10 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Brand Menurut ...

34
10 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Brand Menurut Giribaldi “merek didefinisikan sebagai kombinasi dari atribut- atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses pemilihan suatu produk/layanan di benak konsumen” (dikutip dari Soehadi 2). Menurut UU merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa” (dikutip dalam Tjiptono 3). Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA), definisi brand A name, term, design, symbol or any other feature that identifies one seller’s good or services as a distinct from those of other seller” atau sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau cirri-ciri lain yang memperkenalkan barang atau jasa milik suatu penjual sebagai pembeda dari milik penjual-penjual lainnya. Menurut definisi dari undang-undang dan AMA, memiliki kesamaan, yaitu menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentatior (Keller 3). Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang diproduksi di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen (Tjiptono 19). Menurut Keller (5) merek adalah produk yang mampu memberikan dimensi tambahan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja produk dari merek bersangkutan) maupun simbolik, emosional dan intangible (berkenaan dengan representasi merek). Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan persepsi dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek, dan maknanya dan perusahaan yang diasosiasikan dengan merek bersangkutan (Tjiptono 19).

Transcript of 10 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Brand Menurut ...

10 Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Brand

Menurut Giribaldi “merek didefinisikan sebagai kombinasi dari atribut-

atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi

proses pemilihan suatu produk/layanan di benak konsumen” (dikutip dari Soehadi

2).

Menurut UU merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah

tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,

atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan

digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa” (dikutip dalam Tjiptono

3). Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA), definisi brand

“A name, term, design, symbol or any other feature that identifies one seller’s

good or services as a distinct from those of other seller” atau sebuah nama, istilah,

tanda, simbol, atau cirri-ciri lain yang memperkenalkan barang atau jasa milik

suatu penjual sebagai pembeda dari milik penjual-penjual lainnya. Menurut

definisi dari undang-undang dan AMA, memiliki kesamaan, yaitu menekankan

peranan merek sebagai identifier dan differentatior (Keller 3).

Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang

diproduksi di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen

(Tjiptono 19). Menurut Keller (5) merek adalah produk yang mampu memberikan

dimensi tambahan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain

yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa

bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja produk dari merek

bersangkutan) maupun simbolik, emosional dan intangible (berkenaan dengan

representasi merek). Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan persepsi

dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek, dan

maknanya dan perusahaan yang diasosiasikan dengan merek bersangkutan

(Tjiptono 19).

11 Universitas Kristen Petra

2.1.1. Pengertian Brand Image

Menurut Kotler, “Image is the beliefs, ideas, and impressions that a

person holds of on object” (570). Image adalah sekelompok kepercayaan-

kepercayaan, gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang diperoleh seseorang

terhadap suatu objek, sehingga image sangat berpengaruh dalam pemasaran

terhadap suatu produk atau jasa dimana kepercayaan, ide dan kesan konsumen

terhadap suatu objek yang berkesan bagi konsumen tersebut. Produk atau jasa

harus memiliki image yang kuat sehingga memberikan kepercayaan, gagasan dan

kesan yang baik pada konsumen.

Merek juga terkait dengan pengalaman ketika berhubungan dengan atau

menggunakan produk/layanan. Merek akan bernilai jika konsumen mempunyai

pengalaman positif terhadapnya (Soehadi 3).

Berdasarkan pendapat tersebut, pemahaman konsumen terhadap suatu

merek bergantung pada kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi pelbagai

informasi mengenai merek tersebut dalam ingatan. Pemahaman konsumen

terhadap suatu merek merupakan gambaran atau penilaian konsumen terhadap

merek tersebut.

Menurut Keller (379-380), brand image adalah salah satu aspek yang

sangat penting dari merek yaitu citra. Hal ini berguna bagi pemasar untuk

membuat perbedaan, berkaitan dengan persepsi konsumen mengenai kinerja

spesifik dan atribut citra dan manfaat, dan tingkat pertimbangan lebih tinggi yang

berkaitan dengan keseluruhan penilaian, perasaan, dan hubungan. Ada hubungan

yang jelas antara dua tingkat, karena respon keseluruhan konsumen dan hubungan

dengan merek biasanya tergantung pada persepsi atribut tertentu dan manfaat dari

merek.

Menurut Kotler (8), terdapat 3 faktor pembentuk brand image, yaitu:

1. Favourability of brand association adalah asosiasi merek, dimana

konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh merek

akan dapat memenuhi atau memuaskan keinginan mereka sehingga

mereka membentuk sifat positif terhadap merek. Karena itu sangat sulit

bagi suatu produk yang tidak mempunyai atribut penting untuk

menciptakan asosiasi mereka yang menguntungkan.

12 Universitas Kristen Petra

2. Strength of brand association adalah kekuatan asosiasi merek tergantung

bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana

proses bertahan sebagai bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek

ini merupakan fungsi dari jumlah pengolahan informasi yang diterima

pada proses ecoding. Ketika seorang konsumen secara aktif menguraikan

arti informasi sesuatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang

semakin kuat pada ingatan konsumen.

3. Uniqueness of brand association adalah asosiasi terhadap suatu merek

dimana harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus

diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi

konsumen untuk memilih suatu merek tertentu. Keunikan asosiasi merek

dapat didasarkan pada atribut yang berkaitan dengan produk, manfaat

fungsional, manfaat yang dialami, atau citra yang dirasakan.

2.1.2. Komponen Brand Image

Aktivitas menarik pelanggan baru terjadi dari subaktivitas meningkatkan

brand awareness, memperjelas identitas merek (brand identity) dan meyakinkan

pelanggan bahwa produk/layanan yang ditawarkan memiliki nilai (brand value)

yang tinggi (Soehadi 9).

1. Brand Awareness

Terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat mengenal dan mengingat

suatu merek.

2. Brand Identity

Terkait dengan seberapa jauh perusahaan dapat merumuskan identitas

mereknya secara tepat. Identitas merek harus dapat menangkap siapa yang

menjadi pasar sasarannya, mengungkapkan keunikan produk atau layanan,

apa manfaat utamanya, dan personifikasi yang diwakili oleh sebuah merek.

3. Brand Value

Terkait dengan seberapa jauh konsumen mengerti dan mempunyai asosiasi

terhadap merek. Asosiasi dapat dibentuk melalui pendekatan kinerja

produk/layanan (brand performance).Brand performance terkait dengan

atribut intrinsik (atribut yang melekat pada produk/layanan), sedangkan

13 Universitas Kristen Petra

brand imagery terkait dengan atribut entrinsik (atribut yang tidak terkait

secara langsung dengan produk/layanan).

Sementara itu, aktivitas mempertahankan pelanggan terdiri dari

subaktivitas memperkuat hubungan dengan para pelanggan (brand relationship),

membangun komunitas di antara para pelanggan merek tertentu (brand

community).

1. Brand Relationship

Terkait dengan seberapa jauh perusahaan dapat memberikan rangsangan

kepada para pelanggan agar lebih aktif melakukan kontak atau berinteraksi

dengan sebuah merek.

2. Brand Community

Didefinisikan sebagai hubungan atau ketertarikan di antara para pelanggan

terhadap suatu merek. Titik kritis dari program ini adalah seberapa jauh

perusahaan dapat mengelola kontak yang terjadi antara pelanggan dengan

mereknya, pelanggan dengan perusahaan, pelanggan dengan produk atau

layanan ketika digunakan, dan di antara para pelanggan sendiri.

