09 KTI Full - Jl. Mataram No. 9 Pesurungan Lor Tegal ...

70
GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi DIII Farmasi Oleh: AN’IMFALAKHUDIN 17080143 PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA 2020

Transcript of 09 KTI Full - Jl. Mataram No. 9 Pesurungan Lor Tegal ...

GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB

KABUPATEN TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli

Madya Program Studi DIII Farmasi

Oleh:

AN’IMFALAKHUDIN

17080143

PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK

HARAPAN BERSAMA

2020

ii

GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB

KABUPATEN TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli

Madya Program Studi DIII Farmasi

Oleh:

AN’IMFALAKHUDIN

17080143

PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK

HARAPAN BERSAMA

2020

iii

GAMBARAN PENGOBATAN PASIEN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB

KABUPATEN TEGAL

Oleh :

AN’IMFALAKHUDIN

17080143

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ROSARIA IKA PRATIWI, S.Farm, M.Sc, Apt HENI PURWAN TININGRUM,M.Farm.,Apt NIDN : 0611108102 NIPY:990696698

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

NAMA : AN’IMFALAKHUDIN

NIM : 17080143

Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI

Judul Karya Tulis Ilmiah : GAMBARAN PENGOBATAN GANGGUAN

SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS

TARUB KABUPATEN TEGAL

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan di terima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Farmasi pada Jurusan / Program Studi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Heru Nurcahyo S.Farm. M.Sc.,Apt ( …………………….)

Penguji 2 : Rosaria Ika Pratiwi,S.Farm, M.Sc,Apt ( …………………….)

Penguji 3 : Heni Purwantiningrum,M.Farm.,Apt ( …………………….)

Tegal, April 2019

Program Studi DIII Farmasi

Ketua Program Studi,

(Heru Nurcahyo S.Farm. M.Sc.,Apt) NIDN. 0611 8001

v

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : AN’IMFALAKHUDIN

NIM : 17080143

Tanda Tangan :

Tanggal : April 2019

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : AN’IMFALAKHUDIN

NIM :17080143

Jurusan / Program studi : DIII FARMASI

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklisif (None-

exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PENGOBATAN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN

DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL. Beserta perangkat yang ada

(jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Noneksklusif ini Politeknik Harapan

Berasama Tegal berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam

bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah

saya selama tetep mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tegal

Yang menyatakan

(An’imfalakhudin)

vii

MOTTO

Untuk menjadi sukses bukanlah hal yang instan. Sukses butuh yang namanya usaha. Setiap usaha kecil kecil yang dilakukan harus dengan

sepenuh hati, dan jangan pernah berhenti untuk melakukan usaha tersebut sebelum kamu mencapai tujuanmu.

(Nabi Muhammad SAW)

Tuhan tidak mengharuskan kita sukses, Tuhan hanya mengharapkan kita

mencoba.

(Mario Teguh)

Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum

kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.

(R.A Kartini)

Kupersembahkan Buat:

� Allah SWT � Kedua orang tuaku � Keluarga besarku di Tegal � Sahabat-sahabat ku � Teman-teman satu angkatan � Dosen pembimbingku � Keluarga kecil DIII Farmasi � Almamaterku

viii

PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

karena dengan rahmat, hidayah dan izin- Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Gambaran

Pengobatan Gangguan Saluran Pencernaan Di Puskesmas Tarub

Kabupaten Tegal”. Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi

syarat dalam menyelesaikan Program DIII Farmasi Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan

kepada penulis. Ucapan terima kasih ini penulis berikan terutama kepada:

1. Bapak Mc. Chambali, B.Eng,E.E, M.Kom selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama kota Tegal.

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm, M.Sc., Apt selaku Kaprodi DIII Farmasi di

Politeknik Harapan Bersama kota Tegal.

3. Ibu Rosaria Ika Pratiwi, M.Sc, Apt selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah

memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada penulis

dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt selaku Dosen Pembimbing 2 yang

telah memberikan kritik, saran, nasehat, petunjuk, dan bimbingan kepada

penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

ix

5. Bapak dan Mamah yang telah memberikan dukungan moral maupun

material serta do’a dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat

selesai.

6. Sahabat-sahabat semua yang selalu memberikan dukungan serta dorongan

untuk terus semangat dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman Farmasi Angkatan 17 yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu terimakasih atas pertemanan selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan ampunan, melimpahkan rahmat, dan

mencurahkan karunia-Nya serta melipat gandakan pahala amal kebaikan

semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun lebih baiknya karya tulis. Akhirnya penulis berharap

semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tegal, April 2020

An’imfalakhudin

x

INTISARI

FALAKHUDIN, AN’IM, PRATIWI, ROSARIA IKA., PURWANTININGRUM, HENI., 2019. GAMBARAN PENGOBATAN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL.

Gangguan Saluran Pencernaan adalah masalah yang terjadi pada

salah satu organ sistem pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan

secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

pengobatan pasien tukak lambung di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

Metode penelitian ini merupakan penelitian metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat retrospektif, dengan

menggunakan data resep pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas

Tarub pada bulan September – Oktober 2019. Sampel diambil berdasarkan

metode Purposive sampling.

Hasil penelitian ini diperoleh data karakteristik pasien berdasarkan

usia terbanyak yaitu pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 33 pasien

(47,14%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 47 pasien

(67,14%). Berdasarkan hasil penelitian jenis obat yang digunakan untuk

pasien gangguan saluran pencernaan adalah antasida sebesar 50%, ranitidin

28,57% dan omeprazol 21,42%.

Kata Kunci: Pengobatan Saluran Pencernaan,Purposive sampling,

Puskesmas

xi

ABSTRACT

FALAKHUDIN, AN'IM, PRATIWI, ROSARIA IKA.,

PURWANTININGRUM, HENI., 2019. DESCRIPTION OF

TREATMENT DISORDERS OF LIFESTIME CHANNELS IN

TARUB PUBLIC HEALTH CENTER, TEGAL DISTRICT.

Digestive Tract Disorders are problems that occur in one organ of

the digestive system, or more than one digestive organ simultaneously.

This study aims to determine the description of treatment of patients with

peptic ulcers in the Tegal Regency Tarub Health Center.

This research method is a descriptive method research with a

quantitative approach that is retrospective, using prescription data for

patients with digestive disorders in the Tarub health center in September -

October 2019. Samples were taken based on purposive sampling method.

The results of this study obtained data on the characteristics of

patients based on the most age, namely in adulthood (26-45 years) as

many as 33 patients (47.14%), the most sex was female as many as 47

patients (67.14%). Based on research results the types of drugs used for

patients with digestive disorders are 50% antacids, ranitidine 28.57% and

omeprazole 21.42%.

