Makalah BI

42
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah berjudul “Bioetanol Ubi Kayu Sebagai Bahan Bakar Masa Depan” ini dapat diselesaikan. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Mukaromah S.S selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam proses pembuatan makalah ini. Saat ini ita pasti merasakan adanya perubahan iklim yang tidak menentu, pencemaran udara, dan global warming. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan bahan bakar fosil menuntut manusia untuk lebih bijak dalam menggunakan energi karena semakin lama persediaan bahan bakar fosil kian menipis dan membuat lingkungan menjadi tercemar. Oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan bakar yang lebih bersih, murah dan berpotensi untuk mengurangi

Transcript of Makalah BI

Page 1: Makalah BI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah berjudul “Bioetanol Ubi Kayu Sebagai

Bahan Bakar Masa Depan” ini dapat diselesaikan.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dra. Mukaromah S.S

selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam proses pembuatan

makalah ini.

Saat ini ita pasti merasakan adanya perubahan iklim yang tidak menentu,

pencemaran udara, dan global warming. Sehubungan dengan hal tersebut,

penggunaan bahan bakar fosil menuntut manusia untuk lebih bijak dalam

menggunakan energi karena semakin lama persediaan bahan bakar fosil kian menipis

dan membuat lingkungan menjadi tercemar.

Oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan bakar yang lebih bersih, murah

dan berpotensi untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap bahan bakar fosil

serta mengembangkan bahan bakar yang dapat diperbaharui. Tentunya hal ini

menjadi nilai tambah tersendiri bagi bangsa kita.

Akan sangat bermanfaat apabila dapat memanfaatkan ubi kayu menjadi

produk yang memiliki mutu tinggi, karena kandungan karbohidrat dan glukosa yang

dimiliki ubi kayu berpotensi sebagai bahan alternatif dalam pembuatan etanol.

Berdasarkan fakta itulah penulis menyusun makalah ini.

Page 2: Makalah BI

Mengingat bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan, penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca agar dapat menjadi lebih baik untuk penyusunan makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan dapat

dijadikan sebagai panduan dalam mewujudkan pemanfaatan bahan bakar nabati.

Malang, Desember 2009

Penulis

Page 3: Makalah BI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, kebutuhan akan minyak bumi dari waktu ke waktu terus mengalami

peningkatan sejalan dengan pembangunan yang terjadi di Indonesia. Dan bukankah

Anda menyadari bahwa cadangan miyak bumi yang ada tidak dapat memenuhi

kebutuhan di masa mendatang? Bahkan Prihandana, dkk (2007:1) berpendapat bahwa

”Bensin merupakan cairan sangat penting. Tanpa bensin dan solar, dunia seperti

berhenti berdenyut.” Bahan bakar fosil tersebut sangat berperan besar dalam

kehidupan manusia hingga banyak menimbulkan kontroversi.

Fakta ini membuka peluang penggunaan energi terbarukan seperti biodiesel dan

mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Selain semakin menipisnya jumlah

cadangan bahan bakar fosil, alasan penting lain untuk mengurangi penggunaannya

adalah masalah kerusakan lingkungan, harga yang terus melambung, dan beban

subsidi yang semakin besar.

Namun disadari atau tidak, tingginya produktivitas bahan bakar fosil juga

berimplikasi pada perubahan iklim dunia. Di seluruh dunia, bahan bakar fosil

memasok 88% dari kebutuhan energi global. Padahal dari energi tersebut dapat

dihasilkan CO2, CH4, N2O, SF6, HFCS, PFCS, dll yang memenuhi atmosfer sehingga

Page 4: Makalah BI

menyebabkan terbentuknya gas-gas rumah kaca yang berpengaruh terhadap global

warming.

Prihandana, Roy, dan Munamin (2008:12) menyebutkan bahwaGas CO2 di atmosfer terjadi antara lain karena pembakaran BBM. Jumlah CO2

yang berlebihan bersifat merusak lingkungan dengan efek rumah kaca yang ditimbulkannya. Dengan memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan bakar, maka pembentukan CO2 di atmosfer diperkirakan hampir tidak ada. Hal ini disebabkan CO2

pembakaran dari biodiesel akan dikonsumsikembali oleh tanaman untuk kebutuhan proses fotosintesisnya (siklus karbon).

