Analisa di Balik Penyadapan Australia terhadap Indonesia

21
Nadia Fausta (14/363708/SP/26060) Analisa Di Balik Penyadapan Australia terhadap Indonesia A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia tidak selalu stabil. Hubungan bilateral ini cenderung fluktuatif lengkap dengan pasang-surut kedekatannya yang dipengaruhi berbagai hal. Kasus yang terbilang masih hangat yang sempat menggemparkan hubungan kedua negara tersebut adalah kasus penyadapan yang dilakukan oleh badan intelejen Australia terhadap para petinggi negara Indonesia yang terkuak pada tahun 2013 silam. Kepercayaan yang selama ini dibina di antara kedua negara menjadi berkurang dan dipertanyakan lagi esensi dan keperluannya. Dalam kasus ini Indonesia merasa Australia tidak menghargai kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang merdeka. Di sisi lain, beberapa kalangan Pemerintah Australia berkata bahwa spionase adalah hal yang biasa dilakukan dalam hubungan negara-negara (Saputra, Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan Penyadapan oleh Australia, 3) dan berkata bahwa Indonesia terlalu berlebihan dalam menyikapi kasus ini. 1

Transcript of Analisa di Balik Penyadapan Australia terhadap Indonesia

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Analisa Di Balik Penyadapan Australia terhadap Indonesia

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia

tidak selalu stabil. Hubungan bilateral ini cenderung

fluktuatif lengkap dengan pasang-surut kedekatannya yang

dipengaruhi berbagai hal. Kasus yang terbilang masih hangat

yang sempat menggemparkan hubungan kedua negara tersebut

adalah kasus penyadapan yang dilakukan oleh badan intelejen

Australia terhadap para petinggi negara Indonesia yang terkuak

pada tahun 2013 silam. Kepercayaan yang selama ini dibina di

antara kedua negara menjadi berkurang dan dipertanyakan lagi

esensi dan keperluannya. Dalam kasus ini Indonesia merasa

Australia tidak menghargai kedaulatan Indonesia sebagai sebuah

negara yang merdeka. Di sisi lain, beberapa kalangan

Pemerintah Australia berkata bahwa spionase adalah hal yang

biasa dilakukan dalam hubungan negara-negara (Saputra,

Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan

Penyadapan oleh Australia, 3) dan berkata bahwa Indonesia

terlalu berlebihan dalam menyikapi kasus ini.

1

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Indonesia sudah mengambil beberapa tindakan seperti

mengirim surat kepada Perdana Menteri Australia, Tonny Abbott,

untuk meminta penjelasan, sikap resmi, dan tanggung jawab

terkait isu penyadapan itu (TribunNews.com 2013). Meski pada

akhirnya Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop,

menyatakan penyesalan (Waluyo 2013) namun pada awalnya

Australia, melalui Abbott, tidak mau meminta maaf namun juga

tidak mengelak bahwa penyadapan ini benar-benar terjadi

(Liputan 6 2013). Indonesia mengambil sikap untuk menghentikan

beberapa kerjasama dengan Australia untuk sementara hingga

mendapatkan penjelasan resmi dari Pemerintah Australia

mengenai penyadapan ini. Tindakan Indonesia tersebut terkesan

“menggantung” dan tidak tegas, karena hanya menghentikan

kerjasama secara sementara alih-alih secara permanen. Jika

memang Indonesia merasa diremehkan, seharusnya Indonesia

mengambil sikap yang lebih berani dan menunjukkan power yang

dimilikinya. Indonesia cenderung terlihat sangat lunak dan

terlalu mudah memaafkan tindakan krusial yang dilakukan

Australia ini menyangkut kedaulatannya sendiri. Kasus ini

menjadi sangat penting untuk dibicarakan karena ini menyangkut

kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara yang dengan

2

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

mudahnya “diremehkan” oleh negara dekatnya dengan tindakan

penyadapan. Dan hal yang menjadi latar belakangnya perlu

ditelaah lebih lanjut agar kita mengetahui apa motif dari

tindakan penyadapan ini dan agar dapat dijadikan pelajaran

bagi aktor-aktor dalam hubungan internasional sehingga dapat

melakukan tindakan preventif agar tidak menjadi korban untuk

kasus serupa.