Keywords: Digestive Disorders, Types of Drugs, Treatment

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. v

HALAMANNPERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

PRAKATA ....................................................................................................... viii

INTISARI ......................................................................................................... x

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ........................................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

1.6 Keaslian Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN UMUM........................................................................ 8

2.1 Gangguan Saluran Pencernaan .................................................. 8

2.1.1 Definisi Gangguan Saluran Peencernaan ......................... 8

2.1.2 Penyebab Gangguan Saluran Pencernaan ........................ 9

2.1.3 Faktor Risiko Gangguan Saluran Pencernaan .................. 11

2.2 Pengobatan Gangguan Saluran Pencernaan .............................. 12

2.3 Antasida .................................................................................... 14

2.3.1 Definisi Antasida............................................................. 14

xiii

2.3.2 Indikasi Antasida............................................................. 14

2.3.3 Efek Samping Antasida ................................................... 15

2.4 Ranitidine................................................................................... 15

2.4.1 Definisi Ranitidin ............................................................ 15

2.4.2 Indikasi Ranitidin ............................................................ 16

2.4.3 Efek Samping Ranitidin .................................................. 16

2.5 Omeprazole ................................................................................ 16

2.5.1 Definisi Omeprazole ....................................................... 16

2.5.2 Indikasi Omeprazole ....................................................... 16

2.5.3 Efek Samping Omeprazole ............................................. 17

2.6 Kerasionalan Obat ..................................................................... 17

2.7 Puskesmas .................................................................................. 18

2.7.1 Tugas dan Fungsi Puskesmas ........................................... 19

2.7.2 Tujuan Puskesmas ............................................................. 20

2.8 Puskesmas Tarub ....................................................................... 20

2.8.3 Profil Puskesmas Tarub .................................................... 20

2.8.4 Personalia Puskesmas ....................................................... 21

2.9 Kerangka Teori .......................................................................... 22

3.0 Kerangka Konsep ...................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 24

3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu ........................................................ 24

3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian .................................. 24

3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian .................................... 24

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ................................................. 24

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 25

3.3.1 Populasi ............................................................................ 25

3.3.2 Sampel .............................................................................. 25

3.4 Teknik Sampel ........................................................................... 26

3.5 Variabel Penelitian .................................................................... 27

3.6 Definisi Operasional .................................................................. 27

xiv

3.7 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 30

3.7.1 Jenis Data ......................................................................... 30

3.7.2 Cara Pengumpulan Data .................................................. 30

3.8 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 30

3.8.1 Pengolahan Data .............................................................. 30

3.8.2 Analisis Data .................................................................... 31

3.9 Etika Penelitian .......................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34

LAMPIRAN ..................................................................................................... 36

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kerangka Teori ................................................................................ ..23

Gambar 2.Kerangka Konsep...............................................................................24

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel.1 Keaslian Penelitian...................................................................................5

Tabel. 2 Definisi Oprasional.................................................................................29

Tabel. 3 Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin......................................33

Tabel. 4. Karakteristik pasien berdasarkan umur.................................................34

Tabel.5. Jenis penggunaan obat tukak lambung....................................................35

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tukak lambung merupakan merupakan penyakit yang dapat

diderita segala golongan masyarakat dan usia yang penyebabnya adalah

karena ketidakseimbangan enzim pencernaan dan agen yang bersifat

merusak dan mekanisme pertahanan lambung, bersifat lebih jarang

daripada tukak lambung duodenal serta lebih banyak diderita

priandaripada wanita (Valle, 2010).

Setiap tahun 4 juta orang menderita ulkus peptikum di seluruh

dunia, sekitar 10% - 20% terjadi komplikasi dan sebanyak 2% - 14%

didapatkan ulkus peptikum perforasi. Perforasi ulkus peptikum relatif kecil

tetapi dapat mengancam kehidupan dengan angka kematian yang

bervariasi dari 10% - 40%. Lebih dari setengah kasus adalah perempuan

dan biasanya mengenai usia lanjut yang mempunyai lebiih banyak resiko

komorbiditas daripada laki-laki. Penyebab utama adalah penggunaan Non

Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID), steroids, merokok,

Helicobater pylori dan diet tinggi garam (Saverio et al, 2014).

Pengobatan tukak peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah

kekambuhan dan komplikasi ( Sanusi, 2011). Pilihan pengobatan yang

paling tepat untuk penyakit tukak lambung tergantung pada penyebabnya.

Terapi kombinasi obat maupun pemberian obat secara tunggal diperlukan

2

untuk penyakit tukak lambung. Kombinasi obat dengan golongan PPI

(Proton Pump Inhibitor H2 histamin) jenis obatnya yaitu semitidin,

famotidin, ranitidin nizatidin agau golongan ( inhibitor pompa proton)

jenis obatnya omeprazol dan lansoprazol, sedangkan pemberian obat

secara tunggal untuk pasien tukak lambung yaitu dengan menggunakan

obat antasida maupun golongan (inhibitor pepsin) jenis obatnya yaitu

sukralfat dengan tujuan untuk menetralisasikan asam lambung untuk

pasien tukak lambung. Peresepan obat yang tidak rasional bisa

dideskripsikan sebagai tidak tepat secara medis dan tidak efektif dalam

pembiayaan pengobatan (Agabana, 2014).

Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal

yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang

berlebihan dan zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi.

Beberapa faktor resiko gastritis adalah menggunakan obat aspirin atau anti

radang non steroid, infeksi kuman Helicobacter pylori, memiliki kebiasaan

minum-minuman beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering

mengalami stress, kebiasaan makan yaitu waktu makan yang tidak teratur,

serta terlalu banyak makan-makanan yang pedas dan asam ( Gustin, 2011).

Pemilihan lokasi penelitian adalah Puskesmas Tarub dikarenakan

berdasarkan wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober 2019 kepada

Tata Usaha sehingga peneliti tertarik untuk melakukan diketahui banyak

kasus pasien tukak lambung yang terjadi di Puskesmas tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

3

penelitian tentang “ Gambaran Pengobatan Pasien Tukak Lambung di

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal”.

Dilihat dari sumber daya manusia yang rendah memungkinkan

sekali tingkat pengetahuan yang rendah sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Puskesmas Tarub.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah

penelitian ini adalah

1. Bagaimana karakteristik pasien gangguan saluran pencernaan di

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal

2. Bagaimana gambaran pengobatan pada pasien gangguan saluran

pencernaan di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal?

1.3 Batasan Masalah

1. Pengobatan meliputi karakteristik pasien gangguan saluran pencernaan

berdasarkan pada jenis kelamin, usia, jenis pengobatan untuk pasien

gangguan saluran pencernaan.

2. Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat jalan di Puskesmas Tarub

3. Data yang diambil adalah data resep dan rekam medik pasien rawat jalan

pada penyakit gangguan saluran pencernaan pada bulan September –

Oktober 2019 di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

4

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik pasien gangguan saluran pencernaan di

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

2. Untuk mengetahui gambaran pengobatan pasien gangguan saluran

pencernaan di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Profesi

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan

pengetahuan tenaga kesehatan khususnya untuk tenaga kefarnasian dalam

upaya peningkatan pengetahuan tentang pengobatan pasien penderita

penyakit gangguan saluran pencernaan.

b. Bagi ilmu farmasi

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan ilmu yang

manfaat khususnya ilmu farmasi sosial.

c. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat serta

menambah wawasan bagi para pembaca yaitu mahasiswa, tentang

pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian ( Puskesmas )

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

tentang pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan.

