unud-861-213679276-i gst a a putri mastini_1192161019
-
Upload
noviade-jusman -
Category
Documents
-
view
61 -
download
1
description
Transcript of unud-861-213679276-i gst a a putri mastini_1192161019
-
TESIS
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
I GST A A PUTRI MASTINI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
-
TESIS
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
I GST A A PUTRI MASTINI NIM. 1192161019
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
-
ii
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GST A A PUTRI MASTINI NIM. 1192161019
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2013
-
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 19 Juli 2013
Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. dr. NT. Suryadhi, MPH. PhD. Dra. Alit Suryani, M. Kes NIP. 19430215 1969021 001 NIP. 19590602 198403 2 001 Mengetahui Direktur Ketua Program Studi Magister IKM Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana, Prof. dr. D.N Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi. Sp.S (K) NIP. 19481010 197702 1 001 NIP.19590215 198510 2 001
-
iv
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
pada Tanggal 4 2 2013
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No. : 0195/UN 14.4/HK/2013 Tanggal 4 2 2013
Panitia Penguji Penelitian Tesis adalah :
Ketua : Prof. dr. NT. Suryadhi, MPH, PhD.
Anggota :
1. Dra. Alit Suryani, M. Kes
2. Dr. Adnyana Sudibya, SE, Ak, M. Kes
3. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes
4. Dr. I Putu Ganda W, S. sos, M.M.
-
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I GST A A PUTRI MASTINI
NIM : 1192161019
Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis/ : Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Beban Kerja
Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan Irna Di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Juli 2013
Yang membuat pernyataan
I GST A A PUTRI MASTINI
-
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat
diselesaikan. Tesis ini merupakan tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu
syarat menyelesaikan Program Pendidikan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana
Denpasar.
Penulis menyadari tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangan pikiran,
dorongan semangat dan bantuan dari semua pihak, tugas akhir ini tidak akan
terlaksana dengan baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp OT (K) M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Univesitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, yang telah memberikan
-
vii
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
4. Profesor dr. DN. Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar, guru dan panutan,
yang telah memberikan semangat, kesempatan, petunjuk, bimbingan dan
arahan sejak mulai pendidikan sampai akhir pendidikan penulis.
5. Profesor dr. NT. Suryadhi, MPH.PhD., selaku Pembimbing I, guru dan
panutan yang telah memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk serta
semangat yang tak terhingga sejak awal penyusunan rancangan penelitian
hingga akhir penyusunan tesis ini.
6. Dra. Alit Suryani, M.Kes., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuk serta semangat yang tak terhingga sejak awal
penyusunan rancangan penelitian hingga akhir penyusunan tesis ini.
7. Dr. Wayan Sutarga, MPHM, Direktur RSUP Sanglah Denpasar, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan melakukan
penelitian di RSUP Sanglah Denpasar,
8. dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih, MHSM dan seluruh staf Rekam Medik RSUP
Sangkah Denpasar yang telah memberikan informasi, bantuan dan
kemudahan-kemudahan yang diberikan dalam penelitian ini.
9. dr. I Gst. Ag. Bgs. Krisna Wibawa, SPB sebagai Instalasi IGD (MS dan
Ratna) RSUP Sanglah Denpasar yang telah memberikan kesempatan,
petunjuk, bimbingan dan arahan sejak awal sampai akhir pendidikan penulis.
-
viii
10. Drg. Triputro Nugroho, M.Kkes., selaku Direktur Sumber Daya Manusia
RSUP Sanglah Denpasar yang memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendidikan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Universitas Udayana Denpasar.
11. Semua staf Ruang Medical Surgical Rumah Sakit Pusat Sanglah Denpasar
atas masukan, bimbingan, dorongan dan bantuannya, pengertian dan
kerjasama yang baik selama dalam penyusunan tesis ini.
12. Semua sampel penelitian atas kesediaan dan kerelaannya untuk ikut
berpartisipasi selama penelitian berlangsung.
13. Ayahanda A.A. Ketut Sujana (alm) dan Ibunda A.A. Putu Sari yang telah
membesarkan, mendidik, memberikan semangat dukungan, doa restu dan
cinta yang tidak terkira selama ini dan selama menjalankan penelitian ini.
14. Kakanda : A.A. putu Suwela, A.A. Md. Suryani yang telah memberikan rasa
cinta, dorongan dan semangat dalam menjalani proses pendidikan dan
penelitian hingga berakhir.
15. Khususnya kepada suami tercinta A.A. Raka Suardana, serta anak-anak yang
sangat saya cintai A.A. Pt. Chyntia P.S dan A.A. Md. Ananda P.S atas
pengertian, pengorbanan, kesabaran dan ketabahannya selama ini serta
dorongan semangat yang tiada henti-hentinya selama penulis menjalani dan
menyelesaikan pendidikan ini.
16. Semua pihak yang telah membantu yang belum tercantum namanya di atas.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa membalas
budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Kiranya penulis mendapat
-
ix
kekuatan dan selalu dalam karunia-Nya untuk dapat mengamalkan semua ilmu
yang penulis peroleh bagi sesama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya akhir ini jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan, namun demikian besar harapan penulis semoga
apa yang terkandung didalamnya akan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya.
Denpasar, Juli 2013
Penulis
-
x
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN IRNA DI RSUP SANGLAH DENPASAR
Beban kerja perawat sangat berpengaruh terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang medical surgical RSUP Sanglah Denpasar, beban kerja sebgian besar tergolong katagori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang. Kurang lengkapnya pendokumentasian disebabkan oleh beban kerja yang tinggi serta terbatas sumberdaya yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel adalah perawat rawat inap yang ada di ruang Medical Surgical dan Ratna RSUP Sanglah Denpasar yang telah memenuhi kreteria. Jumlah sampel adalah 76 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan koesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji Chi Square dan multivariate (regresi logistik) Subjek penelitian sebagian besar 44 (57,9%) berumur 31-40 tahun, berpendidikan D3 keperawatan 50 ( 65,8%), masa kerja 39 (51,3%) 6-10 tahun, pengetahuan baik 54 (71,1%), sikap positif 54 (71,1%).
Hasil uji bivariat : pengetahuan baik dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai sebanyak 83,3% pengetahuan kurang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai 86,4%, sikap positif dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 100%, sikap negative dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 88,9%. Pengetahuan, sikap berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian (p
-
xi
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND WORK LOAD WITH DOCUMENTING COMPREHENSIVENESS OF NURSING CARE IN IRNA
RSU SANGLAH DENPASAR
Nurse workload is very influential on the documenting comprehensiveness of nursing care in medical surgical space RSU Sanglah Denpasar, the work load included most in high-level categories (70%) and 30% belong to average categories. Lack of comprehensive in documenting due to high workload and the limited resources available, this study aimed to determine the relationship of knowledge, attitude, and work load with inpatient nursing care documentation of Main General Hospital Sanglah Denpasar.
