urinaria unggas
-
Upload
dank-ekek-ekek -
Category
Documents
-
view
269 -
download
2
Transcript of urinaria unggas
3. Histologi Sistem Pencernaan Unggas
Posted by INK Bes Rongga Mulut
Ayam tidak memiliki pallatum mole, karenanya rongga mulut dan faring praktis jadi satu disebut orofaring. Selaput lendirnya terdiri dari selaput lendir kutan dengan epitel yang mengalami pertandukan didaerah punggung lidah, langit-langit sampai laring. Pada tunika propria terdapat kelenjar mukous dan folikel getah bening yang tersebar merata.
Ayam tidak memiliki gigi, bibir dan pipi, sebagai gantinya adalah
paruh. Suatu modifikasi dari kulit seperti halnya dengan kuku dan
tanduk pada kuda dan sapi. Paruh ayam terdiri dari 4 lapis yakni :
tulang , kutis dan epidermis yang bertnaduk. Pada pangkal paruh dan
selaput lendir orofaring terdapat ujung saraf dalam bentuk
korpuskulus Grandy dan korpuskulus Herbat. Lidah berbentuk
memanjang dan runcing dengan punggung yang bertanduk.
Putik pengecap tidak terdapat pada lidah ayam, tapi sel-sel pengecap
banyak terdapat tersebar pada lidah, palatum durum dna paruh. Tetapi
peranannya masih diragukan diduga hanya sebagai penangkap
singgungan. Tapi burung merpati mempunyai putik pengecap pada
lidahnya. Kelenjar air liur banyak ragamnya, ada beberapa kelenjar
yang dianggap membentuk kelompok kelenjar airliur yaitu :
- Glandula Maxillares, pada langit-langit
- Glandula Palatinae pada sekitar permuaraan rongga hidung
- Glandula Submandibulares anterior dan posterior.
- Glandula linguales pada lidah
- Glandula Spheno-pterygoidens, pada atas laring
- Glandula Croco-aryteniodea, disekitar laring
Kelenjar tersebut semuanya berbentuk mirip satu dengan lainnya.
Ujung kelenjar bersifat mukous dan mempunyai epitel silindris,
sitoplasmanya pucat dan berbusa sekretanya adalah lendir dialirkan
melalui alat penyalur kedalam rongga mulut.
2. Lambung
Pada ayam dikenal adanya : Lambung kelenjar (proventriculus) dan
lambung otot (Gizzard / ventriculus).
a. Lambung kelenjar :
Secara mikroskopis, sinus kelenjar membentuk lipatan-lipatan
selaput lendir konsentris dengan epitel silindris. Dibagian dalam
sinus kelenjar membentuk sinus colligentes yang merupakan
penampung sekreta dari kelenjar yang tersusun secara radier.
Ujung kelenjarnya berbentuk buluh (tubulus) bercabang dengan
epitel kubis. Diantara ujung kelenjar terdapat jaringan ikat yang
banyak mengandung pembuluh darah dan limfosit, muskularis
mukosa berbatasan dengan tunika muskularis.
b. Lambung otot
Secara makroskopis berbentuk sebagai lensa biconveks.
Dindingnya tebal dan terdiri atas otot polos dengan laterap
aponeorosis. Pada mukosa terdapat kelenjar tubulus bercabang
dengan epitel kubis. Sekreta kelenjar ini setelah sampai di lumen
lambung mengeras membentuk keratinoid plate. Tebalnya kira-kira
1 mm dengan permukaan yang kasar. Dalam lumen lambung otot
sering dijumpai benda kasar misalnya kerikil atau pecahan kaca
yang membantu menghancurkan makanan berbentuk butiran.
3. Usus Halus
Secara anatomis duodenum membentuk huruf “U” dengan
pankreas pada lekuk dalamnya. Secara mikroskopis hampir sepanjang
usus ayam selaput lendirnya membentuk villi, dan pada duodenum
paling tinggi kira-kira 1-1,5 mm. Semakin kebelakang menjadi
semakin rendah dan tebal.
Susunan vili mirip pada mammalia dengan epitel silindris dan sel
mangkok diantaranya. Hanya saja pada tunika propria tersebar
jaringan limfoid yang hampir merata dengan sel eosinofil. Kelenjar
lieberkhun relatif pendek.
Muskularis mukosa terdiri dari otot polos yang tersusun
memanjang dan dibawahnya terdapat sub mukosa tanpa adanya
kelenjar Brunner. Tunika muskularis interna tersusun melingkar dan
lebih tebal dari tunika muskularis eksterna.
