Suplementasi Selenium Print

65
BAB I PENDAHULUAN Preeklampsia merupakan komplikasi sistemik dan serius dari kehamilan yang mempengaruhi 2% sampai 7% dari seluruh kehamilan. Ia adalah penyebab utama dari mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal baik di dunia barat maupun di negara berkembang. 1 Gangguan kehamilan ini ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema, dan mempengaruhi beberapa organ termasuk hati, ginjal, otak, dan sistem pembekuan darah. Terlepas dari tingkat keparahan dan prevalensi preeklampsia, etiologi pasti dari gangguan ini masih belum diketahui, meskipun gangguan perfusi plasenta telah diusulkan sebagai faktor utama. Kurangnya perfusi plasenta dan iskemia dapat menyebabkan produksi berlebihan dari spesies oksigen reaktif dan lipid peroksida, yang menghasilkan stres oksidatif. Berdasarkan pada hipotesis oksidatif preeklampsia, suplementasi dengan antioksidan mungkin membantu mencegah preeklampsia. Salah satu antioksidan yang 1

description

SUPLEMEN

Transcript of Suplementasi Selenium Print

Page 1: Suplementasi Selenium Print

BAB I

PENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan komplikasi sistemik dan serius dari

kehamilan yang mempengaruhi 2% sampai 7% dari seluruh kehamilan. Ia

adalah penyebab utama dari mortalitas dan morbiditas maternal dan

perinatal baik di dunia barat maupun di negara berkembang.1 Gangguan

kehamilan ini ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema, dan

mempengaruhi beberapa organ termasuk hati, ginjal, otak, dan sistem

pembekuan darah. Terlepas dari tingkat keparahan dan prevalensi

preeklampsia, etiologi pasti dari gangguan ini masih belum diketahui,

meskipun gangguan perfusi plasenta telah diusulkan sebagai faktor

utama. Kurangnya perfusi plasenta dan iskemia dapat menyebabkan

produksi berlebihan dari spesies oksigen reaktif dan lipid peroksida, yang

menghasilkan stres oksidatif. Berdasarkan pada hipotesis oksidatif

preeklampsia, suplementasi dengan antioksidan mungkin membantu

mencegah preeklampsia. Salah satu antioksidan yang paling penting

dalam tubuh adalah mineral selenium, yang merupakan komponen

penting dari sejumlah selenoenzim antioksidan seperti glutation

peroksidase dan thioredoksin reduktase. Selain itu, selenium memiliki sifat

anti-inflamasi, yang dikerahkan melalui sejumlah mekanisme.2

Selenium merupakan elemen mikro yang penting untuk biologi

manusia dan kesehatan. Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa

mineral ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan reproduksi

normal pada hewan dan manusia, dan suplementasi selenium saat ini

1

Page 2: Suplementasi Selenium Print

direkomendasikan sebagai bagian dari kebijakan kesehatan masyarakat di

wilayah geografis dengan defisiensi selenium berat dalam tanah.3

Di banyak negara, asupan selenium dari makanan menurun di

bawah asupan gizi yang direkomendasikan dan tidak memadai untuk

mendukung ekspresi yang maksimal dari selenoenzim. Sejumlah laporan

yang melibatkan defisiensi selenium dalam beberapa komplikasi

reproduksi dan obstetri termasuk infertilitas pria dan wanita, keguguran,

preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, persalinan prematur,

diabetes gestasional, dan kolestasis obstetri. Saat ini, tidak ada informasi

yang memadai dari studi intervensi kecil yang tersedia untuk

menginformasikan strategi kesehatan masyarakat. Uji coba intervensi

yang lebih besar diperlukan untuk memperkuat atau menyangkal peran

menguntungkan dari suplementasi selenium pada gangguan kesehatan

reproduksi.3

Sejumlah penelitian telah melaporkan penurunan dalam status

selenium selama kehamilan. Selain itu, beberapa penelitian observasional

telah melaporkan penurunan lebih lanjut dalam status selenium pada

wanita dengan preeklampsia dibandingkan dengan wanita hamil non-

preeklampsia. Namun, tidak ada penelitian klinis yang cukup

mengevaluasi efektivitas suplementasi selenium dalam pencegahan

preeklampsia.2

2

Page 3: Suplementasi Selenium Print

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. PREEKLAMPSIA

2.1.1. Definisi

Gangguan hipertensi dalam kehamilan lainnya adalah hipertensi

yang sudah ada sebelumnya dan hipertensi gestasional. Pre-eklampsia

umumnya didefinisikan sebagai hipertensi baru (tekanan darah diastolik ≥

90 mmHg) dan proteinuria bermakna (≥ 300 mg dalam 24 jam) pada atau

setelah 20 minggu kehamilan.4

2.1.2. Epidemiologi dan Faktor Risiko

Frekuensi preeklampsia berkisar antara 2% - 7% pada wanita

nulipara yang sehat. Pada wanita ini, penyakit ini sebagian besar ringan,

onset sebagian besar dekat dengan aterm atau intrapartum (75% kasus),

dan hanya menghasilkan peningkatan risiko luaran yang merugikan yang

dapat diabaikan bagi kehamilan. Sebaliknya, frekuensi dan keparahan

penyakit jauh lebih tinggi pada wanita dengan kehamilan multifetal,

hipertensi kronis, preeklampsia sebelumnya, diabetes mellitus preges-

tational, dan trombofilia yang telah ada.1

Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi dengan peningkatan risiko

preeklampsia. Umumnya, preeklampsia dianggap sebagai penyakit

kehamilan pertama. Risiko meningkat pada mereka yang telah membatasi

paparan sperma oleh pasangan yang sama sebelum konsepsi. Efek

protektif dari paparan sperma jangka panjang oleh pasangan yang sama

3

Page 4: Suplementasi Selenium Print

dapat menjelaskan risiko tinggi preeklampsia pada wanita yang lebih

muda dari 20 tahun. Abortus sebelumnya (spontan atau diinduksi) atau

kehamilan yang sehat dengan pasangan yang sama dikaitkan dengan

penurunan risiko preeklampsia, meskipun efek protektif ini hilang

dengan perubahan pasangan. Penelitian di Skandinavia dan Amerika

Serikat telah menegaskan pentingnya faktor paternal.1

Tabel 1. Faktor risiko preeklampsia1

FAKTOR RISIKO YANG BEHUBUNGAN DENGAN PASANGAN

Paparan sperma yang terbatas

Primipaternitas

Kehamilan setelah inseminasi donor, donasi oosit, donasi embrio

Efek protektif dari pasangan berubah dalam kasus kehamilan preeklampsia sebelumnya

Faktor risiko terkait ibu atau kehamilan

Usia ibu yang ekstrim

Kehamilan multifetal

Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

Hipertensi kronis atau penyakit ginjal

Penyakit rematik

Berat lahir ibu yang rendah

Obesitas dan resistensi insulin

Diabetes mellitus pregestasional

Infeksi ibu

4

Page 5: Suplementasi Selenium Print

Trombofilia yang telah ada

Gen ibu yang rentan

Riwayat keluarga dengan preeklampsia

Merokok (menurunkan risiko)

Degenerasi hidropik dari plasenta

2.1.3. Patogenesis

Meskipun penyebab preeklampsia sebagian besar masih tidak

diketahui, hipotesis yang terkenal sangat bergantung pada fungsi plasenta

yang terganggu pada awal kehamilan.5

Gambar: Kemungkinan proses patofisiologi dalam preeklampsia

AV = villus penahan. COE = rongga selomik. CY = sitotrofoblas. DB = desidua

basalis. DC = desidua kapsularis. DP = desidua parietalis. EN = endotelium. ET =

trofoblas ekstravili. FB = pembuluh darah janin. FV = villus yang terapung. GL =

kelenjar. IS = ruang intervili. JZ = zona junctional miometrium. MB = darah ibu,

yang meninggalkan ruang intervili dengan berbagai komponen seperti faktor

5

Page 6: Suplementasi Selenium Print

antiangiogenik. MV = vena ibu. SA = arteri spiralis. SM = otot polos. ST = stroma.

