UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA …etheses.uinmataram.ac.id/1202/1/Suzanna Isna... ·...

110
i UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: SUZANNA ISNA MAULID NIM.15.1.13.1.099 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2017

Transcript of UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA …etheses.uinmataram.ac.id/1202/1/Suzanna Isna... ·...

  • i

    UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT

    LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    Oleh:

    SUZANNA ISNA MAULID

    NIM.15.1.13.1.099

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

    MATARAM

    2017

  • ii

    UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT

    LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    Skripsi

    diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

    Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

    Oleh:

    SUZANNA ISNA MAULID

    NIM.15.1.13.1.099

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

    MATARAM

    2017

  • iii

    KEMENTERIAN AGAMA RI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    Jln. Gajah Mada, Telp. (0370)620783, 620784, Fax. (0370) 620784, Jempong Mataram

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi oleh: Suzanna Isna Maulid, NIM. 15.1.13.1.099 yang berjudul, “Upaya

    Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi di MA NW

    Bungtiang, Sakra Barat Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017” telah

    memenuhi syarat dan disetujui untuk di Uji tanggal 13 desember 2017.

    Disetujui pada tanggal, 8 / 11 / 2017

    Dibawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd NIP.195212311986031011

    Drs.Mukhlis,M,Ag NIP.197103111995031002

  • iv

    NOTA DINAS PEMBIMBING

    Mataram, 8 / 11 / 2017.

    Hal : Ujian Skripsi

    Yang Terhormat

    Rektor UIN Ma taram

    di Mataram

    Assalamu’alaykum Wr.Wb

    Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

    Nama Mahasiawa : Suzanna Isna Maulid

    Nim : 15.1.13.1.099

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Judul : Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi di Ma Nw Bungtiang, Sakra Barat Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017

    telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan UIN Mataram. Oleh karena itu kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyah.

    Wassalamu’alaykum Wr.Wb.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd

    NIP.195212311986031011

    Drs.Mukhlis,M,Ag

    NIP.197103111995031002

  • vi

    PENGESAHAN

    Skripsi oleh: Suzanna Isna Maulid, NIM. 15.1.13.1.099 dengan judul

    “Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi di MA NW

    Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017, telah dipertahankan di depan dewan

    penguji jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Mataram pada tanggal 13

    Desember 2017.

    Dewan Penguji

    Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd (ketua sidang/pemb.I)

    Drs.Mukhlis,M,Ag (sekretaris sidang/pemb.II)

    Drs. Mustain, M.Ag (Penguji I)

    Dr. Ahmad Asyari, M.Pd ( Penguji II)

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram

    Dr. Hj. LUBNA, M.Pd NIP. 196812811993032008

  • vii

    MOTTO

    ………

    Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS.An-Nur (24): 31)1

    1 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Jabal Raudatul jannah, 2010), h. 353.

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Sebagai ungkapan terimakasih, maka skripsi ini saya

    persembahkan kepada:

    Ibundaku Tercinta (Hj. Nurbayyinah), Bapakku tercinta

    (H.Maun Ratmaji )

    Kakak-Kakakku (M.Sahwan Hendriadi (Alm), Dian Husni Dan

    M.Lukmanul Hakim),

    Adikku (M. Robin Dan M. Ridho) Keponakanku (M.Raafi,

    M.Ayiron, Balqis, Maulida, Dan Baby Cem ).

    Sahabat-Sahabatku (PAI C Angkatan 2013) khususnya Santi

    Hidayati.

    Kekasih Hatiku (M. Zainul Amri, S.Pd), dan

    Almamaterku Tercinta UIN Mataram.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

    mencurahkan segala bentuk kasih sayangnya, sehingga peneliti dapat

    menyelsaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi

    Muhammad SAW, yang dengan penuh semangat dan ikhlas berjuang dalam

    menumbuhkembangkankan ajaran islam sehingga dapat membimbing umat

    manusia menuju keimanan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.

    Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “upaya guru akidah

    akhlak dalam membina etika berpakian siswi di MA NW Bungtiang, sakra barat,

    lombok timur tahun pelajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik.

    Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa

    terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat beharga kepada

    Penulis. Terutama kepada:

    1. Bapak Prof.Dr.H.Nashuddin, M.Pd. selaku pembimbing I dan Drs.Mukhlis,

    M.Ag. selaku pembimbing II yang selama ini telah tulus dan ikhlas

    meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan

    bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih

    baik.

    2. Bapak Drs.Mustain, M.Ag. selaku penguji II dan Dr.Ahmad Asyari, M.Pd.

    selaku penguji II yang sudah meluangkan waktunya untuk menuntun dan

    mengarahkan saya.

  • x

    3. Bapak Dr.Saparudin, M.Ag selaku ketua jurusan PAI, Bapak H.Muhammad

    Taisir, M.Ag. selaku sekretaris jurusan PAI dan Ibu Dr.Hj.Lubna, M.Pd.,

    selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Mataram.

    4. Seluruh Dosen PAI dan Dosen UIN Mataram.

    5. Kedua Orang Tuaku Bapak ( H.Maun Ratmaji) dan Ibunda ( Hj.Nurbayyinah )

    Tercinta yang tak pernah lelah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang,

    serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup

    ini.

    6. Kakak-kakakku ( M.Sahwan Hendriadi (Alm), Dian Husni dan Lukmanul

    Hakim ) dan Adik-adik ku ( M.Robin dan M.Ridho ) serta keponakan-

    keponakanku ( M.Raafi, M.Ayiron, Balqis, Maulida dan Sem) yang selalu

    memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan

    canda tawa dan kasih sayang kalian semua. cinta kalian memberikan kobaran

    semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian

    7. Sahabat seperjuanganku ( PAI C angkatan 2013 ) yang tidak bisa disebutkan

    satu-persatu namanya. Terima kasih buat kalian semua. Kalian yang selalu

    memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan

    selama masa perkuliahan, susah senang dirasakan bersama. Terimakasih

    untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini.

    8. Almamaterku tercinta yang banyak memberikan kenangan dan pengalaman.

    Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

    untuk itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan bagi

    kemajuan dimasa mendatang.

  • xi

    Akhirnya hanya kepa Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis

    dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan mencatatn

    sebagai ibadah di sisi-Nya. Amin

    Mataram, 28 / 11 / 2017

    Penulis

    (Suzanna Isna Maulid)

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii

    HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................. iv

    PERNYATAA KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi

    HALAMAN MOTO ............................................................................................ vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL................................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

    ABSTRAK ....................................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Konteks penelitian .......................................................................... 1

    B. Fokus penelitian ............................................................................. 6

    C. Tujuan dan manfaat penelitian ....................................................... 7

    1. Tujuan penelitian..................................................................... 7

    2. Manfaat penelitian .................................................................. 7

  • xiii

    D. Ruang lingkup dan setting penelitian ............................................ 8

    1. Ruang lingkup penelitian ....................................................... 8

    2. Setting penelitian..................................................................... 8

    E. Telaah pustaka ............................................................................... 9

    F. Kerangka teori ............................................................................. 11

    1. Konsep guru akidah akhlak ................................................... 11

    2. Etika berpakaian menurut pandangan Islam ......................... 15

    3. Konsep pembinaan. ............................................................... 18

    G. Metode penelitian ......................................................................... 20

    1. Pendekatan penelitian ........................................................... 20

    2. Kehadiran peneliti ................................................................. 21

    3. Sumber data........................................................................... 22

    4. Teknik pengumpulan data ..................................................... 23

    5. Teknik analisis data ............................................................... 27

    6. Validitas data......................................................................... 30

    H. Sistematika penelitian .................................................................. 31

    BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................. 33

    A. Gambaran umum MA NW Bungtiang ......................................... 33

    1. Sejarah berdirinya MA NW Bungtiang ................................ 33

    2. Visi dan Misi MA NW Bungtiang ........................................ 35

    3. Keadaan guru MA NW Bungtiang ........................................ 35

    4. Keadaan siswa-siswi MA NW Bungtiang ............................ 37

    5. Keadaan sarana dan prasarana MA NW Bungtiang .............. 48

  • xiv

    6. Struktur organisasi MA NW Bungtiang............................... 40

    B. Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ............................. 42

    C. Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ...................................... 50

    D. Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi

    di MA NW Bungtiang .................................................................. 53

    BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 60

    A. Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ............................. 60

    B. Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ...................................... 65

    C. Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi

    di MA NW Bungtiang. ................................................................. 73

    BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 78

    A. Kesimpulan .................................................................................. 78

    B. Saran ............................................................................................ 79

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Daftar Nama Guru Madrasah Aliyah NW Bungtiang ......................... 36

    Tabel 2 : Keadaan siswa Madrasah Aliyah NW Bungtiang ............................... 38

    Tabel 3 : Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah NW Bungtiang ...... 38

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 : Struktur Organisasi MA NW Bungtiang ........................................ 41

    Gambar 2 : Model, Bentuk Dan Warna Seragam Siswi di MA NW Bungtian . 44

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Kartu Konsulatsi Pembimbing .......................................................... 82

    Lampiran 2: Surat Izin Penelitian Fakultas Ilmu Tarbiyah Dab Keguruan ........... 88

    Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Kementerian Agama Selong Lombok Timur... 89

    Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian Di Madrasah Aliyah Nw Bungtiang .... 90

    Lampiran 5: Surat Keterangan Seminar Proposal Skripsi...................................... 91

    Lampiran 6: Berita Acara Ujjian Baca Tulis Al-Quran ......................................... 92

    Lampiran 7: Lembar Penilaian Baca Tulis Al-Quran ........................................... 92

    Lampiran 8: Sertifikat Semnar Proposal. ............................................................... 94

    Lampiran 9: Instrumen Penelitian .......................................................................... 95

    Lampiran 10: Dokumentasi .................................................................................... 98

  • xviii

    UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT

    LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

    Oleh:

    SUZANNA ISNA MAULID

    NIM.15.1.13.1.099

    ABSTRAK

    Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian merupakan

    suatu usaha bagaimana cara guru akidah menangani siswa yang bermasalah dalam berpakaian sekolah. Upaya yang dilakukan oleh akidah akhlak ialah untuk mendidik anak menjadi lebih baik lagi dalam berpakain, dan bertingkah laku baik di dalam madrasah maupun di luar madrasah, guru sangatlah berperan penting dalam membina akhlak setiap siswa-siswanya terutama guru akidah akhlak yang sangat berperan penting dalam merubah tingkah laku siswa.

    Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan tiga metode yang dijadikan dasar dalam pengumpulan data. Ketiga metode tersebut adalah metode observasi, metode wawancara tak terstruktur dan metode wawancara terstruktur, dan metode dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis induktif.

    Berdasarkan penelitian di MA NW Bungtiang, diperoleh data bahwa etika berpakaian siswi di Madrasah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sesuai dengan ketentuan. 1) Menegakkan tata tertib baik bagi para siswa maupun bagi para guru, 2) Membiasakan akhlak berpakaian menurut ajaran agama Islam, 3) Mengadakan pendekatan kepada siswa yang melanggar aturan mengenai aturan berpakaian di sekolah dengan memberikan nasehat-nasehat. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru akidah akhlak berasal dari dalam madrasah dan dari luar madrasah. Kendala yang berasal dari dalam madrasah adalah: Kurangnya perhatian dan kesadaran siswa dalam menaati aturan-aturan yang berlaku di madrasah,. Sedangkan kendala yang berasal dari luar madrasah adalah: 1) Kurang optimal pengawasan orang tua terhadap anaknya dirumah, dan 2) Prilaku masyarakat di luar ligkungan madrasah.

    Upaya guru dalam membina etika berpakaian siswi di Madrasah sangatlah penting bagi setiap siswi, terutama dalam menangani cara siswi berpakaian. Penanganan yang harus lebih ketat dilakukan oleh guru terutama guru akidah akhlak untuk menangani para siswi yang masih berpakaian tidak seronok atau tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan di Madrasah.

    Kata Kunci: Upaya Guru Akidah Akhak dan Etika Berpakaian.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Konteks Penelitian

    Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan

    penyempurnaan dan pertumbuhan keperibadian siswa dan siswi, karena

    pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari

    pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan

    keperibadi. Siswa atau siswi diberikan kesadaran bahwa adanya Tuhan lalu

    menyuruh siswa atau siswinya untuk melakukan perintah-perintah Tuhan dan

    meninggalkan larangan-Nya. Dalam hal ini siswa dan siswi dibimbing agar

    terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek yang

    kedua adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pelajaran agama itu sendiri

    khususnya mengenai akidah akhlak.

    Guru merupakan pendidik dan penanggung jawab utama pendidikan di

    sekolah. Karena guru merupakan pendidik profesional, secara inplisit dia

    telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

    yang dipikul orang tua.1 Guru merupakan jabatan atau profesi yang

    memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan

    oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau

    melakukan pekerjaan sebagai guru.

    Guru memiliki peranan penting dalam mendidik, membina,

    membimbing serta mengarahkakn siswa kepada yang baik, sehingga siswa

    1 Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Peran Pendidikan Islalm dalam Mencegah Kenakalan

    Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 66.

    1

  • 2

    menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan memiliki akhlak yang baik

    serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama sesuai dengan yang diharapkan oleh

    sistem pendidikan. Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat

    berpengaruh terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan Islam

    keberadan peran dan fungsi guru merupakan suatu keharusan yang tidak

    dapat diingkari suatu keberadaannya, tidak adanya pendidikan tanpa adanya

    seorang guru. Oleh karena itu, guru merupakan seuatu penentu arah dalam

    dunia pendidikan, bagaimana seharusnya pendidik yang baik dan benar dalam

    rangka mengakses siswa dan siswi akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup di

    dunia dan di akhirat.2

    Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan islam adalah mendidik

    serta membina siswa serta siswi dengan memberikan pengetahuan dan

    menanamkan nilai-nilai agama kepadanya. Oleh karena itu, guru sangatlah

    penting di dalam dunia pendidikan untuk memberikan dorongan, memotivasi,

    memuji, memberikan contoh, membiasakan hal yang baik dan sebagainya.

    Agama Islam merupakan fitrah dan tidak ada agama yang sempurna

    selain agama Islam yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan

    Tuhan-Nya (HablumminAllah) tetapi juga mengatur hubungan antara

    manusia dengan manusia lainnya (habluminannas). Bahkan Islam mengatur

    seluruh aspek kehidupan insan, termasuk mengatur masalah pakaian sehari-

    hari, baik pakaian di rumah maupun di tempat-tempat lainnya.

    2 Maftuhin, “guru ideal dalam pembelajaran pendidikan agama islam” dalam,

    http://www.wartamadani.com/peran, diambil tanggal 23 januari 2017, pukul 14.27 wita.

    http://www.wartamadani.com/peran

  • 3

    Allah SWT Telah menganugerahkan manusia dengan berbagai nikmat

    dan karunia yang tiada terhingga nilainya. Salah satu nikmat yang

    dianugrahkan adalah mengajarkan manusia pengetahuan tata cara berpakaian.

    Hal ini penting artinya bila dilihat dari segi agama Islam karena tuntunan

    sandang sebagai penutup jasmani sekaligus dikaitkan fungsinya untuk

    menumbuhkan keindahan guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. Busana

    dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaaan seseorang kepada

    Allah Swt.

    Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

    Artinya :”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak

    perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”.3

    Ayat di atas menjelaskan dua fungsi pakaian yaitu sebagai penutup

    aurat dan sebagai perhiasan. Dengan demikian fungsi utama dan pertama dari

    pakaian adalah sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan

    Allah dan sesama manusia inilah fungsi etika berpakaian.

    Berdasarkan pemahaman penulis terhadap firman Allah SWT dalam

    3 Q.S.Al-Ahzab (33): 59.

  • 4

    al-Qur’an dan tuntunan Nabi Muhammad SAW, bahwa wanita Islam apabila

    keluar dari rumah diwajibkan menutup seluruh tubuh dan tidak

    menampakkan walau sedikitpun dari perhiasan kecantikan dirinya, kecuali

    muka dan kedua telapak tangannya dengan menggunakan busana muslimah

    model apa saja sesuai dengan syariat yang telah ditentukan.

    Busana muslimah erat sekali hubunganya dengan masalah pembinaan

    akhlak. Untuk membina etika berpakaian muslimah perlu menyelaraskan

    antara tentang berpakaian dengan masalah akhlak. Dengan demikian, masalah

    berpakaian itu juga adalah merupakan ajaran Islam yang diabaikan begitu

    saja.

    Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode orang

    barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah " berpakaian ". Masalah

    berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan

    zaman dan teknologi. Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam

    berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan yang lebih

    menyedihkan, di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup

    dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang barat. Kita tahu

    bahwa mode yang dipakai oleh orang barat kebanyakan menyimpang dari

    moral. Sedangkan kita sadar bahwa Indonesia terkenal dengan kesopanannya

    dan budi luhurnya. Namun, sebagian remaja Indonesia kemudian meniru atau

    mengikuti mode orang barat tanpa memfilternya secara baik.

    Masalahan etika berpakaian siswi saat ini banyak terjadi di lembaga

    pendidikan seperti sekarang ini, etika berpakaian saat ini semakin modern dan

  • 5

    semakin berkembang pesat dengan mengikuti zaman. Banyak yang dilakukan

    oleh para pelajar di sekolah-sekolah. Seperti juga yang terjadi di salah satu

    lembaga pendidikan di Desa Bungtiang, yaitu di MA NW Bungtiang.

    Menurut sumber yang didapatkan peneliti, siswi-siswinya juga memiliki

    beragam cara berpakaian, seperti yang di lihat oleh peneliti di lapangan ada

    siswi yang berpakain sesuai dengan aturan Madrasah yang telah ditentukan,

    ada yang berpakain tidak mengikuti aturan Madrasah yang bisa diaktakan

    berpakaian seragam yang sangat minim, ada yang menggunakan pakaian

    yang lebih besar dari yang telah ditentukan oleh Madrasah. Masalah yang

    ujung-ujungnya mereka lakukan tidak sesuai dengan aturan dan norma yang

    berlaku atau disebut dengan tindakan pelanggaran di Madrasah, namun dari

    tindakan yang mereka lakukan itu masih dalam tarap yang biasa. Di antara

    tindakan pelanggaran yang dilakukan ialah melanggar tata tertib sekolah,

    seperti cara berpakain yang tidak sesuai dengan atruan Madrasah.4

    Dari hasil wawancara pada tanggal 20 Mei 2016, peneliti memperoleh

    informasi dari kepala Tata Usaha dan Akidah Akhlak yang terkait dengan

    Etika Berpakain Siswa Di MA. NW Bungtiang. Di MA. NW Bungtiang

    terdapat 2 Guru Akidah Akhlak yaitu Muhamad Bohari Muslim dan Syamsul

    Rasyid. Dari kedua Guru Akidah Akhlak di MA. NW Bungtiang, peneliti

    mendapatkan informasi awal tentang etika berpakaian setiap siswi-siswi di

    MA. NW Bungtiang. Bapak Bohari menjelaskan bahwa ada beberapa para

    4Sukarnawadi, MA. NW Bungtiang, Wawancara, 20 Mei 2016.

