sistem urinaria 2003

50
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sedikit orang yang menyadari betapa mengagumkannya ginjal kita. Ginjal sesungguhnya merupakan pabrik kimia yang sangat rumit. Ginjal mampu menyaring seluruh suplai darah di tubuh kita 25 kali dalam satu hari. Ginjal membersihkan kotoran beracun yang dihasilkan tubuh sementara dalam waktu yang bersamaan ginjal juga menjaga keseimbangan kandungan garam, asam dan air dalam tubuh. Limbah kimia dan kelebihan air dikumpulkan oleh ginjal dan disalurkan ke kandung kemih dalam bentuk urin. Ginjal juga membantu kondisi lingkungan tubuh dan menghasilkan hormon penting untuk mengatur tekanan darah dan produksi sel darah merah. Walaupun kita jarang memperhatikan dan karena ginjal kita biasa bekerja dengan indahnya, kerja ginjal tidak begitu kita hargai sampai saatnya kerja ginjal tersebut gagal. Kegagalan kerja ginjal memicu berbagai kelainan baik yang terdapat didalam urin maupun gangguan sistem urinaria. Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah. Sebagian besar dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan asam urat. Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang kotoran, bergantung pada 1

Transcript of sistem urinaria 2003

Page 1: sistem urinaria 2003

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sedikit orang yang menyadari betapa mengagumkannya ginjal kita. Ginjal sesungguhnya

merupakan pabrik kimia yang sangat rumit. Ginjal mampu menyaring seluruh suplai darah di

tubuh kita 25 kali dalam satu hari. Ginjal membersihkan kotoran beracun yang dihasilkan

tubuh sementara dalam waktu yang bersamaan ginjal juga menjaga keseimbangan kandungan

garam, asam dan air dalam tubuh. Limbah kimia dan kelebihan air dikumpulkan oleh ginjal

dan disalurkan ke kandung kemih dalam bentuk urin. Ginjal juga membantu kondisi

lingkungan tubuh dan menghasilkan hormon penting untuk mengatur tekanan darah dan

produksi sel darah merah. Walaupun kita jarang memperhatikan dan karena ginjal kita biasa

bekerja dengan indahnya, kerja ginjal tidak begitu kita hargai sampai saatnya kerja ginjal

tersebut gagal. Kegagalan kerja ginjal memicu berbagai kelainan baik yang terdapat didalam

urin maupun gangguan sistem urinaria.

Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah. Sebagian besar

dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan asam urat. Kemampuan ginjal

untuk menjalankan fungsinya dalam membuang kotoran, bergantung pada unit fungsional

dari ginjal yang disebut nephron. Bersama dengan kandung kemih, dua ureter, dan satu

urethra, ginjal menyusun sistem uriner tubuh. Di makalah ini akan saya bahas semua proses

yang terdapat di sistem urinaria dan beberapa gangguan yang terjadi jika sistem urinaria kita

mengalami kerusakan.

1.2 Rumusan Makalah

1.2.1 Apa saja struktur makroskopis sistem urinaria manusia?

1.2.2 Apa saja struktur mikroskopis sistem urinaria manusia?

1.2.3 Apa saja fungsi sistem urinaria manusia?

1.2.4 Bagaimana proses mekanisme sistem urinaria manusia?

1.2.5 Apa saja komposisi urin manusia?

1

Page 2: sistem urinaria 2003

1.2.6 Bagaimana cara memeriksa urin yang bermasalah?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui struktur makroskopis sistem urinaria manusia.

1.3.2 Untuk mengetahui struktur mikroskopis sistem urinaria manusia.

1.3.3 Untuk mengetahui fungsi sistem urinaria manusia.

1.3.4 Untuk mengetahui proses mekanisme sistem urinaria manusia.

1.3.5 Untuk mengetahui komposisi urin manusia.

1.3.6 Untuk mengetahui cara pemeriksaan urin yang bermasalah.

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari mahasiswa/i Universitas Kristen

Krida Wacana.

1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan.

2

Page 3: sistem urinaria 2003

BAB II

Isi

2.1 Makroskopis Sistem Urinaria Manusia

A. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk  seperti kacang, terdapat sepasang (masing-

masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal

kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini

disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Ren sinistra terletak

setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa

XII atau vertebral lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra

adalah 7 cm, sedangkan jarak dari extremitas inferior ren dextra dan ren sinistra adalah

11 cm. Sedangkan jarak dari extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm.1

3

Page 4: sistem urinaria 2003

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus

renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal

dan tubulus kontortus distalis.

Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,

lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal

Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau

duktus memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan

calix minor.

Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara

calix major dan ureter.

Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.2

Ren di bungkus oleh:

1. Capsula fibrosa

Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah di kupas. Capsula fibrosa hanya

menyelubungi ginjal dan tidak membungkus glandula supra renalis.

2. Capsula adiposa

Capsula adiposa mengandung banayk lemak dan membungkus ginjal dan glandula

suprarenalis. Capsula adipose di bagian depan relative lebih tipis di bandingkan di

bagian belakang.

4

Page 5: sistem urinaria 2003

Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa. Pada keadaan tertentu

capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula

fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun, yang di sebut

nephroptosis.