2. Rumusan Masalah

Sikap Indonesia yang dinilai terlalu lunak dan sikap

Australia yang cenderung santai dalam menyikapi kasus ini

membuat kita semakin penasaran dan bertanya-tanya apa yang

sebenarnya terjadi? Dan satu pertanyaan yang sangat mendasar

yang akan penulis bahas lebih lanjut dalam makalah ini yaitu;

apa latar belakang Australia melakukan tindakan penyadapan

terhadap Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis

menggunakan perspektif interest, institution, dan economy dalam

menelaah hipotesa-hipotesa. Penulis menggunakan metode studi

literatur dalam tulisan ini.

B. TINJAUAN PUSTAKA

3

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Penulis mengambil beberapa bacaan dengan topik terkait

untuk dijadikan sebagai rujukan hipotesa. Bacaan-bacaan

tersebut terdiri dari antara lain skripsi yang disusun oleh

Chintya Magdalena Sinaga, lulusan Jurusan Hubungan

Internasional Universitas Hasanuddin, dengan judul Dinamika

Hubungan Australia-Indonesia dalam Bidang Politik. Sebuah penelitian yang

disusun Dodi Saputra, mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional

Universitas Riau, dengan judul Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam

Menyikapi Tindakan Penyadapan oleh Australia juga dijadikan rujukan.

Selain itu penulis juga merujuk pada jurnal Australia’s Relations with

Indonesia: Progress despite economic and socio-cultural constrains? yang

diterbitkan Australian National University.

Dalam skripsi dengan judul Dinamika Hubungan Australia-Indonesia

dalam Bidang Politik dikatakan bahwa Indonesia memandang hubungan

dengan Australia tidak begitu penting, sementara Australia

menganggap ancaman-ancaman terhadap negaranya berasal dari

utara sehingga Australia memandang Indonesia sebagai negara

penyangga (buffer-state) terhadap ancaman-ancaman yang

dikhawatirkan Australia. Australia menganggap kerjasama dengan

Indonesia sangatlah menguntungkan. Dengan demikian Australia

sering membantu Indonesia dalam berbagai bidang.

4

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Dikatakan pula dalam skripsi tersebut bahwa Australia

membantu Indonesia untuk membantu dirinya sendiri. Australia

tidak ingin Indonesia jatuh ke tangan suatu pemerintahan yang

komunis atau negara asing yang bermusuhan dengan Australia.

Australia juga berusaha membuat Indonesia terbuka dalam hal

wilayah maritimnya karena menyangkut kepentingan Australia.

Semua langkah yang dilakukan Australia ini sesuai dengan

strategi pertahanan Australia yang melihat jauh ke depan

(Forward Defence Strategy).

Pada penelitian Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi

Tindakan Penyadapan oleh Australia juga disinggung mengenai

interdependensi Australia kepada Indonesia. Australia

menganggap penyadapan adalah hal yang biasa dilakukan negara-

negara. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa salah satu mantan

Duta Besar Australia untuk Indonesia mengaku dalam biografinya

bahwa Australia secara rutin memecahkan dan membaca sandi

diplomatik Indonesia sejak pertengahan 1950. Di lain hal,

salah satu pejabat intelejen pertahanan Australia mengatakan

Australia juga memantau sistem komunikasi Angkatan Laut dan

Militer Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menilai keseriusan

Indonesia untuk mencegah penyelundupan manusia atau orang-

5

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

orang yang mencari suaka ke Australia. Selain itu, yang

mungkin menjadi latar belakang kasus penyadapan ini adalah

semboyan salah satu dinas intelejen Australia: Reveal their secrets,

protect our own. Semboyan ini menjadi semacam doktrin untuk

menggali informasi dari negara lain hingga di luar batas,

dalam kasus ini dengan melakukan penyadapan.

Tidak jauh berbeda dengan pokok bahasan dua literatur

sebelumnya, jurnal Australia’s Relations with Indonesia: Progress despite

economic and socio-cultural constrains? juga menyebutkan bahwa Indonesia

dianggap sebagai negara penting bagi Australia. Australia

mendekati Indonesia yang memiliki peran dalam ASEAN dan

dianggap dapat menjadi partner yang menguntungkan peran

Australia dalam APEC.

Namun ketiga literatur tersebut melupakan atau tidak

membahas secara mendalam beberapa poin yang mungkin juga

melatarbelakangi kasus penyadapan Australia kepada Indonesia

di tahun 2009. Yaitu peran Amerika Serikat dalam kasus ini.