5

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

NO Pembeda Wardianti, 2016

Desnita,2019 falakhudin 2019

1

Judul Penelitian

Gambaran terapi kombinasi ranitidin dengan sukralfat dan ranitidin dengan antasida dalam pengobatan gastritis di SMF penyakit dalam rumah sakit umum daerah(RSUD) Akhmad Mochtar Bukit tinggi

Evaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien tukak peptik di instalasi rawat inap RSUD Sultan syarif Mohamad Alkadrie Pontianak

Gambaran pengobatan pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal

2

Sampel penelitian

Penderita Gastritis yang memenuhi kriteria inklusi di SMF penyakit dalam RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi mulai bulan November 2010 sampai Mei 2011

P Pengobatan pasien tukak peptik yang terdapat dalam rekam medis di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan syarif Mohamad Alkadrie Pontianak periode Januari – Desember 2017

Pasien gangguan saluran pencernaan rawat jalan di Puskesmas Tarub periode bulan September – Oktober 2019

6

3 Metode penelitian

Deskriptif

Deskriptif Deskriptif

4 Hasil penelitian

Da Penelitian yang dilakukan pemeriksaan endoskopi dengan keluhan nyeri ulu hati, pedih sebelum atau sesudah makan, perasaan mual kadang-kadang disertai muntah, rasa panas di

epigastrium,

lekas kenyang,

kembung,

kadang-kadang

nafsu makan

berkurang

ditemukan 10

kasus dengan

tanda-tanda

gastritis.

penggunaan obat tukak peptik yang paling banyak digunakan dirawat inap Sukralfat(85,29%), pantoprazol(75,53%), antasida(58,82%), ondansetron(52,94%)

Penggunaan obat gangguan saluran pencernaan yang paling sering digunakan antasida (50%), ranitidin (28,57%),omeprazol (21,42%).

Lanjutan tabel 1.1 keaslian penelitian

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Saluran Pencernaan

Gangguan pencernaan adalah masalah yang terjadi pada salah satu

organ sistem pencernaan, atau lebih dari satu organ pencernaan secara

bersamaan. Sistem pencernaan terdiri dari sejumlah organ, mulai dari

mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Organ

hati, pankreas, dan kantung empedu juga berperan dalam mencerna

makan, namun tidak dilewati oleh makanan atau terletak diluar saluran

pencernaan (Anonim, 2011)

2.1.1 Definisi Gangguan Saluran Pencernaan

Lambung merupakan kantong yang terletak di bawah sekat rongga

badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat makanan dicerna dan

sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi tiga

daerah, yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas,

daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu sendiri. Fundus

adalah bagian tengah bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian bawah,

daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau sering disebut

duodenum (Anonim, 2011)

8

2.1.2 Penyebab Gangguan Saluran Pencernaan

Gangguan saluran pencernaan disebabkan karena adanya aktifitas

pepsin dan asam lambung serta radikal bebas sebagai faktor perusak.

Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus dan hasil

dari inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan submukosa. Ada

hipotesis yang menyatakan bahwa inflamasi merangsang peningkatan

produksi gastrin. Urease juga merupakan faktor penting untuk timbulnya

infeksi (Tahuteru, 2014).

Terjadinya gangguan saluran pencernaan melalui mekanisme ROS

( Reaktif Oksigen Spesies) yaitu dengan memediasi kerusakan mitokondria

yaitu lipid, protein, dan oksidasi DNA yang sehingga sistem pertahanan

menurun dan menyebabkan apoptosis dan cedera mukosa.

Diketahui ada dua faktor utama penyebab gangguan saluran

pencernaan yaitu, infeksi Helicobacter pylori, dan penggunaan NSAID.

1. Infeksi Helicobacterpylori

Infeksi Helicobacterpylori merupakan penyebab tukak lambung.

Dua pertiga bagian lambung adalah Helicobacterpylori positif yang

menginduksi sejumlah inflamasi, yang mengarah ke generasi ROS dan

spesies nitrogen reaktif (RNS), yang dimediasi neutrofil dan makrofag.

Mekanisme penyebab tukak lambung akibat dari infeksi

Helicobacterpylori belum pasti, namun terapi eradikasi yang efektif

menyebabkan penyembuhan tukak lambung (Lockrey dan Lim, 2011).

9

2. NSAID

Non Steroid Anti Implamatory Drug (NSAID) digunakan untuk

menghilangkan nyeri sendi dan radang atau inflamasi. NSAID seperti

aspirin, indometasin menimbulkan efek samping pada saluran cerna atau

lambung (Sadikin, 2011).

NSAID digunakan untuk mengobati reumatoid artritis, osteoartritis

atau nyeri dengan mekanisme menghambat enzim cyclooxsigenase dan

menghambat prostlagandin. Prostlagandin inilah yang merupakan

mediator inflamasi yang mengakibatkan berkurangnya tanda – tanda

inflamasi. Akan tetapi prostlagandin juga merupakan zat yang bersifat

protektor pada mukosa lambung. Hambatan sintesis prostlagandin akan

mengurangi protektif mukosa lambung yang berakibat kerusakan atau

cidera lambung oleh faktor agresif endogen (Gosal et al., 2012).

Mekanisme NSAID selain menghambat siklooksigenase dan

penurunan produksi prostlagandin, NSAID menginduksi kerusakan

mukosa melalui ROS yang dihasilkan oleh leukosit yang dimediasi

kerusakan mitokondria serta lipid, protein, dan DNA yang menyebabkan

apoptosis dan cidera mukosa. Obat – obat NSAID ini memang secara

umum dikenal sebagai salah satu faktor agresif eksogen yang dapat

merusak mukosa lambung baik secara lokal dengan menyebabkan iritasi

langsung yang mendifusi kembali asam lambung ke mukosa sehingga

terjadi kerusakan jaringan. Dan secara sistemik dengaan menghambat

enzim constitutive cyclooxigenase-1 sehingga mensistesis prostaglandin

10

dari asam arakidonat sehingga tidak adalagi proteksi dari mukosa lambung

(Suzuki et al., 2011)

2.1.3 Faktor Resiko Gangguan Saluran Pencernaan

1. Faktor demografi umur dan jenis kelamin

Umur merupakan prognostik faktor sesudah pembedahan pada

peptic ulcer perforasi karena diikuti oleh penyakit penyerta seperti

COPD, kelainan jantung maupun sepsis. Pada pasien usia lanjut yang

diikuti penyakit penyerta memberikan hasil yang lebih buruk karena

beberapa penyebab dan tingginya angka kematian. Nilai rata umur

pasien yang meninggal sesduah pembedahan lebih signifikan pada

pasien yang lebih tua dari pada pasien muda ( Bas et al, 2010). Lebih

dari setengah kasus adalah perempuan dan biasanya mengenai usia

lanjut yang mempunyai lebih banyak risiko komorbiditas daripada laki

– laki (Saverio et al, 2014).

2. Lokasi Ulkus

Penelitian Tas et al, 2015 menyebutkan nahwa besarnya ukuran

ulkus dari 1 cm sebagai faktor resiko dari mortalitas pada tukak

lambung.

