Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf ·...

27
Referat Uveitis Anterior Oleh: Davin Pannaausten 11.2013.307 Penguji : dr. Vanessa M T, SpM Fakultas Kedokteran UKRIDA Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Periode 24 Agustus s/d 26 September 2015 RS Family Medical Center (FMC), Sentul

Transcript of Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf ·...

Page 1: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Referat

Uveitis Anterior

Oleh:Davin Pannaausten

11.2013.307

Penguji :

dr. Vanessa M T, SpM

Fakultas Kedokteran UKRIDA

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata

Periode 24 Agustus s/d 26 September 2015

RS Family Medical Center (FMC), Sentul

Page 2: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

PENDAHULUAN

Uvea merupakan lapisan kedua dalam mata, di dalam sklera dan di luar retina. Uvea merupakan lapisan yang memiliki banyak pembuluh darah yang memperdarahi keseluruhan bola mata. Lapisan ini dapat mengalami peradangan. Peradangan dapat terjadi di bagian anterior, dimana terdapat iris dan badan silier, di intermediate, yang berada di bagian belakang badan silier dan retina perifer, dan posterior, yang berada tepat di belakang retina.

Pada tulisan ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai uveitis anterior, mengenai gejala, penyebab, dan cara penanganannya, serta prognosisnya terhadap penglihatan.

Untuk itu, akan diberikan pula sebuah ilustrasi kasus uveitis anterior sebelum diberikan tinjauan pustaka lebih lanjut.

Anatomi mata

Page 3: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

ILUSTRASI KASUS

Page 4: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk –Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIKSTATUS ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAHari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : September 2015

SMF ILMU PENYAKIT MATARumah Sakit Family Medical Center-Sentul

Tanda Tangan

Nama : Davin Pannaausten

NIM : 11-2013-307

Dr. Pembimbing : dr. Vanessa M T,SpM. -------------------

STATUS PASIEN

I. IDENTITASNama : Ny N.YUmur : 44 tahunJenis Kelamin : PerempuanPekerjaan : Ibu rumah tanggaTanggal Pemeriksaan : 8 September 2015

II. ANAMNESISDilakukan Autoanamnesis pada tanggal 10 September 2015

Keluhan Utama:Mata sebelah kiri tiba-tiba buram sejak 1 minggu SMRS

Keluhan Tambahan:Mata kiri terasa silau saat berada di ruang yang terang atau di luar ruangan pada siang

hari

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh mata kirinya buram sejak satu minggu yang lalu saat bangun

pagi. Pasien tidak merasa matanya gatal. Tidak ada rasa nyeri pada mata atau mata

merah. Mata tidak terasa semakin buram dalam 1 minggu SMRS. Pasien juga

mengeluh matanya terasa silau apabla berada di ruangan yang terang atau berada di

luar ruangan pada siang hari. Riwayat trauma disangkal. Pasien tidak melihat ada

Page 5: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

awan, tidak merasa penglihatannya berkabut, tidak melihat gambaran seperti pelangi,

tidak merasa sakit di sekitar mata

Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum- Asthma : tidak ada- Hipertensi : tidak ada- Diabetes Melitus : tidak ada- Stroke : tidak ada- Alergi : tidak ada- Sakit gigi : tidak ada

b. Mata- Riwayat sakit mata sebelumnya : tidak ada- Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada- Riwayat operasi mata : tidak ada- Riwayat trauma mata sebelumnya : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:Penyakit mata serupa : tidak adaPenyakit mata lainnya : tidak adaAsthma : tidak adaDiabetes : tidak adaGlaukoma : tidak adaAlergi : tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIKA. STATUS GENERALISKeadaan Umum : BaikKesadaran : Compos MentisTanda Vital : Tekanan Darah : 120/80mmHg

Nadi : 96 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : afebris

B. STATUS OPTHALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS1. VISUS

Visus 1,0 0,8-2PH 1,0-2Koreksi --- S -0,50 C-1,75x70o 1,00

2. KEDUDUKAN BOLA MATAEksoftalmos Tidak ada Tidak adaEnoftalmos Tidak ada Tidak adaDeviasi Tidak ada Tidak adaGerakan Bola Mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Page 6: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Strabismus Tidak ada Tidak adaNistagmus Tidak ada Tidak ada

