21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA 1. Pengertian Asma ...

59
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA 1. Pengertian Asma merupakan kondisi dimana terdapat obstruksi jalan napas yang reversibel yang ditandai oleh serangan batuk, dipsnea, pada individu dengan jalan napas hiperaktif. Reaksi hipersensitifitas pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus. 26 Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, bahwa asma adalah penyakit paru dengan karakteristik Obstruksi Saluran napas reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi saluran napas serta peningkatan respons saluran napas terhadap berbagai rangsangan (hiperreaktif). 27 Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Karena jalan nafas yang rentan dan hiperresponsif, reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi, keduanya dapat terjadi bersamaan. 28 2. Patogenesis dan Pathofisiologis Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat disebabkan banyak faktor namun penyebab utamanya adalah kontraksi otot polos bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan sel Inflamasi. 10 Berbagai sel inflamasi yang berperan terutama sel mast

Transcript of 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASMA 1. Pengertian Asma ...

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASMA

1. Pengertian

Asma merupakan kondisi dimana terdapat obstruksi jalan napas yang

reversibel yang ditandai oleh serangan batuk, dipsnea, pada individu

dengan jalan napas hiperaktif. Reaksi hipersensitifitas pada bronkus dapat

mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus.26

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia,

bahwa asma adalah penyakit paru dengan karakteristik Obstruksi Saluran

napas reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan,

inflamasi saluran napas serta peningkatan respons saluran napas terhadap

berbagai rangsangan (hiperreaktif).27

Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme

otot bronkus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Karena jalan nafas

yang rentan dan hiperresponsif, reaksi inflamasi dan bronkokonstriksi,

keduanya dapat terjadi bersamaan.28

2. Patogenesis dan Pathofisiologis

Penyempitan saluran nafas yang terjadi pada pasien asma dapat

disebabkan banyak faktor namun penyebab utamanya adalah kontraksi

otot polos bronkial yang diprovokasi mediator agonis yang dikeluarkan sel

Inflamasi.10

Berbagai sel inflamasi yang berperan terutama sel mast

22

(mengeluarkan histamine, triptase, prostaglandin D2, leukotriene C4),

eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel.28

Akibat yang

ditimbulkan dari kontraksi otot polos saluran napas adalah hiperplasia

kronik dari otot polos, pembuluh darah, serta terjadi deposisi matriks pada

dinding saluran nafas.9

Inflamasi pada dinding saluran napas, khususnya pada regio

peribronkial, cenderung memperparah penyempitan saluran napas yang

terjadi akibat kontraksi otot polos tersebut. Kelainan fungsi kontraksi otot

polos diakibatkan oleh perubahan pada apparatus kontraktil pada bagian

elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks ekstraselulernya.

Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan dengan

peningkatan kecepatan pemendekan otot di mana proses tersebut

diakibatkan oleh interaksi dengan inflamasi saluran napas. Perubahan pada

struktur filamen kontraktilitas atau plastisitas dari sel otot polos dapat

menjadi etiologi hiperreaktif saluran napas yang terjadi secara kronik.

Mediator inflamasi yang berperan dalam patofisiologi asma tersebut yang

meningkatkan respons otot polos untuk berkontraksi sehingga

membuktikan bahwa adanya hubungan antara zat yang dihasilkan sel Mast

dan hiperresponsif saluran napas secara in vitro.9

Obstruksi saluran nafas pada asma bertambah berat selama ekspirasi

karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase tersebut,

menyebabkan udara di distal tempat terjadinya obstruksi terjebak sehingga

tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya, terjadi peningkatan volume residu,

23

kapasitas residu fungsional, dan pasien akan bernafas pada volume yang

tinggi mendekati kapasitas paru total yang disebut dengan hiperinflasi.27

Sekresi mukus pada saluran napas pasien asma tidak hanya berupa

peningkatan volume saja tetapi juga perbedaan pada viskoelastisitas.

Perbedaan kualitas dan kuantitas dapat timbul baik akibat infiltrasi sel

inflamasi maupun terjadi perubahan patologis sel sekretori, pembuluh

darah epitel, saluran napas dan lapisan submukosa.9

Derajat hipoksemia arteri secara kasar berhubungan dengan beratnya

obstruksi saluran napas yang terjadi secara tidak merata di seluruh paru.

Adanya ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi menyebabkan

perbedaan oksigen antara arteri dan alvelolus melebar dan tekanan oksigen

60-90 mmHg (8,0-9,2 kPa) dapat ditemukan pada pengukuran saat

serangan asma berlangsung. Peningkatan PCO2 arteri mengindikasikan

bahwa obstruksi yang terjadi sangatlah berat hingga otot pernapasan tidak

dapat lagi mempertahankan laju ventilasi melalui respirasi paksa, yang

dapat dilihat dari usaha napas berlebih (hipoventilasi alveolar). Dampak

dari hipoventilasi tersebut dapat berupa asidosis respiratorik.9

24

3. Pathway Asma

Gambar 2.1 Pathways asma. Bratawidjaja 200329

Pencetus Asma

Sel T helper-2 (TH2)

IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-13, IL-16, GMCSF

Histamin, Prostaglandin, Leukotrin

Bronkospasme, oedema mukosa, sekresi mukus

Obstruksi jalan nafas

Hiperinflasi paru Hipoventilasi alveolar Ventilasi tak seragam

Hipoksemia awal

Kerja nafas awal

Hiperventilasi paru

PaCO2, PaO2, PH

Gangguan

Compliance

↑Kerja nafas

Lanjut

Kelelahan otot Asidosis

Vasokonstiksi pulmonal Hipoksia / anoksia

Hipoventilasi paru

Ventilasi dan perfusi

tidak padupadan

PaCO2, PaO2, PH

Atelektasi

s

Surfaktan

Antigen Presenting Cell (APC)

Dipresentasikan ke sel T CD4

25

4. Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis

Tabel 2.1 Derajat Asma

Derajat Asma Gejala Gejala

Malam

Faal Paru

I. Intermitten Bulanan APE ≥ 80%

a) Gejala<

1x/minggu

b) Tanpa gejala

di luar

serangan

c) Serangan

singkat

2 Kali

sebulan

a) VEP1 ≥

80% nilai

prediksi

b) APE ≥

80% nilai

terbaik

c) Variabiliti

APE <

20%

II. Persisten Mingguan APE > 80% a) Gejala>

1x/minggu,

tetapi < 1x/

hari

b) Serangan

dapat

mengganggu

aktiviti dan

tidur

> 2 kali

sebulan

a) VEP1 ≥

80% nilai

prediksi

b) APE ≥

80% nilai

terbaik

c) Variabiliti

APE 20-

30%

III. Persisten Sedang Harian APE 60-80%

a) Gejala setiap

hari

b) Serangan

mengganggu

aktiviti dan

tidur

c) Membutuhkan

bronkodilator

setiap hari

> 1x /

seminggu

a) VEP1 60-

80% nilai

prediksi

b) APE 60-

80% nilai

terbaik

c) Variabiliti

APE > 30%

VI. Persisten Berat Kontinyu APE <60%

a) Gejala terus

menerus

b) Sering

kambuh

c) Aktiviti fisik

terbatas

Sering a) VEP1 ≤

60% nilai

prediksi

b) APE ≤ 60%

nilai terbaik

c) Variabiliti

APE > 30%

Sumber: (PDPI,2010)10

26

5. Klasifikasi Berdasarkan Berat Serangan Asma

Klasifikasi berdasarkan derajat berat serangan asma menurut GINA

(Global Initiative for Asthma), dibagi menjadi tiga kategori30

:

a. Asma ringan: asma intermiten dan asma persisten ringan.

b. Asma sedang: asma persisten sedang.

c. Asma berat: asma persisten berat.

Tabel.2.2 Derajat Berat Serangan Asma Menurut GINA

Karakteristik Ringan Sedang Berat

Aktivitas a. Dapat

berjalan

Jalan terbatas Sukar berjalan

b. Dapat

berbaring

Lebih suka

duduk

Duduk

membungkuk

kedepan

Bicara Beberapa

kalimat

Kalimat terbatas Kata demi kata

Kesadaran Mungkin

terganggu

Biasanya

terganggu

Biasanya

terganggu

Frekuensi nafas Meningkat Meningkat Sering ≥ 30

x/menit

Retraksi otot

bantu nafas

Umumnya tidak

ada

Kadang kala ada Ada

Mengi Lemah sampai

sedang

Keras Keras

Frekuensi Nadi <100 100-200 >200

Pulsus

Paradoksus

Tidak ada

(<10mmhg)

Mungkin ada

(10-25 mmhg)

Sering ada

(>25mmhg)

Bronkodilator

Prediksi

>80% 60-80% <60%

PaCO2 <45mmhg <45mmhg <45mmhg

SaO2 >95% 91-95% <90%

Keterangan: Dalam menentukan klasifikasi tidak semua parameter harus

dipenuhi.30

6. Klasifikasi Asma Berdasarkan Tingkat Kontrol Asma

GINA mengajukan klasifikasi asma berdasarkan tingkat kontrol

asma dengan penilaian meliputi gejala siang, aktivitas, gejala malam,

pemakaian obat pelega dan eksaserbasi. GINA membaginya kedalam

27

asma terkontrol sempurna, asma terkontrol sebagian, dan asma tidak

terkontrol.30

Tabel 2.3 Tingkat Kontrol Asma Menurut GINA30

Karakteristik Kontrol

Penuh

(Semua

Kriteria)

Terkontrol

Sebagian (Salah

satu/minggu)

Tidak

Terkontrol

Gejala harian Tidak ada

(≤2x/mgg)

>2x/mgg ≥3x/mgg

Keterbatasan

aktivitas

Tidak ada Ada Gambaran

asma

terkontrol

sebagian

ada dalam

setiap

minggu

Gejala

noktural/terbangun

karena asma

Tidak ada Ada

Kebutuhan pelega Tidak ada

(≤2x/mgg)

>2x/mgg 1x/mgg

Fungsi Paru

(APE/VEP1)

Normal <80%prediksi/nilai

terbaik

Eksaserbasi Tidak ada ≥1/tahun

28

7. Pelangi Asma

Tabel 2.4 Pelangi Asma

Pelangi Asma, monitoring keadaan asma secara mandiri

Hijau

a) Kondisi baik, asma terkontrol

b) Tidak ada / minimal gejala

c) APE : 80 - 100 % nilai dugaan/ terbaik

Pengobatan bergantung berat asma, prinsipnya pengobatan

dilanjutkan. Bila tetap berada pada warna hijau minimal 3 bulan, maka

pertimbangkan turunkan terapi.

Kuning

a) Berarti hati-hati, asma tidak terkontrol, dapat terjadi serangan akut/

eksaserbasi

b) Dengan gejala asma (asma malam, aktiviti terhambat, batuk, mengi,

dada terasa berat baik saat aktiviti maupun istirahat) dan/ atau APE 60 -

80 % prediksi/ nilai terbaik

Membutuhkan peningkatan dosis medikasi atau perubahan medikasi.

