10 Universitas Kristen Petra
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Brand
Menurut Giribaldi “merek didefinisikan sebagai kombinasi dari atribut-
atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi
proses pemilihan suatu produk/layanan di benak konsumen” (dikutip dari Soehadi
2).
Menurut UU merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, “merek adalah
tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna,
atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa” (dikutip dalam Tjiptono
3). Sedangkan menurut American Marketing Association (AMA), definisi brand
“A name, term, design, symbol or any other feature that identifies one seller’s
good or services as a distinct from those of other seller” atau sebuah nama, istilah,
tanda, simbol, atau cirri-ciri lain yang memperkenalkan barang atau jasa milik
suatu penjual sebagai pembeda dari milik penjual-penjual lainnya. Menurut
definisi dari undang-undang dan AMA, memiliki kesamaan, yaitu menekankan
peranan merek sebagai identifier dan differentatior (Keller 3).
Sebuah merek lebih dari sekedar produk. Produk adalah sesuatu yang
diproduksi di pabrik, sedangkan merek adalah sesuatu yang dibeli oleh konsumen
(Tjiptono 19). Menurut Keller (5) merek adalah produk yang mampu memberikan
dimensi tambahan yang secara unik membedakannya dari produk-produk lain
yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan serupa. Perbedaan tersebut bisa
bersifat rasional dan tangible (terkait dengan kinerja produk dari merek
bersangkutan) maupun simbolik, emosional dan intangible (berkenaan dengan
representasi merek). Dengan kata lain, merek mencerminkan keseluruhan persepsi
dan perasaan konsumen mengenai atribut dan kinerja produk, nama merek, dan
maknanya dan perusahaan yang diasosiasikan dengan merek bersangkutan
(Tjiptono 19).
11 Universitas Kristen Petra
2.1.1. Pengertian Brand Image
Menurut Kotler, “Image is the beliefs, ideas, and impressions that a
person holds of on object” (570). Image adalah sekelompok kepercayaan-
kepercayaan, gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang diperoleh seseorang
terhadap suatu objek, sehingga image sangat berpengaruh dalam pemasaran
terhadap suatu produk atau jasa dimana kepercayaan, ide dan kesan konsumen
terhadap suatu objek yang berkesan bagi konsumen tersebut. Produk atau jasa
harus memiliki image yang kuat sehingga memberikan kepercayaan, gagasan dan
kesan yang baik pada konsumen.
Merek juga terkait dengan pengalaman ketika berhubungan dengan atau
menggunakan produk/layanan. Merek akan bernilai jika konsumen mempunyai
pengalaman positif terhadapnya (Soehadi 3).
Berdasarkan pendapat tersebut, pemahaman konsumen terhadap suatu
merek bergantung pada kemampuan konsumen untuk mengidentifikasi pelbagai
informasi mengenai merek tersebut dalam ingatan. Pemahaman konsumen
terhadap suatu merek merupakan gambaran atau penilaian konsumen terhadap
merek tersebut.
Menurut Keller (379-380), brand image adalah salah satu aspek yang
sangat penting dari merek yaitu citra. Hal ini berguna bagi pemasar untuk
membuat perbedaan, berkaitan dengan persepsi konsumen mengenai kinerja
spesifik dan atribut citra dan manfaat, dan tingkat pertimbangan lebih tinggi yang
berkaitan dengan keseluruhan penilaian, perasaan, dan hubungan. Ada hubungan
yang jelas antara dua tingkat, karena respon keseluruhan konsumen dan hubungan
dengan merek biasanya tergantung pada persepsi atribut tertentu dan manfaat dari
merek.
Menurut Kotler (8), terdapat 3 faktor pembentuk brand image, yaitu:
1. Favourability of brand association adalah asosiasi merek, dimana
konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh merek
akan dapat memenuhi atau memuaskan keinginan mereka sehingga
mereka membentuk sifat positif terhadap merek. Karena itu sangat sulit
bagi suatu produk yang tidak mempunyai atribut penting untuk
menciptakan asosiasi mereka yang menguntungkan.
12 Universitas Kristen Petra
2. Strength of brand association adalah kekuatan asosiasi merek tergantung
bagaimana informasi masuk ke dalam ingatan konsumen dan bagaimana
proses bertahan sebagai bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek
ini merupakan fungsi dari jumlah pengolahan informasi yang diterima
pada proses ecoding. Ketika seorang konsumen secara aktif menguraikan
arti informasi sesuatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang
semakin kuat pada ingatan konsumen.
3. Uniqueness of brand association adalah asosiasi terhadap suatu merek
dimana harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus
diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi
konsumen untuk memilih suatu merek tertentu. Keunikan asosiasi merek
dapat didasarkan pada atribut yang berkaitan dengan produk, manfaat
fungsional, manfaat yang dialami, atau citra yang dirasakan.
2.1.2. Komponen Brand Image
Aktivitas menarik pelanggan baru terjadi dari subaktivitas meningkatkan
brand awareness, memperjelas identitas merek (brand identity) dan meyakinkan
pelanggan bahwa produk/layanan yang ditawarkan memiliki nilai (brand value)
yang tinggi (Soehadi 9).
1. Brand Awareness
Terkait dengan seberapa jauh konsumen dapat mengenal dan mengingat
suatu merek.
2. Brand Identity
Terkait dengan seberapa jauh perusahaan dapat merumuskan identitas
mereknya secara tepat. Identitas merek harus dapat menangkap siapa yang
menjadi pasar sasarannya, mengungkapkan keunikan produk atau layanan,
apa manfaat utamanya, dan personifikasi yang diwakili oleh sebuah merek.
3. Brand Value
Terkait dengan seberapa jauh konsumen mengerti dan mempunyai asosiasi
terhadap merek. Asosiasi dapat dibentuk melalui pendekatan kinerja
produk/layanan (brand performance).Brand performance terkait dengan
atribut intrinsik (atribut yang melekat pada produk/layanan), sedangkan
13 Universitas Kristen Petra
brand imagery terkait dengan atribut entrinsik (atribut yang tidak terkait
secara langsung dengan produk/layanan).
Sementara itu, aktivitas mempertahankan pelanggan terdiri dari
subaktivitas memperkuat hubungan dengan para pelanggan (brand relationship),
membangun komunitas di antara para pelanggan merek tertentu (brand
community).
1. Brand Relationship
Terkait dengan seberapa jauh perusahaan dapat memberikan rangsangan
kepada para pelanggan agar lebih aktif melakukan kontak atau berinteraksi
dengan sebuah merek.
2. Brand Community
Didefinisikan sebagai hubungan atau ketertarikan di antara para pelanggan
terhadap suatu merek. Titik kritis dari program ini adalah seberapa jauh
perusahaan dapat mengelola kontak yang terjadi antara pelanggan dengan
mereknya, pelanggan dengan perusahaan, pelanggan dengan produk atau
layanan ketika digunakan, dan di antara para pelanggan sendiri.
