UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI...

90
UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI PELAKU PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (Studi Di Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: ADE USWATUL JAMILIYAH NIM : 108044100030 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M

Transcript of UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI...

Page 1: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM

MENGURANGI PELAKU PERKAWINAN DI BAWAH UMUR

(Studi Di Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ADE USWATUL JAMILIYAH

NIM : 108044100030

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H/2011 M

Page 2: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang
Page 3: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang
Page 4: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Agustus 2011

Penulis

Ade Uswatul Jamiliyah

Page 5: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

ii

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرحمن الرحيم

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Dengan taufik dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, yang berjudul “UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM

MENGURANGI PELAKU PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (Studi Di Desa

Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi)”.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA, MM. selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kewenangan

yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun

skripsi ini.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., MA., selaku Ketua Program Studi Ahwal Al-

Syakhsiyyah, kemudian Hj. Rosdiana, MA., selaku Sekretaris Jurusan Ahwal

Al-Syakhsiyyah yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Hj. Ummu Hanah Yusuf, Lc, MA., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Page 6: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

iii

4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan yang banyak membantu

penulis memfasilitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Kepala dan Sekretaris Desa serta seluruh warga Desa Ciwalat yang telah

memberikan izin kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini dan banyak

membantu dalam memberikan data sehingga saya dimudahkan dalam

penyusunan skripsi.

6. Direktur dan segenap staf Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan izin kepada saya dan membantu dalam melengkapi data sehingga

saya dimudahkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teristimewa kepada Ayahanda Kasnan Suharya dan ibunda Fathiyah Sadim,

S.Ag, serta seluruh keluarga yang sangat saya cintai dan sayangi. Terima kasih

banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan kalian

yang tidak terlupakan. Terima kasih juga atas doa dan pengorbanan kalian

yang tidak terhingga serta senantiasa memberi semangat tanpa jemu sehingga

penulis menyelesaikan belajar di sini dengan selamat dan sempurna. Semoga

Allah SWT menempatkan kalian di tempat orang-orang yang sholeh dan

mulia. Tidak ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan, melainkan

sebuah kejayaan.

8. Sahabat-sahabat saya: Yossi Febrina yang selalu menemani dalam proses

penyusunan, Hj. Ati Atiyaturohmah yang selalu memberikan masukan dan

motivasi. Muhammad Reza Ramadhan, Maya Nursita, Andini Hafizhotin

Page 7: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

iv

Nida, Nurul Hikmah, Sari Eka Lestari Putri, Ramadhani Eka Sri Utami,

Ahmad Fauzan, Rif’ati Imelda Fasya, Defi Uswatun Hasanah, Siti Ummu

Kulsum, Wardhatul Jannah, Restya, Siti Goniah dan Aniah Nasution yang ikut

serta dalam memberi semangat. Dan tidak lupa pula kepada teman-teman

angkatan 2007/2008 jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, teman-teman KKN 57

Rajawali, terima kasih atas kebersamaan kalian dalam menemani penulis

selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan yang

positif kepada para pembaca. Penulis amat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

ini banyak kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan. Maka kritik dan saran yang

bersifat konstruktif sangat diharapkan dalam rangka perbaikan, dan kesempurnaan

tulisan ini.

Kepada Allah SWT, penulis memohon dan mendoakan semoga jasa baik yang

telah kalian sumbangkan menjadi ladang amal sholeh dan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT, Amin.

Ciputat, 23 Agustus 2011

Penulis

Page 8: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 8

D. Metode Penelitian ................................................................................... 10

E. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perkawinan Di Bawah Umur ................................................ 16

B. Dasar Hukum Perkawinan ...................................................................... 30

C. Rukun dan Syarat Perkawinan ................................................................ 34

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan ............................................................ 44

E. Prinsip-prinsip Perkawinan Menurut Islam ............................................ 47

BAB III: GAMBARAN UMUM DESA CIWALAT

A. Sejarah Singkat Desa Ciwalat................................................................. 52

B. Letak Geografis Desa Ciwalat ................................................................ 54

C. Pandangan Warga Desa Ciwalat Tentang Perkawinan Di Bawah Umur 60

Page 9: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

vi

BAB IV: ANALISIS DATA

A. Faktor - faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan

Di Bawah Umur ..................................................................................... 64

B. Upaya Penghulu Desa Ciwalat dalam Mengurangi

Pelaku Perkawinan di Bawah Umur ................................................. 67

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 73

B. Saran-Saran ............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 75

LAMPIRAN

1. Wawancara ................................................................................................. 80

2. Surat Observasi Untuk Kepala Desa Ciwalat ............................................. 88

3. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Dari Desa Ciwalat .............................. 89

4. Surat Mohon Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ............................. 90

5. Surat Wawancara Untuk RS. Syarif Hidayatullah (dr. Kandungan) .......... 91

6. Surat Persetujuan Wawancara Dari RS. Syarif Hidayatullah .................... 92

7. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Ciwalat ........................................... 93

8. Foto Wawancara ......................................................................................... 94

Page 10: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Kepala Desa / Lurah Desa Ciwalat ................................................... 53

2. Tabel 2 Batas Wilayah ................................................................................... 54

3. Tabel 3 Jumlah Penduduk .............................................................................. 55

4. Tabel 4 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 57

5. Tabel 5 Sarana Pendidikan ............................................................................. 58

6. Tabel 6 Agama Penduduk .............................................................................. 59

7. Tabel 7 Mata Pencaharian Penduduk ............................................................. 59

Page 11: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh manusia sejak zaman

dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang bahkan sampai akhir zaman nanti.

Oleh karena itu, perkawinan merupakan masalah yang selalu hangat dibicarakan

oleh masyarakat dan di dalam percaturan hukum. Untuk itu perkawinan begitu

penting guna tercipta suatu rumah tangga yang harmonis, tentu mempunyai

aturan, arti dan hakikat. Semua itu perlu bahkan harus dimengerti dan dipahami

oleh setiap orang yang akan melaksanakan perkawinan tersebut.

Perkawinan itu sendiri menurut Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn

Muhammad Al Husainy adalah ungkapan dari sebuah akad yang mencakup

rukun-rukun dan syarat-syarat tertentu untuk menghalalkan hubungan suami istri.1

Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

membolehkan hubungan suami istri dengan lafadz nikah “zawwaja”.2 Dengan

akad nikah, suami istri memiliki hak untuk memiliki. Namun, hak milik itu hanya

bersifat milk al-Intifa‟ (hak milik untuk menggunakan), bukan hak milk al-

Muqarabah (hak milik yang bisa dipindah tangankan seperti kepemilikan benda)

dan bukan pula milk al-Manfa‟ah (kepemilikan manfaat yang bisa dipindah

1 Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al-Husainy Al-Husny Al-Damsyiqy Al-

Syafi‟iy, Kifayat Al-Akhyar Fi Halli Ghoyat Al-Ikhtishor, (Beirut: Daar Al-Fikr), juz II, h. 36

2 Abi Syuja‟, Al-Iqna‟, (Semarang: Maktabah Alawiyyah), juz II, h. 115

Page 12: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

2

tangankan).3 Ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan para ahli fiqh,

diantaranya menurut ulama Hanafiyah mengatakan bahwa nikah adalah akad yang

disengaja dengan tujuan mendapatkan kesenangan.4 Sebagaimana Allah telah

menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka dapat menjalin hubungan

satu sama lain, saling mencintai, menghasilkan keturunan serta hidup dalam

kedamaian.5

Ketentraman di sini tidak dimaksudkan dengan ketentraman dorongan

seksual yang membara, justru ketenangan gejolak batin dalam wujud manusia itu

yang dengannya ia merasakan kebahagiaan yang wajib disyukuri, dan juga

merasakan kekurangan yang harus disempurnakan. Inilah yang dimaksud dengan

ketentraman rohani sebagai salah satu syarat terciptanya sebuah kebahagiaan.6

Oleh karena itu, perkawinan merupakan sunnah Nabi saw sebagaimana telah

disebutkan dalam penggalan hadis Nabi saw, yang artinya “dan aku mengawini

wanita-wanita, barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka tidak

termasuk umatku”.7 Dalam penggalan arti hadis di atas dimaksudkan agar tidak

3 Abdul Basit Mutawwaly, Muhadarah Fi Al-Fiqh Al-Muqaran, (Mesir: t.p.,t.t.), h. 120

4 Abd Al-Rahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh Al-Mazahib Al-Arba‟ah, (Beirut: Daar Al-Fikr,

2002), juz IV, h. 3

5 Abdur Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet.

Ke-1, h. 1

6 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:

PT. Bina Aksara, 1987), cet. Ke-1, h. 2

7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.

Ke-2, h. 43

Page 13: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

3

berlebihan dalam beribadah (melebihi Nabi) karena dapat menimbulkan

kekafiran.8

Kemudian dari perkawinan muncul pula hubungan orang tua dengan anak-

anaknya. Serta timbul hubungan kekeluargaan sedarah dan semenda. Oleh karena

itu, perkawinan mempunyai pengaruh yang sangat besar, baik dalam hubungan

kekeluargaan pada khususnya, maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta

bernegara pada umumnya. Karena bila dilihat dari segi sosial suatu perkawinan,

dalam masyarakat setiap bangsa ditemui suatu penilaian yang umum, bahwa

orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang

lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin.9 Maka hendaklah segenap bangsa

Indonesia mengetahui seluk-beluk berbagai peraturan hukum perkawinan, agar

mereka dapat memahami dan melangsungkan perkawinan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.10

Namun, berbeda halnya dengan sebagian masyarakat Desa Ciwalat

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi, yang masih banyak melakukan

perkawinan di bawah umur tanpa memperhatikan dampak atau akibat yang akan

muncul serta akan ditimbulkan oleh sebuah perkawinan tersebut. Hal ini

merupakan masalah dalam masyarakat yang perlu dicarikan jalan pemecahannya.

8 Muhammad ibn Ismail Al-San‟any, Subul Al-Salam Syarh Bulug Al-Maram, (Beirut: Daar

Al-Fikr, 1991), juz III, h. 213-214

9 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986), cet. Ke-5, h. 48

10

Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-Azas Hukum Perkawinan di Indonesia, h. 6

Page 14: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

4

Masyarakat kadang-kadang kurang memperhatikan keberadaan batas

umur, padahal untuk melangsungkan suatu perkawinan batas umur adalah hal

yang sangat penting, hal ini dikarenakan perkawinan tidak saja menghendaki

kematangan biologis tetapi juga kematangan psikologis. Hal tersebut berdasarkan

kekhawatiran para psikolog tentang perkawinan di bawah umur akan menemui

kegagalan karena sangat tergantung pada keadaan jiwa seseorang.11

Kenapa demikian? Karena dari perkawinan timbul suami istri yang

kemudian melahirkan sebuah tanggung jawab yang berupa hak dan kewajiban, hal

inilah yang cukup sulit untuk dilaksanakan, apalagi diantara keduanya atau salah

satunya kurang begitu memahami tentang hakikat serta tujuan dan hikmah dari

sebuah perkawinan, yaitu terbentuknya rumah tangga yang harmonis, sejahtera

dan bahagia.12

Melainkan yang akan terjadi hanyalah perselisihan dan kehidupan

dalam berumah tangga tidak bahagia dan tidak harmonis bahkan bisa berakhir

pada perceraian.

Dari hasil pengamatan dan dari data yang dihasilkan, menunjukkan bahwa

banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur

khususnya yang terjadi di Desa Ciwalat, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten

Sukabumi.

11

Musifin As‟ad, Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), cet. Ke-

2, h. 30

12

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),

cet. Ke-3, h. 22

Page 15: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

5

Bahwa yang melakukan perkawinan di bawah umur itu banyak sekali

mengalami gangguan dalam berumah tangga, diantaranya sebagai berikut:

1. Sering terjadi percekcokan, sehingga dalam mengarungi kehidupan rumah

tangga tidak harmonis.

2. Kebanyakan orang yang melakukan perkawinan di bawah umur menjadi

beban bagi orang tuanya, dikarenakan belum bisa mencari nafkah.

Dan bila dilihat dari sudut kesehatan, bagi orang yang melakukan

perkawinan di bawah umur jika terjadi kehamilan pada seorang perempuan yang

belum dewasa, tubuh dan alat kandungannya belum siap betul untuk

menyelengarakan tugas tersebut. Sehingga beban yang berat oleh yang

bersangkutan dengan kehamilan dan persalinan dapat diperolehnya. Akan tetapi,

dalam keadaan demikian, kemungkinan terjadi gangguan pada kehamilan dan

persalinan tersebut.