2.1.3. Tolak Ukur Brand Image

Pengukuran brand image dapat dilakukan melalui penilaian terhadap 3

ketentuan utama merek (Keller 78), yaitu:

a. Kekuatan Merek (Brand strength)

Brand strength mengarah pada pelbagai keunggulan fisik yang dimiliki

oleh suatu merek dan tidak dapat ditemukan pada merek lainnya. Brand

strength meliputi penampilan fisik, keberfungsian semua fasilitas yang

dimiliki, harga, maupun tampilan fasilitas-fasilitas pendukung.

b. Keunikan Merek (Brand Uniqueness)

Brand uniqueness adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu merek, demi

membedakan diri dengan merek-merek lain di pasaran. Ciri khas berarti

diferensiasi antara suatu merek dengan merek yang lain. Ciri khas atau

kesan unik muncul dari atribut-atribut produk yang beredar di pasaran,

14 Universitas Kristen Petra

meliputi variasi layanan yang diberikan, maupun diferensiasi melalui

tampilan fisik, seperti slogan, logo, dan lain-lain.

c. Merek Kesukaan (Favourable Brand)

Favourable brand mengarah pada kemampuan suatu merek untuk diingat

dengan mudah oleh konsumen, maupun kesesuaian antara kesan merek

dalam benak konsumen dengan citra yang diinginkan perusahaan atas

merek tersebut.

2.2. Pengertian Interior

Beberapa pengertian mengenai Desain Interior:

Desain interior itu adalah cabang spesial dari arsitektur. Desain interior

berhubungan dengan keindahan, fungsi dan pertanyaan-pertanyaan psikologis

tentang interior, karakter individual dari ruang. (Friedmann 1-5)

Desain interior itu sebagai ekspresi dari kepribadian klien, sebagai solusi

untuk kebutuhan psikologis dan kebutuhan fungsi. (Siegel 9-15)

Pengertian interior secara khusus adalah karya arsitek atau desainer yang

menyangkut ruang dalam suatu bangunan dengan bentukan yang mengikuti

perkembangan ilmu dan teknologi, yang dalam proses perancangan selalu

dipengaruhi unsur geografis setempat dengan kebiasaan sosial yang diwujudkan

dalam gaya kontemporer. (Suptandar 11)

Desain Interior adalah merencanakan, menata, dan merancang ruang-ruang

interior dalam bangunan. Tatanan fisik di atas dapat memenuhi kebutuhan dasar

kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung, menentukan langkah sekaligus

mengatur bentuk aktivitas kita, memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan

ide-ide yang menyertai segala tindakan kita, mempengaruhi penampilan, perasaan,

dan kepribadian kita. Oleh sebab itu, maksud dan tujuan desain interior adalah

untuk memperbaiki fungsi, memperkaya nilai estetika, dan meningkatkan aspek

psikologis dari ruang interior. (Ching 46)

2.3. Pengertian Shopping Centers/Shopping Mall

Shopping center (Inggris dan Eropa), Shopping Mall (Amerika) atau

terminologi yang sering digunakan oleh masyarakat Amerika bereferensi kepada

15 Universitas Kristen Petra

pusat perbelanjaan atau shopping center yang besar adalah istilah yang digunakan

untuk mengidentifikasikan suatu pusat perbelanjaan yang pada intinya memiliki

bentuk bangunan atau kumpulan beberapa bangunan di dalam satu lokasi. Di

dalam satu pusat perbelanjaan tersebut berkumpul sejumlah vendor independen

atau beragam toko dengan beragam brand, yang semuanya dihubungkan antara

satu dengan yang lain, oleh jalur sirkulasi (pedestrian ways atau walk ways) yang

terbuka atau tertutup dengan tujuan untuk mempermudah pengguna mal pada

waktu mengunjungi satu toko dan berjalan ke toko lain dengan aman dan nyaman.

Sebuah shopping centre adalah suatu tempat berkumpul, berinteraksi dan

bersosialisasi. Di situ para pengunjung mengharapkan untuk dilihat, disenangi dan

dibutuhkan. Mereka juga berharap untuk dapat bergembira bersama. Untuk itu

mereka tidak berkeberatan menjalaninya dalam sebuah ruang yang digubah secara

vertikal dan horizontal dalam rangka mencapai harapan-harapan tersebut karena

sudah dipermudah dengan eskalator, elevator dan tangga, serta dibuat senyaman

mungkin melalui penyediaan atrium, hall dan void. Fasilitas-fasilitas tersebut

dirancang untuk menghubungkan para pengunjung dengan toko-toko dan fasilitas-

fasilitas lain di dalam shopping centre sementara berbagai kiat arsitektural di luar

gedung juga khusus digubah sebagai pengantar menuju ke berbagai atraksi di

dalam gedung. (Santoso 19-29)

2.3.1. Pengertian Retail Tenant

Retail tenant terdiri dari beranekaragam jenis toko seperti toko baju,

sepatu, perhiasan, elektronik, buku, kosmetika, perlengkapan rumah, roti dan kue,

rumah makan, dan lain-lain. Penganekaragaman jenis ini disebut dengan konsep

tenant-mix yang bertujuan agar dapat memenuhi dan memuaskan semua

kebutuhan berbelanja pengunjung yang datang.

Konsep tenant-mix diatur melalui pengelompokkan berdasarkan jenis toko.

Pengelompokkan itu dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok besar. Fashion

adalah jenis tenant utama dari sebuah pusat belanja atau mal, berupa toko baju

anak, pria dan wanita berbentuk butik atau ready-to-wear termasuk toko

aksesoris, sepatu dan kosmetika. Entertainment adalah area hiburan, biasanya

berada di sekitar bioskop yang berhubungan langsung dengan foodcourt.

16 Universitas Kristen Petra

Seringkali dilengkapi dengan arena bermain anak dan bowling center, termasuk

juga toko buku dan toko kaset. Lifestyle adalah toko yang menyediakan

perabotan/perlengkapan rumah tangga, toko hadiah/kado, dan toko

furniture/dekorasi rumah. Home appliance adalah toko yang menyediakan

peralatan elektronik rumah dan dapur, biasanya dari merk-merk terkenal. Food

adalah toko yang menyediakan bahan makanan, roti dan kue dan toko makanan

siap saji. Yang terakhir adalah restaurant berupa bermacam-macam jenis rumah

makan yang menawarkan kualitas makanan, penyajian dan pelayanan yang baik.

(Santoso 43-45)

2.3.2. Pengertian Toko Sepatu

Toko yang mengkhususkan diri pada sepatu pria dan perempuan biasanya

tipe eksklusif dan menyajikan berbagai gaya terbatas dan yang terpenting adalah

kenyamanan optimal pelanggan. Jenis layanan pada toko sepatu yaitu self service

(pelanggan memilih gaya dan ukuran dan membayar pada counter, cocok untuk

barang-barang murah seperti sandal jepit dan sandal), assisted service (dengan

asisten, stok yang ditampilkan pada rak untuk pelanggan memilih dan asisten

mengumpulkan sepatu ukuran yang dibutuhkan dari gudang dan membantu

pelanggan mencobanya) dan personal service.

