12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Dalam bab ini ...

55
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Dalam bab ini menyajikan uraian teoritis mengenai jawaban atas pertanyaan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan didalam bab pertama. Untuk dapat menjawab pertanyan penelitan tersebut, maka pada bab ini akan menjelaskan apa sebenarnya program keluarga berencana itu, teori mengenai Keikutsertaan masyarakat dan Keikutsertaan pria dalam melaksanakan program keluarga berencana. Dalam bab ini juga akan dijabarkan bagaimana penelitian terdahulu terhadap keikutsertaan pria dalam pelaksanaan program keluarga berencana. Mengingat pentingnya keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana, yang mana untuk mensukseskan program keluarga berencana, melibatkan peran dua pihak yaitu pria dan wanita dalam pelaksanaannya. 1. Keikutsertaan a. Pengertian Keikutsertaan memiliki 1 arti. Keikutsertaan berasal dari kata dasar ikut serta. Keikutsertaan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga keikutsertaan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang di bedakan.

Transcript of 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Dalam bab ini ...

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

Dalam bab ini menyajikan uraian teoritis mengenai jawaban atas

pertanyaan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan didalam bab

pertama. Untuk dapat menjawab pertanyan penelitan tersebut, maka pada bab

ini akan menjelaskan apa sebenarnya program keluarga berencana itu, teori

mengenai Keikutsertaan masyarakat dan Keikutsertaan pria dalam

melaksanakan program keluarga berencana. Dalam bab ini juga akan

dijabarkan bagaimana penelitian terdahulu terhadap keikutsertaan pria dalam

pelaksanaan program keluarga berencana. Mengingat pentingnya keikutsertaan

pria dalam program keluarga berencana, yang mana untuk mensukseskan

program keluarga berencana, melibatkan peran dua pihak yaitu pria dan wanita

dalam pelaksanaannya.

1. Keikutsertaan

a. Pengertian

Keikutsertaan memiliki 1 arti. Keikutsertaan berasal dari kata

dasar ikut serta. Keikutsertaan memiliki arti dalam kelas nomina atau

kata benda sehingga keikutsertaan dapat menyatakan nama dari

seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang di bedakan.

13

Partisipasi mengandung arti adanya keikutsertaan untuk

mengambil bagian melalui kegiatan kegiatan secara aktif.

Keikutsertaan individu individu sebagai anggota masyarakat akan

menciptakan kebersamaan yang mempunyai pengaruh besar terhadap

pelaksanaan dan keberhasilan suatu program.

Keikutsertaan pria dalam program kb dan kesehatan reproduksi

sangatlah penting sebab :

1) Pria atau suami merupakan pasangan atau partner dalam proses

reproduksi.

2) ̵ria atau suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi

dalam membangun keluarga.

3) ̵ria atau suami mempunyai hak reproduksi yang sama dengan wanita

atau istri.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Pria

Faktor penyebab dari rendahnya pemakaian kontrasepsi oleh pria

adalah antara lain tingkat pengetahuan rendah, kondisi lingkungan sosial

budaya masyarakat dan keluarga yang masih menganggap keikutsertaan

pria yang belum dan tidak penting dilakukan, dan aksesibilitas pelayanan

serta adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi pemikiran salah yang masih

cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada wanita

atau istri (Budisantono, 2009).

14

a. Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga, dan seagainya). Dengan sendirinya, pada

waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui

indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2012).

2) Tingkat Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012):

(a) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

(b) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek dengan menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut.

(c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi lain.

15

(d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui.

(e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

(f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu obejek tertentu. Penilaian

ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat.

3) Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), cara memperoleh ilmu pengetahuan

yaitu:

(a) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah

atau metode penemuan secara sistematik dan logis.

16

(b) Cara coba salah (trial and eror)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

(c) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

(d) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu kebenaranya baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berasarkan penalaran sendiri.

(e) Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa

lalu.

(f) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat dapat menemukan teori atau kebenaran. Dengan

pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih

dianut banyak orang untuk mendisiplinkan.

17

(g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanda melalui proses

penalaran atau berpikir akan tetapi sukar dipercaya karena tidak

menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran

yang berdasarkan suara hati atau bisikan hati saja.

4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), mengatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan ada 5 yaitu :

(a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang memutuskan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup.

(b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan keluarga. Sedangkn

bekerja umumnya merupakan kegatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

18

(c) Umur

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

akan sebagai pengalaman dan kematangan jiwa.

(d) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

(e) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

5) Cara Pengukuran pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), mengatakan pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket.

b. Sosial Budaya

1) Pengertian

Konsep sistemsosial merupakan konsep rasional sebagai

pengganti konsep eksistensional perilku sosial. Konsep struktur

sosial digunakan untuk analisis yang abstrak, sedangkan konsep

sistem sosial merupakan alat analisis realita sosial sehingga sistem

sosial menjadi suatu model analisis terhadap organisasi sosial.

19

Konsep sistem sosial adalah alat pembantu untuk menjelaskan

tentang kelompok-kelompok manusia. Model ini bertitik tolak dari

pandangan bahwa kelompok-kelompok manusia merupakan suatu

sistem. Tiap-tiap sistem sosial terdiri atas pola-pola perilaku tertentu

yang mempunyai sruktur dalam dua arti, yaitu: pertama, relasi-relasi

sendiri antara orang-orang bersifat agak mantap dan tidak cepat

berubah: kedua, perilaku-perilaku mempunyai corak atau bentuk

yang relative mantap (Sulaeman, 2015).

Kebudayaan mengandung pengertian yang luas meliputi

pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat

(kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota

masyarakat (Sulaeman, 2015)

2) Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut Sulaeman (2015), unsur-unsur kebudayaan meliputi

semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi,

maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan hubungan yang

luas.

3) Sistem Budaya dan Sistem Sosial

Sistem sosial, sistem budaya dan kebudayaan fisik merupakan

bagian dari kerangka budaya. Sistem-sistem tersebut hanyalah

sebagian dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif

keseluruhan. Sistem sosial dan sistem budaya merupakan sistem-

20

sistem yang secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih

banyak dibahas dalam kajian sosiologi, sedangkan sistem budaya

banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya. Jadi, sistem istilah

ini dapat dipakai untuk berbagai cara, fenomena, undang-undang dan

lain-lain (Sulaeman, 2015).

c. Aksesibilitas

1) Pengertian Aksesibilitas Pelayanan

Akses adalah kesempatan untuk mengidentifikasi kebutuhan

kesehatan, untuk mencari, mencapai, mendapatkan tahu

menggunakan layanan kesehatan, dan benar-benar memiliki

keutuhan untuk layanan yang biasa terpenuhi (Levesque, dkk. 2103).

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang

terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan (Prosidin

seminar internasioanal APPTI, 2012).

2) Indikator Aksesibilitas

Tingkat aksesibilitas pelayanan kesehatan diukur dengan

menggunakan beberapa variable berdasarkan demand factors (factor

kebutuhan) dan supply factors (factor suplai). Demand factors

meliputi jumlah kunjungan fasilitas pelayanan kesehatan

,jumlah penduduk, utilisasi rawat inap, dan ulisasi unit gawat

darurat. Supply factors meliputi jumlah dokter umum, jumlah dokter

spesialis, dan jumlah fasilitas pelayanan (Jones, 2013).

