BAB I - etheses UIN Mataram
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB I - etheses UIN Mataram
i
TESIS
FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI MEDIATOR
PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA MUSLIM SASAK
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
OLEH:
TAKIUDIN
NIM. 180402016
PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2020
iii
FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI MEDIATOR
PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA MUSLIM SASAK
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
OLEH:
TAKIUDIN
NIM. 180402016
PEMBIMBING
Dr. HJ Teti Indrawati P.,M.Hum
Dr. Abdun Nasir, MA.,P.Hd.
PROGRAM MAGISTER HUKUM KELUARGA ISLAM (HKI)
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2020
ix
ABSTRAK
Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator Penyelesaian
Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah
Oleh:
Takiudin
Nim.180.402.016
Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi permusyawaratan dan
mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada
pemerintah, diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang ada
dalam masyarakat yang berkenaan dengan adat istiadat sehingga menciptakan
hubungan yang demokratis dan harmonis pada masyarakat desa itu sendiri.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi data, display data dan conclusion
drawing. Hasil penelitian ini menunjukkan lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak pada dasarnya tidak bisa dilepaskan
dari kebudayaan suatu masyarakat, dalam menjalankan tugasnya tentu tidak lepas
dari prinsip, prosedur dan fungsinya sebagai lembaga adat desa. Melestarikan
nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan
menyelesaikan berbagai persoalan atau konflik yang terjadi dengan prinsip
perdamaian atau secara damai dan kekeluargaan serta mempertahankan
keharmonisan sosial dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Menyelesaikan masalah konflik keluarga secara adil dan bertanggung
jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang menciptakan kedamaian pihak
yang bertikai, bersikap menghormati dan mengerti berbagai perbedaan pendapat,
merasakan masalah yang mereka hadapi dan fokus pada masalah yang mereka
hadapi dan bersikap netral diantara mereka yang bertikai dan tetap mengacu pada
nilai-nilai adat seperti asas kerukunan, azas keselarasan dan azas kepatutan
termasuk melakukan tiga cara yaitu konsiliasi, mediasi. Konflik keluarga muslim
sasak yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah yaitu
konflik perkawinan, konflik ekonomi keluarga, ketidak sekufuan, penganiayaan
istri selain itu juga masalah perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan
masalah ekonomi keluarga, perkelahian, perselisihan. Kendala yang dihadapi
yaitu masalah pendidikan, masalah keuangan, masalah ketidakhadiran anak,
dimana kehadiran anak, masalah perselingkuhan, perbedaan pandangan. Solusi
dalam penyelesaian konplik keluarga diselesaikan secara kekeluargaan dan
memberikan nasehat kepada meraka untuk saling menerima dan saling
menghargai serta Saling memahami dan memaklumi perbedaan masing-masing.
Solusi kendala keuangan adalah dilakukan secara bijaksana dan secara
kekeluargaan oleh suami dan istri. Diselesaikan secara baik seperti saling
x
membantu dalam mencari nafkah, saling menerima kekuranagan dan kelebihan
masing-masing dan juga dilakukan dengan cara bijak dan arif yaitu melakukan
musyawarah dan diselesaikan secara kekeluargaan.
Kata Kunci: Lembaga Adat Desa, Mediator, Konflik Keluarga Muslim
xiii
HALAMAN MOTO
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
xiv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan taufik serta hidayah Nya peneliti dapat menyelesaiakan penyusunan
tesis ini. Selawat serta salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir
zaman. Maksud dari penyusunan tesis dengan judul: “Fungsi Lembaga Adat Desa
Sebagai Mediator Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten
Lombok Tengah” adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
kebulatan studi pada Program Pascasarjana UIN Mataram.
Dalam penyusunan tesis ini peneliti menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengaharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk lebih
sempurnanya dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.
Dengan selesainya penyusunan tesis ini, peneliti mengucapkan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat berharga kepada
peneliti yaitu:
1. Dr. Hj. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum sebagai Pembimbing/Promotor I dan Dr.
Abdun Natsir, MA.,P.hD sebagai pembimbing/Promotor II yang memberikan
bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan
di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih
matang dan selesai;
2. Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam Program Magister Pascasarjana UIN
Mataram;
3. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram;
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan
dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
xv
5. Bapak Ibu Dosen yang tidak disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bimbingan, mengajar dan mendidik selama kuliah dan
menyelesaikan studi pada program pascasarjana UIN Mataram.
6. Pengurus Lembaga Adat Desa Kabupaten Lombok Tengah yang telah
bersedia dan banyak memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam rangka penyelesaian tesis ini.
7. Kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dalam penulisan tesis
ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu semoga apa yang telah
dilakukan tercatat sebagai amal ibadah disisi Allah SWT. Amien.
Mataram, ………….2020
Peneliti
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN LOGO ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ iv
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................... v
PENGESAHAN PENGUJI TESIS .............................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vii
SARTIFIKAT PLAGIARISEM .................................................................viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
HALAMAN MOTO .....................................................................................xiii
KATA PENGANTAR .................................................................................. xiv
DAFTAR ISI ................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................ 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................ 8
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 9
F. Kajian Teori ........................................................................................ 11
1. Fungsi Lembaga Adat Desa ........................................................... 11
2. Mediasi Dalam Konflik ................................................................. 16
3. Konflik Keluarga ........................................................................... 23
G. Metode Penelitian ............................................................................... 28
BAB LEMBAGA ADAT DESA LOMBOK TENGAH ............................ 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 37
B. Sejarah dan Struktur Lembaga Adat Desa ........................................ 46
C. Prinsip, Prosedur dan Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten
Lombok Tengah ................................................................................. 51
xvii
BAB III KONFLIK KELUARGA DAN PERAN LEMBAGA ADAT
DESA SEBAGAI MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK
KELUARGA LOMBOK TENGAH .................................................... 57
A. Bentuk Konflik Keluarga Muslim Sasak Yang Dimediasi Oleh
Lembaga Adat Desa di Kabupaten Lombok Tengah ........................ 57
B. Kendala yang dihadapi oleh Lembag Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarg Muslim Sasak di Kabupaten
Lombok Tengah ................................................................................. 92
C. Solusi yang Dilakukan oleh Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten
Lombok Tengah ................................................................................ 104
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 108
A. Kesimpulan ........................................................................................ 108
B. Saran-saran ........................................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 112
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa diberikan keleluasaan
dalam menyelenggarakan pemerintahan di desa termasuk memfungsikan
lembaga adat sebagai mediator dalam menyelesaikan berbagai persoalan adat
yang ada di desa itu sendiri. Pelaksanaan otonomi daerah dengan
menggunakan asas desentralisasi, memposisikan pemerintah daerah untuk
membuat kebijakan sesuai situasi dan kondisi daerah masing-masing yang
memberi peluang kepada pemerintah daerah untuk menyesuaikan dengan
sistem pemerintahan.
Dalam UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I Pasal I ayat (1)
dijelaskan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia.1
Sejalan dengan penguatan sistem otonomi daerah maka muncul pula
kesadaran tentang pentingnya kearifan lokal serta sistem penyelesaian konflik
berdasarkan hukum adat. Oleh karena itu, pemerintah selalu mendorong
untuk menghidupkan kembali lembaga-lembaga adat desa yang salah satu
tugas dan fungsinya adalah menyelesaikan berbagai konflik antara warga atau
anggota kelompoknya.2 Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi
1 Undang Undang Nomor. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I Pasal I ayat 1.
2 Setiady, Tholib. Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan. (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 21
2
permusyawaratan dan mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat kepada pemerintah, maka keberadaan dan fungsinya dalam
penyelesaian konflik diharapkan mampu menyelesaikan berbagai persoalan-
persoalan yang ada dalam masyarakat yang berkenaan dengan adat istiadat
sehingga menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis pada
masyarakat desa itu sendiri.
Dari segi budaya lembaga adat diartikan sebagai suatu bentuk
organisasi adat yang tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-
peranan, dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai
otoritas formal dan sanksi hukum adat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan
dasar.3 Lembaga adat juga diartikan sebagai suatu organisasi kemasyarakatan
adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu, mempunyai
wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang
untuk mengatur dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan
dengan adat.4 Dalam Peraturan Mendagri No. 23 Tahun 1997 dijelaskan:
Lembaga adat sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan baik
yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan
berkembang didalam masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu
masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas
harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat tersebut yang berhak
dan berwenang mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai
permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan adat istiadat dan
hukum adat setempat.5
3 Mukhtaomi dkk. Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat dalam Melaksanakan
Pelestarian Kebudayaan (studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon Des Tosari
Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. (Jurnal Admiistrasi Publik (JAP), Vol I, No.2,) h. 33 4 Nauril Ikroma. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Budaya-Makalah, (Bengkulu:
2014), h. 2 5 Syaifuddin Iskandar, Eksistensi Lembaga Adat sebagai Mitra Kerja Pemerintah
Daerah, (Jakarta, Pustaka Setia, 2013), h. 5
3
Keberadaan lembaga adat desa pada dasarnya tidak bisa dilepaskan
dari kebudayaan suatu masyarakat, dan fungsinya adalah untuk menjaga,
melaksanakan dan melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya turun
temurun. Peran lembaga adat desa dalam pewarisan budaya adalah
mensosialisasikan norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat.6. Hal itu
disebabkan karena lembaga adat desa memiliki peranan fungsi yang sangat
penting dan strategis sebagai organisasi kemasyarakatan dan sebagai mediator
dalam penyelesaian konflik serta memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
mengatur pelaksanaan adat sebagaimana diwarisi dari generasi sebelumnya,
dan akan memberikan hukuman atau sanksi bagi warga yang melanggar adat
itu sendiri.
Terkait fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian
konflik dalam keluarga ini juga dijelaskan bahwa:
Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian konflik
dalam keluarga tidak lepas dari sistem hukum adat yang pada
umumnya yang terdiri dari 4 (empat) unsur yakni: a) Tata susunan
masyarakat yang bersifat tetap, seperti penghuni rumah besar atau
penamaan lain-lain yang semacamnya di daerah masyarakat adat
lainnya, b). Ada pengurus sendiri dengan struktur kepemimpinan yang
terdiri dari ketua dan fungsi kepengurusan lainnya untuk memimpin
masyarakat itu, c) Ada harta pusaka sendiri yang diurus oleh pengurus
bagi kemaslahatan semua masyarakat adat itu secara kolektif dan juga
untuk keperluan yang bersifat privat kekeluargaan. Harta kekayaan ini
ada yang bersifat materil dan juga ada yang bersifat immaterial, d).
Ada hukum yang berlaku sama bagi semua anggota masyarakat itu
sendiri dan aturan itulah yang berlaku, diikuti serta ditaati.7
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian konflik
dalam keluarga juga memiliki nilai-nilai universal yang meliputi: a). Adanya
7 Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Gunung Agung: Jakarta,
1983), hal. 38
4
asas gotong royong, b) Adanya fungsi sosial manusia dan milik dalam
masyarakat, c) Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, dan d) Asas
perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem pemerintahan.8 Dengan
demikian, fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelasian
konflik dalam keluarga memiliki nilai-nilai semangat kebersamaan, nilai
sosial dan gotong royong serta asas perwakilan dan permusyawaratan dalam
sistem pemerintahan di desa.
Keluarga merupakan salah satu unit sosial yang mana hubungan antar
anggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi. Oleh karena itu,
konflik dalam keluarga merupakan suatu keniscayaan. Konflik didalam
keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku oposisi atau ketidak setujuan
antara anggota keluarga. Konflik didalam keluarga lebih sering dan bila
dibandingkan dengan konflik dalam konteks sosial yang lain.9
Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang
ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 12 Kecamatan dan 127 Desa
dan serta memiliki lembaga adat desa tersendiri. Adapun data jumlah
Kecamatan dan jumlah Desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dapat
dilihat pada tabel dibawaah ini:
Tabel1. Data Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Lombok Tengah
tahun 201910
No Nama Kecamatan Jumlah Desa
1 Batukliang 10
2 Batukliang Utara 8
3 Janapria 12
8 Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, (Gunung Agung: Jakarta, 1983), h. 17
9 Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat…, h.18
10 Observasi, tanggal 10 Agustus 2019
5
4 Jonggat 13
5 Kopang 11
6 Praya 6
7 Praya Barat 10
8 Praya Barat Daya 11
9 Praya Tengah 10
10 Praya Timur 11
11 Pringgarata 9
12 Pujut 16
Total 12 127
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah Kecamatan dan Desa
cukup banyak, sehingga lembaga adat desa diambil dari dua kecamatan yang
ada di Kabupaten Lombok Tengah. Lembaga adat desa sebagai salah satu
wadah atau lembaga yang menjadi mediator dalam penyelesaian konflik baik
konflik keluarga maupun konflik sosial kemasyarakatan lainnya tentu tidak
lepas dari berbagai persoalan yang dihadapi, termasuk peran maupun
fungsinya sebagai lembaga adat desa. Berdasarkan hasil observasi awal yang
dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah fungsi lembaga adat desa sebagai
mediator dalam penyelasian konflik dalam keluarga Muslim Sasak masih
belum optimal dilakukan dan perlu mendapat perhatian yang serius.
Keberadaan lembaga adat dalam penyelesaian konflik keluarga belum
berjalan sesuai dengan fungsinya.11
Berbagai persoalanpun muncul seperti
belum berfungsinya lembaga adat dan hanya sebatas seremonial, melemahnya
kelembagaan lokal termasuk lembaga adat desa baik dari struktur organisasi
maupun kultur (nilai-nilai) baik agama maupun adat istidat yang berlaku,
minimnya ruang gerak lembaga adat dalam pemerintahan desa dan kurang
11
Observasi, tanggal 10 Agustus 2019
6
berfungsinya lembaga adat dalam melestarikan nilai-nilai tradisional yang ada
di masyarakat serta hukum adat atau adat istiadat yang mulai tergerus zaman
dan sudah jarang dipakai oleh masyarakat baik sebagai media penyelesaian
komplik dalam keluarga maupun konflik lainnya.
Konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah juga
masih banyak terjadi seperti konflik keluarga Muslim Sasak dalam
perceraian, konflik kawin usia muda, konflik keluarga dalam pewarisan harta,
perkelahian antar saudara, tetangga termasuk konflik dalam ekonomi
keluarga.12
Namun demikian, lembaga adat memberikan harapan sebagai
tempat penyelesaian perkara hukum keluarga ditingkat desa. Lembaga adat
juga membantu mengurangi konflik dalam skala besar yang dibawa sampai
kepengadilan.
Dari beberapa uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan
meneliti masalah tersebut dengan judul: Fungsi Lembaga Adat Desa
Sebagai Mediator Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana fungsi lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian
konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah ?
12
Observasi, tanggal 12 Agustus 2019
7
2. Apa saja bentuk konflik keluarga Muslim Sasak yang dimediasi oleh
lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah ?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan oleh lembaga
adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut harus sejalan dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu:
a. Untuk menjelaskan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok
Tengah
b. Untuk menjelaskan konflik keluarga Muslim Sasak yang dimediasi oleh
lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah
c. Untuk menjelaskan kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan
oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga
Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara
teoritis dan manfaat secara praktis dengan uraian sebagai berikut:
a. Manfaat Secara Teoritis
Dari segi teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam menambah khazanah dan wawasan keilmuan
8
kaitannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak. Disamping itu juga, dapat
berguna untuk menambah wawasan bagi pemerintah desa khususnya
kepala desa atau semua pihak terkait lainnya dalam memfungsikan
lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga
Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah.
b. Manfaat Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman bagi kepala desa dan aparatur desa terutama dalam
memfungsikan lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian
konflik keluarga Muslim Sasak. Selain itu, hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk kajian dan penelitian
selanjutnya kaintannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai
mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di Kabupaten
Lombok Tengah.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi masalah fungsi lembaga
adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah itu sendiri sebagai tempat atau lokasi penelitian.
Sedangkan setting penelitian ini yaitu dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan
mulai bulan September 2019 sampai dengan bulan Januari 2020 dengan
lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian juga akan
9
dilakukan sesuai dengan waktu atau jadwal penelitian yang ditentukan
sebelumnya.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelurusan penelitian terdahulu sangat penting dilakukan guna untuk
melihat dan mengkaji perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan. Adapun usaha penelusuran yang peneliti lakukan yaitu:
1. Azhar Marzuki, Tesis dengan judul: Peran lembaga adat dalam
penyelenggaraan pemerintahandesa perspektif hukum islam (Studi di Desa
Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan).13
Hasil
Penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari sudut pandang Islam bahwa
peranan lembaga adat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa
sama sekali tidak bertentangan dengan hukum Islam, agama Islam
merupakan agama yang universal dimana tidak menyulitkan umatnya
dalam bersosialisasi, termasuk dengan lembaga adat yang memiliki
peranan penting di desa kesugihan, baik dalam peneyelenggaraan
pemerintahan maupun dalam melestarikan adat istiadat setempat, karena
adat istiadat dalam islam boleh tetap dijaga dan dilestarikan asal tidak
bertentangan dengan syariat Islam yakni al-Quran dan hadist.
13
Azhar Marzuki, Peran Lembaga Adat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan, Tesis, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2
Oktober 2019.
10
2. Nokolas Simanjuntak, Tesis dengan judul: Penguatan lembaga adat
sebagai alternatif penyelesaian sengketa.14
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa lembaga adat bisa diperkuat untuk menjadi alternatif
baik untuk obyek sengketa yang bersifat privat dan keperdataan, maupun
dalam sengketa berkategori publik menurut aturan pokok di dalam UU No.
30 Tahun 1999 dan dikaitkan dengan aturan di dalam Permen No. 1 Tahun
2008 serta ragam aturan terkait lain-lainnya. kemudian solusi penguatan
lembaga adat sebagai alternatif yang mengandung keadilan, bisa
diterapkan dengan memulai dari perubahan mindset pola pikir di sekitar
pasca-kolonial terhadap nomenklatur “masyarakat adat” yang tidak lagi
diposisikan sebagai “wewenang urus sendiri” tetapi menjadi kesatuan
masyarakat yang restoratif.
3. Mukhtar, Tesis dengan Judul: Revitalisasi kelembagaan kampung adat
tengah Kecamatan Mempura Kabupaten Siak. Penelitian ini menggukan
penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosesnya
belum terpenuhi secara keseluruhan (konkrit) dan masih ada proses yang
harus dilalui. Revitalisasi Kelembagaan Kampung Adat baru bisa terjadi
apabila telah dibuat regulasi lanjutan dari Kabupaten Siak berupa Peraturan
Bupati yang mengatur teknis pelaksanaan Kampung Adat.
14
Nokolas Simanjuntak, Penguatan Lembaga Adat Sebagai Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Tesis, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2
Oktober 2019.
11
4. Akhmad Rifa‟I, Jurnal Millah-Edisi Desember 2010, Judul: Konflik dan
Resolusinya Dalam Perspektif Islam.15
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa
konflik adalah bagian dari kehidupan manusia, dimana keberadaan-nya
secara sistematis telah banyak digambarkan dalam Al-Quran. Oleh
karenanya „konflik‟bukanlah sesuatu yang harus dihindari dalam
kehidupan manusia. Namun,Islam (Al-Quran) pun tidak sekedar
memberikan gambaran konflik secara sistematis tapi Al-Quran dalam
konteks kitab punmemiliki resolusi atas konflik yang ada.
Penelitian di atas, menunjukkan adanya kesamaan dengan masalah yang
diteliti yaitu sama-sama mengkaji masalah lembaga adat. Sedangkan
perbedaanya yaitu terletak pada “fungsi lembaga adat sebagai mediator dalam
penyelesaian koflik keluarga khususnya pada warga Muslim Sasak”. Selain itu
juga adanya perbedaan pada lokasi penelitian, metode penelitian, prosedur
penelitian, proses penelitian, analisis penelitian, dan hasil penelitian yang
dicapai berbeda. Perbedaan ini tentu tidak memungkinkan menunjukkan
tujuan dan hasil yang sama dalam penelitian.
F. Kajian Teori
4. Fungsi Lembaga Adat Desa
a. Pengertian Lembaga Adat Desa
Lembaga dalam bahasa Inggris disebut Institute, yang berarti
badan organisasi yang bertujuan memenuhi berbagai kebutuhan dalam
15
Akhmad Rifa‟i, Konflik dan Resolusinya Dalam Perspektif Islam (Jurnal Millah-Edisi
Desember 2010, https://www.google.co.id/search?q=fungsi+lembaga+adat, diakses pada tanggal 2
Oktober 2019.
12
berbagai segi kehidupan masyarakat.16
Lembaga adat,dari segi katanya,
berasal dari gabungan antarakata “lembaga” dan kata “adat”. Kata lembaga
dalam bahasa Inggris disebutdengan institution yang berarti pendirian,
lembaga, adat dan kebiasaan, sedangkan adat merujuk pada kebiasaan
pada suatu masyarakat yang telah berlangsung secara turun temurun.17
Istilah adat berasal dari kata-kata arab yaitu adah atau adat yang artinya
“kebiasaan”, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi yang sudah
menjadi kebiasaan.18
Adapun yang dimaksud dengan lembaga adat desa dijelaskan
bahwa lembaga adat desa adalah suatu wadah yang mempunyai peran
penting dalam kehidupan masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat agar
diterimanya aspirasi masyarakat terhadap pemerintahan desa.19
Lembaga adat mengandung pengertian adanya lembaga atau
organisasi kemasyarakatan (sosial) yang berkaitan dengan adat yang
berlaku di suatu daerah atau kesatuan masyarakat adat.20
Pengertian
lembaga adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja
dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh berkembang di dalam
masyarakat tersebut.