2.1.3. Tolak Ukur Brand Image
Pengukuran brand image dapat dilakukan melalui penilaian terhadap 3
ketentuan utama merek (Keller 78), yaitu:
a. Kekuatan Merek (Brand strength)
Brand strength mengarah pada pelbagai keunggulan fisik yang dimiliki
oleh suatu merek dan tidak dapat ditemukan pada merek lainnya. Brand
strength meliputi penampilan fisik, keberfungsian semua fasilitas yang
dimiliki, harga, maupun tampilan fasilitas-fasilitas pendukung.
b. Keunikan Merek (Brand Uniqueness)
Brand uniqueness adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu merek, demi
membedakan diri dengan merek-merek lain di pasaran. Ciri khas berarti
diferensiasi antara suatu merek dengan merek yang lain. Ciri khas atau
kesan unik muncul dari atribut-atribut produk yang beredar di pasaran,
14 Universitas Kristen Petra
meliputi variasi layanan yang diberikan, maupun diferensiasi melalui
tampilan fisik, seperti slogan, logo, dan lain-lain.
c. Merek Kesukaan (Favourable Brand)
Favourable brand mengarah pada kemampuan suatu merek untuk diingat
dengan mudah oleh konsumen, maupun kesesuaian antara kesan merek
dalam benak konsumen dengan citra yang diinginkan perusahaan atas
merek tersebut.
2.2. Pengertian Interior
Beberapa pengertian mengenai Desain Interior:
Desain interior itu adalah cabang spesial dari arsitektur. Desain interior
berhubungan dengan keindahan, fungsi dan pertanyaan-pertanyaan psikologis
tentang interior, karakter individual dari ruang. (Friedmann 1-5)
Desain interior itu sebagai ekspresi dari kepribadian klien, sebagai solusi
untuk kebutuhan psikologis dan kebutuhan fungsi. (Siegel 9-15)
Pengertian interior secara khusus adalah karya arsitek atau desainer yang
menyangkut ruang dalam suatu bangunan dengan bentukan yang mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, yang dalam proses perancangan selalu
dipengaruhi unsur geografis setempat dengan kebiasaan sosial yang diwujudkan
dalam gaya kontemporer. (Suptandar 11)
Desain Interior adalah merencanakan, menata, dan merancang ruang-ruang
interior dalam bangunan. Tatanan fisik di atas dapat memenuhi kebutuhan dasar
kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung, menentukan langkah sekaligus
mengatur bentuk aktivitas kita, memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan
ide-ide yang menyertai segala tindakan kita, mempengaruhi penampilan, perasaan,
dan kepribadian kita. Oleh sebab itu, maksud dan tujuan desain interior adalah
untuk memperbaiki fungsi, memperkaya nilai estetika, dan meningkatkan aspek
psikologis dari ruang interior. (Ching 46)
2.3. Pengertian Shopping Centers/Shopping Mall
Shopping center (Inggris dan Eropa), Shopping Mall (Amerika) atau
terminologi yang sering digunakan oleh masyarakat Amerika bereferensi kepada
15 Universitas Kristen Petra
pusat perbelanjaan atau shopping center yang besar adalah istilah yang digunakan
untuk mengidentifikasikan suatu pusat perbelanjaan yang pada intinya memiliki
bentuk bangunan atau kumpulan beberapa bangunan di dalam satu lokasi. Di
dalam satu pusat perbelanjaan tersebut berkumpul sejumlah vendor independen
atau beragam toko dengan beragam brand, yang semuanya dihubungkan antara
satu dengan yang lain, oleh jalur sirkulasi (pedestrian ways atau walk ways) yang
terbuka atau tertutup dengan tujuan untuk mempermudah pengguna mal pada
waktu mengunjungi satu toko dan berjalan ke toko lain dengan aman dan nyaman.
Sebuah shopping centre adalah suatu tempat berkumpul, berinteraksi dan
bersosialisasi. Di situ para pengunjung mengharapkan untuk dilihat, disenangi dan
dibutuhkan. Mereka juga berharap untuk dapat bergembira bersama. Untuk itu
mereka tidak berkeberatan menjalaninya dalam sebuah ruang yang digubah secara
vertikal dan horizontal dalam rangka mencapai harapan-harapan tersebut karena
sudah dipermudah dengan eskalator, elevator dan tangga, serta dibuat senyaman
mungkin melalui penyediaan atrium, hall dan void. Fasilitas-fasilitas tersebut
dirancang untuk menghubungkan para pengunjung dengan toko-toko dan fasilitas-
fasilitas lain di dalam shopping centre sementara berbagai kiat arsitektural di luar
gedung juga khusus digubah sebagai pengantar menuju ke berbagai atraksi di
dalam gedung. (Santoso 19-29)
2.3.1. Pengertian Retail Tenant
Retail tenant terdiri dari beranekaragam jenis toko seperti toko baju,
sepatu, perhiasan, elektronik, buku, kosmetika, perlengkapan rumah, roti dan kue,
rumah makan, dan lain-lain. Penganekaragaman jenis ini disebut dengan konsep
tenant-mix yang bertujuan agar dapat memenuhi dan memuaskan semua
kebutuhan berbelanja pengunjung yang datang.
Konsep tenant-mix diatur melalui pengelompokkan berdasarkan jenis toko.
Pengelompokkan itu dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok besar. Fashion
adalah jenis tenant utama dari sebuah pusat belanja atau mal, berupa toko baju
anak, pria dan wanita berbentuk butik atau ready-to-wear termasuk toko
aksesoris, sepatu dan kosmetika. Entertainment adalah area hiburan, biasanya
berada di sekitar bioskop yang berhubungan langsung dengan foodcourt.
16 Universitas Kristen Petra
Seringkali dilengkapi dengan arena bermain anak dan bowling center, termasuk
juga toko buku dan toko kaset. Lifestyle adalah toko yang menyediakan
perabotan/perlengkapan rumah tangga, toko hadiah/kado, dan toko
furniture/dekorasi rumah. Home appliance adalah toko yang menyediakan
peralatan elektronik rumah dan dapur, biasanya dari merk-merk terkenal. Food
adalah toko yang menyediakan bahan makanan, roti dan kue dan toko makanan
siap saji. Yang terakhir adalah restaurant berupa bermacam-macam jenis rumah
makan yang menawarkan kualitas makanan, penyajian dan pelayanan yang baik.
(Santoso 43-45)
2.3.2. Pengertian Toko Sepatu
Toko yang mengkhususkan diri pada sepatu pria dan perempuan biasanya
tipe eksklusif dan menyajikan berbagai gaya terbatas dan yang terpenting adalah
kenyamanan optimal pelanggan. Jenis layanan pada toko sepatu yaitu self service
(pelanggan memilih gaya dan ukuran dan membayar pada counter, cocok untuk
barang-barang murah seperti sandal jepit dan sandal), assisted service (dengan
asisten, stok yang ditampilkan pada rak untuk pelanggan memilih dan asisten
mengumpulkan sepatu ukuran yang dibutuhkan dari gudang dan membantu
pelanggan mencobanya) dan personal service.
Interior toko eksklusif yang hanya melayani sejumlah kecil pelanggan
menyediakan kenyamanan pelanggan yang optimal. Kursi nyaman dan hanya
sedikit yang diperlukan dapat ditempatkan terpisah. Stok sepatu terbatas dapat
ditampilkan pada tabel atau stands khusus. Toko sepatu yang melayani untuk
pasar massal (mass market) memerlukan jumlah maksimum tempat duduk (yang
biasanya diletakkan sebaris) dan menampilkan stok mereka di rak-rak cenderung
menentang dinding (rak gantung) atau gondola.