  • 6

    siswi yang melanggar aturan mengenai etika tata cara berpakaian di

    Madrasah.5

    Dari urain diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih

    jauh bagaimana tugas seorang guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian siswi di MA. NW Bungtiang, seperti yang diketahui bahwa setiap

    para siswi mempunyai akhlak yang baik, tetapi masih saja ada siswi yang

    melakukan pelanggaran tata tertib Madrasah, tetapi pelanggaran yang

    dilakukan siswi masih dalam tingkat biasa atau masih bisa di atasi oleh para

    guru di Madrasah.

    Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas maka penulis merasa tertarik

    untuk mengadakan sebuah penelitian yang terangkai dalam sebuah judul

    skripsi “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi

    di MA NW Bungtiang, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur

    Tahun Ajaran 2016/2017”.

    B. Fokus Penelitian

    Bertitik tolak dari konteks penelitian diatas, adapun fokus penelitian

    yang akan dilakukan antara lain:

    1. Bagaimanakah etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang tahun

    pelajaran 2016/2017?

    2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru akidah akhlak dalam

    membina etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang tahun pelajaran

    2016/2017?

    5Bohari Muslim, MA NW Bungtiang, Wawancara, 20 Mei 2016.

  • 7

    3. Apa saja kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian siswi dan di MA NW Bungtiang tahun pelajaran 2016/2017?

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan terkait dengan pemaparan

    fokus penelitian di atas adalah:

    a. Untuk mengetahui etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang

    tahun pelajaran 2016/2017

    b. Untuk mengetahui Bagaimana upaya yang dilakukan guru akidah

    akhlak dalalm membina etika berpakaian siswi di MA NW

    Bungtiang tahun pelajaran 2016/2017

    c. Untuk mengetahui Apa saja kendala yang dihadapi guru akidah

    akhlak dalam membina etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang

    tahun pelajaran 2016/2017

    2. Manfaat penelitian

    Dari tujuan yang telah dirumuskan diatas, dapat dismbil menfaat

    penelitian sebagaia berikut:

    a. Secara teoritis

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

    akhlak atau etika siswi dalam berpakaian dan menambah pengetahuan

    dalam ilmu akhlak.

    b. Secara praktis

  • 8

    Diharapkan dapat memberikan masukan atau solusi terhadap

    permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru dalam membina etika

    berpakaian siswi di MA NW Bungtiang, baik di lingkungan sekolah

    maupun di lingkungan masyarakat serta dijadikan pedoman oleh peneliti

    sesuai dengan cara atau etika berpakaian masing-masing.

    D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian

    1. Ruang lingkup penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan secara rinci dan

    detail tentang wilayah penelitian dan ruang lingkup permasalahan yang

    akan di teliti, untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

    penelitian ini dan agar tidak terjadi pelebaran dalam pembahasan maka

    peneliti memfokuskan padabagaimana etika berpakaian siswi dan upaya

    guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian seta kendala yang

    dihadapi dalam membina etika berpakaian siswi.

    2. Setting penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MA NW Bungtiang Kec.Sakra

    Barat Kab.Lombok Timur. Tertariknya peneliti melakukan penelitian di

    lokasi tersebut karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru akidah

    akhlak di madrasah ini sangat mengutamakan etika berpakaian atau cara

    berpakaian bagi setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan. Di

    samping letak geografis MA NW Bungtiang ini dapat dijangkau oleh

    peneliti, sehingga mempermudah dalam mengumpulkan data dalam

    penyusunan skripsi.

  • 9

    E. Telaah Pustaka

    Telaah pustaka adalalah penelusuran terhadap studi atau karya terdahulu

    terkait untuk menghindari duplikasi, dan menjamin keaslian serta keabsahan

    penelitian yang dilakukan untuk mendapat ambaran umum yang jelas tentang

    data-data yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka peneliti

    mengumpulkan, mengkaji, menganalisis beberapa skripsi yang memiliki

    keterkaitan dengan judul penelitian ini. Maka peneliti telah melakukan telaah

    pustaka sebagai berikut:

    1. Peranan guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam membina akkhlak

    siswa kelas VIII di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Mataram

    tahun pelajaran 2013/2014. Yanga ditulis oleh senianto, jenis penelitian

    yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi

    yang ditulisnya peneliti memfokuskan penelitian tentang bagaimana

    peranan guru mata pelajaran akidah akhlak dalam membina akhklak siswa

    dan apa kendala yang didapatkan oleh guru mata pelajaran akidah akhlak

    dalam membina akhlak siswa.

    2. Peranan PAI dalam membina etika berpakaian siswi di SMP 2 pringgarata

    tahun pelajaran 2012/2013. Yang ditulis oleh wahyun, jenis penelitian

    yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi

    yang ditulisnya, peneliti memfokuskan pada penelitian tentang bagaimana

    peran PAI dalam membina etika berpakaian serta tujuan pelaksanaan PAI

    dalalm etika dan solusi mengatasi permasalahan akibat dari kemajuan

  • 10

    iptek yang berdampak pada anak-anak sekolah tingkat SMP dalam

    bersikap.6

    3. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membina moral siswa di SMA

    Negeri 1 Praya Tengah tahun pelajaran 2014/2015. yang ditulis oleh

    lidiawati pada tahun 2015, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti

    adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi yang ditulisnya, peneliti

    memfokuskan bagai mana peran guru PAI dalam membina moral siswa,

    paktor-paktor pendukung dan paktor penghambat serta solusi yang yang

    dilakukan oleh guru PAI dalam dalam mengatasi hambatan atau kendala

    yang dihadapi.7

    Dari skripsi yang dipaparkan diatas, secara substansif memang

    mempunyai kemiripan, yaitu pelaksanaan dan pembinaan moral atau

    akhlak, dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan

    ajaran agama, dan peneliti juga sama-sama menggunakan metode

    kualitatif. Tetapi disini peneliti lebih memfokuskan pada upaya guru

    akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi untuk

    diimplementasikan dilingkungan sekolah dan dilingkungan masyarakat.

    Dan apa saja kendala yang dihadapi guru akidah akhlak.

    6 Wahyuni, “Peranan PAI dalam membina etika berpakaian siswi di SMP 2 pringgarata

    tahun pelajaran 2012/2013” (Skripsi: IAIN Mataram,Mataram, 2013), h. 20. 7 Lidiawati, “Peran guru pendidikan agama islam dalam membina moral siswa di SMA

    Negeri 1 Praya Tengah tahun pelajaran 2014/2015” (Skripsi: IAIN Mataram, Mataram, 2015) , h.21.

  • 11

    F. Kerangka Teoritik

    1. Konsep guru akidah akhlak

    a. Pengertian guru akidah akhlak

    Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan bahwa: “Guru

    adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannnya, profesinya)

    mengajar, dalam aplikatifnya kelakuan siswa (anak-anak) selalu

    mencontohi guru (orang dewasa), sedangkan guru akidah akhlak adalah

    guru yang mengajarkan mata pelajaran akidah akhlak”.8

    Sedangkan menurut Djamarah mendefinisikan guru adalah “semua

    orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa baik secara

    individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah”. 9

    Definisi guru secara umum yaitu seorang pendidik profesional

    dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

    usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah.10

    Selain itu guru akidah akhlak juga menjadi model sehingga

    menjadi pusat panutan bagi siswanya. Peran guru akidah akhlak tersebut

    akan berimbas pada akhlak atau keperibadian siswa baik yang berupa

    etos kerjanya, etos ibadahnya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang

    8 Tim penyususn, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 377. 9 Djamarah, saiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi, (Jakrata: Rineka

    Cipta, 2005). h. 32. 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

    Pasal 1 Ayat 1, (Surabaya: Pustaka Euruka,2006), h. 9.

  • 12

    selalu mengaharapkan ridha Allah semata, agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Jadi, pengertian guru akidah akhlak adalah seorang yang

    professional dalam mengajarkan materi mata pelajaran akidah akhlak

    serta memberikan tauladan, contoh dan menjadi panutan bagi siswanya

    yang berpedoman pada al-Quran dan al-Hadis yang telah dicontohkan

    oleh Rasulullah SAW, sehingga bermuara pada pembentukan akhlak

    siswa yang bernafaskan islam, sebagai tujuan utama dalam proses

    pendidikan islam.

    b. Tugas dan tanggung jawab guru akidah akhlak

    Tugas guru sesungguhanya adalah sangat berat dan rumir karena

    menyangkut masa depan dan nasib generasi manusia, sehingga kita

    sering mendengar tuntutan dan harapan masyarakat agar guru harus

    mampu mencerminkan tuntutan situasi dan kondisi masyarakat ideal

    dimasa mendatang. Akibat tuntutan yang berlebihan seringkali guru

    menjadi cemooh masyarakat ketika hasil kerjanya kurang memuaskan

    dalam artian siswa tidak mampu mencapai tujuan pendidikan secara

    optimal. Dengan demikian guru harus memiliki kompetensi

    keprofesionalan yang memadai. tugas guru pada dasarnya dapat

    dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

    Pertama, tugas profesi, seorang guru harus melaksanakan tugas

    pendidikan, mengajar dan pelatihan. Tugas guru adalah memberi

  • 13

    pendidikan kepada siswa, dalam hal ini guru harus berupaya agar para

    siswa dapat meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

    Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah adalah

    perwujudan dari tuntutan bahwa seorang guru harus mampu menjadikan

    dirinya menjadi orang tua kedua bagi siswanya. Guru harus tetap

    menunjukkan wibawa tetapi tidak membuat siswa menjadi takut karena

    wibawa yang diterapkannya.

