12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Dalam bab ini ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Dalam bab ini ...
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Dalam bab ini menyajikan uraian teoritis mengenai jawaban atas
pertanyaan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan didalam bab
pertama. Untuk dapat menjawab pertanyan penelitan tersebut, maka pada bab
ini akan menjelaskan apa sebenarnya program keluarga berencana itu, teori
mengenai Keikutsertaan masyarakat dan Keikutsertaan pria dalam
melaksanakan program keluarga berencana. Dalam bab ini juga akan
dijabarkan bagaimana penelitian terdahulu terhadap keikutsertaan pria dalam
pelaksanaan program keluarga berencana. Mengingat pentingnya keikutsertaan
pria dalam program keluarga berencana, yang mana untuk mensukseskan
program keluarga berencana, melibatkan peran dua pihak yaitu pria dan wanita
dalam pelaksanaannya.
1. Keikutsertaan
a. Pengertian
Keikutsertaan memiliki 1 arti. Keikutsertaan berasal dari kata
dasar ikut serta. Keikutsertaan memiliki arti dalam kelas nomina atau
kata benda sehingga keikutsertaan dapat menyatakan nama dari
seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang di bedakan.
13
Partisipasi mengandung arti adanya keikutsertaan untuk
mengambil bagian melalui kegiatan kegiatan secara aktif.
Keikutsertaan individu individu sebagai anggota masyarakat akan
menciptakan kebersamaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pelaksanaan dan keberhasilan suatu program.
Keikutsertaan pria dalam program kb dan kesehatan reproduksi
sangatlah penting sebab :
1) Pria atau suami merupakan pasangan atau partner dalam proses
reproduksi.
2) ̵ria atau suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi
dalam membangun keluarga.
3) ̵ria atau suami mempunyai hak reproduksi yang sama dengan wanita
atau istri.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Pria
Faktor penyebab dari rendahnya pemakaian kontrasepsi oleh pria
adalah antara lain tingkat pengetahuan rendah, kondisi lingkungan sosial
budaya masyarakat dan keluarga yang masih menganggap keikutsertaan
pria yang belum dan tidak penting dilakukan, dan aksesibilitas pelayanan
serta adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi pemikiran salah yang masih
cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada wanita
atau istri (Budisantono, 2009).
14
a. Pengetahuan
1) Pengertian
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga, dan seagainya). Dengan sendirinya, pada
waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo, 2012).
2) Tingkat Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012):
(a) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
(b) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek dengan menginterpretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
(c) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain.
15
(d) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui.
(e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
(f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan penilaian terhadap suatu obejek tertentu. Penilaian
ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
3) Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), cara memperoleh ilmu pengetahuan
yaitu:
(a) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah
atau metode penemuan secara sistematik dan logis.
16
(b) Cara coba salah (trial and eror)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
(c) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
(d) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu kebenaranya baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berasarkan penalaran sendiri.
(e) Berdasarkan pengalaman pribadi
Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa
lalu.
(f) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat dapat menemukan teori atau kebenaran. Dengan
pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih
dianut banyak orang untuk mendisiplinkan.
17
(g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanda melalui proses
penalaran atau berpikir akan tetapi sukar dipercaya karena tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran
yang berdasarkan suara hati atau bisikan hati saja.
4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), mengatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan ada 5 yaitu :
(a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang memutuskan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup.
(b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Sedangkn
bekerja umumnya merupakan kegatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
18
(c) Umur
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini
akan sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.
(d) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
(e) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
5) Cara Pengukuran pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), mengatakan pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-
pertanyaan tertulis atau angket.
b. Sosial Budaya
1) Pengertian
Konsep sistemsosial merupakan konsep rasional sebagai
pengganti konsep eksistensional perilku sosial. Konsep struktur
sosial digunakan untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep
sistem sosial merupakan alat analisis realita sosial sehingga sistem
sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial.
19
Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjelaskan
tentang kelompok-kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari
pandangan bahwa kelompok-kelompok manusia merupakan suatu
sistem. Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu
yang mempunyai sruktur dalam dua arti, yaitu: pertama, relasi-relasi
sendiri antara orang-orang bersifat agak mantap dan tidak cepat
berubah: kedua, perilaku-perilaku mempunyai corak atau bentuk
yang relative mantap (Sulaeman, 2015).
Kebudayaan mengandung pengertian yang luas meliputi
pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat
(kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat (Sulaeman, 2015)
2) Unsur-unsur Kebudayaan
Menurut Sulaeman (2015), unsur-unsur kebudayaan meliputi
semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi,
maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang
luas.
3) Sistem Budaya dan Sistem Sosial
Sistem sosial, sistem budaya dan kebudayaan fisik merupakan
bagian dari kerangka budaya. Sistem-sistem tersebut hanyalah
sebagian dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif
keseluruhan. Sistem sosial dan sistem budaya merupakan sistem-
20
sistem yang secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih
banyak dibahas dalam kajian sosiologi, sedangkan sistem budaya
banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya. Jadi, sistem istilah
ini dapat dipakai untuk berbagai cara, fenomena, undang-undang dan
lain-lain (Sulaeman, 2015).
c. Aksesibilitas
1) Pengertian Aksesibilitas Pelayanan
Akses adalah kesempatan untuk mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan, untuk mencari, mencapai, mendapatkan tahu
menggunakan layanan kesehatan, dan benar-benar memiliki
keutuhan untuk layanan yang biasa terpenuhi (Levesque, dkk. 2103).
Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang
terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan (Prosidin
seminar internasioanal APPTI, 2012).
2) Indikator Aksesibilitas
Tingkat aksesibilitas pelayanan kesehatan diukur dengan
menggunakan beberapa variable berdasarkan demand factors (factor
kebutuhan) dan supply factors (factor suplai). Demand factors
meliputi jumlah kunjungan fasilitas pelayanan kesehatan
,jumlah penduduk, utilisasi rawat inap, dan ulisasi unit gawat
darurat. Supply factors meliputi jumlah dokter umum, jumlah dokter
spesialis, dan jumlah fasilitas pelayanan (Jones, 2013).
21
Peningkatan akses dan sekaligus pemerataannya dapat
menjadi langkah akselerasi untuk tercapainya equity (keadilan)
dalam kinerja system kesehatan. Tercapainya equity pelayanan
kesehatan yang merata memiliki sejumlah dimensi. Akses ke
pelayanan kesehatan harus ditentukan oleh demand (kebutuhan)
sebenarnya terhadap pelayanan kesehatan dari pada sekedar
kemampuan untuk membayar atau lokasi geografis (Hakin, A.
2011).
3) Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Menurut Laksono, A (2016), untuk mengetahui penggunaan
sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
a) Jarak antara rumah penduduk dengan letak sarana pelayanan
kesehatan atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sarana
pelayanan kesehatan. Semakin jauh jarak makin banyak waktu
yang dibutuhkan penduduk untuk mencapai sarana pelayanan
kesehatan, proporsi ini makin kecil.
b) Kualitas pelayanan
Pelayanan kesehatan yang tersedia harus mempunyai kualitas
yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Kualitas pelayanan
kesehatan yang dapat diterima tergantung dari wilayah tingkat
social ekonomi, tingkat pendidikan dan lain-lain.
c) Sosial ekonomi
22
Yang termasuk dalam social ekonomi ialah kemampuan
masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan yang
diterima.
d) Jenis Pelayanan Kesehatan Jenis pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan meninggikan proporsi ini,
sebaliknya pelayanan kesehatan yang belum dirasakan
kebutuhannya akan menurunkan proporsi.
4) Strategi Peningkatan Aksesiilitas Pelayanan Kesehatan
Secara normatif, strategi peningkatan aksesibilitas pelayanan
kesehatan dilakukan dengan menaikkan dan/atau menurunkan
variable pembangunannya, yaitu meningkatkan supply
(ketersediaan) mengurangi barrier (hambatan) dan meningkatkan
demand (pemanfaatan). Salah satu strategi peningkatan akses
dilontarkan oleh Busse, dkk. Dengan strategi cross-border (lintas
batas). Pengaturan cross-border adalah salah satu mekanisme yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan akses ke pelayanan kesehatan.
Pengaturan lintas batas tidak harus dilihat sebagai satu-satunya
solusi untuk masalah aksesibilitas, meski strategi ini biasa
memainkan peranan penting dalam meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, khususnya rintangan akses muncul
karena masalah geografis (Laksono, A. 2016).
d. Persepsi
23
1) Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pemberian makna pada stimulus yang
ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi membantu masyarakat
dalam bertindak dan memahami dunia sekelilingnya, karena persepsi
adalah mata rantai terakhir dalam suatu rangkaian peristiwa yang
saling terkait. Hasil persepsi tetap mengandung dua kemungkinan
bisa benar atau salah. Persepsi dianggap benar jika ada kesesuaian
antara apa yang dipahami dengan stimulus atau objek. Dan persepsi
salah apabila tidak ada sinkronitas antara keduanya (Hude, 2012).
2) Faktor-Faktor yang Mempengruhi Persepsi
Menurut Pahriyah,dkk (2014) beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi individu adalah sebagai berikut:
a) Orang atau objek yang diamati. Setiap individu berusaha
membuat penilaian terhadap tingkah laku orang atau objek yang
diamati dengan memberikan perhatian (attention) pada orang
atau objek tersebut, namun seringkali individu tidak menyadari
faktor yang mempengaruhi penilaiannya.
b) Situasi
Aspek-aspek situasional juga berkaitan dengan proses
perceptual. Jabatan seseorang atau kebijakan tertentu dalam
organisasi akan mempengaruhi objek yang diamati.
c) Pengamat
24
Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi dalam diri individu yang
melakukan pengamatan. Seseorang cenderung mengarahkan
perhatiannya pada hal-hal yang memenuhi kebutuhannya,
sehingga individu dapat menginterpretasikan suatu masalah
dengan cara yang berbeda.
d) Persepsi diri
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan mempengaruhi
persepsinya. Konsep diri adalah bagaimana individu
memandang diri sendiri. Struktur diri ini tidak hanya khas tetapi
juga konsisten bagi tiap individu.
e) Katakteristik pribadi
Karakteristik pribadi seseorang mempengaruhi persepsinya
terhadap orang lain atau objek. Jika seseorang menerima dirinya
sendiri, maka ia cenderung memandang aspek-aspek yang
menyenangkan pada diri orang lain dari sudut pandang
kelemahan dirinya sendiri.
25
3) Syarat-Syarat Mengadakan Persepsi
Menurut Evitasari, N (2012), adapun beberapa syarat yang harus
dipenuhi seseorang untuk mengeluarkan persepsinya, yakni :
a) Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau
reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat
indra (reseptor), dapat pula datang dari dalam langsung
mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai
reseptor.
b) Alat indera atau reseptor
Yaitu alat untuk menerima stimulus di samping itu harus pula
ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus
yang diterima reseptor kesusunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran. Selain itu alat indera sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan juga syaraf motoris.
c) Perhatian
Untuk menyadari atau mengadakan pandangan atau persepsi
diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah
pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.
perhatian merupakan syaraf psikologis.
26
3. Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan bagian terpadu dalam program
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan baik (Shofiyah,
2016).
b. Manfaat KB
Menurut Shofiyah (2016), salah satu cara untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui program KB.
c. Jenis-Jenis alat kontrasepsi Pria
Menurut Badan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa
Tengah (2013):
1) Kondom
a) Pengertian
Kondom adalah selaput karet/latex yang dipasang pada penis
selama berhubungan seksual sehingga mencegah sperma
bertemu dengan sel telur.
b) Cara kerja dalam mencegah kehamilan
Dengan cara menggunakan kondom mencegah sperma masuk
kedalam vagina selama berhubungan seks.
c) Jenis kondom
27
Pada dasarnya ada dua jenis kondom, yaitu kondom kulit dan
kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba. Kondom
karet lebih elastic dan murah sehingga lebih banyak digunakan.
d) Keuntungan
Beberapa keuntungan kondom ialah murah, mudah didapat
(tidak perlu resep dokter), tidak memerlukan pengawasan dan
mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.
e) Kegagalan penggunaan
Kondom digunakan secara benar dan konsisten maka kegagalan
mencegah kehamilan sekitar 3%.
f) Efek mencegah terhadap resiko penularan PMS
Karena mencegah kontak langsung antara penis dan vagina,
maka alat kontrasepsi ini baik dan dapat melindungi dari tertular
PMS.
g) Efek samping
Pada pemakaian kondom kadang-kadang di jumpai reaksi alergi
terhadap karet latex dan pelicinnya (lubricants).
h) Indikasi
Semua pasangan usia subur yang ingin berubungan seksual dan
belum menginginkan kehamilan.
i) Kontra indikasi
mengidap alergi terhadap lateks.
j) Yang harus diperhatikan dalam pemakaian kondom
28
(1) Kualitas
(2) Bungkusan jangan sampai sobek
(3) Perubahan warna kondom
k) Cara penggunaan/insruksi bagi klien
(1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan
seksusal.
(2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambah spermisida
kedalam kondom.
(3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau,
silet, gunting untuk membuka kemasan.
(4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan
ujungnya pada glan penis dan tempatkan bagian
penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan
karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke
arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina.
(5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampung
sperma pada bagian ujung-ujungnya maka saat memakai
longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi
robekan saat ejakulasi.