3. Merokok

Bukti yang cukup kuat menunjukan bahwa mengkonsumsi

rokok merupakan faktor yang cukup besar yang berhubungan dengan

kejadian, lama kejadian, rekurensi dan komplikasi dari tukak lambung

yang disebabkan oleh Helicobacterpylori. Suatu penelitian

11

epidemologi menunjukan merokok meningkatkan risiko baik ulkus

duodenal maupun ulkus lambung dan risikonya tergantung pada

jumlah rokok yang dikonsumsi. Merokok memperlambat

penyembuhan ulkus, menyebabkan rekurensi, dan meningkatkan risiko

komplikasi. Berhenti merokok sangat penting untuk mencegah

rekurensi dari ulkus duodenal (Tas et al,2015).

4. Konsumsi alkohol

Konsentrasi tinggi dari alkohol menyebabkan kerusakan pembatas

mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan berhubungan dengan lesi

mukosa lambung akut yang disebabkan pendarahan mukosa. Alkohol

sendiri menstimulasi sekresi asam, dan komposisi dari minuman

alkohol selain dari alkohol juga menstimulasi sekresi asam (Luo et al,

2012).

2.2 Pengobatan Ganggguan Saluran Pencernaan

a. Non-Farmakologi

1) Istirahat

Secara umum pasien tukak lambung dianjurkan rawat jalan,

bila kurang berhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap.

Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap walaupun

mekanismenya belum jelas, kemungkinan oleh bertambahnya jumlah

istirahat, berkurangnya refluks empedu, stress, dan penggunaan

analgetik. Stress dan kecemasan memegang peran dalam peningkatan

asam lambung dan penyakit tukak (Tarigan,2009).

12

2) Diet

Makanan lunak apalagi bubur saring, makanan yang

mengandung susu tidak lebih dari pada makanan biasa, karena

makanan halus akan merangsang pengeluaran asam. Cabai, makanan

yang merangsang, makanan mengandung asam dapat menimbulkan

rasa sakit pada beberapa pasien ulkus dan dispepsia non ulkus,

walaupun belum dapat dibuktikan keterkaitannya. Alkohol belum

terbukti mempunyai efek yang merugikan. Air jeruk yang asam, coca –

cola, bir, kopi tidak mempunyai pengaruh ulserogenik pada mukosa

lambung tetapi dapat menambah sekresi asam dan belum jelas dapat

menghalangi penyembuhan ulkus dan sebaiknya diminum jangan pada

waktu perut kosong (Tarigan,2009).

3) Tidak merokok

Merokok menghalangi penyembuhan tukak gaster kronik,

menghambat sekresi bikarbonat pankreas, menambah keasaman bulbus

duodenim, menambah refluks duodenogastrik akibat relaksasi sfingter

pilorus sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak (Tarigan,2009)..

b. Farmakologi

Beberapa obat yang termasuk anti tukak.

1. Antasida

Pada saat ini antasida digunakan untuk menghilangkan keluhan

nyeri dan obat dispepsia. Mekanisme kerjanya menetralkan asam

lambung secara lokal. Preparat yang mengandung magnesium akan

13

menyebabkan diare sedangkan aluminium menyebabkan konstipasi.

Kombinasi keduanya saling menghilangkan pengaruh sehingga tidak

terjadi diare dan konstipasi. Dosis: 3x1 tablet, 4x30 cc (3 kali sehari

malam dan sebelum tidur). Efek samping diare, berinteraksi dengan

obat digitalis, barbiturat, salisilat, dankinidin (Tarigan, 2009).

2. Inhibitor Pompa Proton

Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim KH

ATPase yang akan memecah KH ATP akan menghasilkan energi yang

digunakan untuk mengeluarkan asam dari kanalikuli serta parietal

kedalam lambung. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan

tumor karsinoid pada tikus percobaan. Pada manusia belum terbukti

gangguan keamanannya pada pemakaian jangka panjang (Tarigan,

2009).

3. Antagonis reseptor H2

Antagonis reseptor H2 yang pertama adalah simetidin, yang

diperkenalkan pada tahun 1975. Simetidin memiliki waktu paruh dan

lama kerja yang singkat. Simetidin menghambat sekitar 70% sekresi

asam untuk selang waktu 4 jam. Antagonis reseptor H2 yang lebih

baru, ranitidin, famotidin dan nizatidin juga mempercepat

penyembuhan tukak dengan menyingkirkan penyebabnya. Lama kerja

ranitidin, famotidin dan nizatidin lebih panjang, sehingga menurunkan

kekerapan pemberian obat dan efek samping lebih kecil dibandingkan

dengan sinetidin karena dosis pemakaian simetidin lebih besar. Efek

14

samping antagonis reseptor H2 antara lain agranulositosis,

ginekomastis, konfusi mental khusus pada usia lanjut dan gangguan

fungsi ginjal dijumpai terutama pada pemberian simetidin. Simetidin

sebaiknya jangan dikombinasikan dengan walfarin, teofilin,

siklokapron dan diazepam.

2.3 Antasida

2.3.1 Definisi Antasida

Antasida berasal dari kata anti yaitu lawan, dan acidus yaitu asam.

Antasida adalah basa-lemah yang digunakan untuk mengikat

secara kimiawi dan mentetralkan asam lambung. Efeknya adalah

peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja

proteolitis dari pepsin jika pH diatas 4 (optimal pada pH 2) (Tjay

dan Rahardja, 2010).

2.3.2 Indikasi Antasida

1. Pemberian antasida dapat mengurangi rasa nyeri pada ulkus

peptikum

2. Mengurangi hiperasidasi

3. Mengobati rasa panas di ulu hati

4. Mencegah pembentukan batu fosfat dalam ginjal

5. Mencegah pembentukan batu/kristal obat-obat yang

menyebabkan pH urin menjadi asam

6. Efek samping antasida dapat mengobati penyakit diare

15

2.3.3 Efek Samping

Pemberian antasida dalam dosis besar secara terus –

menerus dapat memberikan efek samping sebagai berikut:

1. Alkalosis (karena dapat diserapnya kation – kation antasida),

retensi cairan dan gejala keracunan Mg dengan depresi SSP (

karena diserapnya Mg) dapat terjadi pada pemakaian antasida

2. Perubahan fungsional usus besar, dapat berupa konstipasi pada

pemakaian Ca-Carbonat, diare pada pemakaian preparat Mg,

susah buang air besar akibat pemakaian hidrat garam – garam

alumunium yang terdapat di dalam usus besar terpisah dari

tinja dan menjadi keras sehingga susah dikeluarkan. Untuk

mecegah efek samping diatas dianjurkan untuk menggunakan

kombinasi (Anwar, 2010).

2.4 Ranitidin

2.4.1 Definisi Ranitidin

Ranitidin adalah obat untuk menangani beberapa kondisi akibat

produksi asam lambung yang berlebihan. Asam yang diproduksi secara

alami oleh sel – sel didalam lapisan lambung ini sebenarnya sangat

penting untuk proses pencernaan. Namun, jika jumlah asam lambung

terlalu banyak, maka bisa berdampak buruk bagi kesehatan ( Ikatan Dokter

Anak Indonesia, 2013).

