BAB I - etheses UIN Mataram

139
i TESIS FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA MUSLIM SASAK DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH OLEH: TAKIUDIN NIM. 180402016 PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI) PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM TAHUN 2020

Transcript of BAB I - etheses UIN Mataram

i

TESIS

FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI MEDIATOR

PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA MUSLIM SASAK

DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

OLEH:

TAKIUDIN

NIM. 180402016

PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2020

ii

iii

FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI MEDIATOR

PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA MUSLIM SASAK

DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

OLEH:

TAKIUDIN

NIM. 180402016

PEMBIMBING

Dr. HJ Teti Indrawati P.,M.Hum

Dr. Abdun Nasir, MA.,P.Hd.

PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2020

iv

iv

v

v

vi

viii

ix

ABSTRAK

Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator Penyelesaian

Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah

Oleh:

Takiudin

Nim.180.402.016

Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi permusyawaratan dan

mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada

pemerintah, diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang ada

dalam masyarakat yang berkenaan dengan adat istiadat sehingga menciptakan

hubungan yang demokratis dan harmonis pada masyarakat desa itu sendiri.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis

data dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan conclusion

drawing. Hasil penelitian ini menunjukkan lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak pada dasarnya tidak bisa dilepaskan

dari kebudayaan suatu masyarakat, dalam menjalankan tugasnya tentu tidak lepas

dari prinsip, prosedur dan fungsinya sebagai lembaga adat desa. Melestarikan

nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan

menyelesaikan berbagai persoalan atau konflik yang terjadi dengan prinsip

perdamaian atau secara damai dan kekeluargaan serta mempertahankan

keharmonisan sosial dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

Menyelesaikan masalah konflik keluarga secara adil dan bertanggung

jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang menciptakan kedamaian pihak

yang bertikai, bersikap menghormati dan mengerti berbagai perbedaan pendapat,

merasakan masalah yang mereka hadapi dan fokus pada masalah yang mereka

hadapi dan bersikap netral diantara mereka yang bertikai dan tetap mengacu pada

nilai-nilai adat seperti asas kerukunan, azas keselarasan dan azas kepatutan

termasuk melakukan tiga cara yaitu konsiliasi, mediasi. Konflik keluarga muslim

sasak yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah yaitu

konflik perkawinan, konflik ekonomi keluarga, ketidak sekufuan, penganiayaan

istri selain itu juga masalah perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan

masalah ekonomi keluarga, perkelahian, perselisihan. Kendala yang dihadapi

yaitu masalah pendidikan, masalah keuangan, masalah ketidakhadiran anak,

dimana kehadiran anak, masalah perselingkuhan, perbedaan pandangan. Solusi

dalam penyelesaian konplik keluarga diselesaikan secara kekeluargaan dan

memberikan nasehat kepada meraka untuk saling menerima dan saling

menghargai serta Saling memahami dan memaklumi perbedaan masing-masing.

Solusi kendala keuangan adalah dilakukan secara bijaksana dan secara

kekeluargaan oleh suami dan istri. Diselesaikan secara baik seperti saling

x

membantu dalam mencari nafkah, saling menerima kekuranagan dan kelebihan

masing-masing dan juga dilakukan dengan cara bijak dan arif yaitu melakukan

musyawarah dan diselesaikan secara kekeluargaan.

Kata Kunci: Lembaga Adat Desa, Mediator, Konflik Keluarga Muslim

xi

xii

xiii

HALAMAN MOTO

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut

terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,

tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.

xiv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan taufik serta hidayah Nya peneliti dapat menyelesaiakan penyusunan

tesis ini. Selawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir

zaman. Maksud dari penyusunan tesis dengan judul: “Fungsi Lembaga Adat Desa

Sebagai Mediator Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten

Lombok Tengah” adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

kebulatan studi pada Program Pascasarjana UIN Mataram.

Dalam penyusunan tesis ini peneliti menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengaharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk lebih

sempurnanya dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini, peneliti mengucapkan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada

peneliti yaitu:

1. Dr. Hj. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum sebagai Pembimbing/Promotor I dan Dr.

Abdun Natsir, MA.,P.hD sebagai pembimbing/Promotor II yang memberikan

bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan

di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih

matang dan selesai;

2. Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam Program Magister Pascasarjana UIN

Mataram;

3. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram;

4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah

memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan

dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.

xv

5. Bapak Ibu Dosen yang tidak disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bimbingan, mengajar dan mendidik selama kuliah dan

menyelesaikan studi pada program pascasarjana UIN Mataram.

6. Pengurus Lembaga Adat Desa Kabupaten Lombok Tengah yang telah

bersedia dan banyak memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti

dalam rangka penyelesaian tesis ini.

7. Kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dalam penulisan tesis

ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu semoga apa yang telah

dilakukan tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT. Amien.

Mataram, ………….2020

Peneliti

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN LOGO ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ iv

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... v

PENGESAHAN PENGUJI TESIS .............................................................. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vii

SARTIFIKAT PLAGIARISEM .................................................................viii

ABSTRAK ..................................................................................................... ix

HALAMAN MOTO .....................................................................................xiii

KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv

DAFTAR ISI ................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................ 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................ 8

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 9

F. Kajian Teori ........................................................................................ 11

1. Fungsi Lembaga Adat Desa ........................................................... 11

2. Mediasi Dalam Konflik ................................................................. 16

3. Konflik Keluarga ........................................................................... 23

G. Metode Penelitian ............................................................................... 28

BAB LEMBAGA ADAT DESA LOMBOK TENGAH ............................ 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 37

B. Sejarah dan Struktur Lembaga Adat Desa ........................................ 46

C. Prinsip, Prosedur dan Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten

Lombok Tengah ................................................................................. 51

xvii

BAB III KONFLIK KELUARGA DAN PERAN LEMBAGA ADAT

DESA SEBAGAI MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK

KELUARGA LOMBOK TENGAH .................................................... 57

A. Bentuk Konflik Keluarga Muslim Sasak Yang Dimediasi Oleh

Lembaga Adat Desa di Kabupaten Lombok Tengah ........................ 57

B. Kendala yang dihadapi oleh Lembag Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarg Muslim Sasak di Kabupaten

Lombok Tengah ................................................................................. 92

C. Solusi yang Dilakukan oleh Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten

Lombok Tengah ................................................................................ 104

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 108

A. Kesimpulan ........................................................................................ 108

B. Saran-saran ........................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 116

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa diberikan keleluasaan

dalam menyelenggarakan pemerintahan di desa termasuk memfungsikan

lembaga adat sebagai mediator dalam menyelesaikan berbagai persoalan adat

yang ada di desa itu sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah dengan

menggunakan asas desentralisasi, memposisikan pemerintah daerah untuk

membuat kebijakan sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing yang

memberi peluang kepada pemerintah daerah untuk menyesuaikan dengan

sistem pemerintahan.

Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I Pasal I ayat (1)

dijelaskan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul atau hak tradisional yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia.1

Sejalan dengan penguatan sistem otonomi daerah maka muncul pula

kesadaran tentang pentingnya kearifan lokal serta sistem penyelesaian konflik

berdasarkan hukum adat. Oleh karena itu, pemerintah selalu mendorong

untuk menghidupkan kembali lembaga-lembaga adat desa yang salah satu

tugas dan fungsinya adalah menyelesaikan berbagai konflik antara warga atau

anggota kelompoknya.2 Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi

1 Undang Undang Nomor. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I Pasal I ayat 1.

2 Setiady, Tholib. Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan. (Bandung:

Alfabeta, 2008), h. 21

2

permusyawaratan dan mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat kepada pemerintah, maka keberadaan dan fungsinya dalam

penyelesaian konflik diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan-

persoalan yang ada dalam masyarakat yang berkenaan dengan adat istiadat

sehingga menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis pada

masyarakat desa itu sendiri.

Dari segi budaya lembaga adat diartikan sebagai suatu bentuk

organisasi adat yang tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-

peranan, dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai

otoritas formal dan sanksi hukum adat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan

dasar.3 Lembaga adat juga diartikan sebagai suatu organisasi kemasyarakatan

adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu, mempunyai

wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang

untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan

dengan adat.4 Dalam Peraturan Mendagri No. 23 Tahun 1997 dijelaskan:

Lembaga adat sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan baik

yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan

berkembang didalam masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu

masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas

harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat tersebut yang berhak

dan berwenang mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai

permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan adat istiadat dan

hukum adat setempat.5

3 Mukhtaomi dkk. Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat dalam Melaksanakan

Pelestarian Kebudayaan (studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon Des Tosari

Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. (Jurnal Admiistrasi Publik (JAP), Vol I, No.2,) h. 33 4 Nauril Ikroma. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Budaya-Makalah, (Bengkulu:

2014), h. 2 5 Syaifuddin Iskandar, Eksistensi Lembaga Adat sebagai Mitra Kerja Pemerintah

Daerah, (Jakarta, Pustaka Setia, 2013), h. 5

3

Keberadaan lembaga adat desa pada dasarnya tidak bisa dilepaskan

dari kebudayaan suatu masyarakat, dan fungsinya adalah untuk menjaga,

melaksanakan dan melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya turun

temurun. Peran lembaga adat desa dalam pewarisan budaya adalah

mensosialisasikan norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat.6. Hal itu

disebabkan karena lembaga adat desa memiliki peranan fungsi yang sangat

penting dan strategis sebagai organisasi kemasyarakatan dan sebagai mediator

dalam penyelesaian konflik serta memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

mengatur pelaksanaan adat sebagaimana diwarisi dari generasi sebelumnya,

dan akan memberikan hukuman atau sanksi bagi warga yang melanggar adat

itu sendiri.

Terkait fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian

konflik dalam keluarga ini juga dijelaskan bahwa:

Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian konflik

dalam keluarga tidak lepas dari sistem hukum adat yang pada

umumnya yang terdiri dari 4 (empat) unsur yakni: a) Tata susunan

masyarakat yang bersifat tetap, seperti penghuni rumah besar atau

penamaan lain-lain yang semacamnya di daerah masyarakat adat

lainnya, b). Ada pengurus sendiri dengan struktur kepemimpinan yang

terdiri dari ketua dan fungsi kepengurusan lainnya untuk memimpin

masyarakat itu, c) Ada harta pusaka sendiri yang diurus oleh pengurus

bagi kemaslahatan semua masyarakat adat itu secara kolektif dan juga

untuk keperluan yang bersifat privat kekeluargaan. Harta kekayaan ini

ada yang bersifat materil dan juga ada yang bersifat immaterial, d).

Ada hukum yang berlaku sama bagi semua anggota masyarakat itu

sendiri dan aturan itulah yang berlaku, diikuti serta ditaati.7

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian konflik

dalam keluarga juga memiliki nilai-nilai universal yang meliputi: a). Adanya

7 Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Gunung Agung: Jakarta,

1983), hal. 38

4

asas gotong royong, b) Adanya fungsi sosial manusia dan milik dalam

masyarakat, c) Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, dan d) Asas

perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem pemerintahan.8 Dengan

demikian, fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian

konflik dalam keluarga memiliki nilai-nilai semangat kebersamaan, nilai

sosial dan gotong royong serta asas perwakilan dan permusyawaratan dalam

sistem pemerintahan di desa.

Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang mana hubungan antar

anggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu,

konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik didalam

keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidak setujuan

antara anggota keluarga. Konflik didalam keluarga lebih sering dan bila

dibandingkan dengan konflik dalam konteks sosial yang lain.9

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang

ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 12 Kecamatan dan 127 Desa

dan serta memiliki lembaga adat desa tersendiri. Adapun data jumlah

Kecamatan dan jumlah Desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dapat

dilihat pada tabel dibawaah ini:

Tabel1. Data Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Lombok Tengah

tahun 201910

No Nama Kecamatan Jumlah Desa

1 Batukliang 10

2 Batukliang Utara 8

3 Janapria 12

8 Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, (Gunung Agung: Jakarta, 1983), h. 17

9 Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat…, h.18

10 Observasi, tanggal 10 Agustus 2019

5

4 Jonggat 13

5 Kopang 11

6 Praya 6

7 Praya Barat 10

8 Praya Barat Daya 11

9 Praya Tengah 10

10 Praya Timur 11

11 Pringgarata 9

12 Pujut 16

Total 12 127

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah Kecamatan dan Desa

cukup banyak, sehingga lembaga adat desa diambil dari dua kecamatan yang

ada di Kabupaten Lombok Tengah. Lembaga adat desa sebagai salah satu

wadah atau lembaga yang menjadi mediator dalam penyelesaian konflik baik

konflik keluarga maupun konflik sosial kemasyarakatan lainnya tentu tidak

lepas dari berbagai persoalan yang dihadapi, termasuk peran maupun

fungsinya sebagai lembaga adat desa. Berdasarkan hasil observasi awal yang

dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah fungsi lembaga adat desa sebagai

mediator dalam penyelasian konflik dalam keluarga Muslim Sasak masih

belum optimal dilakukan dan perlu mendapat perhatian yang serius.

Keberadaan lembaga adat dalam penyelesaian konflik keluarga belum

berjalan sesuai dengan fungsinya.11

Berbagai persoalanpun muncul seperti

belum berfungsinya lembaga adat dan hanya sebatas seremonial, melemahnya

kelembagaan lokal termasuk lembaga adat desa baik dari struktur organisasi

maupun kultur (nilai-nilai) baik agama maupun adat istidat yang berlaku,

minimnya ruang gerak lembaga adat dalam pemerintahan desa dan kurang

11

Observasi, tanggal 10 Agustus 2019

6

berfungsinya lembaga adat dalam melestarikan nilai-nilai tradisional yang ada

di masyarakat serta hukum adat atau adat istiadat yang mulai tergerus zaman

dan sudah jarang dipakai oleh masyarakat baik sebagai media penyelesaian

komplik dalam keluarga maupun konflik lainnya.

Konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah juga

masih banyak terjadi seperti konflik keluarga Muslim Sasak dalam

perceraian, konflik kawin usia muda, konflik keluarga dalam pewarisan harta,

perkelahian antar saudara, tetangga termasuk konflik dalam ekonomi

keluarga.12

Namun demikian, lembaga adat memberikan harapan sebagai

tempat penyelesaian perkara hukum keluarga ditingkat desa. Lembaga adat

juga membantu mengurangi konflik dalam skala besar yang dibawa sampai

kepengadilan.

Dari beberapa uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan

meneliti masalah tersebut dengan judul: Fungsi Lembaga Adat Desa

Sebagai Mediator Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana fungsi lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian

konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah ?

12

Observasi, tanggal 12 Agustus 2019

7

2. Apa saja bentuk konflik keluarga Muslim Sasak yang dimediasi oleh

lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah ?

3. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan oleh lembaga

adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan

tersebut harus sejalan dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu:

a. Untuk menjelaskan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok

Tengah

b. Untuk menjelaskan konflik keluarga Muslim Sasak yang dimediasi oleh

lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah

c. Untuk menjelaskan kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan

oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga

Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis dengan uraian sebagai berikut:

a. Manfaat Secara Teoritis

Dari segi teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat dalam menambah khazanah dan wawasan keilmuan

8

kaitannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak. Disamping itu juga, dapat

berguna untuk menambah wawasan bagi pemerintah desa khususnya

kepala desa atau semua pihak terkait lainnya dalam memfungsikan

lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga

Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah.

b. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengalaman bagi kepala desa dan aparatur desa terutama dalam

memfungsikan lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian

konflik keluarga Muslim Sasak. Selain itu, hasil penelitian ini juga

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kajian dan penelitian

selanjutnya kaintannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai

mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten

Lombok Tengah.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi masalah fungsi lembaga

adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah itu sendiri sebagai tempat atau lokasi penelitian.

Sedangkan setting penelitian ini yaitu dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan

mulai bulan September 2019 sampai dengan bulan Januari 2020 dengan

lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian juga akan

9

dilakukan sesuai dengan waktu atau jadwal penelitian yang ditentukan

sebelumnya.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelurusan penelitian terdahulu sangat penting dilakukan guna untuk

melihat dan mengkaji perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan. Adapun usaha penelusuran yang peneliti lakukan yaitu:

1. Azhar Marzuki, Tesis dengan judul: Peran lembaga adat dalam

penyelenggaraan pemerintahandesa perspektif hukum islam (Studi di Desa

Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan).13

Hasil

Penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari sudut pandang Islam bahwa

peranan lembaga adat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa

sama sekali tidak bertentangan dengan hukum Islam, agama Islam

merupakan agama yang universal dimana tidak menyulitkan umatnya

dalam bersosialisasi, termasuk dengan lembaga adat yang memiliki

peranan penting di desa kesugihan, baik dalam peneyelenggaraan

pemerintahan maupun dalam melestarikan adat istiadat setempat, karena

adat istiadat dalam islam boleh tetap dijaga dan dilestarikan asal tidak

bertentangan dengan syariat Islam yakni al-Quran dan hadist.

13

Azhar Marzuki, Peran Lembaga Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung

Selatan, Tesis, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2

Oktober 2019.

10

2. Nokolas Simanjuntak, Tesis dengan judul: Penguatan lembaga adat

sebagai alternatif penyelesaian sengketa.14

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa lembaga adat bisa diperkuat untuk menjadi alternatif

baik untuk obyek sengketa yang bersifat privat dan keperdataan, maupun

dalam sengketa berkategori publik menurut aturan pokok di dalam UU No.

30 Tahun 1999 dan dikaitkan dengan aturan di dalam Permen No. 1 Tahun

2008 serta ragam aturan terkait lain-lainnya. kemudian solusi penguatan

lembaga adat sebagai alternatif yang mengandung keadilan, bisa

diterapkan dengan memulai dari perubahan mindset pola pikir di sekitar

pasca-kolonial terhadap nomenklatur “masyarakat adat” yang tidak lagi

diposisikan sebagai “wewenang urus sendiri” tetapi menjadi kesatuan

masyarakat yang restoratif.

3. Mukhtar, Tesis dengan Judul: Revitalisasi kelembagaan kampung adat

tengah Kecamatan Mempura Kabupaten Siak. Penelitian ini menggukan

penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosesnya

belum terpenuhi secara keseluruhan (konkrit) dan masih ada proses yang

harus dilalui. Revitalisasi Kelembagaan Kampung Adat baru bisa terjadi

apabila telah dibuat regulasi lanjutan dari Kabupaten Siak berupa Peraturan

Bupati yang mengatur teknis pelaksanaan Kampung Adat.

14

Nokolas Simanjuntak, Penguatan Lembaga Adat Sebagai Alternatif Penyelesaian

Sengketa, Tesis, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2

Oktober 2019.

11

4. Akhmad Rifa‟I, Jurnal Millah-Edisi Desember 2010, Judul: Konflik dan

Resolusinya Dalam Perspektif Islam.15

Dalam artikel ini dijelaskan bahwa

konflik adalah bagian dari kehidupan manusia, dimana keberadaan-nya

secara sistematis telah banyak digambarkan dalam Al-Quran. Oleh

karenanya „konflik‟bukanlah sesuatu yang harus dihindari dalam

kehidupan manusia. Namun,Islam (Al-Quran) pun tidak sekedar

memberikan gambaran konflik secara sistematis tapi Al-Quran dalam

konteks kitab punmemiliki resolusi atas konflik yang ada.

Penelitian di atas, menunjukkan adanya kesamaan dengan masalah yang

diteliti yaitu sama-sama mengkaji masalah lembaga adat. Sedangkan

perbedaanya yaitu terletak pada “fungsi lembaga adat sebagai mediator dalam

penyelesaian koflik keluarga khususnya pada warga Muslim Sasak”. Selain itu

juga adanya perbedaan pada lokasi penelitian, metode penelitian, prosedur

penelitian, proses penelitian, analisis penelitian, dan hasil penelitian yang

dicapai berbeda. Perbedaan ini tentu tidak memungkinkan menunjukkan

tujuan dan hasil yang sama dalam penelitian.

F. Kajian Teori

4. Fungsi Lembaga Adat Desa

a. Pengertian Lembaga Adat Desa

Lembaga dalam bahasa Inggris disebut Institute, yang berarti

badan organisasi yang bertujuan memenuhi berbagai kebutuhan dalam

15

Akhmad Rifa‟i, Konflik dan Resolusinya Dalam Perspektif Islam (Jurnal Millah-Edisi

Desember 2010, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2

Oktober 2019.

12

berbagai segi kehidupan masyarakat.16

Lembaga adat,dari segi katanya,

berasal dari gabungan antarakata “lembaga” dan kata “adat”. Kata lembaga

dalam bahasa Inggris disebutdengan institution yang berarti pendirian,

lembaga, adat dan kebiasaan, sedangkan adat merujuk pada kebiasaan

pada suatu masyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun.17

Istilah adat berasal dari kata-kata arab yaitu adah atau adat yang artinya

“kebiasaan”, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi yang sudah

menjadi kebiasaan.18

Adapun yang dimaksud dengan lembaga adat desa dijelaskan

bahwa lembaga adat desa adalah suatu wadah yang mempunyai peran

penting dalam kehidupan masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat agar

diterimanya aspirasi masyarakat terhadap pemerintahan desa.19

Lembaga adat mengandung pengertian adanya lembaga atau

organisasi kemasyarakatan (sosial) yang berkaitan dengan adat yang

berlaku di suatu daerah atau kesatuan masyarakat adat.20

Pengertian

lembaga adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja

dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh berkembang di dalam

masyarakat tersebut.