21

Peningkatan akses dan sekaligus pemerataannya dapat

menjadi langkah akselerasi untuk tercapainya equity (keadilan)

dalam kinerja system kesehatan. Tercapainya equity pelayanan

kesehatan yang merata memiliki sejumlah dimensi. Akses ke

pelayanan kesehatan harus ditentukan oleh demand (kebutuhan)

sebenarnya terhadap pelayanan kesehatan dari pada sekedar

kemampuan untuk membayar atau lokasi geografis (Hakin, A.

2011).

3) Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Laksono, A (2016), untuk mengetahui penggunaan

sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut:

a) Jarak antara rumah penduduk dengan letak sarana pelayanan

kesehatan atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sarana

pelayanan kesehatan. Semakin jauh jarak makin banyak waktu

yang dibutuhkan penduduk untuk mencapai sarana pelayanan

kesehatan, proporsi ini makin kecil.

b) Kualitas pelayanan

Pelayanan kesehatan yang tersedia harus mempunyai kualitas

yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Kualitas pelayanan

kesehatan yang dapat diterima tergantung dari wilayah tingkat

social ekonomi, tingkat pendidikan dan lain-lain.

c) Sosial ekonomi

22

Yang termasuk dalam social ekonomi ialah kemampuan

masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan yang

diterima.

d) Jenis Pelayanan Kesehatan Jenis pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat akan meninggikan proporsi ini,

sebaliknya pelayanan kesehatan yang belum dirasakan

kebutuhannya akan menurunkan proporsi.

4) Strategi Peningkatan Aksesiilitas Pelayanan Kesehatan

Secara normatif, strategi peningkatan aksesibilitas pelayanan

kesehatan dilakukan dengan menaikkan dan/atau menurunkan

variable pembangunannya, yaitu meningkatkan supply

(ketersediaan) mengurangi barrier (hambatan) dan meningkatkan

demand (pemanfaatan). Salah satu strategi peningkatan akses

dilontarkan oleh Busse, dkk. Dengan strategi cross-border (lintas

batas). Pengaturan cross-border adalah salah satu mekanisme yang

dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan

dengan akses ke pelayanan kesehatan.

Pengaturan lintas batas tidak harus dilihat sebagai satu-satunya

solusi untuk masalah aksesibilitas, meski strategi ini biasa

memainkan peranan penting dalam meningkatkan akses masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan, khususnya rintangan akses muncul

karena masalah geografis (Laksono, A. 2016).

d. Persepsi

23

1) Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pemberian makna pada stimulus yang

ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi membantu masyarakat

dalam bertindak dan memahami dunia sekelilingnya, karena persepsi

adalah mata rantai terakhir dalam suatu rangkaian peristiwa yang

saling terkait. Hasil persepsi tetap mengandung dua kemungkinan

bisa benar atau salah. Persepsi dianggap benar jika ada kesesuaian

antara apa yang dipahami dengan stimulus atau objek. Dan persepsi

salah apabila tidak ada sinkronitas antara keduanya (Hude, 2012).

2) Faktor-Faktor yang Mempengruhi Persepsi

Menurut Pahriyah,dkk (2014) beberapa faktor yang mempengaruhi

persepsi individu adalah sebagai berikut:

a) Orang atau objek yang diamati. Setiap individu berusaha

membuat penilaian terhadap tingkah laku orang atau objek yang

diamati dengan memberikan perhatian (attention) pada orang

atau objek tersebut, namun seringkali individu tidak menyadari

faktor yang mempengaruhi penilaiannya.

b) Situasi

Aspek-aspek situasional juga berkaitan dengan proses

perceptual. Jabatan seseorang atau kebijakan tertentu dalam

organisasi akan mempengaruhi objek yang diamati.

c) Pengamat

24

Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi dalam diri individu yang

melakukan pengamatan. Seseorang cenderung mengarahkan

perhatiannya pada hal-hal yang memenuhi kebutuhannya,

sehingga individu dapat menginterpretasikan suatu masalah

dengan cara yang berbeda.

d) Persepsi diri

Bagaimana seseorang memandang dirinya akan mempengaruhi

persepsinya. Konsep diri adalah bagaimana individu

memandang diri sendiri. Struktur diri ini tidak hanya khas tetapi

juga konsisten bagi tiap individu.

e) Katakteristik pribadi

Karakteristik pribadi seseorang mempengaruhi persepsinya

terhadap orang lain atau objek. Jika seseorang menerima dirinya

sendiri, maka ia cenderung memandang aspek-aspek yang

menyenangkan pada diri orang lain dari sudut pandang

kelemahan dirinya sendiri.

25

3) Syarat-Syarat Mengadakan Persepsi

Menurut Evitasari, N (2012), adapun beberapa syarat yang harus

dipenuhi seseorang untuk mengeluarkan persepsinya, yakni :

a) Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau

reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat

indra (reseptor), dapat pula datang dari dalam langsung

mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai

reseptor.

b) Alat indera atau reseptor

Yaitu alat untuk menerima stimulus di samping itu harus pula

ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus

yang diterima reseptor kesusunan syaraf yaitu otak sebagai

pusat kesadaran. Selain itu alat indera sebagai alat untuk

mengadakan respon diperlukan juga syaraf motoris.

c) Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan pandangan atau persepsi

diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah

pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

perhatian merupakan syaraf psikologis.

26

3. Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan bagian terpadu dalam program

pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial

budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan baik (Shofiyah,

2016).

b. Manfaat KB

Menurut Shofiyah (2016), salah satu cara untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah melalui program KB.

c. Jenis-Jenis alat kontrasepsi Pria

Menurut Badan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa

Tengah (2013):

1) Kondom

a) Pengertian

Kondom adalah selaput karet/latex yang dipasang pada penis

selama berhubungan seksual sehingga mencegah sperma

bertemu dengan sel telur.

b) Cara kerja dalam mencegah kehamilan

Dengan cara menggunakan kondom mencegah sperma masuk

kedalam vagina selama berhubungan seks.

c) Jenis kondom

27

Pada dasarnya ada dua jenis kondom, yaitu kondom kulit dan

kondom karet. Kondom kulit dibuat dari usus domba. Kondom

karet lebih elastic dan murah sehingga lebih banyak digunakan.

d) Keuntungan

Beberapa keuntungan kondom ialah murah, mudah didapat

(tidak perlu resep dokter), tidak memerlukan pengawasan dan

mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin.

e) Kegagalan penggunaan

Kondom digunakan secara benar dan konsisten maka kegagalan

mencegah kehamilan sekitar 3%.

f) Efek mencegah terhadap resiko penularan PMS

Karena mencegah kontak langsung antara penis dan vagina,

maka alat kontrasepsi ini baik dan dapat melindungi dari tertular

PMS.

g) Efek samping

Pada pemakaian kondom kadang-kadang di jumpai reaksi alergi

terhadap karet latex dan pelicinnya (lubricants).

h) Indikasi

Semua pasangan usia subur yang ingin berubungan seksual dan

belum menginginkan kehamilan.

i) Kontra indikasi

mengidap alergi terhadap lateks.

j) Yang harus diperhatikan dalam pemakaian kondom

28

(1) Kualitas

(2) Bungkusan jangan sampai sobek

(3) Perubahan warna kondom

k) Cara penggunaan/insruksi bagi klien

(1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan

seksusal.