16

2.4.2 Indikasi Ranitidin

Tukak lambung dan tukak duodenum jinak, tukak stomal, refluks

esofagitis, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan

asam lambung akan bermanfaat ( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013)

2.4.3 Efek Samping

Ranitidin mempunyai efek samping myeri otot, pusinhg, sakit

kepala, diare, mengantuk, pembesaran payudara. Walau sering terjadi,

ranitidin dapat menimbulkan efek samping serius dengan gejala berupa

depresi, gugup, linglung, halusinasi yaitu mendengar atau melihat hal yang

tidak nyata, penurunan kesadaran ( Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013)

2.5 Omeprazole

2.5.1 Definisi Omeprazole

Omeprazole adalah obat untuk mengatasi gangguan lambung,

seperti penyakit asam lambung dan tukak lambung, obat ini dapat

mengurangi produksi asam di dalam lambung (Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2013).

2.5.2 Indikasi Omeprazole

Gastroesophageal reflux disease (GERD), esofagitis, gastritis,

ulkus gaster, ulkus duodenum, profilaksis stress ulcer, infeksi H.pylori (

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).

17

2.5.3 Efek Samping

Konstipasi, kembung, mual, mintah, diare, sakit kepala, spasme

otot, demam (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).

2.6 Kerasionalan Penggunaan Obat

Kriteria penggunaan obat rasional sebagai berikut ( Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2011) :

a. Tepat Diagnosa

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis

yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan

obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya

obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasinya.

b. Tepat Indikasi

Tepat indikasi yaitu terapi obat yang diberikan sesuai dengan

penyakit yang diderita pasien. Adanya kesalahan dalam penegakkan

diagnosis akan berpengaruh pada ketidak tepatan dalam pemilihan obat,

hal ini akan menyebabkan terapi obat yang diberikan akan memberikan

efek yang tidak diinginkan

c. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis

ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih harus yang

memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit dan selalu waspada

terhadap kemungkinan pasien alergi terhadap obat-obat tersebut.

18

d. Tepat Dosis

Tepat dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh

terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebih, khususnya untuk

obat yang dengan terapi yang sempit, akan sangat berisiko timbulnya efek

samping, sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin

tercapainya kadar terapi yang diharapkan.

e. Tepat Lama Pemberian

Interval waktu pemberian merupakan hal yang harus diperhatikan.

Pada umumnya efek obat tergantung pada konsentrasinya di target site

yang berhubungan dengan konsentrasi plasma. Setiap obat memiliki waktu

paruh berbeda(Nila & Halim, 2013). Cara pemberian obat hendaknya

dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.

Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari),

semarin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3

kali sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan

interval setiap 8 jam.

2.7 Puskesmas

Puskesmas adalah salah satu saran yang penting di Indonesia.

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan (Depkes RI,2009).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2016, Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan

Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang

19

bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada

satu atau bagian wilayah kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan

bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat

pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana

Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puskesmas

merupakan salah satu fasilitas atau sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mempunyai wewenang dan

tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan berperan

penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.7.1 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:

20

1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan)

tingkat pertama di wilayah kerjanya.

3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

2.7.2 Tujuan Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomer 75 tahun 2014

memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran dan

kemampuan hidup sehat.

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu.

3. Hidup dalam lingkungan sehat. Memiliki derajat kesehatan

yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

2.8 Puskesmas Tarub

2.8.1 Profil Puskesmas Tarub

Puskesmas Tarub yang terletak di jalan raya Tangkil Mindaka

kecamatan Tarub Kabupaten Tegal dibangun pada tahun 1996 sebagai

Puskesmas rawat jalan, dan sejak tahun 2013 Puskesmas Tarub berubah

status menjadi Puskesmas rawat inap sesuai SK Kementrian Kesehatandan

SK Bupati Tegal. Puskesmas Tarub mempunyai beberapa layanan

kesehatan perorangan yaitu : Layanan Gawat Darurat, Perawatan, Layanan

Persalinan, Layanan Konseling Terpadu, Layanan KIA, Layanan

21

Kesehatan gigi dan mulut, Layanan Pemeriksaan umum, Layanan

Kefarmasian.

2.8.2 Personalia Puskesmas Tarub

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi Puskesmas bergantung dari beban tugas

masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di

suatu wilayah kabupaten atau kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan

peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur

organisasi puskesmas sebagai berikut

2. Kepala Puskesmas

3. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu kepala

Puskesmas dalam pengelolaan:

a. Data dan Informasi.

b. Perencanaan dan penilaian.

c. Umum dan kepegawaian.

d. Unit pelaksanaan teknis fungsional Puskesmas.

e. Upaya kesehatan masyarakat termasuk pembinaan terhadap

UKBM.

f. Upaya kesehatan perorangan.

g. Jaringan pelayanan perorangan.

h. Unit puskesmas pembantu.

i. Unit puskesmas keliling.

22

j. Unit bidan di desa atau komunitas (Kemenkes RI,2015)

4. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas

disesuaikan dengan tegas dan tanggung jawab masing-masing unit

Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut

dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum

pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2015)

2.9 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah penjabaran dari tinjauan teori serta disusun

untuk memecahkan masalah penelitian (Notoatmodjo, 2009).

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Pasien gangguan pencernaan

Pengobatan

Karakteristik pasien:

Jenis kelamin

Usia

Pendidikan

I Inhibitor Pompa Proton

Antasida

Antagonis reseptor H2

23

3.0 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah gambaran suatu hubungan atau kaitan

antara satu konsep dengan konsep lainnya, antara satu variabel dengan

variabel lainnya dari masalah yang akan ditelii (Notoadmodjo, 2010).

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Pasien Gangguan Saluran

Pencernaan

Karakteristik pengobatan:

-Inhibtor pompa proton ( omeprazol)

-Antasida

-Antagonis Reseptor H2 ( Ranitidin)

Resep pasien yang mengunakan terapi obat

gangguan saluran pencernaan

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup penelitian ini adalah farmasi sosial.

3.1.2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Tempat penelitian bertempat di Puskesmas Tarub yang

beralamat di Jalan raya Tangkil, Mindaka Kecamatan Tarub.

3.1.3 Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019

sampai April 2020.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental

dengan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif

yaitu, dengan melakukan penelusuran catatan pengobatan pasien gangguan

saluran pencernaan yang terdapat pada data resep pada bulan September-

Oktober di Puskesmas Tarub tahun 2019. Data yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif yang menggambarkan pengobatan gangguan saluran

pencernaan dilihat dari jenis kelamin, umur dan pengobatan gangguan

saluran pencernaan.

Penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populas

25

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum (Sugiyono, 2009).

