tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam...

21
PENGANTAR Stilistika berasal dari kata stylistic dalam bahasa Inggris style yang berarti gaya, sedangkan dalam KBBI (2008:1340) stilistika berarti ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Gaya yang dimaksud ialah pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Sebelum membahas lebih jauh mengenai stilistika, seperti yang diketahui bahwa linguistik merupakan ilmu yang mempelajari bahasa (Wijana, 2011:1). Kata mempelajari di sini ialah berusaha memaparkan bagaimana bahasa digunakan, sedangkan stilistika berbeda dengan linguistik. Turner dan Sayuti berpendapat bahwa stilistika adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang memusatkan perhatian pada variasi penggunaan bahasa – yang meskipun tidak secara eksklusif – terutama dalam karya sastra (Sulistyowati dan Tarsyad, 2011:77). Meskipun kajian stilistika dilakukan hanya berfokus pada aspek gaya, patut disadari bahwa aspek gaya secara esensial berkaitan dengan wujud pemaparan karya sastra sebagai bentuk penyampaian gagasan pengarangnya (Aminuddin, 1995:42). Teeuw (dalam Sulistyowati dan Tarsyad, 2011:77) berpendapat bahwa stilistika pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa yang khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra, atau yang

Transcript of tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam...

Page 1: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

PENGANTAR

Stilistika berasal dari kata stylistic dalam bahasa Inggris style yang berarti

gaya, sedangkan dalam KBBI (2008:1340) stilistika berarti ilmu tentang

penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Gaya yang dimaksud

ialah pemakaian atau penggunaan bahasa dalam karya sastra. Sebelum membahas

lebih jauh mengenai stilistika, seperti yang diketahui bahwa linguistik merupakan

ilmu yang mempelajari bahasa (Wijana, 2011:1). Kata mempelajari di sini ialah

berusaha memaparkan bagaimana bahasa digunakan, sedangkan stilistika berbeda

dengan linguistik. Turner dan Sayuti berpendapat bahwa stilistika adalah salah

satu cabang ilmu linguistik yang memusatkan perhatian pada variasi penggunaan

bahasa – yang meskipun tidak secara eksklusif – terutama dalam karya sastra

(Sulistyowati dan Tarsyad, 2011:77).

Meskipun kajian stilistika dilakukan hanya berfokus pada aspek gaya,

patut disadari bahwa aspek gaya secara esensial berkaitan dengan wujud

pemaparan karya sastra sebagai bentuk penyampaian gagasan pengarangnya

(Aminuddin, 1995:42). Teeuw (dalam Sulistyowati dan Tarsyad, 2011:77)

berpendapat bahwa stilistika pada prinsipnya selalu meneliti pemakaian bahasa

yang khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran sastra,

atau yang menyimpang dari bahasa yang dianggap normal, baku, dan lain-lain.

Stilistika dilakukan dengan mengkaji berbagai bentuk dari tanda-tanda

linguistik. Tanda-tanda linguistik tersebut dapat berupa jenis kalimat yang

digunakan (kalimat tunggal atau kalimat majemuk); afiksasi yang digunakan;

sampai kecermatan penulis dalam berbahasa seperti logika berbahasa dan lain

sebagainya, sedangkan gaya bahasa atau majas yang digunakan penulis berkaitan

dengan alasan-alasan penulis menggunakan gaya bahasa tersebut.

Nurgiyantoro (dalam Sulistyowati dan Tarsyad, 2011:78) berpendapat

bahwa unsur-unsur yang termasuk dalam gaya – terutama dalam kajian prosa –

yakni leksikal, gramatikal, pemajasan, penyiasatan struktur, pencitraan, dan

kohensi. Unsur leksikal berkaitan dengan diksi atau pemilihan kata yang tepat dan

selaras sesuai konteks. Unsur gramatikal berhubungan dengan tata bahasa.

Page 2: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Gaya bahasa atau majas atau seringkali juga disebut sebagai bahasa kiasan

menyebabkan suatu karya sastra menjadi menarik perhatian, menimbulkan

kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan

(Pradopo, 2010:62), sedangkan Aminuddin (1995:227) beranggapan bahwa

bahasa kias ialah bahasa figuratif yang terkait dengan cara pengolahan dan

pembayangan gagasan sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa atau majas

atau bahasa kias/kiasan merupakan gaya yang sengaja digunakan pengarang untuk

mendayagunakan penuturan dengan memanfaatkan bahasa kiasan.

Penyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara

menyeluruh dan tidak dipengaruhi oleh gaya tertentu. Pembahasan mengenai

struktur kalimat dianalisis pada struktur kalimat yang menonjol dan mampu

memberi kesan lain dalam kata tersebut. Struktur dalam karya sastra biasanya

berupa penyimpangan, namun hal tersebut dapat merupakan kesengajaan yang

dilakukan pengarang yang bertujuan untuk memberi efek tertentu, sehingga

memberi kesan berbeda pada pembaca.

Unsur selanjutnya yakni pencitraan. Peneliti sering menemukan karya

sastra dengan unsur citraan yang sangat menonjol. Unsur citraan ialah ungkapan

yang disampaikan penulis agar pembaca dapat melihat yang digambarkan,

mendengarkan yang disuarakan, mencium yang dibaui, serta merasakan yang

disentuhi penulis melalui kata-kata. Unsur terakhir yang disampaikan

Nurgiyantoro yakni kohensi. Kohensi ialah hubungan antarklausa, antarkalimat,

antarparagraf, sehingga karya sastra tersebut menjadi satu kesatuan.

Cerpen “Duduk di Tepi Sungai” merupakan salah satu karya Seno Gumira

Ajidarma (selanjutnya, SGA) pada periode tahun 1982—1990. Peneliti akan

menganalisis cerpen menggunakan kajian stilistika. Dalam makalah ini akan

dibahas bagaimana bahasa cerpen dalam kajian stilistika? Serta bagaimana gaya

cerpen dalam kajian stilistika? Kedua pertanyaan tersebutlah yang akan

dipaparkan dalam makalah ini.

Analisis bahasa cerpen dilakukan secara kuantitatif yang dilihat dari

fungsinya, yakni menghitung keseluruhan penggunaan kalimat tunggal dan

majemuk dalam cerpen, kemudian untuk mengetahui makna atau tujuan awal

Page 3: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

penulis menggunakan kalimat-kalimat tersebut dilakukan secara kualitatif.

Analisis gaya cerpen juga menerapkan hal yang sama seperti bahasa cerpen yakni

secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis yang dipaparkan meliputi bahasa

cerpen dan gaya cerpen baik secara kuantitatif atau secara kualitatif. Makalah ini

kemudian ditutup dengan simpulan yang ditarik dari analisis tersebut.

BAHASA CERPEN “DUDUK DI TEPI SUNGAI”

Cerpen “Duduk di Tepi Sungai” karya SGA merupakan salah satu cerpen

yang ia buat dalam periode tahun 1982—1990. Cerpen tersebut terdiri dari lima

halaman. Penyajian antara narasi dengan dialog seimbang. Terdapat beberapa

monolog yang ada di dalam narasi, seperti pada paragraf berikut.

“Itu semua sudah berlalu,” batin kakek itu sambil terus memandang mata

cucunya. Ia seperti mencari sesuatu dari dirinya sendiri dalam diri cucunya.

“Tentu ada sesuatu dari diriku,” batinnya lagi, “seperti juga ada sesuatu dari diri

kakekku dalam diriku.”

Dan pada paragraf

“Ini sebuah tempat yang bagus,” pikir orang tua itu. Di seberang sungai

itu ada pohon-pohon yang rindang tempat remaja berpacaran dan di seberang

pohon-pohon rindang itu ada pagar tembok dan di luarnya membayang deretan

gedung-gedung bertingkat dan di atas gedung-gedung bertingkat itu bertengger

antena-antena parabola.