Padahal dalam literatur skripsi yang disebutkan di atas

menyebutkan bahwa Amerika Serikat adalah sekutu alamiah

Australia sejak tahun 1939. Pada literatur penelitian juga

menyebutkan bahwa Australia adalah wakil polisi dunia Amerika

6

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Serikat di kawasan Asia Pasifik. Disebutkan pula bahwa kasus

penyadapan ini memiliki nama sandi Reprieve yang merupakan

bagian dari program intelejen Lima Mata di mana Amerika

Serikat adalah salah satu anggotanya.

Poin lain yang lepas dari perhatian literatur-literatur

di atas, terutama literatur penelitian yang disebutkan, yaitu

peran-peran atau kedudukan orang-orang yang menjadi target

penyadapan. Pada penelitian tersebut ditampilkan daftar target

penyadapan beserta kedudukannya pada saat itu. Mereka adalah

orang-orang dekat Presiden RI dan memiliki peran yang terfokus

pada bidang urusan luar negeri, ekonomi, serta hukum dan HAM.

Padahal jika ditelaah lebih lanjut, bisa saja Australia

memiliki maksud lain dengan menargetkan orang-orang dekat

Presiden dengan posisi-posisi tertentunya.

C. HIPOTESIS

Penjelasan dari ketiga literatur yang ditinjau memiliki

beberapa hal yang belum diungkapkan secara mendalam. Selain

karena kepentingan dari dalam negara Australia sendiri, kasus

penyadapan ini juga dilatarbelakangi oleh kepentingan Amerika

Serikat yang “membonceng” Australia dalam usaha memperoleh

7

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

informasi yang dibutuhkannya. Karena dalam salah satu

literatur yang ditinjau disebutkan bahwa Australia adalah

wakil polisi dunia Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik,

dan beberapa alasan lain yang penulis coba telaah dalam

tulisan ini. Selain itu, kepentingan yang melatarbelakangi

tindakan penyadapan tersebut menyangkut urusan ekonomi, hukum

dan HAM, serta urusan luar negeri mengingat target penyadapan

adalah orang-orang yang memiliki posisi penting dalam bidang-

bidang tersebut di samping Presiden.

D. PEMBAHASAN

Mendengarkan atau memperoleh informasi rahasia tanpa

sepengetahuan orang yang bersangkutan, atau penyadapan,

ternyata dapat terjadi dalam hubungan internasional. Bahkan

antarnegara yang memiliki hubungan dekat sekalipun penyadapan

dapat terjadi. Seperti yang dilakukan Australia terhadap

Indonesia. Penyadapan ini dilakukan oleh badan intelejen

Australia Defence Signal Directorate (DSD) pada bulan Agustus

tahun 2009. DSD menyadap Presiden Indonesia, Susilo Bambang

Yudhoyono, sebanyak 15 kali. Selain SBY, berdasarkan bukti

slides rahasia Departemen Pertahanan Australia yang berjudul “IA

Leadership Targets + Handsets”, ada 9 orang lainnya yang

8

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

menjadi target penyadapan. Target lainnya adalah Ani Yudhoyono

sebagai Ibu Negara, Wakil Presiden Boediono, mantan Wapres

Jusuf Kalla, mantan Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar

Negeri Dino Patti Djalal, mantan Juru Bicara Kepresidenan Andi

Mallarangeng, mantan Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa,

mantan Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati,

mantan Menteri Koor. Politik Hukum dan HAM Widodo A.S., dan

mantan Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil (Saputra 2014).

Penyadapan ini terungkap berdasarkan informasi rahasia

yang dibocorkan oleh mantan konsultan Badan Keamanan Nasional

(NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden. Informasi tersebut

mengatakan bahwa ada 90 negara, termasuk Indonesia, yang

disadap badan intelejen Amerika Serikat dan Australia (Saputra

2014). Sementara Indonesia sendiri mengetahui tentang

penyadapan ini dari media massa Australia, The Sydney Morning

Herald dan The Guardian pada hari Senin 18 November 2013. Dalam

media tersebut dikatakan bahwa pada bulan Agustus 2009

Australia berusaha mencegat dan menyadap panggilan telepon

dari Thailand yang masuk ke ponsel Presiden SBY (Viva News

2014). Sejak mengetahui tindakan tersebut, Indonesia segera

meminta penjelasan dari pihak Australia dan menghentikan

9

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

beberapa kerjasama untuk sementara. Sedangkan pihak Australia

beranggapan Indonesia berlebihan dalam menyikapi hal ini.