4. Usus Kasar (Colorectum)
Ditandai dengan tempat bermuaranya caecum. Colorectum ini
pendek saja dan segera bermuara pada cloaca, yang berakhir pada
anus, Caecum pada ayam panjangnya 15-25 cm, pada burung merpati
5-6 cm. Tempat permuaraan caecum ini menyempit karena dilengkapi
dengan sphincter. Pada mukosa tersebar banyak limfosit membentuk
folikel dan membentuk penonjolan selaput lendir. Cloaca terbagi
dalam 3 daerah yakni : Koprodeum, Urodeum dan Proktodeum.
5. Hati
Hati ayam dibandingkan dengan besar tubuhnya relatif besar.
Warnanya coklat tua dan terdiri dari 2 lobus. Struktur umum mirip
dengan hati mammalia dengan lobulasi kurang jelas. Kapsula tipis,
jaringan interlobularis tipis dan agak jelas pada segitiga kiernan.
Limfosit dan leukosit banyak terdapat pada stroma hepatitis. Susunan
sel hati yang radier dalam lobulus kurang jelas, sebaliknya sinusoid
lebih jelas.
Ayam memiliki kantung empedu dengan selaput lendir membentuk
lipatan. Epitel permukaan selaput lendir silindris sebaris dan pada
tunika propria tidak terdapat kelenjar Tunia muskularis agak tipis
tetapi serosa relatif tebal.
6. Pankreas
Kelenjar pankreas ayam cukup jelas. Lobulasi cukup jelas tapi
jaringan ikat interlobuler tipis. Sel asinus ujung kelenjar berbentuk
piramid dengan butir sekreta mengumpul didaerah kutub bebas. Inti
di basal dan tampak sel sentroasiner.
Pulau langerhans relatif lebih banyak dari pada mammalia, bahkan
dapat dibedakan 2 bentuk yaitu pulau betha yang mengandung sel
alpha tapi sedikit sel betha. Secara mikroskopik pulau alpha lebih
besar dan pada jaringan interlobuler pankreas banyak terdapat
jaringan limfoid.
HATI
Menurut Dellman (1971) hati (hepar) dianggap kelenjar yang paling
besar dalam tubuh hewan dan memiliki fungsi banyak. Pada tahap
kehidupan awal (intra uterin) hati berfungsi sebagai pembentuk benda-
benda darah. Baru kemudian bangun hati disesuaikan dengan fungsinya
sebagai kelenjar eksokrin dan mengatur metabolisme tubuh. Bahkan
pendapat mutakhir mengatakan hati sebagai kelenjar endokrin, karena
mampum engadakan sintesa berbagai bahan yang selanjutnya dilepas
kedalam aliran darh seperti halnya hormon.
Letak hati yang strategis diantara usus dan aliran darah umum,
menyebabkan hati menerima darah portal, yang mengangkut zat
makanan dari usus halus, kecuali lemak yang diangkat melalui
pembuluh khil. Jadi lemak akan melalui duktus thorasikus masuk aliran
darah venosus dekat jantung (Delmann, 41 ; Ham, 74).
Bahan makanan yang telah diserap setelah sampai dihati diolah dan
keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah umum. Sebagian bahan
tersebut disimpan dlaam sel-sel tertentu dan selebihnya dipergunakan
untuk metabolisme tubuh. Bersama makanan dapat pula terserap zat
toksis yang setelah sampai dihati akan ditawar melalui oksidasi, hasil
yang tidak berbahaya dibuang melalui empedu.
Fungsi Hati
Sebagai kelenjar eksokrin hati menghasilkan empedu, pada empedu
terkandung pigmen, musim, asam empedu, garam empedu, lipoida,
lesitin, kholesterol. Pada empedu sering terdapat sel epitel yang berasal
dari saluran empedu (Bloom and Fawcett. 78).
Mengatur kadar bahan-bahan tertentu misalnya : glukagon, kalsium dan
sebagainya. Kadar glukosa diatur dengan cara melepas cadangan
glikogen atau merubahnya melalui lemak atau protein.
Selain itu hati berfungsi : Sintesa komponen protein plasma darah,
merubah karoten menjadi vitamin A dan menyimpannya, membentuk
erythrocyt maturing faktor, membersihkan darah dari benda asing oleh
sel kuffer pada sinusoid.
Bangun Histologi
Hati menurut Hurst and Brown. 1976 adalah sebagai berikut :
Kapsula :
Hati dibalut kapsula yang terdiri dari dua unsur, yakni Kapsula yang
terdiri dari dua unsur, yakni Kapsula serosa terdiri dari serosa dan
Kapsula fibrosa (Glisson capsule) yang terdiri dari jaringan ikat fibrous.
Kapsula dibrosa ini tipis, tetapi menebal didaerah hilus (porta hepatis)
yang menunjang pembuluh darah, saraf dan aliran empedu.