Dari segi bahasanya, cerpen tersebut banyak menggunakan kalimat

tunggal. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan

kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas

(Kridalaksana, 1985:164). Hal tersebut terlihat dari delapan paragraf yang

diambil, menunjukkan 37 kalimat tunggal, sedangkan kalimat majemuk berjumlah

lima belas. Salah satu paragraf tersebut ialah:

“Apakah hidup kita akan tidak benar kalau tidak pernah belajar mengaji

sama sekali?” Kakek itu terperangah. Keningnya berkerut. Ia menatap mata

Page 4: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

cucunya yang bening dan polos bercahaya. Itulah pertanyaan yang pernah ia

ajukan kepada kakeknya dulu. Tapi ia tak ingin menjawab pertanyaan cucunya

dengan jawaban kakeknya. Ia sendiri sudah lama berusaha menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Sekarang ia merasa harus berusaha keras menjawab pertanyaan

cucunya itu, karena ia berpikir akan teringat sampai mati. Sering kali ia merasa

sudah menemukan jawaban, tapi ia takut itu merupakan jawaban yang tidak

sesuai untuk cucunya. Selama ini ia memang sudah menemukan keyakinan,

namun ia juga ingin cucunya menemukan keyakinan sendiri.

Paragraf di atas terdiri dari lima kalimat tunggal, yakni

(1) Kakek itu terperangah.

(2) Keningnya berkerut.

(3) Ia menatap mata cucunya yang bening dan polos bercahaya.

(4) Itulah pertanyaan yang pernah ia ajukan kepada kakeknya dulu.

(5) Ia sendiri sudah lama berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Dan empat kalimat majemuk, yakni

(1) Tapi ia tak ingin menjawab pertanyaan cucunya dengan jawaban

kakeknya.

(2) Sekarang ia merasa harus berusaha keras menjawab pertanyaan cucunya

itu, karena ia berpikir akan teringat sampai mati.

(3) Sering kali ia merasa sudah menemukan jawaban, tapi ia takut itu

merupakan jawaban yang tidak sesuai untuk cucunya.

(4) Selama ini ia memang sudah menemukan keyakinan, namun ia juga ingin

cucunya menemukan keyakinan sendiri.

Selain itu, pada cerpen ditemukan kalimat majemuk yang sebenarnya

terdiri atas beberapa kalimat tunggal, namun pengarang menggunakan konjungsi

sehingga kalimat tersebut menjadi kalimat majemuk. Salah satu konjungsi yang

terdapat dalam bahasa Indonesia ialah dan. Dan merupakan konjungsi atau kata

hubung untuk menjelaskan makna ‘penjumlahan’, yaitu hubungan makna yang

bersifat menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan (Ramlan, 2005:53).

Page 5: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Penggunaan konjungsi yang sama yang ditemukan dalam cerpen adalah

sebagai berikut.

Orang tua itu teringat kembali ia dulu juga menatap mata kakeknya

begitu lama dan ia waktu itu merasakan rekaman sebuah perjalanan panjang

sedang memasuki dirinya dan kini ia tengah memindahkan perjalanan kakeknya

dan perjalanannya sendiri dalam diri cucunya dan ia membayangkan apakah

cucunya kelak setelah menjadi kakek akan memindahkan perjalanan leluhurnya

ke dalam diri cicitnya.

Kalimat majemuk di atas dapat menjadi kalimat tunggal, yakni sebagai berikut.

a) Orang tua itu teringat kembali ia dulu juga menatap mata kakeknya begitu

lama.

b) Waktu itu ia merasakan rekaman sebuah perjalanan panjang sedang

memasuki dirinya.

c) Kini ia tengah memindahkan perjalanan kakeknya

d) Perjalanannya sendiri dalam diri cucunya

e) Ia membayangkan apakah cucunya kelak setelah menjadi kakek akan

memindahkan perjalanan leluhurnya ke dalam diri cicitnya.

Selain mengenai kalimat tunggal atau kalimat majemuk, di dalam cerpen

ditemukan penggunaan afiks, kata, atau frasa yang berubah-ubah atau tidak

konsisten. Hal tersebut dapat merupakan kesangajaan dari penulis atau memang

merupakan kesalahan teknis. Penggunaan kata atau frasa yang berubah-ubah

tersebut sebagai berikut.

Ia meraup remah-remah roti dari telapak tangannya yang bergurat kasar.

Melemparkannya ke pasir putih. Lantas merpati itu mematukinya.

Pada kalimat di atas dapat diketahui bahwa afiks –nya pada tangannya

menunjukkan tangan si kakek. –nya yang kedua pada melemparkannya

menunjukkan remah-remah roti, sedangkan –nya yang terakhir pada mematukinya

juga menunjukkan remah-remah roti.

Penggunaan kata yang berubah-ubah juga ditunjukkan pada kutipan

berikut.

