Viral Meaningitis

27
1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Viral Meaningitis”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Syaraf RSUP H. Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Iskandar Nasution, Sp.S atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Biarlah Tuhan Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Medan, November 2015

description

neurologi

Transcript of Viral Meaningitis

Page 1: Viral Meaningitis

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Viral Meaningitis”. Tujuan penulisan makalah ini adalah

untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit

Syaraf RSUP H. Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan

dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Iskandar Nasution,

Sp.S atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Biarlah Tuhan

Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna

bagi kita semua.

Medan, November 2015

Penyusun

Page 2: Viral Meaningitis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3

BAB 2 LAPORAN KASUS

2.1. Anamnesis............................................................................................5

2.2. . Pemeriksaan Fisik...............................................................................6

2.3. Pemeriksaan Neurologis.......................................................................7

2.4. Kesimpulan Pemeriksaan...................................................................15

2.5. Diagnosa..............................................................................................16

2.6. Penatalaksanaan..................................................................................17

2.7. Rencana Prosedur Diagnostik.............................................................17

2.8 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (IGD) ...........................................17

2.9. Hasil Pemeriksaan Pencintraan (IGD)...............................................19

2.10. Follow Up di Ruangan......................................................................20

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi................................................................................................24

3.2. Etiologi................................................................................................24

3.3. Patofisiologi........................................................................................24

3.4. Manifestasi Klinis...............................................................................25

3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis...................26

3.6. Dignosis Meningitis Viral........……………………...……………..26

3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral...................................................28

3.8. Penatalaksanaan..................................................................................29

3.9. Komplikasi..........................................................................................31

BAB 4 DISKUSI KASUS....................................................................................33

BAB 5 KESIMPULAN.......................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36

Page 3: Viral Meaningitis

3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya

adalah peradangan pada selaput otak, yang sering disebut sebagai meningitis.

Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua

orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang

mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa

3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.

Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan

meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.1

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya meningitis, diantaranya

infeksi virus, bakteri, dan jamur. Penyebab lain adalah akibat trauma, kanker, dan

obat-obatan tertentu. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai salah satu

meningitis yang disebabkan oleh virus, yakni meningitis viral. 2

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai

piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang

lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada

cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa

ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan

serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman

Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah

meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan

disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus

merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman

dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu

terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok

penderita.Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit

ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari

Page 4: Viral Meaningitis

4

pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen

(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri di

dalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.3

Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan

Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS),

yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri

Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab bakteri

tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama

pada setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk

menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan selanjutnya

yang disesuaikan dengan etiologinya2

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk melaporkan kasus meningitis viral yang

dirawat di Rumah Sakit HAM Adam Malik dan membandingkannya dengan

landasan teori yang sesuai. Penyususnan makalah ini sekaligus dilakukan untuk

memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di

Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis

maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintegrasikan teori yang ada

dengan aplikasi kasus yang dijumpai di lapangan.

Page 5: Viral Meaningitis

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi

Meningitis adalah inflamasi pada selaput arachnoid, piameter, maupun

yang melibatkan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi

(bakteri, virus, jamur, atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik,

keganasan, atau reaksi hipersensitivitas). Meningitis viral adalah peradangan selaput

otak atau meningen yang disebabkan oleh virus.2

3.2. Etiologi

Sekitar 90 % kasus meningitis viral disebabkan oleh virus pada saluran

pencernaan yang disebut enterovirus, tetapi virus-virus lain dapat juga

menyebabkan meningitis viral. Pada banyak kasus, virus spesifik yang

menyebabkan meningitis tidak teridentifikasi. Enterovirus sampai dari orang ke

orang melalui tinja dan saliva.1

Beberapa penyebab lain dari meningitis viral adalah HSV, Varicella zoster

virus, HIV, mumps dan ebstein barr virus.3

3.3. Patogenesis

Mekanisme transmisi dari meningitis viral bergantung pada virus

penyebabnya.Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dari 90% kasus dengan

virus sebaga ietiologinya ditemukan bahwa Enterovirus merupakan penyebab

utama dari meningitis viral. Enterovirus ini sendiri ditansmisikan melalui fecal-