(6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
(7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut
29
dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi
tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
(8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
(9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
(10) Sediakan kondom dalam jumlah kondom cukup dirumah
dan jangan disimpan ditempat yang panas karena hal ini
dapat menyebabkan kondom rusak.
(11) Jangan gunakan kondom apabila kemasan robek.
(12) Jangan gunakan minyak goring, minyak mineral atau
pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom.
2) VASEKTOMI
a) Pengertian
Operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah transportasi
sperma.
b) Cara kerja
Melalui operasi kecil dlakukan pengikatan atau pemutusan
saluran sperma/vas deferens sehingga sel mani atau sperma
tidak keluar pada saat hubungan seks sehingg cairan mani tetap
ada.
c) Angka kegagalan
Klien vasektomi gagal mencegah kehamilan kurang lebih
sebesar 0,1-0,2 %.
30
d) Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga.
e) Kontra indikasi
(1) Ada kelainan pada buah dan kantung zakar
(2) Tidak boleh menjalani proses pembedahan karena penyakit
penyerta. Dalam kondisi ini, pria sebaiknya berkonsultsi
dengan dokterya.
(3) Belum yakin mengenai keinginan untuk tidak memiliki
anak lagi.
(4) Jumlah anak kurang dari 2 dan umur anak terakhir dibawah
2 tahun.
f) Efek samping dan komplikasi
Walaupun operasi ini kecil, kadang-kadang menimbulkan rasa
nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi (hematoma) yang
ditimbulkan akibat beban yng terlalu berat dan duduk terlalu
lama serta infeksi pada kulit skrotum apabila operasinya tidak
sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping lainnya
granuloma sperma, karena pada kedua ujung vas deferens
timbul benjolan kenyal dan nyeri.
g) Hal-hal yang perlu diperhatikan
31
(1) Tenaga dokter yang berwenang memberikan vasektomi
harus terlatih.
(2) Melakukan vasektomi harus sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan dengan memperhatikan prosedur asepsis
dengan baik.
(3) Tempat pelayanan vsektomi harus diberikan di RS
pemerintah, RS/klinik swasta dan puskesmas.
(4) Klien setelah operasi apabila ingin berhubungan harus
menggunakan back up(kondom) minimal 20 kali hubungan
agar terbebas air maninya dari sel sperma.
(5) Klien setelah operasi dianjurkan agar selalu menjaga
kebersihan.
h) Teknik Tindakan Vasektomi.
(1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi
terlentang.
(2) Daerah kulit skrotum penis suprapubis dan bagian dalam
pangkal paha kiri kanan bersihkan dengan cairan yang tidak
merangsang seperti larutan betadin 0,75 %. Bila ada bulu
perlu dicukur terlebih dahulu.
(3) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan
kain steril berlubang pada empat skrotum ditonjolkan
keluar.
32
(4) Tepat di lineamediana di atas vas deferens, kulit skrotum
diberi anastesi local lalu jarum diteruskan masuk dan di
daerah distal serta proximal vas deferens didiponir lagi
masing-masing 0,5 ml.
(5) Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm tepat diatas vas
deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.
(6) Setelah kulit dibuka vas deferens dipegang dengan klem
disingai sampai tampak vas deferens mengkilat seperti
mutiara perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya
ditambah lagi obat anatesi ke dalam vasia vas deferens dan
baru kemudian vasia disayat longitudianal sepangjang 0,5
cm. usahakan tepi sayatan rata hingga memudahkan
penjahitan kembali. Setelah vasia vas deferens dibuka
terlihat vas deferens yng berwarna putih mengkilat seperti
mutiara. Selanjutnya vas deferens dan vasia nya dibebaskan
dengan gunting halus berujung runcing.
(7) Jepitlah vas deferens dengan klem pada 2 tempat dengan
cara 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya.
Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang
mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat
kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada
titik perdarahan. Jangan terlalu banyak karena dapat
33
menjepit pembuluh darah lain seperti arteri, testikulari atau
deferensialis yang berakibat kematian testis itu sendiri.
(8) Potonglah diantara kedua ikatan tersebeut sepanjang 1 cm.
gunakan benang sutra nomer 00,0 atau 1 untuk mengikat
vas tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga
jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens.
(9) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan
adalah dengan melakukan interposisi vasia vas deferens
yakni menjahit kembali vasia yang terluka sedemikian rupa
vas deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan
dalam vasia dan vas deferens bagian proksimal terletak
diluar vasia).
(10) Lakukan tindakan untuk vas deferens kanan dan kiri. Dan
setelah selesai tutup kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut
nomer 000 kemudian rawat luka operasi sebagaimana
mestinya, tutup dengan kassa steril dan plester.
i) Informasi bagi klien
(1) Pertahankan band aid selama 3 hari
(2) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik
atau digaruk.
(3) Boleh mandi setelah 24 jam asal daerah sekitar luka tidak
basah, setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan
air.
34
(4) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi
kering.
(5) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti
paracetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam
(6) Hinndari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3
hari.
(7) Boleh bersenggama sesudah hari ke 2 sampai 3 namun
untuk mencegah kehamilan pakailah kondom atau cara
kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi
15- 20 kali.
(8) Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah
15-20 kali ejakulasi.
j) Syarat-Syarat Vasektomi
(1) Harus dilakukan secara sukarela
(2) Harus mendapatkan persetujuan istri
(3) Memiliki jumlah anak yang cukup minimal 2 orang, dan
anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun
(4) Mengetahui akibat tindakan vasektomi
(5) Memiliki umur yang tidak kurang dari 30 tahun
(6) Memiliki istri dengan umur yang tidak kurang dari 20 tahun
dan tidak lebih dari 45 tahun
35
Penggunaan
Kontrasepsi
Faktor yang berhubungan
dengan pelayanan :
1. Pengetahuan pria
tentang kontrasepsi
2. Ketersediaan alat
kontrasepsi pria
3. Jarak ke tempat
pelayanan
4. Sumber informasi
tentang kontrasepsi
==
B. Kerangka Teori
Penelitian ini menggunakan beberapa teori atau model yang berhubungan
dengan penggunaan kontrasepsi oleh pria seperti Teori Bertand (1980) dan
Model Kepercayaan Kesehatan yang merupakan aplikasi dari teori Health
Belief Model / HBM oleh Becker (1974).