Interior toko eksklusif yang hanya melayani sejumlah kecil pelanggan

menyediakan kenyamanan pelanggan yang optimal. Kursi nyaman dan hanya

sedikit yang diperlukan dapat ditempatkan terpisah. Stok sepatu terbatas dapat

ditampilkan pada tabel atau stands khusus. Toko sepatu yang melayani untuk

pasar massal (mass market) memerlukan jumlah maksimum tempat duduk (yang

biasanya diletakkan sebaris) dan menampilkan stok mereka di rak-rak cenderung

menentang dinding (rak gantung) atau gondola.

Finishing lantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi penjualan.

Untuk membuat pelanggan merasa senyaman mungkin di sepatu baru yang

mereka mencoba pada karpet lembut karena itu disukai untuk jenis lain dari lantai.

Sejumlah besar cermin juga diinginkan untuk menunjukkan kaki pelanggan tetapi

lebih baik untuk memiliki cermin dengan panjang penuh. (Mun 31-32)

17 Universitas Kristen Petra

2.4. Peran Penting Perancangan Interior pada Store Based Retail

2.4.1. Peran Penting Desain Interior pada Toko

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan mengapa desain interior yang

menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif

bagi store based retail, di antaranya sebagai berikut:

Desain interior yang tepat merupakan daya tarik tersendiri bagi

pengunjung. Tujuan berbelanja tidaklah murni untuk memenuhi dan membeli

kebutuhan semata. Adanya kebutuhan psikologi yang sifatnya irasional (selain

kebutuhan fungsional). Berbelanja adalah aktivitas yang memiliki beberapa

fungsi, misalnya untuk melepaskan diri dari rutinitas, mempelajari tren baru,

kegiatan fisik, sensory stimulation (kegiatan cuci mata), sosialisasi dan

bermasyarakat serta simbol status dan otoritas. Bagi para retailer, desain interior

toko dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen,

sehingga dapat meningkatkan kemungkinan pembelian. Sehingga di sini desain

toko berfungsi sebagai salah satu stimuli. Suasana dan desain interior yang tepat

dapat mendorong konsumen untuk mengunjungi suatu toko. (Levy dan Weitz 126)

Di antara banyaknya toko lain, maka agar tetap memiliki daya saing,

perlunya desain interior yang unik, nyaman namun tetap fungsional dan

mendukung suasana berbelanja dapat menjadi unsur pembeda dibanding dengan

toko lainnya. Selain itu desain tersebut dapat mengekspresikan berbagai

karakteristik toko dan pencitraan pada pengunjung misalnya toko busana berharap

untuk menarik pelanggan skala tertentu dengan citra yang diberikan.

Desain dan suasana toko juga mempengaruhi keadaan emosi pengunjung.

Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan

senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psikologikal set

ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse). Kondisi ruang dapat

mempengaruhi keadaan emosi konsumen yang menyebabkan meningkatnya atau

menurunnya pembelian.

Sehingga di sini desain toko akan sangat menarik bagi retailer karena

pertama, berbeda dengan banyak pengaruh situasi yang berada di luar kendali,

retailer mampu membentuk kemampuan untuk menciptakan desain ruang dan

suasana sebagai controllable variable. Kedua, pengaruh ini dapat ditujukan

18 Universitas Kristen Petra

kepada konsumen yang tepat di tempat yang benar di dalam toko, maupun di luar

toko.

2.4.2. Tinjauan tentang Desain Interior Toko

Karena berperan cukup penting seperti telah disebutkan di atas, pihak

desainer interior maupun retailer selaku owner diharapkan dapat bekerja sama

untuk mewujudkan suatu desain interior yang tepat. Menurut Levy dan Weitz

(588), desain interior toko yang baik akan memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Desain yang secara konsisten dapat mencerminkan image dan strategi

Desainer Interior harus mampu mewujudkan desain yang dapat

mencerminkan image atau citra dan strategi market target, market segment

dan positioning toko.

2. Desain yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung

Untuk dapat memberikan daya tarik ini, maka secara optimal desainer

harus dapat secara kreatif mewujudkan desain yang memberikan

pembedaan dan cukup unik dibandingkan dengan toko-toko lainnya.

Keunikan desain dapat meningkatkan visibility toko.

3. Desain yang mempertimbangkan fungsionalitas dan efisiensi

Desain yang baik, tidak hanya tampak sevara visual saja, namun

keberhasilan desain juga harus dapat mempertimbangkan dengan baik

antara biaya yang dikeluarkan dengan value yang dihasilkan dan juga

profitablitias yang akan didapat, serta fungsionalitas desain (akomodasi

terhadap semua kebutuhan ruang yang diperlukan).

4. Desain yang flexible

Desain harus cukup flexible dan adaptif terhadap perubahan, untuk

kebutuhan ekspansi dan juga untuk produk-produk yang terkait dengan

trend dan memiliki product life cycle yang singkat, seperti produk-produk

fashion, kosmetik dan interior. Selain itu terdapat acara-acara promosional

khusus yang membutuhkan desain khusus pula seperti Lebaran dan Hari

Natal.

19 Universitas Kristen Petra

5. Desain yang mempertimbangkan keamanan

Desain yang aman baik untuk penyandang cacat, anak-anak dan orang tua

akan menjadi nilai tambah. Pemikiran-pemikiran khusus yang terkait hal

ini saat ini masih seringkali menhadi nomor kesekian dalam mendesain

toko.

2.5. Penataan Layout Toko

Menurut Barr dan Broudy (43-44), terdapat dua pedoman perencanaan

dasar untuk meletakkan lantai penjualan ritel. Terdapat enam perencanaan dasar

yang dapat membantu perancang dalam merancang sebuah toko. Hal ini tentu saja

tidak hanya berupa rancangan yang dapat dikembangkan, tetapi dapat berupa

fondasi yang dapat dikembangkan oleh orang lain. Enam perencanaan dasar

tersebut terdiri dari:

1. Straight Plan

Adalah bentuk konvensional tata letak yang memanfaatkan dinding dan

proyeksi untuk menciptakan ruang yang lebih kecil. Straight Plan adalah rencana

ekonomis untuk mengeksekusi dan dapat disesuaikan untuk semua jenis toko,

mulai dari toko-toko hadiah untuk outlet pakaian, toko obat dan kelontong sampai

pada department store. Rencana ini sesuai untuk menarik pelanggan ke bagian

belakang toko.

Gambar 2.1. Straight Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

20 Universitas Kristen Petra

2. Pathway Plan

Rencana ini memfokuskan perhatian pembeli untuk barang-barang

dagangan sesuai dengan jalur sirkulasi. Perancang dapat membuat desain dari

jalur menggunakan lantai atau langit-langit sebagai elemen terarah.

Gambar 2.2. Pathway Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

3. Diagonal Plan

Untuk toko dengan pelayanan self-service, rencana diagonal merupakan

rencana yang optimal. Barang lunak atau keras yang dijual di toko, dapat

mengambil keuntungan dari rencana diagonal ini. Secara visual, rencana diagonal

memiliki kualitas yang menarik dan dinamis. Karena tidak didasarkan pada garis

lurus, menciptakan gerakan dan sirkulasi.

