Web viewTidak memberikan suplementasi vitamin A pada anak. ... Tuberkulosis (TBC), Infeksi Saluran...
Transcript of Web viewTidak memberikan suplementasi vitamin A pada anak. ... Tuberkulosis (TBC), Infeksi Saluran...
Tugas II
Determinan dan Variabel dari Masalah KVA
Pada dasarnya setiap permasalahan gizi selalu dapat dianalisis berdasarkan
penyebab langsung dan penyebab tak langsung. Penyebab langsung masalah gizi
diidentifikasi dari faktor asupan gizi yang diterima seseorang serta penyakit infeksi
yang diderita. Sedangkan penyebab tak langsung masalah gizi diidentifikasi dari
faktor ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, perilaku atau asuhan ibu dan
anak, serta pelayanan kesehatan yang ada.
1. Determinan langsung dari gangguan gizi Kekurangan Vitamin A (KVA)
a. Asupan gizi
1) Asupan Vitamin A Rendah
Kurangnya asupan makanan sumber vitamin A dan pro vitamin A
(karoten). Hal ini biasanya disebabkan karena kebiasaan balita yang susah
untuk menerima makanan terutama sayur dan buah yang banyak
mengandung vitamin. Atau bisa dipengaruhi dari pola asuh orang tua.
2) Bayi tidak menerima kolostrum dan disapih lebih awal.
Kolostrum merupakan ASI pertama yang berwarna agak kekuningan.
Kolostrum berguna untuk kekebalan tubuh bayi yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap tingkat kesakitan dan infeksi dari anak. Biasanya
orang awam menganggap jika kolostrum merupakan kotoran. Dan jika
disapih lebih awal bisa karena kesibukan si ibu yang merupakan wanita
karir dan lebih memilih untuk memberikan susu formula.
1
b. Penyakit infeksi (campak, diare, pneumonia dan TBC)
1) Penyakit infeksi dapat mempengaruhi sintesis hormon dan metabolisme
tubuh. Hal ini juga mengakibatkan terganggunya sistem transport dan
penyimpanan vitamin A di tubuh.
2) Absorbsi & Utilisasi Vitamin A yang rendah
Selain disebabkan oleh penyakit infeksi, absorbs dan utilisasi vitamin A
juga disebabkan karena adanya Pelarut Vitamin A yang rendah dan
KEP. Dimulai dengan persediaan Vitamin A dalam hati habis sehingga
kadar Vitamin A dalam plasma menurun dan dapat menyebabkan
disfungsi retina lalu terjadi perubahan jaringan epitel.
2. Determinan Tak Langsung
a. Ketersediaan pangan di tingkat Rumah Tangga
1) Ketersediaan pangan sumber vitamin A
Distribusi pangan yang tidak merata, terjadi paceklik atau rawan pangan,
keadaan geografis, serta keadaan darurat antara lain bencana alam, perang
dan kerusuhan mengakibatkan akses untuk memperoleh sumber makanan
yang mengandung vitamin A menjadi terkendala. Hal ini dapat berakibat
kurangnya konsumsi vitamin A.
b. Perilaku dan asuhan ibu
1) Sosial Budaya
a) Pola makan
Sebagian masyarakat yang memakan nasi/beras yang sudah digiling
akan mendapatkan asupan vitamin A yang lebih sedikit
2
dibandingkan dengan beras yang tidak digiling. Demikian pula
dengan masyarakat yang mengonsumsi makanan pokok selain
nasi/beras, misalnya seperti jagung dan singkong akan mendapat
asupan vitamin A yang lebih sedikit karena kandungan vitamin A
lebih besar pada beras dibandingkan dengan jagung dan singkong.
b) Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama
yang merupakan sumber Vit A.
c) Tidak memberikan suplementasi vitamin A pada anak
Masih ada masyarakat di Indonesia yang tidak mau membawa
anaknya ke posyandu. Padahal di posyandu telah disediakan
suplemen vitamin A untuk balita. Hal ini dapat menjadi salah satu
penyebab anak menjadi KVA.
2) Faktor Keluarga
a) Pendidikan
Pendidikan yang rendah biasanya mempunyai pengetahuan gizi
yang kurang. Karena keterbatasan pengetahuan gizi tersebut, maka
seseorang tidak memenuhi kebutuhan gizi anaknya untuk
memberikan makanan yang mengandung vitamin A.
b) Penghasilan
Penghasilan keluarga yang rendah akan lebih berisiko mengalami
KVA karena keluarga tersebut tidak dapat memenuhi konsumsi
makanan bergizi kaya vitamin A. Walaupun demikian, besarnya
penghasilan keluarga tidak menjamin anaknya tidak mengalami
3
KVA, karena harus diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup
sehingga dapat memberikan makanan kaya vitamin A.
c) Jumlah anak dalam keluarga
Semakin banyak anak semakin kurang perhatian orangtua dalam
mengasuh anaknya. Maka bisa jadi anak tersebut tidak
mendapatkan makanan yang mengandung vitamin A sehingga
menyebabkan anak tersebut mengalami KVA.
d) Pola asuh anak
Kurangnya perhatian pasangan suami istri (pasutri) yang bekerja
atau bercerai terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
menyebabkan anak tersebut tidak mendapatan asupan makanan
kaya vitamin A.
c. Pelayanan Kesehatan
1) Cakupan pemberian vitamin A dan angka kesakitan karena penyakit
infeksi
Anak yang tidak mendapatkan asupan makanan kaya vitaminn A, tidak
mendapatkan suplementasi vitamin A, ditambah dengan terkena infeksi
seperti diare, akan menyebabkan anak tersebut mengalami KVA.
2) Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau
Di beberapa pedesaan, sarana pelayanan kesehatan masih sulit
terjangkau oleh masyarakat. Akibatnya tidak semua anak mendapat
vitamin A yang telah disediakan oleh puskesmas atau posyandu.
4
3. Variabel Dependen
Pengertian variabel dependen (variabel output atau kriteria atau konsekuen
atau endogen atau terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Contoh variabel dependen adalah Kadar
Serum Retinol, Tanda dan Gejala klinis penyakit seperti Bercak Bitot, Rabun
Senja, dan lain-lainnya.
Nilai batas normal plasma vitamin A dalam darah (mg/100 ml) untuk
semua umur dikategorikan sebagai berikut :
a. Kurang : < 10
b. Margin : 10 – 19
c. Cukup : 20 +
Kadar vitamin A serum yang sudah sangat rendah (kurang dari 5 μg/100
ml), begitu juga kadar RBPnya (< 20 μg/100ml), maka akan timbul kelainan
mata. Dimulai dari gangguan pada sel batang retina, yang sulit beradaptasi
diruang yang remang setelah terang disebut dengan buta senja. Tahap selanjutnya
adalah kelainan mata berupa Xerosis Konjunctiva – XI, Xerosis Konjunctiva
disertai bercak bitot – XIB, Xerosis Kornea – X2, Keratomalasia X3A dan X3B,
Jaringan Parut Kornea (Sikatriks/scar) – XS serta Fundus Xeroftalmia dengan
gambaran seperti “cendol” – XF.
4. Variabel Independen
Variabel Independen (variabel stimulus atau predictor atau antecendent
atau eksogen atau bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
5
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2009:39). Bila variabel independen berubah maka variabel dependen juga akan
berubah.
Dalam kasus KVA, contoh variabel Independen adalah: Kebiasaan
konsumsi makanan (Konsumsi makanan kaya vitamin A), Pendidikan, Tingkat
Usia , Faktor Individu, dan Faktor Infeksi.
a. Kebiasaan Konsumsi Makanan
1) Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia
Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung
sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok.
2) Penyebab utama dari kekurangan vitamin A di negara berkembang adalah rendahnya
asupan vitamin A dan rendahnya bioavailabilitas dari vitamin A yang dikonsumsi
(sayur-sayuran dan buah-buahan). Faktor yang turut berpengaruh adalah meningkatnya
kebutuhanakan vitamin A pada kelompok umur tertentu (masa balita, ibu hamil dan
menyusui) dan terjadinya infeksi. Namun demikian gambaran yang sederhana ini tidak
memperlihatkan faktor lainnya yang turut berpengaruh terhadap status vitamin A dari
suatu populasi seperti perbedaan fisiologi, kultur sosial, dan geografis.
3) Konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau
provitamin A untuk jangka waktu yang lama
b. Pendidikan dan Pola Asuh Anak
1) Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif
Risiko tinggi untuk menderita kekurangan vitamin A salah satunya adalah
pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI
6
sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping
ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya.
2) Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat
gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan
penggunaan vitamin A dalam tubuh.
Kurang makan sayuran dan buah-buahan berwarna serta kurang makanan
lain sumber vitamin A seperti : daun singkong, bayam, tomat, kangkung,
daun ubi jalar, wortel, daun pepaya, kecipir, daun sawi hijau, buncis, daun
katu, pepaya, mangga, jeruk, jambu biji, telur ikan dan hati. Akibatnya
menurun daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
c. Tingkat Usia
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A
adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59
bulan (1-5 tahun).
d. Faktor Individu
1) Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BB < 2,5 kg).
2) Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun.
3) Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun kuantitas
4) Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.
5) Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis (TBC), Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia dan kecacingan.
6) Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas/pelayanan kesehatan
(untuk mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi). Defisiensi vitamin A primer
7
disebabkan oleh kekurangan vitamin tersebut, sedangkan defisiensi sekunder karena
absorpsi dan utilisasinya yang terhambat.
e. Faktor Infeksi
Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya
kekurangan vitamin A. Penyakit tersebut adalah:
1) Penyakit Seliak, Fibrosa kistik
2) Penyumbatan saluran empedu, pembedahan pada usus atau pankreas
3) Adanya kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol
binding protein (RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan
vitamin.
4) Adanya gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada
penyakit-penyakit antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga
kebutuhan vitamin A meningkat.
8