Lobulus :
Tiap lobulus dibatasi oleh jaringan ikat interlobularis, yang tebal pada
babi sedangkan pada hewan lain misalnya : anjing, kucing, kambing,
sapi, kuda, ayam tipis bahkan tidak jelas. Bentuk lobulus adalah
heksagonal dan pada daerah antara 3 lobulus jaringan ikat interlobularis
menebal membentuk segitiga kiernan (portal triad) didalamnya terdapat :
arteria interlobularis, vena interlobularis dan duktus interlobularis.
Parenkhim :
Parenkhim hati terdiri dari sel-sel hati yang membentuk laminae
tersusun radier terhadap vena sentralis sebagai pusat lobulus. Diantara
laminae terdapat sinusoid, suatu kapiler dengan lumen meluas dna
dindingnya terdiri dari endotelial dan sel kuffer (sel RES) (Husrt and
Brown, 1970).
Sel hati berbentuk polihedral, diameter 20-25 mikron pada hewan
dewasa, sedang pada hewan muda 2-7 mikron. Inti bulat terletak
ditengah, dan tiap sel sering mempunyai lebih dari satu inti. Dengan
perawrnaan HE pada sitoplasma sering tampak lubang-lubang yang
sebenarnya suatu artefak, karena glikogen dan lemak yang larut pada
proses pengerjaan sediaan. Untuk menunjukkan glikogen dan lemak
pada sel hati diperlukan teknik pewarnaan khusus misalnya : Metode
Best untuk glikogen, dan metode Sudan II atau asam osmeum untuk
lemak.
Secara mikroskop elektron terlihat pada inti dekat masa khromatin
tampak butir-butir berukuran 300 A, dikelilingi daerah agak cerah
disebut butir perikhromatin (perichromatin granules). Ternyata butir
tersebut mengandung asam nuklein. Pada sitoplasma terdapat daerah
Rough dan smmoth endoplasmik retikulum. Rough ER merupakan
tempat sintesa protein daerah smmoth terdapat partikel-partikel glikogen
Apparatus golgi terdapat berbatasan dengan kanalikuli empedu.
Mithokondria tersebar lisosoma terdapat disekitar kanalikuli empedu.
Peranan lisosoma adalah untuk pencernaan intraseluler, khususnya untuk
organoida dan bahan lain yang telah rusak.
Kanalikuli empedu :
Berbentuk saluran halus terdapat 2 atau 3 sel hati yang berbatasan.
Karena sel hati membentuk laminae dan saling beranastosoma maka
kanalikuli empedupun saling beranastomose. Secara mikroskopik
elektron kanalikuli empedu berbentuk ruang meluas berdiameter 0,5
mikron, dindingnya terdiri dari membran plasma sel hati, yang memiliki
mikrovilli menjulur kedalam lumen (Junqucira dkk, 1977 ; Mariano,
1981).
Jalinan kanalikuli empedu akhirnya bermuara kedalam duktus intra
lobularis dengan epitel pipih selapis. Selanjutnya empedu dialirkan
kedalam duktus intelobularis pada segitiga kerinan.
Saluran empedu :
Pada saluran empedu yang agak besar epithelnya silindris sebaris
dengan sel mangkok (Kuda dan kambing). Bahkan dibawah membran
basal sering terdapat otot polos (ruminansia). Saluran empedu
ekstrahepatis memiliki selaput lendir berkelenjar dengan epitel silindris
sebaris dan sel mangkok. Pada tunika propria terdapat kelenjar serous
(sapi) dan mukous pada hewan lain. Sering tampak pula adanya folikel
getah bening. Tunika muskularis jelas didaerah permuaraan duodenum
membentuk diverticulum duodeni. Diverticulum duodeni adalah daerah
permuaraan saluran empedu (ductus coledochus) dan saluran getah
pankreas (ductus pancreaticus).
Kantung empedu (Vesica fellea)
Bekerja menampung empedu. Dengan banyaknya pembuluh darah
dalam dindingnya diduga terjadi pengurangan air atau penambahan
sesuatu seperti halnya pada ginjal. Selaput lendir membentuk lipatan-
lipatan, epitel permukaan berbentuk silindris sebaris dengan sel
mangkok. Pada kutub bebasnya terdapat mikrovilli disebut Antennulae
microvilares. Pada beberapa jenis hewan terdapat kelenjar serous dan
mukous (Leeson and Leeson, 1976).
Tunika muskularis terdapat 2 lapis, lapis dalam sering memberikan
penjuluran kedalam mukosa, lapis luar lebih tebal dari lapis dalam. Kuda
tidak memiliki kantong empedu. Empedu tetap dihasilkan tetapi
langsung disekresikan kedalam duodenum lewat diverticulum duodeni.
Pembuluh daran dan sinussoid (vaskularisasi)
Sneel (1984) mengatakan hati seperti juga paru-paru mendapat 2 sumber
vaskularisasi, satu bersifat nutritif dan dua bersifat fungsional.