Sehubungan dengan masalah perkawinan di bawah umur, maka dalam

penjelasan umum Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menurut

prinsip, bahwa calon suami istri itu harus telah matang jiwa raganya untuk dapat

melangsungkan perkawinan, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara

baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan

sehat.13

13 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), cet. Ke-

1, h. 8

Page 16: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

6

Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pada pasal 7

ayat (1) menyatakan: ”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun”.

Selanjutnya dalam ayat (2) menyatakan: “Apabila pihak pria dan wanita belum

mencapai umur tersebut, maka untuk melangsungkan perkawinan diperlukan

dispensasi dari Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua

dari pihak pria maupun pihak wanita”.14

Dalam Kompilasi Hukum Islam

disebutkan pada pasal 15 ayat (1) menyatakan: “Untuk kemaslahatan keluarga

dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan oleh calon mempelai yang

telah mencapai umur yang ditetapkan dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor

1 Tahun 1974 pasal 7 ayat (1) yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19

tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun”.15

Untuk mengurangi permasalahan-permasalahan yang muncul, maka harus

dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih di bawah umur.

Karena batas umur dalam perkawinan mempunyai makna yang sangat penting,

yaitu agar dapat dicegahnya praktek perkawinan di bawah umur, seperti halnya

yang terjadi di Desa-desa, sehingga menimbulkan banyak dampak atau akibat

yang bersifat negatif.

14

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, (Bandung:

Citra Umbara, 2007), cet. Ke-1, h. 5

15

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007), cet. Ke-5,

h. 117

Page 17: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

7

Berkenaan dengan hal tersebut, untuk mengurangi lebih banyak lagi

terjadinya perkawinan di bawah umur, maka dalam hal ini penghulu yang

mempunyai fungsi sebagai orang yang ditunjuk oleh masyarakat untuk

melangsungkan perkawinan, harus cermat dan tanggap serta teliti terlebih dahulu

terhadap mereka yang akan melangsungkan perkawinan, terutama sekali dengan

persyaratan-persyaratan yang mereka ajukan, dengan demikian besar harapan

kemungkinan terjadinya kekeliruan dapat dihindari.

Begitu pula upaya yang dilakukan oleh penghulu harus benar-benar

memberikan dampak positif, artinya dampak yang dapat memberikan kesadaran

kepada masyarakat bahwa perkawinan membawa resiko yang sangat besar, lebih-

lebih bila perkawinan itu dilakukan pada usia belum matang untuk melakukan

perkawinan.

Dari latar belakang di atas, penulis mencoba mengungkap masalah-

masalah tersebut dan mudah-mudahan dapat mengatasi permasalahan perkawinan

di bawah umur. Karena dengan terjadinya perkawinan tersebut dapat

menimbulkan banyak dampak terhadap lingkungan sekitar. Sehingga penulis

merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mencoba mengabadikannya dalam

karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul:

“UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI PELAKU

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR” (Studi di Desa Ciwalat, Kecamatan

Pabuaran, Kabupaten Sukabumi).

Page 18: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Setelah mengungkapkan latar belakang masalah sebagaimana yang

telah diuraikan di atas, maka penulis membatasi permasalahan pembahasan

pada aspek-aspek sebagai berikut:

a. Upaya preventif penghulu dalam mengurangi pelaku perkawinan di

bawah umur.

b. Perkawinan di bawah umur di sini adalah perkawinan yang dilaksanakan

sebelum mencapai usia 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis rumuskan

dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah

umur dilaksanakan sebagian masyarakat Desa Ciwalat, Kecamatan

Pabuaran, Kabupaten Sukabumi ?

2. Bagaimana upaya penghulu Desa Ciwalat dalam mengurangi pelaku

perkawinan di bawah umur ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mempunyai tujuan sebagai

berikut:

Page 19: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

9

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perkawinan di bawah umur dilaksanakan sebagian masyarakat Desa

Ciwalat, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi.

2. Untuk mengetahui upaya penghulu Desa Ciwalat dalam mengurangi

pelaku perkawinan di bawah umur.

Selain itu, penulis juga mempunyai tujuan formal yaitu membuat

sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi, yang merupakan salah satu

persyaratan mendapat gelar Sarjana Syariah (S.Sy) yang telah ditentukan oleh

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, bagi mahasiswa

dan mahasiswi yang akan menyelesaikan studinya di Fakultas Syariah dan

Hukum khususnya Konsentrasi Peradilan Agama.

Sedangkan tujuan non formalnya yaitu untuk menambah ilmu

pengetahuan dibidang ilmu agama terutama yang berkaitan dengan masalah

yang sedang dibahas ini, karena dengan membahas masalah ini, penulis

berusaha semaksimal mungkin untuk membaca dan memahami buku-buku

yang berkaitan dengan masalah perkawinan di bawah umur.

Selanjutnya penulis juga mempunyai tujuan untuk memberikan

sumbangsinya terhadap Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten

Sukabumi dalam upaya meminimalisir pelaku perkawinan di bawah umur

dengan cara mensosialisasikan ke masyarakat Desa tersebut dalam bentuk

seminar-seminar tentang pengaruh perkawinan di bawah umur.

Page 20: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

10

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu dapat meminimalisir pelaku

perkawinan di bawah umur di Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten

Sukabumi.

D. Metode Penelitian

Untuk memudahkan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis

menggunakan berbagai metode di antaranya sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

a. Field Research (riset lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan dalam

kancah kehidupan yang sebenarnya. Langkah pertama dalam penulisan

atau penelitian ini adalah menentukan populasi, dimana yang dijadikan

obyek penelitian adalah kantor Desa Ciwalat, Kecamatan Pabuaran,

Kabupaten Sukabumi.

b. Library Research (riset perpustakaan) yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan bermacam-

macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan.16

Untuk mengambil dan mendapatkan data serta informasi di lapangan

(tempat penelitian) penulis mempergunakan metode-metode pengumpulan data

sebagai berikut:

16

Kartini Kartono, Pengantar Metode Riset Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), cet. Ke-1, h.

28

Page 21: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

11

1. Metode Interview

Interview adalah: ”Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya

dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber utama data”.17

Dalam

interview ini penulis menggunakan interview terstruktur maksudnya adalah

penulis membawakan kerangka-kerangka pertanyaan untuk disajikan kepada

penghulu, pejabat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama dan anggota

masyarakat yang melakukan perkawinan di bawah umur.

2. Metode Observasi

Observasi adalah: ”Pengamatan-pengamatan dan pencatatan-pencatatan

dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki”. Di sini penulis hanya

melakukan pengamatan terhadap obyek yaitu penghulu, pejabat desa, tokoh

masyarakat, tokoh agama dan anggota masyarakat yang melakukan

perkawinan di bawah umur.

3. Metode Penulisan

Dari data-data yang diperoleh di atas, kemudian disusun secara teratur dan

sistematis lalu dianalisis secara kualitatif, dengan demikian jenis penelitian

dalam karya ilmiah ini adalah penelitian kualitatif.18

Adapun teknik penulisan,

penulis menggunakan buku ”Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

17

Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Sekolah Tinggi

Managemen), h. 186

18

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. Ke-1, h. 21

Page 22: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

12

E. Review Studi Terdahulu

Untuk memudahkan dan meyakinkan pembaca bahwa penulis tidak

melakukan plagiasi atau duplikasi maka penulis menjabarkan review studi

terdahulu dalam bentuk tabel berikut ini:

No. Identitas Substansi Pembeda

1. Riana Maruti,

104044201479, SJAS,

2009, Pengaruh

Perkawinan di Bawah

Umur terhadap

Pembentukan

Keluarga Sakinah

(Studi pada

Kecamatan Cakung,

Jakarta Timur).

Dalam skripsinya

ditulis bahwa tidak

setiap laki-laki dan

perempuan yang

melakukan perkawinan

di bawah umur tidak

dapat membentuk

keluarga sakinah

(Perkawinan di Bawah

Umur tidak

Mempengaruhi

Pembentukan Keluarga

Sakinah di Kecamatan

Cakung, Jakarta

Timur).

Dalam skripsi yang

akan saya tulis tidak

membahas tentang

pengaruh perkawinan

di bawah umur,

melainkan lebih

kepada bagaimana

upaya penghulu dalam

mengurangi pelaku

perkawinan di bawah

umur di Desa Ciwalat,

Kecamatan Pabuaran,

Kabupaten Sukabumi.

Page 23: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

13

2.

Renny Retno Waty,

205044100578, 2010,

Pengaruh Pernikahan

di Bawah Umur

terhadap

Kesejahteraan Rumah

Tangga (Studi Kasus

pada Masyarakat Desa

Tanjung Sari,

Kecamatan Cijeruk,

Kabupaten Bogor).

Dalam skripsinya

ditulis bahwa

pernikahan di bawah

umur yang terjadi pada

masyarakat Desa

Tanjung Sari,

Kecamatan Cijeruk,

Kabupaten Bogor dapat

mempengaruhi terhadap

kesejahteraan rumah

tangga, Adapun

penyebab banyaknya

pernikahan tersebut

karena faktor ekonomi

yang lemah dan

kebiasaan atau adat-

istiadat masyarakat

setempat.

Dalam skripsi yang

akan saya tulis tidak

membahas tentang

pengaruh pernikahan di

bawah umur,

melainkan lebih

kepada bagaimana

upaya penghulu dalam

mengurangi pelaku

perkawinan di bawah

umur di Desa Ciwalat,

Kecamatan Pabuaran,

Kabupaten Sukabumi.

Page 24: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

14

3. Sa‟dah,

106044101372, 2010,

Pelaksanaan Nikah di

Bawah Umur dan

Dispensasi Nikah

pada Masyarakat

Kelurahan

Margahayu, Bekasi

Timur.

Dalam skripsinya

ditulis bahwa di

Kelurahan Margahayu,

Bekasi Timur banyak

masyarakat yang

melakukan nikah di

bawah umur dan tidak

mendapatkan dispensasi

nikah dari Pengadilan

Agama setempat,

dikarenakan kurang

pengetahuan tentang

dispensasi nikah.

Adapun penyebab

banyaknya pernikahan

tersebut karena faktor

ekonomi, dorongan

keluarga, dan

kecelakaan.

Dalam skripsi yang

akan saya tulis tidak

membahas tentang

pelaksanaan nikah di

bawah umur yang tidak

mendapatkan

dispensasi nikah dari

pengadilan, melainkan

lebih kepada

bagaimana upaya

penghulu dalam

mengurangi pelaku

perkawinan di bawah

umur di Desa Ciwalat,

Kecamatan Pabuaran,

Kabupaten Sukabumi.

Page 25: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama yaitu: Pendahuluan, yang di dalamnya meliputi: Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Review Studi Terdahulu

dan Sistematika Penulisan.

Bab Kedua yaitu: Landasan Teori, yang di dalamnya membahas: Pengertian

Perkawinan di Bawah Umur, Dasar Hukum Perkawinan, Rukun

dan Syarat Perkawinan, Tujuan dan Hikmah Perkawinan dan

Prinsip-prinsip Perkawinan menurut Islam.

Bab Ketiga yaitu: Gambaran Umum Desa Ciwalat, yang di dalamnya

membahas: Sejarah Singkat Desa Ciwalat, Letak geografis Desa

Ciwalat dan Pandangan warga Desa Ciwalat tentang Perkawinan

di Bawah Umur

Bab Keempat yaitu: Analisis Data, yang di dalamnya membahas: Faktor-faktor

yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur dan

Upaya Penghulu Desa Ciwalat dalam Mengurangi Pelaku

Perkawinan di Bawah Umur.

Bab Kelima yaitu: Penutup, Kesimpulan dan saran-saran.

Page 26: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Perkawinan di Bawah Umur

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang

menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan

hubungan kelamin atau bersetubuh.1 Perkawinan disebut juga “pernikahan”,

berasal dari kata nikah (nakaha - yankihu - nikaahan) yang menurut bahasa

artinya mengumpulkan (al-Dlammu) atau bersetubuh (al-Wathu).2

Dalam hukum Islam, terdapat beberapa definisi nikah, diantaranya yaitu:

Definisi nikah menurut bahasa

“Nikah menurut bahasa yaitu mengumpulkan dan bersetubuh, atau merupakan

ibarat untuk menghalalkan hubungan suami istri dengan akad secara

keseluruhan”.