Page 6: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

1) Cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Ia meraup remah-remah roti

dari telapak tangannya yang bergurat kasar. Melemparkannya ke pasir

putih. Lantas merpati itu mematukinya. Angin menggelepar ditingkah bunyi

sayap mereka, yang datang dan pergi sesekali. Suara sungai seperti aliran

mimpi.

2) Kakek itu mendengar cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Burung-

burung mematuki remah roti di telapak tangannya dan anak kecil itu merasa

geli dan karena itu ia tertawa terkekeh-kekeh. Kakek itu memandang cucunya

berlari-lari melintasi kerumunan burung-burung sehingga burung-burung itu

beterbangan sebentar sebelum merendah kembali mematuki remah-remah

roti di antara kerikil. Cucunya berlari-larian di atas kerikil bercampur pasir

putih yang bersih.

Pada kutipan (1) dan (2) pada frasa remah-remah dan remah merupakan salah

satu contoh penggunaan frasa yang berubah-ubah dalam cerpen. Selain

membandingkan penggunaan frasa remah-remah pada kutipan (1) dan kata remah

pada kutipan (2), dalam kutipan (2) juga dapat terlihat langsung bahwa dalam satu

paragraf penggunaan kata remah berubah menjadi frasa remah-remah.

Pembahasan selanjutnya mengenai penggunaan kata yang dirasa kurang

efektif dalam kalimat, sehingga lebih tepat jika diganti dengan yang lain.

Dan lelaki tua yang telah merasuki hidup itupun bercerita tentang mata,

paruh, dan bulu-bulu dan warna-warna, dan segala macam hal tentang merpati

yang diketahuinya. Ia memindahkan seluruh pengalaman hidupnya pada si anak.

Dan si anak merekam seluruh pengalaman hidup orang tua itu.

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk, karena salah satu ciri kalimat

majemuk yakni adanya kata hubung atau konjungsi. Konjungsi dari kalimat di

atas ialah dan. Banyaknya penggunaan konjungsi dan pada kalimat di atas

dianggap kurang efektif, sehingga dapat dihilangkan menjadi kalimat tunggal atau

diubah dengan konjungsi lain seperti berikut.

(f) Lelaki tua yang telah merasuki hidup itupun bercerita tentang mata,

paruh, bulu-bulu, dan warna-warna, serta segala macam hal tentang merpati yang

diketahuinya. Ia memindahkan seluruh pengalaman hidupnya pada si anak. Si

anak merekam seluruh pengalaman hidup orang tua itu.

Page 7: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Kalimat (f) di atas yang telah diubah dirasa lebih efektif dengan menghilangkan

dan di awal kalimat, menghilangkan dan sebelum frasa warna-warna, dan

mengubah dan menjadi serta sebelum segala macam hal tentang merpati yang

diketahuinya.

Selanjutnya pada kutipan berikut.

“Apakah hidup kita akan tidak benar kalau tidak pernah belajar mengaji

sama sekali?”

Frasa tidak pernah dan sama sekali pada kutipan di atas merupakan satu hal yang

sama, sehingga penulis dapat menggunakan salah satunya saja.

“Wah, kalau begitu sekolahmu itu pasti sekolah yang bagus. Kamu

beruntung sekali, Nak, kamu sangat beruntung ....”

Kata sekali dan sangat merupakan kata adverbia yang memiliki sifat dan tugas

yang sama, sehingga penulis dapat menggunakan salah satunya saja.

Burung-burung mematuki remah roti di telapak tangannya dan anak kecil

itu merasa geli dan karena itu ia tertawa terkekeh-kekeh.

Kutipan di atas menggunakan konjungsi sekaligus yakni dan serta karena. Hal

tersebut dirasa kurang tepat. Akan lebih tepat jika konjungsi dan dihapus,

sehingga menjadi kalimat sebagai berikut.

Burung-burung mematuki remah roti di telapak tangannya dan anak kecil

itu merasa geli, karena itu ia tertawa terkekeh-kekeh.

Kalimat yang dirasa kurang tepat selanjutnya yakni pada kutipan berikut.

Kakek itu memandang cucunya berlari-lari melintasi kerumunan burung-

burung sehingga burung-burung itu beterbangan sebentar sebelum merendah

kembali mematuki remah-remah roti di antara kerikil.