- Fungsi Nutritif :
Pemberian darah untuk kebutuhan jaringan hati melalui arteria
hepatica, satu cabang dari aorta. Arteria hepatica memasuki hilus hati
bercabang menjadi arteria interlobularis selanjutnya masuk lobulus
menjadi sinussoid.
- Fungsi Fungsional :
Membawa darah yang mengandung zat-zat makanan yang diserap
dari usus halus melalui vena porta. Vena porta memasuki hillus hati
bercabang-cabang menjadi vena interlobularis, kemudian menjadi
vena interlobularis (segi tiga kiernan) dan akhirnya memasuki lobulus
menjadi sinussoid.
Sampai pada sinusoid kedua sumber pembuluh darah bersatu
darahnya bercampur. Zat-zat makanan diolah parenkhim hati pada
benda asing dibersihkan oleh sel kuffer. Selanjutnya darah masuk
kedalam vena sentralis, kemudian bergabung menjadi vena sub
lobularis pada jaringan ikat interlobularis diluar segitiga kiernan.
Vena terakhir bergabung menjadi vena hepatika dari hati dan
bermuara kedalam vena cava caudalis .
PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar kedua setelah hati yang berperan penting dalam
pencernaan makanan, bahkan lebih penting lagi karena ikut mengatur
metabolisme hidrat arang. Pankreas adalah kelenjar ganda, yakni sebagai
:
- Kelenjar esokrin :
Kelenjar pankreas sendiri mampu menghasilkan getah pankreas yang
mengandung berbagai macam enzim, dan dialirkan kedalam
Duodenum.
- Kelenjar endokrin :
Terdiri dari pulau Langerhans yang tersebar secara merata. Hormon
yang dihasilkan berperan dalam metabolisme hidrat arang.
Kelenjar pankreas terletak menempel pada Duodenum, kapsula kurang
jelas karena mengandung jaringan ikat longgar dna lobulus yang cukup
jelas.
Bangun Histologi :
Pankreas merupakan kelenjar tubuloasineus. Lobulasi cukup jelas
dengan jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan saraf, dan
saluran getah pankreas. Struktur ujung kelenjarnya mirip dengan
kelenjar parotis. Adapun ciri-ciri kelenjar pankreas ini adalah sebagai
berikut :
a. Epitel ujung kelenjar berbentuk piramid yang dapat dibedakan adanya
dua daerah. Sitoplasma daerah basal mengambil warna gelap dengan
biru metilin (basa) klarena mengandung banyak ribonukleoprotein,
sedangkan sitoplasma daerah apeks berwarna agak cerah karena
banyak mengandung butir skreta (zymogen).
b. Pada lumen ujung kelenjar terdapat sel sentroasiner yang merupakan
bagian dari duktus interkalatus yang menjorok ke dalam.
c. Pankreas memiliki duktus interkalatus panjang yang langsung
bermuara ke dalam duktus interlobularis diluar lobulus. Duktus
striatus tidak terdapat pada pankreas.
d. Pada ujung kelenjar pankreas dilengkapi oleh sel-sel myoepitel
(Basket cells)
e. Pankreas memiliki pulau langerhans.
Dengan mikroskop elektron sel asinus ujung kelenjar menunjukkan,
pada kutub basal terdapat rough ER dalam bentuk cysternae tersusun
paralel. Ribosoma bebas banyak tersebar dalam sitoplasma. Struktur
mitokhondria panjang dengan krista mitokhondria cukup jelas.
Apparatus golgi terdapat supra nuklear. Lisosoma banyak terdapat
disekitar golgi komplek.
Pada kutub bebas sel asinus mikrovilli, meskipun sedikit pendek.
Sitoplasmanya banyak mengandung butir zymogen pada saat butir
zymogen dieksresikan. Selaput hancur bersama membran plasma,
sehingga sekreta berasfek homogen mengisi lumen asinus. Dan
membran plasma akan terbentuk kembali.
Pulau Langerhans
Pankreas mammalia memiliki pulau Langerhans yang tersebar pada tiap
lobulus, terutama pada ekor pankreas. Diameternya sekitar 100-400
mikron.
Bangun Histologi
Pulau Langerhans merupakan kumpulan sel dengan banyak pembuluh
darah rambut, dipisah dari pankreas oleh jaringan ikat tipis. Susunan
selnya tidak teratur dan mengambil warna lebih pucat dari sel-sel asinus.
Dengan pewarnaan HE butir-butir sekreta tidak jelas, tapi dengan
pewarnaan Mallory-azan dapat dibedakan :
a. Sel alpha (Sel A)
Bentuk selnya besar, inti lonjong dan dalam sitoplasma tersebar butir
bersifat asidofil (merah) yang tidak larut dalam alkohol.
b. Sel betha (sel B)
Sel serta butir sekretanya lebih kecil dari sel A tapi pada anjing
jumlahnya lebih banyak, sekitar 75 % dari seluruh sel. Butir sekreta
mudah larut dalam alkohol. Pada anjing, kelelawar dan manusia
bentuk sel betha memberikan gambaran kristal dengan matrik cerah
mengelilinginya.
c. Sel Delta (sel C)
Sel ini tidak banyak jumlahnya, memiliki butir sekreta berwarna biru.