16

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2011), h. 1051 17

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa…, h. 1051 18

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,

2014), h. 8. 19

Firman Sujadi, dkk, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintaha Desa-Landasan

Hukum dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2016), h. 309. 20

Ayu Mukhtaomi dkk. Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat dalam

Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan (studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon

Des Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. (Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol I,

No.2, 2012), h. 33

13

b. Tujuan Lembaga Adat Desa

Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga memiliki beberapa tujuan dan peran penting. Adapun tujuan

lembaga adat desa tersebut yaitu terciptanya harmonisasi dan optimalisasi

peran serta masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan bersama

pemerintahan desa/kelurahan dalam pelaksanaan program pembangunan

Kesejahteraan Masyarakat dan terciptanya peningkatan pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat bersama pemerintahan desa

dalam pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

dan pengendalian pembangunan di desa serta untuk membina dan

melestarikan budaya dan adat istiadat, serta hubungan antar tokoh adat

dengan pemerintah desa atau kelurahan.21

Penyelesaian konflik melalui lembaga adat desa secara sosiologis,

lembaga adat diakui masyarakat dan menjadi prioritas dalam mengatur dan

menyelesaikan segala persoalan di masyarakat. Penyelesaian melalui

lembaga adat lebih efektif, karena suatu lembaga adat tumbuh berdasarkan

nilai yang hidup dimasyarakat dan sudah diakui dan dianut secara turun

temurun. Hanya saja untuk tetap menjamin kepastian hukum, maka

pengaturan sebagai pengakuan masyarakat melalui perundang-undangan

tetap diperlukan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan

bidang kehidupan yang netral seperti bidang administrasi, pendidikan dan

lain-lain.

21

Sidomulyo, Peran Lembaga Adat Dalam Pembangunan Desa, (Jakarta: Pustaka Setia,

2017), h. 135

14

c. Fungsi Lembaga Adat Desa

Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

memiliki dasar yang jelas dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

adat desa. Dalam pasal 95 UU Desa No 6 Tahun 2014, pemerintah desa

dan masyarakat desa dapat membentuk lembaga adat desa. Lembaga adat

desa merupakan suatu lembaga yang tetap melestarikan adat istiadat dan

hukum adat yang berlaku dan menyelenggarakan fungsi adat istiadat yang

menjadi tatanan asli desa.22

Lembaga Adat Desa dalam ketentuan umum Permendagri 18 tahun

2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa

adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi

bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa

masyarakat Desa. Fungsi lembaga adat desa dalam pemerintahan desa

adalah menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada

pemerintah serta menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum

adat dan kebiasaan masyarakat setempat dan menciptakan hubungan yang

demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala adat dengan aparat

pemerintah.23

Dalam Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga

Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa dijelaskan bahwa

lembaga adat desa berfungsi membantu Pemerintah Desa dan

sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan

22

Undang Undang Nomor. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I 23

Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, Bab III pasal 10

15

mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan

terhadap adat istiadat masyarakat Desa. Fungsi Lembaga adat

desa yang lain adalah:

1) Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat

hukum adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan

unsur kekerabatan lainnya

2) Melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta

dan/atau kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan

warga, kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan

di Desa

3) Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan

keputusan dalam musyawarah Desa

4) Mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa

pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia

5) Pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian,

ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa

6) Mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan,

pendidikan masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan

lainnya

7) Mengembangkan kerja sama dengan LAD lainnya.24

Untuk menjalankan fungsi di atas, maka lembaga adat desa

mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendataan dalam rangka

menyusun kebijakan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan

pemerintah, kelangsungan pembangunan dan pembinaan masyarakat.

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik juga

sebagai berikut:

1. Menampung dan menyalurkan aspirasi/pendapat masyarakat

kepada pemerintah.

2. Menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam

masyarakat yang berkenaan dengan hokum adat istiadat.

3. Melestarikan, mengembangkan dan memberdayakan

kebudayaan pada umumnya dan khususnya hal-hal yang

berkenaan dengan adat istiadat

24

Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, Bab III pasal 10

16

4. Memberdayakan masyarakat dalam rangka menunjang

peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat di daerah.

5. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta

objektif antara kepala adat, pemangku adat, petua-petua adat,

pemuka adat lainnya dengan aparatur pemerintahan.25

Fungsi lain lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik dalam keluarga yaitu:

1. Membantu pemerintah desa dan sebagai mitra dalam

memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat

istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat

masyarakat desa

2. Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat

hukum adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan

unsur kekerabatan lainnya

3. Melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta

dan/atau kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan

warga, kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan

di desa

4. Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan

keputusan dalam musyawarah desa

5. Mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa

pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia

6. Pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian,

ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

7. Mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan,

pendidikan masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan

mengembangkan

8. Kerja sama dengan lembaga adat desa lainnya.26

Dengan demikian, lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelsaian konflik keluarga memiliki banyak fungsi seperti menampung

dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada pemerintah serta

menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum adat dan kebiasaan

25

Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, Bab 3 26

Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, Bab 3

17

masyarakat setempat. memberdayakan dan melestarikan adat istiadat atau

kebiasaan masyarakat yang positif.

5. Mediasi Dalam Konflik

Yang dimaksud dengan teori mediasi di sini adalah pemikiran atau

butir-butir pendapat mengenai suatu konsep (mediasi). Sejalan pula dengan

yang dikemukakan oleh M.Solly Lubis bahwa teori adalah suatu penjelasan

secara rasional yang sesuai dengan objekyang dijelaskannya27

. Mediasi secara

etimologi berasal dari bahasa latin, mediareyang berarti berada di tengah28

.

Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai

mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa

antara para pihak.

Kata mediasi berasal dari bahasa Inggris yaitu mediation yang memiliki

arti penyelesaian sengketa dengan menengahi. Namun Syahrizal Abbas dalam

bukunya menjelaskan pengertian mediasi dari segi etimologi berasal dari

bahasa Latin, mediare yang berarti beradadi tengah. Makna ini menunjukan

pada peranyang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan

tugasnya menengahidan menyelesaikan sengketa antara para pihak. Menurut

beliau “berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada

posisinetral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Mediator harus

mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan

27 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide. (London: Routledge Cavendish, 2004), h. 2 28 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide …., h.2

18

sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang

bersengketa.29

Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak

atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral

yang tidak memiliki kewenangan memutus. Pendekatan konsensus atau

mufakat dalam proses mediasi mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu

yang dihasilkan dalam proses mediasi harus merupakan hasil kesepakatan atau

perstujuan para pihak.30

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata mediasi memiliki arti

sebagai pengikutsertaan pihak ketiga, dalam penyelesaian suatu perselisihan

sebagai nasihat. Secara bahasa mediasi adalah menghentikan permusuhan atau

perselisihan. Sedang menurut istilah syara‟, mediasi adalah proses perjanjian

untuk menghentikan permusuhan kedua belah pihak.16 Berbeda dengan

definisi mediasi yang lain, dimana peranan mediator dalam menyelesaikan

sengketa selalu terlihat.

Menurut Wahbah Az-Zuahili lebih memandang secara luas makna dari

mediasi, dimana penekanannya lebih kepada tujuan dari pada diadakannya

mediasi yaitu kesepakatan perdamaian bagi pihak-pihak yang bersangkutan.31

Di Indonesia pengertian mediasi secara langsung disebutkan dalam Peraturan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1Tahun 2008, mediasi yaitu

29 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah Tangga (Studi di PA

Kota Tasikmalaya) (Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan

Kalijaga, 2014), h. 145 30 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah Tangga (Studi di PA

Kota Tasikmalaya) (Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan

Kalijaga, 2014), h. 145 31 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 146

19

cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh

kesepakatan para pihak dibantuoleh mediator.

Penjelasan mediasi dari segi kebahasaan ini belum lengkap, oleh karena

itu perlu ditambah dengan penjelasan lain secara terminologi yang

dikemukakan oleh para ahli resolusi konflik, diantaranya:

a. Menurut Laurence Boulle, mediation is a decision making process in

wich the parties are assisted by a mediator, themediator attempt to

improve the process of decision making andto assist the parties the

reach an out come to wich of them canassent

b. Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasidi

Pengadilan dinyatakan bahwa Mediasi adalah carapenyelesaian

sengketa melalui proses perundingan untukmemperoleh kesepakatan

para pihak dengan dibantu olehmediator32

Adapun tujuan dan manfaat mediasi adalah mempercepat proses

penyelesaian sengketa dan menekan biaya, Keputusan pengadilan tidak

menyelesaikan perkara, Untuk mengurangi kemacetan dan penumpukan

perkara (courtcongestion) di pengadilan, Untuk meningkatkan keterlibatan

masyarakat (desentralisasihukum) atau memberdayakan pihak-pihak yang

bersengketa dalam proses penyelesaian sengketa dan Untuk memperlancar

jalur keadilan (acces to justice) dimasyarakat serta Untuk memberi kesempatan

bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang

dapat diterimaoleh semua pihak sehingga para pihak tidak menempuh upaya

banding dan kasasi33

32 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide…., h.2 33 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide…., h.2

20

Sedangkan proses mediasi dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap

pramediasi, tahap pelaksaaan mediasi dan tahap akhir mediasi34

.Pada tahap pra

mediasi mediator melakukan beberapa langkahantara lain, membangun

kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan memberikan

informasi awal mediasi, fokus pada masa depan, mengoordinasikan pihak

bertikai, mewaspadai perbedaanbudaya, menentukan siapa yang hadir,

menentukan tujuanpertemuan, kesepakatan waktu dan tempat dan menciptakan

rasaaman bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan

membicarakanperselisihan mereka35

Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap di mana pihak-pihakyang

bertikai sudah berhadapan satu sama lain dan memulai prosesmediasi. Dalam

tahap ini, terdapat beberapa langkah penting antaralain, sambutan pendahuluan

mediator, presentasi dan pemaparan kisah para pihak, mengurutkan dan

menjernihkan permasalahan,berdiskusi dan negosiasi masalah yang disepakati,

menciptakan opsi-opsi, menemukan butir kesepakatan dan merumuskan

keputusan, mencatat dan menuturkan kembali keputusan dan penutupmediasi36

.

Tahap akhir hasil mediasi yaitu merupakan tahap di manapara pihak hanyalah

menjalankan hasil-hasil kesepakatan, yang telah mereka tuangkan bersama

dalam suatu perjanjian tertulis.

Adapun fungsi mediasi di pengadilan, jika berpacu pada PERMA No. 1

Tahun 2008 ada beberapa pertimbangan mengenai dipergunakannya mediasi di

34 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative

Approach to Conflict. (USA: Willey, 2004), h.41 35 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative

Approach to Conflict…, h.41 36 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative

Approach to Conflict…., h.41

21

Pengadilan. Pertimbangan pertama bahwa fungsi dari padamediasi diharapkan

dapat mengatasi masalah penumpukan perkara. Kedua proses mediasi

dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah

dibandingkan dengan proses memutus oleh hakim. Ketiga pemberlakuan

mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk

memperoleh rasa keadilan. Keempat, institusionalisasi proses mediasi ke dalam

system peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga

pengadilan dalam penyelesaian sengketa.37

Adapun sasaran mediasi dalam perkara konflik keluarga adalah sebagai

berikut: pertama, Suami isteri mau hidup rukun kembali dalam rumah tangga

dan tidak melanjutkan perceraian; kedua, Dengan suka rela kedua belah pihak

mau melanjutkan rumah tangga dan memenuhi kewajiban dalam rumah tangga;

dan ketiga, Jika terjadi perdamaian, maka perkara perceraian dicabut.38

Sasaran

mediasi perkara perceraian yang diakumulasi dengan akibat perceraian adalah

jika suami isteri tidak dapat dirukunkan kembali, maka dapat diteruskan

mediasi mengenai akibat perceraian yang meliputi: pertama, Mediasi mengenai

hak-hak isteri pasca perceraian; kedua, Mediasi mengenai hadlanah dan biaya

hdlanah; dan ketiga, Mediasi mengenai harta bersama. Hasil-hasil mediasi ini

berlaku jika perceraian dikabulkan pengadilan.

Secara global tahapan mediasi bisa dibagi ke dalam tiga tahap

yaitusebagai berikut:

a. Tahap Persiapan. Sebuah proses mediasi dibutuhkan bagi seorang

mediator untuk terlebih dahulu mendalami terhadap apa yang

37 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 147 38 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 148

22

menjadi pokok sengketa para pihak yang akan dibicarakan dalam

mediasi tersebut. Dan pada tahap ini juga mediator biasanya

mengkonsultasikan dengan para pihak tentang tempat dan waktu

mediasi, identisas pihak yang akan hadir, durasi waktu dan

sebagainya.

b. Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan yang pertama dilakukan

adalah pembentukan forum yatu dimana sebelum dimulai antara

mediator dan para pihak menciptakan atau membentuk forum.

Setelah forum terbentuk diadakan rapat bersama dan mediator

mengeluarkan pernyataan pendahuluan.

c. Tahap kedua dilanjutkan dengan pengumpulan dan pembagian

informasi, dimana mediator memberikan kesempatan kepada para

pihak untuk berbicara tentang fakta dan posisi menurut versinya

masing-masing. Mediator bertindak sebagai pendengar yang aktif

dan dapat mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan harus juga

menerapkan aturan keputusan dan sebaliknya mengontrol interaksi

para pihak.

d. Tahap Pengambilan Keputusan. Pada tahap ini para pihak saling

bekerja sama dengan bantuan mediator untuk mengevaluasi pilihan,

mendapatkan trade off dan menawarkan paket, memperkecil

perdebatan-perdebatan dan mencari basis yang adil bagi alokasi

bersama. Dan akhirnya para pihak yang sepakat berhasil membuat

keputusan bersama. Dalam tahap penentuan keputusan mediator

dapat juga menekan para pihak, mencarikan rumusan-rumusan untuk

menghindari rasa malu, membantu para pihak dalam menghadapi

para pemberi kuasa (kalau dikuasakan).39

Dengan demikian, memiliki tahapan-tahpan mulai dari persiapan,

pelaksanaan sampai pada pengambilan keputusan. Mediasi ini meupakan

proses negosisasi dalam pemecahan suatu masalah, dimana pihak tertentu atau

pihak ketiga tidak melakukan pemihakan, dan bekerjasama dengan pihak yang

bersengketa untuk mencari kesepakatan untuk mengakhiri masalah. Dan

mediator tidak mempunyai kewenangan dalam memutuskan sengketa akan

tetapi semata-mata membantu para pihak untuk menyelesaikan masalah yang

telah diamanahkan kepadanya. Mediasi dalam pandangan hukum progresif

adalah sebagai salah satu strategi dalam menyelesaikan segala kerumitan

39 Kamaruddin, Mediasi Dalam Pandangan Hukum Progresif-Suatu Alternatif Penyelesaian Konflik

Keluarga (Jurnal Al-'Adl, Vol. 11 No. 2: IAIN Kendari, 2018), h. 5

23

masalah yang dihadapi untuk menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan

manusia yang sarat dengan keinginan dan harapan dalam penyelesaian konflik

untuk manusia dan kemanusiaan.

6. Konflik Keluarga

a. Pengertian Konflik Keluarga

Konflik merupakan suatu fenomena biasa dan merupakan kenyataan

bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya.40

Secara bahasa konflik identik

dengan percocokan, perselisihan dan pertengkaran. Dengan pengelolahan

yang baik, konflik justru dapat semakin memperkukuh hubungan dan

meningkatkan kepaduan dan rasa solidaritas. Konflik seepenuhnya

merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat yang harus dianggap

penting yaitu untuk merangsang pemikiran-pemikiran yang baru,

mempromosikan perubahan sosial, menegaskan hubungan dalam kelompok,

membantu kita membentuk persaan tentang identitas pribadi, dan

memahami berbagai hal yang kita hadap dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat dua pandangan mengenai konflik yang berkembang yaitu.41

:

Tabel 1. Pandangan Lama dan Pandangan Baru Tentang Konflik

No. Pandangan lama (Tradisional) Pandangan Baru (Modern)

1 Konflik dapat dihindarkan Konflik tidak dapat dihindarkan

2 Konflik disebabkan oleh

kesalahan manajemen dalam

perancangan dan pengelolaan

organisasi/oleh pengacau

Konflik timbul karena banyak

sebab, termasuk struktur

organisasi, perbedaan tujuan,

perbedaan dalam persepsi dan

40

Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga (Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013), h. 11 41

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen

Pegawai Negeri Sipil. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 53

24

nilai-nilai pribadi dan sebagainya

3 Konflik mengganggu organisasi

dan menghalangi pelaksanaan

optimal

Konflik dapat membantu atau

menghambat pelaksanaan

kegiatan organisasi dalam

berbagai derajat

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewasa ini konflik dianggap sebagai

suatu hal yang tidak hanya bersifat negatif, tetapi mengandung sumbangan

positif terhadap suatu organisasi. Terdapat empat hal utama yang menjadi

sumber terjadinya konflik, baik dalam suatu organisasi maupun secara luas

dalam masyarakat seperti yang dijelaskan oleh Sedarmayanti yaitu:

a. Masalah Komunikasi seringkali menjadi faktor yang paling utama

terjadinya sebuah konflik akibat terjadi kesalahan dalam

menanggapi sebuah informasi yang diterima.

b. Masalah Struktur. Dengan adanya pertarungan kekuasaan atau

perbedaan penilaian mengenai sistem yang ada dapat

menimbulkan konflik dalam hal tatanan kehidupan masyarakat.

c. Masalah Pribadi. manusia memiliki sifatdasar yang cenderung

mementingkan diri sendiri daripada kelompok.

d. Perbedaan nilai, norma, ideologi maupun tujuan yang dimiliki

oleh seorang individu dapat menimbulkan konflik ketika

perbedaan tersebut mengalami pergesekan.42

Klein & White berpendapat bahwa terdapat beberapa asumsi dari

teori konflik yaitu:

a. Manusiatidak mautunduk padakonsensus

b. Manusia merupakan individu otonom yang mempunyai kemauan

sendiri tanpa harus mereka tunduk kepada norma dan nilai,

sehingga termotivasi terutama oleh keinginannya mereka sendiri

c. Konflik yaitudemik di kelompok sosial

d. Tingkatan masyarakatyangnormal cenderung akan memiliki

konflikdaripada keselarasan

e. Konflik yaitu suatu konfrontasi antar idividu, grup atas sumber

daya tertentu.43

42

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi..h. 64 43

Klein, D. M., & James M. White. Family Theories- an Introduction. London: Sage

Publication International Educational and Professional Publisher, 1996)

25

Dalam hal kontek sosial yang lebih besar lagi, keluarga bisa

dianggap sebagai lembaga yang suci. Akibatnya, kurang adanya dukungan

yang bisa meyakinkan dalam hal penelitian mengenai masalah konflik di

dalam keluarga, maka terdapat kajian konflik dalam keluarga diantaranya:

a. Konflik suami istri

b. Pola komunikasi dalam keluarga

c. Konflik antara orang tua dan anak-anak

d. Hubungan antara saudara kandung

e. Perselisihan keluarga atas warisan

f. Manajemen konflik intra famili

g. Terapi perkawinan dan konseling

h. Kekuatan,termasuk ancaman dalam keluarga

i. Hambatan struktural yang tinggi.44

Konflik merupakan unsur dasar manusia, oleh karena itu

pertentangan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Konflik

merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang

berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang

persdiaanya terbatas.

b. Faktor Penyebab Konflik dalam Keluarga

Adapun faktor penyebab konflik dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Perasaan kurang dihargai

Perasaan kurang dihargai merupakan salah satu persoalan yang

memicu timbulnya konflik dalam keluarga khususnya pasangan suami

istri seperti suami atau istri tidak diindahkan perkataannya, keinginannya

atau masalah hasil pekerjaannya oleh pasangan.45

2. Cemburu berlebihan

44

Sri Lestari, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012), h. 99 45

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 72

26

Cemburu dalam masalah hubungan adalah hal yang wajar46. Namun

akan menjadi mala petaka ketika seseorang tidak bisa mengontrol

perasaan cemburunya.

3. Kurangnya keterbukaan dalam masalah keuangan

Bagaimanapun masalah keuanan merupakan suatu yang

sangat penting dalam keluarga, suami seharusnya terbuka tentang pengha

silanyang diperoleh, dan sebaliknya istri hendaknya memberikan

informasikemana uang itu dimanfaatkan sehingga tidak timbul rasa

curiga diantara keduanya.47

4. Masalah hubungan intim

Hubungan intim adalah pelekat perjalanan rumah tangga. Ketika

urasan ini terganggu maka bisa menimbulkan konflik. Masalah hubungan

intim bisa terjadi akibat ketidak pengertian satu belah pihak. Bisa istri

yang tidak peduli dengan keinginan suami, atau sebaliknya suami tidak

mampu memenuhi keinginan sang istri.48

5. Masalah privasi masing-masing

Setiap orang mempunyai privasi yang tidak ingin dingangu oleh

orang lain, sekalipun dengan pasangannya. Jadi ketika seseorang sedang

ingin menikmati privasi, maka hendaknya pasangannya dapat

memahami. Privasi bisa berupa hobi sejak kecil, atau kebiasaan bersifat

positif. Misalnya suami punya kebiasaan ngumpul sama teman-temannya

46

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 72 47

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73 48

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73

27

tentu akan merasa jengkel ketika kebiasaanya dipermasalahkan oleh sang

istri.49 Atau seorang istri ingin berkumpul dengan keluarganya dalam

waktu tertentu akan merasa kesal ketika keinginanya tidak dituruti oleh

suami.

