Volume 1, Issue 3 16 April 2016 -...
Transcript of Volume 1, Issue 3 16 April 2016 -...
1
16 April 2016
Volume 1, Issue 3
2
GEREJA SANTA ANNA PAROKI DUREN SAWIT JL. Laut Arafuru Blok A7 No. 7 Jakarta Timur 13440 Telp: (021) 861 2817, (021) 8660 2879 Fax: (021) 86602881 URL: www.gerejastanna.org Email: [email protected] KAPEL SANTO YOAKHIM JL. Nusa Indah IV No. 4 Perumnas Klender – Jakarta Timur GEDUNG PERTEMUAN PAROKI “YOS SUDARSO” JL. Laut Arafuru Blok A7 No. 7 Jakarta Timur 13440 Telp: (021) 861 2817, (021) 8660 2879 Fax: (021) 86602881
KOMSOS GEREJA SANTA ANNA
PAROKI DUREN SAWIT
Pelindung : Romo. Fx.Widyatmaka, SJ, Romo. Yohanes Agus Setiyono, SJ, Tabah Helmi Konaka. Team : hariantoro, andrie irawan, quintasa-ri, maria celin, maria fransiska sar-aswati, valentino ardyan, koko, deny kristiawan, tasia, irwan.
DAFTAR ISI
* Liputan Special :
3. Langit membelah di atas Pelata-ran Gereja Santa Anna * Profile : 6. Dokumentasi Kegiatan Gereja * Liputan Paskah : 8. Memeliharan kebersihan Gereja. 10. Rabu Abu 11. MInggu Palma 13. Kamis Putih 14. Jumat Agung 16. Vigili paskah 18. MInggu paskah 19. Festival Paskah Keluarga 2016
Pesan Paskah Keluarga
JAKARTA, LENTERA – Paskah adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi Gerejawi. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Pada tahun ini sepaham dengan ajakan Gereja Katolik Inter-nasional pesan paskah mengambil tema “Kerahiman Allah yang me-merdekakan”. Dan pesan paskah yang ingin disampaikan pada tahun ini adalah kerahiman Allah yang me-merdekakan dengan mengamalkan pancasila. “Pesan paskah yaitu kese-pahaman dengan ajakan gereja katolik internasional dengan tema kerahiman Allah. Maka tema paskah juga tidak jauh dari itu kerahiman Allah yang memerdekakan dengan mengamalkan pancasila. Umat diajak untuk mempunyai iman yang
VOLUME 1, I SSUE 1
Romo Yohanes Agus Setiyono, SJ
kontributif , kontributif itu mengam-bil bagiaan dalam berbagi, saling me-layani kemudiaan juga mempunyai solidaritas dengan sesama dalam pe-layanan di kehidupan sehari-hari.” Ucap Romo Yohanes Agus Setiyono, SJ. (yang biasa dipanggil Romo Agus, SJ)
Tahun ini tema paskah berdasarkan pada ajakan Gereja di Indonesia menitik beratkan pada tema “Keluarga”. Hal itu di karenakan keluarga berdasarkan ajaran konsisi Vatikan II merupakan gereja mini dan persekutuan umat beriman yang terkecil. “Sebetulnya masih dalam ajakan PGI dan KWI persekutuan Gereja di Indonesia dan Konfrens wali Gereja Indonesia untuk menitik beratkan pada tema keluarga. Di-mana keluarga merupakan perseku-tuan umat beriman yang terkecil di-harapkan dari keluarga itu tumbuh pribadi – pribadi anak-anak Tuhan, murid murid Yesus Kristus yang mandiri. Dalam arti memiliki wawa-san ke imanan, kemudian juga mam-pu mengambil bagian dalam hidup bermasyarakat secara umum. Jadi itu
dari ajakan dari PGI dan KWI untuk m e m p e r h a t i a k a n k e h i d u pa n berkeluarga di lingkuangan umat.” Lanjut Romo Agus, SJ menjelaskan.
Dengan adanya tema keluarga ini, pesan yang ingin disampaikan oleh Romo Agus SJ kepada umat di Paroki Duren Sawit “Umat di St. Anna itu yang diharapkan ya, keterlibatan. Dengan adanya semangat yang baru, keterlibatan dalam hidup menggereja semakin kuat. Perhatian kepada keluarga kita tetapi juga perhatian kepada hidup bersama menggereja itu penting. Karena keprihatinannya, ma-salah - masalah yang muncul berangkat dari pribadi – pribadi dan juga keluarga – keluarga. Sehingga dengan adanya kegiatan - kegiatan di Gereja, menyembuhkan mereka, kemudian menggugah iman, harapan, kegembiraan yang baru, adanya cinta kasih diantara kita yang lebih total bukan hanya sekedar superfisial, tata-pi betul betul mendarat pada kebu-tuhan untuk memahami orang lain, memaafkan, manggangkat derajat, citra, d martabatnya”
(Saras )
3
LANGIT MEMBELAH DI ATAS PELATARAN GEREJA
SANTA ANNA
“Ya Bapa, kedalam tanganmu Kuserahkan nyawaKu!” Dialog tersebut begitu akrab dengan umat dalam keimanan Katolik. Na-mun tidak banyak umat yang menyadari, tatkala dialog tersebut selesai berkumandang, langit di atas Pelataran Gereja Santa Anna, membelah gumpalan awan. Menyemburatkan pendar cahaya terang dan seolah membiarkan sinar yang datang dari langit itu menyentuh sang pemeran tokoh Yesus. Effraim George Purimahua; nama lengkap dari pemeran tokoh Yesus pada pagelaran Tablo Kisah Sengsara Yesus, menangkap kehadiran itu. Sebuah sentuhan cahaya sinar yang hanya berlaku sesaat saja itu, dan hanya sebentaran saja, namun telah menorehkan kesan yang begitu mendalam pada keimanan seorang Effraim George Purimahua, sebagai kehadiran akan Yesus Kristus.
Kecerahan Jum’at pagi tang-gal 25 Maret 2016, berhasil menda-tangkan umat Paroki Duren Sawit jadi membludak. VIVA DOLOROSA, yaitu; -- Jalan Penderitaan atau Jalan Kesengsaraan --, menjadi sebuah visu-alisasi terhadap Kisah Sengsara Yesus yang digelar dalam upacara Jalan Salib terakhir di gereja Santa Anna Paroki duren Sawit, dalam kemasan Tablo.
Tidak satupun dari umat yang beranjak meninggalkan pelataran gereja lantaran begitu takjub dan terpukau oleh visual-isasi luar biasa tersebut sebagai wujud dari kepiawaian serta ketelatenan seorang sutradara bernama Septian Gerardus Todoan Sianipar. Keber-hasilan tablo tersebut juga tidak lepas dari Totalitas para pemain. Seluruh tokoh dilantunkan dengan begitu cer-mat dan bahkan ketotalan mereka mampu menghadirkan karakter karak-ter tokoh di dalam Injil dengan kuat dan nyaris sempurna.
K O N T R A B A T I N P A R A PEMERAN KARAKTER TOKOH
SIAPAKAH AKU? SIAPAKAH KAMU? SIAPAKAH KITA?
Totalitas dalam pemeranan telah mem-beri pengalaman hebat sekaligus gejolak batin yang cukup dasyat. Ada kekawatiran yang mendera. Ada rasa takut, cemas, rasa bersalah, sekaligus pertentangan batin ketika mereka harus memainkan peran peran tersebut. Mereka, para pemeran tokoh tokoh penting Kisah Sengsara Yesus itu, sa-
ma sama dilanda rasa mual yang sangat sungguh di seputar luluh hati merek. Dan itu sangat sulit dijabarkan.
