Resume Akidah Akhlak

download Resume Akidah Akhlak

of 24

Transcript of Resume Akidah Akhlak

BAB I PENGERTIAN AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL

A. Pengertian AkhlakAda dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kata akhlaq yaitu : 1. Pendekatan linguistik (kebahasaan) yaitu akhlak berasal dari kata bahasa Arab dari kata khalaqa, kata asalnya adalah khuliqun berarti adat, perangai, atau tabiat. 2. Pendekatan terminologik (peristilahan) yaitu akhlak merupakan pranata perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau moral. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan memiliki lima ciri penting dari akhlak, yaitu : a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga menjadi kepribadiannya. b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bawa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dalam dari luar. d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena sandiwara. e. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas, semata-mata karena Allah SWT. Pendekatan untuk memahami akhlak sebagai ilmu telah menjelaskan secara mendalam bahwa akhlak adalah perilaku, tindakan, daya kreasi, perbuatan yang menggambarkan baik dan buruk atau benar dan salah, pahala dan dosa, surga dan neraka, dan sebagainya. Dari berbagai pendekatan yang dilakukan, untuk mengetahui gejala jiwa manusia dengan mengacu pada segala sesuatu yang konkret untuk mengetahui segala yang abstrak, atau perbuatansebagai gambaran isi hati manusia. Dalam sosiologi segala yang tampak sebagaimana adanya yang tampak yang sifatnya fenomenologis, sedangkan dalam ilmu akhlak segala yang tampak dalam bentuk perbuatan tidak berarti sebagai gambaran original hati manusia karena isi hati bukan sesuatu yang awalnya menampakkan diri. Jadi, hakikat isi hati berada pada hasil penjelasan observatif terhadap individu yang diteliti, sedangkan dalam sosiologi gejala kejiwaan bukan objek yang seharusnya dikaji karena apa yang ada adalah kenyataan.

1

B. Pengertian EtikaKata etika berasal dari kata bahasa yunani, yaitu ethos artinya adat kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak atau moral, tetapi memiliki perbedaan yang substansial karena konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku manusia; konsep etika pandangan tentang tingkah laku manusia dan perspektif filsafat, sedangkan konsep moral lebih cenderung dilihat dalam perspektif sosial normatif dan ideologis.

C. Pengertian MoralKata moral berasal dari dari bahasa latin mores kata jama dari mos berarti adat kebiasaan. Dalam baasa indonesia, moral diterjemahkan dengan arti tata susila. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sebagai sosial. Tiga landasan utama terbentuknya moral : 1. Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan masyarakat, sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan. Pembutnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, atau tokoh agama. 2. Orang yang menjadi objek atau sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, sedangkan objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya lokal karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu. 3. Tujuan Moral, yaitu tindakan yang diarahkan pada terget tertentu, misalnya ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan dan sebagainya. Kesimpulan dari pembahasan mengenai pengertian akhlak, etika, dan moral adalah ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan substansial jika dilihat secara normatif karena ketiganya menguatkan suatu pola tindakan yang dinilai baik dan buruk, hanya pola yang digunakan didasarkan pada ide-ide yang berbeda.

2

BAB II LANDASAN SOSIAL NORMATIF DAN FILOSOFIS AKHLAK MANUSIA

A. Landasan Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tingkah laku manusia. Landasan normatif akhlak manusia sebagai individu atau sebagai masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Ajaran agama islam, yaitu Al-quran dan As-sunah. 2. Adat kebiasaan atau norma budaya. 3. Pandangan-pandangan filsafat, yaitu yang menjadi pandangan hidup dan asas perjuangan suatu masyarakat atau suatu bangsa. 4. Norma hukum, yaitu aturan yang memaksa dan mengikat akhlak manusia, yang telah diundangkan oleh negara yang berbentuk konstitusi, undang-undang, dan aturan perundang-undangan lainnya.

B. Al-Quran Sebagai Landasan NormatifDalam agama Islam, landasan normatif akhlak manusia adalah Al-Quran dan As-sunnah. Bagi umat Islam, Allah SWT adalah sumber utama yang dirujuk untuk dijadikan landasan bertingkah laku, pada hakikatnya akhlak manusia adalah cermin dari Penciptanya, karena Dzat-Nya memiliki sifatdan afal (perilaku). Landasan normatif sebagai hukum yang dibuat oleh Allah SWT merupakan hukum-hukum yang siap dipilih oleh manusia. Hukum tentang baik dan buruk, hidup dan mati, dunia dan akhirat, nisbi dan mutlak, jasmani dan rohani, atas dan bawah, pahala dan dosa, neraka dan surga, kepastian dan kemungkinan, dan sebagainya merupkan hukum Allah SWT yang siap dijadikan pilihan manusia. Modal dasar keyakinan atas Al-quran adalah keimanan, sebagai fondasi akhlak. Keyakinan bahwa AlQuran merupakan kitab yang sempurna harus dimulai dari pandangan dan pemahaman mendalam mengenai wujud mutlak Dzat yang menurunkan wahyu Al-Quran dan yang membuat hukun-hukum-Nya, yaitu Allah SWT.

C. As-Sunnah Sebagai Landasan NormatifAkhlak umat Islam wajib berdasarkan secara normatif pada As-sunnah, artinya mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW terutama dalam masalah ibadah, sedangkan dalam masalah muamalah, umat Islam menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai acuan dasar yang dapat dikembangkan sepanjang tidak menyimpang dari prisip-prinsip akhlak Islami.

3

Perbuatan Rasulullah SAW merupakan perbutan yang dibimbing oleh wahyu sehingga merupakan keteladanan, bahkan disebut sebagai uswatun hasanah. Manakala perbutan tersebut ditiru oleh para sahabat, para sahabat ditiru oleh para tabiin dan para tabiin ditiru oleh para pengikutnya. Dan seterusnya hingga umat Rasulullah SAW sekarang ini, keteladanan tersebut menjadi tradisi normatif yang membentuk menjadi sistem sosial. Hal itulah yang memaknakan sunnah sebagai keteladanan yang berawal dari perilaku Rasulullah SAW.