oral ataupun dari sekresi pernapasan. Selain Enterovirus penyebab lain yang

sering menyebabkan meningitis viral adalah HSV-2 (Herpes simpleks virus)

dimana virus ini menyebar melalui kontak dengan ulcer yang aktif ataupun kontak

dengan host shedding HSV dari permukaan mukosa. Selain Enterovirus dan HSV,

HIV merupakan penyebab lain yang ditemukan. Transmisidari HIV ini sendiri

dapat melalui kontak seksual ataupun kontak dengan cairan ataupun darah.4

Page 6: Viral Meaningitis

6

Proteksi pada system saraf pusat terdiri atas tulang tengkorak,

leptomeningens, sawar darah otak serta blood-serebrospinal barrier. Sawar darah

otak terdiri atas mikrovaskular (pembuluhdarahkecil) sel endothelial, astrosit serta

perisit. Sistem ini mempertahankan kondisi persarafan dengan mengatur lewatnya

molekul kedalam dan keluar dari otak serta mempertahankan otak dari

mikororganisme apapun serta racun yang berasal dari darah.5

Infeksi pada meningen merupakan akibat dari barrier dari otak ataupun

system pertahanan otak diinfeksi dengan agen-agen infeksi. Penyebaran agen

infeksi meningitis dapat juga disebabkan dengan penyebran melalui darah

(hematogeneus route) contohnya tuberculous meningitis, HIV meningitis,

Arbovirus serta respiratori virus. Adapun factor predisposisi dari meningitis ini

sendiri adalah otitis media, pemakaian obat immunosupressan, pneumonia serta

diabetes.5

Selain dari beberapa factor diatas penyebaran kuman dapat juga dari

trauma kepala dengan fraktur terbuka ataupun komplikasi bedah otak. Invasi

kuman-kuman kedalam ruang subarachnoid menyebabkan reaksi radang pada pia

dan arakhnoid CSS (Cairanserebrospinal) serta sistem ventrikulus.5

3.4. Manifestasi Klinis

Gejala klasik dari meningitis termasuk demam, sakit kepala serta

kakuleher. Meningitis viral dapat timbul lebih akut dibandingkan bakteri dengan

timbul gejala malaise, lethargy, myalgia, anoreksia, muntah, mual, nyeri perut

ataupun diare. Sakit kepala pada meningitis viral sering terjadi di daerah frontal

atau retroorbital dan dapat disertai dengan adanya potopobia ataupun nyeri pada

pergeraka nmata. Sementara kaku pada leher umumnya muncul dengan frekuensi

yang sedang dan muncul ketika leher di antefleksikan.4

Iritasi berat pada meningen dapat mengakibatkan pasien pada posisi tripod

dengan lutut dan pangggul difleksikan leher di ekstensikan dan lengan serta bahu

diposisikan di belakang. Beberapa virus dapat mengakibatkan ruam yang khas.

Adanya papil edema ataupun tidak adanya pulsasi vena pada saat funduskopi

memberiindikasi adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada beberapa kasus

Page 7: Viral Meaningitis

7

meningitis viral merupakan penyakit yang self limiting disease. Selain dari gejala

klasik meningitis di atas, gejala spesifik yang ditimbulkan oleh virus penyebabnya