(2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambah spermisida

kedalam kondom.

(3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau,

silet, gunting untuk membuka kemasan.

(4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan

ujungnya pada glan penis dan tempatkan bagian

penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan

karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke

arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan

sebelum penetrasi penis ke vagina.

(5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampung

sperma pada bagian ujung-ujungnya maka saat memakai

longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi

robekan saat ejakulasi.

(6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.

(7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis

sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut

29

dan lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi

tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.

(8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.

(9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman

(10) Sediakan kondom dalam jumlah kondom cukup dirumah

dan jangan disimpan ditempat yang panas karena hal ini

dapat menyebabkan kondom rusak.

(11) Jangan gunakan kondom apabila kemasan robek.

(12) Jangan gunakan minyak goring, minyak mineral atau

pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera

merusak kondom.

2) VASEKTOMI

a) Pengertian

Operasi kecil yang dilakukan untuk mencegah transportasi

sperma.

b) Cara kerja

Melalui operasi kecil dlakukan pengikatan atau pemutusan

saluran sperma/vas deferens sehingga sel mani atau sperma

tidak keluar pada saat hubungan seks sehingg cairan mani tetap

ada.

c) Angka kegagalan

Klien vasektomi gagal mencegah kehamilan kurang lebih

sebesar 0,1-0,2 %.

30

d) Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas

dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan

terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan

ketahanan dan kualitas keluarga.

e) Kontra indikasi

(1) Ada kelainan pada buah dan kantung zakar

(2) Tidak boleh menjalani proses pembedahan karena penyakit

penyerta. Dalam kondisi ini, pria sebaiknya berkonsultsi

dengan dokterya.

(3) Belum yakin mengenai keinginan untuk tidak memiliki

anak lagi.

(4) Jumlah anak kurang dari 2 dan umur anak terakhir dibawah

2 tahun.

f) Efek samping dan komplikasi

Walaupun operasi ini kecil, kadang-kadang menimbulkan rasa

nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi (hematoma) yang

ditimbulkan akibat beban yng terlalu berat dan duduk terlalu

lama serta infeksi pada kulit skrotum apabila operasinya tidak

sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping lainnya

granuloma sperma, karena pada kedua ujung vas deferens

timbul benjolan kenyal dan nyeri.

g) Hal-hal yang perlu diperhatikan

31

(1) Tenaga dokter yang berwenang memberikan vasektomi

harus terlatih.

(2) Melakukan vasektomi harus sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan dengan memperhatikan prosedur asepsis

dengan baik.

(3) Tempat pelayanan vsektomi harus diberikan di RS

pemerintah, RS/klinik swasta dan puskesmas.

(4) Klien setelah operasi apabila ingin berhubungan harus

menggunakan back up(kondom) minimal 20 kali hubungan

agar terbebas air maninya dari sel sperma.

(5) Klien setelah operasi dianjurkan agar selalu menjaga

kebersihan.

h) Teknik Tindakan Vasektomi.

(1) Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi

terlentang.

(2) Daerah kulit skrotum penis suprapubis dan bagian dalam

pangkal paha kiri kanan bersihkan dengan cairan yang tidak

merangsang seperti larutan betadin 0,75 %. Bila ada bulu

perlu dicukur terlebih dahulu.

(3) Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan

kain steril berlubang pada empat skrotum ditonjolkan

keluar.

32

(4) Tepat di lineamediana di atas vas deferens, kulit skrotum

diberi anastesi local lalu jarum diteruskan masuk dan di

daerah distal serta proximal vas deferens didiponir lagi

masing-masing 0,5 ml.

(5) Kulit skrotum diiris longitudinal 1-2 cm tepat diatas vas

deferens yang telah ditonjolkan ke permukaan kulit.

(6) Setelah kulit dibuka vas deferens dipegang dengan klem

disingai sampai tampak vas deferens mengkilat seperti

mutiara perdarahan dirawat dengan cermat. Sebaiknya

ditambah lagi obat anatesi ke dalam vasia vas deferens dan

baru kemudian vasia disayat longitudianal sepangjang 0,5

cm. usahakan tepi sayatan rata hingga memudahkan

penjahitan kembali. Setelah vasia vas deferens dibuka

terlihat vas deferens yng berwarna putih mengkilat seperti

mutiara. Selanjutnya vas deferens dan vasia nya dibebaskan

dengan gunting halus berujung runcing.

(7) Jepitlah vas deferens dengan klem pada 2 tempat dengan

cara 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya.

Setelah diikat jangan dipotong dulu. Tariklah benang yang

mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat

kalau ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitan hanya pada

titik perdarahan. Jangan terlalu banyak karena dapat

33

menjepit pembuluh darah lain seperti arteri, testikulari atau

deferensialis yang berakibat kematian testis itu sendiri.

(8) Potonglah diantara kedua ikatan tersebeut sepanjang 1 cm.

gunakan benang sutra nomer 00,0 atau 1 untuk mengikat

vas tersebut. Ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga

jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens.

(9) Untuk mencegah rekanalisasi spontan yang dianjurkan

adalah dengan melakukan interposisi vasia vas deferens

yakni menjahit kembali vasia yang terluka sedemikian rupa

vas deferens bagian distal (sebelah ureteral dibenamkan

dalam vasia dan vas deferens bagian proksimal terletak

diluar vasia).

(10) Lakukan tindakan untuk vas deferens kanan dan kiri. Dan

setelah selesai tutup kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut

nomer 000 kemudian rawat luka operasi sebagaimana

mestinya, tutup dengan kassa steril dan plester.

i) Informasi bagi klien

(1) Pertahankan band aid selama 3 hari

(2) Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik

atau digaruk.

(3) Boleh mandi setelah 24 jam asal daerah sekitar luka tidak

basah, setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan

air.

34

(4) Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi

kering.

(5) Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti

paracetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam

(6) Hinndari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3

hari.

(7) Boleh bersenggama sesudah hari ke 2 sampai 3 namun

untuk mencegah kehamilan pakailah kondom atau cara

kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi

15- 20 kali.

(8) Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah

15-20 kali ejakulasi.

j) Syarat-Syarat Vasektomi

(1) Harus dilakukan secara sukarela

(2) Harus mendapatkan persetujuan istri

(3) Memiliki jumlah anak yang cukup minimal 2 orang, dan

anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun

(4) Mengetahui akibat tindakan vasektomi

(5) Memiliki umur yang tidak kurang dari 30 tahun

(6) Memiliki istri dengan umur yang tidak kurang dari 20 tahun

dan tidak lebih dari 45 tahun

35

Penggunaan

Kontrasepsi

Faktor yang berhubungan

dengan pelayanan :

1. Pengetahuan pria

tentang kontrasepsi

2. Ketersediaan alat

kontrasepsi pria

3. Jarak ke tempat

pelayanan

4. Sumber informasi

tentang kontrasepsi

==

B. Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan beberapa teori atau model yang berhubungan

dengan penggunaan kontrasepsi oleh pria seperti Teori Bertand (1980) dan

Model Kepercayaan Kesehatan yang merupakan aplikasi dari teori Health

Belief Model / HBM oleh Becker (1974).

