X PLK.MP01.001.01 BI
-
Upload
zul-zeropast -
Category
Documents
-
view
70 -
download
2
Transcript of X PLK.MP01.001.01 BI
MODUL PELATIHAN BERBASIS
KOMPETENSI
SUB BIDANG METODOLOGI PELATIHAN
KERJA
MERUMUSKAN PERMASALAHAN PELATIHAN DI DAERAH
PLK.MP01.001.01
BUKU INFORMASI
DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN
PRODUKTIVITASJl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 1 dari 51
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mewujudkan pelatihan kerja yang efektif dan efesien
dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
diperlukan suatu sistem pelatihan yang sama. Sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional yang
mengamanatkan bahwa pelatihan kerja berbasis kompetensi.
Dalam rangka menerapkan pelatihan berbasis kompetensi tersebut
diperlukan adanya standar kompetensi kerja sebagai acuan yang diuraikan
lebih rinci ke dalam program, kurikulum dan silabus serta modul pelatihan.
Untuk memenuhi salah satu komponen dalam proses pelatihan tersebut
maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi “Merumuskan
Permasalahan Pelatihan di Daerah” yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Jasa Kemasyarakatan,
Sosial, Budaya dan Perorangan Sub Sektor jasa Kegiatan Lainnya Bidang Jasa
Lainnya Sub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja yang telah ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor
KEP.140/MEN/VI/2008.
Modul pelatihan berbasis kompetensi ini, terdiri dari 3 buku yaitu Buku
Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian. Ketiga buku tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh, dimana buku yang satu dengan yang lainnya saling
mengisi dan melengkapi, sehingga dapat digunakan untuk membantu pelatih
dan peserta pelatihan untuk saling berinteraksi.
Demikian modul pelatihan berbasis kompetensi ini kami susun, semoga bermanfaat untuk menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja.
Jakarta, Desember 2009
DirekturStandardisasi Kompetensi
dan Program Pelatihan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 2 dari 51
Drs. Djoko Mulyanto, MMNIP. 19540125 197903 1 002
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 3 dari 51
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------------- 1
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB I STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) --------------------------------- 3
A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) ------------------------- 3
B. Unit Kompetensi Prasyarat ------------------------------------------------- 6
C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ------------------------ 7
BAB II MERUMUSKAN PERMASALAHAN PELATIHAN DI DAERAH -------------- 10
A. Latar Belakang ----------------------------------------------------------------- 10
B. Tujuan ----------------------------------------------------------------------------- 10
C. Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------------ 11
D. Pengertian Istilah -------------------------------------------------------------- 11
E. Diagram Alir Unjuk Kerja Pencapaian Kompetensi ------------------ 14
F. Materi Pelatihan Merumuskan Permasalahan Pelatihan di
Daerah ---------------------------------------------------------------------------- 14
1. Mengidentifikasi permasalahan daerah yang mendorong
munculnya kebutuhan pelatihan-------------------------------------- 14
a. Kebutuhan Pelatihan-------------------------------------------------- 14
b. Survey Kebutuhan Pelatihan --------------------------------------- 17
c. Dasar-dasar Statistik -------------------------------------------------- 19
d. Istilah-istilah Kependudukan --------------------------------------- 26
e. Analisis Kebutuhan Pelatihan -------------------------------------- 30
f. Analisis Informasi Pasar Kerja -------------------------------------- 33
g. Analisis Target Populasi --------------------------------------------- 33
2. Menetapkan kebutuhan pelatihan di suatu daerah-------------- 37
a. Pedoman Menganalisis Data Kebutuhan Pelatihan
Daerah agar Sesuai dengan Kondisi Nyata Daerah --------- 37
3. Pelaporan -------------------------------------------------------------------- 41
BAB III SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI -------------------------------------------------------------------------
A. Sumber-sumber Perpustakaan ------------------------------------------- 43
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 4 dari 51
1.Daftar Pustaka -------------------------------------------------------------- 43
2.Buku Referensi -------------------------------------------------------------- 43
B. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan -------------------------------------- 44
1.Daftar Peralatan/Mesin-------------------------------------------------- 44
2.Daftar Bahan---------------------------------------------------------------- 44
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 5 dari 51
BAB I
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI)
DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)
A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)
1. KODE UNIT : PLK.MPO1.001.01
2. JUDUL UNIT : Merumuskan Permasalahan Pelatihan di
Daerah
3. DESKRIPSI UNIT : Unit ini merupakan kompetensi yang
berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja dalam merumuskan
permasalahan pelatihan di daerah.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Mengidentifikasi
permasalahan
daerah yang
mendorong
munculnya
kebutuhan
pelatihan
1.1 Data dan informasi tentang permasalahan
daerah diperoleh dari sumber yang sahih.
1.2 Data dan informasi dianalisis untuk
menentukan jenis-jenis permasalahan yang
dapat dipecahkan melalui penyelenggaraan
pelatihan.
2. Menetapkan
kebutuhan
pelatihan di suatu
daerah
2.1 Data Kebutuhan pelatihan daerah dianalisis
sesuai dengan jenis permasalahan yang
telah ditentukan.
2.2 Kebutuhan pelatihan daerah ditentukan
sesuai dengan analisis kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia.
4. Batasan Variabel:
a. Batasan konteks:
Unit ini berlaku untuk mengidentifikasi permasalahan daerah yang
mendorong munculnya kebutuhan pelatihan dan menetapkan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 6 dari 51
kebutuhan pelatihan di suatu daerah yang digunakan untuk
merumuskan Permasalahan Pelatihan di Daerah pada metodologi
pelatihan
b. Perlengkapan untuk merumuskan permasalahan pelatihan di
daerah mencakup :
1) Kebijakan daerah.
2) Data Sumber Daya Pelatihan dalam suatu daerah.
3) Buku referensi/literatur.
4) Alat tulis kantor.
c. Tugas pekerjaan untuk merumuskan permasalahan pelatihan di
daerah sebagai bagian dari program pelatihan meliputi:
1) Menganalisis Data dan informasi untuk menentukan jenis-jenis
permasalahan yang dapat dipecahkan melalui penyelenggaraan
pelatihan
2) Menganalisis data kebutuhan pelatihan daerah sesuai dengan
jenis permasalahan yang telah ditentukan.
3) Menganalisis kebutuhan pelatihan daerah ditentukan sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
d. Peraturan untuk merumuskan permasalahan pelatihan di daerah
sebagai bagian dari program pelatihan adalah:
1) Pedoman Analisis Kebutuhan Pelatihan.
2)
5. PANDUAN PENILAIAN:
a. Penjelasan prosedur penilaian :
Alat, bahan, dan tempat penilaian serta unit kompetensi yang
harus dikuasai sebelumnya yang mungkin diperlukan sebelum
menguasai unit kompetensi ini dengan unit-unit kompetensi yang
terkait :
1) tidak ada.
b. Kondisi Penilaian:
1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat
berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait
dengan mengidentifikasi permasalahan daerah yang mendorong
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 7 dari 51
munculnya kebutuhan pelatihan dan menetapkan kebutuhan
pelatihan di suatu daerah, yang digunakan merumuskan
permasalahan pelatihan di daerah sebagai bagian dari program
pelatihan.
2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara : lisan, tertulis,
demonstrasi/praktik.
3) Penilaian dapat dilaksanakan secara : simulasi di workshop
dan/atau di tempat kerja.
c. Pengetahuan yang dibutuhkan :
1) Data dan informasi tentang permasalahan daerah dari sumber
yang sahih
2) Teknik survei/metodologi riset
3) Statistik Terapan
4) Training Needs Analysis
5) Training Needs Assessment
6) Target population Analysis
7) Signalling System
d. Keterampilan yang dibutuhkan :
1) Menganalisis data dan informasi untuk menentukan jenis-jenis
permasalahan daerah yang dapat dipecahkan melalui
penyelenggaraan pelatihan.
2) Menganalisis data kebutuhan pelatihan daerah sesuai dengan
jenis permasalahan yang telah ditentukan.