3. Fascia renalis (Gerota)

Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terditi dari 2 lembar yaitu fascia

prerenalis di bagian depan dan fascia retrorenalis di bagian belakang.kedua lembar

fascia renalis ke audal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal

terbuka ke bawah, oleh karena itu sering terjadi ascending infection.1

Ginjal di perdarahi oleh oleh a.renalis cabang dari aorta abdominalis setinggi vertebra

lumbal 1-2. Arteri renalis kanan lebih panjang daripada arteri renalis kiri karena arteri

renalis kanan harus menyilangi vena cava inferior. Arteri renalis berjalan di antara lobus

ginjal dan bercabang menjadi arteri interlobaris. Arteri interlobaris pada perbatasn cortex

dan medulla akan bercabang menjadi arteri arcuata yang akan mengelilingi cortex dan

medulla, sehingga di sebut arteri arciformis. Arteri arcuata mempercabangkan

mempercabangkan arteri interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex), kemudian

mempercabangkan vasa afferents: glomerolus dan di dalam glomerolus membentuk

anyaman/ pembuluh kapiler, sebagai vassa efferents→anyaman rambut=tubuli contorti.1

Di superomedial dari ginjal terdapat suatu kelenjar endokrin yaitu glandula suprarenalis.

Glandula suprarenalis dextra berbentuk pyramid dan terletak antar diafragma dan lobus

dexter hepatis. Glandula suprarenalis lebih pipis dan berbentuk bulan sabit.

Glandula suprarenalis mendapatkan pendarahan dari:

1. Arteri suprarenalis superior, cabang dari a.phrenica inferior

2. Arteri suprarenalis media, cabang dari aorta abdominalis

3. Arteri suprarenalis inferior, cabang dari a.renalis

Sedangkan pembuluh darah baliknya melalui beberapa vena-vena kecil mengikuti

pembuluh nadinnya. Vena suprarenalis dextra bermuara pada vena cava inferior ,

sedangkan vena suprarenalis sinistra bermuara pada vena renalis sinistra dan biasanya

membentuk satu saluran dengan vena phrenica inferior.

5

Page 6: sistem urinaria 2003

Aliran getah bening dari cortex glandula suprarenalis lebih sedikit daripada medulla dan

mengikuti aliran limfe ke nnl.lumbales (aortica).

Glandula suprarenalis dipersarafi oleh plexus coeliacus dan cabang-cabang

nn.splanchnici.1

B. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal

(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang

ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Menurut letaknya, ureter di bedakan menjadi pars abdominalis ureteris dan pars pelvina

ureteris. Dimana jalannya ureter pars abdominalis pada pria dan wanita sama, sedangkan

pars pelvina ureteris pada pria dan wanita tidaklah sama. Dimana perbedaan tersebut

dipengaruhi oleh alat-alat panggul pada pria dan wanita.

Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada:

1. Ureteropelvic junction

2. Saat ureter menyilangi vassa iliaca communis (flexura marginalis)

3. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria

Ureter dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.1

6

Page 7: sistem urinaria 2003

C. Vesica Urinaria

Berfungsi sebagai tempat reservoir urine dengan kapasitas 200-400 cc. pada anak-anak

terletak di aperture pelvis superior. Setelah dewasa, rongga panggul membesar dan vesica

urinaria akan turun ke dalam rongga perut. Vesica urinaria yang terisi, berbentuk ovoid

atau menyerupai telur. Vesica urinaria yang kosong, seluruhnya terletak di symphisis

ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk seperti limas, sehingga dapat dibedakan

menjadi:

1. Apex vesica urinaria

Terletak di belakang symphisis ossis pubis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan

berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoid.

2. Dasar vesica urinaria

Di bentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga. Pada sudut laterosuperior

dextra dan sinistra dapat di jumpai muara ureter, sedangkan pada sudut inferior dapat di

jumpai orificium urethrae internum.

3. Dinding vesica urinaria

Terdiri dari satu dinding superior dan dua dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior

berhubungan dengan m. obturator internus di sebelah cranial dan m. levator ani di

sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di caudal disebut dengan cervix

vesicae.

4. Collum vesica urinaria

Pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas gl. Prostata. Collum vesica urinaria

difiksasi oleh lig. Puboprostatica pada laki-laki atau lig. Pubovesicale pada wanita.1

Secara anatomi, vesica urinaria dibagi menjadi:

1. Apex

2. Corpus

3. Fundus

Berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal dan berhadapan dengan rectum. Pada

laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesikula seminalis dan ampulla

ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan

7

Page 8: sistem urinaria 2003

preitoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria

dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis carvisis uteri.

Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:

1. Lapisan mukosa

Pada saat kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat. Saat terisi penuh,

lapisan mukosa menjadi tipis dan lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di dalam

vesica urinaria dapat di jumpai trigonum vesica (liutaudi) yang dibentuk oleh

orificium urethrae internum. Trigonum vesica bekerja sebagai katup untuk

mencegah aliran balik urine ke ginjal. Dapat di jumpai juga uvula vesica, berupa

tonjolan kecil di belakang orificium urethrae interna yang disebabkan oleh lobus

medial gl. Prostata.

2. Lapisan otot

Merupakan lapisan otot yang kuat dan terdiri dari 3 lapisan otot yang saling

menutupi:

- Musculus detrusor, di lapisan dalam, untuk mengeluarkan isi vesica

urinaria.

- Musculus trigonal, di dalam segitiga liutadi, ikut membentuk uvula, untuk

membuka orificium irethrae interna.

- Musculus sphincter vesica, di daerah collum vesica urinaria, untuk

menahan urine.

Di sekitar vesica urinaria juga terdapat ruangan-ruangan yang terbentuk karena posisi

vesica urinaria terhadap dinding panggul dan oragan panggul lain yang di sebut juga

spatium para vesicalis, dapat di bedakan:

1. Spatium praevesicale: ruang antara symphisis ossis pubis dan vesica urinaria.

2. Excavatio retrovesicalis pada laki-laki

3. Excavatio vesicouterina pada wanita, di bentuk oleh permukaan dorsal (basis)

vesica urinaria dan uterus serta vagina.

