diktat
kuliah, dan referensi-referensi lainnya yang
berhubungan dengan tugas akhir tersebut.
3. Mengelola data- data yang sudah
dikumpulkan
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sheet pile
2.1.1 Definisi Sheet pile
Sheet pile adalah konstruksi yang dapat
menahan tekanan tanah di sekelilingnya,
mencegah terjadinya kelongsoran dan biasanya
terdiri dari dinding sheet pile dan
penyangganya. Konstruksi dinding sheet pile
terdiri dari beberapa lembaran sheet pile yang
dipancangkan ke dalam tanah, serta membentuk
formasi dinding menerus vertikal yang berguna
untuk menahan timbunan tanah atau tanah yang
berlereng. Sheet pile terdiri dari bagian-bagian
yang dibuat terlebih dahulu (pre- fabricated)
atau dicetak terlebih dahulu (pre-cast).
2.1.2 Fungsi Sheet pile
Fungsi sheet pile adalah ;
a. Struktur penahan tanah, misalnya pada
tebing jalan raya atau tebing sungai.
b. Struktur penahan tanah pada galian.
c. Konstruksi bangunan yang cocok pada saat
kondisi tanah kurang mampu untuk
mendukung dinding penahan tanah.
2.1.3 Jenis – jenis Sheet pile
a. Sheet pile Kayu
Sheet pile kayu digunakan untuk dinding
penahan tanah yang tidak begitu tinggi, karena
tidak kuat menahan beban-beban lateral yang
besar. Sheet pile ini tidak cocok digunakan
pada tanah berkerikil, karena sheet pile
cenderung pecah bila dipancang. Bila sheet pile
kayu digunakan untuk bangunan permanen
yang berada di atas muka air, maka perlu
diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah
lapuk. Sheet pile kayu banyak digunakan pada
pekerjaaan-pekerjaan sementara, misalnya
untuk penahan tebing galian. Bentuk-bentuk
susunan sheet pile kayu dapat dilihat pada
gambar 2.1.(Hardiyatmo, H., C., 2008)
Gambar 2.1 Sheet pile Kayu
b. Sheet pile Beton
Sheet pile beton merupakan balok-balok yang
telah di cetak sebelum dipasang dengan bentuk
tertentu. Balok-balok sheet pile dibuat saling
mengkait satu sama lain. Masing-masing balok,
kecuali dirancang kuat menahan beban-beban
yang bekerja pada sheet pile, juga terhadap
beban- beban yang akan bekerja pada waktu
pengangkatannya. Ujung bawah sheet pile
biasanya dibentuk meruncing untuk
memudahkan pemancangan. Sheet pile beton
biasa digunakan pada bangunan permanen atau
pada detail - detail konstruksi yang agak sulit.
(Hardiyatmo, H., C., 2008)
Gambar 2.2 Sheet pile Beton
c. Sheet pile Baja
Sheet pile baja adalah jenis paling umum yang
digunakan, baik digunakan untuk bangunan
permanen atau sementara karena beberapa sifat-
sifatnya sebagai berikut:
1. Tahan terhadap tegangan dorong tinggi yang
dikembangkan di dalam bahan keras atau bahan
batuan.
2. Mempunyai berat relatif yang tinggi.
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3
3. Dapat dipakai berulang-ulang.
4. Umur pemakaiannya cukup panjang baik
di atas maupun di bawah air dengan
perlindungan sederhana menurut NBS (1962)
yang meringkaskan data tentang sejumlah tiang
pancang yang diperiksa setelah pemakaian yang
berlangsung lama.
5. Mudah menambah panjang tiang pancang
dengan mengelas maupun dengan memasang
baut.
6. Sambungan-sambungan sangat sedikit
mengalami deformasi bila di desak penuh
dengan tanah dan batuan selama pemancangan.
Gambar 2.3 Sheet pile Baja
2.2. Gaya-gaya Lateral pada Dinding
Sheet pile
Gaya-gaya lateral yang bekerja pada dinding
sheet pile meliputi tekanan tanah aktif dan pasif,
beban terbagi rata diatas permukaan timbunan,
ketidakseimbangan muka air tanah di kedua sisi
sheet pile, gaya gempa, gaya benturan
gelombang, gaya tarik kapal dan lain-lainnya.
(Hardiyatmo, H., C., 2008)
2.2.1 Gaya Lateral akibat Beban Sendiri
Pada perhitungan dinding penahan tanah yang
umum, dianalisis didasarkan pada anggapan
bahwa dinding bergerak secara lateral dengan
cara menggeser atau berotasi terhadap kaki
dinding sepenuhnya termobilisasi. Dalam
kondisi ini, tekanan tanah lateral memenuhi
teori-teori Rankine atau Coulumb.
Gaya-gaya lateral akibat tekanan tanah yang
bekerja pada dinding sheet pile sebenarnya
tidak dapat dihitung secara langsung dengan
teori-teori Rankine maupun Coulumb. Hal ini,
disebabkan karena dinding sheet pile bersifat
lebih fleksibel, sehingga kekakuan deformasi
atau kelelehan struktur yang terjadi tidak sama
dengan kelelehan dinding penahan tanah pada
umumnya. (Hardiyatmo, H., C., 2008)
2.2.2 Gaya-gaya Lateral akibat Tekanan Air
Kondisi keseimbangan tekanan air di depan dan
di belakang dinding terjadi pada dinding sheet
pile yang dibangun untuk bangunan-bangunan
yang tergenang air. Kondisi ketidakseimbangan
tekanan, umumnya terjadi saat air didepan
dinding sheet pile surut. Tekanan lateral pada
sheet pile mencapai maksimum bila muka air di
depan sheet pile pada kedudukan paling rendah.
Kondisi lain dapat pula terjadi bila hujan lebat,
muka air didepannya, sehingga menimbulkan
tambahan tekanan pada dinding sheet pile.
Pengaliran air dari belakang dinding menuju
didepan , menimbulkan pengurangan tekanan
tanah efektif pada tanah didepan dinding,
dengan demikian mereduksi tekanan tanah pasif.
