21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA 1. Pengertian Asma ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA 1. Pengertian Asma ...
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASMA
1. Pengertian
Asma merupakan kondisi dimana terdapat obstruksi jalan napas yang
reversibel yang ditandai oleh serangan batuk, dipsnea, pada individu
dengan jalan napas hiperaktif. Reaksi hipersensitifitas pada bronkus dapat
mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus.26
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia,
bahwa asma adalah penyakit paru dengan karakteristik Obstruksi Saluran
napas reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
inflamasi saluran napas serta peningkatan respons saluran napas terhadap
berbagai rangsangan (hiperreaktif).27
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme
otot bronkus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Karena jalan nafas
yang rentan dan hiperresponsif, reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi,
keduanya dapat terjadi bersamaan.28
2. Patogenesis dan Pathofisiologis
Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat
disebabkan banyak faktor namun penyebab utamanya adalah kontraksi
otot polos bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan sel
Inflamasi.10
Berbagai sel inflamasi yang berperan terutama sel mast
22
(mengeluarkan histamine, triptase, prostaglandin D2, leukotriene C4),
eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel.28
Akibat yang
ditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran napas adalah hiperplasia
kronik dari otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada
dinding saluran nafas.9
Inflamasi pada dinding saluran napas, khususnya pada regio
peribronkial, cenderung memperparah penyempitan saluran napas yang
terjadi akibat kontraksi otot polos tersebut. Kelainan fungsi kontraksi otot
polos diakibatkan oleh perubahan pada apparatus kontraktil pada bagian
elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks ekstraselulernya.
Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemendekan otot di mana proses tersebut
diakibatkan oleh interaksi dengan inflamasi saluran napas. Perubahan pada
struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel otot polos dapat
menjadi etiologi hiperreaktif saluran napas yang terjadi secara kronik.
Mediator inflamasi yang berperan dalam patofisiologi asma tersebut yang
meningkatkan respons otot polos untuk berkontraksi sehingga
membuktikan bahwa adanya hubungan antara zat yang dihasilkan sel Mast
dan hiperresponsif saluran napas secara in vitro.9
Obstruksi saluran nafas pada asma bertambah berat selama ekspirasi
karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase tersebut,
menyebabkan udara di distal tempat terjadinya obstruksi terjebak sehingga
tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya, terjadi peningkatan volume residu,
23
kapasitas residu fungsional, dan pasien akan bernafas pada volume yang
tinggi mendekati kapasitas paru total yang disebut dengan hiperinflasi.27
Sekresi mukus pada saluran napas pasien asma tidak hanya berupa
peningkatan volume saja tetapi juga perbedaan pada viskoelastisitas.
Perbedaan kualitas dan kuantitas dapat timbul baik akibat infiltrasi sel
inflamasi maupun terjadi perubahan patologis sel sekretori, pembuluh
darah epitel, saluran napas dan lapisan submukosa.9
Derajat hipoksemia arteri secara kasar berhubungan dengan beratnya
obstruksi saluran napas yang terjadi secara tidak merata di seluruh paru.
Adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi menyebabkan
perbedaan oksigen antara arteri dan alvelolus melebar dan tekanan oksigen
60-90 mmHg (8,0-9,2 kPa) dapat ditemukan pada pengukuran saat
serangan asma berlangsung. Peningkatan PCO2 arteri mengindikasikan
bahwa obstruksi yang terjadi sangatlah berat hingga otot pernapasan tidak
dapat lagi mempertahankan laju ventilasi melalui respirasi paksa, yang
dapat dilihat dari usaha napas berlebih (hipoventilasi alveolar). Dampak
dari hipoventilasi tersebut dapat berupa asidosis respiratorik.9
24
3. Pathway Asma
Gambar 2.1 Pathways asma. Bratawidjaja 200329
Pencetus Asma
Sel T helper-2 (TH2)
IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, IL-16, GMCSF
Histamin, Prostaglandin, Leukotrin
Bronkospasme, oedema mukosa, sekresi mukus
Obstruksi jalan nafas
Hiperinflasi paru Hipoventilasi alveolar Ventilasi tak seragam
Hipoksemia awal
Kerja nafas awal
Hiperventilasi paru
PaCO2, PaO2, PH
Gangguan
Compliance
↑Kerja nafas
Lanjut
Kelelahan otot Asidosis
Vasokonstiksi pulmonal Hipoksia / anoksia
Hipoventilasi paru
Ventilasi dan perfusi
tidak padupadan
PaCO2, PaO2, PH
Atelektasi
s
Surfaktan
Antigen Presenting Cell (APC)
Dipresentasikan ke sel T CD4
25
4. Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis
Tabel 2.1 Derajat Asma
Derajat Asma Gejala Gejala
Malam
Faal Paru
I. Intermitten Bulanan APE ≥ 80%
a) Gejala<
1x/minggu
b) Tanpa gejala
di luar
serangan
c) Serangan
singkat
2 Kali
sebulan
a) VEP1 ≥
80% nilai
prediksi
b) APE ≥
80% nilai
terbaik
c) Variabiliti
APE <
20%
II. Persisten Mingguan APE > 80% a) Gejala>
1x/minggu,
tetapi < 1x/
hari
b) Serangan
dapat
mengganggu
aktiviti dan
tidur
> 2 kali
sebulan
a) VEP1 ≥
80% nilai
prediksi
b) APE ≥
80% nilai
terbaik
c) Variabiliti
APE 20-
30%
III. Persisten Sedang Harian APE 60-80%
a) Gejala setiap
hari
b) Serangan
mengganggu
aktiviti dan
tidur
c) Membutuhkan
bronkodilator
setiap hari
> 1x /
seminggu
a) VEP1 60-
80% nilai
prediksi
b) APE 60-
80% nilai
terbaik
c) Variabiliti
APE > 30%
VI. Persisten Berat Kontinyu APE <60%
a) Gejala terus
menerus
b) Sering
kambuh
c) Aktiviti fisik
terbatas
Sering a) VEP1 ≤
60% nilai
prediksi
b) APE ≤ 60%
nilai terbaik
c) Variabiliti
APE > 30%
Sumber: (PDPI,2010)10
26
5. Klasifikasi Berdasarkan Berat Serangan Asma
Klasifikasi berdasarkan derajat berat serangan asma menurut GINA
(Global Initiative for Asthma), dibagi menjadi tiga kategori30
:
a. Asma ringan: asma intermiten dan asma persisten ringan.
b. Asma sedang: asma persisten sedang.
c. Asma berat: asma persisten berat.
Tabel.2.2 Derajat Berat Serangan Asma Menurut GINA
Karakteristik Ringan Sedang Berat
Aktivitas a. Dapat
berjalan
Jalan terbatas Sukar berjalan
b. Dapat
berbaring
Lebih suka
duduk
Duduk
membungkuk
kedepan
Bicara Beberapa
kalimat
Kalimat terbatas Kata demi kata
Kesadaran Mungkin
terganggu
Biasanya
terganggu
Biasanya
terganggu
Frekuensi nafas Meningkat Meningkat Sering ≥ 30
x/menit
Retraksi otot
bantu nafas
Umumnya tidak
ada
Kadang kala ada Ada
Mengi Lemah sampai
sedang
Keras Keras
Frekuensi Nadi <100 100-200 >200
Pulsus
Paradoksus
Tidak ada
(<10mmhg)
Mungkin ada
(10-25 mmhg)
Sering ada
(>25mmhg)
Bronkodilator
Prediksi
>80% 60-80% <60%
PaCO2 <45mmhg <45mmhg <45mmhg
SaO2 >95% 91-95% <90%
Keterangan: Dalam menentukan klasifikasi tidak semua parameter harus
dipenuhi.30
6. Klasifikasi Asma Berdasarkan Tingkat Kontrol Asma
GINA mengajukan klasifikasi asma berdasarkan tingkat kontrol
asma dengan penilaian meliputi gejala siang, aktivitas, gejala malam,
pemakaian obat pelega dan eksaserbasi. GINA membaginya kedalam
27
asma terkontrol sempurna, asma terkontrol sebagian, dan asma tidak
terkontrol.30
Tabel 2.3 Tingkat Kontrol Asma Menurut GINA30
Karakteristik Kontrol
Penuh
(Semua
Kriteria)
Terkontrol
Sebagian (Salah
satu/minggu)
Tidak
Terkontrol
Gejala harian Tidak ada
(≤2x/mgg)
>2x/mgg ≥3x/mgg
Keterbatasan
aktivitas
Tidak ada Ada Gambaran
asma
terkontrol
sebagian
ada dalam
setiap
minggu
Gejala
noktural/terbangun
karena asma
Tidak ada Ada
Kebutuhan pelega Tidak ada
(≤2x/mgg)
>2x/mgg 1x/mgg
Fungsi Paru
(APE/VEP1)
Normal <80%prediksi/nilai
terbaik
Eksaserbasi Tidak ada ≥1/tahun
28
7. Pelangi Asma
Tabel 2.4 Pelangi Asma
Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri
Hijau
a) Kondisi baik, asma terkontrol
b) Tidak ada / minimal gejala
c) APE : 80 - 100 % nilai dugaan/ terbaik
Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan
dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka
pertimbangkan turunkan terapi.
Kuning
a) Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/
eksaserbasi
b) Dengan gejala asma (asma malam, aktiviti terhambat, batuk, mengi,
dada terasa berat baik saat aktiviti maupun istirahat) dan/ atau APE 60 -
80 % prediksi/ nilai terbaik
Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi.
Merah
a) Berbahaya
b) Gejala asma terus menerus dan membatasi aktiviti sehari-hari.
c) APE < 60% nilai dugaan/ terbaik
Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan
yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada
respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.