Merah

a) Berbahaya

b) Gejala asma terus menerus dan membatasi aktiviti sehari-hari.

c) APE < 60% nilai dugaan/ terbaik

Penderita membutuhkan pengobatan segera sebagai rencana pengobatan

yang disepakati dokter-penderita secara tertulis. Bila tetap tidak ada

respons, segera hubungi dokter atau ke rumah sakit.

Sumber: (PDPI,2010)10

8. Faktor Resiko Asma

Faktor risiko adalah faktor yang dapat memperberat seorang

penderita asma untuk mengalami serangan eksaserbasi (flare-ups),

kehilangan fungsi paru, atau efek samping obat-obatan.7

Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor

pejamu (host faktor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini

termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya

asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi), hipereaktiviti bronkus, jenis

kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan

29

kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma,

menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala

asma menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu alergen,

sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan

(virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga.10

9. PENATALAKSANAAN ASMA

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan

mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti sehari-hari. Dalam

penatalaksanaan terbagi menjadi 2 komponen yaitu10

:

a. Medis

Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala

obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.

1) Pengontrol (Controllers)

Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk

mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan

mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.

Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat

pengontrol:

a) Kortikosteroid inhalasi

b) Kortikosteroid sistemik

c) Sodium kromoglikat

d) Nedokromil sodium

30

e) Metilsantin

f) Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi

g) Agonis beta-2 kerja lama, oral

h) Leukotrien modifiers

i) Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)

2) Pelega (Reliever)

Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot

polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang

berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada dan

batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan

hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega adalah :

a) Agonis beta2 kerja singkat

b) Kortikosteroid sistemik. (Steroid sistemik digunakan sebagai

obat pelega bila penggunaan bronkodilator yang lain sudah

optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaannya

dikombinasikan dengan bronkodilator lain).

c) Antikolinergik

d) Aminofillin

e) Adrenalin

b. Keperawatan

1) Membentuk Activity normal termasuk exercise (senam asma)

2) Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti,

31

menjaga penderita agar tetap masuk sekolah atau kerja dan

mengurangi biaya pengobatan karena berkurangnya serangan akut

terutama bila membutuhkan kunjungan ke unit gawat darurat/

perawatan rumah sakit. Edukasi tentang asma meliputi:

a) Kontrol secara teratur

b) Pola hidup sehat

c) Kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri

3) Pemenuhan Kebutuhan nutrisi seperti, air atau mineral dan vitamin.

B. ARUS PUNCAK EKSPIRASI

1. Pengertian

Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Expiratory Flow Rate

(PEFR) adalah kecepatan aliran maksimum selama ekspirasi paksa yang

dimulai dari kapasitas paru total. Obstruksi saluran nafas pada pasien

Asma dapat dinilai secara obyektif dengan Volume Ekspirasi Paksa detik

Pertama (VEPI) atau Arus Puncak Ekspirasi (APE).10

Dapat ditegakkan

diagnosis asma bila pengukuran nilai APE dari peak flow meter dan VEPI

dari spirometri menunjukkan reversibilitas ≥15%, variabilitas ≥15% dan

hiperreaktivitas ≥20% serta perbaikan gejala setelah diberikan

bronkodilator.9

2. Alat Untuk mengukur APE (Arus Puncak Ekspirasi)

Pemantauan nilai APE dapat dilakukan dengan menggunakan alat

Peak Flow Meter. Monitoring APE penting untuk menilai berat asma,

32

derajat variasi diurnal, respons pengobatan saat serangan akut, deteksi

perburukan asimptomatik sebelum menjadi serius, respons pengobatan

jangka panjang, penilaian objektif dalam memberikan pengobatan dan

identifikasi faktor pencetus misalnya pajanan lingkungan kerja.10

Pemeriksaan APE praktis, mudah dilakukan dan dapat menilai

gejala berat ringannya obstruksi jalan napas secara objektif dan terukur.10

Alat peak flow meter relatif murah dan dapat dibawa kemana-mana,

sehingga pemeriksaan itu tidak hanya dapat dilakukan di klinik, rumah

sakit tetapi dapat dilakukan di layanan medik sederhana (puskesmas),

praktek dokter bahkan di rumah penderita.

3. Cara Kerja Peak Flow Meter

Pengukuran variabilitas dan reversibilitas fungsi paru dalam 24 jam

sangat penting untuk mendiagnosis asma, menilai derajat berat penyakit

asma dan menjadi acuan dalam strategi pedoman pengelolaan asma.7

Nilai APE terbaik pemeriksaan dilakukan saat dalam kondisi Asma

terkontrol dan pengobatan efektif. Asma dikatakan terkontrol bila terdapat

gejala minimal (sebaiknya tidak ada), termasuk gejala malam, tidak ada

keterbatasan aktivitas termasuk exercise, kebutuhan bronkodilator (agonis

b2 kerja singkat) minimal (idealnya tidak diperlukan), variasi harian APE

kurang dari 20%, nilai APE normal atau mendekati normal, efek samping

obat minimal (tidak ada), tidak ada kunjungan ke unit darurat gawat.10

Pengukuran APE dianjurkan pada penanganan serangan akut,

pemantauan berkala di rawat jalan, klinik, praktek dokter, serta

33

pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten

usia di atas > 5 tahun, terutama bagi penderita setelah perawatan di rumah

sakit, penderita yang sulit/ tidak mengenal perburukan melalui gejala

padahal berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.10

Nilai prediksi PEFR didapat berdasarkan usia, tinggi badan, jenis

kelamin dan ras, serta batasan normal variabilitas diurnal berdasarkan

literatur. Tetapi pada umumnya penderita asma mempunyai nilai PEFR di

atas atau di bawah rata-rata nilai-nilai prediksi tersebut. Sehingga

direkomendasikan, nilai objektif APE terhadap pengobatan adalah

berdasarkan nilai terbaik masing-masing penderita, demikian pula

variabilitas harian penderita, dari pada berdasarkan nilai normal/prediksi.

Setiap penderita mempunyai nilai terbaik yang berbeda walaupun sama

berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Penting untuk mendapat nilai

terbaik tersebut, karena rencana pengobatan sebaiknya berdasarkan nilai

terbaik, bukan nilai prediksi.10

Pengukuran dilakukan masing-masing manuver 3 kali dan diambil

nilai tertinggi, jika dalam pengobatan bronkodilator maka pengukuran

APE dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator. Nilai APE terbaik

adalah nilai APE tertinggi yang dapat dicapai selama periode penilaian (2

minggu) tersebut, saat dalam pengobatan efektif dan asma terkontrol.10

Dampak penurunan nilai APE pada pasien Asma menimbulkan tanda

klinis berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan,

mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian

34

mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat,

tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara,

takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.10

Lebih lanjut,

penyempitan saluran nafas pada asma dapat menimbulkan gangguan

ventilasi berupa hipoventilasi, ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana

distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru, serta gangguan

difusi gas di tingkat alveloli sehingga dapat mengakibatkan hipoksemia,

hiperkapnia dan asidosis respiratorik.27

4. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Peak Expiratory Flow Rate

yaitu:

a) Obstruksi Jalan Nafas

Arus yang dikeluarkan pada pengukuran APE mencerminkan

kekuatan otot ekspirasi, sifat mekanik dari paru-paru dan saluran

udara dan inersia, resistensi dan sensitivitas peralatan rekaman. APE

sangat rentan terhadap kompresi dinamis paru saluran napas karena

sementara saluran udara tersebut dipengaruhi oleh tekanan pleura,

dinding mereka tidak didukung oleh traksi dari jaringan paru-paru.31

Jenis obstruktif dari gangguan ventilasi biasanya didiagnosis dari

penurunan FEV1% (FEV1/FVC) atau dari berkurangnya arus puncak

ekspirasi (APE) terkait dengan memanjangnya waktu ekspirasi paksa.

Saluran napas ekstra pulmonal termasuk mulut, faring, laring,

trakea dan bagian awal dari bronkus utama. Jika ada obstruksi berat

pada saluran udara paru di atas karina utama kemudian terjadi gagal

35

napas yang menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia, nilai APE)

biasanya lebih terpengaruh dari pada volume ekspirasi paksa dalam 1

detik (FEV1).31

Pada kebanyakan kasus penyebab langsung

pembatasan aliran udara akut adalah peningkatan tegangan otot polos

bronkus. Hal ini dipengaruhi oleh saraf parasimpatis lokal dalam

menanggapi rangsangan oleh asetil kolin. Ketika pembatasan aliran ini

disebabkan oleh asma, peradangan yang mendasari dalam saluran

udara kecil dikendalikan dengan obat kortikosteroid anti-inflamasi.31

b) Derajat asma

Fungsi paru penderita asma biasanya akan mengalami

penurunan akibat obstruksi saluran napas, hiperreaktif saluran napas,

menyempitnya otot polos saluran napas, hipersekresi mukus,

keterbatasan aliran udara, eksaserbasi, gangguan pada malam hari

serta abnormalitas gas darah.9 Gangguan berupa obstruksi saluran

napas tersebut dapat dinilai secara objektif salah satunya dengan

menilai nilai arus puncak ekspirasi atau PEFR.7

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtiyas, derajat asma

dipengaruhi oleh perubahan nilai PEFR. Dengan nilai p 0,002 dan p

0,033.17

c) Indeks Masa Tubuh

Penumpukan lemak di dada dan abdomen membatasi pergerakan

dinding dada dan diafragma sehingga mengakibatkan berkurangnya

daya kembang paru dan meningkatkan kerja pernapasan. Menurut

36

penelitian Felicia, terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas

fisik terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada anak gizi lebih.32

Pada penelitian yang dilakukan oleh azzahra bahwa tidak ada

pengaruh indeks masa tubuh terhadap perubahan nilai PEFR baik

sebelum (pre) maupun sesudah (post) pemberian air alkali. Secara

statistik dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa indeks

masa tubuh tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai

PEFR dimana didapatkan P = 0,672 dan P =0,136 (p>0,05).19

d) Tinggi badan dan Berat Badan

Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya

dengan bertambah tinggi seseorang, maka APE akan bertambah besar.