    Ketiga, tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, tugas ini

    merupakan konsekuensi guru menjadi warga negara yang baik turut

    mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh

    bangsa dan Negara.11

    Keempat tugas guru di atas harus dilaksakan secara bersama-sama

    dalam kesatuan tindakan yang harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak

    hanya mengajar di dalam kelas saja, tetapi mampu menjadi inisiator,

    motivator, dan pembina dimana tempat ia tinggal.

    Menurut Zuhairini, tugas guru agama adalah:

    a. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam.

    b. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.

    c. Memdidik anak agar taat dalam menjalakan ibadah.

    d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.12

    11

    Rusman , Model-Model Pembelajaran, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2012), h. 73-74.

    12 Zuhairini Dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama , (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 54.

  • 14

    Guru sangat berperan penting dalam mengemban tugas-tugas sosial

    cultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan

    cita-cita bangsa. Dalam mengemban tugas yang mulia, guru harus

    memilliki mutu yang baik karena mutu guru turut menentukan mutu

    pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu

    generasi muda, sebagai calon warga masyarakat dan calon warga Negara.

    Adapun yang menjadi tanggung jawab guru adalah sbb:

    a. Guru harus menuntut siswa-siswa belajar b. Turut serta membina kurikulum sekolah c. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa d. Memberi bimbingan kepada siswa e. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan melakukan

    penilaian atas kemajuan belajar f. Menyelenggarakan penelitiain g. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif h. Menghayati, melaksanakan dan mengamalkan pancasila i. Turut serta membantu tercipataya kesatuan dan persatuan bangsa j. Turut menyukseskan pembangunan k. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.13

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan

    hanya mengajar di dalam kelas saja atau hanya menyampaikan materi

    saja akana tetapi guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi

    pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,

    pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi, tingkahlaku dan

    mencerminkan akhlak yang mulia. Pengetahuan yang diberikan guru

    kepada siswa harus mempu membuat siswa memilih nila-nilai hidup

    ynag semakin kompleks dan harus mampu membuat siswa

    berkomunikasi dengan sesama di dalam masyarakat.

    13 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 127-133.

  • 15

    2. Etika berpakaian menurut pandangan islam

    a. Pengertian etika berpakaian

    Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat

    kebiasaan, tetapi bukan menurut arti tata adat, melainkan tata adab ,

    yaitu berdasarkan intisari atau sifat dasar manusia, baik buruk. jadi,

    etika adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik buruknya.

    Etika, sebagai cabang ilmu pengetahuan, tidak berdiri sendiri.14

    Pakaian merupakan kebutuhan lahir yang utama bagi setiap orang

    dalam kehidupannya. Dengan demikian harus sesuai dengan situasi dan

    kondisi di tempat seorang berada. Dalam bahasa arab pakaian disebut

    dengan “libasun-tsiyabun”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

    pakaian diartikan sebagai barang apa saja yang bisa dipakai oleh

    seorang, baik berupa jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, jubah,

    surban dan lain-lain. Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang

    dikenakan seseoarang dalam berbagai ukuran dan modenya. Yang

    disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Untuk tujuan yang bersifat

    khusus, artinya pakaian lebih berorientasi pada nilai keindahan. Untuk

    itu perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian.15

    Sedangkan pendapat lain mengatakan pakaian adalah hiasan yang

    di kuasai oleh fitrah tanpa ada beban. Hal ini Allah berfirman dalam

    QS. al-A’raaf ayat 26, yang berbunyi:

    14

    Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 15. 15 Kholisin, dkk, Akidah Akhlak (Sidoarjo: Media Ilmu, 2007), h. 34-35.

  • 16

    Artinya: “Hai anak adam, sesungguhnya kami telaah menurunkan kepadamu pakaian untk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.”16

    Perhiasan yang dimaksud disini adalah suatu yang dimanfaatkan

    oleh pemiliknya untuk mendapatkan suatu corak keindahan. Islam telah

    menganjurkan untuk mamakai perhiasan yang baik dan halal. Islam

    juga telah memperingatkan untuk tidak berlebih-lebihan dan melampaui

    batas pemakaiannya, yang menjadikan wanita sebagai budak kehidupan

    atau lebih mencintai kehidupan dunia dari pada kehidupan diakhirat.

    Oleh karena itu, wanita muslimah yang benar-benar sadar akan ajaran

    agamanya dan jujur serta membuka mata lebar-lebar akan senantiasa

    mengutamakan kesederhanaan dan keseimbangan dalam segala hal.

    Karena itu lebih disukai Allah SWT.

    Dari paparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

    berpakaian itu merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan oleh

    setiap insan seperti kaum laki-laki dan perempuan karena sejak zaman

    Rasulullah sampai sekarang ini berpakaian itu merupakan yang tidak

    boleh dilalaikan karena dengan berpakaian aurat manusia akan tertutup

    dan terlindungi dari segala penyakit.

    16

    Depag RI, al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta Timur: Putaka Al Mubin, 2013). h.

  • 17

    b. Etika berpakaian

    Islam pun telah menggariskan beberapa etika berpakaian bagi

    laki-laki dan perempuan. Etika ini memenuhi batas-batas penutupan

    aurat sebagai seorang muslim. Namun demikian Islam ini cukup mudah

    sehingga golongan adam maupun hawa diberikan kelonggaran dari segi

    pemakaian, pakailah apa sekalipun yang penting pakaian itu menutupi

    aurat dan menggambarkan seorang muslim. Diantara etikanya antara

    lain:

    Laki-laki : 1. Pakaian yang digunakan menutup aurat dari sempadan pusat

    sehingga lutut. 2. Pakaialah pakaian yang terbaik dan indah mata memandang 3. Dilarang sama sekali memakai pakaian yang melambangkan

    jenama yahudi, salib dan barat karena hukumannya haram. 4. Memakai jeans yang ketat karena hukumnya makruh bagi lelaki. 5. Dilarang menyerupai pakaian perempuan.

    Perempuan :

    1. Pakaian yang digunakan menutup aurat yaitu menutup seluruh bentuk badan kecuali pergelangan tangan dan muka.

    2. Pakaialah pakaian yang indah dan tidak mencolok mata. 3. Memakai pakaian yang longgar dan tidak menarik perhatian. 4. Dilarang memakai jeans melainkan di hadapan wanita suami

    sahaja. 5. Dilarang sama sekali memakai pakaian yang melambangkan

    jenama yahudi, salib dan barat karena hukumannya haram. 6. Dilaranng memakai wangian yang menarik perhatian.17

    Berdasarkan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa

    syarat-syarat berpakaian ataupun boleh disebut dengan etika berpakaian

    dalam Islam.

    17

    Mulya Nyaa, pengertian dan adab dalam berpakaian, dalam http://induside.blogspot.com/pengertian. diambil tanggal 10 november 2016 pukul 19.34 wita.

    http://induside.blogspot.com/pengertian

  • 18

    c. Fungsi dan tujuan berpakaian

    Adapun fungsi berpakaian muslim dan muslimah adalah untuk

    menjaga kehormatan dan harga diri, sebagai identitas muslim dan

    muslimah, serta untuk menghindari kemungkinan terjadinya ancaman

    dan gangguan dari pihak lain.

    Adapun tujuan berpakaian diantaranya adalah:

    1. Untuk Menutup aurat 2. Melindungi diri dari cuaca panas 3. Sebagai sarana ibadah 4. untuk menghindari dari godaan setan 5. Sebagai identitas muslim 6. Memperoleh rida Allah swt 7. Memperindah penampilan18

    3. Konsep pembinaan

    a. Pengertian pembinaan

    Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.19 Pembinaan adalah

    proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau

    kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.

    Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah “segala hal usaha, ikhtiar dan

    kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta

    pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah”.

    Pembinaan juga dapat diartikan bantuan dari seseorang atau

    sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain

    18

    anikrochim, tujuan berpakaian dalam islam, dalam https://pojokgarasiblog.wordpress.com/2013/03/19/tujuan-berpakaian/, diambil pada tanggal 10 november 2016 pukul 20:12 wita.