8

Page 9: sistem urinaria 2003

Ikat-ikat antara vesica urinaria dengan organ sekitar:

1. Lig. Vesicoumbilicale, membentang dari vertex ke umbilicus.

2. Lig. Puboprostatica pada laki-laki, dari prostat menuju pinggir bawah symphisis ossis

pubis.

3. Lig. Pubovesicale pada wanita, dari vesica urinaria menuju pinggir bawah symphisis

ossis pubis.

4. Lig. Rectovesicale, dari bagian bawah vesica urinaria menuju sisi rectum dan os

sacrum.

Lipatan peritoneum di sekitar vesica urinaria:

1. Plica umbilicalis media, menutupi lig. Vesicoumbilicale mediale.

2. Plica umbilicales laterales, menutupi lig. Vesicoumbilicale laterale.

3. Plica vesicalis transversa, berjalan melintang melalui permukaan atas vesica

urinaria ke dinding pelvis.

4. Plica recto vesicales, menutupi lig. Recto vesicale dan merupakan batas atas

excavatio rectovesicalis.1

Vesica urinaria di pendarahi oleh cabang-cabang a. iliaca interna, yaitu:

1. Arteriae vesicales superior

Cabang dari a. umbilicalis bagian proximal. A. umbilicalis bagian distal melanjut

sebagai lig. Umbilicalis lateralis. Aa. Vesicalis superior mendarahi fundus dan

akhirnya beranastomosis dengan a. epigastrica inferior.

2. Arteriae vesicales inferior

Mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria, serta

glandula prostata.

3. Arteria vesiculodeferentialis

Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan posterior

vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis.

Pada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. vaginalis dan mendarahi ovarium

dan vagina.

9

Page 10: sistem urinaria 2003

Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales

yang berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, kemudian ke v. iliaca interna.

Aliran getah bening ke nnll. Iliaca interna dan nnll. Iliaca externa.

Vesica urinaria dipersarafi cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang berisi

serabut-serabut:

1. Serabut post ganglioner simpatis gl. Paravertebralis L1-2 pada truncus sympaticus

melalui plexus hypogastricus inferior ke vesica urinaria.

2. Serabut preganglionerparasimpatis dari medula spinalis segmen sacral 2,3,4 melalui

n. splanchnicus dan plexus hypogastricus inferior akan mencapai dinding vesica

urinaria.

3. Serabut sensoris visceral afferent melalui n. splanchnicus. Mengikuti serabut

simpatis plexus hypogastricus dan berakhir pada medulla spinalis segmen lumbal 1-

2.1

D. Urethra

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju

lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada

10

Page 11: sistem urinaria 2003

pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual

(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar

3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos

terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars

membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter

externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa

dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior

kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang

berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.

Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian

ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital.

Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di

bawah kendali volunter (somatis).

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars

membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus

spongiosum di bagian luarnya.3

11

Page 12: sistem urinaria 2003

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada

pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di

antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat

volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita

tidak memiliki fungsi reproduktif.3

2.2 Mikroskopis Sistem Urinaria Manusia

A. Ginjal (Ren)

12

Page 13: sistem urinaria 2003

Dalam jaringan korteks ginjal terdapat :

Glomerulus ginjal (korteks Malpighi), bangunan ini bentuknya khas, bulat dengan warna

lebih gelap daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Permukaan luarnya

diliputi epitel selapis gepeng yang disebut kapsula bowman pars parietal. Kadand ditemukan

tautan antara kapsula bowman pars parietalis dengan tubulus kontortus proksimal yang

membentuk polus tubularis. Dibawah kapsula bowman pars parietal terdapat ruangan

kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat (urine primer). Pada sisi yang

berlawanan dengan polus tubularis terdapat polus vaskularis, tempat masuk dan keluarnya

arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen, yang kemudian

bercabang-cabang menjadi sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk glomerulus.

Pembuluh kapiler tadi sebenarnya diliputi oleh podosit yang merupakan kapsula bowman

pars viseralis. Dengan mikroskop cahaya biasanya sulit membedakan sel endotel kapiler dari

podosit. Semua pembuluh kapiler tadi kemudian menjadi satu lagi membentuk arteriol yang

selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen yang berupa suatu arteriol.4

Pada beberapa glomerulus dapat dibedakan vasa aferen dari vasa eferen karena kebetulan

terpotong pada apparatus yuxta glomerularis. Bangunan ini terdiri atas makula densa dan sel

yuxta glomerularis. Vasa aferen ikut membentuk bangunan ini karena sel yuxta glomerularis

sebenarnya merupakan sel otot polos dinding vasa aferen didekat glomerulus yang berubah

sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel tersebut tampak jernih dan kadang-kadang di dalam

sitoplasmanya terdapat granula. Ditempat ini, arteriol tidak mempunyai tunika elastika

interna.5

Sisi luar sel yuxtaglomerularis berhimpit dengan sel yang menyusun makula densa yang

merupakan epitel dinding tubulus kontortus distalis. Pada bagina ini sel dinding tubulus

tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel makula densa dan sel yuxtaglomerular

bersama-sama membentuk apparatus yuxta glomerularis. Diantara apparatus yuxta

glomerularis dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus terdapat kelompokan sel-sel kecil

yang jernih yaitu sel mesangial atau sel polkisen.

13

Page 14: sistem urinaria 2003

Tubulus kontortus proksimal. Saluran ini selalu terpotong dalam berbagai bidang karena

jalannya berkelok-kelok. Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel

yang sukar dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan inti sel

disebelahnya. Sitoplasma berwarna asidofil. Dinding lateral sel tidak jelas. Permukaan sel

yang menghadap lumen mempunyai batas sikat(brush border).

Tubulus kontortus distal. Seperti yang proksimal, dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid

yang batas antar selnya agak lebih jelas dibanding yang proksimal, inti sel bulat, berwarna

biru, tetapi bila diperhatikan, jarak antara inti sel disebelahnya agak berdekatan satu sama

lain. Sitoplasma berwarna basofil dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak

mempunyai brush border.

Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga a/v intralobularis atau a/v

kortikalis radiata. Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan tergolong

arteriol dan venula. Bergantung pada arah potongannya, kedua pembuluh ini dapat terpotong

melintang atau memanjang, tetapi selalu berada didalam jaringan koteks ginjal. 4

Pada daerah yang berbatasan dengan jaringan medulla (pyramid) pada beberapa sajian dapat

ditemukan a/v arkuata yang tergolong arteriol dan venula yang lebih besar daripada a/v

interlobularis.

Kolumna renalis bertini. Jaringan korteks ginjal sebagian kecil menjorok kedaerah medulla

membentuk kolom mengisi celah diantara piramid. Jaringan medulla seperti itulah yang

disebut kolumna renalis bertini. Pada beberapa sajian disini pun dapat ditemukan pembuluh

darah yang juga tergolong arteriol/venula dan disebut a/v interlobaris.

Medula ginjal. Jaringan medulla ginjal hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih

berjalan lurus. Jaringan medulla ada juga yang menjorok masuk kedalam daerah

korteks.didalam korteks ginjal jaringan medulla ini membentuk berkas-berkas yang disebut

prosesus ferreini. Di dalam berkas ini terdapat sekelompok saluran yang gambarannya

berbeda dari saluran yang ada di dalam jaringan korteks. Jika berkas itu terpotong melintang

biasanya tampak sejumlah saluran lumennya lebih kecil dan dindingnya pun lebih tipis.

14

Page 15: sistem urinaria 2003

Didalam jaringan medulla ginjal, yang terdapat pada prosesus ferreini maupun pada piramid

dapat dipelajari saluran-saluran urine sebagai berikut

a. Ansa henle segmen tebal naik (pars asenden). Gambarannya mirip tubulus kontortus

distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.

b. Ansa henle segmen tipis. Gambarannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya

meskipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga

sitoplasmanya lebih jelas terlihat, selain itu lumennya tampak kosong.

c. Ansa henle segmen tebal turun (pars desenden). Gambarannya mirip tubulus kontortus

proksimal, tetapi diameternya lebih kecil.

d. Duktus koligens. Gambarannya mirip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel

epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.

Jaringan medulla yang terdapat di dalam piramid gambarannya sama dengan yang

tedapat dalam prosesus ferreini. Tetapi makin dekat ke papilla renis, saluran-saluran

yang ada didalamnya tamapak berdiameter lebih besar, dindingnya dilapisi epitel kubis

tinggi selapis sampai torak dan disebut duktus papilaris bellini. Saluran yang terakhir

ini bermuara kedalam kaliks minor.4,5

B. Ureter

Mukosanya dilapisi oleh epitel trasnsisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk

lamina propia dibawahnya.

Tunika muskularisnya terdiri atas tiga lapisan jaringan otot polos yaitu

-lapis otot longitudinal (dalam)

-lapis otot sirkular ( tengah)

-lapis otot longitudinal(luar)

Tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang4

C. Vesika urinaria

Mukosa vesika urinaria dilapisi epitel trasnsisional dengan jaringan ikat jarang yang

membentuk lamina propria dibawahnya.

15

Page 16: sistem urinaria 2003

Tunika muskularis terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang

arahnya tidak membentuk aturan tertentu. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang

yang sebagian diliputi oleh peritoneum dan disebut tunika serosa.4

2.3 Fungsi Sistem urinaria Manusia

Fungsi ginjal sebagian besar adalah untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan

internal. Berikut adalah fungsi spesifik ginjal:

1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na+, Cl-, K+,

HCO3-, Ca++,Mg++,SO4, PO4 , dan H+. Bahkan flutuasi minor pada konsentrasi

sebagian elekrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar.

3. Meningkatkan volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam

pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui

peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O.

4. Memebantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh dengan menyesuaikan

pengeluaran H+ dan HCO3- dalam urin.

5. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama

melalui pengaturan keseimbangan H2O.

6. Mengekskresi produk-produk sisa dari metabolism tubuh, misalnya urea , asama

urat dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik,

terutama bagi otak.

7. Mengeksresi banayk senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada makanan,

pestisida dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil masuk ke

dalam tubuh.

8. Mengekskresi eitropoetin, suatu hormon yang dapat merangsang pembentukan sel

darah merah.

9. Mengekresi rennin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang

penting dalam konversi garam oleh ginjal.

10. Mengubah vitamin D dalam bentuk aktifnya.6

16

Page 17: sistem urinaria 2003

2.4 Mekanisme Sistem Urinaria Manusia

1.Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk

menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar ke dalam sistem vaskuler ,

menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini

disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia,

arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan

glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut

kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut rongga bowman

(bowman space) dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrat glomerular, yang

menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas

3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membran dasar, epitelium visceral. Endothelium kapiler

terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau

fenestrate.7

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi

kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di

dalam bowman space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di

bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan

untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif permeabel. Normalnya komponen seluler dan

protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring.7

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm

atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi

kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric

charged) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positif ) lebih mudah tersaring

dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam

amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi

bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer)

yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein.7

17

Page 18: sistem urinaria 2003

2. Penyerapan ( Reabsorpsi)

Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-bagian

tubulus sebelum diekskresikan sebagai urin. Di sepanjang jalan yang dilaluinya, beberapa zat

direabsorpsi kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke darah., sedangkan yang lain

disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus.1 Substansi yang masih berguna seperti glukosa

dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada

filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200

g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.6

Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya

pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrat lebih luas dari tubulus

yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan

meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan

kapiler peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur :

jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel

dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial

dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma.6

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorpsi melewati jalur paraseluler bergerak dari vcairan

tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel

tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus

proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump

manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga

konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar

difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negatif. Pergerakan Na

melewati sel apikal difasilitasi oleh pembawa yang spesifik dan berada di membran. Pergerakan