SY = sinsitiotrofoblas. TM = tunika media. UC = rongga uterus. sFlt-1 = bentuk

terlarut dari reseptor vascular endothelial growth factor.5

Gangguan remodeling dari arteri spiralis terutama dianggap sebagai

gangguan awal, tapi belum tentu sebagai gangguan utama, yang

menyebabkan preeklampsia. remodeling adalah proses bertahap di mana

langkah desidua pertama harus dimulai disekitar implantasi. Gangguan

pada tahap ini dapat meningkatkan risiko preeklampsia, dan mungkin

menjelaskan insiden yang lebih tinggi pada wanita dengan subfertil yang

tidak dapat dijelaskan atau abortus berulang. Perubahan vaskular desidua

juga timbul pada miometrium dalam (zona junctional), diikuti dengan invasi

trofoblas dengan remodeling terkait. Interaksi HLA-C, HLA-E, dan HLA-G

trofoblas dengan sel natural killer uterus atau sel dendritik, atau keduanya,

dianggap penting dalam regulasi invasi, dan beberapa kombinasi HLA-C

dan killer cell isoform imunoglobulin-like receptor menjadi predisposisi pre-

eklampsia.5,6

Aliran intervili tampaknya dimulai pada 7-8 minggu kehamilan oleh

tampilan yang menghubungkan saluran antara arteri spiralis dan lakuna di

dinding blastosit yang terimplantasi. Masuknya trofoblas dini dapat

melindungi embrio terhadap konsentrasi oksigen yang tinggi. Peneliti telah

mendalilkan bahwa kehilangan dini dari invasi ini bisa mengakibatkan

abortus, atau, tergantung pada waktu, preeklampsia. Secara bertahap

invasi diselesaikan dengan migrasi intravaskular dari trofoblas. Aliran

intervili diperkirakan mulai di daerah lateral, sedangkan invasi trofoblas

6

Page 7: Suplementasi Selenium Print

dan deplugging dari outlet arteri spiralis dimulai di sentral dan menyebar

ke perifer. Onset perifer dari aliran intervili harusnya menghasilkan stres

oksidatif lokal yang tinggi, yang mengarah pada regresi vilus dan

pembentukan chorion leave. Insufisiensi dari penyebaran ke lateral dari

invasi endovaskular oleh karena itu dapat mengakibatkan regresi korionik

yang luas dan plasenta yang kecil, yang berkontribusi terhadap restriksi

pertumbuhan intrauterin, pre-eklampsia onset dini, atau keduanya.5,7

Invasi trofoblas dan remodeling arteri spiralis pada kurva oksigen

plasenta Jauniaux menunjukkan bahwa remodeling desidua pada desidua

dan zona junctional miometrium terjadi selama kenaikan tajam dari

oksigen plasenta (10-12 minggu), sedangkan pada 10 minggu beberapa

arteri desidua sudah terisi dengan trofoblas endovaskular secara

keseluruhan.8 Gangguan aliran plasenta dapat dideteksi paling cepat 12

minggu pada wanita yang kemudian mengalami preeklampsia. Invasi

dalam dari segmen arteri miometrium muncul setelah kenaikan tajam

oksigen plasenta pada 15 minggu dan seterusnya, dan karena itu dapat

dipicu oleh peningkatan aliran. Dengan demikian, gangguan invasi arteri

spiralis miometrium pada pre eklampsia dapat timbul dari gangguan aliran

maternal. Karena arteri spiralis miometrium memiliki lapisan muskular dan

elastis yang lebih jelas dibandingkan pembuluh darah desidua, kegagalan

remodeling pada tahap ini mengarah pada berkurangnya airan arteri

uteroplasenta dan episode perfusi plasenta yang tidak teratur. Hipoksia

atau episode reoksigenasi tersebut dalam beberapa kasus menghasilkan

spesies oksigen reaktif, yang mengarah pada stres oksidatif plasenta dan

7

Page 8: Suplementasi Selenium Print

disfungsi plasenta, dengan stres retikulum endoplasma dan gangguan

sintesis protein.9,10,11

Stres oksidatif memainkan peran penting dalam disfungsi sel

endotel, yang memulai perjalanan yang berprogresi dengan sendirinya

dan manifestasi klinis dari preeklampsia termasuk hipertensi, proteinuria,

dan edema. Oleh karena itu, preeklampsia dapat dianggap sebagai

keadaan stres oksidatif, dan pada kenyataannya, beberapa bukti

mendukung hipotesis oksidatif dari preeklampsia. Menurut laporan

sebelumnya, ada peningkatan status peroksidasi lipid pada wanita

preeklampsia, sedangkan sistem pertahanan antioksidan endogen seperti

superoksida dismutase dan glutation peroksidase terkuras pada subyek

ini.2

Dipercaya bahwa penyebab yang tidak dapat diidentifikasi dari

tahap pertama pre-eklampsia (plasenta) dapat termasuk respon imun ibu

terhadap trofoblas yang berlebihan atau atipikal, dan gangguan

desidualisasi atau kegagalan pengkondisian uterus dengan tepat. Jadi,

pre-eklampsia adalah penyakit kegagalan interaksi antara dua organisme

yang berbeda secara genetik. Dengan demikian, hipotesis konflik maternal

fetus Haig mungkin relevan.5,12,13

Tahap kedua dari penyakit sistemik ibu terkait dengan aktivasi

endotel yang berlebihan dan status hiperinflamasi generalisata

dibandingkan dengan kehamilan biasa. Episode hipoksia plasenta atau

reperfusi menghasilkan stres oksidatif, selanjutnya apoptosis dan

gangguan nekrotik arsitektur syncytial, dan melepaskan berbagai

8

Page 9: Suplementasi Selenium Print

komponen dari ruang intervili ke dalam sirkulasi ibu, yang merangsang

produksi dari sitokin inflamasi.14 Debris trofoblas bioaktif yang beredar

termasuk membran mikropartikel sinsitiotrofoblas dan kelebihan faktor

antiangiogenik yang berasal dari sinsitiotrofoblas, seperti endoglin terlarut

dan reseptor vascular endothelial growth factor (VEGF) (sFlt-1).

Peningkatan produksi faktor anti angiogenik oleh trofoblas juga baru-baru

ini ditunjukkan pada kehamilan mola, gangguan yang diketahui menjadi

predisposisi bagi wanita untuk mengalami pre-eklampsia. Respon

inflamasi sistemik yang berlebihan pada pre-eklampsia menghasilkan

disfungsi endotel dan peningkatan reaktivitas vaskular terkait, yang

mendahului timbulnya gejala klinis penyakit. Hilangnya integritas endotel

berkontribusi terhadap gangguan homoeostasis natrium-volume dan

pembalikan dari banyak perubahan kardiovaskular (misalnya, peningkatan

curah jantung dan volume intravaskular) yang menyertai kehamilan

normal. Jadi, preeklampsia adalah status output yang rendah, resistensi

yang tinggi dengan penurunan aktivitas aldosteron dan renin.5,15,16

Mekanisme yang menghubungkan antara tahap 1 dan 2 dapat

berbeda untuk beberapa fenotip preeklampsia, termasuk hemolisis,

peningkatan enzim hati, dan trombosit yang rendah dari sindrom (HELLP),

dan kadang-kadang bervariasi di antara individu. Apakah preeklampsia

akan menjadi onset dini (sering dipersulit oleh restriksi pertumbuhan

intrauterin) atau lambat dapat bergantung pada apakah plasenta dalam

tahap 1 menjadi kecil secara fenotip karena ketidakseimbangan

angiogenik yang lebih besar. Plasentasi yang buruk tidak harus dianggap

9

Page 10: Suplementasi Selenium Print

sebagai penyebab preeklampsia, karena tidak semua kehamilan tersebut

memiliki luaran yang buruk, melainkan sebagai faktor predisposisi yang

kuat. Dengan adanya plasenta dengan ukuran yang tepat untuk usia

kehamilan, predisposisi gangguan kardiovaskular dan sindrom metabolik

juga dapat memicu kaskade inflamasi plasenta dan sistemik dan stres

oksidatif, sehingga terjadi preeklampsia onset lambat (juga disebut

preeklampsia maternal). Pandangan ini diperkuat oleh temuan morfologi

vilus normal pada pre-eklampsia onset lambat, berbeda dengan pre-

eklampsia onset dini, meskipun tidak ada data yang tampaknya tersedia

untuk placental bed.17,18

Meskipun interaksi antara genetik ibu dan faktor konstitusional

dengan faktor lingkungan berkontribusi pada tahap kedua, faktor-faktor

seperti ini saat ini diduga memiliki efek pada tahap pertama penyakit.

Penurunan antioksidan dan aktivitas biotransformasi fase I dan fase II

dalam darah ibu dan desidua serta jaringan plasenta dapat berkontribusi

terhadap peningkatan risiko preeklampsia. Efek protektif merokok

terhadap pre-eklampsia dapat menghasilkan efek karbon monoksida yang

menguntungkan pada invasi trofoblas dan remodeling arteri spiralis,

peningkatan aliran darah plasenta tahap 1, dan penurunan respon

inflamasi tahap 2. Penurunan pelepasan sFlt-1 dari plasenta kemungkinan

terkait dengan efek protektif ini.5

10

Page 11: Suplementasi Selenium Print

2. 2. SELENIUM

2.2.1. Sejarah

Selenium pertama kali ditemukan pada tahun 1817 oleh Jöns

Jakob Berzelius saat menyelidiki bahan kimia yang bertanggung jawab

untuk wabah penyakit di kalangan pekerja pabrik asam sulfat di Swedia.