    19 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 2001).

    mailto:[email protected]://pojokgarasiblog.wordpress.com/2013/03/19/tujuan-berpakaian/

  • 19

    melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan,

    sehingga tercapai apa yang diharapkan.20

    Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan

    terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan

    pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan

    adanya perencanaan, pengorganisasian (pelaksanaan), dan pengendalian

    (monitoring dan evaluasi).

    b. Metode pembinaan

    Dalam pembinaan akhlak dilakukan secara sadar dari guru akidah

    akhlak kepada siswa agar proses pertumbuhan berdasarkan norma-norma

    yang islami, agar terbentuk keperibadiannya menjadi keperibadian muslim

    sesuai dengan peribadi Rasulullah SAW. Dalam proses pebentukan akhlak

    memiliki beberapa metode yaitu:

    (1) Metode keteladanan yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan, Manusia teladan harus di contoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, meneladani sikap Rasulullah SAW dengan cara tidak berbohong, tidak menjelek-jelekkan orang lain dan lain-lain, (2) Metode Pembiasaan, merupakan kebiasaan yang baik dapat menempa peribadi yang berahlak mulia, pribadi yang mulia akan membuat setiap manusia lebih bisa menjadi lebih baik lagi, (3) Metode Nasihat yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut, (4) Metode Cerita yang mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi, ataupun hanya rekaan saja, (5) Metode Perumpamaan yaitu metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan hadits untuk mewujudkan ahklak mulia,(6) Metode Ganjaran, metode ini juga penting dalam pembinaan

    20

    Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), h. 144.

  • 20

    ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat.21

    c. Jenis pembinaan

    (1) Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dengan cara saling menghormati dengan agama-agama lain serta melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, (2)Pembinaan budi pekerti luhur atau ahklak mulia, dengan mengikuti tata tertib dan aturan sekolah yang telah ditetapkan,(3)Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela Negara, dengan cara melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai warga Negara,(4)Pembinaan prestasi akademik , seni, olah raga sesuai dengan bakat dan minat, mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia,(5)Pembinaan kreativitas, ketrampilan dan kewirausahaan, mengembangkan kreativitas dengan cara berani menciptakan suatu bidang yang bisa mengasah kemampuan setiap siswi.22

    G. Metode Penelitian

    Secara umum metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam

    pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan

    yang dihadapi. Sedangkan penelitian dalam pendidikan adalah cara yang

    digunakan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat

    dipertanggung jawabkan mengenai proses kependidikan.23

    1. Pendekatan penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian

    kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu konsep secara menyeluruh yang

    didalamnya terdapat metode atau cara kerja tertentu. Menurut Denzin dan

    Lincoln dalam Moleong menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah

    21

    Anni mufidah, “metode-metode pembinaan akhlak” dalam http://.blogspot.co.id/2016/05/metode, diambil tanggal 8 maret 2017 09.31 WITA.

    22 Ahap idin, “pembinaan kesiswaan”, dalam https://.wordpress.com/2009/03/20 diambil

    tanggal 25 februari 2007, pukul 10.51 WITA. 23 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidika, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

    2011), h. 32.

    http://.blogspot.co.id/2016/05/metodehttps://ahapidin.wordpress.com/2009/03/20

  • 21

    penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsikan

    fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai

    metode yang ada”.24 Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen dalam bukunya

    Nurul Ulfatin menjelaskan “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

    yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

    orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.25 Dapat dipahami bahwa

    penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data yang terbentuk

    kata-kata, kalimat-kalimat dan tidak menggunakan rumus statistik dan

    bergantung pada pengamatan.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Alasan peneliti

    menggunakan pendekatan penelitian kualitatif ini adalah untuk dapat

    menguraikan dan memahami tentang upaya guru akidah akhlak yang

    dilakukan dalam membina etika berpakaian siswi dan menjadikan peneliti

    memiliki hubungan yang lebih baik dengan responden, sehingga dalam

    mengumpulkan data dan informasi dalam penelitian, peneliti tidak mengalami

    kesulitan.

    2. Kehadiran peneliti

    Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sesuai dengan ciri penelitian

    kualitatif dimana peneliti adalah instrumen kunci, dalam artian peneliti

    langsung sebagai pengumpul data dengan demikian kehadiran peneliti di

    lapangan mutlak dibutuhkan. Adapun peran peneliti sebagai instrument kunci

    24 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2014), h. 5. 25 Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif DibidangPendidikan: Teori dan

    Aplikasinya, (Malang: Bayumedia Publishing, 2013), h. 23.

  • 22

    dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian atau meneliti,

    mengumpulkan data, mengidentipikasi atau mengelompokan data,

    merefleksikan data dan menjadi penentu penelitian dilapangan. Kehadiran

    peneliti bukan ditunjukan untuk mempengaruhi subyek penelitian tetapi untuk

    mendapat data dan informasi yang akurat. Maka dalam penelitian ini peneliti

    menggunakan beberapa metode seperti metode observasi, wawancara dan

    dokumentasi.

    Dalam pelaksanaanya peniliti mendatangi lokasi dari tanggal 11 April

    2017s/d 22 April 2017. Pada waktu-waktu tertentu baik terjadwal maupun

    tidak terjadwal secara formal. Apabila dalam analisis nanti terdapat

    kekurangan data dan informasi, maka peneliti kembali kelokasi penelitian

    untuk melengkapi data dan informasi tersebut hingga benar dan dapat

    dipertanggung jawabkan.

    3. Sumber data

    Untuk memperolah data dan informasi yang valid dan yang meyakinkan

    kaitannya dengan upaya guru akidah akhlak dalammembina Etika berpakaian

    siswi di MA NW Bungtiang, maka sumber data sangat diperlukan.

    Sumber data dalam penlitian ini adalah subjek atau orang yang akan

    memberikan data atau informasi tentang apa yang akan diteliti. Mengingat

    sumber data yang diamati cukup banyak maka peneliti mengambil sumber

    data sebagai ketentuan yang belum tentu berlaku. Dalam melakukan

    penelitian, peneliti memilih sumber data yang dapat membantu untuk

    mendapatkan data yaitu:

  • 23

    1) Kepala Madrasah MA. NW. Bungtiang, data yang di dapatkan dari

    kepala sekolah ialah bagaimana etika berpakaian siswi yang sering

    dilakukan siswi di Madrasah seperti menggunakan pakain yang tidak

    sesuai dengan aturan yang ada di Madrasah ada yang menggunakan

    pakaian ketat tidak sesuai dengan aturan Madrasah, ada yang

    menggunakan pakain yang agak kebesarn dan lain-lain.

    2) Guru Akidah Akhlak di MA. NW Bungtiang, data yang di dapatkan

    dari guru Akidah Akhlak berupa kendala-kendala yang dihadapi oleh

    guru Akidah Akhlak dalam mimbina etika berpakaian siswa. Data-

    data yang di dapatkan dari guru Akidah Akhlak ialah kendala yang

    dihapadi saat menangani siswi yang berpakain tidak sesuai dengan

    aturan sekolah.

    3) Siswa-siswa, data yang di butuhkan dari siswa ialah data etika

    berpakaian siswi.

    4. Teknik pengumpulan data

    a. Observasi

    Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

    gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan

    data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara

    sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihianya

    (validitas).

    Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tesusun dari proses

    biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang

  • 24

    terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.26

    Sehubungan dengan ini jika dilihat dari macam-macam observasi, dapat

    dibedakan peranan penelitiannya, dibedakan menjad dua yaitu: observasi

    partisipan dan observasi non-partisipan.

    1) Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh penelitii yang

    berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan objek

    topik penelitian. Biasanya penelitian tinggal bersama objek dan ikut

    terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka. Selanjutnya, peneliti

    melakukan dua peran, yaitu pertama, berperan sebagai anggota dalam

    kehidupan masyarakat, kedua, peneliti juga sebagai pengumpul data

    tentang perilaku objek yang akan diteliti dan perilaku individualnya.

    2) Observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti

    sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang

    menjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau

    mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di

    dalamnya. Peneliti berbeda jauh dari fenomena topic yang diteliti.27

    Dari kedua macam observasi di atas peneliti menggunakan observasi

    non-partisipan yaitu peneliti sebagai pengamat atau penyaksi terhadap gejala

    ataua kejadian yang mennjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini

    peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi tertentu tanpa partisipasi

    26

    Husaini Usman dan Purnomo Setiaady Akbar, Metodologi Penelitian Social , (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2009), h.52. 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 1996), h. 40.

  • 25

    aktif di dalamnya. Adapun data yang ingin diperolah dalam observasi ini

    adalah:

    1) Cara atau etika siswi dalam berpakaian di lingkungan sekolah.

    2) Aktivitas guru dalam memberikan pembinaan terhadap siswa

    3) Situasi lingkungan sekolah di MA NW Bungtiang.

    4) Ruang kelas dan fasilitas kelas

    5) Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang

    berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

    mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

    keterangan.

    Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab

    merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survai. Tanpa

    wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh

    dengan bertanya langsung dengan responden. Seperti kita lihat atau dengan

    lewat teknik wawancara, telivisi atau radio, merupakan teknik yang baik

    untuk menggali informasi di samping sekaligus berfungsi memberi

    penerangan kepada masyarakat.28

    Jenis wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah

    wawancara semi terstruktur (semi-strukture). Wawancara jenis ini adalah

    gabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara

    28

    Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,

    2015), h. 83.

  • 26

    ini peneliti mengacu pada topik-topik pertanyaan yang sudah ditentukan yang

    telah sengaja dirancang untuk semua responden, tetapi pada waktu bersamaan

    untuk bagian-bagian tertentu dirancang dengan pertanyaan terbuka agar

    responden dapat mengekplorasi dunianya.

    Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan masalah atau

    mendalami subjek yang akan diteliti, dan informan lebih bebas dalam

    mengeluarkan ide-ide dan informasi mengenai permasalahan yang akan

    diteliti. Dalam melakukan penelitian atau wawancara, peneliti harus lebih

    teliti dalam mendengarkan dan mencatat informasi yang dikemukan oleh

    informan.

