1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan yang ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan yang ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang bergizi adalah makanan yang berisi semua zat gizi
yang penting dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Sayur dan buah merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat
pangan. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah
berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh.
Sayur tertentu menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang
sayur, sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh
seperti alpukat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi sayur dan
buahmerupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi
seimbang (Kemenkes, 2014).
Pada anak usia sekolah, tubuh memerlukan zat gizi tidak hanya
untuk proses kehidupan, tetapi lebih dari itu juga untuk pertumbuhan dan
perkembangan kognitif. Oleh sebab itu anak memerlukan zat gizi makro
seperti karbohidrat, lemak, dan protein; dan juga zat gizi mikro seperti
vitamin dan mineral (Briawan, 2017).
Bagi masyarakat Indonesia khususnya balita dan anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah 300 – 400 gram per hari
dan bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400 – 600 gram per orang
per hari. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah
porsi sayur (Kemenkes, 2014).
Konsumsi sayur dan buah pada anak masih sangat minim dan masih
belum sesuai dengan rekomendasi, oleh sebab itu sekarang ini tengah
berjalan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) oleh
Pemerintah yang salah satu bentuk kegiatannya adalah konsumsi sayur
dan buah setiap hari. Menurut data Badan Penelitian dan
Pengembanpgan Kesehatan (Balitbangkes) dalam Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2015, konsumsi kelompok sayur dan olahannya pada
penduduk Indonesia masih rendah yaitu 57,1 gram/orang/hari, dan juga
2
pada kelompok buah serta olahannya yaitu 33,5 gram/orang/hari. Data
Riskesdas 2013 menyebutkan sebanyak 93,5% penduduk usia >10 tahun
mengonsumsi sayur dan buah dibawah anjuran. Pada Provinsi Sumatera
Utara, persentase kurang mengonsumsi sayur dan buah berada >90%.
Sementara itu menurut data Riskesdas Sumut 2007, pada Kabupaten Deli
Serdang persentase penduduk ≥10 tahun yang kurang makan sayur dan
buah ada pada angka 95,2%. Kondisi ini sejalan dengan temuan hasil
Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dalam Studi Diet Total (SDT)
2014 bahwa konsumsi penduduk terhadap sayur dan buah serta segala
olahannya masih rendah (Balitbangkes, 2014).
Kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat memberikan
dampakburuk pada mata, juga dapat menyebabkan anemia dengan gejala
seperti lemah, letih, lesu, kurang konsentrasi dan malas pada anak.
Konstipasi juga akan menjadi penyakit yang akan dialami bila anak kurang
mengonsumsi sayur dan buah (Yuliarti, 2008).
Salah satu upaya untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah
pada anak adalah dengan pendidikan gizi. Menurut Gill (2002) dalam
Muslihah (2017), pendidikan gizi adalah aktivitas pendidikan yang
terencana pada sekelompok orang tertentu dan bertujuan untuk
meningkatkan perilaku gizi yang sehat. Pendidikan gizi dapat membantu
setiap individu dan masyarakat dalam praktik dan perilaku hidup sehat
dengan cara memberikan informasi bagaimana mengatasi pengaruh
faktor individu, lingkungan, dan kebijakan dalam pilihan makanan dan
perilaku makan. Pendidikan gizi sangat penting dalam upaya
meningkatkan kebiasaan makan dan pemilihan makanan yang tepat
(Muslihah, 2017).
Pendidikan gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
dengan penyuluhan tentang gizi. Penyuluhan adalah proses aktif yang
memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun
proses perubahan perilaku, yang merupakan perwujudan dari
pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang yang diamati oleh orang
lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung (Maulana, 2009). Media
3
atau alat peraga merupakan salah satu sarana penting dalam proses
pendidikan gizi. Salah satu alat atau peraga sederhana dalam pendidikan
gizi adalah leaflet.
Leaflet adalah selembar kertas yang dilipat berisi tulisan tentang
suatu masalah dan disertakan dengan saran dan tujuan tertentu. Salah
satu keuntungan leaftlet adalah lebih informatif dan jangkauan dapat lebih
luas (Supariasa, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Saputra, dkk
(2016), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada pengetahuan, konsumsi sayur dan buah siswa sebelum dan
sesudah edukasi melalui media leaflet.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukandi tiga lokasi SD di
Kecamatan Lubuk Pakam yaitu SDN 104244 Jati Sari, SDN 105349 Paluh
Kemiri, dan SDN 104242 Lubuk Pakam. Dengan alat ukur berupa
kuesioner sebanyak 10 pertanyaan meliputi pengetahuan, sikap dan
ketersediaan sayur dan buah. Perolehan hasil skor terendah terdapat
pada siswa di SDN 105349 Paluh Kemiri.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Pengetahuan, Sikap dan Asupan Vitamin,
Mineral siswa SDN 105349 Paluh Kemiri”.
B. Perumusan Masalah
Adakah Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet Tentang Sayur
dan Buah terhadap Pengetahuan, Sikap dan Asupan Vitamin,
Mineral Siswa SDN 105349 Paluh Kemiri ?.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Pengetahuan, Sikap dan Asupan
Vitamin, Mineral siswaSDN 105349 Paluh Kemiri.
2. Tujuan Khusus
a. Menilai Pengetahuan siswa SDN105349 Paluh Kemiri tentang
sayur dan buah sebelum dan sesudah penyuluhan dengan
media leaflet.
b. Menilai Sikap siswa SDN 105349 Paluh Kemiri terhadap sayur
dan buah sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media
leaflet.
c. Menilai Asupan Vitaminsiswa SDN105349 Paluh Kemiri
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media leaflet
tentang sayur dan buah.
d. Menilai Asupan Mineral siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media leaflet
tentang sayur dan buah.
e. Menganalisis Pengetahuan siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
tentang sayur dan buah sebelum dan sesudah penyuluhan
dengan media leaflet.
f. Menganalisis Sikap siswa SDN 105349 Paluh Kemiri terhadap
sayur dan buah sebelum dan sesudah penyuluhan dengan
media leaflet.
g. Menganalisis Asupan Vitamin siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media leaflet
tentang sayur dan buah.
h. Menganalisis Asupan Mineral siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media leaflet
tentang sayur dan buah.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sampel
Sebagai informasi tentang pentingnya sayur dan buah dan
bagaimana pengaruhnya terhadap asupan vitamin dan mineral.
2. Bagi Peneliti
a. Pengembangan kemampuan peneliti untuk melakukan riset
atau penelitian tentang gizi.
b. Menambah wawasan terkait konsumsi buah dan sayur pada
anak sekolah.
c. Serta sebagai media pengembangan kompetensi diri sesuai
dengan bidang keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi Instansi Terkait
a. Sebagai masukan atau informasi mengenai masalah gizi yang
dihadapi anak sekolah.
b. Sebagai acuan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah
pada anak sekolah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Usia Sekolah
1. Pengertian
Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa karena mereka
adalah generasi penerus yang akan menentukan kualitas bangsa di masa
yang akan datang (Sinaga, 2017). Kategori anak sekolah adalah anak
usia 7 – 12 tahun. Dalam usia tersebut penambahan berat badan terjadi
sekitar 2 kg dan tinggi badan 5 – 6 cm setiap tahunnya (Dewi, 2013).
Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal antara lain dipengaruhi
oleh jumlah dan kualitas asupan zat gizi yang diberikan dalam makanan
(Sinaga, 2017). Kelompok anak sekolah ini, merupakan kelompok rentan
gizi, kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi,
bila masyarakat kekurangan penyediaan bahan makanan (Susilowati,
2016).
2. Kebutuhan Zat Gizi
Fungsi gizi pada anak usia sekolah antara lain adalah memberikan
bahan pembangun untuk pertumbuhan, menyediakan kebutuhan energi
untuk aktivitas fisik, membantu menjaga daya tahan tubuh terhadap
infeksi, serta menjamin ketersediaan gizi dalam tubuh untuk kebutuhan
pertumbuhan pada saat remaja (Fikawati, 2017). Untuk gizi anak harus
memenuhi komposisi 15% protein, 35% lemak, 50% karbohidrat, vitamin
dan mineral. Bentuk dan susunan tergantung dari jenis kelamin, usia,
aktivitas, dan kondisi fisik anak (Akhmad, 2014). Kebutuhan gizi anak usia
sekolah dapat dilihat pada tabel 1.