Oleh karena itu, evaluasi stabilitas sheet pile
akibat ketidak seimbangan tekanan air tersebut
sangat perlu dilakukan.
Kecepatan penurunan muka air dibelakang
dinding bergantung pada jenis tanah urug yang
digunakan. Jika tanah urug berupa pasir kasar
atau kerikil, kondisi perbedaan muka air
didepan dan di belakang dinding saat terjadinya
penurunan muka air sangat kecil. Untuk tanah
urug yang berupa pasir halus atau pasir
berlanau, beda tinggi muka air akan mulai
tampak. Jika tanah urug adalah lempung atau
lanau, maka ketidak seimbangan tekanan air
harus benar-benar diperhitungkan, terutama
pada beda tinggi air yang maksimum. Dinding
sheet pile kantilever bila dipancang ke dalam
tanah lanau atau lempung, dapat berotasi
terhadap ujung bawahnya. (Hardiyatmo, H., C.,
2008)
Gambar 2.4 Tekanan air netto dibelakang
sheet pile
2.3. Pengertian Angka Keamanan (Safety
Factor)
Pengertian angka keamanan pada dinding sheet
pile semala ini tidaklah begitu jelas. Sebagai
contoh dari suatu perhitungan diperoleh suatu
harga dalamnya pemancangan. Bila dalam
pelaksanaan diperdalam 30% dari dalam
pemancangan semula, belum berati akan
dipdapatkan angka keamanan 1,3. Karena
belum tentu angka keamanan yang baru ini
sama dengan 1,3.
Selama ini anggapan angka keamanan (safety
factor) untuk sheet pile berdasarkan cara
konvensional yaitu dengan memperpanjang
dalamnya pemancangan. Misalnya didapat
dalamnya pemancangan adalah “D” dari dredge
line kemudian mendapatkan safety factor, harga
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4
“D” tersebut dapat dikalikan dengan suatu
angka tertentu.atau dengan cara membagi
coeffisien pasif K𝜌 dan kohesi c dengan suatu
angka keamanan tertentu.
Anggapan yang disebutkan pertama tidak benar.
Seperti yang diterangkan didepan, angka
diperlukan sebetulnya menghitung kembali
gaya-gaya yang bekerja sesuai dengan
anggapan pertama. Dari hasil perhitungan ini
akan diperoleh angka keamanan sebenarnya.
Sedangkan anggapan kedua, pada umumnya
memberkan angka keamanan yang cukup
memadai. (Pradoso S. DKK, 1997)
Lebih dianjurkan untuk menghitung
pertambahan dalamnya pemancangan yang
diabaikan oleh kriteria-kriteria antara lain
sebagai berikut :
• Bertambahnya gaya horisontal yang
disebabkan oleh karena naiknya berat isi tanah
atau pembebanan
• Menurunnya dredge line akibat pelaksanaan
misal pada perhitungan perletakan sendi (Free
Earth Method)
2.4. Lingkup Perancangan Dinding Sheet
pile
Perencanaan dinding sheet pile mencangkup :
1. Penentuan karakterisitik dari dinding sheet
pile dengan mengetahui :
- Panjang dinding sheet pile yang diperlukan
untuk konstruksi statistik. Panjang yang ada
dipasaran 4 meter.
- Profil sheet pile terutama yang mudah
dipasaran.
- Karakteristik mekanik dari baja yang dapat
digunakan, komposisi kimia, dan limit
elastiknya.
2. Penentuan sistem jangkar (anchor) yaitu
dengan menentukan :
- Daerah penjangkaran, kemiringan dan luas
penampang tali jangkar.
- Panjang tali jangkar yang menjamin
stabilitas bersama sheet pile.
- Sistem penjangkaran, dapat berupa jangkar
pasif, jangkar aktif, dan lain-lain.
3. Dan kemungkinan penentuan stabilitas
lebih umum, yaitu stabilitas terhadap gelincir
bersama-sama dalam satu sistem dari dinding
sheet pile dan tali jangkar.Pradoso S. DKK,
1997)
2.5. Tipe – tipe Dinding Sheet pile
Terdapat 4 tipe dinding sheet pile yaitu :
1. Dinding Sheet pile Kantilever
Dinding sheet pile kantilever merupakan
sheet pile yang dalam menahan beban lateral
mengandalkan tahanan tanah didepan dinding.
Defleksi lateral yang terjadi relatif besar pada
pemakaian sheet pile kantilever. Karena luas
tampang bahan sheet pile yang dibutuhkan
bertambah besar dengan ketinggian tanah
yang ditahan (akibat momen lentur yang
timbul). Sheet pile kantilever hanya cocok
untuk menahan tanah dengan
ketinggian/kedalaman yang sedang.
Gambar 2.5 Dinding Sheet pile Kantilever
Tekanan aktif berusaha untuk mendorong sheet
pile menjauh dari tanah timbunannya. Tekanan
pasif didepan dan dibelakang dinding sheet pile
berusaha menahan pergerakan. Kedua gaya
inilah yang diperhitungkan dalam perancangan
dinding sheet pile kantilever. Untuk
memperhitungkan tekanan lateral tanah, kondisi
yang cocok untuk dinding sheet pile adalah
kondisi Rankine. (Hardiyatmo, H., C., 2008)
2. Dinding Sheet pile Diangker
Dinding sheet pile diangker cocok untuk
menahan tebing galian yang dalam, tetapi
masih juga bergantung pada kondisi tanah.