The study design used was a "cross sectional". Samples are inpatient nurse in the Medical Surgical and Ratna Hospital Sanglah who have met the criteria. The number of samples is 76 persons. Selections of samples are done with accidental sampling method. Data were collected using koesioner and the results were analyzed with chi square tests and multivariate (logistic regression). Most of the research subjects are: 44 (57.9%) aged 31-40 years, 50 (65.8%) are educated in nursing D3, 39 (51, 3%) period of work 6-10 years, 54 (71.1%) good knowledge, 54 (71.1%) a positive attitude.
Bivariate test results: good knowledge with appropriate comprehensive documentation about 83.3% , lack of knowledge with inappropriate comprehensive documentation about 86.4%, positive attitude with appropriate comprehensive documentation about 100%, negative attitudes with appropriate comprehensive documentation about 88.9%. Knowledge and attitudes are relate to documenting comprehensiveness (p
-
xii
RINGKASAN PENELITIAN
Hubungan Pengetahuan,Sikap,Beban Kerja Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan IRNA Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Tahun 2013
Oleh : I GST A.A Putri Mastini,
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung ke pasien. Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan. Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di bidang kesehatan. Dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman(Handayaningsih,2009). Dokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien,tanpa dokumentasi yang benar dan jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit.(Nursalam,2011) Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah tenaga keperawatan yang bertugas di instalasi rawat inap A,B,C dan D sebanyak 316 orang. sisanya bertugas tersebar di ruang operasi, instalasi gawat darurat, ruang intensif dan poliklinik. Dari 316 orang di Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar dengan latar belakang pendidikan, Sekolah Pendidikan Kesehatan 25 orang, D3 Keperawatan 221 orang, D4 Gawat darurat 50 orang, S1 Keperawatan 20 orang. Perbandingan sumber daya manusia dalam merawat pasien di ruang rawat inap dapat disimpulkan 1 perawat merawat 3-5 pasien yang artinya dalam setiap shif yang seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 282/Menkes/Per/VII/1997 dengan rasio 1:1 yang artinya satu orang perawat merawat satu orang pasien.
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (Menteri Aparatur Negara, 2004). Berdasarkan pengamatan awal yang di lakukan di ruang medical surgical Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, mendapatkan data bahwa jumlah perawat jaga di ruang medical surgical berjumlah 25 orang dan terbagi dalam 3 shift kerja dimana 10 orang pada shif pagi, 6 orang pada shif sore dan malam, setiap shift terdapat satu orang perawat primer yang bertugas sebagai manajerial pada setiap shif. Ruang medical surgical merupakan ruangan intermediet yang
-
xiii
tingkat ketergantungan tinggi, karena membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih spesifik merawat kasus bedah, neuro dan interna yang memerlukan observasi ketat. Dengan rasio perawat dengan pasien pada shif pagi adalah 1:4, shift sore dan malam 1:6 dengan rentang waktu untuk shif tujuh jam,shif sore Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi terhadap 10 orang perawat yang bertugas di ruang medical surgical rumah sakit umum pusat sanglah denpasar dengan menggunakan skala akhir SWAT secara subyektif, diperoleh bahwa beban kerja di ruang medical surgical sebagian besar tergolong kategori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang.sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah pengetahuan, sikap, beban kerja perawat berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna dan Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diduga pengetahuan,sikap dan beban kerja berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan beban kerja perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian, serta dapat mengevaluasi penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan dan bebas dari tuntutan hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan persaingan nasional maupun internasional.
Metoda penelitian adalah penelitian observasional yakni dengan hanya mengamati tanpa melakukan perlakuan pada obyek penelitian. menurut waktunya adalah cross sectional yakni pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat saja. Menurut analisanya merupakan penelitian analitik yaitu hubungan antara, pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di rawat inap Ratna, Medical Surgical pada Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang berjumlah: 76 orang. Penelitian bulan Mei 2013 Juni 2013. Penentuan sumber data yaitu data primer yang diperoleh dari perawat yang bertempat tugas di ruang rawat inap Ratna dan Medical Surgical Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik dengan pendokumentasian sesuai sebanyak 83,3% dan responden dengan pengetahuan kurang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 86,4% Pengetahuan berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05).Responden sikap positf dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 100% dan responden sikap negative dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 88,9%. Sikap berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05). Responden beban kerja ringan dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai sebanyak 90,4%, sedangkan responden beban kerja sedang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 95,8% beban kerja berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas yang paling berhubungan
-
xiv
dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar adalah beban kerja dengan nilai p = 0,004, dengan nilai OR sebesar 44. Mengingat adanya hubungan ketiga variabel bebas di atas dengan kelengkapan pendokukentasian maka penulis menyarankan pentingnya mengevaluasi ulang beban kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, karena masih ditemukannya tingkat beban kerja kategori sedang. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada unit-unit keperawatan lainnya, sehingga hasilnya dapat digenaralissi.