3) Menganalisis kebutuhan pelatihan daerah ditentukan sesuai
dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
e. Aspek Kritis:
Aspek kritis yang merupakan kondisi kerja yang harus
diperhatikan dalam mendukung unit kompetensi ini sebagai
berikut:
1) Perbedaan persepsi dalam menerjemahkan kebijakan daerah.
2) Kompetensi SDM yang variatif.
3) Keterbatasan data mengenai sumber daya pelatihan di suatu
daerah.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 8 dari 51
6. Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci Dalam Unit iniTingka
t
1 Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan
informasi
2
2 Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 3
3 Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3
4 Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3
5 Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
B. Unit Kompetensi Prasyarat
Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Merumuskan
Permasalahan Pelatihan di Daerah ini peserta harus sudah kompeten
untuk unit kompetensi sebagai berikut:
- Tidak ada.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 9 dari 51
C. Silabus Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
Judul Unit Kompetensi : Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahKode Unit Kompetensi : PLK.MP01.004.01Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini merupakan kompetensi yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja dalam merumuskan permasalahan pelatihan di daerahPrakiraan Waktu Pelatihan : 24 Jp @ 45 MenitTabel Silabus Unit Kompetensi :
Elemen Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
Indikator Unjuk Kerja
Materi Pelatihan Prakiraan Waktu Pelatihan
Pengetahuan Keterampilan Sikap Penge-tahuan
Keteram-pilan
1. Mengidentifikasi permasalahan daerah yang mendorong munculnya kebutuhan pelatihan
1.1 Data dan informasi tentang permasalahan daerah dipero-leh dari sumber yang sahih
Dapat menyebutkan macam-macam kebutuhan pelatihan
Dapat menjelaskan latar belakang munculnya kebutuhan pelatihan
Dapat menyatakan pengertian data dan informasi
Dapat menjelaskan teknik survey
Dapat menjelaskan statistik terapan
Dapat menyebutkan sumber yang sahih dalam menghimpun data permasalahan ketenaga-kerjaan daerah
Mampu melakukan identifikasi permasalahan ketenagakerjaan daerah
Harus bersikap cermat, teliti, tekun, dan sopan
Macam-macam kebutuhan pelatihan
Latar belakang munculnya kebutuhan pelatihan
Pengertian data dan infor-masi Teknik Survey Statistik Terapan:
- Penghimpunan Data - Pengolahan Data - Penyajian Data Sumber yang sahih
Melakukan identifikasi data permasalahan daerah berdasarkan data ketenagakerjaan yang diperoleh
Cermat Teliti Tekun Sopan/ santun
4 12
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 10 dari 51
Elemen Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
Indikator Unjuk Kerja
Materi Pelatihan Prakiraan Waktu Pelatihan
Pengetahuan Keterampilan Sikap Penge-tahuan
Keteram-pilan
1.2 Data dan informasi dianalisis untuk menentukan jenis-jenis permasalahan yang dapat di-pecahkan melalui penyeleng-garaan pelatihan
Dapat menjelaskan tentang identifikasi kebu-tuhan pelatihan
Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan Analisis Target Populasi
Dapat menjelaskan synaling system
Dapat menyebutkan pedoman analisis data ketenagakrjaan dan analisis kebijakan kete-nagakerjaan daerah
Mampu melakukan analisis data permasalahan daerah yang berakibat adanya pelatihan
Harus bersikap cermat dan teliti
Pedoman anaisis data per-masalahan yang berakibat adanya pelatihan: Identifikasi Kebutuhan
pelatihan Analisis Target Populasi Sygnaling System Analisis Data ketenagaker-
jaan daerah Analisis Kebijakan Daerah
dalam ketenagakerjaan
Melakukan analisis data permasalahan yang berakibat adanya pelatihan
Cermat Teliti
Asesmen
2. Menetapkan kebutuhan pelatihan di suatu daerah
2.1 Data Kebutuhan pelatihan daerah dianalisis sesuai dengan jenis permasalahan yang telah ditentukan
Dapat menyebutkan pedoman analisis kebutuhan pelatihan
Mampu melakukan analisis kebutuhan pelatihan sesuai dengan jenis permasalahan
Harus bersikap cermat, teliti, dan taat asas
Pedoman Analisis Kebutuhan pelatihan sesuai dengan jenis permasalahan yang telah ditentukan: Analisis Kebutuhan Pelatih-
an Training Needs Assessment
Menganalisis Kebutuhan pelatihan sesuai dengan jenis permasalahan
Cermat Teliti Taat asas
2 6
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 11 dari 51
Elemen Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
Indikator Unjuk Kerja
Materi Pelatihan Prakiraan Waktu Pelatihan
Pengetahuan Keterampilan Sikap Penge-tahuan
Keteram-pilan
2.2 Kebutuhan pelatihan daerah ditentukan sesuai dengan analisis kebutuhan dan sumber daya yang tersedia
Dapa menyebutkan dan menjelaskan pedoman menetapkan kebutuhan pelatihan agar sesuai dengan sumber daya yang tersedia
Mampu menetapkan kebutuhan pelatihan yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia
Harus bersikap termat, teliti, dan taat asas
Pedoman menetapkan kebu-tuhan pelatihan agar sesuai dengan sumber daya yang tersedia
Menetapkan kebutuhan pelatihan agar sesuai dengan sumber daya yang tersedia
Cermat Teliti Taat asas
Asesmen
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 12 dari 45
BAB II
MERUMUSKAN PERMASALAH PELATIHAN DI DAERAH
A. Latar Belakang
Kebutuhan pelatihan muncul apabila kemampuan tenaga kerja tidak
sesuai dengan kualifikasi jabatan atau tugas/pekerjaan yang akan
dilakukan. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi akibat dari perkembangan
teknologi, alih profesi, adanya kebijakan baru yang diberlakukan karena
tuntutan kebutuhan peningkatan produktivitas organisasi/kesejahteraan
pegawai/masyarakat termasuk kebutuhan global.
Pembinaan kualitas dan produktivitas tenaga kerja sangat ditentukan
oleh keberhasilan pembinaan jalur pendidikan formal, pelatihan kerja,
dan pengembangan di tempat kerja. Secara makro terdapat empat
sasaran kegiatan pelatihan kerja yang dicanangkan sejak digulirkannya
reformasi pelatihan pada tahun 1994/1995:
Meningkatkan kualitas angkatan kerja agar mampu menciptakan dan
mendukung perluasan lapangan kerja dan penanggulangan
pengangguran;
Meningkatkan produktivitas tenaga kerja;
Mendukung program penempatan tenaga kerja ke luar negeri;
Mendukung program penggantian tenaga kerja asing pendatang.
Berkenaan dengan empat sasaran kegiatan pelatihan kerja tersebut di
atas maka identifikasi kebutuhan pelatihan diarahkan ke empat sasaran
tersebut. Oleh sebab itu, kegiatan merumuskan permasalahan pelatihan
di daerah perlu dilakukan untuk mengetahui kesenjangan kemampuan
apa saja yang ada dibandingkan dengan potensi daerah yang berkenaan
dengan lapangan pekerjaan bagi masyarakat daerah tersebut yang
diidentifikasi berdasarkan kondisi kependudukan/ ketenagakerjaannya.
Hasil perumusan permasalahan pelatihan daerah inilah yang akan
menjadi dasar evaluasi bahwa kebutuhan pelatihan daerah tersebut
memang benar-benar dibutuhkan.
B. Tujuan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 13 dari 45
Adapun tujuan merumuskan permasalahan pelatihan di daerah adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menentukan jenis-jenis permasalahan yang dapat dipecahkan
melalui penyelenggaraan pelatihan
2. Untuk menetapkan kebutuhan pelatihan di suatu daerah sesuai
dengan analisis kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan merumuskan permasalahan pelatihan di daerah
dalam unit kompetensi ini meliputi kegiatan mengidentifikasi
permasalahan suatu daerah yang mendorong munculnya kebutuhan
pelatihan yang diperoleh dari mengidentifikasi data
kependudukan/ketenagakerjaan, data potensi daerah, data lapangan
kerja daerah lokal, regional, nasional, maupun luar negeri (AKAL, AKAD,
AKAN), dan data geografis daerah, analisis kebutuhan pelatihan yang
menghasilkan kesenjangan kemampuan untuk memenuhi lapangan
pekerjaan yang tersedia, dan menetapkan kebutuhan pelatihan daerah
tersebut untuk dijadikan acuan evaluasi kebutuhan pelatihan yang nyata
sesuai dengan sumber daya yang tersedia di daerah tersebut.