6. Kurangnya toleransi dalam pembagian tugas di rumah

Dalam sebuah rumah tangga, terkadang kita tidak memiliki

oranglain yang mengerjakan tugas rumah. Maka ketika tidak ada

toleransi dalammelakukan pekerjaan di rumah bisa menimbulkan konflik.

Maka sebaiknya kedua belah pihak saling membantu untuk meringankan

tugasmasing-masing.50 Misalnya suami membantu istri memasak,

mengasuh anak,atau hanya sekedar menemani, tentu ada perasaan

berbeda ketika Pekerjaan Dilakukan bersama.

7. Perbedaan agama

Tak jarang di dalam sebuah keluarga terdiri dari anggota keluarga

yang memiliki keyakinan yang berbeda, perbedaan keyakinan tersebut

mampu menjadi pemicu terjadinya sebuah konflik jika masing-masing

orang tidak memiliki toleransi satu sama lain. Memeluk sebuah agama

yang diyakini adalah hak asasi tiap-tiap orang, kita tidak boleh

memaksakan kehendak kita terhadap orang lain, namun dalam

prakteknya memang tidaklah mudah. Bukanlah kita yang berhak

menghakimi seseorang akan apa yang dia percayai, toleransi adalah satu-

49

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73 50

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73

28

satunya cara yang bisa kita andalkan agar dapat terciptanya kerukunan

dalam keluarga, meskipun terdiri dari agama-agama yang berbeda.51

Menurut Rubin dalam buku Lestari, (2012), pengelolaan konflik

sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penguasaan,

penyerahan, pengacuhan dan penarikan diri, tawar-menawar dan campur

tangan pihak ketiga.52

Konflik merupakan peristiwa sosial yang mencakup

pertentangan atau ketidak setujuan.53

Konflik dalam keluarga juga bisa

disebabkan karena adanya ketidaksetujuan atau perilaku oposisi antar

anggota keluarga. Selain itu, konflik juga merupakan sebuah keniscayaan

dalam kehidupan, adanya konflik membuktikan bahwa terdapat proses

interaksi yang kemudian memunculkan dinamika dalam kelompok sosial.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif karena penelitian ini berupaya untuk menggambarkan dan

mendeskripsikan penomena yang terjadi sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Moleong

bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

51

Agung Candra Setiawan, Konflik dalam Keluarga, Penyebab dan Cara

Menyelesaikannya dikutip dari https:// keluarga. com/1146/ konflik dalam keluarga penyebab dan

cara-menyelesaikannya) diakses pada tanggal 20 September 2019 22.10 WIB 52

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam

Keluarga. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 72 53

Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 74

29

prilaku yang dapat diamati.54

Dalam penelitian kualitatif data yang

diperoleh bersifat alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci

dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih

menguatkan makna (data yang sebenarnya dan pasti dari pada generalsasi.

Menurut Margono bahwa penelitian kualitatif memiliki beberapa

ciri-ciri yaitu lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, manusia

merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data, analisis data dilakukan

secara induktif, penelitian bersifat deskriptif analitik, tekanan penelitian

berada pada proses, pembatasan penelitian berdasarkan fokus, perencanaan

bersifat lentur dan terbuka, hasil penelitian merupakan kesepakatan

bersama, pembentukan teori berasal dari data, penelitian bersifat

menyeluruh (holistik) dan makna sebagai perhatian utama penelitian.55

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mendeskripsikan masalah apa

yang diselidiki dengan cara memaparkan atau melukiskan keadaan subyek

atau obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya

secara ilmiah kaitannya dengan masalah yang diteliti yaitu fungsi lembaga

adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilokasi penelitian berperan sebagai instrumen

kunci, artinya peneliti adalah segala-galanya dalam penelitian dan akan

menjadi penentu dari semua proses penelitian di lapangan. Dalam

54

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya,

2011), h. 4. 55

Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 36.

30

penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama penelitian dan

mengikuti secara aktif penomena yang terjadi.

Kehadiran peneliti bukan untuk mempengaruhi subyek penelitian

tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat serta

meyakinkan kaitannya dengan masalah yang diteliti yaitu fungsi lembaga

adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Praya

Barat dan Kecamatan Praya Barat Daya yang ada di Kabupaten Lombok

Tengah. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini yaitu agar peneliti lebih

mudah dalam mengambil data penelitian karena Kabupaten Lombok

Tengah cukup luas sehingga peneliti mengambil dua Kecamatan sebagai

sampel. Selain itu Lombok Tengah juga merupakan salah satu Kabupaten

yang memeiliki beragam adat istiadat dan budaya lokal yang dari tahun ke

tahun terus dilestarikan dan dibudayakan oleh masyarakat yang ada

Kabupaten Lombok Tengah.

4. Sumber Data

Menurut sumbernya data dalam penelitian digolongkan atas data

primer dan data skunder. Adapun data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari informen dengan menggunakan alat pengambil data secara

langsung pada informen sebagai sumber informasi. Adapun informan

adalah kepala desa, kepala adat desa, staf desa, kadus, tokoh agama, tokoh

31

masyarakat dan para pihak yang yang berkonflik kaitannya dengan konflik

keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah.

Sedangkan data skunder adalah data yang tidak langsung diperoleh

peneliti dari subjek penelitiannya. Data ini berupa dokumen, laporan

penting yang telah tersedia kaitannya dengan masalah fungsi lembaga adat

desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah. Sumber data lainnya yaitu berupa dokumen

penting seperti data tentang konflik-konflik yang pernah terjadi, profil

lembaga adat, program/kegiatan lembaga adat desa dan dokumen penting

lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

beberapa teknik yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penemuan-

penemuan mana yang di selidiki.56

Dalam aplikasinya metode observasi

ini digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan atau program lembaga adat, tugas

lembaga adat, gambaran umum lokasi penelitian, bentuk-bentuk adat

istiadat yang berlaku, kebiasaan masyarakat setempat, sarana yang

dimiliki dan pengurus/pengelola lembaga adat desa itu sendiri.

56

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002), h.123.

32

b. Wawancara

Wawancara juga merupakan salah satu cara dalam mengunpukan

data yang peneliti lakukan dengan cara melakukan wawancara baik

secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara dapat dibagi

menjadi beberapa bagian yaitu :

1) Wawancara bebas. Artinya pewawancara bebas menanyakan

apa saja kaitannya dengan apa yang diteliti.

2) Wawancara terpimpin. Artinya pewawancara membawa daftar

pertanyaan yang lengkap dan terperinci.

3) Wawancara bebas terpimpin. Artinya kombinasi antara

interview bebas dan interview terpimpin.57

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti menggunakan wawancara bebas dan bebas terpimpin. Hal ini

dilakukan untuk mempermudah dalam mendapatkan data tentang

masalah yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian, melalui

wawancara ini seperti data tentang fungsi lembaga adat desa sebagai

mediator penyelesaian konflik keluarga Musim Sasak, konflik yang

terjadi dalam keluarga Muslim Sasak, kendala yang dihadapi dan solusi

yang diberikan dalam penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah. Adapun informen yang diwawancarai

yaitu:

1) Kepala desa

2) Kepala adat desa

3) Staf desa

4) Kadus

57

Nasution, S, Metode Research (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 23

33

5) Tokoh agama

6) Tokoh masyarakat

7) Tokoh pemuda, dan

8) Para pihak yang yang berkonflik

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah berasal dari kata dokumen yang berarti

barang-barang tertulis yang merupakan informasi yang diperoleh lewat

tulis-tulisan, dokumen-dokumen baik tulisan yang berbentuk foto-foto

maupun gambar kegiatan. Dokumentasi ini digunakan untuk

mendapatkan data dan informasi tentang profil Lombok Tengah,

keadaan sarana dan prasarana, jumlah penduduk, kondisi sosial budaya

masyarakat setempat, struktur organisasi, sejarah berdirinya kabupaten

Lombok Tengah.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara logis dan sistematis. Menurut Datton

dalam Moleong mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola dan memberikan arti

yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari

hubungan antara dimensi-dimensi uraian.58

Dalam aplikasinya, analisis

data ini peneliti lakukan dengan menggunakan analisis data induktif yaitu

suatu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus

kemudian kepada hal-hal yang bersifat umum atau mengambil kesimpulan

58

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180.

34

secara umum. Adapun langkah-langkah analisis data dilakukan dengan

cara sebagai berikut59

:

a) Reduksi Data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.

Mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

b) Display Data. Mendisplay data adalah menyajikan dalam bentuk uraian

singkat, dengan hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan

demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan

setumpuk data.

c) Conclusion drawing. Dalam hal ini peneliti mengambil kesimpulan dan

verifikasi60

. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali kelapangan mangumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupkan kesimpulan yang kredibel

dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

7. Keabsahan Data

59

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180. 60

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180.

35

Keabsahan data merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

mendapatkan data yang absah, valid dan dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya secara ilmiah. Kaitannya dengan keabsahan data ini

dijelaskan bahwa untuk memperoleh keabsahan data dan informasi atau

temuan, dapat dilakukan dengan jalan perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan

refrensi, studi kasus negatif dan pengecekan anggota.61

Dalam aplikasinya,

keabsahan data tersebut peneliti lakukan dengan menggunakan 4 cara

tersebut yaitu ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan,

kecukupan referensi dan tringulasi.

8. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri 6 Bab sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian,

penelitian yang relevan, kajian teori dan meotde penelitian

Bab II Hasil penelitian. Pada bab ini membahas tentang gambaran

umum lokasi penelitian, menguraiakan tentang fungsi lembaga adat desa

sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di

Kabupaten Lombok Tengah

Bab III Pembahasan. Pada bab ini membahas tentang fungsi

lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim

61

Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h. 327.

36

sasak di Kabupaten Lombok Tengah secara lebih mendalam yang

dilandasi oleh teori-teori yang relevan sesuai dengan masalah yang diteliti.

Bab IV Penutup. Dalam bab ini memuat kesimpulan dari semua

pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang

berkaitan dengan hasil penelitian yang akan menjadi pertimbangan lebih

lanjut.

37

BAB II

LEMBAGA ADAT DESA LOMBOK TENGAH

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lombok merupakan salah satu pulau yang berada di wialayah Provinsi Nusa

Tenggara Barat dengan luas pulau ini mencapai 5.435 km² yang menempatkannya

pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Beberapa

Kabupaten/Kota yang ada di pulau Lombok memiliki sektor pariwisata dan

perikanan sebagai sektor penunjang dalam pengembangan dan pembangunan

daerahnya, salah satunya ialah Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten Lombok

Tengah merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan pusat pemerintahannya berada di Kota

Praya. Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada

116°05′−116°24′ bujur timur dan 8°24′−8°57′ lintang selatan dengan batas-

batas wilayah sebagai berikut62.

Adapun visi Kabupaten Lombok Tengah yaitu: Terwujudnya masyarakat

lombok tengah yang beriman, sejahtera dan bermutu. Makna BERIMAN dalam

visi diatas adalah dimana masyarakat Kabupaten Lombok Tengah dituntut untuk

melaksanakan ajaran agamanya dengan baik dan saling menghargai satu sama lain

tanpa memandang sara, sedangkan makna SEJAHTERA adalah masyarakat yang

mampu memenuhi semua kebutuhan dasarnya, dan yang terakhir makna dari

BERMUTU sendiri adalah masyarakat yang mampu berprestasi dalam bidang

masing-masing sehingga mampu bersaing dengan daerah lain. Sedangkan misi

Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut:

62

Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020

38

a. Meningkatkan kesadaran hidup beragama dan kerukunan hidup bermasyarakat

dengan menghormati keberagaman dan HAM

b. Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat serta gender

c. Mendorong kemajuan ekonomi daerah dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya local secara adil dan transparan

d. Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan menumbuh-kembangkan

wirausaha dengan tetap mempertahankan kelestarian dan lingkungan hidup

e. Meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance)

berbasis keterbukaan dan keadilan

f. Meningkatkan pelaksanaan otonomi desa berbasis kegotongroyongan dan

kesetiakawanan sosial63.

Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada 116°05′−116°24′

bujur timur dan 8°24′−8°57′ lintang selatan dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara : Kab. Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur

b. Sebelah selatan : Samudera Indonesia

c. Sebelah barat : Kabupaten Lombok Barat

d. Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Timur64.

Adapun kondisi geografis Kabupaten Lombok Tengah cukup bervariasi

yang terdiri atas perbukitan yang daerahnya termasuk dalam kawasan Gunung

Rinjaniyang terletak di tengah-tengah Pulau Lombok. Kemudian daratan rendah

yang merupakan pusat kegiatan pertanian yang tehampar di bagian tengah,

membujur mulai dari utara ke selatan. Sedangkan garis pantai membentang mulai

63

Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020 64

Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020

39

dari pantai Torok Aiq Beleq Kecamatan Praya Barat Daya, pantai Selong Belanak,

Kecamatan Praya Barat, sampai dengan Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur.

Adapun luas wilayah Lombok Tengah secara keseluruhan adalah 1.208,39

Km² (Statistik Kabupaten Lombok Tengah, 2013 dan Perda No. 7 tahun 2011

tentang RTRW Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011-2031). Jumlah kecamatan

di Kabupaten Lombok Tengah adalah 12 kecamatan dimana 4 kecamatan

merupakan kecamatan pesisir (33,3%) dengan 11 desa pesisir (7,9%) dari

keseluruhan 139 desa/kelurahan di kabupaten Lombok Tengah yang kebanyakan

wilayah pesisirnya di peruntukkan sebagai kawasan pariwisata dan perikanan65.

Selanjutnya, terkait dengan kabupaten Lombok tengah yang dimana salah

sektor dalam mendukung pembangunan daerahnya yang melalui sektor perikanan,

luas perairan laut yang menjadi kewenangan kabupaten untuk dikelola adalah 975

Km², panjang garis pantai sekitar ± 99,69 km dan luas perairan laut termasuk Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) 11.937 Km². Perairan pesisir dan lautan Kabupaten

Lombok Tengah seperti yang diketahui memiliki peluang yang besar dalam

mengembangkan potensi pesisir dan lautan untuk berbagai kegiatan perikanan baik

penangkapan ikan maupun kegiatan budidaya. Daaerah gerupuk kecamatan pujut

merupakan wilayah dalam pengembangan potensi unggulan di wilayah terkait

yang dimana wilayah gerupuk diperuntukkan untuk sektor perikanan yang masuk

dalam zona pengembangan minapolitan di Lombok Tengah, yang tentu saja

diharapkan akan mempengaruhi ekonomi masyarakat dan juga dapat memberikan

kontribusi besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakatnya.

65

Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020

40

1. Kondisi Ekonomi Kabupaten Lombok Tengah

Perekonomian masyarakat Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat dari

besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

berlaku (adh). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai

tambah (value added) yang tercipta dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu

wilayah/region dalam satu kurun waktu tertentu. Nilai dari PDRB tersebut

dapat digunakan dalam mengukur kemampuan daerah dalam mengelola sumber

daya alam yang dan faktor faktor produksi lainnya yang digunakan untuk

menciptakan nilai tambah bagi masing-masing sektor perekonomian yang

berada dalam daerah tersebut66.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah

sendiri dalam hal ini dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut

mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas kegiatan ekonomi di

Kabupaten Lombok Tengah yang cukup berarti. Nilai tambah yang tercipta

(PDRB atas dasar harga berlaku) pada tahun 2013 sebesar Rp. 7,18 triliun,

meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp. 6,33 triliun atau mengalami

peningkatan sebesar 13,49 persen. NIlai dan laju PDRB setiap tahunnya

terbentuk dari kontribusi berbagai sektor.

Setiap sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB selalu berubah

dalam tahun ke tahun, namun masing-masng sektor dalam hal ini tidak berubah

terlalu signifikan. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap

pembentukan PDRB tahun 2013 dari 9 sektor yang ada adalah pada sektor

pertanian yakni sebesar 27,54 %. Sektor lainnya yang mendukung

66

Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020

41

perekonomian kabupaten Lombok tengah antara lain Pertambangan dan

Penggalian (3,44 %), Industri pengolahan (6,07%), listrik gas dan air bersih

(0,30%), bangunan (10,56%), Perdagangan, hotel dan restaurant (18,88%),

Pengangkutan dan komunikasi (9,62%), Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan (6,19%), dan yang terakhir ialah jasa-jasa (6,07%)67.

2. Iklim dan Topografi Kabupaten Lombok Tengah

Bila di tinjau dari kondisi iklimnya, sama seperti daerah lain di Indonesia

yang berada di bagian selatan khatulistiwa, Kabupaten Lombok Tengah

memiliki iklim tropis dengan musim kemarau yang kering. Pada tahun 2012

musim hujan jatuh pada bulan November sampai bulan mei. Sedangkan pada

musim kemarau antara bulan juni hingga bulan oktober68.

Selanjutnya, Kabupaten Lombok Tengah seperti yang diketahui memiliki

musim hujan yang cukup tinggi di sepanjang tahunnya. Musim hujan yang

cukup tinggi dan cuaca yang kadang tidak menentu berdampak pada kegiatan-

kegiatan masyarakat Lombok Tengah yang memiliki profesi sebagai nelayan

ataupun petani. Jumlah hari hujan per bulan di Kabupaten Lombok Tengah

berkisar antara 9 hingga 15 hari dengan curah hujan berkisar antara 124 mm

hingga 219 mm69. Dilihat menurut kecamatan (tidak termasuk Kecamatan

Praya Barat Daya) wilayah yang memilki hari hujan terbanyak yakni kecamatan

Praya dan sebaliknya kecamatan Kopang, Janapria merupakan kecamatan

dengan jumlah hari hujan paling sedikit.59

Dari kondisi topografinya sendiri Kabupaten Lombok Tengah pada

bagian utara merupakan daerah pegunungan, yang termasuk didalamnya

67

Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020 68

Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020 69

Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020

42

kawasan Gunung Rinjani dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl. Kawasan

tersebut sangat cocok untuk areal perkebunan seperti kopi, kayu, cengkih, dan

lain sebagainya yang berpotensi untuk pengembangan kepariwisataan berbasis

alam meliputi beberapa kecamatan yakni Kecamatan Batukliang, Batukliang

Utara, Kopang dan Pringgarata.

Pada bagian tengah dari Kabupaten Lombok Tengah terdapat beberapa

kecamatan yakni meliputi kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, Praya

Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan Kecamatan Jonggat. Bagian tengah ini

merupakan daerah daratan rendah yang diperuntukkan sebagai daerah pertanian

dengan hasil utama padi, palawija, dan tembakau yang didukung oleh hamparan

lahan sawah yang cukup luas di area sekitarnya. Selain sebagai pusat

pemerintahan kabupaten, bagian tengah Kabupaten Lombok Tengah juga

memiliki potensi menjadi pusat wisata kuliner tradisional dan souvenir khas

Lombok Tengah dan Pulau Lombok secara umum70.

Selanjutnya, pada daerah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah,

daerah ini merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 sampai

355 mdpl serta kawasan pantai yang diperuntukkan sebagai kawasan pariwisata

dan perikanan sekaligus berbatasan dengan Samudra Indonesia. Bagian selatan

ini meliputi wilayah Kecamatan Pujut, sebagian Kecamatan Praya Barat, Praya

Barat Daya dan Praya Timur. Berbatasannya dengan Samudra Indonesia,

wilayah bagian selatan ini memendam potensi wisata pantai yang cukup

mumpuni dan sumberdaya perikanan yang cukup luas.60

70

Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020

43

Bagian Selatan Lombok tengah seperti yang diketahui memiliki

sumberdaya perikanan yang cukup luas dan dalam hal ini bagian pesisir

selatannya diperuntukkan sebagai zona pengembangan kawasan minapolitan

merujuk pada Keputusan Bupati No.1 tentang penetapan kawasan minapolitan

dengan sektor unggulan pada bidang pengembangan budidaya rumput laut.

3. Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Tengah

Dari segi demografinya, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Lombok Tengah tahun 2013, Jumlah penduduk yang mendiami

Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 881.686 jiwa yang terdiri dari 416.774

jiwa penduduk laki-laki dan 464.912 jiwa penduduk perempuan. Bila

dibandingkan dengan luas wilayah seluas 1.208,39 km2, maka tercatat

kepadatan penduduk sebesar 730 jiwa/km2. Berikut tabel jumlah penduduk

Kabupaten Lombok Tengah dilihat dari setiap Kecamatan sebagai barikut:

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Tengah Dalam Setiap

Kecamatan71.

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Praya Barat 33.967 37.092 71.059

2 Praya Barat Daya 24.820 27.656 52.476

3 Pujut 47.566 51.692 99.258

4 Praya Timur 30.479 33.503 63.982

5 Janapria 33.196 38.872 72.068

6 Kopang 35.356 41.651 77.007

7 Praya 51.074 55.404 106.478

8 Praya Tengah 29.388 32.072 61.460

9 Jonggat 43.728 47.215 90.943

10 Pringgarata 30.941 34.301 65.242

11 Batukliang 33.496 39.401 72.897

12 Batukliang Utara 22.793 26.053 48.816

Total Keseluruhan 881.686

71

Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020

44

Dilihat dari Tabel diatas, kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan

Praya dengan jumlah penduduk sebanyak 106.478 jiwa dan kecamatan yang

paling rendah tingkat kepadatannya adalah kecamatan Batukliang Utara dengan

jumlah penduduk sebesar 48.816 jiwa. Merujuk pada data dari Badan Pusat

Statistik Kabupaten Lombok Tengah pada tabel yang ada di atas perbandingan

antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan akan

menghasilkan indikator angka sex ratio. Tahun 2013 angka sex ratio Kabupaten

Lombok Tengah terhitung sebesar 90. Angka ini menunjukkan bahwa setiap

100 orang penduduk perempuan terdapat 90 orang penduduk laki-laki dengan

kata lain penduduk perempuan masih mendominasi. Jika dilihat menurut

kecamatan, angka sex ratio tertinggi terdapat di Kecamatan Jonggat yakni

sebesar 93 dan yang terendah di Kecamatan Kopang dan Batukliang sebesar

8572.