Dinding sheet pile ini menahan beban lateral
dengan mengandalkan tahanan tanah pada
bagian sheet pile yang terpancang kedalam
tanah dengan dibantu oleh angker yang
dipasang pada bagian atasnya. (Hardiyatmo, H.,
C., 2008)
Gambar 2.6 Dinding Sheet pile Diangker
3. Dinding Sheet pile dengan Landasan
(platform)
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5
Dinding sheet pile semacam ini dalam
menahan tekanan tanah lateral dibantu oleh
tiang-tiang, dimana diatas tiang tiang-tiang
tersebut dibuat landasan untuk meletakkan
bangunan tertentu. Tiang-tiang pendukung
landasan juga berfungsi untuk mengurangi
beban lateral pada sheet pile. Dinding sheet pile
ini dibuat bila di dekat lokasi dinding sheet pile
direncanakan akan dibangun jalan kereta api,
mesin derek atau bangunan-bangunan berat
lainnya. (Hardiyatmo, H., C., 2008)
Gambar 2.7 Dinding Sheet pile Dengan
Landasan (Platform)
4. Bendungan Elak Seluler
Bendungan elak seluler (celullar cofferdam)
merupakan sheet pile yang berbentuk sel-sel
yang diisi dengan pasir. Dinding ini menahan
tekanan tanah dengan mengandalkan beratnya
sendiri. (Hardiyatmo, H., C., 2008)
Gambar 2.8 Bendungan Elak Seluler
2.6. Konsep Perencanaan Sheet pile
Berdasarkan hasil penelitian dan survey
lapangan yang telah dilakukan pada lokasi yang
akan dibangunnya sheet pile ini, serta dengan
mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam
pelaksanaannya, disusun beberapa konsep
perencanaan sheet pile antara lain :
a. Sheet pile yang direncanakan tidak
mengganggu atau merusak aliran air sungai
(tidak mengganggu luas penampang basah
sungai).
b. Sheet pile berfungsi sebagai dinding yang
dapat menahan kelongsoran tebing sungai dan
melindungi tebing sungai terhadap gerusan air.
c. Sheet pile dapat menahan tekanan tanah
aktif serta tekanan air dan beban-beban
lainnya yang bekerja pada dinding sheet pile.
d. Sheet pile direncanakan memiliki
ketahanan jangka panjang pada llingkungan
dengan siklus basah, kering dan dan lembab.
e. Sheet pile juga berfungsi sebagai pelataran
terbuka (open space) yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan publik.
f. Struktur sheet pile terdiri dari tiang sheet
pile, dinding sheet pile dan plat penutup tiang
(pile cap).
g. Dinding sheet pile memiliki tekanan tanah
lateral tanah aktif dan air, sedangkan tiang
sheet pile berfungsi memiliki gaya aksial dan
lateral yang bekerja pada dinding sheet pile,
lantai penutup berfungsi sebagai beban aksial
(counter weight) dan juga dapat dimanfaatkan
sebagai open space.
2.7. Metode Perhitungan
2.7.1 Sheet pile Kantilever pada Tanah
Berpasir (Granuler)
Distribusi tekanan tanah pada sheet pile yang
terletak pada tanah granuler homogen,
diperlihatkan dalam Gambar 2.9. Bila tanah
berlapis-lapis, maka diagram tekanan tanah
akan berbeda, namun prinsip perancangan tetap
sama.
Karena sheet pile terletak dalam tanah granuler,
cukup beralasan bila diasumsikan muka air
tanah mempunyai ketinggian yang sama di
bagian depan dan belakang sheet pile. Sehingga,
distribusi tekanan (termasuk pengaruh beban
terbagi rata dan lain-lainnya) dapat ditentukan
dari nilai Ka dan Kp. Jika faktor aman
diperhitungkan, maka dapat dipilih salah satu
dari 2 kemungkinan:
1. Mereduksi Kp (sampai 30%-50%) atau
2. Menambah kedalaman penetrasi antara
20% sampai 40%. Hal ini akan memberikan
faktor aman sebesar ± 1,5- 2,0. (Hardiyatmo,
H., C., 2008)
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6
Gambar 2.9 Distribusi tekanan tanah pada sheet
pile (Hardiyatmo, H., C., 2008)
Untuk mencapai kestabilan ∑ gaya horizontal
besarnya sama dengan 0 dan momen ∑ momen
didasar sheet pile sama dengan 0.
∑ gaya horizontal = Luas ACDE – Luas EFBH +
Luas FHBG = 0
∑ momen didasar sheet pile sama dengan 0
Kombinasi dari persamaan 3.1, 3.2, .3.3, dan
3.4 dihasil persamaan 4 untuk H4 adalah :
Momen maksimum diperoleh pada gaya
lintang sama dengan nol.
Dari ∑M dasar sheet pile titik pada gaya
lintang V = 0, diperoleh :
Tabel 2.1 Estimasi penetrasi sheet pile
pada tanah granuler (Teng, 1962) Kerapatan
relatif (Dr)
Nilai
N-SPT
Kedalaman
penetrasi sheet pile (D)
Sangat padat > 50 0,75 H
Padat 31 - 50 1,00 H
Sedang 11 – 30 1,25 H
Tidak padat 5 – 10 1,50 H
Sangat tidak
padat
0 – 4 2,00 H
( )
( )
( ) ( )
( )0
3
22
34
03
34
43
43
43
43
43214
4321
5
54321
4432
1
=+
−
+
−
++−+
=+
+−+
pp
PHp
pp
PHp
ppH
HpzHP
HHpp
HHpzHP
( )( )
( )
( ) ( )( ) ( ) ( )
( ) ( )
43
3215
4321
21
4
21
43
23
212
11
: Dimana
pilesheet dasar di netto lateralTekanan
Saat
HHD
KKγ'HKγ'HγHp
KKγ'HKKγ'HKγ'HγH
γ'KKγ'DKγ'HγH
ppp
γ'DKp
Kγ'Dγ'HγHp
D Hz
KKγ'Hp
KKγ'
pH
Kaγ'Hpp
KaγHp
app
apapp
app
ap
aa
pp
ap
ap
+=
−++=
−+−++=
−++=
−=
=
++=
+=
−=
−=
+=
=
c
c
c
P
H
H
H
H
D
Ẑ
p4 p3
H
H
p2
p1
1
(Kp-Ka)’
( )
2
0
43
43
5
54321
4321
pp
PHpH
HppHpP
+
−=
=++−
0443
2
42
3
41
4
4 =−−−+ AHAHAHAH
( )
( )( ) ( )
( )
'
46
'
'26
'
8
'
22
5
4
22
5
3
2
5
1
ap
ap
ap
ap
ap
KK
PpzPA
KK
pKKzPA
KK
PA
KK
pA
−
+=
−
+−=
−=
−=
( )
( )
( )
−+=
+=
−+=
=
=
−+=
=
2
1
3
pdasar tura
2
3
2
3
23
0 FH 3
0M
KaKp
PayPM
xyPM
xPxyPM
PP
xPxyPM
amaks
amaks
aamaks
apl
plamaks
( )
2
1
3
2 Sehingga
−=
KaKp
Pax
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7
Gambar 2.11 Gaya-gaya pada sheet pile
di atas dengan gaya lintang nol
2.7.2 Sheet pile Kantilever pada Tanah
Kohesif
Perancangan sheet pile dalam tanah kohesif
sangat kompleks, karena kuat geser tanah
tersebut berubah dengan berjalannya waktu.