D. Landasan Filosofis Akhlak ManusiaFilsafat adalah pengetahuan yang mementingkan rasio dalam menggali kebenaran yang sifatnya formal maupun materiil. Filsafat mengantarkan semua yang mempelajarinya ke lam refleksi pemikiran ysng mendalam dan penuh hikmah. Seseorang yang memerlukan kebolehan berargumentasi, memakai tenik analisis, serta mengetahui sejumlah bahan pengetahuan sehingga ia memikirkan dan merasakan secara fisafti. Filsafat selalu mencari jawaban-jawaban, tetapi jawaban yang ditemukan tidak pernah abadi. Oleh karena itu, filsafat tidak pernah selesai dan tidak pernah sampai pada akhir suatu masalah. Filsafat merupakan pengetahuan tentang cara berfikir kritis, pengetahuan tentang kritik yang radikal, artinya sampai ke akar-akarnya. Radikal adalah asumsi yang tidak hanya dibicarakan tetapi juga digunakan. Landasan filosofis akhlak manusia menurut ajaran Islam, seperti kita ketahui bahwa Al-Quran dan Assunah tidak pernah lepas dari peran akal manusia.baik dalam menterjemahkan maknanya maupun berbagai penafsiran dan metodologinya. Bahkan kaum mutazilah meyakini bahwa akal dapat menentukan baik dan buruk, memilih dan memutuskannya meskipun tanpa wahyu. Sebelum para nabi diutus serta wahyu diturunkan, akallah yang membedakan kualitas manusia. Imam Ghazali berpendapat bahwa akal yang pertama menemukan pengetahuan dan ilmu, sebagaimana akal yang membagi ilmu menjadi ilmu syari (ilmu hukum yang diperoleh dari wahyu) dan ilmu aqli (ilmu yang yang diperoleh dari murni dari akal). Fungsi akal sangat tinggi sehingga akal menyampaikan manusia pada ketauhidan, karena semula dari akal, dan jika memasuki wilayah hati, kebenaran akal lebih universal karena berpijak pada wahyu yang sejak awal diyakini kebenarannya.

E. Landasan MetodelogisMetode yang tepat dalam mempelajari kaidah-kaidah sosial yang berlaku dalam pembentukan akhidah manusia di masyarakat adalah metode deskriftif, yaitu berusaha mencatat, melukiskan, menguraikan dan melaporkan buah pikiran, sikap, tindak, dan perilaku masyarakat dengan berbagai gejala sosial yang berkembang kaitannya dengan hukum yang berlaku. Secara deskriftif, kaidah-kaidah sosial yang tergambarkan dalam bentuk tindakan sosial yang berbentuk meninggalkan atau melaksanakan perbuatan. Adapun hukum-hukum yang tertulis secara deskriftif dapat dianalisis secara dokumentatif melalui pendekatan literatur.

4

Kenyataan kehidupan yang dihadapi manusia manusia setiap hari mengalami perubahan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut serta membentuk akhlak manusia yang terus berevolusi. Ilmu pengetahuan mengubah cara berfikir umat manusia yang secara otomatis mengubah cara bertindak. Islam sebagai agama yang memiliki sumber ajaran yang universal tidak pernah berhenti ditafsirkan dengan berbagai metode dan pendekatan. Ijtihad sebagai salah satu metode penggalian pesan-pesan Allah SWT dalam Al-Quran semakin dibutuhkan karena persoalan-persoalan yang dihadapi manusia semakin kompleks. Sebaiknya ijtihad tidak dlakukan secara individual, (kecuali dalam keadaan darurat), namun secara kolektif dan dilakukan oleh suatu lembaga, sebagaimana yang telah disepakati oleh oleh para ulama. Pembentukan akhlak umat Islam dapat dilakukan dngan metode ijma . Secara terminologis ijma adalah kesepakatan semua mujtahid dari ijma Nabi Muhammad SAW dalam suatu masa setelah beliau wafat terhadap hukum syara.

F. Qiyas Sumber Hukum Islam KeempatQiyas diartikan pula dengan at-taqdir wa at-taswiyah, artinya menduga dan mempersamarkan. Dalam ulama ushul fiqh mengatakan bahwa rukun qiyas terdiri atas : 1. Ashl atau pokok, atau suatu peristiwa yang sudah ada nash-nya yang dijadikan tempat menganalogikan. 2. Faru (cabang), yaitu peristiwa yang tidak ada nash-nya, yang akan dipersamakan hukumnya dengan ashl yang dianalogokan dan diserupakan. 3. Hukum ashl yaitu hukum syara yang telah ditentukan oleh nash.

G. Metode IjtihadSebenarnya, qiyas merupakan salah satu metode ijtihad. Ijtihad berasal dari kata jahda artinya almayaqqah (sulit atau berat,susah atau sukar). Ijtihad mencakup : 1. Pengarahan akal pikiran yang dilakukan oleh ahli hukum islam. 2. Menggunakan akalnya dengan sunggug-sunguh karena ada dalil-dalil yang zhanni dari Al-Quran dan Al-Hadits. 3. Berkaitan dengan hukum syari yang amaliyah. 4. Menggali kandungan hukum syari dengan berbagai usaha dan pendekatan . 5. Dalil-dalil yang ada dirinci sedemikian rupa sehingga hilang ke-zhanni-annya. 6. Hasil ijtihad berbentuk fiqh sehingga mudah diamalkan. Peranan ijtihad sebagai landasan metodelogis ilmu akhlak, dijadikan metode untuk menggali danmengembangkan makna-makna perbuatan yang baik atau buruk yang digambarkan oleh Al-Quran dan

5

As-Sunnah, terutama berhubungan dengan akhlak bermuamalah. Misalnya dalam berbisnis, perbankan syariah, politik, seni, kebudaaan, lingkungan hidup, dsb. Di dalam perumusan konsep-konsep akhlak, digunakan metode ijtihad, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Istihsan, yaitu membandingkan satu dalil dengan dalil lain untuk menetapkan hukum.2. 2. Mashlahah Mursalah, yaitu salah satu cara dalam menetapkan hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ketetapannya sama sekali tidak disebutkan dalam nash, dengan pertimbangan untuk mengatur kemashlahatan hidp manusia. 3. Istishhab, yaitu menjadikan ketetapan hukum yang ada berlaku hingga ada ketentuan dalil yang menubahnya. 4. Urf atau Adat, yaitu Suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentuan yang telah dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk untuk melaksanakan atu meninggalkannya. Urf bersifat universal bisa berusah sesuai perkemangan zaman. 5. Dzariah artinya jalan menuju sesuatu . Dzariah dibagi dua yaitu : a. Sadd Dzariah yaitu melaksanakan suatu pekerjaan yang semula mengandung kemaslahatan menuju pada suatu kerusakan. b. Fath Adz-Dzariah artinya membuka segala sesuatu yang dapat menimbulkan kerusakan atau kemadharatan. 6. Madzhab Shahaby yaitu pendapat para sahabat mendapat kedudukan tertinggi setelah ketentuan Hukum Islam tidak diemukan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. 7. Syaru Man Qablana, artinya semua syariat yang telah ada sebelum syariat Islam ada, tetapi syariat tersebut diadopsi dan telah disempurnakan oleh Islam melaluiAl-Quran dan As-Sunnah.