    Adapaun informasi yang diperoleh dalam wawancara ini adalah:

    1) Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang.

    2) Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian.

    3) Upaya yang dilakukan guru akidah akhlak dalam membina etika

    berpakaian siswi di MA NW Bungtiang.

    c. Dokumentasi

    Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data

    yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

    Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah,

    waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang

  • 27

    diambil dari dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak,

    maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.29

    Dari definisi tersebut maka dokumentasi merupakan metode

    pengumpulan data, keterangan atau data dengan menggunakan bahan-bahan

    tertulis, tercetak atau sesuatu dokumen yang berupap benda-benda tertulus,

    peninggalan, daftar gambar foto, denah dan sebagainya.

    Adapun dokumen yang akan diperoleh dalam hal ini yaitu:

    1) Jadwal kegiatan imtaq MA NW Bungtiang

    2) Sejarah berdirinya MA NW Bungtiang

    3) Visi dan Misi MA NW Bungtiang

    4) Struktur organisasi MA NW Bungtiang

    5) Keadaan guru MA NW Bungtiang

    6) Keadaan siswa MA NW Bungtiang

    7) Keadaan sarana dan prasarana MA NW Bungtiang.

    5. Teknik analisis data

    Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis

    data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

    penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,

    akademis dan ilmiah.30

    Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tiga langkah analisis data

    sebagai berikut:

    29 Husaini ,purnomo, Metodologi Penelitian, h. 69.

    30 Imam Suprayogo,Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2003), h. 191.

  • 28

    a. Reduksi Data

    Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

    pada penyederhanaan, pengabstrakan, transpormasi data kasar, yang muncul

    dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus

    selama penelitian berlangsung.

    Dalam proses reduks data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan

    terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang

    merupakan suatu bentuk analitis yang menajamkan, menggolongkan,

    mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

    dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat

    ditarik dan diverifikasi.31

    Reduksi data berarti merangkummerupakan ringkasan, cerita-cerita apa

    yang sedang berkembang. Reduksi data, memilih hal-hal yang pokok yang

    kemudian akan dikumpulkan menjadi dalam sebuah dokumen atau file-file

    dan kemudian akan diproses menjadi sebuah data dengan analisis, kecerdasan

    dan wawasan yang tinggi dalam pengolahan datanya.

    b. Penyajian Data

    Alur penting berikutnya dalam analisis data adalah penyajian data.

    Penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasiyang tersusun yang

    member kmungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

    tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif

    pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Teks naratif biasanya terlalu

    31

    Ibid.,h.193-194.

  • 29

    bertele-tele dalam menyajikan informasi dan kurang bias menyeedrhanakan

    informasi. Disamping itu, dalam teks naratif, peneliti sering menyajikan

    datanya secara panjang lebar bahkan sampai ratusan bahkan ribuan

    halaman.32

    c. Verifikasi data

    Verifikasi data adalah proses penemuan bukti-bukti setalah

    menyimpulkan data awal yang diperoleh dari lapangan. Tetapi apabila

    kesimpulan yang dikemukakan tahap awal didukung oleh bukti yangn kuat

    pada saat peneliti kembali ke lapangan sudah kredibel.

    Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

    menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

    juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan

    rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

    akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

    6. Validitas data

    Untuk menetapkan keabsahan data yang diperoleh valid, peneliti

    menggunakan beberapa tehnik antara lain :

    a. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data

    dengan menggunakan banyaknya sumber data, banyak metode/tehnik

    pengumpulan untuk komfirmasi data, banyak waktu dan banyak penyidik

    atau investigator.

    32

    Ibid.,h.194.

  • 30

    1) Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

    informasi atau data yang diperoleh dari sumber/informan yang

    berbeda.

    2) Triangulasi metode berarti membandingkan dan mengecek kembali

    informasi atau data yang diperoleh dari metode pengumpulan data

    yang berbeda-beda.

    3) Triangulasi waktu berarti peneliti melakukan pengecekan data dengan

    waktu yang berbeda.

    Triangulasi data pada hakikatnya merupakan pendekatan multi-metode

    yang dilakukan peneliti saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide

    dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik

    sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut

    pandang.33

    Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi akan menyesuaiakan

    dengan apa yang didengar dan dialami oleh penulis sehingga tidak bertolak

    belakang dengan fakta yang terjadi sebenarnya. Teknik ini memadukan

    pemeriksaan data dengan menggali informasi dari sumber-sumber penelitian.

    b. Kecukupan Refrensi

    Kecukupan refrensi berarti bahan-bahan sebagai bukti pendukung untuk

    membuktikan data yang ditemukan peneliti.34 Bahan-bahan itu antara lain

    33 Sugeng Pujilaksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif , (Malang : Kelompok

    Intrans Publishing, 2015), h. 144. 34 Nurul Ulfatin, Metode Penelitian, h. 274.

  • 31

    catatan lapangan, transkrip wawancara, alat bantu perekam, foto-foto, dan

    sebagainya. Dari data-data yang telah dkumpulkan peneliti, akan

    dibandingkan dengan kesesuaian refrensi yang telah ada.

    H. Sistematika Penelitian

    Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, maka

    pembahasan ini di bagi menjadi empat bab. Uraian masing-masing bab ini

    disusun sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan

    pendahuluan merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengantar

    informasi penelitian yang terdiri dari: konteks penelitian, fokus penelitian,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,setting

    penelitian,telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika

    pembahasan.

    BAB II Paparan Data dan Temuan

    Berisikan tentang temuan hasil penelitian yang terdiri dari:

    deskriptif secara umum madrasah aliyah NW Bungtiang mencakup tentang:

    Sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Keadaan guru dan siswa, sarana dan

    prasarana, struktur organaisasi, etika berpakaian siswi, upaya guru akidah

    akhlak dalam membina etika berpakaian siswi, dan kendala yang dihadapai

    dalam membina etika berpakaian.

    BAB III Pembahasan

    Merupakan pembahasan laporan hasil penelitian tentang: bagaimana

    etika berpkaian siswi di MA NW Bungtiang, upaya guru akidah akhlak dalam

  • 32

    membina etika berpakaian siswi dan kendala yang dihadapi dalam membina

    etika berpakaian siswi.

    BAB IV Penutup

    Merupakan bab penutup pembahasan dan penelitian dalam penulisan

    skripsi ini yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian secara

    keseluruhan dan kemudian dilanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai

    perbaikan dari segala kekurangan dan disertai dengan lampiran-lampiran.

  • 33

    BAB II

    PAPARAN DATA DAN TEMUAN

    A. Gambaran Umum MA NW Bungtiang

    1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah NW Bungtiang

    Madrasah Aliyah NW Bungtiang Kecamatan Sakra Barat

    Kabupaten Lombok Timur merupakan satu lembaga yang bernaung di

    bawah Yayasan Pondok Pesantren Hiyatul Ikhwan NW Bungtiang yang

    terletak di Jalan Pemban Aji Desa Bungtiang. Lembaga ini didirikan atas

    dasar inisiatif pempinan yayasan dan segenap pengurus yang didukung

    oleh masyrakat, setelah menjalani rapat setelah lima kali pertemuan

    akhirnya MA NW Bungtiang didirikan berdasarkan surat keputusan

    yayasan Nomor: Wx/1-b/590/1996 pada tanggal 5 maret 1996.

    Adapun letak geografis MA NW Bungtiang, sebagaimana hasil

    observasi di lapangan, dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya dan perumahan

    penduduk

    b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk

    c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk

    d. Sebelah barat berbatasan dengan daerah persawahan35

    Gedung MA NW Bungtiang dibangun diatas tanah wakaf seluas

    1.500 meter persegi dengan perincian bangunannya sebagai berikut:

    35

    MA NW Bungtiang, Sakra Barat 12 April 2017.

    33

  • 34

    a. Ruang Kepala Madrasah :1 Ruang

    b. Ruang Wakamad :1 Ruang

    c. Ruang Belajar : 6 Ruang

    d. Ruang Guru : 1 Ruang

    e. Ruang Tata Usaha : 1 Ruang

    f. Perpustakaan : 1 Ruang

    g. Mushola : 1 Ruang

    h. Ruang BK : 1 Ruang

    i. Ruang Koperasi : 1 Ruang

    j. Ruang laboratorium : 1 Ruang

    k. Kamar mandi/WC : 2 Ruang36

    Melihat kondisi MA NW Bungtiang merupakan tempat yang

    strategis untuk menjalankan dan mengemangkan program belajar dan

    mengajar yang baik, karena jauh dari keramaian dan kebisingan sehingga

    peserta didik akan lebih berkonsentrasi dalam menjalankan proses belajar

    mengajar.

    MA NW Bungtiang sangat menciptakakn suasana yang kondusif

    terhadap proses belajar mengajar, sehingga siswa menjadi lebih efektif

    dan nyaman dalam belajar dan bagi para guru dengan kondisi mengajar

    yang jauh dari keramaian dan kebisingan, maka proses penyampaian

    ilmu pengetahuan tersebut akan lebih efektif dan sesuai dengan apa yang

    diharapkan.

    36

    Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.