Pada frasa yang dicetak miring dirasa kurang tepat, karena kerumunan merupakan

sekumpulan berjumlah lebih dari satu, begitu juga dengan burung-burung yang

berjumlah lebih dari satu, sehingga penulis dapat menggunakan kalimat yang

lebih tepat menjadi.

Page 8: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Kakek itu memandang cucunya berlari-lari melintasi kerumunan burung

sehingga burung-burung itu beterbangan sebentar sebelum merendah kembali

mematuki remah-remah roti di antara kerikil.

Analisis yang dilakukan peneliti pada tanda-tanda linguistik hanya

memaparkan tanpa menjustifikasi bahwa kutipan-kutipan yang kemudian diubah

merupakan suatu hal yang salah. Hal tersebut dikarenakan ada berbagai macam

faktor sampai penulis menuliskannya. Faktor tersebut bisa suatu kesengajaan atau

bukan suatu kesengajaan.

GAYA CERPEN “DUDUK DI TEPI SUNGAI”

Cerpen “Duduk di Tepi Sungai” memiliki bahasa kiasan yang dominan

yakni repetisi. Repetisi ialah majas yang melukiskan suatu keadaan dengan

pengulangan kata-kata yang digunakan dalam suatu karya sastra (EYD,

2012:125). Beberapa contoh kutipan yang terdapat repetisi yakni sebagai berikut.

Dan lelaki tua yang telah merasuki hidup itupun bercerita tentang mata,

paruh, dan bulu-bulu dan warna-warna, dan segala macam hal tentang merpati

yang diketahuinya. Ia memindahkan seluruh pengalaman hidupnya pada si anak.

Dan si anak merekam seluruh pengalaman hidup orang tua itu.

Repitisi dari kutipan di atas ialah kata dan. Kata dan merupakan kojungsi dari

kalimat majemuk digunakan lebbih dari satu kali oleh pengarang.

“Itu semua sudah berlalu,” batin kakek itu sambil terus memandang mata

cucunya. Ia seperti mencari sesuatu dari dirinya sendiri dalam diri cucunya.

“Tentu ada sesuatu dari diriku,” batinnya lagi, “seperti juga ada sesuatu dari diri

kakekku dalam diriku.”

Bentuk repetisi dari kutipan di atas ialah diriku.

Dulu ia juga mengenal banyak hal dari kakeknya. Ia mengenal lumpur

sawah. Ia mengenal kerbau. Ia mengenal bunga rumput. Ia mengenal seruling. Ia

mengenal suara sungai. Itu semua dari kakeknya. Lantas terpandang telapak

tangannya sendiri yang keriput. Ia teringat telapak tangan kakeknya. Telapak

tangannya sendiri dulu juga seperti telapak tangan cucunya.

Page 9: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Bentuk repetisi dari kutipan di atas ialah kata ia. Kata tersebut diulang beberapa

kali dalam kutipan di atas yang menunjukkan kakek sebagai subjek.

Selain bahasa kiasan, hal menonjol lain yang terdapat dalam cerpen ialah

citraan. Citraan adalah gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang

khusus untuk membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan

dan juga untuk menarik perhatian (Pradopo, 2010:79). Dalam cerpen ditemukan

beberapa citraan dalam kutipan berikut.

Kakek itu terperangah. Keningnya berkerut. Ia menatap mata cucunya

yang bening dan polos bercahaya.

Kutipan tersebut merupakan citraan ekspresi berupa gerakan muka si kakek.

Citraan lainnya yakni dalam kutipan berikut.

Anak kecil itu masih memandang mata kakeknya tanpa berkedip. Mereka

saling bertatapan dan saling merasuki lorong kehidupan yang panjang ke masa

lalu dan ke masa depan.

Kutipan tersebut merupakan citraan penglihatan melalui mata yang berkedip dan

saling bertatapan.