Terlepas dari sikap masing-masing pihak setelah kasus

penyadapan ini terungkap, tentu terdapat hal-hal yang

melatarbelakangi terjadinya penyadapan ini. Menurut tiga

literatur yang penulis tinjau; Dinamika Hubungan Australia-Indonesia

dalam Bidang Politik, Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan

Penyadapan oleh Australia, dan Australia’s Relations with Indonesia: Progress

despite economic and socio-cultural constrains?, semua menekankan pada

asumsi bahwa yang melatarbelakangi penyadapan ini adalah

interdepedensi Australia terhadap Indonesia. Dalam literatur

penelitian Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan

Penyadapan oleh Australia disebutkan -- meskipun tidak dijelaskan

lebih lanjut, ada peran Amerika dalam kasus ini. Penulis

setuju bahwa peranan Amerika juga menjadi salah satu hal yang

melatarbelakangi kasus penyadapan ini. Selain itu berdasarkan

posisi atau jabatan target-target penyadapan, tentu ada hal

lain yang ingin digali informasinya oleh Australia yang juga

menjadi latar belakang tindakan penyadapannya kepada

Indonesia.

1. Keterlibatan Amerika Serikat

10

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Kedekatan Australia dengan Amerika Serikat (AS) bukan

baru-baru ini terjadi dan faktor sejarah juga berpengaruh pada

tindakan masa kini. Sejak berakhirnya Perang Dunia II,

Australia dikenal sebagai aliansi AS terutama dalam hal

antikomunis. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri John

Howard, Australia mendekatkan diri pada AS dan menempatkan

Australia sebagai “Deputy Sherif Amerika Serikat di kawasan Asia”

(Mar'iyah, PhD 2005). Prof. Dr. Salim Said, MA, MAIA, seorang

pengamat militer yang juga mantan Duta Besar RI untuk Republik

Ceko, dalam wawancaranya dengan JPNN (JPNN 2013) mengatakan,

“Saya curiga, ini bagian dari penyadapan global yang

dilakukan Amerika. Australia itu bekerja untuk Amerika.

Amerika ingin tahu banyak tentang Indonesia dan Australia

punya alat sadap yang canggih untuk meng-cover Indonesia.

Ingat, Australia itu pembantu Amerika untuk wilayah Asia

Tenggara. Amerika senang atas kesediaan Australia menjadi

pembantunya.”

Dengan menggunakan perspektif interest berdasarkan beberapa

argumen mengenai kedekatan Australia dengan AS di atas, tidak

menutup kemungkinan bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan

tersendiri di wilayah Asia Pasifik dan memanfaatkan

11

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

hubungannya dengan Australia untuk memperoleh banyak informasi

demi mencapai kepentingannya tersebut. Tindakan penyadapan

oleh AS yang “membonceng” Australia ini merupakan langkah awal

dari rencana atau tindakan lebih besar yang akan dilakukan AS

di wilayah Asia Pasifik. Asumsi menurut Connie Rahakundini

Bakrie, Pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas

Indonesia, AS memiliki kepentingan dan ingin menguasai sumber

daya alam dan jalur perdagangan di kawasan Asia Pasifik.

Bahkan menurut Prof. Ann Marie Murphy, peneliti senior

di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University, AS akan menurunkan

60 persen kekuatan Angkatan Lautnya ke Asia Pasifik (pangkalan

militernya berada di Australia). Mengapa Indonesia yang

menjadi target penyadapan? Karena menurut AS, Indonesia adalah

perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara dan berperan

penting dalam ASEAN. Mengenai hal ini, Indonesia segera

tanggap dan meminta penjelasan terkait pembangunan pangkalan

militer AS di dekat wilayah Indonesia.

Menilik dari perspektif economy dan institution, seperti yang

telah disebutkan sebelumnya bahwa Amerika Serikat (AS) ingin

menguasai jalur perdagangan di kawasan Asia Pasifik.

12

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Keterikatan Australia dengan AS pada perjanjian dagang AUSFTA1

mungkin juga bisa menjadi alasan mengapa Australia mau

diboncengi AS dalam penyadapan ini. Selain itu keterlibatan AS

dalam APEC2, di mana Australia dan Indonesia juga menjadi

anggotanya, menyiratkan bahwa AS memiliki kepentingan ekonomi

di kawasan Asia Pasifik yang terinstitusi. Hal ini kembali

menegaskan adanya keterlibatan AS yang “membonceng” Australia

dalam kasus penyadapan terhadap Indonesia untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan demi mencapai kepentingannya.