16
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2011), h. 1051 17
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa…, h. 1051 18
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,
2014), h. 8. 19
Firman Sujadi, dkk, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintaha Desa-Landasan
Hukum dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, (Jakarta: Bee Media Pustaka, 2016), h. 309. 20
Ayu Mukhtaomi dkk. Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat dalam
Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan (studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon
Des Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan. (Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol I,
No.2, 2012), h. 33
13
b. Tujuan Lembaga Adat Desa
Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga memiliki beberapa tujuan dan peran penting. Adapun tujuan
lembaga adat desa tersebut yaitu terciptanya harmonisasi dan optimalisasi
peran serta masyarakat melalui lembaga kemasyarakatan bersama
pemerintahan desa/kelurahan dalam pelaksanaan program pembangunan
Kesejahteraan Masyarakat dan terciptanya peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat bersama pemerintahan desa
dalam pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian pembangunan di desa serta untuk membina dan
melestarikan budaya dan adat istiadat, serta hubungan antar tokoh adat
dengan pemerintah desa atau kelurahan.21
Penyelesaian konflik melalui lembaga adat desa secara sosiologis,
lembaga adat diakui masyarakat dan menjadi prioritas dalam mengatur dan
menyelesaikan segala persoalan di masyarakat. Penyelesaian melalui
lembaga adat lebih efektif, karena suatu lembaga adat tumbuh berdasarkan
nilai yang hidup dimasyarakat dan sudah diakui dan dianut secara turun
temurun. Hanya saja untuk tetap menjamin kepastian hukum, maka
pengaturan sebagai pengakuan masyarakat melalui perundang-undangan
tetap diperlukan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
bidang kehidupan yang netral seperti bidang administrasi, pendidikan dan
lain-lain.
21
Sidomulyo, Peran Lembaga Adat Dalam Pembangunan Desa, (Jakarta: Pustaka Setia,
2017), h. 135
14
c. Fungsi Lembaga Adat Desa
Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
memiliki dasar yang jelas dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
adat desa. Dalam pasal 95 UU Desa No 6 Tahun 2014, pemerintah desa
dan masyarakat desa dapat membentuk lembaga adat desa. Lembaga adat
desa merupakan suatu lembaga yang tetap melestarikan adat istiadat dan
hukum adat yang berlaku dan menyelenggarakan fungsi adat istiadat yang
menjadi tatanan asli desa.22
Lembaga Adat Desa dalam ketentuan umum Permendagri 18 tahun
2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa
adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi
bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa
masyarakat Desa. Fungsi lembaga adat desa dalam pemerintahan desa
adalah menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada
pemerintah serta menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum
adat dan kebiasaan masyarakat setempat dan menciptakan hubungan yang
demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala adat dengan aparat
pemerintah.23
Dalam Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa dijelaskan bahwa
lembaga adat desa berfungsi membantu Pemerintah Desa dan
sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan
22
Undang Undang Nomor. 6 Tahun 2014 tentang Desa Bab I 23
Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, Bab III pasal 10
15
mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan
terhadap adat istiadat masyarakat Desa. Fungsi Lembaga adat
desa yang lain adalah:
1) Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat
hukum adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan
unsur kekerabatan lainnya
2) Melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta
dan/atau kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan
warga, kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan
di Desa
3) Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan
keputusan dalam musyawarah Desa
4) Mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa
pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia
5) Pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian,
ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa
6) Mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan,
pendidikan masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan
lainnya
7) Mengembangkan kerja sama dengan LAD lainnya.24
Untuk menjalankan fungsi di atas, maka lembaga adat desa
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendataan dalam rangka
menyusun kebijakan untuk mendukung kelancaran penyelenggaraan
pemerintah, kelangsungan pembangunan dan pembinaan masyarakat.
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik juga
sebagai berikut:
1. Menampung dan menyalurkan aspirasi/pendapat masyarakat
kepada pemerintah.
2. Menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam
masyarakat yang berkenaan dengan hokum adat istiadat.
3. Melestarikan, mengembangkan dan memberdayakan
kebudayaan pada umumnya dan khususnya hal-hal yang
berkenaan dengan adat istiadat
24
Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, Bab III pasal 10
16
4. Memberdayakan masyarakat dalam rangka menunjang
peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat di daerah.
5. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta
objektif antara kepala adat, pemangku adat, petua-petua adat,
pemuka adat lainnya dengan aparatur pemerintahan.25
Fungsi lain lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik dalam keluarga yaitu:
1. Membantu pemerintah desa dan sebagai mitra dalam
memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat
istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat
masyarakat desa
2. Melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat
hukum adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan
unsur kekerabatan lainnya
3. Melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta
dan/atau kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan
warga, kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan
di desa
4. Mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan
keputusan dalam musyawarah desa
5. Mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa
pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia
6. Pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian,
ketentraman dan ketertiban masyarakat desa
7. Mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan,
pendidikan masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan
mengembangkan
8. Kerja sama dengan lembaga adat desa lainnya.26
Dengan demikian, lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelsaian konflik keluarga memiliki banyak fungsi seperti menampung
dan menyalurkan pendapat masyarakat kepada pemerintah serta
menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum adat dan kebiasaan
25
Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, Bab 3 26
Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, Bab 3
17
masyarakat setempat. memberdayakan dan melestarikan adat istiadat atau
kebiasaan masyarakat yang positif.
5. Mediasi Dalam Konflik
Yang dimaksud dengan teori mediasi di sini adalah pemikiran atau
butir-butir pendapat mengenai suatu konsep (mediasi). Sejalan pula dengan
yang dikemukakan oleh M.Solly Lubis bahwa teori adalah suatu penjelasan
secara rasional yang sesuai dengan objekyang dijelaskannya27
. Mediasi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, mediareyang berarti berada di tengah28
.
Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai
mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan menyelesaikan sengketa
antara para pihak.
Kata mediasi berasal dari bahasa Inggris yaitu mediation yang memiliki
arti penyelesaian sengketa dengan menengahi. Namun Syahrizal Abbas dalam
bukunya menjelaskan pengertian mediasi dari segi etimologi berasal dari
bahasa Latin, mediare yang berarti beradadi tengah. Makna ini menunjukan
pada peranyang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan
tugasnya menengahidan menyelesaikan sengketa antara para pihak. Menurut
beliau “berada di tengah” juga bermakna mediator harus berada pada
posisinetral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Mediator harus
mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan
27 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide. (London: Routledge Cavendish, 2004), h. 2 28 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide …., h.2
18
sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang
bersengketa.29
Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak
atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral
yang tidak memiliki kewenangan memutus. Pendekatan konsensus atau
mufakat dalam proses mediasi mengandung pengertian, bahwa segala sesuatu
yang dihasilkan dalam proses mediasi harus merupakan hasil kesepakatan atau
perstujuan para pihak.30
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata mediasi memiliki arti
sebagai pengikutsertaan pihak ketiga, dalam penyelesaian suatu perselisihan
sebagai nasihat. Secara bahasa mediasi adalah menghentikan permusuhan atau
perselisihan. Sedang menurut istilah syara‟, mediasi adalah proses perjanjian
untuk menghentikan permusuhan kedua belah pihak.16 Berbeda dengan
definisi mediasi yang lain, dimana peranan mediator dalam menyelesaikan
sengketa selalu terlihat.
Menurut Wahbah Az-Zuahili lebih memandang secara luas makna dari
mediasi, dimana penekanannya lebih kepada tujuan dari pada diadakannya
mediasi yaitu kesepakatan perdamaian bagi pihak-pihak yang bersangkutan.31
Di Indonesia pengertian mediasi secara langsung disebutkan dalam Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1Tahun 2008, mediasi yaitu
29 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah Tangga (Studi di PA
Kota Tasikmalaya) (Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan
Kalijaga, 2014), h. 145 30 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah Tangga (Studi di PA
Kota Tasikmalaya) (Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan
Kalijaga, 2014), h. 145 31 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 146
19
cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dibantuoleh mediator.
Penjelasan mediasi dari segi kebahasaan ini belum lengkap, oleh karena
itu perlu ditambah dengan penjelasan lain secara terminologi yang
dikemukakan oleh para ahli resolusi konflik, diantaranya:
a. Menurut Laurence Boulle, mediation is a decision making process in
wich the parties are assisted by a mediator, themediator attempt to
improve the process of decision making andto assist the parties the
reach an out come to wich of them canassent
b. Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasidi
Pengadilan dinyatakan bahwa Mediasi adalah carapenyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untukmemperoleh kesepakatan
para pihak dengan dibantu olehmediator32
Adapun tujuan dan manfaat mediasi adalah mempercepat proses
penyelesaian sengketa dan menekan biaya, Keputusan pengadilan tidak
menyelesaikan perkara, Untuk mengurangi kemacetan dan penumpukan
perkara (courtcongestion) di pengadilan, Untuk meningkatkan keterlibatan
masyarakat (desentralisasihukum) atau memberdayakan pihak-pihak yang
bersengketa dalam proses penyelesaian sengketa dan Untuk memperlancar
jalur keadilan (acces to justice) dimasyarakat serta Untuk memberi kesempatan
bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang
dapat diterimaoleh semua pihak sehingga para pihak tidak menempuh upaya
banding dan kasasi33
32 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide…., h.2 33 Allan J. Stitt, Mediation: A Practical Guide…., h.2
20
Sedangkan proses mediasi dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu tahap
pramediasi, tahap pelaksaaan mediasi dan tahap akhir mediasi34
.Pada tahap pra
mediasi mediator melakukan beberapa langkahantara lain, membangun
kepercayaan diri, menghubungi para pihak, menggali dan memberikan
informasi awal mediasi, fokus pada masa depan, mengoordinasikan pihak
bertikai, mewaspadai perbedaanbudaya, menentukan siapa yang hadir,
menentukan tujuanpertemuan, kesepakatan waktu dan tempat dan menciptakan
rasaaman bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan
membicarakanperselisihan mereka35
Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap di mana pihak-pihakyang
bertikai sudah berhadapan satu sama lain dan memulai prosesmediasi. Dalam
tahap ini, terdapat beberapa langkah penting antaralain, sambutan pendahuluan
mediator, presentasi dan pemaparan kisah para pihak, mengurutkan dan
menjernihkan permasalahan,berdiskusi dan negosiasi masalah yang disepakati,
menciptakan opsi-opsi, menemukan butir kesepakatan dan merumuskan
keputusan, mencatat dan menuturkan kembali keputusan dan penutupmediasi36
.
Tahap akhir hasil mediasi yaitu merupakan tahap di manapara pihak hanyalah
menjalankan hasil-hasil kesepakatan, yang telah mereka tuangkan bersama
dalam suatu perjanjian tertulis.
Adapun fungsi mediasi di pengadilan, jika berpacu pada PERMA No. 1
Tahun 2008 ada beberapa pertimbangan mengenai dipergunakannya mediasi di
34 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative
Approach to Conflict. (USA: Willey, 2004), h.41 35 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative
Approach to Conflict…, h.41 36 Robert A. Baruch Bush dan Josep P. Folger, The Promise of Mediation: Transformative
Approach to Conflict…., h.41
21
Pengadilan. Pertimbangan pertama bahwa fungsi dari padamediasi diharapkan
dapat mengatasi masalah penumpukan perkara. Kedua proses mediasi
dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah
dibandingkan dengan proses memutus oleh hakim. Ketiga pemberlakuan
mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para pihak untuk
memperoleh rasa keadilan. Keempat, institusionalisasi proses mediasi ke dalam
system peradilan dapat memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga
pengadilan dalam penyelesaian sengketa.37
Adapun sasaran mediasi dalam perkara konflik keluarga adalah sebagai
berikut: pertama, Suami isteri mau hidup rukun kembali dalam rumah tangga
dan tidak melanjutkan perceraian; kedua, Dengan suka rela kedua belah pihak
mau melanjutkan rumah tangga dan memenuhi kewajiban dalam rumah tangga;
dan ketiga, Jika terjadi perdamaian, maka perkara perceraian dicabut.38
Sasaran
mediasi perkara perceraian yang diakumulasi dengan akibat perceraian adalah
jika suami isteri tidak dapat dirukunkan kembali, maka dapat diteruskan
mediasi mengenai akibat perceraian yang meliputi: pertama, Mediasi mengenai
hak-hak isteri pasca perceraian; kedua, Mediasi mengenai hadlanah dan biaya
hdlanah; dan ketiga, Mediasi mengenai harta bersama. Hasil-hasil mediasi ini
berlaku jika perceraian dikabulkan pengadilan.
Secara global tahapan mediasi bisa dibagi ke dalam tiga tahap
yaitusebagai berikut:
a. Tahap Persiapan. Sebuah proses mediasi dibutuhkan bagi seorang
mediator untuk terlebih dahulu mendalami terhadap apa yang
37 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 147 38 Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan …, h. 148
22
menjadi pokok sengketa para pihak yang akan dibicarakan dalam
mediasi tersebut. Dan pada tahap ini juga mediator biasanya
mengkonsultasikan dengan para pihak tentang tempat dan waktu
mediasi, identisas pihak yang akan hadir, durasi waktu dan
sebagainya.
b. Tahap Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan yang pertama dilakukan
adalah pembentukan forum yatu dimana sebelum dimulai antara
mediator dan para pihak menciptakan atau membentuk forum.
Setelah forum terbentuk diadakan rapat bersama dan mediator
mengeluarkan pernyataan pendahuluan.
c. Tahap kedua dilanjutkan dengan pengumpulan dan pembagian
informasi, dimana mediator memberikan kesempatan kepada para
pihak untuk berbicara tentang fakta dan posisi menurut versinya
masing-masing. Mediator bertindak sebagai pendengar yang aktif
dan dapat mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan harus juga
menerapkan aturan keputusan dan sebaliknya mengontrol interaksi
para pihak.
d. Tahap Pengambilan Keputusan. Pada tahap ini para pihak saling
bekerja sama dengan bantuan mediator untuk mengevaluasi pilihan,
mendapatkan trade off dan menawarkan paket, memperkecil
perdebatan-perdebatan dan mencari basis yang adil bagi alokasi
bersama. Dan akhirnya para pihak yang sepakat berhasil membuat
keputusan bersama. Dalam tahap penentuan keputusan mediator
dapat juga menekan para pihak, mencarikan rumusan-rumusan untuk
menghindari rasa malu, membantu para pihak dalam menghadapi
para pemberi kuasa (kalau dikuasakan).39
Dengan demikian, memiliki tahapan-tahpan mulai dari persiapan,
pelaksanaan sampai pada pengambilan keputusan. Mediasi ini meupakan
proses negosisasi dalam pemecahan suatu masalah, dimana pihak tertentu atau
pihak ketiga tidak melakukan pemihakan, dan bekerjasama dengan pihak yang
bersengketa untuk mencari kesepakatan untuk mengakhiri masalah. Dan
mediator tidak mempunyai kewenangan dalam memutuskan sengketa akan
tetapi semata-mata membantu para pihak untuk menyelesaikan masalah yang
telah diamanahkan kepadanya. Mediasi dalam pandangan hukum progresif
adalah sebagai salah satu strategi dalam menyelesaikan segala kerumitan
39 Kamaruddin, Mediasi Dalam Pandangan Hukum Progresif-Suatu Alternatif Penyelesaian Konflik
Keluarga (Jurnal Al-'Adl, Vol. 11 No. 2: IAIN Kendari, 2018), h. 5
23
masalah yang dihadapi untuk menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan
manusia yang sarat dengan keinginan dan harapan dalam penyelesaian konflik
untuk manusia dan kemanusiaan.
6. Konflik Keluarga
a. Pengertian Konflik Keluarga
Konflik merupakan suatu fenomena biasa dan merupakan kenyataan
bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya.40
Secara bahasa konflik identik
dengan percocokan, perselisihan dan pertengkaran. Dengan pengelolahan
yang baik, konflik justru dapat semakin memperkukuh hubungan dan
meningkatkan kepaduan dan rasa solidaritas. Konflik seepenuhnya
merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat yang harus dianggap
penting yaitu untuk merangsang pemikiran-pemikiran yang baru,
mempromosikan perubahan sosial, menegaskan hubungan dalam kelompok,
membantu kita membentuk persaan tentang identitas pribadi, dan
memahami berbagai hal yang kita hadap dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat dua pandangan mengenai konflik yang berkembang yaitu.41
:
Tabel 1. Pandangan Lama dan Pandangan Baru Tentang Konflik
No. Pandangan lama (Tradisional) Pandangan Baru (Modern)
1 Konflik dapat dihindarkan Konflik tidak dapat dihindarkan
2 Konflik disebabkan oleh
kesalahan manajemen dalam
perancangan dan pengelolaan
organisasi/oleh pengacau
Konflik timbul karena banyak
sebab, termasuk struktur
organisasi, perbedaan tujuan,
perbedaan dalam persepsi dan
40
Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga (Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013), h. 11 41
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), h. 53
24
nilai-nilai pribadi dan sebagainya
3 Konflik mengganggu organisasi
dan menghalangi pelaksanaan
optimal
Konflik dapat membantu atau
menghambat pelaksanaan
kegiatan organisasi dalam
berbagai derajat
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewasa ini konflik dianggap sebagai
suatu hal yang tidak hanya bersifat negatif, tetapi mengandung sumbangan
positif terhadap suatu organisasi. Terdapat empat hal utama yang menjadi
sumber terjadinya konflik, baik dalam suatu organisasi maupun secara luas
dalam masyarakat seperti yang dijelaskan oleh Sedarmayanti yaitu:
a. Masalah Komunikasi seringkali menjadi faktor yang paling utama
terjadinya sebuah konflik akibat terjadi kesalahan dalam
menanggapi sebuah informasi yang diterima.
b. Masalah Struktur. Dengan adanya pertarungan kekuasaan atau
perbedaan penilaian mengenai sistem yang ada dapat
menimbulkan konflik dalam hal tatanan kehidupan masyarakat.
c. Masalah Pribadi. manusia memiliki sifatdasar yang cenderung
mementingkan diri sendiri daripada kelompok.
d. Perbedaan nilai, norma, ideologi maupun tujuan yang dimiliki
oleh seorang individu dapat menimbulkan konflik ketika
perbedaan tersebut mengalami pergesekan.42
Klein & White berpendapat bahwa terdapat beberapa asumsi dari
teori konflik yaitu:
a. Manusiatidak mautunduk padakonsensus
b. Manusia merupakan individu otonom yang mempunyai kemauan
sendiri tanpa harus mereka tunduk kepada norma dan nilai,
sehingga termotivasi terutama oleh keinginannya mereka sendiri
c. Konflik yaitudemik di kelompok sosial
d. Tingkatan masyarakatyangnormal cenderung akan memiliki
konflikdaripada keselarasan
e. Konflik yaitu suatu konfrontasi antar idividu, grup atas sumber
daya tertentu.43
42
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi..h. 64 43
Klein, D. M., & James M. White. Family Theories- an Introduction. London: Sage
Publication International Educational and Professional Publisher, 1996)
25
Dalam hal kontek sosial yang lebih besar lagi, keluarga bisa
dianggap sebagai lembaga yang suci. Akibatnya, kurang adanya dukungan
yang bisa meyakinkan dalam hal penelitian mengenai masalah konflik di
dalam keluarga, maka terdapat kajian konflik dalam keluarga diantaranya:
a. Konflik suami istri
b. Pola komunikasi dalam keluarga
c. Konflik antara orang tua dan anak-anak
d. Hubungan antara saudara kandung
e. Perselisihan keluarga atas warisan
f. Manajemen konflik intra famili
g. Terapi perkawinan dan konseling
h. Kekuatan,termasuk ancaman dalam keluarga
i. Hambatan struktural yang tinggi.44
Konflik merupakan unsur dasar manusia, oleh karena itu
pertentangan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Konflik
merupakan perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang
berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber-sumber kekayaan yang
persdiaanya terbatas.
b. Faktor Penyebab Konflik dalam Keluarga
Adapun faktor penyebab konflik dalam keluarga adalah sebagai berikut:
1. Perasaan kurang dihargai
Perasaan kurang dihargai merupakan salah satu persoalan yang
memicu timbulnya konflik dalam keluarga khususnya pasangan suami
istri seperti suami atau istri tidak diindahkan perkataannya, keinginannya
atau masalah hasil pekerjaannya oleh pasangan.45
2. Cemburu berlebihan
44
Sri Lestari, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012), h. 99 45
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 72
26
Cemburu dalam masalah hubungan adalah hal yang wajar46. Namun
akan menjadi mala petaka ketika seseorang tidak bisa mengontrol
perasaan cemburunya.
3. Kurangnya keterbukaan dalam masalah keuangan
Bagaimanapun masalah keuanan merupakan suatu yang
sangat penting dalam keluarga, suami seharusnya terbuka tentang pengha
silanyang diperoleh, dan sebaliknya istri hendaknya memberikan
informasikemana uang itu dimanfaatkan sehingga tidak timbul rasa
curiga diantara keduanya.47
4. Masalah hubungan intim
Hubungan intim adalah pelekat perjalanan rumah tangga. Ketika
urasan ini terganggu maka bisa menimbulkan konflik. Masalah hubungan
intim bisa terjadi akibat ketidak pengertian satu belah pihak. Bisa istri
yang tidak peduli dengan keinginan suami, atau sebaliknya suami tidak
mampu memenuhi keinginan sang istri.48
5. Masalah privasi masing-masing
Setiap orang mempunyai privasi yang tidak ingin dingangu oleh
orang lain, sekalipun dengan pasangannya. Jadi ketika seseorang sedang
ingin menikmati privasi, maka hendaknya pasangannya dapat
memahami. Privasi bisa berupa hobi sejak kecil, atau kebiasaan bersifat
positif. Misalnya suami punya kebiasaan ngumpul sama teman-temannya
46
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 72 47
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73 48
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73
27
tentu akan merasa jengkel ketika kebiasaanya dipermasalahkan oleh sang
istri.49 Atau seorang istri ingin berkumpul dengan keluarganya dalam
waktu tertentu akan merasa kesal ketika keinginanya tidak dituruti oleh
suami.
6. Kurangnya toleransi dalam pembagian tugas di rumah
Dalam sebuah rumah tangga, terkadang kita tidak memiliki
oranglain yang mengerjakan tugas rumah. Maka ketika tidak ada
toleransi dalammelakukan pekerjaan di rumah bisa menimbulkan konflik.