Gambar 2.1 Kerangka teori “Penggunaan kontrasepsi oleh pria”
Sumber :Audience Research for Improving Family Planning Communication
Programs, Bertrand (1990)
Faktor sosio demografi :
1. Umur
2. Pekerjaan
3. Jumlah Anak
4. Pendidikan
5. Pendapatan keluarga
Faktor sosio psikologi :
1. Dukungan istri terhadap
penggunaan kontrasepsi
pada pria (suami)
2. Diskusi dengan istri
tentang penggunaan
kontrasepsi terhadap
pria (suami)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan. Karena konsep tidak dapat langsung diamati maka konsep dapat
diukur melalui variabel. Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan
hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, kerangka konsep yang
baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih
desain penelitian (Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini meneliti tingkat
Keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana di Kecamatan
Balapulang Kabupaten Tegal maka dapat digambarkan kerangka konsep dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Variabel Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Karakteristik Responden
Aksesibilitas pelayanan KB Pria
Sosial budaya
Persepsi tentang KB Pria
Pengetahuan tentang KB Pria
37
B. Hipotesa Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka
hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo,
2010). Pada penelitian ini tidak ada hipotesa karena jenis penelitian ini
termasuk deskriptif.
C. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pengertian
deskriptif itu sendiri adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu masalah, baik yang
berupa faktor risiko maupun faktor efek. Dalam penelitian deskriptif peneliti
tidak menganalisis bagaimana dan mengapa masalah tersebut dapat terjadi,
sehingga pada penelitian deskriptif tidak diperlukan hipotesis penelitian dan uji
statistic.Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data penelitiannya berupa
angka-angka dan analisisnya menggunakan statistika (Sugiyono, 2011:7).
Penelitian kuantitatif menggunakan case study sebagai acuan untuk
meneliti. case study adalah suatu penelitian yang sangat mendalam mengenai
suatu objek atau unit tertentu. Case study menunjukan pada pengumpulan data
atau informasi dan menyajikan informasi secara rinci mengenai suatu
kelompok atau mengenai sesuatu sehingga kesimpulan yang dihasilkan dari
38
penelitian ini hanya berkaitan dengan objek yang diteliti atau dengan kata lain
kesimpulan yang dihasilkan tadi dapat digeneralisasi.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur(Riyanto,
2011). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Variabel tunggal
dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden, pengetahuan tentang KB
pria, sosial budaya, aksesibilitas pelayanan KB pria, dan persepsi tentang KB
pria.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud atau apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Definisi
operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data (variabel) ini kosisten antara sumber data (Responden) yang
satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.1 Definisi operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala
Pengukuran
1 Umur
Pendidikan
Lama hidup
sejak dilahirkan
sampai saat ini
Jenjang pendi-
dikan formal
terakhir yang
pernah
ditempuh 0leh
responden
1. 26-35 thn
2. 36-45 thn
3. 46-55 thn
4. 56-65 thn
5. ≥ 65 thn
1.Dasar(SD,SMP)
2.Menengah
(SMA)
3.PT.dan
Akademi
Kuesioner
Kuesioner
Ratio
Ordinal
39
Lanjutan Tabel 3.1
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala
Pengukuran
Pekerjaan
Jumlah Anak
Aktifitas sehari
hari yang rutin
dilakukan untuk
mendapat
penghasiln
Jumlah anak lahir
hidup
1. PNS/pensiun
2. Swasta
3. Petani
4. Pedagang
2, 3, 4, 5, 6
Kuesioner
Kuesioner
Nominal
Ratio
2 Pengetahuan
tentang KB
Kemampuan
responden dalam
menjawab
pertanyaan
tentang KB pria
meliputi
pengertian, dan
tujuan KB
1. Baik(≥ 76%
bila score 6-
7)
2. Cukup(56%-
75% 4-5)
Kurang(<56 %
bila score ≤3)
Kuesioner Ordinal
3 Sosial Budaya Adat istiadat yg
dianut oleh
responden
tentang KB Pria
Hasil uji norma-
litas data bahwa
data tidak ber-
distribusi normal
sehingga peng-
hitungan meng-
gunakan median
1. Mendukung
bila jumlah
skor ≥ 3 dari
nilai median
2. Tidak men-
dukung bila
jumlah skor <
3 dari nilai
median
Kuesioner Nominal
4 Aksesibilitas
Pelayanan
KB Pria
Derajat
kemudahan
untuk mencapai
tempat
pelayanan KB
Hasil uji norma-
litas data bahwa
data tidak ber-
distribusi normal
sehingga
penghitungan
menggunakan
median
Kuesioner Nominal
40
Lanjutan Tabel 3.1
No Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat
Ukur
Skala
Pengukuran
6. Mudah (bila
jml skor ≥ 3
dari nilai
median)
7. Sulit(bila jml
skor < 3 dari
nilai median)
5 Persepsi
tentang KB Anggapan
responden
tentang KB pria
Hasil uji norma-
litas data bahwa
data tidak ber-
distribusi normal
sehingga peng-
hitungan meng-
gunakan median
1. Baik bila
jumlah skor >
3 dari nilai
median
2. Tidak baik
bila jumlah
skor < 3 dari
nilai median
Kuesioner Nominal
F. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan april 2019.
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal.
G. Populasi, Sempel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau subjek yang digeluti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
semua akseptor KB pria di kecamatan Balapulang sebanyak 22.
41
2. Sampel
Menurut Riyanto (2011), sempel merupakan sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah semua akseptor KB pria di desa
Kaliwungu dan desa Cibunar kecamatan Balapulangsejumlah 22 akseptor.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi
dalam penelitian.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu total sampling.Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2011)
Sempel pada penelitian ini adalah semua pria yang ber KB sejumlah
22 responden yaitu 10 responden dari desa Kaliwungu dan 12 responden
dari desa Cibunar kecamatan Balapulang. Kedua desa tersebut terpilih
karena jumlah akseptor yang terbanyak.
H. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data
1. Teknik PengumpulanData
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
a. Tahap persiapan penelitian ini diawali peneliti meminta surat izin
pengambilan data dari ketua jurusan. Surat izin pengambilan data
terlampir.
b. Membuat Ethical clearane atau kelayakan etik berupa keterangan
tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang
melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) yang
42
menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah
memenuhi persyaratan tertentu.
c. Peneliti mengajukan surat izin ke Kesbangpol Kabupaten Tegal untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Balapulang, kemudian
mengajukan surat ke Bappeda.
d. Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Tegal.
e. Peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas kuesioner kepada 20
responden di wilayah kerja Kecamatan Margasari.
f. Setelah diperoleh kuesioner yang sudah layak digunakan maka
peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja Kecamatan
Balapulang.
g. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuanpembagian kuesioner.
h. Peneliti memberikan lembar Informed concent kepada responden
i. Selanjutnya peneliti menyebar kuesioner kepada para responen.
j. Peneliti mengumpulkan kuesioner dan mengecek kelengkapan
jawaban bila kuesioner belum terisi lengkap oleh responden.
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah diambil
langsung dari responden, disini dengan menggunakan kuesioner berupa
ceklist yang telah dirancang berdasarkan kebutuhan penelitian. Data ini
meliputi hasil jawaban responden dari hasil menjawab kuesioner tentang
43
tingkat pengetahuan, sosial budaya, aksesibilitas, persepsi dan
keikutsertaan.