Oleh karena itu, kita perlu mencari alternatif bahan bakar yang lebih bersih,

mencari solusi deversifikasi bahan bakar sehingga tidak tergantung pada bahan bakar

fosil dan mengembangkan bahan bakar yang dapat diperbaharui.

Bioenergi berupa biodiesel dan bioetanol merupakan alternatif untuk

menyelesaikan masalah ketersediaan dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

Bioetanol dihasilkan dari tumbuhan sehingga tergolong sebagai energi hijau dengan

dampak positif dan hasil emisi gas buangnya lebih ramah lingkungan.

Pengembangan bioetanol dari ubi kayu relatif murah, budidayanya mudah dan

ubi kayu merupakan komoditas lokal yang dapat tumbuh di lahan yang kurang subur

serta memiliki daya tahan tinggi terhadap cekaman dan dapat diatur waktu panennya

sehingga basis sumber daya bahan bakar nabati menjadi semakin besar.

Tanaman ini juga sudah sangat dikenal petani kita secara turun-temurun,

sehingga dengan menggeser kegunaannya dari sumber karbohidrat ketiga menjadi

BBN harga ubi kayu akan meningkat. Penanaman ubi kayu yang sudah tersebar di

sentra-sentra produksi menyebabkan tersedianya lapangan kerja dan peningkatan

teknologi jika produktivitasnya tinggi. Selain itu, ubi kayu akan menguatkan security

Page 5: Makalah BI

of supply bahan bakar berbasis kemasyarakatan. Yang paling penting adalah ubi kayu

merupakan salah satu bahan penghasil bioetanol yang memiliki produktivitas

tertinggi kedua setelah tebu.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut.

Bagaimanakah cara mengolah ubi kayu menjadi bioetanol?

Apa dampak positif dari pengolahan bioetanol ubi kayu?

Apa dampak negatif dari pengolahan bioetanol ubi kayu?

Bagaimanakah prospek pengembangan bioetanol dari ubi kayu?

Bagaimanakah cara mensosialisasikan penggunaan dan pengembangan

bioetanol ubi kayu pada masyarakat?

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam pembuatan makalah ini adalah:

Untuk mengetahui proses pengolahan ubi kayu menjadi bioetanol

Untuk mengetahui dampak positif dari pengolahan bioetanol ubi kayu

Untuk mengetahui dampak negatif dari pengolahan bioetanol ubi kayu

Untuk mengetahui prospek pengembangan bioetanol dari ubi kayu

Untuk mensosialisasikan pengembangan dan penggunaan bioetanol ubi

kayu kepada masyarakat.

Page 6: Makalah BI

BAB II

Page 7: Makalah BI

LANDASAN TEORI

2.1 Mengenal Bensin

Penggunaan energi fosil akhir-akhir ini khususnya di negara berkembang

mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Contohnya di negara Indonesia,

kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin lama semakin meningkat.

Seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di suatu negara, semakin besar

juga ketergantungan negara tersebut terhadap bahan bakar fosil.

Bahan bakar minyak, khususnya bensin merupakan BBM peringkat kedua

terbesar penggunaannya setelah minyak solar dengan kebutuhan yang semakin

meningkat setiap tahunnya (Prihandana, 2007:2)

Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk

kendaraan bermotor. Bensin tersedia atas tiga jenis yaitu premium, pertamax, dan

pertamax plus. Ketiganya mempunyai mutu yang berbeda. Mutu bahan bakar bensin

dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakan

dengan nilai oktan. Makin sedikit ketukan makin baik mutu bensin, makin tinggi nilai

oktannya.

Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai

pembanding yaitu “isooktana”dan n-heptana. Isooktana menghasilkan ketukan paling

sedikit, diberi nilai oktan 100, sedangkan n-heptana menghasilkan ketukan paling

banyak, diberi nilai oktan 0 (nol). Suatu campuran yang terdiri dari 80% iso oktana

Page 8: Makalah BI

dan 20% n-heptana mempunyai nilai oktan sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) =

80 (Widianta dan Widi, 2008:4)

Bensin dibuat dari minyak mentah, yaitu cairan berwarna hitam yang dipompa

dari perut bumi dan biasa disebut crude oil. Cairan ini mengandung hidrokarbon.