Namun ada keharusan yang tak bisa dilanggar oleh para pemeran itu. Karena mereka harus sungguh sungguh berperan sebagai tokoh tokoh yang memiliki karak-ter sesuai pada Injil. Demi pencapaian pemaknaan akan simbolisasi dari sifat
dasar kehidupan yang dimetaforakan melalui para tokoh tersebut, pengkarak-teran bukan saja hanya untuk dimainkan mainkan, namun justru haruslebih ‘dimiliki’oleh sang pemeran sebagai bagi-an dari dirinya. Artinya; karakter tokoh yang diperankannya itu menyatu seutuhnya dalam diri si pemain. Ini bukanlah hal yang mudah.
Sebagai Hanas, Gregorius agung Suryo
Narindro, atau biasa dipanggil Suryo, ha-rus meletakan terlebih dahulu segala atribut kediriannya. Keyakinannya, keimanannya dan kecintaannya pada Ye-sus Kristus harus dikebelakangkan dulu untuk mengkedepankan karakter yang bukanlah dirinya.
Sebagai Hanas, Suryo seakan dihadapkan untuk menyangkal Yesus. Untuk men-istakan kehadiran Yesus sebagai jalan keselamatan dan pembawa kebenaran dan hidup.
Sifat licik, culas, haus akan kekuasaan, serakah dan cinta jabatan serta gencar mempertahankan reputasi sebagai orang terpandang, kini menjadi harus dipasang dalam kabin jiwa Surya. Label Imam Agung yang bengis tanpa belas kasih juga harus dipasang kuat sebagai karakternya.
Hanas adalah mertua dari Kayafas; sang Imam Agung yang tengah menjabat saat peristiwa penyaliban Yesus terjadi. Mes-kipun Hanas tidak lagi menjabat sebagai Imam besar, namun pengaruhnya dalam bertugas di pengadilan masih sangat kuat dan diakui oleh masyarakat Yahudi. Kare-na sesuai tradisi hukum Yahudi, Imam besar adalah jabatan seumur hidup. Hanasnyata dan kukuh mempertahankan status quo yang diagung agungkan itu. Segala cara dihalalkan, demi mencapai tujuan pribadi. Meski itu harus menumbal-kan seorang manusia tak berdosabernama Yesus, yang adalah bangsanya sendiri un-tuk diadili secara tidak adil dan dijatuhi hukuman paling tinggi, dan paling hina dalam adat yahudi. Disiksa, diarak dan disalib.
Bagi Suryo, di satu sisi ia menentang karakter Hanas tersebut dan bahkan mem-
Liputan Special
www.gerejastanna.org
4
bencinya. Namun di sisi lain, Suryo harus menyampaikan pesan penting dari makna yang sesungguhnya. Bahwasannya, tokoh Hanas merupakan perwakilan dari salah satu sifat manusia yang notabene men-dominasi realita dalam kehidupan di dunia. Karakter Hanas, tidak berhenti pada kisah yang ditulis dalam Injil. Na-mun akan tetap ada, masih ada dan terus ada di sekitar kita. Oleh karena itu, Surya harus dengan seksama memerankan tokoh Hanas sebagai bahan perenungan iman terhadap suatu pilihan akan sifat hidup. Apakah kita memiliki sifat Hanas? Apakah kita seorang Hanas? Apakah kita memilih menjadi Hanas?
Hal sama juga dialami oleh Anto-nius Daimonda Kriswantono, atau biasa dipanggil dengan Monda, sang pemerang tokoh Pilatus. Monda harus memerankan sebuah karakter sang pemimpin yang i n g i n m e m p e r t a h a n k a n kedudukannya dengan cara me-nyenangkan kemauan orang ban-yak. Sebuah karakter yang bersifat mementingkan karier di atas hati nurani dan keadililan.
Pontius Pilatus adalah seorang Gubernus Kekaisaran Romawi di Yerusalem. Seorang pejabat Romawi di zaman Yesus. Yesus yang saat itu dituduh dan dianggap memberontak pada kekuasan Romawi dan juga telah mengajar-kan suatu konsep ajaran yang ber-beda dari agama Yahudi dibawa menghadap Pontius Pilatus. Ber-harap pejabat ini bisa mengambil sikap terhadap masalah Yesus pada situasi harus disalibkan atau tidak. Di wilayah yang seharusnya menjadi kekuasaannya, permasala-han ini hendaknya juga menjadi tanggungjawabnya. Namun Pon-tius Pilatus justru cuci tangan dan tidak ingin terlibat dalam permasa-lahan ini. Simbol cuci tangan yang dilakukan oleh Pontius Pilatus, sesungguhnya merupakan praktik melepaskan diri dari tanggung jawab. Untuk tidak mau tahu. Pilatus tidak mam-pu membebaskan Yesus dan justru malah tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus. Kendati Pilatus tahu bahwa tidak didapati sebuah kesalahan yang mengancam kekaisaran Romawi dari seorang Yesus.
Dalam pemeranannya, tidaklah mengherankan apabila Monda jadi punya rasa bersalah yang besar dalam keimanannya terhadap Yesus. Hati kecil-
nya berteriak keras tatkala mendalami karakter pemimpin yang begitu plin plan, plintat plitut, tanpa pendirian sama sekali. Di lubuk hati yang paling Monda tidak berharap menjadi pemimpin seperti Pila-tus.
“Seharusnya sebagai Pilatus saya punya kuasa untuk membebaskannya, seha-rusnya sebagai Pilatus saya memiliki wewenang penuh untuk t idak menyalibkannya.”
Namun Monda hanyalah seorang Monda yang hanya ditugaskan sebagai pembawa pesan terkait pada pemeranannya sebagai seorang Pilatus. Sebagai Pontius Pilatus, Monda harus puas pada kenyataan, bah-wa pengingkaran hati nurani di dalam
mengambil keputusan penting seorang pemimpin itu, telah terjadi, sudah terjadi dan akan terus terjadi.
Tiba tiba ada pertanyaan mengganggu yang terbersit dalam sanubari Monda, akankah saya menjadi seorang Pilatus dalam realita sehari hari? Akankah kita memilih menjadi Pilatus tatkala dihadap-kan pada sebuah pengadilan akan kebena-ran?
Pergolakan batin memang terjadi pada Suryo dan Monda lantaran harus memerankan tokoh yang bersebrangan
dengan kecintaan mereka terhadapa Yesus Kristus. Demikian pula halnya Effraim, yang justru memiliki kesem-patan menjadi tokoh Yesus, justru mengalami ketakutan yang luar biasa. Betapa tidak? Yesus bagi Effraim ada-lah pegangan hidupnya. Tempat eff-raim menaruh segenap hati, iman, cinta dan pengharapannya. Yesus adalah Tuhan. Yesus Memiliki kuasa Illahi. Dia adalah Roh kudus yang mem-berikan jalan keselamatan. Ajaran dan tauladan Yesus akan Cinta Kasih, merupakan jalan kebenaran yang di-yakini oleh Effraim. Mampukah seorang Effraim melakonkan karakter Yesus yang Suci dan Kudus itu?
“Patutkah saya? Sanggupkah saya memerankan sang Kristus Tuhan?” ungkap Effraim dengan bibir bergetar.
Begitu padat kesesakan hidup yang dialami oleh Effraim hingga dirinya merasa begitu kerdil dan sepele. Jiwanya berkecamuk tak kuasa men-dalami pemeranannya pada karakter Yesus. Tak tega... bagi seorang Effraim yang merasa masih berlumuran dosa itu, bertindak sebagai Yesus.