3. SUPERSILIAWarna Hitam HitamSimetris Simetris Simetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOREdema Tidak Ada Tidak adaHiperemis Tidak Ada Tidak adaNyeri tekan Tidak Ada Tidak adaEktropion Tidak ada Tidak adaEntropion Tidak ada Tidak adaBlefarospasme Tidak ada Tidak adaTrikiasis Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaPtosis Tidak ada Tidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIORHiperemis Tidak Ada Tidak adaKrepitasi Tidak ada Tidak adaFolikel Tidak ada Tidak adaPapil Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaAnemis Tidak ada Tidak adaLithiasis Tidak ada Tidak adaKorpus alienum Tidak ada Tidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBISekret Tidak Ada Tidak adaInjeksi Konjungtiva Tidak Ada Tidak adaInjeksi Siliar Tidak ada Tidak adaPendarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada

Pterigium Tidak ada Tidak adaPinguekula Tidak ada Tidak adaNevus Pigmentosus Tidak ada Tidak adaKista Dermoid Tidak ada Tidak ada

7. SKLERAWarna Putih PutihIkterik Tidak Ada Tidak ada

8. KORNEAKejernihan Jernih Jernih Permukaan Rata Rata Infiltrat Tidak ada Tidak ada

Page 7: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Ulkus Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak adaArkus Senilis Tidak ada Tidak adaEdema Tidak ada Tidak ada

9. BILIK MATA DEPANKedalaman Dalam Dalam Kejernihan Jernih JernihHipopion Tidak ada Tidak adaIntraocular lense Tidak ada Tidak ada

10. IRIS

Warna CoklatCoklat, iris pigmen tersebar di

pupil

11. PUPILLetak Ditengah Ditengah

Bentuk Bulat Sinekia posterior di jam

6,7,8,9Refleks Cahaya Langsung + +

Refleks Cahaya Tak Langsung + +

12. LENSAKejernihan Jernih JernihLetak Di tengah Di tengah

13. FUNDUS OCULIBatas Tegas TegasWarna Orange OrangeEkskavasio Tidak ada Tidak adaRasio Arteri : Vena 2:3 2:3C/D Ratio 0,4 0,4Macula Lutea Refleks + Refleks +Retina Tidak tampak kelainan Tidak tampak kelainanEksudat Tidak ada Tidak adaPerdarahan Tidak ada Tidak adaSikatriks Tidak ada Tidak adaAblasio Tidak ada Tidak ada

14. PALPASINyeri Tekan Tidak ada Tidak adaMassa Tumor Tidak ada Tidak adaTensi Oculi N/palpasi N/palpasi

Page 8: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Gambaran hasil pemeriksaan slit lamp pada pasien

Page 9: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

IV. RESUMEAnamnesis

Pasien perempuan berusia 44 tahun datang dengan keluhan mata kirinya

buram sejak satu minggu SMRS. Pasien tidak merasa matanya gatal, nyeri atau

merah. Mata tidak terasa semakin buram dalam 1 minggu SMRS. Pasien juga

mengeluh matanya terasa silau apabla berada di ruangan yang terang atau berada di

luar ruangan pada siang hari. Riwayat trauma disangkal. Riwayat penyakit lain pada

mata disangkal.

Dari status oftalmologis didapatkan :

OD OS1,0 Visus 0,8-2 PH 1,0-2Jernih Kornea JernihDalam COA Dalam coklat Iris Coklat, pigmen iris

tersebar di pupilBulat, refleks cahaya

positif

Pupil Sinekia posterior di arah

jam 6,7,8,9 refleks cahaya

positifJernih Lensa JernihTidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan

N/palpasi Tekanan bola mata N/palpasi

V. DIAGNOSIS KERJAUveitis anterior OS

VI. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

Cyclopentolate 0,5% ed S 3ddgtt1 Dexamethasone 0,1% ed S 3ddgtt1

Non-medikamentosa :

Melakukan rujukan ke spesialis mata

VII. PROGNOSISOCCULI DEXTRA (OD) OCCULI SINISTRA (OS)

Page 10: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Ad Visam : Bonam Dubia ad BonamAd Fungsionam : Bonam Dubia ad Bonam

Ad Sanationam : Bonam Dubia ad Bonam

Page 11: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

TINJAUAN PUSTAKA

UVEITIS ANTERIOR

Page 12: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Uveitis anterior, atau yang kadang disebut iridosiklitis, merupakan peradanagn pada

uvea bagian anterior yang terdiri dari iris dan badan silier. Peradangan ini dapat disebabkan

oleh berbagai factor, meski pada umumnya uveitis anterior merupakan masalah autoimun.