Sumber: (PDPI,2010)10
8. Faktor Resiko Asma
Faktor risiko adalah faktor yang dapat memperberat seorang
penderita asma untuk mengalami serangan eksaserbasi (flare-ups),
kehilangan fungsi paru, atau efek samping obat-obatan.7
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
pejamu (host faktor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini
termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya
asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti bronkus, jenis
kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan
29
kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,
menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala
asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,
sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan
(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga.10
9. PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari. Dalam
penatalaksanaan terbagi menjadi 2 komponen yaitu10
:
a. Medis
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
1) Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat
pengontrol:
a) Kortikosteroid inhalasi
b) Kortikosteroid sistemik
c) Sodium kromoglikat
d) Nedokromil sodium
30
e) Metilsantin
f) Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi
g) Agonis beta-2 kerja lama, oral
h) Leukotrien modifiers
i) Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
2) Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan
batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan
hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah :
a) Agonis beta2 kerja singkat
b) Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai
obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah
optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya
dikombinasikan dengan bronkodilator lain).
c) Antikolinergik
d) Aminofillin
e) Adrenalin
b. Keperawatan
1) Membentuk Activity normal termasuk exercise (senam asma)
2) Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti,
31
menjaga penderita agar tetap masuk sekolah atau kerja dan
mengurangi biaya pengobatan karena berkurangnya serangan akut
terutama bila membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat/
perawatan rumah sakit. Edukasi tentang asma meliputi:
a) Kontrol secara teratur
b) Pola hidup sehat
c) Kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
3) Pemenuhan Kebutuhan nutrisi seperti, air atau mineral dan vitamin.
B. ARUS PUNCAK EKSPIRASI
1. Pengertian
Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR) adalah kecepatan aliran maksimum selama ekspirasi paksa yang
dimulai dari kapasitas paru total. Obstruksi saluran nafas pada pasien
Asma dapat dinilai secara obyektif dengan Volume Ekspirasi Paksa detik
Pertama (VEPI) atau Arus Puncak Ekspirasi (APE).10
Dapat ditegakkan
diagnosis asma bila pengukuran nilai APE dari peak flow meter dan VEPI
dari spirometri menunjukkan reversibilitas ≥15%, variabilitas ≥15% dan
hiperreaktivitas ≥20% serta perbaikan gejala setelah diberikan
bronkodilator.9
2. Alat Untuk mengukur APE (Arus Puncak Ekspirasi)
Pemantauan nilai APE dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Peak Flow Meter. Monitoring APE penting untuk menilai berat asma,
32
derajat variasi diurnal, respons pengobatan saat serangan akut, deteksi
perburukan asimptomatik sebelum menjadi serius, respons pengobatan
jangka panjang, penilaian objektif dalam memberikan pengobatan dan
identifikasi faktor pencetus misalnya pajanan lingkungan kerja.10
Pemeriksaan APE praktis, mudah dilakukan dan dapat menilai
gejala berat ringannya obstruksi jalan napas secara objektif dan terukur.10
Alat peak flow meter relatif murah dan dapat dibawa kemana-mana,
sehingga pemeriksaan itu tidak hanya dapat dilakukan di klinik, rumah
sakit tetapi dapat dilakukan di layanan medik sederhana (puskesmas),
praktek dokter bahkan di rumah penderita.
3. Cara Kerja Peak Flow Meter
Pengukuran variabilitas dan reversibilitas fungsi paru dalam 24 jam
sangat penting untuk mendiagnosis asma, menilai derajat berat penyakit
asma dan menjadi acuan dalam strategi pedoman pengelolaan asma.7
Nilai APE terbaik pemeriksaan dilakukan saat dalam kondisi Asma
terkontrol dan pengobatan efektif. Asma dikatakan terkontrol bila terdapat
gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam, tidak ada
keterbatasan aktivitas termasuk exercise, kebutuhan bronkodilator (agonis
b2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan), variasi harian APE
kurang dari 20%, nilai APE normal atau mendekati normal, efek samping
obat minimal (tidak ada), tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat.10
Pengukuran APE dianjurkan pada penanganan serangan akut,
pemantauan berkala di rawat jalan, klinik, praktek dokter, serta
33
pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten
usia di atas > 5 tahun, terutama bagi penderita setelah perawatan di rumah
sakit, penderita yang sulit/ tidak mengenal perburukan melalui gejala
padahal berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.10
Nilai prediksi PEFR didapat berdasarkan usia, tinggi badan, jenis
kelamin dan ras, serta batasan normal variabilitas diurnal berdasarkan
literatur. Tetapi pada umumnya penderita asma mempunyai nilai PEFR di
atas atau di bawah rata-rata nilai-nilai prediksi tersebut. Sehingga
direkomendasikan, nilai objektif APE terhadap pengobatan adalah
berdasarkan nilai terbaik masing-masing penderita, demikian pula
variabilitas harian penderita, dari pada berdasarkan nilai normal/prediksi.
Setiap penderita mempunyai nilai terbaik yang berbeda walaupun sama
berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Penting untuk mendapat nilai
terbaik tersebut, karena rencana pengobatan sebaiknya berdasarkan nilai
terbaik, bukan nilai prediksi.10
Pengukuran dilakukan masing-masing manuver 3 kali dan diambil
nilai tertinggi, jika dalam pengobatan bronkodilator maka pengukuran
APE dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator. Nilai APE terbaik
adalah nilai APE tertinggi yang dapat dicapai selama periode penilaian (2
minggu) tersebut, saat dalam pengobatan efektif dan asma terkontrol.10
Dampak penurunan nilai APE pada pasien Asma menimbulkan tanda
klinis berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan,
mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian
34
mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat,
tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara,
takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.10
Lebih lanjut,
penyempitan saluran nafas pada asma dapat menimbulkan gangguan
ventilasi berupa hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana
distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru, serta gangguan
difusi gas di tingkat alveloli sehingga dapat mengakibatkan hipoksemia,
hiperkapnia dan asidosis respiratorik.27
4. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Peak Expiratory Flow Rate
yaitu:
a) Obstruksi Jalan Nafas
Arus yang dikeluarkan pada pengukuran APE mencerminkan
kekuatan otot ekspirasi, sifat mekanik dari paru-paru dan saluran
udara dan inersia, resistensi dan sensitivitas peralatan rekaman. APE
sangat rentan terhadap kompresi dinamis paru saluran napas karena
sementara saluran udara tersebut dipengaruhi oleh tekanan pleura,
dinding mereka tidak didukung oleh traksi dari jaringan paru-paru.31
Jenis obstruktif dari gangguan ventilasi biasanya didiagnosis dari
penurunan FEV1% (FEV1/FVC) atau dari berkurangnya arus puncak
ekspirasi (APE) terkait dengan memanjangnya waktu ekspirasi paksa.
Saluran napas ekstra pulmonal termasuk mulut, faring, laring,
trakea dan bagian awal dari bronkus utama. Jika ada obstruksi berat
pada saluran udara paru di atas karina utama kemudian terjadi gagal
35
napas yang menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia, nilai APE)
biasanya lebih terpengaruh dari pada volume ekspirasi paksa dalam 1
detik (FEV1).31
Pada kebanyakan kasus penyebab langsung
pembatasan aliran udara akut adalah peningkatan tegangan otot polos
bronkus. Hal ini dipengaruhi oleh saraf parasimpatis lokal dalam
menanggapi rangsangan oleh asetil kolin. Ketika pembatasan aliran ini
disebabkan oleh asma, peradangan yang mendasari dalam saluran
udara kecil dikendalikan dengan obat kortikosteroid anti-inflamasi.31
b) Derajat asma
Fungsi paru penderita asma biasanya akan mengalami
penurunan akibat obstruksi saluran napas, hiperreaktif saluran napas,
menyempitnya otot polos saluran napas, hipersekresi mukus,
keterbatasan aliran udara, eksaserbasi, gangguan pada malam hari
serta abnormalitas gas darah.9 Gangguan berupa obstruksi saluran
napas tersebut dapat dinilai secara objektif salah satunya dengan
menilai nilai arus puncak ekspirasi atau PEFR.7
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtiyas, derajat asma
dipengaruhi oleh perubahan nilai PEFR. Dengan nilai p 0,002 dan p
0,033.17
c) Indeks Masa Tubuh
Penumpukan lemak di dada dan abdomen membatasi pergerakan
dinding dada dan diafragma sehingga mengakibatkan berkurangnya
daya kembang paru dan meningkatkan kerja pernapasan. Menurut
36
penelitian Felicia, terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas
fisik terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada anak gizi lebih.32
Pada penelitian yang dilakukan oleh azzahra bahwa tidak ada
pengaruh indeks masa tubuh terhadap perubahan nilai PEFR baik
sebelum (pre) maupun sesudah (post) pemberian air alkali. Secara
statistik dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa indeks
masa tubuh tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai
PEFR dimana didapatkan P = 0,672 dan P =0,136 (p>0,05).19
d) Tinggi badan dan Berat Badan
Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya
dengan bertambah tinggi seseorang, maka APE akan bertambah besar.