7
Tabel 1. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah Berdasarkan AKG 2013
Zat Gizi Anak 4 – 6 tahun
Anak 7 – 9 tahun
Anak 10 – 12 tahun
Laki-laki Perempuan
Energi (Kal) 1600 1850 2100 2000
Karbohidrat (g) 220 254 289 275
Protein (g) 35 49 56 60
Lemak (g) 62 72 70 67
Vitamin A (mcg) 450 500 600 600 Vitamin D (mcg) 15 15 15 15
Vitamin E (mg) 7 7 11 11 Vitamin K (mcg) 20 25 35 35 Vitamin C (mg) 45 45 50 50 Tiamin (mg) 0,8 0,9 1,1 1,0 Riboflavin (mg) 1,0 1,1 1,3 1,2 Niasin 9 10 12 11 Vitamin B6 0,6 1,0 1,3 1,2
Vitamin B12 1,2 1,2 1,8 1,8
Kalsium 1.000 1.000 1.200 1.200
Fosfor 500 500 1.200 1.200
Magnesium 95 120 150 155
Zat Besi 9 10 13 20
Seng 5 11 14 13
Iodium 120 120 120 120
Selenium 20 50 20 20
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013
3. Masalah Gizi Anak Sekolah
Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi
anak di negara-negara berkembang, yaitu penyakit infeksi dan konsumsi
makanan yang kurang memenuhi kebutuhan gizi (Sinaga, 2017). Keadaan
kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan
yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkat kesehatan
gizi tidak baik, maka timbul penyakit gizi. Yang menonjol adalah kurang
kalori dan kurang protein, kurang vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan
mineral lainnya (Adriani, 2012).
Salah satu masalah defisiensi zat gizi pada anak adalah defisiensi
vitamin dan mineral. Menurut data PGS (Pedoman Gizi Seimbang) tahun
2014, 63,3% anak >10 tahun tidak mengonsumsi sayur dan 62,1% tidak
8
mengonsumsi buah. Padahal sayur dan buah di Indonesia banyak sekali
macam dan jumlahnya (Kemenkes, 2014). Zat gizi mikro seperti vitamin
dan mineral hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun mempunyai
peran esensial untuk kesehatan (Almatsier, 2010).
4. Prinsip Gizi Seimbang untuk Anak Usia Sekolah
Ada beberapa alasan mengapa kebutuhan gizi anak sekolah perlu
diperhatikan, antara lain :
a. Usia Sekolah
Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan paling pesat kedua
setelah masa balita. Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi fisik
dan mental anak. Makanan yang kaya akan nutrisi sangat
mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-organ lain yang
dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal.
b. Selalu Aktif
Anak usia sekolah merupakan usia yang senang bermain dan
senang menghabiskan waktunya untuk belajar mengetahui
lingkungan sekitar. Untuk itu, perlu asupan gizi dan energi yang
banyak untuk menunjang aktivitas fisiknya.
c. Perubahan Sikap terhadap makanan
Anak usia sekolah tidak dapat ditebak selera makanan yang
disenangi. Perubahan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah adalah pengaruh dari luar.
Pada masa-masa inilah, perhatian terhadap pengaruh pola
konsumsi makanan sangat penting.
d. Tidak Suka Makanan yang bergizi
Anak usia sekolah sangat sulit untuk dapat mengonsumsi
makanan-makanan yang ia perlukan untuk masa pertumbuhan.
Kriteria makanan yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah
makanan yang banyak mengandung gula dan mempunyai warna
yang cerah sehingga menarik untuk dikonsumsi (Susilowati,2016).
9
B. Sayur dan Buah
1. Pengertian Sayur
Sayur mayur merupakan bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dibuat
sayur, mungkin daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel
adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda (kacang
panjang, labu, nangka muda) dapat dikatakan bahwa semua bagian
tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Achmad, 2010).
2. Manfaat Sayur
Meskipun rasanya tidak selezat bahan makanan hewani, namun
sayur perlu dikonsumsi setiap hari agar tubuh kita tetap sehat karena
didalamnya tidak hanya mengandung zat gizi yang penting bagi
kesehatan tubuh seperti berbagai macam vitamin dan mineral. Beberapa
sayur juga memiliki manfaat yang dahsyat bagi tubuh yakni mampu
menurunkan kolesterol, kadar gula, mencegah penyebaran sel kanker,
menyembuhkan luka lambung, sebagai antibiotik, mengurangi serangan
rematik, mencegah diare, menyembuhkan rasa sakit kepala dan lain
sebagainya (Moehji, 2017).
Menurut Rubatzky (1998) dalam Farisa, 2012, berdasarkan
kandungan gizi utama sayur dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut:
a. Sumber Karbohidrat seperti kentang, ubi jalar, biji kacang kering,
ubi kayu, uwi, dan talas.
b. Sumber Lemak seperti biji matang, beberapa kacang-kacangan
dan cucurbit (labu-labuan).
c. Sumber Protein seperti kapri, kacang-kacangan, jagung manis,
dan kubis-kubisan.
d. Sumber Provitamin A seperti wortel, ubi jalar (berdaging kuning
atau jingga), cabai merah, kapri, sayuran daun hijau, dan kacang
hijau.
e. Sumber Vitamin C seperti kubis-kubisan, tomat, biji kacang muda,
10
dan berbagai sayuran daun.
f. Sumber Mineral seperti kubis-kubisan dan sebagian besar
sayuran daun lainnya.
3. Jenis Sayur
Sayur dapat di klasifikasikan menjadi 6 jenis, yaitu (Indrati, 2014) :
a. Sayuran yang berupa biji-bijian, antara lain buncis, kacang kapri
atau ercis, kecipir, kacang panjang, dan taoge.
b. Sayuran yang berasal dari daun-daunan, antara lain bayam, daun
pepaya, daun singkong, daun katuk, kangkung, kenikir, kubis,
pakis, dan sawi.
c. Sayuran yang berasal dari bagian bunga sebuah tanaman seperti
kembang kol.
d. Sayuran yang berupa akar seperti lobak dan wortel.
e. Sayuran yang berasal dari buah antara lain keluwih, labu kuning,
labu siam, labu air, mentimun, oyong, nangka muda, pare, dan
terung.
f. Sayuran yang digunakan seluruh bagian tanamannya seperti
jamur (seperti jamur merang, dan jamur kayu).
Berikut adalah beberapa jenis sayur yang biasa kita temukan, yaitu
(Indrati, 2014) :
a. Taoge
Taoge merupakan hasil olahan dari kacang kedelai, kacang hijau,
atau kacang tunggak yang sengaja di buat
bertunas/berkecambah. Taoge banyak mengandung protein,
kalsium, dan fosfor. Untuk setiap 100 gram bahan, taoge kedelai
mengandung energi 67 kalori, taoge kacang hijau 23 kalori, dan
taoge kacang tunggak sebesar 35 kalori.
b. Bayam
Bayam dikenal sebagai sayuran sumber zat besi, vitamin A, dan
mineral Ca. Jumlah kalori dalam 100 gram bayam segar adalah 36
11
kalori. Bayam yang direbus sebaiknya menggunakan sedikit air
karena sayuran ini cepat sekali masak, yaitu hanya 4-6 menit.
Bahkan bila direbus dengan santan hanya memerlukan 3-5 menit.
Sayur bayam sebaiknya habis sekali makan, sebab masakan
bayam tak layak dikonsumsi setelah lebih dari 12 jam dan tidak
dianjurkan untuk dimasak ulang/dipanaskan.
c. Daun pepaya
Daun pepaya mengandung vitamin A yang cukup tinggi, vitamin C,
mineral Ca, dan Fe. Kandungan energinya sebesar 79 kalori/100
gram bahan.
d. Daun singkong
Daun singkong banyak mengandung vitamin A, B, C serta mineral
Fe, dan Ca. Dalam 100 gram daun singkong mengandung 73
kalori.
e. Katuk
Katuk kaya akan vitamin A dan C selain sebagai sumber mineral
Ca, P, Fe. Dalam 100 gram katuk mengandung 59 kalori.
f. Kangkung
Kangkung merupakan kandungan kaya gizi yang mengandung
vitamin A dan C, mineral Fe, Ca, dan P dengan kandungan energi
29 kalori/100 gram.
g. Keluih
Keluih mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, dan C dengan
kandungan kalori 111 kalori / 100 gram. Disajikan sebagai sayuran
berkuah.
h. Pakis sayur
Pakis sayur mengandung vitamin A dan C, mineral Fe, Ca, dan P.
Kandungan energinya yaitu 35 kalori / 100 gram.
i. Sawi
Sawi mengandung vitamin cukup tinggi, Vitamin C dan B
khususnya tiamin, niasin, dan riboflavin. Selain itu juga
mengandung Fe, Ca, P, dan K. Dalam 100 gram bahan
12
mengandung 22 kalori sehingga bagus untuk diet rendah kalori.
j. Kubis
Sayuran golongan crucifera seperti kubis, sawi, dan brokoli
berguna untuk mencegah kanker. Namun di balik sisi baiknya,
kubis juga dikenal sebagai sayuran yang menghasilkan gas
sehingga menimbulkan rasa kembung di perut bila mengonsumsi
terlalu banyak. Demikian pula, diketahui bahwa kubis dapat
mnyebabkan gangguan penyerapan yodium.
k. Kembang kol
Kembang kol banyak mengandung vitamin C dan merupakan
sumber kalsium dan zat besi. Dalam 100 gram kembang kol
mentah terkandung 25 kalori.
l. Lobak
Lobak kaya akan vitamin C dan B1 serta mineral Ca, P, dan Fe.