D. Pengertian-pengertian
1.Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang
diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja
atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh
suatu pekerjaan/jabatan.
2.Standardisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta
menerapkan suatu standar tertentu.
3.Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu di mana materi, metode dan
fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada
pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 14 dari 45
4.Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunjukkan aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga
aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang
ditetapkan.
5.Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-
istilah hasil serta memiliki format standar yang terdiri atas judul unit,
deskripsi unit, elemen.
6.Menganalisis
Menganalisis adalah menyelidiki dengan menguraikan bagian-
bagiannya.
7.Mengidentifikasi
Mengidentifikasi adalah menentukan atau menetapkan identitas
orang, benda, dsb.
8.Kebutuhan pelatihan
Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan antara kompetensi yang
dipersyaratkan oleh suatu jabatan dengan kompetensi yang dimiliki
calon peserta pelatihan.
9.Program Pelatihan
Program pelatihan adalah suatu rumusan tertulis yang memuat secara
sistematis tentang pemaketan unit-unit kompetensi sesuai dengan
area kompetensi jabatan pada area pekerjaan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan Pelatihan Berbasis Kompetensi.
10. Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan
dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi
kompentensi/jabatan/ pekerjaan serta spesifikasi pekerjaan.
11. Pelatihan Berbasis Kompetensi (yang selanjutnya disebut PBK)
PBK adalah proses pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 15 dari 45
serta lingkungan pelatihan yang ada terfokus kepada pencapaian
unjuk kerja.
12. Lembaga Pelatihan Kerja (LPK)
Lembaga Pelatihan Kerja yang selanjutnya disebut LPK adalah suatu
lembaga pemerintah/swasta/badan hukum atau perorangan untuk
tempat diselenggarakannya proses pelatihan kerja bagi peserta
pelatihan.
13. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan adalah angkatan kerja yang telah memenuhi
persyaratan teknis dan administrasi untuk mengikuti pelatihan
tertentu dengan program pelatihan berbasis kompetensi.
14. Instruktur
Instruktur adalah seseorang yang berfungsi sebagai fasilitator, pelatih,
pembimbing teknis, supervisor yang bertugas untuk menyampaikan
materi pelatihan kepada peserta pelatihan di LPK atau di tempat kerja
selama proses pelatihan.
15. Kualifikasi jabatan
Kualifikasi jabatan adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan jabatan (job performance requirements) yang
diperoleh dari analisis jabatan.
16. Analisis jabatan
Analisis jabatan adalah proses pengumpulan fakta, data, dan
keterangan pekerjaan, mengolahnya dan menyajikan dalam bentuk
gambaran jabatan yang tersusun secara sistematis, akurat, dan jelas.
17. Present Performance
Present performance atau kompetensi saat ini adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang dimiliki tenaga kerja saat ini.
18. Formasi Lapangan Pekerjaan
Formasi lapangan pekerjaan adalah kesempatan/lowongan pekerjaan
yang tersedia pada lapangan pekerjaan.
19. Kebijaksanaan Daerah
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 16 dari 45
Kebijaksanaan atau kebijakan daerah adalah rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak tata
pemerintahan daerah.
20. Tenaga Kerja Sukarela
Tenaga kerja sukarela adalah tenaga kerja yang bekerja atas
kehendak sendiri, bukan suatu kewajiban.
E. Diagram Alir
F. MATERI PELATIHAN MERUMUSKAN PERMASALAHAN PELATIHAN DI
DAERAH
1. Mengidentifikasi Permasalahan Daerah yang Mendorong
Munculnya Kebutuhan Pelatihan
a. Menghimpun Data dan Informasi tentang Permasalahan daerah
Sebelum melakukan kegiatan menghimpun data dan informasi
tentang permasalahan daerah, perlu dibahas dulu pengetahuan
tentang kebutuhan pelatihan.
Pengetahuan yang diperlukan dalam menghimpun data dan
informasi tentang permasalahan daerah.
MENGIDENTIFIKASI DATA PERMASA-LAHAN DAERAH
MENGUMPULKAN DATA PERMASA-LAHAN DAERAH DARI SUMBER YANG SAHIH
MEMPERSIAP-KAN JENIS DATA YANG
DIPERLUKAN
MENENTUKAN JENIS PERMASA-
LAHAN YANG DAPAT DIATASI
MELALUI PELATIHAN
MENGANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
SESUAI DENGAN PERMASA-
LAHAN
MENENTUKAN KEBUTUHAN PELATIHAN
SESUAI DENGAN SUMBER DAYA
YANG TERSEDIA
KEBUTUHAN PELATIHAN YANG
DITETAPKAN
= TRANSPORTATION = MANUAL OPERATION= PREPARATION
= DECISION
SELESAI
MULAI
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 17 dari 45
1) Kebutuhan Pelatihan
Seperti telah dijelaskan dalam pengertian istilah bahwa
kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan antara kompetensi
yang dipersyaratkan oleh suatu jabatan dengan kompetensi
yang dimiliki calon peserta pelatihan. Gambar di bawah ini akan
dapat lebih memperjelas pengertian kebutuhan pelatihan
tersebut di atas.
Gambar 1
Kebutuhan Pelatihan
=
Jadi : C = A + B
A =Kompetensi tenaga kerja saat ini (present performance).
Apabila memungkinkan, untuk mengetahui kompetensi saat ini
tersebut dilakukan skill test yang dalam CBT System disebut
skill audit
C = Kualifikasi jabatan atau kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas dalam memangku jabatan tersebut ( job
requirement performance)
B = merupakan selisisih antara kualifikasi jabatan dan kompetensi
terkini calon pemangku jabatan tersebut.
2) Macam-macam kebutuhan pelatihan:
a) Kebutuhan Pelatihan Tingkat Organisasi
Kebutuhan pelatihan pada tingkat organisasi merupakan
himpunan data umum yang berkaitan dengan tujuan
organisasi. Dalam hal ini organisasi dapat berupa organisasi
KEBUTUHAN PELATIHAN(B)
KUALIFIKASI JABATAN
( C )
KOMPETENSI TENAGA KERJA SAAT INI (A)
A A
B
C
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 18 dari 45
perusahaan atau wilayah, baik scope daerah maupun
negara. Kebutuhan pelatihan pada tingkat ini disebut
kebutuhan secara makro.
b) Kebutuhan Pelatihan Tingkat Jabatan
Kebutuhan pelatihan pada tingkat jabatan merupakan
kesenjangan seseorang pemangku jabatan terhadap
kualifikasi jabatan yang disyaratkan. Kebutuhan pelatihan
pada tingkat ini disebut kebutuhan pelatihan secara mikro.
c) Kebutuhan Pelatihan Tingkat Individu
Kebutuhan pelatihan pada tingkat individu adalah penentuan
siapa individu/orang yang membutuhkan pelatihan apa
berdasarkan usulan kebutuhan latihan individu tersebut.
Berdasarkan pengertian kebutuhan pelatihan dan macam-
macam kebutuhan pelatihan tersebut di atas, di bawah ini
digambarkan secara visual apa yang dimaksudkan
kebutuhan pelatihan daerah seperti pada Gambar 2.
Gambar 2
Kebutuhan Pelatihan Pada Tingkat Daerah
Kebutuhan Pelatihan(Jenis Pelatihan & Program pelatihan)
FORMASI LAPANGAN
PEKERJAAN(lokal, regional, nasional, luar
negeri)
Ketersediaan Kemampuan Populasi
yang ada di suatu daerah
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 19 dari 45
3) Analisis Kebutuhan Pelatihan Daerah
Untuk mengetahui kebutuhan pelatihan di suatu daerah maka
dilakukan survey untuk memperoleh data dari sumber yang
sahih. Yang dimaksud dengan sumber yang sahih di sini adalah
pihak-pihak terkait berkenaan dengan kesenjangan
kemampuan tenaga kerja terhadap kualifikasi lapangan
pekerjaan di daerah tersebut, baik dari pihak pemerintahan
daerah maupun dari pihak di luar pemerintah daerah termasuk
masyarakat. Untuk memperjelas hal ini dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 3
Analisis Kebutuhan Pelatihan Daerah
Untuk menentukan kebutuhan pelatihan di suatu daerah tidak
mudah karena kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor:
Kebijaksanaan daerah
Populasi target pelatihan
GEOGRAFIS
PARIWI SATA
PERTA NIAN
DLL.
ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN
POTENSI PENYERAPAN PASAR KERJA
PASAR KERJA DAERAH SETEMPAT
PASAR KERJA DI LUAR DAERAH
AKAD AKAN
USAHA MANDIRI
HUBUNGAN KERJA
PROGRAM
PELATIHAN
UNTUK SEKARANG DAN AKAN DATANG
KONDISI ANGKATAN KERJA(POPULASI TARGET PELATIHAN)
KONDISI LEMBAGA PELATIHAN KERJA (PEMERINTAH/SWASTA)
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 20 dari 45
Kebijaksanaan pelatihan.
4) Survey Kebutuhan Pelatihan
Agar survey dapat dilakukan dengan tepat dan benar, maka
perlu dipelajari dulu tentang teknik survey dan dasar statistik.
Yang dimaksudkan dengan teknik survey kebutuhan pelatihan
adalah tata cara atau suatu kegiatan untuk mendapatkan data
guna mengetahui berapa jumlah populasi yang ada
disesuaikan dengan data jabatan yang harus dipenuhi melalui
pelatihan. Survei kebutuhan pelatihan dimaksudkan untuk
menyusun program pelatihan yang sesuai dengan pemenuhan
kualifikasi jabatan.
5) Tujuan Survey
Adapun tujuan dilakukan survei ini adalah untuk menyusun
rencana pelatihan yang menyangkut:
a) jenis pelatihan
b) lama pelatihan
c) peralatan yang dibutuhkan
d) jadwal penyelenggaraan pelatihan
e) kebutuhan tenaga teknis pelatihan
f) pengembangan pelatihan pada masa mendatang.
6) Petugas Survey
Untuk melakukan survey diperlukan petugas survey yang harus
memiliki kemampuan teknik pengolahan data dengan
menggunakan dasar-dasar statistik, teknik wawancara, di
samping pengetahuan tentang substansial materi
survei/wawancara. Waktu survey guna memperoleh data yang
dibutuhkan tentunya salah satunya dilakukan dengan cara
wawancara.
a) Wawancara
Adapun pedoman melakukan wawancara, yaitu:
(1) Kenalkan diri anda sebelumnya kepada responden
dan jelaskan maksud dan tujuan kunjungan anda;
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 21 dari 45
(2) Yakinkan responden bahwa informasi yang diberikan
akan bersifat konfiderasi, yang diambil hanya angka
dan bukan nama;
(3) Laksanakan wawancara secara biasa dan jangan
diperlihatkan tanda setuju atau tidak setuju dengan
jawaban yang diberikan responden;
(4) Ajukan semua pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner/ pedoman wawancara dan jangan
mengajukan pertanyaan yang tidak ada kaitan
dengan responden;
(5) Usahakan agar wawancara dapat terlaksana dalam
waktu yang singkat dan jawaban yang lengkap
dengan suasana yang akrab serta usahakan adanya
kemungkinan untuk pertemuan lanjutan;
(6) Ajukan semua pertanyaan dengan cermat agar
responden memahami kata/istilah yang digunakan
sehingga maksud pertanyaan dapat diterima sesuai
dengan yang dimaksudkan.
b) Persiapan Wawancara
Sebelum dilakukannya survey tentunya perlu persiapan,
yaitu:
(1) Hubungi responden 1 atau 2 hari sebelumnya agar
siap;
(2) Siapkan alat bantu survei/wawancara, a.l. lembar
isian/kuesi-ner, check-list, pedoman wawancara, dll.;
(3) Pahami maksud dan tujuan wawancara, yaitu:
(a)memperoleh informasi yang dapat digunakan
untuk menyusun perencanaan kebutuhan
pelatihan;
(b)mengidentifikasi keadaan kebutuhan pelatihan;
(c) mengidentifikasi keadaan penyediaan fasilitas
pelatihan.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 22 dari 45
Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil survey diolah
melalui kegiatan analisis data. Untuk ini diperlukan
kemampuan ilmu statistik. Berikut ini disampaikan dasar-
dasar statistik sebagai bekal mengolah data tersebut.
7) Dasar-dasar Statistik
Statistik adalah suatu pengetahuan tentang pengumpulan,
penganalisaan, penyajian, dan penginterpretasian data
berbentuk angka atau grafik dilakukan secara logis dan
sistematis.
a) Data
Data adalah pernyataan fakta yang merupakan hasil dari
penelitian. Data yang sudah diolah disebut informasi.
(1) Macam-macam Data
Ada beberapa macam data, yaitu:
(a)data primer dan data sekunder
(b)data intern dan data ekstern
(c) data diskrit dan data kontinu
(d)data kuantitatif dan data kualitatif.
Data primer adalah data yang sudah tersedia atau
sudah dimiliki, sedangkan data sekunder adalah data
tambahan.
Data intern adalah data yang diperoleh dari
aktivitasnya sendiri, sedangkan data ekstern adalah
data yang diperoleh di luar aktivitasnya sendiri,
misalnya dari Biro Statistik.
Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil
menghitung, misalnya jumlah penduduk satu
kecamatan, sedangkan data kontinu adalah data yang
diperoleh dari hasil mengukur, misalnya luas wilayah
satu kecamatan.
Data kuantitatif adalah data dalam bentuk bilangan,
sedangkan data kualitatif adalah data non-bilangan
yang mengandung karakteristik tertentu, misalnya
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 23 dari 45
bagus, jelek, dsb. Data yang diperoleh dengan cara
sensus disebut populasi. Sampling adalah data yang
diperoleh dari sebagian populasi sehingga data
tersebut dapat dipakai untuk menyimpulkan suatu
populasi dan selanjutnya merupakan representatif dari
populasi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4
HUBUNGAN FAKTA, DATA, DAN INFORMASI
Gambar 5
POPULASI DAN SAMPEL
PRIMER SEKUNDER
FAKTA DATAINFORMAS
I
Digunakan untuk mengambil keputusan, baik berupa perencana-an, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan berdasar-kan informasi yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.
DIOLAHDINYATAKAN
HASIL PENELITIAN
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 24 dari 45
Berdasarkan gambar tersebut di atas terdapat dua fase
kegiatan statistik, yaitu fase statistik deskriptif yang
merupakan fase kegiatan pengambilan sampel yang
dilanjutkan dengan kegiatan pengolahan dan analisis,
sedangkan fase yang berikutnya sampai pengambilan
kesimpulan disebut fase statistik induktif.
b) Metoda Statistik
Ada empat metoda pokok statistik:
(1) Pengumpulan Data, a.l. melalui observasi, wawancara,
kuesioner, media cetak, media elektronik, data yang
tersimpan sebelumnya;
(2) Analisis Data, yaitu menguraikan ke dalam bermacam-
macam komponen, penguraiannya harus logis dan
bermanfaat;
(3) Penyajian Data, penyajian data dalam bentuk a.l.
tabulasi, grafik, diagram batang, dan pie sehingga
mudah untuk diinterpretasikan.
POPULASI
sampel
sampel
PENGUMPULAN DATA
DIAMBIL
KESIMPULAN POPULASI
DIAMBIL KEPUTUSAN
DianalisisDiolah
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 25 dari 45
(4) Interpretasi Data, yaitu memberikan dan
mendapatkan arti data dalam hubungannya antara
satu dengan yang lainnya.
c) Penyajian Data
Data yang sudah diolah dan dianalisis akan dimengerti oleh
orang lain kalau disajikan dalam bentuk visual. Ada dua
kelompok penyajian data:
(1) Kelompok tabel/daftar, yang dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu:
(a) Tabel baris-kolom, berupa baris horizontal dan
vertikal
(b) Tabel kontingensi, untuk menyatakan kondisi
manusia
(c) Tabel distribusi frekuensi, penyederhaaan tabel.