-
xv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.................................................................................. i PRASYARAT GELAR ............................................................................ ii LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................... v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi ABSTRAK .............................................................................................. x ABSTRACT ............................................................................................ xi RINGKASAN .......................................................................................... xii DAFTAR ISI ........................................................................................... xv DAFTAR TABEL ................................................................................... xix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xx DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xxii BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 8 1.4.1 Manfaat Praktis ................................................. 8 1.4.2 Manfaat Teoritis ................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 10 2.1 Pengetahuan .............................................................. 10 2.2 Sikap ............................................................................ 13 2.2.1 Tingkatan sikap ................................................... 14 2.2.2 Ciri sikap ............................................................. 15 2.3 Beban Kerja ................................................................. 19
-
xvi
2.3.1 Pengertian beban kerja ......................................... 19 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja ..... 21 2.3.3 Prosedur penghitungan beban kerja ....................... 21 2.3.4 Pendekatan penghitungan beban kerja ................... 22 2.4 Prilaku ......................................................................... 34 2.5 Perubahan Prilaku ......................................................... 38 2.6 Pembinaan Prilaku ....................................................... 39 2.7 Pengembangan Prilaku ................................................. 39 2.8 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ............................... 39 2.9 Komponen Model Dokumentasi Keperawatan ............... 40 2.10 Tujuan Utama Pendokumentasian Asuhan Keperawatan . 42 2.11. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan .................. 43 2.12 Instrument Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan ................................................................... 45 2.13 Teknik Pencatatan ........................................................ 47 2.13.1. Jenis-jenis Pencatatan/Dokumentasi ................... 47 2.13.2 Trend dan Perubahan yang Berdampak Terhadap Dokumentasi ..................................................... 49 2.13.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan..................................................... 52 2.13.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian ........................................... 54 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP
DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................... 57
3.1 Kerangka Berpikir ........................................................ 57
3.2 Kerangka Konsep ......................................................... 58
3.3 Hipotesis ...................................................................... 59
BAB IV METODELOGI PENELITIAN .............................................. 60
4.1 Desain Penelitian .......................................................... 60
4.2 Lokasi Penelitian ........................................................... 60
-
xvii
4.3 Populasi ........................................................................ 61
4.4 Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian ...................... 61
4.5 Variabel Penelitian ....................................................... 62
4.6 Definisi Operasional ..................................................... 62
4.7 Prosedur Penelitian ....................................................... 64
4.8 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ............................ 64
BAB V HASIL PEMBAHASAN ........................................................ 67
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 67
5.2 Karakteristik Sampel ..................................................... 68
5.3 Penguji Instrumen Penelitian ......................................... 69
5.4 Deskripsi Variabel Penelitian ........................................ 70
5.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Kelengkapan
Pendokumentsian Asuhan Keperawatan ........................ 72
5.6 Hubungan Sikap Dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 73
5.7 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 73 5.8 Variabel Yang Paling Berhubungan dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 74
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................... 75
6.1 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..................... 75
6.2 Hubungan Antara Sikap Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .................... 76
6.3 Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..................... 78 6.4 Variabel Bebas Yang Paling Dominan Berhubungan
Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan ..................................................................... 79
-
xviii
BAB VII PENUTUP ............................................................................ 81
7.1 Kesimpulan .................................................................. 81
7.2. Saran ............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Pasien ........................................................ 30
Tabel 2.2. Skala Akhir SWAT............................................................... 32 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2013 ........................................................... 68 Tabel 5.2. Hasil Uji Reabilitas Variabel ................................................ 70 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Asuhan Keperawatan ........................................................................ 71 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap ...................................... 71 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Beban Kerja ........................... 71 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan......................................................................... 72 Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .............................. 72 Tabel 5.8 Hubungan Sikap Dengan Kelengkapan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan ............................................................ 73 Tabel 5.9 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelengkapan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .............................. 73 Tabel 5.10 Nilai Standard Error, Exp (B), CI dan Nilai P value Variabel
Bebas Yang Berhubungan dengan Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan ................................ 74
-
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ..................................................... 58 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................... 60
-
xxi
DAFTAR SINGKATAN
BAB = Buang Air Besar
BAK = Buang Air kecil
BLU = Badan Layanan Umum
DEPKES = Departemen Kesehatan
DRG = Diagnosis Related Group
IRNA = Instalasi Rawat Inap
JCI = Join Comition International
MS = Medical Surgical
POR = Problem Oriented Methol
RI = Republik Indonesia
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat
SPK = Sekolah Pendidikan Kesehatan
SWAT = Subjektive Work Assesent Technique
UU = Undang-Undang
WSD = Water Sealed Drainage
-
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Persetujuan responden
Lampiran 2 : Informed consent
Lampiran 3 : Lembaran instrument
Lampiran 4 : Uji validitas dan reabilitas
Lampiran 5 : Hasil uji statistik penelitian
Lampiran 6 : Penyerahan ethical chearance
Lampiran 7 : keterangan kelaikan etik
Lampiran 8 : Surat rekomendasi penelitian
Lampiran 9 : Poto Tempat Kegiatan Penelitian
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban
kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung
kepada pasien. Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan
asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan
merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan
perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan.
Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan
pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di
bidang kesehatan. Dokumentasi asuhan keperawatan dikaitkan dengan adanya
paradigma baru sebagai pusat informasi dan komunikasi, praktisi inginkan akan
pengertian tentang peranan yang benar dalam dunia pelayanan kesehatan. Dalam
rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem
pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan
aman(Handayaningsih,2009).
Globalisasi mengakibatkan tingginya kompetisi di sektor kesehatan
khususnya pada pendokumentasian di bidang kesehatan. Tingginya tuntutan
masyarakat baik Nasional maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan
kesehatan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan yang baik, tepat, cepat, aman
serta transparan dalam penulisan hasil intervensi merupakan indikator mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan antar rumah sakit baik swasta,
-
2
2
pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin leluasa berkembang. Untuk
bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas terhadap pelayanan di rumah
sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan asing, rumah sakit harus
memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat, tepat, akurat,
bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya, 2005).
Supremasi hukum dengan berlakunya UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, peraturan pemerintah No. 23 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/PER XII/1989 tentang rekam
medis dan UU N0. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menuntut
pengelola rumah sakit lebih transparan, berkualitas dan memperhatikan
kepentingan pasien (RSUP Sanglah, 2011).
Menurut Tungpalan (1983) dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses
pendokumentasian adalah merupakan pekerjaan atau merekam peristiwa baik dari
obyek maupun memberi jasa yang dianggap berharga dan penting
(Handayaningsih, 2009).
Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan
dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan
jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang
perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien
di rumah sakit. (Nursalam, 2011)
-
3
3
Temuan di rumah sakit menunjukkan formulir dokumentasi keperawatan
yang telah disiapkan tidak tuntas atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata
perbulan rekam medis yang tidak lengkap antara 5 sampai 10 rekam medis setelah
pasien pulang rawat inap di IRNA. Beberapa hal yang sering menjadi alasan
petugas antara lain, banyak kegiatan-kegiatan di luar tanggung jawab perawat
menjadi beban yang dikerjakan oleh profesi keperawatan. Sistem pencatatan yang
diajarkan terlalu sulit dan banyak menyita waktu. Tidak semua tenaga perawat
yang ada di institusi pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama
di dalam penulisan untuk membuat dokumentasi keperawatan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Tenaga keperawatan yang ada berasal dari berbagai
jenjang pendidikan keperawatan (SPK, D3, D4, S1) dari rentang waktu lulusan
yang sangat berbeda. Perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan
limpahan wewenang. Formulir tidak praktis sehingga terjadi penulisan yang
tumpang tindih.
Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga sumber daya
manusia yang professional dengan tingkat pendidikan D3 Keperawatan dan
sebagian kecil dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan. Di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah tenaga keperawatan yang bertugas di
instalasi rawat inap A,B,C dan D sebanyak 316 orang. sisanya bertugas tersebar di
ruang operasi, instalasi gawat darurat, ruang intensif dan poliklinik. Dari 316
orang di rumah sakit umum pusat denpasar dengan latar belakang pendidikan,
Sekolah Pendidikan Kesehatan 25 orang, D3 Keperawatan 221 orang, D4 Gawat
darurat 50 orang, S1 Keperawatan 20 orang.
-
4
4
Perbandingan sumber daya manusia dalam merawat pasien di ruang rawat
inap dapat disimpulkan 1 perawat merawat 3 sampai 5 pasien yang artinya dalam
setiap shif yang seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
282/Menkes/Per/VII/1997 dengan rasio 1:1 yang artinya satu orang perawat
merawat satu orang pasien.
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus
dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (Menteri Aparatur Negara, 2004).