  • 35

    2. Visi dan Misi MA NW Bungtiang

    Visi: Iman Ilmu dan Amal

    Misi:

    b. Membentuk SDM yang berimtaq, istiqomah, dan berpegang teguh

    pada ajaran agama islam.

    c. Membentuk peribadi yang muslim dan muslimah, yang berakhlakul

    karimah, ikhlas beramal dan berjuang di agama Allah sehingga

    nantinya menjadi manusia kaffah.

    d. Membentuk peribadi yang muslim dan muslimah, yang tangguh,

    terampil dan berbagi ilmu sehingga mampu menghadapi tantangan

    masa depan (Globalisasi).37

    3. Keadaan Guru MA NW Bungtiang

    Guru adalah orang yang paling utama yang bertanggung jawab

    dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru berkewajiban

    memberikan materi pelajaran,mengarahkan, membantu serta mengayomi

    kearah tujuan yang telah digariskan oleh bangsa maupun agama. Dalam

    hal ini dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam

    melaksanakan tugasnya, baik sebagai guru pendidik umum maupun guru

    pendidikan agama islam pada khususnya, oleh karena itu kapasitas dan

    kualitas guru tidak bisa diabaikan.

    Untuk lebih jelasnya tentang jumlah guru di MA NW Bungtiang

    tahun pelajaran 2016/2017 dapat dilihat pada table berikut:

    37

    Dokumentasi, Papan Visi dan Misi Mdrasah, 21 April 2017.

  • 36

    Tabel 1

    Daftar Nama Guru MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017.38

    No Nama L/P Jabatan Bidang studi

    yang dipegang

    Pend.

    Terakhir

    1 Muh. Ilhamuddin, S.Pt

    L Kamad Biologi S.1

    2 Drs.MarzukiHs, M.Pd.I

    L Guru SKI S2

    3 TGH. Adil Rahmatullah, QH., S.Pd.I

    L Guru Fiqh S.1

    4 Ust. H. Muh. A'rof Rm, QH., S.Pd.I

    L Guru Ke-NW-an,

    ta’lim S.1

    5 Riani, S.Pd P Guru,

    Bendahara BK S.1

    6 Siti Zamraini, S.Pd.I P Waka kurikulum Bhs.Arab, Nahwu

    S.1

    7 Sukarnawadi, S.Pd L Waka kesiswaan KWN S.1 8 Hamni Husnaini, SE P Kep.perpustakaan Ekonomi Akun S.1

    9 Muhammad Yusuf, SH

    L Kep. TU TIK S.1

    10 Lalu Moh. Redwan, S.Pd

    L Guru Matematika S.1

    11 Jufriadi, S.Pd.I L TU TIK DIII

    12 Mutia DestrimiyanI, S.Pd

    P Guru Fisika S.1

    13 Kus Endang Mariana, S.Pd

    P Guru Bhs. Inggris S.1

    14 Syamsul Hakim, S.Pd

    L Guru Sejarah S.1

    15 Mahdan, S.Pd L Guru Penjaskes S.1

    16 Muhammad Zainul Amri, S.Pd

    L Guru Sosiologi S.1

    17 Nurilah, S.Pd P Guru Geografi S.1

    18 Muh. Bohari Muslim, QH.,S.Pd.I

    L Guru Aqidah,

    Quran hadis S.1

    38

    Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.

  • 37

    19 Maftuhatul Asrhaini, S.Pd

    P Guru Seni budaya S.1

    20 Ilik Sukmawati, S.Pd P Guru Bhs. Inggris S.1

    21 M. Syamsul Rasyid, QH., S.Pd.I

    L Guru Aqidah, SKI S.1

    22 Lalu Mawardi, QH., S.Pd.I

    L Guru Fiqh, SKI S.1

    23 Budi Kariawan, S.Pd L Guru Bhs. Indonesia S.1 24 Muh. Wahyudi, S.Pd L Guru Kimia S.1 25 Tilawati Arani, S.Pd P Guru Bhs. Asing S.1 26 Miftachul Panani L Guru Penjaskes SLTA

    Dari tabel di atas, maka dapat dikemukakan bahwa keadaan guru

    MA NW Bungtiang dapat dikatakan cukup baik karena sebagian besar

    gurunya adalah lulusan pergguruan tinggi S.1 dan DIII bahkan ada yang

    lulusan S.2.

    4. Keadaan Siswa-Siswi MA NW Bungtiang

    Dalam proses belajar, siswa menduduki peran yang sangat penting,

    karena siswa yang menjadi tolak ukur berhasilnya proses belajar

    mengajar. Oleh karena itu, keberadaan dan peran aktif siswa mutlak

    diperlukan dalam proses pembelajaran.

    Adapaun keadaan siswa di MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran

    2016/2017 dengan jumlah siswa 169 dengan perincian dapat dilihat pada

    tabel berikut:

  • 38

    Tabel 2

    Keadaan siswa MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016-2017.39

    No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

    1 Kelas X

    30

    32

    62

    2 Kelas XI

    25

    33

    58

    3 Kelas XII 20

    29

    49

    Jumlah 75 94 169

    Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa-

    siswi di MA NW Bungtiang jumlah siswa yang perempuan lebih banyak

    dibandingkan dengan jumlah siswa yang laki-lak. Di Madrasah Aliyah

    NW Buntiang juga setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah

    siswa.

    5. Keadaan Sarana dan Prasarana MA NW Bungtiang

    Dalam menunjang kegiatan proses belajar pembelajaran dalam

    pencapaian pelaksanaan pendidikan dan pengajaran maka salah satu

    upaya yang dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana

    pendidikan. MA NW Bungtiang menyediakan sarana dan prasarana

    pembelajaran sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:

    39

    Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.

  • 39

    Tabel 3

    Keadaan Sarana dan Prasarana MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran

    2016/2017.40

    No Perlengkapan Jumlah Kondisi

    Baik Kurang Baik

    1 Ruang Kepala Madrasah 1 lokal 2 Ruang Kamad 1 lokal 3 Ruang Belajar 6 lokal 4 Ruang Guru 1 lokal 5 Ruang Tata Usaha 1 lokal 6 Ruang Pereustakaan 1 lokal 7 Mushola 1 lokal 8 Ruang Bk 1 lokal 9 Ruang Koperasi 1 lokal 10 Ruang Laboratorium 1 lokal 11 Kamar Mandi/Wc 2 lokal

    Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa sarana dan

    prasarana di MA NW Bungtiang cukup baik untuk mendukung efektifitas

    pelaksanaan poses belajar mengajar di sekolah. Meskipun demikian,

    untuk memperoleh hasil maksimal, MA NW Bungtiang terus membenahi

    atau melengkapi sarana dan prasarana oleh pihak sekolah. Untuk itu perlu

    sekali bagi MA NW Bungtiang untuk lebih meningkatkan sarana dan

    40

    Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.

  • 40

    prasarana yang masih kurang supaya meningkatkan mutu pendidikan bagi

    siswa-siswinya dapat lebih meningkat dan lebih baik dari tahun-tahun

    sebelumnya. Dengan adanya peningkatan perlengkapan sarana dan

    prasarana tersebut maka tujuan dari pendidikan itu akan tercapai sesuai

    dengan yang diingnkan oleh semua pihak, baik pihak sekolah maupun

    pihak masyarakat.

    6. Struktur Organisasi MA NW Bungtiang

    Sebagai suatu lembaga atau organisasi, struktur organisasi harus ada

    sebagai gambaran terorganisasinya pembagian tugas dalam organisasi atau

    lembaga tersebut. Demikian pula lembaga pemdidikan sudah seharusnya

    ada. Hal ini mengingat pentingnya suatu organisasi dalam menunjang maju

    atau mundurnya proses belajar mengajar pada lembaga tersebut. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

  • 41

    Gambar 1

    Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Bungtiang Tahun Pelajaran

    2016/2017.41

    41

    Dokumentasi, Papan Struktur Organisasi, 21 April 2017.

    PENGURUS YAYASAN

    H.SUPARMAN, S.Pd

    KEMENTERIAN AGAMA

    WAKA KURIKULUM

    SITI ZAMRAINI, S.Pd.I

    WAKA SARANA

    HAMNI HUSNAENI, SE

    WAKA HUMAS

    SITI ZAMRAINI, S.Pd.I

    WAKA KURIKULUM

    SITI ZAMRAINI, S.Pd.I

    KOMITE MADRASAH

    H.WILDAH HASAN, S.Pd

    KEPALA MADRASAH

    M. ILHAMUDDIN, S.Pt

    BK/BP

    RIANI, S.Pd

    GURU WALI KELAS

    OSIMA

    SISWA

    KEPALA TATA USAHA

    MUHAMMAD YUSUF, SH

    BENDAHARA

    RIANI, S.Pd

    STAF TATA

    1. JUFRIADI, A.Ma 2. SAMSUL HAKIM,

    S.PD

    PUSTAKAWAN

    FAIZAH, A.Md

  • 42

    B. Etika Berpakaian Siswi di MA NW Bungtiang

    Pakaian merupakan kebutuhan lahir yang utama bagi setiap orang

    dalam kehidupannya. Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua

    bentuk pertama, pakaian untuk menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari

    perintah Allah. Bagi wanita seluruh tubuhnya, kecuali tangan dan wajah dan

    bagi pria menutup aurat di bawah lutut dan di atas pusat. Dari batasan yang di

    tetapkan oleh Allah SWT, ini kemudian melahirkan kebudayaan berpakaian

    sopan dan enak di lihat. Dari cara berpakaian sopan dan enak dilihat. Dari cara

    berpakaian yang demikian kita aman dan tenang karena pakaian yang

    digunakan memenuhi kewajaran pikiran manusia, kedua, pakaian merupakan

    perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konesekuensi perkembangan

    peradaban manusia.