Rata-rata tinggi badan responden pada penelitian ini adalah 160,39

cm.33

Tinggi badan dan berat badan sangat mempengaruhi fungsi

paru, hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki tubuh tinggi

maka fungsi ventilasi parunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang

yang bertubuh pendek.11

e) Kondisi Keasaman Saluran Nafas

Alat Expire Breath Condensate yang digunakan untuk

pengukuran keasaman saluran nafas endogen mendukung dalam

terjadinya patofisiologi asma. Menurut penelitian Kostikas et al, ada

hubungan positif yang kuat antara pH dan nilai FEV (Force

Expiratory Volume) pada pasien asma. Nilai pH dipengaruhi derajat

stress oksidatif dan hasil sisa dari metabolism pada penderita asma.14

37

Penelitian Susan et al, juga terbukti bahwa pasien dengan

riwayat penyakit Gastroesophageal Refulx Disease (GERD) dan

menderita asma membaik kondisinya dengan perbaikan gejala dan

peningkatan nilai PEF lebih dari 20% setelah endapatkan terapi

supresi asam dengan Omeprazole setelah 3 bulan. Terbukti bahwa

adanya regurgitasi asam dari penyakit GERD tersebut dapat

memperburuk kondisi asma pasien karena memengaruhi kondisi

keasaman saluran nafas.34

f) pH urin

Sifat asam basa dapat ditentukan oleh pH urin, dan berfungsi

sebagai tes skrining untuk gangguan ginjal, pernafasan, dan

metabolik. Air kencing netral adalah 7, sehingga urin dengan pH di

bawah angka tersebut dapat dikategorikan sebagai asam dan urin

dengan pH yang lebih tinggi bersifat basa. Pada keadaan normal ginjal

mengasamkan filtrat glomerulus antara 7,4 sampai sekitar 4,8 saat

diekskresikan sebagai urin. Ginjal berusaha menjaga keseimbangan

asam basa melalui reabsorpsi sekresi natrium dan tubular ion hidrogen

dan amonium. Retensi Natrium menghasilkan urin yang semakin

asam. 35

Penelitian yang dilakukan oleh Daniel P, bahwa terdapat

peningkatan pH urin yang signifikan setelah diberi intervensi

konsumsi air alkali, dengan nilai pH 6,23 menjadi 7,07 selain itu, pH

meningkat secara progresif dan signifikan selama masa pengobatan

38

sekitar 0,3 sampai 0,8 unit dan peningkatan osmolalitas urin, dan

penurunan output urin (2,51 sampai 2,05 L/hari). Ekuilibrium asam

dalam tubuh dipelihara dengan ketat melalui interaksi tiga mekanisme

yaitu sistem penyangga darah dan jaringan (misalnya bikarbonat),

difusi karbon dioksida dari darah ke paru-paru melalui respirasi, dan

ekskresi ion hidrogen dari darah ke urin oleh ginjal. Konsumsi

suplemen nutrisi alkali dapat memiliki efek alkalizing yang signifikan

terhadap keseimbangan asam-basa tubuh dengan menggunakan

penanda keseimbangan pH urin dan pH darah.23

g) pH Darah

Pada pasien dengan gangguan fungsi paru, kemampuan

ventilasi yang dibutuhkan untuk mempertahankan gas darah pada

level normalnya tidak cukup. Dampaknya adalah peningkatan PCO2

yang menyebabkan pH darah turun dan menjadi asam. Nilai normal

pH darah arteri berkisar antara 7, 35 sampai 7, 45 dan pada keadaan

ekstrim, pH darah dibawah 6,9 dan diatas 7,8 dapat mengakibatkan

hilangnya fungsi sistem organ integritas struktur membran. Lebih

lanjut menurut Hukum Bohr, hemoglobin akan berikatan dengan

jumlah oksigen yang lebih sedikit pada keadaan pH yang asam.8

Hipoventilasi alveolar yang terjadi akan menyebabkan

hipoksemia dan retensi CO2. Hipoksemia atau penurunan PO2 dalam

darah arteri, selain disebabkan oleh hipoventilasi, juga dapat

disebabkan oleh gangguan difusi, dan ketidakseimbangan ventilasi-

39

perfusi. Kedua mekanisme retensi CO2, yaitu hipoventilasi dan

ketidakseimbangan rasio ventilasi perfusi dapat menyebabkan asidosis

respiratorik. Kompensasi dari hal ini dapat dibantu dengan fungsi

ginjal dengan menahan bikarbonat dan mengeluarkan urin asam serta

hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2.8

5. Prosedur Mengukur APE menggunakan Peak Flow Meter

Cara penggunaan peak flow meter mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut36

:

a. Perkenalkan diri, menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Persiapkan alat, pasang mouth piece ke ujung peak flow meter (jika

diperlukan).

c. Pastikan marker pada posisi 0 (terendah).

d. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berdiri atau duduk dengan

punggung tegak.

e. Minta pasien untuk bernapas normal sebanyak tiga kali (jika

diperlukan).

f. Pegang Peak flow meter dengan posisi horizontal tanpa menyentuh

marker (mengganggu gerakan marker).

g. Pasien menghirup napas sedalam mungkin, masukkan motuh piece ke

mulut dengan bibir menutup rapat mengelilingi mouth piece, dan

buang napas sekuat dan secepat mungkin.

h. Marker bergerak dan menunjukkan angka pada skala saat membuang

napas, catat hasilnya.

40

i. Kembalikan marker pada posisi 0.

j. Ulangi langkah f-h sebanyak tiga kali, catat nilai tertinggi.

Bandingkan nilai tertinggi pasien dengan nilai prediksi.

Apabila pada saat penggunaan Peak flow meter bibir tidak menutup

rapat saat ekspirasi cepat disebut falsely low PEFR. Apabila pada saat

penggunaan Peak Flow Meter lidah ikut menutup mouth piece disebut

falsely high PEFR. Kesalahan teknik disebabkan oleh variabilitas atau

perbandingan nilai terendah dan tertinggi lebih dari 20 % dan pemeriksaan

diulang. Nilai prediksi normal PEFR dipengaruhi banyak faktor seperti

jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, ras, dll. Nilai tertinggi

dibandingkan dengan tabel nilai prediksi, atau nilai tertinggi dibandingkan

dengan nilai prediksi berdasarkan rumus berikut:

a. Laki-laki

PEFR (L/detik) = -10,86040 + (0,12766 x usia) + (0,11169 x TB) –

(0,0000319344 x Usia 3) ± 1,70935

b. Perempuan

PEFR (L/detik) = -5,12502 + 0,09006 x Usia + 0,06980 x TB –

0,00145669 x Usia2) ± 1,77692

c. Anak-anak

PEFR (L/detik) = (TB-100) x 5 + 100

Keterangan:

Usia dengan satuan tahun, TB (tinggi badan) dengan satuan cm dan hasil

dengan satuan L/menit: hasil perhitungan dikali 60. 27.

41

C. SATURASI OKSIGEN

1. Pengertian

Saturasi oksigen merupakan ukuran seberapa banyak prosentase

oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan

alat non invasif yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang

dipasang pada ujung jari, ibu jari, hidung, daun telinga atau dahi dan

oksimetri nadi dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda dan gejala

klinis muncul.37

2. Alat Oksimetri Nadi

Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasive secara

kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2).1 Oksimetri nadi

merupakan suatu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan

saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Cara kerjanya adalah

menggunakan dua jenis panjang gelombang dan frekuensi yang berbeda.

Gelombang frekuensi cahaya merah akan mengukur hemoglobin (Hb)

desaturasi, sedangkan gelombang frekuensi infra red akan mengukur Hb

saturasi.

Gelombang cahaya yang dikeluarkan akan diabsorpsi tubuh/jaringan

sekitar pemasangan termasuk darah arteri. Jika darah arteri penuh Hb yang

teroksigenasi, diabsorpsinya akan meningkat sehingga saturasinya akan

meningkat. Bila kadar deoksidasinya banyak, absorpsinya menurun maka

saturasinya menurun. Pulse oxymetri digunakan secara kontinyu atau

intermiten, bukan sebagai alat tambahan, tetapi dapat memberikan

42

peringatan dini sebelum terjadi tanda hipoksia. Oksimetri nadi digunakan

dalam banyak lingkungan, termasuk di unit perawatan kritis dan unit

perawatan umum.

3. Cara Kerja Oksimetri Nadi

Oksimetri nadi merupakan pengukuran diferensial berdasarkan

metode absorpsi spektofotometri. Oksimetri terdiri dari dua diode

pemancar cahaya Light Emiting Diode (LED) satu merah dan yang lainnya

inframerah yang mentransmisikan cahaya melalui kuku, jaringan, darah

vena, darah arteri melalui fotodetektor yang diletakkan di depan LED.

Fotodetektor tersebut mengukur jumlah cahaya merah dan inframerah

yang diabsorbsi oleh hemoglobin teroksigenasi dan hemoglobin

deoksigenasi dalam darah arteri dan dinyatakan sebagai saturasi oksigen.37

Semakin darah teroksigenasi semakin banyak cahaya merah yang

dilewatkan. Semakin sedikit cahaya inframerah yang dilewatkan dengan

menghitung cahaya merah dan cahaya inframerah dalam beberapa waktu

maka saturasi oksigen dapat dihitung.38

4. Faktor yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen

Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran saturasi

oksigen yaitu perubahan kadar Hb, sirkulasi yang buruk, aktivitas

(menggigil/gerakan berlebihan), ukuran jari terlalu besar atau terlalu kecil,

akral dingin, denyut nadi terlalu kecil, adanya cat kuku.37

Nilai normal

saturasi oksigen yaitu > 95%.39

43

Selain itu bahwa saturasi oksigen pada pasien asma dipengaruhi

oleh beberapa hal yaitu13

:

a. Gangguan sirkulasi kardiovaskuler

Pada pasien asma kronik biasanya disertai dengan gangguan jantung

yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi oksigen.

b. Peningkatan laju metabolisme

Peningkatan metabolisme tubuh sebagai respon peningkatan usaha

bernafas, menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen tanpa

diimbangi oleh kemampuan system tubuh untuk memenuhi peningkatan

kebutuhan tubuh akan oksigen.

c. Anemia

Penurunan kadar hemoglobin dalam darah menyebabkan pengurangan

ikatan oksihemoglobin yang membawa darah. Berkurangnya ikatan ini

mempengaruhi nilai saturasi oksigen darah.

d. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

Obstruksi jalan nafas atas dan bawah akibat bronkospasme, akan

membatasi transport oksigen dari lingkungan luar ke alveoli. Hal ini

akan mempengaruhi parsial gas yang berdampak pada menurunnya

proses difusi gas.