KLASIFIKASI

Secara klinis uveitis dibedakan menjadi akut dan kronis. Uveitis akut terjadi apabila

gejala timbul secara tiba-tiba dan berlangsung selama 6 minggu atau kurang. Uveitis kronis

adalah apabila perjalanan uveitis terjadi dalam hitungan bulan atau tahun. Uveitis yang

kronik lebih sering muncul dibanding uveitis akut. 1,2

Uveitis anterior dapat bersifat granulomatosa maupun non-granulomatosa. Uveitis

anterior yang bersifat granulomatosa menunjukkan reaksi sel yang dominan, yakni berupa

sebukan limfosit dan makrofag, dengan reaksi vaskuler yang minimal, tanpa adanya rasa

nyeri, tanpa adanya hyperemia, ataupun lakrimasi.1,2

Uveitis anterior yang bersifat non-granulomatosa menunjukkan reaksi vascular yang

dominan, yang mengakibatkan munculnya injeksi silier, hyperemia, lakrimasi akibat

banyaknya sitokin yang keluar, serta adanya fotofobia. Pada uveitis anterior non-

granulomatosa juga terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah, yang mengakibatkan

terjadinya transudasi ke bilik mata depan, yang akhirnya menyebabkan turunnya visus /

penglihatan pada penderita. 2-4

Tabel1. Uveitis granulomatosa vs non-granulomatosa

Page 13: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

PENYEBAB UVEITIS ANTERIOR

Penyebab uveitis anterior dapat berasal dari infeksi ataupun non-infeksi. 90% diantaranya

disebabkan oleh factor autoimun. Berikut merupakan faktor-faktor yag diasosiasikan dengan

uveitis anterior:

HLA B-27

HLA (human leukocyte antigen) B merupakan salah satu molekul di permukaan sel yang

dikode oleh sebuah lokus MHC (major histocompatibility complex) yang terdapat di

kromosom 6. Salah satu diantaranya adalah HLA B-275-6

Di antara mereka yang memiliki HLA B-27 di tubuhnya, 70-80% tidak menimbulkan gejala

apapun. Sementara sisanya dapat memberikan gejala sebagai berikut

1. Uveitis anterior 2. Spondiloarthropati3. Ankylosing spondylitis4. Reiter’s disease dan artritis reaktif5. Sinovitis enteropati6. IBD (inflammatory bowel diseases)

Uveitis anterior yang berhubungan dengan HLA-B27 merupakan penyebab tersering uveitis

anterior setelah uveitis anterior idiopatik. Pada populasi tertentu prevalensi uveitis anterior

akibat HLA B-27 dapat mencapai 40-70% dari uveitis anterior keseluruhan. Kondisi ini lebih

banyak terjadi pada pria daripada wanita.1,4-6

Pada umumnya uveitis anterior akibat HLA B-27 muncul secara mendadak pada pasien

muda. Awalnya uveitis anterior muncul pada 1 mata, namun pada umumnya akan menjadi

bilateral, meski asimetris. Inflamasi pada umumnya lebih berat dari kasus-kasus uveitis

anterior yang idiopatik. Dan sering kali berhubungan dengan terbentuknya reaksi fibrin

(25%), hipopion(14%) dan terbentuknya sinekia posterior. Pada umumnya rekurensi juga

leih tinggi daripada kasus-kasus uveitis anterior yang bersifat idiopatik.

Pada kasus uveitis anterior dengan asosiasi HLA B-27 ini juga, terdapat risiko 17% untuk

terjadinya masalah di segmen posterior dengan manifestasi yang timbul berupa vitritis

posterior, vasculitis, atau papilitis.

Pada kasus-kasus yang berhubungan dengan HLA B-27, uveitis anterior dapat pula disertai

gejala-gejala sistemik lainnya. Pada sebagian pasien, uveitis anterior dapat muncul sebagai

Page 14: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

manifestasi pendahuluan dari sebuah kondisi sistemik yang mucul kemudian. Maka dari itu,

pada pasien-pasien penderita uveitis posterior perlu dilakukan anamnesis secara lebih

mendetil dan perlu dilakukan pemeriksaan secara sistemik di samping pemeriksaan

oftalmologi5-6.