(2) Kelompok grafik/diagram, yang dibagi menjadi enam
golongan, yaitu:
(a) Diagram batang
(b) Diagram garis
(c) Diagram lambang
(d) Diagram llingkaran/pastel
(e) Diagram peta/kartogram
(f) Diagram titik/pencar.
Komponen-komponen tabel, yaitu:
Judul tabel
Nama kolom
Catatan kaki
Indikasi sumber.
Keempat komponen tersebut dijelaskan dalam contoh
tabel berikut supaya lebih jelas lagi.
………………………….. (Judul Tabel)
1 2 3
…………….
.*
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 26 dari 45
Sumber: …………….Keterangan nama komponen:1, 2, 3 = nama kolom Baris horizontal = sumbu X……..* = catatan kaki Baris vertikal = sumbu YSumber: ………….. = indikasi sumber
Bentuk-bentuk tabel sesuai dengan golongannya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel Baris Kolom
(misalnya hasil produksi suatu pabrik)
NAMA BARANG
2007 2008
JUMLAH
HARGA
JUMLAH
HARGA
A
B
C
Tabel Kontingensi
(misalnya untuk jumlah penduduk)
JENIS KELAMIN CIANJUR GARUT TASIK CIAMIS
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Tabel Distribusi Frekuensi
(misalnya hasil pengukuran tinggi badan)
TINGGI BADAN FREKUENSI
156 – 159,5 120
160 – 163.5 297
164 – 167,5 312
Bentuk-bentuk diagram/grafik dapat digambarkan
sebagai berikut:
Diagram Batang
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 27 dari 45
Diagram Garis
Diagram Lambang
Diagram Pastel
= 100 ORANG
= 200 ORANG
= 150 ORANG
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 28 dari 45
Setelah mengetahui mengenai teknik survey dan dasar tatistik
maka dilanjutkan dengan pengumpulan data dari sumber yang
sahih, yaitu sumber yang relevan dan dapat dipercaya untuk
dimintai data yang sahih pula. Dalam hal ini lingkungan
pemerintahan daerah yang meliputi dinas-dinas terkait antara lain
BAPPEDA, dinas-dinas yang menangani ketenagakerjaan,
kependudukan, perindustrian dan perdagangan, pertanian,
sumber daya alam, kepariwisataan, sektor usaha kecil dan
menengah, dan lain-lainnya.
Data yang dibutuhkan biasanya dalam bentuk angka, misalnya
”Riau dalam Angka”. Di samping data ini bisa diperoleh melalui
kunjungan ke daerah, bisa juga diperoleh dengan mengakses
internet secara on line, bagi daerah yang sudah ada situs di
internet.
Keterampilan yang dilakukan waktu mengumpulkan data/
informasi permasalahan daerah perlu memperhatikan hal-
hal apa yang harus dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu melakukan pengumpulan
data permasalahan daerah yang meliputi antara lain data
kependudukan, data ketenagakerjaan, dll., yaitu:
Peralatan pengumpulan data harus sudah disiapkan, antara lain
daftar cek list, pedoman wawancara, dsb.
Nama-nama pejabat atau pihak-pihak yang akan ditemui
lengkap alamat dan nomor telepon
Waktu mengakses internet harus dipastikan alamat website
harus benar
Konfirmasi ulang terhadap data yang diperoleh untuk
memperoleh data mutakhir termasuk menggunakan istilah-
istilah yang baku dan familier.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 29 dari 45
Sikap Kerja yang harus dilakukan waktu mengumpulkan
data/ informasi permasalahan daerah
Waktu melakukan kegiatan pengumpulan data apabila
berkomunikasi dengan responden harus bersikap sopan dan
santun, waktu melakukan pembacaan data harus teliti, cermat,
dan untuk seluruh kegiatan tersebut harus taat asas terhadap
ketentuanyang sudah ditetapkan termasuk memastikan prosedur
standar.
Selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap data yang sudah
diperoleh dari kegiatan pengumpulan data tersebut, baik data
primer maupun data sekunder. Untuk melakukan identifikasi ini
sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu mengenai istilah-
istilah yang digunakan terutama yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan.
Adapaun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan de-ngan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaku-kan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan
acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan yang
berkesinambungan.
Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa
dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.
Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja,
hak, dan kewajiban para pihak.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 30 dari 45
Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai
unsur pekerja,upah, dan perintah.
Perluasan kesempatan kerja di luar hubungan kerja
dilakukan melalui:
Penciptaan kegiatan yang produktif dan berkelanjutan dengan
mendaya-gunakan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan teknologi tepat guna.
Penciptaan perluasan kesempatan kerja:
- dilakukan dengan pola pembentukan dan pembinaan tenaga
kerja mandiri
- penerapan sistem padat karya
- penerapan teknologi tepat guna
- pendayagunaan tenaga kerja sukarela atau pola lain yang
dapat mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja.
Di samping itu, ada istilah kependudukan seperti gambar skema
di bawah ini.
Gambar 6
Skema Istilah Kependudukan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 31 dari 45
Sumber: Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, hal. 18
Ciri-ciri setengah menganggur:
Menurut pendapatan, di bawah upah minimum
Menurut produktivitas, di bawah standar yang
ditetapkan
Menurut pendidikan dan pekerjaan, pendidikan tidak
sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni
Lain-lain, jam kerja kurang dari standar yang ada (40
jam dalam satu minggu).
Untuk mengidentifikasi data permasalahan daerah yang
diperoleh dari sumber yang sahih digunakan instrumen-
instrumen di bawah ini.
Tabel 1
Kondisi Ketenagakerjaan
NO KONDISI PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
Penduduk(total population)
Penduduk dalam usia kerja/tenaga kerja (15
th ke atas)
Penduduk di luar usia kerja
Di bawah usia kerja Di atas usia kerja
Bukan angkatan kerja (not in the labor force)
Angkatan kerja (labor force)
Sekolah Ibu rumah tangga Pensiunan dll.
Bekerja (employed)
Menganggur/mencari pekerjaan (unemployed)
Bekerja penuh(Fully employed)
Setengah menganggur(under employed)
Setengah menganggurkentara
Setengah menganggurTidak kentara
Menurut pendapatan
Menurut produktivitas
Jenis pendidikan dan pekerjaan Lain-lain
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 32 dari 45
.
1. Penduduk2. Penganggur 3. Penganggur berdasarkan
pendidikan:- SD- SLTP- SLTA- D1,D2,D3- S1- S2/S3
4. Bekerja pada sektor:- industri- perdagangan- pertanian- pariwisata- pertambangan- kelautan- pemerintah- dsb.
Tabel 2
Kondisi Potensi Daerah
NO. POTENSI DAERAH JENIS KEGIATAN
BANYAKNYA
KAPASITAS PENEMPATA
N
1. Kekayaan Alam 1.11.21.3
2. Pariwisata 2.12.22.3
3. Pertanian 3.13.23.3
4. Industri 4.14.2
Tabel 3
Kondisi Geografis
NO.
URAIANDATA
KUALITATIF KUANTITATIF1. Akses Jalan2. Iklim/cuaca3. Kondisi Medan4. Kondisi Permukaan
Tananh5. Dst.
Tabel 4
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 33 dari 45
Kondisi Keuangan Daerah
NO. JENIS ANGGARAN
SUMBER KEUANGAN DAERAH
APBD APBN SUMBER LAINNYA
1. Besarnya Anggaran2. Anggaran
Pembangunan3. Anggaran Pendidikan4. Anggaran
Pengembangan SDM5. Perluasan Kesempatan
Kerja6. Dll.
Tabel 5
Kondisi Lapangan Kerja
NO. SEKTOR
BIDANG LAPANGAN PEKERJAAN
LOKAL LUAR DAERAH
NAMA DAERAH
LUAR NEGERI
NAMA NEGARA
1. Industri 1.1 1.1 1.1- Elektronika 1.2 1.2 1.2- Otomotif 1.3 1.3 1.3
2. Pariwisata 2.1 2.1 2.1- Perhotelan 2.2 2.2 2.2- Restoran 2.3 2.3 2.3
3. Pertanian 3.1 3.1 3.13.2 3.2 3.23.3 3.3 3.3
4. Perkebunan 4.1 4.1 4.14.2 4.2 4.2
5. Home Industri 5.1 5.1 5.15.2 5.2 5.2
5. Kelautan 6.1 6.1 6.16.2 6.2 6.2
Tabel 6
Kondisi Lembaga Pelatihan Kerja
NO.