Gambar 2.1 Kerangka teori “Penggunaan kontrasepsi oleh pria”

Sumber :Audience Research for Improving Family Planning Communication

Programs, Bertrand (1990)

Faktor sosio demografi :

1. Umur

2. Pekerjaan

3. Jumlah Anak

4. Pendidikan

5. Pendapatan keluarga

Faktor sosio psikologi :

1. Dukungan istri terhadap

penggunaan kontrasepsi

pada pria (suami)

2. Diskusi dengan istri

tentang penggunaan

kontrasepsi terhadap

pria (suami)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan

dilakukan. Karena konsep tidak dapat langsung diamati maka konsep dapat

diukur melalui variabel. Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan

hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, kerangka konsep yang

baik dapat memberikan informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih

desain penelitian (Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini meneliti tingkat

Keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana di Kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal maka dapat digambarkan kerangka konsep dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Variabel Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Karakteristik Responden

Aksesibilitas pelayanan KB Pria

Sosial budaya

Persepsi tentang KB Pria

Pengetahuan tentang KB Pria

37

B. Hipotesa Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo,

2010). Pada penelitian ini tidak ada hipotesa karena jenis penelitian ini

termasuk deskriptif.

C. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Pengertian

deskriptif itu sendiri adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu masalah, baik yang

berupa faktor risiko maupun faktor efek. Dalam penelitian deskriptif peneliti

tidak menganalisis bagaimana dan mengapa masalah tersebut dapat terjadi,

sehingga pada penelitian deskriptif tidak diperlukan hipotesis penelitian dan uji

statistic.Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang data penelitiannya berupa

angka-angka dan analisisnya menggunakan statistika (Sugiyono, 2011:7).

Penelitian kuantitatif menggunakan case study sebagai acuan untuk

meneliti. case study adalah suatu penelitian yang sangat mendalam mengenai

suatu objek atau unit tertentu. Case study menunjukan pada pengumpulan data

atau informasi dan menyajikan informasi secara rinci mengenai suatu

kelompok atau mengenai sesuatu sehingga kesimpulan yang dihasilkan dari

38

penelitian ini hanya berkaitan dengan objek yang diteliti atau dengan kata lain

kesimpulan yang dihasilkan tadi dapat digeneralisasi.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur(Riyanto,

2011). Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal. Variabel tunggal

dalam penelitian ini meliputi karakteristik responden, pengetahuan tentang KB

pria, sosial budaya, aksesibilitas pelayanan KB pria, dan persepsi tentang KB

pria.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. Definisi

operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau

pengumpulan data (variabel) ini kosisten antara sumber data (Responden) yang

satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat

Ukur

Skala

Pengukuran

1 Umur

Pendidikan

Lama hidup

sejak dilahirkan

sampai saat ini

Jenjang pendi-

dikan formal

terakhir yang

pernah

ditempuh 0leh

responden

1. 26-35 thn

2. 36-45 thn

3. 46-55 thn

4. 56-65 thn

5. ≥ 65 thn

1.Dasar(SD,SMP)

2.Menengah

(SMA)

3.PT.dan

Akademi

Kuesioner

Kuesioner

Ratio

Ordinal

39

Lanjutan Tabel 3.1

No Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat

Ukur

Skala

Pengukuran

Pekerjaan

Jumlah Anak

Aktifitas sehari

hari yang rutin

dilakukan untuk

mendapat

penghasiln

Jumlah anak lahir

hidup

1. PNS/pensiun

2. Swasta

3. Petani

4. Pedagang

2, 3, 4, 5, 6

Kuesioner

Kuesioner

Nominal

Ratio

2 Pengetahuan

tentang KB

Kemampuan

responden dalam

menjawab

pertanyaan

tentang KB pria

meliputi

pengertian, dan

tujuan KB

1. Baik(≥ 76%

bila score 6-

7)

2. Cukup(56%-

75% 4-5)

Kurang(<56 %

bila score ≤3)

Kuesioner Ordinal

3 Sosial Budaya Adat istiadat yg

dianut oleh

responden

tentang KB Pria

Hasil uji norma-

litas data bahwa

data tidak ber-

distribusi normal

sehingga peng-

hitungan meng-

gunakan median

1. Mendukung

bila jumlah

skor ≥ 3 dari

nilai median

2. Tidak men-

dukung bila

jumlah skor <

3 dari nilai

median

Kuesioner Nominal

4 Aksesibilitas

Pelayanan

KB Pria

Derajat

kemudahan

untuk mencapai

tempat

pelayanan KB

Hasil uji norma-

litas data bahwa

data tidak ber-

distribusi normal

sehingga

penghitungan

menggunakan

median

Kuesioner Nominal

40

Lanjutan Tabel 3.1

No Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat

Ukur

Skala

Pengukuran

6. Mudah (bila

jml skor ≥ 3

dari nilai

median)

7. Sulit(bila jml

skor < 3 dari

nilai median)

5 Persepsi

tentang KB Anggapan

responden

tentang KB pria

Hasil uji norma-

litas data bahwa

data tidak ber-

distribusi normal

sehingga peng-

hitungan meng-

gunakan median

1. Baik bila

jumlah skor >

3 dari nilai

median

2. Tidak baik

bila jumlah

skor < 3 dari

nilai median

Kuesioner Nominal

F. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan april 2019.

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Kecamatan Balapulang

Kabupaten Tegal.

G. Populasi, Sempel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau subjek yang digeluti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

semua akseptor KB pria di kecamatan Balapulang sebanyak 22.

41

2. Sampel

Menurut Riyanto (2011), sempel merupakan sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Sampel penelitian ini adalah semua akseptor KB pria di desa

Kaliwungu dan desa Cibunar kecamatan Balapulangsejumlah 22 akseptor.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi

dalam penelitian.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu total sampling.Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2011)

Sempel pada penelitian ini adalah semua pria yang ber KB sejumlah

22 responden yaitu 10 responden dari desa Kaliwungu dan 12 responden

dari desa Cibunar kecamatan Balapulang. Kedua desa tersebut terpilih

karena jumlah akseptor yang terbanyak.

H. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data

1. Teknik PengumpulanData

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan penelitian ini diawali peneliti meminta surat izin

pengambilan data dari ketua jurusan. Surat izin pengambilan data

terlampir.

b. Membuat Ethical clearane atau kelayakan etik berupa keterangan

tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang

melibatkan makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) yang

42

menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah

memenuhi persyaratan tertentu.

c. Peneliti mengajukan surat izin ke Kesbangpol Kabupaten Tegal untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Balapulang, kemudian

mengajukan surat ke Bappeda.

d. Peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan

Kabupaten Tegal.

e. Peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas kuesioner kepada 20

responden di wilayah kerja Kecamatan Margasari.

f. Setelah diperoleh kuesioner yang sudah layak digunakan maka

peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja Kecamatan

Balapulang.

g. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuanpembagian kuesioner.

h. Peneliti memberikan lembar Informed concent kepada responden

i. Selanjutnya peneliti menyebar kuesioner kepada para responen.

j. Peneliti mengumpulkan kuesioner dan mengecek kelengkapan

jawaban bila kuesioner belum terisi lengkap oleh responden.

2. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah diambil

langsung dari responden, disini dengan menggunakan kuesioner berupa

ceklist yang telah dirancang berdasarkan kebutuhan penelitian. Data ini

meliputi hasil jawaban responden dari hasil menjawab kuesioner tentang

43

tingkat pengetahuan, sosial budaya, aksesibilitas, persepsi dan

keikutsertaan.

I. Instrumen/Alat Penelitian

Kuesioner pada penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan suami

mengenai KB Vasektomi, sosial budaya, aksesibilitas pelayanan, persepsi dan

tingkat keikutsertaan. Jenis yang digunakan adalah kuesioner jenis tertutup.

Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih.

Pertanyaan untuk mengetahui faktor Keikutsertaan pria dalam program

KB yang terdiri dari pengetahuan tentang KB,sosial budaya, aksebilitas

pelayanan, persepsi tentang KB sejumlah 24 dengan ketentuan bila pertanyaan

bersifat favorable maka responden menjawab benar nilai 1 dan bila responden

menjawab salah nilai 0. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat unfavorable

maka bila menjawab benar nilai 0 dan bila salah nilai 1.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

No Variable Materi Pertanyaan Jumlah

Favorable Unfavorable

1 Pengetahuan

tentang kb

pria

a.Vasektomi

- Pengertian

- Tujuan

b. Kondom

- Pengertian

1

2

3

5.6.7

4

4

1

2

2 Sosial

Budaya

a.Menurut agama

b.Kepercayaan

sosial

8

10.11

-

9.12

1

4

3 Aksesibilitas

pelayanan

KB pria

a.Tempat

pelayanan

b.Vasektomi

dilakukan dokter

13

15

14

2 1

44

Lanjutan Tabel 3.2

No Variabel Materi Pertanyaan

Jumlah Favorable Unfavorable

terlatih

c. Informasi alat

d. Transportasi

-

17

16

-

1

1

4 Persepsi

tentang KB

Pria

a. Efek samping 21,22 18, 19, 20 5

J. Uji Validitas dan Realibilitas

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu

keharusan sebuah kuesioner untuk Valid dan Reliabel. Suatu dikatakan valid

kalau pertanyaan pada suatu kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut (Riyanto, 2009)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas pada 20 responden

di Kecamatan Margasari dan telah dilakukan uji validitas dan diolah

menggunakan rumus pearson product moment dengan hasil dari 24 item

pertanyaan yang dinyatakan valid sebanyak 22 item pertanyaan karena r

hitung > r tabel, dimana r tabel = 0,444 (terlampir). Sedangkan dua item

pertanyaan tidak valid yaitu nomor 15 dan 18 karena pada nomor tersebut

r hitung < r tabel (terlampir), dimana r tabel = 0,444. Pada soal nomor 15

mengenai kondom dapat diperoleh di apotik & toko obat dimana sudah

terwakili oleh materi nomor 17, dan untuk nomor 18 mengenai tempat

45

pelayanan KB Vasektomi sulit dijangkau dimana sudah terwakili oleh

materi nomor 13. Sehingga kedua nomor yang tidak valid dihapuskan dan

hanya ada 22 butir soal yang dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Perhitungan realibilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-

pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus

menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung realibilitas.

Dalam penelitian ini, telah dilakukan uji reliabilitas pada 22 butir soal yang

dibagi menjadi 7 butir soal pengetahuan, 5 butir soal sosial budaya, 5 butir

soal aksesibilitas pelayanan dan 5 butir soal persepsi. Uji realibilitas 7 butir

soal pengetahuan menggunakan rumus Alpha Cronbach’s adalah 0,861.

Uji realibilitas 5 butir soal sosial budaya menggunakan rumus Alpha

Cronbach’s adalah 0,866. Uji realibilitas 5 butir soal aksesibilitas

pelayanan menggunakan rumus Alpha Cronbach’s adalah 0,787. Uji

realibilitas 5 butir soal persepsi menggunakan rumus Alpha Cronbach’s

adalah 0,828. Angka tersebut lebih besar dari nilai minimal Alpha

Cronbach’s sebesar 0,6. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel dan dapat

dikatakan reliabel.

K. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam proses pengolahan data diantaranya :

46

a. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan terlebih dahulu. Secara umum ediing adalah

kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesionerdan

setelah dilakukan pengecekkan semua kuesioner telah terisi oleh 22

responden.

b. Coding

Peneliti mengubah data berbentuk kalimat menjadi data angka atau

bilangan. Pertanyan favorable dan pertanyaan unfaforable dengan

jawaban “benar” dan “salah”.

1) Pertanyaan favorable

a) Jawaban benar diberi skor 1

b) Jawaban salah diberi skor 0

2) Pertanyaan unfavorable

a) Jawaban salah diberi skor 1

b) Jawaban benar diberi skor 0

c. Memasukan Data (data entry)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program.

Program yang digunakan unutk “entri data” penelitian adalah paket

program SPSS.

47

d. Tabulating

Setelah memasukan data selanjutnya melanjutkan dengan tabulating

adalah memasukkan hasil dari kuesioner ke dalam bentuk tabel.

Pada tahap ini peneliti memasukkan jawaban responden dengan

teliti dan teratur, lalu dihitung dan jumlahkan kemudian ditulis

dalam bentuk tabel-tabel.

2. Analisis Data

Analisis yang digunakan pada penelitian adalah analisa univarat. Analisa

univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel

penelitian (Notoatmodjo, 2012).

L. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2012), agar peneliti memahami pentingnya

memperlakukan responden dalam rangka memperoleh kualitas informasi yang

baik dan akurat, maka perlu menyadari bahwa dalam pengambilan data atau

informasi kepada responden akan menimbulkan ketidaknyamanan responden.

Ketidaknyamanan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Terganggunya privacy

Pengambilan data pada waktu apapun (pagi, siang, sore atau malam) pasti

akan mengganggu privacy orang yng bersangkutan. Karena orang yang

akan melakukan wawancara/response dianggap orang asing atau tamu.

2. Terganggunya kegiatan atau pekerjaan

Pengambilan data terhadap responden, baik di rumah maupun di tempat

kerja sudah pasti akan menyita waktu . Bukan saja menyita waktu, tetapi

48

hal ini berarti juga responden harus meninggalkan kegiatan atau

pekerjaannya untuk sementara waktu.