6

BAB III WILAYAH KAJIAN ILMU AKHLAK

A. Studi Tentang Ilmu AkhlakSalah satu kajian pentng ilmu akhlak adalah perilaku sosial atau masyarakat. Dalam kajian ini dititikberatkan pada pola hidup manusia sebagai ilmu sosial. Taat pada hukum dalam masyarakat termasuk dalam kesepakatan sosial normatif yang merupakan bagian dari terbangunnya keharmonisan sosial. Dari norma itulah, kehidupan berlangsung stabil dan terwujud solidaritas yang tinggi. Sejak manusia hidup sampai kematiannya, ia tidak terlepas dari aturan sosial. Prinsip perilaku sosial normaif yang berpatokan pada kesepakatan sosial tradisional merupakan wujud lain dari adanya solidaritas kelompok, baik secara mekanis maupun organis. Kehidupan masyarakat di mana pun adanya secara sosiologis akan menjadi proses interaksi struktural, yaitu sebagai interaksi yang dipaksa, dibimbing didorong dan diyakinkan oleh sistem yang berlaku di lingkungan sosial yang merupakan lingkungan strukturalnya. Menurut teori Ibnu Khaldun, agama sebagai sumber sosial normatif mendorong kuat dalam membentuk perilaku kolektif dalam suatu kelompok karena agama dipandang sebagai salah satu bagian dari sistem sosial dan sistem budaya suatu masyarakat, yang mempunyai kaitan erat dengan bagian-bagian lain dari masyarakat, misalnya agama mempunyai hubungan dengan ekoomi, sosial, politik, hukum dan kebudayaan. Agama mana pun mengajarkan tata cara bermasyarakat. Akhlak bermasyarakat dikembangkan untuk mewujudkan kehidupan yang bahagia, tentram, aman, damai, dan sejahtera. Fungsi agama menurut Thomas F. Odea sebagai berikut : 1. Agama berdasarkan perhatiannya pada sesuatu yang diluar jangkauna manusia dengan melibatkan takdir dan kesejahteraan, menyediakan motivasi positif bagi pemeluknya. 2. Agama menawarkan hubungan transendental melalui pemjaan dari upacara ritual, yaitu agama menyediakan sarana dan kerangka acuan dalam menyelesaikan masalah sosial dari bbagai sudut pandang. 3. Agama memberikan dan menyakralkan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat yang telah terbentuk, mempertahankan dominasi tujuan kelompok, di atas keinginan individu. 4. Agama melakukan fungsi kritik atas berbagai nilai masa lalu yang besifat normatif. 5. Agama melakukan fungsi identitas, yaitu melalui nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama yang diyakini suci oleh pemeluknya. Agama secara individual mengembangkan aspek penting pemahaman diri dan batasan diri.7

6. Agama melaksanakan fungsi pendewasaan. Setiap usia manusia diperhitungkan diantara pahala dan sanksi hidup. Ajaran dalam agama menuntun manusia demi terdewasakannya fungsi usia menuju kebahagiaan hidup yang hakiki. Keyakinan terhadap ajaran agama yang supranatural dan suprarasional bersifat objektif, sehingga kebenarannya tidak bergantung pada pengakuan subjek (manusia), sebagaimana keberadaan Tuhan tidak ditentukan oleh adanya keyakinan manusia terhadap Tuhan. Sebaliknya, dalam konteks kehidupan beragama, sebagaimana terdapat dalam sumber ajaran Islam, tidak sedikit isyarat Allah SWT dalam firman-Nya yang mengajak umat manusia untuk berfikir rasional dan empirik denan megedepankan ilmu yang benar dan realistik. Nilai-nilai ajaran agama diyakini memiliki kebenaran mutlak oleh penganutnya. Pelaksanaan sanksi yang merujuk pada ajaran agama dapat bersifat langsung atau tidak langsung karena agama melalui kitab sucinya menyatakan adanya sanksi duniawi dan sanksi ukhrawi. Masyarakat adalah himpunan individu dan kelompok, yang awalnya seorang diri, kemudian membentuk keluarga dan hidup dalam wilayah yang sama. Terjadilah hubungan antarindividu dan

antarkeluarga,sehingga terbentuklah masyarakat. Perserikatan antarkeluarga yang membangun masyarakat merupakan embio dari lahirnya negara. Tentu saja dicirikan oleh tatanan kehidupan yang integral dilihat dari norma yang dianut, wilayah yang ditempati dan tujaun yang dsepakati bersama. Sebagai individu, manusia senantiasa melakukan sosialisasi, yaitu proses belajar mengenai pola-pola interaksi masyarakat sesuai dengan peranan yang dijalankan masing-masinag individu. Sosialisasi adalah proses membantu individu belajar beradaptasi dengan lingkungannya. Setiap individu dalam masyarakat yang berbeda, mengalami proses sosilisasi yang bebeda pula karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Sosialisasi yang berakhlak dilakukan sejak manusia hidup bergaul dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan dalam kehidupan yang lebih luas. Penyimpangan merupakan sosialisasi yang berjalan tidak sempurna, hal ini timbul karena nilai atau norma yang diplajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang tidak memperhitungkan risiko yang akan terjadi. Atau bahkan karena pemberntakan terhadap norma yang dipandang kurag meuaskan kehidupan pribadi atau keompoknya. Bentuk-bentuk penyimpangan terdiri dari : 1. Penyimpangan dari dalam atau internal deviation yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh orang yang menganut norma tertentu dan keluar dari akhlak yang seharusnya sesuai dengan akhlak ajaran yang dianutnya. Misalnya, umat Islam yang tidak melaksanakan shalat, tidak puasa, dll.