Penduduk Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari penduduk asli yakni

suku Sasak dan penduduk yang merupakan pendatang seperti daerah Jawa,

Bali, dan Sumbawa. Agama yang dianut oleh masyarakat yang ada di Lombok

Tengah kebanyakan adalah agama Islam, dan beberapa diantaranya menganut

agama Hindu dan Kristen. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Lombok Tengah rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten

Lombok Tengah pertahun periode 2000-2010 sebesar 1,45 persen, dimana

angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju

pertumbuhan penduduk pertahun periode 1990-2000 yaitu sebesar 0,98%.

72

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

45

4. Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah

Meningkatnya jumlah penduduk memang tidak otomatis diikuti oleh

peningkatan jumlah pencari kerja yang tercatat, karena kebanyakan jumlah

pencari kerja yang tercatat lebih dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lapangan

kerja. Pada era seperti sekarang ini banyak penduduk yang membutuhkan

pekerjaan tapi tidak melakukan aktivitas mencari kerja. Kebanyakan dari

mereka cenderung pasif, Kenyataan ini menjelaskan bahwa banyaknya pencari

kerja yang tercatat tidak bisa dijadikan satu-satunya indikator jumlah

pengangguran yang terjadi disuatu daerah. Tercatat jumlah pencari kerja di

Kabupaten Lombok tengah yang terdaftar di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan

sebanyak 8.488 jiwa73.

Pekerjaan masyarakat di Kabupaten Lombok tengah tersebar dalam

beberapa sektor lapanagan pekerjaan seperti Pertanian, kehutanan, perkebunan,

dan perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas

dan air minum, bangunan, perdagangan, rumah makan dan hotel, angkutan

pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,

tanah dan jasa perusahaan dan jasa kemasyarakatan.

Dari total jumlah pencari kerja sebesar 8.488 jiwa tersebut, yang

ditempatkan menurut tabel diatas hanya 6.501, yang masih belum ditempatkan

sebesar 1.536 dan yang ditolak atau dihapuskan sebesar 451 jiwa. Terlihat

kebanyakan penduduk yang mencari kerja memang ditempatkan pada sektor

pertanian, kehutanan, perikanan, perkebunan dan jasa kemasyarakatan.

Masyarakat Lombok Tengah dalam kaitannya dengan penelitian ini secara total

73

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

46

keseluruhan jumlah penduduk yang menekuni bidang perikanan yakni nelayan

berkisar 9.957 jiwa baik perikanan tangkap maupun budidaya.

B. Sejarah dan Struktur Organisasi Lembaga Adat Desa Kabupaten Lombok

Tengah

Dalam sejarahnya, Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak

Krame telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan Kabupaten Lombok Tengah

sejak tahun 2014. Landasan pembentukan Lembaga Adat Desa tersebut

tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) Lombok Tengah Nomor 23 Tahun

2014 tentang Lembaga Adat Desa / Kelurahan yang merupakan penjabaran dari

UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Desa. Pengukuhan pengurus

Lembaga Adat Desa atau Lembaga Sasak Krame ini pertama kali dilaksanakan

bersamaan dengan Hari Pahlawan, yakni pada hari Kamis, 10 Nopember 2015

di Bencingah Adiguna Alun-alun Tastura Kabupaten Lombok Tengah74.

Jumlah pengurus Lembaga Adat Desa atau Lembaga Sasak Krame

yang dikukuhkan sebanyak 139 pengurus Lembaga Adat Desa atau atau

Lembaga Sasak Krame yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan oleh

Bupati Loteng HM. Suhaili FT, SH yang dirangkaikan dengan peringatan Hari

Pahlawan Tahun 201575. Acara pengukuhan pengurus lembaga Sasak Krame

adat desa/kelurahan itu akan dihadiri oleh seluruh Kadus, Kaling, Tokoh

Agama, Tokoh Budaya, Pengurus Badan Keamanan Desa (BKD), Anggota

Babinsa/Bhabinkamtibmas, Pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD) se-

Kabupaten Lombok Tengah.

74

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020 75

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

47

Pengukuhan itu dihadiri lima ribu masyarakat dari unsur Kadus,

Kaling, Tokoh Agama, Tokoh Budaya, Pengurus Badan Keamanan Desa

(BKD), Anggota Babinsa atau Bhabinkamtibmas, Pengurus Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), termasuk seluruh Kepala SKPD Lingkup

pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.

Tujuan di bentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak

Krame telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan adalah untuk menciptakan

dan menjaga situasi Kemanan dan Kertiban Masyarakat (Kamtibmas), untuk

memperkuat program pemberdayaan masyarakat, dalam rangka mengentaskan

kemiskinan, serta untuk mendukung program pembangunan di sektor

Pariwisata, mengingat Lombok Tengah telah ditetapkan menjadi Kabupaten

Destinasi Pariwisata.” Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame

yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan, juga mencerminkan fokus

arah kebijakan Pemkab. Loteng dalam menciptakan Kamtibmas, terlebih lagi

Loteng telah mencanangkan diri sebagai Kabupaten Pariwisata76.

Di samping program-program penguatan pemberdayaan masrakat

lainnya juga dalam rangka pengentasan kemiskinan. Dua penguatan peran

pungsi lembaga desa yaitu melalui BKD dan krame sasak adat desa di

harapkan akan memberikan kontribusi yang positip terhadap Kamtibmas

untuk mendukung Pariwisata Loteng. Selain itu, dibentuk dan dikukuhkannya

pengurus lembaga sasak krame adat desa itu dalam rangka melestarikan nilai –

76

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

48

nilai budaya luhur dan sebagai penangkal pengaruh budaya luar yang dapat

merusak moral, ahlak dan peradaban, adat istiadat masyarakat sasak.

Tujuan dibentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak

Krame yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan juga adalah untuk

melestarikan nilai budaya luhur dan menangkal pengaruh kuat budaya luar

yang dapat merusak moral,ahlak dan pradaban masyarakat sasak. Sehingga

budaya gotong royong, tata krama dan sopan santum yang merupakan nilai

dan kearipan lokal desa terjaga dengan baik dan dilestarikan

Untuk tahun anggaran 2018 dilakukan pelatihan tentang hukum atau

awiq awiq adat sasak, Sebab selama ini pelaksanaan adat sasak banyak yang

melenceng dengan tujauan ke depannya lembaga adat krame desa Tunggal

kayun yang di bentuk dapat berperan lebih banyak dalam memfasilitasi

pembentukan awiq-awiq (Peraturan Adat) di setiap dusun, serta menjadi

lembaga yang membantu memediasi persoalan persolan di tengah masyarakat

desa sekotong tengah secara kekeluargaan dan musyawarah dengan

mengutamakan kearifan lokal tanpa harus melalui jalur hukum atau

pengadilan77.

Dibentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame

yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan menurut Bupati Lombok

Tengah adalah karena situasi dan kondisi yang terus berubah yang secara sadar

maupun tidak sadar, telah terjadi pergeseran pola kehidupan masyarakat

sebagai akibat dari globalisasi dan modernisasi yang terus mengalami

77

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

49

perkembangan. Arus globalisasi dan modernisasi tidak jarang menggerus nilai

dan tatanan sosial yang selama ini menjadi pakem bagi kehidupan masyarakat.

Lebih jauh Bupati Lombok Tengah mengatakan nilai-nilai agama dan

adat istiadat yang dipegang teguh sebagai tuntunan dalam kehidupan

bermasyarakat, semakin hari semakin terkikis dan bahkan nampak mulai

ditinggalkan. Hal-hal semacam ini jika tidak secara cepat kita antisipasi dan

proteksi, maka nilai-nilai luhur agama maupun adat istiadat kita, tidak akan

lagi dikenal oleh generasi berikutnya. Untuk mengantisipasi masalah tersebut,

maka salah satu upaya untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai adat istiadat

di Kabupaten Lombok Tengah. Salah satunya adalah dengan dibentuknya

majelis Lembaga adat atau majelis krame yang diharapkan menjadi benteng

terdepan dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur adat istiadat

masyarakat Lombok Tengah. “Lembaga adat atau majelis krame ini harus

mampu menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya masyarakat. Terutama

nilai-nilai etika dan norma yang merupakan intisari dari adat istiadat dan

kebiasaan-kebiasaan masyarakat agar keberadaannya tetap terjaga dengan baik.

Di samping itu, pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat

istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat serta peningkatan peranan nilai-

nilai adat dalam menunjang peran serta masyarakat dalam pembangunan sosial

budaya, dan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis tata nilai budaya

lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai-nilai adat,

kebiasaan masyarakat juga nilai agama harus menjadi ruh utama dalam setiap

proses pembangunan.

50

Adapun struktur organisasi Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga

Sasak Krame di Kabupaten Lombok Tengah juga tidak jauh berbeda dengan

struktur organisasi lembaga pemerintahan lainnya. Struktur organisasi truktur

organisasi Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame ini sangat

penting artinya sebagai pedoman dan gambaran dari koordinasi dan

terorganisasinya pembagian tugas dan wewenang dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya pada lembaga yang dikelola tersebut.

Selain itu struktur organisasi truktur organisasi Lembaga Adat Desa atau

atau Lembaga Sasak Krame, juga dapat memberikan gambaran tentang arah

kebijakan masing-masing komponen yang ada sehingga pencapaian tujuan

pembangunan yang telah ditetapkan dapat dicapai semaksimal mungkin.

Adapun struktur organisasi truktur organisasi Lembaga Adat Desa atau

atau Lembaga Sasak Krame tersebut terdiri dari: a) Penasehat, b) Ketua, c)

Wakil Ketua, d) Sekretaris, e) Wakil Sekretaris, f) Bendahara, g) Kepala Seksi

Organisasi dan Kaderisasi, h) Ketua Seksi Agama dan Nilai-nilai adat, i) Ketua

Seksi Sosial Budaya dan Adat Istiadat, j) Ketua Seksi Ekonomi dan Hak

Tradisional Masyarakat, k) Ketua Seksi Pemberdayaan Perempuan, l) Ketua

Seksi Hubungan Lembaga Adat Desa dengan Pemerintahan dan Lembaga-

lembaga78. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian terlampir.

78

Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020

51

C. Prinsip, Prosedur dan Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok

Tengah

Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi permusyawaratan dan

mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada

pemerintah, maka keberadaan dan fungsinya diharapkan mampu

menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga maupun konplik lainnya

dari berbagai persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat yang berkenaan

dengan adat istiadat sehingga menciptakan hubungan yang demokratis dan

harmonis pada masyarakat desa itu sendiri. Fungsi lembaga adat desa sebagai

mediator penyelesaian konflik keluarga pada dasarnya tidak bisa dilepaskan

dari kebudayaan suatu masyarakat, dan fungsinya adalah untuk menjaga,

melaksanakan dan melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya secara

turun temurun.

Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga

tetap memperhatikan prinsip-prinsip dan prosedur dalam mensosialisasikan

norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu fungsi lembaga adat

desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga sangat penting dan

strategis sebab dalam penyelesaian konplik lehih diutamakan prinsip

kekeluargaan dan prinsip musyawarah serta saling memmafkan antar sesame.

Apabila cara tersebut tidak dapat dilakukan maka dilakukan penyelsaian lewat

pengadilan.

52

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan H. Lalu

Yasir Arafat, tokoh adat Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa

lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim

sasak tetap berpegang pada prinsip dan prosedur yang ada dengan

memperhatikan nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku

dimasyarakat serta menyelesaikan berbagai persoalan atau konplik yang terjadi

pada masyarakat desa seperti konplik keluarga yang seslalu mengedepankan

prinsip kekeluargaan dan musyawarah serta saling member maaf dalam

menyelesaikan konplik yang terjadi. Penyelesaian konflik secara damai sangat

penting dikedepankan untuk mempertahankan harmoni sosial dalam kehidupan

masyarakat, serta tidak menimbulkan luka batin yang menyisakan dendam

berkepanjangan79

.

Penyelesaian konplik keluarga pada prinsipnya diselesaikan secara

damai dan kekeluargaan. Menurut H. Lalu Yasir Arafat, tokoh adat Kabupaten

Lombok Tengah mengatakan bahwa penyelesaian konplik keluarga pada

prinsipnya dilakukan dengan cara secara damai atau kekeluargaan dengan

saling memberi maaf baik dari pihak yang melakukan kesalahan kepada pihak

yang dirugikan dan pihak yang dirugikan bersedia menerima permohonan maaf

serta bersedia pula untuk memaafkan pihak yang melakukan kesalahan. Selain

itu mengedepankan cara damai menjadi hal yang utama sebab setiap orang atau

ndividu, memiliki pikiran, perasaaan, sikap dan perilaku yang berbeda-beda.

Perbedaan ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam

79

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 19 Feberuari 2020

53

menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan

kelompoknya80

.

Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga

muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah tidak semuanya dapat berjalan

lancar, sebab setiap individu memiliki sikap, pendirian serta perasaan tang

berda-beda selain itu juga karena perbedaan latar belakang kebudayaan

sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak

akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.

Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan

perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu dan perbedaan sikap, perasaan,

pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda sehingga memiliki

tujuan yang tidak sama. Disatu sisi orang dapat melakukan hal yang sama,

tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Perubahan nilai yang cepat atau bahkan

mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik dalam keluarga

Kaitannya dengan lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian

konflik keluarga ini dijelaskan bahwa lembaga adat desa merupakan lembaga

yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan

asli desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa.

Lembaga adat desa juga diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan baik yang

sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang

didalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu

80

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara. , tanggal 19 Feberuari 2020

54

dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaandi dalam hukum adat

tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan

menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan

mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku81

.

Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga

muslim sasak tidak lepas dari tugasnya dalam melestarikan nilai-nilai adat

istiadat dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat serta menyelesaikan

berbagai persoalan atau konplik yang terjadi pada masyarakat desa seperti

konplik keluarga yang seslalu mengedepankan prinsip-prinsip kekeluargaan

dan musyawarah serta saling member maaf dalam menyelesaikan konplik yang

terjadi. Selain itu juga selalu mengedepankan cara damai, musyawarah,

pertemuan keluarga dan permintaan maaf sehingga hubungan keluarga menjadi

harmonis.

Hasil wawancara yang juga dilakukan dengan H. Sentum, Kepala Desa

Batu Jangkih Praya Barat Daya sekaligus sebagai tokoh adat di Kabupaten

Lombok Tengah mentakan bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip rasa keadilan dan penuh

tanggung jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang menciptakan

kedamaian pihak yang bertikai, bersikap menghormati dan mengerti berbagai

perbedaan pendapat, merasakan masalah yang mereka hadapi dan fokus pada

81

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat

55

masalah yang mereka hadapi dan bersikap netral diantara mereka yang

bertikai82

H. Lalu Nurhayat, sebagai tokoh adat mentakan bahwa lembaga adat

desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di

Kabupaten Lombok Tengah juga dilakukan dengan beberapa prosedur atau

langkah diantaranaya sebagai berikut: a) Kesepakatan mengakhiri konflik.

Dalam hal ini pihak yang bertikai dipertemukan untuk mengakhiri konplik baik

dengan saling memaafkan, musyawarah atau diseselasikan secara

kekeluargaan. Cara ini paling banyak dilakukan, sebab menyelesaikan konplik

keluarga secara kekeluargaan, saling memaafkan atau musyawarah ini sangat

mulia dan menguntungkan kedua belah pihak dan tidak mebutuhkan waktu dan

biaya, dan b) Setelah berdamai, kemudian menjalankan isi kesepakatan secara

bertanggung jawab dan tidak mengungkit masalah tersebut lagi, sebab kedua

belah pihak sudah terpenuhi hak-hak dan kewajibannya kaitannya dengan

masalah yang sudah didamaikan83

.

Lalu Bakri dan Sanipah selaku pihak yang berkonplik mengatakan

bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah kami dilakukan secara

kekeluargaan. Kami yang berkonplik terkait harta gonogini akibat perceraian

dilakukan secara kekeluargaan, musyawarah dan saling memaafkan. Hal ini

kami lakukan karena cara tersebut sangat mulia baik secara adat maupun secara

82

H. Sentum, Wawancara, tanggal 24 Feberuari 2020 83

H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020

56

agama84

. Selain itu dengan cara tersebut kami tidak mebutuhkan biya yang

mahal seperti penyelesaian yang dilakukan lewat pengadilan. Cara damai ini

lebih menetrankan dan lebih menjaga hubungan silaturrahim kami sebagai

keluarga.

Lembaga adat desa sebagai mediator juga berusaha mampu

menampung, menjaga, memecahkan atau menyelesaikan dan memberikan

solusi alternatif yang baik dan positif bagi bagi keluarga yang berkonplik,

sehingga masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga dapat diteriama dengan

lapang dada oleh keluarga yang bertikai. Konflik keluarga muslim sasak

tersebut seperti konflik perkawinan, perceraian, perkelahian suami istri,

pembagian harta, masalah keuangan, masalah anak, masalah ekonomi

dalainnya dan masalah lainnya

Sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di

Kabupaten Lombok Tengah lembaga adat desa diharapkan mamapu menjaga

nilai-nilai tradisi dan busaya yang sudah berlaku, mampu menyelesaikan

masalah konplik secara adil dan bertanggung jawab, tidak memihak dan

mampu meberikan solsusi alternative kepada pihak yang berkonflik. Selain itu

sebagai mediator, lembaga adat harus mampu menjaga, melaksanakan dan

melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya turun temurun seperti

kebiasaan musyawarah dalam setiap masalah, nilai-nilai kebersamaan dan

gotong royongdan mampu mensosialisasikan kepada masyarakat serta

84

Lalu Bakri dan Sanipah , Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020

57

membangun suasana yang kondusif dan harmonis ditengah-tengah kehidupan

keluarga dan masyarakat.

Kaitannya dengan lemaga adat desa sebagai mediator penyelesaian

konflik keluarga ini juga dijelaskan bahwa mediasi konflik keluarga adalah “a

process in which a mediator, an impartial third party, facilitates the resolution

of family disputes by promoting the particiants’ voluntary agreement. The

family mediator assists communication encourages understanding and focuses

the participants on their individual and common interests. The family mediator

work with the participants to explore options, make decisions and reach their

own agreement”. Artinya: Suatu proses dimana seorang mediator, pihak ketiga

yang tidak memihak, memfasilitasi penyelesaian sengketa keluarga

denganmendorong (terwujudnya) kesepakatan sukarela para pihak. Mediator

keluarga membantu (proses) komunikasi, mendorong pemahaman dan

memfokuskan peserta mediasi pada kepentingan pribadi dan kepentingan

umum mereka. Mediator keluarga bekerja dengan parapihak untuk menggali

pilihan-pilihan, membuat keputusan dan mencapai kesepakatan mereka85

.

Dengan demikian mediator dalam konflik keluarga melibatkan

beberapa pihak-pihak berkonflik yang akan melakukan mediasi, untuk

penyelesaian masalah yang terjadi diantara mereka secara damai dengan

bantuan seorang mediator. Mediasi juga merupakan suatu proses penyelesaian

sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat

dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus. Pihak

85

https://www.academia.edu/Mediasi_Keluarga_dan_Tantangannya_Bagi_Pengadilan_Ag

ama, diakses pada tanggal 2 Februari 2020

58

netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan prosedural

dan substansial. Mediator dalam konflik keluarga merupakan cara penyelesaian

sengketa melalui perundingan berdasarkan pendekatan kekeluargaan,

musyawarah mufakat atau konsensus para pihak dan para pihak meminta

bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang disebut mediator.

Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu para

pihak yang bersengketa dalam mencari penyelesaian yang dapat diterima para

pihak.

Mediasi dalam konflik keluarga ini juga merupakan hasil kesepakatan

atau persetujuan para pihak. Mediasi dapat ditampuh oleh para pihak yang

terdiri atas dua pihak yang bersengketa maupun oleh lebih dari dua pihak

(multiparties). Penyelesaian dapat dicapai atau dihasilkan jika semua pihak

yang bersengketa dapat menerima penyelesaian itu. Mediator sebagai pihak

ketiga di dalam menyelesaikan penyelesaian sengketa alternatif harus mampu

memfungsikan dirinya sebagai sebagai katalisator, pendidik, penerjemah,

narasumber, pendengan dan netral atau member solusi arternatif yang tidak

merugikan salah satu fihak yang berkonflik.

Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak juga melestarikan, mengembangkan dan

memberdayakan nilai-nilai adat istiadat dan menciptakan hubungan yang

demokratis dan harmonis serta objektif antara kepala adat, pemangku adat,

petua-petua adat, pemuka adat lainnya dengan pemerintah desa. Masalah yang

dimediasi oleh lembaga adat desa ini seperti konplik perkawinan, perceraian,

59

perkelahian suami istri, masalah anak, masalah keuangan, masalah ekonomi,

masalah harta dan masalah keluarga lainnya.