Perawat merupakan tenaga profesional yang memberikan asuhan keperawatan
yang merupakan fungsi perawat sebagai care giver. Selain itu, dalam memenuhi
kebutuhan psikologis pasien, perawat juga harus berperan sebagai educator
seperti pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien serta masih banyak fungsi
lain yang bisa dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanannya
kepada pasien. Dalam memenuhi peran dan fungsinya di rumah sakit, perawat
dituntut untuk bekerja secara efektif, efisien serta memenuhi kebutuhan pasien
yang komprehensif yang mencakup bio-psiko-sosial-spiritual (Gafar, 2002).
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di ruang medical surgical
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar didapatkan data bahwa jumlah
perawat jaga di ruang medical surgical berjumlah 25 orang dan terbagi dalam 3
shift kerja dimana 10 orang pada shif pagi, 6 orang pada shif sore 6 orang pada
shif malam, dan terdapat 3 orang perawat primer yang bertugas sebagai manajerial
pada setiap shif. Ruang medical surgical merupakan ruangan intermediet yang
merawat kasus bedah, neuro dan interna yang memerlukan observasi ketat.
Dengan rasio perawat dengan pasien pada shif pagi adalah 1:4, shift sore dan
-
5
5
malam 1:6 dengan rentang waktu untuk shif tujuh jam,shif sore tujuh jam dan shif
malam 12 jam, sedangkan standarnya adalah 1:1 setiap pergantian shif.
Kondisi pasien di ruang medical surgical termasuk pada kelompok dengan
ketergantungannya tinggi, karena membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih
spesifik dibandingkan pasien-pasien lain serta keadaan umum pasien dengan
observasi yang ketat. Berdasarkan formula Douglas maka seharusnya jumlah
perawat pagi untuk 36 pasien di ruang medical surgical adalah sebanyak 12 orang,
siang 11 orang dan malam sebanyak 7 orang. Jika dilihat dari kondisi yang ada di
ruang medical surgical hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi tenaga
perawat di ruang medical surgical kurang sehingga beban kerja perawat bisa
dikatakan overload.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi terhadap
10 orang perawat yang bertugas di ruang medical surgical rumah sakit umum
pusat sanglah denpasar dengan menggunakan skala akhir SWAT secara subyektif,
diperoleh bahwa beban kerja di ruang medical surgical sebagian besar tergolong
kategori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang.
Beban kerja perawat tidak hanya merawat pasien saja yaitu kegiatan
langsung, tetapi juga kegiatan tak langsung yang tak kalah penting seperti
melengkapi dan melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dan catatan
medik yang terperinci. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan
dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang
berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
-
6
6
tertulis dengan tanggung jawab perawat dan merupakan bagian dari pelaksanaan
asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dan
memilliki nilai hukum yang sangat penting (Hidayat, 2001).
Untuk pelaksanaan proses pendokumentasi asuhan keperawatan dalam
upaya peningkatan mutu pelayanan di masing-masing rawat inap maka telah
disiapkan berupa standar asuhan keperawatan DepKes tahun 1994, standar
prosedur operasional rumah sakit umum pusat sanglah denpasar, serta kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar,
format baku instrument penerapan berupa cek lis dan formulir, namun masih ada
pendokumentasian pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang belum
lengkap terisi.
Hasil pada rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
tentang pendokumentasian pasien pulang dan meninggal di ruangan rawat inap
untuk rekam medis yang tidak lengkap lebih dari 7 hari pada tahun 2012,
diperoleh tertinggi pada bulan Februari sebesar 1,28%. Sedangkan jumlah rekam
medis tidak lengkap lebih dari 30 hari setelah pasien pulang dan meninggal di
ruang rawat inap pada tahun 2012, diperoleh sebesar 0,74% pada bulan Februari.
Hasil supervisi evaluasi keperawatan kepada perawat di ruang rawat diperoleh
kelengkapan dokumentasi tidak lengkap secara optimal disebabkan
pendokumentasian asuhan keperawatan disebutkan dengan alasan formulir yang
ada kurang sederhana, belum tersosialisasi dengan baik dan benar tentang cara
pengisian, dirasakan menyita waktu dan menghambat pelayanan dalam proses
penulisan dokumen, dan pemahaman petugas.
-
7
7
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
apakah pengetahuan, sikap dan beban kerja perawat berhubungan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna dan Medical
Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ?
2. Apakah ada hubungan sikap dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan
keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Denpasar ?
3. Apakah ada hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical
Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan beban kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna,
Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
-
8
8
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sangalah
Denpasar.
2 Untuk mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar.
3 Untuk megetahui hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna,
Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
4 Untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang bisa digunakan
sebagai bahan pustaka dan acuan peneliti selanjutnya. Serta dapat
mengevaluasi penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan dan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan
-
9
9
dan bebas dari tuntutan hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan
persaingan nasional maupun internasional.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian khususnya penelitian mengenai evaluasi
penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap pengetahuan,
sikap, dan beban kerja perawat di ruang rawat inap Ratna, Medical
Surgical pada Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak
selalu menggambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan perilaku
itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh
banyak faktor yang sangat kompleks (Notoatdmodjo, 2003).
Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu :
2.1.1 Tahu
Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalamnya adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang
-
11
spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
2.1.2 Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar,
objektif yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar.
2.1.3 Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
2.1.4 Analisis
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek ke dalam suatu
komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
2.1.5 Sintesis
Suatu kemampuan untuk meletakkan suatu hubungan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang telah ada.
2.1.6 Evaluasi
Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
-
12
Rogers mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru dalam
diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan yaitu :
1. Awareness (kesadaran)
Di mana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus.
2. Interest
Subyek mulai tertarik terhadap stimulus atau subyek tersebut.
Di sini sikap subyek sudah mulai timbul.
3. Evaluation
Pada tahap ini subyek mulai menimbang-nimbang baik buruknya
stimulus terhadap dirinya.
4. Trial
Di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendakioleh stimulus.
5. Adaption
Di mana subyek lebih berprilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus
Hasil penelitian sebelumnya terkait dengan pengetahuan terhadap
pendokumentasian yang diteliti oleh Lukman (2002) didapatkan hasil penelitian
pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat inap Dalam BPRSUD kota
Salatiga yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan
pendokumentasian keperawatan dengan hasil pengetahuan perawat terhadap
-
13
pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan motivasi perawat 53%, serta
hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan menunjukkan 43%. Hal ini
menunjukkan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat
dalam pelaksanaan pendokumentasian.
2.2 Sikap
Menurut Notoadmodjo (2000), sikap merupakan kesiapan atau kesedian
untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain
fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau
objek, Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa sikap
menentukan perilaku seseorang. Sikap yang positif diharapkan menjadi motivasi
yang kuat dalam usaha melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Sikap adalah suatu pola prilaku, tedensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,
sikap adalah respon terhadap stimulsi sosial yang telah terkondisikan.
Salah seorang ahli spikologi sosial Newcomb, dikutip Notoatmodjo, 2002
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan
atau prilaku/peran. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
-
14
reaksi terbuka, merupakan reaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap obyek.