8

2. Penyimpangan dari luar atau eksternal deviation yaitu penyimpangan yang merupakan bagian dari penolakan terhadap kebudayaan yang telah ada karena karena menganut sistemhidup dan budaya yang berbeda. Pengendaian sosial dilakukan dengan berbagai pendekatan, yaitu persuasif, koopeatif, kursif, dan defensif, serta opensif. Semua pendekatan tersebut dilaksanakan dengan tujuan terbangunnya masyarakat yang ideal dan berakhlak mulia.

B. Kajian Akhlak Tentang ManusiaWilayah kajian kedua ilmu akhlak adalah manusia, yang merupakan kajian utama yang menjadi tujuan utama ilmu akhlak. Kesempurnaan bentuk fisik manusia bersifat materiil, tidak berbeda dengan kesempurnaan bentuk seluruh makhluk Allah SWT. Lainnya, Ia bersifat sementara karena semakin lama akan semakin menua, rusak, dan akhirnya rusak, dan akhirnya hancur, sebagaimana manusia yang fisiknya menuju masa tua dan akhirnya dipenuhi oleh kulit-kulit yang mengeriput. Kesempurnaan kedua berhubungan dengan jiwa manusia yang dilengkapi oleh akal dan hati. Akal berfungsi untuk berfikir dan hati untuk merasakan sesuatu yang fisikal maupun yang metafisikal. Dengan akalnya, manusia mengembakan pengetahuan, baik perseorangan maupun umat manusia secara keseluruhan. Dalam pandangan August Comte, perkembangan manusia melalui tiga zaman berikut : 1. Zaman Teologis Pada zaman teologis, manusia percaya bahwa di belakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Zaman teologis dapat dibagi lagi menjadi tiga periode berikut : a. Animisme merupakn tahapan paling primitif karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa. b. Politeisme, pada tahap ini manusia percaya pada dewa yang masing-masing menguasai suatu lapangan tertentu; dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar, dll. c. Monoteisme, pada tahapan ini manusia hanya memandang satu Tuhan. 2. Zaman Metafisis Pada zaman metafisis, kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak, seperti kodrat dan penyebab. 3. Zaman Positif Pada zaman positif, tidak lagi ada usaha manusia untuk mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang fakta-fakta. Manusia telah membatasi diri dalam pengamatannya terhadap fakta-fakta yang dihadapinya. Atas dasar observasi dengan menggunakan rasionya, manusia berusaha menetapkan relasi-relasi atau hubungan-hubungan persamaan dan urutan yang terdapat antara faktafakta. Pada zaman inilah, dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sesungguhnya.

9

C. Kajian Tentang JiwaIlmu akhlak juga mengkaji tentang jiwa manusia. Oleh karena itu, ilmu akhlak berhubungan erat dengan ilmu psikologi. Jiwa merupakan bagian dari manusia yang metafisik, tidak tampak. Oleh sebab itu, Ilmu akhlak mengkaji segala perilaku manusia yang menggambarkan jiwa atau gambaran jiwa manusia, yaitu segala perilaku yang tampak. Dengan demikian, ilmu akhlak sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya. Dengan demikian, Kajian ilmu akhlak tentang jiwa manusia akan berhubungan dengan pengalamanpengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan, pancaindra, pikiran, merasa dan kehendak yang tergambarkan dalam aktivitas individu. Dilihat dari keadaan kejiwaan manusia, terdapat beberapa tipologi jiwa manusia, yaitu sebagai berikut : 1. Tipologi Plato Plato membedakan tiga bagian jiwa, yaitu sebgai berikut : a. Pikiran (logos), yang berkedudukan di kepala. Akal akan membawa manusia pada suatu akhlak yang rasional atau irasional, logis atau tidak logis, argumentatif atau tidak ada alasan apapun sebagaimana akhlak yang bersifat imitatif. b. Kemauan (thumos), yang berkedudukan di dada. Kemauan adalah semacam energi yang

membangunkan manusia untuk bertindak. Daya tarik dan daya doronh hati manusia dalam mewujudkan suatu tindakan dapat dilakukan oleh berbagai motivasi. c. Hasrat (ephitumid), yang berkedudukan di perut. Hasrat adalah nafsu yang dapat membawa manusia pada kepuasan kebahagiaan, tetapi dapat juga menjadikan manusia serakah dan tidak berperikemanusiaan. 2. Tipologi Queyrat Queyrat menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, daya-daya kognitif, afektif, dan konatif. Salah satu daya yang dominan yaitu : a. Tipe mediatif atau intelektual. Akhlak manusia oleh daya kognitif dibentuk melalui proses pembelajaran, pendidikan , dan pemahaman terhadap suatu bentuk yang ditunjukkan dalam suatu tindakan. b. Tipe emosional. Akhlak yang didorong oleh potensi emosional atau cerdas tidaknya emosi seseorang dapat menghaluskan akhlak. Jika emosi seseorang labil atau tempramental, akhlak pun kurang kuat, kurang konsisten, dan tidak sabar.

10

c. Tipe aktif. Daya konatif yang dominan. Suatu kekutan atau potensi manusia cenderung melakukan suatu tindakan nyata untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan pribadi.

D. Objek Kajian Praktis Ilmu AkhlakSecara teoritis, ilmu akhlak memiliki wilayah kajian filosofis yang berhubungan dengan tingkah laku manusia, individu, dan masyarakat, tentang jiwa dan gambaran jiwa dan yang tampak dalam kehidupan nyata pada manusia. Dalam hal itu Rasulullah SAW pernah menggambarkan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah yang akan menentukan baik atau buruknya suatu perbuatan. Segumpal darah yang dimaksuda adalah al-qalb atau hati. Jika hatinya bersih, bersihlah bentuk perbuatannya. Jika hatinya kotor, maka wujud perbuatannya pun akan kotor. Secara praktis, perkataan Rasulullah SAW itu berhubungan dengan isi hati manusiadan sangat bernilai dalam menentukan kualitas tingkah laku manusia. Oleh karena itu, setiap tingkah laku manusiaakan berhubungan denganmotivasi atau niat yang terdapat di dalam hati, yang hanya bisa diketahui oleh Allah SWT.