Rata-rata tinggi badan responden pada penelitian ini adalah 160,39
cm.33
Tinggi badan dan berat badan sangat mempengaruhi fungsi
paru, hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tubuh tinggi
maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang bertubuh pendek.11
e) Kondisi Keasaman Saluran Nafas
Alat Expire Breath Condensate yang digunakan untuk
pengukuran keasaman saluran nafas endogen mendukung dalam
terjadinya patofisiologi asma. Menurut penelitian Kostikas et al, ada
hubungan positif yang kuat antara pH dan nilai FEV (Force
Expiratory Volume) pada pasien asma. Nilai pH dipengaruhi derajat
stress oksidatif dan hasil sisa dari metabolism pada penderita asma.14
37
Penelitian Susan et al, juga terbukti bahwa pasien dengan
riwayat penyakit Gastroesophageal Refulx Disease (GERD) dan
menderita asma membaik kondisinya dengan perbaikan gejala dan
peningkatan nilai PEF lebih dari 20% setelah endapatkan terapi
supresi asam dengan Omeprazole setelah 3 bulan. Terbukti bahwa
adanya regurgitasi asam dari penyakit GERD tersebut dapat
memperburuk kondisi asma pasien karena memengaruhi kondisi
keasaman saluran nafas.34
f) pH urin
Sifat asam basa dapat ditentukan oleh pH urin, dan berfungsi
sebagai tes skrining untuk gangguan ginjal, pernafasan, dan
metabolik. Air kencing netral adalah 7, sehingga urin dengan pH di
bawah angka tersebut dapat dikategorikan sebagai asam dan urin
dengan pH yang lebih tinggi bersifat basa. Pada keadaan normal ginjal
mengasamkan filtrat glomerulus antara 7,4 sampai sekitar 4,8 saat
diekskresikan sebagai urin. Ginjal berusaha menjaga keseimbangan
asam basa melalui reabsorpsi sekresi natrium dan tubular ion hidrogen
dan amonium. Retensi Natrium menghasilkan urin yang semakin
asam. 35
Penelitian yang dilakukan oleh Daniel P, bahwa terdapat
peningkatan pH urin yang signifikan setelah diberi intervensi
konsumsi air alkali, dengan nilai pH 6,23 menjadi 7,07 selain itu, pH
meningkat secara progresif dan signifikan selama masa pengobatan
38
sekitar 0,3 sampai 0,8 unit dan peningkatan osmolalitas urin, dan
penurunan output urin (2,51 sampai 2,05 L/hari). Ekuilibrium asam
dalam tubuh dipelihara dengan ketat melalui interaksi tiga mekanisme
yaitu sistem penyangga darah dan jaringan (misalnya bikarbonat),
difusi karbon dioksida dari darah ke paru-paru melalui respirasi, dan
ekskresi ion hidrogen dari darah ke urin oleh ginjal. Konsumsi
suplemen nutrisi alkali dapat memiliki efek alkalizing yang signifikan
terhadap keseimbangan asam-basa tubuh dengan menggunakan
penanda keseimbangan pH urin dan pH darah.23
g) pH Darah
Pada pasien dengan gangguan fungsi paru, kemampuan
ventilasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan gas darah pada
level normalnya tidak cukup. Dampaknya adalah peningkatan PCO2
yang menyebabkan pH darah turun dan menjadi asam. Nilai normal
pH darah arteri berkisar antara 7, 35 sampai 7, 45 dan pada keadaan
ekstrim, pH darah dibawah 6,9 dan diatas 7,8 dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi sistem organ integritas struktur membran. Lebih
lanjut menurut Hukum Bohr, hemoglobin akan berikatan dengan
jumlah oksigen yang lebih sedikit pada keadaan pH yang asam.8
Hipoventilasi alveolar yang terjadi akan menyebabkan
hipoksemia dan retensi CO2. Hipoksemia atau penurunan PO2 dalam
darah arteri, selain disebabkan oleh hipoventilasi, juga dapat
disebabkan oleh gangguan difusi, dan ketidakseimbangan ventilasi-
39
perfusi. Kedua mekanisme retensi CO2, yaitu hipoventilasi dan
ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi dapat menyebabkan asidosis
respiratorik. Kompensasi dari hal ini dapat dibantu dengan fungsi
ginjal dengan menahan bikarbonat dan mengeluarkan urin asam serta
hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2.8
5. Prosedur Mengukur APE menggunakan Peak Flow Meter
Cara penggunaan peak flow meter mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut36
:
a. Perkenalkan diri, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Persiapkan alat, pasang mouth piece ke ujung peak flow meter (jika
diperlukan).
c. Pastikan marker pada posisi 0 (terendah).
d. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berdiri atau duduk dengan
punggung tegak.
e. Minta pasien untuk bernapas normal sebanyak tiga kali (jika
diperlukan).
f. Pegang Peak flow meter dengan posisi horizontal tanpa menyentuh
marker (mengganggu gerakan marker).
g. Pasien menghirup napas sedalam mungkin, masukkan motuh piece ke
mulut dengan bibir menutup rapat mengelilingi mouth piece, dan
buang napas sekuat dan secepat mungkin.
h. Marker bergerak dan menunjukkan angka pada skala saat membuang
napas, catat hasilnya.
40
i. Kembalikan marker pada posisi 0.
j. Ulangi langkah f-h sebanyak tiga kali, catat nilai tertinggi.
Bandingkan nilai tertinggi pasien dengan nilai prediksi.
Apabila pada saat penggunaan Peak flow meter bibir tidak menutup
rapat saat ekspirasi cepat disebut falsely low PEFR. Apabila pada saat
penggunaan Peak Flow Meter lidah ikut menutup mouth piece disebut
falsely high PEFR. Kesalahan teknik disebabkan oleh variabilitas atau
perbandingan nilai terendah dan tertinggi lebih dari 20 % dan pemeriksaan
diulang. Nilai prediksi normal PEFR dipengaruhi banyak faktor seperti
jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, ras, dll. Nilai tertinggi
dibandingkan dengan tabel nilai prediksi, atau nilai tertinggi dibandingkan
dengan nilai prediksi berdasarkan rumus berikut:
a. Laki-laki
PEFR (L/detik) = -10,86040 + (0,12766 x usia) + (0,11169 x TB) –
(0,0000319344 x Usia 3) ± 1,70935
b. Perempuan
PEFR (L/detik) = -5,12502 + 0,09006 x Usia + 0,06980 x TB –
0,00145669 x Usia2) ± 1,77692
c. Anak-anak
PEFR (L/detik) = (TB-100) x 5 + 100
Keterangan:
Usia dengan satuan tahun, TB (tinggi badan) dengan satuan cm dan hasil
dengan satuan L/menit: hasil perhitungan dikali 60. 27.
41
C. SATURASI OKSIGEN
1. Pengertian
Saturasi oksigen merupakan ukuran seberapa banyak prosentase
oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan
alat non invasif yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang
dipasang pada ujung jari, ibu jari, hidung, daun telinga atau dahi dan
oksimetri nadi dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda dan gejala
klinis muncul.37
2. Alat Oksimetri Nadi
Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasive secara
kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2).1 Oksimetri nadi
merupakan suatu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan
saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Cara kerjanya adalah
menggunakan dua jenis panjang gelombang dan frekuensi yang berbeda.
Gelombang frekuensi cahaya merah akan mengukur hemoglobin (Hb)
desaturasi, sedangkan gelombang frekuensi infra red akan mengukur Hb
saturasi.
Gelombang cahaya yang dikeluarkan akan diabsorpsi tubuh/jaringan
sekitar pemasangan termasuk darah arteri. Jika darah arteri penuh Hb yang
teroksigenasi, diabsorpsinya akan meningkat sehingga saturasinya akan
meningkat. Bila kadar deoksidasinya banyak, absorpsinya menurun maka
saturasinya menurun. Pulse oxymetri digunakan secara kontinyu atau
intermiten, bukan sebagai alat tambahan, tetapi dapat memberikan
42
peringatan dini sebelum terjadi tanda hipoksia. Oksimetri nadi digunakan
dalam banyak lingkungan, termasuk di unit perawatan kritis dan unit
perawatan umum.
3. Cara Kerja Oksimetri Nadi
Oksimetri nadi merupakan pengukuran diferensial berdasarkan
metode absorpsi spektofotometri. Oksimetri terdiri dari dua diode
pemancar cahaya Light Emiting Diode (LED) satu merah dan yang lainnya
inframerah yang mentransmisikan cahaya melalui kuku, jaringan, darah
vena, darah arteri melalui fotodetektor yang diletakkan di depan LED.
Fotodetektor tersebut mengukur jumlah cahaya merah dan inframerah
yang diabsorbsi oleh hemoglobin teroksigenasi dan hemoglobin
deoksigenasi dalam darah arteri dan dinyatakan sebagai saturasi oksigen.37
Semakin darah teroksigenasi semakin banyak cahaya merah yang
dilewatkan. Semakin sedikit cahaya inframerah yang dilewatkan dengan
menghitung cahaya merah dan cahaya inframerah dalam beberapa waktu
maka saturasi oksigen dapat dihitung.38
4. Faktor yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen
Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran saturasi
oksigen yaitu perubahan kadar Hb, sirkulasi yang buruk, aktivitas
(menggigil/gerakan berlebihan), ukuran jari terlalu besar atau terlalu kecil,
akral dingin, denyut nadi terlalu kecil, adanya cat kuku.37
Nilai normal
saturasi oksigen yaitu > 95%.39
43
Selain itu bahwa saturasi oksigen pada pasien asma dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu13
:
a. Gangguan sirkulasi kardiovaskuler
Pada pasien asma kronik biasanya disertai dengan gangguan jantung
yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi oksigen.
b. Peningkatan laju metabolisme
Peningkatan metabolisme tubuh sebagai respon peningkatan usaha
bernafas, menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen tanpa
diimbangi oleh kemampuan system tubuh untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan tubuh akan oksigen.
c. Anemia
Penurunan kadar hemoglobin dalam darah menyebabkan pengurangan
ikatan oksihemoglobin yang membawa darah. Berkurangnya ikatan ini
mempengaruhi nilai saturasi oksigen darah.
d. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
Obstruksi jalan nafas atas dan bawah akibat bronkospasme, akan
membatasi transport oksigen dari lingkungan luar ke alveoli. Hal ini
akan mempengaruhi parsial gas yang berdampak pada menurunnya
proses difusi gas.