D. KONSEP AIR ALKALI

1. Pengertian

Air alkali biasa disebut sebagai electrolyzed reduced alkaline water

44

(ERAW) adalah air dengan pH basa dan kandungan hydrogen yang tinggi

serta memiliki nilai Oxydative Reductive Potensial (ORP) yang sangat

negative.40

Air alkali merupakan hasil proses elektrolisis, pada prosesnya

kation yang merupakan ion positif berkumpul pada katoda negative unit

elektrolisis untuk membentuk ion hydroksida.41

2. Kandungan Air Alkali

Air alkali memiliki pH yang lebih basa dari pada air biasa. Air alkali

memiliki pH sekitar 8,0-11,0. Air alkali juga mengandung hydroksida

yang tinggi, nilai ORP (Oxidation reduction potential) yang negative bisa

mencapai -600 mV, mengandung oksigen, ukuran molekul lebih kecil

(mikro kluster) serta mengandung molekul-molekul mikro seperti Na+, K

+,

Ca2+,

Mg2+

.16

Hal ini menunjukan bahwa air ini mengandung jumlah electron yang

besar. Karena proses pemecahan molekul air atau proses elektrolisis, maka

jumlah molekul air yang terkandung juga mengalami pengurangan, dari

yang sekitar 10-13 molekul per claster menjadi sekitar 5-6 molekul per

klaster.41

Molekul air alkali ini, akan membantu tubuh untuk mengatasi

proses radikal bebas. Air alkali diketahui sebagai antioksidan karena

mampu mengurangi dan mencegah terjadinya stress oksidatif dari sel-sel

tubuh oleh paparan oksi dan setiap hari yang dapat berlanjut pada

kerusakan berbagai tingkat sel. Selain diketahui sebagai antioksidan,

karena kandungan molekul air yang lebih relative kecil, maka molekul air

lebih mudah untuk berdifusi masuk ke sel. Dengan begitu proses hidrasi

45

sel akan cenderung lebih mudah terjadi.41

Salah satu perusahaan di

Jepang, Association of alkaline Ionized water apparatus

merekomendasikan untuk mengkonsumsi air alkalin sebanyak 1,5-2,0 L

setiap harinya.40

3. Konsep Air Alkali Terhadap Nilai Arus Ekspirasi dan Saturasi

Oksigen atau Sistem Pernafasan Pada Penderita Asma

Plasma Darah dan cairan lainnya yang mengelilingi suatu sel berada

pada pH netral sekitar 7,2 sampai 7,3. Sedangkan pH udara normalnya

mendekati 7,4. Dalam keadaan serangan asma, pH udara nafas seseorang

bisa turun mencapai 5,0. Hal ini diketahui oleh karena nafas pada orang

asma 1000 kali lebih asam dari pada nafas orang normal. Nafas yang asam

ini dapat membentuk darah yang asam. Keadaan pH darah dan udara yang

lebih rendah ini memberikan dampak negative terhadap kehidupan dan

integritas sel ataupun komponen molekul yang terdapat didalam jaringan,

organ atupun tubuh secara keseluruhan.41

Pemberian air alkali akan memperbaiki hidrasi sel melalui proses

difusi dan osmotic membrane sel yang rusak karena keadaan tubuh terlalu

asam. Hidrasi yang adekuat dari molekul klaster air alkali lebih kecil akan

membantu proses penyembuhan sel, salah satunya ialah sel disekitar

saluran nafas. Selain itu, efek proses anti inflamasi akan mempengaruhi

proses remodeling lebih lanjut pada lingkungan saluran bronkus sehingga

mencegah proses remodeling lanjut yang bersifat irreversible.41

46

Penelitian lain oleh Dr. Benjamin Glaston dari Universitas Virginia

dalam penelitian mengenai air, bahwa air alkali mempengaruhi proses

inhibisi produksi histamin sebagai sitokin yang paling banyak pada saluran

nafas penderita asma. Selain diketahui dalam keadaan elergi, histamine

juga berhubungan dengan kondisi hidrasi sel. Sel yang mengalami hidrasi

oleh karena lingkungan asam akan memproduksi semakin banyak histamin

guna mengkompensasi kehilangan air berlanjut. Histamin ini akan

mempengaruhi hiperreaktivitas otot polos bronkus. Pemberian alkali kerja

histamin yang selanjutnya diharapkan mengurangi hipereaktivitas otot

bronkus serta sekresi musin dalam patofisiologi serangan asma.43

Beberapa penelitian air alkali menunjukan efek positif terhadap

perbaikan beberapa keadaan penyakit melalui modulasi sel-sel imun

tubuh. Air alkali dalam fungsinya sebagai anti inflamasi diketahui

berperan dalam mengatur sistem imun melalui kerja sitokin-sitokin dalam

tubuh.44

E. KONSEP SENAM ASMA

1. Pengertian

Senam Asma merupakan salah satu jenis terapi latihan yang

dilakukan secara berkelompok (exercise group) yang melibatkan aktifitas

gerakan tubuh atau merupakan suatu kegiatan yang membantu proses

rehabilitasi pernapasan pada penderita asma. Pada senam asma ini

bermanfaat sebagai melatih cara bernafas yang benar, melenturkan dan

47

memperkuat otot pernafasan, melatih ekspetorasi yang efektif dan

meningkatkan saturasi.45

Senam asma merupakan senam yang diciptakan untuk penderita

asma yang gerakannya disesuaikan dengan kemampuaan dan kebutuhan

penderita berdasarkan berat ringannya penyakit asma.46

2. Tujuan Senam

Tujuan senam asma sebagai berikut45

:

a. Meningkatkan kekutan otot yang berkaitan dengan mekanisme

pernafasan

b. Meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam proses pernafasan

(respirasi)

c. Mencegah, mengurangi kelainan bentuk/ sikap postur tubuh

d. Meningkatkan kebugaran jasmani atau kemampuan fisik

e. Meningkatkan kepercayaan diri bahwa penderita asma dapat

melakukan aktivitas yang sama seperti orang sehat lainnya, sehingga

mencapai nilai produktivitas kesehatan.

3. Prosedur Senam Asma

Senam asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut

rangkaian senam asma46

:

a. Pemanasan dan Peregangan

Pemanasan dan peregangan merupakan gerakan awal dengan tujuan

untuk mempersiapkan otot-otot, sendi-sendi, jantung dan paru dalam

keadaan siap untuk melakukan gerakan lebih lanjut.

48

Gerakan ini termasuk pre activity exercise yang dimulai dari

proksimal ke distal.

Prinsip pemanasan yaitu, gerakan bebas tanpa beban ataupun bantuan,

melibatkan seluruh tubuh, dimulai dari proksimal ke distal, lamanya

tidak lebih dari 15 menit, kecepatan gerakan tidak lebih dari ritme

sekitar 120 beat/menit.

Langkah-langkah pemanasan dan peregangan antara lain:

1) Sikap sempurna, kemudian menundukkan kepala (sebelum

melakukan senam berdoa terlebih dahulu). Berdiri tegak, lalu

kedua tangan lurus disamping badan, lalu lakukan jalan ditempat

dengan mengangkat kaki minimum 20 cm dari lantai sambil

melenggangkan tangan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8

hitungan.

2) Berdiri tegak, lalu lakukan gerakan lari di tempat sambil

mengayunkan lengan dengan posisi kedua siku menekuk. Lakukan

sampa 3x8 hitungan.

3) Berdiri tegak, lalu lakukan kembali gerakan jalan ditempat sampai

3x8 hitungan.

4) Letakkan kedua tangan di pinggang. Tundukkan kepala, kemudian

tegakkan kembali. Lakukan gerakan menunduk dan menegakkan

kepala ini bergantian sampai 3x8 hitungan.

5) Letakkan kedua lengan dipinggang. Palingkan muka ke kanan,

kembali kembali lurus ke depan, kemudian palingkan ke kiri dan

49

kembali lurus ke depan. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8

hitungan.

6) Letakkan kedua tangan di pinggang, miringkan kepala ke kanan

kemudian kembali tegak. Selanjutnya miringkan kepala ke kiri dan

kembali tegak. Lakukan gerakan tersebut bergantian sampai 3x8

hitungan.

7) Letakkan tangan lurus disamping tubuh, kaki dibuka selebar bahu.

Ayunkan tangan kanan lurus keatas sehingga telapak tangan

menghadap kearah badan dan ayunkan tangan kiri ke belakang

dengan telapak menghadap ke belakang. Lakukan hal tersebut

pada hitungan 1-4, lalu lakukan gerakan sebaliknya pada hitungan

5-8. Lakukan gerakan-gerakan tersebut sampai 3x8 hitungan.

8) Letakkan kedua tangan di bahu, buka kaki selebar bahu. Pada

hitungan 1-4 putar bahu ke depan seperti putaran roda. Lakukan

gerakan sebaliknya pada hitungan 5-8. Lakukan hal diatas

bergantian sampai 3x8 hitungan.

9) Posisikan kedua tangan lurus disamping badan, buka kaki selebar

bahu. Tepukkan tangan diatas kepala, lalu kembali ke posisi

semula sambil menepuk paha samping luar. Lakukan gerakan

tersebut berulang sampai 3x8 hitungan. Posisikan kedua tangan di

pinggang, buka kaki selebar bahu. Putar pinggul searah jarum

pada hitungan 1-4. Pada hitungan 5-8, putar pinggul berlawanan

50

dengan arah jarum jam. Lakukan gerakan tersebut bergantian

sampai 3x8 hitungan.

10) Rapatkan kedua kaki, lalu letakkan kedua tangan di pinggang.

Hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri ke depan dengan posisi

sendi pergelangan kaki 90 derajat secara bergantian. Selanjutnya,

hentakkan tungkai kaki kanan dan kiri kearah samping (secara

bergantian). Terakhir, hentakkan kearah belakang (secara

bergantian). Lakukan gerakan tersebut masing-masing 1x8

hitungan. Lakukan kembali jalan di tempat sampai 2x8 hitungan.

11) Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus disamping badan, lalu

angkat kedua tangan keatas sambil menarik nafas sampai hitungan

2. Pada hitungan 3-8, turunkan kedua tangan sambil

menghembuskan nafas.

12) Buka kaki selebar bahu. Luruskan tangan kanan ke depan,

sedangkan tangan kiri memegang siku tangan kanan, lalu tarik

siku tangan kanan ke arah tangan kiri sampai tangan kanan

menyentuh dada. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4. Pada

hitungan 5-8 kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan.

Selanjutnya lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan

memegang siku tangan kiri).

13) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan kanan keatas sampai

tangan rileks di belakang kepala, kemudian pegang sikunya

dengan tangan kiri. Tarik siku tangan kanan ke belakang pada

51

hitungan 1, lalu tahan mulai hitungan 2-4. Kembalikan ke sikap

awal secara perlahan-lahan, pada hitungan 5-8. Selanjutnya

lakukan gerakan sebaliknya (posisi tangan kanan memegang siku

tangan kiri).

14) Buka kaki selebar bahu, lalu jalin kedua tangan di belakang badan.

Pada hitungan ke 1, angkat kedua tangan keatas sambil

mengempiskan perut. Selanjutnya, tahan gerakan tersebut sampai

hitungan ke 4. Kembalikan secara perlahan-lahan pada posisi awal

mulai hitungan 5-8.

15) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada

sampai ujung jari kedua tangan beradu. Pada hitungan 1, putar

tubuh bagian atas ke kanan tetapi panggul dan wajah tetap

menghadap ke depan. Tahan gerakan ini sampai hitungan ke 4.

Kembalikan ke sikap awal secara perlahan-lahan pada hitungan 5-

8. Lakukan gerakan seperti diatas untuk arah yang berlawanan.

16) Buka kaki agak lebar, kedua tangan lurus disammping badan. Pada

hitungan 1, dorong tangan kanan keatas sambil memiringkan

badan. Tekuk lutut kaki kiri dan tangan kiri menumpu pada paha

kiri. Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap

awal secara perlahan -lahan pada hitungan 5-8.