Na melewati pembawa ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na (

contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ).6

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active

transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active

substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane

18

Page 19: sistem urinaria 2003

plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat

oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na.6

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya

sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan

ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,

misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui

peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus

proksimal dan tubulus distal.6

Reabsorpsi Tubulus Proksimal

Banyak zat yang diperoleh melalui mikropunksi ternyata masa isoosmotik sampai ke ujung

tubulus proksimal. Pada tubulus proksimal ini, air akan keluar dari tubulus secara pasif akibat

perbedaaan osmotik yang dihasilkan oleh transport aktif zat terlarut sehingga keadaan isotonik

bisa dipertahankan.3 Zat organik terlarut seperti glukosa, asam amino, dan bikarbonat, lebih

banyak dirabsorpsi daripada air, sehingga konsentrasi zat tersebut menurun secara nyata.6

Reabsorpsi Ansa Henle

Ansa Henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda: segmen tipis desenden, segmen

tipis desenden, dan segmen tebal asenden. Bagian desenden segmen tipis sanagat permeabel

terhadap air dan sedikit permeabel terhadap kebanyakan zat terlarut termasuk ureum dan

natrium. Sekitar 20% dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi di ansa henle, dan hampir semua

terjadi di lengkung tipis desenden karena lengkung tipis dan tebal asenden tidak permeabel

terhadap air. Segmen tebal ansa henle, yang mereabsorpsi secara aktif natrium, klorida, dan

kalium. Segmen tipis lengkung asenden mempunya kemampuan reabsorpsi yang lebih rendah

daripada segmen tebal, dan lengkung tipis desenden tidak mereabsorpsi zat terlarut ini dalam

jumlah bermakna.7

Reabsorpsi Tubulus Distal

19

Page 20: sistem urinaria 2003

Segmen tebal asenden ansa henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian tubulus ini

mempunyai kesamaan aktivitas reansorpsi seperti segmen tebal ansa henle, artinya mereabsorpsi

natrium, klorisa, dan kalium, tetapi tidak permeabel terhadap air dan ureum. Oleh karena itu,

segmen ini disebut segmen pengencer.7

Reabsorpsi Duktus Koligens

Duktus ini adalah bagian akhir dalam pemrosesan urin sehingga memainkan peranan penting

dalam menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dari urin. Ciri-ciri khusus segmen

tubulus adalah sebagai berikut:

1. Permeabilitas duktuis koligens bagian medula terhadap air dikontrol oleh kadar ADH.

Dengan kadar ADH yang tinggi, air banyak direabsorpsi ke dalam interstisium medula.

2. Duktus koligens bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum.7

Reabsorpsi glukosa

Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama-sama dengan Na+ di bagian awal

tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na+ akan direabsorpsi bersama dengan Cl-. Glukosa

merupakan contoh zat yang direansorpsi melalui transport aktif sekunder.

Ambangt ginjal untuk glukosa ialah kadarnya di plasma yang pertama kali menyebabkan glukosa

ditemukan di urin dalam jumlah melebihi jumlah kecil yang biasa diekskresi. Ambang ginjal

untuk glukosa adalah 375 mg/menit.8

3. Sekresi

Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel sperti yang dilakukan epitel reabsorpsi

tubulus, tetapi langkh-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat

20

Page 21: sistem urinaria 2003

aktif dan pasif.bahan yang paling penting disekresi adalah ion hidrogen dan ion kalium, anion

dan kation organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh.

Ion Hidrogen

Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion

hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal,

dan koligens. Tingkat konsentrasi H+ bergantung pada keasaman tubuh.7

Ion Kalium

Ion kalium adaalh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan diberbagai bagian

tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus

distal dan koligens. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan

reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang berganung energi. Pompa ini tidak saja

memindahkan Na+ ke luar ke ruangan lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam sel tubulus.

Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus.

Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar

saluran K+ di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu

memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Dari cairan interstium di sekitarnya, pompa basolateral

mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium.

Kalium yang keluar melalui cara ini kemudian dipompakan ke dalam sel, dan dari tempat ini

kalium berdifusi ke dalam lumen. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi

sekresi netto K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.6

Anion dan Kation Organik

Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi

anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Fungsi dari jalur sekresi

ini, yaitu:

21

Page 22: sistem urinaria 2003

1. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah

mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organik

mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.

2. Mempermudah eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat difiltrasi.

3. Mengeliminasi senyawa asing dari tubuh.6

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel.

Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara

disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam

bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan

oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen

yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang

mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah

dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.6

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine,yaitu :

Vasopresin (ADH)

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan

keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis

posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan

ekstrasel.

Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus

ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,

natrium, dan sistem angiotensin renin.

Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang,

pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada

22

Page 23: sistem urinaria 2003

ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan

volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

Renin

Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis

pada :

1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

4. Innervasi ginjal dihilangkan

5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan

mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya

angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini

efeknya menaikkan tekanan darah.6

2.5 Komposisi Urin Manusia

Sifat dan Susunan Urin

Sifat dan susunan urin setiap 24 jam tidak banyak berubah, tetapi antara urin sewaktu

sepanjang hari dapat berbeda bermakna. Oleh karena itu, sampel urin perlu dipilih sesuai tujuan

pemeriksaan. Misalnya untuk analisis kuantitatif harus digunakan sampel urin yang dikumpulkan

24 jam. Apabila sampel urin dibiarkan tanpa pengawet, sifat dan susunan urin dapat berubah,

misalnya lebih asam atau menjadi lebih basa dan bila urin tersebut mengandung gula maka

konsentrasi gula yang terdapat di dalamnya dapat berkurang akibat aktivitas bakteri sehingga

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pengawetan urin menjadi penting apabila

tidak segera dilakukan pemeriksaan seperti pada pengambilan sampel urin 24 jam.

Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :

1. Klorida sebagai NaCl : kurang lebih 10g

23

Page 24: sistem urinaria 2003

2. Ca2+, Mg2+ dan iodium : sedikit

3. Urea: kurang lebih 20-30 g

4. Kreatinin :1,5 g

5. Ammonia : 0,7 g

6. Asam urat : 0,7 g

Sifat-sifat urin

Volume

Volume urin dalam24 jam tergantung pada factor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu

keliling, kerja fisik) dan factor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan

sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretika, kopi, alcohol dapat pula

mempengaruhi volume urin. Pada orang dewasa normal, volume urin antara 600-2500 mL/24

jam.

Kelainan-kelainan dalam urin

1. Poliuria : bila volume urin meningkat.

2. Oliguria : bila volume urin menurun

3. Anuria : bila tidak terbentuk urin sama sekali

4. Nocturia : bila urin malam hari jumlahnya meningkat sehingga lebih banyak dari pada

urin siang hari.

Warna

Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekaannya, tetapi dalam keadaan normal urin

berwarna kuning muda dan jernih. Warna terutama disebabkan oelh pigmen urokrom yang

berwarna kuning, dan sejumlah kecil oleh urobilin dan hematoporfirin.

Bila urin dibiarkan, warnanya akan bertambah gelap akbiat perubahan kromogen yang

tak berwarna menjadi senyawa-senyawa berwarna. Pada beberapa penyakit atau setelah makan

obat-obat tertentu, warna urin dapat berubah. Dalam keadaan demam, karena pemekatan, warna

urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat

menyebabkan urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah atau hemoglobin menyebabkan

24

Page 25: sistem urinaria 2003

warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin

coklat tua.

Berat jenis

Berat jenis urin 24 jam normal antara 1.003- 1.030, tergantung pada jumlah yang larut

didalamnya dan volume urin. Biasanya berat jenis urin berbanding terbalik dengan volumenya,

kecuali pada penyakit diabetes mellitus dimana volume urin besar dan BJ nya tinggi karena

mengandung banyak glukosa. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.

Secara kasar BJ urin dapat dipakai untuk menentukan julah total zat padat dalam urin.

Dengan mengalikan ke dua angka terakhir dari BJ urin dengan angka 2,6 (koefisien ling), dapat

jumlah total zat padat dalam g/ liter urin. Pada keadaan normal jumlah zat padat dalam urin 24

jam kira-kira 50g. jumlah zat padat dapat menurun diantaranya pada nefritis berat (disebabkan

gangguan ekskresi) dan meningkat misalnya pada diabetes mellitus.

Reaksi

Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan PH antara 4,7-8,0. Tetapi urin yang

dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Reaksi urin dipengaruhi oleh susunan

makanan, misalnya diet tinggi protein akan menambah keasaman, disebabkan pada katabolisme

protein akan banyak membentuk sulfat dan fosfat. PH urin juga rendah pada demam dan

asidosis.

Urin yang diambil apda waktu-waktu tertentu mempunyai PH yang berbeda-beda.

Beberapa waktu sesudah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkaline tide.

Bila dibiarkan dalam waktu lama, urin dapat mengalami amoniacal fermentation atau acid

fermentation. Amoniacal fementation disebabkan oleh bakteri dan PH urin berubah menjadi

basa. Pada acid fermentation PH urin berubah menjadi asam. Urin semacam ini mungkin

mengandung asam urat, kalsium oksalat, jamur dan senyawa-senyawa yang mengandung urat.

Penetapan jumlah asam yang dikeluarkan ginjal dapat dilakukan dengan pemeriksaan keasaman

urin yang didasarkan atas titrasi.

Bau

25

Page 26: sistem urinaria 2003

Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi,

timbul bau ammonia yang tidak enak. Makanan atau obat-obat teretentu dapat menimbulkan bau

khas, misalnya metal salisilat, asparagus, buah jengkol, pete, dan sebagainya. Pada ketosis urin

akan berbau aseton.

Kekeruhan

Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan untuk waktu

lama, akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein mukoid atau sel-sel epitel.

Disamping itu pada urin yang alkalis kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat,

sedangkan pada urin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.

Endapan yang tidak larut pada pemanasan atau penambahan asam pada umumnya

merupakan bahan sel, misalnya epitel sel, nanah atau mikroorganisme yang biasanya terdapat

dalam jumlah besar pada radang traktus urinarius. Oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis

sedimen urin penting untuk membantu diagnosa.

Susunan Urin

Urin normal mempunyai susuna yang sangat berbeda-beda dipengaruhi oleh makanan

dan factor-faktor lain. Urin normal mengandung sejumlah zat, beberapa diantaranya antara lain:

Urea

Urea merupakan hasil akhir metabolism protein yang utama. Jumlahnya kira-kira

setengah jumlah zat padat total dalam urin. Yaitu antara 25-30 g/ 24 jam (10-15 g N urea), atau

80-90% dari nitrogen total. Pembentukan urea terjadi di hati. Oleh karena itu pada penyakit hati

ekskresinya dapat menurun. Ekskresi urease meningkat pada diet tinggi protein dan pada

keadaan-keadaan di mana katabolisme protein meningkat. Misalnya pada demam. Enzim urease

mempercepat pemecahan urea menjadi ammonium karbonat. Ini merupakan dasar pemeriksaan

urea secara kualitatif. Ammonium karbonat yang terbentuk dapat dihitung dengan berbagai cara.

