Viral Meaningitis
-
Upload
reidita-rosela-suardi -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Viral Meaningitis
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan rahmat Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Viral Meaningitis”. Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk melengkapi persyaratan kepanitraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit
Syaraf RSUP H. Adam Malik Medan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan
dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Iskandar Nasution,
Sp.S atas bimbingan dan ilmu yang sangat berguna bagi penulis. Biarlah Tuhan
Yang Maha Esa yang membalas setiap kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari makalah ini sangat jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mohon maaf dan juga mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kita semua.
Medan, November 2015
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
BAB 2 LAPORAN KASUS
2.1. Anamnesis............................................................................................5
2.2. . Pemeriksaan Fisik...............................................................................6
2.3. Pemeriksaan Neurologis.......................................................................7
2.4. Kesimpulan Pemeriksaan...................................................................15
2.5. Diagnosa..............................................................................................16
2.6. Penatalaksanaan..................................................................................17
2.7. Rencana Prosedur Diagnostik.............................................................17
2.8 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (IGD) ...........................................17
2.9. Hasil Pemeriksaan Pencintraan (IGD)...............................................19
2.10. Follow Up di Ruangan......................................................................20
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi................................................................................................24
3.2. Etiologi................................................................................................24
3.3. Patofisiologi........................................................................................24
3.4. Manifestasi Klinis...............................................................................25
3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis...................26
3.6. Dignosis Meningitis Viral........……………………...……………..26
3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral...................................................28
3.8. Penatalaksanaan..................................................................................29
3.9. Komplikasi..........................................................................................31
BAB 4 DISKUSI KASUS....................................................................................33
BAB 5 KESIMPULAN.......................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Berbagai penyakit dapat menyerang susunan saraf pusat. Salah satunya
adalah peradangan pada selaput otak, yang sering disebut sebagai meningitis.
Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang semua
orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang
mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa
3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.
Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan
meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.1
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya meningitis, diantaranya
infeksi virus, bakteri, dan jamur. Penyebab lain adalah akibat trauma, kanker, dan
obat-obatan tertentu. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai salah satu
meningitis yang disebabkan oleh virus, yakni meningitis viral. 2
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang
lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman
Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah
meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan
disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus
merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi. Penularan kuman
dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu
terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok
penderita.Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit
ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari
4
pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen
(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri di
dalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.3
Meningitis sendiri dibagi menjadi dua menurut pemeriksaan
Cerebrospinal Fluid (CSF) atau disebut juga Liquor Cerebrospinalis (LCS),
yaitu: meningitis purulenta dengan penyebab bakteri selain bakteri
Mycobacterium tuberculosis, dan meningitis serosa dengan penyebab bakteri
tuberkulosis ataupun virus. Tanda dan gejala klinis meningitis hampir selalu sama
pada setiap tipenya, sehingga diperlukan pengetahuan dan tindakan lebih untuk
menentukan tipe meningitis. Hal ini berkaitan dengan penanganan selanjutnya
yang disesuaikan dengan etiologinya2
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk melaporkan kasus meningitis viral yang
dirawat di Rumah Sakit HAM Adam Malik dan membandingkannya dengan
landasan teori yang sesuai. Penyususnan makalah ini sekaligus dilakukan untuk
memenuhi persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.3. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis
maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintegrasikan teori yang ada
dengan aplikasi kasus yang dijumpai di lapangan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Meningitis adalah inflamasi pada selaput arachnoid, piameter, maupun
yang melibatkan cairan serebrospinal. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik,
keganasan, atau reaksi hipersensitivitas). Meningitis viral adalah peradangan selaput
otak atau meningen yang disebabkan oleh virus.2
3.2. Etiologi
Sekitar 90 % kasus meningitis viral disebabkan oleh virus pada saluran
pencernaan yang disebut enterovirus, tetapi virus-virus lain dapat juga
menyebabkan meningitis viral. Pada banyak kasus, virus spesifik yang
menyebabkan meningitis tidak teridentifikasi. Enterovirus sampai dari orang ke
orang melalui tinja dan saliva.1
Beberapa penyebab lain dari meningitis viral adalah HSV, Varicella zoster
virus, HIV, mumps dan ebstein barr virus.3
3.3. Patogenesis
Mekanisme transmisi dari meningitis viral bergantung pada virus
penyebabnya.Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dari 90% kasus dengan
virus sebaga ietiologinya ditemukan bahwa Enterovirus merupakan penyebab
utama dari meningitis viral. Enterovirus ini sendiri ditansmisikan melalui fecal-
oral ataupun dari sekresi pernapasan. Selain Enterovirus penyebab lain yang
sering menyebabkan meningitis viral adalah HSV-2 (Herpes simpleks virus)
dimana virus ini menyebar melalui kontak dengan ulcer yang aktif ataupun kontak
dengan host shedding HSV dari permukaan mukosa. Selain Enterovirus dan HSV,
HIV merupakan penyebab lain yang ditemukan. Transmisidari HIV ini sendiri
dapat melalui kontak seksual ataupun kontak dengan cairan ataupun darah.4
6
Proteksi pada system saraf pusat terdiri atas tulang tengkorak,
leptomeningens, sawar darah otak serta blood-serebrospinal barrier. Sawar darah
otak terdiri atas mikrovaskular (pembuluhdarahkecil) sel endothelial, astrosit serta
perisit. Sistem ini mempertahankan kondisi persarafan dengan mengatur lewatnya
molekul kedalam dan keluar dari otak serta mempertahankan otak dari
mikororganisme apapun serta racun yang berasal dari darah.5
Infeksi pada meningen merupakan akibat dari barrier dari otak ataupun
system pertahanan otak diinfeksi dengan agen-agen infeksi. Penyebaran agen
infeksi meningitis dapat juga disebabkan dengan penyebran melalui darah
(hematogeneus route) contohnya tuberculous meningitis, HIV meningitis,
Arbovirus serta respiratori virus. Adapun factor predisposisi dari meningitis ini
sendiri adalah otitis media, pemakaian obat immunosupressan, pneumonia serta
diabetes.5
Selain dari beberapa factor diatas penyebaran kuman dapat juga dari
trauma kepala dengan fraktur terbuka ataupun komplikasi bedah otak. Invasi
kuman-kuman kedalam ruang subarachnoid menyebabkan reaksi radang pada pia
dan arakhnoid CSS (Cairanserebrospinal) serta sistem ventrikulus.5
3.4. Manifestasi Klinis
Gejala klasik dari meningitis termasuk demam, sakit kepala serta
kakuleher. Meningitis viral dapat timbul lebih akut dibandingkan bakteri dengan
timbul gejala malaise, lethargy, myalgia, anoreksia, muntah, mual, nyeri perut
ataupun diare. Sakit kepala pada meningitis viral sering terjadi di daerah frontal
atau retroorbital dan dapat disertai dengan adanya potopobia ataupun nyeri pada
pergeraka nmata. Sementara kaku pada leher umumnya muncul dengan frekuensi
yang sedang dan muncul ketika leher di antefleksikan.4
Iritasi berat pada meningen dapat mengakibatkan pasien pada posisi tripod
dengan lutut dan pangggul difleksikan leher di ekstensikan dan lengan serta bahu
diposisikan di belakang. Beberapa virus dapat mengakibatkan ruam yang khas.