3. Berpikir atau berusaha sebaik mungkin untuk menjawab pertanyaan atau

memberikan infomasi

Dalam menjawab pertanyaan atau memberikan informasi, kadang-kadang

responden tidak secara spontan atau terlontar apa adanya. Responden perlu

waktu berfikir, mengingat dan sebagainya. Lebih-lebih jika pertanyaan

yang diberikan berupa pengetahuan terhadap suatu fenomena kehidupan,

misalnya penyakit, gizi, pelayanan kesehatan dan sebagainya.

4. Penelitian dengan melakukan tindakan invasive

Segi etika seorang peneliti harus bertanggung jawab atas ketidak

nyamanan responden sewaktu dimintai data. Salah satu bentuk tanggung

jawab seorang peneliti terhadap responden yang diganggu ketidak

nyamanannya adalah memberikan kompensasi bermacam-macam, antara

lain:

a. Ucapan terima kasih.

b. Apabila pengambilan data tersebut menyebabkan hilangnya waktu

kerja bagi responden, maka peneliti perlu memberikan kompensasi

dalam bentuk uang sesuai dengan waktu kerja yang hilang.

c. Apabila pengambilan data tersebut responden harus daang ke tempat

yang ditentukan, maka perlu diberikan uang trnsportasi bagi

responden sesuai jauh dekatnya tempat tinggal responden ke tempat

wawancara.

49

d. Apabila pengambila data memerlukan waktu lama, peneliti kewajiban

memberikan snack atau makan kepada para responden.

e. Apabila akibat dari pengambilan data menimbulkan sakit atau

penyakit, maka responen harus diberikan jaminan pemeliharaan

kesehatannya.

M. Jadwal Penelitian

Lampiran

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada peserta KB Pria di wilayah

Kecamatan Balapulang Kabpaten Tegal sejumlah 22 orang/responden. Hasil

penelitian disajikan sebagai berikut :

1. Gambaran Karakteristik frekuensi umur, pendidikan, dan pengetahuan

peserta KB Pria

Tabel 4.1 Gambaran karateristik frekuensi Umur, Pendidikan, dan

Pengetahuan peserta KB pria.

Umur Frekuensi Persentase (%)

26-35

36-45

46-55

56-65

>65

0

6

10

4

2

0

22,3

45,5

18,2

9,0

Jumlah 22 100

Pendidikan

Dasar

Menengah

Perguruan Tinggi

12

8

2

54,5

36,4

9,1

Jumlah 22 100

Pekerjaan

PNS

Tani

Pedagang

Swasta

2

12

3

5

9,1

54,5

13,6

22,7

Jumlah 22 100

Jumlah Anak

2

3

4

5

6

3

8

5

4

2

13,6

36,4

22,7

18,2

9,1

Jumlah 22 100

51

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta KB pria

di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar berumur 46-55

tahun yaitu sejumlah 10 orang (45,5%). Dan dari hasil tersebut pula diketahui bahwa

sebagian besar memiliki berpendidikan dasar (SD, SMP) yaitu sejumlah 12 orang

(54,5%).

Menurut tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta KB

pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar bekerja

sebagai Petani yaitu 12 orang (54,5%).

Dari hasil tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari 22 responden peserta

KB pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar

memiliki jumlah anak 3 yaitu berjumlah 8 anak (36,4%).

2. Tingkat Pengetahuan tentang KB Pria

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang KB Pria di Wilayah

Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Baik

Cukup

Kurang

10

12

0

45,5

54,5

0

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB

Pria di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar

pengetahuannya cukup yaitu 12 orang (54,5%).

52

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat Pengetahuan KB

Pria

Tingkat Pengetahuan tentang KB Benar Salah Total

f % f %

1. Vasektomi adalah metode

kontrasepsi untuk pria

2. Tujuan vasektomi untuk

mencegah kehamilan

3. Kondom adalah selubung atau

sarung karet berbentuk silinder

yang tipis yang terbuat dari karet

yang dipasang pada penis saat

berhubungan seksual

4. Sebelum menggunakan kondom,

suami perlu diperiksa dulu oleh

dokter

5. Kontrasepsi Vasektomi dapat

mencegah suami dari penyakit

menular

6. Orang yang ikut vasektomi bisa

punya anak lagi

7. Setiap pria yang sudah beristri

boleh ikut vasektomi

22

20

21

16

12

19

9

100

90,90

95,45

72,72

54,54

86,37

40,90

0

2

1

6

10

3

13

0

9,09

4,54

27,27

45,45

13,63

59,09

22

22

22

22

22

22

22

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui sebagian besar masyarakat

beranggapan bahwa kontrasepsi KB Pria dapat mencegah penyakit menular

sebanyak 45,45% dan setiap pria yang sudah beristri boleh ikut vasektomi

sebanyak 59,09%, ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan KB Pria masih

dalam kategori cukup.

3. Sosial Budaya

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sosial Budaya

Sosial Budaya Frekuensi Presentase (%)

Mendukung

Tidak mendukung

5

17

22,7

77,3

Jumlah 22 100

53

Menurut tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria

di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Sosial

budayanya tidak mendukung yaitu 17 orang (77,3%).

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Sosial Budaya

Sosial Budaya Ya Tidak Total

f % f %

1. Menurut agama Vasektomi

dianggap haram

2. Vasektomi adalah kontrasepsi

pria yang sudah diterima di

masyarakat

3. Anggapan banyak anak banyak

rezeki

4. Jumlah anak mempengaruhi

keputusan untuk menggunakan

metode kontrasepsi

5. Dalam keluarga suami atau pria

yang berperan dalam mengambil

keputusan untuk menggunakan

meotde kontrasepsi

8

4

8

10

3

36,36

18,18

36,36

45,45

13,63

14

18

14

12

19

63,63

81,81

63,63

54,54

86,36

22

22

22

22

22

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa di dalam keluarga suami

mempunyai peranan penting dan dominan dalam mengambil keputusan

keikutsertaan dalam program keluarga berencana (86,36%) dan Vasektomi belum

diterima di masyarakat (81,81%), hal ini menunjukkan bahwa sosial budaya

masyarakat tidak mendukung.

4. Aksesibilitas Pelayanan

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aksesibilitas Pelayanan KB Pria

Aksesibilitas

Pelayanan

Frekuensi Presentase (%)

Mudah dijangkau

Sulit dijangkau

18

4

81,8

18,2

Jumlah 22 100

54

Dari hasil tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria

di wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Aksesibilitas

Pelayanannya mudah dijangkau yaitu 18 orang (81,8%).

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Aksesibilitas Pelayanan KB

Pria

Aksesibilitas Pelayanan Ya Tidak Total

f % f %

1. Tempat pelayanan vasektomi

di RS Kabupaten

2. Vasektomi dapat dilayani di

puskesmas-puskesmas

3. Vasektomi hanya bisa

dilakukan oleh dokter terlatih

4. Kondom dapat diperoleh

dengan resep dokter

5. Alat transportasi menuju ke

pelayanan KB mudah

13

13

21

14

14

59,09

59,09

95,45

63,63

63,63

9

9

1

8

8

40,90

40,90

4,54

36,36

36,36

22

22

22

22

22

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa tempat pelayanan vasektomi

hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit Kabupaten (59,09%) dan vasektomi tidak

dapat dilayani di Puskesmas (40,90%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden mengetahui tempat pelayanan KB pria.