11

BAB IV PEMBAGIAN AKHLAK DAN MACAM-MACAMNYA

A. Pembagian Akhlak Secara umum, akhlak dalam persfektif ilmu dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut : a. Akhlak falsafi atau akhlak teoretik, yaitu akhlak yang menggali kandungan Al-Quran dan AsSunnah secara mendalam, rasional, dan kotemplatifuntuk dirumuskan sebagai tori dalam bertindak. b. Akhlak amali, artinya akhlak yang menampakkan diri ke dalam perwujudan amal perbuatanyang real, bukan sekedar teori. c. Akhlak Fardhi atau akhlak individu, yaitu perbuatna seorang manusia yang tidak terkait dengan orang lain. Akhlak individu sebagai awal dari hak asasi manusia dalam berfikir, berbicara, berbuat dan melakukan pengembangan diri. d. Akhlak ijtimai atau akhlak jamaah, yaitu tindakan yang disepakati secara bersama-sama, misalnya akhlak organisasi, akhlak partai politik, dan akhlak masyarakat yang normatif, dan akhlak yang merujuk pada adat kebiasaan. Akhlak teoritik atau akhlak falsafi, banyak dikemukakan oleh para tokoh ilmu akhlak. Para filsuf muslim yang mengembangkan pemahaman filosofisnya tentang eksistensi kebenaran dan sumber kebenaran adalah sebagai berikut : 1. Al-Kindi Al-Kindi mengatakan, filsafat adalah ilmu tentang hakikat (kebenaran) segala sesuatu menurut kesanggupan manusia, mencangkup ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhilah),ilmu tentang cara meraih maslahat dan menghindar dari madharat. Tujuan seorang filsuf bersifat teoritis, yaitu mengetahui kebenaran praktis, yaitu mewujudkan kebenaran tersebut dalam tindakan. Semakin dekat pada kebenaran, semakin dekat pula pada kesempurnaan. 2. Al-Farabi Menurut Al-Farabi, banyak orang yang mengetahui tentang kebaikan, perkara baik atau terbaik, tetapi ia tidak sanggup memanifestasikannya dalam kehidupannya atau hanya bisa melaksanakan sebagiannya saja. Al-farabi pernah mengatakan bahwasannya falsafah kehidupan manusia perlu mengutamakan hikmah, atau dengan perkataan lain, mencintai hikmah. Hikmah adalah marifah, yaitu mencari kesempurnaan diri manusia dengan melukiskan segala urusan dan membenarkan semua hakikat yang bersifat teoritis maupun praktis menurut kemampuan manusia. Hikmah yang berkaitan dengan hal-hal yang harus diketahui tanpa harus diamalkan dinamakan dengan hikmah nadhariah. Hikmah yang berhubungan dengan segala hal yang harus diketahui dan dipraktikan dinamakan dengan hikmah amaliyah.12

3. Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali adalah ulama besar yang dikenal pemikirannya di bidang ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf. Menurut Imam Al-Ghazali cahaya kenabian mustahil didapat oleh para sufi yang terkenal dengan keganjilan dan keekstreman konsepnya. Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga objek materiil ilmu tauhud, yaitu Allah SWT dengan segala sifatsifat-Nya, kenabian dengan segala kaitannya, dan hari akhirat dengan segala kandungannya. Ketiga objek materiil ilmu tauhid itulah yang merupakan pokok-pokok keimanan. Oleh karena itu, dalam konsep Imam Al-Ghazali, ilmu yang membahas pokok-pokok keimanan dalam Islam adalah ilmu tauhid. 4. Ibnu Sina Pandangan Ibnu Sina yaitu tentang keharusan manusia bertindak rasional dalam bertuhan berpijak dari pemahamannya tentang benda yang tercipta dan Dzat Abadi yang menciptakan seluruh benda dan kekutannya. Menurut Ibnu Sina, waktu atau zaman tidak dijadikan dalam proses waktu, melainkan kejadian tersebut adalah sebagai ibda (ciptaan), yang penciptaannya tidak mendahului dari segi tingkatan dan martabat. Kalau zaman mempunyai sumber (asal) zaman, berarti zaman terjadi sesudah ada zaman lain yang mendahuluinya sebab pengertian baru-dari-segi-zaman adalah zaman asalnya tidak ada, kemudian ada. Dengan pandangan Ibnu Sina tersebut di atas, secara teoritas, akhlak manusia dalam melakukan komunikasi denagn Tuhan diatur oleh zaman, dan zaman pulalah yang menentukan takdir manusia. 5. Ibnu Rusyd. Pandangan Ibnu Rusyd tentang wujud Tuhan melalui dua dalil adalah pemahaman filosofisnya yang menjadi rumusan teoritik tentang sistem akhlak ilahiah dalam menciptakan seluruh makhluk-Nya, dengan sangat rapi, seimbang, dan tidak ada sedikitpun yang batil. B. Macam-Macam Akhlak 1. Akhlak terpuji atau akhlak mulia yang disebut dengan al-akhlaq al-mahmudah atau al-akhlaq alkarimah. Akhlak yang terpuji adalah akhlak yang dikehendaki Allah SWT dan di contohkan oleh Rasulullah SAW 2. Akhlak tercela atau akhlak yang di benci, yakni disebut akhlaq al-mazmumah.Akhlak orang-orang tercela adalah orang-orang yang berperilaku atas nama selain Allah SWT. Orang-orang yang menghambakan dirinya pada hawa nafsu.

13

C. Hikmah Mempelajari ilmu Akhlak 1. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik dan khusyuk, serta lebih ikhlas. 2. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam kehidupan sbagai individu dan anggotamasyarakat. 3. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri agar lebih madiri dan berprestasi. 4. Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturahmi positif, dan membangun ukhwah atau persaudaraan dengan sesama manusia dan sesama muslim. 5. Peningkatan penghambaan jiwa kepada Allah SWT yang menciptakan manusia dan alam jagat raya beserta isinya. 6. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya tanpa batas dan tanpa pilih bulu. 7. Peningkatan stategi beramal saleh yang dibangun oleh ilmu yang rasional.

D. Indikator Akhlak yang Terpuji dan tercela1. Baik dan Buruk Menurut Agama Indikator utama dari perbuatan yang baik adalah sebagai berikut : a. Perbutan yang diperintahkan oleh ajaran Allah dan Rasulullah SAW yang termuat di dalam AlQuran dan As-Sunnah. b. Perbutan yang mendatangkan kemaslahatan dunia dan akhirat. c. Perbuatan yang meningkatkan martabat kehidupan manusia di mata Allah dan sesama manusia. d. Perbutan yang menjadi bagian dari tuan syariat Islam, yaitu memelihara agama Allah, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. Indikator perbuatan yang buruk atau akhlak yang tercela adalah sebagai berikut : a. Perbutan yang didorong oleh hawa nafsu yang datangnya dari setan. b. Perbutan yang di motivasi oleh ajaran thoghut yang mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. c. Perbutan yang membahayakan di dunia dan merugikan di akhirat d. Perbuatan yang menyimpang dari tujuan syariat Islam, yaitu merusak agama, akal, jiwa, keturunan, dan harta kekayaan. e. Perbuatan yang menjadikan permusuhan dan kebencian. f. Perbutan yang menimbulkan bencana bagi kemanusiaan.

g. Perbutan yang menjadikan kebudayaan manusia menjadi penuh dengan keserakahan dan nafsu setan. h. Perbutan yang melahirkan konflik, peperangan, dan dendam yang tidak berkesudahan.