Adanya papil edema ataupun tidak adanya pulsasi vena pada saat funduskopi
memberiindikasi adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada beberapa kasus
7
meningitis viral merupakan penyakit yang self limiting disease. Selain dari gejala
klasik meningitis di atas, gejala spesifik yang ditimbulkan oleh virus penyebabnya
dapat trelihat. Pada meningitis viral yang disebabkan oleh Enterovirus umumnya
akan dijumpai herpangina, nyeri perut serta konjunctivitis. Pada meningitis
dengan penyebab HIV akan dijumpai gejala berupa kejang.5
3.5. Perbedaan meningitis viral dan meningitis bakterialis
Secara umum menimgitis bacterial dan meningitis viral sangat susah untuk
dibedakan baik dari gejala klinis maupun dari pemeriksaan fisik. Pada viral
meningitis manifestasi yang timbul tidak separah bacterial meningitis. Karena
untuk mendiagnosa apakah penyebab infeksi adalah viral ataupun bacterial adalah
pemeriksaan cairan serebrospinal maka pemeriksaan cairan serebrospinal wajib
untuk dilakukan.6
.Pada pemeriksaaan cairan serebrospinal mengitis bakterialis menunjukkan
warna cairan yang keruh dengan reaksi pandy (+9++) , jumlah sel yang dijumpai
dapat sampai beribu terutama peningkatan netrofil. Dengan nilai laktat
(>3,5mmol/l) serta rasio albumin (>20X10-3)` . Serta ditemukanya bakteri pada
pemeriksaan kultur cairan serebrospinal. Pada viral meningitis menunjukkan
penampilan cairan serebrospinal dengan warna jenih sedangkan reaksi pandy
(+),padaktivas jumlah sel patologi dijumpai beberapa ratus sel mononuklear
termasuk sel limfosit b yang teraaktivasi. Dengn nilai nilai laktat (<3,5mmol/L)
serta rasio albumin hingga 20x10-3.6
3.6. Diagnosis Meningitis Viral
Diagnosis meningitis viral dapat ditegakkan dengan anamnesis yang tepat
serta , pemeriksaan fisik neurologis yang tepat serta pemeriksaan penunjang
lainnya.7
1. Anamnesis
a. Keluhan utama: nyeri kepala: durasi, kualitas nyeri, akut atau kronis,
riwayat menderita nyeri kepala sebelumnya
8
b. Gejala penyerta: fotofobia, kaku leher, mual, muntah, demam,
mengantuk berterusan, bingung.
c. Tanda-tanda aneurologis: diplopia, kelemahan fokal, atau gejala
sensoris
d. Riwayat penyakit terdahulu: meningitis, trauma kepala berat, infeksi
telinga atau sinusistis, status imunologi pasien dan riwayatvaksinasi.
e. Riwayat keluarga dan sosial: riwayat meningitis dalam keluarga atau
kontak dengan pasien yang diduga meningitis, riwayat berpergian
keluar negara
f. Obat-obatan: riwayat terapi antibiotic atau pasien alergipada antibiotic
2. Pemeriksaan Fisik
a. Trias meningitis: demam, kaku kuduk, nyeri kepala.
b. Test perangsangan meningeal positif : pada pasien dengan meningitis,
maka akan dijumpai tes perangsangan meningeal yang positif. Test
perangsangan meningeal ini merupakan kunci dari diagnose
meningitis. Pemeriksaan kaku kuduk yaitu pemeriksaan dengan
menekukkan kepala hingga dagu menyentuh dada dan dirsakan apakah
ada tahanan atau tidak.Tes Kernig yaitu kaki di fleksikan 90° pada
panggul lalu kaki diekstensikan hingga 135° lalu dirasakan apakah ada
tahanan sebelum mencapai 135° kemudian tes Brudzinski I yaitu
diaman pada saat melakukan pemeriksaan kaku kuduk diperhatikan
apakah ada fleksi bilateral ektremitas inferior. Kemudian tes
brudzinski II yaitu pada pemeriksaan kernig diperhatikan ekstremitas
inferior kontralateral apakah fleksi atau tidak.
c. Hampir 50% pasien dengan meningitis memiliki gejala berupa kejang.
d. Pharygitis, gastroenteritis dan ruam di kulit-infeksi enteroviral
e. Pharyngitis, lymphadenopathy dan splenomegaly- infeksi virus EBV
f. Parotitis dan orchiditis- mumps
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Spesimen darah: indikasi adanya kecurigaan ke arah penyakit sistemik
yang menyebabkan nyeri kepala
9
b. Pemeriksaan Spesimen cairan serebrospinal: Pemeriksaan cairaan
serebrospinala merukan gold standart dari meningitis hasi darai
pemeriksaan ini yang mengindikasi kecurigaan kearah infeksi system
saraf pusat: pleositisis, kadar protein, kadar glukosa, antigen.