Lalu dalam perjalanan pema-haman karakter untuk mendapatkan spirit Roh Ku-dus Yesus yang begitu sulit dijangkau itu, melalui bimb-ingan seorang teman, Effraim mulai membuka dirinya.
Rahasia hati yang selama ini disimpan Effraim sebagai manusia berdosa sampai mengganjal jiwanya itu, dile-takkan sepenuhnya ke dalam nama Yesus.
“Tuhan kalau memang dii-jinkan, berikan saya sebagian dari hati-mu untuk saya bisa melakukan ini dengan penuh penuh berserah kepa-damu, dan saya ingin apa yang saya lakukan ini sebagai wujud dari perto-batan dari kehidupan saya yang sebe-lumnya.”
Setelah berpasrah pada Yesus, Effraim merasakan Tuhan Yesus memberikan hatiNya. Tuhan Yesus lalu datang kepada Effraim dalam juntaian jubah
www.gerejastanna.org
5
putih yang bersih dan berkilau.
“Benar benar saya pegang, saya masukkin ke dalam diri saya dan saya merasakan.... benar benar berbeda. Rasanya sungguh beda. Saya merasakan ada hawa yang berbeda menyentuh saya. Ketika dibelakang tubuh saya merasa-kan panas, tapi di depan saya ada rasa kesejukan dan rasa damai yang sulit saya gambarkan.”
Demikianlah, Iman diuji dalam sebuah pemeranan akan lakon Kisah Sengsara Yesus yang mereka mainkan. Tidak hanya melulu soal keaktoran dan pemeranan saja. Tapi asahan batiniah terutama pendalaman Iman akan keya-kinan mereka pun secara otomatis jadi terbina kuat. Semoga pengalaman akan kesaksian para pemain tersebut tidak hanya terealisasi kala mereka berlatih dan mementaskannya saja, namun akan bisa mengakar dan memberi pengaruh yang baik dalam perjalanan hidup sehari hari.
Mungkin tidak banyak kita, yang mem-iliki pengalaman seperti Suryo, Monda dan terutama Effraim.
Sebab Tuhan telah hadir. Dan sungguh sungguh hadir pada saat visualisasi Jalan penderitaan Yesus digelar. Awan men-dung sempat berkerubung pada langit saat adegan penyaliban.
Kepekatan awan kelabu itu lalu men-dadak terpecah oleh hempasan sinar dengan pendaran cahayanya yang mem-bias tajam ketika dialog akhir tokoh Yesus menyerukan penyerahan nya-
wanya diselesaikan.
Seorang fotografer dari Komsos berhasil membidik moment tersebut tanpa senga-ja.
Namun, keraguan akan anggapan si pem-bidik moment tadi bahwa cahaya terse-but merupakan rupa dari kehadiran Al-lah, menjadi dikuatkan dengan kesaksian Effraim George Purimahua. Effraim seperti meresakan Yesus dalam adegan penyaliban itu. Lalu, pada saat Effraim melagakan wafat Yesus, percaya atau tidak, ada siraman kesejukan yang begitu damai mengalir indah dalam tubuh Efraim. Seluruh rasa perih dan pedas di tubuhnya akibat cambukan cambukan dari pemeran pemeran prajurit romawi sekontong konyong jadi hilang. Begitu saja...
Percaya atau Tidak???
Sebuah pertanyaan sederhana itu me-
nyeruak dari sanubari Effraim dan menggelinding untuk patut kita re-nungkan bersama.
Bidikan atas Langit yang membelah pada gambar puitis itu bisa jadi menggam-barkan kedukaan manusiawi yang menggelegak di seluruh semesta atas peristiwa tragis tak tertandingi sepanjang sejarah umat manusia.
Kematian Yesus sebagai pemberian diri itu merupakan karya penyelamatan Allah atas dosa manusia. Karya keselamatan Allah memang telah hadir dalam sejarah manusia. Allah menerima salib itu di dalam Yesus bukan untuk mengekal-kannya dan menyingkirkan pengharapan kita, namun demi mengakhiri semua salib di dalam kehidupan manusia. Demi solidaritas dengan semua orang yang menderita di dalam sejarah kehidupan.
Peristiwa penyaliban menjadi simbol kekejaman dan kebejatan umat manusia yang menolak Kasih Sejati.
Secara simbolik, Yesus yang mena-warkan Kasih Sejati tidak lagi diberi tem-pat berpijak di Bumi yang berlumuran dosa dan kedu rhakaan. Yesu s mengundang manusia agar bersolider dengan mereka yang dililit dosa baik personal maupun sosial. Untuk membela kaum lemah tersingkir, miskin tertindas, papa nelangsa sebagai korban korban ketegaran hati manusia yang congkak, angkuh, pongah, sombong, dan struktur sosial yang kaku demi status-quo kekuasaan dunia.
Seperti yang pernah dikemukakan oleh Aloys Budi Purnomo Pr, yakni kematian Yesus menjadi utuh, pengorban-Nya tidak purna, tetapi sempurna. Keutuhan dan kesempurnaan ini terpancar pada kata-kata terakhir Yesus di kayu salib yang melukiskan penyerahan total diri-Nya . Pe nyerahan d i r i i tu di -persembahkan secara bebas, bukan sikap menyerah pasrah pada nasib, tetapi me-nyerah pasrah pada Kasih.
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku….”
Sebagai orang yang percaya akan Penyelamatan Kristus, sudahkah kita mengimani cinta kasih Kristus secara total melalui penderitaanNya?
Siapakah yang akan kita pilih dalam per-gumulan hidup di dunia ini dalam keimanan akan Kristus Tuhan?
Saya adalah Yesus, Saya adalah Hanas, Saya adalah Pilatus lalu...
Siapakah ANDA???
(quintasari)
www.gerejastanna.org
6
DOKUMENTASI
KEGIATAN GEREJA AKSI KASIH SEORANG FOTOGRAFER
Dokumentasi, seringkali merupakan bagian yang disepel-ekan atau tidak diperhitungkan di sejumlah acara. Padahal pem-bidikan seorang fotografer un-tuk pengdokumentasian saat momen momen di sebuah acara terjadi, dapat memberikan kontribusi positif kepada perjal-anan sebuah sejarah. Oleh kare-na itu, sangatlah disayangkan apabila aksi penting dokumenta-si sebagai rekaman kegiatan manusia menjadi suatu aspek yang kurang diperhatikan. Sebab dokumentasi bisa mengajarkan kita untuk melihat sesuatu men-jadi lebih mendalam. Tidak han-ya melihat sebuah realitas dari permukaannya saja, namun bisa melatih kita untuk memiliki kepekaan terhadap suatu realitas sosial yang terjadi disekitar kita. Realitas yang kita tangkap terse-but, kemudian kita rekam dalam bentuk foto dengan berbingkai pendapat yang memiliki makna tersendiri.
Salah satu jenis cara pendokumentasian yang kerap kita jumpai pada suatu peristiwa adalah fotografi. Dengan foto-grafi banyak momen yang akan terekam dan bisa berbicara serta menjadi fakta sejarah. Banyak orang yang melakukan kegiatan fotografi dengan memotret berbagai momen entah itu dengan kamera pocket, kamera SLR (Single Lense Reflex), atau bahkan dengan kamera hand-phone. Tujuannya untuk
menghasilkan suatu dokumenter gambar foto yang membingkai setiap momen-nya.
Sebagaimana yang juga dilakukan oleh Tim Komsos Paro-ki Duren Sawit, untuk tidak melewati momen-momen yang dilalui dari kegiatan kegiatan ger-eja. Salah satunya melalui foto-grafi. Semakin sering fotografi hadir disana, semakin menjadi penting apabila Tim Komsos dapat mengabadikan setiap mo-mennya secara runtut. Hal terse-but akan memberikan berjuta in-spirasi kelak disaat kita melihatnya kembali.