14

2. Indikator Akhlak terpuji dalam Filsafat Pandangan-pandangan tntang akhlak dalam kajian filsafat melahirkan berbagai berbagai aliran yang kemudian digolongkan pada aliran etika dalam filsafat atau filsafat etika yang paradigmanya dgdasarkam pada aksiologi dalam filsafat.3. Indikator Akhlak Baik dan Buruk dalam Ilmu Dalam persfektif ilmu, akhlak yang benar adalah yang didasarkan pada rasio. Oleh karena itu, manusia berakhlak harus rasional. Pemahaman ini melahirkan aliran rasionalisme yang awalnya merupakan aliran dalam filsafat. Akan tetapi pendekatan rasional dalm keilmuan selalu mengacu pada sistematika berfikir yang tertib, yaitu melalui penelitian, percobaan-percobaan di laboratorium, pemahaman logika, hipotesis yang diuji, dibuktikan, dan disimpulkan hasil-hasinya. Selain harus rasional, berakhlak menjadi bagian dari membuat percobaan dan pengalaman. Oleh sebab itu akhlak manusia akan berkembang jika bersifat positif dan objektif dengan pendekatan empiris. 4. Indikator Akhlak Baik dan Buruk Persfektif Budaya Budaya diartikan sebagai kekutan akal. Potensi akal terwujud dalam bentuk kehendak berfikir, bekarya, dan mengembangkan karya ciptanya. Sifat-sifat dasar dalam berbudaya bersifat universal dan mengendalikan semua tipe perilaku manusia, tanpa memandang konteks sosial budaya tertentu. Manusia akan terus menciptakan kebudayaannya secara sadar maupun tidak sadar. Dalam kebudayaan manusia, hal yang mendasar dari perilaku manusia memiliki subjektivitas dan orientasi yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat diintegrasikan oleh adanya norma-norma tertentu.

15

BAB V POTENSI DASAR INSANI

A. Potensi Dasar Insani Potensi fundamental yang dimiliki manusia adalah akal sebagai alat unuk berfikir. Cara kerja otak manusia tidak terlepas dari proses penurunan gejala-gejala kemanusiaan yang berlaku sejak masa pramanusia yang sifatnya transpersional yang akan menjadi dasar kepribadian manusia, selanjutnya secara berkesinambungan. Dalam berakhlak, manusia memiliki penggerak utama bagi kesadarannya, yaitu kesadaran yang membangkitkan seluruh pusat potensial kreatifitas manusia. Pembentukan akhlak manusia dalam kesadarannya ditopang oleh potensi akal atau rasio yang menggerakan eleksitas perbuatan baik atau buruk. Manusia dengan modal tiga potensi yaitu akal, hati,dan perpaduan di antara keduanya, memadukan fungsi superioritas hidupnya untuk untuk terus memerdekakan kehendaknya.

B. Watak dan Kepribadian Manusia dalam Berakhlak Akhlak manusia dapat dibentuk oleh berbagai pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal berada dalam diri manusia sendiri. Pengaruh internal berada dalam diri manusia sendiri. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksudak pengaruuh internal adalah watak, yaitu sifat dasar yang sudah menjadi pembawaan sejak manusia dilahirkan. Akan tetapi pengaruh eksternal pun dapat membentuk watak tertentu. Lingkungan, mata pencaharian, makanan dan minuman, pergaulan sehari-hari dengan kawan sejawat, istri atau suami dan sebagainya yang selalau terlibat dalam dalam kehidupan manusia secara terus-menerus dapat membentuk watak manusia. Ada pula yang berpendapat bahwa faktor geografis, pendidikan, situasi dan kondisi sosial dan ekonomi, serta kebudayaan masyarakat pun dapat membentuk watak. Jadi, watak manusia dapat dibentuk oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.

16

BAB VI ALIRAN-ALIRAN AKHLAK FILOSOFIS DAN AKHLAK PRAKTIS

A. Aliran-aliran Akhlak Filosofis Secara filisofis akhlak manusia dapat dilihat dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat yaitu sebagai berikut : 1. Positivisme Kaum positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan metode-metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum kehidupan alamiah. 2. Organisme Organisme berpandangan bahwa masyarakat merupakan suatu organisme, yang keseluruhannya lebih dari sekedar jumlah bagian-bagiannya dan hanya dapat dimengerti sebagai totalitas. Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang bertahan dengan kesepakatan organiknya, yaitu kekeluargaan, gotong royong dan tidak memisahkan kepentingan individu dengan kepentingan sosial secara umum. 3. Pragmatisme Pragmatisme adalah pandangan bahwa substansi kebenaran adalah segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan. Misalnya beragama sebagai kebenaran jika agama memberikan kebenaran. 4. Humanisme Suatu pandangan yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa mnusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukkan untuk memperbaiki spesiesnya. 5. Kapitalisme Akhlak manusia yang berprinsip pada kapitalisme selalu berpandangan bahwa tingkah laku manusia baik atau buruk sangat bergantung pada kekayaannya. Jika manusia kaya, siapapun dapat disingkirkan. Orang-orang miskin dengan mudah dibeli dan dijadikan robot kaum kapitalis, negaranegara berkembang akan disetir oleh utang-utang yang semakin menumpuk yang dipinjam dari negara Kapitalis. 6. Marxisme Suatu pandangan bahwa etika tidak ada hubungannya dengan pemasangan norma-norma abstrak dan daftar-daftar kewajiban. Urusan etika adalah hal kebaikan. 7. Materialisme Materialisme adalah aliran dalam filsafat yang mengatakan bahwa yang paling ada dan selalu benar adalah materi. Bagi penganut materialisme akhlak manusia bertujuan mengejar materi karena manusia sangat mementingkan materi yang merupakan unsur dirinya sendiri. 8. Naturalisme