Dalam bagian lain Allport dikutip Notoatmodjo, 2002 menyatakan bahwa
sikap sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu (1) Kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. (2) Kehidupan emosional atau
evaluasi emosional terhadap suatu obyek dan (3) Kecendrungan untuk bertindak
(trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
2.2.1 Tingkatan sikap
2.2.1.1 Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2.2.1.2 Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
menerima ide tersebut.
2.2.1.3 Menghargai (Valuing)
-
15
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Misalnya : seorang petugas mengajak petugas yang lain (tetangganya,
saudaranya dan sebagainya). Untuk ikut melaksanakan pendokumentasian
yang lengkap, atau mendiskusikan tentang hal-hal terkait tentang cara
pendokumentasian yang lengkap, adalah suatu bukti bahwa si petugas
tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap pentingnya dokumentasi.
2.2.1.4 Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mungkin
terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga,
norma dan nilai.
2.2.2 Ciri sikap
2.2.2.1 Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.
Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti
lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2.2.2.2 Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat dan syarat tertentu.
2.2.2.3 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu
obyek. Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan
dengan suatu objek yang dapat dirumuskan secara jelas.
-
16
2.2.2.4 Obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
2.2.2.5 Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang
membedakan sikap dari kecepatan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda
dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu
obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan mengenai suatu
obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk
bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap dapat dibentuk
atau berubah melalui 4 macam cara :
1. Adopsi
Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama
kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensisi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan
dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut
dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
-
17
4. Trauma
Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam
pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalama yang traumatis dapat
juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu
proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan
individu lain disekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
adalah : (1) faktor intern : yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan seperti selektifitas dan (2) faktor ektern yang merupakan faktor
diluar manusia yaitu :
2. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.
3. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
4. Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
5. Media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap.
6. Situasi pada saat sikap terbentuk.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2002) menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek
dan kecendrungan untuk bertindak (trend to behave). Sikap merupakan respon
seseorang yang berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi
(penghargaan), persepsi (perasaan), (Suryabrata, 2003).
-
18
Sikap secara nyata menunjukan konotasi kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional.
New Comb pada tahun 1967 menyatakan sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap sebelum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi predisposisi
melalui suatu prilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo,
2002)
Sejalan dengan hasil penelitian Muhamad Sayuti (2006)
pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher
Jambi, yang meneliti tentang faktor-faktor pelaksanaan dokumentasi
menyimpulkan persentase pelaksanaan dokumentasi sebesar 69,5%.
Sementara itu pada studi awal yang dilakukan peneliti terhadap
pendokumentasian di RSUD Muaro Jambi pada tanggal 4-5 mei 2010, dengan
melihat 10 berkas pendokumentasian terdapat 6 berkas pendokumentasian yang
kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak
dilaksanakan secara benar oleh perawat rawat inap dan 4 berkas lainnya hanya
pengisian pada kolom implementasi. Rendahnya tingkat kelengkapan pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan tersebut terkait dengan faktor pengetahuan dan
motivasi perawat yang cukup beragam, baik dari aspek tata cara pengisian,
kelengkapan pengisian dan kegunaannya dari aspek medis serta pelayanan
kesehatan, maupun aspek lain yang terkait dengan kemampuan dan kemauan
-
19
perawat dalam mendokumentasikan hasil catatan asuhan keperawatan dalam
melengkapi rekam medis.
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Pengertian beban kerja
Menurut Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan
oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban
kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif
adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.
Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang
terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan
pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
pelayanan keperawatan (Marquis dan Huston, 2004).
Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara
subyektif dan obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang
dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran
yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan,
tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan
kerja (Marquis dan Huston, 2004).
-
20
Menurut Caplan & Sadock (2006) beban kerja sebagai sumber
ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan
kuantitatif. Kelebihan beban kerja secara kuantitatif meliputi:
1. Harus melakukan observasi penderita secara ketat selama jam kerja.
2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan
keselamatan penderita.
3. Beragam jenis pekerjaan yang dilakukan demi kesehatan dan keselamatan
penderita.
4. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama 24 jam.
5. Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah penderita.
Sedangkan beban kerja secara kualitatif mencakup:
1. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi
sulitnya pekerjaan.
2. Tuntutan keluarga untuk kesehatan dan keselamatan penderita.
3. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkwalitas.
4. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.
5. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien
di ruangan.
6. Menghadapi pasien yang karakteristik tidak berdaya, koma, kondisi terminal.
7. Setiap saat melaksanakan tugas delegasi dari dokter.
Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu dan sebagai sumber
-
21
ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan
kuantitatif (Caplan & Sadock, 2006).
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja
Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada sebuah unit pasien
tertentu, manajer harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi beban
kerja diantaranya (Caplan & Sadock, 2006);
1. Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit perhari, bulan atau tahun
2. Kondisi pasien di unit tersebut
3. Rata-rata pasien menginap
4. Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang akan dibutuhkan oleh
masing-masing pasien
5. Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan
6. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing tindakan
perawatan langsung dan tak langsung
2.3.3 Prosedur penghitungan beban kerja
Asri (2006), menyebutkan bahwa secara terperinci prosedur perhitungan
beban kerja tenaga dokter dan perawat dapat dibagi seperti langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Mempersiapkan peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja. Alat
utama yang dipakai adalah :
a. Stop watch yaitu alat mengukur waktu
-
22
b. Alat tulis yang digunakan untuk membuat catatan yang akan berguna
dalam pengukuran
2. Menetapkan metode kerja yang akan digunakan dalam perhitungan beban
kerja terutama menetapkan metode standar seperti menyiapkan susunan
tempat kerja yang akan diteliti, peralatan dan lain-lain.
3. Memilih pekerja yang tepat, berpengalaman dan terlatih dalam bidangnya
atau disebut sebagai pekerja normal
4. Menyiapkan perlengkapan peralatan sehingga pengukuran tidak akan berhenti
di tengah jalan
5. Memperhatikan dan mencatat actual time (waktu nyata) setiap pekerjaan
6. Menghitung waktu normal
7. Menetapkan waktu cadangan (allowance)
8. Menetapkan waktu standar
2.3.4 Pendekatan penghitungan beban kerja
Seperti kita ketahui perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar
di rumah sakit, diperkirakan sekitar 70% personel adalah perawat (Ilyas, 2004).
Dengan dominannya jumlah perawat di rumah sakit , sejumlah peneliti, praktisi,
dan asosiasi telah melakukan riset untuk dapat menghitung tenaga perawat dengan
mengembangkan formula khusus untuk menghitung kebutuhan tenaga perawat.
2.3.4.1 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Berdasarkan Formula Gillies
Menurut Gilles (2006) tindakan keperawatan membagi menjadi tindakan
keperawatan langsung, tidak langsung, dan penyuluhan kesehatan. Arti umum
keperawatan langsung adalah perawatan yang diberikan anggota staf keperawatan
-
23
secara langsung kepada pasien tersebut dan perawatan tersebut dihubungkan
secara khusus kepada kebutuhan fisik dan psikologisnya.