Finishing lantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi penjualan.
Untuk membuat pelanggan merasa senyaman mungkin di sepatu baru yang
mereka mencoba pada karpet lembut karena itu disukai untuk jenis lain dari lantai.
Sejumlah besar cermin juga diinginkan untuk menunjukkan kaki pelanggan tetapi
lebih baik untuk memiliki cermin dengan panjang penuh. (Mun 31-32)
17 Universitas Kristen Petra
2.4. Peran Penting Perancangan Interior pada Store Based Retail
2.4.1. Peran Penting Desain Interior pada Toko
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan mengapa desain interior yang
menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif
bagi store based retail, di antaranya sebagai berikut:
Desain interior yang tepat merupakan daya tarik tersendiri bagi
pengunjung. Tujuan berbelanja tidaklah murni untuk memenuhi dan membeli
kebutuhan semata. Adanya kebutuhan psikologi yang sifatnya irasional (selain
kebutuhan fungsional). Berbelanja adalah aktivitas yang memiliki beberapa
fungsi, misalnya untuk melepaskan diri dari rutinitas, mempelajari tren baru,
kegiatan fisik, sensory stimulation (kegiatan cuci mata), sosialisasi dan
bermasyarakat serta simbol status dan otoritas. Bagi para retailer, desain interior
toko dapat membantu membentuk arah maupun durasi perhatian konsumen,
sehingga dapat meningkatkan kemungkinan pembelian. Sehingga di sini desain
toko berfungsi sebagai salah satu stimuli. Suasana dan desain interior yang tepat
dapat mendorong konsumen untuk mengunjungi suatu toko. (Levy dan Weitz 126)
Di antara banyaknya toko lain, maka agar tetap memiliki daya saing,
perlunya desain interior yang unik, nyaman namun tetap fungsional dan
mendukung suasana berbelanja dapat menjadi unsur pembeda dibanding dengan
toko lainnya. Selain itu desain tersebut dapat mengekspresikan berbagai
karakteristik toko dan pencitraan pada pengunjung misalnya toko busana berharap
untuk menarik pelanggan skala tertentu dengan citra yang diberikan.
Desain dan suasana toko juga mempengaruhi keadaan emosi pengunjung.
Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan
senang dan membangkitkan keinginan, baik yang muncul dari psikologikal set
ataupun keinginan yang bersifat mendadak (impulse). Kondisi ruang dapat
mempengaruhi keadaan emosi konsumen yang menyebabkan meningkatnya atau
menurunnya pembelian.
Sehingga di sini desain toko akan sangat menarik bagi retailer karena
pertama, berbeda dengan banyak pengaruh situasi yang berada di luar kendali,
retailer mampu membentuk kemampuan untuk menciptakan desain ruang dan
suasana sebagai controllable variable. Kedua, pengaruh ini dapat ditujukan
18 Universitas Kristen Petra
kepada konsumen yang tepat di tempat yang benar di dalam toko, maupun di luar
toko.
2.4.2. Tinjauan tentang Desain Interior Toko
Karena berperan cukup penting seperti telah disebutkan di atas, pihak
desainer interior maupun retailer selaku owner diharapkan dapat bekerja sama
untuk mewujudkan suatu desain interior yang tepat. Menurut Levy dan Weitz
(588), desain interior toko yang baik akan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Desain yang secara konsisten dapat mencerminkan image dan strategi
Desainer Interior harus mampu mewujudkan desain yang dapat
mencerminkan image atau citra dan strategi market target, market segment
dan positioning toko.
2. Desain yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung
Untuk dapat memberikan daya tarik ini, maka secara optimal desainer
harus dapat secara kreatif mewujudkan desain yang memberikan
pembedaan dan cukup unik dibandingkan dengan toko-toko lainnya.
Keunikan desain dapat meningkatkan visibility toko.
3. Desain yang mempertimbangkan fungsionalitas dan efisiensi
Desain yang baik, tidak hanya tampak sevara visual saja, namun
keberhasilan desain juga harus dapat mempertimbangkan dengan baik
antara biaya yang dikeluarkan dengan value yang dihasilkan dan juga
profitablitias yang akan didapat, serta fungsionalitas desain (akomodasi
terhadap semua kebutuhan ruang yang diperlukan).
4. Desain yang flexible
Desain harus cukup flexible dan adaptif terhadap perubahan, untuk
kebutuhan ekspansi dan juga untuk produk-produk yang terkait dengan
trend dan memiliki product life cycle yang singkat, seperti produk-produk
fashion, kosmetik dan interior. Selain itu terdapat acara-acara promosional
khusus yang membutuhkan desain khusus pula seperti Lebaran dan Hari
Natal.
19 Universitas Kristen Petra
5. Desain yang mempertimbangkan keamanan
Desain yang aman baik untuk penyandang cacat, anak-anak dan orang tua
akan menjadi nilai tambah. Pemikiran-pemikiran khusus yang terkait hal
ini saat ini masih seringkali menhadi nomor kesekian dalam mendesain
toko.
2.5. Penataan Layout Toko
Menurut Barr dan Broudy (43-44), terdapat dua pedoman perencanaan
dasar untuk meletakkan lantai penjualan ritel. Terdapat enam perencanaan dasar
yang dapat membantu perancang dalam merancang sebuah toko. Hal ini tentu saja
tidak hanya berupa rancangan yang dapat dikembangkan, tetapi dapat berupa
fondasi yang dapat dikembangkan oleh orang lain. Enam perencanaan dasar
tersebut terdiri dari:
1. Straight Plan
Adalah bentuk konvensional tata letak yang memanfaatkan dinding dan
proyeksi untuk menciptakan ruang yang lebih kecil. Straight Plan adalah rencana
ekonomis untuk mengeksekusi dan dapat disesuaikan untuk semua jenis toko,
mulai dari toko-toko hadiah untuk outlet pakaian, toko obat dan kelontong sampai
pada department store. Rencana ini sesuai untuk menarik pelanggan ke bagian
belakang toko.
Gambar 2.1. Straight Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
20 Universitas Kristen Petra
2. Pathway Plan
Rencana ini memfokuskan perhatian pembeli untuk barang-barang
dagangan sesuai dengan jalur sirkulasi. Perancang dapat membuat desain dari
jalur menggunakan lantai atau langit-langit sebagai elemen terarah.
Gambar 2.2. Pathway Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
3. Diagonal Plan
Untuk toko dengan pelayanan self-service, rencana diagonal merupakan
rencana yang optimal. Barang lunak atau keras yang dijual di toko, dapat
mengambil keuntungan dari rencana diagonal ini. Secara visual, rencana diagonal
memiliki kualitas yang menarik dan dinamis. Karena tidak didasarkan pada garis
lurus, menciptakan gerakan dan sirkulasi.
Gambar 2.3. Diagonal Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
4. Curved Plan
Untuk butik, salon, atau toko yang berkualitas tinggi lainnya, rencana
melengkung menciptakan suasana yang mengundang dan lingkungan khusus
untuk pelanggan. Rencana ini juga membutuhkan biaya lebih untuk membangun
21 Universitas Kristen Petra
dibandingkan dengan rencana sudut atau kotak. Tema melengkung dapat
ditekankan dengan dinding, langit-langit dan sudut ruangan. Untuk melengkapi
tampilan, dapat dilengkapi dengan tampilan melingkar pada lantai.
