UROLOGI

download UROLOGI

of 9

description

urologi

Transcript of UROLOGI

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

03/07/01MEDIKAL BEDAH ( 5 Juni 2001 )

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

Prostat terdiri dari :

# Kelenjar 50 - 70 %

# Sroma

# Musculer 30 - 50 %

Bentuk : Bentuk : terbalik, terjepit

Basis : leher buli-buli, apex diafragma urogenetalia

Ukuran : P : 4 6 cm L : 3 4 cm T : 2 3 cm

Urethra : Poterior berjalan ditengahnya.

PATOFISIOLOGI

Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas ( bladder ), didalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine.

Respon Bladder terhadap tahanan ini :

# Hiperiritable : urgency dan frekuensi

# Bladder mencoba kompensasi terhadap peningkatan beban kerja, otot dinding

buli-buli hypertropi

# Jika sumbatan aliran urine berlanjut dilatasi ureter dan ginjal ( hidro-

meter, hydronephrosis )

Pembesaran prostat dapat juga menyumbat leher buli-buli atau urethra prostatica

retensi urine UTI

ETIOLOGI

# Sebab yabg pasti belum diketahui

# Faktor yang berperan :

Sifat Jaringan : Berasal dari sinus urogenital yang berpotensi proliferasi

Hormonal ( pubertas BPH )

Kastrasi

Usia ( balans hormonal berubah )

Beberapa hypothesa :

1. Dihidrotestosteron (DHT)

5 alpha reduktase meningkat DHT meningkat + androgen reseptor

proliferasi sel prostat

2. Imbalans estrogen - testosteron

Usia meningkat testosteron menurun destrogen tetap

Estrogen bebas

testosteron bebas meningkat proliferasi sel, kematian sel

menurun.

3. Berkurangnya sel yang mati

PENGKAJIAN

Riwayat Keperawatan

# Suspect BPH umur ??

# Pola urinari ; frekuensi, nocturia, disuria.

# Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,

intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa)

Jika frekuensi dan noctoria tak disertai gejala pembatasan aliran non

Obstruktive seperti infeksi.

# BPH > 60 tahun hematuri

Pemeriksaan fisik

# Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis

menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.

# Distensi kandung kemih

Inspeksi : menonjol retensi urine

Palpasi : ballotement retensi urine

Perkusi : redup

# Pemeriksaan prostat posisi knee chest

COLOK DUBUR

Syarat : buli-buli kosong / dikosongkan

Tujuan : Menentukan konsistensi prostat

Menentukan besar prostat

Kreteria besarnya prostat

Derajat I : berat s.d. 20 gr datar

II : berat 20 40 gr

III : berat > 40 gr cembung

Pemeriksaan laborat

# Urinalisis ( test glukosa, protein, bekuan darah dan PH )

Jika infeksi : pH urine alkalin, spesimen terhadap sel darah putih, SDM atau

PUS.

# RFT evaluasi fungsi renal

# Serum acid phosphatase

prostat malignancy

Pemeriksaan uroflowmetri

Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli

Q max : > 15 ml / detik non obstruksi

10 - 15 ml / detik

border line

< 10 ml / detik

obstruktif

Pyelografi intra vena ( IVP )

# Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonjol disertai urolithiasis

# Tanda BPH : Impresi prostat, hockey stick ureter

DIAGNOSIS

1. Potensial injury dan potensial infeksi s.d obstruksi perkemihan

# Nyeri s.d obstruksi urinary

# Dysfungsi sexual s.d obstrusi perkemihan

# Kecemasan s.d obstruksi urinary

PERENCANAAN

Tujuan: klien tidak akan mengalami berbagai komplikasi dari pengobatan retensi

Urine.

Intervensi:

# Non Pembedahan

1. Memperkecil gejala obstruksi hal-hal yang menyebabkan pelepasan

cairan prostat.

Prostatic massage

Frekuensi coitus meningkat

Masturbasi

2. Menghindari minum banyak dalam waktu singkat, menghindari alkohol dan

diuretic mencegah oven distensi kandung kemih akibat tonus otot

detrussor menurun.

3. Menghindari obat-obat penyebab retensi urine seperti : anticholinergic,

anti histamin, decongestan.

4. Terapi medikamentosa pada BPH

a. Fito Terapi

* Hypoxis rosperi ( rumput )

* Serenoa repens ( palem )

* Curcubita pepo ( waluh )

b. 1). GOLONGAN SUPRESSOR ANDROGEN

Inhibitor 5 alfa reduktase

Anti androgen

Analog LHRH

2). GOLONGAN ALFA BLOKER

Prazosin, Alfulosin, Doxazonsin, Terazosin

# Pembedahan

Indikasi pembedahan BPH

Retensi urine akut

Retensi urine kronis

Residual urine > 100 ml

BPH dengan penyulit

Terapi medikamentosa tak berhasil

Flow metri obstruktif

# Kontra indikasi

IMA

CVA akut

# Tujuan :

Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli

Memperbaiki kualitas hidup

1). TUR P

90 - 95 %

Dilakukan bila pembesaran pada lobus medial

Keuntungan :