Fotografi juga bisa ber-peran dalam perubahan sosial, dengan mengedepankan pesan yang memiliki maksud dan kepent-ingan untuk disampaikan. Demi menyatakan informasi atau peru-bahan sekaligus menggambarkan sebuah fakta aktual dalam suatu peristiwa. Terlebih lagi untuk memberikan inspirasi yang mem-bangun kepada para pemirsa dokumentasi. Dalam hal ini Umat gereja di m a n a p u n berada.
A d a begitu banyak rentetan acara di Gereja Santa Anna Paroki Duren Sawit. Apalagi saat
masa prapaskah sampai pada pun-cak perayaan paskah. Mulai dari bagian bagian ritual gereja, sampai pada kegiatan kegiatan pendukung yang sarat dengan pertumbuhan iman Katolik. Seperti yang telah dikemukakan di atas, Tim Komsos tidak pernah luput menyambangi setiap gelaran acara acara tersebut untuk menjadi peliput dokumenter. Banyak fotografer diterjunkan ke lapangan. Memburu setiap momen, merekamnya dan lalu menggam-barkan secara artistik kejadian fak-tual sekaligus peristiwa di event tersebut.
Seperti yang juga dilakukan oleh Bapak Gerardus Irwan Wangsa Wijaya. Salah satu foto-grafer dari Tim Komsos yang san-gat akrab dipanggil Pak Irwan ini, memiliki dedikasi yang tinggi untuk sigap senantiasa memberikan aksi pelayanannya melalui dunia foto-grafi.
Dibalik kesederhanaannya, Bapak Irwan tidak pernah bosan apalagi
Profile
www.gerejastanna.org
7
merasa segan untuk menenteng sejumlah peralatan fotografinya ke sejumlah acara acara seputar gereja. Mulai dari kamera video, kamera fo-to, lensa, lampu penunjang, tripot, bahkan batere cadangan siap pakai juga dibawanya. Semua dikemas dengan apik dan cermat ke beberapa koper khusus anti oglek serta aman sehingga kondisi peralatannya itu terjaga dengan baik.
Usia Pak Irwan bukan lagi tergolong muda. Untuk seorang ke-lahiran tahun 1953, pak Irwan selalu muncul dengan kondisi dan stamina yang luar biasa baik. Pandai melapisi rasa rentek serta pegal pegal dengan penampilannya yang tetap prima dan segar. Meskipun bukan tergolong orang yang suka mengkonsumsi jamu ataupun obat mujarab sebagai suplemen, namun energi Pak Irwan tidak pernah habis. Rahasia keinten-sitasannya hanyalah tercipta dari kesukacitaannya serta ketulusannya dalam pelayanan. Adalah Kasih, yang menjadi landasan utama pak Irwan untuk membangun suatu kegembi-raan dalam bekerja. Dan ketika keg-embiraan itu datang, segala sesuatu akan menjadi lebih mudah dan in-dah. Itulah yang membuat pak Irwan tetap tampil energik di setiap ke-hadirannya. Dan Itulah mengapa Pak Irwan menjadi pemberi inspirasi yang kuat terhadap loyalitas kerja Tim Komsos dalam pelayanan untuk gereja. Lantaran itu, setiap hasil foto maupun video dokumentasi pak Ir-wan jadi merupakan visualisasi dunia nyata yang dilakukan sekaligus di-tujukan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang penting, untuk memberi pendapat atau komentar, yang ten-
tunya dimengerti oleh khalayak. Khususnya umat Katolik.
Ketika pulang ke rumah, pak Irwan tidak serta merta beristirahat. Ia malah mulai me-rangkai setiap hasil jepretan mau-pun shotingannya itu. Begitu telatennya serta penuh kesabaran, rangkaian foto tersebut dikemas menjadi Video Klip yang terjalin begitu kuat sekaligus bercerita, hingga menjadi satu kesatuan pe-san bermakna mendalam.
Dari situ kita akan melihat bagaimana ketekunan pak Irwan berkarya dalam kebagusannya. Sebab untuk membuat sebuah dokumenter yang memikat, ten-tunya pak Irwan tidak hanya sekedar snapshot atau asal jepret saja. Melainkan sebagai represen-tasi visual dari suatu keadaan yang menyentuh secara psikologi sam-pai melibatkan empatisnya men-jadi pengalaman pribadi. Emosi yang bertumbuh atas dasar rasa empati dalam sudut pandang seorang fotografer seperti Pak I r w a n m e n j a d i m a m p u menghadirkan permasalahan dan realitas sosial sebagai sebuah perenungan.
Kalau boleh ditarik ke belakang, sebenarnya menjadi seorang fotografer bukanlah merupakan profesi pak Irwan. Bidang pekerjaan pak Irwan san-gat jauh dan bahkan berse-brangan dari dunia fotografer itu sendiri. Keterampilan pak Irwan dalam membidik suatu momen berawal dari sebuah hobi sahaja. Pak Irwan rajin melatih dirinya untuk melihat dunia melalui foto-grafi. Dari situ Pak Irwan mulai melihat hal-hal yang berbeda. Pak Irwan menjadi lebih bisa melihat dunia sebagai tempat yang lebih indah dalam kehidupan sehari-hari.
“Semoga ini bisa menjadi bahan renungan kita semua umat Tu-
han.” ucap Pak Irwan semba-ri mengenang ngenang waktu pencurahan Roh Kudus di Couple For Chris. Saat itu Pak Irwan memohon agar dirinya dicurahkan Roh Pela-yanan.
“Rupanya Tuhan sungguh sungguh menuntun saya un-tuk benar benar melayani orang orang tersisih.” kenang pak Irwan penuh sukacita.
Berangkat dari situ, aktifitas pak Irwan tidak pernah luput dari aksi pela-yanan. Melayani sesama tanpa pilih kasih baik itu seiman atau tidak, karna mereka semua saudara kita. Begitulah tauladan yang diajarkan oleh Yesus untuk terus bersolider dimanapun sampai kapan-pun.
Pandangan sederhana itulah yang mengantarkan pak Irwan menjadi lebih meningkatkan kreatifitasnya di bidang fotografi untuk berkarya sepenuh hati dan dengan segenap kasihnya se-bagai bentuk pelayanan dan doa.
Kesuksesan seorang fotografer bukan karena menjadi terkenal, atau men-jadi kaya, tapi bagaimana karya-karyanya mampu mem-buat orang banyak terin-spirasi dan bahkan bisa men-gubah dunia.(quintasari)
www.gerejastanna.org
8
Merujuk pada suatu artikel yang pernah penulis baca dari situs ;
https://www.lagu-gereja.com (red) ;
baiknya penulis coba jabarkan dulu sua-tu rangkuman mengenai Bait Suci.
SEJARAH BAIT SUCI
Pendahulu Bait Suci adalah Kemah Suci, kemah yang didirikan orang Israel atas perintah Allah sementara berkemah di Gunung Sinai.
Setelah memasuki Tanah Perjanjian di Kanaan, Mereka tetap memakai tempat Kudus yang dapat dipindah-pindah ini hingga masa pemerintahan Raja Salomo. Sepanjang awal Masa pemerintahannya, Salomo menugaskan ribuan orang untuk ikut ambil bagian di dalam pem-bangunan Bait Suci ini. Pada tahun keempat pemerintahannya, dasar sudah diletakkan; tujuh tahun kemudian se-luruh bangunan itu. Penyembahan kepa-da Tuhan, khususnya korban-korban yang dipersembahkan kepada-Nya, kini memiliki tempat yang tetap di kota Ye-rusalem.