Perawatan tidak langsung adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas
nama pasien tetapi di luar kehadiran pasien yang berhubungan kepada lingkungan
pasien atau keberadaan finansial dan kesejahteraan sosial si pasien, perawatan
tidak langsung termasuk kegiatan seperti perencanaan perawatan, penghimpunan
peralatan dan perbekalan, diskusi dengan anggota tim kesehatan lain, penulisan
dan pembacaan catatan kesehatan pasien, pelaporan kondisi pasien kepada rekan
kerja, dan menyusun sebuah rencana bagi perawatan pasien. Pengajaran kesehatan
mencakup semua usaha oleh anggota staf keperawatan untuk memberitahu, dan
memotivasi pasien dan keluarganya menyangkut perawatan setelah keluar dari
rumah sakit.
2.3.4.2 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Berdasarkan Formula Illyas
Ilyas (2004) mengkatagorikan tindakan keperawatan sebagai berikut :
1. Kegiatan langsung : semua kegiatan yang mungkin dilaksanakan oleh seorang
perawat terhadap pasien, misalnya menerima pasien, anamnesa pasien,
mengukur tanda vital, menolong buang air besar,buang air kecil, merawat
luka, mengganti balutan, mengangkat jahitan, kompres, memberi
suntikan/obat/imunisasi, penyuluhan kesehatan
2. Kegiatan tidak langsung : setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang
berkaitan dengan fungsinya, tetapi tidak berkaitan langsung dengan pasien,
-
24
seperti : menulis rekam medik, mencari kartu rekam medis pasien, meng up-
date data rekam medis, dokumentasi asuhan keeprawatan.
3. Kegiatan tambahan : kegiatan pribadi yaitu semua kegiatan yang berkaitan
dengan kepentingan perawat yang diamati seperti makan, minum, pergi ke
toilet: maupun bagian atau organisasi rumah sakit seperti menginput harga
obat, ngamparah obat.
Untuk menghitung beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini
kecenderungan kita dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari
personel bahwa mereka sangat sibuk dan menuntut diberikan waktu lembur (Ilyas,
2004). Sedangkan untuk menghitung beban kerja personel menurut Ilyas (2004)
ada tiga cara yang dapat digunakan yaitu :
1. Work Sampling
Tehnik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang
dipangku oleh personil pada suatu unit, bidang ataupun jenis tenaga tertentu.
Pada work sampling kita dapat mengamati sebagai berikut :
a. Aktifitas yang sedang dikerjakan personil pada jam kerja
b. Kaitan antara aktifitas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu
jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau
tidak produktif
d. Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam
kerja.
-
25
Langkah-langkah yang dilakukan dalam work sampling adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan jenis personil yang diteliti.
b. Melakukan pemilihan sample bila jumlah personil banyak. Dalam tahap
ini dilakukan simple random sampling untuk mendapatkan presentasi
populasi perawat yang akan diamati.
c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat dan juga kegiatan
langsung yang berkaitan dengan fungsi keperawatan dan kegiatan tidak
langsung.
d. Melatih pelaksana peneliti tentang kegiatan penelitian.
e. Mengamati kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2-15 menit
tergantung kebutuhan peneliti.
f. Pada work sampling yang diamati adalah kegiatan dan penggunaan
waktunya, tanpa memperhatikan kualitas kerjanya (Ilyas, 2004).
4. Study Time and Motion
Tehnik ini dilaksanakan dengan mengamati secara cermat kegiatan
yang dilakukan oleh personil yang sedang diamati. Pada time and motion
study, kita juga dapat mengamati sebagai berikut :
a. Aktifitas yang sedang dikerjakan personil pada jam kerja
b. Kaitan antara petugas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam
kerja.
-
26
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif.
d. Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam time and motion study
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan jenis personil yang diteliti.
b. Menentukan sampel dari perawat yang akan diteliti dengan cara purposive
sampling
c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan
sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif dapat juga kegiatan
langsung yang berkaiatan dengan fungsi keperawatan dan kegiatan tidak
langsung.
d. Melatih pelaksana peneliti tentang kegiatan penelitian.
e. Pengamatan dapat dilakukan selama 24 jam (3 shift) secara terus menerus,
bagaiman perawat melakukan aktivitasnya dan bagaimana kualitasnya
menjadi faktor penting dalam time and motion study. Kualitas kerja dapat
dilihat dari kesesuian antara kegiatan yang dilakukan dengan standar
profesi (Ilyas, 2004).
5. Daily Log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang-
orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk kegiatan tersebut. Penggunaan tehnik ini sangat tergantung pada
kerjasama dan kejujuran dari personel yang diteliti. Dengan meggunakan
-
27
formulir kegiatan dapat dicatat jenis kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan
dilakukan.
2.3.4.3 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Menurut Douglas
Menurut Douglas (dalam Potter dan Perry, 2005) tentang jumlah tenaga
perawat di rumah sakit didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,
sore, dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien. Tingkat
ketergantungan pasien diklasifikasikan berdasarkan teori Dorothea Orem.
Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap
orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.
Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri) (Potter dan Perry, 2005).
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori D. Orem (Nursalam,
2003) yaitu:
1. Minimal Care :
a. Mampu naik turun tempat tidur
b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
g. Mampu buang air kecil dan buang air besar dengan sedikit bantuan
h. Status psikologi stabil
-
28
i. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
j. Operasi ringan
2. Partial Care
a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur
b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk buang air besar dan buang air kecil
(tempat tidur/kamar mandi)
h. Pasca operasi minor (24 jam)
i. Melewati fase akut dari pasca operasi mayor
j. Fase awal dari penyembuhan
k. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
l. Gangguan emosional ringan
3. Total Care
a. Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena atau
Nasal Gastrik Tube.
d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
-
29
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h. Keadaan pasien tidak stabil
i. Perawatan kolostomi
j. Menggunakan WSD
k. Menggunakan alat traksi
l. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
m. Menggunakan alat bantu respirator
n. Pasien tidak sadar
Menurut Douglas (dalam Ilyas, 2004) mengklasifikasikan ketergantungan
pasien berdasarkan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :
a. Keperawatan Mandiri (Self care) : 1-2 jam/hari dimana pasien masih mampu
melakukan pergerakan atau berjalan, makan, mandi maupun eleminasi tanpa
bantuan. Bantuan hanya diberikan terhadap tindakan khusus.
b. Keperawatan Sebagian (Partial Care) : 3-4 jam/hari dimana pasien masih
punya kemampuan sebagian tetapi untuk melakukan pergerakan secara penuh
seperti berjalan, bangun, makan, mandi dan eleminasi perlu dibantu oleh
seorang perawat.
c. Keperawatan Total (Total Care) : 5-7 jam/hari dimana pasien memerlukan
bantuan secara penuh, atau tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat
sangat tinggi, seperti pasien yang tidak sadar, atau yang sangat lemah dan
tidak mampu melakukan pergerakan, mandi dan eleminasi perlu dibantu dan
pada umumnya memerlukan dua perawat.