Maka sebaiknya kedua belah pihak saling membantu untuk meringankan
tugasmasing-masing.50 Misalnya suami membantu istri memasak,
mengasuh anak,atau hanya sekedar menemani, tentu ada perasaan
berbeda ketika Pekerjaan Dilakukan bersama.
7. Perbedaan agama
Tak jarang di dalam sebuah keluarga terdiri dari anggota keluarga
yang memiliki keyakinan yang berbeda, perbedaan keyakinan tersebut
mampu menjadi pemicu terjadinya sebuah konflik jika masing-masing
orang tidak memiliki toleransi satu sama lain. Memeluk sebuah agama
yang diyakini adalah hak asasi tiap-tiap orang, kita tidak boleh
memaksakan kehendak kita terhadap orang lain, namun dalam
prakteknya memang tidaklah mudah. Bukanlah kita yang berhak
menghakimi seseorang akan apa yang dia percayai, toleransi adalah satu-
49
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73 50
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 73
28
satunya cara yang bisa kita andalkan agar dapat terciptanya kerukunan
dalam keluarga, meskipun terdiri dari agama-agama yang berbeda.51
Menurut Rubin dalam buku Lestari, (2012), pengelolaan konflik
sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penguasaan,
penyerahan, pengacuhan dan penarikan diri, tawar-menawar dan campur
tangan pihak ketiga.52
Konflik merupakan peristiwa sosial yang mencakup
pertentangan atau ketidak setujuan.53
Konflik dalam keluarga juga bisa
disebabkan karena adanya ketidaksetujuan atau perilaku oposisi antar
anggota keluarga. Selain itu, konflik juga merupakan sebuah keniscayaan
dalam kehidupan, adanya konflik membuktikan bahwa terdapat proses
interaksi yang kemudian memunculkan dinamika dalam kelompok sosial.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif karena penelitian ini berupaya untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan penomena yang terjadi sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Moleong
bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
51
Agung Candra Setiawan, Konflik dalam Keluarga, Penyebab dan Cara
Menyelesaikannya dikutip dari https:// keluarga. com/1146/ konflik dalam keluarga penyebab dan
cara-menyelesaikannya) diakses pada tanggal 20 September 2019 22.10 WIB 52
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik Dalam
Keluarga. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 72 53
Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik …, h. 74
29
prilaku yang dapat diamati.54
Dalam penelitian kualitatif data yang
diperoleh bersifat alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci
dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih
menguatkan makna (data yang sebenarnya dan pasti dari pada generalsasi.
Menurut Margono bahwa penelitian kualitatif memiliki beberapa
ciri-ciri yaitu lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, manusia
merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data, analisis data dilakukan
secara induktif, penelitian bersifat deskriptif analitik, tekanan penelitian
berada pada proses, pembatasan penelitian berdasarkan fokus, perencanaan
bersifat lentur dan terbuka, hasil penelitian merupakan kesepakatan
bersama, pembentukan teori berasal dari data, penelitian bersifat
menyeluruh (holistik) dan makna sebagai perhatian utama penelitian.55
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mendeskripsikan masalah apa
yang diselidiki dengan cara memaparkan atau melukiskan keadaan subyek
atau obyek penelitian berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya
secara ilmiah kaitannya dengan masalah yang diteliti yaitu fungsi lembaga
adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian berperan sebagai instrumen
kunci, artinya peneliti adalah segala-galanya dalam penelitian dan akan
menjadi penentu dari semua proses penelitian di lapangan. Dalam
54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya,
2011), h. 4. 55
Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 36.
30
penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama penelitian dan
mengikuti secara aktif penomena yang terjadi.
Kehadiran peneliti bukan untuk mempengaruhi subyek penelitian
tetapi untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat serta
meyakinkan kaitannya dengan masalah yang diteliti yaitu fungsi lembaga
adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Praya
Barat dan Kecamatan Praya Barat Daya yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini yaitu agar peneliti lebih
mudah dalam mengambil data penelitian karena Kabupaten Lombok
Tengah cukup luas sehingga peneliti mengambil dua Kecamatan sebagai
sampel. Selain itu Lombok Tengah juga merupakan salah satu Kabupaten
yang memeiliki beragam adat istiadat dan budaya lokal yang dari tahun ke
tahun terus dilestarikan dan dibudayakan oleh masyarakat yang ada
Kabupaten Lombok Tengah.
4. Sumber Data
Menurut sumbernya data dalam penelitian digolongkan atas data
primer dan data skunder. Adapun data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari informen dengan menggunakan alat pengambil data secara
langsung pada informen sebagai sumber informasi. Adapun informan
adalah kepala desa, kepala adat desa, staf desa, kadus, tokoh agama, tokoh
31
masyarakat dan para pihak yang yang berkonflik kaitannya dengan konflik
keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok Tengah.
Sedangkan data skunder adalah data yang tidak langsung diperoleh
peneliti dari subjek penelitiannya. Data ini berupa dokumen, laporan
penting yang telah tersedia kaitannya dengan masalah fungsi lembaga adat
desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah. Sumber data lainnya yaitu berupa dokumen
penting seperti data tentang konflik-konflik yang pernah terjadi, profil
lembaga adat, program/kegiatan lembaga adat desa dan dokumen penting
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa teknik yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penemuan-
penemuan mana yang di selidiki.56
Dalam aplikasinya metode observasi
ini digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan atau program lembaga adat, tugas
lembaga adat, gambaran umum lokasi penelitian, bentuk-bentuk adat
istiadat yang berlaku, kebiasaan masyarakat setempat, sarana yang
dimiliki dan pengurus/pengelola lembaga adat desa itu sendiri.
56
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002), h.123.
32
b. Wawancara
Wawancara juga merupakan salah satu cara dalam mengunpukan
data yang peneliti lakukan dengan cara melakukan wawancara baik
secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Wawancara bebas. Artinya pewawancara bebas menanyakan
apa saja kaitannya dengan apa yang diteliti.
2) Wawancara terpimpin. Artinya pewawancara membawa daftar
pertanyaan yang lengkap dan terperinci.
3) Wawancara bebas terpimpin. Artinya kombinasi antara
interview bebas dan interview terpimpin.57
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara bebas dan bebas terpimpin. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam mendapatkan data tentang
masalah yang diteliti. Data yang dikumpulkan dalam penelitian, melalui
wawancara ini seperti data tentang fungsi lembaga adat desa sebagai
mediator penyelesaian konflik keluarga Musim Sasak, konflik yang
terjadi dalam keluarga Muslim Sasak, kendala yang dihadapi dan solusi
yang diberikan dalam penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah. Adapun informen yang diwawancarai
yaitu:
1) Kepala desa
2) Kepala adat desa
3) Staf desa
4) Kadus
57
Nasution, S, Metode Research (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 23
33
5) Tokoh agama
6) Tokoh masyarakat
7) Tokoh pemuda, dan
8) Para pihak yang yang berkonflik
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah berasal dari kata dokumen yang berarti
barang-barang tertulis yang merupakan informasi yang diperoleh lewat
tulis-tulisan, dokumen-dokumen baik tulisan yang berbentuk foto-foto
maupun gambar kegiatan. Dokumentasi ini digunakan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang profil Lombok Tengah,
keadaan sarana dan prasarana, jumlah penduduk, kondisi sosial budaya
masyarakat setempat, struktur organisasi, sejarah berdirinya kabupaten
Lombok Tengah.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara logis dan sistematis. Menurut Datton
dalam Moleong mengatakan bahwa analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola dan memberikan arti
yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan antara dimensi-dimensi uraian.58
Dalam aplikasinya, analisis
data ini peneliti lakukan dengan menggunakan analisis data induktif yaitu
suatu cara berfikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus
kemudian kepada hal-hal yang bersifat umum atau mengambil kesimpulan
58
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180.
34
secara umum. Adapun langkah-langkah analisis data dilakukan dengan
cara sebagai berikut59
:
a) Reduksi Data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.
Mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencarinya bila diperlukan.
b) Display Data. Mendisplay data adalah menyajikan dalam bentuk uraian
singkat, dengan hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dengan
demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan
setumpuk data.
c) Conclusion drawing. Dalam hal ini peneliti mengambil kesimpulan dan
verifikasi60
. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mangumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupkan kesimpulan yang kredibel
dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
7. Keabsahan Data
59
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180. 60
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h.180.
35
Keabsahan data merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
mendapatkan data yang absah, valid dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara ilmiah. Kaitannya dengan keabsahan data ini
dijelaskan bahwa untuk memperoleh keabsahan data dan informasi atau
temuan, dapat dilakukan dengan jalan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan
refrensi, studi kasus negatif dan pengecekan anggota.61
Dalam aplikasinya,
keabsahan data tersebut peneliti lakukan dengan menggunakan 4 cara
tersebut yaitu ketekunan pengamatan, perpanjangan keikutsertaan,
kecukupan referensi dan tringulasi.
8. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri 6 Bab sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian,
penelitian yang relevan, kajian teori dan meotde penelitian
Bab II Hasil penelitian. Pada bab ini membahas tentang gambaran
umum lokasi penelitian, menguraiakan tentang fungsi lembaga adat desa
sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di
Kabupaten Lombok Tengah
Bab III Pembahasan. Pada bab ini membahas tentang fungsi
lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim
61
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., h. 327.
36
sasak di Kabupaten Lombok Tengah secara lebih mendalam yang
dilandasi oleh teori-teori yang relevan sesuai dengan masalah yang diteliti.
Bab IV Penutup. Dalam bab ini memuat kesimpulan dari semua
pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang
berkaitan dengan hasil penelitian yang akan menjadi pertimbangan lebih
lanjut.
37
BAB II
LEMBAGA ADAT DESA LOMBOK TENGAH
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lombok merupakan salah satu pulau yang berada di wialayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat dengan luas pulau ini mencapai 5.435 km² yang menempatkannya
pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Beberapa
Kabupaten/Kota yang ada di pulau Lombok memiliki sektor pariwisata dan
perikanan sebagai sektor penunjang dalam pengembangan dan pembangunan
daerahnya, salah satunya ialah Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten Lombok
Tengah merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan pusat pemerintahannya berada di Kota
Praya. Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada
116°05′−116°24′ bujur timur dan 8°24′−8°57′ lintang selatan dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut62.
Adapun visi Kabupaten Lombok Tengah yaitu: Terwujudnya masyarakat
lombok tengah yang beriman, sejahtera dan bermutu. Makna BERIMAN dalam
visi diatas adalah dimana masyarakat Kabupaten Lombok Tengah dituntut untuk
melaksanakan ajaran agamanya dengan baik dan saling menghargai satu sama lain
tanpa memandang sara, sedangkan makna SEJAHTERA adalah masyarakat yang
mampu memenuhi semua kebutuhan dasarnya, dan yang terakhir makna dari
BERMUTU sendiri adalah masyarakat yang mampu berprestasi dalam bidang
masing-masing sehingga mampu bersaing dengan daerah lain. Sedangkan misi
Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut:
62
Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020
38
a. Meningkatkan kesadaran hidup beragama dan kerukunan hidup bermasyarakat
dengan menghormati keberagaman dan HAM
b. Meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat serta gender
c. Mendorong kemajuan ekonomi daerah dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya local secara adil dan transparan
d. Meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif dan menumbuh-kembangkan
wirausaha dengan tetap mempertahankan kelestarian dan lingkungan hidup
e. Meningkatkan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (good governance)
berbasis keterbukaan dan keadilan
f. Meningkatkan pelaksanaan otonomi desa berbasis kegotongroyongan dan
kesetiakawanan sosial63.
Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada 116°05′−116°24′
bujur timur dan 8°24′−8°57′ lintang selatan dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara : Kab. Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur
b. Sebelah selatan : Samudera Indonesia
c. Sebelah barat : Kabupaten Lombok Barat
d. Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Timur64.
Adapun kondisi geografis Kabupaten Lombok Tengah cukup bervariasi
yang terdiri atas perbukitan yang daerahnya termasuk dalam kawasan Gunung
Rinjaniyang terletak di tengah-tengah Pulau Lombok. Kemudian daratan rendah
yang merupakan pusat kegiatan pertanian yang tehampar di bagian tengah,
membujur mulai dari utara ke selatan. Sedangkan garis pantai membentang mulai
63
Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020 64
Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020
39
dari pantai Torok Aiq Beleq Kecamatan Praya Barat Daya, pantai Selong Belanak,
Kecamatan Praya Barat, sampai dengan Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur.
Adapun luas wilayah Lombok Tengah secara keseluruhan adalah 1.208,39
Km² (Statistik Kabupaten Lombok Tengah, 2013 dan Perda No. 7 tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Lombok Tengah tahun 2011-2031). Jumlah kecamatan
di Kabupaten Lombok Tengah adalah 12 kecamatan dimana 4 kecamatan
merupakan kecamatan pesisir (33,3%) dengan 11 desa pesisir (7,9%) dari
keseluruhan 139 desa/kelurahan di kabupaten Lombok Tengah yang kebanyakan
wilayah pesisirnya di peruntukkan sebagai kawasan pariwisata dan perikanan65.
Selanjutnya, terkait dengan kabupaten Lombok tengah yang dimana salah
sektor dalam mendukung pembangunan daerahnya yang melalui sektor perikanan,
luas perairan laut yang menjadi kewenangan kabupaten untuk dikelola adalah 975
Km², panjang garis pantai sekitar ± 99,69 km dan luas perairan laut termasuk Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) 11.937 Km². Perairan pesisir dan lautan Kabupaten
Lombok Tengah seperti yang diketahui memiliki peluang yang besar dalam
mengembangkan potensi pesisir dan lautan untuk berbagai kegiatan perikanan baik
penangkapan ikan maupun kegiatan budidaya. Daaerah gerupuk kecamatan pujut
merupakan wilayah dalam pengembangan potensi unggulan di wilayah terkait
yang dimana wilayah gerupuk diperuntukkan untuk sektor perikanan yang masuk
dalam zona pengembangan minapolitan di Lombok Tengah, yang tentu saja
diharapkan akan mempengaruhi ekonomi masyarakat dan juga dapat memberikan
kontribusi besar dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakatnya.
65
Dokumentasi, dikutip tanggal 3 Feberuari 2020
40
1. Kondisi Ekonomi Kabupaten Lombok Tengah
Perekonomian masyarakat Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat dari
besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku (adh). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai
tambah (value added) yang tercipta dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu
wilayah/region dalam satu kurun waktu tertentu. Nilai dari PDRB tersebut
dapat digunakan dalam mengukur kemampuan daerah dalam mengelola sumber
daya alam yang dan faktor faktor produksi lainnya yang digunakan untuk
menciptakan nilai tambah bagi masing-masing sektor perekonomian yang
berada dalam daerah tersebut66.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah
sendiri dalam hal ini dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal tersebut
mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas kegiatan ekonomi di
Kabupaten Lombok Tengah yang cukup berarti. Nilai tambah yang tercipta
(PDRB atas dasar harga berlaku) pada tahun 2013 sebesar Rp. 7,18 triliun,
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp. 6,33 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 13,49 persen. NIlai dan laju PDRB setiap tahunnya
terbentuk dari kontribusi berbagai sektor.
Setiap sektor yang memberikan kontribusi terhadap PDRB selalu berubah
dalam tahun ke tahun, namun masing-masng sektor dalam hal ini tidak berubah
terlalu signifikan. Sektor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap
pembentukan PDRB tahun 2013 dari 9 sektor yang ada adalah pada sektor
pertanian yakni sebesar 27,54 %. Sektor lainnya yang mendukung
66
Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020
41
perekonomian kabupaten Lombok tengah antara lain Pertambangan dan
Penggalian (3,44 %), Industri pengolahan (6,07%), listrik gas dan air bersih
(0,30%), bangunan (10,56%), Perdagangan, hotel dan restaurant (18,88%),
Pengangkutan dan komunikasi (9,62%), Keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan (6,19%), dan yang terakhir ialah jasa-jasa (6,07%)67.
2. Iklim dan Topografi Kabupaten Lombok Tengah
Bila di tinjau dari kondisi iklimnya, sama seperti daerah lain di Indonesia
yang berada di bagian selatan khatulistiwa, Kabupaten Lombok Tengah
memiliki iklim tropis dengan musim kemarau yang kering. Pada tahun 2012
musim hujan jatuh pada bulan November sampai bulan mei. Sedangkan pada
musim kemarau antara bulan juni hingga bulan oktober68.
Selanjutnya, Kabupaten Lombok Tengah seperti yang diketahui memiliki
musim hujan yang cukup tinggi di sepanjang tahunnya. Musim hujan yang
cukup tinggi dan cuaca yang kadang tidak menentu berdampak pada kegiatan-
kegiatan masyarakat Lombok Tengah yang memiliki profesi sebagai nelayan
ataupun petani. Jumlah hari hujan per bulan di Kabupaten Lombok Tengah
berkisar antara 9 hingga 15 hari dengan curah hujan berkisar antara 124 mm
hingga 219 mm69. Dilihat menurut kecamatan (tidak termasuk Kecamatan
Praya Barat Daya) wilayah yang memilki hari hujan terbanyak yakni kecamatan
Praya dan sebaliknya kecamatan Kopang, Janapria merupakan kecamatan
dengan jumlah hari hujan paling sedikit.59
Dari kondisi topografinya sendiri Kabupaten Lombok Tengah pada
bagian utara merupakan daerah pegunungan, yang termasuk didalamnya
67
Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020 68
Dokumentasi, dikutip tanggal 6 Feberuari 2020 69
Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020
42
kawasan Gunung Rinjani dengan ketinggian sekitar 1000 mdpl. Kawasan
tersebut sangat cocok untuk areal perkebunan seperti kopi, kayu, cengkih, dan
lain sebagainya yang berpotensi untuk pengembangan kepariwisataan berbasis
alam meliputi beberapa kecamatan yakni Kecamatan Batukliang, Batukliang
Utara, Kopang dan Pringgarata.
Pada bagian tengah dari Kabupaten Lombok Tengah terdapat beberapa
kecamatan yakni meliputi kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, Praya
Barat Daya, Praya Timur, Janapria dan Kecamatan Jonggat. Bagian tengah ini
merupakan daerah daratan rendah yang diperuntukkan sebagai daerah pertanian
dengan hasil utama padi, palawija, dan tembakau yang didukung oleh hamparan
lahan sawah yang cukup luas di area sekitarnya. Selain sebagai pusat
pemerintahan kabupaten, bagian tengah Kabupaten Lombok Tengah juga
memiliki potensi menjadi pusat wisata kuliner tradisional dan souvenir khas
Lombok Tengah dan Pulau Lombok secara umum70.
Selanjutnya, pada daerah bagian selatan Kabupaten Lombok Tengah,
daerah ini merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 sampai
355 mdpl serta kawasan pantai yang diperuntukkan sebagai kawasan pariwisata
dan perikanan sekaligus berbatasan dengan Samudra Indonesia. Bagian selatan
ini meliputi wilayah Kecamatan Pujut, sebagian Kecamatan Praya Barat, Praya
Barat Daya dan Praya Timur. Berbatasannya dengan Samudra Indonesia,
wilayah bagian selatan ini memendam potensi wisata pantai yang cukup
mumpuni dan sumberdaya perikanan yang cukup luas.60
70
Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020
43
Bagian Selatan Lombok tengah seperti yang diketahui memiliki
sumberdaya perikanan yang cukup luas dan dalam hal ini bagian pesisir
selatannya diperuntukkan sebagai zona pengembangan kawasan minapolitan
merujuk pada Keputusan Bupati No.1 tentang penetapan kawasan minapolitan
dengan sektor unggulan pada bidang pengembangan budidaya rumput laut.
3. Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Tengah
Dari segi demografinya, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah tahun 2013, Jumlah penduduk yang mendiami
Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 881.686 jiwa yang terdiri dari 416.774
jiwa penduduk laki-laki dan 464.912 jiwa penduduk perempuan. Bila
dibandingkan dengan luas wilayah seluas 1.208,39 km2, maka tercatat
kepadatan penduduk sebesar 730 jiwa/km2. Berikut tabel jumlah penduduk
Kabupaten Lombok Tengah dilihat dari setiap Kecamatan sebagai barikut:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Tengah Dalam Setiap
Kecamatan71.
No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Praya Barat 33.967 37.092 71.059
2 Praya Barat Daya 24.820 27.656 52.476
3 Pujut 47.566 51.692 99.258
4 Praya Timur 30.479 33.503 63.982
5 Janapria 33.196 38.872 72.068
6 Kopang 35.356 41.651 77.007
7 Praya 51.074 55.404 106.478
8 Praya Tengah 29.388 32.072 61.460
9 Jonggat 43.728 47.215 90.943
10 Pringgarata 30.941 34.301 65.242
11 Batukliang 33.496 39.401 72.897
12 Batukliang Utara 22.793 26.053 48.816
Total Keseluruhan 881.686
71
Dokumentasi, dikutip tanggal 11 Feberuari 2020
44
Dilihat dari Tabel diatas, kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan
Praya dengan jumlah penduduk sebanyak 106.478 jiwa dan kecamatan yang
paling rendah tingkat kepadatannya adalah kecamatan Batukliang Utara dengan
jumlah penduduk sebesar 48.816 jiwa. Merujuk pada data dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lombok Tengah pada tabel yang ada di atas perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan akan
menghasilkan indikator angka sex ratio. Tahun 2013 angka sex ratio Kabupaten
Lombok Tengah terhitung sebesar 90. Angka ini menunjukkan bahwa setiap
100 orang penduduk perempuan terdapat 90 orang penduduk laki-laki dengan
kata lain penduduk perempuan masih mendominasi. Jika dilihat menurut
kecamatan, angka sex ratio tertinggi terdapat di Kecamatan Jonggat yakni
sebesar 93 dan yang terendah di Kecamatan Kopang dan Batukliang sebesar
8572.