Dengan demikian, tekanan tanah pada sheet pile
berubah pula dari waktu ke waktu. Dimensi dan
kedalaman dinding sheet pile harus memenuhi
syarat kuat menahan tekanan pada waktu segera
setelah selesai pelaksanaan pekerjaan, maupun
setelah waktu yang l ama, di mana kuat geser
lempung telah berubah. Segera sesudah sheet
pile dipasang, dan beban tanah urug beserta
beban terbagi merata telah bekerja, tekanan
tanah dapat dihitung berdasarkan sudut gesek
dalam (ᵠ) lempung nol, dan kohesi c = 0,5 qu
(qu = kuat tekan bebas).
Tinjauan stabilitas jangka panjang juga harus
diperhatikan akibat kuat geser tanah lempung
yang berubah dengan waktunya. Analisis harus
didasarkan para parameter tegangan efektif ᵠ’
dan c' yang diperoleh dari pengujian-pengujian
triaxsial consolidated drained (terkonsolidasi-
terdrainase), atau dari pengujian consolidated
undrained (terkonsolidasi-tak terdrainase), di
mana dalam penguj ian ini diadakan
pengukuran tekanan air pori. Data yang terbatas
menunjukkan, kohesi (c) pada waktu jangka
panjang sangat kecil. Karena itu, dalam
perancangan stabilitas jangka panjang, sangat
aman bila kohesi (c), dianggap sama dengan nol.
Nilai akhir pada waktu jangka panjang dari
sudut geser dalam tanah (ᵠ) akan mendekati 20°
- 30°. Tekanan tanah lateral tanah lempung
pada waktu jangka panjang ini mendekati sama
dengan tekanan tanah granuler. Karena itu, anal
isisnya sama dengan sheet pile pada tanah
granuler.
Dinding sheet pile mungkin dipancang dalam
tanah lempung seluruhnya, atau dipancang
dalam tanah lempung, tapi di bagian atas diurug
dengan tanah granuler. Tekanan tanah pada
sheet pile dari ke dua tipe dinding turpa tersebut
akan memberikan bentuk tekanan yang berbeda.
(Hardiyatmo, H., C., 2008)
Menunjukkan kondisi tekanan tanah awal untuk
keseluruhan sheet pile dipancang dalam tanah
kohesif. (Hardiyatmo, H., C., 2008)
Tabel 2.2 Nilai D/H, untuk ɤ’ = 0,5 ɤ sheet pile
kantilever pada tanah granuler. ᵠ(°) Kp/Ka Nilai D/H umtuk a :
0,0 0,25 0,5 0,75 1,0
10 2,02 4,18 4,64 5,13 5,94 7,37
11 2,17 3,76 4,21 4,57 5,34 6,52
12 2,33 3,35 3,80 4,14 4,78 5,91
13 2,50 3,07 3,51 3,83 4,34 5,34
14 2,68 2,79 3,23 3,44 3,93 4,79
15 2,88 2,63 2,96 3,16 3,63 4,36
16 3,10 2,38 2,71 2,99 3,34 4,05
17 3,34 2,23 2,55 2,74 3,07 3,66
18 3,59 2,09 2,41 2,58 2,80 3,37
19 3,86 1,95 2,27 2,34 2,65 3,20
20 4,16 1,82 2,04 2,20 2,49 2,93
21 4,48 1,69 2,01 2,06 2,35 2,77
22 4,83 1,66 1,88 1,93 2,21 2,52
23 5,21 1,54 1,75 1,90 2,07 2,38
24 5,62 1,42 1,63 1,77 1,94 2,23
25 6,07 1,40 1,61 1,65 1,81 2,09
26 6,56 1,28 1,49 1,52 1,68 1,96
27 7,09 1,26 1,37 1,51 1,56 1,83
28 7,67 1,15 1,36 1,39 1,53 1,70
29 8,31 1,14 1,25 1,37 1,41 1,67
30 9,00 1,03 1,23 1,26 1,40 1,55
31 9,76 1,01 1,12 1,24 1,28 1,43
32 10,59 1,00 1,11 1,13 1,26 1,41
33 11,51 0,90 1,00 1,12 1,15 1,29
34 12,51 0,89 0,99 1,01 1,14 1,27
35 13,62 0,78 0,98 1,00 1,02 1,16
36 14,84 0,77 0,88 0,89 1,01 1,14
37 16,18 0,77 0,87 0,88 0,90 1,03
38 17,67 0,76 0,86 0,87 0,89 1,02
39 19,32 0,65 0,76 0,77 0,89 0,91
40 21,15 0,65 0,75 0,76 0,78 0,90
41 23,18 0,65 0,75 0,76 0,77 0,89
42 25,45 0,64 0,64 0,75 0,76 0,78
43 27,98 0,54 0,64 0,65 0,76 0,77
44 30,80 0,53 0,64 0,64 0,65 0,77
45 33,97 0,53 0,63 0,64 0,65 0,66
P
a
x
P
y
Hw
V=
Mmak(K -
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8
1,
1,
2,
2,
Pa
Pp
z
D
H
P
2
Kac2Pa
Gambar 2.12 Tekanan tanah awal pada sheet
pile kantilever yang dipancang dalam tanah
kohesif (Hardiyatmo, H., C., 2008)
Pada kondisi runtuh, tekanan tanah aktif
dinyatakan oleh :
Pa = ɤ z tg² (45°- ɤ/2)- 2c tg (45°- ᵠ/2)
Dan tekanan tanah pasif :
Pp = ɤ z tg² (45°+ ɤ/2)- 2c tg (45°+ ᵠ/2)
Karena pada tanah kohesif jenuh ᵠ = 0,
Ka = tg² (45°- ɤ/2) = 1
Kp = tg² (45°+ ɤ/2) = 1
Maka, untuk ᵠ = 0, Ka = Kp = 1
Dengan memperhatikan, tekanan tanah pasif di
depan sheet pile , secara umum dapat
dinyatakan oleh persamaan:
Pp = ɤ' (z - H) + 2c untuk z > H
Tekanan tanah aktif dari belakang sheet pile :
Pa = yz -2c
Dengan :
z = kedalaman tanah di bawah tanah asli
(permukaan tanah urug)
c = Cu = kohesi tanah pada kondisi
undrained
y = berat volume efektif (berat volume
basah hila tanah di atas muka
air dan berat volume terapung bila
terendam air)
H = tinggi tanah yang berada di atas dasar
galian
Bila tanah tidak homogen, berlapis atau
sebagian terendam air maka tekanan efektif
merupakan tekanan overburden efektif, yaitu q'
= ∑ɤi Hi (gunakan berat volume apung (ɤ') bila
tanah terendam air).