Produk lokal mengandung kontaminan yang ia beri nama Selēnē, dewi

bulan Yunani. Pada tahun 1957, Klaus Schwarz dan Foltz membuktikan

bahwa selenium merupakan nutrisi penting yang diperlukan untuk

pertumbuhan normal dan reproduksi pada hewan.3

2.2.2. Farmakokinetik

Selenium makanan, yang awalnya diambil dari tanah dan

terkonsentrasi dalam tanaman, diabsorpsi dalam usus kecil dan tergabung

dalam protein oleh mekanisme kompleks yang tetap tidak jelas. Selenit

(SeO32-; bentuk anorganik dari selenium) melintasi membran plasma dan

bereaksi dengan tiol sitoplasma dalam jalur reduksi; ini membentuk

selenid, yang kemudian termetilasi, yang menghasilkan derivatif selenium

termetilasi yang diekskresikan ke dalam urin, udara yang dihembuskan

melalui paru-paru, dan feses (Gambar 1). Proporsi asupan selenium yang

diekskresikan seperti ini tergantung pada asupan makanan; ketika asupan

tinggi, ekskresi urin juga akan tinggi dan begitu juga sebaliknya.3

Selenium disimpan dalam jaringan dalam berbagai densitas: 30%

di hati, 30% di otot, 15% di ginjal, 10% dalam plasma, dan 15% sisanya di

dalam organ lainnya. Konsentrasi selenium bebas paling besar dalam

11

Page 12: Suplementasi Selenium Print

korteks ginjal dan kelenjar hipofisis, diikuti oleh kelenjar tiroid, adrenal,

testis, ovarium, hati, limpa, dan korteks serebri.3,19

Gambar 1. Diagram ini menggambarkan bagaimana selenoprotein dapat diproduksi

dalam tubuh dari berbagai sumber selenium. Glutation (GSH) dianggap sebagai

komponen utama dari jalur metabolisme selenium, yang berperan pada bagian

pertama dari serangkaian reaksi reduksi yang mengkonversi selenit menjadi

hidrogen selenid (H2Se), yang dianggap sebagai prekursor untuk mensuplai

selenium dalam bentuk aktif untuk sintesis selenoprotein. Metabolisme lebih lanjut

dari H2Se melibatkan metilasi sekuensial menjadi metilselenid (CH3SeH),

dimetilselenid ([CH3] 2Se), ion trimetilselenonium ((CH3)3Se+).3

Konsentrasi selenium biasanya terukur dalam plasma, serum,

whole blood, cairan ketuban, dan urin serta rambut dan kuku (yang

mencerminkan cadangan selenium jangka panjang). Metode utama yang

12

Page 13: Suplementasi Selenium Print

digunakan yaitu spektrometri absorpsi atomik; namun, baru-baru ini

spektrometri massa plasma induktif telah digunakan, yang telah

meningkatkan batas deteksi menjadi 0.055 μg / L.3

Tabel 2. Selenoprotein mamalia yang diketahui melaksanakan fungsi selenium3

Selenoprotein, yang dikode oleh 25 gen selenoprotein pada

manusia (Tabel 2), mengerahkan beberapa aksi pada fungsi endokrin,

imunitas, dan inflamasi.20,21,22 Yang penting untuk reproduksi dan

kehamilan adalah 6 antioksidan glutation peroksidase (GPxs), yang

13

Page 14: Suplementasi Selenium Print

memainkan peran penting dalam mengurangi hidrogen peroksida (H2O2)

dan lipid peroksida menjadi produk yang tidak berbahaya (air dan alkohol;

Gambar 2), sehingga meredam propagasi spesies oksigen reaktif (ROS)

yang merusak. Sebagai antioksidan, GPxs membantu menjaga integritas

membran, melindungi produksi prostasiklin, dan membatasi penyebaran

kerusakan oksidatif dari lipid, lipoprotein, dan asam deoksiribonukleat

(DNA).3

Gambar 2. Superoksida dapat dihasilkan oleh enzim khusus, seperti xantin oxidase

atau nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase (NADPH) oksidase atau

sebagai produk sampingan dari metabolisme sel, terutama rantai transpor elektron

mitokondria. Superoksida dismutase (SOD) kemudian mengubah superoksida (O2-)

