unud-861-213679276-i gst a a putri mastini_1192161019

download unud-861-213679276-i gst a a putri mastini_1192161019

of 159

description

beban. kerja

Transcript of unud-861-213679276-i gst a a putri mastini_1192161019

  • TESIS

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN

    PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

    I GST A A PUTRI MASTINI

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 2013

  • TESIS

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN

    PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

    I GST A A PUTRI MASTINI NIM. 1192161019

    PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 2013

  • ii

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN

    PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN IRNA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Magister

    Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana

    I GST A A PUTRI MASTINI NIM. 1192161019

    PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 2013

  • iii

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 19 Juli 2013

    Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. dr. NT. Suryadhi, MPH. PhD. Dra. Alit Suryani, M. Kes NIP. 19430215 1969021 001 NIP. 19590602 198403 2 001 Mengetahui Direktur Ketua Program Studi Magister IKM Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana, Prof. dr. D.N Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi. Sp.S (K) NIP. 19481010 197702 1 001 NIP.19590215 198510 2 001

  • iv

    Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

    oleh Panitia Penguji pada

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    pada Tanggal 4 2 2013

    Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

    No. : 0195/UN 14.4/HK/2013 Tanggal 4 2 2013

    Panitia Penguji Penelitian Tesis adalah :

    Ketua : Prof. dr. NT. Suryadhi, MPH, PhD.

    Anggota :

    1. Dra. Alit Suryani, M. Kes

    2. Dr. Adnyana Sudibya, SE, Ak, M. Kes

    3. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M. Kes

    4. Dr. I Putu Ganda W, S. sos, M.M.

  • v

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : I GST A A PUTRI MASTINI

    NIM : 1192161019

    Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Judul Tesis/ : Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Beban Kerja

    Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan

    Keperawatan Irna Di Rumah Sakit Umum Pusat

    Sanglah Denpasar.

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

    Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

    Perundang-undangan yang berlaku.

    Denpasar, Juli 2013

    Yang membuat pernyataan

    I GST A A PUTRI MASTINI

  • vi

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

    Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat

    diselesaikan. Tesis ini merupakan tugas akhir yang dibuat sebagai salah satu

    syarat menyelesaikan Program Pendidikan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

    Denpasar.

    Penulis menyadari tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangan pikiran,

    dorongan semangat dan bantuan dari semua pihak, tugas akhir ini tidak akan

    terlaksana dengan baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis

    menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan

    setinggi-tingginya kepada :

    1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD, selaku Rektor Fakultas

    Kedokteran Universitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada

    penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

    2. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp OT (K) M.Kes, selaku dekan Fakultas

    Kedokteran Univesitas Udayana, yang telah memberikan kesempatan kepada

    penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

    di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

    3. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Selaku Direktur Program

    Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, yang telah memberikan

  • vii

    kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Studi Magister Ilmu

    Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

    4. Profesor dr. DN. Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar, guru dan panutan,

    yang telah memberikan semangat, kesempatan, petunjuk, bimbingan dan

    arahan sejak mulai pendidikan sampai akhir pendidikan penulis.

    5. Profesor dr. NT. Suryadhi, MPH.PhD., selaku Pembimbing I, guru dan

    panutan yang telah memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk serta

    semangat yang tak terhingga sejak awal penyusunan rancangan penelitian

    hingga akhir penyusunan tesis ini.

    6. Dra. Alit Suryani, M.Kes., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan

    arahan, bimbingan dan petunjuk serta semangat yang tak terhingga sejak awal

    penyusunan rancangan penelitian hingga akhir penyusunan tesis ini.

    7. Dr. Wayan Sutarga, MPHM, Direktur RSUP Sanglah Denpasar, yang telah

    memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan melakukan

    penelitian di RSUP Sanglah Denpasar,

    8. dr. Ni Luh Dharma Kerti Natih, MHSM dan seluruh staf Rekam Medik RSUP

    Sangkah Denpasar yang telah memberikan informasi, bantuan dan

    kemudahan-kemudahan yang diberikan dalam penelitian ini.

    9. dr. I Gst. Ag. Bgs. Krisna Wibawa, SPB sebagai Instalasi IGD (MS dan

    Ratna) RSUP Sanglah Denpasar yang telah memberikan kesempatan,

    petunjuk, bimbingan dan arahan sejak awal sampai akhir pendidikan penulis.

  • viii

    10. Drg. Triputro Nugroho, M.Kkes., selaku Direktur Sumber Daya Manusia

    RSUP Sanglah Denpasar yang memberikan kesempatan untuk mengikuti

    pendidikan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di

    Universitas Udayana Denpasar.

    11. Semua staf Ruang Medical Surgical Rumah Sakit Pusat Sanglah Denpasar

    atas masukan, bimbingan, dorongan dan bantuannya, pengertian dan

    kerjasama yang baik selama dalam penyusunan tesis ini.

    12. Semua sampel penelitian atas kesediaan dan kerelaannya untuk ikut

    berpartisipasi selama penelitian berlangsung.

    13. Ayahanda A.A. Ketut Sujana (alm) dan Ibunda A.A. Putu Sari yang telah

    membesarkan, mendidik, memberikan semangat dukungan, doa restu dan

    cinta yang tidak terkira selama ini dan selama menjalankan penelitian ini.

    14. Kakanda : A.A. putu Suwela, A.A. Md. Suryani yang telah memberikan rasa

    cinta, dorongan dan semangat dalam menjalani proses pendidikan dan

    penelitian hingga berakhir.

    15. Khususnya kepada suami tercinta A.A. Raka Suardana, serta anak-anak yang

    sangat saya cintai A.A. Pt. Chyntia P.S dan A.A. Md. Ananda P.S atas

    pengertian, pengorbanan, kesabaran dan ketabahannya selama ini serta

    dorongan semangat yang tiada henti-hentinya selama penulis menjalani dan

    menyelesaikan pendidikan ini.

    16. Semua pihak yang telah membantu yang belum tercantum namanya di atas.

    Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa membalas

    budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Kiranya penulis mendapat

  • ix

    kekuatan dan selalu dalam karunia-Nya untuk dapat mengamalkan semua ilmu

    yang penulis peroleh bagi sesama.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya akhir ini jauh dari sempurna

    dan masih banyak kekurangan, namun demikian besar harapan penulis semoga

    apa yang terkandung didalamnya akan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada

    umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya.

    Denpasar, Juli 2013

    Penulis

  • x

    ABSTRAK

    HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN BEBAN KERJA DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN

    KEPERAWATAN IRNA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

    Beban kerja perawat sangat berpengaruh terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang medical surgical RSUP Sanglah Denpasar, beban kerja sebgian besar tergolong katagori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang. Kurang lengkapnya pendokumentasian disebabkan oleh beban kerja yang tinggi serta terbatas sumberdaya yang ada, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, beban kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

    Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Sampel adalah perawat rawat inap yang ada di ruang Medical Surgical dan Ratna RSUP Sanglah Denpasar yang telah memenuhi kreteria. Jumlah sampel adalah 76 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Data dikumpulkan menggunakan koesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji Chi Square dan multivariate (regresi logistik) Subjek penelitian sebagian besar 44 (57,9%) berumur 31-40 tahun, berpendidikan D3 keperawatan 50 ( 65,8%), masa kerja 39 (51,3%) 6-10 tahun, pengetahuan baik 54 (71,1%), sikap positif 54 (71,1%).

    Hasil uji bivariat : pengetahuan baik dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai sebanyak 83,3% pengetahuan kurang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai 86,4%, sikap positif dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 100%, sikap negative dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 88,9%. Pengetahuan, sikap berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian (p

  • xi

    ABSTRACT

    RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND WORK LOAD WITH DOCUMENTING COMPREHENSIVENESS OF NURSING CARE IN IRNA

    RSU SANGLAH DENPASAR

    Nurse workload is very influential on the documenting comprehensiveness of nursing care in medical surgical space RSU Sanglah Denpasar, the work load included most in high-level categories (70%) and 30% belong to average categories. Lack of comprehensive in documenting due to high workload and the limited resources available, this study aimed to determine the relationship of knowledge, attitude, and work load with inpatient nursing care documentation of Main General Hospital Sanglah Denpasar.