Sepanjang masa kerajaan, Bait Suci men-galami beberapa siklus pencemaran dan pemulihan.
Hingga hima puluh tahun kemudian, Raja Koresy mengizinkan orang Yahudi kembali dari Babel ke Palestina dan mendirikan kembali Bait Suci, dan diselesaikan dan ditahbiskan tahun 516 sm.
Pada permulaan zaman Perjanjian Baru, Raja Herodes menghabiskan banyak waktu dan uang untuk memperbaiki dan memperindah Bait Allah yang kedua (Yoh 2:20); inilah Bait Allah yang dibersihkan Yesus sebanyak dua kali
(Lihat: Mat 21:12-13; Yoh 2:13-21). Akan tetapi, pada tahun 70 M, setelah pemberontakan berkali-kali terhadap pemerintah Roma oleh orang Yahudi, Bait Suci dan seluruh kota Yerusalem dihancurkan kembali sehingga tidak dapat dihuni.
Dalam banyak hal, makna Bait Suci bagi orang Israel sama dengan makna kota Yerusalem. Bait Suci melambangkan kehadiran dan perlindungan Tuhan Al-lah atas umat-Nya.
Ketika Bait Suci ditahbiskan, Allah turun dari sorga dan memenuhi bait itu dengan Kemuliaan-Nya dan berjanji untuk menempatkan nama-Nya di situ.
Jadi, apabila umat Allah ingin berdoa k e pada Tu han , me re ka dapa t melakukannya dengan menghadap Bait Suci dan Allah akan mendengar mereka "dari Bait-Nya"
(Mazm 18:7).
Bait Suci juga mewakili penebusan umat-Nya oleh Allah. Dua fungsi pent-ing di l aksanakan di dalamnya: persembahan korban-korban penghapus dosa setiap hari di atas mezbah perunggu dan Hari Raya Pendamaian, ketika Imam Besar memasuki tempat Mahakudus untuk memercikkan darah di atas tutup Tabut Perjanjian untuk mendamaikan dosa-dosa umat-Nya .
Bagi Umat Kristen, peranan Bait Suci (Bait Allah) dalam Perjanjian Baru, ha-rus dipahami berhubungan dengan lam-bang Bait Suci dalam Perjanjian Lama.
Yesus sendiri, seperti halnya nabi-nabi PL, mengancam penyalahgunaan Bait Allah. Tindakan-Nya yang pertama dan terakhir di depan umum adalah mem-
bersihkan Bait Allah dari orang-orang yang menghancurkan maksud rohaninya.
Jemaat yang mula-mula di Yerusalem sering kali memasuki Bait Allah pada saat-saat berdoa. Akan tetapi, mereka melakukan semua ini karena kebiasaan, sebab mengetahui bahwa Bait Allah bukan satu- satunya tempat di mana mereka bisa berdoa.
Fokus penyembahan orang Kristen ber-pindah dari Bait Allah kepada Yesus Kristus sendiri. Dialah, bukan Bait Allah, yang kini mewakili kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Dia adalah Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh 1:14), dan di dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kol 2:9).
S esungguhnya, Yesus sebagai Bait Allah tergenapi dalam peristiwa salib. Di atas salib, Yesus menjadi pun-cak dari semua persembahan di bait suci.
Gereja adalah tubuh kristus karena kristus bersama roh kudus tinggal di da-lamnya. Karena yesus adalah perwujudan makna bait suci, yang kini tinggal di da-lam gereja, maka kita bisa juga menyebut gereja sebagai bait allah.
Melalui Roh-Nya, Kristus berdiam di dalam gereja-Nya dan menuntut agar tubuh-Nya itu kudus. Sebagaimana da-lam PL Allah tidak dapat membiarkan
Yesus menyucikan Bait Allah (YOHANES 2:13-17)
13 Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. 14 Dalam Bait Suci didapati-Nya peda-gang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. 15 Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. 16 Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." 17 Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku. "
Liputan Paskah 2016
MEMELIHARA KEBERSIHAN GEREJA MEMELIHARA KEBERSIHAN IMAN
www.gerejastanna.org
9
pencemaran bait- Nya, demikian pula Dia mengatakan akan membinasakan semua orang yang membinasakan ger-eja-Nya. Sebab Roh Kudus tidak saja berdiam di dalam gereja, tetapi juga di dalam diri orang percaya sebagai bait-Nya.
Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus? (1 Korintus 6:19)
Yesus mengusir para penukar uang dari Bait Allah karena niat mereka untuk mencari untung telah mengotori rumah Bapa-Nya. Namun yang juga sama buruknya adalah mengotori bait tubuh kita dengan pikiran dan perbuatan yang tidak semestinya.
Yesus marah. Ia marah bukan karena soal orang-orang yang berjualan di bait Allah, tapi karena praktik keagamaan masyarakat Yahudi yang memperjual-belikan Allah dalam doa-doa mereka. Dengan amarahnya, Yesus meng-ingatkan tentang pentingnya hati yang tulus saat bersimpuh di bawah keagun-gaan Bapa dalam Bait Allah. Ia mengajarkan kita untuk membersihkan hati kita saat masuk ke dalam tempat ibadah.
Hal ini berarti, kita sebagai umat Kris-tiani haruslah menjaga Kebersihan Bait Allah dari polusi, pencemaran, maupun sampah sampah yang berserakan disekitar bait Allah atau yang kita sebut
kini sebagai Gereja.
Sebab dalam banyak hal, sebenarnya kita tidak lebih baik daripada para penukar uang di Bait Allah pada zaman Ye-sus. Kita sering berang-gapan bahwa akan lebih menguntungkan jika menyimpan sampah nilai-nilai kehidupan duniawi dalam benak kita.
Setiap menjelang hari raya, biasanya umat selalu mengadakan acara bersih-bersih atau kerja bhakti di gereja. Hara-pannya tentu, gereja yang bersih akan membantu para jemaat untuk masuk ke rumah Tuhan dengan hati yang bersih pula.
Kerja bhakti juga adalah kesempatan umat untuk saling berbagi dan bekerjasa-ma. Lidah-lidah sapu yang bergemerisik menyingkirkan dedaunan dan debu juga membersihkan hati kita saat kita bekerja bersama dalam senyum ceria, canda tawa, penuh kesukacitaan.
Aksi bersih bersih atau Kerja Bakti di Gereja, juga dilaksanakan di Gereja Santa Anna paroki Duren Sawit. Yaitu pada tanggal 9 Maret 2016, dimu-lai dari pukul 08.00 wib sampai dengan tengah hari. Lalu dilanjutkan pada tang-gal 18 Maret 2016 khusus kebersihan areal toilet dan bedeng, kemudian juga pada tanggal 19 Maret 2016 sebagai final check sekaligus cleaning dan pemasan-gan pambatas parkir serta lubang lubang buangan air yang menggenang di jalan jalan sehingga becek lantaran mampet.
Begitu banyak areal gereja yang dibenahi dan ditata kembali. Bahkan menyangkup pada pembenahan kesiapan benda benda suci serta perangkat perangkat pen-dukung yang akan dibutuhkan pada rentetan kegiatan gereja dalam masa pekan suci Paskah. Mulai dari Minggu
Palma sampai dengan Paskah. Segalanya dilakukan dengan seksama, teliti serta penuh ketelatenan. Tanpa keluh kesah maupun rasa lelah dari para pendukung kerja bakti tersebut.
Kerja bakti tersebut dipimpin dan diprakarsai oleh ketua panitia Paskah Gereja Santa Anna; bapak Agutinus Rudi Hermawan, atas ijin dari ro-mo Paroki Santa Anna.