Karena kemiringan garis-garis tekanan aktif dan
pasif sama (berhubung Ka = Kp), tahanan netto
pada sisi depan sheet pile besamya akan
konstan untuk tanah yang berada di bawah
galian pada bagian sheet pile yang bergerak ke
kiri, yaitu :
Pp - Pa = 4c - ɤH = 4c - q'
Pada bagian bawah sheet pile di mana sheet
pile bergerak ke belakang, tahanan pasif neto
dinyatakan oleh :
Pp - Pa = ɤ z + q' + 2c - ɤ z + 2c = 4c + q'
Zona tanah lempung yang mengalami tarikan
diabaikan. Cara hitungan perancangan sama
dengan sheet pile kantilever pada tanah granuler.
Titik K dan kedalaman penembusan sheet pile
D dipilih sedemikian hingga harus memenuhi 2
kriteria:
1. Jumlah gaya-gaya horisontal sama dengan
nol.
2. Jumlah momen-momen pada sembarang
titik sama dengan nol.
Dari jumlah gaya-gaya horisontal sama dengan
nol (FH ) = 0:
Pa + (Pp' - Pp) = 0
(Pp' - Pp) = (z/2) (4c- q' + 4c + q') – D (4c - q')
= 4cz – D (4c - q')
Pa + 4cz – D (4c - q') = 0
Sehingga:
z = 𝐷 (4𝑐−𝑞′)− 𝑃𝑎
4𝑐
Jumlah momen pada sembarang titik sama
dengan nol,
Pa (ɤ + D) - (D²/2) (4c - q') + (z²/3) (4c) = 0
Dengan y = jarak resultan gaya-gaya tekanan
tanah aktif diatas dasar galian terhadap dasar
galian (titik A). Dengan melakukan
penyederhanaan, diperoleh persamaan untuk
menentukan kedalaman penetrasi sheet pile (D):
D² (4c - q') - 2D Pa – (𝑃𝑎 (12 𝑐𝑦+𝑃𝑎)
2𝑐+𝑞′ ) = 0
Untuk tanah urug yang berlapis-lapis q' =
∑yi.Hi dan bila ada bagian tanah yang tidak
terendam air, maka berat volume tanah di
bagian di atas air dipakai berat volume basah
(ɤb) atau kering (ɤd) (bila tanahnya kering).
Kedalaman penetrasi sheet pile yang dipakai
dalam pelaksanaan ditentukan
dengan mengalikan D hasil hitungan dengan 1,2
- 1,4.
Momen maksimum terjadi bila gaya lintang V =
0, diperoleh
Mmak = Pa (x+y)-(4c-q) (x) (𝑥
2)
Keseimbangan horisontal, ∑FH = 0:
Pa = (4c - q')x atau x = (𝑃𝑎
4𝑐−𝑞′)
Sehingga, Mmak = Pa [(𝑃𝑎
4𝑐−𝑞′ + 𝑦) −1
2
𝑃𝑎
4𝑐−𝑞′]
III. METODE PENELITAN
3.1. Objek Kajian
Dalam penyusunan tugas akhir ini yang
digunakan sebagai objek kajian yang dianalisis
adalah sheet pile beton terletak di Suka Jadi,
Kabupaten Tangerang. Sheet pile beton ini
dibangun pada tebing yang berada di pingiran
Kali Cisadane, supaya tidak terjadi longsor
diakibatkan terkikisnya dasar tebing pinggiran
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9
oleh aliran air sehingga dapat membahayakan
rumah-rumah warga yang berada diatasnya.
Sheet pile ini termasuk dinding penahan tanah
yang terbuat dari beton. Untuk mengontrol
gaya-gaya dalam yang bekerja pada sheet pile.
3.2. Lokasi Kajian
Lokasi objek terletak di Suka Jadi, Kabupaten
Tangerang.
Gambar 3.1 Lokasi Pekerjaan
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data-data yang
dibutuhkan memerlukan beberapa tahap untuk
penyelesaian proyek akhir ini antara lain
dengan :
3.3.1 Data Sekunder
a. Data Pengujian di Laboratorium dan
Lapangan
Data sekunder yang diprioritaskan adalah
dengan cara mengambil data hasil pengujian
tanah yang dilakukan di laboratorium Mekanika
Tanah dan Beton Teknik Sipil Universitas
Kristen Maranatha, Bandung, disertai dengan
melakukan observasi dilapangan pada sheet pile
beton Suka Jadi, Kabupaten Tangerang. Data
hasil pengujian tanah dapat dilihat dilampiran.