Lukman dan Suharni selaku pihak yang berkonplik mengatakan bahwa

lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga

muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah kami dilakukan secara damai atau

secara kekeluargaan dan saling memaafkan. Masalah yang kami hadapi adalah

masalah harta warisan orang tua kami dimana pembagiannya tidak sesuai

dengan hukum agama sehingga kami meminta pihak kadus dan pihak desa

unuk memberi jalan tengah agar pembagian harta warisan itu dibagi secara

adil. Dalam pembagiannya kami lakukan secara kekeluargaan dan juga secara

agama atau hukum mawaris sehingga tidak terjadi konplik berkepanjangan

dalam keluarga. Dan Alhamdulillah atas mediasi pihak desa pembagian harta

waris ini dapat kami terima dan tidak ada yang dirugikan dalam keluaga

kami86

.

H. Lalu Nurhayat, tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah

mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik eluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah tetap

berpegang pada norma-norma atau nilai-nilai adat istiadat yang sudah berlaku

dan dilestarikan secara turun temurun yaitu: a) asas kerukunan, a) asas

keselasan dan c) asas kepatutan. Asaz tersebut mengandung nilai yang sangat

mulia bagi masyarakat yang berkonplik, sebab dengan azas tersebut masalah

konplik yang terjadi dalam keluraga pada masyarakat dapat diakhiri secara

86

Lukman dan Suharni , Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020

60

tuntas sehingga keadaan di dalam masyarakat khususnya keluarga yang

berkonplik secara keseluruhan menjadi aman, tenang, tenteram dan sejahtera,

sesuai dengan yang diidealkan oleh adat87

.

Menurut Muhadis yang juga tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah

mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak juga mengacu pada prinsip dan

nilai-nilai adat yang berlaku diantaranya yaitu:

a. Asas kerukunan. Dalam azas kerukunan ini mengandung nilai ajaran yaitu

bagaimana membuat para pihak yang berselisih/ berkonplik itu dapat rukun

kembali seperti sedia kala. Cara penyelesaian yang ditempuh adalah dengan

cara musyarawah dan mufakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan

dilaksanakan dalam penyelesaian dengan cara ini adalah menumbuhkan

sikap dan langkah-langkah ke arah saling mengerti, saling menerima dan

saling memaafkan. Oleh karena itu dalam setiappersoalan yang terjadi,

penting dilakukan pertukaran pendapat, pandangan, perasaan ataupun

penilaian, untuk mendapat titik temu yang dapat diterima secara melegakan

keseluruhan masyarakat. Hasil dari penyelesaian dengan cara ini bukanlah

kalah dan menang, melainkan kemenangan bagi masyarakat keseluruhan.

b. Azas keselarasan. Dalam azas keselan ini juga mengandung nilai-nilai

ajaran yang positif dalam menyelsaikan konplik keluarga dan mengandung

prinsip penyelesaian masalah konplik secara arif dan bijaksana. azaz

keselaran dalam menyelsaikan massalah konplik keluarga, lebih menitik

87

H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020

61

beratkan pada jalan keluar terhadap persoalan yang timbul, supaya aspek

emosional dan perasaan terpenuhi secara optimal, sehingga dapat melegakan

pihak-pihak yang berselisih

c. Azas kepatutan. Dalam azas kepatutan ini masalah menyelesaikan konplik

lebih menitik beratkan pada segi kualitas dan status para pihak yang

berselisih agar dapat diselamatkan dan tidak jatuh ke dalam rasa malu.

Dalam azas kepatutan (kepantasan) ini muncul dasar pertimbangan. Artinya

ada nilai-nilai susila dan juga tuntutan berdasarkan akal sehat88

.

Kaitannya dengan asas kerukunan, asas keselasan, dan asas kepatutan

ini dijelaskan bahwa lembaga adat desa dalam penyelasian konflik keluarga

dapat dilakukan dengan memperhatikan azas-azas dalam adat istiadat yaitu:

1. Asas rukun, Asas kerukunan merupakan suatu asas kerja yang menjadi

pedoman dalam menyelesaikan konflik adat. Penerapan asas rukun dalam

penyelesaian konflik adat dimaksudkan untuk mengembalikan keadaan

kehidupan seperti keadaan semula, status dan kehormatannya, serta

terwujudnya hubungan yang harmonis sesama krama desa. dengan

demikian asas rukun tidak menekankan menang kalah pada salah satu

pihak, melainkan terwujudnya kembali keseimbangan yang terganggu,

sehingga para pihak yang bertikai bersatu kembali dalam ikatan desa adat.

2. Asas patut, kepatutan adalah pengertian yang menunjuk kepada alam

kesusilaan dan akal sehat, yang ditujukan pada penilaian atas suatu

kejadian sebagai perbuatan manusia maupun keadaan. patut berisi unsur-

88

Muhadis , Wawancara , tanggal 27Feberuari 2020

62

unsur yang berasal dari alam susila,yaitu nilai-nilai baik atau buruk. Patut

juga mengandung unsur-unsur akal sehat yaitu perhitungan-perhitungan

yang menurut hukum dapat diterima. Pendekatan asas patut dimaksudkan

agar penyelesaian konflik adat dapat menjaga nama baik pihak masing-

masing, sehingga tidak ada yang merasa diturunkan atau direndahkan

status dan kehormatannya selaku krama desa.

3. Asas laras, Azaz keselarasan mengandung anjuran untuk memperhatikan

kenyataan dan perasaan yang hidup dalam masyarakat, yang telah

tertanam menjadi tradisis secara turun temurun. Oleh karena itu,

pengalaman dan pengetahuan tentang adat istiadat yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat, merupakan bahan-bahan untuk

merumuskan cara konkrit suatu jawaban dalam menyelesaikan konflik

adat. Penggunaan pendekatan asas keselarasan dilakukan dengan

memperhatikan tempat, waktu dan keadaan (desa, kala, patra) sehingga

putusan dapat diterima oleh para pihak dalam masyarakat89

.

Dengan demikian, apa yang ditetapkan sebagai hal yang patut

derajatnya dapat berbeda-beda dari yang paling tinggi (ideal) sampai yang

paling rendah. Rasa kepatutan pada tingkatan yang paling tinggi dicapai

apabila yang dijadikan dasar pertimbangannya adalah nilai-nilai susila. Rasa

kepatutan yang tingkatannya sedang, apabila yang dijadikan pertimbangan

adalah tuntutan berdasarkan akal sehat.

89

Puslitbang, Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah Agung

RI 2010.

63

Apabila prinsip-prinsip penyelesaian persoalan/konflik menurut adat itu

dicermati dengan baik, maka di dalamnya sebenarnya terdapat niali-nilai yang

sangat luhur, antara lain, nilai kebersamaan, persaudaraan, kerukunan,

keselarasan, kepatutan, ketentramandan kedamaian. Semua nilai-nilai tersebut

mengacu pada kehidupan masyarakat yang harmonis. Sayangnya, nilai-nilai

semacam ini sekarang telah melemah dan bahkan cenderung punah karena

terdesak oleh nilai-nilai baru yang lebih bersifat individualis dan menjunjung

tinggi kebebasan, yang cenderung telah menyebabkan ketidakharmonisan

dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam masyarakat yang

terancam disintegrasi seperti sekarang ini, nilai-nilai adat ini perlu

diberdayakan kembali untuk mencegah perpecahan yang timbul dimasyarakat

akibat konflik yang berkepanjangan dan tindakan main hakim sendiri oleh

orang-orang/kelompok yang tidak bertanggungjawab.

Hal senada juga dikatakan oleh H. Multazam selaku tokoh masyarakat

yang ada di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa setiap konflik

yang terjadi dalam keluarga baik masalah harta warisan, perceraian,

perkelahian suami istri maupun masalah ekonomi keluarga khususnya keluarga

muslim sasak yang ada di Kabupaten Lombok Tengah kami lakukan yang

pertama kali secara kekeluargaan, dari hati kehati, kemudian saling memaafkan

dan juga melakukan musyawarah mufakat. Bahkan dalam konplik keluarga, hal

tersebut selalu kita utamakan dan menghindari penyelesaian melalui

pengadilan90

. Sebab menyelsaikan konplik secara kekelurgaan jauh lebih baik

90

H. Multazam, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020

64

dan lebih menguntungkan pihak keluarga yang bertikai serta tidak terputusnya

tali silaturrahim dan tidak membutuhkan banyak tenaga dan biaya seperti yang

dilakukan dipengadilan.

Sepirah, selaku tokoh masyarakat juga mengatakan bahwa fungsi

lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga

muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan dengan cara melakukan

pendekatan kepada pihak yang berkonflik untuk dapat membicarakan dengan

permasalahan yang dihadapai dan saya mengusahakan untuk mempertemukan

kedua belah pihak untuk pembicaraan lanjut mengenai konflik yang dihadapi.

Selain itu juga kita lakukan dengan cara negosiasi dan memfasilitasi. Segala

cara kita lakukan, agar keluarga yang berkonplik kembali aman seperti sedia

kala91

Adapun fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sapah Gunawan, tokoh

adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa fungsi lembaga adat

desa sebagai mediator dilakukan dengan menampung, menjaga, memecahkan

atau menyelesaikan dan memberikan solusi alternatif yang baik dan positif bagi

bagi keluarga yang berkonplik, sehingga masalah-masalh yang terjadi dalam

keluarga dapat diteriama dengan lapang dada oleh keluarga yang bertikai.

Konplik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini biasanya

91

Sepirah, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020

65

terjadi terkait dengan masalah perkawinan, perceraian, perkelahian suami istri,

pembagian harta waris, masalah anak, masalah ekonomi dalainnya92

.

Kartawan sebagai tokoh adat juga mengatakan bahwa lembaga adat

desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di

Kabupaten Lombok Tengah harus tetap mengacu pada fungsinya. Sebab

dengan fungsinya sebagai mediator diharapkan dapat menyelesaikan masalah

yang dihadapi terutama dalam menyelesaikan maslah konplik keluarga sasak

muslim yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Diantara fungsi lembaga adat

sebagai mediator tersebut yaitu: a) Menjaga, melaksanakan dan melestarikan

adat yang berlaku pada masyarakatnya turun temurun, b)mensosialisasikan

norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat, c) menanamkan nilai-nilai

semangat kebersamaan, d) menamkan nilai sosial dan gotong royong, e)

melakukan musyawarah mufakat, f) melestarikan nilai-nilai tradisional yang

ada di masyarakat, g) menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat, h)

menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum adat dan kebiasaan

masyarakat setempat, dan i) menciptaan hubungan yang demokratis dan

harmonis serta obyektif93

Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah, menurut Syukur sebagai

tokoh adat juga harus mampu menampung dan menyalurkan aspirasi atau

pendapat masyarakat kepada pemerintah dan mampu menyelesaikan berbagai

permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang berkenaan dengan hokum

92

Sapah Gunawan, Wawancara, tanggal 19 Feberuari 2020 93

Kartawan, Wawancara, tanggal 24 Feberuari 2020

66

adat istiadat. Selain itu mampu melestarikan, mengembangkan dan

memberdayakan kebudayaan pada umumnya dan khususnya hal-hal yang

berkenaan dengan adat istiadat seta mampu menciptakan hubungan yang

demokratis dan harmonis serta objektif antara kepala adat, pemangku adat,

petua-petua adat, pemuka adat lainnya dengan aparatur pemerintahan94

.

Kaitannya denga fungsi lembaga adat desa ini dijelaskan bahwa

lembaga adat desa juga memiliki fungsi yaitu untuk membantu pemerintah

desa dalam merencanakan, mengarahkan, mensinergikan program

pembangunan agar sesuai dengan tata nilai adat istiadat dan kebiasaan-

kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat demi terwujudnya keselarasan,

keserasian, keseimbangan, keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu,

lembaga adat desa juga berfungsi sebagai alat kontrol keamanan, ketenteraman,

kerukunan, dan ketertiban masyarakat, baik preventif maupun represif, antara

lain menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan dan sebagai penengah

(hakim perdamaian) mendamaikan sengketa yang timbul di masyarakat.

Lembaga adat desa juga memeiliki btugas membantu pemerintah desa dan

sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat

istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa95

.

Sedangkan lembaga adat desa adalah suatu organisasi atau lembaga

masyarakat yang dibentukoleh suatu masyarakat hukum adat tertentu yang

dimaksudkan untuk membantupemerintah daerah dan menjadi mitra

94

Syukur, Wawancara , tanggal 24 Feberuari 2020 95

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat

67

pemerintah daerah dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan

adat istiadat yang dapat membangun pembangunan suatu daerah tersebut.96

Lembaga adat desa memiliki posisi strategis dan sangat penting

eberadaannya terutama dalam membuat suatu aturan desa, karena aturan adat

dahulunya tidak tertulis namun masyarakat takut untuk melanggarnya dan

sangat bisa diterapkan ditengah-tengah masyarakat, karena sang penggagas

aturan itu terdiri dari tokoh dan pemuka adat yang memegang teguh aturan

yang telah dibuatnya, berbeda dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah

sekarang banyak masyarakat yang melanggarnya, karena yang membuat aturan

itu sendiri telah lebih dahulu melanggarnya sehingga masyarakat tidak takut

untuk berbuat yang sama

Lembaga adat sebagai salah satu organisasi di sebuah desa adalah

jajaran terdepan dalam proses penyelenggaraan adat istiadat secara umum,

perlu memahami secara tepat tentang dinamika kehidupan masyarakat desa,

sehingga melalui pemahaman yang tepat terhadap kebijakan adat yang

mengatur mengenai perilaku masyarakat sebuah negeri, diharapkan dapat

memberikan pelayanan yang menyangkut masalah adat secara efektif dan

efisien.

Dengan demikian, fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

tidak hanya mampu menjaga dan melestarikan nilai-nilai- atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat, tetapi juga diharapkan mampu member jalan

96

Surjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, 2000, hlm. 268

68

keluar atau solusi terhadap setiap konplik atau persoalan/masalah yang terjadi

dalam kehidupan keluarga khususnya kehidupan kelauraga muslim sasak yang

ada di Kabupaten Lombok Tengah baik konplik perkawinan, perceraian,

perkelaaahian suami istri, masalah hak asuh anak akibat perceraian, masalah

ekonomi, masalah harta gonogini dan masalah keluarga lainnya.

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah menurut Lalu Samsul

Rijal, Kepala Desa Mangkung Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah

mengatakan bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian

konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini dilakukan

dengan cara yaitu: a) tokoh adat melakukan identifikasi konflik dengan cara

menanyakan dan mengamati langsung pihak yang terlibat konflik, b) tokoh

adat memahami persoalan dan situasi konflik dengan cara tetap menjaga

komunikasi dengan baik, c) tokoh adat menyusun langkah-langkah untuk

menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah internal pengurus adat, d)

tokoh adat menyelesaikan konflik yang terjadi dengan cara bermusyawarah

bersama pihak-pihak terkait, e) tokoh adat melakukan evaluasi konflik dengan

cara bermusyawarah internal pengurus97

.

Dengan demikian, cara ini, cara ini diharapkan masalah konplik yang

dihadapi dapat terselesaikan secara baik, adil dan bertanggungjawab. Sebab

menyelesaikan konplik keluarga yang ada di tengah-tengah masyarakat

bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan diagnose yang mendalam

97

Lalu Samsul Rijal, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020

69

mulai dari identifikasi masalah, memahami masalah, mecari langkah-langkah

yang digunakan untuk penyelasaian masalah, bermusaywarah dan evaliasi atau

kontrolan terhadap masalah yang sudah didamaikan dalam konplik. Dan

konplik dalam keluarga merupakan bagian dari dinamika sosial

kemasyarakatan yang selalu ada dan melekat dalam kehidupan setiap

masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik keluarga hanya akan hilang bersama

hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan

adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang semakin parah

dan menjadi kekerasan dalam rumah tangga.

Adapun menurut Lalu Yahya, selaku tokoh adat sekaligus Kepala desa

Selong Belanak di Kabupaten Lombok Tengah mentakan bahwa fungsi

lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga

muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan dengan tiga cara: a)

Konsiliasi. Yaitu bentuk pengendalian konflik keluarga yang dilakukan melalui

lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan diskusi dan pengambilan

keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai, b) Mediasi. Yaitu

dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak

ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pendapatnya

mengenai cara terbaik dalam menyelesaikan konflik mereka, c) Arbitrasi. Yaitu

cara ini umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik

sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang

akan memberikan keputusan terbaik untuk menyelesaikan konflik98

.

98

Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020

70

Menurut Muh. Yaddin, selaku tokoh adat sekaligus sebagai Kepala

Desa Montong Sapah Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah

mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak tidaklah mudah, sebab Untuk

dapat mengatasi konflik-konflik keluarga yang ada pada masyarakat desa, kami

harus melakukan mediasi dengan memberikan kesempatan kepada semua

keluarga yang berkonplik untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-

kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing harus

dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.

Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan

argumentasi kuat mengenai posisi tersebut99

.

Kewenangan saya sebagai kepala desa sekaligus tokoh adat sebagai

sumber kekuatan yang bertugas memimpin suatu masyarakat, untuk

mengambil suatu keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu

memiliki kemahiran menggunakan kekuaasaan dan kewenangan yang melekat

pada perannya dan itulah tugas pemimpin yang dalam hal ini adalah kepala

desa sekaligus tokoh adat yang bertindak sebagai mediator dalam

menyelesaikan suatu konflik dengan cara mediasi.

Dengan demikian, mediator harus mampu menemukan alternative

alternatif penyelesaian konflik. Oleh karenanya, mediator harus memiliki

sejumlah skill yang dapat memfasilitasi dan membantu para pihak dalam

99

Muh. Yaddin, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020

71

penyelesaian konflik mereka dan biasanya mereka menyelesaikannya melalui

adat, kadus setempat dan juga ke kantor desa desa atau melalui sesepuh desa.

Menurut H. Sentum, tokoh adat desa dan juga sebagai Kepala Desa

Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan

bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah harus mampu menempat

dirinya menjadi orang yang nertal dan tidak memihak yang sata atau memihak

yang lainnya. Dan posisi saya dalam setiap konflik keluarga, saya tidak

mendukung salah satu dari pihak yang berkonflik dan saya juga tidak pernah

menekan salah satu dari pihak yang berkonflik agar mereka menuruti kata-kata

saya, apa yang dapat saya lakukan untuk mendamaikan masalah ini saya

lakukan100

. Dan kami juga sudah beberapa kali mengadakan perdamaian

dengan mempertemukan mereka dengan musyawarah dan mufakat dikantor

desa. Tugas saya sebagai kepala desa dan aparat pemerintah adalah memiliki

tanggung jawab untuk mendamaikan perkara ini agar tidak berkelanjutan.

Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa posisi kepala desa

sekaligus sebagai tokoh adat di desanya dalam menangani permasalahan ini

bersifat netral dan berusaha agar keluarga yang berkonplik tersebut melakukan

perdamaian dengan mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik untuk

didamaikan secara musyawarah/mufakat.

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah jika dilakukan dengan

100

H. Sentum, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020

72

baik dan maksimal, tentu dapat menyelesaikan setiap konplik keluarga atau

permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu

kerjasama yang baik dari semua pihak juga sangat diharapkan sehingga

konplik-konplik yang terjadi dalam keluarga baik masalah perceraian,

perkelahian, harta warisan, masalah ekonomi keluarga dan masalah keluarga

lainnya yang ada ditengah-tengah masyarakat dapat diatasi dengan biak dan

dapat hidup dengan rukun, damai dan harmonis.

Muh. Yadim, tokoh masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok

Tengah menagatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

juga dilakukan dengan yaitu : a) Melakukan kompromi atau perundingan di

antara pihak-pihak yang bertikai, b) Melakukan rekonsiliasi antara pihak-pihak

yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan rasa saling percaya di antara pihak-

pihak yang bertikai tersebut, c) Saling memaafkan satu pihak dengan pihak

yang lain, dan d) Melakukan musyawarah unutk untuk tidak berkonflik lagi101

.

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah juga dilakukan dengan

cara melakukan identifikasi konflik, memahami persoalan dan situasi konflik

menyusun langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik menyelesaikan

konflik yang terjadi dengan cara bermusyawarah bersama pihak-pihak terkait

dan melakukan tindak lanjut. Artinya apakah konflik masih berjalan atau sudah

amandan kondusif. Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

101

Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 9 Maret 2020

73

penyelesaian konflik keluarga juga dilakukan dengan tiga cara yaitu melakukan

konsiliasi, melakukan mediasi dan arbitrasi.

Kaitannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam

penyelesaian konflik keluarga di atas dijelaskan bahwa terdapat perbedaan

antara konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Lebih jelsanya dapat dilihat pada tabel

di bawah ini adalah sebagai berikut102

:

No Mediasi Konsiliasi Albitrasi

1. Peran Membantu

menyelesaikan

konflik tanpa

memutuskan dan

hanya membantu

para pihak

Membantu

menyelesaikan

konflik dan

mengeluarkan

anjuran tertulis,

jika kesepakatan

tidak tercapai

Menyelesaikan

sengketa dengan

memutus

2. Sifat Pasif Aktif Aktif

3. Kekuatan

Hukum

penyelesaian

Tidak Mengikat Tidak Mengikat Mengikat

Dengan demikian, mediator berperan membantu merumuskan

kesepakatan damai dalam proses mediasi antara pihak yang berkonflik tanpa

menggunakan cara memutus dan atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Sedangkan konsilisasi adalah penengah untuk mengusahakan kesepakatan para

pihak yang berkonflik dengan memberikan solusi yang dapat diterima dan

dapat mengajukan anjuran tertulis untuk disetujuan oleh pihak yang berkonflik,

jika tidak dicapai kesepakatan. Dan arbitrasi merupakan cara atau langkah

untuk memberikan putusan oleh pengadilan terkait konflik yang dilakukan.