Definisi nikah menurut istilah

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), cet. Ke-3, edisi ketiga, h. 518. 2 Syaikh Zakariyya Al-Anshoriy, Haasyiyat Al-„Allamat Al-Syaikh Sulaiman Al-Jamal „Ala

Syarh Al-Manhaj, (Beirut: Daar al-Fikr), juz IV, h. 115 3 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamiy wa adillatuh, (Beirut: Daar al-Fikr, 1989), juz VII,

h. 29 4 Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al-Husainy Al-Husny Al-Damsyiqy Al-

Syafi‟iy, Kifayat Al-Akhyar Fi Halli Ghoyat Al-Ikhtishor, h. 36

Page 27: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

17

“Nikah menurut syara‟ yaitu ibarat tentang akad yang masyhur yang terdiri dari

rukun-rukun dan syarat-syarat, yang dengan akad tersebut maka dibolehkan

bersetubuh”.

Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan kata nikah dengan:

“Nikah menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan

bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan

bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”.

Abu Yahya Zakariya al-Anshory mendefinisikan kata nikah dengan:

“Nikah menurut istilah yaitu akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna

dengannya ”.

Di kalangan ulama fikih, berkembang tiga macam pendapat tentang arti

lafaz nikah, yaitu:7

Pertama: Nikah menurut arti aslinya (arti hakikat) adalah bersetubuh, sedangkan

menurut arti majazi (metaforis) adalah akad yang dengan akad ini menjadi halal

hubungan kelamin antara pria dan wanita; demikian menurut golongan Hanafi.

Kedua: Nikah menurut arti aslinya ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal

5 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, h. 29

6 Abu Yahya Zakariya Al-Anshory, Fath Al-Wahhab, (Singapura: Sulaiman Mar‟iy), juz II, h.

30

7 Abd Al-Rahman Al-Jaziri, Al-Fiqh „Ala Al-Mazahib Al-Arba‟ah, h. 6

Page 28: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

18

hubungan kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti majazi ialah

bersetubuh; demikian menurut golongan Syafi‟iyah dan Malikiyah. Ketiga:

Nikah, bersyarikat artinya antara akad dan setubuh; demikian menurut Abu al-

Qasim az-Zajjad, Imam Yahya, dan Ibnu Hazm.

Beberapa arti nikah di atas, pada hakikatnya tidak ada perbedaan

kalaupun ada perbedaan hanya pada redaksinya saja. Dalam hal ini, jumhur

ulama sependapat, bahwa nikah merupakan akad yang diatur oleh agama, untuk

memberikan kepada pria hak memiliki penggunaan faraj (kemaluan) wanita dan

seluruh tubuhnya untuk penikmatan sebagai tujuan primer.8

Perkawinan adalah perjanjian perikatan antara pihak seorang pria dengan

pihak seorang wanita untuk melaksanakan kehidupan suami istri, hidup berumah

tangga, melanjutkan keturunan sesuai ketentuan agama.9

Pernikahan adalah akad yang menimbulkan akibat hukum yaitu

menghalalkan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, saling tolong

menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya.10

Dalam Bab 1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, disebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara

8 Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003),

jilid 1, cet. Ke-1, h. 116

9 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,

1987), cet. Ke-2, h. 8

10

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007), cet. Ke-1, h. 3

Page 29: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

19

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.11

Pengertian perkawinan yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, berbeda dengan pengertian

perkawinan menurut hukum perdata (B.W.), karena di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (B.W.) disebutkan bahwa

perkawinan hanya dalam hubungan-hubungannya dengan keperdataan.12

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian perkawinan

menurut hukum perdata adalah suatu ikatan hukum antara seorang pria dan

seorang wanita yang diakui sah oleh Undang-Undang Hukum Perdata (negara)

dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang kekal.13

Suatu ikatan perkawinan akan dianggap sah oleh negara, apabila

perkawinan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terutama dalam hal batas usia

perkawinan yang tercantum dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi: “Perkawinan

11

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, h. 2

12

Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), (Jakarta: Visimedia, 2008),

cet. Ke-2, h. 8

13

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, h. 4

Page 30: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

20

hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun

dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.14

Berdasarkan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan di atas, maka asumsi penulis adalah yang dimaksud dengan

perkawinan di bawah umur dalam konteks Negara merupakan sebuah

pelanggaran terhadap batas minimal usia menikah yang telah ditetapkan oleh

Undang-Undang Perkawinan pasal 7 ayat (1) yaitu pihak laki-laki umur 19

(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas)

tahun.

Kedewasaan seseorang, apabila dilihat dari berbagai ketentuan hukum

yang berlaku sangatlah beragam. Umumnya ketentuan yang berlaku atas

kedewasaan seseorang didasarkan pada status perkawinan yang pernah dilakukan

dan usia. Seseorang dianggap dewasa, selain karena ia sudah menikah juga

didasarkan pada usia yang menurut ketentuan hukum sudah dewasa. Kedewasaan

berdasarkan usia ini merupakan salah satu parameter yang bersangkutan

telah dianggap cakap dan berhak atas apa yang diatur oleh ketentuan hukum.

Dalam hukum, kedewasaan berdasarkan usia merupakan salah satu unsur

terpenting bagi seorang subyek hukum. Meskipun terdapat upaya dispensasi atau

toleransi atas besaran usia yang disahkan oleh pengadilan, namun subyek hukum

dapat dikatakan belum cakap hukum apabila yang bersangkutan belum memiliki

14

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, h. 5

Page 31: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

21

kecukupan usia. Misalnya dalam hukum perdata kita, salah satu syarat sahnya

perjanjian menurut Pasal 1320 BW adalah adanya pihak-pihaknya yang cakap

(berkemampuan) untuk melakukan perbuatan hukum yang salah satu

parameternya adalah kecukupan usia. Dengan usia yang belum mencukupi

seseorang tidak dapat melakukan perbuatan hukum perdata dengan sendirinya

(kecuali sudah menikah atau disahkan pengadilan).15

Adapun besaran usia dewasa menurut berbagai ketentuan hukum yang

berlaku di Indonesia, yaitu:

1. Menurut konsep Hukum Perdata

Pendewasaan ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan

pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas). Keduanya

harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan

penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk

pendewasaan terbatas syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal

421 dan 426 KUHPerdata).16

Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang bersangkutan

mengajukan permohonan kepada Presiden RI dilampiri dengan akta kelahiran

atau surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan

Mahkamah Agung, memberikan keputusannya. Akibat hukum adanya

15

Tim Bedah Hukum, Kedewasaan Seseorang Berdasarkan Besaran Usia Menurut Berbagai

Ketentuan Hukum, (Diakses dari http://bedahukum.blogspot.com/2009/12/kedewasaan-seseorang-

berdasarkan.html), pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.40 WIB

16

Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), h. 132-133

Page 32: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

22

pernyataan pendewasaan penuh ialah status hukum yang bersangkutan sama

dengan status hukum orang dewasa. Tetapi bila ingin melangsungkan

perkawinan izin orang tua tetap diperlukan.

Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang bersangkutan

mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang

dilampiri akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan setelah

mendengar keterangan orang tua atau wali yang bersangkutan, memberikan

ketetapan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu saja

sesuai dengan yang dimohonkan, misalnya perbuatan mengurus dan

menjalankan perusahaan, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan

dewasa terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status

hukum orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu. 17

2. Menurut konsep Hukum Pidana

Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa. Yang

disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun atau belum berumur 21

tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah. Hukum pidana anak

dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum berumur 18 tahun,

yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur 17 tahun dan

telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan belum cukup

17

Diakses dari (http://72legalogic.wordpress.com/2009/03/08/dewasa-menurut-hukum-positif-

indonesia/), pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.29 WIB

Page 33: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

23

umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum mencapai umur

21 tahun dan belum kawin sebelumnya. 18

3. Menurut konsep Peraturan Lalu Lintas

Dalam peraturan Undang-Undang Lalu Lintas (UU No. 22 Tahun

2009) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan usia dewasa adalah usia yang

sudah mencapai 17 tahun. Sebagaimana bunyi Pasal 81 ayat 2: "Syarat usia

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan paling rendah sebagai

berikut:

a. Usia 17 (tujuh belas) tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin

Mengemudi C, dan Surat Izin Mengemudi D;

b. Usia 20 (dua puluh) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I, dan

c. Usia 21 (dua puluh satu) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

Sedangkan menurut penganut aliran psikoanalisis, pada hakikatnya alam

perkembangan usia remaja adalah usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk

secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai

masalah. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu: 19

18

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), (Surabaya: Kesindo, 2008), cet. Ke-2, h. 97-98

19

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2008), h.

24-25

Page 34: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

24

1. Tahap remaja awal (12-15 tahun)

Pada tahap ini, seorang remaja masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan itu. Kepekaan yang berlebih-lebihan

ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan

para remaja sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.

2. Tahap remaja pertengahan (15-18 tahun)

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau

banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-

sifat yang sama dengannya.

3. Tahap remaja akhir (19-22 tahun)

Pada tahap ini, merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek;

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam

pengalaman-pengalaman baru;

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi;

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain;

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan

masyarakat umum (the public).

Page 35: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

25

Selain itu, perkawinan di bawah umur pun masuk dalam kategori

ekploitasi anak, sepanjang hal itu tidak mengikuti ketentuan dan hukum yang

berlaku. Seorang anak yang masih berada dalam asuhan orang tuanya seharusnya

mendapatkan kesempatan untuk belajar dan kehidupan yang layak. Sedangkan

perkawinan di bawah umur jelas akan merampas semua hak anak di atas.

Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kesempatan belajar yang layak

justru harus dipaksa menjalani sebuah perkawinan yang masih belum saatnya dia

pikul. Usia anak-anak adalah usia mendapatkan pendidikan seluas-luasnya,

bukan membawa beban kehidupan.20

Kebijakan pemerintah tersebut, dalam menetapkan batas minimal usia

pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini

dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik,

psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan di bawah umur

mempunyai dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan.

Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan di bawah umur

dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang

masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat

pernikahan di bawah umur dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak

20

Nasaruddin Umar, Refleksi Penerapan Hukum Keluarga di Indonesia, diakses dari

(http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/02/refleksi-penerapan hukumkeluarga-

di-indonesia_nasaruddin-umar.pdf ), tanggal 29 Juni 2011 pukul 10.13 WIB

Page 36: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

26

dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan di atas

umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.21

Akan tetapi, dalam konteks agama Islam yang dimaksud dengan

perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan oleh salah satu

atau kedua calon mempelai (laki-laki dan perempuan) yang belum mencapai usia

baligh. Dalam menyikapi hal tersebut, terdapat sekelompok ulama (Ibnu

Syubrumah dan Abu Bakr al Ashom) yang melarang perkawinan anak-anak

sebelum mereka sampai pada usia kawin (baligh).22

Mereka beralasan dengan

firman Allah:

۴

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin”. (Q.S. An-

Nisa: 4 : 6)

Apabila dilihat dari kandungan ayat di atas, dapat dipahami bahwa tidak

ada ketentuan mengenai batas minimal usia menikah baik untuk laki-laki maupun

perempuan, hanya saja yang menjadi ukuran dibolehkannya seseorang menikah

adalah sudah mencapai usia baligh.

21 Yusuf Fatawie, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan Negara, diakses dari

(http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1240:pernikahan

-dini-dalam-perspektif-agama-dan-negara&catid=2:islam-kontemporer&Itemid=57), tanggal 29 Juni

2011 pukul 09.06 WIB

22

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, h. 179

Page 37: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

27

Adapun bagi laki-laki ditandai dengan mendapat mimpi basah ketika tidur

dan wanita ditandai dengan keluarnya darah haid (menstruasi). Tidak

mengherankan, wacana perkawinan di bawah umur (nikah al-shaghirah) justru

berkonotasi positif, jika hal itu dilakukan atas pertimbangan kemaslahatan moral

dan agama. Hanya saja fuqaha menggarisbawahi, gadis-gadis yang dikawinkan di

usia kanak-kanak itu baru boleh “digauli”, jika mereka telah mengalami

menstruasi (haid).23

Dasarnya adalah hadis perkawinan Nabi Muhammad saw dengan „Aisyah

r.a. yang dinikahi di usia 6 tahun, dan baru “dikumpuli” ketika telah berusia 9

tahun (usia haid), sebagai berikut:

23

Yusuf Hanafi, Perkawinan Anak di Bawah Umur (Nikah al-Shaghirah) dalam Islam: Studi

tentang Kontroversi Hadis Perkawinan „Aisyah, diakses dari (http://eprints.sunan-

ampel.ac.id/83/1/Yusuf_Hanafi.pdf), tanggal 29 Juni 2011 pukul 09.13 WIB

Page 38: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

28

“Diriwatkan dari „Aisyah r.a. dia telah berkata: “Rasulullah saw telah

mengawini aku ketika aku berumur enam tahun dan tinggal bersamaku pada

waktu aku berumur sembilan tahun”. Aisyah menyambung lagi: “kami telah

berhijrah ke Madinah dan aku demam panas selama sebulan sehingga rambutku

memanjang sampai bahu. Ketika itu ibu kandungku, Ummu Ruman, datang

menemuiku yang sedang berada di atas buaian bermain bersama teman-

temanku, lalu dia memanggilku dan aku segera menemuinya sedangkan aku

tidak mengetahui apa yang hendak dia lakukan terhadapku. Ibuku memegang

tanganku dan membawaku masuk ke dalam rumah sehingga dia

memberhentikanku di pintu dan aku melepaskan lelahku sehingga keadaanku

menjadi tenang. Selepas itu ibuku membawa aku masuk ke dalam rumah. Tiba-

tiba seorang wanita Anshor menyambut kami dengan mesra serta mendoakan

untuk pengantin supaya diberi kesenangan dan keberkatan. Ibuku menyerahkan

aku kepada mereka lalu mereka membelai kepalaku dan menghiasi diriku

secantik mungkin. Rasulullah saw tidak menghampiriku secara tiba-tiba tetapi

perempuan-perempuan Anshor menyerahkan diriku kepada beliau ketika waktu

dhuha”. (H.R. Bukhori dan Muslim)

Meskipun hadis di atas menyebutkan bahwa dahulu diantara anak

perempuan usia 9 (sembilan) tahun identik sudah baligh atau dewasa, karena

sudah mendapat haid (menstruasi). Akan tetapi tidak semua perempuan, namun

pada saat ini batas usia dewasa bagi mayoritas anak perempuan lebih cepat

dibandingkan dengan anak perempuan zaman dahulu, bahkan di usia SD kelas 5

atau 6 sudah ada tanda dewasa.