Asam Urat

Asam urat merupakan hasil akhir utama metabolism purin pada manusia. Zat ini berasal

dari pemecahan inti sel atau lain-lain senyawa yang mengandung purin, baik yang berasal dari

26

Page 27: sistem urinaria 2003

makanan maupun dari pemecahan sel dalam tubuh sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dalam urin

antara 0,5 – 1 g/ 24 jam. Makanan yang banyak mengandung nucleoprotein seperti daging dan

kelenjar-kelenjar akan menambah ekskresi asam urat. Ekskresi asam urat juga akan meningkat

pada beberapa penyakit misalnya pada leukemia, disebabkan penghancuran leukosit yang sangat

meingkat. Pada penyakit pirai kadar asam urat darah dan urin tinggi, disertai penimbunan asam

jrat di dalam persendian. Pada urin asam, sam urat lebih mudah mengendap, sehingga

pembentukan batu asam urat mudah terjadi . pemberian zat-zat yang menaikkan PH urin akan

memperbesar daya larut asam urat, sehingga pembentukan batu berkurang. Pemeriksaan asam

urat biasanya didasarkan atas daya asam urat mereduksi garam-garam perak, tembaga,

fosfomolibdat dan fosfotungsat dalam lingkungan alkalis.

Kreatinin

Jumlah kreatinin yang diekskresi melalui urin kira-kira 1-1,8 g/ 24 jam. Hamper

seliruhnya berasal dari keratin dalam tubuh. Karena sebagian besar kreatinin terdapat dalam

jaringan otot, terdapat hubugnan antara jumlah kreatinin yang dikeluarkan dengan jumlah

jaringan otot dalam tubuh.

Keratin

Dalam urin orang dewasa keratin terdapat dalam jumlah yang yang sangat kecil, tetapi

pada anak-anak dan wanita hamil jumlahnya lebih besar. Keratin terdapat dalam semua jaringan,

terbanyak dalam jaringan otot dalam bentuk fosfokreatin.

Indikan

Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10-20 mg /24 jam. Indikan

merupaka bagian terpenting dari sulfat eterial dalam urin. Zat ini bersal dari pembusukan

triptofan dalam usus atau ditempat lain.

Ammonia

Merupakan hasil akhir matabolisme protein yang mengandung N. merupaka yang kedua

terpenting sesudah urea.

27

Page 28: sistem urinaria 2003

2.6 Pemeriksaan Urin

1. Jumlah zat padat dalam urin

Tujuan : menetapkan jumlah zat padat total dalam urin normal

Dasar: jumlah zat padat total dalam urin ditentukan oleh volume dan berat jenisnya

Bahan dan Alat:

1. Urin normal 24 jam

2. Gelas ukur

3. Pipet tetes

4. Urinometer

5. Thermometer

6. Gelas kimia 50 ml

Cara Kerja :

1. Tetapkan volume (mL) urin memakai gelas ukur. (toluene yang terdapat di

permukaan urin dipindahkan ke gelas kimia memakai pipet tetes).

2. Catatlah suhu tera urinometer dan tetapkan suhu urin (sama dengan suhu ruang)

3. Letakkan urinometer sedemikan rupa pada (1) sehingga urinometer tidak menyentuh

dinding gelas ukur dan catatlah berat jenis yang ditunjukkan oleh urinometer.

4. Apabila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, tambahkan 0,001 pada angka yang

dinyatakan urinometer untuk setiap 3oC di atas suhu tera atau kurangi 0,001 untuk

setiap 3oC di bawah suhu tera

5. Simpanlah urin kembali dengan memakai pengawet toluene.

2. Uji Benedict

Tujuan : menetapkan kadar gula dalam urin normal dan urin patologis secara

semikuantitatif.

28

Page 29: sistem urinaria 2003

Dasar : gula dalam urin yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion

kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah.

Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di

dalam urin.

CuSO4 + 2 NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4

(putih kebiruan)

2 CU(OH)2 Gula Pereduksi → 2CuOH +H2O +O2

Pemanasan

2 CuOH + O2 + H2O → Cu2O +H2O

2 CuOH + O + H2O → Cu2O +H2O

Bahan dan alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis A,B,C, dan D

2. Larutan benedict

3. Tabung reaksi

4. Pipet Mohr 10 mL

5. Pipet tetes alat pemanas / penangas air yang mendidih

6. Pengatur waktu

Cara kerja :

1. Sediakan 2 tabung reaksi dan campur dalam tiga tabung 2,5 mL larutan Benedict dan

4 tetes urin normal atau urin patologis

2. Panaskan kedua tabung tadi selama 5 menit dalam penangas air mendidih atau

didihkan langsung selama 2 menit memakai alat pemanas.

3. Dinginkan perlahan-lahan

4. Lakukan penafsiran terhadap endapan atau warna yang terbentuk

Penafsiran warna Penilaian Konsentrasi

29

Page 30: sistem urinaria 2003

Biru / Hijau - -

Hijau / Hijau kekuningan +1 Kurang dari 0,5%

Kuning Kehijauan /

Kuning

+2 0,5 – 1,0%

Jingga +3 1,0 – 2,0%

Merah +4 Lebih dari 2%

3. Uji Heller

Tujuan : memeriksa adanya protein dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam nitrat pekat yang tampak

sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan.