17) Berdiri dengan kaki rapat, kedua lengan lurus disamping badan.

Pada hitungan 1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumit

menempel pada lantai. Kedua tangan bertumpu pada paha kanan,

52

kemudian rendahkan badan sambil tekuk lutut kiri dan sendi

panggul kanan (badan dan kepala tetap lurus). Tahan gerakan

tersebutpada hitungan 2-4. Pada hitungan 5-8, perlahan-lahan

kembalikan pada posisi sikap awal.

18) Kedua kaki rapat dan tangan lurus disamping badan. Pada

hitungan 1, tekuk lutut kanan ke belakang sampai maksimal.

Pegang pergelangan kaki kanan dengan tangan kiri, lalu tarik ke

belakang. Selanjutnya rentangkan tangan kanan ke samping. Pada

hitungan 2-4 tahan gerakan tersebut. Secara perlahan-lahan

kembalikan ke posisi awal pada hitungan 5-8. Selanjutnya lakukan

gerakan sebalinya (tangan kanan memegang pergelangan kaki

kiri).

19) Berdiri dengan kedua kaki rapat dan kedua tangan lurus disamping

tubuh. Pada hitungan 1, tarik tungkai kanan ke depan sampai lutut

kanan menekuk. Selanjunya, rendahkan badan dengan kedua

tangan bertumpu pada paha kanan ( badan dan kepala tetap lurus).

Tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Kembalikan ke sikap awal

secara perlahan-lahan pada hitungan 5-8, lalu lakukan gerakan

yang sama dengan arah berlawanan.

b. Latihan Inti A

Gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki dan mempertahankan

fungsi alat pernafasan. Pada penderita obstruktif paru, latihan

ditujukan agar terjadi ventilasi alveolar, untuk itu fungsi diafragma

53

harus diperbaaiki/ditingkatkan, diharapkan kerja otot pernafasan

menjadi optimal dan kerja otot nafas bantu menurun. Latihan inti A,

bertujuan untuk melatih cara bernafas yang efektif pada penderita

asma. Dengan cara menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Proses

pengeluaran nafas lebih lama 2 hitungan. Pada penyakit asma,

penderita mengalami kesulitan waktu ekspirasi, maka dipilih gerakan

yang dapat dikombinasikan dengan irama pernafasan yang baik,

dengan cara inspirasi melalui hidung, ekspirasi melalui mulut dan

berdesis, waktu ekspirasi harus lebih panjang dari waktu inspirasi,

mengikuti mekanisme pernafasan dada dan diafragma yang dibantu

oleh otot-otot perut. Prinsip gerakan A adalah setiap gerakan di ikuti

dengan inspirasi dan ekspirasi yang dalam. Waktu inspirasi lebih

pendek dari ekspirasi. Gerakan inspirasi dilakukan saat pengembangan

volume thoraks dan ekspirasi saat penciutan volume thoraks.

Kecepatan gerak dengan ritme sekitar 100 beat/ menit.

Langkah-langkah Gerakan Inti A adalah:

1) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan tangan di pinggang, pada

hitungan 1, tegakkan kepala dan busungkan dada. Selanjutnya,

tundukkan kepala pada hitungan 2-4. Lakukan gerakan tersebut

bergantian sampai 2x8 hitungan.

2) Tangan masih dipinggang dan kaki dibuka selebar bahu. Palingkan

muka ke kanan pada hitungan 1, lalu pada hitungan 2 arahkan

kembali muka ke depan dan tahan sampai hitungan 4. Pada

54

hitungan 5 palingkan muka ke kiri, lalu pada hitungan 6-8

arahkan kembali ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian

sampai 3x8 hitungan.

3) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh.

Pada hitungan 1, angkat bahu kanan, lalu turunkan kembali pada

hitungan 2-4. Lakukan hal yang sama untuk bahu kiri. Lakukan

gerakan tersebut bergantian sampai 3x8 hitungan.

4) Rapatkan kedua kaki dan tangan lurus disamping tubuh. Putar

bahu kebelakang dengan siku sedikit tertekuk pada hitungan 1-3,

lalu hentakkan kedua tangan ke belakang pada hitungan 4. Pada

hitungan 5-7, putar kembali bahu ke depan, lalu pada hitungan 8

hentakkan tangan ke depan. Lakukan gerakan tersebut bergantian

sampai 3x8 hitungan.

5) Buka kaki selebar bahu dan kedua tangan lurus disamping tubuh.

Pada hitungan 1, angkat kedua tangan keatas sejajar telinga hingga

membentuk huruf V. Pada hitungan 2-4 kembalikan tangan pada

posisi semula. Lakukan gerakan tersebut sampai 3x8 hitungan.

6) Buka kaki selebar bahu, lalu angkat kedua tangan lurus ke depan

setinggi bahu sehingga telapak tangan menghadap ke depan. Tarik

kedua tangan kedua tangan ke belakang pada hitungan 1 sambil

menekuk lutut dan tangan di kepalkan. Pada hitungan 2-4 kembali

ke posisi semula dengan posisi tangan seperti mendorong.

Lakukan gerakan diatas sampai 3x8 hitungan.

55

c. Latihan Inti B

Bertujuan untuk relaksasi/melepaskan beban otot-otot

pernafasan, mobilisasi sendi yang berkaitan dengan perubahan volume

thoraks, meningkatkan daya tahan tubuh dan mengontrol pernafasan

dengan irama yang ritmis, otot-otot akan menjadi relaksasi, hal ini

akan mempermudah pernafasan dan ekspektorasi. Prinsip gerakan B

adalah melibatkan otot agonis dan antagonis sehingga terjadi kotraksi

dan relaksasi. Diselingi dengan pernafasan panjang diantara gerakan

tertentu untuk mengontrol pernafasan. Sebagian besar gerakan

berpengaruh pada perubahan volume thoraks, sedang yang lain untuk

seluruh tubuh. Kecepatan gerak dengan irama sekitar 130 beat/menit.

Langkah-langkah gerakan B sebagai berikut:

1) Buka kaki selebar bahu, lalu letakkan kedua tangan pada bahu.

Luruskan tangan ke atas, lalu turunkan kembali. Selanjutnya

luruskan pula tangan kanan ke atas, lalu turunkan kembali.

Selanjutnya, luruskan pula tangan kiri ke atas dan turunkan

kembali. Lakukan gerakan ini bergantian sampai 4 x 8 hitungan.

2) Letakkan kedua tangan lurus disamping tubuh. Lemparkan tangan

kanan ke depan atas dan tangan kiri ke belakang, lalu lakukan

gerakan sebaliknya sehingga tangan kiri diatas dan tangan kanan

mengayun ke belakang. Lakukan sampai 4x8 hitungan.

3) Buka kaki selebar bahu, lalu posisikan kedua tangan yang sikunya

menekuk 90 derajat di samping tubuh. Dorong kedua tangan lurus

56

ke atas sampai menyerong tubuh ke kanan, lalu tarik posisi tangan

ke posisi semula. Dorong kembali kedua tangan sambil

menyerongkan tubuh kekiri. Lalukan gerakan tersebut masing-

masing 1x8 hitungan.

4) Lakukan jalan di tempat sebanyak 2x8 hitungan, kemudian

lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8

hitungan.

5) Buka kaki selebar bahu, letakkan kedua tangan lurus disamping

tubuh. Silangkan kedua tangan di depan tubuh, hentakkan kaki

kanan ke depan sampai tumitnya menyentuh lantai sambil

merendahkan badan. Selanjutnya kembali ke posisi tegak sambil

tangan di rentangkan. Lakukan gerakan yang sama untuk kaki

kiri, Lakukan bergantian kanan dan kiri sampai 4x8 hitungan.

6) Rapatkan kedua kaki sambil menyilangkan tangan kanan diatas

tangan kiri di depan dada. Rentangkan kedua tangan kesamping

tubuh sambil melemparkan tungkai kaki kanan ke samping, lalu

kembali ke posisi semula. Lakukan hal yang sama untuk kaki kiri

secara bergantian hingga 4x8 hitungan.

7) Rapatkan kedua kaki, lalu silangkan kedua tangan di depan dada

dengan posisi tangan kanan diatas tangan kiri. Rentangkan kedua

tangan ke samping, seperti berenang dengan gaya katak, lalu

serongkan kaki kanan ke samping. Kembalikan ke posisi semula

57

dan lakukan gerakan yang sama dengan arah yang berlawanan

berganti-ganti sampai 4x8 hitungan.

8) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2x8 hitungan, kemudian

lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8

hitungan.

9) Berdiri dengan kaki rapat, lalu angkat kedua tangan keatas dengan

siku menekuk 90 derajat.Gerakkan kedua tangan tersebut ke depan

dan angkat kaki kanan sampai panggul menekuk membentuk sudut

90 derajat, lalu kembali ke posisi awal. Lakukan pula gerakan

yang sama untuk kaki kiri. Lakukan secara bergantian sampai 4x8

hitungan. Buka kedua kaki agak lebar, lalu rentangkan kedua

tangan lurus ke samping. Dorong tangan kiri kearah kanan,

sedangkan tangan kanan menyentuh lutut kiri yang agak di

tekuk.Lakukan pula gerakan yang sama dengan arah berlawanan

secara bergantian sampai 4x8 hitungan. Selingi dengan jalan di

tempat sampai 2x8 hitungan, kemuadian lakukan kembali jalan di

tempat sambil menarik nafas sampai 3x8 hitungan.

d. Aerobik

Aerobik dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan

pembakaran oksigen tinggi untuk meningkatkan hembusan nafas.

Disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta senam asma. Gerakan-

gerakan aerobic harus memenuhi syarat seperti, melibatkan banyak

sendi dan otot-otot tubuh, dilakukan secara terus menerus, jika

58

diselingi istirahat tidak boleh lebih dari 3 menit, dapat meningkatkan

denyut nadi sampai 70 % dari nadi maksimal, kecepatan gerak

menggunakan irama 140 beat/menit

Gerakan Aerobik Sebagai Berikut :

1) Sambil berlari ditempat luruskan kedua tangan ke depan, lalu

kembalikan ke pundak. Selanjutnya, ulurkan kedua tangan ke

samping dan kembalikan ke pundak. Lakukan gerakan tersebut

bergantian sampai 2x8 hitungan, setiap hitungan jatuh pada kaki

kanan.

2) Selingi dengan jalan di tempat sampai 2x8 hitungan, kemudian

lakukan kembali jalan di tempat sambil menarik nafas sampai 3x8

hitungan.

3) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke depan

sehingga salah satu kaki terlempar ke belakang dan lutut kaki yang

lain dalam posisi lurus. Pandangan mata ke bawah dan kedua

tangan bebas bergerak mengikuti irama berlari. Lakukan gerakan

yang sama untuk kaki yang lain secara bergantian sampai 2x8

hitungan.

4) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh condong ke belakang

sehingga salah satu kaki terlempar ke depan dan lutut kaki yang

lain dalam posisi lurus. Kedua tangan bebas bergerak dan

pandangan ke atas. Lakukan gerakan ini sampai 2x8 hitungan.

59

5) Lakukan lari di tempat dengan posisi tubuh tegak sambil

melemparkan kedua kaki ke samping kanan dan kiri bergantian.

Kedua tangan bebas mengikuti Irma berlari. Lakukan gerakan ini

bergantian sampai 2x8 hitungan.

6) Lakukan lari tempat dengan posisi tubuh tegak sambil

melemparkan kaki kanan agak serong ke kiri dan kaki kiri

dilemparkan agak serong ke kanan. Lakukan gerakan ini

bergantian sampai 2x8 hitungan.

7) Berdiri dengan kedua kaki agak rapat, lalu letakkan kedua tangan

diatas pundak. Jatuhkan kaki kanan satu langkah ke samping

dengan kedua tangan lurus ke samping setinggi bahu, lalu

gerakkan kaki kiri mengikuti langkah kaki kanan sambil kedua

tangan kembali ke pundak. Jatuhkan kaki kiri satu langkah ke

samping dengan kedua tangan diangkat lurus ke samping, lalu

gerakkan kaki kanan mengikuti gerakan seperti kaki kiri sambil

meletakkan tangan kembali hingga ke posisi awal. Lakukan

sampai 2x8 hitungan.

e. Pendinginan

Dalam gerakan ini, dilakukan gerakan-gerakan lambat agar otot-

otot kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan

tangan sambil menarik nafas pelan-pelan. Tujuan utama senam asma

adalah relaksasi otot-otot pernafasan serta otot-otot yang lain. Ini

dapat dicapai dengan peregangan dan kontraksi maksimal di ikuti

60

dengan relaksasi maksimal. Selain itu, pendinginan untuk

mengembalikan denyut nadi pada frekuensi normal setelah mengalami

kenaikan selama aerobic. Ada 3 macam dalam pendinginan:

1) Peregangan yang meningkat, ditahan selama 6-8 detik.

2) Isometrik kontraksi yang maksimal diikuti relaksasi

3) Ketenangan mental

Langkah-langkah Gerakan Pendinginan sebagai berikut:

1) Berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu, lalu jalan kedua

tangan di belakang kepala. Tekan kepala kebelakang pada

hitungan 1, lalu tahan dengan kedua tangan pada hitungan 2-4.

Pada hitungan 5-8, kembalikan keposisi semula secara perlahan.

2) Buka kaki selebar bahu, lalu topang dagu dengan tangan kanan,

tangan kiri di letakkan disamping tubuh. Dorong dagu kekiri

dengan tangan kanan pada hitungan 1, lalu tahan gerakan ini

sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara

perlahan-lahan ke posisi semula.

3) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan tangan kanan ke atas rileks

di belakang kepala dan sikunya di pegang oleh tangan kiri. Pada

hitungan 1, tarik siku kanan ke belakang dan tahan gerakan ini

sampai hitungan 4. Pada hitungan 5-8, kembalikan secara

perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang sama

dengan arah berlawanan.

61

4) Buka kaki selebar bahu, lalu lipat kedua tangan di depan dada

sampai jari -jarinya beradu. Pada hitungan 1, putar tubuh ke kanan

dengan panggul dan wajah tetap menghadap ke depan, lalu tahan

gerakan ini sampai hitungan. Pada hitungan 5-8, kembalikan

secara perlahan-lahan ke posisi semula. Lakukan gerakan yang

sama dengan arah yang berlawanan. Berdiri dengan kedua kaki

rapat, lalu letakkan kedua tangan lurus di samping. Pada hitungan

1, langkahkan kaki kanan ke depan sampai tumitnya menempel

pada lantai. Rendahkan badan sambil menekuk lutut kiri dan sendi

panggul kanan, kedua tangan bertumpu pada paha kanan. Tahan

sampai hitungan 4 dengan posisi tubuh dan kepala tetap lurus.

Pada hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi

semula. Lakukan gerakan yang sama dengan arah yang

berlawanan.

5) Buka kaki selebar bahu sambil merapatkan kedua tangan diatas

perut. Pada hitungan 1, tarik nafas sambil mengembungkan otot

perut. Selanjutnya hembuskan nafas pada hitungan 2-4 sambil

mengecilkan perut di bantu dengan tekanan kedua tangan.

Hitungan 5, tarik nafas kembali sama seperti gerakan sebelumnya,

lalu hembuskan kembali. Lakukan 2 x 8 hitungan.

6) Buka kaki selebar bahu, lalu luruskan kedua tangan ke depan

setinggi bahu. Turunkan badan sambil menekuk lutut sedikit pada

hitungan 1, lalu tahan gerakan ini sampai hitungan 4. Pada

62

hitungan 5-8, kembalikan secara perlahan-lahan ke posisi semula.

Lakukan sampai 2 x 8 hitungan.

7) Buka kaki selebar bahu dengan kedua tangan terbuka kesamping

tubuh. Tarik nafas pada hitungan 1, lalu tahan sampai hutungan 2-

4. Pada hitungan 5, hembuskan nafas keluar sambil menepuk paha

bagian samping tarik nafas kembali, lalu tahan seperti gerakan

sebelumnya, kemudian keluarkan nafas sambil menepuk dada

bagian samping. Terakhir, dorong kedua lengan ke depan sambil

menghembuskan nafas. Selanjutnya lakukan kembali posisi doa.

4. Pengaruh Senam Asma Terhadap Nilai Saturasi Oksigen dan Nilai

Arus Puncak Ekspirasi

Gerakan asma dapat memperbaiki kebugaran dan meningkatkan

saturasi oksigen diataranya21

:

a. Pada awalnya sebelum senam asma dimulai dilakukan pemanasan dan

peregangan dengan tujuan untuk menyiapkan otot-otot tubuh, sendi -

sendi tubuh, paru-paru dan jantung agar siap untuk melkukan gerakan-

gerkan senam asma yang akan dilakukan.

b. Setelah pemanasan dan peregangan selesai dilakukan, dilanjutkan

dengan gerakan inti A. Gerakan inti A bertujuan untuk memperbaiki

dan mempertahankan fungsi organ-organ pernapasan dan melatih cara

bernapas yang efektif pada penderita asma dengan cara menarik napas

dan mengeluarkan napas. Proses ekspirasi dilakukan dilakukan lebih

lama 2 hitungan dengan proses inspirasi.

63

c. Setelah gerakan inti A, dilakukan gerakan inti B. Tujuan gerakan inti

B untuk relaksasi/melepaskan beban otot-otot pernafasan, mobilisasi

sendi yang berkaitan dengan perubahan volume thoraks,

meningkatkan daya tahan tubuh dan mengontrol pernapasan dengan

Irma yang ritmis, otot-otot akan menjadi relaksasi hal ini akan

mempermudah pernapasan dan ekspektorasi.

d. Setelah Gerakan inti B, dilakukan gerakan Aerobic, yaitu gerakan

dengan sistem energi lambat atau sistem metabolisme aerobic,

merupakan rangkaian reaksi kimia yang memerlukan oksigen.

Gerakan aerobic dilakukan agar tubuh lebih dapat menghasilkan

pembakaran oksigen tinggi dan meningkatkan ekspirasi. Gerakan ini

juga berdampak pada proses difusi pada paru, dapat meningkatkan

oksihemoglobin dan jika hal ini dilakukan secara rotin dan benar akan

dapat meningkatkan saturasi oksigen dan kebugaraan fisik.

e. Setelah Gerakan Aerobik, dilakukan gerakan pendinginan yaitu

gerakan-gerakan lambat agar otot-otot dan fungsi organ-organ tubuh

lain kembali seperti keadaan semula. Juga untuk mengembalikan

denyut nadi pada frekuensi normal setelah mengalami kenaikan

selama aerobik.

Saturasi oksigen adalah ukuran derajat pengikatan oksigen pada

hemoglobin, biasa diukur dengan oksimeter, dinyatakan dalam persentase

pembagian oksigen sebenarnya dengan kapasitas oksigen maksimum dan

dikalikan 100.47

Senam asma yang berpengaruh besar terhadap saturasi

64

oksigen adalah gerakan aerobik karena dapat meningkatkan kinerja sistem

peredaran yaitu jantung, pembuluh darah dan paru dalam menyediakan

oksigen bagi kelangsungan kinerja otot hal ini akan meningkatkan proses

difusi dari alveoli ke ateri sehingga kalau di ukur dengan oksimeter

terdapat peningkatan SpO2. Hal tersebut didukung oleh Widjanegara

menunjukkan bahwa senam asma dapat memperbaiki gejala kliniks,

frekuensi kekambuhan dan peningkatan saturasi oksigen pada penderita

asma.21

Senam asma juga dapat meningkatkan fungsi otot-otot pernapasan,

baik otot inspirasi (Muskulus interkostalis eksternus) maupun otot

ekspirasi (Muskulus interkostalis internus) dan otot-otot pendukung

pernapasan lainnya seperti muskulus skalenus dan sternokleidomastoideus

serta otot-otot dinding perut, otot-otot tersebut akan lebih terlatih dan

bersinergi dalam meningkatkan fungsi pernapasan terutama pada

pernapasan yang sukar dan dalam. Sehingga dengan peningkatan kinerja

otot-otot pernapasan dan otot-otot pendukung pernapasan maka ventilasi,

perfusi dan difusi akan berjalan dengan lancer.21

Saluran napas yang tadinya menyempit akan mengalami dilatasi

sehingga memaksimalkan proses ventilasi. Ventilasi yang lebih baik akan

meningkatkan oksigen paru dan terjadi peningkatan difusi oksigen antara

alveoli dengan kapiler paru yang akhirnya akan meningkatkan saturasi

oksigen.13

65

F. PENGARUH TERAPI AIR ALKALI DAN SENAM ASMA TERHADAP

NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI DAN SATURASI OKSIGEN

PADA PENELITIAN SEBELUMNYA

Pengaruh intervensi pemberian air alkali dan senam asma dalam

mencegah perburukan kondisi asma telah dipelajari dan diteliti sebelumnya.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini

dihitung dan dibandingkan effect size antara satu dan yang lain.

Effect Size merupakan ukuran mengenai seberapa besar efek pada suatu

variabel terhadap variabel lain dan dianggap sebagai ukuran tentang tingkat

kemaknaan hasil penelitian dalam tataran praktis. Signifikansi hasil penelitian

berupa besarnya korelasi, perbedaan, atau efek dari suatu variabel terhadap

variabel lain pada penelitian yang serupa dengan penelitian ini diukur untuk

melengkapi informasi yang menyajikan perbandingan dengan penelitian

sebelumnya sebagai dasar dalam menyimpulkan apakah hasil penelitian ini

lebih baik dalam memberikan pengaruh terhadap variabel yang diukur.48

Penghitungan effect size terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang

dijadikan dasar dalam penelitian ini, maka dapat ditentukan urutan penelitian

berdasarkan besarnya efek dalam mempengaruhi asma.