    The study design used was a "cross sectional". Samples are inpatient nurse in the Medical Surgical and Ratna Hospital Sanglah who have met the criteria. The number of samples is 76 persons. Selections of samples are done with accidental sampling method. Data were collected using koesioner and the results were analyzed with chi square tests and multivariate (logistic regression). Most of the research subjects are: 44 (57.9%) aged 31-40 years, 50 (65.8%) are educated in nursing D3, 39 (51, 3%) period of work 6-10 years, 54 (71.1%) good knowledge, 54 (71.1%) a positive attitude.

    Bivariate test results: good knowledge with appropriate comprehensive documentation about 83.3% , lack of knowledge with inappropriate comprehensive documentation about 86.4%, positive attitude with appropriate comprehensive documentation about 100%, negative attitudes with appropriate comprehensive documentation about 88.9%. Knowledge and attitudes are relate to documenting comprehensiveness (p

  • xii

    RINGKASAN PENELITIAN

    Hubungan Pengetahuan,Sikap,Beban Kerja Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan IRNA Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

    Denpasar Tahun 2013

    Oleh : I GST A.A Putri Mastini,

    Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung ke pasien. Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan. Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di bidang kesehatan. Dalam rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan aman(Handayaningsih,2009). Dokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien,tanpa dokumentasi yang benar dan jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit.(Nursalam,2011) Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah tenaga keperawatan yang bertugas di instalasi rawat inap A,B,C dan D sebanyak 316 orang. sisanya bertugas tersebar di ruang operasi, instalasi gawat darurat, ruang intensif dan poliklinik. Dari 316 orang di Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar dengan latar belakang pendidikan, Sekolah Pendidikan Kesehatan 25 orang, D3 Keperawatan 221 orang, D4 Gawat darurat 50 orang, S1 Keperawatan 20 orang. Perbandingan sumber daya manusia dalam merawat pasien di ruang rawat inap dapat disimpulkan 1 perawat merawat 3-5 pasien yang artinya dalam setiap shif yang seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 282/Menkes/Per/VII/1997 dengan rasio 1:1 yang artinya satu orang perawat merawat satu orang pasien.

    Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (Menteri Aparatur Negara, 2004). Berdasarkan pengamatan awal yang di lakukan di ruang medical surgical Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, mendapatkan data bahwa jumlah perawat jaga di ruang medical surgical berjumlah 25 orang dan terbagi dalam 3 shift kerja dimana 10 orang pada shif pagi, 6 orang pada shif sore dan malam, setiap shift terdapat satu orang perawat primer yang bertugas sebagai manajerial pada setiap shif. Ruang medical surgical merupakan ruangan intermediet yang

  • xiii

    tingkat ketergantungan tinggi, karena membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih spesifik merawat kasus bedah, neuro dan interna yang memerlukan observasi ketat. Dengan rasio perawat dengan pasien pada shif pagi adalah 1:4, shift sore dan malam 1:6 dengan rentang waktu untuk shif tujuh jam,shif sore Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi terhadap 10 orang perawat yang bertugas di ruang medical surgical rumah sakit umum pusat sanglah denpasar dengan menggunakan skala akhir SWAT secara subyektif, diperoleh bahwa beban kerja di ruang medical surgical sebagian besar tergolong kategori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang.sehingga penulis tertarik untuk meneliti apakah pengetahuan, sikap, beban kerja perawat berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna dan Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diduga pengetahuan,sikap dan beban kerja berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan beban kerja perawat dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian, serta dapat mengevaluasi penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan dan bebas dari tuntutan hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan persaingan nasional maupun internasional.

    Metoda penelitian adalah penelitian observasional yakni dengan hanya mengamati tanpa melakukan perlakuan pada obyek penelitian. menurut waktunya adalah cross sectional yakni pengamatan hanya dilakukan pada suatu saat saja. Menurut analisanya merupakan penelitian analitik yaitu hubungan antara, pengetahuan, sikap dan beban kerja dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di rawat inap Ratna, Medical Surgical pada Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar yang berjumlah: 76 orang. Penelitian bulan Mei 2013 Juni 2013. Penentuan sumber data yaitu data primer yang diperoleh dari perawat yang bertempat tugas di ruang rawat inap Ratna dan Medical Surgical Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan baik dengan pendokumentasian sesuai sebanyak 83,3% dan responden dengan pengetahuan kurang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 86,4% Pengetahuan berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05).Responden sikap positf dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai 100% dan responden sikap negative dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 88,9%. Sikap berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05). Responden beban kerja ringan dengan kelengkapan pendokumentasian sesuai sebanyak 90,4%, sedangkan responden beban kerja sedang dengan kelengkapan pendokumentasian tidak sesuai sebanyak 95,8% beban kerja berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan (P< 0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas yang paling berhubungan

  • xiv

    dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar adalah beban kerja dengan nilai p = 0,004, dengan nilai OR sebesar 44. Mengingat adanya hubungan ketiga variabel bebas di atas dengan kelengkapan pendokukentasian maka penulis menyarankan pentingnya mengevaluasi ulang beban kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, karena masih ditemukannya tingkat beban kerja kategori sedang. Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada unit-unit keperawatan lainnya, sehingga hasilnya dapat digenaralissi.

  • xv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SAMPUL DALAM.................................................................................. i PRASYARAT GELAR ............................................................................ ii LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................... v UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi ABSTRAK .............................................................................................. x ABSTRACT ............................................................................................ xi RINGKASAN .......................................................................................... xii DAFTAR ISI ........................................................................................... xv DAFTAR TABEL ................................................................................... xix DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xx DAFTAR SINGKATAN ......................................................................... xxi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xxii BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian........................................................... 7

    1.3.1 Tujuan Umum ..................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................... 8

    1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 8 1.4.1 Manfaat Praktis ................................................. 8 1.4.2 Manfaat Teoritis ................................................ 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 10 2.1 Pengetahuan .............................................................. 10 2.2 Sikap ............................................................................ 13 2.2.1 Tingkatan sikap ................................................... 14 2.2.2 Ciri sikap ............................................................. 15 2.3 Beban Kerja ................................................................. 19

  • xvi

    2.3.1 Pengertian beban kerja ......................................... 19 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja ..... 21 2.3.3 Prosedur penghitungan beban kerja ....................... 21 2.3.4 Pendekatan penghitungan beban kerja ................... 22 2.4 Prilaku ......................................................................... 34 2.5 Perubahan Prilaku ......................................................... 38 2.6 Pembinaan Prilaku ....................................................... 39 2.7 Pengembangan Prilaku ................................................. 39 2.8 Dokumentasi Asuhan Keperawatan ............................... 39 2.9 Komponen Model Dokumentasi Keperawatan ............... 40 2.10 Tujuan Utama Pendokumentasian Asuhan Keperawatan . 42 2.11. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan .................. 43 2.12 Instrument Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan ................................................................... 45 2.13 Teknik Pencatatan ........................................................ 47 2.13.1. Jenis-jenis Pencatatan/Dokumentasi ................... 47 2.13.2 Trend dan Perubahan yang Berdampak Terhadap Dokumentasi ..................................................... 49 2.13.3 Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan..................................................... 52 2.13.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian ........................................... 54 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP

    DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................... 57

    3.1 Kerangka Berpikir ........................................................ 57

    3.2 Kerangka Konsep ......................................................... 58

    3.3 Hipotesis ...................................................................... 59

    BAB IV METODELOGI PENELITIAN .............................................. 60

    4.1 Desain Penelitian .......................................................... 60

    4.2 Lokasi Penelitian ........................................................... 60

  • xvii

    4.3 Populasi ........................................................................ 61

    4.4 Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian ...................... 61

    4.5 Variabel Penelitian ....................................................... 62

    4.6 Definisi Operasional ..................................................... 62

    4.7 Prosedur Penelitian ....................................................... 64

    4.8 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ............................ 64

    BAB V HASIL PEMBAHASAN ........................................................ 67

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................. 67

    5.2 Karakteristik Sampel ..................................................... 68

    5.3 Penguji Instrumen Penelitian ......................................... 69

    5.4 Deskripsi Variabel Penelitian ........................................ 70

    5.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Kelengkapan

    Pendokumentsian Asuhan Keperawatan ........................ 72

    5.6 Hubungan Sikap Dengan Kelengkapan

    Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 73

    5.7 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 73 5.8 Variabel Yang Paling Berhubungan dengan Kelengkapan

    Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ....................... 74

    BAB VI PEMBAHASAN .................................................................... 75

    6.1 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kelengkapan

    Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..................... 75

    6.2 Hubungan Antara Sikap Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .................... 76

    6.3 Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan ..................... 78 6.4 Variabel Bebas Yang Paling Dominan Berhubungan

    Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan

    Keperawatan ..................................................................... 79

  • xviii

    BAB VII PENUTUP ............................................................................ 81

    7.1 Kesimpulan .................................................................. 81

    7.2. Saran ............................................................................. 81

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Pasien ........................................................ 30

    Tabel 2.2. Skala Akhir SWAT............................................................... 32 Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di RSUP Sanglah

    Denpasar tahun 2013 ........................................................... 68 Tabel 5.2. Hasil Uji Reabilitas Variabel ................................................ 70 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Asuhan Keperawatan ........................................................................ 71 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap ...................................... 71 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Beban Kerja ........................... 71 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Pendokumentasian Asuhan

    Keperawatan......................................................................... 72 Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Dengan Kelengkapan

    Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .............................. 72 Tabel 5.8 Hubungan Sikap Dengan Kelengkapan Pendokumentasian

    Asuhan Keperawatan ............................................................ 73 Tabel 5.9 Hubungan Beban Kerja Dengan Kelengkapan

    Pendokumentasian Asuhan Keperawatan .............................. 73 Tabel 5.10 Nilai Standard Error, Exp (B), CI dan Nilai P value Variabel

    Bebas Yang Berhubungan dengan Kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan ................................ 74

  • xx

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ..................................................... 58 Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................... 60

  • xxi

    DAFTAR SINGKATAN

    BAB = Buang Air Besar

    BAK = Buang Air kecil

    BLU = Badan Layanan Umum

    DEPKES = Departemen Kesehatan

    DRG = Diagnosis Related Group

    IRNA = Instalasi Rawat Inap

    JCI = Join Comition International

    MS = Medical Surgical

    POR = Problem Oriented Methol

    RI = Republik Indonesia

    RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

    RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat

    SPK = Sekolah Pendidikan Kesehatan

    SWAT = Subjektive Work Assesent Technique

    UU = Undang-Undang

    WSD = Water Sealed Drainage

  • xxii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Persetujuan responden

    Lampiran 2 : Informed consent

    Lampiran 3 : Lembaran instrument

    Lampiran 4 : Uji validitas dan reabilitas

    Lampiran 5 : Hasil uji statistik penelitian

    Lampiran 6 : Penyerahan ethical chearance

    Lampiran 7 : keterangan kelaikan etik

    Lampiran 8 : Surat rekomendasi penelitian

    Lampiran 9 : Poto Tempat Kegiatan Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pendokumentasian merupakan unsur pokok dalam pertanggung jawaban

    kinerja profesi keperawatan setelah melakukan intervensi keperawatan langsung

    kepada pasien. Munculnya perkembangan dan paradigma baru rekam medis dan

    asuhan keperawatan sebagai manajemen informasi di bidang kesehatan

    merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan

    perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan.

    Hal ini membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan

    pengetahuan, termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen di

    bidang kesehatan. Dokumentasi asuhan keperawatan dikaitkan dengan adanya

    paradigma baru sebagai pusat informasi dan komunikasi, praktisi inginkan akan

    pengertian tentang peranan yang benar dalam dunia pelayanan kesehatan. Dalam

    rangka peningkatan pelayanan di rumah sakit perlu didukung dengan sistem

    pengelolaan dokumen asuhan keperawatan yang baik, benar dan

    aman(Handayaningsih,2009).

    Globalisasi mengakibatkan tingginya kompetisi di sektor kesehatan

    khususnya pada pendokumentasian di bidang kesehatan. Tingginya tuntutan

    masyarakat baik Nasional maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan

    kesehatan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan yang baik, tepat, cepat, aman

    serta transparan dalam penulisan hasil intervensi merupakan indikator mutu

    pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan antar rumah sakit baik swasta,

  • 2

    2

    pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin leluasa berkembang. Untuk

    bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas terhadap pelayanan di rumah

    sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan asing, rumah sakit harus

    memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat, tepat, akurat,

    bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya, 2005).

    Supremasi hukum dengan berlakunya UU No. 23 tahun 1992 tentang

    kesehatan, peraturan pemerintah No. 23 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan,

    peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749a/Menkes/PER XII/1989 tentang rekam

    medis dan UU N0. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menuntut

    pengelola rumah sakit lebih transparan, berkualitas dan memperhatikan

    kepentingan pasien (RSUP Sanglah, 2011).

    Menurut Tungpalan (1983) dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat

    dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan proses

    pendokumentasian adalah merupakan pekerjaan atau merekam peristiwa baik dari

    obyek maupun memberi jasa yang dianggap berharga dan penting

    (Handayaningsih, 2009).

    Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan

    dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan

    jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang

    perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya

    peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien

    di rumah sakit. (Nursalam, 2011)

  • 3

    3

    Temuan di rumah sakit menunjukkan formulir dokumentasi keperawatan

    yang telah disiapkan tidak tuntas atau tidak terisi lengkap. Ditemukan rata-rata

    perbulan rekam medis yang tidak lengkap antara 5 sampai 10 rekam medis setelah

    pasien pulang rawat inap di IRNA. Beberapa hal yang sering menjadi alasan

    petugas antara lain, banyak kegiatan-kegiatan di luar tanggung jawab perawat

    menjadi beban yang dikerjakan oleh profesi keperawatan. Sistem pencatatan yang

    diajarkan terlalu sulit dan banyak menyita waktu. Tidak semua tenaga perawat

    yang ada di institusi pelayanan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama

    di dalam penulisan untuk membuat dokumentasi keperawatan sesuai dengan

    standar yang ditetapkan. Tenaga keperawatan yang ada berasal dari berbagai

    jenjang pendidikan keperawatan (SPK, D3, D4, S1) dari rentang waktu lulusan

    yang sangat berbeda. Perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan

    limpahan wewenang. Formulir tidak praktis sehingga terjadi penulisan yang

    tumpang tindih.

    Asuhan keperawatan di rumah sakit dilaksanakan oleh tenaga sumber daya

    manusia yang professional dengan tingkat pendidikan D3 Keperawatan dan

    sebagian kecil dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan. Di Rumah Sakit

    Umum Pusat Sanglah Denpasar, jumlah tenaga keperawatan yang bertugas di

    instalasi rawat inap A,B,C dan D sebanyak 316 orang. sisanya bertugas tersebar di

    ruang operasi, instalasi gawat darurat, ruang intensif dan poliklinik. Dari 316

    orang di rumah sakit umum pusat denpasar dengan latar belakang pendidikan,

    Sekolah Pendidikan Kesehatan 25 orang, D3 Keperawatan 221 orang, D4 Gawat

    darurat 50 orang, S1 Keperawatan 20 orang.

  • 4

    4

    Perbandingan sumber daya manusia dalam merawat pasien di ruang rawat

    inap dapat disimpulkan 1 perawat merawat 3 sampai 5 pasien yang artinya dalam

    setiap shif yang seharusnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.

    282/Menkes/Per/VII/1997 dengan rasio 1:1 yang artinya satu orang perawat

    merawat satu orang pasien.

    Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus

    dicapai dalam satu satuan waktu tertentu (Menteri Aparatur Negara, 2004).

    Perawat merupakan tenaga profesional yang memberikan asuhan keperawatan

    yang merupakan fungsi perawat sebagai care giver. Selain itu, dalam memenuhi

    kebutuhan psikologis pasien, perawat juga harus berperan sebagai educator

    seperti pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien serta masih banyak fungsi

    lain yang bisa dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

    kepada pasien. Dalam memenuhi peran dan fungsinya di rumah sakit, perawat

    dituntut untuk bekerja secara efektif, efisien serta memenuhi kebutuhan pasien

    yang komprehensif yang mencakup bio-psiko-sosial-spiritual (Gafar, 2002).

    Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan di ruang medical surgical

    Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar didapatkan data bahwa jumlah

    perawat jaga di ruang medical surgical berjumlah 25 orang dan terbagi dalam 3

    shift kerja dimana 10 orang pada shif pagi, 6 orang pada shif sore 6 orang pada

    shif malam, dan terdapat 3 orang perawat primer yang bertugas sebagai manajerial

    pada setiap shif. Ruang medical surgical merupakan ruangan intermediet yang

    merawat kasus bedah, neuro dan interna yang memerlukan observasi ketat.

    Dengan rasio perawat dengan pasien pada shif pagi adalah 1:4, shift sore dan

  • 5

    5

    malam 1:6 dengan rentang waktu untuk shif tujuh jam,shif sore tujuh jam dan shif

    malam 12 jam, sedangkan standarnya adalah 1:1 setiap pergantian shif.

    Kondisi pasien di ruang medical surgical termasuk pada kelompok dengan

    ketergantungannya tinggi, karena membutuhkan perhatian dan bantuan yang lebih

    spesifik dibandingkan pasien-pasien lain serta keadaan umum pasien dengan

    observasi yang ketat. Berdasarkan formula Douglas maka seharusnya jumlah

    perawat pagi untuk 36 pasien di ruang medical surgical adalah sebanyak 12 orang,

    siang 11 orang dan malam sebanyak 7 orang. Jika dilihat dari kondisi yang ada di

    ruang medical surgical hal tersebut menggambarkan bahwa kondisi tenaga

    perawat di ruang medical surgical kurang sehingga beban kerja perawat bisa

    dikatakan overload.

    Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara dan observasi terhadap

    10 orang perawat yang bertugas di ruang medical surgical rumah sakit umum

    pusat sanglah denpasar dengan menggunakan skala akhir SWAT secara subyektif,

    diperoleh bahwa beban kerja di ruang medical surgical sebagian besar tergolong

    kategori tingkat tinggi (70%) dan 30% tergolong sedang.

    Beban kerja perawat tidak hanya merawat pasien saja yaitu kegiatan

    langsung, tetapi juga kegiatan tak langsung yang tak kalah penting seperti

    melengkapi dan melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan dan catatan

    medik yang terperinci. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan

    dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang

    berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan

    pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

  • 6

    6

    tertulis dengan tanggung jawab perawat dan merupakan bagian dari pelaksanaan

    asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dan

    memilliki nilai hukum yang sangat penting (Hidayat, 2001).

    Untuk pelaksanaan proses pendokumentasi asuhan keperawatan dalam

    upaya peningkatan mutu pelayanan di masing-masing rawat inap maka telah

    disiapkan berupa standar asuhan keperawatan DepKes tahun 1994, standar

    prosedur operasional rumah sakit umum pusat sanglah denpasar, serta kebijakan-

    kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar,

    format baku instrument penerapan berupa cek lis dan formulir, namun masih ada

    pendokumentasian pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang belum

    lengkap terisi.

    Hasil pada rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar

    tentang pendokumentasian pasien pulang dan meninggal di ruangan rawat inap

    untuk rekam medis yang tidak lengkap lebih dari 7 hari pada tahun 2012,

    diperoleh tertinggi pada bulan Februari sebesar 1,28%. Sedangkan jumlah rekam

    medis tidak lengkap lebih dari 30 hari setelah pasien pulang dan meninggal di

    ruang rawat inap pada tahun 2012, diperoleh sebesar 0,74% pada bulan Februari.

    Hasil supervisi evaluasi keperawatan kepada perawat di ruang rawat diperoleh

    kelengkapan dokumentasi tidak lengkap secara optimal disebabkan

    pendokumentasian asuhan keperawatan disebutkan dengan alasan formulir yang

    ada kurang sederhana, belum tersosialisasi dengan baik dan benar tentang cara

    pengisian, dirasakan menyita waktu dan menghambat pelayanan dalam proses

    penulisan dokumen, dan pemahaman petugas.

  • 7

    7

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

    apakah pengetahuan, sikap dan beban kerja perawat berhubungan dengan

    pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna dan Medical

    Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

    1. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kelengkapan pendokumentasian

    asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah

    Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ?

    2. Apakah ada hubungan sikap dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan

    keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit

    Umum Pusat Sanglah Denpasar ?

    3. Apakah ada hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

    pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna, Medical

    Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

    pengetahuan, sikap, dan beban kerja perawat dengan kelengkapan

    pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna,

    Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

  • 8

    8

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat dengan

    kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat

    inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sangalah

    Denpasar.

    2 Untuk mengetahui hubungan antara sikap perawat dengan

    kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat

    inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

    Denpasar.

    3 Untuk megetahui hubungan beban kerja perawat dengan kelengkapan

    pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Ratna,

    Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

    4 Untuk mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan

    kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat

    inap Ratna, Medical Surgical di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

    Denpasar.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Praktis

    Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

    kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang bisa digunakan

    sebagai bahan pustaka dan acuan peneliti selanjutnya. Serta dapat

    mengevaluasi penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan

    keperawatan dan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan

  • 9

    9

    dan bebas dari tuntutan hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan

    persaingan nasional maupun internasional.

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam

    melaksanakan penelitian khususnya penelitian mengenai evaluasi

    penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan terhadap pengetahuan,

    sikap, dan beban kerja perawat di ruang rawat inap Ratna, Medical

    Surgical pada Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terhadap

    suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni

    indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan

    merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

    Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

    Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal dan informal

    (Notoatmodjo, 2003).

    Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

    yang tidak didasari oleh pengetahuan. Namun peningkatan pengetahuan tidak

    selalu menggambarkan perubahan perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi

    perilaku seseorang adalah pengetahuan dan sikap, namun pembentukan perilaku

    itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan hal tersebut tapi masih dipengaruhi oleh

    banyak faktor yang sangat kompleks (Notoatdmodjo, 2003).

    Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam

    tingkatan yaitu :

    2.1.1 Tahu

    Adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Termasuk ke dalamnya adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang

  • 11

    spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

    diterima.

    2.1.2 Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar,

    objektif yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

    secara benar.

    2.1.3 Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

    2.1.4 Analisis

    Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek ke dalam suatu

    komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

    tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    2.1.5 Sintesis

    Suatu kemampuan untuk meletakkan suatu hubungan bagian-bagian di

    dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

    menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang telah ada.

    2.1.6 Evaluasi

    Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

    Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang (perilaku) dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan

    akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

  • 12

    Rogers mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru dalam

    diri seseorang akan terjadi proses yang berurutan yaitu :

    1. Awareness (kesadaran)

    Di mana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

    terhadap stimulus.

    2. Interest

    Subyek mulai tertarik terhadap stimulus atau subyek tersebut.

    Di sini sikap subyek sudah mulai timbul.

    3. Evaluation

    Pada tahap ini subyek mulai menimbang-nimbang baik buruknya

    stimulus terhadap dirinya.

    4. Trial

    Di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

    dikehendakioleh stimulus.

    5. Adaption

    Di mana subyek lebih berprilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

    dan sikapnya terhadap stimulus

    Hasil penelitian sebelumnya terkait dengan pengetahuan terhadap

    pendokumentasian yang diteliti oleh Lukman (2002) didapatkan hasil penelitian

    pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat inap Dalam BPRSUD kota

    Salatiga yang meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan motivasi dengan

    pendokumentasian keperawatan dengan hasil pengetahuan perawat terhadap

  • 13

    pendokumentasian 40%, sikap perawat 55% dan motivasi perawat 53%, serta

    hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan menunjukkan 43%. Hal ini

    menunjukkan hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku perawat

    dalam pelaksanaan pendokumentasian.

    2.2 Sikap

    Menurut Notoadmodjo (2000), sikap merupakan kesiapan atau kesedian

    untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain

    fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktifitas, akan tetapi

    merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Sikap merupakan

    reaksi atau respon yang masih tetap dari seseorang terhadap sesuatu stimulus atau

    objek, Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa sikap

    menentukan perilaku seseorang. Sikap yang positif diharapkan menjadi motivasi

    yang kuat dalam usaha melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.

    Sikap adalah suatu pola prilaku, tedensi atau kesiapan antisipatif,

    predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,

    sikap adalah respon terhadap stimulsi sosial yang telah terkondisikan.

    Salah seorang ahli spikologi sosial Newcomb, dikutip Notoatmodjo, 2002

    menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

    dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan

    atau prilaku/peran. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

  • 14

    reaksi terbuka, merupakan reaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai

    suatu penghayatan terhadap obyek.