I. Instrumen/Alat Penelitian
Kuesioner pada penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan suami
mengenai KB Vasektomi, sosial budaya, aksesibilitas pelayanan, persepsi dan
tingkat keikutsertaan. Jenis yang digunakan adalah kuesioner jenis tertutup.
Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih.
Pertanyaan untuk mengetahui faktor Keikutsertaan pria dalam program
KB yang terdiri dari pengetahuan tentang KB,sosial budaya, aksebilitas
pelayanan, persepsi tentang KB sejumlah 24 dengan ketentuan bila pertanyaan
bersifat favorable maka responden menjawab benar nilai 1 dan bila responden
menjawab salah nilai 0. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat unfavorable
maka bila menjawab benar nilai 0 dan bila salah nilai 1.
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian
No Variable Materi Pertanyaan Jumlah
Favorable Unfavorable
1 Pengetahuan
tentang kb
pria
a.Vasektomi
- Pengertian
- Tujuan
b. Kondom
- Pengertian
1
2
3
5.6.7
4
4
1
2
2 Sosial
Budaya
a.Menurut agama
b.Kepercayaan
sosial
8
10.11
-
9.12
1
4
3 Aksesibilitas
pelayanan
KB pria
a.Tempat
pelayanan
b.Vasektomi
dilakukan dokter
13
15
14
2 1
44
Lanjutan Tabel 3.2
No Variabel Materi Pertanyaan
Jumlah Favorable Unfavorable
terlatih
c. Informasi alat
d. Transportasi
-
17
16
-
1
1
4 Persepsi
tentang KB
Pria
a. Efek samping 21,22 18, 19, 20 5
J. Uji Validitas dan Realibilitas
Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu
keharusan sebuah kuesioner untuk Valid dan Reliabel. Suatu dikatakan valid
kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut (Riyanto, 2009)
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur. (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas pada 20 responden
di Kecamatan Margasari dan telah dilakukan uji validitas dan diolah
menggunakan rumus pearson product moment dengan hasil dari 24 item
pertanyaan yang dinyatakan valid sebanyak 22 item pertanyaan karena r
hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,444 (terlampir). Sedangkan dua item
pertanyaan tidak valid yaitu nomor 15 dan 18 karena pada nomor tersebut
r hitung < r tabel (terlampir), dimana r tabel = 0,444. Pada soal nomor 15
mengenai kondom dapat diperoleh di apotik & toko obat dimana sudah
terwakili oleh materi nomor 17, dan untuk nomor 18 mengenai tempat
45
pelayanan KB Vasektomi sulit dijangkau dimana sudah terwakili oleh
materi nomor 13. Sehingga kedua nomor yang tidak valid dihapuskan dan
hanya ada 22 butir soal yang dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Perhitungan realibilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-
pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus
menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung realibilitas.
Dalam penelitian ini, telah dilakukan uji reliabilitas pada 22 butir soal yang
dibagi menjadi 7 butir soal pengetahuan, 5 butir soal sosial budaya, 5 butir
soal aksesibilitas pelayanan dan 5 butir soal persepsi. Uji realibilitas 7 butir
soal pengetahuan menggunakan rumus Alpha Cronbach’s adalah 0,861.
Uji realibilitas 5 butir soal sosial budaya menggunakan rumus Alpha
Cronbach’s adalah 0,866. Uji realibilitas 5 butir soal aksesibilitas
pelayanan menggunakan rumus Alpha Cronbach’s adalah 0,787. Uji
realibilitas 5 butir soal persepsi menggunakan rumus Alpha Cronbach’s
adalah 0,828. Angka tersebut lebih besar dari nilai minimal Alpha
Cronbach’s sebesar 0,6. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dan dapat
dikatakan reliabel.
K. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2012), langkah-langkah yang harus ditempuh
dalam proses pengolahan data diantaranya :
46
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan terlebih dahulu. Secara umum ediing adalah
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesionerdan
setelah dilakukan pengecekkan semua kuesioner telah terisi oleh 22
responden.
b. Coding
Peneliti mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau
bilangan. Pertanyan favorable dan pertanyaan unfaforable dengan
jawaban “benar” dan “salah”.
1) Pertanyaan favorable
a) Jawaban benar diberi skor 1
b) Jawaban salah diberi skor 0
2) Pertanyaan unfavorable
a) Jawaban salah diberi skor 1
b) Jawaban benar diberi skor 0
c. Memasukan Data (data entry)
Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program.
Program yang digunakan unutk “entri data” penelitian adalah paket
program SPSS.
47
d. Tabulating
Setelah memasukan data selanjutnya melanjutkan dengan tabulating
adalah memasukkan hasil dari kuesioner ke dalam bentuk tabel.
Pada tahap ini peneliti memasukkan jawaban responden dengan
teliti dan teratur, lalu dihitung dan jumlahkan kemudian ditulis
dalam bentuk tabel-tabel.
2. Analisis Data
Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisa univarat. Analisa
univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel
penelitian (Notoatmodjo, 2012).
L. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012), agar peneliti memahami pentingnya
memperlakukan responden dalam rangka memperoleh kualitas informasi yang
baik dan akurat, maka perlu menyadari bahwa dalam pengambilan data atau
informasi kepada responden akan menimbulkan ketidaknyamanan responden.
Ketidaknyamanan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Terganggunya privacy
Pengambilan data pada waktu apapun (pagi, siang, sore atau malam) pasti
akan mengganggu privacy orang yng bersangkutan. Karena orang yang
akan melakukan wawancara/response dianggap orang asing atau tamu.
2. Terganggunya kegiatan atau pekerjaan
Pengambilan data terhadap responden, baik di rumah maupun di tempat
kerja sudah pasti akan menyita waktu . Bukan saja menyita waktu, tetapi
48
hal ini berarti juga responden harus meninggalkan kegiatan atau
pekerjaannya untuk sementara waktu.
3. Berpikir atau berusaha sebaik mungkin untuk menjawab pertanyaan atau
memberikan infomasi
Dalam menjawab pertanyaan atau memberikan informasi, kadang-kadang
responden tidak secara spontan atau terlontar apa adanya. Responden perlu
waktu berfikir, mengingat dan sebagainya. Lebih-lebih jika pertanyaan
yang diberikan berupa pengetahuan terhadap suatu fenomena kehidupan,
misalnya penyakit, gizi, pelayanan kesehatan dan sebagainya.