Tabel 2.5

Penelitian Terkait Air Alkali dan Senam Asma dengan Nilai arus puncak

ekspirasi dan nilai saturasi oksigen Peneliti N Intervensi Dosis

(pH/Durasi)

Botol/

ml

Kali Lama

(hari)

Variabel

dependen

Nilai

p&effectsiz

e (ES)

Kategori

Wahyuningti

yas, 201617

36 Pemberian

Air Alkali

Merk

Ajwa

pH 9,0 600

ml

1X 14

hari

Kualitas

Hidup

p=0,000

ES= 0,922

Kuat

Santikatmaka

,201718

28 Pemberian

air Alkali

pH 8 1200

ml

2X 7

hari

Natrium

Serum,

p=0,000

ES= 0,882

Kuat

66

Latihan

Fisik

azzahra,

201619

15 Pemberian

air alkali

pH 8 600

ml

1X 14

hari

Expirator

y flow

rate

p=0,004

ES=0,545

Sedang

Shirahata,201

241

84 Pemberian

air alkali

pH 9,5 500

ml

1X 14

hari

Keluhan

pada

perut

Peningkata

signifikansi

94,1%

-

Daniel P

Heil, 201023

19 Pemberian

air alkali

pH 10 1000

ml

1X !4

hari

pH

darah,

pH urin,

Latihan

Fisik

p= 0,001

ES= 0,5

Sedang

Widjanegara,

201521

15 Senam

asma

Durasi 45

menit

- 3X 56

Hari

kekambu

han dan

meningk

atkan

saturasi

oksigen

P= 0,001

Nilai mean

meningkat

dari 95,1%

menjadi

96,5%

-

Darmayasa,2

01122

12 Senam

Asma

Durasi 45

menit

- 3x 7

hari

KVP

VEP1

P= 0,000

ES=0,98

P=0,000

ES=0,83

Sangat

kuat

Kuat

Budi Antoro,

201649

38 Senam

Asma

Durasi 60

menit

- 1X 42

Hari

Arus

puncak

ekspirasi

P= 0,037

ES= 0,164

Sangat

lemah

Penelitian-penelitian tersebut membandingkan intervensi dalam kualitas

hidup asma, expiratory flow rate pada asma, natrium serum, pH darah, pH

urin, latihan fisik dan keluhan pada perut. Sementara intervensi dalam

penelitian ini menggunakan kombinasi antara air alkali dan senam asma

terhadap nilai arus puncak ekpirasi dan saturasi oksigen.

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan air alkali pH yang sudah

di ukur sekitar 9+. Air alkali selain mempunyai pH yang tinggi dan oksigen

terlarut, air ini juga memiliki komponen molekul air berbentuk hexagonal dan

microcluster sehingga terjadi proses hidrasi sel yang lebih baik dan lebih

cepat, serta memiliki antioksidan terhadap segala radikal bebas yang

mengganggu hemeostatis tubuh. Penelitian ini diharapkan air alkali

67

bermanfaat dalam proses antiinflamasi berbagai penyakit didalam tubuh.

Pertimbangan jurnal dan literatur tentang alkali, untuk pemberian terapi air

alkali pada penelitian ini akan diberikan selama 14 hari sebanyak 1200 ml/

hari diminum pagi 600 ml dan sore 600 ml tanpa mengurangi konsumsi air

biasa.

Pada perlakuan senam asma pada penelitian ini akan diberikan 4x

dalam seminggu selama 14 hari, dengan durasi senam 45 menit. Dengan

kombinasi pemberian air alkali dan senam asma diharapkan akan

meningkatkan derajat kesehatan pasien asma, karena kombinasi perlakuan ini

mempunyai dampak positif yaitu membuat adekuat saluran nafas sehingga

pengeluaran udara ekspirasi dapat lebih baik dan memperkuat otot-otot

pernafasan.

G. Dorothy Johnson Model Sistem Perilaku

1. Background Teorist

Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 Agustus 1919 di

Savannah, Georgia. Ia memperoleh gelar A.A. dari Armstrong Junior

College di Savannah, Georgia pada tahun 1938, gelar B.S.N. dari

Universitas Vanderblit di Nashville Tennese. Pada tahun 1942 dan gelar

M.P.H dari Universita Havard di Boston pada tahun 1948. Selama

karirnya akademik Dorothy Johnson menangani masalah-masalah yang

berkaitan dengan praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan ilmu

keperawatan. Sebagian besar pengalaman profesionalnya melibatkan

68

pengajaran, meskipun ia adalah staff perawat di Dewan Kesehatan

Catham Savannnah dari tahun 1943-1944.50

Disamping itu dari tahun 1965 sampai tahun 1967 ia mengepalai

Komite Asosiasi Perawat yang mengembangkan pernyataan posisi atas

spesifikasi-spesifikasi untuk spesialis klinik. Publikasi Johnson termasuk

4 buku, lebih dari 30 artikel berkala dan sejumlah laporan, proceeding

dan monograph. Salah satu dari sekian banyak penghargaan yang ia

terima yang paling dibanggakan adalah Faculty Award tahun 1975 dari

mahasiswa-mahasiswa sarjana, Lulu Hassenplug Distinguished

Achievement Award dari Asosiasi Perawat California tahun 1977 dan

Vanderbilt University School of Nursing Award for Excellence in

Nursingtahun 1981.51

Model sistem perilakunya ternyata berguna dalam perkembangan

lebih jauh basis teoritis untuk keperawatan, tetapi dapat dikatakan bahwa

sumber kepuasan terbesar berasal dari kelanjutan karir produktif dari

siswa-siswanya. Dorothy E. Johnson, RN, MPH, FAAN meninggal pada

bulan Februari 1999.50

2. Sumber Teori

Teori yang menginspirasi E. Johnson adalah Teori dari Florence

Nightingale bahwa perhatian keperawatan berfokus pada orang dan bukan

penyakit. Menurut keyakinan Nightingale tujuan keperawatan adalah

membantu individu-individu untuk mencegah atau mengobati penyakit

atau cidera. Ilmu dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai

69

individu dan bukan pada entitas penyakit yang spesifik. Selain itu terdapat

Teori Hans Selye yang menginspirasi bahwa Individu berespons

terhadap stres akibat sakit dan bagaimana individu harus bertindak.50

Sehingga teori Sistem dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk

melakukan fungsi bersama-sama guna membentuk kebutuhan secara

keseluruhan.

3. Paradigma Keperawatan

a. Perawat

Keperawatan dipandang sebagai layanan yang bersifat komplementer

terhadap terapi medis dan profesi kesehatan lainnya, tetapi memiliki

kontribusi tersendiri bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Seni dan ilmu dalam memberikan bantuan eksternal baik sebelum dan

selama gangguan keseimbangan sistem.

b. Individu

Johnson dalam teorinya memandang klien sebagai sistem perilaku.

Sistem perilaku yang teratur, berulang, sistematis, dan terorganisir

dengan subsistem biologis dan perilaku saling berhubungan dan saling

tergantung. Klien dipandang sebagai kumpulan subsistem perilaku

yang saling berhubungan membentuk sistem perilaku.

c. Kesehatan

Johnson melihat kesehatan sebagai fungsi yang efektif dan efisien dari

sistem, serta sebagai keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial.

70

Keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku ditunjukkan oleh perilaku

yang bisa diamati yaitu bertujuan (purposeful), tertib (orderly), dan

bisa diprediksi (predictable). Perilaku dipertahankan jika terbukti

efektif dan efisien dalam mengelola hubungan individu dengan

lingkungannya. Perilaku berubah ketika efektivitas dan efisiensinya

tidak lagi jelas, atau ketika tingkat fungsional yang lebih optimal

dirasakan.

d. Lingkungan

Dalam teorinya, Johnson menyebut adanya lingkungan internal dan

eksternal. Dia juga menyebutkan adanya interaksi antara individu

dengan lingkungan, objek, peristiwa, dan situasi di lingkungan. Dia

mencatat bahwa ada kekuatan di lingkungan yang mempengaruhi

seseorang sehingga orang yang bersangkutan meyesuaikan diri dengan

lingkungan tersebut. Dengan demikian, lingkungan terdiri dari semua

elemen yang bukan merupakan bagian dari individu system perilaku

tetapi mempengaruhi sistem dan bisa berfungsi sebagai sumber

imperative sustenal.50, 51

4. Asumsi Model Sistem Perilaku

Johnson mengembangkan konsep model perilaku pada tahun 1950.

Fokus dari perilaku yaitu kebutuhan, manusia sebagai sistem perilaku dan

perwujudan stress sebagai asuhan keparawatan. Konsep manusia

didefinisikan sebagai sistem perilaku. Johnson mendefinisikan arti sehat

adalah derajat reguler dan konstan dari perilaku dan sistem perilaku

71

merefleksikan adaptasi terhadap lingkungan sukses atau tidaknya

seseorang menuju derajat yang diharapkan termasuk adaptasi stres dari

internal maupun eksternal. Terdapat 4 asumsi yang di kemukakan oleh

Johnson yaitu51

:

a. Bentuk perilaku menggambarkan motif dan tujuan (Goal)

Pada pasien asma bentuk perilaku hidup sehat dengan membiasakan

diri terapi air alkali dan senam asma bertujuan supaya otot-otot

pernafasan dan saluran pernafasan pasien adekuat, sehingga nilai

fungsi arus puncak ekspirasi dan saturasi oksigen dalam batas normal.

b. Kecenderungan untuk bertindak (Set)

Bertindak secara positif atau tingkah laku positif yang dianjurkan oleh

tim kesehatan kepada penderita asma makan sangat menguntungkan

bagi penderita asma dalam meningkatkan derajat kesehatannya yang

produktif.

c. Pilihan (ruang lingkup) yang berbeda (Choice)

Terapi asma terdapat 2 komponen yaitu terapi medis dan keperawatan.

Selain teratur minum obat dan kontrol tepat waktu, penderita asma

dengan memilih hidup sehat seperti melakukan latihan aktivitas fisik

senam asma dan mengkonsumsi air alkali maka status kesehatannya

pun akan lebih baik.

d. Hasil diproduksi (Behaviour)

Pemberian air alkali dan senam asma Indonesia sebagai bagian dari

72

penatalaksanaan jangka panjang penyakit asma, merupakan bentuk

dari perilaku kesehatan. Dengan melaksanakan kedua hal tersebut

diharapkan tercapai tujuan penanganan asma, yaitu asma terkontrol.

