Uts Kimia Medisinal
-
Upload
yuri-candra-dewi -
Category
Documents
-
view
84 -
download
10
description
Transcript of Uts Kimia Medisinal
NAMA : KADEK WELLY PRASMINDA
NIM : 0808505028
Soal 35.
Diklofenak Na, Ibuprofen, dan ketoprofen adalah senyawa turunan arilasetat, yang mempunyai
efek antirematik, anti radang dan analgesic antiperitek. Jelaskan hubungan struktur aktivitas obat
tersebut hingga dapat memberikan efek farmakologis yang berbeda-beda. Jelaskan hubungan
struktur aktivitasnya dengan sifat farmakokinetiknya.
JAWAB :
CH2 COONa
NH
ClCl
(STRUKTUR NATRIUM DIKLOFENAK)
(STRUKTUR IBUPROFEN)
(STRUKTUR KETOPROFEN)
Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :
1. Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam hidroksamat,
sulfonamide dan tetrasol, yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic datar.
Pemisahan dengan lebih dari satu atom C, missal pada turunan asam propiniat atau
butirat, akan menurunkan aktivitas.
2. Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α-metil dan bersifat
hepatotoksik, turunan α-metilnya (ibuprofen) mempunyai aktivitas antiradang yang lebih
tinggi disbanding ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.
3. Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-kadang
isomer satu (isomer S) lebih aktif disbanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah
bentuk isomer S. contoh : S(+) ibuprofen lebih aktif disbanding isomer (-), sedang isomer
(+) dan (-) fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.
4. Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C inti aromatic pada posisi meta atau
para dari gugus asetat.
5. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in-vivo
dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol dan aldehida,
secara in-vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Diklofenak Na :
Mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesic-antipiretik, digunakan terutama
untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik dan kelainan
degenerative pada system otot rangka. Diklofenak diabsorpsi secara cepat dan sempurna dalam
lambung, kadar plasma tertinggi dicapai 2jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro
eliminasi 3-6 jam. Dosis : 25-50 mg 3 dd, volume distribusi 0,15 L/kg, pKa 4,15. Diklofenak
resorpsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi ketersedian hayatinya rata-rata 55% akibat FPE.
Penyerapan garam K lebih pesat daripada garam Na. ikatan obat dengan protein plasma di atas
99%. Ekskresi melalui kemih berlangsung 60% sebagai metabolit dan 20% dalam empedu dan
tinja, sisanya dalam bentuk tidak berubah.
Ibuprofen :
Mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan anlgesik-antipiretik, digunakan terutama
untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondidi rematik dan arthritis.
Ibuprofen diabsorpsi secara cepat dalam suasana cerna, kadar serum tertinggi terjadi dalam 1-2
jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro 1,8-2 jam. Dosis : 400mg 3-4 dd, volume
distribusi 0,164 L/kg, pKa 4,91. Ibuprofen memiliki ikatan yang tinggi dengan protein. Obat ini
dimetabolisme dan diekskresi sebagai metabolit inaktif di urin.
Ketoprofen :
Mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic-antipiretik, digunakan terutama untuk
mengurangi rasa nyeri akibat system otot rangka. Ketoprofen diabsorpsi secar cepat dan
sempurna dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi 2-3 jam. Dosis : 50-100 mg 2 dd, volume
distribusi 0,25 L/kg, pKa 4,45.
MEKANISME KERJA
1. ANALGESIK
Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesic dengan menghambat secara langsung
dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis
prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi.
2. ANTIPIRETIK
Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi
panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh
darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran
keringat. Penurunan suhu adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan
pusat control suhu di hipotalamus.