Dalam 100 gram lobak mengandung 19 kalori.
m. Wortel
Wortel terkenal sebagai sumber vitamin A dan serat yang baik
bagi tubuh. Dalam 100 gram wortel mengandung energi 42 kalori.
n. Labu air
Labu air mengandung 17 kalori per 100 gram bahan.
o. Mentimun
Sayuran ini merupakan sumber mineral Ca, Mg, dan P dengan
kandungan energinya 17 kalori/100 gram bahan.
p. Oyong
Oyong kaya akan vitamin A dengan kandungan energinya 18
kalori/100 gram bahan.
q. Nangka muda
Nangka muda mengandung zat gizi yang relatif lengkap meskipun
dalam jumlah sedikit, setiap 100 gram bahan mengandung 51
kalori.
r. Pare
Pare mengandung vitamin A, B, dan C serta mineral Ca dan P
13
dengan kandungn energi 29 kalori/100 gram.
s. Terung
Terung mengandung energi 24 kalori / 100 gram bahan.
t. Melinjo
Daun melinjo memiliki kandungan energi 99 kalori/100 gram
bahan dan 66 kalori/100 gram melinjo.
u. Jamur
Jamur merupakan sayuran kaya akan protein, vitamin B, mineral
fosfor, kalium serta serat. Dalam 100 gram jamur mengandung 15-
128 kalori. Pemasakan jamur tidak memerlukan waktu lama
cukup 4-6 menit, karena jamur memiliki tekstur lunak.
4. Pengertian Buah
Buah berfungsi utama sebagai sumber vitamin dan mineral, tetapi
pada jenis buah tertentu juga cukup banyak terkandung energi. Buah-
buhan yang mempunyai daging berwarna (kuning, merah, violet)
merupakan bahan makanan yang kaya akan kandungan karotinoid yang
mempunyai prekusor dari vitamin A seperti alpukat, apel, belimbing,
jambu, jeruk, mangga, pepaya, dan sebagainya (Achmad, 2010).
5. Manfaat Buah
Manfaat buah bagi kesehatan memang tidak perlu diragukan lagi.
Buah banyak mengandung vitamin dan tinggi serat sehingga baik bagi
organ pencernaan anak. Buah tidak hanya menyehatkan tubuh secara
keseluruhan, tetapi juga membantu meningkatkan kecerdasan otak,
Alpukat misalnya , mengandung lemak tidak jenuh tunggal, asam folat,
omega -3 yang meningkatkan kemampuan dan fungsi otak anak (Ch,
2017).
14
6. Jenis Buah
Berikut adalah beberapa jenis buah yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia (Astawan, 2009) :
a. Alpukat
Alpukat sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit, karena
mengandung vitamin A, C dan E, niasin, asam pantotenat, zat
besi, kalium, serta protein yang biasanya tidak terdapat dalam
buah. Alpukat juga kaya akan mineral kalium (485 mg/100 gram
buah).
b. Anggur
Anggur mengandung vitamin C, B1, B6 dan mineral mangan dan
kalium. Kadar mangan anggur 0,07 mg, vitamin C 10,8 mg,
vitamin B6 0,09 mg dan vitamin E 0,19 mg dalam 100 gram buah
anggur.
c. Apel
Kandungan zat gizi dalam 100 gram buah apel adalah 58 kkal
energi, 4 gram lemak, 3 gram protein, 14,5 gram karbohidrat, 900
IU vitamin A, 7 mg tiamin, 3 mg riboflavin, 2 mg niasin, 5 mg
vitamin C. Beberapa manfaat buah apel adalah menurunkan
kolesterol darah, menurunkan tekanan darah dan menstabilkan
gula darah.
d. Belimbing
Belimbing merupakan sumber vitamin C yang baik. Konsumsi 100
gram buah belimbing cukup untuk memenuhi 57% kebutuhan
tubuh akan vitamin C setiap harinya. Buah belimbing juga
mengandung serat pangan yang cukup baik. Konsumsi 100 gram
buah belimbing cukup memenuhi 14% kebutuhan serat pangan
tubuh.
e. Bit
Umbi bit mengandung serat pangan 3,40 gram per cangkir yang
berguna untuk menurunkan kadar kolesterol. Selain itu,
kandungan vitamin C yang cukup tinggi (10 mg/ 100 gram)
15
menjadikannya sebagai sumber antioksidan yang baik.
f. Buah Naga
Buah naga merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup
baik. Dalam 100 gram buah naga mengandung 0,3 mg vitamin B1
dan 0,7-0,9 gram serat.
g. Cempedak
Cempedak mengandung banyak vitamin dan mineral. Dalam 100
gram buah cempedak mengandung 200 SI vitamin A, 20 mg
kalsium, 30 mg fosfor dan 1,5 mg zat besi.
h. Jambu Air
Kandungan air pada jambu air sangat tinggi, yaitu 93 gram/ 100
gram jambu air. Dalam 100 gram jambu air mengandung 22 mg
vitamin C.Selain itu, jambu merupakan sumber mineral besi,
kalsium, magnesium, fosfor, kalium, seng, tembaga, dan mangan,
serta mengandung serat pangan cukup tinggi.
i. Jambu Biji
Jambu biji memiliki kandungan zat gizi tinggi. Dalam 100 gram
jambu biji mengandung 87 mg vitamin C, 14 mg potasium, dan
juga serat yang tinggi.
j. Jeruk
Jeruk sudah terkenal dengan kandungan vitamin C yang tinggi
yaitu 27-49 mg/100 gram. Jeruk juga merupakan sumber asam
folat potensial. Karbohidrat dalam jeruk merupakan karbohidrat
sederhana, yaitu fruktosa, glukosa dan sukrosa. Karbohidrat
konpleksnya berupa polisakarida non-pati yang baik untuk
kesehatan.
k. Kedondong
Kandungan gizi kedondong yang menonjol per 100 gram buah
adalah 540 mg kalsium, 82 mg fosfor, 6,2 mg besi, 2900 IU
vitamin A, dan 29 mg vitamin C. Kandungan serat pangan pada
buah kedondong adalah 0,85-3,6 gram/ 100 gram, sehingga
bermanfaat untuk memelihara kesehatan saluran pencernaan.
16
l. Lengkeng
Mineral yang banyak terdapat pada buah lengkeng adalah
kalsium, fosfor, dan besi. Vitamin yang dominan pada buah
lengkeng adalah vitamin A dan C. Daging buah lengkeng memiliki
banyak manfaat kesehatan, antara lain untuk kesehatan jantung,
menyembuhkan sakit perut, dan penawar keracunan.
m. Mangga
Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air
dan karbohidrat. Selain itu, vitamin yang banyak terkandung pada
buah mangga adalah vitamin A, C, dan B-kompleks (B1, B2, B3,
dan B6). Dalam 100 gram daging buah mangga mengandung 41
mg vitamin C dan 156 mg kalium.
n. Manggis
Komponen gizi terbesar dari buah manggis adalah air, yaitu 83
persen. Buah manggis mengandung vitamin C dan B1.
Keunggulan buah manggis terletak pada kulit buahnya karena
xanthone atau hasil isolasi kulit buah manggis punya aktivitas
antiinflamasi dan antioksidan dan dapat mencegah pertumbuhan
sel kanker dan tumor.
o. Markisa
Markisa merupakan sumber vitamin yang baik terutama vitamin A
dan C. Dalam setiap 100 gram daging buah markisa kuning
terdapat vitamin A sebanyak 2.410 IU dan 18,2 mg vitamin C.
Selain vitamin, markisa juga merupakan sumber niasin dan
riboflavin yang baik bagi tubuh.
p. Nanas
Nanas merupakan sumber mangan yang baik. Konsumsi 100
gram nanas dapat memenuhi 59% kebutuhan mangan sehari-hari.
Nanas juga kaya akan vitamin C, yang termasuk unggul karena
memiliki densitas nutrisi yang sangat tinggi.
q. Pepaya
Buah pepaya kaya akan beta-karoten (276mkg/100gram). Vitamin
17
A yang diperoleh dari 100 gram buah papaya matang berkisar
antara 1.094-18.250 SI, tergantung dari varietasnya. Sumbangan
yang sangat menonjol adalah vitamin C (62-78 mg/100 gram) dan
folat (38 mkg/ 100 gram). Kadar serat per 100 gram buah
pepayamasak adalah 1,8 gram.
r. Pisang
Buah pisang mengandung cukup banyak vitamin A, serta sedikit
vitamin B1 dan vitamin C.amin A dalam 100 gram buah pisang
sangat bervariasi tergantung jenisnya, yaitu 75 SI pada pisang
raja uli, 76 SI pada pisang angling, 79 SI pada pisang mas, 146 SI
pada pisang ambon, 618 SI pada pisang lampung dan 950 SI
pada pisang raja.
s. Salak
Kandungan vitamin C pada salak bervariasi tergantung jenisnya,
yang tertinggi ada pada salak Medan yaitu 58 mg/ 100 gram
daging buah salak, kemudian salak pondoh 8,4 mg dan salak Bali
sebesar 2,9 mg/ 100 gram. Tiga mineral terpenting pada salah
adalah kalsium, fosfor, dan besi.
t. Sawo
Sawo merupakan sumber kalium yang baik yaitu 193 mg/ 100
gramnya. Selain kalium, sawo juga mengandung sejumlah mineral
penting lainnya, yakni kalsium (21 mg), magnesium (12 mg), fosfor
(12 mg), selenium (0,6 mg), seng (0,1 mg) per 100 gram. Buah
sawo juga kaya akan vitamin C, yaitu 147 mg/ 100 gram.
u. Semangka
Konsumsi 100 gram buah semangka cukup untuk memenuhi
11,1% kebutuhan tubuh akan vitamin A. Selain itu, kandungan
vitamin C pada semangka juga termasuk dalam kategori unggul.