3.3. Populasi dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generalisasi (Supardi dan Surahman, 2014). Populasi penelitian ini adalah

data resep pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas Tarub pada

bulan September – Oktober 2019.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki

oleh populasi(Sugiyono, 2010). Besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e2 = persentase kelonggaran ketidak telitian (10% = 0,1)

Jumlah populasi diambil pada bulan September sampai Oktober

2019 sebanyak 200 pasien , dari data tersebut sehingga :

26

n = 66,66 sampel

n = 70 yang digunakan

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 70 resep yang

pernah menggunakan obat gangguan saluran pencernaan dan telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Penelitian ini dilakukan retrospektif (penelitian yang

berusaha meneliti kebelakang) dengan teknik sampling metode

purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan

kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili

karakteristik populasinya (Supardi dk, 2014)

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang terapi obat gangguan saluran pencernaan pada bulan

September-Oktober 2019

b. Data pasien lengkap meliputi nama, umur, jenis kelamin

c. Resep pasien gangguam saluran pencernaan tanpa penyakit

penyerta

2. Kriteria Eksklusi

a. Data pasien lengkap meliputi nama, umur, jenis kelamin

b. Resep yang tidak bisa di baca

27

3.4 Teknik sampling

Teknik pengambilan sampling atau teknik pengambilan sampel

merupakan sebuah proses penyeleksian jumlah dan populasi untuk dapat

mewakili populasi teknik pengambilan sampel adalah sebagai cara yang

ditempuh untuk pengambilan sampel agar mendapat sampel yang benar-

benar sesuai dengan seluruh objek penelitian tersebut (Nur salam, 2013).

Teknik pengambilan sampel dalam peneliian ini adalah Purpossive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2011).

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik dari subjek penelitian, atau fenomena

yang memiliki beberapa nilai (variasi nilai) (Supardi dan Surahman,

2014). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengobatan

pasien gangguan saluran di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

3.6 Definsi Operasional

Definisi operasional merupakan bagian penelitian yang diperlukan

agar pengukuran variabel atau pengumpulan data(variabel) itu konsisten

antar sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain.

Dalam mendefinisikan suatu variabel, peneliti perlu cara dan metode

pengukuran, hasil ukuran atau kategorinya, serta skala pengukuran yang

digunakan (Notoatmodjo, 2010).

28

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat

ukur

Hasil ukur Skala

1. Jenis

kelamin

Jenis

kelamin

Reponden

pasien di

puskesmas

tarub

Melihat

identitas

jenis

kelamin

responden

yang

terdapat di

resep

Resep 1.Laki-laki

2.Perempuan

Nominal

2. Usia Usia

respoden

yang

memenuhi

kriteria

Melihat

identitas

usia

responden

yang

terdapat

diresep

Resep 1. 12-25 tahun

2. 26-45 tahun

3. 46-65 tahun

(Depkes,

Nominal

3. Obat

gangguan

saluran

pencernaan

1.Antasida

Resep yang

- Dosis

200mg

Melihat dari

pengamatan

dan seleksi

resep.

Nominal

29

2. Ranitidin

3.Omeprazol

mengandung

Resep yang

mengandung

Resep yang

mengadung

-Frekuensi

-Dosis

-Frekuensi

-Dosis

-Frekuensi

3x1

150mg

2x1

20mg

1x1

3.7 Jenis dan Sumber Data

3.7.1. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder. Data sekunder

adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

( Sugiyono, 2010). Data sekunder yang diperoleh peneliti yaitu data resep

pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas Tarub bulan September

– Oktober 2019.

3.7.2. Cara Pengumpulan Data

1. Melakukan pengambilan sampel yaitu data resep pasien yang

menggunakan obat gangguan saluran pencernaan.

2. Menelusuri dan mencatat data yang diperlukan meliputi :Jenis

kelamin, umur, pengobatan.

Lanjutan tabel 2.1 Definisi Operasional

30

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

mendapatkan data atau ringkasan data berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang dibutuhkan (Khotijah, 2016).

Pengolahan data akan dilakukan dengan:

a. Editting (Febriani, 2012).

Editting dilakukan dengan memeriksa ulang kelengkapan data-data

yang diperoleh dari rekam medis pasien gangguan saluran pencernaan

di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal periode September– Oktober

2019 .

b. Coding (Febriani, 2012)

Coding dilakukan untuk memberi kode atau mengelompokkan data-

data yang diperoleh.

c. Entry Data (Febriani, 2012)

Penilaian rasionalitas penggunaan obat pasien gangguan saluran

pencernaan akan diukur berdasarkan ISO Farmakoterapi 2008.

d. Cleaning (Febriani, 2012).

Cleaning dilakukan dengan memeriksa ulang data-data yang telah

dimasukkan.

31

3.8.2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisa

univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang

mengjasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2010). Analisa univariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

karakteristik pasien meliputi jenis kelamin dan usia pasien.

3.9 Etika penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus mendapat

rekomendasi dari Politeknik Harapan Bersama Prodi DIII Farmsi dan

pemintaan ijin kepada pihak yang bersangkutan sebagai subjek yang

diteliti. Peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Tegal dan kepada Kepala Puskesmas Tarub. Peneliti

menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan dengan menekankan

pada etika penelitian yang meliputi:

1. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika memberikan jaminan dalm penggunaan subjek

penelitian dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang dilakukan.

2. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah etika memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,

baik informasi maupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah

32

dikumpulkan oleh peneliti dijamin kerahasiaannya, hanya data kelompok

tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap sampel yang

didapatkan diresep pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas

Tarub Kabupaten Tegal pada bulan September – Oktober 2019 yaitu

sebanyak 70 resep.

Pada penelitian ini dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur,

diagnosa terkena penyakit gangguan saluran pencernaan yang banyak

terjadi di Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal.

4.1 Karakteristik Pasien Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan

Kelompok Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Pasien Gangguan Saluran Pencernaan Berdasarkan Jenis

Kelamin.

No Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase(%)

1 Laki – laki 23 32,8

2 Perempuan 47 67,14

Total Pasien 70 100

(Sumber: Data resep pasien gangguan saluran pencernaan)

Dari tabel diatas menunjukan bahwa jumlah pasien pria sebanyak

32,8% dan pasien wanita sebanyak 67,14%. Penelitian tentang

penggunaan obat gangguan saluran pencernaan di Puskesmas Tarub

Kabupaten Tegal Tahun 2019 pada bulan September- Oktober didapatkan

34

hasil bahwa penderita gangguan saluran pencernaan didominasi

oleh perempuan.

Gangguan saluran pencernaan banyak terjadi pada perempuan.Hal

tersebut menunjukan bahwa perempuan beresiko terkena gangguan saluran

pencernaan karena tingkat emosional pada perempuan lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki (Ronald H.Sitorus, 2011).

Karakteristik jenis kelamin pada penelitian ini sebenarnya bukan

merupakan faktor resiko akan tetapi kemungkinan dipengaruhi oleh

kebiasaan pasien seperti mengkonsumsi alkohol, merokok, kurang

menjaga pola makan dan stres sehingga dapat memicu terjadinya tukak

peptik. Sebaiknya pasien menghindari kebiasaan tersebut agar dapat

meningkatkan kualitas hidup (McGuidan,2011).