Dari ketiga cara tersebut lembaga adat desa sebagai mediator dalam

102

Endrik Safudin, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, Malang: Intrans

Publishing, 2018, hal. 23.

74

penyelesaian konflik keluarga biasanya menggunakan langkah mediasi dan dan

konsiliasi dalam menyelesaikan konflik keluarga.

Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dapat menjalankan

fungsinya dengan berbagai cara dan pendekatan sehingga masalah konplik

keluarga dan masalah lainnya dapat diselesaikan dengan baik, adil dan

bertanggung jawab dan tidak merugikan antara pihak yang satu dengan pihak

lainnya. selain itu, menghadirkan pihak ketiga atau disebut

dengan mediasi. Dalam setiap usaha mediasi, kita membutuhkan mediator atau

pihak netral yang bisa menengahi kedua belah pihak yang berkonflik. Mediator

haruslah bersikap terbuka, tidak sewenang-wenang, dan mengambil keputusan

yang menguntungkan kedua pihak. Hal ini menjadi sangat efektif dalam

menyelesaikan konplik baik konplik keluarga muslim sasak maupun konplik

sosial kemasyarakatan lainnya yang ada di Kabupaten Lombok Tengah.

75

BAB III

KONFLIK KELUARGA DAN PERAN LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI

MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA

LOMBOK TENGAH

A. Bentuk Konflik Keluarga Muslim Sasak Yang Dimediasi Oleh Lembaga

Adat Desa di Kabupaten Lombok Tengah

Keluarga merupakan pranata yang pertama dan utama dalam

masyarakat. Oleh karena itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu

keniscayaan. Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku

oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Konflik dalam keluarga

yang biasa terjadi adalah masalah perkelahian suami istri, maslah harta

warisan, masalah anak, masalah perceraian, pernikahan dan masalah eknomi

keluarga. Oleh karena itu, membangun komunikasi dalam keluarga sangatlah

penting karena dari situlah akan menciptakan sebuah keluarga yang utuh dan

harmonis. Konflik yang yeng terjadi dalam keluarga biasanya dipicu oleh

banyak hal yang membuat keluarga tersebut terkadang memilih jalan pintas

untuk bercerai, dan faktor komunikasi sebagai kendala utama penyebab

terjadinya konflik.

Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga

adat desa di Kabupaten Lombok Tengah biasnya menyangkut masalah

Perkawinan/perceraian, harta warisan, harta gonogini akibat perceraian dan

masalah anak serta masalah ekonomi keluarga. Dalam kehidupan keluarga hal

tersebut sering kali terjadi. Hal ini disebabkan karena dinamika kehidupan

dalam lingkup rumah tangga semakin hari semakin kompleks dan pasangan

76

suami istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut dengan segenap upaya

yang bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak103

. Konflik yang timbul dari

upaya penyelesaian masalah ketika tidak terpecahkan dan terselesaikan akan

menganggu dan mengakibatkan ketidak harmonisan dalam hubungan rumah

tangga atau keluarga. Bahkan seiap keluarga akan senantiasa dihadapkan

dengan masalah-masalah tertentu yang secara langsung akan menimbulkan

konflik keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Lalu Samsul

Rijal, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala Desa Mangkung Praya Barat di

Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bentuk konflik keluarga muslim sasak

yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah

masalah konplik perkawinan/perceraian, harta warisan, harta gonogini akibat

perceraian dan masalah anak serta masalah ekonomi keluarga. Ha ini sering

kali terjadi dan kami hadapi104

. Masalah perceraian seringkali terjadi akibat

hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga baik karena perselingkuhan

maupun masalah ekonomi keluarga. Kemudian masalah harta warisan juga

sering kali menjadi perselihan dalam keluarga karena pembagian yang tidak

adil dalam keluarga

Hasil observasi yang juga dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah

menunjukkan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi

oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah

perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan masalah ekonomi

103

Observasi, tanggal 9 Maret 2020 104

Lalu Samsul Rijal, Wawancara, tanggal 9 Maret 2020

77

keluarga. Selain itu juga karena perkelahian antar keluarga akibat dari

perselisihan, sikap dan emosi atau ketersinggunan dari masalah hutang yang

tidak terbayarkan oleh keluarga. Untuk menyelesaikan masalah tersebut

dilakukan media seraca adat istiadat atau kebiasaan masyarakat berdasarkan

norma atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat setempat yaitu diselesaikan

secara kekeluargaan, saling memafkan dan musyawarah105

Konflik keluarga merupakan bagian dari dinamika sosial yang

selalu melekat dalam kehidupan setiap keluarga dan masyarakat. Sebagai

gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya keluarga atau

masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah

mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang semakin parah menjadi

kekerasan.

Dalam berumah tangga, semua orang berharap agar tetap bisa bahagia

dan tidak memiliki masalah. Keluarga harmonis adalah salah satu tujuan

pernikahan dalam islam. Namun terkadang sebagai seorang manusia, kita tidak

luput dari kesalahan. Kesalahan yang dilakukan dalam keluarga bisa memicu

terjadinya konflik dalam keluarga dan ini bisa berakibat fatal terutama jika

dibiarkan berlarut-larut bahkan bisa mengakibatkan hancurnya rumah tangga

dan keluarga. Beberapa masalah bisa mempengaruhi kehidupan rumah tangga

dan sebaiknya baik suami maupun istri harus bisa menyikapi dengan kepala

dingin.

105

wawancara, tanggal 11 Maret 2020

78

Kaitannya dengan koflik ini dijelaskan bahwa sesungguhnya konflik

atau perselisihan adalah normal dan tidak dapat dielakkan sepanjang ada

interaksi antar manusia. Dalam perspektif antropologi,perselisihan merupakan

fenomena sosial yang tidak dapat dipisahkan darikehidupan manusia, lebih-

lebih lagi dalam masyarakat yang bercorak multibudaya. Ia adalah sesuatu

yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bersama106

. Manifest konflik

mempunyai berbagai bentuk misalnya konflik antar pribadi, antarkeluarga,

antar kelompok dan lain sebagainya. Secara teknis hukum ada dua pilihan bagi

warga masyarakat dalammenyelesaikan perselisihan, yaitu melalui cara judicial

(litigasi) oleh peradilannegara dan melalui cara non judicial (non litigasi) oleh

pihak ketiga (mediator)107

Konflik keluarga terjadi karena beberapa permasalahan diantaranya

perkawinan yang disebabkan karena faktor biologis seperti perselingkuhan,

konflik perkawinan karena suami/istri tidak memenuhi kewajibanya. Selain itu

juga masalah ekonomi terdiri dari; konflik perkawinan karena suami pemabuk

dan penjudi, konflik perkawinan karena suami tidak melibatkan istri dalam

mengelolah pendatnya, konflik perkawinan karena istri suka bergaya, bersifat

boros dan suka menuntut pengahasilan suami, masalah tidak sekufu

diantaranya; konflik perkawinan karena suami/istri tidak sedarajat, konflik

perkawinan suami atau istri yang tidak menghargai orang tua, termasuk tidak

106

James, P. Spradley and David W. McCurdy, 1987, Conformity and Conflict, Reading

in Cultural Antropogy, Little Brown and Company 107

Sulistiyono, Adi. Mengembanngkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia. (Sebelas

Maret University Press: Surakarta, 2006), hal. 130

79

adanya saling pengertian diantaranya; konflik perkawinan suami istri sering

meninggalkan rumah, konflik perkawinan suami yang menganiayah istri108

.

Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk konflik keluarga muslim sasak

yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah

sebagai berikut:

1. Konflik perkawinan karena tidak memenuhi hak dan kewajiban

Salah satu bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi

oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah

konplik dalam perkawinan. Menurut H. Sentum, tokoh adat sekaligus

sebagai Kepala Desa Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok

Tengah mengatakan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang

dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah

masalah konflik perkawinan dimana masalah perkawinan ini seringkali

terjadi dalam keluarga. Salah satunya adalah karena suami tidak memenuhi

hak-hak istrinya terutama sandang, pangan dan papan. Kebutuhan pokok

yang tidak terpenuhi ini sering kali memicu terjadinya konplik keluarga

yang sampai berakibat pada perceraian109

Konplik perkawinan ini juga tidak terlepas dari kodrat manusia yang

memiliki hawa nafsu, naluri, perasaan dan kemauan yang berbeda antara

satu dengan yang lain. Perbedan inilah yang menjadi penyebab terjadinya

konflik perkawinan dalam kehidupan suatu rumah tangga. Padahal tujuan

utama perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah,

108

https://media.neliti.com/media/publications/konflik-perkawinan-dan-cara-penyelesaian,

diakses pada tanggal 3 Februari 2020 109

H. Sentum, Wawancara, tanggal 11 Maret 2020

80

mawaddah dan warahmah, bahagia, aman, sejahtera lahir dan batin. Oleh

karena itu, seseorang yang telah menikah dan memebentuk sebuah keluarga

harus mampu dengan tangung jawabnya untuk memenuhimemenuhi nafkah

lahir dan batin.

Menurut Aenuddin Hadi, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala Desa

Montong Ajan Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah

mengatakan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi

oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah

perkawinan. Masalah ini biasanya dipicu oleh ketidak mampuan suami

dalam memenuhi nafka hidup baik nafkah terutama nafkah lahir yang

merupakan salah satu masalah yang sering yang dialami dalam kehidupan

rumah tangga maupun salah nafkah batiniah dari suami maupun istri.

Pemenuhan kebutuhan nafkah lahiriah ini seperti kebutuhan sandang,

pangan dan papan. Sedangkan pemenuhan batiniah seperti hubungan

pergaulan suami maupun istri. Kedua jenis pemenuhan kebutuhan ini harus

dipenuhi dalam kebutuhan rumah tangga. Dan jika salah satu kedua jenis

kebutuhan ini terabaikan, maka menimbulkan terjadinya konflik perkawinan

dalam keluarga110

.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa konplik keluarga seringkali

terjadi akibat susmi atau istri tidak melaksanakan hak dan keajibannya,

lebih-lebih suami sebagai kepala keluarga harus mampu mencukupi

kebutuhan keluarganya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka konplik

110

Aenuddin Hadi, Wawancara, tanggal 11 Maret 2020

81

antara suami istri pasti akan terjadi. Sebab hak dan kewajiban tersebut wajib

diberikan kepada istri oleh suami, sebab istri merupakan tanggungjawab

suami dan tidak lagi bergantung kepada kedua orang tua.

Kaitannya dengan masalah perkawianan atau pernikahan ini

dijelsakan bahwa Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam

kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi

kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan

masyarakat. Pada hakekatnya Perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang

suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah

perkawinan dengan kedah-kaedah agama111

.

Syarat-syarat perkawinan akan menimbulkan larangan-larangan

perkawinan seperti larangan perkawinan di antara dua orang yang masih

berhubungan darah, berhubungan sesusuan, berhubungan semenda, atau hal-

hal lain yang dianggap tidak memenuhi syarat. Undang-Undang Perkawinan

tidak hanya mengatur mengenai larangan perkawinan yang disebabkan

karena hubungan tertentu antara calon suami dan istri seperti yang telah

disebutkan di atas, tetapi juga mengatur adanya larangan perkawinan bagi

seseorang perempuan yang masih memiliki suami ataupun sebaliknya.

Di Indonesia telah dibentuk hukum yang mengatur mengenai

perkawinan yang berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu Undang-

Undang nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal (1) yaitu:

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

111

Boedi Abdullah,M.Ag.perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung:

Pustaka Setia, 2013), hal. 20

82

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa112

.

Begitu juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam bahwa Perkawinan

bertujuan untuk mewujudkan kehidupan Sakinah, Mawaddah, Warahmah.

Dengan berdasarkan kedua undang-undang di atas jelaslah bahwa, tujuan

perkawinan tersebut adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan

hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara pria

dengan wanita yang antara keduanya bukan muhrim. Apabila di tinjau dari

segi hukum, jelas bahwa pernikahan adalah suatu akad yang suci dan luhur

antara pria dengan wanita, yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami

isteri dan dihalalkan hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga

sakinah, mawadah serta saling menyantuni antara keduanya.

Suatu akad perkawinan menurut hukum Islam ada yang sah ada

yang tidak sah. Hal ini dikarenakan, akad yang sah adalah akad yang

dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap, sesuai

dengan ketentuan agama. Sebaliknya akad yang tidak sah, adalah akad yang

dilaksanakan tidak sesuai dengan syarat-syarat serta rukun-rukun

perkawinan. Akan tetapi pada kenyataan ada perkawinan-perkawinan yang

dilakukan hanya dengan Hukum Agamanya saja. Perkawinan ini sering

112

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), hal. 537.

83

disebut Perkawinan Siri, yaitu perkawinan yang tidak terdapat bukti otentik,

sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum.

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

merupakan salah satu wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh

negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan

tata tertib pernikahan yang lain yaitu hukum adat dan hukum agama.

Agar terjaminnya ketertiban pranata pernikahan dalam masyarakat, maka

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan bahwa setiap

perkawinan harus dicatat oleh petugas

2. Konflik Ekonomi Keluarga

Salah satu penyebab konplik keluarga atau pasangan adalah tidak

memiliki pendapat atau komitmen yang sama dalam mengelola ekonomi

atau keuangan rumah tangga. Jika istri tidak merasa cukup dengan

penghasilan suami, maka percikan-percikan api rumah tangga akan mulai

terasa. Dan begitu juga sebaliknya.

Adapun bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh

lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga adalah masalah

ekonomi dalam keluarga. Menurut Lalu Yahya, tokoh adat sekaligus sebagai

Kepala desa Selong Belanak Kepala Desa di Kabupaten Lombok tengah

mengatakan bahwa masalah ekonomi keluarga seringkali menjadi penyebab

terjadinya konplik dalam keluarga seperti kurangnya uang belaja harian istri

dan anak, uang sayur, kurangnya uang beli pakaian, makanan, liburan

maupun uang kebutuhan sehari-hari lainnya. Kekurangan ini sering terjadi

84

dan dialami oleh suami dan istri dalam kehidupan keluarga khususnya pada

masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Selain itu juga masalah

ketidak seimbangan antara kemauan dan kemampuan ekonomi dalam

keidupan keluarga seperti kebutuhan biaya pendidikan anak dan biaya

rumah, kredit kendaraan yang sering macet dan masalah kebutuhan ekonomi

lainnya yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan konplik keluarga113

.

Hasil observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa terjadinya

konplik keluarga salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga,

dimana kemauan keluarga tidak diimbangi oleh kemampuan ekonomi yang

dimiliki oleh keluarga itu sendiri seperti keinginan membuat rumah,

membeli motor, membeli pakaian, membeli televisi, kulkas, almari,

springbet tempat tidur, membeli sembakau dan kebutuhan lainya. Keinginan

keluarga yang banyak ini menyebabkan terjadinya perkelahian dan

pertengkaran karena keinginan yag tidak tercapai oleh pasangan suami istri.

Bahkan kondisi ekonomi yang lemah ini sering membuat keluarga pecah

berantakan sampai pada perceraian114

.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa faktor ekonomi seringkali

menjadi salah satu penyebab terjadinya konplik dalam keluarga. Bahkan

tidak sedikit keluarga yang cerai berai karena factor ekonomi yang lemah.

Hal ini menjadi perhatian serius bagi seorang laki-laki sebagai suami jika

melaksanakan pernikahan atau membangun rumah tangga yang sakinah,

mawaddah dan warahmah dalam kehidupan sehari-hari.

113

Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 12 Maret 2020 114

Observasi, tanggal 12 Maret 2020

85

Kaitannya dengan masalah ekonomi keluarga ini dijelaskan bahwa

masalah ekonomi keluarga sering kali menjadi konflik disebabkan karena

suami tidak mampu mencukupi kebutuhan istri atau rumahtangganya,

sehingga mereka hidup dalam serbab kekurangan. Untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi rumah tangga tersebut, maka istri pun ikut bekerja

mencari nafkah. Masalahpun sering muncul ketika penghasilan istri

melebihi penghasilan suami, sehingga istri merasa lebih tinggi derajatnya

dari suaminya karena berjasa menyelamatkan kehidupan keluarga. Pada saat

posisi inilah suami merasa tidak nyaman dengan istrinya dan memunculkan

pertengkaran/konflik yang berakhir pada perceraian115

.

Lebih jauh dijelaskan bahwa dengan perkembangan zaman dan era

teknologi, kini wanita Indonesia diberi kesempatan serta peran yang sama

dengan pria untuk berpartisipasi dalam pembangunannasional. Program

peningkatan peran wanita di dalam pembangunan semakinmendapat

perhatian. Wanita diberi kesempatan untuk berperan lebih majemuk

danmendapatkan pendidikan tinggi. Hasilnya, banyak wanita ya ng tampil

dan berperandalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dan

aktivitas ekonomi116

.

Dengan demikian, masalah ekonomi keluarga merupakan kebutuhan

pokok yang tidak dapat dihindari ketika berumah tangga. Sehingga keluarga

yang sudah menikah belasan tahun pun masih ada yang mengalami konflik

115

https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada tanggal,

12 Februari 2020 116

https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada tanggal,

12 Februari 2020

86

ekonomi keluarga. Oleh karena itu, komunikasi dan perencanaan keuangan

atau ekonomi keluarga yang matang serta pola hidup yang baik, sederhana

dan tidak boros harus ditanamkan dan dibiasakan dalam khidupan rumah

tangga, jika tidak, maka hal tersebut memicu terjadinya konflik ekonomi

keluarga.

3. Ketidak Sekufuan

Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga

adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga adalah masalah tidak sekufu

atau tidak sederajat dalam keluarga. Menurut H. Lalu Yasir Arafat, tokoh

adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa masalah tidak

sekufu ini seering kali menjadi konplik dalam keluarga, apalagi pada saat

melakukan pernikahan antara penganti laki laki dan pengntin perempuan

harus sekuuufu atau sedrajat seperti kalau laki-laki keturunan “lalu” maka

pengantin perempuan pun harus keturunan“baiq”. Jika hal ini tidak

terpenuhi, maka akan memunculkan konplik dalam keluarga117

.

Hasil observasi yang dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah

menujukkan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi

oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah

ketidak sekufuan dalam keluarga seperti dalam pernikahan dimana

pengantin laki-laki keturunan orang biasa atau tidak “lalu” dan pengantin

perempuan berketurunan “baiq”. Hal ini menjadi konplik dalam keluarga

sehingga dilakukan penyelesaian atau mediasi oleh tokoh adat, kadus atau

117

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 12 Maret 2020

87

pihak desa. Mediasi ini dilakukan secara adat yaitu diselesaikan secara

kekeluargaan, saling memafkan dan musyawarah. Hal ini dilakukan

sehingga tidak terjadi konplik berkepanjangan antara keluarga yang

berkonplik118

.

Jadi, ketidaksederajatan atau tidak sekufu seringkali memmicu

terjadinya konplik dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena kultur budaya

masyarakat tersebut masih kental dalam perbedaan starata sosial seperti

antara keturunan “lalu” dengan keturunan yang bukan “lalu” atau anatara

golongan bangsawan yang memiliki kasta tinggi dan bukan golongan

dengan golongan bukan bangsawan. Oleh karena itu pengetahuan dalam

membangun sebuah keluarga sangatlah penting, sehingga membangun

sebuah keluarga harus didasari atas dasar rasa saling cinta-mencintai,

sanyang-menyangi antara kedua pihaksehingga tercipta keluarga yang

harmonis, bahagia dan sejahtera lahir batin.

Kaitannya dengan ketidaksekufuan ini dijelaskan bahwa Secara

harafiah, Kufu atau kafa‟ah, memiliki arti kesepadanan. Kesepadanan calon

suami dan calon istri yang akan menikah dan membina rumah tangga.

Istilah kufu terdapat dalam beberapa hadits, berupa nasehat Rasulullah

untuk segera menikah atau menikahkan muslimah yang telah menemukan

calon suami yang sekufu119

. Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Wahai

Ali, ada tiga perkara yang jangan kau tunda pelaksanannya; shalat apabila

118

Observasi, tanggal 17 Maret 2020 119

https://islam.nu.or.id/kriteria kesetaraan atau sekufu dalam perkawinan, diakses pada

tanggal 5 Februari 2020

88

telah tiba waktunya, jenazah apabila telah siap penguburannya, dan wanita

apabila telah menemukan jodohnya yang sekufu atau sepadan”120

.

Meskipun demikian, sekufu bukan syarat dan rukun pernikahan

tetapi seringkali hanya menjadi sesuatu yang dapat menjadi sebab

kelanggengan dan keharmonisan dalam sebuah pernikahan. Pernikahan

dipandang sebagai satu momen penting dalam kehidupan. Oleh sebab itu,

masalah pernikahan ini diatur cukup ketat dan detil, bahkan dalam islam

karena menyangkut banyak pihak. Tujuan yang diharapkan dari pernikahan

bagi dua insan yaitu untuk mendapatkan keturunan yang baik dan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Dan yang paling utama

adalah supaya tercipta ketenangan hari dan dijadikan rasa cinta dan kasih

sayang. Kesekufuan atau kesetaraan (persamaan derajat) antara suami dan

istri, dengan harapan tercipta keharmonisan rumah tangga dan pasangan

yang ideal. Di satu sisi, tentu hal ini sangat baik. Tetapi di sisi lain, bagi

sebagian orang, penentuan pasangan yang sepadan baginya ini bisa sangat

sulit.