Penduduk Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari penduduk asli yakni
suku Sasak dan penduduk yang merupakan pendatang seperti daerah Jawa,
Bali, dan Sumbawa. Agama yang dianut oleh masyarakat yang ada di Lombok
Tengah kebanyakan adalah agama Islam, dan beberapa diantaranya menganut
agama Hindu dan Kristen. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Lombok Tengah pertahun periode 2000-2010 sebesar 1,45 persen, dimana
angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk pertahun periode 1990-2000 yaitu sebesar 0,98%.
72
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
45
4. Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Lombok Tengah
Meningkatnya jumlah penduduk memang tidak otomatis diikuti oleh
peningkatan jumlah pencari kerja yang tercatat, karena kebanyakan jumlah
pencari kerja yang tercatat lebih dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lapangan
kerja. Pada era seperti sekarang ini banyak penduduk yang membutuhkan
pekerjaan tapi tidak melakukan aktivitas mencari kerja. Kebanyakan dari
mereka cenderung pasif, Kenyataan ini menjelaskan bahwa banyaknya pencari
kerja yang tercatat tidak bisa dijadikan satu-satunya indikator jumlah
pengangguran yang terjadi disuatu daerah. Tercatat jumlah pencari kerja di
Kabupaten Lombok tengah yang terdaftar di Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan
sebanyak 8.488 jiwa73.
Pekerjaan masyarakat di Kabupaten Lombok tengah tersebar dalam
beberapa sektor lapanagan pekerjaan seperti Pertanian, kehutanan, perkebunan,
dan perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas
dan air minum, bangunan, perdagangan, rumah makan dan hotel, angkutan
pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa perusahaan dan jasa kemasyarakatan.
Dari total jumlah pencari kerja sebesar 8.488 jiwa tersebut, yang
ditempatkan menurut tabel diatas hanya 6.501, yang masih belum ditempatkan
sebesar 1.536 dan yang ditolak atau dihapuskan sebesar 451 jiwa. Terlihat
kebanyakan penduduk yang mencari kerja memang ditempatkan pada sektor
pertanian, kehutanan, perikanan, perkebunan dan jasa kemasyarakatan.
Masyarakat Lombok Tengah dalam kaitannya dengan penelitian ini secara total
73
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
46
keseluruhan jumlah penduduk yang menekuni bidang perikanan yakni nelayan
berkisar 9.957 jiwa baik perikanan tangkap maupun budidaya.
B. Sejarah dan Struktur Organisasi Lembaga Adat Desa Kabupaten Lombok
Tengah
Dalam sejarahnya, Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak
Krame telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan Kabupaten Lombok Tengah
sejak tahun 2014. Landasan pembentukan Lembaga Adat Desa tersebut
tertuang dalam Peraturan Bupati (Perbup) Lombok Tengah Nomor 23 Tahun
2014 tentang Lembaga Adat Desa / Kelurahan yang merupakan penjabaran dari
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Desa. Pengukuhan pengurus
Lembaga Adat Desa atau Lembaga Sasak Krame ini pertama kali dilaksanakan
bersamaan dengan Hari Pahlawan, yakni pada hari Kamis, 10 Nopember 2015
di Bencingah Adiguna Alun-alun Tastura Kabupaten Lombok Tengah74.
Jumlah pengurus Lembaga Adat Desa atau Lembaga Sasak Krame
yang dikukuhkan sebanyak 139 pengurus Lembaga Adat Desa atau atau
Lembaga Sasak Krame yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan oleh
Bupati Loteng HM. Suhaili FT, SH yang dirangkaikan dengan peringatan Hari
Pahlawan Tahun 201575. Acara pengukuhan pengurus lembaga Sasak Krame
adat desa/kelurahan itu akan dihadiri oleh seluruh Kadus, Kaling, Tokoh
Agama, Tokoh Budaya, Pengurus Badan Keamanan Desa (BKD), Anggota
Babinsa/Bhabinkamtibmas, Pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD) se-
Kabupaten Lombok Tengah.
74
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020 75
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
47
Pengukuhan itu dihadiri lima ribu masyarakat dari unsur Kadus,
Kaling, Tokoh Agama, Tokoh Budaya, Pengurus Badan Keamanan Desa
(BKD), Anggota Babinsa atau Bhabinkamtibmas, Pengurus Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), termasuk seluruh Kepala SKPD Lingkup
pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.
Tujuan di bentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak
Krame telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan adalah untuk menciptakan
dan menjaga situasi Kemanan dan Kertiban Masyarakat (Kamtibmas), untuk
memperkuat program pemberdayaan masyarakat, dalam rangka mengentaskan
kemiskinan, serta untuk mendukung program pembangunan di sektor
Pariwisata, mengingat Lombok Tengah telah ditetapkan menjadi Kabupaten
Destinasi Pariwisata.” Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame
yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan, juga mencerminkan fokus
arah kebijakan Pemkab. Loteng dalam menciptakan Kamtibmas, terlebih lagi
Loteng telah mencanangkan diri sebagai Kabupaten Pariwisata76.
Di samping program-program penguatan pemberdayaan masrakat
lainnya juga dalam rangka pengentasan kemiskinan. Dua penguatan peran
pungsi lembaga desa yaitu melalui BKD dan krame sasak adat desa di
harapkan akan memberikan kontribusi yang positip terhadap Kamtibmas
untuk mendukung Pariwisata Loteng. Selain itu, dibentuk dan dikukuhkannya
pengurus lembaga sasak krame adat desa itu dalam rangka melestarikan nilai –
76
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
48
nilai budaya luhur dan sebagai penangkal pengaruh budaya luar yang dapat
merusak moral, ahlak dan peradaban, adat istiadat masyarakat sasak.
Tujuan dibentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak
Krame yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan juga adalah untuk
melestarikan nilai budaya luhur dan menangkal pengaruh kuat budaya luar
yang dapat merusak moral,ahlak dan pradaban masyarakat sasak. Sehingga
budaya gotong royong, tata krama dan sopan santum yang merupakan nilai
dan kearipan lokal desa terjaga dengan baik dan dilestarikan
Untuk tahun anggaran 2018 dilakukan pelatihan tentang hukum atau
awiq awiq adat sasak, Sebab selama ini pelaksanaan adat sasak banyak yang
melenceng dengan tujauan ke depannya lembaga adat krame desa Tunggal
kayun yang di bentuk dapat berperan lebih banyak dalam memfasilitasi
pembentukan awiq-awiq (Peraturan Adat) di setiap dusun, serta menjadi
lembaga yang membantu memediasi persoalan persolan di tengah masyarakat
desa sekotong tengah secara kekeluargaan dan musyawarah dengan
mengutamakan kearifan lokal tanpa harus melalui jalur hukum atau
pengadilan77.
Dibentuknya Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame
yang telah dibentuk di seluruh Desa/Kelurahan menurut Bupati Lombok
Tengah adalah karena situasi dan kondisi yang terus berubah yang secara sadar
maupun tidak sadar, telah terjadi pergeseran pola kehidupan masyarakat
sebagai akibat dari globalisasi dan modernisasi yang terus mengalami
77
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
49
perkembangan. Arus globalisasi dan modernisasi tidak jarang menggerus nilai
dan tatanan sosial yang selama ini menjadi pakem bagi kehidupan masyarakat.
Lebih jauh Bupati Lombok Tengah mengatakan nilai-nilai agama dan
adat istiadat yang dipegang teguh sebagai tuntunan dalam kehidupan
bermasyarakat, semakin hari semakin terkikis dan bahkan nampak mulai
ditinggalkan. Hal-hal semacam ini jika tidak secara cepat kita antisipasi dan
proteksi, maka nilai-nilai luhur agama maupun adat istiadat kita, tidak akan
lagi dikenal oleh generasi berikutnya. Untuk mengantisipasi masalah tersebut,
maka salah satu upaya untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai adat istiadat
di Kabupaten Lombok Tengah. Salah satunya adalah dengan dibentuknya
majelis Lembaga adat atau majelis krame yang diharapkan menjadi benteng
terdepan dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur adat istiadat
masyarakat Lombok Tengah. “Lembaga adat atau majelis krame ini harus
mampu menjaga dan memelihara nilai-nilai budaya masyarakat. Terutama
nilai-nilai etika dan norma yang merupakan intisari dari adat istiadat dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat agar keberadaannya tetap terjaga dengan baik.
Di samping itu, pemberdayaan dan pelestarian serta pengembangan adat
istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat serta peningkatan peranan nilai-
nilai adat dalam menunjang peran serta masyarakat dalam pembangunan sosial
budaya, dan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis tata nilai budaya
lokal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nilai-nilai adat,
kebiasaan masyarakat juga nilai agama harus menjadi ruh utama dalam setiap
proses pembangunan.
50
Adapun struktur organisasi Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga
Sasak Krame di Kabupaten Lombok Tengah juga tidak jauh berbeda dengan
struktur organisasi lembaga pemerintahan lainnya. Struktur organisasi truktur
organisasi Lembaga Adat Desa atau atau Lembaga Sasak Krame ini sangat
penting artinya sebagai pedoman dan gambaran dari koordinasi dan
terorganisasinya pembagian tugas dan wewenang dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya pada lembaga yang dikelola tersebut.
Selain itu struktur organisasi truktur organisasi Lembaga Adat Desa atau
atau Lembaga Sasak Krame, juga dapat memberikan gambaran tentang arah
kebijakan masing-masing komponen yang ada sehingga pencapaian tujuan
pembangunan yang telah ditetapkan dapat dicapai semaksimal mungkin.
Adapun struktur organisasi truktur organisasi Lembaga Adat Desa atau
atau Lembaga Sasak Krame tersebut terdiri dari: a) Penasehat, b) Ketua, c)
Wakil Ketua, d) Sekretaris, e) Wakil Sekretaris, f) Bendahara, g) Kepala Seksi
Organisasi dan Kaderisasi, h) Ketua Seksi Agama dan Nilai-nilai adat, i) Ketua
Seksi Sosial Budaya dan Adat Istiadat, j) Ketua Seksi Ekonomi dan Hak
Tradisional Masyarakat, k) Ketua Seksi Pemberdayaan Perempuan, l) Ketua
Seksi Hubungan Lembaga Adat Desa dengan Pemerintahan dan Lembaga-
lembaga78. Lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian terlampir.
78
Dokumentasi, dikutip tanggal 14 Feberuari 2020
51
C. Prinsip, Prosedur dan Fungsi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok
Tengah
Lembaga adat desa sebagai wadah organisasi permusyawaratan dan
mediator dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat kepada
pemerintah, maka keberadaan dan fungsinya diharapkan mampu
menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga maupun konplik lainnya
dari berbagai persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat yang berkenaan
dengan adat istiadat sehingga menciptakan hubungan yang demokratis dan
harmonis pada masyarakat desa itu sendiri. Fungsi lembaga adat desa sebagai
mediator penyelesaian konflik keluarga pada dasarnya tidak bisa dilepaskan
dari kebudayaan suatu masyarakat, dan fungsinya adalah untuk menjaga,
melaksanakan dan melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya secara
turun temurun.
Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga
tetap memperhatikan prinsip-prinsip dan prosedur dalam mensosialisasikan
norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu fungsi lembaga adat
desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga sangat penting dan
strategis sebab dalam penyelesaian konplik lehih diutamakan prinsip
kekeluargaan dan prinsip musyawarah serta saling memmafkan antar sesame.
Apabila cara tersebut tidak dapat dilakukan maka dilakukan penyelsaian lewat
pengadilan.
52
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan H. Lalu
Yasir Arafat, tokoh adat Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa
lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim
sasak tetap berpegang pada prinsip dan prosedur yang ada dengan
memperhatikan nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat serta menyelesaikan berbagai persoalan atau konplik yang terjadi
pada masyarakat desa seperti konplik keluarga yang seslalu mengedepankan
prinsip kekeluargaan dan musyawarah serta saling member maaf dalam
menyelesaikan konplik yang terjadi. Penyelesaian konflik secara damai sangat
penting dikedepankan untuk mempertahankan harmoni sosial dalam kehidupan
masyarakat, serta tidak menimbulkan luka batin yang menyisakan dendam
berkepanjangan79
.
Penyelesaian konplik keluarga pada prinsipnya diselesaikan secara
damai dan kekeluargaan. Menurut H. Lalu Yasir Arafat, tokoh adat Kabupaten
Lombok Tengah mengatakan bahwa penyelesaian konplik keluarga pada
prinsipnya dilakukan dengan cara secara damai atau kekeluargaan dengan
saling memberi maaf baik dari pihak yang melakukan kesalahan kepada pihak
yang dirugikan dan pihak yang dirugikan bersedia menerima permohonan maaf
serta bersedia pula untuk memaafkan pihak yang melakukan kesalahan. Selain
itu mengedepankan cara damai menjadi hal yang utama sebab setiap orang atau
ndividu, memiliki pikiran, perasaaan, sikap dan perilaku yang berbeda-beda.
Perbedaan ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam
79
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 19 Feberuari 2020
53
menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya80
.
Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga
muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah tidak semuanya dapat berjalan
lancar, sebab setiap individu memiliki sikap, pendirian serta perasaan tang
berda-beda selain itu juga karena perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak
akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.
Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perbedaan kepentingan antara individu dan perbedaan sikap, perasaan,
pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda sehingga memiliki
tujuan yang tidak sama. Disatu sisi orang dapat melakukan hal yang sama,
tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Perubahan nilai yang cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik dalam keluarga
Kaitannya dengan lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian
konflik keluarga ini dijelaskan bahwa lembaga adat desa merupakan lembaga
yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan
asli desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat desa.
Lembaga adat desa juga diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan baik yang
sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang
didalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu
80
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara. , tanggal 19 Feberuari 2020
54
dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaandi dalam hukum adat
tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus dan
menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan
mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku81
.
Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga
muslim sasak tidak lepas dari tugasnya dalam melestarikan nilai-nilai adat
istiadat dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat serta menyelesaikan
berbagai persoalan atau konplik yang terjadi pada masyarakat desa seperti
konplik keluarga yang seslalu mengedepankan prinsip-prinsip kekeluargaan
dan musyawarah serta saling member maaf dalam menyelesaikan konplik yang
terjadi. Selain itu juga selalu mengedepankan cara damai, musyawarah,
pertemuan keluarga dan permintaan maaf sehingga hubungan keluarga menjadi
harmonis.
Hasil wawancara yang juga dilakukan dengan H. Sentum, Kepala Desa
Batu Jangkih Praya Barat Daya sekaligus sebagai tokoh adat di Kabupaten
Lombok Tengah mentakan bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip rasa keadilan dan penuh
tanggung jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang menciptakan
kedamaian pihak yang bertikai, bersikap menghormati dan mengerti berbagai
perbedaan pendapat, merasakan masalah yang mereka hadapi dan fokus pada
81
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat
55
masalah yang mereka hadapi dan bersikap netral diantara mereka yang
bertikai82
H. Lalu Nurhayat, sebagai tokoh adat mentakan bahwa lembaga adat
desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di
Kabupaten Lombok Tengah juga dilakukan dengan beberapa prosedur atau
langkah diantaranaya sebagai berikut: a) Kesepakatan mengakhiri konflik.
Dalam hal ini pihak yang bertikai dipertemukan untuk mengakhiri konplik baik
dengan saling memaafkan, musyawarah atau diseselasikan secara
kekeluargaan. Cara ini paling banyak dilakukan, sebab menyelesaikan konplik
keluarga secara kekeluargaan, saling memaafkan atau musyawarah ini sangat
mulia dan menguntungkan kedua belah pihak dan tidak mebutuhkan waktu dan
biaya, dan b) Setelah berdamai, kemudian menjalankan isi kesepakatan secara
bertanggung jawab dan tidak mengungkit masalah tersebut lagi, sebab kedua
belah pihak sudah terpenuhi hak-hak dan kewajibannya kaitannya dengan
masalah yang sudah didamaikan83
.
Lalu Bakri dan Sanipah selaku pihak yang berkonplik mengatakan
bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah kami dilakukan secara
kekeluargaan. Kami yang berkonplik terkait harta gonogini akibat perceraian
dilakukan secara kekeluargaan, musyawarah dan saling memaafkan. Hal ini
kami lakukan karena cara tersebut sangat mulia baik secara adat maupun secara
82
H. Sentum, Wawancara, tanggal 24 Feberuari 2020 83
H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020
56
agama84
. Selain itu dengan cara tersebut kami tidak mebutuhkan biya yang
mahal seperti penyelesaian yang dilakukan lewat pengadilan. Cara damai ini
lebih menetrankan dan lebih menjaga hubungan silaturrahim kami sebagai
keluarga.
Lembaga adat desa sebagai mediator juga berusaha mampu
menampung, menjaga, memecahkan atau menyelesaikan dan memberikan
solusi alternatif yang baik dan positif bagi bagi keluarga yang berkonplik,
sehingga masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga dapat diteriama dengan
lapang dada oleh keluarga yang bertikai. Konflik keluarga muslim sasak
tersebut seperti konflik perkawinan, perceraian, perkelahian suami istri,
pembagian harta, masalah keuangan, masalah anak, masalah ekonomi
dalainnya dan masalah lainnya
Sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di
Kabupaten Lombok Tengah lembaga adat desa diharapkan mamapu menjaga
nilai-nilai tradisi dan busaya yang sudah berlaku, mampu menyelesaikan
masalah konplik secara adil dan bertanggung jawab, tidak memihak dan
mampu meberikan solsusi alternative kepada pihak yang berkonflik. Selain itu
sebagai mediator, lembaga adat harus mampu menjaga, melaksanakan dan
melestarikan adat yang berlaku pada masyarakatnya turun temurun seperti
kebiasaan musyawarah dalam setiap masalah, nilai-nilai kebersamaan dan
gotong royongdan mampu mensosialisasikan kepada masyarakat serta
84
Lalu Bakri dan Sanipah , Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020
57
membangun suasana yang kondusif dan harmonis ditengah-tengah kehidupan
keluarga dan masyarakat.
Kaitannya dengan lemaga adat desa sebagai mediator penyelesaian
konflik keluarga ini juga dijelaskan bahwa mediasi konflik keluarga adalah “a
process in which a mediator, an impartial third party, facilitates the resolution
of family disputes by promoting the particiants’ voluntary agreement. The
family mediator assists communication encourages understanding and focuses
the participants on their individual and common interests. The family mediator
work with the participants to explore options, make decisions and reach their
own agreement”. Artinya: Suatu proses dimana seorang mediator, pihak ketiga
yang tidak memihak, memfasilitasi penyelesaian sengketa keluarga
denganmendorong (terwujudnya) kesepakatan sukarela para pihak. Mediator
keluarga membantu (proses) komunikasi, mendorong pemahaman dan
memfokuskan peserta mediasi pada kepentingan pribadi dan kepentingan
umum mereka. Mediator keluarga bekerja dengan parapihak untuk menggali
pilihan-pilihan, membuat keputusan dan mencapai kesepakatan mereka85
.
Dengan demikian mediator dalam konflik keluarga melibatkan
beberapa pihak-pihak berkonflik yang akan melakukan mediasi, untuk
penyelesaian masalah yang terjadi diantara mereka secara damai dengan
bantuan seorang mediator. Mediasi juga merupakan suatu proses penyelesaian
sengketa antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat
dengan bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus. Pihak
85
https://www.academia.edu/Mediasi_Keluarga_dan_Tantangannya_Bagi_Pengadilan_Ag
ama, diakses pada tanggal 2 Februari 2020
58
netral tersebut disebut mediator dengan tugas memberikan bantuan prosedural
dan substansial. Mediator dalam konflik keluarga merupakan cara penyelesaian
sengketa melalui perundingan berdasarkan pendekatan kekeluargaan,
musyawarah mufakat atau konsensus para pihak dan para pihak meminta
bantuan pihak lain yang bersifat tidak memihak yang disebut mediator.
Mediator tidak memiliki kewenangan memutus, tetapi hanya membantu para
pihak yang bersengketa dalam mencari penyelesaian yang dapat diterima para
pihak.
Mediasi dalam konflik keluarga ini juga merupakan hasil kesepakatan
atau persetujuan para pihak. Mediasi dapat ditampuh oleh para pihak yang
terdiri atas dua pihak yang bersengketa maupun oleh lebih dari dua pihak
(multiparties). Penyelesaian dapat dicapai atau dihasilkan jika semua pihak
yang bersengketa dapat menerima penyelesaian itu. Mediator sebagai pihak
ketiga di dalam menyelesaikan penyelesaian sengketa alternatif harus mampu
memfungsikan dirinya sebagai sebagai katalisator, pendidik, penerjemah,
narasumber, pendengan dan netral atau member solusi arternatif yang tidak
merugikan salah satu fihak yang berkonflik.
Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak juga melestarikan, mengembangkan dan
memberdayakan nilai-nilai adat istiadat dan menciptakan hubungan yang
demokratis dan harmonis serta objektif antara kepala adat, pemangku adat,
petua-petua adat, pemuka adat lainnya dengan pemerintah desa. Masalah yang
dimediasi oleh lembaga adat desa ini seperti konplik perkawinan, perceraian,
59
perkelahian suami istri, masalah anak, masalah keuangan, masalah ekonomi,
masalah harta dan masalah keluarga lainnya.
Lukman dan Suharni selaku pihak yang berkonplik mengatakan bahwa
lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga
muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah kami dilakukan secara damai atau
secara kekeluargaan dan saling memaafkan. Masalah yang kami hadapi adalah
masalah harta warisan orang tua kami dimana pembagiannya tidak sesuai
dengan hukum agama sehingga kami meminta pihak kadus dan pihak desa
unuk memberi jalan tengah agar pembagian harta warisan itu dibagi secara
adil. Dalam pembagiannya kami lakukan secara kekeluargaan dan juga secara
agama atau hukum mawaris sehingga tidak terjadi konplik berkepanjangan
dalam keluarga. Dan Alhamdulillah atas mediasi pihak desa pembagian harta
waris ini dapat kami terima dan tidak ada yang dirugikan dalam keluaga
kami86
.