J

35

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Gangguan Saluran Pencernaan

Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok

Umur

Jumlah Pasien Persentase(%)

1 12-25 tahun 17 24,28

2 26-45 tahun 33 47,14

3 46-65 tahun 20 28,57

Total Pasien 70 100

(Sumber: Data Resep pasien gangguan saluran pencernaan)

Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa usia dewasa beresiko

terkena tukak peptik karena adanya faktor stress yang berhubungan

dengan pekerjaan. Jumlah pasien dilihat dari usia adalah pada usia 26-45

tahun yaitu sebanyak 33 orang (47,14%), kemudian diikuti usia 46-65

tahun sebanyak 20 orang (28,57%), rentang usia 12-25 tahun sebanyak 17

orang (24,28%). Pasien terbanyak pada usia 26-45 tahun sebanyak 33

orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa usia dewasa beresiko terkena

tukak peptik karena adanya faktor stress yang berhubungan dengan

pekerjaan (Bertleff MJOE,2011).

4.2 Jenis Penggunaan Obat Gangguan Saluran Pencernaan

Berikut jenis obat gangguan saluran pencernaan yang digunakan

pada pasien gangguan saluran pencernaan di Puskesmas Tarub Kabupaten

Tegal mengandung tiap resep dapat lebih dari satu jenis obat.

36

Tabel 4.3 Jenis Obat Pasien Gangguan Saluran Pencernaan

No Nama Obat Jumlah Resep Persentase(%)

1 Antasida 35 50

2 Ranitidin 20 28,57

3 Omeprazol 15 21,42

Jumlah 70 100

(Sumber: Data resep pasien gangguan saluran pencernaan)

Berdasarkan hasil diketahui penggunaan obat-obat untuk penyakit

gangguan saluran pencernaan pasien rawat jalan di Puskesmas Tarub

Kabupaten Tegal periode bulan September-Oktober 2019 penggunaan obat

yang paling banyak untuk pasien rawat jalan penyakit gangguan saluran

pencernaan yaitu antasida sebanyak 35 resep (50%) dan ranitidin sebanyak

20 resep (28,57%), Omeprazol sebanyak 15 resep (21,42%).

Dari hasil penelitian di Puskesmas Tarub pengobatan untuk pasien

gangguan saluran pencernaan yang paling banyak adalah antasida.

Antasida obat yang digunakan untuk menetralkan kadar asam didalam

lambung dengan mempertahankan Ph cukup tinggi sehingga pepsin tidak

diaktifkan, jadi mukosa terlindungi dan nyeri mereda. Preparat antasida

yang paling banyak digunakan adalah campuran dari alumunium

hidroksida dengan magnesium hidroksida. Efek samping yang sering

terjadi adalah konstipasi dan diare (Wilson and Lindseth 2011 ).

Ranitidin merupakan golongan antagonis reseptor H2, dimanaobat-

obat ini menempati golongan reseptor histamin H2 secara selektif di

37

permukaan sel-sel parietal sehingga sekresi asam lambung dan pepsin

sangat dikurangi (Tjay & Rahardja, 2011).

Omeprazol memiliki efek yang sangat besar terhadap produksi

asam. Jika diberikan dalam dosis yang cukup, produksi asam harian dapat

dikurangi hingga lebih dari 95%. Sekresi asam akan kembali normal

setelah molekul pompa yang baru dimasukkan kedalam membran lumen.

Omeprazol secara selektif menghambat karbonat anhidrase mukosa

lambung yang kemungkinan turut berkontribusi terhadap sifat supresi

asamnya (Pasricha and Hoogerwefh, 2011).

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan:

1. Karakteristik pasien penggunaan obat gangguan saluran pencernaan

berdasarkan jenis kelamin pasien terbanyak adalah perempuan 47

pasien dengan presentase 67,14 dan laki-laki sebanyak 23 pasien

dengan presentase 32,8%, dan berdasarkan usia terbanyak adalah usia

dewasa (26-45 tahun) dengan presentase 47,14%.

2. Jenis obat yang digunakan berdasarkan peresepan di Puskesmas Tarub

yaitu Antasida (50%), Ranitidin (28,57%), Omeprazol (21,42%).

5.2 Saran

Kepada mahasiswa atau penelitian selanjutnya, agar dapat meneliti tentang

rasionalitas penggunaan obat gangguan saluran pencernaan.

39

DAFTAR PUSTAKA Crow, LD & Crow, A.(Editor). (1963). Readings in abnormal psychology. New

Jersey Littlefield adams,co.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:

Depkes RI: 2009.

Gustin, RK. 2011. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kejadian Gastritis

Pada Pasien Berobat Jalan diPuskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi.

2011. Bukittinggi.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Data Dasar Puskesmas.

Kementrian Kesehatan RI

Khotijah, S. 2016. Gambaran Penggunaan Obat-Obat Gastritis di Apotek Daerah

Kendal pada Periode Januari – Desember 2015.Karya Tulis Ilkmiah.

Kendal : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

Notoatmodjo, S, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nursalam, 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendeketan Praktis.

Edisi 3 Jakarta. Salemba Medika.

Pangestu, 2013. Forecasting Konsep dan Aplikasi Edisi Ketiga, Yogyakarta :

BPFE – Yogyakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat, 2014.

Sanusi, I. A, 2011. Tukak Lambung, In A, A, Rani, M, S, K, & A, F, Syam (Eds).

Buku Ajar Gastroenterologi, Jakarta : Interna Publishing.

Saverio, S. Di et al., 2014. A cost-Effective Technique for Laparoscopic

Appendectomy : Outcomes and Costs of a CaseControl Prospective

Single- Operator Study of 112 Unselected Consecutive Cases of

Complicated Acute Appendicitis. Journal of the American College of

surgeon.

40

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Afabeta

Supardi, 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi,Jakarta, Trans

Indo Media.

Surahman, 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi, Jakarta,

Trans Indo Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengkajian Pragmatik. Bandung: Angkasa .

Triwibowo, Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Yogyakarta:

Medika

Valentina Annisa Febriani, 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Konsumen (Studi pada Pasien Poliklinik Rawat Jalan

Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo) Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro.

Valle, J. D., 2010, Penyakit Tukak Peptik dan Gangguan Terkait, dalam Longo,

D.L., Fauci, A.,S. Gastroenterologi adn Hepatologi, Penerbit Buku

Kedokteran , Jakarta, hal. 113-137.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2011. Pedoman Pelayanan di

Puskesmas Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta

Valle, J. D., 2010, Penyakit Tukak Peptik dan Gangguan Terkait, dalam Longo,

D.L., Fauci, A.,S. Gastroenterologi adn Hepatologi, Penerbit Buku Kedokteran ,

Jakarta, hal. 113-137.