Gambar 2.3. Diagonal Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

4. Curved Plan

Untuk butik, salon, atau toko yang berkualitas tinggi lainnya, rencana

melengkung menciptakan suasana yang mengundang dan lingkungan khusus

untuk pelanggan. Rencana ini juga membutuhkan biaya lebih untuk membangun

21 Universitas Kristen Petra

dibandingkan dengan rencana sudut atau kotak. Tema melengkung dapat

ditekankan dengan dinding, langit-langit dan sudut ruangan. Untuk melengkapi

tampilan, dapat dilengkapi dengan tampilan melingkar pada lantai.

Gambar 2.4. Curved Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

5. Varied Plan

Untuk produk yang membutuhkan barang dagangan back-up untuk segera

berdekatan (sepatu dan kemeja pria, misalnya), rencana bervariasi sangat

fungsional. Varied plan adalah variasi dari rencana garis lurus dengan ukuran luas

yang cukup memungkinkan untuk penyimpanan kotak atau karton dari lantai

penjualan utama dengan kaus kaki dinding perimeter.

Rencana bervariasi memiliki efek “bawah”, lonjong atau deliniasi ruang

yang berfokus pada area tujuan khusus di belakang. Pelayanan pada tiap-tiap

bagian stereo, perhiasan, atau perangkat keras di toko dapat ditemukan pada ujung

yang sempit.

Gambar 2.5. Varied Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

22 Universitas Kristen Petra

6. Geometric Plan

Perancang menciptakan bentuk dengan bentuk yang berasal dari showcase,

rak atau gondola dalam rencana geometris. Rencana geometris memungkinkan

adanya kamar pas dengan nyaman tanpa membuang ukuran tiap perseginya.

Keuntungan ini membuat geometric plan sangan cocok untuk toko pakaian. Selain

itu dapat menampung stok barang secara berdekatan, sehingga menjadi alternatif

untuk berbagai variasi rencana untuk toko sepatu dan toko-toko souvenir.

Gambar 2.6. Geometric Plan

Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)

2.6. Elemen Desain Toko

Menurut Green (17), toko eceran memiliki tiga elemen desain utama: area

display, area servis dan area sirkulasi. Organisasi hubungan atau spasial di

wilayah ini ditentukan oleh faktor yang sama yang mengontrol tata letak dari

setiap ruang arsitektur: akomodasi efisien dan tujuan persyaratan ruang peralatan,

produk dan orang-orang. Hubungan daerah dialokasikan untuk menampilkan,

bentuk layanan dan sirkulasi inti dari desain sebuah toko ritel. Tidak seperti jenis

bangunan lain, toko ritel biasanya tidak memisahkan tiap-tiap area dengan dinding

kecuali untuk memisahkan area pelayanan dan penyimpanan. Sebaliknya sebagian

besar toko tetap seterbuka mungkin, untuk memungkinkan pembeli untuk

menyesuaikan diri dari lokasi manapun dan melihat barang sebanyak mungkin.

2.6.1. Area Sirkulasi

Jalur sirkulasi harus sederhana dan logis. Karena barang dagangan yang

berkelompok biasanya menawarkan berbagai rangsangan visual yang tidak

diperlukan. Jalur tersebut harus, bagaimanapun, menghibur dan memberikan

23 Universitas Kristen Petra

urutan logis untuk membeli. Selain itu, barang dagangan biasanya ditampilkan

dalam rapi, dengan pola yang efisien yang menentukan sirkulasi geometri yang

sederhana. Secara keseluruhan, sirkulasi harus cukup jelas bahwa pembeli akan

fokus pada display, bukan pada jalan/jalur. (Green 17) (gambar)

Gambar 2.7. Area Sirkulasi

Sumber: Green (1991, p.17)

2.6.2. Area Servis

Area servis dapat berupa ruang kerja atau penyimpanan. Misalnya saja,

konter penjualan, konter membungkus, kantor, area penyimpanan, toko penjahit

dan perbaikan, area pengiriman dan penerimaan, toilet dan dapur. Area servis

biasanya dirancang untuk efisiensi maksimum, aksesbilitas, dan penempatan

peralatan yang optimal, dan umumnya terletak di bagian belakang toko, dan area

yang sedekat mungkin dengan bagian depan toko yang digunakan sebagai area

penjualan terlalu berharga untuk digunakan sebagai area servis.

Lokasi konter penjualan bervariasi tergantung pada ukuran toko, jumlah

karyawan dan apakah toko tersebut self-service. Apabila konter penjualan terletak

di depan toko, kontrol keamanan dapat ditingkatkan. Tetapi jika penjual dan

konter adalah hal pertama yang pelanggan lihat saat mereka masuk toko, mereka

bisa menjadi terintimidasi. Jika konter penjualan yang terletak di depan, maka

harus disembunyikan oleh display toko dan berorientasi untuk menghadapi

interior toko. Pengaturan ini, membutuhkan ukuran toko yang luas dan

menyajikan masalah keamanan ketika hanya satu orang penjual sedang bertugas.

(Green 19)

24 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.8. Konter penjualan di bagian depan toko

Sumber: Green (1991, p.19)

Penempatan konter penjualan di bagian belakang toko menghilangkan

masalah pembelanja langsung atau kontak mata secara langsung dan

menempatkan konter penjualan di lokasi yang lebih aman. Pengaturan ini adalah

pengaturan terbaik untuk toko penjual tunggal. (Green 19)

Gambar 2.9. Konter penjualan di bagian belakang toko

Sumber: Green (1991, p.19)

Penempatan konter penjualan di bagian tengah toko dapat dilakukan,

apabila toko berukuran besar dan memiliki banyak pegawai, sehingga kasir tidak

perlu memonitor toko akan bahaya pencuri atau mengontrol jalan masuk menuju

gudang. (Green 20)

Gambar 2.10. Konter penjualan di bagian tengah toko

Sumber: Green (1991, p.19)

2.6.3. Area Display

Area display merupakan inti dari sebuah toko. Display memiliki 2 elemen,

yaitu presentasi produk dan evaluasi produk, dan desainer harus dapat menangani

25 Universitas Kristen Petra

keduanya. Area evaluasi produk adalah sebuah ruang yang terletak langsung di

bagian depan atau bersebelahan dengan display, dimana pelanggan dapat

mengamati produk.

Prinsip penempatan display produk adalah dengan menempatkan produk

yang paling mahal ditempatkan pada posisi yang paling menonjol pada toko dan

produk yang lebih murah dapat ditempatkan di tempat lain. (Green 22)

Gambar 2.11. Area display

Sumber: Green (1991, p.23)

2.7. Pengertian Display

Display merupakan salah satu aktivitas terpenting dalam keseharian

operasional pengelolaan sebuah boutique yang dihasilkan dari aktivitas yang satu

ini berpengaruh langsung pada tingkat keberhasilan penjualan di dalam boutique,

display yang dilakukan oleh para pemilik usaha modern berkembang semakin

inovatif, terutama sejak semakin banyaknya usaha yang memahami konsep dan

pemanfaatan alat bantu display (visual merchandising) yang kini semakin populer.