7. Anjuran Konsumsi Sayur dan Buah
Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan
konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gram per orang
18
per hari, yang terdiri atas 250 gram sayur (setara dengan 2 porsi atau 2
gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah, (setara
dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 potong pepaya
ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang) (Kemenkes, 2014).
Bagi masyarakat Indonesia khususnya balita dan anak usia sekolah
dianjurkan untuk mengonsumsi sayur dan buah 300 – 400 gram per hari
dan bagi remaja dan orang dewasa sebanyak 400 – 600 gram per orang
per hari. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah
porsi sayur (Kemenkes, 2014).
8. Akibat Kurang Konsumsi Sayur dan Buah
Menurut Ruwaidah (2007) ada beberapa dampak apabila seseorang
kurang mengonsumsi sayur dan buah antara lain :
a. Gangguan penglihatan
Gangguan pada mata diakibatkan karena tubuh kekurangan gizi
yang berupa betakaroten. Gangguan mata dapat diatasi dengan
banyak mengonsumsi wortel, selada air, dan buah-bua lainnya.
b. Meningkatkan risiko kegemukan
Kurang konsumsi sayur dan buah dapat meningkatkan risiko dan
kegemukan pada seseorang. Buah dapat menjadi alternatif
cemilan (snack) yang sehat dibandingkan dengan makanan
jajanan lainnya.
c. Meningkatkan risiko sembelit (konstipasi)
Serat makanan pada buah dan sayur khususnya serat tak larut air
menghasilkan tinja yang lunak. Sehingga diperlukan kontraksi otot
yang minimal untuk mengeluarkan feses dengan lancar. Sehingga
konstipasi (susah buang air besar) dapat dihindarkan.
d. Menurunkan kekebalan
Buah dan sayur sangat kaya akan kandungan vitamin C yang
merupakan antioksidan kuat dan pengikat radikal bebas. Jika
tubuh kekurangan asupan buah dan sayur, maka
imunitas/kekebalan tubuh akan menurun.
19
e. Meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti penyakit jantung
koroner (PJK), kanker, dan diabetes (Khomsan, 2009dalam Putra,
2016 ).
C. Vitamin dan Mineral
1. Pengertian Vitamin
Vitamin merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Walaupun dibutuhkan dalam
jumlah kecil, peranan vitamin sangat vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan, pencegahan penyakit, dan mencapai kehidupan yang
sehat dan optimal. Vitamin sebagai zat gizi mikro tidak dapat diproduksi
oleh tubuh sehingga harus didapatkan dari makanan (WHO, 2016).
2. Fungsi Vitamin
Vitamin secara bersamaan dengan komponen senyawa lainnya
berfungsi dalam berbagai aspek untuk memelihara kesehatan. Vitamin
berfungsi dalam metabolisme energi, pembentukan dan pembekuan
darah, metabolisme protein dan asam amino, kesehatan tulang, ekspresi
gen dan antioksidan (Bryd-Bredbenner, dkk, 2007 dalam Ahmad, 2017).
Vitamin mempunyai fungsi yang berbeda dengan jenis zat gizi lainnya
seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Vitamin lebih banyak berperan
dalam fungsi fisiologis tubuh, terutama proses pertumbuhan dan
perkembangan sehingga vitamin sangat dibutuhkan untuk kehidupan
manusia (Ahmad, 2017)
20
3. Bahan Pangan Sumber Vitamin
Beberapa bahan pangan sumber vitamin dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan Pangan sumber Vitamin
Vitamin Bahan Makanan
Vitamin A Hati sapi, produk susu, ubi, wortel, bayam, butternut, squash, brokoli
Vitamin D Disintesis di dalam kulit yang terpajan sinar ultraviolet, susu yang difortifikasi vitamin D
Vitamin E Minyak biji sayuran
Vitamin K Dapat disintesis di usus oleh bakteri, sayuran berdaun hijau, kacang kedelai, dan hati sapi.
Vitamin B1 (tiamin) Jamur, biji bunga matahari, kacang-kacangan
Vitamin B2 (riboflavin)
Hati sapi, daging, telur, yoghurt, keju ricotta, susu non-fat
Vitamin B3 (niasin, asam nikotinat, nikotinamida)
Ikan tuna, hati sapi, daging sapi muda, ayam, selai kacang
Asam Pantotenat Terdapat dalam berbagai makanan
Biotin Disintesis oleh mikroflora pada saluran pencernaan , hati, kacang kedelai, telur
Vitamin B6 Steak, kacang-kacangan, kentang, ikan salmon, pisang, gandum
Folat Jamur, bayam, asparagus, lobak, kacang lima, hati sapi, produk gandum yang difortifikasi
Vitamin B12
(Kobalamin) Daging, ikan, kerang-kerangan, unggas, susu
Vitamin C (asam askorbat)
Pepaya, jeruk, blewah, brokoli, kubis, paprika, anggur, stroberi
Sumber : Comb (2012) dan Byrd-Breedbenner, dkk (2007) dalam Darawati, (2017).
4. Pengertian Mineral
Mineral adalah substansi inorganik sederhana yang tersebar luas di
alam. Mineral berperan meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatan. Mineral mewakili 4% dari berat tubuh dan ditemukan di semua
cairan dan jaringan tubuh (Dwijayanthi, 2011). Mineral adalah unsur kimia
yang diperlukan tubuh dan berada dalam bentuk elektrolit anion atau
bermuatan negatif dan kation atau bermuatan positif (Darawati, 2017).
21
D. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat
pentingdalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan mempunyai
enam tingkatan (Notoatmodjo, 2012) antara lain :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi disini
22
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik
dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Usia seseorang semakin bertambah maka daya
tangkap dan pola pikirnya semakin berkembang, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan
23
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan adalah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak
dalam pertumbuhannya agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pengetahuan yang kurang
akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar individu
dan dapat mempengaruhi perkembangan serta perilaku atau
kelompok.
d. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima informasi.
4. Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket (kuesioner) yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau sampel. Kedalaman pengetahuan yang ingin
diketahui dan diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
tersebut (Notoatmodjo, 2012).
E. Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak
dapat langung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi emosional terhadap stimulus sosial
24
(Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkatan Sikap
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan
stimulus yang diberi. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat
dilihat dari ketersediaan dan perhatian orang itu terhadap
ceramah-ceramah tentang gizi.
b. Merespons (responding)
Merespons berarti memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuting)
Menghargai berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003),
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
obek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
25
3. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat
atau pernyataan sampel terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003). Skala
pengukuran sikap dapat menggunakan skala Likert. Adapun penggunaan
skala 1 – 4 untuk setiap sampel dibagi kedalam 4 pilihan skor jawaban
yakni, Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan
Sangat Setuju (SS) (Sudaryono,2017).
F. Praktik atau Tindakan
1. Pengertian
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkatan Praktik atau Tindakan
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut
26
(Notoatmodjo, 2003).
3. Cara pengukuran Praktik atau Tindakan
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Selain itu Pengukuran
juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan sampel (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran praktik
konsumsi sayur dan buah didapatkan dari hasil recall makan 3 x 24 jam
tidak berturut.
G. Penyuluhan Gizi
1. Pengertian
Penyuluhan gizi merupakan salah satu program gizi pada khususnya
dan program kesehatan pada umumnya. Penyuluhan gizi merupakan
bagian integral dari program gizi dan kesehatan. Tujuan penyuluhan gizi
dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu tujuan jangka panjang, tujuan
jangka menengah, dan tujuan jangka pendek. Contoh tujuan jangka
panjang penyuluhan gizi adalah tercapainya status kesehatan masyarakat
yang optimal. Tujuan penyuluhan jangka menengah adalah terciptanya
perilaku yang sehat di bidang gizi. Sementara itu, tujuan jangka pendek
adalah terciptanya pengertian, sikap, dan norma yang positif di bidang gizi
(Supariasa, 2012).
2. Metode Penyuluhan Gizi
Menurut Notoatmodjo (2012), metode penyuluhan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan
secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :
a. Metode penyuluhan perorangan (individual)
Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina
perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual
ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-
27
beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk dari pendekatan ini antara lain :
1. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut.
2. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila
belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode penyuluhan kelompok
Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok
kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya
sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup :
1. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan
seminar.
2. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15
orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi
kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan,
permainan simulasi.
28
c. Metode penyuluhan massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada
masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran
bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya,
maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini bersifat tidak langsung, dan
biasanya menggunakan media massa (Notoatmodjo, 2012).
3. Media Penyuluhan Gizi
Media penyuluhan sangat penting digunakan untuk memperjelas
pesan pesan gizi. Media penyuluhan yang harus digunakan harus
memenuhi syarat alat peraga. Syarat-syarat media tersebut antara lain,
alat peraga harus menarik, disesuaikan dengan sasaran penyuluhan,
mudah ditangkap, singkat, dan jelas, sesuai dengan pesan-pesan yang
akan disampaikan, dan sopan (Supariasa, 2012). Salah satu alat peraga
sederhana untuk penyuluhan gizi adalah leaflet.
H. Leaflet
Leaflet adalah selembar kertas yang dilipat sehingga dapat terdiri
atas beberapa halaman yang berisi tulisan tentang suatu masalah dengan
saran dan tujuan tertentu. Tulisan umumnya terdiri atas 200 – 400 kata
dan harus dapat ditangkap/dimengerti isinya dengan sekali baca
(Supariasa, 2012).
1. Keuntungan Leaflet
a. Dapat disimpan dalam waktu yang lama.
b. Lebih informatif dibanding dengan poster.
c. Dapat dijadikan sumber pustaka/referensi.
d. Dapat dipercaya, karena dicetak oleh lembaga resmi.
e. Jangkauan dapat lebih luas, karena satu leaflet mungkin dibaca
olehbeberapa orang.
f. Penggunaan dapat dikombinasikan dengan media lain.
29
g. Mudah dibawa kemana-mana.
2. Keterbatasan Leaflet
a. Hanya bermanfaat untuk orang yang melek huruf dan tidak dapat
dipakai oleh orang yang buta huruf.
b. Perlu persiapan khusus untuk membuat dan menggunakannya
(Supariasa, 2012).
3. Prosedur Pembuatan Leaflet
a. Tentukan topik atau gagasan yang ingin disampaikan.
b. Kenali ciri-ciri sasaran yang akan dituju, yaitu kepada siapa leaflet
akan digunakan atau disebarkan.
c. Rumuskan tujuan operasional yang ingin dicapai.
d. Pertimbangkan dana dan fasilitas yang tersedia serta kemampuan
petugas untuk membuatnya.
e. Tuliskan pesan-pesan (kata-kata dan gambar) sebagai
perwujudan gagasan yang ingin disampaikan, pedoman tentang
pesan adalah 5W+1H yaitu what (apa), why (mengapa), when
(kapan), where (dimana), who (siapa), dan how (bagaimana).
f. Tentukan bentuk pesan. Pilih bentuk pesan yang efisien dan
efektif.
g. Susun pesan seefektif mungkin dengan cara :
1. Susun kata-kata yang sederhana dan kalimat pendek. Susun
kata, kalimat, dan paragraf dengan sistematis, dan logis
sehingga pembaca dapat mengikuti arus informasi dengan
lancar dan mudah.
2. Gunakan gambar, ilustrasi, dan foto jika diperlukan. Harus
disadari bahwa gambar, ilustrasi, dan foto itu jangan sampai
menimbulkan persepsi yang lain terhadap pesan yang
disampaikan.
3. Gunakan huruf atau tulisan yang mudah dibaca, gunakan tanda
baca, warna, pengaturan jarak untuk mengungkapkan pesan-
pesan yang tidak dapat disampaikan secara verbal, seperti
30
untuk menunjukkan bahwa bagian tertentu itu penting, perlu
mendapatkan perhatian, dan sebagainya.
4. Atur pesan-pesan yang sudah terkumpul dalam tata letak yang
menarik dan mudah diikuti serta memfasilitasi pencapaian
tujuan (Supariasa, 2012).
31
I. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori (Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2010)
Penyuluhan gizi dengan media leaflet dapat merubah perilaku
konsumsi sayur dan buah pada anak. Perilaku seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor sesuai dengan teori Lawrance Green
(1980) dalam Notoatmodjo (2010) yaitu : Faktor predisposisi (predisposing
factors), faktor mempermudah atau mempredisposisi terjadi perilaku
meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap, dan kepercayaan. Faktor
pemungkin (enabling factor), faktor-faktor pemungkin atau memfasilitasi
perilaku yang mencakup lingkungan dan ketersediaan sayur dan buah.
Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor penguat yang
mendorong terjadinya perilaku meliputi pengetahuan gizi ibu,pekerjaan
orang tua, dan pengaruh teman sebaya.
Faktor Predisposisi - Pendidilkan - Pengetahuan - Sikap
- Kepercayaan
Faktor Pendorong - Pengetahuan gizi
ibu - Pekerjaan orang
tua - Pengaruh teman
sebaya
Faktor Pendukung - Lingkungan - Ketersediaan
Penyuluhan Gizi dengan Media Leaflet
Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Anak
32
J. Kerangka Konsep
Gambar 2. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap pengetahuan, Sikap dan
Asupan Vitamin, Mineral Siswa SDN 105349 Paluh
Kemiri.
Penyuluhan
dengan
media Leaflet
tentang sayur
dan buah
Pengetahuan
tentang Sayur
dan Buah
Sikap terhadap
Sayur dan Buah
Asupan Vitamin
Asupan Mineral
33
K. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional No Variabel Definisi Cara Mengukur Alat Ukur Skala
1 Pengetahuan Pemahaman anak sekolah dasar tentang sayur dan buah.
Penentuan skor pengetahuan siswa dilakukan secara manual dengan alat bantu kuesioner sebanyak 10 pertanyaan.Skor jawaban benar adalah 1 dan skor jawaban salah adalah 0, Kemudian jumlah yang benar ditotalkan. Nilai maksimal adalah 10 dan minimal adalah 0.
Kuesioner Rasio
2 Sikap Reaksi atau respon anak sekolah dasar terhadap sayur dan buah.
Penentuan sikap dilakukan dengan pernyataan positif dan negatif. Skor menggunakan modifikasi skala Likert, yaitu skor 1 sampai 4. Selanjutnya dibagi ke dalam 4 pilihan skor jawaban yakni : Penilaian Pernyataan Positif Sangat Setuju (4) Setuju (3) Tidak Setuju (2) Sangat Tidak Setuju (1) Terdapat pada soal nomor 1,3,5,7, dan 9. Penilaian Pernyataan Negatif Sangat Setuju (1) Setuju (2) Tidak Setuju (3) Sangat Tidak Setuju (4) Kemudian skor dijumlahkan. Nilai maksimal adalah 40 dan minimal adalah 10. Terdapat pada soal nomor 2,4,6,8, dan 10.
Kuesioner Rasio
3 Asupan Vitamin
Jumlah rata-rata vitamin dalam satuan mcg atau mg yang dikonsumsi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Pengukuran dengan cara recall makan 3 x 24 jam tidak berturut. Vitamin yang akan diukur adalah : Vitamin A, Vitamin B2, Vitamin B6, dan Vitamin C. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer untuk melihat perbandingan asupan vitamin awal dan akhir.
Formulir Food Recall 24 jam
Rasio
4 Asupan Mineral
Jumlah rata-rata mineral dalam satuan mcg atau mg yang dikonsumsi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Pengukuran dengan cara recall makan 3 x 24 jam tidak berturut. Mineral yang akan diukur adalah : Sodium, Potassium, Calcium, Magnesium, Fosfor, Iron, dan Zinc. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer, dibandingkan antara asupan mineral awal dan asupan akhir.
Formulir Food Recall 24 jam
Rasio
34
L. Hipotesis
Ha1 : Ada Pengaruh Penyuluhan dengan MediaLeaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Pengetahuan Siswa SDN 105349
Paluh Kemiri.
Ha2 : Ada Pengaruh Penyuluhan dengan MediaLeaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Sikap Siswa SDN 105349 Paluh
Kemiri.
Ha3 : Ada Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Asupan VitaminSiswa SDN
105349 Paluh Kemiri.
Ha4 : Ada Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Asupan Mineral Siswa SDN
105349 Paluh Kemiri.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini bertempat di SDN 105349 Paluh Kemiri,
Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.
2. Waktu
Waktu pre atau uji pendahuluan dilakukan pada bulan Oktober
2017 dan waktu pengumpulan data dilakukan pada Januari –
Maret 2018
B. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat Quasi eksperimen dengan rancangan Pre
dan Post Test Desain. Untuk mengetahui perbedaan Pengetahuan,
Sikap dan Asupan, Vitamin, Mineral sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pada siswa SDN 105349 Paluh Kemiri.
Model rancangan pre dan post test desain, yaitu digambarkan
sebagai berikut :
01 X 02
Keterangan :
01 : Pengetahuan, Sikap dan Asupan Vitamin, Mineral Siswa SDN
105349 Paluh Kemiri sebelum penyuluhan dan pemberian leaflet
tentang Sayur dan Buah.