41

LAMPIRAN

42

Lampiran 1. Analisis Data

No Nama Umur Jenis

kelamin

Antasida Omeprazol Ranitidin

dosis Frekuensi Dosis frekuensi dosis Frekuensi

1 Nurhikmah 25 P 150mg 2x1

2 Fitri 24 P 150mg 2x1

3 Imroatul 25 P 150mg 2x1

4 Ulinuha 19 P 150mg 2x1

5 Sri wahyuni 18 P 150mg 2x1

6 Siti muslimah 12 P 200mg 3x1

7 Aliana salma 18 P 150mg 2x1

8 Triyas juliana 23 P 150mg 2x1

9 Siti aulia 19 P 200mg 3x1

10 Ziadatul husna 15 P 200mg 3x1

11 Nurwahyuningsih 23 P 150mg 2x1

12 Rohmatul 24 P 150mg 2x1

43

13 Tuti handayani 23 P 150mg 2x1

14 Mirza 24 L 200mg 3x1

15 Furqon 12 L 200mg 3x1

16 Alby 14 L 200mg 3x1

17 Sifa Maulida 18 P 200mg 3x1

18 Sri mulyati 44 P 200mg 3x1

19 Karomah 32 P 200mg 3x1

20 Akhmad bawanir 31 L 200mg 3x1

21 Nila Uswatun 35 P 200mg 3x1

22 Daryatun 38 P 150mg 2x1

23 Nur azizah 45 P 150mg 2x1

24 Julimah 33 P 150mg 2x1

25 Jumeni 27 P 200mg 3x1

26 Anis kurniasih 26 150mg 2x1

27 Gunawan 42 L 200mg 3x1

44

28 Denka ali 40 L 200mg 3x1

29 Mujiasih 43 P 200mg 3x1

30 Umi hani 35 P 150mg 2x1

31 Mubarokah 38 P 200mg 3x1

32 Mulyati 37 P 200mg 3x1

33 Khaerul Umam 28 L 200mg 3x1

34 Endang 26 P 200mg 3x1

35 Taip 39 L 200mg 3x1

36 Watri 42 P 200mg 3x1

37 Slamet 44 L 200mg 3x1

38 Tono 40 L 200mg 3x1

39 Tarinah 43 P 200mg 3x1

40 Yanti 38 P 200mg 3x1

41 Hadi 42 L 200mg 3x1

42 Mariyah 36 P 200mg 3x1

45

43 Amin waluyo 40 L 200mg 3x1

44 Rohman 38 L 200mg 3x1

45 Warningsih 41 P 200mg 3x1

46 Maesaroh 43 P 200mg 3x1

47 Ropik 37 L 200mg 3x1

48 Surdini 39 P 200mg 3x1

49 Kholipah 36 P 200mg 3x1

50 Kustoro 40 L 200mg 3x1

51 Taryono 55 L 150mg 2x1

52 Abdul somad 64 L 20mg 1x1

53 Tono 47 L 150mg 2x1

54 Kasriyah 65 P 20mg 1x1

55 Suratmo 57 L 20mg 1x1

56 Warno 54 L 150mg 2x1

57 Salim 64 L 20mg 1x1

46

58 Kasni 59 P 20mg 1x1

59 Saeni 47 P 20mg 1x1

60 Mukhayah 58 P 20mg 1x1

61 Sunarti 63 P 20mg 1x1

62 Rochyati 60 P 20mg 1x1

63 Wastijah 50 P 20mg 1x1

64 Samsiyah 48 P 20mg 1x1

65 Sulastri 47 P 150mg 2x1

66 Mudrikah 54 P 20mg 1x1

67 Sumiyati 55 P 150mg 2x1

68 Paricha 55 P 20mg 1x1

69 Sumarmi 58 P 20mg 1x1

70 Muryati 56 P 20mg 1x1

47

Lampiran 2. Foto Puskesmas Tarub

Resep pasien gangguan saluran pencernaan

48

49

Tempat Resep

50

Tempat pemyerahan obat

51

Tempat peracikan obat

52

Puskesmas Tarub

No Gambar Keterangan

1.

Puskesmas Tarub Kabupaten Tegal

2.

Denah letak Puskesmas Tarub

53

Struktur Organisasi Puskemas Tarub

STRUKTUR ORGANISASIUPTD PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL

KEPALA PUSKESMAS TARUB

AKHMAD BUKHORI,SKM.M.Kes

PENANGGUNG JAWAB

JARINGAN PELAYANAN

PUSKESMAS DAN JEJARING

FASYANKES

ENDAH IRBIYANTI ,Amd Keb

PUSTU

SITI MUNAWIROH,Amd Keb

PUSLING / PKD

NURUL HIDAYAH ,Amd Keb

BIDAN DESA

ENDANG SUKOSIH

JEJARING FASYANKES

MOH.ZAKARIA,AMK

PENANGGUNG JAWAB

UKP,LABORAT,FARMASI

dr.FAILA SOFA

PEMERIKSAAN UMUM

dr. MOH BAHRIYAL H

KESEHATAN GIGI DAN

MULUT drg. OIIS PARAMITA H S

KB UKP

YETI NURUL S,Amd Keb

KIA UKP

MUSLIKHA,SST

IGD / PERAWATAN

GIZI UKP

ANNISA RENY O,Amd

PERSALINAN / PONED

PINTALIT BR PURBA,S.ST

LABORATORIUM

SUNARTI,Amd

KEFARMASIAN

BINTORO EKO L,AMF

PENANGGUNG JAWAB UKM

DAN KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT

ANDI SETIAWAN,S.Kep

UKM ESENSIAL

KEPALA SUB BAG TATA

USAHA

KEPEGAWAIAN KEUANGAN RUMAH

TANGGASISTEM

INFORMASI

AMAD SUTRISNO SUNTORO,SKMMOH.ZAKARIA

PROMKES

PENI OCKTI B,SKM.

KESLING

SUNTORO,AMKL

KIA - KB UKM

IDA ALFIYAH,Amd Keb

GIZI UKM

ANNISA RENY O,Amd

P2 P

DWI ARDIYANTI S.Kep

PERKESMAS /PHN

ELLY MULYATI

KETUA TIM MUTU

ALFISYAHER V

ENDANG SUCIATI,SH

YETI NURUL SALATIN

YULI ASTUTI,S.Kep

UKM PENGEMBANGAN

KESLING

WASIAH

54

BIODATA

Nama : An’imfalakhudin NIM :17080143 Jenis Kelamin : Laki-laki TTL : Tegal, 01 Februari 1999 Agama : Islam Alamat : Jl.Mandiri Rt 08/ Rw 04, Dukuhjati Wetan, Kec.Kedungbanteng,

Kab.Tegal No Hp : 085894310384 Riwayat Pendidikan TK : TK Masyitoh Dukuhjati Wetan SD : SDN 01 Dukuhjati Wetan SMP : MTs Negeri Slawi SMA : SMA Negeri 02 Slawi DIII : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal Judul KTI :” GAMBARAN PENGOBATAN GANGGUAN SALURAN

PENCERNAAN DI PUSKESMAS TARUB KABUPATEN TEGAL

Nama Orang Tua: Nama Ayah : Imron Rosyadi Nama Ibu : Siti Maryatun Pekerjaan Orang Tua Ayah : Guru Ibu : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.Mandiri Rt08/ Rw04 Dukuhjati Wetan,

Kec.Kedungbanteng, Kab.Tegal