Pemahaman tentang sekufu dalam pernikahan ini juga haruslah

dipahami secara mendalam sehingga tidak memunculkan konflik keluarga

dimana sekufu ini biasnya dalam hal agama, keturunan atau segi keluarga,

harta, kecantikan, profesi dan permintaan mahar. Jika terdapat salah satu

criteria di atas, maka kesekufuan (kesamaan derajat) tersebut telah dianggap

terpenuhi. Hal ini tidak berpengaruh pada keabsahan atau sahnya akad nikah

120

HR. Tirmidzi dan Hasan

89

yang dilakukan. Karena, sesungguhnya sekufu‟ itu tidak termasuk syarat sah

nikah, sebagaimana Nabi SAW memerintahkan Fatimah binti Qois untuk

menikah dengan Usamah bin Zaid. Dan Fatimah pun menikah dengannya.

Demikian yang dijelaskan dalam hadist riwayat muttafaq alaih.

Namun demikian, kesekufuan (kesamaan derajat) itu termasuk syarat

penting untuk menyempurnakan sebuah akad nikah saja. Seandainya

seorang wanita menikah dengan seorang laki-laki yang tidak sepadan

dengannya dan wanita tersebut atau wali-walinya tidak mau menerima dan

menyetujuinya, maka nikah itu menjadi batal. Hal ini dikarenakan pernah

ada seorang ayah yang menikahkan putrinya dengan anak saudara sendiri

hanya untuk memperbaiki kedudukannya yang hina atau lebih rendah.

4. Penganiayaan istri

Penganiayan merupakan tindakan tercela dan tidak terpuji yang

melanggarketentuan hukum dan agama maupun adat yang berlaku.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Muh. Yadim, tokoh

masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa

bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga adat

desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah penganiayaan suami

kepada istri. Hal ini sering kali terjadi sisebabkan karena tidak saling

pengertian, masalah anak, masalah enomoni, masalah sikap dan perilaku

pasangan, sikap egoisme masing-masing pasangan dan lainnya.

Penganiayaan suami kepada istri ini menyebabkan konplik dan ketidak

harmonisan kehidupan keluarga yang telah dibina bersama, bahkan

90

tindakan ini akan berdampak pada perceraian atau retaknya hubungan

perkawinan antara suami/istri121

. Oleh karena, itu untuk menghidari

terjadinya tindakan penganiyaan didalam kehidupan rumah tangga, maka

diperlukan kesadaran dan saling pengertian antara suami istri dalam

memikul tanggung jawab perkawinan yang dilakukan agarkehidupan

rumah tangga dapat terbina dengan baik sehingga dengan demikian akan

terciptanya keluarga yang sakinah sesuai dengan tujuan perkawinan itu

sendiri.

Penganiayaan kepada istri dilakukan biasanya dalam bentuk fisik

dan psikologis. Dalam bentuk fisik, penganiayaan kepada istri sangat

dirasakan seperti menampar, memukul, meludahi, menarik rambut

,menendang dansebagainya. Sedangkan kekerasan psikologis ini seperti

perkataan kotor kepada istri, penghinaan atau merendahkan harga diri istri atau

memaksakan kehendak kepada istri122

. Pertengkaran dalam rumah tangga adalah

hal yang lumrah terjadi, disatu sisi penganiayaan dapat merekatkan

hubungan dengan keluarga atau pasangan, tetapi penganiayaan juga lebih

banayk mudaratnya sebab penganiyaan dapat melukai perasaan dan hati

pasangan bahkan bisa menghancurkan tali pernikahan dalam keluarga.

Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga

adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga karena sikap dan perasaan

yang kurang saling menghargai. Menurut Sapah Gunawan, tokoh adat di

Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa sikap dan perasaan kurang

121

Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 17 Maret 2020 122

Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 17 Maret 2020

91

saling menghargai ini merupakan salah satu persoalan yang memicu

timbulnya konflik dalam keluarga khususnya pasangan suami istri seperti

suami atau istri tidak diindahkan perkataannya, keinginannya atau masalah

hasil pekerjaannya oleh pasangan. Selain itu juga karena sikap cemburu buta

atau cemburu yang berlebihan pada pasangan123

. Cemburu dalam masalah

hubungan suami istri adalah hal yang wajar. Tetapi cemburu ini seringkali

menjadi konflik atau mala petaka bagi keluarga sebab mereka tidak bisa

mengontrol perasaan cemburunya.

Lalu Yahya, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala desa Selong

Belanak Kepala Desa di Kabupaten Lombok Tengah juga mengatakan

bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

adalah kurangnya keterbukaan suami atau istri dalam masalah keuangan.

Ketidakterbukaan suami atau istri ini sering memicu terjadinya konflik

dalam keluarga di masyarakat kami, sebab bagaimanapun masalah keuanan

merupakan suatu yang sangat sensitif dan penting dalam keluarga, terutama

suami seharusnya terbuka tentang penghasilan yang diperoleh kepada

istrinya, dan sebaliknya istri hendaknya memberikan informasi kemana

uang itu dimanfaatkan sehingga tidak timbul rasa curiga diantara

keduanya124

.

Selain konplik di atas juga masalah hubungan intim. Hasil

wawancara yang dilakukan dengan Suandi dan Ernawati selaku keluarga

yang konflik mengatakan bahwa hubungan intim ini seringkali membuat

123

Sapah Gunawan, Wawancara, tanggal 18 Maret 2020 124

Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 18 Maret 2020

92

hubungan keluarga kami tidak sehat. Disatu sisi istri tidak mampu lagi

melayani saya sebagai suami karea factor usia, sedangakan untuk menikah

lagi sang istri tidak meyetujui sehingga terjadi konflik. Selain itu juga

karena ketidak saling pengertian diantara kami seperti istri yang tidak

peduli dengan keinginan suami, atau sebaliknya suami tidak mampu

memenuhi keinginan sang istri125

.

Konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

selain masalah hubungan intim, juga masalah hak privasi masing-masing

suami dan istri. Setiap orang mempunyai privasi yang tidak ingin dingangu

oleh orang lain, sekalipun dengan pasangannya. Jadi ketika seseorang

sedang ingin menikmati privasi, maka hendaknya pasangannya dapat

memahami. Privasi bisa berupa hobi sejak kecil, atau kebiasaan bersifat

positif, seperti suami punya kebiasaan ngumpul sama teman-temannya tentu

akan merasa jengkel ketika kebiasaanya dipermasalahkan oleh sang istri.

Atau seorang istri ingin berkumpul dengan keluarganya dalam waktu

tertentu akan merasa kesal ketika keinginanya tidak dituruti oleh suami.

B. Kendala Yang dihadapi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok

Tengah

Keluarga yang harmonis bukan berarti tanpa konflik dan masalah, tetapi

berbagai masalah dan konflik akan menjadi pembuktian kedewasaan suatu

hubungan. Karena sejatinya setiap masalah harus dihadapi dan dicari jalan

125

Wawancara, tanggal 18 Maret 2020

93

keluarnya, bukan dihindari. Konflik di dalam rumah tangga banyak

penyebabnya. Mulai dari masalah tingkat pendidikan, masalah keuangan,

masalah tidak mempunyai anak, suami atau istri yang kurang memberikan

kasih sayang dan masalah perselingkuan yang kerap menjadi sumber konflik di

dalam sebuah keluarga.

Setiap keluarga juga tentu tidak lepas dari berbagai kendala, problem

atau masalah yang dihadapinya. Disatu sisi setiap keluarga tentu memiliki

harapan agar suasana keluarga tetap harmonis dan berjalan dengan sehat.

Namun, disisi lain sebuah keluarga tidak bisa lepas dari namanya konflik yang

terkadang tidak bisa dihindari. Konflik yang dihadapi keluarga sebenarnya bisa

disebabkan beragam kendala. Mulai dari masalah hilangnya rasa menghargai

satu sama lain, tidak peka dengan kebutuhan pasangan, atau hal lainnya seperti

rasa stres dalam diri akibat tekanan kehidupan.

Konflik keluraga juga seringkali terjadi karena masalah pertengkaran

dan yang lebih parah lagi terjadi perselingkuhan yang dapat menyebabkan

perceraian. Selain itu konflik di dalam kelaurga banyak penyebabnya. Mulai

dari masalah tingkat pendidikan, masalah keuangan, masalah tidak mempunyai

anak, suami atau istri yang kurang memberikan kasih sayang dan masalah

perselingkuan yang kerap menjadi sumber konflik di dalam sebuah keluarga.

Semua hal tersebut di atas, menjadi kendala yang dihadapi oleh lembaga adat

desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di

Kabupaten Lombok Tengah

94

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan H. Lalu Nurhayat,

tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa kendala yang

dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah diantaranya yaiu:

1. Masalah Pendidikan

Perbedaan pendidikan antara suami istri tak jarang menjadi pemicu

kesalah pahaman. Jika salah satu berpendidikan tinggi begitupula

sebaliknya, kadang menjadi masalah dalam komunikasi dan cara

memandang suatu hal. Bahkan budaya kita yang di timur ini masih tetap

berpandangan bahwa laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga.

Artinya, suami menempati „kedudukan‟ tertinggi sebagai kepala keluarga

dan bertugas untuk memimpin istri dan anak-anaknya sehingga

pendidikannya harus lebih tinggi126

. Namun dalam kenyataannya tingkat

pendidikan suami dan istri dalam keluarga malah menjadi sumber problem

dalam rumah tangga.

Hasil observasi yang dilakukan menujukkan bahwa Salah satu

kendala solusi yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

adalah perbedaan tingkat pendidikan suami dan istri yang sangat mencolok.

Hal ini menyebabkan mereka memiliki sikap, prilaku, pola fikir dan

pendapat dan cara pandang yang jauh berbeda dan tidak seimbang sehingga

menimbulkan tidak terpenuhinya keinginan masing-masing dalam keluarga

126

H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 21 Maret 2020

95

seperti istri yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari suami.

Dan juga istri memiliki penghasilan yang lebih baik dibanding suami,

sehingga membuat istri lebih menguasai atau mendominasi dan suami

merasa minder127

.

Dengan demikian, masalah tingkat pendidikan ini laki-laki sebagai

seorang suami hendaknya berfikir matang dan mempertimbangkan

perbedaan latar belakang sebelum memilih pasangan hidup yang tepat.

Idealnya, pria sebagai suami akan memilih pasangan yang dengan latar

belakang pendidikan yang setara atau lebih rendah dari dirinya. Sebab pria

akan merasa kehilangan harga diri dan minder apabila sang istri berasal dari

latar belakang pendidikan, pekerjaan atau kepribadian yang lebih tinggi atau

lebih baik.

Kaitannya dengan pendidikan keluarga ini dijelaskan bahwa

pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang

diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai

budaya, nilai moral dan keterampilan128

Pendidikan keluarga sebagai salah

satu bentuk sistem sosial, senantiasa bersifat terbuka, artinya pendidikan

tersebut selalu menerima masukan (input) dari lingkungan, dan memberikan

hasil berupa output pada lingkungan juga.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya

dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada disekelilingnya. Oleh karena

itu untuk memahami pendidikan secara lebih luas, orang tua dalam keluarga

127

Observasi, tanggal 21 Maret 2020 128

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

96

pada umumnya berperan sebagai ujung tombak dalam membangun

pendidikan keluarga, memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep

lingkungan pendidikan keluarga. Pemahaman tersebut akan mendorong

keluarga untuk berupaya secara optimal memanfaatkan lingkungan tersebut

sehingga memiliki kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pendidikan

keluarga itu sendiri129

.

Jadi, keluarga sebagai lingkungan pendidikan, maka perlu dipahami

karakteristik lingkungan keluarga. Karakteristik lingkungan keluarga dapat

dipahami dengan mempelajari konsep tentang pengertian dan jenis- jenis

keluarga, peranan dan fungsi yang perlu dimainkan oleh masing-masing

anggota keluarga terutama peranan dan fungsi yang terkait dengan kegiatan

pendidikan yang berlangsung didalamnya.pendidikan yang terjadi dalam

lingkungan keluarga berlangsung alamiah dan wajar, tidak ada aturan yang

mengikat, karena itu disebut pendidikan informal.

2. Keuangan Keluarga

Masalah keuangan keluarga juga menjadi salah satu kendala yang

dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah. Masalah menurut

Muhadis, tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa

masalah keuangan memang menjadi permasalahan yang pelik ketika dua

orang bersatu dalam ikatan pernikahan. Biasanya masalah keuangan ini

terjadi bila suami berpenghasilan kecil dan tidak mencukupi kebutuhan

129

Sadulloh dkk, Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung : Alfabeta, 2003), hal. 171.

97

hidup dalam rumah tangga, sehingga istri menjadi seringkali emosi dan

tidak patuh pada suami. Selain itu Dalam kehidupan keluarga, masalah

keuangan tidak bisa dipandang sebelah mata. Faktanya, urusan uang sering

kali jadi penyebab berakhirnya suatu hubungan, termasuk hubungan rumah

tangga seperti pertengkaran kecil sampai berakhir di meja persidangan.

Gara-gara uang, ikatan dan janji suci saat awal pernikahan bisa terlupakan

putus karena masalah lemahnya keuangan keluarga130

.

Masalah keuangan juga bukan hanya mengintai keluarga yang punya

penghasilan minim. keluarga yang gajinya tinggi juga gak lepas dari risiko

masalah ini. Sebab, bukan masalah seberapa banyak uang yang kita punya,

tapi banyak faktor lain yang membuat uang jadi pemicu konflik atau

keributan suami istri dalam keluarga. Disatu sisi suami dalam keluarga

bertanggung jawab atas seluruh biaya hidup rumah tangga. Sehingga

dibutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, sebab keberadaan uang

dengan gaya hidup yang mewah dan berbeda, dapat menyebabkan istri

merasa kebutuhannya gak terpenuhi dengan baik, sedangkan suami akan

merasa istrinya gak bisa memahami kondisi atau mengelola uang dengan

gak bijak.

Memang tidak mudah mengubah gaya hidup yang kita punya seperti

kebiasaan makan di restoran, di lesehan dan warung, dan makanan mahal

lainnya, namun demikian, hal tersebut sudah menjadi konsekuensi saat

130

Wawancara, tanggal 22 Maret 2020

98

memutuskan menikah. Sehingga pertimbangan yang matang menjadi salah

satu perhatian yang serius sebelum menuju jenjang pernikahan.

Kaitannya dengan kendala masalah keuangan keluarga ini dijelaskan

bahwa merencanakan keuangan bukan hanya mengatur uang masuk dan

keluar saat ini. Akan tetapi, perencanaan sampai sepuluh tahun ke depan

bahkan lima puluh tahun kemudian131

. Menurut Rina Dewi Lina dalam

buku “Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya” mengatakan bahwa mengatur

uang masuk dan keluar dan berusaha mencukupi setiap bulannya adalah

langka awal. Namun, perencanaan keuangan bukan hanya mengatur uang

masuk dan keluar saat ini , tetapi merencanakan keuangan sampai sepuluh

tahun ke depan bahkan sampai lima puluh tahun ke depan132

.

Dengan perencanaan keuangan, sebuah keluarga dapat melihat dan

merencanakan gambaran besar dari kehidupan pada masa mendatang. Sebab

penghasilan yang besar belum tentu mencukupi kebutuhan sebuah keluarga

dan penghasilan yang lebih sedikit, belum tentu tidak mencukupi kebutuhan

sebuah keluarga.

3. Ketidakhadiran Anak

Kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

adalah masalah. Masalah menurut Kartawan, tokoh adat di Kabupaten

Lombok Tengah mengatakan bahwa kehadiran anak memang selalu

131

https://economy.okezone.com/masalah keuangan keluarga, diakses pada tanggal 7

Februari 2020 132

Rina Dewi Lina, Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya, (Jakarta: Penebar Plus, 2016),

13

99

ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Dan masalah ini terjadi

setelah bertahun-tahun menikah, kehadiran anak tidak kunjung datang133

.

Hal inilah yang juga menyebabkan konflik rumah tangga. Biasanya suami

istri akan saling menyalahkan dan merasa paling benar.

Hasil observasi yang dilakukan pada salah satu keluarga yang tidak

memiliki keturunan atau tidak memiliki anak menunjukkan bahwa konflik

keluarga serkait ketiadaan anak ini sering menimbulkan konflik dalam

keluarga, bahkan mereka melakukan perceraian karena tidak ada keturnan

yang melangsungkan hidup mereka. Selain itu mereka suami istri juga

merasa minder dan malu kerena tidak dapat memberikan keturnan sehingga

memutuskan cerai kemudian menikah lagi dengan pilihan atau pasangan

yang berbeda-beda untuk mencari keturunan134

.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ketiadaan anak atau tidak

adanya keturunan (mandul) seringkali menjadi kendala yang dihadapi oleh

lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim

sasak di Kabupaten Lombok Tengah. Sebab setiap suami atau istri selalu

mendambakan seorang anak untuk melanjutkan keturunan dan juga

keselamatannya baik di dunia maupun dikahiarat.

4. Perselingkuhan

kendala lain yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

adalah masalah perselingkuhan. Menurut H. Sentum, tokoh adat sekaligus

133

Kartawan, Wawancara, tanggal 26 Maret 2020 134

Observasi, tanggal 26 Maret 2020

100

sebagai Kepala Desa Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok

Tengah mengatakan bahwa perselingkuhan sering kali terjadi dalam

hubungan suami istri. Dan hal ini yang paling banyak menyebabkan

terjadinya perceraian di masyarakat seperti masalah hubungan seksual yang

tidak terpuaskan oleh suami maupun istri dalam berumah tangga135

.

Selain itu, masalah perselingkuhan ini merupakan masalah yang

selalu menjadi sorotan dimasyarakat. Sebab hal ini sering menyebabkan

hancurnya keluarga tau rumah tangga. Kenyataan ini tidak saja tampak

dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi juga terjadi pada

pasangan yang usia pernikahannya sudah lama. Konflik perselingkuhan ini

menjadi tantangan besar bagi lembaga adat desa untuk diselesaikan dan

menjadi tantangan berat bagi suami istri dalam membangun kehidupan

keluarga.

Kaitannya dengan perselingkuhan ini dijelaskan bahwa

Perselingkuhan adalah hubungan antara individu baik laki-laki maupun

perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang

lain yang bukan pasangannya. Menurut Vaughan menyebutkan bahwa

perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan

merupakan pasangan resminya136

.

Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-

citakan bisa menempuh kehidupan perkawinan yang harmonis. Namun

perkawinan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai

135

H. Sentum, Wawancara, tanggal 28 Maret 2020 136

Vaughan D.G., Asbury T, Ophtalmology Umum ( Jakarta: EGC, 2009), hal. 17

101

kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga, dan problem yang

berbeda satu sama lain. Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya

memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan

seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang

dihadapi setiap hari, ditambah dengan keunikan masing-masing

individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan

hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang

bagi timbulnya perselingkuhan diantara pasangan suami istri137

.

Perselingkuhan merupakan relasi seks antara seorang wanita atau

laki-laki yang sudah menikah dengan laki-laki atau wanita yang bukan

pasangannya. Perselingkuhan pada istri umumnya disebabkan oleh

dorongan kesenangan untuk memuaskan seks sesaat saja138

. Masalah

perselingkuhan merupakan masalah yang selalu menjadi sorotan dalam

pernikahan, yang dapat menyebabkan hancurnya rumah tangga. Kenyataan

ini tidak saja tampak dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi

juga terjadi pada pasangan yang usia pernikahannya sudah lama.

5. Perbedaan Pandangan

Perbedaan pandangan khusunya suami istri dalam keluarga juga

menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai

mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten

Lombok Tengah. Masalah menurut Syukur, tokoh adat di Kabupaten

137

www.e-psikologi.com, 2001 138

Kartono, Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual, (Bandung : Mandar Maju,

1989), hal. 31

102

Lombok Tengah mengatakan bahwa perbedaan sikap dan padangan masing

suami istri ini sering menimbulkan konflik keluarga, padahal pernikahan

sejatinya adalah menyatukan dua insan yang berbeda. Perbedaan itu

mencakup banyak hal seperti latar belakang, sifat, karakter, kebiasaan dan

juga kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan sebuah rumah tangga

menjadi lebih berwarna. Akan tetapi tak jarang juga perbedaan ini

menyebabkan ketikakcocokan antara suami istri yang akhirnya

menyebabkan masalah dalam rumah tangga.

Selain itu juga perbedaan status sosial juga sering memicu konflik

dimasyarakat ini yang pada umumnya hal ini terjadi dalam

pernikahan golongan tertentu seperti pernikahan golongan keluarga kaya

dengan golongan keluarga miskin, pernikahan keturunan “lalu” dengan yang

bukan “baiq” atau keluarga yang masih mengakui tingkat-tingkat keturunan

(strata). Apabila pasangan suami istri ini tidak menciptakan suasana yang

baik dan saling mengerti, maka menimbulkan konflik dalam rumah tangga

atau dalam keluarga.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan Muh. Iqbal dan Ekawati

selaku keluarga yang berkonflik mengatakan bahwa dalam setahun

pernikahan kami seringkali terjadi konflik atau pertengkaran. Suami lebih

muda empat tahun dari saya. Kami mempunyai pandangan, pemikiran dan

background yang bertolak belakang, saya berasal dari keluarga yang

berkecukupan sedangkan suami sebaliknya. Karena keadaan ekonomi

keluarganya, masa kecil suami lebih banyak hidup di jalan dan bekerja

103

serabutan untuk biaya hidup dan sekolah. Kami menikah dapat dikatakan

tanpa melalui proses pacaran, kami bertemu karena dikenalkan orangtua.