Bahan dan Alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Buret 50mL

3. Asam nitrat pekat

4. Tabung reaksi

5. Pipet Mohr 10 mL

Cara kerja:

1. Alirkan melalui buret 3 mL asam nitrat pekat perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi

2. Dengan memakai pipet Mohr, pelan-pelan tambahkan 3mL urin normal atau urin

patologis melalui dinding tabung sehingga kedua cairan tidak bercampur

3. Perhatikan cincin putih yang terbentuk pada perbatasan kedua cairan

4. Uji Asam Sulfosalisilat

Tujuan : memeriksa adanya protein dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam sulfosalisilat

Bahan dan Alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Larutan asam sulfosalisilat 3%

3. Tabung reaksi

30

Page 31: sistem urinaria 2003

4. Pipet Mohr 10mL

5. Penangas air mendidih

Cara kerja :

1. Pipetkan 3 mL asam sulfosalisilat 3% ke dalam tabung reaksi berisi 1 mL urin normal

atau urin patologis.

2. Perhatikanlah timbulnya kekeruhan atau endapan

3. Panaskanlah kedua tabung dalam penangas air mendidih dan perhatikan

bertambahnya endapan.

5. Uji Zat Keton (Rothera)

Tujuan : memeriksa adanya zat-zat keton dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : zat keton dalam urin akan bereaksi dengan pereaksi yang dipakai membentuk

kompleks berwarna ungu.

Bahan dan alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Kristal ammonium sulfat

3. Larutan natrium nitroprusida

4. Larutan ammonium hidrosida pekat

5. Tabung reaksi

6. Pipet Mohr

7. Pipet tetes

8. Sendok plastik

9. Pengatur waktu

Cara Kerja :

1. Tambahkan Kristal ammonium sulfat ke dalam 5 mL urin normal atau urin patologis

hingga jenuh

2. Tambahkanlah pada (1) 2-3 tetes natrium nitroprosida 5% yang baru dibuat dan 1-2

mL ammonium hidroksida pekat

3. Campur dan biarkanlah setengah jam

31

Page 32: sistem urinaria 2003

4. Perhatikanlah warna ungu yang terbentuk. Warna tidak berarti positif. Uji ini lebih

peka terhadap asam asetoasetat

6. Penetapan Kadar Kratinin Urin (Folin)

Kreatinin merupakan produk katabolisme keratin fosfat dalam otot. Dalam

keadaan normal sebesar 1-1,8 kreatinin diekskresi ke dalam urin dalam 24 jam. Bila

fungsi ginjal tidak terganggu, ekskresi kreatinin dalam urin dapat dijadikan indeks massa

otot. Dari hari ke hari pada satu individu di ekskresi kreatinin bersifat konstan dan tidak

tergantung pada diet, sehingga dapat dinyatakan sebagai koefisien kreatinin.

Koefisien kreatinin menyatakan ekskresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg)

dibanding dengan berat badan (dalam Kg). Karena besaran koefisien kreatinin konstan

untuk semua individu, koefisien kreatinin dapat digunakan untuk mengetahui apakah

suatu sample urin benar merupakan urin yang dikumpulkan selama 24 jam.

Ekskresi kreatinin dalam urin berkurang pada keadaan lapar dan atrofi otot dan

meningkat bila terjadi peningkatan katabolisme jaringan seperti pada demam.

Koefisien kreatinin laki-laki : 20-26 mg.kg berat badan/24 jam, wanita : 14-22 mg/kg

berat badan /24 jam.

Tujuan : untuk menetapkan kadar kreatinin dan koefisien kreatinin urin

Dasar : kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi Jaffe) menghasilkan

senyawa kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan peraksi :

1. Urin 24 jam

2. Larutan pikrat jenuh

3. Larutan NaOH 10%

4. Larutan standar kreatinin mengandung 1 mg/ mL

Larutkan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 mL dengan HCl

0,1 N

Larutan Blanko Standar 1 Standar 2 Uji 1 Uji 2

32

Page 33: sistem urinaria 2003

Akuades 1mL - - - -

Standar - 1 mL 1 mL - -

Urin - - - 1 mL 1 mL

Larutan asam pikrat 20 mL 20 mL 20 mL 20 mL 20 mL

NaOH 10% 1,5 mL 1,5 mL 1,5 mL 1,5 mL 1,5 mL

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 mL,

campur dengan membalik-balikkan labu. Bacalah serapan pada panjang gelombang 540 nm.

Perhitungan :

Kadar kreatinin = ((AU-AB)/ (AS-AB) x 1mg/ mL x vol. urin 24 jam (mL)

Koefisien kreatinin = kadar kreatinin urin 24 jam / berat badan (kg).9

BAB III

Pentutup

33

Page 34: sistem urinaria 2003

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil

hipotesis yang disepakati, yaitu “Gangguan sistem urinaria dapat menyebabkan masalah

seperti sering kencing pada malam hari dengan pemeriksaan urin adalah reduksi glukosa

+4 dan benda keton +1.” Dapat diterima. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa

terhadap organ dan saluran kemih secara makroskopik dan mikroskopik, mekanisme dan

fungsi organ dan saluran kemih menunjukkan bahwa sistem urinarius merupakan sistem

yang kompleks dan penting bagi berlangsungnya proses ekskresi urin, sehingga jika

terjadi gangguan, baik yang terjadi pada organ, saluran, maupun mekanisme fungsinya,

maka dapat terjadi gangguan pada sistem urinarius.

Daftar Pustaka

34

Page 35: sistem urinaria 2003

1. Kasim YI. Traktus urogenitalia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

Wacana; 2010.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2004.

3. Anatomi ginjal dan saluran kemih. Edisi agustus 2005. Diunduh dari

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/ ,

2 oktober 2010.

4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskop Histologi.

Jakarta: Universitas Trisakti;2009.

5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: EGC; 2007.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.

7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.

8. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2005.

9. Maria AD, Winata Susanty Dewi. Penuntun praktikum biokimia. Jakarta: Bagian Biokimia

Fakultas Kesokteran Universitas Kristen Krida Wacana. 2010.

35