STATUS DAN NAMA LEMBAGA BANYAKNYA
BIDANG KEAHLIAN
JENJANG PROGRAM PELATIHAN
1. Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah:1.1 Pusat1.2 Daerah
2. Lembaga Pelatihan Kerja Swasta:2.12.22.32.42.5
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 34 dari 45
b. Menganalisis Data dan Informasi untuk Menentukan Jenis-jenis
Permasalahan yang Dapat Dipecahkan Melalui Penyelenggaraan
Pelatihan
Pengetahuan yang diperlukan waktu menganalisis
data/informasi untuk menentukan jenis-jenis permasalahan
yang dapat dipecahkan melalui penyelenggaraan pelatihan
Untuk melakukan analisis data dan informasi permasalahan daerah
yang mendorong timbulnya kebutuhan pelatihan maka perlu
dilakukan analisis kebutuhan pelatihan, analisis target populasi,
sistem sinyal (sygnaling system) melalui analisis data
ketenagakerjaan daerah dan analisis kebijaksanaan daeran dalam
ketenagakerjaan.
Terlebih dahulu diketahui tentang analisis kebutuhan pelatihan,
analisis target populasi, dan sistem sinyal.
1) Analisis Kebutuhan Pelatihan
a) Pengertian
Analisis atau Training Need Analysis (TNA) adalah suatu
proses membandingkan kemampuan individu dengan
standar operasional kerja untuk menghasilkan kebutuhan
pelatihan yang sebenarnya.
b) Fungsi
TNA memiliki berbagai fungsi yang meliputi:
(1) Mengumpulkan informasi kemampuan keterampilan,
pengetahuan dan sikap.
(2) Mengumpulkan tentang uraian kerja dan uraian kerja
yang sebenarnya.
(3) Mendefenisikan/menetapkan secara terperinci manfaat
kemampuan yang sebenarnya.
(4) Mengembangkan dukungan dengan melibatkan
pengambil keputusan.
(5) Menyediakan data untuk perencanaan.
Gambar 7
Skema Analisis Kebutuhan Pelatihan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 35 dari 45
Penjelasan skema adalah sebagai berikut:
Analisis Kebutuhan Pelatihan sebagai upaya untuk
memperoleh informasi tentang kebutuhan pelatihan yang
digunakan sebagai bahan dasar penyusunan/pengembangan
program pelatihan.
Analisis kebutuhan pelatihan dimulai dari analisis kebijakan
pelatihan, yang merupakan pernyataan dari pejabat
pimpinan puncak dari organisasi yang bertanggungjawab di
bidang pelatihan, baik pernyataan secara tertulis maupun
secara lisan.
Analisis Kebijakan Pelatihan
Analisis Calon Peserta
pelatihan (E)
Membandingkan hasil Analisis
Calon peserta dengan hasil
Analisis obyek diperoleh gap
Program Pelatihan
Analisis Standar
Kompetensi (A)
Analisis Profil Kompetensi
Yang dikehendaki
(B)
Analisis Informasi
Pasar Kerja (D)
Analisis Jabatan /
Pekerjaan (C)
Atau
Atau
AtauKebutuhan Pelatihan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 36 dari 45
Kebijakan pelatihan tersebut, akan menjadi acuan analisis-
analisis selanjutnya. Pada tingkat daerah, tentunya
kebijakan pimpinan daerah.
c) Obyek Analisis Kebutuhan Pelatihan
Analisis Kebutuhan Pelatihan dapat dilakukan terhadap
beberapa obyek analisis yaitu :
(1) Analisis standar Kompetensi dilakukan jika sudah
ada/tersedia standar kompetensi yang sesuai dengan
program pelatihan yang hendak disusun
(2) Analisis Jabatan/Pekerjaan, jika sudah jelas
jabatan/pekerjaan yang akan diduduki oleh lulusan
pelatihan yang sudah direncanakan
(3) Analisis Profil Kompetensi pekerjaan yang dikehendaki,
jika program pelatihan dirancang tanpa mengacu pada
standar kompetensi atau jabatan/pekerjaan tertentu
(4) Analisis Informasi Pasar kerja, dilakukan terhadap
sumber-sumber informasi pasar kerja yang ada,
misalnya informasi bursa kerja yang ada di media cetak
atau media elektronika
(5) Analisis Calon Peserta Pelatihan, dilakukan terhadap
peserta untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
peserta yang dimiliki terhadap persyaratan jabatan
yang akan diduduki.
Analisis 1 s/d 4, merupakan analisis terhadap pihak yang
membutuhkan (Demand), Selanjutnya analisis kebutuhan
pelatihan juga dilakukan terhadap pihak calon peserta
pelatihan (Supply)
Setelah diperoleh hasil analisis dari pihak yang
membutuhkan (demand) dan pihak calon peserta pelatihan
yang ada (supply), maka kebutuhan pelatihan yang ada
ditentukan dengan membandingkan kedua hasil analisis
pihak demand dan supply tersebut yang merupakan selisih
atau kesenjangan (gap) yang ada Kebutuhan pelatihan ini
merupakan isi/muatan pada sub judul ”unit kompetensi yang
hendak dicapai” dalam program pelatihan.
Untuk mengetahui kebutuhan pelatihan daerah maka perlu
dilakukan analisis informasi pasar kerja yang penjelasannya
sebagai berikut:
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 37 dari 45
2) Analisis Informasi Pasar Kerja
Untuk mengetahui pasar kerja dalam suatu tempat diadakan
analisis pasar yaitu dengan membentuk suatu tim survei ke
calon pengguna tenaga kerja untuk meneliti, melihat, dan
mencatat jabatan/ pekerjaan apa yang dibutuhkan pasar kerja,
maka diadakanlah kunjungan dengan wawancara langsung
pada calon pengguna tenaga kerja.
Dari hasil wawancara kebutuhan pasar kerja pada daerah
tersebut , maka dilakukan/ diadakan analisa sesuai tingkat
kebutuhan pasar kerja menurut prioritas.
Tingkat kebutuhan yang disusun menurut prioritas tersebut,
ditentukan jenis pelatihan yang harus direncanakan, serta
sumber daya manusia yang tepat untuk kejuruan tersebut. Hal
ini merupakan bahan masukan bagi perencana pelatihan untuk
dapat menyusun Program Pelatihan, baik untuk kebutuhan
masa kini dan masa mendatang.
3) Analisis Target Populasi
Yang dimaksdukan dengan target populasi adalah seseorang
atau sejumlah orang yang menginginkan untuk mengikuti
pelatihan. Sejumlah orang untuk mengikuti pelatihan karena
ada beberapa alasan, yaitu:
Karena membutuhkan kompetensi yang belum dimiliki
sehubungan dengan pelaksanaan tugas jabatan. (upgrading
training)
Karena membutuhkan penyegaran kemampuan yang dimiliki
pemangku jabatan. (refreshing training)
Karena ingin alih profesi sehingga membutuhkan kompetensi
di luar bidang keahlian yang dimiliki saat ini. (conversion
training)
Karena ingin mencari pekerjaan. (basic/initial training)
Proses analisis calon peserta pelatihan ini dilakukan terhadap
calon peserta pelatihan yang direncanakan sebagai peserta
pelatihan. Untuk memperoleh gambaran unit-unit Kompetensi
yang telah dimiliki baik yang diperoleh melalui pelatihan-
pelatihan sebelumnya atau pengalaman-pengalaman kerja
yang pernah dialami.
Proses ini dilakukan melalui beberapa test atau suatu test
wawancara yang intensif.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 38 dari 45
Hasil analisis calon peserta pelatihan ini, merupakan gambaran
tentang kompetensi/unit kompetensi yang telah dimiliki oleh
calon peserta pelatihan dan merupakan gambaran yang sangat
penting yang akan dibandingkan dengan salah satu dari hasil
analisis tersebut diatas yaitu :
Analisis standar kompetensi, analisis profil kompetensi, analisis
jabatan/pekerjaan, dan analisis informasi pasar kerja, sehingga
dapat diperoleh perbedaan/selisih atau gap yang jelas antara
Kompetensi/Unit Kompetensi yang telah dimiliki calon peserta
pelatihan dengan Kompetensi/Unit Kompetensi yang hendak
dicapai atau dipersyaratkan.