-
30
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Pasien
Waktu Klasifikasi Kebutuhan Perawat
Pagi Siang Sore
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Douglas (dalam PPE, 2004)
2.3.4.4 SWAT (Subjective Workload Assessment Technique)
Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) pertama kali
dikembangkan oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong
Laboratory, Ohio USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh
seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik
maupun mental yang bermacam-macam dan muncul akibat meningkatnya
kebutuhan akan pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam lingkungan
yang sebenarnya (real world environment). Dalam penerapannya SWAT akan
memberikan penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk
mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.
SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi
dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu
beban waktu (time load), beban mental (mental effort load), dan beban psikologis
(psychological stress load). Masing-masing terdiri dari 3 tingkatan yaitu rendah,
-
31
sedang dan tinggi (Sritomo,2007). Yang dimaksud dengan dimensi secara definisi
adalah sebagai berikut :
1. Time Load : adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas. Beban waktu rendah, beban
waktu sedang, beban waktu tinggi)
2. Mental Effort Load : adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak
usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
tugas (beban usaha mental rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha
mental tinggi)
3. Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan,
frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas (Beban
tekanan psikologis rendah, beban tekanan psikologis sedang, beban tekanan
psikologis tinggi).
Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan, yaitu tahap
penskalaan (scale development) dan tahap penilaian (event scoring). Pada langkah
pertama 27 kombinasi tingkatan tingkatan beban kerja mental diurutkan dengan
dari 27 kartu kombinasi dari urutan beban kerja terendah sampai dengan beban
kerja tertinggi, menurut persepsi masing-masing pekerja. Dalam pengurutan kartu
tersebut tidak ada suatu aturan mana yang benar atau yang salah. Dalam hal ini
pengurutan kartu yang benar adalah yang dilakukan menurut intuisi dan preferensi
yang dipahami oleh responden. Dari hasil pengurutan kemudian ditransformasikan
ke dalam sebuah skala interval dari beban kerja dengan range 0-100 (dapat dilihat
pada tabel 2.1). Pada kedua tahap penilaian sebuah aktivitas atau kejadian akan
-
32
dinilai dengan menggunakan rating 1 sampai 3 (rendah, sedang dan tinggi) untuk
setiap tiga dimensi atau faktor yang ada. Nilai skala yang berkaitan dengan
kombinasi tersebut yang dapat dari tahap penskalaan kemudian dipakai sebagai
beban kerja untuk aktivitas yang bersangkutan (Wignjosoebroto, 2007).
Hasil dari konversi ini maka dapat diketahui beban kerja masing-masing
pekerja, adapun kategori beban kerja dari masing-masing pekerja adalah sebagai
berikut :
1. Beban kerja rendah ratingnya berada di nilai 40 ke bawah
2. Beban kerja sedang jika ratingnya berada pada nilai 41 sampai 60
3. Beban kerja tinggi jika nilai SWAT ratingnya berada di nilai 61 sampai 100
Tabel 2.2. Skala Akhir SWAT
-
33
Menurut Zadry (2007), pengukuran beban kerja dengan metode SWAT
dapat digunakan pada dunia penerbangan, sektor industri, seperti pada pabrik-
pabrik tekstil, pabrik-pabrik (perakitan) kendaraan bermotor, perusahaan penyedia
jasa, dan pabrik-apbrik (perusahaan) yang memerlukan tingkat kecermatan yang
tinggi, sektor perhubungan, seperti untuk meneliti tingkat beban kerja bagi para
pengemudi bus jarak jauh atau para masinis kereta api.
Selain itu Zadry (2007), juga mengungkapkan tentang cara pelaksanaan
SWAT sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pengukuran kepada subjek
(orang) yang akan diteliti.
2. Memberikan kartu SWAT sebanyak 27 kartu yang harus diurutkan oleh
subjek menurut urutan kartu yang menyatakan kombinasi workload yang
terendah hingga tertinggi menurut persepsi ataupun intuisi dari tiap subjek.
3. Melakukan pencatatan urutan kartu yang dibuat oleh subjek, kemudian
didownload di computer-program SWAT sehingga didapatkan nilai dari
SWAT score untuk tiap subjek.
4. Berdasarkan nilai-nilai SWAT tersebut, komputer mengkonversikan
performansi kerja dari subjek tersebut dengan nilai kombinasi dari beban
kerjanya (workload), yang terdiri dari :
a. Time Load (T) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
b. Mental Effort Load (E) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
c. Psychological Stress Load (S) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).
-
34
Bila nilai konversi dari SWAT scale terhadap SWAT rating berada <
40, maka performansi kerja subjek tersebut berada pada level optimal. Bila
SWAT rating-nya berada antara 40-100, maka beban kerjanya (workload)
tinggi, artinya subjek pada saat itu tidak bisa diberikan jenis pekerjaan
tambahan lain.
5. Meng-assess pekerjaan kepada subjek, kemudian ditanyakan apakah
pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat tersebut beban kerjanya
(kombinasi dari Time Load, Mental Effort, dan Stress Load) dikategorikan
sebagai pekerjaan dengan beban kerja rendah (1), menengah (2), atau tinggi
(3) menurut yang bersangkutan.
6. Ulangi kembali langkah 4 untuk melihat apakah pekerjaan tersebut termasuk
ke dalam kategori beban kerja rendah atau beban kerja tinggi, sehingga dapat
diantisipasi langkah selanjutnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maheri (2010) yang menemukan
hubungan yang positif antara beban kerja perawat dengan pendokumentasian
proses asuhan keperawatan (r=0,541, p
-
35
Dalam proses pembentukannya prilaku dipengaruhi oleh beberapa factor
yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Factor-faktor tersebut
antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar,
lingkungan dan sebagainya. Perubahan prilaku dalam diri seseorang dapat
diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan
melalui panca indera. Motivasi yang diartikan sebagai dorongan dalam diri untuk
bertindak untuk mencapai tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk prilaku.
Prilaku dapat juga timbul akibat emosi.
Prilaku dapat berubah dalam individu dengan melalui berbagai mekanisme
dan diakibatkan oleh banyak factor. Menurut teori Hosland (1953) proses
perubahan prilaku sama dengan proses belajar. Yang terdiri dari (Notoatmodjo,
2002).
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolsk. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti sampai di
sini. Tetapi bilastimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia
mengerti stimulus ini dan dilajutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga menjadi
kesediaan untuk bertidak demi stimulus yang telah diterianya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan individu (perubahan prilaku).