menjadi hidrogen peroksida (H2O2), yang harus dikeluarkan dengan cepat dari

14

Page 15: Suplementasi Selenium Print

sistem. Ini umumnya dicapai dengan katalase atau peroksidase, seperti GPxs

tergantung selenium, yang menggunakan glutation tereduksi (GSH) sebagai donor

elektron.3

2.2.3. Sumber Selenium

Makanan nabati adalah sumber makanan utama dari selenium di

sebagian besar negara. Gandum adalah akumulator selenium yang paling

efisien dari sereal yang umum dan merupakan 1 dari sumber selenium

yang paling penting untuk manusia. Kandungan dalam makanan

tergantung pada kandungan selenium dalam tanah di mana tanaman

tumbuh atau hewan tumbuh. Sebagai contoh, kandungan selenium dalam

tanah di dataran tinggi Nebraska utara dan Dakota sangat tinggi, dan

penduduk memiliki asupan selenium tertinggi di Amerika Serikat. Makanan

lain cukup berkontribusi dalam asupan selenium di Eropa utara, terutama

daging, unggas, dan ikan (totalnya sekitar 36% di Inggris). Dengan

demikian, telah diprediksi bahwa vegetarian atau vegan beresiko spesifik

untuk defisiensi selenium, tetapi klaim ini tidak sepenuhnya terbukti.3,23

Penggabungan selenium ke dalam tanaman, dan kemudian ke

dalam jaringan hewan, tergantung tidak hanya pada kandungan selenium

tanah atau geokimia tetapi juga pH tanah, curah hujan, kontur tanah, dan

penggunaan pupuk tinggi sulfur. Beberapa bakteri dapat mengkonversi

bentuk tak terlarut selenium menjadi bentuk terlarut, yang kemudian dapat

diambil oleh tanaman. Selenium cenderung terkonsentrasi dalam tanah

dari daerah kering di dunia, dimana tanah biasanya lebih basa; pada

tanah asam dengan aerasi yang buruk, selenium relatif tidak tersedia

15

Page 16: Suplementasi Selenium Print

untuk tanaman karena ia terutama dijumpai sebagai kompleks selenit tak

terlarut. Namun, di daerah-daerah yang lebih basah, hujan melarutkan

selenium dari tanah.3

2.2.4. Defisiensi Selenium

Defisiensi selenium sebagaimana yang dinilai oleh asupan diet dan

/ atau konsentrasi selenium darah telah diidentifikasi pada orang yang

tinggal di wilayah geografis yang terkenal akan kadar selenium tanah yang

rendah, seperti daerah vulkanik. Penyakit defisiensi selenium manusia

telah dikenali di Cina dan Tibet. Penyakit Keshan, suatu kardiomiopati

endemis reversibel, ditandai dengan nekrosis miokard fokal yang sering

dikaitkan dengan infiltrat inflamasi dan kalsifikasi.3,24

Gangguan ini secara eksklusif endemis di daerah pedesaan yang

kekurangan selenium di Cina dan suplementasi dengan tablet selenium

(seperti Natrium Selenit) dalam kehamilan menyediakan perlindungan

yang sangat efektif terhadap perkembangannya pada perempuan yang

rentan, baik selama kehamilan ataupun selama kehidupan mereka.25,26

Asupan selenium makanan di sebagian besar Eropa jauh lebih rendah

daripada di Amerika Serikat, terutama karena tanah Eropa menyediakan

sumber selenium yang buruk.22,27

Penilaian kebutuhan, kecukupan, dan asupan selenium telah

ditinjau sebelumnya secara rinci dan diringkas dalam Tabel 3.22,27 Asupan

selenium rata-rata berada pada atau di atas asupan makanan yang

direkomendasikan di Amerika Serikat (60-220 μg / hari) atau Kanada (50-

16

Page 17: Suplementasi Selenium Print

200 μg / hari).28 Namun, defisiensi selenium sedang, yang berkaitan

dengan pola makan yang buruk, telah dijelaskan di Amerika Serikat di

antara orang yang miskin dan obesitas, dimana tinjauan baru-baru ini

secara prospektif menghubungkannya dengan penyakit kardiovaskular

dan disfungsi imunitas.29 Di Inggris, asupan selenium makanan umumnya

di bawah referensi asupan gizi (30-40 μg / hari).30

Tabel 3. Kebutuhan asupan mikronutrien unuk selenium3

2.2.5. Toksisitas Selenium

Juga ada risiko kesehatan sedang sampai tinggi dari toksisitas

selenium, yang pertama kali ditemukan pada hewan yang merumput di

daerah dengan kandungan selenium yang tinggi dalam tanah. Toksisitas

selenium kronis pada manusia menyebabkan selenosis, kondisi yang

ditandai dengan kerapuhan atau kehilangan rambut dan kuku, gangguan

pencernaan, ruam, napas berbau bawang putih, dan kelainan sistem

saraf.3

17

Page 18: Suplementasi Selenium Print

Di Cina, telah dilaporkan bahwa selenosis terjadi dengan

peningkatan frekuensi pada orang yang mengkonsumsi selenium dengan

kadar di atas 850 μg / hari. Institute of Medicine (Amerika Serikat) telah

menetapkan batas atas asupan yang dapat ditoleransi untuk selenium

sebesar 400 μg / hari untuk orang dewasa untuk mencegah risiko

mengembangkan selenosis. European Commission dan World Health

Organization telah mengusulkan batas atas harian yang lebih rendah yaitu

300 μg / hari untuk dewasa.31

2.2.6. Tes Biokimia untuk Status Gizi dari Selenium

Konsentrasi selenium darah umumnya dianggap sebagai ukuran

yang berguna dari status selenium dan asupannya, tetapi jaringan lain

seperti rambut dan kuku juga digunakan. Selenium plasma atau serum

mencerminkan status jangka pendek, dan selenium eritrosit mencermin-

kan status jangka panjang, karena penggabungan selenium selama

sintesis dari sel-sel ini. Bagaimanapun tidak ada rentang normal referensi

yang diterima karena variasi dalam status selenium dari satu negara ke

negara lain. Kuku jari kaki sering digunakan sebagai ukuran status

selenium jangka panjang. Selenium rambut telah terkait dengan asupan

selenium jangka panjang, tapi shampoo yang mengandung selenium

membatasi kesesuaian sampel rambut. Ekskresi urin harian sangat erat

kaitannya dengan selenium plasma dan asupan makanan pada populasi

dengan selenium yang rendah, sehingga dapat digunakan untuk menilai

status selenium yang mencerminkan asupan makanan baru-baru ini. Studi

18

Page 19: Suplementasi Selenium Print

keseimbangan menunjukkan bahwa pada berbagai rentang asupan,

ekskresi urin menyumbang 50-60% dari jumlah total yang diekskresikan,

dan karena itu, total asupan makanan dapat diperkirakan sebagai dua kali

dari ekskresi urin harian.22,32

Konsentrasi jaringan dapat menyesatkan sebagai ukuran status

selenium, karena mereka tidak secara akurat mencerminkan aktivitas

fungsional, yang dapat bervariasi menurut bentuk selenium yang tertelan.

Jika selenometionin adalah bentuk diet utama, maka kandungan jaringan

mungkin tinggi karena ia secara nonspesifik tergabung ke dalam protein

sebagai selenometionin di tempat metionin. Dalam komponen darah,

selenium dari bentuk organik tetapi tidak bentuk anorganik, tergabung

secara nonspesifik ke dalam hemoglobin dalam eritrosit dan ke dalam

albumin dalam plasma. Ukuran sejati dari status selenium harus

mencerminkan jumlah selenium yang tersedia untuk aktivitas

selenoprotein fungsional. Pengukuran setiap selenoprotein oleh karena itu

menyediakan informasi yang lebih akurat dan berguna daripada total

selenium saja. Bahkan kemudian, penentuan konsentrasi dari hanya satu

selenoprotein mungkin tidak cukup dan menyesatkan karena hirarki dari

pentingnya selenoprotein.22

Hubungan erat antara aktivitas GPx plasma (GPx3) dan sel darah

merah GPx (GPx1) dengan total konsentrasi selenium berguna untuk

penilaian pada orang dengan status yang relatif rendah, tetapi tidak ketika

aktivitas maksimal enzim tercapai pada kadar selenium darah di atas 1,27

mmol / l (100 mg / l). Selain itu, seringkali sulit untuk membandingkan

19

Page 20: Suplementasi Selenium Print

hasil dari laboratorium yang berbeda karena variasi dalam metodologi.

GPx juga digunakan untuk menilai pengaruh suplementasi dengan

berbagai bentuk selenium, tapi, sekali lagi, hanya merespon subyek

dengan status selenium yang rendah. Selain itu, tingkat respon tergantung

pada tingkat awal aktivitas. Di sisi lain, GPx trombosit tampaknya menjadi

indikator yang lebih sensitif dari peningkatan asupan selenium, yang

menunjukkan peningkatan aktivitas dalam waktu 1-2 minggu dari saat

memulai suplementasi. Ini mungkin terkait dengan masa hidup yang lebih

pendek dari trombosit yaitu 8-14 hari, dibandingkan dengan 120 hari untuk

eritrosit. Karena berbeda dari GPx plasma dan eritrosit, tampaknya ada

perbedaan dalam bioavailabilitas dari bentuk selenium yang berbeda

untuk GPx trombosit. Selenat anorganik atau selenit menghasilkan respon

yang lebih cepat daripada ragi tinggi selenium dan mendatar pada tingkat

aktivitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, modifikasi aktivitas GPx

trombosit tergantung pada bentuk kimia dari suplemen selenium, dan

karena itu aktivitas GPx trombosit tampaknya lebih sensitif terhadap

bahan bentuk kimia dari selenium yang diberikan daripada GPx eritrosit

atau plasma.22

Baru-baru ini, pengukuran selenoprotein P telah terbukti menjadi

penanda biokimia yang berharga untuk status selenium, dan ada potensi

untuk pengukuran enzim lainnya sebagai penanda fungsional. Brown dkk

telah menggunakan PHGPx (GPx4) serta GPx1 untuk mengevaluasi efek

dari suplementasi selenium pada sel darah. Peneliti lain telah

menyarankan bahwa rasio tiroksin (T4) terhadap tri-iodotironin (T3) dalam

20

Page 21: Suplementasi Selenium Print

plasma dapat memberikan indikasi aktivitas IDI dalam jaringan yang tidak

dapat diakses. Perlu untuk diketahui bahwa kesimpulan yang ditarik dari

pengukuran satu selenoprotein mungkin tidak berlaku secara seragam

untuk semua fungsi biologis terkait selenium karena perbedaan respon

dari jaringan dan selenoprotein untuk berbagai kadar selenium. Defisiensi

selenium menyebabkan penurunan kadar selenoprotein, tapi ada

penggabungan preferensial dari selenium dalam beberapa selenoprotein.

Belum ditetapkan bagaimana pengukuran satu selenoprotein berhubung-

an dengan fungsi biokimia lainnya. Kita boleh menyimpulkan bahwa

kemungkinan tidak akan ada indikator tunggal dari status selenium

fungsional, melainkan serangkaian penanda yang berlaku untuk masalah-

masalah tertentu yang terkait dengan status selenium yang suboptimal.

Saat ini, selenium plasma atau serum masih menjadi ukuran status

selenium yang disukai untuk perbandingan di antara negara.22

2. 3. SELENIUM DAN KEHAMILAN NORMAL

Janin yang tumbuh membutuhkan selenium. Selenium

ditransportasikan melintasi plasenta dengan difusi pasif mengikuti gradien

konsentrasi. Konsentrasi selenium desidua lebih tinggi dari endometrium,

sedangkan konsentrasi selenium vena umbilikalis lebih rendah daripada

ibu. Di negara-negara seperti Polandia dan Yugoslavia dimana kadar

selenium tanah dan asupan diet rendah, konsentrasi selenium ibu dan

aktivitas GPx menurun selama kehamilan, yang terendah pada saat

persalinan dibandingkan dengan kontrol hamil. Sebaliknya, di daerah

21

Page 22: Suplementasi Selenium Print

dengan kandungan selenium tanah yang sangat tinggi (misalnya, Dakota

Selatan dan Spanyol Selatan), akan dijumpai bahwa tidak ada

kecenderungan kehamilan dalam konsentrasi selenium serum.3,33

2.3.1. Efek Suplementasi Selenium Pada Kehamilan

Selenium tampaknya merupakan unsur integral untuk fungsi

reproduksi normal. Pada manusia, beberapa penelitian telah menunjukkan

bahwa defisiensi Se terkait dengan luaran kehamilan yang buruk,

keguguran, persalinan preterm. Bahkan, suplementasi prenatal dan

postnatal penting untuk fungsi sistem antioksidan yang memadai pada

bayi, yang sudah diberikan pada waktu kelahiran setelah suplai prenatal

dan bertahan setelah beberapa hari pertama kehidupan bayi dari

suplementasi postnatal dalam susu ibu. Beberapa penyakit neonatus

(khususnya pada bayi prematur) dipercaya disebabkan oleh oksigen

radikal bebas, termasuk displasia bronkopulmonal, retinopati prematu-

ritas, necrotizing enterocolitis, paten duktus arteriosus, dan ensefalopati

hipoksik-iskemik.34

Pentingnya Se dalam kehamilan telah ditunjukkan pada manusia,

dimana wanita yang menderita preeklampsia mengalami penurunan kadar

Se dalam darah vena umbilikalis dibandingkan dengan kehamilan normal.