Berdasarkan pengetahuan tentang analisis kebutuhan pelatihan
dan analisis target populasi maka selanjutnya dilakukan analisis
permasalahan pelatihan daerah. Secara skema analisis
permasalahan pelatihan daerah dapat digambarkan pada skema di
bawah ini.
Gambar 8
Skema Analisis Permasalahan Pelatihan Daerah
Untuk melakukan analisis permasalahan pelatihan daerah
dignakan instrumen tabel seperti dikemukakan di bawah ini. Agar
DATA PERMASALAHAN DAERAH
DATA KETENAGAKERJAAN
DATA PEMANFAATAN POTENSI DAERAH
DATA GEOGRAFIS DAERAH
DATA LAPANGAN KERJA
ANALISIS
HASIL ANALISIS
PERMASALAHAN PELATIHAN
KEBUTUHAN PELATIHAN
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 39 dari 45
lebih jelas dalam menggunakan instrumen tersebut, maka di
bawah ini disampaikan contoh pernyataan atau fakta
permasalahan yang terjadi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta
yang diambil/dicuplik dari Perencanaan Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan Kerja Kabupaten Sleman yang uraiannya
sebagai berikut:
Adanya kecenderungan meningkatnya angka pengangguran. Pada tahun 2000 pengangguran terbuka sebesar 5,26%, dan pada tahun 2005 menjadi 8,53%. Rendahnya kompetensi yang dimiliki sebagian pencari kerja. Dari 44.405 orang pencari kerja di Kabupaten Sleman pada tahun 2005, 43.04% berpendidikan SLTA, yang rata-rata belum siap kerja. Kondisi tersebut menyebabkan: Rendahnya daya saing pencari kerja dalam memperebutkan lapangan kerja yang tersedia Peluang lapangan kerja terbesar yang terbuka bagi mereka hanyalah di sektor ekstrasi atau sektor produksi, tetapi sebagai tenaga kasar dengan tingkat upah yang relatif rendah. Masih rendahnya proporsi penduduk yang bekerja dengan membuka usaha sendiri. Dari sebanyak 476.196 orang penduduk yang bekerja, hanya sekitar 33% yang membuka usaha mandiri. Selebihnya sebesar 67% bekerja sebagai buruh atau pekerja tetap, pekerja bebas, dan pekerja tidak dibayar. Meskipun faktor keterbatasan modal tidak dapat dinafikkan peranannya, namun mengingat bahwa: Terdapat cukup variasi jenis-jenis usaha yang untuk memulainya cukup memerlukan modal relatif kecil; Tersedianya fasilitas modal kerja yang pada saat sekarang relatif tidak terlalu sulit diakses (pinjaman candak kulak PKK, modal bergulir, kredit murah bagi UMKM, dan sebagainya); Prospek positif pasar yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita penduduk; Tidak hanya restriksi yang berarti bagi setiap individu untuk membuka usaha sendiri sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan-perundangan yang berlaku.Berdasarkan data hasil kajian di atas, patut diduga bahwa fenomena masih rendahnya proporsi penduduk yang bekerja mandiri, antara lain disebabkan karena masih rendahnya semangat dan kemampuan kewirausahaan. Kondisi rendahnya hasrat atau kemauan untuk membuka usaha mandiri, belum dikuasainya dengan baik kiat-kiat atau trik-trik mengelola usaha, dan seterusnya adalah sebagian dari proxi yang relevan bagi rendahnya jiwa kewirausahaan tersebut. ¹)
Berdasarkan uraian fakta/data tersebut di atas maka dapat
dianalisis permasalahan daerah yang mendorong timbulnya
pelatihan seperti nampak pada tabel berikut ini.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 40 dari 45
Tabel 7
Analisis Permasalahan Ketenagakerjaaan
NO.
KONDISI PENDUDUK URAIAN MASALAH
1. Tingkat pendidikan Mayoritas berpendidikan SMU ke bawah yang mencapai 68,86% sehingga mereka belum siap bekerja
2. Pengangguran Adanya kecenderungan meningkatnya angka pengangguran. Lima tahun yang lalu 5,26%, dan pada tahun ini menjadi 8,53%.
3. Pencari kerja Rendahnya kompetensi yang dimiliki pencari kerja karena mayoritas mereka berpendidikan yang belum siap kerja, 41,26% SMU, sehingga daya saingnya rendah.
4. Minat usaha/bekerja
Masih rendahnya proporsi penduduk yang melakukan usaha mandiri karena terhambat berbagai kendala.
Tabel 8
Analisis Permasalahan Kesempatan Kerja
NO SEKTOR URAIAN MASALAH1. Industri Masih banyak kesempatan kerja,
tetapi kualitas pencari kerja belum sesuai dengan kualifikasi kesempat-an kerja tersebut
2. Pariwisata 3. Perhotelan 4. Pertanian 5. dst.
Tabel 9
Analisis Permasalahan Sumber Daya Pelatihan
NO. SEKTORKETERSEDIAAN
BANYAKNYA
% KELAYAKAN
URAIAN MASALAHADA TIDAK
ADA1. LPK ......
SDM Pelatihan Sarana Pelatihan Program Pelatihan Dll.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 41 dari 45
2. LPK ..... SDM Pelatihan Sarana Pelatihan Program Pelatihan Dll.
2. Menetapkan Kebutuhan Pelatihan di Suatu Daerah
a. Menganalisis Data Kebutuhan Pelatihan Daerah Sesuai dengan Jenis
Permasalahan yang Telah Ditentukan
Pengetahuan yang diperlukan dalam menganalisis data
kebutuhan pelatihan daerah agar sesuai dengan
permasalahan daerah
Kegiatan menganalisis data kebutuhan pelatihan daerah sesuai
dengan jenis permasalahan yang telah ditentukan perlu ada
pedoman yang dijadikan acuan. Adapun pedoman tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Identifikasi hasil analisis masalah yang tercantum dalam tabel
Analisis Permasalahan Ketenagakerjaan, Analisis Permasalahan
Kesempatan Kerja, dan Analisis Permasalahan Sumber Daya
Pelatihan;
2) Hasil analisis permasalahan kesempatan kerja digunakan untuk
penempatan pascapelatihan, sedangkan hasil analisis
permasalahan sumber daya pelatihan untuk mengetahui
pelatihan apa saja yang dapat dilakukan;
3) Rumuskan permasalahan yang tercantum dalam kolom uraian
masalah dan masukkan ke dalam tabel baru, Tabel Daftar
Permasalahan Pelatihan Daerah, ke dalam kolom uraian
masalah;
4) Buat kolom baru, kolom kebutuhan pelatihan, dan isi kolom ini
kebutuhan pelatihan apa untuk mengatasi permasalahan yang
ada dalam kolom uraian masalah.
Keterampilan yang dilakukan waktu menetapkan kebutuhan
pelatihan agar sesuai dengan kondisi nyata daerah
Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu menetapkan kebutuhan
pelatihan agar sesuai dengan kondisi nyata daerah, yaitu:
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 42 dari 45
1) Meneliti hasil rumusan permasalahan berkenaan dengan kondisi
ketenagakerjaan, kondisi kesempatan kerja daerah, dan kondisi
sumber daya pelatihan;
2) Mengkorelasikan permasalahan daerah yang berkaitan dengan
kondisi pengangguran/pencari kerja dapat diatasi melalui
pelatihan dengan memperhatikan sumber daya pelatihan yang
tersedia dan penempatan pascapelatihan.
Selanjutnya sebagai contoh dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
yang diperoleh dari data uraian masalah hasil analisis
permasalahan di atas seperti tercantum pada Tabel 8 dalam kolom
uraian masalah.