5. Persepsi tentang KB

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi tentang KB

Persepsi tentang KB Frekuensi Presentase (%)

Baik

Kurang baik

17

5

77,2

22,8

Jumlah 22 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa 22 responden peserta KB Pria di

wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Persepsi

tentang KB baik yaitu 17 orang (77,2%)

55

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi KB Pria

Persepsi tentang KB Benar Salah Total

f % f %

1. Vasektomi dapat membuat

impotensi

2. Pria yang mengikuti KB

vasektomi tidak bisa bekerja

berat

3. Vasektomi sama dengan

kebiri

4. Vasektomi tidak

mempengaruhi nafsu seksual

5. Pria yang telah d vasektomi

tidak akan merasakan

perbedaan dalam

berhubungan suami istri

13

16

18

18

19

59,09

72,72

81,81

81,81

86,36

9

6

4

4

3

40,90

27,27

18,18

18,18

13,63

22

22

22

22

22

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa vasektomi dapat membuat

impotensi (40,90%) dan pria yang sudah mengikuti vasektomi tidak bisa

melakukan pekerjaan yang berat (27,27%), hal ini menunjukkan bahwa persepsi

tentang KB Pria berkategori baik.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta KB Pria di

wilayah Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal, diperoleh data karakteristik

responden yang akan dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan sebagai

hasil akhir sebagai berikut :

1. a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berumur antara 46-55 (45,5%) responden, sehingga seseorang itu daya

ingatnya dipengruhi oleh faktor umur. Maka dapat kita simpulkan bahwa

56

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai

pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan & Dewi, 2010).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Kemudian dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berpendidikan dasar (SD, SMP) sejumlah 54,5%, hal ini sangat

mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki khususnya tentang alat kontrasepsi pria.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan pengetahuan

semakin meningkat, lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).

c. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

bekerja sebagai petani (54,5%). Pekerjaan dapat mempengarhui terhadap

keikutsertaan dalam program KB pekerjaan seseorang mendorong secara

tidak langsung dalam pemakaian kontrasepsi sehingga kemungkinan

berprilaku baik dalam berKeikutsertaan menggunakan alat kontrasepsi.

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan keluarga. Sedangkn bekerja umumnya

57

merupakan kegatan yang menyita waktu. Bekerja bagi akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Wawan & Dewi, 2010).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Dari tabel 4.1 sebagian besar responden memiliki jumlah anak 3

(36,4%) berdasarkan hasil penelitian jumlah anak dapat mempengaruhi

keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana (KB).

Menurut Singh et al. (2010) banyak keluarga akan terus memiliki

anak setelah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan. Keputusan untuk

memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut

sangat dipengaruhi oleh beberapa hal.

2. Tingkat Pengetahuan KB Pria

Dari hasil penelitian 22 responden di wilayah Kecamatan Balapulang

Kabupaten Tegal tingkat pengetahuan KB Pria dengan kategori baik sejumlah

10 orang (45,5%), dan Tingkat pengetahuan KB Pria dengan kategori cukup 12

orang (54,5%).

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya) dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian & persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengar (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2012).

Pria PUS yang memiliki tingkat pengetahaun yang kurang (54,5%)

dikarenakan sebagian besar responden berpendidikan dasar (54,5%). Tingkat

58

pendidikan yang tinggi akan cenderung lebih mudah menerima informasi

tentang KB, akan tetapi sebaliknya responden dengan tingkat pendidikan yang

rendah akan sulit untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang

memahami tentang kontrasepsi yang mereka gunakan.

Dengan tingkat pendidikan yang kurang akan mempengaruhi Keikutsertaan

pria dalam program Keluarga Brencana (KB).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan (Sari,

Dewi Kartika 2011) responden dengan pengetahuan tinggi (66%) dan

pengetahuan kurang rendah (34%). Dengan pengetahuan dan sikap yang baik

akan memberikan dampak positif terhadap prilaku seseorang untuk berprilaku

baik dalam partispasi menggunakan kontrasepsi KB Pria.

3. Sosial Budaya

Dari hasil penelitian 22 responden peserta KB Pria di wilayah Kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal, Sebagian besar Sosial budayanya tidak

mendukung yaitu 17 orang (77,3%) dan Sosial budaya mendukung yaitu 5 orang

(22,7%).

Sosial Budaya mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman

perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,

moral, hukum, adat istiadat, dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari

anggota masyarakat. Unsur-unsur budaya meliputi semua kebudyaan di dunia,

baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi maupun yang besar kompleks dan

dengan jaringan hubungan yang luas (Sulaeman, 2015).

59

Melihat dari jawaban pada tabel 4.4 sosial budaya sebagian besar responden

tidak mendukung (77,3%) hal ini dipengaruhi mitos banyak anak banyak rezeki

dan masih beranggapan bahwa vasektomi itu haram, jumlah anak mempengaruhi

keputusan menggunakan kontrasepsi, serta beranggapan bahwa program KB

merupakan tanggung jawab seorang istri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Wiyatmi (2014) sebanyak 50 responden

atau 56,2 % tidak mendukung KB Pria. Sosial budaya merupakan suatu kondisi

yang diciptakan untuk mengatur tatanan hidup bermasyarakat, yang mencakup

semua bidang.

4. Aksesibilitas Pelayanan KB pria.

Dari hasil penelitian terhadap 22 responden peserta KB pria di wilayah

kecamatan Balapulang kbupaten Tegal, sebagian besar akesibilitas

pelayanannya mudah dijangkau yaitu 18 orang (81,8%) dan aksesibilitas

pelayanan sulit dijangkau yaitu 4 orang (18,2%).

Aksesibilitas adalah derajat kemudahan yang dicapai oleh orang terhadap

suatu objek pelayanan ataupun lingkungan (Prosidin seminar internasional

APPTI, 2012). Sedangkan faktor yang mempengaruhi aksesibilitas pelayanan

adalah jarak antara rumah penduduk dengan letak sarana pelayanan KB, kualitas

pelayanan, sosial ekonomi, jenis pelayanan (Laksono, 2016).

Rendahnya keikutsertaan pria dalam ber KB khususnya dengan alat

kontrasepsi vasektomi sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas pelayanan KB Pria

hal ini sesuai dengan keadaan di kecamatan Balapulang bahwa jarak tempuh ke

tempat pelayanan vasektomi cukup jauh dan di kabupaten Tegal hanya ada satu

60

tempat pelayanan vasektomi yaitu di Dinas Kesehatan Tentara yang berjarak >30

km dan kurangnya tenaga dokter terlatih dalam pelayanan vasektomi.

Penelitian ini sesuai dengan Wiyatmi (2014) sebanyak 56 responden

(62,9%). Adanya kemudahan akses dan ketersediaan pelayanan berdampak

positif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi KB Pria.

5. Persepsi tentang KB pria.

Dari hasil penelitian terhadap 22 responden peserta KB pria di wilayah

kecamatan Balapulang kabupaten Tegal, sebagian besar persepsi tentang KB

dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 orang (77,2%) dan Persepsi tentang KB

dengan kategori tidak baik yaitu sebanyak 5 orang (22,8%).