Gambar potongan pada lokasi yang akan di
bangun sheet pile beton pada gambar 3.2 :
Gambar 3.2 Potongan sheet pile beton
b. Metode Observasi
Dinding penahan tanah untuk perkuatan
tebing kali Cisadane menggunakan perkuatan
sheet pile. Data tanah yang dijadikan
parameter input dalam perhitungan
perencanaan dengan metode observasi ini
digunakan sebagai suatu pemahaman terhadap
objek yang dianalisis, sehingga secara pasti
tentang kondisi dan gambaran objek yang
dianalisis.
3.4. Metode Analisis
Setelah data-data yang diperlukan diperoleh,
kemudian dengan literatur yang relevan
dengan pembahasan tugas akhir ini serta
masukan-masukan dari dosen pembimbing,
maka data tersebut dianalisis secara manual
untuk mengetahui menghitung kedalaman
pemancangan sheet pile, panjang sheet pile,
tegangan aktif, tegangan pasif, gaya tekanan
aktif dan tekanan pasif.
3.4.1. Menghitung Tekanan Tanah Lateral
Mobilisasi tekanan-tekanan tanah terhadap hal
penting dalam perencanaan untuk
mempermudah perhitungan tekanan-tekanan
tanah. Ketelitian dalam menentukan besarnya
tekanan-tekanan tanah terhadap sheet pile
beton tersebut berpengaruh terhadap nilai
keamanan dan stabilitas konstruksinya.
Maka untuk mengetahui gaya horizontal yang
diakibatkan tekanan-tekanan tanah tersebut
dihitung koefisien tanah aktif dan tanah
pasifnya menggunakan teori Rankie atau
Coulomb untuk mengubah tekanan-tekanan
tanah tersebut menjadi gaya horizontal.
3.4.2. Menghitung gaya-gaya yang bekerja
pada Sheet Pile Beton
Tekanan aktif berusaha untuk mendorong
sheet pile menjauh dari tanah timbunannya
(back fill). Tekanan pasif didepan dan
dibelakang dinding sheet pile berusaha
menahan pergerakan. Kedua gaya inilah yang
diperhitungkan dalam perancangan dinding
sheet pile.
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
a. Sheet Pile Kantilever
Parameter tanah pada lokasi proyek
berdasarkan hasil pengujian di laboratorium
mekanika tanah dan beton Universitas Kristen
Maranatha, Bandung. Parameter yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10
Data Geometrik :
EL. Permukaan Tanah (h1) : + 0,9 m
EL. HWL (h2) : + 7,47 m
EL. NWL (h3) : + 6,45 m
Tinggi Total H (h1 + h2 + h3): + 8,37 m
Data-data tanah :
Lapis 1 (Clay) :
Berat volume tanah (γ) : 1,594 ton/m3
Berat volume tanah (γ sat) : 1,795 ton/m3
Kohesi (c) : 3,5 ton/m2
Sudut geser dalam tanah (ᴓ) : 0,408°
Lapis 2 (Clay) :
Berat volume tanah (γ) : 1,227 ton/m3
Berat volume tanah (γ sat) : 1,515 ton/m3
Kohesi (c) : 3,67 ton/m2
Sudut geser dalam tanah (ᴓ) : 0,427 °
Koefisien Tegangan Lateral (Rankine)
Koefisien tegangan tanah lapis 1 (clay) :
Ka1 = tan2 (45 - /2)
= tan² (45 – 0,408/2) = 0,992
Kp1 = tan2 (45 + /2)
= tan² (45 + 0,408/2) = 1,007
Koefisien tegangan tanah lapis 2 (clay) :
Ka2 = tan2 (45 - /2)
= tan² (45 – 0,427/2) = 0,992
Kp2 = tan2 (45 + /2)
= tan² (45 + 0,427/2) = 1,007
4.2. Sheet Pile Kantilever Kondisi High
Water Level
Perhitungan tegangan tanah lateral lapis 1:
Tanah aktif Free Body :
Untuk z = 0
q = 0
σa1 = x z x Ka1 + q x Ka1 – 2 x c1 x √Ka1
= 1,594 x 0 x 0,992 + 0 x 0,992 – 2 x
3,5 x √0,992 = - 6,971 t/m2
Untuk z = h1
σa2 = x z x Ka1 + q x Ka1 – 2 x c1 x √Ka1
= 1,594 x 0,9 x 0,992 + 0 x 0,992 – 2 x
3,5 x √0,992 = - 5,548 t/m2
Tanah aktif High Water Level :
Untuk z = 0 m
q1 = 1,594 x 0,9 = 1,434 t/m2
σa3 = (sat - water) x z x Ka1 + q1 x Ka1 – 2
x c1 x √Ka1
= (1,795 – 1) x 0 x 0,992 + 1,434 x
0,992 – 2 x 3,5 x √0,992
= - 5,548 t/m2
Untuk z = h2
σa4 = (sat - water) x h1 x Ka1 + q1 x Ka1 –
2 x c1 x √Ka1
= ((1,795 - 1) x 7,47 x 0,992) + 1,434 x
0,992 – 2 x 3,5 x √0,992 = 0,342 t/m2
Tanah pasif Lapis 2:
Untuk z = 0
q2 = (1,594 x 0,9) + ((1,795 - 1) x 7,47) =
7,373 t/m2
σa5 = (sat - water) x z x Ka2 + q2 x Ka2 – 2
x c2 x √Ka2
= ((1,515 - 1)x 0 x 1,007) + 7,737 x
1,007 – 2 x 3,67 x √1,007 = -7,912 t/m2
σp5 = (sat - water) x z x Kp2 + 2 x c2 x
√Kp2
= ((1,515 - 1) x 0 x 1,007) + 2 x 3,67 x
√1,007 = 7,365 t/m2
σ Netto5 = σa5 – σp5
= (-7,912) – 7,365 = -15,277 t/m2
Untuk z = D
σa6 = (sat - water) x z x Ka2 + q2 x Ka2 –
2 x c2 x √Ka2