(Gondosiswanto 17)

2.8. Macam-macam Display

2.8.1. Interior Display

Merupakan pemajangan barang dagangan di dalam toko. Interior display

banyak dipergunakan untuk barang-barang yang sudah dikenal luas oleh

masyarakat. Interior display terdiri dari:

26 Universitas Kristen Petra

1. Merchandise Display

Penempatan barang dagangan di dalam toko terbagi menjadi tiga bagian

yaitu:

a. Open Interior Display

Penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang

diletakkan sevara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan mengamati

tanpa bantuan petugas penjualan (pramuniaga).

Kebaikan dari Open Interior Display antara lain barang dagangan dapat

dijual dengan cepat. Pemilik toko dengan mudah mengadakan perubahan susunan

pajangan bilamana sewaktu-waktu diperlukan, antara lain:

- Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang sederhana

- Barang-barang yang dipajangkan biasanya

- Barang-barang yang lama lakunya

- Barang-barang ingin cepat habis terjual

- Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati

b. Close Interior Display

Penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang

diletakkan di tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati saja.

Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong pada

wiraniaga untuk mengambilkannya.

2. Architectural Display

Penataan gambar yang menunjukkan gambaran mengenai penggunaan

barang yang diperdagangkan, misalnya ruang tamu, poster produk, dan papan

reklame di sekitar ruangan.

3. Store Sign and Decoration

Simbol, tanda, poster, lambing, gambar, dan semboyan yang diletakkan di

atas meja atau digantung dalam ruangan toko. Store sign digunakan untuk member

arah kepada calon pembeli ke arah barang dagangan dan memberi informasi

mengenai kegunaan barang tersebut. Dekorasi pada umumnya digunakan dalam

acara-acara khusus, seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru.

27 Universitas Kristen Petra

4. Dealer display

Merupakan simbol, petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan barang yang

dibuat oleh produsen. Simbol-simbol tersebut seakan-akan memberi peringatan

kepada pramuniaga agar tidak memberikan informasi yang tidak sesuai atau tidak

benar.

(Gondosiswanto 17-19)

2.8.2. Eksterior Display

Merupakan pemajangan barang dagangan di tempat tertentu di luar

kegiatan usaha yang biasa digunakan. Pemajangan sistem ini banyak digunakan

untuk promosi barang, pengenalan produk, penjualan istimewa seperti cuci

gudang, discount, dan sebagainya. Untuk pemajangan secara tetap, pemajangan

sistem ini kurang optimal karena kelemahan faktor pengamanan, cuaca,

pengiriman barang, dan sebagainya. Intinya, eksterior display hanya tepat

dipergunakan untuk kondisi penjualan tertentu.

Fungsi eksterior display:

1. Memperkenalkan produk secara cepat dan ekonomis

2. Membantu mengkoordinir advertising dan merchandising

3. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, seperti pada waktu

hari raya, natal, dan tahun baru

4. Mendistribusikan barang ke konsumen dengan tepat

(Gondosiswanto 20)

2.8.3. Window Display

Window Display adalah sebuah jendela di sebuah toko yang menampilkan

barang untuk dijual atau dirancang untuk menarik pengunjung ke toko. Biasanya,

istilah ini mengacu pada jendela yang lebih besar di bagian depan facade toko.

Tampilan jendela di butik ini biasanya memiliki manekin yang memakai pakaian

atau barang yang dijual seperti tas atau sepatu di dalamnya.

Window Display bertujuan untuk menarik, memajang, memamerkan,

mempromosikan dan menjual sebuah produk atau menjual image. Jendela dari

sebuah toko itu bagus untuk memamerkan barang-barang jualan. Apapun yang di

28 Universitas Kristen Petra

display bertujuan untuk menarik perhatian. Peranan penting dalam window

display toko: penataan, keindahan, gaya, pencahayaan, imagenya dapat diatur

dengan berbagai cara untuk mencapai sebuah efek tertentu.

Window display adalah sebuah refleksi dari kepribadian sebuah toko

merupakan “penjual tanpa suara”. Window shop harus merefleksikan filosofi dari

sebuah produk dengan suatu cara yang menimbulkan suatu kekuatan untuk

menarik konsumen masuk ke dalam toko.

Menempatkan tampilan jendela barang di toko jendela disebut “window

dressing”, yang juga digunakan untuk menggambarkan item yang ditampilkan

sendiri. Sebagai kiasan, window dressing berarti sesuatu yang dilakukan untuk

membuat kesan yang lebih baik, dan kadang-kadang berarti sesuatu yang tidak

jujur atau menipu.

Benda-benda yang didisplay akan terus berganti sesuai dengan produk-

produk terbaru yang dikeluarkan oleh perusahaan, namun kuncinya tetap satu,

yaitu fokus terhadap produk yang akan didisplay. Window yang terlalu penuh

membuat produk yang didisplay sulit untuk dimengerti.

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

-Window display harus sederhana.

-Window haruslah bersih karena penampilan dan kesan pertama lah yang

dilihat.

-Bukan saja kebersihan dari window dan sekeliling façade tetapi juga

demonstrasi dari standart tanda (signs), presentasi merchandise dan filosofi

keseluruhan.

-Penempatan merchandise di level mata, di tengah ruangan dan pesan harus

mudah “dibaca”.

-Mengganti display secara berkala agar selalu tampak fresh

-Pencahayaan yang terang adalah hal yang krusial, baik pada malam hari

maupun siang hari. Track lights yang dapat digerakkan akan bekerja lebih baik

untuk menerangi display ataupun signs.

29 Universitas Kristen Petra

-Penggunaan bentukan dan warna yang diulang dapat digunakan untuk

menarik perhatian pengunjung. Bisa monokrom ataupun kombinasi dari beberapa

warna seperti hitam dan putih.

-Mengelompokkan tiga atau lima buah display ke dalam satu grup. Jumlah

yang ganjil jauh lebih menarik minat untuk melihat.

-Sesuatu yang bergerak digunakan untuk menarik mata pengunjung.

-Menggunakan pencahayaan dengan warna terang dan memberikan efek-efek

tertentu.

-Benda yang memiliki perbedaan massa dan kedalaman akan menarik mata

untuk terus menerus melihat. Sebuah piramid atau segitiga merupakan salah satu

contohnya.

-Penggunaan tema yang sama pada window display dengan display lainnya

yang terletak di dalam toko.

(Gondosiswanto 20-21)

2.9. Fixtures and Fittings

Menurut Mun (79), hampir semua fixture dan alat kelengkapan yang

digunakan untuk tujuan display dan tempat penyimpanan banyak tersedia dari

beberapa produsen. Hal ini dikarenakan adanya toko-toko yang populer dan

mempunyai alat kelengkapan yang hampir sama. Oleh karena itu, tidak heran

apabila arsitek menginginkan desain untuk peralatan mereka sendiri untuk

mendesain toko-toko yang eksklusif. Beberapa tipe tempat penyimpanan dan

peralatan display yang pada umumnya digunakan, yaitu:

1. Cabinets

Cabinets/lemari digunakan untuk penyimpanan dan menampilkan barang-

barang yang berukuran kecil dan untuk peralatan rumah tangga yang

membutuhkan tempat penyimpanan khusus. Terdapat tiga tipe cabinet pada

umumnya, yaitu:

a. Wall units

Untuk wall units, mempunyai standar ketinggian antara 1900 mm sampai

dengan 2100 mm. Wall units yang digunakan kemungkinan lemari berukuran

penuh atau lemari split dimana bagian bawah lemari berbeda tipe dengan bagian

30 Universitas Kristen Petra

atas (misalnya bagian bawah lemari kemungkinan terdiri dari serangkaian laci dan

bagian atas dapat dilengkapi dengan rak-rak). Barang-barang tersebut dapat

dimasukkan kanopi dengan pencahayaan tersembunyi untuk highlight barang.