penelitian lain juga telah menunjukkan penurunan Se serum atau kuku jari

kaki ibu pada wanita preeklampsia.34

Mengenai efek suplementasi Se pada perkembangan plasenta,

jaringan kotiledon tampaknya lebih rentan dengan jumlah Se yang lebih

22

Page 23: Suplementasi Selenium Print

besar daripada jaringan karunkular. Bahkan, telah ditunjukkan bahwa ada

peningkatan proliferasi seluler dan konsentrasi DNA dalam jaringan

kotiledon, tapi tidak ada efek pada jumlah plasentom, berat massa dan

karunkular. Menariknya, jumlah yang tinggi dari Se tidak menurunkan

proliferasi jaringan plasenta.34

Selain itu, suplementasi Se mempengaruhi perkembangan janin

seperti yang ditunjukkan dengan Se supranutrisi ibu pada domba betina

selama pertengahan kehamilan dan akhir kehamilan yang menyebabkan

peningkatan massa janin dan berat jantung, paru, limpa, visera total dan

usus besar yang lebih besar dibandingkan dengan janin yang

disuplementasi dengan adekuat. Efek Se pada massa tubuh janin lebih

jelas pada domba yang dikenakan restriksi nutrisi, yang menyarankan

bahwa Se dapat menyediakan efek terpisah pada massa tubuh janin,

meskipun dengan jumlah nutrisi yang rendah.34

Asupan Se makanan tampaknya memiliki manfaat tambahan pada

differensiasi dan fungsi imun neonatus, karena pada neonatus yang

dirawat oleh ibu yang diberi makanan rendah Se, persentase sel T

sitotoksik CD8, sel T CD2, sel panB dan sel NK menurun. Se ibu dan

makanan juga mempengaruhi status antioksidan dalam testis bayi.34

2. 4. SUPLEMENTASI SELENIUM DAN INSIDEN PREEKLAMPSIA

23

Page 24: Suplementasi Selenium Print

Preeklampsia (hipertensi proteinuriK de novo) diperkirakan terjadi

pada sekitar 3% dari seluruh kehamilan dan penyebab utama mortalitas

dan morbiditas maternal dan perinatal;1,5 bersama-sama dengan

gangguan hipertensif dalam kehamilan lainnya, preeklampsia bertanggung

jawab untuk sekitar 60.000 kematian ibu setiap tahun dan meningkatkan

kematian perinatal 5 kali lipat.35 Stres oksidatif plasenta dan sistemik ibu

adalah komponen dari sindrom dan berkontribusi terhadap aktivasi

inflamasi sistemik generalisata ibu. Iskemia plasenta-cedera reperfusi

telah terlibat dalam produksi ROS yang berlebihan, yang menyebabkan

pelepasan faktor plasenta yang memediasi respon inflamasi.3,36

Telah ada banyak minat dalam penggunaan suplementasi

antioksidan sebagai strategi pencegahan terhadap preeklampsia. Namun,

hasil dari percobaan pada efikasi penggunaan suplementasi vitamin C dan

vitamin E pada ibu hamil berisiko tinggi belum menjanjikan. Oleh karena

itu, berdasarkan pada temuan saat ini, suplementasi dengan vitamin C

dan E tidak direkomendasikan sebagai bagian dari praktek klinis untuk

mengurangi risiko preeklampsia.2

Selenium merupakan elemen mikro yang penting yang dijumpai

dalam sistem biologis sebagai komponen selenoprotein seperti sebagai

glutation peroksidase dan thioredoksin reduktase, dan terlibat dalam

proteksi antioksidan dan efek antiinflamasi. Dalam kasus defisiensi

selenium, suplementasi dengan selenium dikaitkan dengan peningkatan

aktivitas enzimatik antioksidan dan penurunan peroksidasi lipid.

Konsentrasi selenium dalam darah dan plasma secara signifikan menurun

24

Page 25: Suplementasi Selenium Print

selama kehamilan dibandingkan dengan konsentrasi pra-kehamilan atau

tanpa kehamilan, dan penurunan ini progresif dengan berlanjutnya

kehamilan. Selanjutnya, penelitian epidemiologi telah menunjukkan bahwa

status selenium pada pasien preeklampsia secara signifikan menurun baik

dalam spesimen serum dan kuku. Seperti yang diperkirakan, aktivitas

glutation peroksidase juga menurun pada preeklampsia sebagai fungsi

dari penipisan selenium. Meskipun dengan temuan ini, sedikit uji coba

klinis yang menyelidiki efikasi suplementasi selenium dalam mencegah

insidensi preeklampsia.37,2

Mengingat hubungan antara stres oksidatif dan prevalensi status

selenium makanan yang rendah di seluruh dunia, beberapa penelitian

menunjukkan bahwa defisiensi selenium mungkin berhubungan dengan

preeklampsia. Apresiasi terbaru bahwa interaksi nutrien-gen mungkin

memainkan peran utama dalam manifestasi penyakit herediter bisa

relevan dengan hubungan antara status selenium dan preeklampsia.38

Beberapa gen yang mengkode selenoprotein menunjukkan

polimorfisme fungsional. Contohnya termasuk GPx3, polimorfisme

fungsional yang menurunkan aktivasi transkripsi, ekspresi gen, dan

aktivitas protein plasma.39,40 Polimorfisme nukleotida tunggal dalam regio

untraslated 3’ dari gen GPx4 (GPx4c718t) mempengaruhi konsentrasi dan

aktivitas protein GPx tetapi juga memiliki efek yang berbeda pada GPx3

dan GPx1 ketika suplementasi selenium dihentikan, meskipun ini perlu

diselidiki dalam kaitannya dengan preeklampsia.41

25

Page 26: Suplementasi Selenium Print

Selenoprotein S (juga dikenal sebagai SEPS1 atau VIMP), yang

mengandung residu Sec pada situs aktifnya, merupakan protein

antiinflamasi yang bekerja terutama untuk membatasi konsekuensi

kerusakan dari stress retikulum endoplasma. Ia baru-baru ini telah

disarankan dapat berkontribusi untuk perkembangan preeklampsia.42

Varian polimorfik dalam lokus SEPS1 telah dikaitkan dengan peningkatan

morbiditas penyakit kardiovaskular pada wanita Finlandia dan

polimorfisme promotor 105G>A terkait dengan berkurangnya fungsi telah

didefinisikan dan terkait secara signifikan tetapi tidak kuat dengan

preeklampsia.3,43

Preeklampsia memiliki komponen familial. Prevalensi yang tinggi

dari polimorfisme ini bisa, bersama-sama dengan defisiensi selenium,

menjadi penentu utama dari gangguan pertahanan antioksidan dalam

gangguan ini, melalui perubahan aktivitas selenoprotein, dan dengan

demikian berkontribusi terhadap perkembangan penyakit melalui jalur

nutrigenomik.3,44

Di Inggris, di mana asupan selenium dari makanan rendah, telah

dilaporkan konsentrasi selenium yang berkurang pada kehamilan

preeklampsia dalam serum dari ibu dan janin serta dalam cairan ketuban

dan dalam kuku jari kaki bila dibandingkan dengan kontrol hamil

normal.33,45,46 Mistry HD dkk melakukan pengukuran konsentrasi selenium,

ekspresi, dan tingkat aktivitas glutation peroksidase dan penanda stres

oksidatif yang dilakukan pada sampel darah ibu dan vena umbilikalis atau

plasenta dari 27 wanita hamil normal, 25 preeklampsia, dan 22 wanita

26

Page 27: Suplementasi Selenium Print

sehat yang tidak hamil dengan usia yang sesuai. Hasil penelitian ini

mengungkapkan penurunan yang sangat signifikan dalam konsentrasi

serum selenium dan aktivitas peroksidase glutation plasma pada

kehamilan dibandingkan dengan kontrol tidak hamil. Selain itu, tingkat

tersebut jauh menurun pada ibu dan bayi preeklampsia dibandingkan

dengan kehamilan normal. Selenium vena umbilikalis sangat rendah. Ibu

dan bayi mengalami peningkatan kadar penanda stres oksidatif secara

signifikan pada kelompok preeklampsia. Aktivitas glutation peroksidase

plasenta dan pewarnaan imunohistokimia juga berkurang pada plasenta

preeklampsia. Stres oksidatif yang terkait dengan preeklampsia mungkin

diakibatkan dari berkurangnya jalur pertahanan antioksidan khusus yang

melibatkan glutation peroksidase, yang mungkin terkait dengan

berkurangnya ketersediaan selenium. Glutation peroksidase tereduksi

dapat dikaitkan dengan peningkatan generasi peroksida lipid toksik yang

berkontribusi terhadap disfungsi endotel dan hipertensi pada

preeklampsia.33

Atamer dkk meneliti perubahan dalam aktivitas enzim superoksida

dismutase (SOD) eritrosit, glutation peroksidase (GSH-Px) plasenta, dan

menganalisis kadar selenium (Se) serum dan glutation plasenta (GSH).