Gambar 2.4. Curved Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
5. Varied Plan
Untuk produk yang membutuhkan barang dagangan back-up untuk segera
berdekatan (sepatu dan kemeja pria, misalnya), rencana bervariasi sangat
fungsional. Varied plan adalah variasi dari rencana garis lurus dengan ukuran luas
yang cukup memungkinkan untuk penyimpanan kotak atau karton dari lantai
penjualan utama dengan kaus kaki dinding perimeter.
Rencana bervariasi memiliki efek “bawah”, lonjong atau deliniasi ruang
yang berfokus pada area tujuan khusus di belakang. Pelayanan pada tiap-tiap
bagian stereo, perhiasan, atau perangkat keras di toko dapat ditemukan pada ujung
yang sempit.
Gambar 2.5. Varied Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
22 Universitas Kristen Petra
6. Geometric Plan
Perancang menciptakan bentuk dengan bentuk yang berasal dari showcase,
rak atau gondola dalam rencana geometris. Rencana geometris memungkinkan
adanya kamar pas dengan nyaman tanpa membuang ukuran tiap perseginya.
Keuntungan ini membuat geometric plan sangan cocok untuk toko pakaian. Selain
itu dapat menampung stok barang secara berdekatan, sehingga menjadi alternatif
untuk berbagai variasi rencana untuk toko sepatu dan toko-toko souvenir.
Gambar 2.6. Geometric Plan
Sumber: Barr dan Broudy (1985, p.44)
2.6. Elemen Desain Toko
Menurut Green (17), toko eceran memiliki tiga elemen desain utama: area
display, area servis dan area sirkulasi. Organisasi hubungan atau spasial di
wilayah ini ditentukan oleh faktor yang sama yang mengontrol tata letak dari
setiap ruang arsitektur: akomodasi efisien dan tujuan persyaratan ruang peralatan,
produk dan orang-orang. Hubungan daerah dialokasikan untuk menampilkan,
bentuk layanan dan sirkulasi inti dari desain sebuah toko ritel. Tidak seperti jenis
bangunan lain, toko ritel biasanya tidak memisahkan tiap-tiap area dengan dinding
kecuali untuk memisahkan area pelayanan dan penyimpanan. Sebaliknya sebagian
besar toko tetap seterbuka mungkin, untuk memungkinkan pembeli untuk
menyesuaikan diri dari lokasi manapun dan melihat barang sebanyak mungkin.
2.6.1. Area Sirkulasi
Jalur sirkulasi harus sederhana dan logis. Karena barang dagangan yang
berkelompok biasanya menawarkan berbagai rangsangan visual yang tidak
diperlukan. Jalur tersebut harus, bagaimanapun, menghibur dan memberikan
23 Universitas Kristen Petra
urutan logis untuk membeli. Selain itu, barang dagangan biasanya ditampilkan
dalam rapi, dengan pola yang efisien yang menentukan sirkulasi geometri yang
sederhana. Secara keseluruhan, sirkulasi harus cukup jelas bahwa pembeli akan
fokus pada display, bukan pada jalan/jalur. (Green 17) (gambar)
Gambar 2.7. Area Sirkulasi
Sumber: Green (1991, p.17)
2.6.2. Area Servis
Area servis dapat berupa ruang kerja atau penyimpanan. Misalnya saja,
konter penjualan, konter membungkus, kantor, area penyimpanan, toko penjahit
dan perbaikan, area pengiriman dan penerimaan, toilet dan dapur. Area servis
biasanya dirancang untuk efisiensi maksimum, aksesbilitas, dan penempatan
peralatan yang optimal, dan umumnya terletak di bagian belakang toko, dan area
yang sedekat mungkin dengan bagian depan toko yang digunakan sebagai area
penjualan terlalu berharga untuk digunakan sebagai area servis.
Lokasi konter penjualan bervariasi tergantung pada ukuran toko, jumlah
karyawan dan apakah toko tersebut self-service. Apabila konter penjualan terletak
di depan toko, kontrol keamanan dapat ditingkatkan. Tetapi jika penjual dan
konter adalah hal pertama yang pelanggan lihat saat mereka masuk toko, mereka
bisa menjadi terintimidasi. Jika konter penjualan yang terletak di depan, maka
harus disembunyikan oleh display toko dan berorientasi untuk menghadapi
interior toko. Pengaturan ini, membutuhkan ukuran toko yang luas dan
menyajikan masalah keamanan ketika hanya satu orang penjual sedang bertugas.
(Green 19)
24 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.8. Konter penjualan di bagian depan toko
Sumber: Green (1991, p.19)
Penempatan konter penjualan di bagian belakang toko menghilangkan
masalah pembelanja langsung atau kontak mata secara langsung dan
menempatkan konter penjualan di lokasi yang lebih aman. Pengaturan ini adalah
pengaturan terbaik untuk toko penjual tunggal. (Green 19)
Gambar 2.9. Konter penjualan di bagian belakang toko
Sumber: Green (1991, p.19)
Penempatan konter penjualan di bagian tengah toko dapat dilakukan,
apabila toko berukuran besar dan memiliki banyak pegawai, sehingga kasir tidak
perlu memonitor toko akan bahaya pencuri atau mengontrol jalan masuk menuju
gudang. (Green 20)
Gambar 2.10. Konter penjualan di bagian tengah toko
Sumber: Green (1991, p.19)
2.6.3. Area Display
Area display merupakan inti dari sebuah toko. Display memiliki 2 elemen,
yaitu presentasi produk dan evaluasi produk, dan desainer harus dapat menangani
25 Universitas Kristen Petra
keduanya. Area evaluasi produk adalah sebuah ruang yang terletak langsung di
bagian depan atau bersebelahan dengan display, dimana pelanggan dapat
mengamati produk.
Prinsip penempatan display produk adalah dengan menempatkan produk
yang paling mahal ditempatkan pada posisi yang paling menonjol pada toko dan
produk yang lebih murah dapat ditempatkan di tempat lain. (Green 22)
Gambar 2.11. Area display
Sumber: Green (1991, p.23)
2.7. Pengertian Display
Display merupakan salah satu aktivitas terpenting dalam keseharian
operasional pengelolaan sebuah boutique yang dihasilkan dari aktivitas yang satu
ini berpengaruh langsung pada tingkat keberhasilan penjualan di dalam boutique,
display yang dilakukan oleh para pemilik usaha modern berkembang semakin
inovatif, terutama sejak semakin banyaknya usaha yang memahami konsep dan
pemanfaatan alat bantu display (visual merchandising) yang kini semakin populer.
(Gondosiswanto 17)
2.8. Macam-macam Display
2.8.1. Interior Display
Merupakan pemajangan barang dagangan di dalam toko. Interior display
banyak dipergunakan untuk barang-barang yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat. Interior display terdiri dari:
26 Universitas Kristen Petra
1. Merchandise Display
Penempatan barang dagangan di dalam toko terbagi menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Open Interior Display
Penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang
diletakkan sevara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan mengamati
tanpa bantuan petugas penjualan (pramuniaga).