dapat trelihat. Pada meningitis viral yang disebabkan oleh Enterovirus umumnya

akan dijumpai herpangina, nyeri perut serta konjunctivitis. Pada meningitis

dengan penyebab HIV akan dijumpai gejala berupa kejang.5

3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis

Secara umum menimgitis bacterial dan meningitis viral sangat susah untuk

dibedakan baik dari gejala klinis maupun dari pemeriksaan fisik. Pada viral

meningitis manifestasi yang timbul tidak separah bacterial meningitis. Karena

untuk mendiagnosa apakah penyebab infeksi adalah viral ataupun bacterial adalah

pemeriksaan cairan serebrospinal maka pemeriksaan cairan serebrospinal wajib

untuk dilakukan.6

.Pada pemeriksaaan cairan serebrospinal mengitis bakterialis menunjukkan

warna cairan yang keruh dengan reaksi pandy (+9++) , jumlah sel yang dijumpai

dapat sampai beribu terutama peningkatan netrofil. Dengan nilai laktat

(>3,5mmol/l) serta rasio albumin (>20X10-3)` . Serta ditemukanya bakteri pada

pemeriksaan kultur cairan serebrospinal. Pada viral meningitis menunjukkan

penampilan cairan serebrospinal dengan warna jenih sedangkan reaksi pandy

(+),padaktivas jumlah sel patologi dijumpai beberapa ratus sel mononuklear

termasuk sel limfosit b yang teraaktivasi. Dengn nilai nilai laktat (<3,5mmol/L)

serta rasio albumin hingga 20x10-3.6

3.6. Diagnosis Meningitis Viral

Diagnosis meningitis viral dapat ditegakkan dengan anamnesis yang tepat

serta , pemeriksaan fisik neurologis yang tepat serta pemeriksaan penunjang

lainnya.7

1. Anamnesis

a. Keluhan utama: nyeri kepala: durasi, kualitas nyeri, akut atau kronis,

riwayat menderita nyeri kepala sebelumnya

Page 8: Viral Meaningitis

8

b. Gejala penyerta: fotofobia, kaku leher, mual, muntah, demam,

mengantuk berterusan, bingung.

c. Tanda-tanda aneurologis: diplopia, kelemahan fokal, atau gejala

sensoris

d. Riwayat penyakit terdahulu: meningitis, trauma kepala berat, infeksi

telinga atau sinusistis, status imunologi pasien dan riwayatvaksinasi.

e. Riwayat keluarga dan sosial: riwayat meningitis dalam keluarga atau

kontak dengan pasien yang diduga meningitis, riwayat berpergian

keluar negara

f. Obat-obatan: riwayat terapi antibiotic atau pasien alergipada antibiotic

2. Pemeriksaan Fisik

a. Trias meningitis: demam, kaku kuduk, nyeri kepala.

b. Test perangsangan meningeal positif : pada pasien dengan meningitis,

maka akan dijumpai tes perangsangan meningeal yang positif. Test

perangsangan meningeal ini merupakan kunci dari diagnose

meningitis. Pemeriksaan kaku kuduk yaitu pemeriksaan dengan

menekukkan kepala hingga dagu menyentuh dada dan dirsakan apakah

ada tahanan atau tidak.Tes Kernig yaitu kaki di fleksikan 90° pada

panggul lalu kaki diekstensikan hingga 135° lalu dirasakan apakah ada

tahanan sebelum mencapai 135° kemudian tes Brudzinski I yaitu

diaman pada saat melakukan pemeriksaan kaku kuduk diperhatikan

apakah ada fleksi bilateral ektremitas inferior. Kemudian tes

brudzinski II yaitu pada pemeriksaan kernig diperhatikan ekstremitas

inferior kontralateral apakah fleksi atau tidak.

c. Hampir 50% pasien dengan meningitis memiliki gejala berupa kejang.

d. Pharygitis, gastroenteritis dan ruam di kulit-infeksi enteroviral

e. Pharyngitis, lymphadenopathy dan splenomegaly- infeksi virus EBV

f. Parotitis dan orchiditis- mumps

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Spesimen darah: indikasi adanya kecurigaan ke arah penyakit sistemik

yang menyebabkan nyeri kepala

Page 9: Viral Meaningitis

9

b. Pemeriksaan Spesimen cairan serebrospinal: Pemeriksaan cairaan

serebrospinala merukan gold standart dari meningitis hasi darai

pemeriksaan ini yang mengindikasi kecurigaan kearah infeksi system

saraf pusat: pleositisis, kadar protein, kadar glukosa, antigen.