Tabel 10
Daftar Permasalahan Pelatihan Daerah
NOURAIAN MASALAH
PELATIHANKEBUTUHAN PELATIHAN
1. Rendahnya masalah pencari kerja yang mayoritas berpendidikan SMU ke bawah mengakibatkan tidak dapat memenuhi kualifikasi kesempatan kerja di industri
Peningkatan kualitas pencari kerja untuk memenuhi kesempatan kerja di industri
2. Rendahnya proporsi wirausaha berdampak pada meningkatnya pengangguran
Peningkatan minat wirausaha
Masalah yang diperoleh dari hasil analisis permasalahan daerah,
selanjutnya diidentifikasi kebutuhan pelatihan apa yang dapat
mengatasi masalah tersebut.
b. Menentukan Kebutuhan Pelatihan Daerah Sesuai dengan Analisis
Kebutuhan dan Sumber Daya yang Tersedia
Sebagai gambaran untuk memperjelas kegiatan menentukan
kebutuhan pelatihan daerah, di bawah ini divisualkan kondisi
kebutuhan pelatihan tersebut.
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 43 dari 45
Gambar 9
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Daerah
Untuk menentukan kebutuhan pelatihan daerah agar sesuai
dengan analisis kebutuhan pelatihan dan sumber daya yang
tersedia, tentunya terlebih dahulu melihat hasil dari kondisi
anggaran dan sumber daya pelatihan, termasuk apabila
diperlukan dengan cara outsourcing.
Hasil kegiatan analisis ini dituangkan dengan
menggunakan tabel seperti contoh tabel di bawah ini.
Tabel 11
Daftar Kebutuhan Pelatihan Daerah
Kebutuhan Pelatihan(Peningkatan Kualitas
SDM) FORMASI LAPANGAN
PEKERJAAN(sektor)
Ketersediaan Kemampuan Populasi(Kalitas SDM saat ini)
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 44 dari 45
NO KEBUTUHAN PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN
1. Peningkatan kualitas pencari kerja untuk memenuhi kesempatan kerja di industri
Otomotif, kerja logam, las, elek-tronika industri
2. Peningkatan wirausaha Kewirausahaan
Keterampilan waktu menetapkan kebutuhan pelatihan
daerah
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai kegiatan pokok waktu
melakukan kegiatanmenetapkan kebutuhan pelatihan agar benar-
benar sesuai dengan kebutuhan nyata suatu daerah, yaitu:
Rumusan permasalahan daerah yang mendorong adanya
kebutuhan pelatihan harus dijadikan obyek analisis yang fokus.
Hasil identifikasi potensi daerah yang meliputi kesempatan kerja,
sumber daya yang tersedia, dan data permintaan tenaga kerja
dalam scheme AKAD dan AKAN harus dicermati secara seksama
kevalidannya.
Jenis-jenis bidang keahlian yang dibutuhkan, baik yang bersifat
terjadinya hubungan kerja maupun usaha mandiri diverifikasi
sebagai kebutuhan nyata.
Sikap kerja yang harus dilakukan waktu menetapkan
kebutuhan pelatihan daerah
Waktu melakukan kegiatan menetapkan kebutuhan pelatihan di
suatu daerah harus bersikap cermat, teliti, tekun, sopan santun,
dan taat asas dalam memastikan dipahaminya prosedur standar
yang telah ditetapkan.
3. Pelaporan
Setelah selesai melakukan kegiatan merumuskan permasalahan
pelatihan di suatu daerah maka perlu dibuat laporan hasil kegiatan
tersebut. Salah satu sistematika penulisan laporan tersebut sebagai
berikut:
COVER (Judul laporan)
KATA PENGANTAR
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 45 dari 45
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Metoda Pengumpulan Data
E. Lokasi, Sampel, dan Populasi
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PENGUMPULAN DATA PERMASALAHAN PELATIHAN DI DAERAH ....
A. Data Permasalahan Daerah
B. Alat Pengumpulan Data
C. Pengolahan dan Penyajian Data
BAB IV ANALISIS DATA PERMASALAHAN PELATIHAN DI DAERAH .....
A. Analisis Ketenagakerjaan
B. Analisis Potensi Daerah
C. Analisis Sumber Daya Pelatihan
D. Rumusan Permasalahan Pelatihan di Daerah ...
BAB V PENETAPAN KEBUTUHAN PELATIHAN NYATA DAERAH
A. Analisis Kebutuhan Pelatihan di Daerah ...
B. Penetapan Kebutuhan Pelatihan di Daerah ...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Alat Pengumpulan Data
B. Data Analisis Permasalahan Pelatihan di Daerah ...
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 46 dari 45
BAB III
SUMBER-SUMBER LAIN
YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
A. SUMBER-SUMBER PERPUSTAKAAN
1. Daftar Pustaka
a. Agus Sumardi, Drs., Dasar-dasar Statistik, STIA LAN RI Bandung
b. Dame Munthe, Drs., Analisis Jabatan dalam Praktik, Bandung, Mandar Maju, 1993
c. Departemen Tenaga Kerja RI, Metodologi Latihan Kerja, Modul MLK 5,Program Pelatihan, Jakarta, 1991
d. ________, Teknik Survey Kebutuhan Pelatihan, Jakarta
e. ________, Teknik Survey Kebutuhan Pelatihan, Diklat Ahli Desain Kurikulum,Jakarta
f. ________, Analisis Target Populasi, Diklat Ahli Desain Kurikulum,Jakarta
g. ________, Dasar-dasar Statistika, Diklat Fungsional Tingkat Pratama,Jakarta
h. ________, Pedoman Pelaksanaan Training Need Analysis, Peraturan Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas
i. Oemar Hamalik, Prof.Dr., Sistem dan Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Bandung, Trigenda Karya, 1993
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 47 dari 45
j. ________, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2007
k. ________, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2007
l. ________, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pelatihan Ketenagakerjaan, Bandung, Bumi Aksara, 2005
m. Lalu Husni, S.H., M.Hum., Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003
2. Buku Referensi
a. Sondang P. Siagian, Prof. Dr., Manajemen Sumber Daya Manusia
b. Malayu S.P. Hasibuan, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia
c. Sudrajat, S.E., Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wirausaha
d. Sudjana,Metoda Statistika
B. DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN
1. Daftar Peralatan/Mesin
No.
Nama Peralatan/Mesin Keterangan
1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori2. Laptop Untuk setiap
peserta3. Fasilitas internet, komunikasi telepon4. Kalkulator Untuk setiap
peserta5. Printer 6. Hechmachine (stapler/penjepret) 24
dan 107. Pelubang kertas8. Penjepit kertas ukuran kecil dan
sedang9. Standar chart dan kelengkapannya
2. Daftar Bahan
No.
Nama Bahan Keterangan
1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, buku penilaian)
Setiap peserta
2. RPJM Daerah3. Data daerah dalam angka yang relevan
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 48 dari 45
4. Kertas bergaris5. Kertas HVS A46. Spidol whiteboard7. Spidol marker8. CD (writer dan CD-R)9. Kertas chart (flip chart)10. Tinta printer11. ATK siswa Setiap peserta
Modul Pelatihan Berbasis KompetensiSub Bidang Metodologi Pelatihan Kerja
Kode ModulPLK.MP01.001.01
Judul Modul: Merumuskan Permasalahan Pelatihan di DaerahBuku Informasi Versi: 2009
Halaman: 49 dari 45
TIM PENYUSUN
No. Nama InstitusiKeteranga
n
1. Bambang Purwoprasetyo
Asosiasi Instruktur Metodologi Pelatihan (AIMP)
2. Robert B. Sitorus Asosiasi Instruktur Metodologi Pelatihan (AIMP)
3. Rubito Asosiasi Instruktur Metodologi Pelatihan (AIMP)
4. Ali Darokah BBPLKDN Bandung
5. Annoordin BBPLKDN Bandung
6. Herwadi BBPLKDN Bandung
7.Rahmat Sudjali Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
8.Darma Setiawan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi
9. Sjahruddin Kaliky BBLKI Serang
10. Bambang Trianto BBLKI Serang
11. Muh. Yasir BBPLKLN Cevest Bekasi
12. Karyaman BBPLKLN Cevest Bekasi
13. Subandi Dit. Stankomproglat
14. Bayu Priantoko Dit. Stankomproglat
15. Atiek Chrisnarini Biro Hukum Depnakertrans
16. Senggono BLK Pasar Rebo