Penelitian cross-sectional prospektif yang terdiri dari 32 wanita hamil

preeklampsia (PE), 25 hamil tidak hamil (NP), 28 wanita sehat hamil (HP)

dilakukan. Kadar lipid peroksida serum dan plasenta, aktivitas SOD,

tingkat GSH plasenta, dan aktivitas GSH-Px plasenta diukur dengan

metode spektrofotometri. Kadar Se serum diukur dengan spektrofotometri

27

Page 28: Suplementasi Selenium Print

absorpsi atom. Kadar Se serum jelas lebih rendah pada wanita PE

dibandingkan dengan wanita HP dan wanita NP. Aktivitas GSH-Px

plasenta juga lebih rendah pada wanita PE dibandingkan dengan wanita

HP. Pada wanita preeklampsia aktivitas SOD eritrosit secara nyata

menurun dibandingkan dengan wanita HP dan wanita NP. Kadar GSH

plasenta menurun dibandingkan dengan wanita HP.45

Selain itu, Rayman MP juga menentukan apakah status selenium

yang rendah dikaitkan dengan risiko yang lebih besar dari terjadinya

preeklampsia. 53 pasien preeklampsia dan 53 kontrol hamil dengan usia

yang sesuai di Rumah Sakit John Radcliffe, Oxford, memberikan

potongan kuku jari kaki mereka (yang ditetapkan 3-12 bulan sebelumnya)

untuk penentuan selenium dengan analisis aktivasi neutron. Karakteristik

klinis

perempuan dan bayi mereka dicatat. Median konsentrasi selenium kuku

pada subyek preeklampsia secara signifikan lebih rendah daripada

kelompok kontrol mereka. Selenium kuku di tertil bawah dikaitkan dengan

4,4 kali lipat insiden yang lebih besar dari preeklampsia. Dalam kelompok

preeklampsia, status selenium yang rendah secara bermakna dikaitkan

dengan ekspresi yang lebih berat dari penyakit, yang diukur dengan

persalinan sebelum 32 minggu. Penelitian mereka menimbulkan

pertanyaan apakah peningkatan kecil dalam asupan selenium dapat

membantu mencegah preeklampsia pada wanita yang rentan.46

Sebaliknya, lainnya telah menunjukkan tidak ada perbedaan, dan

dalam 1 penelitian dari Amerika Serikat, konsentrasi yang lebih tinggi dari

28

Page 29: Suplementasi Selenium Print

selenium serum telah dilaporkan pada wanita dengan preeklampsia.

Namun, yang dilaporkan kekurangan sensitivitas dari alat uji yang

digunakan, atau ketergantungan dari kandungan leukosit selenium ibu

dalam estimasi status selenium dapat mengacaukan interpretasi dari

penelitian ini.3

Aktivitas GPx pada ibu dan plasma tali pusat juga telah terbukti

lebih rendah pada kehamilan preeklampsia. Beberapa penelitian

retrospektif dari Turki, Amerika Serikat, dan Australia pada plasma ibu

atau jaringan plasenta yang dikumpulkan dari kehamilan normal dan

preeklampsia melaporkan penurunan aktivitas GPx pada preeklamp-

sia.45,37 Satu kelompok baru-baru ini melakukan penelitian cross-sectional

retrospektif di Inggris pada 25 wanita dengan preeklampsia dan 27 kontrol

sehat serta darah tali pusat dan jaringan plasenta dikumpulkan segera

setelah persalinan. Total aktivitas GPx dalam plasma dan dalam jaringan

plasenta secara signifikan berkurang pada preeklampsia. Penelitian

proskpektif dan longitudinal selanjutnya diperlukan untuk menjelaskan

hubungan ‘penyebab atau efek’.33

Jika defisiensi selenium dikonfirmasi pada wanita yang menderita

preeklampsia dan ini terus dihubungkan dengan ketidakcukupan GPx, uji

coba suplementasi selenium dengan kekuatan yang cukup pada

kehamilan mungkin bermanfaat dalam pencegahan atau perbaikan

preeklampsia.3

Beberapa penelitian kecil telah berusaha untuk menilai pengaruh

suplementasi selenium terhadap insiden gangguan hipertensi terkait

29

Page 30: Suplementasi Selenium Print

kehamilan. Beijing memiliki insiden yang tinggi dari defisiensi selenium

dan hipertensi yang diinduksi kehamilan (PIH). Seratus wanita dengan

faktor risiko yang diketahui untuk PIH diacak untuk menerima selenium

(100 μg / hari) atau plasebo selama 6-8 minggu selama kehamilan.

Selenium serum ibu dan umbilikal meningkat secara signifikan, dan

insiden PIH dilaporkan menurun.3

RCT prospektif, tersamar ganda, dan terkontrol plasebo yang

sangat kecil lainnya di Indonesia juga melaporkan tingkat yang lebih

rendah dari preeklampsia dan / atau PIH pada wanita yang berada pada

peningkatan risiko untuk mengembangkan kondisi ini setelah

suplementasi dengan berbagai antioksidan dan kofaktor termasuk

selenium (100 μg). Tidak ada satupun penelitian yang menangani peran

suplementasi terhadap insiden preeklampsia.3

Rayman dkk dalam penelitian terbarunya berhipotesis bahwa

peningkatan kecil dalam asupan Se pada wanita hamil Inggris dengan

status Se yang memadai akan melindungi terhadap risiko pre-eklampsia,

sebagaimana dinilai oleh biomarker pre-eklampsia. Dalam uji coba pilot

double-blind terkontrol plasebo mereka mengacak 230 wanita hamil

primipara untuk menerima Se (60 mg / hari, sebagai ragi yang diperkaya

Se) atau terapi plasebo pada 12-14 minggu kehamilan sampai melahirkan.

Konsentrasi Se darah diukur pada awal dan 35 minggu, dan konsentrasi

selenoprotein P plasma (SEPP1) pada 35 minggu. Ukuran luaran primer

dari penelitian ini adalah soluble vascular endothelial growth factor

receptor-1 (-sFlt 1) serum, faktor anti-angiogenik yang terkait dengan

30

Page 31: Suplementasi Selenium Print

risiko pre-eklampsia. Komponen serum / plasma lainnya yang berkaitan

dengan risiko preeklampsia juga diukur. Antara 12 dan 35 minggu,

konsentrasi Se darah meningkat secara signifikan pada kelompok yang

diterapi dengan Se tetapi menurun secara signifikan pada kelompok

plasebo. Pada 35 minggu, konsentrasi Se darah dan SEPP1 plasma

diamati secara signifikan lebih tinggi pada kelompok yang diterapi dengan

Se dibandingkan dengan kelompok plasebo. Sejalan dengan hipotesis

mereka, konsentrasi-sFlt 1 secara signifikan lebih rendah pada 35 minggu

pada kelompok yang diterapi dengan Se dibandingkan dengan peserta

kelompok plasebo dalam kuartil terendah dari status Se pada awalnya.

Temuan bahwa suplementasi Se memiliki potensi untuk mengurangi risiko

pre-eklampsia pada wanita hamil dengan status Se yang rendah perlu

divalidasi dalam uji coba dengan kekuatan yang memadai.47

Tara dkk menyelidiki suplementasi selenium pada wanita Iran pada

trimester pertama mereka (100 μg selenium per hari) dalam RCT pilot

kecil. Sebanyak 166 wanita hamil primigravida, yang berada pada

trimester pertama kehamilan, secara acak menerima 100 mg selenium (n

= 83; dropout, n = 22) atau plasebo (n = 83; dropout, n = 19) per hari

sampai melahirkan. Insiden preeklampsia, konsentrasi selenium serum,

profil lipid dan status protein C-reaktif sensitivitas tinggi dievaluasi pada

awal dan pada akhir penelitian. Suplementasi dengan selenium tidak

dikaitkan dengan efek samping mayor yang dilaporkan dan dikaitkan

dengan peningkatan yang signifikan dalam rata-rata konsentrasi selenium

serum pada aterm. Sebaliknya, rata-rata konsentrasi selenium serum

31

Page 32: Suplementasi Selenium Print

tetap tidak berubah pada kelompok kontrol. Insiden preeklampsia lebih

rendah pada kelompok selenium (n = 0) dibandingkan dengan kelompok

kontrol (n = 3), meskipun ini tidak signifikan secara statistik. Setelah

pengobatan, tekanan darah sistolik dan diastolik, kolesterol total serum,

trigliserida, kolesterol LDL dan HDL, dan protein C-reaktif sensitivitas

tinggi secara signifikan meningkat pada kedua kelompok dibandingkan

dengan kadar sebelum terapi. Temuan kami menunjukkan bahwa

suplementasi selenium pada wanita hamil dapat dikaitkan dengan

frekuensi yang lebih rendah dari preeklampsia. 2

Pada penelitian Vanderlelie didapatkan peningkatan konsentrasi

selenium plasma berkorelasi dengan penurunan insidensi

preeklamsia(pearson’s r=-0,604, p<0.001).Negara dengan tingkat

selenium plasma/serum >95 dianggap sebagai asupan selenium adequat

dan ditemukan penurunan insidensi preeklampsia pada negera tersebut

(p=0,0007).Penurunan insidensi preeklampsi yang signifikan ditemukan

berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi selenium plasma/serum di

New Zealand (p=0,0003) & Finlandia (0,0028).48

Dari penelitian Ghaemi et al, dari 650 perempuan Iran yang diteliti

didapatkan 76 perempuan yang di dalam darahnya terdapat selenium dan

dari kelompak perempuan tersebut dibagi menjadi 38 orang dengan

preeklamsia dan 38 orang dengan kehamilan normal. Konsentrasi

selenium pada wanita preeklamsia lebih rendah dibanding dengan wanita

pada kehamilan normal (70,63 ± 21,41 dibanding 82,03 ± 15,54, p-0,05)