c. Lumbal pungsi: untuk mengeklusikan hematoma intracranial, tumor,

dan hidrosefalus obstruktif

d. Memonitoring Bacterial/Viral Meningitis Score: risiko untuk terkena

meningitis rendah jika kriteria di bawah ini tidak ditemukan pada

pasien :

i. CSF Gram Stain positif

ii. CSF Neutrofil> 1000

iii. CSF protein >80mg/dL

iv. Peripheral ANC >10000 sel/mcL

v. Kejang sebelum atau pada masa menerima pasien

3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral

Berikut diagnosis banding meningitis viral :8

1. Meningitis bakteri yang tidak dirawat atau tidak dirawat sehingga sembuh

2. Tahap awal meningitis yang disebabkan jamur dan mycobacteria

3. Infeksi parameningeal

4. Meningitis neoplastik

Page 10: Viral Meaningitis

10

Gambar 1. Diagnosa banding viral meningitis4

3.8. Tatalaksana

Dalam kebanyakan kasus, tidak ada pengobatan khusus untuk meningitis

viral. Kebanyakan orang yang menderita meningitis viral -benar sembuh sendiri

dalam waktu 7 sampai 10 hari . Namun, orang dengan meningitis yang disebabkan

oleh virus tertentu seperti virus herpes dan influenza , dapat mengambil manfaat

dari pengobatan dengan obat antiviral. Pemberian Antibiotik tidak membantu

mengobati infeksi virus , sehingga pengobatan dengan antibiotik tidak berguna

dalam pengobatan meningitis viral . Namun, antibiotik sangat penting sebagai

tatalaksana meningitis bakteri. Bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh

yang lemah yang menderita meningitis virus perlu mendapatkan perawatan di

rumah sakit.8 Dengan pengecualian dari penggunaan acyclovir untuk HSV

ensefalitis, pengobatan meningoencephalitis viral adalah supportif. Pengobatan

Page 11: Viral Meaningitis

11

penyakit ringan mungkin hanya memerlukan gejala simptomatis. Sakit kepala dan

hyperesthesia dianjurkan dengan bedrest, non-analgesik yang mengandung

aspirin, dan pengurangan cahaya ruangan , kebisingan,dan pengunjung Pasien

dengan meningitis viral yang berat mungkin memerlukan rawat inap dan

perawatan intensif . Hal ini penting untuk memantau pasien dengan ensefalitis

berat erat untuk kejang , edema serebral , pernapasan tidak memadai.9

Intervensi yang tepat termasuk cairan agresif, elektrolit, dan manajemen

nyeri, serta pengamatan dekat potensi neurologis dan gejala neurologis (kejang,

edema otak, sekresi SIADH). Terapi antivirus aktif terhadap banyak agen

penyebab yang mendasari meningitis viral baik tidak ada (ABRV, virus gondok,

LCMV). Dua terapi baru digunakan terhadap EVS adalah imunoglobulin serum

(ISG) dan pleconaril, yang baru dikembangkan agen anti-picornaviral terakhir.

Keduanya memiliki data yang relatif terbatas di balik penggunaannya; ISG telah

diberikan sebagai terapi pada neonatus dan profilaksis pada immunocompromised

host, sementara pleconaril telah dipelajari hanya dalam beberapa uji coba

terkontrol plasebo. Pada neonatus dengan infeksi EV sistemik, satu studi

menunjukkan bahwa pengobatan ISG diproduksi serum rendah titer virus, tapi itu

terlalu kecil untuk menunjukkan manfaat klinis untuk pendekatan ini . Pada orang

dewasa dengan agammaglobulinemic diberikan dosis reguler ISG, kejadian

meningoencephalitis EV kronis tampaknya telah menurun, dan tentu saja infeksi

seperti pada pasien ini dapat dilemahkan. Manfaat terapi pengobatan seperti dalam

kasus mapan meningoencephalitis EV kronis juga telah dilaporkan tidak

memberikan hasil signifikan.10

Pleconaril blok EV lampiran ke reseptor sel dan menghambat proses

Uncoating virus. Obat tersebut memiliki spektrum luas aktivitas anti-EV in vitro

dan bioavailabilitas oral tinggi in vivo. Sayangnya, bagaimanapun, meskipun hasil