Cepatnya masa puber anak perempuan saat ini diduga karena terkait

obesitas yang memang berhubungan erat dengan perkembangan seksual yang

lebih dini. Menurut Dr. Marcia E. Herman-Giddens, seorang peneliti di

24

Abu Al-Husain Muslim Ibnu Al-Hijaj Ibnu Muslim Al-Qusyairi Al-Nisaburi, Shahih Al-

Muslim, (Beirut: Daar Al-Jaeyl), juz 4, h. 141

Page 39: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

29

University of North Carolina, Chapel Hill menduga bahwa bahan kimia

lingkungan seperti makanan cepat saji (instan) yang menyerupai efek estrogen

dapat mempercepat masa pubertas.25

Di Indonesia, rata-rata usia dewasa anak perempuan dimulai saat berumur

8 (delapan) hingga 10 (sepuluh) tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan

perkembangan berlangsung dengan cepat. Selain itu, seorang anak akan

menunjukkan tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah,

tumbuhnya rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk

seorang gadis. Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul

pada usia 10 tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu

pada usia 11 tahun ke atas.26

Dari sudut pandang yang berbeda, pakar hukum Islam kontemporer

menghendaki terobosan hukum terkait dengan legalitas perkawinan anak di

bawah umur. Mereka melihat bahwa agama pada dasarnya tidak melarang secara

tegas perkawinan di bawah umur, namun juga tidak pernah menganjurkannya,

terlebih jika dilaksanakan tanpa mengindahkan dimensi-dimensi fisik, mental,

dan hak-hak anak. Adapun perkawinan historis Nabi saw dengan „Aisyah r.a. itu

25

Cincinnati, Anak Perempuan Sekarang Sudah Puber di Usia 7-8 Tahun, diakses dari

(http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/01/anak-perempuan-sekarang-sudah-puber-di.html),

tanggal 20 Juli 2011 pukul 06.26 WIB. 26

Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas, tanggal 22 Agustus 2011 pukul 08.06

WIB.

Page 40: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

30

diposisikan sebagai suatu eksepsi (pengecualian) dan kekhususan yang

mengusung tujuan dan hikmah tertentu dalam agama.27

B. Dasar Hukum Perkawinan

Al-Qur‟an dan hadits merupakan dua sumber hukum yang menjadi

pedoman agama Islam, termasuk dalam perkawinan kedua sumber hukum ini pun

turut dijadikan sebagai pedoman. Sebagaimana dalam firman-Nya telah

disebutkan, yaitu:

۱)28

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan

Kami telah memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan”. (Q.S. ar-Ra‟d

: 13 :38)

Dalam hadits Tirmidzi dari Abu Ayyub, Rasulullah saw pernah bersabda:

29

“Empat perkara yang merupakan sunnah para Nabi: Celak, wangi-wangian,

siwak dan kawin”.

27

Yusuf Hanafi, Perkawinan Anak di Bawah Umur (Nikah al-Shaghirah) dalam Islam: Studi

tentang Kontroversi Hadis Perkawinan „Aisyah, diakses dari (http://eprints.sunan-

ampel.ac.id/83/1/Yusuf_Hanafi.pdf), tanggal 29 Juni 2011 pukul 09.13 WIB 28

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Surabaya: al-

Hidayah, 1998), h. 376 29

Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnat, (Mesir: Daar al-Fath Lil i‟lami al-„Arabiy, 1999), juz II, h.6

Page 41: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

31

Dalam fakta kehidupan, terkadang ditemukan orang yang ragu-ragu untuk

melakukan kawin, dengan alasan sangat takut memikul beban berat dan

menghindarkan diri dari kesulitan-kesulitan. Islam memperingatkan bahwa

dengan kawin, Allah akan memberikan kepadanya penghidupan yang

berkecukupan, menghilangkan kesulitan-kesulitan dan memberikan kekuatan

yang mampu mengatasi kemiskinan. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam

surat al-Nur ayat 32:

۴۲٣٢

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan

mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha

Mengetahui. (Q.S. al-Nur : 24: 32)

Dalam hadits Bukhori, Rasulullah saw pernah bersabda:

31

30

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 549

31

Muhammad Ibnu Ismail Abu „Abdillah Al-Bukhori Al-Ja‟fi, Shahih Al-Bukhori, (Beirut:

Daar Ibnu Katsir, 1987), juz 17, h. 89

Page 42: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

32

“Dari „Abdullah r.a. berkata: “Pada zaman Rasulullah saw, kami adalah

pemuda-pemuda yang tidak memiliki apa-apa. Rasulullah saw berkata kepada

kami: “Wahai para pemuda! Siapa yang mampu berumah tangga, kawinlah!

Perkawinan itu melindungi pandangan mata dan memelihara kehormatan.

Tetapi siapa yang tidak sanggup kawin, berpuasalah, karena puasa itu

merupakan penawar hawa nafsu”. (H.R. Bukhori)

Hadits di atas menjelaskan bahwa perkawinan itu dianjurkan karena

memiliki manfaat yang tidak hanya untuk sendiri melainkan juga untuk keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara. Bahwa dengan perkawinan tersebut, seseorang

akan terhindar dari hal-hal negatif yang akan menjerumuskan dirinya. Dan jika

seseorang itu tidak sanggup untuk melakukan perkawinan maka diwajibkan

untuk berpuasa, karena dengan berpuasa akan terhindar berbuat zina.32

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

disebutkan bahwa yang menjadi dasar hukum dibolehkannya suatu perkawinan

tercantum dalam Bab 1 Pasal 2 yang berbunyi: 33

Pasal 2

1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu.

2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

32

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,

Khitbah, Nikah dan Talak, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. Ke-1, h. 45

33

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, h. 2

Page 43: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

33

Dalam pasal 2 ayat 1 yang dimaksud dengan hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya yaitu ketentuan perundang-undangan yang

berlaku bagi agamanya dan kepercayaannya itu, sepanjang tidak bertentangan

dengan undang-undang ini.

Di kalangan para ulama, mengenai hukum asal perkawinan terdapat

perbedaan pendapat, yaitu sebagai berikut:

1. Pendapat pertama, memandang bahwa menikah hukumnya adalah wajib.

Pendapat ini dipelopori oleh Daud az-Zahiri dan Ibnu Hazm. Alasan mereka

yaitu bahwa fi‟il amar yang terdapat di dalam al-Qur‟an dan hadits, terutama

pada surat an-Nisa ayat 3 dan surat an-Nur ayat 32 menunjukkan perintah

wajib. 34

2. Pendapat kedua, memandang bahwa menikah hukumnya adalah sunnah

(dianjurkan). Dalilnya adalah bahwa amar dalam ayat (fankihuu) pada surat

an-Nisa ayat 3 dan hadits Bukhori (falyatazawwaj) adalah bentuk amar yang

disebut amar irsyad, yaitu suatu perintah untuk kemaslahatan umat manusia

demi terciptanya suatu ketenangan dan kedamaian di lingkungan sekitarnya.

Demikian menurut jumhur ulama termasuk Imam Syafi‟i. 35

34

Ibrahim Hosen, Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan, h. 133

35

Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), cet. Ke-1, h. 25

Page 44: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

34

Hukum menikah apabila ditinjau dari kondisi seseorang, ada lima macam

yaitu:36

a. Hukum nikah menjadi wajib, bagi orang yang takut akan terjerumus ke dalam

lembah perzinaan jika ia tidak menikah. Karena dalam kondisi seperti ini,

nikah dapat membantunya menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan.

b. Hukum nikah menjadi sunnah, bagi orang yang telah mempunyai kemauan

dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin

tidak dikhawatirkan akan berbuat zina.

c. Hukum nikah bisa menjadi haram, bagi seorang muslim yang belum mampu

memenuhi nafkah batin dan lahir kepada istrinya serta nafsunya pun tidak

mendesak, maka haramlah ia kawin.

d. Hukum nikah menjadi makruh, bagi orang yang mempunyai kemampuan

untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk

menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina

sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai keinginan yang

kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami istri dengan baik.

e. Hukum nikah menjadi mubah atau dibolehkan, bagi orang yang mempunyai

kemampuan untuk melakukan perkawinan, tetapi apabila tidak melakukannya

tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan

menelantarkan istri.

36

Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnat, h. 10-12

Page 45: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

35

C. Rukun dan Syarat Perkawinan

Dalam upacara pernikahan terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi.

Keduanya terdapat perbedaan. Rukun nikah adalah merupakan bagian dari

hakikat akan kelangsungan perkawinan seperti laki-laki, perempuan, wali dan

sebagainya. Sedangkan syarat nikah adalah sesuatu yang pasti atau harus ada

ketika pernikahan berlangsung, tetapi tidak termasuk pada salah satu bagian dari

hakikat pernikahan, misalnya kedua calon mempelai, dewasa (baligh), berakal

dan sebagainya. 37

1. Rukun Perkawinan

Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas: 38

a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.

b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

c. Adanya dua orang saksi.

d. Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau

wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

2. Syarat Perkawinan

Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan.

Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan

menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri.

37

Imam „Alau al-Din Abi Bakr Ibnu Mas‟ud al-Haasaani al-Hanafi, Badaai‟u al-Shonaai‟I

Fi Tartib al-Syarai‟i, (Beirut: Daar al-Fikr), Juz 2, h. 348

38

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-3, h. 46

Page 46: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

36

Adapun syarat-syarat sahnya dapat diperinci, sebagai berikut: 39

a. Syarat-syarat calon pengantin pria.

1) Calon suami beragama Islam.

Ketentuan ini ditetapkan, karena dalam hukum Islam laki-laki

merupakan pemimpin dalam rumah tangga dan setiap pemimpin harus

ditaati. Oleh karena itu, karena berlaku hukum kebiasaan istri harus

taat kepada suami. Maka dalam memilih calon suami pun hendaknya

menganut agama yang sama, yaitu Islam. Sebagaimana tercantum

dalam surat Al-Mumtahanah: 10, sebagai berikut:

: ۲ :

“…. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan

wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya

budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia

menarik hatimu…”( Q.S.Al-Baqarah: 2: 221)

2) Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki.

3) Orangnya diketahui dan tertentu.

Calon mempelai laki-laki yang akan dinikahi sudah jelas

orangnya, dan merupakan laki-laki pilihan baik untuk calon mempelai

wanita maupun orang tua calon mempelai wanita.

39

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 50

Page 47: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

37

4) Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.

5) Calon mempelai laki-laki tahu / kenal dengan calon istri, serta tahu

betul calon istri tersebut halal baginya.

6) Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu.

7) Tidak sedang melakukan ihram.