Kerja bhakti ini mulanya tidak di-rencanakan. Saat panitia paskah tengah menyiapkan berbagai perangkat pen-dukung, ternyata didapati sejumlah ba-rang yang tidak terawat, kotor, bahkan rusak. Menyedihkan melihat barang-barang itu terbengkalai. Dari sana mun-cullah gagasan untuk melakukan kerja bhakti, tidak hanya membersihkan hala-man gereja, tapi juga membersihkan berbagai barang inventaris yang teronggok begitu saja di gudang.
Seluruh patung patung di sudut sudut gereja disikat bersih, pelatarannya diku-ras, tanaman tanaman dirapikan, ruang ruang tambahan untuk balai kesehatan dan posko posko panitia disiapkan dengan seksama, sampah sampah disapu bersih, salib salib serta perangkat perangkat dan benda benda suci lainnya juga dibersihkan.
Semua dilakukan dengan kesungguhan dan kecermatan yang luar biasa.
Memang, kerja Bakti tersebut hanyalah diikuti oleh satu wilayah saja yaitu wila-yah Duren Sawit Indah. Namun dari sini, pak Rudi berharap bahwa Aksi bersih bersih gereja akan terus berlanjut dan bila perlu menjadi sebuah tradisi di Paro-ki Duren Sawit. Bukan hanya sebagai momentum sahaja, namun lebih sebagai sebuah kebiasaan baik yang mengakar hingga menjadi sebuah tradisi.
Alangkah indahnya bila Gereja, Bait Al-lah, Bait Suci, selalu bersih dan tertata apik. Menjelang paskah, yang perlu dibersihkan tidak hanya halaman gereja dan aneka perangkat pendukung peribadatan, lebih dari itu, yang perlu dibersihkan adalah hati kita agar siap menyambut kebangkitan tuhan.
Semoga Allah mengampuni kita, mem-bersihkan kita, dan membantu kita mem-buang apa saja yang mengotori bait Al-lah, di mana hanya Dia yang berhak menempatiNya.
(quinta)
www.gerejastanna.org
10
Rabu Abu adalah permulaan
Masa Prapaskah, yaitu masa
pertobatan, pemeriksaan batin
dan berpantang guna memper-
siapkan diri untuk Kebangkitan
Kristus dan Penebusan dosa
kita. Mengapa pada Hari Rabu
Abu kita menerima abu di ken-
ing kita? Karena Abu adalah
simbol kematian jasmani, fisik,
seperti ‘abu menjadi abu, debu
menjadi debu’. Kita diciptakan
dari debu (eksistensi kita yang
tidak ada sukacita dan hidup),
dan akan kembali menjadi de-
bu, hingga nanti kita dibangkit-
kan oleh Kristus. Dengan
mengenakan abu di dahi dan
berani membiarkan abu itu di
dahi, kita menyatakan secara
terbuka niat kita untuk mati ter-
hadap keinginan duniawi dan
lebih hidup dalam gambaran
Kristus, dimana kita berfokus
dalam masa pra-Paskah ini, ma-
sa kelahiran kita kembali (Lent,
istilah Latin yang bermakna
‘bersemi kembali’).
Rabu Abu terhitung 40
hari sebelum hari paskah tanpa
menghitung hari minggu atau
44 hari, termasuk hari minggu
sebelum jumat agung.
Dalam ritual rabu abu, umat
datang ke gereja dan dahinya
diberikan tanda salib oleh pas-
tur/ prodiakon dari abu yang
dicampur air atau minyak suci.
Abu tersebut berasal dari pem-
bakaran daun palem kering eks
perayaan minggu palma tahun
sebelumnya.
Rabu Abu tahun ini jatuh pada
tanggal 10 Februari 2016 dan
jadwal misa Rabu Abu di gereja
Santa Anna adalah:
Jam 07.00 WIB (untuk murid
SD/ SMP Van Lith II dan
umum)
Jam 17.00 WIB (untuk umum)
Jam 20.00 WB (untuk umum)
Reporter KOMSOS mengikuti
misa Rabu Abu jam 20.00 WIB.
Misa dipimpin oleh rm FX.
Widyatmaka, SJ dan umat yang
datang tidak terlalu banyak.
Tidak tampak umat yang duduk
di luar gereja. Hal ini dimung-
kinkan.
Dalam khotbahnya rm Widyat-
maka, SJ mengingatkan tentang
makna abu. Abu adalah simbol
kesedihan, penyesalan dan
pertobatan. Romo Widi juga
mengingatkan bahwa rabu abu
adalah juga merupakan awal
dari pantang dan puasa. Siapa
saja yang sudah boleh ber-
pantang atau berpuasa dan
bagaimana cara perpantang/
puasa menurut agama Katholik.
Misa rabu abu berakhir sekitar
jam 21.30 WIB. Cuaca tampak
cerah dan umat kembali ke-
rumah masing-masing dengan
teratur.(koko)
Dari abu menjadi abu, dari debu menjadi debu
Rabu abu
Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
11
www.gerejastanna.org
Minggu palma
12
www.gerejastanna.org
Minggu palma
13
Kamis Putih adalah hari per-
tama dari tiga hari suci sebe-
lum hari raya paskah. Umat
gereja Santa Anna merayakan
momen Perjamuan Terakhir
dan Pembasuhan Kaki yang
dipimpin oleh romo Widyat-
maka, SJ. Kamis Putih ditandai
dengan atribut berwarna putih.
Tampak bunga-bunga penghias
altar didominasi dengan bunga
berwarna putih, romo Widy
pun mengenakan kasula
berwarna putih dan hampir se-
luruh umat yang hadirpun
mengenakan baju berwarna
putih yang melambangkan
kemuliaan dan kesucian.
Tata ibadah pada Ka-
mis Putih ini terbagi dalam 4
(empat) bagian, yaitu: ibadat
sabda, upacara pembasuhan
kaki, liturgi ekaristi dan
perarakan pemindahan Sakra-
men Maha Kudus.
Ibadat Sabda dimulai
dengan perarakan masuk
menuju altar yang dimulai dari
depan sekretariat gereja me-
lalui samping timur gereja
menuju pintu utama dan terus
menuju altar. Perarakan dida-
hului oleh para putra altar, pa-
ra prodiakon dan dibagian
belakang adalah romo Widy.
Bacaan injil diambil dari Yoh
13:1-15 yang menceritakan
tentang teladan Yesus mem-
basuh kaki 12 muridNya. Tin-
dakan Yesus ini merupakan
simbolisasi dari penyerahan
diri, pembersihan, pengam-
punan, pembaharuan, kemu-
ridan dan ibadah.
Pada ritus pembasuhan
kaki romo Widy berkenan
turun dari altar dan mulai
membasuh kaki 12 (dua belas)
rasul yang dipilih dari para
prodiakon yang terdiri dari 10
orang prodiakon dan 2 orang
prodiakones. Ritus ini adalah
simbolisasi bahwa kehadiran
Yesus ke dunia adalah untuk
melayani dan bukan untuk di-
layani.
Liturgi Ekaristi dimulai
dengan persembahan, doa
syukur agung yang
menggunakan bel kayu se-
bagai pengganti bel krinc-
ingan dan gong, lagu Bapa
Kami, salam damai, pemeca-
han roti, komuni dan doa
sesudah komuni.
Misa berakhir tanpa
berkat dan pengutusan dari
imam serta tidak ada lagu pe-
nutup. Umat pulang dengan
tertib.
(KOKO )
Ia datang untuk melayani bukan dilayani
KAMIS PUTIH Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
14
JAKARTA, LENTERA - Ju-
mat Agung adalah hari jumat
sebelum minggu paskah yang
juga hari terakhir pantang dan
puasa di tahun 2016 ini bagi
umat Katholik yang dimulai
pada rabu abu yang lalu.