Persepsi adalah pemberian makna atau stimulus yang ditangkap oleh alat

indra, persepsi membantu masyarakat dalam bertindak dan memahami dunia

sekelilingnya karena persepsi adalah mata rantai terakhir dalam suatu rangkaian

peristiwa yang saling terkait (Hude, 2012). Fktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi adalah objek yang diamati, situasi, pengamatan, persepsi diri dan

karakteristik pribadi (Pahriyah, dkk, 2014).

Sebagian besar persepsi responden tentang KB Pria baik (77,2%), namun

demikian masih ada responden yang mempunyai persepsi tidak baik hal ini

dipengaruhi anggapan bahwa alat kontrasepsi pria dapat menurunkan kejantanan

dan kenikmatan dalam berhubungan suami istri, membuat impotensi dan tidak

dapat untuk bekerja berat.

Penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Budisantono (2014) yang menyatakan 77% kategori cukup. Persepsi yang baik

61

terhadap keikutsertaan pria dalam ber KB berarti mendukung suksesnya program

KB, sedangkan yang berpersepsi salah tidak mendukung keikutsertaan pria dalam

program KB dan bukan sebagai akseptor KB pria.

62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 22 responden di

wilayah kecamatan Balapulang kabupaten Tegal tentang faktor faktor yang

mempengaruhi Keikutsertaan pria dalam program keluarga berencana dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 22 responden dapat disimpulkan

bahwa:

1. Karakteristik responden terbanyak umur 46-55 sebanyak 45,5 %, pendidikan

dasar (SD, SMP) sebanyak 54,5%, Pekerja Petani 54,5%, memiliki Jumlah anak

3 36,4%.

2. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang KB pria cukup yaitu 12

orang (54,5%),

3. Sebagian besar kondisi sosial budaya tidak mendukung KB pria mendukung

yaitu 17 orang (77,3%),

4. Sebagian besar aksesibilitas pelayanan KB mudah dijangkau yaitu 18 orang

(81,8%%), dan

5. Sebagian besar persepsi responden tentang KB pria tidak baik yaitu sebanyak 17

orang (77,2%).

63

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengruhi

rendahnya Keikutsertaan pria dalam ber KB di wilayah kecamatan Balapulang

kabupaten Tegal ada beberapa saran yang dapat saya sampaikan sebagai berikut :

1. Pasangan Usia Subur (PUS)

a. Hendaknya pasangan usia subur meningkatkan pengetahuan tentang metode

kontrasepsi untuk pria dengan mengikuti penyuluhan langsung secara aktif

yang diselenggarakan institusi pemerintah khususnya Dinas P3A dan P2KB

kabupaten Tegal.

b. Hendaknya peserta KB Pria ikut berpatisipasi sebagai motivator program KB

Pria untuk memperluas jangkauan dan sasaran di wilayah kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal.

2. Dinas P3A dan P2KB Kabupaten Tegal

a. Hendaknya meningkatkan lagi kegiatan penyuluhan dengan lebih banyak

lagi memberikan informasi dan motivasi yang berkaitan dengan program

KB. untuk pria khususnya vasektomi ataupun kondom sehingga dapat

meningkatkan Keikutsertaan pria dalam program KB.

b. Hendaknya dalam memberikan informasi dan penyuluhan tentang KB Pria

melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan institusi masyarakat.

c. Hendaknya menambah sarana dan prasarana pelayanan dan tenaga dokter

terlatih dalam pelakasanaan vasektomi serta mendekatkan tempat

pelayanan.

64

3. Petugas Kesehatan

Melibatkan suami dalam kegiatan kelas ibu hamil dalam rangka

memberikan informasi dan motivasi bahwa program keluarga berencana adalah

tanggung jawab bersama antara suami dan istri sehingga untuk menentukan

siapa yang akan ikut KB Pria disesuaikan dengan kondisi pasangan tersebut.

4. Peneliti yang lain

Karena penelitian ini hanya deskriptif maka disarankan untuk peneliti yang

lain menggunakan jenis penelitian analitik sehingga bisa menjelaskan hubungan

antara faktor yang satu dengan faktor yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2013. Materi Konseling. Jawa Tengah

BKKBN Provinsi Jawa Tengah. 2015. Materi Konseling. Jawa Tengah

Budiantoso, S.I. 2009. Keikutsertaan Pria Dalam Keluarga Berencana Di

Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

Yogyakarta

Damsar&Indrayani. 2016. Pengantar Sosiologi Perdesaan. Jakarta: Kencana

Desa Winong Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali.

Evitasari, N .2012. Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program Sekolah

Gratis Di SDN 1 Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung

Barat Tahun Pelajaran 2011-2012. Universitas Lampung

Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. .

Jakarta: Salemba Medika

Https://www.trigonalmedia.com/2015/07/pengertian-partisipasi.html

Hude, M. D. 2012. Emosi. Jakarta: Erlangga

Jones, Stephen G. 2012. Development of Multdimentional Health Care Access

Index.Proceeding. ESRI HealthGeographical Informaton System Conference

Laksono, A. 2016. Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia. PT Kansisus:

Yogyakarta

Latifah. 2012. Tinjauan Hukum Islam terhadap Vasektomi. Dinas Kesehatan

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Levesque, dkk. 2013. Patiend-centred acces to health care: Conseptualiting acces

at the interface of helath systems and populations. Internasional Journal for

Equty in Helath

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pahriyah, dkk. 2014. Persepsi PNS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Penggunaan

Kendaraan Umum Bagi Pejabat Dan Pegawai Di Lingkungan Pemerintah

Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jurnal UNJ Volume 2, Nomor 4,

Tahun 2014.Hal. 2-15 .Universitas Negeri Jakarta

2

Prosiding Seminar Internasional APPTI. 2012. Membangun Penerbitan Perguruan

Tinggi Global Berbasis Digital Malang: Universitas Brawijaya Press

Riyanto, A. 2011. Metode penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Shofiyah, S. 2016. Hubungan Dukungan Istri dengan Keikutsertaan Suami dalam

ProggramKeluargaBerencana.file:///C:/Users/user/Documents/tugas%20skr

ipsi/4.pdfni,

Sugiono. 2011. Metode Penelitian. Bandung: CV alfabeta.

Sulaeman, M. 2015. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Sutinah. 2017. Keikutsertaan laki-laki dalam program Keluarga Berencana di era

masyarakat postmodern. http:/e-journal.unair.ac.id

Usia Subur (PUS) tentang Metode Kontrasepsi Vasektomi Vasektomi di

Wahyuni, Ni Putu Dewi Sri, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Akseptor KB Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Keluarga dengan

Keikutsertaan Pria dalam Vasektomi di Kecamatan Tejakula Kabupaten

Buleleng. http://jurnal.pasca.ums.ac.id

Wawan & Dewi. 2010. TeoriPengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Wiyatmi. 2014. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Pria Pasangan

Yhantiaritra.wordpress.com

Yulika, F. 2017. Epistemologi Mingkabau. Sumatera Barat: Institut Seni Guguk

Malintang.