    Dalam bagian lain Allport dikutip Notoatmodjo, 2002 menyatakan bahwa

    sikap sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu (1) Kepercayaan

    (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. (2) Kehidupan emosional atau

    evaluasi emosional terhadap suatu obyek dan (3) Kecendrungan untuk bertindak

    (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

    yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan,

    berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

    2.2.1 Tingkatan sikap

    2.2.1.1 Menerima (Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

    stimulus yang diberikan (obyek). Misalnya sikap orang terhadap gizi

    dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

    2.2.1.2 Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

    tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

    suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

    diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

    menerima ide tersebut.

    2.2.1.3 Menghargai (Valuing)

  • 15

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

    orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    Misalnya : seorang petugas mengajak petugas yang lain (tetangganya,

    saudaranya dan sebagainya). Untuk ikut melaksanakan pendokumentasian

    yang lengkap, atau mendiskusikan tentang hal-hal terkait tentang cara

    pendokumentasian yang lengkap, adalah suatu bukti bahwa si petugas

    tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap pentingnya dokumentasi.

    2.2.1.4 Bertanggung jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

    segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mungkin

    terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga,

    norma dan nilai.

    2.2.2 Ciri sikap

    2.2.2.1 Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

    sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.

    Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti

    lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

    2.2.2.2 Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat

    berubah pada orang-orang bila terdapat dan syarat tertentu.

    2.2.2.3 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu

    obyek. Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

    dengan suatu objek yang dapat dirumuskan secara jelas.

  • 16

    2.2.2.4 Obyek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

    merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

    2.2.2.5 Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang

    membedakan sikap dari kecepatan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

    Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda

    dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan mengenai suatu

    obyek tidak sama dengan sikap terhadap obyek itu. Pengetahuan mengenai suatu

    obyek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk

    bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek itu. Sikap dapat dibentuk

    atau berubah melalui 4 macam cara :

    1. Adopsi

    Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama

    kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi

    terbentuknya suatu sikap.

    2. Deferensisi

    Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan

    dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang terjadi dianggap sejenis,

    sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut

    dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

    3. Integrasi

    Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai

    pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

  • 17

    4. Trauma

    Pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam

    pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalama yang traumatis dapat

    juga menyebabkan terbentuknya sikap.

    Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu

    proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan

    individu lain disekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

    adalah : (1) faktor intern : yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang

    bersangkutan seperti selektifitas dan (2) faktor ektern yang merupakan faktor

    diluar manusia yaitu :

    2. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.

    3. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

    4. Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.

    5. Media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap.

    6. Situasi pada saat sikap terbentuk.

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

    terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2002) menjelaskan bahwa

    sikap itu mempunyai 3 komponen yakni kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

    terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek

    dan kecendrungan untuk bertindak (trend to behave). Sikap merupakan respon

    seseorang yang berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi

    (penghargaan), persepsi (perasaan), (Suryabrata, 2003).

  • 18

    Sikap secara nyata menunjukan konotasi kesesuaian reaksi terhadap

    stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

    bersifat emosional.

    New Comb pada tahun 1967 menyatakan sikap merupakan kesiapan atau

    kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

    Sikap sebelum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi predisposisi

    melalui suatu prilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek

    lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo,

    2002)

    Sejalan dengan hasil penelitian Muhamad Sayuti (2006)

    pendokumentasian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher

    Jambi, yang meneliti tentang faktor-faktor pelaksanaan dokumentasi

    menyimpulkan persentase pelaksanaan dokumentasi sebesar 69,5%.

    Sementara itu pada studi awal yang dilakukan peneliti terhadap

    pendokumentasian di RSUD Muaro Jambi pada tanggal 4-5 mei 2010, dengan

    melihat 10 berkas pendokumentasian terdapat 6 berkas pendokumentasian yang

    kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatannya kurang dan tidak

    dilaksanakan secara benar oleh perawat rawat inap dan 4 berkas lainnya hanya

    pengisian pada kolom implementasi. Rendahnya tingkat kelengkapan pengisian

    dokumentasi asuhan keperawatan tersebut terkait dengan faktor pengetahuan dan

    motivasi perawat yang cukup beragam, baik dari aspek tata cara pengisian,

    kelengkapan pengisian dan kegunaannya dari aspek medis serta pelayanan

    kesehatan, maupun aspek lain yang terkait dengan kemampuan dan kemauan

  • 19

    perawat dalam mendokumentasikan hasil catatan asuhan keperawatan dalam

    melengkapi rekam medis.

    2.3 Beban Kerja

    2.3.1 Pengertian beban kerja

    Menurut Moekijat (2004) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau

    catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang dihasilkan

    oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah pekerjaan yang harus

    diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu atau beban

    kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif dan subyektif. Secara obyektif

    adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.

    Sedangkan beban kerja secara subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang

    terhadap pernyataan tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan

    pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau

    aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit

    pelayanan keperawatan (Marquis dan Huston, 2004).

    Pengertian beban kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara

    subyektif dan obyektif. Beban kerja secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang

    dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subyektif adalah ukuran

    yang dipakai seseorang terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan,

    tentang perasaan kelebihan jam kerja, ukuran dan tekanan pekerjaan dan kepuasan

    kerja (Marquis dan Huston, 2004).

  • 20

    Menurut Caplan & Sadock (2006) beban kerja sebagai sumber

    ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan

    kuantitatif. Kelebihan beban kerja secara kuantitatif meliputi:

    1. Harus melakukan observasi penderita secara ketat selama jam kerja.

    2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan demi kesehatan dan

    keselamatan penderita.

    3. Beragam jenis pekerjaan yang dilakukan demi kesehatan dan keselamatan

    penderita.

    4. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama 24 jam.

    5. Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah penderita.

    Sedangkan beban kerja secara kualitatif mencakup:

    1. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi

    sulitnya pekerjaan.

    2. Tuntutan keluarga untuk kesehatan dan keselamatan penderita.

    3. Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkwalitas.

    4. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

    5. Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien

    di ruangan.

    6. Menghadapi pasien yang karakteristik tidak berdaya, koma, kondisi terminal.

    7. Setiap saat melaksanakan tugas delegasi dari dokter.

    Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh

    sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu dan sebagai sumber

  • 21

    ketidakpuasan disebabkan oleh kelebihan beban kerja secara kualitatif dan

    kuantitatif (Caplan & Sadock, 2006).

    2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja

    Untuk memperkirakan beban kerja keperawatan pada sebuah unit pasien

    tertentu, manajer harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi beban

    kerja diantaranya (Caplan & Sadock, 2006);

    1. Berapa banyak pasien yang dimasukkan ke unit perhari, bulan atau tahun

    2. Kondisi pasien di unit tersebut

    3. Rata-rata pasien menginap

    4. Tindakan perawatan langsung dan tidak langsung yang akan dibutuhkan oleh

    masing-masing pasien

    5. Frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan

    6. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan masing-masing tindakan

    perawatan langsung dan tak langsung

    2.3.3 Prosedur penghitungan beban kerja

    Asri (2006), menyebutkan bahwa secara terperinci prosedur perhitungan

    beban kerja tenaga dokter dan perawat dapat dibagi seperti langkah-langkah

    sebagai berikut :

    1. Mempersiapkan peralatan yang dipakai dalam perhitungan beban kerja. Alat

    utama yang dipakai adalah :

    a. Stop watch yaitu alat mengukur waktu

  • 22

    b. Alat tulis yang digunakan untuk membuat catatan yang akan berguna

    dalam pengukuran

    2. Menetapkan metode kerja yang akan digunakan dalam perhitungan beban

    kerja terutama menetapkan metode standar seperti menyiapkan susunan

    tempat kerja yang akan diteliti, peralatan dan lain-lain.

    3. Memilih pekerja yang tepat, berpengalaman dan terlatih dalam bidangnya

    atau disebut sebagai pekerja normal

    4. Menyiapkan perlengkapan peralatan sehingga pengukuran tidak akan berhenti

    di tengah jalan

    5. Memperhatikan dan mencatat actual time (waktu nyata) setiap pekerjaan

    6. Menghitung waktu normal

    7. Menetapkan waktu cadangan (allowance)

    8. Menetapkan waktu standar

    2.3.4 Pendekatan penghitungan beban kerja

    Seperti kita ketahui perawat merupakan proporsi tenaga yang paling besar

    di rumah sakit, diperkirakan sekitar 70% personel adalah perawat (Ilyas, 2004).