X : Intervensi yaitu penyuluhantentang sayur dan buah menggunakan
media leaflet yang sama sebanyak 4 kali dalam interval waktu 1
minggu.
02 : Pengetahuan, Sikap dan Asupan Vitamin, Mineral sesudah
penyuluhan dan Pemberian leaflet tentang Sayur dan Buah.
36
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas IV,V, dan VI
SDN 105349 Paluh Kemiri yang berjumlah 100 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Cara menentukan besar sampel yaitu dengan Simple random
sampling. Besar sampel ditentukan dengan rumus menurut
Notoatmodjo tahun 2005 sebagai berikut :
N
n =
1 + N (d2)
Keterangan
n : Besar sampel
N : Besar Populasi
d (nilai toleransi) : Besarnya penyimpangan yang masih bisa
ditolerir (0,1)
Maka
100
n =
1 + 100(0,1)2
100
= = 50 sampel
2
37
Cara penentuan sampel dan cara pengambilan sampel dengan cara
Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling) dengan rumus :
K = N
n
Dimana : K = Kelipatan
N = Besar populasi
n = Besar sampel
K = N
N
= 100
50
= 2
Cara menentukan sampel pertama adalah dengan cara membuat
nomor urut pada populasi dari 1 sampai 100 dan sampel yang akan
diambil adalah 50. Sampel pertama adalah sampel dengan nomor urut ke
2 dan sampel kedua diambil berdasarkan kelipatan 2, demikian
selanjutnya sampai diperoleh jumlah sampel sebanyak 50 orang.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data identitas sampel (nama, tempat tanggal lahir, umur, kelas,
nama orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendidikan terakhir ibu)
diperoleh dengan mengisi formulir identitas sampel.
i. Data pengetahuan diperoleh dari hasil kuesioner
pengetahuan yang diberikan dan langsung dijawab oleh
sampel. Kuesioner akan diberikan sebanyak 2 kali yaitu
38
sebelum pemberian leaflet (pre-test) dan sesudah
pemberian leaflet tentang sayur dan buah (post-test).
ii. Data sikap diperoleh dari hasil kuesioner sikap yang
diberikan dan langsung dijawab oleh sampel. Kuesioner
akan diberikan sebanyak 2 kali yaitu sebelum pemberian
leaflet (pre-test) dan sesudah pemberian leaflet tentang
sayur dan buah (post-test).
iii. Data asupan vitamindalam satuan mcg atau mg diperoleh
dari hasil rata - rata recall makan 3 x 24 jam tidak berturut.
Recall akan dilakukan di awal sebelum pemberian leaflet
(pre-test) dan di akhir sesudah pemberian leaflet tentang
sayur dan buah (post-test)
iv. Data asupan mineral dalam satuan mcg atau mg diperoleh
dari hasil rata - rata recall makan 3 x 24 jam tidak berturut.
Recall akan dilakukan di awal sebelum pemberian leaflet
(pre-test) dan di akhir sesudah pemberian leaflet tentang
sayur dan buah (post-test)
Pada proses pengumpulan data, peneliti dibantu oleh dua orang
enumerator yang telah diberikan pengarahan tentang penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data umum sekolah meliputi lokasi penelitian dan jumlah
siswa/i kelas IV, V, dan VI SDN 105349 Paluh Kemiri.
2. Cara Pengumpulan Data
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Formulir data identitas, Formulir Penelitian (Kuesioner pre dan post
test) dan Form Food Recall 24 jam.
39
E. Alur Penelitian
Gambar 3. Skema Alur Penelitian
Pre-test
1. Kuesioner
2. Recall 3x24 jam
tidak berturut
Intervensi
1. Penyuluhan dengan media Leaflet
materi I
2. Penyuluhan dengan media Leaflet
materi II
3. Penyuluhan dengan media Leaflet
materi III
4. Penyuluhan dengan media Leaflet
materi IV
5.
Post-test
1. Kuesioner
2. Recall 3x24 jam
tidak berturut
40
F. Pengolahan dan Anaisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan melalui form pengumpulan data,
selanjutnya data dientry, diediting, coding, kemudian dianalisis dengan
alat bantu komputer, data-datanya sebagai berikut :
a. Data Pengetahuan
Data diolah secara manual yang diperoleh dengan cara
wawancara langsung dengan respon menggunakan alat bantu
kuisoner yang terdiri dari 10 pertanyaan.
i. Memberi skor setiap pertanyaan, bila jawaban benar diberi
nilai 1 dan salah diberi nilai 0.
ii. Kemudian jumlah yang benar ditotalkan. Nilai maksimal
adalah 10 dan minimal adalah 0.
b. Data Sikap
Data Sikap adalah data jawaban-jawaban mengenai perasaan,
kepercayaan, konsepsi/pendapat/ide, dan sebagainya melalui
wawancara dengan alat bantu kuesioner sebanyak 10 pernyataan.
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan skala pengukuran
dan pemberian skor. Skala pengukuran yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu 1 sampai 4.
Adapun penggunaan skala 1 – 4 untuk setiap jawaban sampel
tersebut selanjutnya dibagi kedalam 4 pilihan skor jawaban pada
tabel 5.
Tabel 5. Skor Jawaban Pernyataan Sikap
Jenis Pernyataan
Skor Jawaban
STS TS S SS
Pernyataan positif
1 2 3 4
Pernyataan negatif
4 3 2 1
41
c. Data Asupan Vitamin
Data asupan vitamin diperoleh dengan recall 3x24 jam tidak
berturut dalam satuan mcg atau mg. Hasil recall kemudian diolah
menggunakan program komputer, untuk membandingkan data
asupan vitamin awal dengan data asupan vitamin akhir.
d. Data Asupan Mineral
Data asupan mineral diperoleh denganrecall 3x24 jam tidak
berturut dalam satuan mcg atau mg. Hasil recall kemudian diolah
menggunakan program komputer, untuk membandingkan data
asupan mineral awal dengan data asupan mineral akhir.
2. Analisis Data
Data yang sudah diolah lalu dianalisis antara variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel, yaitu nama sampel, kelas, umur, pengetahuan awal
dan akhir, sikap awal dan akhir, asupan vitamin dan mineral
awal dan akhir, yang disajikan dalam distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat untuk melihat pengaruh penyuluhan dan
pemberian leaflet tentang sayur dan buah terhadap
pengetahuan, sikap dan asupan vitamin, mineral siswa SDN
105349 Paluh Kemiri.
Dilakukan dengan menggunakan uji statistik (Paired T-test)
karena data berdistribusi normal dengan kesimpulan, jika nilai p
<0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh penyuluhan dan
pemberian leaflet terhadap pengetahuan, sikap dan asupan
vitamin, mineral siswa SDN 105349 Paluh Kemiri .
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SDN 105349 Paluh Kemiri, merupakan salah satu Sekolah Dasar
yang ada di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Terletak di
Jalan Ahmad Yani Gang Inpres, Lubuk Pakam yang memiliki luas tanah
3,137 m2 dan luas bangunan 2,571 m2. Ketenagaan di SDN 105349 Paluh
Kemiri tahun 2018 yaitu Kepala Sekolah, Staff Guru, Tata Usaha, dan
Petugas Kebersihan yang berjumlah 15 orang.
Data ruang kelas SDN 105349 Paluh Kemiri berjumlah 8 ruang. 6
ruangan merupakan ruang kelas, 1 ruangan kantor guru, dan 1 ruangan
perpustakaan. Dengan jumlah siswa sebanyak 210 orang (Profil SDN
105349 Paluh Kemiri, 2018).
2. Gambaran Umum Sampel
a. Umur
Umur atau usia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan
atau diadakan) (Hoetomo, 2005). Pengukuran umur dinyatakan
dengan tahun. Distribusi sampel berdasarkan umur dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 . Distribusi Frekuensi Umur Sampel
No. Umur n %
1 9 1 2 2 10 11 22 3 11 19 38 4 12 14 28 5 13 2 4 6 14 2 4 7 15 1 2
Total 50 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa distribusi umur sampel yang paling
banyak adalah pada umur 11 tahun yaitu sebesar 38% dengan jumlah 19
orang, diikuti dengan umur 12 tahun yaitu sebesar 28% dengan jumlah
43
14orang dan yang paling sedikit adalah umur 9 dan 15 tahun masing-
masing sebesar 2% sebanyak 1 orang.
b. Kelas
Kelas adalah jenjang pendidikan yang ditempuh oleh sampel.
Distribusi sampel berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 . Distribusi Frekuensi Kelas Sampel
No. Kelas n %
1 4 9 18 2 5 7 14 3 6 34 68
Total 50 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa kategori kelas sampel yang paling
banyak adalah kelas 6 yaitu sebanyak 34 orang (68%), diikuti kelas 4
sebanyak 9 orang (18%), dan kelas 5 sebanyak 7 orang (14%).
c. Pendidikan Terakhir Ibu
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu
No. Tingkat Pendidikan Jumlah n %
1 Tidak Tamat SD 5 10 2 SD / Sederajat 10 20 3 SMP / Sederajat 5 10 4 SMA / Sederajat 29 58 5 DIII - - 6 S1/S2 1 2
Total 50 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa kategori pendidikan terakhir ibu sampel
terbanyak adalah SMA/Sederajat yaitu sebanyak 29 orang (58%).