4. Penelitian dengan melakukan tindakan invasive
Segi etika seorang peneliti harus bertanggung jawab atas ketidak
nyamanan responden sewaktu dimintai data. Salah satu bentuk tanggung
jawab seorang peneliti terhadap responden yang diganggu ketidak
nyamanannya adalah memberikan kompensasi bermacam-macam, antara
lain:
a. Ucapan terima kasih.
b. Apabila pengambilan data tersebut menyebabkan hilangnya waktu
kerja bagi responden, maka peneliti perlu memberikan kompensasi
dalam bentuk uang sesuai dengan waktu kerja yang hilang.
c. Apabila pengambilan data tersebut responden harus daang ke tempat
yang ditentukan, maka perlu diberikan uang trnsportasi bagi
responden sesuai jauh dekatnya tempat tinggal responden ke tempat
wawancara.
49
d. Apabila pengambila data memerlukan waktu lama, peneliti kewajiban
memberikan snack atau makan kepada para responden.
e. Apabila akibat dari pengambilan data menimbulkan sakit atau
penyakit, maka responen harus diberikan jaminan pemeliharaan
kesehatannya.
M. Jadwal Penelitian
Lampiran
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada peserta KB Pria di wilayah
Kecamatan Balapulang Kabpaten Tegal sejumlah 22 orang/responden. Hasil
penelitian disajikan sebagai berikut :
1. Gambaran Karakteristik frekuensi umur, pendidikan, dan pengetahuan
peserta KB Pria
Tabel 4.1 Gambaran karateristik frekuensi Umur, Pendidikan, dan
Pengetahuan peserta KB pria.
Umur Frekuensi Persentase (%)
26-35
36-45
46-55
56-65
>65
0
6
10
4
2
0
22,3
45,5
18,2
9,0
Jumlah 22 100
Pendidikan
Dasar
Menengah
Perguruan Tinggi
12
8
2
54,5
36,4
9,1
Jumlah 22 100
Pekerjaan
PNS
Tani
Pedagang
Swasta
2
12
3
5
9,1
54,5
13,6
22,7
Jumlah 22 100
Jumlah Anak
2
3
4
5
6
3
8
5
4
2
13,6
36,4
22,7
18,2
9,1
Jumlah 22 100
51
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta KB pria
di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar berumur 46-55
tahun yaitu sejumlah 10 orang (45,5%). Dan dari hasil tersebut pula diketahui bahwa
sebagian besar memiliki berpendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sejumlah 12 orang
(54,5%).
Menurut tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta KB
pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar bekerja
sebagai Petani yaitu 12 orang (54,5%).
Dari hasil tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta
KB pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar
memiliki jumlah anak 3 yaitu berjumlah 8 anak (36,4%).
2. Tingkat Pengetahuan tentang KB Pria
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang KB Pria di Wilayah
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal
Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
10
12
0
45,5
54,5
0
Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB
Pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar
pengetahuannya cukup yaitu 12 orang (54,5%).
52
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat Pengetahuan KB
Pria
Tingkat Pengetahuan tentang KB Benar Salah Total
f % f %
1. Vasektomi adalah metode
kontrasepsi untuk pria
2. Tujuan vasektomi untuk
mencegah kehamilan
3. Kondom adalah selubung atau
sarung karet berbentuk silinder
yang tipis yang terbuat dari karet
yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual
4. Sebelum menggunakan kondom,
suami perlu diperiksa dulu oleh
dokter
5. Kontrasepsi Vasektomi dapat
mencegah suami dari penyakit
menular
6. Orang yang ikut vasektomi bisa
punya anak lagi
7. Setiap pria yang sudah beristri
boleh ikut vasektomi
22
20
21
16
12
19
9
100
90,90
95,45
72,72
54,54
86,37
40,90
0
2
1
6
10
3
13
0
9,09
4,54
27,27
45,45
13,63
59,09
22
22
22
22
22
22
22
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui sebagian besar masyarakat
beranggapan bahwa kontrasepsi KB Pria dapat mencegah penyakit menular
sebanyak 45,45% dan setiap pria yang sudah beristri boleh ikut vasektomi
sebanyak 59,09%, ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan KB Pria masih
dalam kategori cukup.
3. Sosial Budaya
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya
Sosial Budaya Frekuensi Presentase (%)
Mendukung
Tidak mendukung
5
17
22,7
77,3
Jumlah 22 100
53
Menurut tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria
di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Sosial
budayanya tidak mendukung yaitu 17 orang (77,3%).
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Sosial Budaya
Sosial Budaya Ya Tidak Total
f % f %
1. Menurut agama Vasektomi
dianggap haram
2. Vasektomi adalah kontrasepsi
pria yang sudah diterima di
masyarakat
3. Anggapan banyak anak banyak
rezeki
4. Jumlah anak mempengaruhi
keputusan untuk menggunakan
metode kontrasepsi
5. Dalam keluarga suami atau pria
yang berperan dalam mengambil
keputusan untuk menggunakan
meotde kontrasepsi
8
4
8
10
3
36,36
18,18
36,36
45,45
13,63
14
18
14
12
19
63,63
81,81
63,63
54,54
86,36
22
22
22
22
22
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa di dalam keluarga suami
mempunyai peranan penting dan dominan dalam mengambil keputusan
keikutsertaan dalam program keluarga berencana (86,36%) dan Vasektomi belum
diterima di masyarakat (81,81%), hal ini menunjukkan bahwa sosial budaya
masyarakat tidak mendukung.
4. Aksesibilitas Pelayanan
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aksesibilitas Pelayanan KB Pria
Aksesibilitas
Pelayanan
Frekuensi Presentase (%)
Mudah dijangkau
Sulit dijangkau
18
4
81,8
18,2
Jumlah 22 100
54
Dari hasil tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria
di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Aksesibilitas
Pelayanannya mudah dijangkau yaitu 18 orang (81,8%).
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Aksesibilitas Pelayanan KB
Pria
Aksesibilitas Pelayanan Ya Tidak Total
f % f %
1. Tempat pelayanan vasektomi
di RS Kabupaten
2. Vasektomi dapat dilayani di
puskesmas-puskesmas
3. Vasektomi hanya bisa
dilakukan oleh dokter terlatih
4. Kondom dapat diperoleh
dengan resep dokter
5. Alat transportasi menuju ke
pelayanan KB mudah
13
13
21
14
14
59,09
59,09
95,45
63,63
63,63
9
9
1
8
8
40,90
40,90
4,54
36,36
36,36
22
22
22
22
22
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tempat pelayanan vasektomi
hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit Kabupaten (59,09%) dan vasektomi tidak
dapat dilayani di Puskesmas (40,90%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mengetahui tempat pelayanan KB pria.