-
36
Adapun menurut Kurt Lewin prilaku adalah suatu keadaan yang seimbang
antara factor-faktor kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Prilaku dapat
berubah apabila dalam diri seseorang terdapat:
1. Kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus yang
mendorong terjadinya perubahan prilaku. Stimulus ini dapat berupa
pengetahuan dan pendidikan.
2. Kekuatan penahan/menurun
3. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan
Prilaku manusia sangatlah komplek, dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan,
membagi prlaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-
kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Ketiga domain
prilaku tersebut meliputi ranah kognitif (cognitive domain), ranah afaktif
(affaktive domain) dan ranah psikomotor (pcychomotor domain).
Terbentuknya suatu prilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai
pada domain kognitif, dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
yang berupa materi atau obyek yang di luarnya sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subyek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon
batin dalam bentuk sikap subyek terhadap obyek yang diketahuinya itu. Akhirnya
rangsangan, yakni obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut,
akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap
atau sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi. Namun demikian di dalam
kenyataannya stimulus yang diterima oleh si subyek dapat langsung menimbulkan
-
37
tindakan. Artinya seseorang dapat bertidak atau berprilaku baru tanpa terlebih
dahulu mengetahui makanan dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain
tindakan (action) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
Model pendekatan prilaku dari Lowrend Green (1980) menyebutkan
bahwa prilaku individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
(Notoatmodjo, 2002) :
1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors) adalah faktor yang mendahului
prilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berprilaku, berupa
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan faktor demografi (status ekonomi,
umur, jenis kelamin, besar keluarga).
2. Faktor pendukung (enabling factor) adalah faktor yang memungkinkan
motivasi atau keinginan terlaksana termasuk lingkungan fisik (dan atau
tidaknya fasilitas/sumber daya).
3. Factor pendorong (Reinforcing Factor) adalah faktor yang memperkuat
perubahan prilaku seseorang yang dapat diakibatkan adanya sikap, prilaku
petugas maupun tokoh masyarakat.
Model lain untuk mempelajari sikap individu terhadap suatu hal yang baru
adalah teori inovation decision proscess yang terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Tahap pengertian (knowledge)
Pada tahap ini individu memperkenalkan akan adanya sesuatu yang baru
(inovasi) dan individu lalu memperoleh pengertian tentang inovasi tersebut.
2. Tahap persuasi (persuation)
-
38
Setelah mengenal dan mempunyai sedikit pengertian tentang inovasi yang
diperkenalkan kepadanya, maka dalam individu tersebut akan tumbuh sikap
positif atau negatif terhadap inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan (decision making)
Sesudah individu mempunyai sikap positif atau negatif, tertarik atau tidak
tertarik, maka pada individu tersebut sampai pada tahap ini harus memutuskan
apakah ia menolak tau menerima inovasi tersebut.
4. Tahap pemantapan
Pada tahap ini individu mencari informasi-informasi lebih lanjut sehubungan
dengan keputusan yang telah diambil. Kalau misalnya pada tahap
pengambilan keputusan ia telah memutuskan untuk menerima inovasi tersebut,
maka pada tahap ini ia akan masih bertanya-tanya kepada orang-orang yang
mempunyai pengalaman tentang inovasi tersebut untuk meyakinkan dirinya,
apakah keputusan yang diambil sudah tepat. Jadi tahap ini adalah pemantapan
keputusan yang diambil.
2.5 Perubahan Prilaku
Perubahan prilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam diri individu
menjadi prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai individu tersebut atau dari prilaku
negatif ke prilaku positif (Notoatmodjo, 2003).
-
39
2.6 Pembinaan Prilaku
Pembimaam terutama ditujukan kepada individu petugas kesehatan agar
mempertahankan pencatatan dalam pendokumentasian setelah melakukan
intervensi, prilaku ini agar tetap dipertahankan.
2.7 Pengembangan Prilaku
Pengembangan prilaku ditujukan untuk membiasakan dalam penulisan
dokumentasi setelah intervensi tiga factor yang mempengaruhi prilaku tersebut
(Green,1980) adalah :
2.8 Dokumentasi Asuhan Keperawatan
2.8.1 Pengertian
Menurut Tupalan 1983 adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti secara hukum. Menurut Fisbach 1981 adalah suatu dokumen yang
berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan tetapi
juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Menurut
Effendi 1995 merupakan informasi keperawatan dan kesehatan pasien yang
dilakukan perawat sebagai pertanggung jawaban terhadap pelayanan
asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Dari beberapa difinisi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi asuhan
keperawatan adalah :
2.8.2 Informasi yang mencakup aspek bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi
pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh.
-
40
2.8.3 Informasi yang diperoleh menjadi dasar bagi penegakan diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan
dan menjadi dasar umpan balik selanjutnya.
2.8.4 Informasi disusun secara sistimatis dalam format yang telah disepakati dan
dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral dan hukum.
2.9 Komponen Model Dokumentasi Keperawatan
Komponen model dokumentasi yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu
ketrampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses
keperawatan dan standar dokumantasi. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat
dalam memperoleh data yang relevan dan meningkatkan kualitas
pendokumentasian keperawatan.
2.9.1 Keterampilan berkomunikasi
Perawat harus memberikan pendapat dan pemikirannya serta
menerima pendapat dan pemikiran perawat lain setiap kali melihat
dokumantasi keperawatan. Agar pendapat dan pemikirannya dapat
disampaikan dengan baik, perawat memerlukan keterampilan dalam
menulis. Keterampilan komunikasi yang baik memungkinkan perawat
untuk mengomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya. Jika
pendokumentasian dilakukan secara konsisten maka dokumentasi tersebut
harus meliputi komponen riwayat keperawatan yaitu masalah yang terjadi
saat dini maupun yang akan datang, masalah actual dan potensial,
perencanaan dan tujuan saat ini dan yang akan datang, pemeriksaan,
pengobatan, promosi kesehatan dan evaluasi tujuan keperawatan.
-
41
2.9.2 Keterampilan Mendokumentasikan Proses Keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mendokumentasikan
proses keperawatan. Pendokumensian merupakan metode yang tepat
untuk mengambil keputusan yang sistimatis.
Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pendokumentasian
proses keperawatan yang efektif menggunakan standar terminology
(pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi),
mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang bermanfaat,
menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan klasifikasi dan analisis
yang akurat, mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan,
mendokumentasikan hasil observasi, mendokumentasikan evaluasi sesuai
dengan urutan waktunya serta merevisi rencna asuhan keperawatan
berdasarkan hasil yang diharapkan.
2.9.3 Standar dokumentasi
Menurut Fisbach 1991 standar dokumentasi adalah suatu
pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan
adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi
keperawatan.
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat
pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman ptaktis
pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. Fakta
-
42
tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukan pada
ketrampilan penulisan sesuai dengan standar dokumentasi yang konsisten,
pola yang efektif, dan akurat.
Yang diksudkan efektif dan akurat yaitu; pendokumantasian
ditetapkan oleh profesi atau pemerintah dengan men