SIMPULAN

Jenis kalimat dalam cerpen “Duduk di Tepi Sungai” karya SGA ialah

kalimat tunggal. Dalam cerpen ditemukan beberapa logika berbahasa yang kurang

tepat, namun tanda-tanda linguistik yang dianalisis peneliti hanya memaparkan

saja tanpa menjustifikasi bahwa kutipan-kutipan yang kemudian diubah

merupakan suatu hal yang salah. Sama halnya dengan gaya cerpen yang

digunakan yakni repetisi. Hal tersebut dikarenakan ada berbagai macam faktor

sampai penulis menuliskannya. Faktor tersebut bisa suatu kesengajaan atau bukan

suatu kesengajaan.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Page 10: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

Buku Pintar EYD. 2012. Buku Pintar EYD. Jakarta: Cabe Rawit.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Keempat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. Dkk.. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia:

Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sulistyowati, Endang dan Tarman Efendi Tarsyad. 2011. Banjarmasin: Tahura

Media.

Wijana, I Dewa Putu. 2011. Berkenalan Dengan Linguistik. Yogyakarta: A. Com

Press.

LAMPIRAN

DUDUK DI TEPI SUNGAI

“Lihat merpati itu Nak,” kata kakek itu kepada cucunya, “ia datang dari

suatu tempat yang jauh. Terbangnya cepat dan tinggi, dan ia suka padamu.”

Cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Ia meraup remah-remah roti dari telapak

tangannya yang bergurat kasar. Melemparkannya ke pasir putih. Lantas merpati

itu mematukinya. Angin menggelepar ditingkah bunyi sayap mereka, yang datang

dan pergi sesekali. Suara sungai seperti aliran mimpi.

“Terbangnya cepat dan tinggi?” tanya si cucu, sambil terus memandangi

makhluk bersayap itu tanpa berkedip.

“Tentu saja, coba lihat matanya ....”

Dan lelaki tua yang telah merasuki hidup itupun bercerita tentang mata,

paruh, dan bulu-bulu dan warna-warna, dan segala macam hal tentang merpati

yang diketahuinya. Ia memindahkan seluruh pengalaman hidupnya pada si anak.

Dan si anak merekam seluruh pengalaman hidup orang tua itu.

“Merpati juga sering disebut burung dara, kamu tahu kenapa?”

Page 11: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

“Tidak.”

“Aku juga tidak. Orang-orang tua seperti aku tidak pernah diberi pelajaran

Bahasa Indonesia. Mestinya kamu lebih tahu.”

“Aku akan tahu nanti, sekarang belum.” Anak itu menjawab sambil

menatap mata kakeknya. Mata anak itu bening, tajam dan bercahaya, bagaikan

memancar langsung dan menyelusup ke dalam mata kakeknya. Mata kakeknya

juga bercahaya, tapi tidak lagi begitu bening dan tidak lagi begitu tajam. Mata itu

juga menusuk langsung ke dalam mata cucunya. Kakek itu melihat masa lalu

lewat mata cucunya.

Dulu ia juga mengenal banyak hal dari kakeknya. Ia mengenal lumpur

sawah. Ia mengenal kerbau. Ia mengenal bunga rumput. Ia mengenal seruling. Ia

mengenal suara sungai. Itu semua dari kakeknya. Lantas terpandang telapak

tangannya sendiri yang keriput. Ia teringat telapak tangan kakeknya. Telapak

tangannya sendiri dulu juga seperti telapak tangan cucunya.

“Itu semua sudah berlalu,” batin kakek itu sambil terus memandang mata

cucunya. Ia seperti mencari sesuatu dari dirinya sendiri dalam diri cucunya.

“Tentu ada sesuatu dari diriku,” batinnya lagi, “seperti juga ada sesuatu dari diri

kakekku dalam diriku.”

“Apakah kakek dulu juga bersekolah seperti aku?”

“Aku tidak pernah sekolah Nak, aku dulu belajar mengaji.”

“Mengaji?”

“Ya, mengaji. Kamu tahu kan? Sebetulnya itu sekolah juga. Ayat-ayat

kitab suci mengajarkan bagaimana hidup yang benar.”

“Kenapa Bapak tidak mengajari aku mengaji sekarang?”

“Tanyakan saja sendiri. Mungkin karena waktumu habis untuk sekolah.

Kamu selalu pergi sampai sore.”

“Kalau memang kitab suci mengajarkan hidup yang benar, seharusnya

Bapak menyuruh aku belajar mengaji.”

“Ya, tapi banyak orang berpikir belajar mengaji itu aneh di zaman

sekarang. Mungkin bapakmu juga berpikir begitu. Ia berpikir kamu lebih baik

belajar bahasa Inggris.”