5. Persepsi tentang KB
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi tentang KB
Persepsi tentang KB Frekuensi Presentase (%)
Baik
Kurang baik
17
5
77,2
22,8
Jumlah 22 100
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria di
wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Persepsi
tentang KB baik yaitu 17 orang (77,2%)
55
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi KB Pria
Persepsi tentang KB Benar Salah Total
f % f %
1. Vasektomi dapat membuat
impotensi
2. Pria yang mengikuti KB
vasektomi tidak bisa bekerja
berat
3. Vasektomi sama dengan
kebiri
4. Vasektomi tidak
mempengaruhi nafsu seksual
5. Pria yang telah d vasektomi
tidak akan merasakan
perbedaan dalam
berhubungan suami istri
13
16
18
18
19
59,09
72,72
81,81
81,81
86,36
9
6
4
4
3
40,90
27,27
18,18
18,18
13,63
22
22
22
22
22
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa vasektomi dapat membuat
impotensi (40,90%) dan pria yang sudah mengikuti vasektomi tidak bisa
melakukan pekerjaan yang berat (27,27%), hal ini menunjukkan bahwa persepsi
tentang KB Pria berkategori baik.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta KB Pria di
wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, diperoleh data karakteristik
responden yang akan dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan sebagai
hasil akhir sebagai berikut :
1. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berumur antara 46-55 (45,5%) responden, sehingga seseorang itu daya
ingatnya dipengruhi oleh faktor umur. Maka dapat kita simpulkan bahwa
56
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai
pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan & Dewi, 2010).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Kemudian dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berpendidikan dasar (SD, SMP) sejumlah 54,5%, hal ini sangat
mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki khususnya tentang alat kontrasepsi pria.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan
semakin meningkat, lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
c. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
bekerja sebagai petani (54,5%). Pekerjaan dapat mempengarhui terhadap
keikutsertaan dalam program KB pekerjaan seseorang mendorong secara
tidak langsung dalam pemakaian kontrasepsi sehingga kemungkinan
berprilaku baik dalam berKeikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi.
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan keluarga. Sedangkn bekerja umumnya
57
merupakan kegatan yang menyita waktu. Bekerja bagi akan mempunyai
pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Wawan & Dewi, 2010).
d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Dari tabel 4.1 sebagian besar responden memiliki jumlah anak 3
(36,4%) berdasarkan hasil penelitian jumlah anak dapat mempengaruhi
keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana (KB).
Menurut Singh et al. (2010) banyak keluarga akan terus memiliki
anak setelah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan. Keputusan untuk
memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut
sangat dipengaruhi oleh beberapa hal.
2. Tingkat Pengetahuan KB Pria
Dari hasil penelitian 22 responden di wilayah Kecamatan Balapulang
Kabupaten Tegal tingkat pengetahuan KB Pria dengan kategori baik sejumlah
10 orang (45,5%), dan Tingkat pengetahuan KB Pria dengan kategori cukup 12
orang (54,5%).
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya) dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian & persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengar (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2012).
Pria PUS yang memiliki tingkat pengetahaun yang kurang (54,5%)
dikarenakan sebagian besar responden berpendidikan dasar (54,5%). Tingkat
58
pendidikan yang tinggi akan cenderung lebih mudah menerima informasi
tentang KB, akan tetapi sebaliknya responden dengan tingkat pendidikan yang
rendah akan sulit untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang
memahami tentang kontrasepsi yang mereka gunakan.
Dengan tingkat pendidikan yang kurang akan mempengaruhi Keikutsertaan
pria dalam program Keluarga Brencana (KB).
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan (Sari,
Dewi Kartika 2011) responden dengan pengetahuan tinggi (66%) dan
pengetahuan kurang rendah (34%). Dengan pengetahuan dan sikap yang baik
akan memberikan dampak positif terhadap prilaku seseorang untuk berprilaku
baik dalam partispasi menggunakan kontrasepsi KB Pria.
3. Sosial Budaya
Dari hasil penelitian 22 responden peserta KB Pria di wilayah Kecamatan
Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Sosial budayanya tidak
mendukung yaitu 17 orang (77,3%) dan Sosial budaya mendukung yaitu 5 orang
(22,7%).
Sosial Budaya mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman
perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, adat istiadat, dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari
anggota masyarakat. Unsur-unsur budaya meliputi semua kebudyaan di dunia,
baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi maupun yang besar kompleks dan
dengan jaringan hubungan yang luas (Sulaeman, 2015).
59
Melihat dari jawaban pada tabel 4.4 sosial budaya sebagian besar responden
tidak mendukung (77,3%) hal ini dipengaruhi mitos banyak anak banyak rezeki
dan masih beranggapan bahwa vasektomi itu haram, jumlah anak mempengaruhi
keputusan menggunakan kontrasepsi, serta beranggapan bahwa program KB
merupakan tanggung jawab seorang istri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Wiyatmi (2014) sebanyak 50 responden
atau 56,2 % tidak mendukung KB Pria. Sosial budaya merupakan suatu kondisi
yang diciptakan untuk mengatur tatanan hidup bermasyarakat, yang mencakup
semua bidang.
4. Aksesibilitas Pelayanan KB pria.
Dari hasil penelitian terhadap 22 responden peserta KB pria di wilayah
kecamatan Balapulang kbupaten Tegal, sebagian besar akesibilitas
pelayanannya mudah dijangkau yaitu 18 orang (81,8%) dan aksesibilitas
pelayanan sulit dijangkau yaitu 4 orang (18,2%).
Aksesibilitas adalah derajat kemudahan yang dicapai oleh orang terhadap
suatu objek pelayanan ataupun lingkungan (Prosidin seminar internasional
APPTI, 2012). Sedangkan faktor yang mempengaruhi aksesibilitas pelayanan
adalah jarak antara rumah penduduk dengan letak sarana pelayanan KB, kualitas
pelayanan, sosial ekonomi, jenis pelayanan (Laksono, 2016).
Rendahnya keikutsertaan pria dalam ber KB khususnya dengan alat
kontrasepsi vasektomi sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas pelayanan KB Pria
hal ini sesuai dengan keadaan di kecamatan Balapulang bahwa jarak tempuh ke
tempat pelayanan vasektomi cukup jauh dan di kabupaten Tegal hanya ada satu
60
tempat pelayanan vasektomi yaitu di Dinas Kesehatan Tentara yang berjarak >30
km dan kurangnya tenaga dokter terlatih dalam pelayanan vasektomi.
Penelitian ini sesuai dengan Wiyatmi (2014) sebanyak 56 responden
(62,9%). Adanya kemudahan akses dan ketersediaan pelayanan berdampak
positif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi KB Pria.
5. Persepsi tentang KB pria.
Dari hasil penelitian terhadap 22 responden peserta KB pria di wilayah
kecamatan Balapulang kabupaten Tegal, sebagian besar persepsi tentang KB
dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 orang (77,2%) dan Persepsi tentang KB
dengan kategori tidak baik yaitu sebanyak 5 orang (22,8%).