32

Page 33: Suplementasi Selenium Print

Wanita dengan kadar selenium dibatas bawah normal < 62,2 berkaitan

dengan peningkatan resiko preeklamsia pada kehamilan.49

Kadar selenium yang berkurang pada sirkulasi maternal mungkin

menjadi faktor yang berkontribusi pada mekanisme patofisiologi yang

berkaitan dengan preeklamsia dan pemberian suplemen selenium dapat

memberikan keberhasilan klinis yang baik.49

Rayman membuat hipotesis bahwa dengan meningkatkan asupan

selenium pada wanita hamil dengan status selenium yang inadekuat,

dapat mengurangkan resiko eklampsia pada penelitian double blind,

placebo control, pilot trail , 230 wanita hamil primipara telah diacak untuk

pengobatan selenium ( 60mg/hari) dan pengobatan placebo dari usia

gestasi 12-14 minggu persalinan. Konsentrasi selenium pada sel darah

telah diukur pada awal penelitian dan usia kehamilan 35 minggu .Plasma

selenoprotein P (SEPP1) diukur pada usia kehamilan 35 minggu.47

Parameter pengukuran pada penelitian ini merupakan serum soluble

vascular endothelial growth factor receptor -1 (sFLT-1), faktor antiangionik

yang berkaitan dengan resiko preeklamsia. Komponen serum /plasma

yang lain berkaitan dengan resiko preeklamsia ikut diperiksa. Diantara

usia kehamilan 12 hingga 35 minggu konsentrasi selenium pada sel darah

meningkat secara signifikan pada kelompok dengan pengobatan selenium

namun menurun pada kelompok dengan pengobatan plasebo. 47

Pada usia gestasi 35 minggu ditemukan peningkatan signifikan,

konsentrasi selenium sel darah merah dan plasma SEPP1 pada kelompok

33

Page 34: Suplementasi Selenium Print

dengan pengobatan selenium dibanding dengan kelompok pengobatan

plasebo.Seiring dengan hipotesis ditemukan konsentrasi sFLT1 lebih

rendah pada usia gestasi 35 minggu pada kelompok pengobatan selenium

dibanding kelompok dengan pengobatan.47

Tidak ada konsensus saat ini mengenai suplemen selenium yang

optimal untuk digunakan dalam suplementasi klinis karena bioavailabilitas

dan efeknya pada ekspresi dari berbagai selenoprotein tergantung pada

bentuk produk selenium yang digunakan. Sebuah RCT kecil berbasis di

Inggris pada suplementasi selenium (selenium dalam kehamilan; Systolic

Blood Pressure Intervention Trial) sedang berlangsung. Meskipun tidak

berkekuatan untuk menunjukkan manfaat klinis, Penelitian ini dirancang

untuk menilai dampak suplemetasi selenium pada biomarker terkait

preeklampsia. Jika berhasil, RCT multicenter yang lebih besar yang

berkekuatan untuk mendeteksi perbedaan tingkat preeklampsia akan

dibutuhkan untuk menilai manfaat klinis potensial.3,27

Defisiensi aktivitas antioksidan tertentu yang terkait dengan

mikronutrien seperti Selenium dan Zinc dapat menghasilkan luaran

kehamilan yang buruk, termasuk preeklampsia. Reddy dkk membuktikan

bahwa defisiensi Selenium & Zinc sebagai faktor penyumbang untuk

timbulnya preeklampsia. Rata-rata kadar Se dan Zn serum dan jaringan

ditemukan berkurang secara signifikan dalam kasus preeklampsia

dibandingkan dengan kontrol. Mereka menyimpulkan bahwa suplementasi

selenium dan zinc baik sendiri atau dalam kombinasi dengan

suplementasi multi-nutrien umumnya dapat memiliki dampak yang

34

Page 35: Suplementasi Selenium Print

signifikan tidak hanya pada insiden preeklampsia, tetapi juga dapat

menunda onset dan keparahan penyakit, mengatasi stres oksidatif

plasenta dan membeli waktu yang berharga untuk perkembangan janin

sebelum persalinan.50

Stres oksidatif adalah gambaran kunci dalam patogenesis

preeklampsia dan antioksidan telah diusulkan sebagai terapi potensial

dalam pengobatan komplikasi penting dari kehamilan. Didalam satu

laporan oleh Watson dkk, suplementasi selenium digunakan untuk up-

regulasi antioksidan enzim glutation peroksidase dan thioredoksin

reduktase dan efek protektif yang dilakukannya pada metabolisme sel

selama stres oksidatif diteliti. Sel trofoblas Bewo dan Jeg-3 yang

disuplementasi dengan bentuk organik dan anorganik dari selenium dan 3

bentuk peroksida dalam berbagai dosis digunakan untuk menghasilkan

stres oksidatif. Thioredoksin reduktase dan aktivitas glutation peroksidase

diekspresikan dengan maksimal setelah suplementasi dengan 100 nM

NaSe dan 500 nM SeMetionin. Penggunaan H2O2 dalam kisaran 200-400

mM selama 24 jam menghasilkan inhibisi aktivitas selular yang signifikan,

suatu efek yang dinegasikan oleh suplementasi Se. Konsentrasi Tert-butil

H2O2 dan cumene H2O2 antara 30 dan 50 um secara serupa menghambat

aktivitas selular dan ini dapat dibalikkan secara signifikan oleh

suplementasi Se. Auranofin, inhibitor spesifik thioredoksin reduktase dan

glutation peroksidase digunakan untuk membuktikan bahwa efek protektif

yang dihasilkan oleh suplementasi Se disebabkan oleh up-regulasi enzim

ini. Studi ini memberikan bukti langsung bahwa suplementasi selenium

35

Page 36: Suplementasi Selenium Print

dapat meng-up-regulasi sistem antioksidan endogen dan melindungi sel-

sel trofoblas dari stres oksidatif. Ini mungkin menginformasikan pengem-

bangan terapi di masa depan untuk pre-eklampsia dan menekankan

pentingnya adekuasi selenium selama kehamilan.51

36

Page 37: Suplementasi Selenium Print

BAB III

KESIMPULAN

Selenium merupakan elemen mikro yang penting yang dijumpai

dalam sistem biologis sebagai komponen selenoprotein seperti sebagai

glutation peroksidase dan thioredoksin reduktase, dan terlibat dalam

proteksi antioksidan dan efek antiinflamasi. Konsentrasi selenium dalam

darah dan plasma secara signifikan menurun selama kehamilan

dibandingkan dengan konsentrasi pra-kehamilan atau tanpa kehamilan,

dan penurunan ini progresif dengan berlanjutnya kehamilan.

Dalam kasus defisiensi selenium, suplementasi dengan selenium

dikaitkan dengan peningkatan aktivitas enzimatik antioksidan dan

penurunan peroksidasi lipid. Mengingat hubungan antara stres oksidatif

dan prevalensi status selenium makanan yang rendah di seluruh dunia,

defisiensi selenium mungkin berhubungan dengan preeklampsia.

Aktivitas GPx pada ibu dan plasma tali pusat juga telah terbukti

lebih rendah pada kehamilan preeklampsia. Jika defisiensi selenium

dikonfirmasi pada wanita yang menderita preeklampsia dan ini terus

dihubungkan dengan ketidakcukupan GPx, uji coba suplementasi

selenium dengan kekuatan yang cukup pada kehamilan mungkin

bermanfaat dalam pencegahan atau perbaikan preeklampsia.

Suplementasi selenium pada wanita hamil dapat dikaitkan dengan

frekuensi yang lebih rendah dari preeklampsia. Temuan bahwa

37

Page 38: Suplementasi Selenium Print

suplementasi Se memiliki potensi untuk mengurangi risiko pre-eklampsia

pada wanita hamil dengan status Se yang rendah perlu divalidasi dalam

uji coba dengan kekuatan yang memadai.

38

Page 39: Suplementasi Selenium Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia. Lancet

2005;365:785-99

2. Tara F, Maamouri G, Rayman MP, et al. Selenium supplementation

and the incidence of preeclampsia in pregnant Iranian women: a

randomized, double-blind, placebo-controlled pilot trial. Taiwan J

Obstet Gynecol 2010;49: 181-7.

3. Mistry HD, et al. Selenium in reproductive health. American Journal of

Obstetrics & Gynecology 2012; 21-30

4. Milne F, Redman C, Walker J, et al. The pre-eclampsia community

guideline (PRECOG): how to screen for and detect onset of

preeclampsia in the community. BMJ 2005; 330: 576–80.

5. Steegers EA, Von Dadelszen P, Duvekot JJ, Pijnenborg R. Pre-

eclampsia. Lancet 2010; 376:631-44

6. Ng EH, Chan CC, Tang OS, Yeung WS, Ho PC. The role of

endometrial and subendometrial vascularity measured by three-

dimensional power Doppler ultrasound in the prediction of pregnancy

during frozen-thawed embryo transfer cycles. Hum Reprod 2006; 21:

1612–17.