44
d. Pengetahuan Sampel
Tabel 9. Distribusi sampel berdasarkan Pengetahuan terhadap Sayur dan Buah Sebelum (Pre-Test) dan Sesudah diberikan Penyuluhan (Post-Test)
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata skor pre-test pengetahuan
siswa sebesar 4,56 dengan skor maksimum 7 dan skor minimum 3,
sedangkan rata-rata skor post-test pengetahuan siswa sesudah diberi
penyuluhan tentang sayur dan buah adalah 8,18 dengan skor maksimum
10 dan skor minimum 5.
e. Sikap Sampel
Tabel 10. Distribusi sampel berdasarkan Sikap terhadap Sayur dan Buah Sebelum (Pre-Test) dan Sesudah diberikan Penyuluhan (Post-Test)
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test sikap
siswa sebelum diberikan penyuluhan tentang sayur dan buah yaitu
sebesar 31,30 dengan skor maksimum 39 dan skor minimum 23,
sedangkan rata-rata skor post-test sikap siswa setelah diberikan
penyuluhan adalah 33,06 dengan skor maksimum 39 dan skor minimum
28.
Skor Pengetahuan n Minimum Maksimum Mean
Pre-test 50 3 7 4,56
Post-test 50 5 10 8,18
Skor Sikap n Minimum Maksimum Mean
Pre-test 50 23 39 31,30
Post-test 50 28 39 33,06
45
f. Asupan Vitamin Sampel
Tabel 11. Distribusi sampel berdasarkan Asupan Vitamin Sebelum (Pre-Test) dan Sesudah diberikan Penyuluhan (Post-Test)
Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan Vitamin A,
Vitamin B6, dari pre-test ke post-test mengalami peningkatan. Sedangkan
nilai rata-rata asupan Vitamin B1, Vitamin B2, dan Vitamin C tidak
mengalami peningkatan.
g. Asupan Mineral Sampel
Tabel 12. Distribusi sampel berdasarkan Asupan Mineral Sebelum (Pre-Test) dan Sesudah diberikan Penyuluhan (Post-Test)
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan Potassium, dan
Zinc dari pre-test ke post-test mengalami peningkatan. Sedangkan nilai
Asupan n Pre-test Post-Test Mean
Min Maks Min Maks Pre-Test
Post-Test
Vitamin A 50 31.00 290.95 2.95 573.55 1.4211 1.6265
Vitamin B1 50 0.00 0.25 0.00 0.25 0.0550 0.0480
Vitamin B2 50 0.00 0.20 0.00 0.35 0.640 0.1980
Vitamin B6 50 0.00 1.05 0.00 1.35 0.1980 0.2114
Vitamin C 50 2.45 144.30 0.80 130.70 31.4930 26.5180
Asupan Mineral
n Pre-test Post-Test Mean
Min Maks Min Maks Pre-Test
Post-Test
Sodium 50 2.45 19.95 0.30 24.50 9.3010 8.9640
Potassium 50 11.55 880.80 21.35 1215.05 2.5243 2.5265
Calcium 50 8.60 129.05 0.85 110.75 35.5120 31.3800
Magnesium 50 4.75 63.00 0.75 98.45 20.7320 19.2390
Fosfor 50 4.60 57.50 1.70 89.15 25.7190 25.5088
Iron 50 0.20 1.50 0.00 2.10 0.6560 0.6270
Zinc 50 0.05 0.45 0.85 0.2240 0.1970 0.2240
46
rata-rata asupan Sodium, Calcium, Magnesium, Fosfor, dan Iron tidak
mengalami peningkatan.
h. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet Tentang Sayur dan
Buah terhadap Pengetahuan Siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
Tabel 13. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang Sayur dan Buah terhadap Pengetahuan Siswa
Pengetahuan Mean p-value
Pre-test 4,56 0,000
Post-test 8,18
Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rataskor pengetahuan
siswa tentang sayur dan buah sebelum dilakukan penyuluhan lebih
rendah daripada setelah dilakukan penyuluhan. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan pengetahuan tentang sayur dan buah setelah
dilakukan penyuluhan.
Hasil analisa dengan menggunakan uji Paired T-test diperoleh nilai
p-value 0,000 < p0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan dengan media leaflet tentang sayur dan buah terhadap
pengetahuan siswa SDN 105349 Paluh Kemiri.
i. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet Tentang Sayur dan
Buah terhadap Sikap Siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
Tabel 14. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang Sayur dan Buah terhadap Sikap Siswa
Sikap Mean p-value
Pre-test 31,30 0,003
Post-test 33,06
Tabel 14menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor sikap siswa
terhadap sayur dan buah sebelum dilakukan penyuluhan lebih rendah
daripada setelah dilakukan penyuluhan. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan sikap terhadap sayur dan buah setelah dilakukan
penyuluhan.
47
Hasil analisa dengan menggunakan uji Paired T-testdiperoleh nilai p-
value 0,003 <0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan
dengan media leaflet tentang sayur dan buah terhadap sikap siswa SDN
105349 Paluh Kemiri.
j. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet Tentang Sayur dan Buah terhadap Asupan Vitamin Siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
Tabel 15. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang Sayur dan Buah terhadap Asupan Vitamin Siswa
Asupan Mean p-value
Pre-test Post-test
Vitamin A 1,4212 1.6264 0,216 Vitamin B1 0,0550 0,0480 0,483 Vitamin B2 0,0570 0,0640 0,496 Vitamin B6 0,1980 0,2114 0,729 Vitamin C 31,4930 26,5180 0,244
Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan Vitamin siswa
sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan tidak
mengalami peningkatan.
Hasil analisa dengan menggunakan uji Paired T-testdiperoleh nilai
p-value >0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penyuluhan
dengan media leaflet tentang sayur dan buah terhadap Asupan Vitamin
siswa SDN 105349 Paluh Kemiri.
k. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet Tentang Sayur dan
Buah terhadap Asupan Mineral Siswa SDN 105349 Paluh Kemiri Tabel 16. Pengaruh Penyuluhan dengan Media Leaflet tentang
Sayur dan Buah terhadap Asupan Mineral Siswa
Asupan Mineral Mean p-value
Pre-test Post-test
Sodium 9,3010 8,6490 0,433 Potassium 2,524 2,526 0,994
Calcium 35,5120 31,3800 0,237 Magnesium 20,7320 19,2390 0,505 Fosfor 25,7190 25,5088 0,929 Iron 0,6560 0,6270 0,607 Zinc 0,1970 0,2240 0,241
48
Tabel 16 menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan Mineralsiswa
sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan tidak
mengalami peningkatan.
Hasil analisa dengan menggunakan uji Paired T-testdiperoleh nilai
p-value >0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penyuluhan
dengan media leaflet tentang sayur dan buah terhadap Asupan Mineral
siswa SDN 105349 Paluh Kemiri.
49
B. PEMBAHASAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan tentang gizi dapat disampaikan melalui penyuluhan.
Penyuluhan dapat diberikan dengan berbagai media salah satunya adalah
leaflet. Leaflet adalah selembar kertas yang dilipat berisi tulisan tentang
suatu masalah dan disertakan dengan saran dan tujuan tertentu. Salah
satu keuntungan leaftlet adalah lebih informatif dan jangkauan dapat lebih
luas (Supariasa, 2012).
Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan
siswa tentang sayur dan buah setelah diberikan penyuluhan. Setelah
dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Paired T-test diperoleh
nilai p-value 0,000 yang berarti <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh penyuluhan dengan media leaflet terhadap sayur dan buah
terhadap pengetahuan siswa SDN 105349 Paluh Kemiri. Penelitian ini
sejalan dengan yang dilakukan oleh Al Rahmad, Agus Hendra (2017)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian
penyuluhan terhadap peningkatan/perubahan pengetahuan tentang
konsumsi sayur dan buah.Hal ini juga sejalan dengan penelitian Saputra,
dkk (2016), yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
pada pengetahuan tentang sayur dan buah siswa sebelum dan sesudah
edukasi melalui media leaflet.
Tidak hanya pengetahuan, sikap juga sangat berperan penting
terhadap konsumsi sayur dan buah anak. Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Manifestasi sikap tidak dapat langung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
50
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi emosional
terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini, siswa diberi stimulus berupa penyuluhan dengan
media leaflet. Penyuluhan ini diberikan untuk melihat perubahan sikap
yang terjadi pada siswa mengenai sayur dan buah.
Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sikap siswa
terhadap sayur dan buah setelah diberikan penyuluhan. Setelah dilakukan
uji statistik dengan menggunakan uji Paired T-test diperoleh nilai p-value
0,003 yang berarti <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet terhadap sayur dan buah
terhadap sikap siswa SDN 105349 Paluh Kemiri. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ramadhani, Rodhia, dkk
(2015), tentang “Pengaruh Penyuluhan Gizi Tentang Makanan Beragam
Bergizi Seimbang Dan Aman Melalui Buku Cerita Bergambar Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Anak SDN 060895 Medan.”