Kebaikan dari Open Interior Display antara lain barang dagangan dapat
dijual dengan cepat. Pemilik toko dengan mudah mengadakan perubahan susunan
pajangan bilamana sewaktu-waktu diperlukan, antara lain:
- Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang sederhana
- Barang-barang yang dipajangkan biasanya
- Barang-barang yang lama lakunya
- Barang-barang ingin cepat habis terjual
- Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati
b. Close Interior Display
Penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang
diletakkan di tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati saja.
Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong pada
wiraniaga untuk mengambilkannya.
2. Architectural Display
Penataan gambar yang menunjukkan gambaran mengenai penggunaan
barang yang diperdagangkan, misalnya ruang tamu, poster produk, dan papan
reklame di sekitar ruangan.
3. Store Sign and Decoration
Simbol, tanda, poster, lambing, gambar, dan semboyan yang diletakkan di
atas meja atau digantung dalam ruangan toko. Store sign digunakan untuk member
arah kepada calon pembeli ke arah barang dagangan dan memberi informasi
mengenai kegunaan barang tersebut. Dekorasi pada umumnya digunakan dalam
acara-acara khusus, seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru.
27 Universitas Kristen Petra
4. Dealer display
Merupakan simbol, petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan barang yang
dibuat oleh produsen. Simbol-simbol tersebut seakan-akan memberi peringatan
kepada pramuniaga agar tidak memberikan informasi yang tidak sesuai atau tidak
benar.
(Gondosiswanto 17-19)
2.8.2. Eksterior Display
Merupakan pemajangan barang dagangan di tempat tertentu di luar
kegiatan usaha yang biasa digunakan. Pemajangan sistem ini banyak digunakan
untuk promosi barang, pengenalan produk, penjualan istimewa seperti cuci
gudang, discount, dan sebagainya. Untuk pemajangan secara tetap, pemajangan
sistem ini kurang optimal karena kelemahan faktor pengamanan, cuaca,
pengiriman barang, dan sebagainya. Intinya, eksterior display hanya tepat
dipergunakan untuk kondisi penjualan tertentu.
Fungsi eksterior display:
1. Memperkenalkan produk secara cepat dan ekonomis
2. Membantu mengkoordinir advertising dan merchandising
3. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat, seperti pada waktu
hari raya, natal, dan tahun baru
4. Mendistribusikan barang ke konsumen dengan tepat
(Gondosiswanto 20)
2.8.3. Window Display
Window Display adalah sebuah jendela di sebuah toko yang menampilkan
barang untuk dijual atau dirancang untuk menarik pengunjung ke toko. Biasanya,
istilah ini mengacu pada jendela yang lebih besar di bagian depan facade toko.
Tampilan jendela di butik ini biasanya memiliki manekin yang memakai pakaian
atau barang yang dijual seperti tas atau sepatu di dalamnya.
Window Display bertujuan untuk menarik, memajang, memamerkan,
mempromosikan dan menjual sebuah produk atau menjual image. Jendela dari
sebuah toko itu bagus untuk memamerkan barang-barang jualan. Apapun yang di
28 Universitas Kristen Petra
display bertujuan untuk menarik perhatian. Peranan penting dalam window
display toko: penataan, keindahan, gaya, pencahayaan, imagenya dapat diatur
dengan berbagai cara untuk mencapai sebuah efek tertentu.
Window display adalah sebuah refleksi dari kepribadian sebuah toko
merupakan “penjual tanpa suara”. Window shop harus merefleksikan filosofi dari
sebuah produk dengan suatu cara yang menimbulkan suatu kekuatan untuk
menarik konsumen masuk ke dalam toko.
Menempatkan tampilan jendela barang di toko jendela disebut “window
dressing”, yang juga digunakan untuk menggambarkan item yang ditampilkan
sendiri. Sebagai kiasan, window dressing berarti sesuatu yang dilakukan untuk
membuat kesan yang lebih baik, dan kadang-kadang berarti sesuatu yang tidak
jujur atau menipu.
Benda-benda yang didisplay akan terus berganti sesuai dengan produk-
produk terbaru yang dikeluarkan oleh perusahaan, namun kuncinya tetap satu,
yaitu fokus terhadap produk yang akan didisplay. Window yang terlalu penuh
membuat produk yang didisplay sulit untuk dimengerti.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
-Window display harus sederhana.
-Window haruslah bersih karena penampilan dan kesan pertama lah yang
dilihat.
-Bukan saja kebersihan dari window dan sekeliling façade tetapi juga
demonstrasi dari standart tanda (signs), presentasi merchandise dan filosofi
keseluruhan.
-Penempatan merchandise di level mata, di tengah ruangan dan pesan harus
mudah “dibaca”.
-Mengganti display secara berkala agar selalu tampak fresh
-Pencahayaan yang terang adalah hal yang krusial, baik pada malam hari
maupun siang hari. Track lights yang dapat digerakkan akan bekerja lebih baik
untuk menerangi display ataupun signs.
29 Universitas Kristen Petra
-Penggunaan bentukan dan warna yang diulang dapat digunakan untuk
menarik perhatian pengunjung. Bisa monokrom ataupun kombinasi dari beberapa
warna seperti hitam dan putih.
-Mengelompokkan tiga atau lima buah display ke dalam satu grup. Jumlah
yang ganjil jauh lebih menarik minat untuk melihat.
-Sesuatu yang bergerak digunakan untuk menarik mata pengunjung.
-Menggunakan pencahayaan dengan warna terang dan memberikan efek-efek
tertentu.
-Benda yang memiliki perbedaan massa dan kedalaman akan menarik mata
untuk terus menerus melihat. Sebuah piramid atau segitiga merupakan salah satu
contohnya.
-Penggunaan tema yang sama pada window display dengan display lainnya
yang terletak di dalam toko.
(Gondosiswanto 20-21)
2.9. Fixtures and Fittings
Menurut Mun (79), hampir semua fixture dan alat kelengkapan yang
digunakan untuk tujuan display dan tempat penyimpanan banyak tersedia dari
beberapa produsen. Hal ini dikarenakan adanya toko-toko yang populer dan
mempunyai alat kelengkapan yang hampir sama. Oleh karena itu, tidak heran
apabila arsitek menginginkan desain untuk peralatan mereka sendiri untuk
mendesain toko-toko yang eksklusif. Beberapa tipe tempat penyimpanan dan
peralatan display yang pada umumnya digunakan, yaitu:
1. Cabinets
Cabinets/lemari digunakan untuk penyimpanan dan menampilkan barang-
barang yang berukuran kecil dan untuk peralatan rumah tangga yang
membutuhkan tempat penyimpanan khusus. Terdapat tiga tipe cabinet pada
umumnya, yaitu:
a. Wall units
Untuk wall units, mempunyai standar ketinggian antara 1900 mm sampai
dengan 2100 mm. Wall units yang digunakan kemungkinan lemari berukuran
penuh atau lemari split dimana bagian bawah lemari berbeda tipe dengan bagian
30 Universitas Kristen Petra
atas (misalnya bagian bawah lemari kemungkinan terdiri dari serangkaian laci dan
bagian atas dapat dilengkapi dengan rak-rak). Barang-barang tersebut dapat
dimasukkan kanopi dengan pencahayaan tersembunyi untuk highlight barang.