2. Target Penyadapan

Target penyadapan yang dilakukan badan intelejen

Australia terhadap Indonesia bukanlah sembarang orang. Seperti

yang telah disebutkan sebelumnya mereka adalah orang-orang

yang memiliki kedudukan penting di pemerintahan Indonesia pada

kala itu. Yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa

Australia fokus pada target yang memiliki posisi penting di

bidang ekonomi, hukum dan HAM, serta urusan luar negeri?

Ternyata penetapan target tersebut bukan sembarang target.

Australia memang memiliki kepentingan tersendiri yang

1 Australia-United States Free Trade Agreement 2 Asia Pacific Economic Coorporation (APEC) adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik.

13

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

menyangkut Indonesia terutama dalam bidang-bidang tersebut.

Dalam Sydney Morning Herald dituliskan bahwa Kedutaan Australia di

Jakarta fokus mengumpulkan data intelejen bidang politik,

diplomasi, dan ekonomi.

Australia dan Indonesia memiliki kepentingan mendasar

dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dan kerjasama (Soesastro dan

McDonald 1995). Penduduk Indonesia yang lebih banyak tentu

dilihat sebagai peluang pangsa pasar yang bagus bagi

Australia. Posisi strategis Indonesia yang “mengangkangi”

jalur perdagangan Australia menjadi sangat penting bagi

Australia. Australia memandang Indonesia adalah sebuah negara

yang penting dan tingkat interdepedensi Australia terhadap

Indonesia tinggi. Namun sebaliknya, Indonesia tidak sepenuhnya

bergantung pada Australia. Australia bukan lah investor

terbesar bagi Indonesia. Bagaimana dengan impor daging yang

selama ini dilakukan Indonesia dari Australia? Indonesia bisa

saja merubah orientasi impor dagingnya dari Australia ke India

atau negara-negara lainnya. Hal ini membuat Australia takut

jika Indonesia tidak lagi atau menurunkan intensitas kerja

sama dengannya karena Australia tidak begitu penting bagi

Indonesia.

14

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Mengenai penyadapan petinggi negara Indonesia yang

memiliki posisi penting di bidang hukum dan HAM serta urusan

luar negeri, hal ini bisa saja berkaitan dengan hubungan

Indonesia dengan Timor Timur di mana menurut Australia selama

25 tahun Timor Timur masih di bawah pemerintahan Indonesia,

Indonesia telah melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur.

Banyak terjadi pembunuhan terhadap penduduk Timor Timur dan

banyak yang kehilangan rumahnya. Saat ini tentara Australia

memiliki misi khusus dalam menjaga perdamaian di Timor Timur.

Bisa jadi hal ini yang melatarbelakangi Australia juga

menyadap Widodo A.S. yang pada waktu itu menjabat menjadi

Menteri Koorinator Hukum dan HAM serta Dino Patti Djalal yang

pada masa itu menjabat sebagai Juru Bicara Kepresidenan Bidang

Luar Negeri. Meski demikian, belum ada bukti yang cukup kuat

untuk mendukung argumen ini. Hanya saja dalam Sydney Morning

Herald dikatakan bahwa yang menjadi fokus pengumpulan data

intelejen oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta juga

mencakup bidang politik dan diplomasi.

E. PENUTUP

Kasus penyadapan yang dilakukan oleh intelejen Australia

terhadap petinggi negara Indonesia pada bulan Agustus 2009

15

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

lalu dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Australia ingin

mengetahui keseriusan Indonesia dalam menyikapi hubungan

bilateral kedua negara. Dikarenakan tingkat interdepedensi

Australia terhadap Indonesia tinggi, namun tidak sebaliknya,

Australia takut untuk “kehilangan” Indonesia. Indonesia

menjadi negara yang begitu penting bagi Australia dalam

berbagai bidang seperti ekonomi dan keamanan. Maka dari itu

Australia menargetkan untuk menyadap Sri Mulyani Indrawati

yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator

Perekonomian Indonesia. Di bidang keamanan, bagi Australia

Indonesia adalah buffer-state yang menahan ancaman dari utara jika

ada yang ingin menyerang Australia.

Selain itu, keikutsertaan Amerika Serikat yang

“membonceng” Australia dalam penyadapan ini juga benar.

Kedekatan hubungan dengan Australia membuat AS dengan mudah

“membonceng” Australia dalam melakukan penyadapan terhadap

Indonesia untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya demi

mencapai kepentingan nasionalnya di kawasan Asia Pasifik.