c. Lumbal pungsi: untuk mengeklusikan hematoma intracranial, tumor,
dan hidrosefalus obstruktif
d. Memonitoring Bacterial/Viral Meningitis Score: risiko untuk terkena
meningitis rendah jika kriteria di bawah ini tidak ditemukan pada
pasien :
i. CSF Gram Stain positif
ii. CSF Neutrofil> 1000
iii. CSF protein >80mg/dL
iv. Peripheral ANC >10000 sel/mcL
v. Kejang sebelum atau pada masa menerima pasien
3.7. Diagnosa Banding Meningitis Viral
Berikut diagnosis banding meningitis viral :8
1. Meningitis bakteri yang tidak dirawat atau tidak dirawat sehingga sembuh
2. Tahap awal meningitis yang disebabkan jamur dan mycobacteria
3. Infeksi parameningeal
4. Meningitis neoplastik
10
Gambar 1. Diagnosa banding viral meningitis4
3.8. Tatalaksana
Dalam kebanyakan kasus, tidak ada pengobatan khusus untuk meningitis
viral. Kebanyakan orang yang menderita meningitis viral -benar sembuh sendiri
dalam waktu 7 sampai 10 hari . Namun, orang dengan meningitis yang disebabkan
oleh virus tertentu seperti virus herpes dan influenza , dapat mengambil manfaat
dari pengobatan dengan obat antiviral. Pemberian Antibiotik tidak membantu
mengobati infeksi virus , sehingga pengobatan dengan antibiotik tidak berguna
dalam pengobatan meningitis viral . Namun, antibiotik sangat penting sebagai
tatalaksana meningitis bakteri. Bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang lemah yang menderita meningitis virus perlu mendapatkan perawatan di
rumah sakit.8 Dengan pengecualian dari penggunaan acyclovir untuk HSV
ensefalitis, pengobatan meningoencephalitis viral adalah supportif. Pengobatan
11
penyakit ringan mungkin hanya memerlukan gejala simptomatis. Sakit kepala dan
hyperesthesia dianjurkan dengan bedrest, non-analgesik yang mengandung
aspirin, dan pengurangan cahaya ruangan , kebisingan,dan pengunjung Pasien
dengan meningitis viral yang berat mungkin memerlukan rawat inap dan
perawatan intensif . Hal ini penting untuk memantau pasien dengan ensefalitis
berat erat untuk kejang , edema serebral , pernapasan tidak memadai.9
Intervensi yang tepat termasuk cairan agresif, elektrolit, dan manajemen
nyeri, serta pengamatan dekat potensi neurologis dan gejala neurologis (kejang,
edema otak, sekresi SIADH). Terapi antivirus aktif terhadap banyak agen
penyebab yang mendasari meningitis viral baik tidak ada (ABRV, virus gondok,
LCMV). Dua terapi baru digunakan terhadap EVS adalah imunoglobulin serum
(ISG) dan pleconaril, yang baru dikembangkan agen anti-picornaviral terakhir.
Keduanya memiliki data yang relatif terbatas di balik penggunaannya; ISG telah
diberikan sebagai terapi pada neonatus dan profilaksis pada immunocompromised
host, sementara pleconaril telah dipelajari hanya dalam beberapa uji coba
terkontrol plasebo. Pada neonatus dengan infeksi EV sistemik, satu studi
menunjukkan bahwa pengobatan ISG diproduksi serum rendah titer virus, tapi itu
terlalu kecil untuk menunjukkan manfaat klinis untuk pendekatan ini . Pada orang
dewasa dengan agammaglobulinemic diberikan dosis reguler ISG, kejadian
meningoencephalitis EV kronis tampaknya telah menurun, dan tentu saja infeksi
seperti pada pasien ini dapat dilemahkan. Manfaat terapi pengobatan seperti dalam
kasus mapan meningoencephalitis EV kronis juga telah dilaporkan tidak
memberikan hasil signifikan.10
Pleconaril blok EV lampiran ke reseptor sel dan menghambat proses
Uncoating virus. Obat tersebut memiliki spektrum luas aktivitas anti-EV in vitro
dan bioavailabilitas oral tinggi in vivo. Sayangnya, bagaimanapun, meskipun hasil
awal yang menjanjikan, obat baru-baru ini ditemukan tidak memiliki manfaat
klinis atau virologi terdeteksi pada bayi dengan meningitis EV dibandingkan
dengan plasebo . Dalam dua penelitian randomized clinical trial dengan lebih 600
pasien dikombinasikan, pleconaril hanya sedikit memperpendek perjalanan
penyakit dalam subkelompok dewasa dengan EV meningitis yang mengalami