(Mun 79)
b. Counters
Counters biasanya dilengkapi dengan kaca atas dan dengan tampilan rak
bawah. Bagian depan, belakang, dan samping juga dapat terbuat dari material
kaca. Lebar counter bervariasi antara 525-650 mm dan ketinggiannya antara 700-
900 mm. Ketika counter digunakan sebagai tempat alat kasir, seharusnya
menggunakan konstruksi yang kuat untuk menahan beban dan gaya gerak yang
ditimbulkan oleh pergerakan mesin kasir. Dasar untuk mesin kasir sebaiknya
memakai permukaan yang datar dengan area sebesar 550x550 mm2. (Mun 79)
Gambar 2.12. Counters
Sumber: Barr and Broudy 2nd
ed. (1990, p.186)
c. Gondolas
Merupakan perabot yang diletakkan di tengah-tengah ruang, dimana
diletakkan di bawah sudut pandang mata untuk mencegah pencurian dan untuk
mendapatkan suasana ruang yang luas. Faktor tersebut menyebabkan keterbatasan
ketinggian pada gondola, dimana ketinggian maksimal gondola setinggi 1400
mm. (Mun 79)
31 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.13. Gondola (untuk makanan, hadiah, hardware dsb)
Sumber: Barr and Broudy 2nd
ed. (1990, p.187)
Gambar 2.14. Gondola (untuk makanan, hadiah, baju dsb)
Sumber: Barr and Broudy 2nd
ed. (1990, p.187)
2. Shelving System
Shelving system menyediakan cara yang mudah dan murah dalam
memajang barang dagangan. Sistem ini merupakan pilihan yang tepat untuk
memajang barang-barang kering (semua barang yang tidak membutuhkan tempat
penyimpanan khusus seperti kardus, timah, tas, botol, jambangan atau barang
bongkar muat). Dimana barang yang akan didisplay berbeda dalam bentukm
ukuran, dan berat, maka sistem ini harus dapat memenuhi semua persyaratan.
Shelving system secara umum dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ringan,
sedang, dan berat tergantung pada syarat beban barang. Shelving system terdiri
32 Universitas Kristen Petra
atas uprights, back panels (panel belakang), brackets, aksesoris-aksesoris dan rak-
rak. (Gondosiswanto 27)
Gambar 2.15. Case dengan shelving dan base cabinets
Sumber: Barr and Broudy 2nd
ed. (1990, p.185)
Gambar 2.16. Storage display shelving
Sumber: Barr and Broudy 2nd
ed. (1990, p.185)
33 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.17. Shelving Unit Dimensions
Sumber: Mun (1982, p.82)
3. Dump basket
Digunakan untuk menyimban barang-barang dalam jumlah banyak dinilai
sebagai dorongan atau garis yang tidak berarti. Ukuran bervariasi menurut
produsen dan model, akan tetapi sebagian besar model mempunyai ketinggian
sekitar 700 mm dan perabot bertingkat mempunyai ketinggian hingga 1800 mm.
(Gondosiswanto 29)
4. Stands
Seringkali digunakan dalam toko untuk display barang-barang dagangan.
Terdapat 2 jenis stands, yaitu:
a. Manufacturers stands: banyak produsen barang-barang kecil yang
menyediakan toko mereka sendiri dan memasok barang kepada pengecer tanpa
biaya tambahan, dimana jenis barang yang ditampilkan termasuk barang-barang
kosmetik, perlengkapan mandi, peralatan, permen, dan barang optik atau
elektronik. Toko semacam ini sebagian besar digunakan di showroom.
b. Specially commissioned stands: tidak terdapat peraturan untuk merancang
atau membangun stand jenis ini karena komisi masing-masing stand harus
dipertimbangkan secara individual.
(Gondosiswanto 30)
34 Universitas Kristen Petra
2.10. Elemen Interior Toko
2.10.1. Lantai
Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang
rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior dan perabot, lantai
harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman dan
permukaannya harus cukup kuat untuk menahan penggunaan dan aus terus
menerus (Ching 162). Penggunaan lantai yang fungsional dan estetis, pemilihan
material juga memiliki pengaruh yang cukup besar terutama untuk membersihkan
maupun maintenance. Bahan atau material yang digunakan pada lantai antara lain:
1. Lantai Kayu
Lantai kayu digunakan karena berkesan hangat, tampak alami dan
menyatu dengan daya tarik kenyamanan, kelenturan dan durabilitasnya. Lantai
kayu juga mudah perawatannya, dan jika rusak dapat diperbaiki kembali atau
diganti.
Material lantai kayu tersedia dalam bentuk papan atau dalam bentuk blok
dan panel sintetis. Lantai kayu blok biasanya berbentuk potongan kayu yang
berukuran agak sempit dan panjang. Blok parket terdiri potongan-potongan kayu
tipis yang dibuat di pabrik dalam bentuk lempengan segi empat dengan pola
geometris yang bermacam-macam.
2. Lantai Tegel dan Batu
Material tegel dan batu pada lantai biasanya padat dan kuat. Tergantung
pada bentuk masing-masing unit dan motif dimana material tersebut dipasang,
material lantai lain dapat menampilkan kesan sejuk, resmi atau memberi rasa
santai pada ruang. Tegel keramik yang biasa digunakan untuk lantai adalah lantai
mosaik. Ukurannya relatif kecil, berupa unit-unit modul yang terbuat dari tanah
liat atau campuran porselin. Jenis dari tanah biasanya tidak berglazur dengan
warna asli tanah liat: yang porselin dapat berwarna terang dan bersifat seperti kaca
(dibuat padat dan kedap) (Ching 170)
3. Lantai Lentur
Material yang lentur menghasilkan permukaan lantai yang ekonomis,
padat dan tidak menyerap suara dengan tingkat durabilitas yang relatif baik dan
perawatan yang mudah. Tingkat kelenturannya dapat menahan kemungkinan
35 Universitas Kristen Petra
terjadinya lekukan dan membantu menciptakan suasana tenang, terasa nyaman
diinjak. Tingkat kenyamanan tergantung tidak saja pada kelenturan materialnya,
tetapi juga pada jenis dasar yang ada di bawahnya dan kerasnya permukaan dasar
lantai itu sendiri.
Tidak ada bahan lentur yang lebih baik dalam segala hal. Daftar berikut ini
menunjukkan jenis-jenis material yang berfungsi baik untuk bahan-bahan ruang
tertentu.
- Kelenturan dan ketenangan: tegel dari gabus, tegel karet, tegel gabus
dengan lapisan vinyl lembaran vinyl.
- Tahan terhadap: tegel dan lembaran vinyl, tegel gabus benturan/lekuk
dengan lapisan vinyl, tegel-tegel gabus dan karet.
- Noda warna: tegel dan lembaran vinyl, tegel asbestos vinyl, linoleum.
- Minyak: tegel dari lembaran vinyl, tegel gabus dengan lapisan vinyl,
linoleum, tegel asbestos vinyl.
- Terbakar putung rokok: tegel gabus, tegel karet, tegel gabus dengan
lapisan vinyl, tegel vinyl.