= ((1,515 - 1) x D x 1,007) + 7,737 x
1,007 + 2 x 3,67 x √1,007 = 14,957 t/m2
σp6 = (sat - water) x z x Kp2 + 2 x c2 x
√Kp2
= ((1,515 - 1) x D x 1,007) + 2 x 3,67 x
√1,007 = 7,365 t/m2
σ Netto 6= σa6 – σp6
= 14,957 – 7,365 = 7,595 t/m2
Perhitungan tekanan tanah aktif total
Tekanan tanah pada kedalaman dasar galian
Luasan tegangan tanah lateral
q1 = 1,594 x 0,9 = 1,434 t/m2
Zc = (2 x C1) + q
ɤ1 √ka =
(2 x 3,5) + 1,434
1,795 x √0,992 = 4,717 m
Pa1 = ½ x (h1 – zc) x σa4 = ½ x (7,47 – 4,717) x
0,342 = 0,470 t/m
Ypa1 = 1/3 x (h1 – zc) = 1/3 x (7,47 – 4,717) =
0,916 m
Ma = Pa1 x Ypa1 = 0,470 x 0,916 = 0,430 t.m
Mencari kedalaman pemancangan D :
Subtitusi 1 :
D = −0,928
−0,363 = 2,556 m
Subtitusi 2 :
Z = −0,928
−0,503 = 1,844 m
Untuk faktor keamanan nilai D dikali 1,7
Nilai D dikali 1,7
D = 1,7 x 2,556 m
= 4,345 m 5 m
Panjang total = D + H
= 5 + 8,37
= 13,37 m
Mx = -Pa1 x (Ypa1 + x) + (σ Netto5 x) x (½ x)
Mx = -0,928 x (0,618 + x) – ((-15,277) x) x (½
x)
x1 = 0,712 m
Mmaks= -Pa1 x (Ypa1 + x) + (σ Netto5 x) x
(½ x)
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 11
= ((-0,928) x (0,618 + 0,712)) + ((-15,277)
x 0,712) x (½ x 0,712) = 5,106 t.m
Mx= ((σ Netto5 + σ Netto6) (1/3 x z + x)) +
(σ Netto5 (1/2 x))
= ((-15,277) + 7,595) (1/3 x 7,496 + x) + (-
15,277) (1/2 x)
x2 = 1,844 m
Mmaks= ((σ Netto5 + σ Netto6) (1/3 x z)) +
(σ Netto5 (1/2 x))
= (((-15,277) + 7,595)) (1/3 x 1,844) + (-
15,277) (1/2 1,844) = 18,802 t.m
4.3. Sheet Pile Kantilever Kondisi Normal
Water Level
Data Geometrik :
EL. Permukaan Tanah (h1 = h2 - h3) : + 1,92 m
EL. HWL (h2) : + 7,47 m
EL. NWL (h3) : + 6,45 m
Tinggi Total H (h1 + h2 + h3) : + 8,37 m
Data-data tanah :
Lapis 1 (Clay) :
Berat volume tanah (γ) : 1,594 ton/m3
Berat volume tanah (γ sat) : 1,795 ton/m3
Kohesi (c) : 3,5 ton/m2
Sudut geser dalam tanah (ᴓ) : 0,408°
Lapis 2 (Clay) :
Berat volume tanah (γ) : 1,227 ton/m3
Berat volume tanah (γ sat) : 1,515 ton/m3
Kohesi (c) : 3,67 ton/m2
Sudut geser dalam tanah (ᴓ) : 0,427 °
Koefisien Tegangan Lateral (Rankine)
Koefisien tegangan tanah lapis 1 (clay) :
Ka1 = tan2 (45 - /2)
= tan² (45 – 0,408/2) = 0,992
Kp1 = tan2 (45 + /2)
= tan² (45 + 0,408/2) = 1,007
Koefisien tegangan tanah lapis 2 (clay) :
Ka2 = tan2 (45 - /2)
= tan² (45 – 0,427/2) = 0,992
Kp2 = tan2 (45 + /2)
= tan² (45 + 0,427/2) = 1,007
Perhitungan tegangan tanah:
Tanah aktif :
Untuk z = 0
q = 0
σa1 = x z x Ka1 + q x Ka1 – 2 x c1 x √Ka1
= 1,594 x 0 x 0,992 + 0 x 0,992 – 2 x 3,5 x
√0,992 = -6,971 t/m2
Untuk z = h1
σa2 = x z x Ka1 + q x Ka1 – 2 x c1 x √Ka1
= 1,594 x 1,92 x 0,992 + 0 x 0,992 – 2 x
3,5 x √0,992 = -3,935 t/m2
Tanah aktif Normal Water Level :
Untuk z = 0
q = 1,795 x 1,92 = 3,446 t/m2
σa3 = (sat - water) x z x Ka1 + q x Ka1 – 2 x
c1 x √Ka1
= (1,795-1) x 0 x 0,992 + 3,446 x 0,992
– 2 x 3,5 x √0,992 = -3,935 t/m2
Untuk z = h3
σa4 = (sat - water) x h2 x Ka1 + q x Ka1 – 2 x
c1 x √Ka1
= (1,795-1) x 6,45 x 0,992 + 3,446 x 0,992
– 2 x 3,5 x √0,992 = 1,533 t/m2
Tanah pasif Lapis 2:
Untuk z = 0
q2 = (1,594 x 1,92) + ((1,795 - 1) x 6,45) =
8,188 t/m2
σa5 = (sat - water) x z x Ka2 + q2 x Ka2 – 2 x
c2 x √Ka2
= (1,515 - 1) x 0 x 0,992 + 8,188 x 0,992 –
2 x 3,67 x √0,992
= 0,811 t/m2
σp5 = (sat - water) x z x Kp2 + 2 x c2 x √Kp2
= (1,515 - 1) x 0 x 1,007 + 2 x 3,67 x
√1,007 = 7,365 t/m2
σ Netto5 = σa5 – σp5
= 0,811 - 7,365 = -6,554 t/m2
Untuk z = D
σa6 = (sat - water) x z x Ka2 + q2 x Ka2 – 2 x
c2 x √Ka2
= (1,515 - 1) x D x 0,992 + 8,188 x 0,992
+ 2 x 3,67 x √0,992 = 1,322 t/m2
σp6 = (sat - water) x z x Kp2 + 2 x c2 x √Kp2
= (1,515 - 1) x D x 1,007 + 2 x 3,67 x
√1,007 = 7,365 t/m2
σ Netto6= σa6 – σp6
= 7,365 – 1,322 = 6,042 t/m2
Luasan tegangan tanah lateral :
q = 1,594 x 1,92 = 3,060
Zc = 2 x C1+ q
ɤ1 √ka =
2 x 3,5 + 3,060
1,795 x √0,992 = 5,627 m
Pa1 = ½ x (h2 – zc) x σa4 = ½ x (6,45 – 5,627)
1,533 = 0,630 t/m
Ypa1 = 1/3 x (h1 – zc) = 1/3 x (6,45 – 5,627) =
0,274 m
Ma = pa1 x ypa1 = 0,172 t.m
Mencari kedalaman pemancangan D :
∑ H = 0
-Pa1 + (σ Netto5 x D) - ½ x z (σ Netto6 - σ
Netto5) = 0