Satu bulan setelah perkenalan tersebut, suami melamar, saya menerimanya

karena ingin berbakti kepada orangtua. Saya berpikir cinta akan tumbuh

dengan berjalannya waktu tetapi setelah menjalani pernikahan ini saya

seperti hampa, merasa lebih nyaman sendiri, pola pikir dan gaya hidup kami

selalu bertentangan139

. Saya mencoba mengalah untuk menerima perbedaan

tersebut tetapi hati saya seperti memberontak, saya semakin tidak bisa

menerima perlakuan suami yang kadang berkata kasar dan membentak saya

di depan karyawannya. Saya selalu menahan emosi untuk tidak terjadi

pertengkaran karena tidak ingin menjatuhkan wibawanya di depan umum.

Lebih jauh dia menjelaskan bahwa suami saya selalu menghindar

jika diajak untuk berkumpul dengan keluarga saya, selalu dengan alasan

pekerjaan, pola waktu kerjanya tidak beraturan, sesukanya saja. Saya

berusaha menasehatinya tetapi yang ada hanya pertengkaran. Suami terlalu

ambisi untuk segera menjuwudkan keinginannya tidak peduli dengan

perasaan istri karena sikapnya.140

Kadang saya ingin semua ini segera

berakhir dengan perpisahan tetapi saya tidak ingin orangtua sedih dan

kecewa. Apakah karena masa lalunya suami bersikap demikian. Saya pun

menjadi bingung apa yang sebaiknya saya lakukan untuk menhadapi sikap

dia.

139

Muh. Iqbal dan Ekawati , Wawancara, tanggal 2 April 2020 140

Muh. Iqbal dan Ekawati , Wawancara, tanggal 2 April 2020

104

C. Solusi yang Dilakukan Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator

Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok

Tengah

Solusi dalam penyelesaian konplik keluarga diharapkan dapat

memberikan alternatif terbaik sehingga pihak yang berkoflik tidak ada yang

dirugikan. Terkait solusi dalam penyelasian koflik keluaga tersebut dijelaskan

bahwa penyelesaian konflik keluarga adalah serangkaian kegiatan untuk

mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi perluasan dan

eskalasi Konflik, serta mencegah bertambahnya jumlah korban dan kerugian

harta benda141

.

Dari segi sosisologi, konflik merupakan perbedaan dan atau benturan

diantara dua atau lebih kepentingan aktor-aktor di dalam arena relasi sosial

spesifik. Perbedaan atau benturan bisa muncul dalam tindakan damai dan juga

kekerasan. Konflik kekerasan muncul dalam bentuk tindakan mengancam,

membunuh dan merusak infrastruktur. Konflik kekerasan merupakan masalah

sosial yang harus ditangani dan dikelola melalui mekanisme tertentu secara

legal atau adat142

.

Solusi penyelesaian konflik keluarga menurut adat, di dalamnya

terdapat niali-nilai yang sangat luhur, antara lain, nilai kebersamaan,

persaudaraan, kerukunan, keselarasan, kepatutan, ketentraman dan kedamaian.

Semua nilai-nilai tersebut mengacu pada kehidupan masyarakat yang

harmonis. Sayangnya, nilai-nilai semacam ini sekarang telah melemah dan

141

Pasal 1 angka 4 UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial 142

Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Penerbit

Kencana, Jakarta. 2010), hal. 31

105

bahkan cenderung punah karena terdesak oleh nilai-nilai baru yang lebih

bersifat individualis dan menjunjung tinggi kebebasan, yang cenderung telah

menyebabkan ketidakharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Dalam

masyarakat yang terancam disintegrasi seperti sekarang ini, nilai-nilai adat ini

perlu diberdayakan kembali untuk mencegah perpecahan yang timbul

dimasyarakat akibat konflik yang berkepanjangan dan tindakan main hakim

sendiri oleh orang-orang/kelompok yang tidak bertanggungjawab.

Adapun solusi yang dilakukan lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

terkait perbedaan tingkat pendidikan ini adalah menyelesaikan masalah

tersebut secara kekeluargaan dan memberikan nasehat kepada meraka untuk

saling menerima dan saling menghargai serta Saling memahami dan

memaklumi perbedaan masing-masing. Hal ini dilakukan agar konflik keluarga

menjadi tidak berlanjut dan mereka dapat hidup harmonis lagi. Bagi pasangan

yang pendidikannya lebih rendah, dapat menambah wawasan dengan banyak

membaca, mengikuti kursus dan lain-lain. Sedangkan bagi yang berpendidikan

tinggi jangan saling merendahkan pasangannya, tetapi hendaknya saling

support untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang apapun.

Kemudian solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala keuangan

adalah dilakukan secara bijaksana dan secara kekeluargaan oleh suami dan

istri. Mempertemukan mereka untuk diselesaikan atau dibicarakan secara baik-

baik seperti saling membantu dalam mencari nafkah, saling menerima

kekuranagan dan kelebihan masing-masing dalam mendapatkan penghasilan,

106

istri membantu suami mencari nafkah untuk menambah pemasukan dalam

rumah tangga143

. Selain itu membiasakan pola hidup sederhana, hemat dan

bersikap terbuka dan menggunakan uang berdasarkan prioritas kebutuhan

utama, bukan berdasarkan keinginan atau ego masing-masing.

Solusi masalah ketiadaan anak atau tidak adanya keturunan yang

dilakukan oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik

keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini menurut H. Lalu

Yasir Arafat, tokoh adat adalah mengumpulkan mereka dan menyelesaikannya

secara kekeluargaan seperti menasehati dan memberikan alternative untuk

berobat, terapi, memeriksa kesehatan masing-masing ke dokter dan juga

diharapkan berfikir dan bersikap bijak dalam menerima cobaan ini144

.

Sehingga jika diketahui ada masalah kesehatan reproduksi bisa segera

diberikan terapi. Tetapi jika tak ada masalah kesehatan, mungkin pasangan

suami istri hanya perlu bersabar. Namun dalam realitanya ketidaksabaran itu

sangat berat, sehingga suami atau istri mengabil sikap dan inisiatif untuk

berpisah dan menentukan jalan hidup masing-masing.

Solusi yang dilakukan oleh lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah

kaitannya dengan masalah perselingkuhan ini adalah dilakukan dengan cara

bijak dan arif yaitu melakukan musyawarah dan diselesaikan secara

kekeluargaan dan meminta sikap keterbukaan antara suami dan istri,

menceritakan alasan mengapa berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila

143

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 26 Maret 2020 144

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 27 Maret 2020

107

konfik ini sulit diatasi oleh adat desa, kami melibatkan pihak keluarga atau

orangtua dan keluarga145

. Dan kami berusaha semaksimal mungkin mencari

jalan atau solusi untuk tidak sampai cerai berai seperti meminta kepada suami

istri untuk sama-sama memperbaiki diri dan saling memaafkan.

Adapun dalam perbedaan pandangan, solusi yang dilakukan oleh

lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim

sasak di Kabupaten Lombok Tengah kaitannya dengan masalah perbedaan

pandangan suami istri ini menurut H. Lalu Yasir Arafat selaku tokoh adat

adalah kami mempertemukan mereka, menyelesaikan secar baik, musyawarah

dan secara kekeluargaan. Memberikan nasehat untuk menghargai, saling

menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dan menyesuaikan diri

dengan perbedaan yang ada. Kuncinya adalah tetap saling berkomunikasi yang

baik antar suami istri146

.

Memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda itu wajar dalam

keluarga khususnya suami istri, hanya saja ketika egoisme sudah tidak dapat

dikendalikan, menyebabkan kondisi atau suasana menjadi memanas dan tidak

harmonis sehingga terjadi konflik yang berkepanjangan dalam keluarga. Selain

itu perbedaan pendapat pasti terjadi di dalam keluarga. Baik antara pasangan

suami istri, anak dengan anak, maupun anak dengan orangtua. Perbedaan

pandangan ini tentu tidak bisa dihindari, dan sebaiknya dihadapi dengan sikap

dewasa dan bijaksana sehingga dan keharmonisan dalam keluarga.

145

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 28 Maret 2020 146

H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 2 April 2020

108

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim

sasak di Kabupaten Lombok Tengah pada dasarnya tidak bisa dilepaskan

dari kebudayaan suatu masyarakat, dalam menjalankan tugasnya tentu tidak

lepas dari prinsip, prosedur dan fungsinya sebagai lembaga adat desa.

Melestarikan nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku

dimasyarakat dan menyelesaikan berbagai persoalan atau konflik yang

terjadi dengan prinsip perdamaian atay secara damai dan kekeluargaan

serta mempertahankan keharmonisan sosial dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat. Menyelesaikan masalah konplik warga atau keluarga secara

adil dan bertanggung jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang

menciptakan kedamaian pihak yang bertikai, bersikap menghormati dan

mengerti berbagai perbedaan pendapat, merasakan masalah yang mereka

hadapi dan fokus pada masalah yang mereka hadapi dan bersikap netral

diantara mereka yang bertikai. Selain itu tetap mengacu pada nilai-nilai

adat seperti asas kerukunan, azas keselarasan dan azas kepatutan termasuk

melakukan tiga cara yaitu konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Adapun

fungsinya adalah untuk menjaga, melaksanakan dan melestarikan adat yang

berlaku pada masyarakatnya secara turun temurun. Dalam menjalankan

109

fungsinya lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik

keluarga diharapkan dapat mensosialisasikan norma dan adat yang berlaku

dalam masyarakat. Selain itu lehih diutamakan prinsip kekeluargaan dan

prinsip musyawarah serta saling memmafkan antar sesama. Apabila cara

tersebut tidak dapat dilakukan maka dilakukan penyelsaian lewat

pengadilan.

2. Konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga adat desa di

Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari beberapa bentuk konflik keluarga

diantaranya konflik perkawinan karena tidak memenuhi hak dan kewajiban,

konflik ekonomi keluarga, ketidak sekufuan, penganiayaan istri selain itu

juga masalah perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan masalah

ekonomi keluarga. Selain itu juga karena perkelahian antar keluarga akibat

dari perselisihan, sikap dan emosi atau ketersinggunan dari masalah hutang

yang tidak terbayarkan oleh keluarga.

3. Kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan oleh lembaga adat desa

sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di

Kabupaten Lombok Tengah diantaranya masalah pendidikan, masalah

keuangan, masalah ketidakhadiran anak, dimana kehadiran anak memang

selalu ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri, masalah

perselingkuhan yang sering kali terjadi dalam hubungan suami istri,

perbedaan pandangan seperti perbedaan sikap dan padangan masing suami

istri. Perbedaan itu mencakup banyak hal seperti latar belakang, sifat,

karakter, kebiasaan dan juga kepribadian termasuk perbedaan status sosial.

110

Sedangkan solusi dalam penyelesaian konplik keluarga terkait perbedaan

tingkat pendidikan ini adalah diselesaikan secara kekeluargaan dan

memberikan nasehat kepada meraka untuk saling menerima dan saling

menghargai serta Saling memahami dan memaklumi perbedaan masing-

masing. Solusi kendala keuangan adalah dilakukan secara bijaksana dan

secara kekeluargaan oleh suami dan istri. Diselesaikan atau dibicarakan

secara baik-baik seperti saling membantu dalam mencari nafkah, saling

menerima kekuranagan dan kelebihan masing-masing dalam mendapatkan

penghasilan, istri membantu suami mencari nafkah untuk menambah

pemasukan dalam rumah tangga. Solusi masalah ketiadaan anak adalah

mengumpulkan mereka dan menyelesaikannya secara kekeluargaan seperti

menasehati dan memberikan alternative untuk berobat, terapi, memeriksa

kesehatan masing-masing ke dokter dan juga diharapkan berfikir dan

bersikap bijak dalam menerima cobaan ini. Dan solusi masalah

perselingkuhan dilakukan dengan cara bijak dan arif yaitu melakukan

musyawarah dan diselesaikan secara kekeluargaan dan meminta sikap

keterbukaan antara suami dan istri, menceritakan alasan mengapa

berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila konfik ini sulit diatasi oleh

adat desa, kami melibatkan pihak keluarga atau orangtua dan keluarga

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini

sebagai berikut:

111

1. Kepala Desa

Kepada desa agar terus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam

melakukan kerjasama yang baik dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan

tokoh agama dalam memaksimalkan fungsi lembaga adat desa sebagai

mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten

Lombok Tengah baik untuk menjaga, melaksanakan dan melestarikan adat

yang berlaku pada masyarakatnya secara turun temurun.

2. Tokoh Adat

Kepada tokoh adat agar tetap meningkatkan kerjasama baik di

dalam menjalankan tugas dan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator

penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok

Tengah dengan tetap mengacu pada nilai-nilai adat seperti asas kerukunan,

azas keselarasan dan azas kepatutan termasuk melakukan tiga cara yaitu

konsiliasi, mediasi dan arbitrasi.

3. Peneliti

Kepada peneliti agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti

dan masyarakat pada umunya dan menjadi bahan pertimbangan dan kajian

untuk penelitian senajutnya

DAFTAR PUSTAKA

Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah

Tangga (Studi di PA Kota Tasikmalaya), Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga

Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan Kalijaga, 2014

Akhmad Rifa‟i, Konflik dan Resolusinya Dalam Perspektif Islam (Jurnal Millah-

Edisi Desember 2010

Azhar Marzuki, Peran lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

perspektif hukum Islam Studi di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan, 2013

Boedi Abdullah, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, Bandung:

Pustaka Setia, 2013

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2011

Endrik Safudin, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, Malang: Intrans

Publishing, 2018

Faizah Laela, Bimbingan Konseling Keluarga dan Remaja, UIN Sunan Ampel

Press : Surabaya, 2015

Firman Sujadi, dkk, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintaha Desa-

Landasan Hukum dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, Jakarta: Bee

Media Pustaka, 2016

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung: Mandar

Maju, 2014

https://economy.okezone.com/masalah keuangan keluarga, diakses pada tanggal 7

Februari 2020

https://islam.nu.or.id/kriteria kesetaraan atau sekufu dalam perkawinan, diakses

pada tanggal 5 Februari 2020

https://media.neliti.com/media/publications/konflik-perkawinan-dan-cara

penyelesaian, diakses pada tanggal 3 Februari 2020

https://www.academia.edu/Mediasi_Keluarga_dan_Tantangannya_Bagi_Pengadil

an_Agama, diakses pada tanggal 2 Februari 2020

https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada

tanggal, 12 Februari 2020

James, P. Spradley and David W. McCurdy, 1987, Conformity and Conflict,

Reading in Cultural Antropogy, Little Brown and Company

Kartono, Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual, Bandung : Mandar Maju,

1989

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Balai Pustaka, 2013

Kamaruddin, Mediasi Dalam Pandangan Hukum Progresif-Suatu Alternatif

Penyelesaian Konflik Keluarga, Jurnal Al-'Adl, Vol. 11 No. 2: IAIN

Kendari, 2018

Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya,

2011

M. F. Zenrif., Realitas & Metode Penelitian Sosial dalam Perspektif Al-Quran

(Malang: UIN Malang Press, 2006

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004

Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta:

Rineka Cipta 2011

Muktar, Revitalisasi Kelembagaan Kampung Adat Tengah Kecamatan Mempura

Kabupaten Siak, (Jurnal JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017

Nasution, S, Metode Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001

Nauril Ikroma. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Budaya-Makalah,

Bengkulu: 2014

Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer,

Penerbit Kencana, Jakarta. 2010

Pasal 1 angka 4 UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial

Peraturan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia Nomor: 1 Tahun 2009 pasal 3

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan

Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat

Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, Bab 3

Puslitbang, Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah

Agung RI, 2010.

Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan

Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013

R. Soerojo Wignojodipoero, Kedudukan Serta Perkembangan Hukum Adat

Setelah Kemerdekaan, Jakarta: Gunung Agung, 1983

Rina Dewi Lina, Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya, Jakarta: Penebar Plus,

2016

Sadulloh dkk, Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2003

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama, 2014

Setiady, Tholib. Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan,

Bandung: Alfabeta, 2008

Sidomulyo, Peran Lembaga Adat Dalam Pembangunan Desa, Jakarta: Pustaka

Setia, 2017

Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1983

Sri Lestari, Psikologi Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2002

Sulistiyono, Adi. Mengembanngkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia.

Sebelas Maret University Press: Surakarta, 2006

Surjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, 2000

Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Gunung Agung:

Jakarta, 1983

Syaifuddin Iskandar, Eksistensi Lembaga Adat sebagai Mitra Kerja Pemerintah

Daerah, Makalah, 2013

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

Vaughan D.G., Asbury T, Ophtalmology Umum, Jakarta: EGC, 2009

Waluya, B. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung: PT

Setia Purna Inves, 2007

www.e-psikologi.com, 2001

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE (CV)

Nama : Takiudin, S.Pd., M.H

Tempat Tanggal Lahir : Lekong Tengak, 12 Desember 1986

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

No. Telepon / HP/WA : 082359127212

Email : [email protected]

Alamat : Dusun Pandan Tinggang I Desa Batu Jangkih

Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok

Tengah.

Anak ke tiga dari lima bersaudara : 1. Sardan (L)

2. Sailah (P)

3. Takiudin (L)

4. Napsah, A.Md. Keb. (P)

5. Jumdan, A.Md (L)

Nama Ayah : IDRIS

Nama Ibu : SEMIRAH

Nama Istri : SITI HADIJAH, S.Pd

Nama Anak ke-1 : SILVIA NOVIRA SINTA

Ke-2 : BAGAS PRAYOGA SANJAYA

Pendidikan :

JENJANG PENDIDIKAN TAHUN

SDN Pandan Tinggang

MTs. Putra Darul Muhajirin Praya

SMA Darul Muhajirin Praya

FKIP Ekonomi Univesitas Nahdatul Wathan Mataram

Pascasarjan Hukum Keluarga Islam (HKI) UIN Mataran

2000

2003

2006

2011

2020

Organisasi :

1. PMII-loteng

2. KNPI-loteng

3. NU

Pelatihan/Lokakarya/Seminar/Worshop Yang Pernah di Ikuti :

1. Mengikuti Pelatihan Keterampilan Word Dan EXcel di BLK Kabupaten

Lombok Tengah Tahun 2006

2. Mengikuti Seminar Sosialisasi Mensukseskan Pemilihan Gubernur Dan

Wakil Gubernur Tahun 2013

3. Mengikuti Seminar Sosialisasi Mensukseskan Pemilihan Anggota

DPR,DPD, DPRD dan Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden RI Tahun

2014

4. Mengikuti Pelatihan sertifikasi Guru PKN (PLPG) di UNRAM tahun 2014

5. Mengikuti Seminar Kebangsaan Penyerapan Aspirasi Masyarakat

Tanggal 29 Agustus 2015

6. Pelatihan Pratugas Pendamping Profesional Desa Tanggal 15 / 20

Desember 2015

7. Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Bagi Masyarakat Tanggal 03/04

Fembruari 2016

8. Pelatihan pendampingan Program Perhutanan social Pasca Izin

Gelombang IV Angkatan 7 di BDLHK Kupang Tahun 2020 tgl, 3-6 Juni

2020.

9. Pelatihan Webinar Nasional Prodi S2 Hukum Keluarga Islam

Pascasarjana UIN Mataram dengan Tema :’’ ketegangan, Konflik dan

Mediasi di Era Pandemi”

Tanggal, 20 Juli 2020.

Pengalaman Kerja :

1. TU di SMP Darul Muhajirin Tahun 2006-2008

2. Staf Panwaslu Kabupaten Loteng Tahun 2008-2010

3. Pendamping Lapangan Program Samanta Founddation Dengan Asosiasi

Mareje Bonga (AMB) Mengenai Penguatan Kelompok Masyarakat

Pengelola Hutan Mareje Bonga, Percepatan Ijin Hutan Tanaman Rakyat

(HTR) Tanggal 01 April 2009 - 31 Maret 2010.

4. Pendamping Lapangan Program WFP Kepada Kelompok Tani Pengelola

Hutan Tanggal 01 Maret 2011-31 Oktober 2011.

5. Pendamping Lapangan Program ACCES Aus Aid Dengan AMB Mengenai

Penguatan Kapasitas Kelompok Tani Pengelola Hutan Pada Tanggal 01

Mei -31 Desember 2012.

6. Pendamping Lapangan Program Acces Aus Aid Dengan Asppuk Nusa

Tenggara, Kepada Kelompok Usaha Kerajinan Kabupaten Lombok

Tengah Pada Tanggal 25 Februari S.D 25 Desember 2013.

7. Panitia Pemilihan Kecamatan Praya Barat Daya Tahun 2013-2015

8. Pendamping Lapangan Program Samanta-AMB Mengenai “Mendorong

Legalitas Pengelola Hutan – Kemitraan Kehutanan Pada Tanggal 01 April

2015 - 31 Januari 2016.

9. Guru sertifikasi Tahun 2015-sekarang.

10. Pendamping Profesional Desa Batu Jangkih, Montong Ajan Dan

Montong Sapah 2015 sampai Dengan Sekarang

Pandan Tinggang, 12 Juli 2020

Hormat Kami,

TAKIUDIN, S.Pd.,MH