8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

Calon mempelai laki-laki tidak mempunyai istri yang mempunyai

hubungan kerabat atau persusuan dengan calon mempelai wanita, yang jika

calon mempelai laki-laki itu hendak berpoligami dengan calon mempelai

wanita. Maka hal tersebut diharamkan, sebagaimana dalam firman Allah

disebutkan:

۴:

“Dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang

bersaudara…” (Q.S.An-Nisa: 4: 23)

Dalam kandungan ayat di atas, dapat dipahami bahwa diharamkan kepada

laki-laki yang mengumpulkan dua orang wanita mahram secara bersamaan,

seperti antara wanita dan saudara perempuan bapaknya, atau antara wanita

dan saudara perempuan ibunya. 40

40

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat

(Khitbah, Nikah dan Talak), h. 167

Page 48: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

38

Adapun wanita-wanita yang haram untuk dinikahi karena nasab, yaitu

sebagai berikut: 41

a) Ibu;

b) Anak perempuan;

c) Saudara perempuan;

d) Bibi dari pihak ibu;

e) Bibi dari pihak ayah;

f) Anak perempuan saudara laki-laki (keponakan);

g) Anak perempuan saudara perempuan (keponakan).

9) Tidak sedang mempunyai istri empat.

b. Syarat-syarat calon pengantin wanita.

1) Beragama Islam.

Calon mempelai laki-laki muslim hanya dibolehkan menikah dengan wanita

muslimah. Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah, sebagai berikut:

:۲: ۲

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. (Q.S.Al-Baqarah: 2: 221)

41

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai

Syariat), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), cet. Ke-1, h. 156

Page 49: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

39

2) Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci).

3) Wanita itu tentu orangnya.

Calon mempelai wanita yang akan dinikahi sudah jelas orangnya, dan

merupakan wanita pilihan baik untuk calon mempelai laki-laki maupun orang

tua calon mempelai laki-laki.

4) Halal bagi calon suami.

5) Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak dalam masa iddah.

6) Tidak dipaksa / ikhtiyar.

7) Tidak dalam keadaan ihram haji atau umroh.

c. Syarat-syarat ijab qobul.

Mengenai lafaz yang digunakan untuk akad nikah, terdapat perbedaan

pendapat. Pendapat pertama, mengatakan bahwa lafaz nikah menggunakan nikah

atau tazwij, karena dua lafaz tersebut terdapat di dalam Kitabullah dan Sunnah.

Demikian pendapat Imam Syafi‟i dan Hambali. 42

Adapun dalilnya, sebagai

berikut:

Firman Allah swt dalam surat An-Nisa ayat 22 dan Al-Ahzab ayat 37

: ۴ :

42

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 57-58

Page 50: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

40

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini oleh

ayahmu…” (Q.S. An-Nisa : 4: 22)

:

٣٣:

“….Maka tatkala Zaid Telah mengakhiri keperluan terhadap Istrinya

(menceraikannya), kami kawinkan kamu dengan dia, supaya tidak ada

keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak

angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu Telah menyelesaikan

keperluannya daripada isterinya…”.(Q.S.Al-Ahzab : 33 : 37)

Hadis Nabi Muhammad saw

“Telah diriwayatkan oleh Ahmad Ibnu Abi „Amr kepada Abi Ibrahim, Yunus,

Hasan, Ma‟qil Ibnu Yasar bahwasannya telah tiba saatnya aku menikahkan

saudara perempuanku kepada seorang laki-laki kemudian ia mentalaknya,

sehingga apabila telah habis masa iddahnya maka ia boleh melamarnya

(mengkhitbah) kembali, maka aku berkata kepadanya aku nikahkan kamu, aku

berikan tempat tinggal untukmu, dan aku muliakan kamu…” (H.R. Bukhori)

43

Muhammad Ibnu Ismail Abu „Abdillah Al-Bukhori Al-Ja‟fi, Shahih Al-Bukhori, h. 188

Page 51: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

41

Pendapat kedua, mengatakan bahwa akad nikah itu dianggap telah

terlaksana dengan menggunakan lafaz hibah, sedekah, jual beli dan kepemilikan

(malaka).44

Dengan alasan kata-kata ini adalah majaz (kiasan) yang biasa juga

digunakan dalam bahasa sastra atau bahasa yang artinya perkawinan. Demikian

pendapat Imam Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Abu Ubaid, Abu Dawud dan Abu

Tsaur.45

Adapun dalilnya, sebagai berikut:

Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 50

: ٣٣:

“…Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi, apabila

Nabi ingin menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua

orang mukmin...” (Q.S.Al-Ahzab : 33: 50)

44

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai

Syariat), h. 114

45

Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnat, h. 24

Page 52: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

42

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa yang menjadi kekhususan bukan

pada penggunaan kata hibah pada akad nikah, melainkan pada akad nikah

tanpa mahar, sebagaimana ayat lanjutannya. 46

: ٣٣ :(

“… Sesungguhnya kami Telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada

mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki

supaya tidak menjadi kesempitan bagimu…” (Q.S. Al-Ahzab: 33: 50)

Pendapat ketiga, mengatakan bahwa secara khusus, shighat akad nikah

mempunyai tiga bentuk, yaitu lafaz nikah (pernikahan), zawaj (perkawinan)

dan hibah (pemberian). Tetapi shighat lafaz hibah wajib dibarengi penyebutan

mahar (maskawin) tertentu. Misalnya, “aku berikan kepada engkau putriku

dengan mahar 1.000 dinar” atau dibarengi dengan penyerahan diri (tafwidh),

misalnya “aku berikan kepada engkau putriku ini dengan penuh penyerahan”.

Tidak sah akad nikah yang menggunakan lafaz hibah tidak dibarengi dengan

penyebutan mahar tertentu atau penyerahan diri. 47

Demikian pendapat Imam

Maliki, sebagaimana telah disebutkan dalam hadis Nabi saw, sebagai berikut:

46

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat

(Khitbah, Nikah dan Talak), h. 65 47

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat

(Khitbah, Nikah dan Talak), h. 66

Page 53: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

43

“Nabi saw pernah menikahkan seorang laki-laki dengan seorang perempuan,

dan beliau berkata: Sesungguhnya telah kujadikan ia milikmu dengan

(mahar) hafalan Al-Qur‟an yang ada padamu”. (H.R. Bukhori)

Dari ketiga pendapat di atas, yang rojih (tepat) dan biasa digunakan dalam

akad nikah adalah pendapat pertama, yang menggunakan lafaz nikah atau

tazwij. Karena dalam pelaksanaan akad nikah harus dengan ungkapan yang

shahih dan jelas seperti lafaz: zawwajtukaha (aku nikahkan kamu dengannya)

atau ankahtukaha (aku nikahkan kamu dengannya). Dengan demikian, tujuan

melaksanakan akad nikah pun dapat dipahami jelas oleh para saksi yang hadir.

Sementara dalam pendapat kedua dan ketiga, mereka lebih condong kepada

lafaz hibah dalam melaksanakan akad nikah. Dalam hal ini, penggunaan lafaz

hibah hanya diperuntukkan bagi Rasulullah saw secara khusus.49

Karena lafaz

tersebut sah jika dipergunakan untuk akad selain nikah. Selain itu, karena

lafaz tersebut tidak secara jelas mengungkapkan pernikahan, sehingga tidak

sah digunakan dalam akad nikah. Hal itu karena kesaksian merupakan syarat

dalam nikah dan kinayah itu hanya diketahui melalui niat saja, sedangkan para

48

Muhammad Ibnu Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori Al-Ja‟fi, Shahih Bukhori, h. 31

49

Imam „Alau al-Din Abi Bakr Ibnu Mas‟ud al-Haasaani al-Hanafi, Badaai‟u al-Shonaai‟I Fi

Tartib al-Syarai‟i, h. 344

Page 54: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

44

saksi tidak mengetahui niat kecuali jika diberitahukan kepada mereka secara

jelas. 50

d. Syarat-syarat Wali.

Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau

wakilnya dengan calon suami atau wakilnya. Wali hendaklah seorang laki-

laki, muslim, baligh, berakal dan adil (tidak fasik).

e. Syarat-syarat Saksi.

1) Beragama Islam.

2) Berakal, bukan orang gila.

3) Baligh, bukan anak-anak.

4) Merdeka, bukan budak.

5) Kedua orang saksi itu mendengar. 51

D. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

1. Tujuan Perkawinan

50

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai

Syariat), h. 115

51

Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999),

cet. Ke-1, h. 64

Page 55: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

45

Pada dasarnya tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi tuntutan

hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih

sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Syari‟ah. 52

2. Hikmah Perkawinan

Dalam sebuah perkawinan, terdapat hikmah dan pengaruh yang sangat

baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia yang

diantaranya sebagai berikut:

a. Dengan adanya pernikahan maka banyaklah keturunan.

b. Keadaan hidup manusia tidak akan tentram kecuali jika keadaan rumah

tangganya teratur.

c. Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi memakmurkan

dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat dengan berbagai

macam pekerjaan.

d. Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang

dikasihi.

e. Manusia diciptakan dengan memiliki rasa ghirah (kecemburuan) untuk

menjaga kehormatan dan kemuliannya.

52

M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dari

Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Anggota IKAPI, 1990), cet. Ke-2, h. 27

Page 56: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

46

f. Perkawinan akan memelihara keturunan serta menjaganya.

g. Berbuat baik yang banyak lebih baik daripada berbuat baik sedikit.

h. Manusia itu jika mati terputuslah seluruh amal perbuatannya yang

mendatangkan rahmat dan pahala kepadanya. Namun, apabila masih

meninggalkan istri dan anak, mereka akan mendo‟akannya dengan

kebaikan hingga amalnya tidak terputus dan pahalanya pun tidak ditolak.53

Selain hikmah-hikmah di atas, Sayyid Sabiq menyebutkan pula hikmah-

hikmah perkawinan yang lain, sebagai berikut: 54

a) Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat, yang selamanya

menuntut adanya jalan keluar. Bilamana jalan keluar tidak dapat

memuaskannya, maka banyaklah manusia yang mengalami kegoncangan,

kacau dan menerobos jalan yang jahat. Kawin merupakan jalan alami dan

biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan

naluri seks ini. Dengan kawin, badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata

terpelihara dari melihat yang haram, perasaan tenang menikmati barang yang

halal.

53

Hadi Mulyo dan Sobahus Surur, Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, (Semarang: CV. Asy-

Syifa, 1992), h. 256-258

54

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnat, h. 9-10

Page 57: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

47

b) Kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara

nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan.

c) Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana

hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah,

cinta dan kasih sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang

menyempurnakan kemanusiaan seseorang.

d) Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan

menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan

pembawaan seseorang.

e) Adanya pembagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan mengatur rumah

tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas

tanggung jawab antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.

f) Dengan perkawinan, diantaranya dapat membuahkan tali kekeluargaan,

memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat

hubungan kemasyarakatan yang oleh Islam direstui, ditopang dan ditunjang.

g) Dalam salah satu pernyataan PBB yang disiarkan oleh harian Nasional

terbitan Sabtu 6/6 1959 mengatakan:

“Bahwa orang yang bersuami istri umurnya lebih panjang daripada orang-

orang yang tidak bersuami istri, baik karena menjanda, tercerai atau sengaja

membujang”. Pernyataan itu selanjutnya mengatakan: “Dalam banyak negeri

Page 58: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

48

orang-orang kawin pada umur yang masih sangat muda, akan tetapi

bagaimanapun juga umur orang-orang yang bersuami istri umumnya lebih

panjang”.

Itulah perkawinan dengan berbagai hikmahnya, dan perkawinan juga

mempunyai tujuan untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh Allah

swt, menyelamatkan umat manusia dari kepunahan untuk kelangsungan hidup

keturunan, pembentukan keluarga bahwa itu adalah organisasi masyarakat, dan

untuk menemukan kerjasama antara anggotanya, selain itu diketahui juga bahwa

pernikahan merupakan kerjasama antara pasangan untuk menanggung beban

kehidupan, cinta dan kolaborasi di antara masyarakat, keluarga dan memperkuat

hubungan, serta penggunaannya adalah kepentingan.55

E. Prinsip-Prinsip Perkawinan menurut Islam

Ada beberapa prinsip hukum perkawinan menurut agama Islam yang

merupakan dasar dari perkawinan. Diantara prinsip tersebut ialah:

1. Sukarela.

Yang dimaksud dengan prinsip sukarela yaitu suatu perkawinan yang

dilakukan atas persetujuan kedua calon suami istri, tanpa ada paksaan dari

pihak manapun. 56

55

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh, h. 6515-6516

56

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2005), h. 174

Page 59: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

49

2. Partisipasi Keluarga

Sungguhpun akad nikah itu pada dasarnya merupakan hak individu calon

mempelai suami istri, tapi karena perkawinan merupakan suatu peristiwa

penting yang sangat erat berhubungan dengan orang lain khususnya keluarga,

sangat mudah dimengerti jika sesuai dengan hukum Islam, Undang-Undang

Perkawinan di Dunia Islam tetap mempertahankan asas keterlibatan atau

partisipasi aktif keluarga dalam perkawinan.