Page 12: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

“Apakah hidup kita akan tidak benar kalau tidak pernah belajar mengaji

sama sekali?” Kakek itu terperangah. Keningnya berkerut. Ia menatap mata

cucunya yang bening dan polos bercahaya. Itulah pertanyaan yang pernah ia

ajukan kepada kakeknya dulu. Tapi ia tak ingin menjawab pertanyaan cucunya

dengan jawaban kakeknya. Ia sendiri sudah lama berusaha menjawab pertanyaan-

pertanyaan. Sekarang ia merasa harus berusaha keras menjawab pertanyaan

cucunya itu, karena ia berpikir akan teringat sampai mati. Sering kali ia merasa

sudah menemukan jawaban, tapi ia takut itu merupakan jawaban yang tidak sesuai

untuk cucunya. Selama ini ia memang sudah menemukan keyakinan, namun ia

juga ingin cucunya menemukan keyakinan sendiri.

“Tanyakan saja pada gurumu, Nak. Tentunya ia punya jawaban yang

bagus.”

“Guruku tidak pernah menjawab, Kek, ia hanya mengajarkan bagaimana

caranya aku menemukan jawaban.”

“Wah, kalau begitu sekolahmu itu pasti sekolah yang bagus. Kamu

beruntung sekali, Nak, kamu sangat beruntung ....”

Anak kecil itu masih memandang mata kakeknya tanpa berkedip. Mereka

saling bertatapan dan saling merasuki lorong kehidupan yang panjang ke masa

lalu dan ke masa depan. Orang tua itu teringat kembali ia dulu juga menatap mata

kakeknya begitu lama dan ia waktu itu merasakan rekaman sebuah perjalanan

panjang sedang memasuki dirinya dan kini ia tengah memindahkan perjalanan

kakeknya dan perjalanannya sendiri dalam diri cucunya dan ia membayangkan

apakah cucunya kelak setelah menjadi kakek akan memindahkan perjalanan

leluhurnya ke dalam diri cicitnya.

Sungai itu mendesah. Burung dara mengepakkan sayap. Desah sungai

selalu seperti itu dan kepak sayap burung juga selalu seperti itu tapi manusia

selalu berubah.

Kakek itu mendengar cucunya tertawa terkekeh-kekeh. Burung-burung

mematuki remah roti di telapak tangannya dan anak kecil itu merasa geli dan

karena itu ia tertawa terkekeh-kekeh. Kakek itu memandang cucunya berlari-lari

melintasi kerumunan burung-burung sehingga burung-burung itu beterbangan

Page 13: tumpukanfile.files.wordpress.com€¦ · Web viewPenyiasatan struktur ialah struktur kalimat dalam suatu karya sastra secara menyeluruh dan tidak ... yakni menghitung keseluruhan

sebentar sebelum merendah kembali mematuki remah-remah roti di antara kerikil.

Cucunya berlari-larian di atas kerikil bercampur pasir putih yang bersih.

“Ini sebuah tempat yang bagus,” pikir orang tua itu. Di seberang sungai itu

ada pohon-pohon yang rindang tempat remaja berpacaran dan di seberang pohon-

pohon rindang itu ada pagar tembok dan di luarnya membayang deretan gedung-

gedung bertingkat dan di atas gedung-gedung bertingkat itu bertengger antena-

antena parabola.

Mata orang tua itu berkedip-kedip karena silau.

“Kakek! Ke sini!”

Terdengar cucunya memanggil.

Orang tua itu duduk mendekat. Ia melihat cucunya duduk di tepi sungai.

Sungai itu airnya jernih. Dasarnya terlihat jelas. Terlihat ikan bergerak-gerak di

celah batu. Ia memandangi cucunya, ingin tahu anak itu mau berkata apa. Tapi

anak kecil itu cuma membenamkan dagu antara kedua lututnya. Seperti

mendengarkan sungai. Remah-remah roti yang mereka bagikan telah

habis. Burung-burung melayang pergi. Mereka berdua memandang burung-

burung itu beterbangan di langit. Makin lama makin menjauh dan menghilang

seperti masa yang berlalu. Tak terdengar lagi kepak sayap burung. Tinggal suara

sungai yang gemericik dan udara yang bergetar ditembus cahaya matahari.