12
gejala yang lebih parah dan yang dirawat pada awal penyakit . Aplikasi untuk
pengunaan obat ini belum diterima berdasarkan data tersebut, dan masih belum
jelas apa masa depan obat sebagai terapi penyakit ini.10
Pengobatan meningitis bakteri membutuhkan administrasi yang cepat
dari antibiotik yang mencapai penetrasi tingkat tinggi dalam CSF . Ini umumnya
melibatkan pemberian parenteral. Antibiotik golongan sefalosporin generasi
ketiga (sefotaksim, 50 mg / kg setiap 6 jam atau ceftriaxone, 75 mg / kg setiap 24
jam) adalah terapi empiris cocok terhadap tiga patogen. Administrasi lebih dari
satu jenis antibiotik dalam keadaan ini adalah tidak memberikan manfaat
tambahan, tetapi jika meningitis dicurigai, kemungkinan maka ampisilin harus
ditambahkan. Kloramfenikol dengan atau tanpa vankomisin dapat diberikan
kepada Pasien dengan riwayat anafilaksis terhadap antibiotik beta –lactam.10
Deksametason, diberikan 10-15 menit sebelum atau tak lama setelah
antibiotik, telah terbukti mengurangi gejala sequlae neurologis dari meningitis
masa disebabkan oleh H. influenzae atau Streptococcus pneumoniae, tetapi belum
ada bukti yang menunjukkan manfaat terapi ini terhadap meningitis bakteri pada
orang dewasa. Meskipun demikian, banyak yang akan menganjurkan terapi
empiris pemberian deksametason (0,15 mg / kg setiap 6 jam selama 2 hari) dalam
semua kasus yang diduga bakteri meningitis pada anak di atas usia 6 minggu dan
untuk orang dewasa dengan bukti gangguan tingkat kesadaran atau bukti edema
serebral. Pertimbangan kondisi pasien mendukung langkah-langkah yang juga
penting dan beberapa pasien akan membutuhkan cairan pengganti, antiemetik,
antikonvulsan dan pengobatan tekanan intrakranial. Demam biasanya mengendap
dalam beberapa hari dan setiap kambuhnya demam selama terapi antibiotik adalah
disebabkan oleh obat demam, efusi subdural atau empiema, tromboflebitis
(cerebral atau vena kaki), atau infeksi.10
3.9. Komplikasi
Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis adalah gejala sisa
neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia,
dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf
13
otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas.
Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan
pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin atau oleh
penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang
hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan
dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal.
Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima
pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan
akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia, dan defisiensi ADH.11
Pada keseluruhan 8 jenis penelitian (1853 pasien) memenuhi kriteria
seleksi. Secara keseluruhan, lebih sedikit pasien yang menerima kortikosteroid
meninggal daripada mereka yang menerima plasebo . Hasil peneltian pada
kelompok anak tidak berbeda dalam angka kematian di 14 Studi dengan anak-
anak saja ( risiko relatif RR 0,95 , 95 % CI 0,65 untuk 1,37 ) . Lebih sedikit
pasien di kortikosteroid daripada di kelompok plasebo memiliki gangguan
pendengaran berat. Anak-anak dengan ABM dari patogen. ada anak-anak dan
orang dewasa dengan meningitis bakteri akut , adjuvant terapi kortikosteroid
mengurangi angka kematian , gangguan pendengaran , dan jangka panjang
terhadap gejala sisa neurologis.12
14
BAB 5
KESIMPULAN
Meningitis merupakan penyakit susunan saraf pusat yang dapat menyerang
semua orang. Bayi, anak-anak, dan dewasa muda merupakan golongan usia yang
mempunyai resiko tinggi untuk terkena meningitis. Di Inggris, dilaporkan bahwa
3000 orang terkena meningitis setiap tahunnya, baik dewasa maupun anak-anak.
Dilaporkan juga bahwa satu dari sepuluh orang yang menderita meningitis akan
meninggal, dan sisanya akan sembuh dengan meninggalkan kecacatan.