3. Perceraian dipersulit.

Sesungguhnya, tidak semua doktrin / paham keagamaan mengakui

apalagi membenarkan adanya perceraian dalam suatu perkawinan. Menurut

agama Katolik Roma, perkawinan itu menjadi sakramen, yaitu suatu lembaga

suci yang diberkati oleh Tuhan, yang mempersatukan suami dan istri seumur

hidup. 57

Menurut penulis, dalam agama Katolik Roma bahwa pernikahan itu

adalah apa yang telah disatukan oleh Tuhan, jadi apa yang telah disatukan

oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan atau dinodai dengan melakukan perceraian.

Oleh karena itu, mereka tidak memperbolehkan adanya perceraian, meskipun

kondisi rumah tangganya sudah tidak harmonis. Sebagai contoh, di Negara

Italia penduduk yang beragama Katolik yang hendak bercerai, terpaksa harus

57

Muhammad Amin Suma, h. 176-177

Page 60: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

50

pindah selama waktu tertentu ke negeri Eropa yang lain dimana perceraian

dapat disahkan. Misalnya, Negara Swiss atau Inggris.

Sementara dalam Islam, talak atau perceraian merupakan perbuatan yang

halal (boleh) akan tetapi dibenci oleh Allah. Sebagaimana disebutkan dalam

hadis, sebagai berikut:

“Telah diriwayatkan oleh Katsir Ibnu „Ubaid kepada Muhammad Ibnu

Kholid, Mu‟arrif Ibnu Washil, Muharib Ibnu Ditsar Ibnu Umar bahwa Nabi

saw telah bersabda: “Suatu perbuatan yang halal tetapi dibenci oleh Allah

adalah talak”. (H.R. Abu Daud)

Dari kandungan hadis di atas, dapat dipahami bahwa dalam Islam

kemungkinan terjadinya talak atau perceraian itu dibolehkan, tentunya bagi

keluarga yang tidak mungkin dapat untuk mempertahankan keutuhan rumah

tangganya. Akan tetapi, meskipun dibolehkan tetap ada syarat-syarat yang

harus dipenuhi bagi mereka yang hendak melakukan perceraian. Dan syarat-

syarat tersebut telah tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1

tahun 1974 pasal 19, sebagai berikut: 59

58

Sulaiman Ibnu Asy‟ats Abu Daud Sujastani Al-Azdi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Daar Al-

Fikr), juz 6, h. 406

59

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, h. 49

Page 61: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

51

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-

turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain

diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri;

f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Syarat-syarat tersebut dibuat, agar tidak ada pihak yang semena-semena

mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama dan terutama untuk

kemaslahatan umat Islam itu sendiri.

4. Monogami.

Yaitu asas yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai

satu istri. 60

5. Kedewasaan calon mempelai

Yaitu setiap calon suami dan calon istri yang hendak melakukan

perkawinan, harus benar-benar matang secara fisik maupun psikis (rohani),

atau harus sudah siap secara jasmani maupun rohani.

60

Muhammad Amin Suma, h. 178

Page 62: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

52

6. Keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri, baik dalam kehidupan

rumah tangga maupun pergaulan masyarakat.

7. Perkawinan harus dicatatkan.

Yaitu untuk mempermudah mengetahui orang-orang yang sudah menikah

atau melakukan ikatan perkawinan.

Page 63: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

53

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA CIWALAT

Wilayah Desa Ciwalat merupakan pemekaran dari Desa Pabuaran dan

merupakan Desa induk setelah kemerdekaan yang berdiri sekitar Tahun 1904.

Selain itu, Desa ini pun merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Desa di wilayah

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi, yang mempunyai sejarah singkat

sebagai berikut:

A. Sejarah Singkat Desa Ciwalat

Desa Ciwalat sudah 17 (tujuh belas) kali mengalami pergantian Kepala

Desa/Lurah, masa pergantiannya terbagi menjadi 2 (dua) masa/periode

pemerintahan yaitu Pra kemerdekaan 7 (tujuh) orang dan Pasca Kemerdekaan 10

(sepuluh) orang. Pada tahun 1984 pemekaran Desa menjadi dua, yaitu: Desa

Ciwalat sebagai desa induk dan Desa Sukajaya menjadi desa pemekaran.

Keadaan sarana dan pra sarana masih kurang memadai seperti jalan penghubung

antar Desa yaitu Desa Pabuaran-Desa Lembursawah-Desa Ciwalat-Desa

Sukajaya ke Desa Bojong Kecamatan Kalibunder yang sudah diperkeras sejak

tahun 1982 dan belum diaspal. 1

1 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 64: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

54

Selanjutnya perkembangan sejarah Desa Ciwalat dilihat dari segi

pergantian Kepala Desa / Lurah adalah sebagai berikut: 2

Tabel 1

Kepala Desa / Lurah Desa Ciwalat

No Nama Alamat Periode

Tahun

Juru Tulis/

Sekdes Keterangan

1. H. Usman Kp. Citalaga 1904-1912 Haya -

2. O‟i Kp. Ciselut 1912-1920 Haya -

3. H. Sirod Kp. Ciselut 1920-1928 Momo -

4. H. Afandi Kp. Ciselut 1928-1936 Momo -

5. H. Nursalim Kp. Nagrak 1936-1944 Momo -

6. Momo Lengkong 1944-1946 Engkay -

7. Iyob Lengkong 1946-1949 Engkay -

8. H. Jae Kp. Citalaga

1949

(3hari)

Engkay

Terbunuh

Gerombolan

9. H. Abdul Rojak Kp. Nagrak

1949

(2bln)

Engkay

Mengisi

kekosongan

10. H. Dahlan Kp. Ciselut 1950-1971 Sulaeman

dan Dalimi

Pertama

Pemilihan

Kepala

Desa

2 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 65: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

55

11. Iyuk Lengkong 1971-1972 Dalimi PJS

12. H. Hawi Arifin Kp. Babakan

1972-1980 Iim -

1980-1985 Pendi PJS

13. Apan Badri Salam Kp. Nagrak 1985-1993 Pendi -

14. Pendi Kp. Babakan 1993-1995 A. Suhanda PJS

15. T. Ibrohim Kp. Babakan 1995-2003 A. Suhanda -

16. Ijam Kp. Talun 2003-2008 Nuryaman -

17. A. Suhanda Kp. Nagrak 2008-skrg Nuryaman Sekdes PNS

B. Letak Geografis Desa Ciwalat

Secara administratif, Desa Ciwalat merupakan salah satu dari 7 (tujuh)

Desa di wilayah Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi yang mempunyai

luas wilayah 1098,622 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut: 3

Tabel 2

Batas Wilayah

Batas Desa / Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Bantarsari Pabuaran

Sebelah Selatan Curug Luhur Sagaranten

Sebelah Timur Lembur Sawah Pabuaran

Sebelah Barat Sukajaya Pabuaran

3 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 66: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

56

Kemudian jika dilihat dari segi kepadatan penduduk, maka Desa Ciwalat

merupakan Desa yang mempunyai jumlah penduduk 4.483 jiwa, 1308 KK yang

terbagi kedalam 6 (enam) dusun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 2.322 jiwa

dan penduduk perempuan adalah 2.161 jiwa. Dengan rincian sebagai berikut: 4

Tabel 3

Jumlah Penduduk

No. DUSUN RT Kepala Keluarga JML Jumlah Jiwa JML

L P L+P L P L + P

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 CISELUT 1 55 3 58 107 97 204

2 54 5 59 79 85 164

3 26 7 33 44 49 93

4 43 12 55 73 78 151

5 70 8 78 154 119 273

248 35 283 457 428 885

2 BABAKAN 6 45 5 50 103 84 187

7 44 4 48 68 83 151

8 36 2 38 75 72 147

9 37 10 47 94 77 171

162 21 183 340 316 656

4 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 67: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

57

3 GADUNG 10 42 11 53 75 73 148

11 67 2 69 137 140 277

109 13 122 212 213 425

4 NAGRAK 12 40 13 53 71 98 169

13 37 7 44 79 72 151

14 48 5 53 197 101 298

15 41 6 47 74 88 162

16 44 11 55 102 105 207

210 42 252 523 464 987

5 CITALAGA 17 55 6 61 88 85 173

18 37 9 46 61 80 141

19 39 7 46 75 70 145

20 46 3 49 85 90 175

21 59 7 66 128 102 230

236 32 268 437 427 864

6 CIASIH 22 61 9 70 124 111 235

23 46 8 54 101 70 171

24 39 5 44 78 75 153

25 28 4 32 50 57 107

174 26 200 353 313 666

JUMLAH 1139 169 1308 2322 2161 4483

Page 68: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

58

Perkembangan manusia yang bersosial dan berbudaya akan didasari oleh

tingkat pendidikannya dan pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat

penting dalam meningkatkan indek pembangunan manusia untuk menuju tingkat

kesejahteraan. Dengan tingkat pendidikan yang maksimal dan dimanfaatkan maka

akan meningkatkan keterampilan sehingga akan tumbuh kewirausahaan untuk

menciptakan lapangan pekerjaan baru, menghasilkan karya berupa benda maupun

jasa hasil dari budi dan karya. Di bawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-

rata pendidikan warga Desa Ciwalat. 5

Tabel 4

Tingkat Pendidikan

TINGKAT PENDIDIKAN L P JUMLAH

Belum masuk TK/PAUD 207 206 413

Sedang TK/PAUD 38 20 58

Sedang sekolah 423 425 854

Tidak pernah sekolah 5 13 18

Tidak tamat SD 545 396 941

Tamat SD/Sederajat 762 855 1617

Tamat SMP/Sederajat 85 83 168

Tamat SMA/Sederajat 32 18 50

5 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 69: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

59

Tamat D-1/Sederajat 2 0 2

Tamat D-2/Sederajat 3 1 4

Tamat D-3/Sederajat 0 0 0

Tamat S-1/Sederajat 15 2 11

Jumlah 2117 2019 4136

Jumlah Total 2293 2190 4483

Dalam hal pendidikan, tidak akan menghasilkan prestasi yang baik tanpa

ditunjang oleh sarana pendidikan yang baik tentunya. Di bawah ini tabel sarana

pendidikan yang ada di Desa Ciwalat. 6

Tabel 5

Sarana Pendidikan

No. Sekolah Jumlah

1. TK/PAUD 9 Buah

2. SD/MI 3 Buah

3. SMP/SLTP 1 Buah

Penduduk Desa Ciwalat mayoritas menganut agama Islam, hal ini terlihat

pada data yang diperoleh dari sensus kependudukan Desa Ciwalat. 7

6 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

7 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 70: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

60

Tabel 6

Agama penduduk

Agama Laki-Laki Perempuan Jumlah

Islam 2293 2190 4483

Penduduk Desa Ciwalat umumnya bermata pencaharian sebagai petani

sehingga keadaan ekonomi di Desa Ciwalat lebih di dominasi oleh pertanian.

Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:8

Tabel 7

Mata Pencaharian Penduduk

Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah

Petani 215 250 465

Buruh Tani 683 640 1323

Buruh Migran TKW/TKI 1 41 42

Pegawai Negeri Sipil 15 1 16

Pengrajin Industri Rumah Tangga 5 4 9

Pedagang Keliling 10 5 15

Peternak 48 0 48

Pembantu Rumah Tangga 5 65 70

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 0 7

8 Arsip Desa Ciwalat yang diambil pada tanggal 13 Mei 2011 di Balai Desa Ciwalat Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

Page 71: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

61

Pengusaha Kecil dan Menengah 45 2 47

Dukun Kampung Terlatih 2 3 5

Jasa Pengobatan Alternatif 1 0 1

Karyawan Perusahaan Swasta 5 0 5

Sopir 5 0 5

Tukang Ojeg 53 0 53

Jumlah Total 1100 1011 2111

C. Pandangan Warga Desa Ciwalat tentang Perkawinan di Bawah Umur

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa anggota masyarakat,

didapatkan bahwa alasan utama dilakukannya perkawinan di bawah umur di

Desa Ciwalat adalah karena adanya sistem perjodohan oleh orang tua. Adapun

yang dimaksud dengan perkawinan di bawah umur yaitu perkawinan yang

dilakukan setelah lulus Sekolah Dasar (SD), sekitar usia 12-14 tahun. 9

Perkawinan di bawah umur menurut sebagian orang adalah indah diawal

dan sengsara diakhir. Banyak pendapat mengatakan, bahwa menikah pada usia

muda sudah tidak zaman lagi. Akan tetapi, dalam faktanya masih banyak wanita

yang memilih untuk menikah pada usia muda.10

9 Ade Nuryaman (Sekdes) Desa Ciwalat, Wawancara Pribadi, di Balai Desa Ciwalat pada

tanggal 14 Mei 2011

10

Rasta Meridian, Menikah Muda antara Pro dan Kontra,

(http://www.artikelpernikahan.com/2011/05/menikah-muda-antara-pro-dan-kontra.html), diakses

tanggal 05 Juli 2011 pukul 20.34 WIB

Page 72: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

62

Menikah pada usia muda sepertinya bukanlah karena “sudah zaman” atau

“tidak zaman lagi”, namun lebih kepada pilihan seseorang. Karena dalam

menikah pada usia muda, terdapat keuntungan dan kerugian. Seperti halnya yang

dilakukan oleh beberapa pelaku perkawinan di bawah umur yang ada di Desa

Ciwalat.