H. Lalu Nurhayat, tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah
mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik eluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah tetap
berpegang pada norma-norma atau nilai-nilai adat istiadat yang sudah berlaku
dan dilestarikan secara turun temurun yaitu: a) asas kerukunan, a) asas
keselasan dan c) asas kepatutan. Asaz tersebut mengandung nilai yang sangat
mulia bagi masyarakat yang berkonplik, sebab dengan azas tersebut masalah
konplik yang terjadi dalam keluraga pada masyarakat dapat diakhiri secara
86
Lukman dan Suharni , Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020
60
tuntas sehingga keadaan di dalam masyarakat khususnya keluarga yang
berkonplik secara keseluruhan menjadi aman, tenang, tenteram dan sejahtera,
sesuai dengan yang diidealkan oleh adat87
.
Menurut Muhadis yang juga tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah
mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak juga mengacu pada prinsip dan
nilai-nilai adat yang berlaku diantaranya yaitu:
a. Asas kerukunan. Dalam azas kerukunan ini mengandung nilai ajaran yaitu
bagaimana membuat para pihak yang berselisih/ berkonplik itu dapat rukun
kembali seperti sedia kala. Cara penyelesaian yang ditempuh adalah dengan
cara musyarawah dan mufakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dilaksanakan dalam penyelesaian dengan cara ini adalah menumbuhkan
sikap dan langkah-langkah ke arah saling mengerti, saling menerima dan
saling memaafkan. Oleh karena itu dalam setiappersoalan yang terjadi,
penting dilakukan pertukaran pendapat, pandangan, perasaan ataupun
penilaian, untuk mendapat titik temu yang dapat diterima secara melegakan
keseluruhan masyarakat. Hasil dari penyelesaian dengan cara ini bukanlah
kalah dan menang, melainkan kemenangan bagi masyarakat keseluruhan.
b. Azas keselarasan. Dalam azas keselan ini juga mengandung nilai-nilai
ajaran yang positif dalam menyelsaikan konplik keluarga dan mengandung
prinsip penyelesaian masalah konplik secara arif dan bijaksana. azaz
keselaran dalam menyelsaikan massalah konplik keluarga, lebih menitik
87
H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 27 Feberuari 2020
61
beratkan pada jalan keluar terhadap persoalan yang timbul, supaya aspek
emosional dan perasaan terpenuhi secara optimal, sehingga dapat melegakan
pihak-pihak yang berselisih
c. Azas kepatutan. Dalam azas kepatutan ini masalah menyelesaikan konplik
lebih menitik beratkan pada segi kualitas dan status para pihak yang
berselisih agar dapat diselamatkan dan tidak jatuh ke dalam rasa malu.
Dalam azas kepatutan (kepantasan) ini muncul dasar pertimbangan. Artinya
ada nilai-nilai susila dan juga tuntutan berdasarkan akal sehat88
.
Kaitannya dengan asas kerukunan, asas keselasan, dan asas kepatutan
ini dijelaskan bahwa lembaga adat desa dalam penyelasian konflik keluarga
dapat dilakukan dengan memperhatikan azas-azas dalam adat istiadat yaitu:
1. Asas rukun, Asas kerukunan merupakan suatu asas kerja yang menjadi
pedoman dalam menyelesaikan konflik adat. Penerapan asas rukun dalam
penyelesaian konflik adat dimaksudkan untuk mengembalikan keadaan
kehidupan seperti keadaan semula, status dan kehormatannya, serta
terwujudnya hubungan yang harmonis sesama krama desa. dengan
demikian asas rukun tidak menekankan menang kalah pada salah satu
pihak, melainkan terwujudnya kembali keseimbangan yang terganggu,
sehingga para pihak yang bertikai bersatu kembali dalam ikatan desa adat.
2. Asas patut, kepatutan adalah pengertian yang menunjuk kepada alam
kesusilaan dan akal sehat, yang ditujukan pada penilaian atas suatu
kejadian sebagai perbuatan manusia maupun keadaan. patut berisi unsur-
88
Muhadis , Wawancara , tanggal 27Feberuari 2020
62
unsur yang berasal dari alam susila,yaitu nilai-nilai baik atau buruk. Patut
juga mengandung unsur-unsur akal sehat yaitu perhitungan-perhitungan
yang menurut hukum dapat diterima. Pendekatan asas patut dimaksudkan
agar penyelesaian konflik adat dapat menjaga nama baik pihak masing-
masing, sehingga tidak ada yang merasa diturunkan atau direndahkan
status dan kehormatannya selaku krama desa.
3. Asas laras, Azaz keselarasan mengandung anjuran untuk memperhatikan
kenyataan dan perasaan yang hidup dalam masyarakat, yang telah
tertanam menjadi tradisis secara turun temurun. Oleh karena itu,
pengalaman dan pengetahuan tentang adat istiadat yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, merupakan bahan-bahan untuk
merumuskan cara konkrit suatu jawaban dalam menyelesaikan konflik
adat. Penggunaan pendekatan asas keselarasan dilakukan dengan
memperhatikan tempat, waktu dan keadaan (desa, kala, patra) sehingga
putusan dapat diterima oleh para pihak dalam masyarakat89
.
Dengan demikian, apa yang ditetapkan sebagai hal yang patut
derajatnya dapat berbeda-beda dari yang paling tinggi (ideal) sampai yang
paling rendah. Rasa kepatutan pada tingkatan yang paling tinggi dicapai
apabila yang dijadikan dasar pertimbangannya adalah nilai-nilai susila. Rasa
kepatutan yang tingkatannya sedang, apabila yang dijadikan pertimbangan
adalah tuntutan berdasarkan akal sehat.
89
Puslitbang, Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah Agung
RI 2010.
63
Apabila prinsip-prinsip penyelesaian persoalan/konflik menurut adat itu
dicermati dengan baik, maka di dalamnya sebenarnya terdapat niali-nilai yang
sangat luhur, antara lain, nilai kebersamaan, persaudaraan, kerukunan,
keselarasan, kepatutan, ketentramandan kedamaian. Semua nilai-nilai tersebut
mengacu pada kehidupan masyarakat yang harmonis. Sayangnya, nilai-nilai
semacam ini sekarang telah melemah dan bahkan cenderung punah karena
terdesak oleh nilai-nilai baru yang lebih bersifat individualis dan menjunjung
tinggi kebebasan, yang cenderung telah menyebabkan ketidakharmonisan
dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam masyarakat yang
terancam disintegrasi seperti sekarang ini, nilai-nilai adat ini perlu
diberdayakan kembali untuk mencegah perpecahan yang timbul dimasyarakat
akibat konflik yang berkepanjangan dan tindakan main hakim sendiri oleh
orang-orang/kelompok yang tidak bertanggungjawab.
Hal senada juga dikatakan oleh H. Multazam selaku tokoh masyarakat
yang ada di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa setiap konflik
yang terjadi dalam keluarga baik masalah harta warisan, perceraian,
perkelahian suami istri maupun masalah ekonomi keluarga khususnya keluarga
muslim sasak yang ada di Kabupaten Lombok Tengah kami lakukan yang
pertama kali secara kekeluargaan, dari hati kehati, kemudian saling memaafkan
dan juga melakukan musyawarah mufakat. Bahkan dalam konplik keluarga, hal
tersebut selalu kita utamakan dan menghindari penyelesaian melalui
pengadilan90
. Sebab menyelsaikan konplik secara kekelurgaan jauh lebih baik
90
H. Multazam, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020
64
dan lebih menguntungkan pihak keluarga yang bertikai serta tidak terputusnya
tali silaturrahim dan tidak membutuhkan banyak tenaga dan biaya seperti yang
dilakukan dipengadilan.
Sepirah, selaku tokoh masyarakat juga mengatakan bahwa fungsi
lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga
muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan dengan cara melakukan
pendekatan kepada pihak yang berkonflik untuk dapat membicarakan dengan
permasalahan yang dihadapai dan saya mengusahakan untuk mempertemukan
kedua belah pihak untuk pembicaraan lanjut mengenai konflik yang dihadapi.
Selain itu juga kita lakukan dengan cara negosiasi dan memfasilitasi. Segala
cara kita lakukan, agar keluarga yang berkonplik kembali aman seperti sedia
kala91
Adapun fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sapah Gunawan, tokoh
adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa fungsi lembaga adat
desa sebagai mediator dilakukan dengan menampung, menjaga, memecahkan
atau menyelesaikan dan memberikan solusi alternatif yang baik dan positif bagi
bagi keluarga yang berkonplik, sehingga masalah-masalh yang terjadi dalam
keluarga dapat diteriama dengan lapang dada oleh keluarga yang bertikai.
Konplik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini biasanya
91
Sepirah, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020
65
terjadi terkait dengan masalah perkawinan, perceraian, perkelahian suami istri,
pembagian harta waris, masalah anak, masalah ekonomi dalainnya92
.
Kartawan sebagai tokoh adat juga mengatakan bahwa lembaga adat
desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di
Kabupaten Lombok Tengah harus tetap mengacu pada fungsinya. Sebab
dengan fungsinya sebagai mediator diharapkan dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi terutama dalam menyelesaikan maslah konplik keluarga sasak
muslim yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Diantara fungsi lembaga adat
sebagai mediator tersebut yaitu: a) Menjaga, melaksanakan dan melestarikan
adat yang berlaku pada masyarakatnya turun temurun, b)mensosialisasikan
norma dan adat yang berlaku dalam masyarakat, c) menanamkan nilai-nilai
semangat kebersamaan, d) menamkan nilai sosial dan gotong royong, e)
melakukan musyawarah mufakat, f) melestarikan nilai-nilai tradisional yang
ada di masyarakat, g) menampung dan menyalurkan pendapat masyarakat, h)
menyelesaikan perseleisihan yang menyangkut hukum adat dan kebiasaan
masyarakat setempat, dan i) menciptaan hubungan yang demokratis dan
harmonis serta obyektif93
Lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah, menurut Syukur sebagai
tokoh adat juga harus mampu menampung dan menyalurkan aspirasi atau
pendapat masyarakat kepada pemerintah dan mampu menyelesaikan berbagai
permasalahan yang timbul dalam masyarakat yang berkenaan dengan hokum
92
Sapah Gunawan, Wawancara, tanggal 19 Feberuari 2020 93
Kartawan, Wawancara, tanggal 24 Feberuari 2020
66
adat istiadat. Selain itu mampu melestarikan, mengembangkan dan
memberdayakan kebudayaan pada umumnya dan khususnya hal-hal yang
berkenaan dengan adat istiadat seta mampu menciptakan hubungan yang
demokratis dan harmonis serta objektif antara kepala adat, pemangku adat,
petua-petua adat, pemuka adat lainnya dengan aparatur pemerintahan94
.
Kaitannya denga fungsi lembaga adat desa ini dijelaskan bahwa
lembaga adat desa juga memiliki fungsi yaitu untuk membantu pemerintah
desa dalam merencanakan, mengarahkan, mensinergikan program
pembangunan agar sesuai dengan tata nilai adat istiadat dan kebiasaan-
kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat demi terwujudnya keselarasan,
keserasian, keseimbangan, keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu,
lembaga adat desa juga berfungsi sebagai alat kontrol keamanan, ketenteraman,
kerukunan, dan ketertiban masyarakat, baik preventif maupun represif, antara
lain menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan dan sebagai penengah
(hakim perdamaian) mendamaikan sengketa yang timbul di masyarakat.
Lembaga adat desa juga memeiliki btugas membantu pemerintah desa dan
sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat
istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat desa95
.
Sedangkan lembaga adat desa adalah suatu organisasi atau lembaga
masyarakat yang dibentukoleh suatu masyarakat hukum adat tertentu yang
dimaksudkan untuk membantupemerintah daerah dan menjadi mitra
94
Syukur, Wawancara , tanggal 24 Feberuari 2020 95
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat
67
pemerintah daerah dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan
adat istiadat yang dapat membangun pembangunan suatu daerah tersebut.96
Lembaga adat desa memiliki posisi strategis dan sangat penting
eberadaannya terutama dalam membuat suatu aturan desa, karena aturan adat
dahulunya tidak tertulis namun masyarakat takut untuk melanggarnya dan
sangat bisa diterapkan ditengah-tengah masyarakat, karena sang penggagas
aturan itu terdiri dari tokoh dan pemuka adat yang memegang teguh aturan
yang telah dibuatnya, berbeda dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah
sekarang banyak masyarakat yang melanggarnya, karena yang membuat aturan
itu sendiri telah lebih dahulu melanggarnya sehingga masyarakat tidak takut
untuk berbuat yang sama
Lembaga adat sebagai salah satu organisasi di sebuah desa adalah
jajaran terdepan dalam proses penyelenggaraan adat istiadat secara umum,
perlu memahami secara tepat tentang dinamika kehidupan masyarakat desa,
sehingga melalui pemahaman yang tepat terhadap kebijakan adat yang
mengatur mengenai perilaku masyarakat sebuah negeri, diharapkan dapat
memberikan pelayanan yang menyangkut masalah adat secara efektif dan
efisien.
Dengan demikian, fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
tidak hanya mampu menjaga dan melestarikan nilai-nilai- atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat, tetapi juga diharapkan mampu member jalan
96
Surjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, 2000, hlm. 268
68
keluar atau solusi terhadap setiap konplik atau persoalan/masalah yang terjadi
dalam kehidupan keluarga khususnya kehidupan kelauraga muslim sasak yang
ada di Kabupaten Lombok Tengah baik konplik perkawinan, perceraian,
perkelaaahian suami istri, masalah hak asuh anak akibat perceraian, masalah
ekonomi, masalah harta gonogini dan masalah keluarga lainnya.
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah menurut Lalu Samsul
Rijal, Kepala Desa Mangkung Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
mengatakan bahwa lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian
konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini dilakukan
dengan cara yaitu: a) tokoh adat melakukan identifikasi konflik dengan cara
menanyakan dan mengamati langsung pihak yang terlibat konflik, b) tokoh
adat memahami persoalan dan situasi konflik dengan cara tetap menjaga
komunikasi dengan baik, c) tokoh adat menyusun langkah-langkah untuk
menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah internal pengurus adat, d)
tokoh adat menyelesaikan konflik yang terjadi dengan cara bermusyawarah
bersama pihak-pihak terkait, e) tokoh adat melakukan evaluasi konflik dengan
cara bermusyawarah internal pengurus97
.
Dengan demikian, cara ini, cara ini diharapkan masalah konplik yang
dihadapi dapat terselesaikan secara baik, adil dan bertanggungjawab. Sebab
menyelesaikan konplik keluarga yang ada di tengah-tengah masyarakat
bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan diagnose yang mendalam
97
Lalu Samsul Rijal, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020
69
mulai dari identifikasi masalah, memahami masalah, mecari langkah-langkah
yang digunakan untuk penyelasaian masalah, bermusaywarah dan evaliasi atau
kontrolan terhadap masalah yang sudah didamaikan dalam konplik. Dan
konplik dalam keluarga merupakan bagian dari dinamika sosial
kemasyarakatan yang selalu ada dan melekat dalam kehidupan setiap
masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik keluarga hanya akan hilang bersama
hilangnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan
adalah mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang semakin parah
dan menjadi kekerasan dalam rumah tangga.
Adapun menurut Lalu Yahya, selaku tokoh adat sekaligus Kepala desa
Selong Belanak di Kabupaten Lombok Tengah mentakan bahwa fungsi
lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik keluarga
muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dilakukan dengan tiga cara: a)
Konsiliasi. Yaitu bentuk pengendalian konflik keluarga yang dilakukan melalui
lembaga-lembaga tertentu untuk memungkinkan diskusi dan pengambilan
keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai, b) Mediasi. Yaitu
dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak
ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pendapatnya
mengenai cara terbaik dalam menyelesaikan konflik mereka, c) Arbitrasi. Yaitu
cara ini umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang
akan memberikan keputusan terbaik untuk menyelesaikan konflik98
.
98
Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020
70
Menurut Muh. Yaddin, selaku tokoh adat sekaligus sebagai Kepala
Desa Montong Sapah Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah
mengatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak tidaklah mudah, sebab Untuk
dapat mengatasi konflik-konflik keluarga yang ada pada masyarakat desa, kami
harus melakukan mediasi dengan memberikan kesempatan kepada semua
keluarga yang berkonplik untuk mengemukakan pendapatnya tentang kondisi-
kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing harus
dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.
Meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan
argumentasi kuat mengenai posisi tersebut99
.
Kewenangan saya sebagai kepala desa sekaligus tokoh adat sebagai
sumber kekuatan yang bertugas memimpin suatu masyarakat, untuk
mengambil suatu keputusan, atau memecahkan masalah secara efektif, perlu
memiliki kemahiran menggunakan kekuaasaan dan kewenangan yang melekat
pada perannya dan itulah tugas pemimpin yang dalam hal ini adalah kepala
desa sekaligus tokoh adat yang bertindak sebagai mediator dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan cara mediasi.
Dengan demikian, mediator harus mampu menemukan alternative
alternatif penyelesaian konflik. Oleh karenanya, mediator harus memiliki
sejumlah skill yang dapat memfasilitasi dan membantu para pihak dalam
99
Muh. Yaddin, Wawancara, tanggal 2 Maret 2020
71
penyelesaian konflik mereka dan biasanya mereka menyelesaikannya melalui
adat, kadus setempat dan juga ke kantor desa desa atau melalui sesepuh desa.
Menurut H. Sentum, tokoh adat desa dan juga sebagai Kepala Desa
Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan
bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah harus mampu menempat
dirinya menjadi orang yang nertal dan tidak memihak yang sata atau memihak
yang lainnya. Dan posisi saya dalam setiap konflik keluarga, saya tidak
mendukung salah satu dari pihak yang berkonflik dan saya juga tidak pernah
menekan salah satu dari pihak yang berkonflik agar mereka menuruti kata-kata
saya, apa yang dapat saya lakukan untuk mendamaikan masalah ini saya
lakukan100
. Dan kami juga sudah beberapa kali mengadakan perdamaian
dengan mempertemukan mereka dengan musyawarah dan mufakat dikantor
desa. Tugas saya sebagai kepala desa dan aparat pemerintah adalah memiliki
tanggung jawab untuk mendamaikan perkara ini agar tidak berkelanjutan.
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa posisi kepala desa
sekaligus sebagai tokoh adat di desanya dalam menangani permasalahan ini
bersifat netral dan berusaha agar keluarga yang berkonplik tersebut melakukan
perdamaian dengan mempertemukan kedua belah pihak yang berkonflik untuk
didamaikan secara musyawarah/mufakat.
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah jika dilakukan dengan
100
H. Sentum, Wawancara, tanggal 6 Maret 2020
72
baik dan maksimal, tentu dapat menyelesaikan setiap konplik keluarga atau
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat. Oleh karena itu
kerjasama yang baik dari semua pihak juga sangat diharapkan sehingga
konplik-konplik yang terjadi dalam keluarga baik masalah perceraian,
perkelahian, harta warisan, masalah ekonomi keluarga dan masalah keluarga
lainnya yang ada ditengah-tengah masyarakat dapat diatasi dengan biak dan
dapat hidup dengan rukun, damai dan harmonis.
Muh. Yadim, tokoh masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah menagatakan bahwa fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
juga dilakukan dengan yaitu : a) Melakukan kompromi atau perundingan di
antara pihak-pihak yang bertikai, b) Melakukan rekonsiliasi antara pihak-pihak
yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan rasa saling percaya di antara pihak-
pihak yang bertikai tersebut, c) Saling memaafkan satu pihak dengan pihak
yang lain, dan d) Melakukan musyawarah unutk untuk tidak berkonflik lagi101
.
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah juga dilakukan dengan
cara melakukan identifikasi konflik, memahami persoalan dan situasi konflik
menyusun langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik menyelesaikan
konflik yang terjadi dengan cara bermusyawarah bersama pihak-pihak terkait
dan melakukan tindak lanjut. Artinya apakah konflik masih berjalan atau sudah
amandan kondusif. Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
101
Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 9 Maret 2020
73
penyelesaian konflik keluarga juga dilakukan dengan tiga cara yaitu melakukan
konsiliasi, melakukan mediasi dan arbitrasi.
Kaitannya dengan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam
penyelesaian konflik keluarga di atas dijelaskan bahwa terdapat perbedaan
antara konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Lebih jelsanya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini adalah sebagai berikut102
:
No Mediasi Konsiliasi Albitrasi
1. Peran Membantu
menyelesaikan
konflik tanpa
memutuskan dan
hanya membantu
para pihak
Membantu
menyelesaikan
konflik dan
mengeluarkan
anjuran tertulis,
jika kesepakatan
tidak tercapai
Menyelesaikan
sengketa dengan
memutus
2. Sifat Pasif Aktif Aktif
3. Kekuatan
Hukum
penyelesaian
Tidak Mengikat Tidak Mengikat Mengikat
Dengan demikian, mediator berperan membantu merumuskan
kesepakatan damai dalam proses mediasi antara pihak yang berkonflik tanpa
menggunakan cara memutus dan atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Sedangkan konsilisasi adalah penengah untuk mengusahakan kesepakatan para
pihak yang berkonflik dengan memberikan solusi yang dapat diterima dan
dapat mengajukan anjuran tertulis untuk disetujuan oleh pihak yang berkonflik,
jika tidak dicapai kesepakatan. Dan arbitrasi merupakan cara atau langkah
untuk memberikan putusan oleh pengadilan terkait konflik yang dilakukan.
Dari ketiga cara tersebut lembaga adat desa sebagai mediator dalam
102
Endrik Safudin, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, Malang: Intrans
Publishing, 2018, hal. 23.
74
penyelesaian konflik keluarga biasanya menggunakan langkah mediasi dan dan
konsiliasi dalam menyelesaikan konflik keluarga.