Pada anjing diperkirakan hanya 5 % saja. Butir sekretanya sedikit
lebih besar dari sel A.
d. Sel G
Sel ini jarang sekali dijumpai, hanya tampak pada cavia, dan tidak
memiliki butir sekreta sama sekali.
Susunan sel-sel pada pulau Langerhans terdapat mengitari pembuluh
darah kapiler. Butir sekretanya banyak terdapat pada sitoplasma
ebrbatasan dengan kapiler. Dua hormon yang penting adalah :
- Insulin :
Hormon ini dihasilkan oleh sel betha, dan bekerja merangsang
perubahan glukosa menjadi glikogen. Apabila tubuh kekurangan
insulin, kadar glukosa darah naik (Diabetes Melitus) dan simpanan
glikogen dalam otot berkurang. Diabetes yang tidak ditangani dapat
mempercepat kematian hewan. Pemberian Alloxan pada hewan
percobaan dapat mernagsang kemunduran sel betha.
- Glikogen :
Hormon ini dihasilkan oleh sel alpha yang bekerja yang berlawanan dengan insulin. Bahan ini disebut Hyperglicemic-glycogenolytic factor, sebab dengan pemberian glukagon dapat mengurangi cadangan glikogen hati dan kadar glukosa darah naik. Pemberian kobal klorida berakibat mundurnya sel A sehingga produksi glukagon menurun.at 8:51 PM
0 comments:
4. Histologi Sistem Urinaria
Posted by INK Bes
SISTEM URINARIA
Sistem perkencingan atau sistem urinaria meliputi : Ginjal, Vesika urinaria dan beberapa salurannya.
4.1 Ginjal / Ren
Pada umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat
di dalam rongga perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis
dengan hilus renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan
keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi
ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal,
tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan beberapa
serabut elastis.
Struktur histologi ginjal pada berbagai jenis hewan piara tidak
sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan menjadi:
Unilober atau unipiramidal : pada kelinci dan kucing mempunyai
struktur histologi sama, yakni tidak dijumpai adanya percabangan
pada kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis,
dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba,
kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus,
sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun
longitudinal.
Multilober atau multipiramidal : bentuk ini dijumpai pada babi,
sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari
satu jelas terlihat.
Fungsi ginjal :
1. Membuang sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari
darah berupa air seni (urin)
2. Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta berbagai bahan lain
dari darah
3. Membuang bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh
4. Sebagai kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli dan makula densa)
yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan
menghasilhan zat renin.
5. Fungsi ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam
mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap beberapa
zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang
konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang
melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.
Sinus renalis
Disusun atas :
1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini
merupakan bagian atas ureter yang melebar.
2. Arteri, vena dan nervus.
3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek
(luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi
piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula
ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum
disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar,
daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang
sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong,
kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus
konvulatus proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada
daerah medula dijumpai sebagian besar nefron pada bagian loop of
Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai satu sampai
empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm
yang disebut nefron.
Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan
glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding
ganda disebut : Kapsula Bowman.
Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang
disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang
akan difiltrasi melalui dinding kapiler. Korpuskula renalis mempunyai
katup vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar
melalui arteriole aferent.
Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian
awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan
diameter 57-60 . Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan
pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis
kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang
panjangnya bisa mencapai 1,2 dengan jarak satu dengan yang lainnya
0.03 . Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush
Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.
Loop of Henle’s
Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medula dengan
diameter bisa mencapai 15 . Loop of henle’s berbentuk seperti huruf
“U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada
bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12
panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang
agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 .
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel
silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini
terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di
daerah atas dari Loop of Henle’s.
Tubulus Konvulatus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus
proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border,
lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai
epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil
dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih
banyak epithel pada potongan melintang
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan
hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri
yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat
hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama
dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi
bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan
modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini
disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli
mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas
cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang
dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus
yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot
polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini
yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah
hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin
mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang
mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
Tubulus kolektivus
Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus
konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula.
Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil
berdiameter sekitar 40 dengan panjang 20-22 mm. Lumennya
dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian
belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan
diameter 200 , panjangnya mencapai 30-38 mm.
Sirkulasi Darah
Ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus
dan bercabang membentuk arteria interlobularis yang terletak
antara piramid malpighi. Selanjutnya arteri ini bercabang lagi
menjadi arteri arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria
interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria
aferent yang masuk ke glomerulus, selain itu ada juga arteri
interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut
arteri stelata.
Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola
eferent gromeruli. Cabang arteriol eferent akan memberikan
makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk kortek ginjal.
Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari
venula ini bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya
menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui vena
renalis. Pada manusia dengan berat badan ± 70 kg pada kedua buah
ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit
Histofisiologi Ginjal
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi,
absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua
ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah /
hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit
dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli
setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di
resorpsi lagi keluar dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses
resorpsi dan ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan
sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel
tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan
air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak
mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus.
Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir
tergantung dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik hormon (ADH).
Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus
terhadap air.
Pelvis Renalis
Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari
papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama
ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis
renalis.
Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki
epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal
epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak
tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak
membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas
jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak
mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri
atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun
longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif
sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah
permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia
terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh
darah, pembuluh limfe serta saraf.
2. URETER
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis
renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa
membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel
lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat
dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat
mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih
tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan
lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal
khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika
urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat
didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak
berubah, hanya ditambah lendir saja.
Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat
lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada
vesica urinaria 6-8 lapis.
Tunika submukosa tidak jelas
Lamina propria beberapa lapisan
Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung
serabut elastis dan sedikit noduli limfatiki kecil, dalam
jaringan ikat longgar
Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa
ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong
membentuk lipatan membujur.
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling
dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis.
Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum,
stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar
3.VESIKA URINARIA
Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua
belah ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik.
Struktur histologi :
1. Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri
atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila
teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis
sel.
2. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf
dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak
otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa.
3. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang
lebih longgar.
4. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot
longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun
secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah
yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot
polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan
melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum.
Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus.
5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat
longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf
4. URETRA
Berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar
tubuh. Pada hewan jantan akan mengikuti penis, sedangkan pada
hewan betina mengikuti vestibulum.
Sistem Urinaria pada Unggas
Beberapa perbedaan dengan mamalia tampak jelas antara lain :
1. Bentuk ginjal yang agak komplek, terdiri atas tiga sampai
empat lobus
2. Tidak memiliki vesika urinaria dan urethra jadi urine dari
ureter langsung masuk kloaka (urodeum)
3. Urine yang dihasilkan agak kental, sedangkan pada mamalia
bersifat lebih cair.
4. Pada ayam terdapat sepasang ginjal multilober yang erat
hubungannya dengan kilumna vertebralis dan ilia, terletak
pada bagian kaudal dari paru-paru. Warnanya kecoklatan dan
konsistensinya lunak sehingga mudah rusak pada proses
pengeluaran dari tempatnya.
Ginjal
Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula
menyisip parenkhim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus
dianggap identik dengan nefron pada mamalia. Terdiri atas :
a. Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari
mamalia.
b. Tubuli kontorti proksimalis, memepunyai epithel kubis dengan
brush border, inti ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga
butiran urat.
c. Jerat henle memiliki epithel sama, namun tidak memiliki brush
border, tetapi pada sitoplasma terdapat vakuola.
d. Tubuli konturti distalis memiliki lumen lebih luas, epithelnya lebih
pucat dan berbentuk kubis.
e. Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epithel kubis,
terus ke duktus Bellini dan akhirnya masuk ureter.
Ureter
Selaput lendir ureter membentuk lipatan memanjang (longitudinal)
dengan epithel banyak baris. Pada tunika propria sebagaimana pada
bangsa burung banyak ditemukan limfosit.
Tunika muskularis terdiri atas otot polos, lapis terluar adalah
adventitia. Ureter sebelum memasuki ginjal bercabang menuju
lobus. Ureter sebenarnya pendek dan lurus, bermuara kedalam
uredeum medial dari duktus deferens pada hewan jantan, dan
medial dari oviduktus pada hewan betina.
at 8:53 PM
0 comments:
Post a Comment
Jangan Lupakan Tubuh Ayam
Infovet
Jangan Lupakan Tubuh Ayam
(( Membahas produksi telur ayam jangan lupakan anatomi dan faali ayam, sebagai dasar bagi kita agar kuat memahami bagaimana ternak ini berproduksi dan terjaga pro
Kerangka unggas ringan tetapi kuat, sesuai dengan keperluannya untuk duksinya. ))terbang dan berjalan. Adapun tengkorak unggas kecil dengan hubungan antartulang yang kuat, berhubungan dengan atlas yaitu tulang pertama columna vertebrae (susunan luas tulang belakang).
Menurut sumber di Universitas Terbuka, tulang-tulang pinggang dan punggung unggas saling berhubungan dengan erat, merupakan tempat melekatnya otot-otot yang digunakan untuk terbang, dan untuk menahan
tekanan. Ujung pasterior tulang pubis dan ujung posterior sternum digunakan untuk memperkirakan daya bertelur pada kegiatan culling ayam.