awal yang menjanjikan, obat baru-baru ini ditemukan tidak memiliki manfaat

klinis atau virologi terdeteksi pada bayi dengan meningitis EV dibandingkan

dengan plasebo . Dalam dua penelitian randomized clinical trial dengan lebih 600

pasien dikombinasikan, pleconaril hanya sedikit memperpendek perjalanan

penyakit dalam subkelompok dewasa dengan EV meningitis yang mengalami

Page 12: Viral Meaningitis

12

gejala yang lebih parah dan yang dirawat pada awal penyakit . Aplikasi untuk

pengunaan obat ini belum diterima berdasarkan data tersebut, dan masih belum

jelas apa masa depan obat sebagai terapi penyakit ini.10

Pengobatan meningitis bakteri membutuhkan administrasi yang cepat

dari antibiotik yang mencapai penetrasi tingkat tinggi dalam CSF . Ini umumnya

melibatkan pemberian parenteral. Antibiotik golongan sefalosporin generasi

ketiga (sefotaksim, 50 mg / kg setiap 6 jam atau ceftriaxone, 75 mg / kg setiap 24

jam) adalah terapi empiris cocok terhadap tiga patogen. Administrasi lebih dari

satu jenis antibiotik dalam keadaan ini adalah tidak memberikan manfaat

tambahan, tetapi jika meningitis dicurigai, kemungkinan maka ampisilin harus

ditambahkan. Kloramfenikol dengan atau tanpa vankomisin dapat diberikan

kepada Pasien dengan riwayat anafilaksis terhadap antibiotik beta –lactam.10

Deksametason, diberikan 10-15 menit sebelum atau tak lama setelah

antibiotik, telah terbukti mengurangi gejala sequlae neurologis dari meningitis

masa disebabkan oleh H. influenzae atau Streptococcus pneumoniae, tetapi belum

ada bukti yang menunjukkan manfaat terapi ini terhadap meningitis bakteri pada

orang dewasa. Meskipun demikian, banyak yang akan menganjurkan terapi

empiris pemberian deksametason (0,15 mg / kg setiap 6 jam selama 2 hari) dalam

semua kasus yang diduga bakteri meningitis pada anak di atas usia 6 minggu dan

untuk orang dewasa dengan bukti gangguan tingkat kesadaran atau bukti edema

serebral. Pertimbangan kondisi pasien mendukung langkah-langkah yang juga

penting dan beberapa pasien akan membutuhkan cairan pengganti, antiemetik,

antikonvulsan dan pengobatan tekanan intrakranial. Demam biasanya mengendap

dalam beberapa hari dan setiap kambuhnya demam selama terapi antibiotik adalah

disebabkan oleh obat demam, efusi subdural atau empiema, tromboflebitis

(cerebral atau vena kaki), atau infeksi.10

3.9. Komplikasi

Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis adalah gejala sisa

neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia,

dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf

Page 13: Viral Meaningitis

13

otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas.

Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan

pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin atau oleh

penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang

hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan

dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal.

Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima

pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan

akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia, dan defisiensi ADH.11

Pada keseluruhan 8 jenis penelitian (1853 pasien) memenuhi kriteria

seleksi. Secara keseluruhan, lebih sedikit pasien yang menerima kortikosteroid

meninggal daripada mereka yang menerima plasebo . Hasil peneltian pada

kelompok anak tidak berbeda dalam angka kematian di 14 Studi dengan anak-

anak saja ( risiko relatif RR 0,95 , 95 % CI 0,65 untuk 1,37 ) . Lebih sedikit

pasien di kortikosteroid daripada di kelompok plasebo memiliki gangguan

pendengaran berat. Anak-anak dengan ABM dari patogen. ada anak-anak dan

orang dewasa dengan meningitis bakteri akut , adjuvant terapi kortikosteroid

mengurangi angka kematian , gangguan pendengaran , dan jangka panjang

terhadap gejala sisa neurologis.12

Page 14: Viral Meaningitis

14

BAB 5

KESIMPULAN

Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang

semua orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang

mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa

3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.

Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan

meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.