Siang menjelang sore hari di-
tengah gerimisnya hujan
setelah pagi harinya disuguh-
kan dengan tablo visualisasi
penyaliban Yesus oleh RO-
MUSA (Rombongan Orang
Muda Katolik St. Anna) umat
gereja St. Anna kembali datang
ke gereja untuk memperingati
Yesus wafat di kayu salib un-
tuk menyelamatkan umat
manusia dari belenggu dosa
atau yang lebih dikenal dengan
upacara Jumat Agung.
Upacara Jumat Agung pertama
pukul 14.30 ini dipimpin oleh
Romo Agus SJ dengan koor
pengiring dari Gospel dibuka
dengan perarakan yang dimu-
lai dari depan sekretariat
menuju pintu utama gereja un-
tuk selanjutnya berjalan
menuju altar.
Di awal upacara Jumat Agung,
Romo Agus SJ menghormati
altar dengan cara merebahkan
diri di depannya, dan diikuti
oleh seluruh umat dengan ber-
lutut dan menundukan kepala.
Hal ini melambangkan pern-
yataan kefanaan manusia:
“Engkau berasal dari debu dan
akan kembali menjadi de-
bu” (Kej 3:19).
Tidak ada satupun benda diat-
as meja altar seperti taplak,
bunga, kitab suci dan lilin. Al-
tar yang kosong, tanpa hiasan,
melambangkan kesedihan dan
kedukaan Gereja, juga meng-
gambarkan kekosongan hati
karena “Sang Mempelai telah
diambil”. Hal itu lebih diperte-
gas dalam gambaran tabernakel
yang terbuka dan lampu Tuhan
yang dipadamkan.
Masuk ke doa pembuka oleh
romo yang mengingatkan akan
karya belas kasih Allah yang
telah mengorbankan putra-Nya
yang tunggal untuk menebus
dosa manusia. Setelah bacaan
pertama dan bacaan kedua di-
bacakan, tibalah bacaan injil.
Bila pada misa biasa bacaan
injil dilakukan oleh romo pada
misa Jumat Agung ini di-
perankan oleh petugas passio
yang terdiri dari tiga orang
pemazmur dan koor yang ber-
UPACARA MENGENANG PENGORBANAN SANG PUTRA
JUMAT AGUNG
Ampunilah mereka
Langit Membela Pelataran Gereja
Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
15
tugas. Passio adalah kisah
sengsara Yesus Kristus, mulai
dari peristiwa penangkapan Ye-
sus di Taman Getsemani, hingga
wafat-Nya di gunung Golgota.
Passio dinyanyikan dengan
melodi ala Gregorian. Passio
dibawakan secara dramatisasi
sehingga membantu umat me-
renungkan wafat Yesus di Kayu
Salib. Sampai lah pada puncak
kisah sengsara Yesus Kristus
yaitu “Sudah selesai”, ucapan
terakhir Yesus yang menandakan
wafat-Nya. Seketika itu umat
pun berlutut mengenang duka
cita atas wafat Yesus di Kayu
Salib.
Sebelum liturgi ekaristi dil-
akukan penghormatan Salib Suci
yang merupakan puncak liturgi
Jumat Agung. Perayaan dipim-
pin oleh romo Selebran dengan
tiga seruan: “Lihatlah kayu
salib….” dan membuka sedikit
demi sedikit selubung yang me-
nutupi Salib Kristus. Setelah
selubung terbuka romo berlutut
dan mencium kaki Yesus yang
tergantung pada salib, kemudian
diikuti oleh putra altar dan para
prodiakon sebelum akhirnya dii-
kuti oleh seluruh umat. Makna
dari penciuman Salib Suci ini
adalah kita ikut merasakan dan
ambil bagian dalam penderitaan
Yesus yang di salib.
Setelah acara penghormatan
Salib Suci dilanjutnya dengan
doa Bapa Kami dan doa Anak
Domba Allah. Tampak beberapa
putra altar mulai menghias altar
dengan taplak, sibori, dan dua
buah lilin menyala. Umat ber-
siap menyambut komuni dengan
khitmat.
Upacara ini diakhiri
dengan romo mengulurkan
kedua tangannya ke atas
umat (= Berkat, tetapi
bukan dengan tanda salib
besar). Karena Upacara
Jumat Agung tidak diawali
ataupun diakhiri dengan
Berkat dambil membuat
tanda salib, karena Salib
Kristus itu telah nyata
hadir dan di hadapkan
kepada seluruh umat. Semua
yang hadir sebenarnya telah
menandai diri dengan Tanda
Salib itu (dalam arti yang
sebenarnya dan sedalam-
dalamnya) dengan: ke-
hadirannya dalam Upacara,
dalam puasa, pantang dan mati
raganya, serta dalam tindakan
cinta kasihnya kepada Kristus
melalui ritus penghormatan
terhadap salib Kristus.
Kemudian upacara dilanjutkan
dengan perarakan keluar dalam
keheningan, tanpa iringan lagu
penutup atau membiarkan tetap
dalam suasana “merenung dan
berdoa”, berjaga-jaga lagi
hingga malam paskah.
(koko)
“Ini lah Ibumu”
Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
16
JAKARTA, LENTERA –
Vigili Paskah merupakan
malam yang sangata penting
bagi umat kristiani. Mengapa?
Karena seluruh tahun liturgi,
baik ibadat maupun kehidupan
kristiani berpusat pada misteri
Paskah. (kata latin vigilia be-
rarti: malam berjaga) atau mal-
am tirakatan sebelum hari raya
Paskah, dirayakan mulai Sabtu
sore sampai menjelang atau
lewat tengah malam sebelum
hari minggu Paskah. Santo
Agustinus, Uskup kota Hippo
di Afrika Utara (354-430) me-
nyebut malam Paskah sebagai
“induk segala vigili”.
Malam yang sangat meriah
bagi umat Katholik dan malam
ini lebih dari 3.200-an umat
gereja Santa Anna menghadiri
misa malam paskah. Misa yang
dimulai pada pukul 17.00 ter-
sebut dipimpin oleh Romo
Thomas Ulun, Pr dengan dime-
riahkan oleh koor Altisima
Chorus.
Malam Paskah adalah malam
dimana umat Kristen merasa-
kan suka cita besar menantikan
kebangkitan Yesus dari ke-
matian. Malam Paskah disebut
juga Vigili Paskah yang
artinya berjaga-jaga menanti-
kan kebangkitan Yesus.
Tatacara perayaan malam
paskah dimulai dengan arak-
arakan oleh para putra/i altar,
para rodiakon dan dibagian
belakang adalah romo pem-
impin misa yang berjalan dari
depan secretariat menuju teras
depan gereja untuk mulai
dengan Upacara Cahaya. Pada
upacara cahaya ini lampu-
lampu gereja dimatikan dan
imam mulai menyalakan dan
memberkati api baru yang pa-
da saat dinyalakan akan mem-
beri suasana terang, mengusir
kegelapan. Hal ini diibaratkan
seperti Yesus yang merupakan
cahaya terang dalam ke-
hidupan kita umat manusia.
Lilin paskah mulai dinyalakan
dan apinya dibagikan kepada
umat yang masing-masing su-
dah membawa lilin kecil di-
tangan dengan bantuan para
putra/i altar.
Bagian selanjutnya adalah
LITURGI SABDA yaitu pem-
bacaan dari ayat-ayat Perjan-
jian Lama dan bacaan Injil.
Dalam homilinya, Romo
Thomas Ulun, Pr tampak me-
nyinggung umat yang jarang
kegereja dan hanya kegereja
bila saat paskah dan natal saja.