- Perawatannya mudah: tegel dan lembaran vinyl, tegel asbestos vinyl, tegel
gabus dengan lapisan vinyl.
(Ching 171)
4. Penutup Lantai
Penutup lantai berbeda dengan material lantai. Penutup lantai
menggunakan karpet dan permadani. Bahan-bahan yang digunakan karpet antara
lain:
- Wol: sempurna untuk kelenturan dan kehangatannya. Mudah kotor, mudah
terbakar dan tahan terhadap larutan kimia dan mudah dibersihkan.
- Acrylic: tampak mirip seperti wol. Tidak mudah hancur karena benturan.
Tahan terhadap kelapukan dan kelembaban.
- Nylon: fiber, permukaan yang tangguh. Sangat kuat terhadap aus. Tidak
mudah kotor dan tahan lapuk. Bersifat antistatic yang diperoleh dengan
penggunaan dilamen konduktor.
- Polyester: mengkombinasikan bentuk wol dengan kekuatan nylon, mudah
kotor dan tahan abrasi serta murah.
36 Universitas Kristen Petra
- Olefin (Polypropylene): tahan terhadap abrasi, kotoran dan kelapukan.
Digunakan secara luas untuk pemasangan karpet di luar ruangan.
- Katun: tidak sekuat fiber permukaan lainnya, tetapi kelembutan dan
warna-warnanya biasa dimanfaatkan pada permadani. (Ching 172)
2.10.2. Dinding
Menurut Ching (176), dinding adalah elemen arsitektur yang penting
untuk setiap bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai struktur
pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap.
Tidak hanya sebagai elemen latar belakang dalam ruang interior saja,
dinding juga dapat dibuat bertekstur untuk ikut memikul elemen-elemen perabot
seperti tempat duduk, rak, daun meja dan lampu. Dinding juga dapat
mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam ketebalan dinding dan
menjadikan dinding tersebut sebagai bagian dari perabot. Ada beberapa finishing
pada dinding, yaitu: kayu, kayu lapis, plester, papan gips. Tegel keramik dan
penutup-penutup dinding lainnya seperti wallpaper, vinyl, kain wol, linen, katun,
anyaman tikar dan gabus. (Ching 176)
2.10.3. Plafon
Elemen utama arsitektur yang ketiga dari ruang dalam interior adalah
langit-langit. Meskpiun berada di luar batas jangkauan tangan kita dan tidak
digunakan seperti halnya lantai dan dinding, plafon memainkan peran visual
penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya. Langit-langit
adalah elemen naungan dalam desain interior dan menyediakan perlindungan fisik
maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya. Langit-langit berwarna
terang dan halus yang memantulkan cahaya memberi kesan luas. Ketinggian
langit-langit dapat dibuat rendah dengan menggunakan warna-warna cerah, tua,
yang kontras dengan dinding. Material plafon yang biasa digunakan antara lain
papan plester dan gips, kayu, metal, modul dan sebagainya. (Ching 192)
37 Universitas Kristen Petra
2.10.4. Pencahayaan
Dalam distribusi cahaya, ketersediaan ruang dan proses optikal dan
psikologika yang berlangsung pada pengamat dan pada kapasitas fisik pada objek
untuk menyerap atau memantulkan cahaya yang diterima. Penciptaan sebuah
ruang melalui pencahayaan secara fisik sebuah objek perlu adalah menerima
cahaya agar bisa dilihat secara visual. Pencahayaan tidak selalu dapat dilihat
dalam komposisi 3 dimensi. Pencahayaan dan unsur-unsur estetis tergantung pada
penataan titik-titik cahaya dan distribusinya pada ruang. Nilai tertinggi dari fungsi
cahaya adalah penciptaan sebuah ruang.
Untuk memperkuat efek 3 dimensi pada cahaya adalah salah satu
kegunaan cahaya. Fungsi cahaya bukan hanya untuk memperluas volume dari
sebuah objek tetapi juga memberi aksen pencahayaan.
Pencahayaan adalah satu dari dua hal yang penting dari desain interior
toko. Dan merupakan salah satu aspek yang menawarkan kemungkinan yang lebih
besar untuk menciptakan atmosfer pada suatu ruang.
Pada umumnya cahaya untuk penerangan hanya terbagi atas tiga macam
warna cahaya, yaitu kuning (warm light), putih (daylight), dan putih kebiruan
(cool white). Pemilihan warna tersebut tergantung pada kesan yang ingin
ditimbulkan dari suatu obyek.
Sinar dengan warna kuning (warm light) merupakan sinar yang warnanya
dibuat hampir sama dengan warna sinar matahari saat pagi dan sore hari. Sinar
kuning ada yang redup dan terang sehingga dapat menimbulkan kesan berbeda.
Semakin redup cahaya akan menimbulkan suasana yang semakin akrab dan
hangat. Untuk sinar kuning yang terang sangat cocok digunakan di ruang kerja
dan belajar. Selain itu, cahaya dengan warna kuning juga memiliki color
rendering yang baik sehingga tetap terjaga kualitas warna obyek yang terkena
cahaya. Warna ini menimbulkan mood yang baik seperti meningkatkan semangat,
sifat optimis dan kreativitas. Efek warna yang ditimbulkan menjadi tidak pucat.
Warna putih pada daylight dan cool white menyerupai warna putih cahaya
matahari. Bedanya, warna pada day light lebih ke arah putih pada umumnya
sedangkan cool white berwarna putih kebiruan. Kedua warna ini memberikan
kesan bersih dan steril. Namun, warna ini membuat benda-benda tampak lebih
38 Universitas Kristen Petra
pucat. Selain itu, suasana yang terbentuk pun menjadi kurang hangat, formal, dan
monoton. Warna ini juga dapat membuat konsentrasi tetap stabil sehingga sering
juga dipakai di ruang-ruang kantor dan tempat kerja lainnya.
Selain ketiga warna utama tersebut, sinar juga dapat dimodifikasi menjadi
berbagai macam warna tergantung pada warna bohlam lampunya. Warna yang
ditimbulkan bermacam-macam seperti hijau, biru, merah, ungu, oranye, dan
sebagainya. Setiap warna tersebut memiliki efek yang berbeda-beda satu
samalain. Warna hijau memberikan rasa nyaman dan mengatasi stress sehingga
dapat digunakan untuk relaksasi dan membuat emosi seimbang. Sentuhan warna
biru juga cocok digunakan untuk beristirahat karena efek ketenangan yang
ditimbulkannya. Untuk meningkatkan semangat, dapat digunakan warna merah
yang berefek meningkatkan suhu tubuh dan tekanan darah. Ungu memiliki fungsi
meditated sedangkan oranye dapat memberikan keceriaan dan meningkatkan
kreativitas (Istiawan dan Kencana 22-23). Adapun fungsi-fungsi pencahayaan
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Front lighting: tergantung dari intensitas dapat menciptakan efek pada
kedalaman ruang (menambahkan atau mengurangi kedalaman ruang).
Perbedaan kontras yang tajam pada pencahayaan dapat menciptakan efek
yang kontras pada jarak suatu ruang. Akhirnya, perhatian itu harus
diutamakan pada aspek-aspek utama pada sebuah cahaya yang
diaplikasikan pada window shop. Penggunaan cahaya itu dapat
menciptakan beragam atmosfer yang berbeda dan efek optical yang indah
dalam suatu toko. Cahaya dapat diarahkan atau dibiaskan.