    Menurut hasil observasi peneliti di lapangan, Bentuk atau cara

    berpakaian siswi di MA NW Bungtiang dapat digolongkan menjadi tiga

    macam cara berpakaian. Yaitu, yang pertama cara berpakaian siswi yang

    sesuai dengan aturan, kedua cara berpakaian siswi yang tidak sesuai dengan

    aturan atau siswi yang melanggar aturan dan yang ke tiga cara berpakaian

    siswi yang melebihi aturan yang sudah titetapkan.42

    Berdasarkan uraian di atas etika berpakaian siswi di MA NW

    Bungtiang bisa dikatakan sebagian siswa berpakain tidak sesuai dengan aturan

    yang telah ditetapkan oleh madrasah, dan tidak sesuai dengan etika berpakaian

    yang berlaku di dalam madrasah atau di lingkungan masyarakat bahkan dalam

    42

    Observasi,MA NW Bungtiang, 19 April 2017.

  • 43

    ajaran agama Islam. Misalkan, salah satunya, yaitu menggunakan rok sempit

    dan pendek, rok pendek disini dalam artian menggunakan rok di atas mata

    kaki yang sampai memperlihatkan betisnya atau auratnya yang seharuskan

    ditutup. Kemudian rok sempit yang dipakai para siswi di sekolah itu bisa

    membentuk lekuk tubuh yang tidak sewajarnya digunakan di sekolah dan

    dianggap melanggar tata tertib atau nilai-nilai dalam sekolah, adapun siswa

    yang mengenakan rok pendek di atas mata kaki yang tidak sesuai dengan

    aturan sekolah yang telah ditentukan, dari hal-hal yang dilakukan oleh para

    siswi itu bisa membuat teman lainnya terpengaruh dan bisa ikut berpakaian

    seperti itu juga.

    Ada beberapa aturan tertulis yang diterapkan dalam sekolah

    khususnya di MA NW Bungtiang dan apabila aturan tersebut dilanggar atau

    dipatuhi maka siswi akan mendapatkan sanksi. Beberapa aturan tertulis yang

    diterapkan dalam sekolah:

    Siswa/siswi wajib memakai pakaian seragam sesuai dengan model,

    bentuk dan warna pada waktu yang telah ditentukan oleh Madrasah :

    1. Hari Senin dan Selasa : pakaian seragam putih lengkap atribut, dan khusus pada saat mengikuti upacara bendera menggunakan dasi dan topi.

    2. Rabu dan Kamis : Pakaian seragam Pramuka lengkap. 3. Jumat dan Sabtu : Pakaian Seragam Batik Madrasah ,khusus hari

    Jumat siswa memakai peci hitam dan siswi menggunakan pakaian sholat dan membawa Al-quran selama mengikuti kegiatan Imtaq.

    4. Siswa/siswi wajib memakai pakaian seragam olahraga selama mengikuti pelajaran olahraga.

    5. Siswa/siswi diwajibkan memakai lambang sekolah, lambang kelas , sepatu dan Ikat pinggang sesuai dengan ketentuan Madrasah.

    6. Pakaian seragam harus dimasukkan kedalam celana (khusus Putra), Pakaian seragam tidak boleh tipis / transparan, harus 10cm di atas

  • 44

    lutut, dan dilarang menggunakan rok di atas mata kaki (Khusus Putri).

    7. Rambut siswa harus pendek dan rapi disemua bagian kepala (panjang rata rata 3 cm ), dan dilarang mewarnai /mengecat rambut.

    Adapun model, bentuk dan warna seragam di MA NW bungtiang dapat

    dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 2

    Seragam Siswi di MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017.43

    Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa model dan bentuk seragam

    siswi di MA NW Bungtiang dengan menggunakan jilbab/kerudung,

    menggunakan atribut madrasah, panjang lengan baju sesuai dengan panjang

    lengan siswa dan baju harus 10 cm di atas lutut.

    43 Dokumentasi, Siswi MA NW Bungtiang, Sakra Barat, 12 juni 2017

  • 45

    Sedangkan bentuk-bentuk sanksi yang diberikan bapak kepala sekolah

    bersama guru-guru di MA NW Bungtiang bagi siswi yang melanggar peraturan

    berbusana di atas adalah:

    1. Memberikan teguran atau peringatan halus secara lisan, memberikan

    teguran secara halus dengan cara memberikan peringatan yang berbentuk

    nasehat-nasehat yang baik kepada siswa yang melakukan pelanggaran

    kepada siswa, sedangkan teguran secara tertulis ialah guru memberikan

    surat teguran kepada siswa yang mempunyai masalah dan harus

    disampaikan kepada orang tua wali siswa.

    2. Dipanggil dan diserahkan ke bagian bimbingan dan konseling, siswa yang

    bermasalah atau siswa yang melakukan pelanggaran sekolah akan

    ditangani oleh guru bimbingan konseling di sekolah, karena guru BK yang

    mempunyai hak untuk menangani kasus yang ditangani oleh siswa.

    3. Memberikan skorsing bagi siswi yang telah diberikan teguran kemudian

    tidak mematuhinya dalam jangka waktu yang telah diberikan, memberikan

    skorsing kepada siswa itu berupa tidak boleh masuk sekolah selama 3 hari,

    dan apabila siswa mengulanginya lagi maka akan ditambah jumlah hari

    skorsing sebanyak 5 hari, dan apabila siswa masih tetap melanggar akan

    diberikan surat kepada orang tua wali untuk ditangani.

    4. Dikembalikan kepada orang tua/wali murid masing-masing, siswa yang

    sering melakukan pelanggaran atau melanggar etika berpakaian di sekolah

  • 46

    biasanya pihak sekolah akan memanggil orang tua/wali murid dari siswa

    yang bersangkutan.44

    Menurut Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, berpakaian sangat

    diutamakan karena peraturan berpakaian sudah dipampang di depan sekolah,

    dan juga karena pakaian merupakan salah satu cerminan perilaku siswa siswi

    dalam sekolah yang akan di terapkan dalam lingkungan masyarakat.45

    Menurut hasil wawancara lainnya seperti yang diajarkan oleh agama islam

    yaitu menutupi keseluruhan tubuh ( aurat ) kecuali telapak tangan dan wajah,

    menutupi aurat akan menghiasi dan memperindah penampilan dan mencegah

    pandangan nafsu.46

    Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

    etika berpakaian di sekolah MA NW Bungtiang sangat ditekankan karena

    adanya peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak madrasah yang harus

    dipatuhi oleh siswa, untuk menyadarkan bagaimana pentingnya menjaga aurat,

    oleh sebab itu sekolah dan guru agama sangat berperan penting dalam

    mendidik anak bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar dalam

    lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial.

    Menurut para siswi ketika mewancarai beberapa siswi seperti: hasil

    wawancara dengan peneliti dengan Fitria siswi kelas XII mengatakan bahwa :

    44 Dokumentasi, tata tertib siswa dan siswi Madrasah Aliyah NW Bungtiang, Sakra Barat,

    20 april 2017. 45

    Syamsul Rasyid, Wawancara, Buungtiang Sakra Barat, 13 April 2017. 46

    Bohari Muslim, Wawancara, Buungtiang Sakra Barat, 14 April 2017.

  • 47

    Berbusana yang sopan memiliki pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan sehari-hari, karena menurut saya apabila mengenakan pakaian yang sopan saya akan tambah disenangi dan disayangi oleh para guru dan teman-teman, dan bahkan saya merasa sadar dan merasa malu lagi untuk banyak ngerumpi dan bicara tentng yang kotor-kotor karena bagaimanapun busana sudah menjadi banteng nafsu bagi saya.47

    Berpakaian yang sopan ditengah-tengah lingkungan sekolah merupakan

    benteng yang kokoh bagi wanita yang menjaga diri dari api neraka. Disamping

    itu, berpakaian yang sopan dapat menjaga wanita dari pandangan laki-laki yang

    tidak berprilaku sopan.48

    Menurut Herna Kartika Fitrian siswa kelas XI mengatakan bahawa:

    “berpakaian yang sopan mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dan jika kami

    tidak berpakaian yang sopan maka orang akan memandang kita dengan

    nafsunya, setelah saya berpakaian yanag sesuai dengan ajaran islam ini dengan

    rutin artinya tidak terlihat aurat saya, jadi saya merasa canggung untuk keluar

    rumah dengan tidak menggunakan jilbab. 49

    Lebih lanjut Nuraini siswi kelas XII menjelaskan bahwa: “banyak

    kecelakaan pada muda-mudi, itu semua disebabkan oleh ketidak sopanaan di

    dalam berpakaian, dimana pemuda-pemudi cenderung menuru gaya berpakaian

    orang barat, dapahal itu sangat mencelakaak diri mereka, maka salah satu

    solusinya adalah dengan memotivasi diri kita dari ajaran agama atau yang tidak

    menyesatkan.50

    Mula-mula saya mengenakan jilbab karena adanya peraturan di madrasah

    yang mengharuskan siswi harus berpakaian sesuai dengan peraturan yang telah

    47

    Fitria Handayani, Wawancara Bungtiang Sakra Barat, 16 April 2017. 48 Hesti Budi Astuti, Wawancara, Bungtiang Sakra Barat, 16 April 2017. 49

    Herna Kartika Fitrian, Wawancar