Homili disampaikan dengan
gaya khas Romo Ulun melalui
joke dan canda ringan dan
dengan ekspresi wajah datar
membuat umat tampak
tersenyum bahkan tertawa se-
hingga homili tidak mem-
bosankan.
Malam paskah tahun ini juga
terdapat 33 baptisan baru yang
sudah dibaptis pada sabtu pagi.
Dan LITURGI BAPTIS adalah
dimana umat diingatkan akan
pembaharuan janji baptis.
Liturgi baptis diawali dengan
pemberkatan air yang ada da-
lam bejana baptis dengan cara
pencelupkan lilin paskah ke
dalam air baptis sebanyak 3
kali yang dilakukan oleh imam
untuk kemudian diperciki ke
seluruh umat oleh para prodia-
kon dan disambung dengan doa
umat.
Bagian terakhir dalam misa
malam paskah adalah LITUR-
GI EKARISTI yang diawali
dengan Doa Syukur Agung,
lagu Bapa Kami dan pen-
erimaan Komuni.
Perayaan misa malam paskah
berlangsung khidmat dan
meriah. Misa diakhiri dengan
berkat meriah paskah. Umat
bergembira dan penuh suka
cita. Tampak umat saling
memberi salam sambil men-
gucapkan Selamat Paskah
sebelum akhirnya misa usai
dengan suasana meriah dan
penuh kegembiraan.
(KOKO)
Akulah Alfa dan Omega, Akulah Awal dan Akhir
VIGILI PASKAH
Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
17
VIGILI PASKAH
Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
18
Suasana meriah dan
penuh suka cita kembali me-
nyelimuti gereja Santa Anna dim-
inggu, 27 Maret 2016 jam 08.30
yang bertepatan dengan perayaan
paskah anak.
Misa dipimpin oleh Romo
Widyatmaka, SJ dan diiringi oleh
koor anak-anak “Pueri Cantores”
pimpinan Suster Mariana Maja,
MC.
Hampir semua petugas
liturgi adalah anak-anak bahkan
pemazmur adalah seorang anak
berusia 9 tahun bernama Kaila
yang masih duduk di kelas III SD
Tarakanita dan para penari
pengiring persembahan dari BIA
Santa Anna turut mengiring
persembahan menuju Altar.
Setelah homili seperti biasa per-
ayaan paskah anak, Romo Wid
mempunyai beberapa pertanyaan
yang dilemparkan ke para anak-
anak dan yang bisa menjawab
langsung mendapat hadiah sudah
disediakan oleh para panitia.
Kejutan Ultah Romo Widyat-
maka, SJ, Misa paskah minggu
inipun bertepatan dengan ulang
tahun Romo Wid yang ke 64 ta-
Jangan mecari Aku, Karena aku telah bangkit
Minggu Paskah Liputan Paskah 2016
www.gerejastanna.org
hun. Ada kejutan berupa ucapan
selamat ulang tahun dari Romo
Agus, Dewan Paroki Harian,
karyawan gereja, para putra/i
altar, suster MC dan ADM
yang ditayangkan melalui pro-
jector. Hal ini tak lepas dari
peran KOMSOS Duren Sawit.
Sementara itu Romo Widi
berkenan duduk di kursi putra
altar dengan menghadap altar
dan terlihat terharu mendapat-
kan kujutan tersebut. Tak berse-
lang lama ada nasi tumpeng dan
kue tart yang dibawa oleh salah
satu putra altar dan umat tanpa
dikomando langsung menyanyi-
kan lagu “Selamat Ulang Ta-
hun”, Semua bersuka, semua
bergembira. Yesus udah bangkit
untuk kita umat manusia
(koko)
19
FESTIVAL PASKAH
KELUARGA 2016
Daftar Pemenang
Festival Paskah Keluarga 2016
Gereja St. Anna, Duren Sawit
Lomba Cerdas Cermat Anak
Juara I:
Bina Iman Anak Maria Inez
Juara II:
Paduan Suara Poeri Cantores
Juara III:
Bina Iman Anak Buaran
Lomba Cerdas Cermat Keluarga:
Juara I: Keluarga Bapak Hendrikus (PTB) Juara II: Keluarga Bapak Viktor W.S Topayung (Wilayah DSI, Lingkungan Marthinus)
www.gerejastanna.org
20
Festival Musik:
Juara I: Angel Voice (Wilayah DSI) Juara II: Romusa, Theatre Santa Anna
Juara III:
The Friendly Army of Sanjaya,
Lingkungan Sanjaya, Klender
Harapan I :
Marisa Band,
Lingkungan Malakasari I
Dewan Juri:
Romo Agus, bu Thriswoyo dan Olga
Persembahan Lagu dari Para Dewan Juri
www.gerejastanna.org
21
Lomba Photography
Juara I: Saras,
Judul Photo:
"Ampunilah Mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat"
(Komsos)
Juara II: Benni,
Judul Photo:
“Ya Bapa, Kedalam tangan Mu keserahkan nyawaku”
(DSI, Lingkungan Marthinus)
Lomba mencari telur
( 3– 6 tahun)
Juara I: No. 45,
Stevani Patricia Jingga,
Wilayah Duren Sawit Baru, Lingkungan Yohana
Juara II: No. 86, Krisna
Juara III: No. 91, Paskah
Juara IV: No. 81, Stevan Wijaya
www.gerejastanna.org
22
Lomba menghias telur
Kategori A (6-9 tahun)
Juara I: No. 21, Raphael Gilang Abicala, Pondok Kopi II
Juara II: No. 26, Michelle Wijaya
Juara III: No. 24, Giovanni Bathista, Pondok Bambu II
Lomba menghias telur
Kategori B (9-12 tahun)
Juara I: No. 6, Maria Paquita
Micelangela (Pondok Bambu I)
Juara II: No. 2, Fransiskus Handito
(DSI, Lingkungan Marthinus)
Juara III: No. 4, Dwi Handika (Bina
Iman Buaran)
www.gerejastanna.org
23
Lomba Mewarnai 9-12 tahun
Lomba Mewarnai 6-9 tahun
Juara I: No. 39, Brisita Inova
Juara II: No. 13: Rufina Fidela Resa, Wilayah Pondok Kelapa I, Lingkungan St. Mikhael
Juara III: No. 22: Kairi, Wilayah Duren Sawit Baru, Lingkungan Betlehem
Juara I: No: 39, Laras
Juara II: No: 13, Seraphina Tatiana (DSI, Lingkungan Marthinus)
Juara III: No. 14, Kiska (Malakasari)
www.gerejastanna.org
24
Penghargaan Bina Iman Teladan Festival Paskah Keluarga 2016 Gereja St. Anna, Duren Sawit
Penghargaan Bina Iman Teladan diberikan kepada anak-anak yang ikut berpartisipasi
aktif dalam setiap kegiatan secara rutin.
Paduan Suara
Poeri Cantores 1.Michelle
2.Eel
3.Radith Tony
Bina Iman
Maria Inez: 1.Cilla
2.Berto
3.Maria
Bina Iman
Buaran: 1.Christina Sri Setianingsih
2.Yoana Eka Putri Rantosa
3.Vincentius Sandi Yudhistira
www.gerejastanna.org
25
Terima kasih atas partisipasi umat Santa Anna dalam Misa Anak dan Festival Paskah Keluarga 2016. Semoga menghadirkan kegembiraan dan meningkatkan kebersamaan keluarga serta partisipasi umat dalam kegiatan gerejawi dan pela-
yanan di Gereja St. Anna.
Teriring Salam,
Panitia Paskah 2016
Wilayah Duren Sawit Indah
www.gerejastanna.org
26