2. Direct lighting: diarahkan ke area atau objek spesifik. Menciptakan cahaya
dan bayangan yang kontras. Memberi aksen pada volum dan ukiran dan
mempunyai efek meningkatkan intensitas warna.
3. Difuse lighting: memberikan kontras yang lebih sedikit dibandingkan
lampu direct. Melembutkan intensitas warna. Pilihannya tidak banyak, dan
pada window display yang sama, lampu display dengan tingkat pembiasan
yang lebih besar atau lebih kecil dapat dikontraskan dengan berbagai
spotlighting yang bisa dipindah-pindah dan bisa diarahkan ke benda-benda
spesifik pada benda atau produk yang ingin ditonjolkan. (Cerver 1991)
39 Universitas Kristen Petra
Adapun sistem dan arah pencahayaan dibedakan menurut jenisnya:
1. Downlighting
Cahaya yang dipancarkan dari atas ke bawah, dan bersifat merata. Sistem
pencahayaan jenis ini memberi sapuan cahaya menyenangkan pada
ruangan yang ingin menonjolkan keistimewaan tertentu.
2. Uplighting
Cahaya yang dipancarkan dari bawah ke atas, dan memiliki sifat yang
mudah dipindah-pindahkan. Sistem pencahayaan jenis ini kemudian
dipantulkan oleh langit-langit sehingga menimbulkan cahaya latar
belakang yang lebih lembut daripada lampu gantung, serta dapat
memberikan kesan megah dan memunculkan dimensi.
3. Backlighting
Sistem cahaya yang diaplikasikan dari belakang obyek. Pencahayaan ini
berfungsi untuk memberi aksen dan memunculkan siluet.
4. Sidelighting
Cahaya yang dipancarkan dari samping obyek. Memiliki fungsi yang sama
dengan backlighting.
5. Frontlighting
Digunakan untuk membuat cahaya merata pada permukaan obyek.
6. Spotlighting
Merupakan jenis lampu multifungsi dan mudah disesuaikan karena dapat
dipasang di lantai, dinding, dan langit-langit. Gunanya untuk menarik
perhatian pada obyek tertentu seperti lukisan, patung, barang pecah belah,
atau benda pamer lainnya.
7. Decorative lighting
Lampu dekoratif atau dapat juga disebut lampu dinding, merupakan lampu
yang digunakan untuk memberikan unsur dekoratif saja (sebagai tata
lampu latar belakang, aksentuasi, dan informasi), sehingga kemampuan
penyinaran kurang dipertimbangkan.
(Istiawan dan Kencana 23-27)
40 Universitas Kristen Petra
2.10.5. Warna
Warna dapat dikelompokkan menjadi:
1. Warna hangat, biasanya ini terkait dengan dampak yang disarankan
dengan menggunakan kata hangat dengan arti lain adalah warna, warna di
sisi hangat berada pada lingkungan warna (merah, oranye dan kuning) dan
nuansa dan bayangan yang terkait dimengerti sebagai warna yang nyaman,
menyenangkan, seperti suasana rumah sendiri dan ramah.
2. Warna dingin, warna-warna ini jatuh di sisi hijau-biru-violet dari lingkaran
warna. Warna-warna ini terkait dengan ketenangan, relaksasi dan
pengalaman lebih kontemplatif. Secara ekstrim, warna dingin memberikan
kesan depresi dan negatif dalam dampak psikologis.
3. Warna netral, putih, hitam, abu-abu merupakan netral dalam kategori ini.
Warna-warna netral memberikan suasana resmi, praktis dan utilitarian
dengan mengandung kesan emosional yang minimal.
Warna dan cahaya memiliki dampak yang kuat terhadap emosi dan mood
manusia, dan merupakan aspek yang dapat mempengaruhi penampilan visual
suatu ruang. Warna juga dapat mengkamuflasekan sesuatu, misalnya ruang yang
sempit dapat kelihatan lebih luas dan sesuatu yang mempunyai proporsi kurang
bagus menjadi bagus. (Pile 249)
1. Timeless-palet warna
Netral-beige, krem, off-putih, abu-abu, greige, tan. Jangan bersaing dengan
barang dagangan, dalam selera yang baik, bisa bertahan bertahun-tahun.
2. Warna aksen dan warna permata
Ruby, burgundy, zamrud, pemburu, hijau, biru tua, biru kehijauan, teal.
Gunakan hemat pada daerah yang sangat terang atau gelap yang digunakan di
atas permukaan yang besar.
3. Skema warna dingin
Abu-abu, biru, biru-hijau, abu-abu-hijau, biru-violet. Konservatif dan mudah
diadaptasi, baik untuk home furnishing, pakaian pria, menenangkan, tenang,
dan santai.
41 Universitas Kristen Petra
4. Skema warna hangat
Merah, oranye, kuning. Ramah, ceria, menambah semangat untuk suatu
daerah, baik untuk pakaian anak-anak, olahraga aktif, peralatan rumah tangga.
5. Pastels
Peach, ungu muda, lavender. Memberi kesan menyanjung, baik untuk pakaian,
perhiasan.
(Barr and Broudy 59)
Warna-warna gelap tidak baik digunakan untuk display karena daya
tariknya kecil. Kesan yang akan diberikan berkaitan dengan status sosial tertentu.
1. Biru langit memberikan kesan pasif, dan efeknya kecil untuk menarik
perhatian.
2. Oranye memiliki nilai tinggi untuk mengumpulkan perhatian.
3. Kuning dipercaya dapat menjadi daya tarik yang sempurna, tapi dihindari
warna kuning pucat.
4. Putih abu-abu biasanya digunakan untuk latar belakang, tidak bagus untuk
latar depan.
5. Merah muda merupakan warna yang dapat menimbulkan daya tarik yang
bagus, hindari warna merah muda pucat.
6. Merah merupakan daya tarik perhatian yang sempurna.
(Gondosiswanto 51)
42 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.18. Tipe merchandise, warna, dan pertimbangan penggunaan
(Sumber: Barr and Broudy, 1984, p. 66)
2.10.6. Main Entrance (Pintu)
Melalui desain, konstruksi dan lokasinya, pintu dan jalan masuk depan
mengendalikan penggunaan ruang, pandangan dari satu ruang ke ruang berikutnya
dan masuknya cahaya, suara dan hawa sejuk.
Selain dari bagaimana dirancang dan dibuatnya, pintu-pintu dapat
dikelompokkan berdasarkan bagaimana dioperasikannya. Jenis-jenis pintu antara
lain, pintu berayun, sorong berkantung, sorong biasa, sorong bertumpu, pintu lipat
ganda, lipat akordeon, lipat khusus dan lipat keatas.
43 Universitas Kristen Petra
Dalam menghubungkan ruang-ruang interior sebuah bangunan, pintu-pintu
masuk menghubungkan alur sirkulasi. Lokasi mempengaruhi pola-pola sirkulasi
dari satu ruang ke ruang lainnya maupun di dalam ruangan itu sendiri. (Ching
220-224)
Top Related