Pendapat ini telah didukung oleh beberapa fakta tentang

kepentingan AS di Asia Pasifik dan beberapa pendapat ahli.

Namun mengenai mengapa Australia menargetkan mantan Menteri

16

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Koor. Hukum dan HAM belum bisa dikatakan sebagai latar

belakang lain karena penulis belum bisa memberikan bukti yang

cukup kredibel.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Chauvel, Richard, dkk. Indonesia-Australia: Tantangan dan Kesempatan

dalam Hubungan Politik Bilateral. Jakarta: Granit, 2005.

Soesastro, Hadi dan Tim McDonald. Indonesia-Australia Relations: Diverse

Cultures, Converging Interests. Jakarta: Centre for Strategic and

International Studies, 1995.

JURNAL DAN KARYA ILMIAH

Churchward, Lloyd G. “Australia and America, 1788-1972: An Alternative

History”. The Journal of American History, Vol. 69, No. 1, June

1982, pp. 128-129.

Malik, Mohan. “Perspective Australia, America and Asia”. Pacific Affairs, Vol.

79, No. 4, Winter 2006/2007, pp. 587-595.

17

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

Roberts, Christopher B. dan Ahmad D. Habir. “Australia’s Relations

with Indonesia: Progress despite economic and socio-cultural constrains?”.

National Security College. No. 11, May 2014, pp. 85-96.

Saputra, Dodi. Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi Tindakan

Penyadapan oleh Australia. Penelitian, Riau: FISIP Universitas

Riau, 2014.

Sinaga, Chintya Magdalena. Dinamika Hubungan Australia-Indonesia dalam

Bidang Politik (2010-2015). Skripsi, Makassar: FISIP Universitas

Hasanuddin, 2014.

INTERNET

Indo Crop Circles. Penempatan 60% Tentara AS di Australia: 8 Tahun Lagi,

Perang Beralih ke Asia Pasifik. 25 Juni 2013. <

http://indocropcircles.wordpress.com/2013/06/25/perang-

amerika-beralih-ke-asia/ >, diakses 15 Oktober 2014.

Jaring News. AS Tempatkan Pasukan di Australia, China dan Indonesia

Meradang. 4 April 2012. <

18

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

http://jaringnews.com/internasional/umum/12880/as-

tempatkan-pasukan-di-australia-china-dan-indonesia-

meradang >, diakses 15 Oktober 2014.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Kerjasama Regional;

Asia-Pacific Economic Coorperation.

<http://kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?

Name=RegionalCooperation&IDP=3&P=Regional&l=id >,

diakses 18 Oktober 2014.

JPNN.Com. Menyadap untuk Kepentingan Amerika. 20 November 2013. <

http://www.jpnn.com/read/2013/11/20/201703/Menyadap-

untuk-Kepentingan-Amerika- >, diakses 14 Oktober 2014.

Liputan 6. SBY Kirim Surat ke PM Australia Tony Abbott. 20 November 2013.

< http://news.liputan6.com/read/751947/sby-kirim-surat-

ke-pm-australia-tony-abbott >, diakses tanggal 13

Oktober 2014.

The Australian Army. East Timor Peacekeeping to Conclude. <

http://www.army.gov.au/Our-work/News-and-media/News-and-

media-2012/News-and-media-December-2012/East-Timor-

peacekeeping-mission-to-conclude >, diakses tanggal 18

Oktober 2014.

19

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

TribunNews.com. Apa Isi Surat Balasan Tony Abbott atas Surat Presiden SBY?. 23

November 2013. <

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/11/23/apa-isi-

surat-balasan-tony-abbot-atas-surat-presiden-sby >,

diakses tanggal 13 Oktober 2014.

Viva News. Mengakhiri Ketegangan RI dan Australia Soal Penyadapan. 29

Agustus 2014. <

http://m.news.viva.co.id/news/read/533139-mengakhiri-

ketegangan-ri-dan-australia-soal-penyadapan >, diakses

tanggal 14 Oktober 2014.

Voice of America. Menlu Australia Nyatakan Penyesalan Atas Kasus

Penyadapan. 5 Desember 2013. <

http://www.voaindonesia.com/content/menlu-australia-

nyatakan-penyesalan-atas-kasus-penyadapan/1804054.html

>, diakses tanggal 13 Oktober 2014.

20

Nadia Fausta (14/363708/SP/26060)

21