Spondilitis Ankilosa (Ankylosing Spondylitis)

Merupakan spondylitis yang umum terjadi, idiopatik, dan berlangsung kronik. Pada

umumnya melibatkan skeleton aksial. Pada pemeriksaan molekul IgM rheumatoid factor

belum tentu ditemukan, namun HLA B-27 +. Penyakit ini lebih banyak mengenai pria

daripada wanita. Manifestasi pada mata berupa iritis akut nongrnulomatosa unilateral disertai

dengan mata merah dan nyeri, yang terjadi pada 30% penderita spondylitis ankilosa. Pada

umumnya uveitis akan sembuh sendiri tanpa meninggalkan gejala sisa atau penurunan visus.

Uveitis dapat rekuren, biasanya pada mata kontralateral.1,7

Page 15: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Manifestasi Ankylosing Spondylitis

Sindroma Reiter

Sindroma reiter terdiri atas trias uveitis, konjungtivitis, dan artritis seronegatif. Penyakit ini

kadang disertai adanya lesi mukokutaneous dan spondylitis. Penyakit ini lebih banyak

menyerang pria dibanding wanita. 75% penderita memiliki HLA B-27+. Pemeriksaan pada

system musculoskeletal menunjukkan gejala periartikuler seperti adanya fasiitis plantaris,

tendinitis Achilles, bursitis, dan periostitis kalkaneal yang menyebabkan penandukan

Page 16: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

calcaneus Selain itu juga muncul gejala lain berupa keratiderma blenorrhagica, balanitis,

perubahan pada kuku, lesi kardiovaskular, ulserasi genital nonspesifik, dan lesi

genitourinary.1,3-4

Pada mata gejala yang muncul adalah konjungtivitis bilateral mukopurulen yang sembuh

sendiri setelah 7-10 hari, uveitis akut pada 20% pasien, dan terkadang muncul keratitis.

Sindrom Reiter

Artritis Juvenil Kronik (JCA)

JCA bersifat idiopatik, dan merupakan artritis inflamasi yang berlangsung selama minimal 3

bulan. Terjadi pada anak di bawah 16 tahun, rasio wanita:pria = 3:2. Faktor risiko terjadinya

uveitis pada pasien ini adalah wanita, awitan awal pausiartikular, ANA+, HLA-DR5 +.

Uveitis anterior yang terjadi umumnya bilateral, kronik, dan non-granulomatosa pada 70%

kasus. Prognosis buruk karena sering kambuh.1,8

Page 17: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Juvenile rheumatoid arthritis pada mata

Penyakit Adamantiades Bechet

Penyakit ini merupakan gangguan multisystem idiopatik yang banyak terjadi pada pria muda

di Mediterania timur dan Jepang, serta banyak dijumpai pula di Tiongkok, Malaysia,

Singapura, dan Indonesia. Kondisi ini berhubungan dengan HLA-B5. Penyakit Bechet

termasuk dalam golongan uveitis yang paling sulit diterapi. Manifestasi yang muncul berupa

ulserasi oral berupa ulkus aftosa, ulserasi genital terutama pada pria, lesi kulit berupa eritema

Page 18: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

nodosum, pustla, atau ulserasi. Pada mata 70% penderita penyakit bechet akan inflamasi

intra-okuler bilateral rekuren dan non-granulomatosa. Kondisi lain berupa iridosiklitis

rekuren yang disertai adanya hipopion. Sering terjadi kebocoran pembuluh darah di fundus.

Penyakit ini mengenai dewasa muda berusia 20-40 tahun, atau anak-anak. Penyakit ini sangat

kompleks sehingga disebut sebagai oculo-articulo-oromucocutaneous syndrome.

Uveitis pada penyakit ini dimulai dengan uveitis anterior yang dapat menjalar ke bagian

posterior. Serangan terjadi selama 2-3 bulan dengan interval 3-8 bulan, sehingga dapat

terjadi 2-3 serangan per tahun. Seringkali terjadi sinekia posterior, glaucoma sekunder, dan

edema macula. Selain itu muncul pula hipopion. Hipopion lebih banyak muncul pada wanita

daripada pria. Hipopion sering muncul spontan, dapat pula dipicu trauma. Prognosis

umumnya buruk.

Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria mayor yakni adanya stomatitis aftosa rekuren (minimal

3x dalam setahun terakhir) dengan eritema nodusum, ulus genital, dan uveitis rekuren.

Kriteria minor terdiri dari artrtis, gastroenteritis, epididymitis, gejala neuropsikiatrik,

penyakit vaskuler. Bentuk yang komplit bila terdapat 4 kriteria mayor, bentuk inkomplit bila

terdapat 3 kriteria mayor, 2 mayor + 2 minor. Suspek penyakit Bechet apabila terdapat 2

gejala mayor yang termasuk gejala pada mata, dan jika hanya ada 1 gejala mayor, maka

kemungkinan ada penyakit Bechet. Uji labotratorium sifatnya non-spesifik.

Pengelolaan dilakukan dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi sistemik, yang

berangsur diturunkan dan dikombinasi dengan imunosupresan untuk pemberian jangka

panjang. Untuk pengobatan uveitis digunakan siklosporin A. Pada kasus uveitis kronik

bilateral yang mengancam penglihatan, dapat diberikan infliximab. 1,4,8

Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH)

Merupakan gangguan multisystem idiopatik yang terjadi pada pasien dengan kulit berwarna.

Penyakit ini berhubungan dengan HLA-DR4 dan HLA-DW15 yang tinggi. Perubahan pada

rambut berupa alopesia (60%), pliosis (alis mata putih) dan vitiligo (depigmentasi kulit).

Gejala neurologis dapat berupa parese nervus kranial, sakit kepala, ensefalopati yang memicu

konvulsi, kelumpuhan. Gejala auditori berupa tinnitus, vertigo, dan ketulian. Uveitis akibat

sindrom VKH biasanya memberikan prognosis buruk. Di Asia, sindrom VKH merupakan

penyebab utama uveitis anterior, diikuti dengan sindroma Bechet dan idiopatik.4,8

Page 19: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Kriteria diagnostic sindrom VKH meliputi VKH komplit yang terdiri dari keterlibatan okuler

bilateral, kelainan neurologis/pendengaran, dan kelainan kulit. VKH inkomplit apabila

terdapat gejala okuler ditambah salah satu gejala neurologis atau kulit.

Penyakit ini merupakan penyakit inflamasi yang disertai hilangnya melanosit di uvea, kulit,

dan meninges pada system saraf pusat atau telinga dalam. Hilangnya melanosit disertai

dengan munculnya sel T yang berespon secara autoimun terhadap tirosinase melanosit dan

protein lainnya yang terkait. Terdapat pula keterlibatan gen HLA terutama HLA-DR4.

Gejala yang muncul dimulai dengan gejala prodromal yang disertai gejala di kulit seperti

eritema dan nyeri tekan kulit kepala. Gejala pada mata muncul kemudian dengan uveitis

anterior pada 1 mata yang diikuti mata berikutnya 2 minggu kemudian. Uveitis anterior juga

diikuti uveitis posterior yang dapat menyebabkan hiperemi papil, koroiditis dengan ablasio

retina eksudatif, serta vitritis ringan sampai berat. VKH kadang tersamar sebagai glaucoma

akut sudut tertutup. Pada VKH dapat terjadi blok pupil akibat pembengkakan badan silier

yang berat. Muncul pula sinekia posterior, pembentukan membrane pupil dari fibrin, keratik

presipitat terlihat sebagai mutton fat, dan muncul pula sinekia anterior perifer akibat eksudasi

fibrin yang memicu glaucoma.

2-6 bulan kemudian dapat terjadi sunset glow di fundus, lesi atrofi peripapil, dan mulai

muncul gejala kulit berupa alopesia yang terjadi pada 73% pasien, poliosis, dan vitiligo.

Kebutaan dapat terjadi akibat katarak, glaucoma sekunder, dan fibrosis subretina.