Untuk mengahasilkan bensin murni maka dilakukan proses distilasi, konversi,

pengolahan, formulasi dan pencampuran serta proses-proses lainnya (Prihandana,dkk,

2007:3).

Bensin dianggap sangat penting karena dalam bensin terdapat energi kimia

yang akan diubah menjadi panas melalui proses oksidasi dengan udara di dalam

mesin atau motor bakar. Gas bertekanan tinggi tersebut kemudian berekspansi

melawan mekanisme mekanik mesin. Ekspansi ini diubah oleh mekanisme link

menjadi putaran crankshaft sebagai output dari mesin tersebut. Selanjutnya

crankshaft dihubungkan ke sistem transmsi oleh sebuah poros untuk mentransmikan

energi putaran mekanis. Energi ini kemudian dimanfaatkan sesuai dengan keperluan

untuk menggerakkan roda motor maupun mobil (Prihandana,dkk, 2007:2).

Menurut musanif, bahan bakar minyak, termasuk bensin merupakan rantai

senyawa karbon, yang terdiri dari sebagian besar Hidrogen (H), Karbon (C), Oksigen

(O). Yang secara umum di tuliskan dalam rumus kimia CxHyOz yang bila bereaksi

(terbakar ) dengan oksigen akan mengalami keadaan:

1. terbakar sempurna CxHyOz + O2 CO2 + H2O

2. tidak terbakar sempurna CxHyOz + O2 CO2 + CO + H2O

Kedua reaksi ini menghasilkan produk CO2 yang sangat berbahaya yang dapat

Page 9: Makalah BI

menghasilkan hujan asam (H2CO3). Sedangkan efek langsungnya adalah dapat

menimbulkan batuk-batuk dan kabut asap yang tentunya dapat menghalangi jangkauan

mata dalam memandang. Apalagi gas CO memiliki efek yang lebih berbahaya jika di

bandingkan dengan CO2 , karena gas CO dapat mengakibatkan seseorang mengalami

sesak nafas jika menghirupnya dalam jumlah kecil, dan dapat mengakibatkan pingsan

jika menghirup dalam jumlah besar. CO2 juga dapat mengakibatkan terjadinya efek

rumah kaca yaitu terjadi pemanasan global karena panas yang masuk ke bumi dari

matahari tidak dapat keluar dari bumi, karena tertahan oleh gas CO2 (Anonim, 2009)

2.2 Ubi Kayu (Mannihot esculenta)

Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan

kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-

bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh

liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas

M. esculenta dapat dibudidayakan.

Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun

2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di

Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia

Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis

pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.

Page 10: Makalah BI

Kholis (2008:3) menyebutkan bahwa “Ubi kayu atau ketela pohon dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioka dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (<50 mg per kg umbi basah). Sementara itu, umbi kayu untuk bahan baku industri sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dankandungan HCN (asam sianida) yang tinggi,”

Ubi kayu (Mannihot esculenta) termasuk tumbuhan berbatang pohon lunak

atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari

bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan

yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah

dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200

meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan

helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun

sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah

(Anonim, 2009).

Ubi kayu termasuk tanaman tropis, tetapi dapat pula beradaptasi dan tumbuh

dengan baik di daerah sub tropis. Secara umum tanaman ini tidak menuntut iklim

yang spesifik untuk pertumbuhannya. Namun demikian ubi kayu akan tumbuh

dengan baik pada iklim dan tanah sbb:

Iklim: Curah hujan : 750 -1.000 mm/thn

Tinggi tempat : 0 -1.500 m dpl

Suhu : 25 derajat - 28 derajat Celsius

Tanah: Tekstur berpasir hingga liat, tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang

cukup hara, struktur gembur, pH Tanah : 4,5 - 8 , optimal 5,8

Page 11: Makalah BI

Tanaman ini dikenal dengan nama Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi

dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin,

ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa).

Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain

: – Kalori 146 kal – Protein 1,2 gram – Lemak 0,3 gram – Hidrat arang 34,7 gram –

Kalsium 33 mg – Fosfor 40 mg – Zat besi 0,7 mg

Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin B1 0,06 mg –

Vitamin C 30 mg – dan 75 % bagian buah dapat dimakan.

Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : – Vitamin A 11000 SI –

Vitamin C 275 mg – Vitamin B1 0,12 mg – Kalsium 165 mg – Kalori 73 kal – Fosfor

54 mg – Protein 6,8 gram – Lemak 1,2 gram – Hidrat arang 13 gram – Zat besi 2 mg

– dan 87 % bagian daun dapat dimakan (Anonim, 2009:1)

Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan

kalsium oksalat.

Secara taksonomi ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales

Suku : Euphorbiaceae Subsuku : Crotonoideae

Tribe : Manihoteae Marga : Mannihot

Spesies : M. esculenta

Fungsi singkong (ubi kayu) sudah mulai bergeser, dari penyediaan bahan

pangan, berpotensi menjadi bahan baku untuk pengembangan bioetanol. Kebutuhan

Page 12: Makalah BI

bioetanol sampai dengan 2010 tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 1,8 juta kilo

liter. Demikian yang dilaporkan Mingguan AgroIndonesia, dalam seminar di

Puslitbang Tanaman Pangan Bogor (Widianta dan Widi, 2008:3)

Selain itu tanaman ubi kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai obat rematik,

demam, sakit kepala, diare, cacingan, mata kabur; penambah nafsu makan, luka

bernanah, dan luka bakar (Anonim, 2009:1)

2.2 Bioetanol

Gambar 1. Ubi kayu Gambar 2. Tanaman ubi kayu

2.3 Bioetanol

Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat

menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol

yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.

Manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber

daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply

bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan

pendapatan antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional

dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global

Page 13: Makalah BI

dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong

ekspor komoditi baru. Bioetanol tersebut bersumber dari karbohidrat yang potensial

sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan tebu (widianta dan

Widi, 2008:5).

Bioetanol adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung pati.

Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri

turunan alkohol, campuran untuk minuman keras, bahan bakar industri farmasi, dan

campuran bahan bakar untuk kendaraan. Sumber bahan baku pembuatan bio-ethanol

terdiri atas tanaman yang mengandung pati dan selulosa seperti ubi kayu, ubi jalar,

jagung, sagu, serta tetes tebu (Kholis, 2008:2).

Adapun konversi biomassa tanaman tersebut menjadi bioethanol adalah

seperti pada tabel dibawah ini

Tabel 1. Konversi biomassa menjadi bioetanol

Biomassa Berat (kg) Kandungan gula/pati

(kg)

Jumlah

Bioetanol (L)

Hasil

Biomassa:

Bioetanol

Ubi kayu 1000 240-300 166.6 6.5:1

Ubi jalar 1000 150-200 125 8:1

Jagung 1000 600-700 400 2.5:1

Sagu 1000 120-160 90 12:1

Tebu 1000 110 67 15:1

Page 14: Makalah BI

Sumber: Balai Besar Teknologi Pati-BPPT,2005

Bioetanol sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

• Sebagai bahan bakar kendaraan

• Sebagai bahan dasar minuman beralkohol

• Sebagai bahan bakar Direct-ethanol fuel cells (DEFC)

• Sebagai bahan bakar roket

• Sebagai bahan kimia dasar senyawa organik

• Sebagai antiseptik

• Sebagai antidote beberapa racun

• Sebagai pelarut untuk parfum, cat dan larutan obat

• Digunakan untuk pembuatan beberapa deodoran

• Digunakan untuk pengobatan untuk mengobati depresi dan obat bius

Secara singkat teknologi proses produksi bioetanol tersebut dapat dibagi dalam

tiga tahap, yaitu:

1. Gelatinisasi. Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau

jagung dihancurkan dan dicampur air sehingga menjadi bubur, yang

diperkirakan mengandung pati 27-30 persen.

2. Fermentasi. Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi

etanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol yang diperoleh dari

proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8 sampai 10 persen

volume.

Page 15: Makalah BI

3. Destilasi. Untuk memurnikan bioetanol menjadi berkadar lebih dari 95% agar

dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, alkohol hasil fermentasi yang

mempunyai kemurnian sekitar 40% tadi harus melewati proses destilasi untuk

memisahkan alkohol dengan air dengan memperhitungkan perbedaan titik

didih kedua bahan tersebut yang kemudian diembunkan kembali (Musanif,

2007).