Fungsi lembaga adat desa sebagai mediator dalam penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah dapat menjalankan
fungsinya dengan berbagai cara dan pendekatan sehingga masalah konplik
keluarga dan masalah lainnya dapat diselesaikan dengan baik, adil dan
bertanggung jawab dan tidak merugikan antara pihak yang satu dengan pihak
lainnya. selain itu, menghadirkan pihak ketiga atau disebut
dengan mediasi. Dalam setiap usaha mediasi, kita membutuhkan mediator atau
pihak netral yang bisa menengahi kedua belah pihak yang berkonflik. Mediator
haruslah bersikap terbuka, tidak sewenang-wenang, dan mengambil keputusan
yang menguntungkan kedua pihak. Hal ini menjadi sangat efektif dalam
menyelesaikan konplik baik konplik keluarga muslim sasak maupun konplik
sosial kemasyarakatan lainnya yang ada di Kabupaten Lombok Tengah.
75
BAB III
KONFLIK KELUARGA DAN PERAN LEMBAGA ADAT DESA SEBAGAI
MEDIATOR PENYELESAIAN KONFLIK KELUARGA
LOMBOK TENGAH
A. Bentuk Konflik Keluarga Muslim Sasak Yang Dimediasi Oleh Lembaga
Adat Desa di Kabupaten Lombok Tengah
Keluarga merupakan pranata yang pertama dan utama dalam
masyarakat. Oleh karena itu, konflik dalam keluarga merupakan suatu
keniscayaan. Konflik di dalam keluarga dapat terjadi karena adanya perilaku
oposisi atau ketidaksetujuan antara anggota keluarga. Konflik dalam keluarga
yang biasa terjadi adalah masalah perkelahian suami istri, maslah harta
warisan, masalah anak, masalah perceraian, pernikahan dan masalah eknomi
keluarga. Oleh karena itu, membangun komunikasi dalam keluarga sangatlah
penting karena dari situlah akan menciptakan sebuah keluarga yang utuh dan
harmonis. Konflik yang yeng terjadi dalam keluarga biasanya dipicu oleh
banyak hal yang membuat keluarga tersebut terkadang memilih jalan pintas
untuk bercerai, dan faktor komunikasi sebagai kendala utama penyebab
terjadinya konflik.
Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga
adat desa di Kabupaten Lombok Tengah biasnya menyangkut masalah
Perkawinan/perceraian, harta warisan, harta gonogini akibat perceraian dan
masalah anak serta masalah ekonomi keluarga. Dalam kehidupan keluarga hal
tersebut sering kali terjadi. Hal ini disebabkan karena dinamika kehidupan
dalam lingkup rumah tangga semakin hari semakin kompleks dan pasangan
76
suami istri dituntut untuk menghadapi kondisi tersebut dengan segenap upaya
yang bisa dikerahkan oleh kedua belah pihak103
. Konflik yang timbul dari
upaya penyelesaian masalah ketika tidak terpecahkan dan terselesaikan akan
menganggu dan mengakibatkan ketidak harmonisan dalam hubungan rumah
tangga atau keluarga. Bahkan seiap keluarga akan senantiasa dihadapkan
dengan masalah-masalah tertentu yang secara langsung akan menimbulkan
konflik keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Lalu Samsul
Rijal, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala Desa Mangkung Praya Barat di
Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bentuk konflik keluarga muslim sasak
yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah
masalah konplik perkawinan/perceraian, harta warisan, harta gonogini akibat
perceraian dan masalah anak serta masalah ekonomi keluarga. Ha ini sering
kali terjadi dan kami hadapi104
. Masalah perceraian seringkali terjadi akibat
hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga baik karena perselingkuhan
maupun masalah ekonomi keluarga. Kemudian masalah harta warisan juga
sering kali menjadi perselihan dalam keluarga karena pembagian yang tidak
adil dalam keluarga
Hasil observasi yang juga dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah
menunjukkan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi
oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah
perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan masalah ekonomi
103
Observasi, tanggal 9 Maret 2020 104
Lalu Samsul Rijal, Wawancara, tanggal 9 Maret 2020
77
keluarga. Selain itu juga karena perkelahian antar keluarga akibat dari
perselisihan, sikap dan emosi atau ketersinggunan dari masalah hutang yang
tidak terbayarkan oleh keluarga. Untuk menyelesaikan masalah tersebut
dilakukan media seraca adat istiadat atau kebiasaan masyarakat berdasarkan
norma atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat setempat yaitu diselesaikan
secara kekeluargaan, saling memafkan dan musyawarah105
Konflik keluarga merupakan bagian dari dinamika sosial yang
selalu melekat dalam kehidupan setiap keluarga dan masyarakat. Sebagai
gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya keluarga atau
masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah
mengendalikan agar konflik tersebut tidak berkembang semakin parah menjadi
kekerasan.
Dalam berumah tangga, semua orang berharap agar tetap bisa bahagia
dan tidak memiliki masalah. Keluarga harmonis adalah salah satu tujuan
pernikahan dalam islam. Namun terkadang sebagai seorang manusia, kita tidak
luput dari kesalahan. Kesalahan yang dilakukan dalam keluarga bisa memicu
terjadinya konflik dalam keluarga dan ini bisa berakibat fatal terutama jika
dibiarkan berlarut-larut bahkan bisa mengakibatkan hancurnya rumah tangga
dan keluarga. Beberapa masalah bisa mempengaruhi kehidupan rumah tangga
dan sebaiknya baik suami maupun istri harus bisa menyikapi dengan kepala
dingin.
105
wawancara, tanggal 11 Maret 2020
78
Kaitannya dengan koflik ini dijelaskan bahwa sesungguhnya konflik
atau perselisihan adalah normal dan tidak dapat dielakkan sepanjang ada
interaksi antar manusia. Dalam perspektif antropologi,perselisihan merupakan
fenomena sosial yang tidak dapat dipisahkan darikehidupan manusia, lebih-
lebih lagi dalam masyarakat yang bercorak multibudaya. Ia adalah sesuatu
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bersama106
. Manifest konflik
mempunyai berbagai bentuk misalnya konflik antar pribadi, antarkeluarga,
antar kelompok dan lain sebagainya. Secara teknis hukum ada dua pilihan bagi
warga masyarakat dalammenyelesaikan perselisihan, yaitu melalui cara judicial
(litigasi) oleh peradilannegara dan melalui cara non judicial (non litigasi) oleh
pihak ketiga (mediator)107
Konflik keluarga terjadi karena beberapa permasalahan diantaranya
perkawinan yang disebabkan karena faktor biologis seperti perselingkuhan,
konflik perkawinan karena suami/istri tidak memenuhi kewajibanya. Selain itu
juga masalah ekonomi terdiri dari; konflik perkawinan karena suami pemabuk
dan penjudi, konflik perkawinan karena suami tidak melibatkan istri dalam
mengelolah pendatnya, konflik perkawinan karena istri suka bergaya, bersifat
boros dan suka menuntut pengahasilan suami, masalah tidak sekufu
diantaranya; konflik perkawinan karena suami/istri tidak sedarajat, konflik
perkawinan suami atau istri yang tidak menghargai orang tua, termasuk tidak
106
James, P. Spradley and David W. McCurdy, 1987, Conformity and Conflict, Reading
in Cultural Antropogy, Little Brown and Company 107
Sulistiyono, Adi. Mengembanngkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia. (Sebelas
Maret University Press: Surakarta, 2006), hal. 130
79
adanya saling pengertian diantaranya; konflik perkawinan suami istri sering
meninggalkan rumah, konflik perkawinan suami yang menganiayah istri108
.
Untuk lebih jelasnya bentuk-bentuk konflik keluarga muslim sasak
yang dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah
sebagai berikut:
1. Konflik perkawinan karena tidak memenuhi hak dan kewajiban
Salah satu bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi
oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah
konplik dalam perkawinan. Menurut H. Sentum, tokoh adat sekaligus
sebagai Kepala Desa Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok
Tengah mengatakan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang
dimediasi oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah
masalah konflik perkawinan dimana masalah perkawinan ini seringkali
terjadi dalam keluarga. Salah satunya adalah karena suami tidak memenuhi
hak-hak istrinya terutama sandang, pangan dan papan. Kebutuhan pokok
yang tidak terpenuhi ini sering kali memicu terjadinya konplik keluarga
yang sampai berakibat pada perceraian109
Konplik perkawinan ini juga tidak terlepas dari kodrat manusia yang
memiliki hawa nafsu, naluri, perasaan dan kemauan yang berbeda antara
satu dengan yang lain. Perbedan inilah yang menjadi penyebab terjadinya
konflik perkawinan dalam kehidupan suatu rumah tangga. Padahal tujuan
utama perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang sakinah,
108
https://media.neliti.com/media/publications/konflik-perkawinan-dan-cara-penyelesaian,
diakses pada tanggal 3 Februari 2020 109
H. Sentum, Wawancara, tanggal 11 Maret 2020
80
mawaddah dan warahmah, bahagia, aman, sejahtera lahir dan batin. Oleh
karena itu, seseorang yang telah menikah dan memebentuk sebuah keluarga
harus mampu dengan tangung jawabnya untuk memenuhimemenuhi nafkah
lahir dan batin.
Menurut Aenuddin Hadi, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala Desa
Montong Ajan Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok Tengah
mengatakan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi
oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah
perkawinan. Masalah ini biasanya dipicu oleh ketidak mampuan suami
dalam memenuhi nafka hidup baik nafkah terutama nafkah lahir yang
merupakan salah satu masalah yang sering yang dialami dalam kehidupan
rumah tangga maupun salah nafkah batiniah dari suami maupun istri.
Pemenuhan kebutuhan nafkah lahiriah ini seperti kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Sedangkan pemenuhan batiniah seperti hubungan
pergaulan suami maupun istri. Kedua jenis pemenuhan kebutuhan ini harus
dipenuhi dalam kebutuhan rumah tangga. Dan jika salah satu kedua jenis
kebutuhan ini terabaikan, maka menimbulkan terjadinya konflik perkawinan
dalam keluarga110
.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa konplik keluarga seringkali
terjadi akibat susmi atau istri tidak melaksanakan hak dan keajibannya,
lebih-lebih suami sebagai kepala keluarga harus mampu mencukupi
kebutuhan keluarganya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka konplik
110
Aenuddin Hadi, Wawancara, tanggal 11 Maret 2020
81
antara suami istri pasti akan terjadi. Sebab hak dan kewajiban tersebut wajib
diberikan kepada istri oleh suami, sebab istri merupakan tanggungjawab
suami dan tidak lagi bergantung kepada kedua orang tua.
Kaitannya dengan masalah perkawianan atau pernikahan ini
dijelsakan bahwa Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam
kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi
kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan
masyarakat. Pada hakekatnya Perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang
suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah
perkawinan dengan kedah-kaedah agama111
.
Syarat-syarat perkawinan akan menimbulkan larangan-larangan
perkawinan seperti larangan perkawinan di antara dua orang yang masih
berhubungan darah, berhubungan sesusuan, berhubungan semenda, atau hal-
hal lain yang dianggap tidak memenuhi syarat. Undang-Undang Perkawinan
tidak hanya mengatur mengenai larangan perkawinan yang disebabkan
karena hubungan tertentu antara calon suami dan istri seperti yang telah
disebutkan di atas, tetapi juga mengatur adanya larangan perkawinan bagi
seseorang perempuan yang masih memiliki suami ataupun sebaliknya.
Di Indonesia telah dibentuk hukum yang mengatur mengenai
perkawinan yang berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu Undang-
Undang nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal (1) yaitu:
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
111
Boedi Abdullah,M.Ag.perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), hal. 20
82
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa112
.
Begitu juga disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam bahwa Perkawinan
bertujuan untuk mewujudkan kehidupan Sakinah, Mawaddah, Warahmah.
Dengan berdasarkan kedua undang-undang di atas jelaslah bahwa, tujuan
perkawinan tersebut adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada prinsipnya perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan
hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara pria
dengan wanita yang antara keduanya bukan muhrim. Apabila di tinjau dari
segi hukum, jelas bahwa pernikahan adalah suatu akad yang suci dan luhur
antara pria dengan wanita, yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami
isteri dan dihalalkan hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga
sakinah, mawadah serta saling menyantuni antara keduanya.
Suatu akad perkawinan menurut hukum Islam ada yang sah ada
yang tidak sah. Hal ini dikarenakan, akad yang sah adalah akad yang
dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap, sesuai
dengan ketentuan agama. Sebaliknya akad yang tidak sah, adalah akad yang
dilaksanakan tidak sesuai dengan syarat-syarat serta rukun-rukun
perkawinan. Akan tetapi pada kenyataan ada perkawinan-perkawinan yang
dilakukan hanya dengan Hukum Agamanya saja. Perkawinan ini sering
112
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Balai Pustaka, 2013), hal. 537.
83
disebut Perkawinan Siri, yaitu perkawinan yang tidak terdapat bukti otentik,
sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
merupakan salah satu wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh
negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan
tata tertib pernikahan yang lain yaitu hukum adat dan hukum agama.
Agar terjaminnya ketertiban pranata pernikahan dalam masyarakat, maka
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, menentukan bahwa setiap
perkawinan harus dicatat oleh petugas
2. Konflik Ekonomi Keluarga
Salah satu penyebab konplik keluarga atau pasangan adalah tidak
memiliki pendapat atau komitmen yang sama dalam mengelola ekonomi
atau keuangan rumah tangga. Jika istri tidak merasa cukup dengan
penghasilan suami, maka percikan-percikan api rumah tangga akan mulai
terasa. Dan begitu juga sebaliknya.
Adapun bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh
lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga adalah masalah
ekonomi dalam keluarga. Menurut Lalu Yahya, tokoh adat sekaligus sebagai
Kepala desa Selong Belanak Kepala Desa di Kabupaten Lombok tengah
mengatakan bahwa masalah ekonomi keluarga seringkali menjadi penyebab
terjadinya konplik dalam keluarga seperti kurangnya uang belaja harian istri
dan anak, uang sayur, kurangnya uang beli pakaian, makanan, liburan
maupun uang kebutuhan sehari-hari lainnya. Kekurangan ini sering terjadi
84
dan dialami oleh suami dan istri dalam kehidupan keluarga khususnya pada
masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. Selain itu juga masalah
ketidak seimbangan antara kemauan dan kemampuan ekonomi dalam
keidupan keluarga seperti kebutuhan biaya pendidikan anak dan biaya
rumah, kredit kendaraan yang sering macet dan masalah kebutuhan ekonomi
lainnya yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan konplik keluarga113
.
Hasil observasi yang dilakukan juga menunjukkan bahwa terjadinya
konplik keluarga salah satunya disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga,
dimana kemauan keluarga tidak diimbangi oleh kemampuan ekonomi yang
dimiliki oleh keluarga itu sendiri seperti keinginan membuat rumah,
membeli motor, membeli pakaian, membeli televisi, kulkas, almari,
springbet tempat tidur, membeli sembakau dan kebutuhan lainya. Keinginan
keluarga yang banyak ini menyebabkan terjadinya perkelahian dan
pertengkaran karena keinginan yag tidak tercapai oleh pasangan suami istri.
Bahkan kondisi ekonomi yang lemah ini sering membuat keluarga pecah
berantakan sampai pada perceraian114
.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa faktor ekonomi seringkali
menjadi salah satu penyebab terjadinya konplik dalam keluarga. Bahkan
tidak sedikit keluarga yang cerai berai karena factor ekonomi yang lemah.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi seorang laki-laki sebagai suami jika
melaksanakan pernikahan atau membangun rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah dalam kehidupan sehari-hari.
113
Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 12 Maret 2020 114
Observasi, tanggal 12 Maret 2020
85
Kaitannya dengan masalah ekonomi keluarga ini dijelaskan bahwa
masalah ekonomi keluarga sering kali menjadi konflik disebabkan karena
suami tidak mampu mencukupi kebutuhan istri atau rumahtangganya,
sehingga mereka hidup dalam serbab kekurangan. Untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi rumah tangga tersebut, maka istri pun ikut bekerja
mencari nafkah. Masalahpun sering muncul ketika penghasilan istri
melebihi penghasilan suami, sehingga istri merasa lebih tinggi derajatnya
dari suaminya karena berjasa menyelamatkan kehidupan keluarga. Pada saat
posisi inilah suami merasa tidak nyaman dengan istrinya dan memunculkan
pertengkaran/konflik yang berakhir pada perceraian115
.
Lebih jauh dijelaskan bahwa dengan perkembangan zaman dan era
teknologi, kini wanita Indonesia diberi kesempatan serta peran yang sama
dengan pria untuk berpartisipasi dalam pembangunannasional. Program
peningkatan peran wanita di dalam pembangunan semakinmendapat
perhatian. Wanita diberi kesempatan untuk berperan lebih majemuk
danmendapatkan pendidikan tinggi. Hasilnya, banyak wanita ya ng tampil
dan berperandalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara dan
aktivitas ekonomi116
.
Dengan demikian, masalah ekonomi keluarga merupakan kebutuhan
pokok yang tidak dapat dihindari ketika berumah tangga. Sehingga keluarga
yang sudah menikah belasan tahun pun masih ada yang mengalami konflik
115
https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada tanggal,
12 Februari 2020 116
https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada tanggal,
12 Februari 2020
86
ekonomi keluarga. Oleh karena itu, komunikasi dan perencanaan keuangan
atau ekonomi keluarga yang matang serta pola hidup yang baik, sederhana
dan tidak boros harus ditanamkan dan dibiasakan dalam khidupan rumah
tangga, jika tidak, maka hal tersebut memicu terjadinya konflik ekonomi
keluarga.
3. Ketidak Sekufuan
Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga
adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga adalah masalah tidak sekufu
atau tidak sederajat dalam keluarga. Menurut H. Lalu Yasir Arafat, tokoh
adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa masalah tidak
sekufu ini seering kali menjadi konplik dalam keluarga, apalagi pada saat
melakukan pernikahan antara penganti laki laki dan pengntin perempuan
harus sekuuufu atau sedrajat seperti kalau laki-laki keturunan “lalu” maka
pengantin perempuan pun harus keturunan“baiq”. Jika hal ini tidak
terpenuhi, maka akan memunculkan konplik dalam keluarga117
.
Hasil observasi yang dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah
menujukkan bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi
oleh lembaga adat desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah
ketidak sekufuan dalam keluarga seperti dalam pernikahan dimana
pengantin laki-laki keturunan orang biasa atau tidak “lalu” dan pengantin
perempuan berketurunan “baiq”. Hal ini menjadi konplik dalam keluarga
sehingga dilakukan penyelesaian atau mediasi oleh tokoh adat, kadus atau
117
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 12 Maret 2020
87
pihak desa. Mediasi ini dilakukan secara adat yaitu diselesaikan secara
kekeluargaan, saling memafkan dan musyawarah. Hal ini dilakukan
sehingga tidak terjadi konplik berkepanjangan antara keluarga yang
berkonplik118
.
Jadi, ketidaksederajatan atau tidak sekufu seringkali memmicu
terjadinya konplik dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena kultur budaya
masyarakat tersebut masih kental dalam perbedaan starata sosial seperti
antara keturunan “lalu” dengan keturunan yang bukan “lalu” atau anatara
golongan bangsawan yang memiliki kasta tinggi dan bukan golongan
dengan golongan bukan bangsawan. Oleh karena itu pengetahuan dalam
membangun sebuah keluarga sangatlah penting, sehingga membangun
sebuah keluarga harus didasari atas dasar rasa saling cinta-mencintai,
sanyang-menyangi antara kedua pihaksehingga tercipta keluarga yang
harmonis, bahagia dan sejahtera lahir batin.
Kaitannya dengan ketidaksekufuan ini dijelaskan bahwa Secara
harafiah, Kufu atau kafa‟ah, memiliki arti kesepadanan. Kesepadanan calon
suami dan calon istri yang akan menikah dan membina rumah tangga.
Istilah kufu terdapat dalam beberapa hadits, berupa nasehat Rasulullah
untuk segera menikah atau menikahkan muslimah yang telah menemukan
calon suami yang sekufu119
. Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Wahai
Ali, ada tiga perkara yang jangan kau tunda pelaksanannya; shalat apabila
118
Observasi, tanggal 17 Maret 2020 119
https://islam.nu.or.id/kriteria kesetaraan atau sekufu dalam perkawinan, diakses pada
tanggal 5 Februari 2020
88
telah tiba waktunya, jenazah apabila telah siap penguburannya, dan wanita
apabila telah menemukan jodohnya yang sekufu atau sepadan”120
.
Meskipun demikian, sekufu bukan syarat dan rukun pernikahan
tetapi seringkali hanya menjadi sesuatu yang dapat menjadi sebab
kelanggengan dan keharmonisan dalam sebuah pernikahan. Pernikahan
dipandang sebagai satu momen penting dalam kehidupan. Oleh sebab itu,
masalah pernikahan ini diatur cukup ketat dan detil, bahkan dalam islam
karena menyangkut banyak pihak. Tujuan yang diharapkan dari pernikahan
bagi dua insan yaitu untuk mendapatkan keturunan yang baik dan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Dan yang paling utama
adalah supaya tercipta ketenangan hari dan dijadikan rasa cinta dan kasih
sayang. Kesekufuan atau kesetaraan (persamaan derajat) antara suami dan
istri, dengan harapan tercipta keharmonisan rumah tangga dan pasangan
yang ideal. Di satu sisi, tentu hal ini sangat baik. Tetapi di sisi lain, bagi
sebagian orang, penentuan pasangan yang sepadan baginya ini bisa sangat
sulit.
Pemahaman tentang sekufu dalam pernikahan ini juga haruslah
dipahami secara mendalam sehingga tidak memunculkan konflik keluarga
dimana sekufu ini biasnya dalam hal agama, keturunan atau segi keluarga,
harta, kecantikan, profesi dan permintaan mahar. Jika terdapat salah satu
criteria di atas, maka kesekufuan (kesamaan derajat) tersebut telah dianggap
terpenuhi. Hal ini tidak berpengaruh pada keabsahan atau sahnya akad nikah
120
HR. Tirmidzi dan Hasan
89
yang dilakukan. Karena, sesungguhnya sekufu‟ itu tidak termasuk syarat sah
nikah, sebagaimana Nabi SAW memerintahkan Fatimah binti Qois untuk
menikah dengan Usamah bin Zaid. Dan Fatimah pun menikah dengannya.