Penanganan dilakukan dengan memberikan kortikosteroid IV setara 200mg prednisolone per

hari selama 3 hari, kemudian ditapering selama 6 bulan untuk mencegah rekurensi. Dapat

pula diberikan cytotoxic agents intraokuler.4,8

Selain itu, terdapat beberapa jenis infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya uveitis

anterior, antara lain:

Toxoplasmosis

Toxoplasmosis disebabkan oleh parasite Toxoplasma gondii, sejenis protozoa intraseluler

obligat. Lesi okuler mungkin didapat oleh karena infeksi kongenital atau paska infeksi

sistemik. Gejala awal sering kali ringan dan mudah terlewatkan. Spesies kucing menjadi

host definitive untuk parasite ini. Pada ibu hamil infeksi dapat menyebar ke janin yang dapat

berakibat fatal.

Page 20: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Gejala yang muncul antara lain berupa rtinochoroiditis dengan floaters dan penglihatan

menurun, disertai dengan adanya vaskulitis retina dan pendarahan vitreous. Gejala

iridosiklitis sering timbul disertai dengan peningkatan tekanan intraokuler. 1,8

Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan tes serologi positif untuk parasite T. gondii.

Untuk penenangan toxoplasmosis pada mata, pasien umumnya diberikan klindamisin 300 mg

4 kali sehari, dengan trisulfapyrimidine 0,5-1g 4x sehari. Dapat pula diberikan antibiotic lain

seperti spiramisin dan minosiklin.

Tuberkulosis

Tuberkulosis pada mata umumnya menimbulakan gejala berupa presipitat keratik yang jelas,

dan granuloma pada iris atau koroid. Granuloma atau tuberkel tersebut terdiri dari giant cells

dan sel epiteloid. Tuberkulosis pada mata berasal dari focus infeksi di tempat lain di tubuh,

namun seringkali pada pasien tidak ditemukan TB paru aktif.

Pada pasien perlu ditanyakan adanya riwayat TB paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan X-

ray thorax dan skin test. Penanganan terhadap penyakit ini adalah dengan pemberian obat

anti tuberculosis selama 6-9 bulan.1

Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah penyakit granulomatosa yang penyebabnya tidak diketahui sering muncul

pada usia 40-60 tahun. Pada umumnya penyakit tersebut mengenai paru-paru, namun dapat

melibatkan semua organ tubuh. Pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan

pada kasus tuberculosis dan jarang terjadi kaseasi. Uveitis terjadi pada 25% penderita

sarkoidosis. 1,4

Diagnosis dibuat berdasarkan adanya adenopati hiler pada foto toraks, kenaikan level ACE,

lysozyme, dan kalsium serum. Bukti terkuat didapatkan dari pemeriksaan histopatologi yang

menunjukkan gambaran granuloma non kaseosa Penanganan dilakukan dengan pemberian

kortikosteroid, namun sering terjadi rekurensi. Untuk itu, pengobatan dilakukan dengan

pemberian obat-obatan seperti metotreksat, azatioprin, atau mikofenolat mofetil yang

merupakan corticosteroid sparing agents.

Sifilis

Uveitis terjadi pada sifilis sekunder dan tersier, tidak pada stadium primer sifilis. Gejala khas

yang muncul adalah adanya ground glass appearance pada retina. Pasien dengan uveitis dan

Page 21: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

serologi sifilis positif harus diperiksa cairan serebrospinalnya untuk memastikan apakah

terjadi neurosifilis. Pengobatan dilakukan dengan pemberianpenisilin G 2-4 juta unit tiap 4

jam selama 14 hari. 1,8

Leptospirosis

10% penderita leptospirosis akan mengalami gejala uveitis. Pada pasien dapat timbul

hipopion dan terjadi vaskulitis retina. Pemeriksaan dilakukan tes antibody atau kultur darah.

Pengobatan dilakukan dengan pemberian doksisiklin 100mg 2x sehari selama 7 hari. 1

Onchocerciasis

Onchocerciasis disebabkan oleh Onchocerca volvulus. Penyakit ini adalah penyebab

kebutaan yang umum di Afrika dan Amerika Latin. Penyakit ini sering disebut river

blindness karena larva parasite disebarkan oleh sejenis lalt yang hidup di sungai dengan

aliran yang cepat. Gejala yang muncul umumnya berupa nodul di kulit, disertai dengan

keratitis. Mikrofilaria dapat berenang-renang di camera oculi anterior dan akan

memunculkan gambaran seperti benang perak. Matinya mikrofilaria akan menyebabkan

uveitis yang berat, viritis dan retinitis. Pada kasus ini kebtaan umumnya terjadi karena atrofi

papil yang disebabkan oleh glaucoma akibat uveitis berat. Pengobatannya d=adalah dengan

nodulektomi dan pemberian ivermectin 100-200µg / kgBB diberikan sebagai dosis tunggal. 1

HIV

HIV tidak secara langsung menyebabkan uveitis, namun HIV membuat tubuh menjadi

terdisposisi terhadap banyak infeksi oportunistiklain yang membuat risiko terjadinya uveitis

semakin meningkat. 1,8

Idiopatik

Banyak kasus uveitis anterior justru bersifat idiopatik, yang berarti penyebabnya tidak jelas.