D. KONSEP AIR ALKALI
1. Pengertian
Air alkali biasa disebut sebagai electrolyzed reduced alkaline water
44
(ERAW) adalah air dengan pH basa dan kandungan hydrogen yang tinggi
serta memiliki nilai Oxydative Reductive Potensial (ORP) yang sangat
negative.40
Air alkali merupakan hasil proses elektrolisis, pada prosesnya
kation yang merupakan ion positif berkumpul pada katoda negative unit
elektrolisis untuk membentuk ion hydroksida.41
2. Kandungan Air Alkali
Air alkali memiliki pH yang lebih basa dari pada air biasa. Air alkali
memiliki pH sekitar 8,0-11,0. Air alkali juga mengandung hydroksida
yang tinggi, nilai ORP (Oxidation reduction potential) yang negative bisa
mencapai -600 mV, mengandung oksigen, ukuran molekul lebih kecil
(mikro kluster) serta mengandung molekul-molekul mikro seperti Na+, K
+,
Ca2+,
Mg2+
.16
Hal ini menunjukan bahwa air ini mengandung jumlah electron yang
besar. Karena proses pemecahan molekul air atau proses elektrolisis, maka
jumlah molekul air yang terkandung juga mengalami pengurangan, dari
yang sekitar 10-13 molekul per claster menjadi sekitar 5-6 molekul per
klaster.41
Molekul air alkali ini, akan membantu tubuh untuk mengatasi
proses radikal bebas. Air alkali diketahui sebagai antioksidan karena
mampu mengurangi dan mencegah terjadinya stress oksidatif dari sel-sel
tubuh oleh paparan oksi dan setiap hari yang dapat berlanjut pada
kerusakan berbagai tingkat sel. Selain diketahui sebagai antioksidan,
karena kandungan molekul air yang lebih relative kecil, maka molekul air
lebih mudah untuk berdifusi masuk ke sel. Dengan begitu proses hidrasi
45
sel akan cenderung lebih mudah terjadi.41
Salah satu perusahaan di
Jepang, Association of alkaline Ionized water apparatus
merekomendasikan untuk mengkonsumsi air alkalin sebanyak 1,5-2,0 L
setiap harinya.40
3. Konsep Air Alkali Terhadap Nilai Arus Ekspirasi dan Saturasi
Oksigen atau Sistem Pernafasan Pada Penderita Asma
Plasma Darah dan cairan lainnya yang mengelilingi suatu sel berada
pada pH netral sekitar 7,2 sampai 7,3. Sedangkan pH udara normalnya
mendekati 7,4. Dalam keadaan serangan asma, pH udara nafas seseorang
bisa turun mencapai 5,0. Hal ini diketahui oleh karena nafas pada orang
asma 1000 kali lebih asam dari pada nafas orang normal. Nafas yang asam
ini dapat membentuk darah yang asam. Keadaan pH darah dan udara yang
lebih rendah ini memberikan dampak negative terhadap kehidupan dan
integritas sel ataupun komponen molekul yang terdapat didalam jaringan,
organ atupun tubuh secara keseluruhan.41
Pemberian air alkali akan memperbaiki hidrasi sel melalui proses
difusi dan osmotic membrane sel yang rusak karena keadaan tubuh terlalu
asam. Hidrasi yang adekuat dari molekul klaster air alkali lebih kecil akan
membantu proses penyembuhan sel, salah satunya ialah sel disekitar
saluran nafas. Selain itu, efek proses anti inflamasi akan mempengaruhi
proses remodeling lebih lanjut pada lingkungan saluran bronkus sehingga
mencegah proses remodeling lanjut yang bersifat irreversible.41
46
Penelitian lain oleh Dr. Benjamin Glaston dari Universitas Virginia
dalam penelitian mengenai air, bahwa air alkali mempengaruhi proses
inhibisi produksi histamin sebagai sitokin yang paling banyak pada saluran
nafas penderita asma. Selain diketahui dalam keadaan elergi, histamine
juga berhubungan dengan kondisi hidrasi sel. Sel yang mengalami hidrasi
oleh karena lingkungan asam akan memproduksi semakin banyak histamin
guna mengkompensasi kehilangan air berlanjut. Histamin ini akan
mempengaruhi hiperreaktivitas otot polos bronkus. Pemberian alkali kerja
histamin yang selanjutnya diharapkan mengurangi hipereaktivitas otot
bronkus serta sekresi musin dalam patofisiologi serangan asma.43
Beberapa penelitian air alkali menunjukan efek positif terhadap
perbaikan beberapa keadaan penyakit melalui modulasi sel-sel imun
tubuh. Air alkali dalam fungsinya sebagai anti inflamasi diketahui
berperan dalam mengatur sistem imun melalui kerja sitokin-sitokin dalam
tubuh.44
E. KONSEP SENAM ASMA
1. Pengertian
Senam Asma merupakan salah satu jenis terapi latihan yang
dilakukan secara berkelompok (exercise group) yang melibatkan aktifitas
gerakan tubuh atau merupakan suatu kegiatan yang membantu proses
rehabilitasi pernapasan pada penderita asma. Pada senam asma ini
bermanfaat sebagai melatih cara bernafas yang benar, melenturkan dan
47
memperkuat otot pernafasan, melatih ekspetorasi yang efektif dan
meningkatkan saturasi.45
Senam asma merupakan senam yang diciptakan untuk penderita
asma yang gerakannya disesuaikan dengan kemampuaan dan kebutuhan
penderita berdasarkan berat ringannya penyakit asma.46
2. Tujuan Senam
Tujuan senam asma sebagai berikut45
:
a. Meningkatkan kekutan otot yang berkaitan dengan mekanisme
pernafasan
b. Meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam proses pernafasan
(respirasi)
c. Mencegah, mengurangi kelainan bentuk/ sikap postur tubuh
d. Meningkatkan kebugaran jasmani atau kemampuan fisik
e. Meningkatkan kepercayaan diri bahwa penderita asma dapat
melakukan aktivitas yang sama seperti orang sehat lainnya, sehingga
mencapai nilai produktivitas kesehatan.
3. Prosedur Senam Asma
Senam asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut
rangkaian senam asma46
:
a. Pemanasan dan Peregangan
Pemanasan dan peregangan merupakan gerakan awal dengan tujuan
untuk mempersiapkan otot-otot, sendi-sendi, jantung dan paru dalam
keadaan siap untuk melakukan gerakan lebih lanjut.
48
Gerakan ini termasuk pre activity exercise yang dimulai dari
proksimal ke distal.
Prinsip pemanasan yaitu, gerakan bebas tanpa beban ataupun bantuan,
melibatkan seluruh tubuh, dimulai dari proksimal ke distal, lamanya
tidak lebih dari 15 menit, kecepatan gerakan tidak lebih dari ritme
sekitar 120 beat/menit.
Langkah-langkah pemanasan dan peregangan antara lain:
1) Sikap sempurna, kemudian menundukkan kepala (sebelum
melakukan senam berdoa terlebih dahulu). Berdiri tegak, lalu
kedua tangan lurus disamping badan, lalu lakukan jalan ditempat
dengan mengangkat kaki minimum 20 cm dari lantai sambil
melenggangkan tangan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8
hitungan.
2) Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil
mengayunkan lengan dengan posisi kedua siku menekuk. Lakukan
sampa 3x8 hitungan.
3) Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan ditempat sampai
3x8 hitungan.
4) Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala, kemudian
tegakkan kembali. Lakukan gerakan menunduk dan menegakkan
kepala ini bergantian sampai 3x8 hitungan.
5) Letakkan kedua lengan dipinggang. Palingkan muka ke kanan,
kembali kembali lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan
49
kembali lurus ke depan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8
hitungan.
6) Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke kanan
kemudian kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala ke kiri dan
kembali tegak. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3x8
hitungan.
7) Letakkan tangan lurus disamping tubuh, kaki dibuka selebar bahu.
Ayunkan tangan kanan lurus keatas sehingga telapak tangan
menghadap kearah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang
dengan telapak menghadap ke belakang. Lakukan hal tersebut
pada hitungan 1-4, lalu lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan
5-8. Lakukan gerakan-gerakan tersebut sampai 3x8 hitungan.
8) Letakkan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada
hitungan 1-4 putar bahu ke depan seperti putaran roda. Lakukan
gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan hal diatas
bergantian sampai 3x8 hitungan.
9) Posisikan kedua tangan lurus disamping badan, buka kaki selebar
bahu. Tepukkan tangan diatas kepala, lalu kembali ke posisi
semula sambil menepuk paha samping luar. Lakukan gerakan
tersebut berulang sampai 3x8 hitungan. Posisikan kedua tangan di
pinggang, buka kaki selebar bahu. Putar pinggul searah jarum
pada hitungan 1-4. Pada hitungan 5-8, putar pinggul berlawanan
50
dengan arah jarum jam. Lakukan gerakan tersebut bergantian
sampai 3x8 hitungan.
10) Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang.
Hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi
sendi pergelangan kaki 90 derajat secara bergantian. Selanjutnya,
hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri kearah samping (secara
bergantian). Terakhir, hentakkan kearah belakang (secara
bergantian). Lakukan gerakan tersebut masing-masing 1x8
hitungan. Lakukan kembali jalan di tempat sampai 2x8 hitungan.
11) Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus disamping badan, lalu
angkat kedua tangan keatas sambil menarik nafas sampai hitungan
2. Pada hitungan 3-8, turunkan kedua tangan sambil
menghembuskan nafas.
12) Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan,
sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik
siku tangan kanan ke arah tangan kiri sampai tangan kanan
menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4. Pada
hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan.
Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan
memegang siku tangan kiri).
13) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan keatas sampai
tangan rileks di belakang kepala, kemudian pegang sikunya
dengan tangan kiri. Tarik siku tangan kanan ke belakang pada
51
hitungan 1, lalu tahan mulai hitungan 2-4. Kembalikan ke sikap
awal secara perlahan-lahan, pada hitungan 5-8. Selanjutnya
lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku
tangan kiri).
14) Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di belakang badan.
Pada hitungan ke 1, angkat kedua tangan keatas sambil
mengempiskan perut. Selanjutnya, tahan gerakan tersebut sampai
hitungan ke 4. Kembalikan secara perlahan-lahan pada posisi awal
mulai hitungan 5-8.
15) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada
sampai ujung jari kedua tangan beradu. Pada hitungan 1, putar
tubuh bagian atas ke kanan tetapi panggul dan wajah tetap
menghadap ke depan. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4.
Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-
8. Lakukan gerakan seperti diatas untuk arah yang berlawanan.
16) Buka kaki agak lebar, kedua tangan lurus disammping badan. Pada
hitungan 1, dorong tangan kanan keatas sambil memiringkan
badan. Tekuk lutut kaki kiri dan tangan kiri menumpu pada paha
kiri. Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap
awal secara perlahan -lahan pada hitungan 5-8.
17) Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus disamping badan.
Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumit
menempel pada lantai. Kedua tangan bertumpu pada paha kanan,
52
kemudian rendahkan badan sambil tekuk lutut kiri dan sendi
panggul kanan (badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan
tersebutpada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8, perlahan-lahan
kembalikan pada posisi sikap awal.
18) Kedua kaki rapat dan tangan lurus disamping badan. Pada
hitungan 1, tekuk lutut kanan ke belakang sampai maksimal.
Pegang pergelangan kaki kanan dengan tangan kiri, lalu tarik ke
belakang. Selanjutnya rentangkan tangan kanan ke samping. Pada
hitungan 2-4 tahan gerakan tersebut. Secara perlahan-lahan
kembalikan ke posisi awal pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan
gerakan sebalinya (tangan kanan memegang pergelangan kaki
kiri).
19) Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus disamping
tubuh. Pada hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan sampai lutut
kanan menekuk. Selanjunya, rendahkan badan dengan kedua
tangan bertumpu pada paha kanan ( badan dan kepala tetap lurus).
Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal
secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8, lalu lakukan gerakan
yang sama dengan arah berlawanan.
b. Latihan Inti A
Gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan
fungsi alat pernafasan. Pada penderita obstruktif paru, latihan
ditujukan agar terjadi ventilasi alveolar, untuk itu fungsi diafragma
53
harus diperbaaiki/ditingkatkan, diharapkan kerja otot pernafasan
menjadi optimal dan kerja otot nafas bantu menurun. Latihan inti A,
bertujuan untuk melatih cara bernafas yang efektif pada penderita
asma. Dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Proses
pengeluaran nafas lebih lama 2 hitungan. Pada penyakit asma,
penderita mengalami kesulitan waktu ekspirasi, maka dipilih gerakan
yang dapat dikombinasikan dengan irama pernafasan yang baik,
dengan cara inspirasi melalui hidung, ekspirasi melalui mulut dan
berdesis, waktu ekspirasi harus lebih panjang dari waktu inspirasi,
mengikuti mekanisme pernafasan dada dan diafragma yang dibantu
oleh otot-otot perut. Prinsip gerakan A adalah setiap gerakan di ikuti
dengan inspirasi dan ekspirasi yang dalam. Waktu inspirasi lebih
pendek dari ekspirasi. Gerakan inspirasi dilakukan saat pengembangan
volume thoraks dan ekspirasi saat penciutan volume thoraks.
Kecepatan gerak dengan ritme sekitar 100 beat/ menit.
Langkah-langkah Gerakan Inti A adalah:
1) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang, pada
hitungan 1, tegakkan kepala dan busungkan dada. Selanjutnya,
tundukkan kepala pada hitungan 2-4. Lakukan gerakan tersebut
bergantian sampai 2x8 hitungan.
2) Tangan masih dipinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan
muka ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan 2 arahkan
kembali muka ke depan dan tahan sampai hitungan 4. Pada
54
hitungan 5 palingkan muka ke kiri, lalu pada hitungan 6-8
arahkan kembali ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian
sampai 3x8 hitungan.
3) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
Pada hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan kembali pada
hitungan 2-4. Lakukan hal yang sama untuk bahu kiri. Lakukan
gerakan tersebut bergantian sampai 3x8 hitungan.
4) Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus disamping tubuh. Putar
bahu kebelakang dengan siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-3,
lalu hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4. Pada
hitungan 5-7, putar kembali bahu ke depan, lalu pada hitungan 8
hentakkan tangan ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian
sampai 3x8 hitungan.
5) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh.
Pada hitungan 1, angkat kedua tangan keatas sejajar telinga hingga
membentuk huruf V. Pada hitungan 2-4 kembalikan tangan pada
posisi semula. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8 hitungan.
6) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan
setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Tarik
kedua tangan kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil
menekuk lutut dan tangan di kepalkan. Pada hitungan 2-4 kembali
ke posisi semula dengan posisi tangan seperti mendorong.
Lakukan gerakan diatas sampai 3x8 hitungan.
55
c. Latihan Inti B
Bertujuan untuk relaksasi/melepaskan beban otot-otot
pernafasan, mobilisasi sendi yang berkaitan dengan perubahan volume
thoraks, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengontrol pernafasan
dengan irama yang ritmis, otot-otot akan menjadi relaksasi, hal ini
akan mempermudah pernafasan dan ekspektorasi. Prinsip gerakan B
adalah melibatkan otot agonis dan antagonis sehingga terjadi kotraksi
dan relaksasi. Diselingi dengan pernafasan panjang diantara gerakan
tertentu untuk mengontrol pernafasan. Sebagian besar gerakan
berpengaruh pada perubahan volume thoraks, sedang yang lain untuk
seluruh tubuh. Kecepatan gerak dengan irama sekitar 130 beat/menit.
Langkah-langkah gerakan B sebagai berikut:
1) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu.
Luruskan tangan ke atas, lalu turunkan kembali. Selanjutnya
luruskan pula tangan kanan ke atas, lalu turunkan kembali.
Selanjutnya, luruskan pula tangan kiri ke atas dan turunkan
kembali. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 4 x 8 hitungan.
2) Letakkan kedua tangan lurus disamping tubuh. Lemparkan tangan
kanan ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu lakukan
gerakan sebaliknya sehingga tangan kiri diatas dan tangan kanan
mengayun ke belakang. Lakukan sampai 4x8 hitungan.
3) Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang sikunya
menekuk 90 derajat di samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus
56
ke atas sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik posisi tangan
ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan sambil
menyerongkan tubuh kekiri. Lalukan gerakan tersebut masing-
masing 1x8 hitungan.
4) Lakukan jalan di tempat sebanyak 2x8 hitungan, kemudian
lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8
hitungan.
5) Buka kaki selebar bahu, letakkan kedua tangan lurus disamping
tubuh. Silangkan kedua tangan di depan tubuh, hentakkan kaki
kanan ke depan sampai tumitnya menyentuh lantai sambil
merendahkan badan. Selanjutnya kembali ke posisi tegak sambil
tangan di rentangkan. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki
kiri, Lakukan bergantian kanan dan kiri sampai 4x8 hitungan.
6) Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan diatas
tangan kiri di depan dada. Rentangkan kedua tangan kesamping
tubuh sambil melemparkan tungkai kaki kanan ke samping, lalu
kembali ke posisi semula. Lakukan hal yang sama untuk kaki kiri
secara bergantian hingga 4x8 hitungan.
7) Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan kedua tangan di depan dada
dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri. Rentangkan kedua
tangan ke samping, seperti berenang dengan gaya katak, lalu
serongkan kaki kanan ke samping. Kembalikan ke posisi semula
57
dan lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan
berganti-ganti sampai 4x8 hitungan.
8) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2x8 hitungan, kemudian
lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8
hitungan.
9) Berdiri dengan kaki rapat, lalu angkat kedua tangan keatas dengan
siku menekuk 90 derajat.Gerakkan kedua tangan tersebut ke depan
dan angkat kaki kanan sampai panggul menekuk membentuk sudut
90 derajat, lalu kembali ke posisi awal. Lakukan pula gerakan
yang sama untuk kaki kiri. Lakukan secara bergantian sampai 4x8
hitungan. Buka kedua kaki agak lebar, lalu rentangkan kedua
tangan lurus ke samping. Dorong tangan kiri kearah kanan,
sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak di
tekuk.Lakukan pula gerakan yang sama dengan arah berlawanan
secara bergantian sampai 4x8 hitungan. Selingi dengan jalan di
tempat sampai 2x8 hitungan, kemuadian lakukan kembali jalan di
tempat sambil menarik nafas sampai 3x8 hitungan.
d. Aerobik
Aerobik dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan
pembakaran oksigen tinggi untuk meningkatkan hembusan nafas.
Disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta senam asma. Gerakan-
gerakan aerobic harus memenuhi syarat seperti, melibatkan banyak
sendi dan otot-otot tubuh, dilakukan secara terus menerus, jika
58
diselingi istirahat tidak boleh lebih dari 3 menit, dapat meningkatkan
denyut nadi sampai 70 % dari nadi maksimal, kecepatan gerak
menggunakan irama 140 beat/menit
Gerakan Aerobik Sebagai Berikut :
1) Sambil berlari ditempat luruskan kedua tangan ke depan, lalu
kembalikan ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke
samping dan kembalikan ke pundak. Lakukan gerakan tersebut
bergantian sampai 2x8 hitungan, setiap hitungan jatuh pada kaki
kanan.
2) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2x8 hitungan, kemudian
lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8
hitungan.
3) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan
sehingga salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki yang
lain dalam posisi lurus. Pandangan mata ke bawah dan kedua
tangan bebas bergerak mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan
yang sama untuk kaki yang lain secara bergantian sampai 2x8
hitungan.
4) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang
sehingga salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yang
lain dalam posisi lurus. Kedua tangan bebas bergerak dan
pandangan ke atas. Lakukan gerakan ini sampai 2x8 hitungan.
59
5) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh tegak sambil
melemparkan kedua kaki ke samping kanan dan kiri bergantian.
Kedua tangan bebas mengikuti Irma berlari. Lakukan gerakan ini
bergantian sampai 2x8 hitungan.
6) Lakukan lari tempat dengan posisi tubuh tegak sambil
melemparkan kaki kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri
dilemparkan agak serong ke kanan. Lakukan gerakan ini
bergantian sampai 2x8 hitungan.
7) Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua tangan
diatas pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke samping
dengan kedua tangan lurus ke samping setinggi bahu, lalu
gerakkan kaki kiri mengikuti langkah kaki kanan sambil kedua
tangan kembali ke pundak. Jatuhkan kaki kiri satu langkah ke
samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke samping, lalu
gerakkan kaki kanan mengikuti gerakan seperti kaki kiri sambil
meletakkan tangan kembali hingga ke posisi awal. Lakukan
sampai 2x8 hitungan.
e. Pendinginan
Dalam gerakan ini, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-
otot kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan
tangan sambil menarik nafas pelan-pelan. Tujuan utama senam asma
adalah relaksasi otot-otot pernafasan serta otot-otot yang lain. Ini
dapat dicapai dengan peregangan dan kontraksi maksimal di ikuti
60
dengan relaksasi maksimal. Selain itu, pendinginan untuk
mengembalikan denyut nadi pada frekuensi normal setelah mengalami
kenaikan selama aerobic. Ada 3 macam dalam pendinginan:
1) Peregangan yang meningkat, ditahan selama 6-8 detik.
2) Isometrik kontraksi yang maksimal diikuti relaksasi
3) Ketenangan mental
Langkah-langkah Gerakan Pendinginan sebagai berikut:
1) Berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu, lalu jalan kedua
tangan di belakang kepala. Tekan kepala kebelakang pada
hitungan 1, lalu tahan dengan kedua tangan pada hitungan 2-4.
Pada hitungan 5-8, kembalikan keposisi semula secara perlahan.
2) Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan,
tangan kiri di letakkan disamping tubuh. Dorong dagu kekiri
dengan tangan kanan pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini
sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara
perlahan-lahan ke posisi semula.
3) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks
di belakang kepala dan sikunya di pegang oleh tangan kiri. Pada
hitungan 1, tarik siku kanan ke belakang dan tahan gerakan ini
sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara
perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama
dengan arah berlawanan.
61
4) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada
sampai jari -jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke kanan
dengan panggul dan wajah tetap menghadap ke depan, lalu tahan
gerakan ini sampai hitungan. Pada hitungan 5-8, kembalikan
secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang
sama dengan arah yang berlawanan. Berdiri dengan kedua kaki
rapat, lalu letakkan kedua tangan lurus di samping. Pada hitungan
1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menempel
pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sendi
panggul kanan, kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan
sampai hitungan 4 dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus.
Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi
semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah yang
berlawanan.
5) Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas
perut. Pada hitungan 1, tarik nafas sambil mengembungkan otot
perut. Selanjutnya hembuskan nafas pada hitungan 2-4 sambil
mengecilkan perut di bantu dengan tekanan kedua tangan.
Hitungan 5, tarik nafas kembali sama seperti gerakan sebelumnya,
lalu hembuskan kembali. Lakukan 2 x 8 hitungan.
6) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan
setinggi bahu. Turunkan badan sambil menekuk lutut sedikit pada
hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada
62
hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.
Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.
7) Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan terbuka kesamping
tubuh. Tarik nafas pada hitungan 1, lalu tahan sampai hutungan 2-
4. Pada hitungan 5, hembuskan nafas keluar sambil menepuk paha
bagian samping tarik nafas kembali, lalu tahan seperti gerakan
sebelumnya, kemudian keluarkan nafas sambil menepuk dada
bagian samping. Terakhir, dorong kedua lengan ke depan sambil
menghembuskan nafas. Selanjutnya lakukan kembali posisi doa.
4. Pengaruh Senam Asma Terhadap Nilai Saturasi Oksigen dan Nilai
Arus Puncak Ekspirasi
Gerakan asma dapat memperbaiki kebugaran dan meningkatkan
saturasi oksigen diataranya21
:
a. Pada awalnya sebelum senam asma dimulai dilakukan pemanasan dan
peregangan dengan tujuan untuk menyiapkan otot-otot tubuh, sendi -
sendi tubuh, paru-paru dan jantung agar siap untuk melkukan gerakan-
gerkan senam asma yang akan dilakukan.
b. Setelah pemanasan dan peregangan selesai dilakukan, dilanjutkan
dengan gerakan inti A. Gerakan inti A bertujuan untuk memperbaiki
dan mempertahankan fungsi organ-organ pernapasan dan melatih cara
bernapas yang efektif pada penderita asma dengan cara menarik napas
dan mengeluarkan napas. Proses ekspirasi dilakukan dilakukan lebih
lama 2 hitungan dengan proses inspirasi.
63
c. Setelah gerakan inti A, dilakukan gerakan inti B. Tujuan gerakan inti
B untuk relaksasi/melepaskan beban otot-otot pernafasan, mobilisasi
sendi yang berkaitan dengan perubahan volume thoraks,
meningkatkan daya tahan tubuh dan mengontrol pernapasan dengan
Irma yang ritmis, otot-otot akan menjadi relaksasi hal ini akan
mempermudah pernapasan dan ekspektorasi.
d. Setelah Gerakan inti B, dilakukan gerakan Aerobic, yaitu gerakan
dengan sistem energi lambat atau sistem metabolisme aerobic,
merupakan rangkaian reaksi kimia yang memerlukan oksigen.
Gerakan aerobic dilakukan agar tubuh lebih dapat menghasilkan
pembakaran oksigen tinggi dan meningkatkan ekspirasi. Gerakan ini
juga berdampak pada proses difusi pada paru, dapat meningkatkan
oksihemoglobin dan jika hal ini dilakukan secara rotin dan benar akan
dapat meningkatkan saturasi oksigen dan kebugaraan fisik.
e. Setelah Gerakan Aerobik, dilakukan gerakan pendinginan yaitu
gerakan-gerakan lambat agar otot-otot dan fungsi organ-organ tubuh
lain kembali seperti keadaan semula. Juga untuk mengembalikan
denyut nadi pada frekuensi normal setelah mengalami kenaikan
selama aerobik.
Saturasi oksigen adalah ukuran derajat pengikatan oksigen pada
hemoglobin, biasa diukur dengan oksimeter, dinyatakan dalam persentase
pembagian oksigen sebenarnya dengan kapasitas oksigen maksimum dan
dikalikan 100.47
Senam asma yang berpengaruh besar terhadap saturasi
64
oksigen adalah gerakan aerobik karena dapat meningkatkan kinerja sistem
peredaran yaitu jantung, pembuluh darah dan paru dalam menyediakan
oksigen bagi kelangsungan kinerja otot hal ini akan meningkatkan proses
difusi dari alveoli ke ateri sehingga kalau di ukur dengan oksimeter
terdapat peningkatan SpO2. Hal tersebut didukung oleh Widjanegara
menunjukkan bahwa senam asma dapat memperbaiki gejala kliniks,
frekuensi kekambuhan dan peningkatan saturasi oksigen pada penderita
asma.21
Senam asma juga dapat meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan,
baik otot inspirasi (Muskulus interkostalis eksternus) maupun otot
ekspirasi (Muskulus interkostalis internus) dan otot-otot pendukung
pernapasan lainnya seperti muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus
serta otot-otot dinding perut, otot-otot tersebut akan lebih terlatih dan
bersinergi dalam meningkatkan fungsi pernapasan terutama pada
pernapasan yang sukar dan dalam. Sehingga dengan peningkatan kinerja
otot-otot pernapasan dan otot-otot pendukung pernapasan maka ventilasi,
perfusi dan difusi akan berjalan dengan lancer.21
Saluran napas yang tadinya menyempit akan mengalami dilatasi
sehingga memaksimalkan proses ventilasi. Ventilasi yang lebih baik akan
meningkatkan oksigen paru dan terjadi peningkatan difusi oksigen antara
alveoli dengan kapiler paru yang akhirnya akan meningkatkan saturasi
oksigen.13
65
F. PENGARUH TERAPI AIR ALKALI DAN SENAM ASMA TERHADAP
NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI DAN SATURASI OKSIGEN
PADA PENELITIAN SEBELUMNYA
Pengaruh intervensi pemberian air alkali dan senam asma dalam
mencegah perburukan kondisi asma telah dipelajari dan diteliti sebelumnya.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini
dihitung dan dibandingkan effect size antara satu dan yang lain.
Effect Size merupakan ukuran mengenai seberapa besar efek pada suatu
variabel terhadap variabel lain dan dianggap sebagai ukuran tentang tingkat
kemaknaan hasil penelitian dalam tataran praktis. Signifikansi hasil penelitian
berupa besarnya korelasi, perbedaan, atau efek dari suatu variabel terhadap
variabel lain pada penelitian yang serupa dengan penelitian ini diukur untuk
melengkapi informasi yang menyajikan perbandingan dengan penelitian
sebelumnya sebagai dasar dalam menyimpulkan apakah hasil penelitian ini
lebih baik dalam memberikan pengaruh terhadap variabel yang diukur.48
Penghitungan effect size terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang
dijadikan dasar dalam penelitian ini, maka dapat ditentukan urutan penelitian
berdasarkan besarnya efek dalam mempengaruhi asma.
Tabel 2.5
Penelitian Terkait Air Alkali dan Senam Asma dengan Nilai arus puncak
ekspirasi dan nilai saturasi oksigen Peneliti N Intervensi Dosis
(pH/Durasi)
Botol/
ml
Kali Lama
(hari)
Variabel
dependen
Nilai
p&effectsiz
e (ES)
Kategori
Wahyuningti
yas, 201617
36 Pemberian
Air Alkali
Merk
Ajwa
pH 9,0 600
ml
1X 14
hari
Kualitas
Hidup
p=0,000
ES= 0,922
Kuat
Santikatmaka
,201718
28 Pemberian
air Alkali
pH 8 1200
ml
2X 7
hari
Natrium
Serum,
p=0,000
ES= 0,882
Kuat
66
Latihan
Fisik
azzahra,
201619
15 Pemberian
air alkali
pH 8 600
ml
1X 14
hari
Expirator
y flow
rate
p=0,004
ES=0,545
Sedang
Shirahata,201
241
84 Pemberian
air alkali
pH 9,5 500
ml
1X 14
hari
Keluhan
pada
perut
Peningkata
signifikansi
94,1%
-
Daniel P
Heil, 201023
19 Pemberian
air alkali
pH 10 1000
ml
1X !4
hari
pH
darah,
pH urin,
Latihan
Fisik
p= 0,001
ES= 0,5
Sedang
Widjanegara,
201521
15 Senam
asma
Durasi 45
menit
- 3X 56
Hari
kekambu
han dan
meningk
atkan
saturasi
oksigen
P= 0,001
Nilai mean
meningkat
dari 95,1%
menjadi
96,5%
-
Darmayasa,2
01122
12 Senam
Asma
Durasi 45
menit
- 3x 7
hari
KVP
VEP1
P= 0,000
ES=0,98
P=0,000
ES=0,83
Sangat
kuat
Kuat
Budi Antoro,
201649
38 Senam
Asma
Durasi 60
menit
- 1X 42
Hari
Arus
puncak
ekspirasi
P= 0,037
ES= 0,164
Sangat
lemah
Penelitian-penelitian tersebut membandingkan intervensi dalam kualitas
hidup asma, expiratory flow rate pada asma, natrium serum, pH darah, pH
urin, latihan fisik dan keluhan pada perut. Sementara intervensi dalam
penelitian ini menggunakan kombinasi antara air alkali dan senam asma
terhadap nilai arus puncak ekpirasi dan saturasi oksigen.
Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan air alkali pH yang sudah
di ukur sekitar 9+. Air alkali selain mempunyai pH yang tinggi dan oksigen
terlarut, air ini juga memiliki komponen molekul air berbentuk hexagonal dan
microcluster sehingga terjadi proses hidrasi sel yang lebih baik dan lebih
cepat, serta memiliki antioksidan terhadap segala radikal bebas yang
mengganggu hemeostatis tubuh. Penelitian ini diharapkan air alkali
67
bermanfaat dalam proses antiinflamasi berbagai penyakit didalam tubuh.
Pertimbangan jurnal dan literatur tentang alkali, untuk pemberian terapi air
alkali pada penelitian ini akan diberikan selama 14 hari sebanyak 1200 ml/
hari diminum pagi 600 ml dan sore 600 ml tanpa mengurangi konsumsi air
biasa.
Pada perlakuan senam asma pada penelitian ini akan diberikan 4x
dalam seminggu selama 14 hari, dengan durasi senam 45 menit. Dengan
kombinasi pemberian air alkali dan senam asma diharapkan akan
meningkatkan derajat kesehatan pasien asma, karena kombinasi perlakuan ini
mempunyai dampak positif yaitu membuat adekuat saluran nafas sehingga
pengeluaran udara ekspirasi dapat lebih baik dan memperkuat otot-otot
pernafasan.
G. Dorothy Johnson Model Sistem Perilaku
1. Background Teorist
Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1919 di
Savannah, Georgia. Ia memperoleh gelar A.A. dari Armstrong Junior
College di Savannah, Georgia pada tahun 1938, gelar B.S.N. dari
Universitas Vanderblit di Nashville Tennese. Pada tahun 1942 dan gelar
M.P.H dari Universita Havard di Boston pada tahun 1948. Selama
karirnya akademik Dorothy Johnson menangani masalah-masalah yang
berkaitan dengan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan ilmu
keperawatan. Sebagian besar pengalaman profesionalnya melibatkan
68
pengajaran, meskipun ia adalah staff perawat di Dewan Kesehatan
Catham Savannnah dari tahun 1943-1944.50
Disamping itu dari tahun 1965 sampai tahun 1967 ia mengepalai
Komite Asosiasi Perawat yang mengembangkan pernyataan posisi atas
spesifikasi-spesifikasi untuk spesialis klinik. Publikasi Johnson termasuk
4 buku, lebih dari 30 artikel berkala dan sejumlah laporan, proceeding
dan monograph. Salah satu dari sekian banyak penghargaan yang ia
terima yang paling dibanggakan adalah Faculty Award tahun 1975 dari
mahasiswa-mahasiswa sarjana, Lulu Hassenplug Distinguished
Achievement Award dari Asosiasi Perawat California tahun 1977 dan
Vanderbilt University School of Nursing Award for Excellence in
Nursingtahun 1981.51
Model sistem perilakunya ternyata berguna dalam perkembangan
lebih jauh basis teoritis untuk keperawatan, tetapi dapat dikatakan bahwa
sumber kepuasan terbesar berasal dari kelanjutan karir produktif dari
siswa-siswanya. Dorothy E. Johnson, RN, MPH, FAAN meninggal pada
bulan Februari 1999.50
2. Sumber Teori
Teori yang menginspirasi E. Johnson adalah Teori dari Florence
Nightingale bahwa perhatian keperawatan berfokus pada orang dan bukan
penyakit. Menurut keyakinan Nightingale tujuan keperawatan adalah
membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati penyakit
atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai
69
individu dan bukan pada entitas penyakit yang spesifik. Selain itu terdapat
Teori Hans Selye yang menginspirasi bahwa Individu berespons
terhadap stres akibat sakit dan bagaimana individu harus bertindak.50
Sehingga teori Sistem dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk
melakukan fungsi bersama-sama guna membentuk kebutuhan secara
keseluruhan.
3. Paradigma Keperawatan
a. Perawat
Keperawatan dipandang sebagai layanan yang bersifat komplementer
terhadap terapi medis dan profesi kesehatan lainnya, tetapi memiliki
kontribusi tersendiri bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Seni dan ilmu dalam memberikan bantuan eksternal baik sebelum dan
selama gangguan keseimbangan sistem.
b. Individu
Johnson dalam teorinya memandang klien sebagai sistem perilaku.
Sistem perilaku yang teratur, berulang, sistematis, dan terorganisir
dengan subsistem biologis dan perilaku saling berhubungan dan saling
tergantung. Klien dipandang sebagai kumpulan subsistem perilaku
yang saling berhubungan membentuk sistem perilaku.
c. Kesehatan
Johnson melihat kesehatan sebagai fungsi yang efektif dan efisien dari
sistem, serta sebagai keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial.
70
Keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku ditunjukkan oleh perilaku
yang bisa diamati yaitu bertujuan (purposeful), tertib (orderly), dan
bisa diprediksi (predictable). Perilaku dipertahankan jika terbukti
efektif dan efisien dalam mengelola hubungan individu dengan
lingkungannya. Perilaku berubah ketika efektivitas dan efisiensinya
tidak lagi jelas, atau ketika tingkat fungsional yang lebih optimal
dirasakan.
d. Lingkungan
Dalam teorinya, Johnson menyebut adanya lingkungan internal dan
eksternal. Dia juga menyebutkan adanya interaksi antara individu
dengan lingkungan, objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan. Dia
mencatat bahwa ada kekuatan di lingkungan yang mempengaruhi
seseorang sehingga orang yang bersangkutan meyesuaikan diri dengan
lingkungan tersebut. Dengan demikian, lingkungan terdiri dari semua
elemen yang bukan merupakan bagian dari individu system perilaku
tetapi mempengaruhi sistem dan bisa berfungsi sebagai sumber
imperative sustenal.50, 51
4. Asumsi Model Sistem Perilaku
Johnson mengembangkan konsep model perilaku pada tahun 1950.
Fokus dari perilaku yaitu kebutuhan, manusia sebagai sistem perilaku dan
perwujudan stress sebagai asuhan keparawatan. Konsep manusia
didefinisikan sebagai sistem perilaku. Johnson mendefinisikan arti sehat
adalah derajat reguler dan konstan dari perilaku dan sistem perilaku
71
merefleksikan adaptasi terhadap lingkungan sukses atau tidaknya
seseorang menuju derajat yang diharapkan termasuk adaptasi stres dari
internal maupun eksternal. Terdapat 4 asumsi yang di kemukakan oleh
Johnson yaitu51
:
a. Bentuk perilaku menggambarkan motif dan tujuan (Goal)
Pada pasien asma bentuk perilaku hidup sehat dengan membiasakan
diri terapi air alkali dan senam asma bertujuan supaya otot-otot
pernafasan dan saluran pernafasan pasien adekuat, sehingga nilai
fungsi arus puncak ekspirasi dan saturasi oksigen dalam batas normal.
b. Kecenderungan untuk bertindak (Set)
Bertindak secara positif atau tingkah laku positif yang dianjurkan oleh
tim kesehatan kepada penderita asma makan sangat menguntungkan
bagi penderita asma dalam meningkatkan derajat kesehatannya yang
produktif.
c. Pilihan (ruang lingkup) yang berbeda (Choice)
Terapi asma terdapat 2 komponen yaitu terapi medis dan keperawatan.
Selain teratur minum obat dan kontrol tepat waktu, penderita asma
dengan memilih hidup sehat seperti melakukan latihan aktivitas fisik
senam asma dan mengkonsumsi air alkali maka status kesehatannya
pun akan lebih baik.
d. Hasil diproduksi (Behaviour)
Pemberian air alkali dan senam asma Indonesia sebagai bagian dari
72
penatalaksanaan jangka panjang penyakit asma, merupakan bentuk
dari perilaku kesehatan. Dengan melaksanakan kedua hal tersebut
diharapkan tercapai tujuan penanganan asma, yaitu asma terkontrol.
5. Subsistem Perilaku
Terdapat 7 Sub Sistem sebagai sistem terbuka, saling berhubungan
dan saling tergantung. Aktifitas sub sistem dikendalikan langsung oleh
motivasi karena kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran. Sehingga
terdapat 7 subsistem perilaku yang terdiri dari51
:
a. Sub Sistem Attachment-affiliative
Merupakan sub sistem yang membentuk landasan untuk semua
organisasi sosial. Secara Umum, sub sistem menjamin kelangsungan
dan keamanan. Konsekuensi pada subsistem ini adalah inklusi social,
intimacy, dan ikatan social yang kuat. Responden dalam penelitian
ini merupakan sub sistem yang membentuk organisasi sosial yaitu
grup senam asma sehingga responden satu dengan yang lainnya
mempunyai keterkaitan kepeduliaan antar sesama yang sangat kuat.
b. Sub Sistem Dependency
Pengembangan perilaku yang memerlukan respon perawatan.