5. Subsistem Perilaku

Terdapat 7 Sub Sistem sebagai sistem terbuka, saling berhubungan

dan saling tergantung. Aktifitas sub sistem dikendalikan langsung oleh

motivasi karena kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran. Sehingga

terdapat 7 subsistem perilaku yang terdiri dari51

:

a. Sub Sistem Attachment-affiliative

Merupakan sub sistem yang membentuk landasan untuk semua

organisasi sosial. Secara Umum, sub sistem menjamin kelangsungan

dan keamanan. Konsekuensi pada subsistem ini adalah inklusi social,

intimacy, dan ikatan social yang kuat. Responden dalam penelitian

ini merupakan sub sistem yang membentuk organisasi sosial yaitu

grup senam asma sehingga responden satu dengan yang lainnya

mempunyai keterkaitan kepeduliaan antar sesama yang sangat kuat.

b. Sub Sistem Dependency

Pengembangan perilaku yang memerlukan respon perawatan.

Berkembang dari ketergantungan tingi menjadi tidak tergantung

sampai pada kemandirian. Pada penelitian ini prilaku hidup sehat

dengan mengkombinasikan 2 terapi yang diawali dengan cara

diarahkan untuk penerapan terapi sampai pasien dapat melakukannya

dengan mandiri.

73

c. Sub Sistem Biologis (Ingesti dan eliminasi)

Terkait dengan apa, kapan, berapa banyak dan bagaimana, makanan

atau minuman masuk kedalam lambung dan kapan, berapa banyak

dan bagaimana sisa makanan dan minuman harus dibuang dari tubuh,

Juga perlu untuk kondisi psikologis dan social. Dosis pada penelitian

ini yaitu pemberian air alkali pH 9+ selama 14 hari sebanyak 1200ml

yaitu diberikan pada hari ke-1 sampai hari ke-14 dan senam asma 4x

dalam seminggu selama 14 hari, dengan durasi senam 60 menit, yaitu

hari ke-1, hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, hari ke-8, hari ke-10, hari

ke-12 dan hari ke-14.

d. Sub Sistem Seksual

Dimulai dari perkembangan identitas gender, ketertarikan lawan jenis

dan intimacy. Keadaan responden yang produktif dan tertib dalam

menerapkan terapi air alkali dan senam asma sehingga akan

mengalami perbaikan nilai fungsi paru seperti APE dan SPO2 maka

akan semakin didukung dengan sistem seksual yang lebih harmonis.

e. Sub Sistem Agresif

Fungsi sistem ini sebagai perlindungan dan pemeliharaan. Dalam sub

sistem ini upaya responden dalam perlindungan kekambuhan akibat

asma serta pemeliharaan kesehatan dapat dilakukan dengan cara

terapi 2 kombinasi air alkali dan senam asma sesuai dosis yang sudah

ditentukan.

74

f. Sub Sistem Achievement

Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan.

Cakupan perilaku prestasi termasuk kemampuan intelektual, psikis,

kreatif, mekanis dan sosial. Secara garis besar, pencapaian kesehatan

yang optimal pada responden asma maka akan terjadi peningkatan

kemampuan fisik dan rasa percaya diri dalam berinteraksi sosial dan

pengembangan diri menjadi lebih baik.

g. Sub Sistem Restoratif

Sebagai kondisi akhir yang stabil namun dinamis, dimana individu

hidup dan tinggal dalam lingkungannya sebagai stimulus. Dalam

penelitian ini, responden hidup didalam lingkungan yang saling

mendukung, karena setiap pertemuan senam asma, para responden

dapat berbagi cerita, pengalaman dan solusi mengenai penyakitnya

serta perbaikan nilai fungsi paru yang telah di capai.

6. Nursing Process

a. Assessment

Asessment tool untuk 7 sub sistem perilaku disebut sebagai

restorative yang fokus pada activities of daily living. An assessment

model perilaku dilakukan perawat dengan perolehan data biologis.

Nursing process dalam Johnson's behavioral model merupakan

aktifitas yang berpusat pada perawat dimana perawat memutuskan

kebutuhan pasien dan mengkondisikan perilaku yang tepat untuk

75

memenuhi kebutuhan pasien. Pengkajian pada 7 subsistem antara lain

affiliation, dependency, sexuality, Aggression, Elimination, Ingestion,

Achievement, Restorative.50, 51

b. Diagnosa

Diagnosis terkait sistem perilaku dan sub sistem spesifik. 4

kategori diagnosa dari model sistem behavioral Johnson's52

:

1) Insufficiency

Merupakan (ketidakcukupan) atau menandakan sub sistem tidak

bervariabel.

2) Discrepancy

Merupakan (ketidaksesuaian) menandakan tingkah laku tidak

mencapai tujuan yang ditetapkan.

3) Incompatibility

Merupakan (ketidakcocokan) menandakan tingkah laku dari dua

subsistem terjadi konflik.

4) Dominance

Merupakan (kekuasaan) menandakan tingkah laku pada sub-sistem

digunakan lebih banyak dari sub-sistem yang lain.

c. Intervensi

Implementation terkait dengan diagnosa keperawatan sulit bila

input tentang sub sistem perilaku dalam perencanaan sangat minim.

Perencanaan fokus pada tindakan perawat untuk merubah perilaku

pasien. Perencanaan mencakup protection, nurturance or stimulation

76

dari sub sistem perilaku. Empat cara intervensi keperawatan agar

tingkah laku adekuat52

:

1) Membatasi atau memberi batasan tingkah laku

2) Mempertahankan atau melindungi dari stressor negatif

3) Menghambat atau menekan respons tidak efektif

4) Memudahkan atau memberi pemeliharaan dan rangsangan.

d. Evaluasi

Evaluasi terhadap tercapai tidaknya sub sistem perilaku yang

diharapkan. Perawat harus dapat mengobservasi kembalinya ke pola

perilaku sebelumnya. Nursing process dalam Johnson's behavioral

model merupakan aktifitas yang berpusat pada perawat dimana

perawat memutuskan kebutuhan pasien dan mengkondisikan perilaku

yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien. 50, 51

7. Keterkaitan Teori Dorothy Johnson Model Sistem Perilaku

Terhadap Penderita Asma Yang Dilakukan Terapi Pemberian Air

Alkali Dan Senam Asma

Pasien asma yang terkontrol, memerlukan perawatan kesehatan

yang menunjang supaya hidup lebih produktif. Pasien asma yang

mempunyai rutinitas hidup sehat seperti kontrol tepat waktu, mempunyai

jadwal latihan aktivitas fisik yang teratur seperti senam asma dan

mengkonsumsi makanan serta minuman yang sehat maka akan

meningkatkan kesehatan dan menjaga kepatenan jalan nafas penderita

asma.

77

Terapi pemberian air alkali dan Terapi latihan fisik seperti senam

asma dapat dijadikan alternatif baru dalam intervensi keperawatan pada

penderita asma. Dengan adanya kontribusi perawat dalam mengarahkan

pilihan aktivitas yang tepat dan konsumsi air alkali maka akan

memunculkan perilaku hidup sehat pada penderita asma. Perilaku terapi

latihan fisik dan terapi alkali ini dapat dipengaruhi oleh niat yang timbul

dari individu penderita serta dukungan ataupun arahan dari perawat.

Menggunakan teori yang dikembangkan oleh Dorothy E. Johnson

yakni Behavioral System Model. Model ini ditujukan agar keperawatan

lebih mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia yang secara efektif

dan efisien. Jonhson dalam hal ini juga menjelaskan bahwa perilaku

manusia adalah sistem yang akan dipengaruhi oleh subsistemnya yaitu

lingkungan, dan masalah kesehatan. Subsistem lain yang juga akan

memberikan pengaruh terhadap perilaku manusia yaitu tujuan dari

intervensi yang dilakukan oleh perawat dalam rangka memperoleh

kembali kestabilannya.53

Konsep Behavioral System Modelnya menyebutkan ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang apabila orang

tersebut mengalami masalah kesehatan, baik yang dialami oleh diri

sendiri ataupun dialami oleh orang lain. Faktor tersebut antara lain faktor

belajar, faktor pengalaman, dan faktor dukungan sosial. Dalam konsepnya

Johnson menyampaikan faktor-faktor ini merupakan bagian dari stressor

internal yang dapat menjadi masukan bagi sistem perilaku seseorang.

78

Faktor-faktor ini akan diproses di dalam sistem perilaku sehingga

menghasilkan dorongan atau motivasi untuk berperilaku. Dorongan atau

motivasi ini akan terealisasi menjadi perilaku apabila ada keadaan atau

kondisi yang sesuai.52

Dengan pendekatan Behavioral System Johnson ditujukan agar

keperawatan lebih mengembangkan fungsi-fungsi perilaku manusia

secara optimal. Penerapan terapi pemberian air alkali dan terapi senam

asma dalam mengembangkan perilaku positif khususnya dalam hal

memenejemen aktivitas sesuai dengan subsistem perilaku yang dimiliki

Penderita. Hal yang disarankan kepada pihak-pihak terkait adalah

berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan penderita asma.

Keterlibatan pelayanan kesehatan yang terbaik diharapkan untuk

mencapai derajat kesehatan pada penderita asma secara optimal.

79

H. KERANGKA TEORI

Riwayat Asma

Penurunan kapasitas vital paru

Memperbaiki status nilai Arus puncak

ekspirasi dan nilai saturasi oksigen

Gambar 2.2 Kerangka Teori. Yustina (2016), Mcewen M (2014), Shirahata (2012)

Asidosis

Ventilasi tak

seragam

Hipoventilasi

alveolar

Ventilasi dan perfusi

tidak padupadan

PaCO2 ↑, PaO2 ↓, pH ↓

Type equation here.

Hipoksia awal

Kerja nafas ↑

Hiperventilasi paru

Kelelahan otot

pernafasan

Terapi

Senam

Asma

Terapi

Air

Alkali

Nursing behavioral

System Model

- Memperbaiki hidrasi sel dan ↑ proses imunologi

tubuh dengan menekan proses alergi

- Menghambat kerja histamine

- Mengurangi hipereaktivitas otot bronkus

- Meningkatkan kekuatan otot yang berkaitan

dengan mekanisme pernafasan

- Meningkatkan kapasitas serta efisiensi dalam

proses pernafasan

- Meningkatkan kebugaran jasmani atau

kemampuan fisik

a) Goal

Bentuk perilaku membiasakan terapi air alkali dan

senam asma supaya memperbaiki nilai fungsi paru.

b) Set

Bertindak positif untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang produktif.

c) Choice

Pemilihan terapi untuk jangka panjang yaitu

kombinasi terapi air alkali dan senam asma

d) Behaviour

Dengan melaksanakan kombinasi terapi air alkali dan

senam asma diharapkan tercapai penanganan asma

dan asma terkontrol.

a. Meningkatkan derajat kesehatan

pada penderita asma

b. Meningkatkan proses imunologi

tubuh

c. Mencegah kematian akibat asma

Kombinasi 2 terapi

↑ Histamin

Hipereaktivitas otot polos

bronkus→ gangguan respirasi

Gangguan pengeluaran

karbondioksida dari paru

Kambuhan ulang

asma

Obstruksi jalan nafas

Kambuhan ulang

asma

Obstruksi jalan nafas