-0,630 + ((-6,554) x D) - ½ x z (6,042 – (-6,554)
= 0
-0,630 + (-6,554) D - 12,596 z = 0
Pers. 1
∑ MB = 0
D = −4,466
−0,630 = 7,088 m
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 12
Subtitusi 2 :
z = −3,047
−0,630 = 5,349 m
Dari persamaan tersebut diperoleh :
D = 7,088 m
Untuk faktor keamanan nilai D dikali 1,7
Nilai D dikali 1,7
D = 1,7 x 7,088 m
= 12,049 m 12 m
Panjang total = D + H
= 12 + 8,37
= 20,37 m
Jadi diperoleh total panjang sheet pile beton
sebesar 20,37 m, maka dihitung momen
maksimum :
Mx = -Pa1 (Ypa1 + x) + (σ Netto5 x) (½ x)
= -0,630 (0,274 + x) + (((-6,554) x) (½
x))
x1 = 0,12 m
Mmaks = -Pa1 x (Ypa1 + x) + ((σ Netto5 x) x
(½ x))
= -0,630 x (0,274 + 0,12) + (((-6,554) x
0,12) x (½ x 0,12))
= 0,295 t.m
Mx = ((σ Netto5 + σ Netto6) (1/3 x z + x)) +
(σ Netto5 (1/2 x))
= ((-6,554) + 6,042) (1/3 x 2,632 + x) –
(-6,554) (1/2 x)
x2 = 6,968 m
Mmaks = ((σ Netto5 - σ Netto6) (1/3 x)) + (σ
Netto5 (1/2 x))
= (((-6,554) – 6,042) (1/3 5,349) + (-
6,554) (1/2 5,349)
= 6,393 t.m
Dari perhitungan dua kasus High Water Level
dan Normal Water Level didapatkan dalam
pemancangan D dan Momen Maksimum
untuk High Water Level sebesar 2,556 m dan
18,802 t.m, untuk Normal Water Level
sebesar 7,088 m dan 6,393 t.m. Diambil D
terbesar 7,088 m dan Momen Maksimum
yang terbesar 18,802 t.m. Maka dipilih sheet
pile beton Wika FPC (Flat Prestressed
Concrete) tipe FPC-320-G-500 dengan
Bending Moment Ultimate 19,61 t.m.
Tabel 4.1 Profil Wika beton
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan analisis diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari perhitungan dua kasus High Water
Level dan Normal Water Level didapat
kedalaman pemancangan D untuk High Water
Level sebesar 2,556 m lalu dikali dengan
faktor keamanan sebesar 1,7 didapatkan 4,345
m dan ditambah dengan tinggi H menjadi
13,37 m, untuk Normal Water Level sebesar
7,088 m lalu dikali dengan faktor keamanan
sebesar 1,7 didapatkan 12,049 m dan
ditambah dengan tinggi H menjadi 20,37 m.
2. Dari hasil perhitungan dalam dua kasus
yaitu High Water Level dan Normal Water
Level didapat momen maksimum sebesar
18,802 ton.m dan 6,393 ton.m, sebaiknya
digunakan yang terbesar yaitu 18,802 ton.m.
Maka dipilih sheet pile beton Wika FPC (Flat
Prestressed Concrete) tipe FPC-320-G-500
dengan Bending Moment Ultimate 19,61 t.m
dari tabel profil Wika beton.
5.2. Saran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
perhitungan dinding penahan tanah utamanya
sheet pile beton dimuat dalam saran-saran
berikut :
1. Perhitungan tekanan air, tanah serta beban-
beban yang lain harus diperhitungkan
dengan baik dalam suatu perencanaan
dinding penahan tanah, terutama sheet pile
agar tidak menimbulkan kerugian bahkan
korban jiwa dikemudian hari.
2. Penggunaan material sebaiknya dipilih
dengan baik untuk pengefisienan material
dan biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Alam N, 2012 “Penelitian Kedalaman
Turap Berangker Sebagai Panahan Tanah
Timbunan Pada Perumahan The
Mutiara”, Makassar: Universitas
Hasanuddin
Hardiyatmo, H., C., 2008, “Teknik
Pondasi II, edisi II”, Yogyakarta,
Universitas Gadjah Mada
Jamin M, 2017, “Turap (Sheet Pile) PPT”
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
Nakazawa K DKK, 2000 “Mekanika
Tanah dan Teknik Pondasi” Cet.7.
Jakarta: Pradnya Paramita
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan 13
Panguriseng D, 2001 “Stabilisasi Tanah”,
Makassar: Universitas 45 Makassar
Sholeh Moch. 2008, “Buku Ajar Rekayasa
Pondasi”. Malang: Politeknik Negeri
Malang
Yuliet Rina, Oktober 2014, “Studi
Stabilitas Turap Beton Pada Sungai Anai
Kabupaten Padang Pariaman”. Jurnal
Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil
Universitas Andalas Padang.
BIODATA PENULIS
1. Candra Hadi Putra, ST. Alumni (2017)
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Pakuan.
2. Ir. Hikmad Lukman., MT Staf Dosen
Pengajar Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pakuan.
3. Dr. Ir. Titik Penta A., MT, Staf Dosen
Pengajar Program Studi Teknik Sipil
Universitas Pakuan