17

Menurut naturalisme, akhlak yang baik adalah akhlak yang sesuai dengan fitrah alamiah,sedangkan akhlak akhlak yang buruk adalah akhlak yang keluar dari fitrah alamiah manusia. Fitrah adalah naluri kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia dilahirkan. 9. Hedonisme Suatu pandangan bahwa filsafat harus merintis jalan ke arah mencapai kesenangan hidup. Hednisme membagi ilmu filsafat dalam tiga bagian, yaitu logika, fisika, dan etika. 10. Skeptisisme Suatu pandangan bahwa keragu-raguan teradap sesuatu merupakan fondasi keyakinan. Oleh karena itu, ketika mereka meragukan sesuatu, artinya meyakini sesuatu. Akhlak kaum skeptis aelalu ragu pada apapun yang dihadapinya, termasuk kepada Tuhan dan ajaran-ajarannya. Ia akan memperoleh keyakinan jika keraguannya telah telah terjawab dan masuk akal, tetapi diragukan kembali. 11. Teologis Suatu aliran yang mengatakan bahwa kebenaran berpusat dari Tuahan. Oleh karena itu, manusia yang berakhlak baik adalah manusia yang mengikuti hukum-hukum Tuhan. 12. Utilitarisme Suatu pandangan ang menegaskan bahwa kebaikan yang tertinggi (smmum bonum) adalah utility (manfaat). Segala tingkah laku manusia selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya. 13. Idealisme Etika palto bersifat rasional dan mencerminkan intelektalitas yang tinggi. Dasar ajarannya adalah mencapai akal budi yang baik. Oleh sebab itu, sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian. 14. Rasionalisme Menurut rasionalis, rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio yang dapat membawa orang menuju kebnaran. Yang benar hanyalah tindakan akal yang terang benderang yang disebutnya Ideas Claires el Distinces (akal pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang-benderang ini pemberian Tuhan sebelum orang dilahirkan (idea innatae = ide bawaan) sebagai pemberian Tuhan tidak mungkin salah. 15. Empirisme Emperisme adalah salah satu aliran dala filsuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. 16. Kritisisme Suatu pandangan bahwa kebenaran berpangkal pada moral. Moral adalah kata hati, suara hati, perasaan, perasaan, suatu prinsip yang apriori, dan absolut. 17. Vitalisme Suatu pandangan bahwa baik dan buruknya perbuatan manusia Orang yang bertahan hidup adalah orang yang paling baik. Penguasa dengan kekuatannya mengatur masyarakat dan menundukannya demi kepentingan hidupnya adalah orang yang memegang kebaikan hidupnya.

18

B. Aliran-Aliran Akhlak Praktis Aliran-aliran akhlak praktis diantaranya dalah sebagai berikut : 1. Behavioursme Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang tidak jauh berbeda dengan mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan perilakunya melalui proses pengondisian yang terus menerus (conditioning). 2. Strukturalisme Menurut aliran ini, pengalaman menjadi unsur-unsur kesadaran yang akan memiliki makna apabila bersatu. 3. Fungsionalisme Berpandangan bahwa manusia bertahan hidup dengan cara melakukan tingkah laku yang adaptable dengan lingkungan di sekitarnya. Setiap adaptabilitas berkaitan dengan kelompok manusia tertentu disesuaikan dengan identitas psikolognya masing-masing secara normatif.. 4. Kognitivisme Aliran yang berpandangan bahwa akhlak manusia dapat dikembangkan oleh suatu proses pendidikan, peningkatan akal budinya, dan pembinaan kognitif di lingkungan tertentu, seperti sekolah, keluarga, dan aktivitas yang ada di lingkungan masyarakat. 5. Progessivisme Aliran ini berpandangan bahwa memampuan intelegensi manusia erupakan alat untuk hidup, esejahteraan, dan mengembangkan kepribadian manusia. Akhlak manusia bersifat merdeka, dapat dikembagkan terus-menerus sepanjang memiliki tingkat kecerdasan berinteraksi dan mengadopsi berbagai gejala alamiah dan lingkungan sekitarnya. C. Ajaran-Ajaran Akhlak Tasawuf 1. Hasan AL-Bashri Ajaran akhlak Hasan Al-Bashri tentang hidup dan kehidupan sangat berarti bagi umat Islam. Ia mengajarkan kehidupan yang tawadhu, zuhud, sabar, syukur, khauf, raja, dan ajaran tentang tafakur binimah. Manusia yang memahami dunia sebagai ladang beramal akan memiiki akhlak yang baik dan terpuji karena ia mengetahui dengan yakin bahwa amalnya tidak akan sia-sia di mata Allah SWT. 2. Al-Muhasibi Pandangan sufisiknya mengajarkan aga manusia berakhlak dengan cara mawas diri dari segala perbuatan dosa. Manusia berakhlak dimulai dengan taat kepada Allah SWT dan menyucikan diri dengan memperbanyak zikir dan bertobat,sehingga manusia aka dengan mudah mengenal Allah SWT dan Allah SWT pun akan menyukainya. 3. Al-Qusyairi Ajaran akhlak Al-Qusyairi adalah akhlak yang berdasarkan pada syariat yang benar menurut AlQuran dan As-Sunnah. Menurutnya akhlak mukia yang harus dilaksanakan adalah akhlak yang

19

mengutamakan kesehatan jasmani dan rohani. Manusia berakhlak dengan akhlak yang mulia, seimbang antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. 4. Al-Ghazali Ajaran akhlak Al-Ghazali adalah akhlak yang memiliki keseimbangan duniawi dan ukhrawi, akhlak lahiriah dan batiniah. Manusia harus berakhlak dengan akhlak yang ikhlas, Oleh sebab itu,jiwa manusia harusn bersih dari segala dosa. Awalnya harus bertobat dan memperbanyak zikir dengan mengutamakan tahlil, takbir, dan tahmid kepada Allah SWT.