3. ANTI RADANG
Analgetika non narkotik menimbulkan efek antiradang dengan menghambat biosintesis dan
pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase
sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme lain adalah menghambat enzim-enzim
yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian
jaringa kolagen dengan memperbaiki jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran
enzim-enzim lisosom melalui stabilisasi membran yang terkena radang
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS DENGAN SIFAT FARMAKOKINETIK
1. ABSORPSI
Obat-obat antiinflamasi diserap di usus halus setelah pemberian oral. Dimana pH usus
halus adalah ±8 yang bersifat basa sehingga obat-obat dengan pKa tinggi akan benyak
berada dalam bentuk tak terionkan atau keadaan bebas dan akan lebih mudah diabsorpsi
dan dihantarkan menuju tempat target. Ibuprofen memiliki pKa paling tinggi yaitu 4,91
dibandingkan dengan diklofenak (4,15) dan ketoprofen (4,15) sehingga ibuprofen diserap
lebih baik dibandingkan ibuprofen dan diklofenak.
2. DISTRIBUSI
Distribusi dari diklofenak, ibuprofen, dan ketoprofen dapat dilihat dari ikatan protein
plasma dan volume distribusinya. Ikatan proten dariketiga obat tersebut sama yaitu 99%
sehingga kemampuan terdistribusinya hampir sama. Volume distribusi dari masing-
masing obat tersebut adalah : diklofenak (0,15 L/kg), ibuprofen (0,164 L/kg), dan
ketoprofen (0,25 L/kg). ketoprofen memiliki volume distribusinya yang paling besar dan
polar sehingga obat akan lebih mudah terdistribusi ke jaringan dan konsentrasi obat
dalam plasma akan lebih kecil. Senyawa non polar akan lebioh mudah melewati transport
transmembran dan mudah berikatan dengan reseptor dan akhirnya berefek farmakologis.
Semakin cepat obat didistribusikan maka akan lebih cepat membentuk ikatan obat-
reseptor dan cepat menimbulkan aktivitas biologis.
3. METABOLISME
Diklofenak terakumulasi dalam cairan sinovial setelah pemberian oral, yang mungkin
menjelaskan durasi efek terapeutik yang jauh lebih lama daripada waktu paruhnya dalam
plasma (1-2 jam). Diklofenak dimetabolisme di hati oleh isozim sitokrom P450 subfamili
CYP2C menjadi 4-hidroksidiklofenak. Metabolit utama, serta bentuk terhidroksilasi lain;
setelah mengalami glukurodinasi dan sulfasi, metabolit tersebut diekskresi dalam urin
(65%) dan empedu (35%). Ibuprofen banyak (99%) terikat pada protein plasma, tetapi
hanya menduduki sebagian dari seluruh tempat ikatan obat pada konsentrasi biasa.
Ibuprofen melintas dengan lambat ke dalam ruang sinovial dan mungkin tetap berada
pada konsentrasi yang lebih tinggi jika konsentrasi dalam plasma menurun. Sedangkan
ketoprofen terkonjugasi dengan asam glukoronat dalam hati, dan konjugat ini diekskresi
dalam urin. Sehingga penderita gangguan ginjal akan mengeliminasi obat ini dengan
lambat.
4. EKSKRESI
Obat-obat antiinflamasi mengalami eliminasi lewat ginjal. Penurunan kadar obat dalam
plasma terutama disebabkan oleh proses metabolisme dan ekskresi yang dinyatakan
sebagai waktu paruh eliminasi. Obat yang mengalami metabolisme dengan cepat akan
memiliki waktu paruh yang pendek, sehingga ekskresinya dari dalam tubuh juga
berlangsung dengan cepat. Dari ketiga obat tersebut, ibuprofen memiliki waktu paruh
paling pendek yaitu 1,8-2 jam dibandingkan dengan diklofenak (3-6 jam) dan ketoprofen
(2-3 jam). Sehingga ibuprofen akan diekskresi lebih cepat dari dalam tubuh dibandingkan
dengan diklofenak dan ketoprofen. Eliminasi suatu obat dari tubuh juga dipengaruhi oleh
klirens obat tersebut. Klirens adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasahkan prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai
suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) di obat terlarut di
dalamnya. Dari konsep ini, klirens diartikan sebagai suatu volume cairan (yang
mengandung obat) yang dibersihkan dari obat per satuan waktu. Jadi jika klirens suatu
obat besar maka obat tersebut akan cepat dieliminasi oleh tubuh.