Gejala meningitis umumnya memenuhhi trias meningitis yaitu kaku

kuduk, demam, serta sakit kepala. Diagnosis meningitis dapat ditegakkan dari

anamnesa yang baik serta pemeriksaan klinis yang tepat. Pemeriksaan cairan

serebrospinal merukan gold standart dari meningitis. Penyebab utma meningitis

adalah mikroorganisme dapat berupa bakteri, virus ataupun jamur. Menemukan

mikroorganisme penyebab infeksi adalah diagnosis utama. Dari pemeriksaan

cairan serebrospinal maka akan didapati penyebab utamnya, apakah bakteri atau

mikrooganisme lain. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri warna cairan

serebrospinal bersifat purulent sedanng pada meningitis yang disebabkan oleh

virus cairan serebrospinal bersifat serous.

Penatalaksaan meningitis ini sendiri tergantung pada penyebab infeksi

nya. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri penatalaksaan utamanya

adalah pemberian antibiotik yang tepat dan tepat sasaran. Dari beberapa penelitian

didapati virus terbanyak yang menyebabkan meningitis adalah Enterovirus selaian

Enterovirus virus Herpes simpleks-2 merupakan salah satu virus yang sering

menyebabkan meningitis. Penatalaksaan dari viral meningitis adalah terapi

supportif yaitu menangani gejala simptomatis. Pemberian diazepam untuk kejang

diberikan apabila pasien kejang serta pemberian parasetamol apabila pasien

demam.

Prognosis pasien dengan meningitis juga tergantung dari mikroorganisme

penyebab meningitisnya. Umumnya pada pasien viral meningitis dapat sembuh

sendiri ataupun self limited dengan pemeberian nutrisi yang adekuat. Sedangkan

Page 15: Viral Meaningitis

15

pada meningitis dengan penyebab nya adalah bakteri umumnya prognosis nya

buruk, dibutuhkan terapi antibiotic yang tepat sasaran dan durasi yang tepat.

Page 16: Viral Meaningitis

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarah A E Logan, Eithne MacMahon ,2012.Viral meningitis.London : BMJ

2. Cassady KA, Whitley RJ. Pathogenesis and pathophysiology of viral infections

of the central nervous system. In: Scheld WM, Whitley RJ, Marra CM, eds.

Infections of the central nervous system . 3rd ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins, 2004:57-74.

3. Kupila L, Vuorinen T, Vainionp, Hukkanen V, Marttila RJ, Kotilainen P.

Etiology of aseptic meningitis and encephalitis in an adult population.

Neurology 2006;66:75-80.

4. Triant, VA. Viral Meningitis. In Health care of homeless person 175-180

available at

http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/ViralMeningit

is.pdf

5. Kumar R. Asepetic meningitis : diagnosis and management.In Indian Journal

Pediatric 2005.(72) ; 57-63

6. Baehr, M, Michael Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. 4th ed.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012; 364-5

7. Karen L.R., Kenneth L.T., Viral Meningitis, Harrison’s Principles of Internal

Medicine 17thEdition. McGraw Hill Medical

8. Altia J, Hatala R, Cook D.J, Wong J.G., The Rational Clinical Examination:

Does this Adult Patient have Acute Meningitis? JAMA 1999;282: 175-81

9. National Cancer Institute. 2013. Epidemiology and etiology of gestational

trophoblastic diseases. Available from:

http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html last access:16 juli 2015.

10. Irani, David.N. 2008. Aseptic Meningitis and Viral Myelitis. Associate

Professor of Neurology, University of Michigan Medical School Holtom-

Garrett Program in Neuroimmunology, University of Michigan Medical

School.

11. Fowler, J and Scadding, John W. 2009. Clinical Neurology 3 rd

edition.Blackwell, Maidstone and Tunbridge Wells NHS Trust Formerly of

King’s College Hospital, London pg 383.

Page 17: Viral Meaningitis

17

12. van de D, de Gans J, McIntyre P, et al. adjuvant corticosteroid therapy

reduces death, hearing loss, and neurological sequelae in bacterial

meningitis.2003.pg 1