Pada kasus demikian, penanganan diarahkan lebih pada meringankan gejala dar uveitis

anterior itu sendiri.1,2

Page 22: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

PATOFISIOLOGI

Sampai saat ini patofisiologi uveitis anterior masih tidak dapat dipastikan secara jelas, namun

pada umumnya uveitis anterior dihubungkan dengan adanya reaksi hipersensitivitas atau

alergi terhadap antigen yang sering kali diproduksi di luar mata. Hal ini dapat terjadi karena

mata merupakan target organ untuk reaksi hipersensitivitas bersama dengan hidung dan kulit.

Reaksi hipersensitivitas yang umum terjadi pada uveitis anterior adalah reaksi

hipersensitivitas tipe III, yakni hipersensitivitas yang dimediasi oleh kompleks imun. Proses

ini terjadi akibat adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi di dalam jaringan, yang

ditandai dengan adanya inflamasi atau peradangan. Hal ini akan merangsang sel-sel

makrofag untuk memfagosit sel-sel dimana terjadi penumpukan kompleks antigen-antibodi

ini sehingga dapat muncul gejala pada uveitis anterior seperti presipitat keratik, ataupun

hipopion.3,8

Di samping reaksi hipersensitivitas tipe III, uveitis anterior dapat pula muncul akibat reaksi

hipersentivitas tipe IV, yakni reaksi hipersensitivitas yang bersifat delayed. Reaksi ini

diperantarai oleh sel dan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.

Antigen difagosit oleh makrofag dan diproses oleh monosit sebelum akhirnya diserahkan

kepada sel T yang memiliki reseptor khusus untuk antigen yang telah diproses oleh makrofag.

Makrofag akan mensekresi berbagai interleukin, yang akan megaktivasi sel T sitotoksik.

Gambaran yang akan muncul akibat ini adalah gambaran granulomatosa, sesuai dengan

gambaran uveitis anterior granulomatosa.

MANIFESTASI KLINIS

Pasien umumnya akan datang ke dokter kaena penglihatannya turun mendadak. Penurunan

penglihatan pada uveitis anterior umumnya disertai dengan fotofobia. Fotofobia

digambarkan sebagai kondisi di mana mata pasien terasa tidak nyaman saat berada di ruang

yang terang atau saat berada di luar ruangan pada siang hari. Pasien dengan fotofobia akan

merasa lebih nyaman jika berada di ruangan yang agak gelap. 4,8

Tanda-tanda yang dapat terlihat saat pemeriksaan yakni adanya sinekia posterior, yakni

menempelnya iris ke lensa, adanya injeksi silier, dapat tampak pula presipitat keratik. Pada

Page 23: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

kasus-kasus tertentu dapat muncul gambaran hipopion. Dapat pula timbul gejala lakrimasi.1,4

Sinekia posterior

Keratik presipitat

Page 24: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

Injeksi pada mata

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering muncul pada kasus-kasus uveitis anterior adalah glaucoma

yang dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intra okuler yang disebabkan oleh adanya

sinekia posterior yang menyebabkan blok pupil. Glaukoma dapat pula disebabkan oleh

adanya sinekia anterior akibat perlengketan fibrin atau blok terhadap system ekskresi humor

aqueous oleh eksudat fibrin.1,8

Komplikasi yang juga membahayakan penglihatan adalah uveitis tersebut dapat meluas ke

posterior, dimana dapat terjadi choroiditis, retinitis, yang dapat menyebabkan kebutaan.