    Dengan dominannya jumlah perawat di rumah sakit , sejumlah peneliti, praktisi,

    dan asosiasi telah melakukan riset untuk dapat menghitung tenaga perawat dengan

    mengembangkan formula khusus untuk menghitung kebutuhan tenaga perawat.

    2.3.4.1 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Berdasarkan Formula Gillies

    Menurut Gilles (2006) tindakan keperawatan membagi menjadi tindakan

    keperawatan langsung, tidak langsung, dan penyuluhan kesehatan. Arti umum

    keperawatan langsung adalah perawatan yang diberikan anggota staf keperawatan

  • 23

    secara langsung kepada pasien tersebut dan perawatan tersebut dihubungkan

    secara khusus kepada kebutuhan fisik dan psikologisnya.

    Perawatan tidak langsung adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan atas

    nama pasien tetapi di luar kehadiran pasien yang berhubungan kepada lingkungan

    pasien atau keberadaan finansial dan kesejahteraan sosial si pasien, perawatan

    tidak langsung termasuk kegiatan seperti perencanaan perawatan, penghimpunan

    peralatan dan perbekalan, diskusi dengan anggota tim kesehatan lain, penulisan

    dan pembacaan catatan kesehatan pasien, pelaporan kondisi pasien kepada rekan

    kerja, dan menyusun sebuah rencana bagi perawatan pasien. Pengajaran kesehatan

    mencakup semua usaha oleh anggota staf keperawatan untuk memberitahu, dan

    memotivasi pasien dan keluarganya menyangkut perawatan setelah keluar dari

    rumah sakit.

    2.3.4.2 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Berdasarkan Formula Illyas

    Ilyas (2004) mengkatagorikan tindakan keperawatan sebagai berikut :

    1. Kegiatan langsung : semua kegiatan yang mungkin dilaksanakan oleh seorang

    perawat terhadap pasien, misalnya menerima pasien, anamnesa pasien,

    mengukur tanda vital, menolong buang air besar,buang air kecil, merawat

    luka, mengganti balutan, mengangkat jahitan, kompres, memberi

    suntikan/obat/imunisasi, penyuluhan kesehatan

    2. Kegiatan tidak langsung : setiap kegiatan yang dilakukan oleh perawat yang

    berkaitan dengan fungsinya, tetapi tidak berkaitan langsung dengan pasien,

  • 24

    seperti : menulis rekam medik, mencari kartu rekam medis pasien, meng up-

    date data rekam medis, dokumentasi asuhan keeprawatan.

    3. Kegiatan tambahan : kegiatan pribadi yaitu semua kegiatan yang berkaitan

    dengan kepentingan perawat yang diamati seperti makan, minum, pergi ke

    toilet: maupun bagian atau organisasi rumah sakit seperti menginput harga

    obat, ngamparah obat.

    Untuk menghitung beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini

    kecenderungan kita dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari

    personel bahwa mereka sangat sibuk dan menuntut diberikan waktu lembur (Ilyas,

    2004). Sedangkan untuk menghitung beban kerja personel menurut Ilyas (2004)

    ada tiga cara yang dapat digunakan yaitu :

    1. Work Sampling

    Tehnik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban kerja yang

    dipangku oleh personil pada suatu unit, bidang ataupun jenis tenaga tertentu.

    Pada work sampling kita dapat mengamati sebagai berikut :

    a. Aktifitas yang sedang dikerjakan personil pada jam kerja

    b. Kaitan antara aktifitas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu

    jam kerja

    c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau

    tidak produktif

    d. Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam

    kerja.

  • 25

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam work sampling adalah sebagai

    berikut :

    a. Menentukan jenis personil yang diteliti.

    b. Melakukan pemilihan sample bila jumlah personil banyak. Dalam tahap

    ini dilakukan simple random sampling untuk mendapatkan presentasi

    populasi perawat yang akan diamati.

    c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan

    sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat dan juga kegiatan

    langsung yang berkaitan dengan fungsi keperawatan dan kegiatan tidak

    langsung.

    d. Melatih pelaksana peneliti tentang kegiatan penelitian.

    e. Mengamati kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2-15 menit

    tergantung kebutuhan peneliti.

    f. Pada work sampling yang diamati adalah kegiatan dan penggunaan

    waktunya, tanpa memperhatikan kualitas kerjanya (Ilyas, 2004).

    4. Study Time and Motion

    Tehnik ini dilaksanakan dengan mengamati secara cermat kegiatan

    yang dilakukan oleh personil yang sedang diamati. Pada time and motion

    study, kita juga dapat mengamati sebagai berikut :

    a. Aktifitas yang sedang dikerjakan personil pada jam kerja

    b. Kaitan antara petugas personil dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam

    kerja.

  • 26

    c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak

    produktif.

    d. Pola beban kerja personil dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja.

    Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam time and motion study

    adalah sebagai berikut :

    a. Menentukan jenis personil yang diteliti.

    b. Menentukan sampel dari perawat yang akan diteliti dengan cara purposive

    sampling

    c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan

    sebagai kegiatan produktif atau tidak produktif dapat juga kegiatan

    langsung yang berkaiatan dengan fungsi keperawatan dan kegiatan tidak

    langsung.

    d. Melatih pelaksana peneliti tentang kegiatan penelitian.

    e. Pengamatan dapat dilakukan selama 24 jam (3 shift) secara terus menerus,

    bagaiman perawat melakukan aktivitasnya dan bagaimana kualitasnya

    menjadi faktor penting dalam time and motion study. Kualitas kerja dapat

    dilihat dari kesesuian antara kegiatan yang dilakukan dengan standar

    profesi (Ilyas, 2004).

    5. Daily Log

    Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang-

    orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan

    untuk kegiatan tersebut. Penggunaan tehnik ini sangat tergantung pada

    kerjasama dan kejujuran dari personel yang diteliti. Dengan meggunakan

  • 27

    formulir kegiatan dapat dicatat jenis kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan

    dilakukan.

    2.3.4.3 Pendekatan Penghitungan Beban Kerja Menurut Douglas

    Menurut Douglas (dalam Potter dan Perry, 2005) tentang jumlah tenaga

    perawat di rumah sakit didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi,

    sore, dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien. Tingkat

    ketergantungan pasien diklasifikasikan berdasarkan teori Dorothea Orem.

    Menurut Orem asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap

    orang mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu

    individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan.

    Teori ini dikenal dengan teori self care (perawatan diri) (Potter dan Perry, 2005).

    Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien berdasarkan teori D. Orem (Nursalam,

    2003) yaitu:

    1. Minimal Care :

    a. Mampu naik turun tempat tidur

    b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

    c. Mampu makan dan minum sendiri

    d. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan

    e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

    f. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

    g. Mampu buang air kecil dan buang air besar dengan sedikit bantuan

    h. Status psikologi stabil

  • 28

    i. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

    j. Operasi ringan

    2. Partial Care

    a. Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik turun tempat tidur

    b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi atau berjalan

    c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan

    d. Membutuhkan bantuan untuk makan atau disuap

    e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

    f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan

    g. Membutuhkan bantuan untuk buang air besar dan buang air kecil

    (tempat tidur/kamar mandi)

    h. Pasca operasi minor (24 jam)

    i. Melewati fase akut dari pasca operasi mayor

    j. Fase awal dari penyembuhan

    k. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

    l. Gangguan emosional ringan

    3. Total Care

    a. Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur

    b. Membutuhkan latihan pasif

    c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena atau

    Nasal Gastrik Tube.

    d. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut

    e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan

  • 29

    f. Dimandikan perawat

    g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter

    h. Keadaan pasien tidak stabil

    i. Perawatan kolostomi

    j. Menggunakan WSD

    k. Menggunakan alat traksi

    l. Irigasi kandung kemih secara terus menerus

    m. Menggunakan alat bantu respirator

    n. Pasien tidak sadar

    Menurut Douglas (dalam Ilyas, 2004) mengklasifikasikan ketergantungan

    pasien berdasarkan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut :

    a. Keperawatan Mandiri (Self care) : 1-2 jam/hari dimana pasien masih mampu

    melakukan pergerakan atau berjalan, makan, mandi maupun eleminasi tanpa

    bantuan. Bantuan hanya diberikan terhadap tindakan khusus.

    b. Keperawatan Sebagian (Partial Care) : 3-4 jam/hari dimana pasien masih

    punya kemampuan sebagian tetapi untuk melakukan pergerakan secara penuh

    seperti berjalan, bangun, makan, mandi dan eleminasi perlu dibantu oleh

    seorang perawat.

    c. Keperawatan Total (Total Care) : 5-7 jam/hari dimana pasien memerlukan

    bantuan secara penuh, atau tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat

    sangat tinggi, seperti pasien yang tidak sadar, atau yang sangat lemah dan

    tidak mampu melakukan pergerakan, mandi dan eleminasi perlu dibantu dan

    pada umumnya memerlukan dua perawat.