Page 16: Makalah BI

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Mengolah Ubi Kayu Menjadi Bioetanol

Berikut adalah langkah-langkah pengolahan ubi kayu menjadi bioetanol.

125 kg singkong(dapat digunakan semua jenis) segar dikupas. Dibersihkan

dan dicacah berukuran kecil-kecil. Singkong yang telah dicacah dikeringkan hingga

kadar air maksimal 16%. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat

menyimpan sebagai cadangan bahan baku. Karena ubi kayu termasuk bahan pangan

yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk setelah dipanen 2-5 hari

tanpa perlakuan pasca panen yang benar. Jika tidak, ubi kayu akan susut bobot lebih

dari 25%.

Kemudian dimasukkan 25 kg singkong yang sudah dicacah ke dalam tangki

stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu ditambahkan air hingga mencapai volume

100 liter. Bahan tersebut dipanaskan hingga 100 oC selama 0,5 jam.

Rebusan bahan tersebut diaduk sampai menjadi bubur dan mengental. Bubur

didinginkan, lalu dimasukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses

penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, dimasukkan cendawan Aspergillus

yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati

Page 17: Makalah BI

singkong, perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur.

Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Aspergillus

dikulturkan pada bubur yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia

bubur. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.

Dua jam kemudian, bubur tersebut berubah menjadi 2 lapisan: air dan

endapan gula. Pati yang sudah menjadi gula itu diaduk kembali, lalu dimasukkan ke

dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan

pati maksimal 17-18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri

Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar

gula lebih tinggi, ditambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila

sebaliknya, ditambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.

Lalu tangki fermentasi ditutup rapat untuk mencegah kontaminasi dan

Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung

anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Agar fermentasi optimal, suhu dijaga pada

28-32 oC dan pH 4,5-5,5.

Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah

berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir

yang mengandung 6-12 % etanol.

Kemudian larutan etanol disedot dengan selang plastik melalui kertas saring

berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein. Meski telah disaring, etanol

masih bercampur air. Untuk memisahkannya, dilakukan destilasi atau penyulingan.

Page 18: Makalah BI

Campuran air dan etanol dipanaskan pada suhu 78 oC atau setara titik didih etanol.

Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100 oC.

Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi

dan kembali menjadi etanol cair.

4. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin.

Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh

sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100 oC. Pada

suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke

dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap

kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan

bensin (Widianta dan Widi, 2008:6).

Reaksi yang terjadi pada proses produksi bioetanol secarasederhana ditujukkan pada reaksi berikut H2O(C6H10O5)n N C6H12O6 enzim (pati) (glukosa)

(C6H12O6)n 2 C2H5OH + 2 CO2. yeast (ragi)

(glukosa) (ethanol)

3.2 Dampak Positif dan Dampak Negatif Pembuatan Bioetanol Ubi Kayu

Dampak positif dan keuntungan yang dihasilkan dalam pengolahan dan

pengembangan etanol adalah:

Page 19: Makalah BI

Menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan

UHC dibandingkan dengan penggunaan gasoline. Pada prinsipnya emisi CO2

yang dihasilkan pada pembakaran etanol juga akan dipergunakan oleh

tumbuhan penghasil etanol tersebut, jadi pembakaran ethanol tidak

menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan.

Lebih terjamin keberlanjutannya (sustainabel), lebih ramah lingkungan, dan

lebih ekonomis sebagai pengganti atau campuran bensin atau premium

Pemanfaatan bioetanol bisa mengurangi pengangguran, yaitu dengan merekrut

pekerja-pekerja untuk bergerak di bidang pembuatan bioetanol ubi kayu.

Mengurangi kebutuhan BBM, khususnya Premium.

Mengurangi efek rumah kaca

Diversifikasi Energi

Menciptakan Teknologi berwawasan Lingkungan

Produksi bioetanol dari tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan

menciptakan keseimbangan siklus karbondioksida, yang berarti akan

mengurangi laju pemanasan global. Pembakaran bensin yang lebih sempurna

ketika dicampur bioetanol 10 % saja akan memperbaiki kualitas udara di

kota-kota padat lalu lintas.