Diantaranya berpendapat, dengan menikah pada usia muda dapat

terhindar dari gangguan laki-laki yang suka menggoda wanita.11

Selain itu,

keuntungan yang lainnya adalah dapat menunjang kebutuhan ekonomi keluarga

dan merasa ada yang melindungi (suami), dengan begitu hidup bisa lebih tentram

dan bahagia.12

Perkawinan di bawah umur di samping berdampak positif bagi para

pelakunya, tidak dapat dipungkiri akan timbul juga dampak negatif terutama

dalam persoalan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak, baik dalam

hubungannya dengan mereka sendiri, terhadap anak-anak, maupun terhadap

keluarga mereka masing-masing, yaitu sebagai berikut:13

11

Lina (Warga) Desa Ciwalat, Wawancara Pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14 Mei 2011

12

Lati (Warga) Desa Ciwalat, Wawancara Pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14 Mei 2011

13

Fitra Puspitasari, Perkawinan Usia Muda: Faktor-faktor Pendorong dan Dampaknya

Terhadap Pola Asuh Keluarga. (Studi Kasus di Desa Mandala Giri Kecamatan Leuwisari Kabupaten

Tasikmalaya), (http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR10-Res3-ind.pdf) , diakses tanggal 05

Juli 2011 pukul 21.29 WIB

Page 73: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

63

1. Dampak terhadap suami istri

Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istrti yang telah

melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak

mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul

dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung

keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.

2. Dampak terhadap anak-anaknya

Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda atau

di bawah umur akan membawa dampak, terutama dari segi kesehatan istri dan

anak yang dilahirkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dr. Teti Ernawati,

Sp.OG dijelaskan bahwa bagi wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun, jika

hamil maka kemungkinan besar kehamilannya akan mengalami gangguan-

gangguan seperti muntah-muntah yang lebih hebat bahkan kandungannya dapat

juga mengalami pendarahan. Selain itu, kemungkinan bayi yang dilahirkan akan

mengalami prematur atau berat badannya tidak normal sekitar 2 sampai 2,5 kg

dan jika tumbuh hingga dewasa akan mengalami penyakit regeneratif pada usia

lanjut (40 tahunan) seperti penyakit gula dan jantung.14

14

Teti Ernawati (dr. Spesialis Kandungan), Wawancara Pribadi, di Rumah Sakit (RS) Syarif

Hidayatullah pada tanggal 24 Agustus 2011

Page 74: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

64

3. Dampak terhadap masing-masing keluarga.

Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya,

perkawinan di usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-masing

keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak mereka lancar, maka akan

menguntungkan orang tua masing-masing. Namun sebaliknya, apabila keadaan

rumah tangga mereka tidak bahagia dan akhirnya terjadi perceraian. Hal ini akan

mengakibatkan bertambahnya biaya hidup mereka, dan yang paling parah lagi

akan memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah-pihak.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam perkawinan di bawah

umur tidak hanya mengandung unsur negatif, akan tetapi ada juga unsur

positifnya. Oleh karena itu, perkawinan di bawah umur ini merupakan sebuah

pilihan seseorang dalam hal menikah.

Page 75: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

65

BAB IV

ANALISIS DATA

Setelah penulis menguraikan mulai dari bab satu sampai dengan bab tiga,

maka pada bab empat ini penulis mencoba menganalisa permasalahan-

permasalahan yang sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu:

“UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI PELAKU

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR” (Studi di Desa Ciwalat, Kecamatan

Pabuaran, Kabupaten Sukabumi).

A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur

Desa Ciwalat merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Pabuaran Kabupaten Sukabumi. Adapun yang menjadi penyebab terjadinya

perkawinan di bawah umur di desa ini berdasarkan data dari lapangan (hasil

wawancara), adalah sebagai berikut:1

1. Faktor rendahnya pengetahuan (pendidikan).

Peranan pendidikan dalam kehidupan sangat penting. Menurut Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

1 Wawancara pribadi dengan beberapa warga Desa Ciwalat, yaitu: I. Mansur, Ade Nuryaman,

Lina, Weti dan Lati.

Page 76: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

66

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Demikian pentingnya peranan pendidikan, maka

dalam Undang-Undang Dasar 1945 diamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara

berhak untuk mendapat pendidikan, pengajaran dan pemerintah mengusahakan

untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang pelaksanaannya

diatur dalam undang-undang. 2

Dalam kehidupan rumah tangga, apabila masyarakat menyadari dan

memahami betul tentang arti pentingnya pendidikan atau pengetahuan dalam

kehidupan berumah tangga, besar kemungkinan masyarakat yang akan

melakukan perkawinan di bawah umur akan berpikir lebih panjang dan jauh lagi,

artinya tidak cepat-cepat melakukan perkawinan. Dengan demikian perkawinan

di bawah umur dapat dihindari.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah,

mereka akan kurang menyadari tentang pentingnya pengetahuan dalam

kehidupan rumah tangganya, sehingga mereka melaksanakan perkawinan dengan

hanya berbekal ilmu pengetahuan yang minim (rendah) dan umur yang masih

relatif muda. 3

2 http://www.damandiri.or.id/file/yeniabsahunairbab1.pdf, diakses pada tanggal 05 Juli 2011

pukul 11.38 WIB

3 I. Mansur (Penghulu) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14

Mei 2011

Page 77: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

67

2. Faktor ekonomi.

Faktor ekonomi merupakan salah satu alasan terjadinya perkawinan di

bawah umur. Hasil wawancara dengan pelaku perkawinan di bawah umur

didapatkan bahwa salah satu hal yang mendorong dilakukannya perkawinan di

bawah umur adalah atas permintaan orang tua karena tidak ada biaya untuk

melanjutkan sekolah, selain itu ekonomi keluarga pun kurang mampu. 4

Berdasarkan wawancara tersebut, didapat bahwa status sosial ekonomi

berperan terhadap dilakukannya perkawinan di bawah umur. Salah satu indikator

status sosial ekonomi adalah kesempatan memperoleh pendidikan. Hal ini terlihat

dari para pelaku perkawinan di bawah umur yang telah diwawancarai, dimana

pendidikan formal yang rendah, daerah pedesaan sebagai tempat tinggal dan

penghasilan orang tua yang rendah mendorong untuk dilakukannya perkawinan

di bawah umur.

3. Faktor adanya sistem perjodohan oleh orang tua.

Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali problema-problema hidup

yang harus dihadapi oleh anggota masyarakat. Adakalanya masyarakat itu

mampu mengatasi setiap persoalannya, tetapi ada juga masyarakat yang

mengalami kesulitan dalam menghadapi persoalan hidupnya. Bagi masyarakat

yang mampu mengatasi problema hidupnya, ia akan merasa tentram dan damai

4 Weti (warga) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 15 Mei 2011

Page 78: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

68

tetapi sebaliknya bagi mereka yang tidak mampu mengatasi problema hidupnya

ia selalu merasa kesusahan.

Diantara sekian banyak problema kehidupan yang menyelimuti

masyarakat khususnya para orang tua, adalah timbulnya rasa malu jika diantara

anaknya atau keluarganya belum menikah. Oleh karena itu, jika ada yang

melamar anaknya, maka lamaran tersebut cenderung akan diterima meskipun

anaknya masih di bawah umur atau belum cukup umur untuk melangsungkan

pernikahan.5

Pemikiran tersebut sudah meresap ke dalam jiwa para orang tua, sehingga

mereka berkeinginan agar anak-anaknya cepat berumah tangga, terlebih lagi

perkawinan di bawah umur tersebut bukan merupakan perbuatan yang dilarang

oleh agama.

B. Upaya Penghulu Desa Ciwalat dalam Mengurangi Pelaku Perkawinan di

Bawah Umur

Dalam mengatasi perkawinan di bawah umur yang terjadi di Desa

Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi, Penghulu desa tersebut

bekerja sama dengan aparat desa yang mempunyai peran penting terutama dalam

masalah perkawinan, untuk melakukan upaya-upaya dalam mengurangi pelaku

perkawinan di bawah umur. Adapun upaya-upaya tersebut, adalah sebagai

berikut:

5 I. Mansur (Penghulu) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14

Mei 2011

Page 79: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

69

1. Mengadakan penyuluhan tentang perkawinan kepada remaja.

Dalam upaya ini, penghulu dan pejabat desa harus selalu aktif dalam

mengadakan acara-acara rutin pengajian remaja, kunjungan ke sekolah-sekolah,

pada kesempatan itu pula diadakan penyuluhan tentang perkawinan, yang pada

pembahasannya dianjurkan kepada peserta pengajian apabila hendak

melangsungkan perkawinan, hendaklah selalu memperhatikan tentang

kelanggengan hidup berumah tangga, jangan sampai melakukan perkawinan

dalam usia yang belum matang untuk kawin, karena dampak dari perkawinan

yang belum matang jiwa raganya akan berakibat buruk kepada kondisi rumah

tangganya.6 Meskipun upaya ini tidak dilakukan secara rutin (hanya satu bulan

sekali), akan tetapi besar harapan masyarakat sedikit demi sedikit akan mengerti

tentang perkawinan dan akibat perkawinan di bawah umur.

2. Dalam setiap kesempatan selalu disampaikan nasehat-nasehat keagamaan.

Nasehat-nasehat keagamaan ini biasanya disampaikan pada acara-acara

tertentu seperti: Walimatul ‟Arsy dan Acara pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu.

Dalam memberikan nasehat keagamaan selalu diperingatkan agar tidak

melakukan perkawinan di bawah umur, karena akan mengakibatkan kurang

adanya rasa tanggung jawab yang penuh terhadap hak dan kewajiban dari

pasangan suami istri tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidak harmonisan

6 I. Mansur (Penghulu) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14

Mei 2011

Page 80: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

70

dalam rumah tangga, yang pada akhirnya tujuan membina rumah tangga yang

kekal dan bahagia itu tidak tercapai.7

Apabila hal ini terjadi pada suatu rumah tangga, maka perhatian orang tua

terhadap anak-anaknya baik dari segi pemeliharaan maupun masalah

pendidikannya akan menurun, yang akhirnya akan muncul anak-anak (generasi-

generasi) yang kurang mendapat perhatian dan pendidikan.

3. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974.

Dalam upaya ini, selalu diberikan arahan dan bimbingan kepada

masyarakat Desa Ciwalat agar selalu patuh dan tunduk kepada aturan-aturan,

baik yang terdapat dalam agama maupun Undang-Undang Perkawinan, jika

hendak melangsungkan perkawinan. Karena dalam agama dan Undang-Undang

Perkawinan, semua aturan tentang perkawinan sudah termuat di dalamnya.

Dengan adanya penyuluhan ini tidak hanya berlaku untuk masyarakat,

akan tetapi berlaku juga bagi pejabat yang berwenang untuk menikahkan kedua

calon mempelai untuk selalu memberikan nasehat-nasehat perkawinan, yang

mencakup usia perkawinan, larangan-larangan perkawinan serta adanya akibat

hukum, apabila perkawinan itu sah dan dilaksanakan berdasarkan Undang-

Undang Perkawinan yang berlaku.8

7 I. Mansur (Penghulu) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14

Mei 2011 8 Ade Nuryaman (Sekdes) Desa Ciwalat, Wawancara Pribadi, di Balai Desa Ciwalat pada

tanggal 14 Mei 2011

Page 81: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

71

4. Mempertegas syarat-syarat pernikahan.

Bagi kedua calon pengantin yang akan melangungkan pernikahan harus

membawa surat-surat sebagai berikut:9

1) Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga (KK) untuk kedua calon pengantin

masing-masing 1 (satu) lembar. Surat pernyataan belum pernah menikah

(masih gadis/jejaka) di atas segel/materai bernilai Rp.6000,- (enam ribu

rupiah) diketahui oleh RT, RW dan Lurah setempat.

2) Surat Pengantar yang dikeluarkan oleh RT dan RW setempat. Surat

keterangan untuk nikah dari Kelurahan setempat yaitu Model (N1, N2, N4),

baik calon suami maupun calon istri.