(Mun 79)

b. Counters

Counters biasanya dilengkapi dengan kaca atas dan dengan tampilan rak

bawah. Bagian depan, belakang, dan samping juga dapat terbuat dari material

kaca. Lebar counter bervariasi antara 525-650 mm dan ketinggiannya antara 700-

900 mm. Ketika counter digunakan sebagai tempat alat kasir, seharusnya

menggunakan konstruksi yang kuat untuk menahan beban dan gaya gerak yang

ditimbulkan oleh pergerakan mesin kasir. Dasar untuk mesin kasir sebaiknya

memakai permukaan yang datar dengan area sebesar 550x550 mm2. (Mun 79)

Gambar 2.12. Counters

Sumber: Barr and Broudy 2nd

ed. (1990, p.186)

c. Gondolas

Merupakan perabot yang diletakkan di tengah-tengah ruang, dimana

diletakkan di bawah sudut pandang mata untuk mencegah pencurian dan untuk

mendapatkan suasana ruang yang luas. Faktor tersebut menyebabkan keterbatasan

ketinggian pada gondola, dimana ketinggian maksimal gondola setinggi 1400

mm. (Mun 79)

31 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.13. Gondola (untuk makanan, hadiah, hardware dsb)

Sumber: Barr and Broudy 2nd

ed. (1990, p.187)

Gambar 2.14. Gondola (untuk makanan, hadiah, baju dsb)

Sumber: Barr and Broudy 2nd

ed. (1990, p.187)

2. Shelving System

Shelving system menyediakan cara yang mudah dan murah dalam

memajang barang dagangan. Sistem ini merupakan pilihan yang tepat untuk

memajang barang-barang kering (semua barang yang tidak membutuhkan tempat

penyimpanan khusus seperti kardus, timah, tas, botol, jambangan atau barang

bongkar muat). Dimana barang yang akan didisplay berbeda dalam bentukm

ukuran, dan berat, maka sistem ini harus dapat memenuhi semua persyaratan.

Shelving system secara umum dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ringan,

sedang, dan berat tergantung pada syarat beban barang. Shelving system terdiri

32 Universitas Kristen Petra

atas uprights, back panels (panel belakang), brackets, aksesoris-aksesoris dan rak-

rak. (Gondosiswanto 27)

Gambar 2.15. Case dengan shelving dan base cabinets

Sumber: Barr and Broudy 2nd

ed. (1990, p.185)

Gambar 2.16. Storage display shelving

Sumber: Barr and Broudy 2nd

ed. (1990, p.185)

33 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.17. Shelving Unit Dimensions

Sumber: Mun (1982, p.82)

3. Dump basket

Digunakan untuk menyimban barang-barang dalam jumlah banyak dinilai

sebagai dorongan atau garis yang tidak berarti. Ukuran bervariasi menurut

produsen dan model, akan tetapi sebagian besar model mempunyai ketinggian

sekitar 700 mm dan perabot bertingkat mempunyai ketinggian hingga 1800 mm.

(Gondosiswanto 29)

4. Stands

Seringkali digunakan dalam toko untuk display barang-barang dagangan.

Terdapat 2 jenis stands, yaitu:

a. Manufacturers stands: banyak produsen barang-barang kecil yang

menyediakan toko mereka sendiri dan memasok barang kepada pengecer tanpa

biaya tambahan, dimana jenis barang yang ditampilkan termasuk barang-barang

kosmetik, perlengkapan mandi, peralatan, permen, dan barang optik atau

elektronik. Toko semacam ini sebagian besar digunakan di showroom.

b. Specially commissioned stands: tidak terdapat peraturan untuk merancang

atau membangun stand jenis ini karena komisi masing-masing stand harus

dipertimbangkan secara individual.

(Gondosiswanto 30)

34 Universitas Kristen Petra

2.10. Elemen Interior Toko

2.10.1. Lantai

Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang

rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior dan perabot, lantai

harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman dan

permukaannya harus cukup kuat untuk menahan penggunaan dan aus terus

menerus (Ching 162). Penggunaan lantai yang fungsional dan estetis, pemilihan

material juga memiliki pengaruh yang cukup besar terutama untuk membersihkan

maupun maintenance. Bahan atau material yang digunakan pada lantai antara lain:

1. Lantai Kayu

Lantai kayu digunakan karena berkesan hangat, tampak alami dan

menyatu dengan daya tarik kenyamanan, kelenturan dan durabilitasnya. Lantai

kayu juga mudah perawatannya, dan jika rusak dapat diperbaiki kembali atau

diganti.

Material lantai kayu tersedia dalam bentuk papan atau dalam bentuk blok

dan panel sintetis. Lantai kayu blok biasanya berbentuk potongan kayu yang

berukuran agak sempit dan panjang. Blok parket terdiri potongan-potongan kayu

tipis yang dibuat di pabrik dalam bentuk lempengan segi empat dengan pola

geometris yang bermacam-macam.

2. Lantai Tegel dan Batu

Material tegel dan batu pada lantai biasanya padat dan kuat. Tergantung

pada bentuk masing-masing unit dan motif dimana material tersebut dipasang,

material lantai lain dapat menampilkan kesan sejuk, resmi atau memberi rasa

santai pada ruang. Tegel keramik yang biasa digunakan untuk lantai adalah lantai

mosaik. Ukurannya relatif kecil, berupa unit-unit modul yang terbuat dari tanah

liat atau campuran porselin. Jenis dari tanah biasanya tidak berglazur dengan

warna asli tanah liat: yang porselin dapat berwarna terang dan bersifat seperti kaca

(dibuat padat dan kedap) (Ching 170)

3. Lantai Lentur

Material yang lentur menghasilkan permukaan lantai yang ekonomis,

padat dan tidak menyerap suara dengan tingkat durabilitas yang relatif baik dan

perawatan yang mudah. Tingkat kelenturannya dapat menahan kemungkinan

35 Universitas Kristen Petra

terjadinya lekukan dan membantu menciptakan suasana tenang, terasa nyaman

diinjak. Tingkat kenyamanan tergantung tidak saja pada kelenturan materialnya,

tetapi juga pada jenis dasar yang ada di bawahnya dan kerasnya permukaan dasar

lantai itu sendiri.

Tidak ada bahan lentur yang lebih baik dalam segala hal. Daftar berikut ini

menunjukkan jenis-jenis material yang berfungsi baik untuk bahan-bahan ruang

tertentu.

- Kelenturan dan ketenangan: tegel dari gabus, tegel karet, tegel gabus

dengan lapisan vinyl lembaran vinyl.

- Tahan terhadap: tegel dan lembaran vinyl, tegel gabus benturan/lekuk

dengan lapisan vinyl, tegel-tegel gabus dan karet.

- Noda warna: tegel dan lembaran vinyl, tegel asbestos vinyl, linoleum.