Lebih aman pada klien yang mengalami resiko tinggi pembedahan

Tak perlu insisi pembedahan

Hospitalisasi dan penyebuhan pendek

Kerugian :

Jaringan prostat dapat tumbuh kembali

Kemungkinan trauma urethra

strictura urethra

2) Retropubic atau extravesical prostatectomy

Prostat terlalu besar tetapi tak ada masalah kandung kemih

3) Perianal prostatectomy

# Pembesaran prostat disertai batu buli-buli

# Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif

# Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat

4) Suprapubic atau tranvesical prostatectomy

PRE OPERATIF CARE

Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan memberikan informasi yang akurat pada klien

Type pembedahan

Jenis anesthesi TUR P, spina anesthesi

Cateter : folly cateter, CBJ

POST OPERATIF CARE

a. TUR P

Setelah TUR P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi balon 30 40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis

Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder

Otot bladder kontraksi

nyeri spasme

CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin mencegah obstruksi atau komplikasi lain CBI P. Folley cateter diangkat 2 3 hari berikutnya

Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuency, dribbling, kebocoran

normal

Post TUR P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris

meningkat intake cairan minimal 3000 ml / hari membantu menurunkan disuria dan menjaga urine tetap jernih.

b. OPEN PROSTATECTOMY

Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena bladder spsme atau pergerakan

Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam

Arterial bleeding urine kemerahan (saos) + clotting

Venous bleeding urine seprti anggur traction kateter

Vetropubic prostatectomy

Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat deep wound infection, pelvic abcess

Suprapubic prostatectomy

= Perlu CBI via suprapubic klien diinstruksikan tetap tidur

sampai CBI dihentikan

= Kateter uretra diangkat hari 3 4 post op

= Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan

klien disuruh miksi dan dicek residual urine, jika residual urine

75 ml, kateter diangkat

EVALUASI

Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi urinari adalah :

1). Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen

2). Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan

3). Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio

urine.

4). Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.

KASUS

Tn. X. usia 56 tahun , datang ke poli urologi dengan keluhan sering kencing, disuria, kesulitan memulai kencing,. Pada saat akhir kencing menetes, terasa ada sisa. Tekanan darah 150/130 mm Hg. Hasil uroflow metri 13 ml/detik.

a. Apakah tn X mengalami BPH, ? Urolithiasis ?

b. Keluhan / gejala apa yang mendukung ?

c. Pemeriksaan apa yang diperlukan ?

d. Masalah keperawatan apa yang lazim terjadi ?

e. Bagaimana mekanisme terjadinya masalah tersebut ?

f. Intervensi apa yang dilakukan sesuai masalah diatas ?

PENYULIT BPHBPH YANG TIDAK DIRAWAT PADA SEBAGIAN KLIEN LAMA-LAMA AKAN DAPAT BERAKIBAT :

1. MENURUNNYA KUALITAS HIDUP

2. INFEKSI SALURAN KENCING

3. TERBENTUKNYA BATU BULI-BULI

4. HEMORROID

5. RETENSIO URINE

6. GANGGUAN FUNGSI GINJAL

7. HIDRONEFROID

8. HEMATURIA

Watchful Waiting

Indikasi : BPH dengan IPPS Ringan

Baseline data normal

Flowmetri non obstruksi

Follow up : Tiap 3 6 bulan

INDIKASI PEMBEDAHAN BPH

Retensi urin akut

Retensi urin kronis

Residual urine > 100 ml

BPH dengan penyulit

Terapi medika mentosa tidak berhasil

Flowmetri obstruktif

KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN Infark Miokard Akut

CVA Akut

PEMBEDAHAN BPH

# TUR PROSTAT : 90 - 95 %

# OPEN PROSTATECTOMY : 5 - 10 %

BPH YANG BESAR ( 50 - 100 GRAM ) Tidak habis direseksi dalam

1 jam.

Disertai BBB Besar

(>2,5cm), multiple.

Fasilitas TUR tak ada

MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH

0 - 1 %

KAUSA : Infark Miokatd

Septikemia dengan Syok

Perdarahan Massive

Kepuasan Klien : 66 95 %

PROSES MIKSI

FASE PENGISIAN

Pves : < 20 cm H2 o

Pup : 60 100 cm H2o

FASE EKSPULSI :

ISI BLADER 200 300 ml

Mulai terangsang ingin kencing

Reseptor Strecth

Syaraf Otonom PS S2 - 4

Tonus Bladder 60 120 cm H2O (ingin kencing)

Up membuka, sp. Eks masih menutup

BPH

P up meningkat

Kontraksi Detrusor meningkat

Hipertropi

P Ves > P up

P Ves < P up

Fase Kompensata

Fase Decompensata

Kualitas miksi masih baik

Retensio Urine

BLADER NEOPLASMA

Sebagian besar tumbuh dalam lumen kandung kemih.

Cancer tersering pada saluran kemih.