Selanjutnya menurut sumber yang sama, tulang-tulang unggas yang bersifat pneumatik berhubungan dengan sistem pernapasan. Tulang-tulang pneumatik terdapat pada humeras, tulang-tulang kepala klavicula as sternum, vertebrae lumbales dan os sacrum.
“Unggas mempunyai tulang-tulang meduler yang digunakan untuk menimbun kasium. Tulang-tulang meduler terdapat pada tibia, femur, pubis, tulang-tulang rusuk ulna, tulang-tulang telapak kulit dan scapula,” kata sumber di UT.
Sistem pencernaan unggas sendiri, sederhana jika dibandingkan dengan ruminansi dalam arti hanya sedikit tempat tersedia bagi kehidupan mikrorganisme ynag dapat membantu pencernaan makanan.
Karena unggas tidak bergigi akan pengunyahan makanan tidak terjadi di mulut. Di tembolok, makanan dilunakkan dan mulai dicerna. Di perut pengunyah, makanan dipecah dan digiling. Makanan terutama dicerna dan diabsorp (diserap) oleh usus halus.
Berbeda dengan vertabrata lainnya, unggas memiliki kloaka yaitu ruang pertemuan dari tiga saluran, pencernaan, urinaria dan reproduksi.
Sistem reproduksi unggas jantan berupa testes ductus (vas) deferens, dan ogan kopulasi yang bentuknya rudimenter. Unggas tidak mempunyai penis. Sperma
diproduksi di dalam testis, disalurkan ke luar tubuh melalui ductus deferens yang bermuara pada papilla. Perkawinan unggas jantan dengan unggas betina pada hakikatnya ialah mempersatukan dua kloaka untuk memungkinkan pemancaran sistem yang mengandung sperma.
Sistem reproduksi unggas betina terdiri atas ovarium dan oviduk. Ovarium yang mengandung sekitar 1.000-3.000 folikel dan di dalam folikel terdapat kuning telur (yolk). Ukuran folikel berkisar dari yang mikrokopik hingga yang sebesar yolk, tergantung pada tingkat kemasakan yolk di dalamnya. Setelah sebuah yolk diovulasikan, kemudian diterima oleh infudibulum dan melewati bagian-bagian lain dari oviduk, menjadi telur yang sempurna yang dikeluarkan melalui anus.
Menurut sumber Infovet yang lain, kuning telur (yolk) dari ayam yang diimunisasi (divaksin) sudah sangat terkenal sebagai salah satu sumber antibodi. Produksi immunoglobulin yolk (IgY) dengan memanfaatkan kuning telur ayam sebagai pabrik biologis mempunyai beberapa keunggulan. Ayam memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap pemaparan antigen asing, sehingga sistem imun ayam sangat responsif dan persisten untuk produksi IgY
Faali Ayam
“Sistem pencernaan unggas berfungsi mencerna dan mengabsorpsi zat-zat makanan serta mengeluarkan sisanya yang tidak dapat dicerna melalui anus, “ ungkap Sumber di Universitas Terbuka
Menurut sumber UT ini, unggas tidak bergigi dan sebagai-gantinya maka makanan yang besar atau yang keras digiling di dalam perut pengunyah. Di situ makanan dipecah menjadi partikel-partikel kecil.
Pankreas menghasilkan HCl dan pepsin, sedangkan hati menghasilkan empedu. Zat-zat yang dihasilkan oleh kedua organ pencernaan tambahan ini memberikan lingkungan yang baik bagi terjadinya reaksi-reaksi pencernaan yang bersifat enzimatis.
Penyerapan zat-zat makanan sebagian besar terjadi di dalam usus halus (duodenum) karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi, zat-zat makanan yang tidak dapat dicerna, tidak banyak bermanfaat bagi unggas karena mikroorganisme (bakteri) yang seharusnya membantu pemecahan bahan-bahan makanan tidak mempunyai tempat khusus, dalam sistem pencernaan unggas. Hal ini sangat berbeda dengan ruminansia.
Air sebagai zat makanan yang berada di dalam bahan makanan tersisa, diserap kembali oleh dinding usus besar dan dimanfaatkan kembali oleh tubuh unggas.
Seperti halnya unggas betina, sistem produksi unggas jantan (termasuk ayam) dipengaruhi oleh intesitas cahaya dan kerja hormon-hormon reproduksi.
Sistem reproduksi unggas betina melibatkan kegiatan interaksi kerja berbagai macam hormon reproduksi yang dipengaruhi oleh banyaknya cahaya yang diterima oleh kelenjar pituitari. Cahaya yang sangat kurang dapat menghentikan kegiatan.