- Minyak: tegel dari lembaran vinyl, tegel gabus dengan lapisan vinyl,

linoleum, tegel asbestos vinyl.

- Terbakar putung rokok: tegel gabus, tegel karet, tegel gabus dengan

lapisan vinyl, tegel vinyl.

- Perawatannya mudah: tegel dan lembaran vinyl, tegel asbestos vinyl, tegel

gabus dengan lapisan vinyl.

(Ching 171)

4. Penutup Lantai

Penutup lantai berbeda dengan material lantai. Penutup lantai

menggunakan karpet dan permadani. Bahan-bahan yang digunakan karpet antara

lain:

- Wol: sempurna untuk kelenturan dan kehangatannya. Mudah kotor, mudah

terbakar dan tahan terhadap larutan kimia dan mudah dibersihkan.

- Acrylic: tampak mirip seperti wol. Tidak mudah hancur karena benturan.

Tahan terhadap kelapukan dan kelembaban.

- Nylon: fiber, permukaan yang tangguh. Sangat kuat terhadap aus. Tidak

mudah kotor dan tahan lapuk. Bersifat antistatic yang diperoleh dengan

penggunaan dilamen konduktor.

- Polyester: mengkombinasikan bentuk wol dengan kekuatan nylon, mudah

kotor dan tahan abrasi serta murah.

36 Universitas Kristen Petra

- Olefin (Polypropylene): tahan terhadap abrasi, kotoran dan kelapukan.

Digunakan secara luas untuk pemasangan karpet di luar ruangan.

- Katun: tidak sekuat fiber permukaan lainnya, tetapi kelembutan dan

warna-warnanya biasa dimanfaatkan pada permadani. (Ching 172)

2.10.2. Dinding

Menurut Ching (176), dinding adalah elemen arsitektur yang penting

untuk setiap bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai struktur

pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap.

Tidak hanya sebagai elemen latar belakang dalam ruang interior saja,

dinding juga dapat dibuat bertekstur untuk ikut memikul elemen-elemen perabot

seperti tempat duduk, rak, daun meja dan lampu. Dinding juga dapat

mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam ketebalan dinding dan

menjadikan dinding tersebut sebagai bagian dari perabot. Ada beberapa finishing

pada dinding, yaitu: kayu, kayu lapis, plester, papan gips. Tegel keramik dan

penutup-penutup dinding lainnya seperti wallpaper, vinyl, kain wol, linen, katun,

anyaman tikar dan gabus. (Ching 176)

2.10.3. Plafon

Elemen utama arsitektur yang ketiga dari ruang dalam interior adalah

langit-langit. Meskpiun berada di luar batas jangkauan tangan kita dan tidak

digunakan seperti halnya lantai dan dinding, plafon memainkan peran visual

penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya. Langit-langit

adalah elemen naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik

maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya. Langit-langit berwarna

terang dan halus yang memantulkan cahaya memberi kesan luas. Ketinggian

langit-langit dapat dibuat rendah dengan menggunakan warna-warna cerah, tua,

yang kontras dengan dinding. Material plafon yang biasa digunakan antara lain

papan plester dan gips, kayu, metal, modul dan sebagainya. (Ching 192)

37 Universitas Kristen Petra

2.10.4. Pencahayaan

Dalam distribusi cahaya, ketersediaan ruang dan proses optikal dan

psikologika yang berlangsung pada pengamat dan pada kapasitas fisik pada objek

untuk menyerap atau memantulkan cahaya yang diterima. Penciptaan sebuah

ruang melalui pencahayaan secara fisik sebuah objek perlu adalah menerima

cahaya agar bisa dilihat secara visual. Pencahayaan tidak selalu dapat dilihat

dalam komposisi 3 dimensi. Pencahayaan dan unsur-unsur estetis tergantung pada

penataan titik-titik cahaya dan distribusinya pada ruang. Nilai tertinggi dari fungsi

cahaya adalah penciptaan sebuah ruang.

Untuk memperkuat efek 3 dimensi pada cahaya adalah salah satu

kegunaan cahaya. Fungsi cahaya bukan hanya untuk memperluas volume dari

sebuah objek tetapi juga memberi aksen pencahayaan.

Pencahayaan adalah satu dari dua hal yang penting dari desain interior

toko. Dan merupakan salah satu aspek yang menawarkan kemungkinan yang lebih

besar untuk menciptakan atmosfer pada suatu ruang.

Pada umumnya cahaya untuk penerangan hanya terbagi atas tiga macam

warna cahaya, yaitu kuning (warm light), putih (daylight), dan putih kebiruan

(cool white). Pemilihan warna tersebut tergantung pada kesan yang ingin

ditimbulkan dari suatu obyek.

Sinar dengan warna kuning (warm light) merupakan sinar yang warnanya

dibuat hampir sama dengan warna sinar matahari saat pagi dan sore hari. Sinar

kuning ada yang redup dan terang sehingga dapat menimbulkan kesan berbeda.

Semakin redup cahaya akan menimbulkan suasana yang semakin akrab dan

hangat. Untuk sinar kuning yang terang sangat cocok digunakan di ruang kerja

dan belajar. Selain itu, cahaya dengan warna kuning juga memiliki color

rendering yang baik sehingga tetap terjaga kualitas warna obyek yang terkena

cahaya. Warna ini menimbulkan mood yang baik seperti meningkatkan semangat,

sifat optimis dan kreativitas. Efek warna yang ditimbulkan menjadi tidak pucat.

Warna putih pada daylight dan cool white menyerupai warna putih cahaya

matahari. Bedanya, warna pada day light lebih ke arah putih pada umumnya

sedangkan cool white berwarna putih kebiruan. Kedua warna ini memberikan

kesan bersih dan steril. Namun, warna ini membuat benda-benda tampak lebih

38 Universitas Kristen Petra

pucat. Selain itu, suasana yang terbentuk pun menjadi kurang hangat, formal, dan

monoton. Warna ini juga dapat membuat konsentrasi tetap stabil sehingga sering

juga dipakai di ruang-ruang kantor dan tempat kerja lainnya.

Selain ketiga warna utama tersebut, sinar juga dapat dimodifikasi menjadi

berbagai macam warna tergantung pada warna bohlam lampunya. Warna yang

ditimbulkan bermacam-macam seperti hijau, biru, merah, ungu, oranye, dan

sebagainya. Setiap warna tersebut memiliki efek yang berbeda-beda satu

samalain. Warna hijau memberikan rasa nyaman dan mengatasi stress sehingga

dapat digunakan untuk relaksasi dan membuat emosi seimbang. Sentuhan warna

biru juga cocok digunakan untuk beristirahat karena efek ketenangan yang

ditimbulkannya. Untuk meningkatkan semangat, dapat digunakan warna merah

yang berefek meningkatkan suhu tubuh dan tekanan darah. Ungu memiliki fungsi

meditated sedangkan oranye dapat memberikan keceriaan dan meningkatkan

kreativitas (Istiawan dan Kencana 22-23). Adapun fungsi-fungsi pencahayaan

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Front lighting: tergantung dari intensitas dapat menciptakan efek pada

kedalaman ruang (menambahkan atau mengurangi kedalaman ruang).