Pengalaman banyak negara menunjukkan, bioetanol menjadi pilihan yang

paling murah.

Adapun kekurangan dan dampak negatif yang dihasilkan melalui pengembangan

etanol, yaitu:

Page 20: Makalah BI

Etanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik. Oleh karena itu, etanol

murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi saja.

Molekul etanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara sempurna

dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair.

Produksi bioetanol secara besar-besaran berpotensi menyebabkan penurunan

keanekaragaman hayati melalui monokultur bahan baku yang merusak

kualitas lahan pertanian.

Seringkali terjadi praktik pembakaran ladang guna memudahkan panen ubi

kayu, kerusakan tanah akibat ancaman terhadap keanekaragaman hayati, serta

erosi tanah yang disebabkan praktek penanaman ubi kayu.

Bioethanol mempunyai sifat korosif dan membuat mesin lebih sulit distarter.

3.3 Prospek Pengembangan Bioetanol dari Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan bahan pangan yang sudah sangat dikenal para petani dan

masyarakat awam. Selain harganya yang murah, waktu panen yang singkat dan

budidayanya yang mudah, banyak daerah-daerah kota-kota di Indonesia yang

sebagian besar hasil panennya berupa ubi kayu, seperti Pacitan, Wonogiri, Garut,

Cianjur, Sukabumi, Nusa Tenggara, dll (Tim nasional Pengembangan BBN, 2007) .

Faktor-faktor tersebutlah yang menunjang prospek bioetanol berbahan dasar ubi kayu

untuk ketersediaan energi di masa mendatang.

Sejak periode 2006 yang lalu ketika pemanfaatan bioetanol sebagai energi

alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (tidak terbarukan) mulai mendapat

Page 21: Makalah BI

perhatian dari banyak kalangan di Indonesia, hingga saat ini sudah cukup banyak

kebijakan pemerintah yang dirancang untuk merangsang, mendukung serta

menggalakan berbagai terobosan dan inovasi yang berkaitan dengan produksi serta

pemanfaatan Bahan Bakar Nabati bagi kepentingan nasional (Mononutu, 2009).

Dan dalam waktu dekat ini, pemerintah juga akan menerbitkan Inpres tentang

biofuel (biodisel dan bioetanol) yang akan merinci insentif bagi pengembangan

biofuel, termasuk instruksi kepada menteri-menteri untuk menindaklanjuti di

departemen masing – masing.

Dengan diterbitkannya tujuh izin investasi pembangunan pabrik energi

alternatif (biodiesel dan bioetanol) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) pada pertengahan tahun 2005 yang lalu, memperkuat indikasi bahwa

peluang bisnis di bidang bioenergi sudah dilirik para investor, sehingga

pengembangan perkebunan energi menjadi sesuatu yang prospektif di masa depan.

3.4 Pengembangan dan Pensosialisasian Bioetanol Ubi Kayu Kepada Masyarakat

Memang saat ini pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan bakar nabati sangat

marak di kalangan masyarakat, namun berdasarkan fakta yang ada, pengolahan ubi

kayu tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh sumber daya manusia bangsa

kita. Maka dari itu, sosialisasi dan pengembangan bioetanol ubi kayu kepada

masyarakat sangat penting untuk diperhatikan, berikut adalah solusi yang dapat

dilakukan.

Page 22: Makalah BI

Menyusun agenda bersama untuk mendapatkan konsensus terhadap program

yang komprehensif dan terpadu agar dapat memberikan hasil yang maksimal, antara

lain melalui penetapan sasaran dan upaya pencapaiannya untuk produksi, distribusi

dan pemakaian bioetanol serta penjabaran agenda dan program penyuluhan dan

praktik yang konkret.

Membangun rantai tata niaga bioetanol secara bertahap yang difasilitasi oleh

Pemerintah sehingga pembahasan mengenai bioetanol akan tetap berjalan.

Menyatukan dan mewujudkan semua rencana pengembangan bioetanol dari

berbagai pihak terkait dalam suatu ”Blueprint Pengembangan Bio-fuel” yang dapat

dijadikan pegangan bagi masyarakat .

Serta meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya bahan bakar nabati ini sehingga secara otomatis, masyarakat akan aktif

terlibat di dalamnya.