Berkembang dari ketergantungan tingi menjadi tidak tergantung
sampai pada kemandirian. Pada penelitian ini prilaku hidup sehat
dengan mengkombinasikan 2 terapi yang diawali dengan cara
diarahkan untuk penerapan terapi sampai pasien dapat melakukannya
dengan mandiri.
73
c. Sub Sistem Biologis (Ingesti dan eliminasi)
Terkait dengan apa, kapan, berapa banyak dan bagaimana, makanan
atau minuman masuk kedalam lambung dan kapan, berapa banyak
dan bagaimana sisa makanan dan minuman harus dibuang dari tubuh,
Juga perlu untuk kondisi psikologis dan social. Dosis pada penelitian
ini yaitu pemberian air alkali pH 9+ selama 14 hari sebanyak 1200ml
yaitu diberikan pada hari ke-1 sampai hari ke-14 dan senam asma 4x
dalam seminggu selama 14 hari, dengan durasi senam 60 menit, yaitu
hari ke-1, hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, hari ke-8, hari ke-10, hari
ke-12 dan hari ke-14.
d. Sub Sistem Seksual
Dimulai dari perkembangan identitas gender, ketertarikan lawan jenis
dan intimacy. Keadaan responden yang produktif dan tertib dalam
menerapkan terapi air alkali dan senam asma sehingga akan
mengalami perbaikan nilai fungsi paru seperti APE dan SPO2 maka
akan semakin didukung dengan sistem seksual yang lebih harmonis.
e. Sub Sistem Agresif
Fungsi sistem ini sebagai perlindungan dan pemeliharaan. Dalam sub
sistem ini upaya responden dalam perlindungan kekambuhan akibat
asma serta pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan dengan cara
terapi 2 kombinasi air alkali dan senam asma sesuai dosis yang sudah
ditentukan.
74
f. Sub Sistem Achievement
Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan.
Cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual, psikis,
kreatif, mekanis dan sosial. Secara garis besar, pencapaian kesehatan
yang optimal pada responden asma maka akan terjadi peningkatan
kemampuan fisik dan rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial dan
pengembangan diri menjadi lebih baik.
g. Sub Sistem Restoratif
Sebagai kondisi akhir yang stabil namun dinamis, dimana individu
hidup dan tinggal dalam lingkungannya sebagai stimulus. Dalam
penelitian ini, responden hidup didalam lingkungan yang saling
mendukung, karena setiap pertemuan senam asma, para responden
dapat berbagi cerita, pengalaman dan solusi mengenai penyakitnya
serta perbaikan nilai fungsi paru yang telah di capai.
6. Nursing Process
a. Assessment
Asessment tool untuk 7 sub sistem perilaku disebut sebagai
restorative yang fokus pada activities of daily living. An assessment
model perilaku dilakukan perawat dengan perolehan data biologis.
Nursing process dalam Johnson's behavioral model merupakan
aktifitas yang berpusat pada perawat dimana perawat memutuskan
kebutuhan pasien dan mengkondisikan perilaku yang tepat untuk
75
memenuhi kebutuhan pasien. Pengkajian pada 7 subsistem antara lain
affiliation, dependency, sexuality, Aggression, Elimination, Ingestion,
Achievement, Restorative.50, 51
b. Diagnosa
Diagnosis terkait sistem perilaku dan sub sistem spesifik. 4
kategori diagnosa dari model sistem behavioral Johnson's52
:
1) Insufficiency
Merupakan (ketidakcukupan) atau menandakan sub sistem tidak
bervariabel.
2) Discrepancy
Merupakan (ketidaksesuaian) menandakan tingkah laku tidak
mencapai tujuan yang ditetapkan.
3) Incompatibility
Merupakan (ketidakcocokan) menandakan tingkah laku dari dua
subsistem terjadi konflik.
4) Dominance
Merupakan (kekuasaan) menandakan tingkah laku pada sub-sistem
digunakan lebih banyak dari sub-sistem yang lain.
c. Intervensi
Implementation terkait dengan diagnosa keperawatan sulit bila
input tentang sub sistem perilaku dalam perencanaan sangat minim.
Perencanaan fokus pada tindakan perawat untuk merubah perilaku
pasien. Perencanaan mencakup protection, nurturance or stimulation
76
dari sub sistem perilaku. Empat cara intervensi keperawatan agar
tingkah laku adekuat52
:
1) Membatasi atau memberi batasan tingkah laku
2) Mempertahankan atau melindungi dari stressor negatif
3) Menghambat atau menekan respons tidak efektif
4) Memudahkan atau memberi pemeliharaan dan rangsangan.
d. Evaluasi
Evaluasi terhadap tercapai tidaknya sub sistem perilaku yang
diharapkan. Perawat harus dapat mengobservasi kembalinya ke pola
perilaku sebelumnya. Nursing process dalam Johnson's behavioral
model merupakan aktifitas yang berpusat pada perawat dimana
perawat memutuskan kebutuhan pasien dan mengkondisikan perilaku
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien. 50, 51
7. Keterkaitan Teori Dorothy Johnson Model Sistem Perilaku
Terhadap Penderita Asma Yang Dilakukan Terapi Pemberian Air
Alkali Dan Senam Asma
Pasien asma yang terkontrol, memerlukan perawatan kesehatan
yang menunjang supaya hidup lebih produktif. Pasien asma yang
mempunyai rutinitas hidup sehat seperti kontrol tepat waktu, mempunyai
jadwal latihan aktivitas fisik yang teratur seperti senam asma dan
mengkonsumsi makanan serta minuman yang sehat maka akan
meningkatkan kesehatan dan menjaga kepatenan jalan nafas penderita
asma.
77
Terapi pemberian air alkali dan Terapi latihan fisik seperti senam
asma dapat dijadikan alternatif baru dalam intervensi keperawatan pada
penderita asma. Dengan adanya kontribusi perawat dalam mengarahkan
pilihan aktivitas yang tepat dan konsumsi air alkali maka akan
memunculkan perilaku hidup sehat pada penderita asma. Perilaku terapi
latihan fisik dan terapi alkali ini dapat dipengaruhi oleh niat yang timbul
dari individu penderita serta dukungan ataupun arahan dari perawat.
Menggunakan teori yang dikembangkan oleh Dorothy E. Johnson
yakni Behavioral System Model. Model ini ditujukan agar keperawatan
lebih mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia yang secara efektif
dan efisien. Jonhson dalam hal ini juga menjelaskan bahwa perilaku
manusia adalah sistem yang akan dipengaruhi oleh subsistemnya yaitu
lingkungan, dan masalah kesehatan. Subsistem lain yang juga akan
memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia yaitu tujuan dari
intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam rangka memperoleh
kembali kestabilannya.53
Konsep Behavioral System Modelnya menyebutkan ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang apabila orang
tersebut mengalami masalah kesehatan, baik yang dialami oleh diri
sendiri ataupun dialami oleh orang lain. Faktor tersebut antara lain faktor
belajar, faktor pengalaman, dan faktor dukungan sosial. Dalam konsepnya
Johnson menyampaikan faktor-faktor ini merupakan bagian dari stressor
internal yang dapat menjadi masukan bagi sistem perilaku seseorang.
78
Faktor-faktor ini akan diproses di dalam sistem perilaku sehingga
menghasilkan dorongan atau motivasi untuk berperilaku. Dorongan atau
motivasi ini akan terealisasi menjadi perilaku apabila ada keadaan atau
kondisi yang sesuai.52
Dengan pendekatan Behavioral System Johnson ditujukan agar
keperawatan lebih mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia
secara optimal. Penerapan terapi pemberian air alkali dan terapi senam
asma dalam mengembangkan perilaku positif khususnya dalam hal
memenejemen aktivitas sesuai dengan subsistem perilaku yang dimiliki
Penderita. Hal yang disarankan kepada pihak-pihak terkait adalah
berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan penderita asma.
Keterlibatan pelayanan kesehatan yang terbaik diharapkan untuk
mencapai derajat kesehatan pada penderita asma secara optimal.
79
H. KERANGKA TEORI
Riwayat Asma
Penurunan kapasitas vital paru
Memperbaiki status nilai Arus puncak
ekspirasi dan nilai saturasi oksigen
Gambar 2.2 Kerangka Teori. Yustina (2016), Mcewen M (2014), Shirahata (2012)
Asidosis
Ventilasi tak
seragam
Hipoventilasi
alveolar
Ventilasi dan perfusi
tidak padupadan
PaCO2 ↑, PaO2 ↓, pH ↓
Type equation here.
Hipoksia awal
Kerja nafas ↑
Hiperventilasi paru
Kelelahan otot
pernafasan
Terapi
Senam
Asma
Terapi
Air
Alkali
Nursing behavioral
System Model
- Memperbaiki hidrasi sel dan ↑ proses imunologi
tubuh dengan menekan proses alergi
- Menghambat kerja histamine
- Mengurangi hipereaktivitas otot bronkus
- Meningkatkan kekuatan otot yang berkaitan
dengan mekanisme pernafasan
- Meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam
proses pernafasan
- Meningkatkan kebugaran jasmani atau
kemampuan fisik
a) Goal
Bentuk perilaku membiasakan terapi air alkali dan
senam asma supaya memperbaiki nilai fungsi paru.
b) Set
Bertindak positif untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang produktif.
c) Choice
Pemilihan terapi untuk jangka panjang yaitu
kombinasi terapi air alkali dan senam asma
d) Behaviour
Dengan melaksanakan kombinasi terapi air alkali dan
senam asma diharapkan tercapai penanganan asma
dan asma terkontrol.
a. Meningkatkan derajat kesehatan
pada penderita asma
b. Meningkatkan proses imunologi
tubuh
c. Mencegah kematian akibat asma
Kombinasi 2 terapi
↑ Histamin
Hipereaktivitas otot polos
bronkus→ gangguan respirasi
Gangguan pengeluaran
karbondioksida dari paru
Kambuhan ulang
asma
Obstruksi jalan nafas
Kambuhan ulang
asma
Obstruksi jalan nafas