Gejala meningitis umumnya memenuhhi trias meningitis yaitu kaku
kuduk, demam, serta sakit kepala. Diagnosis meningitis dapat ditegakkan dari
anamnesa yang baik serta pemeriksaan klinis yang tepat. Pemeriksaan cairan
serebrospinal merukan gold standart dari meningitis. Penyebab utma meningitis
adalah mikroorganisme dapat berupa bakteri, virus ataupun jamur. Menemukan
mikroorganisme penyebab infeksi adalah diagnosis utama. Dari pemeriksaan
cairan serebrospinal maka akan didapati penyebab utamnya, apakah bakteri atau
mikrooganisme lain. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri warna cairan
serebrospinal bersifat purulent sedanng pada meningitis yang disebabkan oleh
virus cairan serebrospinal bersifat serous.
Penatalaksaan meningitis ini sendiri tergantung pada penyebab infeksi
nya. Pada meningitis yang disebabkan oleh bakteri penatalaksaan utamanya
adalah pemberian antibiotik yang tepat dan tepat sasaran. Dari beberapa penelitian
didapati virus terbanyak yang menyebabkan meningitis adalah Enterovirus selaian
Enterovirus virus Herpes simpleks-2 merupakan salah satu virus yang sering
menyebabkan meningitis. Penatalaksaan dari viral meningitis adalah terapi
supportif yaitu menangani gejala simptomatis. Pemberian diazepam untuk kejang
diberikan apabila pasien kejang serta pemberian parasetamol apabila pasien
demam.
Prognosis pasien dengan meningitis juga tergantung dari mikroorganisme
penyebab meningitisnya. Umumnya pada pasien viral meningitis dapat sembuh
sendiri ataupun self limited dengan pemeberian nutrisi yang adekuat. Sedangkan
15
pada meningitis dengan penyebab nya adalah bakteri umumnya prognosis nya
buruk, dibutuhkan terapi antibiotic yang tepat sasaran dan durasi yang tepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarah A E Logan, Eithne MacMahon ,2012.Viral meningitis.London : BMJ
2. Cassady KA, Whitley RJ. Pathogenesis and pathophysiology of viral infections
of the central nervous system. In: Scheld WM, Whitley RJ, Marra CM, eds.
Infections of the central nervous system . 3rd ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins, 2004:57-74.
3. Kupila L, Vuorinen T, Vainionp, Hukkanen V, Marttila RJ, Kotilainen P.
Etiology of aseptic meningitis and encephalitis in an adult population.
Neurology 2006;66:75-80.
4. Triant, VA. Viral Meningitis. In Health care of homeless person 175-180
available at
http://www.bhchp.org/BHCHP%20Manual/pdf_files/Part1_PDF/ViralMeningit
is.pdf
5. Kumar R. Asepetic meningitis : diagnosis and management.In Indian Journal
Pediatric 2005.(72) ; 57-63
6. Baehr, M, Michael Frotscher. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. 4th ed.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2012; 364-5
7. Karen L.R., Kenneth L.T., Viral Meningitis, Harrison’s Principles of Internal
Medicine 17thEdition. McGraw Hill Medical
8. Altia J, Hatala R, Cook D.J, Wong J.G., The Rational Clinical Examination:
Does this Adult Patient have Acute Meningitis? JAMA 1999;282: 175-81
9. National Cancer Institute. 2013. Epidemiology and etiology of gestational
trophoblastic diseases. Available from:
http://www.cdc.gov/meningitis/viral.html last access:16 juli 2015.
10. Irani, David.N. 2008. Aseptic Meningitis and Viral Myelitis. Associate
Professor of Neurology, University of Michigan Medical School Holtom-
Garrett Program in Neuroimmunology, University of Michigan Medical
School.
11. Fowler, J and Scadding, John W. 2009. Clinical Neurology 3 rd
edition.Blackwell, Maidstone and Tunbridge Wells NHS Trust Formerly of
King’s College Hospital, London pg 383.
17
12. van de D, de Gans J, McIntyre P, et al. adjuvant corticosteroid therapy
reduces death, hearing loss, and neurological sequelae in bacterial
meningitis.2003.pg 1