Dapat pula terjadi katarak sebagai akibat dari TIO naik yang menyebabkan cairan masuk ke

dalam lensa. Pada 10% pasien juga terjadi keratopati pita.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada uveitis anterior difokuskan pada beberapa hal:

1. Mencegah terjadinya komplikasi, terutama glaucoma. 2. Menghilangkan radang

Page 25: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

3. Mengatasi penyakit penyebab

Pencegahan Komplikasi

Komplikasi pada mata yang paling ditakuti dalam menghadapi uveitis anterior adalah

glaucoma yang dapat menyebabkan kebutaan. Gejala awal yang dapat membuat dokter

mencurigai adanya glaucoma adalah adanya rasa nyeri di area orbita, dikarenakan glaucoma

yang terjadi sebagai komplikasi uveitis anterior umumnya adalah glaucoma akut sudut

tertutup. Pada kasus-kasus semacam ini, pemberian beta-blocker seperti timolol tetes

diharapkan dapat membantu tekanan bola mata. Pemberian timolol juga dapat disertai

dengan pemberian asetazolamid oral untuk mempercepat penurunan tekanan intra okuler.

Selain itu, diperlukan penanganan terhadap sinekia posterior yang dapat menyebabkan

peningkatan TIO. Penanganan sinekia posterior umumnya dilakukan dengan obat-obatan

midriatikum yang menyebabkan terjadinya midriasis dengan harapan sinekia posterior dapat

terlepas. Obat-obatan yang dapat diberikan adalah sulfas-atropin, atau golongan sikloplegik.

Perlu diperhatikan bahwa selama pemberian obat ini, pasien akan merasa penglihatannya

lebih buram dan silau, sehingga pasien diminta untuk tidak membawa kendaraan sendiri

karena dapat membahayakan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain.

Penanganan utama untuk uveitis anterior adalah dengan pemberian steroid untuk

meringankan peradangan pada iris. Pemberuan steroid umumnya dilakukan secara topical,

kecuali bila dibutuhkan pemberian sistemik oleh karena gejala sistemik lainnya. Pemberian

kortikosteroid tidak boleh dilakukan secara jangka panjang karena berisiko menyebabkan

katarak dan glaucoma.4,8

Bila terdapat penyakit lain yang mendasari uveitis anterior, maka penanganan perlu dilakukan

terhadap penyakit penyebab. Dengan menangani penyakit penyebab, maka uveitis anterior

dapat hilang dengan sendirinya.

PROGNOSIS

Prognosis uveitis anterior sangat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, seberapa

besar penurunan visus yang terjadi, dan pada adanya komplikasi dari uveitis anterior tersebut.

Tanpa adanya komplikasi dan dengan penanganan adekuat terhadap penyakit penyebab, maka

visus dapat kembali sampai 100%. Risiko rekurensi perlu menjadi perhatian khusus terutama

Page 26: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

karena uveitis anterior banyak berhubungan dengan faktor autoimun dan banyak pula yang

bersifat idiopatik.1,4,8

Page 27: Uveitis Anterior - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/28332/283324834.pdf · Jernih Lensa Jernih Tidak tampak kelainan Funduskopi Tidak tampak kelainan N/palpasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham ET, Augsburger JJ, Pavesio C. Uveal tract & sclera. In: Riordan-Eva P,

Cunningham ET. Vaughan&Asbury’s general ophthalmology. 18th ed. McGraw-Hill

Medical, 2011. Pg 145-1582. Tsang K. Iritis and uveitis. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/798323 tanggal 16 September 20153. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 20064. Suhardjo SU, Revana E. Uveitis dan radang intra okuler. Dalam: Suhardjo SU,

Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata

FK UGM, 2012. Hal. 45-585. Lorenzo ALD. HLA_B27 syndromes. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1201027 tanggal 18 September 20156. Waheed NK. HLA-B27 associated uveitis. Diunduh dari:

https://www.google.com.sg/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBsQFjAAah

UKEwiQwe-Kp4nIAhWGoJQKHd5QD_s&url=http%3A%2F%2Fwww.uveitis.org

%2Fdocs%2Fdm%2Fhla_b27_related_uveitis.pdf&usg=AFQjCNE3z7Yk5gWbM-

tVPceUcJy1jirwXw tanggal 17 September 20157. Maghraoui AE. Extra-articular manifestations of ankylosing spondylitis: prevalence,

characteristics, and therapeutic implications. EJIM. 10 June 2011. 8. Kanski JJ. Clinical ophthalmology a systematic approach. 6th ed. Butterworth

Heinemann Elsevier, 2007