20

BAB VII DORONGAN DAN IMPLIKASI AKHLAK BAIK DAN BURUK DALAM KEHIDUPAN DUNIAWI DAN UKHRAWI

A. Dorongan Berakhlak Pada Manusia 1. Persepsi Terbentuknya akhlak manusia didrong oleh adanya pemahaman tentang sesuatu yana akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya. 2. Belajar Belajar dapat didefiisikan sebagai perubahan yang relatif permanen pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan. Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu pengetahuan secara teratur dan brkesinambungan. Belajar terdiri atas tiga komponen, yaitu : a. Kondisi eksternl yaiu stimulasi dari lingkungan dari acara belajar. b. Kondisi internal yaitu mnggambarkan keadaan internal, proses kognitif siswa c. Hasil belajar yang menggambarkan yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, kterampilan intelek, keteramiplan motorik, sikap dan siasat kognitif. B. Akhlak Para Nabi dalam Sejarah 1. Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. adalah nabi yang membawa dan menyebarkan agama tauhid kepada umat manusia. Ia adalah orang yang menanggung resiko dalam menghadapi kezaliman. Nabi Ibrahim a.s. diuji oleh Allah SWT dengan ujian yan sangat berat. Ia harus meninggalkan istrinya Siti Hajar dan bayi mungil Ismail di padang yang tandus, tetapi istrinya menerima ujian itu dengan tabah. Lalu Ibrahim diuji untuk menyembelih Ismail, dan Ismail pun menerimanya dengan ikhlas. Semua ujian dari Allah SWT dilaksanakan dengan ikhlas, hingga akhirnya Nabi Ibrahim a.s membangun Kabah yang sekarang menjadi kiblat Umat Islam. 2. Nabi Nuh a.s. Ujian Nabi Nuh a.s. cukup berat karena ia harus menghadapi kekufuran anaknya sendiri, yaitu Kanan. Ia tidak pernah putus asa mengajak dan menasehati anaknya, meskipun anaknya mati tenggelam terbawa arus banjir yang luar biasa. 3. Nabi Luth a.s. Nabi Luth a.s. menghadapi ujian yang sangat berat umatnya memiliki penyimpangan seksual. Homoseksual dan lesbian di praktekkan secaraterang-.terangan oleh masyarakat, bahkan istrinya sendiri seorang lesbian. Nasihat Nabi Luth a.s tidak diindahkan, dan ia pun meninggalkan tugas dakwahnya dalam keadaan umat Islam yang masih dalam kesesatan.

21

4. Nabi Ayyub a.s. Nabi Ayyub a.s. adalah nabi yang sangat sabar karena ia diberi penyakit kulit yang cukup lama. Istrinya pun merawat dengan sabar, hingga ia pun harus menjual rambutnya untuk membeli makanan dan obat untuk suaminya, Istrinya tanpa henti meminta Nabi Ayyub a.s berdoa agar terbebas dari penyakitnya, lalu ia pun pasrah dan berdoa. Allah SWT mengabulkan doanya dan akhirnya Nabi Ayyub a.s. terbebas dari penyakit. 5. Nabi Musa a.s Nabi musa telah membuktikan kekufuran firaun yang merasa dirinya sebagai tuhan 6. Nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. adalah nabi yang penuh dengan rasa cintakasih kepada umatnya. Keahliannya digunakan untuk mengobati orang-orang yang sakit dan membela orang-orang yang miskin. 7. Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, suka dukanya sangat banyak. Akhlaknya dipuji oleh semua orang, termasuk orang-orang kafir Quraisy, beliau dijuluki sebagai Al-Amin, yaitu orang yang jujur dan terpercaya. Nabi Muhammad SAW adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf meskipun kepada orang yang telah menyakitinya, bahkan beliau menengok orang yang sudah meludahinnya. Beliau adalah seorang suami yang adil kepada istri-istrinya, dan sering Nabi Muhammad SAW meminta maaf kepada istri-istrinya jika keadilannya hanya sebatas kemampuannya. Nabi Muhammad SAW Akhlak Nabi muhammad SAW sebagai ayah dari anak-anaknya, suami dan istri-istrinya, komandan perang, mbaligh, imam, hakim, pedagang, petani, dsbmerupakan akhlak yang pantas diteladani.

22

BAB VIII AKHLAK-AKHLAK YANG DIISYARATKAN DALAM ISLAM

A. Akhlak Dalam Perdagangan Jual beli (perdagangan) adalah pertukaran benda dengan benda lain dengan prinsip saling merelakan. Jual beli merupakan proses pemindahan hak milik seseorang kepada orang lain dengan disertai penggantinyamelalui cara yang diperbolehkan Jual beli merupakan kegiatan manusia yang berkaitan dengan hal-hal berikut : 1. Penukaran harta, benda, dan jiwa. 2. Penukaran nilai benda yang sama dalam jenis yang berbeda atau jasa yang dihargakan dengan kebendaan dalam harga yang sepadan. 3. Penambilan manfaat atas benda atau jasa yang berbeda oleh pihak penjual dan pembeli 4. Perpindahan hak milik dari harta dan jasa seseorang kepada orang lain. 5. Peraturan yang berkaitan dengan legalitas jual beli 6. Sikap saling merelakan diantara penjual dan pembeli B. Akhlak dalam Berumah Tangga Pernikahan atau perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang bukan mahram. Pada hakikatnya, akad nikah adalah perjanjian yang teguh dan kuat dalam kehidupan manusia, bukan hanya antara suami-istri dan keturunanaya, melainkan antara dua keluarga. Rukun nikah terdiri dari : 1. Calon suami 2. Calon istri 3. Wali nikah 4. Dua orang saksi 5. Ijab dan kabul

C. Akhlak Dalam Berpolitik Tujuan utama kekuasaan dan kepemimpinan dalam suatu pemerintahan dan negara adalah menjaga suatu sistem ketertiban agar masyarakat menjalankan kehidupannya dengan wajar. Pemerintah diadakn untuk melayani masyarakat, menciptakn kondisi yang yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitas demi tercapainya tujuan bersama. Secar umum tugas pokok pemerintah atau penguas suatu negara adalah menjamin diterapkannya perlakuan adil kepada setiap warga masyarakat tanpa membedakan status apapun yag melatarbelakangi keberadaan mereka, melakukan pekrjaan umum, dan memberi pelayanan didalam bidang-bidang pelayanan umum.

23

Pemerintahan yang baik dalm menyelenggarakan kekuasaan negara harus berdasar pada : 1. Ketertiban dan kepastian hukum dalam pemerintahan. 2. Perencanaan dalam pemerintahan 3. Pertanggung jawaban, baik oleh pejabat dam arti luas maupun oleh pemerintah 4. Pengabdian pada kepentingan Masyarakat 5. Pengendalian yang meliputi kegiatan pengawasan, pemeriksaan, penelitian dan penganalisisan. 6. Keadilan tata usaha/administrasi negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

24