7. Burton GJ, Jauniaux E. Placental oxidative stress: from miscarriage to

preeclampsia. J Soc Gynecol Investig 2004; 11: 342–52

39

Page 40: Suplementasi Selenium Print

8. Jauniaux E, Watson AL, Hempstock J, Bao YP, Skepper JN, Burton

GJ. Onset of maternal arterial blood fl ow and placental oxidative

stress. A possible factor in human early pregnancy failure. Am J Pathol

2000; 157: 2111–22

9. Plasencia W, Maiz N, Bonino S, Kaihura C, Nicolaides KH. Uterine

artery Doppler at 11 + 0 to 13 + 6 weeks in the prediction of pre-

eclampsia. Ultrasound Obstet Gynecol 2007; 30: 742–49

10.Burton GJ. Oxygen, the Janus gas; its eff ects on human placental

development and function. J Anat 2009; 215: 27–35.

11.Burton GJ, Yung HW, Cindrova-Davies T, Charnock-Jones DS.

Placental endoplasmic reticulum stress and oxidative stress in the

pathophysiology of unexplained intrauterine growth restriction and

early onset preeclampsia. Placenta 2009; 30 (suppl A): 43–48

12.Jauniaux E, Poston L, Burton GJ. Placental-related diseases of

pregnancy: Involvement of oxidative stress and implications in human

evolution. Hum Reprod Update 2006; 12: 747–55.

13.Brosens JJ, Parker MG, McIndoe A, Pijnenborg R, Brosens IA. A role

for menstruation in preconditioning the uterus for successful

pregnancy. Am J Obstet Gynecol 2009; 200: 615

14.Huppertz B. Placental origins of preeclampsia: challenging the current

hypothesis. Hypertension 2008; 51: 970–75.

15.Myers J, Mires G, Macleod M, Baker P. In preeclampsia, the circulating

factors capable of altering in vitro endothelial function precede clinical

disease. Hypertension 2005; 45: 258–63.

40

Page 41: Suplementasi Selenium Print

16. Irani RA, Xia Y. The functional role of the renin-angiotensin system in

pregnancy and preeclampsia. Placenta 2008; 29: 763–71.

17.Wikstrom AK, Larsson A, Akerud H, Olovsson M. Increased circulating

levels of the antiangiogenic factor endostatin in early-onset but not

late-onset preeclampsia. Reprod Sci 2009; 16: 995–1000.

18.Roberts JM, Hubel CA. The two stage model of preeclampsia:

variations on the theme. Placenta 2009; 30 (suppl A): 32–37

19.Kohrle J, Jakob F, Contempre B, Dumont JE. Selenium, the thyroid,

and the endocrine system. Endocr Rev 2005;26:944-84.

20.Kryukov GV, Castellano S, Novoselov SV, et al. Characterization of

mammalian selenoproteomes. Science 2003;300:1439-43

21.Beckett GJ, Arthur JR. Selenium and endocrine systems. J Endocrinol

2005;184:455-65.

22.Thomson CD. Assessment of requirements for selenium and adequacy

of selenium status: a review. Eur J Clin Nutr 2004;58:391-402

23.Rayman MP. The importance of selenium to human health. Lancet

2000;356:233-41

24.Moreno-Reyes R, Mathieu F, Boelaert M, et al. Selenium and iodine

supplementation of rural Tibetan children affected by Kashin-Beck

osteoarthropathy. Am J Clin Nutr 2003;78: 137-44.

25.Beck MA, Levander OA, Handy J. Selenium deficiency and viral

infection. J Nutr 2003; 133:1463S-7S

26.Moore MA, Wander RC, Xia YM, Du SH, Butler JA, Whanger PD.

Selenium supplementation of Chinese women with habitually low

41

Page 42: Suplementasi Selenium Print

selenium intake increases plasma selenium, plasma glutathione

peroxidase activity, and milk selenium, but not milk glutathione

peroxidase activity. J Nutr Biochem 2000;11:341-7.

27.Rayman MP. Food-chain selenium and human health: emphasis on

intake. Br J Nutr 2008;100:254-68

28.Chun OK, Floegel A, Chung SJ, Chung CE, Song WO, Koo SI.

Estimation of antioxidant in takes from diet and supplements in US

adults. J Nutr 2010;140:317-24.

29.McCann JC, Ames BN. Adaptive dysfunction of selenoproteins from

the perspective of the triage theory: why modest selenium deficiency

may increase risk of diseases of aging. FASEB J 2011;25:1793-814

30.Jackson MJ, Broome CS, McArdle F. Marginal dietary selenium intakes

in the UK: are there functional consequences? J Nutr 2003;

133:1557S-9S.

31.European Commission Health and Consumer Protection Directorate.

Opinion of the Scientific Committee on Food on the tolerable upper

intake level of selenium: SCF/CS/NUT/UPPLEV/25 Final 2000.

32.Mannisto S, Alfthan G, Virtanen M, Kataja V, Uusitupa M & Pietinen P:

Toenail selenium and breast cancerFa case–control study in Finland.

Eur. J. Clin. Nutr. 2000; 54, 98–103.

33.Mistry HD, Wilson V, Ramsay MM, Symonds ME, Broughton Pipkin F.

Reduced selenium concentrations and glutathione peroxidase activity

in pre-eclamptic pregnancies. Hypertension 2008;52:881-8.

42

Page 43: Suplementasi Selenium Print

34.Palmieri C, Szarek J. Effect of maternal selenium supplementation on

pregnancy in humans and livestock. J. elementol 2011; 16(1):143-156

35.Broughton Pipkin F. Risk factors for preeclampsia. N Engl J Med

2001;344:925-6

36.Hung TH, Burton GJ. Hypoxia and reoxygenation: a possible

mechanism for placental oxidative stress in preeclampsia. Taiwan J

Obstet Gynecol 2006;45:189-200

37.Vanderlelie J, Venardos K, Clifton VL, Gude NM, Clarke FM, Perkins

AV. Increased biological oxidation and reduced anti-oxidant enzyme

activity in pre-eclamptic placentae. Placenta 2005;26:53-8.

38.Hesketh J. Nutrigenomics and selenium: gene expression patterns,

physiological targets, and genetics. Annu Rev Nutr 2008;28: 157-77

39.Voetsch B, Jin RC, Bierl C, et al. Promoter polymorphisms in the

plasma glutathione peroxidase (GPx-3) gene: a novel risk factor for

arterial ischemic stroke among young adults and children. Stroke

2007;38:41-9.

40.Voetsch B, Jin RC, Bierl C, et al. Role of promoter polymorphisms in

the plasma glutathione peroxidase (GPx-3) gene as a risk factor for

cerebral venous thrombosis. Stroke 2007; 39:303-7.

41.Meplan C, Crosley LK, Nicol F, et al. Functional effects of a common

single-nucleotide polymorphism (GPX4c718t) in the glutathione

peroxidase 4 gene: interaction with sex. Am J Clin Nutr 2008;87:1019-

27

43

Page 44: Suplementasi Selenium Print

42.Burton GJ, Yung HW, Cindrova-Davies T, Charnock-Jones DS.

Placental endoplasmic reticulum stress and oxidative stress in the

pathophysiology of unexplained intrauterine growth restriction and

early onset preeclampsia. Placenta 2009;30(Suppl A):S43-8.

43.Moses EK, Johnson MP, Tommerdal L, et al. Genetic association of

preeclampsia to the inflammatory response gene SEPS1. Am J Obstet

Gynecol 2008;198:336.e1-5.

44.Chappell S, Morgan L. Searching for genetic clues to the causes of

pre-eclampsia. Clin Sci (Lond) 2006;110:443-58

45.Atamer Y, Kocyigit Y, Yokus B, Atamer A, Erden AC.Lipid peroxidation,

antioxidant defense, status of trace metals and leptin levels in

preeclampsia. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2005;119:60-6.

46.Rayman MP, Bode P, Redman CW. Low selenium status is associated

with the occurrence of the pregnancy disease preeclampsia in women

from the United Kingdom. Am J Obstet Gynecol 2003;189:1343-9.

47.Rayman MP, et al. Effect of selenium on markers of risk of pre-

eclampsia in UK pregnant women: a randomised, controlled pilot trial.

British Journal of Nutrition (2014), 112, 99–111

48.Vanderlelie, Selenium and preclampsia : A global perspective, An

International Journal of Womens Cardiovaskular Health 1 (2011) 213-

224.

49.Seyede Zahra Ghaemi, A prospective Study of Selenium

Concentration and Risk of Preeclampsia in Pregnant Iranian Women :

44

Page 45: Suplementasi Selenium Print

a Nested Case-Control Study, Biol Trace Elem Res (2013) 152:174-

179

50.Reddy KH, et al. Role of Micronutrients -“Selenium & Zinc” in

Preeclampsia. JMSCR 2015; 3(4): 5276-5291

51.Watson M, et al. Selenium supplementation protects trophoblast cells

from oxidative stress. Placenta 2012; 1012-1019

45