Perbedaan kontras yang tajam pada pencahayaan dapat menciptakan efek

yang kontras pada jarak suatu ruang. Akhirnya, perhatian itu harus

diutamakan pada aspek-aspek utama pada sebuah cahaya yang

diaplikasikan pada window shop. Penggunaan cahaya itu dapat

menciptakan beragam atmosfer yang berbeda dan efek optical yang indah

dalam suatu toko. Cahaya dapat diarahkan atau dibiaskan.

2. Direct lighting: diarahkan ke area atau objek spesifik. Menciptakan cahaya

dan bayangan yang kontras. Memberi aksen pada volum dan ukiran dan

mempunyai efek meningkatkan intensitas warna.

3. Difuse lighting: memberikan kontras yang lebih sedikit dibandingkan

lampu direct. Melembutkan intensitas warna. Pilihannya tidak banyak, dan

pada window display yang sama, lampu display dengan tingkat pembiasan

yang lebih besar atau lebih kecil dapat dikontraskan dengan berbagai

spotlighting yang bisa dipindah-pindah dan bisa diarahkan ke benda-benda

spesifik pada benda atau produk yang ingin ditonjolkan. (Cerver 1991)

39 Universitas Kristen Petra

Adapun sistem dan arah pencahayaan dibedakan menurut jenisnya:

1. Downlighting

Cahaya yang dipancarkan dari atas ke bawah, dan bersifat merata. Sistem

pencahayaan jenis ini memberi sapuan cahaya menyenangkan pada

ruangan yang ingin menonjolkan keistimewaan tertentu.

2. Uplighting

Cahaya yang dipancarkan dari bawah ke atas, dan memiliki sifat yang

mudah dipindah-pindahkan. Sistem pencahayaan jenis ini kemudian

dipantulkan oleh langit-langit sehingga menimbulkan cahaya latar

belakang yang lebih lembut daripada lampu gantung, serta dapat

memberikan kesan megah dan memunculkan dimensi.

3. Backlighting

Sistem cahaya yang diaplikasikan dari belakang obyek. Pencahayaan ini

berfungsi untuk memberi aksen dan memunculkan siluet.

4. Sidelighting

Cahaya yang dipancarkan dari samping obyek. Memiliki fungsi yang sama

dengan backlighting.

5. Frontlighting

Digunakan untuk membuat cahaya merata pada permukaan obyek.

6. Spotlighting

Merupakan jenis lampu multifungsi dan mudah disesuaikan karena dapat

dipasang di lantai, dinding, dan langit-langit. Gunanya untuk menarik

perhatian pada obyek tertentu seperti lukisan, patung, barang pecah belah,

atau benda pamer lainnya.

7. Decorative lighting

Lampu dekoratif atau dapat juga disebut lampu dinding, merupakan lampu

yang digunakan untuk memberikan unsur dekoratif saja (sebagai tata

lampu latar belakang, aksentuasi, dan informasi), sehingga kemampuan

penyinaran kurang dipertimbangkan.

(Istiawan dan Kencana 23-27)

40 Universitas Kristen Petra

2.10.5. Warna

Warna dapat dikelompokkan menjadi:

1. Warna hangat, biasanya ini terkait dengan dampak yang disarankan

dengan menggunakan kata hangat dengan arti lain adalah warna, warna di

sisi hangat berada pada lingkungan warna (merah, oranye dan kuning) dan

nuansa dan bayangan yang terkait dimengerti sebagai warna yang nyaman,

menyenangkan, seperti suasana rumah sendiri dan ramah.

2. Warna dingin, warna-warna ini jatuh di sisi hijau-biru-violet dari lingkaran

warna. Warna-warna ini terkait dengan ketenangan, relaksasi dan

pengalaman lebih kontemplatif. Secara ekstrim, warna dingin memberikan

kesan depresi dan negatif dalam dampak psikologis.

3. Warna netral, putih, hitam, abu-abu merupakan netral dalam kategori ini.

Warna-warna netral memberikan suasana resmi, praktis dan utilitarian

dengan mengandung kesan emosional yang minimal.

Warna dan cahaya memiliki dampak yang kuat terhadap emosi dan mood

manusia, dan merupakan aspek yang dapat mempengaruhi penampilan visual

suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflasekan sesuatu, misalnya ruang yang

sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang mempunyai proporsi kurang

bagus menjadi bagus. (Pile 249)

1. Timeless-palet warna

Netral-beige, krem, off-putih, abu-abu, greige, tan. Jangan bersaing dengan

barang dagangan, dalam selera yang baik, bisa bertahan bertahun-tahun.

2. Warna aksen dan warna permata

Ruby, burgundy, zamrud, pemburu, hijau, biru tua, biru kehijauan, teal.

Gunakan hemat pada daerah yang sangat terang atau gelap yang digunakan di

atas permukaan yang besar.

3. Skema warna dingin

Abu-abu, biru, biru-hijau, abu-abu-hijau, biru-violet. Konservatif dan mudah

diadaptasi, baik untuk home furnishing, pakaian pria, menenangkan, tenang,

dan santai.

41 Universitas Kristen Petra

4. Skema warna hangat

Merah, oranye, kuning. Ramah, ceria, menambah semangat untuk suatu

daerah, baik untuk pakaian anak-anak, olahraga aktif, peralatan rumah tangga.

5. Pastels

Peach, ungu muda, lavender. Memberi kesan menyanjung, baik untuk pakaian,

perhiasan.

(Barr and Broudy 59)

Warna-warna gelap tidak baik digunakan untuk display karena daya

tariknya kecil. Kesan yang akan diberikan berkaitan dengan status sosial tertentu.

1. Biru langit memberikan kesan pasif, dan efeknya kecil untuk menarik

perhatian.

2. Oranye memiliki nilai tinggi untuk mengumpulkan perhatian.

3. Kuning dipercaya dapat menjadi daya tarik yang sempurna, tapi dihindari

warna kuning pucat.

4. Putih abu-abu biasanya digunakan untuk latar belakang, tidak bagus untuk

latar depan.

5. Merah muda merupakan warna yang dapat menimbulkan daya tarik yang

bagus, hindari warna merah muda pucat.

6. Merah merupakan daya tarik perhatian yang sempurna.

(Gondosiswanto 51)

42 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.18. Tipe merchandise, warna, dan pertimbangan penggunaan

(Sumber: Barr and Broudy, 1984, p. 66)

2.10.6. Main Entrance (Pintu)

Melalui desain, konstruksi dan lokasinya, pintu dan jalan masuk depan

mengendalikan penggunaan ruang, pandangan dari satu ruang ke ruang berikutnya

dan masuknya cahaya, suara dan hawa sejuk.

Selain dari bagaimana dirancang dan dibuatnya, pintu-pintu dapat

dikelompokkan berdasarkan bagaimana dioperasikannya. Jenis-jenis pintu antara

lain, pintu berayun, sorong berkantung, sorong biasa, sorong bertumpu, pintu lipat

ganda, lipat akordeon, lipat khusus dan lipat keatas.

43 Universitas Kristen Petra

Dalam menghubungkan ruang-ruang interior sebuah bangunan, pintu-pintu

masuk menghubungkan alur sirkulasi. Lokasi mempengaruhi pola-pola sirkulasi

dari satu ruang ke ruang lainnya maupun di dalam ruangan itu sendiri. (Ching

220-224)