Demikian yang dijelaskan dalam hadist riwayat muttafaq alaih.
Namun demikian, kesekufuan (kesamaan derajat) itu termasuk syarat
penting untuk menyempurnakan sebuah akad nikah saja. Seandainya
seorang wanita menikah dengan seorang laki-laki yang tidak sepadan
dengannya dan wanita tersebut atau wali-walinya tidak mau menerima dan
menyetujuinya, maka nikah itu menjadi batal. Hal ini dikarenakan pernah
ada seorang ayah yang menikahkan putrinya dengan anak saudara sendiri
hanya untuk memperbaiki kedudukannya yang hina atau lebih rendah.
4. Penganiayaan istri
Penganiayan merupakan tindakan tercela dan tidak terpuji yang
melanggarketentuan hukum dan agama maupun adat yang berlaku.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan Muh. Yadim, tokoh
masyarakat yang ada di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa
bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga adat
desa di Kabupaten Lombok Tengah adalah masalah penganiayaan suami
kepada istri. Hal ini sering kali terjadi sisebabkan karena tidak saling
pengertian, masalah anak, masalah enomoni, masalah sikap dan perilaku
pasangan, sikap egoisme masing-masing pasangan dan lainnya.
Penganiayaan suami kepada istri ini menyebabkan konplik dan ketidak
harmonisan kehidupan keluarga yang telah dibina bersama, bahkan
90
tindakan ini akan berdampak pada perceraian atau retaknya hubungan
perkawinan antara suami/istri121
. Oleh karena, itu untuk menghidari
terjadinya tindakan penganiyaan didalam kehidupan rumah tangga, maka
diperlukan kesadaran dan saling pengertian antara suami istri dalam
memikul tanggung jawab perkawinan yang dilakukan agarkehidupan
rumah tangga dapat terbina dengan baik sehingga dengan demikian akan
terciptanya keluarga yang sakinah sesuai dengan tujuan perkawinan itu
sendiri.
Penganiayaan kepada istri dilakukan biasanya dalam bentuk fisik
dan psikologis. Dalam bentuk fisik, penganiayaan kepada istri sangat
dirasakan seperti menampar, memukul, meludahi, menarik rambut
,menendang dansebagainya. Sedangkan kekerasan psikologis ini seperti
perkataan kotor kepada istri, penghinaan atau merendahkan harga diri istri atau
memaksakan kehendak kepada istri122
. Pertengkaran dalam rumah tangga adalah
hal yang lumrah terjadi, disatu sisi penganiayaan dapat merekatkan
hubungan dengan keluarga atau pasangan, tetapi penganiayaan juga lebih
banayk mudaratnya sebab penganiyaan dapat melukai perasaan dan hati
pasangan bahkan bisa menghancurkan tali pernikahan dalam keluarga.
Bentuk konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga
adat desa di Kabupaten Lombok Tengah juga karena sikap dan perasaan
yang kurang saling menghargai. Menurut Sapah Gunawan, tokoh adat di
Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa sikap dan perasaan kurang
121
Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 17 Maret 2020 122
Muh. Yadim, Wawancara, tanggal 17 Maret 2020
91
saling menghargai ini merupakan salah satu persoalan yang memicu
timbulnya konflik dalam keluarga khususnya pasangan suami istri seperti
suami atau istri tidak diindahkan perkataannya, keinginannya atau masalah
hasil pekerjaannya oleh pasangan. Selain itu juga karena sikap cemburu buta
atau cemburu yang berlebihan pada pasangan123
. Cemburu dalam masalah
hubungan suami istri adalah hal yang wajar. Tetapi cemburu ini seringkali
menjadi konflik atau mala petaka bagi keluarga sebab mereka tidak bisa
mengontrol perasaan cemburunya.
Lalu Yahya, tokoh adat sekaligus sebagai Kepala desa Selong
Belanak Kepala Desa di Kabupaten Lombok Tengah juga mengatakan
bahwa bentuk konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
adalah kurangnya keterbukaan suami atau istri dalam masalah keuangan.
Ketidakterbukaan suami atau istri ini sering memicu terjadinya konflik
dalam keluarga di masyarakat kami, sebab bagaimanapun masalah keuanan
merupakan suatu yang sangat sensitif dan penting dalam keluarga, terutama
suami seharusnya terbuka tentang penghasilan yang diperoleh kepada
istrinya, dan sebaliknya istri hendaknya memberikan informasi kemana
uang itu dimanfaatkan sehingga tidak timbul rasa curiga diantara
keduanya124
.
Selain konplik di atas juga masalah hubungan intim. Hasil
wawancara yang dilakukan dengan Suandi dan Ernawati selaku keluarga
yang konflik mengatakan bahwa hubungan intim ini seringkali membuat
123
Sapah Gunawan, Wawancara, tanggal 18 Maret 2020 124
Lalu Yahya, Wawancara, tanggal 18 Maret 2020
92
hubungan keluarga kami tidak sehat. Disatu sisi istri tidak mampu lagi
melayani saya sebagai suami karea factor usia, sedangakan untuk menikah
lagi sang istri tidak meyetujui sehingga terjadi konflik. Selain itu juga
karena ketidak saling pengertian diantara kami seperti istri yang tidak
peduli dengan keinginan suami, atau sebaliknya suami tidak mampu
memenuhi keinginan sang istri125
.
Konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
selain masalah hubungan intim, juga masalah hak privasi masing-masing
suami dan istri. Setiap orang mempunyai privasi yang tidak ingin dingangu
oleh orang lain, sekalipun dengan pasangannya. Jadi ketika seseorang
sedang ingin menikmati privasi, maka hendaknya pasangannya dapat
memahami. Privasi bisa berupa hobi sejak kecil, atau kebiasaan bersifat
positif, seperti suami punya kebiasaan ngumpul sama teman-temannya tentu
akan merasa jengkel ketika kebiasaanya dipermasalahkan oleh sang istri.
Atau seorang istri ingin berkumpul dengan keluarganya dalam waktu
tertentu akan merasa kesal ketika keinginanya tidak dituruti oleh suami.
B. Kendala Yang dihadapi Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok
Tengah
Keluarga yang harmonis bukan berarti tanpa konflik dan masalah, tetapi
berbagai masalah dan konflik akan menjadi pembuktian kedewasaan suatu
hubungan. Karena sejatinya setiap masalah harus dihadapi dan dicari jalan
125
Wawancara, tanggal 18 Maret 2020
93
keluarnya, bukan dihindari. Konflik di dalam rumah tangga banyak
penyebabnya. Mulai dari masalah tingkat pendidikan, masalah keuangan,
masalah tidak mempunyai anak, suami atau istri yang kurang memberikan
kasih sayang dan masalah perselingkuan yang kerap menjadi sumber konflik di
dalam sebuah keluarga.
Setiap keluarga juga tentu tidak lepas dari berbagai kendala, problem
atau masalah yang dihadapinya. Disatu sisi setiap keluarga tentu memiliki
harapan agar suasana keluarga tetap harmonis dan berjalan dengan sehat.
Namun, disisi lain sebuah keluarga tidak bisa lepas dari namanya konflik yang
terkadang tidak bisa dihindari. Konflik yang dihadapi keluarga sebenarnya bisa
disebabkan beragam kendala. Mulai dari masalah hilangnya rasa menghargai
satu sama lain, tidak peka dengan kebutuhan pasangan, atau hal lainnya seperti
rasa stres dalam diri akibat tekanan kehidupan.
Konflik keluraga juga seringkali terjadi karena masalah pertengkaran
dan yang lebih parah lagi terjadi perselingkuhan yang dapat menyebabkan
perceraian. Selain itu konflik di dalam kelaurga banyak penyebabnya. Mulai
dari masalah tingkat pendidikan, masalah keuangan, masalah tidak mempunyai
anak, suami atau istri yang kurang memberikan kasih sayang dan masalah
perselingkuan yang kerap menjadi sumber konflik di dalam sebuah keluarga.
Semua hal tersebut di atas, menjadi kendala yang dihadapi oleh lembaga adat
desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di
Kabupaten Lombok Tengah
94
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan H. Lalu Nurhayat,
tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa kendala yang
dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah diantaranya yaiu:
1. Masalah Pendidikan
Perbedaan pendidikan antara suami istri tak jarang menjadi pemicu
kesalah pahaman. Jika salah satu berpendidikan tinggi begitupula
sebaliknya, kadang menjadi masalah dalam komunikasi dan cara
memandang suatu hal. Bahkan budaya kita yang di timur ini masih tetap
berpandangan bahwa laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga.
Artinya, suami menempati „kedudukan‟ tertinggi sebagai kepala keluarga
dan bertugas untuk memimpin istri dan anak-anaknya sehingga
pendidikannya harus lebih tinggi126
. Namun dalam kenyataannya tingkat
pendidikan suami dan istri dalam keluarga malah menjadi sumber problem
dalam rumah tangga.
Hasil observasi yang dilakukan menujukkan bahwa Salah satu
kendala solusi yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
adalah perbedaan tingkat pendidikan suami dan istri yang sangat mencolok.
Hal ini menyebabkan mereka memiliki sikap, prilaku, pola fikir dan
pendapat dan cara pandang yang jauh berbeda dan tidak seimbang sehingga
menimbulkan tidak terpenuhinya keinginan masing-masing dalam keluarga
126
H. Lalu Nurhayat, Wawancara, tanggal 21 Maret 2020
95
seperti istri yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari suami.
Dan juga istri memiliki penghasilan yang lebih baik dibanding suami,
sehingga membuat istri lebih menguasai atau mendominasi dan suami
merasa minder127
.
Dengan demikian, masalah tingkat pendidikan ini laki-laki sebagai
seorang suami hendaknya berfikir matang dan mempertimbangkan
perbedaan latar belakang sebelum memilih pasangan hidup yang tepat.
Idealnya, pria sebagai suami akan memilih pasangan yang dengan latar
belakang pendidikan yang setara atau lebih rendah dari dirinya. Sebab pria
akan merasa kehilangan harga diri dan minder apabila sang istri berasal dari
latar belakang pendidikan, pekerjaan atau kepribadian yang lebih tinggi atau
lebih baik.
Kaitannya dengan pendidikan keluarga ini dijelaskan bahwa
pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral dan keterampilan128
Pendidikan keluarga sebagai salah
satu bentuk sistem sosial, senantiasa bersifat terbuka, artinya pendidikan
tersebut selalu menerima masukan (input) dari lingkungan, dan memberikan
hasil berupa output pada lingkungan juga.
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuannya
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada disekelilingnya. Oleh karena
itu untuk memahami pendidikan secara lebih luas, orang tua dalam keluarga
127
Observasi, tanggal 21 Maret 2020 128
UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
96
pada umumnya berperan sebagai ujung tombak dalam membangun
pendidikan keluarga, memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep
lingkungan pendidikan keluarga. Pemahaman tersebut akan mendorong
keluarga untuk berupaya secara optimal memanfaatkan lingkungan tersebut
sehingga memiliki kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pendidikan
keluarga itu sendiri129
.
Jadi, keluarga sebagai lingkungan pendidikan, maka perlu dipahami
karakteristik lingkungan keluarga. Karakteristik lingkungan keluarga dapat
dipahami dengan mempelajari konsep tentang pengertian dan jenis- jenis
keluarga, peranan dan fungsi yang perlu dimainkan oleh masing-masing
anggota keluarga terutama peranan dan fungsi yang terkait dengan kegiatan
pendidikan yang berlangsung didalamnya.pendidikan yang terjadi dalam
lingkungan keluarga berlangsung alamiah dan wajar, tidak ada aturan yang
mengikat, karena itu disebut pendidikan informal.
2. Keuangan Keluarga
Masalah keuangan keluarga juga menjadi salah satu kendala yang
dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah. Masalah menurut
Muhadis, tokoh adat di Kabupaten Lombok Tengah mengatakan bahwa
masalah keuangan memang menjadi permasalahan yang pelik ketika dua
orang bersatu dalam ikatan pernikahan. Biasanya masalah keuangan ini
terjadi bila suami berpenghasilan kecil dan tidak mencukupi kebutuhan
129
Sadulloh dkk, Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung : Alfabeta, 2003), hal. 171.
97
hidup dalam rumah tangga, sehingga istri menjadi seringkali emosi dan
tidak patuh pada suami. Selain itu Dalam kehidupan keluarga, masalah
keuangan tidak bisa dipandang sebelah mata. Faktanya, urusan uang sering
kali jadi penyebab berakhirnya suatu hubungan, termasuk hubungan rumah
tangga seperti pertengkaran kecil sampai berakhir di meja persidangan.
Gara-gara uang, ikatan dan janji suci saat awal pernikahan bisa terlupakan
putus karena masalah lemahnya keuangan keluarga130
.
Masalah keuangan juga bukan hanya mengintai keluarga yang punya
penghasilan minim. keluarga yang gajinya tinggi juga gak lepas dari risiko
masalah ini. Sebab, bukan masalah seberapa banyak uang yang kita punya,
tapi banyak faktor lain yang membuat uang jadi pemicu konflik atau
keributan suami istri dalam keluarga. Disatu sisi suami dalam keluarga
bertanggung jawab atas seluruh biaya hidup rumah tangga. Sehingga
dibutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, sebab keberadaan uang
dengan gaya hidup yang mewah dan berbeda, dapat menyebabkan istri
merasa kebutuhannya gak terpenuhi dengan baik, sedangkan suami akan
merasa istrinya gak bisa memahami kondisi atau mengelola uang dengan
gak bijak.
Memang tidak mudah mengubah gaya hidup yang kita punya seperti
kebiasaan makan di restoran, di lesehan dan warung, dan makanan mahal
lainnya, namun demikian, hal tersebut sudah menjadi konsekuensi saat
130
Wawancara, tanggal 22 Maret 2020
98
memutuskan menikah. Sehingga pertimbangan yang matang menjadi salah
satu perhatian yang serius sebelum menuju jenjang pernikahan.
Kaitannya dengan kendala masalah keuangan keluarga ini dijelaskan
bahwa merencanakan keuangan bukan hanya mengatur uang masuk dan
keluar saat ini. Akan tetapi, perencanaan sampai sepuluh tahun ke depan
bahkan lima puluh tahun kemudian131
. Menurut Rina Dewi Lina dalam
buku “Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya” mengatakan bahwa mengatur
uang masuk dan keluar dan berusaha mencukupi setiap bulannya adalah
langka awal. Namun, perencanaan keuangan bukan hanya mengatur uang
masuk dan keluar saat ini , tetapi merencanakan keuangan sampai sepuluh
tahun ke depan bahkan sampai lima puluh tahun ke depan132
.
Dengan perencanaan keuangan, sebuah keluarga dapat melihat dan
merencanakan gambaran besar dari kehidupan pada masa mendatang. Sebab
penghasilan yang besar belum tentu mencukupi kebutuhan sebuah keluarga
dan penghasilan yang lebih sedikit, belum tentu tidak mencukupi kebutuhan
sebuah keluarga.
3. Ketidakhadiran Anak
Kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
adalah masalah. Masalah menurut Kartawan, tokoh adat di Kabupaten
Lombok Tengah mengatakan bahwa kehadiran anak memang selalu
131
https://economy.okezone.com/masalah keuangan keluarga, diakses pada tanggal 7
Februari 2020 132
Rina Dewi Lina, Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya, (Jakarta: Penebar Plus, 2016),
13
99
ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri. Dan masalah ini terjadi
setelah bertahun-tahun menikah, kehadiran anak tidak kunjung datang133
.
Hal inilah yang juga menyebabkan konflik rumah tangga. Biasanya suami
istri akan saling menyalahkan dan merasa paling benar.
Hasil observasi yang dilakukan pada salah satu keluarga yang tidak
memiliki keturunan atau tidak memiliki anak menunjukkan bahwa konflik
keluarga serkait ketiadaan anak ini sering menimbulkan konflik dalam
keluarga, bahkan mereka melakukan perceraian karena tidak ada keturnan
yang melangsungkan hidup mereka. Selain itu mereka suami istri juga
merasa minder dan malu kerena tidak dapat memberikan keturnan sehingga
memutuskan cerai kemudian menikah lagi dengan pilihan atau pasangan
yang berbeda-beda untuk mencari keturunan134
.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ketiadaan anak atau tidak
adanya keturunan (mandul) seringkali menjadi kendala yang dihadapi oleh
lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim
sasak di Kabupaten Lombok Tengah. Sebab setiap suami atau istri selalu
mendambakan seorang anak untuk melanjutkan keturunan dan juga
keselamatannya baik di dunia maupun dikahiarat.
4. Perselingkuhan
kendala lain yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
adalah masalah perselingkuhan. Menurut H. Sentum, tokoh adat sekaligus
133
Kartawan, Wawancara, tanggal 26 Maret 2020 134
Observasi, tanggal 26 Maret 2020
100
sebagai Kepala Desa Batu Jangkih Praya Barat Daya di Kabupaten Lombok
Tengah mengatakan bahwa perselingkuhan sering kali terjadi dalam
hubungan suami istri. Dan hal ini yang paling banyak menyebabkan
terjadinya perceraian di masyarakat seperti masalah hubungan seksual yang
tidak terpuaskan oleh suami maupun istri dalam berumah tangga135
.
Selain itu, masalah perselingkuhan ini merupakan masalah yang
selalu menjadi sorotan dimasyarakat. Sebab hal ini sering menyebabkan
hancurnya keluarga tau rumah tangga. Kenyataan ini tidak saja tampak
dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi juga terjadi pada
pasangan yang usia pernikahannya sudah lama. Konflik perselingkuhan ini
menjadi tantangan besar bagi lembaga adat desa untuk diselesaikan dan
menjadi tantangan berat bagi suami istri dalam membangun kehidupan
keluarga.
Kaitannya dengan perselingkuhan ini dijelaskan bahwa
Perselingkuhan adalah hubungan antara individu baik laki-laki maupun
perempuan yang sudah menikah ataupun yang belum menikah dengan orang
lain yang bukan pasangannya. Menurut Vaughan menyebutkan bahwa
perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan
merupakan pasangan resminya136
.
Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-
citakan bisa menempuh kehidupan perkawinan yang harmonis. Namun
perkawinan pada dasarnya terdiri dari dua orang yang mempunyai
135
H. Sentum, Wawancara, tanggal 28 Maret 2020 136
Vaughan D.G., Asbury T, Ophtalmology Umum ( Jakarta: EGC, 2009), hal. 17
101
kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga, dan problem yang
berbeda satu sama lain. Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya
memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan
seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang
dihadapi setiap hari, ditambah dengan keunikan masing-masing
individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan
hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang
bagi timbulnya perselingkuhan diantara pasangan suami istri137
.
Perselingkuhan merupakan relasi seks antara seorang wanita atau
laki-laki yang sudah menikah dengan laki-laki atau wanita yang bukan
pasangannya. Perselingkuhan pada istri umumnya disebabkan oleh
dorongan kesenangan untuk memuaskan seks sesaat saja138
. Masalah
perselingkuhan merupakan masalah yang selalu menjadi sorotan dalam
pernikahan, yang dapat menyebabkan hancurnya rumah tangga. Kenyataan
ini tidak saja tampak dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi
juga terjadi pada pasangan yang usia pernikahannya sudah lama.
5. Perbedaan Pandangan
Perbedaan pandangan khusunya suami istri dalam keluarga juga
menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh lembaga adat desa sebagai
mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten
Lombok Tengah. Masalah menurut Syukur, tokoh adat di Kabupaten
137
www.e-psikologi.com, 2001 138
Kartono, Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual, (Bandung : Mandar Maju,
1989), hal. 31
102
Lombok Tengah mengatakan bahwa perbedaan sikap dan padangan masing
suami istri ini sering menimbulkan konflik keluarga, padahal pernikahan
sejatinya adalah menyatukan dua insan yang berbeda. Perbedaan itu
mencakup banyak hal seperti latar belakang, sifat, karakter, kebiasaan dan
juga kepribadian. Hal inilah yang menyebabkan sebuah rumah tangga
menjadi lebih berwarna. Akan tetapi tak jarang juga perbedaan ini
menyebabkan ketikakcocokan antara suami istri yang akhirnya
menyebabkan masalah dalam rumah tangga.
Selain itu juga perbedaan status sosial juga sering memicu konflik
dimasyarakat ini yang pada umumnya hal ini terjadi dalam
pernikahan golongan tertentu seperti pernikahan golongan keluarga kaya
dengan golongan keluarga miskin, pernikahan keturunan “lalu” dengan yang
bukan “baiq” atau keluarga yang masih mengakui tingkat-tingkat keturunan
(strata). Apabila pasangan suami istri ini tidak menciptakan suasana yang
baik dan saling mengerti, maka menimbulkan konflik dalam rumah tangga
atau dalam keluarga.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan Muh. Iqbal dan Ekawati
selaku keluarga yang berkonflik mengatakan bahwa dalam setahun
pernikahan kami seringkali terjadi konflik atau pertengkaran. Suami lebih
muda empat tahun dari saya. Kami mempunyai pandangan, pemikiran dan
background yang bertolak belakang, saya berasal dari keluarga yang
berkecukupan sedangkan suami sebaliknya. Karena keadaan ekonomi
keluarganya, masa kecil suami lebih banyak hidup di jalan dan bekerja
103
serabutan untuk biaya hidup dan sekolah. Kami menikah dapat dikatakan
tanpa melalui proses pacaran, kami bertemu karena dikenalkan orangtua.
Satu bulan setelah perkenalan tersebut, suami melamar, saya menerimanya
karena ingin berbakti kepada orangtua. Saya berpikir cinta akan tumbuh
dengan berjalannya waktu tetapi setelah menjalani pernikahan ini saya
seperti hampa, merasa lebih nyaman sendiri, pola pikir dan gaya hidup kami
selalu bertentangan139
. Saya mencoba mengalah untuk menerima perbedaan
tersebut tetapi hati saya seperti memberontak, saya semakin tidak bisa
menerima perlakuan suami yang kadang berkata kasar dan membentak saya
di depan karyawannya. Saya selalu menahan emosi untuk tidak terjadi
pertengkaran karena tidak ingin menjatuhkan wibawanya di depan umum.