Julah 3 % dari semua kematian karena kanker

Sering pada usia 50 70 tahun

Laki-laki 2 3 kali dari wanita

FAKTOR RESIKO

Paparan dari sigaret rokok ( mayor)

Radiasi pelvis, penggunaan siclophosphamide, Kronik sistitis, batu buli-buli

PENGKAJIAN

Tanyakan klien tentang perubahan dalam urinase, catat adanya perubahan warna, frekuensi dan jumlah urine

Hematuri disertai nyeri merupakan tanda pertama kanker blader, biasanya intermittent yang mana sering menyebabkan hambatan dalam mencari pelayanan diagnostik.

Akibat perkembangan penyakit klien mengalami iritable blader dengan disuria. Akhirnya gross hematuria, obstruksi atau vistula mendorong klien mencari pengobatan.

PENGKAJIAN DIAGNOSTIK

Urinalisis menunjukkan adanya darah dalam urine.

Sistoscopy dikerjakan untuk melihat tumor secara langsung dan untuk biopsi.

Sitologi.

IVP mengevaluasi kandung kemi , uriter dan ginjal.

NURSING INTERVENSI

1. Resiko tinggi injury berhubungan dengan radiasi terapi dan kemoterapi .

Kriteria:

Klien tidak berkembang dengan masalah yang berhubungan dengan terapi radiasi dan kemoterapi yang ditandai dengan tidakadanya sistitis hemoragik

Intervensi :

Pemberian anti spasmodik

Peningkatan asupan cairan klien

Pemberian antiseptik traktus urinarius untuk sistitis.

Klien dengan proctitis memerlukan diet rendah serat dan agen untuk menurunkan motilitas usus

2. Kurangnya penygetahuan benrhubungan dengan pemeriksaan diagnostik, pembedahan dana diversi urine

Kriteria:

Klien mengerti tentang pemeriksaan diagnostik, pembedahan dan perawatan diversi urine ditandai dengan pernyataan klien dan kemampuan demonstrasi terhadap perawatannya.

Intervensi :

Persiapan preop klien yang mengalami diversi urine.

Pendidikan mengenai diversi urine.

Mendorong penerimaan terhadap fakta dan hasil eliminasi urine melalui kulit rektum atau stoma khusus.

Persiapan fisk dan emosi secara umum.

Perlu perhatian salauran cerna : non residu diet untuk beberapa hari, sterilisasi usus, enema atau katartic.

Seleksi klien sebelum pemasangan stoma

Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah iritasi kulit akibat diversi urine.

Bersikan stoma dengan sabun, air lalu dikeringkan pada setiap penggantian kantong urine.

3. gangguan eliminasi urine (disuria ) berhubungan dengan adanya tumor.

Kriteria:

Klien akan terdiagnosis dini untuk mengeliminasi dysuria.

Intervensi :

pemasangan indwelling kateter.

CBI untuk mrncegah blood clot

Intervensi pada TUR P (intek cairan, analgesik dan antispasmodik seperlunya)

4. Gangguan harga diri dan body image

Perubahan route aliran dan miksi akan merubah self image meliputi perubahan emsi,

Psikososial dan reaksi persepsi

Kreteria :

Klien akan mempunyai konsep diri, body image dan self esteem yang normal

setelah Diversi urine.

Intervensi :

Konseling preoperasi : perubahan anatomi fisiologi dan kemungkinan afeknya

Pada klien

Konseling cara mempertahankan gaya hidup

Bantu klien mencari stoma dan menerimanya sebagai bagian hidupnya

5. INJURI, HIGH RISK bd. Komplikasi post op ( perdarahan, paralitik illeus, iskemic

stoma, bloking kateter urethral

Kriteria :

Klien tak akan mengalami komplikasi post op ditandai tanda vital normal,

suara bising usus aktif dalam 3 4 jam post operasi, stoma merah muda,

produksi urine 30 - 60 ml / jam.

Intervensi :

Monetor rurin tanda vital

Inspeksi insisi

Hubungan nefrostomi tube pada bed side drainage

Jaga sistem drainage tertutup

Jaga patensi tube drainage untuk mencegah obstruksi

Intervensi postop diversi secara umum

Ukur output urine setiao jam / 24 jam pertama, selanjutnya setiap

8 jam

Check kebocoran ostomy back dan kulit terhadap iritasi tiap 4 jam, kemudian 8 jam

Inspeksi stoma tiap jam / 24 jam post op

Catat ukuran stoma, bentuk dan warna. Warna sianotic stoma, insufisiensi supply darah

Penyebab insufisiensi : tehnik pembedahan, pemasangan plate yang terlalu kecil

Periksa tanda peritonitis akibat kebocoran anastomis

Observasi perdarahan

6. Skin integrity, High Risk impaired b.d iritasi periostomal.

Kriteria :

Klien tidak akan berkembang pada gangguan integritas kulit, atau iritasi periotomal yang ditandai kulit intact dan bersih

Intervensi :

Check pH urin

Check kantong urine terhadap kebocoran dan apakan kulit sensitif terhadap bahan tersebut

Ganti kantong selama tidak bocor ( terlalu sering diganti menyebabkan iritasi )

Selama kantong diganti biarkan kontak dengan udara sebanyak mungkit

Berikan nystatin pada sekitar stoma

Milik H. Imanuddin ( Jl Kelayan B Timur Rt 4 No 4

Komplek Ar - Raudah Banjarmasin ).