  • 30

    Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Pasien

    Waktu Klasifikasi Kebutuhan Perawat

    Pagi Siang Sore

    Minimal 0,17 0,14 0,07

    Intermediate 0,27 0,15 0,10

    Maksimal 0,36 0,30 0,20

    Douglas (dalam PPE, 2004)

    2.3.4.4 SWAT (Subjective Workload Assessment Technique)

    Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) pertama kali

    dikembangkan oleh Gary Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong

    Laboratory, Ohio USA digunakan analisis beban kerja yang dihadapi oleh

    seseorang yang harus melakukan aktivitas baik yang merupakan beban kerja fisik

    maupun mental yang bermacam-macam dan muncul akibat meningkatnya

    kebutuhan akan pengukuran subjektif yang dapat digunakan dalam lingkungan

    yang sebenarnya (real world environment). Dalam penerapannya SWAT akan

    memberikan penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk

    mengkuantitatifkan beban kerja dari aktivitas yang harus dilakukan oleh pekerja.

    SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi

    dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu

    beban waktu (time load), beban mental (mental effort load), dan beban psikologis

    (psychological stress load). Masing-masing terdiri dari 3 tingkatan yaitu rendah,

  • 31

    sedang dan tinggi (Sritomo,2007). Yang dimaksud dengan dimensi secara definisi

    adalah sebagai berikut :

    1. Time Load : adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam

    perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas. Beban waktu rendah, beban

    waktu sedang, beban waktu tinggi)

    2. Mental Effort Load : adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak

    usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu

    tugas (beban usaha mental rendah, beban usaha mental sedang, beban usaha

    mental tinggi)

    3. Psychological Stress Load : adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan,

    frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas (Beban

    tekanan psikologis rendah, beban tekanan psikologis sedang, beban tekanan

    psikologis tinggi).

    Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari 2 tahapan, yaitu tahap

    penskalaan (scale development) dan tahap penilaian (event scoring). Pada langkah

    pertama 27 kombinasi tingkatan tingkatan beban kerja mental diurutkan dengan

    dari 27 kartu kombinasi dari urutan beban kerja terendah sampai dengan beban

    kerja tertinggi, menurut persepsi masing-masing pekerja. Dalam pengurutan kartu

    tersebut tidak ada suatu aturan mana yang benar atau yang salah. Dalam hal ini

    pengurutan kartu yang benar adalah yang dilakukan menurut intuisi dan preferensi

    yang dipahami oleh responden. Dari hasil pengurutan kemudian ditransformasikan

    ke dalam sebuah skala interval dari beban kerja dengan range 0-100 (dapat dilihat

    pada tabel 2.1). Pada kedua tahap penilaian sebuah aktivitas atau kejadian akan

  • 32

    dinilai dengan menggunakan rating 1 sampai 3 (rendah, sedang dan tinggi) untuk

    setiap tiga dimensi atau faktor yang ada. Nilai skala yang berkaitan dengan

    kombinasi tersebut yang dapat dari tahap penskalaan kemudian dipakai sebagai

    beban kerja untuk aktivitas yang bersangkutan (Wignjosoebroto, 2007).

    Hasil dari konversi ini maka dapat diketahui beban kerja masing-masing

    pekerja, adapun kategori beban kerja dari masing-masing pekerja adalah sebagai

    berikut :

    1. Beban kerja rendah ratingnya berada di nilai 40 ke bawah

    2. Beban kerja sedang jika ratingnya berada pada nilai 41 sampai 60

    3. Beban kerja tinggi jika nilai SWAT ratingnya berada di nilai 61 sampai 100

    Tabel 2.2. Skala Akhir SWAT

  • 33

    Menurut Zadry (2007), pengukuran beban kerja dengan metode SWAT

    dapat digunakan pada dunia penerbangan, sektor industri, seperti pada pabrik-

    pabrik tekstil, pabrik-pabrik (perakitan) kendaraan bermotor, perusahaan penyedia

    jasa, dan pabrik-apbrik (perusahaan) yang memerlukan tingkat kecermatan yang

    tinggi, sektor perhubungan, seperti untuk meneliti tingkat beban kerja bagi para

    pengemudi bus jarak jauh atau para masinis kereta api.

    Selain itu Zadry (2007), juga mengungkapkan tentang cara pelaksanaan

    SWAT sebagai berikut :

    1. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan pengukuran kepada subjek

    (orang) yang akan diteliti.

    2. Memberikan kartu SWAT sebanyak 27 kartu yang harus diurutkan oleh

    subjek menurut urutan kartu yang menyatakan kombinasi workload yang

    terendah hingga tertinggi menurut persepsi ataupun intuisi dari tiap subjek.

    3. Melakukan pencatatan urutan kartu yang dibuat oleh subjek, kemudian

    didownload di computer-program SWAT sehingga didapatkan nilai dari

    SWAT score untuk tiap subjek.

    4. Berdasarkan nilai-nilai SWAT tersebut, komputer mengkonversikan

    performansi kerja dari subjek tersebut dengan nilai kombinasi dari beban

    kerjanya (workload), yang terdiri dari :

    a. Time Load (T) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).

    b. Mental Effort Load (E) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).

    c. Psychological Stress Load (S) : rendah (1), menengah (2), dan tinggi (3).

  • 34

    Bila nilai konversi dari SWAT scale terhadap SWAT rating berada <

    40, maka performansi kerja subjek tersebut berada pada level optimal. Bila

    SWAT rating-nya berada antara 40-100, maka beban kerjanya (workload)

    tinggi, artinya subjek pada saat itu tidak bisa diberikan jenis pekerjaan

    tambahan lain.

    5. Meng-assess pekerjaan kepada subjek, kemudian ditanyakan apakah

    pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat tersebut beban kerjanya

    (kombinasi dari Time Load, Mental Effort, dan Stress Load) dikategorikan

    sebagai pekerjaan dengan beban kerja rendah (1), menengah (2), atau tinggi

    (3) menurut yang bersangkutan.

    6. Ulangi kembali langkah 4 untuk melihat apakah pekerjaan tersebut termasuk

    ke dalam kategori beban kerja rendah atau beban kerja tinggi, sehingga dapat

    diantisipasi langkah selanjutnya.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maheri (2010) yang menemukan

    hubungan yang positif antara beban kerja perawat dengan pendokumentasian

    proses asuhan keperawatan (r=0,541, p

  • 35

    Dalam proses pembentukannya prilaku dipengaruhi oleh beberapa factor

    yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Factor-faktor tersebut

    antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar,

    lingkungan dan sebagainya. Perubahan prilaku dalam diri seseorang dapat

    diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan

    melalui panca indera. Motivasi yang diartikan sebagai dorongan dalam diri untuk

    bertindak untuk mencapai tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk prilaku.

    Prilaku dapat juga timbul akibat emosi.

    Prilaku dapat berubah dalam individu dengan melalui berbagai mekanisme

    dan diakibatkan oleh banyak factor. Menurut teori Hosland (1953) proses

    perubahan prilaku sama dengan proses belajar. Yang terdiri dari (Notoatmodjo,

    2002).

    1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

    ditolsk. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus

    itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti sampai di

    sini. Tetapi bilastimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari

    individu dan stimulus tersebut efektif.

    2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia

    mengerti stimulus ini dan dilajutkan kepada proses berikutnya.