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan sikap anak
sekolah setelah diberikan penyuluhan gizi dengan media buku cerita
bergambar.
Pengetahuan dan sikap terhadap sayur dan buah berperan penting
terhadap asupan vitamin dan mineral anak. Pengetahuan tidak hanya
didapat dari sekolah saja, melainkan pengetahuan juga dapat diperoleh
dari pengalaman hidup sehari-hari begitu juga dengan sikap
(Sediaoetama, 2010).
Jenis vitamin yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari vitamin
A, vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B6 (Pyridoxin), dan
vitamin C. Jenis mineral yang dianalisis antara lain Sodium, Potassium,
Calcium, Magnesim, Fosfor, Iron, dan Zinc. Tabel 14 menunjukkan bahwa
dari 50 orang siswa yang dijadikan sampel penelitian, dengan metode
recallmakan 3x24 jam diperoleh nilai rata-rata asupan vitamin yang
dikonsumsi sebelum penyuluhan maupun setelah diberikan penyuluhan
tidak terdapat perubahan yang signifikan.
Setelah dilakukan uji statistik dengan mengunakan uji Paired T-test
51
diperoleh nilai value >0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet terhadap asupan vitamin
siswa SDN 105349 Paluh Kemiri.
Hasil yang sama ditunjukkan dengan asupan mineral, dengan
metode recall makan 3x24 jam diperoleh nilai rata-rata asupan mineral
yang dikonsumsi sebelum penyuluhan maupun setelah diberikan
penyuluhan tidak terdapat perubahan yang signifikan. Setelah dilakukan
uji statistik dengan mengunakan uji Paired T-test diperoleh nilai p-value
>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penyuluhan
dengan media leaflet terhadap asupan mineral siswa SDN 105349 Paluh
Kemiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2013),
kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan mempengaruhi
pola makan anak sehingga anak akan dapat memutuskan makanan yang
dikonsumsinya. Tingkat pengetahuan gizi ibu tidak selalu menyebabkan
asupan vitamin dan mineral anak sesuai dengan angka yang dianjurkan.
Selain itu, rendahnya konsumsi buah dan sayur juga disebabkan oleh
ketersediaan sayur dan buah di rumah.Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Gustiara (2013) yang menyimpulkan bahwa ketersediaan buah
dan sayur dirumah hanya 49%. Faktor lain yang berperan adalah
pendapatan orang tua. Semakin tinggi pendapatan orang tua semakin
tinggi pula daya beli makanan khususnya buah dan sayur. Tingkat
pendapatan akan mencerminkan kemampuan daya beli bahan makanan
di tingkat rumah tangga, khususnya buah dan sayur baik jumlah maupun
mutunya (Rachman, Bella Nadya, 2017).
52
BAB V
KESIMPULAN, KELEMAHAN, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Skor pengetahuan sampel tentang sayur dan buah sebelum
diberikan penyuluhanskor maksimum 7 dan minimum 3.
Sedangkan setelah diberikan penyuluhan nilai maksimum 10 dan
skor minimum 5.
2. Skor sikap sampel terhadap sayur dan buah sebelum diberikan
penyuluhan maksimum 39 dan minimum 23. Sedangkan setelah
diberikan penyuluhan rata-rata skor adalah 33,06 dengan nilai
maksimum 39 dan minimum 28.
3. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan kesimpulan ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet tentang sayur dan
buah terhadap pengetahuan siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
(p=0,000)
4. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan kesimpulan ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet tentang sayur dan
buah terhadap sikap siswa SDN 105349 Paluh Kemiri (p=0,003)
5. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan kesimpulan tidak Ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet tentang sayur dan
buah terhadap Asupan vitamin siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
(p>0,05)
6. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan kesimpulan tidak Ada
pengaruh penyuluhan dengan media leaflet tentang sayur dan
buah terhadap Asupan mineral siswa SDN 105349 Paluh Kemiri
(p>0,05)
53
B. KELEMAHAN
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SD,
sehingga hasil yang didapat mungkin akan menimbulkan
perbedaan apabila dilakukan pada jenis pendidikan yang lain
seperti SMP dan SMA.
2. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang
dibagikan secara bersamaan kepada sampel dan kemudian
dibacakan (tidak didampingi secara satu per satu).
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili
semua faktor-faktor yang mempengaruhi asupan vitamin dan
mineral siswa SD.
C. SARAN
1. Bagi sampel yang masih berasupan vitamin dan mineral rendah
sebaiknya lebih ditingkatkan lagi konsumsi sayur dan buah.
2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang asupan
vitamin dan mineral pada anak sekolah sebaiknya menggunakan
waktu yang lebih banyak lagi dalam memberi intervensi dan
memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
sayur dan buah pada anak sekolah seperti pendapatan orang tua
dan ketersedian sayur dan buah dirumah.
3. Bagi pihak sekolah sebaiknya dapat memberikan informasi dan
dukungan berupa pembelajaran atau penyuluhan tentang
pentingnya mengonsumsi sayur dan buah pada anak sekolah.
4. Bagi tenaga kesehatan sebaiknya memberikan informasi serta
promosi kesehatan yang lebih kepada anak sekolah untuk
mendukung peningkatan pengetahuan, sikap serta asupan vitamin
dan mineral pada anak sekolah
54
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, D Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta. Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam
Siklus Kehidupan. Kencana. Jakarta. Ahmad, Aripin dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. EGC.
Jakarta. Akhmad, Eri Yanuar. 2017. Diet Sehat dan Aman untuk Anak-anak. Andi
Publisher. Jakarta. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Cetakan ketujuh. Jakarta. Al Rahmad, Agus Hendra dan Almunadia. 2017. Pemanfaatan Media
Flipchart dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu tentang Konsumsi Sayur dan Buah. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
Astawan, Made. 2009. A-Z Ensiklopedia Gizi Pangan untuk Keluarga.
Dian Rakyat. Yogyakarta. Balitbangkes . 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Balitbangkes. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Balitbangkes, 2014. Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Buku Studi
Diet Total Indonesia 2014 : Laporan Nasional. Jakarta. Briawan, Dodik dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi. EGC.
Jakarta. CH, Shantika Ebi. 2017. Golden Age Parenting. PT. Anak Hebat
Indonesia. Yogyakarta. Darawati, Made dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi.
EGC. Jakarta. Farisa, S. 2012. Hubungan sikap, pengetahuan, ketersediaan dan
keterpaparan media massa dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 8 Depok tahun 2012. [Skripsi] : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.
55
Fikawati, Sandra, Ahmad Syafiq, Arinda Veratama. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Rajawali Pers. Depok
Gustiara, I. 2013. Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SMA Negeri 1
Pekan Baru. Jurnal Procure USU Medan. Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Mitra Pelajar. Jakarta Indrati, Retno dan Murdijati Gardjito. 2014. Pendidikan Konsumsi Pangan :
Aspek Pengolahan dan Keamanan. Kencana. Jakarta. Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta. Kemenkes. Permenkes No. 41 tahun 2014. Kemenkes. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Tabel Angka
Kecukupan Gizi. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo
Persada. Jakarta. Muslihah, Nurul dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi.
EGC. Jakarta. Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. EGC. Jakarta. Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi 2. Pustaka Kemang
Studio Aksara. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Jakarta. Notoatmodjo, Soekijdo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Rachman, Bella Nadya, I Gede Mustika, I.G.A Wita Kusumawati. 2017.
Faktor yang berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa SMP di Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia.
56
Rakhmawati, Nuris Z. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 bulan. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Ramadhani, Rodhia, Albiner Siagian, Zulhaida Lubis. 2015. Pengaruh
Penyuluhan Gizi Tentang Makanan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman Melalui Buku Cerita Bergambar Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Anak Sekolah Dasar Negeri 060895 Medan: Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM, USU. Medan
Saputra, Mhd. Dahniman, Yulia Wahyuni, Rachmanida Nuzrina. 2016.
Pengaruh Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Video dan Leaflet Terhadapa Perubahan Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa SMP Al Chasanah Tahun 2016. Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
Sediaoetama, AD. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.
Dian Rakyat. Jakarta Sinaga, Tiurma dalam Hardinsyah. 2017. Ilmu Gizi : Teori & Aplikasi.
EGC. Jakarta. Sudaryono, 2017. Metodologi Penelitian. Rajawali Pers. Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Pendidikan & Konsultasi Gizi. EGC.
Jakarta. Susilowati dan Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. PT. Refika
Aditama. Bandung. WHO 2016. Micronutrient Deficiences. http : //www.who. int/nutrition/topics
/vad/en [acces : Oct 28,2017]. Yuliarti, Nurheti. (2008). Food Supplement : Panduan Mengonsumsi
Makanan Tambahan untuk Kesehatan Anda. Banyu Media. Yogyakarta.