BAB IV

PENUTUP

Page 23: Makalah BI

4.1 Kesimpulan

Teknologi proses produksi bioetanol tersebut dapat dibagi dalam tiga tahap

yaitu gelatinisasi, fermentasi, dan destilasi.

Bioetanol sangat bermanfaat bagi karena lebih ramah lingkungan, lebih

ekonomis, menciptakan keseimbangan siklus karbondioksida, dan mengurangi efek

rumah kaca. Namun produksi bioetanol secara besar-besaran dapat menyebabkan

penurunan keanekaragaman hayati yang merusak kualitas lahan pertanian.Bioetanol

mempunyai sifat korosif dan membuat mesin lebih sulit distarter.

Hal yang dapt dilakukan untuk menujang fasilitas tersebut adalah dengan

menyusun agenda bersama untuk mendapatkan konsensus terhadap program yang

komprehensif dan terpadu serta menyatukan dan mewujudkan semua rencana

pengembangan bioetanol dari berbagai pihak.

4.2 Saran

Agar alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan ini dapat lebih

dikembangkan di Indonesia mengingat prospek yang cukup baik.

Pemerintah sebaiknya mendukung upaya-upaya yang dilakukan untuk

menciptakan program tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: Makalah BI

Anonim. 2009. Budidaya Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz)(online).

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ppua0123.pdf . 18 Desember 2009

Anonim. 2009. Ubi Kayu(online). http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong. 19

Desember 2009

BPPT. 2005. Kajian Lengkap Prospek Pemanfaatan Biodiesel Dan Bioethanol Pada

Sektor Transportasi Di Indonesia

Kholis, Neng Siti. 2008. Analisis Kadar Bioetanol dan Glukosa Pada Fermentasi

Tepung Ketela Karet (Monihot glaziovii Muell) Dengan Penambahan

H2SO4(online). http://etd.eprints.ums.ac.id/2312/1/A420040072.pdf. 19

Deesember 2009

Mononutu, Edmond Ch. 2009. mencermati Peluang Bisnis Bioetanol(online).

http://industrirakyatbioetanol.blogspot.com/2009/03/mencermati-peluang-

bisnis-bioetanol.html. 19 desember 2009

Musanif, Jamil. 2007. Bio-etanol(online).

http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/files/PENGOLAHAN-HASIL/BioEnergi-

Lingkungan/BioEnergi-Perdesaan/BIOFUEL/Bioetanol/Bioethanol.pdf

Prihandana, Rama dkk.2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta

Selatan: Agromedia Pustaka

Prihandana R, Roy H, Makmuri M. 2008. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi

Polusi & Kelangkkan BBM. Jakarta Selatan: Agromedia Pustaka

Tim Nasional Pengembangan BBM. 2007. BBN Bahan Bakar Nabati. Jakarta:

Penebar Swadaya

Page 25: Makalah BI

Widianta A, Widi P.D. 2008. Ubi kayu (mannihot esculenta) Sebagai Bahan

Alternatif Pengganti Bensin (Bioetanol) Yang Ramah Lingkungan(online).

http://isnanimurti.wordpress.com/2008/06/17/ubi-kayu-mannihot-esculenta-

sebagai-bahan-alternatif-pengganti-bensin-bioetanol-yang-ramah-lingkungan/.

17 Desember 2009

BIOETANOL UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKAR

MASA DEPAN

Page 26: Makalah BI

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Semester I Tahun Ajaran 2009

Oleh

Steffy Marcella Fransisca

0911010080

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANJURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2009DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR …………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………...... ii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. iii

Page 27: Makalah BI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 3

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Mengenal Bensin …………………………………………………… 5

2.2 Ubi Kayu (Mannihot esculenta) ……………………………………. 7

2.3 Bioetanol…………………………………………………………….. 10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Cara Mengolah Ubi Kayu Menjadi Bioetanol ……………………… 14

3.2 Dampak Positif Negatif Pembuatan Bioetanol Ubi Kayu ………….. 16

3.3 Prospek Pengembangan Bioetanol Ubi Kayu ……………………… 18

3.4 Pengembangan dan Pensosialisasian Bioetanol Ubi Kayu …………. 19

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 21

4.2 Saran ………………………………………………………………… 21

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… iv