    3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga menjadi

    kesediaan untuk bertidak demi stimulus yang telah diterianya (bersikap).

    4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

    stimulus tersebut mempunyai efek tindakan individu (perubahan prilaku).

  • 36

    Adapun menurut Kurt Lewin prilaku adalah suatu keadaan yang seimbang

    antara factor-faktor kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Prilaku dapat

    berubah apabila dalam diri seseorang terdapat:

    1. Kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus yang

    mendorong terjadinya perubahan prilaku. Stimulus ini dapat berupa

    pengetahuan dan pendidikan.

    2. Kekuatan penahan/menurun

    3. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan

    Prilaku manusia sangatlah komplek, dan mempunyai ruang lingkup yang

    sangat luas. Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan,

    membagi prlaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-

    kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Ketiga domain

    prilaku tersebut meliputi ranah kognitif (cognitive domain), ranah afaktif

    (affaktive domain) dan ranah psikomotor (pcychomotor domain).

    Terbentuknya suatu prilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai

    pada domain kognitif, dalam arti si subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

    yang berupa materi atau obyek yang di luarnya sehingga menimbulkan

    pengetahuan baru pada subyek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon

    batin dalam bentuk sikap subyek terhadap obyek yang diketahuinya itu. Akhirnya

    rangsangan, yakni obyek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut,

    akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap

    atau sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi. Namun demikian di dalam

    kenyataannya stimulus yang diterima oleh si subyek dapat langsung menimbulkan

  • 37

    tindakan. Artinya seseorang dapat bertidak atau berprilaku baru tanpa terlebih

    dahulu mengetahui makanan dari stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain

    tindakan (action) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.

    Model pendekatan prilaku dari Lowrend Green (1980) menyebutkan

    bahwa prilaku individu atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu

    (Notoatmodjo, 2002) :

    1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors) adalah faktor yang mendahului

    prilaku yang menjelaskan alasan atau motivasi untuk berprilaku, berupa

    pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan faktor demografi (status ekonomi,

    umur, jenis kelamin, besar keluarga).

    2. Faktor pendukung (enabling factor) adalah faktor yang memungkinkan

    motivasi atau keinginan terlaksana termasuk lingkungan fisik (dan atau

    tidaknya fasilitas/sumber daya).

    3. Factor pendorong (Reinforcing Factor) adalah faktor yang memperkuat

    perubahan prilaku seseorang yang dapat diakibatkan adanya sikap, prilaku

    petugas maupun tokoh masyarakat.

    Model lain untuk mempelajari sikap individu terhadap suatu hal yang baru

    adalah teori inovation decision proscess yang terdiri dari 4 tahap yaitu :

    1. Tahap pengertian (knowledge)

    Pada tahap ini individu memperkenalkan akan adanya sesuatu yang baru

    (inovasi) dan individu lalu memperoleh pengertian tentang inovasi tersebut.

    2. Tahap persuasi (persuation)

  • 38

    Setelah mengenal dan mempunyai sedikit pengertian tentang inovasi yang

    diperkenalkan kepadanya, maka dalam individu tersebut akan tumbuh sikap

    positif atau negatif terhadap inovasi tersebut.

    3. Tahap pengambilan keputusan (decision making)

    Sesudah individu mempunyai sikap positif atau negatif, tertarik atau tidak

    tertarik, maka pada individu tersebut sampai pada tahap ini harus memutuskan

    apakah ia menolak tau menerima inovasi tersebut.

    4. Tahap pemantapan

    Pada tahap ini individu mencari informasi-informasi lebih lanjut sehubungan

    dengan keputusan yang telah diambil. Kalau misalnya pada tahap

    pengambilan keputusan ia telah memutuskan untuk menerima inovasi tersebut,

    maka pada tahap ini ia akan masih bertanya-tanya kepada orang-orang yang

    mempunyai pengalaman tentang inovasi tersebut untuk meyakinkan dirinya,

    apakah keputusan yang diambil sudah tepat. Jadi tahap ini adalah pemantapan

    keputusan yang diambil.

    2.5 Perubahan Prilaku

    Perubahan prilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam diri individu

    menjadi prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai individu tersebut atau dari prilaku

    negatif ke prilaku positif (Notoatmodjo, 2003).

  • 39

    2.6 Pembinaan Prilaku

    Pembimaam terutama ditujukan kepada individu petugas kesehatan agar

    mempertahankan pencatatan dalam pendokumentasian setelah melakukan

    intervensi, prilaku ini agar tetap dipertahankan.

    2.7 Pengembangan Prilaku

    Pengembangan prilaku ditujukan untuk membiasakan dalam penulisan

    dokumentasi setelah intervensi tiga factor yang mempengaruhi prilaku tersebut

    (Green,1980) adalah :

    2.8 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

    2.8.1 Pengertian

    Menurut Tupalan 1983 adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan

    bukti secara hukum. Menurut Fisbach 1981 adalah suatu dokumen yang

    berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat kesakitan tetapi

    juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Menurut

    Effendi 1995 merupakan informasi keperawatan dan kesehatan pasien yang

    dilakukan perawat sebagai pertanggung jawaban terhadap pelayanan

    asuhan keperawatan yang telah diberikan.

    Dari beberapa difinisi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi asuhan

    keperawatan adalah :

    2.8.2 Informasi yang mencakup aspek bio-psiko-sosial dan spiritual yang terjadi

    pada setiap tahap proses keperawatan yang dicatat secara menyeluruh.

  • 40

    2.8.3 Informasi yang diperoleh menjadi dasar bagi penegakan diagnosis

    keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan

    dan menjadi dasar umpan balik selanjutnya.

    2.8.4 Informasi disusun secara sistimatis dalam format yang telah disepakati dan

    dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral dan hukum.

    2.9 Komponen Model Dokumentasi Keperawatan

    Komponen model dokumentasi yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu

    ketrampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasikan proses

    keperawatan dan standar dokumantasi. Efektivitas dan efisien sangat bermanfaat

    dalam memperoleh data yang relevan dan meningkatkan kualitas

    pendokumentasian keperawatan.

    2.9.1 Keterampilan berkomunikasi

    Perawat harus memberikan pendapat dan pemikirannya serta

    menerima pendapat dan pemikiran perawat lain setiap kali melihat

    dokumantasi keperawatan. Agar pendapat dan pemikirannya dapat

    disampaikan dengan baik, perawat memerlukan keterampilan dalam

    menulis. Keterampilan komunikasi yang baik memungkinkan perawat

    untuk mengomunikasikan kepada profesi kesehatan lainnya. Jika

    pendokumentasian dilakukan secara konsisten maka dokumentasi tersebut

    harus meliputi komponen riwayat keperawatan yaitu masalah yang terjadi

    saat dini maupun yang akan datang, masalah actual dan potensial,

    perencanaan dan tujuan saat ini dan yang akan datang, pemeriksaan,

    pengobatan, promosi kesehatan dan evaluasi tujuan keperawatan.

  • 41

    2.9.2 Keterampilan Mendokumentasikan Proses Keperawatan

    Perawat memerlukan keterampilan dalam mendokumentasikan

    proses keperawatan. Pendokumensian merupakan metode yang tepat

    untuk mengambil keputusan yang sistimatis.

    Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi

    masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pendokumentasian

    proses keperawatan yang efektif menggunakan standar terminology

    (pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi),

    mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang bermanfaat,

    menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan klasifikasi dan analisis

    yang akurat, mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan,

    mendokumentasikan hasil observasi, mendokumentasikan evaluasi sesuai

    dengan urutan waktunya serta merevisi rencna asuhan keperawatan

    berdasarkan hasil yang diharapkan.

    2.9.3 Standar dokumentasi

    Menurut Fisbach 1991 standar dokumentasi adalah suatu

    pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang

    dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan

    adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi

    keperawatan.

    Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk memperkuat

    pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman ptaktis

    pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. Fakta

  • 42

    tentang kemampuan perawat dalam pendokumentasian ditunjukan pada

    ketrampilan penulisan sesuai dengan standar dokumentasi yang konsisten,

    pola yang efektif, dan akurat.

    Yang diksudkan efektif dan akurat yaitu; pendokumantasian

    ditetapkan oleh profesi atau pemerintah dengan men