Dengan demikian kita lebih kenal Sang Ayam Produsen Telur untuk
kesehatan kita.(UT/ YR)
ekanisme Pencernaan Ayam
Diposkan oleh Slam di 10.31 . Sabtu, 23 Mei 2009
Label: Ayam, Ekskreta, Pencernaan
MulutPakan masuk mulut dalam keadaan utuh atau sudah dikoyak oleh paruh, kemudian dengan tekanan lidah akan masuk ke rongga pharink dank e oesofagus. Dalam mulut menghasilkan saliva yang mengandung amylase dan maltase, pencernaan belum optimal karena di mulut pakan hanya lewat.
OesofagusDi dalam oesofagus pakan akan menuyju ke tembolok dengan bantuan mucosa yang dihasilkan oleh oesofagus.
Tembolok (Crop)
Tembolok adalah modifikasi dari oesofagus yang berfungsi menyimpan pakan sementara. Di tembolok pakan sekaligus direndam sehingga menjadi lebih lunak.
ProventrikulusAtau juga disebut dengan perut kelenjar yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna Protein dan lemak. Pencernaan belum maksimal karena di proventrikulus pakan hanya tinggal sebentar.
Empedal (gizzard)Berfungsi sebagai pelumat pakan dan mencampur dengan air sehingga menjadi pasta (Chymne). Kekuatan empedal dipengaruhi dari kebiasaan makan ayam, ayam yang hidup bebas berkeliaran memilki empedal yang lebih kuat dari pada empedal ayam yang dikurung dengan pakan yang lebih lunak. Pada empedal disekresikan coilin untuk melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang disebabkan oleh pakan atau benda lain yang tertelan. Di empedal ini pakan dicerna secara mekanik.
Usus halus atau small intestineUsus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu:1. DuodenumBagian ini adalah bagian paling atas dari usu halus. Di sini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan hidrolisis dari nutrient kasar yang berupa pati lemak dan protein. Penyerapan hasil pencernaan sebagian besar terjadi di duodenum ini. Di duodenum disekresikan enzim dari pankreasdan dari getah empedu.
2. Jejenum Adalah kelanjutan duodenum yang berfungsi seperti duodenum yaitu penyerapan makanan yang belum selesai saat di duodenum.
3. Ileumkelanjutan dari jejunum dengan fungsi yang sama yaitu penyerapan makanan dan pencernaan secara enzimatis.
CoecumTerdiri atas 2 ceca atau saluran buntu. Nutrient yang tidak tercerna akan mengalami dekomposisi oleh microba coecum. Tetapi penyerapan sangat sedikit. Di coecum pakan mengalami pencernaan secara mikrobiologi.
Usus besarAtau disebut juga intestinum crasum. Disini terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses. Di bagian ini juga bermuara saluran urine dari ginjal. Sehingga urine dan feses yang keluar akan menjadi satu dan disebut ekskreta. Feses dan urine juga akan mengalami penyerapan air sekitar 72-75%. Disini juga terdapat muara saluran reproduksi.
KloakaAdalah tempat keluarnya ekskreta juga telur pada ayam betina. Pakan dalam saluran pencernaan ayam kurang lebih 4 jam.
2 komentar:
http://slamet-riyadi03.blogspot.com/2009/05/mekanisme-pencernaan-ayam.html
Kulit ayam yg tidak mempunyai kelenjar keringat dipisahkan menjadi 2 bagian penting yaitu Epidermis dan Dermis. Epidermis merupakan bagian luar dari kulit yg terdiri dari Stratum Germinativum dan berikutnya Stratum Corneum. Stratum corneum merupakan bagian kulit paling luar yang terdiri dari sel yg pipih, mengeras dan disertai beberapa sel yg mati.
Bulu ayam menutup seluruh tubuh sebetulnya berfungsi untuk menjaga suhu badan dari udara dingin, terutama bulu halus yg menyelimuti seluruh tubuh, sedangkan bulu sayap dan bulu ekor sebagai alat terbang dan kemudi. Pada ayam laga, bulu halus diubah fungsinya sebagai alat pendingin, bukan sebagai penjaga suhu tubuh agar keseimbangan suhu tubuh ayam laga dapat terjaga dan tidak terbuang keluar.
Sebagai yang telah diinformasikan di atas, tujuan pemberian kemin adalah utk mempertebal kulit, pemberian kemin dapat dilakukan dengan mencampurkannya dengan kapur sirih sehingga dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Selain itu pemberian kombinasi ramuan ini juga ditujukan untuk melarutkan lemak yg ada pada bulu halus yg menutupi tubuh ayam, sehingga air akan mudah menyerap ketika bulu dibasahi dan juga mudah menguap ketika suhu tubuh meningkat seiring dgn meningkatnya aktivitas tubuh ketika ayam laga diadu.
Ayam akan melakukan pernapasan sangat cepat ketika merasa kepanasan, hal ini adalah satu-satunya cara bagi ayam untuk membuang panas tubuh, karena ayam tidak mempunyai kelenjar keringat.