Persepsi adalah pemberian makna atau stimulus yang ditangkap oleh alat
indra, persepsi membantu masyarakat dalam bertindak dan memahami dunia
sekelilingnya karena persepsi adalah mata rantai terakhir dalam suatu rangkaian
peristiwa yang saling terkait (Hude, 2012). Fktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah objek yang diamati, situasi, pengamatan, persepsi diri dan
karakteristik pribadi (Pahriyah, dkk, 2014).
Sebagian besar persepsi responden tentang KB Pria baik (77,2%), namun
demikian masih ada responden yang mempunyai persepsi tidak baik hal ini
dipengaruhi anggapan bahwa alat kontrasepsi pria dapat menurunkan kejantanan
dan kenikmatan dalam berhubungan suami istri, membuat impotensi dan tidak
dapat untuk bekerja berat.
Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Budisantono (2014) yang menyatakan 77% kategori cukup. Persepsi yang baik
61
terhadap keikutsertaan pria dalam ber KB berarti mendukung suksesnya program
KB, sedangkan yang berpersepsi salah tidak mendukung keikutsertaan pria dalam
program KB dan bukan sebagai akseptor KB pria.
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 22 responden di
wilayah kecamatan Balapulang kabupaten Tegal tentang faktor faktor yang
mempengaruhi Keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 22 responden dapat disimpulkan
bahwa:
1. Karakteristik responden terbanyak umur 46-55 sebanyak 45,5 %, pendidikan
dasar (SD, SMP) sebanyak 54,5%, Pekerja Petani 54,5%, memiliki Jumlah anak
3 36,4%.
2. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang KB pria cukup yaitu 12
orang (54,5%),
3. Sebagian besar kondisi sosial budaya tidak mendukung KB pria mendukung
yaitu 17 orang (77,3%),
4. Sebagian besar aksesibilitas pelayanan KB mudah dijangkau yaitu 18 orang
(81,8%%), dan
5. Sebagian besar persepsi responden tentang KB pria tidak baik yaitu sebanyak 17
orang (77,2%).
63
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengruhi
rendahnya Keikutsertaan pria dalam ber KB di wilayah kecamatan Balapulang
kabupaten Tegal ada beberapa saran yang dapat saya sampaikan sebagai berikut :
1. Pasangan Usia Subur (PUS)
a. Hendaknya pasangan usia subur meningkatkan pengetahuan tentang metode
kontrasepsi untuk pria dengan mengikuti penyuluhan langsung secara aktif
yang diselenggarakan institusi pemerintah khususnya Dinas P3A dan P2KB
kabupaten Tegal.
b. Hendaknya peserta KB Pria ikut berpatisipasi sebagai motivator program KB
Pria untuk memperluas jangkauan dan sasaran di wilayah kecamatan
Balapulang Kabupaten Tegal.
2. Dinas P3A dan P2KB Kabupaten Tegal
a. Hendaknya meningkatkan lagi kegiatan penyuluhan dengan lebih banyak
lagi memberikan informasi dan motivasi yang berkaitan dengan program
KB. untuk pria khususnya vasektomi ataupun kondom sehingga dapat
meningkatkan Keikutsertaan pria dalam program KB.
b. Hendaknya dalam memberikan informasi dan penyuluhan tentang KB Pria
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan institusi masyarakat.
c. Hendaknya menambah sarana dan prasarana pelayanan dan tenaga dokter
terlatih dalam pelakasanaan vasektomi serta mendekatkan tempat
pelayanan.
64
3. Petugas Kesehatan
Melibatkan suami dalam kegiatan kelas ibu hamil dalam rangka
memberikan informasi dan motivasi bahwa program keluarga berencana adalah
tanggung jawab bersama antara suami dan istri sehingga untuk menentukan
siapa yang akan ikut KB Pria disesuaikan dengan kondisi pasangan tersebut.
4. Peneliti yang lain
Karena penelitian ini hanya deskriptif maka disarankan untuk peneliti yang
lain menggunakan jenis penelitian analitik sehingga bisa menjelaskan hubungan
antara faktor yang satu dengan faktor yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2013. Materi Konseling. Jawa Tengah
BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2015. Materi Konseling. Jawa Tengah
Budiantoso, S.I. 2009. Keikutsertaan Pria Dalam Keluarga Berencana Di
Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Yogyakarta
Damsar&Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Perdesaan. Jakarta: Kencana
Desa Winong Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali.
Evitasari, N .2012. Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program Sekolah
Gratis Di SDN 1 Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung
Barat Tahun Pelajaran 2011-2012. Universitas Lampung
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. .
Jakarta: Salemba Medika
Https://www.trigonalmedia.com/2015/07/pengertian-partisipasi.html
Hude, M. D. 2012. Emosi. Jakarta: Erlangga
Jones, Stephen G. 2012. Development of Multdimentional Health Care Access
Index.Proceeding. ESRI HealthGeographical Informaton System Conference
Laksono, A. 2016. Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia. PT Kansisus:
Yogyakarta
Latifah. 2012. Tinjauan Hukum Islam terhadap Vasektomi. Dinas Kesehatan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Levesque, dkk. 2013. Patiend-centred acces to health care: Conseptualiting acces
at the interface of helath systems and populations. Internasional Journal for
Equty in Helath
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pahriyah, dkk. 2014. Persepsi PNS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Penggunaan
Kendaraan Umum Bagi Pejabat Dan Pegawai Di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jurnal UNJ Volume 2, Nomor 4,
Tahun 2014.Hal. 2-15 .Universitas Negeri Jakarta
2
Prosiding Seminar Internasional APPTI. 2012. Membangun Penerbitan Perguruan
Tinggi Global Berbasis Digital Malang: Universitas Brawijaya Press
Riyanto, A. 2011. Metode penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Shofiyah, S. 2016. Hubungan Dukungan Istri dengan Keikutsertaan Suami dalam
ProggramKeluargaBerencana.file:///C:/Users/user/Documents/tugas%20skr
ipsi/4.pdfni,
Sugiono. 2011. Metode Penelitian. Bandung: CV alfabeta.
Sulaeman, M. 2015. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama
Sutinah. 2017. Keikutsertaan laki-laki dalam program Keluarga Berencana di era
masyarakat postmodern. http:/e-journal.unair.ac.id
Usia Subur (PUS) tentang Metode Kontrasepsi Vasektomi Vasektomi di
Wahyuni, Ni Putu Dewi Sri, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan
Keikutsertaan Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng. http://jurnal.pasca.ums.ac.id
Wawan & Dewi. 2010. TeoriPengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
Wiyatmi. 2014. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Pria Pasangan
Yhantiaritra.wordpress.com
Yulika, F. 2017. Epistemologi Mingkabau. Sumatera Barat: Institut Seni Guguk
Malintang.