Lebih jauh dia menjelaskan bahwa suami saya selalu menghindar
jika diajak untuk berkumpul dengan keluarga saya, selalu dengan alasan
pekerjaan, pola waktu kerjanya tidak beraturan, sesukanya saja. Saya
berusaha menasehatinya tetapi yang ada hanya pertengkaran. Suami terlalu
ambisi untuk segera menjuwudkan keinginannya tidak peduli dengan
perasaan istri karena sikapnya.140
Kadang saya ingin semua ini segera
berakhir dengan perpisahan tetapi saya tidak ingin orangtua sedih dan
kecewa. Apakah karena masa lalunya suami bersikap demikian. Saya pun
menjadi bingung apa yang sebaiknya saya lakukan untuk menhadapi sikap
dia.
139
Muh. Iqbal dan Ekawati , Wawancara, tanggal 2 April 2020 140
Muh. Iqbal dan Ekawati , Wawancara, tanggal 2 April 2020
104
C. Solusi yang Dilakukan Lembaga Adat Desa Sebagai Mediator
Penyelesaian Konflik Keluarga Muslim Sasak di Kabupaten Lombok
Tengah
Solusi dalam penyelesaian konplik keluarga diharapkan dapat
memberikan alternatif terbaik sehingga pihak yang berkoflik tidak ada yang
dirugikan. Terkait solusi dalam penyelasian koflik keluaga tersebut dijelaskan
bahwa penyelesaian konflik keluarga adalah serangkaian kegiatan untuk
mengakhiri kekerasan, menyelamatkan korban, membatasi perluasan dan
eskalasi Konflik, serta mencegah bertambahnya jumlah korban dan kerugian
harta benda141
.
Dari segi sosisologi, konflik merupakan perbedaan dan atau benturan
diantara dua atau lebih kepentingan aktor-aktor di dalam arena relasi sosial
spesifik. Perbedaan atau benturan bisa muncul dalam tindakan damai dan juga
kekerasan. Konflik kekerasan muncul dalam bentuk tindakan mengancam,
membunuh dan merusak infrastruktur. Konflik kekerasan merupakan masalah
sosial yang harus ditangani dan dikelola melalui mekanisme tertentu secara
legal atau adat142
.
Solusi penyelesaian konflik keluarga menurut adat, di dalamnya
terdapat niali-nilai yang sangat luhur, antara lain, nilai kebersamaan,
persaudaraan, kerukunan, keselarasan, kepatutan, ketentraman dan kedamaian.
Semua nilai-nilai tersebut mengacu pada kehidupan masyarakat yang
harmonis. Sayangnya, nilai-nilai semacam ini sekarang telah melemah dan
141
Pasal 1 angka 4 UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial 142
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, (Penerbit
Kencana, Jakarta. 2010), hal. 31
105
bahkan cenderung punah karena terdesak oleh nilai-nilai baru yang lebih
bersifat individualis dan menjunjung tinggi kebebasan, yang cenderung telah
menyebabkan ketidakharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat yang terancam disintegrasi seperti sekarang ini, nilai-nilai adat ini
perlu diberdayakan kembali untuk mencegah perpecahan yang timbul
dimasyarakat akibat konflik yang berkepanjangan dan tindakan main hakim
sendiri oleh orang-orang/kelompok yang tidak bertanggungjawab.
Adapun solusi yang dilakukan lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
terkait perbedaan tingkat pendidikan ini adalah menyelesaikan masalah
tersebut secara kekeluargaan dan memberikan nasehat kepada meraka untuk
saling menerima dan saling menghargai serta Saling memahami dan
memaklumi perbedaan masing-masing. Hal ini dilakukan agar konflik keluarga
menjadi tidak berlanjut dan mereka dapat hidup harmonis lagi. Bagi pasangan
yang pendidikannya lebih rendah, dapat menambah wawasan dengan banyak
membaca, mengikuti kursus dan lain-lain. Sedangkan bagi yang berpendidikan
tinggi jangan saling merendahkan pasangannya, tetapi hendaknya saling
support untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang apapun.
Kemudian solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala keuangan
adalah dilakukan secara bijaksana dan secara kekeluargaan oleh suami dan
istri. Mempertemukan mereka untuk diselesaikan atau dibicarakan secara baik-
baik seperti saling membantu dalam mencari nafkah, saling menerima
kekuranagan dan kelebihan masing-masing dalam mendapatkan penghasilan,
106
istri membantu suami mencari nafkah untuk menambah pemasukan dalam
rumah tangga143
. Selain itu membiasakan pola hidup sederhana, hemat dan
bersikap terbuka dan menggunakan uang berdasarkan prioritas kebutuhan
utama, bukan berdasarkan keinginan atau ego masing-masing.
Solusi masalah ketiadaan anak atau tidak adanya keturunan yang
dilakukan oleh lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik
keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah ini menurut H. Lalu
Yasir Arafat, tokoh adat adalah mengumpulkan mereka dan menyelesaikannya
secara kekeluargaan seperti menasehati dan memberikan alternative untuk
berobat, terapi, memeriksa kesehatan masing-masing ke dokter dan juga
diharapkan berfikir dan bersikap bijak dalam menerima cobaan ini144
.
Sehingga jika diketahui ada masalah kesehatan reproduksi bisa segera
diberikan terapi. Tetapi jika tak ada masalah kesehatan, mungkin pasangan
suami istri hanya perlu bersabar. Namun dalam realitanya ketidaksabaran itu
sangat berat, sehingga suami atau istri mengabil sikap dan inisiatif untuk
berpisah dan menentukan jalan hidup masing-masing.
Solusi yang dilakukan oleh lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok Tengah
kaitannya dengan masalah perselingkuhan ini adalah dilakukan dengan cara
bijak dan arif yaitu melakukan musyawarah dan diselesaikan secara
kekeluargaan dan meminta sikap keterbukaan antara suami dan istri,
menceritakan alasan mengapa berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila
143
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 26 Maret 2020 144
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 27 Maret 2020
107
konfik ini sulit diatasi oleh adat desa, kami melibatkan pihak keluarga atau
orangtua dan keluarga145
. Dan kami berusaha semaksimal mungkin mencari
jalan atau solusi untuk tidak sampai cerai berai seperti meminta kepada suami
istri untuk sama-sama memperbaiki diri dan saling memaafkan.
Adapun dalam perbedaan pandangan, solusi yang dilakukan oleh
lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim
sasak di Kabupaten Lombok Tengah kaitannya dengan masalah perbedaan
pandangan suami istri ini menurut H. Lalu Yasir Arafat selaku tokoh adat
adalah kami mempertemukan mereka, menyelesaikan secar baik, musyawarah
dan secara kekeluargaan. Memberikan nasehat untuk menghargai, saling
menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dan menyesuaikan diri
dengan perbedaan yang ada. Kuncinya adalah tetap saling berkomunikasi yang
baik antar suami istri146
.
Memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda itu wajar dalam
keluarga khususnya suami istri, hanya saja ketika egoisme sudah tidak dapat
dikendalikan, menyebabkan kondisi atau suasana menjadi memanas dan tidak
harmonis sehingga terjadi konflik yang berkepanjangan dalam keluarga. Selain
itu perbedaan pendapat pasti terjadi di dalam keluarga. Baik antara pasangan
suami istri, anak dengan anak, maupun anak dengan orangtua. Perbedaan
pandangan ini tentu tidak bisa dihindari, dan sebaiknya dihadapi dengan sikap
dewasa dan bijaksana sehingga dan keharmonisan dalam keluarga.
145
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 28 Maret 2020 146
H. Lalu Yasir Arafat, Wawancara, tanggal 2 April 2020
108
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga muslim
sasak di Kabupaten Lombok Tengah pada dasarnya tidak bisa dilepaskan
dari kebudayaan suatu masyarakat, dalam menjalankan tugasnya tentu tidak
lepas dari prinsip, prosedur dan fungsinya sebagai lembaga adat desa.
Melestarikan nilai-nilai adat istiadat dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat dan menyelesaikan berbagai persoalan atau konflik yang
terjadi dengan prinsip perdamaian atay secara damai dan kekeluargaan
serta mempertahankan keharmonisan sosial dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Menyelesaikan masalah konplik warga atau keluarga secara
adil dan bertanggung jawab, memberikan soulsi atau jalan keluar yang
menciptakan kedamaian pihak yang bertikai, bersikap menghormati dan
mengerti berbagai perbedaan pendapat, merasakan masalah yang mereka
hadapi dan fokus pada masalah yang mereka hadapi dan bersikap netral
diantara mereka yang bertikai. Selain itu tetap mengacu pada nilai-nilai
adat seperti asas kerukunan, azas keselarasan dan azas kepatutan termasuk
melakukan tiga cara yaitu konsiliasi, mediasi dan arbitrasi. Adapun
fungsinya adalah untuk menjaga, melaksanakan dan melestarikan adat yang
berlaku pada masyarakatnya secara turun temurun. Dalam menjalankan
109
fungsinya lembaga adat desa sebagai mediator penyelesaian konflik
keluarga diharapkan dapat mensosialisasikan norma dan adat yang berlaku
dalam masyarakat. Selain itu lehih diutamakan prinsip kekeluargaan dan
prinsip musyawarah serta saling memmafkan antar sesama. Apabila cara
tersebut tidak dapat dilakukan maka dilakukan penyelsaian lewat
pengadilan.
2. Konflik keluarga muslim sasak yang dimediasi oleh lembaga adat desa di
Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari beberapa bentuk konflik keluarga
diantaranya konflik perkawinan karena tidak memenuhi hak dan kewajiban,
konflik ekonomi keluarga, ketidak sekufuan, penganiayaan istri selain itu
juga masalah perceraian, masalah harta warisan, masalah anak dan masalah
ekonomi keluarga. Selain itu juga karena perkelahian antar keluarga akibat
dari perselisihan, sikap dan emosi atau ketersinggunan dari masalah hutang
yang tidak terbayarkan oleh keluarga.
3. Kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan oleh lembaga adat desa
sebagai mediator penyelesaian konflik keluarga Muslim Sasak di
Kabupaten Lombok Tengah diantaranya masalah pendidikan, masalah
keuangan, masalah ketidakhadiran anak, dimana kehadiran anak memang
selalu ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri, masalah
perselingkuhan yang sering kali terjadi dalam hubungan suami istri,
perbedaan pandangan seperti perbedaan sikap dan padangan masing suami
istri. Perbedaan itu mencakup banyak hal seperti latar belakang, sifat,
karakter, kebiasaan dan juga kepribadian termasuk perbedaan status sosial.
110
Sedangkan solusi dalam penyelesaian konplik keluarga terkait perbedaan
tingkat pendidikan ini adalah diselesaikan secara kekeluargaan dan
memberikan nasehat kepada meraka untuk saling menerima dan saling
menghargai serta Saling memahami dan memaklumi perbedaan masing-
masing. Solusi kendala keuangan adalah dilakukan secara bijaksana dan
secara kekeluargaan oleh suami dan istri. Diselesaikan atau dibicarakan
secara baik-baik seperti saling membantu dalam mencari nafkah, saling
menerima kekuranagan dan kelebihan masing-masing dalam mendapatkan
penghasilan, istri membantu suami mencari nafkah untuk menambah
pemasukan dalam rumah tangga. Solusi masalah ketiadaan anak adalah
mengumpulkan mereka dan menyelesaikannya secara kekeluargaan seperti
menasehati dan memberikan alternative untuk berobat, terapi, memeriksa
kesehatan masing-masing ke dokter dan juga diharapkan berfikir dan
bersikap bijak dalam menerima cobaan ini. Dan solusi masalah
perselingkuhan dilakukan dengan cara bijak dan arif yaitu melakukan
musyawarah dan diselesaikan secara kekeluargaan dan meminta sikap
keterbukaan antara suami dan istri, menceritakan alasan mengapa
berselingkuh dan mencari solusinya. Apabila konfik ini sulit diatasi oleh
adat desa, kami melibatkan pihak keluarga atau orangtua dan keluarga
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini
sebagai berikut:
111
1. Kepala Desa
Kepada desa agar terus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam
melakukan kerjasama yang baik dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan
tokoh agama dalam memaksimalkan fungsi lembaga adat desa sebagai
mediator penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten
Lombok Tengah baik untuk menjaga, melaksanakan dan melestarikan adat
yang berlaku pada masyarakatnya secara turun temurun.
2. Tokoh Adat
Kepada tokoh adat agar tetap meningkatkan kerjasama baik di
dalam menjalankan tugas dan fungsi lembaga adat desa sebagai mediator
penyelesaian konflik keluarga muslim sasak di Kabupaten Lombok
Tengah dengan tetap mengacu pada nilai-nilai adat seperti asas kerukunan,
azas keselarasan dan azas kepatutan termasuk melakukan tiga cara yaitu
konsiliasi, mediasi dan arbitrasi.
3. Peneliti
Kepada peneliti agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti
dan masyarakat pada umunya dan menjadi bahan pertimbangan dan kajian
untuk penelitian senajutnya
DAFTAR PUSTAKA
Adam Rahman, Peranan Mediasi Dalam Rekonsiliasi Perselisihan Rumah
Tangga (Studi di PA Kota Tasikmalaya), Al Ahwal-Jurnal Hukum Keluarga
Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum: UIN Sunan Kalijaga, 2014
Akhmad Rifa‟i, Konflik dan Resolusinya Dalam Perspektif Islam (Jurnal Millah-
Edisi Desember 2010
Azhar Marzuki, Peran lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa
perspektif hukum Islam Studi di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan, 2013
Boedi Abdullah, Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim, Bandung:
Pustaka Setia, 2013
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011
Endrik Safudin, Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase, Malang: Intrans
Publishing, 2018
Faizah Laela, Bimbingan Konseling Keluarga dan Remaja, UIN Sunan Ampel
Press : Surabaya, 2015
Firman Sujadi, dkk, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintaha Desa-
Landasan Hukum dan Kelembagaan Pemerintahan Desa, Jakarta: Bee
Media Pustaka, 2016
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Bandung: Mandar
Maju, 2014
https://economy.okezone.com/masalah keuangan keluarga, diakses pada tanggal 7
Februari 2020
https://islam.nu.or.id/kriteria kesetaraan atau sekufu dalam perkawinan, diakses
pada tanggal 5 Februari 2020
https://media.neliti.com/media/publications/konflik-perkawinan-dan-cara
penyelesaian, diakses pada tanggal 3 Februari 2020
https://www.academia.edu/Mediasi_Keluarga_dan_Tantangannya_Bagi_Pengadil
an_Agama, diakses pada tanggal 2 Februari 2020
https://www.google.co.id/ makalah masalah ekonomi keluarga, diakses pada
tanggal, 12 Februari 2020
James, P. Spradley and David W. McCurdy, 1987, Conformity and Conflict,
Reading in Cultural Antropogy, Little Brown and Company
Kartono, Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual, Bandung : Mandar Maju,
1989
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Balai Pustaka, 2013
Kamaruddin, Mediasi Dalam Pandangan Hukum Progresif-Suatu Alternatif
Penyelesaian Konflik Keluarga, Jurnal Al-'Adl, Vol. 11 No. 2: IAIN
Kendari, 2018
Laksanto Utomo, Hukum Adat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya,
2011
M. F. Zenrif., Realitas & Metode Penelitian Sosial dalam Perspektif Al-Quran
(Malang: UIN Malang Press, 2006
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004
Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta 2011
Muktar, Revitalisasi Kelembagaan Kampung Adat Tengah Kecamatan Mempura
Kabupaten Siak, (Jurnal JOM FISIP Vol. 4 No. 1 Februari 2017
Nasution, S, Metode Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001
Nauril Ikroma. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Budaya-Makalah,
Bengkulu: 2014
Novri Susan, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer,
Penerbit Kencana, Jakarta. 2010
Pasal 1 angka 4 UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
Peraturan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia Nomor: 1 Tahun 2009 pasal 3
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat
Permendagri Nomor 18 tahun 2018 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, Bab 3
Puslitbang, Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah
Agung RI, 2010.
Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen Fakultas Ekologi Manusia-Institut Pertanian Bogor, 2013
R. Soerojo Wignojodipoero, Kedudukan Serta Perkembangan Hukum Adat
Setelah Kemerdekaan, Jakarta: Gunung Agung, 1983
Rina Dewi Lina, Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya, Jakarta: Penebar Plus,
2016
Sadulloh dkk, Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2003
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama, 2014
Setiady, Tholib. Intisari Hukum Adat Indonesia Dalam Kajian Kepustakaan,
Bandung: Alfabeta, 2008
Sidomulyo, Peran Lembaga Adat Dalam Pembangunan Desa, Jakarta: Pustaka
Setia, 2017
Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Gunung Agung, Jakarta, 1983
Sri Lestari, Psikologi Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2012
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian-Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002
Sulistiyono, Adi. Mengembanngkan Paradigma Non-Litigasi di Indonesia.
Sebelas Maret University Press: Surakarta, 2006
Surjono Suekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, 2000
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Gunung Agung:
Jakarta, 1983
Syaifuddin Iskandar, Eksistensi Lembaga Adat sebagai Mitra Kerja Pemerintah
Daerah, Makalah, 2013
UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Vaughan D.G., Asbury T, Ophtalmology Umum, Jakarta: EGC, 2009
Waluya, B. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung: PT
Setia Purna Inves, 2007
www.e-psikologi.com, 2001
CURICULUM VITAE (CV)
Nama : Takiudin, S.Pd., M.H
Tempat Tanggal Lahir : Lekong Tengak, 12 Desember 1986
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
No. Telepon / HP/WA : 082359127212
Email : [email protected]
Alamat : Dusun Pandan Tinggang I Desa Batu Jangkih
Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok
Tengah.
Anak ke tiga dari lima bersaudara : 1. Sardan (L)
2. Sailah (P)
3. Takiudin (L)
4. Napsah, A.Md. Keb. (P)
5. Jumdan, A.Md (L)
Nama Ayah : IDRIS
Nama Ibu : SEMIRAH
Nama Istri : SITI HADIJAH, S.Pd
Nama Anak ke-1 : SILVIA NOVIRA SINTA
Ke-2 : BAGAS PRAYOGA SANJAYA
Pendidikan :
JENJANG PENDIDIKAN TAHUN
SDN Pandan Tinggang
MTs. Putra Darul Muhajirin Praya
SMA Darul Muhajirin Praya
FKIP Ekonomi Univesitas Nahdatul Wathan Mataram
Pascasarjan Hukum Keluarga Islam (HKI) UIN Mataran
2000
2003
2006
2011
2020
Organisasi :
1. PMII-loteng
2. KNPI-loteng
3. NU
Pelatihan/Lokakarya/Seminar/Worshop Yang Pernah di Ikuti :
1. Mengikuti Pelatihan Keterampilan Word Dan EXcel di BLK Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2006
2. Mengikuti Seminar Sosialisasi Mensukseskan Pemilihan Gubernur Dan
Wakil Gubernur Tahun 2013
3. Mengikuti Seminar Sosialisasi Mensukseskan Pemilihan Anggota
DPR,DPD, DPRD dan Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden RI Tahun
2014
4. Mengikuti Pelatihan sertifikasi Guru PKN (PLPG) di UNRAM tahun 2014
5. Mengikuti Seminar Kebangsaan Penyerapan Aspirasi Masyarakat
Tanggal 29 Agustus 2015
6. Pelatihan Pratugas Pendamping Profesional Desa Tanggal 15 / 20
Desember 2015
7. Pelatihan Dasar SDM Kepariwisataan Bagi Masyarakat Tanggal 03/04
Fembruari 2016
8. Pelatihan pendampingan Program Perhutanan social Pasca Izin
Gelombang IV Angkatan 7 di BDLHK Kupang Tahun 2020 tgl, 3-6 Juni
2020.
9. Pelatihan Webinar Nasional Prodi S2 Hukum Keluarga Islam
Pascasarjana UIN Mataram dengan Tema :’’ ketegangan, Konflik dan
Mediasi di Era Pandemi”
Tanggal, 20 Juli 2020.
Pengalaman Kerja :
1. TU di SMP Darul Muhajirin Tahun 2006-2008
2. Staf Panwaslu Kabupaten Loteng Tahun 2008-2010
3. Pendamping Lapangan Program Samanta Founddation Dengan Asosiasi
Mareje Bonga (AMB) Mengenai Penguatan Kelompok Masyarakat
Pengelola Hutan Mareje Bonga, Percepatan Ijin Hutan Tanaman Rakyat
(HTR) Tanggal 01 April 2009 - 31 Maret 2010.
4. Pendamping Lapangan Program WFP Kepada Kelompok Tani Pengelola
Hutan Tanggal 01 Maret 2011-31 Oktober 2011.
5. Pendamping Lapangan Program ACCES Aus Aid Dengan AMB Mengenai
Penguatan Kapasitas Kelompok Tani Pengelola Hutan Pada Tanggal 01
Mei -31 Desember 2012.
6. Pendamping Lapangan Program Acces Aus Aid Dengan Asppuk Nusa
Tenggara, Kepada Kelompok Usaha Kerajinan Kabupaten Lombok
Tengah Pada Tanggal 25 Februari S.D 25 Desember 2013.
7. Panitia Pemilihan Kecamatan Praya Barat Daya Tahun 2013-2015
8. Pendamping Lapangan Program Samanta-AMB Mengenai “Mendorong
Legalitas Pengelola Hutan – Kemitraan Kehutanan Pada Tanggal 01 April
2015 - 31 Januari 2016.
9. Guru sertifikasi Tahun 2015-sekarang.
10. Pendamping Profesional Desa Batu Jangkih, Montong Ajan Dan
Montong Sapah 2015 sampai Dengan Sekarang