3) Pas photo calon pengantin ukuran 2 × 3 masing-masing 4 (empat) lembar,

bagi yang berstatus duda/janda harus melampirkan Surat Talak/Cerai dari

Pengadilan Agama, kalau duda/janda mati harus ada surat kematian dan surat

Model (N6) dari Lurah setempat. Harus ada izin/Dispensasi dari Pengadilan

Agama bagi:

a. Calon pengantin laki-laki yang umurnya kurang dari 19 tahun;

b. Calon pengantin perempuan yang umurnya kurang dari 16 tahun;

c. Izin Orang Tua (Model N5) bagi calon pengantin yang umurnya kurang

dari 21 tahun baik calon pengantin laki-laki/perempuan.

4) Kedua calon pengantin mendaftarkan diri ke KUA tempat akan

dilangsungkannya akad nikah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) hari kerja dari

9 I. Mansur (Penghulu) Desa Ciwalat, Wawancara pribadi, di Kp. Ciselut pada tanggal 14

Mei 2011

Page 82: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

72

waktu melangsungkan pernikahan. Apabila kurang dari 10 (sepuluh) hari

kerja, harus melampirkan surat Dispensasi Nikah dari Camat setempat.

5) Apabila semua persyaratan kedua calon pengantin telah terpenuhi, maka KUA

akan memberikan Surat Persetujuan yang diberi tanda dengan model (N7).

Dengan adanya penegasan dari pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan

pernikahan, maka akan dapat mengurangi pelaku perkawinan di bawah umur dan

pernikahan di bawah tangan (nikah sirri).

Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh penghulu dan pejabat Desa

Ciwalat, keberhasilan dan manfaatnya memang sudah dapat dirasakan oleh

masyarakat, khususnya oleh masyarakat Desa Ciwalat. Hal ini terbukti dengan

meningkatnya kesadaran masyarakat dalam setiap pelaksanaan perkawinan selalu

merujuk kepada ketentuan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974.

Masyarakat sedikit demi sedikit mulai menyadari betapa pentingnya

masalah administrasi di dalam perkawinan, seperti: Perlunya Akta Nikah sebagai

bukti otentik yang menunjukkan bahwa ia telah menikah. Kemudian masyarakat

pun memandang bahwa Undang-Undang Perkawinan memberikan kemudahan

dan menjamin sepenuhnya keabsahan dan kelangsungan hidup berumah tangga,

karena di dalamnya memuat aturan tentang hak dan kewajiban suami istri, serta

adanya jaminan hukum. Sebagaimana termuat dalam Bab V Pasal 34 ayat 3

Page 83: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

73

Undang-Undang Perkawinan, bahwa: ”Jika suami istri melalaikan kewajibannya,

maka masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan”.10

Selama berjalannya upaya-upaya penghulu tersebut, pada dasarnya telah

memberikan perubahan pola pemahaman kepada masyarakat terhadap

perkawinan, diantaranya:

1. Masyarakat menyadari perlunya mengikuti peraturan-peraturan yang

berkenaan dengan perkawinan.

2. Masyarakat selalu berhati-hati dalam setiap akan melangsungkan perkawinan.

3. Adanya masyarakat yang menunda usia perkawinan (usia belum cukup untuk

kawin), sampai cukup usia untuk menikah.

Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa upaya-upaya penghulu

tersebut telah memberikan hasil yang lebih baik, meskipun belum sepenuhnya

mengenai target yang diharapkan.

10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, h. 14

Page 84: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas dan menguraikan data pada bab satu sampai

dengan bab empat, maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan,

yaitu sebagai berikut:

1. Faktor utama yang melatar belakangi terjadinya perkawinan di bawah umur di

Desa Ciwalat adalah faktor rendahnya pengetahuan (pendidikan), kemudian

faktor-faktor lainnya seperti faktor ekonomi dan adanya sistem perjodohan

oleh orang tua.

2. Upaya-upaya penghulu dalam mengurangi pelaku perkawinan di bawah umur

adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Mengadakan penyuluhan tentang arti pentingnya perkawinan kepada

remaja.

b. Menyampaikan nasehat-nasehat keagamaan dalam setiap kesempatan.

Seperti pada acara walimatul ‟arsy dan pengajian bapak-bapak atau ibu-

ibu.

c. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974.

d. Mempertegas syarat-syarat pernikahan.

Page 85: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

75

B. Saran-saran

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyarankan khususnya

kepada masyarakat Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi dan

umumnya kepada instansi terkait, apabila hendak melangsungkan perkawinan

agar selalu memperhatikan aturan-aturan yang termuat dalam agama Islam dan

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, dan aturan-aturan lain

yang berkenaan dengan pelaksanaan perkawinan.

Page 86: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

76

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Akademika Pressindo, 2007, cet.

Ke-5.

Abidin, Slamet dan H. Aminuddin. Fiqh Munakahat 1. Bandung: CV. Pustaka Setia,

1999, cet. Ke-1.

Al-Anshoriy, Syaikh Zakariyya. Haasyiyat Al-„Allamat Al-Syaikh Sulaiman Al-Jamal

„Ala Syarh Al-Manhaj. Beirut: Daar Al-Fikr, juz IV.

Al-Anshory, Abu Yahya Zakariya. Fath Al-Wahhab. Singapura: Sulaiman Mar‟iy,

juz II.

Al-Azdi, Sulaiman Ibnu Asy‟ats Abu Daud Sujastani. Sunan Abi Daud. Beirut: Daar

Al-Fikr, juz 6.

Al-Jaziri, Abd Ar-Rahman. Al-Fiqh „Ala Al-Mazahib Al-Arba‟ah. Beirut: Daar Al-

Fikr, juz IV.

Al-Ja‟fi, Muhammad Ibnu Ismail Abu „Abdillah Al-Bukhori. Shahih Al-Bukhori.

Beirut: Daar Ibnu Katsir, 1987, juz 17.

Al-Nisaburi, Abu Al-Husain Muslim Ibnu Al-Hijaj Ibnu Muslim Al-Qusyairi. Shahih

Al-Muslim, Beirut: Daar Al-Jaeyl, juz 4.

Al-San‟any, Muhammad ibn Ismail. Subul Al-Salam Syarh Bulug Al-Maram. Beirut:

Daar Al-Fikr, 1991, juz III.

Al-Syafi‟iy, Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad al-Husainy al-Husny al-

Damsyiqy Kifayat Al-Akhyar Fi Halli Ghoyat Al-Ikhtishor. Beirut: Daar Al-

Fikr, juz II.

Al-Syarai‟i, Imam „Alau al-Din Abi Bakr Ibnu Mas‟ud al-Haasaani al-Hanafi.

Badaai‟u al-Shonaai‟I Fi Tartib. Beirut: Daar al-Fikr. Juz 2.

Al-Zuhaili, Wahbah . Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh. Beirut: Daar Al-Fikr, 1989,

juz VII.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006, cet.

Ke-1.

Page 87: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

77

------------------. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cet. Ke-1.

Arsip Desa Ciwalat yang diambil di Balai Desa Ciwalat Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Sukabumi pada tanggal 13 Mei 2011.

As‟ad, Musifin. Perkawinan dan Masalahnya. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993, cet.

Ke-2.

Ayyub, Syaikh Hasan. Fikih Keluarga, (Panduan Membangun Keluarga Sakinah

Sesuai Syariat), Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001, cet. Ke-1.

Cincinnati, Anak Perempuan Sekarang Sudah Puber di Usia 7-8 Tahun, diakses dari

(http://faktabukanopini.blogspot.com/2011/01/anak-perempuan-sekarang-

sudah-puber-di.html), tanggal 20 Juli 2011 pukul 06.26 WIB.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surabaya: al-

Hidayah, 1998.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka, 2005, cet. Ke-3.

Ernawati, Teti. Wawancara Pribadi. di Rumah Sakit (RS) Syarif Hidayatullah pada

tanggal 24 Agustus 2011.

Fatawie, Yusuf. Pernikahan Dini Dalam Perspektif Agama dan Negara, diakses

dari(http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view

=article&id=1240:pernikahan-dini-dalam-perspektif-agama-dan

negara&catid=2:islam-kontemporer&Itemid=57), tanggal 29 Juni 2011

pukul 09.06 WIB

Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2008, cet. Ke-3.

Hawwas, Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed. Fiqh

Munakahat, Khitbah, Nikah dan Talak. Jakarta: Amzah, 2009, cet. Ke-1.

Hosen, Ibrahim. Fikih Perbandingan Masalah Pernikahan. Jakarta: Pustaka Firdaus,

2003, cet. Ke-1.

http://www.damandiri.or.id/file/yeniabsahunairbab1.pdf, diakses pada tanggal 05 Juli

2011 pukul 11.38 WIB.

Page 88: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

78

http://72legalogic.wordpress.com/2009/03/08/dewasa-menurut-hukum-positif

indonesia/), diakses pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.29 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pubertas, diakses pada tanggal 22 Agustus 2011 pukul

08.06 WIB.

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007, cet. Ke-1.

Kartono, Kartini. Pengantar Metode Riset Sosial. Bandung: Alumni, 1980, cet. Ke-1.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP). Surabaya: Kesindo, 2008, cet. Ke-2.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Sekolah

Tinggi Managemen.

Lina (Warga) Desa Ciwalat. Wawancara Pribadi. di Kp. Ciselut pada tanggal 14 Mei

2011.

Lati (Warga) Desa Ciwalat. Wawancara Pribadi. di Kp. Ciselut pada tanggal 14 Mei

2011.

Mansur, I. (Penghulu) Desa Ciwalat. Wawancara pribadi. di Kp. Ciselut pada

tanggal 14 Mei 2011.

Meridian, Rasta. Menikah Muda antara Pro dan Kontra.

(http://www.artikelpernikahan.com/2011/05/menikah-muda-antara-pro-dan-

kontra.html), diakses tanggal 05 Juli 2011 pukul 20.34 WIB.

Mukhtar, Kamal. Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1987, cet. Ke-2.

Mulyo, Hadi dan Sobahus Surur. Falsafah dan Hikmah Hukum Islam. Semarang: CV.

Asy-Syifa, 1992.

Mutawwaly, Abdul Basit. Muhadarah Fi Al-Fiqh Al-Muqaran. Mesir: t.p.,t.t.

Nuryaman, Ade (Sekdes) Desa Ciwalat. Wawancara Pribadi. di Balai Desa Ciwalat

pada tanggal 14 Mei 2011.

Prakoso, Djoko dan I. Ketut Murtika. Azas-Azas Hukum Perkawinan di Indonesia.

Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987, cet. Ke-1.

Page 89: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

79

Puspitasari, Fitra. Perkawinan Usia Muda: Faktor-faktor Pendorong dan Dampaknya

Terhadap Pola Asuh Keluarga. (Studi Kasus di Desa Mandala Giri

Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya). (http://www.solex-

un.net/repository/id/hlth/CR10-Res3-ind.pdf), diakses tanggal 05 Juli 2011

pukul 21.29 WIB.

Rahman, Abdur. Perkawinan Dalam Syariat Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992,

cet. Ke-1.

Ramulyo, M. Idris. Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

dari Segi Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Anggota IKAPI, 1990, cet. Ke-

2.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Al-Sunnat. Mesir: Daar Al-Fath Lil i‟lami al-„Arabiy, 1999, juz

II.

Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2008.

Solahuddin. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Visimedia, 2008, cet.

Ke-2.

Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2005.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007,

cet. Ke-2.

Syuja‟, Abi. Al-Iqna‟, Semarang: Maktabah Alawiyyah, Juz II.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Press,

1986, cet. Ke-5.

Tim Bedah Hukum. Kedewasaan Seseorang Berdasarkan Besaran Usia Menurut

Berbagai Ketentuan Hukum. Diakses dari

(http://bedahukum.blogspot.com/2009/12/kedewasaan-seseorang-

berdasarkan.html), pada tanggal 22 September 2011 pukul 08.40 WIB

Umar, Nasaruddin. Refleksi Penerapan Hukum Keluarga di Indonesia. diakses

dari(http://www.komnasperempuan.or.id/wpcontent/uploads/2009/02/refleks

i-penerapanhukumkeluarga-di-indonesia_nasaruddinumar.pdf), tanggal 29

Juni 2011 pukul 10.13 WIB.

Page 90: UPAYA PREVENTIF PENGHULU DALAM MENGURANGI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4242/1/ADE... · Sedangkan menurut Abi Syuja‟ perkawinan merupakan sebuah akad yang

80

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Bandung: Citra Umbara, 2007, cet. Ke-1.

Weti (warga) Desa Ciwalat. Wawancara pribadi. di Kp. Ciselut pada tanggal 15 Mei

2011.